pengaruh puasa ramadan terhadap skor depresi...
TRANSCRIPT
PENGARUH PUASA RAMADAN
TERHADAP SKOR DEPRESI MAHASISWA PREKLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Mohammad Roidul Fatoni
NIM: 11161030000003
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 13 Desember 2019
Mohammad Roidul Fatoni
Materai
6000
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH PUASA RAMADAN
TERHADAP SKOR DEPRESI MAHASISWA PREKLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran untuk
memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Mohammad Roidul Fatoni
NIM. 11161030000003
Pembimbing 1
dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM
NIP. 196606291998031001
Pembimbing 2
Alfiah, S. Ag, M. Ag
NIP. 197212172003122001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Laporan penelitian berjudul PENGARUH PUASA RAMADAN TERHADAP
SKOR DEPRESI MAHASISWA PREKLINIK FAKULTAS
KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA yang diajukan
oleh Mohammad Roidul Fatoni (NIM. 11161030000003) telah diujikan dalam
sidang Fakultas Kedokteran pada 13 Desember 2019. Laporan penelitian ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 13 Desember 2019
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM
NIP. 196606291998031001
Pembimbing 1
dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM
NIP. 196606291998031001
Pembimbing 2
Alfiah, S. Ag, M. Ag
NIP. 197212172003122001
Penguji 1
dr.Risahmawati, Dr. Med. Sc
NIP. 197709132006042001
Penguji 2
dr. Mahesa Paranadipa, M.H (Kes)
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FK UIN
dr. H. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD-KEMD FINASIM
NIP. 196511232003121003
Kaprodi Kedokteran FK UIN
Dr. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT
NIP. 197805072005011005
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini dengan
baik, sebagai salah satu syarat yang harus diajukan untuk menyelesaikan studi di
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman yang terang ini dan
semoga kita selalu mendapatkan syafa‟at beliau.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan penghargaan, rasa hormat
dan terima kasih kepada:
1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D Sp.PD-KEMD FINASIM, dr. Flori Ratna Sari,
Ph.D, dr. Fika Ekayanti, M. Med, dan Dr. Endah Wulandari, M.Biomed
selaku Dekan dan Wakil Dekan I, II, dan III FK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT. selaku Ketua Program Studi
Kedokteran FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr Alyya Siddiqa, Sp.FK selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah
membimbing penulis dalam menjalani studi di Fakultas Kedokteran.
4. dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM selaku dosen pembimbing 1 dan ibu
Alfiah, S.Ag, M.Ag selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan
membimbing peneliti dalam menjalankan penelitian ini.
5. dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc selaku dosen penguji 1 dan dr. Mahesa
Paranadipa, M.H (Kes) selaku dosen penguji 2 yang memberikan bimbingan,
saran dan kritik untuk penelitian ini.
6. drg. Laifa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset Program
Studi Kedokteran angkatan 2016
7. Seluruh dosen pengajar Program Studi Kedokteran yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis
v
8. Seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2016, 2017 dan 2018 yang telah bersedia menjadi responden
dalam penelitian ini.
9. Kedua orang tua penulis yaitu Drs.H.R.Farid Mashudi M.Pd dan Dra Hj. Yani
Fadariyah yang sangat penulis cintai dan hormati, yang selalu memanjatkan
doa, mendidik, dan memberikan dukungan baik secara moral maupun
material sehingga penulis tidak bisa membalas jasa keduanya dengan apapun.
10. Keluarga besar penulis yaitu Kakek alm. H. R. Abd Gaffar, Nenek alm. Hj.R.
Masdudatun, Kakek alm. H Soekarjo dan alm. Hj. Tasrifah, serta seluruh
keluarga besar penulis yang telah mendukung dan mendoakan penulis.
11. Annisa Futihandayani, Akbar Maulana Azhari Kotta, Putra Agung
Rahmatullah dan Tresna Rachmadi sebagai teman seperjuangan penelitian
yang merasakan senang dan susah bersama sejak mencari pembimbing,
menentukan judul penelitian, mencari tempat penelitian, mengambil data dan
menyelesaikan penelitian ini.
12. Ika Alifa Suryabrata yang telah setia menemani dan membantu setiap
malasah penulis.
13. Calon sejawat penulis yaitu Pacemaker 2016 FK UIN Jakarta yang telah
bersama mengalami suka duka di dunia kedokteran FK UIN Jakarta.
14. Angti XII USMR khususnya BPH USMR 2018/2019 yang telah bersama
menghadapi lika-liku permasalahan di USMR.
15. USMR, DEMA FK, dua organisasi yang penulis ikuti dan telah memberikan
banyak pelajaran dan pengalaman terutama tentang manajemen organisasi.
16. Keluarga besar penulis di HIMMAH UIN Jakarta yang selalu ada untuk
penulis, menyemangati dan mendoakan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini.
17. Keluarga besar TK Suryalaya, SDN. Pajagalan 1 Sumenep, SMPN 1
Sumenep, MBI amanatul Ummah Pacet mojokerto sebagai tempat penulis
menimba ilmu sebelumnya.
18. Moch. Thoriq Assegaf yang telah banyak membantu peneliti dalam mengolah
data.
vi
19. Ahmad Zaki Zaenal Muttaqin, Aditya Rizki D, Andris Sambung Ilahi teman
satu kos yang telah menyemangati, membantu serta bermain PUBG bersama
penulis.
20. Keluarga besar kontrakan Pak Haji yang telah bermain play station dan
bermain-main bersama.
21. Seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb.
Ciputat, 13 Desember 2019
Penulis
vii
ABSTRAK
Mohammad Roidul Fatoni. Program Studi Kedokteran. Pengaruh Puasa Ramadan
terhadap Skor Depresi Mahasiswa Preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Latar Belakang: Stresor kehidupan yang dialami setiap
individu sangatlah banyak dan beragam. Terutama pada mahasiswa kedokteran
yang memiliki risiko tinggi terjadinya depresi. Maka dari itu pengobatan dalam
menangani kasus depresi menjadi sangat penting. Salah satu upaya dalam
menurunkan depresi adalah berpuasa di bulan Ramadan. Tujuan: Mengetahui
pengaruh puasa Ramadan terhadap skor depresi pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Metode: Desain penelitian
ini menggunakan analitik kohort prospektif dengan pendekatan cross sectional
dengan rancangan one group pre and post design. Sampel pada penelitian ini
diambil menggunakan metode consecutive sampling dan dilakukan analisis pada
242 subjek. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner DASS-42
(depresi). Analisis data yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Hasil: Proporsi
mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengalami depresi
sejumlah 35 (14,5 %) mahasiswa sedangkan mahasiswa dengan skor depresi
normal sejumlah 207 (85,5%). Dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh
hasil yang bermakna pada pengaruh puasa Ramadan terhadap skor depresi seluruh
subjek (p = 0,042). Sementara itu, pada subjek yang mengalami depresi dan
subjek yang normal juga didapatkan hasil yang bermakna dengan nilai
signifikansi masing-masing (p = 0,000) dan (p=0,006). Kesimpulan: Puasa
Ramadan dapat memengaruhi penurunan skor depresi pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata kunci: depresi, puasa Ramadan, mahasiswa preklinik, fakultas kedokteran
ABSTRACT
Mohammad Roidul Fatoni. Medical studies program. The Effect of Ramadan
Fasting on Depression Score in Pre-clinic Students Faculty of Medicine UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Background: Every human being has many stressor
in their lives which is different each person.Especially in medical students who
has high risk for depression. Therefore, threatment in depression become very
important. One of the methods to decrease depression is Ramadhan fasting.
Purpose: The pusposse of this study is to know the effect of Ramadhan fasting on
depression score in pre-clinic students of Faculty Medicine of UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Method: Design of this study was analytic cohort
prospective with cross sectional approach also with one group pre and post
design. Sample was taken using consecutive sampling method with total 242
subject. Data of depression was obtained using DASS-42 questionnaire for
depression. Statistical test for this study was Wilcoxon test. Result: Proportion of
pre-clinic FK UIN student who has depression is 35 students (14,5%), meanwhile
student with normal depression score is as much as 207 students (85,5%). Using
Wilcoxon test there are effect of Ramadhan fasting on score depression at all
subject (p= 0.042). Meanwhile, either in subject who has depression or normal
subject, there are effect of Ramadhan with significancy score each is p= 0,000
and p= 0,006. Conclusion: Ramadan fasting can affect decline depression score
in pre-clinic students of Faculty Medicine of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keyword: depression, fasting Ramadan, preclinic students, faculty of medicine
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 3
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................. 3
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 4
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti ..................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Bidang Ilmiah .................................................................. 4
1.5.3 Manfaat Bagi Institusi .................................................................... 5
1.5.4 Manfaat Aplikatif ............................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 6
2.1.1 Depresi .............................................................................................. 6
2.1.2 Puasa .............................................................................................. 20
2.2 Kerangka Teori ..................................................................................... 30
30
2.3 Kerangka Konsep ................................................................................. 31
2.4 Definisi Operasional ............................................................................. 32
BAB III ............................................................................................................. 33
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 33
3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 33
ix
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 33
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 33
3.3.1 Populasi .......................................................................................... 33
3.3.2 Sampel ............................................................................................ 33
3.3.3 Jumlah Sampel .............................................................................. 34
3.4 Kriteria Sampel .................................................................................... 35
3.3.1 Kriteria Inklusi .............................................................................. 35
3.3.2 Kriteria Eksklusi ........................................................................... 35
3.5 Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 35
3.5.1 Bahan .............................................................................................. 35
3.5.2 Alat ................................................................................................. 35
3.5.3 Jenis Data ....................................................................................... 36
3.5.4 Cara Kerja ..................................................................................... 36
3.6 Alur Kerja Penelitian ........................................................................... 37
3.7 Manajemen Data .................................................................................. 38
3.7.1 Pengolah Data ................................................................................ 38
3.8 Kerjasama Riset ........................................................................................ 38
BAB IV ............................................................................................................. 39
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 39
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 39
4.1.1 Deskripsi Penelitian ...................................................................... 39
4.1.2 Skor Depresi Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan ................. 43
4.1.3 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 43
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 47
4.2.1 Hubungan puasa Ramadan dengan penurunan skor depresi .. 47
4.2.2 Hubungan puasa Ramadan terhadap depresi dalam perspektif
Islam 47
4.2.3 Hubungan puasa Ramadan terhadap kenaikan skor depresi .. 49
4.3 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 50
4.4 Kelebihan Penelitian ............................................................................ 51
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 52
5.1 Simpulan ................................................................................................ 52
5.2 Saran ...................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 54
x
Lampiran 1 ............................................................................................................ 57
Lampiran 2 ............................................................................................................ 62
Lampiran 3 ............................................................................................................ 71
Lampiran 4 ............................................................................................................ 72
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Skor Depresi..............................................................................43
Tabel 4.2 Hasil analisis uji Wilcoxon pada seluruh subjek.................................44
Tabel 4.3 Hasil analisis uji Wilcoxon pada subjek yang depresi........................45
Tabel 4.4 Hasil analisis uji Wilcoxon pada subjek normal.................................47
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dopamin, Serotonin dan Norepinefrin............................................. 8
Gambar 4.1 Sampel Inklusi dan Eksklusi........................................................... 39
Gambar 4.2 Proporsi Depresi.............................................................................. 40
Gambar 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin................................ 41
Gambar 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Angkatan....................................... 42
Gambar 4.5 Skor Depresi sebelum dan Setelah Puasa........................................ 43
Gambar 4.6 Gambaran Diagram pada subjek yang depresi................................ 46
Gambar 4.7 Diagram perubahan Skor depresi.................................................... 47
xiii
DAFTAR SINGKATAN
UIN : Universitas Islam Negeri
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
5-HIAA : 5-hydroxyindoleacetic
HVA : Asam homovanilic
MHPG : 3-methoxy 4-hydroxyphenyl-glycol
CSS : Cairan serebrospinal
PPDGJ : Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia
DSM : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
SSRI : Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor
ECT : Electro Convulsive Therapy
WHO : World Health Organitation
BDNF : Brain derived neutropic factor
NGF : Nerve growth factor
ELISA : Enzyme-linked Immunosorbent Assay
EDTA : Ethylenediaminetetraacetic acid
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Lembar Kuesioner.............................................................................59
Lampiran 2: Hasil pengolahan data dengan SPSS.................................................63
Lampiran 3: Lembar Keterangan Lulus Etik.........................................................74
Lampiran 4: Riwayat Penulis.................................................................................75
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Puasa menurut Sayyid Sabiq adalah menahan diri dari segala hal yang
membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari disertai
dengan niat.1 Ramadan merupakan suatu bulan dalam kalender Hijriyah atau
kalender Islam. Sedangkan puasa Ramadan merupakan kegiatan puasa yang
dilaksanakan pada bulan Ramadan selama kurang lebih 29 atau 30 hari yang
disesuaikan dengan kalender Hijriyah pada tahun tersebut. Kita sebagai umat
muslim dalam menjalankan puasa Ramadan ini hukumnya adalah wajib untuk
melaksanakannya. Sebagaimana dalam ayat Al-Quran QS Al-Baqarah ayat 183
yang mengatur mengenai kewajiban umat muslim dalam berpuasa di bulan
Ramadan yaitu:
Artinya: “Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu
bertakwa”.(QS Al Baqarah [2]: 183)
Berdasarkan pada ayat tersebut para alim ulama menafsirkan bahwasanya
puasa yang diwajibkan tersebut merupakan puasa di bulan Ramadan.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar yang berasal dari Nabi
Muhammad, beliau bersabda: “Islam dibangun atas lima sendi, yakni:
mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT, menegakkan salat, membayar zakat,
puasa Ramadan, dan haji” seorang laki-laki mengatakan: ” Haji dan puasa
Ramadan” lalu Ibnu Umar berkata: “ Tidak, puasa Ramadan dan haji demikian
ini aku telah mendengar dari Rasulullah SAW”.2
Puasa Ramadan merupakan suatu bentuk ibadah yang dilakukan oleh kita
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Puasa Ramadan juga bisa menjadi wadah
kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT serta tempat untuk kita
dalam mencari pahala. Selain dari hal-hal tersebut masih sangat banyak
keutamaan kita berpuasa di bulan Ramadan. Sebagai mana hadis yang
diriwayatkan oleh HR Bukhari yang artinya:
2
“Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan keimanan dan niat yang
baik, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.38
dan Muslim no.760)3
Sebagaimana yang dijelaskan dari hadis tersebut dapat kita pahami
bahwasanya berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan niat karena Allah,
niscaya Allah akan mengampuni segala dosa yang telah kita perbuat di masa
lampau.
Melaksanakan ibadah puasa Ramadan memiliki banyak manfaat dan
keistimewaaan tersendiri tidak hanya dari aspek jasmaniyah saja, tetapi juga
rohaniyah . Salah satu manfaat aspek jasmaniyah yaitu dari kesehatan fisik adalah
puasa dapat melancarkan proses pencernaan serta memudahkan dalam
penyerapan sari-sari makanan dan menstabilkan proses jika makanan masuk ke
dalam perut secara berlebihan sehingga kesehatan fisik kita pun menjadi lebih
bagus. Sedangkan dilihat dari aspek rohaniyah yaitu kesehatan mental sendiri
sangatlah banyak pula. Salah satu bentuk kesehatan mental yang dimaksudkan
adalah depresi, ansietas, stres, dan lain-lain. Bisa kita rasakan bersama manfaat
dari beribadah dengan niat dan iman kepada Allah SWT juga dapat menenangkan
jiwa kita. Membuat jiwa kita tenang serta tenteram sangatlah bermanfaat bagi
setiap individu karena pada kenyataannya stresor kehidupan sangatlah banyak dan
beragam . Terutama pada mahasiswa kedokteran memiliki risiko tinggi terjadinya
depresi dari pada populasi lainnya.4 Hal itu pula yang membuat pengobatan
dalam menangani kasus depresi menjadi sangat penting. Maka dari itu dengan
kita berpuasa Ramadan secara tidak langsung akan menenangkan jiwa kita yang
menyebabkan kita dapat terhindar dari gangguan mental seperti depresi, ansietas,
ataupun stres.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh puasa
terhadap kesehatan mental memiliki hasil yang beragam. Salah satunya adalah
yang ditulis oleh M Kazemi Msc dkk dengan judul “Efek puasa Ramadan
terhadap Kesehatan Psikologi dan Depresi pada Universitas Sirjan Azad”
menghasilkan angka untuk kesehatan psikologi sebelum puasa adalah 33.94±8.55
dan setelah puasa 34.5±8.2. Sedangkan angka depresi sebelum puasa yaitu
3
14.45±10.33 dan setelah puasa 11.88±10.38 yang dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh puasa Ramadan dalam menurunkan kesehatan psikologi dan
skor depresi5. Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Dr Amin A dkk
mengenai “Effect of fasting during Ramadan month on depression, anxiety, stress
and cognition” menghasilkan bahwa terdapat penurunan skor depresi pada
pengukuran hari ke 14 dan 28 puasa Ramadan.6 Begitu pula sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ozgur Erdem mengenai Investigasi Efek dari
Puasa Ramadan Pada Mood Pasien Yang Sehat mengatakan bahwa puasa
ramadan efektif menurunkan depresi.7 Pada review yang dilakukan oleh
Abdolreza Gilavand dan Jafar Fatahiasl dari University of Medical Sciences Ahvaz
Iran pada tahun 2016 yang mengumpulkan 11 penelitian juga mengatakan bahwa
berpuasa di bulan Ramadan dapat menurunkan depresi.8
Berdasarkan kebermanfaatan dari puasa Ramadan serta dari hasil
penelitian sebelumnya mengenai pengaruh puasa terhadap kesehatan mental dan
depresi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh puasa
Ramadan pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap skor depresi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
Apakah terdapat pengaruh puasa Ramadan terhadap skor depresi pada
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3. Hipotesis Penelitian
Puasa Ramadan dapat menurunkan skor depresi mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh puasa Ramadan
terhadap skor depresi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi depresi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Mengetahui skor depresi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum puasa Ramadan.
c. Mengetahui skor depresi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta setelah puasa Ramadan.
d. Mengetahui pengaruh puasa Ramadan terhadap depresi pada mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
e. Mengetahui pengaruh puasa Ramadan terhadap depresi pada mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
mengalami depresi.
f. Mengetahui pengaruh puasa Ramadan terhadap depresi pada mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang normal.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
a. Menambah wawasan tentang pengaruh puasa Ramadan terhadap depresi.
b. Meningkatkan keimanan serta keilmuan peneliti mengenai puasa Ramadan
dan depresi.
c. Menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.
1.5.2 Manfaat Bidang Ilmiah
a. Memberikan data ilmiah mengenai pengaruh puasa Ramadan terhadap
depresi.
b. Menjadi data rujukan untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan
pengaruh puasa Ramadan terhadap depresi.
5
1.5.3 Manfaat Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data referensi Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.4 Manfaat Aplikatif
a. Memberikan pengetahuan mengenai pengaruh puasa Ramadan terhadap
depresi.
b. Memberikan pengetahuan mengenai manfaat puasa Ramadan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Depresi
2.1.1.1 Definisi
Gangguan depresi termasuk ke dalam kelompok gangguan mood. Untuk
mengetahui definisi depresi, sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa
itu emosi dan mood. Emosi adalah segala perasaan hati dari seorang individu.9
Sedangkan mood adalah perasaan emosi yang dialami dan dirasakan oleh pasien
serta dapat diutarakan dan terpantau oleh orang lain.9 Depresi adalah suatu
gangguan mental yang ditandai dengan kehilangan minat dalam suatu kegiatan,
perasaan sedih yang terus menerus, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas
sehari hari yang dirasakan selama atau lebih dari dua minggu.10
Seseorang yang
mengalami gangguan depresi ini akan menunjukkan rasa kehilangan energi dan
minat dalam melakukan kegiatan, akan mudah merasa bersalah, kesulitan dalam
mengatur konsentrasi, mengalami kehilangan nafsu makan, dan bisa sampai
berpikir ingin bunuh diri atau mati.10
2.1.1.2 Epidemiologi Depresi
Menurut WHO prevalensi penduduk dunia mengenai gangguan depresi
ini cukuplah tinggi yaitu sekitar 4,4% dari seluruh penduduk dunia pada tahun
2015.11
Berdasarkan angka tersebut dibagi berdasarkan usia pasien, usia tertinggi
terjadi pada usia dewasa hingga tua. Tercatat 7,5% pasien berasal dari wanita
berusia 55-74 tahun dan 5,5% berasal dari pria berusia 55-74 tahun.11
Gangguan
ini juga terjadi pada anak dan remaja namun prevalensinya tidak terlalu tinggi.
Angka kejadian gangguan ini juga memiliki beragam perbedaan dari setiap
daerah. Angka kejadian pada Afrika adalah 10%, Mediterania Timur 12%, Eropa
14%, Amerika 21%, Pasifik Barat 20%, dan yang tertinggi adalah Asia Selatan-
Timur adalah 23%.11
Menurut penelitian Lisa Rotensein dkk mengenai
Prevalence of Depression, Depressive Symptoms, and Suicidal Ideation Among
Medical StudentsA Systematic Review and Meta-Analysis tahun 2016 mengatakan
7
bahwa mahasiswa kedokteran memiliki risiko tinggi terjadinya depresi dari pada
populasi secara umum. Menurut meta-analisis tersebut dikatakan bahwa
prevalensi mahasiswa kedokteran yang mengalami depresi sebesar 27,2%
sedangkan yang mengalami bunuh diri sebesar 11,1%.4
Di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 prevalensi gangguan depresi pada penduduk umur ≥15 tahun adalah sebesar
6,1%12
. Menurut riset tersebut juga ditemukan perbedaan dari setiap provinsi
diseluruh Indonesia. Tercatat Sulawesi Tenggara memiliki angka kejadian
tertinggi yaitu sebesar 12,3% dan provinsi berikutnya adalah Gorontalo yaitu
sebesar 10%12
. Berdasarkan angka tersebut ditemukan bahwa hanya 9% pasien
gangguan depresi yang minum obat atau menjalani pengobatan medis.12
2.1.1.3 Etiologi Depresi
Etiologi depresi memiliki berbagai macam faktor dan teori antara lain:9
1. Faktor organobiologik
Telah ditemukan kelainan atau disregulasi pada metabolit amin biogenik
seperti pada asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam homovanilic (HVA), dan
3-methoxy 4-hydroxyphenyl-glycol (MHPG) pada urin, darah, dan cairan
serebrospinal (CSS) pasien dengan gangguan mood12
. Akibat dari disregulasi
tersebut menyebabkan terjadinya gangguan pada neurotransmitter di dalam tubuh
antara lain:9
a. Norepinefrin
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respon klinis anti depresi
diduga memiliki efek langsung pada sistem norepinefrin pasien depresi. Telah
ditemukan pula aktifnya reseptor b2-presipnatik dapat menyebabkan pengurangan
jumlah pelepasan norepinefrin. Reseptor tersebut juga terdapat pada neuron
serotonergik yang mengatur jumlah pelepasan serotonin.
8
Gambar 2.1 Dopamin dan Norepinefrin13
Sumber: Jia Zoe 2004
b. Dopamin
Penemuan subtipe baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian
fungsi regulasi presinaptik dan pascasinaptik menjelaskan hubungan antara
dopamin dengan ganguan depresi. Hal baru tersebut adalah jalur mesolimbik yang
diduga mengalami disfungsi pada pasien depresi dan reseptor dopamin D1 diduga
mengalami hipoaktif pada pasien depresi.
c. Serotonin
Neurotransmitter ini berfungsi untuk mengontrol agresi, regulasi afek,
tidur, serta nafsu makan. Penelitian terbaru menemukan bahwa pengurangan
jumlah serotonin dicelah sinap diduga menjadi penyebab dalam kejadian depresi.
9
2. Faktor Genetik
Faktor genetik atau keturunan merupakan faktor yang sangat penting
dalam kejadian gangguan depresi, namun jalur penurunan sifatnya belum
diketahui secara pasti. Berdasarkan literatur generasi pertama memiliki risiko 2-
10 kali. Pada anak kembar dizigotik terdapat 13-28% mengalami depresi berat,
sedangkan pada kembar monozigotik 53-69%.9
3. Faktor Psikososial
Kehidupan yang memiliki banyak tekanan dapat menimbulkan terjadinya
kejadian depresi. Episode pertama yang dialami biasanya lebih ringan dari pada
episode berikutnya. Menurut beberapa teori disebutkan bahwa adanya stres
sebelum episode pertama menyebabkan terjadinya perubahan biologi pada otak
yang bertahan lama. Kejadian ini menyebabkan terjadinya perubahan berbagai
neurotransmitter dan sistem sinyal intraneuron, termasuk penurunan kontak sinaps
dan hilangnya beberapa neuron. Dampaknya, seseorang tersebut akan mudah
terjadi episode berulang gangguan mood, sekalipun ditimbulkan oleh stresor dari
luar. Stresor psikososial yang dimaksudkan seperti kejadian seorang anak berusia
10 tahun yang kehilangan kedua orang tuanya, seseorang yang kehilangan
pekerjaan, seseorang yang putus cinta, dan lain-lain.9
4. Faktor Kepribadian
Depresi dapat terjadi pada setiap orang tanpa terkecuali. Namun, pada
orang dengan gangguan kepribadian obsesi-kompulsi, histionik dan ambang
berisiko tinggi mengalami depresi dibandingkan gangguan kepribadian paranoid
atau antisosial. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik memiliki risiko
mengalami gangguan depresi berat. Stresful merupakan prediktor terkuat dalam
kejadian depresi. Menurut riset menunjukkan bahwa pasien yang mengalami
kejadian depresi lebih sering pada pasien stres yang disebabkan tidak adanya
kepercayaan diri.9
10
5. Faktor Psikodinamik
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud dan dilanjutkan oleh Karl
Abraham yang dikenal sebagai pandangan klasik depresi. Teori tersebut
mencakup 4 hal yaitu:9
a. Gangguan hubungan ibu dan anak selama fase oral (10-18 bulan) menjadi
faktor predisposisi terjadinya episode depresi berulang.
b. Depresi dapat dihubungkan dengan cinta nyata maupun imajinasi kehilangan
suatu objek.
c. Masuknya suatu sikap ke dalam diri seseorang secara tidak sadar yang
disebabkan bangkitnya mekanisme pertahanan tubuh untuk mengatasi
penderitaan akibat kehilangan objek cinta.
d. Kehilangan objek cinta, ditunjukkan dalam bentuk campuran antara benci dan
cinta, serta perasaan marah pada diri sendiri.
6. Teori kognitif
Menurut teori ini depresi merupakan hasil dari penyimpangan kognitif
spesifik. Postulat Aaron Beck mengemukakan terdapat trias depresi akibat
kognitif yaitu:9
a. Pandangan terhadap diri sendiri berupa pandangan negatif atas diri sendiri.
b. Pandangan terhadap lingkungan berupa pandangan bahwa dunia bermusahan
dengannya.
c. Pandangan terhadap masa depan berupa penderitaan dan kegagalan.
2.1.1.4 Perjalanan Penyakit
Lobus medial pada otak dikatakan berhubungan dengan rasa penghargaan
dan lateral berhubungan dengan rasa tidak mendapat penghargaan. Berdasarkan
penelitian sebelumnya yang dilakukan di Cina menunjukkan bahwa depresi
dipengaruhi bagian otak yang berhubungan dengan rasa tidak mendapat
penghargaan, terlibat dalam pemahaman atau pengideraan yaitu pada bagian
lateral orbitofrontal korteks sehingga akan merasakan perasaan kecewa dan tidak
dihargai14
. Depresi juga dikaitkan dengan penurunan konektivitas antara
11
orbitofrontal korteks dan sistem memori yang dapat menyebabkan pasien
mengalami penurunan fokus.14
Depresi juga berhubungan dengan prefrontal
korteks, anterior cingulate korteks serta amigdala. Prefrontal korteks bertanggung
jawab atas proses berpikir kompleks, kepribadian dan kebiasaan sehingga akan
kehilangan minat dari kebiasaan serta sulit konsentrasi sedangkan, amigdala dan
anterior cingulate korteks berkaitan dengan perasaan negatif, pengaturan emosi
sehingga akan merasa putus asa, sedih, merasa bersalah, rasa taku tidak berguna,
keinginan bunuh diri, mudah marah serta gugup.14
2.1.1.5 Gambaran Klinis Depresi
Gambaran klinis gangguan depresi menurut buku ajar psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia yaitu:9
a) Kehilangan minat dan berkurangnya energi. Pasien mungkin mengatakan
bahwa perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak
berharga.
b) Memiliki pemikiran untuk melakukan bunuh diri
c) Emosi pada pasien depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau
kesedihan yang normal.
d) Mengalami kesulitan menyelesaikan tugas
e) Mengalami hendaya di sekolah atau pekerjaannya
f) Menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru
g) Mengeluh masalah tidur, khususnya terbangun pada dini hari
(terminalinsomnia) dan sering terbangun di malam hari karena memikirkan
masalah yang dihadapi.
h) Peningkatan atau penurunan nafsu makan
i) Bertambah ataupun menurunnya berat badan
12
2.1.1.6 Diagnosis Depresi
Gangguan depresi menurut PPDGJ – III dan DSM – 5 termasuk dalam
F30 – F39 yaitu Ganggguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) tepatnya
termasuk ke dalam F32 dan F33 yaitu Episode Depresi.10
Terdapat beberapa
gejala pada episode depresi ini yaitu:10
1. Gejala Utama (pada depresi derajat ringan, sedang, berat)
a) Afek depresi
b) Kehilangan minat dan kegembiraan
c) Berkurangnya energi sehingga menyebabkan mudah lelah (rasa lelah yang
timbul setelah bekerja sedikit) dan menurunnya aktivitas.
2. Gejala lainnya
a) Konsentrasi dan perhatian menurun
b) Harga diri serta kepercayaan diri menurun
c) Berpikir tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d) Memiliki pandangan tentang masa depan yang suram dan pesimis
e) Tidur yang terganggu
f) Nafsu makan yang menurun
3. Episode depresi dari ketiga tingkat ringan, sedang, ataupun berat diperlukan
waktu 2 minggu dalam menegakkan diagnosisnya, akan tetapi juga dapat
ditegakkan dengan waktu yang lebih singkat jika terjadi gejala yang luar biasa
dan berlangsung cepat.10
4. Kategori diagnosis episode depresi ini dalam buku PPDGJ-III dan DSM-5
dibagi atas episode depresi ringan (F32.0), sedang (F32.1), berat (F32.2) untuk
episode depresi pertama. Sedangkan episode depresi berulang dikategorikan ke
dalam F33.10
13
5. F32.0 Episode depresi ringan10
a) Harus terdapat 2 dari 3 gejala utama depresi
b) Ditambah 2 gejala lainnya
c) Tidak boleh ada gejala yang berat
d) Lama episode berlangsung adalah kurang lebih 2 minggu
e) Hanya terdapat sedikit kesulitan dalam pekerjaan atau kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya
6. F32.1 Episode depresi sedang10
a) Harus terdapat 2 dari 3 gejala utama depresi
b) Ditambah 3 gejala lainnya
c) Lama episode berlangsung minimum 2 minggu
d) Mengalami kesulitan nyata dalam pekerjaan atau kegiatan sosial yang biasa
dilakukannya
7. F32.2 Episode depresi berat tanpa gejala psikotik10
a) Harus ada semua 3 gejala utama
b) Ditambah kurang lebih 4 gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
c) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mau untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
d) Lama episode berlangsung adalah kurang lebih 2 minggu, akan tetapi jika
gejala berat dengan onset yang cepat menegakkan diagnosis kurang dari 2
minggu masih dapat dibenarkan.
14
8. F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik10
a) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria F32.2
b) Disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging busuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menjadi stupor. Jika
diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek.
9. Gangguan depresi berulang memiliki beberapa kriteria yaitu:10
a) Rata-rata frekuensinya 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih jarang dari
bipolar.
b) Tanpa adanya riwayat episode afek dan mania namun jika ternyata ada
episode singkat yang kadang-kadang disebabkan oleh tindakan pengobatan
depresi.
c) Pemulihan keadaan biasanya sempurna antar episode tetapi sebagian pasien
mungkin ada yang mendapat episode tetap terutama pasien usia lanjut,
d) Episode dari semua tingkat depresi terkadang disebabkan oleh kehidupan
penuh stres atau trauma mental lainnya.
10. F33.0 Gangguan depresi berulang, episode kini ringan10
a) Harus memenuhi kriteria depresi berulang dan kriteria depresi ringan
b) Sekurang-kurangnya pada masing-masing kriteria telah berlangsung selama
minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa adanya
gangguan afektif bermakna.
11. F33.1 Gangguan depresi berulang, episode kini sedang10
a) Harus memenuhi kriteria depresi berulang dan kriteria depresi sedang
b) Sekurang-kurangnya pada masing-masing kriteria telah berlangsung selama
minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa adanya
gangguan afektif bermakna.
15
12. F33.2 Gangguan depresi berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik10
a) Harus memenuhi kriteria depresi berulang dan kriteria depresi berat tanpa
gejala psikotik
b) Sekurang-kurangnya pada masing-masing kriteria telah berlangsung
selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
adanya gangguan afektif bermakna.
13. F33.3 Gangguan depresi berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik10
a) Harus memenuhi kriteria depresi berulang dan kriteria depresi berat
dengan gejala psikotik
b) Sekurang-kurangnya pada masing-masing kriteria telah berlangsung
selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
adanya gangguan afektif bermakna.
14. F33.4 Gangguan depresi berat, kini dalam remisi10
a) Harus pernah memenuhi kriteria depresi berulang di masa lampau tetapi
keadaaan sekarang harus tidak memenuhi kriteria F30-F39.
b) Sekurang-kurangnya pada masing-masing kriteria telah berlangsung
selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
adanya gangguan afektif bermakna.
2.1.1.7 Prognosis Depresi
Gangguan depresi berat tidak bisa kita pandang sebelah mata, biasanya
cenderung menjadi kronik dan kambuh. Episode pertama gangguan depresi berat
yang di rawat di rumah sakit memiliki angka kesembuhan hingga 50%.12
Seiring
berjalannya waktu, pasien sembuh setelah keadaan berulang berkurang
dikarenakan banyak pasien yang tidak sembuh bahkan masuk ke dalam keadaan
distimik.
Angka kekambuhan depresi berat sekitar 25% pada 6 bulan setelah dari
rumah sakit, 30-50% dalam 2 tahun pertama, 50-75% dalam periode 5 tahun.9
Kejadian ini berkurang pada pasien yang melanjutkan terapi psikofarmaka,
profilaksis dan pasien yang hanya mempunyai satu atau dua episode depresi.
16
Prognosis akan menjadi buruk bila depresi berat disertai dengan distimik,
pengguanaan alkohol dan zat lain, gejala cemas, ada riwayat lebih dari sekali
episode depresi.9
2.1.1.8 Terapi Depresi
a) Prinsip
Penatalaksanaan gangguan mood memiliki penatalaksanaan khusus.
Pertama, kita harus memikirkan keselamatan pasien. Kedua, kelengkapan evaluasi
diagnostik harus dilaksanakan. Ketiga, rencana terapi bukan hanya untuk
mengatasi gejala melainkan kita juga harus melihat jiwa pasien kedepannya.
Secara keseluruhan pasien dengan gangguan mood harus diserahkan kepada
psikiater untuk penatalaksanaan lebih lengkap.9
b) Rawat Inap
Indikasi untuk rawat inap pada pasien depresi adalah sebagai kebutuhan
prosedur diagnostik, terdapat perasaan bunuh diri dan melakukan pembunuhan
pada pasien, berkurangnya kemampuan pasien dalam asupan makanan dan tempat
perlindungan. Memiliki riwayat gejala berulang serta hilangnya dukungan pada
pasien juga merupakan indikasi dari rawat inap.9
c) Farmakoterapi
Pengobatan depresi berat yang spesifik dan efektif yang telah digunakan
selama 40 tahun yaitu obat trisiklik. Penggunaan obat ini diperkirakan memiliki
kemungkinan sembuh 2 kali lipat dalam waktu 1 bulan. Meskipun begitu terdapat
beberapa pasien yang tidak merespon dengan terapi pertama. Antidepresan
membutuhkan 3-4 minggu untuk memberikan efek terapinya meskipun terdapat
pula yang berefek lebih awal. Timbulnya efek samping menandakan bahwa obat
telah bekerja. Apabila setelah 3 minggu penggunaan obat antidepresan tidak
menunjukkan perbaikan gejala atau perbaikan gejala kurang dari 20% maka perlu
mengganti obat dengan golongan antidepresan lainnya. Namun jika 3-6 minggu
memberikan efek yang minimal maka dosis obat harus dinaikkan sampai dosis
maksimal atau dengan menggunakan pemberian augmentasi seperti litium (900-
1200 mg per hari, kadar serum antara 0,6 dan 0,8 mEq/L) selama 7-14 hari,
17
liothyronine (25-50 mg/hari) selama 7-14 hari, psikostimulan, yang sudah terbukti
mempercepat perbaikan dalam waktu 1-2 minggu pada 25% pasien.9
Antidepresan lainnya yang juga digunakan adalah Selektif Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI), seperti fluoxetin, paroxetine (Paxil), dan sertraline
(zoloft.)9 Selain itu golongan lain yang digunakan juga seperti bupropion,
venlafaxine, nefazodone (serzone) dan mirtazapine (remeron), menunjukkan sama
efektifnya dilihat secara klinis dengan obat terdahulu tetapi lebih aman dan
toleransinya lebih baik.9 Prinsip indikasi pemberian obat antidepresan adalah
seseorang dengan depresi berat. Gejala pertama yang menjadi prinsip adalah sulit
tidur dan gangguan dalam pola makan.9
Selain memberikan obat dalam prinsipnya dokter harus melakukan
edukasi yang adekuat karena hal tersebut merupakan hal penting dari kesuksesan
terapi. Salah satu yang harus di edukasikan kepada pasien adalah dokter harus
menekankan bahwa gangguan depresi merupakan gabungan antara faktor biologi
dan psikologi yang keduanya akan bisa diatasi dengan menggunakan obat
tersebut. Dokter juga harus menjelaskan kepada pasien bahwa obat tersebut tidak
akan membuat seseorang menjadi ketergantungan terhadap obat.9
d) Alternatif Pengobatan
Electro Convulsive Therapy (ECT) biasanya digunakan pada pasien yang
tidak dapat diobati menggunakan farmakoterapi yang sudah menggunakan dosis
yang adekuat atau pada klinis yang sangat berat yang memperlihatkan perbaikan
sangat cepat jika menggunakan ECT.9
e) Efek samping
Efek samping dari penggunaan obat antidepresan sangatlah beragam
sesuai dengan individu masing-masing. Berikut efek samping obat antidepresan:9
1. Gelisah
2. Mual dan muntah
3. Hipotensi
4. Penurunan libido, disfungsi ereksi, atau anorgasmia
18
f) Durasi dan Profilaksis
Terapi dengan pengobatan antidepresan harus dilakukan kurang lebih 6
bulan atau sesuai lamanya pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian
menunjukkan terapi profilaksis ini sangat efektif dalam mengurangi jumlah dan
keparahan kekambuhan depresi. Terdapat faktor-faktor yang dapat mengurangi
efek dari pengobatan profilaksis ini seperti tingkat keparahan episode sebelumnya,
episode yang melibatkan pikiran bunuh diri atau ketidakmampuan fungsi
psikososial. Satu penelitian mengatakan jika episode depresi terjadi kurang dari
2,5 tahun maka terapi profilaksisnya dilakukan selama 5 tahun. Begitu pula pada
pasien dengan 2 atau lebih episode depresi dalam waktu 5 tahun, depresi pada usia
di atas 50 tahun, dan terdapat riwayat sulit untuk ditatalaksana.9
g) Psikoterapi
Terapi ini disarankan dilakukan dengan tujuan untuk membantu dalam
mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam menghadapi stresor
kehidupan sehari-hari. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa terapi dengan
cara psikoterapi ini merupakan cara yang cukup baik digunakan pada pasien
depresi. Pengobatan dengan psikoterapi dan farmakoterapi merupakan terapi yang
lebih efektif dari pada menggunakan farmakoterapi saja. Jenis psikoterapi yang
diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasien.9
2.1.1.9 Alat Ukur Screening Depresi
Untuk mengetahui skor dan masuk ke dalam tingkatan depresi yang
mana, harus menggunakan alat ukur screening depresi. Berikut beberapa alat ukur
screening depresi:
a. Kuesioner DASS-42
Kuesioner DASS 42 adalah kumpulan pertanyaan yang dibuat dengan
tujuan untuk mengukur tingkat dan skor dari tiga keadaan emosi negatif, yaitu
depresi, ansietas dan stres. Kuesioner ini dibuat berdasarkan buku yang ditulis
oleh Lovibond25
yang sudah pernah divalidasi dan diterjemahkan oleh Damanik26
.
Lovibond menciptakan kuesioner ini dengan alasan ketika itu konsep antara
depresi dan ansietas yang saling bersinggungan serta munculnya konsep stres
19
yang juga saling berhubungan dalam keadaan emosi negatif.25
Sehingga Lovibond
melakukan sebuah penelitian mengenai status emosional negatif yang dilakukan
pada mahasiswa psikologi tahun pertama Universitas New South Wales dengan
menggunakan kuesioner DASS25
. DASS mengenai depresi memiliki fokus pada
laporan tentang motivasi, suasana hati yang rendah, dan harga diri.25
DASS
mengenai ansietas memilki fokus pada perasaan panik, perasaan takut serta
rangsang fisiologis. Sedangkan DASS mengenai stres memilki fokus pada
ketegangan dan emosi kemarahan.
Kuesioner ini terdiri dari 42 pertanyaan dengan cakupan bahasan mengenai
depresi, kecemasan, dan stres. Berikut pertanyaan mengenai depresi terletak pada
nomor di bawah ini:25
Skala Depresi: 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42
Interpretasi dari skala depresi DASS dibagi atas klasifikasi berikut:
1. Normal : 0-9
2. Depresi Ringan : 10-13
3. Depresi Sedang : 14-20
4. Depresi Berat : 21-27
5. Depresi Sangat Berat : ≥ 28
b. Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)
Skala penilaian Hamilton depresi merupakan suatu alat ukur screening
depresi. Alat ukur ini biasa disingkat dengan sebutan HAM-D. Alat ukur ini
dibuat pada tahun 1960 oleh Max Hamilton dengan tujuan untuk mengetahui
indikasi dari depresi dan sebagai panduan dalam melakukan evaluasi terhadap
proses pemulihan.27
Akan tetapi dalam penggunaannya pada praktik klinis banyak
menuai kritikan dikarenakan isi dari pertanyaannya lebih banyak menitikberatkan
pada insomnia dari pada rasa putus asa, pikiran destruktif, kognitif serta tindakan
bunuh diri.27
Kuesioner ini terdiri dari 24 pertanyaan dengan interpretasinya
sebagai berikut:27
20
1. Normal : ≤ 7
2. Depresi ringan : 8-13
3. Depresi sedang : 14-18
4. Depresi berat : 19-22
5. Depresi sangat berat : ≥ 2
c. Beck Depression Inventory (BDI)
Beck Depression Inventory (BDI) adalah salah suatu alat screening
depresi. Instrumen ini dibuat dengan maksud untuk menilai keparahan depresi
seseorang pada usia dewasa dan remaja.28
Instrumen ini diperkenalkan pada tahun
1961 oleh Dr. Aaron T. Beck.28
Pertanyaan-pertanyaan dari instrumen ini meliputi
rasa marah, merasa bersalah, merasa putus asa, serta gejala fisik. Instrumen ini
terdiri dari 21 pertanyaan dengan interpretasi sebagai berikut:28
1. Normal : 0-9
2. Depresi ringan : 10-15
3. Depresi sedang : 16-23
4. Depresi berat : 14-63
2.1.2 Puasa
2.1.2.1 Definisi
Puasa (Shoum) menurut pengertian bahasa memiliki arti yaitu menahan
diri dari segala hal perbuatan kita, baik makan, minum, berbicara, dan lain-lain.15
Puasa secara istilah syariat menurut Sayyid Sabiq adalah menahan diri dari segala
hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari
disertai dengan niat.1
Sedangkan menurut Dr Yusuf Qardhawi dalam kitabnya
Fiqh Puasa, puasa adalah menahan dan mencegah diri dari memenuhi hal-hal yang
boleh meliputi keinginan perut dan keinginan kelamin dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT.22
21
2.1.2.2 Puasa Ramadan
Puasa Ramadan menurut para ulama meyebutkan bahwa puasa pada
bulan Ramadan ini memiliki hukum wajib untuk dilaksanakan bagi seluruh umat
Islam15
. Dalam Al-Quran telah diatur mengenai legalitas dari puasa Ramadan,
yaitu dalam firman Allah:
Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, Bulan yang
di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara bak dan yang
batil). Karena itu barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya)
di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS al-Baqarah[2]:
185)
Selain karena puasa Ramadan memiliki hukum yang wajib, puasa
Ramadan juga memiliki banyak keutamaan serta anjuran-anjurannya sendiri.
Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim berikut ini:
بطي إرا جبء سهضبى فخحج أبىاة الجت وغلقج أبىاة البس وصفذث الش
Artinya: “apabila Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan
setan dibelenggu” (HR.Bukhari no. 1899 dan Muslim no.1079).
بطي إرا ك حوت وغلقج أبىاة جهن وسلسلج الش بى سهضبى فخحج أبىاة الش
Artinya: “Jika masuk bulan Ramadan, pintu-pintu rahmat dibuka, pintu-pintu
jahanam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai.”(HR.Bukhari no.3277
dan Muslim no.1079).
Berdasarkan hadis di atas dapat kita ketahui bahwasanya kita dianjurkan
lebih meningkatkan ibadah kita karena pintu surga dibuka selebar-lebarnya untuk
umat Islam pada bulan tersebut.
Bulan Ramadan juga dapat membuat suasana menjadi tenteram sesuai
firman Allah dalam Al-Quran yang berbunyi:
22
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram”. (QSAli Imran[3]: 28)
Maksud dari ayat di atas jika kita kaitkan dengan bulan Ramadan dapat
menjelaskan bahwa pada bulan Ramadan kita dianjurkan berpuasa, melakukan
salat tarawih, serta ada juga iktikaf serta kegiatan kerohanian lainnya yang dapat
membuat kita selalu mengingat Allah. Maka dari itu perasaan hati pada bulan
Ramadan akan terasa lebih tenteram.
2.1.2.3 Tingkatan Puasa
Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yaitu Ihya‟ Ulumuddin
menjelaskan mengenai tingkatan puasa yaitu terbagi menjadi 3 tingkatan:16
a) Puasa Umum (Shaumul „amm)
Yang dimaksud tingkat pertama ini adalah menahan makan, minum dan
menjaga kemaluan dari godaan syahwat. Tingkatan puasa ini merupakan
tingkatan yang paling rendah.
b) Puasa Khusus (Shaumul Khusus)
Yang dimaksud puasa pada tingkatan ini adalah menahan diri dari
makan, minum, syahwat, pandangan, lisan dari segala bentuk dosa. Puasa pada
tingkatan ini juga sering disebut sebagai puasanya para orang-orang saleh.
c) Puasa Khususil Khusus (Shaumul Khususil Khusus)
Puasa pada tingkatan ini adalah memiliki semua hal-hal di atas ditambah
lagi dengan puasa hati dari segala keinginan hina dan segala pikiran dunia dan
mencegah memikirkan hal selain Allah SWT. Tingkatan puasa ini dikatakan
bahwa puasanya para Nabi, Shiddiqqin, dan Muqarrabin.
23
2.1.2.4 Amalan pada bulan Ramadan
Fenomena bulan Ramadan bagi umat Islam dalam rangka menyambut
kedatangan bulan Ramadan, sangatlah bagus dikarenakan penuh dengan
antusiasme yang tinggi. Tingkat ibadah seseorang dalam bulan Ramadan jauh
lebih meningkat dari bulan-bulan lainnya. Berikut amalan-amalan yang biasa
dilakukan pada bulan Ramadan:
1. Pemantapan kualitas salat fardu
Salat fardu merupakan ibadah yang paling utama untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Sebaiknya pula pada bulan Ramadan amalan yang pertama
kali harus kita tingkatkan adalah salat fardu. Sujud pada saat salat merupakan
posisi paling dekat antara Allah SWT dengan hambanya. Memperbanyak sujud
merupakan cara untuk meningkatkan kualitas salat kita, seperti hadis di bawah ini:
“Ma‟dan bin Abi Thalhah Al-Ya‟mari berkata,”aku bertemu dengan Tsauban,
pembantu Rasulullah SAW aku bertanya kepadanya,”beritahukan kepadaku amal
yang harus aku lakukan sehingga Allah SWT akan memasukkanku ke surga? Atau
aku katakan: amal yang paling Allah SWT cintai? Dia (Tsauban hambanya
Rasulullah SAW) terdiam. Kemudian aku bertanya lagi, dan dia terdiam.
Kemudian aku bertanya untuk yang ketiga kalinya, dia menjawab: aku pernah
bertanya seperti itu kepada Rasulullah, beliau bersabda:
ك ع جىد، فإك ال حسجذ، سجذة إال سفعك هللا بهب دسجت، وحظ ع ك بكثشة الس ل
بهب خطئت
Hendaklah engkau memperbanyak sujud! Sebab tidaklah engkau bersujud kepada
Allah SWT satu kali, melainkan Ia mengangkatmu satu derajat dan
menghapuskan darimu satu kesalahan.” (H.R.Muslim no.488)
Jika kita kaitkan antara peningkatan kualitas salat terhadap depresi akan
menghasilkan hal yang sesuai dengan yang dikatakan Ustman Najati bahwa
keadaan tentram dan jiwa tenang yang dihasilkan oleh salat mempunyai dampak
terapeutik yang penting dalam meredakan ketegangan saraf, yang timbul akibat
24
berbagai tekanan kehidupan sehari-hari dan menurunkan kegelisahan yang
dialami oleh sebagian orang.17
2. Memperbanyak berzikir
Dzikrullah atau mengingat Allah SWT adalah suatu upaya seorang
hamba utntuk berada dalam lindungan Allah SWT dalam kondisi apapun. Amalan
ini juga merupakan amalan yang biasanya sering ataupun meningkat tingkat
pelaksanaannya pada saat suasana Ramadan.
Artinya: “Maka ingatlah kepada-Ku, aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”(QS Al Baqarah[2]: 152)
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram.” (QS Ali Imran [3]: 28)
Berdasarkan ayat di atas menjelaskan bahwa dengan kita berzikir atau
mengingat Allah maka hati, jiwa serta perasaan kita akan menjadi tenang dan
tenteram. Zikir pula dapat menjadi obat dari penyakit hati dan sebagainya.18
3. Memperbanyak tilawatil qur‟an
Tilawah atau membaca Al-Quran merupakan amalan utama di bulan
Ramadan. Pada bulan Ramadanlah Al-Quran diturunkan, maka dari itu membaca
Al-Quran menjadi salah satu amalan utama pada bulan Ramadan. Sebaiknya pada
bulan Ramadan kita semakin memperbanyak membaca Al-Quran bahkan banyak
pula pada bulan ini orang berlomba-lomba dalam menghatamkan Al-Quran.
Selain membaca Al-Quran alangkah lebih baiknya jika kita juga memahami
makna dari ayat yang kita baca pula. Setidaknya ada satu atau dua ayat yang
memang dihafal, difahami, serta diamalkan.
ج الخشة ء هي القشآى كبلب ش س ف جىف إى الزي ل
Artinya: “orang yang di dalam hatinya tidak ada Al-Quran seperti rumah yang
rusak”.(Hadis riwayat Tirmidzi no. 2913)
25
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (QS Al-Isra [17]:82)
Berdasarkan ayat diatas dapat dijelaskan bahwa Al-Quran dapat menjadi
penawar bagi orang-orang yang beriman dari segala permasalahan yang dihadapi.
4. Iktikaf pada malam lailatul qadar
Iktikaf merupakan ibadah yang merupakan satu paket dengan puasa
Ramadan. Melakukan ibadah puasa tanpa iktikaf serasa ada sesuatu yang kurang
rasanya.15
Iktikaf merupakan perbuatan yang dilakukan secara rutin oleh
Rasulullah SAW. Terutama yang tidak pernah ditinggalkan yaitu pada 10 hari
terakhir (asyrul awakhir) bulan Ramadan. Bahkan pada tahun terkhir sebelum
wafat, Rasulullah melaksanakan iktikaf selama 20 hari, sejak tanggal 11 Ramadan
sampai akhir bulan.15
Iktikaf pula merupakan ibadah yang bernilai tinggi. Bahkan
Rasulullah sampai mengajak istri serta keluarganya untuk melakukan iktikaf.
Seperti hadis berikut yang diriwayatkan oleh Tabrani yang memiliki arti berikut:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW jika masuk malam ke sepuluh (akhir bulan
Ramadan), ia hidupkan malamnya, ia bangunkan keluarganya. Bersungguh-
sungguh dan menyisingkan pakaiannya (untuk beribadah).”
5. Menghidupkan malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar merupakan suatu malam dibulan Ramadan yang
dikatakan memiliki keutamaan sebagai malam terbaik dari pada malam-malam
lainnya sepanjang tahun.
لت القذس فى العشش األواخش هي سهضبى وا ل ححش
26
Artinya: “ Carilah lailatul qadar pada malam ganjil, sepuluh malam terakhir
bulan Ramadan.” (HR Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)
Artinya: “ Malam kemuliaan itu lebih baik dari pada seribu bulan.” (QS Al-
Qadar [97]:3)
Malam lailatul qadar memiliki banyak keutamaan sehingga kita sebagai
umat muslim pada malam tersebut sebaiknya memperbanyak melakukan ibadah.
Memperbanyak ibadah dengan cara iktikaf, membaca Al-Quran, salat berjamaah
dan sebagainya. Berikut hadis yang menjelaskan mengenai salah satu keutamaan
dari malam lailatul qadar.
ب م هي ر وبب واحخسببب غفش ل هب حقذ لت القذس إ وهي قبم ل
Artinya: “Dan barangsiapa yang beribadah pada malam „Lailatul qadar‟
semata-mata karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya
diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari no.1901)
2.1.2.5 Puasa terhadap Kesehatan
Menurut WHO 1948 definisi sehat adalah kondisi kesejahteraan fisik,
mental, maupun sosial bukan sekedar terbebas dari penyakit atau kelemahan.19
Sedangkan menurut Kemenkes dalam UU No. 23 tahun 1992 pasal (1), kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.20
Selain untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, puasa
memiliki banyak keutamaan. Salah satu dari keutamaan berpuasa tersebut adalah
dalam aspek kesehatan, yaitu dapat meningkatkan kesehatan seseorang. Para
pakar kesehatan di negara maju telah sepakat dalam hal tersebut. Dokter Abdul
Aziz Ismail dari mesir mengatakan bahwa pada umumnya puasa dapat digunakan
sebagai terapi dari beberapa penyakit.21
Hal tersebut beriringan dengan perkataan
Rasulullah SAW dalam hadis yaitu:
27
ىا وسبفشوا حسخغىا( سوا الطبشا اغزوا حغوىا وصىهىا حصح
Artinya: “Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan keuntungan (ghanimah).
Berpuasalah niscaya kamu sehat. Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan
kekayaan” (HR Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath 8:174)
2.1.2.6 Hubungan Puasa Ramadan dengan Depresi
Salah satu hikmah dari berpuasa adalah dapat menahan diri dari hawa
nafsu. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya yaitu Ihya‟ Ulumuddin telah mengatakan
“Tujuan puasa adalah agar berakhlak dengan akhlak Allah SWT, dan meneladani
perilaku malaikat dalam hal menahan diri dari hawa nafsu, sesungguhnya mereka
(malaikat) bersih dari hawa nafsu.17
Manusia adalah makhluk yang memiliki
kedudukan (derajat) di atas hewan karena dengan cahaya pikirannya ia mampu
mengalahkan hawa nafsunya, dan di bawah derajat malaikat karena manusia
diliputi hawa nafsu. Dia diuji dengan melakukan mujahadah terhadap hawa
nafsunya. Jika terbuai oleh hawa nafsunya, ia jatuh ke dalam derajat yang paling
rendah, masuk dalam perilaku hewan. Dan jika ia dapat menundukkan
(mengekang) hawa nafsunya, ia naik ke derajat yang paling tinggi dan masuk
kedalam tingkatan malaikat”.22
Berdasarkan penjelasan dari buku Imam Al-Ghazali tersebut bahwa
dengan berpuasa kita dapat menahan diri dari hawa nafsu. Menahan hawa nafsu
yang dimaksudkan salah satunya yaitu menahan hawa nafsu dari makan, minum,
seksual, serta menahan diri dari emosi. Jika kita kaitkan dari penjelasan tersebut
antara menahan emosi dan ansietas, depresi, serta stres, maka akan dapat kita
simpulkan bahwa jika kita berpuasa kita dapat mengendalikan emosi kita yang
secara tidak langsung dapat berpengaruh dalam menurunkan ansietas, depresi dan
stres. 17
Ibnu Qayyim menjelaskan mengenai tujuan puasa secara rinci salah
satunya adalah untuk mendapatkan kesenangan dan kenikmatan hakiki,
mengontrol kekuatan tubuh yang begitu liar karena pengaruh tabiat sehingga
membahayakan kehidupan dunia dan akhirat, menenangkan dan mengedalikan
28
masing-masing organ tubuh, memelihara anggota badan dari memakan makanan
yang merusak tubuh, memelihara kesehatan jiwa dan raga. Sebab puasa
merupakan perisai bagi orang-orang yang bertakwa.17
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdolhossein Bastani dkk23
mengenai efek puasa selama Ramadan pada konsentrasi serotonin, dopamin, brain
derived neutropic factor (BDNF) dan nerve growth factor (NGF) menyatakan
bahwa puasa Ramadan memiliki efek pada setiap konsentrasi tersebut. Efek yang
dimaksudkan yaitu puasa Ramadan dapat meningkatkan amin, metabolit 5-HIAA
pada beberapa regio otak serta meningkatkan sel glial pada nukleus caudatus yang
dapat menyebabkan peningkatan dopamin serta serotonin. Penelitian tersebut
dilakukan dengan menggunakan metode ELISA. Metode ini dilakukan pada
subjek yang memiliki kondisi sehat dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan.
Setiap subjek dilakukan pengambilan darah 20 ml setiap waktunya dan diambil 3
kali pada hari kedua sebelum bulan Ramadan sebagai kontrol, hari ke-14 bulan
Ramadan, dan hari ke-29 bulan Ramadan. Selanjutnya darah dimasukkan kedalam
tabung EDTA antikoagulan dan disentrifugasi selama 20 menit dengan suhu 4⁰C
lalu didapatkan plasma 1,5 ml mikrotubes. Plasma tersebut disimpan dengan suhu
80⁰C sampai akhirnya akan dianalisis. Selanjutnya plasma tersebut akan
dilakukan pengukuran menggunakan Enzyme-linked Immunosorbent Assay
(ELISA). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kadar dopamin pada
hari kedua sebelum melakukan puasa Ramadan, 14 dan 29 hari puasa Ramadan
menunjukkan peningkatan namun, peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar.
Sedangkan pada kadar serotonin menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan
pada hari ke-14 puasa Ramadan yaitu sebesar 33,4% lebih tinggi dibandingkan
dengan grup kontrol. Lalu pada hari ke-29 puasa Ramadan juga mengalami
peningkatan sebesar 14,7% lebih besar dari pada hari ke-14 puasa Ramadan dan
43,1% jika dibandingkan dengan kontrol. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Pakize dkk24
mengenai level katekolamin pada puasa Ramadan pada tikus dengan
case kontrol mengatakan bahwa selama puasa Ramadan konsentrasi dari
dopamin, adrenalin dan noradrenalin pada darah dan urin meningkat tetapi secara
statistik menunjukkan perbedaan paling signifikan terjadi pada konsentrasi
dopamin pada darah.
29
Berdasarkan dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa puasa
Ramadan dapat berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi serotonin,
dopamin, adrenalin, dan noradrenalin pada darah dan urin. Sedangkan teori
depresi menyatakan bahwa keadaan depresi disebabkan karena penurunan kadar
dopamin dan serotonin dalam tubuh. Jika kita hubungkan antara teori dan
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwasanya
puasa Ramadan dapat berpengaruh terhadap skor depresi seseorang.
30
2.2 Kerangka Teori
Sulit
konsentrasi
Kehilangan
minat dari
kebiasaan
Mudah putus asa, perasaan sedih, perasaan
bersalah, rasa takut dan tidak berguna,
keinginan bunuh diri, udah marah dan gugup
Faktor
organobiologik
Faktor
genetik Faktor psikososial Faktor
kepribadian Faktor psikodinamik
Stresor
kuat
Mengirim impuls ke otak
Thalamus akan sangat aktif
Hypothalamus
Serotonin dan dopamin ↓
Lateral orbito
frontal korteks
Anterior cingulate korteks
dan amigdala Prefrontal
korteks
Tidak
berharga
Kecewa Merasakan perasaan negatif,
Mengatur emosi
Berpikir kompleks,
kepribadian, dan
kebiasaan
Dapat mengurangi
gejala Puasa
Ramadan
Dopamin ↑
Serotonin ↑
↓ Skor
depresi
↑ Amine dan metabolit
5-HIAA di beberapa
regio otak
↑ sel glial pada
nukleus caudatus
31
2.3 Kerangka Konsep
Keterangan :
= Variabel Bebas
= Variabel Terikat
Puasa Ramadan
Setelah puasa
Ramadan
Sebelum puasa
Ramadan
Mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Menganalisis statistik
menggunakan SPSS
Skor depresi pada
seluruh subjek
Skor depresi pada
subjek depresi
Skor depresi pada
subjek normal
32
2.4 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara
Pengukuran
Skala
Pengukuran Hasil Ukur
1. Puasa
Ramadan
Menahan diri
dari semua
yang bisa
membatalkan
puasa, sejak
terbitnya
fajar sampai
terbenam
matahari,
dengan
disertai niat
yang
dilaksanakan
pada bulan
Ramadan.15
Informed
Consent
Mengisi
Informed
Consent
Kategorik Puasa
Ramadan:
(Ya/Tidak)
2. Depresi Suatu
gangguan
mental yang
ditandai
dengan
kehilangan
minat dalam
suatu
kegiatan,
perasaan
sedih yang
terus
menerus,
ketidakmamp
uan dalam
melakukan
aktivitas
sehari hari
yang
dirasakan
selama atau
lebih dari dua
minggu.9
Kuesioner
depresi
DASS
4225
Mengisi
kuesioner
DASS 42
(depresi)
dengan 2 kali
pengisian,
yaitu:
1. Sebelum
puasa
Ramadan (2
minggu
sebelum
puasa
Ramadan)
2. Setelah
puasa
Ramadan (2
minggu
setelah
puasa
Ramadan)
Numerik Normal:
(Skor Total
DASS-42
sebesar 0-9)
Depresi:
(Skor total
DASS-42
sebesar 10-42)
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian analitik kohort
prospektif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini juga dirancang
menggunakan one group pre and post design, maksudnya adalah pengukuran
dilakukan sebelum dan setelah puasa Ramadan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2019 hingga bulan Oktober
2019. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 dan Juni
2019.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi target adalah mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Populasi terjangkau adalah mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.2 Sampel
Mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang melakukan puasa pada bulan Ramadan dan secara sukarela bersedia
mengisi kuesioner Depression, Anxiety and Stress Scales 42 (DASS 42) pada 2
minggu sebelum puasa Ramadan dan 2 minggu setelah puasa Ramadan.
34
3.3.3 Jumlah Sampel
Besar sampel (n) yang menjadi target peneliti adalah seluruh mahasiswa
preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah seluruh
mahasiswa preklinik angkatan 2018, 2017, dan 2016 Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebesar 307 mahasiswa. Sedangkan dalam
pelaksanaannya hanya terkumpul 242 mahasiswa dikarenakan terdapat 65
mahasiswa yang termasuk ke dalam kriteria ekslusi.
Rumus yang peneliti gunakan dalam menentukan besar minimal sampel
pada penelitian ini adalah rumus estimasi besar sampel untuk penelitian numerik
berpasangan, sebagai berikut:
n1 = n2 =(( )
)
2
keteranagan:
n = Jumlah subjek
Zα = Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga
Zα = 1,64.
Zβ = Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10% maka Zβ = 1,28.
x1 - x2 = Selisih minimal yang dianggap bermakna = 1
S = Standar deviasi = 2,8 (kepustakaan)4
n1 = n2 =(( )
)
2
n1 = n2 =(( )
)
2
n1 = n2 = 67
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui jumlah minimal sampel pada
penelitian ini adalah 134. Peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel
minimal menjadi 147 untuk mengantisipasi adanya kemungkinan drop out pada
subjek. Namun, pada penelitian ini peneliti menggunakan metode consecutive
sampling yaitu dengan jumlah subjek sebesar 242.
35
3.4 Kriteria Sampel
3.3.1 Kriteria Inklusi
a) Subjek merupakan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b) Subjek Menjalankan Ibadah puasa Ramadan.
c) Subjek bersedia untuk mengikuti seluruh alur penelitian setelah dilakukan
pengisian lembar informed consent.
d) Subjek bersedia untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan sesuai apa
yang dirasakan oleh subjek ketika mengisi tanpa adanya paksaan dari pihak
manapun.
3.3.2 Kriteria Eksklusi
a) Subjek merupakan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang cuti/tidak aktif.
b) Subjek merupakan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berasal dari angkatan 2015 ke atas yang sedang
melakukan perbaikan modul.
c) Subjek tidak mengisi lembar kuesioner pada salah satu waktu pengambilan
data.
d) Subjek tidak menjalankan ibadah puasa Ramadan.
3.5 Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Bahan
Bahan pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari
subjek yang mengisi kuesioner DASS 42 yang diberikan beserta data subjek dan
lembar persetujuan tertulis.
3.5.2 Alat
Alat yang peneliti gunakan untuk mengukur skor depresi pada subjek
adalah kuesioner DASS 42 yang dibuat berdasarkan buku yang ditulis oleh
Lovibond25
dan sudah divalidasi dan diterjemahkan oleh Damanik.26
Peneliti
36
memilih menggunakan kuesioner DASS 42 dikarenakan DASS 42 memiliki fokus
pada laporan tentang motivasi, suasana hati yang rendah, dan harga diri yang dari
beberapa fokus tersebut termasuk ke dalam gejala utama depresi.25
3.5.3 Jenis Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dari DASS 42 untuk menilai
skor depresi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.5.4 Cara Kerja
3.5.4.1 Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara membagikan lembar kuesioner kepada
subjek pada jadwal yang telah ditentukan. Lalu kuesioner akan diisi pada waktu
yang bersamaan oleh semua subjek sesuai dengan petunjuk serta panduan dari
peneliti.
3.5.4.2 Pengecekan
Setelah subjek mengisi kuesioner, hasil kuesioner akan dicek kembali
kelengkapan dari setiap poin pertanyaan pada kuesioner tersebut.
3.5.4.3 Coding
Pemilahan data berdasarkan kode numerik pada kuesioner yang terdiri
dari beberapa kategori.
3.5.4.4 Entry Data
Memasukkan data yang sudah dipilah ke dalam dokumen excel. Setelah
itu, memasukkan data ke dalam SPSS agar data dapat dianalisis.
37
3.6 Alur Kerja Penelitian
Menentukan judul dan
tema penelitian
Memilih kuesioner DASS 42
sebagai alat penelitian
Menentukan metode dan desain penelitian
Menentukan waktu pengambilan data
Menentukan sampel yang terdiri dari mahasiswa preklinik Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Informed Consent
Sampel mengisi kuesioner DASS 42
waktu yang telah ditentukan
Pengecekan Data
Analisis data dengan SPSS
Hasil
Sebelum puasa
Ramadan
Setelah Puasa
Ramadan
38
3.7 Manajemen Data
3.7.1 Pengolah Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan secara
statistik menggunakan aplikasi Statistical Package for Social Sciences (SPSS)
versi 22. Kumpulan data tersebut berupa data numerik dan kategorik. Pengolahan
secara statistik yang dilakukan, menggunakan analisis dengan uji T berpasangan.
Akan tetapi sebelumnya harus dilakukan pengujian normalitas data terlebih
dahulu. Apabila data tidak terdistribusi secara normal yaitu jika p value > 0,05,
maka pengolahannya akan diganti menggunakan analisis dengan uji Wilcoxon.
Hasil analisis dikatakan bermakna apabila p value < 0,05.
3.8 Kerjasama Riset
Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset
puasa Ramadan Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diketuai oleh dr. Sayid Ridho, Sp.PD,FINASIM dan Alfiah, S.Ag, M.AG.
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian studi lapangan yang
dimulai dari statistik deskriptif yang berhubungan dengan data penelitian
(meliputi gambaran umum responden, variabel penelitian, dan asumsi klasik);
hasil pengujian hipotesis dan pembahasan terhadap uji hipotesis yang diuji secara
statistik dengan menggunakan program pengolahan data SPSS versi 22.0.
4.1.1 Deskripsi Penelitian
Gambar 4.1 Sampel Inklusi dan Eksklusi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah puasa Ramadan
mempunyai pengaruh terhadap skor depresi seseorang. Oleh karena itu, data
dalam penelitian ini berasal dari data primer berupa kuesioner yang diajukan
kepada 3 angkatan preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Jumlah seluruh mahasiswa adalah 302 orang. Lalu dikurangi 5 orang tim
peneliti menjadi 297 kuesioner yang telah disebarkan kepada 3 angkatan preklinik
tahun 2016, 2017, 2018 (Gambar 4.1). Selanjutnya dikurangi 4 responden dari
angkatan 2016 dengan alasan 1 responden tidak mengisi kuesioner sebelum
242 subjek
55 subjek
Inklusi
Eksklusi
40
Ramadan dan 3 responden tidak mengisi kuesioner setelah Ramadan. Lalu
dikurangi 25 responden angkatan 2017 dengan alasan 18 responden tidak mengisi
kuesioner sebelum Ramadan dan 7 responden tidak mengisi kuesioner setelah
Ramadan. Lalu yang terakhir dikurang 26 responden dengan penjabaran 10
responden tidak mengisi kuesioner sebelum Ramadan, 12 responden tidak mengisi
kuesioner setelah Ramadan dan 4 responden tidak mengisi keduanya. Sehingga
dihasilkan sebanyak 242 eksemplar yang terkumpul. Dengan demikian jumlah
kuesioner yang dapat diolah sebanyak 242 eksemplar kuesioner. Adapun
distribusi sampel sebagai berikut:
1. Proporsi Depresi
Gambar 4.2 Proporsi Depresi
Berdasarkan gambar 4.2 di atas menjelaskan bahwa dari 242 subjek yang
termasuk sebagai responden, terdapat 35 (14,5%) subjek mengalami depresi dan
207 (85,5%) subjek dengan skor depresi normal. Hal tersebut juga di dukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Lisa Rotensein dkk mengenai Prevalence of
Depression, Depressive Symptoms, and Suicidal Ideation Among Medical
StudentsA Systematic Review and Meta-Analysis tahun 2016 pada 183 study
35 subjek
207 subjek
Depresi
Normal
41
dengan sampel 122.356 yang dilakukan pada 43 negara yang menyatakan bahwa
sebesar 27,2% mahasiswa kedokteran mengalami depresi.4
2. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4. 3 menggambarkan jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin.
Terlihat dari data tersebut bahwa terdapat 172 (71,1%) subjek perempuan lebih
banyak jumlahnya dari pada laki-laki yaitu 70 (28,9%) subjek. Hal itu
dikarenakan jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN didominasi oleh
perempuan sehingga ketika di ambil data sebagai sampel tetap didominasikan
oleh perempuan.
172 subjek
70 subjek
Perempuan
Laki-laki
42
3. Distribusi Sampel Berdasarkan Angkatan
Gambar 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Angkatan
Berdasarkan diagram 4.4 di atas terlihat bahwa jumlah mahasiswa
angkatan 2018 sebesar 99 (41%) yang menjadi responden. Selanjunya diikuti oleh
angkatan 2016 dengan jumlah 74 (31%) subjek dan yang terakhir angkatan 2017
sebesar 69 (28%) subjek. Jumlah responden angkatan 2018 memiliki angka jauh
lebih tinggi dari pada angkatan lainnya. Hal itu dikarenakan jumlah mahasiswa
angkatan 2018 adalah yang terbanyak dari angkatan lainnya, sehingga ketika
menjadi responden pada penelitian ini jumlahnya menjadi yang terbanyak pula.
74 subjek
69 subjek
99 subjek 2016
2017
2018
43
4.1.2 Skor Depresi Sebelum dan Setelah Puasa Ramadan
Gambar 4.5 Skor Depresi Sebelum dan Setelah Puasa
Gambar di atas menjelaskan antara skor depresi DASS 42 dengan jumlah
respondennya. Seperti pada skor 0 depresi sebelum puasa Ramadan terdapat 68
subjek dan setelah puasa Ramadan adalah 80 subjek. Hal tersebut dapat
menjelaskan bahwa puasa Ramadan dapat memperbanyak skor normal pada skor
depresi DASS 42 tersebut.
4.1.3 Pengujian Hipotesis
a. Uji Wilcoxon pada seluruh subjek
Pada penelitian ini termasuk ke dalam uji hipotesis komparatif numerik
berpasangan. Maka dari itu, diperlukan pengujian normalitas data terlebih dahulu
untuk mengetahui uji apakah yang sesuai dengan penelitian ini. Hasil dari uji
normalitas kolmogorov-smirnov sebesar 0,000 (p<0,05) dan uji normalitas
shapro-wilk sebesar 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menjelaskan bahwa data pada
penelitian ini tidak terdistribusi secara normal. Oleh karena itu, uji hipotesis yang
digunakan adalah uji wilcoxon. Berikut hasil pengujian hipotesis dapat terlihat
pada tabel 4.1 di bawah ini:
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42
Jumlah mahasiswa
Skor depresisebelum puasa
Skor depresisetelah puasa
Skor depresi
44
Tabel 4.2 Hasil analisis uji Wilcoxon pada seluruh subjek
Median
(Minimum-Maksimum) Nilai p
Skor depresi sebelum puasa Ramadan 2,00 (0-39) 0,042
Skor depresi setelah puasa Ramadan 2,00(0-42)
Uji Wilcoxon, 105 subjek depresi menurun, 58 tetap, dan 79 meningkat
Pada tabel di atas juga memaparkan hasil nilai P dari uji statistik
wilcoxon tersebut sebesar 0,042 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terbukti
adanya pengaruh antara variabel puasa terhadap skor depresi. Kedua hal tersebut
juga didukung oleh hasil yang menunjukkan bahwa terdapat 105 subjek dengan
penurunan skor depresi antara sebelum dengan setelah puasa Ramadan.
b. Analisis pada subjek yang depresi
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis data pada subjek yang depresi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah puasa Ramadan dapat mempengaruhi
penurunan skor depresi pada subjek yang depresi. Pengaruh pada subjek yang
depresi yang dimaksudkan adalah penurunan tingkatan depresi ataupun penurunan
skor depresi menjadi skor normal. Analisis ini hanya dilakukan pada subjek yang
mengalami depresi menurut skor depresi DASS 42. Jumlah subjek yang
mengalami depresi menurut skor depresi DASS 42 berjumlah 35 subjek. Berikut
hasil analisis 35 subjek tersebut, yaitu:
Tabel 4.3 Hasil analisis uji Wilcoxon pada subjek yang depresi
Median
(Minimum-Maksimum) Nilai p
Skor depresi sebelum puasa Ramadan 15,00 (10-39) 0,000
Skor depresi setelah puasa Ramadan 9,00 (0-42)
Uji Wilcoxon, 27 subjek depresi menurun, 0 tetap, dan 8 meningkat
45
Pada tabel tersebut dapat tergambar jelas bahwa terjadi penurunan angka
median dari skor depresi sebelum puasa Ramadan dengan angka 15,00 menjadi
skor median setelah puasaRamadan yaitu 9,00. Hal tersebut menjelaskan bahwa
terdapatnya pengaruh puasa Ramadan dalam menurunkan skor depresi pada 35
subjek depresi tersebut. Sejalan dengan hal tersebut hasil analisis menunjukkan
nilai p 0,000 yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara puasa Ramadan
terhadap skor depresi. Selanjutnya setelah kita mengetahui pada subjek depresi ini
memiliki signifikansi yang bermakna, kita dapat menelaah lebih dalam mengenai
penurunan skor depresi pada subjek, yaitu:
Gambar 4.6 Gambaran diagram pada subjek yang depresi
Berdasarkan diagram pada gambar 4.6 di atas menjelaskan bahwa
terdapat 72% penurunan skor depresi dengan penjabaran depresi ke normal
sebesar 52% atau 18 subjek dan sebesar 20% atau 7 subjek yang mengalami
penurunan skor depresi selain depresi ke normal. Sedangkan 17% atau 6 subjek
dengan skor depresi yang tetap, 11% atau 4 subjek dengan kenaikan skor depresi
dari 35 subjek jumlah depresi. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan bahwa
pengaruh puasa Ramadan terhadap penurunan skor depresi terbukti bermakna
pada subjek yang depresi.
52%
20%
17%
11% Depresi ke normal
Penurunan skor depresiselain ke normal
Tetap
Kenaikan skor depresi
46
c. Analisis pada subjek normal
Pada penelitian ini juga dilakukan analisis pada subjek yang normal
dengan tujuan mengetahui apakah ada pengaruh antara puasa Ramadan terhadap
skor depresi pada subjek yang normal.
Tabel 4.4 Hasil analisis uji Wilcoxon pada subjek normal
Median
(Minimum-Maksimum) Nilai p
Skor depresi sebelum puasa Ramadan 2,00 (0-9) 0,006
Skor depresi setelah puasa Ramadan 1,00(0-9)
Uji Wilcoxon, 78 subjek depresi menurun, 58 tetap, dan 52 meningkat
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menjelaskan bahwa nilai p pada subjek
normal adalah 0,006 yang artinya pada data tersebut secara signifikan bermakna
secara statistik. Hal tersebut dapat menjadi bukti bahwa terdapat pengaruh antara
puasa Ramadan terhadap skor depresi pada subjek yang normal.
0
20
40
60
80
100
120
Seluruh Subjek Subjek yang Depresi Subjek Normal
Jumlah Subjek
Menurun
Tetap
Meningkat
Jenis subjek yang dianalisis
Gambar 4.7 Diagram perubahan skor depresi
47
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan puasa Ramadan dengan penurunan skor depresi
Berdasarkan hasil pengujian dari hipotesis menunjukan adanya pengaruh
signifikan antara puasa Ramadan terhadap penurunan skor depresi seseorang. Hal
tersebut telah dibuktikan dari uji hipotesis di atas baik dari segi uji statistik
wilcoxon, analisis pada subjek yang depresi, analisis pada subjek yang normal.
Hasil tersebut sesuai dengan literatur mengenai etiologi dari depresi yang
menjelaskan bahwa pada keadaan depresi terjadi pengaktifan reseptor b2
presinaptik yang menyebabkan pengurangan jumlah pelepasan norepinefrin dan
serotonin serta terjadi hipoaktif dari reseptor D1 yang menyebabkan penurunan
kadar dopamin. Pengurangan norepinefrin, serotonin, dan dopamin tersebut
diduga menjadi penyebab terjadinya depresi.14
Lalu dilanjutkan pada penelitian
yang dilakukan Abdolhussein Bastani dkk mengenai efek puasa Ramadan
terhadap konsentrasi serotonin, dopamin, brain-derived factor, dan nerve growth
factor yang mengasilkan terjadinya peningkatan kadar dopamin dan serotonin
pada hari ke 14 dan 29 puasa Ramadan.23
Begitu pula sama halnya dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ozgur Erdem mengenai Investigasi Efek dari
Puasa Ramadan Pada Mood Pasien Yang Sehat mengatakan bahwa puasa
ramadan efektif menurunkan depresi.7 Pada review yang dilakukan oleh
Abdolreza Gilavand dan Jafar Fatahiasl dari University of Medical Sciences Ahvaz
Iran pada tahun 2016 yang mengumpulkan 11penelitian juga mengatakan bahwa
berpuasa di bulan Ramadan dapat menurunkan depresi.8
4.2.2 Hubungan puasa Ramadan terhadap depresi dalam perspektif Islam
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan perkataan Rasulullah SAW dalam
hadis yaitu:
ىا وسبفشوا حسخغىا( سوا الطبشا اغزوا حغوىا وصىهىا حصح
48
Artinya: “Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan keuntungan (ghanimah).
Berpuasalah niscaya kamu sehat. Berperanglah, niscaya kamu mendapatkan
kekayaan” (HR Thabrani)
Berdasarkan hadis di atas menjelaskan bahwa dengan melakukan puasa
maka niscaya akan sehat. Hal tersebut terbukti sesuai dengan penelitian ini bahwa
puasa Ramadan memiliki hubungan dalam penurunan depresi. Hal tersebut juga
berkaitan dengan penjelasan yang dijelaskan dalam buku Ihya‟ Ulumuddin
karangan Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa dengan berpuasa kita dapat
menahan diri dari hawa nafsu. Hawa nafsu yang dimaksudkan salah satunya
adalah menahan diri dari emosi.17
Sedangkan depresi digolongkan sebagai
gangguan mood. Jika ditinjau mengenai pengertian mood adalah perasaan emosi
yang dialami dan dirasakan oleh pasien serta dapat diutarakan dan terpantau oleh
orang lain.9 Sehingga jika disimpulkan dengan berpuasa dapat berpengaruh pada
depresi. Penelitian ini juga sesuai dengan penjelasan Ibnu Qayyim mengenai
tujuan puasa salah satunya adalah memelihara kesehatan jiwa dan raga.17
Selain itu pula dengan datangnya bulan Ramadan kegiatan ibadah
seseorang semakin meningkat karena hal tersebut didukung pula dalam hadis
berikut:
بطي إرا جبء سهضبى فخحج أبىاة الجت وغلقج أبىاة البس وصفذث الش
Artinya: “ Apabila Ramadan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan
setan dibelenggu” (HR.Bukhari no. 1899 dan Muslim no.1079).
Makna dari hadis di atas berupa anjuran agar pada bulan Ramadan kita
dapat lebih meningkatkan kegiatan ibadah kita. Hal tersebut juga yang menjadi
dasar peningkatan ibadah seseorang pada bulan Ramadan. Lalu dapat kita
hubungkan mengenai puasa Ramadan dan depresi pada firman Allah berikut ini:
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tenteram”. (QS Ali Imran: 28)
49
Makna dari firman Allah di atas adalah dengan mengingat Allah maka
hati dan perasaan kita akan menjadi tenteram. Jika kita kaitkan dengan
peningkatan amal ibadah pada bulan Ramadan seperti berpuasa, salat tarawih,
iktikaf dan lain-lain, maka pada bulan Ramadan hati dan perasaan kita akan terasa
lebih tenteram. Hal itu juga akan membuat hati serta emosi kita juga terasa lebih
tenteram dan tenang. Sehingga dapat berpengaruh pada penurunan skor depresi
pula.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Faishal Aushafi
mengenai “Pengaruh Zikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedangang Pasar Johar
Pasca Kebakaran” yang mengatakan terdapat hubungan linear antara zikir dengan
ketenangan jiwa.30
Begitu pula pada penelitian yang dilakukan oleh Suriyanti
tentang “Dampak Kekhusyuan Salat Fardu Terhadap Ketenangan Jiwa Keluarga
Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal” yang
menghasilkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kekhusyuan salat fardu
dengan ketenangan jiwa.31
4.2.3 Hubungan puasa Ramadan terhadap kenaikan skor depresi
Pada penelitian ini telah didapatkan hasil yang berbeda-beda dalam setiap
individu. Setelah dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji wilcoxon
terdapat 105 subjek dengan penurunan skor depresi, 58 subjek dengan skor
depresi yang tetap, serta 79 subjek dengan peningkatan skor depresi begitu pula
pada analisis pada subjek depresi ataupun normal. Kejadian skor yang tetap
ataupun terjadinya kenaikan skor depresi pada penelitian ini memang tidak bisa
dihindarkan. Hal itu dikarenakan etiologi atau penyebab depresi bersifat
multifaktorial atau banyak pemicunya. Sebagaimana yang terdapat dalam literatur
mengatakan bahwa terdapat faktor genetik yang juga sangat penting dalam
kejadian depresi yang diduga dapat diturunkan.9 Selain hal tersebut ada juga
faktor psikososial yang dikatakan sangat berperan penting dalam kejadian depresi.
Faktor psikososial yang dimaksudkan adalah kehidupan yang memiliki banyak
tekanan yang juga bersifat individualitas. Menurut beberapa teori menyebutkan,
bahwa adanya stres dapat menyebabkan perubahan berbagai neorotransmitter
50
yaitu dopamin, serotonin dan norepinefrin dan sistem sinyal intraneuron, termasuk
penurunan kontak sinaps dan hilangnya beberapa neuron yang dampaknya akan
mudah terjadi episode berulang gangguan mood.9
Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dwi
Jayanti dkk mengenai “Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat depresi pada
lansia di panti wreda wiloso wredo Purworejo” yang mengatakan bahwa faktor
stresor psikososial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap depresi. 29
4.3 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di satu instansi universitas yaitu di Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan sampel homogen
sehingga hasil penelitian tidak dapat mewakili masyarakat umum.
2. Penelitian ini meneliti pengaruh puasa secara umum terhadap skor depresi,
tidak mengklasifikasikan tingkatan puasa yang bermanfaat bagi skor
depresi.
3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh puasa Ramadan
terhadap depresi. Namun, penelitian mengenai faktor apa saja yang dapat
menurunkan depresi belum dapat dilakukan. Sehingga tidak diketahui
penyebab apa saja yang dapat menurunkan depresi mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Banyaknya pengambilan data yang dilakukan menyebabkan mahasiswa
merasa jenuh dan tidak ingin ikut berpartisipasi dalam mengisi kuesioner
atau loss to follow up.
5. Jadwal ketiga angkatan preklinik yang berbeda-beda sehingga sulit untuk
menyelaraskan pengambilan data.
6. Penelitian ini tidak mendata subjek yang sedang dalam terapi depresi
khususnya pada subjek yang sedang megonsumsi obat-obatan sehingga
akan ada kemungkinan terjadinya bias.
51
4.4 Kelebihan Penelitian
1. Penelitian ini menghubungkan 2 aspek penting yaitu aspek agam islam dan
aspek medis.
2. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa pendekatan agama yaitu puasa
Ramadan ini dapat berpengaruh terhadap penurunan skor depresi
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Penelitian ini dapat menjadi referensi sebagai faktor tambahan dalam
mendampingi terapi depresi.
52
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Proporsi subjek depresi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 35 (14,5%) subjek depresi dan
207 (85,5%) subjek normal.
2. Skor depresi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sebelum puasa Ramadan berada pada median 2,00.
3. Skor depresi mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta setelah puasa Ramadan berada pada median 2,00.
4. Skor depresi pada seluruh mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum dan setelah puasa Ramadan
mengalami penurunan yang bermakna dengan signifikansi p=0,042
(p<0,05).
5. Skor depresi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang mengalami depresi sebelum dan setelah puasa
Ramadan mengalami penurunan yang bermakna dengan signifikansi
p=0,000 (p<0,05).
6. Skor depresi pada mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang normal sebelum dan setelah puasa Ramadan
mengalami penurunan yang bermakna dengan signifikansi p=0,006
(p<0,05).
53
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan akan dilakukan penelitian
mengenai faktor-faktor penyebab depresi mahasiswa di kampus,
khususnya di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan akan dilakukan penelitian
mengenai terapi penurunan depresi mahasiswa di kampus, di Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan akan dilakukan penelitian
lanjutan tentang pengaruh tingkatan puasa terhadap depresi pada
mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan akan dilakukan penelitian
mengenai amalan pada bulan Ramadan yang dapat menyebabkan
penurunan depresi mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan akan dilakukan penelitian
lanjutan tentang cara efektif mengurangi depresi pada mahasiswa di
kampus, khususnya di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Sebaiknya penelitian berikutnya dilakukan dengan metode wawancara
untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya ketidakjujuran pengisian
kuesioner oleh responden.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Sabiq S. Fiqh-Us Sunnah. New Delhi. Adams and distributors.2017.
2. Majelis Ulama Indonesia. Ramadan Untuk Kemaslahatan Bangsa. Majelis
Ulama Indonesia. 2019.
3. Kinanthi N, M. 7 Dahsyatnya Puasa Wajib, Sunnah, & Thibbun Nabawi.
Yogyakarta: Penerbit Ide Segar Media;2017. p. 233
4. Rotenstein L.S B.A, Ramos M.A,Torre M. Prevalence of Deppression,
Deppresive Symptom and SucciadalIdeation among Medical Students,
Systematic Review and Meta-Analisys. JAMA.2016.
5. Kazemi M, Karimi S., Ansari A., Hosseini SH., Vazirinejad R.. The Effect
of Ramadan Fasting on Psychological Health and Depression in Sirjan
Azad University Students. Journal of Rafsanjan University of Medical
Sciences. 2006.
6. Amin A, Kumar S, Mirshra S, Reddy U, Sriram, Mukkadan. Effect of
Fasting during Ramadan Month on Depression, Anxiety, Stress and
Cognition. 2016.
7. Erdem O. The Investigation of the Effect of RamadanFasting on Mood State
and Healthy Volunteer Persons. Turkey: Farm Pract Palliat Care.2018.
8. Gilavand A, Fatahiasl J. Studiying Effect of Fasting during Ramadan on
Mental Health of University Students in Iran: A Review. Iran. J Res Med
Dent Sci. 2018.
9. Utama H.Buku Ajar Psikiatri, Edisi 2. Jakarta. Badan Penerbit FK UI;2013.
10. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian ilmu kedokteran jiwa FK-UNIKA
Atmajaya. 2013.
11. WHO. Depression and Other Common Mental Disorders.2017.
12. RISKESDAS. Laporan Nasional RISKESDAS 2018 Kementerian Kesehatan
RI Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan. RISKESDAS;2018.
13. Zoe J. Norepinephrin Transporter Inhibittor and Their Theurapetik
Potensial. USA. Drug Future. 2004.
55
14. Cheng W, Rolls E, Qiu J, Liu W, Tang Y, Huang C et al. Medial reward
and lateral non-reward orbitofrontal cortex circuits change in opposite
directions in depression. Brain. 2016.
15. Hasan AH, Rohanah H.Tuntunan praktis ibadah Ramadan. Bogor. Penerbit
Darul Qur‟an Mulia.2018.
16. Al-Ghazali. Intisari Kitab Ihya Ulumuddin. Jakarta: Mutiara Media. 2017.
17. Najati, M. Ustman. Al-Quran dan Ilmu Jiwa. Bandung: PT Pustaka. 1985.
18. Afif Anshori. Dzikir dan Kedamaian Jiwa.Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
2003. H. 33.
19. WHO. Designing the road to better health and well-being in Europe. 1948.
20. Kementrian Kesehatan RI. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN. 2009.
21. Dadang H. Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis. Gema Insani Press,
Jakarta, 2003. h. 118-120.
22. Qardlawi, Yusuf. Fiqh Puasa, edisi 1. Penerjemah Lubis, Jakarta, 1997.
23. Bastani A, Rajabi S, Kianimarkani F. The effects of fasting during Ramadan
on the concentration of serotonin, dopamine, brainderived neurotrophic
factor and nerve growth factor. Neurology International. 2017.
24. Bucaktepe P, Akdağ M, Dasdag S, Celepkolu T, Yılmaz M, Demir V et al.
Catecholamine levels in a Ramadan fasting model in rats: a case control
study. Biotechnology & Biotechnological Equipment. 2016.
25. Lovibond SH, Lovibond PF: Manual for Depression Anxiety Stress Scales.
Australia. The Psychology Foundation of Australia Inc. 1995.
26. Damanik, ED: The Measurement of Reability, Validity, Items Analysis and
Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, Indonesia, 2006.
27. Istriana E, Kurnia A, Weijers A, Hidayat T, Pinxten L, de Jong C et al.
Excellent reliability of the Hamilton Depression Rating Scale (HDRS-21) in
Indonesia after training. Asia-Pacific Psychiatry. 2013.
28. Beck AT. Depression:Causes and Treatment. Philadelphia: University of
Pennsylvania Press. 2010.
56
29. Dwi W, Sedyowinarso M, Madyaningrum E. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat depresi lansia di panti Wredha “Wiloso Wredho”
Purworejo. 2008.
30. Aushafi F. Pengaruh Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa Pedagang Pasar
Johar Pasca Kebakaran. 2017.
31. Suriyanti. Dampak Kekhusyu‟an Shalat Fardlu Terhadap Ketenangan Jiwa
Keluarga Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Kendal.
2009.
57
Lampiran 1
(Lembar Kuesioner)
Lembar Kuesioner
Assalamu alaikum wr. wb.
Saya Mohammad Roidul Fatoni mahasiswa semester 6 Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini sesdang menyelesaikan
skripsi dari tim penelitian mengenai puasa Ramadan. Skripsi yang saya teliti
mengenai pengaruh puasa Ramadan terhadap depresi pada mahasiswa preklinik
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (studi kasus normal dan
depresi). Untuk menyelesaikan skripsi saya, saya ingin memohon kesediaan anda
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Kuesioner yang saya berikan adalah kuesioner Depression Anxiety Stress
Scale (DASS) 42yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan gejala depresi .
Saya berharap anda bersikap jujur saat mengisi kuesioner ini sesuai yang anda
alami saat ini. Jawaban yang anda berikan tidak akan dinilai benar atau salah.
Jangan sampai ada kolom yang terlewat. Hasil kuesioner ini bersifat rahasia dan
hanya digunakan sebagai kepentingan penelitian ini. Atas kesediaan anda
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, kami ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti
58
Identitas Responden
Nama :
NIM :
Usia :
Jenis Kelamin : (L / P)*
Semester :
Angkatan : (2016 / 2017 / 2018)*
Email :
No. telp. :
ID Line :
Alamat :
Puasa : (Ya / Tidak)*
Dengan ini saya bersedia untuk mengisi kuesioner ini dengan jujur dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.
Ciputat, 2019
( )
*) Lingkari salah satu
59
Kuesioner DASS 42
Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara
memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Bapak/Ibu/Saudara yang anda alami saat ini. Tidak ada jawaban
yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
Bapak/Ibu/Saudara yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara.
No PERNYATAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal
sepele.
2 Saya merasa bibir saya sering kering.
3 Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
4 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya: seringkali
terengah-engah atau tidak dapat bernapas padahal tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
kegiatan.
60
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.
7 Saya merasa goyah (misalnya, kaki terasa mau ‟copot‟).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
9 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan merasa
sangat lega jika semua ini berakhir.
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa
depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.
12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa
cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,
menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.
16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
17 Saya merasa bahwa saya tidak berharga sebagai seorang
manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
19 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan
berkeringat), padahal temperatur tidak panas atau tidak
melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
24 Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal
61
yang saya lakukan.
25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya tidak sehabis
melakukan aktivitas fisik (misalnya: merasa detak jantung
meningkat atau melemah).
26 Saya merasa putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
28 Saya merasa saya hampir panik.
29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya
kesal.
30 Saya takut bahwa saya akan „terhambat‟ oleh tugas-tugas
sepele yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
32 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap
hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa saya tidak berharga.
35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi
saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
40 Saya merasa khawatir dengan situasi dimana saya mungkin
menjadi panik dan mempermalukan diri sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan).
42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam
melakukan sesuatu.
62
Lampiran 2
(Hasil pengolahan data dengan SPSS)
a. Proporsi Depresi
Depresi_B1
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Sangat Berat 2 ,8 ,8 ,8
Berat 7 2,9 2,9 3,7
Sedang 13 5,4 5,4 9,1
Ringan 13 5,4 5,4 14,5
Normal 207 85,5 85,5 100,0
Total 242 100,0 100,0
b. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
Statistics
Jenis_Kelamin
N Valid 242
Missing 0
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 70 28,9 28,9 28,9
Perempuan 172 71,1 71,1 100,0
Total 242 100,0 100,0
c. Distribusi sampel berdasrkan angkatan
Statistics
Angkatan
N Valid 242
Missing 0
63
Angkatan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2016 74 30,6 30,6 30,6
2017 69 28,5 28,5 59,1
2018 99 40,9 40,9 100,0
Total 242 100,0 100,0
d. Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
Skor_Depresi_B
1 ,227 242 ,000 ,737 242 ,000
Skor_Depresi_B
3 ,247 242 ,000 ,703 242 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
e. Gambaran skor depresi
Statistics
Skor_Depr
esi_B1
Skor_Depr
esi_B3
Hanya_De
presib1
Hanya_De
presib3
Hanya_No
rmal_B1
Hanya_No
rmal_B3
N Valid 242 242 35 35 188 188
Missi
ng 0 0 207 207 54 54
Mean 4,64 4,13 17,03 10,60 2,48 1,90
Median 2,00 2,00 15,00 9,00 2,00 1,00
Std.
Deviation 6,194 6,053 6,649 9,687 2,615 2,355
Minimum 0 0 10 0 0 0
Maximum 39 42 39 42 9 9
Sum 1124 1000 596 371 466 357
64
f. Hasil uji wilcoxon seluruh data
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Skor_Depresi_B3 -
Skor_Depresi_B1
Negative
Ranks 105
a 95,04 9979,50
Positive Ranks 79b 89,12 7040,50
Ties 58c
Total 242
a. Skor_Depresi_B3 < Skor_Depresi_B1
b. Skor_Depresi_B3 > Skor_Depresi_B1
c. Skor_Depresi_B3 = Skor_Depresi_B1
g. Hasil uji wilcoxon pada subjek yang depresi
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Depresib3 -
Depresib1
Negative
Ranks 27
a 20,72 559,50
Positive Ranks 8b 8,81 70,50
Ties 0c
Total 35
a. Depresib3 < Depresib1
b. Depresib3 > Depresib1
c. Depresib3 = Depresib1
Test Statisticsa
Skor_Depres
i_B3 -
Skor_Depres
i_B1
Z -2,037b
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,042
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
65
Test Statisticsa
Depresib3 -
Depresib1
Z -4,009b
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
h. Hasil uji wilcoxon pada subjek normal
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Skor_Depresi_Setelah_Puas
a -
Skor_Depresi_Sebelum_Pu
asa
Negative Ranks 78a 69,71 5437,00
Positive Ranks 52b 59,19 3078,00
Ties 58c
Total 188
a. Skor_Depresi_Setelah_Puasa < Skor_Depresi_Sebelum_Puasa
b. Skor_Depresi_Setelah_Puasa > Skor_Depresi_Sebelum_Puasa
c. Skor_Depresi_Setelah_Puasa = Skor_Depresi_Sebelum_Puasa
Test Statisticsa
Skor_Depresi_S
etelah_Puasa -
Skor_Depresi_S
ebelum_Puasa
Z -2,759b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
66
i. Frekuensi skor depresi
Skor_Depresi_B1
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 68 28,1 28,1 28,1
1 29 12,0 12,0 40,1
2 27 11,2 11,2 51,2
3 16 6,6 6,6 57,9
4 16 6,6 6,6 64,5
5 18 7,4 7,4 71,9
6 9 3,7 3,7 75,6
7 9 3,7 3,7 79,3
8 9 3,7 3,7 83,1
9 6 2,5 2,5 85,5
10 3 1,2 1,2 86,8
12 5 2,1 2,1 88,8
13 5 2,1 2,1 90,9
14 3 1,2 1,2 92,1
15 2 ,8 ,8 93,0
16 5 2,1 2,1 95,0
17 1 ,4 ,4 95,5
19 1 ,4 ,4 95,9
20 1 ,4 ,4 96,3
21 1 ,4 ,4 96,7
22 4 1,7 1,7 98,3
24 2 ,8 ,8 99,2
37 1 ,4 ,4 99,6
39 1 ,4 ,4 100,0
Total 242 100,0 100,0
67
Skor_Depresi_B3
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 80 33,1 33,1 33,1
1 33 13,6 13,6 46,7
2 29 12,0 12,0 58,7
3 19 7,9 7,9 66,5
4 9 3,7 3,7 70,2
5 14 5,8 5,8 76,0
6 4 1,7 1,7 77,7
7 6 2,5 2,5 80,2
8 8 3,3 3,3 83,5
9 4 1,7 1,7 85,1
10 3 1,2 1,2 86,4
11 5 2,1 2,1 88,4
12 4 1,7 1,7 90,1
13 3 1,2 1,2 91,3
14 3 1,2 1,2 92,6
15 3 1,2 1,2 93,8
16 3 1,2 1,2 95,0
17 4 1,7 1,7 96,7
18 1 ,4 ,4 97,1
19 1 ,4 ,4 97,5
20 1 ,4 ,4 97,9
22 1 ,4 ,4 98,3
26 1 ,4 ,4 98,8
27 1 ,4 ,4 99,2
31 1 ,4 ,4 99,6
42 1 ,4 ,4 100,0
Total 242 100,0 100,0
68
Hanya_Depresib1
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 10 3 1,2 8,6 8,6
12 5 2,1 14,3 22,9
13 5 2,1 14,3 37,1
14 3 1,2 8,6 45,7
15 2 ,8 5,7 51,4
16 5 2,1 14,3 65,7
17 1 ,4 2,9 68,6
19 1 ,4 2,9 71,4
20 1 ,4 2,9 74,3
21 1 ,4 2,9 77,1
22 4 1,7 11,4 88,6
24 2 ,8 5,7 94,3
37 1 ,4 2,9 97,1
39 1 ,4 2,9 100,0
Total 35 14,5 100,0
Missing System 207 85,5
Total 242 100,0
69
Hanya_Depresib3
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 3 1,2 8,6 8,6
1 3 1,2 8,6 17,1
2 3 1,2 8,6 25,7
3 1 ,4 2,9 28,6
4 1 ,4 2,9 31,4
5 3 1,2 8,6 40,0
7 1 ,4 2,9 42,9
8 2 ,8 5,7 48,6
9 1 ,4 2,9 51,4
11 3 1,2 8,6 60,0
12 2 ,8 5,7 65,7
13 1 ,4 2,9 68,6
14 1 ,4 2,9 71,4
15 1 ,4 2,9 74,3
16 2 ,8 5,7 80,0
17 3 1,2 8,6 88,6
26 1 ,4 2,9 91,4
27 1 ,4 2,9 94,3
31 1 ,4 2,9 97,1
42 1 ,4 2,9 100,0
Total 35 14,5 100,0
Missing System 207 85,5
Total 242 100,0
70
Hanya_Normal_B1
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 63 26,0 33,5 33,5
1 26 10,7 13,8 47,3
2 25 10,3 13,3 60,6
3 16 6,6 8,5 69,1
4 13 5,4 6,9 76,1
5 17 7,0 9,0 85,1
6 8 3,3 4,3 89,4
7 7 2,9 3,7 93,1
8 9 3,7 4,8 97,9
9 4 1,7 2,1 100,0
Total 188 77,7 100,0
Missing System 54 22,3
Total 242 100,0
Hanya_Normal_B3
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid 0 77 31,8 41,0 41,0
1 30 12,4 16,0 56,9
2 26 10,7 13,8 70,7
3 18 7,4 9,6 80,3
4 8 3,3 4,3 84,6
5 11 4,5 5,9 90,4
6 4 1,7 2,1 92,6
7 5 2,1 2,7 95,2
8 6 2,5 3,2 98,4
9 3 1,2 1,6 100,0
Total 188 77,7 100,0
Missing System 54 22,3
Total 242 100,0
71
Lampiran 3
(Lembar Keterangan Lulus Etik)
72
Lampiran 4
(Riwayat Penulis)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mohammad Roidul Fatoni
Tempat/tanggal lahir : Sumenep/01 Desember 1997
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Perum Pondok Indah D-6 rt/rw 001/006 Kolor Kota
Sumenep
No. Hp : 081231334022
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
2001-2004 : TK SURYALAYA
2004-2010 : SDN PAJAGALAN 1 SUMENEP
2010-2013 : SMPN 1 SUMENEP
2013-2016 : MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto