pengaruh program pemberdayaan ekonomi terhadap …
TRANSCRIPT
Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi terhadap
Pendapatan Dhuafa (Studi pada LAZNAS Yatim Mandiri
Kabupaten Malang dan Kota Surabaya)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Shofiya Nailul Muna Firdausi
155020507111032
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi terhadap Pendapatan Dhuafa
(Studi pada LAZNAS Yatim Mandiri Kabupaten Malang dan Kota
Surabaya) Shofiya Nailul Muna Firdausi, Dr. Dra. Multifiah, MS.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan ekonomi
terhadap pendapatan dhuafa. Penelitian ini menggunakan sampel 35 responden yang memiliki usaha
setelah diberdayakan melalui program Bunda Mandiri Sejahtera (BISA) Yatim Mandiri Kabupaten
Malang dan Kota Surabaya. Data dikumpulkan dengan cara menyebarkan kuesioner. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi berganda dengan program SPSS 25. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa secara simultan, variabel pelatihan keterampilan, pendampingan dan bantuan
modal berpengaruh terhadap variabel pendapatan dhuafa. Variabel pelatihan keterampilan dan
bantuan modal berpengaruh terhadap pendapatan dhuafa secara parsial. Sedangkan variabel
pendampingan tidak berpengaruh terhadap pendapatan dhuafa.
Kata kunci: program pemberdayaan ekonomi, pendapatan dhuafa, LAZNAS Yatim Mandiri
A. PENDAHULUAN
Salah satu masalah multidimensional yang sedang dihadapi Indonesia yaitu kemiskinan.
Kemiskinan merupakan kondisi dimana kualitas hidup yang rendah terhadap sumber-sumber daya
yang ada (Mardikanto, 2012). Permasalahan ini tidak hanya berhubungan dengan bidang ekonomi
tetapi juga berhubungan dengan bidang kesehatan, pendidikan, sosial dan politik. Faktor penyebab
dari kemiskinan antara lain belum meratanya sumber daya alam dan manusia, pendidikan dan
teknologi yang rendah, sarana prasarana yang belum memadai (Ginandjar, 1996).
Akibat dari faktor tersebut aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat menjadi rendah.
Kemiskinan berdampak pada anak-anak putus sekolah, kesulitan membayar biaya kesehatan,
kekurangan akses pelayanan publik, kekurangan jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga.
Dampak yang paling dirasakan yaitu keterbatasan masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan (Prawoto, 2009).
Jawa Timur merupakan salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi yang
memiliki pusat kota yang sangat besar sedang menghadapi beberapa permasalahan dan beragam
bentuknya. Salah satu permasalahannya adalah kemiskinan. Data Badan Pusat Statistik (BPS)
menerangkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur tahun 2016 mencapai 4,63
juta jiwa. Pada tahun 2017 jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur mencapai 4,4 juta jiwa.
Jika dibandingkan dengan tahun 2016, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan
mengalami penurunan sekitar 233 ribu jiwa. Tabel 1 menyajikan jumlah penduduk miskin Jawa
Timur yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 1 Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Timur Tahun 2016-2017
Sumber: BPS, 2018 (diolah)
Dari seluruh kota yang ada di Jawa Timur, Kota Surabaya memiliki jumlah penduduk miskin
terbanyak pada tahun 2017. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menerangkan bahwa jumlah penduduk
miskin di Kota Surabaya tahun 2016 mencapai 293,74 ribu jiwa. Pada tahun 2017 jumlah penduduk
Provinsi
Perdesaan Perkotaan Jumlah
2016 2017 2016 2017 2016 2017
Semester 2
(September)
Semester 2
(September)
Semester 2
(September)
Semester 2
(September)
Semester 2
(September)
Semester 2
(September)
Jawa
Timur 3085.76 2949.82 1552.77 1455.45 4638.53 4405.27
miskin di Kota Surabaya mencapai 161,01 ribu jiwa. Dibandingkan dengan tahun 2016, jumlah
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan sekitar 6,3 ribu jiwa. Tabel
2 menyajikan jumlah penduduk miskin menurut Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2017
yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 2 Jumlah Penduduk Miskin menurut Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-2017
No. Kota Tahun
2016 2017
1 Surabaya 161,01 154,71
2 Malang 37,03 35,89
3 Kediri 23,64 24,07
4 Probolinggo 18,37 18,23
5 Pasuruan 14,93 14,85
6 Blitar 9,97 11,22
7 Batu 9,05 8,77
8 Madiun 9,05 8,70
9 Mojokerto 7,24 7,28
Sumber: BPS, 2018 (diolah)
Dari seluruh kabupaten yang ada di Jawa Timur, Kabupaten Malang memiliki jumlah
penduduk miskin terbanyak pada tahun 2017.Data Badan Pusat Statistik (BPS) menerangkan bahwa
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Malang tahun 2016 mencapai 293,74 ribu jiwa. Pada tahun
2017 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Malang mencapai 283,96 ribu jiwa. Dibandingkan
dengan tahun 2016, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan mengalami penurunan
sekitar 9,78 ribu jiwa. Tabel 3 menyajikan jumlah penduduk miskin menurut Kabupaten di Provinsi
Jawa Timur Tahun 2016-2017 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Tabel 3 Jumlah Penduduk Miskin menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016-
2017
No. Kabupaten Tahun
2016 2017
1 Malang 293,74 283,96
2 Jember 265,10 266,90
3 Probolinggo 240,47 236,72
4 Sampang 227,80 225,13
5 Sumenep 216,14 211,92
6 Bangkalan 205,71 206,53
7 Tuban 198,35 196,10
8 Kediri 197,43 191,08
9 Bojonegoro 180,99 178,25
Sumber: BPS, 2018 (diolah)
Pemerintah terus mengupayakan dalam menurunkan tingkat kemiskinan melalui program kerja
yang telah dirancang. Salah satu strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dalam
menanggulangi kemiskinan adalah meningkatkan penghidupan masyarakat kurang mampu melalui
pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan adalah usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat
masyarakat miskin agar masyarakat yang diberdayakan dapat melepas perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Pemberdayaan merupakan bagian dari pembangunan dengan fokusan perhatiannya
kepada seluruh aspek dari manusia di lingkungannya.
Penyelenggara pemberdayaan ekonomi di Indonesia dilakukan oleh lembaga pemerintah dan
lembaga non pemerintah atau lembaga swasta. Salah satunya adalah Organisasi Pengelola Zakat
(OPZ). Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS),
BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZNAS
merupakan organisasi pemerintah yang mengelola dana zakat, sedangkan Lembaga Amil Zakat
(LAZ) merupakan organisasi non pemerintahan atau swasta yang mengelola dana zakat. Sumber
dana untuk melaksanakan pemberdayaan ekonomi salah satunya berasal dari dana zakat.
Berdasarkan penelitian terdahulu dari Dewi (2013) yang menyatakan bahwa program nasional
pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
masyarakat miskin di Kota Banda Aceh. Sedangkan penelitian Putri (2018) yang menyatakan bahwa
pemberdayaan ekonomi melalui bantuan modal, pelatihan keterampilan dan pendampingan
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan mustahik yang diberdayakan oleh Baznas Kota
Yogyakarta.
Yatim Mandiri merupakan salah satu Lembaga Amil Zakat Nasional di Indonesia yang
bertugas dalam menghimpun dana Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) sekaligus mengelola dana ZIS
yang terkumpul untuk disalurkan kepada mustahik yang berhak menerima. Dalam pemberdayaan
kaum dhuafa, Yatim Mandiri memiliki beberapa program. Salah satu program pemberdayaan dari
Yatim Mandiri adalah Bunda Mandiri Sejahtera (BISA). Program tersebut merupakan upaya Yatim
Mandiri dalam menyejahterakan perekonomian keluarga anak yatim dhuafa. Sumber dana untuk
kegiatan pemberdayaan ekonomi berasal dari dana zakat produktif. Kegiatan yang dilakukan dalam
program ini antara lain pelatihan keterampilan, pendampingan dan bantuan modal dalam
menjalankan usaha.
Berdasarkan uraian diatas pada penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari
kegiatan pemberdayaan ekonomi terhadap pendapatan dhuafa binaan Yatim Mandiri Kabupaten
Malang dan Kota Surabaya.
B. KAJIAN PUSTAKA
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari kata ‘daya’ yang berarti kekuatan dan mendapat awalan ber-
menjadi kata ‘berdaya’ yang berarti memiliki kekuatan. Kata ‘berdaya’ apabila ditambahkan awalan
pe- dengan mendapatkan sisipan -m- dan akhiran –an menjadi ‘pemberdayaan’ yang berarti
membuat sesuatu menjadi berdaya atau memiliki kekuatan (Roesmidi, 2006). Kata ‘pemberdayaan’
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris ‘empowerment’ yang berasal dari kata ‘power’ yang
berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan, awalan ‘em’ dalam
pemberdayaan dapat diartikan kekuatan dalam diri manusia atau suatu sumber kreatifitas (Lili,
2005).
Tujuan dari pemberdayaan yaitu meningkatkan partisipasi masyarakat miskin dalam hal
perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan berusaha agar meningkatkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat miskin (Nadhir, 2009). Model pemberdayaan masyarakat dibagi menjadi
2 menurut Nadhir (2009) yakni pendampingan secara langsung dan pendampingan secara berkala.
Pendampingan secara langsung dilakukan oleh fasilitator yang menetap di lokasi kelompok atau
masyarakat yang sedang dikembangkan. Pendampingan secara berkala dilakukan oleh fasilitator
yang datang pada waktu tertentu sesuai kesepakatan dengan kelompok atau masyarakat yang sedang
dikembangkan.
Konsep Pelatihan
Pelatihan merupakan proses yang terdiri dari rangkaian-rangkaian usaha yang dilaksanakan
secara sengaja dengan bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang
profesional atau pelatih dalam bidangnya dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja peserta di
bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam organisasi
tersebut (Oemar, 2005). Ike (2008) menyatakan bahwa pelatihan merupakan lingkungan bagi
karyawan, dimana karyawan tersebut mendapatkan atau mempelajari sikap, kemampuan, keahlian,
pengetahuan dan perilaku spesifik seputar pekerjaan. Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa pelatihan merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja agar mendapatkan atau
mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan dan perilaku spesifik guna meningkatkan
efektivitas dan produktivitas dalam organisasi tersebut.
Veithzal (2010) menjelaskan bahwa indikator pelatihan terdiri dari 6 hal, yakni peserta
pelatihan, instruktur pelatihan, materi pelatihan, metode pelatihan, lama pelatihan, tujuan dan
sasaran pelatihan.
Konsep Pendampingan
Pendampingan sosial merupakan interaksi antara golongan miskin dan aktivis atau pekerja
sosial untuk menghadapi bermacam-macam tantangan seperti merancang program perbaikan bidang
sosial ekonomi, memobilisasi sumber daya setempat, mencari solusi untuk permasalahan sosial,
menciptakan atau membuka pintu akses pemenuhan kebutuhan, dan melakukan kerja sama dengan
pihak-pihak yang sesuai dengan pemberdayaan masyarakat secara bersama-sama (Suharto, 2009).
Mustofa (2010) menyatakan bahwa pendampingan merupakan kegiatan bersifat konsultatif yang
dilakukan oleh seseorang untuk mencari solusi bersama-sama, interaktif dalam hal persamaan
pemahaman dan motivatif dalam hal menciptakan kepercayaaan diri.
Fungsi pendampingan menurut Suharto (2009) yaitu pemungkinan atau fasilitasi, penguatan,
perlindungan dan pendukungan. Pendampingan sosial memiliki aspek-aspek penting, yakni
motivasi, peningkatan kesadaran dan pelatihan kemampuan, manajemen diri, mobilisasi sumber,
pembangunan dan pengembangan jaringan.
Konsep Zakat
Zakat menurut bahasa artinya bersih, tumbuh, berkah dan pujian. Istilah zakat dengan makna
tersebut terdapat dalam Al-Qur’an dan al-Hadist. Zakat juga dapat berarti tumbuh, membaik dan
bertambah. Maka definisi dari zakat menurut istilah ialah beribadah kepada Allah dengan
mengeluarkan hak yang wajib, yang tertentu menurut syara’, dari harta tertentu, pada waktu tertentu,
bagi golongan tertentu.
Kata zakat dalam bentuk ma’rifah (definisi) dalam Al-Quran disebutkan sejumlah 30 kali,
delapan kata terdapat pada surat Makiyah dan 22 kata terdapat pada surat Madaniyah (Mubarok,
2014). Sebanyak 27 kali diantaranya disebutkan dalam satu ayat bersama sholat. Sedangkan dengan
menggunakan istilah sedekah dan infak, zakat disebutkan sejumlah 82 kali.
Terdapat salah satu firman Allah yang memerintahkan untuk mengeluarkan zakat,
ره يع عليمخذ من أموالم صدقة تطه س يهم با وصل عليهم إن صلتك سكن لم والل م وت زك Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS At-
Taubah [9]: 103).
Makna dari ayat di atas adalah zakat dapat membersihkan serta mensucikan. Pembersihan
yang dimaksud yaitu, pembersihan untuk muzakki, pembersihan untuk mustahiq, pembersihan harta
sumber zakat berasal, maupun berbagai hal lainnya.
Selain ayat di atas, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengatakan dalam salah satu hadits bahwa zakat dapat
membersihkan harta seseorang.
“Sesungguhnya sedekah (zakat) itu tidak layak untuk keluarga Muhammad. Sesungguhnya ia
merupakan kotoran badan manusia…” (HR Muslim).
Harta yang sudah diperoleh oleh seseorang terdapat hak orang lain di dalamnya. Dimana
sebagian dari harta tersebut harus diberikan kepada orang yang berhak. Harta yang seharusnya
diberikan kepada orang yang berhak namun tidak diserahkan maka harta tersebut menjadi kotor
walaupun harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal.
Dengan berzakat maka dapat membersihkan hati muzakki dari rasa sombong. Harta yang
berlimpah dapat membuat pemiliknya menjadi sombong apalagi harta yang diperoleh tersebut
merupakan hasil dari kemampuannya sendiri. Tidak ada alasan untuk seseorang sombong dengan
harta yang dimilikinya karena harta tersebut adalah titipan Allah.
Dalam mendistribusikan pendapatan yang adil, pemerintah dapat melakukan dengan dua cara
yaitu secara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Pendistribusian pendapatan yang adil secara
ekonomi konvensional dapat dilakukan dengan cara pemungutan pajak. Sedangkan, secara ekonomi
Islam dapat menggunakan zakat.
Peran zakat sendiri sangat penting dalam kehidupan ini selain untuk memenuhi kewajiban
seseorang kepada Allah zakat mempunyai fungsi lain yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Kedua
fungsi tersebut dapat mengurangi adanya kesenjangan antara masyarakat kaya dan masyarakat
miskin, dan memperkuat kemandirian ekonomi masyarakat (Putriana, 2018). Fungsi sosial dalam
berzakat adalah dapat mencegah orang miskin menjadi seorang pengemis dan melakukan kejahatan
karena adanya pemberian zakat dari orang yang memiliki harta lebih kepada mereka. Selain
menghindarkan orang miskin menjadi pengemis zakat juga dapat membuat orang kaya dapat
merasakan semua lapisan lingkungan sosial.
Sedangkan fungsi ekonomi zakat yaitu dengan adanya penambahan maupun pengembangan
bagi mustahiq, muzakki dan harta itu sendiri. Penambahan dan pengembangan bagi mustahiq dan
muzakki dapat dilihat dari prospek ekonomi mikro. Sedangkan, penambahan dan pengembangan
harta itu sendiri dilihat dari prospek ekonomi makro.
Fungsi zakat secara mikro dapat dilihat dari peran zakat untuk mustahiq dan muzakki. Dari
sisi mustahiq akan mendapatkan dana yang diperoleh dari pendistribusian kekayaan. Dana yang
sudah diperoleh tersebut akan meningkatkan konsumsi mereka sehari-hari. Hal ini sesuai dengan
hadits:
“Zakat fitrah adalah pembersihan orang-orang yang berpuasa dari perbincangan yang sia-
sia dan tindakan berdosa, dan seperti memberi makan orang miskin.” (HR. Abu Dawud).
Dalam hadits di atas, Rasulullah menjelaskan bahwa salah satu fungsi dari zakat adalah
makanan bagi orang miskin. Arti dari makanan yang dimaksud dapat berupa tambahan untuk
konsumsi kebutuhan pokok mereka. Adanya distribusi zakat daya beli mustahiq untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari akan meningkat. Menurut Firdaus Dalam Putriana (2018) Distribusi zakat
dapat membantu pertumbuhan ekonomi suatu negara karena terdapat peningkatan daya beli
seseorang. Terjadinya peningkatan daya beli akan meningkatkan permintaan.
Konsep Modal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), modal usaha merupakan uang yang
digunakan sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang dan sebagainya; harta benda
(uang, barang dan sebagainya) yang bisa dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah
kekayaan. Schwiedlan (2001) dalam Endang (2012) menyatakan bahwa modal merupakan faktor
usaha yang harus disediakan sebelum menjalankan kegiatan usaha. Endang (2012) menyatakan
bahwa modal usaha terbagi menjadi 3, yakni modal investasi, modal kerja, dan modal operasional.
Konsep Pendapatan
Pendapatan merupakan penghasilan pokok perusahaan atau penjualan barang atas jasa
dengan biaya-biaya sehingga mendapatkan laba kotor (Munawir, 2002). Soemarso (2005)
mengartikan pendapatan merupakan penghasilan total dari nilai pasar barang jasa yang dikonsumsi
dan perubahan nilai kekayaan yang ada pada awal dan akhir periode jika dilihat dari penghasilan
perorangan. Menurut Sukirno (2016) pendapatan merupakan total penghasilan yang diterima oleh
penduduk atas kinerjanya selama periode tertentu baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan.
Dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan peningkatan manfaat ekonomi dari usaha pokok
perusahaan atau penjualan barang atas jasa kewajiban yang diterima selama periode tertentu.
Pendapatan rumah tangga antara satu dengan lainnya dapat dipastikan adanya perbedaan
sesuai dengan kegiatan perekonomian atau pekerjaan. Husein (2004) menyatakan bahwa pendapatan
tiap rumah tangga tidak lepas dari hal-hal berikut:
1) Pendapatan Pokok
Pendapatan pokok berupa pendapatan per periode, tergantung pada mata pencaharian
pokok kepala rumah tangga jika kepala rumah tangga merupakan pegawai atau karyawan.
Bentuk dari pendapatan pokok berupa gaji atau upah yang diterima tiap pekan atau bulan.
2) Pendapatan Tambahan
Pendapatan tambahan merupakan pendapatan rumah tangga yang dihasilkan anggota
rumah tangga seperti bonus atau pemberian dana bantuan. Pendapatan seperti ini bersifat
tidak pasti.
3) Pendapatan Lain-lain
Pendapatan lain-lain berbentuk bantuan atau hibah yang berasal dari luar anggota rumah
tangga atau hasil perputaran harta.
Konsep pendapatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsep pencarian laba. Laba
yang didapatkan dari kegiatan usaha digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga bunda yatim.
Laba atau keuntungan merupakan penerimaan seluruh atau total penjualan dikurangi dengan biaya
total yang dikeluarkan untuk penjualan (Rahardja dan Mandala, 2010). Perhitungan laba dilakukan
dengan cara mengurangi penerimaan total (TR) dengan biaya total (TC).
Penerimaan total merupakan total penerimaan produsen dari hasil output atau penjualannya.
Secara teori, perumusan analisis pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
TR = P × Q
TR = Pendapatan total
P = Harga barang
Q = Kuantitas barang
Sedangkan biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan.
Biaya ini didapatkan dengan cara menjumlahkan keseluruhan biaya tetap dengan keseluruhan biaya
variabel. Dalam pendekatan ini, biaya variabel per output dianggap konstan. Perumusannya dapat
ditulis sebagai berikut:
TC = FC + VC
TC = FC + (v × Q)
Keterangan:
FC = Fixed Cost (jumlah keseluruhan biaya tetap)
VC = Variable Cost (jumlah keseluruhan biaya variabel)
v = Biaya variabel per output
Secara matematis, laba dapat dirumuskan sebagai berikut:
π = TR – TC
π = (P × Q) – FC + (v × Q)
Keterangan:
π = Laba
TR = Total Revenue (jumlah keseluruhan pendapatan kotor)
TC = Total Cost (jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan)
Secara grafis akan dijelaskan pada gambar 1
Gambar 1 Kurva Pendekatan Total
Sumber: Rahardja dan Mandala, 2010
Kurva tersebut menjelaskan bahwa tingkat output yang menghasilkan laba adalah Q1
sampai dengan Q5. Perusahaan akan mengalami kerugian (TR < TC) jika output berada dibawa Q1
atau jumlah output > Q5. Posisi Q1 sampai dengan Q5 merupakan daerah produksi ekonomis (tahap
2). Laba maksimum akan dicapai perusahaan jika berada di salah satu titik antara Q1 sampai dengan
Q5. Kurva tersebut menjelaskan bahwa posisi laba maksimum tercapai jika tingkat produksinya
berada pada Q3.
Secara matematis telah diketahui π (laba) akan maksimum bila MR = MC. Dalam grafik
kondisi itu terbukti dengan membandingkan dua garis singgung b1 dan b2. Garis singgung b1 adalah
turunan pertama fungsi TR atau sama dengan MR. Garis singgung b2 adalah turunan pertama fungsi
TC atau sama dengan MC. Pada garis singgung b1 yang artinya MR = MC.
Menurut Boediono (2002) terdapat kemungkinan posisi pada tingkat output pada produsen,
yaitu:
a) Mendapatkan laba jika Total Revenue lebih besar daripada Total Cost.
b) Berada dalam posisi tidak mendapatkan keuntungan ataupun mengalami kerugian (TR =
TC).
c) Mengalami kerugian jika Total Cost lebih besar daripada Total Revenue.
Dhuafa
Kata dhu’afa dalam Alquran merupakan bentuk jamak dari kata dha’if yang berasal dari kata
dhu’afa, yadh’ufu, dhuf’an atau dhaf’an secara umum mengandung arti lemah dan berlipat ganda.
Konteks dhuafa dalam penelitian ini secara luas berarti orang-orang yang lemah. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), duafa merupakan orang-orang lemah (dari segi ekonomi dan
sebagainya). Menurut Ansharu (2004), terdapat golongan dhuafa yang lemah dari segi ekonomi,
diantaranya:
1) Fakir
Fakir merupakan orang yang sama sekali tidak mempunyai harta dan pekerjaan, atau
mempunyai harta tetapi harta tersebut untuk memenuhi separuh dari kebutuhannya dan
keluarga yang wajib dinafkahi.
2) Miskin
Miskin merupakan kondisi orang yang sedikit lebih baik dibandingkan fakir. Orang miskin
memiliki harta dan atau usaha namun kebutuhan untuk diri sendiri dan keluarganya belum
mencukupi.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Metode merupakan panduan yang sangat penting bagi peneliti untuk melakukan penelitiannya.
Sebuah penelitian akan efektif jika tujuannya sesuai dengan apa yang diharapkan. Metode penelitian
akan memandu peneliti mengenai langkah-langkah bagaimana penelitian akan dilakukan
kedepannya (Nazir, 1993). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif menggunakan landasan filsafat
positivisme yang bertujuan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pada umumnya teknik
pengambilan sampel dilakukan secara random, pengumpulan data dengan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan (Sugiyono, 2011).Metode deskriptif merupakan hasil analisis penafsiran dengan
menggambarkan dan menjelaskan variabel-variabel yang diambil (Habibi, 2016).
Pendekatan kuantitatif pada penelitian bertujuan untuk mencari tahu pengaruh program
pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa terhadap pendapatan dhuafa yang diberdayakan oleh
LAZNAS Yatim Mandiri Kabupaten Malang dan Kota Surabaya.
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan sumber data dalam penelitian yang memiliki jumlah banyak dan luas
(Dermawan, 2014). Jogiyanto (2014) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik dari populasi. Jumlah populasi dari penelitian ini sebanyak 45 perempuan yang
mengikuti program pemberdayaan ekonomi yang diselenggarakan oleh Lembaga Amil Zakat
Nasional Yatim Mandiri Kabupaten Malang dan Kota Surabaya.
Dalam penelitian ini, tidak seluruh jumlah populasi yang akan dijadikan responden. Peneliti
akan menggunakan teknik purposive sampling, dimana teknik ini bertujuan untuk menentukan
sampel penelitian melalui beberapa pertimbangan tertentu agar data yang didapatkan nantinya bisa
lebih representatif (Sugiyono, 2010). Kriteria pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti
yaitu peserta program pemberdayaan ekonomi yang telah memiliki usaha setelah mengikuti kegiatan
tersebut. Jumlah responden yang diberikan kuesioner sebesar 35 perempuan yang telah memiliki
usaha setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Yatim Mandiri
Kabupaten Malang dan Kota Surabaya.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Tabel 4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No. Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel Skala Ukur
Variabel
1. Pendapatan Dhuafa
(Y)
Pendapatan yaitu berupa
laba atau keuntungan
yang didapatkan dari
kegiatan usaha.
Pendapatan dhuafa
sesudah mengikuti
program
pemberdayaan
ekonomi dikurangi
pendapatan dhuafa
sebelum mengikuti
program
pemberdayaan
ekonomi
Rp................
Nominal
No. Variabel Definisi Variabel Indikator Variabel Skala Ukur
Variabel
2. Pelatihan
Keterampilan (X1)
Usaha yang dilakukan
dengan sengaja oleh
penyelenggara program
pemberdayaan ekonomi
dengan tujuan untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan dalam
menjalankan produktifitas
usaha dhuafa.
1) Peserta pelatihan.
2) Instruktur
pelatihan.
3) Materi pelatihan.
4) Metode pelatihan.
5) Lama pelatihan.
6) Tujuan dan
sasaran pelatihan.
Ordinal
3. Pendampingan (X2) Aktivitas yang bersifat
konsultatif, interaktif dan
negosiatif.
1) Fasilitasi.
2) Penguatan.
3) Perlindungan.
4) Pendukungan.
Ordinal
4. Bantuan Modal
(X3)
Bantuan yang diberikan
oleh LAZNAS Yatim
Mandiri untuk
menjalankan kegiatan
usaha dengan kesepakatan
yang telah disetujui
bersama.
Besarnya bantuan
modal uang diterima
dhuafa.
Rp........
Nominal
Sumber: Berbagai sumber diolah, 2019
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, diantaranya:
1) Wawancara
Wawancara merupakan tahapan komunikasi dan interaksi antara peneliti dengan responden
dimana peneliti memberikan pertanyaan kepada responden secara lisan, responden
memberikan jawaban pertanyaan yang diberikan peneliti, menggalli lebih dalam bila
dikehendaki dan mencatatnya (Zulganev, 2013). Proses wawancara dilakukan langsung
terhadap dhuafa untuk mendapatkan keakuratan data.
2) Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa
pertanyaan tertulis kepada responden dan responden tersebut menjawab secara tertulis
(Sugiyono, 2009). Perbedaan wawancara dengan kuesioner terletak pada cara responden
menjawab pertanyaan dari peneliti. Kelebihan dari kuesioner yaitu kecepatan responden
dalm menjawab pertanyaan dari peneliti. Responden hanya mengisi atau menulis jawaban
untuk pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti. Kekurangan dari kuesioner yaitu
peneliti kurang mendapatkan hasil lebih mendalam dikarenakan sifat pertanyaan yang
diberikan luas dan mendasar. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner
menggunakan skala 1 sampai dengan 4 untuk mendapatkan interval data dan diberi skor
atau nilai. Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial (Sugiyono,
2009). Variabel yang diukur menggunakan skala likert dijelaskan menjadi indikator
variabel. Indikator tersebut dibentuk sebagai titik tolak untuk merangkai item instrumen
berupa pertanyaan atau pernyataan.
Tabel 5 Pengukuran Skala Likert
No Item Skor
1. Sangat Setuju (SS) 4
2. Setuju (S) 3
3. Tidak Setuju (TS) 2
4. Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Data diolah, 2019
Penelitian ini tidak memasukkan item ragu-ragu karena dikhawatirkan para responden
cenderung memilih jawaban netral. Selain itu jawaban netral dapat menghapus banyak data
dalam riset.
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan barang-barang tertulis (Arikunto, 2013). Dokumentasi dilakukan
dengan tujuan untuk memperoleh data langsung dari lapangan (Mardalis, 2008). Dalam
pelaksanaan dokumentasi, peneliti menelusuri benda-benda tertulis seperti buku, majalah,
artikel, dokumen, dan lain-lain. Dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini
didapatkan melalui LAZNAS Yatim Mandiri Malang dan Surabaya berupa profil singkat
lembaga, buku serta artikel dan jurnal yang berkaitan dalam penelitian ini. Selain itu,
dokumentasi juga akan diambil melalui kelompok dhuafa yang diberdayakan dan mendapat
bantuan modal oleh LAZNAS Yatim Mandiri Malang dan Surabaya.
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur kevalidan suatu kuesioner (Ghozali,
2016). Sebuah kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan pada
kuesioner mampu menjelaskan perihal yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Sebuah
instrumen dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang ingin diukur atau dapat
mengungkapkan data dan variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas
menunjukka seberapa jauh data yang telah dikumpulkan tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel.
Uji validitas dilakukan dengan cara mengorelasikan masing-masing variabel
dengan total variabel menggunakan korelasi (r) product moment. Kriteria pengujian untuk
diterima atau ditolaknya hipotesis terdapat pernyataan valid atau tidak dapat dilakukan
dengan:
H0 : r = 0, tidak terdapat data yang valid pada tingkat kesalahan (α) 5%.
H1 : r ≠ 0, terdapat data yang valid pada tingkat kesalahan (α) 5%.
Hipotesa nol (H0) diterima apabila r hitung< r tabel, demikian sebaliknya hipotesa
alternatif (H1) diterima apabila r hitung> r tabel
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur sebuah kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel tersebut (Ghozali, 2016). Sebuah kuesioner dapat dikatakan reliable
atau handal jika jawaban terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Butir kuesioner dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha> 0,70.
Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis data yang akan digunakan sesuai dengan tujuan penelitian dan
sifat dari data. Metode yang akan digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Metode
tersebut digunakan sebagai pedoman dalam mengetahui pengaruh pemberdayaan ekonomi
kaum dhuafa yang dilakukan oleh LAZNAS Yatim Mandiri Malang dan Surabaya terhadap
pendapatan dhuafa.
Analisis regresi merupakan sebuah studi bagaimana variabel dependen (Y) dipengaruhi
oleh salah satu atau lebih dari variabel independen (Xn) dengan tujuan untuk memprediksi
atau mengestimasi nilai rata-rata Y didasarkan pada nilai variabel independen yang
diketahui (Gujarati, 2010). Model regresi berganda dalam penelitian ini adalah:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana:
Y = Pendapatan Dhuafa
α = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien
X1 = Pelatihan Keterampilan
X2 = Pendampingan
X3 = Bantuan Modal
e = Error
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi atau
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data
yang diuji dilakukan dengan cara uji Kolmogorov – Smirnov. Kriterianya adalah
jika tingkat signifikansi menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05, data
tersebut memiliki distribusi normal. Jika tingkat signifikansi menunjukkan nilai
yang lebih kecil dari 0,05, data tersebut memiliki distribusi tidak normal.
b. Uji Multikolinearitas
Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk menguji ada atau tidaknya
korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2016). Uji
multikolinearitas dilaksanakan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor
(VIF). Nilai VIF merupakan faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat (Sunyoto,
2011). Kriteria nilai VIF yaitu jika nilai VIF <10, regresi berganda terbebas dari
multikolinearitas, dan sebaliknya jika nilai VIF ≥ 10, maka regresi berganda
terindikasi multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji heterokedastisitas adalah untuk melihat ada tidaknya
penyimpangan asumsi klasik. Heteroskedastisitas terdapat ketidaksamaan varian
dari residual untuk seluruh pengamatan pada model regresi. Sebuah model
dikatakan baik apabila tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Penelitian ini
melihat grafik Scatterplot untuk mengetahui gejala tersebut. Dasar pengambilan
keputusan yakni:
1) Sebuah pola seperti titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit) maka model tersebut terindikasi
heteroskedastisitas.
2) Titik dari pola menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka
model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas (Wijaya, 2013).
3. Uji Hipotesis
Dalam mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi
variabel dependen menggunakan koefisien determinasi (R²). Untuk mengetahui pengaruh
variabel dependen terhadap variabel independen menggunakan uji anova atau F-test.
Sedangkan mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen secara individu
menggunakan uji t-statistik.
a. Koefisien Determinasi (R²)
Tujuan dari koefisien determinasi adalah untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Y). Koefisien
determinasi memiliki besaran 0 sampai dengan 1. Jika nilai R² kecil berarti
kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen
sangat terbatas. Namun saat nilai R² mendekati satu berarti variabel independen
memberikan hampir seluruh informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
b. Uji F
Fungsi dari uji F untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen
secara bersama-sama dengan variabel dependen. Nilai signifikan yang dipakai
adalah 0,05. Hipotesis untuk uji F ini adalah:
1) Ho = b1 = 0, secara simultan variabel independen tidak signifikan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Ha = b1 ≠ 0, secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Jika sig F ≥ 0,05 artinya variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika sig F < 0,05
artinya variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
c. Uji t
Pada dasarnya, uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013). Pengujian dilaksanakan dengan membandingkan antara nilai
signifikan t dengan signifikan 5% yaitu:
1) Jika sig t < 5% atau 0,05 pada variabel independen terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika sig t ≥ 5% atau 0,05 pada variabel independen tidak terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan ekonomi terhadap
pendapatan dhuafa. Sampel dalam penelitian ini yaitu 35 bunda yatim yang telah memiliki usaha
setelah mengikuti kegiatan pemberdayaan oleh Lembaga Amil Zakat Nasional Yatim Mandiri
Kabupaten Malang dan Kota Surabaya. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan
kuesioner.
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Tabel 6 Uji Validitas
Item r Hitung Sig. r tabel Keterangan
X1.1 0,682 0.000 0.3 Valid
X1.2 0,760 0.000 0.3 Valid
X1.3 0,664 0.000 0.3 Valid
X1.4 0,823 0.000 0.3 Valid
X1.5 0,865 0.000 0.3 Valid
X1.6 0,737 0.000 0.3 Valid
X1.7 0,730 0.000 0.3 Valid
X2.1 0,607 0.000 0.3 Valid
X2.2 0,538 0.001 0.3 Valid
X2.3 0,559 0.000 0.3 Valid
X2.4 0,682 0.000 0.3 Valid
X2.5 0,736 0.000 0.3 Valid
X2.6 0,696 0.000 0.3 Valid
X2.7 0,749 0.000 0.3 Valid
X2.8 0,804 0.000 0.3 Valid
X2.9 0,452 0.010 0.3 Valid
X2.10 0,597 0.000 0.3 Valid
X2.11 0,591 0.000 0.3 Valid
X2.12 0,740 0.000 0.3 Valid
Sumber: Data primer diolah, 2019
Diketahui pada penelitian ini bahwa nilai r hitung lebih besar dari r tabel item
pertanyaan lebih kecil dari 0,05 (α= 5%) yang artinya tiap-tiap item variabel adalah valid,
sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item tersebut dapat digunakan untuk mengukur
variabel penelitian.
2. Uji Reliabiltas
Tabel 7 Uji Reliabilitas
No. Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
1 Pelatihan Keterampilan (X1) 0,785 Reliabel
2 Pendampingan (X2) 0,758 Reliabel
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari tabel 7 diketahui bahwa nilai dari cronbach alpha untuk semua variabel lebih
besar dari 0,7. Dari ketentuan yang telah disebutkan sebelumnya maka semua variabel yang
digunakan untuk penelitian sudah reliable.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual tersebar normal
atau tidak. Prosedur uji dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Dengan normalitas
terpenuhi apabila nila sig. (p-value) lebih besar dari 0,05 Hasil uji normalitas pada
penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari hasil uji normalitas pada penelitian ini dapat diketahui bahwa data residual
nilai Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,946. Karena signifikansi lebih dari 0,05 jadi dapat
dinyatakan bahwa data residual berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk menguji ada atau tidaknya
korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Ghozali, 2016). Uji
multikolinearitas dilaksanakan dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).
Nilai VIF merupakan faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat (Sunyoto, 2011). Kriteria
nilai VIF yaitu jika nilai VIF < 10, regresi berganda terbebas dari multikolinearitas, dan
sebaliknya jika nilai VIF ≥ 10, maka regresi berganda terindikasi
multikolinearitas.Pengujian multikolinearitas yang dilakukan dengan melalui program
SPSS ver. 25.0 disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 9 Uji Multikolinearitas
Variabel Bebas Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Pelatihan Keterampilan (X1) 0.412 2.429
Pendampingan (X2) 0.460 2.174
Bantuan Modal (X3) 0.849 1.177
Sumber: Data Primer, 2019 (diolah)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
100
.0000000
4.13740401
.052
.052
-.045
.524
.946
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Hasil pengujian didapatkan nilai VIF untuk variabel pelatihan keterampilan (X1)
sebesar 2,429 , variabel pendampingan (X2) sebesar 2,174 dan variabel bantuan modal
(X3) sebesar 1,177. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel
bebas. Atau adanya perbedaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya nilai variabel
bebas. Pada penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Scatter Plot. Hasil
uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data primer diolah, 2019
Dari hasil uji scatter plot pada penelitian ini didapat bahwa diagram tampilan
scatter plot menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka disimpulkan pada
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Berganda
Tujuan dari analisis regresi linear berganda adalah untuk mengetahu arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendapatan dhuafa. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pelatihan keterampilan (X1), pendampingan (X2) dan bantuan modal (X3). Hasil dari
pengolahan data dengan bantuan SPSS 25.0 didapatkan model regresi seperti tabel 10.
Tabel 10 Regresi Linear Berganda
Variabel Bebas Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 7465,948 125588,472 0,059 0,953
X1 14167,569 6536,698 0,362 2,167 0,038
X2 2025,114 4211,437 0,076 0,481 0,634
X3 0,574 0,121 0,551 4,740 0,000
Sumber: Data primer diolah, 2019
Berdasarkan tabel 10 didapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0,362 X1 + 0,076 X2 + 0,551 X3
Dari persamaan di atas dapat dilakukan interpretasi sebagai berikut:
1) Koefisien regresi X1 sebesar 0,362, artinya Pendapatan akan meningkat sebesar 0,362
satuan untuk setiap tambahan satu satuan X1 (Pelatihan Ketrampilan). Jadi apabila
Pelatihan Ketrampilan mengalami peningkatan 1 satuan, maka Pendapatan akan meningkat
sebesar 0,362 satuan dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
2) Koefisien regresi X2 sebesar 0,076, artinya Pendapatan akan meningkat sebesar 0,076
satuan untuk setiap tambahan satu satuan X2 (Pendampingan), Jadi apabila Pendampingan
mengalami peningkatan 1 satuan, maka Pendapatan akan meningkat sebesar 0,076 satuan
dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
3) Koefisien regresi X3 sebesar 0,551, artinya endapatan akan meningkat sebesar 0,551 satuan
untuk setiap tambahan satu satuan X3 (Bantuan Modal), Jadi apabila Bantuan Modal
mengalami peningkatan 1 satuan, maka Pendapatan akan meningkat sebesar 0,551 satuan
dengan asumsi variabel yang lainnya dianggap konstan.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan hal penting dalam sebuah penelitian yang dilakukan setelah data
terkumpul dan diolah. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab hipotesis yang telah
dirumuskan oleh peneliti.
1. Koefisien Determinasi
Tujuan dari koefisien determinasi adalah untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Y). Koefisien
determinasi memiliki besaran 0 sampai dengan 1. Jika nilai R² kecil berarti kemampuan
variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen sangat terbatas.
Namun saat nilai R² mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir
seluruh informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2013).Hasil dari pengolahan data dengan bantuan SPSS 25.0 didapatkan
koefisien determinasi seperti tabel 11.
Tabel 11 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,802a ,644 ,609 110718,40552
a. Predictors: (Constant), X3, SUM_X2, SUM_X1
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Primer, 2019
Pada table 11 menunjukkan hasil R square (koefisien determinasi) sebesar 0,651.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Pelatihan Keterampilan
(X1), Pendampingan (X2) dan Bantuan Modal (X3) dapat menjelaskan variabel dependen
yaitu Pendapatan Dhuafa (Y) sebesar 64,4%. Sedangkan sisanya sebesar 35,6%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model penelitian ini.
2. Uji F
Fungsi dari uji F untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen secara
bersama-sama dengan variabel dependen. Nilai signifikan yang dipakai adalah 0,05.
Hipotesis untuk uji F ini adalah Ho = b1 = 0, secara simultan variabel independen tidak
signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha = b1 ≠ 0, secara simultan variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Jika sig F ≥ 0,05 artinya variabel independen secara simultan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika sig F < 0,05 artinya variabel
independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.Hasil dari
pengolahan data dengan bantuan SPSS 25.0 didapatkan seperti tabel 12
Tabel 12 Hasil Uji F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 686698760769,906 3 228899586923,302 18,673 0.000
Residual 380015524944,380 31 12258565320,786
Total 1066714285714,286 34
Sumber: Data Primer, 2019 (diolah)
Berdasarkan Tabel 12 nilai F hitung sebesar 18,673. Sedangkan F tabel (α = 0.05
; db regresi = 3 : db residual = 31) adalah sebesar 2,911. Karena F hitung > F tabel yaitu
18,673> 2,911 atau nilai sig F (0,000) < α = 0.05 maka model analisis regresi adalah
signifikan. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel dependen (Pendapatan Dhuafa) dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel
independen (Pelatihan Keterampilan (X1), Pendampingan (X2), dan Bantuan Modal (X3)).
3. Uji t
Pada dasarnya, uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Pengujian dilaksanakan dengan membandingkan antara nilai signifikan t dengan
signifikan 5% yaitu:
1) Jika sig t < 5% atau 0,05 pada variabel independen terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika sig t ≥ 5% atau 0,05 pada variabel independen tidak terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen.
Hasil dari pengolahan data dengan bantuan SPSS 25.0 didapatkan seperti tabel 13.
Tabel 13 Hasil Uji t
Variabel bebas t Hitung Sig. Keterangan
(Constant) 0,059 0,953
X1 2,167 0,038 Signifikan
X2 0,481 0,634 Tidak Signifikan
X3 4,740 0,000 Signifikan
Sumber: Data Primer, 2019 (diolah)
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil sebagai berikut :
1) t test antara X1 (Pelatihan Ketrampilan) dengan Y (Pendapatan Dhuafa) menunjukkan
t hitung = 2,167. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 31 adalah sebesar 2,040.
Karena t hitung > t tabel yaitu 2,167 > 2,040 atau nilai sig t (0,038) < α = 0.05 maka
pengaruh X1 (Pelatihan Ketrampilan) terhadap Pendapatan Dhuafa adalah signifikan.
Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
Pendapatan Dhuafa dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Pelatihan Ketrampilan
atau dengan meningkatkan Pelatihan Ketrampilan maka Pendapatan Dhuafa akan
mengalami peningkatan secara nyata.
2) t test antara X2 (Pendampingan) dengan Y (Pendapatan Dhuafa) menunjukkan t hitung
= 0,481. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 31 adalah sebesar 2,040. Karena
t hitung < t tabel yaitu0,481 < 2,040 atau nilai sig t (0,634) > α = 0.05 maka pengaruh
X2 (Pendampingan) terhadap Pendapatan Dhuafa adalah tidak signifikan pada alpha
5%. Hal ini berarti H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Dhuafa
tidak dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Pendampingan.
3) t test antara X3 (Bantuan Modal) dengan Y (Pendapatan Dhuafa) menunjukkan t
hitung = 4,740. Sedangkan t tabel (α = 0.05 ; db residual = 31 adalah sebesar 2,040.
Karena t hitung > t tabel yaitu 4,740> 2,040 atau nilai sig t (0,000) < α = 0.05 maka
pengaruh X3 (Bantuan Modal) terhadap Pendapatan Dhuafa adalah signifikan pada
alpha 5%. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa Pendapatan Dhuafa dapat dipengaruhi secara signifikan oleh Bantuan Modal
atau dengan meningkatkan Bantuan Modal maka Pendapatan Dhuafa akan mengalami
peningkatan secara nyata.
Dari hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa variabel bebas mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Dhuafa secara simultan dan parsial. Dan
dari sini dapat diketahui bahwa ketiga variabel bebas tersebut yang paling dominan
pengaruhnya terhadap Pendapatan Dhuafa adalah Bantuan Modal karena memiliki nilai
koefisien beta dan t hitung paling besar.
E. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan didapatkan kesimpulan dari
penelitian ini yakni:
1) Kegiatan program pemberdayaan ekonomi yang diselenggarakan oleh Yatim Mandiri
meliputi spiritual keagamaan, ekonomi, skill usaha dan bantuan kebutuhan bunda yatim.
2) Sumber dana yang digunakan untuk pemberian bantuan modal kepada bunda yatim peserta
program Bunda Mandiri Sejahtera (BISA) berasal dari dana zakat produktif.
3) Berdasarkan hasil didapatkan bahwa variabel pelatihan keterampilan,pendampingan dan
bantuan modal memiliki pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap pendapatan
dhuafa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatkan variabel bebas maka
akan meningkatkan pendapatan dhuafa.
4) Secara simultan, variabel pelatihan keterampilan dan bantuan modal berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan dhuafa. Sedangkan variabel pendampingan tidak
berpengaruh terhadap pendapatan dhuafa.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan, antara
lain:
1) Diharapkan pihak Yatim Mandiri dapat mencocokkan jadwal para bunda agar dapat
mengikuti pembekalan kewirausahaan yang dirasa penting untuk keberlangsungan
kegiatan usaha para bunda.
2) Perlunya pemberian latihan membuat laporan keuangan secara rutin agar laporan keuangan
kegiatan usaha dapat tercatat secara optimal.
3) Perlunya controlling dan pendampingan terhadap usaha bunda yatim yang telah
diberdayakan melalui program Bunda Mandiri Sejahtera (BISA), terutama dalam hal
pemantauan laporan keuangan sehingga dapat mengetahui kesulitan yang sedang dihadapi
para bunda dalam kegiatan usahanya kemudian memberikan masukan atau solusi untuk
menyelesaikan permasalahan dalam usaha bunda yatim.
4) Analisis yang dilakukan peneliti masih sangat terbatas. Diharapkan penelitian selanjutnya
dapat lebih baik lagi sehingga memberikan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial.
Jakarta: LP FEUI.
Afifi, Agus Thayib dan Shabira Ika. 2010. Kekuatan Zakat Hidup Berkah Rezeki Berlimpah.
Yogyakarta: Pustaka Albana.
Al Arif, M Nur Rianto dan Euis Amalia. 2016. Teori Mikroekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi
Islam dan Ekonomi Konvensional. Jakarta: Prenadamedia Group.
Al-Faizin, Abdul Wahid dkk. 2018. Zakat: concept And Implications To Sosial And Economic
(Economic Tafsir Of Al-Tawbah:103). Journal of Islamic Monetary Economics and
Finance, 4 (1): 117-132.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aslim, Ansharu. 2004. Fikih Imam Syafi’i, Puasa dan Zakat. Jakarta: Pustaka Azzam.
Badan Amil Zakat Nasional. 2016. Outlook Zakat Indonesia 2017.
http://www.puskasbaznas.com/images/outlook/OUTLOOK_ZAKAT_2017_PUSKASBAZ
NAS.pdf diakses pada 3 Januari 2019.
Badan Pusat Statistik. (2018). Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan
menurut Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2016-2017.
https://malangkota.bps.go.id/statictable/2018/10/29/628/jumlah-dan-persentase-penduduk-
miskin-dan-garis-kemiskinan-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-timur-tahun-2016-
2017.html diakses pada 1 November 2018
Badan Pusat Statistik. (2018). Jumlah Penduduk Miskin menurut Provinsi, 2007-2018.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1119 diakses pada 31 Oktober 2018
Baridi, Lili., dkk. 2005. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: CED (Center for Entrepreneurship
Development).
Boediono. 2002. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Dermawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariant dengan Program SPSS. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 23. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP.
Gujarati, Demodar N. Dan Porter Dawn C. 2010. Basic Econometrich, 5th Edition. Eugonia
Mardanugraha, Sita Wardhani, dan Carlos Mengunsong (penerjemah). Dasar-Dasar
Ekonometrika, Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Habibi. 2016. Pemberdayaan Dana Zakat Produktif sebagai Modal Usaha dan Pengaruhnya
terhadap Kinerja Usaha Kecil Menengah (UKM) di Badan Amil Zakat Nasional Daerah
Istimewa Yogjakarta. Yogjakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Hamalik, Oemar. 2005. Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Hasan, M. Iqbal. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistika 1 (Statistika Deskriptif)Edisi Kedua. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ismail, Asep Usman. 2008. Pengalaman Alquran Tentang Pemberdayaan Dhu’afa. Jakarta:
Dakwah Press.
Jogiyanto, H.M. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Kamil, Mustofa. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.
Karim, Adiwarman A. 2016. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali Pers.
Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan. Jakarta: Cidesindo
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
https://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-
pelaksanaan/dokumen-rencana-pembangunan-nasional/rpjp-2005-2025/rpjmn-2015-2019/
diakses pada 2 November 2018
Mardalis. 2008. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Mubarok, Abdulloh dan Baihaqi Fanani. 2014. Penghimpunan Dana Zakat Nasional Potensi,
Realisasi dan Peran Penting Organisasi Pengelola Zakat. Jurnal Ilmiah, 5 (No. 2): 7-16.
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Mustika, Wulan. 2016. Peran Perempuan dalam Program Pemberdayaan Masyarakat dan
Pengaruhnya terhadap Sumbangan Ekonomi Keluarga. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Nadhir, M. 2009. Memberdayakan Orang Miskin Melalui Kelompok Swadaya Masyarakat.
Sidoarjo: Yaspem.
Nazir, Muhammad. 1993. Metode Penelitian Masyarakat dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Prawoto, Nano. 2009. Memahami Kemiskinan dan Strategi Penanggulangannya. Jurnal Ekonomi
dan Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Vol.9 No.1, 56-68.
Purwanti, Endang. 2012. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran
terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga. Jurnal Among
Makarti, Vol. 5 No. 9, 13-28.
Putriana, Vima Tista. 2018. Factors Influencing Zakat Payers Preference In Discharging Zakat
Obligations: An Explorative Study. Jurnal Kajian Ekonomi Islam, 3 (2): 231-245.
Rachmawati, Ike Kusdyah. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2001. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Rahmanissa, Putri. 2018. Pengaruh Bantuan Modal, Pelatihan Keterampilan dan Pendampingan
terhadap Peningkatan Pendapatan Mustahik pada Pemberdayaan Zakat, Infak dan
Shadaqah Baznas Kota Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Riduwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta
Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala. 2010. Manajemen SDM untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik. Jakarta: Rajawali Press.
Roesmidi dan Riza Risyanti. 2006. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
Rofik A., dkk. 2005. Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri
dengan Metode Daurah Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Rohma, Muflihatur. 2014. Pengaruh Pemberdayaan Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Par
Du’afa Binaan Lembaga Amil Zakat Nurul Hayat di Kecamatan Rungkut Surabaya. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press
Soemarso. 2005. Akuntasi Suatu Pengantar Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D). Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suhartini, Rr. 2005. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Aksara.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Jakarta: Refika Aditama.
Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumohadiningrat, Gunawan. 1997. Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat. Jakarta:
Bina Rena Pariwara.
Sunyoto, D. 2011. Analisis Regresi untuk Uji Hipotesis. Yogyakarta: CAPS.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syafi’i, Agus Ahmad. 2001. Manajemen Masyarakat Islam. Bandung: Gerbang Masyarakat Baru.
Syahatah, Husein. 2004. Ekonomi Rumah Tangga Muslim/. Jakarta: Gema Insani.
Trenggonowati. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE-UGM
Trenggonowati. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE-UGM
Widanti, Ni Putu Tirka. 2011. Model Kebijakan Pemberdayaan Perempuan di Bali. Denpasar:
Jagatpress.
Widarjono, Agus. 2010. Analisis Statistik Multivariant Terapan. Yogyakarta: Penerbit UPP STIM
YPKN.
Wijaya, Toni. 2013. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis: Teori dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Winoto, Garry Nugraha. 2011. Pengaruh Dana Zakat Produktif terhadap Keuntungan Mustahik
Penerima Zakat (Studi Kasus BAZ Kota Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Witono, Hari., dkk. 2006. Pemberdayaan Masyarakat Modul Para Aktivis Masyarakat. Sidoarjo:
Paramulia Press.
Yasin, Ahmad Hadi. 2012. Buku Panduan Zakat. Dompet Dhuafa.
Yusnar, Muhammad. 2017. Pengaruh Pemanfaatan Dana Zakat Produktif terhadap Tingkat
Pendapatan Mustahik pada Baznas Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara.
Zulfikri, Robby Reza. 2016. Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan terhadap Peningkatan
Pendapatan Mustahiq Bunda Yatim LAZ Rumah Amal Istiqomah Sidoarjo. Skripsi. UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Zulganev. 2013. Metode Penelitian Sosial & Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.