pengaruh penilaian kinerja dengan konsep...

18
Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907426X 18 PENGARUH PENILAIAN KINERJA DENGAN KONSEP KONVENSIONAL DAN KONSEP VALUE BASED TERHADAP RATE OF RETURN PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM LQ 45 Kurniawati Mutmainah Universitas Sains Alquran ABSTRACT The company’s performance is a measurement used by investors to invest their capital in shares of stock. Several valuation approaches available in order to measured company’s, but the most commonly used for analysis are based on the earnings and cash flow for a specific period. This approach is called conventional concept, where earning and cash flow often used as primary indicators in order to valuing company’s successful. However, these traditional measurements are highly dependent upon the accounting methods used in preparing the financial statement. Investors must be careful in using earning or cash flow information as a standard in making an investment decision. The introduction of the value based metrics concepts in measuring the company’s performance have been shown recently to recover the weakne ss of the traditional measurements. One of the measurement using value based metrics concept is Economic Value Added. Measuring the company’s performance with this method is better than conventional method, so it can be a precisely reference, compared with earnings and cash flow. The objective of this research is to examine those performance measurement, and how their influence on investment’s rate of return. This research used Rate of Return (ROR) as dependent variable; Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), Operating Cash Flow (OCF), and Economic Value Added (EVA) as independent variables. The hypotheses proposed were tested by multiple linear regressions for 45 companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2014. However, this research has found that there is a significant influence of ROI, ROE, OCF, and EVA on ROR. Keywords : Rate of Return, Return on Investment, Return on Equity, Operating Cash Flow, Economic Value Added PENDAHULUAN Dewasa ini dengan semakin pesatnya perkembangan zaman membawa dampak pada persaingan antar perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan kinerjanya agar bisa bertahan dalam persaingan yang semakin ketat tersebut. Saat ini banyak sekali investor baik asing maupun swasta yang menginvestasikan dananya pada perusahan, tentunya investasi tersebut harus

Upload: vandung

Post on 08-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

18

PENGARUH PENILAIAN KINERJA DENGAN KONSEP

KONVENSIONAL DAN KONSEP VALUE BASED

TERHADAP RATE OF RETURN

PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM LQ 45

Kurniawati Mutmainah

Universitas Sains Alquran

ABSTRACT

The company’s performance is a measurement used by investors to invest their

capital in shares of stock. Several valuation approaches available in order to

measured company’s, but the most commonly used for analysis are based on the

earnings and cash flow for a specific period. This approach is called conventional

concept, where earning and cash flow often used as primary indicators in order to

valuing company’s successful. However, these traditional measurements are

highly dependent upon the accounting methods used in preparing the financial

statement. Investors must be careful in using earning or cash flow information as

a standard in making an investment decision.

The introduction of the value based metrics concepts in measuring the

company’s performance have been shown recently to recover the weakness of the

traditional measurements. One of the measurement using value based metrics

concept is Economic Value Added. Measuring the company’s performance with

this method is better than conventional method, so it can be a precisely reference,

compared with earnings and cash flow.

The objective of this research is to examine those performance measurement,

and how their influence on investment’s rate of return. This research used Rate of

Return (ROR) as dependent variable; Return on Investment (ROI), Return on

Equity (ROE), Operating Cash Flow (OCF), and Economic Value Added (EVA)

as independent variables. The hypotheses proposed were tested by multiple linear

regressions for 45 companies listed in Indonesian Stock Exchange in 2014.

However, this research has found that there is a significant influence of ROI,

ROE, OCF, and EVA on ROR.

Keywords : Rate of Return, Return on Investment, Return on Equity, Operating

Cash Flow, Economic Value Added

PENDAHULUAN

Dewasa ini dengan semakin pesatnya perkembangan zaman membawa

dampak pada persaingan antar perusahaan. Sehingga perusahaan dituntut untuk

dapat meningkatkan kinerjanya agar bisa bertahan dalam persaingan yang

semakin ketat tersebut. Saat ini banyak sekali investor baik asing maupun swasta

yang menginvestasikan dananya pada perusahan, tentunya investasi tersebut harus

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

19

dilakukan dengan berbagai pertimbangan investasi. Menurut Fauzan (2006), pada

dasarnya investasi merupakan penanaman sejumlah dana pada saat ini dengan

harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Karena itu

sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah investasinya

tersebut dapat memberikan tingkat pengembalian (Rate Of Return) yang berupa

keuntungan sesuai yang diharapkan atau tidak.

Salah satu cara agar investor dapat memperoleh keuntungan yaitu dengan

melakukan investasi pada saham perusahaan yang memiliki kinerja yang baik.

Menurut Miranda dkk (2003), yang dimaksud dengan kinerja yang baik yaitu

apabila suatu perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi para pemegang

sahamnya. Sehingga pengukuran kinerja suatu perusahaan sangat diperlukan

untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan yang nantinya bisa digunakan

sebagai acuan dalam melakukan investasi. Untuk itu diperlukan konsep penilaian

kinerja yang mampu mengukur seberapa baik kinerja yang dimiliki oleh sebuah

perusahaan.

Konsep penilaian kinerja ada dua macam, yaitu konsep konvensional dan

konsep value based. Konsep konvensional sering menggunakan laba dan arus kas

sebagai indikator utama keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Sedangkan dalam

konsep value based mempertimbangkan resiko biaya modal yang dihadapi oleh

perusahaan (Fauzan, 2006).

Dalam konsep konvensional untuk mengukur kinerja suatu perusahaan

biasanya yang selalu menjadi fokus utama perhatian yaitu laba akuntansi. Karena

dari laba akuntansi tersebut dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam

pemenuhan kewajiban bagi para investornya dan untuk menilai prospek

perusahaan pada masa yang akan datang. Namun, dalam menilai kinerja

perusahaan tidak hanya cukup dengan menggunakan laba akuntansi saja, karena

laba akuntansi tidak mempunyai makna riil apabila tidak didukung oleh

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas. Maka diperlukan laporan arus

kas, yang secara tepat dapat menggambarkan waktu, manfaat, dan biaya, yaitu

saat uang diterima, saat dapat diinvestasi kembali, dan saat harus dibayarkan. Alat

ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan kas yaitu Operating Cash Flow (OCF) (Baridwan, 1997).

Semakin banyaknya perusahaan yang go public dan semakin banyaknya

kritikan atas pengukuran kinerja konvensional menyebabkan munculnya berbagai

konsep penilaian kinerja baru, yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-

kelemahan pada metode penilaian kinerja tradisional yang menggunakan

pengukuran akuntansi. Salah satunya adalah konsep pengukuran kinerja

berdasarkan Value Based (Miranda dkk, 2003).

Salah satu jenis metode dari konsep value based ini adalah Economic

Value Added (EVA). Konsep EVA dicetuskan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M.

Stern (analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart & Co), pada

tahun 1991. Menurut G. Bennet Stewart dalam Miranda dkk (2003), “EVA is

operating profits less the cost of all of the capital employed to produce those

earnings”. EVA adalah alat ukur kinerja perusahaan yang mementingkan

penggunaan biaya atas modal yang digunakan perusahaan dalam operasional.

Berbeda dengan pengukuran kinerja akuntansi yang konvensional, cara EVA

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

20

mengukur kinerja perusahaan adalah dengan mengurangi laba operasi setelah

pajak dengan beban biaya modal (cost of capital), di mana beban biaya modal

mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Perbedaan pokok antara EVA dan

pengukuran laba konvensional adalah EVA merupakan laba “ekonomis”

kebalikan dari laba “akuntansi”. EVA menekankan laba operasi setelah pajak dan

biaya modal aktual. Para investor menyukai EVA karena metode ini mengkaitkan

laba dengan jumlah sumber daya yang diperlukan untuk memperoleh laba

tersebut.

Dengan penerapan konsep EVA perusahaan dipaksa untuk dapat

menggabungkan dua prinsip dasar keuangan yaitu mereka harus memaksimumkan

kekayaan pemegang saham dan sekaligus meningkatkan nilai perusahaan yang

dapat dilihat dari sejauh mana investor berharap laba dimasa depan melebihi dari

biaya modal (Handoko, 2008).

Konsep-konsep penilaian kinerja dan pengaruhnya terhadap tingkat

pengembalian investasi harus diperhatikan oleh investor. Tujuannya adalah untuk

mengetahui tentang kepastian investasi yang akan dilakukan terhadap sebuah

perusahaan. Investor akan dapat melakukan pengambilan keputusan investasi

secara tepat, jika dapat mengetahui kinerja sebuah perusahaan. Tentunya investasi

akan dilakukan pada perusahaan yang dinilai dalam kategori perusahaan yang

berkinerja baik.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas,

dapat diuraikan rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Return On Investment

(ROI) terhadap Rate Of Return (ROR) ?

2. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Return On Equity (ROE)

berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ?

3. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Operating Cash Flow

(OCF) berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ?

4. Apakah terdapat pengaruh pengukuran kinerja Economic Value Added

(EVA) berpengaruh terhadap Rate Of Return (ROR) ?

Penlitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh Return On Investment (ROI),

Return On Equity (ROE), Operating Cash Flow (OCF), Economic Value Added

(EVA) terhadap Rate Of Return (ROR).

TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Perusahaan

Pengukuran kinerja pada dasarnya merupakan pengukuran perilaku

manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkan dalam mencapai tujuan

organisasi. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memotivasi karyawan dalam

mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah

ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.

Pengukuran kinerja manajemen merupakan ukuran efisiensi dan keefektifan

seorang manajer, yaitu bagaimana dia menentukan dan mencapai obyektivitas

yang memadai. Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan pada akhirnya tidak

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

21

terlepas dari keterkaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu

untuk meningkatkan nilai yang dimiliki perusahaan (Laduna, 2006).

Nilai perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan tersebut memiliki

kinerja yang baik. Menurut Miranda dkk (2003), yang dimaksud dengan kinerja

yang baik yaitu apabila suatu perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi para

pemegang sahamnya. Sehingga, pengukuran kinerja suatu perusahaan sangat

diperlukan untuk menilai tingkat keberhasilan perusahaan yaitu dengan

menganalisis kinerja keuangan.

Melihat kinerja keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi seorang

investor terhadap kondisi keuangan suatu perusahaan sehingga investor tidak

salah dalam menanamkan dananya pada sekuritas suatu perusahaan. Investor

harus melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba karena jika laba

suatu perusahaan tersebut besar maka menggambarkan kinerja perusahaan juga

naik, yang akan meningkatkan return saham pada perusahaan tersebut.

Menurut Sartono (2001), dengan menganalisis kinerja keuangan, investor

maupun calon investor akan dapat menilai apakah manajer dapat merencanakan

dan mengimplementasikan setiap tindakan secara konsisten dengan tujuan

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.

Rate Of Return (ROR)

Rate Of Return (ROR) adalah tingkat pengembalian saham atas investasi

yang dilakukan oleh investor. Komposisi penghitungan Rate Of Return (return

total) adalah capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih

laba/rugi karena perbedaan harga sekarang yang lebih tinggi atau lebih rendah bila

dibandingkan dengan harga periode waktu sebelumnya. Sedangkan yield

merupakan persentase penerimaan kas secara periodik terhadap harga investasi

periode tertentu dari sebuah investasi. Untuk saham, yield merupakan persentase

dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield

merupakan prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi

sebelumnya (Jogiyanto, 2003).

Investor menanamkan modalnya pada sekuritas perusahaan yaitu untuk

memperoleh keuntungan (return) yang memuaskan dengan risiko tertentu. Return

merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Semakin tinggi harga jual saham di

atas harga belinya, maka semakin tinggi pula return yang akan diperoleh investor.

Jogiyanto (2003), membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu

return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return).

1) Return Realisasi (realized return)

Return Realisasi merupakan return yang telah terjadi, return realisasi

ini dihitung berdasarkan dari data historis. Return realisasi penting karena

digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis

ini, juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return)

dan risiko di masa mendatang.

2) Return Ekspektasi (expected return)

Return Ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh

oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang

sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

22

ROI (Return On Investment)

ROI (Return On Investment) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (tingkat pengembalian),

yang akan digunakan untuk menutupi investasi yang dikeluarkan. Laba yang

digunakan unuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak (EAT =

Earning After Tax) (Sutrisno, 2000).

Analisis ROI dalam analisis rasio keuangan memiliki arti yang penting

sebagai salah satu teknik analisis rasio keuangan yang bersifat menyeluruh

(komprehensif). Analisis ROI lazim digunakan oleh pihak manajemen untuk

mengukur efektivitas operasi perusahaan secara menyeluruh. ROI merupakan

salah satu bentuk rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan keseluruhan

dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional

perusahaan. Dengan demikian, rasio ini membandingkan keuntungan yang

diperoleh dari sebuah kegiatan operasi perusahaan (net operating income)

menghasilkan keuntungan tersebut. Sebutan lain untuk rasio ini adalah net

operating profit rate of return atau operating earning power (Munawir, 2000).

ROI umumnya digunakan sebagai pedoman investor dalam mengambil

suatu keputusan investasi. Hanya investasi yang mampu memberikan ROI seperti

yang diharapkan investor saja yang akan diterima. Pengumuman laba mempunyai

kandungan informasi dan oleh investor pengumuman tersebut dapat digunakan

untuk mengetahui harga saham yang wajar (Miranda dkk, 2003).

Menurut Dwi Prastowo (1995), Return on investment mengukur tingkat

kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, baik dengan

menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut maupun dengan

menggunakan dana yang berasal dari pemilik. Return on investment merupakan

terminologi yang luas dari ratio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara

laba yang diperoleh dan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba

tersebut.

ROE (Return On Equity) Return on Equity (ROE) adalah rasio yang memperlihatkan sejauh mana

perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan

dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham

perusahaan. Return On Equity (ROE) juga dapat disebut sebagai rentabilitas

modal sendiri (Sutrisno, 2000). Menurut Hanafi dan Halim (2005), ROE

merupakan alternatif alat analisis keuangan untuk mengukur profitabilitas. ROE

mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan berdasarkan

ukuran modal tertentu.

ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang

saham. Tujuan utama kegiatan operasi perusahaan adalah untuk menghasilkan

laba yang bermanfaat bagi pemegang saham, dan ukurannya adalah pencapaian

angka ROE. Maka ROE yang semakin besar, juga akan mencerminkan

kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan yang tinggi bagi

pemegang saham (Dwi, 1995).

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

23

Menurut Riyanto (1995), ROE menggunakan hubungan antara keuntungan

setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap

modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan

cadangan-cadangan lain. Melihat hubungan-hubungan itu, Return On Equity tidak

lain adalah rentabilitas ekonomi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah

rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar

saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan

efisien. Return On Equity diperoleh dari profit after tax dibagi equity (Indonesian

Capital Market Directory). Hasil pembagian ini pada umumnya dinyatakan dalam

persen. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik

atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini.

OCF (Operating Cash Flow)

Arus kas adalah kas bersih yang sebenarnya yang berbeda dari laba

akuntansi bersih, yang dihasilkan perusahaan dalam periode waktu tertentu

(Bringham dalam Laduna, 2006).

Menurut Sutrisno (2000), kegiatan investasi yang akan dilakukan oleh

perusahaan diharapkan akan tertutupi oleh penerimaan–penerimaan yang

direncanakan diperoleh di masa yang akan datang. Penerimaan-penerimaan

tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang akan diperoleh atas investasi yang

bersangkutan. Keuntungan atau laba yang akan digunakan untuk menutup

investasi tersebut mengandung dua pengertian yaitu (1) laba akuntansi, yaitu laba

yang terdapat dalam laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi, yang

dapat dilihat dari laba pada Laporan Laba Rugi, serta (2) laba tunai, yaitu laba

yang berupa aliran kas atau cash flow. Cashflow yang berhubungan dengan suatu

keputusan investasi bisa dikelompokkan dalam 3 macam aliran kas yaitu :

1) Initial cashflow, yaitu aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran-

pengeluaran kas untuk keperluan investasi, seperti pengeluaran kas untuk

pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, pembelian

peralatan lain, pembelian kendaraan, dan pengeluaran kas lain dalam rangka

mendapatkan aktiva tetap. Termasuk dalam initial cashflow ini adalah

kebutuhan dana yang akan digunakan untuk modal kerja. Initial cashflow

biasanya dikeluarkan pada saat pendirian investasi.

2) Operational cashflow, yaitu aliran kas yang akan dipergunakan untuk

menutup investasi. Operational cashflow biasanya diterima setiap tahun

selama usia investasi, dan berupa aliran kas bersih. Operational cashflow

inilah yang sering disebut sebagai cashflow saja. Dengan demikian

operational cashflow dapat dihitung dengan menambahkan laba akuntansi

(EAT) dengan penyusutan.

3) Terminal cashflow, yaitu aliran kas yang diterima sebagai akibat habisnya

umur ekonomis suatu proyek investasi. Apabila proyek investasi habis umur

ekonomisnya biasanya masih ada penerimaan kas, misalnya dari penjualan

aktiva tetap yang masih bisa digunakan, juga dana yang digunakan sebagai

modal kerja. Oleh karena itu yang termasuk dalam kelompok terminal

cashflow adalah nilai residu dan modal kerja. Nilai residu adalah taksiran

harga jual aktiva tetap bila usia ekonomis proyek habis. Sedangkan modal

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

24

kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan

sehari hari.

Laporan arus kas dibuat oleh perusahaan dengan tujuan untuk

menyediakan informasi tentang penerimaan–peneriamaan kas dan pembayaran-

pembayaran kas dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Tujuan

lainnya adalah untuk memaparkan informasi tentang kegiatan-kegiatan operasi,

investasi, dan pendanaan dari perusahaan tersebut. Selain itu laporan arus kas juga

dapat memasok informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi

perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, dan struktur keuangan (termasuk

likuiditas dan solvabilitas). Bagi pihak internal laporan arus kas dapat digunakan

untuk menentukan kebijakan deviden, kebijakan investasi dan pendanaan.

Sedangkan bagi fihak eksternal, laporan arus kas dapat digunakan untuk

menentukan kemampuan perusahaan dalam membayar deviden, kemampuan

membayar hutang dengan kas dari operasi dan menentukan proporsi kas yang

berasal dari operasi dibandingkan kas yang berasal dari sumber pendanaan (Dwi,

1995).

EVA (Economic Value Added) Metode EVA pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stern seorang

analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun 1993. Di

Indonesia metode tersebut dikenal dengan metode NITAMI (Nilai Tambah

Ekonomi). EVA/NITAMI adalah metode manajemen keuangan untuk mengukur

laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan

hanya dapat tercipta manakala perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi

dan biaya modal. EVA merupakan tujuan perusahaan untuk meningkatkan nilai

atau value added dari modal yang telah ditanamkan pemegang saham dalam

operasi perusahaan. Oleh karenanya EVA merupakan selisih laba operasi setelah

pajak (Net Operating Profit After Tax atau NOPAT) dengan biaya modal (Cost of

Capital) (Tunggal, 2001).

EVA dapat diartikan sebagai nilai tambah ekonomis yang dihasilkan

perusahaan dengan mengoptimalkan beban bunga pinjaman atas struktur

permodalan. EVA sendiri dapat didefinisikan sebagai: ”Keuntungan operasional

setelah pajak (after tax operating income) dikurangi dengan total biaya modal

(total cost of capital) dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan

laba tersebut”. Dengan kata lain EVA merupakan pengukuran pendapatan sisa

(residual income) yang mengurangkan biaya-biaya modal terhadap laba operasi.

Stern dan Steward melakukan beberapa penyesuaian terhadap laba operasi setelah

pajak yang disusun menurut Standar Akuntansi Keuangan. Penyesuaian ini perlu

dilakukan untuk menghilangkan distorsi yang ditimbulkan oleh Standar Akuntansi

Keuangan yang digunakan. Penyesuaian tersebut yaitu: dengan menambahkan

cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen (equity equivalent reserves) ke dalam

modal serta menambahkan beban periodik dari cadangan-cadangan tersebut pada

laba operasi setelah pajak. Contoh dari cadangan-cadangan ekuitas ekuivalen

antara lain adalah cadangan piutang tak tertagih, amortisasi komulatif dan

goodwill, dan aktiva tak berwujud yang dikapitalisasikan (Utama, 1997).

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

25

Menurut Mike Rousanna (1997), EVA secara sederhana didefinisikan

sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal (cost of capital)

dari seluruh modal yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Laba

operasi setelah pajak merupakan penyesuaian dari laba setelah pajak, dimana laba

operasi dihitung sebelum dikurangkan dengan financing cost dan non-

cashbookkeeping entries. C* (Weighted Average Cost of Capital) merupakan rata-

rata tertimbang biaya hutang (cost of debt) dan biaya modal sendiri (cost of

equity). Biaya hutang (cost of debt) yaitu rate yang harus dibayar perusahaan

didalam pasar sekarang untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru.

Biaya modal sendiri (cost of equity) dihitung menggunakan CAPM yaitu sebagai

penjumlahan dari tingkat bunga tanpa resiko dan selisih antara tingkat

pengembalian yang diharapkan dari portofolio pasar. Capital merupakan jumlah

dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan

penjumlahan dari total hutang dan modal saham. ROR (rate of return) merupakan

tingkat pengembalian yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, yang

diukur melalui produktivitas modal.

Kerangka Teoritis

Gambar 1

Model Penelitian Gambar 2

Model Penelitian

Sumber : Data primer diolah, 2011

Sumber : Data primer diolah, 2011

Kinerja dari sebuah perusahaan bisa dilihat dari laporan keuangannya.

Laporan keuangan perusahaan merupakan sumber informasi utama bagi

Konsep Value Based

Konsep konvensional

Variabel dependen

Variabel independen

ROR (Y)

ROI (X1)

ROE (X2)

OCF (X3)

EVA (X4)

H1

H2

H3

H4

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

26

kepentingan manajemen maupun bagi investor dalam pengambilan keputusan

investasi di pasar modal. Laporan ini mencakup dua hal pokok yaitu laporan rugi

laba dan neraca, kemudian laporan keuangan tadi dianalisis. Dalam penelitian ini

menggunakan dua konsep yaitu konsep konvensional dan konsep value based.

Konsep konvensional terdiri dari Return on Investment (ROI), Return on Equity

(ROE) dan Operating Cash Flow (OCF), sedangkan konsep value based yaitu

dengan Economic Value Added (EVA).

Dari hasil analisis laporan keuangan yang berupa ROI, ROE, OCF serta

EVA akan dilakukan pengujian apakah keempat varibel tersebut baik secara

parsial akan berpengaruh terhadap perubahan harga saham kategori LQ 45 pada

Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis Penelitian

Pengaruh Return On Investment (ROI) terhadap Rate Of Return (ROR)

Laba akuntansi selalu menjadi fokus perhatian dalam menilai kinerja

sebuah perusahaan. Alat ukur finansial yang lazim digunakan untuk mengukur

tingkat laba adalah Return on Investment (ROI) (Miranda dkk, 2003).

James Dodd dan Shimin Chen (1996), yang meneliti korelasi antara

tingkat pengembalian saham dengan berbagai pengukur profitabilitas untuk 566

perusahaan Amerika dalam rentang waktu mulai tahun 1983 hingga 1992. Dodd

dan Chen mendapat hasil R2 dari tingkat pengembalian saham dengan ROI

sebesar 24,5%, sedangkan dengan EVA 20,2%, residual income 19,4%, EPS 5%,

dan ROE 7%. Sehingga dari penelitian Dodd dan Chen ini dapat disimpulkan

bahwa di antara berbagai pengukur profitabilitas yang telah disebutkan di atas,

ROI memiliki korelasi yang paling besar dengan tingkat pengembalian saham.

Diyanti (2000), meneliti hubungan laba bersih dan arus kas dengan return

pada saham di Bursa Efek Jakarta pada periode 1994-1997. Laba bersih

memperlihatkan hubungan yang lebih kuat daripada arus kas.

Miranda dkk (2003), meneliti hubungan ROI dengan ROR pada 50

perusahaan yang terdaftar di BEJ, menemukan bahwa ROI berpengaruh yang

signifikan terhadap tingkat pengembalian ROR. Berdasarkan pada hal tersebut

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: Return On Investment (ROI) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return

(ROR).

Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Rate Of Return (ROR)

Resmi (2002), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang salah

satunya dengan menggunakan ROE pada perusahaan kategori LQ 45, menemukan

bahwa ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.

Solihudin (2005), melakukan penelitian mengenai pengaruh EVA dan

ROE terhadap return saham , menemukan bahwa kedua variabel independent

yaitu ROE dan EVA berpengaruh signifikan terhadap return saham. ROE

berpengaruh dengan signifikansi sebesar 3,8 % dan EVA sebesar 1%.

Penelitian Setyoningsih (2006), dengan judul Pengaruh Kinerja Keuangan

Perusahaan Terhadap Return Saham Studi pada Perusahaan Manufaktur yang

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

27

Terdaftar di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa : Rasio yang digunakan

EPS, PER, DER dan ROE yaitu secara bersama-sama mempunyai pengaruh

sebesar 5% terhadap return saham.

Handoko (2008), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang

salah satunya dengan menggunakan ROE terhadap perubahan harga saham pada

perusahaan kategori LQ 45, menemukan bahwa ROE berpengaruh terhadap

perubahan saham.

Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

H2 : Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return

(ROR).

Pengaruh Operating Cash Flow (OCF) terhadap Rate Of Return (ROR) Secara teoritis, setelah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada PSAK No. 2

mengenai laporan arus kas mengharuskan perusahaan yang sudah go publik

menyajikan laporan arus kas, maka seluruh informasi keuangan diperusahaan

semakin mudah diketahui investor. Oleh sebab itu, hal ini akan berdampak pada

reaksi investor dalam menanggapi informasi tersebut, termasuk pula berpengaruh

pada volume perdagangan dan harga permintaan maupun harga penawaran saham

yang diperjualbelikan (Miranda dkk, 2003).

Bernard dan Stober (1989), menemukan adanya reaksi harga saham yang

sangat tinggi sekali terhadap pengumuman informasi arus kas. Alaraini dan

Stephens (1999), juga menemukan dalam hasil penelitiannya bahwa ada hubungan

antara informasi arus kas dan penilaian sekuritas. Demikian pula dengan

penelitian Baridwan (1997), Hastuti (1997), Suadi (1998), Asyik (1999), dan

Triyono (2000) menemukan bahwa informasi arus kas ternyata mampu

memberikan nilai tambah bagi para pemakai informasi laporan keuangan.

Menurut Manurung (1998), meneliti hubungan laba bersih dan arus kas

dengan return pada saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ,

menemukan bahwa arus kas operasi yang surplus akan menunjukkan korelasi

positif dengan kinerja perusahaan. Kesimpulan ini mendukung pemikiran bahwa

arus kas yang positif akan meningkatkan harga saham.

Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

H3: Operating Cash Flow (OCF) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return

(ROR).

Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Rate Of Return (ROR).

O’Byrne (1996), mengatakan bahwa berdasarkan riset yang dilakukan

dipasar modal New York (NYSE), perubahan EVA dalam 5 tahun menjelaskan

perubahan nilai pasar saham sebesar 74%, sementara perubahan dalam earning

pada periode yang sama hanya menjelaskan 24%.

Lehn dan Mahkija (1996), melakukan uji sahih atas hubungan EVA

(economic value added) dengan stock return dari 241 perusahaan yang termasuk

dalam peringkat pencipta nilai yang setiap tahun diterbitkan oleh Stern Stewart &

Co untuk tahun 1987, 1988 dan 1993. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

28

walaupun bedanya tidak terlalu besar, ternyata hubungan EVA dengan return

saham memiliki hubungan yang lebih tinggi.

Handoko (2008), meneliti hubungan kinerja keuangan perusahaan yang

salah satunya dengan menggunakan EVA terhadap perubahan harga saham pada

perusahaan kategori LQ 45, menemukan bahwa EVA berpengaruh terhadap

perubahan saham.

Berdasarkan pada hal tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut :

H4 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif terhadap Rate Of Return

(ROR).

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Rate Of Return (ROR)

Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah tingkat pengembalian

investasi (rate of return) yaitu capital gain dan dividen yield. Untuk menghitung

rate of return (ROR) digunakan rumus sebagai berikut :

ROR = P1 – P0 + D1

P0

Dimana :

ROR = tingkat pengembalian investasi

P1 = harga saham penutupan tahun 2014

P0 = harga saham penutupan tahun 2013

D1 = dividen yang diharapkan tahun 2014

Return on Investment (ROI) ROI dihitung dengan membagi laba bersih atau earning after tax (EAT) dengan total

aktiva. Formula yang digunakan untuk menghitung ROI adalah sebagai berikut :

Return On Equity (ROE)

ROE dalam penelitian ini dihitung dengan membagi EAT dengan modal

sendiri (Handoko, 2008). Formula yang digunakan untuk menghitung ROE adalah

sebagai berikut :

Operating Cash Flow (OCF)

Variabel operating cash flow diukur berdasarkan nilai operating cash flow

yang tersaji dalam laporan arus kas. Operating cash flow dapat diambil dari

laporan arus kas, yang merupakan salah satu unsur dalam laporan keuangan.

EAT

Modal Pemilik ROE =

EAT

Total Aktifa ROI =

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

29

Economic Value Added (EVA)

EVA merupakan selisih antara net operating after tax (NOPAT) dengan

biaya-biaya atas modal yang diinvestasikan (capital charge). Rumus menghitung

EVA :

EVA = NOPAT - ( WACC x Capital )

Dimana :

NOPAT = net operating profit after tax atau laba operasi bersih WACC = tingkat biaya modal rata-rata tertimbang

Capital = hutang yang memiliki bunga dan modal sendiri.

Model Penelitian

Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan

adalah regresi linier berganda. Formula untuk menghitung ROR adalah sebagai

berikut : ROR = a + b1ROI + b2ROE +b3OCF + b4EVA+e

Dimana :

ROR = Rate of Return (tingkat pengembalian investasi)

ROI = Return on Investment

ROE = Return On Equity

OCF = Operating Cash Flow

EVA = Economic Value Added

a = intersep (konstanta)

b1, b2, b3,b4 = koefisien variabel bebas

e = error Tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian ini adalah 0.95 atau 0.05. Hal ini

menunjukkan bahwa bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka dinyatakan signifikan pada

taraf kesalahan 5%. Ini berarti bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen sebesar nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah data sekunder perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 yang masuk kategori indek

saham LQ 45.

Teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Adapun

kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di BEI tahun 2014.

2. Perusahaan yang masuk kategori LQ 45 dan menyediakan data keuangan

tahun 2014.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data Penelitian

Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dari perusahaan yang

masuk dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 kategori LQ 45. Indeks LQ

45 adalah salah satu indeks harga saham yang ada di Bursa Efek Indonesia. Indek

LQ 45 adalah saham-saham dengan likuiditas (liquid) tinggi. Indeks LQ 45 hanya

terdiri dari 45 saham yang terpilih setelah melalui beberapa kriteria pemilihan

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

30

sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan tingakt likuiditas (liquid) yang

tinggi

Tabel 1

Statistik Diskriptif

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

ROI 45 2.49 40.15 19.6271 10.52228

ROE 45 2.09 63.88 18.1036 14.06507

OCF 45 506,160,000.- 15,726,100,000,000.- 2.6085E12 4.31108E12

EVA 45 -1,420,931,871,799.- 3,221,092,575,813.- 1.7679E11 6.51528E11

ROR 45 -24.85 54.76 27.3804 15.69543

Valid N 45

Nilai rata-rata dari variabel ROR adalah sebesar 27,3%; variabel ROI sebesar 19,62%;

variabel ROE sebesar 18,1%; variabel OCF sebesar Rp2.6085E12; dan EVA sebesar Rp

1.7679E11. Semua variabel memiliki nilai rata-rata yang positif, hal ini menunjukkan bahwa

selama tahun 2014 perusahaan mampu menghasilkan rata-rata ROI yang baik, rata-rata ROE yang

baik, mampu menghasilkan arus kas yang baik dan mampu menciptakan nilai tambah, serta

mampu memberikan tingkat pengembalian yang memadai yang diharapkan investor.

Nilai standar deviasi variabel ROR (Rate Of Return) adalah sebesar

15.695%, sedangkan ROI (Return On Investment ) sebesar 10.522%; dan ROE

(Return On Equity) yang sebesar 14,065%. Standar deviasi untuk OCF

(Operating Cash Flow) adalah sebesar Rp 431.108.000.000,00 dan EVA

(Economic Value Added) sebesar Rp 65.152.800.000,00

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Tabel 2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 45

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation 13.49139080

Most Extreme

Differences

Absolute .081

Positive .067

Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .541

Asymp. Sig. (2-tailed) .931

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan normalitas dengan

menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test memiliki probabilitas

tingkat signifikansi di atas tingkat α = 0,05 yaitu 0,931. Hal ini berarti dalam

model regresi terdapat variabel residual atau variabel pengganggu yang

terdistribusi secara normal.

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

31

2. Uji Multikolonieritas

Tabel 3

Model

Collinearity

Statistics

Tolerance VIF

1 ROI 0.868 1.152

ROE 0.912 1.097

OCF 0.846 1.183

EVA 0.911 1.098

Berdasarkan tabel 3, terlihat bahwa tidak ada variabel independen yang

memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya hasil perhitungan VIF

(Variance Inflation Factor) juga menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada

satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor)

lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi

3. Uji Heterokedastisitas

Gambar 2

Hasil Uji

Heteroskedastisitas

Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

32

Pengujian Hipotesis

Pengaruh penilaian kinerja dengan menggunakan konsep konvensional dan

konsep velue bassed terhadap Rate of Return (H1, H2, H3, H4) diuji dengan

regresi linier berganda. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

B Beta t Sig.

1 (Constant) 4.714 .716 0.478

ROI 0.629 0.422 2.893 0.006

ROE 0.381 0.342 2.400 0.021

OCF 1.305E-12 0.358 2.425 0.020

EVA 4.849E-14 0.002 .014 0.989

a. Dependent Variable: ROR

Pengujian pengaruh Return on Investment (ROI) dengan Rate of Return

(ROR)

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung ROI sebesar 2.893

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan H1 yang menyatakan bahwa Return On Investment (ROI)

berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima.

Pengujian pengaruh Return on Equity (ROE) dengan Rate of Return (ROR)

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung ROE sebesar 2.400

dengan signifikansi sebesar 0,021, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan H2 yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh

positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima.

Pengujian pengaruh Operating Cash Flow (OCF) dengan Rate of Return

(ROR)

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung OCF sebesar 2.425

dengan signifikansi sebesar 0,02, lebih kecil dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan H3 yang menyatakan bahwa Operating Cash Flow (OCF)

berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) dapat diterima.

Pengujian pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Rate of Return

(ROR) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui nilai t hitung EVA sebesar 0,014 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0,989, lebih besar dari 0,05.Sehingga dapat

disimpulkan H4 yang menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA)

berpengaruh positif terhadap Rate Of Return (ROR) ditolak.

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

33

KESIMPULAN

Penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ROI,ROE,OCF dan EVA

terhadap ROR. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penilaian kinerja dengan

konsep konvensional yaitu dengan analisis ROI,ROE dan OCF memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi. Sedangkan konsep value

based yaitu analisis EVA tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa investor

dalam memutuskan investasi masih cenderung menggunakan metode

konfensional. Sehingga diharapkan, kedepan dalam menentukan portofolio

investasinya sebaiknya tidak hanya menilai kinerja perusahaan saja tapi

menggunakan dasar analisis fundamental khususnya dengan mencermati kinerja

perusahaan.

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan antara lain, pada

penelitian ini data yang diamati masih sedikit karena hanya terbatas pada saham–

saham yang masuk dalam kategori LQ 45, sehingga dari segi jumlah dirasa kurang

mewakili terhadap populasi yang ada dan hanya menggunakan satu periode

pengamatan yaitu periode tahun 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Alaraini and Stephen. 1999. Improving the Role of Accounting Information for

Securities Valuation: SFAS No. 95. Working Paper, Temple University.

Amin Widjaja Tunggal. 2001. Memahami Konsep Value Added dan Value Based

Management, Harvindo.

Anoraga, Pandji. 2000. Pengantar Pasar Modal. Pengantar Pasar Modal. Rineka

Cipta. Baridwan, Z. 1997. Analisis Nilai Tambah Informasi Laporan Arus Kas. Jurnal

Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 1997, vol. 12.2, hal 1-14.

Bernard, V. and T., and Stober. 1989. “The Nature and Amount of Information in

Cash Flows and Accruals”. The Accounting Review, October 1989, pp.

713-725.

Brigham, Eugene F. and Joel F Houston 2001. Manajemen Keuangan, Buku dua,

Edisi kedelapan, diterjemahkan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo,

Erlangga, Jakarta.

Diyanti, Vera. 2000.Analisis Keterkaitan Pendapatan dan Arus Kas dengan Return

Saham. Karya Akhir MM-UI.

Dodd, James L., and Shimin Chen. 1996. “EVA: A New Panacea?”. B&E Review,

July-September 1996, pp. 26-28.

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

34

Fauzan, Agung 2006. Analisis Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Rate Of

Return. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam

Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.

Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang

Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. 2005. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi

Kedua. UPP AMP YKPN.

Handoko, Wahyu 2008. Pengaruh EVA, ROE, ROA Dan EPS Terhadap

Perubahan Harga Saham Kategori LQ 45 Bursa Efek Jakarta. Surakarta:

Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Husnan, Suad. 2003, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Cetakan

ketiga, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta.

Iramani, Erie. 2006. Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja Dan Nilai

Tambah Perusahaan.

Jogiyanto,H. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 3, Yogyakarta,

BPFE Universitas Gajah Mada.

Jusuf, Jopie. 2000. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Penerbit Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta

Laduna, Rudy. 2006. Analisis Pengaruh Konsep Konvensional dan Konsep

Berbasis Nilai sebagaiAlat Ukur Kinerja terhadap Return Saham. Jurnal

Aplikasi Manajemen, Volume 4, Nomor 3, Desember 2006.

Lehn, Kenneth, and Anil K. Makhija.1996. EVA & MVA as Performance

Measures and Signals for Strategic Change. Strategy and Leadership,

May/ June 1996, pp. 34-38.

Miranda, Yuliana, & Thio. 2003.Analisa Pengaruh Penilaian Kinerja Dengan

Konsep Konvensional Dan Konsep Value Based Terhadap Rate Of Return.

SNA 6 Surabaya.

Munawir.2000. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta:Liberty.

Penerbit : Ekonisia.

Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty, 2008. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi 2.

UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Prastowo, Dwi. 1995. Analisis Laporan Keuangan : Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Volume 11 No.1, Januari 2016 ISSN: 1907–426X

35

Resmi Siti, 2002. “Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Return

Saham”. Jurnal Akuntansi Kompak, No. 6, September 2002.

Riyanto, Bambang., 1995, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Gajah Mada

Rousana, Mike, 1997, Memanfaatkan EVA untuk Menilai Perusahaan di Pasar

Modal Indonesia, Usahawan, No. 4 th XXVI, April, hal. 18-21.

Sartono. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta:

BPFE.

Setyoningsih, Eny. 2006. “ Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap

Return Saham Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Jakarta”. Skripsi UAD.

Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta.

Tunggal, A.W., 2001, Memahami Konsep (EVA) dan VBM (Value Based

Management). Harvindo, Jakarta.University Press, Yogyakarta.

Utama, Sidharta. 1997. Economic Value Added : Pengukuran Penciptaa Nilai

Perusahaan. Usahawan No 4 Th XXVI, April 1997.

Yanindya. 1998. Perbandingan Penggunaan Metode ROE. EVA dan CVA Dalam

Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Thesis Magister

Manajemen.Universitas Indonesia.

Young, S. David, and Stephen O’Byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan

Nilai (judul asli: EVA and Value-Based Management: A Practical Guide

to Implementation). Penerjemah Lusy Widjaja. Jakarta: Salemba Empat,.