pengaruh penerapan perbaikan proses bisnis internal dan...
TRANSCRIPT
247
PENGARUH PENERAPAN PERBAIKAN PROSES BISNIS INTERNAL DAN TANGGUNG
JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP KINERJA BANK DENGAN PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD
(Sensus Pada Bank Umum di Wilayah Kota Banda Aceh)
Zulkarnaini
Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe
ABSTRACT
This reaserach aims to know the relationship and effect of implementation of internal
business process improvement and corporate social responsibility toward bank performance based
on balanced scorecard at Banks in Banda Aceh. The data collection method is obtained through
questionaires for 23 Banks. The respondents are 6 staffs who include for the middle to top
management and influence the decision, so the respondents are 138. Test of hypothesis is used by
using the statistic model of path analysis.
The result indicates that internal business process improvement has significantly effects
toward the corporate social responsibility, it means that the corporate social responsibility will be
better when business process has been well done. Additionally, internal business process
improvement has the indirectly relationship through the corporate social responsibility to support
the performance based on the balanced scorecard.
Simultaneously, internal business process improvement and corporate social responsibility has
significantly effect toward bank performance based on balanced scorecard at Banks in Banda Aceh.
Partially, both internal business process improvement and corporate social responsibility has
significantly effect toward bank performance based on balanced scorecard at Banks in Banda Aceh.
Keywords: Internal Business Process Improvement, Corporate Social Responsibility, Bank
Performance, Balanced Scorecard
PENDAHULUAN
Dampak persaingan bisnis yang cukup
kompetitif telah menuntut manajemen harus
mampu dalam memanfaatkan setiap peluang
yang ada baik melalui pengetahuan maupun
dengan menggunakan kemampuan yang
dimiliki, guna mempertahankan kelangsungan
bisnis serta pencapaian tujuan perusahaan.
Hampir di seluruh dunia fenomena ini semakin
memberikan peluang maupun ancaman
sehingga perlu usaha-usaha tertentu dari pihak
manajemen untuk terus melakukan
pembenahan dan inovasi dalam setiap
keputusan. Hal ini harus terus
diimplementasikan dengan membuka akses
seluas-luasnya dan mampu menjawab seluruh
tantangan yang muncul baik dari sisi internal
maupun eksternal perusahan, tidak terkecuali
pada setiap jenis bisnis usaha.
Melihat perkembangan ekonomi yang
terus bergerak saat ini, maka jenis bisnis jasa
perbankan mendapat porsi yang sangat besar
dan cukup signifikan mempengaruhi sektor
keuangan dunia. Jenis sektor bisnis ini mampu
melibatkan banyak pihak didalamnya dan
bahkan mampu mempengaruhi seluruh
komponen masyarakat yang selalu
membutuhkan jenis bisnis ini untuk dijadikan
sebagai wadah atau sarana dalam mempercepat
proses bisnis mereka. Lebih jauh lagi lembaga
keuangan ini menurut Sinungan (2000) mampu
memainkan peranan yang amat strategi dalam
menggerakan roda perekonomian suatu negara.
Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi
sebagai financial intermediary atau perantara
keuangan dari dua pihak yang saling
membutuhkan dana dalam bisnis ataupun
usaha tertentu. Terlaksananya fungsi bank
tersebut akan mempercepat proses kegiatan
ekonomi pada suatu negara yang berdampak
terhadap percepatan pembangunannya.
Melihat pentingnya posisi perbankan
saat ini, maka sudah selayaknya bisnis ini
harus melalukan berbagai upaya yang mampu
meningkatkan keberadaannya baik dalam
Jurnal Keuangan dan Bisnis
Vol. 4, No. 3, November 2012
247 – 258 Jurnal Keuangan & Bisnis November
248
jangka pendek maupun jangka panjang. Pihak
manajemen harus lebih jeli membaca peluang
pasar serta terus berupaya memperbaiki
seluruh strategi yang ada melalui proses bisnis
maupun peka terhadap masyarakat yang
merupakan urat nadi bagi kelangsungan bisnis
perbankan. Dua faktor tersebut merupakan
indikator keberhasilan bisnis perbankan
dewasa ini, karena fenomena dunia tidak
terkecuali telah banyak melihat inovasi melalui
perbaikan proses bisnis dan mengedepankan
corporate social responsibility terhadap
masyarakat untuk menunjang kekuatan usaha.
Tujuan yang ingin dicapai pada akhirnya
mengacu pada kinerja yang akan
mencerminkan tingkat kemajuan dan prospek
di masa yang akan datang.
Perbaikan proses bisnis (business
process improvement) adalah suatu metodologi
pengembangan yang sistematik untuk
membantu suatu organisasi membuat kemajuan
yang signifikan dalam mengoperasikan proses
bisnisnya. Proses bisnis perlu diperbaiki karena
tidak ada produk atau jasa yang dihasilkan
tanpa melalui suatu proses bisnis (Harrington,
1991). Jadi perbaikan proses bisnis adalah
sebuah pendekatan sistematis yang dapat
digunakan untuk membuat perbaikan yang
sifatnya berupa terobosan dan peningkatan
pada proses yang menghasilkan produk dan
jasa untuk para pelanggan.
Perbaikan proses bisnis difokuskan
untuk mengeliminir pemborosan dan birokrasi
internal. Perbaikan proses bisnis itu sendiri
menyediakan suatu sistem untuk membantu
menyederhanakan dan memodernisasi proses
bisnis. Perbaikan yang dilakukan hendaknya
memperhatikan tuntutan kebutuhan pelanggan
(costumer requirement) serta kemampuan
perusahaan dalam merespon tuntutan
pelanggan. Perbaikan proses bisnis akan
membuat perbankan mampu menghasilkan
produk yang berkualitas dengan biaya yang
rendah, serta dapat dimanfaatkan tepat waktu.
Hal ini akan meningkatkan kepuasan nasabah
dan investor dan membuat perbankan mampu
bersaing di pasar global.
Perbaikan proses bisnis internal
merupakan suatu proses integrasi yang
signifikan dari orang, material, metode, mesin
dan peralatan guna menghasilkan nilai tambah
output untuk pelanggan. Jika seluruh tahap
perbaikan proses bisnis dilakukan maka, dapat
dipastikan bank akan mencapai hasil produk
yang berkualitas dengan efesiensi yang tinggi
sehingga pelayanannya semakin meningkat
dan akan membuat peningkatan terhadap
kinerja bank.
Faktor berikutnya yang cukup
mempengaruhi kondisi kinerja perbankan saat
ini adalah dimana perusahaan agar dapat
berkesinambungan dalam mempertimbangkan
lingkungan sosialnya dalam setiap keputusan
yang diambil. Salah satu media yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan informasi
aktivitas sosial perusahaan adalah melalui
laporan tahunan perusahaan yang diterbitkan
oleh perusahaan. Dalam PSAK No. 1 (IAI,
2001) paragraf 9 dinyatakan bahwa
”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan
tambahan seperti laporan mengenai lingkungan
hidup dan laporan nilai tambah (value added
statement), khususnya bagi industri dimana
faktor-faktor lingkungan hidup memegang
peranan penting dan bagi industri yang
menganggap pegawai sebagai kelompok
pengguna laporan yang memegang peranan
penting”.
Mengacu pada PSAK di atas akan
memberikan gambaran seolah-olah kekhususan
yang muncul pada pelaksanaan tanggung
jawab sosial hanya terbatas pada jenis bisnis
yang berbasis pabrikasi. Hal tersebut tidak
sepenuhnya berlaku bagi perusahaan dengan
orientasi produk saja, namun bagi perusahaan
seperti perbankan, tanggungjawab sosial
perusahaan merupakan hal yang sangat peka
karena tanpa kepedulian sosial perbankan
kepada nasabah atau masyarakat maka dapat
dipastikan Bank tidak akan mampu
memberikan kontribusi yang berarti bagi
perekonomian di dalam sebuah negara. Hal ini
menjadi pertimbangan yang sangat ketat bagi
pihak perbankan, ditambah lagi bagi perbankan
dengan status BUMN sangat diikat oleh aturan
Menteri BUMN No. 05/MBU/2007 agar
mengalokasikan 2% dari laba perusahaan
untuk kegiatan sosial atau kemasyarakatan.
Himbauan ini menjadi hal yang sangat penting
bagi seluruh perbankan nasional untuk
menjalankan fungsi sosialnya bagi masyarakat.
Pernyataan senada juga terdapat dalam
tujuan laporan keuangan Trueblood Report,
yaitu ”Tujuan laporan keuangan adalah untuk
melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan
yang mempengaruhi kontinuitas yang mana
dapat ditentukan dan dijelaskan atau diukur
dan penting bagi perusahaan dalam lingkungan
sosialnya”.
Perusahaan-perusahaan, terutama
perusahaan yang sudah go public, sebaiknya
wajib memberikan informasi mengenai
2012 Zulkarnaini
249
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
masyarakat, pemerintah dan karyawan atau
tenaga kerja. Bagi perusahaan yang go public
dan BUMN, laporan sosial dan lingkungan
dapat menjadi informasi yang bermanfaat bagi
pengambil keputusan.
Salah satu informasi yang sering
diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini
adalah informasi tentang tanggung jawab
sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan keseluruhan hubungan
perusahaan dengan semua stakeholdernya,
yang meliputi konsumen, karyawan,
masyarakat, pemilik/investor, pemerintah dan
suplier.
Menurut Anis Baridwan bahwa standar
pengungkapan tanggung jawab sosial
merupakan wacana dan hal yang baru di
Indonesia. Namun di sisi lain sesungguhnya
hal ini merupakan tolok ukur bagi operasional
perusahaan yang mencakup aspek dari
pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi,
lingkungan hidup dan tanggung jawab sosial
(Media Akuntansi, 2004). Pernyataan tersebut
merupakan fakta dimana sampai saat ini
masalah tanggung jawab sosial perusahaan
ataupun standar menyangkut akuntansi sosial
di Indonesia masih belum dirumuskan atau
ditetapkan secara resmi, sehingga belum ada
dampak yang cukup mengikat bagi perusahaan
dalam mengembangkan operasionalnya dengan
resiko yang ditimbulkan kemudian hari.
Melihat begitu pentingnya perbaikan
proses bisnis internal maupun tanggungjawab
sosial perusahaan bagi bisnis perbankan
dewasa ini, maka perlu dihubungkan dengan
kinerja bank yang menjadi tuntutan dunia
perbankan saat ini dalam mempertahankan
eksistensi bisnisnya. Untuk mengetahui
keberhasilan pencapian sasaran kinerja
perbankan dapat diukur dengan menggunakan
beberapa indikator penilaian sesuai dengan
ketentuan tentang tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank umum yang dinyatakan
melalui penilaian tingkat kesehatan bank
dengan didasarkan pada aspek CAMEL yaitu
permodalan (capital), kualitas aktiva produktif
(asset), manajemen (management), rentabilitas
(earning) dan likuiditas (liquidity).
Aspek CAMEL untuk penilaian
tingkat kesehatan bank didasarkan pada
indikator kinerja keuangan dan non-keuangan
perbankan, namun pada dasarnya penilaianya
terfokus pada indikator kinerja keuangan saja.
Guna mengetahui keberhasilan pencapaian
sasaran kinerja keuangan dan non-keuangan
perbankan, maka bisa digunakan metode
penilaian kinerja yaitu melalui penilaian
kinerja berdasarkan balanced scorecard.
Kaplan dan Norton (2000) menyatakan:
”The balanced scorecard comlements
financial measures of past performance
with measures of the drivers of future
performance. The objectives and
measures of the scorecard are derived
from an organization’s vision and
strategy. The objectives and measures
view organizational performance from
four perspectives: financial, customer,
internal business processes, and
learning and growth. These four
perspectives provide the framework for
the balanced scorecard.”
Berdasarkan pada pernyataan di atas,
dapat dipahami bahwa tujuan dan ukuran
scorecard diturunkan dari visi dan strategi
perusahaan. Tujuan dan ukuran tersebut
memandang bahwa kinerja perusahaan
berdasarkan pada empat prespektif yaitu
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,
serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Keempat perspektif inilah yang memberi
kerangka kerja bagi balanced scorecard.
Melalui pendekatan balanced scorecard dapat
memberikan informasi yang lebih banyak
sebagai bahan dalam pengambilan keputusan,
karena memaparkan kinerja dalam empat
prespektif.
Pemanfaatan pengukuran pencapaian
kinerja perusahaan manufaktur maupun jasa di
Indonesia dengan balanced scorecard masih
jarang dilakukan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Mulyadi (2001) bahwa;
“Meskipun telah banyak perusahaan di
USA yang membukukan keberhasilan
dalam memanfaatkan balanced
scorecard untuk melipatgandakan
kinerja keuangan perusahaan, namun
masih sedikit, bahkan dapat dikatakan
tidak ada perusahaan Indonesia yang
memiliki keberanian untuk melakukan
eksperimen dalam menerapkan balanced
scorecard guna mendongkrak
kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kinerja keuangan.”
Namun pada prakteknya kemungkinan
telah dilakukan pengukuran kinerja dengan
menggunakan balanced scorecard, walaupun
tidak secara resmi.
Dihubungkan dengan industri di
bidang jasa seperti halnya perbankan,
247 – 258 Jurnal Keuangan & Bisnis November
250
pengukuran balanced scorecard sebagai
pengukuran kinerja sangat tepat, karena
perbankan yang bergerak dibidang jasa perlu
menekankan pada aspek-aspek non keuangan
terutama aspek pelanggan. Karena dalam usaha
jasa kepuasan pelanggan merupakan ujung
tombak yang akan meningkatkan pendapatan
perusahaan. Dengan mengetahui aspek
kepuasan pelanggan, manajemen dapat
mengambil keputusan-keputusan yang tepat
untuk peningkatan kinerja yang pada akhirnya
akan mengarah pada kinerja keuangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka
pemanfaatan pendekatan metode balanced
scorecard dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak manajemen Bank
umum untuk mengukur pencapaian kinerjanya.
Kemampuan jasa perbankan dalam
persaingan pasar global yang telah sedemikian
kompetitif sangat ditentukan oleh
kemampuannya menjual produk dan jasa yang
berkualitas dengan harga bersaing dibanding
pesaing. Untuk mencapai maksud tersebut
pihak perbankan harus meningkatkan
keefektifan, efisiensi, dan adaptabilitasnya
melalui perbaikan proses bisnis secara
berkesinambungan. Perbaikan proses bisnis
yang terus-menerus dilakukan akan melahirkan
berbagai hal baru agar perbankan resistant
terhadap pesaing serta mampu membaca
kelemahan-kelemahan yang ada dengan diikuti
oleh tindakan korektif yang cepat dan tepat.
Keberhasilan kinerja dalam perbankan juga
sangat tergantung pada penerapan
tanggungjawab sosial perusahaan yang
merupakan salah satu bentuk usaha perbankan
untuk menjamin kelangsungan hidupnya
dengan tetap mempertahankan image yang
baik bagi masyarakat. Sinergi kedua variabel
tersebut akan memungkinkan badan usaha
perbankan berhasil dalam mencapai kinerja
perbankan dengan lebih baik. Penelitian ini
menjadi penting untuk dilakukan di perusahaan
perbankan, berkaitan dengan pengaruh proses
bisnis internal terhadap tanggung jawab sosial,
serta pengaruh perbaikan proses bisnis internal
dan tanggung jawab sosial terhadap kinerja
perusahaan dengan pendekatan balanced
scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota
Banda Aceh.
TINJAUAN PUSTAKA
Perbaikan proses bisnis (business
process improvement) adalah suatu metodologi
pengembangan yang sistematik untuk
membantu suatu organisasi membuat kemajuan
yang signifikan dalam mengoperasikan proses
bisnisnya. Proses bisnis perlu diperbaiki karena
tidak ada produk atau jasa yang dihasilkan
tanpa melalui suatu proses bisnis (Harrington,
1991). Jadi perbaikan proses bisnis adalah
sebuah pendekatan sistematis yang dapat
digunakan untuk membuat perbaikan yang
sifatnya berupa terobosan dan peningkatan
pada proses yang menghasilkan produk dan
jasa untuk para pelanggan.
Perbaikan proses bisnis difokuskan
untuk mengeliminir pemborosan dan birokrasi.
Perbaikan proses bisnis itu sendiri
menyediakan suatu sistem untuk membantu
menyederhanakan dan memodernisasi proses
bisnis. Perbaikan yang dilakukan hendaknya
memperhatikan tuntutan kebutuhan pelanggan
(Customer requirement) serta kemampuan
perusahaan dalam merespon tuntutan
pelanggan. Perbaikan proses bisnis akan
membuat perbankan mampu menghasilkan
produk yang berkualitas dengan biaya yang
rendah, serta dapat dimanfaatkan tepat waktu.
Hal ini akan meningkatkan kepuasan nasabah
dan investor dan membuat perbankan mampu
bersaing di pasar global.
Perbaikan proses bisnis merupakan
suatu proses integrasi yang signifikan dari
orang, material, metode, mesin dan peralatan
guna menghasilkan nilai tambah output untuk
pelanggan. Jika seluruh tahap perbaikan
proses bisnis dilakukan maka, dapat dipastikan
bank akan mencapai hasil produk yang
berkualitas dengan efesiensi yang tinggi
sehingga pelayanannya semakin meningkat
dan akan membuat peningkatan terhadap
kinerja perusahaan.
Disamping proses bisnis yang sangat
mempengaruhi kinerja perusahaan, masih
terdapat faktor lain yang juga sama pentingnya
dewasa ini bagi dunia bisnis, yaitu tanggung
jawab sosial perusahaan. Perubahan paradigma
masyarakat terhadap perusahaan dan dampak
dari kegiatan yang ditimbulkannya mulai
terjadi pada awal tahun 1970. Kesadaran
masyarakat dunia akan dampak negatif
aktivitas perusahaan membuat masyarakat
tidak lagi menganggap bahwa perusahaan telah
memberikan kontribusi yang cukup bagi
lingkungannya hanya melalui pemberian
kesempatan kerja, penyediaan barang dan jasa
bagi masyarakat, dan pembayaran pajak.
Kesadaran akan dampak negatif
perusahaan tersebut mengakibatkan tekanan
dan tuntutan yang dialamatkan pada
2012 Zulkarnaini
251
perusahaan, baik dilakukan oleh konsumen dan
masyarakat, karyawan, pemerintah, kreditor
dan berbagai lembaga swadaya masyarakat
(stakeholders) agar perusahaan memperluas
tanggung jawab sosialnya. Tekanan dan
tuntutan ini menjadi dasar berkembangnya
tanggung jawab sosial perusahaan (Maksum
dan Kholis, 2003).
Sejarah juga menunjukkan bahwa
kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia
hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antar
unit-unit masyarakat itu sendiri. Pemerintah
tidak bisa berjalan tanpa partisipasi
masyarakat, perusahaan tidak bisa berjalan dan
maju jika tidak didukung oleh tenaga kerja dan
lingkungannya. Sebaliknya pemerintah, tenaga
kerja, masyarakat juga membutuhkan
perusahaan untuk mengelola sumber daya yang
berguna untuk memenuhi kebutuhannya.
Kenyataan ini mendorong timbulnya
kebutuhan perlunya mempertanggungjawabkan
dampak kegiatan perusahaan terhadap
lingkungan fisik dan sosial.
Pergeseran pemikiran terhadap
tanggung jawab pengelolaan organisasi yang
semula hanya kepada pemilik (stockholder),
tetapi sekarang juga kepada karyawan,
pemerintah, dan masyarakat luas
(stakeholders) yang menjadi dasar
perkembangan teori stakeholder. Freeman
dalam Maksum dan Kholis (2003)
menyatakan bahwa ”stakeholder is group or
individual who can affect or is affected by the
achievement of the organization’s objectives”.
Definisi Freeman ini menyatakan bahwa
stakeholder merupakan kelompok atau
individu yang dapat mempengaruhi atau
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan
perusahaan, dengan demikian secara implisit
definisi ini menunjukkan keberlangsungan
hidup (going concern) perusahaan antara lain
dipengaruhi oleh perilaku dan respon
stakeholders terhadap perusahaan. Teori
stakeholders mengasumsikan bahwa eksistensi
perusahaan ditentukan oleh para stakeholders.
Perusahaan dalam menjalankan operasi
perusahaannya akan berusaha menyesuaikan
diri dengan kebutuhan dari stakeholders.
Semakin kuat stakeholders, semakin besar pula
kecenderungan perusahaan mengadaptasikan
diri dengan kebutuhan dan keinginan
stakeholdersnya (Utomo, 2000).
Tujuan akhir dari perusahaan adalah
bagaimana mencapai kinerja yang baik, setelah
kedua faktor di atas diperhatikan dan
ditingkatkan oleh perusahaan. Kinerja
(Bastian, 2001) memberikan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan atau
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi yang tertuang dalam perumusan
skema strategis (strategic planning) suatu
organisasi. Secara umum juga dapat dikatakan
bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat
dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.
Larry D Stout (1993) dalam Bastian
(2001) menyatakan bahwa :
“pengukuran/penilaian kinerja merupakan
proses mencatat dan mengukur pencapaian
pelaksanaan kegiatan dalam arah penilaian
misi (mission accomplishment) melalui hasil-
hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa
ataupun suatu proses”.
Pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa setiap kegiatan operasi harus dapat
diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan
pencapaian arah organisasi dimasa yang akan
datang yang dinyatakan dalam visi dan misi
organisasi. Produk dan jasa yang dihasilkan
diukur berdasarkan kontribusinya terhadap visi
dan misi organisasi.
Weihrich dan Koontz (2005)
mendefinisikan kinerja manajerial sebagai
kinerja manajer dalam mengerti dan
memahami fungsi manajer dalam mencapai
sasaran kinerjanya, yang diukur
dari bagaimana manajer tersebut
menjalankan aktivitas manajerialnya seperti:
planning, organizing, staffing, leading dan
controlling.
Organisasi dalam bentuk apapun pada
dasarnya dijalankan oleh manusia, oleh
karena itu penilaian kinerja sesungguhnya
merupakan penilaian prilaku manusia dalam
melaksanakan peran yang mereka mainkan
dalam organisasi. Tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi
standar prilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar menimbulkan tindakan dan
hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat
berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam anggaran (Siegel
et.al., 1989).
Untuk mengukur kinerja dengan baik
maka harus digunakan satu instrumen
manajemen yang sangat adil dalam menilai dua
sisi perusahaan yaitu sisi keuangan dan non-
keuangan, yang dikenal dengan istilah
balanced scorecard.
Menurut Kaplan dan Norton oleh
Usmara (2003) Balanced Scorecard
247 – 258 Jurnal Keuangan & Bisnis November
252
merupakan sistem manajemen yang dapat
memotivasi peningkatan terobosan dalam
bidang kritis semacam itu, seperti produk,
proses pelanggan, dan perkembangan pasar.
Sedangkan Mulyadi (2007) menyatakan bahwa
“balanced scorecard merupakan alat
manajemen kontemporer yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
melipat gandakan kinerja keuangan luar biasa
secara berkesinambungan (sustainable
outstanding financial performance)”.
Dalam konsep balanced scorecard
yang telah dipaparkan di atas, maka empat
perspektif yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada Kaplan dan Norton (2000)
menjelaskan bahwa:
a. Perspektif financial; menjelaskan
bagaimana perusahaan berpikir untuk
mewujudkan keinginan dari pemegang
saham melalui berbagai indikator yang
mampu ditunjukkan dalam laporan
keuangan seperti penilaian berbagai rasio
keuangan yang mampu mendorong
kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.
Dalam hal ini perusahaan harus
menciptakan berbagai strategi yang
mampu mendukung korporasi dengan
tujuan meningkatkan profitabilitas,
pengembalian aktiva dan pendapatan.
b. Perspektif pelanggan; dengan melakukan
identifikasi pelanggan dan segmen pasar
yang akan dimasuki, karena segmen ini
akan menjadi komponen penghasilan
tujuan financial perusahaan.
c. Perspektif proses bisnis internal;
pencapaian tujuan dilakukan dengan
mengidentifikasi seluruh proses yang
sangat penting untuk menciptakan
kepuasan pelanggan dan pemegang
saham. Perspektif ini terdiri dari tiga
rantai nilai yaitu inovasi, operasi dan
layanan purna jual.
d. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan; kemampuan untuk
mencapai sasaran-sasaran ambisius tujuan
financial, pelanggan dan proses bisnis
internal perusahaan.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang
telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Perbaikan proses bisnis internal
berpengaruh terhadap tanggung jawab
sosial perusahaan pada Bank Umum di
wilayah Kota Banda Aceh.
2. Perbaikan proses bisnis internal dan
tanggung jawab sosial perusahaan
berpengaruh secara parsial terhadap
kinerja perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard pada Bank Umum di
wilayah Kota Banda Aceh.
3. Perbaikan proses bisnis internal dan
tanggung jawab sosial perusahaan
berpengaruh secara simultan terhadap
kinerja perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard pada Bank Umum di
wilayah Kota Banda Aceh.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah sensus
dengan menggunakan explanatory research.
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah
perbaikan proses bisnis internal, tanggung
jawab sosial perusahaan dan kinerja
perusahaan dengan pendekatan balanced
scorecard.
Pengukuran Variabel Penelitian
Pengukuran indikator di atas
menggunakan skala ordinal dengan mengacu
pada teknik skala likert (Likert Scale) yang
merupakan skala ordinal antara 1 sampai
dengan 5.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
Populasi adalah sekelompok dari
elemen penelitian, dimana elemen adalah unit
terkecil yang merupakan sumber dari data yang
diperlukan (Kuncoro, 2003). Populasi sasaran
dalam penelitian ini adalah Bank Umum yang
berjumlah 23 bank dan responden ditentukan
sebanyak 6 orang yang mewakili manajemen
dan yang mempengaruhi pengambilan
keputusan perusahaan, masing-masing
manager cabang, marketing senior, kepala
bagian operasional, staf pembukuan, kepala
personalia dan staf senior. Sehingga jumlah
responden adalah 138 orang.
2012 Zulkarnaini
253
Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh Bank Umum di wilayah Kota Banda
Aceh. Metode yang dipakai dalam penelitian
ini adalah sensus dimana seluruh populasi
sama dengan sampel.
Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dari
kuesioner akan dianalisis dengan
mempergunakan analisis jalur (path analysis).
Path analysis merupakan model struktural
yang bertujuan untuk mengurai
keberpengaruhan antar variabel. Teknik
analisis ini dipilih karena model hubungan
antar variabel merupakan model kausal yang
terdekomposisi ke dalam satu struktur
hubungan. Demikian pula karena
pertimbangan arah pembahasan kepada
kontribusi pengaruh, baik pengaruh langsung
maupun tidak langsung, serta perbandingannya
dalam penentuan variabel dominan. Prosedur
analisis jalur yang digunakan sebagaimana
merujuk kepada Sitepu (1994) dengan struktur
jalur yang dianalisis adalah sebagai berikut:
X2=PX2X1X2+1 ……..(1)
Y = PYX1X1 +PYX2X2 + 2 ...(2 )
Keterangan:
Y : Kinerja Perusahaan dengan BSC
X1 : Perbaikan Proses Bisnis Internal
X2 : Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
PXiXj : Koefisien Jalur Variabel Xj terhadap
Xi, i & j = 1,2
PYXi : Koefisien Jalur Variabel Xi terhadap
Y, i = 1,2
: Pengaruh Faktor Lain
Pengujian Hipotesis
Pengujian Koefisien Jalur Secara Simultan
Untuk menguji apakah perbaikan
proses bisnis internal dan tanggung jawab
sosial perusahaan secara simultan berpengaruh
terhadap kinerja bank dengan pendekatan
balanced scorecard, digunakan statistik uji F.
H0 :
Semua YXi = 0 :
i = 1,2
Perbaikan proses bisnis
internal dan tanggung
jawab sosial perusahaan
secara simultan tidak
berpengaruh terhadap
kinerja bank
H1 :
Ada YXi 0 :
i = 1,2
Perbaikan proses bisnis
internal dan tanggung
jawab sosial perusahaan
secara simultan
berpengaruh terhadap
kinerja bank.
Pengujian Koefisien Jalur Secara Parsial
Setelah prosedur pengujian secara
simultan menyimpulkan terdapat pengaruh yang
signifikan, selanjutnya dilakukan pengujian
secara parsial untuk menguji variabel bebas
yang pengaruhnya signifikan terhadap kinerja
bank. Hipotesis statistik yang digunakan untuk
menguji pengaruh secara parsial adalah:
H0 : YXi = 0 :
i = 1,2
Perbaikan proses bisnis
internal dan tanggung
jawab sosial perusahaan
secara parsial tidak
berpengaruh terhadap
kinerja bank.
H1 : YXi 0 :
i = 1,2
Perbaikan proses bisnis
internal dan tanggung
jawab sosial perusahaan
secara parsial
berpengaruh terhadap
kinerja bank.
Statistik uji di atas mengikuti distribusi
t dengan derajat bebas n-k-1 dan kriteria
pengujiannya adalah “tolak H 0 jika t hitung >
ttabel atau t hitung < -ttabel pada tingkat
kepercayaan 1- dan derajat bebas (n-k-1).
Apabila hasil pengujian secara parsial
ada yang tidak signifikan, hal ini menandakan
ada koefisien jalur yang tidak berarti
(bermakna). Dengan demikian harus dibuat
diagram jalur baru dimana jalur yang koefisien
tidak signifikan dihilangkan dari diagram.
Karena diagram jalur sudah berubah, maka
semua tahapan perhitungan diulang kembali
dari awal untuk menghitung koefisien jalur
baru sampai seluruh hasil pengujian secara
individual diperoleh hasil yang signifikan.
HASIL dan PEMBAHASAN
Analisis Pengaruh Perbaikan Proses Bisnis
Internal dan Tanggungjawab Sosial
Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Selanjutnya penulis akan melakukan
serangkaian analisis kuantitatif yang relevan
247 – 258 Jurnal Keuangan & Bisnis November
254
dengan tujuan penelitian. Karena data skor
jawaban responden pada semua variabel masih
berbentuk skala ordinal maka agar data
tersebut dapat diolah menggunakan analisis
jalur terlebih dahulu dikonversi menjadi skala
interval melalui method of succesive interval.
Bentuk hubungan antara perbaikan
proses bisnis internal dan tanggungjawab
sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard dapat
dilihat pada gambar 1.
X1
X2
Y
PYX1
PYX1
2
PX2X1
1
Gambar 1. Diagram Jalur
Gambar diagram jalur seperti terlihat
di atas dapat diformulasikan ke dalam 2 bentuk
persamaan struktural sebagai berikut:
Persamaan Jalur Sub Struktur Pertama
X2 = PX2X1X1 + 1
Persamaan Jalur Sub Struktur Kedua
Y = PYX1X1 + PYX2X2 +2
Keterangan:
Y = Kinerja Perusahaan
X1 = Perbaikan Proses Bisnis Intern
X2 = Tanggungjawab sosial
= Pengaruh faktor lain
Sesuai dengan hipotesis penelitian yang
diajukan maka data akan diuji dengan
menggunakan analisis jalur (path analysis).
Hasil komputasi analisis jalur menggunakan
bantuan software LISREL 8.7. Untuk
mengetahui tingkat kekuatan hubungan antar
sesama variabel independen, maka nilai
koefisien korelasi yang diperoleh
dikonsultasikan ke tabel interpretasi koefisien
korelasi beserta koefisien korelasi antar
variabel (Tabel 1).
Tabel 1
Pedoman Pengklasifikasian
Koefisien Korelasi
No Interval Koefisien
Korelasi
Tingkat
Hubungan
1 0,000 – 0,199 Sangat rendah
2 0,200 – 0,399 Rendah
3 0,400 – 0,599 Sedang
4 0,600 – 0,799 Kuat
5 0,800 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2009)
Berdasarkan nilai koefisien korelasi
diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara
perbaikan proses bisnis internal (X1) dangan
tanggungjawab sosial perusahaan (X2) sebesar
0,4534 dan masuk dalam kategori sedang atau
cukup kuat. Arah hubungan positif antara
perbaikan proses bisnis internal dengan
tanggungjawab sosial perusahaan menujukkan
bahwa perbaikan proses bisnis internal yang
baik akan diikuti dengan peningkatan
tanggungjawab sosial perusahaan (Tabel 2).
Tabel 2
Korelasi Antar Variabel
Correlation Matrix
X1 X2 Y
-------- --------
X1 1.0000
X2 0.4534 1.0000
Y 0.6979 0.6427 1.0000
Sumber : Data Sekunder Diolah
Kemudian hubungan antara perbaikan
proses bisnis internal (X1) dengan kinerja
perusahaan dengan pendekatan balanced
scorecard (Y) sebesar 0,6979 termasuk dalam
kategori kuat, demikian juga hubungan antara
tanggungjawab sosial perusahaan (X2) dengan
kinerja perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard (Y) sebesar 0,6427
termasuk dalam kategori kuat dengan arah
positif. Secara lengkap diagram dan koefisien
jalur yang diperoleh dari hasil pengolahan data
(Gambar 2).
2012 Zulkarnaini
255
Koefisien Jalur Variabel Independen
Terhadap Variabel Dependen
Berikut akan diperlihatkan hubungan
masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen:
Tabel 3
Koefisien Jalur Variabel Independen
Terhadap Variabel Dependen
Jalur Koefisien thitung R2
X1 X2 0,4534 2,3311 0,2056
X1 Y 0,5117 3,3950
0,6211
X2 Y 0,4107 2,7252
Melalui nilai koefisien determinasi
(nilai R2) diketahui bahwa Perbaikan proses
bisnis internal memberikan pengaruh sebesar
20,56% terhadap tanggung jawab sosial
perusahaan. Hasil uji nilai statistik uji t
sebesar 2,3311, kemudian dari tabel t dengan
tingkat signifikansi (0.05) diperoleh nilai ttabel
sebesar 2,080. Karena thitung (2,3311) lebih
besar dibanding ttabel (2,080) maka pada tingkat
kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk
menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian
(Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan
95% dapat disimpulkan bahwa perbaikan
proses bisnis internal berpengaruh signifikan
terhadap tanggungjawab sosial perusahaan
pada Bank Umum di wilayah Kota Banda
Aceh (Tabel 3).
Gambar 2. Diagram Jalur Hasil Penelitian
Secara bersama-sama perbaikan proses
bisnis internal dan tanggungjawab sosial
perusahaan memberikan kontribusi (pengaruh)
sebesar 62,11% (nilai R2) terhadap kinerja
perusahaan dengan pendekatan balanced
scorecard. Sementara sisanya sebesar 37,89%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar
kedua variabel independen tersebut.
Melalui diagram jalur pada Gambar 2,
selanjutnya dihitung besar pengaruh variabel
perbaikan proses bisnis internal dan
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap
kinerja perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard sebagai berikut:
Besar pengaruh perbaikan proses
bisnis internal terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard pada
Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
Pengaruh langsung perbaikan proses bisnis
internal terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard
=2
YX1(P ) = (0,5117) x (0,5117) = 0,2618
(26,18%).
Pengaruh tidak langsung perbaikan proses
bisnis internal terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard =
YX1P x X2X1P x YX2P = (0,5117) x
(0,4534) x (0,4107) = 0,0953 (9,53%)
Jadi total pengaruh perbaikan proses
bisnis internal terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard pada
Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh =
26,18% + 9,53% = 35,71% dengan arah
positif. Artinya perbaikan proses bisnis internal
yang baik akan meningkatkan kinerja
perusahaan dengan pendekatan balanced
scorecard.
Besar pengaruh tanggungjawab sosial
perusahaan terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard pada
Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
Pengaruh langsung tanggungjawab sosial
perusahaan terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard
=2
YX2(P ) = (0,4107) x (0,4107) = 0,1687
(16,87%)
Pengaruh tidak langsung tanggungjawab
sosial perusahaan terhadap kinerja
perusahaan dengan pendekatan balanced
scorecard = YX2P x X2X1P x YX1P =
(0,4107) x (0,4534) x (0,5117) = 0,0953
(9,53%) Jadi total pengaruh tanggungjawab
sosial perusahaan terhadap kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced scorecard pada
Bank Umum di wilayah Kota Banda Aceh =
16,87% + 9,53% = 26,40% dengan arah
X 1
X 2
Y
P YX1 =
0,5117
P YX1 = 0,4107
2
0,3789
P X2X1 =0,4534
1 0,7944
247 – 258 Jurnal Keuangan & Bisnis November
256
positif. Artinya tanggungjawab sosial
perusahaan yang tinggi akan meningkatkan
kinerja perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard.
Pengujian Hipotesis
Pengujian Koefisien Jalur Secara Bersama-
sama
Hipotesis Statistik:
Ho: YX1 =
YX2 = 0 :
Perbaikan proses bisnis internal
dan tanggungjawab sosial
perusahaan secara bersama-
sama tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
Kinerja perusahaan dengan
pendekatan balanced
scorecard.
Ha: YX1
YX2 0 :
Perbaikan proses bisnis internal
dan tanggungjawab sosial
perusahaan secara bersama-
sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Kinerja
perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard.
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai Fhitung sebesar 16,392, sementara
dari tabel F untuk tingkat signifikansi 0.05
diperoleh Ftabel sebesar 3,493. Karena Fhitung
(16,392) lebih besar dibanding Ftabel (3,493)
maka pada tingkat kekeliruan 5% ada alasan
yang kuat untuk menolak Ho dan menerima
hipotesis penelitian (Ha), sehingga dengan
tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan
perbaikan proses bisnis internal dan
tanggungjawab sosial perusahaan secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja perusahaan dengan
pendekatan balanced scorecard pada Bank
Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
Pengujian Koefisien Jalur Secara Parsial
Karena dari hasil pengujian secara
bersama-sama menyimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan, selanjutnya
dilakukan pengujian parsial untuk melihat
lebih jelas variabel mana saja diantara kedua
variabel independen, yaitu perbaikan proses
bisnis internal dan tanggungjawab sosial
perusahaan yang pengaruhnya signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan
pendekatan balanced scorecard. Untuk
menguji koefisien jalur dari masing-masing
variabel independen tersebut digunakan uji t.
Pengaruh Perbaikan Proses Bisnis Internal
Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan
Pendekatan Balanced Scorecard
Hipotesis :
Ho: YX1
= 0 :
Perbaikan proses bisnis internal
tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Kinerja
perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard
Ha: YX1
≠ 0 :
Perbaikan proses bisnis internal
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Kinerja perusahaan
dengan pendekatan balanced
scorecard
Nilai statistik uji t variabel perbaikan
proses bisnis internal sebesar 3,3950,
kemudian dari tabel t dengan tingkat
signifikansi (0.05) diperoleh nilai sebesar
2,086. Karena thitung (3,3950) lebih besar
dibanding ttabel (2,086) maka pada tingkat
kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk
menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian
(Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan
95% dapat disimpulkan bahwa perbaikan
proses bisnis internal secara parsial
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja perusahaan dengan
pendekatan balanced scorecard pada Bank
Umum di wilayah Kota Banda Aceh.
Pengaruh Ttanggungjawab Sosial
Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan
Dengan Pendekatan Balanced Scorecard
Hipotesis statistik :
Ho:
YX2 = 0 :
Tanggungjawab sosial perusahaan
tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard
Ha:
YX2 ≠ 0 :
Tanggungjawab sosial perusahaan
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard
Nilai statistik uji t variabel
tanggungjawab sosial perusahaan sebesar
2,7252, kemudian dari tabel t dengan tingkat
signifikansi (0.05) diperoleh nilai sebesar
2,086. Karena thitung (2,7252) lebih besar
2012 Zulkarnaini
257
dibanding ttabel (2,086) maka pada tingkat
kekeliruan 5% ada alasan yang kuat untuk
menolak Ho dan menerima hipotesis penelitian
(Ha), sehingga dengan tingkat kepercayaan
95% dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab
sosial perusahaan secara parsial memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
perusahaan dengan pendekatan balanced
scorecard pada Bank Umum di wilayah Kota
Banda Aceh.
KESIMPULAN dan SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian yang diperoleh pada bab
pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Perbaikan proses bisnis internal dan
tanggung jawab sosial perusahaan
memiliki hubungan positif terhadap
kinerja perusahaan dengan pendekatan
balanced scorecard. Hal ini
menunjukkan bahwa makin baik
perbaikan proses bisnis internal maupun
tanggung jawab sosial yang dilakukan
perusahaan, maka akan meningkatkan
kinerja perusahaan khususnya kinerja
Bank melalui pendekatan balanced
scorecard yang ada di wilayah Kota
Banda Aceh.
2. Perbaikan proses bisnis internal
berpengaruh secara signifikan terhadap
tanggung jawab sosial perusahaan,
artinya bahwa apabila makin baik
perbaikan proses bisnis internal yang
dilakukan maka akan mendorong
perusahaan untuk meningkatkan
tanggung jawab sosialnya.
3. Perbaikan proses bisnis internal secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap
kinerja bank dengan pendekatan
balanced scorecard yang ada di wilayah
Kota Banda Aceh.
4. Tanggung jawab sosial perusahaan
berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap kinerja bank dengan pendekatan
balanced scorecard yang ada di wilayah
Kota Banda Aceh.
5. Perbaikan proses bisnis internal dan
tanggung jawab sosial perusahaan secara
bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja bank melalui
pendekatan balanced scorecard yang ada
di wilayah Kota Banda Aceh.
Saran
Saran yang dapat diajukan dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi perbankan agar tetap
mempertahankan komitmen untuk terus
memperbaiki proses bisnis internal yang
dapat menunjang meningkatnya kinerja
bank secara keseluruhan.
2. Dari hasil penelitian membuktikan
bahwa penilaian kinerja dengan
pendekatan balanced scorecard lebih
memberikan ukuran atau nilai yang
memadai bagi kinerja bank, oleh karena
itu sebaiknya dapat diterapkan secara
nyata dalam menunjang performance
bank secara utuh.
3. Tanggung jawab sosial perlu
ditingkatkan secara berkelanjutan oleh
pihak Bank karena faktor ini akan
memberikan sisi berbeda bagi
perusahaan dalam meningkatkan kinerja
khususnya faktor non keuangan dan
dengan meningkatnya tanggung jawab
sosial ini, maka akan menciptakan image
yang baik bagi nasabah serta masyarakat.
Dengan demikian akan menciptakan
profitabilitas yang tinggi bagi Bank
dalam jangka panjang.
4. Penelitian selanjutnya untuk dapat
mengembangkan variabel penelitian
pada faktor lain seperti informasi
akuntansi manajemen, lingkungan
maupun tenaga kerja.
5. Penelitian berikutnya dapat memperluas
subjek penelitian tidak terbatas pada
Bank saja, namun dapat dilakukan pada
seluruh jenis perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Usmara, A. (2003). Implementasi Manajemen
Stratejik (Kebijakan dan Proses).
Yogyakarta : Penerbit Amara Books.
Maksum, Azhar Maksum dan Kholis, Azizul.
(2003). Analisis Tentang Pentingnya
Tanggung Jawab Sosial Dan
Akuntansi Sosial Perusahaan: Studi
Empiris Di kota Medan. Simposium
Nasional Akuntansi VI. Ikatan
Akuntan Indonesia, Surabaya.
Harrington, H. James. (1991). Business
Process Improvement (The
Breaktrough Strategy for Quality,
247 – 258 Jurnal Keuangan & Bisnis November
258
Productivity, and Competitiveness.
USA : Mc. Graw Hill.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat.
Bastian, Indra. (2001). Akuntansi Sektor
Publik di Indonesia. Pusat
Pengembangan Akuntansi. Yogyakarta
: BPFE.
Kaplan, Robert. S. Dan Norton, David. P.
(2000). Balanced Scorecard:
Menerapkan Srategi menjadi Aksi.
Jakarta : Erlangga
Media Akuntansi. (2004). Edisi 42, Tahun XI.
Sinungan, Muchdarsyah. (2000). Manajemen
Dana Bank. Jakarta : Rineka Cipta.
Kuncoro, Mudrajat. (2003). Metode Riset
untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
Erlangga.
-----------. (2001). Balanced Scorecard.
Universitas Gajah Mada : Salemba
Empat.
-----------. (2007). Balanced Scorecard.
Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Utomo, Muslim. (2000). Praktik
Pengungkapan Sosial Pada Laporan
Tahunan Perusahaan di Indonesia.
Laporan Penelitian, Simposium
nasional Akuntansi III. IAI
Kompertemen Akuntan Pendidik,
Jakarta.
Sitepu, Nirwana SK. (1994). Analisis Jalur
(Path Analysis). Bandung : LP3E
Unpad.
Siegel, G., Marconi, Ramanauskas and Helena.
(1989). Behavioral Accounting. Ohio :
South-Western Publishing Co.
Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian.
Banudung : Penerbit Alfabeta.
Weihrich H & Koontz, H. (2005).
Management : A Global Prespective.
Asia : McGraw-Hill Education.