pengaruh penerapan model pembelajaran … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ii yaitu...

225

Click here to load reader

Upload: tranque

Post on 29-Apr-2019

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

i

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATI TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN

MENGEVALUASI DAN MENCIPTA SISWA KELAS V SD

KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Franzeska Amanda Benita Clara

NIM: 141134056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini Peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat-Nya.

2. Orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku sekaligus sebagai guru

pertamaku.

3. Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan dan memberikan motivasi.

4. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan membuat tersenyum.

5. Almamaterku Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

v

MOTTO

Brain : “You know, we should stop doing things that show her down, like singing.”

Heart : “You know, if she stop singing you will die. End of the conversation.”

(Rigia Tirza)

“Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan

manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak membiarkan kamu dicobai malampaui

kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan padamu jalan keluar, sehingga kamu

dapat menggunakannya”

(1 Korintus 10: 13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

viii

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN

MENCIPTA SISWA KELAS V

SD KANISIUS SOROWAJAN YOGYAKARTA

Franzeska Amanda Benita Clara

Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah keprihatinan terhadap rendahnya tingkat

membaca IPA siswa Indonesia berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PISA

tahun 2012 dan 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi

dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius sorowajan

Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran 2017/2018.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi experimental tipe pretest-

posttest non-equivalent control group design. Populasi yang digunakan dalam

penelitian adalah seluruh siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

sebanyak 62 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu VB sebagai

kelompok eksperimen sebanyak 30 siswa dan VA sebagai kelompok kontrol

sebanyak 32 siswa. Treatment dilakukan pada kelompok eksperimen menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II. Terdapat enam langkah dalam model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan

dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group,

tes (penilaian), dan pengakuan kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Rerata skor yang dicapai

pada kelompok eksperimen (M =1,61, SE = 1,53) lebih tinggi daripada rerata skor

yang dicapai pada kelompok kontrol (M =0,78, SE = 0,17). Perbedaan skor tersebut

signifikan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05); termasuk kategori efek

menengah dengan r = 0,593 atau setara dengan 35,1%. 2) Model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mencipta.Rerata skor

yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 0,74, SE = 0,20) lebih tinggi daripada

rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,18, SE = 0,16). Perbedaan

skor tersebut signifkan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05); termasuk

kategori efek kecil dengan r = 0,39 atau setara dengan 15,21%.

Kata kunci: model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II, kemampuan

mengevaluasi, kemampuan mencipta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

ix

ABSTRACT

THE EFFECTS OF THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL TYPE JIGSAW II ON THE ABILITY TO EVALUATE

AND CREATE FOR THE FIFTH GRADE IN KANISIUS SOROWAJAN

YOGYAKARTA ELEMENTARY SCHOOL

Franzeska Amanda Benita Clara

Sanata Dharma University

The background of this study was directed to the concern about the law of

science literacy level of Indonesian students that according to PISA 2012 and

2015.The aims of the study was to find out the effect of the implementation of

cooperative learning type jigsaw II on the ability to evaluate and create ini subject

for the fifth grade students ini Kanisius sorowajan Yogyakarta Elementary School ini

odd semester 2017/2018.

This study used quasi experimental research with pretest-posttest non-

equivalent control group design. The population used of this study were 62 students

of the fifth grade in Kanisius Sorowajan Yogyakarta Elementary School. The samples

in this study consist of 30 students of class IV B as a experimental group was

cooperative learning type jigsaw II and 32 students of class VA as a control

group.The treatment for the experimental group was cooperative learning type

jigsaw II model. there are six steps in cooperative learning type jigsaw II icluding

orientation, grouping, pembentukan dan pembinaan kelompok expforming and

coaching expert group, expert group discuission (exposure), test (assessment), and

group recognition.

The result of this study showed that 1) Cooperative learning type jigsaw II

models affects on the ability to evaluate. The average score of the experimental

group (M =1,61, SE = 1,53) was higher than the average score of the control group

(M =0,78, SE = 0,17). This difference was significant t (60) = -2,163, p = 0,035

(p<0,05); however it did represent a mediun-sized effect r = 0,593 or equivalent to

35,1%. 2) Cooperative learning type jigsaw II models affects on the ability to create.

The average score of the experimental group (M = 0,74, SE = 0,20) was higher than

the average score of the control group (M = 0,18, SE = 0,16). This difference was

significant t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05); however it did represent a small-

sized effect r = 0,39 or equivalent to 15,21%.

Keywoards: Cooperative Learning model type Jigsaw II, the ability to evaluate,

ability to create.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat, karunia,

dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesakan skripsi yang berjudul

“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIFTIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN

MENGEVALUASI DAN MENCIPTA SISWA KELAS V SD KANISIUS

SOROWAJAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2017/2018” dengan

lancar sesuai waktu yang diharapkan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1

PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik, tanpa

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam halaman ini

penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

4. G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Agnes Herlina Dwi H., S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang

telah membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Albertus Hartana, S.J., S.S., M.Pd. selaku dosen penguji 3 yang telah

memberikan masukan pada penelitian ini.

7. Suwardi, S.Pd. selaku kepala SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian ini.

8. Yanuar Setyarso selaku guru kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta yang

telah memberikan dukungan, kritik maupun saran selama peneliti melaksanakan

penelitian eksperimental ini.

9. Semua guru SD Kanisius Sorowajan yang telah membantu dan memberikan

semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xi

10. Siswa/i kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun pelajaran 2017/2018

yang telah membantu serta bekerjasama dengan peneliti selama penelitian

berlangsung.

11. Teman-teman PPL yang telah memberikan dukungannya pada peneliti untuk

menyelesaikan penelitian ini.

12. Keluargaku tercinta, Bapak Tri Asmara Putro, Ibu Miriam Ida Sulistiani, kakaku

pertama Bagus Adi Saputra, dan kakakku kedua Theodosius Yanuar Adi Surya

yang memberi semangat, doa, dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsiku

selama ini.

13. Kakakku Leony Evanita Pujiartanti yang telah memberikan dukungan dan

semagat kepadaku.

14. Sahabatku yang selalu bersama menemani dan memberi semangat selama

pengerjaan skripsi ini.

15. Segenap dosen Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah mendidik dan membimbing dengan sabar dalam memberikan ilu serta

pengetahuan selama peneliti menempuh perkuliahan.

16. Teman-teman PGSD angkatan 2014 terutama kelas B yang telah bekerja sama

ketika berproses menyelesaikan pendidikan di PGSD.

17. Terima kasih untuk semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang

telah membantu, memberikan semangat, motivasi, doa, dan dukungannya.

Penulis telah menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, peneliti berharap saran serta kritik yang membangun dari berbagai pihak

untuk perbaikan menuju kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi

dunia pendidikan.

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vii

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

KATA PENGATAR .............................................................................................. x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 6

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

1.5 Definisi Operasional .................................................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 9

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................... 9

2.1.1 Teori-teori yang mendukung ................................................................ 9

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak ........................................................... 9

2.1.1.2 Model Pembelajaran ................................................................... 15

2.1.1.3 Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw .......................................... 18

2.1.1.4 Taksonomi Bloom ....................................................................... 22

2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi ......................................................... 24

2.1.1.6 Kemampuan Mencipta ................................................................ 25

2.1.1.7 Tema ........................................................................................... 26

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 29

2.1.2.1 Penelitian tentang Model Pembelajaran Kooperatif

tipe Jigsaw II ............................................................................... 29

2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Prroses Kognitif ....................... 31

2.1.2.3 Literature Map ............................................................................ 33

2.2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 34

2.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 36

3.2 Setting Penelitian ........................................................................................ 37

3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................ 37

3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................. 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xiii

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................. 39

3.4 Variabel Penelitian ..................................................................................... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41

3.6 Instrumen Penelitian ................................................................................... 42

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ...................................................................... 44

3.7.1 Uji Validitas ........................................................................................ 44

3.7.1.1 Validitas Permukaan ................................................................... 44

3.7.1.2 Validitas Isi ................................................................................. 45

3.7.1.3 Validitas Konstruk ...................................................................... 45

3.7.2 Uji Reliabilitas .................................................................................... 47

3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................. 47

3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan ...................................................................... 48

3.8.1.1 Uji Asumsi .................................................................................. 48

3.8.1.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 49

3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .......................................... 50

3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................... 51

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut ......................................................................... 53

3.8.2.1 Uji Persentase Rerata Pretest ke Posttest I ................................. 53

3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I ................ 54

3.8.2.3 Uji Korelasi rerata Pretest dan Posttest I .................................... 55

3.8.2.4 Uji retensi pengaruh perlakuan ................................................... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 57

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 57

4.1.1 Implementasi Penelitian ..................................................................... 57

4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian .................................. 57

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran ........................................ 58

4.1.2 Deskripsi Sebaran Data ....................................................................... 63

4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi ......................................................... 63

4.1.2.2 Kemampuan Mencipta ................................................................ 65

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I .......................................................... 67

4.1.3.1 Uji Normaitas Distribusi Data .................................................... 67

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 68

4.1.3.3 Uji signifikansi Pengaruh Perlakuan ........................................... 69

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................... 72

4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut .................................................................. 72

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II ......................................................... 79

4.14.1 Uji Normalitas distribusi Data ..................................................... 80

4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................................... 81

4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .......................................... 82

4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan .................................................... 84

4.1.4.5 Analisis Lebih Lanjut .................................................................. 85

4.2 Pembahasan ................................................................................................ 92

4.2.1 Pengendalian Ancaman Validitas Internal .......................................... 92

4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Jigsaw II terhadap Kemampuan Mengevaluasi ................................. 96

4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Jigsaw II terhadap Kemampuan Mencipta ......................................... 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xiv

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 103

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 103

5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 104

5.3 Saran ......................................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 105

CURRICULUM VITAE ...................................................................................... 206

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data ..................................................................... 39

Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian ............................................................. 42

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen ........................................................ 43

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Aspek Mengevaluasi dan

Mencipta ............................................................................................... 46

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ............................................................ 47

Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan ....................................................... 53

Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 63

Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 64

Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol .......................................................... 65

Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen ................................................... 66

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................... 68

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap

Kemampuan Mengevaluasi .................................................................. 69

Tabel 4.7 Hasil Uji asumsi Homogenitas Varians ................................................ 70

Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Rerata Pretest-Posttest I ...................................... 70

Tabel 4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ..................................................... 72

Tabel 4.10 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................................... 73

Tabel 4.11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke

Posttest I ............................................................................................... 75

Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 76

Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 77

Tabel 4.14 Hasi Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II ................................ 79

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data .................................................. 80

Tabel 4.16 Hasi Uji Perbedaan Kemampuan Awa terhadap

Kemampuan Mencipta .......................................................................... 81

Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians ............................................. 82

Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Selisih Rerata Pretest ke Posttest I .................... 83

Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan ................................................... 85

Tabel 4.20 Peningkatan Rerata Skor Pretest ke Posttest I .................................... 85

Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke

Posttest I ............................................................................................... 88

Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I ...................... 89

Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ................................................ 90

Tabel 4.24 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest ke Posttest II ................................. 91

Tabel 4.25 Validitas Pengendalian terhadap Ancaman Validitas

Internal .................................................................................................. 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Dimensi Kognitif .................................................................... 23

Gambar 2.2 Proses Siklus Air ................................................................................ 28

Gambar 2.3 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan ......................................... 33

Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan .............................................................. 37

Gambar 3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 37

Gambar 3.3 Pemetaan Variabel Penelitian ............................................................ 40

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal ............................................. 52

Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal ................................... 52

Gambar 3.6 Rumus Uji Peningkatan skor Pretest-Posttest I ................................ 53

Gambar 3.7 Rumus Gain Score ............................................................................ 54

Gambar 3.8 Rumus Uji Retensi Pengaruh Perlakuan ........................................... 56

Gambar 4.1 Grafik Garis Selisih Pretest ke Posttest I .......................................... 71

Gambar 4.2 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ................................ 71

Gambar 4.3 Grafik Batang Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ........ 74

Gambar 4.4 Grafik Gain Score ............................................................................. 74

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II ................... 78

Gambar 4.6 Grafik Garis Selisih Rerata Pretest ke Posttest I .............................. 83

Gambar 4.7 Diagram Rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I ................................ 84

Gambar 4.8 Grafik Batang Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I ........ 86

Gambar 4.9 Grafik Gain Score ............................................................................. 87

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II ................. 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 112

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validasi Soal ................................................................. 113

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen .................................................... 114

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol ........................................................... 119

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ....... 124

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol.............. 138

Lampiran 3.1 Soal Uraian ................................................................................... 143

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban .............................................................................. 149

Lampiran 3.3 Hasil Jawaban Siswa ..................................................................... 155

Lampiran 3.4 Rubrik Penlaian ............................................................................ 161

Lampiran 3.5 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement............................................. 170

Lampiran 3.6 Hasil Penilaian Exert Judgement ................................................... 172

Lampiran 3.7 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas ................................................ 179

Lampiran 3.8 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas ............................................ 180

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol

dan Kelompok Eksperimen ......................................................... 181

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol

dan Kelompok Eksperimen ......................................................... 183

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Distribusi Data .................................. 184

Lampiran 4.3.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 184

Lampiran 4.3.2 Kemampuan Mencipta ............................................................... 184

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal ............................. 186

Lampiran 4.4.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 186

Lampiran 4.4.2 Kemampuan Mencipta ............................................................... 187

Lampiran 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan .................................. 188

Lampiran 4.5.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 188

Lampiran 4.5.2 Kemampuan Mencipta ............................................................... 189

Lampiran 4.6 Perhitungan Besar Pengaruh Perakuan ......................................... 190

Lampiran 4.7.1 Perhitungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest

ke Posttest I ............................................................................... 192

Lampiran 4.7.2 Hasil Uji Korelasi SPSS with Spearman ................................... 194

Lampiran 4.7.2.1 Kemampuan Mengevaluasi .................................................... 194

Lampiran 4.7.2.2 Kemampuan Mencipta ............................................................ 195

Lampiran 4.7.3 Perhitungan Persentase Gain Score ........................................... 196

Lampiran 4.7.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengevaluasi .................. 196

Lampiran 4.7.3.2 Tabulasi Persentase Gain Score ≥ 0,84

Kemampuan Mengevaluasi .................................................... 196

Lampiran 4.7.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mencipta .......................... 197

Lampiran 4.7.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,50

Kemampuan Mencipta ............................................................ 197

Lampiran 4.8.1.1 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest

ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi ............................... 198

Lampiran 4.8.1.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest

ke Posttest I Kemampuan Mencipta ....................................... 199

Lampiran 4.9 Hasil Uji Retensi Perlakuan .......................................................... 200

Lampiran 4.9.1 Kemampuan Mengevaluasi ....................................................... 200

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

xviii

Lampiran 4.9.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Persentase Posttest I

ke Posttest II ........................................................................... 200

Lampiran 4.9.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I

ke Posttest II ........................................................................... 201

Lampiran 4.9 Kemampuan Mencipta .................................................................. 202

Lampiran 4.9.2.1 Hasi Uji SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I

ke Posttest II .......................................................................... 202

Lampiran 4.9.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I

ke Posttest II .......................................................................... 203

Lampiran 4.10 Foto-foto Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol

dan Kelompok Eksperimen .................................................. 204

Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 205

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan pada

hakekatnya adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam

maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah proses

pengendalian secara sadar di mana perubahan-perubahan tingkah laku pada

seseorang dihasilkan dari diri orang itu sendiri melalui proses kelompok (Ahmadi,

2004: 74). Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

secara aktif mengembangkan potensi aktif dirinya (Sanjaya, 2006: 2). Pendidikan

merupakan sarana untuk pengendalian tingkah laku secara sadar dan disengaja

dengan penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak

untuk membantu anak dalam mencapai cita-citanya.

Proses pendidikan di lingkungan sekolah mengandung kegiatan belajar

mengajar yang difungsikan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Belajar

adalah suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2). Mengajar merupakan suatu upaya yang

dilakukan oleh guru agar siswa belajar, strategi yang digunakan oleh guru dalam

melakukan proses mengajar mempengaruhi keberhasilan tujuan proses pembelajaran.

Pembelajaran di sekolah hendaknya dapat mengembangkan kemampuan kognitif

semaksimal mungkin sampai dengan kemampuan kognitif mengevaluasi dan

mencipta siswa dalam belajar dapat lebih baik.

Usia Sekolah Dasar merupakan usia di mana kemampuan kognitif anak harus

dikembangkan secara maksimal. Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan

kognitif seorang anak menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor, tahap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

2

praoperasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal (Crain,

2007: 171). Tahap-tahap tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Artinya tahap-

tahap tersebut terbentuk secara berurutan dan berkesinambungan. Proses

pembelajaran di sekolah mempengaruhi tingkat pemahaman siswa. Berdasarkan

tingkat usia, siswa SD termasuk pada tahap operasional konkret yaitu pada usia 7-11

tahun (Suparno, 2001: 24-25).

Dalam Taksonomi Bloom proses kognitif siswa dibagi menjadi enam, yaitu

mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipa

(Anderson & Krathwohl, 2010: 99). Penelitian ini akan mengukur dua tingkatan

proses kognitif siswa yaitu pada tingkat mengevaluasi dan mencipta. Proses kognitif

yang harus dicapai sebaiknya sampai pada kemampuan kognitif mengevaluasi dan

mencipta. Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan

kriteria dan standar (Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Mengevaluasi adalah

kemampuan siswa membuat keputusan apakah suatu contoh sesuai dengan kategori.

Siswa membuat keputusan tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan

masalah tertentu. Siswa membuat keputusan apakah dua objek itu sama atau berbeda

(Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Mencipta menghasilkan produk baru, yaitu

sesuatu yang dapat diamati dan lebih materi atau pengetahuan awal siswa (Anderson

& Krathwohl, 2010: 129). Kegiatan mencipta diawali dengan memberikan suatu

contoh permasalahan pada siswa, kemudian mereka berusaha memahami

permasalahan tersebut dan memikirkan solusi pemecahannya. Langkah selanjutnya

yaitu siswa memikirkan, menentukan, dan menyusun rencana untuk menyelesaikan

permasalaan, kemudian dilaksanakan dan diamati hasilnya, apakah mampu

menyelesaikan permasalahan atau tidak.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sering disebut juga dengan istilah pendidikan

sains adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun sistematis. IPA tidak hanya

merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi

melakukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah (Winaputra, dalam

Samatowa, 2011: 3). Pengajaran IPA perlu memberikan kesempatan kepada anak

untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses IPA dan yang perlu dimodifikasikan

dengan tahap perkembangan kognitifnya (Winaputra, dalam Samatowa, 2011: 5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

3

Permasalahan yang timbul berkaitan dengan rendahnya tingkat membaca IPA

negara Indonesia dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Program for

International Student Assestment (PISA) pada tahun 2012. Hasil PISA tahun 2012

menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat 64 dari 65 negara, dengan skor

382 untuk literasi sains (OECD, 2013: 232). Tiga tahun kemudian yaitu tahun 2015

PISA kembali melakukan penelitian. Hasil penelitian pada tahun 2015 menyebutkan

bahwa kemampuan IPA negara Indonesia berada pada peringkat 61 dari 70 negara

dengan perolehan skor sebesar 403 (OECD, 2016: 5). Berdasarkan hasil penelitian di

atas, negara Indonesia mengalami penaikan 3 peringkat dari peringkat 64 menjadi

peringkat 61 selama 3 tahun, sehingga dapat dikatan bahwa prestasi negara

Indonesia, terutama dalam bidang IPA masih rendah.

Wisudawati dan Sulistyawati (2014: 11) menyatakan bahwa hasil belajar IPA

yang dicapai oleh peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh

banyak faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik peserta didik,

kemampuan membaca, motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar,

tingkat kehadiran dan rasa memiliki. Faktor yang sangat penting adalah lingkungan

belajar dalam bentuk strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-

potensi yang dimiliki peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan

konsep-konsep tersebut dalam memahami lingkungan.

Selain rendahnya skor IPA di Indonesia, penelitian lain yang dilakukan oleh

Susanti (2012) mengatakan bahwa lebih dari 50% siswa yang tidak mampu

menyelesaikan soal-soal yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini

tergambar dari siswa yang masih banyak mengalami kesulitan dalam mensistematis,

menginterpretasi, dan mengevaluasi ide dalam menyelesaikan masalah, siswa belum

mampu membuat generalisasi umum dari suatu masalah, dan siswa masih sulit dalam

membuat rumusan masalah, dan kesulitan dalam menarik kesimpulan (Susanti, 2014:

3-4).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa skor

membaca IPA di Indonesia dan kemampuan berpikir tingkat tinggi menunjukkan

hasil yang masih rendah. Pembelajaran hendaknya divariasi dengan menggunakan

model pembelajaran lain yang membuat siswa belajar secara aktif, tidak

membosankan bagi siswa, dan membuat siswa merasa senang pada saat mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

4

proses pembelajaran serta dapat mendorong siswa dalam memiliki rasa ingin tahu

yang tinggi dan tidak hanya menggunakan model pembelajaran yang konvensional.

Penggunaan model pembelajaran yang dapat menimbulkan kebosanan atau

kejenuhan, kurang memahami konsep, dan monoton dapat menjadikan siswa kurang

termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu suatu model pembelajaran yang menurut

keefektifan seluruh siswa, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran

kooperatif (Cooperative Learning). Pembelajaran kooperatif mencerminkan

keterampilan sosial, mengembangkan sikap demokrasi secara bersamaan juga

membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka (Lie, 2002: 11).

Dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat menciptakan suasana

belajar yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam kelompok dan menimbulkan

suasana belajar yang partisipatif sehingga mendorong timbulnya rasa ketertarikan

siswa dalam mengikuti pembelajaran dan akhirrnya meningkatkan hasil belajar

siswa. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II tersebut, peneliti melakukan penelitian yang menggunakan penelitian

eksperimental dengan membandingkan antara dua kelompok yaitu kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen pada siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan pada semester

ganjil tahun ajaran 2017/2018.

Adapun perbedaan antara jigsaw I dan jigsaw II adalah pada Jigsaw I siswa

hanya diberi kesempatan untuk mempelajari satu topik yang akan diberikan oleh

guru kepada masing-masing siswa dalam kelompok asal yang kemudian didiskusikan

bersama dengan kelompok ahli. Berbeda dengan Jigsaw I, pada Jigsaw II siswa

diberi kesempatan untuk mempelajari keseluruhan materi yang akan dipelajari dan

proses pembelajaran akan berbeda, di mana dalam proses pemelajaran akan diadakan

kuis dan skor kuis. Kuis dijadikan skor kelompok sehingga kelompok bisa ikut

berpartisipasi dan berusaha mendapatkan penghargaan kelompok. Model

pembelajaran ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 77). Dalam pembeljaran

Jigsaw II ini siswa dikelompokkan secara heterogen dalam berbagai kemampuan

(Rusman, 2011: 218). Selain itu terdapat 6 langkah dalam model pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

5

jigsaw II yaitu : orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok

expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group, tes (penilaian), pengakuan

kelompok (Trianto, 2009: 75). Di sini siswa memiliki banyak kesempatan untuk

mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Jadi, dalam pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II ini, siswa diharapkan untuk dapat terlibat aktif dan saling membantu, serta

dapat mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapatkan dengan

baik.

Beberapa penelitian yang relevan sebelumnya menunjukkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II efektif untuk dilakukan.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Jati (2016) model pembelajaran kooperatf tipe

jigsaw II meningkatkan tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran Matematika kelas IV SD dan penelitian

yang dilakukan oleh Surasa, Widodo, & Suyanto (2013) keefektifan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dalam menulis puisi. Berdasarkan hasil

penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi

dan mencipta mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan semester

ganjil tahun ajaran 2017/2018. Jamidar (2015) bertujuan untuk mempereoleh

deskripsi tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema

Pythagoras. Penelitian ini berusaha menjawab permasalahan di atas dengan menguji

coba model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran IPA untuk

meningkatkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Tristiantari, dkk. (2013)

meneliti pengaruh implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair

Share) terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir kreatif pada siswa

kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt. Ristiasari, dkk. (2012) meneliti

pengaruh model pembelajaran problem solving dengan mind mapping terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa. Karim (2011) meneliti penerapan metode

penemuan terbimbing dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan

pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa Sekolah Dasar. Dalam

penelitian ini menggunakan penelitian eskperimental. Eksperimen adalah kunci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

6

untuk berinovasi karena mereka jarang berubah seperti yang anda harapkan dan anda

pelajari banyak (Bezoz, dalam Dyer, 2011). Selain itu penelitian mencari tipe ini dari

pengalaman karena mereka memperluas keragaman dari pengetahuan dan menambah

kapasitas untuk berinovasi (Dyer, 2011: 143).

Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penerapan model kooperatif tipe jigsaw

II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta mata pelajaran IPA siswa kelas

V SD Kanisius Sorowajan semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Kemampuan

mengevaluasi dibatasi pada aspek memeriksa dan mengkritik. Kemampuan mencipta

dibatasi pada aspek merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta yang difokuskan pada

materi pembelajaran IPA, Kompetensi Dasar 3.5 Mendeskripsikan siklus air dan

dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan makhluk hidup, bagi siswa

kelas V SD Kanisius Sorowajan. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II dengan menggunakan populasi sebanyak 62 siswa dan

sampel sebanyak 30 siswa.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh

terhadap kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta semeter gasal tahun ajaran 2017/2018?

1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh

terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta semeter gasal tahun ajaran 2017/2018?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

terhadap kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

1.3.2 Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius

Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Siswa

Siswa akan mendapatkan pengalaman baru dalam belajar dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran IPA materi

siklus air serta siswa dapat mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan

mencipta.

1.4.2 Bagi Guru

Guru dapat mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II khususnya pada mata pelajaran IPA dapat berpengaruh terhadap

kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa. Guru menjadi lebih kreatif

dalam memilih dan merancang model pembelajaran yang relevan untuk

meningkatkan proses kognitif siswa. Guru dapat mengetahui perkembangan

kognitif siswa dan dapat menerapkan pembelajaran sesuai dengan tahap

perkembangan kognitif siswa.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II khususnya pada mata pelajaran IPA dapat berpengaruh terhadap

kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa. Memperbaiki sistem

pembelajaran sehingga akan lebih menarik dan bermakna bagi siswa.

1.4.4 Bagi Peneliti

Peneliti dapat mempergunakan hasil peneliti sebagai acuan Memperoleh

pengalaman langsung menyaksikan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II dalam pembelajara IPA sehingga dapat berguna untuk bekal

mengajar pada masa mendatang serta mengembangkan hasil peneltian ini

untuk melakukan penelitian lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

8

1.5 Definis Operasional

1.5.1 Model pembelajaran adalah suatu prosedur yang secara sistematis yang sudah

direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum yang

nantinya akan dijadikan petunjuk untuk mengajar di kelas.

1.5.2 Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengacu

pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil

dan saling membantu dalam belajar.

1.5.3 Jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa.

1.5.4 Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah salah satu tipe model

pembelajaaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen yang

memungkinkan siswa untuk tergabung dalam kelompok ahli dengan 6

langkah, yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan

kelompok expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group, tes

(penilaian), dan pengakuan kelompok.

1.5.5 Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian

terhadap suatu kegiatan ataupun hasil karya berdasarkan kriteria tertentu yang

meliputi kemampuan menguji dan menilai.

1.5.6 Kemampuan mencipta adalah kemampuan membuat suatu hasil karya

berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki dan aturan tertentu yang

meliputi kemampuan merumuskan, kemampuan merencanakan, dan

kemampuan memproduksi.

1.5.7 Siswa Sekolah Dasar (SD) adalah siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjuan

pustaka berisi teori-teori yang relevan, hasil penelitian sebelumnya, kerangka

berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang mendukung

2.1.1.1 Teori Perkembangan Anak

Teori perkembangan yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah teori

perkembangan kognitif Jean Piaget dan teori pembelajaran sosiohistoris Lev

Semynovich Vygotsky. Kedua teori tersebut digunakan karena memiliki keseuaian

dnegan variabel penelitian dan tahap mendasar perkembangan anak akan maksimal,

salah satunya didukung proses pembelajaran optimal pada zona perkembangan

proksimal (Zone of proximal development – ZPD). Zona perkembangan proksimal

adalah istilah Vygotsky untuk kisaran tugas-tugas yang terlalu sulit saat sang anak

melakukannya sendiri, tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan dari

orang dewasa atau anak-anak yang terampil (Santrock, 2012: 62). Peneliti memilih

teori perkembangan Jean Piaget karena dalam teori perkembangan anak menurutnya

tersebut sesuai dengan kondisi nyata anak. Selain itu, Piaget juga melihat bahwa

anak yang berbeda umur menggunakan cara berpikir yang berbeda dengan orang

dewasa (Suparno, 2001: 13).

1. Teori Perkembangan Jean Piaget

Pada saat ini manusia tidak dapat dipisahkan dengan adanya proses

perkembangan menuju manusia yang lebih dewasa. Perkembangan dapat diartikan

sebagai kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak

dipelajari (Chaplin, 2004: 134). Pendapat lain menyebutkan bahwa perkembangan

adalah perubahan progresif yang menemukan cara organisme bertingkah laku dan

berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (dalam Desmita, 2009: 98) bahwa beberapa

konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, yaitu anak adalah

pembelajar yang aktif, anak mengorganisasikan apa yang mereka pelajari dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

10

pengalamannya, anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi

dan akomodasi, dan proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah

bentuk-bentuk pemikiran yang kompleks. Perkembangan dapat diartikan sebagai

proses kedewasaan diri dalam bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan.

Ada beberapa konsep yang perlu dimengerti agar lebih mudah dan memahami

teori perkembangan kognitif dan teori pengetahuan Piaget, yakni:

a. Inteligensi

Howard Gardner (1993) menjelaskan inteligensi sebagai kemampuan untuk

memecahkan persoalan-persoalan atau menghasilkan produk (dalam Suparno,

2001: 19). Piaget menyatakan tidak ada inteligensi yang sudah jadi, inteligensi

mengalami perkembangan dalam langkah-langkah intelektual (Suparno, 2001:

20).

b. Organisasi

Organisasi menunjuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan

sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu sistem yang

koheren, baik secara fisik maupun psikologis. Misalnya, seekor ikan mempunyai

sejumlah struktur yang memungkinkan ia berfungsi dalam air. Semua struktur

itu berinteraksi dan berkoordinasikan dalam suatu sistem yang efisien. Dalam

level psikologis, tendensi untuk berorganisasi ini juga ada. Dalam berinteraksi

dengan dunia seseorang cenderung untuk mengintegrasikan struktur

psikologisnya dalam suatu sistem yang koheren (dalam Suparno, 2001: 20-21).

c. Skema

Skema adalah suatu struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual

beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema akan beradaptasi dan berubah

selama perkembangan kognitif seseorang. Skema bukanlah benda yang nyata

yang dapat dilihat, melainkan suatu rangkaian proses daklam sistem kesadaran

orang. Oleh karena itu skema tidak mempunyai bentuk fisik dan tidak dapat

dilihat. Skema juga dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori dalam

pikiran seseorang. Skema seseorang akan terus berkembang. Skema seorang

anak berkembang menjadi skema orang dewasa. Misalnya, gambaran anak

tentang ayam. Pada awalnya, gambaran anak itu sangat sederhana karena

didasarkan pada cerita orang tuanya atau pada pengalaman pertama kali melihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

11

ayam. Semakin ia mempunyai banyak pengalaman dengan bermacam-macam

ayam, gambaran atau skemanya tentang ayam semakin berkembang dan

lengkap. Orang dewasa mempunyai skema yang banyak karena pengalaman

hidupnya. Sedangkan seorang anak biasanya hanya mempunyai skema terbatas.

Meskipun demikian, dengan semakin banyak berpengalaman dalam hidup dan

berkontak dengan lingkungannya, skema anak bertambah banyak. Jelas bahwa

pengalam seseorang berhadapan dengansituasi dan lingkungan menjadi unsur

yang penting dalam memperluas dan memperbanyak skemanya (dalam Suparno,

2001: 21-22).

d. Asimilasi

Asimilasi adalah proses kognitif di mana seseorang mengintegrasikan persepsi,

konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam

pikirannya. Asimilasi tidak menyebabkan perubahan skema, tetapi

memperkembangkan skema. Misalnya, seorang anak mempunyai konsep

mengenai “lembu”. Dalam pikiran anak itu ada skema “lembu”. Mungkin skema

anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat, berwarna

putih, dan makan rumput. Skema itu terjadi ketika anak itu pertama kali melihat

lembu tetangganya yang memang berwarna putih, berkaki empat, dan sedang

memakan rumput. Dalam perjalanan hidupnya anak itu bertemu dengan

bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain, dan sedang tidak makan

rumput, tetapi sedang menarik grobak. Berhadapan dengan pengalaman lain itu,

anak memperkembangkan skema awalnya. Skemanya menjadi : lembu itu berkaki

empat, dapat berwarna putih atau kelabu, makannya rumput dan menarik grobak.

Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangkan dan

dilengkapi. Asimilasi tersebut merupakan salah satu proses individu dalam

mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan/tantangan baru

sehingga pengertian orang itu berkembang Wadsworth (dalam Suparno, 2001:

22).

e. Akomodasi

Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru,

seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan

skema yang telah ia miliki. Hal ini terjadi karena pengalaman yang baru tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

12

cocok dengan skema yang ada. Dalam keadaan seperti ini, seseorang akan

mengadakan akomodasi. Dengan membuat dua hal: (1) membentuk skema baru

yang cocok dengan rangsangan yang baru, atau (2) memodifikasi skema yang

ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Kedua hal ini disebut akomodasi,

yaitu pembentukan skema baru atau mengubah skema yang lama (dalam

Suparno, 2001: 22-23).

f. Ekuilibrasi

Dalam perkembangan kognitif, diperlukan kesetimbangan antara asimilasi dan

akomodasi. Proses ini disebut ekuilibrium, yaitu pengaturan diri mekanis yang

perlu untuk mengatur kesetimbangan proses asimilasi dan akomodasi.

Disekuilibrium adalah keadaan tidak setimbang antara asimilasi dan akomodasi.

Ekuilibrasiadalah proses bergerak dari keadaan disekuilibrium ke ekuilibrium

(dalam Suparno, 2001: 23-24).

g. Adaptasi

Semua organisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk beradaptasi

(menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Cara beradaptasi berbeda bagi setiap

jenis makhluk, bagi setiap individu dalam jenis yang sama, maupun bagi tahap

yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu (dalam Suparno, 2001: 24).

h. Pengetahuan figuratif dan operatif

Piaget membedakan antara pengetahuan figuratif dan pengetahuan operatif.

Pengetahuan figuratif didapatkan dari gambaran langsung seseorang terhadap

objek yang dipelajari. Misalnya, pengetahuan akan nama-nama barang dan

nama-nama kota. Sedangkan pengetahuan operatif didapatkan karena orang itu

mengadakan operasi terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, pengetahuan

anak akan kaitan nama kota dengan situasi manusianya dan dengan kota-kota

yang lain (dalam Suparno, 2001-24).

Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu

sebagai berikut (dalam Isjoni, 2009: 53),

a. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun) perkembangan kognitif siswa dimulai pada

tahap sensori motorik saat bayi usia 2 tahun menggunakan indera dan gerak untuk

mengeksplorasi dunia. Dalam tahap ini bayi mengoordinasikan pengalaman

inderanya, contohnya melihat dan mendengar, dengan tindakan fisik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

13

b. Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun) perkembangan pada anak yang terlihat

pada tahap ini adalah berlangsung usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap kedua

ini, pola tindakan akan berkembang menjadi emikiran simbolis teapi beum logis.

Melalui kata-kata dan gambar, mereka mencoba melukiskan dunia dari pandangan

mereka, tetapi mereka belum mampu melakukan tindakan secara mental seperti

yang mereka lakukan secara fisik.

c. Tahap Operasional Konkret (umur 7-11 tahun) perkembangan pada tahap ini

pemikiran siswa dengan rentang usia 7 sampai 11 tahun, telah berkembang

menjadi penalaran logis namun hanya terbatas pada hal-hal yang spesifik dan

konkret. Siswa belum dapat membayangkan hal-hal abstrak seperti rumus maupun

istilah baru karena hal tersebut tidak dapat mereka lihat atau alami secara

langsung.

d. Tahap Operasional Formal (umur lebih dari 11 tahun) perkembangan pada tahap

ini siswa telah melampaui pengalaman-pengalaman pemikiran yang lebih abstrak.

Pekerjaan dilakukan secara lebih sistematis dengan mengembangkan pemikiran

mengapa seuatu hal dapat terjadi kemudian mencari kebenarannya.

Subjek penelitian yang ditentukan peneliti adalah siswa kelas V Sekolah

Dasar yang berumur sekitar 11 tahun. Proses pemikiran anak pada tahap

operasional konkret diarahkan pada kejadian nyata. Anak dapat menyelesaikan

permasalahan yang rumit selama permasalahan itu dapat diselesaikan

menggunakan hal konkret. Hal konkret tersebut diamati anak menggunakan panca

inderanya, sehingga anak dapat lebih mudah untuk menemukan permasalahan dan

mencari pemecahannya, serta dapat menemukan konsep baru.

2. Teori Pembelajaran Lev Semyonovich Vygotsky (1896-1934)

Vygotsky (dalam Salkind, 2009: 373) dikenal sebagai teori sosiokultural

(sociocultural theory), yang berarti bahwa dalam perkembangan. Vygotsky

berpendapat bahwa, interaksi sosial mempengaruhi perubahan pemikiran anak, dan

karena perilaku berakar pada konteks sosial di mana perilaku itu berlangsung, maka

perbedaan pemikiran maupun perilaku akan berlangsung pada perbedaan kultural di

mana semua itu terjadi.

Interaksi sosial membawa peranan penting untuk kehidupan manusia. Seperti

yang dikatakan Vygotsky jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

14

budaya dan sejahteranya. Artinya, untuk memahami pikiran sesorang bukan dengan

cara menelusuri apa yang ada dibalik otaknya dan pada kedalaman jiwanya,

melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh

sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, dalam Budiningsih, 2012: 99). Peningkatan

fungsi-fungsi mental seseorang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan

bukan dari individu itu sendiri. Vygotsky mempunyai keyakinan mengenai

pentingnya pengaruh sosial terhadap perkembangan kognitif anak tercermin dalam

konsep Zona perkembangan proksimal atau Zone of Proximal Development (ZPD).

Zona perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan

kognitif anak. ZPD menangkap keterampiln kognitif anak yang sedang dalam proses

kematangan dan hanya dapat dicapai dengan bantuan seseorang yang telah terampil,

terlebih didukung dengan adanya perancahan (scaffolding) (Santrock, 2009: 62).

Scaffolding diartikan sebagai teknik yang melibatkan pengubahan tingkat dukungan

untuk belajar (Santrock, 2009: 65). Horowitz dan lain-lain (2005) mengemukakan

bahwa Scaffolding seringkal digunakan untuk membantu siswa mencapai batas atas

dari zona perkembangan proksimal mereka (Santrock, 2009: 64). Scaffolding dapat

dilakukan dengan melibatkan aktivitas sosial atau kelompok yang bervariasi,

sehingga mendukung anak dalam perkembangannya. Hal ini juga sesuai dengan

pendapat Vygotsky yang menekankan pentingnya peran sosial dalam belajar.

Vygotsky mengemukakan kultural dan sosial bagi anak sehingga memungkinkan

terjadinya perkembangan. Namun tak hanya itu, kerja sama dengan teman sebaya

juga dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif (Salkind, 2009: 381).

Interaksi sosial yang terjadi pada anak sangat berpengaruh terhadap

perkembangan intelektual anak, terutama pada tahap operasional konkret (umur 7-11

tahun). Subjek penelitian yang ditemukan oleh peneliti adalah siswa kelas V Sekolah

Dasar yang berusia sekitar 11 tahun. Taraf berpikir anak usia 11 tahun sudah dapat

dikatakan maju, anak sudah tidak memusatkan diri pada karakter perseptual pasif.

Meskipun dmikian keterbatasan pemikiran anak perlu diberi gambaran konkret,

sehingga ia mampu menelaah persoalan. Anak dapat menyelesaikan masalah yang

rumit selama masalah itu dapat diselesaikan dengan menggunakan hal konkret. Siswa

secara langsung akan berhadapan dengan hal konkret yang dapat membantu mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

15

untuk menemukan permasalahan dan mencari pemecahnya, serta dapat menemukan

konsep yang baru.

2.1.1.2 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2009:

74). Dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan kegiatan

bertujuan yang tertata secara sistematis. Model pembelajaran adalah suatu pola atau

rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun

kurikulum, mengatur materi pelajaran,dan memberi petunjuk kepada pengajar di

kelas. Penerapan model pembelajaran in harus sesuai dengan kebutuhan siswa (Joice

& Weil, dalam Isjoni, 2013: 17). Model pembelajaran merupakan landasan praktik

pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan & teori yang dirancang

berdasarkan analisis implementasi kurikulum & implementasinya pada operasional

di kelas (Suprijono, 2009: 45).

Dari pendapat para ahli tersebut tampak bahwa model pembelajaran adalah

suatu prosedur yang secara sistematis yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan

digunakan untuk menyusun kurikulum yang nantinya akan dijadikan petunjuk untuk

mengajar di kelas.

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan dimana siswa bekerjasama

antara satu dengan yang lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk

menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru (Isjoni, 2013:

20). Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar

dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6

orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin, 1985). Pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang asuh

untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat (Sugiyanto, 2010: 40).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

16

Dari pendapat para ahli tersebut tampak bahwa model pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran yang mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa

bekerjasama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.

2. Unsur Pembelajaran Kooperatif

Tidak semua kerja kelompok dianggap sebagai pembelajaran kooperatif.

Lungdren (dalam Isjoni, 2009: 16-17) menyatakan ada 7 unsur-unsur dasar dalam

pembelajaran kooperatif; 1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka

“tenggelam atau berenang bersama.” 2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab

terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab

terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3) Para siswa harus

berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 4) Para siswa

membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok. 5) Para

siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap

evaluasi kelompok. 6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka

memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7) Setiap siswa akan diminta

mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

3. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Berikut ini adalah karakteristik pembelajaran kooperatif (Rusman, 2010: 207).

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim

merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus membuat

siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai perencanaan, sebagai

organisasi, dan sebagai kontrol. Dengan demikian pembelajaran kooperatif

memerlukan perencanaan yang matang agar proses belajar berjalan secara efektif.

c. Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok. Oleh karena itu prinsip kinerja sama perlu ditekankan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

17

pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif

tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk

mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan utama penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik

dapat belajar secara berkelompok bersama-sama dengan teman-teman dengan saling

menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

mengemukakan gagasan atau menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok

(Isjoni, 2013:9). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para

siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan

supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.

5. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Sugiyanto (2010: 43) berpendapat bahwa keuntungan pembelajaran kooperatif

terdiri dari; 1) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,

ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. 2) Meningkatkan

kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian

sosial. 4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen. 5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

6. Model Pembelajaran Kooperatif

Di dalam model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas (Isjoni, 2009: 67-69). Teknik Mencari Pasangan (Make a

Mach) Bertukar Pasangan, Berpikir Berpasangan Berempat (Think-Pare-Share),

Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor (Numbered Heads), Kepala Bernomor

Terstruktur, Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), Keliling Kelompok,

Kancing Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside-

Outside cirle), Tari Bambu, Jigsaw, Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling), dan

sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

18

2.1.1.3 Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw

1. Pengertian Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang

secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi tersebut kepada anggota kelompok

yang lain (Arends, 1997).

Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa

aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai

prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 77).

Jigsaw dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah berbentuk

narasi tertulis. Model pembelajaran tipe jigasw ini paling sesuai untuk subjek-subjek

seperti ilmu sosial, leteratur, sebagian ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang

lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada

penguasaan kemampuan (Slavin, 2005: 237).

Dari pendapat para ahli tersebut tampak bahwa pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk

terlibat aktif dalam penguasaan materi yang akan dipelajari, serta dapat

menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain.

a. Jigsaw I

Tipe pembelajaran jigsaw I dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-

kawan di universitas Texas sebagai model pembelajaran kooperatif dan kemudian

diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan (Sugiyanto, 2009: 45). Tipe pembelajaran

ini bisa cocok digunakan untuk semua kelas atau tingkatan. Slavin (2008: 14)

mengemukakan bahwa dalam pembelajaran jigsaw I siswa saling bekerja dalam

anggota kelompok yang sama, yaitu 4 orang dengan latar belakang yang berbeda.

Pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw I diawali dengan pengenalan topik yang

akan dibahas oleh guru (Suprijono, 2011: 89). Model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw I terdapat dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok

asal yaitu kelompok induk siswa yang terdiri atas anggota yang memiliki

kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

19

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami suatu topik serta menyelesaikan tugas

sesuai dengan topiknya untuk selanjutnya dijelaskan kepada kelompok asal.

b. Jigsaw II

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin

terdapat sedikit perbedaan (Trianto, 2009: 75). Perbedaan pembelajaran jigsaw II

yang dikembangkan oleh Slavin yaitu setiap siswa memperoleh kesempatan belajar

secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli

(expert). Hal tersebut digunakan agar siswa memperoleh gambaran menyeluruh dari

konsep yang akan dibicarakan.

Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw II , siswa dikelompokkan secara

heterogen dalam berbagai kemampuan (Rusman, 2011: 218). Di sini siswa memiliki

banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang

didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok

bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian

materi yang dipelajari serta menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini, siswa diberi tugas oleh guru untuk

membaca beberapa bab dengan topik yang berbeda-beda. Setelah masing-masing tim

selesai membaca, siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai topik sama

berkumpul dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka. Selesai

membahas, kemudian kelompok ahli tersebut kembali kepada tim kelompok asal

untuk mengajari teman satu timnya sesuai dengan topik yang telah mereka bahas.

Pada tahap terakhir, para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik

dan skor kuis akan digunakan dalam skor tim untuk kelompok asal. Model

pembelajaran ini merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran

untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009: 77).

c. Jigsaw III

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw III ini dikembangkan oleh Kagan

(1990). Tidak ada perbedaan yang menonjol antara jigsaw I, jigsaw II, dan jigsaw II

dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja dalam jigsaw III

lebih fokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual. Jadi, berbeda dengan dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

20

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebelumnya yang dapat diterapkan untuk

semua materi pelajaran. Metode jigsaw III khusus diterapkan untuk kelas bilingual

(Slavin, 1986: 122).

Berdasarkan rumusan pebedaan pada pengertian pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw di atas, peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II sebagai

model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw II

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II (Trianto, 2009:

75-78).

a. Orientasi

Guru menyampakan tujuan pembelajaran yang akan diberikan dengan

memberikan penekanan manfaat penggunaan jigsaw dalam kegiatan belajar

mengajar kepada anak didik. Seorang guru senantiasa mengingatkan pada siswa

untuk peracaya diri, kritis, dan kooperatif selama kegiatan berlangsung. Peserta

didik diminta belajar konsep secara keseluruhan agar memperoleh gambaran

keseluruhan dari konsep yang akan dipelajari.

b. Pengelompokan

Dalam pembentukan kelompok, seorang pendidik dapat mengelompokkan

berdasarkan peringkat kemampuan siswa. Masing-masing kelompoknya diisi

siswa secara heterogen berdasarkan peringkat kemampuan siswa di bidang mata

pelajaran. Berikan indeks 1 untuk kelompok sangat baik, indeks 2 untuk

kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan indeks 4 untuk kelompok

rendah. Misalkan : A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, …, A4 group A

dari kelompok rendah. Tiap group akan berisi:

Group A {A1, A2, A3, A4}

Group B {B1, B2, B3, B4}

Group C {C1, C2, C3, C4}

Group D {D1, D2, D3, D4}

Group E {E1, E2, E3, E4}

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

21

c. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert

Selanjutnya group yang telah terbentuk tadi dipecah menjadi kelompok yang

mempelajari materi yang akan diberikan dan dibina supaya jadi expert,

berdasarkan indeksnya adalah sebagai berikut:

Kelompok 1 (A1, B1, C1, D1, E1)

Kelompok 2 (A2, B2, C2, D2, E2)

Kelompok 3 (A3, B3, C3, D3, E3)

Kelompok 4 (A3, B3, C3, D3, E3)

Setiap kelompok diharapkan dapat mempelajari topic yang telah diberikan dengan

sebaik-baiknya sebelum kembali ke dalam group sebagai tim ahli “expert”,

tentunya peran guru ssangat penting dalam fase ini.

d. Diskusi (Pemaparan) kelompok ahli dalam group

Siswa “ahli” dalam konsep tertentu ini masing-masing kembali dalam group

semula. Pada fase ini masing-masing group memiliki ahli dalam konsep-konsep

terntentu sesuai dengan worksheet masing-masing. Selanjutnya siswa

dipersilahkan mempresentasikan keahliannya dalam group masing-masing, satu

persatu. Pada proses ini akan terjadi sharing pengetahuan antara tiap anggota

group. Aturan dalam fase ini sebagai berikut; 1) Siswa harus bertanggung jawab

untuk memastikan setiap anggota tim mempelajarai materi yang telah diberikan.

2) Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak yang

selesai belajar sampai setiap anggota menguasai konsep. 3) Apabila ada yang

kurang dimengerti siswa, tanyakan anggota sebelum bertanya pada pendidik. 4)

Pembicaraan dilakukan dengan suara pelan tujuannya agar tidak mengganggu

group lain. 5) Akhiri diskusi dengan “menanyakan” agar siswa memperoleh

kepuasan.

e. Tes (Penilaian)

Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh siswa yang seluruh

konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja

sama.

f. Pengakuan Kelompok

Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu,

tidak didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

22

seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat

memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam system skor

kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis

mereka melampaui skor dasar mereka.

3. Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw

Isjoni 2011 (dalam Rosyidah, 2016: 119) mengemukakan kelebihan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:

a. Dalam kelas kooperatif siswa dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dan

juga dengan gurunya sebagai pembimbing.

b. Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan, baik

pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif siswa.

c. Menumbuhkan tanggung jawab siswa.

d. Mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran.

e. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok.

4. Kekurangan Model Pembeljaran Jigsaw

Isjoni 2011 (dalam Rosyidah, 2016: 119) mengemukakan kekurangan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:

a. Siswa dengan bebas memilih kuis dan diberikan nilai individu.

b. Secara efektif di tiap level siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari

pemahaman.

2.1.1.4 Taksonomi Bloom

1. Pengertian Taksonomi

Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu tassein yang

berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan

sebagai pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu

(Kuswana, 2011: 8-9). Taksonomi terdiri dari kelompok (taksa) dan materi

pembelajaran yang urutkan menurut persamaan dan perbedaan, prinsip atau dasar

klasifikasi (hukum), misalnya, persamaan dan perbedaan dalam struktur, perilaku,

dan fungsi (Kuswana, 2011: 9).

Taksonomi adalah sebuah kerangka berpikir khusus. Dalam sebuah

taksonomi terdapat kategori-kategori yang merupakan satu kontinum. Kontinum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

23

adalah salah satu prinsip klasifikasi pokok dalam taksonomi tersebut di mana dalam

taksonomi pendidikan yang diklasifikasikan adalah tujuannya. Rumusan tujuan berisi

atau kata benda. Kata kerja akan mendeskripsikan pengetahuan yang diharpkan

dikuasai atau dikonstruksi oleh siswa (Anderson & Krathwohl, 2010: 6).

Kategori-kategori pada dimensi kognitif merupakan klasifikasi dari proses-

proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuaan

pendidikan. Kategori-kategori ini merentang dari proses kognitif yang paling banyak

dijumpai dalam tujuan-tujuan dibidang pendidikan, yaitu mengingat, memahami,

mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Proses-proses kognitif

tersebut akan dijadikan secara rinci sebagai berikut (Anderson & Krathwohl, 2010:

43).

Gambar 2.1 Proses Dimensi Kognitif

(Sumber : https://3.bp.blogspot.com/-

wsq0ntJAT5o/U3BdRIoDo9I/AAAAAAAABjU/ddBt5XbD4Zo/s1600/3.bmp)

2. Teori Kognitif Bloom

Penelitian memfokuskan ranah kognitif dalam Taksonomi Bloom pada penelitian

ini. Proses kognitif dibagi menjadi enam kategori (Anderson & Krathwohl, 2010: 99-

133) sebagai berikut.

a. Mengingat

Proses mengingat adalah pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka

panjang. Kata kerja operasionalnya terdiri dari mengenali dan mengingat kembali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

24

b. Memahami

Memahami adalah mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik

yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran,

buku, atau layar komputer. Kata kerja operasional memahami terdiri dari

menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasi

Mengaplikasi adalah proses melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu

untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kata kerja

operasional kemampuan mengaplikasi terdiri dari mengeksekusi dan

mengimplementasikan.

d. Menganalisis

Menganalisis adalah proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan

menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan

struktur keseluruhannya. Kata kerja operasional kemampuan menganalisis terdiri

dari membedakan, mengorganisasi, dan mengontribusikan.

e. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah proses membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar.

Kata kerja operasional kemampuan mengevaluasi adalah memeriksa dan

mengkritik.

f. Mencipta

Mencipta adalah proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang

koheren atau fungsional. Kata kerja operasional kemampuan mencipta adalah

merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Peneliti akan membahas lebih lanjut dan mendalam tentang kemampuan

mengevaluasi dan mencipta dala penelitian ini, karena kedua kemampuan tersebut

menjadi variabel dependen pada penelitian ini.

2.1.1.5 Kemampuan Mengevaluasi

Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria

dan standar kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas,

efisiensi, dan konsistensi. Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

25

memeriksa (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan

mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal)

(Anderson & Krathwohl, 2010: 125). Kemampuan mengevaluasi dibagi menjadi

dua aspek, yaitu memeriksa dan mengkritik (Anderson & Krathwohl, 2010: 126-127)

yang dijabarkan sebgai berikut.

1. Memeriksa

Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal

dalam suatu operasi atau produk. Nama –nama lain untuk memeriksa adalah

menguji, mendeteksi, dan mengoordinasi.

2. Mengkritik

Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan

kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif

dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian

berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.

Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap dua aspek mengevaluasi, yaitu

memeriksa dan mengkritik.

2.1.1.6 Kemampuan Mencipta

Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah

keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan

dalam mencipta meminta siswa membuat produk baru dengan mengorganisasi

sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada

sebelumnya (Anderson & Krathwohl, 2010: 128). Kemampuan mencipta dibagi

menjadi tiga aspek, yaitu merumusksan, merencanakan, dan memproduksi (Anderson

& Krathwohl, 2010: 130-133) yang dijabarkan sebagai berikut.

1. Merumuskan

Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan

atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Nama lain dari

merumuskan adalah membuat hipotesis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

26

2. Merencanakan

Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah

yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk

menyelesaikan masalah. Nama lain dari merencanakan adalah mendesain.

3. Memproduksi

Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan

masalah yang memenuhi spesifikisa-spesifikasi tertentu. Nama lain dari

memproduksi adalah mengkonstruksi.

Peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap tiga aspek kemampuan mencipta,

yaitu merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

2.1.1.7 Tema

Tema yang digunakan dalam penelitian ini diambil tema 2 yaitu “Peristiwa dalam

Kehidupan” dengan subtema 2 “Peristiwa-peristiwa Penting” dan difokuskan pada

materi IPA tentang “Sikus Air” pada kurikulum 2013.

1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di

Sekolah Dasar. IPA atau sains dalam arti sempit sebagai disiplin ilmu dari physical

science, dan life sciences. Physical sciences meliputi ilmu-ilmu astronom, kimia,

geologi, mineralogi, dan fisika, sedangkan life sciences meliputi biologi (Samatowa,

2011: 1). Sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang

berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan

observasi, serta berguna untuk dimati dan dieksperimentasikan lebih lanjut (Conant

dalam Samatowa, 2011: 1). IPA berusaha mendorong siswa untuk meningkatkan

pemahamannya terhadap alam semesta beserta isinya yang menyimpan beragam

rahasia yang perlu dipecahkan melalui prosedur ilmiah.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki hakikat 1) pengetahuan alam sudah

jelas artinya adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya, 2)

perlunya IPA diajarkan di Sekolah Dasar (Samatowa, 2011: 24). IPA sangat penting

untuk diajarkan di Sekolah Dasar, karena IPA mengajarkan siswa untuk lebih kritis

dalam mempelajari lingkungan alam dan isinya. Pembelajaran IPA yang diciptakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

27

oleh guru harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kogitif setiap siswa. Hal

tersebut dilakukan demi terciptanya pembelajaran yang bermakna dan berguna

sepanjang hayat bagi siswa.

2. Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pebelajaran IPA di Sekolah Dasar adalah untuk menenamkan rasa ingin

tahu dan sikap positif terhadap sains, teknoogi dan masyarakat, mengembangkan

keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan

membuat keputusan, mengembangkan gejala alam, sehingga siswa dapat berpikir

kritis dan objektif.

Mata pelajaran IPA memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai

berikut: memperoleh keyakinan terhadap kesabara Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadapan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya;

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat

dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan rasa ingin tahu,

sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;

meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam; meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; memperoleh bekal pengetahuan,

konsep dan keterampilan IPA sebaga dasar untuk melanjutkan ke SMP/MTs (Badan

Nasional Sertifikasi Profesi, 200: 484).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut tampak bahwa tujuan dari pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar yakni untuk menanamkan rasa ingin tahu siswa mengenai

keadaan lingkungan sekitar, mengembangkan keterampilan pada siswa untuk

menyelidiki alam sekitar dan melestarikan lingkungan alam sebagai bekal

pengetahuan, konsep, keterampilan IPA untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

yang lebih tinggi.

3. Materi Siklus Air

Materi IPA yang digunakan untuk penelitian yaitu “Siklus Air” dengan

Kompetensi Dasar 3.5 Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di

bumi serta kelangsungan makhluk hidup. Melalui pembelajaran ini dhiarapkan: 1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

28

peserta didik mengetahui tentang proses daur hidup, dan 2) timbul rasa ingin tahu

tentang topik yang akan dibahas yaitu tentang siklus air secara berharap

(Kemendikbud, 2014: 84).

Gambar 2.2 Proses Siklus Air

(Sumber: https://3.bp.blogspot.com/-

vft2SufxEC4/WEhFXEVMC9I/AAAAAAACLg/PV8jpNxI5iMGP23oCvI0gV0twcaPNBonACLcB/s

1600/daur_air_lengkap.gif)

Siklus atau daur artinya peristiwa atau rerentan kejadian alam yang terjadi

terus-menerus dan berulang-ulang tanpa henti. Kejadian alam tersebut salah satu di

antaranya adalah siklus air. Akibat sinar matahari, air yang ada di lautan dan di

daratan sebagian menguap. Uap air ini akan naik ke atmosfer. Di atmosfer bumi uap

air tadi mengalami peristiwa pengembunan menjadi titik-titik air. Titik-titik air ini

kemudian mengumpul membentuk awan. Pada lapisan tertentu di atmosfer bumi,

terdapat lapisan tertentu di atmosfer bumi, terdapat lapisan udara yang bersuhu

dingin. Pada lapisan inilah, butiran-butiran air tadi mengalami pembekuan dan

pemadatan atau mengalami kondensasi menjadi butiran-butiran es. Pada keadaan ini,

kamu akan melihat bentuk awan menebal dan menghitam. Jka butiran-butiran es ini

sudah terkumpul sangat banyak, maka volume air beku menjadi banyak. Akibatnya

kumpulan butiran-butiran es ini akan memiliki massa yang sangat besar. Tentu saja

massa air ini akan terkena tarikan gravitasi bumi menuju pusat bumi. Akibatnya

butiran-butiran es ini akan jatuh ke permukaan bumi berupa air hujan.

Air hujan ini kemudian jatuh ke berbagai permukaan bumi. Ada yang meresap

ke dalam tanah, ada yang langsung mengalir ke sungai, danau, dan ada yang jatuh

kembali ke lautan luas. Demikian siklus ini akan terus berlangsung sehingga bumi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

29

kita tidak akan pernah kering. Peristiwa perputaran air di alam yang terjadi secara

berulang dan terus-menerus ini disebut siklus air.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini.

2.1.2.1 Penelitian tentang Model Pembelajran Kooperatif tipe Jigsaw II

Jati (2016) bertujuan untuk meningkatkan tanggung jawab siswa

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada mata pelajaran

matematika kelas IV SD. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model siklus yang dilakukan secara

berulang dan berkelanjutan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri

Sapen yang berjumlah 18 siswa dan objeknya adalah tanggung jawab siswa. Hasil

penelitian menunjukkan adanya peningkatan tanggung jawab pada siswa kelas IV SD

Negeri Sapen. Dari kondisi awal yang skor rat-ratanya 26 meningkat sebesar 4.63

yang pada siklus I menjadi 30,63. Selain meningkatnya skor rata-rata siswa,

persentase skor rata-rata juga mengalami peningkatan sebesar 10,31%, dari kondisi

awal 57,77% menjadi 68,08%. Dari hasil observasi tanggung jawab siswa pada

siklus II dapat diketahui bahwa skor rata-ratanya sebesar 34,92 mengalami

peningkatan sebesar 4,29 yang sebelumnya pada siklus I sebesar 30,63. Hal ini juga

menunjukkan bahwa presentase skor rata-rata mengalami peningkatan sebesar 9,51%

dari hasil siklus I 68,08% ke siklus II yaitu 77,59%. Sehingga penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan tanggung jawab siswa

kelas IV SD Negeri Sapen, Manisrenggo, Klaten. Hal ini terlihat dari skor rata-rata

dan persentase skor rata-rata yang telah dibandingkan dari pratindakan, siklus I dan

siklus II.

Surasa, Widodo, dan Suyanto. (2013) bertujuan untuk mendeskripsikan

keefektifan model pembelajaran kooperati tipe jigsaw II dalam menulis puisi.

Penelitian ini bersifat eksperimen murni (true-experiment) dengan control group

pretest-post test design. Populasi dari penelitian ini adalah 240 responden dari siswa

kelas VII SMP Negeri 3 Pringsewu, sedangkan sampel penelitian merupakan kelas

eksperimen (kelas yang pembelajarannya diberikan perlakuan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dan kelas kontrol (kelas diberi perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

30

model konvensional) dengan pengolahan datanya dilakukan secara kuantitatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

kemampuan menulis puisi pada siswa yang menggunakan perlakuan model

pembelajaran konvesional (t-hitung 35,310 >t-tabel 1,688) dengan penggunaan model

jigsaw II lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvenional dengan

tingkat keefektifan 14,70% berbanding 9%. Sehingga penelitian menyimpulkan bawa

pembelajaran menulis puisi dengan menggunkan perlakuan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II dapat menciptakan suasana belajar aktif dalam bekerja sama

untuk saling membantu.

Jamidar (2015) bertujuan untuk memereoleh deskripsi tentang implementasi

model pembelajaran kooperatif tie jigsaw II meningkatkan hasil belajar siswa kelas

VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema pythagoras. Jenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas yang mengacu pada desain Kemmis dan Mc. Taggart yakni

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini

adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Sinareja tahun ajaran 2015/2016 yang

berjumlah 30 orang siswa. Hasil penelitia menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan modek pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan

hasil belajar siswa yang dtunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa yang tuntas

pada siklus I sebanyak 21 orang siswa (70%) dan jumlah siswa yang tidak tuntas

sebanyak 9 orang (30%). Pada siklus II, jumlah siswa yang dinyatakan tuntas

mengalami peningkatan yaitu sebanyak 27 orang siswa dengan peresentase sebsar

90% dan 3 orang siswa dinyatakan belum tuntas dengan persentase sebesar 10%.

Sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II ini dapat

meningkatkan aktivasi belajar siswa dan menumbuhkan minat siswa untuk belajar

matematika, hal ini dibuktikan dengan adanya peninkatan rata-rata aktivitas siswa

tiap siklusnya. Rata-rata siklus I sebesar 63% dengan kategori kurang, kemudian

meningkat pada siklus II sebesar 89,4% dengan kategori baik. Serta implementasi

model pembelajaran kooperatif jigsaw II dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas V III B 2 sinareja yang dapat diketahui dari jumlah siswa yang tuntas setiap

siklusnya. Pada siklus I terdapat 21 orang siswa yang tuntas dari 30 orang siswa yang

mengikuti tes akhir tindakan dengan presentase sebesar 70% dan pada siklus II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

31

mengalami peningkatan yaitu sebanyak 27 orang dinyatakan tuntas dengan

persentase sebesar 90%.

2.1.2.2 Penelitian tentang Kemampuan Proses Kognitif

Tristiantari, dkk. (2013) meneliti pengaruh implementasi model pembelajaran

kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) terhadap kemampuan berbicara dan

keterampilan berpikir kreatif pada siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan

Seririt. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu yang

datanya dianalisis menggunakan MANOVA. Sampel dari penelitian ini adalah siswa

kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt terdiri dari 62 siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa; (1) terdapat perbedaan kemampuan berbicara yang signifikan

antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang

mengikuti model pemebalajaran konvensional. Kemampuan berbicara siswa yang

mengikuti model TPS lebih baik dari pada siswa yang mengikuti model

konvensional; (2) Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif yang signifikan

antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatiftipe TPS dan yang

mengikuit pembelajaran konvensional. Keterampilan berpikir kreatif siswa yang

mengikuti model TPS lebih baik dari pada siswa yang mengikuti model

konvensional. (3) Secara simultan kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir

kreatif siswa yang mengikuti model pembelajaran kreatif tipe TPS lebih baik secara

signifikan daripada siswa yang mengikut model pembelajaran konvensional.

Ristiasari, dkk. (2012) meneliti pengaruh model pembelajaran problem

solving dengan mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Metode

penelitian ini menggunakan penelitian kuasi eksperimental menggunakan desain

Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII

semester genap sebanyak tujuh kelas, sampel dari penelitian ini terdiri atas kelas VII

E sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang menggunakan metode cermah dan diskusi

biasa dan kelas VII G sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang menerapkan model

pembelajaran problem salving dengan mind mapping. Hasil penelitian diperoleh

peningkatan tes kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebesar 0,40

(sedang) sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,23 (rendah). Hasil uji t test

menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen berbeda signifikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

32

dengan kelas kontrol. Sehingga penerapan model pembelajaran problem solving

dengan mind mapping berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis SMP Negeri

6 Temanggung.

Karim (2011) meneliti penerapan metode penemuan terbimbing dalam

pembelajaran matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan

berpikir kritis siswa Sekolah Dasar. Metode penelitian ini menggunakan penelitian

eksperimen dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Subjek penelitian

melibatkan 104 iswa Sekolah Dasar di Kecamatan Kuta Blang yang terdiri dari tiga

level sekolah yaitu level tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian rata-rata N-gain

pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran penemuan

terbimbing lebih tinggi dari siswa yang belajar dnegan pembelajaran konvensional,

yaitu 0,40521 > 0,27608 serta rata-rata N-gain kemampuan berpikir kritis siswa yang

belajar dengan metode penemuan terbimbing terlihat lebih tinggi dibandingkan

dengan kemampuan brpikir kritis siswa yang belajar dengan pembelajaran

konvensional yaitu 0,32620 > 0,22090. Sehingga setelah diterapkan pembelajaran

matematika dengan metode penemuan terbimbing dketahui bahwa pemahaman

konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

metode penemuan terbimbing lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep

dan kemampuan berpikir kritis siswa level sekolah tinggi, sedang dan rendah.

Penelitian-penelitian relevan di atas menggunakan populasi siswa SD dan

SMP. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat banyak model pembelajaran

kooperatif yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian. Dalam

penggunaannya model pembelajaran berpengaruh terhadap variabel dependen yang

diteliti. Penelitian ini akan berfokus pada suatu penelitian eksperimen untuk melihat

pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan mengevaluasi dan

mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

33

2.1.2.3 Literature Map

Penelitian-penelitian relevan di atas menggunakan populasi siswa SD dan

SMP. Dari penelitian-penelitian tersebut terdapat banyak model pembelajaran

kooperatif yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian. Dalam

penggunaannya model pembelajaran berpengaruh terhadap variabel dependen yang

diteliti. Penelitian ini berfokus pada suatu penelitian eksperimen untuk melihat

pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap kemampuan mengevaluasi dan

mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan.

Gambar 2.3 Bagan Penelitian-penelitian yang Relevan

Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II

Kemampuan mengevaluasi

dan mencipta

Tristiantari, Marhaeni, & Koyan

(2013)

model pembelajaran kooperatif

tipe TPS-kemampuan berbicara

dan keterampilan berpikir kreatif

Ristriasari, Priyono, & Sukaesih

(2012)

Model pembelajaran problem

solving dengan mind mapping-

kemampuan berpikir kritis

Karim, A. (2011)

-penemuan terbimbing -

pemahaman konsp dan

kemampuan berpikir kritis

Jati, N.K. (2016)

model pembelajaran kooperatf tipe

jigsaw II – tanggung jawab

Surasa, Widodo, & Suyanto (2013)

model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II - keefektifan

Jamilar (2015)

model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II – hasil belajar

Yang akan diteliti : Model

pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II-kemampuan

mengevaluasi dan mencipta pada

kelas V sekolah Dasar tema 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

34

2.2.1 Kerangka Berpikir

Pada tahap perkembangan pada anak menurut Piaget proses belajar seseorang

mengikuti pola dan tahapan perkembangan anak sesuai dengan umurnya. Tahap

perkembangan anak menurut Piaget meliputi, tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

yakni tahap dimana anak dapat melihat, meraba, memegang, mendengar, mencium,

dll; tahap praoperasional (umur 2-7 tahun) yakni tahap dimana anak dapat

mnegorganisasikan simbol atau bahasa tanda untuk menjelaskan suatu objek yang

saat itu tidak sedang bersama dengan objek tersebut; tahap operasional konkret

(umur 7-11 tahun) pada tahap ini anak sudah menggunaka aturan yang logis dan

jelas, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret; tahap operasional

formal (umur lebih dari 11 tahun) pada tahap ini anak sudah mampu berfikir secara

abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.

Interaksi sosial membawa peranan penting bagi kehidupan. Vygotsky

mempunyai keyakinan mengenai pentingnya pengaruh sosial terhadap perkembangan

kognitif anak yang tercermin dalam Zona Perkembangan Proksimal. Interaksi sosial

yang terjadi yang terjadi pada anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan

intelektual anak, terutama pada tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun).

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif mengacu

pada model pembelajaran di mana siswa mampu bekerja sama dalam kelompok kecil

dan saling membantu dalam belajar. Model kooperatif tipe Jigsaw II adalah model

pembelajaran kooperatif yang memeberikan kesempatan pada setiap siswa untuk

memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum siswa belajar

spesialisasinya menjadi ahli.

Kemampuan mengevaluasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa

untuk membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria tersebut

meliputi kualitas, efektivitas, efisinsi, dan konsistensi. Kemampuan mengevaluasi

meliputi kemampuan memeriksa dan kemampuan mengkritik.

Kemampuan mencipta adalah proses kemampuan yang dimiliki siswa untuk

menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional.

Kemampuan mencipta merupakan level ke enam (level tertinggi) pada Taksonomi

Bloom. Kemampuan mencipta meliputi kemampuan merumuskan, kemampuan

merencanakan, dan kemampuan memproduksi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

35

Pemilihan tema pada penelitin ini adalah Tema 2 mengenai “Peristiwa dalam

Kehidupan”. Peneliti memfokuskan pada materi siklus air sebagai pedoman materi

pada penelitian. Jika model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II diterapkan dalam

pembelajaran Tema 2 mengenai “Peristiwa dalam Kehidupan” kelas V Sekolah

Dasar, maka penerapan model pembelaaran kooperatif tipe jigsaw II akan

berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta siswa.

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap

kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

2.3.2 Penerapan model pembelajaran koopertif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap

kemampuan mencipta siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta

semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas komponen penelitian yang digunakan. Komponen tersebut

meliputi jenis penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian,

teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi-experimental tipe pretest-

posttest non equivalent group design (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283).

Eksperimen adalah rancangan kuantitatif terbaik yang dapat digunakan untuk

menetapkan kemungkinan sebab-akibat. Peneliti menggunakan model ini ketika

peneliti ingin menetapkan kemungkinan variabel independen dan dependen. Dalam

hal tersebut berarti peneliti berusaha mengontrol semua variabel yang mempengaruhi

hasil kecuali variabel independen. Ketika variabel independen mempengaruhi

variabel dependen, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen

“menyebabkan” atau “barangkali menyebabkan” variabel dependen (Creswell, 2015:

576).

Pada desain yang digunakan dalam penelitian ini semua kelompok dipilih

tidak secara random, karena peneliti tidak dapat menciptakan kelompok buatan untuk

eksperimen. Oleh karena itu, peneliti sering menggunakan kelompok utuh (sekolah,

perguruan tinggi, atau distrik sekolah) dalam penelitian eksperimental (Creswell,

2015: 608). Jenis penelitian quasi experimental tipe pretest-posttest non-equivalent

group design. Dalam quasi experimental, peneliti memberikan perlakuan kontrol

kepada kelompok-kelompok utuh, memberikan pretest kepada kedua kelompok,

melaksanakan kegitan perlakuan eksperimental hanya dengan kelompok eksperimen,

dan memberikan posstest untuk melihat perbedaan di antara kedua kelompok

(Creswell, 2015: 608).

Penelitian dapat diketahui dari hasil pretest dan posttest atau pengaruh kausal

intervensi yang sudah diberikan pada kelompok eksperimen maupun kontrol.

Pengaruh kausal dan intervensi tersebut dapat dihitung dengan menggunakan tiga

langkah berikut (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 283).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

37

1. Pada kelompok eksperimen, skor posttest dikurangi skor pretest

2. Pada kelompok kontrol, skor posttest dikurangi skor pretest

3. Hasil hitung dari langkah I dikurangi hasil hitung dari langkah II.

(O2-O1) – (O4-O3)

Gambar 3.1 Rumus Pengaruh Perlakuan

Jika hasilnya lebih besar dari nol, ada perbedaan perlakuan (Campbell &

Stanley, dalam Cohen, 2007: 283). Gambar desain dari penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut (Cohen, 2007: 283).

Eksperimental X

-----------------------

Kontrol

Gambar 3.2 Desain Penelitian

Keterangan :

= Rerata skor pretest kelompok eksperimen

= Rerata skor posttest kelompok eksperimen

X = Perlakuan (treatment ) penerapan model jigsaw II

= Rerata skor pretest kelompok kontrol

= Rerata skor posttest kelompok kontrol

Garis putus-putus menunjukkan cara pemilihan antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen yang dilakukan tidak secara random (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 283).

3.2 Setting Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Sorowajan, yang berlokasi di Jalan

Sorowajan Baru No 111, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55198. SD Kanisius

Sorowajan sudah menggunakan kurikulum 2013 untuk kelas I sampai dengan kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

38

V, sedangkan untuk kelas VI masih menggunakan kurikulum KTSP 2006. Peneliti

memilih sekolah ini karena penelitian yang dilakukan membutuhkan sekolah yang

menerapkan kurikulum 2013 di kelas V SD dan kelas yang paralel sebagai kelas

eksperimen dan kelas kontrol di kelas.

SD Kanisius Sorowajan merupakan sekolah yang letaknya cukup strategis

karena terletak di pinggir jalan. Fasilitas pendukung yang ada di sekolah ini antara

lain 12 komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 1 kantin, 6 kamar kecil,

pendopo, dan 1 tempat parkir guru dan karyawan. Peneliti memilih SD Kanisius

Sorowajan sebagai tempat penelitian karena guru sebelumnya belum pernah

menerapkan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran IPA terutama tipe jigsaw

II. Selama pembelajaran, guru menyampaikan materi dengan cara memberikan

penjelasan, sedangkan siswa tidak terlalu terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Selain itu, SD Kanisius Sorowajan juga merupakan sekolah yang sudah memiliki

banyak prestasi baik di bidang akademik maupun bidang non akademik.

Prestasi-prestasi yang telah diraih SD Kanisius Sorowajan pada tahun ajaran 2015/2016

No Nama Anak/

Sekolah

Prestasi Tingkat Tahun Keterangan

1. SD Kanisius

Sorowajan

Juaran I lomba

Sekolah Sehat

Kecamatan 2015 LSS

2. Nathanael Bona

Benedict

Juara I Matematika Kecamatan 2015 Dalam rangka

olimpiade

3. Nathanael Bona

Benedict

Juara I LCC umum Kecamatan 2015 LCC umum

4. Christoforus

Dimas Tri

Wicaksono

Juara I LCC umum Kecamatan 2015 LCC umum

5. Gamaliel Twista

Putra

Juara I LCC umum Kecamatan 2015 LCC umum

6. Angelina Charlita

Divani

Juara I Cerpen Kecamatan 2015 FLS2N

7. Petra Septaria

Puspa Melati

Juara I Renang Kecamatan 2016 FLS2N

8. Petra Septaria

Puspa Melati

Juara I Renang Kecamatan 2016 FLS2N

9. Chrisna Nickel

Larinda Putra

Juara I Bulutangkis Kecamatan 2016 PORDA

Pelajar

10. Noven

Bujijangge

Juara III Karate Kecamatan 2016 Dalam rangka

PORDA

11. Brigita Samora Juara III Anak

Berbakat

Provinsi 2016 Siswa

berbakat

Dikpora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

39

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Waktu

pengambilan data dimulai pada bulan September 2017 yang dilakukan sekitar 2

minggu. Pengambilan data eksperimental dilakukan dalam waktu yang relatif

singkat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya bias dalam penelitian

yang dilakukan dan untuk mengendalikan ancaman terhadap validitas internal

penelitian berupa maturasi. Jadwal pengambilan data penelitian di kelompok kontrol

maupun eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Jadwal Pengambilan Data

Kelompok Kegiatan Alokasi Waktu Hari, Tanggal

Kelompok Kontrol Pretest 2 x 35 menit Sabtu, 30 September 2017

Pembelajaran I 2 x 35 menit Selasa, 03 Oktober 2017

Pembelajaran II 2 x 35 menit Kamis, 05 Oktober 2017

Pembelajaran III 2 x 35 menit Sabtu, 07 Oktober 2017

Pembelajaran IV 2 x 35 menit Selasa, 10 Oktober 2017

Posttest I 2 x 35 menit Kamis, 12 Oktober 2017

Posttest II 2 x 35 menit Selasa, 17 Oktober 2017

Kelompok

Eksperimen

Pretest 2 x 35 menit Jumat, 30 September 2017

Pembelajaran I 2 x 35 menit Selasa, 03 Oktober 2017

Pembelajaran II 2 x 35 menit Kamis, 05 Oktober 2017

Pembelajaran III 2 x 35 menit Sabtu, 07 Oktober 2017

Pembelajaran IV 2 x 35 menit Selasa, 10 Oktober 2017

Posttest I 2 x 35 menit Kamis, 12 Oktober 2017

Posttest II 2 x 35 Menit Selasa, 17 Oktober 2017

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006: 130).

Pendapat lain mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang akan

diteliti. Jadi populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek

atau objek yang dipelajari. Populasi untuk seluruh siswa kelas V SD Kanisisus

Sorowajan yang berjumlah 62 siswa.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi penelitian (Arikunto, 2010:

174). Teknik pengambilan sampel menggunakan desain non prbability sampling tipe

convenience sampling. Teknik convenience sampling merupakan pemilihan sampel

yang biasa digunakan untuk penelitian pendidikan dengan menggunakan kelas yang

tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih secara acak (Best & Kahn,

2006: 18-19). Penelitian ini menggunakan kelas yang tersedia, karena peneliti tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

40

memiliki wewenang untuk mengatur komposisi kelas. Kelas tersebut dibagi menjadi

2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Penentuan

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan dengan teknik diundi yang

disaksikan oleh guru kelas yang pelaksanaannya menunjukkan kelas VA terpilih

sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebagai kelas eskperimen. Sampel penelitian

untuk kelompok kontrol adalah seluruh siswa kelas VA yang berjumlah 32 siswa.

Sampel untuk kelompok eksperimen adalah seluruh siswa kelas VB yang berjumlah

30 siswa.

3.4 Variabel penelitian

Variabel dianggap sebagai suatu konsep atau gagasan yang difokuskan oleh

peneliti menjadi sebuah objek penelitian yang ingin diteliti (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 504). Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Variabel independen (variabel bebas) adalah stimulus yang dapat

mempengaruhi hasil percobaan secara totoal atau sebagian (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 504). Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini

adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II karena dengan

penerapan variabel tersebut dapat mempengaruhi variabel dependen.

Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Darmawan, 2013: 109). Variabel

dependen (variabel terikat) ini adalah 2 tingkatan proses kognitif dalam taksonomi

Bloom yaitu proses kognitif mengavluasi dan mencipta siswa kelas V pada tema 2,

yang difokuskan pada mata pelajaran IPA mengenai siklus air.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.3 Pemetaan Variabel Penelitian

Model Jigsaw II

Kemampuan Mengevaluasi

Kemampuan Mencipta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

41

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

jigsaw II dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut,orientasi,

pengelompokkan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi

(pemaparan)nkelompok ahli dalam group, tes (penilaian), pengakuan kelompok.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif dalam taksonomi

Bloom yang telah direvisi pada level mengevaluasi dan mencipta. Peneliti

mengambil beberapa aspek dari setiap level tersebut. Kemampuan kognitif

mengevaluasi mengambil dua aspek yaitu memeriksa dan mengkritik (Anderson &

Krathwohl, 2010: 125). Sedangkan pada kemampuan kognitif mencipta aspek yang

diambil adalah merumuskan, merencanakan, dan memproduksi (Anderson &

Krathwohl, 2010: 130-133).

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Di samping perlu menggunakan metode yang tepat, penelitian juga perlu

memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan (Margono, 2007: 158).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, yaitu tes

uraian. Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang

harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandarisasikan, bertujuan untuk

mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompo (Masidjo, 2010: 38).

Tes uraian atau essay adalah tes yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengorgnaisasikan jawabannya secara bebas sesuai dengan kemampuannya dengan

bahasanya sendiri atas jumlah item yang relatif kecil dan tuntutan jawaban yang

benar, relevan, lengkap, berstruktur, jelas (Masidjo, 2010: 38).

Kelebihan tes essay adalah pertama tes essay tepat untuk menilai proses

berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi dan tidak semata-mata

hanya mengingat dan memahami fakta atau konsep saja. Kedua tes essay memaksa

peserta didik untuk mengemukakan jawabannya ke dalam bahasa yang runtut sesuai

dengan gayanya sendiri. Ketiga tes essay memaksa peserta didik untuk

mempergunakan pikirannya sendiri dan kurang memberikan kesempatan untuk sikap

untung-untungan. Keempat bentuk tes essay mudah untuk disusun, maka tidak

banyak menghabiskan waktu (Nurgiyantoro, 2011: 118).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

42

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pretest dan

posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Tujuannya untuk

mengendalikan ancaman terhadap validitas internal penelitian berupa instrumentasi

dengan instrumen yang sama. Pretest diberikan sebelum mereka mendapatkan

perlakuan pembelajaran dengan model jigsaw II dan pembelajaran biasa

menggunakan metode ceramah pada kelompok kontrol. Posttest diberikan setelah

kedua kelompok medapat perlakuan. Posttest dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui adanya pengaruh setelah dilakukan pembelajaran di kedua kelompok

dengan metode yang berbeda. Tujuan dilakukan posttest I untuk mengetahui adanya

pengaruh setelah dilakukan pembelajaran kedua kelompok dengan metode yang

berbeda. Setelah 2 minggu dilakukan posttest I, kelompok kontrol dan eksperimen

diberi soal posttest II. Posttest II dilakukan untuk mengetahui retensi pengaruh

perlakuan.

Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol maupun eksperimen dilakukan

oleh satu guru yang sama. Tujuannya untuk mengendalikan ancaman terhadap

validitas internal penelitian berupa implementasi. Peneliti berperan sebagai observer

selama pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini.

Tabel 3.2 Pemetaan Instrumen Penelitian

No. Kelompok Variabel Pengukuran

data

Instrumen

1 Eksperimen (V.1)

Mengevaluasi

Pretest Soal Essay

(nomor) 5a, 5b, 5c.

Kontrol (V.2) Posttest 1

dan Posttest

2

Soal Essay

(nomor) 5a, 5b, 5c.

2 Eksperimen (V.1)

Mencipta

Pretest Soal Essay

(nomor) 6a, 6b, 6c.

Kontrol (V.2) Posttest 1

dan posttest

2

Soal Essay

(nomor) 6a, 6b, 6c.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam

mengumpulkan data penelitian (Margono, 2003: 155). Penelitian ini menggunakan

pelajaran IPA pada materi siklus air kelas V. Instrumen dalam penelitian ini

menggunakan soal pretest dan posttest berupa soal essay yang berjumlah 18 buah

item soal. Penelitian mengambil materi pelajaran IPA pada pembelajaran tematik

tema 2 sub tema 2 mengenai siklus air dengan Kompetensi Dasar 3.5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

43

Mendeskripsikan siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta

kelangsungan makhluk hidup.

Instrumen yang disusun oleh peneliti dalam penelitian payung adalah soal

essay yang masing-masing nomor mewakili tingkat taksonomi Bloom yaitu

mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta. Instrumen ini digunakan oleh tiga orang peneliti yang masing-masing

meneliti dua level kemampuan kognitif. Instrumen yang diteliti dalam penelitian ini

dari keenam instrumen yang telah disusun adalah instrumen nomor 5 dan 6 sebagai

instrumen untuk mengukur kemampuan kognitif pada level mengevaluasi dan

mencipta dalam penelitian payung. Pembagian instrumen soal diantaranya pada

instrumen soal nomor 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, 2c merupakan instrumen soal kemampuan

mengingat dan memahami, pada instrumen soal 3a, 3b, 3c, 4a, 4b, 4c kemampuan

mengaplikasikan dan menganalisis, pada instruen soal nomor 5a,5b,5c,6a,6b,6c

merupakan instrumen soal kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Tes esai yang

digunakan oleh peneliti memuat dua kemampuan yaitu kemampuan mengevaluasi

dan mencipta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Matriks Pengembangan Instrumen

No Variabel Aspek Indikator No

Soal

5 Mengevaluasi

Memeriksa Menentukan berdasarkan

pernyataan tentang urutan

siklus air.

5a

Mengkritik Mengkritik pernyataan

mengenai kegiatan

membuang sampah ke

sungai.

5b

Mengkritik Mengkritik gambar dan

pernyataan mengenai

dampak penebangan hutan.

5c

6 Mencipta

Merumuskan Merumuskan pernyataan

dan jawaban mengenai

penyebab banjir.

6a

Merencanakan Merencanakan langkah

percobaan terjadinya banjir.

6b

Memproduksi Membuat gambar tentang

percobaan terjadinya banjir.

6c

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

44

3.7 Teknik Pengujian Instrumen

Instrumen ini diujicobakan sebelum diberikan kepada responden yang akan

digunakan dalam penelitian. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan

instrumen yang valid dan reliabel.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah derajat yang menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa

yang hendak diukur (Sukardi, 2007: 122). Soal yang valid menunjukkan adanya

kesesuaian antara butir-butir soal tes dengan maksud dilakukannya perlakuan (Ali &

Muhammad, 2014: 262). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi, validitas permukaan, dan validitas konstruk.

3.7.1.1 Validitas Permukaan

Validitas muka adalah kejelasan tampilan soal. Validitas muka merupakan

validitas yang menunjukkan apakah alat pengukur atau instrumen penelitian dari segi

rupanya tampak mengukur yang ingin diukur atau tidak (Cohen, Manion, &

Morrison 2007: 163). Validator memberikan komentar terhadap instrumen yang

digunakan untuk penelitian tersebut pada nomor 5a, validator memberikan komentar

bahwa kata “di bawah” bisa diganti dengan kata “berikut ini”. Peneliti mengganti

kata “di bawah” menjadi kata “berikut ini”. Pada nomor 5b, validator memberikan

komentar bahwa kata “di atas” bisa diganti dengan kata “tersebut”. Peneliti

mengganti kata “di atas” menjadi kata “tersebut”. Pada nomor 5c, validator

memberikan komentar bahwa kata “di bawah” bisa diganti dengan kata “berikut ini”.

Peneliti mengganti kata “di bawah” menjadi kata “berikut ini”. Pada nomor 6a,

validator memberikan komentar bahwa kata “di atas” bisa diganti dengan kata

“tersebut”. Peneliti mengganti kata “di atas” menjadi kata “tersebut”. Pada nomor 6b,

validator tidak memberikan komentar. Pada nomor 6c, validator memberikan

komentar bahwa pada soal 6c “mungkin tidak gambar, tapi skematis saja”. Peneliti

mengganti perintah pada soal 6c dengan meminta anak membuat skematis saja (lihat

Lampiran 3.4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

45

3.7.1.2 Validitas Isi

Sebuah tes memiliki validitas isi apabila mampu merepresentasikan cakupan

dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan materi sesuai dengan bidang

penilaian bersangkutan (Cohen, Manion, & Morison, 2007: 162). Validitas ini

dicapai dengan penilaian profesional dari para ahli atau expert judgment. Expert

judgment dilakukan oleh 2 ahli yaitu Dosen dan guru SD kelas V. Pada instrumen

nomor 5a mendapat rerata skor sebesar 3,67 bahwa dalam menentukan kesimpulan

sudah sesuai dengan komentar bahwa sebaiknya kata “di bawah” bisa diganti dengan

kata “berikut ini”. Instrumen nomor 5b mendapat rerata 3,33 bhwa dalam mengkritik

sebuah pernyataan sudah sesuai dengan komentar bahwa sebaiknya kata “di atas”

bisa diganti dengn kata “tersebut”. Pada instrumen nomor 5c mendapat rerata skor

sebesar 3,67 bahwa dalam mengkritik gambar dan pernyataan sudah sesuai dengan

komentar kata “di bawah” bisa diganti dengan kata “berikut ini” dan kata “di atas”

bisa diganti dengan kata “tersebut”. Pada instrumen nomor 6a mendapat rerata skor

sebesar 3,33 bahwa dalam merumuskan pernyataan sudah sesuai dengan komentar

kata “di atas” bisa diganti dengan kata “tersebut”. Pada instrumen nomor 6b

mendapat rerata skor sebesar 3,33 bahwa dalam merencanakan langkah percobaan

sudah sesuai. Pada instrumen nomor 6c mendapat rerata skor sebesar 3,33 bahwa

dalam membuat gambar tentang percobaan sudah sesuai dengan komentar mungkin

tidak dengan gambar tapi sistematis saja. Rerata skor dari validator 1 untuk semua

variabel yaitu 59 yang berarti bahawa instrumen layak dengan revisi kecil. Rerata

skor dari validator 2 untuk semua variabel yaitu 66 yang berarti bahwa instrumen

sangat layak. Serta rerata skor dari validator 3 untuk semua variabel yaitu 61 yang

berarti bahwa instrumen sangat layak. Kegita validator tidak memberikan masukan

pada nomor 6b.

3.7.1.3 Validitas Konstruk

Konstruk adalah sesuatu yang berhubungan dengan fenomena dan objek yang

abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur (Sudaryono, dkk, 2013: 106).

Validitas kontruk dicapai dengan uji empiris untuk memastikan adanya keterkaitan

yang jelas dari item tes (Cohen, Manion, & Morison, 2007: 163). Sebuah tes

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

46

dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes

tersebut mengukur setiap aspek variabel yang diteliti (Arianto, 2012: 83).

Validitas konstrak dilakukan dengan uji empiris atau pengalaman instrumen

tes pada siswa kelas V SD Kanisius Kalasan beralamatkan di Jalan Solo,

Tirtomartani, kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55571 yang

tidak digunakan sebagai subjek penelitian. Pengujian dilakukan pada hari Kamis

tanggal 27 Mei 2017 selama 2 x 35 menit. Uji instrumen dilakukan di SD tersebut

karena sudah terakreditasi A, dan menggunakan kurikulum 2013. Jumlah responden

dalam uji instrumen pada penelitian ini terdapat 53 siswa.

Setelah data hasil uji empiris diperoleh, selanjutnya hasil tersebut diolah

menggunakan aplikasi IBM SPSS statistics 22 for Windows untuk menguji apakah

instrumen-instrumen tersebut valid atau tidak, dengan rumus Pearson Correlation

dengan taraf 5%. Hasil uji coba soal tersebut ditabulasi kemudian dihitung

validitasnya menggunakan rumus korelasi dan Pearson dengan kriteria sebagai

berikut jika harga p < 0,05 item tersebut dikatakan valid atau jika rhitung > rtabel

(Sugiyono, 2013: 179).

Tabel 3.4 menunjukkan hasil uji variabel kemampuan kognitif Benjamin S.

Bloom. Kemampuan kognitif Benjamin S. Bloom terdiri dari 6 kemampuan, yaitu

mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisi, mengevaluasi, dan mencipta.

Penelitian ini merupakan penelitian yang kolaboratif, sehingga peneliti hanya

mencantumkan hasil uji validitas dari dua kemampuan yang diteliti yaitu

kemampuan mengevaluasi dan mencipta

.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Aspek Mengevaluasi dan Mencipta

Variabel Aspek r tabel r hitung P Keterangan

Mengevaluasi Memeriksa 0,2706 0,692** 0,000 Valid

Mengkritik 0,2706 0,804** 0,000 Valid

Mengkritik 0,2706 0,783** 0,000 Valid

Mencipta Merumuskan 0,2706 0,596** 0,000 Valid

Merencanakan 0,2706 0,408** 0,002 Valid

Memproduksi 0,2706 0,549** 0,000 Valid

** Signifikan pada level 0,01

Uji validitas instrumen di atas dilakukan dengan mengoreksi total seluruh

skor dengan total masing-masing variabel. Penelitian ini merupakan penelitian

payung. Enam variabel di atas diteliti oleh 3 orang peneliti. Penelitian ini khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

47

meneliti variabel mengevaluasi dan mencipta saja, sedangkan variabel yang lain

diteliti oleh 2 orang peneli lainnya dalam penelitian payung.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Suatu instrumen dikatakan memiliki reliabilitas jika memberikan ketetapan

hasil atau konsistensi hasil dari waktu ke waktu dan dari responden yang sama

(Cohen, Manion, dan Morisson 2007: 164). Suatu hasil pengukuran hanya dapat

dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok

subjek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang

diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Suatu tes yang reliabel atau andal

adalah suatu tes yang hasil pengukurannya dalam satu atau berbagai pengukuran

menunjukkan hasil yang konsistensi atau hasil yang tepat dan teliti. Pengujian

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach.

Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu

instrumen penelitian adalah jika harga Alpha Cronbach > 0,60 (Nunnally, dalam

Ghozali, 2009: 46). Tingkat reliablitas dengan metode Alpha Cronbach diukur

berdasarkan skala alpha 0 sampai dengan 1 yang kemudian dibagi ke dalam lima

kelas yaitu (Triton, 2006: 248).

Table 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Cronbach’s Alpha N Keterangan

Uji Reliabilitas

Instrumen

0,702 6 Reliabel

Berdasarkan perhitungan Alpha Cronbach aspek memiliki nilai Alpha

Cronbach sebesar 0,702. Nilai tersebut menunjukkan dinyatakan reliabel karena

memiliki nilai 0,702.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics

22 for Windows dengan taraf signifikansi 5%. Adapun analisis data yang dilakukan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. Teknik analisis data dilakukan melalui

langkah-langkah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

48

3.8.1 Uji Pengaruh Perlakuan

Sebelum melakukan langkah-langkah analisis statistik untuk menguji

hipotesis penelitian, diperlukan langkah-langkah pengujian awal untuk memastikan

syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu guna menentukan jenis-jenis uji

statistik yang sesuai untuk pengujian selanjutnya. Untuk itu dilakukan uji asumsi

berupa uji normalitas distribusi data, uji homogenitas varian, dan uji perbedaan

kemampuan awal.

3.8.1.1 Uji Asumsi

1. Uji normalitas distribusi data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang terdistribusi

dalam kurva normal atau tidak (Priyatno, 2012: 132). Uji normalitas ini diterapkan

pada seluruh data yang akan diolah dan dimaksud untuk menentukan jenis analisis

statistik selanjutnya yang akan digunakan. Uji normalitas data yang digunakan

adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan melihat harga p. Analisis data

menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.

: Ada deviasi dari normalitas

: Tidak ada deviasi dari normalitas

Kriteria untuk menentukan normalitas distribusi data sebagai berikut:

1. Jika harga p > 0,05, Hnull diterima dan Hi ditolak, artinya data berdistrbusi

normal. Teknik statistik yang digunakan selanjutnya adalah statistik Teknik

analisis yang digunakan selanjutnya yaitu menggunakan teknik statistik

parametrik independent samples t-test atau paired samples t-test (Field, 2009:

326).

2. Jika harga p < 0,05 Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya data berdistribusi tidak

normal. Teknik analisis yang digunakan selanjutnya yaitu menggunakan teknik

statistik parametrik Mann-Whitney U test atau Wilcoxon signed ranks test (Field,

2009: 345).

2. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas varian dilakukan untuk memastikan apakah varian dari

rerata dua kelompok yang dibandingkan memiliki varian yang homogen. Kondisi

yang ideal adalah jika variannya homogen. Pengujian ini diperlukan terutama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

49

statistik parametrik untuk data yang tidak berpasangan yaitu independent samples t

test. Teknik pengujian homogenitas varian menggunakan Levene’s test (Field, 2009:

340). Jika varian homogen, data yang digunakan adalah data pada baris pertama

dalam analisis output SPSS pada independent samples t-test yang sebaris dengan

keterangan equal variances assumed. Jika varian tidak homogen, data yang

digunakan adalah data pada baris kedua dengan keterangan equal variences non-

assumed. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut.

: Tidak ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-posttest

kelompok kontrol dan kelompok esperimen.

: Ada perbedaan varian yang signifikan antara rerata pretest-posttest

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan untuk mengetahui homogenitas varian sebagai berikut.

a. Jika harga p < 0,05 ditolak dan diterima. Artinya, ada perbedaan

varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok tersebut

tidak homogen.

b. Jika harga p > 0,05 diterima dan ditolak. Artinya, tidak ada

perbedaan varian yang signifikan. Dengan kata lain, varian kedua kelompok

tersebut homogen.

Untuk uji homogenitas varian, data yang diambil dari skor pretest dan selisih

pretest-posttest I dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

3.8.1.2 Uji Perbedaan kemampuan Awal

Pengujian perbedaan kemampuan awal dilakukan agar peneliti dapat

mengetahui apakah kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki

kemampuan awal yang sama, sehingga dapat dibandingkan. Langkah ini untuk

memastikan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama meskipun

teknik pengambilan sampel tidak dilakukan secara random (Cohen, Manion, &

Morison, 2007: 283). Santoso (2012: 100) menyatakan kondisi ideal bagi kedua

kelompok adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang signifikan atau

kemampuan yang sama. Uji ini dilakukan dengan menganalisis hasil skor pretest

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan uji tersebut dapat

diketahui apakah ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok kontrol dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

50

kelompok eksperimen atau tidak. Skor pretest idealnya adalah jika skor kedua

kelompok tidak memiliki perbedaan yang signifikan karena menunjukkan

kemampuan yang sama antara kedua kelompok. Analisis statistik yang digunakan

adalah analisis parametrik Independent samples t-test untuk data normal, sedangkan

data tidak normal analisis statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik

Mann-Whitney U-test (Field, 2009: 345). Analisis data menggunakan hipotesis

statistik sebagai berikut.

: Tidak ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen.

: Ada perbedaan rerata pretest yang signifikan antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen.

Kriteria pengambilan keputusan untuk uji kemampuan awal dalam penelitian

ini sebagai berikut:

a. Jika harga p < 0,05 ditolak dan diterima. Artinya, ada perbedaan

kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut memiliki

kemampuan awal yang berbeda.

b. Jika harga p > 0,05 diterima dan ditolak. Artinya tidak ada

perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Dengan kata lain, kedua kelompok tersebut memiliki

kemampuan awal yang sama.

Uji perbedaan kemampuan awal ini juga untuk membedakan apakah ancaman

terhadap validitas internal penelitian berupa karakteristik subjek bisa dikendalikan

dengan baik. Kondisi yang ideal adalah keduanya mempunyai kemampuan awal

yang sama.

3.8.1.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji signifikansi pengaruh perlakuan bertujuan untuk melihat perbedaan rerata

selisih skor pretest dan posttest I kedua kelompok. Berdasarkan hasil uji signifikansi

pengaruh perlakuan ini dapat diketahui pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Uji

signifikansi pengaruh perlakuan diperoleh dengan cara berikut. 1) Mengurangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

51

skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen. 2) Mengurangkan rerata selisih

skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol. 3) Mengurangkan hasil cara

pertama dengan cara kedua (Cohen, Manion, & Morrison, 2007: 276-277). Rumus

dalam menguji signifikansi pengaruh perlakuan sebagai berikut (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 277):

Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan uji asumsi untuk

memeriksa homogenitas varians dengan melihat harga Sig. Levene’s test. Kriteria

yang digunakan adalah sebagai berikut (Field, 2009: 150).:

Jika harga p < 0,05 maka tidak terdapat homogenitas varians pada kedua data yang

dibandingkan.

Jika harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada kedua data yang

dibandingkan.

Analisis data menggunakan hipotesis statistik sebagai berikut.

: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

: Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest-posttest kelompok

kontrol kelompok eksperimen.

Pengambilan keputusan untuk mengetahui signifikan perlakuan (Priyatno, 2012:

24) yakni:

a. Jika p > 0,05 Hi ditolak dan Hnull diterima. Artinya, tidak ada perbedaan yang

signifikan. Dengan kata lain, penerapan variabel independen tidak

berpengaruh terhadap kemampuan dalam variabel dependen.

b. Jika p < 0,05. Hi diterima dan Hnull ditolak. Artinya, ada perbedaan yang

signifikan. Dengan kata lain, penerapan variabel independen berpengaruh

terhadap kemampuan dalam variabel dependen.

3.8.1.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan dilakukan bertujuan mengetahui besarnya

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II terhadap

kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta. Kata lain dari besarnya

(O2-O1)-(O4-O3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

52

pengaruh perlakuan disebut effect size. Jika data yang diperoleh terdistribusi dengan

normal, maka digunakan rumus koefisien korelasi Pearson (Field, 2009: 332). Cara

untuk mengetahui koefisien korelasi yaitu dengan mengubah harga t menjadi harga r

(Field, 2009: 332).

Teknik yang banyak digunakan adalah teknik koefisien korelasi Pearson (r)

yang menggunakan skala 0 (tidak ada efek) dan 1 (efek sempurna). Teknik

pengukuran efek ini merupakan teknik yang berguna karena memberikan ukuran

yang objektif untuk memastikan besarnya efek dari suatu perlakuan. Cohen (1988,

1992, dalam Field, 2009: 57) memberikan kriteria sebagai berikut.

r = √

Gambar 3.4 Rumus Besar Efek untuk Data Normal

Keterangan :

r = besar pengaruh (effect size) perlakuan dengan menggunakan koefisiensi

korelasi Pearson.

t = harga uji t

df = harga derajad kebebasan (degree of freedom)

Sedangkan, apabila distribusi data tidak normal, maka menggunakan rumus sebagai

berikut (Field, 2009: 550)

r =

Gambar 3.5 Rumus Besar Efek untuk Data Tidak Normal

Keterangan :

r = besar pengaruh perlakuan

Z = harga konvensi dari standar deviasi (dilihat dari uji statistic Mann-Whitney)

N = 2 x jumlah responden yang bersangkutan

Untuk mengubah r menjadi persen, digunakan koefisien diterminasi (R2) x 100%

(Field, 2009: 179).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

53

Tabel 3.6 Kriteria Besar Pengaruh Perlakuan

r = 0,10 : efek kecil atau setara dengan 1%

r = 0,30 : efek menengah atau setara dengan 9%

r = 0,50 : efek besar atau setara dengan 25%

Fraenkel, Wallen, dan Hyun (2012: 253) memberikan penjelasan lebih lanjut sebagai

berikut.

No Harga r Interpretasi

1. 0,00-0,40 Efek tidak penting secara praktis, bisa jadi masih penting secara teoretis

untuk membuat prediksi.

2. 0,41-0,60 Efek cukup besar secara praktis dan teoretis.

3. 0,61-0,80 Efek sangat penting, tetapi jarang dicapai dalam penelitian pendidikan.

4. 0,81-1,00 Mungkin terjadi kesalahan dalam penghitungan; jika tidak, efeknya

memang sangat besar.

Untuk teknik pengujian besar pengaruh, jika distribusi data normal, digunakan rumus

korelasi Pearson berikut (Field, 2009: 332).

3.8.2 Analisis Lebih Lanjut

3.8.2.1 Uji Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest

Uji peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Persentase kenaikan skor pretest ke posttest I dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut (Gunawan, 2006: 575).

( )

Gambar 3.6 Rumus Uji Peningkatan skor Pretest-Posttest I

Tahap selanjutnya adalah menghitung gain score. Gain score adalah

perbedaan skor pretest dan posttest dari sebuah ukuran (Fraenkel, 2012: 250-251).

Perhitungan selisih skor pretest dan posttest (Gain Score) dlakukan untuk melihat

perbedaan skor pretest dan posttest I yang saling dominan pada kelompok kontrol

dan eksperimen. Cara untuk menghitung gain score adalah membagi frekuensi

dengan jumlah siswa dikalikan 100%. Frekuensi gain score yang diambil kurang

lebih 50% dari skor tertinggi selish posttest I-prestest kedua kelompok. Persentase

selisih rerata skor pretest ke posttest I digunakan perhitungan namun sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

54

Gain skor =

x 100%

Gambar 3.7 Rumus Gain Score

Frekuensi yang diambi pada gain score yaitu 50% dari skor tertinggi selisih

pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada gain score

terdapat grafik polygon yang menunjukkan bahwa perbandingan yang tepat pada

rerata antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen (Fraenkel, 2012: 250-

251).

3.8.2.2 Uji Besar Efek Peningkatan Rerata Pretest-Posttest I

Uji besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest dilakukan untuk

mengetahui besar efek peningkatan rerata pretest ke posttest pada kelomppok kontrol

maupun kelompok eksperimen. Teknik statistik yang digunakan adalah Paired

samples t-test jika data berdistribusi normal, Wilcoxon signed rank test jika data

berdistribusi tidak normal (Field, 2009: 345).

Analisis satistik dengan menggunakan komputer IBM SPSS Statistics 22 for

Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolak

Hnull jika harga p < 0,05 (Field, 2009: 53).

Berikut adalah hipotesis statistiknya:

Hnull : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Hi : Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest dan posttest I pada

kelompok kotrol dan kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan adalah sebagai berikut.

a. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada

perbedaan yang signifkan antara rerata skor pretest dan posttest I pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak

terdapat peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.

b. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Artinya ada

perbedaan yang signifkan antara rerata skor pretest dan posttest I pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

55

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain terdapat

peningkatan skor yang signifikan dari pretest ke posttest I.

3.8.2.3 Uji korelasi rerata pretest dan posttest I

Uji korelasi rerata pretest dan posttest I dilakukan untuk mengetahui

hubungan atau korelasi antara rerata skorr pretest dan posttes I pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Jika data diperoleh terdistribusi dengan normal,

maka digunakan rumus koefisien korelasi Pearson program IBM SPSS Statistic 22

for Windows. Jika data tidak terdistribusi normal, maka digunakan analisis statistik

non-parametrik, yaitu rumus Spearman’s correlation coefficient (Field, 2009: 332).

Langkah selanjutnya adalah menganalisis dengan tingkat kepercayaan sebesar

95%. Hipotesis statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah sebagai

berikut (Field, 2009: 181).

P : jika harga p<0,05

Q : jika r negatif

Hnull : korelasi pretest-posttest I ≠ P dan Q

Hi : korelasi pretest-posttest I = P dan Q

atau

Hnull : Tidak ada perbedaan hasil korelasi pretest-posttest I dengan P dan Q

Hi : Ada perbedaan hasil korelaso pretest-posttest I dengan P dan Q

Kriteria untuk menarik kesimplan adalah sebagai berikut.

- Jika hasilnya P dan Q, Hnull diterima. Berarti acaman terhadap validitas

internal penelitian berupa regresi statisik tidak bisa dikendalikan dengan baik.

- Jika hasilnya bukan P dan Q, Hnull ditolak. Berarti ancaman terhadap validitas

internal penelitian berupa regresi statistik bisa dikendalikan dengan baik.

Uji korelasi ini juga dimaksudkan untuk memriksa apakah ada ancaman terhadap

regresi statistik. Ada ancaman jika hasilnya negatif dan signifikan.

3.8.2.4 Uji retensi pengaruh perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah pengaruh

perlakuan masih kuat sesudah dua minggu dilakukan treatment. Untuk itu digunakan

data dari skor posttest I dan posttest II dari kelompok kontrol dan kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

56

eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah Paired samples t-test jika data

terdistribusi dengan normal. Uji statistik menggunakan Wilcoxon jika data

terdistribusi dengan tidak normal (Field, 2009: 345). Teknik analisis data

menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis statistiknya adalah sebagai

berikut.

Hnull : Tidak ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II

pada kelompok kontrol dan/atau kelompok eksperimen.

Hi : Ada perbedaan skor yang signifikan dari posttest I ke posttest II pada

kelompok kontrol dan/atau kelompok eksperimen.

Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Jika harga p > 0,05 maka Hnull diterima Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan

yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak terjadi penurunan skor yang

signifikan dari posttest I dan posttest II.

2. Jika harga p < 0,05 maka Hnull ditolak Hi diterima. Artinya ada perbedaan yang

signifikan antara skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Dengan kata lain terjadi penurunan skor yang signifikan

dari posttest I dan posttest II. Untuk mengetahui presentase kenaikan skor

posttest I dan posttest II digunakan rumus sebagai berikut Gunawan, 2006: 575).

Peningkatan = ( – )

x 100%

Gambar 3.8 Rumus Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisi implementasi penelitian, dan

pembahasan mengenai pengaruh penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Implementasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelas yang digunakan kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Penentuan kelompok kotrol dan kelompok eksperimen

dilakukan dengan cara undian yang disaksikan oleh guru mitra. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain non probability sampling

dengan tipe covenience sampling. Teknik convenience sampling merupakan

penelitian sampel yang biasa digunakan untuk penelitian pendidikan dengan

menggunakan kelas yang tersedia karena keterbatasan administrasi untuk memilih

secara acak (Best & Kahn, 2006: 18-19). Pengundian yang dilakukan menunjukkan

hasil bahwa kelas VB B sebagai kelompok eksperimen dan kelas V A sebagai

kelompok kontrol. Berikut ini akan dideskripsikan populasi penelitian dan

pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

4.1.1.1 Deskripsi Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini terdiri seluruh siswa kelas V. Sampel

penelitian dalam penelitian ini adalah kelas VA dan kelas VB. Hasil tersebtu didapat

dari undian yang disaksikan oleh guru mitra. Sampel penelitian yang pertama yaitu

kelas V B sebagai kelompok eksperimen. Jumlah siswa kelas V B yaitu 30 anak yang

terdiri dari 18 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Siswa pada kelompok

eksperimen ini rerata berasal dari latar belakang ekonomi menengah. Data siswa

menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa antara lain karyawan swasta,

wiraswasta, PNS, dan buruh. Latar belakang pendidikan orang tua antara lain SMP,

SMA/SMK, D3, dan S1. Ketika dilakukan treatment, siswa hadir di kelas, namun ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

58

beberapa siswa yang tidak hadir ketika posttest I sebanyak satu anak dan ketika

posttest II sebanyak satu anak. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman terhadap

validitas internal jenis mortalitas. Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282)

menjelaskan bahwa mortalitas yaitu adanya perbedaan jumlah partispan pada waktu

pretest dan posttest akibat partisipan mengundurkan diri dalam penelitian. Untuk

mengatasi hal tersebut solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir

tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan rerata skor sebagai data karena

siswa-siswa tersebut sudah mendapat treatment.

Sampel penelitian yang kedua yaitu kelas V A sebagai kelompok kontrol.

Jumlah siswa kelas V A yaitu 32 siswa, yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 12

siswa perempuan. Siswa pada kelompok kontrol ini rerata berasal dari latar belakang

ekonomi menengah. Data siswa menunjukkan bahwa pekerjaan orang tua siswa

antara lain wiraswasta, swasta, buruh, wirausaha, pendeta, Arsitek, dan PNS. Latar

belakang pendidikan orang tua antara lain SD, SMA/SMK, D3, dan S1. ketika

dilakukan treatment, semua siswa hadir di kelas, namun ada beberapa siswa yang

tidak hadir ketika pretest sebanyak tiga siswa, ketika posttest I sebanyak satu siswa,

dan ketika posttest II sebanyak tiga siswa. Peristiwa tersebut dapat menjadi ancaman

terhadap validitas internal jenis mortalitas. Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282)

menjelaskan bahwa mortalitas yaitu adanya perbedaan jumlah partispan pada waktu

pretest dan posttest akibat partisipan mengundurkan diri dalam penelitian. Untuk

mengatasi hal tersebut solusi yang digunakan adalah data siswa yang tidak hadir

tersebut tetap dimasukkan dengan menggunakan rerata skor sebagai data karena

siswa-siswa tersebut sudah mendapat treatment.

4.1.1.2 Deskripsi Implementasi Pembelajaran

Penelitian dimulai dengan pretest pada kedua kelompok yang dilaksanakan

pada hari Sabtu, 30 September 2017. Siswa kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol mengerjakan soal pretest yang berjumlah 6 butir soal uraian dalam waktu 2 x

35 menit atau 2 jam pelajaran. Guru memberikan pengarahan kepada siswa tentang

langkah-langkah pengerjaan soal sebelum siswa menjawab soal. Siswa juga

diperbolehkan untuk bertanya kepada Guru jika ada soal yang kurang dipahami.

Guru yang mendampingi siswa selama mengerjakan soal pretest, treatment,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

59

mengerjakan soal posttest I dan posttest II adalah guru yang sama. Dalam hal ini,

peneliti tidak mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti bertugas

dalam menyiapkan alat dan bahan yang digunakan sebelum pelaksanaan treatment

dan mendokumentasikan kegiatan treatment. Berikut deskripsi dari implementasi

kegiatan pembelajaran pada kelompok Kontrol dan kelompok Eksperimen.

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Kontrol

Pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan metode ceramah.

Pembelajaran ini membutuhkan waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit) untuk setiap

pertemuan. Pembelajaran dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan materi

pokok tentang siklus air namun dengan sub materi yang berbeda-beda.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Oktober 2017 pada

pukul 10.00-11.10 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu Kegiatan awal yaitu proses

siklus air. Kegiatan awal yaitu apersepsi oleh guru. Guru melakukan tanya jawab

mengenai proses siklus air. Kegiatan inti dilaksanakan dengan memberikan

penjelasan kepada siswa tentang proses terjadinya siklus air dan tahap-tahap proses

siklus air. Siswa menerima materi yang dijelaskan oleh guru mitra dan mencatat hal-

hal penting di buku masing-masing. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan guru

menyimpulkan dan memberikan umpan balik kepada siswa mengenai proses siklus

air.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Oktober 2017 pada pukul

10.00-11.10 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhi proses siklus air. Kegiatan pembelajaran diawali dengan kegiatan

apersepsi melalui tanya jawab macam-macam kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhi proses siklus air dalam kehidupan sehari-hari. Setelah memberi

penjelasan, siswa menulis penjelasan guru di buku catatan. Kegiatan pembelajaran

diakhiri dengan menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara bersama-sama.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, 05 Oktober 2017 ada pukul

10-11.10 WIB. Sub materi yang dipelajari yaitu peristiwa alam dan dampaknya

terhadap kelangsung siklus air. Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan kegiatan

tanya jawab kepada siswa mengenai peristiwa alam yang berdampak pada

kelangsungan siklus air. Pada kegiatan inti, siswa mendengarkan ceramah dari guru

mengenai contoh persitiwa alam yang sering terjadi dan berdampak pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

60

kelangsungan siklus air. Siswa mencatat pada buku masing-masing. Kegiatan

pembelajaran pertemuan ketiga diakhiri dengan menyimpulkan materi tentang siklus

air.

Pada hari Sabtu, 07 Oktober 2017 siswa pada kelompok kontrol mengerjakan

soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima

pembelajaran dengan metode ceramah. Pada tanggal 27 Oktober 2017, siswa pada

kelompok kontrol mengerjakan soal posttest II untuk mengetahui kembali

pemahaman siswa dalam beberapa waktu setelah mendapatkan pembelajaran dengan

metode ceramah. Soal yang dikerjakan siswa pada pretest, posttest I, dan posttest II

merupakan soal yang sama berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 5 digunakan

untuk meneliti variabel mengevaluasi yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 5a, 5b, dan

5c. Soal nomor 6 digunakan untuk meneliti variabel mencipta yang terdiri dari tiga

sub soal yaitu 6a, 6b, dan 6c.

2. Deskripsi Implementasi Pembelajaran Kelompok Eksperimen

Pembelajaran pada kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II. Waktu pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan selama tiga

kali pertemuan dengan materi pokok tentang siklus air dan sub materi yang berbeda-

beda setiap pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru mitra di dalam kelas.

Pembelajaran di kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.

Pendahuluan, inti, dan penutup. Pendahuluan berisi salam, apersepsi, motivasi, dan

penyampaian tujuan pembelajaran. Kegiatan inti berisi enam langkah yaitu orientasi,

pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

kelompok ahli dalam group, tes (penilaian), pengakuan kelompok. Kegiatan penutup

berisi penegasan, refleksi, dan tindak lanjut terhadap siswa.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Oktober 2017 dari

pukul 08.00-09.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah proses siklus air. Di

kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang proses siklus air

(apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi) dan memotivasi siswa

untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyanyikan lagu “Tik-

Tik Bunyi Hujan” (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama adalah guru

memperlihatkan video tentang proses terjadinya hujan dan siswa mengemati video

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

61

tersebut. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai proses terjadinya hujan.

Kegiatan inti yang kedua adalah guru membentuk siswa dalam 5 kelompokyang

dinamakan sebagai kelompok asal. Dalam kelompok asal terdiri dari 6 siswa yang

diberi nama ahli1, ahli2, ahli 3, ahli 4, ahli 5, dan ahli 6. Kegiatan inti yang ketiga

yaitu guru memberikan materi yang berbeda kepada setiap ahli pada masing-masing

kelompok. Masing-masing ahli harus mempelajari materi tersebut selama 15 menit.

Kegiatan inti ke empat yaitu masing-masing ahli diminta untuk berkumpul sesuai

dengan nomor ahlinya masing-masing dan mendiskusikan mengenai materi yang

mereka dapatkan. Kegiatan inti yang ke lima yaitu masing-masing ahli kembali ke

kelompok asal untuk mensharingkan hasil diskusi bersama dengan kelompok ahli

kepada kelompok asal dan menjawab soal dalam LKS yang sudah diberikan oleh

guru. Dalam kegiatan ini, guru menuntun dan mendampingi siswa bersama dengan

kelompok dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan inti di kahiri dengan siswa dan guru

menganalisis dan mengevalasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Pada

kegiatan penutup, siswa bersama guru merangkum materi yang telah dipelajari,

memberikan penguatan, dan melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Oktober 2017 dari pukul

08.00-09.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah pengaruh kegiatan manusia

terhadap siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya jawab dengan siswa

tentang proses siklus air (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi)

dan memotivasi siswa untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan

melakukan games “Angin Bertiup” (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama

adalah guru memperlihatkan video tentang bencana banjir dan siswa mengemati

video tersebut. Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai peristiwa alam yang

sering terjadi akibat kegiatan manusia yang mempengaruhi siklus air. Kegiatan inti

yang kedua adalah guru membentuk siswa dalam 5 kelompok yang dinamakan

sebagai kelompok asal. Dalam kelompok asal terdiri dari 6 siswa yang diberi nama

ahli1, ahli2, ahli 3, ahli 4, ahli 5, dan ahli 6. Kegiatan inti yang ketiga yaitu guru

memberikan materi yang berbeda kepada setiap ahli pada masing-masing kelompok.

Masing-masing ahli harus mempelajari materi tersebut selama 15 menit. Kegiatan

inti ke empat yaitu masing-masing ahli diminta untuk berkumpul sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

62

nomor ahlinya masing-masing dan mendiskusikan mengenai materi yang mereka

dapatkan. Kegiatan inti yang ke lima yaitu masing-masing ahli kembali ke kelompok

asal untuk mensharingkan hasil diskusi bersama dengan kelompok ahli kepada

kelompok asal dan menjawab soal dalam LKS yang sudah diberikan oleh guru.

Dalam kegiatan ini, guru menuntun dan mendampingi siswa bersama dengan

kelompok dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan inti di kahiri dengan siswa dan guru

menganalisis dan mengevalasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Pada

kegiatan penutup, siswa bersama guru merangkum materi yang telah dipelajari,

memberikan penguatan, dan melakukan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang

telah dilakukan.

Pertemuan ke tiga dilaksanakan pada hari Kamis, 05 Oktober 2017 dari

pukul 08.00-09.20 WIB. Sub materi yang dipelajari adalah peristiwa alam dan

damaknya terhadap kelangsungan siklus air. Di kegiatan awal guru melakukan tanya

jawab dengan siswa tentang peristiwa alam dan damaknya terhadap kelangsungan

siklus air (apersepsi), penyampaian tujuan pembelajaran (orientasi) dan memotivasi

siswa untuk semangat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyanyikan lagu

“Tik Tik Bunyi Hujan” (motivasi). Selanjutnya, kegiatan inti pertama adalah guru

memperlihatkan video tentang tanah longsor dan siswa mengemati video tersebut.

Siswa bertanya jawab dengan guru mengenai peristiwa alam lainnya yang

mempengaruhi kelangsungan siklus air. Kegiatan inti yang kedua adalah guru

membentuk siswa dalam 5 kelompok yang dinamakan sebagai kelompok asal. Dalam

kelompok asal terdiri dari 6 siswa yang diberi nama ahli1, ahli2, ahli 3, ahli 4, ahli 5,

dan ahli 6. Kegiatan inti yang ketiga yaitu guru memberikan materi yang berbeda

kepada setiap ahli pada masing-masing kelompok. Masing-masing ahli harus

mempelajari materi tersebut selama 15 menit. Kegiatan inti ke empat yaitu masing-

masing ahli diminta untuk berkumpul sesuai dengan nomor ahlinya masing-masing

dan mendiskusikan mengenai materi yang mereka dapatkan. Kegiatan inti yang ke

lima yaitu masing-masing ahli kembali ke kelompok asal untuk mensharingkan hasil

diskusi bersama dengan kelompok ahli kepada kelompok asal dan menjawab soal

dalam LKS yang sudah diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini, guru menuntun dan

mendampingi siswa bersama dengan kelompok dalam menyelesaikan tugas.

Kegiatan inti dikahiri dengan siswa dan guru menganalisis dan mengevalasi hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

63

diskusi yang telah dipresentasikan. Pada kegiatan penutup, siswa bersama guru

merangkum materi yang telah dipelajari, memberikan penguatan, dan melakukan

refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Pada hari Sabtu, 07 Oktober 2017 siswa pada kelompok kontrol mengerjakan

soal posttest I untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah menerima

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Pada tanggal 27

Oktober 2017, siswa pada kelompok kontrol mengerjakan soal posttest II untuk

mengetahui kembali pemahaman siswa dalam beberapa waktu setelah mendapatkan

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Soal yang

dikerjakan siswa pada pretest, posttest I, dan posttest II merupakan soal yang sama

berjumlah 6 butir soal uraian. Soal nomor 5 digunakan untuk meneliti variabel

mengevaluasi yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 5a, 5b, dan 5c. Soal nomor 6

digunakan untuk meneliti variabel mencipta yang terdiri dari tiga sub soal yaitu 6a,

6b, dan 6c.

4.1.2 Deskripsi Sebaran Data

Pada deskripsi sebaran data, peneliti ingin memperlihatkan perbedaan adata

yang diperoleh pada kelompok kontrol dan eksperimen untuk setiap indikator. Hasil

dari sebaran data dapat dilihat pada tabel berikut.

4.1.2.1 Kemampuan Mengevaluasi

1. Kelompok Kontrol

Tabel 4.1 Sebaran Data Kelompok Kontrol

No Indikator Soal Pretest Posttest I

1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total

5a Menentukan

berdasarkan

pernyataan tentang

urutan siklus air.

21 6 4 2 32 7 15 7 3 32

5b Mengkritik

pernyataan

mengenai kegiatan

membuang sampah

ke sungai.

10 17 4 1 32 1 8 15 8 32

5c Mengkritik gambar

dan pernyataan

mengenai dampak

penebangan hutan.

4 15 5 8 32 3 2 15 12 32

Jumlah 35 38 13 11 96 11 25 37 23 96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

64

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada

kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa yang

mendapat nilai 1 sebanyak 35 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 38, siswa

yang mendapat nilai 3 sebanyak 13 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak

11 anak. Nilai yang sering muncul dari 32 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu

nilai 2 sebanyak 38 anak.

Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk

ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa yang mendapat nilai 1

sebanyak 11 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 25 anak, siswa yang

mendapat nilai 3 sebanyak 37 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 23

anak. Hasil posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 3

yaitu sebanyak 37 anak, sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai

2 yaitu sebanyak 38 anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke

posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, sedangkan siswa

yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah saat posttest I.

2. Kelompok Eksperimen

Tabel 4.2 Sebaran Data Kelompok Eksperimen

No Indikator Soal Pretest Posttest I

1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total

5a Menentukan

berdasarkan

pernyataan tentang

urutan siklus air.

14 11 4 1 30 1 5 12 12 30

5b Mengkritik

pernyataan

mengenai kegiatan

membuang sampah

ke sungai.

15 11 4 0 30 0 1 6 23 30

5c Mengkritik gambar

dan pernyataan

mengenai dampak

penebangan hutan.

13 12 2 3 30 3 1 14 12 30

Jumlah 42 34 10 4 90 4 7 32 47 90

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada

kelompok eksperimen untuk ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa

yang mendapat nilai 1 sebanyak 42 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 34

anak, siswa yang mendapat nilai 3 sebanyak 10 anak, dan siswa yang mendapat nilai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

65

4 sebanyak 4 anak. Nilai yang sering muncul dari 30 siswa yang mengerjakan soal

pretest yaitu nilai 2 sebanyak 34 anak.

Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk

ketiga indikator dari kemampuan mengevaluasi, siswa yang mendapat nilai 1

sebanyak 4 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 7 anak, siswa yang

mendapat nilai 3 sebanyak 32 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 47

anak. Hasil posttest I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 4

yaitu sebanyak 47 anak, sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai

2 yaitu sebanyak 34 anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke

posttest I. Selain itu, siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, sedangkan siswa

yang mendapat nilai 3 dan 4 bertambah saat posttest

4.1.2.2 Kemampuan Mencipta

1. Kelompok Kontrol

Tabel 4.3 Sebaran Data Kelompok Kontrol

No Indikator Soal Pretest Posttest I

1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total

6a Merumuskan

pernyataan dan

jawaban mengenai

penyebab banjir.

23 5 1 3 32 14 7 8 3 32

6b Merencanakan

langkah percobaan

terjadinya banjir.

19 10 1 2 32 16 13 1 2 32

6c Membuat gambar

tentang percobaan

terjadinya banjir.

20 6 3 3 32 21 8 1 2 32

Jumlah 62 21 5 8 96 51 28 10 7 96

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada

kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang

mendapat nilai 1 sebanyak 62 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 21, siswa

yang mendapat nilai 3 sebanyak 5 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 8

anak. Nilai yang sering muncul dari 32 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu

nilai 1 sebanyak 62 anak.

Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk

ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 51

anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 28 anak, siswa yang mendapat nilai 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

66

sebanyak 10 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 7 anak. Hasil posttest I

menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 1 yaitu sebanyak 51 anak,

sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai 1 yaitu sebanyak 62

anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu,

siswa yang mendapat nilai 1 berkurang, sedangkan siswa yang mendapat nilai 2, 3,

dan 4 bertambah saat posttest I.

2. Kelompok Eksperimen

Tabel 4.4 Sebaran Data Kelompok Eksperimen

No Indikator Soal Pretest Posttest I

1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total

6a Merumuskan

pernyataan dan

jawaban mengenai

penyebab banjir.

11 9 8 2 30 7 2 11 10 30

6b Merencanakan

langkah percobaan

terjadinya banjir.

20 4 2 4 30 0 4 12 14 30

6c Membuat gambar

tentang percobaan

terjadinya banjir.

19 6 2 3 30 0 2 11 17 30

Jumlah 50 19 12 9 90 7 8 34 41 90

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa hasil sebaran data soal pretest pada

kelompok kontrol untuk ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang

mendapat nilai 1 sebanyak 50 anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 19, siswa

yang mendapat nilai 3 sebanyak 12 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak

9 anak. Nilai yang sering muncul dari 32 siswa yang mengerjakan soal pretest yaitu

nilai 1 sebanyak 50 anak.

Dari hasil sebaran data soal posttest I pada kelompok eksperimen untuk

ketiga indikator dari kemampuan mencipta, siswa yang mendapat nilai 1 sebanyak 7

anak, siswa yang mendapat nilai 2 sebanyak 8 anak, siswa yang mendapat nilai 3

sebanyak 34 anak, dan siswa yang mendapat nilai 4 sebanyak 41 anak. Hasil posttest

I menunjukkan bahwa siswa paling banyak mendapat nilai 3 yaitu sebanyak 34 anak,

sedangkan pada pretest siswa paling banyak mendapat nilai 1 yaitu sebanyak 50

anak. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor dari pretest ke posttest I. Selain itu,

siswa yang mendapat nilai 1 dan 2 berkurang, sedangkan siswa yang mendapat nilai

3 dan 4 bertambah saat posttest I.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

67

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis Penelitian I

Hipotesis penelitin I adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II pada mata pelajaran IPA siklus air kelas V SD Kanisius sorowajan

Yogyakarta semester gasal tahun 2017/2018. Variabel dependen hipotesis di atas

yaitu kemampuan mengevaluasi, sedangkan variabel independen yaitu penerepan

model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur variabel dependen terdiri dari 1 soal uraian yaitu item 5 yang mengandung

indikator menentukan berdasarkan pernyataan tentang urutan siklus air.

Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan

program statistik yaitu IBM SPSS Statistic 22 for Windows dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan

adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui data

berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan analisis

selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau non parametrik, 2) Uji perbedaan

kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok

kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan, dan 4) Uji besar

pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut yang terdiri dari 1)

Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I, 2) Uji besar efek

peningkatan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor pretest ke posttest I,

dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.

4.1.3.1 Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya

analisis parametrik (Priyatno, 2012: 132). Data skor pretest, posttest I, posttest II,

dan selisih pretest ke posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji

normalitasnya menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Jika data

menunjukkan hasil dengan harga p>0,05, maka data terdistribusi normal maka untuk

analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data

menunjukkan hasil dengan harga p < 0,05,maka data tidak terdistribusi normal maka

analisis data selanjutnya menggunakan statistik non parametrik (Priyanto, 2012: 11).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

68

Hasil uji normalitas kemampuan mengevaluasi kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut (lihat Lampiran 4.3.1).

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek p Keputusan

Kontrol Pretest 0,089 Normal

Posttest I 0,091 Normal

Posttest II 0,200 Normal

Selisih Pretest-

Posttest I

0,060 Normal

Eksperimen Pretest 0,000 Tidak Normal

Posttest I 0,001 Tidak Normal

Posttest II 0,004 Tidak Normal

Selisih Pretest-

Posttest I

0,120 Normal

Tabel 4.5 menunjukan harga p > 0,05 untuk semua aspek yaitu pretest,

posttest I, posttest II, dan selisih rerata skor pretest-posttest I untuk kelompok kontrol

dan untuk kelompok eksperimen menunjukkan harga p > 0,05 untuk aspek selisih

rerata skor pretest-posttest I, sedangkan untuk aspek pretest, posttest I, dan posttest II

menunjukkan harga p < 0,05. Hal tersebut berarti Hnull diterima dan Hi ditolak

sehingga tidak ada deviasi (penyimpangan) dari normalitas datau atau data

terdistribusi normal untuk aspek selisih rerata skor pretest-posttest I dan analisis

statistik yang digunakan selanjutnya yaitu statistik parametrik. Sedangkan untuk

aspek pretest, posttest I, posttest II menggunakan analisis statistik yang digunakan

adalah statistik nonparametrik dikarenakan data tidak normal.

4.1.3.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal

Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan

awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk

memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki

kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak

dilakukan secara random, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini juga

dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal yaitu karakteristik

subjek. Uji perbedaan ini membandingkan pretest antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Uji perbedaan ini menggunakan uji statistik. Mann Whitney

Test dengan program IBM SPSS Statistics 22. Jika harga p > 0,05 maka kesimpulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

69

yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Jika harga p < 0,05 maka dapat disimpulkam

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Hasil uji statistik Mann Whitney Test terdapat dalam tabel di bawah ini.

(lihat Lampiran 4.4.1)

Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Mengevaluasi

Uji Statistik p Keterangan

Mann Whitney Test 0,66 Memiliki kemampuan awal

yang sama

Hasil uji perbedaan kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa harga p =

0,66. Nilai p > 0,05. Kesimpulan yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang

signifikan terhadap rerata skor pretest kemampuan mengevaluasi antara kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Maka kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama terhadap kemampuan

mengevaluasi. Dengan demikian ancaman terhadap karakteristik subjek bisa

dikendalikan dengan baik, karena memiliki kemampuan awal yang sama.

4.1.3.3 Uji Siginifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan. Cohen (2007: 276-

277) menjelaskan bahwa uji ini dapat dilakukan dengan rumus yang sesuai dengan

desain penelitian awal yaitu (O2 – O1) – (O4 – O3). Jika hasil tersebut lebih dari 0

(nol) maka penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap

kemampuan mengevaluasi. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I-

pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,6 dan selisih skor posttest I- pretest

pada kelompok kontrol sebesar 0,76. Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut

didapatkan hasil yaitu 0,84 (didapat dari selisih 1,6 – 0,76). Untuk mengetahui

apakah pengaruhnya signifikan atau tidak maka dilakukan uji statistik yaitu dengan

cara menghitung selisih antara skor posttest I dan pretest dalam kemampuan

mengevaluasi pada kedua kelompok. Selisih tersebut kemudian diuji normalitasnya

menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil p selisih skor pretest dan posttest I pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

70

kelompok kontrol yaitu 0,200 dan pada kelompok eksperimen yaitu 0,120. Kedua

hasil p lebih dari 0,05 sehingga kedua data terdistribusi normal.

Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal, maka diperlukan uji

asumsi dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas varian. Jika harga p >

0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga p <

0,05 maka varian kedua data tidak sama atau tidak homogen (Field, 2009: 150). Jika

harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan.

Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians

Uji Statistik F p Keputusan

Levene’s Test for Equality of

Variances

0,768 0,384 Homogen

Tingkat kepercayaan Levene’s Test yang digunakan 95% menunjukkan

bahwa F = 0,768 dan harga p = 0,384 (p > 0,05), hal ini berarti terdapat homogenitas

varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data uji statistik yang digunakan

Independent samples t-test yang diambil adalah data pada baris pertama output SPSS

(Field, 2009: 340).

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Field (2009: 53)

menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah apabila harga

p < 0,05. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi dapat dilihat pada tabel

4.8 berikut (lihat Lampiran 4.5.1).

Tabel 4.8 Hasil UJi Perbedaan Rerata Pretest-Posttest I

Uji Statistik p Keterangan

Independent samples t-test 0,001 Ada perbedaan

Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 1,61, SE = 1,53)

lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,78, SE

= 0,17). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -3,674, p = 0,001 (p <

0,05) maka Hnull ditolah dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan

antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

71

dari hasil signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hasil

perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan

mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada

grafik berikut.

Gambar 4.1 Grafik Garis Selisih Pretest ke Posttest I

Hasil perbandingan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap

kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat

dilihat pada diagram berikut.

Gambar 4.2 Diagram rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I

Grafik di atas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok kontrol

dengan mean = 0,78 dengan kelompok eksperimen dengan mean = 1,61. Kelompok

1,98

2,76

1,73

3,35

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Pretest Posttest 1

KelompokKontrol

KelompokEksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

72

kotrol memiliki selisih skor preest dan posttest I yang lebih rendah daripada

kelompok eksperimen.

4.1.3.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

terhadap kemampuan mengevaluasi. uji besar pengaruh perlakuan dihitung secara

manual dengan menggunakan rumus √

karena data yang digunakan

terdistribusi normal. Berikut ini hasil perhitungan besar pengaruh perlakuan pada

kemampuan mengevaluasi. (lihat Lampiran 4.6)

Tabel 4.9 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Variabel t t2

df r (effect

size)

R2 % Kategori

Efek

Mengevaluasi -3,674 13,498276 60 0,42 0,18 18% Menengah

Berdasarkan tabel di atas, harga r (effect size) pada kemampuan mengevaluasi

sebesar 0,42 yang setara dengan efek menengah. Harga R2 yaitu 0,18 sehingga jika

dikalikan 100% maka persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan

mengevaluasi yaitu 18%. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II memberikan

pengaruh sebesar 18% terhadap kemampuan mengevaluasi, sedangkan 82% sisanya

merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain

tersebut misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar

belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).

4.1.3.5 Analisis Lebih Lanjut

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I

Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase

peningkatan kemampuan mengevaluasi yang dilihat dari skor pretest ke posttest I

pada kedua kelompok. Selanjutnya, dilakukan uji signifikansi peningkatan skor

pretest ke posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor

yang signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen.

Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

73

mengambil data rerata skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data

menggunkan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata

pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest ke posttest I

dengan rerata pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Hasil perhitungan persentase

peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

(lihat Lampiran 4.7.1)

Tabel 4.10 Peningkatan Rerata Skor pretest ke posttest I

No Kelompok Rerata Peningkatan

(%)

p Signifikansi

Pretest Posttest I

1 Kontrol 1,98 2,76 39 0,000 Signifkan

2 Eksperimen 1,73 3,35 48 0,000 Signifikan

Tabel 4.10 menunjukkan rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 1,98

dan rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,73, sedangkan rerata posttest

I pada kelompok kontrol sebesar 2,76 dan rerata posttest I pada kelompok

eksperimen sebesar 3,35. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke

posttest I pada kelompok kontrol sebesar 39% sedangkan persentase peningkatan

pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 48%. Kesimpulan yang

dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok

kontrol maupun pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi.

Hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok

eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), sedangkan pada hasil uji

signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol menunjukkan

harga p sebesar 0,000 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima yang berarti

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest ke posttest I terhadap

kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen. Kesimpulan yang

dapat diambil adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke

posttest I terhadap kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan

eksperimen. Untuk memperjelas perbandingan rerata skor pretest ke posttest I dapat

dilihat pada gambar grafik batang 4.8 di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

74

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen

lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 48%, sedangkan pada kelompok kontrol

sebesar 39%. Hasil ini diperjelas pada gambar 4.4 menggunakan grafik poligon

untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan

eskperimen. Berikut adalah grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-

posttest I (gain score) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Gambar 4.4 Grafik Gain Score

1,98 1,73

2,76

3,35

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

Kel. Kontrol Kel. Eksperimen

Re

rata

Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke

Posttest I

pretest

posstest I

1 1 1

2 2

1 1

3

4 4

5

3 3

1 1 1 1

4

5

4

7

4

2

1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00

Fre

kue

nsi

Gain Score

Kelompok Kontrol

KelompokEksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

75

Berdasarkan gambar 4.4 gain score terendah pada kelompok kontrol sebesar -

1,16 sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar -2,00. Gain Score tertinggi pada

kelompok kontrol sebesar 3,00 sedangkan gain score tertinggi pada kelompok

eksperimen 2,00. Data tersebut berarti bahwa selisih pretest-posttest yang dominan

pada kelompok eksperimen nilainya lebih besar daripada selisih pretest-posttest I

kelompok kontrol (lihat Lampiran 4.7.3.1)

Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 0,84 pada kelompok kontrol ada 16

anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 27 anak. Nilai 0,84 merupakan nilai

tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.

Persentase gain score ≥ 0,84 pada kelompok kontrol sebesar 50% sedangkan pada

kelompok eksperimen dengan model Jigsaw II sebesar 90% memberi dampak

pengaruh lebih besar daripada kelompok kontrol dengan metode ceramah (lihat

Lampiran 4.7.3.2).

2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I

Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini dilakukan

dengan menggunakan Wilcoxon Samples t-test karena data yang diuji terdistribusi

tidak normal. Berikut hasil uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I (lihat

Lampiran 4.7.2).

Tabel 4. 11 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor pretest ke posttest I

No Kelompok Z N

√ r (effect

size)

R2 % Efek

1 Kontrol 3,64 32 8 0,455 0,207 20,7 Kecil

2 Eksperimen 4,59 30 7,74 0,593 0,351 35,1 Menengah

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mengevaluasi

memiliki efek peningkatan yang berbeda dibandingkan dengan metode ceramah pada

kelompok kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi. Besar efek peningkatan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada kelompok eksperimen

terhadap kemampuan mengevaluasi sebesar r = 0,593 atau sama dengan 35,1% yang

memiliki efek menengah. Sedangkan pada kelompok kontrol sebesar r = 0,455 atau

sama dengan 20,7% yang memiliki efek kecil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

76

3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor

pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap

validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa

yang mendapat skor pretest tinggi juga mendapat skor posttest yang lebih rendah,

sedangkan siswa yang mendapat skor pretest rendah akan mendapat skor posttest

lebih tinggi. Data diambil dari rerata skor pretest dan skor posttest I pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen yang berdistribusi tidak normal, sehingga

menggunakan rumus Spearman untuk data tidak normal. Tingkat kepercayaan yang

digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolah Hnull yaitu jika harga

p < 0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pda

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat pada tabel 4.12 berikut. (lihat

Lampiran 4.7.2.1).

Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I

No Kelompok Correlation

Coefficient

p Kesimpulan

1 Kontrol -0,211 0,246 Negatif dan tidak

signifikan

2 Eksperimen -0,197 0,296 Negatif dan tidak

signifikan

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji korelasi pretest dan posttest I pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Harga p pada kelompok kontrol

sebesar 0,246 (p>0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada

korelasi yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I

pada kelompok kontrol tehadap kemampuan mengevaluasi. Artinya adalah skor

korelasi yang diperoleh kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke

populasi. Hasil Correlation Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan -0,211.

Harga Correlation Coefficient menunjukkan nilai negatif. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan jika skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di

posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya skor siswa di pretest tinggi maka hasil skor

siswa di posttest I rendah. Maka ancaman regresi statistik bisa dikendalikan dengan

baik.

Pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p sebesar 0,296 (p>0,05),

artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada korelasi yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

77

signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kelompok

eksperimen tehadap kemampuan mengevaluasi. Artinya adalah skor korelasi yang

diperoleh kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke populasi. Hasil

Correlation Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan -0,197. Harga

Correlation Coefficient menunjukkan nilai negatif. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan jika skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di

posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya skor siswa di pretest tinggi maka hasil skor

siswa di posttest I rendah. Maka ancaman regresi statistik bisa dikendalikan dengan

baik.

4. Uji Retensi pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah

perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa

waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan Wilcoxon samples t-test yang

sama fungsinya sama dengan Paired Samples t-test. Jika p < 0,05, maka kesimpulan

yang diambil adalah tidak ada perbedaan antara posttest I dan posttest II. Jika p >

0,05 maka disimpulkan bahwa ada perbedaan antara posttest II dan posttest I. Tabel

di bawah ini menunjukkan hasil uji retensi pegaruh perlakuan. (lihat Lampiran 4.9.1)

Tabel 4.13 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

No Kelompok Rerata Peningkatan

(%)

p Kesimpulan

Posttest I Posttest II

1 Kontrol 2,76 1,97 - 29 0,000 Ada

perbedaan

2 Eksperimen 3,35 2,40 -28 0,000 Ada

perbedaan

Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan hasil posttest I dan posttest II

kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan harga

p sebesar 0,000 (p<0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan

yang signifikan antara skor posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik

adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I dan posttest II

kelompok kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi. Sedangkan pada kelompok

eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000 (p<0,05), maka Hnull ditolak dan Hi

diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan posttest

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

78

II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang signifikan dari

skor posttest I dan posttest II kelompok eksperimen terhadap kemampuan

mengevaluasi.

Persentase penurunan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol

lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan persentase

penurunan kelompok kontrol sebesar -29% sedangkan pada kelompok eksperimen

sebesar -28%. Penurunan skor pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan

mengevaluasi pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik

berikut.

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Pretest, Posttets I, dan Posttest II

Untuk memastikan apakah capaian skor rerata posttest II berbeda atau tidak

dengan pretest maka dilakukan analisis terhadap perbedaan skor pretest dan posttest

II dengan menggunakan Wilocoxon samples t-test yang fungsinya sama dengan

Paired Sampels t-test. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Kriteria

yang digunakan untuk menolah Hnull adalah p < 0,05 (Field, 2009: 53). Berikut

adalah hasil uji signifikansi skor pretest ke posttest II yang dapat dilihat pada tabel

4.14 (lihat Lampiran 4.9.1.1)

1,98

2,76

1,97 1,73

3,35

2,40

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

Pretest Posttest 1 Posttest 2

Kelompok Kontrol

KelompokEksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

79

Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Skor Pretest ke Posttest II

Kelompok Rerata p Kesimpulan

Pretest Posttest II

Kontrol 1,98 1,97 0,620 Tidak signifikan

Eksperimen 1,73 2,40 0,006 Signifikan

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa hasil uji signifikansi skor pretest ke

posttest II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mengevaluasi menunjukkan

harga p sebesar 0,620 (p>0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak sehingga tidak

ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan posttest II. Sedangkan pada

kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,006 (p<0,05), maka null

ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest

dan posttest II. Hal ini berarti bahwa pada kelompok eksperimen dengan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dan kelompok kontrol dengan model ceramah

memiliki perbedaan untuk meningkatkan kemampuan mengevaluasi.

4.1.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian II

Hipotesis penelitian II adalah penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe

Jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mencipta pada pembelajaran IPA materi

siklus air kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta tahun ajaran 2017/2018.

Variabel dependen pada hipotesis di atas yaitu kemampuan mengevaluasi, sedangkan

variabel independen yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dependen terdiri dri 1 soal

uraian yaitu item 6 yang mengandung indikator merumuskan pernyataan dan

jawaban mengenai penyebab banjir, merencanakan langkah percobaan terjadinya

banjir, dan membuat gambar tentang percobaan terjadinya banjir.

Hasil analisis statistik secara keseluruhan dihitung dengan menggunakan

program statistik yaitu IBM SPSS Statistics 22 for Windows dengan tingkat

kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Tahapan analisis data yang dilakukan

adalah sebagai berikut. 1) Uji normalitas data dengan tujuan untuk mengetahui data

berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan analisis

selanjutnya menggunakan statistik parametrik atau non parametrik, 2) Uji perbedaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

80

kemampuan awal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pada kelompok

kontrol dan eksperimen, 3) Uji signifikansi pengaruh perlakuan, dan 4) Uji besar

pengaruh perlakuan. Selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut yang terdiri dari 1)

Perhitungan persentase peningkatan skor pretest ke posttest I, 2) Uji besar efek

peningkatan skor pretest ke posttest I, 3) Uji korelasi antara skor pretest ke posttest I,

dan 4) Uji retensi pengaruh perlakuan.

4.1.4.1 Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas distribusi data digunakan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi dengan normal atau tidak, hal ini sebagai prasyarat digunakannya

analisis parametrik (Priyanto, 2012: 132). Data skor pretest, posttest I, posttest II,

dan selisih pretest ke posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diuji

normalitasnya menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov test. Jika data

menunjukkan hasil dengan harga p>0,05, maka data terdistribusi normal maka untuk

analisis data selanjutnya menggunakan statistik parametrik, namun jika data

menunjukkan hasil dengan harga p < 0,05,maka data tidak terdistribusi normal maka

analisis data selanjutnya menggunakan statistik non parametrik (Priyatno, 2012: 11).

Hasil uji normalitas kemampuan mencipta kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. (lihat Lampiran 4.3.2)

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data

Kelompok Aspek p Keputusan

Kontrol Pretest 0,006 Normal

Posttest I 0,000 Tidak Normal

Posttest II 0,000 Tidak Normal

Selisih Pretest-

Posttest I

0,104 Normal

Eksperimen Pretest 0,001 Tidak Normal

Posttest I 0,172 Normal

Posttest II 0,200 Normal

Selisih Pretest-

Posttest I

0,200 Normal

Tabel 4.15 hasil uji normalitas distribusi data kemampuan mencipta

menunjukkan bahwa beberapa data yang melewati proses uji normalitas ini

berdistribui tidak normal. Hanya 2 dari 8 data, yaitu pretest dan rerata selisih prtest-

posttest I kelompok kontrol yang berdistribusi normal, sedangnkan pada kelompok

eksperimen hanya terdapat 3 dari 8 data, yaitu posttest I, posttest II, dan rerata selisih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

81

prtest-posttest I kelompok eksperimen yang berdistribusi normal. Data lainnya

berdistribusi tidak normal ditunjukkan dengan harga p yang lebih kecil daripada

0,05. Maka dapat disimpulkan data berdistribusi tidak normal dan analisis yang

digunakan statistik nonparametrik, sedangkan data yang memiliki kesamaan

berdistribusi normal yaitu rerata selisih prtest-posttest I menggunakan analisis

statistik parametrik.

4.1.4.2 Uji Perbedaan Kemampuan Awal

Uji perbedaan kemampuan awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan

awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji ini dilakukan untuk

memastikan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki

kemampuan awal yang sama, meskipun pengambilan sampel penelitian tidak

dilakukan secara random, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Uji ini juga

dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap validitas internal yaitu karakteristik

subjek. Uji perbedaan ini membandingkan pretest antara kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen. Uji perbedaan ini menggunakan uji statistik. Mann Whitney

Test dengan program IBM SPSS Statistics 22. Jika harga p > 0,05 maka kesimpulan

yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Jika harga p < 0,05 maka dapat disimpulkam

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pretest kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen. Hasil uji statistik Mann Whitney Test terdapat dalam tabel di bawah ini.

(lihat Lampiran 4.4.2)

Tabel 4.16 Hasil Uji Perbedaan Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Mencipta

Uji Statistik p Keterangan

Mann Whitney Test 0,157 Memiliki kemampuan awal

yang sama

Hasil uji perbedaan kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa harga p =

0,157. Nilai p > 0,05. Kesimpulan yang diambil adalah tidak ada perbedaan yang

signifikan terhadap rerata skor pretest kemampuan mencipta antara kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Maka kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama terhadap kemampuan mencipta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

82

Maka ancaman karakteristik subjek dapat dikendalikan dengan baik karena memiliki

kemampuan awal yang sama.

4.1.4.3 Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

Uji signifikansi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan. Cohen (2007: 276-

277) menjelaskan bahwa uji ini dapat dilakukan dengan rumus yang sesuai dengan

desain penelitian awal yaitu (O2 – O1) – (O4 – O2). Jika hasil tersebut lebih dari 0

(nol) maka penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap

kemampuan mencipta. Hasil perhitungan menunjukkan selisih skor posttest I- pretest

pada kelompok eksperimen sebesar 1,36 dan selisih skor posttest I- pretest pada

kelompok kontrol sebesar 0,17. Dari perhitungan menggunakan rumus tersebut

didapatkan hasil yaitu 1,19 (didapat dari selisih 1,36 – 0,17). Untuk mengetahui

apakah pengaruhnya signifikan atau tidak maka dilakukan uji statistik yaitu dengan

cara menghitung selisih antara skor posttest I dan pretest dalam kemampuan

mencipta pada kedua kelompok. Selisih tersebut kemudian diuji normalitasnya

menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Hasil harga p selisih skor pretest dan posttest I

pada kelompok kontrol yaitu 0,104 dan pada kelompok eksperimen yaitu 0,200.

Kedua hasil p lebih dari 0,05 sehingga kedua data terdistribusi normal.

Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal, maka diperlukan uji

asumsi dengan Levene’s test untuk mengetahui homogenitas varian. Jika harga p >

0,05 maka varian kedua data yang dibandingkan sama atau homogen. Jika harga p <

0,05 maka varian kedua data tidak sama atau tidak homogen (Field, 2009: 150). Jika

harga p > 0,05 maka terdapat homogenitas varians pada dua data yang dibandingkan.

Hasil uji asumsi homogenitas varians dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.17 Hasil Uji Asumsi Homogenitas Varians

Uji Statistik F p Keputusan

Levene’s Test for Equality of

Variances

1,63 0,20 Homogen

Tingkat kepercayaan Levene’s Test yang digunakan 95% menunjukkan harga

F = 1,63 dan harga p = 0,20, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

homogenitas varians dari kedua data yang dibandingkan karena harga p > 0,05. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

83

ini berarti terdapat homogenitas varians data. Jika terdapat homogenitas varians, data

uji statistik yang digunakan Independent samples t-test yang diambil adalah data

pada baris pertama output SPSS (Field, 2009: 340).

Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Field (2009: 53)

menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah apabila harga

p < 0,05. Hasil uji signifikansi pengaruh perlakuan pada kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta dapat dilihat pada tabel 4.18

berikut (lihat Lampiran 4.5.2).

Tabel 4.18.Hasil Uji Perbedaan Selisih Rerata Pretest ke Posttest I

Uji Statistik p Keterangan

Independent Samples t-test 0,035 Ada perbedaan

Rerata skor yang dicapai pada kelompok eksperimen (M = 0,74, SE = 0,20)

lebih tinggi daripada rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,18, SE

= 0,16). Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p <

0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan

antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari

hasil signifikansi pengaruh perlakuan adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan

mencipta. Hasil perbaningan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap

kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat

dilihat pada grafik garis berikut.

Grafik 4.6 Grafik Garis Selisih Pretest ke Posttest I

1,53 1,71 1,77

2,51

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

Pretest Posttest I

Kontrol

Eksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

84

Hasil perbaningan rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap

kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat

dilihat pada diagram berikut.

Gambar 4.7 Diagram rerata Selisih Skor Pretest-Posttest I

Grafik di atas menunjukkan perbedaan selisih antara kelompok kontrol

dengan mean = 0,18 dengan kelompok ekperimen dengan mean = 0,74. Kelompok

kontrol memiliki selisih skor pretest dan posttest I yng lebih rendah daripada

kelompok eksperimen.

4.1.4.4 Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Uji besar pengaruh perlakuan atau effect size dilakukan untuk mengetahui

sebesarapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

terhadap kemampuan mencipta. Uji besar pengaruh perlakuan dihitung secara

manual dengan menggunakan rumus √

karena data yang digunakan

terdistribusi normal. Berikut ini hasil perhitungan besar pengaruh perlakuan pada

kemampuan mencipta (lihat Lampiran 4.6).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

85

Tabel 4.19 Hasil Uji Besar Pengaruh Perlakuan

Variabel t t2

df r (effect

size)

R2 % Kategori

Efek

mencipta -2,163 4,678569 60 0,26 0,07 7% Kecil

Berdasarkan tabel di atas, harga r (effect size) pada kemampuan mencipta

sebesar 0,26 yang setara dengan efek kecil. Harga R2 yaitu 0,07 sehingga jika

dikalikan 100% maka persentase besar pengaruh perlakuan pada kemampuan

mencipta yaitu 7%. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II memberikan

pengaruh sebesar 7% terhadap kemampuan mencipta, sedangkan 93% sisanya

merupakan pengaruh dari variabel lain di luar variabel yang diteliti. Variabel lain

tersebut misalnya intelegensi, motivasi, kesehatan tubuh, lingkungan kelas, atau latar

belakang siswa (Kasmadi & Sunariah, 2013: 151).

4.1.4.5 Ananlisis Lebih Lanjut

1. Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I

Perhitungan persentase ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase

peningkatan kemampuan mencipta yang dilihat dari skor pretest ke posttest I pada

kedua kelompok. Selanjutnya, dilakukan uji signifikansi peningkatan skor pretest ke

posttest I dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan skor yang

signifikan dari pretest ke posttest I pada kelompok kontrol maupun eksperimen.

Analisis perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke posttest I dengan

mengambil data rerata skor pretest ke posttest I pada uji normalitas distribusi data

menggunkan One Samples Kolmogorov-Smirnov test. Persentase peningkatan rerata

pretest ke posttest I dihitung dengan cara membagi selisih rerata pretest ke posttest I

dengan rerata pretest, selanjutnya dikalikan 100%. Hasil perhitungan persentase

peningkatan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut.

(lihat Lampiran 4.7.1)

Tabel 4.20 Peningkatan Rerata Skor pretest ke posttest I

No Kelompok Rerata Peningkatan

(%)

p Signifikansi

Pretest Posttest I

1 Kontrol 1,53 1,77 15,69 0,196 Tidak

Signifikan

2 Eksperimen 1,71 2,51 46,78 0,002 Signifikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

86

Tabel 4.20 menunjukkan rerata pretest pada kelompok kontrol sebesar 1,53

dan rerata pretest pada kelompok eksperimen sebesar 1,71, sedangkan rerata posttest

I pada kelompok kontrol sebesar 1,77 dan rerata posttest I pada kelompok

eksperimen sebesar 2,51. Hasil perhitungan persentase peningkatan rerata pretest ke

posttest I pada kelompok kontrol sebesar 15,69% sedangkan persentase peningkatan

pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen sebesar 46,78%. Kesimpulan yang

dapat ditarik adalah terjadi peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok

kontrol maupun pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta.

Hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok kontrol

menunjukkan harga p sebesar 0,196 (p >0,05), maka Hnull diterima dan Hi ditolak

yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest ke

posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok kontrol. Sedangkan pada

hasil uji signifikansi rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok ekserimen

menunjukkan harga p sebesar 0,002 (p < 0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima

yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor pretest ke

posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok eksperimen. Kesimpulan

yang dapat diambil adalah terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor

pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta pada kelompok eksperimen dan

tidak terdapat peningkatan skor yang signifikan dari skor pretest ke posttest I

terhadap kemampuan mencipta pada kelompok kontrol. Untuk memperjelas

perbandingan rerata skor pretest ke posttest I dapat dilihat pada gambar grafik batang

4.8 di bawah ini.

Gambar 4.8 Grafik Batang Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I

1,53 1,77 1,71

2,51

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

Pretest Posttest I

Re

rata

Grafik Perbandingan Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Kel Kontrol

Kel eksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

87

Persentase peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen

lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu 46,78%, sedangkan pada kelompok

kontrol sebesar 15,69%. Hasil ini diperjelas pada gambar 4.2 menggunakan grafik

poligon untuk melihat perbedaan selisih pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan

eskperimen. Berikut adalah grafik yang menunjukkan frekuensi selisih pretest-

posttest I (gain score) pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Gambar 4.9 Grafik Gain Score

Berdasarkan gambar 4.9 gain score terendah pada kelompok kontrol sebesar -

2,00 sedangkan pada kelompok eksperimen sebesar -1,00. Gain Score tertinggi pada

kelompok kontrol sebesar 2,00 sedangkan gain score tertinggi pada kelompok

eksperimen 2,67. Data tersebut berarti bahwa selisih pretest-posttest yang dominan

pada kelompok eksperimen nilainya lebih besar daripada selisih pretest-posttest I

kelompok kontrol (lihat Lampiran 4.7.3.3)

Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 0,50 pada kelompok kontrol ada 14

anak, sedangkan pada kelompok eksperimen ada 16 anak. Nilai 0,50 merupakan nilai

tengah gain score yang didapat dengan menghitung 50% dari nilai tertinggi.

Persentase gain score ≥ 0,50 pada kelompok kontrol sebesar 43,75% sedangkan pada

kelompok eksperimen dengan model Jigsaw II sebesar 53% memberi dampak

pengaruh lebih besar daripada kelompok kontrol dengan metode ceramah.

2. Uji Besar Efek Peningkatan Skor Pretest ke Posttest I

Uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. Uji ini dilakukan

1 1 1

4

1

2 2

1 1

3

8

2 2

1 1 1 1

5

3

4

7

2

1

6

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00

Fre

kue

nsi

Gain Score

Kelompok Kontrol

KelompokEksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

88

dengan menggunakan Wilcoxon Samples t-test karena data yang diuji terdistribusi

tidak normal. Tingkat kepercayaan yang digunakan dalam uji ini adalah 95%.

Kriteria yang digunakan untuk menolak Hnull adalah jika p < 0,05 (Field: 2009: 53).

Berikut hasil uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I. (lihat Lampiran

4.7.3.4)

Tabel 4.21 Hasil Uji Besar Efek Peningkatan Skor pretest ke posttest I

No Kelompok Z N

√ r

(effect

size)

R2 % Efek

1 Kontrol 1,29 32 8 0,16 0,0256 2,56 Kecil

2 Eksperimen 3,06 30 7,74 0,39 0,1521 15,21 Kecil

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw II pada kelompok eksperimen terhadap kemampuan mencipta memiliki

efek peningkatan yang sama dibandingkan dengan metode ceramah pada kelompok

kontrol terhadap kemampuan mencipta. Besar efek peningkatan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jisaw II pada kelompok eksperimen terhadap

kemampuan mencipta sebesar r = 0,39 atau sama dengan 15,21% yang memiliki

efek kecil dan besar efek peningkatan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

jisaw II pada kelompok kontrol terhadap kemampuan mencipta sebesar r = 0,16 atau

sama dengan 2,56% yang memiliki efek kecil.

3. Uji Korelasi antara Rerata Skor Pretest ke Posttest I

Uji korelasi ini dilakukan untuk mengetahui korelasi yang terjadi antara skor

pretest dan posttest I. Uji ini juga dilakukan untuk mengontrol ancaman terhadap

validitas internal penelitian berupa regresi statistik. Regresi statistik terjadi jika siswa

yang mendapat skor pretest tinggi juga mendapat skor posttest yang lebih rendah,

sedangkan siswa yang mendapat skor pretest rendah akan mendapat skor posttest

lebih tinggi. Data diambil dari rerata skor pretest dan skor posttest I pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen yang berdistribusi tidak normal, sehingga

menggunakan rumus Spearman untuk data tidak normal. Tingkat kepercayaan yang

digunakan adalah 95%. Kriteria yang digunakan untuk menolah Hnull yaitu jika harga

p<0,05 (Field, 2009: 53). Hasil uji korelasi antara rerata pretest dan posttest I pda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

89

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terdapat pada tabel 4.22 berikut. (lihat

Lampiran 4.7.2.2)

Tabel 4.22 Hasil Uji Korelasi antara Rerata Pretest dan Posttest I

No Kelompok Correlation

Coefficient

p Kesimpulan

1 Kontrol -0,045 0,806 Negatif dan tidak

signifikan

2 Eksperimen 0,097 0,612 Positif dan tidak

signifikan

Tabel 4.22 menunjukkan hasil uji korelasi pretest dan posttest I pada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Harga p pada kelompok kontrol

sebesar 0,806 (p>0,05), artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada

korelasi yang tidak signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I

pada kelompok eksperimen tehadap kemampuan mencipta. Artinya adalah skor

korelasi yang diperoleh kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke

populasi. Hasil Correlation Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan -0,045.

Harga Correlation Coefficient menunjukkan nilai negatif. Hasil perhitungan tersebut

menunjukkan jika skor siswa di pretest rendah maka hasil rerata skor siswa di

posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya skor siswa di pretest tinggi maka hasil skor

siswa di posttest I rendah. Maka ancaman regresi statistik bisa dikendalikan dengan

baik.

Pada kelompok eksperimen menunjukkan nilai p sebesar 0,612 (p>0,05),

artinya Hnull diterima dan Hi ditolak. Oleh karena itu, ada korelasi yang tidak

signifikan antara hasil rerata pretest dan hasil rerata posttest I pada kelompok kontrol

tehadap kemampuan mencipta. Artinya adalah skor korelasi yang diperoleh

kelompok eksperimen tidak bisa digeneralisasikan ke populasi. Hasil Correlation

Coefficient kelompok ksperimen menunjukkan 0,097. Harga Correlation Coefficient

menunjukkan nilai poitif. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan jika skor siswa di

pretest tinggi maka hasil rerata skor siswa di posttest I tinggi. Begitu juga sebaliknya

skor siswa di pretest rendah maka hasil skor siswa di posttest I rendah. Maka

ancaman regresi statistik tidak bisa dikendalikan dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

90

4. Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah

perlakuan yang diberikan masih kuat atau memiliki efek yang sama setelah beberapa

waktu. Uji retensi pengaruh perlakuan menggunakan Wilcoxon test yang sama

fungsinya sama dengan Paired Samples t-test. Jika p < 0,05, maka kesimpulan yang

diambil adalah tidak ada perbedaan antara posttest I dan posttest II. Jika p > 0,05

maka disimpulkan bahwa ada perbedaan antara posttest II dan posttest I. Tabel di

bawah ini menunjukkan hasil uji retensi pegaruh perlakuan. (lihat Lampiran 4.9.2)

Tabel 4.23 Hasil Uji Retensi Pengaruh Perlakuan

No Kelompok Rerata Peningkatan

(%)

p Kesimpulan

Posttest I Posttest II

1 Kontrol 1,71 1,31 -23 0,008 Ada

perbedaan

2 Eksperimen 2,51 2,37 -5 0,537 Tidak ada

perbedaan

Tabel 4.23 di atas menunjukkan adanya perbedaan hasil posttest I dan

posttest II kelompok kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan harga p sebesar 0,008

(p<0,05), maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang signifikan

antara skor posttest I dan posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi

penurunan skor yang signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol

terhadap kemampuan mencipta. Sedangkan pada kelompok eksperimen

menunjukkan tidak adanya perbedaan hasil posttest I dan posttest II. Hal ini

ditunjukkan dengan harga p sebesar 0,537 (p>0,05), maka Hnull diterima dan Hi

ditolak sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor posttest I dan

posttest II. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah terjadi penurunan skor yang

signifikan dari skor posttest I dan posttest II kelompok kontrol terhadap kemampuan

mencipta.

Persentase penurunan rerata posttest I ke posttest II pada kelompok kontrol

lebih tinggi daripada kelompok eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan persentase

penurunan kelompok kontrol sebesar -23% sedangkan pada kelompok eksperimen

sebesar -5%. Penurunan skor pretest, posttest I, dan posttest II terhadap kemampuan

mencipta pada kelompok kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada grafik berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

91

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Pretest, Posttest I, dan Posttest II

Selanjutnya, untuk mengetahui apakah capaian skor pada posttest II berbeda

atau tidak berbeda dengan kondisi awal pada pretest maka dilakukan analisis

terhadap perbedaan skor pretest dengan posttest II menggunakan Wilcoxon Samples

t-test yang sama fungsinya sama dengan Paired Samples t-test. Kriteria untuk

menolak Hnull adalah jika harga p (p< 0,05) maka ada perbedaan yang signifikan

antara skor pretest dan posttest II. Berikut hasil uji Wilcoxon test pada tabel 4.24

(lihat Lampiran 4.9.2.1)

Tabel 4.24 Hasil Uji Perbedaan Skor Pretest san Posttest II

No Kelompok p Keputusan

1 Kontrol 0,049 Ada perbedaan

2 Eksperimen 0,009 Ada perbedaan

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga p pada kedua kelompok

kurang dari 0,05 maka Hnull ditolak dan Hi diterima sehingga ada perbedaan yang

signifikan antara skor rerata pretest dan posttest II. Dengan kata lain, ada penurunan

yang signifikan dari skor posttest I dan posttest II pada kelompok kontrol dan

eksperimen. Selain itu, dengan kata lain menggunakan metode ceramah pada

kelompok kontrol, materi yang diberikan tidak bertahan lama dalam ingatan siswa,

sedangkan penggunaan model Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw II pada kelompok

eksperimen dapat membuat materi bertahan lebih lama dalam ingatan siswa

1,53 1,71

1,31

1,77

2,51 2,37

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

Pretest Posttest 1 Posttest 2

Kelompok Kontrol

KelompokEksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

92

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengendalian Ancaman Validitas Internal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model

Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan Mengevaluasi dan

Mencipta Siswa Kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun

ajaran 2017/2018 pada mata pelajaran IPA materi siklus air. Penelitian kuantitatif

dengan model quasi eksperimental tipe non-equivalent control group design ini

dilakukan dengan menerapkan metode tradisional (ceramah) pada kelompok kontrol

dan model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II pada kelompok eksperimen.

Kegiatan yang dilakukan pada kelompok kontrol berbeda dengan kelompok

eksperimen. Siswa pada kelompok eksperimen mengikuti pembelajaran dengan aktif

dan bersemangat melalui kegiatan memecahkan masalah dalam kelompok dengan

didampingi guru. Siswa pada kelompok eksperimen memiliki kesempatan yang lebih

banyak untuk mengembangkan kemampuan mengevaluasi dan mencipta daripada

siswa pada kelompok kontrol. Siswa pada kelompok eksperimen cenderung lebih

akif bertanya mengenai apa yang tidak mereka ketahui. Suasana kelas menjadi

sedikit ramai karena diskusi dalam kelompok yang terjadi. Siswa pada kelompok

eksperimen diminta untuk mendalami materi yang dibagikan kepada masing-masing

anak bersama dengan kelompok ahlinya masing-masing dan mengidentifikasi

masalah dari LKS yang diberikan guru secara berkelompok. Anak-anak diminta

untuk memecahkan masalah melalui percobaan pembuktian peristiwa banjir.

Kemudian mereka mulai berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ditemukan

dengan mencari informasi dari sumber-sumber yang telah tersedia. Siswa dalam

kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok dalam bentuk laporan yang kemudian

dipresentasikan di depan kelas. Kelompok yang lain bersama guru mengamati

jalannya presentasi dan memberikan masukan kepada kelompok yang telah

melakukan pressentasi.

Pada penelitian eksperimen diperlukan kehati-hatian dalam menarik

kesimpulan pada sebuah penelitian eksperimen bahwa perubahan yang terjadi pada

variabel dependen disebabkan karena variabel independen yang digunakan sebagai

treatment penelitian. Bisa jadi terdapat variabel lain di luar perlakuan yang turut

mempengaruhi hasil penelitian sehingga memunculkan keraguan terhadap hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

93

sebab-akibat yang ditarik dalam kesimpulan penelitian (Johnson & Christensen,

2008: 258). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dipaparkan cara untuk mengontrol

ancaman validitas internal penelitian. Ancaman-ancaman terhadap validitas

penelitian sudah diidentifikasi oleh Campbell dan Stanley (1963), Bracht dan Glass

(1968), dan Lewis-Beck (1993) menyatakan bahwa ancaman terjadi lebih besar pada

penelitian kuasi-eksperimental dibandingkan eksperimental murni karena dalam

eksperimental murni seleksi sampel dilakukan secara random dan lebih terkontrol.

Terdapat 11 jenis ancaman penelitian kuasi-eksperimental anatar lain:

1. Sejarah (history)

Setiap perlakuan terhdap kelompok yang diteliti yang terjadi di antara pretest

dan posttest di luar treatment penelitian bisa mempengaruhi hasil posttest pada

variabel dependen (Johnson & Christensen, 2008: 260, Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 155). Solusinya adalah kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen juga sama-sama mengikuti sebuah perlakuan, pengaruhnya terhadap

hasil posttest akan seimbang sehingga tingkat ancaman terhadap validitas

internal rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 283). Pengendalian terhadap

ancaman validitas internal berupa sejarah ini dengan cara melakukan penelitian

dari pretest ke posttest dalam jangkan waktu yang singkat yaitu kurang lebih 2

minggu.

2. Difusi treatment atau kontaminasi (diffusion of treatment or contamination)

Difusi treatment atau kontaminasi terjadi ketika kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen diam-diam saling berkomunikasi dan sama-sama

memelajari treatment yang diberikan pada kelompok ekserimen. Solusinya yaitu

kedua kelompok betul-betul dipisahkan dan berjanji untuk tidak saling

mempelajari treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen (Neuman,

2013: 130).

3. Maturasi (maturation)

Perubahan biologis atau psikologis yang terjadi sepanjang waktu penelitian

bisa berpengaruh terhadap posttest pada variabel dependen (Johnson &

Christensen, 2008: 261). Solusinya waktu pretest dan posttest sama pada

kelompok kontrol dan kelompok ekperimen. Jika diabaikan, tingkat ancaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

94

terhadp validitas internal penelitian rendah (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012:

283).

4. Regresi statistik (statistical regression)

Ancaman regresi statistik yaitu kencenderungan umum bahwa partisipan

dengan hasil skor pretest yang tinggi biasanya memperoleh skor posttest lebih

rendah dan sebaliknya hasil pretest yang sangat rendah biasanya memperoleh

skor posttest yang lebih tinggi.

5. Mortalitas (mortality)

Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 282) menjelaskan bahwa mortalitas terjadi

karena adanya perbdaan jumlah partisipan pada waktu pretes dan posttest akibat

mengundurkan diri dalam penelitian sehingga tidak mengiktui posttest.

Pengendalian terhdap validitas internal berupa mortalitas ini dengan cara

memasukkan mean (rerata) dari skor ke dalam nilai siswa yang tidak masuk

karena siswa tersebut tetap dianggap kehadirannya.

6. Pengujian (testing)

Pretest pada awal penelitan bisa mempengaruhi hasil posttest sehingga hasil

posttest menjadi lebih tinggi dari jika tanpa ada pretest (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 156). Dengan mengerjakan pretest kelompok yang diteliti sudah

memiliki pengetahuan awal tentang materi dan menjadi familiar sehingga lebih

fokus dalam mengerjakan posttest (Johnson & Christensen, 2008: 262).

Pengendalian terhadap validitas internal berupa pengujian ini dengan cara

pengerjaan pretest yang juga dilakukan pada kelompok kontrol.

7. Instrumen (instrumentation)

Setiap perubahan atau perbedaan instrumen pretest dan posttest yang

digunakan untuk mengukur variabel dependen akan meningkatkan ancaman

terhadap validitas internal penelitian (Johnson & Christensen, 2008: 262).

Pengendalian terhadap validitas internal berupa instrumentasi ini dengan cara

menggunakan instrumen yang sama ketika pretest dan posttet.

8. Lokasi (location)

Ancaman ini terjadi jika lokasi yang digunakan untuk pretest, posttest, atau

implementasi pada kelompok kontrol dan eksperimen berbeda (Fraenkel,

Wallen, & Hyun, 2012: 282). Pengendalian terhadap validitas internal berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

95

lokasi ini dengan cara menggunakan ruangan yang kurang lebih sama pada

kelompok kontrol dan eksperimen.

9. Karakteristik Subjek (Subject characteristic)

Ancaman ini terjadi jika menggunakan subjek yang berbeda antara kelompok

kontrol dan kelompok ekspermen (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 282).

Pengendalian terhadap ancaman validitas internal penelitian berupa karakteristik

subjek ini dengan cara melakukan uji perbedaan kemampuan awal pada kedua

kelompok. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki

kemampuan awal yang sama.

10. Implementasi (implementation)

Perbedaan guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan eksperimen bisa

berpengaruh pada skor pretest karena gaya mengajar setiap guru berbeda-beda

(Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012: 284).

Setelah ancaman terhadap validitas internal dapat dikontrol, berikut hasil dari

penelitian ini.

Tabel 4.25 Validitas Pengendalian terhadap Ancaman Validitas Internal

Penelitian No Ancaman Validitas Tingkat

Ancaman

Terkendali

(Ya/tidak)

Solusi

1 Sejarah Rendah √ Penelitian dilakukan dalam waktu

yang singkat (2 minggu)

2 Difusi

treatment/kontamina

si

Rendah-

menengah

√ Tidak ada komunikasi tentang CL

ke kelompok kontrol secara

sistematis.

3 Perilaku

Kompensatoris

Rendah-

menengah

X Kelompok kontrol tidak diberi CL

sesudah penelitian selesai.

4 Maturasi Rendah √ Penelitian dilakukan dalam waktu

yang singkat (2 minggu).

Penggunaan pretest dn posttest

yang sama untuk kelompok

kontrol dan eksperimen.

5 Regresi Statistik Rendah √ Hasil uji korelas pretest-posttest I

negatif dan tidak signifikan dan

positif dan tidak signifikan.

6 Mortalitas Menengah √ Penelitian dilakukan dalam waktu

yang singkat (2 minggu). Skor

dari1 atau 2 siswa yang tidak

hadir saat pretest atau posttest

diisi dengan skor rerata

keseluruhan sehingga nilainya

netral.

7 Pengujian atau

testing

Rendah √ Kelompok kontrol dan

eksperimen sama-sama diberi

pretest.

8 Instrumentasi Rendah- √ Digunakan instrumen yang sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

96

menengah-

tinggi

untuk pretest dan posttest.

9 Lokasi Menengah-

tinggi

√ Lingkungan dan kondisi ruang

kelas kelompok kontrol dan

eksperimen kurang lebih sama.

10 Karakteristik subjek Tinggi √ Terkendali dengan baik jika hasil

pretest kelompok kontrol dan

eksperimen sama.

11 Implementasi √ Pembelajaran diimplementasikan

oleh guru yang sama untuk

kelompok kontrol dan

eksperimen.

Dari tabel di atas dapat disimpulkn bahwa ancaman-ancaman yang dapat

dikendalikan yaitu sejarah, difusi treatment, maturasi, regresi statistik, mortalitas,

pengujian (testing), instrumentasi, lokasi, karakteristik subjek, dan implementasi, dan

yang belum dapat dikendalikan dengan baik adalah perilaku kompensatoris, namun

hal ini tidak berdampak sistemik pada kesimpulan penelitian sehingga kredibilitas

kesimpulan tidak diragukan. Kurang lebih hampir hampir semua ancaman bisa

dikendalikan dengan baik dan tidak ada temuan data yang menunjukkan ancaman

yang berdampak sistemik. Dengan ini kredibilitas kesimpulan penelitian bisa

dijamin.

4.2.2 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II terhadap

kemampuan mengevaluasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi siswa kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 pada mata

pelajaran IPA materi siklus air. Peneliti melakukan analisis mengenai uji perbedaan

kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan

analisis yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama. Langkah ini untuk

memastikan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama meskipun

teknik pengambilan sampel tidak dilakukan secara random (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 283). Santoso (2012: 100) menyatakan kondisi ideal bagi kedua

kelompok adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang signifikan atau

kemampuan yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

97

Analisis selanjutnya adalah uji signifikansi pengaruh perlakuan. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan mengevaluasi. Hasil analisis yang

dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi. Hal ini ditunjukkan dengan

harga p 0,001 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini juga terjadi pada

penelitian yang dilakukan oleh Jati (2016) yang bertujuan untuk meningkatkan

tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Surasa, Widodo, dan Suyanto (2013)

bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran kooperati tipe

jigsaw II dalam menulis puisi. Jamidar (2015) bertujuan untuk mempereoleh

deskripsi tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tie jigsaw II

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema

pythagoras.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat memberikan pengaruh

terhadap kemampuan mengevaluasi. Karena model pembelajaran ini merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang

maksimal (Isjoni, 2009: 77). Dalam pembeljaran Jigsaw II ini siswa dikelompokkan

secara heterogen dalam berbagai kemampuan (Rusman, 2011: 218). Model

pembelajaran Jigsaw II memiliki 6 langkah pembelajaran yaitu : orientasi,

pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

kelompok ahli dalam group, tes (penilaian), dan pengakuan kelompok (Trianto,

2009: 75).

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan populasi siswa kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Siswa kelas V SD telah memasuki usia 10-11 tahun

yang menurut teori Piaget yang mengungkapkan bahwa bahwa anak yang telah

memasuki usia 10-11 tahun masuk dalam tahap operasional konkret dalam

perkembangan kognitif anak, di mana pada tahap ini perkembangan pemikiran siswa

dengan rentang usia 7-11 tahun telah berkembang menjadi penalaran logis namun

hanya terbatas pada hal-hal yang spesifik dan konkret. Siswa belum dapat

membayangkan hal-hal abstrak seperti rumus maupun istilah baru karena hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

98

tidak dapat mereka lihat atau alami secara langsung (Isjoni, 2009: 53). Dalam teori

konstruktivisme (sosiohistoris) menurut Vygotsky, perkembangan kognitif seseorang

disamping ditentukan oleh invividu secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang

aktif pula (Budiningsih, 2012: 100). Maka dari itu kerja sama dengan teman sebaya

juga dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif (Salkind, 2009:38). Pada

proses pembelajaran di SD sering dijumapi bahwa proses belajar mengajar dengan

anak lebih cenderung mendengarkan penjelasan dari guru dan anak diminta untuk

mengerjakan latihan soal pada buku pelajaran. Proses diskusi, praktik, presentasi,

unjuk kerja atau media belajar hampir sudah jarang ditemui dalam kegiatan belajar

mengajar. Hal ini tidak sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak di usia

kelas V SD. Jika penerapan metode ceramah yang tidak melibatkan siswa, maka

terlihat bahwa prestasi maupun kemampuan siswa sulit berkembang. Pembelajaran

yang tidak melibatkan siswa juga alasan rendahnya kemampuan IPA.

Hal ini diperkuat pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisudawati dan

Sulistyawati (2014: 11) menyatakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh

peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik peserta didik, kemampuan membaca,

motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran dan rasa

memiliki. Faktor yang sangat penting adalah lingkungan belajar dalam bentuk

strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki

peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan konsep-konsep tersebut

dalam memahami lingkungan.

Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat model pembelajaran inovatif yang

sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan pemahaman siswa. Serta

meningkatkan kemampuan proses kognitif siswa dalam taksonomi Bloom yaitu

kemampuan mengevaluasi. Kemampuan mengevaluasi merupakan salah satu dari 6

tingkatan yang terdapat dalam taksonomi Bloom. Dalam kemampuan mengevaluasi

siswa dapat belajar untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan soal

latihan dengan cara memeriksan dan mengkritik. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Anderson & Krathwohl (2015: 125) bahwa kategori kemampuan

mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan yang

diambil berdasrkan kriterian internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

99

diambil berdasarkan kriteria eksternal). Peneliti selanjutnya melakukan analisis lebih

lanjut untuk memprkuat hasil analisis sebelumnya.

Analisis lebih lanjut yang pertama adalah perhitungan persentase peningkatan

rereta pretest ke posttest I, pada kelompok kontrol dan eksperimen sama-sama

mengalami peningkatan skor yang signifikan. Pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,000. Analisis lebih lanjut yang kedua

adalah uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok kotrol

menunjukkan hasil sebesar 20,7% lebih rendah dari kelompok eksperimen sebesar

35,1%. Maka kriteria kelompok kontrol masuk dalam kriteria kecil dan kelompok

eksperimen masuk ke dalam kriteria menengah. Analisis lebih lanjut yang ketiga

yaitu uji korelasi kelompok kontrol dan eksperimen kemampuan mengevaluasi

menunjukkan hasil negatif dan tidak signifikan.

Setelah kurang lebih 2 minggu dari posttest I peneliti melakukan uji analisis

selanjutnya yang keempat yakni melakukan uji retensi. Peneliti mengujikan posttest

II dengan cara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengerjakan posttest II

dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan memiliki efek

yang sama setelah beberapa waktu. Hasil analisis lebih lanjut yang keempat yaitu

pada kelompok kontrol dan eksperimen menunjukkan hasil ada perbedaan. Artinya,

ada penurunan skor yang signifikan antara posttest I ke posttest II.

4.2.3 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II terhadap

Kemampuan Mencipta

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II berpengaruh terhadap kemampuan mencipta siswa kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018 pada mata

pelajaran IPA materi siklus air. Peneliti melakukan analisis mengenai uji perbedaan

kemampuan awal pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan

analisis yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama. Langkah ini untuk

memastikan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut sama meskipun

teknik pengambilan sampel tidak dilakukan secara random (Cohen, Manion, &

Morrison, 2007: 283). Santoso (2012: 100) menyatakan kondisi ideal bagi kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

100

kelompok adalah kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang signifikan atau

kemampuan yang sama.

Analisis selanjutnya adalah uji signifikansi pengaruh perlakuan. Uji ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II terhadap kemampuan mencipta. Hasil analisis yang

dilakukan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

memiliki pengaruh terhadap kemampuan mencipta. Hal ini ditunjukkan dengan

harga p 0,035 (p < 0,05) maka Hnull ditolak dan Hi diterima. Hal ini juga terjadi pada

penelitian yang dilakukan oleh Jati (2016) yang bertujuan untuk meningkatkan

tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Surasa, Widodo, dan Suyanto (2013)

bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model pembelajaran kooperati tipe

jigsaw II dalam menulis puisi. Jamidar (2015) bertujuan untuk mempereoleh

deskripsi tentang implementasi model pembelajaran kooperatif tie jigsaw II

meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMPN 2 sinareja pada materi teorema

pythagoras.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat memberikan pengaruh

terhadap kemampuan mencipta. Karena model pembelajaran ini merupakan salah

satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni,

2009: 77). Dalam pembeljaran Jigsaw II ini siswa dikelompokkan secara heterogen

dalam berbagai kemampuan (Rusman, 2011: 218). Model pembelajaran Jigsaw II

memiliki 6 langkah pembelajaran yaitu : orientasi, pengelompokan, pembentukan

dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group,

tes (penilaian), dan pengakuan kelompok (Trianto, 2009: 75).

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan populasi siswa kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta. Siswa kelas V SD telah memasuki usia 10-11 tahun

yang menurut teori Piaget yang mengungkapkan bahwa bahwa anak yang telah

memasuki usia 10-11 tahun masuk dalam tahap operasional konkret dalam

perkembangan kognitif anak, di mana pada tahap ini perkembangan pemikiran siswa

dengan rentang usia 7-11 tahun telah berkembang menjadi penalaran logis namun

hanya terbatas pada hal-hal yang spesifik dan konkret. Siswa belum dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

101

membayangkan hal-hal abstrak seperti rumus maupun istilah baru karena hal tersebut

tidak dapat mereka lihat atau alami secara langsung (Isjoni, 2009: 53). Dalam teori

konstruktivisme (sosiohistoris) menurut Vygotsky, perkembangan kognitif seseorang

disamping ditentukan oleh invividu secara aktif, juga oleh lingkungan sosial yang

aktif pula (Budiningsih, 2012: 100). Maka dari itu kerja sama dengan teman sebaya

juga dapat mendorong anak untuk belajar secara efektif (Salkind, 2009:38). Pada

proses pembelajaran di SD sering dijumapi bahwa proses belajar mengajar dengan

anak lebih cenderung mendengarkan penjelasan dari guru dan anak diminta untuk

mengerjakan latihan soal pada buku pelajaran. Proses diskusi, praktik, presentasi,

unjuk kerja atau media belajar hampir sudah jarang ditemui dalam kegiatan belajar

mengajar. Hal ini tidak sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak di usia

kelas V SD. Jika penerapan metode ceramah yang tidak melibatkan siswa, maka

terlihat bahwa prestasi maupun kemampuan siswa sulit berkembang. Pembelajaran

yang tidak melibatkan siswa juga alasan rendahnya kemampuan IPA.

Hal ini diperkuat pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisudawati dan

Sulistyawati (2014: 11) menyatakan bahwa hasil belajar IPA yang dicapai oleh

peserta didik di Indonesia yang tergolong rendah dipengaruhi oleh banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut meliputi karakteristik peserta didik, kemampuan membaca,

motivasi belajar, minat dan konsep diri, strategi belajar, tingkat kehadiran dan rasa

memiliki. Faktor yang sangat penting adalah lingkungan belajar dalam bentuk

strategi yang diciptakan guru untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki

peserta didik dalam mempelajari IPA, dan menggunakan konsep-konsep tersebut

dalam memahami lingkungan.

Peneliti dalam penelitian ini ingin melihat model pembelajaran inovatif yang

sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan pemahaman siswa. Serta

meningkatkan kemampuan proses kognitif siswa dalam taksonomi Bloom yaitu

kemampuan mencipta. Kemampuan mencipta merupakan salah satu dari 6 tingkatan

yang terdapat dalam taksonomi Bloom. Dalam kemampuan mencipta siswa dapat

belajar untuk menyelesaikan suatu masalah atau mengerjakan soal latihan dengan

cara merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Anderson & Krathwohl (2010: 130-133) bahwa kategori

kemampuan mencipta mencakup proses kognitif merumuskan, merencanakan, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

102

memproduksi. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam mencipta yakni siswa

membuat produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi

suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya (Anderson & Krathwohl,

2010: 128). Peneliti selanjutnya melakukan analisis lebih lanjut untuk memprkuat

hasil analisis sebelumnya.

Analisis lebih lanjut yang pertama adalah perhitungan persentase peningkatan

rereta pretest ke posttest I, pada kelompok kontrol mengalami peningkatan skor yang

tidak signifikan. Sedangkan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan skor

yang signifikan. Pada kelompok kontrol menunjukkan harga p sebesar 0,196 dan

kelompok eksperimen menunjukkan harga p sebesar 0,002. Analisis lebih lanjut yang

kedua adalah uji besar efek peningkatan skor pretest ke posttest I pada kelompok

kotrol menunjukkan hasil sebesar 20,7% lebih rendah dari kelompok eksperimen

sebesar 35,1%. Maka kriteria kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masuk

dalam kriteria kecil. Analisis lebih lanjut yang ketiga yaitu uji korelasi kelompok

kontrol menunjukkan hasil negatif dan tidak signifikan dan pada kelompok

eksperimen kemampuan mencipta menunjukkan hasil positif dan tidak signifikan.

Setelah kurang lebih 2 minggu dari posttest I peneliti melakukan uji analisis

selanjutnya yang keempat yakni melakukan uji retensi. Peneliti mengujikan posttest

II dengan cara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen mengerjakan posttest II

dengan tujuan untuk mengetahui apakah perlakuan yang diberikan memiliki efek

yang sama setelah beberapa waktu. Hasil analisis lebih lanjut yang keempat yaitu

pada kelompok kontrol menunjukkan hasil ada perbedaan dan pada kelompok

eksperimen menununjukkan hasil tidak ada perbedaan. Ada perbedaan artinya, ada

penurunan skor yang signifikan antara posttest I ke posttest II. Sedangkan tidak ada

perbedaan artinya, tidak ada penurunan skor yang signifikan antara posttest I ke

posttest II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

103

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan

berisi hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian

berisi kekurangan yang ada selama melakukan penelitian. Saran berisi masukan dari

peneliti untuk penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap

kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran IPA materi energi kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil

analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Rerata skor

yang dicapai kelompok eksperimen (M= 1,61, SE = 1,53) lebih tinggi daripada

rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,78, SE = 0,17).

Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -3,674, p = 0,001 (p<0,05)

maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan

antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan

mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Besar

pengaruh peneraan model pembelajaran terhadap kemampuan mengevaluasi

kooperatif adalah r = 0,42 atau 18% yang setara dengan efek menengah.

5.1.2 Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II berpengaruh terhadap

kemampuan mencipta pada mata pelajaran IPA materi energi kelas V SD

Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Hasil

analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Rerata skor

yang dicapai kelompok eksperimen (M= 0,74, SE = 0,20) lebih tinggi daripada

rerata skor yang dicapai pada kelompok kontrol (M = 0,18, SE = 0,16).

Perbedaan skor tersebut signifikan dengan t (60) = -2,163, p = 0,035 (p<0,05)

maka Hnull ditolak dan Hi diterima, artinya ada perbedaan yang signifikan

antara rerata selisih skor pretest ke posttest I terhadap kemampuan mencipta

pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Besar pengaruh peneraan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

104

model pembelajaran terhadap kemampuan mencipta kooperatif adalah r = 0,07

atau 7% yang setara dengan efek kecil.

5.2 Keterbatasan Penelitian

5.2.1 Pengerjaan soal posttest II dilaksanakan setelah siswa istirahat dengan kondisi

siswa yag lelah dan bosan mengerjakan soal yang sama dari pretest, posttest I

hingga posttest II.

5.2.2 Hasil penelitian terbatas pada siswa kelas V di SD Kanisius Sorowajan

Yogyakarta smester gasal tahun pelajaran 2017/2018 sehingga tidak bisa

digeneralisasikan ke semua sekolah.

5.2.3 Ancaman validitas internal penelitian berupa sejarah, difusi treatment,

maturasi, regresi statistik, mortalitas, pengujian (testing), instrumentasi, lokasi,

karakteristik subjek, dan implementasi.

5.3 Saran

5.3.1 Peneliti sebaiknya melaksanakan posttest II saat pagi hari karena konsentrasi

siswa yang masih baik dan keadaan yang segar agar diperoleh hasil posttest II

yang maksimal.

5.3.2 Penelitian ini perlu diujicobakan ke sekolah lain dengan penelitian yang serupa

dengan SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran

2017/2018.

5.3.3 Kelompok kontrol diberi pembelajaran Jigsaw II sesudah penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

105

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, M., & Muhammad, A. (2014). Metodologi & aplikasi riset pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Anderson & Krathwohl. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran,

pengajaran, dan asesmen. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arends, R. I. (1997). Classroom instruction and management. New York: McGraw

Hill Compaines.

Arianto, H. (2012). Modul kuliah penelitian hukum. Jakarta: Universitas Esa Unggul.

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta:

PT.Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Proedur penelitian: suatu pendekatan praktik (edisi revisi

2010). Jakarta: Rineka Cipta.

Best, J.W. & Kahn, J., V. (2006). Research in education (tente edition). Boston:

Pearson Education Inc.

Budiningsih, Asri. (2012). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Triton, B., P. 2006. SPSS13.0 Terapan; Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: C.V

ANDI OFFSET.

Chaplin, J.P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Cohen, L., Manion L., & MorrisonK. (2007). Research method in education (sixth

edition). New York: Routledge.

Crain, W. (2007). Teori perkembangan: konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Creswell, J., W. (2015). Penelitian kualitatif & desain riset. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

106

Darmawan. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Desmita. (2009). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Dyer, J., Gregersen, H., & Christensen, C., M. (2011). The innovator’s DNA. Boston,

Massachusetts: Harvard Business Review Press.

Field, A. (2009). Discovering statistic using SPSS (third edition). Los Angeles:

SAGE.

Fraenkel, J. R. (2012). How to design and evaluate reseacrh in education. San

Fransiscp: McGraw Hill.

Gunawan, A. (2006). Buku pintar Sekolah Dasar. Jakarta: Lima Bintang.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Semarang:

UNDIP.

Isjoni. (2009). Pembelajaran tematik terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya.

Isjoni. (2013). Meningkatkan kecerdasan komunikasi antar peserta didik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jamidar, J. (2016). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sirenja pada

Materi Teorema Pythagoras. Jurnal Kreatif Tadulako Online, 4(3). Diakses

pada hari Senin, 12 Juni 2017 jurnal.untad.ac.id

Jati. (2016). Meningkatkan tanggung jawab siswa menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran matematika kelas IV SD. Jurnal

Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diakses pada hari Senin pada tanggal 12 Juni

2017 dari http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/view/5116

Johnson, B., Well, M.,, Calhoun, E. (2008). Educational research: quantitative,

qualitative, and mixed approaches (3rd. Ed.). California: Sage Publications.

Joyce, B., Well, M., Calhoun, E. (2000). Model of teaching and learning. California:

Covin Press, Inc.

Karim, A. (2011). Penerapan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran

matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berpikir

kritis siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

107

FKIP Universitas Almuslim. Diakses pada hari Senin, 04 April 2017 pukul

18.15 dari http://jurnal.bull-math.org/index.php/Simantap/article/view/37

Kasmadi & Sunariah. N., S. (2013). Panduan modern penelitian kuantitatif.

Bandung: Alfabeta.

Krathwohl. D. R. (2004). Methodes of education and social science research, an

integrated approach (second edition). I11inois: Waveland Press.

Kuswana. (2011). Taksonomi berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Lie, A. (2002). Cooperative learning. Jakarta: Grasindo

Lundgren, Lind. (1994). Cooperation learning in the science classroom. GLENCOE:

Macmillan/McGraw-Hill.

Margono,S. (2003). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Margono, S. (2007). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Masidjo. (2010). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah. Yogyakarta:

Kanisius.

Neuman, W., L. (2013). Metodologi penelitian sosial: pendekatan kualitatif dan

kuantitatif. Eds 7. Penerjemah: Edina T. Sofia. Jakarta: PT. Indeks.

Nurgiyantoro, B., (2011). Penilaian pembelajaran berbahasa berbasis kompetensi.

Yogyakarta: BPFE.

OECD. (2013). PISA2012 results: what students know and can do-student

performance in mathematics,reading and science (Volume I),. Turkey: PISA,

OECD Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/9789264201118-en

OECD. (2016). PISA 2015 result in focus. Diakses dari

www.oecd.ord/pisa/pisa-2015-result-in-focus.pdf.pendidikan. Jakarta: Kencana

Prenda Media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

108

Priyatno, D. (2012). Cara kilat belajar analisis dengan SPSS 20. Edisi Kesatu.

Yogyakarta: ANDI.

Rusman. (2010). Model-model pembelajaran. Bandung: Rajawali Pers.

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran pengembangan profesionalisme guru.

Jakarta: Rajawali Pers.

Ristiansari, Priyono, & Sukaesih. (2012) model pembelajaran problem solving

dengan mind mapping terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Metode

penelitian ini menggunakan penelitian kuasi eksperimental menggunakan

desain Nonequivalent Control Group Design. . Jurnal Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja, Inonesia. Diakses pada hari Senin, 04 April

2017 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujbe/article/view/1498

Samatowa, H. U. (2011). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Jakarta: PT indeks.

Sanjaya, W. (2006). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada Media.

Santoso, P. (2012). Aplikasi SPSS pada statistik non parametrik. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Santrock. (2009). Psikologi pendidikan book 1, Rd 3. Jakarta: Penerbit Salemba

Humania.

Santrock, J., W. (2012). Life-span development : perkembangan masa – hidup

(13ed). (B. Widyasinta, Trans). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Salkind, N. J. (2009). Teori-teori perkembangan manusia: Sejarah kemunculan

konsep dasar, analisis komparatif, dan aplikasi. Yogyakarta: Nusa Media.

Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

109

Slavin R. E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa

Media.

Slavin, R. E. (2008). Cooperative learning. Bandung: Nusa Media.

Slavin, R. E. (1986). Edutional Psychology Theories and Learning Styles in the

Classroom. New York: Great Britian.

Sudaryono, Margono, G., & Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen

Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatf. Surakarta: Yuma Pustaka

bekerja sama dengan FKIP UNS

Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Yogyakarta: Percetakan

Kanisius.

Sugihartono, Ftahiyah, N. K., Harahap, F. Setiawati, A. F., & Nurhayati, R. S.

(2007). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY press.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono, (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta. CV.

Sukardi. (2007). Metode penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya. Jakarta:

Bumi Aksara.

Surasa, W, & Suyanto. (2013). Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II dalam menulis puisi. Jurnal J-Simbol. Diakses pada hari Senin, 04

April dari http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/BINDO/article/view/3358

Sugiyanto. (2009). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi

Guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

110

Sugiyanto. (2010). Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Suprijono, A. (2009). Cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Suprijono, A. (2011). Cooperative learning teori dan aplikasi paikem. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Susanti, E. (2004). Pendidikan matematika realistik berbantuan komputer untuk

meningkatkan higher-order thinking skills mathematic vol. 1 halaman 1-15.

Diakses pada tanggal 14 Januari 2018 dari

http://repository.upi.edu/15873/4/D_MTK_1007324_Chapter1.pdf

Trianto. (2009). Medesain Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Ladasan, dan

Implmentasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Kencana.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progreif konsep Landasan

dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana.

Trisiantari, Mahaeni, & Koyan. (2013). Pengaruh implementasi model pembelajaran

kooperatif tipe TPS terhadap kemampuan berbicara dan keterampilan berpikir

kreatif pada siswa kelas V SD Negeri Gugus III Kecamatan Seririt. Jurnal

Program Pascasarjana 3. Diunduh pada tanggal 04 April 2017 dari

http://pasca.undiksha.ac.id

Wisudawati, A. W. & Sulistyowati, E. (2014). Metodologi pembelajaran IPA.

Jakarta: Bumi Aksara. Diunduh pada hari Sabtu, 13 Januari 2018 dari

http://media.neliti.com//media/publicatons/177095-ID-pengaruh-model-

discovery-learning-terhad.pdf

Ridho, N. (2011). Model Pembelajaran Kooperatif.

http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/Modelpembelajarank_nurridh

o_10592 .pdf. diunduh pada tanggal 12 Juni 2017

Rosyidah, U. (2016). Pengaruh model pembeajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Metro. Jurnal SAP

Vol. 1 No. 2 Desember 2016. ISSN: 2527-967X. Diunduh pada tanggal 20

Februari 2018 dari

http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/viewFile/1018/999

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

111

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

112

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

113

Lampiran 1.2 Surat Ijin Validitas Soal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

114

Lampiran 2.1 Silabus Kelompok Eksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

117

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

119

Lampiran 2.2 Silabus Kelompok Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

124

Lampiran 2.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

128

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

138

Lampiran 2.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

139

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

143

Lampiran 3.1 Soal Uraian

SOAL

1. a) Apa pengertian (definisi) dari siklus air? Sebutkan minimal 4 konsep dalam

satu kalimat pengertian tentang siklus air!

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

b) Berikan minimal 4 contoh penggunaan air dalam kehidupan!

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

c) Perhatikan gambar di bawah ini!

Dari kedua gambar di atas, manakah yang termasuk dalam menghemat air?

Jelaskan alasanmu!

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

2. a) Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kelangsungan proses siklus air.

Tuliskan minimal 4 faktor yang mempengaruhi kelangsungan proses air!

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

1 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

144

b) Apa akibatnya jika manusia membuang sampah sembarangan?

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

c) Pada proses siklus air melalui beberapa urutan. Jelaskan dengan urut proses

siklus air!

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

3. a) Jelaskan minimal 4 kegiatan yang dapat kamu lakukan untuk menjaga

kelestarian air!

...................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

b) Sebutkan minimal 4 peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya

penebangan pohon?

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

............

Jelaskan alasan masing-masing?

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

....................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

145

c) lihatlah gambar dibawah ini dengan baik!

Air memberi kehidupan pada semua makhluk hidup. Dengan demikian, air

digunakan secara terus-menerus oleh semua makhluk hidup. Sebenarnya

air yang ada di bumi ini tidak akan pernah habis. Akan tetapi, akhir-akhir

ini banyak daerah mengalami kekeringan. Coba sebutkan ide-ide yang

dapat dilaksanakan untuk mengurangi kekeringan seperti gambar diatas!

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

4. a) Perhatikanlah dua gambar dibawah ini!

Gambar hutan tandus Gambar hutan lebat

Sebutkan minimal 4 perbedaan dari kedua gambar diatas dalam hungannya

dengan dampak pada peristiwa alam di bumi serta untuk kelangsungan

makhluk hidup.

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

146

........................................................................................................................

...............................................................................................

b) Buatlah minimal 4 garis besar langkah penyelamatan hutan!

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

..............................................................................................................

........................................................................................................................

c. Sebuah pabrik tempe memiliki limbah yang sangat berbau dan memiliki

warna yang sangat keruh dibuang di sungai. Air sungai itu mengaliri sawah-

sawah di sebagian desa. Pemilik pabrik mengatakan “limbahnya akan

menambah kesuburan tanah”.

Pernyataan diatas benar/salah? Berikan minimal 4 alasan!

........................................................................................................................

........................................................................................................................

.............................................................................................................................

...................................................................................................................

5. a. Manakah urutan siklus air di bawah ini yang lebih tepat? Berikan

alasanmu!

Urutan I

1) air di sungai, danau, dan laut menguap karena adanya sinar matahari

2) uap air membentuk awan

3) uap air pada awan turun ke tanah sebagai hujan,

4) air mengalir kembali ke sungai, danau, dan laut.

Urutan II

1) hujan turun ke tanah,

2) air hujan mengalir ke sungai, danau dan laut,

3) air di sungai, danau, dan laut menguap karena adanya sinar matahari,

4) uap air membentuk awan, uap air pada awan turun ke tanah sebagai

hujan.

.................................................................................................................

.................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

147

.................................................................................................................

.................................................................................................................

b. Penduduk di desa Suka Makmur sering membuang sampah ke sungai,

anak-anak sering mandi di sungai tersebut sehingga badan mereka

menjadi sehat dan kuat.

Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Berikan minimal 3

alasan!

..................................................................................................................

..................................................................................................................

..................................................................................................................

..................................................................................................................

c. Perhatikan gambar di bawah ini!

Penebangan pohon seperti gambar di atas, mengakibatkan tanah menjadi

semakin subur dan cadangan oksigen pun semakin bertambah.

Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Tuliskan minimal 4

alasan!

..................................................................................................................

..................................................................................................................

..................................................................................................................

..................................................................................................................

6. a. Penebangan pohon secara masal, membuang sampah ke sungai,

pembangunan rumah di tepi sungai, dan menutup pekarangan rumah

dengan semen menyebabkan banjir.

Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah minimal 3 pertanyaan dengan

menggunakan kata “apakah” beserta jawabannya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

148

Contoh:

Pertanyaan : Apakah penebangan pohon dapat menyebabkan banjir?

Jawaban : Penebangan pohon dapat menyebabkan banjir.

...................................................................................................................

........................................................................................................................

..............................................................................................................

...................................................................................................................

b. Uraikan minimal 4 langkah percobaan terjadinya banjir dengan

menggunakan alat dan bahan berupa 2 buah nampan, sendok, tanah,

rumput, dan air!

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

c. Buatlah gambar yang melukiskan minimal 4 percobaan pada soal nomor

6b!

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

...................................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

149

Lampiran 3.2 Kunci Jawaban

1. a. Apa yang dimaksud dengan siklus air?

Jawab:

Perubahan air dari bumi ke atmosfer dengan bantuan panas matahari yang

terjadi secara berulang.

b. Berikan minimal 4 contoh penggunaan air dalam kehidupan!

Jawab:

1) Untuk makan

2) Untuk minum.

3) Untuk mandi

4) Untuk mencuci

5) Untuk pengairan pada pertanian dan perkebunan.

6) Untuk perikanan dan pariwisata.

c. Dari kedua gambar di atas, manakah yang termasuk dalam menghemat air?

Jelaskan alasanmu!

Jawab:

Gambar nomor 2 karena pada gambar nomor 2 termasuk dalam cara

penghematan air. Setelah menggunakan air maka kita harus mematikan

krannya agar air tidak terus menerus mengalir dan terbuang.

2. a. Ada berbagai faktor yang dapat menghambat kelangsungan proses siklus

air. Tuliskan minimal 4 faktor penghambat tersebut!

Jawab:

- Pengurangan air tanah karena tidak ada keseimbangan lingkungan.

- Terhalangnya proses penguapan air karena ulah manusia (adanya

pemukiman atau pabrik-pabrik).

- Iklm dan cuaca yang memungkinkan tidak terjadi proses pemanasan

air.

- Pembangunan jalan yang dibeton atau diaspal mengakibatkan

permukaan tanah tertutup.

b. Apa akibatnya jika manusia membuang sampah sembarangan?

Jawab:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

150

Dapat mempengaruhi proses siklus air karena membuang sampah dapat

mengakibatkan air menjadi tercemar adalah salah satu kegiatan manusia yang

dapat mempengaruhi siklus air. Dengan membuang sampah sembarangan itu

berarti mencemari lingkungan disekitar kita, baik pencemaran udara, air, dan

tanah. Titisan air hujan melalui sampah di tempat pembungan dan lubang-

lubang tanah dapat menyebabkan pencemaran pada air tanah. Pembakaran

akan mencemarkan udara. Pembuangan sampah ke laut merusak ekosistem

dasar laut.

c. Siklus air terjadi melalui beberapa tahapan. Jelaskan dengan urut tahapan

tersebut!

Jawab:

1) Air menguap karena pengaruh panas dari sinar matahari. Proses

penguapan ini disebut evaporasi.

2) Uap air naik dan berkumpul di udara.

3) Lama kelamaan, udara tidak dapat lagi menampung uap air jenuh. Proses

ini disebut presipitasi (pengendapan).

4) Jika suhunya turun, uap air akan berubah menjadi titik-titik air. Proses ini

disebut kondensasi (pengembunan).

5) Titik-titik air di awan kemudian akan turun menjadi hujan. Air hujan yang

jatuh di tanah akan meresap menjadi air tanah.

6) Kemudian, air tanah akan keluar melalui sumur. Air tanah juga akan

merembes ke danau atau sungai.

3. a. Kegiatan untuk menjaga kelestarian air:

1. membuang sampah pada tempatnya.

2. Tidak membuang bahan kiamia di sungai.

3. Mendaur ulang bahan bekas.

4. Mencegah adanya penebangan pohon secara liar.

5. Mengadakan reboisasi hutan.

b. 4 peristiwa yang akan terjadi akibat banyaknya penebangan pohon?

1) Hutan menjadi gersang dan tandus sehingga akan menyebabkan tanah

longsor dan banjir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 169: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

151

Alasan : Karena pada lahan yang tidak di tumbuhi pohon saat air hujan

turun maka air akan langsung jatuh ketanah. Air hujan yang deras akan

mengikis tanah. Tidak adanya pepohonan menyebabkan air hujan tidak

terserap oleh tanah dengan baik sehingga air menggenang di tanah dan

dapat menyebabkan banjir. Tanah yang tandus tidak dapat menopang

tanah karena tidak ada akar dan pohon sehingga akan menyebabkan

tanah longsor.

2) Hilangnya kesuburan tanah.

Alasannya : ketika hutan dibabat, mengakibatkan tanah menyerap sinar

matahari terlalu banyak sehingga menjadi sangat kering dan gersang.

Hingga nutrisi dalam tanah mudah menguap. Hujan juga menyapu sisa-

sisa nutrisi dari tanah.

3) Turunnya sumber daya air.

Alasannya : Melalui akar pohon menyerap air yang kemudian menguap

dan dilepaskan ke atmosfer. Ketika pohon-pohon ditebang dan daerah

tersebut gersang maka tidak ada lagi yang membantu tanah menyerap

lebih banyak air, dengan demikian , akhirnya menyebabkan terjadinya

penurunan sumber daya air.

4) Punahnya keanekaragaman hayati

Alasannya : keanekaragaman hayati dari berbagai daerah hilang dalam

skala besar, banyak mahluk hidup baik hewan maupun tumbuhan

lenyap.

c. 4 usaha yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi kekeringan seperti

gambar diatas!

1. Membuat penampungan air (embung) yang berfungsi sebagai

penampung air saat hujan.

2. Melakukan perbaikan saluran dan sarana irigasi.

3. Mengatasi pendangkalan waduk.

4. Proses penghijauan

4. a. Perbedaan gambar hutan gundul dan hutan hijau

No. Hutan Gundul Hutan Hijau

1. Menyebabkan banjir. Membantu penyerapan air.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 170: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

152

2. Udara menjadi terkena

polusi.

Menambah cadangan oksigen.

3. Banyak hewan kehilangan

tempat tinggal.

Sebagai tempat makhlik hidup.

4. Menyebabkan tanah longsor. Mencegah tanah longsor.

b. Buatlah minimal 4 garis besar langkah penyelamatan hutan!

Jawab :

1. Penanaman hutan kembali

2. Sistem tebang pilih

3. Undang-undang untuk perlindungan hutan

4. Penggadaan hutan lindung

c. Pernyataan salah, karena air limbah dari pabrik tempe dapat mencemari air

sungai, mematikan ikan-ikan di sungai ataupun di sawah, tanaman disawah

menjadi mati, membuat gatal-gatal di kulit.

5. a. Manakah urutan siklus air di bawah ini yang lebih tepat? Berikan

alasanmu!

Jawaban:

Pernyataan I lebih tepat. Karena siklus air dimulai dari proses penguapan

air di sungai, danau dan laut, pembentukan awan oleh uap air, turunnya

hujan, dan air mengalir kembali ke dungai, danau dan laut.

b. Penduduk di desa Suka Makmur sering membuang sampah ke sungai,

anak-anak sering mandi di sungai tersebut sehingga badan mereka menjadi

sehat dan kuat.

Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Berikan minimal 3

alasan!

Jawaban:

Pernyataan di atas salah. Membuang sampah ke sungai akan memberikan

dampak yang buruk bagi kesehatan. Tubuh menjadi lemah dan mudah

terserang penyakit. Air sungai yang kotor dapat menyebabkan kulit

menjadi gatal-gatal.

c. Perhatikan gambar di bawah ini!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 171: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

153

Penebangan pohon seperti gambar di atas, mengakibatkan tanah menjadi

semakin subur dan cadangan oksigen pun semakin bertambah.

Menurutmu pernyataan di atas benar atau salah? Tuliskan minimal 3

alasan!

Jawaban:

Pernyataan tersebut salah. Kegiatan penebangan pohon memberikan

dampak yang buruk di lingkungan. Jika pohon banyak ditebangi tanah

akan menjadi semakin gersang. Cadangan oksigen di daerah yang gundul

semakin berkurang dan udara pun menjadi panas.

6. a. Penebangan pohon secara masal, membuang sampah ke sungai,

pembangunan rumah di tepi sungai, dan menutup pekarangan rumah

dengan semen menyebabkan banjir.

Berdasarkan pernyataan di atas, buatlah minimal 3 pertanyaan dengan

menggunakan kata “apakah” beserta jawabannya?

Jawaban:

Pertanyaan: apakah membuang sampah ke sungai dapat

menyebabkan banjir?

Jawaban: membuang sampah ke sungai dapat menyebabkan banjir

Pertanyaan: apakah pembangunan rumah di tepi sungai dapat

menyebabkan banjir?

Jawaban: pembangunan rumah di tepi sungai dapat menyebabkan

banjir

Pertanyaan: apakah menutup pekarangan rumah dengan semen dapat

menyebabkan banjir?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 172: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

154

Jawaban: menutup pekarangan rumah dengan semen dapat

menyebabkan banjir

b. Uraikan minimal 4 langkah percobaan terjadinya banjir dengan

menggunakan alat dan bahan berupa 2 buah nampan, sendok, tanah,

rumput, dan air!

Jawaban:

1) Siapkan alat dan bahan, yaitu 2 buah nampan, 1 buah sendok, tanah,

air, dan beberapa rumput .

2) Isi separuh bagian pada setiap nampan dengan tanah

3) Pada nampan pertama tanamlah 1 rumput, kemudian padatkan tanah.

4) Pada nampan kedua tanamlah rumput hingga penuh, kemudian

padatkan tanah

5) Letakkan kedua nampan dengan posisi miring, kemudian siram bagian

tanahnya dengan menggunakan air.

6) Amati perbedaannya

c. Buatlah gambar yang melukiskan minimal 4 percobaan pada soal nomor

6b!

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 173: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

155

Lampiran 3.3 hasil jawaban siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 174: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

156

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 175: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 176: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

158

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 177: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

159

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 178: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 179: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

161

Lampiran 3.4 Rubrik Penilaian

No

.

Variabel Aspek Indikator Nomo

r soal

Kriteria Sko

r

1 Mengingat

Mengingat

Mengingat kembali Mengingat

kembali

pengertian

proses siklus

air.

1a Jika mampu

menjawab 4

konsep utama

pengertian

proses siklus air

dengan tepat.

4

Jika mampu

menjawab 3

konsep utama

pengertian

proses siklus air

dengan tepat.

3

Jika mampu

menjawab 2

konsep utama

pengertian

proses siklus air

dengan tepat.

2

Jika mampu

menjawab 1

konsep utama

pengertian

siklus air

dengan tepat.

Jika tidak

mampu

menjawab

satupun konsep

utama

pengertian

proses siklus

air.

1

Mengenali Mengenali

kegunaan air

dalam

kehidupan.

1b Jika mampu

memberikan

contoh 4

kegunaan air

bagi makhluk

hidup dengan

tepat.

4

Jika mampu

memberikan

contoh 3

kegunaan air

bagi makhluk

hidup dengan

tepat.

3

Jika mampu

memberikan

contoh 2

kegunaan air

bagi makhluk

hidup dengan

tepat.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 180: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

162

Jika mampu

memberikan

contoh 1

kegunaan air

bagi makhluk

hidup dengan

tepat.

Jika tidak

mampu

memberikan

contoh

kegunaan air

bagi makhluk

hidup dengan

tepat.

1

Mengidentifikasi Mengidentifikas

i cara

menghemat

penggunaan air.

1c Jika mampu

mengidentifikas

i gambar

dengan alasan

sangat tepat.

4

Jika mampu

mengidentifikas

i gambar

dengan alasan

tepat.

3

Jika mampu

mengidentifikas

i gambar

dengan alasan

kurang tepat.

2

Jika mampu

mengidentifikas

i gambar

dengan alasan

tidak tepat.

1

2 Memahami Mencontohkan Memberikan

contoh faktor

yang

mempengaruhi

proses siklus

air.

2a Jika mampu

menyebutkan 4

contoh faktor

yang

mempengaruhi

proses siklus air

dengan tepat.

4

Jika mampu

menyebutkan 3

contoh faktor

yang

mempengaruhi

proses siklus air

dengan tepat.

3

Jika mampu

menyebutkan 2

contoh faktor

yang

mempengaruhi

proses siklus air

dengan tepat.

2

Jika mampu 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 181: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

163

menyebutkan 1

contoh faktor

yang

mempengaruhi

proses siklus air

dengan tepat.

Jika tidak

mampu

menyebutkan

contoh faktor

yang

mempengaruhi

proses siklus air

dengan tepat.

Memprediksi Memprediksi

kegiatan

manusia yang

mempengaruhi

siklus air.

2b Jika

memberikan

prediksi dengan

alasan sangat

tepat.

4

Jika

memberikan

prediksi dengan

alasan tepat.

3

Jika

memberikan

prediksi dengan

alasan kurang

tepat.

2

Jika

memberikan

prediksi dengan

alasan tidak

tepat.

1

Menjelaskan Menjelaskan

proses siklus

air.

2c Jika

menjelaskan

proses siklus air

dengan urut dan

tepat.

4

Jika

menjelaskan

proses siklus air

dengan urut

tetapi kurang

tepat.

3

Jika

menjelaskan

proses siklus air

dengan tidak

urut tetapi

tepat.

2

Jika

menjelaskan

proses siklus air

tidak urut dan

tidak tepat.

1

3 Mengaplikas

i

Mengimplementasika

n

Melaksanakan 4

kegiatan 3a

Jika

menyebutkan 4

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 182: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

164

pelestarian air. pelaksanaan

kegiatan

dengan tepat.

Jika

menyebutkan 3

pelaksanaan

kegiatan

dengan tepat.

3

Jika

menyebutkan 2

pelaksanaan

kegiatan

dengan tepat.

2

Jika

menyebutkan 1

pelaksanaan

dengan tepat

atau semua

jawaban salah

atau tidak

menjawab sama

sekali.

1

Menggunakan

Menggunakan

permasalahan

sehari-hari yang

mempengaruhi

terganggunya

siklus air

3b

Jika

menguraikan 4

penggunaan

dengan benar

dan alasan yang

tepat

4

Jika

menguraikan 3

penggunaaan

dengan benar

tetapi

memberikan

alasan kurang

tepat

3

Jika

menguraikan 2

penggunaan

dengan benar

tetapi tanpa

alasan.

2

Jika

menguraikan1

penggunaan

dengan tidak

tepat dan tanpa

alasan atau

jawaban salah.

1

Melaksanakan

Melaksanakan

usaha-usaha

yang sesuai

untuk

3c

Jika

menguraikan 4

usaha

pelaksanaan

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 183: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

165

mengurangi

kekeringan di

suatu daerah.

kegiatan untuk

mengurangi

kekeringan

dengan tepat.

Jika

menguraikan 3

usaha

pelaksanaan

kegiatan untuk

mengurangi

kekeringan

dengan tepat.

3

Jika

menguraikan 2

usaha

pelaksanaan

kegiatan untuk

mengurangi

kekeringan

dengan tepat.

2

Jika

menguraikan 1

usaha

pelaksanaan

kegiatan untuk

mengurangi

kekeringan

dengan tepat

atau jawaban

salah.

1

4 Menganalisis Membedakan

informasi

Membedakan

dampak

peristiwa alam

bagi

kelangsungan

mahkluk hidup

melalui dua

gambar hutan

gundul dan

hutan hijau.

4a

Jika dapat

membedakan 4

hal dari kedua

gambar dengan

tepat.

4

Jika dapat

membedakan 3

hal dari kedua

gambar dengan

tidak tepat.

3

Jika dapat

membedakan 2

hal dari kedua

gambar dengan

lengkap, tetapi

tidak tepat

namun dapat

dipahami.

2

Jika dapat

membedakan 1

hal atau semua

jawaban salah

dan tidak tepat.

1

Membuat garis besar Membuat garis

besar tentang

langkah-

langkah

4b

Jika dapat

membuat 4

garis besar

dengan tepat.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 184: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

166

penyelamatan

hutan.

Jika dapat

membuat 3

garis besar

dengan tepat.

3

Jika dapat

membuat 2

garis besar

dengan tepat.

2

Jika dapat

membuat 1

garis besar

dengan tepat.

1

Mendeskripsikan

peran

Menentukan

sudut pandang

dari suatu

permasalahan

pencemaran air.

4c

Jika dapat

menentukan

sudut pandang

dengan 4

alasan dengan

tepat.

4

Jika dapat

menentukan

sudut pandang

dengan 3

alasan dengan

tepat.

3

Jika dapat

menentukan

sudut pandang

dengan 2

alasan dengan

tepat.

2

Jika dapat

menentukan

sudut pandang

dengan 1

alasan dengan

tepat atau

jawaban salah.

1

5 Mengevaluas

i

Memeriksa Menentukan

kesimpulan

berdasarkan

pernyataan

tentang urutan

siklus air.

5a Jika

menentukan

pilihan dan

alasan

mengandung 4

konsep dengan

tepat

4

Jika

menentukan

pilihan dan

alasan

mengandung 3

konsep dengan

tepat

3

Jika

menentukan

pilihan dan

alasan

mengandung 2

konsep dengan

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 185: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

167

tepat

Jika

menentukan

pilihan dan

alasan

mengandung 1

konsep atau

semua jawaban

salah atau tidak

menjawab sama

sekali.

1

Mengkritik Mengkritik

pernyataan

mengenai

kegiatan

membuang

sampah ke

sungai.

5b Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan menyebut

3 pendapat

kritis dengan

tepat

4

Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan menyebut

2 pendapat

kritis dengan

tepat

3

Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan menyebut

1 pendapat

kritis dengan

tepat

2

Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan tidak

menyebut

pendapat kritis

atau semua

jawaban salah

atau tidak

menjawab sama

sekali.

1

Mengkritik

gambar dan

pernyataan

mengenai

dampak

penebangan

hutan.

5c Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan menyebut

3 pendapat

kritis dengan

tepat

4

Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan menyebut

2 pendapat

kritis dengan

tepat

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 186: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

168

Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan menyebut

1 pendapat

kritis dengan

tepat

2

Jika

menentukan

nilai kebenaran

dan tidak

menyebut

pendapat kritis

atau semua

jawaban salah

atau tidak

menjawab sama

sekali.

1

6 Mencipta Merumuskan

Merumuskan

pertanyaan dan

jawaban

mengenai

penyebab

banjir.

6a Jika

merumuskan 4

pertanyaan dan

jawaban

dengan tepat

4

Jika

merumuskan 3

pertanyaan dan

jawaban

dengan tepat

3

Jika

merumuskan 2

pertanyaan dan

jawaban

dengan tepat

2

Jika

merumuskan 1

pertanyaan

pertanyaan dan

jawaban

dengan tepat

dengan tepat

atau semua

jawaban salah

atau tidak

menjawab sama

sekali.

1

Merencanakan Merencanakan

langkah

percobaan

tterjadinya

banjir

6b Jika

menyebutkan 4

langkah dengan

tepat.

4

Jika

menyebutkan 3

langkah dengan

tepat.

3

Jika

menyebutkan 2

langkah dengan

tepat.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 187: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

169

Jika

menyebutkan 1

langkah dengan

tepat semua

jawaban salah

atau tidak

menjawab sama

sekali.

1

Memproduksi Membuat

gambar tentang

percobaan

terjadinya

banjir

Jika membuat

gambar dan

mencakup 4

langkah

percobaan

dengan tepat

4

Jika membuat

gambar dan

mencakup 3

langkah

percobaan

dengan tepat

3

Jika membuat

gambar dan

mencakup 2

langkah

percobaan

dengan tepat

2

Jika membuat

gambar dan

mencakup 1

langkah

percobaan

dengan tepat

atau tidak

membuat

gambar

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 188: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

170

Lampiran 3.5 Hasil Rekap Nilai Expert Judgement

Indikator Validator Komentar (Saran

Perbaikan) 1 2 3 Rerata

Mengingat kembali

pengertian proses siklus

air

3 4 3 3,33 Untuk menyebutkan 4

konsep sudah ok, tapi

untuk memberikan definisi

dalam 1 kalimat itu agak

sulit untuk anak.

Kata “sebutkan” bisa

diganti dengan kata

“tuliskan”

Mengenali kegunaan air

dalam kehidupan

3 4 3 3,33 Kata “berikan” bisa

diganti dengan kata

“tuliskan”

Mengidentifikasi cara

menghemat penggunaan

air

4 4 4 4

Memberikan contoh faktor

yang mempengaruhi

proses siklus air

3 2 4 3 Belum terlalu jelas dengan

proses air, maksudnya apa

dari air, kecukupannya

atau apanya.

Terlalu banyak

Memprediksi kegiatan

manusia yang

mempengaruhi siklus air

3 4 4 3,67 Harus lebih difokuskan

lagi.

Menjelaskan proses siklus

air

4 4 4 4

Melaksanakan 4 kegiatan

pelestarian air

4 4 3 3,67 Kata “jelaskan” bisa

diganti dengan kata

“tuliskan”

Menggunakan

permasalahan sehari-hari

yang mempengaruhi

terganggunya siklus air

3 4 3 3,33 Kata “sebutkan” bisa

diganti dengan kata

“tuliskan”

Melaksanakan usaha-

usaha yang sesuai untuk

mengurangi kekeringan di

suatu daerah

3 3 3 3 Gambar kurang jelas

Kata “di bawah” bisa

diganti dengan kata

“berikut ini”

Kata “sebutkan” bisa

diganti dengan kata

“tuliskan”. Kata “ide-ide”

sebaiknya diganti

“minimal 3 ide”

Membedakan dampak

peristiwa alam bagi

kelangsungan mahkluk

hidup melalui dua gambar

hutan gundul dan hutan

hijau

3 4 3 3,33 Kata “sebutkan” bisa

diganti dengan kata

“tuliskan”

Membuat garis besar

tentang langkah-langkah

penyelamatan hutan

3 3 4 3,33 Kata garis besar bisa lebih

dioperasionalkan lagi.

Menentukan sudut

pandang permasalahan

pencemaran air

3 4 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti

dengan kata “tersebut”

Menentukan kesimpulan 4 4 3 3,67 Kata “di bawah” bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 189: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

171

berdasarkan pernyataan

tentang urutan siklus air

diganti dengan kata

“berikut ini”

Mengkritik pernyataan

mengenai kegiatan

membuang sampah ke

sungai

4 3 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti

dengan kata “tersebut”

Mengkritik gambar dan

pernyataan mengenai

dampak penebangan hutan

4 4 3 3,67 Kata “di bawah” bisa

diganti dengan kata

“berikut ini”

Kata “di atas” bisa diganti

dengan kata “tersebut”

Merumuskan pertanyaan

dan jawaban mengenai

penyebab banjir

3 4 3 3,33 Kata “di atas” bisa diganti

dengan kata “tersebut”

Merencanakan langkah

percobaan terjadinya

banjir

3 3 4 3,33

Membuat gambar tentang

percobaan terjadinya

banjir

2 4 4 3,33 Mungkin tidak gambar,

tapi skematis saja.

Total Skor 59 66 61 Validator 1

Instrumen penelitian layak dengan

revisi kecil

Validator 2

Instrumen penelitian sangat layak

Validator 3

Instrumen penelitian sangat layak

Rata-rata 3,28 3,67 3,39

Keterangan:

4 : sangat sesuai

3 : sesuai

2 : tidak sesuai

1 : sangat tidak sesuai

Kategori Kelayakan: No Skor Kelayakan

1 58.50 – 72.00 Sangat layak

2 45.00 – 58.49 Layak dengan revisi kecil

3 31.50 – 44.99 Layak dengan revisi besar

4 18.00 – 31.49 Tidak layak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 190: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

172

Lampiran 3.6 Hasil Penilaian Expert Judgement

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 191: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

173

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 192: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

174

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 193: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 194: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

176

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 195: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

177

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 196: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

178

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 197: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

179

Lampiran 3.7 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas

Total

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 53

soal5a Pearson Correlation ,692

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 53

soal5b Pearson Correlation ,804

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 53

soal5c Pearson Correlation ,783

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 53

soal6a Pearson Correlation ,596

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 53

soal6b Pearson Correlation ,408

**

Sig. (2-tailed) ,002

N 53

soal6c Pearson Correlation ,549

**

Sig. (2-tailed) ,000

N 53

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 198: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

180

Lampiran 3.8 Hasil Analisis SPSS Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 53 100,0

Excludeda 0 0,0

Total 53 100,0

a. Listwise deletion based on all variables

in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,702 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 199: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

181

Lampiran 4.1 Tabulasi Nilai Kemampuan Mengevaluasi Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen

No

Respo

nden

EvKo

nPre

EvKon

Post1

EvKo

nSel

EvKon

Post2

EvKo

nPre

EvKon

Post1

EvKo

nSel

EvKon

Post2

1 2,33 2,33 0 1,67 2,67 3,67 1 1,67

2 2 2,67 0,67 1,67 2 3,33 1,33 3,67

3 2,67 2,33 -0,33 2 2 3,33 1,33 2

4 2,33 3,67 1,33 1,33 1,33 4 2,67 3,33

5 1,67 2,33 0,67 1 1,67 3,33 1,67 3,67

6 2,67 2,67 0 2,33 1,67 3,67 2 3

7 2,33 3 0,67 1 1,33 4 2,67 3

8 2 2,33 0,33 2 1,33 2,67 1,33 3,33

9 1,33 3 1,67 1 1,67 2,67 1 2

10 1,67 3,33 1,67 2 1,67 2,67 1 1

11 1 3,67 2,67 1 2,33 3 0,67 1,33

12 1,67 2,67 1 2 1,33 3 1,67 4

13 1,67 3 1,33 2,67 1,67 3,67 2 3

14 1,33 3,33 2 1 1,33 3,67 2,33 1

15 1,33 3 1,67 1 1,67 3,33 1,67 1

16 2 3,33 1,33 1,67 1,67 3,67 2 1

17 2,33 2,67 0,33 2,67 1,67 3 1,33 1,33

18 1,67 2,67 1 2,67 1,33 3,33 2 1,67

19 1 3 2 2,33 2,67 2,67 0 3,33

20 1,67 2,67 1 2 1,33 3,33 2 1,67

21 2,33 2,67 0,33 1 1,33 3,67 2,33 2

22 1,67 2,33 0,67 3 1,67 3,33 1,67 3,33

23 1 2,33 1,33 1,67 1,67 3,67 2 3,33

24 1 3 2 3 1,33 3,67 2,33 3

25 1,67 3 1,33 1 1,67 3,67 2 2

26 3,67 3 -0,67 3,33 1,33 3,67 2,33 3

27 2,67 3,67 1 3,33 1 4 3 2,67

28 3,33 3 -0,33 3 3 4 1 3,33

29 3,33 1,33 -2 2,67 1 2,33 1,33 1

30 2,01 2,33 0,32 1,97 3,67 2,51 -1,16 2,4

31 2,01 1,67 -0,34 1,97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 200: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

182

32 2,01 2,26 0,25 1,97

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 201: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

183

Lampiran 4.2 Tabulasi Nilai Kemampuan Mencipta Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen

Nomor Responden

CiptKonPre

CiptKonPost1

CiptKonSel

CiptKonPost2

CiptEksPre

CiptEksPost1

CiptEksSel

CiptEksPost2

1 1,33 2,67 1,33 1 1 1 0 3,5

2 1,33 2,33 1 1 2,67 1,67 -1 3,33

3 1 1,67 0,67 1,67 2,33 2,67 0,33 1,83

4 1 1,67 0,67 1 1,33 2,67 1,33 2,17

5 1 1 0 1 1 2 1 3,17

6 1 3 2 1,33 1,33 1,67 0,33 3,17

7 1,67 1 -0,67 1 1 1,33 0,33 3,5

8 1,33 3 1,67 1 2,33 2 -0,33 3,5

9 1 1,67 0,67 1 1 3,33 2,33 2,17

10 1 1,33 0,33 1 2 1,33 -0,67 1

11 1 1,67 0,67 1 1,67 3,67 2 1,5

12 2 2,67 0,67 1,33 1,67 4 2,33 1,5

13 2 3 1 1,33 2,67 2,33 -0,33 1

14 1,67 2,33 0,67 1 3 1,33 -1,67 1

15 1,67 1 -0,67 1 2 3,67 1,67 1

16 2,33 1,67 -0,67 1 1,33 1 -0,33 1,17

17 1,33 2,67 1,33 2,33 1 2 1 1,5

18 1 1,67 0,67 1,33 1,67 1,33 -0,33 2,33

19 1,67 1 -0,67 1,67 1,33 3 1,67 2,67

20 1 1,33 0,33 1 2,67 3,33 0,67 2,67

21 2 1,67 -0,33 1 2,67 3,67 1 2,67

22 1,33 1 -0,33 1 2 3,67 1,67 2,67

23 1 1 0 1,67 2,67 3,67 1 2,17

24 1 1,67 0,67 1,33 1,33 3,33 2 2,67

25 1,67 1 -0,67 1 2 3 1 3,67

26 3,33 1,67 -1,67 3,33 1 4 3 3,5

27 2,33 1,33 -1 2,33 2,67 1,67 -1 3,67

28 1,33 1,67 0,33 1 1,33 2 0,67 2,33

29 3 1 -2 1,33 1 2,67 1,67 1,68

30 1,53 1 -0,53 1,31 1,33 2,32 0,99 2,36

31 1,53 1,67 0,14 1,31

32 1,53 1,74 0,21 1,31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 202: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

184

Lampiran 4.3 Hasil SPSS Uji Normalitas Data

4.3.1 Kemampuan Mengevaluasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EvKo

nPre

EvKo

nPost

1

EvKo

nSel

EvKo

nPost

2

EvE

ksPr

e

EvEk

sPost

1

EvEk

sSel

EvEk

sPost

2

N 32 32 32 32 30 30 30 30

Normal

Paramete

rsa,b

Mea

n

1,980

3

2,758

1 ,7781

1,966

3

1,73

37

3,351

0

1,616

7

2,402

0

Std.

Devi

ation

,6821

1

,5331

4

,9509

6

,7492

4

,597

54

,4799

4

,8378

9

,9680

5

Most

Extreme

Differenc

es

Abso

lute ,144 ,144 ,094 ,151 ,309 ,214 ,143 ,198

Posit

ive ,144 ,138 ,068 ,151 ,309 ,122 ,097 ,128

Nega

tive -,106 -,144 -,094 -,107

-

,183 -,214 -,143 -,198

Test Statistic ,144 ,144 ,094 ,151 ,309 ,214 ,143 ,198

Asymp. Sig. (2-

tailed) ,089

c ,091

c

,200c,

d

,060c

,000c

,001c ,120

c ,004

c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

4.3.2 Kemampuan Mencipta

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Ci

pt

Ko

npr

e

Cipt

Kon

Post

1

Cipt

Kon

Sel

Cipt

Kon

Post

2

Cipt

Eks

Pre

Cipt

Eks

Post

1

Cipt

Eks

Sel

Cipt

Eks

Post

2

N 32 32 32 32 30 30 30 30

Norm

al

Param

etersa,

b

Me

an

1,5

28

4

1,71

16

,181

9

1,30

97

1,76

67

2,51

10

,744

3

2,36

90

Std

. ,58

94

,660

26

,911

96

,513

88

,662

98

,966

65

1,13

014

,895

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 203: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

185

De

via

tio

n

6

Most

Extre

me

Differ

ences

Ab

sol

ute

,18

6 ,244 ,141 ,297 ,212 ,135 ,119 ,115

Po

siti

ve

,18

6 ,244 ,109 ,297 ,212 ,135 ,096 ,101

Ne

gat

ive

-

,18

5

-,141 -,141 -,273 -

,147

-

,135

-

,119

-

,115

Test

Statistic

,18

6 ,244 ,141 ,297 ,212 ,135 ,119 ,115

Asymp.

Sig. (2-

tailed)

,00

6c

,000c ,104

c ,000

c

,001c

,172c

,200c,d

,200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 204: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

186

Lampiran 4.4 Hasil SPSS Uji Perbedaan Kemampuan Awal

4.4.1 Kemampuan Mengevaluasi

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

EvKonEksPre Mengevaluasi

Kontrol

Pretest

32 35,50 1136,00

Mengevaluasi

Eksperimen

Pretest

30 27,23 817,00

Total 62

Test Statisticsa

EvKonEksPre

Mann-

Whitney

U

352

Wilcoxon

W 817

Z -1,841

Asymp.

Sig. (2-

tailed)

0,066

a. Grouping Variable:

Kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 205: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

187

4.4.2 Kemampuan Mencipta

Ranks

Kelompok N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

CipKonEksPre Mencipta

Kontrol

Pretest

32 28,42 909,50

Mencipta

Eksperimen

Pretest

30 34,78 1043,50

Total 62

Test Statisticsa

CipKonEksPre

Mann-Whitney U

381,5

Wilcoxon W

909,5

Z -1,415

Asymp. Sig. (2-tailed)

0,157

a. Grouping Variable:

Kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 206: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

188

Lampiran 4.5 Hasil Uji Signifikansi Pengaruh Perlakuan

4.5.1 Kemampuan Mengevaluasi

Group Statistics

Kelompok N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

EvSelKonEks Mengevaluasi

Selisih

Kontrol

32 ,7781 ,95096 ,16811

Mengevaluasi

Selisih

Eksperimen

30 1,6167 ,83789 ,15298

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differen

ce

Std.

Error

Differen

ce

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lowe

r

Upp

er

EvSel

KonEk

s

Equal

variance

s

assume

d

,768 ,384 -

3,674 60 ,001 -,83854 ,22823

-

1,295

08

-

,382

01

Equal

variance

s not

assume

d

-

3,689

59

,7

79

,000 -,83854 ,22729

-

1,293

23

-

,383

85

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 207: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

189

4.5.2 Kemampuan Mencipta

Group Statistics

Kelompok N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

Mean

CipKonEksSel Mencipta

Kontrol

Selisih

32 ,1819 ,91196 ,16121

Mencipta

Eksperimen

Selisih

30 ,7443 1,13014 ,20633

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

taile

d)

Mean

Differ

ence

Std.

Error

Diffe

rence

95%

Confidence

Interval of

the

Difference

Lowe

r

Upp

er

CipK

onEk

sSel

Equal

varian

ces

assum

ed

1,62

9 ,207

-

2,1

63

60 ,035 -

,56246

,2600

4

-

1,082

61

-

,042

30

Equal

varian

ces not

assum

ed

-

2,1

48

55,

77

1

,036 -

,56246

,2618

5

-

1,087

05

-

,037

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 208: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

190

Lampiran 4.6 Perhitungan Besar Pengaruh Perlakuan

Effect kemampuan mengevaluasi

r = √

r = √( )

( )

r = √

r = √

r = √

r = 0,42

Persentase pengaruh penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II terhadap kemampuan

mengevaluasi:

R2

= r2

Effect kemampuan mencipta

r = √

r = √( )

( )

r = √

r = √

r = √

r = 0,26

Persentase pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

terhadap kemampuan mencipta:

R2

= r2

= (0,26)2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 209: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

191

= (0,42)2

= 0,1764

Persentase = R2 x 100%

= 0,18 x 100%

= 18%

= 0,07

Persentase = R2 x 100%

= 0,07 x 100%

= 7%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 210: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

192

4.7.1 Perhiungan Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mengevaluasi

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Persentase

=

=

=

=

= 39%

Persentase

=

=

=

=

= 48%

Persentase Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I Kemampuan Mencipta

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Persentase

=

=

=

=

Persentase

=

=

=

=

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 211: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

193

= 15,69% = 46,78%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 212: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

194

4.7.2 Hasil Uji Korelasi SPSS With Spearman

4.7.2.1 Kemampuan Mengevaluasi

Correlations

EvKon

Pre

EvKon

Post1

EvEks

Pre

EvEks

Post1

Spearma

n's rho

EvKon

Pre

Correlation

Coefficient 1,000 -,211 -,142 ,280

Sig. (2-tailed) ,246 ,454 ,135

N 32 32 30 30

EvKon

Post1

Correlation

Coefficient -,211 1,000 -,113 ,391*

Sig. (2-tailed) ,246 ,552 ,032

N 32 32 30 30

EvEksP

re

Correlation

Coefficient -,142 -,113 1,000 -,197

Sig. (2-tailed) ,454 ,552 ,296

N 30 30 30 30

EvEksP

ost1

Correlation

Coefficient ,280 ,391* -,197 1,000

Sig. (2-tailed) ,135 ,032 ,296

N 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 213: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

195

4.7.2.2 Kemampuan Mencipta

Correlations

CiptKo

npre

CiptKo

nPost1

CiptE

ksPre

CiptE

ksPost

1

Spearman's

rho

CiptK

onpre

Correlation

Coefficient 1,000 -,045 ,011 ,045

Sig. (2-tailed) ,806 ,954 ,812

N 32 32 30 30

CiptK

onPos

t1

Correlation

Coefficient -,045 1,000 ,096 -,237

Sig. (2-tailed) ,806 ,615 ,208

N 32 32 30 30

CiptE

ksPre

Correlation

Coefficient ,011 ,096 1,000 ,097

Sig. (2-tailed) ,954 ,615 ,612

N 30 30 30 30

CiptE

ksPos

t1

Correlation

Coefficient ,045 -,237 ,097 1,000

Sig. (2-tailed) ,812 ,208 ,612

N 30 30 30 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 214: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

196

4.7.3 Perhitungan Persentase Gain Score

4.7.3.1 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mengevaluasi

Kemampuan Mengevaluasi

Kelompok Kontrol

Kelompok

Eksperimen

Gain Score f Gain Score f

2,67 1 3,00 1

2,00 3 2,67 2

1,67 3 2,33 4

1,33 5 2,00 7

1,00 4 1,67 4

0,67 4 1,33 5

0,33 3 1,00 4

0,32 1 0,67 1

0,25 1 0,00 1

0,00 2 -1,16 1

-0,33 2

-0,34 1

-0,67 1

-2,00 1

4.7.3.2 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,84 Kemampuan Mengevaluasi

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Frekuensi gain score ≥

0,84 sebanyak 16 siswa

Persentase

=

=

= 0,5 x 100%

= 50%

Frekuensi gain score ≥ 0,84

sebanyak 27 siswa

Persentase

=

=

= 0,9 x 100%

= 90%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 215: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

197

4.7.3.3 Tabulasi Gain Score Kemampuan Mencipta

Mencipta

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Gain Score F Gain Score F

2,00 1 2,67 1

1,67 1 2,33 6

1,33 2 2,00 2

1,00 2 1,67 7

0,67 8 1,33 4

0,33 3 1,00 3

0,21 1 0,67 5

0,14 1 0,33 1

0,00 2 -1,00 1

-0,33 2

-0,53 1

-0,67 4

-1,00 1

-1,67 1

-2,00 1

4.7.3.4 Perhitungan Persentase Gain Score ≥ 0,84 Kemampuan Mencipta

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Frekuensi gain score ≥ 0,50

sebanyak 14 siswa

Persentase

=

=

= 0,4375 x 100%

= 43,75%

Frekuensi gain score ≥ 0,50

sebanyak 16 siswa

Persentase

=

=

= 0,53 x 100%

= 53%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 216: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

198

Lampiran 4.8 Hasil Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

4.8.1.1 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

r =

r =

r = -0,455

Persentase pengaruh

penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II terhadap kemampuan

mencipta pada kelompok

kontrol :

R2= r

2

= (0,455)2

= 0,207

Persentase = R2 x100 %

= 0,207 x 100%

= 20,7%

r =

r =

r = 0,593

Persentase pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

terhadap kemampuan mengevaluasi pada

kelompok eksperimen :

R2= r

2

= (0,593)2

= 0,351

Persentase = R2 x100 %

= 0,351 x 100%

= 35,1%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 217: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

199

4.8.1.2 Perhitungan Manual Besar Peningkatan Rerata Pretest ke Posttest I

Kemampuan Mencipta

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

r =

r =

r = -0,16

Persentase pengaruh

penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw II terhadap kemampuan

mencipta pada kelompok

kontrol :

R2= r

2

= (0,16)2

= 0,0256

Persentase = R2 x100 %

= 0,0256 x 100%

= 2,56%

r =

r =

r = 0,39

Persentase pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II

terhadap kemampuan mencipta pada

kelompok eksperimen :

R2= r

2

= (0,39)2

= 0,1521

Persentase = R2 x100 %

= 0,1521 x 100%

= 15,21%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 218: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

200

Lampiran 4.9 Hasil Uji Retensi Perlakuan

4.9.1 Kemampuan Mengevaluasi

4.9.1.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I ke Posttest II

Ranks

N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

EvKonPost1

-

EvKonPost2

Negative

Ranks 4

a 9,75 39,00

Positive

Ranks 24

b 15,29 367,00

Ties 4c

Total 32

EvEksPost1

-

EvEksPost2

Negative

Ranks 5

d 6,30 31,50

Positive

Ranks 24

e 16,81 403,50

Ties 1f

Total 30

a. EvKonPost1 < EvKonPost2

b. EvKonPost1 > EvKonPost2

c. EvKonPost1 = EvKonPost2

d. EvEksPost1 < EvEksPost2

e. EvEksPost1 > EvEksPost2

f. EvEksPost1 = EvEksPost2

Test Statisticsa

EvKonPost1

-

EvKonPost2

EvEksPost1

-

EvEksPost2

Z -3,739b -4,032

b

Asymp.

Sig. (2-

tailed)

,000 ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 219: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

201

4.9.1.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posstest 2

Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Persentase

=

=

=

%

= - 0,29 x 100%

= -29%

Persentase

=

=

=

%

= - 0,28 x 100%

= -28%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 220: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

202

4.9.2 Kemampuan Mencipta

4.9.2.1 Hasil SPSS Uji Retensi Perlakuan Posttest I ke Posttest II

Test Statisticsa

CiptKonPost1

-

CiptKonPost2

CiptEksPost1

-

CiptEksPost2

Z -2,665b -,617

b

Asymp.

Sig. (2-

tailed)

,008 ,537

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

Ranks

N

Mean

Rank

Sum of

Ranks

CiptKonPost1

-

CiptKonPost2

Negative

Ranks 6

a 11,83 71,00

Positive

Ranks 20

b 14,00 280,00

Ties 6c

Total 32

CiptEksPost1

-

CiptEksPost2

Negative

Ranks 12

d 16,88 202,50

Positive

Ranks 18

e 14,58 262,50

Ties 0f

Total 30

a. CiptKonPost1 < CiptKonPost2

b. CiptKonPost1 > CiptKonPost2

c. CiptKonPost1 = CiptKonPost2

d. CiptEksPost1 < CiptEksPost2

e. CiptEksPost1 > CiptEksPost2

f. CiptEksPost1 = CiptEksPost2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 221: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

203

4.9.2.2 Perhitungan Persentase Peningkatan Skor Posttest I ke Posstest 2

Persentase Peningkatan Rerata Posttest I ke Posttest II

Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

Persentase

=

=

=

%

= - 0,23 x 100%

= -23%

Persentase

=

=

=

%

= - 0,05 x 100%

= -5%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 222: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

204

Lampiran 4.10 Foto-foto Kegiatan PembelajaranKelompok Kontrol dan

Eksperimen

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 223: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

205

Lampiran 5.2 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 224: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

206

CURRICULUM VITAE

Franzeska Amanda Benita Clara merupakan anak

ketiga dari pasangan Hilarion Tri Asmara Putro dan

Ida Sulistiani. Lahir di Klaten tanggal 18 Maret 1996.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Maria

Assumpta Klaten pada tahun 2002-2008 kemudian

pada tahun 2008-2011 melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur 01 Klaten.

Peneliti selanjutnya menempuh pendidikan di Sekolah

Menengah Atas Santa Maria Yogyakarta pada tahun

2011 dan lulus tahun 2014 kemudian melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada tahun 2014 sampai sekarang. Semasa menempuh pendidikan di

Universitas Sanata Dharma, penulis pernah mengikuti berbagai kegiatan

kemahasiswaan di antaranya:

No Nama Kegiatan Tahun Peran

1 PPKM-1 2015 Peserta

2 PPKM-2 2015 Peserta

3 Penguasaan Bahasa Inggris Aktif 2017 Peserta

4 English Club 2014-2015 Peserta

5 Kursus Mahir Dasar Pramuka 2015 Peserta

6 Inisiasi Fakultas (Infisa) 2016 Peserta

7 Panitia Wisuda Program Sarjana dan

Magister USD

2015 Anggota

seksi

8 Panitia Malam Kreativitas PGSD 2016 2016 Anggota

Seksi

9 Kulih Umum Pendidikan Berbasis

Montessori

2015 Peserta

10 Seminar “Reinventing Childhood

Education”

2015 Peserta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 225: PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN … · pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yaitu orientasi, pengelompokan, pembentukan dan pembinaan kelompok expert, diskusi (pemaparan)

207

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI