pengaruh penerapan corporate governance dan...
TRANSCRIPT
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
ANDIKA
1111082000064
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H / 2017
ii
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
ANDIKA
NIM: 1111082000064
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA
NIP. 19760924 200604 2 002
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 11 Agustus 2015 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : ANDIKA
2. NIM : 1111082000064
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Corporate Governance dan
Ukuran PerusahaanTerhadap Manajemen Laba.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Agustus 2015
1. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si.
NIP.198110132008011006 (______________________)
2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.
NIP. 19800416 200901 2 006 (______________________)
3. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA.
NIP. 19720516 200901 1 006 (______________________)
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Kamis, 28 September 2017 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas
mahasiswa:
1. Nama : ANDIKA
2. NIM : 1111082000064
3. Jurusan : Akuntansi/Audit
5. Judul Skripsi : Pengaruh Penerapan Corporate Governance dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skirpsi, maka diputuskan bahwa mahasiwa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 September 2017
1. Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA
NIP. 19720516 200901 1 006 (______________________)
Ketua Penguji
2. Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.
NIP. 19800416 200901 2 006 (______________________)
Penguji Ahli
3. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak., CA.
NIP. 19760924 200604 2 002 (______________________)
Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : ANDIKA
No. Induk Mahasiswa : 1111082000064
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar aturan diatas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 17 Agustus 2017
ANDIKA
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : ANDIKA
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 20 April 1993
3. Alamat : Jl. Warung Sila No. 10a, RT/RW: 04/05
Kel. Ciganjur, Kec. Jagakarsa, Jakarta
4. Telepon : 085782063303
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN 03 Pondok Labu Tahun 1999-2005
2. SMP N 85 Jakarta Tahun 2005-2008
3. SMA N 97 Jakarta Tahun 2008-2011
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011-2017
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua organisasi ekstrakurikuler Desain Animasi di SMA N 97 Jakarta.
2. Anggota dan pengurus ekstrakurikuler Rohis di SMA N 97 Jakarta.
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Business Development Staff di Global IT Solution
2. Magang di PT. Patra Drilling Contractor selama 3 bulan, Maret-Juni2015.
3. Treasury Officer di PT. Patra Drilling Contractor sejak bulan Juli 2015 –
sekarang.
vii
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Yose Rizal
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19April 1960
3. Ibu : Yuni Astuti
4. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28Juni1963
6. Alamat: : Jl. Warung Sila No. 10a, RT/RW: 04/05,
Kel. Ciganjur, Kec. Jagakarsa, Jakarta 12630
viii
THE INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE AND FIRM SIZE TO
THE EARNING MANAGEMENT.
ABSTRACT
The aim of this research is to provide empirical evidence on the impact of
corporate governance and firm size on earning management. This is quantitave
research. The sample of this research used 28 LQ-45 companies listed in
Indonesia Capital Market (BEI) in 2013-2016. The sampling method used in this
research is purposive sampling, while data processing method used multiple
regressiom test and Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) as analyze
sofware.
Based on the result of analysis conclude that the component of corporate
governace, managerial ownership haven’t influenced earning management. The
size of commissioner board haven’t influenced earning management. Audit
comitee haven’t influenced earning management, meanwhile firm size negatively
influenced earning management.
Keyword: earning management, corporate governance, managerial ownership,
commissioner board size, audit comitee, firm size.
ix
PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh
penerapan corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.Penelitianini menggunakan
sampel perusahaan LQ-45 yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-
2016 dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 28 perusahaan. Metode penetuan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah uji regresi
berganda dengan menggunakan Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS).
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa komponen corporate
governance kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Komite audit tidak berpengaruh positif terhadap manajemen
laba, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen
laba.
Kata kunci: manajemen laba, corporate governance, kepemilikan manajerial,
ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance
dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba” dengan baik. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, yang
telah membimbing umatnya menuju jalan kebenaran. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Bapak Yose Rizal dan Ibu Yuni Astuti tercinta, yang selalu mencurahkan
perhatian, cinta dan sayang, dukungan serta doa yang tertuju untukku.
2. Kakak dan adik-adikku yang selalu membantu dan menemaniku ketika susah
dan gembira.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga selaku Dosen
Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi
ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Ibu berikan selama ini.
5. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
xi
6. Akuntansi B UIN 2011, terimakasih selama empat tahun kita bersama-sama
menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna. Semoga kita semua
mencapai kesuksesan di masa depan.
7. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011,
terima kasih atas doa, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis
selama ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 17 Agustus 2017
ANDIKA
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .......................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... vi
Abstract ................................................................................................................. viii
Abstrak .................................................................................................................. ix
Kata Pengatar ........................................................................................................ x
Daftar Isi................................................................................................................ xii
Daftar Tabel .......................................................................................................... xv
Daftar Gambar ....................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 10
1. Tujuan Penelitian ............................................................................ 10
2. Manfaat Penelitian .......................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................12
A. Tinjauan Literatur ................................................................................. 12
1. Teori Agensi ................................................................................. 12
2. Asimetri Informasi ........................................................................ 15
3. Manajemen Laba ........................................................................... 16
4. Corporate Governance .................................................................. 20
5. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ............................... 21
6. Kepemilikan Manajerial... ............................................................. 23
xiii
7. Ukuran Dewan Komisaris... .......................................................... 24
8. Proporsi Dewan Komisaris Independen... ..................................... 26
9. Komite Audit... .............................................................................. 27
10. Ukuran Perusahaan... ..................................................................... 29
B. Keterkaitan antara Variabel dan Perumusan Hipotesis ........................ 30
1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba ................................................................................................ 30
2. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
manajemen laba ............................................................................. 32
3. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap
manajemen laba ............................................................................. 34
4. Pengaruh komite audit terhadap manajemen laba... ....................... 35
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 38
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................45
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 45
B. Metode Penentuan Sampel .................................................................. 45
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 47
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian................................................... 47
E. Metode Analisis Data .......................................................................... 51
1. Statistik Deskriptif ......................................................................... 52
2. Uji Asumsi Klasik … .................................................................... 53
3. Pengujian Hipotesis Penelitian ..................................................... 55
a. Uji sigfikansi parameter...................................................... 57
b. Uji signifikansi simultan ..................................................... 58
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN..............................................59
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................... 59
B. Hasil Uji Intrumen Penelitian... ....................................................... 63
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................................ 63
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .............................................................. 64
xiv
3. Hasil Uji Hipotesis ....................................................................... 70
4. Analisis Regresi Linear Berganda ................................................ 78
BAB V PENUTUP............................................................................................80
A. Kesimpulan ...................................................................................... 80
B. Saran ................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................83
LAMPIRAN..........................................................................................................87
xv
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................................... 39
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian......................................................... 51
4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ........................................................ 61
4.2 Daftar Sampel Penelitian........................................................................... 62
4.3 Hasil Uji Deskripsi ................................................................................... 63
4.4 Hasil Uji Autokeralsi................................................................................. 65
4.5 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................................... 65
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 66
4.7 Hasil Uji Normalitas ................................................................................. 69
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................... 70
4.9 Hasil Uji F Simultan ................................................................................. 71
4.10 Hasil Uji t Parsial ...................................................................................... 73
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................... 43
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P Plot .................................... 68
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ............................ 68
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Lampiran Data Penelitian..........................................................................87
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi perusahaan, informasi yang terpenting adalah sebuah laporan.
Karena dari laporan itulah manajemen dapat melihat bagaimana kondisi
perusahaan dan kemudian menentukan keputusan seperti apa yang paling
tepat untuk diambil. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak
baik bagi perusahaan tapi berbanding terbalik apabila manajemen
mangambil keputusan yang salah. Informasi yang sangat mendukung
berkembang atau tidaknya sebuah perusahaan adalah laporan keuangan.
Dalam laporan keuangan, akan terlihat bagaimana perusahaan itu
mengalami pertumbuhan atau malah mengalami penurunan. Salah satu
kriteria yang terpenting dalam penyampaian sebuah laporan keuangan
adalah relevan dan realible. Informasi akuntansi dikatakan relevan apabila
dapat mempengaruhi keputusan dengan menguatkan atau mengubah
pengharapan para pengambil keputusan dan informasi tersebut, dan
dikatakan realible apabila dapat dipercaya dan menyebabkan pemakai
informasi tergantung dengan informasi tersebut (Ratnaningsih dan
Hidayati, 2012:38).
Scott (2000:296) menyatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi
yang dilakukan manajer untuk suatu tujuan tertentu disebut dengan
2
manajemen laba. Terkait dengan informasi laba, Statement of Financial
Accounting Concept (SFAC) No. 1 menyatakan bahwa informasi tersebut
merupakan perhatian utama untuk menaksir kinerja atau pertanggung
jawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu para
pengguna laporan keuangan dalam menaksir earnings power perusahaan
di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manajemen mempunyai
kecenderungan melakukan tindakan untuk memberikan laporan keuangan
yang atraktif.
Manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen timbul sebagai
akibat dari adanya konflik keagenan. Konflik keagenan tersebut terjadi
karena terdapat perbedaaan kepentingan antara pemilik perusahaan
(principal) dan manajemen perusahaan (agent). Teori keagenan berasumsi
bahwa setiap individu baik principal maupun agent memilki motivasi dan
kepentingan yang berbeda sehingga akan mengakibatkan adanya konflik
kepentingan diantara mereka. Untuk memaksimalkan kesejahteraannya
dengan profitabilitas yang terus meningkat, pemilik perusahaan
mengadakan kontrak dengan manajemen. Sedangkan, manajer termotivasi
untuk dapat memaksimumkan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya
(Gayatri dan Prasetya, 2016:513).
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting
dalam akuntansi keuangan. Beberapa pihak yang berpendapat bahwa
manajemen laba merupakan perilaku yang tidak dapat diterima,
mempunyai alasan bahwa manajemen laba berarti suatu pengurangan
3
dalam keandalan informasi laporan keuangan. Investor mungkin tidak
menerima informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi
return dan risiko portofolionya (Wahyuningsih, 2009:79).
Manajemen laba merupakan sebuah fenomena yang sampai saat ini
masih diperdebatkan mengenai pemahaman etis dan tanggung jawab
sosialnya. Manajemen laba berada di grey area antara sebuah kecurangan
dan merupakan aktivitas yang diijinkan oleh prinsip akuntansi. Hal ini
dikarenakan terdapat perbedaan pendapat mengenai tanggung jawab sosial
dan pemahaman etis diantara setiap orang. Berdasarkan hal tersebut,
laporan keuangan dapat disebut sebagai tanggung jawab sosial pribadi dan
cerminan perilaku etis dari orang yang membuat laporan keuangan
tersebut (Sulistyanto, 2008:110).
Untuk mengurangi perilaku manajemen laba dan meningkatkan
kualitas laporan keuangan, maka perlu dilakukan tata pengelolaan
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Untuk
meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba oleh manajemen
perusahaan, maka dibutuhkan suatu mekanisme tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Covernance) dalam hal pengendalian dan
pengelolaan perusahaan. Corporate governance merupakan upaya yang
dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
untuk menjalankan usahanya secara baik sesuai dengan hak dan
kewajibannya masing-masing (Jao dan Pagalung, 2011:43).
4
Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan
sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja. The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) mendefinisikan
konsep Corporate Governance sebagai serangkaian mekanisme untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional
perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan
(stakeholders) (Rahardi dan Prastiwi, 2012:2).
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan
yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor,
pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain
sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003).
Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder
dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate
governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih
transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini
diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus
menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin
baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan,
2007:2).
5
Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif
bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan
memperoleh return atas investasinya dengan benar. Corporate governance
juga membantu menciptakan lingkungan kondusif demi terciptanya
pertumbuhan yang efisien dan sustainable di sektor korporat. Corporate
governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan
hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah,
karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan
hak dan tanggung jawabnya (FCGI, 2003).
Mekanisme good corporate governance ditandai dengan adanya
kepemilikan institusional, kepemilikan manajemen, keberadaan komite
audit dan komisaris independen. Kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajemen yang besar diyakini dapat membatasi perilaku
manajer dalam melakukan manajemen laba. Hal ini telah dibuktikan oleh
hasil penelitian Rajgopal et al. (1999) dan Darmawati (2003). Keberadaan
komite audit dan komisaris independen dalam suatu perusahaan juga
terbukti efektif dalam mencegah praktik manajemen laba, karena
keberadaan komite audit dan komisaris independen bertujuan untuk
mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan (Guna dan Herawati, 2010:54).
Corporate governance merupakan upaya untuk mengeleminasi
manajemen laba dalam pengelolaan dunia usaha (Sulistyanto, 2008: 154).
Kunci utama keberhasilan GCG adalah membangun sistem pengawasan
6
dan pengendalian yang baik. Terwujudnya keseimbangan pengawasan dan
pengendalian pengelolaan perusahaan akan menjadi penghambat bagi
manajer untuk membuat kebijakan sesuai kepentingan pribadi serta
mendorong terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi, dan keadilan (Jao dan Pagalung, 2011:45).
Indikator lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen
laba adalah independensi auditor, yang diproksikan menggunakan lamanya
penugasan audit yang digolongkan menjadi 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun.
Melihat pentingnya penerapan mekanisme tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) dan pentingnya peranan auditor dalam
mendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan,
memberikan motivasi untuk melaksanakan penelitian yang dapat
mendeteksi pengaruh dari tata kelola perusahaan yang baik dan peranan
auditor dalam mengaudit laporan keuangan terhadap kecenderungan
dilakukannya manajemen laba (Guna dan Herawati, 2010:55).
Manajemen laba dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
salah satu yang dapat mempengaruhinya adalah ukuran perusahaan.
Ukuran perusahaan adalah tingkat identifikasi kecil atau besarnya
perusahaan. Menurut Hilmi dan Ali (2008) ukuran perusahaan dapat
ditentukan berdasarkan jumlah tenaga kerja, kapitalisasi pasar, total
penjualan, total nilai aktiva, dan sebagainya. Semakin besar kapitalisasi
pasar menandakan semakin perusahaan diketahui oleh masyarakat,
semakin besar penjualan menandakan perputaran uang semakin banyak,
7
dan semakin besar aktiva menandakan modal yang ditanam semakin
banyak. Dalam penelitian ini total aset digunakan sebagi proksi ukuran
perusahaan. Pemilihan total aset dikarenakan total aset relatif lebih stabil
daripada ukuran lain untuk menilai ukuran perusahaan (Sudarmadji dan
Sularto, 2007).
Ukuran perusahaan yang kecil dinilai lebih sering menjalankan
praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Sebab, besarnya
ukuran dari suatu perusahaan, maka semakin banyak pula informasi yang
didapat oleh pemegang saham dalam menentukan suatu keputusan yang
akan diambil sehingga mendapat perhatian lebih dari masyarakat.
Perusahaan besar dalam melakukan pelaporan keuangan harus lebih hati-
hati, sehingga dalam melaporkan kondisi perusahaan akan lebih akurat. Di
sisi lain, perusahaan kecil cenderung lebih banyak menerapkan praktik
manajemen laba, dengan tujuan menunjukkan performa kinerja perusahaan
yang baik guna menarik investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut (Nariastiti dan Ratnadi, 2014:719).
Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang
kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan
besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan
perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang
akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak
terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran
8
pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum (Muliati,
2011:32).
Adanya penjelasan yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan
bahwa manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan
yang dikatakan sebagai agen penerima mandat dari investor sebagai
pengelola perusahaan, disebabkan oleh adanya asimetri informasi dan
perbedaan kepentingan dengan pemilik modal. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu mekanisme tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) dalam hal pengendalian dan pengelolaan perusahaan.
Corporate governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak
yang berkepentingan dengan perusahaan untuk menjalankan usahanya
secara baik sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Begitu
pula dengan ukuran perusahaan, semakin besar ukuran suatu perusahaan
akan semakin mendapat perhatian besar dari publik, yang akan membuat
perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan manajemen laba. Atau
dapat dikatakan penerapan Good Corporate Governance dan ukuran
perusahaan menjadi faktor penghambat dilakukanya tindakan manajemen
laba.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti
termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena, pertama dalam sebuah
perusahaan, adanya konflik keagenan antara pemilik perusahaan dan
manajemen dapat menimbulkan dilakukanya tindakan manajemen laba
yang merugikan salah satu pihak. Oleh karena itu diterapkanya tata kelola
9
perusahaan yang baik, meliputi kepemilikan manajerial, ukuran dewan
komisaris, serta komite audit dapat menjadi faktor penghambat manajemen
laba. Begitu halnya dengan ukuran suatu perusahaan, ukuran perusahaan
bisa menjadi suatu faktor penghambat ataupun pendorong tergantung besar
kecilnya perusahaan. Makin besarnya ukuran dari suatu perusahaan, maka
semakin banyak pula informasi yang didapat oleh pemegang saham dalam
menentukan suatu keputusan yang akan diambil sehingga mendapat
perhatian lebih dari masyarakat. Kedua, penelitian sebelumnya mengenai
pengaruhpenerapan corporate governance dan manajemen laba masih
menunjukan hasil yang kurang konsisten. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan
Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen
Laba”.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian tentang Corporate Governance yang
dilakukan oleh Agustia (2013) serta penelitian dilakukan oleh Nariastiti
dan Ratnadi (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Peneliti menambahkan variabel baru dalam penelitian ini yaitu ukuran
perusahaan yang berdasarkan asumsi dan penelitian sebelumnya
relevan pengaruhnya terhadap manajemen laba.
2. Obyek dalam penelitian ini lebih banyak dan lebih luas dibanding
dengan penelitian sebelumnya.
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap
manajemen laba?
2. Apakah struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
negatif terhadap manajemen laba?
3. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan positif
terhadap manajemen laba?
4. Apakah adanya komite audit berpengaruh secara signifikan negatif
terhadap manajemen laba?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Menganalisa secara empiris pengaruh negatif struktur
kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba.
b. Menganalisa secara empiris pengaruh positifukurandewan
komisaris terhadap manajemen laba.
c. Menganalisa secara empiris pengaruh negatifadanyakomite
audit terhadap manajemen laba.
11
d. Menganalisa secara empiris variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap manajemen laba.
2. Manfaat Penelitian
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
b. Masyarakat, sebagai sarana informasi tentang manajemen laba
serta menambah pengetahuan akuntansi khususnya manajemen dan
akuntansi keprilakuan dengan memberikan bukti empiris tentang
pengaruh penerapan Corporate Governance dan ukuran
perusahaan terhadap manajemen laba.
c. Peneliti berikutnya, Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
d. Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai akuntansi manajemen , terutama
tentang manajemen laba sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis di masa yang akan datang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Literatur
1. Teori Agensi
Dasar yang digunakan dalam memahami corporate governance
adalah teori agensi. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa
hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian medelegasikan wewenang pengambilan keputusan.
Principal ialah pemegang saham atau investor sedangkan agent ialah
manajemen yang mengelola perusahaan atau manajer, sehingga dengan
adanya pemisahan fungsi tersebut menimbulkan terjadinya konflik
kepentingan.
Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi.
Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai
imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai kontrak. Dengan
demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan
dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau
13
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki (Ali, 2002
dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Meningkatnya konflik kepentingan dikarenakan principal tidak
selalu dapat mengawasi aktifitas manajemen untuk memastikan apakah
manajemen telah bekerja sesuai atau tidak mencerminkan keadaan
perusahaan yang sesungguhnya, hal ini disebabkan perbedaan
informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham.
Dalam mengelola perusahaan perusahaan, manajer adalah pihak yang
lebih memahami keadaan perusahaan dibandingkan pemegang saham
dan keadaan tersebut dikenal dengan asimetris informasi (Anggit dan
Shodiq, 2011)
Menurut Jensen dan Meckling (1976), untuk mengatasi masalah
yang ditimbulkan dalam teori agensi seperti konflik kepentingan dan
asimetri informasi maka perusahaan harus mengeluarkan biaya agensi
(agency cost). Ada tiga macam biaya agensi yang disebutkan oleh
Jensen dan Meckling, yaitu:
a. Biaya monitoring (monitoring cost), merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas-
aktivitas yang dilakukan oleh agen.
b. Biaya bonding (bonding cost), merupakan biaya untuk menjamin
bahwa agen tidak akan bertindak merugikan principal, atau dengan
kata lain untuk meyakinkan agen, bahwa principal akan
14
memberikan kompensasi jika agen benar-benar melakukan
tindakan tersebut.
c. Biaya kerugian residual (residul loss), merupakan nilai uang yang
ekuivalen dengan pengurangan kemakmuran yang dialami oleh
principal akibat dari perbedaan kepentingan.
Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka,
yakin bahwa manajer tidak akan mencuri atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan
dana yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan
bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan
Vishny, 1997)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa teori agensi muncul
karena adanya konflik kepentingan antara principal (pemilik
perusahaan) dan agent (yang menjalankan perusahaan) yang
mempunyai kepentingan untuk menguntungkan diri sendiri. Masalah
keaganenan ini juga terjadi karena adanya asimetris informasi dari
agen yang lebih mengetahui perusahaan dibandingkan pemilik. Namun
masalah-masalah ini dapat ditekankan dengan penerapan corporate
governance yang diharapkan mampu memberikan kepercayaan kepada
pemilik terhadap agen dalam mengelola perusahaan.
15
2. Asimetris Informasi
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui
informasi yang dimiliki didalam perusahaan dibandingkan dengan
pemilik (pemegang saham), manajer berkewajiban memberikan
informasi terkini mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Informasi yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan
informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
Laporan keungan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai
pihak, termasuk manajemen itu sendiri untuk pengambilan keputusan,
sehingga situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang
disebut asimetris informasi. Menurut Scott (2000), terdapat dua macam
asimetris informasi yaitu :
a. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang
dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan
dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar dan fakta
yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil
oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya
kepada pemegang saham.
b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun
pemberi pinjam. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan
diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
16
Sehingga dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
asimetris informasi merupakan suatu kondisi dimana ada
ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen yaitu
pihak yang lebih mengetahui situasi didalam perusahaan dan sebagai
penyedia informasi dengan pihak pemegang saham yang dalam hal ini
sebagai pengguna informasi untuk mengambil suatu keputusan.
3. Manajemen Laba (Earning Management)
Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995) manajemen laba adalah
tindakan-tindakan manajer menaikkan atau menurunkan laba periode
berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan
kenaikan keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang. Manajemen
laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam
pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan
keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan sehingga hal ini dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi yang akan diambil oleh
stakeholders.
Scott (2009:403) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan
bagi manajer atas kebijakan akuntansi dari berbagai kebijakan yang
diperbolehkan dalam standar, untuk mencapai tujuan khusus. Scott
(2009:402) memandang manajemen laba dari dua perspektif, yaitu
perspektif pelaporan keuangan (financial reporting perspective) dan
perspektif kontraktual (contracting perspective). Dari perspektif
17
pelaporan keuangan, manajer menggunakan manajemen laba untuk
kepentingan analisis peramalan laba, sehingga akan terhindar dari
rusaknya reputasi dan reaksi harga saham yang negatif akibat
kegagalan dalam memenuhi harapan para investor. Dari perspektif
kontraktual, manajemen laba dapat digunakan untuk melindungi diri
mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang
tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Menurut Holthausen (1990) terdapat dua konsep dalam memahami
manajemen laba. Dua konsep tersebut merupakan dua kondisi yang
saling melengkapi dalam memahami manajemen laba. Manajer
memilih prosedur akuntansi tertentu dengan alasan yang dapat
diklasifikasikan menjadi efisien jika manajemen laba diperuntukkan
memaksimumkan nilai perusahaan, dan oportunistik jika manajemen
laba diperuntukkan untuk kepentingan pribadi manajer. Perilaku
manajer tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Manajemen laba dipandang sebagai opportunistic behavior
perspective jika manajer memaksimumkan kepentingannya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politis.
b. Manajemen laba dipandang dari sisi efficiency contracting
perspective bila dalam kontrak kompensasi, perusahaan akan
mengantisipasi insentif manajer untuk mengelola earnings melalui
jumlah kompensasi yang ditawarkan. Lender juga akan melakukan
hal yang sama dalam memutuskan tingkat bunga yang diminta.
18
Dalam pandangan ini earnings management memberikan
fleksibilitas kepada manajer untuk melindungi diri mereka dan
perusahaan dalam menghadapi realisasi keadaan yang tidak dapat
diantisipasi untuk menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam
kontrak (Scott,1997). .
Jiambalvo (1996) mencoba melihat manajemen laba dari sudut
pandang efisiensi. Sudut pandang efisiensi menyatakan bahwa manajer
melakukan pilihan atas kebijakan akuntansi untuk memberikan
informasi yang lebih baik tentang aliran kas yang akan datang dan
untuk meminimalkan biaya keagenan (agency cost) yang terjadi karena
konflik kepentingan antara stakeholder dan manager. Pada umumnya
studi tentang manajemen laba lebih mengacu pada sudut pandang
oportunistis dibandingkan dengan sudut pandang efisiensi.
Dalam Positif Accounting Theory (PAT) ada tiga hipotesis yang
melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, Watt dan Zimmerman,
(1986) yaitu:
a. Bonus Plan Hypothesis, manajer perusahaan seperti individu
lainnya, tentu menginginkan bonus setinggi mungkin. Salah satu
cara untuk meningkatkan laba adalah dengan memilih kebijakan
akuntansi yang agresif.
b. Debt Covenant Hypothesis, hipotesis ini berkaitan dengan syarat-
syarat yang harus dipenuhi perusahaan di dalam perjanjian hutang.
Karena laba yang tinggi pada umumnya mengurangi kemungkinan
19
terjadinya pelanggaran syarat perjanjian, maka manajer perusahaan
yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih
metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba.
c. Political Cost Hypothesis, Semakin besar perusahaan, semakin
besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode
akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan
laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan.
Untuk mengurangi kemungkinan dijadikan target peraturan
pemerintah, maka perusahaan-perusahaan besar akan cenderung
memilih kebijakan akuntansi yang konservatif, yaitu kebijakan
yang cenderung mengurangi laba.
Perumusan Positif Accounting Theory (PAT) memiliki tujuan, yaitu
menjelaskan dan memprediksi pilihan manajemen terhadap metode
dan prosedur akuntansi. Disamping itu, juga mencoba untuk
menganalisis biaya serta manfaat pengungkapan keuangan tertentu
sehingga informasi yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dapat
diintepretasikan dengan baik oleh para pihak yang memerlukan
informasi akuntansi. Asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis PAT
adalah semua pihak yang berkepentingan dengan badan usaha
bertindak secara rasional untuk memaksimalkan kepentingannya
(Scott, 1997).
Sehingga dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja
20
untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan yang
diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan tujuan untuk
memberikan informasi yang menyesatkan para pengguna laporan
keuangan bagi keuntungan manajer.
4. Corporate Governance
a. Pengertian Corporate Governance
Menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Nomor KEP-117/M-/MBU/2002, corporate governance adalah
suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan
guna mewujudkkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berdasarkan peraturan perundangan dan nilai-nilai estetika.
Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI,
(2001) menjelaskan corporate governance adalah seperangkat
peraturan yang dapat mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta
pemegang kepentingan internal dan eksternal yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka dan atau dengan kata lain
suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Corporate governance merupakan salah satu konsep yang
dapat dipergunakan dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang
meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahan
21
lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur
yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu
perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentuan teknik
monitoring kinerja (Ratnaningsih dan Hidayati, 2012).
Sehingga dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa
corporate governance adalah sebuah sistem yang mengatur serta
mengendalikan perusahaan yang menciptakan value added untuk
semua stakeholder. Corporate governance juga diarahkan untuk
menentukan sasaran yang digunakan untuk mengamati kinerja
perusahaan.
5. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance
Suatu perusahaan harus memenuhi prinsip-prinsip good corporate
governance yang diterapkan pada setiap aspek bisnis serta di semua
jajaran perusahaan dan menurut Komite Nasional Corporate
Governance (2006) terdiri dari :
a. Keadilan (fairness), yaitu dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan
asas kewajaran dan kesetaraan.
b. Transparansi (transparency), yaitu menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang
material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
22
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga
hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
c. Akuntabilitas (accountability), yaitu perusahaan harus dapat
mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untk mencapai
kinerja yang berkesinambungan.
d. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu perusahaan harus
mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapatkan pengakuan sebagai good corporate citizen.
e. Indepedensi (independency), yaitu untuk melancarkan pelaksanaan
asas good corporate governance, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain.
Terdapat beberapa karakteristik dari corporate governance yang
sering digunakan, dalam penelitian ini karakteristik corporate
governance yang digunakan untuk mengetahui perusahaan yang
23
memiliki pengaruh dan tidaknya manajemen laba adalah Kepemilikan
Manajerial, Ukuran Dewan Komisaris, dan Komite Audit.
6. Kepemilikan Manajerial
Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial
yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak manajemen.
Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya
berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang
saham. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan
dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
pemegang saham luar dengan manajemen.
Kepemilikan manajemen adalah jumlah kepemilikan saham oleh
pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola.
Dengan adanya kepemilikan manajemen, diharapkan dapat menekan
adanya praktik manajemen laba. Kepemilikan manajemen dapat
menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham.
Tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan dengan
kepemilikan manajerial yang rendah akan memilih metode akuntansi
yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak
mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan
(Gideon, 2005).
Marwata (2001) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
ditandai dengan adanya kepemilikan saham perusahaan oleh pihak
manajemen yang ikut berpartisipasi aktif dalam pengambilan
24
keputusan. Sebagai pihak yang tidak mengikuti operasi perusahaan
sehari-hari, pemilik menginginkan pengungkapan informasi yang
seluas-luasnya. Di pihak lain, ada dorongan bagi manajemen untuk
selektif dalam melakukan pengungkapan informasi karena
pengungkapan informasi mengandung biaya. Manajemen hanya akan
mengungkapkan informasi jika manfaat yang diperoleh dari
pengungkapan melebihi biaya pengungkapan informasi tersebut.
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat
ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda
akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti
antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan
manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan
mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer
akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap
metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka
kelola. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu
kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi
tindakan manajemen laba (Gideon, 2005).
7. Ukuran Dewan Komisaris
Menurut KNKG (2006) dalam Ratnaningsih dan Hidayati (2012),
dewan komisaris diartikan sebagai organ perusahaan yang bertugas
dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan
25
dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa
perusahaan melaksanakan good corporate governance.
Menurut Gideon (2005), karakteristik dewan komisaris secara
umum dan khususnya komposisi dewan dapat menjadi suatu
mekanisme yang menentukan manajemen laba. Melalui peranan dewan
dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap operasional perusahaan
oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris dapat memberikan
kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan
keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar dari
kecurangan laporan keuangan.
Prastiti dan Meiranto (2013), menyatakan berdasarkan teori
keagenan, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian
intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan
manajemen puncak. Pengawasan dilakukan agar kecenderungan
manajer untuk melakukan manajemen laba berkurang agar investor
tetap memberikan kepercayaan untuk menanamkan investasinya pada
perusahaan. Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam seri
tata kelola perusahaan jilid II nya menyatakan tugas-tugas utama
dewan komisaris meliputi :
a. Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar
rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan
dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi
26
pelaksanaan dan kinerja perusahaan, serta memonitor penggunaan
modal perusahaan, investasi dan penjualan aset.
b. Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan
penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses
pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil.
c. Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada
tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan
komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan
manipulasi transaksi perusahaan.
d. Memonitor pelaksanaan Governance, dan mengadakan perubahan
dimana perlu.
e. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam
perusahaan (OECD Principles of Corporate Governance).
8. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 8/14/PBI/2006 dalam
Ratnaningsih dan Hidayati (2012) komisaris independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga dengan
anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan atau pemegang saham
pengendali atau hubungan dengan bank, yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen.
27
Berdasarkan teori keagenan, semakin besar jumlah komisaris
independen, maka semakin baik mereka bisa memenuhi peran mereka
dalam mengawasi dan mengontrol tindakan-tindakan para direktur
eksekutif. Dewan komisaris yang independen secara umum
mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen. Hal ini
akan mengurangi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan laporan
keuangan yang mungkin dilakukan manajemen, karena pengawasan
yang dilakukan oleh anggota komisaris lebih baik dan bebas dari
berbagai kepentingan intern dalam perusahaan (Chtourou et al., 2001).
Warsono et al., (2010), menyatakan bahwa komisaris independen
berfungsi sebagai penasehat yang memberikan saran, pendapat, dan
masukan dalam rangka pencapain tujuan perusahaan. Fungsi lainnya
dari komisaris independen adalah untuk menyeimbangkan dalam
pengambilan keputusan khususnya dalam rangka perlindungan
terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang terkait
(Naftalia dan Marsono, 2013).
9. Komite Audit
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
sebagai perpanjangan tangan komisaris melakukan tugas pengawasan
(oversight) perusahaan sesuai dengan Kep. 29/PM/2004 (Kamaliah et
al., 2014). Menurut Purwanti dan Shidiq (2012) komite audit bertugas
untuk menjembatani hubungan antara auditor internal perusahaan
28
dengan pihak eksternal serta mengawasi keefektifan internal auditor
perusahaan. Dalam teori agensi terdapat biaya yang digunakan untuk
mencegah konflik kepentingan, diantaranya monitoring cost, komite
audit merupakan salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan
principal terhadap agent.
FCGI mengemukakan pada umumnya komite audit mempunyai
tanggung jawab pada tiga bidang yaitu;
a. Laporan Keuangan (Financial Reporting)
b. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance), dan
c. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control).
Sedangkan menurut Susiana dan Herawaty (2007), adapun yang
menjadi tujuan dari adanya komite audit dalam suatu perusahaan
adalah:
a. Memberikan kepastian bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh manajemen perusahaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum serta disajikan secara wajar dan tidak
menyesatkan.
b. Memberikan kepastian bahwa pengendalian internal perusahaan
telah memadai.
c. Melakukan pengawasan dan menindaklanjuti kemungkinan
penyimpangan material dalam bidang keuangan dan implikasi
hukumnya.
29
d. Memberikan rekomendasi dalam pemilihan auditor eksternal yang
akan melakukan audit di perusahaan.
10. Ukuran Perusahaan
Menurut Kusumawardhani (2011) ukuran perusahaan adalah
ukuran yang digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki
aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga memungkinkan
dilakukan manajemen laba. Lanjut kusumawardhani, ukuran
perusahaan adalah suatu skala di mana dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log
size, penjualan dan nilai pasar saham. Keputusan ketua Bapepam No.
Kep 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah
berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki
total aktiva tidak lebih dari seratus milyar rupiah, sedangkan
perusahaan besar adalah badan hukum yang memiliki total aktivanya
di atas seratus milyar rupiah.
Mawarta (2001) mengemukakan bahwa perusahaan yang
berukuran lebih besar cenderung memiliki informasi lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Semakin besar
ukuran perusahaan biasanya informasi yang tersedia untuk
pengambilan keputusan dalam perusahaan tersebut semakin banyak.
Semakin besar suatu perusahaan, semakin besar pula kemampuan
untuk mendapat pinjaman karena perusahaaan besar relatif lebih
30
mampu untuk menghasilkan laba. Menurut Nuryaman (2008)
perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang
kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan
besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan
perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang
akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak
terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas peran
pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba
Ukuran perusahaan adalah nilai yang memberikan gambaran besar
atau kecilnya sebuah perusahaan. Beberapa proksi yang biasanya
digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan adalah jumlah
karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin
banyak jumlah karyawan berarti semakin banyak hasil yang
diproduksi. Semakin besar aset berarti semakain banyak modal yang
ditanam, semakin tinggi jumlah penjualan berarti semakin banyak
perputaran uang, dan semakin tinggi kapitalisasi pasar berarti semakin
dikenal dalam masyarakat. Perusahaan yang lebih besar biasanya akan
memiliki peran yang lebih besar sebagai pemegang kepentingan. Hal
ini akan membuat kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan besar
31
akan memberikan dampak yang lebih besar terhadap kepentingan
publik dibanding perusahaan kecil. Oleh karena itu perusahaan yang
besar akan diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih
berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Sehingga kondisi
laporan keuangan yang dilaporkannya harus lebih akurat (Reviani dan
Sudantoko, 2012: 99).
Jao dan Pagalung (2011) dalam penelitianya mengenai hubungan
antara ukuran perusahaan dan manajemen laba menyimpulkan bahwa
ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap manajemen
laba, hal ini menunjukkan semakin besar perusahaan yang diukur
dengan total aktiva maka tindakan manajemen laba berkurang.
Perusahaan yang besar akan lebih berhati-hati dalam melakukan
pelaporan keuangan dan cenderung melaporkan kondisi keuangan
dengan akurat karena lebih diperhatikan oleh masyarakat. Sedangkan
perusahaan kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan
manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar sehingga
dapat menunjukkan kinerja perusahaan yang lebih bagus.
Bertentangan dengan penelitan Jao dan Pagalung (2011), Zeptian
dan Rohman (2013) dalam penelitianya menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap manajemen laba,
hal ini berarti semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula
kemungkinan terjadinya manajemen laba oleh pihak manajemen.
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar
32
kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aset perusahaan.
Perusahaan yang berukuran besar merupakan perusahaan yang
memiliki tingkat penjualan lebih besar, tingkat kestabilan perusahaan
lebih tinggi dan melibatkan lebih banyak pihak. Karena pengambilan
keputusan yang dilakukan perusahaan besar berpengaruh terhadap
publik, sehingga masyarakat lebih mengenal perusahaan besar
dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar memiliki aktivitas
operasional yang lebih kompleks dibandingkan perusahaan kecil,
sehingga lebih memungkinkan untuk melakukan manajemen laba
Berdasarkan hasil penelitian Reviani dan Sudantoko (2012), Jao
dan Pagalung (2011), serta Zeptian dan Rohman (2013) serta Nariastiti
dan Ratnadi (2014), maka hal ini diduga bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba. Oleh karena
itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap
manajemen laba.
2. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba
Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi konflik keagenan. Perusahaan meningkatkan
kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer
dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan
pemegang saham. Dengan meningkatnya persentase kepemilikan,
manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertangung jawab
33
meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan yang
menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan
pemegang saham. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut
kompensasi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada
kondisi ini, konflik keagenan diatasi dengan meningkatkan
kepemilikan manajerial. Kepemilikan seorang manajer akan ikut
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode
akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola.
Persentase tertentu kepemilikan saham oleh pihak manajemen
cenderung mengurangi tindakan manajemen laba (Zeptian dan
Rohman, 2013:2).
Jao dan Pagulung (2011) melakukan penelitian tentang Corporate
Governance, Ukuran Peusahaan, dan Leverage Terhadap Manajemen
Laba pada Perusahaan Manufaktur Indonesia. Hasil dari penelitiannya
menyatakan bahwa dengan bertambahnya jumlah kepemilikan
manajerial yang merupakan salah satu karakteristik dalam corporate
governance, maka akan mengurangi tindakan manajemen laba
sehingga dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif terhadap manajemen laba.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Reviani dan
Sudantoko (2012), mereka menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan
dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan manajemen, sebagai
salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan
34
efektivitas monitoring, karena dengan kepemilikan yang besar akan
menjadikan pemegang saham memiliki akses informasi yang cukup
signifikan untuk mengimbangi keuntungan informasional yang
dimiliki manajemen. Jika ini dapat diwujudkan maka tindakan
manajemen laba dapat diminimalisir.
Berdasarkan hasil penelitian Zeptian dan rohman (2013), Jao dan
Pagalung (2011), Rahardi dan Prastiwi (2014) serta Oktovianti dan
Agustia (2012), maka hal ini diduga bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba. Oleh karena
itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap
manajemen laba.
3. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap manajemen laba
Semakin banyaknya anggota dewan komisaris maka akan
menyulitkan dalam menjalankan peran mereka, di antaranya kesulitan
dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing
anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan
mengendalikan tindakan dari manajemen, serta kesulitan dalam
mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan (Yermack, 1996).
Nasution dan Setiawan (2007) menemukan bahwa ukuran dewan
komisaris berhubungan positif dengan manajemen laba. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris maka
semakin besar kemungkinan terjadi manajemen laba.
35
Jao dan Pagalung (2011) dalam penelitinya, menyimpulkan bahwa
ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh positif terhadap
manajemen laba, artinya perusahaan yang memiliki dewan komisaris
dengan jumlah yang lebih banyak akan meningkatkan tindakan
manajemen laba. Kemampuan manusia berdiskusi dan bernegosiasi
terbatas. Ukuran dewan komisaris yang terlalu besar dapat membuat
proses mencari kesepakatan dan membuat keputusan menjadi sulit dan
panjang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hal ini diduga
bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif
terhadap manajemen laba. Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:
H3 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap
manajemen laba.
4. Pengaruh Komite Audit terhadap manajemen laba
Komite audit adalah pihak yang bertanggung jawab melakukan
pengawasan dan pengendalian untuk menciptakan keadilan,
transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas. Keempat faktor inilah
yang membuat laporan keuangan menjadi lebih berkualitas
(Sulistyanto, 2008:156). Komite audit memiliki tugas terpisah dalam
membantu dewan komisaris terutama yang berhubungan dengan
kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan internal, dan sistem
pelaporan keuangan (FCGI, 2008).
36
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan.
Tanggung jawab utama komite audit adalah untuk membantu
menjalankan kewajiban dewan komisaris dalam masalah yang
berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan, pengawasan
internal, dan sistem pelaporan keuangan (Reviani dan Sudantoko 2012:
100)
Dalam teori agensi terdapat biaya yang digunakan untuk mencegah
konflik kepentingan, diantaranya monitoring cost. Komite audit
merupakan salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan principal
terhadap agent. Peran komite audit untuk mengurangi tindakan
oportunistik manajemen semakin penting, setiap perusahaan go public
telah diwajibkan untuk memiliki komite audit. Komite audit memiliki
fungsi sebagai pengawas, baik itu pengawasan terhadap proses
pelaporan keuangan, manajemen risiko dan kontrol terhadap corporate
governance. Keefektifan komite audit dalam mengevaluasi kinerja
manajemen perusahaan dan internal auditor akan sangat berpengaruh
terhadap tindakan manajemen laba, apabila komite audit secara terus
menerus melakukan pemeriksaan maka pihak manajemen tidak akan
memiliki kesempatan untuk melakukan manajemen laba (Zeptian dan
Rohman 2013:3).
Nasution dan Setiawan (2007) dalam penelitianya tentang
hubungan antara penerapan corporate governance terhadap
37
manajemen laba yang disalah satu variabelnya terdapat komite audit,
menyimpulkan bahwa keberadaan komite audit ternyata mampu
mengurangi adanya manjemen laba dalam perusahaan. hal ini
menunjukan bahwa komite audit telah melaksanakan tugasnya dengan
baik dengan memenuhi tanggung jawabnya. diantaranya memastikan
jalanya perusahaan telah sesuai denga peraturan yang berlaku. operasi
perusahaan telah dijalankan secara beretika, dan pengawasan yang
efektif terhadap bentrokan kepentingan dan kecurangan yang terjadi
didalam perusahaan telah dilakukan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahardi dan Prastiwi (2014) yang menyatakan
komite audit berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka hal ini diduga bahwa
komite audit berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen laba.
Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
H4 : Komite Audit berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen
laba.
38
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu menjelaskan
pengaruh corporate governance, ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba. Adapun penelitian terdahulu mengegenai dengan penelitian ini dapat
dilihat dalam tabel 2.1 dibawah ini :
39
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
Berlanjut kehalaman berikutnya
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Tegar Rahardi
dan Andri
Prastiwi (2014)
Pengaruh corporate
governace terhadap
manajemen laba (studi
empiris pada perusahaan
manufaktur di bursa efek
Indonesia tahun 2009-
2012)
Variabel kecakapan
manajerial, komisaris
independen, komite
audit
Variabel ukuran
perusahaan dan ukuran
dewan komisaris
Variabel independen
proporsi dewan komisaris
independen tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sedangkan
untuk ketiga variabel lain
memiliki pengaruh negatif
terhadap manajemen laba.
2. Muhammad
Ardiansyah
(2014)
Pengaruh corporate
governance, leverage dan
profitabilitias terhadap
manajemen laba pada
perusahaan manufaktur
sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di
BEI periode 2009-2013
Variabel kecakapan
manajerial, komisaris
independen, komite
audit
Variabel kepemilikan
institusional, dewan
direksi, leverage,
profitabilitas
Kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial,
komite audit, leverage tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba. komisaris
independen, dewan direksi,
profitabilitas berpengaruh
terhadap praktek manajemen
laba.
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
3. Dian Agustia
(2013)
Penfaruh faktor good
corporate governance,
free cash flow dan
leverage terhadap
manajemen laba
Variabel good
corporate governance
Variabel free cash flow
dan leverage
Variabel good corporate
governance tidak
berpengaruh terhadap
praktek manajemen laba,
Variabel free cash flow
berpengaruh signifikan
negatif, sedangkan leverage
berpengaruh terhadap
manajemen laba.
4. Robert Jao dan
Gagaring
Pagalung(2012)
Corporate governance,
ukuran perusahaan dan
leverage terhadap
manajemen laba
perusahaan manufaktur
Indonesia
Variabel kepemilikan
manajerial, ukuran
dewan komisaris,
komiter audit dan
ukuran perusahaan
Variabel kepemilikan
Institusional, leverage
Kepemilikan manajerial,
komite audit mempunyai
pengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba,
ukuran dewan komisaris
mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap
manajemen laba.
Berlanjut kehalaman berikutnya
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
5. Ratnaningsih SY
dan Cholis
Hidayati (2012)
Pengaruh corporate
governance terhadap
manajemen laba pada
perusahaan perbankan
yang terdaftar di bursa
efek Indonesia
Variabel manajemen
laba, proporsi dewan
komisaris independen,
ukuran dewan
komisaris.
Objek penelitian dan
variabel kepemilikan
komite audit
keberadaan komite audit
mempunyai pengaruh
negatif terhadap manajemen
laba. variabel proporsi
dewan komisaris
independen, ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh
terhadap praktik manajemen
laba.
6. Rahayu Budhi
Purwanti dan
Shiddiq Nur
Rahardjo (2012)
Pengaruh kecakapan
manajerial, kualitas
auditor, komite audit,
firm size dan leverage
terhadap earning
management
Variabel komite audit,
firm size dan
manajemen laba
Variabel kecakapan
manajerial, kualitas
auditor, leverage
Komite audit berpengaruh
negatif signifikan terhadap
manajemen laba, Ukuran
perusahaan berpengaruh
negatif signifikan terhadap
manajemen laba
Berlanjut kehalaman berikutnya
42
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8. Muh. Arief
UJiyantho dan
Bambang Agus
Pramuka (2007)
Mekanisme corporate
governance, manajemen
laba dan kinerja
keuangan
Variabel kepemilikan
manajerial, ukuran
dewan komisaris dan
manajemen laba
Variabel proporsi
dewan komisaris
independen
Kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
manajemen laba, proporsi
dewan komisaris
independen berpengaruh
positif signifikan terhadap
manajemen laba, dewan
komisaris tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap
manajemen laba
9. Gideon SB.
Boediono (2005)
Kualitas laba: studi
pengaruh mekanisme
corporate governance
dan dampak manajemen
laba dengan
menggunakan analisis
jalur
Variabel kepemilikan
manajerial, dewan
komisaris dan
manajemen laba
Variabel kepemilikan
institusional, kualitas
laba dan objek
penelitian
Kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan
komposisi dewan komisaris
berpengaruh lemah terhadap
manajemen laba.
Manajemen laba
berpengaruh sangat lemah
terhadap kualitas laba.
43
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada
gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Bersambung pada halaman selanjutnya
Adanya Tindakan Manajemen dalam Memanipulasi Laba
Sehingga Memberikan Informasi yang Menyesatkan
Faktor-faktor Penyebab Manajemen Melakukan Manajemen Laba
Basis Teori: Teori Keagenan
Variabel Independen Variabel Dependen
Kepemilikan Manajerial
(X1)
UkuranDewan
Komisaris (X2) Manajemen
Laba (Y) Komite Audit (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
44
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Sumber: Data diolah, 2017
Regresi Berganda
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Statistik Deskriptif
Uji Asumsi Klasik
Uji T
Uji F
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Adapun karakteristik corporate
governance atau dalam hal ini merupakan variabel independen yaitu
kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komite audit serta
ukuran perusahaan sebagai variabel independen terhadap variabel
dependen yaitu manajemen laba.
B. Metode Penetuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung
dalam indeks LQ-45 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
periode 4 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan 2016. Dipilihnya
perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 karena perusahaan
tersebut memiliki kriteria (Hakim, 2006 dalam Miranty dan Henny, 2012):
1. Berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham
dipasar regular.
2. Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar.
46
3. Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi
industry BEI sesuai dengan nilai kapitalisasi pasarnya.
4. Urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi.
5. Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor lainnya.
Populasi data tahun 2013-2016 dipilih karena menggambarkan
kondisi yang relatif baru di pasar modal Indonesia. Dengan menggunakan
kondisi yang relatif baru diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan
untuk memahami kondisi yang aktual di Indonesia.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode
judgment sampling. Metode judgment sampling adalah tipe pemilihan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1. Perusahaan yang terdaftar tergabung di dalama indeksLQ-45 dalam
kurun waktu tahun 2013-2016.
2. Perusahaan yang secara konsisten terdaftar di LQ-45 antara tahun
2013-2016.
3. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah dalam pelaporan
laporan keuanganya.
4. Data yang tersedia lengkap baik data mengenai indikator karakteristik
corporate governance perusahaan yang akan digunakan dalam
47
penelitian ini dan data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen
laba.
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan tahunan dan keuangan perusahaan, IDX Fact
Book serta dokumen yang diperoleh dari buku, jurnal, internet pada
perusahaan yang listed di BEI Tahun 2013-2016 (http://www.idx.co.id)
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (X)
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara
pengukurannya. Adapun operasional variabel penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Kepemilikan manajerial, yaitu jumlah kepemilikan saham oleh
pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang
dikelola (Gideon, 2005). Dalam penelitian ini untuk mengukur
kepemilikan manajerial adalah persentase jumlah saham yang
dimiliki pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan
yang beredar (Ujiyanto dan Pramuka, 2007).
48
b. Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan
komisaris perusahaan (Beiner et al, 2003). Dewan komisaris
bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan
manajemen, dan memberikan nasehat kepada manajemen jika
dipandang perlu oleh dewan komisaris (KNKG, 2004). Dalam
penelitian ini ukuran dewan komisaris diukur dengan
menggunakan jumlah anggota dewan komisaris baik yang berasal
dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan (Jao dan
Pagulung, 2011).
c. Komite audit adalah komite yang beranggotakan satu atau lebih
anggota dewan komisaris dengan berbagai keahlian, pengalaman,
dan kualitas lain yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan komite
audit. Dalam penelitian ini komite audit diukur meggunakan
jumlah anggota komite audit (Purwanti dan Shiddiq, 2012).
d. Ukuran perusahaan dalam teorinya menyatakan bahwa perusahaan
yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka
akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan dan
melaporkan kondisinya lebih akurat. Dalam penelitian ini ukuran
perusahaan diukur menggunakan logaritma natural dari total asset
(Jao dan Pagulung, 2011).
49
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu
terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk
memperoleh beberapa keuntungan pribadi (Schipper, 1989).
Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba
dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al.,
1995). Berikut adalah rumus untuk mengetahui discretionary accruals:
Langkah pertama dalam mengukur discretionary accrual adalah
menghitung nilai total akrual yang bertujuan untuk mendapatkan
parameter untuk menghitung non discretionary accrual (NDA). Total
akrual menggunakan persamaan sebagai berikut:
TA = Nit - CFOit
TAit/Ait-1= α1 (1/Ait-1) + β1 (∆Recit/Ait-1) + β2 (PPEit/Ait-1) + Єit
Regresi dilakukan untuk mendapatkan parameter masing-masing
perusahaan sampel kemudian digunakan untuk menemukan NDA
dengan menggunakan persamaan :
NDAit = α1 (1/Ait-1) + β1 (∆Salesit-∆Recit/Ait-1) + β2 (PPEit/Ait-1)
DAit = TAit/Ait-1-NDAit
50
Keterangan :
TAit : Total akrual perusahaan i pada periode t
DAit : Discretionary accrual perusahaan i pada periode t
NDAit : Nondiscretionary accrual perusahaan i pada periode t
NIit : Net income perusahaan i pada periode t
CFOit : Cash Flow Operating perusahaan i pada periode t
Ait-1 : Total aktiva pada periode t-1
∆Salesit : Selisih sales perusahaan i pada periode t
∆Recit : Selisih receivable perusahaan I pada periode t
PPEit : Nilai aktiva tetap perusahaan I pada periode t
Єit : Error
Berdasarkan hasil dari pernyataan diatas dapat dibuat ringkasan
berbentuk tabel mengenai definisi operasionalisasi variabel tersebut,
berikut adalah tabel dari definisi operasionalisasi variabel :
51
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Alat Ukur Rumus
Manajemen
Laba
DA (Discretionary
Accrual)
DAit = TAit/Ait-1-NDAit
Ukuran Dewan
Komisaris
Rasio Ukuran Dewan
Komisaris
Komite Audit
Total keseluruhan
anggota komite audit
perusahaan
Total keseluruhan anggota komite audit
perusahaan
Struktur
Kepemilikan
Manajerial
Rasio Struktur
Kepemilikan
Manajerial
Ukuran
Perusahaan Rasio total aset Log N (Total asset)
Sumber: Data diolah, 2017
E. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang
dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan
permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Ketajaman
dan ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan
keakuratan pengambilan kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data
52
merupakan kegiatan yang tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses
penelitian.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
menganalisis permasalahan yang diwujudkan dengan data yang dapat
dijelaskan secara kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis kuantitatif
dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga
menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis data.
Analisis data penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis
kuantitatif merupakan bentuk analisa data yang berupa angka-angka dan
dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menganalisis suatu
hipotesis (Buchori, 2012). Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang dibutuhkan, kemudian mengolahnya dan
menyajikannya dalam bentuk tabel, grafik, dan output analisis lain yang
digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai dasar pengambilan
keputusan (Ardiansyah, 2014). Untuk menganalisis data terdapat beberapa
pengujian yang dilakukan, yaitu uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik,
dan pengujian hipotesis. Untuk mempermudah dalam menganalisis
digunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) version
21.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau
mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian (Ghozali, 2006).
53
Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis data yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
penelitian dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum. Dalam hal ini, akan dikemukakan cara-cara penyajian
data dengan melihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
minimum, dan maksimum (Ghozali, 2011). Mean digunakan untuk
memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel.
Standar deviasi digunakan untuk menilai dispersi rata-rata dari sampel.
Minimum dan maksimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan
maksimum dari populasi.
2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2011), bahwa dalam pengujian persamaan
regresi berganda terdapat beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi
terlebih dahulu. Beberapa asumsi dasar tersebut antara lain: uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolineritas, dan uji
autokorelasi. Berikut penjelasan secara rinci mengenai uji asumsi
klasik:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel penggangu (residual) memiliki distribusi
normal (Ghozali, 2011). Dalam menguji normalitas, dapat
54
dilakukan dengan plot probabilitas normal, analisis grafik
histogram, dan Uji Kolmogorov-Smirnov. Normalitas dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Normalitas dipenuhi apabila titik-titik data terkumpul
di sekitar garis lurus. Dasar pengambilan keputusan uji statistik
dengan Uji Kolmogorov-Smirnov adalah :
1) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 maka H0
ditolak. Hal ini berarti data terdistribusi tidak normal.
2) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka H0
diterima. Hal ini berarti data terdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel
independen (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah
regresi yang tidak terjadi korelasi diantara variabel independen atau
bebas dari multikolineritas. Untuk menguji multikolinearitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Dasar pengambilan keputusan dalam
menentukan ada atau tidaknya multikolinearitas yaitu dengan
kriteria sebagai berikut:
55
1) Jika nilai VIF < 10 atau jika nilai tolerance > 0,1 maka tidak ada
multikolinearitas dalam model regresi.
2) Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 0,1 maka ada
multikolinearitas dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghazali, 2011). Model
regresi yang baik adalah regresi yang homokedastisitas atau tidak
adanya heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas
dalam penelitian ini digunakan alat uji glejser. Uji glejser
mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual (AbsUt)
terhadap variabel independen. Jika variabel independen signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada
indikasi terjadi heteroskedestisitas. Dasar pengambilan keputusan
pada uji glejser ini adalah dengan melihat nilai probabilitas
signifikansi.
1) Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka tidak ada
heteroskedastisitas dalam model regresi.
2) Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka ada
heteroskedastisitas dalam model regresi.
56
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang muncul
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Pengujiannya menggunakan Uji Durbin Watson (DW Test).
Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel
independen (Imam Ghozali, 2009:100).
3. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi berganda, yaitu selain mengukur kekuatan hubungan
antara dua variabel atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen (Ghazali, 2011).
Pengujian hipotesis pengaruh karakteristik corporate governance,
ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (Ha1,Ha2,Ha3,Ha4)
menggunakan alat regresi berganda. Model persamaan regresi tersebut
sebagai berikut :
57
DA = βo + β1 UkuranPer + β2 Kepman + β3 UkuranDK
+ β4KomiteAu + e
Keterangan :
DA = Dicretionnary Accruals
KepMan = Kepemilikan Manajerial
UkuranDK = Ukuran Dewan Komisaris
KomiteAu = Komite Audit
UkuranPer = Ukuran Perusahaan
βo = Konstanta
β1 – β5 = Koefisien Regresi
e = Error
a. Uji Signifikansi Parameter (Uji Statistik t)
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh variabel independen secara individual dalam menjelaskan
variasi variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya
konstan (Ghozali, 2011). Uji t dalam penelitian ini dilakukan
dengan melihat nilai signifikansi t masing-masing variabel dengan
tingkat signifikansi adalah 10%. Dasar pengambilan keputusannya
adalah:
1) Jika signifikansi t < 0,1 maka hipotesis diterima, yang berarti
ada model regresi berpengaruh signifikan.
58
2) Jika signifikansi t > 0,1 maka hipotesis ditolak, yang berarti ada
model regresi tidak berpengaruh signifikan.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).
Uji F dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi F dengan tingkat signifikansi adalah 10%. Dasar
pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika signifikansi t < 0,1 maka hipotesis diterima, yang berarti
ada model regresi berpengaruh signifikan.
2) Jika signifikansi t > 0,1 maka hipotesis ditolak, yang berarti ada
model regresi tidak berpengaruh signifikan.
59
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Indeks LQ-45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquid)
tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian
atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan
kapitalisasi pasar.Untuk dapat masuk dalam pemilihan, suatu saham harus
memenuhi kriteria- kriteria berikut ini:
1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di Pasar
Reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir)
3. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia selama paling sedikit 3 bulan.
4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan
jumlah hari transaksi di pasar reguler.
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja
komponen saham yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ-45. Setiap
tiga bulan review pergerakan ranking saham akan digunakan dalam
kalkulasi Indeks LQ-45. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam
bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat
60
saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi Indeks LQ-45, maka saham
tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham
lain yang memenuhi kriteria.
Indeks LQ-45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari
1997. Hari dasar untuk perhitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai
dasar 100. Untuk seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993 - Juni
1994, hingga terpilih 45 emiten yang meliputi 72% dari total kapitalisasi
pasar dan 72,5% dari total nilai transaksi di pasar reguler.. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan populasi perusahaan yang terdaftar dalam
indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun
2013 sampai dengan tahun 2016.
Berdasarkan populasi perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 tersebut,
penelitian ini menggunakan beberapa sampel perusahaan LQ-45 yang
ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu penentuan
sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun data yang digunakan adalah
data sekunder yang berasal dari laporan keuangan tahun 2013, 2014, 2015
dan 2016, melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat website
www.idx.co.id. Berikut ini adalah rincian perolehan sampel perusahaan
LQ-45 dengan kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis.
61
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Perusahaan yg terdaftar di LQ-45 antara tahun 2013 sd 2016 61
Perusahaan yang tidak secara konsisten terdaftar antara tahun
2013 sd 2016 (30)
Perusahan yang menggunakan mata uang selain rupiah (3)
Jumlah perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian
selama setahun 28
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa jumlah
perusahaan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 28 perusahaan.
Dengan tahun pengamatan sebanyak 4 tahun berturut-turut, maka total
sampel menjadi 112, yaitu 28 perusahaan x 4 tahun observasi. Sampel
tersebut dipilih karena memenuhi seluruh kriteria yang ditetapkan dalam
penelitian ini. Adapun perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 4.2 dibawah ini.
62
Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 Astra Agro Lestari Tbk AALI
2 AKR Corporindo Tbk AKRA
3 Astra International Tbk ASII
4 Alam Sutera Realty Tbk ASRI
5 Bank Central Asia Tbk BBCA
6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
7 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
8 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN
9 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
10 Global Mediacom Tbk BMTR
11 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE
12 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
13 Gudang Garam Tbk GGRM
14 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
15 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
16 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
17 Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR
18 Kalbe Farma Tbk KLBF
19 Lippo Karawaci Tbk LPKR
20 PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP
21 Media Nusantara Citra Tbk MNCN
22 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA
23 Pakuwon Jati Tbk PWON
24 Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR
25 Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM
26 United Tractors Tbk UNTR
27 Unilever Indonesia Tbk UNVR
28 Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
63
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ukuran
perusahaan, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris dan
komite audit sebagai variabel independen. Sedangkan variabel
dependen, yaitu manajemen laba yang diukur dengan DA
(discretionary accrual). Variabel tersebut akan diuji secara deskriptif
seperti berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 112 -,09258 ,40597 ,0957581 ,08979569
UkuranPer 112 29,70732 34,57675 31,4960959 1,35465812
KepMan 112 ,00000 ,01851 ,0015429 ,00326668
UkuranDK 112 ,200 ,833 ,55739 ,142905
KomiteAu 112 3 8 3,62 1,033
Valid N (listwise) 112
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa mean dari variabel ukuran
perusahaan sebesar 31,4960959, nilai minimum sebesar 29,70732,
nilai maksimum sebesar 34,57675 dan standar deviasi sebesar
1,35465812. Variabel kepemilikan manajerial memiliki mean sebesar
0,0015429, nilai minimum sebesar 0,00000, nilai maksimum sebesar
0,01851 dan standar deviasi sebesar 0,00326668. Variabel ukuran
dewan komisaris memiliki mean sebesar 0,55739, nilai minimum
64
sebesar 0,200, nilai maksimum sebesar 0,833 dan standar deviasi
sebesar 0,142905. Variabel komite audit memiliki mean sebesar 3,62,
nilai minimum sebesar 3, nilai maksimum sebesar 8 dan standar
deviasi sebesar 1,033.Sedangkan pada variabel manajemen laba yang
diukur dengan DA (discretionary accrual) memiliki mean sebesar -
0,0957581, nilai minimum sebesar -0,09258, nilai maksimum sebesar
0,40597 dan standar deviasi sebesar 0,08979569.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.4 di bawah menunjukkan hasil uji
autokorelasi pada nilai Durbin-Watson test menunjukkan angka
sebesar 1,860. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat
dilihat dari nilai Durbin-Watson. Berdasarkan tabel autokorelasi
dengan nilai signifikansi 5% dengan jumlah sampel (n) = 112 dan
dengan jumlah variabel bebas (k) = 4 dapat diketahui nilai Durbin
Watson adalah sebesar 1,860, dan nilai batas atas (dU) = 1,7664.
Karena nilai DW terletak antara dU dan (4-dU) atau 1,7664 <1,860
< 2,2336 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi
positif maupun negatif pada data yang diuji.
65
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,471a ,222 ,193 ,08065725 1,860
a. Predictors: (Constant), KomiteAu, UkuranDK, KepMan, UkuranPer
b. Dependent Variable: DA
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
b. Hasil Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,154 ,220 5,236 ,000
UkuranPer -,033 ,007 -,499 -4,745 ,000 ,658 1,521
KepMan 1,189 2,378 ,043 ,500 ,618 ,971 1,030
UkuranDK -,050 ,058 -,080 -,870 ,386 ,859 1,164
KomiteAu ,003 ,009 ,030 ,307 ,760 ,750 1,333
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Berdasarkan tabel 4.5 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF)
disekitar angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan
nilai tolerance untuk ukuran perusahaan , kepemilikan manajerial,
66
ukuran dewan komisaris dan komite audit. Hasil perhitungan
toleransi menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada
korelasi antara variable independen yang nilainya lebih dari 95%.
Hasil VIF juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada satu
variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak
terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian
ini.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians
dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Tabel 4.6
Tabel Uji Heteroskedastisitas Coefficients
a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,369 ,139 2,665 ,009
UkuranPer -,010 ,004 -,272 -2,384 ,119
KepMan ,596 1,495 ,037 ,399 ,691
UkuranDK ,019 ,036 ,053 ,529 ,598
KomiteAu ,002 ,005 ,042 ,392 ,696
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
67
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Uji Glejser. Glejser
mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap
variabel independen dengan persamaan regresi |Ut|=α+βXt+vt.
Hasil output tampilan SPSS pada tabel diatas dengan jelas
menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai
absolute Ut (AbsUt). Hal ini dilihat dari probabilitas
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas.
d. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, variabel dependen dan variabel independen
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati
normal.
68
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram
Hasil uji normalitas berdasarkan output histogram disajikan
pada gambar berikut ini.
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
69
Gambar 4.7 dan 4.8 memperlihatkan penyebaran data yang
berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
ini menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Dari tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,069 dengan probabilitas
signifikansi 0,200 diatas α = 0,05 hal ini berarti H0 diterima dan
dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 112
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,07919063
Most Extreme Differences Absolute ,069
Positive ,069
Negative -,049
Kolmogorov-Smirnov Z ,069
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
70
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan
variabel dependen. Dengan koefisien determinasi dapat diketahui
seberapa jauh ketepatan dan kecocokan model yang terbentuk
dalam mewakili kelompok data. Untuk penggunaan lebih dari dua
variabel bebas maka koefisien determinasi yang dijadikan acuan
adalah adjusted R2. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,471a ,222 ,193 ,08065725
a. Predictors: (Constant), KomiteAu, UkuranDK, KepMan, UkuranPer
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Dari hasil uji koefisien determinasi dapat diketahui bahwa
angka adjusted R2 adalah 0,193. Hal ini menunjukkan bahwa besar
pengaruh variabel ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris,
komite audit dan kepemilikan manajerial yang dapat diterangkan
oleh model persamaan ini adalah sebesar 19,3%, sedangkan
sisanya 80,7% dipengaruhi oleh oleh faktor-faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi seperti free cash flow dan rasio
hutang yang terdapat dalam penelitan agustia (2013), struktur
71
kepemilikan institusional yang terdapat dalam penelitian Rahardi
dan Prastiwi (2014), kualitas auditor yang terdapat dalam
penelitian Zeptian dan Rohman (2013) serta kecakapan manajerial
yang ada dalam penelitian Demerjian et al. (2012).
b. Hasil Uji F Simultan
Uji F pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah
semua variabel ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, ukuran
dewan komisaris dan komite audit yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen manajemen laba, yaitu dengan nilai signifikan t < ơ 5%
(0,05). Berikut hasil uji F yang diolah menggunakan SPSS yang
disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji F Simultan
ANOVAa
Model
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,199 4 ,050 7,644 ,000019b
Residual ,696 107 ,007
Total ,895 111
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), KomiteAu, UkuranDK, KepMan, UkuranPer
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Dari uji statistik F dapat diketahui nilai F hitung sebesar
7,644 dengan signifikan 0,000019. Karena signifikan jauh lebih
kecil dari 0,05 atau 0,000019 < 0,05, maka ukuran perusahaan,
kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris dan komite audit
72
secara bersama-sama atau secara simultan berpengaruh secara
signifikan terhadap manajemen laba. Berarti dalam hal ini variabel-
variabel tersebut dapat dijadikan sebagai pengukur manajemen
laba.
c. Hasil Uji t Parsial
Uji parsial (t) statistik dalam penelitian ini adalah untuk
menguji pengaruh variabel bebas secara individual, dalam hal ini
adalah menguji ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial,
ukuran dewan komisaris dan komite audit terhadap variabel
dependen yaitu manajemen laba. Jika nilai signifikansi atau
probabilitas lebih besar atau sama dengan 0,05 maka tidak terjadi
pengaruh secara signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen. Sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil
atau sama dengan 0,05 maka terdapat pengaruh secara signifikan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Berikut ini
adalah tabel t-test untuk uji signifikansi parameter individual.
73
Tabel 4.10
Hasil Uji t Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,154 ,220 5,236 ,000
UkuranPer -,033 ,007 -,499 -4,745 ,000006
KepMan 1,189 2,378 ,043 ,500 ,618
UkuranDK -,050 ,058 -,080 -,870 ,386
KomiteAu ,003 ,009 ,030 ,307 ,760
a. Dependent Variable: DA
Sumber: Data sekunder diolah, 2017
Berdasarkan tabel coefficients diatas terlihat bahwa dari empat
variabel bebas terdapat satu variabel bebas yang secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba yang diukur
dengan DA (discretionary accrual). Hasil pengujian hipotesis
pertama menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba. Dengan nilai T sebesar -4,745
dan nilai signifikan 0,000006 < alpha 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti semakin besar ukuran perusahaan
maka akan semakin memperkecil kemungkinan tindakan
manajemen laba. Perusahaan yang besar akan lebih berhati-hati
dalam melakukan pelaporan keuangan dan cenderung melaporkan
kondisi keuangan dengan akurat karena lebih diperhatikan oleh
masyarakat. Sedangkan perusahaan kecil mempunyai
kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan
74
melaporkan laba yang lebih besar sehingga dapat menunjukkan
kinerja perusahaan yang lebih bagus (Jao dan Pagalung, 2011).
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Jao dan Pagalung (2011) serta Nariastiti dan Ratnadi (2014)
yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan negatif dengan manajemen laba. Akan tetapi,
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zeptian dan
Rohman (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Dengan nilai T 0,500 dan nilai signifikansi 0,618 > alpha 0,05,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba. Arah positif menunjukan bahwa
semakin tinggi kepemilikan manajerial maka semakin tinggi pula
manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Namun hasil
penelitian ini secara statistik tidak signifikan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Zeptian dan Rohman
(2013) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Akan tetapi, bertentangan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahardi dan Prastiwi
(2014), Jao dan Pagalung (2011) serta Oktovianti dan Agustia
75
(2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis ketiga menyatakan ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Dengan nilai T -0,870 dan nilai signifikansi 0,386 > alpha 0,05,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap manajemen laba. Arah negatif menunjukan bahwa
semakin besar ukuran dewan komisaris maka semakin rendah
manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Namun hasil
penelitian ini secara statistik tidak signifikan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris tidak memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen sehingga
tidak dapat mengurangi earnings management. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa besar kecilnya dewan komisaris bukanlah
menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan terhadap
manajemen perusahaan. Akan tetapi efektivitas mekanisme
pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang
diterima dalam suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam
aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap manajemen (Agustia,
2013:37). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Agustia (2013) yang menunjukkan bahwa ukuran
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
76
Akan tetapi, bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jao dan Pagalung (2011) serta Nasution dan Setiawan (2007) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
Hasil pengujian hipotesis keempat menyatakan komite audit tidak
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Dengan nilai T
0,307 dan nilai signifikansi 0,760 > alpha 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel komite audit tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Arah
positif menunjukan bahwa semakin besar komite audit maka
semakin tinggi pula manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
Namun hasil penelitian ini secara statistik tidak signifikan.
Menurut Effendi (2009:34), keberadaan komite audit di perusahaan
publik sampai saat ini masih sekedar untuk memenuhi ketentuan
pihak regulator (pemerintah) saja. Hal ini ditunjukkandengan
penunjukan anggota komite audit di perusahaan publik yang
sebagian besar bukan didasarkan atas kompetensi dan kapabilitas
yang memadai, namun lebih didasarkan pada kedekatan dengan
dewan komisaris perusahaan. Anggota komite audit semacam ini
sulit diharapkan untuk dapat bekerja secara profesional, sehingga
besar kecilnya jumlah komite audit di perusahaan tidak akan bisa
membatasi terjadinya praktik manajemen laba. Di Indonesia,
terdapat peraturan Bapepam yang bersifat mandatory, sehingga
77
tujuan perusahaan membentuk komite audit utamanya hanya untuk
memenuhi sehingga terhindar dari sanksi hukuman. Oleh karena
itu, kinerja dari komite audit kurang efektif dan optimal dalam
mengembangkan dan menerapkan proses pengawasan untuk
meminimalisir praktik manajemen laba (Agustia, 2013:37). Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Agustia
(2013) serta Zeptian dan Rohman (2013) yang menunjukkan
bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Akan tetapi, bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Reviani dan Sudantoko (2012), Jao dan Pagalung (2011) serta
Rahardi dan Prastiwi (2014) yang menyatakan bahwa komite audit
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
4. Analisi Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitin ini
layak digunakan karena model regresi telah terbebas dari masalah
normalistas, data berdistribusi normal, tidak terdapat multikolinieritas,
heterokedastisitas, maupun autokorelasi.
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi
berganda yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
(Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Ukuran Dewan
78
Komisaris dan Komite Audit) terhadap variabel terikat (DA). Model
persamaan regresi sebagai berikut:
Pada persamaan regresi diatas nilai konstanta sebesar 1,154, hal ini
berarti jika tidak ada pergerakan dari ketiga variabel independen
(konstan), maka manajemen laba yang diukur dengan DA
(discretionary accrual) akan mengalami peningkatan sebesar 1,154.
Koefisien regresi untuk variabel ukuran perusahaan menunjukkan (-
0,033), menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1% ukuran
perusahaan maka dapat menurunkan manajemen laba sebesar 0,033%.
Koefisien regresi untuk variabel kepemilikan manajerial menunjukkan
1,189, menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1% kepemilikan
manajerial maka dapat meningkatkan manajemen laba sebesar 1,189%.
Koefisien regresi untuk variabel ukuran dewan komisaris
menunjukkan 0,050, menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1%
ukuran dewan komisaris maka dapat meningkatkan manajemen laba
sebesar 0,050%. Koefisien regresi untuk variabel komite audit
menunjukkan 0,003, menunjukkan bahwa setiap adanya perubahan 1%
komite audit maka dapat meningkatkan manajemen laba sebesar
0,003%.
Y= 1,154 - 0,033UkuranPer + 1,189KepMan - 0,050UkuranDK+ 0,003KomiteAu + e
79
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan
corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2013 sampai 2016. Dengan menggunakan metode analisis regresi
berganda dengan melakukan pengujian terhadap 112 sampel perusahaan
yang masuk dalam daftar LQ-45 di BEI.
1. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini berarti semakin besar ukuran perusahaan,
maka akan semakin kecil peluang manajemen laba yang akan terjadi di
sebuah perusahaan. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Jao dan Pagalung (2011) serta
Nariastiti dan Ratnadi (2014), tetapi tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Zeptian dan Rohman (2013).
2. Struktur kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat
signifikansi uji t parsial sebesar 0,500. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Zeptian dan Rohman (2013) yang
81
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Akan tetapi, bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahardi dan Prastiwi (2014), Jao dan Pagalung
(2011) serta Oktovianti dan Agustia (2012) yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
3. Ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba. Hal ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat
signifikansi uji t parsial sebesar -0,870. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2013) yang menunjukkan
bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Akan tetapi, bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jao dan Pagalung (2011) serta Nasution dan Setiawan
(2007) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
4. Komite audit tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal
ini dapat dijelaskan oleh besarnya tingkat signifikansi uji t parsial
sebesar 0,307. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Agustia (2013) serta Zeptian dan Rohman (2013) yang
menunjukkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Akan tetapi, bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Reviani dan Sudantoko (2012), Jao dan Pagalung
82
(2011) serta Rahardi dan Prastiwi (2014) yang menyatakan bahwa
komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Penelitian lanjutan disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih
besar sehingga hasil yang diperoleh lebih meyakinkan.
2. Pada penelitian selanjutnya, periode penelitian sebaiknya lebih dari 4
tahun agar hasil penelitian lebih akurat dan dapat memprediksi hasil
penelitian untuk jangka panjang.
3. Penelitian lanjutan disarankan untuk memasukan variabel baru yang
diidentifikasi dapat berpengaruh signifikan terhadapa manajemen laba
seperti variabel siklus hidup perusahaan, financial distress dan rasio
keuangan lainnya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. 2013. “Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow dan Leverage Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi
Keuangan, Volume 15, Nomor 1, Mei 2013, Halaman 27- 42.
Anindyah Prastiti dan Wahyu Meiranto. 2013. “Pengaruh Karakteristik Dewan
Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba“. Diponegoro
Journal Of Accounting Vol 2, No 4, Hal 1-12.
Anggit, D.T., dan M.J. Shodiq. 2014. “Hubungan Antara Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan”.Simposium
Nasional Akuntansi XVII. Mataram.
Ardi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto, 2007. “Pengaruh Ukuran Perusahaan
Profitabilitas, leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas
Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Proceeding PESAT,
Volume 2.
Beiner, S., W. Drobetz, F. Schmid., H. Zimmermann. 2003. “Is Board Size An
Independent Corporate Governance Mechanism ?”.
http://www.wwz.unibas.ch /cofi/publications/papers/2003/06.03.pd.
Boediono, Gideon S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan
Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo.
Chtourou, S. M., Bedard, J., Courteau, L. 2001. ”Corporate Governance and
Earnings Management”. Working Paper:Universite Laval, Quebec City,
Canada.
Dechow, Patricia M., R.G. Sloan,. A.P. Sweeney, (1995), “Detecting Earnings
Management”.TheAccounting Review 70, Hal, 193-225.
FCGI, 2001. “Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan”. Edisi Ketiga,
Jakarta. (Online), (www.fcgi.go.id diakses 25 Mei 2017).
Fischer, Marly., Kenneth Rozenweigg. 1995. “Attitude of Student Practitiones
Concerting the Ethical Acceptability of Earning Management”. Journal of
Business Ethic Vol.14, No.6, Page 433-444.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2008. “Peranan Dewan Komisaris
dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance”.
84
Gayatri dan Prasetya, P. 2016. “Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Sebagai Variabel Intervening”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayan
Vol. 14.
Ghozali, Imam. 2009. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS”.
Jakarta: Salemba Empat.
Guna, Welvin I dan Arleen, Herawati (2010): “Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit Dan factor
Lainnya Terhadap Manajemen Laba”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.12,
No. 1.
Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi
Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris
padaPerusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ)”. Simposium Nasional
Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia.
Holthausen, R.W., D. Larcker., R. Sloan. 1995. ”Annual Bonus Schemes and
Manipulation of Earnings: Additional Evidence on Bonus Plans and
Income Management”. Journal of Accounting and Economics: 29-74.
Indiantoro, N dan Supomo. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen”. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Jao, Robert dan Gagaring Pagalung. 2011. “Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan
Manufaktur Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Volume 8, Nomor
1, Halaman 1-94.
Jensen, Michael C., William H Meckling. 1976. “Theory of The firm:
managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of
Financial Economics, Page 82-137.
Kamaliah, A, R, Mitha E, 2009. “Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi,
Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Akuntan Pemerintah”. Jurnal Akuntansi
dan Manajemen, Vol. 2, Hal, 01-11.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-11/PM/1997.
Komite Nasional Corporate Governance. 2002. “Pedoman Pembentukan Komite
Audit yang Efektif”. (www.governance-indonesia.com. Diakses 25 Mei
2017)
Komite Nasional Kebijakan Governance, Jakarta. (www.knkg-indonesia.com
diakses 25 Mei 2017).
85
Kusumawardhani, Indra. 2012. “Pengaruh Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal
Akuntansi dan Sistem Teknologi Informasi, Vol. 9, No. 1, Hal, 41-54.
Lande, Adriani., Imam Subekti dan Endang Mardiati. 2014. “Pengaruh Tata
Kelola Perusahaan, Kecakapan Manajerial, dan Rasio Leverage Terhadap
Manajemen Laba”. Simposium Nasional Akuntansi XVII.
Miranty dan Henny, M. 2012. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Good
CorporateGovernance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam LQ45 Pada Tahun 2009-2011”. Jurnal
Akuntansi, Oktober: 1-13
Muliati, 2011, “Pengaruh Asimetri Informasi Dan Ukuran Perusahaan Pada
Praktik Manajemen Laba Di Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
BEI”, Universitas Udayana. Denpasar.
Nasution, M dan Setiawan, D. 2007. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba di Industri Perbankan”. Simposium Nasional Akuntansi
X, Makassar.
N, W, Nariastiti dan N, M, D, Ratnadi. (2014). “Pengaruh Asimetri Informasi,
Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen Laba”. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 9, No. 3, pp 717-727.
Nuryaman. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”.
Simposium Nasional Akuntansi 11. Pontianak.
Komite Nasional Kebijakan Governance.2006. ”Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia”. Jakarta.
Rajgopal, S., Venkatachalam, M., Jiambalvo, J. 1999. “Is institutional
Ownership Associated.with Earning Management and the Extent to Which
Stock Price Reflect Future Earning's?”.Working Paper: University of
Washington, Seattle, United States.
Rahardi, T dan Prastiwi, A. 2014. “Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2012). Diponegoro Journal Of Accounting,
Vol 3, No 1, Hal 1-14.
Reviani, Dhini dan Djoko Sudantoko. 2012. Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan dan Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba. Prestasi,Vol 9, No 1, ISSN 1411-1497.
Schipper, K. 1989. “Earnings Management”. Accounting Horizons 3, Hal, 91-106.
86
Scott,William R.2000. Financial Accounting Theory. USA: Prentice-Hall.
Scott, W. R. 2009. “Financial Accounting Theory”. Fifth Edition. Pearson
Prentice Hall: Toronto.
Scott, William R. 1997. Financial Accounting Theory, 2nd Edition, Canada Inc.,
Prentices Hall.
Shleifer, A., Vishny, Robert W. 1997. “A Survey of Corporate Governance”.
Journal of Finance, 52,2, Hal, 737-783.
Sulistyanto, Sri. 2008. “Manajemen Laba – Teori dan Model Empiris”. Jakarta:
Grasindo.
SY, Ratnaningsih dan Hidayati. 2012. “Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia”. Media Mahardika, Vol. 10, No. 3, Hal, 38-65.
Ujiyanto, Moh Arif dan Bambang Agus Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan”. Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar. IAI.
Veliandina Chivan Naftalia. 2013. “Pengaruh Leverage Terhadap Manajamen
Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”.
Diponegoro Journal Of Accounting, Vol 2, No 3, Hal 1-8.
Warsono, Sony, Fitri Amalia, dan Dian Kartika Rahajeng. 2009. “Corporate
Governance, Concept and Model”. Yogyakarta: Center for Good
Corporate Governance.
Watts, Rose. L., Jerold L Zimmerman. 1986. “Positive Accounting Theory”.
Canada:Prentice Hall.
Yermack, D. 1996. “Higher Market Valuation of Companies with a Small Board
of Directors”. Journal of Financial Economics, 40, Hal, 185-211.
87
Lampiran - Lampiran
88
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1 Astra Agro Lestari Tbk AALI
2 AKR Corporindo Tbk AKRA
3 Astra International Tbk ASII
4 Alam Sutera Realty Tbk ASRI
5 Bank Central Asia Tbk BBCA
6 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
7 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
8 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN
9 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
10 Global Mediacom Tbk BMTR
11 Bumi Serpong Damai Tbk BSDE
12 Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
13 Gudang Garam Tbk GGRM
14 Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
15 Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
16 Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
17 Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR
18 Kalbe Farma Tbk KLBF
19 Lippo Karawaci Tbk LPKR
20 PP London Sumatra Indonesia Tbk LSIP
21 Media Nusantara Citra Tbk MNCN
22 Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PTBA
23 Pakuwon Jati Tbk PWON
24 Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR
25 Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk TLKM
26 United Tractors Tbk UNTR
27 Unilever Indonesia Tbk UNVR
28 Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA
89
Hasil Data Variabel
1. Hasil Penghitungan Manajemen Laba
No
Kode Emiten Discretionary accrual
2013 2014 2015 2016
1 AALI 0,07508 0,16482 0,16620 0,14270
2 AKRA 0,34094 0,01103 0,11708 0,14753
3 ASII 0,09876 0,11235 0,02627 0,06342
4 ASRI -0,07997 0,08518 0,05452 -0,01141
5 BBCA 0,05309 -0,02438 -0,01497 -0,03259
6 BBNI 0,04861 0,03543 -0,01335 0,01066
7 BBRI 0,02858 -0,09258 -0,02346 0,01606
8 BBTN 0,04318 0,02537 0,00660 -0,02949
9 BMRI 0,01261 0,00390 0,01463 -0,01383
10 BMTR 0,12914 0,40597 0,03102 -0,01941
11 BSDE 0,19317 0,22244 0,13752 0,10975
12 CPIN 0,19594 0,28150 0,18511 0,05401
13 GGRM 0,15948 0,18847 0,16863 0,09967
14 ICBP 0,09811 0,01691 0,06828 0,05073
15 INDF 0,06714 0,03850 0,09433 0,07357
16 INTP 0,11852 0,15166 0,14472 0,19926
17 JSMR -0,02892 -0,01159 -0,00388 -0,00147
18 KLBF 0,20334 0,07603 0,07678 0,12230
19 LPKR 0,18553 0,10197 0,12895 0,06536
20 LSIP 0,06331 0,05892 0,11301 0,08203
21 MNCN 0,09869 0,17743 0,10816 0,07940
22 PTBA 0,06493 0,11224 0,13704 0,13125
23 PWON 0,06339 0,39617 0,18878 0,24522
24 SMGR 0,22559 0,18622 0,17723 0,25937
25 TLKM 0,11907 0,12284 0,10176 0,12226
26 UNTR 0,04337 0,05667 -0,05180 0,01768
27 UNVR 0,10845 0,12030 0,16112 0,17637
28 WIKA 0,07257
0,15646
0,10489
0,17741
90
2. Hasil Penghitungan Ukuran Perusahaan
No
Kode Emiten Ukuran Perusahaan
2013 2014 2015 2016
1 AALI 30.33661 30.55194 30.69965 30.81845
2 AKRA 30.31431 30.32510 30.35252 30.39297
3 ASII 32.99697 33.09497 33.13405 33.19881
4 ASRI 30.30020 30.45978 30.56007 30.63602
5 BBCA 33.83821 33.94534 34.01853 34.14831
6 BBNI 33.58855 33.66308 33.86267 34.03299
7 BBRI 34.07066 34.31807 34.40915 34.54241
8 BBTN 32.50751 32.60483 32.77740 32.99778
9 BMRI 34.22830 34.38217 34.44454 34.57675
10 BMTR 30.67885 30.86440 30.90787 30.83476
11 BSDE 30.74774 30.96803 31.21516 31.27627
12 CPIN 30.38609 30.66897 30.83721 30.81758
13 GGRM 31.55833 31.69526 31.78215 31.77339
14 ICBP 30.68820 30.84630 30.91045 30.99493
15 INDF 31.98892 32.08466 32.15098 32.03987
16 INTP 30.91220 30.99433 30.95023 31.03723
17 JSMR 30.97622 31.09231 31.23448 31.61071
18 KLBF 30.05716 30.15073 30.24816 30.35403
19 LPKR 31.07465 31.26230 31.35253 31.45101
20 LSIP 29.70732 29.78918 29.81130 29.87800
21 MNCN 29.89437 30.24175 30.30341 30.28707
22 PTBA 30.08866 30.32646 30.45798 30.55293
23 PWON 29.86085 30.45066 30.56371 30.65990
24 SMGR 31.05830 31.16659 31.27263 31.42035
25 TLKM 32.48267 32.57904 32.74405 32.82181
26 UNTR 31.68041 31.73022 31.75355 31.78977
27 UNVR 30.22240 30.28993 30.38659
30.44916
28 WIKA 30.16432
30.39829
30.60667
31.06812
91
3. Hasil Penghitungan Kepemilikan Manajerial
No
Kode Emiten Kepemilikan Manajerial
2013 2014 2015 2016
1 AALI 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
2 AKRA 0.00520 0.00722
0.00681
0.00722
3 ASII 0.00036
0.00037 0.00037 0.00040
4 ASRI 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
5 BBCA 0.00259
0.00243
0.00242
0.00201
6 BBNI 0.00214
0.00202
0.00023
0.00003
7 BBRI 0.00000 0.00000 0.00005
0.00006
8 BBTN 0.00133
0.00051
0.00052 0.00052
9 BMRI 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
10 BMTR 0.00701
0.00612
0.00660
0.00562
11 BSDE 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
12 CPIN 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
13 GGRM 0.00920 0.00920 0.00920 0.00920
14 ICBP 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
15 INDF 0.00016 0.00016 0.00016 0.00016
16 INTP 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
17 JSMR 0.00274
0.00196
0.00137
0.00112
18 KLBF 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
19 LPKR 0.00000
0.00001
0.00000 0.00000
20 LSIP 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
21 MNCN 0.00201
0.00097
0.00073
0.00085
22 PTBA 0.00003 0.00003 0.00006
0.00002
23 PWON 0.00025 0.00025 0.00016 0.00016
24 SMGR 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
25 TLKM 0.00000 0.00000 0.00005
0.00009
26 UNTR 0.00057 0.00057 0.00001 0.00001
27 UNVR 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
28 WIKA 0.01851
0.01304
0.01223
0.00741
92
4. Hasil Penghitungan Ukuran Dewan Komisaris
No
Kode Emiten Ukuran Dewan Komisaris
2013 2014 2015 2016
1 AALI 0.571 0.571 0.667
0.600
2 AKRA 0.667 0.667 0.667 0.667
3 ASII 0.700 0.700 0.636 0.636
4 ASRI 0.600 0.600 0.600 0.600
5 BBCA 0.400 0.400 0.400 0.400
6 BBNI 0.429
0.500
0.333
0.444
7 BBRI 0.500
0.375 0.375 0.444
8 BBTN 0.500
0.333
0.429 0.429
9 BMRI 0.429 0.429 0.444 0.444
10 BMTR 0.667 0.667 0.500
0.400
11 BSDE 0.250
0.625 0.625 0.600
12 CPIN 0.667 0.667 0.667 0.600
13 GGRM 0.333 0.333 0.500 0.500
14 ICBP 0.571 0.571 0.667 0.667
15 INDF 0.625 0.625 0.625 0.625
16 INTP 0.571 0.571 0.571 0.571
17 JSMR 0.600
0.667
0.833 0.833
18 KLBF 0.667 0.667 0.667 0.571
19 LPKR 0.375
0.250
0.500
0.286
20 LSIP 0.625 0.625 0.667 0.667
21 MNCN 0.600 0.600 0.667
0.600
0.600
0.600
22 PTBA 0.833
0.667 0.667 0.667
23 PWON 0.667
0.333
0.667
0.333
24 SMGR 0.667
0.571
0.714 0.714
25 TLKM 0.667 0.667 0.571 0.571
26 UNTR 0.571 0.571 0.667 0.667
27 UNVR 0.200 0.200 0.200 0.200
28 WIKA 0.667 0.667 0.714 0.714
93
5. Hasil Penghitungan Komite Audit
No
Kode Emiten Komite Audit
2013 2014 2015 2016
1 AALI 3 3 3 3
2 AKRA 3 3 3 3
3 ASII 4 4 4 4
4 ASRI 3 3 3 3
5 BBCA 3 3 3 3
6 BBNI 3 3 4 4
7 BBRI 8 8 6 6
8 BBTN 3 4 4 5
9 BMRI 5 5 5 5
10 BMTR 3 3 4 4
11 BSDE 3 3 3 3
12 CPIN 5 5 5 5
13 GGRM 3 3 3 3
14 ICBP 3 3 3 3
15 INDF 3 3 3 3
16 INTP 3 3 3 3
17 JSMR 3 3 3 3
18 KLBF 3 3 3 3
19 LPKR 3 3 3 3
20 LSIP 3 3 3 3
21 MNCN 3 3 4 4
22 PTBA 4 4 4 4
23 PWON 3 3 3 3
24 SMGR 3 3 4 4
25 TLKM 6 6 5 4
26 UNTR 3 3 3 3
27 UNVR 3 3 3 3
28 WIKA 5 5 5 5
94
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 112 -,09258 ,40597 ,0957581 ,08979569
UkuranPer 112 29,70732 34,57675 31,4960959 1,35465812
KepMan 112 ,00000 ,01851 ,0015429 ,00326668
UkuranDK 112 ,200 ,833 ,55739 ,142905
KomiteAu 112 3 8 3,62 1,033
Valid N (listwise) 112
Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,154 ,220 5,236 ,000
UkuranPer -,033 ,007 -,499 -4,745 ,000 ,658 1,521
KepMan 1,189 2,378 ,043 ,500 ,618 ,971 1,030
UkuranDK -,050 ,058 -,080 -,870 ,386 ,859 1,164
KomiteAu ,003 ,009 ,030 ,307 ,760 ,750 1,333
a. Dependent Variable: DA
95
2. Hasil Uji Normalitas
96
Uji Kolmogorov-Smirnov Normalitas
3. Hasil Uji Heterokedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,369 ,139 2,665 ,009
UkuranPer -,010 ,004 -,272 -2,384 ,119
KepMan ,596 1,495 ,037 ,399 ,691
UkuranDK ,019 ,036 ,053 ,529 ,598
KomiteAu ,002 ,005 ,042 ,392 ,696
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 112
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,07919063
Most Extreme Differences Absolute ,069
Positive ,069
Negative -,049
Kolmogorov-Smirnov Z ,069
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
97
4. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,471a ,222 ,193 ,08065725 1,860
a. Predictors: (Constant), KomiteAu, UkuranDK, KepMan, UkuranPer
b. Dependent Variable: DA
HASIL UJI REGRESI BERGANDA
1. Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,456a ,208 ,165 ,24021977
a. Predictors: (Constant), KepMan, DEA, DER
b. Dependent Variable: DA
98
2. Uji F Simultan
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,199 4 ,050 7,644 ,000019b
Residual ,696 107 ,007
Total ,895 111
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), KomiteAu, UkuranDK, KepMan, UkuranPer
3. Uji t Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,154 ,220 5,236 ,000
UkuranPer -,033 ,007 -,499 -4,745 ,000006
KepMan 1,189 2,378 ,043 ,500 ,618
UkuranDK -,050 ,058 -,080 -,870 ,386
KomiteAu ,003 ,009 ,030 ,307 ,760
a. Dependent Variable: DA