pengaruh pendidikan kesehatan terhadap …digilib.unisayogya.ac.id/2479/1/naskah publikasi sri...

14
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN KLAWISAN MARGOAGUNG SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Sri Atikah 201510104436 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

Upload: lamkhue

Post on 08-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU

PREMENOPAUSE DI DUSUN KLAWISAN

MARGOAGUNG SLEMAN

YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

Sri Atikah

201510104436

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2016

1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE DI DUSUN

KLAWISAN MARGOAGUNG SLEMAN

YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains

Terapan pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV

Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

Sri Atikah

201510104436

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2016

2

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU

PREMENOPAUSE DI DUSUN KLAWISAN

MARGOAGUNG SLEMAN

YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:

Sri Atikah

201510104436

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma IV

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

oleh:

Pembimbing : Yuli Isnaeni, S.Kp., Sp.Kom

Tanggal : 21 November 2016

Tanda Tangan :

3

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU

PREMENOPAUSE DI DUSUN KLAWISAN

MARGOAGUNG SLEMAN

YOGYAKARTA1

Sri Atikah2, Yuli Isnaeni

3

INTISARI

Latar Belakang: Wanita yang menghadapi periode menopause, munculnya gejala-

gejala psikologis sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan pada aspek fisik-

fisiologis sebagai akibat dari berkurang dan berhentinya produksi hormon estrogen,

sehingga memerlukan kesiapan khusus wanita dalam mengahadapi menopause. Hasil

studi pendahuluan di di Dusun Klawisan Desa Margoagung Seyegan Sleman

Yogyakarta sebagian besar ibu premenopause usia 45-50 tahun tidak memahami dan

tidak mengerti cara menghadapi menopause, dan kekhawatiran ibu dalam masalah

seksual setelah memasuki masa menopause nanti.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kesiapan

menghadapi menopause pada ibu premenopause di Dusun klawisan Margoagung

Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian pre experimental dengan

rancangan one group pretest – posttest desain. Populasi penelitian ini yaitu seluruh

wanita premenopause di Dusun Klawisan margoagung seyegan sebanyak 15 orang

ibu premenopause, pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan simple

random sampling. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat

menggunakan Wilcoxon.

Hasil: Ibu pre menopause sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan sebagian besar

dalam kategori tidak siap menghadapi menopause yaitu 53,3%. Ibu pre menopause

sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan sebagian besar responden dalam kategori

siap menghadapi menopause yaitu 80,0%. Ada pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause di Dusun

Klawisan Margoagun Seyegan Sleman (0,025< 0,05)

Simpulan dan Saran: Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kesiapan

menghadapi menopause pada ibu premenopause di Dusun Klawisan Margoagun

Seyegan Sleman. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk

mengadakan penyuluhan tentang menopause dan gejala menopause.

Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, Kesiapan menghadapi menopause.

Kepustakaan : 19 buku (2005-2015), 5 skripsi, 4 jurnal, 2 website

Jumlah halaman : i-xii halaman, 51 halaman, 10 tabel, 2 gambar, 12 lampiran 1 Judul Skripsi

2 Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta

4

THE EFFECT OF HEALTH EDUCATION TOWARDS

THE READINESS OF PREMENOPAUSAL WOMEN TO

FACE MENOPAUSAL PERIOD ON IN KLAWISAN

VILLAGE MERGOAGUNG SLEMAN OF

YOGYAKARTA1

Sri Atikah2, Yuli Isnaeni

3

ABSTRACT

Background: The emergence of psychological symptoms on women who is going to

face menopausal period is strongly influenced by the changes in the physical-

physiological aspects as a result of the decreases and the cessation of estrogen

production, so that the women need to have special readiness in facing menopausal

period. The preliminary study in Klawisan Village Margoagung Seyegan Sleman of

Yogyakarta showed thatthe majority of menopausal women aged 45-50 years do not

understand how to deal with menopause.

Aim: The Study was conducted to investigate the effect of health education towards

the readiness of premenopausal women to face menopausal periodin Klawisan

Village MergoagungSleman of Yogyakarta.

Method: The research is pre experimental research with one group pretest – posttest

design. The population was 15 premenopausal women in Klawisan Village

MergoagungSleman of Yogyakarta. The samples were selected by using simple

random sampling. The data analysis used univariate and bivariate of Wilcoxon.

Results: Before the health counseling is conducted, 53.3% of the women was not

ready to face menopausal period. Yet, after given the counseling, 80.0% of the

women was ready to face the period. There was an effect of health education towards

the readiness of premenopausal women to face menopausal period in Klawisan

Village MergoagungSleman of Yogyakarta (0.025<0.05).

Conclusion and Suggestion:There was an effect of health education towards the

readiness of premenopausal women to face menopausal period in Klawisan Village

MergoagungSleman of Yogyakarta. It is expected that the research can be the

support to conduct a counseling on menopause and its symptoms.

Keywords : Health Education, the Readiness to Face Menopausal Period.

References : 19 books (2005-2015), 5 undergraduate theses, 4 journals, 2

internet sources

Number of pages : i-xii pages, 51 pages, 10 tables, 2 pictures, 12 appendixes

1 Title of the Thesis 2 Student of DIV Midwifery Program, Faculty of Health Sciences, „Aisyiyah

University of Yogyakarta 3 Lecturer of „Aisyiyah University of Yogyakarta

5

A. PENDAHULUAN

Menopause adalah berhentinya abadi menstruasi yang dihasilkan dari

hilangnya aktivitas hormonal ovarium. Ini adalah diagnosis retrospektif, yang

dapat dideteksi setelah 12 bulan dari haid terakhir tanpa penyebab yang timbul.

Proses kegagalan ovarium merupakan periode yang berkelanjutan pada wanita

paruh baya, yang ditandai dengan perubahan dalam periode intermenstrual dan

perdarahan pola, disertai dengan fluktuasi hormonal didefinisikan sebagai

transmisi menopause atau perimenopause yang terjadi pada usia rata-rata 47

tahun. Periode ini menopause dapat menyebabkan berbagai gejala karena

perubahan kadar hormon seks darah, termasuk gejala vasomotor flashes panas

dan berkeringat di malam hari, gejala fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar,

tulang dan nyeri sendi, kelelahan, masalah seksual karena kekeringan vagina,

inkontinensia urin, pe nrasaan depresi, dan gangguan tidur (Gynecol Assoc,

2015).

Perubahan yang banyak terjadi pada saat ini adalah perubahan fisik

mulai dari rambut, mata, kulit sampai keorgan-organ fisik lainya. Target organ

fisik seperti masalah dipayudara dan vagina, serta muncul rasa panas yang

menjalar ditubuh (hot flushes). Walaupun bukan suatu penyakit, peristiwa ini

mempunyai dampak dalam kehidupan wanita terutama bagi wanita yang banyak

aktif, sehingga dapat dirasakan sebagai suatu gangguan masalah-masalah yang

timbul dari perubahan psikis ini menimbulkan rasa cemas pada kebanyakan

wanita. (Mulyani, 2013).

Kesiapan secara psikologis membantu mengurangi dampak buruk pada

perempuan yang memasuki masa menopause. Pengetahuan cukup dan dukungan

keluarga diperlukan untuk itu. Kekurangan pengetahuan membuat perempuan

cemas jika memasuki masa menopause. Kecemasan berlebihan bisa

menyebabkan depresi.perempuan yang memasuki masa perimenopause hingga

menopause, pada usia 35-60 tahun, akan mengalami perubahan psikologis dan

fisik, seperti mudah marah dan kondisi fisik melemah. Oleh karena itu,

pemahaman keluarga diperlukan untuk membantu mereka menghadapi fase ini.

Komunikasi amat penting Kehadiran keluarga untuk mendengar keluh kesah

akan sangat berarti bagi perempuan.

Menurut penelitian Nurma (2014) yang dilakukan di Desa Murtigading,

kecamatan Sanden, kabupaten Bantul didapatkan bahwa kesiapan ibu

premenopause dalam menghadapi menopause setelah diberi intervensi termasuk

dalam kategori siap sebanyak 40 responden (100%), sebagai pembanding

digunakan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi apapun dan

hasilnya menunjukan kesiapan ibu premeopause dalam menghadapi menopause

sebagian besar termasuk dlam kategori kurang siap sebanyak 9 responden dan

hanya sebagian kecil responden saja yang berada dalam kategori siap. Dari hal

tersebut bahwa pentingnya psikoedukasi sebagai sarana untuk memberikan

pemahaman pada seseorang mengenai informasi yang bersifat positif sehingga

akan diikuti perubahan perilaku yang positif.

Penelitian yang lain yaitu yang dilakukan oleh Deparetemen

Epidemiologi dan Psikiatri University of Pittsburgh, O’hara tahun 2014

didapatkan hasil 28,9% mengalami stres karena tidak siapa diawal

premenopause, 20,9% ketika menopasue dan 22% pada post menopause. Sebuah

penelitian tentang menopause yang dilakukan di Canada didapatkan hasil 38%

6

wanita mengalami gangguan tidur, 30%-50% megalami gangguan Urogenital,

50% mengalami kekeringan vagina dan disertai rasa sakit.

Saat ini wanita Indonesia yang memasuki masa menopause sebanyak

7,4% dari populasi. Jumlah tersebut meningkat menjadi 11% pada 2005

kemudian, naik lagi sebesar 14% pada 2015. Meningkatnya jumlah tersebut

sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia

harapan hidup bersamaan dengan membaiknya derajat kesehatan masyarakat.

Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan

diperkirakan memasuki usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami

peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan data dari profil kesehatan

Indonesia pada tahun 2013 jumlah penduduk menurut jenis kelaminnya setiap

tahun mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai 2013. Pada tahun 2010

terdapat 118.010.413 penduduk perempuan, tahun 2011 sebesar 119.768.768

penduduk perempuan, tahun 2012 sebesar 123.364.472 (Depkes, 2014)

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) di D.I.Y pada tahun 2013

didapatkan data sejumlah penduduk menurut kelompok/umur jenis kelamin dan

kabupaten/kota 2013-2014 penduduk perempuan usia lanjut 304.962. Pada

tahun 2014 terdapat 308.070 di Kabupaten Sleman. Data berdasarkan hasil

proyeksi penduduk 2010-2020 (Dinkes DIY, 2015)

Kebijakan pemerintah terhadap masalah ini adalah dengan memberikan

program posyandu lansia, penddikan kesehatan dan senam lansia. Dalam

pelaksanaanya, ibu-ibu premenopause diberikan pendidikan kesehatan tentang

menopause oleh tenaga kesehatan dari puskesmas terdekat (Proverawati, 2010).

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat didefinisikan sebagai usahaa atau

kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam

meningkatkan kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara

optimal (Aryastuti, 2012). Pendidikan kesehatan merupakan tindakan penting,

yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu-ibu mengenai

persiapan wanita menghadapi menopause (Nasution, 2004).

Azwar dalam Machfoedz (2008), penyuluhan kesehatan adalah kegiatam

pendidikan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan, sehingga masyarakan tidak saja sadar, tahu dan

mengerti, tetapu juga mau dan bisa melakuakan suatu anjuran yang ada

hubunganya dengan kesehatan. Dengan memebrikan penyuluhan, diharapkan

masyarakat bisa lebih siapa dalam menghadapi menopause sehingga dapat

menurunkan kekhawatiran mereka dan meningkatkan perilaku hidup sehat

masyarakat.

Berkenaan dengan pentingnya peran promosi kesehatan dalam

pelayanan kesehatan , telah ditetapkan kebijakan Nasional Promosi Kesehatan

sesuai dengan Surat keputusan menteri kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/

2004. Kebijakan dimaksud juga didukung dengan Surat keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan

Promosi Kesehatan di Daerah.

Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib tersebut di puskesmas

diperlukan tenagan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat untuk mengelola

promosi kesehatan di puskesmas secara professional dan mampu untuk

mengelola serta menyelenggarakan pelayanan yang bersifat promotif dan

preventif.

7

Berdasarkan studi pendahuluan dan informasi dari dinkes Sleman,

Kecamatan sayegan merupakan salah satu kecamatan yang mempunyai jumlah

wanita dengan usia 45-64 tahun yaitu sebanyak 1.637 jiwa. Kecamatan seyegan

memiliki jumlah wanita premenopause tertinggi adalah Desa Margoagung

sebanyak 1.314 jiwa Yang kedua adalah desa Margomulyo sebanyak 1.225 jiwa,

yang ketiga adalah desa Margodadi sebanyak 1.102 yang keempat adalah desa

Margoluwih sebanyak 1.003 jiwa, yang kelima adalah desa Margokatan yaitu

sebanyak 903 jiwa. Hasil wawancara pada padukuhan didapatkan bahwa Dusun

Klawisan yaitu sebanyak 128 jiwa dan yang kedua ada di Dusun gondang yaitu

sebesar 124 jiwa dan yang ketiga di Dusun ngino yaitu sebesar 120 jiwa, yang

ketiga berada di Dusun Watukarung 90 jiwa yang sebagian besar ibu

premenopause usia 45-50 tahun tidak memahami dan tidak mengerti cara

menghadapi menopause, dan kekhawatiran ibu dalam masalah seksual setelah

memasuki masa menopause nanti. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Kesiapan

Menghadapi Menopause pada Ibu Premenopause di Dusun Klawisan Desa

Margoagung Seyegan Sleman Yogyakarta”.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre experimental.

Rancangan atau desain penelitian ini adalah one group pretest – posttest desain

yaitu desain ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan sehingga hasil

perlakuan dapat diketahui lebih akurat (Sugiyono, 2014). Peneliti melakukan

pretest sebelum dilakukan perlakuan, selanjutnya perlakuan diberikan dalam

bentuk pendidikan kesehatan premenopause, akhir kegiatan diberikan posttest.

bentuk rancangan ini menurut Notoatmodjo (2010)

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kesiapan menghadapi menopause Sebelum Pendidikan kesehatan

menopause pada ibu premenopause Dusun Klawisan Seyegan Sleman

Tabel 3.4 Distrubusi Tingkat Kesiapan Menghadapi Menopause

pada Kelompok Eksperimen Sebelum Diberikan

Penyuluhan di Dusun Klawisan Margoagung Seyegan

Sleman

Kategori Frekuensi Prosentase (%)

Siap 7 46.7

Tidak siap 8 53.3

Total 15 100.0

Sumber: Data Primer (2016)

2. Kesiapan menghadapi menopause Sesudah pendidikan kesehatan menopause

pada ibu premenopause di Dusun Klawisan Margoagung Sleman

Tabel 3.5 Distrubusi Tingkat Kesiapan Menghadapi Menopause

Pada Kelompok Eksperimen Sesudah Diberikan

Penyuluhan di Dusun Klawisan Margoagung Seyegan

Sleman

Kategori Frekuensi Prosentase (%)

Siap 12 80.0

Tidak siap 3 20.0

Total 15 100.0

Sumber: Data Primer (2016)

8

3. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kesiapan menghadapi menopause

pada ibu premenopause di Dusun Klawisan Margoagun Seyegan Sleman

Tabel 3.6 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Kesiapan

Menghadapi Menopause Pada Ibu Premenopause di Dusun

Klawisan Margoagung Sleman

Kategori Pretest Posttest

F p (%) F p (%)

Siap 7 46.7 12 80.0

Tidak siap 8 53.3 3 20.0

Total 15 100.0 15 100.0

Sumber : Data Primer (2016) telah digambarkan dalam bentuk

distribusi

D. Pembahasan

1. Tingkat Kesiapan Menghadapi Menopause Sebelum Diberikan

Penyuluhan

Tingkat kesiapan menghadapi menopause sebelum diberikan

penyuluhan sesuai dengan tabel 4.1 sebagian besar responden dalam kategori

tidak siap menghadapi menopause yaitu sebanyak 8 responden (53,3%).

Responden tersebut memiliki tingkat kesiapan tidak siap karena sebagian

besar menjawab tidak siap daam menghadapi gejala-gejala menopause yang

mungkin akan muncul.

Berdasarkan hasil penelitian di Dusun Klawisan Margoagun Seyegan

Sleman responden yang memiliki kesiapan yang tidak siap juga dapat

dikarenakan responden yang memiliki pengetahuan yang rendah dimana

responden dalam peneitian ini mayoritas SLTP dan terdapat responden

dengan pendidikan SD sehingga memiliki pengetahuan yang kurang dan

cukup sulit dalam menyerap informasi. Pendidikan responden akan

mempermudah menyerap informasi yang diterima terutama informasi dari

tenaga kesehatan atau lingkuan sekitar. Ketidaksiapan wanita dalam

menghadapi menopause akan berpengaruh terhadap kehidupan wanita dan

keluarga tersebut.

Pernyataan diatas sesuai dengan teori bahwa menopause merupakan

proses alamiah yang terjadi pada semua perempuan, namun efek sampingnya

banyak mempengaruhi keharmonisan rumah tangga apabila tidak siap

menghadapinya. Masa perubahan ini akan dapat dilalui dengan baik, tanpa

gangguan yang berarti, jika wanita tersebut mampu menyesuaikan diri

dengan kondisi baru yang muncul. Faktor penentu apakah wanita tersebut

siap dengan datangnya masa menopause ini ada di tangan wanita itu sendiri.

Di sini faktor pengetahuan mengenai menopause sangat berpengaruh dalam

menghadapi masa tersebut (Maspaitela, 2007).

Faktor lain yang mempengaruhi ibu tidak siap menghadapi menopause adalah

kurangnya informasi yang diterima ibu tentang menopause, sehingga timbul

kekhawatiran yang menyebabkan ibu merasa tidak siap karena pengetahuan

ibu yang rendah, hal tersebut sesuai dengan teori Wawan dan Dewi (2010)

menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempemaruhi pengetahuan adalah

informasi. Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat

mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan baru dan akan berdampak

pada perilaku yang positif.

9

Kurangnya pengetahuan ibu yang menyebabkan wanita tidak siap

menghadapi menopause seauai dengan penelitian Estiani (2015) dengan

judul hubungan pendidikan dan pengetahuan wanita pramenopause terhadap

sikap menghadapi menopause di desa Sekar Jaya Kabupaten Ogan Komering

Ulu. Hasil penelitian dari 97 responden yang memiliki sikap positif sebanyak

71 orang (73,1%), responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 59

orang (60,8%). Dari hasil uji statistik Chi-square untuk variable pengetahuan

diperoleh p value 0,005 < 0,05 hal ini membuktikan bahwa ada hubungan

pengetahuan terhadap sikap menghadapi menopause..

2. Tingkat Kesiapan Menghadapi Menopause Sesudah Diberikan

Penyuluhan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dusun Klawisan Margoagun

Seyegan Sleman sebagian besar memiliki sebagian besar responden dalam

kategori siap menghadapi menopause yaitu sebanyak 12 responden (53,3%).

Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kesiapan menghadapi

menopause setelah dilakukan pendidikan kesehatan, dimana pendidikan

kesehatan merupakan salah yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, serta

mengerti, tetapi juga mau serta dapat melakukan anjuran yang berhubungan

dengan kesehatan (Aryastuti, 2012).

Notoadmojo (2010) menyebutkan bahwa perilaku salah

satunya dipengaruhi oleh faktor Predisposisi (predisposing factor). Faktor-

faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, informasi, pengetahuan dan sebagainya.

Pada dasarnya sebuah perilaku sangat variatif karena individu memiliki

perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya. Penyuluhan tersebut

akan meningkatkan pengetahuan yang akan menentukan sikap dan akan

menentukan perilaku seseorang. Tujuan penyuluhan yang paling pokok

menurut Effendy (2010) adalah tercapainya perubahan perilaku individu,

keluarga, dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan

lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal. Penyuluhan kesehatan bertujuan untuk merubah

perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Tujuan

secara umum, dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku

individu/masyarakat di bidang kesehatan yang dikutif oleh Notoatmodjo

(2010).

Pendidikan kesehatan tentang menopause dapat meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu yang akan berdampak pada kesiapan ibu daam

menghadapi menopause. Hal ini sejalan dengan penelitian Arifah tahun 2010

dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan modul

dan sikap wanita dalam mengahdapi menopause di desa sumbermulyo,

bambanglipuro, bantul. Penelitian ini menyimpulkan terdapat pengaruh yang

secara statistic signifikan pendidikan kesehatan dengan modul terhadap

pengetahuan dan sikap wanita tentang menopause.

10

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kesiapan Menghadapi

Menopause Pada Ibu Premenopause

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

sebelum penyuluhan sebagian besar responden dalam kategori tidak siap

menghadapi menopause yaitu sebanyak 8 responden (53,3%). Sesudah

penyuluhan kesehatan sebagian besar responden dalam kategori siap

menghadapi menopause yaitu sebanyak 12 responden (53,3%). Hasil analisis

diperoleh -value = 0,025 dengan taraf signifikansi 5% -value (0,025<

0,05). Maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap kesiapan menghadapi menopause pada ibu premenopause di Dusun

Klawisan Margoagun Seyegan Sleman.

Responden sebelum pendidikan kesehatan sebagian besar responden

dalam kategori tidak siap menghadapi menopause yaitu sebanyak 8

responden (53,3%). Sesudah penyuluhan kesehatan sebagian besar responden

dalam kategori siap menghadapi menopause yaitu sebanyak 12 responden

(53,3%). Sesuai dengan teori bahwa pendidikan kesehatan merupakan suatu

upaya untuk menciptakan pengetahuan dan perilaku masyarakat yang

kondusif untuk kesehatan. pendidikan kesehatan kesehatan berupaya agar

masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara

kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang

merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana seharusnya

mencari pengobatan bilamana sakit, dan sebagainya. Pendidikan kesehatan

pada akhirnya mencapai pengetahuan tentang kesehatan dan berlanjut

perilaku kesehatan (Notoadmojo, 2012).

Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan pendidikan kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan ibu tentang menopause, pengetahuan yang

dimiliki tersebut akan ditimbang-timbang yang akan menentukan sikap dan

dapat meningkatkan motivasi kearah yang lebih baik yang lebih positif sesuai

dengan pengetahuan yang didapatkan. Sehingga diharapkan setelah dilakukan

pendidikan kesehatan ibu lebih siap dalam menghadapi menopause.

Pendidikan kesehatan harus sesuai dengan masalah dan kebutuhan seseorang

sehingga mereka memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap

masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan

dukungan dari luar. Serta memutuskan kegiatan yang paling tepat guna untuk

meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat. (Mubarak dan

Chayati, 2009).

Penelitian ini didapatkan responden yang sudah mendapatkan

pendidikan kesehatan tetapi tidak mengalami perubahan kesiapan

menghadapi menopause sebanyak 3 orang. Hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa tidak hanya pendidikan kesehatan yang berpengaruh terhadap kesipan

mengahadapi menopause namun juga dipengaruhi oleh hal lain seperti

kemampuan pengindaraan terhadap objek yang disampaikan selama

penyuluhan melalui panca indra manusia meliputi penglihatan, pendengaran

penciuman, rasa dan raba sendiri. Menurut Wawan dan Dewi (2010) waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi

oleh intensitas perhatian, persepsi terhadap objek dan sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, serta kemampuan

menyerap informasi yang dapat diihat dari pendidikan ibu, dalam penelitian

ini terdapat 3 ibu dengan pendidikan SD sehingga dimungkinkan memiiki

11

kemampuan menyerap informasi yang kurang. Sesuai dengan Notoadmodjo

(2010) bahwa Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

pemebrian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan merespon yang lebih rasioanl terhadap informasi

tang datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka

dapatkan.

Hasil penelitian secara keseluruhan sesuai dengan peneitian

sebelumnya oleh Makahanap (2013) dengan judul pengaruh penyuluhan

kesehatan mengenai menopauseterhadap tingkat pengetahuan ibu usia 45-55

tahun di wilayah kerja Puskesmas Tonsealama Kecamatan Tondano Utara.

Analisis data yang dilakukan ialah dengan menggunakan uji wilcoxon

denganconfidence interval 95% dan α= 0,05. Hasil uji wilcoxondidapatkan

bahwa p=0,000 yang artinya nilaip< 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang bermakna dari penyuluhan mengenai

menopauseterhadap peningkatan pengetahuan ibu usia 45 – 55 tahun di

Puskesmas Tonsealama. Dimana dengan pendidikan kesehatan ibu akan

meningkatkan pengetahuan ibu sehingga ibu semakin siap dalam menghadapi

menopause.

E. Simpulan

1. Ibu pre menopause sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan sebagian besar

dalam kategori tidak siap menghadapi menopause yaitu 53,3%.

2. Ibu pre menopause sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan sebagian besar

responden dalam kategori siap menghadapi menopause yaitu 80,0%.

3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kesiapan menghadapi

menopause pada ibu premenopause di Dusun Klawisan Margoagung Seyegan

Sleman (0,025< 0,05)

F. Saran

1. Bagi Ibu Menopause

Menjadikan masukan bagi ibu premenopause tentang menopause sehingga

ibu lebih siap dalam menghadapi menopause

2. Bagi Dusun Klawisan Margoagung

Menjadikan masukan pada ibu Premenopause di Dusun Klawisan

Margoagung agar lebih siap dalam menghadapi Menopause

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah referensi penelitian selanjutnya agar meneliti faktor lain yang

berhubungan dengan kesiapan menghadapi menopause seperti pendidikan

dan sumber informasi

DAFTAR PUSTAKA

Admin, (2011), Terjadi Pergeseran Umur Menopause http://mkiakr.ugm.ac.id/Akses

16 Januari 2016

Arifah (2010). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Mmenggunakan Modul dan

Media Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan sikap Wanita dalam

Menghadapu Menopause di Desa SumberMulyo, Bambanglipuro, Bantul.

Skripsi Tidak dipublikasikan

12

Baziad Ali, (2008). Menopause dan Andropause. Cetakan Pertama, Ed. Pertama,

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Brown, Nina W. (2011). Psychoeducational Groups 3rd Edition: Process and

Practice. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Camellia Vita. (2008). Sindroma pascamenopause [skripsi]. Medan: Fakultas

Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.

Cartwright,. (2007). Psychoeducation Among Caregivers of Children Receiving

Mental Health Service. Dissertation. Ohio:Graduate School of The Ohio

State University

Chaplin., (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada Depkes,

2(014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.Yogyakarta

Dinkes (2015). Badan Pusat Statistik (BPS) D.I.Y Sleman

Indriana , Teuku Melani (2007). Gizi Keluarga. Penebar Swasaya : Jakarta. Arief

Kagan A (2015) Patients who were diagnosed with menopause in the Gynecology

and Evaluation of sleep in women with menopause v.16(3); 2015;

Kasdu, D ( 2005). Kiat Sehat dan Bahagia di Umur Menopause. Puspaswara.

Jakarta: Gramedia

Lestary D, (2010). Seluk Beluk Menopause.Jogjakarta: Gerai Ilmu.

Lumongga N, (2013). Psikologi Kespro “Wanita & Perkembangan Reproduksinya”

Ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologinya. Cetakan Pertama. Jakarta:

Kencana.

Mulyani, S, (2013). Menopause Akhir Siklus Menstruasi Pada Wanita di Usia

Pertengahan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nurma riajati (2014). Pengaruh Penyuluhan Tentang Menopause Terhadap

Kesiapan Menghadapi Menopause Pada Ibu Premenopause Di Desa

Murtagading Sanden Bantul

Polman. (2015). The Role Depressive Symptomatology in peri and post-.menopause

Proverawati A, (2009). Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta: Nuha

Medika

Puspitasari 2013). Pengaruh Penyuluhan Tentang Menopause terhadap Tingkat

Kecemasan Ibu Premenopause menjelang Menopause di Desa Tirto Rt. 5

Triharjo Pandak Bantul.

Retnowati, S (2010). Tetap Bergairah Memasuki Masa Menopause. Yogyakarta

Roudhoh, S. (2010). Psikoedukasi: Intervensi Rehabilitasi dan Prevensi. Bandung:

Magister Profesi Psikologi Universitas Padjajaran.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung : Alfabeta

Supratikya, A. (2011). Merancang program dan modul psikoedukasi. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma

13

Thompson B. (2005). The Psyche of Estrogen Part I; Estrogen and Mood. .

http://www.ubcpharmacy.org/cpe/.

Treamblay., Nouk., Sheeran., Lisa., Sancia. (2008). Psychoeducational interventions

to alleviate hot flashes: a systematic Review. Journal Menopause,15 (Issue 1)

193-202.

Walsh, Joseph. (2010). Psycheducation In Mental Health. Chicago: Lyceum Books,

Inc.