pengaruh pendapatan nilai aktiva bersih (nab) portofolio...
TRANSCRIPT
“Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Portofolio Produk
Unit Link Campuran Terhadap Tingkat Pendapatan Nasabah pada PT.
BNI Life Insurance Divisi Syariah”
(Periode Januari 2008 – Juni 2010)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperolah Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)
Oleh:
Nuralifah
107046201846
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011/1432
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 November 2011
Nuralifah
ii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Jakarta Islamic
Indeks (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) portofolio produk unit link campuran periode Januari 2008 – Juni 2010. Uji
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linear berganda,
dimana Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran sebagai variabel
independen dengan level signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari perhitungan dengan menggunakan
angka R square adalah 0,980, maka hal ini dapat menjelaskan kontribusi Indeks JII
dan SBIS dalam mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran sebesar 98% dan sisanya 2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Selain itu, variabel indeks JII menjadi variabel yang paling dominan dan
berpengaruh secara signifikan sedangkan variabel SBIS tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan NAB produk unit link campuran.
Kata kunci: Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran, Jakarta
Islamic Indeks (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT. Atas kehendak dan kuasa-Nya, penuli dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul akhir zaman, Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, thabi’in-thabi’in dan seluruh
umat manusia yang setia kepadanya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis hadapi. Syukur Alhamdulillah, berkat keikhlasan hati dan kerja keras disertai
doa dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung, sehingga kesulitan dan hambatan dapat penulis lalui dengan sebaik-
baiknya. Dengan penuh kesadaran, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan
selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun
materil. Oleh karena itu, melalui tulisan ini perkenanakan penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA,
MM.
2. Ketua Program Studi Muamalat, Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Sekertaris
Program Studi Muamalat Bapak Mu’min Rauf, MA.
iv
3. Bapak Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA, selaku dosen pembimbing I dan Ibu
Dwi Nur’aini Ihsan, SE, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing, memberikan pengarahan, saran, koreksi, ilmu pengetahuan, dan
pengalamannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di
bangku kuliah dan pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
perpustakaan.
5. Orang tua penulis, Bapak Fadil dan Ibu Eva Fahiroh, adikku Rachmat Riyadi,
dan Muhammad Ifan Taufiq, tantequ tersayang Zuliana serta keluarga tercinta
atas doa, dukungan, motivasi serta perhatian secara moril serta materil yang tak
terhingga dan tiada pernah henti kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Asuransi Syariah Reguler 2007
khususnya Asuransi Syariah B, corina, puput, vivi, tini, eva, ema, ulan, zaki,
neng, mitha, lirin, qisti, ara, ida, uus, fitri, ela, panji, abink, ruly, farhan, lukman,
wawan, hadi, surya, ega, asyep, nanang, bayu, yoga, andika, dan lainnya yang
selalu memberikan kebersamaan selama penulis berada di bangku kuliah.
Semoga kebersamaan kita takkan habis seiring memudarnya waktu.
7. Teman-teman LiSenSi (Lingkar Studi Ekonomi Islam), KopMa, dan KKN
“Sadayana Sae” terimakasih banyak atas ilmu yang diberikan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Semoga kita semua bisa sukses dalam berkarir.
v
8. Kepada ibu rini, mas aldi, mbak lyvi, dan mbak tika di PT. BNI Life Insurance
Divisi Syariah, yang menyempatkan waktunya untuk membantu dalam
memberikan data-data yang penulis butuhkan sampai dengan penyelesaian
skripsi penulis.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta hingga selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat gandan kepada semua
pihak atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Di balik kekurangan dan kesalahan terdapat kesempurnaan yang hanya milik
Allah semata, karena itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan dan memerlukan untuk menjadi bahan pelajaran dan ilmu pengetahuan
untuk masa depan.
Jakarta, November 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………….. i
ABSTRAK……………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………… ix
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR........................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1
B. Pembatasan Masalah……………………………………. 11
C. Perumusan Masalah…………………………………….. 12
D. Tujuan Penelitian…………………………………….…. 13
E. Manfaat Penelitian……………………………………… 13
F. Review Studi Terdahulu………………………………... 15
G. Kerangka Teori………………………………………….. 24
H. Kerangka Pemikiran…………………………………….. 26
I. Sistematika Penulisan…………………………………… 28
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Teori Investasi………………………………………….. 30
vii
B. Ruang Lingkup Asuransi Syariah……………………..... 36
C. Ruang Lingkup Pasar Modal Syariah............................... 47
D. Ruang Lingkup Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………… 55
B. Variable Penelitian……………………………………… 56
C. Tekhnik Pengumpulan Data……………………………. 56
D. Sumber Data……………………………………………. 57
E. Metode Analisis Data…………………………………... 58
F. Pengujian Hipotesis…………………………………….. 59
G. Uji Asumsi Klasik…………………………………….… 61
H. Analisis Regresi………………………………………… 64
I. Interprestasi Hasil Regresi……………………………… 68
BAB IV PENGARUH PENDAPATAN NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)
PORTOFOLIO PRODUK UNIT LINK CAMPURAN
TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN NASABAH
A. Gambaran Umum Objek Penelitian…………………….. 70
B. Analisa Deskriptif ……………………………………… 72
C. Uji Asumsi Klasik ……………………………………… 79
D. Pengujian secara statistik……………………………….. 85
viii
E. Interpretasi……………………………………………… 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………… 94
B. Saran…………………………………………………….. 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kinerja Industri Asuransi Syariah…………………….. 5
Tabel 1.2 Review Studi Terdahulu………………………………. 15
Tabel 4.1 Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran pada PT BNI Life Insurance Divisi Syariah.. 74
Tabel 4.2 Data Jakarta Islamic Indeks (JII).................................... 76
Tabel 4.3 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)……….. 78
Tabel 4.4 Uji Normalitas…………………………………………. 80
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas…………………………………… 82
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi.………………………………………. 83
Tabel 4.7 Uji Simultan………………………………………….... 85
Tabel 4.8 Uji Parsial …...………………………………………… 86
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi ………………………………... 88
x
DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Model Penelitian Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Portofolio Produk Unit Link Campuran
Terhadap Tingkat Pendapatan Nasabah…..…………… 27
Gambar 2.1 Proses Seleksi Emiten Saham Syariah……..………….. 51
Gambar 4.1 Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran
pada PT BNI Life Insurance Divisi Syariah….……….. 75
Gambar 4.2 Data Jakarta Islamic Indeks (Januari 2008 – Juni 2010) 76
Gambar 4.3 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (Januari
2008 - Juni 2010)…………………………….…….. 78
Gambar 4.4 Uji Normalitas…………………………………………. 79
Gambar 4.5 Scatter Plot…………………………………….………. 81
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dahulu manusia hanya memenuhi tiga kebutuhan saja, yaitu sandang, pangan
dan papan. Namun dengan pesatnya perkembangan zaman, kini manusia tidak hanya
ingin memenuhi ketiga kebutuhan tersebut melainkan kebutuhan di masa mendatang
manusia sudah terlebih dahulu ingin memenuhinya mulai dari sekarang, sebagai
contohnya kebutuhan di hari tua dan dana pendidikan bagi anak-anaknya. Hal
tersebut menjadikan semakin kompleksnya kebutuhan manusia sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan perencanaan keuangan jangka panjang yang
dilaksanakan secara berkesinambungan.
Investasi merupakan sarana terpenting dalam mengumpulkan dan menjaga
nilai ekonomi uang. Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu
atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh
penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi.1 Istilah investasi adalah komitmen
atau sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan
tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.2
1 Tini Anggraini, Investasi dan Pasar Modal, Slide Mata Kuliah Pasar Modal. 2010, h.2.
2 Eduardus Tandelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, (Yogyakarta: BPFE,
2001), h.3.
2
Aktivitas investasi dapat dilakukan pada aktiva rill atau real assets
(membangun pabrik, membuat produk baru, menambah produk baru, merambah
saluran distribusi dan lainnya) ataupun pada financial assets atau sekuritas (membeli
sertifikat deposito, saham, obligasi, atau sertifikat reksadana).3 Dalam berinvestasi
terdapat 6 hal yang perlu diperhatikan:4
1. Perencanaan
Tentukan tujuan berapa dana yang dibutuhkan, jangka waktu investasi dan
ukur profil risiko.
2. Buat strategi alokasi asset
Manajer investasi akan membantu investor menetapkan alokasi asset sesuai
perencanaan yang telah dibuat.
3. Diversifikasi asset
Untuk mengurangi risiko. Salah satu pilihan investasi yang sudah
terdiversifikasi adalah reksadana.
4. Implementasi rencana
Jika memutuskan berinvestasi reksadana, pilih manajer investasi yang
dipercaya. Kemudian pilih jenis-jenis reksadana sesuai aset alokasi yang
ditetapkan. Diversifikasi tidak hanya untuk kelompok asset (seperti saham,
obligasi, pasar uang, mata uang, dsb), tetapi juga antar fund manager.
3 Suad Husnan, Dasar – dasar teori portofolio dan analisis sekuritas, (Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 2001), Edisi ke-3, h.3.
4 Investor, Edisi Januari 2011, Arah Investasi 2011: 20 saham pilihan, h.39.
3
Evaluasi fund manager berdasarkan perbandingan kinerja paling tidak tiga
bulan sekali.
5. Lakukan investasi secara rutin
Terapkan metode dollar cost averaging, jangan berpatokan pada market
timing.
6. Monitoring, evaluasi, dan penyesuaian (rebalancing)
Pantau kinerja investasi, dan lihat kembali apakah masih sesuai dengan tujuan
investasi dan profil risiko. Perlu penyesuaian alokasi paling tidak setahun
sekali, jika terjadi perubahan bobot karena pergerakan pasar.
Penggunaan produk keuangan sebagai media untuk investasi tidak mungkin
dihindari pada saat ini, baik produk keuangan yang berasal dari lembaga keuangan
bank ataupun non-bank yang merupakan sarana investasi, memberikan kemudahan
dalam melakukan transaksi dan memberikan fungsi proteksi, serta mampu bersifat
fleksibel dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Dikatakan bersifat fleksibel karena
lembaga keuangan kini mencoba memasukkan nilai-nilai kerohanian dalam sistemnya
yang menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Di Indonesia, kehadiran lembaga keuangan berbasis syariah kini tengah
menjadi fenomena kontemporer dalam perekonomian. Setelah dunia perbankan yang
menerapkan prinsip syariah berkembang cukup pesat, kini giliran industri perusahaan
asuransi yang mencoba melakukan penerapan prinsip syariah dalam mekanisme
operasionalnya.
4
Pada awal tahun 2010 Kementerian Keuangan menerbitkan peraturan dasar
penyelenggaraan asuransi syariah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI). Peraturan itu dituangkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) No. 18/PKM.010/-2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah
tertanggal 25 Januari 2010.5 Tujuannya adalah peningkatan transparansi pelaku
usaha asuransi kepada pemegang polis yang pada akhirnya diharapkan dapat
mencapai target market share asuransi syariah dengan tetap mempertahankan prinsip
kehati-hatian dan kepatuhan terhadap prinsip syariah. Lebih dari itu peraturan baru ini
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan volume usaha asuransi syariah dengan
lebih cepat.
Perkembangan asset asuransi syariah juga berkembang cukup pesat.
Perasuransian Bapepam LK menunjukkan asset asuransi syariah per September 2010
mencapai Rp 4 triliun, naik dari Rp 3 triliun pada 2009. Aset asuransi jiwa tercatat
mengalami peningkatan signifikan dari Rp 2,9 triliun menjadi Rp 3 triliun, sementara
asset asuransi umum naik dari Rp 902 miliar menjadi Rp 1,1 triliun. Asuransi syariah
pun menyumbang pendapatan premi sebesar 2,23 triliun atau sebesar 2,99% dari total
premi asuransi.6 Di Indonesia pengembangan pasar (market development) asuransi
5 “Regulasi asuransi syariah terbit”, Bisnis Indonesia, 10 Febuari 2010, artikel diakses pada
09 Febuari 2011 10:52 WIB, dari http://bataviase.co.id/node/90536 6 Investor, Edisi Januari 2011, Arah Investasi 2011: 20 saham pilihan, h.22.
5
syariah masih terbuka luas, indikasinya antara lain dapat dilihat dari jumlah polis
milik masyarakat pengguna jasa asuransi jiwa yang baru mencapai 8 juta individu.7
Tabel 1.1
Kinerja Industri Asuransi Syariah
(Dalam Miliar Rupiah)
NO Uraian Asuransi Jiwa
Asuransi Umum &
Reasuransi
2009 2010 2009 2010
1 Asset 2,120.1 2,999.7 902.6 1,119.2
2 Premi Bruto 1,929.4 1,804.8 449.5 440.8
3 Klaim 596.5 705.3 236.4 297.0
Ket: *) Data sampai dengan September 2010, tidak termasuk asuransi sosial sumber: Bapepam-LK
Industri asuransi nasional tahun 2011 diperkirakan akan tumbuh lebih baik,
seiring membaiknya ekonomi makro Indonesia. Besarnya jumlah penduduk dan
masih rendahnya penetrasi asuransi juga masih terkonsentrasi di kota-kota besar
menjadi alasan peluang pertumbuhan tahun depan tetap tinggi. Asuransi jiwa
diperkirakan masih tumbuh di atas 20% tahun 2011, dan tetap mengandalkan produk
berbasis investasi seperti unit link sebagai pendorong pertumbuhan.8
7 “R. Pradopo, ”Prospek asuransi jiwa di Indonesia”, artikel diakses pada 19 Febuari 2011
11:01 WIB, dari http://bataviase.co.id/node/138725 8 Investor, Edisi Januari 2011, Arah Investasi 2011: 20 saham pilihan, h.18.
6
Karena dipandang begitu pentingnya asuransi bagi sebagian masyarakat maka
kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan, baik oleh perorangan maupun
dunia usaha di Indonesia. Asuransi merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan
rumah tangga, baik dalam menghadapi risiko mendasar seperti risiko kematian, atau
dalam menghadapi risiko atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha
dalam menjalankan kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat
mengganggu kesinambungan usahanya.9 Risiko merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan kehidupan, karena segala aktivitas mengandung risiko.10 Risiko
merupakan kemungkinan terjadinya suatu kerugian yang tidak diduga atau tidak
diinginkan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu,
yang apabila terjadi mengakibatkan kerugian.
Untuk merencanakan keuangan jangka panjang yang dilaksanakan secara
berkesinambungan maka manusia membutuhkan investasi dan untuk mengantisipasi
kejadian yang tidak terduga dapat menimbulkan kerugian di masa yang akan datang
tersebut maka sebagian manusia memerlukan asuransi. Asuransi merupakan buah
pikiran dan akal budi manusia untuk mencapai suatu keadaan yang dapat memenuhi
9 Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.1.
10
Soesino Djojosoedarso, Prinsip- Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta:
Salemba Empat, 1999) Cet. Ke-1, h.2.
7
kebutuhannya, terutama sekali untuk kebutuhan – kebutuhannya yang hakiki sifatnya
antara lain rasa aman dan terlindung.11
Untuk itu produk proteksi plus investasi atau yang lebih di kenal dengan unit
link bagi pemegang polisnya yaitu merupakan produk asuransi jiwa yang bersifat
hibrida. Sebab, memberikan dua manfaat sekaligus, yakni manfaat perlindungan
santunan asuransi jiwa dan manfaat investasi dalam bentuk nilai tunai.12 Awal
perkembangan produk unit link dipicu oleh boomingnya reksadana di pasar modal.
Produk asuransi jiwa unit link dirancang dengan mengaitkan (linked) produk asuransi
jiwa dengan instrument investasi.
Produk yang merupakan inovasi dari produk asuransi tradisional, akibat dari
mulai bergesernya minat masyarakat dari produk asuransi tradisional menjadi unit
link di mana pada produk unit link ini selain memberikan proteksi jiwa juga
memberikan keleluasaan pemegang polis untuk berinvestasi, investasi yang
ditawarkan bermacam-macam dapat dipilih pemegang polis sesuai dengan
keinginannya Ada beberapa alternative jenis-jenis produk unit link berdasarkan porsi
portofolio investasi, tingkat risiko, dan potensi pengembalian hasil investasi. Ada
11
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta: Sinar Grafika,
1992) h.30.
12
“Apa itu unit link”. Artikel Diakses pada 25/03/11 jam 07:28 dari
http://bisnis.vivanews.com/news/read/50722-apa_itu_unit_link
8
empat jenis unit link yang tersedia saat ini, yaitu Unit Link pasar uang, Unit Link
pendapatan tetap, Unit Link dana saham, dan Unit Link campuran.13
Peserta unit link dapat memilih kemana dana yang disetorkan akan
diinvestasikan. Fluktuasi tingkat risiko, dan potensi pengembalian hasil investasi
sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis unit link itu sendiri. tingkat risiko dana
investasi pada produk unit link berturut-turut dari paling rendah ke paling tinggi
adalah unit link pasar uang – unit link pendapatan tetap – unit link pendapatan
campuran – unit link dana saham. Sedangkan potensi tingkat pengembalian hasil
investasi akan berlaku sebaliknya. Hal ini sejalan dengan prinsip investasi “high risk
high return” atau “no pain no gain” .
Dengan demikian, unit link dana saham merupakan jenis unit link yang
memiliki tingkat pengembalian hasil investasi paling besar, sementara unit link pasar
uang menjadi unit link dengan pendapatan paling kecil dan unit link campuran
merupakan Jenis unit link yang memberikan imbal hasil yang optimal dan relative
lebih stabil, karena dana diinvestasikan pada beberapa instrument investasi
(campuran) dalam komposisi tertentu (tergantung manajer investasi masing-masing).
13
“Jenis Produk Unit Link Berdasarkan Portofolio Investasi”. diakses pada 26 Des 10, Jam
12:38dari:http://mysunlife.multiply.com/journal/item/11/Jenis_Produk_Unit_Link_Berdasarkan_Porto
folio_Investasi
9
sesuai bagi para nasabah yang ingin memperoleh pendapatan memadai sekaligus
peluang pertumbuhan investasi jangka panjang.14
Produk unit link ini adalah dana dari pemegang polis yang akan dikelola
dalam mutual fund di mana tingkat risiko ditekan serendah mungkin sehingga risiko
kerugian diharapkan lebih kecil. Variabel yang digunakan untuk menganalisis tingkat
pendapatan yang diperoleh adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari unit link pada
perusahaan asuransi syariah tersebut. Karena NAB merupakan total nilai investasi
dan kas yang ada dikurangi dengan biaya-biaya hutang dari kegiatan operasional yang
harus dibayarkan, sedangkan NAB per unit adalah harga wajar dari portofolio suatu
unit link setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah per saham/unit
penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu.
Jakarta Islamic Index merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham syariah,15 terdiri dari 30 emiten dan telah sesuai dengan
prinsip syariah islam16 Pergerakan nilai index akan menunjukkan pertumbuhan situasi
pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif,
ditujukkan dengan indeks saham yang mengalami kenaikan.
14
Media Asuransi Desember 2008 no.215 tahun XXIX, h.17. 15
Bursa Efek Indonesia, Panduan pemodal: Investasi di Pasar Modal, (Jakarta:2008), h.25.
16 Rudi B Surya, Modul Pendidikan dan Pelatihan Wakil Manajer Investasi (WMI): Analisis
Ekuitas, (LMK Pasar Modal: 2010), h.6.
10
Sedangkan keadaan stabil ditunjukkan oleh indeks harga saham yang tetap,
dan keadaan pasar lesu ditujukkan dengan indeks harga saham yang mengalami
penurunan. JII menggambarkan suatu rangkaian informasi historis mengenai
pergerakan harga saham syariah gabungan, sampai pada periode tertentu. Dalam hal
ini mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja suatu saham
syariah gabungan di bursa efek.
Instrumen moneter yang biasa menggunakan Sertifikat Bank Indonesia pada
konvensional, sedangkan untuk instrumen moneter syariah menggunakan SBIS
(Sertifikat Bank Indonesia Syariah) berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana yang
telah diketahui instrumen moneter syariah yaitu SBIS merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi investor dalam berinvestasi. Apabila SBIS naik maka investor
akan beralih pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko,
sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka
masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar
modal.
Pada peraturan BI Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia17.
17
“Peraturan Moneter BI” Di akses pada 28 Maret 2011, jam 10:59 WIB dari
http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Moneter/pbi_101108.htm ,
11
Melihat kedua faktor tersebut, diduga mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pendapatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) nasabah maka penulis tertarik
melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur seberapa besar hubungan tersebut
dengan judul “Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Portofolio
Produk Unit Link Campuran Terhadap Tingkat Pendapatan Nasabah pada PT.
BNI Life Insurance Divisi Syariah” (Periode Januari 2008 – Juni 2010)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pendapatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk Unit Link Campuran,
khususnya pada PT. BNI Life Insurance Divisi Syariah diduga dapat diukur
melalui campuran portofolio yaitu indeks JII, Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
Sukuk dan lain - lain. Agar pembahasan penelitian ini fokus dan tidak melebar,
penulis membatasi pembahasan penelitian ini pada pengaruh pendapatan Nilai
Aktiva Bersih (NAB) portofolio produk Unit Link Campuran yang terdiri atas
indeks JII dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) terhadap tingkat pendapatan
nasabah. Oleh karena itu penelitian ini hanya menggunakan dua variabel
independen yaitu Indeks JII, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Untuk itu data yang digunakan adalah, sebagai berikut:
12
a. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk Unit Link Campuran merupakan
total nilai investasi dan kas yang ada telah dikurangi dengan biaya-biaya
hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan.
b. Data pergerakan Jakarta Islamic Indeks yang digunakan sebagai tolak ukur
(benchmark) untuk mengukur kinerja investasi pada saham berbasis syariah.
c. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang digunakan sebagai tolak
ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja investasi pada insturmen
investasi bebas risiko.
d. Penelitian ini menggunakan data sejak produk Unit Link Campuran pada PT.
BNI Life Insurance Divisi Syariah diterbitkan selama tiga puluh bulan untuk
variabel independen dan dependen, yaitu selama periode Januari 2008 – Juni
2010.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat merumuskan
beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh variabel Jakarta Islamic Indeks (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk Unit
Link Campuran?
2. Variabel manakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk Unit Link Campuran?
13
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan utama sebagai berikut :
1. Mengukur bagaimana pengaruh variabel Jakarta Islamic Indeks (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk Unit Link Campuran.
2. Menjelaskan variabel yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap
pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk Unit Link Campuran.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Mengaktualisasikan keilmuan dalam rangka pengembangan ilmu yang
diperoleh di bangku kuliah dan untuk menambah pengetahuan mengenai
produk investasi pada asuransi unit link.
2. Bagi Akademisi
Sebagai kontribusi pada hasil penelitian, terutama yang berkaitan dengan
produk investasi pada asuransi berupa pengetahuan mengenai pengaruh
pendapatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) portofolio produk unit link terhadap
tingkat pendapatan nasabah, khususnya untuk kosenterasi asuransi syariah
14
yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini juga akan
menambah keragaman referensi atas fakta-fakta ekonomi syariah di Indonesia.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan
strategi yang tepat dalam memilih jenis investasi pada produk unit link yang
mampu meningkatkan pertumbuhan pasar.
15
E. Review Studi Terdahulu
Tabel 1.2
1. Andry S Timisela, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2010.
Penelitian Sebelumnya Penulis
Judul Pengaruh Indeks Syariah
Terhadap Pertumbuhan Nilai
Aktiva Bersih Reksadana
Syariah (Studi Pada Dana Reksa
Syariah Berimbang Tahun
2003-2007).
Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Portofolio Produk
Unit Link Campuran Terhadap
Tingkat Pendapatan Nasabah pada
PT. BNI Life Insurance Divisi
Syariah (Periode Januari 2008 –
Juni 2010).
Fokus
Penelitian
Mengetahui pengaruh indeks JII
terhadap pertumbuhan Nilai
Aktiva Bersih (NAB)
Danareksa syariah berimbang.
Mengukur seberapa besar pengaruh
variabel Jakarta Islamic Indeks (JII)
dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk unit
link campuran dan menjelaskan
variabel mana yang memberikan
pengaruh paling dominan.
Obyek
Penelitian
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
PT. Danareksa Syariah
Berimbang.
PT. BNI Life Insurance divisi
syariah, Bursa Efek Indonesia
(BEI), dan Bank Indonesia (BI).
Teori A. Pasar modal syariah
1. Pengertian pasar modal
syariah
A. Teori Investasi
1. Pengertian Investasi
2. Instrumen Investasi
16
2. Prinsip pasar modal syariah
3. Jakarta Islamic Indeks
4. Kendala dan strategi
pengembangan pasar modal
syariah
B.Reksadana syariah
1. Pengertian reksadana syariah
2. Jenis-jenis reksadana
3. Bentuk-bentuk reksadana
4. Sifat reksadana
5. Kelebihan reksadana
6. Risiko reksadana
7. Nilai Aktiva Bersih
8. Kinerja reksadana syariah
9. Manajer investasi
10. Bank kostodian
3. Proses Investasi
4. Tujuan Investasi
B. Ruang Lingkup Asuransi
Syariah.
1. Pengertian asuransi syariah
2. Produk unit link
3. Jenis-jenis produk unit link
4. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
C. Ruang Lingkup Pasar Modal
Syariah.
1. Pengertian pasar modal
syariah.
2. Jakarta Islamic Indeks.
D. Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
1. Pengertian Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS).
2. Tujuan strategis SBIS.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metodologi penelitian
kuantitatif dengan metode
analisis regresi linear sederhana
dengan variabel dependent Nilai
Aktiva Bersih (NAB) reksadana
syariah dan variabel
Penelitian ini menggunakan
metodologi penelitian kuantitatif
dengan metode analisis regresi
berganda dengan variabel dependen
Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
Unit Link Campuran dan variabel
independen yaitu Jakarta Islamic
17
independent yaitu Jakarta
Islamic Index (JII).
Index (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia Sertifikat Bank (SBIS).
Hasil
Analisis
Terdapat hubungan linear antara
Indeks JII dengan tingkat
pertumbuhan NAB Danareksa
Berimbang dengan R square
sebesar 84.7% sedangkan
sisanya 15.3% dipengaruhi oleh
faktor lain di luar variabel
indeks JII.
Berasumsi bahwa terdapat
pengaruh antara variabel Jakarta
Islamic Indeks (JII) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk unit link campuran
baik secara simultan maupun
parsial.
2. Putri Haryani, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Penelitian Sebelumnya Penulis
Judul Study Komparasi Produk
Asuransi Unit Link dan
Reksadana Syariah (Studi pada
PT. Takaful Keluarga dan PNM
Invesment Management).
Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Portofolio Produk
Unit Link Campuran Terhadap
Tingkat Pendapatan Nasabah pada
PT. BNI Life Insurance Divisi
Syariah (Periode Januari 2008 –
Juni 2010).
Fokus
Penelitian
Membandingkan asuransi unit
link dan reksadana syariah, dari
segi pengelolaan dana, manfaat
dan keuntungannya berinvestasi.
Mengukur seberapa besar pengaruh
variabel Jakarta Islamic Indeks (JII)
dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk unit
link campuran dan menjelaskan
18
variabel mana yang memberikan
pengaruh paling dominan.
Obyek
Penelitian
PT. Asuransi Takaful Keluarga
dan PNM Invesment
Management.
PT. BNI Life Insurance divisi
syariah, Bursa Efek Indonesia
(BEI), dan Bank Indonesia (BI).
Teori A. Tinjauan pustaka asuransi
unit link dan reksadana syariah.
1. Teori mengenai investasi
a. Pengertian investasi
b. Instrument investasi
c. Proses investasi
B. Gambaran umum teori
asuransi unit link
a. Pengertian asuransi unit link
b. Manfaat asuransi syariah
3. Gambaran umum teori
reksadana
a. Pengertian reksadana
b. Mekanisme operasional
reksadana
c. Jenis dan instrumen investasi
reksadana
d. Jenis usaha emiten
e. Produk - produk reksadana
yang ada di PNM Management.
A. Teori Investasi
1. Pengertian Investasi
2. Instrumen Investasi
3. Proses Investasi
4. Tujuan Investasi
B. Ruang Lingkup Asuransi
Syariah.
1. Pengertian asuransi syariah
2. Produk unit link
3. Jenis-jenis produk unit link
4. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
C. Ruang Lingkup Pasar Modal
Syariah.
1. Pengertian pasar modal
syariah.
2. Jakarta Islamic Indeks.
D. Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
1. Pengertian Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS).
19
2. Tujuan strategis SBIS.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini menggunakan
metodologi penelitian kuantitatif
dengan metode analisis regresi
berganda dengan variabel dependen
Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran dan variabel
independen yaitu Jakarta Islamic
Index (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia Sertifikat Bank (SBIS).
Hasil
Analisis
Perbandingan unit link dan
reksadana terlihat dari
mekanisme pengelolaan dana
asuransi unit link syariah
menggunakan beberapa akad
seperti akad mudharabah,
mudharabah musytarakah, dan
wakalah bil ujroh serta
perbedaan manfaat yang
diperoleh.
Berasumsi bahwa terdapat
pengaruh antara variabel Jakarta
Islamic Indeks (JII) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk unit link campuran
baik secara simultan maupun
parsial.
3. Annisa Sholihah, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008.
Penelitian Sebelumnya Penulis
Judul Analisis Pengaruh JII, SWBI,
IHSG, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksa Dana Syariah
Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Portofolio Produk
Unit Link Campuran Terhadap
20
Tingkat Pendapatan Nasabah pada
PT. BNI Life Insurance Divisi
Syariah (Periode Januari 2008 –
Juni 2010).
Fokus
Penelitian
Mengetahui pengaruh JII,
SWBI, IHSG, dan inflasi
terhadap kinerja reksadana
syariah.
Mengukur seberapa besar pengaruh
variabel Jakarta Islamic Indeks
(JII) dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk unit
link campuran dan menjelaskan
variabel mana yang memberikan
pengaruh paling dominan.
Obyek
Penelitian
Bapepam, Bursa Efek Indonesia
(BEI), PNM Syariah, Danareksa
Syariah Berimbang, dan Batasa
Syariah.
PT. BNI Life Insurance divisi
syariah, Bursa Efek Indonesia
(BEI), dan Bank Indonesia (BI).
Teori A. Investasi dan pasar modal
B. Return and Risk
C. Pengertian JII, SWBI, IHSG
dan inflasi
D. Pengertian Reksadana
E. Manfaat Berinvestasi melalui
reksadana.
F. Risiko investasi di reksadana
G. Reksadana syariah
H. Jenis-jenis reksadana
I. Sumber penghasilan
reksadana
A. Teori Investasi
1. Pengertian Investasi
2. Instrumen Investasi
3. Proses Investasi
4. Tujuan Investasi
B. Ruang Lingkup Asuransi
Syariah.
1. Pengertian asuransi syariah
2. Produk unit link
3. Jenis-jenis produk unit link
4. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
21
J. Mengukur kinerja reksadana
K. Pengembangan produk
reksadana
C. Ruang Lingkup Pasar Modal
Syariah.
1. Pengertian pasar modal
syariah.
2. Jakarta Islamic Indeks.
D. Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
1. Pengertian Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS).
2. Tujuan strategis SBIS.
Metodologi
Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metodelogi penelitian kuantitatif
dengan metode analisis regresi
linear berganda dengan variabel
dependent Nilai Aktiva Bersih
(NAB) reksadana syariah dan
variabel independent yaitu
Jakarta Islamic Index (JII),
Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI), Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG), dan inflasi.
Penelitian ini menggunakan
metodologi penelitian kuantitatif
dengan metode analisis regresi
berganda dengan variabel
dependen Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk unit link campuran
dan variabel independen yaitu
Jakarta Islamic Index (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Sertifikat
Bank (SBIS).
Hasil
Analisis
Hasil uji regresi ditemukan
bahwa JII dan inflasi
mempengaruhi kinerja reksa
dana syariah, sedangkan
Berasumsi bahwa terdapat
pengaruh antara variabel Jakarta
Islamic Indeks (JII) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS)
22
variabel SWBI dan IHSG tidak
memiliki pengaruh yang
signifikan.
terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk unit link campuran
baik secara simultan maupun
parsial.
4. Indo yama Nasarudin dan Septian Adityawati, Jurnal Ekonomi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2009.
Penelitian Sebelumnya Penulis
Judul Perbandingan Analisis
Karakteristik Perusahaan,
Industri, dan Ekonomi Makro
terhadap Return dan Beta Saham
(Studi Kasus IHSG dan JII tahun
2003-2008)
Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Portofolio Produk
Unit Link Campuran Terhadap
Tingkat Pendapatan Nasabah pada
PT. BNI Life Insurance Divisi
Syariah (Periode Januari 2008 –
Juni 2010).
Fokus
Penelitian
Membandingkan pengaruh varia
bel karakteristik perusahaan, ind
ustri dan ekonomi
makro terhadap return dan beta s
aham syariah dengan return dan
beta konvensional
Mengukur seberapa besar pengaruh
variabel Jakarta Islamic Indeks (JII)
dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk unit
link campuran dan menjelaskan
variabel mana yang memberikan
pengaruh paling dominan.
Obyek
Penelitian
Perusahaan yang go public di
BEI.
PT. BNI Life Insurance divisi
syariah, Bursa Efek Indonesia
(BEI), dan Bank Indonesia (BI).
Teori A. Pengertian pasar modal
B. Analisis perusahaan (Rasio
A. Teori Investasi
1. Pengertian Investasi
23
Solvabilitas, rasio profitabilitas,
market ratio, nilai buku)
C. Analisis industri
D. Analisis makro ekonomi
(inflasi, kurs, produk domestik
bruto).
2. Instrumen Investasi
3. Proses Investasi
4. Tujuan Investasi
B. Ruang Lingkup Asuransi
Syariah.
1. Pengertian asuransi syariah
2. Produk unit link
3. Jenis-jenis produk unit link
4. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
C. Ruang Lingkup Pasar Modal
Syariah.
1. Pengertian pasar modal
syariah.
2. Jakarta Islamic Indeks.
D. Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
1. Pengertian Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS).
2. Tujuan strategis SBIS.
Metodologi
Penelitian
Teknik analisis data yang
digunakan model persamaan
struktural (Structural Equation
Modelling) dengan bantuan
program AMOS.16
Penelitian ini menggunakan
metodologi penelitian kuantitatif
dengan metode analisis regresi
berganda dengan variabel dependen
Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran dan variabel
24
independen yaitu Jakarta Islamic
Index (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia Sertifikat Bank (SBIS).
Hasil
Analisis
Variabel karakteristik
perusahaan (EPS, BV, dan
ROA), Variabel industri (Jenis
industri dan ukuran industri),
Variabel makro ekonomi (PDB,
Kurs, dan inflasi) berpengaruh
secara signifikan terhadap
kinerja keuangan yang
diwakilkan dengan return dan
beta saham pada JII. Sedangakan
data IHSG yaitu Variabel
karakteristik perusahaan (EPS,
BV, ROA, dan ROE), Variabel
industri (Jenis industri dan
ukuran industri), berpengaruh
secara signifikan terhadap
kinerja keuangan yang
diwakilkan dengan return dan
beta saham pada JII.
Berasumsi bahwa terdapat
pengaruh antara variabel Jakarta
Islamic Indeks (JII) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk unit link campuran
baik secara simultan maupun
parsial.
25
E. Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran
1. Kerangka Teori
Penggunaan produk lembaga keuangan asuransi sebagai media untuk
investasi sekaligus proteksi, selain memberikan kemudahan dalam memilih jenis
investasi yang diinginkan dan memberikan fungsi proteksi, kini lembaga
keuangan non-bank tersebut dapat bersifat fleksibel dengan memasukkan nilai-
nilai kerohanian dalam sistemnya yang menyelaraskan antara kehidupan dunia
dan akhirat.
Popularitas produk unit link, yang mana risiko investasinya secara
langsung ditanggung oleh pemegang polis, telah tumbuh dengan cepat di
kawasan asia beberapa tahun belakangan ini.
Terbentuknya produk unit link sendiri saat itu dipicu oleh terjadinya
booming pada pasar modal dan mengarah pada ide pembentukkan produk
asuransi jiwa yang dapat dikaitkan (linked) dengan instrumen investasi. Hal ini
yang memicu para pelaku industri asuransi jiwa saat itu menawarkan produk
alternative yang memberikan keleluasaann bagi para pemegang polisnya untuk
mengakses secara langsung keungtungan investasinya.18
Untuk memantau hasil portofolio produk unit link menggunakan Nilai
Aktiva Bersih (NAB) yang merupakan total nilai investasi dana kas yang ada
dikurangi dengan biaya-biaya dari kegiatan operasional yang harus dibayarakan.
18
Ketut, Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link, proteksi sekaligus
investasi, (Jakarta:PPM, 2004), h.11.
26
Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari seperti hal nya reksadana, tergantung
pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya Nilai Aktiva Bersih
(NAB) mengindikasikan naiknya tingkat pendapatan pemegang saham atau unit
penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB)
berarti berkurangnya tingkat pendapatan pemegang unit penyertaan.
2. Kerangka Pemikiran
Adanya asuransi syariah menjadi sebuah solusi untuk menjawab kebutuhan
kaum muslim akan pentingnya perencanaan masa depan. Dalam hal ini asuransi
syariah mencakup sebuah transaksi bisnis yang halal dengan akad-akad bebas dari
unsur maisir, gharar, dan riba.19
Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
pendapatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) portofolio produk Unit Link Campuran
terhadap tingkat pendapatan nasabah ada pun variabel-variabel yang dianalisis
sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu Indeks JII dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
Tingkat pendapatan produk Unit Link Campuran dapat diukur dengan
indikator Nilai Aktiva Bersih (NAB), dimana semakin tinggi Nilai Aktiva Bersih
19 Agus Edi Sumanto,dkk, Solusi Berasuransi: Lebih Indah Dengan Syariah, (Bandung: PT
Karya Kita), h.31.
27
(NAB) produk unit link berarti semakin tinggi tingkat pendapatan nasabah. Untuk
mengetahui apakah variabel-variabel bebas (independen variable) yang diteliti
mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat (dependen variable)
maka penulis memberikan gambaran secara sistematis pada kerangka pemikiran
sebagai berikut:
Gambar 1.1 Model Penelitian Pengaruh Pendapatan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Portofolio Produk Unit Link Campuran Terhadap Tingkat
Pendapatan Nasabah.
Indeks Harga Saham /(Rp) Surat Berharga Yang
dikeluarkan BI /(%)
Tingkat Pendapatan Nasabah
Interpretasi
Jakarta Islamic Index (JII)
(Jan 2008 – Jun 2010)
Data Keuangan
per bulan
Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) (Jan 2008 – Jun 2010)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Produk B-Life Investlink
Syariah Optimal (Unit)
28
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti materi yang akan dibahas,
maka penulis paparkan garis-garis besar isi tiap-tiap bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini di uraikan mengenai latar belakang penelitian,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teori dan kerangka pemikitan, dan teknik penulisan, kajian
pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan dalam
pembahasan permasalahan mengenai: ruang lingkup investasi, ruang
lingkup asuransi syariah, ruang lingkup pasar modal syariah, dan ruang
lingkup Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan mengenai ruang lingkup penelitian, variabel
penelitian, Teknik pengumpulan data, sumber data, metode analisis
data, pengujian hipotesis, analisis regresi, dan interprestasi hasil
regresi.
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan memaparkan hasil penelitian bagaimana pengaruh
pendapatan Nilai Aktiva Bersih (NAB) portofolio produk Unit Link
Campuran terhadap tingkat pendapatan nasabah secara simultan dan
parsial.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir yang berisikan kesimpulan serta saran yang dapat di
ambil dari hasil penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
30
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi mempunyai pengertian yang luas, tetapi dalam kebiasaan
umum, pengertian investasi diartikan dengan penggunaan uang bagi
peningkatan kapasitas sistem produksi atau dengan kata lain peningkatan
asset kapital.1
Investasi (investment) adalah sebuah cara atau alat untuk
meningkatkan nilai atas nama yang kita simpan di sebuah instrument investasi
tertentu untuk mendapatkan pengembalian dana yang positif (Positive
return2). Definisi lain investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk
memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang yang sesuai
dengan syariah islam.3
1 Dj.A.Simarmata, Pendekatan Sistem Dalam Analisa Proyek Investasi Dan Pasar Modal,
cet.I, (Jakarta: PT Gramedia, 1984), h.155. 2 Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link: Proteksi Sekaligus
Investasi. cet.I, (Yogyakarta: PPM, 2004), h.131. 3 Ahmad Rodoni, Investasi Syariah, cet.I, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009), h.46.
31
2. Instrumen Investasi
Dalam dunia yang sebenarnya hampir semua investasi mengandung
unsur ketidakpastian atau risiko. Pemodal tidak tahu dengan pasti hasil yang
akan diperolehnya dari investasi yang dilakukannya. Dalam keadaan semacam
itu pemodal menghadapi kesempatan investasi yang berisiko, untuk itu
pembentukkan portofolio investasi (diversifikasi asset) pada berbagai
kesempatan investasi digunakan untuk memperkecil risiko. Ada beberapa
jenis instrumen investasi di pasar keuangan (financial Market) yaitu:4
a. Instrumen Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara menjual sekuritas.
Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari
satu tahun, seperti saham dan obligasi.
b. Instrumen Pasar Uang
Pasar uang mempunyai berbagai macam instrumen investasi yang dapat
dipilih sesuai dengan kebutuhan spesifik para investor tetapi secara umum
mempunyai waktu jatuh tempo kurang atau sama dengan satu tahun.
Setiap instrumen dalam pasar uang memiliki tujuan tertentu sesuai dengan
tingkat likuiditas serta tingkat jenis pendapatan yang diinginkan oleh
investor. Beberapa instrumen pasar uang adalah sertifikat deposito, SBI
4 Ibid, h.46-47.
32
(Sertifikat Bank Indonesia), commercial paper dan lain-lain. Dalam
syariah SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah).
3. Proses Investasi
Proses investasi berkenaan dengan bagaimana seharusnya seorang
investor membuat keputusan mengenai pemilihan sekuritas, seberapa
ekstensif investasi sebaiknya dilakukan dan kapan investasi seharusnya
dilaksanakan.5 Menurut Suad Husnan untuk mengambil keputusan tersebut
diperlukan langkah – langkah sebagai berikut:6
a. Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbankan dalam tahap ini, yaitu tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat risiko
(rate of risk), dan ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
b. Melakukan analisis sekuritas
Tahap ini berarti melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok
efek, salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasikan efek
yang salah satu harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Untuk itu ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:
5 William F. Sharpe, dkk, Investasi Jilid 1. Penerjemah Henry Njooliangtik dan Agustino
(Jakarta: Prenhallindo 1999), h.1. 6 Suad Husnan, Dasar – Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, cet.II, (Yogyakarta:
UPP AMP YKPN, 2001), h.47- 49.
33
1. Analisis teknikal
Analisis teknikal adalah suatu metode meramalkan pergerakan harga
saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang
dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan,
dan indeks harga saham gabungan.7 Menggunakan data (perubahan)
harga dimasa yang lalu sebagai upaya untuk memperkirakan harga
sekuritas di masa yang akan datang, dengan mendasari bahwa:8
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu
yang lalu.
c. Karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu
dan pola tersebut akan berulang.
Metodologi analisis teknis tergantung pada asumsi bahwa apa yang
terjadi di masa lalu cenderung terulang lagi di bursa saham. Jika pola
aktifitas tertentu di masa lalu tingkat keberhasilannya 90%, seseorang
dapat mengasumsikan kemungkinan hasil yang sama akan muncul lagi
setiap kali pola ini muncul di masa depan.9
7 Djoko Susanto Dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Di Bursa Efek, Cet.1, (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2010), h.29-30. 8 Suad Husnan, Dasar – Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, cet.II, (Yogyakarta:
UPP AMP YKPN, 2001), h.349. 9 William F. Sharpe, dkk, Investasi Jilid 2. Penerjemah Henry Njooliangtik dan Agustino
(Jakarta: Prenhallindo 1999), h.368.
34
2. Analisis fundamental
Analisis fundamental digunakan untuk menghitung nilai intrinsik suatu
saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan.10 Berupaya
mengidentifikasikan prospek perusahaan (lewat analisis terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhinya) untuk bisa memperkirakan
harga saham di masa yang akan datang, dengan cara:11
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa yang akan datang.
b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
Tahapan melakukan analisis fundamental secara umum yaitu analisis
ekonomi, analisis industri, siklus kehidupan produk, analisis
perusahaan yang mengeluarkan saham, dan rasio-rasio keuangan
(untuk memperhatikan seperti kebijaksanaan pemerintah, pertumbuhan
ekonomi, pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba,
perkembangan tingkat bunga, dan sebagainya yang mungkin
mempengaruhi harga saham (kondisi pasar)).
10
Djoko Susanto Dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Di Bursa Efek, Cet.1, (Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2010), h.21 11
Suad Husnan, Dasar – Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, cet.II, (Yogyakarta:
UPP AMP YKPN, 2001), h.315.
35
c. Pembentukkan portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi tahap ini menyangkut
indentifikasi sekuritas – sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing – masing sekuritas
tersebut.
d. Melakukan revisi portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud bahwa portofolio yang sekarang dimiliki tidak lagi
optimal, atau tidak sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka
pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas – sekuritas yang
membentuk portofolio tersebut.
e. Evaluasi kinerja portofolio
Dalam tahap ini pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(Performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang di
peroleh maupun risiko yang di tanggung.
4. Tujuan Investasi
Setiap tahun, bahkan setiap bulan, harga bahan baku makanan dan
barang serta jasa mengalami kenaikan. Kenaikkan itu dipicu oleh berbagai
sebab, antara lain tingginya permintaan dan menurunnya penawaran.
36
Untuk itu ada beberapa alasan mengapa seseorang atau suatu
perusahaan melakukan investasi antara lain adalah:12
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan
datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi, seseorang atau
perusahaan dapat menghindarkan kekayaannya tidak merosot nilainya
dikarenakan inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Kebijakan pemerintah untuk
meningkatkan investasi salah satunya yaitu fasilitas pajak yang diberikan
kepada seseorang atau suatu perusahaan yang melakukan investasi.
B. Ruang Lingkup Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi Syariah
Secara umum asuransi syariah dapat diartikan dengan asuransi yang
prinsip operasionalnya didasarkan pada syari’at islam dengan mengacu
kepada al-Qur’an dan al-Sunnah.13 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) memformulasikan asuransi syariah (Ta’min, Takaful
atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di
antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan
12
William F. Sharpe, dkk, Investasi Jilid 1. Penerjemah Henry Njooliangtik dan Agustino
(Jakarta: Prenhallindo 1999), h.47. 13
Yadi Janwari, Asuransi Syari’a,. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005), h.5.
37
atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.14 Allah
berfirman:15
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Konsep Dasar Asuransi Syariah:
Fondasi berdirinya asuransi syariah (takaful) adalah upaya saling
bertanggung jawab, saling membantu, saling melindungi di antara sesama
peserta asuransi sehingga diperlukan pengelola yang amanah (perusahaan
asuransi) demi terdistribusinya dana tolong-menolong bagi mereka yang
14
M. Amin Suma, Asuransi Syariah & Asuransi Konvensional: Teori, Sistem, Aplikasi &
Pemasaran, (Jakarta: Kholam Publishing, 2006), h.41. 15
Agus Edi Sumanto, dkk. Solusi Berasuransi: Lebih Indah Dengan Syariah, (Bandung: PT
Karya Kita, 2009), h.26-27.
38
membutuhkan atau yang mengalami musibah.16 Untuk itu terdapat 5 konsep
dasar asuransi syariah, yaitu:
a. Asuransi syariah dibangun atas dasar saling bertanggung jawab.
b. Asuransi syariah dibangun atas dasar saling bekerjasama.
c. Asuransi syariah dibangun atas dasar saling melindungi.
d. Asuransi syariah dibangun atas dasar saling menyelamatkan.
e. Asuransi syariah dibangun atas dasar profesionalitas.
3. Produk Unit Link
Unit link adalah salah satu produk dari asuransi jiwa, sedangkan bisnis
asuransi jiwa identik dengan kepercayaan, atau adanya kepastian dan
kenyamanan yang diterima oleh nasabah. Selain hal tersebut, asuransi jiwa
juga harus memberikan solusi yang menguntungkan, bernilai tinggi,
kompetitif, dan inovatif. Karena ketika perusahaan asuransi jiwa menyediakan
produk investasi, perusahaan asuransi jiwa tersebut tidak hanya bersaing
dengan perusahaan – perusahaan asuransi jiwa yang lain, tetapi juga dengan
lembaga keuangan yang lain yang menyediakan instrumen–instrumen
investasi dan yang berinvestasi langsung dalam sekuritas–sekuritasnya.17
16
Ibid, h.62. 17
Frank J Faborozzi, Pasar & Lembaga Keuangan, (Jakarta: Salemba 4, 1999), h.125.
39
Polis unit link pertama kali diterbitkan di London dan Manchester
tahun 1957. Pada saat itu, polis unit link merupakan gabungan antara proteksi
asuransi jiwa dengan reksadana.18
Lahirnya produk unit link dipicu oleh terjadinya booming pada pasar
modal yang mengarah pada ide untuk membentuk produk asuransi jiwa yang
dapat dikaitkan dengan instrumen investasi. Hal ini yang menyebabkan para
pelaku industri asuransi jiwa menawarkan produk unit link pada saat itu
adalah ketika harga saham naik, produk konvensional dengan pembagian hak
laba tidak secara langsung memberikan laba kepada pemegang polis.19
Dengan adanya kebutuhan perusahaan asuransi jiwa untuk
menginvestasikan dana dari pemegang polis ke dalam instrumen investasi
yang tersedia sehingga menyebabkan bisnis unit trust (reksadana) menjadi
berkembang. Pada awalnya, secara tidak langsung perusahaan asuransi jiwa
mengaitkan produk asuransi jiwanya dengan produk unit trust (reksadana),
akan tetapi lambat laun produk itu menjadi satu kesatuan dalam kontrak
polis.20
Unit link sebagai produk “two in one” merupakan produk yang sangat
mudah atau ringkas dan dapat memenuhi kebutuhan. Hal ini disebabkan
karena unit link mengandung unsur asuransi sebagai proteksi dan reksa dana
18
Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link: Proteksi Sekaligus
Investasi, cet.I, (Yogyakarta: PPM, 2004), h.2. 19
Ibid, h.6. 20
Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link: Proteksi Sekaligus
Investasi, cet.1, (Yogyakarta: PPM, 2004), h.10-11.
40
sebagai instrumen investasi. Karena investasi dana dalam unit link dikelola
oleh manajer investasi, jadi nasabah tidak perlu repot membeli perlindungan
asuransi dan berinvestasi reksa dana di tempat yang berbeda, namun cukup ke
satu tempat saja, yaitu perusahaan asuransi jiwa. Nasabah akan menikmati
hemat waktu, pikiran dan biaya transportasi.21
Polis asuransi jiwa unit link adalah polis individu yang memberikan
proteksi asuransi jiwa dimana setiap saat nilainya bervariasi sesuai dengan
nilai asset investasi tersebut.22 Unit link merupakan pengembangan dari jenis
asuransi dwi guna atau saham, pasar uang, atau obligasi.23
Jadi asuransi unit link adalah suatu bentuk pengembangan dari
asuransi dwi guna yang memberikan proteksi jiwa terhadap individu di mana
nilai tunai dalam polis akan ditanamkan pada berbagai jenis instrumen
investasi seperti saham, pasar uang, atau obligasi.24
21
Freddy Pieloor, Jangan Beli Unit Link: Bila Anda Tidak Paham Benar!, cet I, (Jakarta: PT
Elek Media Komputindo, 2009), h.95. 22
Ibid, h.22. 23
Fuad Usman dan M. Arief, Security for Life: Hidup Lebih Nyaman dengan Berasuransi,
(Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2004), h.40-41. 24
Ibid, h.30.
41
4. Keunikan Unit Link
Produk asuransi jiwa unit link memiliki keunikan apabila
dibandingkan dengan produk asuransi jiwa lainnya. Keunikannya adalah
sebagai berikut:25
a. Unsur Investasi dalam produk asuransi jiwa unit link merupakan
komponen penting dari produknya, mengigat nilai polisnya adalah hasil
investasi rill yang diperolehnya.
b. Komponen biaya pada produk asuransi jiwa unit link, baik biaya mortalita
maupun biaya administrasi dan bahkan investment fee, diungkapkan
secara eksplisit dalam lampiran polis sehingga dapat diketahui dengan
jelas oleh pemegang polis.
c. Dalam produk asuransi jiwa unit link, tidak terdapat jaminan minimum
maupun batas maksimum tingkat hasil investasi yang ditanggung pihak
perusahaan asuransi, sehingga hasil investasi yang diterima tertanggung
sepenuhnya tergantung pada kinerja investasi dana unit link yang dikelola
perusahaan.
d. Pemegang polis dalam polis asuransi jiwa unit link berhak memilih
portofolio investasi dari beberapa alternative investasi yang diteteapkan
perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi jiwa akan menginformasikan
25
Ketut Sendra, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link: Proteksi Sekaligus
Investasi, cet.1, (Yogyakarta: PPM, 2004), h.42-43.
42
atau menyampaikan laporan perkembangan dana investasi kepada
pemegang polis dalam satuan unit secara periodik.
5. Jenis-jenis Produk Unit Link
Pada umumnya jenis produk unit link, seperti halnya pada reksadana,
produk-produk unit link yang ada di pasaran dapat dikelompokkan dalam
empat jenis sesuai dengan penempatan dana investasinya. Berikut ini jenis
dan karakteristik unit link, berdasarkan beberapa pelaku industri asuransi dan
literature26:
a. Cash fund unit link (unit link dana kas atau pasar uang)
Jenis unit link ini merupakan pilihan instrumen investasi yang paling
aman, karena biasanya 100% dana investasi akan ditempatkan pada
instrumen pasar uang seperti deposito berjanngka, sertifikat Bank
Indonesia (SBI), dan surat utang jangka pendek dengan masa jatuh tempo
kurang dari satu tahun. Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan
pemeliharaan modal. Rentang waktu investasinya jangka pendek dengan
tingkat risiko paling rendah. Sehingga pada umumnya unit link jenis ini
paling cocok bagi mereka yang bertipe konservatif. Dalam kondisi
perekonomian yang normal, sesuai penempatan dananya, potensi return
yang didapat juga paling rendah.
26
Media Asuransi Desember 2008 no.215 tahun XXIX, h.17
43
b. Fixed income unit link (unit link pendapatan tetap)
Pada unit link jenis ini, sekurang-kurangnya 80% dana diinvestasikan
pada instrumen obligasi. Unit link pendapatan tetap memiliki risiko yang
relative lebih besar dari pada unit link dana kas. Tujuan utama
penempatan unit link pendapatan tetap adalah untuk menghasilkan tingkat
pengembalian yang stabil. Jenis unit link ini cocok diambil oleh nasabah
yang ingin mendapatkan keuntungan pada tingkat bunga optimal, namun
tetap mengutamakan pendapatan yang stabil dan konsisten.
c. Managed unit link (unit link pendapatan campuran)
Biasanya mereka yang masuk kategori investor moderat, menyukai unit
link jenis ini. Jenis unit link ini memang sesuai untuk para nasabah yang
ingin memperoleh investasi yang memberikan pendapatan memadai,
sekaligus memanfaatkan peluang pertumbuhan investasi dalam jangka
panjang. Hal itu dimungkinkan Karena dana pada unit link ini
diinvestasikan pada saham dan obligasi (itulah makanya disebut
campuran) dalam komposisi tertentu (tergantung manajer investasi
masing-masing), sehingga mendapatkan imbal hasil yang optimal.
Tingkat pengembalian dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun
boleh dibilang relative lebih stabil dibandingkan unit link dana saham.
d. Equity unit link (unit link dana saham)
Jenis unit link ini paling sesuai untuk nasabah dengan profil risiko
sebagai seorang risk taker, yang ingin mendapatkan pertembuhan hasil
44
investasi secara maksimal, sekurang-kurangnya 80% dana investasi
ditempatkan pada saham, yang memiliki potensi memberikan imbal hasil
paling tinggi dibanding instrumen investasi lainnya. Karena investasinya
dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari pada ketiga jenis
unit link lainnya. Tingkat return atau pengembalian hasil investasi akan
berubah dari tahun ke tahun dan berfluktuasi seiring dengan kondiisi
pasar saham, selain itu, pemilihan saham yang dikoleksi, juga akan
berpengaruh besar pada potensi imbal hasil maupun risiko investasinya.
6. Manfaat Dan Keuntungan
Pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur, yaitu
return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan
dalam berinvestasi melalui unit link, yaitu:27
a. Bila peserta panjang umur sampai akhir perjanjian, maka akan menerima
seluruh dana investasi.
b. Apabila peserta yang ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, ahli
waris akan mendapat manfaat asuransi (Dana santunan) dan seluruh dana
investasi.
c. Peserta akan mendapatkan fasilitas cuti premi dan tidak melakukan
pembayaran premi dalam jangka waktu tertentu, dan asuransi masih tetap
27
Putri Haryani, “Study Komparasi Produk Asuransi Unit Link dan Reksadana
Syariah”,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.80-82.
45
berjalan sepanjang dana investasi, dan peserta cukup membayar tabarru
dan biaya lainnya jika ada.
d. Peserta akan mendapatkan perkembangan harga unit link setiap akhir
periode.
7. Resiko investasi
Di samping keuntungan-keuntungn yang akan mereka dapatkan,
terdapat juga beberapa risiko dalam melakukan investasi melalui unit link,
antara lain:28
a. Biasanya dua tahun pertama, iuran digunakan untuk premi asuransi
(otomastis uang peserta hilang), baru tahun berikutnya bisa cuti premi dan
dihitung sebagai investasi tapi ada beberapa unit link yang langsung
memperhitungkan sebagai investasi dari tahun pertama, tetapi 2 tahun
baru bisa kita tarik lagi.
b. Resiko investasi sama besar dengan reksadana, artinya memiliki resiko
yang sama seperti reksadana.
8. Nilai Aktiva Bersih
Mengukur kinerja produk unit link menjadi sangat penting bagi
seseorang yang memiliki unit link. Terlebih lagi pada saat ekonomi mulai
bergairah kembali seperti saat ini, diperlukan hasil pengukuran yang akurat
28
Ibid, h.82
46
mengingat sumber daya yang dimiliki investor menjadi sangat terbatas.
Dengan demikian informasi tentang kinerja produk unit link dalam berbagai
kondisi pasar sangat dibutuhkan oleh para calon investor. Ada beberapa hal
penting yang harus dipantau dalam mengukur kinerja unit link, yaitu:
a. Total Hasil Investasi
Total hasil investasi adalah perbandingan antara nilai kenaikan NAB per
unit saham atau unit penyertaan dalam satu periode dengan NAB per
saham atau unit penyertaan pada awal penyertaan.
Nilai Aktiva Bersih pada suatu periode dapat dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
Total Nilai Aktiva Bersih pada periode tertentu:
Total NAB = Nilai Aktiva – Total Kewajiban
Nilai Aktiva Bersih per Unit:
Total per Unit = Total Nilai Aktiva Bersih
Total Unit Penyertaan Saham yang diterbitkan
Di mana:
Total NAB = Jumlah Nilai Aktiva Bersih padaperiode tertentu
NAB per Unit = NAB Per saham atau unit penyertaan pada periode
tertentu
b. Perkembangan NAB
47
Dalam perhitungan Nilai Aktiva Bersih (NAB) telah dimasukkan semua
biaya pengelolaan investasi oleh manajer investasi (investment
management fee) sehingga Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang diumumkan
merupakan nilai investasi yang dimiliki oleh investor.
Perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV)
dan tata cara perhitungan besarnya NAB harus dipantau terus menerus
yang dimuat di media massa sehingga memudahkan masyarakat dalam
membandingkan kinerja suatu unit link dengan unit link sejenis lainnya.
c. Laporan Periodik
Pengelolaan unit link wajib memberikan laporan periodik (tahunan
maupun tengah tahun) kepada pemegang saham atau unit penyertaan
investor yang menggambarkan kinerja yang bersangkutan.
C. Ruang Lingkup Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal Syariah
Di Indonesia, perkembangan instrumen syariah di pasar modal sudah
terjadi sejak tahun 1997. Diawali dengan lahirnya reksadana syariah yang
diprakarsai dana reksa. Selanjutnya PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama
dengan PT Dana Reksa Invesment Management (DIM) meluncurkan Jakarta
48
Islamic Index (JII) yang mencakup 30 jenis saham dari emiten – emiten yang
kegiatan usahanaya memenuhi ketentuan tentang hukum syariah.29
Pengertian pasar modal syariah adalah kegiatan yang berhubungan
dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan hukum muamalat islamiyah.30 Di Indonesia, pasar modal
menerapkan sistem syariah islam dalam operasionalnya, sementara ini masih
dalam bentuk indeks yaitu Jakarta Islamic Indeks (JII) pada PT. Bursa Efek
Jakarta.31 Prinsip – prinsip Dasar Berinvestasi di Pasar Modal:32
a. Pergunakan dana lebih (excess fund).
b. Dapatkan informasi mengenai produk investasi sebanyak mungkin
sebelum mengambil keputusan berinvestasi (product knowledge).
c. Jangan menempatkan seluruh dana investasi pada satu jenis instrumen
yang sama (diversifikasi) atau “Don’t put your eggs in one basket”.
d. Disiplin melakukan target investasi baik profit maupun cut loss.
e. Kenali perusahaan sekuritas dimana anda berinvestasi (know your broker
principle).
29
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, cet.II,
(Jakarta: Kencana, 2008), h.55. 30
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah. cet.I, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009), h.62. 31
Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, cet.I, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009), h.39. 32
“Mekanisme Transaksi Efek” Sekolah Pasar Modal: Intermediate, (Jakarta: Bursa Efek
Indonesia, 2010), h.6.
49
2. Jakarta Islamic Index (JII)
Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham. Indeks diharapkan memiliki lima fungsi di pasar
modal, yaitu:33
a. Sebagai indikator trend saham,
b. Sebagai indikator tingkat keuntungan,
c. Sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio,
d. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif,
e. Memfasilitasi berkembangnya produk derivative.
Kriteria investasi islami berdasarkan Fatwa DSN, adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber dana dari
hutang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
b. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari 15%.
c. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah piutang
dagangnya atau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
Dalam penilaian tersebut saham–saham yang dipilih untuk dapat masuk
indeks syariah sebagai berikut:
33
Ahmad Rodoni, Investasi Syariah. cet.I, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009), h.71.
50
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis utama yang tidak bertentangan
dengan syariah dan sudah tercatat minimum 3 bulan, kecuali saham –
saham tersebut termasuk dalam 10 besar kapitalisasi.
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal
sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan diatas berdasarkan urutan rata–rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata–rata
nilai perdagangan selama satu tahun.
Pengkajian ulang dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus
berdasarkan data publik dan media. Indeks harga saham setiap hari dihitung
menggunakan harga saham terakhir yang terjadi dibursa. Proses seleksi
emiten saham syariah:34
34
Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah, cet.I, (Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009), h.56.
51
Gambar 2.1 Proses Seleksi Emiten Saham Syariah.
Seleksi Syariah
1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian / permainan yang tergolong judi, dan
perdagangan yang dilarang.
2. Bukan merupakan lembaga keuangan konvensional.
3. Tidak memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan dan
minuman haram.
4. Bukan usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan menyediakan barang /
jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Seleksi Kapitalisasi
1. Proses ini menyaring 60 saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di BEJ.
Seleksi Nilai Volume Transaksi
1. Proses ini menyaring 30 saham dengan nilai transaksi rata – rata tertinggi di harian
BEJ.
Proses Evaluasi Emiten Setiap 6 Bulan Sekali
52
D. Ruang Lingkup Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
1. Pengertian dan Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan perubahan nama
dari Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS)35, SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip
syariah berjangka waktu pendek dalam bentuk mata uang rupiah yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia 36.
Adapun beberapa hal yang menjadi karakteristik dari instrumen ini
adalah:37
1. Menggunakan akad ju’alah
2. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (Satu juta rupiah);
3. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan;
4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless yaitu SBI diterbitkan tanpa adanya
fisik SBI itu sendiri dan bukti kepemilikan bagi pemegang hanya
berupa pencatatan elektronis);
5. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan
35
Bank Indonesia, “Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2009” h.13 36
PBI No. 10/11/PBI/2008 Tanggal 31 Maret 2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS). SE BI No. 10/17/DPM Tanggal 31 Maret 2008 tentang Tata Cara Transaksi Repo SBIS
dengan Bank Indonesia. SE BI No. 10/40/DPM Tanggal 17 November 2008 Perihal Perub ahan Atas
SE BI No. 10/16/DPM Tanggal 31 Maret 2008 Perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) melalui Lelang. 37
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan
Praktis (Jakarta: Kencana, 2010), h.127.
53
6. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Dalam hal penetapan jumlah atau tingkat imbalan yang akan diberikan
Bank Indonesia kepada pemilik SBIS pada saat jatuh tempo akan dijelaskan
pada bagian mekanisme SBIS.
Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
melalui lelang yang melibatkan:
1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan
2. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta tidak
langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
Kemudian BI juga menetapkan bahwa SBIS dapat di-repo-kan. Repo
atau Repurcahse Agreement berarti transaksi jual beli surat–surat berharga ini
telah disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat–
surat berharga yang dijual; tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah
ditetapkan lebih dahulu. Dalam aturan BI dan berdasarkan fatwa DSN-MUI,
SBIS yang di-repo-kan kepada BI menggunakan akad qard yang kemudian
dilanjutkan dengan akad rahn, dan dalam hal ini BI membebankan biaya
administrasi dengan perhitungan yang telah ditentukan sendiri.
54
2. Tujuan Strategis SBIS
Adapun bahan pertimbangan yang dapat dijadikan landasan alasan
dikeluarkannya PBI adalah:
a. Dalam rangka memenuhi tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.
b. Dalam rangka mendukung tugas dalam menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, Bank Indonesia dapat melakukan pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka.
c. Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka
diperlukan penyempurnaan instrumen dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia berdasarkan prinsip syariah.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, data yang diolah, dan dikembangkan dengan
berbagai macam cara dapat digunakan, misalnya tahun penelitian, teknik analisis, dan
lain sebagainya. Akan tetapi mengingat keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan
penulis, maka penelitian ini hanya terbatas pada 1 (satu) produk unit link pada PT.
BNI Life Insurance Divisi Syariah.
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh 2 (dua) variabel
Independen yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terhadap Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk unit link campuran pada periode Januari 2008 sampai dengan Juni
2010. Penelitian dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan
langsung dengan objek penelitian, mengolah data hingga akhirnya diperoleh
gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penulis melihat keterkaitan hubungan
dan keterangan dari data lapangan. Penulis juga langsung melakukan penelitian di
tiga lokasi, yaitu pada PT. BNI Life Insurance Divisi Syariah, Pusat Referensi Pasar
Modal (PRPM) di BEJ dan Perpustakaan Bank Indonesia (BI). Penelitian ini juga
56
bersifat kuantitatif artinya berkaitan dengan angka-angka dan dapat diukur yang
digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Variabel terikat (dependen variable) yaitu :
Variabel Nilai Aktiva Bersih (NAB) Produk unit link campuran
dilambangkan dengan “Y”.
2. Variabel bebas (Independen Variable), yaitu :
a. Variabel Jakarta Islamic Index (JII) dilambangkan “X1”.
b. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dilambangkan
dengan “X2”.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, obyek penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB)
produk unit link campuran yang dikeluarkan oleh PT. BNI Life Insurance Divisi
Syariah dan obyek penelitian lain seperti Jakarta Islamic Indeks (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada periode Januari 2008 hingga Juni
2010. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jakarta Islamic
Indeks (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva
57
Bersih (NAB) produk unit link campuran periode Januari 2008 hingga pada Juni
2010.
D. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang diteliti
adalah data bulanan pada periode Januari 2008 hingga Juni 2010. Data sekunder
merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Adapun
cara yang ditempuh penulis dalam mengumpulkan data sekunder adalah:
1. Pengumpulan data melalui laporan pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
produk unit link campuran yang dikeluarkan oleh PT. BNI Life Insurance
divisi syariah secara bulanan.
2. Pengumpulan data melalui laporan pertumbuhan Jakarta Islamic Indeks (JII)
pada Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) secara bulanan dan laporan
pertumbuhan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada perpustakaan
Bank Indonesia (BI) secara bulanan.
3. Studi kepustakaan yaitu menelaah sumber-sumber teks, melalui buku-buku,
penelitian-penelitian terdahulu yang terkait baik skripsi, jurnal maupun
majalah dan koran, serta artikel-artikel yang terkait penelitian ini.
4. Men-Download data-data yang terkati dari berbagai website dan blog, dan
jurnal-jurnal, serta informasi yang terkait dengan penelitian ini, melaui
58
search engine www.bni-life.co.id, www.idx.co.id, www.bi.go.id,
www.bapepam.go.id.
E. Metode Analisis Data
Untuk memperoleh jawaban atas rumusan permasalahan yang tekait
hubungan antara independen variable Indeks JII dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap dependen variable Nilai Aktiva Bersih produk unit link
campuran. Penulis menggunkan data selama periode Januari 2008 – Juni 2010
sebagai acuan untuk dianalisis menggunkan model regresi linear berganda.
Penggunaan model regresi linear berganda dimaksudkan agar independen
variable yang diduga akan mempengaruhi dependen variable, dapat terlihat
secara jelas pola hubungan yang terbentuk antar variabelnya.
Dalam analisis pengaruh tolak ukur kinerja suatu reksadana yang dalam
penelitian ini menitik beratkan pada indeks JII dan SBIS terhadap pertumbuhan
NAB Produk unit link campuran, akan menggunakan analisis regresi berganda
dengan sebelumnya akan diuji terlebih dahulu apakah dalam data tersebut
terhadap masalah dengan menggunakan asumsi klasik yang kemudian akan diuji
kekuatannya dengan uji korelasi serta uji kebenarannya melalui uji hipotesis
apakah sesuai dengan yang diramalkan sebelumnya.
59
Langkah – langkah dalam menganalisis data adalah :
1. Mendata NAB Produk unit link campuran yang dikeluarkan PT. BNI Life
Insurance Divisi Syariah selama periode Januari 2008 – Juni 2010.
2. Mendata indeks JII yang dikeluarkan Bursa Efek Indoneseia (BEI) selama
Januari 2008 – Juni 2010.
3. Mendata SBIS yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) selama Januari 2008 –
Juni 2010.
4. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikansi
pengaruh indeks JII dan SBIS terhadap NAB Produk unit link campuran.
Dan data–data selanjutnya akan diolah dengan menggunakan software SPSS
Release 16.0 for windows.
F. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis utama
Ho : Tidak ada pengaruh antara Jakarta Islamic Index (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (secara bersamaan)
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran
Ha : Terdapat pengaruh antara Jakarta Islamic Index (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (secara bersamaan)
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran.
60
b. Hipotesis Parsial
Untuk Variabel X1 (Jakarta Islamic Index (JII))
Ho : Tidak ada pengaruh antara Jakarta Islamic Index (JII)
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran.
Ha : Terdapat pengaruh antara antara Jakarta Islamic Index
(JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran.
Untuk Variabel X2 (Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS))
Ho : Tidak ada pengaruh antara Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran.
Ha : Terdapat pengaruh antara Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran.
61
G. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Analisis statistik yang pertama harus digunakan dalam rangka analisis
data adalah analisis statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas adalah uji
yang digunakan untuk mengungkap distribusi data error (selisih). Uji ini
bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel independen, variabel
dependen, atau keduanya mempunyai distribusi atau sebaran data yang normal
atau mendekati normal.
Untuk mendeteksi dan melihat normal tidaknya sebaran data dengan
melihat penyebaran titik-titik pada garis diagonal, apabila mengikuti garis
diagonal maka dapat dikatakan data tersebut memenuhi asumsi normalitas,
tetapi jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.1
Namun agar analisisnya lebih objektif maka dalam penelitian ini juga
akan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yaitu metode pengambilan
keputusan untuk uji normalitas jika signifikansi (Asymp.sig) > 0,05 maka data
berdistribusi normal dan jika signifikansi (Asymp.sig) < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal.2
1 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2000), h.214. 2 Duwi Priyatno, Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan
SPSS, cet.I, (Yogyakarta: Gaya Media, 2010), h. 42.
62
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji
heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Data yang baik adalah
data yang tidak ada masalah Heteroskedastisitas.3
Salah satu cara pendeteksian heteroskedasitas, dengan cara melihat
grafik scatterplots, apabila pada grafik terlihat bahwa titik-titik dari data
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol
pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.4
3. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan di mana terjadi hubungan linear
yang sempurna atau mendekati sempurna antar variable independen dalam
model regresi. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan linear antar variable independen dalam model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya
3 Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS, cet.I, (Yogyakarta: MediaKom,
2010), h.83. 4 Duwi Priyatno, Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan
SPSS, cet.I, (Yogyakarta: Gaya Media, 2010), h.74.
63
multikolinearitas.5 Salah satu cara untuk mendeteksi Multikolinearitas adalah
dengan melihat nilai VIF dan tolerance.
Jika nilai VIF < 10 dan tollerance > 0,1 maka dapat dikatakan tidak ada
masalah Multikolinearitas.
Jika nilai VIF > 10 dan tolerance < 0,1 maka dapat dikatakan ada masalah
Multikolinearitas.
4. Uji Autokorelasi
Autkorelasi adalah keadaan di mana terjadinya korelasi antara residual
pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Uji
autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang
terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi.6 Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test), dengan ketentuan sebagai
berikut:7
Du < DW < 4-du maka H0 diterima (tidak terjadi autokorelasi).
DW < dL atau DW > 4-dL maka H0 ditolak (terjadi autokorelasi).
dL < DW < du atau 4-du < DW < 4-dL maka tidak ada keputusan yang pasti.
5 Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS, cet.I, (Yogyakarta:
MediaKom, 2010), h.81 6 Ibid, h.87
7 Duwi Priyatno, Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan
SPSS, cet.I, (Yogyakarta: Gaya Media, 2010), h.77.
64
Agar dapat diperoleh kesimpulan yang tepat, ada atau tidaknya
otokolerasi. Dalam membandingkan hasil penghitungan statistik DW dengan
tabel DW, sehingga DW kemudian mempermudah pemahaman dengan
penjelasan melalui tabel berikut :
Gambar 3.1
Gambar Durbin-Waston8
H. Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang datanya
digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua variable atau lebih.9
Analisis regresi ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien
regresi yang didapat signifikan. Dan memastikan agar koefisien slop tidak sama
dengan nol, karena apabila nol maka dapat dikatakan bahwa variabel independen
tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Berkaitan dengan hal tersebut
maka semua koefisien regresi harus di uji, terdapat dua jenis uji yaitu uji F dan uji
t.
8 Nachrowi, Nachrowi D, Hardiua Usman, Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan , Jakarta, LP FEUI, 2006, h.191 9 Ali Mauludi, Statistika I, (Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006), h.81.
0 d1 4 dU 4-dU 4-dL
Tidak
tahu
Tidak
tahu Kolerasi positif Tidak ada
positif
Kolerasi negatif
65
Analisa dilakukan terhadap hipotesis yang telah penulis kemukakan,
dalam pengujian ini akan digunakan uji statistika, yang meliputi uji t, uji F, dan
dilihat juga koefisien determinan (R2). Pengujian terhadap data-data dilakukan
dengan menggunakan alat SPSS 16.
1. Uji Simultan ( Uji F )
Uji F diperuntukkan guna melakuakan uji hipotesis koefisien (slope)
secara bersamaan. Hipotesisnya dapat ditulis sebagai berikut:
Hipotesis :
Ho : β0 = β1= β2 = 0 (independen variable secara bersama-sama tidak
mempengaruhi dependen variable)
Ho : β0 ≠ β1≠ β2 ≠ 0 (independen variable secara bersama-sama
mempengaruhi dependen variable)
ftabel = df (N-k ; k-1), α tertentu (0,05) df = n-k
keterangan :
df : degree of freedom
n : jumlah observasi
k : independen variable
66
Setelah didapatkan Fhitung, maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan dengan Ftabel dengan df sebesar k dan n-k-1. Jika Fhitung > dari
Fα(k,n-k -1) maka tolak Ho atau dengan kata lain bahwa paling tidak ada satu
variabel yang signifikan secara statistik
Dapat digambarkan dengan rumusan sebagai berikut :
Apabila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis (Ha) diterima (Ho ditolak)
Apabila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis (Ha) ditolak (Ho diterima)
Atau;
Jika nilai prob Fhitung > Fα(k,n-k -1) maka Hipotesis (Ha) ditolak (Ho diterima)
Jika nilai prob Fhitung < Fα(k,n-k -1) maka Hipotesis (Ha) diterima (Ho ditolak)
2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-
masing independen variable secara individual terhadap dependen variable
yang diuji pada tingkat signifikan 0,05.10 Uji t bertujuan untuk mengetahui
apakah variabel-variabel bebas yang digunakan dalam model persamaan
regresi, kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:
10
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS , (Semarang: Balai
Penerbit Unversitas Diponogoro, 2005), h.85.
67
a. Apabila t hitung > t tabel atau t statistik < 0.05, maka H0 ditolak dan Ha
diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. Apabila t hitung < t tabel atau t statistik > 0,05, maka Ha ditolak dan H0
diterima, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
bebas terhadap variabel terikat.
3. Koefisien Determinasi (R²)
Bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel bebas (independent
variable) menjelaskan variabel terikat (dependent variable). Dengan kata lain,
koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan
variabel independen secara bersama mampu memberi penjelasan terhadap
variabel dependen.
Adapun rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
KD= r2 X 100%
Keterangan:
KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi
68
4. Regresi Linear Berganda (multiple linear regresion)
Yaitu apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih dari dua
variabel (termasuk variabel tidak bebas Y). dalam regresi linear berganda,
variabel tidak bebas Y tergantung bisa dua atau lebih dari itu.11
Ada cara untuk menuliskan persamaan regresi linear berganda yang mencakup
dua atau lebih variabel, yaitu sebagai berikut:
Yi = A + B1 X1i + B2 X2i + … +Bk Xki + €i
B. Interpretasi Hasil Regresi
1. Koefisien Variabel
Analisis terhadap koefisien variabel, bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar perubahan yang terjadi terhadap variabel dependen, sebagai
akibat adanya perubahan dari masing-masing variable independen. Analisis
dilakukan dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan (ceteris
paribus).
2. Adjusted R-squered
Nilai R-Squered besarnya antara 0 (nol) sampai 100 (seratus) persen
(0% < r2 < 100%). Jika perhitungannya semakin mendekati nilai 100%, maka
model tersebut semakin baik, karena perubahan pada variable-variable
11
J. Supranto, Ekonometrik Buku Satu, (Jakarta: Ghalia Indonesia),h.148.
69
independen yang dimaksud memang benar-benar memberikan pengaruh atau
kontribusi terhadap perubahan yang terjadi pada variabel dependen.
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Didalam upaya mewujudkan tujuan kedepan untuk menjadi sebuah
bank besar yang menyediakan layanan terpadu bagi semua nasabahnya: “One
Stop Financial Service” maka pada tanggal 28 November 1996, PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk bersama dengan PT Asuransi Jiwasraya
bersama mendirikan perusahaan asuransi jiwa bernama PT Asuransi Jiwa BNI
Jiwasraya (BNI Life) yang lingkup usahanya meliputi antara lain: asuransi
jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan diri, anuitas serta dapat menjadi
pendiri dan pengurus dana pensiun.
Sejalan dengan waktu kemudian terjadinya perubahan komposisi
kepemilikan saham BNI Life, dimana saat ini mayoritas dimiliki oleh PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. untuk itu tanggal 26 November 2004
nama PT Asuransi Jiwa BNI Jiwasraya kemudian dirubah menjadi PT BNI
Life Insurance.
Dengan berpedoman pada visi, misi dan motto perusahaan, BNI Life
akan senantiasa berusaha mengedepankan pelayanan terbaik bagi nasabahnya.
Saat ini selain telah memiliki produk-produk tradisional, BNI Life juga telah
71
menghadirkan beberapa produk barunya yaitu antara lain produk asuransi
yang menggabungkan asuransi dengan unsur-unsur investasi (Unit Link).
Selain itu untuk memenuhi kebutuhan pasar syariah pada tanggal 19 Mei 2004
melalui SK.No.Kep-186/km.6/204 BNI Life juga telah membentuk unit
khusus syariah yang memasarkan produk-produk asuransi dengan berbasis
syariah islam. Dengan demikian diharapkan ke depannya semua produk yang
dihadirkan BNI Life dapat memenuhi kebutuhan pasar yang beragam.
Setelah hampir 15 tahun melayani nasabah, saat ini produk asuransi
jiwa BNI Life dipasarkan melalui agen asuransi jiwa di 51 Kantor pemasaran,
445 outlet Bancassurance dan 30 Bancatakaful yang tersebar di seluruh
Indonesia. 1
2. Visi dan Misi
Visi:
Menjadi pemimpin pasar dalam industri asuransi syariah yang
menguntungkan bagi BNI Life dengan bersungguh sungguh menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip – prinsip syariah islam.
Misi:
1. Melaksanakan operasional asuransi berdasarkan prinsip syariah islam.
1 Annual Report PT BNI Life Insurance: 2010, h.31
72
2. Memberikan mutu pelayanan yang unggul kepada nasabah dengan sistem
front end dan otomasi on-line.
3. Mengupayakan bisnis disegmen pasar usaha ritel dan korporat yang
berkualitas.
4. Memberikan kontribusi laba yang nyata terhadap laba BNI Life secara
keseluruhan.
B. Analisa Deskriptif
Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis data dengan menggunakan
prosedur yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Variabel yang digunakan
pada data ini adalah variabel Jakarta Islamic Index (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) sebagai variabel independen. Sedangkan sebagai
variabel dependen adalah variabel Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran.
Data-data variabel independen yang diperlukan dalam analisis ini
diperoleh dari berbagai laporan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta dan
Bank Indonesia, secara bulanan pada periode Januari 2008 hingga Juni 2010,
total data yang diperoleh terdiri dari 30 bulan. Sehingga diharapkan dapat
diketahui dengan jelas faktor apa saja yang mempengaruhi variabel dependen
yaitu Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran pada PT. BNI Life
Insurance Divisi Syariah.
73
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis regresi
berganda. Metode ini dipilih karena variabel independen yang digunakan pada
penelitian ini lebih dari satu variabel. Prosedur analisis dilakukan dengan
menggunakan bantuan statistical software yaitu SPSS 16.
1. Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran
Sampai dengan bulan Juni 2010 Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran di PT. BNI Life Insurance Divisi Syariah telah mencapai
1.265,2358. Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran sangat bergantung pada pemilihan jenis investasi dan keadaan
makro ekonomi, saat kondisi perekonomian dan menguatnya pasar saham
global pada tahun 2008 Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran mencapai nilai tertinggi sebesar 1.404,2029 pada bulan Febuari.
Namun, dengan berbagai gejolak yang terjadi pada sektor keuangan global
yang terjadi, mengakibatkan anjloknya harga di bursa saham global pada
akhir tahun 2008 hingga membuat Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit
link campuran mencapai 592,2146 pada bulan desember. Tahun 2009
menjadi masa-masa pemulihan perekonomian global hingga pada akhir
tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 96,86% menjadi 1.165,8470. Tahun
2010 tidak hanya pemulihan perekonomian yang meningkatkan premi unit
link namun tingkat kepercayaan masyarakat terhadap unit link pada PT BNI
74
Life Insurance semakin meningkat sebesar 732,67% 2. Sebagaimana
tercermin dalam tabel 4.1 dan grafik 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1: Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk B-life Investlink
Syariah Optimal pada PT BNI Life Insurance Divisi Syariah
Januari 2008 - Juni 2010 (Dalam Unit)
Bulan 2008 2009 2010
Januari 1.340,2905 623,6466 1.214,8157
Februari 1.404,2029 605,1565 1.164,9453
Maret 1.271,1783 623,4339 1.207,0623
April 1.183,1998 717,6991 1.298,9071
Mei 1.236,1068 834,0690 1.230,8855
Juni 1.213,8611 912,9414 1.265,2358
Juli 1.108,0660 977,0629 -
Agustus 996,3573 1.105,0608 -
September 860,6100 1.100,8927 -
Oktober 618,5817 1.134,2304 -
Nopember 561,4863 1.123,1496 -
Desember 592,2146 1.165,8470 -
Sumber: BNI Life Insurance Divisi Syariah (NAB B-life Investlink Syariah Optimal)
2 Apriyani Kurniasih, Penguasa Unit Link Makin Menggurita, Info Bank Edisi Juli
2011Vol.XXXIII, h,98
75
Grafik 4.1: Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk B-life Investlink Syariah Optimal
pada PT BNI Life Insurance Divisi Syariah
Sumber: Grafik Data NAB B-life Investlink Syariah Optimal (Januari 2008 – Juni 2010)
2. Jakarta Islamic Indeks (JII)
Sampai dengan bulan Juni 2010 indeks JII di Bursa Efek Jakarta telah
mencapai 460,260. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp
508,945 pada bulan Febuari, sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian
Indonesia dan menguatnya pasar saham global. Namun, sejalan dengan berbagai
gejolak yang terjadi pada sektor keuangan global yang mengakibatkan anjloknya
harga di bursa saham global serta meningkatkan kekhawatiran di kalangan
pelaku pasar (risk averse), indeks JII juga merosot drastis pada Oktober 2008
ditutup pada level 193,683. Tahun 2009 menjadi masa-masa pemulihan
perekonomian global hingga pada akhir tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar
92,97% menjadi 417,182. Pemulihan perekonomian terus membaik hingga tahun
76
2010. Pergerakan indeks JII Sebagaimana tercermin dalam tabel 4.2 dan grafik
4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2: Data Jakarta Islamic Indeks (JII)
Januari 2008 - Juni 2010 (Dalam Rupiah)
Bulan 2008 2009 2010
Januari 476,969 213,634 427,680
Februari 508,945 214,121 413,519
Maret 448,424 236,786 443,667
April 428,093 279,869 474,796
Mei 441,664 307,138 444,598
Juni 430,291 321,457 460,260
Juli 387,806 385,216 -
Agustus 356,095 380,655 -
September 286,391 401,528 -
Oktober 193,683 383,665 -
Nopember 195,691 397,893 -
Desember 216,189 417,182 - Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM)
Grafik 4.2: Data Jakarta Islamic Indeks (Januari 2008 – Juni 2010)
Sumber: Grafik Data Jakarta Islamic Indeks (Januari 2008 – Juni 2010)
77
3. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Pertumbuhan tertinggi Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) di Bank
Indonesia terjadi pada tahun 2008 sebesar 10,83% pada bulan Desember.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan kebijakan moneter yang
bertujuan untuk mengatasi likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah. Kenaikan SBIS ini terjadi untuk mengantisipasi depresiasi terhadap nilai
Rupiah dengan meningkatkan atraktifitas investasi dalam nilai Rupiah akibat
spread bunga domestik dan luar negeri yang cukup tinggi. Semakin membaiknya
perekonomian global hingga pada akhir tahun 2009 SBIS kembali distabilkan
menjadi 6,46% atau turun 4,37%. Pemulihan perekonomian terus membaik
hingga tahun 2010 sehingga nilai SBIS tetap stabil dan tidak terjadi perubahan
yang signifikan. Sebagaimana tercermin dalam tabel 4.3 dan grafik 4.3 dibawah
ini :
78
Tabel 4.3 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Januari 2008 - Juni 2010 (Dalam persen)
Bulan 2008 2009 2010
Januari 5,95% 9.50% 6.45%
Februari 6.06% 8.74% 6.41%
Maret 6.32% 8.21% 6.27%
April 7.17% 7.59% 6.20%
Mei 7.36% 7.25% 6.30%
Juni 7.41% 6.95% 6.26%
Juli 7.70% 6.71% -
Agustus 7.93% 6.58% -
September 8.60% 6.48% -
Oktober 10.34% 6.49% -
Nopember 9.41% 6.47% -
Desember 10.83% 6.46% - Sumber: Perpustakaan BI (SEKI)
Grafik 4.3 Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(Januari 2008 - Juni 2010)
Sumber: Grafik Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Januari 2008 – Juni 2010)
79
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi
normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang diperoleh harus
dilakukan uji normalitas terhadap data yang bersangkutan (Nurgiyantoro dkk,
2000). Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus digunakan
dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji normalitas.
Gambar 4.4 Uji Normalitas
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan Normal Probability Plot of Residual, diketahui bahwa
residual membentuk suatu pola garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual berdistribusi normal.
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji sesuai (goodness of
80
fit). Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara
distribusi nilai sampel (observasi) dengan distribusi teoritis tertentu (normal,
uniform, eksponensial, atau poisson). Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa
distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi
harapan (teoritis) (Tim penelitian dan pengembangan Wahana Komputer,
2006). Berikut ini adalah hasil uji Kolmogorov Smirnov terhadap data residual
menggunakan software SPSS 16:
Tabel 4.4 Uji Normalitas
Sumber: Output SPSS
Metode pengambilan keputusan untuk uji normalitas yaitu jika
signifikansi (Asymp.sig) > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika
signifikansi (Asymp.sig) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.3
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan nilai tingkat
kepercayan 95% (α = 0,05) :
Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 tidak ditolak
3 Duwi Priyatno, Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian Dengan
SPSS, cet.I, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), h.58
81
Jika probabilitas < 0,05 , maka H1 ditolak
Hasil uji normalitas pada data residual, berdasarkan uji Kolmogorov-
Smirnov dapat diketahui bahwa data LN_NAB (Y) nilai Asymp.sig (2-tailed)
sebesar 0,049 data LN_JII (X1) sebesar 0,067, dan data SBIS (X2) sebesar
0,246. Karena signifikansi pada ketiga variabel lebih dari 0,05 jadi dapat
dinyatakan data berdistribusi normal. Maka H0 tidak ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Kesimpulan tersebut sama
seperti pengujian pada Normal Probability Plot of Residual.
2. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.5 Scatter Plot
Sumber: Output SPSS
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik dari data menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada
82
sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau data bersifat
homoskedastisitas, sehingga model regresi layak digunakan untuk
menganalisis Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran yang
diukur dari Jakarta Islamic Index (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS).
3. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas
Sumber: Output SPSS
Metode untuk mendeteksi Multikolinearitas adalah dengan melihat
nilai VIF dan tolerance:
Jika nilai VIF < 10 dan tollerance > 0,1 maka dapat dikatakan tidak ada
masalah Multikolinearitas.
Jika nilai VIF > 10 dan tolerance < 0,1 maka dapat dikatakan ada masalah
Multikolinearitas.
Berdasarkan nilai VIF dan Tolerance pada tabel 4.5 dapat dilihat
bahwa variabel independen (JII dan SBIS) memiliki nilai VIF < 10, yang
berarti model tidak mempunyai kolinearitas antar variabel independennya.
83
Selanjutnya dapat dilihat juga nilai Tolerance > 0,1, yang berarti variabel
independen dinyakatakan tidak multikolinearitas.
4. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada problem autokorelasi. Autokolerasi muncul karena data yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya.
Untuk mengetahui apakah dalam model regresi ini terdapat
autokorelasi, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Uji Autokorelasi
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan hasil uji autokorelasi dari data lengkap pada tabel diatas,
hasil analisis menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1,836, dengan nilai
du= 1.567 yang berarti nilai du lebih kecil dari Durbin Watson. Hal ini berarti
84
nilai Durbin Watson lebih kecil dari 4-du, maka dapat dikatakan tidak terjadi
autokorelasi positif dan negatif.
Pengujian Autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin Watson
(DW) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. 1.567 < DW < 2.433 maka H0 diterima (tidak terjadi autokorelasi).
b. DW < 1.284 atau DW > 2.716 maka H0 ditolak (terjadi autokorelasi).
c. 1.284 < DW < 1.567 atau 2.433 < DW < 2.716 maka tidak ada keputusan
yang pasti.
Berdasarkan output Model Summary didapatkan nilai DW adalah
1,836. dengan mengikuti ketentuan di atas, dapat dikategorikan bahwa nilai
DW (1,836) berada diantara interval 1.567 < DW < 2.433 sehingga tidak
terjadi autokorelasi.
85
D. Pengujian Secara Statistik
1. Pengaruh variabel Jakarta Islamic Indeks (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran (UJI F).
Tabel 4.7 Uji Simultan
Sumber: Output SPSS
Pada tabel 4.8 ditampilkan hasil uji F yang dapat dipergunakan untuk
menunjukkan semua variabel bebas yang digunakan dalam model persamaan
regresi berganda yang digunakan mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel :
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 tidak ditolak
Dari penghitungan didapat nilai F hitung sebesar 662.335 dengan
tingkat signifikansi sebesar 5% dan df1 = 2 dan df2 = 27, didapat nilai Ftabel =
3.354. Karena nilai Fhitung (662.335) > nilai Ftabel (3.354) H0 ditolak atau
terdapat kecocokan antara model dengan data. Sehingga dapat disimpulkan
86
bahwa secara simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh variabel Jakarta
Islamic Indeks (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBIS) terhadap variabel
Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran.
2. Pengaruh variable Jakarta Islamic Indeks (JII) dan SBIS terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran (Uji t).
Tabel 4.8 Uji Parsial
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T hitung T tabel Sig.
B
Std.
Error Beta
1 (Constant) .654 .454 1.439 .162
LN_JII 1.040 .061 1.069 16.931 1.703 .000
SBIS .019 .014 .088 1.400 1.703 .173
a. Dependent Variable: LN_NAB
Sumber: Output SPSS
Pengaruh Indeks JII dan SBIS terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
produk unit link campuran secara parsial menggunakan uji t seperti pada tabel
4.7. Berikut penjelasannya:
a. Variabel Jakarta Islamic Indeks (JII)
Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terlihat bahwa variabel
Jakarta Islamic Indeks (JII) berdasarkan pada daerah penerimaan H0 dan Ha,
terlihat bahwa thitung adalah 16.931 Oleh karena thitung > ttabel, (16.931 >
87
1.703), maka H0 berada di dalam daerah penolakan H0, sehingga H01 ditolak
Ha1 diterima atau dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel Jakarta Islamic Indeks (JII) terhadap Nilai Aktiva
Bersih (NAB) produk unit link campuran. Sedangkan nilai 0.000 pada kolom
Sig/significance mengartikan bahwa tingkat kesalahan variabel Jakarta
Islamic Indeks (JII) untuk memeriksa Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran dibawah 0.05.
b. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Berdasarkan tabel koefisien di atas dapat terlihat bahwa variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdasarkan pada daerah
penerimaan H0 dan Ha, terlihat bahwa thitung adalah 1.400 Oleh karena thitung <
ttabel, (1.400 < 1.703), maka H0 berada di dalam daerah penerimaan H0,
sehingga H02 diterima Ha2 ditolak atau dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link
campuran. Sedangkan nilai 0.173 pada kolom Sig/significance mengartikan
bahwa tingkat kesalahan variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
untuk memeriksa Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran
dibawah 0.05.
88
3. Koefisien Determinasi (R²)
Untuk menentukan besarnya pengaruh variabel Jakarta Islamic Indeks
(JII) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran, maka
digunakan R Square atau koefisien determinasi pada tabel 4.9:
Tabel 4.9 Koefisien Determinasi
Sumber: Output SPSS
Pada tabel 4.9, didapat 1 model regresi dengan nilai koefisien korelasi
(R) sebesar 0.990, nilai koefisien determinasi (KD) (R Square) dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
KD = r² X 100%
KD = 0,980 X 100%
KD = 98%
Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa 98% Nilai Aktiva
Bersih (NAB) produk unit link campuran dapat dijelaskan atau dipengaruhi
oleh Jakarta Islamic Index (JII) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Sedangkan sisanya (100% - 98% = 2%) Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran dipengaruhi oleh variabel lain yang diluar variabel JII dan
SBIS. Nilai Adjusted R Square sebesar 0.979 (97.9%) menunjukkan bahwa di
89
lapangan (pada kenyataannya) pengaruh dari Jakarta Islamic Index (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)
produk unit link campuran hanya sebesar 97.9%, berarti terjadi penurunan
nilai koefisien determinasi sebesar 0.7% (98% - 97.9% = 0.1%).
E. Pengujian persamaan Regresi
Berdasarkan hasil output SPSS di atas, maka dapat diperoleh sebuah
persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan.
Persamaan dari hubungan antara variabel Jakarta Islamic Indeks (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk
unit link campuran adalah sebagai berikut:
Y = 0.654 + 1.040 JII + 0.19 SBIS
Dari model regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai konstanta sebesar 0.654, menyatakan bahwa jika variabel
independen bernilai nol atau tidak ada pengaruh dari variabel independen,
maka besarnya Y (Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran)
adalah sebesar 0.654.
2. Nilai koefisien regresi X1 (JII) sebesar +1.040, berarti setiap penambahan
1 point dari variabel JII (X1) maka akan menaikkan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) produk unit link campuran sebesar 1.040 point, dengan asumsi
variabel lain diabaikan dan konstan.
90
3. Nilai koefisien regresi X2 (SBIS) sebesar +0.19, berarti setiap
penambahan 1 point dari variabel SBIS (X2) maka nilai Nilai Aktiva
Bersih (NAB) produk unit link campuran sebesar 0,19 point, dengan
asumsi variabel lain diabaikan dan konstan.
F. Interpretasi Hasil Regresi
a. Varibel Independen
Berdasarkan analisis yang penulis lakukan menunjukkan bahwa nilai
F hitung lebih besar dari F tabel (662.335 > 3.385) dan nilai signifikansi
sebesar 0,000 lebih kecil dari α 0,05 atau 0,000 < 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama Jakarta Islamic Indeks atau JII
(X1) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah atau SBIS (X2) secara bersama-
sama mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap Nilai Aktiva
Bersih (NAB) Produk unit link campuran (Y).
Dengan melihat hasil uji F dimana variabel independen mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, hal ini bisa terlihat
dari data-data histori masing-masing variabel independen yaitu variabel JII
dan SBIS sejak periode Januari 2008 – Juni 2010. Untuk variabel JII pada
tabel 4.1 selama periode Januari 2008 – Juni 2010 menunjukkan nilai JII
tertinggi terjadi pada bulan Febuari 2008 dengan nilai Rp 508,945 dan nilai
JII terendah terjadi pada bulan Oktober 2008 yaitu dengan nilai Rp 193,683.
91
Selanjutnya untuk variabel SBIS pada tabel 4.2 Selama periode Januari 2008
– Juni 2010 menunjukkan nilai SBIS tertinggi terjadi di bulan Desember
2008 yaitu dengan nilai 10,83% dan nilai SBIS terendah terjadi pada bulan
Januari 2008 yaitu dengan nilai 5,95%. Data-data tersebutlah yang akan
melengkapi masing-masing variabel independen ketika adanya kenaikan dan
penurunan pada setiap tahunnya.
Setelah diuji secara parsial, Jakarta Islamic Indeks (JII) berdasarkan
pada daerah penerimaan H0 dan Ha, t hitung berada di dalam daerah
penolakan H0, hal ini dikarenakan, t hitung = 16,931 > (lebih besar dari) t
tabel = 1,703, sehingga H01 ditolak Ha1 diterima dan nilai signifikansinya
juga menunjukkan lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 pada kolom
Sig/significance, sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara Jakarta Islamic Indeks (JII) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran.
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui hasilnya bahwa variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap NAB produk unit link campuran karena nilai t hitung < t
tabel = 1,400 < 1,703, Nilai signifikansinya juga menunjukkan lebih besar
dari 0,05 yaitu sebesar 0.173 sehingga H02 diterima Ha2 ditolak atau dapat
disimpulkan bahwa Hal ini berarti bahwa variasi variabel Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial tidak terdapat pengaruh yang
92
signifikan antara Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran.
2. R-square/r2
Nilai koefisien determinasi (R Square/r²) sebesar 98%. menunjukkan
bahwa kontribusi Jakarta Islamic Indeks (X1) dan Indeks Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (X2) dalam menjelaskan variansi NAB Produk unit link
campuran 98% dan sisanya sebesar 2% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti seperti Sukuk dan variabel lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas dapat dianalisa, bahwa
variabel JII merupakan patokan bagi para investor untuk berinvestasi secara
syariah, dengan JII para investor dapat menentukan waktu yang tepat untuk
menanamkan modalnya dan saat investasinya dihentikan. Jika JII naik terus,
dapatlah dikatakan bahwa keadaan pasar modal syariah sedang baik, bursa
efek sedang maju, dan situasi pasar yang seperti ini pastilah menunjukkan
kondisi perekonomian, sosial, politik yang sedang sehat, Sehingga return
untuk investor yang dihasilkan dalam kondisi yang meningkat dan begitupun
sebaliknya.
Pada variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi likuiditas pada bank yang
beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah difungsikan
sebagai alat instrument investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia
93
(SBI) pada bank konvensional. Jika SBIS naik maka investor akan beralih
pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas risiko,
sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SBIS turun maka
masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di
pasar modal.
Dari kedua variabel yaitu variabel Jakarta Islamic Indeks (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). Setelah dilakukan penelitian
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Produk unit link campuran menunjukkan
bahwa variabel JII menjadi variabel yang paling dominan dan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap NAB Produk unit link campuran, hal ini
dikarenakan banyaknya para pemodal yang portofolio investasinya juga
menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi dengan ditunjukkan oleh
meningkatnya JII, sedangkan variabel SBIS tidak memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan NAB Produk unit link campuran.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis pengaruh Jakarta Islamic Indeks (JII), dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Produk unit
link campuran periode Januari 2008 sampai dengan Juni 2010 dengan
menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara simultan (bersama-sama) ada pengaruh yang signifikan antara Jakarta
Islamic Indeks (JII), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Nilai Aktiva Bersih (NAB) Produk unit link campuran Periode Januari 2008
sampai Juni 2010. Hal ini ditunjukkan dari besarnya Fhitung lebih besar dari
Ftabel (662.335 > 3.354) dan nilai signifikan sebesar 0,00.
2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Produk unit link campuran adalah JII. Artinya variabel ini mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik buruknya perkembangan
NAB Produk unit link campuran Periode Januari 2008 – Juni 2010, karena
nilai thitung > ttabel, (16.931 > 1.703) dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05
yaitu sebesar 0,000.
95
B. Saran
Berkaitan dengan penelitian ini, Agar dapat diperoleh gambaran yang
lebih baik dan komprehensif, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Untuk mahasiswa jangan takut untuk memulai berivestasi, karena dengan
semakin majunya perkembangan ekonomi saat ini banyak sekali berbagai
jenis investasi yang ditawarkan. Maka dari itu harus diperhatikan tujuan
investasi dan harus benar-benar mengetahui prosedurnya terlebih dahulu.
2. Untuk perusahaan agar memberikan pengenalan-pengenalan produk unit
link mengenai sistem asuransi syariah dan prosedur unit link yang
merupakan kombinasi dari produk asuransi dengan investasi.
3. Untuk Akademisi perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni
menyempurnakan penelitian ini dengan menambahkan rentang waktu yang
lebih lama agar diperoleh hasil yang lebih akurat, selain itu hendaknya
menambah variabel-variabel baru dan pengembangan teori sehingga
penelitian selanjutnya lebih baik dan komprehenshif.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta. Departemen Agama RI, 1987.
Amin Suma, Muhammad. Asuransi Syariah & Asuransi Konvensional: Teori, Sistem,
Aplikasi & Pemasaran, Jakarta: Kholam Publishing, 2006.
Anggraini, Tini. Investasi dan Pasar Modal, Slide Mata Kuliah Pasar Modal. 2010.
Bank Indonesia, “Catatan atas Laporan Keuangan Tahunan Tahun 2009”
Bursa Efek Indonesia, Panduan pemodal: Investasi di Pasar Modal, Jakarta:2008.
Darmawi, Herman. Manajemen Asuransi, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Dj.A.Simarmata, Pendekatan Sistem Dalam Analisa Proyek Investasi Dan Pasar
Modal, cet.I, Jakarta: PT Gramedia, 1984.
Djojosoedarso, Soesino. Prinsip- Prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta:
Salemba Empat, 1999) Cet. Ke-1.
Edi Sumanto, Agus, dkk. Solusi Berasuransi: Lebih Indah Dengan Syariah,
Bandung: PT Karya Kita, 2009
Faborozzi, Frank J. Pasar & Lembaga Keuangan, Jakarta: Salemba 4, 1999.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang:
Balai Penerbit Unversitas Diponogoro, 2005.
Hamid, Abdul. Pasar Modal Syariah, cet.I, Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009.
Haryani, Putri “Study Komparasi Produk Asuransi Unit Link dan Reksadana
Syariah”,(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010).
Huda, Nurul dan Nasution, Mustafa Edwin, Investasi Pada Pasar Modal Syariah,
cet.II, Jakarta: Kencana, 2008.
Husnan, Suad. Dasar – dasar teori portofolio dan analisis sekuritas, Yogyakarta:
UPP AMP YKPN, 2001. Edisi ke-3.
Investor, Edisi Januari 2011, Arah Investasi 2011: 20 saham pilihan.
Janwari, Yadi. Asuransi Syari’a,. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2005.
Kurniasih, Apriyani. Penguasa Unit Link Makin Menggurita, Info Bank Edisi Juli
2011Vol.XXXIII
Mauludi, Ali. Statistika I, Jakarta: PT. Prima Heza Lestari, 2006.
Media Asuransi Desember 2008 no.215 tahun XXIX.
Nachrowi, Djalal Nachrowi. Hardiua Usman, Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Jakarta, LP FEUI,
2006.
Pieloor, Freddy. Jangan Beli Unit Link: Bila Anda Tidak Paham Benar!, cet I,
Jakarta: PT Elek Media Komputindo, 2009.
Priyatno, Duwi. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian
dengan SPSS, cet.I, Yogyakarta: Gaya Media, 2010.
Priyatno, Duwi. Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS, cet.I, Yogyakarta:
MediaKom, 2010.
Ramadhan, Gilang. “Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Instrumen Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) Pada Bank Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri, Jakarta, 2009).
Rejeki Hartono, Sri. Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar
Grafika, 1992.
Rochaety, Ety, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2009.
Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah, cet.I, Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, 2000.
Sendra, Ketut, Konsep dan Penerapan Asuransi Jiwa Unit Link, proteksi sekaligus
investasi, Jakarta:PPM, 2004.
Sharpe, William F. dkk, Investasi Jilid 1. Penerjemah Henry Njooliangtik dan
Agustino. Jakarta: Prenhallindo 1999.
Sharpe, William F. dkk, Investasi Jilid 2. Penerjemah Henry Njooliangtik dan
Agustino. Jakarta: Prenhallindo 1999.
Suad Husnan, Dasar – Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas, cet.II,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001.
Surya, Rudi B. Modul Pendidikan dan Pelatihan Wakil Manajer Investasi (WMI):
Analisis Ekuitas, LMK Pasar Modal: 2010.
Supranto, J. Ekonometrik Buku Satu, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Susanto, Djoko Dan Agus Sabardi, Analisis Teknikal Di Bursa Efek, Cet.1,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2010.
Tandelilin, Eduardus. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Yogyakarta:
BPFE, 2001.
Usman, Fuad dan Arief, M. Security for Life: Hidup Lebih Nyaman dengan
Berasuransi, Jakarta: PT. Elek Media Komputindo, 2004.
“Apa itu unit link”. Artikel Diakses pada 25/03/11 jam 07:28 dari
http://bisnis.vivanews.com/news/read/50722-apa_itu_unit_link
“Jenis Produk Unit Link Berdasarkan Portofolio Investasi”. diakses pada 26 Des 10,
Jam 12:38 dari http://mysunlife.multiply.com/journal/item/11/
Jenis_Produk_Unit_Link_Berdasarkan_Portofolio_Investasi
“Mekanisme Transaksi Efek” Sekolah Pasar Modal: Intermediate, Jakarta: Bursa
Efek Indonesia, 2010.
“Regulasi asuansi syariah terbit”, Bisnis Indonesia, 10 Febuari 2010, artikel diakses
pada 09 Febuari 2011 10:52 WIB, dari http://bataviase.co.id/node/90536
“R.pradopo, ”Prospek asuransi jiwa di Indonesia”, artikel Diakses pada 19 Febuari
2011 11:01 WIB, dari http://bataviase.co.id/node/138725
“Peraturan Moneter BI” Di akses pada 28 Maret 2011, jam 10:59 WIB dari
http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Moneter/pbi_101108.htm ,
LAMPIRAN
Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) produk unit link campuran
pada PT BNI Life Insurance Divisi Syariah
Januari 2008 - Juni 2010 (Dalam Unit)
Bulan 2008 2009 2010
Januari 1.340,2905 623,6466 1.214,8157
Februari 1.404,2029 605,1565 1.164,9453
Maret 1.271,1783 623,4339 1.207,0623
April 1.183,1998 717,6991 1.298,9071
Mei 1.236,1068 834,0690 1.230,8855
Juni 1.213,8611 912,9414 1.265,2358
Juli 1.108,0660 977,0629 -
Agustus 996,3573 1.105,0608 -
September 860,6100 1.100,8927 -
Oktober 618,5817 1.134,2304 -
Nopember 561,4863 1.123,1496 -
Desember 592,2146 1.165,8470 -
Sumber: BNI Life Insurance Divisi Syariah (NAB BLIFE Investlink Syariah Optimal)
DATA OUTPUT SPSS