pengaruh penambahan avicel ph 102 dan …/pengaruh... · mendapatkan sebuah sediaan farmasi yang...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 102 DAN AMILUM
DALAM FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN KEMANGI
(Ocimum sanctum folium ) SECARA KEMPA LANGSUNG
TERHADAP SIFAT FISIK TABLET
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
M RIA DWI PUTRI PERMATA SARI
NIM.M3509039
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
apapun di sauatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dia dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut.
Surakarta, Juli 2012
M Ria Dwi Putri P.S
NIM.M3509039
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGARUH PENAMBAHAN AVICEL PH 102 DAN AMILUM
DALAM FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN KEMANGI
(Ocimum sanctum folium ) SECARA KEMPA LANGSUNG
TERHADAP SIFAT FISIK TABLET
M RIA DWI PUTRI PERMATA SARI
Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI
Daun kemangi diyakini masyarakat dapat menurunkan demam. Hal ini
telah dibuktikan juga dalam penelitian efek antipiretik ekstrak daun kemangi
(Ocimum sanctum folium) pada tikus putih. Tujuan dari penelitian ini adalah
mendapatkan sebuah sediaan farmasi yang inovatif yakni tablet yang dibuat
secara kempa langsung, serta untuk mengetahui pengaruh penambahan Avicel
PH 102 dan amilum sebagai disintegran terhadap sifat fisik tablet.
Ekstrak kemangi sebagai zat aktif dibuat secara maserasi menggunakan
pelarut etanol 70%. Ekstrak kental ditambah dengan avicel PH 101 (1:1)
kemudian dikeringkan di oven pada suhu 500C selama 4 jam. Tablet ekstrak
kemangi dibuat 3 formula dengan variasi avicel PH 102 dan amilum sebagai
disintegran. Pengujian yang dilakukan antara lain waktu alir dan sudut diam serta
pengujian untuk tablet meliputi uji visual, keseragaman ukuran dan bobot, waktu
hancur, kekerasan dan kerapuhan. Data yang diperoleh dibandingkan dengan
persyaratan dalam Farmakope Indonesia dan pustaka lainnya serta dianalisis
menggunakan ANOVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan uji
Post Hoc Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tablet ekstrak kemangi dapat dibuat
sediaan tablet dengan metode kempa langsung. Variasi penggunaan avicel PH
102 dan amilum berpengaruh terhadap sifat fisik tablet. Formula 2 telah
memenuhi syarat untuk semua uji sifat fisik tablet sedangkan formula 1 tidak
memenuhi syarat pada uji waktu hancur dan formula 3 tidak memenuhi syarat
pada uji kerapuhan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna pada semua formula untuk semua uji sifat fisik tablet.
Kata kunci : tablet, kemangi, kempa langsung, avicel PH 102, amilum,
Ocimum sanctum folium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
EFFECT OF ADDITION AVICEL PH 102 AND STARCH
IN TABLET FORMULATION BASIL LEAVES EXTRACT
(Ocimum sanctum folium) IN DIRECT COMPRESSION METHOD
TO PHYSICAL PROPERTIES OF TABLET
M RIA DWI PUTRI PERMATA SARI
Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science
Sebelas Maret University
ABSTRAK
People believe that Ocimum sanctum folium can reduce the fever. This
has been demonstrated also in studies antipyretic effect of basil extract (Ocimum
sanctum folium) in the rat. The purpose of this study is to get an innovative
pharmaceutical tablets which are made of direct compression method, as well as
to determine the effect of the addition of Avicel PH 102 and starch as a tablet
disintegran on the physical properties.
Basil extract as the active ingredient is made by maceration using 70%
ethanol solvent. Condensed extract coupled with Avicel PH 101 (1:1) and then
dried in an oven at a temperature of 500C for 4 hours. Tablet extracts of basil
made 3 formula with a variety of Avicel PH 102 and starch as disintegran.
Evaluation on the tablet in this study include flowability and angel of repose,
visual test, uniformity of size and weight, disintegration time , hardness and
friability. The data obtained were compared with Pharmacopoeia requirements in
Indonesia and other literature and analyzed using one way ANOVA with a
confidence level of 95%, followed by Post Hoc Test test.
The results showed that basil extract tablet dosage tablet may be made by
direct compression method. Avicel PH 102 using a variation and starch affect the
physical properties of tablets. Formula 2 has been qualified for all physical
properties of the test tablet while the formula 1 are not eligible at the tablet
disintegrant test and the formula 3 are not eligible to friability test. The results
also showed that there were significant differences on all formula for all tests of
physical properties of tablets.
Keyword: tablet, basil, direct compression, Avicel PH 102, starch, Ocimum
sanctum folium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, selama kita mau berusaha
(Anonim)
Tak ada usaha yang sia-sia, selama kita mau mencoba
(Anonim)
Semua mimpi kita bisa jadi nyata
jika kita punya keberanian untuk meraihnya
(Walt Disney)
Untuk bisa memulai sesuatu , anda tidak harus menjadi hebat,
Tetapi mulailah untuk menjadi hebat!
(Zig Ziglar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini
Ku persembahkan untuk bapak, ibu
kasih sayangnya, kakak serta semua
teman-temanku atas kebersamaan
dan dukungan yang diberikan
selama ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiem
Alhamdulillahirobil‘aalamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang tanpa henti sedetikpun senantiasa melimpahkan rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir
ini dengan judul “Pengaruh Penambahan Avicel PH 102 dan Amilum dalam
Formulasi Tablet Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum folium ) secara
Kempa Langsung terhadap Sifat Fisik Tablet” yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi pada Program D3 Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Tugas Akhir ini terdiri dari 5 bab yaitu: Pendahuluan, Tinjauan
Pustaka, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan serta Kesimpulan dan Saran.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Penelitian Tugas Akhir ini tidak
lepas dari perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak yang
sungguh berarti dan berharga bagi penulis. Dengan rasa tulus ikhlas dan dengan
segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan., M.Sc.(Hons), Ph.D selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang
senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis sejak
persiapan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.
3. Orang tua saya yang selalu memberi dukungan serta doa kepada saya.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung selama penelitian hingga
penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan dunia kesehatan
pada umumnya. Kepada semua pihak yang disebutkan diatas semoga Allah SWT
menerima amal baik kita sekalian. Amin
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................iii
INTISARI ............................................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................v
HALAMAN MOTTO...........................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xvi
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II. LANDASAN TEORI…...........................................................................5
A. Tinjauan Pustaka................................................................................. 5
1. Tinjauan Tentang Tanaman ............................................................5
2. Tinjauan Tentang Ekstrak................................................................6
3.Tinjauan Tentang Tablet...................................................................8
4. Metode Kempa Langsung .............................................................13
5. Pengaruh Bahan Disintegran terhadap Tablet................................15
6. Monografi Bahan Tambahan Tablet .............................................17
B. Kerangka Pemikiran .........................................................................19
C. Hipotesis ...........................................................................................21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................22
A. Kategori Penelitian dan Variabel .....................................................22
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..........................................................22
1. Waktu .........................................................................................22
2. Tempat .......................................................................................22
C. Alat dan Bahan ................................................................................23
1. Alat.............................................................................................23
2. Bahan .........................................................................................23
D. Tahapan Penelitian ..........................................................................23
1. Pengambilan Bahan ...................................................................23
2. Determinasi Tanaman ................................................................24
3. Pembuatan Serbuk .....................................................................24
4. Pemeriksaan Mutu Serbuk .........................................................24
5. Pembuatan Ekstrak secara Maserasi ..........................................24
6. Pemeriksaan Kualitas Ekstrak ...................................................24
7. Pengeringan Ekstrak Daun Kemangi .........................................25
8. Perhitungan Dosis Ekstrak Daun Kemangi ...............................25
9. Formulasi Tablet dengan Metode Kempa Langsung .................26
10. Evaluasi Serbuk Ekstrak Daun Kemangi dan Massa tablet .......27
11. Evaluasi Tablet ..........................................................................28
E. Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisis ............................30
F. Diagram Alir Cara Kerja .................................................................32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................33
A. Determinasi tanaman Kemangi .......................................................33
B. Hasil Pengolahan Simplisia Kemangi .............................................33
C. Hasil identifikasi Serbuk Simplisia Kemangi ..................................34
D. Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Kemangi .....................................34
E. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Kental Kemangi ...................................35
1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental .......................35
2. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Lekat ............................................35
F. Pembuatan Ekstrak Kering Kemangi ..............................................36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
G. Pembuatan Massa Tablet dengan Metode Kempa Langsung ..........37
H. Jasil Pemeriksaan Massa Tablet ......................................................37
1. Waktu Alir .................................................................................38
2. Sudut Diam ................................................................................40
I. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet ...............................................42
1. Keseragaman bobot dan keseragaman ukuran ...........................43
2. Kekerasan ..................................................................................45
3. Kerapuhan ..................................................................................46
4. Waktu Hancur ............................................................................48
BAB V. Kesimpulan dan Saran ..........................................................................51
A. Kesimpulan ......................................................................................51
B. Saran ................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................52
LAMPIRAN.........................................................................................................55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Tipe dan jumlah disintegran/bahan disintegran yang umum
ditambahkan ...........................................................................................17
Tabel II. Formula Tablet yang dibuat..................................................................26
Tabel III. Penyimpangan bobot rata-rata tablet..................................................29
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Serbuk Ekstrak Kemangi.....................36
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Massa Tablet Ekstrak Kemangi ...........38
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Ekstrak Kemangi......................43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram alir cara kerja ......................................................................32
Gambar 2. Serbuk Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) ..................................34
Gambar 3. Ekstrak Kental Kemangi (Ocimum sanctum L.) ...............................35
Gambar 4. Histogram Hubungan antara Formula dengan Waktu Alir Sebelum
dan sesudah penambahan bahan pelicin...........................................39
Gambar 5. Histogram Hubungan antara Formula dengan Sudut Diam sebelum
dan sesudah ditambah pelicin ( 0 ) ...................................................41
Gambar 6. Tablet Ekstrak Kemangi (Ocimum sanctum L.) ................................42
Gambar 7. Histogram Hubungan antara Formula dengan Kekerasan
Tablet (kg) .........................................................................................45
Gambar 8. Histogram Hubungan antara Formula dengan Kerapuhan
Tablet (%)..........................................................................................47
Gambar 9. Histogram Hubungan antara Formula dengan Waktu Hancur
Tablet Ekstrak Kemangi (menit) .......................................................50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Determinasi Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum L.) ................55
Lampiran 2. Takaran Dosis Ekstrak Kental dan Ekstrak kering daun
Kemangi .........................................................................................56
Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Daya Lekat Ekstrak Kental...............................57
Lampiran 4. Waktu alir dan sudut diam serbuk ekstrak daun kemangi..............57
Lampiran 5. Hasil Pengukuran Waktu Alir dan Sudut Diam Serbuk..................58
Lampiran 6. Hasil Pengukuran Keseragaman Bobot Tablet ...............................67
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Kekerasan Tablet................................................72
Lampiran 8. Hasil Pengukuran Kerapuhan Tablet...............................................75
Lampiran 9. Hasil Pengukuran Waktu Hancur Tablet.........................................78
Lampiran 10. Foto Tanaman Kemangi (Ocimum sanctum L.) ...........................81
Lampiran 11. Tabel Konversi dosis anatar spesies............................................82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR SINGKATAN
BB : Berat Badan
0C : derajat Celcius
CO2 : Carbondioksida
g : gram
kg : kilogram
mg : milligram
Mg : Magnesium
ml : milliliter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memakai
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi persoalan
dalam pengadaan obat dan biaya obat yang mahal dalam masalah kesehatan, jauh
sebelum pelayanan kesehatan dengan obat-obat modern dengan biaya yang murah
mulai menyentuh masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional
tersebut merupakan salah satu komponen program pelayanan kesehatan dasar, serta
merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan dasar di bidang
kesehatan (Wijayakusuma, 1995).
Alasan masyarakat mulai melirik pengobatan tradisional diantaranya obat
tradisional tidak memerlukan biaya yang mahal dan dapat diramu sendiri tidak
seperti pengobatan dengan obat-obatan kimia ataupun sintetik. Obat tradisional
merupakan obat bebas sehingga dapat diperoleh dengan mudah tanpa resep dokter.
Selain itu efek samping obat tradisional lebih kecil dibandingkan dengan obat-
obatan kimia atau sintetik (Syamsuhidayat, 1991).
Kemangi telah dinyatakan sebagai obat tradisional yang berharga
melawan berbagai macam penyakit (Anonim, 2002). Kemangi memiliki
beberapa aplikasi pengobatan. Beberapa aplikasi pengobatan tersebut adalah
stomatik, antihelmintik, antipiretik, berguna untuk penyakit peredaran darah,
asma, bronchitis, dan lain-lain (Anonim, 2004a). Ekstrak daun kemangi
menghambat inflamasi akut dan kronis pada hewan percobaan, dan juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Efek-efek tersebut menyebabkan
penghambatan pada biosintesis prostaglandin (Wohlmuth, 2004).
Daun kemangi mengandung senyawa yang mampu menghambat sintesis
prostaglandin yang diperkuat oleh sebuah penelitian terbaru, yang menunjukkan
bahwa senyawa yang diisolasi dari daun kemangi (eugenol, asam rosmarinik,
flavonoid cirsilineol, cirsimaritin, isothymonin dan apigenin) menghambat enzim
utama dalam biosintesis prostaglandin, siklooksigenase (Wohlmuth, 2004). Ada
bukti bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pelepasan
suatu zat pirogen endogen atau sitokin interleukin-1 (IL-1) yang memacu
pelepasan prostaglandin yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus. Selain
itu prostaglandin E2 terbukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke
ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipotalamus. Obat mirip aspirin
menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesis prostaglandin
(Freddy, 1995). Berdasarkan uraian tersebut, pemberian intragastrik ekstrak daun
kemangi dapat menurunkan demam (Anonim, 2004b).
Penggunaan daun kemangi (Ocimum sanctum folium) untuk pengobatan,
pada umumnya hanya sebatas dalam bentuk sederhana dengan cara diseduh atau
direbus. Penggunaan dengan cara tersebut dinilai kurang efektif dan efisien.
Untuk lebih memudahkan dalam penggunaan adalah dengan membuatnya dalam
bentuk ekstrak yang diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet. Tablet
merupakan sediaan farmasi yang paling banyak diminati oleh perusahaan
farmasi maupun oleh pemakai sediaan farmasi karena merupakan bentuk sediaan
yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah. Selain
itu tablet juga memiliki beberapa keuntungan seperti ketepatan dosis, praktis
dalam penyajian, biaya produksi yang murah, mudah dikemas, tahan
penyimpanan, mudah dibawa dan memilik bentuk yang memikat (Banker dan
Anderson, 1986).
Metode pembuatan tablet yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode kempa langsung dengan variasi bahan disintegran avicel PH 102 dan
amilum. Bahan-bahan yang digunakan pada metode ini harus memiliki sifat alir
serbuk yang baik, sehingga mudah dicetak, kompatibel dengan bahan-bahan
yang lain, dan stabil. Keuntungannya adalah tahapan proses pengerjaan yang
sedikit sehingga biaya, tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan dalam proses
produksi dapat direduksi. Metode ini juga tidak melibatkan pemanasan dan air
sehingga tidak mempengaruhi stabilitas, baik zat aktif atau bahan-bahan lain.
Avicel PH 102 mempunyai kecepatan serap air yang tinggi melalui anyaman
kapiler sehingga merupakan disintegran dengan keefektifan yang sangat tinggi.
Sedangkan amilum sebagai disintegran mempunyai mekanisme kerja dengan
membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat
air masuk melalui pori (kapiler) (Lachman, 1994). Dari mekanisme kedua bahan
tersebut sebagai disintegran , kedua bahan tersebut memiliki potensi yang baik
untuk digunakan sebagai disintegran agar tablet yang dibuat nantinya dapat
memenuhi syarat yang sesuai standar. Namun dari kedua bahan tersebut belum
diketahui mana disintegran yang paling baik untuk pembuatan tablet kempa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
langsung dari ekstrak kemangi, untuk itu dibuat formulasi tablet dengan
konsentrasi avicel PH 102 dan amilum yang bervariasi pada setiap formula.
B.RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah
ekstrak kemangi dapat dibuat tablet dengan metode kempa langsung dan
bagaimana pengaruh variasi konsentrasi avicel PH 102 dan amilum sebagai
serbuk daun kemangi terhadap sifat fisik tablet.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian bertujuan untuk membuat tablet ekstrak daun kemangi dengan
metode kempa langsung dan mengetahui pengaruh variasi konsentrasi bahan
disintegran Avicel PH 102 dan amilum terhadap sifat fisik tablet ekstrak kemangi.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh variasi
konsentrasi bahan disintegran Avicel PH 102 dan amilum pada pembuatan tablet
ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum folium) terhadap sifat fisik tablet ekstrak
kemangi secara kempa langsung sehingga diperoleh konsentrasi yang tepat untuk
mendapatkan tablet yang sifat fisiknya memenuhi persyaratan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan tentang tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanaman Kemangi
(Ocimum sanctum L)
a. Sistematika Tanaman
Kedudukan tanaman kemangi dalam taksonomi:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klassis : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Familia : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Species : Ocimum sanctum L (Syamsuhidayat, 1991).
b. Deskripsi
Kemangi (Ocimum sanctum L), berupa tanaman semak, semusim,
dengan tinggi 30-150 cm. Sedangkan batangnya memiliki ciri berkayu, segi
empat, memiliki alur dan cabang, berbulu, serta berwarna hijau. Daun
memiliki ciri tunggal, ujung runcing, tepi bergerigi, menyirip, lebar 3-6 mm
(Syamsuhidayat, 1991).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Nama Lain
Nama lain kemangi (Ocimum sanctum L) di daerah yaitu: Lampes
(Sunda), Kemangi (Madura), Uku-uku (Bali), Lufe-lufe (Ternate)
(Syamsuhidayat, 1991).
d. Kegunaan
Daun Ocimum sanctum L berkhasiat sebagai peluruh air susu ibu,
sebagai obat penurun panas dan memperbaiki pencernaan. Untuk pelancar
air susu ibu dipakai kurang lebih 25 gram daun segar Ocimum sanctum L,
dicuci dan dimakan mentah sebagai lalap (Syamsuhidayat ,1991).Di dalam
sari daun kemangi sendiri terkandung zat antioksidan, antibakteri atau
antiseptik, sehingga dengan mengkonsumsi kemangi segar mampu
menghilangkan bau serta menyegarkan mulut (Soria, 2006).
e. Kandungan Kimia
Daun Ocimum sanctum folium di samping mengandung minyak atsiri
juga mengandung saponin, flavonoida dan tanin. Sedang bijinya
mengandung saponin, flavonoida dan polivenol (Syamsuhidayat, 1991).
2. Tinjauan Tentang Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh
cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi
serbuk (Ansel, 1989).
Metode pembuatan ekstrak yang umum digunakan antara lain maserasi,
perkolasi, Soxhletasi, dan infundasi. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan penyesuaian dengan
tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak
yang sempurna (Ansel, 1989).
Beberapa metode ekstraksi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Maserasi
Maserasi merupakan proses paling tepat untuk simplisia yang sudah
halus dan memungkinkan direndam hingga meresap dan melunakkan
susunan sel, sehingga zat-zatnya akan larut. Proses ini dilakukan dalam
bejana bermulut lebar, serbuk ditempatkan lalu ditambah pelarut dan ditutup
rapat, isinya dikocok berulang-ulang kemudian disaring. Proses ini
dilakukan pada temperatur 150-20
0 C selama tiga hari (Ansel, 1989).
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses penyarian serbuk simplisia dengan pelarut
yang cocok dengan melewatkan secara perlahan-lahan melewati suatu
kolom, serbuk simplisia dimasukkan ke dalam perkolator. Dengan cara
penyarian ini mengalirkan cairan melalui kolom dari atas ke bawah melalui
celah untuk keluar dan ditarik oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom.
Dengan pembaharuan yang terus menerus bahan pelarut, memungkinkan
berlangsungnya maserasi bertingkat (Ansel, 1989).
c. Soxhletasi
Bahan yang akan disari berada di dalam kantung ekstraksi (kertas,
karton) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang berada di antara labu
suling dan suatu pendingin. Labu tersebut berisi bahan pelarut yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menguap dan jika diberi pemanasan akan menguap mencapai ke dalam
pendingin balik melalui pipa pipet, pelarut ini berkondensasi di dalamnya
dan menetes ke bahan yang disari. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas
dan setelah mencapai tinggi maksimum secara otomatis ditarik ke dalam
labu tersebut (Voigt, 1984).
d. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk
menyari zat kandungan zat aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan
nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh karena itu sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim,
1986).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengekstraksi daun
kemangi adalah maserasi. Digunakan metode maserasi, karena maserasi
merupakan proses paling tepat untuk obat yang halus dan memungkinkan
direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga
zat-zat yang mudah terlarut akan terlarut (Ansel, 1989)
3. Tinjauan Tentang Tablet
a. Tablet
Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaanya rata atau cembung,
mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1979). Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan ketebalan,
daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet
dan metode pembuatannya (Ansel, 1989).
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah
sebagai berikut:
a. Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik
selama fabrikasi/pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada
konsumen.
b. Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.
c. Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya
d. Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun
rasanya.
Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
a. Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong
alir ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot
tablet tidak akan memiliki variasi yang besar.
b. Kompaktibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga
dihasilkan tablet yang keras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan
mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga
permukaan tablet halus dan licin (Sheth, 1980).
Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu: metode kempa langsung,
granulasi basah, dan granulasi kering.
a. Kempa langsung
Metode kempa langsung yaitu percetakan bahan obat dan bahan
tambahan yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau granulasi.
Kempa langsung membangkitkan gaya ikatan di antara partikel sehingga tablet
memiliki kekompakan yang cukup (Voigt, 1984). Pada proses ini diperlukan
serbuk yang mempunyai fluiditas dan kompaktibilitas yang baik (Sheth, 1980).
b. Granulasi kering
Pada metode ini, granul dibentuk oleh penambahan bahan pengikat
kering ke dalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang
jumlahnya besar dari campuran serbuk, memecahkannya dan menjadikan
pecahan-pecahan menjadi granul, penambahan bahan pelicin dan disintegran
kemudian dicetak menjadi tablet (Ansel, 1989).
c. Granulasi Basah
Metode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan
dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang
dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
basah, pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan
bahan disintegran, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).
Bahan tambahan dalam pembuatan tablet adalah semua bahan dalam tablet
selain zat aktif. Bahan tambahan harus stabil dan tidak mempengaruhi zat aktif dan
obat. Pada dasarnya bahan tambahan harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa
dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1984).
Untuk pembuatan tablet diperlukan zat tambahan berupa :
1) Bahan pengisi
Bahan pengisi diperlukan untuk memungkinkan suatu pencetakan sehingga
menjamin tablet mamiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (Voigt, 1984).
Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan:
a) Non toksik
b) Tersedia dalam jumlah yang cukup
c) Harga cukup murah
d) Inert atau netral secara fisiologis
e) Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat atau
komponen tablet lain.
f) Bebas dari mikroba
Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: laktosa, sukrosa, amilum, kaolin,
kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol, sellulosa, dan bahan lain yang cocok
(Banker dan Anderson, 1986).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Bahan pengikat
Zat pengikat ditambahkan dalam bentuk kering atau cairan selama granulasi
basah untuk membentuk granul atau menaikkan kekompakan kohesi bagi tablet
yang dicetak langsung (Banker dan Anderson, 1986).
3) Bahan disintegran
Zat disintegran ditambahkan guna memudahkan pecahnya atau hancurnya
tablet ketika kontak dengan cairan saluran pernafasan. Dapat juga berfungsi menarik
air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi bagian-
bagiannya. Fragmen-fragmen tablet itu mungkin sangat menentukan kelarutan
selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas yang diharapkan (Banker dan
Anderson, 1986).
Bahan disintegran yang dapat digunakan adalah pati dan selulosa yang
termodifikasi secara kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon
(Anonim, 1995).
4) Bahan pelicin
Bahan pelicin berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, dan bahan pemisah
hasil cetakan (Voigt, 1984). Bahan pelicin mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet. Pada umumnya bahan pelicin bersifat hidrofobik sehingga
cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, oleh karena itu
kadar lubricant yang berlebihan harus dihindari (Anonim,1995). Bahan pelicin yang
biasa digunakan antara lain talk, magnesium stearat, aluminium stearat, asam
stearat, asam palmitat, dan pati (Voigt, 1984 ).
Untuk mengetahui sifat fisik granul, maka diperlukan uji sifat fisik granul
yang meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
a. Waktu alir
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan bila sejumlah granul
dituangkan dalam suatu alat kemudian dialirkan, mudah tidaknya aliran granul
dapat dipengaruhi oleh bentuk granul, bobot jenis, keadaan permukaan dan
kelembabannya. Kecepatan alir granul sangat penting karena berpengaruh pada
keseragaman pengisian ruang kompresi dan keseragaman bobot tablet (Sheth,
1980).
b. Sudut diam
Sudut diam adalah sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan
granul dengan bidang horizontal. Serbuk (massa tablet) seberat 100 gram
dilewatkan melalui corong, dan jatuh ke atas sehelai kertas grafik. Setelah
onggokan serbuk membentuk kerucut stabil, sudut diamnya di ukur. Untuk
kebanyakan serbuk farmasetik (massa tablet), nilai sudut diam berkisar 25º
sampai 45º dengan nilai rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik
( Siregar 2010).
4. Metode Kempa Langsung
Salah satu metode pembuatan tablet yaitu kempa langsung. Metode ini
digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki sifat mudah mengalir atau sifat
kohesifitasnya tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak didalam
mesin tablet tanpa memerlukan ganulasi basah/kering (Ansel, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Keuntungan metode kempa langsung :
a. Prosesnya lebih singkat dan ekonomis (mengurangi waktu, tenaga, peralatan,
proses validasi, energi)
b. Ukuran partikel lebih seragam.
c. Waktu hancur dan disolusinya lebih baik karena begitu tablet bersentuhan
dengan air, partikel obat langsung lepas.
d. Mengeliminasi panas dan kelembaban, sehingga cocok untuk zat aktif yang
sensitive terhadap panas dan lembab.
Kerugian metode kempa langsung:
a. Permasalahan pada homogenitas zat aktif dengan dosis yang kecil.
b. Zat aktif dengan dosis tinggi dengan bulk volume yang besar,
kompresibilitasnya jelek dan sifat alirnya juga jelek tidak dapat dibuat tablet
dengan kempa langsung.
c. Sulit dalam pemilihan eksipien yang memenuhi persyaratan untuk dapat
dikempa langsung (Sulaiman, 2007).
Tabletasi langsung meningkatkan gaya ikatan antar pertikel yang rendah
sehingga tablet memiliki kekompakan yang cukup.
Untuk mengetahui sifat fisik tablet yang dihasilkan perlu dilakukan uji
sifat fisik tablet . Uji sifat fisik yang dilakukan adalah :
a. Keseragaman bobot
Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya
penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
tablet sesuai syarat yang ditentukan dalam Farmakope Indonesia edisi IV
(Anonim, 1995).
b. Kekerasan
Sepuluh tablet dari masing-masing formula diambil secara acak dan diuji
dengan alat pengukur kekerasan tablet. ditentukan nilai rata-rata hasil
pengujiannya. Setidaknya nilai rata-rata adalah pada rentang nilai 4-8 kg
(Banker dan Anderson, 1986).
c. Kerapuhan tablet
Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap pengikisan
permukaan dan goncangan. Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan alat
friability tester. Batas kerapuhan tablet yang masih bisa diterima adalah
kurang dari 1,0%. Kerapuhan diatas 1,0% menunjukkan tablet yang rapuh dan
dianggap kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
d. Waktu Hancur
Uji waktu hancur dilakukan dengan alat uji waktu hancur dan waktu
hancur yang dikendaki adalah kurang dari 15 menit (Banker dan Anderson,
1986).
5. Pengaruh bahan disintegran terhadap tablet
Bioavailabilitas suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya. Absorpsi
obat tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal dan
permeabilitas obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat dalam
tablet tergantung pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan disintegrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan disolusi dari tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet, maka
ditambahkan disintegran/bahan disintegran. Bahan disintegran sangat penting
dalam pelepasan obat pada tablet yang mengalami proses disintegrasi. Bahan
disintegran akan membantu hancurnya tablet menjadi granul, selanjutnya
menjadi partikel partikel penyusun sehingga akan meningkatkan kecepatan
disolusi tablet. Disintegran memiliki lima mekanisme sebagai berikut :
1. Penguatan efek kapiler, yaitu dengan mempertahankan struktur pori tablet
kempa dan menunjukkan tegangan permukaan yang rendah terhadap cairan,
yang menyebabkan terjadinya penetrasi air yang cepat melalui pori tersebut.
2. Penarikan air ke dalam tablet, yang menyebabkan tablet mengembang dan
kemudian pecah menjadi fragmen-fragmen yang sangat menentukan
kelarutan selanjutnya sehingga dapat tercapai ketersediaan hayati yang
diharapkan.
3. Pelepasan gas (terutama CO2), yang dapat merusak struktur tablet.
Mekanisme disintegran seperti ini sering ditemui dalam tablet effervesen.
4. Pelelehan pada suhu tubuh.
5. Perusakan pengikat oleh reaksi enzimatik.
Disintegran dapat ditambahkan sebelum granulasi (intragranular) atau
saat tahap lubrikasi (ekstragranular). Penambahan secara ekstragranular
bertujuan agar terjadi mekanisme disintegranan yang lebih cepat, sedangkan
penambahan secara intragranular dapat menyebabkan dispersi partikel menjadi
lebih halus. Kombinasi dari kedua cara penambahan tersebut akan memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
hasil yang lebih baik. Dibawah ini adalah tipe dan jumlah disintegran/bahan
disintegran yang umum ditambahkan :
Tabel I. Tipe dan jumlah disintegran/bahan disintegran yang umum ditambahkan
Disintegran Konsentrasi (%)
Amilum
Amilum 1500
Avicel (mikrokristalin selulosa)
Solka floc
Asam alginat
Explotab (sodium starch glycolate)
Gom guar
Policlar AT (Crosslinked PVP)
Amberlite IPR 88
Metilselulosa, CMC, HPMC.
5-20
5-15
5-10
5-15
5-10
2-8
2-8
0,5-5
0,5-5
5-10
(Sulaiman, 2007)
6. Monografi Bahan Tambahan Tablet
a. Aerosil
Aerosil merupakan bahan pengatur aliran yang dapat mengurangi
lengketnya partikel satu sama lain, dengan demikian gesekan partikel satu
sama lain sangat kurang. Aerosil dapat menarik lembab melalui silamol (dapat
menarik lembab hingga 40% dari massanya) dan meskipun demikian serbuk
masih dapat mempertahankan daya alirnya. Aerosil biasa lazim digunakan
dalam kadar 2% dari bobot tablet (Voigt, 1994).
b. Magnesium stearat
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran
asam–asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari
magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Magnesium stearat mengandung MgO setara dengan tidak kurang dari 6,8%
dan tidak lebih dari 8,3%. Magnesium stearat berupa serbuk halus, putih dan
voluminus, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran, tidak
larut dalam air, etanol, dan eter (Anonim, 1995).
c. Amilum
Amilum merupakan serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan
kecil,putih,tidak berbau ,tidak berasa yang berasal dari pati singkong. Teori
Pati menunjukkan suatu daya tarik besar terhadap air melalui kerja kapiler
yang menyebabkan pemuaian dan sintegran tablet kempa berikutnya. Pada
umumnya konsentrasi pati yang tinggi menghasilkan waktu disintegrasi yang
lebih cepat. Akan tetapi, konsentrasi pati yang tinggi sering menyebabkan
hilangnya ikatan kohesi dan kekerasan dalam tablet (Siregar ,2010 ).
d. Avicel
Avicel merupakan disintregan dengan keefektifan yang sangat tinggi dan
mempunyai kecepatan serap air yang tinggi melalui anyaman kapiler sehingga
avicel dan pati merupakan kombinasi yang sangat baik disintregan yang cepat
dan efektif dalam formulasi tablet (siregar, 2010).
Avicel PH 102 merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna
putih, tidak berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri atas partikel porous,
tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik. Avicel PH 102
merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan
menunjukkan sifat alir serta kompaktibilitas yang baik. Ikatan yang terjadi antar
partikelnya adalah ikatan hidrogen, ikatan ini sangat berperan terhadap kekerasan
dan kohesifitasnya. Pada tekanan kompresi partikelnya mengalami deformasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
plastis, sehingga dapat menaikkan kompaktibilitas. Avicel merupakan partikel
terdepolimerisasi, putih, tidak berasa, tidak berbau, bentuk serbuk, Kristal
tersusun atas partikel yang berpori. Dalam perdagangan tersedia dalam berbagai
ukuran partikel dan mempunyai tingkat kelembaban yang berbeda sehingga
berbeda dalam penggunaannya tergantung tingkat kelembabannya. Dikenal ada 2
macam avicel, yaitu: Avicel PH 101 dan Avicel PH 102. Perbedaannya terletak
pada ukuran partikel nya. Avicel PH 101 merupakan produk asli yang diperoleh
dengan cara hidrolisis asam dari selulosa murni, sedangkan Avicel PH 102
merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang lebih besar.
Baik Avicel PH 101 dan Avicel PH 102 digunakan secara luas pada metode
kempa langsung namun dapat juga digunakan sebagai bahan pengisi pada
pembuatan tablet secara granulasi basah (Sheth, 1980).
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Daun Kemangi (Ocimum sanctum folium) merupakan salah satu tanaman
herbal yang memiliki khasiat sebagai antipiretik. Efek antipiretik daun kemangi
terletak pada kandungan flavonoid. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa
ekstrak daun kemangi telah terbukti memiliki efek antipiretik yang diujikan pada
tikus putih. Daun kemangi merupakan tananam herbal sehingga kemungkinan
efek samping yang mungkin timbul dalam penggunaannya sangatlah kecil.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet-
tablet dapat berbeda-beda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan,
daya hancurnya, dan dalam aspek lainnya tergantung dari cara pemakaian tablet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dan metode pembuatannya. Salah satu cara pembuatan tablet adalah dengan
metode kempa langsung. Metode kempa merupakan percetakan bahan obat dan
bahan tambahan yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau
granulasi. Kempa langsung membangkitkan gaya ikatan di antara partikel
sehingga tablet memiliki kekompakan yang cukup. Metode ini juga mudah dan
prosesnya cepar serta tidak membutuhkan biaya yang cukup banyak.
Pada penelitian ini dilakukan formulasi tablet dari ekstrak daun kemangi
(Ocimum sanctum folium) secara kempa langsung dengan variasi bahan
disintegran avicel PH 102 dan amilum sehingga diperoleh sediaan tablet yang
baik, memenuhi syarat sifat fisiknya serta dapat diketahui pengaruh variasi
konsentrasi bahan disintegran terhadap sifat fisik tablet. Avicel PH 102
mempunyai kecepatan serap air yang tinggi melalui anyaman kapiler sehingga
merupakan disintegran dengan keefektifan yang sangat tinggi. Sedangkan
amilum sebagai disintegran mempunyai mekanisme kerja dengan membentuk
ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau mengembang saat air masuk
melalui pori (kapiler). Dari mekanisme kedua bahan tersebut sebagai disintegran,
kedua bahan tersebut memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai
disintegran agar tablet yang dibuat nantinya dapat memenuhi syarat yang sesuai
standar. Namun dari kedua bahan tersebut belum diketahui mana disintegran
yang paling baikuntuk pembuatan tablet kempa langsung dari ekstrak kemangi,
untuk itu dibuat formulasi tablet dengan konsentrasi avicel PH 102 dan amilum
yang bervariasi pada setiap formula. Tablet diuji dengan berbagai pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
diantaranya adalah uji visual, uji keseragaman ukuran, uji kerapuhan, uji
kekerasan, uji waktu hancur dan uji keseragaman bobot.
C. HIPOTESIS
Ekstrak kemangi (Ocimum sanctum L) diduga dapat dibuat menjadi sediaan
tablet dengan metode kempa langsung dan variasi avicel PH 102 dan amilum
sebagai bahan disintegran akan berpengaruh terhadap waktu alir, kekerasan,
kerapuhan, khususnya waktu hancur tablet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kategori Penelitian dan Variabel
Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah
kategori penelitian eksperimental.
1. Variabel bebas : Konsentrasi Avicel PH 102 dan Amilum.
2. Variabel tergantung :Sifat fisik serbuk ekstrak kemangi dan massa
tablet yaitu waktu alir dan sudut diam
Sifat fisik tablet yaitu keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.
3. Variabel terkendali : Umur tanaman, asal tanaman,lokasi pengambilan,
waktu pengambilan, suhu maserasi, waktu
pencampuran, dan tekanan kompresi.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni tahun 2012
2. Tempat
Tempat pelaksanaan penelitian ini diantaranya Karanganyar sebagai
tempat pengambilan tanaman dan Laboratorium Teknologi Farmasi
Universitas Sebelas Maret .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
C. Alat dan bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah blender
untuk menghaluskan simplisia, bejana kaca untuk maserasi, kain flanel untuk
menyaring filtrat, rotary evaporator (RE-300) untuk memekatkan ekstrak,
timbangan analitik, alat uji daya lekat, waterbath, kompor listrik, oven (IL-
80EN), tablet single punch (seri TDP 1), ayakan mesh 16, jangka sorong, klem,
statif, Hardness tester (Guoming YD-1) untuk uji kekerasan, disintegration
tester (Guoming BJ-2) untuk uji waktu hancur, Friabilator (Guoming CS-2)
untuk uji kerapuhan, thermometer, dan alat-alat gelas pyrex seperti gelas beker,
gelas ukur, cawan penguap, corong kaca dan batang pengaduk.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain daun kemangi (Ocimum
sanctum folium) yang diperoleh dari Produsen di Pasar Gedhe Solo yang diambil
dari Karanganyar, ethanol 70% (teknis) dari Bratachem dan bahan tambahan
tablet yaitu avicel PH 102 (teknis) dari PT. Agung Jaya, avicel PH 101(teknis),
amilum (teknis), aerosil (teknis) dan Mg stearat (teknis) yang dibeli dari
Laboratorium Farmasetika D3 Farmasi FMPA UNS.
D. Tahapan Penelitian
1. Pengambilan Bahan
Sampel yang akan digunakan adalah daun kemangi (Ocimum sanctum
folium) yang diperoleh dari Produsen di Pasar Gedhe Solo yang diambil dari
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2. Determinasi Tanaman
Tahap pertama penelitian adalah memastikan kebenaran sampel kemangi,
dengan mencocokkan ciri-ciri morfologis yang ada pada tanaman kemangi
terhadap kepustakaan dan dibuktikan oleh Laboratorium Morfologi Sistematik
Tumbuhan Universitas Setia Budi.
3. Pembuatan serbuk
Tanaman kemangi dikumpulkan, dicuci dengan air bersih lalu ditiriskan,
dan dikeringkan dibawah sinar matahari, ditutup dengan kain hitam sampai
kering. Simplisia yang telah kering dicampur jadi satu, kemudian diserbuk
dengan cara diblender.
4. Pemeriksaan mutu serbuk
Pemeriksaan mutu serbuk meliputi organoleptis meliputi bentuk, bau, dan
warna.
5. Pembuatan ekstrak secara maserasi
Serbuk sebanyak 1,8 kg dimasukkan dalam bejana bermulut lebar,
ditambah etanol 70 % sebanyak 13,5 liter kemudian digojog, dan didiamkan
selama 5 hari. Setelah lima hari maserat disaring dan dipekatkan dengan
evaporator. Pelarut yang masih tertinggal diuapkan di atas penangas air sampai
bebas dari pelarut.
6. Pemeriksaan kualitas ekstrak
a. Pemeriksaan Organoleptis
Dilakukan pemeriksaan untuk mendeskripsikan bentuk, warna, dan
bau (Anonim, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Uji Daya Lekat
Uji daya lekat dilakukan dengan cara menimbang 100 mg ekstrak
kemangi kemudian diletakkan diantara obyek selama 10 menit, ditindih
dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit. Gelas objek dijepit pada alat
yang diberi beban 80 gram, selanjutnya dihitung waktu yang diperlukan
untuk melepaskan gelas objek yang satu dengan yang lainnya (Anonim,
1979).
7. Pengeringan Ekstrak daun Kemangi
Campuran ekstrak daun kemangi dengan avicel PH 101 pada perbandingan
1:1 dikeringkan di dalam oven pada suhu 500C dan diayak dengan ayakan 16
mesh.
8. Perhitungan Dosis Ekstrak daun kemangi
Menurut hasil penelitian efek antipiretik ekstrak daun kemangi (Ocimum
sanctum folium) pada tikus putih dengan melakukan penelitian yang bersifat
eksperimental pada beberapa tikus putih sebagai sampel dengan pemberian 3
varian dosis disimpulkan bahwa dosis 1 (3,15 mg/100 g BB) adalah dosis yang
paling efektif dibanding dosis yang lain untuk mencapai rata-rata suhu rektal
tikus putih terendah yang dicapai pada menit ke-180 (Widastuti,2006).
Faktor konversi tikus putih dengan BB 200 g ke manusia dengan BB 70
kg adalah 56,0 (Ngatidjan, 1990). Berat rata-rata manusia Indonesia + 50 kg
(Donatus I. A., 1986).
Dosis untuk tikus 200g 3,15 mg/100 g BB = 6,3 mg/200 g BB tikus
Dosis untuk manusia 70 kg = 6,3 mg (200 g BB tikus putih) x 56,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
= 352,8 mg (70 kg manusia)
= 252 mg (50 kg manusia)
Jadi dosis ekstrak daun kemangi sebagai antipiretik untuk manusia 50 kg adalah
252 mg
9. Formulasi Tablet dengan metode kempa langsung
Dosis yang digunakan dalam formulasi tablet ekstrak daun kemangi ini
adalah 252 mg ekstrak kental /tablet. Dosis tersebut adalah untuk ekstrak kental
daun kemangi atau setara dengan 495,2 mg ekstrak kering daun kemangi tiap
tablet. Kemudian untuk rancangan formulasi tablet adalah sebagai berikut :
Tabel II. Formula Tablet yang dibuat
Bahan
Formula
1
(mg)
2
(mg)
3
(mg)
Serbuk Ekstrak daun kemangi + 5 % aerosil 520 520 520
Aerosil 3 3 3
Amilum 71 - 35
Avicel PH 102 - 71 36
Mg stearat 6 6 6
Formula bahan tambahan yang digunakan sebagai acuan dalam
pembuatan tablet ekstrak daun kemangi ini, berdasarkan Jurnal Pembuatan
Tablet Ekstrak Pare dengan Metode Cetak Langsung (Jufri, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Serbuk ekstrak yang didapat adalah ekstrak kental yang telah dicampur
dengan avicel PH 101 dengan perbandingan 1:1 dan diayak dengan ayakan 16
mesh. Kemudian serbuk ekstrak tersebut dikeringkan di dalam oven pada suhu
500C selama 4 jam. Serbuk ekstrak yang telah dikeringkan ditambahkan 5%
aerosil yang berfungsi sebagi adsorben. Kemudian campuran tadi ditambah
dengan avicel PH 102 dan atau amilum sebagai disintegrator dan dicampur
sampai homogen. Lalu aerosil yang berfungsi sebagai glidan ditambahkan ke
dalam campuran, kemudian ditambah dengan Mg stearat. Massa tablet
dimasukkan ke dalam hopper dan dicetak menjadi tablet yang diinginkan
memiliki bobot 600 mg. Evaluasi dilakukan terhadap massa dan tablet yang telah
dicetak berdasarkan parameter yang telah ditentukan.
10. Evaluasi serbuk ekstrak daun kemangi dan massa tablet
Evaluasi serbuk ekstrak daun kemangi dan massa tablet meliputi waktu
alir dan penetapan sudut diam.
a. Waktu alir
Ditimbang 100g serbuk, kemudian dimasukkan kedalam corong
yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul
dibiarkan mengalir sampai habis. Dihitung waktu alir serbuk. Serbuk
mempunyai sifat alir bagus bila mempunyai waktu alir tidak lebih dari
10 detik ( Fudholi, 1983).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Sudut diam
Serbuk (massa tablet) seberat 100 gram dilewatkan melalui
corong, dan jatuh ke atas sehelai kertas grafik. Setelah onggokan serbuk
membentuk kerucut stabil, sudut diamnya di ukur. Untuk kebanyakan
serbuk farmasetik (massa tablet), nilai sudut diam berkisar 25º sampai
45º dengan nilai rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik (
Siregar 2010).
tg β = h/r
β = sudut diam
r = jari-jari kerucut
h = tinggi kerucut
11. Evaluasi tablet
Evaluasi tablet yang dilakukan meliputi: uji keseragaman ukuran, uji
kerapuhan, uji kekerasan, uji waktu hancur dan uji keseragaman bobot.
a. Uji keseragaman bobot
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang
satu persatu. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan dari kolom A. Dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Tabel III. Penyimpangan bobot rata-rata tablet
Bobot rata-rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A B
25 mg atau kurang
26 mg sampai dengan 150 mg
151 mg sampai dengan 500 mg
Lebih dari 300 mg
15%
10%
7,5%
5%
30%
20%
15%
10%
b. Uji kerapuhan
Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui kekuatan tablet. Uji ini
menggunakan alat yang disebut dengan friabilator. Sedikitnya 20 tablet
ditimbang kemudian dirotasi dalam friabilator sebanyak 100 putaran,
lalu dibersihkan debunya dan ditimbang kembali dan dihitung bobot yang
hilang. Nilai kerapuhan yang dikehendaki adalah kurang dari 1% (Banker
dan Anderson, 1986).
c. Uji kekerasan
Sepuluh tablet dari masing-masing formula diambil secara acak dan
diuji dengan alat pengukur kekerasan tablet. Ditentukan nilai rata-rata
hasil pengujiannya. Setidaknya nilai rata-rata adalah pada rentang nilai 4-
8 kg (Banker dan Anderson, 1986).
d. Uji waktu hancur
Sebanyak 6 tablet dimasukkan dalam keranjang dan dinaik turunkan
secara teratur 30 kali tiap menit. Keranjang berada searah di tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
tabung kaca yang dicelupkan ke dalam air dengan suhu 360-38
0C
sebanyak lebih kurang 1000 ml. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada
bagian tablet yang tertinggal. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang
diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit
untuk tablet tidak bersalut (Anonim, 1979).
e. Uji keseragaman ukuran
Pada uji ini diukur diameter dan tebal tablet. Dikehendaki diameter
tablet tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet dan tidak lebih dari 3 kali
tebal tablet (Anonim, 1979).
E. Metode Pengumpulan Data dan Teknik Analisis
1. Metode pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari:
a. Spesifikasi ekstrak kemangi (Ocimum sanctum L) meliputi: pemeriksaan
organoleptis dan uji daya lekat
b. Uji sifat fisik serbuk ekstrak kemangi (Ocimum sanctum L) dan massa
tablet meliputi: sifat alir, dan sudut diam.
c. Uji sifat fisik tablet ekstrak kemangi (Ocimum sanctum L) meliputi: uji
visual ,keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, waktu hancur,
dan kerapuhan tablet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Teknik analisis penelitian meliputi:
a. Pendekatan Teoritis
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dibandingkan dengan
persyaratan tablet yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan
kepustakaan lain.
b. Pendekatan Statistik
Analisis statistik dari mutu fisik tablet dilakukan dengan Uji
Normalitas Kologorov-Smirnov. Jika data terdistribusi normal kemudian
dilanjutkan dengan uji One-Way Anova untuk mengetahui apakah antar
formula terdapat perbedaan yang signifikan. Jika ada perbedaan yang
signifikan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test (LSD) yang menunjukkan
perbedaan antar formula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
F. Diagran Alir Cara Kerja
Gambar 1. Diagram alir cara kerja
+avicel PH 101 (1:1),
Tanaman Kemangi
Determinasi tanaman
Sortasi basah
Pengeringan
Simplisia kering
Serbuk simplisia
Sortasi kering
di serbuk
Di maserasi dengan etanol 70%
Di evaporasi
Ekstrak kental
Ekstrak kering
Diayak 16 mesh,
dikeringkan dalam oven
suhu 500C selama 4 jam
Diuji sifat alir & sudut
diam
+ 5% aerosil
+ Avicel PH 102
+ amilum ,ad homogen
+ Mg stearat
Massa tablet Uji sifat alir serbuk:
Penetapan sudut diam
Kecepatan alir
Tablet Pemeriksaan sifat fisik tablet:
Uji visual
Keseragaman bobot
Keseragaman ukuran
Kekerasan
Kerapuhan
Waktu Hancur Analisis data,
pembahasan dan
kesimpulan
Uji organoleptis
Uji organoleptis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman Kemangi
Untuk memperoleh hasil yang signifikan dan terpercaya determinasi
tanaman kemangi dilakukan di Lab. Morfologi Sistematik Tumbuhan
Universitas Setia Budi berdasarkan acuan dari buku “Flora” Untuk Sekolah di
Indonesia karangan Dr.C.G.G.J Van Steenis (1992). Hasil determinasi tanaman
kemangi (Ocimum sanctum L) sebagai berikut :
1b_2b_3b_4b_6b_7b_9b_10b_11b_12b_13b_16b_239b_243b_250b_266b_267b
_268a_271b Fam. Labiatae
1a_2b_4b_6b_7b Ocimum Ocimum sanctum Linn.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa, tanaman
yang sedang diteliti tersebut adalah benar-benar tanaman kemangi (Ocimum
sanctum Linn).
B. Hasil Pengolahan Simplisia Kemangi
Pengolahan simplisia kemangi dilakukan dengan membersihkan dan
mengeringkannya. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air. Air
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan menghentikan reaksi
enzimatik, melalui pengeringan didapatkan simplisia yang tidak mudah rusak
dan dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Simplisia yang sudah
dikeringkan, dikumpulkan menjadi satu, kemudian diserbuk dengan cara
diblender.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
C. Hasil Identifikasi Serbuk Simplisia Kemangi
Dilakukan identifikasi serbuk tanaman kemangi dengan tujuan untuk
memastikan bahwa tanaman yang digunakan benar-benar tanaman kemangi serta
tidak tercampur dengan serbuk atau zat-zat lain yang tidak diinginkan.
1. Pemeriksaan Organoleptis
Bentuk : serbuk
Bau : khas
Warna : coklat kehijauan
Gambar 2. Serbuk Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.)
D. Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Kemangi
Hasil dari pembuatan ekstrak kental kemangi, dari 1800 gram serbuk
simplisia kemangi dihasilkan ekstrak kental sebanyak 151,4 gram. Berdasarkan
hasil pembuatan ekstrak tersebut maka diperoleh rendemen :
151,4 gram/1800 gram X 100% = 8,4 % (b/b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
E. Hasil Pemeriksaan Ekstrak Kental Kemangi
Dilakukan pemeriksaan ekstrak kental kemangi dengan tujuan untuk
mengetahui kualitas ekstrak yang didapatkan, sehingga diharapkan dapat
memenuhi kriteria kualitas ekstrak kental yang sesuai dengan persyaratan yang
dikehendaki. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan organoleptis dan uji daya
lekat.
Gambar 3. Ekstrak Kental Kemangi (Ocimum sanctum L.)
1. Hasil Pemeriksaan Organoleptis Ekstrak Kental
Bentuk : pasta kental Warna : hitam kehijauan
Bau : khas
2. Hasil Pemeriksaan Uji Daya Lekat Ekstrak Kental
Pada penelitian ini uji daya lekat dilakukan terhadap ekstrak kental
masing-masing sebanyak 5 kali kemudian diambil nilai rata-ratanya. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari ekstrak yang dihasilkan. Semakin
kental atau pekat konsistensi dari ekstrak, maka waktu yang dibutuhkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
memisahkan kedua obyek gelas menjadi semakin lama. Hasil uji daya lekat
ekstrak kental daun kemangi adalah (14,14±0,541) detik (Lampiran 3). Waktu
lekat yang dihasilkan ini relative lama, sehingga ekstrak kental yang dihasilkan
cukup kental.
F. Pembuatan Ekstrak Kering Kemangi
Pembuatan ekstrak kering kemangi yaitu dengan mencampur Avicel PH
101 dengan ekstrak kental dengan perbandingan (1 : 1) kemudian ditambahkan
aerosil sebanyak 5% dari bobot ekstrak. Pencampuran ekstrak kental dengan
Avicel PH 101 dilakukan di mortir dan ditambahkan sedikit demi sedikit sampai
ekstrak berbentuk serbuk. Hasil pembuatan ekstrak kering menghasilkan ekstrak
kering sebesar 297,5 gram. Ekstrak kering merupakan pencampuran dari ekstrak
kental (basah) dan bahan pengadsorpsi (Avicel PH 101). Susutnya bobot ekstrak
kering dikarenakan penguapan dari pelarutnya (solven) sehingga mengurangi
bobot bersih dari ekstrak kering. Kemudian serbuk kering ini dievaluasi waktu
alir serta sudut diamnya
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Serbuk Ekstrak Kemangi
Uji sifat fisik Serbuk Ekstrak Kemangi
Waktu Alir Sudut diam
Waktu alir
(detik)
SD Sudut diam
( 0 )
SD
7,7 0,2 30,91 0,37
Dalam pembuatan tablet ekstrak dengan metode kempa langsung syarat
utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah serbuk ekstrak memiliki sifat
alir yang baik. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh data yang menunjukkan
bahwa serbuk ektrak kering kemangi yang dihasilkan memiliki waktu alir yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
baik karena dalam pengujian 100 gram serbuk ekstrak di dapatkan waktu alir
yang kurang dari 10 detik yaitu 7,7 detik. Dan sudut diam yang terbentukpun
didapatkan sudut pada rentang 250-45
0 yaitu 30,91
0.
G. Pembuatan Massa Tablet dengan Metode Kempa Langsung
Pembuatan tablet dilakukan dengan menggunakan metode kempa
langsung, metode ini dipilih karena merupakan salah satu metode yang tidak
melibatkan pemanasan dan air sehingga tidak mempengaruhi stabilitas, baik zat
aktif maupun bahan-bahan lain serta tahap pengerjaannya sedikit sehingga
biayanya murah, tenaga kerja dan waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi
dapat direduksi. Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung secara garis
besar dilakukan dengan mencampur zat aktif yang ada dengan bahan pembantu
lain sampai terbentuk suatu massa homogen yang nantinya siap dicetak menjadi
tablet.
H. Hasil Pemeriksaan massa tablet
Pemeriksaan massa tablet dilakukan untuk mengetahui kualitas massa
tablet yang dihasilkan. Dilakukan pada serbuk ekstrak dan bahan tambahan yang
telah dicampur hingga terbentuk massa tablet. Ini bertujuan untuk mengetahui
apakah massa tablet yang akan dibuat tablet memenuhi persyaratan sehingga
diharapkan akan menghasilkan mutu tablet yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Massa Tablet Ekstrak Kemangi
Uji sifat fisik
serbuk
Sebelum ditambah pelicin Sesudah ditambah pelicin
F1 F2 F3 F1 F2 F3
Waktu
Alir
(detik)
X 7,53 6,37 6,87 6,87 5,67 6,47
SD 0,058 0,25 0,057 0,115 0,153 0,153
Sudut
Diam
( 0 )
X 30,94 28,60 30,10 28,77 25,65 27,32
SD 0,32 0,45 0,21 0,32 0,809 0,33
Keterangan :
Formula 1 : Tablet ekstrak kemangi menggunakan Amilum
Formula 2 : Tablet ekstrak kemangi menggunakan Avicel PH 102
Formula 3 : Tablet ekstrak kemangi menggunakan Amilum dan Avicel PH 102
1. Waktu Alir
Waktu alir serbuk massa tablet sangat penting untuk diketahui karena
merupakan parameter yang penting untuk mengetahui kualitas sebuk yang akan
ditablet. Untuk 100 gram serbuk waktu alir ideal yang dibutuhkan tidak lebih
dari 10 detik (Fudholi,1983). Serbuk yang sudah diuji waktu alirnya dan
menghasilkan waktu alir di bawah 10 detik akan menghasilkan tablet yang baik
dan memenuhi persyaratan. Variasi bahan tambahan yang ditambahkan pada
tiap-tiap formula diharapkan mampu memberikan perbedaan yang signifikan
terhadap sifat alir dari masing-masing formula, karena bertambahnya bahan
tambahan berupa lubrikan dapat memperbaiki sifat alir serbuk sehingga sifat alir
serbuk semakin baik. Data hasil penelitian sebelum penambahan bahan pelicin
pada formula 1, 2, dan 3 diperoleh hasil waktu alir tidak lebih dari 10 detik.
Dengan dihasilkannya waktu alir di bawah 10 detik yaitu formula 1, 2 dan 3
maka semua formula tersebut memenuhi standar. Apabila waktu alir yang
dihasilkan lebih dari 10 detik maka massa tablet yang akan dicetak dapat
mengalami kesulitan dalam proses penabletan dan akan menghasilkan variasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
bobot tablet yang kurang baik. Dari data yang diperoleh terlihat adanya pengaruh
variasi konsentrasi penambahan avicel PH 102 dan amilum terhadap waktu alir
serbuk, dalam hal ini F2 memiliki waktu alir yang lebih singkat dibanding
formula lainnya dan F1 memiliki waktu alir yang paling lama diantara ketiga
formula. Hal ini disebabkan karena pada F2 menggunakan avicel PH 102 lebih
besar dibanding yang lainnya. Avicel PH 102 selain memiliki fungsi sebagai
bahan disintegran juga memiliki efek lubrikasi yang lebih besar akibat bentuk
granulnya sehingga menghasilkan sifat alir yang lebih singkat dibandingkan
amilum yang tidak memiliki efek lubrikasi.
Gambar 4. Histogram Hubungan antara Formula dengan Waktu Alir Sebelum dan
sesudah penambahan bahan pelicin
Data hasil penelitian setelah penambahan bahan pelicin menunjukkan
bahwa serbuk pada ketiga formula mempunyai waktu alir yang memenuhi syarat
yaitu kurang dari 10 detik dan mempunyai waktu alir lebih cepat dibandingkan
dengan sebelum penambahan bahan pelicin. Hal ini terjadi karena pengaruh
bahan pelicin Mg Stearat yang berfungsi sebagai pengalir sehingga serbuk yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dihasilkan mempunyai waktu alir yang lebih baik. Aliran serbuk dipengaruhi
oleh bentuk, kerapatan, ukuran dan kelembaban serbuk
Berdasarkan uji Kolmogorov-smirnov dapat diketahui bahwa data waktu
alir serbuk sebelum dan sesudah diberi pelicin merupakan data terdistribusi
normal, sehingga dilanjutkan uji statistik ANOVA satu jalan dengan taraf
kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
semua formula, karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,000
baik untuk waktu alir yang sebelum maupun sesudah diberi bahan pelicin.
Selanjutnya uji dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang menunjukkan bahwa
antar formula yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan yang signifikan.
Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan bahwa F1 dengan F2 berbeda signifikan,
F1 dengan F3 berbeda signifikan dan F2 dengan F3 juga terdapat perbedaan
yang signifikan baik yang sebelum maupun sesudah ditambah bahan pelicin. Hal
ini menunjukkan bahwa adanya variasi penambahan bahan disintegran
berpengaruh terhadap kecepatan alir untuk masing-masing antar formula.
2. Sudut Diam
Sudut diam merupakan karakteristik fluiditas yang berhubungan erat
dengan kohesifitas antar partikel penyusun serbuk. Sudut diam sendiri adalah
sudut yang terbentuk antara permukaan tumpukan serbuk dengan bidang
horizontal. Nilai sudut diam berkisar 25º sampai 45º dengan nilai rendah
menunjukkan karakteristik yang lebih baik (Siregar 2010). Pada tabel terlihat
bahwa sudut diam yang paling kecil saat sebelum ditambah bahan pelicin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
maupun sesudah ditambah bahan pelicin adalah sudut diam Formula 2 dan yang
paling besar adalah formula 1. Besar kecilnya nilai sudut diam yang dihasilkan
dipengaruhi oleh banyaknya serbuk, ukuran dan kelembaban serbuk. diameter
corong, cara penuangan, dan pengaruh getaran. Data yang diperoleh dari hasil
pengujian terhadap sudut diam terlihat bahwa terdapat pengaruh yang cukup
signifikan terhadap variasi penambahan Avicel PH 102 dan amilum. Dari data
yang diperoleh di dapat F2 membentuk sudut diam terkecil diantara formula
yang lainnya. Hal ini berkaitan dengan waktu alirnya, F2 memiliki waktu alir
yang lebih singkat dari yang lainnya sehingga membentuk sudut yang lebih kecil
yang disebabkan karena F2 menggunakan avicel PH 102 lebih besar dibanding
formula yang lain yang memiliki efek lubrikasi yang lebih besar.
Gambar 5. Histogram Hubungan antara Formula dengan Sudut Diam sebelum dan
sesudah ditambah pelicin ( 0 )
Dari semua formula sudut diamnya memenuhi standar sehingga secara
teori semua formula tidak akan mengalami kesulitan pada waktu proses
penabletan karena serbuk bersifat mudah mengalir (free flowing). Hasil uji
terdistribusi normal kemudian dilanjutkan ke uji statistik Anova satu jalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dengan taraf kepercayaan 95% didapatkan hasil signifikasi kurang dari 0,05
yaitu 0,000 untuk sudut diam serbuk sebelum ditambah pelicin dan untuk sudut
diam serbuk sesudah ditambah pelicin didapatkan hasil signifikansi yang kurang
dari 0,05 yaitu 0,001. Kedua nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga formula. Dilanjutkan dengan uji
Post Hoc Test yang menunjukkan bahwa antar formula yang satu dengan yang
lain terdapat perbedaan yang signifikan. Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan
bahwa F1 dengan F2 berbeda signifikan, F1 dengan F3 berbeda signifikan dan
F2 dengan F3 juga terdapat perbedaan yang signifikan baik yang sebelum
maupun sesudah di beri bahan pelicin.
I. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet
Pemeriksaan sifat fisik tablet ekstrak kemangi meliputi keseragaman
bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur.
Gambar 6. Tablet Ekstrak Kemangi (Ocimum sanctum L.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel VI. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Ekstrak Kemangi
Uji sifat fisik tablet Formula
F1 F2 F3
Keseragaman
bobot
(mg)
X 584 593 567,5
SD 7,54 9,79 8,51 CV (%) 0,01 0,02 0,02
Kekerasan
(kg)
X 6,64 7,06 4,01
SD 0,126 0,126 0,153
Kerapuhan
(%)
X 0,429 0,372 1,26
SD 0,086 0,060 0,104
Waktu hancur
(menit)
X 19,89 14,68 2,92
SD 1,87 1,05 0,325
Tebal tablet
(cm)
X 0,47 0,475 0,46
SD 0,02 0,001 0,019
Keterangan :
Formula 1 : Tablet ekstrak kemangi menggunakan Amilum
Formula 2 : Tablet ekstrak kemangi menggunakan Avicel PH 102
Formula 3 : Tablet ekstrak kemangi menggunakan Amilum dan Avicel PH 102
1. Keseragaman Bobot dan Keseragaman Ukuran
Keseragaman bobot adalah faktor yang penting dalam suatu proses
produksi sediaan tablet, karena menentukan intensitas dosis obat yang masuk ke
dalam tubuh (yang diharapkan sama), sehingga akan berpengaruh pula terhadap
keamanan terapi dari sediaan tablet tersebut. Hasil perhitungan keseragaman
bobot pada semua formula setelah dibandingkan dengan penyimpangan bobot
tablet maka tidak ada satu tablet yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak
satupun tablet yang menyimpang bobotnya dari 10% dari bobot rata-ratanya,
sehingga semua formula mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi
persyaratan dalam Farmakope Indonesia. Tablet yang baik mempunyai CV
kurang 5% (Lachman, 1994). Hasil perhitungan CV ketiga formula
menunjukkan besarnya kurang dari 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa semua
formula memenuhi persyaratan yang dipenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara
waktu alir serbuk, dan sudut diam terhadap CV formula tablet, yakni dengan
semakin bagus sifat alir suatu serbuk (masaa tablet) maka, sudut diam yang
dihasilkan juga menjadi semakin kecil sehingga keseragaman bobot yang
diperolehpun menjadi lebih stabil, ditandai dengan harga CV yang cenderung
menjadi semakin kecil. Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat
diketahui data keseragaman bobot tablet menghasilkan data yang terdistribusi
dengan normal, kemudian dilanjutkan ke uji statistik Anova satu jalan dengan
taraf kepercayaan 95% didapatkan hasil signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,000
hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada ketiga
formula. Dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang menunjukkan bahwa antar
formula yang satu dengan yang lain terdapat perbedaan yang signifikan. Dari Uji
Post Hoc Test menunjukkan bahwa F1 dengan F2 berbeda signifikan, F1 dengan
F3 berbeda signifikan dan F2 dengan F3 juga terdapat perbedaan yang
signifikan.
Keseragaman bobot dipengaruhi oleh sifat alir campuran bahan pada
proses pengisian ruang kompresi. Serbuk massa tablet yang mempunyai sifat alir
yang baik akan mempunyai kemampuan yang seragam dalam mengisi ruang
kompresi sehingga variasi bobot tablet kecil.
Kemudian untuk keseragaman ukuran, tablet memiliki diameter 1,3 cm.
Sesuai ketentuan Farmakope Indonesia Edisi III bahwa diameter tablet tidak
boleh kurang dari 11/3 tebal tablet dan tidak boleh lebih dari 3 kali tebal tablet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Dari pengukuran diameter dan tebal tablet didapatkan bahwa semua tablet dalam
setiap formula telah memenuhi keseragaman ukuran.
2. Kekerasan
Pada penelitian pembuatan tablet ini uji kekerasan sangat penting adanya,
selain digunakan untuk menilai ketahanan tablet terhadap kekuatan mekanik
seperti goncangan ataupun benturan dengan benda lain setelah penabletan seperti
pada saat pengemasan atau pada saat pendistribusian ke konsumen. Kekerasan
tablet yang baik adalah 4 kg sampai 8 kg (Banker dan Anderson, 1986).
Gambar 7. Histogram Hubungan antara Formula dengan Kekerasan Tablet (kg)
Dari uji kekerasan didapatkan perbedaan yang signifikan antar formula
dan semua formula memenuhi syarat yaitu pada rentang 4-8 kg. Kekerasan tablet
dipengaruhi antara lain oleh sifat alir bahan, besarnya tekanan pada saat
pengempaan dan sifat bahan yang dikempa. Pada proses penabletan tekanan
kompresi dibuat sama, agar diperoleh tablet dengan hasil yang nantinya dapat
dianalisis ada tidaknya pengaruh terhadap sifat fisik tablet sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
karakter bahan tambahan yang digunakan. Kekerasan tablet akan berpengaruh
terhadap kerapuhan, semakin keras tablet maka semakin rendah kerapuhannya.
Hasil uji terdistribusi normal kemudian dilanjutkan ke uji statistik anova
satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dihasilkan nilai signifikansi kurang dari
0,05 yaitu 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga
formula. Dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang menunjukkan bahwa
perbandingan satu formula dengan formula yang lain terdapat perbedaan yang
signifikan. Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan bahwa F1 dengan F2 berbeda
signifikan, F1 dengan F3 berbeda signifikan dan F2 dengan F3 juga terdapat
perbedaan yang signifikan.
3. Kerapuhan
Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap pengikisan
permukaan dan goncangan. Pengujian kerapuhan tablet dilakukan dengan alat
friabilator. Batas kerapuhan tablet yang masih bisa diterima adalah kurang dari
1,0%. Kerapuhan diatas 1,0% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap
kurang baik (Banker dan Anderson, 1986).
Kerapuhan dapat dipengaruhi oleh tekanan saat pengempaan dan sifat
dari bahan yang dikempa. Massa tablet yang kuat akan menghasilkan tablet yang
keras, dengan kerapuhan yang kecil. Selain kekuatan serbuk dari massa tablet,
pengisian ruang antar serbuk oleh fines pada saat pengempaan berlangsung akan
mempengaruhi kekompakan dan kekerasan tablet yang dihasilkan, karena fines
akan mengisi celah antar granul sehingga tablet yang dihasilkan lebih kompak
dan akan mengurangi kerapuhannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 8. Histogram Hubungan antara Formula dengan Kerapuhan Tablet (%)
Dari data yang diperoleh tablet ekstrak kemangi pada formula kurang
dari 1,0 %. formula I (0,429±0,086) %, formula 2 (0,372 ±0,06) % kecuali
formula 3 (1,26±0,104) %. Dari pemeriksaan kerapuhan tablet dan data yang
diperoleh terdapat perbedaan dengan variasi penambahan avicel PH 102 dan
amilum. F3 memiliki kerapuhan yang tidak memenuhi standar karena lebih dari
1,0%. Hal ini berkaitan dengan kekerasan tablet. Pada F3 memiliki kekerasan
yang paling kecil dibanding yang lainnya sehingga tablet F3 mudah rapuh, selain
itu juga disebabkan karena pada F3 menggunakan penambahan Avicel PH 102
dan amilum dengan jumlah yang minimal yaitu 6% Avicel PH 102 dan 5,8%
amilum dari ketentuan konsentrasi dalam teori sehingga mempengaruhi
kerapuhan tablet.
Hasil uji terdistribusi normal kemudian dilanjutkan uji statistik anova
satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dihasilkan nilai signifikansi kurang dari
0,05 yaitu 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
formula tablet tersebut. Dilanjutkan dengan uji Post Hoc Test yang
menunjukkan bahwa perbandingan antara formula yang satu dengan yang lain
terdapat perbedaan yang signifikan. Dari Uji Post Hoc Test menunjukkan bahwa
F1 dengan F2 tidak berbeda signifikan, F1 dengan F3 berbeda signifikan dan F2
dengan F3 terdapat perbedaan yang signifikan.
4. Waktu Hancur
Waktu Hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet
dalam media yang sesuai, sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas
kasa. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur tablet bersalut tidak lebih dari 15
menit (Anonim, 1979).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur tablet diantaranya
adalah sifat fisik bahan yang dikempa, kekerasan dan porositas tablet.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas
dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan
menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang
waktu hancur tablet.
Dari hasil uji waktu hancur tablet pada tabel menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Hasil formula 1 mempunyai waktu hancur paling lama yaitu
19.89 menit dan tidak memenuhi syarat karena lebih dari 15 menit. Kemudian F2
menghasilkan waktu hancur yaitu 14,69 menit dalam hal ini F2 memenuhi syarat
karena kurang dari 15 menit. Sedangkan formula 3 mempunyai waktu hancur
paling cepat yaitu 3 menit, waktu hancur dari F2 ini memenuhi syarat karena <
15 menit. Hal ini berhubungan dengan uji kekerasan dan hasil uji kerapuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tablet. F1 mempunyai tingkat kekerasan yang cukup tinggi sehingga mempunyai
tingkat kerapuhan yang rendah pula dan waktu hancur paling lama, sedangkan
formula 3 yang memiliki tingkat kekerasan paling rendah, tingkat kerapuhannya
paling tinggi dan waktu hancur paling cepat. Pada formula I menggunakan
amilum dengan kadar 11,8%. Amilum memiliki daya tarik besar terhadap air
melalui kerja kapiler yang menyebabkan pemuaian dan sintegran tablet. Dalam
konsentrasi tinggi amilum menghasilkan waktu disintegrasi yang lebih cepat.
Dalam hal ini F1 yang menggunakan amilum mempunyai waktu hancur yang
lebih lama padahal F1 memiliki kekerasan yang lebih rendah dari F2. Hal ini
disebabkan karena pada F2 menggunakan avicel PH 102 dimana avicel PH 102
tersebut akan menjadi disintegran yang sangat baik terutama pada konsentrasi
10% atau lebih tinggi karena Avicel PH 102 mempunyai kecepatan serap air
yang tinggi melalui anyaman kapiler sehingga menghasilkan waktu hancur yang
relative singkat dan pada F2 menggunakan Avicel PH 102 dengan kadar lebih
dari 10% yaitu 11,8% karena itu F2 lebih cepat larut meskipun kekerasannya
lebih tinggi. Pada F3 menggunakan kombinasi Avicel PH 102 dan amilum
sebanyak masing-masing 6% dan 5,8%. Dalam teori penggunaan kombinasi
Avicel dan amilum sangat baik karena keduanya mempunyai kecepatan serap air
yang tinggi melalui kerja kapiler. Sehingga di antara ketiga formula tersebut F3
memiliki waktu hancur yang lebih singkat. Namun jika dikaitkan dari seluruh
pengujian yang dilakukan terhadap sifat fisik tablet formula yang terbaik adalah
formula 2 karena pada setiap ujinya telah memenuhi syarat sesuai standar yang
meliputi uji keseragaman bobot, kekerasan , kerapuhan dan waktu hancur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 9. Histogram Hubungan antara Formula dengan Waktu Hancur
Tablet Ekstrak Kemangi (menit)
Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data
waktu hancur tablet merupakan data terdistribusi normal, sehingga dilanjutkan
uji statistik Anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada semua formula, karena nilai
signifikansinya kurang dari 0,05 yaitu 0,000. Selanjutnya uji Post Hoc Tests
yang menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar formula. Dari Uji Post
Hoc Test menunjukkan bahwa F1 dengan F2 berbeda signifikan, F1 dengan F3
berbeda signifikan dan F2 dengan F3 juga terdapat perbedaan yang signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak kemangi dapat dibuat sediaan tablet dengan metode kempa langsung
2. Variasi penambahan jumlah Avicel dan amilum mempengaruhi sifat fisik
tablet meliputi waktu alir, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.
3. Formula terbaik yang memenuhi persyaratan adalah formula II karena diantara
ketiga formula untuk semua uji sifat fisik tabletnya hanya Formula II yang
memenuhi standar secara keseluruhan meliputi sifat alir, sudut diam,
keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pembuatan tablet ekstrak
kemangi dengan menggunakan kombinasi variasi bahan yang berbeda
sehingga dapat diperoleh formulasi tablet yang semakin baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6 ,93 Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 10-12, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, 515, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan I,
10,17-19, Departemen Kesehatan RI, Dirjen POM, , Jakarta.
Anonim, 2002. Ocimum Sanctum Linn, http://www.techno-preneur.net/timeis/
technology/STechAugSep02/Ayurvedic.html3.diakses 1 november 2011
Anonim. 2004a. Ocimum sanctum, http://www.exoticnatural.com/asthma oci-
mum html.diakses 1 november 2011
Anonim, 2004b. Folium Ocimum Sanctum, http://www.who.int/medicines/
library/ trm/medicinalplants/vol2/206to216.
Ansel, H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi IV, 244,255-271, 607-608,
UI Press, Jakarta
Banker GS & Anderson NR.1986 .Tablet .Dalam : LachmanL,Lieberman HA &
Kabig JL.Teori dan Praktek Farmasi Industri,jilid 2 ,edisi 3
.Penerjemah Siti Suyatmi .Jakarta :Penerbit UI Press,: 643-645,648,
658-659,682,684-691.
Carstensen, J.T., 1977, Pharmaceutics of Solids and Solids Dosage Form, 209-
214, A. Wiley, Interscience Publication John Wiley and Sons, New
York.
Donatus I. A., 1986. Obat Tradisional dan Fitoterap Uji Toksikologi, Fakultas
Farmasi UGM, Yogyakarta, hal: 8-11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Freddy Wilmana, 1995. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid dan
Obat Pirai, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal: 207.
Fudholi, A., 1983, Metodologi Formulasi dalam Kompresi Direct, 586-593,
Majalah Medika, No. 7, Tahun 9.
Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Industri, Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Iis Arsyah, Ed. III,
UI Press,Jakarta.
Jufri M, Mun’im A, Aristanti Y, 2008. Pembuatan Tablet Ekstrak Pare dengan
Metode Cetak Langsung . Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-
2855 Vol.6 ,no.4
Ngatidjan, 1990, Metode Laboratorium dalam Toksikologi, reviewer: Hakim, L.,
94, Pusat Antar Universitas Bioteknologi Universitas Gadjah. Mada,
Yogyakarta
Sheth, B.B., Bandelin F.J., Shangraw R.F., 1980, Compressed Tablet, In
Lachman L., Lieberman H.A., Kanig J.L., (editor), Pharmaceutical
Dosage Forms, Tablets, Vol. I, 100-115, Marcel Dekker Inc, New York.
Siregar, C.J.P., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan tablet :dasar-dasar praktis.
EGC, Jakarta.
Soria, P.S., Oktober 2006, Identification and characterization of flavonoid
Omethyltransferases from sweet basil (Ocimum basilicum), The
University of Arizona, Tucson, AZ (http:// ag. Arizona. Edu, diaskes
tanggal 01 November 2011).
Sulaiman, T. N. S., 2007, Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet,
Laboratorium Teknologi Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia I,
418. Badan Litbangkes Depkes RI, Jakarta.
Voigt, R., 1994, Buku Ajar Teknologi Farmasi Ed V,167–168, 199–200, 579–
580, diterjemahkan oleh Soendani Noerno Soewandi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Widastuti, A, 2006. Efek Antipiretik Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum
folium ) pada tikus putih. FK UNS ,Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Wijayakusuma, Hembing, 1995. Tanaman Berkhasiat Obat Di Indonesia jilid 1.
Pustaka Kartini, Jakarta.
Wohlmuth, H., 2004. Sacred Basil, an Ayurvedic Adaptogen, http://www.
Botanical pathways.com/issue%2011/Sacredbasel.html.diakses 28
Oktober 2011