pengaruh pajak penghasilan badan, ukuran perusahaan, tax...
TRANSCRIPT
-
1 Email: [email protected] | Jessica Gracia
Pengaruh Pajak Penghasilan Badan, Ukuran Perusahaan, Tax Haven Country, dan
Kualitas Audit terhadap Agresivitas Transfer Pricing pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2016-2018
Jessica Gracia
Amelia Sandra
Kwik Kian Gie School of Business
Abstrak
Transfer Pricing adalah suatu kebijakan dalam menentukan harga transfer suatu transaksi baik itu
barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan. Transfer
Pricing sering kali digunakan oleh perusahaan untuk menghindari pembayaran pajak dengan
melakukan beragam transaksi dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa terutama
perusahaan di negara surga pajak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang
mempengaruhi agresivitas transfer pricing seperti pajak penghasilan badan, ukuran perusahaan, tax
haven country, dan kualitas audit. Objek dalam penelitian ini adalah 108 perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif, uji pooling, uji asumsi klasik, dan analisis regresi linear berganda. Hasil uji F
menunjukkan bahwa pajak penghasilan badan, ukuran perusahaan, tax haven country, dan kualitas audit
bersama-sama berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing. Dari hasil uji t penelitian ini diperoleh
kesimpulan bahwa pajak penghasilan badan tidak berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing
dengan arah positif, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing dengan
arah negatif. Sementara itu, variabel tax haven country berpengaruh negatif terhadap agresivitas
transfer pricing. Sedangkan, kualitas audit berpengaruh positif terhadap agresivitas transfer pricing.
Kata kunci: Transfer Pricing, Pajak Penghasilan Badan, Ukuran Perusahaan, Tax Haven Country,
Kualitas Audit.
Abstract
Transfer Pricing is a policy in determining the transfer price of a transaction whether it is goods,
services, intangible assets, or even financial transactions carried out by a company. Transfer pricing
is often used by companies to avoid tax payment by conducting various transactions with companies
that have special relationships, especially companies in tax haven country. This study aims to examine
the factors that can influence transfer pricing aggressiveness such as corporate income tax, firm size,
tax haven country, and audit quality. The object in this study are 108 manufacturing companies listed
on the Indonesia Stock Exchange throughout 2016-2018. The technique used in data analysing were
descriptive analysis, pooling test, classic assumption test, and multiple linear regression analysis. The
F-test result indicates that corporate income tax, firm size, tax haven country, and audit quality
simultaneously affect to transfer pricing aggressiveness. From the result of the t-test of this study
concluded that corporate income tax has no effect on transfer pricing aggressiveness in a positive
direction. Firm size has no effect on transfer pricing aggressiveness in a negative direction. Meanwhile,
tax haven country variable has negative effect on transfer pricing aggressiveness. While, audit quality
has positive effect on transfer pricing aggressiveness.
Keywords: Transfer Pricing, Corporate Income Tax, Firm Size, Tax Haven Country, Audit Quality.
I. Pendahuluan Pada era globalisasi saat ini, perkembangan perekonomian di dunia semakin modern dan
berkembang sangat pesat sehingga membuat batas-batas negara menjadi hampir tidak ada. Hal ini
membuat perusahaan-perusahaan multinasional bersaing untuk memperkuat bisnisnya dengan cara
melakukan berbagai investasi serta transaksi internasional yang meliputi dua negara yang berbeda.
Ada banyak investasi dan transaksi internasional yang dilakukan oleh perusahaan multinasional
mailto:[email protected]
-
2 Email: [email protected] | Jessica Gracia
salah satunya adalah mendirikan anak dan cabang perusahaan di berbagai negara. Pendirian anak
dan cabang perusahaan di negara lain bertujuan untuk memperkuat aliansi strategis serta
mengembangkan pangsa pasar. Namun, di sisi lain pendirian anak dan cabang perusahaan
menyebabkan perusahaan multinasional menghadapi berbagai macam permasalahan salah satunya
adalah perbedaan kebijakan atau peraturan perpajakan di setiap negara yang menyebabkan
perbedaan tarif pajak di setiap negara. Umumnya, perusahaan multinasional akan memilih untuk
mendirikan anak dan cabang perusahaannya di negara-negara yang memiliki kebijakan pajak yang
lebih ringan daripada negaranya atau yang biasa disebut dengan negara surga pajak (tax haven
country). Dengan adanya tax haven country ini, akan menyebabkan perusahaan melakukan berbagai
cara untuk menghindari pajak. Maka dari itu, untuk melakukan penghindaran pajak, perusahaan
multinasional mengambil keputusan berupa beberapa kebijakan salah satunya adalah kebijakan
Transfer Pricing. Transfer Pricing adalah suatu kebijakan dalam menentukan harga transfer suatu
transaksi baik itu barang, jasa, harta tak berwujud, atau pun transaksi keuangan yang dilakukan oleh
perusahaan.
Ada banyak sekali faktor-faktor baik faktor keuangan dan faktor non keuangan yang
mempengaruhi agresivitas transfer pricing sebuah perusahaan. Salah satu faktornya adalah
perpajakan. Perencanaan pajak perusahaan multinasional memiliki tujuan utama yaitu
meminimalkan beban pajak seluruh dunia bagi perusahaan. Tarif pajak penghasilan (PPh) badan
besarnya ditentukan oleh masing-masing negara, hal ini memungkinkan terjadinya variasi tarif
pajak penghasilan (PPh) badan antara satu negara dengan negara lain sehingga menciptakan insentif
bagi perusahaan multinasional untuk memanfaatkan perbedaan tarif pajak penghasilan (PPh) badan
dengan cara menekankan pajak globalnya sehingga laba globalnya meningkat. Banyak cara yang
dilakukan oleh perusahaan dalam menghindari pajak salah satunya dengan melakukan kebijakan
transfer pricing. Oleh karena itu, beban pajak penghasilan (PPh) badan yang semakin besar akan
meningkatkan tingkat agresivitas transfer pricing perusahaan dengan harapan dapat meminimalkan
pembayaran pajak.
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing adalah ukuran
perusahan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan
menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset
perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Perusahaan yang
memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap
kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Semakin besar aset suatu perusahaan
dapat disimpulkan bahwa kompleksitas yang dimiliki perusahaan juga bertambah luas, termasuk
pengambilan keputusan-keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Ukuran perusahaan akan
sangat penting bagi investor karena akan berhubungan dengan risiko investasi yang dilakukan
perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai
tahap kedewasaan di mana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki
prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Kiswanto & Purwaningsih, 2014).
Pada umumnya penelitian di Indonesia menggunakan total aset sebagai proksi dari ukuran
perusahaan. Semakin besar ukuran dari sebuah perusahaan maka dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi tingkat agresivitas transfer pricing sebuah perusahaan.
Tax haven countries merupakan sebuah negara-negara yang memberikan fasilitas kepada
Wajib Pajak negara lain dan penghasilannya dari Wajib Pajak negara lain tersebut dapat diarahkan
ke negara yang tergabung dalam negara surga pajak. Tax haven country dapat mengenakan pajak
atau tidak mengenakan pajak kepada perusahaan, memiliki hukum atau praktik administrasi yang
mencegah pertukaran efektif informasi antara otoritas pajak dan tingkat transparansi yang kurang
pada keuangan dan pengaturan pajak termasuk peraturan, hukum, dan ketentuan-ketentuan
administratif dan akses ke catatan keuangan. Pemanfaatan tax haven countries adalah usaha yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mendirikan usahanya di negara-negara yang menyediakan
fasilitas pajak agar dapat melakukan penghindaran pajak. Tax haven countries umumnya digunakan
oleh perusahaan untuk menghindari beban pajak dengan mengalihkan pendapatan kena pajak ke
negara yang bertarif pajak rendah. Selanjutnya, Desai et al. (2005) mengatakan bahwa perusahaan
multinasional di Amerika yang mendirikan operasinya di tax haven countries untuk menghindari
mailto:[email protected]
-
3 Email: [email protected] | Jessica Gracia
pajak internasional. Mereka menyimpulkan bahwa ini menjadi bukti tidak langsung adanya transfer
pricing oleh perusahaan melalui anak perusahaan yang didirikan pada negara tax haven.
Selain tiga faktor di atas, agresivitas transfer pricing juga dipengaruhi oleh kualitas audit.
Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor mengaudit laporan
keuangan klien dan menemukan pelanggaran atau kesalahan yang terjadi dalam laporan keuangan
auditan (Dewi, 2016). Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Oleh
karena itu, diperlukan adanya proses audit yang dilakukan oleh auditor. Kualitas audit dapat
diartikan sebagai bagus atau tidaknya suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Dalam
melakukan audit, hal yang terpenting dalam pelaksanaannya adalah transparansi yang merupakan
salah satu unsur dari Good Corporate Governance (GCG). Transparansi terhadap pemegang saham
dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para
pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak semakin
dituntut oleh otoritas publik (Sartori, 2010). Karena asumsi adanya implikasi dari perilaku pajak
yang agresif, perusahaan akan mengambil posisi agresif dalam hal pajak dan akan mencegah
tindakan tersebut. Menurut Rosa et al. (2017), kualitas audit juga didasarkan pada pertimbangan
yang mencakup beberapa unsur yang ada dalam Good Corporate Governance (GCG) yaitu
keterbukaan, keadilan, akuntabilitas dan keberlanjutan. Kualitas audit sering kali dikaitkan dengan
reputasi auditor yang berhubungan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Kantor Akuntan
Publik yang dinilai terpercaya dan terintegrasi oleh masyarakat adalah Price Waterhouse Cooper
(PWC), Ernst & Young (EY), Deloitte, dan KPMG atau yang biasa disebut sebagai KAP Big Four.
II. Kajian Pustaka A. Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebagai
kontrak antara satu orang atau lebih (principals) yang melibatkan orang lain (agent) untuk
melaksanakan beberapa layanan atau jasa bagi mereka dengan melakukan pendelegasian
wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Manajemen sebagai agen merupakan pihak
yang bertanggung jawab dalam mengoptimalkan keuntungan para pemegang saham
(principal). Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan tentang hubungan antara dua pihak
yaitu pihak agent, dimana dalam hal ini adalah manajer perusahaan atau dewan direksi yang
bertindak sebagai pembuat keputusan dalam menjalankan perusahaan dan pihak principal
sebagai pemilik perusahaan atau pemegang saham yang mengevaluasi informasi maupun
mengelola jalannya perusahaan. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak
atas kepentingan mereka sendiri. Prinsipal menginginkan pengembalian yang besar dan cepat
atas investasinya melalui dividen dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan adanya
pemberian kompensasi atau bonus yang besar atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Keduanya memiliki kepentingan yang berbeda, sehingga keduanya berlomba-lomba untuk
memenuhi kepentingannya sendiri. Pemegang saham menilai kinerja manajer berdasarkan
kemampuannya dalam menghasilkan laba perusahaan yang besar untuk dialokasikan pada
pembagian dividen. Semakin tinggi laba yang dihasilkan maka semakin tinggi pula dividen
yang didapatkan investor. Ketika laba yang didapatkan besar, maka manajer akan dinilai
memiliki kinerja yang baik sehingga layak mendapatkan kompensasi atau insentif yang
diinginkan. Namun, manajer seringkali melakukan manipulasi saat melaporkan kondisi
perusahaan kepada pemegang saham agar tujuannya mendapatkan kompensasi dapat tercapai.
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan
keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Timbul upaya-upaya untuk mempercantik laporan
keuangan untuk menutupi target laba yang tidak tercapai dengan cara melakukan manajemen
laba. Hal ini terjadi karena adanya asimetri informasi. Asimetri informasi adalah
ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh investor dan manajemen.
Dalam upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini menimbulkan biaya
keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh principal maupun agent. Jensen &
Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan
prinsipal untuk melakukan pengawasan terhadap agen dan membagi biaya keagenan ini
menjadi monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost merupakan biaya
yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk
mailto:[email protected]
-
4 Email: [email protected] | Jessica Gracia
mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Bonding cost merupakan biaya yang
ditangung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa
agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Selanjutnya residual loss merupakan
pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan
keputusan agent dan keputusan principal.
B. Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi positif merupakan teori yang dikembangkan oleh Watts & Zimmerman
(1986) yang menjelaskan mengenai kebijakan akuntansi dan praktiknya dalam perusahaan serta
memprediksi kebijakan apa yang akan dipilih manajer dalam kondisi-kondisi tertentu dimasa
yang akan datang. Penentuan kebijakan akuntansi dan praktik yang tepat merupakan hal yang
penting bagi perusahaan dalam hal penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam
menentukan kebijakan akuntansi, pelaksanaannya tidak terlepas dari pihak-pihak yang
berwenang serta pihak yang memiliki kepentingan dengan penyusunan laporan keuangan. Teori
akuntansi positif menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen dalam memilih
prosedur akuntansi yang optimal dan mempunyai tujuan tertentu. Menurut teori akuntansi
positif, prosedur akuntansi yang digunakan oleh perusahaan tidak harus sama dengan yang lain
nya, namun perusahaan diberi kebebasan untuk memilih alternatif yang tersedia untuk
meminimalkan biaya kontrak dan memaksimalkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, manajer
mempunyai kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan yang menurut teori akuntansi
positif dinamakan sebagai tindakan oportunis (Scott, 2015:319). Tindakan oportunis adalah
suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang
menguntungkan dan memaksimalkan kepuasan perusahaan tersebut.
Dalam jurnal Positive Accounting Theory yang ditulis oleh Watts dan Zimmerman
(1990) menjelaskan bahwa teori akuntansi positif dapat menjelaskan mengapa kebijakan
akuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
laporan keuangan dan untuk memprediksi kebijakan akuntansi yang hendak dipilih oleh
perusahaan dalam situasi tertentu. Tiga hipotesis tersebut dihubungkan dengan tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan, diantaranya:
a. Hipotesis Rencana Bonus b. Hipotesis Kontrak Utang c. Hipotesis Biaya Politik
C. Transfer Pricing Transfer Pricing menurut Gunadi (2007:222) adalah jumlah harga atas penyerahan
barang atau imbalan atas penyerahan jasa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam
transaksi bisnis finansial maupun transaksi lainnya. Darussalam & Danny (2012:7) menyatakan
bahwa transfer pricing merupakan bagian dari suatu kegiatan usaha dan perpajakan yang
bertujuan untuk memastikan apakah harga yang diterapkan dalam transaksi antar perusahaan
yang mempunyai hubungan istimewa telah didasarkan atas prinsip harga pasar wajar (arm’s
length price principal). R. Feinschreiber (2004:3) mengemukakan transfer pricing dalam
perspektif perpajakan, adalah suatu kebijakan harga dalam transaksi yang dilakukan pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa. Proses kebijakan tersebut menentukan pula besaran
penghasilan dari setiap entitas yang terlibat. Pengertian transfer pricing dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pengertian bersifat netral dan bersifat pejoratif-negatif. Pengertian yang
bersifat netral mengasumsikan bahwa transfer pricing adalah murni merupakan strategi dan
taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangkan pengertian yang bersifat pejoratif
mengasumsikan bahwa transfer pricing sebagai upaya untuk menghemat beban pajak dengan
taktik, antara lain menggeser laba ke negara yang tarif pajaknya lebih rendah (Suandy, 2014).
Transfer pricing merupakan salah satu bentuk dari penghindaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan multinasional karena perusahaan multinasional memiliki perusahaan asing yang
memungkinkan perusahaan melakukan kebijakan transfer pricing. Berdasarkan Pasal 1 ayat (8)
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 yang mengalami perubahan menjadi
PER-32/PJ/2011, mendefinisikan penentuan harga transfer (transfer pricing) yaitu penentuan
harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
mailto:[email protected]
-
5 Email: [email protected] | Jessica Gracia
D. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1. Pengaruh Pajak penghasilan (PPh) badan terhadap Agresivitas Transfer Pricing
Transfer Pricing merupakan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghindari pembayaran pajak yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pajak penghasilan (PPh)
badan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi agresivitas transfer pricing.
Perusahaan akan melakukan penghematan pajak dimana perusahaan akan melaporkan laba
yang lebih rendah pada laporan keuangannya yang menyebabkan beban pajak penghasilan
(PPh) badan perusahaan pun menjadi lebih rendah. Semakin tinggi pajak penghasilan (PPh)
badan, maka semakin tinggi tingkat agresivitas transfer pricing suatu perusahaan. Dan
sebaliknya, jika semakin rendah pajak penghasilan (PPh) badan suatu perusahaan, maka
semakin rendah tingkat agresivitas transfer pricing. Penelitian yang dilakukan oleh Refgia
(2017) menyatakan bahwa semakin tinggi tarif pajak suatu negara maka akan semakin besar
kemungkinan perusahaan memanipulasi agar mengalihkan penghasilannya kepada
perusahaan di negara yang memiliki tarif pajaknya lebih sedikit atau dengan kata lain
perusahaan akan cenderung melakukan kebijakan transfer pricing. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pajak penghasilan (PPh) badan berpengaruh secara positif terhadap
agresivitas transfer pricing yang ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulia et
al. (2019), Kusumasari et al. (2018), Refgia (2017), Noviastika (2016) dan Yuniasih et al.
(2012) dimana penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan bahwa pajak berpengaruh
positif terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan kebijakan transfer pricing.
H1: Pajak penghasilan badan berpengaruh positif terhadap agresivitas transfer
pricing.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Transfer Pricing Ukuran perusahaan ialah sebuah nilai yang menunjukkan besar atau kecilnya
perusahaan. Ukuran perusahaan dapat menentukan banyak sedikitnya praktik transfer
pricing pada perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor karena akan
berhubungan dengan risiko investasi yang dilakukan perusahaan yang memiliki total aset
besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan di mana
dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik
dalam jangka waktu yang relatif lebih lama (Kiswanto & Purwaningsih, 2014). Perusahaan-
perusahaan besar yang memiliki keuntungan besar cenderung akan terlibat dalam transaksi
untuk menghindarkan pajak. Di beberapa kasus perusahaan besar cenderung memiliki
masalah pembayaran pajak yang tinggi, oleh sebab itu beberapa perusahaan melakukan
berbagai cara agar pembayaran pajak menjadi rendah, salah satunya dengan cara melakukan
kebijakan transfer pricing. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi
tingkat agresivitas transfer pricing. Hal ini sejalan dengan beberapa peneliti sebelumnya
seperti yang dilakukan oleh Richardson et al. (2013), Waworuntu & Hadisaputra (2016),
Rezky et al. (2018) serta Pradana (2018) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap agresivitas transfer pricing.
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap agresivitas transfer pricing.
3. Pengaruh Tax Haven Country terhadap Agresivitas Transfer Pricing Tax haven country adalah kebijakan pajak suatu negara yang dengan sengaja
memberikan fasilitas pajak, berupa penetapan tarif pajak yang rendah atau bahkan tidak
mengenakan pajak sama sekali. Hal ini bertujuan agar penghasilan penduduk negara lain
bisa dialihkan ke negara tersebut (Kurniawan, 2015:189). Pemanfaatan tax haven countries
adalah usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendirikan usahanya di negara-negara
yang menyediakan fasilitas pajak. Tax haven country juga menawarkan penghindaran pajak
melalui transfer pricing dengan mengizinkan realokasi penghasilan kena pajak untuk pajak
rendah dan dengan mengurangi jumlah pajak dalam negeri yang dibayar atas penghasilan.
Secara khusus, penghindaran pajak dapat dicapai melalui transfer pricing dengan
mentransfer barang ke negara-negara dengan tingkat pajak penghasilan rendah (misalnya
bebas pajak) dan dengan memindahkan barang dari negara-negara tersebut dengan harga
pengalihan tertinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani (2017) dan
mailto:[email protected]
-
6 Email: [email protected] | Jessica Gracia
Richardson et al. (2013) tentang faktor-faktor penentu agresivitas transfer pricing
menyatakan bahwa variabel tax haven country berpengaruh positif secara signifikan
terhadap agresivitas transfer pricing yang artinya perusahaan yang memiliki transaksi
dengan pihak berelasi di tax haven country memiliki kecenderungan yang lebih besar dalam
melakukan agresivitas transfer pricing.
H3: Tax Haven country berpengaruh positif terhadap agresivitas transfer pricing.
4. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Agresivitas Transfer Pricing Kualitas audit merupakan salah satu komponen dari Good Corporate Governance
(GCG). Kualitas audit adalah segala kemungkinan yang dapat terjadi saat auditor mengaudit
laporan keuangan klien dan menemukan pelanggaran atau kesalahan yang terjadi dalam
laporaan keuangan auditan (Dewi, 2016). Dengan adanya pengauditan diharapkan dapat
mengurangi kesalahan penyampaian informasi yang ada pada laporan keuangan sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan baik dari sisi manajemen perusahaan maupun pihak
eksternal. Menurut Rosa (2017), kualitas audit juga didasarkan pada pertimbangan yang
mencakup beberapa unsur yang ada dalam Good Corporate Governance (GCG) yaitu
keterbukaan, keadilan, akuntabilitas dan keberlanjutan. KAP Big Four dianggap memiliki
integritas yang tinggi serta di beri kepercayaan oleh banyak perusahaan, sehingga KAP Big
Four dipercaya mampu mendorong perusahaan agar tetap transparan dalam melaporkan
transaksi transfer pricing di SPT Tahunan serta tetap patuh dengan ketentuan-ketentuan
pajak yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yang terkait dengan transaksi transfer pricing.
Jika suatu laporan keuangan perusahaan di audit oleh KAP Big Four, maka perusahaan
tersebut dianggap semakin bisa untuk melakukan penghematan pajak dalam hal ini adalah
melakukan kebijakan transfer pricing. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin baik
kualitas audit dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi tingkat agresivitas transfer
pricing. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rosa et al. (2017) yang
menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Kualitas
audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap transfer pricing dikarenakan perusahaan
yang diaudit oleh KAP the big ten memang akan lebih cenderung dipercayai oleh fiskus
karena KAP tersebut memiliki reputasi yang baik, memiliki integritas yang tinggi. Penelitian
yang dilakukan oleh Noviastika et al. (2016) juga menunjukkan hasil bahwa kualitas audit
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap indikasi melakukan transfer pricing.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho et al. (2018) mengemukakan
bahwa kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan transfer
pricing.
H4: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap agresivitas transfer pricing.
Kerangka Pemikiran
III. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) berdasarkan pengklasifikasian dari www.idx.co.id pada periode 2016-
2018. Perusahaan manufaktur merupakan industri dengan jumlah perusahaan terbesar yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga perusahaan manufaktur digunakan dalam penelitian
Pajak penghasilan (PPh)
badan (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Tax Haven Country (X3)
Kualitas Audit (X4)
Agresivitas Transfer
Pricing (Y)
mailto:[email protected]://www.idx.co.id/
-
7 Email: [email protected] | Jessica Gracia
ini. Keputusan untuk menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel akan menghindarkan
penelitian ini dari kekurangan sampel setelah dilakukannya penyesuaian berbagai kriteria sampel
penelitian.
A. Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen
Pada penelitian ini, variabel dependen yang digunakan oleh peneliti adalah
Agresivitas Transfer Pricing (Y). Indikator dari Transfer Pricing adalah dengan
menggunakan pendekatan “jumlah nilai” yang telah berhasil digunakan pada penelitian-
penelitian sebelumnya, seperti Transfer Pricing Index (Richardson et al., 2013), The
Development of Corporate Governance Indices (Brown and Caylor, 2006), dan
Accounting Disclosure Indices (Lanis & Richardson, 2012). Pendekatan ini melihat
besarnya presentase nilai imdeks dari kriteria yang dapat ditemukan di transaksi dengan
pihak berelasi dalam catatan atas laporan keuangan. Semakin besar presentase dari hasil
keseluruhan kriteria, maka semakin besar tingkat agresivitas transfer pricing.
Variabel Independen dan Kriteria Pengukuran
No. Variabel Kriteria Pengukuran Indeks
Nilai Dasar Teori Kriteria Pengukuran
1 TP
Adanya transaksi penjualan
dengan perusahaan yang memiliki
hubungan istimewa di luar negeri.
1
i. Anang Mury Kurniawan, "Buku Pintar Transfer Pricing untuk Kepentingan
Pajak" (2015).
ii. Gunadi, “Pajak Internasional”, (2007).
2 TP
Adanya transaksi pembelian
dengan perusahaan yang memiliki
hubungan istimewa di luar negeri
1
i. Anang Mury Kurniawan, "Buku Pintar Transfer Pricing untuk Kepentingan
Pajak" (2015).
ii. Gunadi, “Pajak Internasional”, (2007).
3 TP
Adanya alokasi biaya administrasi
dan umum (overhead cost) dengan
perusahaan yang memiliki
hubungan istimewa di luar negeri
1
i. Anang Mury Kurniawan, "Buku Pintar Transfer Pricing untuk Kepentingan
Pajak" (2015).
ii. Gunadi, “Pajak Internasional”, (2007).
4 TP
Adanya pembayaran lisensi, sewa,
royalti, dan imbalan atas jasa
manajemen, imbalan atas jasa
teknik dan imbalan atas jasa
lainnya dengan perusahaan yang
memliki hubungan istimewa di
luar negeri
1
i. Anang Mury Kurniawan, "Buku Pintar Transfer Pricing untuk Kepentingan
Pajak" (2015).
ii. Gunadi, “Pajak Internasional”, (2007).
5 TP
Adanya pembebanan bunga atas
pemberian pinjaman oleh
pemegang saham (shareholder
loan)
1
i. Anang Mury Kurniawan, "Buku Pintar Transfer Pricing untuk Kepentingan
Pajak" (2015).
ii. Gunadi, “Pajak Internasional”, (2007).
Total Skor Indeks Nilai 5
Total Presentase Variabel TP Total Skor Terpenuhi
5
2. Variabel Independen Pada penelitian ini, peneliti menggunakan empat variabel independen:
a. Pajak penghasilan (PPh) badan Variabel pajak penghasilan (PPh) badan ini dihitung dengan menggunakan
proksi pajak yaitu berupa Effective Tax Rate. Effective Tax Rate merupakan sebuah
presentase besaran tarif pajak yang ditanggung oleh perusahaan. Penelitian ini
menggunakan rumus Current ETR seperti penelitian yang dilakukan oleh
x 100%
mailto:[email protected]
-
8 Email: [email protected] | Jessica Gracia
Noviastika et al. (2016) dan Nugroho et al. (2018). Current ETR sering
dipergunakan sebagai landasan stakeholder dalam pengambilan keputusan serta
untuk mengetahui tata kelola perpajakan yang diterapkan suatu entitas.
Current ETR = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑲𝒊𝒏𝒊
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌
b. Tax Haven Country Variabel tax haven country menggambarkan bagaimana perusahaan
memanfaatkan pihak yang memiliki hubungan istimewa di negara tax haven
dengan melakukan transaksi-transaksi yang dapat melakukan transaksi yang dapat
mengurangi pajak yang seharusnya dibayar. Variabel tax haven country dalam
penelitian ini diukur dengan variabel dummy yang bernilai 1 apabila perusahaan
manufaktur memiliki hubungan istimewa dengan pihak lain di luar negeri yang di
mana negara tersebut terdapat dalam daftar Tax Haven Country menurut Gravelle
(2015) dan bernilai 0 untuk sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
pernah dilakukan oleh Ramadhan (2017) yang mendefinisikan pemanfaatan
variabel tax haven mempertimbangkan transaksi dengan perusahaan berelasi atau
memiliki hubungan istimewa di negara tax haven.
c. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya perusahaan jika
dilihat dari nilai asset yang dimiliki oleh perusahaan. Maka dari itu, ukuran
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total asset
yang dimiliki perusahaan dalam laporan keuangan seperti penelitian yang
dilakukan oleh Richardson et al. (2013) dan Refgia (2017). Dalam penelitian
Richardson et al. (2013) menyatakan bahwa perusahaan besar lebih cenderung
untuk melakukan transfer pricing.
Ukuran Perusahaan (SIZE) = Ln (Total Asset)
d. Kualitas Audit Pengukuran kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan reputasi
auditor yang dikaitkan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Kantor
Akuntan Publik yang dinilai terpercaya dan terintegrasi adalah KAP Big Four yang
terdiri dari Price Waterhouse Cooper (PWC), Ernst & Young (EY), Deloitte, dan
KPMG. Maka dari itu, Kualitas Audit diukur dengan variabel dummy yang bernilai
1 apabila laporan keuangan perusahaan manufaktur diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) Big Four, dan bernilai 0 apabila laporan keuangan perusahaan
manufaktur diaudit oleh KAP Non Big Four (Teoh & Wong, 1993).
Operasionalisasi Variabel
Variabel Jenis
Variabel
Simbol Pengukuran Skala
Transfer
Pricing
Dependen
(Y)
TP TP = Total Skor Terpenuhi
5
Rasio
Pajak Independen
(X1)
PAJAK Current ETR = 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑲𝒊𝒏𝒊
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 Rasio
Ukuran
Perusahaan
Independen
(X2)
SIZE Ukuran Perusahaan (SIZE) = Ln (Total Asset) Rasio
Tax Haven
Country
Independen
(X3)
THAV Variabel dummy 1 untuk Negara Tax Haven
Country yang terdaftar pada Gravelle, 0 untuk
Negara Tax Haven Country yang terdaftar pada
Gravelle
Nominal
Kualitas
Audit
Independen
(X4)
KAUDIT Variabel dummy 1 untuk KAP Big Four, 0
untuk KAP Non Big Four
Nominal
x 100%
mailto:[email protected]
-
9 Email: [email protected] | Jessica Gracia
B. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik dokumentasi
yaitu dengan observasi data sekunder. Data sekunder tersebut diperoleh dari laporan
keuangan tahunan perusahaan manufaktur antara lain:
1. Data laporan keuangan dan profil perusahaan yang termasuk dalam perusahaan manufaktur periode 2016-2018 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang telah
dipublikasikan di situs www.idx.co.id atau situs resmi perusahaan.
2. Data mengenai pajak kini, laba sebelum pajak, total asset, pemanfaatan tax haven, entitas anak dan induk perusahaan di luar negeri, auditor independen perusahaan, dan catatan atas
laporan keuangan atas transaksi antara pihak berelasi yang terdapat dalam laporan
keuangan teraudit perusahaan.
C. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
probability sampling dengan metode purposive sampling, dimana metode ini merupakan
teknik pengambilan sampel secara khusus berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (Cooper &
Schindler, 2017). Kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Keterangan Jumlah
Perusahaan
Perusahaan Manufaktur dalam sektor industri dasar kimia, aneka industri, dan industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018 164
Perusahaan Manufaktur yang listing dan delisting selama periode 2016-2018 (28)
Perusahaan Manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah (29)
Perusahaan Manufaktur yang memiliki laba sebelum pajak negatif (rugi) (30)
Perusahaan Manufaktur yang tidak menyajikan laporan keuangan secara lengkap selama
periode 2016-2018 (12)
Perusahaan Manufaktur yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan luar
negeri (29)
Total sampel penelitian 36
Periode penelitian 3 tahun
Jumlah sampel penelitian selama 2016-2018 108
D. Teknik Analisis Data Dalam melakukan pengolahan data dan menganalisis data yang diperoleh untuk
mendapatkan informasi yang digunakan, peneliti menggunakan alat bantu pengolahan data
berupa software IBM SPSS Statistics 22. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif Menurut Ghozali (2016:19), statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Hasil
dari pengujian statistik deskriptif dapat memberikan gambaran mengenai adanya
perbedaan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Uji Kesamaan Koefisien Sebelum menganalisis variabel dependen dan variabel independen, penulis harus
melakukan analisis data penelitian, apakah data-data tersebut dapat di pooling
(penggabungan data cross-sectional dan time series) atau data-data tersebut tidak dapat di
pooling (time series). Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah data dapat di pooling atau
tidak, peneliti menggunakan pengujian comparing two regression: the dummy variable
mailto:[email protected]://www.idx.co.id/
-
10 Email: [email protected] | Jessica Gracia
approach. Dalam penelitian ini, pengujian pengujian comparing two regression dengan
menggunakan variabel dummy, sehingga mendapat persamaan yaitu:
TP = β0 + β1 PAJAK + β2 SIZE + β3 THAV + β4 KAUDIT + β5 DT1 + β6 DT2 + β6 PAJAK_DT1 + β7 SIZE_DT1 + β8 THAV_DT1 + β9 KAUDIT_DT1 + β10 PAJAK_DT2 + β11 SIZE_DT2 + β12 THAV_DT2 + β13 KAUDIT_DT2 + Ɛ
Keterangan :
TP : Agresivitas Transfer Pricing
β0 : Konstanta
β1 – β13 : Koefisien Parameter Regresi
PAJAK : Pajak penghasilan (PPh) badan
SIZE : Ukuran Perusahaan
THAV : Tax Haven Country
KAUDIT : Kualitas Audit
DT1 : Variabel dummy tahun (1 = data perusahaan tahun 2018, 0 = data
perusahaan pada tahun 2017, 2016)
DT2 : Variabel dummy tahun (1 = data perusahaan tahun 2017, 0 = data
perusahaan pada tahun 2018, 2016)
PAJAK_DT1 : Variabel hasil perkalian antara variabel pajak dengan variabel dummy
tahun 1
SIZE_DT1 : Variabel hasil perkalian antara variabel ukuran perusahaan dengan
variabel dummy tahun 1
THAV_DT1 : Variabel hasil perkalian antara variabel tax haven country dengan
variabel dummy tahun 1
KAUDIT_DT1 : Variabel hasil perkalian antara variabel kualitas audit dengan variabel
dummy tahun 1
PAJAK_DT2 : Variabel hasil perkalian antara variabel pajak dengan variabel dummy
tahun 2
SIZE_DT2 : Variabel hasil perkalian antara variabel ukuran perusahaan dengan
variabel dummy tahun 2
THAV_DT2 : Variabel hasil perkalian antara variabel tax haven country dengan
variabel dummy tahun 2
KAUDIT_DT2 : Variabel hasil perkalian antara variabel kualitas audit dengan variabel
dummy tahun 2
Ɛ : Error
3. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah model regresi dapat
dipakai, dalam arti tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan agar model penelitian ini
layak digunakan.
a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2016:154), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Dalam uji F dan uji t diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal,
oleh sebab itu, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Untuk menguji residual berdistribusi normal atau tidak, peneliti
menggunakan alat bantu IBM SPSS Statistics 22 untuk melakukan uji statistik Non-
Parametic One-Sample Kolmogorov-Smirnov test (K-S) atau dengan melihat Normal
Probability Plot.
b. Uji Multikolonieritas Menurut Ghozali (2016:103), uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel-variabel
bebas. Jika saling berkorelasi, maka variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen tidak ortogonal (tidak sama dengan nol). Peneliti
menggunakan alat bantu IBM SPSS Statistics 22 untuk mendeteksi nilai Tolerance
(TOL) and Value Inflation Factor (VIF).
mailto:[email protected]
-
11 Email: [email protected] | Jessica Gracia
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain (Ghozali, 2016:134). Jika variance dari residual satu pengamatan lain tetap
disebut dengan homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas penulis melakukan pengujian
dengan menggunakan uji Spearman’s Rho (Gunawan, 2019:146).
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) menurut
(Ghozali, 2016:107). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti melakukan uji
Run Test. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara
random atau tidak (sistematis).
4. Analisis Regresi Ganda Analisis regresi berganda bertujuan untuk memodelkan hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen dengan jumlah variabel independen lebih dari satu
(Ghozali, 2016). Penelitian ini dilakukan dengan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics 22.
Model regresi yang digunakan dalam regresi berganda adalah sebagai berikut:
TP = β0 + β1 PAJAK + β2 SIZE + β3 THAV + β4 KAUDIT + Ɛ
Keterangan:
TP : Agresivitas Transfer Pricing
β0 : Konstanta
β1-4 : Koefisien regresi
PAJAK : Beban Pajak
SIZE : Ukuran Perusahaan
THAV : Tax Haven Country
KAUDIT : Kualitas Audit
Ɛ : Error
Menurut Ghozali (2016: 95-99), ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir
nilai aktual (populasi) dapat diukur dengan menilai goodnes of fit model regresi tersebut. Hal
tersebut dapat diukur lewat beberapa uji, yaitu: uji F, uji t, dan uji R2.
IV. Hasil Pembahasan A. Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, dan
modus dari setiap variabel yang sedang diteliti. Berikut adalah hasil output dari pengujian
statistik deskriptif yang menggunakan IBM SPSS Statistics 22:
Variabel N Minimum Maximum Mean Modus Std. Deviation
TP 108 0.0 0.8 0.402 0.6 0.2630
PAJA
K 108 0.0291003672 4.107035512 0.3255729637 0.0291003672 0.55680116067
SIZE 108 26 33 29.15 29 1.760
THAV 108 0 1 0.59 1 0.494
KAUDIT 108 0 1 0.66 1 0.477
Pengujian statistik deskriptif ini dilakukan dengan jumlah data (N) sebanyak 108.
Berikut ini adalah penjelasan dari hasil uji statistik deskriptif berdasarkan pada tabel diatas:
mailto:[email protected]
-
12 Email: [email protected] | Jessica Gracia
a. Agresivitas Transfer Pricing (TP) Variabel dependen Agresivitas Transfer Pricing (TP) memiliki nilai minimum
sebesar 0.0, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur tidak melakukan
transaksi apapun dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di luar negeri dan
nilai maksimum sebesar 0.8, dimana perusahaan manufaktur melakukan transaksi
penjualan, pembelian, alokasi biaya administrasi dan umum, dan adanya pembayaran
royalti, sewa, lisensi, imbalan atas jasa manajemen, imbalan atas jasa teknik dan imbalan
atas jasa lainnya dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di luar negeri.
Dan hasil pengujian statistik deskriptif ini menunjukkan standar deviasi sebesar 0.2630
serta nilai rata-rata agresivitas transfer pricing adalah sebesar 0.402 sehingga dapat
dikatakan bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2016-2018
yang menjadi sampel penelitian terindikasi melakukan transfer pricing sebanyak 40.2%
atau secara rata-rata perusahaan-perusahaan tersebut melakukan 2 dari 5 kriteria
agresivitas transfer pricing yang sudah ditetapkan dalam penelitian ini. Walaupun secara
rata-rata perusahaan sampel melakukan 2 dari 5 kriteria agresivitas transfer pricing yang
sudah ditetapkan, namun berdasarkan tingkat sering munculnya perusahaan sampel
melakukan 3 dari 5 kriteria agresivitas transfer pricing yang sudah ditetapkan.
b. Pajak penghasilan (PPh) badan (PAJAK) Variabel independen pajak penghasilan (PPh) badan (PAJAK) memiliki nilai
minimum sebesar 0.0291003672, yang artinya adalah pajak penghasilan (PPh) badan
minimum yang dibayarkan oleh perusahaan sampel penelitian adalah sebesar 2.91% yang
terdapat pada PT. Budi Starch & Sweetener Tbk., sedangkan nilai maksimumnya sebesar
4.107035512, yang artinya pajak penghasilan (PPh) badan maksimum yang dibayarkan
oleh perusahaan sampel penelitian adalah sebesar 410.70% yang terdapat pada PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Berdasarkan hasil pengujian, nilai standar deviasi sebesar
0.55680116067 dan nilai rata-ratanya adalah sebesar 0.3255729637, hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata besarnya pajak penghasilan (PPh) badan yang dibayarkan oleh
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2016-2018 yang menjadi sampel
penelitian adalah sebesar 32.56%. Dan juga besarnya pajak penghasilan badan yang
paling banyak dibayarkan oleh perusahaan sampel pada penelitian ini adalah 0.029 atau
29%.
c. Ukuran Perusahaan (SIZE) Dari hasil pengujian statistik deskriptif, variabel independen ukuran perusahaan
(SIZE) memiliki nilai minimum sebesar 26, dan nilai maksimumnya sebesar 33.
Sementara itu, nilai standar deviasinya sebesar 1.760 serta nilai rata-rata sebesar 29.15
yang menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2016-
2018 yang menjadi sampel penelitian memiliki ukuran perusahaan rata-rata yang cukup
tinggi yaitu sebesar 29.15. Selain itu berdasarkan tingkat sering munculnya, perusahaan-
perusahaan sampel pada penelitian ini kebanyakan memiliki ukuran perusahaan 29.
d. Tax Haven Country (THAV) Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan nilai minimum sebesar 0 dimana
perusahaan sampel penelitian tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan di
tax haven country berdasarkan daftar Tax Haven Country menurut Gravelle (2015) dan
nilai maksimum sebesar 1 yang artinya perusahaan sampel penelitian memiliki hubungan
istimewa dengan perusahaan di tax haven country berdasarkan daftar Tax Haven Country
menurut Gravelle (2015). Nilai standar deviasi adalah sebesar 0.494 dan nilai rata-rata
sebesar 0.59 yang artinya sebanyak 59% perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
pada tahun 2016-2018 yang menjadi sampel pada penelitian ini melakukan transaksi
dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di Tax Haven Country.
Berdasarkan tingkat seringnya data yang muncul perusahaan-perusahaan sampel pada
penelitian ini lebih banyak melakukan transaksi dengan perusahaan yang memiliki
hubungan istimewa di Tax Haven Country daripada yang tidak melakukan transaksi
dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di Tax Haven Country.
mailto:[email protected]
-
13 Email: [email protected] | Jessica Gracia
e. Kualitas Audit (KAUDIT) Variabel independen kualitas audit (KAUDIT) menunjukkan nilai minimum 0
yang artinya perusahaan sampel tersebut diaudit oleh KAP Non Big Four dan nilai
maksimum 1 yang artinya perusahaan sampel tersebut diaudit oleh KAP Big Four. Dan
hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai standar deviasi 0.477 dan nilai rata-rata
kualitas audit sebesar 0.66 atau 66% yang artinya bahwa perusahaan sampel yang
menggunakan KAP Big Four sebagai auditor independennya cenderung memiliki tingkat
agresivitas transfer pricing yang tinggi. Berdasarkan tingkat seringnya data yang
muncul, perusahaan-perusahaan sampel pada penelitian ini lebih banyak menggunakan
KAP Big Four sebagai auditor independennya.
B. Hasil Penelitian 1. Uji Kesamaan Koefisien
Berikut ini adalah tabel hasil dari uji pooling data:
Variabel Sig.
CONSTANT 0.061
PAJAK (X1) 0.586
SIZE (X2) 0.833
THAV (X3) 0.321
KAUDIT (X4) 0.000
DT1 0.395
DT2 0.385
PAJAK_DT1 0.984
SIZE_DT1 0.415
THAV_DT1 0.607
KAUDIT_DT1 0.585
PAJAK_DT2 0.879
SIZE_DT2 0.403
THAV_DT2 0.616
KAUDIT_DT2 0.586
Dari hasil pooling data yang terdapat pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai
signifikan (Sig.) variabel dummy (DT1, DT2) dan seluruh interaksinya dengan variabel
independen (PAJAK_DT1, SIZE_DT1, THAV_DT1, KAUDIT_DT1, PAJAK_DT2,
SIZE_DT2, THAV_DT2, KAUDIT_DT2) lebih besar dari 0,05. Maka, dapat
disimpulkan bahwa data penelitian 3 tahun dapat di gabung atau dapat di pooling.
2. Uji Asumsi Klasik
Berikut tabel hasil pengujian asumsi klasik:
Variabel
Jenis Pengujian
Normalitas Multikolonieritas
Autokorelasi Heteroskedastisitas
Tol. VIF Sig.
PAJAK
0.051
0.946 1.057
0.439
0.242
SIZE 0.666 1.501 0.793
THAV 0.972 1.029 0.756
KAUDIT 0.706 1.417 0.438
mailto:[email protected]
-
14 Email: [email protected] | Jessica Gracia
Dari hasil pengujian diatas diketahui uji normalitas yang menggunakan One-
Sample Kolmogorov-Sminov Test menghasilkan nilai signifikan (Sig.) sebesar 0.051
dimana nilai Sig ini lebih besar dari 0.05. Maka, artinya adalah terima Ho atau data
terdistribusi secara normal.
Dari hasil pengujian multikolonieritas diatas, seluruh variabel independen
memiliki Tolerance lebih besar dari 0.1; VIF lebih kecil dari 10. Maka, dapat
dikatakan bahwa tidak adanya multikolonieritas antar variabel independen atau lolos
uji multikolinieritas.
Hasil pengujian heteroskedastisitas diatas menunjukkan nilai signifikan
(Sig.) seluruh variabel independen (PAJAK, SIZE, THAV, dan KAUDIT) lebih dari
0.05, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan heteroskedastisitas. Jadi,
secara keseluruhan bahwa model regresi dalam penelitian adalah homoskedastisitas
tidak ada masalah heteroskedastisitas.
Dari hasil pengujian autokorelasi yang telah dilakukan menggunakan Run
Test diperoleh nilai signifikan (Asymp. Sig.) sebesar 0.439, dimana nilai ini lebih
besar dari 0.05. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak tolak Ho atau tidak terjadi
autokorelasi dalam model regresi pengujian ini.
3. Uji Hipotesis a. Analisis Regresi Ganda
Hasil analisis regresi ganda adalah sebagai berikut:
Variabel Koefisien
Constant 0.546
PAJAK 0.049
SIZE - 0.012
THAV -0.102
KAUDIT 0.379
Persamaan regresi linier berganda yang terbentuk adalah:
TP=0.546 + 0.049 PAJAK - 0.012 SIZE - 0.102 THAV + 0.379 KAUDIT Keterangan:
TP : Agresivitas Transfer Pricing
β0 : Konstanta
β1-4 : Koefisien regresi
PAJAK : Pajak penghasilan (PPh) badan
SIZE : Ukuran Perusahaan
THAV : Tax Haven Country
KAUDIT : Kualitas Audit
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Hasil uji statistik F adalah sebagai berikut:
Kriteria Hasil Keterangan
Sig. < 0.05 0.000 Lolos uji F
Berdasarkan hasil uji statistik F diatas, dapat dilihat pada tabel diatas bahwa nilai
signifikansi (Sig.) sebesar 0.000 di mana nilai ini lebih kecil dari 0.05, yang artinya adalah model
dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil dari pengujian ini adalah tolak
Ho yang berarti variabel pajak, ukuran perusahaan, tax haven country, dan kualitas audit secara
bersama-sama berpengaruh terhadap indikasi melakukan transfer pricing.
mailto:[email protected]
-
15 Email: [email protected] | Jessica Gracia
c. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Berikut ini adalah hasil uji statistik t:
Variabel Kriteria Koefisien Sig. (2-tailed) Sig. (1-tailed)
PAJAK Koefisien Positif (+) ; Sig. < 0.05 0.049 0.165 0.0825
SIZE Koefisien Positif (+) ; Sig. < 0.05 -0.012 0.365 0.1825
THAV Koefisien Positif (+) ; Sig. < 0.05 -0.102 0.010 0.005
KAUDIT Koefisien Positif (+) ; Sig. < 0.05 0.379 0.000 0.000
Dari hasil pengujian diatas menunjukkan tingkat signifikansi (Sig.) dari setiap variabel
independent yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah penjabaran dari hasil uji
statistik t diatas:
(1) Variabel pajak penghasilan (PPh) badan memiliki nilai signifikan atau Sig. (2-tailed) sebesar 0.165. Nilai Sig. (1-tailed) yang diperoleh adalah sebesar 0.0825 > 0.05 dengan
nilai koefisien sebesar 0.049. Hasil ini menunjukkan bahwa pajak penghasilan (PPh) badan
tidak berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing dengan arah positif.
(2) Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikan atau Sig. (2-tailed) sebesar 0.365. Nilai Sig. (1-tailed) yang diperoleh adalah sebesar 0.1825 > 0.05 dengan nilai koefisien
sebesar - 0.012. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap agresivitas transfer pricing dengan arah negatif.
(3) Variabel tax haven country memiliki nilai signifikan atau Sig. (2-tailed) sebesar 0.010. Nilai Sig. (1-tailed) yang diperoleh adalah sebesar 0.005 < 0.05 dengan nilai koefisien sebesar -
0.102. Hasil ini menunjukkan bahwa tax haven country berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap agresivitas transfer pricing.
(4) Variabel kualitas audit memiliki nilai signifikan atau Sig. (2-tailed) sebesar 0.000. Nilai Sig. (1-tailed) yang diperoleh adalah sebesar 0.000 < 0.05 dengan nilai koefisien sebesar
0.0379. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif secara signifikan
terhadap agresivitas transfer pricing.
d. Uji Koefisien Determinasi (R2) Berikut ini adalah hasil dari pengujian koefisien determinasi:
Kriteria Hasil
0 ≤ R2 ≤ 1 0.466
Dari pengujian di atas, dapat dilihat bahwa nilai dari R Square adalah sebesar 0.466
yang berarti bahwa 46.6% variabel dependen agresivitas transfer pricing dapat dijelaskan oleh
variabel pajak penghasilan (PPh) badan, ukuran perusahaan, tax haven country serta kualitas
audit. Sedangkan sisanya sebesar 54.4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar variabel dalam
penelitian ini.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil dari pengolahan dan pengujian data dalam penelitian ini, berikut
merupakan pembahasan mengenai pengaruh pajak, ukuran perusahaan, tax haven country, dan
kualitas audit:
1. Pengaruh Pajak penghasilan badan terhadap Agresivitas Transfer Pricing Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.049 dimana angka tersebut menunjukkan arah positif terhadap Agresivitas Transfer
Pricing. Dilihat dari hasil uji statistik t sebesar 0.0825 > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa
Pajak penghasilan badan tidak berpengaruh terhadap Agresivitas Transfer Pricing dengan arah
positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumasari et al.
(2018), Refgia (2017), Noviastika (2016) dan Yuniasih et al. (2012) di mana penelitian-
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa pajak berpengaruh positif terhadap keputusan
perusahaan untuk melakukan kebijakan transfer pricing. Koefisien regresi yang menunjukkan
mailto:[email protected]
-
16 Email: [email protected] | Jessica Gracia
arah positif menjelaskan bahwa sebenarnya tinggi atau rendahnya tingkat pajak akan sejalan
dengan kebijakan perusahaan dalam melakukan transfer pricing atau tidak melakukan transfer
pricing apabila terjadi peningkatan jumlah besarnya pajak, maka perusahaan akan cenderung
melakukan kegiatan transfer pricing untuk menghindari pajaknya. Demikian juga sebaliknya
jika pajak rendah, maka tingkat agresivitas transfer pricing yang dilakukan perusahaan akan
rendah.
Namun, dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa pajak penghasilan badan tidak
memberikan pengaruh terhadap agresivitas transfer pricing, di mana tinggi atau rendahnya tarif
pajak penghasilan badan, kebijakan transfer pricing diperusahaan akan tetap berjalan. Dapat
dibuktikan dari nilai rata-rata pajak penghasilan badan dalam analisis statistik deskriptif tinggi
yaitu sebesar 32.56%, yang artinya perusahaan sampel penelitian rata-rata membayar pajak
penghasilan badan sebesar 32.56% dimana lebih tinggi dari tarif pajak badan di Indonesia yaitu
sebesar 25%. Seharusnya, jika semakin tinggi tarif pajaknya, maka perusahaan akan semakin
agresif dalam melakukan kebijakan transfer pricing, tetapi hasil rata-rata agresivitas transfer
pricing perusahaan sampel hanya sebesar 40.2%. Hal ini bisa saja terjadi karena perusahaan-
perusahaan sampel pada penelitian ini baru melakukan kebijakan transfer pricing di tahun-
tahun berikutnya setelah melihat pajak penghasilan badan pada tahun ini atau dengan
melakukan cara penghindaran pajak yang lain selain transfer pricing sehingga pada tahun ini
besarnya pajak penghasilan badan tidak berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa tinggi atau rendahnya tingkat tarif pajak penghasilan
badan yang dibayarkan perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Transfer Pricing Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar – 0.012 dimana angka tersebut menunjukkan arah negatif terhadap Agresivitas Transfer
Pricing. Dilihat dari hasil uji statistik t sebesar 0.1825 > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa
Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Agresivitas Transfer Pricing dengan arah
negatif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Refgia (2017) serta
Ramadhan dan Kustiani (2017) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap agresivitas transfer pricing. Koefisien menunjukkan arah yang negatif menjelaskan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap agresivitas transfer pricing. Dapat
dibuktikan dari nilai rata-rata ukuran perusahaan dalam analisis statistik deskriptif tinggi yaitu
sebesar 29.15 tapi nilai rata-rata agresivitas transfer pricing dalam analisis statistik deskriptif
tidak terlalu tinggi sebesar 40.2% (hanya melakukan 2 dari 5 kriteria agresivitas transfer
pricing) yang artinya ukuran perusahaan memiliki arah negatif dan tidak berpengaruh terhadap
agresivitas transfer pricing. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap agresivitas
transfer pricing karena perusahaan berukuran besar akan semakin diawasi oleh pemerintah
terutama DJP dan terdaftar tersendiri di KPP dengan Wajib Pajak khusus untuk perusahaan
berukuran besar atau KPP Wajib Pajak Besar (Large Tax Office) yang dimana jumlah dari
anggota KPP Wajib Pajak Besar tersebut terbatas, sehingga segala tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan akan lebih diperhatikan oleh KPP yang menyebabkan semakin besar
perusahaan maka agresivitas transfer pricing justru semakin rendah. Selain itu, pada
perusahaan yang berukuran relatif lebih besar akan dilihat kinerjanya oleh masyarakat sehingga
para direksi atau manajer perusahaan tersebut akan lebih berhati-hati dan transparan dalam
melaporkan kondisi keuangannya. Sedangkan, perusahaan yang berukuran lebih kecil dianggap
lebih mempunyai kecenderungan melakukan transfer pricing untuk menunjukkan kinerja yang
memuaskan. Sehingga dapat dikatakan bahwa besar atau kecilnya perusahaan tidak
berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing karena bisa saja perusahaan kecil pun
terindikasi memiliki tingkat agresivitas transfer pricing yang tinggi. Oleh karena itu, hasil
penelitian ini mengatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas
transfer pricing dengan arah negatif.
mailto:[email protected]
-
17 Email: [email protected] | Jessica Gracia
3. Pengaruh Tax Haven Country terhadap Agresivitas Transfer Pricing Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar – 0.102 dimana angka tersebut menunjukkan arah negatif terhadap Agresivitas Transfer
Pricing. Dilihat dari hasil uji statistik t sebesar 0.005 < 0.05, maka dapat dikatakan bahwa Tax
Haven Country berpengaruh terhadap Agresivitas Transfer Pricing dengan arah negatif. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan dan Kustiani
(2017) dan Richardson et al. (2013) tentang faktor-faktor penentu agresivitas transfer pricing
yang menyatakan bahwa variable tax haven country berpengaruh positif secara signifikan
terhadap agresivitas transfer pricing. Koefisien regresi yang menunjukkan arah negatif
menjelaskan bahwa tax haven country berpengaruh negatif terhadap Agresivitas Transfer
Pricing. Secara arah, hasil dari penelitian ini berlawanan dengan teori dan hasil-hasil dari
penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa semakin tinggi perusahaan melakukan transaksi
dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di negara tax haven, maka semakin
tinggi tingkat agresivitas transfer pricing. Dapat dibuktikan dari nilai rata-rata tax haven
country dalam analisis statistik deskriptif tinggi yaitu sebesar 59%, yang artinya 59% dari
perusahaan sampel penelitian melakukan transaksi dengan perusahan yang memiliki hubungan
istimewa di negara tax haven. Melihat nilai rata-rata tax haven country yang tinggi, tingkat
agresivitas transfer pricing seharusnya memiliki rata-rata yang tinggi, namun hasil rata-rata
agresivitas transfer pricing pada uji statistik deskriptif penelitian ini adalah hanya sebesar
40.2% (hanya melakukan 2 dari 5 kriteria agresivitas transfer pricing) sehingga tax haven
country berpengaruh secara negatif terhadap agresivitas transfer pricing.
Hal ini terjadi akibat diberlakukannya Automatic Exchange of Information (AEOI)
yang telah disepakati oleh banyak negara yang tergabung dalam OECD, dan Indonesia
termasuk di dalamnya. Dalam pelaksanaan Automatic Exchange of Information (AEOI), terjadi
kesepakatan bersama antarnegara untuk membuka dan memberikan akses informasi keuangan
di dalam negeri kepada otoritas pajak negara lain dan memperoleh akses informasi keuangan
di luar negeri secara otomatis. Sehingga, wajib pajak yang telah membuka rekeningnya di
negara lain akan bisa terlacak secara langsung oleh otoritas pajak negaranya. Oleh karena itu,
keterbukaan informasi ini menyebabkan perusahaan-perusahaan wajib untuk membuat
Transfer Pricing Doc. (TP Doc.) dan wajib mengungkapkan transaksi-transaksi dengan pihak
yang memiliki hubungan istimewa sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 213/PMK.03/2016 tentang “Jenis dokumen dan atau informasi tambahan
yang wajib disimpan oleh wajib pajak yang melakukan transaksi dengan para pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dan tata cara pengelolaannya.” yang dibuat oleh pemerintah
Indonesia untuk mulai mengurangi praktik transfer pricing di Indonesia. Selain itu, dapat
dikatakan bahwa perusahaan mulai paham mengenai kebijakan-kebijakan baru tersebut
sehingga perusahaan sampel pada penelitian ini memilih untuk menghindari melakukan
transaksi dengan perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di negara tax haven yang
terdaftar pada list negara-negara tax haven menurut Gravelle (2015). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa transaksi yang dilakukan perusahaan sampel dengan perusahaan yang
memiliki hubungan istimewa di tax haven country berpengaruh negatif terhadap agresivitas
transfer pricing.
4. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Agresivitas Transfer Pricing Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0.379 dimana angka tersebut menunjukkan arah positif terhadap Agresivitas Transfer
Pricing. Dilihat dari hasil uji statistik t sebesar 0.000 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
Kualitas Audit berpengaruh terhadap Agresivitas Transfer Pricing dengan arah positif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa et al. (2017) yang
menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap transfer pricing. Dapat
dibuktikan dari nilai rata-rata kualitas audit dalam analisis statistik deskriptif tinggi yaitu
sebesar 66%, yang artinya 66% dari perusahaan sampel dalam penelitian ini diaudit oleh KAP
Big Four yaitu Price Waterhouse Cooper (PWC), Ernst & Young (EY), Deloitte, dan KPMG.
KAP Big Four dianggap memiliki integritas yang tinggi serta diberi kepercayaan oleh banyak
perusahaan. Dengan pengalaman-pengalaman yang lebih banyak dalam mengaudit laporan
mailto:[email protected]
-
18 Email: [email protected] | Jessica Gracia
keuangan perusahaan, KAP Big Four menjadi paham akan aturan-aturan yang boleh atau tidak
dalam melakukan transfer pricing yang membuat KAP Big Four akan mendorong perusahaan
untuk menjadi lebih transparan dalam melaporkan transaksi-transaksi terkait dengan pihak
berelasi pada TP doc. yang memang harus terlampir dalam SPT Tahunan badan sehingga
membuat perusahaan tetap taat pada peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah mengenai
transaksi transfer pricing. Jika suatu laporan keuangan perusahaan di audit oleh KAP Big Four,
maka perusahaan tersebut dianggap semakin bisa untuk melakukan kebijakan transfer pricing.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa semakin baik kualitas audit dari suatu perusahaan,
maka semakin tinggi tingkat agresivitas transfer pricing.
V. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2016-2018 yang menjadi perusahaan sampel dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pajak penghasilan badan tidak berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing dengan arah positif.
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas transfer pricing dengan arah negatif.
3. Tax haven country berpengaruh negatif terhadap agresivitas transfer pricing. 4. Kualitas audit berpengaruh positif terhadap agresivitas transfer pricing.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti,
peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait dengan
bidang perpajakan internasional terutama transfer pricing dan peneliti selanjutnya. Oleh
karena itu, peneliti memiliki beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:
1. Memperluas ruang lingkup penelitian seperti dengan menambahkan periode tahun penelitian agar memperoleh hasil penelitian yang lebih konsisten dan lebih akurat.
2. Menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi agresivitas transfer pricing selain dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, seperti variabel
kepemilikan asing, tunneling incentive, intangible asset, profitabilitas, leverage,
mekanisme bonus dan lain sebagai
3. Menambah beberapa kriteria pengukuran lain dalam menentukan agresivitas transfer pricing agar hasil yang diperoleh lebih menunjukkan bahwa perusahaan melakukan
kebijakan transfer pricing.
4. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil langsung dari laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya lebih
baik untuk mencari data primer seperti melakukan wawancara dengan perusahaan agar
dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi di perusahaan, sehingga
memperoleh data yang lebih valid dalam melihat agresivitas transfer pricing
perusahaan.
Daftar Pustaka
Brown, Lawrence D. & Marcus L. Caylor. (2006). Corporate Governance and Firm Valuation. Journal
of Accounting and Public Policy.
Cooper, Donald R., & Pamela S. Shindler (2017). Metode Penelitian Bisnis (12th ed). Jakarta: Salemba
Empat.
Darussalam & Danny. (2012). Konsep dan Aplikasi Cross-Border Transfer Pricing Untuk Tujuan
Perpajakan. Jakarta: DANNY DARUSSALAM Tax Center.
Darussalam , et al. (2013). Transfer Pricing: Ide, Strategi, dan Panduan Praktis Dalam Perspektif
Pajak Internasional. Jakarta: DANNY DARUSSALAM Tax Center.
Desai, M. A, C. F. Foley & James R. Hines Jr. (2005) Do Tax Havens Divert Economic Activity?
Economics Letters 90, p. 219-224.
Desai, Mihir A. & D. Dharmapala. (2008). Corporate Tax Avoidance and Firm Value. The Review of
Economics and Statistics.
mailto:[email protected]
-
19 Email: [email protected] | Jessica Gracia
Feinschreiber, R. (2004). Transfer Pricing Methods An Application Guide. Canada: John Wiley & Sons,
Inc.
Ghozali, Imam (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23 (8th Edition).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gravelle, Jane G. (2015). Tax Havens: International Tax Avoidance and Evasion. Congressional
Research Service.
Gunadi (2007). Pajak Internasional. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Gunawan. (2019). Mahir Menguasai SPSS (Mudah Mengolah Data Dengan IBM SPSS Statistics 25).
Sleman: Deepublish.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory Of The Firm : Managerial Behavior , Agency Costs
And Ownership Structure.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia 2019, Hadapi Pengemplang Asing, DJP Siapkan Strategi
Penanganan Transfer Pricing, diakses 11 November 2019,
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita-unit/hadapi-pengemplang-asing-djp-siapkan-
strategi-penanganan-transfer-pricing/.
Kiswanto, Nancy & Anna Purwaningsih (2014). Pengaruh Pajak, Kepemilikan Asing Dan Ukuran
Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur BEI 2010-2013. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2017).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Kurniawan, Anang M. (2015). Pajak Internasional Beserta Contoh Aplikasinya. Edisi 2. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Kusumasari, Ratna D., Sri Fadilah & Edi Sukarmanto (2018). Pengaruh Pajak, Kepemilikan Asing dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Transfer Pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2016). Prosiding Akuntansi, Vol. 4, No.2,
p.766-775.
Lanis, Roman & G. Richardson. (2012). Corporate Social Responsibility and Tax Agressiveness: A test
of legitimacy Theory. Journal Accounting Public Policy, 31, p. 86-108.
Noviastika, Dwi, Yuniadi Mayowan & Suhartini Karjo. (2016). Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive
dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Indikasi Melakukan Transfer Pricing pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Studi Pada Bursa Efek
Indonesia yang Berkaitan dengan Perusahaan Asing). JEJAK, Vol. 8, No. 1, p. 1-9.
Nugroho, Lucky, Brianditya Ridlo Wicaksono & Wiwik Utami (2018). Analysis of Taxes Payment,
Audit Quality and Firm Size to the Transfer Pricing Policy in Manufacturing Firm in Indonesia
Stock Exchange. International Journal of Business Society. 2(8). p. 83-93, 1 September 2018.
Ramadhan, M. Rheza & Nur A. Kustiani. (2018). Faktor-Faktor Penentu Agresivitas Tranfer Pricing.
Politeknik Negeri Jakarta, Vol. 4 No. 1, p. 549-564.
Refgia, Thesa. (2017). Pengaruh Pajak, Mekanisme Bonus, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Asing
dan Tunneling Incentive Terhadap Transfer Pricing (Perusahaan Sektor Industri Dasar dan
Kimia yang Listing di BEI Tahun 2011-2014). JOM Fekon, Vol. 4, No. 1, p. 543-555, Februari
2017.
Republik Indonesia. 2011. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-32/PJ/2011 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-43/PJ/2010 Tentang
Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha Dalam Transaksi Antara Wajib Pajak
Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa.
Rezky, M. A. & Fachrizal (2018). Pengaruh Mekanisme Bonus, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan
Multinationality Terhadap Keputusan Transfer Pricing pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Akuntansi (JIMEKA), Vol. 3, No. 3, p. 401-415.
Richardson, Grant, et al. (2013) Determinants of Transfer Pricing Aggresiveness: Empirical Evidence
from Australia Firms. Elsevier 9, p. 136-150.
Rosa, Ria, Rita Andini & Kharis Raharjo (2017) Pengaruh Pajak, Tunneling Incentive, Mekanisme
Bonus, Debt Covenant dan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Transaksi Transfer
Pricing (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-
2015). Jurnal UNPAN, Vol. 3 No. 3, p. 1-19.
Scott, W. R. (2015). Financial Accounting Theory (7th Ed.). Toronto: Pearson.
mailto:[email protected]
-
20 Email: [email protected] | Jessica Gracia
Suandy, E. (2011). Perencanaan Pajak. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Teoh S. H. & Wong T. J. (1993). Perceived Auditor Quality and the Earnings Response Coefficient.
American Accounting Association, Vol. 68, No.2, p. 346-366.
Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1986). Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The
Accounting Review, Vol. 65, No. 1, p. 131-156.
Waworuntu & Hadisaputra (2016), Determinants of Transfer Pricing Aggressiveness in Indonesia.
Social Sciences & Humanities, 24, 95-110.
Yulia, Aida, Nurul Hayati & Rulfah M. Daud (2019). The Influence of Tax, Foreign Ownership and
Company Size on the Application of Transfer Pricing in Manufacturing Companies Listed on IDX
during 2013-2017Analisis Laporan Keuangan. International Journal of Economics and Financial
Issues, 9(3), p. 175-181.
Yuniasih, Ni Wayan, Ni Ketut Rasmini & Made Gede Wirakusuma (2012). Pengaruh Pajak Dan
Tunneling Incentive Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Bursa Efek Indonesia. SNA.
p. 1-23.
mailto:[email protected]