pengaruh model pembelajaran kreatif produktif …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5684/1/full...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KREATIF
PRODUKTIF DENGAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS
PADA MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK TERHADAP
KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA DI KELAS VIII
SMP NEGERI 3 GETASAN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
HAYI’ QOIDATUR ROFIAH
NIM :23060-15-0023
PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
DEKLARASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hayi’ Qoidatur Rofiah
NIM : 23060150023
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Tadris Ilmu Pengetahuan Alam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan oleh perpustakaan
IAIN Salatiga.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
ii
MOTTO
“Bismillahi Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil „Aliyyil „Adziim”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ibuku tercinta, Sumbulatin Miatu Habbah yang senantiasa memberikan doa-
doa terbaik untuk saya, merelakan kebahagiaannya untuk saya, terima kasih
atas segala support baik yang berwujud maupun tak berwujud dan teruntuk
Abahku terkasih, Dakhori yang selalu memberikan doa-doa terhebat untuk
saya, terima kasih sudah ada di dunia ini, yang tak pernah lelah bersamaku.
2. Keluarga besar saya, khususnya simbah putri dan kakung, bulek Dewi
Lailatul Ubudiyah dan paklek Abdul Hakim yang selalu memberikan doa dan
motivasi yang tak ada hentinya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini
bisa tercapai.
3. Adik saya, Muhammad Aniq dan Abdullah Salam yang menjadi penyemangat
saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Anggun Zuhaida, M.Pd. yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada saya untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
5. Sahabat saya, Intan Fikrianingsih dan Eka Indriani, terima kasih untuk empat
tahun yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan yang tidak pernah terduga.
6. Sahabat saya, Devina Puspitasari, Cici Azimatus Su’udah, Ellisa Nailizzulfa,
Aufi Millatuzzuhriyah, Annas Putri Warrahmah, Rusmanto dan semua orang
terdekat saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih sudah
melengkapi kebahagiaan saya, dan terima kasih sudah menjadi partner
diskusi yang penuh dengan ilmu.
ii
7. Keluarga baru PPL SMP Negeri 3 Getasan dan KKN Desa Tembelang,
Candimulyo, Magelang yang sudah memberikan kebahagiaan yang tak
terduga dan terima kasih untuk pengalaman dan ilmu-ilmunya selama ini.
8. Keluarga besar Ma’had Jam’iyah Putri IAIN Salatiga yang sudah
memberikan banyak ilmu, pengalaman dan tentunya teman bagi saya.
9. Keluarga besar PP. An-Nur khususnya sahabat-sahabat saya Nurfauziyah,
Dwi Wahyu Sabariyati, Shofiana Lestari, dan semua teman kamar 8 dan 12.
10. Keluarga besar Scientists in Laga khususnya sahabat-sahabat seperjuanganku
angkatan 2015.
11. Channel Youtube Sahid Raharjo yang sangat membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
12. Semua orang yang menanyakan “skripsinya sampai mana? dan “kapan
wisuda?”.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada
penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh
Model Pembelajaran Kreatif Produktif dengan Pemanfaatan Barang Bekas pada
Materi Cahaya dan Alat Optik terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas
VIII di SMP Negeri 3 Getasan Tahun Pelajaran 2018/2019.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya
yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-
satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman terang benderang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Dr. Eni Titikusumawati, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Alam.
4. Ibu Anggun Zuhaida, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Ibu Rini Verary Shanthi, S.Pd, M.Si. selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
ii
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca
pada umumnya.Amin.
Salatiga, 29 Juli 2019
Hayi’ Qoidatur Rofiah
NIM. 23060150023
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
LOGO IAIN ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .................................................iv
HALAMAN DEKLARASI ................................................. ............................ v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
ABSTRAK ....................................................................................................... xix
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 8
2. Manfaat Praktis ........................................................................ 9
E. Defisnisi Operasional ..................................................................... 9
ii
F. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II: LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori ............................................................................... 15
1. Model Pembelajaran................................................................. 15
2. Model Pembelajaran Kreatif Produktif .................................... 23
3. Barang Bekas ........................................................................... 40
4. Kemampuan Berfikir Kreatif ................................................... 46
5. Materi Cahaya dan Alat Optik ................................................ 53
B. Kajian Pustaka ................................................................................ 70
C. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 72
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 74
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 76
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 76
1. Populasi .................................................................................... 76
2. Sampel ...................................................................................... 77
D. Variabel Penelitian ......................................................................... 79
E. Instrumen Penelitian....................................................................... 79
1. Tes ............................................................................................ 80
2. Nontes ...................................................................................... 80
F. Uji Coba Instrumen Penelitian ....................................................... 82
1. Instrumen Tes ........................................................................... 82
2. Instrumen Nontes ..................................................................... 88
ii
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 88
1. Observasi .................................................................................. 88
2. Angket ...................................................................................... 90
3. Tes ............................................................................................ 90
4. Dokumentasi ............................................................................ 91
H. Teknik Analisis Data ...................................................................... 92
1. Analisis Data Tes ..................................................................... 92
2. Analisis Data Nontes ................................................................ 102
BAB IV: DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data ................................................................................ 106
B. Analisis Data .................................................................................. 108
1. Uji Coba Instrumen .................................................................. 108
2. Analisis Data dan Pembahasan ................................................ 114
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 132
B. Saran ............................................................................................... 133
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 135
ii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ...... 35
2. Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Berfikir Kreatif (KBK) ........................ 53
3. Table 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan ................. 77
4. Tabel 3.2 Indikator Observasi Aktivitas Siswa ..................................... 81
5. Tabel 3.3 Skala Likert .......................................................................... 82
6. Tabel 3.4 Indeks Kesukaran .................................................................. 87
7. Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda ....................................................... 88
8. Tabel 3.6 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ........ 99
9. Tabel 3.7 Kualifikasi Presentase Skor Observasi ............................... 103
10. Tabel 3.8 Kategori Penilaian Angket .................................................. 105
11. Tabel 4.1 Data Nilai Pretest dan Posttest ........................................... 106
12. Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal ............................................. 108
13. Tabel 4.3 Tingkat Reliabel .................................................................. 109
14. Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Soal ............................................................ 109
15. Tabel 4.5 Kategori Taraf Kesukaran ................................................... 110
16. Tabel 4.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal ............................................. 110
17. Tabel 4.7 Kategori Daya Pembeda ..................................................... 111
18. Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Butir Soal.................................................... 112
19. Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Uji Coba Angket .................................. 113
20. Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Angket Kemampuan Berfikir Kreatif ...... 114
21. Tabel 4.11 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov SPSS ......... 115
ii
22. Tabel 4.12 Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............ 116
23. Tabel 4.13 Uji Homogenitas ............................................................... 117
24. Tabel 4.14 Uji Independent Sample T-Test ......................................... 118
25. Tabel 4.15 Uji Paired Sample T-test ................................................... 119
26. Tabel 4.16 Uji Koefisien Korelasi ...................................................... 120
27. Tabel 4.17 Uji Regresi Linier Sederhana ............................................ 121
28. Tabel 4.18 Hasil Uji Nilai R Square .................................................. 122
29. Tabel 4.19 Uji Ketuntasan Belajar ...................................................... 123
ii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Lup Sederhana dari Plastik Bekas ..................................... 45
2. Gambar 2.2 Periskop Sederhana dari Barang Bekas ............................. 45
3. Gambar 2.3 Percobaan Penerapan Materi Dispersi Cahaya.................. 46
4. Gambar 2.4 Keberadaan Bayang-Bayang ............................................. 54
5. Gambar 2.5 Melihat Bayanganmu Sendiri di Cermin ........................... 55
6. Gambar 2.6 Cahaya yang Dipantulkan Mengikuti Hukum Pemantulan56
7. Gambar 2.7 Jalan Sinar pada Pemantulan Teratur ................................ 56
8. Gambar 2.8 Jalan Sinar pada Pemantulan Baur .................................... 57
9. Gambar 2.9 Pembiasan.......................................................................... 59
10. Gambar 2.10 Cahaya Putih Diuraikan Menjadi Warna-warni .............. 60
11. Gambar 2.11 Lintasan Sinar Datang dari Udara ke Kaca ..................... 62
12. Gambar 2.12 Bentuk Lensa Cembung .................................................. 66
13. Gambar 2.13 Bentuk Lensa Cekung ..................................................... 67
14. Gambar 2.14 Lup .................................................................................. 67
15. Gambar 2.15 Kamera ............................................................................ 68
16. Gambar 2.16 Mikroskop ....................................................................... 68
17. Gambar 2.17 Teleskop Bumi ................................................................ 69
18. Gambar 2.18 Teleskop Bintang............................................................. 69
19. Gambar 2.19 Periskop ........................................................................... 70
20. Gambar 3.1 Pola Desain Pretest-Posttest Control Group Design ........ 75
ii
21. Gambar 4.1 Hasil Lembar Observasi .................................................. 124
22. Gambar 4.2 Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen ....................... 126
23. Gambar 4.3 Angket Kemampuan Berfikir Kreatif Kelas Kontrol ...... 128
24. Gambar 4.4 Angket Kemampuan Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen 129
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Curriculum Vitae ........................................................................ 138
Lampiran 2. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing ....................................... 139
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................................. 140
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian ............................................................. 141
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi ......................................................... 142
Lampiran 6. SKK ............................................................................................ 143
Lampiran 7. RPP ............................................................................................. 148
Lampiran 8. Daftar Nama Siswa ..................................................................... 180
Lampiran 9. Kisi-kisi Soal Uji Coba ............................................................... 183
Lampiran 10. Soal Uji Coba ........................................................................... 185
Lampiran 11. Kunci Jawaban Uji Coba Soal .................................................. 187
Lampiran 12. Rubrik Penilaian Soal Uji Coba ............................................... 191
Lampiran13. Hasil Uji Coba Soal ................................................................... 203
Lampiran14. Uji Validitas Soal ...................................................................... 204
Lampiran 15. Uji Reliabilitas Soal .................................................................. 205
Lampiran 16. Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal ............................................ 206
Lampiran 17. Uji Daya Beda Butir Soal ......................................................... 207
Lampiran 18. Lembar Soal Pre-posttest ......................................................... 208
Lampiran 19. Kunci Jawaban Pre-posttest ..................................................... 209
Lampiran 20. Rubrik Penilaian Pre-posttest ................................................... 212
ii
Lampiran 21. Daftar Nilai Pre-posttest ........................................................... 219
Lampiran 22. Lembar Uji Coba Angket Kemampuan Berfikir Kreatif .......... 224
Lampiran 23. Angket Kemampuan Berfikir Kreatif ....................................... 227
Lampiran 24. Hasil Angket Kemampuan Berfikir Kreatif.............................. 229
Lampiran 25. Angket Respon Siswa ............................................................... 235
Lampiran 26. Hasil Angket Respon Siswa ..................................................... 236
Lampiran 27. Lembar Observasi ..................................................................... 239
Lampiran 28. Hasil Observasi ......................................................................... 240
Lampiran 29. Hasil Analisis Data ................................................................... 243
Lampiran 30. Foto ........................................................................................... 246
ii
ABSTRAK
Qoidatur Rofiah, Hayi’. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif
dengan Pemanfaatan Barang Bekas pada Materi Cahaya dan Alat Optik
terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3
Getasan Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi, Program Studi Tadris Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Anggun Zuhaida, M.Pd.
Kata Kunci: barang bekas, kemampuan berfikir kreatif, kreatif produktif
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran
kreatif produktif dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir
kreatif siswa, untuk mengetahui hubungan model pembelajaran kreatif produktif
dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir kreatif siwa, dan
untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kreatif produktif dengan
pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif eksperimental semu. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu kelas
VIIIB (kelas eksperimen) dan kelas VIIIA (kelas kontrol) SMP Negeri 3 Getasan,
masing-masing berjumlah 28 siswa pada kelas ekperimen dan 27 siswa pada kelas
kontrol. Teknik pengumpulan data melalui tes, angket, observasi, dan
dokumentasi. Instrumen penelitian ini meliputi soal, angket dan lembar observasi.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan koefisien korelasi dan regresi linier
sederhana, dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kreatif produktif sangat membantu proses pembelajaran siswa. Hal tersebut dapat
dilihat pada hasil angket yang telah disebarkan pada kedua sampel. Sebanyak
20,37% pada kelas eksperimen dengan jawaban sangat setuju, 54,64% dengan
jawaban setuju, dan sebanyak 19,64% dengan jawaban ragu-ragu, sedangkan yang
menjawab tidak setuju hanya sebanyak 5,35% dengan penerapan model
pembelajaran kreatif produktif. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan
yang sangat kuat dengan nilai signifikansi sebesar 0,943 antara variabel yang
dihubungkan dan terdapat pengaruh pada hasil uji regresi linier sederhana dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 dengan persamaan regresi Y = 16,514 + 0,769X,
sedangkan nilai koefisien determinasinya sebesar 88,9%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa adanya pengaruh model pembelajaran kreatif produktif
dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berfikir kreatif pada
materi cahaya dan alat optik siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak bagi setiap orang dan merupakan keharusan
untuk mendapatkannya. Karena pada dasarnya pendidikan tidak akan pernah
bisa terpisah dari kehidupan manusia dan melalui pendidikan setiap manusia
dapat menjadi berguna. Selain itu pendidikan merupakan usaha dalam
mewujudkan cita-cita luhur pendiri bangsa yang termuat dalam pembukaan
UUD 1945 pada alenia ke empat. Pendidikan yang berkualitas sangat
diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berdaya
saing. Berdasarkan hal tersebut, suatu proses pendidikan dan pembelajaran
dapat dikatakan berhasil apabila siswa mengalami perubahan menuju ke arah
yang lebih baik. Baik dalam hal bertambahnya ilmu pengetahuan, perubahan
kemampuan keterampilan maupun perubahan perilaku. Jumali (2004: 85)
mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
1
Sekolah sebagai lembaga pendidikan resmi, dalam
menyelenggarakaan kegiatan pendidikan secara berencana, sengaja, terarah,
sistematis, oleh para pendidik profesional dengan program yang dituangkan ke
dalam kurikulum untuk jangka waktu tertentu (Jumali, 2004: 47). Namun hal
ini berarti tercapai atau tidaknya suatu program pendidikan dalam sekolah
tegantung pada bagaimana proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik.
Menurut Morgan (dalam Suprijono, 2011: 3) menyatakan bahwa
“learning is any relativety permanent change in behaviour that is a result of
past experience (belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman)”. Belajar dalam idealisme berarti kegiatan
psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas
yang dipahami oleh sebagian besar masyarakaat tidaklah demikian. Belajar
dianggapnya properti sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-
tugas sekolah. Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah
adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut
tidaklah seluruhnya salah, sebab seperti dikatakan Reber, belajar adalah the
process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan ilmu.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak
dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau
menerimanya (Suprijono, 2011: 3).
Kegiatan belajar di Sekolah menengah (SMP) dalam proses
pembelajarannya membahas berbagai macam pelajaran, salah satunya adalah
1
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan alam (IPA)
adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian yang ada di alam semesta ini
yang tersusun secara sistematis dan berupa data yang nyata. Mata pelajaran
IPA merupakan mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian
besar siswa, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah.
Anggapan sebagian besar siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini
sulit adalah benar terbukti dari minimnya pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi
pembelajaran IPA di SMP saat ini masih banyak yang dilaksanakan secara
konvensional. Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara
aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai
pendekatan atau strategi pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter
materi pelajaran (Susanto, 2013: 165-166).
Kurangnya kemampuan berpikir kreatif pada siswa dapat disebabkan
oleh penggunaan metode maupun model dalam pembelajaran yang kurang
variatif. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, pembelajaran
di kelas cenderung kurang variatif. Siswa cenderung pasif pada kegiatan
pembelajaran di kelas dan sedikit berargumentasi atau menanggapi terkait
informasi yang didapatkannya. Padahal keaktifan siswa di kelas sangat
dibutuhkan dalam mengasah kemampuan berpikir kreatif mereka.
Saat proses pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran
secara tidak langsung ikut mempengaruhi. Seorang guru seharusnya
menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan materi yang
1
akan disampaikan agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif dan
membuat siswa lebih aktif, banyak berpikir, berinteraksi dengan guru maupun
temannya dan mampu mengemukakan pendapat dan menanggapinya. Salah
satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekreatifan siswa
dalam pembelajaran adalah model pembelajaran kreatif produktif. Dimana
model pembelajaran yang mengedepankan kerja sama untuk memenuhi tujuan
pembelajaran serta mendrong siswa untuk berfikir kreatif untuk menciptakan
hal-hal baru.
Berdasarkan Survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 20
November 2018 melalui wawancara dengan guru kelas VIII yaitu Bapak
Ahmad Hadziq Zaka, S.Pd., M.Si. ditemukan masalah dalam pembelajaran
IPA. Masalahnya adalah siswa SMP Negeri 3 Getasan masih rendah dalam
memahami materi IPA. Siswa belum begitu paham mengenai materi-materi
yang ada di mata pelajaran IPA, hal ini dikarenakan siswa kurang
berkonsentrasi dalam pembelajaran. Sedangkan guru sendiri merasa kesulitan
dalam mentransfer materi kepada siswa karena karakter setiap siswa
bervariasi.
Faktor penghambat lainnya adalah guru sudah menggunakan metode
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif, akan tetapi siswa cenderung
pasif dan kurang memiliki rasa ingin tahu. Akibatnya siswa hanya mengetahui
hal-hal yang diterangkan guru tanpa memahami materi dengan mendalam
serta belum dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya siswa yang belum menyadari bahwa terdapat
1
manfaat lain yang dapat diambil dari bahan bekas yang dapat digunakan untuk
berbagai macam kreasi, salah satunya yaitu untuk media pembelajaran untuk
menunjang berlangsungnya pembelajaran di kelas.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penggunan model
pembelajaran kreatif produktif diterapkan dalam pembelajaran IPA. Model
pembelajaran menurut Suprijono (2011: 46) merupakan pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model pembelajaran guru dapat
membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara
berfikir, dan mengekspresikan ide. Pembelajaran kreatif produktif merupakan
strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan
pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar. Guru menerapkan model pembelajaran kreatif produktif untuk
membangkitkan pemikiran kreatif siswa agar pembelajaran tidak hanya
terfokus pada guru. Guru tidak lagi berdiri di depan kelas sebagai ahli dan
sebagai satu-satunya sumber yang siap untuk memberikan pelajaran. Guru
bersifat sebagai fasilitator yang bertugas memberikan fasilitas dan
mengaktifkan kelompok untuk memastikan siswa mencapai kemajuan secara
bermakna melalui pembahasan masalah yang tersaji. Siswa diberikan
kesempatan untuk menganalisis dan memecahkan masalah dari suatu tema
yang diberikan guru. Siswa diharapkan akan berfikir secara kritis dan
1
menemukan pemahaman sesuai dengan keadaan sebenarnya yang diketahui
oleh siswa serta siswa diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang kreatif
sebagai re-kreasi atau pencerminan pemahamannya terhadap masalah/topik
yang dikaji. Pemahaman tersebut sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang
memerintahkan kepada manusia agar selalu berfikir,
(Al- Baqarah: 219) لكم اآليات لعلهكم تتفكهرون كذلك يبين للاه …
Artinya:
… demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya berfikir (Al-
Baqarah: 219).
Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa sebenarnya telah diperintahkan
untuk berkreasi dengan akal pikirannya melalui berbagai kekreativitasan
untuk menyelesaikan berbagai persoalan dengan suatu hal yang baru maupun
hal yang telah ada sebelumnya.
Hal ini menekankan akan kebutuhan lingkungan belajar dengan
menyediakan kesempatan siswa untuk melakukan eksplorasi dari konsep
bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan hasil eksplorasi tersebut.
Siswa diberi kebebasan untuk menjelajahi berbagai sumber yang relevan
dengan topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan
meningkatkan siswa melakukan interaksi dengan lingkungan dan
pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.
Penerapan proses pembelajaran ini diharapkan siswa akan mengalami
1
peningkatan kemampuan berfikir kreatif pada mata pelajaran IPA khususnya
materi cahaya dan alat optik dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang
ada di lingkungan sekitar siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka timbulah masalah
yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian kuantitatif dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif Produktif dengan Pemanfaatan
Barang Bekas pada Materi Cahaya dan Alat Optik terhadap Kemampuan
Berfikir Kreatif Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan Tahun Pelajaran
2018/2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran kreatif produktif dengan
pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik terhadap
kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan tahun
pelajaran 2018/2019?
2. Bagaimana hubungan penggunaan model pembelajaran kreatif produktif
dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik
terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP Negeri 3
Getasan tahun pelajaran 2018/2019?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif produktif
dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik
1
terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP Negeri 3
Getasan tahun pelajaran 2018/2019?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya maka
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kreatif produktif
dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat optik
terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Getasan tahun pelajaran 2018/2019?
2. Untuk mengetahui hubungan penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat
optik terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP
Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019?
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif dengan pemanfaatan barang bekas pada materi cahaya dan alat
optik terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII di SMP
Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019?
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan membantu menumbuhkan kemampuan berfikir
kreatif siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kreatif
produktif dalam pembelajaran yang akan disampaikan secara mendalam.
Adapun pelaksanaan penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
1
Manfaat penelitian ini sebagai dasar pengembangan kajian ilmu
metode pembelajaran dalam bidang IPA materi cahaya dan alat optik
dengan menggunakan model pembelajaran Kreatif Produktif pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru memberikan wawasan dan pengetahuan tentang model
pembelajaran Kreatif Produktif;
b. Bagi siswa akan mengalami pengalaman belajar yang menarik karena
desain pembelajaran secara langsung dan berdasarkan atas
pengalaman secara nyata dalam konteks IPA;
c. Bagi sekolah model pembelajaran Kreatif Produktif dapat dijadikan
referensi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa;
d. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan
menambah permasalahan lain;
e. Bagi pengambil kebijakan sebagai masukan atau saran bagi kepala
sekolah dalam pengambilan kebijakan untuk mengarahkan guru-guru
agar mencoba menerapkan model-model pembelajaran untuk
membantu peningkatan keaktifan dan kemampuan berfikir kreatif.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah:
1. Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Pembelajaran ini diharapkan dapat menantang siswa untuk
menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai re-kreasi atau pencerminan
1
pemahamannya terhadap masalah/topik yang dikaji. Menurut Solihatin
(2012: 161) model pembelajaran kreatif produktif merupakan model yang
dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai pendekatan
pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model pembelajaran
kreatif produktif, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran
kreatif produktif merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa
untuk membangun pengetahuan awal yang dimiliki dari suatu
konsep/masalah yang sedang dikaji, kemudian mendorong siswa mencari
dan menemukan jawaban dari pengetahuan maupun pengalaman langsung
sehingga menghasilkan sesuatu yang baru atau re-kreasi sebagai hasil dari
pemahamannya. Model pembelajaran kreatif produktif mengarahkan siswa
untuk berpikir kreatif, membentuk sikap tanggung jawab dan kerjasama
dalam pembelajaran yang dilakukan baik secara individual maupun
kelompok.
2. Kemampuan Berfikir Kreatif
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang
bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus
dipecahkan. Menurut Madhi (2009: 21-28) makna berpikir adalah
berusaha menambah ilmu, pengetahuan, dan pengalaman, yang
selanjutnya akan menumbuhkan kekuatan untuk mengubah perilaku dan
mengontrol semua tindakan. Adapun fungsi berpikir adalah membawa
1
banyak manfaat bagi kita sebagai kaum muda dalam menghadapi
kehidupan kita sehari-hari, dalam mencari jawaban dan solusi yang tepat
untuk setiap permasalahan. Terdapat bermacam-macam cara berpikir,
antara lain: berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, kreatif dan strategis.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada berpikir kreatif. Menurut Supardi
(2015: 255) upaya menjadi kreatif berkaitan dengan antusiasme dan gairah
yang dikenal sebagai faktor substansial pada tingkat puncak kerja. Akan
tetapi, banyak orang yang mengabaikan kreativitas sebab dia tidak
menyadari manfaat dari kreativitas. Istilah kreativitas atau daya cipta
sering digunakan di lingkungan sekolah, perusahaan maupun lingkungan
lainnya. Dalam situasi pendidikan, proses belajar mengajar merupakan
salah satu dari bentuk kegiatan kreatif. Melalui proses belajar mengajar,
kreativitas siswa dapat dipupuk dan dikembangkan. Kreativitas adalah
suatu kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau
menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-ide
baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-ide
yang sudah ada; suatu sikap, yaitu kemampuan menerima perubahan dan
pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan untuk
fleksibilitas pandangan, kebiasaan menikmati sesuatu dengan baik, ketika
mencari cara untuk mengimprovisasi ide tersebut; suatu proses, yaitu
orang kreatif bekerja keras dan terus menerus, sedikit demi sedikit
membuat perubahan dan perbaikan terhadap pekerjaannya.
1
Pemikiran kreatif terwujud dengan adanya beberapa sistem dan
pola pandang dan mewakili salah satu kondisi otak, serta tampak sebagai
suatu pemikiran yang di arahkan oleh keinginan-keinginan dalam mencari
orisinalitas dan sesuatu yang benar-benar asli. Jadi, pemikiran kreatif
merupakan pemikiran yang disandarkan kepada gerakan nilai-nilai.
Artinya dalam kreativitas tersebut, pemikiran dirinya tampak dominan,
dengan tampak menghilangkan obyektifitas secara keseluruhan. Pemikiran
ini tampak jelas dalam upaya-upaya penemuan, dan yang menuntut
fleksibilitas, serta bergantung kepada keberagaman. Sehingga, pemikiran
kreatif ini meyerupai pemecahan masalah, karena pemecahan masalah itu
berarti uasaha mencapai produksi kreatif, dan inilah yang dimaksud dalam
pemikiran kreatif.
Adapun yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kreatif merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif
berbeda dengan yang telah ada sebelumnya. Sesuatu yang baru disini tidak
harus berupa hasil/ciptaan yang benar-benar baru walaupun hasil akhirnya
mungkin akan tampak sebagai sesuatu yang baru, tetapi dapat berupa hasil
pengembangan atau penggabungan dua atau lebih konsep-konsep yang
sudah ada. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya hasil yang berupa media
pembelajaran sederhana yang menggunakan penerapan dari materi cahaya
dan alat optik.
3. Pemanfaatan Barang Bekas
1
Pemanfaatan barang bekas yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah bahan bekas yang berada di lingkungan sekitar diharapkan dapat
dimanfaatkaan oleh peserta didik untuk membuat media pembelajaran
sederhana yang berkaitan dengan materi pembelajaran yaitu cahaya dan
alat optik guna menunjang terselenggaranya kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan model kreatif produktif untuk meningkatkan
kreatifitas peserta didik.
4. Materi Cahaya dan Alat Optik
Cahaya memiliki sifat antara lain; dapat merambat lurus, dapat
dipantulkan, dapat dibiaskan, dapat dilenturkan, dapat digabungkan, dapat
merambat dalam ruang hampa, dan memiliki kecepatan 300.000.000 m/s.
Selain penjelasan tentang cahaya, ada pula materi yang berhubungan
dengan cahaya yaitu cermin dan lensa. Cermin dibedakan menjadi tiga,
yaitu; cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Sedangkan lensa
hanya dibagi menjadi dua, yaitu; lensa cekung dan lensa cembung.
Adapun alat-alat yang menggunakan penerapan dari cermin maupun lensa,
yaitu; periskop, mikroskop, lup, kamera, dan teleskop.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan penelitian ini sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan
sistematika penulisan.
1
BAB II: Landasan Teori, terdiri dari pengertian model pembelajaran, ciri-
ciri model pembelajaran, prinsip model pembelajaran, langkah-
langkah model pembelajaran, fungsi model pembelajaran,
pengertian model pembelajaran kreatif produktif, karateristik
model pembelajaran kreatif produktif, strategi model pembelajaran
kreatif produktif, langkah-langkah model pembelajaran kreatif
produktif, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kreatif
produktif, dampak instruksional dan dampak pengiring model
pembelajaran kreatif produktif, definisi barang bekas, jenis-jenis
barang bekas, pengolahan barang bekas, kemampuan berfikir
kreatif, tingkat kemampuan berfikir kreatif, materi cahaya dan alat
optik. Sedangkan sub bab kedua mencakup kajian pustaka dan sub
bab yang terakhir mencakup hipotesis penelitian.
BAB III: Pelaksanaan Penelitian, terdiri dari jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian,
instrumen penelitian, uji coba instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari diskripsi data,
analisis data dan pembahasan.
BAB V: Kesimpulan dan Saran, terdiri dari kesimpulan dan saran.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model dalam perspektif dangkal hampir sama dengan
strategi. Menurut Sagala yang dikutip Mahmud (2015: 29) model
dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain,
model juga diartikan sebagai barang atau benda sesungguhnya,
seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup.
Secara kaffah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep
yang digunakan untuk mempresentasikan suatu hal. Suatu yang nyata
dan dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif
(Mahmud, 2015: 29). Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang
dimaksud model belajar mengajar adalah kerangka konseptual dan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang pengajaran, serta para guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Selanjutnya, model pembelajaran menurut Suprijono (2011:
46) merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
1
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide.
Adapun menurut Suprijono (2016: 51) model pembelajaran
mempunyai karakteristik yang sama dengan strategi pengajaran dan
metode pengajaran. Namun model pembelajaran menyiratkan
sesuatu yang lebih besar daripada strategi, metode, atau taktik
pembelajaran tertentu karena model pembelajaran mencakup
pendekatan pembelajaran secara keseluruhan dan bukan strategi atau
teknik tertentu. Model pembelajaran memiliki beberapa atribut yang
tidak dimiliki oleh strategi dan metode pembelajaran spesifik.
Atribut-atribut tersebut adalah adanya basis teori yang koheren
tentang apa yang seharusnya dipelajari dan bagaimana peserta didik
mempelajarinya. Model pembelajaran memberi rekomendasi
berbagai perilaku mengajar dan susunan kelas yang dibutuhkan
untuk mewujudkan berbagai tipe pembelajaran yang berbeda model
pembelajran adalah an instructional model is a step-by-step
procedure that leads to specific learning outcomes. (Model
pembelajaran adalah prosedur langkah-demi-langkah yang mengarah
ke hasil belajar spesifik) (Suprijono, 2016: 51-52). Sedangkan
1
menurut Suprijono (2011: 46) model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Menurut Ngalimun (2017: 39) model pembelajaran memiliki
makna yang lebih luas dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik.
Karena itu, suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran
disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai
empat ciri khusus, yaitu:
1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar
(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).
3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu
dapat tercapai.
Dalam pembelajaran yang efektif dan bermakna peserta didik
dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari
kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter.
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar
peserta didik dan gaya mengajar guru. Usaha guru dalam
membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting
1
dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah
direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,
teknik maupun model pembelajaran merupakan suatu hal yang
utama.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan yang digunakan oleh seorang guru sebagai
pedoman dalam menyampaikan pembelajaran di kelas, agar tujuan
dari pembelajaran dapat tersampaikan secara maksimal.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran
Berkaitan dengan ciri-ciri model pembelajaran, Suprijono
(2016: 61-62) menjelaskan bahwa ada empat ciri model
pembelajaran diantaranya adalah:
1) Rasional teoritik bersifat logis yang bersumber dari
perencanaannya.
2) Dasar pemikiran tentang tugas pembelajaran yang hendak dicapai
dan bagimana peserta didik belajar mencapai tujuan tersebut.
3) Aktivitas mengajar guru yang diperlukan agar model
pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Ciri-ciri model pembelajaran yang baik yaitu adanya
keterlibatan intelektual dan emosional peserta didik melalui kegiatan
mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap, adanya
keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif. Selama
1
pelaksanaan model pembelajaran guru bertindak sebagai fasilitator,
koordinator, mediator dan motivator kegiatan belajar peserta didik.
c. Prinsip Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2016: 56) agar model pembelajaran
menghasilkan rencana yang efektif dan efisien, prinsip-prinsip
berikut patut diperhatikan:
1) Model pembelajaraan hendaknya mempunyai dasar nilai yang
jelas dan mantap. Nilai yang menjadi dasar bila berupa nilai
budaya, nilai moral, dan nilai religus, maupun gabungan daari
ketiganya. Acuan nilai yang jelas dan mantap akan memberikan
motivasi yang kuat untuk menghasilkan rencana yang sebaik-
baiknya.
2) Model pembelajaran berangkat dari tujuan umum. Tujuan ini
dirinci menjadi tujuan khusus. Rumusan tujuan umum dan tujuan
khusus pembelajaran menjadi dasar untuk mengembangkan
komponen-komponen pembelajaran (materi,
pendekatan/strategi/metode, sumber belajar, teknik evaluasi)
dalam suatu sistem pembelajaran. Dengan demikian di dalam
model pembelajaran terdapat relevansi antara tujuan
pembelajaran dengan keseluruhan komponen pembelajaran yang
diorganisasikan.
3) Model pembelajaran realistis. Model pembelajaran disesuaikan
dengan sumber daya dan dana yang tersedia.
1
4) Model pembelajaran mempertimbangkan kondisi sosial budaya
masyarakat, baik yang medukung maupun yang menghambat
pelaksanaan pembelajaran.
5) Model pembelajaran fleksibel. Meskipun berbagai hal terkait
dengan pelaksanaan rencana pembelajaran telah dipertimbangkan
sebaik-baiknya masih mungkin terjadi hal-hal yang di luar
perhitungan tersebut. Oleh karena itu, dalam mengembangkan
model pembelajaran perlu disediakan ruang gerak sebagai
antisipasi terhadap hal-hal yang terjadi di luar perhitungan model
pembelajaran.
d. Langkah-Langkah Pengembangan Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2016: 57) pada garis besarnya
mengembangkan model pembelajaran melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang ditetapkan
merupakan rincian umu, baik tujuan individual maupun tujuan
pokok.
2) Menetapkan standar keberhasilan. Standard keberhasilan
meliputi standar kualitas.
3) Menetapkan sistem evaluasi. Sistem evaluasi mencakup evaluasi
proses dan evaluasi hasil.
4) Menganalisis situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan yang
akan dicapai. Analisis diaksentuasikan pada pengungkapan
1
faktor-faktor penunjang dan penghambat tercapainya tujuan
pembelajaran.
5) Menetapkan kegiatan belajar yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar yang ditetapkan
sudah mempertimbangkan faktor-faktor penunjang dan
penghambat tercapainya tujuan pembelajaran melalui analisis
terhadap situasi dan kondisi yang terkait dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
6) Menetapkan urutan hirarki dari kegiatan belajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
7) Menetapkan alternatif kegiatan belajar lainnya untuk
mengantisipasi kemungkinan tidak efektif dan tidak efisiennya
kegiatan belajar yang telah ditetapkan itu.
8) Mengalokasikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
setiap kegiatan belajar.
e. Fungsi Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2016: 59) model pembelajaran berfungsi
sebagai alat komunikasi yang penting bagi guru. Para pencetus
konsep model pembelajaran khususnya Joyce, dkk., telah
mengklasifikasi instruksional, sintaksisnya, dan sifat lingkungan
belajarnya. Tujuan instruksionalnya merujuk student outcome yang
dirancang untuk dicapai oleh suatu model pembelajaran. penggunaan
model pembelajaran membantu guru mencapai tujuan tertentu.
1
Kegiatan belajar secara keseluruhan ditunjukkan dalam sintaks
model pembelajaran. Lingkungan belajar adalah konteks bahwa
semua tindakan pembelajaran harus dilaksanakan, termasuk tata cara
pemotivasian dan pengelolaan peserta didik.
Model pembelajaran menurut Suprijono (2016: 60)
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Membimbing guru memilih teknik, strategi, dan metode
pembelajaran untuk memanfaatkan secara efektif situasi dan
materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
2) Membawa perubahan perilaku peserta didik seperti yang
diharapkan.
3) Membantu menemukan cara yang berarti bagi terciptanya situasi
lingkungan yang menguntungkan bagi terlaksananya proses
pembelajaran.
4) Membantu terwujudnya interaksi belajar mengajar yang
diinginkan.
5) Membantu pengonstruksiakan kurikulum dan isi matapelajaran.
6) Membantu memilih dengan tepat bahan ajar untuk pelajaran.
7) Membantu merancang aktivitas/kegiatan pembelajaran yang
sesuai.
8) Membantu prosedur material untuk menghasilkan sumber materi
dan sumber belajar yang menarik dan efektif.
9) Merangsang pengembangan inovasi pendidikan.
1
10) Membantu pembentukan teori belajar.
11) Membantu terciptanya hubungan pengajaran dan pembelajaran
secara empiris.
2. Model Pembelajaran Kreatif Produktif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting untuk
dikembangkan. Kreativitas diperlukan dalam berbagai segi
kehidupan, dalam kehidupan bermasyarakat, dunia kerja,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Wena
(2014: 138) kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan
merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah.
Kreativitas dan produktivitas merupakan hal hal yang saling
berkaitan dan dalam proses pembelajaran hal tersebut harus
ditumbuhkan secara bersamaan.
Awalnya model pembelajaran kreatif produktif khusus
dirancang untuk pembelajaran apresiasi sastra. Namun pada
perkembangan kemudian, dengan berbagai modifikasi, model ini
dapat digunakan untuk pembelajaran berbagai bidang studi. Jika
pada awalnya model ini disebut sebagai strategi kreatif produktif
disebut dengan strategi strata. Kemudian menurut Wena (2014:
139), dengan berbagai starategi ini disebut dengan pembelajaran
kreatif produktif. Pembelajaran kreatif produktif merupakan
strategi yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai
1
pendekatan pembelajaran yang diasumsikan mampu
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Pendekatan
tersebut antara lain belajar aktif dan kreatif (CBSA) yang juga
dikenal dengan strategi inkuiri, pembelajaran konstruktif,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif.
Strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi yang
membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui
bagaimana cara memecahkan asalah dalam suatu penelitian
ilmiah. Tujuan utamanya adalah mengembangkan sikap dan
ketrampilan siswa yang memungkinkan mereka menjadi
pemecah masalah yang mandiri.
Pendekatan inkuiri didasarkan atas tiga pengertian, yaitu
siswa terlibat dalam kesempatan belajar dengan derajat “self
direction” yang tinggi; siswa dapat mengembangkan sikap yang
baik terhadap belajar, juga siswa dapat menjaga dan
menggunakan informasi untuk waktu yang lama (Ngalimun,
2017: 89).
Hosnan (2014: 270) mengemukakan konstruktif
merupakan proses pembelajaran yang menekankan terbangunnya
pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif
berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar
yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta,
konsep dan kaidah yang siap dipraktikkannya. Manusia harus
1
mengkonstruksikannya terlebih dahulu pengetahuan itu dan
memberikan makna melalui pengalaman nyata.
Pembelajaran kolaboratif menggambarkan suatu
perubahan signifikan dari pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Menurut
Hosnan (2014: 309). Pembelajaran kolaboratif dilandasi oleh
pemikiran bahwa kegiatan belajar hendaknya mendorong dan
membantu siswa untuk terlibat secara langsung membangun
pengetahuan sehingga mencapai pemahaman yang mendalam.
Pembelajaran kolaboratif biasanya siswa bekerja dalam suatu
kelompok, saling mencari pemahaman, penyelesaian atau arti,
atau membuat suatu produk.
Menurut Majid (2015: 174) pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6
orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Belajar secara berkelompok, selain dapat meningkatkan
motivasi dan minat siswa, juga dapat meningkatkan dan
mengembangkan cara berpikir kreatif. Hal ini terkait dengan
meningkatkan tanggung jawab siswa dalam belajar secara
1
berkelompok sehingga dapat menciptakan seseorang yang
berpikir kreatif. Pembelajaran ini diharapkan dapat menantang
siswa untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai re-kreasi
atau pencerminan pemahamannya terhadap masalah/topik yang
dikaji. Menurut Solihatin (2012: 161) model pembelajaran
kreatif produktif merupakan model yang dikembangkan dengan
mengacu kepada berbagai pendekatan pembelajaran yang
diasumsikan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil
belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas tentang model
pembelajaran kreatif produktif, maka peneliti menyimpulkan
bahwa model pembelajaran kreatif produktif merupakan model
pembelajaran yang mengajak siswa untuk membangun
pengetahuan awal yang dimiliki dari suatu konsep/masalah yang
sedang dikaji, kemudian mendorong siswa mencari dan
menemukan jawaban dari pengetahuan maupun pengalaman
langsung sehingga menghasilkan sesuatu yang baru atau re-
kreasi sebagai hasil dari pemahamannya. Model pembelajaran
kreatif produktif mengarahkan siswa untuk berpikir kreatif,
membentuk sikap tanggung jawab dan kerjasama dalam
pembelajaran yang dilakukan baik secara individual maupun
kelompok.
1
b. Karakteristik Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Pembelajaran kreatif produktif memiliki beberapa
karakteristik yang membedakannya dengan pembelajaran
lainnya. Menurut Suryosubroto (2009: 124) karakteristik
pembelajaran kreatif produktif antara lain sebagai berikut :
1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam
pembelajaran. Keterlibatan ini difasilitasi melalui pemberian
kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi dari
konsep bidang ilmu yang sedang dikaji serta menafsirkan
hasil eksplorasi tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk
menjelajahi berbagai sumber yang relevan dengan
topik/konsep/masalah yang sedang dikaji. Eksplorasi ini akan
meningkatkan siswa melakukan interaksi dengan lingkungan
dan pengalamannya sendiri, sebagai media untuk
mengkonstruksi pengetahuan.
2) Siswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri
konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan
dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi atau
percobaan.
Cara ini, konsep tidak ditransfer oleh guru kepada siswa, tetapi
dibentuk sendiri oleh siswa berdasarkan pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan
eksplorasi serta interpretasi. Siswa didorong untuk memberikan
1
makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap
fenomena yang sedang dikaji menjadi meningkat. Disamping
itu, siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang
terhadap topik/konsep/masalah yang sama, menggunakan
argumentasi yang relevan. Hal-hal ini merupakan salah satu
realisasi hakikat konstruktiviance dalam pembelajaran.
3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanggungjawab
menyelesaikan tugas bersama.
Kesempatan ini diberikan melalui kegiatan eksplorasi,
interpretasi dan rekreasi. Disamping itu, siswa juga mendapat
kesempatan untuk membantu temannya dalam menyelesaikan
satu tugas. Kebersamaan, baik dalam eksplorasi, interpretasi
serta rekreasi dan pemajangan hasil merupakan arena interaksi
yang memperkaya pengalaman.
4) Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja
keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.
Konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan
menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru
merasa bebas mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting
kurikulum. Guru mengajukan pertanyaan yang membuat siswa
berpikir keras, kemudian mengejar pendapat siswa tentang ide-
ide besar dari berbagai persepektif. Guru juga mendorong siswa
untuk menunjukkan/mendemonstrasikan pemahamannya tentang
1
topik-topik penting dalam kurikulum menurut caranya sendiri
menurut Black (dalam Suryosubroto, 2009: 126).
Karakteristik yang dimiliki model pembelajaran kreatif
produktif membantu guru menerapkan model ini didalam
pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif, tanggung jawab dan kerjasama
dalam menyelesaikan suatu masalah dalam pembelajaran.
c. Strategi Pembelajaran Kreatif Produktif
Kreativitas terkait langsung dengan produktivitas dan
merupakan bagian esensial dalam pemecahan masalah. Dalam
usaha mendorng agar siswa menjadi kreatif, dapat dilakukan degan
cara sebagai berikut:
1) Mengembangkan beberapa pemecahaan masalah yang kreatif
untuk suatu masalah;
2) Memberikan beberapa cara dalam memecahkan suatu masalah;
3) Membuat daftar beberapa kemungkinan solusi untuk suatu
masalah.
Dalam mengajari siswa agar menjadi kreatif, dapat dilakukan
dengan hal-hal berikut
1) Mengembangkan ide sebanyak-banyaknya;
2) Mengembangkan ide berdasarkan ide-ide orang lain;
3) Jangan member kritik pada saat pengembangan ide;
4) Mengevaluasi ide-ide yang telah ada;
1
5) Menyimpulkan ide yang terbaik.
Terimalah ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa. Hal terpenting
dalam tahap ini adalah menerima ide-ide siswa dan bantulah siswa
membangun ide-ide lebih cemerlang. Secara operasional hal ini
bias dilakukan dengan:
1) Memberi catatan tentang aspek yang positif dari ide;
2) Memberi catatan tentang aspek negatif dari ide; dan
3) Memberi catatan hal yang sangat menarik dari ide.
Namun, harus diakui bahwa antara kreativitas dan
produktivitas merupakan hal yang saling berkaitan dan dalam
proses pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara
bersamaan. Pembelajaran kreatif produktif merupakan strategi
yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai pendekatan
pembelajaran yang diasumsikan mampu meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar.
Strategi pembelajaran kreatif produktif memiliki beberapa
karakteristik yang membedakannya dengan strategi pembelajaran
lainnya. Karakteristik strategi pembelajaran kreatif produktif antara
lain sebagai berikut.
1) Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam
pembelajaran;
2) Siswa didorong untuk menemukan/mengonstruksi sendiri
konsep yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan
1
dengan berbagai cara seperti observasi, diskusi, atau
percobaan;
3) Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab
menyelesaikan tugas bersama;
4) Pada dasarnya untuk menjadi kreatif, seseorang harus bekerja
keras, berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.
Dengan mengacu pada karakteristik tersebut, strategi
pembelajaran kreatif produktif diasumsikan mampu memotivasi
siswa dalam melaksanakan kegiatan sehingga merasa tertantang
menyelesaikan tugas-tugas secara kreatif.
d. Langkah - langkah Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Ada lima langkah pembelajaran kreatif produktif. Lama
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap tahapan
pembelajaran tergantung pada jangkauan masalah yang
diselesaikan.
Menurut Wena (2014: 140), kegiatan pembelajaran dibagi
menjadi lima langkah yaitu orientasi, eksplorasi, interpretasi,
rekreasi dan evaluasi. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih
lanjut oleh para guru dengan berpegang pada hakikat setiap
langkah sebagai berikut :
1) Orientasi
Tahap ini di awali dengan orientasi untuk menyepakati
tugas dan langkah pembelajaran dalam hal ini guru
1
mengomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah
pembelajaran, hasil akhir yang diharapkan dari siswa, serta
penilaian yang diterapkan. Tahap orientasi sangat penting
dilakukan pada awal pembelajaran, karena dapat memberi arah
dan petunjuk bagi siswa tentang kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan. Pada kesempatan ini siswa diberi kesempatan
untuk mengungkapan pendapat tentang langkah/cara kerja serta
hasil akhir yang diharapkan serta penilaian. Dalam tahap ini
terjadi negoisasi antara siswa dan guru tentang aspek-aspek
tahap ini, siswa tersebut, namun pada akhirnya diharapkan
terjadi kesepakatan antara guru dan siswa.
2) Eksplorasi
Tahap ini, siswa melakukan eksplorasi terhadap
masalah/konsep yang dikaji. Eksplorasi dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti membaca, melakukan observasi,
wawancara, melakukan percobaan, browsing lewat internet dan
sebagainya. Melalui kegiatan eksplorasi siswa akan dirangsang
untuk meningkatkan rasa ingin tahunya (curiosity) dan hal
tersebut dapat memacu kegiatan belajar selanjutnya. Kegiatan
ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Waktu
untuk eksplorasi disesuaikan dengan luasnya cakupan
bidang/bahasan yang akan dibahas. Agar eksplorasi terarah,
1
guru harus membuat panduan singkat, yang memuat tujuan,
waktu, materi, cara kerja serta hasil akhir yang diharapkan.
3) Interpretasi
Tahap ini hasil eksplorasi diinterpretasikan melalui
kegiatan analisis, diskusi, tanya jawab, atau bahkan berupa
percobaan kembali, jika memang hal itu diperlukan kembali.
Tahap interpretasi sangat penting dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran karena melalui tahap interpretasi siswa didorong
untuk berpikir tingkat tinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi)
sehingga terbiasa dalam memecahkan masalah meninjau dari
berbagai aspek. Interpretasi sebaiknya dilakukan pada jam tatap
muka. Jika eksplorasi dilakukan oleh kelompok, setiap
kelompok selanjutnya diharuskan menyajikan hasil
pemahamannya di depan kelas dengan cara masing-masing,
diikuti tanggapan oleh siswa lain. Pada akhir tahap ini
diharapkan semua siswa sudah memahami
konsep/topik/masalah yang dikaji.
4) Re-kreasi
Tahap ini siswa ditugaskan untuk menghasilkan sesuatu
yang mencerminkan pemahamannya terhadap
konsep/topik/masalah yang dikaji menurut kreasinya masing-
masing. Pada setiap akhir suatu pembelajaran, sebaiknya siswa
dituntut untuk mampu menghasilkan sesuatu sehingga apa yang
1
telah dipelajarinya menjadi bermakna, lebih-lebih untuk
memecahkan masalah yang sering dijumpai pada kehidupan
sehari-hari. Re–kreasi dapat dilakukan secara individual atau
kelompok sesuai dengan pilihan siswa. Hasil re-kreasi
merupakan produk kreatif sehingga dapat dipresentasikan,
dipajang atau ditindak lanjuti.
5) Evaluasi
Menurut Wena (2014: 142) evaluasi dilakukan selama
proses pembelajaran dan pada akhir pembelajaran. Selama
proses pembelajaran evaluasi dilakukan dengan mengamati
sikap dan kemampuan berpikir siswa. Hal-hal yang dinilai
selama proses pembelajaran adalah kesungguhan mengerjakan
tugas, hasil eksplorasi, kemampuan berpikir kritis dan logis
dalam memberikan pandangan/argumentasi, kemampuan untuk
bekerja sama dan memikul tanggung jawab bersama.
Sedangkan evaluasi pada ahkir pembelajaran adalah evaluasi
terhadap produk kreatif yang dihasilkan oleh siswa. Kriteria
penilaian dapat disepakati bersama pada waktu orientasi.
Menurut Wena (2014: 143) secara operasional kegiatan guru
dan siswa selama proses pembelajaran dapat digambarkan
sebagai berikut.
1
Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa Selama
Proses Pembelajaran
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan siswa
1 Orientasi Mengkomunikasikan
tujuan, waktu,
langkah
pembelajaran, hasil
yang diharapkan dan
penilaian.
Menanggapi/
mendiskusikan
langkah
pembelajaran,
hasil yang
diharapkan dan
penilaian.
2 Eksplorasi Fasilitator,
motivator,
mengarahkan dan
memberi bimbingan
belajar.
Membaca,
melakukan
observasi,
wawancara,
melakukan
percobaan,
browsing lewat
internet, dan
sebagainya
3 Interpretasi Membimbing,
fasilitator,
mengarahkan
Analisis,
diskusi, tanya
jawab atau
berupa
1
percobaan
kembali
4 Re-kreasi Membimbing,
mengarahkan,
memberi dorongan,
menumbuhkembang
kan daya cipta
Mengambil
kesimpulan,
menghasilkan
sesuatu/produk
baru
5 Evaluasi Mengevaluasi,
memberi balikan
Mendiskusikan
hasil evaluasi
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran
kreatif produktif dimulai dari menyampaikan tujuan dan
langkah-langkah pembelajaran serta hasil akhir dan penilaian
yang akan dilakukan (orientasi), mengarahkan dan
memberikan bimbingan belajar menggunakan sumber belajar
(eksplorasi), memfasilitasi proses diskusi baik secara
individual maupun kelompok (interpretasi), mengarahkan
siswa untuk menghasilkan produk baru dari hasil
pemahamannya (re-kreasi), dan mengevaluasi proses
pembelajaran (evaluasi).
1
e. Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kreatif
Produktif
Kelebihan model pembelajaran kreatif produktif menurut
artikel Gemmadeo (2011) adalah model pembelajaran yang
mencerminkan kekuatannya sebagai kelompok model yang
berfokus pada kebutuhan siswa, sesuai dengan paradigma student
centered learning, sebagai berikut.
1) Dalam setiap tahap kegiatan, siswa terlibat secara aktif, baik
intelektual maupun emosional.
2) Di samping mencapai dampak instruksional, perstrukturan
kegiatan dalam model ini memungkinkan terbentuknya
dampak pengiring.
3) Melalui tahap-tahap kegiatan dalam model pembelajaran
kreatif produktif ini, siswa mendapat kesempatan untuk
berinteraksi langsung dengan sumber belajar sehingga
kesempatan untuk membentuk pengetahuan sendiri terbuka
lebar.
4) Melalui kegiatan re-kreasi, kreativitas terpacu untuk
menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan pemehaman
mereka terhadap konsep yang sedang dikaji.
5) Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan sepanjang
kegiatan memungkinkan dilakukannya penilaian secara utuh
1
dan komprehensif, di samping siswa mendapat kesempatan
untuk menampilkan pemahamannya dalam berbagai bentuk.
Menurut Solihatin (2012: 167) model pembelajaran kreatif dan
produktif ini juga tidak terlepas dari kelemahan disamping
kekuatan yang dimilikinya. Kelemahan tersebut, antara lain terkait
dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam model
pembelajaran seperti ini karena memang sangat berbeda dari
pembelajaran tradisional. Guru yang terbiasa menyampaikan
semua materi melalui ceramah, mungkin memerlukan waktu untuk
dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Siswa
juga yang terbiasa mendengarkan penjelasan yang diberikan guru
harus mengubah kebiasaan tersebut menjadi aktif mencari sumber
belajar yang dibutuhkan.
Jika dicermati, kelemahan yang telah diuraikan sebenarnya
bukan merupakan kelemahan model pembelajaran kreatif
produktif, tetapi model ini baru muncul ketika model ini diterapkan
dan mengacu kepada ketidaksiapan lingkungan. Jika kelemahan
dapat diminimalkan, maka kekuatan model ini akan membuahkan
proses dan hasil belajar yang diharapkan sekaligus meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Berdasarkan teori di atas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa langkah-langkah model pembelajaran kreatif produktif
dimulai dari menyampaikan tujuan dan langkah-langkah
1
pembelajaran serta hasil akhir dan penilaian yang akan dilakukan
(orientasi), mengarahkan dan memberikan bimbingan belajar
menggunakan sumber belajar (eksplorasi), memfasilitasi proses
diskusi baik secara individual maupun kelompok (interpretasi),
mengarahkan siswa untuk menghasilkan produk baru dari hasil
pemahamannya (re-kreasi), dan mengevaluasi proses pembelajaran
(evaluasi).
f. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Model
Pembelajaran Kreatif Produktif
Pemilihan metode dan mengajar harus mengandung dampak
langsung (intruksional) dan dampak pengiring (nurturant effects).
Dampak intruksional merupakan tujuan yang secara langsung akan
dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran (satuan pelajaran)
yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan belajar
mengajar. Sedangkan dampak pengiring merupakan hasil
pengajaran yang hasilnya akan berpengaruh kepada siswa dan akan
mengiringi atau menyertai belakangan. Dampak pengiring ini
berkaitan dengan effective domain (sikap dan nilai).
Dampak intruksional yang dapat dicapai melalui model
pembelajaran kreatif dan produktif menurut Solihatin (2012: 163-
164) antara lain :
1) Pemahaman terhadap suatu nilai, konsep atau masalah tertentu
2) Kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, serta
1
3) Kemampuan mengkreasikan sesuatu berdasarkan pemahaman
tersebut.
Dampak pengiring (nurturant effect), melalui model
pembelajaran kreatif produktif diharapkan dapat dibentuk
kemampuan berpikir kritis kreatif, bertanggung jawab serta
bekerja sama, yang kesemuanya merupakan tujuan pembelajaran
jangka panjang. Tentu saja dampak pengiring hanya mungkin
terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati berbagai
kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara
memadai. Hal tersebut akan tercapai, jika model pembelajaran ini
diterapkan secara benar dan memadai.
3. BARANG BEKAS
a. Pengertian Barang Bekas
Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia “barang” diartikan
sebagai benda yang berwujud, sedangkan arti kata “bekas” adalah sisa
habis dilalui, sesuatu yang menjadi sisa dipakai. Jadi dapat
disimpulkan bahwa brang bekas adalah benda yang sudah pernah
dipakai baik sekali maupun lebih dari satu kali.
b. Jenis-jenis Barang Bekas
Apabila dilihat secara umum barang bekas selalu ada pada
setiap individu, baik itu dari anak kecil sampai kepada orang tua. Dari
beragam macam barang bekas yang ada disekitar kita, ada sebagian
1
orang yang menjadikan itu sebagai lahan investasi atau bisnis bagi
kehidupannya sehari-hari. Namun hanya sedikit orang-orang tersebut
melakukan kegiatan tersebut, masyarakat lebih memilih bersifat
sederhana hanya mengelola, mengubah, menjual kembali dan
memberikan kepada orang yang membutuhkan.
Adapun jenis-jenis barang bekas adalah sebagai berikut:
1) Kain/kulit, seperti : pakaian, sepatu, dan tas
2) Besi, seperti : perabot rumah tangga
3) Kardus, plastik, kaca, kertas dan lain-lain.
Masih banyak jenis-jenis barang bekas yang ada di lingkungan
sekitar. Keseluruhan jenis barang yang ada apabila habis kegunaannya
atau bisa diambil manfaatnya kembali, maka itulah disebut dengan
barang bekas.
Pada dasarnya barang bekas yang mereka kumpulkan
mempunyai nilai-nilai kegunaan dan manfaat, bahkan beberapa ahli
membagi beberapa jenis-jenis barang bekas tersebut dari segi
harganya, segi kualitasnya, segi manfaatnya, bahkan segi nilai
ekonominya di industri.
c. Pengolahan Barang Bekas
Banyak yang mengangap barang-barang yang sudah dipakai
tersebut sisanya tidak bermanfaat dan dibuang begitu saja. Namun,
tahukah kita bagi sebagian orang, barang bekas itu justru menjadi
sumber insiprasi, tidak hanya menjadi sumber insiprasi, barang bekas
1
juga dapat digunakan kembali atau dimanfaatkan kembali untuk
kebutuhan-kebutuhan sehari-hari. Adapun yang menjadikannya
sebagai sumber rupiah. Kebanyakan orang yang bermata pencaharian
mengumpulkan barang bekas untuk kemudian dijual dan dimanfaatkan
kembali.
Pengelohan barang bekas sangat beragam, dilihat dari
perkembangan penggunaan barang-barang yang secara terus menurus
dan tidak diimbangi dengan pengelolaan secara maksimal
mengakibatkan semakin bertumpuknya barang bekas yang berada pada
lingkungan sekitar. Meningkatnya produksi barang bekas setiap
tahunnya butuh berbagai upaya dari semua pihak, terutama pada diri
individu sendiri dengan adanya kesadaran untuk memanfaatkannya
kembali atau dapat dikelola dengan bijak.
Disamping itu, kita melihat barang bekas bisa dijadikan sebuah
investasi dan bisnis yang berharga dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila kita mengumpulkan dan membuat sebuah list (daftar) nama-
nama barang bekas yang kita miliki, baik itu kapan barang itu dibeli
pertama kali atau siapa yang menciptakan barang tersebut. Pasti kita
mengetahui seberapa besar mutu, kualitas dan nilai jual barang bekas
tersebut. Misalnya jika ternyata dari hasil pencatatan tersebut
ditemukan sebuah barang elektronik namun tidak memiliki nilai
historis, maka barang tersebut digolongkan tidak memiliki nilai jual
yang tinggi. Berikanlah keterangan pada semua barang yang telah
1
tercatat. Kadangkala ada barang yang kita tidak perlu melakukan
sentuhan apapun tetapi memiliki nilai jual yang tinggi, namun juga
ditemukan barang yang bisa memiliki nilai jual yang tinggi apabila
dilakukan retouching (pengolahan kembali). Jika seandainya
memerlukan biaya saat retouching barang tersebut, usahakan biayanya
seminim mungkin.
Hal-hal seperti ini harus diperhatikan kembali. Jika ternyata di
rumah kita tidak terdapat barang bekas yang memiliki nilai jual yang
tinggi, maka tidak usah khawatir karena di lingkungan sekitar rumah
kita pun pasti ada, jika pun tetap tidak ada kita bisa membelinya dari
orang-orang yang memerlukan uang, namun tidak mengetahui nilai
ekonomis barang bekas yang dijual. Biasanya kita akan mendapatkan
harga yang sangat murah. Contoh barang bekas yang bisa kita jadikan
alternatif investasi adalah lukisan, uang kuno, perangko lama, barang
antik dan masih banyak yang sejenisnya. Kategori barang penulis
sebutkan diatas, semakin lama akan memiliki nilai historis yang makin
tinggi sehingga harganya pun semakin mahal. Namun, ada juga barang
bekas yang bisa dijadikan investasi jangka pendek (1-6 bulan),
misalkan oli bekas, pakaian bekas, spanduk bekas, sampul bekas dan
masih banyak barang sejenis yang lain. Untuk kategori ini, kita
memerlukan biaya untuk melakukan retouching agar barang tersebut
memiliki nilai lebih sehingga kita bisa menjualnya lebih mahal.
1
Cara untuk mengelola barang bekas tersebut harus disesuaikan
dengan jenis barang bekasnya, seperti barang bekas jenis plastik,
plastik berdampak negatif terhadap lingkungan karena tidak dapat
terurai dengan cepat dan dapat menurunkan kesuburan tanah. Plastik
yang dibuang sembarangan juga dapat menyumbat saluran drainase,
selokan dan sungai sehingga menyebabkan banjir. Selain itu apabila
plastik yang dibakar dapat mengeluarkan zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan manusia.
Oleh karena itu kebanyakan plastik dapat dirubah menjadi
sesuatu kreatifitas yang dapat menghasilkan uang, apalagi pada zaman
sekarang sudah banyak yang mengelola plastik untuk membuat tas
anyaman, pot bunga, hiasa dan aneka pernak-pernik lainnya dengan
beragam warna dan bentuk. Barang-barang bekas seperti inilah yang
bisa dikelola untuk menjadi sumber penghidupan atau menghasilkan
uang.
Adapun jenis barang bekas lainnya yaitu berupa kertas, kaca,
besi, kain dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk media
pembelajaran atau alat permainan edukatif untuk menunjang
berlangsungnya pembelajaran apabila terdapat keterbatasan fasilitas
maupun untuk menunjang tingkat kratif peserta didik.
Berikut ini merupakan media pembelajaran sederhana yang
memanfaatkan barang bekas:
1
Gambar 2.1 Lup Sederhana dari Plastik Bekas
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
Gambar 2.2 Periskop Sederhana dari Barang Bekas
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
1
Gambar 2.3 Percobaan Penerapan Materi Dispersi Cahaya
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
5. KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF
a. Berpikir Kreatif
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami
seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi
yang harus dipecahkan. Menurut Madhi (2009: 21-28) makna berpikir
adalah berusaha menambah ilmu, pengetahuan, dan pengalaman, yang
selanjutnya akan menumbuhkan kekuatan untuk mengubah perilaku
dan mengontrol semua tindakan. Berpikir adalah fitrah dalam diri
semua orang, yang mau berkembang, memperbaiki diri, dan mengubah
1
dirinya. Berpikir bukanlah tindakan acak dan serampangan, bukan pula
permainan undian nasib. Berpikir pada masa kita sekarang ini sudah
menjadi jalan hidup yang memiliki kaidah, asas, pokok, dan rukunnya.
Berpikir itu menumbuhkan dalam diri manusia kemampuan untuk
menganlisis dan merangkai, yang memungkinkan seseorang bekerja
secara sistematis dalam menyelesaikan masalah, menjawab tantangan,
dan mengambil keputusan. Tahapan usia akan ikut membentuk pola
pikir manusia, bagaimana seseorang mendapatkan pendidikan dan
melewati fase pertumbuhannya, mendapatkan pengajaran dan
pengetahuan, bagaimana menjalin koneksi dan komunikasi, serta apa
saja yang telah dialaminya, baik peristiwa positif maupun negatif.
Semua variabel itu akan menyusun dan membentuk pandangan dan
pendapatnya, yang selanjutnya hal itu akan menjadi pegangannya
sepanjang hayat. Sebagaimana berpikir merupakan pengetahuan, ilmu,
dan manhaj, berpikir juga merupakan pengajaran, seni, dan
profesionalitas. Pemikiran akan memengaruhi lingkungan orang yang
tumbuh di sana. Ada lingkungan yang kondusif untuk berpikir, tetapi
ada pula lingkungan yang mematikan, membinaskan, dan membatasi
pemikiran.berpikir positif yang sehat dan lurus adalah bersikap optimis
dengan segala makna yang dikandung oleh kata ini. Optimis adalah
memanadang segala sesuatu yang indah. Segala sesuatu meninggalkan
kesan yang lebih mendalam dalam diri kita, dalam kehidupan kita
sehari-hari, serta kehidupan masa depan.
1
Adapun fungsi berpikir adalah membawa banyak manfaat bagi
kita sebagai kaum muda dalam menghadapi kehidupan kita sehari-hari,
dalam mencari jawaban dan solusi yang tepat untuk setiap
permasalahan. Berpikir tantang benda, fenomena, manusia, dan situasi,
akan berunjung pada hasil yang berbeda-beda, sesuai dengan karakter
data, eksistensinya, dan jenisnya, serta sesuai dengan kemampuan akal
dan kemampuan untuk menyelesaikannya (Madhi, 2009: 133).
Terdapat bermacam-macam cara berpikir, antara lain: berpikir vertikal,
lateral, kritis, analitis, kreatif dan strategis. Pada penelitian ini akan
difokuskan pada berpikir kreatif. Menurut Supardi (2015: 255) upaya
menjadi kreatif berkaitan dengan antusiasme dan gairah yang dikenal
sebagai faktor substansial pada tingkat puncak kerja. Akan tetapi,
banyak orang yang mengabaikan kreativitas sebab dia tidak menyadari
manfaat dari kreativitas. Istilah kreativitas atau daya cipta sering
digunakan di lingkungan sekolah, perusahaan maupun lingkungan
lainnya. Dalam situasi pendidikan, proses belajar mengajar merupakan
salah satu dari bentuk kegiatan kreatif. Melalui proses belajar
mengajar, kreativitas siswa dapat dipupuk dan dikembangkan.
Kreativitas siswa dapat muncul sewaktu-waktu pada sembarang
tempat, oleh karena itu perlu dilatih agar kemunculannya tidak
sewaktu-waktu pada sembarang tempat, tetapi kreativitas ini muncul
pada waktu menghadapi permasalahan. Kreativitas adalah suatu
kemampuan, yaitu kemampuan untuk membayangkan atau
1
menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan untuk membangun ide-
ide baru dengan mengkombinasikan, merubah, menerapkan ulang ide-
ide yang sudah ada; suatu sikap, yaitu kemampuan menerima
perubahan dan pembaruan, kemauan untuk bermain dengan ide dan
kemungkinan untuk fleksibilitas pandangan, kebiasaan menikmati
sesuatu dengan baik, ketika mencari cara untuk mengimprovisasi ide
tersebut; suatu proses, yaitu orang kreatif bekerja keras dan terus
menerus, sedikit demi sedikit membuat perubahan dan perbaikan
terhadap pekerjaannya.
Pemikiran kreatif terwujud dengan adanya beberapa sistem dan
pola pandang dan mewakili salah satu kondisi otak, serta tampak
sebagai suatu pemikiran yang di arahkan oleh keinginan-keinginan
dalam mencari orisinalitas dan sesuatu yang benar-benar asli. Jadi,
pemikiran kreatif merupakan pemikiran yang disandarkan kepada
gerakan nilai-nilai. Artinya dalam kreativitas tersebut, pemikiran
dirinya tampak dominan, dengan tampak menghilangkan obyektifitas
secara keseluruhan. Pemikiran ini tampak jelas dalam upaya-upaya
penemuan, dan yang menuntut fleksibilitas, serta bergantung kepada
keberagaman. Sehingga, pemikiran kreatif ini meyerupai pemecahan
masalah, karena pemecahan masalah itu berarti uasaha mencapai
produksi kreatif, dan inilah yang dimaksud dalam pemikiran kreatif.
Selain itu, pemikiran kreatif juga bergantung kepada beberapa
proses kerja akal yang utama. Seperti kreativitas pemikiran-pemikiran,
1
taktik, dan pembatasan masalah. Dalam beberapa tempat, pemikiran
kreatif menggunakan strategi dalam menyelesaikan permasalahan,
mengambil keputusan, dan menciptakan suatu pemahaman. Menurut
Rahmawati (2015: 27) kreativitas pada intinya merupakan kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi
dari hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan
apa yang telah ada sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kreativitas adalah produk dari berpikir kreatif yang dapat
menghasilkan sesuatu yang baru dan dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah. Baru yang dimaksud bukan hanya dari yang tidak
ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah
ada.
b. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan
dengan memahami proses berpikir kreatifnya dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya serta melalui latihan yang tepat. Kemampuan
berpikir kreatif seseorang dapat ditingkatkan dari satu tingkat ke
tingkat yang lebih tinggi dengan cara memahami proses berpikir, dan
faktor-faktornya serta melalui latihan. Berdasarkan pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan berpikir kreatif
seseorang dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat selanjutnya.
1
Menurut Madhi (2009: 135-136) berpikir memiliki karakter sebagai
berikut :
1) Berpikir itu perilaku yang memiliki tujuan, tidak muncul di waktu
senggang tanpa tujuan.
2) Berpikir itu perilaku evolutif, bertambah secara bertahap seiring
dengan pertambahan usia serta bertambahnya pengalaman.
3) Berpikir efektif adalah berpikir yang berbasis pada data paling
valid yang bisa didapatkan.
4) Kesempurnaan dalam berpikir adalah sesuatu yang tidak mungkin
didapatkan dalam realitas, sedangkan berpikir efektif merupakan
tujuan yang dapat dicapai secara bertahap.
5) Aktivitas berpikir terbentuk dari intervensi unsur-unsur yang
meliputinya, yang terdiri dari waktu (amasa berpikir, situasi dan
kondisis, serta tema yang menjadi sentral dari aktivitas berpikir itu.
6) Aktivitas berpikir itu memunculkan berbagai tipe (tipe ucapan,
simbolik, mekanik, dan seterusnya).
Menurut Madhi (2009: 136-137) dalam tingkatnya berpikir dibagi
menjadi dua diantaranya :
1) Berpikir tingkat dasar atau berpikir tingkat rendah
Berpikir tingkat dasar mengandung sejumlah keahlian diantaranya
pengetahuan (seseorang mengusahakannya dan mengingatnya),
mengamati, membandingkan, dan menyusunnya. Semua itu adalah
1
keahlian yang harus ada sebelum seseorang dapat berpindah
menuju tingkat berpikir kompleks.
2) Berpikir kompleks atau yang memiliki tingkat kesulitan tinggi
Adapun berpikir kompleks memiliki karakter yaitu metode berpikir
ini tidak memungkinkan seseorang untuk mampu menentukan
suatu perencanaan dengan jelas dan memadai, membuat solusi
masalah yang kompleks dan pihak, mengandung keputusan hukum,
menggunakan standar yang beragam, memerlukan kerja keras,
membangun moral untuk menghadapi situasi tertentu.
Liliawati dan Puspita (2010: 425) mengatakan bahwa keterampilan
berpikir kreatif adalah keterampilan kognitif untuk memunculkan dan
mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari
ide yang telah lahir sebelumnya dan keterampilan untuk memecahkan
masalah secara divergen (dari berbagai sudut pandang). Kemampuan
berpikir kreatif seorang dapat ditingkatkan dengan cara seorang
tersebut lebih memahami proses berpikir kreatifnya dari berbagai
faktor yang ada, juga serta melakukan latihan yang tepat.
Terdapat empat indikator dari berpikir kreatif yaitu:
1
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berfikir Kreatif
No Indikator Keterangan Indikator
1. Kelancaran
(fluency)
Kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
2. Keluwesan
(fleksibility)
Kemampuan untuk mengemukakan bermacam-
macam pemecahan.
3. Keaslian
(originality)
Kemampuan memberikan gagasan yang relatif
baru dan jarang diberikan kebanyakan orang.
4. Elaborasi
(elaboration)
Kemampuan merinci secara detail jawaban
yang dibuat.
Sumber: Rahmazatullaili (2017: 171)
6. MATERI CAHAYA DAN ALAT OPTIK
a. Sifat-sifat Cahaya
Cahaya memiliki sifat antara lain; dapat merambat lurus, dapat
dipantulkan, dapat dibiaskan, dapat dilenturkan, dapat digabungkan, dapat
merambat dalam ruang hampa, dan memiliki kecepatan 300.000.000 m/s.
1
1) Cahaya Merambat Lurus
Gambar 2.4 Keberadaan Bayang-Bayang Merupakan
Bukti Bahwa Cahaya Merambat Lurus
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Kamu melihat suatu berkas cahaya lurus. Jika sebuah benda
memasuki berkas tersebut, maka benda tersebut menghalangi
sebagian cahaya tersebut dan dihasilkan sebuah bayang-bayang.
Cahaya tidak membelok di sekitar benda tersebut.
Bayang-bayang merupakan suatu daerah gelap yang terbentuk
pada saat sebuah benda menghalangi cahaya yang mengenai suatu
permukaan. Kamu dapat melihatnya pada Gambar 2.3 Jika sumber
cahaya cukup besar, bayang-bayang sering terdiri dari dua bagian.
Apabila cahaya tersebut terhalang seluruhnya, terbentuklah umbra,
yaitu bagian pertama bayang-bayang yang sangat gelap. Daerah di
luar umbra menerima sebagian cahaya, terbentuklah penumbra, yaitu
1
bagian kedua bayang-bayang yang terletak di luar umbra dan tampak
berwarna abu-abu kabur.
2) Pemantulan Cahaya
Gambar 2.5 Melihat Bayanganmu Sendiri di Cermin
Merupakan Contoh Pemantulan Cahaya
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Sesaat sebelum kamu berangkat sekolah, kamu mungkin
menyempatkan bercermin sejenak untuk melihat penampilanmu. Agar
kamu dapat melihat bayanganmu dicermin, cahaya harus terpantul
darimu, mengenai cermin, dan dipantulkan kembali oleh cermin ke
dalam matamu. Pemantulan cahaya terjadi ketika cahaya mengenai
suatu benda dan dipantulkan oleh benda tersebut. Gambar 2.4
menunjukkan sebuah contoh pemantulan.
3) Hukum Pemantulan
Berkas sinar yang mengenai cermin disebut sinar datang.
Sedangkan berkas sinar yang meninggalkan cermin disebut sinar
pantul. Sebuah garis putus-putus yang digambar tegak lurus
permukaan cermin disebut garis normal. Sudut yang dibentuk oleh
1
sinar datang dan garis normal disebut sudut datang, yang
dilambangkan dengan i. Sedangkan sudut yang dibentuk oleh sinar
pantul dan garis normal disebut sudut pantul, yang dilambangkan
dengan r. Hukum pemantulan menyatakan bahwa sudut datang sama
dengan sudut pantul. Setiap cahaya yang dipantulkan, apakah
dipantulkan dari sebuah cermin, aluminium foil, atau bulan mengikuti
hukum pemantulan tersebut.
Hukum Pemantulan Cahaya (Hukum Snellius)
Gambar 2.6 Setiap Cahaya yang Dipantulkan oleh Benda
Mengikuti Hukum Pemantulan
Sumber: (Zubaidah: 2014)
4) Jenis Pemantulan
Pemantulan teratur
Gambar 2.7 Jalan Sinar pada Pemantulan Teratur
Sumber: (Zubaidah: 2014)
1
Pemantulan baur
Gambar 2.8 Jalan Sinar pada Pemantulan Baur
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Mengapa kamu dapat melihat pantulanmu atau bayanganmu
pada cermin? Mengapa kamu tidak dapat melihat pantulanmu atau
bayanganmu pada dinding? Pada kedua kasus tersebut cahaya
dipantulkan dari suatu permukaan. Jawabannya terletak pada
bagaimana cahaya itu dipantulkan. Jenis permukaan yang dikenai
cahaya menentukan jenis pemantulan yang dihasilkan.
Cermin mempunyai permukaan halus. Semua sinar yang
mencapai permukaan cermin datang dengan sudut yang sama
sehingga sinar itu juga dipantulkan pada sudut yang sama. Jenis
pemantulan ini disebut pemantulan teratur. Ini serupa dengan bola
yang memantul dari lantai datar , ditunjukkan Gambar 2.8 Permukaan
suatu dinding tidak benar-benar halus. Ini mungkin mengherankan
kamu karena boleh jadi kamu berpikir bahwa kebanyakan dinding
memiliki permukaan halus. Jika kamu memperbesar permukaan suatu
dinding, kamu akan melihat bahwa permukaan itu kasar dan tidak
teratur. Karena permukaan dinding tidak halus, tiap-tiap sinar
1
mencapai permukaan tersebut dengan sudut berbeda. Tiap-tiap sinar
masih mematuhi hukum pemantulan. Sehingga, tiap-tiap sinar
tersebut dipantulkan pada sudut yang berbeda. Jadi cahaya yang
dipantulkan itu dihamburkan kesegala arah. Cahaya yang dipantulkan
yang tersebar kebanyak arah yang berbeda dikarenakan suatu
permukaan tidak teratur disebut pemantulan baur. Gambar 2.8
memperlihatkan pemantulan baur.
Meskipun pemantulan baur tidak dikehendaki untuk melihat
bayanganmu, pemantulan baur itu penting. Seandainya sinar matahari
tidak dihamburkan ke segala arah oleh permukaan tidak rata dan
partikel-partikel debu diudara, kamu hanya akan dapat melihat benda-
benda yang terkena sinar matahari langsung. Segala sesuatu yang
terlindung di bawah pohon atau berada di dalam rumah akan tidak
terlihat karena berada dalam tempat gelap gulita. Di samping itu,
cahaya sinar matahari akan begitu kuat sehingga kamu akan
mengalami kesulitan dalam penglihatan.
b. Pembiasan Cahaya
Gelombang-gelombang cahaya normalnya merambat dalam garis
lurus. Apabila gelombang-gelombang cahaya itu bergerak dari satu jenis
zat ke jenis zat yang lain, seperti dari udara ke air, kecepatan gelombang
cahaya itu berubah. Bagaimana arah rambat cahaya, apabila cahaya
merambat dari satu jenis zat ke jenis zat lain, seperti dari udara menuju ke
air?
1
Gambar 2.9 Pembiasan Menyebabkan Tongkat di Dalam
Akuarium Terlihat Patah
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Pembelokan ini disebabkan cahaya itu merambat melewati zat-zat
yang berbeda dan berubah kelajuannya. Pembelokan cahaya itu disebut
pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya adalah pembelokan gelombang
cahaya yang disebabkan oleh suatu perubahan dalam kelajuan gelombang
cahaya pada saat gelombang cahaya tersebut merambat dari satu zat ke zat
lainnya.
1) Indeks Bias
Setiap medium mempunyai suatu indeks bias tertentu, yang
merupakan suatu ukuran seberapa besar suatu bahan membiaskan
cahaya. Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kelajuan cahaya di
udara dengan kelajuan cahaya di dalam zat tersebut. Kelajuan cahaya
di udara selalu lebih besar daripada di dalam zat lain. Oleh karena itu,
indeks bias zat selain udara selalu lebih besar daripada satu. Semakin
besar indeks bias suatu zat, semakin besar cahaya dibelokkan oleh zat
1
tersebut. Besarnya pembiasan juga bergantung pada panjang
gelombang cahaya. Dalam spektrum cahaya tampak, panjang
gelombang cahaya bervariasi dari gelombang merah yang terpanjang
sampai gelombang ungu yang terpendek.
2) Dispersi Cahaya
Pernahkah kamu melihat pelangi di langit? Apakah warna-
warna dalam pelangi tersebut? Bagaimanakah terjadinya warna-warna
dalam pelangi itu? Jika kamu pernah melihat pelangi, berarti kamu
pernah melihat suatu contoh peristiwa dispersi cahaya. Dispersi
cahaya merupakan peristiwa terurainya cahaya putih menjadi warna-
warna spektrum.
Gambar 2.10 Cahaya Putih Diuraikan Menjadi Warna-Warna
Pelangi pada Saat Cahaya Putih Melalui Sebuah Prisma
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Gambar 2.10 menunjukkan apa yang terjadi ketika cahaya
putih melalui sebuah prisma. Prisma segitiga membiaskan cahaya
dua kali. Pertama, pada saat cahaya masuk ke dalam prisma dan
kedua pada saat cahaya keluar dari prisma dan keluar ke udara.
Oleh karena cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek
1
dibiaskan lebih besar daripada cahaya dengan panjang gelombang
lebih panjang, maka warna ungu dibelokkan paling besar. Warna
cahaya manakah yang kamu harapkan dibelokkan paling kecil?.
Sebagai hasil dari pembiasan yang berbeda-beda tersebut,
warna-warna yang berbeda dipisahkan ketika warna-warna tersebut
keluar dari prisma. Apakah cahaya yang meninggalkan prisma
mengingatkan kamu pada sebuah pelangi? Sama halnya dengan
prisma, titik-titik hujan juga membiaskan cahaya. Pembiasan
cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda dapat
menyebabkan cahaya putih dari matahari terurai menjadi warna-
warna tunggal spektrum cahaya tampak.
Isac Newton mengemukakan bahwa sesungguhnya cahaya
putih mengandung semua dari tujuh warna yang terdapat pada
pelangi. Berdasarkan urutan penurunan panjang gelombang, maka
warna-warna yang seharusnya kamu lihat pada pelangi adalah
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
3) Hukum Pembiasan
Tentunya kamu sudah dapat menyebutkan contoh kejadian
sehari-hari yang dapat dijelaskan dengan konsep pembiasan. Dasar
kolam tampak lebih dangkal dari sebenarnya, sebatang pensil yang
dicelupkan ke dalam air tampak bengkok, merupakan contoh
kejadian sehari-hari yang berkaitan dengan terjadinya pembiasan
cahaya.
1
Gambar 2.11 Lintasan Sinar Berbagai Sudut Datang dari
Udara ke Kaca
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Orang pertama yang menemukan bahwa terdapat
perbandingan yang tetap antara proyeksi sinar datang dengan
proyeksi sinar bias itu adalah seorang ilmuwan Belanda bernama
Snellius. Nilai perbandingan tersebut dikenal dengan nama indeks
bias, dan dinyatakan dengan lambang n. Jadi, untuk sinar dari
udara ke kaca, indeks bias kaca adalah:
Sinar datang masuk ke kaca, dibiaskan mendekati garis
normal. Sudut datang adalah sudut yang dibentuk sinar datang
dan garis normal. Sudut bias adalah sudut yang dibentuk sinar
bias dengan garis normal. Berdasarkan kegiatan di atas juga dapat
disimpulkan bahwa:
1
(1) Jika sinar merambat dari zat optik kurang rapat kezat optik
lebih rapat, maka sinar dibiaskan mendekati garis normal.
(2) Sebaliknya, jika sinar merambat dari zat optik lebih rapat ke
zat optik kurang rapat, maka sinar dibiaskan menjauhi garis
normal.
(3) Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu
bidang datar.
c. Cermin Dan Lensa
1) Cermin
Cermin terbuat dari kaca yang salah satu permukaannya
dilapisi dengan lembaran tipis aluminium atau perak. Cahaya yang
mengenai cermin akan dipantulkan. Ada tiga jenis cermin, yaitu
cermin datar, cekung, dan cembung.
a) Cermin Datar
Jenis cermin yang sering kamu gunakan untuk bercermin
setiap pagi adalah sebuah cermin datar. Cermin datar adalah
sepotong kaca datar yang dilapisi dengan bahan yang bersifat
memantulkan cahaya pada salah satu permukaannya.
b) Cermin Cekung dan Cermin Cembung
Cermin tidak selalu datar. Jika permukaan sebuah cermin
melengkung ke dalam, cermin itu disebut cermin cekung. Jika
permukaan sebuah cermin melengkung ke luar cermin itu disebut
cermin cembung.
1
c) Persamaan Cermin Cekung dan Cermin Cembung
Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan jarak
fokus pada cermin cekung dan cermin cembung, dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut ini.
Keterangan:
So = jarak benda ke cermin (meter)
Si = jarak bayangan ke cermin (meter)
F = jarak fokus cermin (meter)
Sedangkan jarak fokus cermin cekung maupun cermin
cembung dapat dinyatakan dengan persamaan
Oleh karena itu persamaan cermin cekung dan cermin
cembung dapat pula dinyatakan dengan persamaan:
dengan R adalah jari-jari kelengkungan cermin.
Dalam menggunakan persamaan cermin cekung maupun
cermin cembung, perlu diperhatikan aturan-aturan tanda berikut
ini.
1
a) Jarak benda (So) bertanda positif (+) untuk benda nyata (benda
terletak di depan cermin) dan bertanda negative (-) untuk benda
maya (benda terletak di belakang cermin).
b) Jarak bayangan (Si) bertanda positif (+) untuk bayangan nyata
(bayangan terletak di depan cermin) dan bertanda negatif (-)
untuk bayangan maya (bayangan terletak di belakang cermin).
c) Jari-jari kelengkungan (R) dan jarak fokus (f) bertanda positif
(+) untuk cermin cekung dan bertanda negatif (-) untuk cermin
cembung.
d) Lensa
Kebanyakan lensa terbuat dari kaca atau plastik dengan dua
permukaan. Lensa mempunyai dua permukaan lengkung atau satu
permukaan lengkung. Seperti halnya cermin lengkung, berdasarkan
bentuknya, lensa dibedakan atas lensa cembung dan lensa cekung.
1) Lensa Cembung
Lensa cembung adalah lensa dengan bagian tengah
lebih tebal daripada bagian tepi. Sinar-sinar cahaya yang
datang sejajar sumbu lensa dibiaskan menuju titik fokus. Sinar-
sinar itu mengumpul pada titik fokus, sehingga sinar-sinar itu
bisa membentuk bayangan nyata yang dapat diproyeksikan
pada layar. Besar pembiasan cahaya pada suatu lensa
bergantung pada indeks bias bahan lensa dan lengkung
1
permukaan lensa, sedangkan indeks bias bergantung pada
cepat rambat cahaya dalam bahan lensa tersebut.
Gambar 2.12 Bentuk Lensa Cembung
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Lensa cembung dapat menghasilkan banyak jenis
bayangan, baik nyata maupun maya, tegak, terbalik, diperbesar,
atau diperkecil. Jenis bayangan yang dibentuk bergantung pada
posisi benda dan panjang fokus lensa.
Adapun bentuk lensa cembung ada tiga macam, yaitu
sebagai berikut:
1. Cembung-cembung (bikonveks)
2. Cembung-datar (plan konveks)
3. Cembung-cekung (konkaf konveks)
2) Lensa Cekung
Bayangan yang dibentuk selalu maya, tegak, dan lebih
kecil daripada benda sesungguhnya. Bayangan yang dibentuk
lensa cekung mirip dengan bayangan yang dibentuk cermin
1
cembung. Dua-duanya, lensa cekung dan cermin cembung
menyebarkan cahaya dan membentuk bayangan maya.
Gambar 2.13 Bentuk Lensa Cekung
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Adapun bentuk lensa cekung ada tiga macam, yaitu
sebagai berikut:
a) cekung-cekung (bikonkaf)
b) Cekung-datar (plan konkaf)
c) Cekung-cembung (konveks konkaf)
d. Alat optik
1) Lup
Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil.
Gambar 2.14 Lup
Sumber: (Zubaidah: 2014)
1
2) kamera
Gambar 2.15 Kamera
Sumber: (Zubaidah: 2014)
Sifat bayangan pada kamera; nyata, terbalik, dan diperkecil.
2) Mikroskop
Mikroskop digunakan untuk mengamati benda-benda
yang sangat kecil.
Gambar 2.16 Mikroskop
Sumber: (Zubaidah: 2014)
1
Sifat bayangan: maya, terbalik, diperbesar.
3) Teleskop (Teropong)
a. Teleskop Bumi (Teropong Medan)
Digunakan untuk mengamati benda-benda di
permukaan bumi pada jarak jauh.
Gambar 2.17 Teleskop Bumi
Sumber: (Zubaidah: 2014)
b. Teleskop Bintang
Digunakan untuk mengamati benda-benda
angkasa (di langit).
Gambar 2.18 Teleskop Bintang
Sumber: (Zubaidah: 2014)
1
5) Periskop
Digunakan untuk mengamati benda-benda di permukaan
laut. Alat ini pada umumnya untuk perlengkapan kapal selam.
Gambar 2.19 Periskop
Sumber: (Zubaidah: 2014)
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2017) mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kreatif-Produktif terhadap Kemampuan
Pemahaman Siswa Kelas XI Materi Biologi di SMA Negeri Ajibarang Tahun
Ajaran 2016/2017” dengan menggunakan metode penelitian Quasi
eksperimental design dan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan
tekni cluster random sampling, sedangkan teknik analisis data menggunakan
uji korelasi person product moment dan uji t independen-sample t test. Hasil
dari penelitian ini adalah model pembelajaran kreatif-produktif berpengaruh
positif terhadap kemampuan pemahaman siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2015) mahasiswa Universitas
Lampung dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
1
Kreatif Produktif untuk Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika
pada Siswa Kelas IV B SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015”
dengan menggunakan teknik pengumpulan data non tes dan tes dan
menggunakan teknik analisis data dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Sedangkan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa. Persentase siswa aktif siklus I sebesar 47,62% dan siklus II
sebesar 76,19% mengalami peningkatan sebesar 28,57%. Rata-rata hasil
belajar afektif pada siklus I sebesar 57,44 “cukup baik” dan siklus II sebesar
66,37 “baik” mengalami peningkatan sebesar 8,93. Rata-rata hasil belajar
Psikomotor pada siklus I sebesar 57,94 “cukup terampil” dan siklus II sebesar
70,04 “terampil” mengalami peningkatan sebesar 12,1. Ketuntasan hasil
belajar kognitif pada siklus I sebesar 71,43% dan siklus sebesar II 80,95%
mengalami peningkatan sebesar 9,52%.
Penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2015) mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga yang berjudul “Pengaruh Metode Mind Map
terhadap Kreativitas dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas X di Sma
Negeri Karanganom Klaten Jawa Tengah” dengan menggunakan metode
penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dan menggunakan teknik
pengambilan sampel secara acak (cluster random sampling), sedangkan teknik
untuk mengumpulkan data penelitian dengan menggunakan skala likert dan
tes yaitu pre test dan post test untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik.
Analisis data kreativitas dan prestasi belajar menggunakan uji prasyarat uji
normalitas dan uji homogenitas, kemudian dianalisis menggunakan uji t. Hasil
1
dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
penerapan metode mind map terhadap kreativitas dan prestasi belajar peserta
didik.
Persamaan dari kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah penelitian menggunakan model yang sama yaitu
model pembelajaran kreatif produktif. Sedangkan perbedaannya adalah pada
variabel, waktu dan tempat penelitian, indikator yang digunakan dalam
penelitian, siklus yang dilaksanakan, mata pelajaran atau materi yang diteliti,
dan hasil yang diperoleh. Sedangkan persamaan dari penelitian yang
dilakukan oleh Arifah (2015) dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah pengaruh terhadap tingkat berfikir kreatif peserta didik dengan
perbedaan pada model pembelajaran, waktu dan tempat penelitian, indikator
yang digunakan dalam penelitian, siklus yang dilaksanakan, mata pelajaran
atau materi yang diteliti, dan hasil yang diperoleh.
Berdasarkan uraian di atas, ketiga penelitian tersebut cukup relevan
terhadap efektivitas penerapan model pembelajaran kreatif produktif dalam
mempengaruhi tingkat berfikir kreatif siswa sekolah menengah pertama.
C. Hipotesis
Menurut Setyosari (2015) hipotesis adalah suatu keadaan atau
peristiwa yang diharapkan dan dilandasi oleh generalisasi, dan biasanya
menyangkut hubungan di antara variabel penelitian. Sedangkan menurut
Sugiyono (2016:64) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
1
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah
penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan kajian pustaka dan
landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
Ha: ada pengaruh penggunaan model kreatif produktif dengan pemanfaatan
barang bekas terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
Ho: tidak ada pengaruh penggunaan model kreatif produktif dengan
pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.
1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Penelitian eksperimen pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai
metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung hubungan
sebab akibat. Menurut Setyosari (2015: 47) penelitian eksperimen adalah
penelitian dimana penelitinya mengkaji pengaruh atau efek dari manipulasi
atau perlakuan secara sistematis suatu variabel (atau lebih) terhadap variabel
lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja
ilmiah yang berlangsung secara ringkas, terbatas, dan memilah-milah
permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-
angka (Trianto, 2010: 174). Sedangkan menurut Sugiyono (2016: 7)
menyatakan bahwa metode kuantitatif disebut sebagai metode positivistik
karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini disebut
dengan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan
analisis menggunakan statistik.
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi
eksperimen (quasi experimental design) dengan menggunakan desain non
1
equivalent control group design, karena pada desain ini terdapat dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada masing-
masing kelompok akan diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan dasar yang telah mereka miliki pada materi cahaya dan alat
optik. Selanjutnya keduanya akan diberikan perlakuan yang berbeda.
Kelompok kontrol akan diberikan perlakuan berupa pembelajaran
biasa/konvensional, sedangkan kelompok eksperimen akan diberikan
perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kreatif produktif. Setelah diberi perlakuan, kedua kelompok akan diberikan tes
akhir (posttest) untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan dari
masing-masing kelompok. Adapun pola desain penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 3.1 Pola Desain Pretest-Posttest Control Group Design
Sumber: Arikunto (2013: 125)
Keterangan:
E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
Q1 = Pretest kelompok eksperimen sebelum diberi treatment
Q3 = Pretest pada kelompok kontrol
X = treatment yang diberikan ( variabel independen)
E Q1 X Q2
K Q3 Q4
1
Q2 = posttest akhir pada kelompok yang diberi treatment
Q4 = posttest pada kelompok kontrol.
Penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif dalam penelitian
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran
kreatif produktif terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah
menengah pertama.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Getasan.
Berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan, materi Cahaya dan Alat Optik
diajarkan pada peserta didik kelas VIII semester dua. Oleh karena itu
penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 April - 30 April 2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Setyosari (2015: 221) merupakan keseluruhan
dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan
kajian dalam penelitian. Pada kegiatan penelitian untuk mendapatkan
kesimpulan tentang suatu kelompok yang besar dalam lingkup wilayah
yang luas, dapat hanya dengan meneliti kelompok kecil yang terdapat di
wilayah yang sempit dan mewakili kelompok yang besar. Menurut
Sugiyono (2016: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannnya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan
1
benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek lain.
Berdasarkan pengertian tersebut maka disimpulkan bahwa
pengertian populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti dan
menempati pada suatu wilayah tertentu. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII-A, VIII-B, VIII-C di SMP Negeri 3 Getasan.
Berikut ini merupakan jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 3 Getasan:
Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan
No. Kelas Jumlah
1 VIII A 27
2 VIII B 28
3 VIII C 25
Jumlah 80
Tabel 3.1 merupakan jumlah keseluruhan siswa di SMP Negeri 3 Getasan
Tahun pelajaran 2018/2019 yaitu 80 siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka penelitian menggunakan sampel itu,
1
kesimpulannnya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative
(mewakili). Sedangkan menurut Setyosari (2015: 221) menyebutkan
sampel penelitian mencerminkan dan menentukan seberapa jauh sampel
tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan penelitian, dengan kata
lain sampel penelitian adalah suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian
dari populasi secara keseluruhan. Suatu sampel juga harus mampu
mencerminkan karakteristik dari seluruh populasi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode sampel bertujuan atau Purposive Sample, sampel bertujuan
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik
ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan
keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil
sampel yang besar dan jauh (Arikunto, 2013: 183). Pada penelitian ini
sampel yang diambil dari populasi yaitu kelas VIII-A dan VIII-B di SMP
Negeri 3 Getasan. Berdasarkan pertimbangan bapak Hadziq Zaka, M.Pd.,
M.Si. selaku guru pengampu mata pelajaran IPA memilih kelas VIII-A
sebagai kelas kontrol, sedangkan kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen
karena kelas VIII B lebih mudah untuk diatur dari pada kelas lainnya dan
apabila kelas tersebut diberi perlakuan akan lebih memudahkan dalam
proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kreatif
produktif.
1
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek
pengamatan dalam penelitian (Setyosari, 2015: 163). Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau
memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih
oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang
diobservasi atau diamati (Setyosari, 2015: 164). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah aktivitas penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan faktor-faktor yang diobservasi atau
diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas (Setyosari,
2015: 165). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
berpikir kreatif siswa sekolah menengah pertama.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2016: 102). Instrumen
yang akan digunakan peneliti untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Kreatif Produktif dengan pemanfaatan barang bekas pada
materi cahaya dan alat optik terhadap tingkat berfikir kreatif siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Getasan tahun pelajaran 2018/2019.
1
1. Tes
Instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan soal yang
berjumlah 10 butir soal essai yang diberikan kepada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Sebelum tes dilaksanakan, soal diuji cobakan terlebih
dahulu untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
beda.
2. Nontes
a. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah selembar kertas yang berisi nama-
nama observi yang disusun dalam sebuah daftar yang berfungsi
untuk mempermudah proses pengamatan dan mencatat apa yang
terjadi dalam proses pembelajaran (Arifin, 2013: 155). Peneliti
menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa
dalam berpikir kreatif selama pembelajaran baik di kelas kontrol
maupun di kelas eksperimen. Lembar observasi dikembangkan dari
indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif siswa.
Selama kegiatan pembelajaran siswa diobservasi dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam berpikir
kreatif. Berikut adalah aspek-aspek yang akan diobservasi:
1
Tabel 3.2 Indikator Observasi Aktivitas Siswa
dalam Berpikir Kreatif
No Indikator/Aspek yang Diamati
1 Memahami masalah
2 Mengidentifikasi masalah
3 Mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
4 Memecahkan masalah dengan terciptanya kreasi produk baru
5 Menyimpulkan
6 Mengevaluasi hasil yang dibuat
b. Angket (Kuesioner)
Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian berupa
daftar pertanyaan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yang
disusun sedemikian rupa, terstruktur dan terencana, dipakai untuk
mengumpulkan data data kuantitatif yang digali dari responden.
Dalam angket tersebut terdapat 4 indikator kemampuan berpikir
kreatif (1) kelancaran (fluency), (2) keluwesan (flexibility), (3)
keaslian (originality), dan (4) keterincian (elaboration). Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan skala Likert,
siswa memberikan respon terhadap pernyataan-pernyataan dengan
empat alternatif jawaban. Berikut adalah rentang skala Likert dan
kategori penilaian dalam penelitian ini.
1
Tabel 3.3 Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor
Selalu 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Sangat Jarang 1
F. Uji Coba Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes
a. Uji Validitas Instrumen Soal Essay
Menurut Tanzeh (2011: 83) validitas adalah kebenaran bagi
posivitivisme diukur berdasar besarnya frekwensi kejadian atau
berdasar berartinya (significancy) variansi obyeknya. Validitas
merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat atau
kevalidan suatu instrumen. Langkah yang harus digunakan agar
instrumen memiliki validitas yang tinggi adalah dengan cara uji coba
instrumen (Trianto, 2010: 269).
Uji coba instrumen akan dilakukan pada siswa kelas IX C SMP
Negeri 3 Getasan dengan berdasarkan pemilihan oleh guru mata
pelajaran IPA. Pada penelitian ini peneliti akan mengumpulkan dan
menganalisis hasil uji coba dengan melakukan penghitungan antara
skor item soal dengan rumus Pearson. Adapun rumus Pearson adalah
sebagai berikut (Arikunto, 2013: 213):
1
( )( )
√* ( ) + * ( ) +
Keterangan:
X = skor dari tes pertama (instrumen A)
Y = skor dari tes kedua (instrumen B)
XY = hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden
X2 = kuadrat skor instrumen A
Y2 = kuadrat skor instrumen B
Σ = tanda jumlah
Pengujian validitas ini dilakukan dengan bantuan program
SPSS Statistik 22.0. Pengambilan keputusan pada uji validitas
dilakukan dengan batasan rtabel dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai
positif dan rhitung ≥ rtabel maka item soal dapat dikatakan valid. Jika
rhitung < rtabel maka item soal dinyatakan tidak valid.
Adapun langkah-langkah pengujian validitas terhadap uji coba soal:
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu
melakukan uji validitas varibel pelayanan
2. Membuat variabel soal 1 sampai 15 dan jumlah skor
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data
soal 1 sampai 15
4. Memilih menu Analyze – Correlate – Bivariate
5. Memasukkan variabel soal 1 sampai 15 ke kolom Variables
1
6. Memilih Pearson, Two Tailed, Flag significant complatition
7. Oke.
b. Uji Reliabilitas Instrumen Soal Essay
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu
instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu
tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah
diterapkan (Arifin, 2013: 258). Pada penelitian ini peneliti akan
menguji reliabilitas instrumen dengan menggunakan bantuan program
SPSS Statistik 22.0. dengan langkah-langkah pengujian Reliabilitas
sebagai berikut:
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu
melakukan uji Reliabilitas variabel pelayanan
2. Membuat variabel soal 1 sampai 15
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data soal
1 sampai 15
4. Memilih Analize – Scale – Reliability Analysis
5. Memasukkan variabel soal 1 sampai 15 ke kolom Items
6. Ok.
Kriteria pengujian hipotesis menurut Janti (2014: 158) yaitu:
1) rhitung > rtabel : Ho diterima
2) rhitung < rtabel : Ho ditolak
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji
instrumen tes hasil belajar. Rumus Alpha digunakan untuk mencari
1
reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket
atau soal bentuk uraian (Arikunto, 2013: 239). Adapun rumus Alpha
dari pengujian ini adalah sebagai berikut:
r11 = (
( )) (1 -
)
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total
Instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien
alpha, maka digunakan untuk kemantapan alpha yang diinterpretasikan
sebagai berikut :
1) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
2) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak
reliabel.
3) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup
reliabel.
4) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5) Nilai Alpha Cronbach‟s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel.
1
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan
pada sampel yang sesungguhnya. Skor total setiap siswa diperoleh
dengan menjumlah skor setiap nomor soal (Sugiyono, 2015: 192).
c. Tingkat Kesukaran (Difficulty Index)
Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam
menjaring banyaknya subjek peserta tes yang dapat mengerjakan
dengan betul. Jika banyak subjek peserta tes yang dapat menjawab
dengan benar maka nilai taraf kesukaran tes atau indeks kesukaran
tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang dapat
menjawab dengan benar maka nilai taraf kesukaran atau indeks
kesukaran tersebut rendah. Pengujian ini menggunakan Microsoft
Excel dengan menghitung tingkat kesukaran yang dapat menganalisis
bentuk soal uraian. Adapun rumus yang dipakai dalam perhitungan
taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut.
Penentuan kriteria derajat kesukaran suatu butir soal didasarkan pada
tabel 3.4 berikut (Arikunto, 2011: 210):
1
Tabel 3.4 Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Kategori
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
d. Daya Pembeda (discriminating power)
Menurut Arikunto (2016: 177), yang dimaksud dengan daya
pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan
antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang pandai.
Rumus yang digunakan setiap butir tes adalah:
Keterangan:
D = daya pembeda butir soal
= banyaknya kelompok atas yang menjawab benar
= banyaknya subjek kelompok atas
B = banyaknya subjek kelompok bawah yang menjawab
benar
B = banyaknya subjek kelompok bawah
Daya pembeda diuji dengan bantuan program SPSS 22.0.
Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada Tabel 3.5
berikut ini (Arikunto, 2016: 177):
1
Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda
Daya Pembeda (D) Kategori
0,00-0,20 Buruk
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Sangat Baik
2. Uji Instrumen Nontes
Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi dan angket. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
validitas isi yang dilakukan dengan pertimbangan ahli oleh dosen
pembimbing yaitu ibu Anggun Zuhaida M.Pd. dan guru mata pelajaran
IPA SMP Negeri 3 Getasan yaitu bapak Hadziq Zaka, S. Pd., M.Si. dan
program SPSS 22.0.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2013: 153).
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
1
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi dua, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Observasi berperan serta (participant observasion) adalah observasi
yang pelaku observasi (observer) turut berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat yang sedang diamati.
b. Observasi nonpartisipan adalah observasi dimana observer tidak
terlibat dalam situasi kehidupan orang-orang yang diobservasi,
melainkan menempatkan orang-orang yang diobservasi pada situasi
yang dibuat oleh observer sesuai dengan tujuan penyelidikannya.
Dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a. Observasi berstruktur adalah observasi yang dicirikan oleh adanya
kerangka yang memuat faktor-faktor yang diatur kategorinya terlebih
dahulu.
b. Observasi tidak terstruktur merupakan observasi yang dilakukan
terhadap suatu objek melalui perantara suatu alat atau cara, baik
dilaksanakan dalam situasi sebenarnya maupun buatan.
Observasi pada penelitian ini untuk mengumpulkan data berupa
penilaian proses kerja yang dilakukan oleh peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 3 Getasan dalam menggunakan model pembelajaran Kreatif
Produktif pada pelajaran IPA materi cahaya dan alat optik.
1
2. Angket (kuesioner)
Metode pengumpulan data dengan angket dilakukan dengan cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis
untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dapat pula dikatakan
angket (kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang disusun sedemikian
rupa, terstruktur dan terencana, dipakai untuk mengumpulkan data
kuantitatif yang digali dari responden (Tanzeh, 2011: 90).
Peneliti menggunakan angket berjumlah 30 butir pertanyaan yang
berbentuk skala Likert untuk mengukur sikap dengan pertanyaan bersifat
tertutup dengan 4 alternatif pilihan jawaban yaitu selalu, kadang-kadang,
jarang, dan sangat jarang. Metode angket pada penelitian ini dilakukan
untuk mengumpulkan data hasil kreativitas siswa pada materi cahaya dan
alat optik di kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan. Adapun lembar angket
respon siswa dapat dilihat pada Lampiran.
3. Tes
Instrumen tes merupakan metode pengumpulan data yang
menggunakan jenis soal tes buatan peneliti dengan prosedur tertentu yang
diuji validitasnya dan reliabilitas dengan menggunakan bantuan program
SPSS 22.0.
Tes dalam penelitian ini berupa tes uraian/essay yang berjumlah 10
soal yang sudah mencakup indikator-indikator materi dan indikator
berfikir kreatif. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti
pergunakan dalam penelitian ini adalah soal pre-test (tes awal) dan post-
1
test (tes akhir). Tes awal diberikan sebelum proses pembelajaran
berlangsung, ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
mengenai pelajaran yang akan disampaikan. Dan tes akhir diberikan
setelah proses pembelajaran berlangsung, ini bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan penerapan model pembelajaran kreatif produktif.
4. Dokumetasi
Menurut Tanzeh (2011: 92) dokumentasi yaitu mengumpulkan data
dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia. Metode
ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti monografi,
catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumen yang
dipergunakan dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dokumen pribadi
yang berisi catatan-catatan yang bersifat pribadi, dan dokumen resmi yang
berisi catatan-catatan yang sifatnya formal. Alasan dokumen dijadikan
sebagai data untuk membuktikan penelitian karena dokumen merupakan
sumber yang stabil, dapat berguna sebagai bukti untuk pengujian,
mempunyai sifat yang alamiah, tidak reaktif, sehingga mudah ditemukan
dengan teknik kajian isi, disamping itu hasil kajian isi akan membuka
kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang
diselidiki (Tanzeh, 2011: 93).
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk
mengetahui nama siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Getasan. Selain itu
metode dokumentasi akan menghasilkan dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
1
H. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Tes
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak.
Normalitas data diuji dengan bantuan program SPSS 22.0.
dengan rumus Kolmogorv-Smirnov, yaitu (Sugiyono, 2007: 159):
KS = 1,36 √
Keterangan:
KS = harga Kolmogorv-Smirnov yang dicari
= jumlah sampel yang diobservasikan/diperoleh
= jumlah sampel yang diharapkan.
Jika nilai signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov >
0,05 maka distribusi normalitas terpenuhi. Sebaliknya, jika nilai
signifikansi dari hasil uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka distribusi
normalitas tidak terpenuhi.
Adapun langkah-langkah pengujian normalitas sebagai berikut:
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu
melakukan uji Normalitas varibel pelayanan
2. Membuat variabel hasil dan kelas
1
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data
nilai
4. Memilih menu Analyze - Descriptive Statistics – Explore
5. Memasukkan variabel hasil ke kolom Dependent List dan variabel
kelas ke kolom Factor List
6. Memilih Plots – Factor Levels Together – Stem-And-Leaf –
Normality Plots With Tests - Continue
7. Ok.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua
atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki
variasi yang sama. Uji homogenitas dikenakan pada data hasil posttest
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengukur
homogenitas dari dua kelompok data, maka digunakan rumus uji F
sebagai berikut:
F =
Taraf signifikasi yang digunakan adalah 𝛼 = 0,05. Uji
homogenitas menggunakan program SPSS 22.0 One Way Anova
dengan kriteria yang digunakan untuk mengambil kesimpulan apabila
Fhitung lebih besar dari Ftabel maka memiliki varian yang homogen.
Akan tetapi apabila Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka varian tidak
1
homogen (Sugiyono, 2013: 276). Sedangkan untuk menguji
homogenitas menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu
melakukan uji Homogenitas varibel pelayanan
2. Membuat variabel hasil dan kelas
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data
nilai dan kode kelas
4. Memilih menu Analyze – Compare Means – One Way Anova
5. Memasukkan variabel hasil ke kolom Dependent List dan variabel
kelas ke kolom Factor List
6. Memilih Options – Homogeneity of variance test - Continue
7. Ok.
c. Uji Kesamaan Dua Varians
Uji kesamaan dua varians dapat dilakukan berdasarkan kriteria
kenormalan dan kehomogenan data skor posttes. Kedua kelas
berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka pengujian
hipotesis dilakukan dengan uji-t atau Independent Sample T-Test. Uji
kesamaan dua rata-rata diuji dengan bantuan program SPSS 22.0.
Hipotesisnya dirumuskan dalam bentuk hipotesis statistik (uji dua
pihak).
Ho : σ1 = σ2
Ha : σ1 ≠ σ2
1
Keterangan :
σ1 : varians kemampuan awal hasil belajar materi cahaya dan alat
optik dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.
σ2 : varians kemampuan awal hasil belajar IPA materi cahaya dan alat
optik menggunakan model pembelajaran kreatif produktif.
Kriteria pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2016: 120):
1) 𝐻𝑜 ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05.
2) 𝐻𝑜 diterima apabila nilai signifikansi ≥ 0,05.
Adapun langkah-langkah pengujian kesamaan dua varians adalah
sebagai berikut:
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu
melakukan uji kesamaan dua varians
2. Membuat variabel hasil posttest dari kelas kontrol dan kelas
eksperimen
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data
nilai
4. Memilih menu Analyze – Compare Means – Independent samples
T-test
5. Memasukkan variabel hasil ke kolom Test Variable(s) dan variabel
kelas ke kolom Grouping Variables
1
6. Memilih Define Groups – mengisi kolom pada pilihan Use
specified values – Continue
7. Ok.
d. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Variabel independen kualitatif dalam penelitian ini memiliki
dua kategori. Oleh sebab itu, dilakukan pengujian dengan metode uji
beda rata-rata untuk dua sampel berpasangan (paired sample t-test).
Model uji beda ini digunakan untuk menganalisis model penelitian
pre-post atau sebelum dan sesudah. Uji beda digunakan untuk
mengevaluasi perlakuan (treatment) tertentu pada satu sampel yang
sama pada dua periode pengamatan yang berbeda. Paired sample t-
test digunakan apabila data berdistribusi normal dengan menggunakan
SPSS 22.0 (Pramana, 2012: 38).
Dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak Ho pada
uji ini adalah sebagai berikut (Pramana, 2012: 38-39):
1) Jika thitung > ttabel dan probabilitas (Asymp.Sig) < 0,05, maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Artinya rata-rata kedua kelas tersebut
berbeda.
2) Jika thitung < ttabel dan probabilitas (Asymp.Sig) > 0,05, maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Artinya rata-rata kedua kelas tersebut
sama.
Adapun langkah-langkah pengujian kesamaan dua rata-rata adalah
sebagai berikut:
1
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View lalu
melakukan uji perbedaan dua rata-rata
2. Membuat variabel hasil pretest dan posttest dari kelas kontrol dan
kelas eksperimen
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data
nilai
4. Memilih menu Analyze – Compare Means – Paired samples T-test
5. Memasukkan variabel hasil pretest ke kolom Variable 1 dan
variabel hasil posttest ke kolom Variable 2
6. Ok.
e. Uji Hipotesis
1) Uji Koefisien Korelasi
Kofisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat
digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel
yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara
variabel-variabel ini (Arikunto, 2013: 313).
Uji korelasi berfungsi untuk mencari derajat keeratan
hubungan dan arah hubungan, semakin tinggi nilai korelasi maka
semakin tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Koefisien
korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah
hubungan dua variabel acak. Melalui analisis korelasi kita dapat
mengetahui koefisien determinasi yang bertujuan untuk melihat
1
seberapa besar kontribusi pengaruh variabel satu dengan variabel
yang lain.
( )( )
√* ( ) + * ( ) +
Keterangan:
X = skor dari tes pertama (instrumen A)
Y = skor dari tes kedua (instrumen B)
XY = hasil kali skor X dengan Y untuk setiap responden
X2 = kuadrat skor instrumen A
Y2 = kuadrat skor instrumen B
Σ = tanda jumlah
Jika data terdistribusi normal, maka untuk menguji
hipotesis dapat digunakan uji Pearson. Namun, jika tidak
terdistribusi normal, dapat menggunakan uji Spearman, yaitu
uji nonparametrik dimana tidak memerlukan prasyarat data
terdistribusi normal. Berdasarkan nilai signifikansi sig. (2-
tailed): jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat korelasi
antara variabel yang dihubungkan dan sebaliknya (Sugiyono,
2015: 255).
Menurut Sugiyono (2016: 184) untuk memudahkan
melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel maka dikreteriakan sebagai berikut:
1
Tabel 3.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2016: 184)
Uji korelasi dilakukan dengan bantuan program SPSS 22.0.
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View
lalu melakukan uji korelasi
2. Membuat variabel X dan Y dari kelas eksperimen
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual data
nilai
4. Memilih menu Analyze –Correlate – Bivariate
5. Memasukkan variabel X dan variabel Y ke kolom Variables
6. Memilih kotak Pearson – Two-tailed – Flag significant
correlations
7. Ok.
1
2) Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran kreatif produktif terhadap tingkat
berfikir kreatif mata pelajaran IPA. Darmawan (2016: 179)
menjelaskan bahwa regresi digunakan krtika periset ingin
memprediksi hasil atas variabel-variabel tertentu dengan
menggunakan variabel lain. Dalam bentuknya yang paling
sederhana yang hanya melibatkan dua buah variabel, yaitu
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).
Adapun rumus yang digunakan untuk pengujian regresi ini yaitu:
Y = a + bX
Keterangan:
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan
angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen
yang didasarkan pada variabel independen.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu.
Uji regresi linier sederhana pada penelitian ini
menggunakan SPSS 22.0. dengan langkah-langkah analisis
Regresi Linier sebagai berikut:
1
1. Mendefinisikan variabel dengan cara memilih Variable View
lalu melakukan uji regresi linier
2. Membuat variabel X dan Y dari kelas eksperimen
3. Menginput data pada Data View lalu isikan secara manual
data nilai
4. Memilih menu Analyze – Regression – Linier
5. Memasukkan variabel X ke kolom independent(s) dan
variabel Y ke kolom dependent.
6. Ok.
Jika nilai signifikansi (Sig.) kurang dari probabilitas 0,05
mengandung arti bahwa ada pengaruh antara dua variabel dan
sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar dari probabilitas
0,05 mengandung arti tidak ada pengaruh antara dua variabel
(Sugiyono, 2010: 270).
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang
menyatakan berapa persen besarnya pengaruh variabel X
terhadap Y, adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝐾𝑃 = 2 100%
Keterangan:
KP = besarnya koefisien
r = koefisien korelasi.
1
4) Hasil Uji Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan rumus
sebagai berikut (Arikunto, 2010: 18):
𝑜
Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 70
sesuai dengan standart ketuntasan belajar di SMP Negeri 3
Getasan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung
dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2010: 18):
Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal apabila 70%
dari seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas belajar.
2. Analisis Data Nontes
Dalam penelitian ini analisis data instrumen nontes
menggunakan teknik analisis data deskriptif.
a. Observasi
Observasi pada penelitian ini untuk mengumpulkan
data berupa penilaian proses kerja yang dilakukan oleh
peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Getasan dalam
1
menggunakan model pembelajaran kreatif produktif pada
pelajaran IPA materi cahaya dan alat optik. Adapun penilaian
atau pemberian skor berdasarkan pernyataan sebagai berikut:
4: Jika selalu melakukan
3: Jika kadang-kadang melakukan
2: Jika jarang melakukan
1: Jika sangat jarang melakukan
Tabel 3.7 Kualifikasi Presentase Skor Observasi
Presentase (P) Kualifikasi
80%<P< 100% Sangat Tinggi
60% < P < 80% Tinggi
40% < P < 60% Sedang
20% < P < 40% Rendah
0% < P < 20% Sangat Rendah
Sumber: (Tri Astuti Arigiyati: 2016)
b. Angket (kuesioner)
Metode angket (kuesioner) adalah salah satu cara
yang digunakan untuk mengumpulkan data yang bertujuan
memperoleh informasi data dari responden mengenai
penggunaan model pembelajaran dengan penggunakan
barang bekas di SMP Negeri 3 Getasan. Angket yang
1
digunakan dalam penelitian ini berupa memberi respon
terhadap pernyataan-pernyataan dengan empat alternatif
jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R),
tidak setuju (TS). Sedangkan cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang bertujuan memperoleh informasi
data dari responden mengenai tingkat kemampuan berfikir
kreatif di SMP Negeri 3 Getasan yaitu berupa memberi
respon terhadap pernyataan-pernyataan dengan empat
alternatif jawaban yaitu sering (S), kadang-kadang (K),
jarang (J), sangat jarang (SJ).
Bentuk angket dalam penelitian ini berupa pertanyaan
dengan lima alternatif jawaban yang harus dipilih oleh
subyek. Adapun penilaian atau pemberian skor berdasarkan
pernyataan sebagai berikut:
1) Skor 4 untuk jawaban sering/sangat setuju
2) Skor 3 untuk jawaban kadang-kadang/setuju
3) Skor 2 untuk jawaban jarang/ragu-ragu
4) Skor 1 untuk jawaban sangat jarang/tidak setuju.
1
Tabel 3.8 Kategori Penilaian Angket
Rentan Nilai Tingkat Rentan Nilai Tingkat
90,2 ≤ x < 97 Sangat tinggi
83,4 ≤ x < 90,2 Tinggi
76,6 ≤ x < 83,4 Sedang
69,8 ≤ x < 76,6 Rendah
63 ≤ x < 69,8 Sangat rendah
Sumber: Sugiyono (2015: 93)
1
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
A. Deskripsi Data
Hasil pengumpulan data dan penelitian yang telah dilakukan di SMP
Negeri 3 Getasan pada pelajaran IPA materi cahaya dan alat optik mempunyai
tujuan untuk mengetahui bahwa variasi dalam proses belajar mengajar yang
menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan
barang bekas berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa melalui
nilai pretest dan posttest.
Analisis data nilai ini menggunakan data dari hasil belajar dengan
instrumen soal essai yang berjumlah 10 item soal. Berikut ini merupakan data
hasil pretest dan posttest kelas Eksperimen dan kelas Kontrol:
Tabel 4.1 Data Nilai Pretest dan Posttest
N Minimum Maximum Mean
Pening
katan
Std.
Deviati
on
Pretest
Eks
28 40 55 48.39 24.29 4.565
Postest
Eks
28 63 85 72.68 5.320
Pretest
Kon
27 40 55 43.85 23.74 3.570
Postest
Kon
27 58 80 67.59 6.733
Valid
N
(listwis
e)
27
Sumber: Data Peneliti
1
Berdasarkan tabel 4.1 data pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki rata-rata nilai yang tidak jauh berbeda. Diperlihatkan bahwa nilai
pretest kelas eksperimen yaitu 48,39 sedangkan nilai pretest kelas kontrol
yaitu 43,85. Dari kedua data nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai dari
keduanya masih jauh dibawah nilai ketuntasan yaitu 70. Hal ini dikarenakan
siswa belum mendapatkan materi tentang cahaya dan alat optik, sehingga
pengetahuan siswa masih sangat minim. Setelah diberi perlakuan dengan
model pembelajaran yang berbeda, hasil nilai rata-rata posttest mengalami
perubahan. Nilai posttest kelas eksperimen sebesar 72,68 dan kelas kontrol
sebesar 67,59. Sedangkan perbedaan peningkatan hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah diberikan materi pembelajaran juga terdapat perbedaan. Kelas
kontrol mengalami peningkatan nilai sebesar 23,74, sedangkan untuk kelas
eksperimen sebesar 24,29.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini
dikarenakan siswa mendapatkan metode pembelajaran yang lebih optimal
dengan adanya model pembelajaran kreatif produktif. Dengan pembelajaran
tersebut siswa lebih aktif dan berfikir kreatif dalam melakukan pengalaman
belajar yang baru.
1
B. Analisis Data
1. Uji Coba Instrumen
a. Tes
1) Validitas
Dasar kriteria validnya suatu soal ditentukan dari
banyaknya validitas masing-masing soal. Apabila jumlah rhitung >
rtabel maka dikatakan “valid”, tetapi apabila rhitung < rtabel, maka
tergolong “tidak valid” dengan taraf signifikansi 5%.
Pada penelitian ini soal yang akan diujikan kepada kelas IX-
C SMP Negeri 3 Getasan sebesar 15 soal essai. Uji validitas soal
dengan menggunakan program SPSS 22.0 didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Butir Soal
Nomor soal Total Keterangan
1, 2, 5, 6, 8, 9, 11, 12, 13, 15 10 Valid
3, 4, 7, 10, 14 5 Tidak Valid
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan tabel 4.2 terdapat 5 soal yang tidak valid
dikarenakan rphi < rtabel dan 10 soal yang valid dikarenakan rphi >
rtabel. Dengan didasarkan pada rphi yaitu < 0,404.
1
2) Uji reliabilitas
Instrumen dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai
koefisien alpha, maka digunakan untuk kemantapan alpha yang
diinterpretasikan sebagai berikut Sugiyono, 2015: 192):
Tabel 4.3 Tingkat Reliabel
No Nilai alpha Cronbach‟s Tingkat Reliabel
1 0,00-0,20 Kurang Reliabel
2 0,21-0,40 Agak Reliabel
3 0,41-0,60 Cukup Reliabel
4 0,61-0,80 Reliabel
5 0,81-1,00 Sangat Reliabel
Sumber: Desain Peneliti
Dari perhitungan uji reliabilitas soal diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Uji Reliabilitas Soal
Cronbach's Alpha N of Items
.557 15
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh hasil nilai
Cronbach's Alpha sebesar 0,557, nilai tersebut kemudian
dibandingkan dengan nilai rtabel, sedangkan nilai rtabel dicari pada
signifikasi 0,05. Maka didapat rtabel sebesar 0,404. Oleh karena
1
rhitung 0,557 > 0,404, maka dapat disimpulkan bahwa soal-soal
tersebut reliabel.
3) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran tes dilihat dari banyak subjek peserta tes
yang dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukaran tes
tersebut tinggi. Sebaliknya jika hanya sedikit dari subjek yang
dapat menjawab dengan benar maka taraf kesukaranya rendah
Arikunto (2011: 210).
Tabel 4.5 Kategori Taraf Kesukaran
Indeks Kesukaran Kategori
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Sumber: Arikunto (2011: 210)
Berikut ini merupakan hasil uji kesukaran butir soal:
Tabel 4.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat Kesukaran Nomor soal Total
Sedang 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 13, 14, 15 10
Mudah 1, 2, 7, 10, 12 5
Jumlah 15
Sumber: Data Peneliti
1
Berdasarkan tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa sebanyak
10 soal dikatakan tingkat kesukarannya sedang, dan 5 soal
dikatakan mudah.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam
memisahkan antara subjek yang pandai dengan subjek yang kurang
pandai. Arikunto (2016: 177).
Tabel 4.7 Kategori Daya Pembeda
Daya Pembeda (D) Kategori
0,00 - 0,20 Buruk
0,21 - 0,40 Cukup
0,41 - 0,70 Baik
0,71 - 1,00 Baik Sekali
Sumber: Arikunto (2016: 177)
Berikut ini merupakan data hasil uji pembeda butir soal dengan
SPSS:
1
Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Butir Soal
No. Soal rhitung Daya Beda
1 0.607 Baik
2 0.495 Baik
3 0.066 Buruk
4 0.095 Buruk
5 0.677 Baik
6 0.421 Baik
7 0.249 Cukup
8 0.422 Baik
9 0.494 Baik
10 0.100 Buruk
11 0.685 Baik
12 0.453 Baik
13 0.527 Baik
14 -0.115 Buruk
15 0.438 Baik
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
10 butir soal yang dapat dikategorikan baik, 1 butir soal cikup, dan
4 butir soal dalam kategori buruk.
1
b. Nontes
Pengujian kalayakan instrumen nontes berupa angket dan
lembar observasi dilakukan oleh para ahli yaitu Ibu Anggun Zuhaida,
M.Pd. selaku dosen pembimbing dan Bapak Hadziq Zaka, M.Pd.,
M.Si. selaku guru mata pelajaran IPA SMP Negeri 3 Getasan.
1) Uji Validitas Angket
Berdasarkan hasil validitas angket kemampuan berfikir
kreatif dengan menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh hasil
bahwa validitas terhadap 30 soal angket kemampuan berfikir
kreatif diperoleh hasil hanya 15 soal yang dapat dinyatakan valid
sebagai angket (kuesioner) penelitian.
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Uji Coba Angket
Nomor soal Total Keterangan
1, 2, 3, 8, 12, 15, 16, 19, 22, 23,
24, 25, 26, 29, 30
15 Valid
4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 18,
20, 21, 27, 28
15 Tidak Valid
Sumber: Data Peneliti
2) Uji Reliabilitas Angket
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan program
SPSS 22.0 untuk menentukan tingkat reliabilitas instrumen.
1
Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Angket Kemampuan
Berfikir Kreatif
Cronbach’s Alpha N of item
.646 30
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan tabel 4.10 uji reliabilitas terhadap 30 item
angket kemampuan berfikir kreatif diketahui bahwa nilai α yang
diperoleh yaitu sebesar 0,646 yang artinya α > 0,05. Artinya item
soal angket tersebut reliabel.
2. Analisis Data dan Pembahasan
a. Tes
Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini terdiri dari uji
normalitas dan uji hipotesis menggunakan olah data SPSS regresi
linier sederhana. Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
rata-rata antar dua perlakuan dari kelompok sampel yang sama
digunakan Uji Paired T Test dan Uji Independen T Test.
1) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas ini menggunakan bantuan program komputer
SPSS 16.0. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis
pengujiannya yaitu :
1
Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif terhadap tingkat berfikir kreatif.
Ha: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif terhadap tingkat berfikir kreatif.
Pedoman pengambilan keputusan (Sugiyono, 2007: 159):
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas ˂ 0,05 maka
distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas ˃ 0,05 maka
distribusinya adalah normal.
Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov SPSS 22.0:
Tabel 4.11 Uji Normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov
S
P
S
S
2
2
.
0
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Hasil belajar
siswa
Posttest
Eksperimen
.131 28 .200*
Posttest
Kontrol
.167 27 .053
1
Tabel 4.12 Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas rhitung rtabel Keterangan
Eksperimen 0,200 0,05 Normal
Kontrol 0,053 0,05 Normal
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan perhitungan uji normalitas pada tabel 4.11
dapat disimpulkan bahwa semua data dari kelas eksperimen
maupun kelas kontrol terdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa
dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
memiliki variasi yang sama, Uji ini juga digunakan sebagai syarat
dalam analisis independen sampel t-test dan Anova. Dasar
pengambilan keputusan adalah (Sugiyono, 2013: 276):
1) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka varian kedua kelompok
homogen.
2) Jika nilai signifikansi < 0,05 maka varian kedua kelompok
tidak homogen.
Berikut hasil uji homogenitas dengan menggunakan SPSS 22.0:
1
Tabel 4.13 Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.336 1 53 .073
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan uji homogenitas pada tabel 4.13 diperoleh hasil
sebesar 0,075 > 0,005 yang berarti bahwa rhitung > rtabel. Artinya
kedua kelompok tersebut homogen.
3) Uji kesamaan dua varians
Uji kesamaan dua varians dapat dilakukan berdasarkan
kriteria kenormalan dan kehomogenan data skor posttes. Kedua
kelas berdistribusi normal dan bervariansi homogen, maka
pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t atau Independent
Sample T-Test. Hipotesisnya dirumuskan dalam bentuk hipotesis
statistik (uji dua pihak) (Sugiyono, 2016: 120).
Kriteria pengujian hipotesis menurut Sugiyono (2016: 120):
1) 𝐻𝑜 ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05.
2) 𝐻𝑜 diterima apabila nilai signifikansi ≥ 0,05.
Berikut ini merupakan hasil uji kesamaan dua varians dengan
menggunakan program SPSS 22.0.
1
Tabel 4.14 Uji Independent Sample T-Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Diffe
rence
Std.
Error
Diffe
rence
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
ha
sil
Equal
variances
assumed
3.336 .073 3.115 53 .003 5.086 1.633 1.811 8.361
Equal
variances
not
assumed
3.101 49.465 .003 5.086 1.640 1.791 8.381
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.14 menggunakan uji independent
sample t-test yang menyatakan bahwa nilai sig (2-tailed) adalah
sebesar 0,003, yang artinya nilai signifikansi < 0,05 maka kedua
rata-rata tersebut memiliki perbedaan. Perbedaan rata-rata tersebut
dapat dilihat pada peningkatan rata-rata hasil posttest kelas kontrol
maupun kelas eksperimen. Adapun peningkatan rata-rata pada
kelas kontrol yaitu sebesar 23,74, sedangkan pada kelas
eksperimen yaitu sebesar 24,29. Hal ini dapat diartikan bahwa rata-
rata nilai kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol.
Adanya perbedaan rata-rata tersebut mengartikan bahwa metode
1
pembelajaran mempengaruhi kemampuan berfikir kreatif siswa
sehingga terjadi perbedaan pada hasil belajar siswa.
4) Uji perbedaan dua rata-rata
Uji perbedaan dua rata-rata ini menggunakan uji Paired
Sample T-test yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan rata-rata antar dua perlakuan dari kelompok sampel
yang sama. Adapun yang diujikan yaitu hasil belajar pretest dan
posttest kelas eksperiment maupun kelas kontrol. Dalam penelitian,
uji ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil
belajar siswa sebelum dengan sesudah model pembelajaran yang
berbeda diberikan untuk kedua kelas tersebut. Adanya perbedaan
yang signifikan jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4.15 Uji Paired Sample T-test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Devi
ation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 PreEksp –
PostEksp
-
24.286
6.694 1.265 -
26.881
-
21.690
-19.199 27 .000
Pair 2 PreKon -
PostKon
-
23.741
7.823 1.506 -
26.835
-
20.646
-15.769 26 .000
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.15 uji Paired Sample T-test dengan
menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh hasil sig (2-tailed)
1
sebesar 0,000. Yang berarti bahwa nilai signifikansi < 0,05, artinya
ada perbedaan hasil belajar siswa untuk pretest dan posttest untuk
kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
5) Uji hipotesis
a) Koefisien Korelasi
Berikut ini merupakan hasil uji koefisien korelasi dengan
menggunakan program SPSS 22.0.
Tabel 4.16 Uji Koefisien Korelasi
angket angket
Angket berfikir
kreatif
Pearson Correlation 1 .943**
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
Angket kreatif
produktif
Pearson Correlation .943**
1
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.16 hasil uji koefisien korelasi yang
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh
hasil data sig (2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai
signifikansi < 0,05, artinya kedua data tersebut berkorelasi.
Sedangkan dilihat dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,943,
artinya kedua data tersebut berhubungan sangat kuat.
Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan angket
respon siswa, maka dapat disimpulkan bahwa model
1
pembelajaran kreatif produktif sangat berhubungan dengan
tingkat kemampuan berfikir kreatif siswa.
b) Regresi Linier Sederhana
Tabel 4.17 Uji Regresi Linier Sederhana
Sumber: Data SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.17 uji regresi linier sederhana
dengan menggunakan program SPSS 22.0 diperoleh hasil nilai
signifikansi sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai sig < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
model pembelajaran kreatif produktif dengan kemampuan
berfikir kreatif siswa pada mata pelajaran IPA. Dari data tabel
tersebut diketahui bahwa nilai a sebesar 16,514 dan nilai b
sebesar 0,769 yang artinya setiap penambahan 1% dari nilai b,
maka nilai a bertambah sebesar 0,769. Maka persamaan regresi
sebesar: Y = 16,514 + 0,769X.
Unstandardized
Coefficients
Standar
dized
Coeffic
ients
T Sig. B Std. Error Beta
(Constant) 16.514 3.889 4.246 .000
Model
pembelajaran
.769 .053 .943 14.414 .000
1
c) Koefisien Determinasi
Tabel 4.18 Hasil Uji Nilai R Square
Model R R Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
1 .943a .889 .885 1.475
Sumber: SPSS 22.0
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa nilai R Square adalah
0,889, maka jika dimasukkan rumus:
KP = r2
x 100%
KP = 0,889 x 100 %
KP = 88,9%
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka besarnya
pengaruh model pembelajaran kreatif produktif dengan
kemampuan berfikir kreatif sebesar 88,9% atau dapat dikatakan
sangat mempengaruhi. Sedangkan 11,1% belum terpenuhi
dikarenakan kurangnya penguasaan dalam pengendalian
keaktifan siswa oleh peneliti.
d) Hasil Uji Ketuntasan Belajar
Berikut hasil uji ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen dan
kelas kontrol:
1
Tabel 4.19 Uji Ketuntasan Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
%lulus %tidak lulus %lulus %tidak lulus
82,75% 17,25% 46% 54%
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan tabel 4.19 pada kelas eksperimen siswa
yang mendapat nilai di atas KKM (70) sebanyak 82,75% (24
anak). Pada kelas kontrol yang mendapat nilai di atas KKM
(70) sebanyak 46% (13). Artinya secara individual kelas
eksperimen dikatakan tuntas. Secara kelompok rata-rata kelas
eksperimen sebesar 72,68 (diatas KKM) dan rata-rata kelas
kontrol 67,59 (dibawah KKM). Berdasarkan hasil tersebut
dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kelas eksperimen lebih
tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa
kelas eksperimen mendapatkan metode pembelajaran yang
lebih optimal dengan adanya model pembelajaran kreatif
produktif. Dengan pembelajaran tersebut siswa lebih aktif dan
berfikir kreatif dalam melakukan pengalaman belajar yang
baru. Sedangkan kelas kontrol dengan metode pembelajaran
konvensional kurang mampu membuat siswa lebih aktif dan
kreatif pada saat proses pembelajaran. Artinya secara
berkelompok penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif telah berhasil dan Ha diterima.
1
b. Nontes
1) Observasi Aktivitas Siswa
Selain penilaian terhadap ranah kognitif (posttest)
adapun penilaian yang dilakukan melalui observasi aktivitas
belajar siswa yang berlangsung di dalam kelas. Penilaian
aktivitas siswa dilakukan pada saat materi cahaya dan alat optik
karena pada materi tersebut siswa kelas eksperimen melakukan
praktikum secara berkelompok, sedangkan untuk kelas kontrol
melakukan diskusi secara berkelompok.
Berikut ini merupakan hasil lembar observasi antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol:
Gambar 4.1 Hasil Lembar Observasi Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Sumber: Data Peneliti
0
23
5
0 0 0
7
20
0 0 0
5
10
15
20
25
sangat
tinggi
tinggi sedang rendah sangat
rendah
Eksperimen Kontrol
1
Berdasarkan gambar 4.1 terdapat perbedaan rata-rata
penilaian aktivitas siswa antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen pada materi cahaya dan alat optik. Kekreatifan
siswa kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai dengan
kategori tinggi sejumlah 23 siswa, dan 5 siswa dalam kategori
sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, dalam kategori tinggi
sebanyak 7 siswa, dan 20 siswa dalam kategori sedang.
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat
kekreatifan kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelas kontrol dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
mengikuti diskusi, serta berani bertanya pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Hal ini disebabkan
karena proses pembelajaran di kelas eksperimen lebih
menyenangkan dibandingkan dengan kelas kontrol, oleh karena
itu kelas eksperimen lebih termotivasi untuk terus berfikir
secara aktif dan kreatif. Dimana pada kelas eksperimen
menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan
pemanfaatan barang bekas lebih menekankan pada berfikir
kreatif siswa untuk membangun pengetahuannya akan hal baru
baik secara individu maupun dengan bekerjasama dalam
kelompok.
Proses belajar mengajar dengan menggunakan model
pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan barang
1
bekas mampu membuat siswa lebih mudah memahami materi
serta penerapan dari materi cahaya dan alat optik serta mampu
membuat siswa lebih berfikir kreatif dan tanggap dengan
keadaan dan fenomena yang berada di lingkungan sekitar
mereka.
2) Angket Respon Siswa
Berikut ini merupakan data angket respon siswa kelas
eksperimen terhadap penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif dengan pemanfaatan barang bekas:
Gambar 4.2 Angket Respon Siswa Kelas Eksperimen
terhadap Penggunaan Model Pembelajaran
Kreatif Produktif
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan perolehan hasil angket respon siswa kelas
eksperimen menyatakan bahwa sebelum diterapkannya model
pembelajaran kreatif produktif terdapat siswa sebanyak 22
yang memiliki antusias dalam kategori sedang, dan terdapat
2
26
0 0 0
22
6
0 0
5
10
15
20
25
30
sangat
tinggi
tinggi sedang rendah sangat
rendah
posttest pretest
1
siswa berjumlah 6 yang memiliki antusias yang rendah
terhadap pelaksanaan pembelajaran materi Cahaya dan Alat
Optik. Sedangkan setelah diterapkannya model pembelajaran
ini, sebagian besar siswa tertarik dengan pembelajaran materi
Cahaya dan Alat Optik menggunakan model pembelajaran
kreatif produktif. Hasil angket respon siswa kelas eksperimen
yaitu sebesar 26 siswa yang berantusias dengan penerapan
model pembelajaran ini, sedangkan hanya 2 anak yang
tergolong dalam kategori siswa yang memiliki antusias yang
sangat tinggi. Dari data yang diperoleh berdasarkan sebaran
angket respon siswa dapat disimpulkan bahwa siswa merasa
lebih mudah memahami penerapan dari materi cahaya dan alat
optik setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan
barang bekas.
3) Angket Berfikir Kreatif
Berikut ini merupakan data angket berfikir kreatif siswa di
kelas eksperimen dan kelas kontrol:
1
Gambar 4.3 Angket Pretest dan Posttest Kemampuan
Berfikir Kreatif Kelas Kontrol
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan gambar 4.3 angket berfikir kreatif pada
kelas kontrol dapat dilihat pada saat pretest siswa yang
termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 24 anak
sedangkan siswa yang tergolong dalam kategori rendah yaitu
berjumlah 3 anak. Pada materi cahaya dan alat optik di kelas
kontrol siswa dibimbing untuk melakukan diskusi secara
berkelompok. Dari perlakuan yang diberikan tersebut ternyata
mampu meningkatkan kemampuan berfikir kreatif pada siswa.
Pada saat posttest angket berfikir kreatif terdapat siswa yang
memiliki kemampuan berfikir kreatif yang tinggi yaitu hanya
berjumlah 20 siswa, sedangkan jumlah siswa yang termasuk
dalam kategori sedang dalam berfikir kreatif yaitu sebanyak 7
siswa.
0 0
24
3
0 0
20
7
0 0 0
5
10
15
20
25
30
sangattinggi
tinggi sedang rendah sangatrendah
pretest
posttest
1
Berikut ini merupakan angket kemampuan berfikir kreatif
siswa kelas eksperimen:
Gambar 4.4 Angket Pretest dan Posttest Kemampuan
Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen
Sumber: Data Peneliti
Berdasarkan gambar 4.4 angket berfikir kreatif pada
kelas eksperimen dapat dilihat pada saat pretest siswa yang
termasuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 22 siswa,
sedangkan siswa yang tergolong dalam kategori rendah yaitu
berjumlah 6 siswa. Pada materi cahaya dan alat optik di kelas
eksperimen siswa diarahkan untuk melakukan diskusi dan
praktikum secara berkelompok. Dari aktivitas yang dilakukan
tersebut ternyata mampu meningkatkan kemampuan berfikir
kreatif pada siswa. Pada saat posttest angket berfikir kreatif
0 0
22
6
0 0
28
0 0 0 0
5
10
15
20
25
30
sangat tinggi tinggi sedang rendah sangat rendah
pretest
posttest
1
terdapat siswa yang memiliki kemampuan berfikir kreatif yang
tinggi yaitu sebanyak 28 siswa.
Berdasarkan data kelas kontrol dan kelas eksperimen
terlihat bahwa pada saat pretest angket jumlah siswa yang
termasuk dalam kategori rendah dalam berfikir kreatif hampir
sama. Setelah diberi perlakuan yang berbeda kepada kedua
kelas tersebut maka terlihat bahwa tingkat kemampuan berfikir
kreatif siswa sudah sangat berbeda. Terlihat pada kelas
eksperimen tingkat kemampuan berfikir kreatif siswa yang
tergolong tinggi yaitu sebanyak 28 siswa sedangkan pada kelas
kontrol yaitu sebanyak 20 siswa. Hal ini disebabkan oleh kelas
eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model
pembelajaran kreatif produktif yang proses pembelajarannya
menekankan pada keaktifan dan kekreatifan siswa di dalam
kelas. Sehingga siswa mendapatkan pengalaman dan semangat
belajar dalam menerima pembelajaran dengan metode belajar
yang baru. Sedangkan dibandingkan dengan kelas kontrol yang
hanya mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional yang proses
pembelajarannya mengacu pada guru sehingga kurang
membuat siswa aktif di dalam kelas. Sedangkan dalam hal
penilaian indikator berfikir kreatif dari kelas kontrol maupun
kelas eksperimen, keduanya sama-sama memiliki indikator
1
yang dominan dalam hal penilaian secara keseluruhan dari
siswa dari kedua kelas tersebut. Adapun indikator tersebut
yaitu indikator fluency (kelancaran). Karena indikator ini
menitikberatkan kepada kemampuan berfikir yang lancar.
Dalam hal ini siswa lebih mudah untuk mengikuti pelajaran
seperti biasanya dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional maupun metode yang mengharuskan siswa untuk
aktif didalam kelas.
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji angket (kuesioner) menjelaskan bahwa
penggunaan model pembelajaran kreatif produktif sangat membantu
dalam proses belajar mengajar siswa. Terdapat siswa sebanyak 20,37%
pada kelas eksperimen dengan jawaban sangat setuju, 54,64% dengan
jawaban setuju, dan sebanyak 19,64% dengan jawaban ragu-ragu,
sedangkan yang menjawab tidak setuju hanya sebanyak 5,35% dengan
penerapan model pembelajaran kreatif produktif. Adapun indikator
berfikir kreatif yang paling dominan di dalam kelas kontrol maupun
kelas eksperimen yaitu indikator kelancaran (fluency).
2. Ada hubungan antara penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif dengan pemanfaatan barang bekas terhadap kemampuan
berfikir kreatif pada materi Cahaya dan Alat Optik siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Getasan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji korelasi
Pearson yang menunjukkan adanya hasil sebesar 0,943 antara dua
variabel, artinya kedua data tersebut berhubungan sangat kuat.
3. Ada pengaruh positif yang signifikan antara penggunaan model
pembelajaran kreatif produktif dengan pemanfaatan barang bekas
terhadap kemampuan berfikir kreatif siswa kelas VIII SMP Negeri 3
1
Getasan. Dapat dilihat pada uji hipotesis menggunakan uji regresi
linier sederhana dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti
bahwa nilai sig < 0,05 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya terdapat pengaruh antara model pembelajaran kreatif
produktif dengan kemampuan berfikir kreatif. Berdasarkan data hasil
uji Regresi juga diketahui nilai a sebesar 16,514 dan nilai b sebesar
0,769 yang artinya setiap penambahan 1% dari nilai b, maka nilai a
bertambah sebesar 0,769. Maka persamaan regresi sebesar: Y = 16,514
+ 0,769X. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan dari koefisien
determinasi, maka besarnya pengaruh model pembelajaran kreatif
produktif dengan kemampuan berfikir kreatif sebesar 88,9% atau dapat
dikatakan sangat mempengaruhi. Sedangkan 11,1% belum terpenuhi
dikarenakan kurangnya penguasaan dalam pengendalian keaktifan
siswa oleh peneliti.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang terdapat
pada skripsi ini maka terdapat beberapa saran yang diajukan penulis untuk
pihak-pihak terkait:
1. Bagi guru
Seorang pendidik hendaknya memiliki kemampuan berfikir kreatif
dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan mampu menciptakan
suasana kelas yang kondusif tetapi tetap memberikan kebebasan
kepasa siswa untuk berperan aktif saat proses pembelajaran, hal ini
1
bertujuan agar terciptanya suasana belajar yang menyenangkan siswa
selama proses belajar dan mampu mengembangkan potensi siswa
dalam mengembangkan ide kreatifnya melalui berbagai strategi
pembelajaran yang jauh lebih baik dan efisien.
2. Bagi siswa
Siswa diharapkan dapat memanfaatkan adanya proses belajar mengajar
yang menggunakan model pembelajaran kreatif produktif dengan
pemanfaatan barang bekas. Karena pembelajaran tersebut menuntut
siswa untuk aktif pada saat pembelajaran dan dapat berfikir secara
kreatif untuk memanfaatkan sesuatu yang terdapat pada lingkungan
sekitar guna untuk mengetahui penerapan dan terdapat potensi apa saja
yang ada pada lingkungan sekitar agar terciptanya proses pembelajaran
yang menyenangkan.
3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian serupa, diharapkan agar
menambahkan faktor apa saja yang menyebabkan tinggi rendahnya
minat siswa terhadap penggunaan model pembelajaran kreatif
produktif dan tingkat kemampuan berfikir kreatif siswa pada saat
proses pembelajaran.
1
DAFTAR PUSTAKA
Arigiyati, Tri Astuti. 2016. Implementasi penilaian Autentik untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP. Jurnal LPPM, 4 (2).
Arikunto, Suharsimi. 2010. Presedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_________________. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
_________________. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_________________. 2016. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arifah, Isnaini. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif untuk
Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas
IVB SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi tidak
diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Darmawan, Deni. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Gemmadeo. 2011. Model Pembelajaran Kreatif dan Produktif, (Online),
(http://deo2029.wordpress.com, diakses pada 23 Agustus 2019 pukul 13:
50).
Gunawan, Sigit. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif untuk
Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas
IVB SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi tidak
diterbitkan. Purwokerto: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammad Purwokerto.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21: Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Janti, Suhar. 2014. Analisis Validitas dan Reliabilitas dengan Skala Likert
terhadap Pengembangan SI/TI dalam Penentuan Pengambilan Keputusan
Penerapan Strategic Planning pada Industri Garmen. Prosiding Seminar
Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST), ISSN: 1979-911X.
Jumali. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
1
Khalqo, Asrori Qudrota. 2012. Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Pengelolaan
Barang Bekas (Studi Kasus Kelurahan Harjosari Kecamatan Sukajadi
Pekanbaru). Skripsi tidak diterbitkan. Riau: fakultas Syari’ah dan Ilmu
Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau.
Liliawati, Winny, dan Erna Puspita. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa.
Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010.
Madhi, Jamal. 2009. Kreatif Berpikir. Surakarta: Ziyad Visi Media.
Maftukhah, Nur Laeli, Kartika Chrysti S, dan Suhartono. 2016. Pemanfaatan
Barang Bekas dalam Peningkatkan Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran
SBK Kelas V SD Negeri 2 Karangpoh Tahun Ajaran 2015/2016. Kalam
cendekia, 5 (1.1)
Mahmud. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
Marwiyah, Siti, Kamid, dan Risnita. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian
Keterampilan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Materi
Atom, Ion, dan Molekul SMP Islam Al Falah. Jurnal Edu-Science, 4 (1).
Ngalimun. 2017. Strategi Pendidikan. Yogyakarta: Parama Ilmu.
Pramana, Andi. 2012. Analisis Perbandingan Volume Activity dan Abnormal
Return Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham. Skripsi tidak diterbitkan.
Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Pratiwi, Nanda. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif untuk
Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas
IVB SD Negeri 2 Bumiharjo Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi tidak
diterbitkan. Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Rahmawati, Lusy, Eko Setyadi Kurniawan, dan Ashari. 2015. Pengaruh Model
Pembelajaran Treffinger terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Suhu dan
Kalor Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Purworejo Tahun Pelajaran
2014/2015. Radiasi, 7 (1).
Rahmazatullaili, Cut Morina Zubainur, dan Said Munzir. 2017. Kemampuan
Berfikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Siswa Melalui Penerapan Model
Project Based Learning. Jurnal Tadris Matematika, 10 (2).
Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Prenadamedia Group.
1
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2012. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
_____ . 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_____ . 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_____ . 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
_____ . 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Supardi. 2015. Peran Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran Matematika.
Jurnal Formatif, 2 (3).
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_____ . 2016. Model-Model Pembelajaran Emansipatoris. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenada media Group.
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar dan Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan dan Profesi
Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/MTs kelas VIII Buku Siswa. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
1
Lampiran 1
CURRICULUM VITAE
Nama : Hayi’ Qoidatur Rofiah
Tempat, Tanggal Lahir : Jepara, 13 Maret 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat Sekarang : Jl. KH Ahmad Nur, Ds. Candirejo, Kec. Tuntang,
Kab. Semarang
Alamat Asal : Ds. Buaran, Kec. Mayong, Kab. Jepara
Nomor Telepon : 085875364756
Email : [email protected]
Pendidikan Terakhir : MAN 1 Kudus
RIWAYAT PENDIDIKAN
JENJANG NAMA SEKOLAH TAHUN LULUS
SD SDN Babadan 1 Ngawi 2009
SMP/MTs MTsN 2 Paron Ngawi 2012
SMA/MA MAN 1 Kudus 2015
Perkuliahan IAIN Salatiga Sekarang
1
Lampiran 6
SATUAN KREDIT KEGIATAN
Nama : Hayi’ Qoidatur Rofiah Jurusan : Tadris IPA
NIM : 23060-15-0023 Dosen P.A : Rini Verary S, S.Pd, M.Si.
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Sebagai Nilai
1. Program Ma’had Al Jami’ah
Putri IAIN Salatiga
Juli 2015 – Juni
2016
Peserta 15
2. Seminar Internasional dengan
tema “Petani untuk Negeri”
24 September 2016 Peserta 10
3. Call for paper and nasional
conference islamic natural
science dengan tema
“Pendidikan Sains Berbasis
Nilai-Nilai Islam dan Kearifan
Lokal”
05 November 2018 Presenter 10
4. International forum on science
(IfoS) 2018 dengan tema
“Science As An Integral Part
Of Islam”
12 Mei 2018 Peserta 10
5. Muria Scientific Competion
2018
09 April 2018 Finalis 10
6. Workshop dengan tema
“Integrated Science Programe:
Implementasi Integrasi
Keilmuan dalam Pembelajaran
Sains pada Madrasah
Tsanawiyah Se-Kota Salatiga”
09 November 2018 Fasilitator 9
7. Seminar Nasional dengan tema 17 November 2015 Peserta 8
1
“Pendidikan Karakter untuk
Melahirkan Pemimpin Masa
Depan”
8. Seminar Nasional dengan tema
“Peran Sistem Ekonomi Islam
Dalam Meningkatkan
Stabilitas Ekonomi Global
dengan Mensinergikan Sektor
Riil dan Sektor Keuangan”
13 Oktober 2015 Peserta 8
9. Seminar Nasional 2015
dengan tema “Epistemologi
Tafsir Kontemporer; Integrasi
Hermeneutika dalam Metode
Penafsiran Al-Qur’an”
30 September 2015 Peserta 8
10. Seminar Nasional denan tema
“Stay Positive! Can’t Live a
Positive Life with a Negative
Mind”
08 Desember 2015 Peserta 8
11. Seminar nasional dengan tema
“Reinventing Kebudayaan
Indonesia untuk Kebangkitan
HMI di Era Modern”
28 Mei 2016 Peserta 8
12. Seminar Nasional Revolusi
Industri 4.0
08 November 2018 Peserta 8
13. Seminar nasional dengan tema
“Preparing Your Future By
Winning Your CV”
17 November 2018 Peserta 8
14. Workshop dengan tema “Go
Recycle Training”
19 September 2015 Peserta 6
15. Seminar dan bedah film HMI 14 November 2015 Peserta 6
1
cabang Salatiga dengan tema
“Menggugah Jiwa
Nasionalisme Pemuda di Era
Moderenitas”
16. Seminar dengan tema “Literasi
Keuangan Syariah dan
Kebijakan Mikroprudensial
dalam Stabilitas Ekonomi”
12 Oktober 2015 Peserta 6
17. SIBA 22 Februari – 10
Juni 2016
Peserta 6
18. SIBI 22 Februari – 10
Juni 2016
Peserta 6
19 Seminar Revolusioner dengan
tema “Empowering Woman
To Do The Best”
28 Agustus 2015 Peserta 6
20. Training Makalah dan
Motivasi Lembaga Dakwah
Kampus (LDK) Fathir Ar-
Rasyid
12 September 2015 Peserta 6
21. Mimbar ilmiah sains indonesia
1 dengan tema “Menjaring
Matahari; Kearifan Akademik
Terhadap Lingkungan Melalui
Paperless Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi”
28 Juni 2016 Panitia 6
22. Makrab Tadris IPA 2 Desember 2016 Panitia 6
23. Sarasehan tadris ipa dengan
tema “Wahana Mewujudkan
Solidaritas Antar Mahasiswa
Jurusan Tadris Ipa”
26 Mei 2016 Panitia 6
1
24. Pelatihan Kepramukaan 19 – 21 Juli 2018 Peserta 6
25. Anggota HMJ 2015-2016 Masa bakti 2015-
2016
Anggota 6
26. Talkshow dengan tema
“Bercinta dengan Sastra”
Bersama Tere Liye
24 September 2017 Peserta 6
27. MAKESTA dengan tema
“Membangun Pelajar yang
Kritis Berlandas Aswaja”
27-28 Januari 2018 Peserta 6
28. Salatiga science olimpiade 1 15 Oktober 2016 Panitia 6
29. Nusantara mengaji 300.000
khataman Al- Qur’an
08 Mei 2016 Peserta 6
30. Workshop dengan tema “Your
CV, Your Future”
17 November 2018 Peserta 6
31. Salatiga Science Olympiade 2
Tingkat SMP/Mts Se-Jawa
Tengah
06 Oktober 2017 Panitia 6
32. Salatiga Science Olympiade 3
Tingkat SMP/Mts Se-Jawa
Tengah
12 Mei 2018 Panitia 6
33. OPAK FTIK IAIN Salatiga
2015 dengan tema “Integrasi
Pendidikan Karakter
Mahasiswa Melalui Kampus
Edukatif Humanis dan
Religius”
13 Agustus 2015 Peserta 3
34. OPAK IAIN Salatiga 2015
dengan tema “Penguatan
Nilai-Nilai Islam Indonesia
Menuju Negara yang Aman
14 Agustus 2015 Peserta 3
1
dan Damai”
35. UPT Perpustakaan IAIN
Salatiga dengan tema “Library
User Education”
21 Agustus 2015 Peserta 3
36. Apreasi akademik dosen dan
mahasiswa tadris IPA FTIK
IAIN Salatiga
20 September 2017 Peserta 3
37. Apreasi akademik dosen dan
mahasiswa tadris IPA FTIK
IAIN Salatiga
06 Oktober 2018 Peserta 3
38. Bedah buku dengan tema
“alam terkembang menjadi
guru: memotret fenomena
lingkungan melalui pendidikan
lingkungan hidup”
31 Oktober 2018 Peserta 3
39. Sosialisasi Dan Desiminasi
Buku Dengan Tema “Model
Pendekatan Saintifik dalam
Kehidupan Keagamaan
Masyarakat Kampung Mualaf”
28 Desember 2016 Peserta 3
Jumlah
255
1
Lampiran 7
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Getasan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Cahaya Dan Alat Optik
Sub Materi : Alat Optik dalam Kehidupan Sehari-hari
Alokasi Waktu : 3 pertemuan (6 JP 6 x 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1. KI1dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya serta menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
santun, percaya diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi
secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara.
2. KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik
sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3. KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secara kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif,
dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
1
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
6.3 Menyelediki sifat-sifat
cahaya dan hubungannya
dengan berbagai bentuk
cermin dan lensa
1. Menjelaskan sifat-sifat cahaya dan
pembentukan bayangan pada lensa dan
cermin
2. Mengidentifikasi jenis pembentukan
bayangan pada lensa dan cermin
6.4 Mendeskripsikan alat-alat
optik dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-
hari
3. Menjelaskan fungsi mata dan alat optik
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kreatif produktif, peserta didik diharapkan dapat:
1. membuat alat sederhana dengan penerapan dari sifat cahaya dan alat
optik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan
menggunakan bahan bekas melalui kegiatan diskusi.
2. mengetahui manfaat dari barang bekas untuk membuat alat
sederhana yang berkaitan dengan sifat cahaya dan alat optic melalui
kegiatan diskusi.
3. mengidentifikasi sifat cahaya dan mengetahui macam-macam alat
optic melalui kegiatan diskusi.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian cahaya
Cahaya dapat kita temui dimana-mana. Cahaya bersifat
gelombang dan partikel, Maxwell (1831-1874) mengemukakan
pendapatnya bahwa cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan
kemagnetan sehingga tergolong gelombang elektromagnetik. Cahya
1
sendiri pada hakekatnya tidak dapat dilihat, adanya cahaya apabila
cahaya tersebut mengenai suatu benda melalui pendekatan cahaya
sebagai gelombang dan partikel maka peristiwa refraksi, defraksi,
dispersi, dan refleksi.
2. Sifat Cahaya
a. Cahaya merambat lurus
Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya
merambat ke segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen,
maka cahaya merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya
merambat lurus tampak pada berkas cahaya matahari yang
menembus masuk ke dalam ruangan yang gelap. Demikian pula
dengan berkas lampu sorot pada malam hari. Berkas-berkas itu
tampak sebagai batang putih yang lurus. Ketika menyentuh
permukaan suatu benda maka rambatan cahaya akan mengalami
dua hal, yaitu pemantulan atau pembiasan. Pemantulan biasanya
dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan
terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya.
b. Cahaya Dapat Dipantulkan
Kita dapat melihat benda di sekitar kita karena benda itu
memantulkan cahaya. Kemudian cahaya pantulan tersebut masuk
ke mata kita. Jelas tidaknya benda tergantung pada banyaknya
cahaya yang dipantulkan oleh benda. Benda tampak bewarna
merah karena benda tersebut memantulkam spektrum warna merah
dan menyerap spektrum warna lain. Benda tampak hitam karena
benda tidak memantulkan cahaya tetapi menyerap semua spektrum
warna, sedangkan benda putih akan memantulkan semua cahaya.
Jenis pemantulan cahaya ada 2 yakni pemantulan teratur
dan pemantulan baur. Pemantulan teratur adalah pemantulan yang
sama sudutnya dengan sinar datang dan terjadi pada benda teratur.
Sedangkan pemantulan baur adalah cahaya yang dipantulkan yang
1
tersebar ke banyak arah yang berbeda dikarenakan suatu permukaan
tidak teratur.
c. Cahaya Dapat Dibiaskan
Setiap berkas cahaya yang masuk dari medium yang satu ke
medium yang lain akan dibiaskan atau dibelokkan arah rambatnya
disebut pembiasan refreksi.
Besarnya pergeseran berkas cahaya yang keluar dari suatu
medium bergantung pada kerapatan optik medium tersebut. jika
cahaya masuk dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat,
cahaya dibiaskan mendekati garis nol. Sebaliknya, jika cahaya
masuk dari zat optik lebih rapat ke zat optik kurang rapat, dapat
diuraikan menjauhi normal.
d. Cahaya Dapat Diuraikan (Dispersi)
Dispersi cahaya merupakan peristiwa terurainya cahaya
putih menjadi warna-warna spektrum. Isac Newrton
mengemukakkan bahwa sesungguhnya cahaya putih mengandung
semua dari tujuh warna yang terdapat pada pelangi. Berdasarkan
urutan penurunan panjang gelombang, maka warna-warna yang
seharusnya kamu lihat pada pelangi adalah merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu.
3. Pembentukan Bayangan pada Cermin
a. Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar
Pada saat menentukan bayangan pada cermin datar
melalui diagram sinar, titik bayangan adalah titik potong berkas
sinar-sinar pantul. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya
diperoleh dari perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen
(mengumpul). Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik
potongnya merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang
divergen (menyebar).
1
Bayangan pada cermin datar bersifat nyata. Titik bayangan
dihasilkan dari perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan
oleh garis putus-putus.
b. Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung
Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya
melengkung. Ada dua jenis cermin lengkung sederhana yaitu
cermin silinder dan cermin bola. Khususnya tentang cermin cekung
dan cembung.
Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya lengkung,
dimana permukaan cermin yang memantulkan cahaya melengkung
ke belakang. Sedangkan, Cermin cembung adalah cermin yang
bentuknya lengkung, dimana permukaan cermin yang
memantulkan cahaya melengkung kedepan .
4. Pembentukan Bayangan pada Lensa
Lensa adalah benda bening yang memiliki permukaan
berbentuk cekung atau cembung dan berfungsi untuk membiaskan
cahaya. Lensa cembung yang berfungsi untuk memperbesar bayangan
benda yang akan diteliti. Jika dipegang, lensa cembung bagian
tengahnya lebih tebal dari bagian pinggir, kalau lensa cekung bagian
tengahnya lebih tipis dari bagian pinggirnya.
Persamaan pada Lensa cembung dan lensa cekung:
Perbesarannya, M =|
Keterangan:
f : jarak fokus
s : jarak benda
jarak bayangan
1
Pada lensa cembung, titik fokus bernilai positif (sama seperti
pada cermin cekung), sedangkan pada lensa cekung, titik fokus
bernilai negatif (sama seperti pada cermin cembung).
5. Alat-alat Optik
a. Mata
Mata dalah alat optik manusia dan hewan lainnya. Mata
manusia terpasang pada tulang rongga mata dengan tiga pasang otot-
otot mata berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke kiri, kanan, atas
dan bawah. Kornea adalah selaput yang bening yang tembus cahaya.
Iris atau selaput yang bening yang tembus cahaya. Iris atau selaput
pelangsi, merupakan bagian yang mempunyai warna di belakangruang
depan. Pupil pada tengah lensa dapat mengcil dan membesar. Satu
sumbu dengan pupil adalah lensa mata. Lensa tergantung pada otot-
otot polos yang berkontraksi sehingga lebih pipih atau lebih cembung.
Mata yang normal bayangan jatuh tepat di bintik kuning pada
retina. Berdasarkan jatuhnya bayangan pada retina, cacat mata
dibedakan menjadi miopi, hipermetropi, presbiopi dan astigmatisma.
b. Lup
Lup adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati
benda-benda yang kecil supaya tampak lebih besar dan jelas. Lup
merupakan lensa cembung yang diberi pegangan agar mudah
digunakan. Lup sering digunakan tukang saat memperbaiki arloji.
c. Kamera
Kamera adalah alat yang digunakan untuk membidik suatu
objek dan menyimpannya dalam bentuk film. Terdapat beragam
bentuk kamera ada kamera klasik yang membutuhkan flat film dan ada
kamera digital yang menyimpan film dalam bentuk file.
Kamera digital dan nondigital memiliki struktur yang berada di
bagian dalam namun memiliki kesamaan pada bagian lensa
pembidiknya. Lensa pembidik dari kamera inilah yang merupakan alat
1
optik saat membidik suatu objek. Objek dapat dibuat seperti ukuran
asli atau pun diperbesar dengan menggunakan zoom. Alat zoom pada
kamera merupakan serangkaian lensa cembung yang dapat diatur dan
diputar saat diperlukan.
d. Mikroskop
Pengamatan terhadap gejala alam dapat kita amati dengan mata
telanjang atau pun dengan menggunakan alat tertentu. Pengamatan
komponen biotik di laboratorium sering menggunakan alat yang kita
sebut sebagai mikroskop. Mikroskop merupakan alat yang didisain
untuk melihat objek kecil seperti sel atau bakteri.
e. Periskop
Digunakan untuk mengamati benda-benda di permukaan laut. Alat
ini pada umumnya untuk perlengkapan kapal selam.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran : Scientific
2. Model Pembelajaran : Kreatif Produktif
3. Metode Pembelajaran : Diskusi, Praktikum dan Presentasi
F. Media dan Bahan Pembelajaran
1. Media pembelajaran
Power point
Worksheet atau lembar kerja siswa
Lembar penilaian
2. Bahan pembelajaran
Laptop
LCD proyektor
Papan tulis dan Alat tulis
1
G. Sumber Belajar
a. Bagi Guru
Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Bagi Siswa
Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
LKS Intan Pariwara Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII
H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ke-1 (2 x 40) Waktu
Kegiatan Pendahuluan Guru :
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta
didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya.
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan.
“Bagaimanakah posisi tangan kananmu pada saat
terlihat di cermin datar pada saat kamu
bercermin?”
Motivasi
Guru menanyakan kepada siswa “apakah kalian
pernah melihat bayangan kalian dengan
menggunakan sendok?
15 menit
1
Pemberian Acuan
Memberitahukan materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu.
Memberitahukan tentang kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, dan KBM pada
pertemuan yang berlangsung
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran
Kegiatan Inti 55 menit
Sintak Model Kegiatan Pembelajaran
Orientation
Guru memberikan soal Pre-
test sebelum dimulai
pembelajaran mengenai
cahaya dan alat optik
Guru memberikan penjelasan
materi kepada siswa tentang
sifat cahaya dan macam-
macam alat optik
Guru menanyai siswa
mengenai sifat-sifat bayangan
yang dihasilkan oleh berbagai
cermin maupun lensa
Guru meminta salah satu siwa
untuk menyebutkan macam-
macam alat optik yang
mereka ketahui
Guru mengkomunikasikan
tujuan, waktu, langkah
pembelajaran, dan hasil yang
1
Eksplorasi
diharapkan selama
pembelajaran berlangsung dan
pertemuan selanjutnya
Guru membagi siswa menjadi
tiga kelompok secara acak
Siswa mendiskusikan langkah
pembelajaran
Guru mengarahkan siswa agar
mempersiapkan alat, bahan,
dan panduan praktikum yang
akan dilakukan dipertemuan
selanjutnya
Guru memberikan bimbingan
kepada siswa untuk mencari
informasi dan materi melalui
buku, observasi, browsing
melalui internet, dan
sebagainya yang berkaitan
dengan praktikum yang akan
dilakukan pada pertemuan
selanjutnya
Siswa membaca buku IPA
untuk mencari informasi dan
materi untuk mempersiapkan
praktikum yang akan
dilakukan pada pertemuan
selanjutnya
Siswa membuat cacatan
tentang hal-hal apa saja yang
harus dipersiapkan dan
dibawa pada pertemuan
1
selanjutnya
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang
belum difahami terkait
langkah pembelajaran untuk
pertemuan selanjutnya.
Kegiatan Penutup Guru memberikan bimbingan
terhadap siswa untuk
menyimpulkan materi
pelajaran yang dipelajari pada
pertemuan ini
Peserta didik mengagendakan
projek yang harus dipelajari
pada pertemuan berikutnya di
luar jam sekolah atau
dirumah.
Guru memberikan salam
penutup.
10 menit
Pertemuan ke 2 (2 x 40 menit) Waktu
Kegiatan Pendahuluan Guru :
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam pembuka
dan berdoa untuk memulai pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap
disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam
mengawali kegiatan pembelajaran.
10 menit
1
Apersepsi
Mengaitkan ateri/tema/kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta
didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya.
Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya
dengan pelajaran yang akan dilakukan. “Mengapa
cermin pemantau di toko-toko atau swalayan
menggunakan cermin cembung?”
Motivasi
Guru menanyakan kepada siswa “Alat apakah yang
digunakan oleh tukang arloji pada saat memperbaikai
arloji?”
Pemberian Acuan
Memberitahukan tentang kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, dan KBM pada
pertemuan yang berlangsung
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman
belajar sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran.
Kegiatan Inti 60 menit
Sintak Model Kegiatan Pembelajaran
Interpretasi
Guru mengarahkan siswa untuk
berkumpul dengan kelompoknya
masing-masing sesuai dengan
yang telah dibentuk pada
pertemuan yang lalu
Guru mengarahkan siswa untuk
mempersiapkan alat dan bahan
yang telah dibawa untuk
praktikum
1
Re-kreasi
guru membimbing siswa dalam
melakukan praktikum membuat
produk baru yang berkaitan
dengan materi cahaya dan alat
optik
siswa berdiskusi dengan
kelompoknya untuk menciptakan
produk baru yang berkaitan
dengan materi pelajaran
siswa melakukan praktikum
untuk menghasilkan media
pembelajaran yang berkaitan
dengan materi cahaya dan alat
optic
Guru menginformasikan untuk
mempersiapkan presentasi
mengenai produk yang dihasilkan
pada pertemuan yang selanjutnya
Penutup Guru memberikan bimbingan
terhadap siswa untuk
menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan pada
pertemuan ini
Peserta didik mempersiapkan
agenda pada pertemuan berikutnya
di luar jam sekolah atau dirumah
Guru menginformasikan bahwa
dalam pertemuan selanjutnya akan
diadakan post test
Guru memberikan salam penutup.
10 menit
1
Pertemuan ke 3 (2 x 40 menit) Waktu
Kegiatan Pendahuluan Guru :
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik
dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi
Mengaitkan materi/tema/kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya.
Motivasi
Guru menanyakan kepada siswa “Alat apakah yang
digunakan oleh siswa yang bermata minus?”
Pemberian Acuan
Memberitahukan materi pelajaran yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran pada pertemuan saat itu
Memberitahukan tentang kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, dan KBM pada
pertemuan yang berlangsung
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
10 menit
1
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti 30 menit
Sintak model Kegiatan pembelajaran
Evaluasi masing-masing kelompok
mempresentasikan produk baru
yang diciptakan dengan
berdasarkan materi apa dan
bagaimana cara
menggunakannya
kelompok lain mengajuakan
pertanyaan yang berkaitan
dengan produk baru yang
sedang dipresentasikan
guru mengevaluasi masing-
masing dari produk baru yang
dihasilkan setiap kelompok.
Penutup Siswa dengan didampingi oleh
guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajari pada
pertemuan ini
Guru memberikan soal post test
Guru memberikan salam
penutup
40 menit
1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 3 Getasan
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/Semester : VIII/Genap
Materi Pokok : Cahaya dan Alat Optik
Alokasi Waktu : 3 pertemuan (6 JP 6 x 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1. KI1 dan KI2: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
serta Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya
diri, peduli, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan
regional.
2. KI3: Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
3. KI4: Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam
ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
1
B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator
6.3 Menyelediki sifat-sifat cahaya
dan hubungannya dengan
berbagai bentuk cermin dan
lensa
4. Menjelaskan sifat-sifat cahaya dan
pembentukan bayangan pada lensa dan
cermin
5. Mengidentifikasi jenis pembentukan
bayangan pada lensa dan cermin
6.4 Mendeskripsikan alat-alat
optik dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
6. Menjelaskan fungsi mata dan alat optik
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan sifat-sifat cahaya dan pembentukan bayangan
2. Mengidentifikasi jenis pembentukan bayangan
3. Menjelaskan fungsi mata dan alat optik
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian cahaya
Cahaya dapat kita temui dimana-mana. Cahaya bersifat gelombang
dan partikel, Maxwell (1831-1874) mengemukakan pendapatnya bahwa
cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikkan dan kemagnetan sehingga
tergolong gelombang elektromagnetik. Cahya sendiri pada hakekatnya
tidak dapat dilihat, adanya cahaya apabila cahaya tersebut mengenai suatu
benda melalui pendekatan cahaya sebagai gelombang dan partikel maka
peristiwa refraksi, defraksi, dispersi, dan refleksi.
2. Sifat Cahaya
a. Cahaya merambat lurus
Cahaya yang dipancarkan oleh sebuah sumber cahaya merambat ke
segala arah. Bila medium yang dilaluinya homogen, maka cahaya
1
merambat menurut garis lurus. Bukti cahaya merambat lurus tampak
pada berkas cahaya matahari yang menembus masuk ke dalam ruangan
yang gelap. Demikian pula dengan berkas lampu sorot pada malam
hari. Berkas-berkas itu tampak sebagai batang putih yang lurus.
Ketika menyentuh permukaan suatu benda maka rambatan cahaya
akan mengalami dua hal, yaitu pemantulan atau pembiasan.
Pemantulan biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya,
sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus
cahaya.
b. Cahaya Dapat Dipantulkan
Kita dapat melihat benda di sekitar kita karena benda itu
memantulkan cahaya. Kemudian cahaya pantulan tersebut masuk ke
mata kita. Jelas tidaknya benda tergantung pada banyaknya cahaya
yang dipantulkan oleh benda. Benda tampak bewarna merah karena
benda tersebut memantulkam spektrum warna merah dan menyerap
spektrum warna lain. Benda tampak hitam karena benda tidak
memantulkan cahaya tetapi menyerap semua spektrum warna,
sedangkan benda putih akan memantulkan semua cahaya.
Jenis pemantulan cahaya ada 2 yakni pemantulan teratur dan
pemantulan baur. Pemantulan teratur adalah pemantulan yang sama
sudutnya dengan sinar datang dan terjadi pada benda teratur.
Sedangkan pemantulan baur adalah cahaya yang dipantulkan yang
tersebar ke banyak arah yang berbeda dikarenakan suatu permukaan
tidak teratur.
c. Cahaya Dapat Dibiaskan
Setiap berkas cahaya yang masuk dari medium yang satu ke
medium yang lain akan dibiaskan atau dibelokkan arah rambatnya
disebut pembiasan refreksi.
Besarnya pergeseran berkas cahaya yang keluar dari suatu medium
bergantung pada kerapatan optik medium tersebut. jika cahaya masuk
dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat, cahaya dibiaskan
1
mendekati garis nol. Sebaliknya, jika cahaya masuk dari zat optik lebih
rapat ke zat optik kurang rapat, dapat diuraikan menjauhi normal.
d. Cahaya Dapat Diuraikan (Dispersi)
Dispersi cahaya merupakan peristiwa terurainya cahaya putih
menjadi warna-warna spektrum. Isac Newrton mengemukakkan bahwa
sesungguhnya cahaya putih mengandung semua dari tujuh warna yang
terdapat pada pelangi. Berdasarkan urutan penurunan panjang
gelombang, maka warna-warna yang seharusnya kamu lihat pada
pelangi adalah merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
3. Pembentukan Bayangan pada Cermin
a. Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar
Pada saat menentukan bayangan pada cermin datar melalui
diagram sinar, titik bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar
pantul. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya diperoleh dari
perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen (mengumpul).
Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik potongnya
merupakan hasil perpanjangan sinar-sinar pantul yang divergen
(menyebar).
Bayangan pada cermin datar bersifat nyata. Titik bayangan
dihasilkan dari perpotongan sinar-sinar pantul yang digambarkan oleh
garis putus-putus.
b. Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung
Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya melengkung.
Ada dua jenis cermin lengkung sederhana yaitu cermin silinder dan
cermin bola. Khususnya tentang cermin cekung dan cembung.
Cermin cekung adalah cermin yang bentuknya lengkung, dimana
permukaan cermin yang memantulkan cahaya melengkung ke
belakang. Sedangkan, Cermin cembung adalah cermin yang bentuknya
lengkung, dimana permukaan cermin yang memantulkan cahaya
melengkung kedepan .
1
4. Pembentukan Bayangan pada Lensa
Lensa adalah benda bening yang memiliki permukaan berbentuk
cekung atau cembung dan berfungsi untuk membiaskan cahaya. Lensa
cembung yang berfungsi untuk memperbesar bayangan benda yang akan
diteliti. Jika dipegang, lensa cembung bagian tengahnya lebih tebal dari
bagian pinggir, kalau lensa cekung bagian tengahnya lebih tipis dari
bagian pinggirnya.
Persamaan pada Lensa cembung dan lensa cekung:
Perbesarannya, M =|
Keterangan:
f : jarak fokus
s : jarak benda
jarak bayangan
Pada lensa cembung, titik fokus bernilai positif (sama seperti pada
cermin cekung), sedangkan pada lensa cekung, titik fokus bernilai negatif
(sama seperti pada cermin cembung).
5. Alat-alat Optik
a. Mata
Mata dalah alat optik manusia dan hewan lainnya. Mata
manusia terpasang pada tulang rongga mata dengan tiga pasang otot-
otot mata berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke kiri, kanan, atas
dan bawah. Kornea adalah selaput yang bening yang tembus cahaya.
Iris atau selaput yang bening yang tembus cahaya. Iris atau selaput
pelangsi, merupakan bagian yang mempunyai warna di belakangruang
depan. Pupil pada tengah lensa dapat mengcil dan membesar. Satu
sumbu dengan pupil adalah lensa mata. Lensa tergantung pada otot-
otot polos yang berkontraksi sehingga lebih pipih atau lebih cembung.
1
Mata yang normal bayangan jatuh tepat di bintik kuning pada
retina. Berdasarkan jatuhnya bayangan pada retina, cacat mata
dibedakan menjadi miopi, hipermetropi, presbiopi dan astigmatisma.
b. Lup
Lup adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati
benda-benda yang kecil supaya tampak lebih besar dan jelas. Lup
merupakan lensa cembung yang diberi pegangan agar mudah
digunakan. Lup sering digunakan tukang saat memperbaiki arloji.
c. Kamera
Kamera adalah alat yang digunakan untuk membidik suatu objek
dan menyimpannya dalam bentuk film. Terdapat beragam bentuk
kamera ada kamera klasik yang membutuhkan flat film dan ada kamera
digital yang menyimpan film dalam bentuk file.
Kamera digital dan nondigital memiliki struktur yang berada di
bagian dalam namun memiliki kesamaan pada bagian lensa
pembidiknya. Lensa pembidik dari kamera inilah yang merupakan alat
optik saat membidik suatu objek. Objek dapat dibuat seperti ukuran
asli atau pun diperbesar dengan menggunakan zoom. Alat zoom pada
kamera merupakan serangkaian lensa cembung yang dapat diatur dan
diputar saat diperlukan.
d. Mikroskop
Pengamatan terhadap gejala alam dapat kita amati dengan mata
telanjang atau pun dengan menggunakan alat tertentu. Pengamatan
komponen biotik di laboratorium sering menggunakan alat yang kita
sebut sebagai mikroskop. Mikroskop merupakan alat yang didisain
untuk melihat objek kecil seperti sel atau bakteri.
e. Periskop
Digunakan untuk mengamati benda-benda di permukaan laut. Alat
ini pada umumnya untuk perlengkapan kapal selam.
E. Metode Pembelajaran
1
1. Pendekatan Pembelajaran : Scientific
2. Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi-Presentasi
3. Model Pembelajaran : Konvensional
F. Media Pembelajaran
1. Media Pembelajaran
Power point
Worksheet atau lembar kerja siswa
Lembar penilaian
2. Bahan Pembelajaran
Laptop
LCD proyektor
Papan tulis dan Alat tulis
G. Sumber Belajar
c. Bagi Guru
Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
d. Bagi Siswa
Zubaidah, Siti, dkk. 2014. IPA SMP/Mts kelas VIII Buku Siswa. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
LKS Intan Pariwara Ilmu Pengetahuan Alam kelas VIII
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1 (2 x 40)
Tahap Kegiatan Waktu
Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan Guru:
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin
10 menit
1
Menyiapkan fisik dan psikis peserta
didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi:
Mengaitkan materi/tema/kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik
dengan materi/tema/kegiatan
sebelumnya.
Mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang
akan dilakukan.
“Bagaimanakah posisi tangan
kananmu pada saat terlihat di cermin
datar pada saat kamu bercermin ?”
Motivasi:
Guru menanyakan kepada siswa
“apakah kalian pernah melihat
bayangan kalian dengan menggunakan
sendok?
Pemberian Acuan:
Memberitahukan materi pelajaran
yang akan dibahas pada pertemuan
saat itu.
Memberitahukan tentang kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator, dan
KBM pada pertemuan yang
berlangsung
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
1
Kegiatan Inti
Guru memberikan soal Pre-test sebelum
dimulai pembelajaran mengenai cahaya
dan alat optik
Mengamati:
Siswa mengamati penjelasan materi
tentang sifat-sifat cahaya melalui slide
yang ada di depan.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyusun pertanyaan mengenai apa yang
sudah diamati berdasar slide proyektor
tersebut.
Menanya:
Guru menanya siswa mengenai materi
sifat-sifat cahaya yang sudah dilihat
melalui slide.
Mencoba:
Meminta siswa mengemukakan
pertanyaani tentang materi sifat-sifat
cahaya.
Menalar:
Siswa mendiskusikan hasil sifat-sifat
cahaya dengan teman sebangkunya
Mengkomunikasikan:
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
bersama teman sebangku mengenai materi
sifat-sifat cahaya
50 Menit
Penutup Siswa dengan dibimbing oleh guru
menyimpulkan materi pembelajaran yang 20 Menit
1
dipelajari pada pertemuan ini.
Guru meminta siswa untuk menyampaikan
pertanyaan seputar materi pembelajaran,
apabila terdapat kebingungan dalam
memahami materi.
Mengagendakan projek yang harus
dipelajari pada pertemuan berikutnya di
luar jam sekolah atau dirumah.
Memberikan penghargaan kepada
kelompok yang memiliki kinerja dan
kerjasama yang baik.
Guru memberikan salam penutup.
Pertemuan Ke-2 (2 x 40)
Tahap Kegiatan Waktu
Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan Guru:
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin.
Menyiapkan fisik dan psikis peserta
didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Apersepsi:
Mengaitkan materi/tema/kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan
dengan pengalaman peserta didik
dengan materi/tema/kegiatan
sebelumnya.
15 menit
1
Mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang
akan dilakukan.
“Mengapa cermin pemantau di toko-
toko atau swalayan menggunakan
cermin cembung?”
Motivasi:
Guru menanyakan kepada siswa “Alat
apakah yang digunakan oleh siswa yang
bermata minus?”
Pemberian Acuan:
Memberitahukan materi pelajaran yang
akan dibahas pada pertemuan saat itu.
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran pada pertemuan ini.
Memberitahukan tentang kompetensi
inti, kompetensi dasar, indikator, dan
KBM pada pertemuan yang
berlangsung.
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
Mengamati:
Siswa mengamati penjelasan materi
tentang pembentukan bayangan pada
cermin dan lensa melalui slide yang ada di
depan.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyusun pertanyaan mengenai apa yang
sudah diamati berdasar slide proyektor
50 Menit
1
tersebut.
Menanya:
Guru menanya siswa mengenai materi
pembentukan bayangan pada cermin dan
lensa yang sudah dilihat melalui slide.
Mencoba :
Siswa duduk dalam tatanan kelompok dan
menjelaskan kegiatan yang dilakukan
dengan mengenal karakter siswa.
Meminta siswa berdiskusi dan
membandingkan hasil diskusi tentang
materi pembentukan bayangan pada
cermin dan lensa.
Menalar:
Siswa mendiskusikan hasil pembentukan
bayangan pada cermin dan lensa.
Mengkomunikasikan:
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
bersama teman sekelompok mengenai
materi pembentukan bayangan pada
cermin dan lensa.
Penutup
Siswa dengan didampingi oleh guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari
pada pertemuan ini.
Guru memberikan evaluasi akhir mengenai
materi alat optik.
Guru memberikan salam penutup.
15 Menit
Pertemuan ke 3 (2x 40 menit)
Tahap Kegiatan Waktu
1
Pendahuluan Kegiatan Pendahuluan Guru:
Orientasi
Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik
sebagai sikap disiplin.
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik
dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
Apersepsi:
Mengaitkan materi/tema/kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya.
Motivasi:
Guru bertanya kepada siswa “Alat apakah
yang digunakan oleh siswa yang bermata
minus?”
Pemberian Acuan:
Memberitahukan materi pelajaran yang
akan dibahas pada pertemuan saat itu.
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran pada pertemuan ini.
Memberitahukan tentang kompetensi inti,
kompetensi dasar, indikator, dan KBM
pada pertemuan yang berlangsung.
Menjelaskan mekanisme pelaksanaan
pengalaman belajar sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran.
15 menit
1
Mengamati:
Siswa mengamati penjelasan materi tentang
macam-macam alat optik
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyusun pertanyaan mengenai apa yang
sudah diamati berdasar slide proyektor
tersebut.
Menanya:
Guru menanya siswa mengenai macam-
macam alat optik
Mencoba :
Meminta siswa mengemukakan pertanyaan
yang berhubungan dengan macam-macam
alat optik.
Menalar:
Siswa mendiskusikan dengan teman
sebangku tentang penerapan alat optik untuk
kehidupan sehari-hari
Mengkomunikasikan:
Siswa mempresentasikan hasil diskusi
bersama teman sebangku tentang penerapan
alat optik untuk kehidupan sehari-hari
20 Menit
Penutup
Siswa dengan didampingi oleh guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari
pada pertemuan ini.
Guru memberikan evaluasi akhir mengenai
materi alat optik.
Guru memberikan soal Post-test.
Guru memberikan salam penutup usai siswa
mengerjakan soal Post-test.
45 Menit
1
Lampiran 8
DAFTAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 3 GETASAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KELAS KONTROL
No Nama Siswa Kode Siswa
1 Ade Rizal K-01
2 Ali Nur R K-02
3 Andri W K-03
4 Anggar Wisnu K-04
5 Arga K-05
6 Arkhelaus Raya K-06
7 Choirul Anwar K-07
8 Danang A. S K-08
9 Della Pramesti K-09
10 Dinda K-10
11 Eda Devi A K-11
12 Feri Yulianto K-12
13 Gilang R K-13
14 Hidayat Danu W K-14
15 Ilham Yusuf M K-15
16 Kharisma Dhiya K-16
17 Lanang Adi W K-17
18 Maulina Dwi A K-18
19 Nur Rohman K-19
20 Paryudi K-20
21 Pujiyati K-21
22 Putra Sebtiawan K-22
23 Rizqi Febriyanti K-23
24 Semiyati K-24
25 Solekah Novia K-25
26 Supriati K-26
27 Suryono Nurul F K-27
1
DAFTAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 3 GETASAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KELAS EKSPERIMEN
No Nama Siswa Kode Siswa
1 Alya Marta S E-01
2 Andi Setiawan E-02
3 Arif Eko P E-03
4 Budi Cahyono E-04
5 Danang E-05
6 David Rikky F E-06
7 Dediy Setiawan E-07
8 Devi Utmania E-08
9 Dian Nur Sagita E-09
10 Dista Fitria A E-10
11 Fais Noor Rizky E-11
12 Galang R E-12
13 Henik Devi R E-13
14 Imam Habi B E-14
15 Khuswatun K E-15
16 M Abdul Kharim E-16
17 M Faturohim K E-17
18 Ridho Maulana E-18
19 Riska Alviani E-19
20 Rista Agus W E-20
21 Rohmat W E-21
22 Roni Yanuar N K E-22
23 Rudi Cahyono E-23
24 Sari Mulyati E-24
25 Sriyono E-25
26 Sulastri E-26
27 Tegar Suwito E-27
28 Tika Septiani E-28
1
DAFTAR SISWA KELAS IX-C SMP NEGERI 3 GETASAN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KELAS UJI COBA
No Nama Siswa
Kode Siswa
1 Agus Triya Wulandari U-01
2 Andriei Setya Budi U-02
3 Anis Cahyani U-03
4 Bintang U-04
5 Catur Rizki Nanda S U-05
6 Dani Ferdian Eka S U-06
7 Dimas Sandi M R U-07
8 Diyah Prajna Olivia U-08
9 Ema Fani Sefiyani U-09
10 Endi Siswoko U-10
11 Erika Septia K S U-11
12 Fani Widya A U-12
13 Fauzan Eko S U-13
14 Hasan Askari U-14
15 Maya Septa A U-15
16 Noviyanto U-16
17 Putri Oktavia H U-17
18 Ragil Wahyu Widodo U-18
19 Rahmat Eko U-19
20 Rini N U-20
21 Rohmah Hidayanti U-21
22 Ruwanto U-22
23 Titik Yuliati U-23
24 Wahyu Aji Sutanto U-24
1
Lampiran 9
` Kisi-kisi Soal Uji Coba Kemampuan Berpikir Kreatif
Kompetensi
Dasar
Indikator Soal Tujuan yang ingin dicapai Ranah
Kognitif
dan Nomor
Soal
6.3 Menyelidiki
sifat-sifat
cahaya dan
hubungannya
dengan
berbagai
bentuk
cermin dan
lensa
1. Menggali penerapan dari sebuah
cermin
2. Menjelaskan sifat bayangan
cermin datar
3. Menghitung letak bayangan dari
cermin cembung
4. Menjelaskan sifat bayangan yang
dibentuk oleh cermin cekung
5. Menyebutkan perbedaan cermin
cekung dan cembung
6. Menghitung letak, perbesaran
bayangan
7. Menunjukkan letak fokus pada
lensa
8. Menganalisis masalah dari
penglihatan kabur
9. Menganalisis sifat bayangan.
10. Menunjukkan jarak fokus lensa
1. Siswa dapat menentukan jenis
cermin
2. Siswa dapat menentukan sifat
bayangan cermin datar
3. Siswa dapat menghitung letak
dari cermin cembung
4. Siswa dapat menentukan sifat
bayangan cermin cekung
5. Siswa dapat menentukan
perbedaan antara cermin
cekung dan cembung
6. Siswa dapat menghitung letak,
perbesaran bayangan
7. Siswa dapat menganalisis
fokus lensa
8. Siswa dapat menyintesis
masalah dari penglihatan kabur
9. Siswa dapat menganalisis sifat
bayangan
10. Siswa dapat menganalisis
jarak fokus lensa
C1 (2, 4, 5,
12, 13, 14,
15)
C2 (1, 10)
C3 (3, 6, 7)
C4 (8, 9)
C5 (11)
6.4
Mendeskripsi
kan alat-alat
optik dan
penerapannya
dalam
kehidupan
sehari-hari
11. Mengkreasikan suatu barang
yang berkaitan dengan alat optik
12. mengidentifikasi cacat mata dan
cara mengatasinya
13. Menjelaskan tetang lup
14. Mengidentifikasi bayangan
tegak dan perbesaran lup
15. Menyebutkan bagian mikroskop
11. Siswa dapat Mengkreasikan
suatu barang yang berkaitan
dengan alat optik
12. Siswa dapat mengidentifikasi
cacat mata dan cara
mengatasinya
13. Siswa dapat menjelaskan
tetang lup
14. Siswa dapat mengidentifikasi
bayangan tegak dan perbesaran
lup
15. Siswa dapat menyebutkan
bagian mikroskop
1
Tabel Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
No. Konsep Indikator Kompetensi Siswa Indikator Berpikir
Kreatif
1. Jenis cermin 1. Menggali penerapan dari sebuah
cermin Kelancaran
2. Sifat bayangan
cermin datar
2. Menjelaskan sifat bayangan
cermin datar
Kelancaran
3.
Menghitung letak
bayangan dari
cermin cembung
3. Menghitung letak bayangan dari
cermin cembung Keaslian
4.
Sifat bayangan
yang dibentuk oleh
cermin cekung
4. Menjelaskan sifat bayangan yang
dibentuk oleh cermin cekung Kelancaran
5.
Perbedaan cermin
cekung dan
cembung
5. Menyebutkan perbedaan cermin
cekung dan cembung Kelancaran
6. Menghitung letak,
perbesara bayangan
6. Menghitung letak, perbesaran
bayangan
Keaslian
7. Fokus lensa 7. Menunjukkan letak fokus pada
lensa Keluwesan
8. Masalah dari
penglihatan kabur
8. Menganalisis masalah dari
penglihatan kabur Keluwesan
9. Sifat bayangan 9. Menganalisis sifat bayangan
Keluwesan
10. Jarak fokus lensa 10. Menunjukkan jarak fokus lensa
Keluwesan
11. Alat optic 11. Mengkreasikan suatu barang
yang berkaitan dengan alat optic Elaborasi
12. Mengatasi cacat
mata
12. mengidentifikasi cacat mata dan
cara mengatasinya Kelancaran
13. Lup 13. Menjelaskan tetang lup
Kelancaran
14. Bayangan tegak dan
perbesaran lup
14. Mengidentifikasi bayangan tegak
dan perbesaran lup Kelancaran
15. Mikroskop 15. Menyebutkan bagian mikroskop
Kelancaran
1
Lampiran 10
Nama : Hari/Tanggal :
Mata Pelajaran : IPA Alokasi Waktu: 40 menit
Kelas : Materi : Cahaya dan Alat Optik
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !
1. Mengapa cermin yang dipakai sebagai spion sepeda motor atau mobil merupakan cermin
cembung?
Jawab : ................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Jelaskan sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar!
Jawab : .................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Sebuah benda setinggi 6 cm diletakkan 25 cm di depan cermin cembung yang jarak
fokusnya 10 cm. Tentukan letak bayangan pada cermin tersebut!
Jawab : ................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Jelaskan sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung berdasarkan posisi benda di
depan cermin!
Jawab:..................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Sebutkan perbedaan antara sifat cermin cekung dan cermin cembung!
Jawab:..................................................................................................................
.............................................................................................................................
6. Sebuah benda terletak 15 cm di depan lensa cembung dengan jarak fokus 10 cm. Tentukan
letak bayangan lensa tersebut!
Jawab: .................................................................................................................
.............................................................................................................................
7. Sebuah lensa mempunyai fokus 20 cm. Pada jarak berapakah sebuah benda harus di
letakkan agar mengalami perbesaran 2 kali ukuran sebenarnya?
Jawab: .................................................................................................................
.............................................................................................................................
8. Beni memiliki penglihatan normal, kemudian dia mencoba kacamata udin yang berlensa
negatif. Ternyata, penglihatan beni menjadi kabur. Mengapa hal ini terjadi?
Jawab:...................................................................................................................
..............................................................................................................................
9. Di sudut-sudut jalan yang berbelok, terkadang sering terpasang sebuah cermin untuk
mengetahui kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan.
1
Bagaimana sifat bayangan yang terlihat pada cermin?
Jawab:..................................................................................................................
.............................................................................................................................
10. Seseorang menderita rabun jauh memiliki titik jauh 200 cm. Ia ingin melihat benda-benda
yang sangat jauh (pada jarak tak terhingga) dengan jelas. Berapa jarak fokus lensa
kacamata yang harus digunakan?
Jawab:..................................................................................................................
.............................................................................................................................
11. Rafi memiliki sebuah bola lampu bekas. Bola lampu bekas tersebut merupakan salah satu
jenis benda yang terbuat dari kaca bening dan berbentuk cembung.
a. Bagaimana gambar desain lup sederhana yang akan rafi buat dari sebuah lampu bekas?
b. Bagaimana langkah-langkah membuat lampu sederhana tersebut?
Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
12. Mata merupakan alat optik bagi kita. Apabila mata mengalami gangguan penglihat maka
mata akan mengalami cacat mata. Sebutkan cacat mata apa saja yang anda ketahui dan
bagaimana cara untuk mengatasinya cacat mata tersebut!
Jawab:.................................................................................................................
.............................................................................................................................
13. Jelaskan pengertian dari lup!
Jawab:................................................................................................................
............................................................................................................................
14. Mengapa untuk menghasilkan bayangan yang tegak dan diperbesar pada lup, benda harus
diletakkan di antara F dan O? bagaimana jika benda diletakkan lebih jauh dari F?
Jawab:...................................................................................................................
..............................................................................................................................
15. Sebutkan lensa yang digunakan dalam mikroskop dan jelaskan letak lensa tersebut!
Jawab:....................................................................................................................
...............................................................................................................................
1
Lampiran 11
Kunci Jawaban Soal Uji Coba
Sekolah : SMP Negeri 3 Getasan Alokasi Waktu :
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Jumlah Soal :
Kelas : VIII Penyusun : Hayi’ Q.R
Indikator Soal Soal Jawaban
16. Menggali
penerapan dari sebuah
cermin
17. Menjelaskan sifat
bayangan cermin
datar
18. Menghitung letak
bayangan dari cermin
cembung
19. Menjelaskan sifat
bayangan yang
dibentuk oleh cermin
cekung
20. Menyebutkan
perbedaan cermin
cekung dan cembung
21. Menunjukkan
letak fokus pada lensa
22. Menghitung
letak, perbesaran
bayangan
23. Menganalisis masalah
dari penglihatan kabur
24. Menganalisis sifat
bayangan
25. Menunjukkan jarak
1. Mengapa cermin yang
dipakai sebagai spion
sepeda motor atau mobil
merupakan cermin
cembung?
2. Jelaskan sifat bayangan
yang dihasilkan oleh
cermin datar!
3. Sebuah benda setinggi 6
cm diletakkan 25 cm di
depan cermin cembung
yang jarak fokusnya 10 cm.
Tentukan letak bayangan
pada cermin tersebut!
4. Jelaskan sifat bayangan
yang dibentuk oleh cermin
cekung berdasarkan posisi
benda di depan cermin!
5. Sebutkan perbedaan antara
sifat cermin cekung dan
cermin cembung
6. Sebuah benda terletak 15
cm di depan lensa cembung
dengan jarak fokus 10 cm.
Tentukan letak bayangan
lensa tersebut
7. Sebuah lensa mempunyai
fokus 20 cm. Pada jarak
berapakah sebuah benda
harus di letakkan agar
1. Ada dua alasan yaitu:
a. Bayangan yang dibentuk oleh
cermin cembung selalu maya
dan di perkecil. Akibatnya,
supir atau pengendara dapat
melihat keadaan di belakang
kendaraannya secara utuh
dengan baik
b. Cermin cembung memberikan
sudut pandangan yang lebih
luas daripada cermin datar
sehingga hampir semua benda
yang berada di belakang
kendaraan tampak dari cermin
(spion)
2. Tegak seperti benda, bayangan
bersifat maya, sama besar dengan
benda, jarak bayangan ke cermin
sama dengan jarak benda ke cermin.
3. Diketahui:
h = 6 cm
s = 25 cm (di depan cermin)
f = -10
Ditanya:
s´ .....?
jawab:
Letak bayangan ( )
+
=
1
fokus lensa mengalami perbesaran 2
kali ukuran sebenarnya?
8. Beni memiliki penglihatan
normal, kemudian dia
mencoba kacamata udin
yang berlensa negatif.
Ternyata, penglihatan beni
menjadi kabur. Mengapa hal
ini terjadi?
9. Di sudut-sudut jalan yang
berbelok, terkadang sering
terpasang sebuah cermin
untuk mengetahui
kendaraan yang datang
dari arah yang berlawanan.
Bagaimana sifat bayangan
yang terlihat pada cermin?
10. Seseorang menderita rabun
jauh memiliki titik jauh 200
cm. Ia ingin melihat benda-
benda yang sangat jauh
(pada jarak tak terhingga)
dengan jelas. Berapa jarak
fokus lensa kacamata yang
harus digunakan?
=
-
=
-
=
= -7,14 cm
4. Pada O < s < f : maya, tegak,
diperbesar
Pada f < s < 2f : nyata, terbalik,
diperbesar
Pada s > 2f : nyata, terbalik,
diperkecil
Pada s = f : bayangan terbentuk tak
terhingga
Pada s = 2f :nyata, terbalik, sama
besar
5. Cermin cekung bersifat konvergen
sedangkan cermin cembung bersifat
divergen.
6. Diketahui:
s = 15 cm
f = 10 cm
Ditanya:
s´......?
Jawab:
Letak bayangan (s´)
+
=
=
-
=
s´ = -30 cm
7. Diketahui:
f = 20 cm
M = 2 kali
Ditanya: s ......?
Jawab:
M =
Maka, 2 =
Sehingga s´ = 2s
1
s = 30 cm
8. Lensa mata beni yang
berpenglihatan normal dapat
membentuk bayangan tepat pada
retina. Oleh karena itu, dia tidak
membutuhkan kacamata agar
dapat melihat benda dengan jelas.
Berbeda dengan udin, bayangan
yang di bentuk oleh lensa mata
udin jatuh di depan retina karena
dia menderita rabun dekat
(hipermetropi). Dengan kondisi
yang demikian udin membutuhkan
lensa mata negatif (cekung) agar
bayangan yang dihasilkan dapat
jatuh tepat pada retina sehingga
dia dapat melihat benda dengan
jelas. Penglihatan beni menjadi
kabur ketika memakai kacamata
udin karena dengan adanya lensa
tambahan (kacamata) akan
menyebabkan bayangan benda
tidak dapat jatuh tepat pada retina.
9. Sifat bayangan yang terlihat pada
cermin adalah maya, diperkecil,
tegak
10. Diketahui:
s´ = -200 cm (bayangan di depan
lensa
s = ~
Ditanya:
f ......?
Jawab:
Jarak fokus (f)
1
f = -200 cm
1. Mengkreasikan
suatu barang yang
berkaitan dengan
alat optik
2. mengidentifikasi
cacat mata dan cara
mengatasinya
3. Menjelaskan tetang
lup
4. Mengidentifikasi
bayangan tegak dan
perbesaran lup
5. Menyebutkan
bagian mikroskop
11. Rafi memiliki sebuah bola
lampu bekas. Bola lampu
bekas tersebut merupakan
salah satu jenis benda yang
terbuat dari kaca bening
dan berbentuk cembung.
c. Bagaimana gambar
desain lup sederhana
yang akan rafi buat
dari sebuah lampu
bekas?
d. Bagaimana langkah-
langkah membuat
lampu sederhana
tersebut?
12. Mata merupakan alat optik
bagi kita. Apabila mata
mengalami gangguan
penglihat maka mata akan
mengalami cacat mata.
Sebutkan cacat mata apa
saja yang anda ketahui dan
bagaimana cara untuk
mengatasinya cacat mata
tersebut !
13. Jelaskan pengertian dari
lup!
14. Mengapa untuk
menghasilkan bayangan
yang tegak dan diperbesar
pada lup, benda harus
diletakkan di antara F dan
O? bagaimana jika benda
diletakkan lebih jauh dari
F?
15. Sebutkan lensa yang
digunakan dalam
mikroskop dan jelaskan
letak lensa tersebut!
11. Siswa dapat:
a. Menggambarkan dan
menyebutkan nama bagian-
bagiannya.
b. buka penutup lampu pada
bagian bawah, keluarkan isi
dari bolalampu, isi bola lampu
dengan air, tutup lampu
bagian bawah dengan penutup
buatan.
12. Rabun jauh (miopia),
Presbiopi, Astigmatisme.
13. Lup atau kaca pembesar adalah alat
optik dari lensa cembung yang
dibuat untuk melihat benda-benda
berukuran kecil.
14. Agar mendapat bayangan yang
sebesar-besarnya. Bayangan akan
berada di jauh tak hingga.
15. Mikroskop terdiri dari dua lensa
yaitu lensa objektif dan lensa
okuler. Lensa objektif berhadapan
dengan objek yang diamati,
sedangkan lensa okuler berhadapan
dengan mata pengamat.
1
Lampiran 12
Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif
Nilai Deskripsi
6
Semua konsep benar, jelas dan spesifik.
Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,
benar, argument jelas.
Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.
Tata bahasa baik dan benar.
Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.
Menyebutkan semua uraian dari pertanyaan.
5
Semua konsep benar, jelas dan spesifik.
Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,
benar, argument jelas.
Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.
Tata bahasa baik dan benar.
Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.
4
Sebagian besar konsep benar, jelas namun kurang spesifik.
Sebagian besar uraian jawaban benar, jelas, namun kurang spesifik.
Alur berpikir baik, sebagian konsep saling berkaitan dan terpadu.
Tata bahasa baik dan benar, ada kesalahan kecil.
Semua aspek nampak, namun belum seimbang.
3
Sebagian kecil konsep benar dan jelas.
Sebagian kecil uraian jawaban benar dan jelas namun alasan dan argumen tidak
jelas.
Alur berpikir cukup baik, sebagian kecil saling berkaitan.
Tata bahasa cukup baik, ada kesalahan pada ejaan.
Sebagian besar aspek yang nampak benar.
2 Konsep kurang fokus atau berlebihan atau meragukan.
1
Uraian jawaban tidak mendukung.
Alur berpikir kurang baik, konsep tidak saling berkaitan.
Tata bahasa baik, kalimat tidak lengkap.
Sebagian kecil aspek yang nampak benar.
1
Semua konsep tidak benar atau tidak mencukupi.
Alasan tidak benar.
Alur berpikir tidak baik.
Tata bahasa tidak baik.
Secara keseluruhan aspek tidak mencukupi.
0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah
Rubrik Penilaian Soal Uji Coba
Ranah
Kognitif
No.
Soal Tujuan Pembelajaran Skor Aspek yang diamati
(C2)
1 Menentukan jenis
cermin
4 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan dengan benar dan
runtut.
3 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan secara tidak lengkap.
2 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
1
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi
pendapat dari berbagai jenis
cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
0 - Tidak ada jawaban
(C1)
2 Menjelaskan sifat
bayangan
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan empat
alasan dengan benar dan runtut.
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
(C3)
3 5 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab semua pertanyaan
dengan benar.
4 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab semua pertanyaan
1
dengan tidak tepat.
3 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab satu pertanyaan
dari dua pertanyaan dengan
benar.
2 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dengan benar, tetapi jawaban
salah.
1 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab salah.
0 - Tidak ada jawaban
(C1)
4 5 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan lima
alasan dengan benar dan runtut.
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan empat
alasan dengan benar dan runtut.
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
1
0 - Tidak ada jawaban
(C1)
5 Membedakan sifat
cermin
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan dengan benar dan
runtut.
3 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan secara tidak lengkap.
2 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi
pendapat dari berbagai jenis
cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
0 - Tidak ada jawaban
(C3)
6 Menghitung letak
bayangan
5 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab semua pertanyaan
dengan benar.
4 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab semua pertanyaan
dengan tidak tepat.
3 - Menyelesaikan soal dengan
1
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab satu pertanyaan
dari dua pertanyaan dengan
benar.
2 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dengan benar, tetapi jawaban
salah.
1 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab salah.
0 - Tidak ada jawaban
(C3)
7 Analisis perbesaran
lensa
4 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab semua pertanyaan
dengan tidak tepat.
3 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab satu pertanyaan
dari dua pertanyaan dengan
benar.
2 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dengan benar, tetapi jawaban
salah.
1 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab salah.
0 - Tidak ada jawaban
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
1
(C4) 8 Menganalisis masalah
dari penglihatan kabur
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan dengan benar dan
runtut.
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan secara tidak lengkap.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi
pendapat dari berbagai jenis
cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
0 - Tidak ada jawaban
(C4) 9 Menjelaskan sifat
bayangan
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
(C2) 10 Menghitung jarak fokus
lensa
4 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab semua pertanyaan
1
dengan benar.
3 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab semua pertanyaan
dengan tidak tepat.
2 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab satu pertanyaan
dari dua pertanyaan dengan
benar.
1 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dan menjawab salah.
0 - Jika tidak menjawab
(C5) 11 Cara membuat lup
sederhana
6 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan dengan benar dan
runtut.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya.
5 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan dengan benar dan
runtut.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya akan tetapi kurang
lengkap.
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
1
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan dengan benar.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya akan tetapi kurang
lengkap.
3 - Bahasa yang digunakan kurang
jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya akan tetapi kurang
lengkap.
2 - Bahasa yang digunakan kurang
jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan kurang
jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan kurang tepat.
0 - Tidak ada jawaban
(C1) 12 Menyebutkan jenis
cacat mata
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
1
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
(C1) 13 Pengertian lup 3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
C1 14 Bayangan pada Lup 2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
Analisis
(C1) 15 Menjelaskan macam
lensa
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
dua alasan dengan benar dan
runtut.
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
1
dua alasan secara tidak lengkap.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi
pendapat dari berbagai jenis
cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
0 - Tidak ada jawaban
Skor Maksimal : 60
Teknik Penskoran : Skor =
x 100
Keterangan:
Skor = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah total skor maksimal
Penilaian
Penilaian Pengetahuan (Kognitif)
1) Teknik : Tes tertulis
2) Bentuk Instrumen : tes essay
Kriteria Penilaian
Penilaian Pengetahuan (Kognitif)
Apabila jawaban benar, jelas dan dijelaskan secara spesifik dan runtut maka skor 6.
Apabila jawaban benar, jelas dan spesifik maka skor 5.
Apabila jawaban benar, jelas namun kurang spesifik maka skor 4.
Apabila jawaban benar namun alasan dan argumen tidak jelas maka skor 3.
Apabila jawaban tidak mendukung maka skor 2.
Apabila jawaban tanpa alasan yang benar maka skor 1.
1
Apabila jawaban salah atau tidak ada jawaban maka skor 0.
Persentase hasil =
x 100 %
Tabel Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis siswa berdasarkan persentase
skor perolehan siswa
Poin Kriteria
80,1 – 100 Sangat tinggi
60,1 – 80 Tinggi
40,1 – 60 Sedang
20,1 – 40 Rendah
0,0 – 20 Sangat Rendah
1
Lampiran 13
Hasil Uji Coba Soal IPA Materi Cahaya dan Alat Optik Kelas IX-C
No Kode Siswa
Nilai Uji Coba
1 U-01 45
2 U-02 48
3 U-03 47
4 U-04 53
5 U-05 52
6 U-06 55
7 U-07 53
8 U-08 48
9 U-09 47
10 U-10 47
11 U-11 47
12 U-12 47
13 U-13 45
14 U-14 42
15 U-15 43
16 U-16 47
17 U-17 47
18 U-18 50
19 U-19 35
20 U-20 45
21 U-21 40
22 U-22 42
23 U-23 38
24 U-24 42
Jumlah 1103
Mean 46
Median 47
1
Lampiran 14
Hasil Validitas Uji Coba Soal
Nomor
Soal
rhitung rtabel
Keterangan
1 0.607 0,404 Valid
2 0.495 0,404 Valid
3 0,066 0,404 Tidak Valid
4 0,095 0,404 Tidak Valid
5 0,677 0,404 Valid
6 0,421 0,404 Valid
7 0,249 0,404 Tidak Valid
8 0,422 0,404 Valid
9 0,494 0,404 Valid
10 0,100 0,404 Tidak Valid
11 0,685 0,404 Valid
12 0,453 0,404 Valid
13 0,527 0,404 Valid
14 -0,115 0,404 Tidak Valid
15 0,438 0,404 Valid
1
Lampiran 15
Hasil Reliabilitas Uji Coba Soal
Nomor
Soal
Cronbach‟s Alpha Tingkat Reliabel
1 0.472 Cukup Reliabel
2 0.509 Cukup Reliabel
3 0.615 Reliabel
4 0.588 Cukup Reliabel
5 0.465 Cukup Reliabel
6 0.535 Cukup Reliabel
7 0.570 Cukup Reliabel
8 0.529 Cukup Reliabel
9 0.510 Cukup Reliabel
10 0.571 Cukup Reliabel
11 0.479 Cukup Reliabel
12 0.514 Cukup Reliabel
13 0.508 Cukup Reliabel
14 0.628 Reliabel
15 0.536 Cukup Reliabel
1
Lampiran 16
Hasil Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal
Nomor
Soal
rhitung Tingkat Kesukaran
1 0,736 Mudah
2 0,903 Mudah
3 0,486 Sedang
4 0,431 Sedang
5 0,556 Sedang
6 0.514 Sedang
7 0,847 Mudah
8 0,389 Sedang
9 0,583 Sedang
10 0,708 Mudah
11 0,611 Sedang
12 0,806 Mudah
13 0,611 Sedang
14 0,472 Sedang
15 0,569 Sedang
1
Lampiran 17
Hasil Uji Beda Butir Soal
Nomor
Soal
rhitung Daya Beda
1 0.607 Baik
2 0.495 Baik
3 0.066 Buruk
4 0.095 Buruk
5 0.677 Baik
6 0.421 Baik
7 0.249 Cukup
8 0.422 Baik
9 0.494 Baik
10 0.100 Buruk
11 0.685 Baik
12 0.453 Baik
13 0.527 Baik
14 -0.115 Buruk
15 0.438 Baik
1
Lampiran 18
Nama : Hari/Tanggal :
Mata Pelajaran : IPA Alokasi Waktu: 30 menit
Kelas : Materi : Cahaya dan Alat Optik
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !
1. Mengapa cermin yang dipakai sebagai spion sepeda motor atau mobil merupakan cermin
cembung?
Jawab:....................................................................................................................................
2. Jelaskan sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar!
Jawab:....................................................................................................................................
3. Sebutkan perbedaan antara sifat cermin cekung dan cermin cembung!
Jawab:....................................................................................................................................
4. Sebuah benda terletak 15 cm di depan lensa cembung dengan jarak fokus 10 cm. Tentukan
letak bayangan lensa tersebut!
Jawab:....................................................................................................................................
5. Beni memiliki penglihatan normal, kemudian dia mencoba kacamata udin yang berlensa
negatif. Ternyata, penglihatan beni menjadi kabur. Mengapa hal ini terjadi?
Jawab:....................................................................................................................................
6. Di sudut-sudut jalan yang berbelok, terkadang sering terpasang sebuah cermin untuk
mengetahui kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan.
Bagaimana sifat bayangan yang terlihat pada cermin?
Jawab:....................................................................................................................................
7. Rafi memiliki sebuah bola lampu bekas. Bola lampu bekas tersebut merupakan salah satu
jenis benda yang terbuat dari kaca bening dan berbentuk cembung.
a. Bagaimana gambar desain lup sederhana yang akan Rafi buat dari sebuah lampu
bekas?
b. Bagaimana langkah-langkah membuat lampu sederhana tersebut?
Jawab:......................................................................................................................................
8. Mata merupakan alat optik bagi kita. Apabila mata mengalami gangguan penglihat maka
mata akan mengalami cacat mata. Sebutkan cacat mata apa saja yang anda ketahui dan
bagaimana cara untuk mengatasinya cacat mata tersebut!
Jawab:.......................................................................................................................................
9. Jelaskan pengertian dari lup!
Jawab:.......................................................................................................................................
10. Sebutkan lensa yang digunakan dalam mikroskop dan jelaskan letak lensa tersebut!
Jawab:.......................................................................................................................................
1
Lampiran 19
Kunci Jawaban Soal Pre-Posttest
Sekolah : SMP Negeri 3 Getasan Alokasi Waktu:
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Jumlah Soal :
Kelas : VIII Penyusun : Hayi’ Q.R
Indikator Soal Soal Jawaban
1. Menggali penerapan dari
sebuah cermin
2. Menjelaskan sifat
bayangan cermin datar
3. Menyebutkan perbedaan
cermin cekung dan
cembung
4. Menunjukkan letak
fokus pada lensa
5. Menganalisis masalah
dari penglihatan kabur
6. Menganalisis sifat
bayangan
1. Mengapa cermin yang
dipakai sebagai spion
sepeda motor atau mobil
merupakan cermin
cembung?
2. Jelaskan sifat bayangan
yang dihasilkan oleh
cermin datar!
3. Sebutkan perbedaan antara
sifat cermin cekung dan
cermin cembung
4. Sebuah benda terletak 15
cm di depan lensa
cembung dengan jarak
fokus 10 cm. Tentukan
letak bayangan lensa
tersebut
5. Beni memiliki penglihatan
normal, kemudian dia
mencoba kacamata udin
yang berlensa negatif.
Ternyata, penglihatan beni
menjadi kabur. Mengapa hal
ini terjadi?
6. Di sudut-sudut jalan yang
berbelok, terkadang sering
terpasang sebuah cermin
untuk mengetahui
kendaraan yang datang
dari arah yang berlawanan.
1. Ada dua alasan yaitu:
c. Bayangan yang
dibentuk oleh cermin
cembung selalu maya
dan di perkecil.
Akibatnya, supir atau
pengendara dapat
melihat keadaan di
belakang
kendaraannya secara
utuh dengan baik
d. Cermin cembung
memberikan sudut
pandangan yang lebih
luas daripada cermin
datar sehingga hampir
semua benda yang
berada di belakang
kendaraan tampak
dari cermin (spion)
2. Tegak seperti benda,
bayangan bersifat maya,
sama besar dengan benda,
jarak bayangan ke cermin
sama dengan jarak benda
ke cermin.
3. Cermin cekung bersifat
konvergen sedangkan
cermin cembung bersifat
divergen.
4. Diketahui:
s = 15 cm
1
Bagaimana sifat bayangan
yang terlihat pada cermin?
7. Seseorang menderita rabun
jauh memiliki titik jauh 200
cm. Ia ingin melihat benda-
benda yang sangat jauh
(pada jarak tak terhingga)
dengan jelas. Berapa jarak
fokus lensa kacamata yang
harus digunakan?
f = 10 cm
Ditanya:
s´......?
Jawab:
Letak bayangan (s´)
+
=
=
-
=
s´ = -30 cm
5. Lensa mata beni yang
berpenglihatan normal
dapat membentuk
bayangan tepat pada
retina. Oleh karena itu,
dia tidak membutuhkan
kacamata agar dapat
melihat benda dengan
jelas. Berbeda dengan
udin, bayangan yang di
bentuk oleh lensa mata
udin jatuh di depan
retina karena dia
menderita rabun dekat
(hipermetropi). Dengan
kondisi yang demikian
udin membutuhkan
lensa mata negatif
(cekung) agar bayangan
yang dihasilkan dapat
jatuh tepat pada retina
sehingga dia dapat
melihat benda dengan
jelas. Penglihatan beni
menjadi kabur ketika
memakai kacamata udin
karena dengan adanya
lensa tambahan
(kacamata) akan
menyebabkan bayangan
benda tidak dapat jatuh
tepat pada retina.
6. Sifat bayangan yang
terlihat pada cermin
1
adalah maya, diperkecil,
tegak
7. Mengkreasikan suatu
barang yang berkaitan
dengan alat optik
8. mengidentifikasi cacat
mata dan cara
mengatasinya
9. Menjelaskan tetang lup
10. Menyebutkan
bagian mikroskop
7. Rafi memiliki sebuah bola
lampu bekas. Bola lampu
bekas tersebut merupakan
salah satu jenis benda
yang terbuat dari kaca
bening dan berbentuk
cembung.
a. Bagaimana gambar
desain lup sederhana
yang akan rafi buat
dari sebuah lampu
bekas?
b. Bagaimana langkah-
langkah membuat
lampu sederhana
tersebut?
8. Mata merupakan alat optik
bagi kita. Apabila mata
mengalami gangguan
penglihat maka mata akan
mengalami cacat mata.
Sebutkan cacat mata apa
saja yang anda ketahui dan
bagaimana cara untuk
mengatasinya cacat mata
tersebut !
9. Jelaskan pengertian dari
lup!
10. Sebutkan lensa yang
digunakan dalam
mikroskop dan jelaskan
letak lensa tersebut!
7. Siswa dapat:
a. Menggambarkan dan
menyebutkan nama
bagian-bagiannya.
b. buka penutup lampu
pada bagian bawah,
keluarkan isi dari
bolalampu, isi bola
lampu dengan air,
tutup lampu bagian
bawah dengan
penutup buatan.
8. Rabun jauh (miopia),
Presbiopi, Astigmatisme.
9. Lup atau kaca pembesar
adalah alat optik dari
lensa cembung yang
dibuat untuk melihat
benda-benda berukuran
kecil.
10. Mikroskop terdiri dari
dua lensa yaitu lensa
objektif dan lensa okuler.
Lensa objektif
berhadapan dengan objek
yang diamati, sedangkan
lensa okuler berhadapan
dengan mata pengamat.
1
Lampiran 20
Rubrik Kemampuan Berpikir Kreatif
Nilai Deskripsi
6
Semua konsep benar, jelas dan spesifik.
Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,
benar, argument jelas.
Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.
Tata bahasa baik dan benar.
Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.
Menyebutkan semua uraian dari pertanyaan.
5
Semua konsep benar, jelas dan spesifik.
Semua uraian jawaban benar, jelas dan spesifik, didukung oleh alasan yang kuat,
benar, argument jelas.
Alur berpikir baik, semua konsep saling berkaitan dan terpadu.
Tata bahasa baik dan benar.
Semua aspek nampak, bukti baik dan seimbang.
4
Sebagian besar konsep benar, jelas namun kurang spesifik.
Sebagian besar uraian jawaban benar, jelas, namun kurang spesifik.
Alur berpikir baik, sebagian konsep saling berkaitan dan terpadu.
Tata bahasa baik dan benar, ada kesalahan kecil.
Semua aspek nampak, namun belum seimbang.
3
Sebagian kecil konsep benar dan jelas.
Sebagian kecil uraian jawaban benar dan jelas namun alasan dan argumen tidak
jelas.
Alur berpikir cukup baik, sebagian kecil saling berkaitan.
Tata bahasa cukup baik, ada kesalahan pada ejaan.
Sebagian besar aspek yang nampak benar.
2 Konsep kurang fokus atau berlebihan atau meragukan.
Uraian jawaban tidak mendukung.
1
Alur berpikir kurang baik, konsep tidak saling berkaitan.
Tata bahasa baik, kalimat tidak lengkap.
Sebagian kecil aspek yang nampak benar.
1
Semua konsep tidak benar atau tidak mencukupi.
Alasan tidak benar.
Alur berpikir tidak baik.
Tata bahasa tidak baik.
Secara keseluruhan aspek tidak mencukupi.
0 Tidak ada jawaban atau jawaban salah
Rubrik Pretes Dan Postes
Ranah
Kognitif
No.
Soal Tujuan Pembelajaran Skor Aspek yang diamati
(C2)
1 Menentukan jenis cermin
4 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan dengan benar dan runtut.
3 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan secara tidak lengkap.
2 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan satu
alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi pendapat
dari berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
1
0 - Tidak ada jawaban
(C1)
2 Menjelaskan sifat
bayangan
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan empat
alasan dengan benar dan runtut.
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
(C4)
3 Membedakan sifat cermin 4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan dengan benar dan runtut.
3 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan secara tidak lengkap.
2 - Mampu memberi pendapat dari
berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan satu
alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi pendapat
dari berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
0 - Tidak ada jawaban
(C3) 4 Menghitung letak
bayangan
5 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya, dan
menjawab semua pertanyaan
dengan benar.
4 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya, dan
menjawab semua pertanyaan
1
dengan tidak tepat.
3 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya, dan
menjawab satu pertanyaan dari
dua pertanyaan dengan benar.
2 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya,
dengan benar, tetapi jawaban
salah.
1 - Menyelesaikan soal dengan
menuliskan diketahui, ditanya, dan
menjawab salah.
0 - Tidak ada jawaban
(C4) 5 Menganalisis masalah dari
penglihatan kabur
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan dengan benar dan runtut.
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan secara tidak lengkap.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan satu
alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi pendapat
dari berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
0 - Tidak ada jawaban
(C4) 6 Menjelaskan sifat
bayangan
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
1
(C5) 7 Cara membuat lup
sederhana
6 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan dengan benar dan runtut.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya.
5 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan dengan benar dan runtut.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya akan tetapi kurang
lengkap.
4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan dengan benar.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya akan tetapi kurang
lengkap.
3 - Bahasa yang digunakan kurang
jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
- Mampu menggambar lup dari
bolham beserta nama bagian-
bagiannya akan tetapi kurang
lengkap.
2 - Bahasa yang digunakan kurang
jelas.
- Mampu menyebutkan dengan
satu alasan dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan kurang
jelas.
- Mampu menyebutkan dengan satu
alasan kurang tepat.
0 - Tidak ada jawaban
(C1) 3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
1
8 Menyebutkan jenis cacat
mata
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
(C1) 9 Pengertian lup 3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan tiga alasan
dengan benar.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dua alasan
dengan benar.
1 - Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
- Mampu menyebutkan satu alasan
dengan benar.
0 - Tidak ada jawaban
(C1) 10 Menjelaskan macam lensa 4 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan dengan benar dan runtut.
3 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan dua
alasan secara tidak lengkap.
2 - Bahasa yang digunakan jelas.
- Mampu menyebutkan dengan satu
alasan dengan benar.
1 - Tidak mampu memberi pendapat
dari berbagai jenis cermin.
- Bahasa yang digunakan tidak
jelas.
0 - Tidak ada jawaban
Skor Maksimal : 40
Teknik Penskoran : Skor =
x 100
1
Skor = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah total skor maksimal
Penilaian
Penilaian Pengetahuan (Kognitif)
Teknik : Tes tertulis
Bentuk Instrumen : tes essay
Kriteria Penilaian
Penilaian Pengetahuan (Kognitif)
Apabila jawaban benar, jelas dan dijelaskan secara spesifik dan runtut maka skor
6.
Apabila jawaban benar, jelas dan spesifik maka skor 5.
Apabila jawaban benar, jelas namun kurang spesifik maka skor 4.
Apabila jawaban benar namun alasan dan argumen tidak jelas maka skor 3.
Apabila jawaban tidak mendukung maka skor 2.
Apabila jawaban tanpa alasan yang benar maka skor 1.
Apabila jawaban salah atau tidak ada jawaban maka skor 0.
Persentase hasil =
x 100 %
Tabel Klasifikasi Kemampuan Berpikir Kritis siswa berdasarkan persentase
skor perolehan siswa
Poin Kriteria
80,1 – 100 Sangat tinggi
60,1 – 80 Tinggi
40,1 – 60 Sedang
20,1 – 40 Rendah
0,0 – 20 Sangat Rendah
1
Lampiran 21
Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Eksperimen
No Nama Siswa Nilai Pretest Keterangan
1 Alya Marta S 48 Tidak Tuntas
2 Andi Setiawan 43 Tidak Tuntas
3 Arif Eko P 48 Tidak Tuntas
4 Budi Cahyono 48 Tidak Tuntas
5 Danang 50 Tidak Tuntas
6 David Rikky F 55 Tidak Tuntas
7 Dediy Setiawan 43 Tidak Tuntas
8 Devi Utmania 48 Tidak Tuntas
9 Dian Nur Sagita 48 Tidak Tuntas
10 Dista Fitria A 53 Tidak Tuntas
11 Fais Noor Rizky 55 Tidak Tuntas
12 Galang R 45 Tidak Tuntas
13 Henik Devi R 48 Tidak Tuntas
14 Imam Habi B 43 Tidak Tuntas
15 Khuswatun K 53 Tidak Tuntas
16 M Abdul Kharim 50 Tidak Tuntas
17 M Faturohim K 40 Tidak Tuntas
18 Ridho Maulana 48 Tidak Tuntas
19 Riska Alviani 53 Tidak Tuntas
20 Rista Agus W 48 Tidak Tuntas
21 Rohmat W 55 Tidak Tuntas
22 Roni Yanuar N K 55 Tidak Tuntas
23 Rudi Cahyono 45 Tidak Tuntas
24 Sari Mulyati 45 Tidak Tuntas
25 Sriyono 55 Tidak Tuntas
26 Sulastri 45 Tidak Tuntas
27 Tegar Suwito 40 Tidak Tuntas
28 Tika Septiani 48 Tidak Tuntas
1
Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Eksperimen
No Nama Siswa Nilai Posttest Keterangan
1 Alya Marta S 75 Tuntas
2 Andi Setiawan 73 Tuntas
3 Arif Eko P 73 Tuntas
4 Budi Cahyono 63 Tidak Tuntas
5 Danang 85 Tuntas
6 David Rikky F 78 Tuntas
7 Dediy Setiawan 65 Tidak Tuntas
8 Devi Utmania 75 Tuntas
9 Dian Nur Sagita 73 Tuntas
10 Dista Fitria A 73 Tuntas
11 Fais Noor Rizky 78 Tuntas
12 Galang R 68 Tidak Tuntas
13 Henik Devi R 70 Tuntas
14 Imam Habi B 70 Tuntas
15 Khuswatun K 75 Tuntas
16 M Abdul Kharim 65 Tidak Tuntas
17 M Faturohim K 83 Tuntas
18 Ridho Maulana 70 Tuntas
19 Riska Alviani 70 Tuntas
20 Rista Agus W 78 Tuntas
21 Rohmat W 78 Tuntas
22 Roni Yanuar N K 63 Tidak Tuntas
23 Rudi Cahyono 70 Tuntas
24 Sari Mulyati 75 Tuntas
25 Sriyono 73 Tuntas
26 Sulastri 73 Tuntas
27 Tegar Suwito 70 Tuntas
1
28 Tika Septiani 73 Tuntas
Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Kontrol
No Nama Siswa Nilai Pretest Keterangan
1 Ade Rizal 43
Tidak Tuntas
2 Ali Nur R 45
Tidak Tuntas
3 Andri W 43
Tidak Tuntas
4 Anggar Wisnu 40 Tidak Tuntas
5 Arga 40 Tidak Tuntas
6 Arkhelaus Raya 45
Tidak Tuntas
7 Choirul Anwar 40
Tidak Tuntas
8 Danang A. S 43
Tidak Tuntas
9 Della Pramesti 45
Tidak Tuntas
10 Dinda 40 Tidak Tuntas
11 Eda Devi A 48
Tidak Tuntas
12 Feri Yulianto 43
Tidak Tuntas
13 Gilang R 45
Tidak Tuntas
14 Hidayat Danu W 43
Tidak Tuntas
15 Ilham Yusuf M 43
Tidak Tuntas
16 Kharisma Dhiya 43
Tidak Tuntas
17 Lanang Adi W 50
Tidak Tuntas
18 Maulina Dwi A 55
Tidak Tuntas
19 Nur Rohman 45
Tidak Tuntas
20 Paryudi 48 Tidak Tuntas
21 Pujiyati 43
Tidak Tuntas
22 Putra Sebtiawan 40
Tidak Tuntas
23 Rizqi Febriyanti 43
Tidak Tuntas
24 Semiyati 40
Tidak Tuntas
1
25 Solekah Novia 40
Tidak Tuntas
26 Supriati 43
Tidak Tuntas
27 Suryono Nurul F 48
Tidak Tuntas
Daftar Nilai IPA Materi “Cahaya dan Alat Optik” Kelas Kontrol
No Nama Siswa Nilai Posttest Keterangan
1 Ade Rizal 68
Tidak Tuntas
2 Ali Nur R 78
Tuntas
3 Andri W 60
Tidak Tuntas
4 Anggar Wisnu 60 Tidak Tuntas
5 Arga 73 Tuntas
6 Arkhelaus Raya 73
Tuntas
7 Choirul Anwar 78
Tuntas
8 Danang A. S 70
Tuntas
9 Della Pramesti 70
Tuntas
10 Dinda 60 Tidak Tuntas
11 Eda Devi A 68
Tidak Tuntas
12 Feri Yulianto 68
Tidak Tuntas
13 Gilang R 58
Tidak Tuntas
14 Hidayat Danu W 60
Tidak Tuntas
15 Ilham Yusuf M 70
Tuntas
16 Kharisma Dhiya 73
Tuntas
17 Lanang Adi W 68
Tidak Tuntas
18 Maulina Dwi A 63
Tidak Tuntas
19 Nur Rohman 60
Tidak Tuntas
20 Paryudi 63 Tidak Tuntas
21 Pujiyati 80
Tuntas
22 Putra Sebtiawan 78
Tuntas
1
23 Rizqi Febriyanti 60
Tidak Tuntas
24 Semiyati 60
Tidak Tuntas
25 Solekah Novia 63
Tidak Tuntas
26 Supriati 70
Tuntas
27 Suryono Nurul F 73
Tuntas
1
Lampiran 22
Uji Coba Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Nama Siswa :
Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Masukkan tanda checklist pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan yang
diberikan sesuai dengan pilihan anda.
2. Untuk satu pertanyaan hanya satu pendapat.
SL: selalu j : jarang
K : kadang-kadang SJ : sangat jarang
No
Pertanyaan Rentang
SL K J S J
1. Saya senang bertanya saat pembelajaran berlangsung.
2. Saat pembelajaran, jika saya tidak mengerti saya segera
bertanya.
3. Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha untuk
menjawabnya.
4. Saya segera bertanya jika ada yang tidak saya mengerti dalam
belajar
5. Saya menjawab pertanyaan dari guru dengan lebih dari satu
jawaban
6. Saya berlomba-lomba dengan teman yang lain untuk selesai
lebih awal dalam menjawab soal.
7. Saya sering diminta guru untuk mengerjakan soal di papan
tulis dan menjelaskannya.
8. Dalam pembelajaran ini saya selalu mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
1
9. Dalam pembelajaran ini Saya tidak hanya mengerjakan soal
yang diberikan oleh guru saja. Saya juga mengerjakan soal
yang tidak diberikan oleh guru sebagai tambahan.
10. Dalam proses pembelajaran saya menjelaskan jawaban yang
didapat di depan kelas.
11. Saya senang membantu teman saya yang kesulitan dalam
mengerjakan soal.
12. Saya memberi tanggapan jika guru menampilkan gambar atau
bercerita.
13. Saat guru menampilkan gambar atau bercerita saya akan
memberi tanggapan.
14. Saya ikut memberikan tanggapan jika guru menampilkan
gambar atau bercerita.
15. Saya selalu memberikan contoh yang berbeda dengan contoh
yang diberikan guru.
16. Saya memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-
hari yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.
17. Dalam pembelajaran saya selalu memiliki pendapat yang
berbeda dengan teman dikelas.
18. Saat diskusi saya memiliki pendapat yang berbeda dengan
pendapat teman yang lain.
19. Saya menanggapi masalah yang diberikan guru dengan cara
yang berbeda-beda.
20. Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, saya
menjawabnya dengan cara baru yang lebih mudah.
21. Saat berdiskusi saya mengajukan gagasan yang baru dalam
menyelesaikan soal dengan cara lebih mudah.
22. Saya mencoba mengerjakan soal dengan gagasan baru yang
menurut saya dapat mempermudah menyelesaikan
permasalahan.
1
23. Saya selalu bertanya jika ada yang tidak saya pahami dalam
langkah-langkah penyelesaian soal
24. Dalam menyampaikan pendapat, saya memberikan alasan
yang dapat menguatkan.
25. Saya mengerjakan soal dengan cara yang berbeda agar lebih
singkat dan mudah.
26. Dalam mengerjakan soal saya selalu berusaha untuk
memahaminya dan mengerjakan dengan langkah-langkah
yang terperinci.
27. Saya mengerjakan soal dengan langkah-langkah yang rinci
dan teliti untuk memahaminya.
28. Dalam pembelajaran saya selalu menambahkan gagasan yang
diajukan teman saya.
29. Saya menambahkan jawaban teman yang kurang lengkap di
papan tulis.
30. Dalam menjawab pertanyaan saya berusaha memberikan
jawaban beserta alasannya.
1
Lampiran 23
Angket Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Nama Siswa :
Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Masukkan tanda checklist pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan yang
diberikan sesuai dengan pilihan anda.
2. Untuk satu pertanyaan hanya satu pendapat.
SL: selalu j : jarang
K : kadang-kadang SJ : sangat jarang
No Pertanyaan Rentang
SL K J S J
1. Saya senang bertanya saat pembelajaran berlangsung.
2. Saat pembelajaran, jika saya tidak mengerti saya segera bertanya.
3. Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha untuk menjawabnya.
4. Dalam pembelajaran ini saya selalu mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
5. Saya memberi tanggapan jika guru menampilkan gambar atau
bercerita.
6. Saya selalu memberikan contoh yang berbeda dengan contoh yang
diberikan guru.
7. Saya memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari
yang berbeda dari contoh yang diberikan guru.
8. Saya menanggapi masalah yang diberikan guru dengan cara yang
berbeda-beda.
9. Saya mencoba mengerjakan soal dengan gagasan baru yang
menurut saya dapat mempermudah menyelesaikan permasalahan.
10. Saya selalu bertanya jika ada yang tidak saya pahami dalam
langkah-langkah penyelesaian soal
11. Dalam menyampaikan pendapat, saya memberikan alasan yang
1
dapat menguatkan.
12. Saya mengerjakan soal dengan cara yang berbeda agar lebih
singkat dan mudah.
13. Dalam mengerjakan soal saya selalu berusaha untuk
memahaminya dan mengerjakan dengan langkah-langkah yang
terperinci.
14. Saya menambahkan jawaban teman yang kurang lengkap di papan
tulis.
15. Dalam menjawab pertanyaan saya berusaha memberikan jawaban
beserta alasannya.
1
Lampiran 24
Hasil Pretest Angket Berfikir Kreatif Kelas Kontrol
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 K-01 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 19 32
Rendah
2 K-02 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 23 38
Rendah
3 K-03 1 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 30 50
Sedang
4 K-04 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 26 43
Sedang
5 K-05 3 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 32 53
Sedang
6 K-06 2 2 4 4 3 2 3 2 1 2 1 3 3 3 1 36 60
Sedang
7 K-07 2 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 26 43
Sedang
8 K-08 2 2 2 4 3 2 3 3 2 3 1 2 2 2 1 34 57
Sedang
9 K-09 2 2 3 2 2 2 3 2 1 1 1 1 3 2 1 28 47
Sedang
10 K-10 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 29 48
Sedang
11 K-11 3 2 3 4 4 2 3 4 4 2 1 2 2 2 1 39 65
Sedang
12 K-12 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 36 60
Sedang
13 K-13 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 27 45
Sedang
14 K-14 2 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 31 52
Sedang
15 K-15 2 2 3 3 2 2 4 3 2 1 1 1 2 2 1 31 52
Sedang
16 K-16 2 2 2 1 1 1 2 3 3 2 1 2 3 3 1 29 48
Sedang
17 K-17 2 2 3 2 2 2 3 4 1 3 1 3 3 2 1 34 57
Sedang
18 K-18 2 2 1 1 1 2 2 1 4 4 1 4 2 3 1 31 52
Sedang
19 K-19 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1 32 53
Sedang
20 K-20 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 27 45
Sedang
1
21 K-21 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 26 43
Sedang
22 K-22 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 27 45
Sedang
23 K-23 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 3 1 1 1 26 43
Sedang
24 K-24 2 2 2 1 3 2 3 1 2 1 1 2 2 2 1 27 45
Sedang
25 K-25 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 22 37
Rendah
26 K-26 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 25 42
Sedang
27 K-27 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 26 43
Sedang
Hasil Posttest Angket Berfikir Kreatif Kelas Kontrol
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 K-01 1 2 1 3 3 1 3 4 2 3 3 2 2 2 2 34 57
Sedang
2 K-02 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 2 3 2 40 67
Tinggi
3 K-03 3 3 2 4 2 2 3 4 1 4 3 3 1 1 3 39 65
Tinggi
4 K-04 2 3 2 4 2 3 3 2 2 1 3 3 3 2 2 37 62
Tinggi
5 K-05 3 2 3 3 2 3 4 3 2 1 3 1 2 2 2 36 60
Sedang
6 K-06 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 2 43 72
Tinggi
7 K-07 4 1 4 4 1 1 1 4 4 3 4 4 1 1 1 38 63
Tinggi
8 K-08 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 43 72
Tinggi
9 K-09 1 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 1 3 3 4 33 55
Sedang
10 K-10 3 3 2 3 3 4 1 4 2 2 4 2 2 2 1 38 63
Tinggi
11 K-11 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 2 2 2 2 44 73
Tinggi
12 K-12 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 47 78
Tinggi
13 K-13 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 2 2 3 40 67
Tinggi
1
14 K-14 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 2 43 72
Tinggi
15 K-15 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 43 72
Tinggi
16 K-16 3 2 2 1 1 1 2 3 3 2 2 2 3 3 4 34 57
Sedang
17 K-17 1 3 3 2 2 2 3 4 1 3 3 3 3 2 2 37 62
Tinggi
18 K-18 2 2 1 1 1 1 2 1 4 4 3 4 2 3 2 33 55
Sedang
19 K-19 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 38 63
Tinggi
20 K-20 4 4 4 3 3 1 3 4 3 1 4 4 3 4 1 46 77
Tinggi
21 K-21 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 45 75
Tinggi
22 K-22 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 45 75
Tinggi
23 K-23 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 4 3 3 3 3 41 68
Tinggi
24 K-24 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 43 72
Tinggi
25 K-25 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 2 2 2 37 62
Tinggi
26 K-26 3 2 2 3 2 2 3 3 1 2 4 2 2 2 2 35 58
Sedang
27 K-27 2 1 2 3 2 3 2 4 2 1 3 2 2 1 2 32 53
Sedang
1
Hasil Pretest Angket Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 E-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 18 30
Rendah
2 E-02 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 19 32
Rendah
3 E-03 1 3 3 1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 26 43
Sedang
4 E-04 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 24 40
Sedang
5 E-05 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 28 47
Sedang
6 E-06 1 2 3 1 1 2 2 2 3 2 3 3 1 2 1 29 48
Sedang
7 E-07 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 3 1 1 22 37
Rendah
8 E-08 3 1 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2 3 2 1 26 43
Sedang
9 E-09 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 23 38
Rendah
10 E-10 2 3 1 1 1 2 2 1 3 3 3 1 3 1 1 28 47
Sedang
11 E-11 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 27 45
Sedang
12 E-12 2 4 1 1 1 2 2 2 2 1 3 1 3 2 2 29 48
Sedang
13 E-13 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 3 1 3 1 2 28 47
Sedang
14 E-14 2 2 1 1 1 2 2 1 1 3 2 1 3 1 2 25 42
Sedang
15 E-15 2 3 1 1 1 2 2 2 1 3 3 1 1 1 2 26 43
Sedang
16 E-16 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 3 3 2 3 1 29 48
Sedang
17 E-17 2 3 1 1 1 2 1 2 3 3 2 1 2 3 1 28 47
Sedang
18 E-18 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 1 23 38
Rendah
19 E-19 2 3 1 1 1 2 1 3 1 2 2 2 3 3 1 28 47
Sedang
20 E-20 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 1 23 38
Rendah
21 E-21 2 3 1 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 1 1 24 40
Sedang
22 E-22 2 3 1 1 1 2 1 2 3 1 2 2 1 1 1 24 40
Sedang
1
23 E-23 2 3 1 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 29 48
Sedang
24 E-24 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 25 42
Sedang
25 E-25 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 3 2 3 1 1 29 48
Sedang
26 E-26 2 2 3 3 1 1 2 1 3 2 2 1 2 1 1 27 45
Sedang
27 E-27 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 26 43
Sedang
28 E-28 3 3 3 2 3 2 3 3 2 1 1 2 3 1 1 33 55
Sedang
Hasil Posttest Angket Berfikir Kreatif Kelas Eksperimen
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 E-01 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 45 75
Tinggi
2 E-02 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73
Tinggi
3 E-03 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73
Tinggi
4 E-04 4 1 4 4 1 1 1 4 4 3 4 4 1 1 1 38 63
Tinggi
5 E-05 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 47 78
Tinggi
6 E-06 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 47 78
Tinggi
7 E-07 4 1 4 4 1 1 1 4 4 3 4 4 2 1 1 39 65
Tinggi
8 E-08 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 3 45 75
Tinggi
9 E-09 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73
Tinggi
10 E-10 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 44 73
Tinggi
11 E-11 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 47 78
Tinggi
12 E-12 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 41 68
Tinggi
13 E-13 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 42 70
Tinggi
14 E-14 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 4 3 3 2 2 42 70
Tinggi
15 E-15 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 3 3 45 75
Tinggi
1
16 E-16 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 4 42 70
Tinggi
17 E-17 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 2 3 3 3 2 47 78
Tinggi
18 E-18 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 42 70
Tinggi
19 E-19 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 42 70
Tinggi
20 E-20 4 4 4 3 3 1 3 4 3 1 4 4 3 4 2 47 78
Tinggi
21 E-21 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 47 78
Tinggi
22 E-22 2 3 3 3 4 4 3 2 2 3 1 3 2 2 1 38 63
Tinggi
23 E-23 2 3 3 2 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 42 70
Tinggi
24 E-24 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 45 75
Tinggi
25 E-25 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 44 73
Tinggi
26 E-26 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 44 73
Tinggi
27 E-27 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 4 2 4 4 3 42 70
Tinggi
28 E-28 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 3 44 73
Tinggi
1
Lampiran 25
Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Kreatif Produktif
Nama Siswa :
Kelas :
Petunjuk Pengisian Angket:
1. Masukkan tanda checklist pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan yang diberikan
sesuai dengan pilihan anda.
2. Untuk satu pertanyaan hanya satu pendapat.
SS : Sangat Setuju R : Ragu-ragu
S : Setuju TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan Rentang
SS S R TS
1 Saya senang belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran kreatif
produktif
2 Saya antusias belajar IPA pada saat menggunakan model pembelajaran IPA
dengan pemanfaatan barang bekas
3 Saya lebih mudah memahami materi dan penerapan pelajaran IPA saat
menggunakan model pembelajaran kreatif produktif
4 Model pembelajaran kreatif produktif dapat membantu saya belajar IPA
dengan mudah
5 Saya merasa tertantang saat belajar IPA menggunakan model pembelajaran
kreatif produktif
6 Model pembelajaran kreatif produktif dapat membuat saya lebih berfikir
kreatif pada saat pembelajaran
7 Saya dapat bekerjasama dengan baik bersama teman ketika melakukan
praktikum di kelas
8 Saya dapat mengetahui manfaat barang bekas untuk media pembelajaran dan
cara pembuatannya pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kreatif produktif
9 Melalui model pembelajaran kreatif produktif saya memahami penerapan dari
materi cahaya dan alat optik
10 Saya lebih aktif dan bersemangat saat belajar menggunakan model
pembelajaran kreatif produktif
1
Lampiran 26
Hasil Penilaian Pre-Angket Respon Model Pembelajaran Kelas Eksperimen
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 E-01 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 25
Rendah
2 E-02 1 1 1 1 1 3 2 1 1 1 13 33
Rendah
3 E-03 1 3 3 1 3 2 2 2 1 2 20 50
Sedang
4 E-04 1 3 2 1 1 2 2 2 2 1 17 43
Sedang
5 E-05 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 18 45
Sedang
6 E-06 1 2 3 1 1 2 2 2 3 2 19 48
Sedang
7 E-07 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 13 33
Rendah
8 E-08 3 1 1 1 2 3 2 2 1 1 17 43
Sedang
9 E-09 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 15 38
Rendah
10 E-10 2 3 1 1 1 2 2 1 3 3 19 48
Sedang
11 E-11 3 3 1 1 1 2 2 2 2 1 18 45
Sedang
12 E-12 2 4 1 1 1 2 2 2 2 1 18 45
Sedang
13 E-13 3 3 1 1 1 2 1 2 2 2 18 45
Sedang
14 E-14 2 2 1 1 1 2 2 1 1 3 16 40
Sedang
15 E-15 2 3 1 1 1 2 2 2 1 3 18 45
Sedang
16 E-16 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 17 43
Sedang
17 E-17 2 3 1 1 1 2 1 2 3 3 19 48
Sedang
18 E-18 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 15 38
Rendah
19 E-19 2 3 1 1 1 2 1 3 1 2 17 43
Sedang
20 E-20 1 2 1 1 1 2 1 2 1 3 15 38
Rendah
21 E-21 2 3 1 1 1 1 1 2 3 1 16 40
Sedang
1
22 E-22 2 3 1 1 1 2 1 2 3 1 17 43
Sedang
23 E-23 2 3 1 1 1 2 2 2 3 2 19 48
Sedang
24 E-24 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 18 45
Sedang
25 E-25 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 19 48
Sedang
26 E-26 2 2 3 3 1 1 2 1 3 2 20 50
Sedang
27 E-27 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 18 45
Sedang
28 E-28 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 18 45
Sedang
Hasil Penilaian Post-Angket Respon Model Pembelajaran Kelas Eksperimen
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 E-01 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 30 75
Tinggi
2 E-02 3 2 4 4 3 4 3 2 2 2 29 73
Tinggi
3 E-03 3 2 4 4 3 4 3 2 3 2 30 75
Tinggi
4 E-04 4 1 4 4 1 1 1 3 3 3 25 63
Tinggi
5 E-05
3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 34 85
Sangat
Tinggi
6 E-06 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 31 78
Tinggi
7 E-07 4 1 4 4 1 1 1 3 4 3 26 65
Tinggi
8 E-08 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 30 75
Tinggi
9 E-09 3 2 4 4 3 4 3 2 3 1 29 73
Tinggi
10 E-10 3 2 4 4 3 4 3 2 1 3 29 73
Tinggi
11 E-11 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 31 78
Tinggi
12 E-12 3 3 3 4 2 2 2 3 3 2 27 68
Tinggi
13 E-13 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 28 70
Tinggi
14 E-14 3 2 4 4 3 4 3 2 1 2 28 70
Tinggi
15 E-15 3 3 2 4 3 4 3 3 2 3 30 75
Tinggi
1
16 E-16 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 26 65
Tinggi
17 E-17
3 3 3 4 4 4 2 4 4 2 33 83
Sangat
Tinggi
18 E-18 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28 70
Tinggi
19 E-19 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 28 70
Tinggi
20 E-20 4 4 4 4 3 1 3 4 3 1 31 78
Tinggi
21 E-21 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 31 78
Tinggi
22 E-22 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 25 63
Tinggi
23 E-23 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 28 70
Tinggi
24 E-24 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 30 75
Tinggi
25 E-25 2 2 3 3 2 3 4 4 3 3 29 73
Tinggi
26 E-26 2 2 3 3 2 3 3 4 4 3 29 73
Tinggi
27 E-27 2 2 3 3 4 3 4 3 2 2 28 70
Tinggi
28 E-28 3 3 3 4 3 3 2 3 3 2 29 73
Tinggi
1
Lampiran 27
Lembar Observasi : Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Sekolah/Kelas : SMP Negeri 3 Getasan
Hari/Tanggal :
Nama Guru :
Nama Observeri :
No Kegiatan Belajar Siswa Skala Penilaian
4 3 2 1
1. Mampu mengungkapkan ide dalam merespon pertanyaan guru
2. Mudah memahami dan mencerna informasi awal yang diberikan guru
3. Mengajukan pertanyaan apabila ada informasi guru yang kurang jelas
4. Memberikan banyak gagasan atau usulan terhadap suatu masalah
5.
Memiliki banyak jawaban yang bervariasi dan berbeda dari
biasanya
6. Menghargai gagasan atau ide-ide dari teman lain
7.
Menanggapi atau mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hasil
presentasi kelompok lain
8.
Memberikan jawaban/tanggapan atas pertanyaan/pendapat yang
disampaikan oleh kelompok lain
9.
Mampu memilih teknik penyelesaian soal yang dianggap paling
Tepat
10.
Mempunyai semangat yang besar dalam menemukan jawaban dan
mencoba hal-hal baru
1
Lampiran 28
Hasil Penilaian Observasi Kelas Eksperimen
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 E-01 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75
Tinggi
2 E-02 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
3 E-03 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
4 E-04 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 22 55
Sedang
5 E-05 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80
Tinggi
6 E-06 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75
Tinggi
7 E-07 4 3 2 2 2 2 3 2 2 1 23 58
Sedang
8 E-08 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
9 E-09 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
10 E-10 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
11 E-11 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80
Tinggi
12 E-12 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75
Tinggi
13 E-13 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75
Tinggi
14 E-14 4 3 2 2 2 2 3 2 2 1 23 58
Sedang
15 E-15 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
16 E-16 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
17 E-17 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 22 55
Sedang
18 E-18 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75
Tinggi
19 E-19 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 30 75
Tinggi
20 E-20 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
21 E-21 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80
Tinggi
1
22 E-22 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80
Tinggi
23 E-23 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 22 55
Sedang
24 E-24 2 3 2 2 3 3 2 3 4 4 28 70
Tinggi
25 E-25 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80
Tinggi
26 E-26 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 31 78
Tinggi
27 E-27 3 3 2 4 3 2 3 4 4 4 32 80
Tinggi
28 E-28 2 3 2 4 3 2 3 4 4 4 31 78
Tinggi
Hasil Penilaian Observasi Kelas Kontrol
No Kode
Siswa
Skor Tiap Aspek Skor
Total
Nilai Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 K-01 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 22 55
Sedang
2 K-02 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 23 58
Sedang
3 K-03 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29 73
Tinggi
4 K-04 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 21 53
Sedang
5 K-05 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 29 73
Tinggi
6 K-06 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 29 73
Tinggi
7 K-07 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 22 55
Sedang
8 K-08 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53
Sedang
9 K-09 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65
Sedang
10 K-10 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53
Sedang
11 K-11 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65
Sedang
12 K-12 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 32 80
Tinggi
13 K-13 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53
Sedang
14 K-14 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 30 75
Tinggi
1
15 K-15 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 30 75
Tinggi
16 K-16 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53
Sedang
17 K-17 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65
Sedang
18 K-18 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65
Sedang
19 K-19 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53
Sedang
20 K-20 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 22 55
Sedang
21 K-21 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 23 58
Sedang
22 K-22 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 22 55
Sedang
23 K-23 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65
Sedang
24 K-24 3 2 3 2 3 1 2 3 4 3 26 65
Sedang
25 K-25 3 2 3 2 3 2 2 3 4 3 27 68
Sedang
26 K-26 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 21 53
Sedang
27 K-27 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 30 75
Tinggi
1
Lampiran 29
Deskripsi Data Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PRETESTeks 28 40 55 48.39 4.565
POSTESTeks 28 63 85 72.68 5.320
PRETESTkon 27 40 55 43.85 3.570
POSTTESTkon 27 58 80 67.59 6.733
Valid N (listwise) 27
Uji Normalitas Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Hasil POSTESTeks .131 28 .200*
POSTTESTkon .167 27 .053
Uji Homogenitas Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.336 1 53 .073
Hasil Uji Kesamaan Dua Varians
Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
hasil postEKS 28 72.68 5.320 1.005
postKON 27 67.59 6.733 1.296
1
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig.
(2-
tailed
)
Mean
Differen
ce
Std. Error
Difference
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
hasil Equal
variances
assumed
3.33
6
.073 3.115 53 .003 5.086 1.633 1.811 8.361
Equal
variances not
assumed
3.101 49.46
5
.003 5.086 1.640 1.791 8.381
Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 PREEE & POSTEE 28 .089 .651
Pair 2 PREKK & POSTKK 27 -.065 .747
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
PREEE -
POSTEE
-
24.28
6
6.694 1.265 -26.881 -21.690 -
19.19
9
27 .000
Pair
2
PREKK -
POSTKK
-
23.74
1
7.823 1.506 -26.835 -20.646 -
15.76
9
26 .000
1
Uji Hipotesis
Uji Koefisien Korelasi
Correlations
Angket Kreatif Angket Model
angket Pearson Correlation 1 .943**
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
pooo Pearson Correlation .943** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 28 28
Uji Regresi Linier Sederhana
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 16.514 3.889 4.246 .000
pooo .769 .053 .943 14.414 .000
Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .943a .889 .885 1.475
1
Lampiran 30
Gambar 1. Gapura SMP Negeri 3 Getasan
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
Gambar 2. Uji Validitas Soal Kelas IX C
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
1
Gambar 3. Kegiatan Diskusi Kelas Kontrol
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
Gambar 4. Percobaan oleh Kelas Eksperimen Materi Dispersi Cahaya
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
1
Gambar 5. Percobaan Penerapan Lup Sederhana dari Plastik Bekas
oleh Kelas Eksperimen
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
Gambar 6. Proses Pembuatan Periskop dari Barang Bekas oleh
Kelas Eksperimen
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
1
Gambar 7. Percobaan Penggunaan Periskop Sederhana dari Barang Bekas
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)
Gambar 8. Presentasi oleh Kelompok 1 (Dispersi Cahaya)
Sumber: (Dokumentasi Peneliti: 2019)