pengaruh modal sosial dan budaya organisasi …repository.fisip-untirta.ac.id/463/1/resty nani...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYAORGANISASI TERHADAP KINERJAKOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU)
PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Resty Nani Yustini
NIM 6661110277
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, November 2015
PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYAORGANISASI TERHADAP KINERJAKOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU)
PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Resty Nani Yustini
NIM 6661110277
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, November 2015
PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYAORGANISASI TERHADAP KINERJAKOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU)
PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
Resty Nani Yustini
NIM 6661110277
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, November 2015
PERNYATAAN ORI S INALITA S
Yang bertandatangan di bawah ini:
NamaNIMTempattanggat lahirProgram Studi
Resty Nani Yustini666t110277Ciamis, 23 Maret T993Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul PENGARUH MODAL SOSIAL DANBUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERIA KOMISI PEMILIHANUMUM (KPU) PROVINSI BANTEN adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruhsumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat maka gelar
kesarjaanaan saya bisa dicabut.
Serang, November 2015
Resty Nani Yustini
NamaNIMJudul Skripsi
LEMBAR PERSETUJUAN
Resty Nani Yustini666rT10277
PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYAORGANISASI TERHADAP KINERJA KOMISIPEMILIHAI\ UMUM (KPU) PROVINSI BANTBN
Serang, November 2015Skripsi Ini Telah Disetujui untuk Diujikan
Menyetujui,
Pembimbing I
NrP. I 98009082006041002 NrP. 1 9720 4A72A081D1002
Mengetahui
dan Ilmu Politik
NIP. 1 9710824200501002
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
NamaNIMJudul Skripsi
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
RESTY NANI YUSTINI66611n277PENGARUH MODAL SOSIAL DAN BUDAYAORGA}{ISASI TEruIADAP KINER}A KOMISIPEMILIHAN IJMUM (KPTI) PROVINSI BANTEN
Telah Diuji di Hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 2
November 2015 dan dinyatakan LULUS
Serang,2 November20t5
Ketua Penguji:
Ismanto, S.Sos., MMNrP. 197408072005011001
Anggota:
Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.SiNrP. 197501312005012004
Anggota:
Anis Fuad, S.Sos., M.SiNIP. 198009082006041002
Mengetahui,
NrP. 1971082424054rc42 NrP. 197905252005012001
StudiNegara
Alhamdulillahi robbil’alamin
Sujud syukur kepadamu ya Allah…
Dari sini aku belajar, bahwa kesehatan itu sangatmahal dan penting adanya…
Kerena seseungguhnya sesudah kesulitan itu adakemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan pasti adakemudahan (Asy-Syarh ayat 5 dan 6)
Man Jadda Wajada…
Skripsi ini kupersembahkan untukMama dan Aa, terima kasih untuk semua yang telah
kalian berikan kepada hidup ku. Semoga persembahansederhana ini menjadi sesuatu yang berharga…
ABSTRAK
Resty Nani Yustini. NIM. 6661110277. Skripsi. Pengaruh Modal Sosial danBudaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten. Pembimbing I: Anis Fuad, S.Sos., M.Si dan Pembimbing II:Deden M Haris, S.Sos., M.Si
Penelitian dilatarbelakangi adanya kecemburuan terkait beban pekerjaan, pegawaitidak masuk lebih dari 108 hari, ketidakpercayaan bawahan pada atasan, disfungsipejabat struktural, SDM tidak ahli dalam bidang IT, pegawai tidak mengetahuisepenuhnya tupoksi. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh modal sosial danbudaya organisasi terhadap kinerja organisasi sehingga metode penelitian yangdigunakan adalah pendekatan kuantitaif dengan metode asosiatif. Penentuansampel menggunakan probability sampling dengan teknik sampling jenuhsebanyak 41 orang. Berdasarkan penelitian diperoleh R square=0,305 (30,5%)artinya modal sosial dan budaya organisasi berpengaruh 30,5% terhadap kinerjaorganisasi dengan nilai korelasi (R)=0,512 sehingga terdapat hubungan dengankategori kekuatan hubungan sedang antara ketiga variabel dan dari hasil regresilinier berganda diperoleh persamaan regresi Y’=26,704+0,002X1+0,384X2. Dariperhitungan signifikansi, terdapat pengaruh signifikan antara modal sosial danbudaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi. Modal sosialberpengaruh langsung ke kinerja organisasi dan berpengaruh tidak langsung yaitudari modal sosial ke budaya organisasi sebagai intervening lalu ke kinerjaorganisasi. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,002 sedangkan besarnyapengaruh tidak langsung 0,511 atau total pengaruh modal sosial ke kinerjaorganisasi adalah 0,512. Sehingga terdapat mediasi yang signifikan sebesar51,1%. Saran membina hubungan baik antara pegawai atau komisioner,meningkatkan kualitas pelayanan pada stakeholder, diadakan pelatihan untukmeningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kata Kunci: Modal Sosial, Budaya Organisasi dan Kinerja Organisasi
ABSTRACT
Resty Nani Yustini. NIM. 6661110277. Thesis. The Influence Of Social CapitalAnd Organizational Culture On Performance In The General ElectionCommission (KPU) Banten Province. 1st advisor: Anis Fuad, S.Sos., M.Si and2nd advisor: Deden M Haris, S.Sos., M.Si
Research backdrop of jealousy-related workload, employees absent from workmore than 108 days, mistrust of subordinates to superiors, official structuraldysfunction, lack of understanding of human resources in IT field, employees arenot fully aware of the duties. This study purposes to aim the influence of socialcapital and organizational culture on organizational performance so that theresearch method used is quantitative approach with associative method. Samplingdetermination using probability saturated sampling technique to 41 peoples.Based on research obtained R square = 0.305 (30.5%) means that social capitaland organizational culture affects 30.5% of the organization's performance withthe correlation value (R) = 0.512 means that there is a relationship with thecategory of strength of the relationship was between the three variables and theresults of the regression multiple linear regression equation Y’ = 26.704 +0,002X1 + 0,384X2. Results of calculation of significance, there is significantinfluence between social capital and organizational culture together toorganizational performance. Social capital can affect directly to the performanceof the organization and can affect not directly to the culture of the organization asan intervening and to the performance of the organization. The amount of directinfluence is 0.002, while the magnitude of the indirect effect 0.511 or total socialcapital influence to the performance of the organization is 0.512. So there is asignificant mediation amounted to 51.1%. Suggestions fostering good relationsbetween employees or commissioners, improve the quality of service tostakeholders, held some training to improve the quality of human resources.
Keywords: Social Capital, Organizational Culture and OrganizationalPerformance
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-NYA yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam
senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammaad SAW,
kepada keluarga serta sahabatnya. Alhamdullilah berkat rahmat, karunia dan
ridho-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak pihak yang
telah banyak memberikan pengajaran, bantuan serta dukungan moral dan material
dalam upaya penyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial
dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten”. Penelitian ini tentu tak lepas dari bantuan banyak pihak yang
selalu mendukung peneliti secara moril dan material. Untuk itu peneliti sampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus merupakan Dosen
Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan arahan dan
motivasi selama proses perkuliahan.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Mia Dwiana Widyaningtyas, M.Kom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
5. Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema J, S.IP., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
8. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi yang senantiasa
ramah memberikan semangat dan motivasi, memberikan ilmu dan
pengajaran selama proses penyusunan.
9. Deden M Haris, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II Skripsi yang
senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti selama
proses penyusunan.
10. Seluruh Dosen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah
memberikan ilmu kepada peneliti.
11. Mohamad Rukbi, SE, MM, Kepala Sub Bagian Organisasi dan
Sumber Daya Manusia yang telah membantu selama proses penelitian
dan juga telah memberikan ilmu dan pengajaran selama penelitian
berlangsung.
12. Ismail, SH, Kepala Sub Bagian Hukum yang telah membantu dan
meluangkan waktu selama penelitian berlangsung di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten
iii
13. Hendro Sulstyo, S.Sos. M.Si, Kepala Sub Bagian Umum dan Logistik
yang telah membantu selama penelitian berlangsung
14. Dra. Hj. Enan Nadia, anggota komisioner yang telah membantu dan
bersedia meluangkan waktu untuk membantu proses penelitian
berlangsung.
15. Syaeful Bahri, MM, anggota komisioner yang telah membantu dan
memberikan ilmu dan pemahaman terkait penelitian di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
16. Kepada seluruh pegawai sekertariat dan anggota komisioner di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yang membantu
memberikan informasi dan data yang dibutuhkan peneliti selama
proses penelitian.
17. Mama yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doa selama
menyelesaikan penelitian ini.
18. Ahmad Bandaniji yang telah memberikan motivasi, semangat dari
awal masuk kuliah hingga lulus dan menjadi teman diskusi selama
menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih untuk perjuangan yang
tidak kenal lelah.
19. Sahabat ladies, Dita Marsela Sufitri, Rizki Parhani, Fitri Maliani
Nugraha, Nurul Fitri Sugiharto, Metta Miftahul Jannah, Ika Dewi
Safitri, Nella Hani Rosa, Ayu Fitri Lestari, Ita Mafrohati, Anita yang
telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi
ini.
iv
20. Bestari Ratna Martasari dan teman teman KKM 44 lainnya yang selalu
memberikan dukungan dan semangat dalam proses penyusunan skripsi
ini.
21. Keluarga Cemara Green House yang telah memberikan dukungan,
semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
22. Teman teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara angkatan 2011.
23. Kepada semua pihak yang telah membantu peneliti mulai dari awal
penelitian hingga penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan yang semata-mata muncul karena keterbatasan wawasan peneliti.
Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, dengan senang hati peneliti bersedia
menerima segala kritik dan saran pembaca sepenuhnya. Akhirnya semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi mereka yang
membacanya.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, November 2015
Resty Nani Yustini
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR DIAGRAM xi
DAFTAR LAMPIRAN xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 15
1.3 Batasan Masalah 15
1.4 Rumusan Masalah 16
1.5 Tujuan Penelitian 16
1.6 Manfaat Penelitian 17
1.6.1 Aspek Teoritis 17
1.6.2 Aspek Praktis 17
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori 18
2.1.1 Modal Sosial 18
2.1.2 Budaya Organisasi 27
2.1.3 Kinerja Organisasi 34
2.2 Penelitian Terdahulu 46
2.3 Kerangka Berpikir Penelitian 51
2.4 Hipotesis Penelitian 52
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 55
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian 56
3.3 Lokasi Penelitian 56
3.4 Variabel Penelitian 56
3.4.1 Definisi Konsep 56
3.4.2 Definisi Operasional 61
3.5 Instrument Penelitian 63
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 65
3.7 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data 66
3.7.1 Metode Analisis Data 67
3.7.1.1 Uji Instrument 67
a. Uji Validitas 67
b. Uji Reliabilitas 69
3.7.1.2 Uji Normalitas 70
3.7.2 Uji Korelasi Product Moment 71
3.7.3 Uji Korelasi Ganda 72
3.7.4 Uji Analisis Regresi Linear Sederhana 72
3.7.5 Uji Analisis Regresi Linear Berganda 73
3.7.6 Uji Parsial (Uji t) 74
3.7.6.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) 74
3.7.6.1 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) 75
3.7.7 Uji Simultan (Uji F) 77
3.7.7.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji t) 77
3.8 Jadwal Penelitian 78
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian 79
4.1.1 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten 79
4.1.2 Kedudukan dan Tugas 82
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik 93
4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen 93
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen 98
vii
4.2.3 Hasil Uji Normalitas 101
4.3 Deskripsi Data 102
4.3.1 Identitas Responden 102
4.3.2 Tanggapan Responden Atas Kuesioner 107
4.3.2.1 Analisis Item Pernyataan Variabel Modal
Sosial (X1) 108
4.3.2.2 Analisis Item Pernyataan Variabel Budaya
Organisasi (X2) 132
4.3.2.3 Analisis Item Pernyataan Variabel Kinerja
Organisasi (Y) 175
4.4 Pengujian Hipotesis 205
4.4.1 Hasil Uji Korelasi Product Moment 205
4.4.2 Hasil Uji Korelasi Ganda 207
4.4.3 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana 209
4.4.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda 213
4.4.5 Hasil Uji Parsial 216
4.4.5.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t) 216
4.4.5.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t) 218
4.4.6 Hasil Uji Simultan 219
4.4.6.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F) 219
4.4.7 Analisis Jalur (Path Analysis) 221
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian 227
4.6 Pembahasan 235
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 262
5.2 Saran 264
DAFTAR PUSTAKA 266
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan
Umum 9
2.1 Acuan Penelitian Terdahulu 46
3.1 Operasionalisasi Variabel Modal Sosial 61
3.2 Operasionalisasi Variabel Budaya Organisasi 61
3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Organisasi 62
3.4 Skoring/Nilai 64
3.5 Jadwal Penelitian 78
4.1 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1) 95
4.2 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2) 96
4.3 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y) 97
4.4 Hasil Uji Reliabiltas Modal Sosial (X1) 98
4.5 Hasil Uji Reliabiltas Budaya Organisasi (X2) 99
4.6 Hasil Uji Reliabiltas Kinerja Organisasi (Y) 100
4.7 Hasil Uji Normalitas 102
4.8 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Modal Sosial
(X1) 199
4.9 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Budaya
Organisasi (X2) 200
4.10 Tanggapan Responden Secara Keseluruhan Variabel Kinerja
Organisasi (X2) 203
4.11 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) terhadap
Kinerja Organisasi (Y) 206
4.12 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2)
terhadap Kinerja Organisasi (Y) 207
4.13 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 208
4.14 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Modal Sosial
(X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 210
ix
4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap
Kinerja Organisasi (Y) 211
4.16 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 212
4.17 Hasil Uji Koefisien Determinasi Budaya Organisasi (X2) terhadap
Kinerja Organisasi (Y) 213
4.18 Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda Modal Sosial
(X1) dan Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
214
4.19 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 216
4.20 Hasil Uji Parsial (Uji t) Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja
Organisasi (Y) 217
4.21 Hasil Uji Parsial (Uji t) Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja
Organisasi (Y) 218
4.22 Hasil Uji Simultan (Uji F) Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 220
4.23 Analisis Jalur (Path Analysis) Hasil Uji Signifikasi Parameter
Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M)
223
4.24 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) terhadap
Budaya Organisasi (M) 224
4.25 Analisis Jalur (Path Analysis) Hubungan Tidak Langsung Modal
Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya
Organisasi (M) 224
4.26 Hasil Uji Koefisien Determinasi Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (M) terhadap Kinerja Organisasi (Y) 224
4.27 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung 226
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Komponen Modal Sosial 25
2.2 Kerangka Berpikir Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten 52
4.1 Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 81
4.2 Panel Hubungan Langsung Modal Sosial (X1) Mempengaruhi
Kinerja Organisasi (Y) 221
4.3 Panel Hubungan Tidak Langsung Modal Sosial (X1)
Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y) Melewati Budaya
Organisasi (M) 221
4.4 Model Analisis Jalur (Path Analysis) 222
4.5 Hasil Model Analisis Jalur (Path Analysis) 225
xi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 103
4.2 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia 104
4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 105
4.4 Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja 106
4.5 Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin
Diantara Pegawai 109
4.6 Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai
Dengan Rekan Kerja 110
4.7 Tanggapan Responden Terkait Motivasi Pegawai Untuk
Memperkuat Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar 112
4.8 Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap
Bagian Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai 103
4.9 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan
Informal Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan
Kerja 115
4.10 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan
Gagasan Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja 116
4.11 Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya
Dengan Pegawai Lain 118
4.12 Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya
Dengan Anggota Komisioner 119
4.13 Tanggapan Responden Terkait Saling Membantu Dalam
Menyelesaikan Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan
Yang Cukup Tinggi 121
4.14 Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai
Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi
122
4.15 Tanggapan Responden Terkait Kepercayaan Mampu
Meminimalisir Konflik Horizontal Antara Pegawai 124
xii
4.16 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Memiliki Peraturan Tertulis Untuk Mengatur
Aktivitas Pegawai 125
4.17 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 127
4.18 Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh
Pegawai 128
4.19 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan
Mampu Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten 130
4.20 Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan
Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Memiliki Tata Kelola Organisasi Yang Baik 131
4.21 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal 133
4.22 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk
Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik 135
4.23 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk
Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Sendiri Sesuai Dengan
Peraturan 136
4.24 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung
Jawab Atas Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan
138
4.25 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan
Setiap Rincian Pekerjaannya 139
4.26 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Pegawai Menekankan
Ketelitian Dalam Menyelesaikan Pekerjaan 141
4.27 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan
Sesuai Dengan Prosedur Yang Telah Ditetapkan 142
xiii
4.28 Tanggapan Responden Terkait Kompetensi Kerja Pegawai
Merupakan Hal Utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten 144
4.29 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja
145
4.30 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh
Sungguh Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu
Yang Ditetapkan 147
4.31 Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan
Kualitas Hasil Kinerja Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan
148
4.32 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan
Memilih Cara Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja
Yang Diharapkan 150
4.33 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Setiap
Keputusan Yang Diambil Dari Dasil Rapat Pleno 151
4.34 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Yang Melanggar
Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
dikenakan Sanksi Yang Tegas 153
4.35 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap
Pembinaan Karakter Pegawai 154
4.36 Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap
Satuan Kerja Pegawai 156
4.37 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Tim Kerja Telah Bekerja
Sama Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan
Umum Provinsi (KPU) Banten 157
xiv
4.38 Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerja Rekan Kerja di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berdasarkan
Rasa Saling Menghormati 159
4.39 Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan
Kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Diatas Segalanya 160
4.40 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas
Beban Kerja Yang Dibebankan 162
4.41 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki
Kemauan Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik 163
4.42 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang
Efesien Untuk Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi 165
4.43 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Dapat Memberikan Saran
Dan Solusi Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan
166
4.44 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian
Terhadap Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan
Pekerjaan 168
4.45 Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan
Kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai
Karena Lingkungan Kerja Yang Harmonis 169
4.46 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program
Kerja Berlangsung 171
4.47 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai
Nilai Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten 172
4.48 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi
Internal Yang Baik Dari Tiap Generasi 174
xv
4.49 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Berusaha Memberikan
Pelayanan Demi Kepuasan Stakeholders 176
4.50 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara
Berkesinambungan 178
4.51 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait
Penyelenggaraan Pemilu 179
4.52 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Selalu Mengacu Pada Petunjuk
Pelaksanaan/Petunjuk Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu
181
4.53 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu
Berdasarkan Waktu Yang Telah Ditentukan 182
4.54 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat
Waktu 184
4.55 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan
Pembagian Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten 185
4.56 Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan
Pencapaian Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten 187
4.57 Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases
Semua Infromasi Yang Dibutuhkan 188
4.58 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada
Sistem Baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
190
xvi
4.59 Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Mengadakan Pendidikan Pelatihan Untuk
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Secara Reguler 191
4.60 Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait
Pemilu Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Telah Memakai Sistem E-Procurement 193
4.61 Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah
Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten 194
4.62 Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran
Telah Sesuai Dengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten 196
4.63 Tanggapan Responden Terkait Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Yang Telah
Dilakukan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
197
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1 Permohonan Ijin Mencari Data
2 Pemberian Ijin Mencari Data
3 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Bulan Februari 2015
4 Struktur Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Bulan Mei 2015
5 Struktur Organisasi Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Periode 2013 s/d 2018
6 Kuesioner Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
7 Hasil Input Kuesioner Modal Sosial (X1)
8 Hasil Input Kuesioner Budaya Organisasi (X2)
9 Hasil Input Kuesioner Kinerja Organisasi (Y)
10 Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1)
11 Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2)
12 Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y)
13 Hasil Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1)
14 Hasil Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2)
15 Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y)
16 Hasil Uji Normalitas
17 Hasil Uji Korelasi Product Moment Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja
Organisasi (Y)
18 Hasil Uji Korelasi Product Moment Budaya Organisasi (X2) Terhadap
Kinerja Organisasi (Y)
19 Hasil Uji Korelasi Ganda Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)
Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
20 Hasil Uji Regresi Sederhana Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja
Organisasi (Y)
21 Hasil Uji Regresi Sederhana Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja
Organisasi (Y)
xviii
22 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Modal Sosial (X1) dan Budaya
Organisasi (X2) Secara Bersama Sama Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
23 Hasil Uji Parameter Individual Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya
Organisasi (M)
24 Table F Statistics
25 Table t Statistics
26 Table Chi Square Statistics
27 Table r (Korelasi Product Moment) Statistics
28 Table d (Durbin-Watson) Statistics
29 Daftar Hadir Pegawai Negeri Sipil Daerah Sekertariat Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten bulan Maret s/d Desember 2014
30 Daftar Hadir Bimbingan
31 Dokumentasi
32 Curiculum Vitae
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Provinsi Banten merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Jawa
Barat, yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Provinsi Banten sebagai unsur
penanggungjawab untuk mewujudkan semua program semaksimal mungkin
dalam setiap melaksanakan tugasnya. Agar semua dapat terlaksana dengan
maksimal diperlukan kinerja dari semua komponen terkait, termasuk kinerja
organisasi agar menjadi handal dan optimal sesuai dengan visi dan misi yang telah
ditetapkan.
Suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan organisasi atau
nilai-nilai yang ditetapkan dalam visinya tercapai. Nilai-nilai tersebut merupakan
nilai-nilai yang disepakati bersama antara stakeholders dari organisasi yang
bersangkutan. Akan tetapi seringkali visi organisasi dapat tercapai namun bukan
secara sengaja atau sebagaimana direncanakan sehingga diperlukan nilai
pengembanan misi organisasi dan keterkaitannya dengan pencapaian misi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 pasal 1 ayat (1)
Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan
kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu
yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai
satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk
memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum pada
pasal 1 ayat (6) Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disingkat KPU, adalah
lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang
bertugas melaksanakan Pemilu. Sedangkan berdasarkan pasal 1 ayat (7) Komisi
Pemilihan Umum Provinsi selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah
Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi dan pada
pasal 1 ayat (8) Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat
KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan
Pemilu di kabupaten/kota
Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga hirarkies, dimana
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia merupakan lembaga
regulator pembuat peraturan perundang-undangan terkait penyelenggaraan
pemilu. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi merupakan koordinator dan
supervisi sedangkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten/Kota merupakan
implementator.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai organisasi melakukan interaksi
dan hubungan antar pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. Hubungan dan
3
interaksi yang baik antar pegawai merupakan hal penting karena akan
mempengaruhi eksistensi modal sosial pegawai. Eksistensi modal sosial pegawai
menjadi penting karena mempengaruhi kinjerja pegawai yang pada gilirannya
mempengaruhi kinerja organisasi (Akdere, 2005). Selain itu modal sosial yang
dimiliki oleh pegawai tersebut akan membentuk budaya organisasi, budaya
organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku
anggota organisasi (Luthans, 1998).
Pencapaian hasil kerja atau kinerja dapat dinilai menurut pelaku, yaitu
kinerja yang diraih individu (kinerja individu), oleh kelompok (kinerja
kelompok), oleh institusi (kinerja organisasi) dan oleh suatu program atau
kebijakan (kinerja program/kebijakan). Kinerja individu menggambarkan sampai
seberapa jauh seseorang telah melaksanakan tugas pokoknya sehingga dapat
memberikan hasil yang ditetapkan oleh kelompok atau institusi. Kinerja kelompok
menggambarkan hasil yang ditetapkan sampai seberapa jauh suatu kelompok telah
melaksanakan kegiatan kegiatan pokoknya sehingga mencapai hasil sebagaimana
ditetapkan oleh institusi. Kinerja institusi berkenaan dengan sampai seberapa jauh
suatu institusi telah melaksanakan semua kegiatan pokok sehingga mencapai visi
atau misi institusi. Sedangkan kinerja program atau kebijakan berkenaan dengan
sampai seberapa jauh kegiatan-kegiatan dalam program atau kebijakan telah
dilaksanakan sehingga dapat mencapai tujuan program atau kebijakan tersebut.
Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi
dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa
4
fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,
dan kebijakan. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap
organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukurannya
dapat dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk
melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan
untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum.
Kinerja organisasi merupakan produk dari banyak faktor, termasuk
struktur organisasi, pengetahuan, sumber daya bukan manusia, posisi strategis dan
proses sumber daya manusia. Kinerja memerlukan strategi, tujuan dan integritas.
Strategi merupakan integritas rencana tindak sangat luas untuk mencapai tujuan
organisasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan tujuan adalah memperbaiki
produktivitas sumber daya manusia. Karena strategi bersifat terintegritas, semua
faktor atau variabel saling berhubungan dan memberikan kontribusi pada kinerja.
Sementara itu, integritas tidak hanya diperlukan untuk menghadapi keadaan,
tetapi lebih penting lagi untuk proses perubahan yang perlu dilakukan untuk
menghadapi masa depan organisasi.
Konsep modal sosial (social capital) sedang berkembang saat ini.
Berkembangnya konsep ini didasari pemahaman bahwa modal sosial akan
berpengaruh pada kinerja. Hal ini didukung beberapa riset yang menunjukkan
adanya pengaruh modal sosial pada beberapa ukuran kinerja seperti: bukti dari
urban publik school (Leana and Frits, 2006), modal sosial terhadap kinerja tenaga
medis RSUD Talaud (Yosua, Haris dan Hosea, 2013), kinerja dosen berbasis
5
modal sosial dan organisasional (Fauzan, 2012) dan pengaruh modal sosial
terhadap kinerja anggota organisasi (Prayogo, 2003).
Nahapiet dan Ghoshal (1998) membagi modal sosial menjadi tiga dimensi
yang meliputi dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi kognitif.
Dimensi struktural merupakan pola hubungan antar orang dan interaksi sosial
yang ada dalam organisasi. Dimensi struktural memiliki makna bahwa posisi
seseorang dalam struktur interaksi akan memberinya keuntungan tertentu. Dengan
demikian, seseorang yang memiliki interaksi yang baik dengan rekan kerjanya
akan berkinerja dengan lebih baik. Adanya interaksi yang baik akan sangat
kondusif untuk kerjasama yang baik antara anggota organisasi. Interaksi yang
baik akan mengakibatkan intensitas hubungan kerja yang semakin baik dan
menumbuhkan kedekatan antar karyawan. Dengan demikian, seseorang akan lebih
mudah mendapatkan bantuan dan dukungan dari rekan kerjanya, misalnya
seseorang akan bisa saling mengakses sumberdaya dan informasi dengan sesama
rekan kerja. Hal ini akan memperlancar proses kerja anggota organisasi, yang
akan membuat anggota organisasi tersebut berkinerja dengan lebih baik.
Dimensi relasional merupakan asset yang diciptakan dan tumbuh dalam
hubungan antar anggota organisasi yang mencakup kepercayaan (trust) dan
kelayakan dipercaya (trustworthiness). Kepercayaan adalah atribut yang melekat
dalam suatu hubungan. Kelayakan dipercaya merupakan atribut yang melekat
pada individu yang terlibat dalam hubungan tersebut. Makin tinggi tingkat
kepercayaan antar rekan kerja dalam suatu organisasi, orang-orang dalam
organisasi tersebut dikatakan memiliki tingkat kelayakan dipercaya yang tinggi.
6
Dalam kondisi saling mempercayai yang tinggi, orang akan lebih mampu bekerja
dengan lebih baik dalam suatu social exchange dalam bentuk kerja sama dengan
orang lain. Dengan demikian, dimensi relasional juga akan mempengaruhi proses
kerja seseorang, sehingga akan membuat orang bekerja dengan lebih baik.
Dimensi kognitif merupakan sumber daya yang memberikan representasi
dan interpretasi bersama, serta menjadi sistem makna (system of meaning) antar
pihak dalam organisasi. Nahapiet dan Ghoshal (1998) mendefinisikan dimensi
ketiga ini sebagai shared languages (codes), shared narratives dan shared vision
yang memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak dalam
suatu sistem sosial. Shared languages (codes) dan shared narratives merupakan
sarana orang berdiskusi dan bertukar informasi dalam menjalankan proses
kerjanya. Jika ada shared languages (codes) dan shared narratives, komunikasi
antara anggota organisasi akan lebih baik dan terbuka. Shared languages (codes)
dan shared narratives juga akan mempengaruhi persepsi anggota organisasi.
Adanya shared languages (codes) dan shared narratives akan menciptakan
persepsi yang sama antar anggota organisasi yang akan mempercepat proses
komunikasi untuk menunjang kinerja. Umumnya dimensi kognitif dalam bentuk
shared languages (codes) dan shared narratives akan mengarah ke pemahaman
yang sama tentang tujuan organisasi (shared vision). Jika anggota organisasi
memiliki pemahaman yang sama tentang tujuan organisasi mereka akan bisa
bekerja dengan lebih baik.
Pada dasarnya modal sosial dalam organisasi tercipta dengan adanya
interkasi yang terjadi pada individu-individu dalam organisasi yang berasal
7
kepercayaan antara individu baik dengan atasan, dengan bawahan atau sasama
pegawai. Dalam hal ini kepercayaan merupakan modal penting untuk membina
hubungan interaksi yang baik, selain itu bentuk modal sosial lainnya adalah
jaringan sosial/kerja yang tercipta ketika kerja sama dalam menyelesaikan tujuan
yang dalam hal ini adalah visi dan misi dalam organisasi dan terakhir adalah
bentuk modal sosial berupa kepatuhan terhadap norma yang bisa berbentuk aturan
atau kebijakan dalam organisasi. Modal sosial yang ada dalam organisasi
merupakan hal penting dalam membentuk perilaku individu yang ada dalam
organisasi.
Untuk menggambarkan keterkaitan antara modal sosial dan budaya
organisasi, pada dasarnya budaya organisasi merupakan suatu pemahaman
terhadap nilai dan norma yang ada dalam lingkup organisasi yang dipahami dan
dipatuhi oleh anggota organisasi. Budaya organisasi terbentuk oleh perilaku
individu, sedangkan perilaku individu tersebut dibawa oleh modal sosial anggota
organisasi.
Dalam kinerja organisasi merupakan sebuah produk yang dipengaruhi oleh
kinerja pegawai. Modal sosial yang dibawa oleh pegawai akan mempengaruhi
kinerja pegawai yang secara langsung juga akan mempengaruhi kinerja
organisasi. Salah satu hal yang mempengaruhi kinerja organisasi adalah
produktivitas pegawai. Hal ini berkaitan dengan bagaimana pegawai tersebut
mengerjakan pekerjaan. Setiap pekerjaan dalam organisasi dilakukan dengan
bekerjasama antara satu dengan lainnya sehingga visi dan misi dapat tercapai.
Dalam bekerja sama ada banyak hal yang dimanfaatkan oleh pegawai salah
8
satunya adalah modal sosial, apabila modal sosial yang ada sudah dimanfaatkan
dengan baik oleh anggota organisasi akan secara tidak langsung mempermudah
kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan yang dalam hal ini bila sudah tercapai
akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Dalam proses berorganisasi setiap individu akan memanfaatkan modal
sosial yang mereka miliki untuk dapat diterima dan menyesuaikan diri dengan
budaya organisasi ditempat mereka bekerja. Budaya organisasi ini dapat terlihat
ketika anggota organisasi telah mematuhi peraturan, kebijakan atau keputusan
tertinggi dalam organisasi tersebut. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
rasa percaya antara baik kepada atasan, bawahan atau anggota organisasi lain,
yang jika ini sudah terpenuhi maka akan mempermudah interaksi dalam
menyelesaikan pekerjaan.
Sejalan dengan Program Reformasi Birokrasi yang dicanangkan oleh
Pemerintah, maka sejak Tahun 2013 Sekretariat Jenderal KPU sebagai KPU
Pusat telah menetapkan program reformasi menjadi bagian dari program dan
kegiatan prioritas lembaga. Berkenaan dengan kondisi organisasi birokrasi,
Sekretariat Jenderal KPU telah melakukan evaluasi organisasi untuk menilai
kondisi organisasi. Hasil dari penilaian kinerja organisasi tersebut menunjukkan
gambaran kondisi organisasi yang dinilai dari 5 (lima) aspek yang dinilai yaitu:
struktur organisasi, manajemen sumber daya manusia, tata kerja, sarana dan
prasarana, komunikasi dan koordinasi organisasi. Pada prosesnya Sekretariat
Jenderal KPU telah melakukan evaluasi kinerja organisasi di lingkungan
organisasi dengan mengevaluasi kelembagaan Sekertariat Jenderal KPU dan
9
evaluasi kondisi kinerja pegawai Sekertariat Jenderal KPU dengan cara kaji diri
(self assessment) untuk menilai kondisi birokrasi di Sekertariat Jenderal KPU.
Hasil evaluasi kinerja organisasi Sekertariat Jenderal KPU dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1.1Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat
Komisi Pemilihan Umum
No Aspek Hasil SurveiSesuai Tidak Sesuai
1 Struktur Organisasia. Struktur Organisasi 62,96% 37,04%b. Tugas dan Fungsi 61,11% 38,89%
2 Sumber Daya Manusiaa. Jumlah Personel 22,22% 77,78%b. Kompetensi 53,70% 46,30%c. Penghargaan Terhadap Prestasi 62,96%
3 Tata Kerjaa. Tumpang Tindih Tanggung Jawab 77,78% 22,22%b. Tugas Belum Tertampung Struktur Organisasi 50% 50%c. Hambatan Dalam Melaksanakan Tugas 38,89% 61,11%
4 Sarana dan Prasaranaa. Sarana Utama 51,85% 48,15%b. Sarana Pendukung
b.1 meja, kursi, lemari, komputer dan telepon 38,89% 61,11%b.2 sarana transportasi 29,63% 70,37%
5 Komunikasi dan Koordinasi Organisasia. Hubungan Antara KPU Dengan Instansi Terkait 92,13% 7,87%b. Hubungan Kerja Sekertariat KPU DenganKomisioner KPU
81,84% 18,52%
c. Hal-hal Lain Yang Berhubungan Dengan KPU 77,16% 22,84%Sumber: kpu.go.id
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten merupakan
penyelenggara pemilu yang bertugas melaksanakan pemilu Provinsi Banten.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terintegrasi dan membawahi
KPU Kabupaten/Kota. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
berkedudukan di ibu kota provinsi. Dalam menjalankan tugasnya Komisi
10
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdiri dari lima orang anggota
komisioner dan untuk mendukung pekerjaan dan tugasnya dibantu oleh
sekertariat. Dalam pengambilan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten menggunakan asas kolektif kolegial artinya semua anggota
organisasi mempunyai kedudukan yang sama dan setiap keputusan atau kebijakan
di musyawarahkan dalam rapat pleno. Keputusan rapat pleno merupakan
keputusan tertinggi.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sebagai lembaga yang
bergerak sebagai koordinator juga merupakan organisasi yang di dalamnya
terdapat pegawai yang melakukan interaksi atau hubungan baik dengan atasan,
bawahan atau sesama pegawai. Setiap pegawai di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten memanfaatkan modal sosial untuk dapat diterima di
organisasi dan dapat menyesuaikan diri dengan budaya organisasi. Pegawai di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dituntut untuk melakukan
kinerja yang maksimal agar kinerja organisasi dapat berjalan sesuai dengan visi
dan misi yang telah ditentukan.
Beberapa hal yang secara tidak langsung tetapi komprehensif untuk
mengetahui sehat-tidaknya suatu organisasi diantaranya tingkat absen, intensitas
administrasi (kegiatan manajemen), tingkat otonomi, sentralisasi, komitmen,
komunkasi, kompleksitas, pelanggaran konflik, koordinasi, departementasi,
keadilan distributif, efektivitas, formalisasi, training umum, ideologi, inovasi,
mekanisasi, motivasi, kuatnya hubungan (nilai-nilai kerja dari pegawai),
stratifikasi upah/ gaji, basis kekuasaaan, stratifikasi prestasi, produktivitas,
11
rutinitas, kepuasan, besarnya organisasi, standarisasi, pergantian karyawan, kohesi
kelompok dan beban kerja.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa fakta masalah yang ditemukan,
pertama dalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait bobot
pekerjaan yang dibebankan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu
anggota komisioner, pada bagian program dan data adalah bagian yang sangat
sulit sementara individu yang mengerjakan tidak banyak yang berkemampuan
sedangkan pada bagian hukum adalah bagain yang sifatnya musiman yang dalam
artinya apabila ada permasalahan hukum baru ditindaklanjuti. Dalam hal ini bobot
pekerjaan antara satu bagian berbeda, ada yang memang cenderung sulit karena
berhubungan dengan teknologi informasi dan tidak didukung dengan sumber daya
yang memiliki kemampuan, namun ada pula bagian yang sifatnya musiman,
seperti bagian hukum yang bekerja lebih apabila terjadi permasalahan hukum.
Kedua, terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar
peraturan dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari. Pegawai tersebut
adalah Kepala Bagian Keuangan, Umum dan Logislitik yang sejak pemilu
legislatif dan pemilu eksekutif sudah tidak masuk bekerja. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 pasal 1 ayat (1) Displin
Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil unutk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang diperlukan dalam peraturan
perundangan-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati
atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin, selanjutnya pada pasal 1 ayat (4)
12
dijelaskan bahwa hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS
karena melanggar disiplin PNS.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi terdiri dari lima orang
komisioner dan dibantu oleh sekertariat yang terdiri dari Pegawai Organik,
Pegawai Daerah dan Pegawai Kontrak. Pegawai Organik adalah pegawai yang
berasal dari pegawai negeri sipil di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Pegawai
Daerah adalah pegawai yang berasal dari daerah Provinsi Banten sedangkan
pegawai kontrak adalah pegawai non-PNS. Pegawai yang melanggar aturan
dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 adalah pegawai yang berasal dari
daerah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner,
pegawai tersebut telah mendapatkan teguran dalam rapat pleno namun tetap tidak
menghiraukan teguran tersebut. Dalam rapat pleno merupakan keputusan tertinggi
dalam organisasi ini, namun pegawai tersebut tetap tidak menghiaraukan apa yang
telah menjadi keputusan bersama. Saat ini pegawai tersebut telah dikenai sanksi
pelanggaran disiplin oleh Badan Kepegawaian Daerah. Komisioner sangat
menaruh kepercayaan kepada staf walaupun ada staf yang nakal. Minimal ada 4
staf yang nakal dengan menggelapkan uang, mencari keuntungan pribadi dan
main trik.
Ketiga, adanya atasan yang tidak masuk kerja tersebut menimbulkan
ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu anggota komisioner, mengatakan bahwa pegawai dari daerah
pada level kepala sub bagian memang kurang dalam segi kinerja, sehingga
13
anggota organisasi lain tidak terpengaruh dengan kehadiran atasan tersebut karena
pekerjaan dilaksanakan oleh staf. Pegawai tersebut hanya menandatangani hal
yang berkaitan dengan administrasi tanpa memahami pekerjaan tersebut. Padahal
semakin tinggi posisi seorang pegawai dalam organisasi tersebut semakin besar
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Keempat, adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur
organisasi. Berdasarkan struktur organisasi yang diterbitkan pada Februari tahun
2015 di Sekertariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdapat
pegawai yang ada di dalam struktur organisasi namun tidak melaksanakan
fungsinya.
Berdasarkan Struktur Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten bagian yang mengalami disfungsi peran dalam struktur organisasi adalah
Bagian Keuangan, Umum dan Logistik, Sub Bagian Program dan Data, Sub
Organisasi dan SDM, Sub Bagian Umum dan Logistik dan Sub Bagian Teknis
dan Hupmas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner,
struktur dan pembagian tugas dan pembinaan dilakukan top-down artinya
pembagian tugas dilakukan dari atas ke bawah. Namun kendala yang dihadapi
adalah pada level kapala sub bagian mengalami disfungsi. Padahal level kepala
sub bagian adalah ujung tombak dalam melakukan pembinaan kepada staf terkait.
Kelima, tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang
IT. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota komisioner, Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten membutuhkan sumber daya manusia
14
yang ahli programmer terutama dalam membuat program, desain web untuk
mempermudah akses. Sejauh ini sumber daya yang ada hanya sebatas pelaksana.
Saat ini website Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten masih bekerja
sama dengan pihak ketiga untuk membuat program website.
Keenam, terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui
sepenuhnya terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu anggota komisioner, dalam melaksanakan
pekerjaan, hambatan yang dihadapi oleh pegawai adalah tidak memahami
sepenuhnya tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya mereka sehingga tujuan
cenderung tidak tercapai. Selain itu hambatan lain yang terjadi adalah hubungan
pegawai dan stakeholder dalam hal penyelenggaraan pemilu personel tidak
memahami sepenuhnya peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU),
dalam hal ini peraturan seolah olah hanya difokuskan kepada komisioner. Dalam
penyelanggaraan pemilihan umum, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sering
membuat peraturan terkait penyelanggaraan pemilihan umum misalnya peraturan
terkait pencalonan, namun pegawai tidak mau untuk belajar mengetahui dan
memahami peraturan tersebut kendati telah ada sosialisasi yang dilakukan
komisioner.
Berdasarkan fakta dan permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti “Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten”
15
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Dalam interaksi antara individu terdapat kecemburuan sosial terkait beban
pekerjaan yang dibebankan
2. Terdapat pegawai yang melanggar kode etik yakin melanggar peraturan
dengan tidak masuk kerja selama lebih dari 108 hari
3. Adanya atasan yang tidak masuk kerja tersebut menimbulkan
ketidakpercayaan dari bawahan kepada atasan
4. Adanya disfungsi peran pejabat struktural dalam struktur organisasi
5. Tidak ada sumber daya manusia yang ahli terutama dalam bidang IT
6. Terdapat hambatan dimana para pegawai tidak mengetahui sepenuhnya
terkait tugas, pokok dan fungsi pekerjaannya
1.3 Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah terpapar gambaran dimensi permasalahan yang
begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan maka
penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.
Selanjutnya masalah yang menjadi objek penelitian dibatasi menjadi Pengaruh
Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
16
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ditetapkan diatas, selanjutnya
perumusan masalah dalam penelitian ini diajukan dengan pertanyaan penelitian
(research question) sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten?
2) Bagaimana pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten?
3) Bagaimana pengaruh antara Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara
bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten?
1.5 Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah untuk:
1) Mengetahui pengaruh Modal Sosial terhadap Kinerja Organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
2) Mengetahui pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
3) Mengetahui pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi secara
bersama sama terhadap Kinerja Organisasi di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten
17
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Aspek Teoritis
Penelitian ini berguna untuk mengetahui pengaruh modal sosial
dan budaya organisasi terhadap kinerja di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten. Ditinjau dari prespektif Perilaku Organisasi,
penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perilaku pegawai yang ditinjau
dari aspek modal sosial dan budaya organisasi yang berkembang yang
kemudian mempengaruhi kinerja organisasi. Sedangkan ditinjau dari
Manajemen Pelayanan Publik, bermanfaat untuk mengetahui dan
mempelajari kinerja suatu organisasi apakah sudah sesuai dengan visi dan
misi yang telah ditetapkan.
Selain itu dapat digunakan sebagai sumber reverensi ilmu
pengetahuan bila melakukan penelitian menggunakan variabel yang sama.
1.6.2 Aspek Praktis
Penelitian ini berguna bagi masyarakat luas khususnya citivas
akademika untuk :
1. Mengetahui interaksi yang terjalin dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh modal sosial dan budaya organisasi.
2. Mengetahui tingkah laku, kebiasaan dan kebudayaan yang
berkembang dalam suatu organisasi.
3. Mengetahui bentuk solidaritas antara anggota organisasi dalam
menjaga keutuhan dan kerjasama antara anggota organisasi.
18
BAB II
DESKRIPSI TEORI
2.1 Deskripsi Teori
2.1.1 Modal Sosial
Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk
mengukur kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi, dan masyarakat.
Pengertian modal sosial yang berkembang selama ini lebih banyak didasarkan
pada pandangan tiga orang ilmuwan sosial, yaitu Pierre Bourdieu, James
Coleman, dan Robert Putnam. Menurut Bourdieu modal sosial adalah:
“social capital is the aggregate of the actual or potential resources whichare linked to possession of a durable network of more or lessinstitutionalized relationships of mutual acquaintance recognition - or inother words, to a membership in a group - which provides each of itsmembers with the backing of the collectivity - owned capital.” Modalsosial adalah kumpulan dari sumber daya nyata atau potensial yangdihubungkan pada pemilikan dari suatu jaringan yang kurang lebihmelembagakan hubungan tentang pengenalan dan kenalan timbal balik.
James Coleman mendefinisikan modal sosial sebagai:
“a variety of entities having two characteristic in common: they all consistof some aspect of a social structure and they facilitate certain actions ofindividuals who are within the structure,…social capital inheres in thestructure of relations between person and among persons. It is lodgedneither in individuals nor in physical implements of production.” Berbagaientitas memiliki dua karakteristik yang sama: mereka semua terdiri daribeberapa aspek struktur sosial dan mereka memfasilitasi tindakan tertentudari individu yang berada dalam struktur,...modal sosial melekat dalamstruktur hubungan antara orang dan di antara orang-orang. Hal ini diajukanbaik dalam individu maupun dalam alat fisik produksi.
Sementara Robert Putnam mendefinisikan modal sosial dalam perspektif berbeda:
19
“features of social life - networks, norms, and trust - that enableparticipants to act together more effectively to pursue shared objectives.”Fitur kehidupan sosial - jaringan, norma, dan kepercayaan - yangmemungkinkan para peserta untuk bertindak bersama-sama lebih efektifuntuk mencapai tujuan bersama.
Konsep modal sosial menurut Bourdieu berfokus pada individu dan
bagaimana individu dapat keuntungan melalui afiliasi mereka dengan sebuah
jaringan atau kelompok. Sedangkan James Coleman berfokus pada kelompok,
teori James Coleman memiliki dua unsur mendasar: 1) itu tertanam dalam struktur
sosial yang padat, dan 2) memfasilitasi tindakan pelaku dalam struktur sosial.
Sementara Robert Putnam modal sosial diperluas, berfokus pada masyarakat
bahkan tingkat nasional regional atau, dengan komunitas dan individu dan
bermanfaat bagi peningkatan partisipasi.
Pierre Bourdiue berpendapat bahwa modal sosial mengacu pada
keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat
melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok
arisan, asosiasi tertentu seperti jama’ah pengajian-majelis ta’lim). Modal sosial
didefinisikan sebagai institusi sosial yang melibatkan jaringan (networks), norma-
norma (norms), dan kepercayaan sosial (social trust) yang mendorong pada
sebuah kolaborasi sosial (koordinasi dan koperasi) untuk kepentingan bersama.
James Coleman menjelaskan modal sosial adalah kemampuan masyarakat
untuk bekerjasama demi mencapai tujuan tujuan bersama di dalam berbagai
kelompok/organisasi. Indikatornya adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar
sesama dan ketaatan terhadap norma.
20
Robert D. Putnam merupakan salah seorang yang banyak mengkaji
tentang modal sosial, Putnam mendefinisikan modal sosial sebagai suatu nilai
mutual trust antara anggota masyarakat dan masyarakat terhadap pemimpinnya.
Trust ini dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain (1) seberapa tinggi tingkat
partisipasi masyarakat terhadap keberanian untuk berpendapat dengan
pemimpinnya; dan (2) seberapa banyak warganegara yang menggunakan
kesempatan tersebut untuk menyalurkan aspirasinya. Indikatornya adalah
kepercayaan/trust (kejujuran, sikap egalilter, toleransi dan kemurahan hati),
jaringan sosial/social networks (partisipasi, resipositas, solidaritas dan kerjasama),
dan norma/norms (nilai-nilai bersama, norma dan sangsi/aturan).
Modal sosial dapat didefinisikan sebagai serangkaian nilai dan norma
informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat
yang memungkinkan terjadinya kerjasama diantara mereka (Francis Fukuyama,
2002). Norma-norma informal dapat mendorong kerjasama antara dua atau
beberapa orang. Norma-norma yang mengandung modal sosial memiliki ruang
lingkup yang cukup luas, mulai dari nilai-nilai resiprokal antara teman, sampai
dengan yang sangat kompleks dan mengandung nilai-nilai keagamaan.
Cox (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu rangkaian proses
hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma norma, dan
kepercayaan sosial yang memungkinkan efesien dan efektifitas koordinasi dan
kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama.
Sejalan dengan Fukuyama dan Cox, Partha dan Ismail S. (1999)
mendefinisikan modal sosial sebagai hubungan hubungan yang tercipta dan
21
norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas hubungan sosial dalam
masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat sosial (social glue)
yang menjaga kesatuan anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang
sama Solow (1999) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai
dan norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong
kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk
menghasilkan konstribusi besar terhadap keberlajutan produktivitas.
Adapun menurut Cohen dan Prusak L. (2001) modal sosial adalah setiap
hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian
(mutual understanding), dan nilai nilai bersama (shared value) yang mengikat
anggota kelompok untuk membuat memungkinkan aski bersama dapat dilakukan
secara efesien dan efektif. Senada dengan Cohen dan Prusak L., Hasbullah (2006)
menjelaskan modal sosial sebagai segala sesuatu hal yang berkaitan dengan
kerjasama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang
lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utama
seperti trust (rasa saling mempercayai), ketimbal-balikan, aturan-aturan kolektif
dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya
Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan),
reciprocal (timbal balik) dan interaksi sosial (Fukuyama, 2002). Trust
(kepercayaan) dapat mendorong seseorang untuk dapat bekerjasama dengan orang
lain untuk memunculkan aktifitas ataupun tindakan bekerja yang produktif. Trust
merupakan produk dari norma norma sosial cooperation yang sangat penting yang
kemudian memunculkan modal sosial.
22
Fukuyama (2002), menyebutkan trust sebagai harapan harapan terhadap
keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dalam sebuah komunitas
yang didasarkan pada norma norma yang dianut berdasarkan sebuah komunitas-
komunitas itu. Trust bermanfaat bagi pencipta ekonomi tunggal karena bisa
diandalkan untuk menguragi biaya (cost), hal ini melihat dimana dengan adanya
trust tercipta ketersediaan seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok
diatas kepentingan individu. Adanya high-trust akan terlahir solidaritas kuat yang
mampu membuat masing masing individu bersedia mengikuti aturan, sehingga
ikut memperkuat rasa kebersamaan. Bagi masyarakat low-trust diaggap lebih
inferior dalam perilaku ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu
masyarakat, maka campur tangan negara perlu dilakukan guna memberikan
bimbingan.
Unsur kedua modal sosial adalah reciprocal (timbal balik), dapat dijumpai
dalam bentuk saling memberi, saling menerima dan saling membantu yang dapat
muncul dari interkasi sosial.
Unsur ketiga adalah interaksi sosial. Interaksi yang semakin meluas akan
menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya
lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Jaringan sosial
merupakan bentuk modal sosial, jaringan sosial yakni sekelompok orang yang
dihubungkan oleh persamaan simpati dan kewajiban serta oleh norma pertukaran
dan civic engagement. Jaringan ini bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang
sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dll.
Jaringan sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang
23
memberikan perlakukan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan
untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Dilihat dari tindakan
ekonomi, jaringan adalah sekelompok agen individual yang berbagi nilai nilai dan
norma-norma informal melampaui nilai nilai dan norma-norma yang penting
untuk transaksi pasar. Melalui pemahaman ini, modal sosial dapat bermanfaat
bukan hanya aspek sosial melainkan ekonomi.
Dalam penelitian ini teori modal sosial yang digunakan adalah Teori
Coleman, karena Coleman lebih menjelaskan dimensi modal sosial yang bersifat
mengaitkan (lingking social capital) yang memungkinkan individu-individu untuk
menggali dan mengelola sumber sumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan
dalam suatu komunitas atau kelompok pada level pembentukan dan partisipasi
dalam organisasi formal. Hal ini releven dengan penelitian ini karena
menggambarkan bentuk modal sosial yang sifatnya relasi antar anggota di dalam
organisasi atau yang disebut modal sosial internal.
Pada tataran organisasi, modal sosial menggambarkan bentuk dan sifat
relasi antar anggota di dalam organisasi disebut modal sosial internal (internal
social capital) sedangkan modal sosial yang menggambarkan relasi antara
organisasi itu sendiri dengan para stakeholder eksternal (eksternal stakeholders),
pesaing dan partner kerjanya disebut modal sosial eksternal (eksternal modal
sosial). Baik modal sosial internal maupun eksternal sama-sama fokus pada sifat
dan kekuatan sebuah relasi serta aliran komunikasi baik organisasi maupun
individu di dalamnya.
24
Penelitian ini menggunakan Teori Coleman sehingga yang menjadi
indikator modal sosial adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan
ketaatan terhadap norma. Pada unsur pertama, jaringan sosial/kerja merupakan
bentukan dari insfrastruktur modal sosial itu sendiri. Jaringan tersebut menjadi
fasilitator dalam mendukung terjadinya interaksi yang kemudian akan
menumbuhkan kepercayaan dan kerja sama yang kuat. Semakin kuat jaringan
sosial yang terbentuk maka akan memperkuat modal sosial yang terbentuk. Modal
sosial tidak dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada
individu individu yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi
sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial yang ada
tergantung pada kapasitas kelompok untuk membangun sejumlah asosiasi beserta
jaringanya yang tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan sosial.
Unsur kedua adalah kepercayaan antar sesama, kepercayaan merupakan
nilai yang ditunjukan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama
berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Pada dasarnya kepercayaan harus
dimiliki dan menjadi bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik,
yang dapat ditandai dengan kuatnya lembaga-lembaga sosial yang menciptakan
kehidupan yang harmonis dan dinamis.
Unsur ketiga adalah ketaatan terhadap norma, norma merupakan susunan
dari pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan serta harapan yang diyakini dan
dijalankan oleh sekelompok orang. Norma yang terbentuk dapat didasari oleh
nilai-nilai agama, nilai budaya, maupun nilai-nilai yang dari kehidupan sehari-hari
yang dibuat menjadi aturan untuk ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara.
25
Norma juga merupakan modal sosial kerena muncul dari kerjasama di masa lalu
yang kemudian diterapkan untuk kehidupan bersama. Norma-norma sosial akan
sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam
masyarakat atau kelompok.
Dalam pandangan Uphoff (Soetomo, 2006: 90), modal sosial dapat dilihat
dua kategori, fenomena struktur dan kognitif. Kategori struktural merupakan
modal sosial yang terkait dengan beberapa bentuk organisasi sosial khusus
peranan, aturan, precedent dan prosedur yang dapat membentuk jaringan luas bagi
kerjasama dalam bentuk tindakan bersama yang saling menguntungkan. Modal
sosial dalam kategori kognitif diderivasi dari proses mental dan hasil pemikiran
yang diperkuat oleh budaya dan ideologi khususnya norma, nilai dan sikap,
kepercayaan yang memberikan kontribusi bagi tumbuhnya kerjasama khususnya
dalam bentuk tindakan bersama saling menguntungkan. Bentuk bentuk
akutualisasi modal sosial fenomena struktural maupun kognitif itulah yang perlu
digali dalam kehidupan masyarakat selanjutnya dikembangkan dalam usaha
peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan. Komponen modal sosial dapat
digambarkan secara ringkas sebagai berikut:
Gambar 2.1Komponen Modal Sosial
Nilai, Kultur, Persepsi
Institusi Mekanisme
Sumber: Soetomo, 2006
26
Gambar tersebut menjelaskan, pada level nilai, kultur, kepercayaan, dan
persepsi modal sosial bisa berbentuk simpati, rasa berkewajiban, rasa percaya,
resiprositas dan pengakuan timbal balik. Pada level institusi bisa berbentuk
keterlibatan umum sebagai warga negara (civil engagement), asosiasi jaringan.
Pada level mekanisme, modal sosial berbentuk kerjasama, tingkah laku, dan
sinergi antar kelompok. Tampak jelas bahwa modal sosial bisa memberikan
kontribusi tersendiri bagi terjadinya integritas social (Soetomo, 2006).
Woolcock (1998) mengajukan tiga dimensi dari modal sosial, yaitu:
bonding, bridging dan linking. Menurut Woolcock:
(1) Modal sosial yang bersifat mengikat (bonding social capital) merujukpada hubungan antarindividu yang berada dalam kelompok primer ataulingkungan ketetanggaan yang saling berdekatan. Komunitas-komunitasyang menunjukkan kohesi internal yang kuat akan lebih mudah dan lancardalam berbagi pengetahuan.(2) Modal sosial yang bersifat menjembatani (bridging social capital)adalah hubungan yang terjalin di antara orang-orang yang berbeda,termasuk pula orang-orang dari komunitas, budaya, atau latar belakangsosial-ekonomi yang berbeda. Individu-individu dalam komunitas yangmencerminkan dimensi modal sosial yang bersifat menjembatani akanmudah mengumpulkan informasi dan pengetahuan dari lingkungan luarkomunitasnya dan tetap memperoleh informasi yang aktual dari luarkelompoknya. Tipe modal sosial ini menunjuk pada hubunganantarindividu yang memiliki kekuasaan atau akses pada bisnis danhubungan sosial melalui kelompok-kelompok sekunder.(3) Modal sosial yang bersifat mengaitkan (linking social capital)memungkinkan individu-individu untuk menggali dan mengelola sumbersumberdaya, ide, informasi, dan pengetahuan dalam suatu komunitas ataukelompok pada level pembentukan dan partisipasi dalam organisasiformal.
Richard Enfield (2008: 6) ada empat aspek negatif dari modal sosial
diantaranya yaitu:
(1) Pengecualian atau pembatasan luar dari kelompok sosial atau jaringan.Jaringan biasanya sangat tinggi dalam kepercayaan dan timbal balik,
27
semua pada mengesampingkan orang lain. Contoh adalah kelompok etnismengendalikan sektor ekonomi suatu masyarakat, sehingga tidak mungkinbagi orang lain untuk mendapatkan lampu hijau atau masuk ke pasardalam komunitas tersebut.(2) Potensi modal sosial kelebihan klaim pada anggota jaringan, yangdapat dilihat sebagai bagian depan dari dampak negatif pertama. Sebagaicontoh, seorang pengusaha sukses dalam ketat merajut jaringan yangtinggi dalam ikatan modal sosial menerima beberapa permintaan dariorang lain dalam jaringan untuk pinjaman dan pekerjaan, sehinggamenghentikan atau memperlambat kemajuan ekonomi individu.(3) Permintaan untuk kesesuaian atau pembatasan kebebasan individu.Mengidentifikasi beberapa situasi di mana individu dihubungkan bersamadi peran yang berbeda dalam tumpang tindih jaringan sosial (disebutjaringan multipleks); permintaan intens untuk kepatuhan terhadap norma-norma sosial kemudian menyebabkan penurunan privasi dan otonomi.Kadang-kadang kepatuhan yang kuat untuk norma-norma sosial adalahdampak yang diinginkan, tapi konsekuensi negatif yang mungkin harusdiingat (Portes, 1998).(4) Terkait erat dengan pembatasan kebebasan individu, adalah gagasantentang norma meratakan bawah. Dalam menggambarkan situasi ini,Portes mengatakan "Dalam hal ini, kisah sukses individu melemahkankohesi kelompok karena yang terakhir ini justru didasarkan pada dugaanketidakmungkinan kejadian tersebut. Hasilnya adalah norma meratakanbawah yang beroperasi untuk menjaga anggota kelompok tertindas ditempat ...“ (1998, hal. 12).
Richard Enfield (2008: 10) menjelaskan modal sosial bermanfaat bagi
implikasi pemuda, dimana modal sosial dapat memfasilitasi hasil yang positif
terhadap anak-anak dan kesejahteraan anak muda, termasuk mengurangi
kehamilan remaja, kenakalan, kegagalan akademik, dan penganiayaan anak.
Modal sosial membantu mereka untuk mencapai tujuan mereka dan
mempersiapkan mereka untuk transisi menjadi dewasa.
2.1.2 Budaya Organisasi
Budaya organisaasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya
manusia dan teori organisasi. Istilah budaya berasal dari kata bahasa latin colere
28
yang berarti mengolah, mengerjakan. Kemudian dalam bahasa Inggris disebut
culture. Sedangkan organisasi adalah tempat atau wadah orang-orang berkumpul
bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali dalam memanfaatkan sumber daya organisasi secara efesien dan
efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Budaya dalam konteks komunitas manusia, baik dalam bentuk kelompok,
organisasi, suku bangsa atau negara memiliki fungsi yang strategis, yaitu sebagai
pengikat atau perekat hingga membentuk satu kesatuan yang utuh sebagai suatu
kelompok, organisasi, suku, bahkan negara.
Peter F. Drucker dalam Umam (2010: 128) mendefinisikan budaya
organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah ekternal dan internal yang
pelaksanaanya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian
mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk
memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait.
Sementara Phithi Sithi Amnuai mendefinisikan budaya organisasi adalah
seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi, kemudian dikembangkan dan diwariskan guna mengatasi masalah-
masalah adaptasi eksternal dan masalah masalah integritas internal.
Edgar H. Schein dalam Umam (2010: 128) mendefinikan budaya
organisasi mengacu pada suatu sistem makna bersama, dianut oleh anggota-
anggota yang membedakan organisasi itu terhadap organisasi lain. Sejalan dengan
Edgar H. Schein, Daniel R. Denison mendefinisikan budaya organisasi adalah
nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi
29
sistem dan praktik-praktik manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan
menguatkan prinsip prinsip tersebut.
Robbins dalam Umam (2010: 129) mendefinisikan budaya organisasi
dimaknai sebagai filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan
organisasi dalam pengelolaan karyawan. Robbins menyatakan bahwa sebuah
sistem makna bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi
pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan
seperangkat karakter kunci dari nilai nilai organisasi.
Robbins (2001) memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai
berikut:
(1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking),adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatifdan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargaitindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan idekaryawan;(2) Perhatian terhadap detil (Attention to detail), adalah sejauh manaorganisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisisdan perhatian kepada rincian;(3) Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh manamanajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian padateknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut;(4) Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh manakeputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orangdi dalam organisasi;(5) Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerjadiorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untukmendukung kerjasama;(6) Agresifitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalamorganisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasisebaik-baiknya;(7) Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasimenekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Budaya organisasi merupakan sistem nilai yang diyakini dan dapat
dipelajari, diterapkan dan dikembangkan secara terus menerus. Budaya organisasi
30
juga berfungsi sebagai perekat, pemersatu, identitas, citra, brand, motivator,
pengembangan yang berbeda dengan organisasi lain yang dapat dipelajari dan
diwariskan. Selain itu dapat dijadikan acuan perilaku manusia dalam organisasi
yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil/target yang ditetapkan.
Dalam penelitian ini teori untuk mengukur budaya organisasi adalah Teori
Robbins karena budaya organisasi dalam penelitian ini bersifat proses integrasi
internal, dimana para anggota organisasi dapat bersatu, sehingga mereka akan
mengerti bagaimana berinteraksi satu dengan yang lain hal ini pula berkaitan
dengan teori modal sosial Coleman yang menggambarkan bentuk modal sosial
yang sifatnya relasi antar anggota di dalam organisasi atau yang disebut modal
sosial internal.
Setiap organisasi harus menyelesaikan permasalahan integrasi internal dan
adaptasi eksternal. Permasalahan internal dan eksternal saling berkaitan, sehingga
harsu dihadapi secara stimulant. Oleh sebab itu fungsi utama budaya organisasi
adalah membantu memahami lingkungan dan menentukan bagaimana
meresponnya, sehingga dapat mengurangi kecemasan, ketidakpastian dan
kebingungan. Budaya organisasi memiliki dua fungsi utama, yaitu: (1) Sebagai
proses integrasi internal, dimana para anggota organisasi dapat bersatu, sehingga
mereka akan mengerti bagaimana berinteraksi satu dengan yang lain. Fungsi
integrasi internal ini akan memberikan seseorang dan rekan kerja lainnya identitas
kolektif serta memberikan pedoman bagaimana seseorang dapat bekerjasama
secara efektif; (2) Sebagai proses adaptasi eksternal, dimana budaya organisasi
akan menentukan bagaimana organisasi memenuhi berbagai tujuannya dan
31
berhubungan dengan pihak luar. Fungsi ini akan memberikan tingkat adaptasi
organisasi dalam merespon perubahan zaman, persaingan, inovasi dan pelayanan
terhadap konsumen.
Budaya organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
lingkungan internal organisasi, karena keragaman budaya ada dalam organisasi
sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada dalam organisasi tersebut.
Budaya organisasi dipengaruhi oleh internal organisasi. Budaya organisasi adalah
nilai-nilai yang menjadi pegangan sumber daya manusia dalam menjalankan
kewajiban dan perilakunya di dalam organisasi. Nilai nilai tersebut akan memberi
jawaban apakah suatu tindakan benar atau salah dan apakah suatu perilaku
dianjurkan atau tidak sehingga berfungsi sebagai landasan untuk berperilaku.
(Susanto dalam Sudaryono, 2014: 36).
Dalam suatu organisasi ada dua aspek penting perangkat, yaitu aspek fisik
dan aspek hard yang tampak dalam struktur, kebijakan, peraturan-peraturan,
teknologi dan keuangan yang pengukurannya mudah dan dapat dikuantifikasikan
serta dikontrol secara kasat mata. Aspek yang bersifat psikologis atau soft yang
menyangkut sisi manusiawi dari organisasi seperti nilai-nilai, kepercayaan,
keyaninan, budaya dan norma-norma perilaku adalah aspek yang tidak mudah
mengukurnya, tetapi sangat berperan dalam memacu organisasi menuju arah yang
diinginkan. Aspek manusia dalam organisasi peran penting yang membuat,
mengkreasi, menggerakan, mengontrol dan mengevalusi struktur kinerja lembaga.
Dalam proses tersebut, manusia melakukan interaksi antar individu sesuai dengan
peran dan fungsinya. Hal ini terus dalam waktu yang cukup panjang yang
32
akhirnya membentuk suatu pola budaya tertentu yang unik antara satu organisasi
dengan organisasi lainnya.
Budaya organisasi memiliki dua atribut yang berbeda, pertama adalah
intensitas, yaitu batas-batas atau tahap tahap ketika para organisasi atau unit
sepakat atas norma-norma, nilai-nilai atau isi budaya lain yang berhubungan
dengan organisasi unit tersebut. Kedua adalah integritas, yaitu batas-batas atau
tahap ketika unit yang ada dalam suatu organisasi ikut serta memberikan batasan
yang umum (Rousseau dalam Sudaryono, 2014: 38). Dua artibut tersebut
menjelaskan adanya budaya yang diciptakan organisasi mempengaruhi perilaku
karyawan dan pelaksanaan budaya organisasi yang dipengaruhi oleh budaya yang
dibawa pribadi-pribadi dalam organisasi.
Budaya organisasi merupakan perpaduan nilai-nilai, keyakinan, asumsi-
asumsi, pemahaman dan harapan yang diyakini oleh anggota organisasi atau
kelompok serta dijadikan pedoman bagi perilaku dan pemecahan masalah yang
mereka hadapi (Hodge and Anthony dalam Sudaryono, 2014: 38).
Unsur-unsur yang ada dalam budaya organisasi digali dari persepsi,
kepercayaan dan nilai yang ada dalam budaya pada sumber daya manusia di
dalam organisasi. Implementasi budaya organisasi didukung oleh sumber daya
manusia yang terlibat langsung untuk mencapai tujuan. Dalam budaya organisasi
terdapat nilai inti yang merupakan dasar filosofi organisasi yang menjadi karakter
organisasi (Ismail Nawawi dalam Sudaryono, 2014: 39).
Dari berbagai konsep budaya organisasi, ditemui sebuah uraian budaya
organisasi sebagai suatu pola dan model yang terdiri atas kepercayaan, dan nilai-
33
nilai yang memberikan arti bagi anggota suatu organisasi dan aturan bagi anggota
untuk berperilaku di organisasi (Sudaryono, 2014).
Ada tiga tipe budaya organisasi (Kreitner dan Kinicki, 2005) yaitu (1)
Budaya konstruktif, adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk
berinteraksi dengan individu lain serta mengerjakan tugas dan proyeknya dengan
cara yang akan membantu mereka memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan
berkembang. Tipe budaya ini mendukung keyakinan normatife yang berhubungan
dengan pencapaian tujuan akan akutualisasi diri, penghargaan dan persatuan; (2)
Budaya pasif-defensif, adalah budaya ini bercirikan keyakinan yang
memungkinkan karyawan berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang
tidak mengancam keamanan sendiri. Budaya ini mendorong keyakinan normatif
yang berhubungan dengan persetujuan, konvesional, ketergantungan dan
penghindaran; (3) Budaya agresif-defensif, budaya ini mendorong karyawan
mengerjakan tugas-tugas dengan keras untuk melindungi keamanan kerja dan
status mereka. Tipe budaya ini bercirikan keyakinan normative yang
mencerminkan oposisi, kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis.
Sementara itu Wallach membagi tipe budaya organisasi menjadi tiga
(Wallach, 2012: 228) yaitu (1) Budaya birokratis ditandai dengan adanya
lingkungan kerja yang terstruktur, tertib, teratur, berurutan dan memiliki regulasi
yang jelas. Dalam budaya ini pengawasan dilakukan dengan katat dalam bentuk
penetapan standar atau aturan baku. Garis batas tanggung jawab serta otoritas
jelas dan tegas. Wewenang dan tanggung jawab diturunkan berdasarkan level
hierarki; (2) Budaya inovatif ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang penuh
34
tantangan, memberikan tugas-tugas yang beresiko dan membutuhkan kretaivitas
untuk menyelesaikannya. Semua anggota organisasi diberi tekanan dan stimuli
untuk berkarya sekreatif mungkin. Pengendalian dilakukan melalui supervise dan
konsultasi; (3) Budaya suportif menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam
organisasi. Budaya ini ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang lebih
bersahabat, peduli terhadap sesama, saling percaya dan adil. Budaya ini
merupakan lingkungan yang penuh dengan kehangatan, ramah tamah dan saling
memberikan kebebasan individu, sehingga oleh Wallach disebut sebagai budaya
‘fuzzy places to work’.
2.1.3 Kinerja Organisasi
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan strategis suatu organisasi. Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat
dari dua segi yaitu kinerja pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja
pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Sedangkan
kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.
Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi yang digerakan atau dijalankan pegawai yang berperan
aktif sebagai upaya pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
35
Kata kinerja dalam pengertian bahasa inggris adalah performance yang
berarti prestasi kerja atau hasil suatu pekerjaan atau kemampuan kita melakukan
perkerjaan. Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kinerja:
Menurut Moeheriono kinerja adalah:
“hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalamsuatu organisasi baik secara kuantatif maupun kualitatif, sesuai dengankewenangan dan tugas tanggung jawab masing masing, dalam upayamencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggarhukum dan sesuai dengan moral maupun etika”
Menurut Prawirosentono mengatakan bahwa:
“kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atausekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenangdan tanggungjawab masing masing, dalam upaya mencapai tujuanorganisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuaidengan moral dan etika”
Sedangkan menurut Timpe kinerja dikatakan bahwa:
“kinerja adalah prestasi, yang ditentukan oleh faktor lingkungan danperilaku menajemen hal tersebut menunjukan bahwa lingkungan kerjayang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerjapegawai yang paling efektif dan produktif dalam interaksi socialorganisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bawahan terhadapatasan dan sebaliknya”
Menurut Armstrong dan Baron (1998) dalam Wibowo (2007: 2) kinerja
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan
strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi.
Hikman (1990) dalam Usman (2009: 456) menyatakan kinerja merupakan tanda
keberhasilan suatu organisasi dan orang orang yang telah dicapai seseorang dalam
bidang tugasnya. Stephen Robbins (1989) dalam Pasolong (2010: 176)
36
menjelaskan kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh
pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kemudian menurut Sinambela (2006) dalam Pasolong (2010: 176), kinerja
pegawai adalah kemampuan pegawai dalam melalakukan sesuatu dengan keahlian
tertentu. Menurut John W Atkinson dalam Wibowo (2007: 75) kinerja merupakan
fungsi motivasi dan kemampuan. Dengan demikian, model persamaan kinerja
fungsi dan kemampuan. Menurut Hersley dan Blanchard (1993) dalam Rivai
(2005: 15) mengemukakan bahwa :
“Kinerja merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan untukmenyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajatkesedian dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilanseseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpapemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimanamengerjakannya”
Menurut Bacal (2001) dalam Makmur (2008: 198) kinerja merupakan
sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam
kemitraan antara seseorang karyawan dan penyelia langsungnya. Menurut Lyman
Porter dan Edward Lawler dalam Wibowo (2007: 75) kinerja merupakan :
“Fungsi dari keinginan melakukan pekerjaan, keterampilan yang perluuntuk menyelesaikan tugas, pemahaman yang jelas atas apa yangdikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Dengan demikian, dapatdirumuskan model persamaan kinerja yaitu fungsi keinginan untukmelakukan pekerjaan, keterampilan, pemahanan apa dan bagaimanamelakukan”
Menurut Salim Peter (1991) dalam Usman (2009: 457), kinerja digunakan
apabila seseorang menjalankan tugas atau proses dengan terampil sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang ada. Menurut Ningsih (2002) dalam Ihyaul (2009:
19) yang menyatakan bahwa:
37
“kinerja merupakan aktivitas atau proses yang mengubah input menjadioutput kemudian menjadi outcome, misalnya kesesuaian program atauaktivitas dengan hukum, peraturan dan pedoaman yang berlaku ataustandar proses yang telah ditetapkam”
Menurut Otley (1999) dalam Mahmudi (2005: 6) kinerja mengacu pada
sesuatu yang terkait denga kegiatan melakukan pekerjaan, dalam hal ini meliputi
hasil yang dicapai kerja tersebut. Kinerja merupakan suatu konstruk yang bersifat
multidimensional pengukurannya juga bervariasi tergantung pada kompleksitas
faktor faktor membentuk kinerja. Menurut Murphy dan Cleveland (1995) dalam
Pasolong (2010: 175) kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi pada tugas
dan pekerjaan.
Menurut Wibawa (1992) dalam Pasolong (2010: 176) mengemukakan
bahwa :
“kinerja organisasi adalah sebagai efektivitas organisasi secaramenyeluruh untuk kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yangberkenaan melalui usaha usaha yang sistemik dan meningkatkankemampuan organisasi secara terus menerus untuk mencapai kebutuhansecara efektif”
Definisi kinerja organisasi yang dikemukakan oleh Bastian dalam Hessel
Nogi (2005: 175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
tugas dalam suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi
organisasi tersebut. Senada dengan pendapat Bastian dalam Hessel Nogi tersebut,
Encyclopedia of Public Administration and Public Policy Tahun 2003 dalam
Yeremias T. Keban (2004: 193), juga menyebutkan kinerja dapat memberikan
gambaran tentang seberapa jauh organisasi mencapai hasil ketika dibandingkan
dengan pencapaian tujuan dan target yang telah ditetapkan.
38
Dalam Yeremias T. Keban (2004: 203) untuk melakukan kajian secara
lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas penilaian
kinerja di Indonesia, maka perlu melihat beberapa faktor penting sebagai berikut:
(1) Kejelasan tuntutan hukum atau peraturan perundangan untukmelakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam kenyataannya, orangmenilai secara subyektif dan penuh dengan bias tetapi tidak ada suatuaturan hukum yang mengatur atau mengendaikan perbuatan tersebut.(2) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki fungsi danproses yang sangat menentukan efektivitas penilaian kinerja. Aturan mainmenyangkut siapa yang harus menilai, kapan menilai, kriteria apa yangdigunakan dalam sistem penilaian kinerja sebenarnya diatur dalammanajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan demikian manajemensumber daya manusia juga merupakan kunci utama keberhasilan sistempenilaian kinerja.(3) Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen suatuorganisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila paradigma yang dianutmasih berorientasi pada manajemen klasik, maka penilaian selalu biaskepada pengukuran tabiat atau karakter pihak yang dinilai, sehinggaprestasi yang seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.(4) Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik terhadappentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka selalu memberikankomitmen yang tinggi terhadap efektivitas penilaian kinerja, maka parapenilai yang ada dibawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukakanpenilaian secara tepat dan benar.
Menurut Soesilo dalam Hessel Nogi (2005: 180), kinerja suatu organisasi
dipengaruhi adanya faktor-faktor berikut :
(1) Struktur organisasi sebagai hubungan internal yang berkaitan denganfungsi yang menjalankan aktivitas organisasi;(2) Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi;(3) Sumber daya manusia, yang berhubungan dengan kualitas karyawanuntuk bekerja dan berkarya secara optimal;(4) Sistem informasi manajemen, yang berhubungan dengan pengelolaandata base untuk digunakan dalam mempertinggi kinerja organisasi;(5) Sarana dan prasarana yang dimiliki, yang berhubungan denganpenggunaan teknologi bagi penyelenggaraan organisasi pada setiapaktivitas organisasi.Selanjutnya Yuwono dkk. dalam Hessel Nogi (2005: 180) mengemukakan
bahwa faktor-faktor yang dominan mempengaruhi kinerja suatu organisasi
39
meliputi upaya manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan
organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia yang dimiliki
organisasi dan kepemimpinan yang efektif.
Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi baik publik maupun
swasta. Secara detail Ruky dalam Hessel Nogi (2005: 180) mengidentifikasikan
faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja
organisasi sebagai berikut :
(1) Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yangdigunakan untuk menghasilkan produk dan jasa yang dihasilkan olehorganisasi, semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akansemakin tinggi kinerja organisasi tersebut;(2) Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi;(3) Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataanruangan, dan kebersihan;(4) Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang adadalam organisasi yang bersangkutan;(5) Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggotaorganisasi agar bekerja sesuai dengan standard dan tujuan organisasi;(6) Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi,imbalan, promosi, dan lain-lainnya.
Menurut Atmosoeprapto, dalam Hessel Nogi (2005: 181) mengemukakan
bahwa kinerja organisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal,
secara lebih lanjut kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Faktor eksternal, yang terdiri dari :1) Faktor politik, yaitu hal yang berhubungan dengankeseimbangan kekuasaan Negara yang berpengaruh padakeamanan dan ketertiban, yang akan mempengaruhi ketenanganorganisasi untuk berkarya secara maksimal.2) Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yangberpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beliuntuk menggerakkan sektor-sektor lainya sebagai suatu sistemekonomi yang lebih besar.
40
3) Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang dimasyarakat, yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etoskerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.
b. Faktor internal, yang terdiri dari :1) Tujuan organisasi, yaitu apa yang ingin dicapai dan apa yangingin diproduksi oleh suatu organisasi.2) Struktur organisasi, sebagai hasil desain antara fungsi yang akandijalankan oleh unit organisasi dengan struktur formal yang ada.3) Sumber Daya manusia, yaitu kualitas dan pengelolaan anggotaorganisasi sebagai penggerak jalanya organisasi secarakeseluruhan.4) Budaya Organisasi, yaitu gaya dan identitas suatu organisasidalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yangbersangkutan.
Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja organisasi
dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi oleh sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya yang dimaksud dapat berupa
fisik seperti sumber daya manusia maupun nonfisik seperti peraturan, informasi,
dan kebijakan. Konsep kinerja organisasi juga menggambarkan bahwa setiap
organisasi publik memberikan pelayanan kepada masyarakat dan pengukurannya
dapat dilakukan dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada untuk
melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik dan
untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai atau belum.
Indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran ukuran
tertentu. Indikator kinerja digunakan untuk menggambarkan capaian yang
diperoleh oleh suatu organisasi publik. Indikator kinerja sangat penting digunakan
karena untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan
secara efesien dan efektif.
41
Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori kinerja Balanced
Scorecard. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu (1) kartu skor
(scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Balanced scorecard ditemukan dan
digunakan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton tahun 1992 dalam artikel
mereka di Harvard Business Review yang berjudul The Balances Scorecard
Measures That Drives Performance. Dalam artikel ini disebutkan bahwa balanced
scorecard merupakan suatu alat akuntansi manajemen yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan yang ditinjau dari perspektif finansial (financial
perspective) dan perspektif non finansial (Customer Perspective, Internal
Business Process Perspective, dan Learning and Growth Perspective) secara
seimbang.
Balance scorecard dapat menuntun manajemen dan anggota organisasi
dalam menterjemahkan visi, misi serta strategi organisasi kedalam tindakan-
tindakan nyata. Selain mempertimbangkan aspek finansial, balance scorecard
juga mempertimbangkan aspek non finansial. Balance scorecard tidak hanya
mengukur hasil akhir, tetapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil akhir. Aplikasi
balance scorecard juga mencakup aktivitas pertumbuhan dan pembelajaran, yang
dapat memberikan kontribusi pada proses bisnis internal. Oleh karena itu,
balanced scorecard dinilai sesuai untuk diterapkan pada organisasi sektor publik.
Kaplan dan Norton menggunakan konsep Balance Scorecard sebagai alat
ukur kinerja administrasi yang dikaji dari empat perspektif yang saling
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain yaitu yakni financial, customer
focus, internal process dan learning and growth yang bersumbu pada visi dan
42
strategi organisasi. Balance scorecard merupakan contoh dari pengukuran kinerja
organisasi bersifat internal.
Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka yang dapat digunakan
sebagai alat pengukuran kinerja suatu organisasi. Pada awal perkembangannya,
balanced scorecard merupakan kartu skor yang digunakan untuk mencatat skor
hasil kinerja eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan dimasa
depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Balanced scorecard
menjadi demikian popular karena fungsinya sebagai strategi korporasi, lebih dari
sekedar pengukur kinerja semata.
Keunggulan dibandingkan dengan konsep pengukuran lain adalah
keterkaitan antara empat persektif balanced scorecard itu sendiri. Dengan
menggunakan data sekunder terkini, kajian dilakukan untuk menjelaskan
bagaimana pengalaman korporasi menggunakan balanced scorecard sehingga
lebih mampu memberikan manfaat lebih dari ukuran kinerja lainnya. Bahkan,
balanced scorecard oleh berbagai akademis diintegrasikan terhadap konsep lain
untuk memperoleh alat yang sinergi dalam pengembangan korporasi.
Penerapan balanced scorecard di organisasi publik juga tidak sama
dengan apa yang dilakukan di organisasi bisnis. Perbedaan tersebut antara lain
adanya perubahan framework dimana yang menjadi pemicu dalam balanced
scorecard untuk organisasi publik adalah misi untuk melayani masyarakat,
perubahan posisi perspektif financial dan perspektif pelanggan, perspektif
customer focus menjadi perspektif customer and stakeholder, serta perubahan
43
perspektif learning and growth menjadi perspektif employee’s and organization
capacity.
Beberapa perubahan yang diperlukan atas jenis ukuran dalam kerangka
kerja balanced scrorecard untuk organisasi publik akan dijelaskan sebagai berikut
(Moeheriono, 2012: 171) dan sekaligus menjadi dasar teori dalam penelitian ini :
1) Perspektif Stakeholder menjelaskan cara-cara bagaimana penciptaan nilaiuntuk stakeholders serta bagaimana nilai tersebut akan dipenuhi sehinggatercapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam perspektif stakeholder itudiperoleh dari keberhasilan organisasi mengelola mitra kerja. Oleh karenaitu, sasaran kegiatan dalam persfektif mitra kerja organiasi harus diarahkanmengacu pada persfektif ini. Hal penting lainnya yang mempengaruhiadalah perubahan kebijakan pemerintah yang kemungkinan akanmengubah tujuan dan stakeholder organisasi.
2) Perspektif Proses Internal merupakan analisis utama proses internalorganisasi. analisis ini mencangkup identifikasi tugas pokok dan fungsiserta kegiatan yang diperlukan untuk mendukung pencapaian prespektifstakeholder serta sumber daya dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasiuntuk meningkatkan kinerjanya.
3) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran memungkinkan organisasimelakukan pembaharuan kapasitas sumber daya manusia, informasidanlingkungan kerja yang kondusif untuk meningkatkan, baik efesiensimaupun produktivitasnya dalam mendorong terwujudnya proses internalyang akan memberikan kepuasan dan memenuhi harapan mitra kerja.
4) Perspektif Keuangan pada organisasi publik, perspektif anggaran bukanmenjadi tujuan utama, namun lebih bersifat efektivitas alokasi sumberdana agar dapat mendorong pencapaian sasaran stategik organisasi. olehsebab itu, alokasi dana harus diarahkan untuk mencapai sasaran darikegiatan dan program perspektif lain.
Balanced scorecard merupakan suatu alat yang mempunyai tiga elemen,
yaitu sistem pengukuran (measurement system), sistem manajemen stratejik
(strategic management system), dan alat komunikasi (communication tool).
Balanced Scorecard menekankan pengukuran keuangan dan non keuangan yang
harus menjadi bagian dari sistem informasi bagi semua pekerja yang harus
44
mengerti dengan konsekuensi keuangan atas keputusan dan tindakan yang mereka
lakukan.
Keberhasilan implementasi balanced scorecard sebagai sistem
peningkatan organisasi kinerja pada instansi pemerintahan tergantung pada
beberapa faktor penting, yaitu :
(1) Komitmen Pimpinan. Kepemimpinan yang kuat adalah unsur kuatyang terpenting dalam menciptakan iklim organisasi yang positif bagiupaya mendorong peningkatan kinerja pegawai, kedudukan kepemimpinandan pimpinan tertinggi sangat penting bagi seluruh proses pengukuran danpeningkatan kinerja.(2) Partisipasi Karyawan. Manfaat balanced scorecard membentukpartisipasi dan komunikasi sehubungan dengan visi, misi dan strategiorganisasi. oleh karena itu, partisipasi khususnya oleh pejabat menengah,diperlukan dalam proses penyusunan ukuran kinerja dan implementasinyasebagai sebuah sistem peningkatan kinerja.(3) Hambatan Organisasi. Untuk mengatasi ketakukan tak berdasar tentanganggapan buruk dan efek pengukuran dan peningkatan kinerja, pemakaianresmi dari balanced scorecard harus dijelaskan kepada pejabat dan seluruhpegawai. Para pegawai itu harus diberitahu bahwa pengukuran kinerjaadalah pada tingkat organisasi dan bahwa data yang diperoleh akandigunakan untuk meningkatkan penilaian dan perbaikan organisasi.(4) Budaya Organisasi. Penggunaan balanced scorecard dapatmempengaruhi setiap orang yang ada di suatu organisasi, maka merekaharus berhadapan dengan budaya organisasi. banyak organisasipemerintah, khususnya kantor pemerintah memiliki budaya sinisme danarogansi terhadap pegawainya. Sangat penting untuk menghilangkan danmencegah sikap seperti ini mempengaruhi mereka.(5) Kejelasan dan Konsistensi Indikator Kinerja. Penetapan indikatorkinerja harus jelas didefinisikan sehingga nantinya dapat dipahami olehsetiap orang dalam berorganisasi. Hal ini penting, terutama bagi organisasibesar dengan beberapa visi.(6) Kebutuhan Nyata untuk Perbaikan. Kebutuhan untuk perbaikan harusditunjukan secara nyata agar hasil pengukuran kinerja memiliki efekpengaruh yang positif. Hasil kinerja masa lalu atau ancaman di masadepan dapat digunakan untuk menunjukan adanya kebutuhan perbaikan.(7) Cakupan Kegiatan. Jika kegiatan balanced scorecard terlalu luas danmelibatkan orang banyak, maka hal ini akan menjadi rumit dan sulitdikelola. Karena pada situasi seperti ini, mungkin lebih praktis untukmemulai dengan satu bagian organisasi dan kemudian memperluas kebagian lain pada saat pimpinan dan pegawai telah memperolehpengalaman cukup.
45
(8) Ketersediaan Informasi Kinerja. Keberhasilan sistem pengukurankinerja scorecard ini tergantung pada ketersediaan informasi relevan.Seperti yang diuangkapkan sebelumnya, pada tahap awal balancedscorecard, informasi yang dibutuhkan untuk menghitung beberapaindicator kerja mungkin tidak tersedia. Sistem informasi yang cost-effective harus dibangun untuk menghasilkan informasi tersebut.(9) Imbalan dan Penghargaan. Sistem pengukuran kinerja yang tidakdiimbangi oleh sebuah sistem intensif atas kinerja yang mengikat, lama-kelamaan dapat menghancurkan sistem pengukuran kinerja itu sendiri. Haltersebut terjadi karena komitmen yang diperoleh pada saat awalpengukuran tidak terpelihara dengan baik. Oleh karena itu, sistem imbalandan penghargaan diperlukan untuk mendorong adanya tim yangterintegritas dan lintas fungsional sehingga momentum peningkatankinerja dapat dijaga.
Darwanto (2009) Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi
dalam beberapa cara yaitu menjelaskan visi organisasi, menyelaraskan organisasi
untuk mencapai visi itu, mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi
sumber daya dan meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan
informasi yang tepat untuk mengarahkan perubahan. Balanced scorecard
membuat organisasi, termasuk organisasi publik, berfokus pada strategi, karena
penerapan balanced scorecard memungkinkan semua unit dalam organisasi
memberikan kontribusi secara terukur pada pelaksanaan strategi organisasi.
Balanced scorecard dikembangkan oleh setiap organisasi pemerintah untuk
mempertajam perannya dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, sehingga
membedakannya dengan organisasi pemerintah lain. Perumusan balanced
scorecard bukan suatu pekerjaan sekali jadi, melainkan tugas yang terus menerus,
dengan setiap saat ada proses penyempurnaan dan yang terpenting adalah dapat
dimanfaatkan untuk mencapai visi dan misi organisasi.
46
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu menjadi acuan penelitian telah dirangkum
dalam table sebagai berikut:
Table 2.1Acuan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel yangditeliti
Hasil Penelitian
1 Yosua JayaEdy, HarisMaupa,Hosea JayaEdy (2013)
Pengaruh ModalSosial danBudayaOrganisasiTerhadap KinerjaTenaga Medis DiRSUD KabupatenKepulauanTalaud
Modal Sosial,BudayaOrganisasi danKinerja
Modal Sosialberpengaruh secara kuatterhadap peningkatankinerja aparatur tenagamedis. BudayaOrganisasi berpengaruhsecara kuat terhadappeningkatan kinerjaaparatur tenaga medis
2 MohamadRukbi(2015)
PengaruhPelatihan danMotivasiTerhadap KinerjaDenganPendekatanBalancedScorecard diKomisi PemilihanUmum Banten
Pelatihan,Motivasi danKinerja
Pelatihan berpengaruhlangsung terhadapkinerja. Motivasiberpengaruh langsungterhadap kinerja.Pelatihan dan Motivasisecara bersama samaberpengaruh terhadapkinerja.
3 WisnuPrayogo(2003)
Pengaruh ModalSosial PadaKinerja AnggotaOrganisasi(Kasus UntukKaryawanSetingkat StafPada SebuahPerusahaanOtomotif Di JawaTengah)
Modal Sosial,Kinerja In-RolePerformance danKinerja Extra-RolePerformance
Ada pengaruh langsungdengan signifikansi yangsangat kuat dimensikognitif modal sosialpada kinerja yang diukurdengan in-roleperformance. Adapengaruh langsungdengan signifikansi yangsangat kuat dimensirelasional modal sosialpada kinerja yang diukurdengan extra-roleperformance. Riset inijuga menemukanpengaruh dengan
47
signifikansi lemahdimensi relasional modalsosial pada in-roleperformance.
4 AhmadBandaniji(2012)
Pengaruh SocialCapital danIntellectualCapital TerhadapAkuntabilitasOrganisasiMahasiswa(Ormawa) diUntirta.
Social Capital,IntellectualCapital danAkuntabilitas
Modal Sosial tidakberpengaruh dalampelaporan dan penyajianpertanggungjawabanmahasiswa. ModalIntelektualmempengaruhiAkuntabilitas penyajianlaporanpertanggungjawabanmahasiswa
Sumber: Peneliti 2015
Dalam penelitian pertama, Jurnal Ilmiah Farmasi - Universitas Sam
Ratulangi Vol. 2 No. 03 Agustus 2013 yang berjudul Pengaruh Modal Sosial dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Tenaga Medis Di RSUD Kabupaten
Kepulauan Talaud karya Yosua Jaya Edy, Haris Maupa, Hosea Jaya Edy tahun
2013. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa (1) Modal Sosial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja tenaga medis di RSUD Kabupaten
Kepulauan Talaud, (2) Budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja tenaga medis di RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proportional sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 100 orang. Dalam analisis data menggunakan teknik
Structural Equation Modelling (SEM), dengan menggunakan program AMOS
(Analysis of Moment Structure) 20.
Pada penelitian ini persamaan pada jurnal tersebut adalah pada variabel
independen yakni modal sosial dan budaya organisasi, sedangkan perbedaan
dengan penelitian ini adalah pada variabel dependen, lokus penelitian dan alat
48
analisis yang digunakan. Dalam jurnal tersebut variabel dependen adalah kinerja
individu sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen adalah kinerja
organisasi. Lokus penelitian dalam jurnal tersebut adalah di RSUD Kabupaten
Kepulauan Talaud, berbeda dengan penelitian ini dimana lokus dalam penelitian
adalah di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu perbedaan
lainnya adalah pada alat analisis dimana dalam jurnal tersebut alat analisis yang
digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM), dengan menggunakan
program AMOS (Analysis of Moment Structure) 20. Sedangkan pada penelitian ini
menggunakan Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0.
Dalam penelitian kedua, Jurnal Studia Akuntansi & Bisnis - La Tansa
Mashiro Vol. 2 No. 1, (2014-2015) yang berjudul Pengaruh Pelatihan dan
Motivasi Terhadap Kinerja Dengan Pendekatan Balanced Scorecard di Komisi
Pemilihan Umum Banten karya Mohamad Rukbi tahun 2015. Penelitian ini
dilakukan di KPU sekretariat dengan menggunakan metode survei dengan
korelasional diterapkan dalam pengujian hipotesis. Lima puluh peserta terpilih
sebagai sampel dengan membosankan sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa prestasi kerja tugas dipengaruhi langsung oleh motivasi memiliki pengaruh
terbesar. Berdasarkan temuan dapat disimpulkan bahwa variasi kinerja telah
dipengaruhi oleh variasi pelatihan dan motivasi. Oleh karena itu, pelatihan dan
motivasi dengan pendekatan balance scorecard harus dimasukkan ke dalam
pertimbangan dalam mengembangkan prestasi kerja.
Dalam penelitian ini persamaan pada jurnal tersebut adalah pada lokus
penelitian yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Sedangkan
49
perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel independen, variabel dependen,
konsep penggunaan balanced scorecard dan alat analisis. Pada jurnal tersebut
variabel independen yang digunakan adalah pelatihan dan motivasi sedangkan
dalam penelitian ini adalah modal sosial dan budaya organisasi. Dalam jurnal
tersebut variabel dependen adalah kinerja pegawai sedangkan dalam penelitian ini
adalah kinerja organisasi. Konsep penggunaan balanced scorecard pun dalam
jurnal tersebut ditujukan untuk mengukur kinerja personal sedangkan dalam
penelitian ini konsep penggunaan balanced scorecare digunakan untuk mengukur
kinerja organisasi. Sedangkan alat analisis yang digunakan pada jurnal tersebut
adalah menggunakan Statistic Program Social Science (SPSS) versi 20.0 berbeda
dengan penelitian ini baru menggunakan versi 19.0.
Dalam penelitian ketiga, merupakan Jurnal Akuntansi Manajemen (JAM)
STIE YKPN Yogyakarta Edisi Agustus 2003 yang berjudul Pengaruh Modal
Sosial Pada Kinerja Anggota Organisasi (Kasus Untuk Karyawan Setingkat
Staf Pada Sebuah Perusahaan Otomotif Di Jawa Tengah) karya Wisnu Prayogo
tahun 2003. Dalam penelitian ini variabel yang dijelaskan (dependent variable)
dalam penelitian ini adalah kinerja anggota organisasi yang diukur dengan in-role
performance dan extra-role performance. Variabel penjelas (independent
variable) dalam penelitian ini adalah modal sosial yang akan diukur dengan tiga
dimensi modal sosial seperti yang dikemukakan Nahapiet dan Ghoshal (1998)
yaitu dimensi struktural, dimensi relasional, dan dimensi kognitif.
Dalam penelitian ini persamaan pada jurnal tersebut adalah pada variabel
independen yaitu modal sosial. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah
50
penggunaan teori modal sosial, konsep pengukuran kinerja yang digunakan, lokus
penelitian. Dalam jurnal tersebut teori modal sosial yang digunakan adalah
menurut Nahapiet dan Ghoshal sedangkan dalam penelitian ini menggunakan
teori modal sosial menurut James Coleman. Konsep pengukuran kinerja dalam
penelitian tersebut adalah kinerja anggota organisasi yang diukur dengan in-role
performance dan extra-role performance sedangkan penelitian ini adalah kinerja
organisasi. Lokus dalam jurnal tersebut adalah pada perusahaan otomotif di Jawa
Tengah sedangkan penelitian ini adalah di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten.
Dalam penelitian keempat, merupakan skripsi di Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa berjudul Pengaruh Social Capital dan Intellectual Capital Terhadap
Akuntabilitas Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di Untirta karya Ahmad
Bandaniji tahun 2012 dijelaskan bahwa Modal Sosial tidak berpengaruh dalam
pelaporan dan penyajian pertanggungjawaban mahasiswa. Modal Intelektual
mempengaruhi Akuntabilitas penyajian laporan pertanggungjawaban mahasiswa.
Dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan dijelaskan
bahwa modal sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan
masyarakat untuk bekerjasama, demi mencapai tujuan tujuan bersama, diberbagai
kelompok dan organisasi. Indikator modal sosial yang digunakan adalah jaringan
sosial/kerja, kepercayaan antara sesama, ketaatan terhadap norma.
Dalam penelitian ini persamaan pada skripsi tersebut adalah pada variabel
independen modal sosial yang sama sama menggunakan teori modal sosial James
Coleman. Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah pada variabel
51
independen lain variabel dependen dan lokus penelitain. Dalam jurnal tersebut
variabel independen lain adalah intellectual capital sedangkan penelitian ini
adalah budaya organisasi. Selain itu variabel dependen yang digunakan adalah
akutanbilitas sedangkan dalam penelitian ini adalah kinerja organisasi. Untuk
lokus penelitian pada skripsi tersebut adalah di Ormawa Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa sedangkan pada penelitian ini adalah di Komisi Pemilihan Umum(KPU)
Provinsi Banten.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Uma Sekaran dalam bukunya Business Reseacrh (1992) dalam (Sugiyono,
2008:60) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka berfikir dalam suatu
penelitian perlu dikemukaan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua
variabel atau lebih.
Seorang peneliti harus menguasai teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasu dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala
yang menjadi objek permasalahan (Suriasumantri, 1986).
Menurut Sugiyono (2008) kerangka berpikir merupakan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan. Berdasarkan teori teori yang telah dideskripsikan tersebut,
selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa
52
tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel
tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis.
Gambar 2.2Kerangka Berpikir Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
Sumber: Peneliti Tahun 2015
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
Modal Sosial (X1), menurutColeman (1999)
1. Jaringan sosial/kerja2. Kepercayaan antar sesama3. Ketaatan terhadap norma
Budaya Organisasi (X2),
menurut Robbins (2001)
1. Inovasi dan keberanianmengambil risiko (Inovationand risk taking)2. Perhatian terhadap detil(Attention to detail)3. Berorientasi kepada hasil(Outcome orientation)4. Berorientasi kepada manusia(People orientation)5. Berorientasi tim (Teamorientation)6. Agresifitas (Aggressiveness)7. Stabilitas (Stability)
Kinerja Organisasi (Y),menurut Moeheriono (2012)
1. Perspektif stakeholder2. Perspektif proses internal3. Perspektif pertumbuhan danpembelajaran4. Perspektif keuangan
53
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono 2008:64).
Berdasarkan kepada kerangka pemikiran yang dijelaskan, dapat
dirumuskan hipotesies penelitan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan
masalah dan hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian, penulis
merumuskan sebagai berikut:
1. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap
kinerja organisasi
2. H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap
kinerja organisasi
3. H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial dan budaya
organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja organisasi
Selain itu dalam penelitian ini terdapat hipotesis statistik yaitu sebagai
berikut:
1. Pengujian pengaruh antara X1 terhadap Y
a. H0 : 1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
terhadap kinerja organisasi
b. H1 : 1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
terhadap kinerja organisasi
2. Pengujian pengaruh antara X2 terhadap Y
a. H0 : 2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi terhadap kinerja organisasi
54
b. H2 : 2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi
terhadap kinerja organisasi
3. Pengujian pengaruh antara X1 dan X2 terhadap Y
a. H0 : 1 : 2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal
sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja
organisasi
b. H3 : 1 : 2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja
organisasi
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Motodologi adalah pengetahuan tentang berbagai cara kerja yang
disesuaikan dengan objek studi ilmu ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat,
1991: 7-8). Sedangkan metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal
tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah,
data, tujuan dan kegunaan (Sugiyono, 2008: 2).
Pada penelitian yang berjudul “Pengaruh Modal Sosial dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten”
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian asosiatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistic dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2008: 8). Metode penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,
2008: 36).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variabel yaitu modal sosial
(variabel independen), budaya organisasi (variabel indepanden) dan kinerja
organisasi (variabel dependen).
56
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menfokuskan materi penelitian yang
berkaitan dengan Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
di Jalan Syekh Nawawi Al Batani, Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Cipocok
Jaya, Kota Serang. Kota Serang adalah sebuah kota di Provinsi Banten, Indonesia.
Serang merupakan ibukota Provinsi Banten. Serang berada tepat di sebelah Utara
Provinsi Banten. Terdiri dari 6 kecamatan yaitu, Kecamatan Serang, Kecamatan
Cipocok Jaya, Kecamatan Curug, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Taktakan dan
Kecamatan Walantaka. Adapun alasan memilih lokasi penelitian di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi merupakan koordinator dan supervisi yang membawahi KPU
Kabupaten/Kota.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Modal sosial didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk
bekerjasama demi mencapai tujuan tujuan bersama di dalam berbagai
kelompok/organisasi (James Coleman, 1999). Coleman (1999) menyebutkan tiga
57
unsure utama dalam modal sosial adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar
sesama dan ketaatan terhadap norma
1) Jaringan sosial/kerja merupakan bentukan dari insfrastruktur modal sosial
itu sendiri. Jaringan tersebut menjadi fasilitator dalam mendukung
terjadinya interaksi yang kemudian akan menumbuhkan kepercayaan dan
kerja sama yang kuat. Semakin kuat jaringan sosial yang terbentuk maka
akan memperkuat modal sosial yang terbentuk. Modal sosial tidak
dibangun hanya oleh satu individu, melainkan akan terletak pada individu
individu yang tumbuh dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai
bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal sosial yang ada
tergantung pada kapasitas kelompok untuk membangun sejumlah asosiasi
beserta jaringanya yang tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan
sosial.
2) Kepercayaan antar sesama. Kepercayaan merupakan nilai yang ditunjukan
oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama berdasarkan norma-
norma yang dianut bersama. Pada dasarnya kepercayaan harus dimiliki
dan menjadi bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik,
yang dapat ditandai dengan kuatnya lembaga-lembaga sosial yang
menciptakan kehidupan yang harmonis dan dinamis.
3) Ketaatan terhadap norma. Norma merupakan susunan dari pemahaman
terhadap nilai-nilai kehidupan serta harapan yang diyakini dan dijalankan
oleh sekelompok orang. Norma yang terbentuk dapat didasari oleh nilai-
nilai agama, nilai budaya, maupun nilai-nilai yang dari kehidupan sehari-
58
hari yang dibuat menjadi aturan untuk ketertiban kehidupan berbangsa dan
bernegara. Norma juga merupakan modal sosial kerena muncul dari
kerjasama di masa lalu yang kemudian diterapkan untuk kehidupan
bersama. Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol
bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat atau kelompok.
Robbins (2001: 129) mendefinisikan budaya organisasi dimaknai sebagai
filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam
pengelolaan karyawan. Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem makna
bersama dibentuk oleh para warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan
organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter
kunci dari nilai nilai organisasi. Robbins (2001) memberikan karakteristik budaya
organisasi sebagai berikut:
1) Inovasi dan keberanian mengambil risiko (Inovation and risk taking),
adalah sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif
dan berani mengambil resiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai
tindakan pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide
karyawan
2) Perhatian terhadap detil (Attention to detail), adalah sejauh mana
organisasi mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis
dan perhatian kepada rincian
3) Berorientasi kepada hasil (Outcome orientation), adalah sejauh mana
manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada
teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut
59
4) Berorientasi kepada manusia (People orientation), adalah sejauh mana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang
di dalam organisasi
5) Berorientasi tim (Team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk
mendukung kerjasama
6) Agresifitas (Aggressiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalam
organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi
sebaik-baiknya
7) Stabilitas (Stability), adalah sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
Kinerja menurut (Moeherione, 2012: 96) kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi baik
secara kuantatif maupun kualitataif, sesuai dengan kewenangan dan tugas
tanggung jawab masing masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata, yaitu (1) kartu skor
(scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Balanced scorecard ditemukan dan
digunakan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton tahun 1992. Balanced
scrorecard untuk organisasi publik akan dijelaskan oleh (Moeheriono, 2012: 171)
sebagai berikut :
1) Perspektif Stakeholder menjelaskan cara-cara bagaimana penciptaan nilai
untuk stakeholders serta bagaimana nilai tersebut akan dipenuhi sehingga
60
tercapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam perspektif stakeholder itu
diperoleh dari keberhasilan organisasi mengelola mitra kerja. Oleh karena
itu, sasaran kegiatan dalam persfektif mitra kerja organisasi harus
diarahkan mengacu pada persfektif ini. Hal penting lainnya yang
mempengaruhi adalah perubahan kebijakan pemerintah yang kemungkinan
akan mengubah tujuan dan stakeholder organisasi.
2) Perspektif Proses Internal merupakan analisis utama proses internal
organisasi. Analisis ini mencangkup identifikasi tugas pokok dan fungsi
serta kegiatan yang diperlukan untuk mendukung pencapaian prespektif
stakeholder serta sumber daya dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
3) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran memungkinkan organisasi
melakukan pembaharuan kapasitas sumber daya manusia, informasi dan
lingkungan kerja yang kondusif untuk meningkatkan, baik efesiensi
maupun produktivitasnya dalam mendorong terwujudnya proses internal
yang akan memberikan kepuasan dan memenuhi harapan mitra kerja.
4) Perspektif Keuangan pada organisasi publik, perspektif anggaran bukan
menjadi tujuan utama, namun lebih bersifat efektivitas alokasi sumber
dana agar dapat mendorong pencapaian sasaran stategik organisasi. Oleh
sebab itu, alokasi dana harus diarahkan untuk mencapai sasaran dari
kegiatan dan program perspektif lain.
61
3.4.2 Definisi Operasional
Untuk memudahkan peneliti dalam proses pengumpulan data maka
peneliti membuat pengembangan instrument berupa kisi-kisi instrument sebagai
acuan dalam mengumpulkan data di lapangan sebagai berikut:
Table 3.1Operasionaliasasi Variabel Modal Sosial (X1)
Variabel (X1) Dimensi Indikator ItemModal Sosial
(X1),menurutColeman
(1999)
1. JejaringSosial/Kerja
1. Kerelaan membangun jaringankerjasama antara pegawai
1,2
2. Keterbukaan dalam melakukanhubungan atau jaringan sosial/kerjadengan siapapun
4,5
3. Keaktifan dalam memelihara danmenggembangkan hubungan atau jaringansosial/kerja yang lebih baik
5,6
2. Kepercayaanantar sesama
1. Tingkat kepercaayan yang terjalinantara anggota organisasi
7,8,910,11,12
3. Ketaatanterhadap norma
1. Bentuk peraturan yang ada di organisasi 13,142. Kepatuhan pada peraturan yang berlakudi organisasi
15,16
3. Manfaat kepatuhan peraturan bagitujuan organisasi
17,18
Sumber: Peneliti Tahun 2015
Table 3.2Operasionaliasasi Budaya Organisasi (X2)
Variabel (X2) Dimensi Indikator ItemBudaya
Organisasi(X2),
menurutRobbins(2001)
1. Inovasi dankeberanian mengambilrisiko (Inovation andrisk taking)
1. Inovasi dalam menyelesaikanpekerjaan
19,20
2. Inisiatif dalam menyelesaikanmasalah pekerjaan
21,22
2. Perhatian terhadapdetil (Attention to detail)
1. Perhatian terhadap rincianpekerjaaan
23,24
2. Kecermatan dalam bekerja 25,26
3. Berorientasi kepadahasil (Outcome
1. Perhatian terhadap hasil yangditetapkan oleh program kerja
27,28
62
orientation) 2. Kualitas hasil program kerja 29,304. Berorientasi kepadamanusia (Peopleorientation)
1. Kepatuhan pada keputusanorganisasi
31,32
2. Efek keputusan organisasi bagianggota organisasi
33,34
5. Berorientasi tim(Team orientation)
1. Kerjasama yang dilakukandengan tim kerja
35,36
2. Tanggung jawab terhadapkegiatan kerja
37,38
6. Agresifitas(Aggressiveness)
1. Kemampuan dalammenjalankan nilai organisasi
39,40
2. Kepedulian terhadap pekerjaanyang ada
41,42
7. Stabilitas (Stability) 1. Stabilitas kegiatan organisasi 43,442. Kemampuan mempertahankannilai nilai dalam organisasi
44,46
Sumber: Peneliti Tahun 2015
Table 3.3Operasionaliasasi Kinerja Organisasi (Y)
Variabel Y Dimensi Indikator ItemKinerja
Organisasi (Y),menurut
Moeheriono(2012)
1. PerspektifStakeholder
1. Ukuran efesiensi 47,482. Manfaat jangka panjangkepada masyarakat
49,50
2. Perspektif ProsesInternal
1. Kualitas teknis yang terkaitdengan standar internal
51,52
2. Ketepatan waktu 53,543. Kepuasan pegawai 55,56
3. PerspektifPertumbuhan danPembelajaran
1. Pemanfaatanpeningkatan akses dari teknologiinformasi
57,58
2. Pelatihan dan peningkatankeahlian pegawai
59,60
3. Proses aturan baru untukmeningkatkan pelayanan jasa
61,62
4. Perspektif Keuangan 1. Realisasi biaya operasional 63,64,65
Sumber: Peneliti Tahun 2015
63
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2008: 102). Instrumen penelitian digunakan
untuk mengukur nilai variabel yang diteliti dan diukur dari indikator-indikator
variabel yang diberikan oleh peneliti.
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial mupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat
kalau dinamakan membuat laporan dari pada melakukan penelitian. Namun
demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai
bentuk penelitian (Emory, 1985).
Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan oleh peneliti untuk
meneliti adalah skala pengukuran instrument dengan menggunakan Skala Likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
variabel penelitian (Sugiyono, 2008: 102).
Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item item instrument berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban
setiap item instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata kata yaitu :
64
Tabel 3.4Skoring/Nilai
Jawaban Skoring/NilaiSangat Setuju (SS) 4
Setuju (S) 3Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1Sumber: Sugiyono, 2008
Penelitian kuantitaif sangat berbeda dengan penelitian kualitatif, dimana
dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu
sendiri, sedangkan dalam penelitian kuantitaif umumnya peneliti menggunakan
instrumen sebagai alat ukur untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa kuisoner, studi
dokumentasi dan pengamatan/observasi.
a. Kuisioner/Angket
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
member seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden
untuk dijawab dengan alternatif jawaban yang telah tersedia. Sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan aspirasi, persepsi,
sikap, keadaan atau pendapat pribadinya. Data yang akan diperoleh akan
lebih efesian apabila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur
dan tahu apa yang bisa diharapkan.
b. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data diperoleh melalui pengumpulan peraturan
Undang Undang, laporan laporan, catatan serta dokumen dokumen yang
relevan mengenai masalah penelitian ini.
65
c. Studi Literatur atau Studi Kepustakaan
Pengumpulan data diperoleh dari berbagai referensi yang relevan
mengenai penelitian ini berdasakan teks books maupun jurnal ilmiah.
d. Pengamatan/Obeservasi
Pengumpulan data diperoleh dengan mengamati lingkungan tempat
penelitian ini dilakukan.
Selain itu ada pula beberapa sumber data yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu :
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya
(sampel/responden) dengan menggunakan teknik pengumpulan data
tertentu. Data primer dalam penelitian ini didapatkan dari hasil kuisoner
dan wawancara tidak terstuktur.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua, yang dapat
berbentuk buku buku ilmiah, dokumen administrasi, atau bahan lain yang
sudah merupakan data hasil olahan yang digunakan sebagai data awal
maupun data pendukung dalam penelitian
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008: 81).
66
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini seluruh pegawai di Komisi
Pemilihan (KPU) Provinsi Banten. Penentuan sampel menggunakan Probability
Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau angota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Adapun teknik yang digunakan adalah Sampling Jenuh yaitu teknik penentuan
sampel yang semua anggota populasi dijadikan sampel. Hal ini dilakukan karena
jumlah populasi relatif kecil. Sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 41 sampel yang terdiri dari 5 anggota komisioner dan 36
pegawai sekertariat.
3.7 Teknik Pengolahan dan Teknik Analisis Data
Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data dan merupakan
tahapan tahapan dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan dan diformat menurut
aturan untuk keperluan proses berikutnya. Apabila pengumpulan data sudah
dilakukan, maka data yang sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis.
Setelah data diolah, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang sudah
terkumpul. Analisis data merupakan upaya peneliti untuk menyederhanakan dan
menyajikan data dengan mengelompokan dalam suatu bentuk yang berarti
sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan oleh penguji dan pembaca.
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis
data adalah: mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
67
tiap variabel yang diteliti, melakukan penghitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika
inferensial. Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis
data inferensial adalah digunakannya rumus statistic tertentu (misalnya uji t, uji F)
dan sebagainya. Hasil dari perhitungan rumus statistik inilah yang menjadi dasar
pembuatan generalisasi dari sampel bagi populasi. Dengan demikian, statistik
inferensial berfungsi untuk menggeneralisasi hasil penelitian sampel bagi
populasi. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka statistik inferensial cocok untuk
penelitian sampel. (Suharsimi Arikunto, 1993: 388)
Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data kuantitatif,
dimana diperlukan perhitungan matematis atau teknik statistik sebagai alat bantu
analisis, untuk menguji hipotesis penelitian ini menggunakan Teknik Pengolahan
dan Analisis Data sebagai berikut :
3.7.1 Metode Analisis Data
3.7.1.1 Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Validitas menurut Arikunto (2002) adalah suatu ukuran yang menujukan
tingkat kesahihan suatu instrument penelitian. Suatu instrument penelitian yang
valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrument yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah. Validitas menunjuk pada persesuaian alat
68
pengukur dengan tujuan pengukuran. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,
2008: 121). Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan bantuan piranti
lunak Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0. Adapun Rumus untuk
mengukur validitas adalah :
=∑ − ∑ ∑
{ ∑ ² − (∑ ) ²}{ ∑ ² − (∑ )²}
Keterangan :
r : Koefisien Korelasi Product Moment
∑ : Jumlah skor dalam sebaran X
∑ : Jumlah skor dalam sebaran Y
∑ : Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan
∑ ² : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
∑ ² : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N : Jumlah sampel
Untuk penentuan apakah suatu item layak digunakan atau tidak, caranya
dengan melakukan uji signifikasi koefisien korelasi pada taraf signifikasi 0,05
yang artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan dengan skor
item. Bisa juga melakukan penilaian langsung terhadap koefisien korelasi seperti
yang diungkapkan Azwar (1999), yaitu dengan menggunakan batas nilai minimal
korelasi 0,30. Menurut Azwar (1999) semua item yang mencapai koefisien
korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan.
69
Uji validitas dengan metode Korelasi Pearson merupakan analisis dengan
cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dengan tanpa
melakukan koreksi terhadap Spurious Overlap (nilai koefisien korelasi yang
overstimasi). Skor total item adalah penjumlahan dari keseluruhan item.
Keputusan untuk uji validitas adalh apabila r hitung > r tabel, maka dikatakan
valid namun apabila r hitung < r tabel maka dikatakan tidak valid
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris rely, yang berarti
percaya dan reliable yang berarti dapat dipercaya. Dengan demikian reliabilitas
dapat diartikan sebagai kepercayaan. Suatu alat pengukuran dikatakan reliable bila
alat itu dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa
menunjukan hasil yang sama. Instrumen yang valid dan reliable merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliable.
Dalam penelitian ini pengujian menggunakan rumus Alpha Croncbach.
Pengujian relibilitas kuisoner pada penelitian ini menggunakan bantuan piranti
lunak Statistic Program Social Science (SPSS) versi 19.0. Adapun rumus Alpha
Croncbach adalah :
= . 1 − ∑
Keterangan :
: Koefisien Reliabilitas Internal seluruh item
k : Banyaknya item
Si : Jumlah varians skor tiap-tiap item
70
St : Varians total
Menurut Uma Sekaran (Sekaran, 2003) pengambilan keputusan uji
reliabilitas sebagai berikut:
Cronbach’s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk
Cronbach’s alpha 0,6 – 0,79 = reliabilitas diterima
Cronbach’s alpha 0,8 = reliabilitas baik
Sedangkan menurut Nunnally seperti yang dikutip oleh Imam Ghazali
(2005), alat ukur dapat dikatakan reliable jika nilai reliabilitas > 0,600 dimana
0,600 adalah standariasi nilai relibilitas menurut pernyataan dari Nunnally.
3.7.1.2 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kernoamalan data yang
digunakan, apakah berdistribusi normal atau tidak. Tingkat kenormalan data
sangat penting karena dengan data yang terdistribusi normal, maka data tersebut
dianggap dapat mewakili populasi. Uji normalitas data menjadi syarat pokok
dalam analisis parametric seperti korelasi Pearson, uji perbandingan rata rata,
analisis varian dan sebagainya karena data-data yang akan dianalisis parametric
harus terdistribusi normal.
Salah satu cara untuk menguji kenormalan sebaran data adalah dengan uji
normalitas residual. Uji normalitas residual digunakan untuk menguji apakah data
residual terdiatribusi secara normal atau tidak. Residual merupakan nilai sisa atau
selisih antara variabel dependen (Y) dengan variabel dependen hasil analisis
71
regresi (Y’). Model regresi yang baik adalah yang memiliki data terdistribusi
normal. Kriteria pengujian uji normalitas ini adalah:
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) > 0,05 maka data
berdistribusi normal
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal
Pengujian uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode One
Sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan piranti lunak Statistic Program
Social Science (SPSS) versi 19.0.
3.7.2 Uji Korelasi Product Moment
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Data yang digunakan berskala interval atau
rasio. Nilai korelasi (r) adalah 0 sampai 1 atau 0 sampai -1 (untuk hubungan
negatif), semakin mendekati 1/-1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat.
Sebaliknya, nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin
lemah. Rumus korelasi product moment yang dikutip oleh Sugiyono (2008: 183)
adalah:
=(∑ ) − (∑ ∑ )
{ ∑ − (∑ )²}{ ∑ − (∑ )²}
Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
N = Jumlah sampel
72
= Jumlah faktor korelasi variabel independen
= Jumlah faktor korelasi variabel dependen
3.7.3 Uji Korelasi Ganda
Uji korelasi ganda dipergunakan (multiple correlation) merupakan angka
yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen
secara bersama-sama atau lebih dengan variabel dependen (Sugiyono, 2008: 182).
Dalam penelitian ini variabel yaitu modal sosial (variabel independen), budaya
organisasi (variabel indepanden) dan kinerja organisasi (variabel dependen).
Adapun rumus korelasi ganda yang dikutip oleh Sugiyono (2008: 191) adalah
sebagai berikut:
=1 −
Dimana :
= Korelasi antara variabel x1 dan x2 secara bersamaan dengan
variabel y
= Korelasi product moment antara x1 dengan y
= Korelasi product moment antara x2 dengan y
= Korelasi product moment antara x1 dengan x2
3.7.4 Uji Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini juga
73
untuk memprediksikan nilai variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif.
Secara umum persamaan regresi linier sederhana dirumuskan sebagai
berikut:
′ = +
Keterangan :
Y’ : Variabel dependen yang dipresiksikan
X : Variabel independen
a : Nilai konstanta
b : Koefisien regresi
3.7.5 Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen.
Perbedaan dengan regresi linier sederhana yaitu terletak pada jumlah variabel
independennya, dimana regresi linier sederhana hanya menggunakan satu variabel
independen, sedangkan regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih
variabel independen yang dimasukan dalam model regresi. Analisis ini juga untuk
memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan, dan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah masing masing variabel
74
independen berhubungan positif atau negatif. Persamaan regresi linier berganda
adalah:
Y’ = a+ b1 X1+ b2 X2
Keterangan :
Y’ = Variabel dependen yang diprediksikan
X1 = Variabel independen
X2 = Variabel independen
a = Nilai konstanta
b1 = Koefisien regresi
b2 = Koefisien regresi
3.7.6 Uji Parsial (Uji t)
3.7.6.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (modal
sosial) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (kinerja organisasi).
a. Kriteria Pengujian Hipotesis
- H0 : 1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
(X) terhadap kinerja organisasi (Y)
- H1 : 1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X)
terhadap kinerja organisasi (Y)
b. Menentukan t hitung
Nilai t hitung diperoleh berdasarkan output perhitungan pada analisis
regresi linier berganda
75
c. Menentukan t tabel
Nilai t tabel diperoleh berdasarkan tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2
= 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 (n adalah jumlah
data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(singnifikasi = 0,025).
d. Kriteria penerimaan hipotesis
Kriteria penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:
- H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
- H0 ditolak jika –t hitung < -tabel atau t hitung > t tabel
e. Membuat kesimpulan
Apabila nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi. Namun
apabila nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi.
3.7.6.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (budaya
organisasi) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (kinerja
organisasi).
a. Kriteria Pengujian Hipotesis
- H0 : 2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi (X) terhadap kinerja organisasi (Y)
76
- H2 : 2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi
(X) terhadap kinerja organisasi (Y)
b. Menentukan t hitung
Nilai t hitung diperoleh berdasarkan output perhitungan pada analisis
regresi linier berganda
c. Menentukan t tabel
Nilai t tabel diperoleh berdasarkan tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2
= 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 (n adalah jumlah
data dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi
(singnifikasi = 0,025)
d. Kriteria Penerimaan Hipotesis
Kriteria penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:
- H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
- H0 ditolak jika –t hitung < -tabel atau t hitung > t tabel
e. Membuat kesimpulan
Apabila nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja organisasi.
Namun apabila nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap
kinerja organisasi.
77
3.7.7 Uji Simultan (Uji F)
3.7.7.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F)
Uji ini digunakan untuk menguji apakah variabel modal sosial (X1) dan
budaya organisasi (X2) bersama-sama berpengaruh terhadap variabel kinerja
organisasi (Y).
a. Kriteria Pengujian Hipotesis
- H0 : 1 : 2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal
sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja
organisasi
- H3 : 1 : 2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja
organisasi
b. Menentukan F hitung
Nilai F hitung diperoleh berdasarkan output perhitungan pada analisis
regresi linier berganda
c. Menentukan F tabel
Nilai t tabel diperoleh dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α =
5%, df 1 diperoleh dengan (jumlah variabel-1) atau 3-1=2, df 2 (n-k-1)
dengan n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen.
d. Kriteria Penerimaan Hipotesis
Kriteria penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut:
- H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel
- H0 ditolak jika F hitung > F tabel
78
e. Membuat kesimpulan
Apabila nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh
yang signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama
sama terhadap kinerja organisasi. Namun apabila nilai F hitung < F tabel
maka H0 diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja
organisasi.
3.8 Jadwal Penelitian
Penelitian mengenai Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dilakukan
pada bulan Maret 2015 hingga September 2015. Adapun jadwal penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5Jadwal Penelitian
N
OKegiatan
Bulan/Minggu Ke
Maret April Mei Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3
Membuat danBimbingan BAB
I
4
Membuat danBimbingan BAB
II
5
Membuat danBimbingan BAB
III
6PenelitianLapangan
7
Membuat danBimbingan BAB
IV dan V
8Acc Sidang
Skripsi
Sumber: Peneliti Tahun 2015
79
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten
Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah Lembaga Penyelenggara Pemilu
yang bertugas melaksanakan Pemilu. Dalam menyelenggarakan Pemilu, Komisi
Pemilihan Umum (KPU) bebas dari pengaruh pihak manapun berkaitan dengan
pelaksanaan tugas dan wewenangnya. Pelaksanaan tugas Komisi Pemilihan
Umum (KPU) berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilihan Umum. Komisi Pemilihan Umum (KPU) mempunyai
fungsi menyelenggarakan Pemilu untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD,
Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih
Gubernur, Bupati dan Walikota secara demokratis.
Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang bersifat hirarkis
dimana masing-masing hirarki memiliki wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda. Komisi Pemilihan Umum pusat berfungsi sebagai regulator yang
menentapkan aturan-aturan turunan dari Undang Undang yang harus diikuti oleh
seluruh KPU provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan KPU Provinsi
berfungsi sebagai supervisor dan koordinator bagi KPU Kabupaten/Kota yang
berada di bawahnya. KPU provinsi harus mampu menterjemahkan regulasi yang
dikeluarkan KPU pusat dan memastikan bahwa KPU Kabupaten/Kota memahami
dan melaksanaknnya. Kemudian KPU Kabupaten/Kota berfungsi sebagai
80
implementator yang bertugas untuk melaksanakan secara operasional seluruh
tahapan yang sudah ditetakan oleh KPU RI.
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten dibentuk sebagai konsekwensi
dari lahirnya Provinsi Banten sebagai daerah otonomi baru hasil pemekaran dari
Provinsi Jawa Barat. Sesuai dengan cakupan wilayah yang menjadi
kewenangannya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten membawahi 8
(delapan) KPU Kabupaten/Kota sebagai berikut yaitu, KPU Kabupaten Lebak,
KPU Kabupaten Pandeglang, KPU Kota Cilegon, KPU Kabupaten Serang, KPU
Kota Serang, KPU Kabupaten Tanggerang, KPU Kota Tanggerang, KPU Kota
Tanggerang Selatan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki visi yaitu
terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum
yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel, demi
terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun misi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu:
a. Membangun lembaga penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki
kompetensi, kredibilitas dan kapabilitas dalam menyelenggarakan
pemilihan umum;
b. Menyelenggarakan Pemilihan Umum untuk memilih Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah dan
81
Wakil Kepala Daerah secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil,
akuntabel, edukatif dan beradab;
c. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang bersih,
efisien dan efektif;
d. Melayani dan memperlakukan setiap peserta Pemilihan Umum secara
adil dan setara, serta menegakkan peraturan Pemilihan Umum secara
konsisten sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
e. Meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam
pemilihan umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang
demokratis.
Dari awal berdirinya hingga sekarang, Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten telah mengalami tiga kali pergantian komisioner, yaitu periode
2003-2007, periode 2008-2013 dan sekarang periode 2013-2018. Komisi
Pemilihan Umum (KPU) saat ini berlokasi di Jalan Syekh Muhammad Nawawi Al
Bantani No. 7A, Banten.
Gambar 4.1Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: https://www.google.com/maps
82
4.1.2 Kedudukan dan Tugas
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaran Pemilihan Umum, berikut adalah Kedudukan, Tugas dan Fungsi
dari KPU Provinsi adalah :
1. Kedudukan
Pada Pasal 1 ayat 7 menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum
Provinsi, selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah Penyelenggara
Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi.
2. Tugas
Pada Pasal 9 menyebutkan bahwa tugas KPU Provinsi adalah :
a. Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah meliputi :
1) Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta
menetapkan jadwal Pemilu di provinsi;
2) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu di provinsi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3) Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan
tahapan penyelenggaraan Pemilu oleh KPU Kabupaten/Kota;
4) Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dan
menyampaikannya kepada KPU;
5) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang
disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan
83
data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
6) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan
suara Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
berdasarkan hasil rekapitulasi di KPU Kabupaten/Kota dengan
membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara;
7) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah
di provinsi yang bersangkutan dan mengumumkannya berdasarkan
berita acara hasil rekapitulasi penghitungan suara di KPU
Kabupaten/Kota;
8) Membuat berita acara penghitungan suara serta membuat sertifikat
penghitungan suara dan wajib menyerahkannya kepada saksi
peserta Pemilu, Bawaslu Provinsi, dan KPU;
9) Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil
Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan
mengumumkannya;
10) Mengumumkan calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi terpilih sesuai dengan alokasi jumlah kursi setiap daerah
pemilihan di provinsi yang bersangkutan dan membuat berita
acaranya;
84
11) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi
atas temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu;
12) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan
sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi,
dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan
tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan
penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Bawaslu
Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
13) Menyelenggarakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau
yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada
masyarakat;
14) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu; dan
15) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU
dan/atau yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden meliputi :
1) Menjabarkan program dan melaksanakan anggaran serta
menetapkan jadwal di provinsi;
2) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan di provinsi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
85
3) Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan
tahapan penyelenggaraan oleh KPU Kabupaten/Kota;
4) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang
disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan
data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
5) Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dan
menyampaikannya kepada KPU;
6) Melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara Pemilu Presiden
dan Wakil Presiden di provinsi yang bersangkutan dan
mengumumkannya berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan
suara di KPU Kabupaten/Kota dengan membuat berita acara
penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;
7) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi
peserta Pemilu, Bawaslu Provinsi, dan KPU;
8) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas
temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran Pemilu;
9) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan
sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi,
dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan
tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan
86
penyelenggaraan Pemilu berdasarkan rekomendasi Bawaslu
Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
10) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu dan/atau yang
berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Provinsi kepada
masyarakat;
11) Melakukan evaluasi dan membuat laporan setiap tahapan
penyelenggaraan Pemilu; dan
12) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU
dan/atau peraturan perundang-undangan.
c. Tugas dan wewenang KPU Provinsi dalam penyelenggaraan pemilihan
gubernur meliputi:
1) Merencanakan program, anggaran, dan jadwal pemilihan gubernur;
2) Menyusun dan menetapkan tata kerja KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS dalam pemilihan gubernur
dengan memperhatikan pedoman dari KPU;
3) Menyusun dan menetapkan pedoman teknis untuk setiap tahapan
penyelenggaraan pemilihan gubernur berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4) Mengoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua
tahapan penyelenggaraan pemilihan gubernur berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan
pedoman dari KPU;
87
5) Menerima daftar pemilih dari KPU Kabupaten/Kota dalam
penyelenggaraan pemilihan gubernur;
6) Memutakhirkan data pemilih berdasarkan data kependudukan yang
disiapkan dan diserahkan oleh Pemerintah dengan memperhatikan
data Pemilu dan/atau pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
terakhir dan menetapkannya sebagai daftar pemilih;
7) Menetapkan calon gubernur yang telah memenuhi persyaratan;
8) Menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan
suara pemilihan gubernur berdasarkan hasil rekapitulasi
penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah
provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara
penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;
9) Membuat berita acara penghitungan suara dan sertifikat hasil
penghitungan suara serta wajib menyerahkannya kepada saksi
peserta pemilihan, Bawaslu Provinsi, dan KPU;
10) Menetapkan dan mengumumkan hasil pemilihan gubernur
berdasarkan hasil rekapitulasi penghitungan suara pemilihan
gubernur dari seluruh KPU Kabupaten/Kota dalam wilayah
provinsi yang bersangkutan dengan membuat berita acara
penghitungan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara;
11) Menerbitkan keputusan KPU Provinsi untuk mengesahkan hasil
pemilihan gubernur dan mengumumkannya;
88
12) Mengumumkan calon gubernur terpilih dan membuat berita
acaranya;
13) Melaporkan hasil pemilihan gubernur kepada KPU;
14) Menindaklanjuti dengan segera rekomendasi Bawaslu Provinsi atas
temuan dan laporan adanya dugaan pelanggaran pemilihan;
15) Mengenakan sanksi administratif dan/atau menonaktifkan
sementara anggota KPU Kabupaten/Kota, sekretaris KPU Provinsi,
dan pegawai sekretariat KPU Provinsi yang terbukti melakukan
tindakan yang mengakibatkan terganggunya tahapan
penyelenggaraan pemilihan berdasarkan rekomendasi Bawaslu
Provinsi dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
16) Melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan pemilihan gubernur
dan/atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU
Provinsi kepada masyarakat;
17) Melaksanakan pedoman yang ditetapkan oleh KPU;
18) Memberikan pedoman terhadap penetapan organisasi dan tata cara
penyelenggaraan pemilihan bupati/walikota sesuai dengan tahapan
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan;
19) Melakukan evaluasi dan membuat laporan penyelenggaraan
pemilihan gubernur;
20) Menyampaikan laporan mengenai hasil pemilihan gubernur kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden, gubernur, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi; dan
89
21) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh KPU
dan/atau peraturan perundang-undangan.
d. KPU Provinsi dalam Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, serta pemilihan gubernur, bupati, dan
walikota berkewajiban:
1) Melaksanakan semua tahapan penyelenggaraan Pemilu dengan
tepat waktu;
2) Memperlakukan peserta Pemilu, pasangan calon presiden dan
wakil presiden, calon gubernur, bupati, dan walikota secara adil
dan setara;
3) Menyampaikan semua informasi penyelenggaraan Pemilu kepada
masyarakat;
4) Melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban semua kegiatan
penyelenggaraan Pemilu kepada KPU;
6) Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta
melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip
yang disusun oleh KPU Provinsi dan lembaga kearsipan Provinsi
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh KPU dan ANRI;
7) Mengelola barang inventaris KPU Provinsi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
90
8) Menyampaikan laporan periodik mengenai tahapan
penyelenggaraan Pemilu kepada KPU dan dengan tembusan
kepada Bawaslu;
9) Membuat berita acara pada setiap rapat pleno KPU Provinsi yang
ditandatangani oleh ketua dan anggota KPU Provinsi;
10) Menyediakan dan menyampaikan data hasil Pemilu di tingkat
provinsi;
11) Melaksanakan keputusan DKPP; dan
12) Melaksanakan kewajiban lain yang diberikan KPU dan/atau yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam menjalankan tugas dan pokok, sedangkan KPU Provinsi dibantu
oleh Sekretariat KPU Provinsi. Sekertariat KPU Provinsi dipimpin oleh Sekretaris
yang bertanggungjawab kepada Ketua KPU Provinsi. Sesuai dengan Pasal 67
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 terkait tugas dan wewenang Sekretariat
KPU Provinsi yaitu:
a. Sekretariat KPU Provinsi bertugas:
1) Membantu penyusunan program dan anggaran Pemilu;
2) Memberikan dukungan teknis administratif;
3) Membantu pelaksanaan tugas KPU Provinsi dalam menyelenggarakan
Pemilu;
4) Membantu pendistribusian perlengkapan penyelenggaraan Pemilu
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
91
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden;
5) Membantu perumusan dan penyusunan rancangan keputusan KPU
Provinsi;
6) Memfasilitasi penyelesaian masalah dan sengketa pemilihan gubernur;
7) Membantu penyusunan laporan penyelenggaraan kegiatan dan
pertanggungjawaban KPU Provinsi; dan
8) Membantu pelaksanaan tugas-tugas lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Sekretariat KPU Provinsi berwenang:
1) Mengadakan dan mendistribusikan perlengkapan penyelenggaraan
pemilihan gubernur berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kebutuhan
yang ditetapkan oleh KPU;
2) Mengadakan perlengkapan penyelenggaraan Pemilu sebagaimana
dimaksud sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
3) Memberikan layanan administrasi, ketatausahaan, dan kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
c. Sekretariat KPU Provinsi berkewajiban:
1) Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan;
2) Memelihara arsip dan dokumen Pemilu; dan
3) Mengelola barang inventaris KPU Provinsi.
92
4) Sekretariat KPU Provinsi bertanggung jawab dalam hal administrasi
keuangan serta pengadaan barang dan jasa berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
Sesuai Peraturan KPU Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Sekertariat Jendral KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat
KPU Kab/Kota, Sekertariat KPU Provinsi terdiri dari:
1. Bagian Program, Data, Organisasi dan Sumber Daya Manusia, terdiri
atas:
a. Subbagian Program dan Data mempunyai tugas mengumpulkan
dan mengolah bahan program, pengolahan data, monitoring dan
evaluasi program.
b. Subbagian Organisasi dan Sumber Daya Manusia mempunyai
tugas mengumpulkan dan mengolah bahan organisasi dan
pengadaan sumber daya manusia, mutasi dan disiplin pegawai,
pendidikan dan latihan, organisasi, dan tata laksana.
2. Bagian Keuangan, Umum dan Logistik, terdiri atas:
a. Subbagian Keuangan mempunyai tugas mengumpulkan dan
mengolah bahan penyusunan anggaran, verifikasi, akuntansi dan
pelaporan keuangan, serta perbendaharaan.
b. Subbagian Umum dan Logistik mempunyai tugas pelaksanaan
urusan tata usaha bagian, persidangan, rumah tangga, dan
pengadaan logistik Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah, serta distribusi Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD,
93
Presiden dan Wakil Presiden, Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah.
3. Bagian Hukum, Teknis, dan Hubungan Partisipasi Masyarakat, terdiri
atas:
a. Subbagian Hukum mempunyai tugas melakukan sosialisasi
hukum, verifikasi faktual, serta administrasi keuangan, dan dana
kampanye peserta Pemilu, dana kampanye, penyelesaian sengketa
dan bantuan hukum.
b. Subbagian Teknis dan Hubungan Partisipasi Masyarakat
mempunyai tugas melakukan pendaftaran pemilih, penyusunan
jadwal kampanye, pemungutan dan perhitungan suara, penetapan
hasil Pemilu dan penggantian antar waktu anggota DPRD Provinsi,
pengisian anggota DPRD Provinsi pasca Pemilu, penetapan daerah
pemilihan dan pencalonan, dan penetapan calon terpilih Pemilu
anggota DPRD Provinsi, dan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah, serta melakukan dokumentasi pelaksanaan
pendidikan pemilih, dan fasilitas pemantau Pemilu.
4.2 Pengujian Persyaratan Statistik
4.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
Pada penelitian ini, analisis data yang pertama kali dilakukan yaitu dengan
melakukan uji validitas instrument. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas
94
digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu instrument atau alat ukur yaitu
kuesioner untuk mampu melakukan fungsinya.
Instrument penelitian yang baik tentu saja instrumen yang valid, sehingga
dapat digunakan untuk pengukuram dalam rangka pengumpulan data. Kevalidan
instrument menggambarkan bahwa suatu instrument benar-benar mampu
mengukur variabel yang akan di ukur dalam penelitian serta mampu menunjukan
tingkat kesusuaian antara konsep dan hasil pengukuran.
Di dalam uji validitas instrument, peneliti mengambil 41 responden secara
keseluruhan. Adapun kriteria item pernyataan yang digunakan adalah dimana jika
r hitung > r tabel maka item tersebut dinyatakan “valid”. Namun apabila r hitung <
r tabel maka item tersebut dinyatakan “tidak valid”. Apabila dari sampel tersebut
tidak valid dan tidak mewakili indikator yang ada, maka instrument tersebut
diganti dengan instrument baru sebagai pengganti instrument yang tidak valid.
Tetapi apabila ditemukan hasil sampel yang tidak valid namun tetap mewakili
indikator, maka instrument tersebut dapat dihapus dan dapat dilanjutkan tanpa
mempertanyakan instrument yang tidak valid.
Adapun rumus yang dugunakan oleh peneliti dalam penelitian mengenai
pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu menggunakan statistic
korelasi product moment dengan bantuan SPSS statistik versi 19 dan tabel
pembanding menggunakan r tabel dari jumlah data (n) = 41 atau df = 39 pada
signifikasi 0,05 dengan uji 2 sisi, maka di dapat r tabel sebesar 0,308.
95
a. Uji Validitas Modal Sosial (X1)
Tabel 4.1Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1)
Item Pernyataan(No Instrumen)
rhitung rtabel (0,05) Keterangan
1 0,673 0,308 Valid2 0,634 0,308 Valid3 0,340 0,308 Valid4 0,525 0,308 Valid5 0,682 0,308 Valid6 0,677 0,308 Valid7 0,697 0,308 Valid8 0,488 0,308 Valid9 -0,294 0,308 Tidak valid10 0,643 0,308 Valid11 0,650 0,308 Valid12 0,586 0,308 Valid13 0,445 0,308 Valid14 0,195 0,308 Tidak valid15 0,638 0,308 Valid16 0,551 0,308 Valid17 0,474 0,308 Valid18 0,707 0,308 Valid
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari 18 item
pernyataan, ada 2 instrumen yang tidak valid yaitu instrument nomor 9 dan 14.
Dikatakan tidak valid karena r hitung lebih kecil dari (<) r tabel. Kedua item
instrument tersebut dapat dihilangkan dan tidak perlu diganti karena indikator
sudah terukur dari instrument lainnya karena peneliti membuat pernyataan dalam
kuesioner tersebut satu indikator lebih dari satu pernyataan.
96
b. Uji Validitas Budaya Organisasi (X2)
Tabel 4.2Hasil Uji Budaya Organisasi (X2)
Item Pernyataan(No Instrumen)
rhitung rtabel (0,05) Keterangan
19 0,588 0,308 Valid20 0,525 0,308 Valid21 0,436 0,308 Valid22 0,566 0,308 Valid23 0,677 0,308 Valid24 0,630 0,308 Valid25 0,618 0,308 Valid26 0,424 0,308 Valid27 0,581 0,308 Valid28 0,739 0,308 Valid29 0,709 0,308 Valid30 0,353 0,308 Valid31 0,585 0,308 Valid32 0,526 0,308 Valid33 0,744 0,308 Valid34 0,569 0,308 Valid35 0,747 0,308 Valid36 0,761 0,308 Valid37 0,435 0,308 Valid38 0,533 0,308 Valid39 0,590 0,308 Valid40 0,684 0,308 Valid41 0,500 0,308 Valid42 0,531 0,308 Valid43 0,751 0,308 Valid44 0,415 0,308 Valid45 0,639 0,308 Valid46 0,892 0,308 Valid
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 28 item
pernyataan, semua item dinyatakan valid. Dikatakan valid karena r hitung lebih
besar dari (>) r tabel. Semua item instrument tersebut dapat digunakan dalam
penelitian ini karena indikator sudah terukur.
97
c. Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y)
Tabel 4.3Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y)
Item Pernyataan(No Instrumen)
rhitung rtabel (0,05) Keterangan
47 0,082 0,308 Tidak Valid48 0,309 0,308 Valid49 0,771 0,308 Valid50 0,120 0,308 Tidak Valid51 0,772 0,308 Valid52 0,633 0,308 Valid53 0,657 0,308 Valid54 0,779 0,308 Valid55 0,680 0,308 Valid56 0,422 0,308 Valid57 0,225 0,308 Tidak Valid58 0,522 0,308 Valid59 0,443 0,308 Valid60 0,680 0,308 Valid61 0,854 0,308 Valid62 0,854 0,308 Valid63 0,773 0,308 Valid64 0,113 0,308 Tidak Valid65 0,733 0,308 Valid
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 19 item
pernyataan, ada 4 instrumen yang tidak valid yaitu instrument nomor 47, 50, 57
dan 64. Dikatakan tidak valid karena r hitung lebih kecil dari (<) r tabel. Keempat
item instrument tersebut dapat dihilangkan dan tidak perlu diganti karena
indikator sudah terukur dari instrument lainnya karena peneliti membuat
pernyataan dalam kuesioner tersebut satu indikator lebih dari satu pernyataan.
98
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Setelah melakukan uji validitas, maka tahap selanjutnya adalah uji
reliabilitas. Reliabilitas digunakan untuk menjaga kehandalan dari sebuah
instrument atau alat ukur. Dengan dilakukan uji reliabilitas ini, maka akan
menghasilkan suatu instrument yang benar benar tepat dan akurat. Dalam uji
reliabilitas item yang tidak valid tidak dimasukan dalam uji reliabilitas.
Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan menggunakan teknik Alpha
Cronbach, adapun Uma Sekaran (Sekaran, 2003) pengambilan keputusan uji
reliabilitas sebagai berikut:
Cronbach’s alpha < 0,6 = reliabilitas buruk
Cronbach’s alpha 0,6 – 0,79 = reliabilitas diterima
Cronbach’s alpha 0,8 = reliabilitas baik
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19.
Berikut adalah hasil dari perhitungannya:
Tabel 4.4Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.879 16Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.4 diketahui bahwa nilai reliabilitas (Alpha
Cronbach’s) untuk variabel modal sosial (X1) adalah 0,879. Untuk mengetahui uji
reliabilitas ini, peneliti mengacu pada Nunnally yang dikutip oleh Imam Ghazali
(2005) dimana alat ukur reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600. Berdasarkan nilai
99
tersebut maka 0,879 > 0,600 sehingga alat ukur variabel modal sosial (X1) adalah
reliable.
Selain itu berdasarkan kategori kriteria pengambilan keputusan uji
reliabilitas peneliti mengacu pada Uma Sekaran, dimana nilai Alpha Cronbach
variabel modal sosial (X1) adalah 0,879 termasuk kategori reliabilitas baik. Pada
tabel 4.4 diatas tertera banyaknya item pernyataan adalah 16 bukan 18. Hal
tersebut dilakukan karena dari 18 pernyataan 2 diantaranya tidak valid. Sehingga
dalam uji reliabilitas, item pernyataan yang tidak valid tersebut tidak dihitung.
Tabel 4.5Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.930 28Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.5 diketahui bahwa nilai reliabilitas (Alpha
Cronbach’s) untuk variabel budaya organisasi (X2) adalah 0,930. Untuk
mengetahui uji reliabilitas ini, peneliti mengacu pada Nunnally yang dikutip oleh
Imam Ghazali (2005) dimana alat ukur reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600.
Berdasarkan nilai tersebut maka 0,930 > 0,600 sehingga alat ukur variabel budaya
oragnisasi (X2) adalah reliable. Selain itu berdasarkan kategori kriteria
pengambilan keputusan uji reliabilitas peneliti mengacu pada Uma Sekaran,
dimana nilai Alpha Cronbach variabel budaya organisasi (X2) adalah 0,930
termasuk kategori reliabilitas baik.
100
Tabel 4.6Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.916 15Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan hasil tabel 4.6 diketahui bahwa nilai reliabilitas (Alpha
Cronbach’s) untuk variabel kinerja organisasi (Y) adalah 0,916. Untuk
mengetahui uji reliabilitas ini, peneliti mengacu pada Nunnally yang dikutip oleh
Imam Ghazali (2005) dimana alat ukur reliabel jika nilai reliabilitas > 0,600.
Berdasarkan nilai tersebut maka 0,916 > 0,600 sehingga alat ukur variabel kinerja
organisasi (Y) adalah reliable.
Selain itu berdasarkan kategori kriteria pengambilan keputusan uji
reliabilitas peneliti mengacu pada Uma Sekaran, dimana nilai Alpha Cronbach
variabel kinerja organisasi (Y) adalah 0,916 termasuk kategori reliabilitas baik.
Pada tabel 4.6 diatas tertera banyaknya item pernyataan adalah 15 bukan 19. Hal
tersebut dilakukan karena dari 19 pernyataan 4 diantaranya tidak valid. Sehingga
dalam uji reliabilitas, item pernyataan yang tidak valid tersebut tidak dihitung.
Dari hasil uji reliabilitas diatas didapat tiga output dari yang pertama
adalah variabel modal sosial (X1), kedua variabel budaya organisasi (X2) dan
ketiga adalah kinerja organisasi (Y). Dari output tersebut didapat nilai Alpha
Cronbach’s yakni variabel modal sosial (X1) 0,879, variabel budaya organisasi
(X2) 0,930 dan ketiga adalah kinerja organisasi (Y) 0,916. Karena nilai ketiga
101
variabel tersebut diatas 0,600 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam
penelitian ini adalah reliabel.
4.2.3 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh dari kegiatan penelitian mempunyai distribusi (sebaran) yang normal
ataukah tidak. Data yang baik dan layak adalah data yang memiliki distribusi
normal. Uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan data yang
digunakan, apakah data terdistribusi normal atau tidak. Tingkat kenormalan data
sangat penting karena dengan data yang terdistribusi normal maka data tersebut
dapat mewakili populasi.
Kemudian dalam rangka mempoleh gambaran yang lebih jelas tentang
data hasil penelitian ini, maka peneliti melakukan pengujian uji normalitas
menggunakan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian uji
normalitas ini adalah:
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) > 0,05 maka data
berdistribusi normal
Jika nilai signifikasi (Asym Sig 2 tailed) < 0,05 maka data tidak
berdistribusi normal
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19.
Berikut adalah hasil dari perhitungannya:
102
Tabel 4.7Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 41
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 5.26266533
Most Extreme Differences Absolute .111
Positive .101
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .709
Asymp. Sig. (2-tailed) .696
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Bersadarkan tabel 4.7 dari output dapat diketahui bahwa signifikasi
(Asym.Sig 2-tailed) sebesar 0,696 karena signifikasi lebih besar (>) dari 0,05
sehingga disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal.
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Identitas Responden
Penelitian mengenai pengaruh modal sosial dan budaya organisasi
terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
menggunakan sampel sebanyak 41 orang. Peneliti menentukan jumlah sampel dari
populasi berdasarkan sampel jenuh. Pada sampel jenuh ini terdiri dari 36 Pegawai
Negeri Sipil dan 5 anggota komisioner yang dijadikan responden.
Untuk memudahkan penelitian dalam mengolah data penelitian, maka
peneliti mengelompokan data dengan membuat diagram-diagram yang berisi
103
berbagai item mulai dari identitas reponden sampai pada jawaban dari kuesioner
yang diajukan oleh peneliti kepada responden yang ditentukan.
Adapun identitas responden yang akan membantu peneliti dalam
melakukan penelitian ini adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.1Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.1 diatas, maka dapat diketahui jumlah responden
terdiri dari 27 responden laki laki dan 14 responden perempuan. Jumlah laki di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten lebih banyak dari perempuan,
data ini termasuk jumlah pegawai dan anggota komisioner. Pengambilan sampel
ini berdasarkan sampel jenuh yang artinya dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 4
anggota komisioner berjenis kelamin laki laki dan 1 perempuan. Selain itu
terdapat 23 pegawai laki laki dan 13 pegawai perempuan.
34%(14 responden)
103
berbagai item mulai dari identitas reponden sampai pada jawaban dari kuesioner
yang diajukan oleh peneliti kepada responden yang ditentukan.
Adapun identitas responden yang akan membantu peneliti dalam
melakukan penelitian ini adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.1Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.1 diatas, maka dapat diketahui jumlah responden
terdiri dari 27 responden laki laki dan 14 responden perempuan. Jumlah laki di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten lebih banyak dari perempuan,
data ini termasuk jumlah pegawai dan anggota komisioner. Pengambilan sampel
ini berdasarkan sampel jenuh yang artinya dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 4
anggota komisioner berjenis kelamin laki laki dan 1 perempuan. Selain itu
terdapat 23 pegawai laki laki dan 13 pegawai perempuan.
66%(27 responden)
34%(14 responden)
Laki Laki
Perempuan
103
berbagai item mulai dari identitas reponden sampai pada jawaban dari kuesioner
yang diajukan oleh peneliti kepada responden yang ditentukan.
Adapun identitas responden yang akan membantu peneliti dalam
melakukan penelitian ini adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan masa kerja.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.1Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.1 diatas, maka dapat diketahui jumlah responden
terdiri dari 27 responden laki laki dan 14 responden perempuan. Jumlah laki di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten lebih banyak dari perempuan,
data ini termasuk jumlah pegawai dan anggota komisioner. Pengambilan sampel
ini berdasarkan sampel jenuh yang artinya dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel. Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 4
anggota komisioner berjenis kelamin laki laki dan 1 perempuan. Selain itu
terdapat 23 pegawai laki laki dan 13 pegawai perempuan.
Laki Laki
Perempuan
104
Diagram 4.2Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.2 diatas untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, tingkat usia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia
21-30 tahun, 30-40 tahun dan diatas 40 tahun. Dari data hasil pengelolaan 41
sampel diketahui bahwa rentang usia 21-30 tahun sebanyak 12% atau 5
responden, rentang usia 31-40 tahun sebanyak 56% atau 23 responden dan rentang
usia diatas 40 tahun sebanyak 32% atau 13 responden.
Dari data tersebut rentang usia 31-40 memayoritasi tingkat usia di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yakni sebanyak 56% atau 23 responden.
Rentang usia antara 21-40 tahun adalah usai yang relatif muda dan tergolong usia
produktif untuk berkerja sehingga dapat memudahkan proses pekerjaan menjadi
lebih cekatan dan memiliki inovasi baru dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sedangkan usia diatas 40 tahun umumnya adalah anggota komisioner, kepala
32%(13 responden)
104
Diagram 4.2Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.2 diatas untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, tingkat usia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia
21-30 tahun, 30-40 tahun dan diatas 40 tahun. Dari data hasil pengelolaan 41
sampel diketahui bahwa rentang usia 21-30 tahun sebanyak 12% atau 5
responden, rentang usia 31-40 tahun sebanyak 56% atau 23 responden dan rentang
usia diatas 40 tahun sebanyak 32% atau 13 responden.
Dari data tersebut rentang usia 31-40 memayoritasi tingkat usia di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yakni sebanyak 56% atau 23 responden.
Rentang usia antara 21-40 tahun adalah usai yang relatif muda dan tergolong usia
produktif untuk berkerja sehingga dapat memudahkan proses pekerjaan menjadi
lebih cekatan dan memiliki inovasi baru dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sedangkan usia diatas 40 tahun umumnya adalah anggota komisioner, kepala
12%(5 responden)
56%(23 responden)
32%(13 responden)
21-30 tahun
30-40 tahun
diatas 40 tahun
104
Diagram 4.2Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Usia
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.2 diatas untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, tingkat usia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia
21-30 tahun, 30-40 tahun dan diatas 40 tahun. Dari data hasil pengelolaan 41
sampel diketahui bahwa rentang usia 21-30 tahun sebanyak 12% atau 5
responden, rentang usia 31-40 tahun sebanyak 56% atau 23 responden dan rentang
usia diatas 40 tahun sebanyak 32% atau 13 responden.
Dari data tersebut rentang usia 31-40 memayoritasi tingkat usia di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yakni sebanyak 56% atau 23 responden.
Rentang usia antara 21-40 tahun adalah usai yang relatif muda dan tergolong usia
produktif untuk berkerja sehingga dapat memudahkan proses pekerjaan menjadi
lebih cekatan dan memiliki inovasi baru dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sedangkan usia diatas 40 tahun umumnya adalah anggota komisioner, kepala
21-30 tahun
30-40 tahun
diatas 40 tahun
105
bidang dan kepala sub bidang yang memiliki jam terbang dan pengalaman yang
tinggi dalam bidang pemerintahan.
Diagram 4.3Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.3 diatas untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, tingkat pendidikan dibagi menjadi lima kelompok yaitu tingkat
pendidikan SMA, tingkat pendidikan D1/D2/D3, tingkat pendidikan S1, tingkat
pendidikan S2 dan tingkat pendidikan S3. Dari hasil pengelolaan 41 sampel
diketahui bahwa tingkat pendidikan SMA sebanyak 20% atau 8 responden,
tingkat pendidikan D1/D2/D3 sebanyak 2% atau 1 responden, tingkat pendidikan
S1 sebanyak 46% atau 19 responden, tingkat pendidikan S2 sebanyak 32% atau
13 responden dan untuk tingkat pendidikan S3 adalah 0% atau nihil.
Dari data tersebut disimpulkan bahwa tingkat pendidikan S1 memayoritasi
pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga apabila
dikaji dan dihubungkan dengan kinerja, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
32%(13 responden)
105
bidang dan kepala sub bidang yang memiliki jam terbang dan pengalaman yang
tinggi dalam bidang pemerintahan.
Diagram 4.3Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.3 diatas untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, tingkat pendidikan dibagi menjadi lima kelompok yaitu tingkat
pendidikan SMA, tingkat pendidikan D1/D2/D3, tingkat pendidikan S1, tingkat
pendidikan S2 dan tingkat pendidikan S3. Dari hasil pengelolaan 41 sampel
diketahui bahwa tingkat pendidikan SMA sebanyak 20% atau 8 responden,
tingkat pendidikan D1/D2/D3 sebanyak 2% atau 1 responden, tingkat pendidikan
S1 sebanyak 46% atau 19 responden, tingkat pendidikan S2 sebanyak 32% atau
13 responden dan untuk tingkat pendidikan S3 adalah 0% atau nihil.
Dari data tersebut disimpulkan bahwa tingkat pendidikan S1 memayoritasi
pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga apabila
dikaji dan dihubungkan dengan kinerja, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
20%(8 responden) 2%
(1responden)
46%(19 responden)
32%(13 responden)
0%(0 responden)
105
bidang dan kepala sub bidang yang memiliki jam terbang dan pengalaman yang
tinggi dalam bidang pemerintahan.
Diagram 4.3Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.3 diatas untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, tingkat pendidikan dibagi menjadi lima kelompok yaitu tingkat
pendidikan SMA, tingkat pendidikan D1/D2/D3, tingkat pendidikan S1, tingkat
pendidikan S2 dan tingkat pendidikan S3. Dari hasil pengelolaan 41 sampel
diketahui bahwa tingkat pendidikan SMA sebanyak 20% atau 8 responden,
tingkat pendidikan D1/D2/D3 sebanyak 2% atau 1 responden, tingkat pendidikan
S1 sebanyak 46% atau 19 responden, tingkat pendidikan S2 sebanyak 32% atau
13 responden dan untuk tingkat pendidikan S3 adalah 0% atau nihil.
Dari data tersebut disimpulkan bahwa tingkat pendidikan S1 memayoritasi
pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga apabila
dikaji dan dihubungkan dengan kinerja, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
2%(1responden)
SMA
D1/D2/D3
S1
S2
S3
106
Banten memiliki sumber daya yang cukup potensial. Pada level ini umumnya
diduduki oleh staf pelaksana. Pada tingkat pendidikan S2 diduduki oleh anggota
komisioner, kepala bidang dan kepala sub bidang yang bila dikaji dengan kinerja
akan memberi ilmu, pengetahuan wawasan, pengalaman kepada pegawai dengan
tingkat pendidikan dibawahnya.
Pada tingkat pendidikan SMA atau D1/D2/D3 pegawai umumnya
memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Dalam perekrutan pegawai Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten didasari oleh kebutuhan akan pegawai
dengan kompetensi pendidikan tertentu yang diarahkan dalam suatu jabatan dalam
formasi. Dalam hal ini lebih diprioritaskan bagi seseorang yang memiliki ijazah
S1 kerena danya tuntutan zaman yang mengharuskan pengawai lebih
meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan formal. Semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki akan mempengaruhi kapabilitas kinerja pegawai yang
pada akhirnya juga akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Diagram 4.4Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
54%(22 responden)
106
Banten memiliki sumber daya yang cukup potensial. Pada level ini umumnya
diduduki oleh staf pelaksana. Pada tingkat pendidikan S2 diduduki oleh anggota
komisioner, kepala bidang dan kepala sub bidang yang bila dikaji dengan kinerja
akan memberi ilmu, pengetahuan wawasan, pengalaman kepada pegawai dengan
tingkat pendidikan dibawahnya.
Pada tingkat pendidikan SMA atau D1/D2/D3 pegawai umumnya
memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Dalam perekrutan pegawai Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten didasari oleh kebutuhan akan pegawai
dengan kompetensi pendidikan tertentu yang diarahkan dalam suatu jabatan dalam
formasi. Dalam hal ini lebih diprioritaskan bagi seseorang yang memiliki ijazah
S1 kerena danya tuntutan zaman yang mengharuskan pengawai lebih
meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan formal. Semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki akan mempengaruhi kapabilitas kinerja pegawai yang
pada akhirnya juga akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Diagram 4.4Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
5% (2responden)
2%(1 responden) 12%
(5 responden)
27%(11 responden)
54%(22 responden)
Kurang dari 1 tahun
1-2 tahun
2-3 tahun
4-5 tahun
lebih dari 5 tahun
106
Banten memiliki sumber daya yang cukup potensial. Pada level ini umumnya
diduduki oleh staf pelaksana. Pada tingkat pendidikan S2 diduduki oleh anggota
komisioner, kepala bidang dan kepala sub bidang yang bila dikaji dengan kinerja
akan memberi ilmu, pengetahuan wawasan, pengalaman kepada pegawai dengan
tingkat pendidikan dibawahnya.
Pada tingkat pendidikan SMA atau D1/D2/D3 pegawai umumnya
memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun. Dalam perekrutan pegawai Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten didasari oleh kebutuhan akan pegawai
dengan kompetensi pendidikan tertentu yang diarahkan dalam suatu jabatan dalam
formasi. Dalam hal ini lebih diprioritaskan bagi seseorang yang memiliki ijazah
S1 kerena danya tuntutan zaman yang mengharuskan pengawai lebih
meningkatkan kemampuannya melalui pendidikan formal. Semakin tinggi
pendidikan yang dimiliki akan mempengaruhi kapabilitas kinerja pegawai yang
pada akhirnya juga akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Diagram 4.4Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
12%(5 responden)
Kurang dari 1 tahun
1-2 tahun
2-3 tahun
4-5 tahun
lebih dari 5 tahun
107
Berdasarkan diagram 4.4 diatas untuk memudahkan peneliti dalam
mengelola data, tingkat pendidikan dibagi menjadi lima kelompok yaitu masa
kerja kurang dari 1 tahun, masa kerja 1-2 tahun, 2-3 tahun, 4-5 tahun dan lebih
dari 5 tahun. Dari hasil pengelolaan 41 sampel diketahui bahwa masa kerja kurang
dari 1 tahun sebanyak 5% atau 2 responden, masa kerja 1-2 tahun sebanyak 2%
atau 1 responden, masa kerja 2-3 tahun sebanyak 12% atau 5 responden, masa
kerja 4-5 tahun sebanyak 27% atau 11 responden dan masa kerja lebih dari 5
tahun 54% atau 22 responden.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masa kerja yang memayoritasi
pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten adalah lebih dari 5
tahun dengan persentase 54% atau 22 responden. Untuk pegawai dengan masa
kerja lebih dari 5 tahun diduduki oleh kepala bagian dan sub bagian sedangkan
untuk anggota komisioner umumnya memiliki masa kerja 2-3 tahun.
Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten terdiri dari
pegawai organik atau pegawai yang berasal dari pusat sebanyak 29 orang, yang
berasal dari daerah sebanyak 6 orang dan pegawai honor sebanyak 1 orang. Untuk
pengisian jabatan sekertaris dilakukan dengan lelang jabatan sedangkan untuk
anggota komisioner dilakukan pergantian setiap 5 tahun.
4.3.2 Tanggapan Responden Atas Kuesioner
Selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan data hasil obsevasi peneliti
melalui penyebaran kuesioner kepada responden di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten untuk mengetahui tanggapan responden mengenai
108
bagaimana pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja
organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Dalam kuesioner
yang disebarkan terdiri dari 59 butir pernyataan dengan 4 alternatif jawaban yakni
sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dalam 59 butir
pernyataan itu terdapat indikator yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini.
Untuk variabel modal sosial (X1) terdiri dari jaringan sosial/kerja,
kepercayaan antara sesama dan ketaatan terhadap norma. Pada variabel budaya
organisasi (X2) terdiri inovasi dan keberanian mengambil resiko, perhatian
terhadap detail, berorientasi kepada hasil, berorientasi kepada manusia,
berorientasi kepada tim, agresifitas, stabilitas. Sedangkan kinerja organisasi (Y)
terdiri dari perspektif stakeholder, perspektif proses internal, perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran dan perspektif keuangan.
4.3.2.1 Analisis Item Pernyataan Variabel Modal Sosial (X1)
Dalam variabel modal sosial (X1), peneliti mengajukan 16 pernyataan
kepada 41 responden. Pernyataan tersebut disusun berdasarkan sub indikator dari
indikator indikator yang terdapat dalam grand teory pada Bab II.
Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti
menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan
berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang
dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut:
109
4.3.2.1.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-1
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait jaringan
sosial/kerja yang kuat telah terjalin di antara pegawai. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.5Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin
Diantara Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.5 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait jaringan sosial/kerja yang kuat telah
terjalin diantara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan
sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir seluruh responden setuju
dengan pernyataan tersebut. Hubungan sosial/kerja di Komisi Pemilihan Umum
66%(27 responden)
10%(4 responden)
109
4.3.2.1.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-1
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait jaringan
sosial/kerja yang kuat telah terjalin di antara pegawai. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.5Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin
Diantara Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.5 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait jaringan sosial/kerja yang kuat telah
terjalin diantara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan
sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir seluruh responden setuju
dengan pernyataan tersebut. Hubungan sosial/kerja di Komisi Pemilihan Umum
24%(10 responden)
66%(27 responden)
10%(4 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
109
4.3.2.1.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-1
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait jaringan
sosial/kerja yang kuat telah terjalin di antara pegawai. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.5Tanggapan Responden Terkait Jaringan Sosial/Kerja Kuat Terjalin
Diantara Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.5 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait jaringan sosial/kerja yang kuat telah
terjalin diantara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan
sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir seluruh responden setuju
dengan pernyataan tersebut. Hubungan sosial/kerja di Komisi Pemilihan Umum
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
110
(KPU) Provinsi Banten dilandaskan rasa saling percaya dan dilandaskan aturan
kerja yang normatif. Terdapat peraturan yang mendasari hubungan sosial/kerja
mereka seperti sharing komando terhadap sekertaris, kepala bagian, kepala sub
bagian dan terhadap komisioner. Akan tetapi ada 4 responden yang tidak setuju
dengan pernyataan ini, hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa masih
terdapat pegawai yang tidak menjalin hubungan sosial/kerja berdasarkan aturan
kerja karena terdapat pegawai yang melanggar aturan, sehingga hubungan kerja
yang terjalin belum sepenuhnya kuat terjalin.
4.3.2.1.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-2
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait hubungan
kerjasama pegawai dengan rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.6Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai Dengan
Rekan Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
76%(31 responden)
7%(3 responden)
110
(KPU) Provinsi Banten dilandaskan rasa saling percaya dan dilandaskan aturan
kerja yang normatif. Terdapat peraturan yang mendasari hubungan sosial/kerja
mereka seperti sharing komando terhadap sekertaris, kepala bagian, kepala sub
bagian dan terhadap komisioner. Akan tetapi ada 4 responden yang tidak setuju
dengan pernyataan ini, hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa masih
terdapat pegawai yang tidak menjalin hubungan sosial/kerja berdasarkan aturan
kerja karena terdapat pegawai yang melanggar aturan, sehingga hubungan kerja
yang terjalin belum sepenuhnya kuat terjalin.
4.3.2.1.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-2
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait hubungan
kerjasama pegawai dengan rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.6Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai Dengan
Rekan Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
17%(7 responden)
76%(31 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
110
(KPU) Provinsi Banten dilandaskan rasa saling percaya dan dilandaskan aturan
kerja yang normatif. Terdapat peraturan yang mendasari hubungan sosial/kerja
mereka seperti sharing komando terhadap sekertaris, kepala bagian, kepala sub
bagian dan terhadap komisioner. Akan tetapi ada 4 responden yang tidak setuju
dengan pernyataan ini, hal ini dikarenakan mereka beranggapan bahwa masih
terdapat pegawai yang tidak menjalin hubungan sosial/kerja berdasarkan aturan
kerja karena terdapat pegawai yang melanggar aturan, sehingga hubungan kerja
yang terjalin belum sepenuhnya kuat terjalin.
4.3.2.1.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-2
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait hubungan
kerjasama pegawai dengan rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.6Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerjasama Pegawai Dengan
Rekan Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
111
Berdasarkan diagram 4.6 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai telah melakukan hubungan
kerjasama yang baik antara rekan kerja, dapat disimpulkan bahwa 7 responden
menyatakan sangat setuju, 31 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir seluruh responden setuju
dengan pernyataan tersebut. Hubungan kerja sama yang baik yang dilakukan
ditandai dengan pegawai yang melakukan kerjasama dalam hal pekerjaan, ini
ditunjukan dengan adanya kerja sama antara atasan dan bawahan. Koordinasi
antara pegawai merupakan wujud kerja sama karena pekerjaan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten selalu mengacu pada waktu. Selain itu
apabila ada pegawai yang berhalangan hadir dengan alasan yang jelas maka
pegawai lain akan menolong pegawai tersebut untuk menyelesaikan pekerjaannya
karena hal yang dilihat adalah dari sisi pencapaian kinerja institusi.
Akan tetapi ada 3 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini
karena responden merasa masih terhadap gap atau batasan antara atasan, bawahan
dan komisioner sehingga tidak memungkinkan untuk menjalin hubungan kerja
sama yang baik antara pegawai. Batasan ini muncul karena adanya keterbatasasn
komunikasi, untuk pegawai sendiri yang merupakan pegawai negeri sipil selalu
ada di kantor berbeda dengan komisioner yang sifatnya tentatif ada di kantor. Hal
ini menyebabkan responden tidak bisa melalukan kerja sama yang baik.
112
4.3.2.1.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-3
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait motivasi
pegawai untuk memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.7Tanggapan Responden Terkait Motivasi Pegawai Untuk Memperkuat
Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.7 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki motivasi pegawai untuk
memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar, dapat disimpulkan bahwa 6
responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju
jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir
seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. hubungan kerja sama
17%(7 responden)
112
4.3.2.1.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-3
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait motivasi
pegawai untuk memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.7Tanggapan Responden Terkait Motivasi Pegawai Untuk Memperkuat
Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.7 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki motivasi pegawai untuk
memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar, dapat disimpulkan bahwa 6
responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju
jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir
seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. hubungan kerja sama
15%(6 responden)
68%(28 responden)
17%(7 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
112
4.3.2.1.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-3
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait motivasi
pegawai untuk memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.7Tanggapan Responden Terkait Motivasi Pegawai Untuk Memperkuat
Jaringan Sosial/Kerja Dengan Pihak Luar
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.7 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki motivasi pegawai untuk
memperkuat jaringan sosial/kerja dengan pihak luar, dapat disimpulkan bahwa 6
responden menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju
jika dikumulatifkan ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa bahwa hampir
seluruh responden setuju dengan pernyataan tersebut. hubungan kerja sama
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
113
dengan pihak luar adalah hal penting untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten karena institusi ini harus melakukan sosilisasi pemilu terhadap
masyarakat, membina hubungan baik dengan partai politik dan institusi terkait
yang mendukung berjalannya penyelenggaran pemilu.
Akan tetapi ada 7 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini
karena responden merasa terdapat pegawai yang belum bisa melakukan
komunikasi publik sehingga sulit melakukan hubungan dengan pihak luar.
4.3.2.1.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-4
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait informasi
pencapaian kinerja tiap bagain tersebar merata pada seluruh lapisan pegawai.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.8Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap Bagian
Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
15%(6 responden)
113
dengan pihak luar adalah hal penting untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten karena institusi ini harus melakukan sosilisasi pemilu terhadap
masyarakat, membina hubungan baik dengan partai politik dan institusi terkait
yang mendukung berjalannya penyelenggaran pemilu.
Akan tetapi ada 7 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini
karena responden merasa terdapat pegawai yang belum bisa melakukan
komunikasi publik sehingga sulit melakukan hubungan dengan pihak luar.
4.3.2.1.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-4
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait informasi
pencapaian kinerja tiap bagain tersebar merata pada seluruh lapisan pegawai.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.8Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap Bagian
Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
7%(3 responden)
76%(31 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
113
dengan pihak luar adalah hal penting untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten karena institusi ini harus melakukan sosilisasi pemilu terhadap
masyarakat, membina hubungan baik dengan partai politik dan institusi terkait
yang mendukung berjalannya penyelenggaran pemilu.
Akan tetapi ada 7 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini
karena responden merasa terdapat pegawai yang belum bisa melakukan
komunikasi publik sehingga sulit melakukan hubungan dengan pihak luar.
4.3.2.1.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-4
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait informasi
pencapaian kinerja tiap bagain tersebar merata pada seluruh lapisan pegawai.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.8Tanggapan Responden Terkait Informasi Pencapaian Kinerja Tiap Bagian
Tersebar Merata Pada Seluruh Lapisan Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
114
Berdasarkan diagram 4.8 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait informasi pencapaian kinerja tiap bagian
tersebar merata pada seluruh lapisan pegawai, dapat disimpulkan bahwa 3
responden menyatakan sangat setuju, 31 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Dalam pencapaian informasi kinerja tiap bagian merata
kepada seluruh pegawai hal ini dikarenakan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten bekerja sesuai dengan tahapan dan waktu yang telah di tetapkan
sehingga kerjasama dan komunikasi akhirnya tersebar secara merata pada seluruh
pegawai. Kerjasama yang dilakukan tiap bagian baik bagian program data
organisasi dan sdm, bagian keuangan umum dan logistik, bagian hukum, teknis
dan humas dalam penyelengaraan pemilu berdasarkan tugas, pokok dan fungsi.
Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 7 responden yang menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini, hal ini dikarenakan ada
pegawai yang acuh tak acuh dan tidak mau menjalin kerja sama dan komunikasi
dengan bagian lain. Pegawai juga merasa masih terdapat gap atau batasan antara
kepala bagian, kepala sub bagian dan komisioner. Sehingga terdapat informasi
yang tidak diketahui oleh beberapa pegawai yang ada di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten.
115
4.3.2.1.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-5
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
melakukan kegiatan informal (rekreasi, makan siang di luar) untuk meningkatkan
hubungan kedekatan antara rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.9Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan Informal
Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.9 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai melakukan kegiatan informal
untuk meningkatkan hubungan kedekatan antara rekan kerja, dapat disimpulkan
bahwa 7 responden menyatakan sangat setuju, 19 responden menyatakan setuju,
14 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju
jika dikumulatifkan ada 26 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh
responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk
34%(14 responden)
115
4.3.2.1.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-5
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
melakukan kegiatan informal (rekreasi, makan siang di luar) untuk meningkatkan
hubungan kedekatan antara rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.9Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan Informal
Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.9 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai melakukan kegiatan informal
untuk meningkatkan hubungan kedekatan antara rekan kerja, dapat disimpulkan
bahwa 7 responden menyatakan sangat setuju, 19 responden menyatakan setuju,
14 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju
jika dikumulatifkan ada 26 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh
responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk
17%(7 responden)
46%(19 responden)
34%(14 responden)
3%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
115
4.3.2.1.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-5
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
melakukan kegiatan informal (rekreasi, makan siang di luar) untuk meningkatkan
hubungan kedekatan antara rekan kerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.9Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Kegiatan Informal
Untuk Meningkatkan Hubungan Kedekatan Antar Rekan Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.9 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai melakukan kegiatan informal
untuk meningkatkan hubungan kedekatan antara rekan kerja, dapat disimpulkan
bahwa 7 responden menyatakan sangat setuju, 19 responden menyatakan setuju,
14 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju
jika dikumulatifkan ada 26 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh
responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
116
membina hubungan kekeluargaan yang di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten. Hasil dari kegiatan ini adalah membangkitkan semangat kinerja
pegawai. Contoh lain kegiatan yang dilakukan adalah dengan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan futsal yang mengikutsertakan pegawai Komisi Pemilihan Umum
(KPU) daerah lain. Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 15 responden yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena
responden merasa tidak ada dana untuk kegiatan seperti itu.
4.3.2.1.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-6
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memberikan ide dan gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.10Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan Gagasan
Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
66%(27 responden)
5%(2 responden)
116
membina hubungan kekeluargaan yang di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten. Hasil dari kegiatan ini adalah membangkitkan semangat kinerja
pegawai. Contoh lain kegiatan yang dilakukan adalah dengan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan futsal yang mengikutsertakan pegawai Komisi Pemilihan Umum
(KPU) daerah lain. Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 15 responden yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena
responden merasa tidak ada dana untuk kegiatan seperti itu.
4.3.2.1.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-6
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memberikan ide dan gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.10Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan Gagasan
Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
27%(11 responden)
66%(27 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
116
membina hubungan kekeluargaan yang di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten. Hasil dari kegiatan ini adalah membangkitkan semangat kinerja
pegawai. Contoh lain kegiatan yang dilakukan adalah dengan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan futsal yang mengikutsertakan pegawai Komisi Pemilihan Umum
(KPU) daerah lain. Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 15 responden yang
menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena
responden merasa tidak ada dana untuk kegiatan seperti itu.
4.3.2.1.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-6
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memberikan ide dan gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.10Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Ide dan Gagasan
Dalam Mengembangkan Jaringan Sosial/Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
117
Berdasarkan diagram 4.10 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait terkait pegawai memberikan ide dan
gagasan dalam mengembangkan jaringan sosial/kerja, dapat disimpulkan bahwa
11 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 2
responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa diberi kebebasan untuk mengembangkan
ide ataupun gagasan untuk membina hubungan sosial/kerja baik dalam sisi
internal di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten maupun dengan
stakeholder terkait seperti masyarakat untuk mensosialisasikan penyelenggaraan
pemilu atau data pemilih, dengan hubungan dengan partai politik atau pun
hubungan dengan intansi terkait seperti bawaslu selama tidak bertentangan
dengan aturan yang ada.
Akan tetapi jika dikumulatifkan terdapat 3 responden yang menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini hal ini dikarenakan
pegawai merasa tidak diberi kebebasan untuk mengembangkan ide, gasasan
komunikasi atau hubungan dengan secara terbuka dengan pihak lain.
4.3.2.1.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-7
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait setiap
pegawai saling percaya dengan pegawai lain. Diagramnya adalah sebagai berikut:
118
Diagram 4.11Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya Dengan
Pegawai Lain
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.11 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait terkait setiap pegawai saling percaya
dengan pegawai lain, dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan sangat
setuju, 27 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa percaya dengan pegawai lain karena
pegawai melakukan hubungan yang rutin dan komunikasi yang baik sehingga
terjalin kepercayaan satu sama lain. Dalam hal pekerjaan kepercayaan yang
timbul adalah dengan memberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas atau
66%(27 responden)
15%(6 responden)
118
Diagram 4.11Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya Dengan
Pegawai Lain
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.11 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait terkait setiap pegawai saling percaya
dengan pegawai lain, dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan sangat
setuju, 27 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa percaya dengan pegawai lain karena
pegawai melakukan hubungan yang rutin dan komunikasi yang baik sehingga
terjalin kepercayaan satu sama lain. Dalam hal pekerjaan kepercayaan yang
timbul adalah dengan memberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas atau
19%(8 responden)
66%(27 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
118
Diagram 4.11Tanggapan Responden Terkait Setiap Pegawai Saling Percaya Dengan
Pegawai Lain
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.11 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait terkait setiap pegawai saling percaya
dengan pegawai lain, dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan sangat
setuju, 27 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa percaya dengan pegawai lain karena
pegawai melakukan hubungan yang rutin dan komunikasi yang baik sehingga
terjalin kepercayaan satu sama lain. Dalam hal pekerjaan kepercayaan yang
timbul adalah dengan memberikan kepercayaan untuk menjalankan tugas atau
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
119
pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang telah dimiliki oleh
pegawai.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa masih terdapat pegawai yang
melanggar aturan dan tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga
muncul rasa tidak percaya dengan pegawai lain.
4.3.2.1.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-8
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait antara
pegawai saling percaya dengan anggota komisioner. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.12Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya Dengan
Anggota Komisioner
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
29%(12 responden)
0%(0 responden)
119
pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang telah dimiliki oleh
pegawai.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa masih terdapat pegawai yang
melanggar aturan dan tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga
muncul rasa tidak percaya dengan pegawai lain.
4.3.2.1.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-8
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait antara
pegawai saling percaya dengan anggota komisioner. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.12Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya Dengan
Anggota Komisioner
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
7%(3 responden)
64%(26 responden)
29%(12 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
119
pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang telah dimiliki oleh
pegawai.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa masih terdapat pegawai yang
melanggar aturan dan tidak melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga
muncul rasa tidak percaya dengan pegawai lain.
4.3.2.1.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-8
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait antara
pegawai saling percaya dengan anggota komisioner. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.12Tanggapan Responden Terkait Antara Pegawai Saling Percaya Dengan
Anggota Komisioner
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
120
Berdasarkan diagram 4.12 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait antara pegawai saling percaya dengan
anggota komisioner, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat
setuju, 26 responden menyatakan setuju, 12 responden menyatakan tidak setuju
dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 29 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa percaya dengan komisioner menunjukan
telah terjalin komunikasi yang baik antara pegawai dengan komisioner. Baik
antara pegawai dan komisioner membuka diri untuk saling percaya, bekomunikasi
dan bekerja sama dalam hal pekerjaan. Sehingga pegawai dengan komisioner
dapat bekerja sama untuk mencapai visi dan misi di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten
Akan tetapi terdapat 12 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan komisioner yang tentatif tidak berada dikantor
setiap hari sehingga ada batasan komunikasi terhadap bawahan. Komisioner lebih
sering berhubungan dan berkomunikasi dengan sekertaris, kepala bagian dan
kepala sub bagian.
4.3.2.1.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-10
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait saling
membantu dalam menyelesaikan pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan
yang cukup tinggi. Diagramnya adalah sebagai berikut:
121
Diagram 4.13Tanggapan Responden Terkait Saling Membantu Dalam Menyelesaikan
Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan Yang Cukup Tinggi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.13 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait saling membantu dalam menyelesaikan
pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan yang cukup tinggi, dapat
disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Dalam hal pekerjaan apabila ada pegawai yang kesulitan
untuk melakukan pekerjaan maka pegawai lain akan membantu untuk mengajari
dan memberikan ilmu kepada pegawai lain. Selain itu apabila pegawai ada yang
berhalangan hadir karena alasan yang jelas maka pegawai lain akan membantu
73%(30 responden)
12%(5 responden)
121
Diagram 4.13Tanggapan Responden Terkait Saling Membantu Dalam Menyelesaikan
Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan Yang Cukup Tinggi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.13 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait saling membantu dalam menyelesaikan
pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan yang cukup tinggi, dapat
disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Dalam hal pekerjaan apabila ada pegawai yang kesulitan
untuk melakukan pekerjaan maka pegawai lain akan membantu untuk mengajari
dan memberikan ilmu kepada pegawai lain. Selain itu apabila pegawai ada yang
berhalangan hadir karena alasan yang jelas maka pegawai lain akan membantu
15%(6 responden)
73%(30 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
121
Diagram 4.13Tanggapan Responden Terkait Saling Membantu Dalam Menyelesaikan
Pekerjaan Merupakan Gambaran Kepercayaan Yang Cukup Tinggi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.13 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait saling membantu dalam menyelesaikan
pekerjaan merupakan gambaran kepercayaan yang cukup tinggi, dapat
disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Dalam hal pekerjaan apabila ada pegawai yang kesulitan
untuk melakukan pekerjaan maka pegawai lain akan membantu untuk mengajari
dan memberikan ilmu kepada pegawai lain. Selain itu apabila pegawai ada yang
berhalangan hadir karena alasan yang jelas maka pegawai lain akan membantu
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
122
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar kinerja institusi tidak
terbengkalai karena kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
berpacu berdasarkan tahapan waktu.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa beban pekerjaan yang ada
tidak pernah dibantu oleh pegawai lain sehingga gambaran kepercayaan belum
cukup tinggi.
4.3.2.1.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-11
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait saling
percaya menyebabkan rasa kekeluargaan diantara anggota organisasi.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.14Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai
Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
56%(23 responden)
5%(2 responden)
122
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar kinerja institusi tidak
terbengkalai karena kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
berpacu berdasarkan tahapan waktu.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa beban pekerjaan yang ada
tidak pernah dibantu oleh pegawai lain sehingga gambaran kepercayaan belum
cukup tinggi.
4.3.2.1.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-11
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait saling
percaya menyebabkan rasa kekeluargaan diantara anggota organisasi.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.14Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai
Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
39%(16 responden)56%
(23 responden)
5%(2 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
122
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dilakukan agar kinerja institusi tidak
terbengkalai karena kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
berpacu berdasarkan tahapan waktu.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa beban pekerjaan yang ada
tidak pernah dibantu oleh pegawai lain sehingga gambaran kepercayaan belum
cukup tinggi.
4.3.2.1.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-11
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait saling
percaya menyebabkan rasa kekeluargaan diantara anggota organisasi.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.14Tanggapan Responden Terkait Saling Percaya Antara Pegawai
Menyebabkan Rasa Kekeluargaan Diantara Anggota Organisasi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
123
Berdasarkan diagram 4.14 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait saling percaya menyebabkan rasa
kekeluargaan diantara anggota organisasi, dapat disimpulkan bahwa 16 responden
menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 2 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 39 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden setuju sikap saling percaya yang ditunjukan
anggota organisasi akan membuat rasa kekeluargaan yang terjalin di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Rasa kekeluargaan ini juga membuat
pegawai dengan mudah melakukan kerja sama dalam hal menyelesaikan
pekerjaan karena akan ada saling membantu apabila pegawai mengalami kesulitan
dalam bekerja.
Akan tetapi terdapat 2 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan responden merasa tidak percaya dengan
pegawai lain sehingga rasa kekeluargaan, hubungan dan komunikasi belum
terjalin antara anggota organisasi.
4.3.2.1.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-12
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepercayaan
mampu meminimalisir konflik horizontal antara pegawai. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
124
Diagram 4.15Tanggapan Responden Terkait Kepercayaan Mampu Meminimalisir Konflik
Horizontal Antara Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.15 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kepercayaan mampu meminimalisir
konflik horizontal antara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden
menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden setuju dengan adanya kepercayaan yang terjalin
antara pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat
meningkatkan komunikasi, hubungan yang terjalin. Kepercayaan dapat
meminimalisir konflik horizontal karena hubungan yang terjalin, namun apabila
68%(28 responden)
7%(3 responden)
124
Diagram 4.15Tanggapan Responden Terkait Kepercayaan Mampu Meminimalisir Konflik
Horizontal Antara Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.15 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kepercayaan mampu meminimalisir
konflik horizontal antara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden
menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden setuju dengan adanya kepercayaan yang terjalin
antara pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat
meningkatkan komunikasi, hubungan yang terjalin. Kepercayaan dapat
meminimalisir konflik horizontal karena hubungan yang terjalin, namun apabila
25%(10 responden)
68%(28 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
124
Diagram 4.15Tanggapan Responden Terkait Kepercayaan Mampu Meminimalisir Konflik
Horizontal Antara Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.15 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kepercayaan mampu meminimalisir
konflik horizontal antara pegawai, dapat disimpulkan bahwa 10 responden
menyatakan sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden setuju dengan adanya kepercayaan yang terjalin
antara pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat
meningkatkan komunikasi, hubungan yang terjalin. Kepercayaan dapat
meminimalisir konflik horizontal karena hubungan yang terjalin, namun apabila
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
125
memang ada konflik yang terjalin itu sifatnya hanya sementara dan akan
diselesaikan dalam forum. Kepercayaan yang ada juga dapat mempermudah
pekerjaan, karena pegawai merasa diberi kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu
sesuai dengan skill atau kemampuan mereka.
Akan tetapi ada 3 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini hal
ini dikarenakan menurut responden kepercayaan belum sepenuhnya terjalin di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.1.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-13
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk
mengatur aktivitas pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.16Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Memiliki Peraturan Tertulis Untuk Mengatur Aktivitas Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
63%(26 responden)
5%(2 responden)
125
memang ada konflik yang terjalin itu sifatnya hanya sementara dan akan
diselesaikan dalam forum. Kepercayaan yang ada juga dapat mempermudah
pekerjaan, karena pegawai merasa diberi kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu
sesuai dengan skill atau kemampuan mereka.
Akan tetapi ada 3 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini hal
ini dikarenakan menurut responden kepercayaan belum sepenuhnya terjalin di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.1.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-13
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk
mengatur aktivitas pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.16Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Memiliki Peraturan Tertulis Untuk Mengatur Aktivitas Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
29%(12 responden)
63%(26 responden)
5%(2 responden)
3%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
125
memang ada konflik yang terjalin itu sifatnya hanya sementara dan akan
diselesaikan dalam forum. Kepercayaan yang ada juga dapat mempermudah
pekerjaan, karena pegawai merasa diberi kepercayaan untuk mengerjakan sesuatu
sesuai dengan skill atau kemampuan mereka.
Akan tetapi ada 3 responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini hal
ini dikarenakan menurut responden kepercayaan belum sepenuhnya terjalin di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.1.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-13
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki peraturan tertulis untuk
mengatur aktivitas pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.16Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Memiliki Peraturan Tertulis Untuk Mengatur Aktivitas Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
126
Berdasarkan diagram 4.16 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten memiliki peraturan tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai, dapat
disimpulkan bahwa 12 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden
menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Peraturan tertulis yang ada di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten diantaranya adalah peraturan terkait pegawai negeri sipil,
peraturan terkait penyelenggaraan pemilu, pertauran kode etik dll. Itu semua
merupakan pertaturan tertulis yang harus dipatuhi baik oleh pegawai ataupun bagi
komisioner.
Akan tetapi ada 3 responden jika dikumulatifkan menjawab tidak setuju
dan sangat tidak setuju pada pernyataan ini hal ini dikarenakan meskipun
memiliki peraturan tertulis masih ada pegawai yang melanggar peraturan sehingga
aturan yang ada hanya sebatas aturan dan tidak ada sangsi yang tegas apabila
melanggar peraturan tersebut.
4.3.2.1.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-15
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
mematuhi peraturan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
127
Diagram 4.17Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.17 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mematuhi peraturan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 2 responden
menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 4 responden
menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa pegawai sudah mematuhi peraturan yang
ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu responden
juga menjalankan peraturan terkait penyelenggaran pemilihan umum sesuai
10%(4 responden)
127
Diagram 4.17Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.17 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mematuhi peraturan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 2 responden
menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 4 responden
menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa pegawai sudah mematuhi peraturan yang
ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu responden
juga menjalankan peraturan terkait penyelenggaran pemilihan umum sesuai
5%(2 responden)
83%(34 responden)
10%(4 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
127
Diagram 4.17Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Peraturan Di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.17 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mematuhi peraturan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 2 responden
menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 4 responden
menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Responden merasa pegawai sudah mematuhi peraturan yang
ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu responden
juga menjalankan peraturan terkait penyelenggaran pemilihan umum sesuai
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
128
dengan undang undang kendati perubahan regulasi penyelenggaran pemilihan
umum berubah sangat cepat.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena perubahan
peraturan atau regulasi terkait penyelenggaraan pemilu yang cepat membuat
sebagian pegawai belum memahami aturan tersebut, sehingga ada pagawai yang
melanggar aturan karena ketidakpahaman atas peraturan tersebut.
4.3.2.1.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-16
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait peraturan di
Komisi Umum Provinsi (KPU) Provinsi Banten diterima baik oleh seluruh
pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.18Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
78%(32 responden)
7%(3 responden)
128
dengan undang undang kendati perubahan regulasi penyelenggaran pemilihan
umum berubah sangat cepat.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena perubahan
peraturan atau regulasi terkait penyelenggaraan pemilu yang cepat membuat
sebagian pegawai belum memahami aturan tersebut, sehingga ada pagawai yang
melanggar aturan karena ketidakpahaman atas peraturan tersebut.
4.3.2.1.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-16
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait peraturan di
Komisi Umum Provinsi (KPU) Provinsi Banten diterima baik oleh seluruh
pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.18Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
12%(5 responden)
78%(32 responden)
7%(3 responden)
3%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
128
dengan undang undang kendati perubahan regulasi penyelenggaran pemilihan
umum berubah sangat cepat.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan menjawab
tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini karena perubahan
peraturan atau regulasi terkait penyelenggaraan pemilu yang cepat membuat
sebagian pegawai belum memahami aturan tersebut, sehingga ada pagawai yang
melanggar aturan karena ketidakpahaman atas peraturan tersebut.
4.3.2.1.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-16
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait peraturan di
Komisi Umum Provinsi (KPU) Provinsi Banten diterima baik oleh seluruh
pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.18Tanggapan Responden Terkait Peraturan Di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten Diterima Baik Oleh Seluruh Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
129
Berdasarkan diagram 4.18 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait peraturan di Komisi Umum Provinsi
(KPU) Provinsi Banten diterima baik oleh seluruh pegawai, dapat disimpulkan
bahwa 5 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3
responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pada umumnya peraturan dapat diterima baik oleh pegawai,
pegawai mematuhi dan melaksanaan peraturan terkait penyelenggaraan pemilu
kendati perubahan pada peraturan atau regulasi tersebut berubah dengan cepat.
Akan tetapi ada 4 responden yang jika dikumulatifkan menjawab tidak
setuju dan sangat tidak setuju dengan pernyataan ini. Pegawai merasa tidak diberi
kesempatan untuk mendalami regulasi, internalisasi regulasi dan konsolidasi
regulasi karena di saat yang bersamaan pegawai dan komisioner harus
mengimplementasikan regulasi atau peraturan atas perubahan penyelenggaraan
pemilu sehingga perlu waktu untuk menerima dan memahami peraturan atau
regulasi yang ada.
4.3.2.1.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-17
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepatuhan
pegawai pada peraturan mampu menjaga sistem yang terbangun di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
130
Diagram 4.19Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan Mampu
Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.19 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kepatuhan pegawai pada peraturan
mampu menjaga sistem yang terbangaun di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju,
37 responden menyatakan setuju, 1 responden menyatakan tidak setuju dan 0
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pada umumnya kepatuhan pegawai pada peraturan mampu
menjaga sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten. Pegawai dan komisioner bekerja sama untuk mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan. Peraturan yang ada mampu menjaga stabilitas agar kinerja
90%(37 responden)
3%(1 responden)
130
Diagram 4.19Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan Mampu
Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.19 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kepatuhan pegawai pada peraturan
mampu menjaga sistem yang terbangaun di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju,
37 responden menyatakan setuju, 1 responden menyatakan tidak setuju dan 0
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pada umumnya kepatuhan pegawai pada peraturan mampu
menjaga sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten. Pegawai dan komisioner bekerja sama untuk mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan. Peraturan yang ada mampu menjaga stabilitas agar kinerja
7%(3 responden)
90%(37 responden)
3%(1 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
130
Diagram 4.19Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan Mampu
Menjaga Sistem Yang Terbangun Di Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.19 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kepatuhan pegawai pada peraturan
mampu menjaga sistem yang terbangaun di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju,
37 responden menyatakan setuju, 1 responden menyatakan tidak setuju dan 0
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pada umumnya kepatuhan pegawai pada peraturan mampu
menjaga sistem yang terbangun di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten. Pegawai dan komisioner bekerja sama untuk mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan. Peraturan yang ada mampu menjaga stabilitas agar kinerja
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
131
pegawai dapat sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dari peraturan
ini pula tercipta sistem kerjasama baik antara pegawai ataupun pegawai dengan
komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi.
Akan tetapi ada 1 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan masi ada pegawai yang tidak mematuhi
pertaturan sehingga sistem kerjasama yang terbangun belum berjalan dengan baik.
4.3.2.1.16 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-18
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepatuhan
pegawai pada peraturan mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten memiliki tata organisasi yang baik. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.20Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan
Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten MemilikiTata Kelola Organisasi Yang Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
73%(30 responden)
7%(3 responden)
131
pegawai dapat sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dari peraturan
ini pula tercipta sistem kerjasama baik antara pegawai ataupun pegawai dengan
komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi.
Akan tetapi ada 1 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan masi ada pegawai yang tidak mematuhi
pertaturan sehingga sistem kerjasama yang terbangun belum berjalan dengan baik.
4.3.2.1.16 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-18
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepatuhan
pegawai pada peraturan mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten memiliki tata organisasi yang baik. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.20Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan
Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten MemilikiTata Kelola Organisasi Yang Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
20%(8 responden)
73%(30 responden)
7%(3 responden)
0% (0responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
131
pegawai dapat sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Dari peraturan
ini pula tercipta sistem kerjasama baik antara pegawai ataupun pegawai dengan
komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi.
Akan tetapi ada 1 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan masi ada pegawai yang tidak mematuhi
pertaturan sehingga sistem kerjasama yang terbangun belum berjalan dengan baik.
4.3.2.1.16 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-18
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kepatuhan
pegawai pada peraturan mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten memiliki tata organisasi yang baik. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.20Tanggapan Responden Terkait Kepatuhan Pegawai Pada Peraturan
Mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten MemilikiTata Kelola Organisasi Yang Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
132
Berdasarkan diagram 4.20 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kepatuhan pegawai pada peraturan
mempermudah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki tata
organisasi yang baik, dapat disimpulkan bahwa 8 responden menyatakan sangat
setuju, 30 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Kepatuhan pegawai pada peraturan mampu mengelola
organisasi karena dari aturan tersbut akan tercipta hubungan dan kerja sama yang
terjalin antara semua anggota organisasi. Apabila semua mematuhi peraturan akan
mempermudah untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan.
Akan tetapi ada 3 responden yang menjawab tidak setuju dengan
pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang belum mematuhi
peraturan sehingga tata kelola organisasi belum sepenuhnya berjalan. Masih
terdapat pegawai yang melanggar aturan menyebabkan pegawai tersebut tidak
melakukan tugas dan fungsi pokok dari pekerjaannya.
4.3.2.2 Analisis Item Pernyataan Variabel Budaya Organisasi (X2)
Dalam variabel budaya organisasi (X2), peneliti mengajukan 28
pernyataan kepada 41 responden. Pernyataan tersebut disusun berdasarkan sub
indikator dari indikator indikator yang terdapat dalam grand teory pada Bab II.
133
Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti
menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan
berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang
dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.2.2.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-19
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memiliki cara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan secara optimal. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.21Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif Untuk
Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.21 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki cara efektif untuk
78%(32 responden)
5%(2 responden)
133
Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti
menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan
berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang
dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.2.2.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-19
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memiliki cara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan secara optimal. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.21Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif Untuk
Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.21 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki cara efektif untuk
15%(6 responden)
78%(32 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
133
Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti
menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan
berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang
dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.2.2.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-19
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memiliki cara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan secara optimal. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.21Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Cara Efektif Untuk
Menyelesaikan Pekerjaan Secara Optimal
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.21 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki cara efektif untuk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
134
menyelesaikan pekerjaan secara optimal, dapat disimpulkan bahwa 6 responden
menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 2 responden
menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan
pekerjaannya mereka secara optimal selama tidak bertentangan dengan peraturan
yang ada. Pekerjaan pegawai juga dikoreksi oleh kepala bagian atau kepala sub
bagian. Pekerjaan pegawai juga selalu berpacu dengan waktu karena kinerja di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) selalu berkaitan dengan tahapan
penyelenggaraan pemilu.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai tidak
diberi kebebasan untuk memilih cara yang efektif sesuai dengan kemauannya
padahal pekerjaan mereka selalu berhubungan dengan waktu dan tahapan dalam
penyelenggaraan pemilihan umum. Sehingga pegawai merasa tidak
menyelesaikan pekerjaan dengan optimal.
4.3.2.2.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-20
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memiliki inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
135
Diagram 4.22Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk
Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.22 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki inovasi untuk
mengembangkan cara kerja yang baik, dapat disimpulkan bahwa 4 responden
menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 2 responden
menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai umumnya memiliki inovasi sendiri untuk
mnyelesaikan pekerjaan selama tidak bertentangan dengan sop atau aturan dalam
pekerjaan. Pegawai dalam mengerjakan pekerjaan selalu sesuai dengan rencana
dan target kerja, misalnya apabila sebuah pekerjaan dituntut untuk selesai selama
83%(34 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
135
Diagram 4.22Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk
Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.22 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki inovasi untuk
mengembangkan cara kerja yang baik, dapat disimpulkan bahwa 4 responden
menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 2 responden
menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai umumnya memiliki inovasi sendiri untuk
mnyelesaikan pekerjaan selama tidak bertentangan dengan sop atau aturan dalam
pekerjaan. Pegawai dalam mengerjakan pekerjaan selalu sesuai dengan rencana
dan target kerja, misalnya apabila sebuah pekerjaan dituntut untuk selesai selama
10%(4 responden)
83%(34 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
135
Diagram 4.22Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Inovasi Untuk
Mengembangkan Cara Kerja Yang Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.22 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki inovasi untuk
mengembangkan cara kerja yang baik, dapat disimpulkan bahwa 4 responden
menyatakan sangat setuju, 34 responden menyatakan setuju, 2 responden
menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai umumnya memiliki inovasi sendiri untuk
mnyelesaikan pekerjaan selama tidak bertentangan dengan sop atau aturan dalam
pekerjaan. Pegawai dalam mengerjakan pekerjaan selalu sesuai dengan rencana
dan target kerja, misalnya apabila sebuah pekerjaan dituntut untuk selesai selama
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
136
2 hari maka tidak akan tambahan hari untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Sehingga inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik itu sangat
diperlukan.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai
memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengembangkan cara kerja untuk lebiih
baik lagi.
4.3.2.2.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-21
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.23Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk
Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Sendiri Sesuai Dengan Peraturan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
17%(7 responden)
136
2 hari maka tidak akan tambahan hari untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Sehingga inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik itu sangat
diperlukan.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai
memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengembangkan cara kerja untuk lebiih
baik lagi.
4.3.2.2.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-21
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.23Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk
Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Sendiri Sesuai Dengan Peraturan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
15%(6 responden)
66%(27 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
136
2 hari maka tidak akan tambahan hari untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Sehingga inovasi untuk mengembangkan cara kerja yang baik itu sangat
diperlukan.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pegawai
memiliki keterbatasan kemampuan dalam mengembangkan cara kerja untuk lebiih
baik lagi.
4.3.2.2.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-21
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.23Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kesempatan Untuk
Menyelesaikan Masalah Pekerjaan Sendiri Sesuai Dengan Peraturan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
137
Berdasarkan diagram 4.23 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai pegawai diberi kesempatan untuk
menyelesaikan masalah pekerjaan sendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku,
dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 27 responden
menyatakan setuju, 7 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai umumnya diberi kebebasan untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka sendiri karena kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) selalu
berkaitan dengan waktu, jadi selama pekerjaan itu selesai dan tidak bertentangan
dengan aturan maka pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan masalah
pekerjaan mereka.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan adanya
keterbatasan pegawai untuk memahami pekerjaan sehingga apabila terdapat
masalah maka pegawai akan berdiskusi dengan atasan untuk mencari solusi
bersama atas masalah pekerjaan tersebut.
4.3.2.2.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-22
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
bersedia bertanggung jawab atas resiko yang dihadapi saat menyelesaikan
pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
138
Diagram 4.24Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung Jawab Atas
Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.24 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bersedia bertanggung jawab atas
resiko yang dihadapi saat menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 9
responden menyatakan sangat setuju, 25 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko
pekerjaan yang dihadapi karena mengacu pada aturan atau perintah yang ada dari
atasan. Tanggung jawab pegawai atas pekerjaan merupakan hal penting untuk
mencapai visi dan misi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
61%(25 responden)
17%(7 responden)
138
Diagram 4.24Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung Jawab Atas
Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.24 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bersedia bertanggung jawab atas
resiko yang dihadapi saat menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 9
responden menyatakan sangat setuju, 25 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko
pekerjaan yang dihadapi karena mengacu pada aturan atau perintah yang ada dari
atasan. Tanggung jawab pegawai atas pekerjaan merupakan hal penting untuk
mencapai visi dan misi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
22%(9 responden)
61%(25 responden)
17%(7 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
138
Diagram 4.24Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bersedia Bertanggung Jawab Atas
Resiko Yang Dihadapi Saat Menyelesaikan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.24 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bersedia bertanggung jawab atas
resiko yang dihadapi saat menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 9
responden menyatakan sangat setuju, 25 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko
pekerjaan yang dihadapi karena mengacu pada aturan atau perintah yang ada dari
atasan. Tanggung jawab pegawai atas pekerjaan merupakan hal penting untuk
mencapai visi dan misi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
139
karena pada isntitusi ini memiliki pekerjaan dengan waktu atau tahapan
penyelenggaran pemilihan umum yang sudah pasti, jadi tanggung jawab pegawai
dan unsur terkait atas resiko pekerjaan sangat diperlukan.
Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang melanggar aturan dan tidak
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka karena keterbatasan kemampuan atau
skill yang dimiliki.
4.3.2.2.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-23
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
selalu memperhatikan setiap rincian pekerjaannya. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.25Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan Setiap
Rincian Pekerjaannya
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
10%(4 responden)
139
karena pada isntitusi ini memiliki pekerjaan dengan waktu atau tahapan
penyelenggaran pemilihan umum yang sudah pasti, jadi tanggung jawab pegawai
dan unsur terkait atas resiko pekerjaan sangat diperlukan.
Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang melanggar aturan dan tidak
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka karena keterbatasan kemampuan atau
skill yang dimiliki.
4.3.2.2.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-23
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
selalu memperhatikan setiap rincian pekerjaannya. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.25Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan Setiap
Rincian Pekerjaannya
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
7%(3 responden)
81%(33 responden)
10%(4 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
139
karena pada isntitusi ini memiliki pekerjaan dengan waktu atau tahapan
penyelenggaran pemilihan umum yang sudah pasti, jadi tanggung jawab pegawai
dan unsur terkait atas resiko pekerjaan sangat diperlukan.
Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang melanggar aturan dan tidak
bertanggung jawab atas pekerjaan mereka karena keterbatasan kemampuan atau
skill yang dimiliki.
4.3.2.2.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-23
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
selalu memperhatikan setiap rincian pekerjaannya. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.25Tanggapan Responden Terkait Pegawai Selalu Memperhatikan Setiap
Rincian Pekerjaannya
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
140
Berdasarkan diagram 4.25 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai selalu memperhatikan setiap
rincian pekerjaannya, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat
setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan
1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten selalu memperhatikan rincian pekerjaan, contohnya adalah pada
tahapan pendaftaran calon peserta pemilihan umum yang diharusakan
menyertakan fotocopy ijazah, pegawai memperhatikan rincian tersebut dengan
cara mengharuskan fotocopy ijazah dengan stampel basah, tidak hanya sekedar
fotocopy ijazah biasa agar keaslian ijazah tersebut terjamin.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat
pegawai yang belum sepenuhnya memahami peraturan atas pekerjaan yang
hadapinya, sehingga tidak jarang pegawai tidak memperhatikan rincian pekerjaan
mereka.
4.3.2.2.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-24
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
menekankan ketelitian dalam menyelesaikan pekerjaan. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
141
Diagram 4.26Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menekankan Ketelitian Dalam
Menyelesaikan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.26 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai menekankan ketelitian dalam
menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan
sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Ketelitian dalam pekerjaan dalam pekerjaan adalah hal
penting untuk menghasilkan hasil kerja yang sesuai dengan target dan output yang
baik. Pegawai ada tahap pelaksana mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan dan inovasi mereka dalam bekerja selama tidak bertentangan dengan
10%(4 responden)
141
Diagram 4.26Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menekankan Ketelitian Dalam
Menyelesaikan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.26 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai menekankan ketelitian dalam
menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan
sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Ketelitian dalam pekerjaan dalam pekerjaan adalah hal
penting untuk menghasilkan hasil kerja yang sesuai dengan target dan output yang
baik. Pegawai ada tahap pelaksana mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan dan inovasi mereka dalam bekerja selama tidak bertentangan dengan
10%(4 responden)
80%(33 responden)
10%(4 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
141
Diagram 4.26Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menekankan Ketelitian Dalam
Menyelesaikan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.26 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai menekankan ketelitian dalam
menyelesaikan pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan
sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Ketelitian dalam pekerjaan dalam pekerjaan adalah hal
penting untuk menghasilkan hasil kerja yang sesuai dengan target dan output yang
baik. Pegawai ada tahap pelaksana mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan dan inovasi mereka dalam bekerja selama tidak bertentangan dengan
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
142
aturan. Kemudain pekerjaan mereka akan diperiksa secara rinci oleh Kepala Sub
Bagian atau Kepala Bagian.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang tidak teliti dalam menyelesaikan
pekerjaan kerena pegawai tidak memahami tugas fungsi dan pokok dari pekerjaan
yang mereka hadapi. Selain itu terdapat keterbatasan kemampuan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-25
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.27Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan Sesuai
Dengan Prosedur Yang Telah Ditetapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
66%(27 responden)
7%(3 responden)
142
aturan. Kemudain pekerjaan mereka akan diperiksa secara rinci oleh Kepala Sub
Bagian atau Kepala Bagian.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang tidak teliti dalam menyelesaikan
pekerjaan kerena pegawai tidak memahami tugas fungsi dan pokok dari pekerjaan
yang mereka hadapi. Selain itu terdapat keterbatasan kemampuan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-25
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.27Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan Sesuai
Dengan Prosedur Yang Telah Ditetapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
27%(11 responden)
66%(27 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
142
aturan. Kemudain pekerjaan mereka akan diperiksa secara rinci oleh Kepala Sub
Bagian atau Kepala Bagian.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang tidak teliti dalam menyelesaikan
pekerjaan kerena pegawai tidak memahami tugas fungsi dan pokok dari pekerjaan
yang mereka hadapi. Selain itu terdapat keterbatasan kemampuan pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-25
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.27Tanggapan Responden Terkait Pegawai Melakukan Pekerjaan Sesuai
Dengan Prosedur Yang Telah Ditetapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
143
Berdasarkan diagram 4.27 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai melakukan pekerjaan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan bahwa 11 responden
menyatakan sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai memiliki sop dan aturan yang tegas dan jelas untuk
menyelesaikan pekerjaan, apabila pegawai dituntut menyelesaikan pekerjaan
dalam 2 hari maka pekerjaan itu harus sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Pekerjaan yang sesaui prosedur inilah yang kemudian dipahami dan dan menjadi
nilai bersama untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan pegawai mengangap aturan dan prosedur itu hanya sesuatu
yang ada tanpa dipahami oleh seluruh pegawai yang ada di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten. Jadi masih menurut responden masih ada pegawai
yang tidak bekerja sesuai dengan prosedur yang ditetepkan.
4.3.2.2.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-26
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait kompetensi
kerja pegawai merupakan hal utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
144
Diagram 4.28Tanggapan Responden Terkait Kompetensi Kerja Pegawai Merupakan Hal
Utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.28 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kompetensi kerja pegawai merupakan hal
utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 12
responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Kompetensi atau kemapuan pegawai merupakan hal penting
yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga untuk
meningkatkan kompetensi yang dimiliki pegawai melakukan diklat atau
pendidikan pelatihan yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI
54%(22 responden)
17%(7 responden)
144
Diagram 4.28Tanggapan Responden Terkait Kompetensi Kerja Pegawai Merupakan Hal
Utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.28 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kompetensi kerja pegawai merupakan hal
utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 12
responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Kompetensi atau kemapuan pegawai merupakan hal penting
yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga untuk
meningkatkan kompetensi yang dimiliki pegawai melakukan diklat atau
pendidikan pelatihan yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI
29%(12 responden)
54%(22 responden)
17%(7 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
144
Diagram 4.28Tanggapan Responden Terkait Kompetensi Kerja Pegawai Merupakan Hal
Utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.28 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait kompetensi kerja pegawai merupakan hal
utama di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 12
responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 7
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Kompetensi atau kemapuan pegawai merupakan hal penting
yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten sehingga untuk
meningkatkan kompetensi yang dimiliki pegawai melakukan diklat atau
pendidikan pelatihan yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
145
yang secara regular bergilir dengan pegawai yang belum memenuhi kompetensi.
Contoh pelatihan untuk meningkatkan kompetensi adalah pelatihan untuk peranan
sistem informasi data pemilih atau pelatihan manejerial.
Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih banyak pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan
kompetensi sehingga meskipun sudah diadakan pelatihan masih terdapat pegawai
yang sepenuhnya memahami fungsi dan tugas pokok pekerjaannya.
4.3.2.2.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-27
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Banten membuat target kerja sebagai panduan bagi
pekerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.29Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
10%(4 responden)
145
yang secara regular bergilir dengan pegawai yang belum memenuhi kompetensi.
Contoh pelatihan untuk meningkatkan kompetensi adalah pelatihan untuk peranan
sistem informasi data pemilih atau pelatihan manejerial.
Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih banyak pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan
kompetensi sehingga meskipun sudah diadakan pelatihan masih terdapat pegawai
yang sepenuhnya memahami fungsi dan tugas pokok pekerjaannya.
4.3.2.2.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-27
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Banten membuat target kerja sebagai panduan bagi
pekerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.29Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
10%(4 responden)
80%(33 responden)
10%(4 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
145
yang secara regular bergilir dengan pegawai yang belum memenuhi kompetensi.
Contoh pelatihan untuk meningkatkan kompetensi adalah pelatihan untuk peranan
sistem informasi data pemilih atau pelatihan manejerial.
Akan tetapi terdapat 7 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih banyak pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan
kompetensi sehingga meskipun sudah diadakan pelatihan masih terdapat pegawai
yang sepenuhnya memahami fungsi dan tugas pokok pekerjaannya.
4.3.2.2.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-27
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum Provinsi Banten membuat target kerja sebagai panduan bagi
pekerja. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.29Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Membuat Target Kerja Sebagai Panduan Bagi Pekerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
146
Berdasarkan diagram 4.29 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten
membuat target kerja sebagai panduan bagi pekerja, dapat disimpulkan bahwa 4
responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 4
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten membuat
target kerja dan tahapan bagi pegawai untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Target kerja itu merupakan hal penting karena Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten memiliki tahapan dan kepastian waktu yang jelas untuk
menyelenggarakan pemilihan umum. Target kerja itulah yang kemudian yang
menjadi acuan dalam bekerja.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih terdapat pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan
target kerja sehingga tidak jarang pekerjaan menjadi tidak sesuai target yang
ditetapkan.
4.3.2.2.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-28
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
bekerja dengan sungguh sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
147
Diagram 4.30Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh Sungguh
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu Yang Ditetapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.30 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bekerja dengan sungguh sungguh
untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dapat
disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan karena di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten tahapan pencalonan ataupun penyelenggaran pemilihan umum
memiliki batas waktu dan target penyelenggaran yang jelas. Sehingga tidak jarang
12%(5 responden)
147
Diagram 4.30Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh Sungguh
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu Yang Ditetapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.30 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bekerja dengan sungguh sungguh
untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dapat
disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan karena di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten tahapan pencalonan ataupun penyelenggaran pemilihan umum
memiliki batas waktu dan target penyelenggaran yang jelas. Sehingga tidak jarang
7%(3 responden)
81%(33 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
147
Diagram 4.30Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Sungguh Sungguh
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Dengan Waktu Yang Ditetapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.30 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bekerja dengan sungguh sungguh
untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dapat
disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai dituntut untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan karena di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten tahapan pencalonan ataupun penyelenggaran pemilihan umum
memiliki batas waktu dan target penyelenggaran yang jelas. Sehingga tidak jarang
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
148
pegawai dan anggota komisioner bekerja di luar waktu kerja untuk menyelesaikan
pekerjaan akan selesai dengan tepat waktu.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang tidak memiliki kemampuan yang
cukup baik sehingga tidak jarang pekerjaan tidak selesai dengan tepat waktu.
4.3.2.2.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-29
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait satuan
perangkat kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah
menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yang ditentukan.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.31Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan Kualitas Hasil Kinerja
Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
15%(6 responden)
148
pegawai dan anggota komisioner bekerja di luar waktu kerja untuk menyelesaikan
pekerjaan akan selesai dengan tepat waktu.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang tidak memiliki kemampuan yang
cukup baik sehingga tidak jarang pekerjaan tidak selesai dengan tepat waktu.
4.3.2.2.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-29
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait satuan
perangkat kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah
menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yang ditentukan.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.31Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan Kualitas Hasil Kinerja
Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
7%(3 responden)
78%(32 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
148
pegawai dan anggota komisioner bekerja di luar waktu kerja untuk menyelesaikan
pekerjaan akan selesai dengan tepat waktu.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang tidak memiliki kemampuan yang
cukup baik sehingga tidak jarang pekerjaan tidak selesai dengan tepat waktu.
4.3.2.2.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-29
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait satuan
perangkat kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah
menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yang ditentukan.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.31Tanggapan Responden Terkait Satuan Perangkat Kerja Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten Telah Menghasilkan Kualitas Hasil Kinerja
Sesuai Dengan Target Yang Ditentukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
149
Berdasarkan diagram 4.31 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait satuan perangkat kerja Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten telah menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai
dengan target yang ditentukan, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan
sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pegawai selain berpacu dengan
waktu yang ditetapkan juga dituntut untuk menghasilkan kualitas pekerjaan sesuai
dengan standar target yang ditetapkan karena kepuasan stakeholder baik
masyarakat, partai politik atau instansi terkait dalam penyelenggaaraan pemilihan
umum merupakan hal utama dan tercantum dalam visi dan misi.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih ada pegawai yang tidak memiliki kompetensi dalam
pekerjaan sehingga menghasilkan kualitas pekerjaan yang tidak sesaui dengan
standar target yang telah ditetepkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten.
4.3.2.2.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-30
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
diberi kebebasan memilih cara yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang
diharapkan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
150
Diagram 4.32Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan Memilih Cara
Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja Yang Diharapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.32 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai diberi kebebasan memilih cara
yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang diharapkan, dapat disimpulkan
bahwa 2 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju,
12 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 28 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan
pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan dan sop yang telah di
tetapkan. Kebebasan ini membuat pegawai memiliki cara efektif untuk
menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh organisasi, kebebasan ini pula yang
29%(12 responden)
3%(1 responden)
150
Diagram 4.32Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan Memilih Cara
Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja Yang Diharapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.32 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai diberi kebebasan memilih cara
yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang diharapkan, dapat disimpulkan
bahwa 2 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju,
12 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 28 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan
pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan dan sop yang telah di
tetapkan. Kebebasan ini membuat pegawai memiliki cara efektif untuk
menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh organisasi, kebebasan ini pula yang
5%(2 responden)
63%(26 responden)
29%(12 responden)
3%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
150
Diagram 4.32Tanggapan Responden Terkait Pegawai Diberi Kebebasan Memilih Cara
Yang Dilakukan Untuk Mencapai Hasil Kinerja Yang Diharapkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.32 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai diberi kebebasan memilih cara
yang dilakukan untuk mencapai hasil kinerja yang diharapkan, dapat disimpulkan
bahwa 2 responden menyatakan sangat setuju, 26 responden menyatakan setuju,
12 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 28 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai diberi kebebasan cara untuk menyelesaikan
pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan dan sop yang telah di
tetapkan. Kebebasan ini membuat pegawai memiliki cara efektif untuk
menghasilkan kinerja yang diharapkan oleh organisasi, kebebasan ini pula yang
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
151
membuat pegawai memiliki inovasi dan rasa tanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Akan tetapi terdapat 13 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan adanya target
dan tahapan penyelenggaraan pemilu yang rinci membuat pegawai harus
mematuhi aturan sehingga tidak diberi kebebasan untuk menyelesaikan pekerjaan
secara bebas.
4.3.2.2.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-31
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
mematuhi setiap keputusan yang diambil dari hasil rapat pleno. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.33Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Setiap Keputusan Yang
Diambil Dari Dasil Rapat Pleno
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
68%(28 responden)
7%(3 responden)
151
membuat pegawai memiliki inovasi dan rasa tanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Akan tetapi terdapat 13 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan adanya target
dan tahapan penyelenggaraan pemilu yang rinci membuat pegawai harus
mematuhi aturan sehingga tidak diberi kebebasan untuk menyelesaikan pekerjaan
secara bebas.
4.3.2.2.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-31
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
mematuhi setiap keputusan yang diambil dari hasil rapat pleno. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.33Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Setiap Keputusan Yang
Diambil Dari Dasil Rapat Pleno
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
22%(9 responden)
68%(28 responden)
7%(3 responden)
3%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
151
membuat pegawai memiliki inovasi dan rasa tanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaan.
Akan tetapi terdapat 13 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan adanya target
dan tahapan penyelenggaraan pemilu yang rinci membuat pegawai harus
mematuhi aturan sehingga tidak diberi kebebasan untuk menyelesaikan pekerjaan
secara bebas.
4.3.2.2.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-31
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
mematuhi setiap keputusan yang diambil dari hasil rapat pleno. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.33Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mematuhi Setiap Keputusan Yang
Diambil Dari Dasil Rapat Pleno
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
152
Berdasarkan diagram 4.33 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mematuhi setiap keputusan yang
diambil dari hasil rapat pleno, dapat disimpulkan bahwa 9 responden menyatakan
sangat setuju, 28 responden menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak
setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten apabila
terdapat masalah yang belum diatur dalam undang undang atau peraturan maka
akan dilakukan rapat pleno. Hasil dari rapat pleno itu merupakan sebuah produk
hukum yang mengikat yang harus dipatuhi oleh pegawai ataupun komisioner.
Keputusan tersebut akan mempunyai dampak positif bagi yang merasa
diuntungkan dan akan memiliki dampak negatif bagi yang tidak diuntungkan.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan terkadang
masih ada pegawai yang melanggar atau tidak mematuhi hasil dari rapat pleno
tersebut.
4.3.2.2.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-32
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
yang melanggar keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
dikenakan sanksi yang tegas. Diagramnya adalah sebagai berikut:
153
Diagram 4.34Tanggapan Responden Terkait Pegawai Yang Melanggar Keputusan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Dikenakan Sanksi Yang Tegas
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.34 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai yang melanggar keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas,
dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 28 responden
menyatakan setuju, 9 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 31 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi yang
tegas hal ini dibuktikan saat ada pegawai yang tidak masuk dan kemudian
dilakukan mosi. Selain itu komisioner apabila ada pegawai yang tidak mematuhi
22%(9 responden)
153
Diagram 4.34Tanggapan Responden Terkait Pegawai Yang Melanggar Keputusan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Dikenakan Sanksi Yang Tegas
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.34 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai yang melanggar keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas,
dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 28 responden
menyatakan setuju, 9 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 31 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi yang
tegas hal ini dibuktikan saat ada pegawai yang tidak masuk dan kemudian
dilakukan mosi. Selain itu komisioner apabila ada pegawai yang tidak mematuhi
7%( 3 responden)
68%(28 responden)
3%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
153
Diagram 4.34Tanggapan Responden Terkait Pegawai Yang Melanggar Keputusan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Dikenakan Sanksi Yang Tegas
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.34 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai yang melanggar keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas,
dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 28 responden
menyatakan setuju, 9 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 31 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi yang
tegas hal ini dibuktikan saat ada pegawai yang tidak masuk dan kemudian
dilakukan mosi. Selain itu komisioner apabila ada pegawai yang tidak mematuhi
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
154
peraturan akan ditegur keras di depan publik. Selain itu dalam rapat pleno
pegawai tersebut juga akan ditegur.
Akan tetapi terdapat 10 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan tidak ada
sangsi yang tegas karena pegawai dan komisioner mempunyai kedudukan yang
sama.
4.3.2.2.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-33
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap
pembinaan karakter pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.35Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap Pembinaan KarakterPegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
10%(4 responden)
154
peraturan akan ditegur keras di depan publik. Selain itu dalam rapat pleno
pegawai tersebut juga akan ditegur.
Akan tetapi terdapat 10 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan tidak ada
sangsi yang tegas karena pegawai dan komisioner mempunyai kedudukan yang
sama.
4.3.2.2.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-33
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap
pembinaan karakter pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.35Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap Pembinaan KarakterPegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
10%(4 responden)
78%(32 responden)
10%(4 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
154
peraturan akan ditegur keras di depan publik. Selain itu dalam rapat pleno
pegawai tersebut juga akan ditegur.
Akan tetapi terdapat 10 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan tidak ada
sangsi yang tegas karena pegawai dan komisioner mempunyai kedudukan yang
sama.
4.3.2.2.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-33
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap
pembinaan karakter pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.35Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Berpengaruh Positif Terhadap Pembinaan KarakterPegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
155
Berdasarkan diagram 4.35 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten berpengaruh positif terhadap pembinaan karakter
pegawai, dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 32
responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak setuju dan 1
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Keputusan yang diambil berpengaruh kepada pembinaan
pegawai karena akan menunjang kinerja pegawai tersebut sehingga sesuai dengan
hasil yang diharapkan. Misalkan keputusan untuk pegawai mengikuti pelatihan
atau diklat secara begiliran akan memberikan pemahaman terkait kinerja kinerja
pegawai tersebut.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan keputusan
tersebut tidak berpengaruh terhadap kinerja yang dilakukan oleh pegawai,
misalkan keputusan untuk pegawai mengikuti pelatihan tersebut justru terhalang
kemampuan dari pegawai sehingga tidak memberi dampak positif.
4.3.2.2.16 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-34
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait keputusan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi
setiap satuan kerja pegawai. Diagramnya adalah sebagai berikut:
156
Diagram 4.36Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap Satuan Kerja Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.36 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawai,
dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 24 responden
menyatakan setuju, 10 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 30 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Keputusan yang ada mempertimbangkan kondisi satuan
pegawai yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provisni Banten, pegawai
melakukan perkerjaan sesuai dengan aturan sop atau peraturan yang ada sehingga
keputusan tersebut harus dipatuhi karena merupakan bagian dari tantangan kerja
24%(10 responden)
156
Diagram 4.36Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap Satuan Kerja Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.36 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawai,
dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 24 responden
menyatakan setuju, 10 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 30 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Keputusan yang ada mempertimbangkan kondisi satuan
pegawai yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provisni Banten, pegawai
melakukan perkerjaan sesuai dengan aturan sop atau peraturan yang ada sehingga
keputusan tersebut harus dipatuhi karena merupakan bagian dari tantangan kerja
15%(6 responden)
59%(24 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
156
Diagram 4.36Tanggapan Responden Terkait Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten Mempertimbangkan Kondisi Setiap Satuan Kerja Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.36 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait keputusan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawai,
dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 24 responden
menyatakan setuju, 10 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 30 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Keputusan yang ada mempertimbangkan kondisi satuan
pegawai yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provisni Banten, pegawai
melakukan perkerjaan sesuai dengan aturan sop atau peraturan yang ada sehingga
keputusan tersebut harus dipatuhi karena merupakan bagian dari tantangan kerja
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
157
yang harus dihadapi dalam kondisi apapun. Akan tetapi terdapat 11 responden
yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan
ini hal ini dikarenakan pegawai hanya mematuhi perintah atasan yakni sekertaris,
sehingga pegawai tidak menganggap komisioner atasan karena itu adalah jabatan
politis. Sehingga ada pegawai yang tidak mematuhi keputusan yang dibuat oleh
komisioner.
4.3.2.2.17 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-35
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait tim kerja
telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.37Tanggapan Responden Terkait Tim Kerja Pegawai Telah Bekerja Sama
Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan UmumProvinsi (KPU) Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
15%(6 responden)
157
yang harus dihadapi dalam kondisi apapun. Akan tetapi terdapat 11 responden
yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan
ini hal ini dikarenakan pegawai hanya mematuhi perintah atasan yakni sekertaris,
sehingga pegawai tidak menganggap komisioner atasan karena itu adalah jabatan
politis. Sehingga ada pegawai yang tidak mematuhi keputusan yang dibuat oleh
komisioner.
4.3.2.2.17 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-35
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait tim kerja
telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.37Tanggapan Responden Terkait Tim Kerja Pegawai Telah Bekerja Sama
Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan UmumProvinsi (KPU) Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
14%(6 responden)
71%(29 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
157
yang harus dihadapi dalam kondisi apapun. Akan tetapi terdapat 11 responden
yang jika dikumulatifkan tidak setuju dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan
ini hal ini dikarenakan pegawai hanya mematuhi perintah atasan yakni sekertaris,
sehingga pegawai tidak menganggap komisioner atasan karena itu adalah jabatan
politis. Sehingga ada pegawai yang tidak mematuhi keputusan yang dibuat oleh
komisioner.
4.3.2.2.17 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-35
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait tim kerja
telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan
Umum Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.37Tanggapan Responden Terkait Tim Kerja Pegawai Telah Bekerja Sama
Dengan Baik Dengan Rekan Kerja Lain di Komisi Pemilihan UmumProvinsi (KPU) Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
158
Berdasarkan diagram 4.37 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait tim kerja pegawai telah bekerja sama
dengan baik dengan rekan kerja lain di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten,
dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 29 responden
menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja
lain ditunjukan dengan adanya koordinasi terkait pekerjaan. Pegawai pelaksana
menyelesaikan pekerjaan, kemudian pekerjaan tersebut diperiksa secara rinci oleh
Kepala Bagian atau Kepala Sub Bagian yang terkoordinsai langsung oleh staff
terkait.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan responden merasa kerja sama belum terjalin dengan baik di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dibuktikan dengan tidak
meratanya beban kerja yang ada. Selain itu terdapat pegawai yang tidak memliki
kemampuan yang baik sehingga kerja sama belum terjalin baik.
4.3.2.2.18 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-36
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait hubungan
kerja rekan kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan
rasa saling menghormati. Diagramnya adalah sebagai berikut:
159
Diagram 4.38Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerja Rekan Kerja di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berdasarkan Rasa SalingMenghormati
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.38 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait hubungan kerja rekan kerja di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati,
dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Hubungan kerja yang terjalin di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten berdasarkan kedekatan kekeluargaan dan saling
menghormati antara satu dengan yang lainnya. Selain itu apabila terdapat masalah
pekerjaan yang tidak dipahami maka pegawai lain yang lebih memiliki
12%(5 responden)
159
Diagram 4.38Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerja Rekan Kerja di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berdasarkan Rasa SalingMenghormati
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.38 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait hubungan kerja rekan kerja di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati,
dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Hubungan kerja yang terjalin di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten berdasarkan kedekatan kekeluargaan dan saling
menghormati antara satu dengan yang lainnya. Selain itu apabila terdapat masalah
pekerjaan yang tidak dipahami maka pegawai lain yang lebih memiliki
10%(4 responden)
78%(32 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
159
Diagram 4.38Tanggapan Responden Terkait Hubungan Kerja Rekan Kerja di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Berdasarkan Rasa SalingMenghormati
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.38 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait hubungan kerja rekan kerja di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati,
dapat disimpulkan bahwa 4 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Hubungan kerja yang terjalin di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten berdasarkan kedekatan kekeluargaan dan saling
menghormati antara satu dengan yang lainnya. Selain itu apabila terdapat masalah
pekerjaan yang tidak dipahami maka pegawai lain yang lebih memiliki
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
160
pengalaman dan ilmu akan memberikan pengetahuannya tersebut kepada pegawai
yang mengalami kesulitan dalam menghadapi pekerjaaan.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan responden merasa hubungan yang terjalin belum dilandaskan
saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
4.3.2.2.19 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-37
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan
kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diatas segalanya.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.39Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan Kepentingan KomisiPemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Diatas Segalanya
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
15%(6 responden)
160
pengalaman dan ilmu akan memberikan pengetahuannya tersebut kepada pegawai
yang mengalami kesulitan dalam menghadapi pekerjaaan.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan responden merasa hubungan yang terjalin belum dilandaskan
saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
4.3.2.2.19 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-37
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan
kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diatas segalanya.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.39Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan Kepentingan KomisiPemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Diatas Segalanya
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
2%(1 responden)
81%(33 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
160
pengalaman dan ilmu akan memberikan pengetahuannya tersebut kepada pegawai
yang mengalami kesulitan dalam menghadapi pekerjaaan.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan responden merasa hubungan yang terjalin belum dilandaskan
saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
4.3.2.2.19 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-37
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan
kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diatas segalanya.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.39Tanggapan Responden Terkait Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten Bekerja Dengan Mementingkan Kepentingan KomisiPemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Diatas Segalanya
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
161
Berdasarkan diagram 4.39 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten bekerja dengan mementingkan kepentingan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten diatas segalanya, dapat disimpulkan
bahwa 1 responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 34 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Baik pegawai ataupun komisioner selalu mementingkan
kepentingan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dibandingkan
segalanya, hal ini ditunjukan dengan adanya jam kerja yang tidak terbatas karena
pekerjaan selalu dibayangi dengan waktu dan tahapan penyelenggaraan pemilihan
umum.
Akan tetapi terdapat 7 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih ada
pegawai yang belum memiliki totalitas untuk bekerja demi kepentingan Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.2.20 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-38
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
bertanggung jawab atas beban kerja yang dibebankan. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
162
Diagram 4.40Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas Beban
Kerja Yang Dibebankan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.40 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bertanggung jawab atas beban
kerja yang dibebankan, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan
sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bertanggung jawab atas beban pekerjaan
yang telah dibebankan hal ini ditunjukan dengan banyak pegawai yang mencari
inovasi ataupun cara efisien untuk dapat sesegera mungkin menyelesaikan
pekerjaannya sesuai dengan tahapan, target dan waktu yang telah ditentukan.
66%(27 responden)
10%(4 responden)
162
Diagram 4.40Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas Beban
Kerja Yang Dibebankan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.40 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bertanggung jawab atas beban
kerja yang dibebankan, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan
sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bertanggung jawab atas beban pekerjaan
yang telah dibebankan hal ini ditunjukan dengan banyak pegawai yang mencari
inovasi ataupun cara efisien untuk dapat sesegera mungkin menyelesaikan
pekerjaannya sesuai dengan tahapan, target dan waktu yang telah ditentukan.
24%(10 responden)
66%(27 responden)
10%(4 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
162
Diagram 4.40Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bertanggung Jawab Atas Beban
Kerja Yang Dibebankan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.40 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bertanggung jawab atas beban
kerja yang dibebankan, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan
sangat setuju, 27 responden menyatakan setuju, 4 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 37 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai bertanggung jawab atas beban pekerjaan
yang telah dibebankan hal ini ditunjukan dengan banyak pegawai yang mencari
inovasi ataupun cara efisien untuk dapat sesegera mungkin menyelesaikan
pekerjaannya sesuai dengan tahapan, target dan waktu yang telah ditentukan.
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
163
Pegawai merasa beban pekerjaan yang ada merupakan tantangan yang harus
dihadapi dalam pekerjaan.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan pegawai merasa beban pekerjaan yang mereka tanggung
sangat tidak adil. Ada kondisi dimana beban pekerjaan pegawai disalah satu
bagian lebih berat dan dibandingkan bagian lain sehingga ada sebagian pegawai
yang justru tidak bertanggung jawab atas beban tersebut.
4.3.2.2.21 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-39
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
bekerja dengan memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.41Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki Kemauan
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
12%(5 responden)
163
Pegawai merasa beban pekerjaan yang ada merupakan tantangan yang harus
dihadapi dalam pekerjaan.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan pegawai merasa beban pekerjaan yang mereka tanggung
sangat tidak adil. Ada kondisi dimana beban pekerjaan pegawai disalah satu
bagian lebih berat dan dibandingkan bagian lain sehingga ada sebagian pegawai
yang justru tidak bertanggung jawab atas beban tersebut.
4.3.2.2.21 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-39
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
bekerja dengan memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.41Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki Kemauan
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
7%(3 responden)
81%(33 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
163
Pegawai merasa beban pekerjaan yang ada merupakan tantangan yang harus
dihadapi dalam pekerjaan.
Akan tetapi terdapat 4 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan pegawai merasa beban pekerjaan yang mereka tanggung
sangat tidak adil. Ada kondisi dimana beban pekerjaan pegawai disalah satu
bagian lebih berat dan dibandingkan bagian lain sehingga ada sebagian pegawai
yang justru tidak bertanggung jawab atas beban tersebut.
4.3.2.2.21 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-39
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
bekerja dengan memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.41Tanggapan Responden Terkait Pegawai Bekerja Dengan Memiliki Kemauan
Untuk Menyelesaikan Pekerjaan Dengan Baik
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
164
Berdasarkan diagram 4.41 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai bekerja dengan memiliki
kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik, dapat disimpulkan bahwa 3
responden menyatakan sangat setuju, 33 responden menyatakan setuju, 5
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai umumnya memiliki kemauan untuk bekerja dengan
baik menyelesaikan pekerjaan, ditandai dengan adanya kemauan pegawai untuk
memahami peraturan penyelenggaran pemilihan umum yang sering berubah.
Contoh lainnya, terdapat pegawai yang merupakan satuan pengaman yang
diangkat menjadi pegawai honor hingga menjadi cpns karena adanya kemauan
untuk belajar dari pegawai tersebut.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih adanya pegawai yang tidak memiliki kemauan untuk
memahami tugas pokok dan fungsi pekerjaannya sehingga tidak jarang
menurunkan kinerja pegawai tersebut.
4.3.2.2.22 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-40
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
mencari cara yang efesien untuk melakukan pekerjaan lebih baik lagi.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
165
Diagram 4.42Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang Efesien Untuk
Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.42 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mencari cara yang efesien untuk
melakukan pekerjaan lebih baik lagi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden
menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 5 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai mencari cara yang efesien untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan yang
telah ditetapkan. Cara yang efesien ini bermanfaat untuk pegawai agar
menghemat waktu dan bekerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
73%(30 responden)
12%(5 responden)
165
Diagram 4.42Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang Efesien Untuk
Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.42 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mencari cara yang efesien untuk
melakukan pekerjaan lebih baik lagi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden
menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 5 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai mencari cara yang efesien untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan yang
telah ditetapkan. Cara yang efesien ini bermanfaat untuk pegawai agar
menghemat waktu dan bekerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
15%(6 responden)
73%(30 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
165
Diagram 4.42Tanggapan Responden Terkait Pegawai Mencari Cara Yang Efesien Untuk
Melakukan Pekerjaan Lebih Baik Lagi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.42 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai mencari cara yang efesien untuk
melakukan pekerjaan lebih baik lagi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden
menyatakan sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 5 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai mencari cara yang efesien untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan selama tidak bertentangan dengan aturan yang
telah ditetapkan. Cara yang efesien ini bermanfaat untuk pegawai agar
menghemat waktu dan bekerja sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
166
Pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian diperiksa atau dikoreksi oleh atasan
yang pada bagian terkait.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai tersebut
sehingga pegawai tersebut tidak memungkinkan untuk mencari cara yang efesien
untuk menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.23 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-41
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam
pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.43Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Saran Dan Solusi
Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
78%(32 responden)
7%(3 responden)
166
Pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian diperiksa atau dikoreksi oleh atasan
yang pada bagian terkait.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai tersebut
sehingga pegawai tersebut tidak memungkinkan untuk mencari cara yang efesien
untuk menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.23 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-41
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam
pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.43Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Saran Dan Solusi
Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
15%(6 responden)
78%(32 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
166
Pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian diperiksa atau dikoreksi oleh atasan
yang pada bagian terkait.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai tersebut
sehingga pegawai tersebut tidak memungkinkan untuk mencari cara yang efesien
untuk menyelesaikan pekerjaan.
4.3.2.2.23 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-41
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan suatu masalah dalam
pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.43Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memberikan Saran Dan Solusi
Untuk Menyelesaikan Suatu Masalah Dalam Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
167
Berdasarkan diagram 4.43 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memberikan saran dan solusi
untuk menyelesaikan suatu masalah dalam pekerjaan, dapat disimpulkan bahwa 6
responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai dapat memberikan saran dan solusi yang
diberikan oleh pegawai lain untuk menyelesaikan pekerjaan atau apabila ada
masalah pekerjaan. Diskusi atau masukan tersebut bisa terjadi diantara atasan
dengan bawahan atau sebaliknya. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten bekerja sesuai dengan tahapan dan berpacu dengan waktu,
sehingga masukan apabila ada masalah pekerjaan merupakan hal yang penting.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan terdapat pegawai merasa tidak dapat memberikan saran dan
solusi untuk menyelesaikan masalah pekerjaan yang dihadapinya sehingga tidak
ada masukan dari pegawai lain.
4.3.2.2.24 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-42
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
memiliki kepedulian terhadap anggota organisasi lain apabila mengalami
kesulitan pekerjaan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
168
Diagram 4.44Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian Terhadap
Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.44 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki kepedulian terhadap
anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan, dapat disimpulkan
bahwa 1 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 2 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai memiliki kepedulian terhaadap anggota
organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan hal ini dibuktikan dengan
adanya pegawai yang saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan karena
15%(6 responden)
5%(2 responden)
168
Diagram 4.44Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian Terhadap
Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.44 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki kepedulian terhadap
anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan, dapat disimpulkan
bahwa 1 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 2 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai memiliki kepedulian terhaadap anggota
organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan hal ini dibuktikan dengan
adanya pegawai yang saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan karena
2%(1 responden)
78%(32 responden)
5%(2 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
168
Diagram 4.44Tanggapan Responden Terkait Pegawai Memiliki Kepedulian Terhadap
Anggota Organisasi Lain Apabila Mengalami Kesulitan Pekerjaan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.44 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai memiliki kepedulian terhadap
anggota organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan, dapat disimpulkan
bahwa 1 responden menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 2 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai memiliki kepedulian terhaadap anggota
organisasi lain apabila mengalami kesulitan pekerjaan hal ini dibuktikan dengan
adanya pegawai yang saling membantu untuk menyelesaikan pekerjaan karena
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
169
pekerjaan yangada ditargetkan berdasarkan waktu yang telah ditentukan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat
pegawai yang merasa kesulitan namun pegawai lain tidak membantu.
4.3.2.2.25 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-43
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait stabilitas
kegiatan di lingkunngan kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.45Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan Kerja
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai KarenaLingkungan Kerja Yang Harmonis
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
64%(26 responden)
12%(5 responden)
169
pekerjaan yangada ditargetkan berdasarkan waktu yang telah ditentukan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat
pegawai yang merasa kesulitan namun pegawai lain tidak membantu.
4.3.2.2.25 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-43
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait stabilitas
kegiatan di lingkunngan kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.45Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan Kerja
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai KarenaLingkungan Kerja Yang Harmonis
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
24%(10 responden)
64%(26 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
169
pekerjaan yangada ditargetkan berdasarkan waktu yang telah ditentukan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat
pegawai yang merasa kesulitan namun pegawai lain tidak membantu.
4.3.2.2.25 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-43
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait stabilitas
kegiatan di lingkunngan kerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
Diagram 4.45Tanggapan Responden Terkait Stabilitas Kegiatan Di Lingkunngan Kerja
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten Tercapai KarenaLingkungan Kerja Yang Harmonis
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
170
Berdasarkan diagram 4.45 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait stabilitas kegiatan di lingkunngan kerja
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten tercapai karena lingkungan
kerja yang harmonis, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat
setuju, 26 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Lingkungan kerja yang harmonis dapat meningkatkan kinerja
karena pegawai merasa nyaman dengan kondisi atau budaya kerja yang ada.
Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten umumnya nyaman
dengan lingkungan kerja karena pegawai yang ada saling tolong menolong,
bekerja sama dan berkomunikasi dengan baik dengan pegawai lain. Lingkungan
kerja yang harmonis pula tercipta dari kepercayaan, hubungan dan kepatuan
pegawai terhadap peraturan.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan pegawai belum merasakan lingkungan harmonis di lingkungan
kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.2.26 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-44
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melakukan evaluasi kinerja setelah
program kerja berlangsung. Diagramnya adalah sebagai berikut:
171
Diagram 4.46Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program Kerja Berlangsung
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.46 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten melakukan evaluasi kinerja setelah program kerja berlangsung, dapat
disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melakukan
evalusi kinerja dengan pegawai atau komisioner. Hal ini lakukan untuk
mengevaluasi kinerja apakah sudah sesuai dengan target atau tidak. Evaluasi yang
73%(30 responden)
12%(5 responden)
171
Diagram 4.46Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program Kerja Berlangsung
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.46 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten melakukan evaluasi kinerja setelah program kerja berlangsung, dapat
disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melakukan
evalusi kinerja dengan pegawai atau komisioner. Hal ini lakukan untuk
mengevaluasi kinerja apakah sudah sesuai dengan target atau tidak. Evaluasi yang
15%(6 responden)
73%(30 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
171
Diagram 4.46Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Melakukan Evaluasi Kinerja Setelah Program Kerja Berlangsung
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.46 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten melakukan evaluasi kinerja setelah program kerja berlangsung, dapat
disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 30 responden
menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melakukan
evalusi kinerja dengan pegawai atau komisioner. Hal ini lakukan untuk
mengevaluasi kinerja apakah sudah sesuai dengan target atau tidak. Evaluasi yang
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
172
dilakukan ini juga dilakukan guna untuk memperbaiki kinerja Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten di kemudian hari.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan evaluasi terhadap program kerja yang dilakukan tidak
memberikan manfaaat bagi perbaikan kinerja organisasi kedepannya.
4.3.2.2.27 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-45
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang diterapkan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.47Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai Nilai
Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
12%(5 responden)
172
dilakukan ini juga dilakukan guna untuk memperbaiki kinerja Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten di kemudian hari.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan evaluasi terhadap program kerja yang dilakukan tidak
memberikan manfaaat bagi perbaikan kinerja organisasi kedepannya.
4.3.2.2.27 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-45
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang diterapkan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.47Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai Nilai
Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
7%(3 responden)
81%(33 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
172
dilakukan ini juga dilakukan guna untuk memperbaiki kinerja Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten di kemudian hari.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan evaluasi terhadap program kerja yang dilakukan tidak
memberikan manfaaat bagi perbaikan kinerja organisasi kedepannya.
4.3.2.2.27 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-45
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang diterapkan di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.47Tanggapan Responden Terkait Pegawai Menjunjung Tinggi Nilai Nilai
Budaya Organisasi Yang Diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
173
Berdasarkan diagram 4.47 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai menjunjung tinggi nilai nilai
budaya organisasi yang diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten, dapat disimpulkan bahwa 3 responden menyatakan sangat setuju, 33
responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 0
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai umumnya menjunjung tinggi nilai nilai budaya
organisasi yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti
bekerja sesuai dengan waktu yang ditetapkan, tranparasi informasi publik, kolektif
kolegial dan manjemen kinerja yang demokratis. Kepatuhan anggota organisasi
pada nilai nilai inilah yang membuat lingkungan kerja menjadi harmonis.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan masih adanya anggota organisasi yang tidak menjunjung nilai
nilai dari budaya organisasi yang telah diterapkan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten.
4.3.2.2.28 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-46
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menjaga dan mewariskan budaya
organisasi internal yang baik dari tiap generasi. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
174
Diagram 4.48Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi Internal Yang Baik
Dari Tiap Generasi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.48 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten menjaga dan mewariskan budaya organisasi internal yang baik dari tiap
generasi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 29
responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 1
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Anggota organisasi baik pegawai ataupun komisioner di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mewariskan budaya organisasi
dengan cara menyamakan persepsi yang dilakukan melalui pendidikan pelatihan
ataupun kebersamaan. Sehingga nilai nilai budaya organisasi dapat terus
12%(5 responden)
2%(1 responden)
174
Diagram 4.48Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi Internal Yang Baik
Dari Tiap Generasi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.48 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten menjaga dan mewariskan budaya organisasi internal yang baik dari tiap
generasi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 29
responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 1
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Anggota organisasi baik pegawai ataupun komisioner di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mewariskan budaya organisasi
dengan cara menyamakan persepsi yang dilakukan melalui pendidikan pelatihan
ataupun kebersamaan. Sehingga nilai nilai budaya organisasi dapat terus
15%(6 responden)
71%(29 responden)
12%(5 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
174
Diagram 4.48Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Menjaga Dan Mewariskan Budaya Organisasi Internal Yang Baik
Dari Tiap Generasi
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.48 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten menjaga dan mewariskan budaya organisasi internal yang baik dari tiap
generasi, dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat setuju, 29
responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan 1
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Anggota organisasi baik pegawai ataupun komisioner di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mewariskan budaya organisasi
dengan cara menyamakan persepsi yang dilakukan melalui pendidikan pelatihan
ataupun kebersamaan. Sehingga nilai nilai budaya organisasi dapat terus
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
175
dikembangkan demi kemajuan dari organisasi itu sendiri. Nilai nilai ini juga
melekat dan membedakan organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten dengan organisasi lain. Nilai nilai tersebut diantaranya seperti bekerja
sesuai dengan waktu yang ditetapkan, tranparasi informasi publik, kolektif
kolegial dan manjemen kinerja yang demokratis.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat
pegawai yang belum sepenuhnya menjunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi.
4.3.2.3 Analisis Item Pernyataan Variabel Kinerja Organisasi (Y)
Dalam variabel kinerja organisasi (Y), peneliti mengajukan 15 pernyataan
kepada 41 responden. Pernyataan tersebut disusun berdasarkan sub indikator dari
indikator indikator yang terdapat dalam grand teory pada Bab II.
Untuk menjabarkan hasil jawaban dari para responden tersebut, peneliti
menguraikan dalam bentuk diagram disertai pemaparan dan kesimpulan
berdasarkan pernyataan pernyataan yang telah peneliti susun sebelumnya yang
dituangkan dalam bentuk kuesioner. Adapun diagram dari pernyataaan-pernyataan
tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.2.3.1 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-48
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
berusaha memberikan pelayanan demi kepuasan stakeholder. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
176
Diagram 4.49Tanggapan Responden Terkait Pegawai Berusaha Memberikan Pelayanan
Demi Kepuasan Stakeholder
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.49 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai berusaha memberikan pelayanan
demi kepuasan stakeholder, dapat disimpulkan bahwa 5 responden menyatakan
sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai atau komisioner berusaha memberikan pelayanan
yang terbaik demi kepuasan stakeholder. Hal ini pun ada dalam salah satu misi
yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu melayani dan
memperlakukan peserta penyelenggaraan pemilu secara adil, dan meningkatkan
kesadaran politik masyarakat. Ada beberapa hal yang dimaksud stakeholder di
15%(6 responden)
176
Diagram 4.49Tanggapan Responden Terkait Pegawai Berusaha Memberikan Pelayanan
Demi Kepuasan Stakeholder
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.49 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai berusaha memberikan pelayanan
demi kepuasan stakeholder, dapat disimpulkan bahwa 5 responden menyatakan
sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai atau komisioner berusaha memberikan pelayanan
yang terbaik demi kepuasan stakeholder. Hal ini pun ada dalam salah satu misi
yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu melayani dan
memperlakukan peserta penyelenggaraan pemilu secara adil, dan meningkatkan
kesadaran politik masyarakat. Ada beberapa hal yang dimaksud stakeholder di
12%(5 responden)
73%(30 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
176
Diagram 4.49Tanggapan Responden Terkait Pegawai Berusaha Memberikan Pelayanan
Demi Kepuasan Stakeholder
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.49 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai berusaha memberikan pelayanan
demi kepuasan stakeholder, dapat disimpulkan bahwa 5 responden menyatakan
sangat setuju, 30 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak
setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pegawai atau komisioner berusaha memberikan pelayanan
yang terbaik demi kepuasan stakeholder. Hal ini pun ada dalam salah satu misi
yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten yaitu melayani dan
memperlakukan peserta penyelenggaraan pemilu secara adil, dan meningkatkan
kesadaran politik masyarakat. Ada beberapa hal yang dimaksud stakeholder di
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
177
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pertama bila ditinjau dari
publik servis maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melayani
masyarakat dengan melakukan sosialisasi data pemilih atau sosialisasi pemilihan
umum. Kedua ditinjau dari stakeholder yang berkaitan dengan instansi yang
terkait dalam penyelenggaraan pemilihan umum yaitu pemerintah daerah,
kesbangpol atau pihak keamanan yang menjaga langsung ketertiban pemilu.
Ketiga stakeholder yang merupakan partai politik yang menjadi peserta pemilu
dengan melakukan sosialisasi terkait mengikuti pemilihan umum yang sesuai
aturan, selektif untuk memilih calon peserta, mengadakan tes kesehatan bagi calon
peserta atau hal lain yang berkaitan dengan persayarata. Ketiga stakeholder ini
merupakan komponen yang harus dijaga dengan baik hubungannya oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu tranparansi infromasi publik
dilakukan dengan membina hubungan baik dengan media dan hal ini sangat
penting.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan pegawai atau komisioner belum memberikan pelayanan prima
terhadap stakeholder terkait sehingga responden merasa perlu meningkatkan
kinerja untuk memperbaiki kualitas layanan yang akan diberikan.
4.3.2.3.2 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-49
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah melakukan sosialisasi pemilu
secara berkesinambungan. Diagramnya adalah sebagai berikut:
178
Diagram 4.50Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara Berkesinambungan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.50 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten telah melakukan sosialisasi pemilu secara berkesinambungan, dapat
disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan sangat setuju, 20 responden
menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Apabila ada penyelenggaraan pemilihan umum, maka Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten akan melakukan sosialisai secara
berkesinambungan baik kepada masyarakat terkait kegiatan pemilihan umum
ataupun kepada partai politik yang merupakan peserta pemilihan umum yang
49%(20 responden)
7%(3 responden)
178
Diagram 4.50Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara Berkesinambungan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.50 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten telah melakukan sosialisasi pemilu secara berkesinambungan, dapat
disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan sangat setuju, 20 responden
menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Apabila ada penyelenggaraan pemilihan umum, maka Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten akan melakukan sosialisai secara
berkesinambungan baik kepada masyarakat terkait kegiatan pemilihan umum
ataupun kepada partai politik yang merupakan peserta pemilihan umum yang
44%(18 responden)
49%(20 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
178
Diagram 4.50Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Telah Melakukan Sosialisasi Pemilu Secara Berkesinambungan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.50 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten telah melakukan sosialisasi pemilu secara berkesinambungan, dapat
disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan sangat setuju, 20 responden
menyatakan setuju, 3 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Apabila ada penyelenggaraan pemilihan umum, maka Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten akan melakukan sosialisai secara
berkesinambungan baik kepada masyarakat terkait kegiatan pemilihan umum
ataupun kepada partai politik yang merupakan peserta pemilihan umum yang
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
179
sosialisasinya terkait peraturan kpu syarat pencalonan atau hal administratif
lainnya. Kegiatan sosialisasi ini merupakan hal penting untuk meningkatkan
pastisipasi masyarakat untuk aktif dalam pemilihan umum.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan menurut responden Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten belum melalukan sosialisasi secara aktif sehingga masyarakat yang tidak
ikut dalam kegiatan pemilihan umum juga masih tergolong banyak.
4.3.2.3.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-51
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait
penyelenggaraan pemilu. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.51Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
54%(22 responden)
5%(2 responden)
179
sosialisasinya terkait peraturan kpu syarat pencalonan atau hal administratif
lainnya. Kegiatan sosialisasi ini merupakan hal penting untuk meningkatkan
pastisipasi masyarakat untuk aktif dalam pemilihan umum.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan menurut responden Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten belum melalukan sosialisasi secara aktif sehingga masyarakat yang tidak
ikut dalam kegiatan pemilihan umum juga masih tergolong banyak.
4.3.2.3.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-51
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait
penyelenggaraan pemilu. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.51Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
41%(17 responden)
54%(22 responden)
5%(2 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
179
sosialisasinya terkait peraturan kpu syarat pencalonan atau hal administratif
lainnya. Kegiatan sosialisasi ini merupakan hal penting untuk meningkatkan
pastisipasi masyarakat untuk aktif dalam pemilihan umum.
Akan tetapi terdapat 3 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan menurut responden Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten belum melalukan sosialisasi secara aktif sehingga masyarakat yang tidak
ikut dalam kegiatan pemilihan umum juga masih tergolong banyak.
4.3.2.3.3 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-51
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki pedoman teknis terkait
penyelenggaraan pemilu. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.51Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Telah Memiliki Pedoman Teknis Terkait Penyelenggaraan Pemilu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
180
Berdasarkan diagram 4.51 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten telah memiliki pedoman teknis terkait penyelenggaraan pemilu, dapat
disimpulkan bahwa 17 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden
menyatakan setuju, 2 responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 39 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pedoman teknis yang dimiliki Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten diantaranya yaitu pedoman terkait tata cara pemuktahiran
data dan daftar pemilih dalam pemilu kepada daerah atau wakil kepala daerah,
dan pedoman terkiat pelakasanaan pemungutan, perhitungan suara. Pedoman
tersebut merupakan acuan untuk menyelenggarakan pemilihan umum yang harus
dipatuhi dan dijalankan agar kegiatan pemilihan umum berjalan dengan baik.
Akan tetapi terdapat 2 responden yang tidak setuju terhadap pernyataan ini
hal ini dikarenakan menurut responden masih terdapat hal hal yang dilaksanakan
tidak sesuai dengan pedoman.
4.3.2.3.4 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-52
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten selalu mengacu pada petunjuk
pelaksanaan/petunjuk teknis terkait penyelenggaraan pemilu. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
181
Diagram 4.52Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Selalu Mengacu Pada Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk TeknisTerkait Penyelenggaraan Pemilu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.52 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten selalu mengacu pada petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait
penyelenggaraan pemilu, dapat disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan
sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak
setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Petunjuk teknis/petunjuk pelaksana merupakan acuan penting
dalam kegiatan penyelenggaraan pemilihan umum karena hal ini akan
berhubungan dengan sosialisasi yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten. Pedoman ini juga merupakan peraturan untuk
54%(22 responden)
0%(0 responden)
181
Diagram 4.52Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Selalu Mengacu Pada Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk TeknisTerkait Penyelenggaraan Pemilu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.52 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten selalu mengacu pada petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait
penyelenggaraan pemilu, dapat disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan
sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak
setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Petunjuk teknis/petunjuk pelaksana merupakan acuan penting
dalam kegiatan penyelenggaraan pemilihan umum karena hal ini akan
berhubungan dengan sosialisasi yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten. Pedoman ini juga merupakan peraturan untuk
44%(18 responden)54%
(22 responden)
0%(0 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
181
Diagram 4.52Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Selalu Mengacu Pada Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk TeknisTerkait Penyelenggaraan Pemilu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.52 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten selalu mengacu pada petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait
penyelenggaraan pemilu, dapat disimpulkan bahwa 18 responden menyatakan
sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak
setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 40 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Petunjuk teknis/petunjuk pelaksana merupakan acuan penting
dalam kegiatan penyelenggaraan pemilihan umum karena hal ini akan
berhubungan dengan sosialisasi yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten. Pedoman ini juga merupakan peraturan untuk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
182
menyamakan persepsi dangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah lain agar
berjalan sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan.
Akan tetapi terdapat 1 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih terdapat hal hal yang
dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksana/petunjuk teknis.
4.3.2.3.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-53
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.53Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu Berdasarkan
Waktu Yang Telah Ditentukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
51%(21 responden)
0%(0 responden)
182
menyamakan persepsi dangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah lain agar
berjalan sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan.
Akan tetapi terdapat 1 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih terdapat hal hal yang
dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksana/petunjuk teknis.
4.3.2.3.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-53
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.53Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu Berdasarkan
Waktu Yang Telah Ditentukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
49%(20 responden)51%
(21 responden)
0%(0 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
182
menyamakan persepsi dangan Komisi Pemilihan Umum (KPU) daerah lain agar
berjalan sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan.
Akan tetapi terdapat 1 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih terdapat hal hal yang
dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksana/petunjuk teknis.
4.3.2.3.5 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-53
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Diagramnya
adalah sebagai berikut:
Diagram 4.53Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Melaksanakan Kegiatan Penyelenggaraan Pemilu Berdasarkan
Waktu Yang Telah Ditentukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
183
Berdasarkan diagram 4.53 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang
telah ditentukan, dapat disimpulkan bahwa 20 responden menyatakan sangat
setuju, 21 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 41 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
merupakan hal penting untuk melaksanakan kegiatan penyelnggaraan pemilihan
umum sesuai dengan waktu yang ditetapkan karena hal ini sudah ada dalam tugas
dan wewenang instansi. Tidak heran maka Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten selalu bekerja sesuai dengan target dan tahapan penyelegaraan
pemilihan umum, hal ini dilakukan agar tidak menurunkan tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap instansi.
Selain itu tidak ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan ini, hal
ini menunjukan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah
melaksanakan pemilihan umum sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
4.3.2.3.6 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-54
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mendistribusikan logistik pemilu
dengan tepat waktu. Diagramnya adalah sebagai berikut:
184
Diagram 4.54Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat Waktu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.54 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten mendistribusikan logistik pemilu dengan tepat waktu, dapat disimpulkan
bahwa 16 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju,
2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pendistribusian logistik penyelenggaraan pemilihan umum
dilakukan dengan tepat waktu hal ini untuk meminimalisir kecurangan ataupun
keterlambatan penyelenggaraan pemilihan umum. Pendistribusian logistik pemilu
dilakukan kurang lebih 15 hari. Mekanisme pengiriman logistik telah diatur
54%(22 responden)
5%(2 responden)
184
Diagram 4.54Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat Waktu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.54 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten mendistribusikan logistik pemilu dengan tepat waktu, dapat disimpulkan
bahwa 16 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju,
2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pendistribusian logistik penyelenggaraan pemilihan umum
dilakukan dengan tepat waktu hal ini untuk meminimalisir kecurangan ataupun
keterlambatan penyelenggaraan pemilihan umum. Pendistribusian logistik pemilu
dilakukan kurang lebih 15 hari. Mekanisme pengiriman logistik telah diatur
39%(16 responden)
54%(22 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
184
Diagram 4.54Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Mendistribusikan Logistik Pemilu Dengan Tepat Waktu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.54 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten mendistribusikan logistik pemilu dengan tepat waktu, dapat disimpulkan
bahwa 16 responden menyatakan sangat setuju, 22 responden menyatakan setuju,
2 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pendistribusian logistik penyelenggaraan pemilihan umum
dilakukan dengan tepat waktu hal ini untuk meminimalisir kecurangan ataupun
keterlambatan penyelenggaraan pemilihan umum. Pendistribusian logistik pemilu
dilakukan kurang lebih 15 hari. Mekanisme pengiriman logistik telah diatur
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
185
berdasarkan satuan kerja baku atau SOP sehingga satuan kerja Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten dapat melakukan pendistribusian dengan baik.
Pendistribusian ini juga dibantu oleh pihak ketiga yaitu pihak espedisi,
pengamanan dari TNI atau Polri serta masyarakat yang membantu pendistribusian
tersebut. Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pendistribusian
belum merata karena faktor sosial masyarakat dan kondisi alam atau cuaca.
4.3.2.3.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-55
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
merasa puas dengan pembagian beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.55Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pembagian
Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
24%(10 responden)
185
berdasarkan satuan kerja baku atau SOP sehingga satuan kerja Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten dapat melakukan pendistribusian dengan baik.
Pendistribusian ini juga dibantu oleh pihak ketiga yaitu pihak espedisi,
pengamanan dari TNI atau Polri serta masyarakat yang membantu pendistribusian
tersebut. Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pendistribusian
belum merata karena faktor sosial masyarakat dan kondisi alam atau cuaca.
4.3.2.3.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-55
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
merasa puas dengan pembagian beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.55Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pembagian
Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
24%(10 responden)
49%(20 responden)
24%(10 responden)
3%(1 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
185
berdasarkan satuan kerja baku atau SOP sehingga satuan kerja Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten dapat melakukan pendistribusian dengan baik.
Pendistribusian ini juga dibantu oleh pihak ketiga yaitu pihak espedisi,
pengamanan dari TNI atau Polri serta masyarakat yang membantu pendistribusian
tersebut. Akan tetapi terdapat 3 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan pendistribusian
belum merata karena faktor sosial masyarakat dan kondisi alam atau cuaca.
4.3.2.3.7 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-55
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
merasa puas dengan pembagian beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.55Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pembagian
Beban Kerja Yang Ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
186
Berdasarkan diagram 4.55 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai merasa puas dengan pembagian
beban kerja yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat
disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat setuju, 20 responden
menyatakan setuju, 10 responden menyatakan tidak setuju dan 1 responden
menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 30 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai merasa puas dengan pembagian kerja
yang ada karena pegawai dapat dan merasa mampu untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut sesuai dengan keahliannya.
Akan tetapi terdapat 11 responden yang jika dikumulatifkan tidak setuju
dan sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terdapat
pegawai yang lulusan SMA sehingga pegawai lain merasa terbebankan karena
pegawai lain tidak mempunyai kapabilitas. Selain itu terdapat bagain yang beban
kerjanya rutin ada pekerjaan setiap hari seperti bagian program data namun ada
juga yang beban pekerjaannya kontemporer sesuai dengan tahapan pelaksanaan
yaitu bagian hukum.
4.3.2.3.8 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-56
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pegawai
merasa puas dengan pencapaian kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
187
Diagram 4.56Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pencapaian
Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.56 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai merasa puas dengan pencapaian
kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 0
responden menyatakan sangat setuju, 35 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai merasa puas dengan hasil pencapaiam
kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pegawai
merasa telah memberikan semua kemapuan dan kapabilitas yang dimiliki untuk
menyelenggarakan pemilihan umum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
15%(6 responden)
0%(0 responden)
187
Diagram 4.56Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pencapaian
Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.56 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai merasa puas dengan pencapaian
kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 0
responden menyatakan sangat setuju, 35 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai merasa puas dengan hasil pencapaiam
kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pegawai
merasa telah memberikan semua kemapuan dan kapabilitas yang dimiliki untuk
menyelenggarakan pemilihan umum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
0%(0 responden)
85%(35 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
187
Diagram 4.56Tanggapan Responden Terkait Pegawai Merasa Puas Dengan Pencapaian
Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.56 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pegawai merasa puas dengan pencapaian
kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi, dapat disimpulkan bahwa 0
responden menyatakan sangat setuju, 35 responden menyatakan setuju, 6
responden menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak
setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Umumnya pegawai merasa puas dengan hasil pencapaiam
kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pegawai
merasa telah memberikan semua kemapuan dan kapabilitas yang dimiliki untuk
menyelenggarakan pemilihan umum sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
188
Sealin itu pegawai juga merasa puas telah menyeleksi calon peserta pemilihan
umum yang amanah dan kredibel dalam kemampuannya.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan masih banyak hal yang harus diperbaiki seperti
disiplin pegawai sekertariat dan pendistribusian logistik pemilu sesuai waktu.
4.3.2.3.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-58
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait anggota
organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengakases
semua infromasi yang dibutuhkan (ex: Sistem Infromasi Logistik (SILOG),
Sistem Infromasi Data Pemilih (SIDALIH)). Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.57Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases Semua Infromasi Yang
Dibutuhkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
19%(8 responden)
188
Sealin itu pegawai juga merasa puas telah menyeleksi calon peserta pemilihan
umum yang amanah dan kredibel dalam kemampuannya.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan masih banyak hal yang harus diperbaiki seperti
disiplin pegawai sekertariat dan pendistribusian logistik pemilu sesuai waktu.
4.3.2.3.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-58
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait anggota
organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengakases
semua infromasi yang dibutuhkan (ex: Sistem Infromasi Logistik (SILOG),
Sistem Infromasi Data Pemilih (SIDALIH)). Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.57Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases Semua Infromasi Yang
Dibutuhkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
15%(6 responden)
66%(27 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
188
Sealin itu pegawai juga merasa puas telah menyeleksi calon peserta pemilihan
umum yang amanah dan kredibel dalam kemampuannya.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan masih banyak hal yang harus diperbaiki seperti
disiplin pegawai sekertariat dan pendistribusian logistik pemilu sesuai waktu.
4.3.2.3.9 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-58
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait anggota
organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengakases
semua infromasi yang dibutuhkan (ex: Sistem Infromasi Logistik (SILOG),
Sistem Infromasi Data Pemilih (SIDALIH)). Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.57Tanggapan Responden Terkait Anggota Organisasi di Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten Telah Mengakases Semua Infromasi Yang
Dibutuhkan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
189
Berdasarkan diagram 4.57 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait anggota organisasi di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten telah mengakases semua infromasi yang
dibutuhkan (ex: Sistem Infromasi Logistik (SILOG), Sistem Infromasi Data
Pemilih (SIDALIH)), dapat disimpulkan bahwa 6 responden menyatakan sangat
setuju, 27 responden menyatakan setuju, 8 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. umumnya pegawai telah dapat mengakses informasi yang
dibutuhkan terkait penyelengaaraan pemilihan umum karena terintegrasi dengan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Selain itu diadakan pelatihan oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) RI sehingga pegawai pada tingkat Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten dapat memahami.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan masih terbatasnya kemampuan pegawai untuk
memahami akses informasi terkait penyelnggaraan pemilihan umum.
4.3.2.3.10 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-59
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu
bila ada sistem baru di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
190
Diagram 4.58Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada Sistem Baru di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.58 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 6 responden
menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Kegiatan pelatihan adalah yang yang penting untuk
menunjang kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pelatihan
itu diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI kemudian pegawai secara
78%(32 responden)
7%(3 responden)
190
Diagram 4.58Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada Sistem Baru di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.58 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 6 responden
menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Kegiatan pelatihan adalah yang yang penting untuk
menunjang kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pelatihan
itu diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI kemudian pegawai secara
15%(6 responden)
78%(32 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
190
Diagram 4.58Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten Memberikan Pelatihan Terlebih Dahulu Bila Ada Sistem Baru di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.58 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten memberikan pelatihan terlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 6 responden
menyatakan sangat setuju, 32 responden menyatakan setuju, 3 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 38 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Kegiatan pelatihan adalah yang yang penting untuk
menunjang kinerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Pelatihan
itu diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI kemudian pegawai secara
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
191
bergilir mengikuti pelatihan tersebut. kendati pegawai tidak sepenuhnya
memahami sistem baru tersebut minimal pegawai tersebut mampu untuk
mengunakan atau mengakses sistem baru tersebut. Akan tetapi terdapat 3
responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan
tidak semua pegawai dapat mengikuti pelatihan yang ada.
4.3.2.3.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-60
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mengadakan pendidikan pelatihan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara reguler. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
Diagram 4.59Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Mengadakan Pendidikan Pelatihan Untuk Meningkatkan KualitasPelayanan Secara Reguler
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
49%(20 responden)
15%(6 responden)
191
bergilir mengikuti pelatihan tersebut. kendati pegawai tidak sepenuhnya
memahami sistem baru tersebut minimal pegawai tersebut mampu untuk
mengunakan atau mengakses sistem baru tersebut. Akan tetapi terdapat 3
responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan
tidak semua pegawai dapat mengikuti pelatihan yang ada.
4.3.2.3.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-60
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mengadakan pendidikan pelatihan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara reguler. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
Diagram 4.59Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Mengadakan Pendidikan Pelatihan Untuk Meningkatkan KualitasPelayanan Secara Reguler
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
36%(15 responden)
49%(20 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
191
bergilir mengikuti pelatihan tersebut. kendati pegawai tidak sepenuhnya
memahami sistem baru tersebut minimal pegawai tersebut mampu untuk
mengunakan atau mengakses sistem baru tersebut. Akan tetapi terdapat 3
responden yang sangat tidak setuju terhadap pernyataan ini hal ini dikarenakan
tidak semua pegawai dapat mengikuti pelatihan yang ada.
4.3.2.3.11 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-60
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten mengadakan pendidikan pelatihan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara reguler. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
Diagram 4.59Tanggapan Responden Terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten Mengadakan Pendidikan Pelatihan Untuk Meningkatkan KualitasPelayanan Secara Reguler
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
192
Berdasarkan diagram 4.59 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten mengadakan pendidikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
secara reguler, dapat disimpulkan bahwa 15 responden menyatakan sangat setuju,
20 responden menyatakan setuju, 6 responden menyatakan tidak setuju dan 0
responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 35 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Pendidikan pelatihan penting untuk diadakan agar kualitas
pelayanan dapat ditingkatkan. Hal ini dibuktikan dengan adanya pelatihan
manajerial pada level kepala sub bagian. Level kepala sub bagain merupakan
ujung tombak karena berkaitan dengan pegawai pelaksana sehingga pendidikan
pelatihan amat diperlukan.
Akan tetapi terdapat 6 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan tidak semua pegawai dapat mengikuti
pendidikan pelatihan yang ada sehingga ada pegawai yang mendapatkan
pengetahuan dari atasan.
4.3.2.3.12 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-61
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait pengadaan
barang dan jasa terkait pemilu yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten telah memakai sistem e-procurement. Diagramnya adalah
sebagai berikut:
193
Diagram 4.60Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait Pemilu
Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi BantenTelah Memakai Sistem E-Procurement
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.60 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pengadaan barang dan jasa terkait pemilu
yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah
memakai sistem e-procurement, dapat disimpulkan bahwa 10 responden
menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 8 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Sistem e-procurement merupakan sistem pengadaan barang
dan jasa menggunakan media elektronik atau jaringan internet. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengadaaan barang dan jasa di
56%(23 responden)
20%(8 responden)
193
Diagram 4.60Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait Pemilu
Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi BantenTelah Memakai Sistem E-Procurement
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.60 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pengadaan barang dan jasa terkait pemilu
yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah
memakai sistem e-procurement, dapat disimpulkan bahwa 10 responden
menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 8 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Sistem e-procurement merupakan sistem pengadaan barang
dan jasa menggunakan media elektronik atau jaringan internet. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengadaaan barang dan jasa di
24%(10 responden)
56%(23 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
193
Diagram 4.60Tanggapan Responden Terkait Pengadaan Barang Dan Jasa Terkait Pemilu
Yang Dibutuhkan Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi BantenTelah Memakai Sistem E-Procurement
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.60 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait pengadaan barang dan jasa terkait pemilu
yang dibutuhkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah
memakai sistem e-procurement, dapat disimpulkan bahwa 10 responden
menyatakan sangat setuju, 23 responden menyatakan setuju, 8 responden
menyatakan tidak setuju dan 0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada
pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Sistem e-procurement merupakan sistem pengadaan barang
dan jasa menggunakan media elektronik atau jaringan internet. Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengadaaan barang dan jasa di
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
194
lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu
bermanfaat untuk memonitoring dan mengaudit pengadaan secara efesien dan
efektif yang membutuhkan infromasi yang akurat.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih bisa menimbulkan
penyalahgunaan bila tidak diawasi dengan ketat.
4.3.2.3.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-62
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait sistem e-
procurement yang telah diterapkan meningkatkan kinerja organisasi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.61Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah
Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan Umum(KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
56%(23 responden)
20%(8 responden)
194
lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu
bermanfaat untuk memonitoring dan mengaudit pengadaan secara efesien dan
efektif yang membutuhkan infromasi yang akurat.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih bisa menimbulkan
penyalahgunaan bila tidak diawasi dengan ketat.
4.3.2.3.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-62
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait sistem e-
procurement yang telah diterapkan meningkatkan kinerja organisasi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.61Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah
Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan Umum(KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
24%(10 responden)
56%(23 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
194
lingkungan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu
bermanfaat untuk memonitoring dan mengaudit pengadaan secara efesien dan
efektif yang membutuhkan infromasi yang akurat.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden masih bisa menimbulkan
penyalahgunaan bila tidak diawasi dengan ketat.
4.3.2.3.13 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-62
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait sistem e-
procurement yang telah diterapkan meningkatkan kinerja organisasi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.61Tanggapan Responden Terkait Sistem E-Procurement Yang Telah
Diterapkan Meningkatkan Kinerja Organisasi Komisi Pemilihan Umum(KPU) Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
195
Berdasarkan diagram 4.61 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait sistem e-procurement yang telah
diterapkan meningkatkan kinerja organisasi Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 10 responden menyatakan sangat
setuju, 23 responden menyatakan setuju, 8 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 33 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Penerapan sistem e-procurement dapat meningkatkan kinerja
di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena proses pengadaan
barang/jasa dapat menghemat waktu dan lebih transparan penggunaanya.
Penerapan sistem e-procurement menungkinkan antara Komisi Pemilihan Umum
(KPU) daerah untuk bertukar infromasi melalui media elektronik.
Akan tetapi terdapat 8 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden sistem seperti ini
membutuhkan keahlian dan kemampuan dari pegawai padahal kondisi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten belum memungkinkan.
4.3.2.3.14 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-63
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait relialisi
penggunaan anggaran telah sesuai dengan perencanaan yang dilakukan oleh
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Diagramnya adalah sebagai
berikut:
196
Diagram 4.62Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran Telah SesuaiDengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.62 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait relialisi penggunaan anggaran telah sesuai
dengan perencanaan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 13 responden menyatakan sangat
setuju, 23 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Penggunaan anggaran yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten telah sesuai dengan perencanaan. Hasil capaian
realisasi satuan kerja seprovinsi Banten mencapai 41,51% hal ini terungkap saat
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menggelar rapat monitoring dan
56%(23 responden)
12%(5 responden)
196
Diagram 4.62Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran Telah SesuaiDengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.62 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait relialisi penggunaan anggaran telah sesuai
dengan perencanaan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 13 responden menyatakan sangat
setuju, 23 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Penggunaan anggaran yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten telah sesuai dengan perencanaan. Hasil capaian
realisasi satuan kerja seprovinsi Banten mencapai 41,51% hal ini terungkap saat
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menggelar rapat monitoring dan
32%(13 responden)
56%(23 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
196
Diagram 4.62Tanggapan Responden Terkait Relialisi Penggunaan Anggaran Telah SesuaiDengan Perencanaan Yang Dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Berdasarkan diagram 4.62 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait relialisi penggunaan anggaran telah sesuai
dengan perencanaan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, dapat disimpulkan bahwa 13 responden menyatakan sangat
setuju, 23 responden menyatakan setuju, 5 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 36 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Penggunaan anggaran yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten telah sesuai dengan perencanaan. Hasil capaian
realisasi satuan kerja seprovinsi Banten mencapai 41,51% hal ini terungkap saat
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten menggelar rapat monitoring dan
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
197
evaluasi capaian output anggaran TA. 2015. Selain itu pegawai juga memiliki
semangat untuk menggelola dengan lebih baik pengelolaan anggaran sehingga
menjadi lebih baik.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden merasa penggunaan
anggaran belum sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
4.3.2.3.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-65
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait penyusunan
laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.63Tanggapan Responden Terkait Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Anggaran Yang Telah Dilakukan Sesuai Dengan StandarAkuntansi Pemerintah (SAP)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
61%(25 responden)
0%(0 responden)
197
evaluasi capaian output anggaran TA. 2015. Selain itu pegawai juga memiliki
semangat untuk menggelola dengan lebih baik pengelolaan anggaran sehingga
menjadi lebih baik.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden merasa penggunaan
anggaran belum sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
4.3.2.3.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-65
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait penyusunan
laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.63Tanggapan Responden Terkait Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Anggaran Yang Telah Dilakukan Sesuai Dengan StandarAkuntansi Pemerintah (SAP)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
39%(16 responden)
61%(25 responden)
0%(0 responden)
0%(0 responden)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
197
evaluasi capaian output anggaran TA. 2015. Selain itu pegawai juga memiliki
semangat untuk menggelola dengan lebih baik pengelolaan anggaran sehingga
menjadi lebih baik.
Akan tetapi terdapat 5 responden yang sangat tidak setuju terhadap
pernyataan ini hal ini dikarenakan menurut responden merasa penggunaan
anggaran belum sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
4.3.2.3.15 Jawaban Responden Terkait Pernyataan Ke-65
Berikut merupakan gambaran atas jawaban responden terkait penyusunan
laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Diagramnya adalah sebagai berikut:
Diagram 4.63Tanggapan Responden Terkait Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Anggaran Yang Telah Dilakukan Sesuai Dengan StandarAkuntansi Pemerintah (SAP)
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2015
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
198
Berdasarkan diagram 4.63 di atas memberikan gambaran atas jawaban
responden. Peneliti menanyakan terkait penyusunan laporan pertanggungjawaban
penggunaan anggaran yang telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP), dapat disimpulkan bahwa 16 responden menyatakan sangat
setuju, 25 responden menyatakan setuju, 0 responden menyatakan tidak setuju dan
0 responden menyatakan sangat tidak setuju pada pernyataan ini.
Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju jika dikumulatifkan
ada 41 orang. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh responden setuju dengan
pernyataan tersebut. Penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan
anggaran telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) digunakan sebagai acuan dalam menyusun
laporan keuangan pemerintah terdiri dari prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32
mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Selain itu tidak ada responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju
dengan pernyataan ini, hal ini menunjukan bahwa Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten telah menyusun laporan pertanggung jawaban penggunaan
anggaran sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah atau SAP.
199
Secara keseluruhan tanggapan responden atas kuesioner untuk variabel
modal sosial (X1), budaya organisasi (X2) dan kinerja organisasi (Y) dapat dilihat
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.8Tanggapan Responden Secara Keseluruhan
Variabel Modal Sosial (X1)
No Tanggapan Responden Sangat Setuju Setuju Tidak SetujuSangat
Tidak SetujuA. Indikator Jaringan Sosial/Kerja
1 Tanggapan responden terkaitjaringan sosial/kerja yang kuat telahterjalin di antara pegawai
24%
(10 responden)
66%
(27 responden)
10%
(4 responden)
0%
(0 responden)
2 Tanggapan responden terkaithubungan kerjasama pegawaidengan rekan kerja lain
17%(7 responden)
76%(31 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
3 Tanggapan responden terkaitmotivasi pegawai untukmemperkuat jaringan sosial/kerjadengan pihak luar
15%
(6 responden)
68%
(28 responden)
17%
(7 responden)
0%
(0 responden)
4 Tanggapan responden terkaitinformasi pencapain kinerja tiapbagian tersebar secara merata padaseluruh lapisan pegawai
7%(3 responden)
76%(31 responden)
15%(6 responden)
2%(1 responden)
5 Tanggapan responden terkaitpegawai melakukan kegiataninformal untuk meningkatkanhubungan kedekatan antar rekankerja
17%
(7 responden)
46%
(19 responden)
34%
(14 responden)
3%
(1 responden)
6 Tanggapan responden terkaitpegawai memberikan ide dangagasan dalam mengembangkanjaringan sosial/kerja
27%(11 responden)
66%(27 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
B. Indikator Kepercayaan Antar Sesama7 Tanggapan responden terkait setiap
pegawai saling percaya denganpegawai lain
19%
(8 responden)
66%
(27 responden)
15%
(6 responden)
0%
(0 responden)
8 Tanggapan responden terkait antarapegawai saling percaya dengananggota komisioner
7%
(3 responden)
64%
(26 responden)
29%
(12 responden)
0%
(0 responden)
10 Tanggapan responden terkait salingmembantu dalam menyelesaikanpekerjaan merupakan gambarankepercayaan antara anggotaorganisasi yang cukup tinggi
15%(6 responden)
73%(30 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
11 Tanggapan responden terkait salingpercaya antara pegawaimenyebabkan rasa kekeluargaan diantara anggota organisasi
39%
(16 responden)
56%
(23 responden)
5%
(2 responden)
0%
(0 responden)
200
12 Tanggapan responden terkaitkepercayaan mampu meminimalisirkonflik horizontal antara pegawai
25%(10 responden)
68%(28 responden)
7%(3 responden)
2%(1 responden)
C. Indikator Ketaatan Terhadap Norma13 Tanggapan responden terkait
Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten memiliki peraturantertulis untuk mengatur aktivitaspegawai
29%
(12 responden)
63%
(26 responden)
5%
(2 responden)
3%
(1 responden)
15 Tanggapan responden terkaitpegawai mematuhi peraturan yangada di Komisi Pemilihan Umum(KPU) Provinsi
5%
(2 responden)
83%
(34 responden)
10%
(4 responden)
2%
(1 responden)
16 Tanggapan responden terkaitperaturan yang ada di KomisiPemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten dapat diterima dengan baikoleh seluruh pegawai
12%(5 responden)
78%(32 responden)
7%(3 responden)
3%(1 responden)
17 Tanggapan responden terkaitkepatuhan pegawai pada peraturanmampu menjaga sistem yangterbangun di Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten
7%
(3 responden)
90%
(37 responden)
3%
(1 responden)
0%
(0 responden)
18 Tanggapan responden terkaitkepatuhan pegawai terhadapperaturan yang berlakumempermudah Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Bantenmemiliki tata kelola organisasi yangbaik
20%(8 responden)
73%(30 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
Tabel 4.9Tanggapan Responden Secara Keseluruhan
Variabel Budaya Organisasi (X2)
No Tanggapan Responden Sangat Setuju Setuju Tidak SetujuSangat
Tidak SetujuA. Indikator Inovasi dan Keberanian Mengambil Resiko (Inovation and Risk Taking)
19 Tanggapan responden terkaitpegawai memiliki cara efektif untukmenyelesaikan pekerjaan secaraoptimal
15%
(6 responden)
78%
(32 responden)
5%
(2 responden)
2%
(1 responden)
20 Tanggapan responden terkaitpegawai memiliki inovasi untukmengembangkan cara kerja yangbaik
10%(4 responden)
83%(34 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
21 Tanggapan responden terkaitpegawai diberi kesempatan untukmenyelesaikan masalah pekerjaansendiri sesuai dengan peraturanyang berlaku
15%
(6 responden)
66%
(27 responden)
17%
(7 responden)
2%
(1 responden)
22 Tanggapan responden terkaitpegawai bersedia bertanggung
22%(9 responden)
61%(25 responden)
17%(7 responden)
0%(0 responden)
201
jawab atas resiko yang dihadapi saatmenyelesaikan pekerjaan
B. Indikator Perhatian Terhadap Detil (Attention to detail)23 Tanggapan responden terkait
pegawai selalu memperhatikansetiap rincian pekerjaannya
7%
(3 responden)
81%
(33 responden)
10%
(4 responden)
2%
(1 responden)
24 Tanggapan responden terkaitpegawai menekankan ketelitiandalam menyesaikan pekerjaan
10%(4 responden)
80%(33 responden)
10%(4 responden)
0%(0 responden)
25 Tanggapan responden terkaitpegawai melakukan pekerjaansesuai dengan prosedur yang telahditetapkan
27%
(11 responden)
66%
(27 responden)
7%
(3 responden)
0%
(0 responden)
26 Tanggapan responden terkaitkompetensi kerja pegawaimerupakan hal utama di KomisiPemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten
29%(12 responden)
54%(22 responden)
17%(7 responden)
0%(0 responden)
C. Indikator Berorientasi Kepada Hasil (Outcome Orientation)27 Tanggapan responden terkait
Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten membuat targetkerja sebagai panduan bagi pegawai
10%
(4 responden)
80%
(33 responden)
10%
(4 responden)
0%
(0 responden)
28 Tanggapan responden terkaitpegawai bekerja dengan sungguhsungguh untuk menyelesaikanpekerjaan sesuai dengan waktuyang ditetapkan
7%(3 responden)
81%(33 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
29 Tanggapan responden terkait satuanperangkat kerja Komisi UmumPemilihan (KPU) Provinsi Bantentelah menghasilkan kualitas hasilkinerja sesuai dengan target yangditentukan
7%
(3 responden)
78%
(32 responden)
15%
(6 responden)
0%
(0 responden)
30 Tanggapan responden terkaitpegawai diberi kebebasan memilihcara yang dilakukan untukmencapai hasil kinerja yangdiharapkan
5%(2 responden)
63%(26 responden)
29%(12 responden)
3%(1 responden)
D. Indikator Berorientasi Kepada Manusia (People Orientation)31 Tanggapan responden terkait
pegawai mematuhi setiapkeputusan yang diambil dari hasilrapat pleno
22%
(9 responden)
68%
(28 responden)
7%
(3 responden)
3%
(1 responden)
32 Tanggapan responden terkaitpegawai yang melanggar keputusanKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten dikenakan sanksiyang tegas
7%(3 responden)
68%(23 responden)
22%(9 responden)
3%(1 responden)
33 Tanggapan responden terkaitkeputusan yang diambil di KomisiPemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten berpengaruh positif terhadappembinaan karakter pegawai
10%
(4 responden)
78%
(32 responden)
10%
(4 responden)
2%
(1 responden)
202
34 Tanggapan responden terkaitkeputusan yang diambil olehKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Bantenmempertimbangkan kondisi setiapsatuan kerja pegawai
15%(6 responden)
59%(24 responden)
24%(10 responden)
2%(1 responden)
E. Indikator Berorientasi Tim (Team Orientation)35 Tanggapan responden terkait tim
kerja pegawai telah bekerja samadengan baik dengan rekan kerja laindi Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
14%
(6 responden)
71%
(29 responden)
15%
(6 responden)
0%
(0 responden)
36 Tanggapan responden terkaithubungan kerja antara rekan kerjadi Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten berdasarkan rasasaling menghormati
10%(4 responden)
78%(32 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
37 Tanggapan responden terkaitpegawai di Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Bantenbekerja dengan mementingkankepentingan di Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Bantendiatas segalanya
2%
(1 responden)
81%
(33 responden)
15%
(6 responden)
2%
(1 responden)
38 Tanggapan responden terkaitpegawai bertanggung jawab atasbeban kerja yang dibebankan
24%(10 responden)
66%(27 responden)
10%(4 responden)
0%(0 responden)
F. Indikator Agresifitas (Aggressiveness)39 Tanggapan responden terkait
pegawai bekerja dengan memilikikemauan untuk menyelesaikanpekerjaan dengan baik
7%
(3 responden)
81%
(32 responden)
12%
(5 responden)
0%
(0 responden)
40 Tanggapan responden terkaitpegawai mencari cara yang efesienuntuk melakuan pekerjaan lebihbaik lagi
15%(6 responden)
73%(30 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
41 Tanggapan responden terkaitpegawai dapat memberikan sarandan solusi untuk menyelesaikansuatu masalah dalam pekerjaan
15%
(6 responden)
78%
(32 responden)
7%
(3 responden)
0%
(0 responden)
42 Tanggapan responden terkaitpegawai memiliki kepedulianterhadap anggota organisasi lainapabila mengalami kesulitanpekerjaan
2%(1 responden)
78%(32 responden)
15%(6 responden)
5%(2 responden)
G. Indikator Stabilitas (Stability)43 Tanggapan responden terkait
stabilitas kegiatan di lingkungankerja Komisi Pemilihan Umum(KPU) Provinsi Banten tercapaikarena lingkungan kerja yangharmonis
24%
(10 responden)
64%
(26 responden)
12%
(5 responden)
0%
(0 responden)
44 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilihan Umum (KPU)
15%(6 responden)
73%(30 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
203
Provinsi Banten melakukanevaluasi kinerja setelah programkerja berlangsung
45 Tanggapan responden terkaitpegawai menunjung tinggi nilainilai budaya organisasi yangditerapkan di Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten
7%
(3 responden)
81%
(33 responden)
12%
(5 responden)
0%
(0 responden)
46 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten menjaga danmewariskan budaya organisasiinternal yang baik dari tiap generasi
15%(6 responden)
71%(29 responden)
12%(5 responden)
2%(1 responden)
Tabel 4.10Tanggapan Responden Secara Keseluruhan
Variabel Kinerja Organisasi (Y)
No Tanggapan Responden Sangat Setuju Setuju Tidak SetujuSangat
Tidak SetujuA. Indikator Perspektif Stakeholder
48 Tanggapan responden terkaitpegawai berusaha memberikanpelayanan demi kepuasanstakeholder
12%(5 responden)
73%(30 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
49 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten telah melakukansosialiasi pemilu secaraberkesinambungan
44%(18 responden)
49%(20 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
B. Indikator Perspektif Proses Internal51 Tanggapan responden terkait
Komisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten telah memilikipedoman teknis terkaitpenyelenggaraan pemilu
41%(17 responden)
54%(22 responden)
5%(2 responden)
0%(0 responden)
52 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten selalu mengacupada petujuk pelaksanaan/petunjukteknis terkait peyelenggaraanpemilu
44%(18 responden)
54%(22 responden)
0%(0 responden)
2%(1 responden)
53 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilhan Umum (KPU)Provinsi Banten melaksanakankegiatan penyelenggaraan pemiluberdasarkan waktu yang telahditentukan
49%(20 responden)
51%(21 responden)
0%(0 responden)
0%(0 responden)
54 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten mendistribusikanlogistik pemilu dengan tepat waktu
39%(16 responden)
54%(22 responden)
5%(2 responden)
2%(1 responden)
55 Tanggapan responden terkait 42% 49% 24% 3%
204
pegawai merasa puas denganpembagian beban kerja yang ada diKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten
(10 responden) (20 responden) (10 responden) (1 responden)
56 Tanggapan responden terkaitpegawai merasa puas denganpencapaian kinerja KomisiPemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten
0%(0 responden)
85%(35 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
C. Indikator Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran58 Tanggapan responden terkait
anggota organisasi di KomisiPemilihan Umum (KPU) ProvinsiBanten telah mengakses semuainformasi yang dibutuhkan
15%(6 responden)
66%(27 responden)
19%(8 responden)
0%(0 responden)
59 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten memberikanpelatihan terlebih dahulu bila adasistem baru di Komisi PemilihanUmum Provinsi Banten
15%(6 responden)
78%(32 responden)
7%(3 responden)
0%(0 responden)
60 Tanggapan responden terkaitKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten mengadakanpendidikan pelatihan untukmeningkatkan kualitas pelayanansecara regular
36%(15 responden)
49%(20 responden)
15%(6 responden)
0%(0 responden)
61 Tanggapan responden terkaitpengadaan barang dan jasa terkaitpemilu yang dibutuhkan olehKomisi Pemilihan Umum (KPU)Provinsi Banten telah memakaisistem e-procurement
24%(10 responden)
56%(23 responden)
20%(8 responden)
0%(0 responden)
62 Tanggapan responden terkait sisteme-procurement yang diterapkantelah meningkatkan kinerjaorganisasi Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten
24%(10 responden)
56%(23 responden)
20%(8 responden)
0%(0 responden)
D. Indikator Perspektif Keuangan63 Tanggapan responden terkait
realisasi penggunaan anggaran telahsesuai dengan perencanaan yangdilakukan oleh Komisi PemilihanUmum (KPU) Provinsi Banten
32%(13 responden)
56%(23 responden)
12%(5 responden)
0%(0 responden)
65 Tanggapan responden terkaitpenyusunan laporanpertanggungjawaban penggunaananggaran yang telah dilakukansesuai dengan Standar AkuntansiPemerintah (SAP)
39%(16 responden)
61%(25 responden)
0%(0 responden)
0%(0 responden)
205
4.4 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka akan dijawab melalui
hipotesis yang dihitung dari data yang terkumpul. Pengujian stastistik ini
dimaksudkan untuk melakukan pengujian yang telah diduga. Dalam pengujian
hipotesis ini, peneliti melakukan uji korelasi product moment, uji korelasi ganda,
uji regresi sederhana, uji regresi ganda, uji t dan uji F.
4.4.1 Hasil Uji Korelasi Product Moment
Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui hubungan
antara satu variabel dengan variabel lain secara linear. Data yang digunakan
berskala interval atau rasio. Nilai korelasi (r) adalah 0 sampai 1 atau 0 sampai -1
(untuk hubungan negatif), semakin mendekati 1/-1 berarti hubungan yang terjadi
semakin kuat. Sebaliknya, nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi
semakin lemah. Menurut Sugiyono (2010) pedoman untuk menginterpretasikan
hasil koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Peneliti ingin melakukan analisis korelasi product moment untuk
mengetahui hubungan modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi
206
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dalam penelitian ini menggunakan
bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil perhitungannya:
Tabel 4.11Hasil Uji Korelasi Product Moment
Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
Modal Sosial
(X1)
Kinerja
Organisasi (Y)
Modal Sosial (X1) Pearson Correlation 1 .417**
Sig. (2-tailed) .007
N 41 41
Kinerja Organisasi (Y) Pearson Correlation .417** 1
Sig. (2-tailed) .007
N 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Dari output diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif
sebesar 0,417 antara variabel modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product moment
tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan
bahwa hubungan antara modal sosial (X1) dengan kinerja organisasi (Y) adalah
sedang.
Selanjutnya peneliti ingin melakukan analisis korelasi product moment
untuk mengetahui hubungan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi
(Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, dalam penelitian ini
menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah hasil perhitungannya:
207
Tabel 4.12Hasil Uji Korelasi Product Moment
Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
Budaya
Organisasi (X2)
Kinerja
Organisasi (Y)
Budaya Organisasi (X2) Pearson Correlation 1 .552**
Sig. (2-tailed) .000
N 41 41
Kinerja Organisasi (Y) Pearson Correlation .552** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Dari output diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif
sebesar 0,552 antara variabel budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi
(Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product
moment tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka
disimpulkan bahwa hubungan antara budaya organisasi (X2) dengan kinerja
organisasi (Y) adalah sedang.
4.4.2 Hasil Uji Korelasi Ganda
Uji korelasi ganda dipergunakan (multiple correlation) merupakan angka
yang menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen
secara bersama-sama atau lebih dengan variabel dependen. Peneliti ingin
melakukan analisis korelasi ganda untuk mengetahui hubungan modal sosial (X1)
dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan
208
Umum (KPU) Provinsi Banten, dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS
versi 19. Berikut adalah hasil perhitungannya:
Tabel 4.13Hasil Uji Korelasi Ganda
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
Modal
Sosial (X1)
Budaya
Organisasi (X2)
Kinerja
Organisasi (Y)
Modal Sosial (X1) Pearson Correlation 1 .755** .417**
Sig. (2-tailed) .000 .007
N 41 41 41
Budaya Organisasi (X2) Pearson Correlation .755** 1 .552**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 41 41 41
Kinerja Organisasi (Y) Pearson Correlation .417** .552** 1
Sig. (2-tailed) .007 .000
N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan nilai koefisien korelasi antara variabel diatas, maka nilai
koefisien korelasi ganda atau adalah:
=1 −
=(0.417) + (0.552) − 2. (0.417)(0.552)(0.755)
1 − (0.755)²
= . . ..
= 0.512
209
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif
sebesar 0,512 antara variabel modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara
bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten. Nilai korelasi ganda tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di
range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa hubungan antara modal sosial (X1)
dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama dengan kinerja organisasi (Y)
adalah sedang.
4.4.3 Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen, analisis ini juga
untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen positif atau negatif.
Peneliti melakukan uji regresi linier sederhana untuk mengetahui
persamaan regresi modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Rumus
regresi linier sederhana sebagai berikut:
′ = +
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen nilai yang diprediksikan (Kinerja Organisasi)
X = Variabel independen (Modal Sosial)
a = Nilai Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
210
Dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS versi 19. Berikut adalah
hasil perhitungannya:
Tabel 4.14Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier SederhanaModal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.770 9.489 3.348 .002
Modal Sosial (X1) .513 .179 .417 2.867 .007
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas maka di dapat hasil persamaan regresi linier
sederhana antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) sebagai
berikut:
Y’ = 31,770 + 0,513X
Keterangan:
Y’ = Kinerja Organisasi
X = Modal Sosial
a = Konstanta sebesar 31,770 artinya jika modal sosial nilainya 0,
maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 31,770
b = Koefisien regresi sebesar 0,513 artinya jika modal sosial (X)
mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami
peningkatan sebesar 0,513
Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary
yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk
211
mengetahui persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X1) terhadap kinerja
organisasi (Y). Berikut adalah hasil perhitungannya:
Tabel 4.15Hasil Uji Koefisien Determinasi
Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .417a .174 .153 5.808
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,174 atau (17,4%).
Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen
modal sosial (X1) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar
17,4%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar
17,4% variasi variabel dependen.
Selanjutnya peneliti melakukan uji regresi linier sederhana untuk
mengetahui persamaan regresi budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi
(Y). Rumus regresi linier sederhana sebagai berikut:
′ = +
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen nilai yang diprediksikan (Kinerja Organisasi)
X = Variabel independen (Budaya Organisasi)
a = Nilai Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
212
Tabel 4.16Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Sederhana
Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.739 7.814 3.422 .001
Budaya Organisasi (X2) .385 .093 .552 4.133 .000
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas maka di dapat hasil persamaan regresi linier
sederhana antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) sebagai
berikut:
Y’ = 26,739 + 0,385X
Keterangan:
Y’ = Kinerja Organisasi
X = Budaya Organisasi
a = Konstanta sebesar 26,739 artinya jika budaya organisasi nilainya
0, maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 26,739
b = Koefisien regresi sebesar 0,385 artinya jika budaya organisasi (X)
mengalami kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami
peningkatan sebesar 0,385
Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary
yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk
213
mengetahui persentase sumbangan pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap
kinerja organisasi (Y). Berikut adalah hasil perhitungannya:
Tabel 4.17Hasil Uji Koefisien Determinasi
Budaya Organisasi (X2) terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .552a .305 .287 5.330
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,305 atau (30,5%).
Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen
budaya organisasi (X2) mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y)
sebesar 30,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan
sebesar 30,5% variasi variabel dependen.
4.4.4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen.
Perbedaan dengan regresi linier sederhana yaitu terletak pada jumlah variabel
independennya, dimana regresi linier sederhana hanya menggunakan satu variabel
independen, sedangkan regresi linier berganda menggunakan dua atau lebih
variabel independen yang dimasukan dalam model regresi. Analisis ini juga untuk
memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalamai kenaikan atau penurunan, dan untuk mengetahui arah hubungan
214
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing masing
variabel independen berhubungan positif atau negatif.
Peneliti melakukan uji regresi berganda untuk mengetahui persamaan
regresi modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi
(Y). Rumus regresi linier berganda sebagai berikut:
Y’= a+ b1 X1+ b2 X2
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen nilai yang diprediksikan (Kinerja Organisasi)
X1, X2 = Variabel independen (Modal Sosial dan Budaya Organisasi)
a = Nilai Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Tabel 4.18Hasil Koefisien Persamaan Regresi Linier Berganda
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.704 9.022 2.960 .005
Modal Sosial (X1) .002 .253 .002 .008 .994
Budaya Organisasi (X2) .384 .144 .551 2.670 .011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas maka di dapat hasil persamaan regresi linier
berganda antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja
organisasi (Y) sebagai berikut:
215
Y’ = 26,704 + 0,002X1 + 0,384 X2
Keterangan:
Y’ = Kinerja Organisasi
X1 = Modal Sosial
X2 = Budaya Organisasi
a = Konstanta sebesar 26,704 artinya jika modal sosial (X1) dan
budaya organisasi (X2) nilainya 0, maka tingkat kinerja organisasi
(Y) nilainya positif 26,704
b1 = Koefisien regresi variabel modal sosial (X1) sebesar 0,002; artinya
jika modal sosial (X1) mengalami kenaikan 1, maka kinerja
organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,002 dengan asumsi
variabel independen lain bernilai tetap
b2 = Koefisien regresi variabel budaya organisasi (X2) sebesar 0,384;
artinya jika budaya organisasi (X2) mengalami kenaikan 1, maka
kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,384 dengan
asumsi variabel independen lain bernilai tetap
Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary
yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X1) dan budaya
organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Berikut adalah hasil
perhitungannya:
216
Tabel 4.19Hasil Uji Koefisien Determinasi
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .552a .305 .268 5.399
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,305 atau (30,5%).
Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen
modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) mempengaruhi variabel dependen
kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan
mampu menjelaskan sebesar 30,5% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini.
4.4.5 Hasil Uji Parsial
4.4.5.1 Uji Hipotesis Pertama (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen, modal
sosial (X1) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, kinerja
organisasi (Y). Berikut adalah kriteria pengujian hipotesis:
- H0 : 1 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
(X1) terhadap kinerja organisasi (Y)
- H1 : 1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1)
terhadap kinerja organisasi (Y)
217
Tabel 4.20Hasil Uji Parsial (Uji t)
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.704 9.022 2.960 .005
Modal Sosial (X1) .002 .253 .002 .008 .994
Budaya Organisasi (X2) .384 .144 .551 2.670 .011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas diperoleh t hitung sebesar 0,008. Kemudian
nilai t tabel di cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2
sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data
dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi =
0,025%) hasil diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024.
Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel.
Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel.
Berdasarkan output diatas maka nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H0 diterima, artinya bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) terhadap kinerja
organisasi (Y). Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara
signifikan modal sosial tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
218
4.4.5.2 Uji Hipotesis Kedua (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen, budaya
organisasi (X2) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, kinerja
organisasi (Y). Berikut adalah kriteria pengujian hipotesis:
- H0 : 2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y)
- H2 : 2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi
(X2) terhadap kinerja organisasi (Y)
Tabel 4.21Hasil Uji Parsial (Uji t)
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.704 9.022 2.960 .005
Modal Sosial (X1) .002 .253 .002 .008 .994
Budaya Organisasi (X2) .384 .144 .551 2.670 .011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas diperoleh t hitung sebesar 2,670. Kemudian
nilai t tabel di cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2
sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data
dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi =
0,025%) hasil diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024.
219
Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel.
Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel.
Berdasarkan output diatas maka nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H0
ditolak dan H2 diterima.
Nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H0 ditolak, artinya bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja
organisasi (Y). Nilai t hitung positif, artinya pengaruh yang terjadi adalah positif
atau dapat diartikan semakin tinggi atau baik budaya organisasi, maka makin
meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa secara signifikan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja
organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.4.6 Hasil Uji Simultan
4.4.6.1 Uji Hipotesis Ketiga (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen, modal
sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara simultan berpengaruh terhadap
variabel dependen, kinerja organisasi (Y). Berikut adalah kriteria pengujian
hipotesis:
- H0 : 1 : 2 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal
sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja
organisasi
220
- H3 : 1 : 2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap dan kinerja
organisasi
Tabel 4.22Hasil Uji Simultan (Uji F)
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X2)terhadap Kinerja Organisasi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 485.296 2 242.648 8.323 .001a
Residual 1107.826 38 29.153
Total 1593.122 40
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1)
b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Berdasarkan output diatas diperoleh F hitung sebesar 8,323. Kemudian
nilai F tabel di cari berdasarkan tabel distribusi F pada tingkat keyakinan 95%, α =
5%, df 1 (jumlah variabel-1) atau 3-1 = 2 dan df 2 (n-k-1) atau 41-2-1 = 38
diperoleh hasil F tabel sebesar 3,245.
Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel.
Sedangkan H0 ditolak bila F hitung > F tabel. Berdasarkan output diatas maka
nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak dan H3 diterima.
Nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak, artinya bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi
(X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y). Sehingga dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan modal sosial dan budaya
221
organisasi secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
4.4.7 Analisis Jalur (Path Analysis)
Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis
jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi
linier berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antara variabel (model casual) yang telah
ditetapkan. Analisis jalur sendiri tidak dapat menentukan hubungan sebab-akibat
dan juga tidak dapat digunakan sebagai substitusi bagi peneliti untuk melihat
hubungan kausal antar variabel. Hubungan kausalitas antar variabel telah dibentuk
dengan model berdasarkan landasan teori.
Gambar 4.2Panel Hubungan Langsung
Modal Sosial (X1) Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y)
c
Sumber: Peneliti,2015
Gambar 4.3Panel Hubungan Tidak Langsung
Modal Sosial (X1) Mempengaruhi Kinerja Organisasi (Y)Melewati Budaya Organisasi (M)
a b
c’
Sumber: Peneliti,2015
Y(Kinerja Organisasi)
X1(Modal Sosial)
M(Budaya Organisasi)
Y(Kinerja Organisasi)
X1(Modal Sosial)
222
Pada gambar 4.2 variabel Modal Sosial (X1) berpengaruh langsung
terhadap Kinerja Organisasi (Y) atau sering disebut direct effect, sedangkan pada
gambar 4.3 menggambarkan bentuk mediasi sederhana yaitu pengaruh tidak
langsung Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y), lewat Budaya Organisasi
(M) sebagai variabel moderator. Hubungan sederhana antara Modal Sosial (X1) ke
Kinerja Organisasi (Y) sering disebut total effect (pengaruh total) dengan nilai
koefisien total effect c (lihat gambar 4.2). Koefisien c ini berbeda dengan
koefisien c’ yang merupakan koefisien pengaruh langsung (direct effect) Modal
Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) setelah mengendalikan Budaya Organisasi
(M). Berikut ini merupakan model analisis jalur (Path Analysis):
Gambar 4.4Model Analisis Jalur (Path Analysis)
p2 p3
p1
Sumber: Peneliti,2015
Berdasarkan model jalur diajukan hubungan berdasarkan teori bahwa
Modal Sosial (X1) mempunyai hubungan langsung dengan Kinerja Organisasi (Y)
atau p1. Namun demikian Modal Sosial (X1) juga mempunyai hubungan tidak
langsung ke Kinerja Organisasi (Y) yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya
Organisasi (M) atau p2 baru kemudian ke Kinerja Organisasi (Y) atau p3.
e1
M(Budaya Organisasi)
Y(Kinerja Organisasi)
X1(Modal Sosial) e2
223
Diagram jalur memberikan secara eksplisit hubungan kausalitas antara
variabel berdasarkan pada teori. Anak panah menunjukan hubungan antara
variabel, seperti dijelaskan di bawah ini:
1. Pengaruh LangsungModal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = p12. Pengaruh Tak LangsungModal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) ke KinerjaOrganisasi (Y)
= p2 x p3
3. Total Pengaruh korelasiModal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = p1 + (p2 x p3)
Maka persamaan tersebut adalah:
Budaya Organisasi = α + p2Modal Sosial + e1 (1)
Kinerja Organisasi = α + p1Modal Sosial + p3Budaya Organisasi + e2 (2)
Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis jalur Modal Sosial (X1)
berpengaruh langsung ke Kinerja Organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak
langsung yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) lalu ke Kinerja
Organisasi (Y) menggunakan bantuan piranti lunak Statistic Program Social
Science (SPSS) versi 19.0.
Tabel 4.23Analisis Jalur (Path Analysis)
Hasil Uji Signifikasi Parameter IndividualModal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.188 9.819 1.343 .187
Modal Sosial (X1) 1.330 .185 .755 7.185 .000
a. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
224
Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut adalah:
Modal Sosial = 13,188 + 1,330p2 + e
Tabel 4.24Hasil Uji Koefisien Determinasi
Modal Sosial (X1) terhadap Budaya Organisasi (M)
Hasil output SPSS tabel 4.23 memberikan nilai standardized beta Modal
Sosial (X1) pada persamaan sebesar 1,330 dan signifikan pada 0,000 yang berarti
Modal Sosial (X1) mempengaruhi Budaya Organisasi (M). Nilai koefisien beta
merupakan nilai path atau p2. Besarnya nilai e1 = 1 − 0,570 = 0,655
Tabel 4.25Analisis Jalur (Path Analysis)
Hubungan Tidak Langsung Modal Sosial (X1)Terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya Organisasi (M)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.704 9.022 2.960 .005
Modal Sosial (X1) .002 .253 .002 .008 .994
Budaya Organisasi (X2) .384 .144 .551 2.670 .011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
Persamaan yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut adalah:
Kinerja Organisasi = 26,704 + 0,002p1 + 0,384p3 + e
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .559 6.011
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
Sumber: Peneliti, Output SPSS 19 yang diolah, 2015
225
Tabel 4.26Hasil Uji Koefisien Determinasi
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (M)terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Pada output SPSS tabel 4.25 memberikan nilai standardized beta untuk
Modal Sosial (X1) 0,002 dan tidak signifikan. Nilai standardized beta untuk
Budaya Organisasi (M) 0,384 dan signifikan. Nilai standardized beta untuk Modal
Sosial (X1) 0,002 merupakan jalur path p1 dan nilai standardized beta untuk
Budaya Organisasi (M) 0,384 merupakan path p3. Besarnya nilai e2 =
1 − 0,305 = 0,833
Dalam menggambarkan diagram jalur yang perlu diperhatikan adalah anak
panah berkepala satu merupakan hubungan regresi dan anak panah berkepala dua
adalah hubungan korelasi. Berikut ini merupakan model analisis jalur pada
penelitian berdasarkan hasil perhitungan yang telah diperoleh.
Gambar 4.5Hasil Model Analisis Jalur (Path Analysis)
p2= 1,330 p3=0,384
p1=0,002
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .552a .305 .268 5.399
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (M), Modal Sosial (X1)Sumber: Peneliti, 2015
e1=0,655
M(Budaya Organisasi)
Y(Kinerja Organisasi)
X1(Modal Sosial) e2=0,883
3
Sumber: Peneliti, 2015
226
Hasil analisis jalur menunjukan bahwa Modal Sosial (X1) dapat
berpengaruh langsung ke Kinerja Organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak
langsung yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) sebagai
intervening lalu ke Kinerja Organisasi (Y). Besarnya pengaruh langsung adalah
0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan
mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (1,330) x (0,384) = 0,51072 atau
total pengaruh Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,002 + (1,330 x
0,384) = 0,51272. Secara rinci dijelaskan dibawah ini:
Tabel 4.27Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
1. Pengaruh LangsungModal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,0022. Pengaruh Tak LangsungModal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi(M) ke Kinerja Organisasi (Y)
= 1,330 x 0,384 = 0,51072
3. Total Pengaruh KorelasiModal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,002 + (1,330 x 0,384) = 0,51272Sumber: Peneliti, 2015
Pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien (p2 x p3) yaitu
(1,330) x (0,384) = 0,51072. Signifikan atau tidak, diuji dengan Sobel test sebagai
berikut:
Hitung standar eror dari koefisien indirect effect (sp2p3)
Sp2p3 = 3 2 + 2 3 + 2 3
Sp2p3 = (0,384) (0,185) + (1,330) (0,144) + (0,185) (0,144)
Sp2p3 = (0,0050466816) + (0,0366799104) + (0,0007096896)
Sp2p3 = √0,0424362816
Sp2p3 = 0,206
227
Berdasarkan hasil Sp2p3 ini kita dapat menghitung nilai t statistic
pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:
t = =,,
= 2,480
Oleh karena nilai t hitung = 2,480 lebih besar dari t tabel dengan tingkat
signifikasi 0,05 yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien
mediasi 0,51072 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Sehingga besar
pengaruh mediasi adalah 0,51072 atau 51,072% yang dibulatkan menjadi 51,1%.
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti akan
menginterpretasikan hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah
dikemukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti akan menjawab tiga
rumusan masalah yaitu pertama, bagaimana pengaruh antara modal sosial (X1)
terhadap kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten.
Untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lain
secara linear dilakukan uji korelasi product moment. Dari hasil output uji korelasi
product moment, diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,417 antara
variabel modal sosial (X1) dengan kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product moment tersebut menurut
Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa
hubungan antara modal sosial (X1) dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang.
228
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Berdasarkan uji tersebut di dapat hasil persamaan regresi linier
sederhana antara modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) yaitu Y’ =
31,770 + 0,513X. Dimana Y’ adalah kinerja organisasi sedangkan X adalah
Modal Sosial. Konstanta sebesar 31,770 artinya jika modal sosial nilainya 0, maka
tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 31,770. Sedangkan koefisien regresi
sebesar 0,513 artinya jika modal sosial (X) mengalami kenaikan 1, maka kinerja
organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,513.
Selanjutnya dalam output spss uji regresi linier sederhana, terdapat output
Model Summary yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan
untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X1) terhadap
kinerja organisasi (Y). Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar
0,174 atau (17,4%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh
variabel independen modal sosial (X1) mempengaruhi variabel dependen kinerja
organisasi (Y) sebesar 17,4%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan mampu
menjelaskan sebesar 17,4% variasi variabel dependen.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan analisis uji regresi linier
berganda, dalam hipotesis ini dilakukan uji parsial (uji t). Berdasarkan output uji
regresi linier berganda diperoleh t hitung sebesar 0,008. Kemudian nilai t tabel di
cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan
derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah
229
jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi = 0,025%) hasil
diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024.
Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel.
Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel.
Berdasarkan output tersebut maka nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H0
diterima dan H1 ditolak.
Nilai t hitung < t tabel (0,008 < 2,024) maka H0 diterima, artinya bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) terhadap kinerja
organisasi (Y). Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara
signifikan modal sosial tidak berpengaruh terhadap kinerja organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Kemudian dalam penelitian ini, peneliti akan menjawab rumusan masalah
yang kedua, bagaimana pengaruh antara budaya organisasi (X2) terhadap
kinerja organisasi (Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lain
secara linear dilakukan uji korelasi product moment. Dari hasil output uji korelasi
product moment, diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,552 antara
variabel budaya organisasi (X2) dengan kinerja organisasi (Y) di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi product moment tersebut
menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan bahwa
hubungan antara budaya organisasi (X2) dengan kinerja organisasi (Y) adalah
sedang.
230
Selanjutnya dilakukan analisis regresi linier sederhana digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel
dependen. Berdasarkan uji tersebut di dapat hasil persamaan regresi linier
sederhana antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) yaitu Y’
= 26,739 + 0,385X. Dimana Y adalah kinerja organisasi sedangkan X adalah
budaya organisasi. Konstanta sebesar 26,739 artinya jika modal sosial nilainya 0,
maka tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 26,739. Koefisien regresi
sebesar 0,385 artinya jika budaya organisasi (X) mengalami kenaikan 1, maka
kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,385
Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary
yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap
kinerja organisasi (Y). Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar
0,305 atau (30,5%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh
variabel independen budaya organisasi (X2) mempengaruhi variabel dependen
kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan
mampu menjelaskan sebesar 30,5% variasi variabel dependen.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan analisis uji regresi linier
berganda, dalam hipotesis ini dilakukan uji parsial (uji t). Berdasarkan output uji
regresi linier berganda diperoleh t hitung sebesar 2,670. Kemudian nilai t tabel di
cari berdasarkan tabel distribusi t pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan
derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 41-2-1 = 38 (n adalah jumlah data dan k adalah
231
jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi = 0,025%) hasil
diperoleh untuk t tabel adalah sebesar +2,024 / -2,024.
Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel.
Sedangkan bila H0 ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel.
Berdasarkan output diatas maka nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H0
ditolak dan H2 diterima.
Nilai t hitung > t tabel (2,670 > 2,024) maka H0 ditolak, artinya bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi (X2) terhadap kinerja
organisasi (Y). Nilai t hitung positif, artinya pengaruh yang terjadi adalah positif
atau dapat diartikan semakin tinggi atau baik budaya organisasi, maka makin
meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga dalam penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa secara signifikan budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja
organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Kemudian dalam penelitian ini, peneliti akan menjawab rumusan masalah
yang ketiga, bagaimana pengaruh antara modal sosial (X1) dan budaya
organisasi (X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y) di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen dan satu
variabel dependen dilakukan uji korelasi ganda. Dari hasil output uji korelasi
ganda dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar 0,512 antara
variabel modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) dengan kinerja organisasi
(Y) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Nilai korelasi ganda
tersebut menurut Sugiyono (2010) berada di range 0,40 – 0,599 maka disimpulkan
232
bahwa hubungan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara
bersama sama dengan kinerja organisasi (Y) adalah sedang.
Selanjutnya dilakukan analisis uji regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen. Berdasarkan uji tersebut di dapat hasil persamaan regresi linier
berganda antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja
organisasi (Y) yaitu Y’ = 26,704 + 0,002X1 + 0,384X2. Dimana Y’ adalah kinerja
organisasi, X1 adalah modal sosial dan X2 budaya organisasi. Konstanta sebesar
26,704 artinya jika modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) nilainya 0, maka
tingkat kinerja organisasi (Y) nilainya positif 26,704. Koefisien regresi variabel
modal sosial (X1) sebesar 0,002; artinya jika modal sosial (X1) mengalami
kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,002 dengan
asumsi variabel independen lain bernilai tetap. Koefisien regresi variabel budaya
organisasi (X2) sebesar 0,384; artinya jika budaya organisasi (X2) mengalami
kenaikan 1, maka kinerja organisasi mengalami peningkatan sebesar 0,384 dengan
asumsi variabel independen lain bernilai tetap.
Selanjutnya dalam output spss tersebut terdapat output Model Summary
yang merupakan hasil analisis determinasi yang dapat digunakan untuk
mengetahui persentase sumbangan. Berdasarkan output diperoleh angka R Square
sebesar 0,305 atau (30,5%). Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan
pengaruh variabel independen modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2)
mempengaruhi variabel dependen kinerja organisasi (Y) sebesar 30,5%. Atau
variasi variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan sebesar 30,5% variasi
233
variabel dependen. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukan dalam model penelitian ini.
Selanjutnya untuk menguji hipotesis dilakukan analisis uji regresi linier
berganda, dalam hipotesis ini dilakukan uji simultan (uji F). Berdasarkan output
uji regresi linier berganda Berdasarkan output diatas diperoleh F hitung sebesar
8,323. Kemudian nilai F tabel di cari berdasarkan tabel distribusi F pada tingkat
keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) atau 3-1 = 2 dan df 2 (n-k-1)
atau 41-2-1 = 38 diperoleh hasil F tabel sebesar 3,245.
Kriteria pengujian adalah bila H0 diterima jika F hitung ≤ F tabel.
Sedangkan H0 ditolak bila F hitung > F tabel. Berdasarkan output diatas maka
nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak dan H3 diterima.
Nilai F hitung > F tabel (8,323 > 3,245) maka H0 ditolak, artinya bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial (X1) dan budaya organisasi
(X2) secara bersama sama terhadap kinerja organisasi (Y). Sehingga dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara signifikan modal sosial dan budaya
organisasi secara bersama sama berpengaruh terhadap kinerja organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Kemudian dilakukan analisis jalur (path analysis) yang digunakan untuk
menguji pengaruh variabel intervening, analisis ini juga merupakan perluasan dari
analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antara variabel (model casual) yang telah
ditetapkan. Peneliti ingin mengetahui variabel Modal Sosial (X1) berpengaruh
langsung Kinerja Organisasi (Y) dan bentuk mediasi sederhana pengaruh tidak
234
langsung Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y), lewat Budaya Organisasi
(M) sebagai variabel moderator.
Bersadarkan hasil penelitian diketahui bahwa persamaan hubungan
langsung antara Modal Sosial (X1) terhadap Kinerja Organisai (Y) adalah Modal
Sosial = 13,188 + 1,330p2 + e. Sedangkan persamaan hubungan tidak langsung
antara Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y), Melalui Budaya
Organisasi (M) adalah Kinerja Organisasi = 26,704 + 0,002p1 + 0,384p3 + e. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa nilai p1 = 0,002, nilai p2 = 1,330, nilai p3 =
0,384. Besarnya nilai e1 = 0,655 sedangkan besarnya nilai e2 = 0,833
Hasil analisis jalur menunjukan bahwa Modal Sosial (X1) dapat
berpengaruh langsung ke Kinerja Organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak
langsung yaitu dari Modal Sosial (X1) ke Budaya Organisasi (M) sebagai
intervening lalu ke Kinerja Organisasi (Y). Besarnya pengaruh langsung adalah
0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan
mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (1,330) x (0,384) = 0,51072 atau
total pengaruh Modal Sosial (X1) ke Kinerja Organisasi (Y) = 0,002 + (1,330 x
0,384) = 0,51272.
Besarnya pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien (p2 x
p3) yaitu (1,330) x (0,384) = 0,51072. Signifikan atau tidak, diuji dengan Sobel
test, sehingga nilai t hitung yang diperoleh adalah 2,480 sedangkan t tabel adalah
1,96. Oleh karena nilai t hitung = 2,480 lebih besar dari t tabel dengan tingkat
signifikasi 0,05 yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien
235
mediasi 0,51072 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Sehingga besar
pengaruh mediasi adalah 0,51072 atau 51,072% yang dibulatkan menjadi 51,1%.
4.6 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dideskripsikan sebelumnya
tentang pengaruh modal sosial dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi
di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten didapatkan hasil penelitian
bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial terhadap
kinerja organisasi, terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi
terhadap kinerja organisasi dan terdapat pengaruh yang signifikan antara modal
sosial dan budaya organisasi secara bersama sama terhadap kinerja organisasi di
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Uraian pembahasan akan
dijelaskan sebagai berikut:
Modal sosial adalah salah satu konsep yang digunakan untuk mengukur
kualitas hubungan dalam komunitas, organisasi dan masyarakat. Menurut James
Coleman modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi
mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok atau organisasi.
indikatornya adalah jaringan sosial/kerja, kepercayaan antar sesama dan ketaatan
terhadap norma.
Berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal yang yang diperoleh dalam
variabel modal sosial (X1) adalah 4x16x41=2624 sedangkan skor minimal adalah
1x16x41=656. Jumlah skor yang diperoleh dalam variabel modal sosial (X1)
236
adalah 2165, rata rata skor seluruh instrument adalah 2165:2624x100%=83%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa modal sosial dalam penelitian ini adalah 83%.
Pada indikator pertama, jaringan sosial/kerja jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x6x41=984 sedangkan skor minimal adalah 1x6x41=246.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 740, rata rata skor seluruh
instrument adalah (740:984)x100%=75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh jaringan sosial/kerja pada variabel modal sosial adalah 75%.
Pada indikator kedua, kepercayaan antar sesama jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x5x41=820 sedangkan skor minimal adalah 1x5x41=205.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 630, rata rata skor seluruh
instrument adalah (630:820)x100%=77%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh kepercayaan antar sesama pada variabel modal sosial adalah 77%.
Pada indikator ketiga, ketaatan terhadap norma jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x5x41=820 sedangkan skor minimal adalah 1x5x41=205.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 626, rata rata skor seluruh
instrument adalah (626:820)x100%=76%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh ketaatan terhadap norma pada variabel modal sosial adalah 76%.
Dalam indikator jaringan sosial/kerja bentukan dari insfrastruktur modal
sosial dan merupakan pola hubungan antara orang dan interaksi yang ada di dalam
organisasi. Jaringan sosial/kerja akan menjadi fasilitator untuk mendukung
terjadinya interkasi yang kemudian akan menumbuhkan kepercayaan dan
kerjasama yang kuat. Jaringan sosial/kerja memiliki makna bahwa posisi
seseorang dalam struktur interaksi akan memberikan keuntungan tertentu.
237
Seseorang yang memiliki interaksi yang baik dengan rekan kerjanya akan
berkinerja dengan baik. Adanya interaksi yang baik akan sangat kondusif untuk
kerjasama antara anggota organisasi. Interaksi yang baik akan mengakibatkan
hubungan kerja semakin baik dan menumbuhkan kedekatan antara karyawan atau
pegawai, jadi seseorang akan lebih mudah mendapatkan bantuan dan dukungan
dari rekan kerjanya, misalnya bisa saling mengakses sumber daya dan informasi
dengan sesama rekan kerja. Hal ini akan memperlancar proses kerja anggota
organisasi dan membuat kinerja anggota organisasi itu menjadi lebih baik.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki jaringan
sosial/kerja yang kuat yang kemudian hubungan ini akan membantu pegawai
untuk melakukan kerja sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Jaringan
sosial/kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten juga tidak hanya
ditandai dengan hubungan sesama pegawai atau komisioner hal ini juga
dibuktikan dengan terbinanya hubungan jaringan sosial/kerja dengan stakeholder
terkait yang merupakan unsur penting yang akan menikmati pelayanan dari
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti masyarakat, instansi
terkait yang ikut andil dalam keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum dan
partai politik yang ikut menjadi peserta dalam penyelenggaraan pemilihan umum.
Selain itu dengan adanya hubungan jaringan sosial/kerja yang baik
membuat pencapain informasi pekerjaan menjadi tersebar merata kepada seluruh
bagian, hal ini membuktikan bahwa telah terjadi interaksi yang kemudian
membuat pegawai atau komisioner mengetahui pencapaian kinerja atau target
kerja di waktu mendatang. Untuk membina hubungan kedekatan yang terjalin
238
antara rekan kerja, pegawai juga melakukan kegiatan informal seperti makan
siang, rekreasi atau kegiatan futsal sehingga intensitas interaksi menjadi lebih
rutin karena terciptanya kedekatan antara anggota organisasi. Pegawai juga
umumnya dapat memberikan ide dan gagasan untuk mengembangkan hubungan
interaksi atau hubungan jaringan/sosial kerja dengan pegawai lain hal ini
dimaksudkan agar hubungan tersebut menjadi lebih kondusif atau lebih baik.
Namun dalam membina hubungan interaksi atau jaringan sosial/kerja, pola
hubungan ini tidak terlepas landasan aturan. Sehingga kendati terjalin hubungan
kedekatan antara pegawai, tidak membuat pegawai melupakan aturan kerja yang
ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti aturan masuk
kerja dan kode etik penyelenggaraan pemilihan umum. Manfaat dari terbinanya
hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat adalah terjalin hubungan yang baik
antara atasan dan bawahan.
Dalam indikator kepercayaan terhadap sesama, kepercayaan merupakan
nilai yang ditunjuk oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerja sama berdasarkan
norma norma yang dianut bersama. Kepercayaan harus dimilili dan menjadi
bagian yang kuat untuk membentuk modal sosial yang baik dan dapat ditandai
dengan kuatnya lembaga lembaga sosial yang harmonis dan dinamis.
Kepercayaan merupakan asset yang tumbuh dari hubungan jaringan sosial/kerja
yang mencangkup kepercayaan itu sendiri dan kelayakan dipercaya. Kepercayaan
ini merupakan atribut yang melekat dalam suatu hubungan, sedangkan kelayakan
dipercaya merupakan atribut yang melekat pada individu yang terlibat dalam
hubungan tersebut. makin tinggi kepercayaan antara rekan kerja dalam suatu
239
organisasi, maka orang orang dalam organisasi tersebut memiliki kelayakan
dipercaya yang tinggi. Dalam kondisi saling mempercayai yang tinggi, orang akan
mampu bekerja dengan baik dalam suatu social exchange, dalam bentuk kerja
sama dengan orang lain.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki
kepercayaan yang tinggi baik antara pegawai ataupun pegawai dengan
komisioner. Kepercayaan antara pegawai ditunjukan dengan adanya kelayakan
dipercaya berupa memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai
dengan kemapuan yang dimiliki oleh individu tersebut. Selain itu dalam kondisi
kepercayaan yang tinggi ini ditunjukan dengan adanya koreksi pekerjaan yang
dilakukan oleh Kepala Bagian atau Kepala Sub Bagian sehingaa terciptanya
kerjasama antara pegawai pelaksana. Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian.
Dalam membina kepercayaan antara pegawai dan komisioner terjadi
kepercayaan yang timbul karena interkasi yang dilakukan. Komisioner umumnya
selalu berinteraksi dan membina hubungan kerja yang baik antara Sekertaris,
Kepala Bagian dan Kepala Sub Bagian sehingga timbul kepercayaan dan
kelayakan dipercaya dalam hubungan ini. Berbeda dengan level pegawai
pelaksana yang tidak sering berinteraksi dengan komisioner, dalam hubungan ini
kepercayaan belum terjalin baik karena kurangnya interaksi antara komisioner
dengan pegawai pelaksana karena komisioner yang jarang ada di lingkungan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, hal ini dibuktikan pula dengan
kuesioner dimana dari 41 responden terdapat 12 orang yang menjawab tidak
setuju ketika diajukan pertanyaan antara pegawai saling percaya dengan anggota
240
komisioner. Namun dari hasil keseluruhan hubungan kepercayaan antara pegawai
dengan pegawai dan antara pegawai dengan komisioner sangat baik dibuktikan
dengan responden yang menjawab setuju ketika diajukan pernyaatan ini. Hasil ini
membuktikan bahwa semakin sering anggota organisasi melakukan interkasi,
hubungan atau jaringan sosial/kerja akan menumbuhkan kepercayaan dan
kelayakan dipercaya.
Kepercayaan yang terjalin antara pegawai di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten diwujudkan pula dengan adanya saling membantu antara
pegawai apabila mengalami keusilitan pekerjaan, hal ini merupakan efek dari
terbinanya hubungan baik yang terjalin. Kepercayaan dan kelayakan dipercaya
juga menyebabkan rasa kekeluargaan yang terjalin di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten. Hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat dan kepercyaan
yang terjalin antara anggota organisasi membuat lingkungan kerja menjadi
dinamis dan harmonis sehingga dapat mampu meminimalisir konflik konflik
horizontal yang terjadi antara pegawai.
Dalam indikator ketaatan terhadap norma, merupakan susunan dari
pemahaman terhadap nilai nilai yang kehidupan serta harapan yang diyakini dan
dijalankan oleh sekelompok orang. Ketaatan terhadap norma juga merupakan
sumberdaya yang memberikan representasi dan interprestasi bersama yang
menjadi sistem makna bersama antara pihak organisasi. Nahapiet dan Ghoshal
(1998) menjelaskan shared languanges (codes), shared narratives dan shared
vision yang memfasilitasi pemahaman tentang tujuan kolektif dan cara bertindak
dalam suatu sistem sosial.
241
Shared languages (codes) dan shared narratives merupakan sarana orang
berdiskusi dan bertukar informasi dalam menjalankan proses kerjanya. Jika ada
shared languages (codes) dan shared narratives, komunikasi antara anggota
organisasi akan lebih baik dan terbuka. Shared languages (codes) dan shared
narratives juga akan mempengaruhi persepsi anggota organisasi. Adanya shared
languages (codes) dan shared narratives akan menciptakan persepsi yang sama
antar anggota organisasi yang akan mempercepat proses komunikasi untuk
menunjang kinerja. Umumnya dimensi kognitif dalam bentuk shared languages
(codes) dan shared narratives akan mengarah ke pemahaman yang sama tentang
tujuan organisasi (shared vision). Jika anggota organisasi memiliki pemahaman
yang sama tentang tujuan organisasi mereka akan bisa bekerja dengan lebih baik.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki peraturan
tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai agar kegiatan yang dilakukan dalam
bekerja sesuai dengan pemahaman bersama sehingga tujuan organisasi yang
terdapat dalam visi dan misi organisasi dapat tercapat. Peraturan tertulis tersebut
dapat berupa undang undang terkait penyelenggaraan pemilu, peraturan terkait
pegawai negeri sipil atau peraturan komisi pemilihan umum terkait
penyelenggaraan pemilihan umum. Dari hasil aturan aturan itulah kemudian
muncul suatu pemahaman bersama untuk bertindak, berkomunikasi dan
berinteraksi.
Pegawai ataupun anggota komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten dituntut cepat untuk memahami peraturan atau regulasi. Hal ini
dikarenakan perubahan peraturan yang cepat terkait penyelanggaraan pemilihan
242
umum. Ini merupakan bagain dari tantangan kerja di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten. Pegawai dan anggota komisioner tidak diberi kesempatan
untuk mendalami regulasi, intrnalisasi regulasi, konsolidasi regulasi karena disaat
yang bersamaan pegawai ataupun anggota komisioner di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) dituntut untuk mengimplementasikan regulasi atau aturan tersebut.
Seihingga dalam hal ini diperlukan shared languages (codes) dan shared
narratives merupakan sarana orang berdiskusi dan bertukar informasi dalam
menjalankan proses kerjanya karena kendati menghadapi peraturan
penyelenggaraan pemilihan umum yang berubah dengan cepat, baik pegawai atau
komisioner dapat berdiskusi dan bertukar informasi sehingga tetap berjalan pada
tujuan organisasi (shared vision) yang sama.
Secara umum, pegawai mampu menerima peraturan yang ada dengan baik
karena kepatuhan pegawai pada peraturan dapat menjada sistem yang terbangun
di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten berjalan sesuai dengan misi
dan visi yang telah ditetapkan. Kepatuhan pegawai terhadap peraturan juga dapat
mempermudah tata kelola organisasi menjadi dinamis dan harmonis karena
anggota organisasi berjalan pada persepsi yang sama.
Budaya organisasi merupakan bagian dari manajemen sumber daya
manusia dan teori organisasi. Robbins mendefinisikan budaya organisasi sebagai
filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi dalam
pengelolaan karyawan. Robbins juga menyatakan budaya organisasi sebagai
sistem makna bersama yang dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi
pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan
243
seperangkat karakter kunci dari nilai nilai organisasi. Ada berbagai karakteristik
budaya organisasi diantaranya yaitu inovasi dan keberanian mengambil resiko
(innovation dan risk taking), perhatian terhadap detail (attention to detail),
berorientasi kepada hasil (outcome orientation), berorientasi kepada manusia
(people orientation), berorientasi kepada tim (tim orientation), agresifitas
(aggressiveness) dan stabilitas (stability).
Berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal yang yang diperoleh dalam
variabel budaya organisasi (X2) adalah 4x28x41=4592 sedangkan skor minimal
adalah 1x28x41=1148. Jumlah skor yang diperoleh dalam variabel budaya
organisasi (X2) adalah 3420, rata rata skor seluruh instrument adalah
3420:4592x100%=74%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
dalam penelitian ini adalah 74%.
Pada indikator pertama, inovasi dan keberanian mengambil resiko jumlah
skor ideal dalam indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah
1x4x41=164. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 493, rata rata
skor seluruh instrument adalah (493:656)x100%=75%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengaruh inovasi dan keberanian mengambil resiko pada
variabel budaya organisasi adalah 75%.
Pada indikator kedua, perhatian terhadap detail jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 502, rata rata skor seluruh
instrument adalah (502:656)x100%=77%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh perhatian terhadap detail pada variabel budaya organisasi adalah 77%.
244
Pada indikator ketiga, orientasi kepada hasil jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 475, rata rata skor seluruh
instrument adalah (475:656)x100%=72%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh orientasi kepada hasil pada variabel budaya organisasi adalah 72%.
Pada indikator keempat, orientasi kepada manusia jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 480, rata rata skor seluruh
instrument adalah (480:656)x100%=73%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh orientasi kepada manusia pada variabel budaya organisasi adalah 73%.
Pada indikator kelima, orientasi kepada tim jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 490, rata rata skor seluruh
instrument adalah (490:656)x100%=75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh orientasi kepada tim pada variabel budaya organisasi adalah 75%.
Pada indikator keenam, agresifitas jumlah skor ideal dalam indikator ini
adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor
yang diperoleh dalam indikator ini adalah 485, rata rata skor seluruh instrument
adalah (485:656)x100%=74%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
agresifitas pada variabel budaya organisasi adalah 74%.
Pada indikator ketujuh, stabilitas jumlah skor ideal dalam indikator ini
adalah 4x4x41=656 sedangkan skor minimal adalah 1x4x41=164. Jumlah skor
yang diperoleh dalam indikator ini adalah 495, rata rata skor seluruh instrument
245
adalah (495:656)x100%=75%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
stabilitas pada variabel budaya organisasi adalah 75%.
Dalam indikator inovasi dan keberanian mengambil resiko ialah sejauh
mana organisasi mendorong pegawai untuk bersifat inovatif dan berani
mengambil resiko, selain itu juga bagaimana organisasi menghargai tindakan
pengambilan resiko dan membangkitkan ide pegawai. Di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai umumnya memiliki cara yang efektif dan
memiliki inovasi untuk menyelesaikan pekerjaan, hal ini agar pekerjaan dapat
dilakukan sesuai dengan waktu dan aturan yang telah ditetapkan. Kendati
memiliki cara efektif dan berinovasi namun pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan tidak mengabaikan aturan dan prosedur pekerjaan yang telah
ditetapkan. Selain itu pegawai juga diberi kebebasan untuk menyelesaikan
masalah pekerjaan dan bertanggung jawab atas resiko dalam menyelasaikan
pekerjaan. Sehingga apabila Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
menuntut pekerjaan selesai dalam 2 hari maka pegawai diberi kebebasan untuk
berinovasi, bekerja secara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan dan bertanggung jawab atas resiko pekerjaan
yang dihadapi.
Dalam indikator perhatian terhadap detail merupakan sejauh mana
organisasi mengharapkan pegawai memperhatikan kecermatan, analisis pekerjaan
kepada rincian. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai
memperhatikan rincian pekerjaan, selalu teliti dan bekerja sesuai dengan aturan
atau prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
246
Provinsi Banten, hal ini dilakukan untuk membuat pelayanan kepada stakeholder
menjadi puas. Misalnya dalam pemilihan calon peserta pemilihan umum ialah
dalam penyeleksian dokumen yang dalam aturan disebutkan melampirkan ijazah,
maka dengan memperhatikan kecermatan, ketelitian dan rincian pekerjaan ijazah
yang dilampirkan tidak hanya fotocopy ijazah namun dengan fotocopy ijazah
dengan stampel basah. Hal ini dilakukan agar tidak ada kesalahan dalam proses
pencalonan.
Dalam indikator berorientasi kepada hasil merupakan suatu proses dimana
manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada teknik
dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut. Di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten ada target waktu dan tahapan yang pasti untuk
pegawai menyelesaikan pekerjaan hal ini merupakan acuan dan panduan bagi
pegawai. Dengan adanya tahapan dan waktu yang pasti maka pegawai bekerja
dengan sungguh sungguh untuk menghasilkan kualitas kerja yang sesuai dengan
target tersebut dan pegawai pun diberi kebebasan untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut selama pekerjaan tersebut sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
Dalam indikator berorientasi kepada manusia merupakan sejauh mana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil hasil pada orang dalam
organisasi. Keputusan dalam rapat pleno merupakan keputusan tertinggi dan
produk tertinggi yang ada di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Apabila ada masalah yang belum diatur dalam pertauran maka dilakukan rapat
pleno dari limaorang anggota komisioner. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Provinsi Banten mematuhi keputusan tersebut karena merupakan
247
keputusan tertinggi. Keputusan tersebut berpengaruh positif bagi pegawai dan
juga mempertimbangkan kondisi satuan kerja pegawai di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten.
Dalam indikator berorientasi tim ialah sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan sekitar tim tim dan tidak hanya individu untuk mendukung
kerjasama. Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah melakukan
kerjasama yang baik sesama pegawai dengan pegawai atau pegawai dengan
komisioner. Kerjasama ini muncul karena hubungan saling menghormati, adanya
kepercayaan dan hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat sehingga kerjasama ini
ada dan kerjasama ini berlandaskan aturan yang berlaku. Dengan adanya
kerjasama antara seluruh anggota organisasi maka pegawai akan mementingkan
kepentingan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena pegawai
merasa bertanggung jawab atas beban kerja yang diberikan.
Dalam indikator agresifitas ialah sejauh mana orang di dalam organisasi
itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi. Di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai umumnya memiliki kemauan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dengan cara mencari cara yang
efektif dan efesien untuk melakukan pekerjaan. Selain itu pegawai juga diberikan
kebebasan untuk memberikan saran atau solusi dalam menyelesaikan pekerjaan
dan pegawai memiliki kepedulian apabila pegawai lain mengalami kesulitan
pekerjaa. Hubungan ini tercipta kerena hubungan jaringan sosial/kerja yang kuat
terjalin sehingga memungkinkan pegawai untuk bekerja sama dan memiliki
kemauan kuat dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaannya.
248
Dalam indikator stabilitas ialah sejauh mana kegiatan organisasi
menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan. Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki lingkungan kerja yang harmonis
sehingga menciptakan stabilitas kegiatan dalam bekerja. Hal ini tumbuh karena
adanya hubungan yang baik dengan rekan kerja lain. Nilai nilai budaya organisasi
diterapkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten karena merupakan
sebuah sistem makna bersama yang terbentuk dari pegawai dan menjadi pembeda
dengan organisasi lain. Selain itu pegawai juga menjada nilai budaya organisasi
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten seperti transparansi informasi
publik.
Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui
perencanaan stategis suatu organisasi, kinerja dapat diketahui dan diukur jika
individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar
keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu, jika
tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja
seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada
tolak ukur keberhasilannya.
Menurut Moeheriono kinerja atau performance adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi baik
secara kuantatif maupun kualitatif sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab
249
masing masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral atau etika.
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu, kartu skor (scorecard) dan
berimbang (balanced). Balanced Scorecard merupakan suatu alat akutansi
manajemen yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan yang ditinjau
dari perspektif finansial dan non finansial secara berimbang. Menurut Moeheriono
dalam penerapan balanced scorecard untuk organisasi publik yaitu perspektif
stakeholder, perspektif proses internal, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran,
perspektif keuangan.
Berdasarkan data yang diperoleh, skor ideal yang yang diperoleh dalam
variabel kinerja organisasi (Y) adalah 4x15x41=2460 sedangkan skor minimal
adalah 1x15x41=615. Jumlah skor yang diperoleh dalam variabel kinerja
organisasi (Y) adalah 2413, rata rata skor seluruh instrument adalah
2413:2460x100%=98%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi
dalam penelitian ini adalah 98%.
Pada indikator pertama, perspektif stakeholder jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x2x41=328 sedangkan skor minimal adalah 1x2x41=82.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 260, rata rata skor seluruh
instrument adalah (260:328)x100%=79%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh perspektif stakeholder pada variabel kinerja organisasi adalah 79%.
Pada indikator kedua, perspektif proses internal jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x6x41=984 sedangkan skor minimal adalah 1x6x41=264.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 739, rata rata skor seluruh
250
instrument adalah (739:984)x100%=81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh perspektif proses internal pada variabel kinerja organisasi adalah 81%.
Pada indikator ketiga, perspektif pertumbuhan dan pembelajaran jumlah
skor ideal dalam indikator ini adalah 4x5x41=820 sedangkan skor minimal adalah
1x5x41=205. Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 629, rata rata
skor seluruh instrument adalah (629:820)x100%=77%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengaruh perspektif inovasi dan pembelajaran pada variabel
kinerja organisasi adalah 77%.
Pada indikator keempat, perspektif keuangan jumlah skor ideal dalam
indikator ini adalah 4x2x41=328 sedangkan skor minimal adalah 1x2x41=82.
Jumlah skor yang diperoleh dalam indikator ini adalah 270, rata rata skor seluruh
instrument adalah (270:328)x100%=82%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pengaruh perspektif keuangan pada variabel kinerja organisasi adalah 82%.
Dalam indikator prespektif stakeholder menjelaskan cara cara bagaimana
penciptaan nilai untuk stakeholder serta bagaimana nilai tersebut akan dipenuhi
sehingga tercapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam perspektif stakeholder itu
diperoleh dari keberhasilan organisasi mengelola mitra kerja. Oleh karena itu,
sasaran kegiatan dalam persfektif mitra kerja organiasi harus diarahkan mengacu
pada persfektif ini. Hal penting lainnya yang mempengaruhi adalah perubahan
kebijakan pemerintah yang kemungkinan akan mengubah tujuan dan stakeholder
organisasi.
Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten memiliki misi
diantaranya yaitu, meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemilihan umum yang
251
bersih, efesien dan efektif, melayani dan memperlakukan peserta pemilihan umum
secara adil dan meningkatkan kesadaran politik masyarakat. Pegawai di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah berusaha untuk memberikan
pelayanan demi kepuasan stakeholder Ada beberapa hal yang di maksud
stakeholder di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, pertama bila
ditinjau dari publik servis maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
melayani masyarakat dengan melakukan sosialisasi data pemilih atau sosialisasi
pemilihan umum. Kedua ditinjau dari stakeholder yang berkaitan dengan instansi
yang terkait dalam penyelenggaraan pemilihan umum yaitu pemerintah daerah,
kesbangpol atau pihak keamanan yang menjaga langsung ketertiban pemilu.
Ketiga stakeholder yang merupakan partai politik yang menjadi peserta pemilu
dengan melakukan sosialisasi terkait mengikuti pemilihan umum yang sesuai
aturan, selektif untuk memilih calon peserta, mengadakan tes kesehatan bagi calon
peserta atau hal lain yang berkaitan dengan persyartan. Ketiga stakeholder ini
merupakan komponen yang harus dijaga dengan baik hubungannya oleh Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Selain itu tranparansi infromasi publik
dilakukan dengan membina hubungan baik dengan media dan hal ini sangat
penting.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten juga telah melakukan
sosialisasi penyelenggaraan secara berkesinambungan baik kepada masyarakat
terkait kegiatan pemilihan umum ataupun kepada partai politik yang merupakan
peserta pemilihan umum yang sosialisasinya terkait peraturan kpu syarat
pencalonan atau hal administratif lainnya. Kegiatan sosialisasi ini meruapakan hal
252
penting untuk meningkatkan pastisipasi masyarakat untuk aktif dalam pemilihan
umum.
Keberhasilan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dalam
melakukan kinerjanya terletak apabila seluruh tahapan penyelenggaraan
pemilihan umum berjalan sesuai dengan tahapan atau waktu yang telah
ditetapkan, tahapan yang sesuai dengan waktu tersebut tidak melanggar regulasi,
undang undang, pertauran kpu dan keputusan dari hasil rapat pleno, dan yang
terakhir adalah tidak menimbulkan reaksi negatif dari publik, kandidat dan
stakeholder terkait.
Dalam indikator perspektif proses internal merupakan analisis utama
proses internal organisasi. Analisis ini mencangkup identifikasi tugas pokok dan
fungsi serta kegiatan yang diperlukan untuk mendukung pencapaian prespektif
stakeholder serta sumber daya dan kapabilitas yang dibutuhkan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten telah memiliki pedoman
teknis terkait penyelenggaraan pemilihan umum diantaranya yaitu pedoman
terkait tata cara pemuktahiran data dan daftar pemilih dalam pemilu kepada
daerah atau wakil kepala daerah, dan pedoman terkait pelakasanaan pemungutan,
perhitungan suara. Pedoman tersebut merupakan acuan untuk menyelenggarakan
pemilihan umum yang harus dipatuhi dan dijalankan agar kegiatan pemilihan
umum berjalan dengan baik. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
juga melakukan penyelenggaran pemilihan umum sesuai dengan waktu yang
terlah ditentukan hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan ketidakpercayaan
253
kepada instansi, sehingga baik pegawai atau komisioner selalu berkerja sesuai
dengan tahapan dan waktu yang ditentukan.
Secara umum pembagian beban kerja di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten merata untuk seluruh pegawai, namun Komisi Pemilihan Umum
gara(KPU) Provinsi Banten terdapat bagain yang memang memiliki beban
pekerjaan yang sifatnya rutin setiap hari dikerjakan seperti bagian program data
tetapi ada pula yang bagian yang sifatnya musiman yaitu ada pekerjaan yang
datangnya bila hanya ada suatu kegaiatan penyelenggaraan pemilihan umum,
seperti bagian hukum.
Dalam indikator perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
memungkinkan organisasi melakukan pembaharuan kapasitas sumber daya
manusia, informasidan lingkungan kerja yang kondusif untuk meningkatkan, baik
efesiensi maupun produktivitasnya dalam mendorong terwujudnya proses internal
yang akan memberikan kepuasan dan memenuhi harapan mitra kerja.
Di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten pegawai telah dapat
mengakses informasi yang dibutuhkan terkait penyelengaaraan pemilihan umum
karena terintegrasi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Selain itu
diadakan pelatihan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI sehingga pegawai
pada tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat memahami.
Pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan, pelatihan tersebut diantaranya dapat berupa pelatihan manajerial,
pelatihan apabilada sistem informasi baru.
254
Dalam indikator perspektif keuangan pada organisasi publik, perspektif
anggaran bukan menjadi tujuan utama, namun lebih bersifat efektivitas alokasi
sumber dana agar dapat mendorong pencapaian sasaran stategik organisasi. oleh
sebab itu, alokasi dana harus diarahkan untuk mencapai sasaran dari kegiatan dan
program perspektif lain.
Relialisasi penggunaan anggaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten telah sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Selain itu
penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran telah dilakukan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan
pemerintah terdiri dari prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan.Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara modal sosial terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) Provinsi Banten. Pada dasarnya modal sosial tidak hanya dibangun
oleh satu individu, melainkan akan terletak pada kecenderungan yang tumbuh
dalam suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai
yang melekat. Modal sosial memiliki dua unsur mendasar yaitu pertama tertanam
dalam struktur sosial yang padat dan kedua memfasilitasi tindakan pelaku dalam
struktur sosial (Coleman, 1999).
255
Modal sosial akan tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok
untuk membangun sejumlah hubungan. Modal sosial hanya dapat dibangun ketika
tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau
membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan
bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan (Putman, 1995).
Adler dan Kwon (2002) melakukan sintesis atas konsep modal sosial yang
berasal dari berbagai perspektif dan memberikan definisi modal sosial sebagai
berikut: “Social capital is the goodwill available to individuals or groups. Its
source lies in the structure and content of the actor’s social relations. Its effects
flow from the information, influence, and solidarity it makes available to the
actor”. Ada tiga hal yang dapat ditekankan dari definisi tersebut. Pertama, modal
sosial bisa dimiliki oleh individu maupun kelompok. Kedua, sumber modal sosial
terletak pada hubungan sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.
Ketiga, efek modal sosial berkaitan dengan informasi, pengaruh, dan solidaritas
yang dimiliki individu atau kelompok yang memungkinkan individu atau
kelompok tersebut mendapat keunggulan tertentu dan dapat berkinerja dengan
lebih baik.
Dari hasil pendapat Coleman (1999), Putman (1995) dan Adler dan Kwon
(2002) diketahui bahwa modal sosial tidak hanya dibangun dari satu individu
melainkan terletak dan tumbuh pada suatu kelompok untuk bersosialisasi sebagai
bagian penting dari nilai yang melekat. Selain itu sumber modal sosial terletak
pada hubungan sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Jadi modal
256
sosial yang dimiliki individu tersebut harus tumbuh pada suatu hubungan sosial
untuk memungkinkan individu tersebut bekerja dengan lebih baik.
Dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja organisasi di Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten. Ruky dalam Hessel Nogi (2005)
mengidentifikasikan faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat
pencapaian kinerja organisasi yaitu, teknologi, kualitas input atau material yang
digunakan dalam organisasi, kualitas lingkungan fisik, budaya organisasi,
kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya manusia. Budaya organisasi
merupakan pola tingkah laku dan pola kerja yang ada di dalam organisasi
bersangkutan. Sejalan dengan Atmosoeprapto dalam Hesel Nogi (2005)
menjelaskan bahwa kinerja organisasi dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
Faktor eksternal terdiri dari faktor politik, faktor ekonomi dan faktor sosial.
sedangkan faktor internal terdiri dari tujuan organisasi, struktur organisasi,
sumber daya manusia dan budaya organisasi. Budaya organisasi merupakan gaya
dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra
organisasi yang bersangkutan.
Moeheriono (2012) menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan kinerja
sistem balance scorecard pada instansi pemerintah dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya, komitmen pimpinan, partisipasi karyawan, hambatan organisasi,
budaya organisasi, kejelasan dan konsistensi indikator kinerja, kebutuhan nyata
untuk perbaikan, cakupan kegaiatan, ketersediaan informasi kinerja, imbalan dan
pennghargaan.
257
Proses penggunaan balance scorecard dapat mempengaruhi setiap orang
yang ada disuatu organisasi, sehingga mereka harus berhadapan dengan budaya
organisasi. Pelaksanaan balance scorecard dengan memberikan keterbukaan yang
lebih besar atas visi, misi dan strategi organisasi dapat memberikan pemahaman
kepada pegawai yang lebih baik tentang pekerjaan mereka. Hal ini akan
memberdayakan pegawai sehingga mampu memperbaiki cara melakukan
tugasnya.
Dari hasil pendapat Ruky (2005), Atmosoeprapto (2005) dan Moeheriono
(2012) terkait faktor yang memperngaruhi kinerja organisasi dan keberhasilan
penerapan sistem balance scorecard diketahui bahwa budaya organisasi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi dan
keberhasilan penggunaan sistem balance scorecard. Budaya organisasi
merupakan filosofi dasar yang memberikan arahan bagi kebijakan organisasi
dalam mengelola pegawai dan juga sebuah sistem makna bersama yang dibentuk
pegawai yang membedakan dengan organisasi lain.
Dalam hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara modal sosial dan budaya organisasi secara bersama sama
terhadap kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
Modal sosial memiliki dua unsur mendasar yaitu pertama tertanam dalam struktur
sosial yang padat dan kedua memfasilitasi tindakan pelaku dalam struktur sosial
(Coleman, 1999). Diketahui bahwa modal sosial tidak hanya dibangun dari satu
individu melainkan terletak dan tumbuh pada suatu kelompok untuk bersosialisasi
258
sebagai bagian penting dari nilai yang melekat. Selain itu sumber modal sosial
terletak pada hubungan sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.
Sudayono (2014) menjelaskan budaya organisasi merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dengan lingkungan internal organisasi, karena keragaman
budaya yang ada di organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada
pada organisasi tersebut. Sehingga budaya organisasi pada umumnya dipengaruhi
oleh internal organisasi.
Dari hasil pendapat tersebut dijelaskan bahwa budaya organisasi tidak
dapat dipisahkan dari lingkungan internal organisasi, dimana keberagaman
budaya berasal dari individu yang ada dalam organisasi tersebut. Individu dalam
organisasi memiliki modal sosial yang kemudian tumbuh dalam organisasi
tersebut untuk bersosialisasi dan melakukan hubungan sosial sebagai bagian
penting dari nilai yang melekat.
Berdasarkan analisis jalur (path analysis) diketahui bahwa modal sosial
dapat berpengaruh langsung ke kinerja organisasi dan dapat juga berpengaruh
tidak langsung yaitu dari modal sosial ke budaya organisasi sebagai intervening
lalu ke kinerja organisasi. Artinya modal sosial dapat berpengaruh langsung
terhadap kinerja organisasi, namun dapat juga berpengaruh tidak langsung karena
didalam budaya organisasi terbentuk modal sosial dari pegawai yang ada akhirnya
akan mempengaruhi kinerja organisasi.
Unsur-unsur yang ada dalam budaya organisasi digali dari persepsi,
kepercayaan dan nilai yang ada dalam budaya pada sumber daya manusia di
dalam organisasi. Implementasi budaya organisasi didukung oleh sumber daya
259
manusia yang terlibat langsung untuk mencapai tujuan. Dalam budaya organisasi
terdapat nilai inti yang merupakan dasar filosofi organisasi yang menjadi karakter
organisasi (Ismail Nawawi dalam Sudaryono, 2014: 39).
Berdasarkan pendapat tersebut dijelaskan bahwa budaya organisasi terdiri
dari unsur dari persepsi, kepercayaan dan nilai yang ada dalam budaya pada
sumber daya manusia di dalam organisasi. Unsur tersebut merupakan modal sosial
yang terbangun diantara pegawai.
Sudaryono (2014) menjelaskan uraian budaya organisasi sebagai suatu
pola dan model yang terdiri dari atas kepercayaan, nilai-nilai yang memberikan
arti bagi anggota suatu organisasi dan aturan bagi anggota untuk berperilaku di
organisasi. Dari hasil pendapat ini dapat diketahui bahwa individu dalam
organisasi memiliki modal sosial seperti kepercayaan, kepatuhan pada norma atau
aturan dan hubungan sosial/kerja yang merupakan modal dasar individu dalam
melakukan hubungan sosial. Dalam modal sosial yang dimiliki individu tersebut
kemudian menjadi modal dasar untuk melakukan hubungan sosial. Hubungan
sosial tersebut kemudian ada menjadi budaya organisasi yang pada dasarnya
dalam budaya organisasi setiap individu harus berusaha menyesuaikan diri agar
diterima dalam organisasi tersebut. Jadi ketika budaya organisasi terbentuk dalam
suatu organisasi dan menjadi ciri khas yang membedakan dengan organisasi lain,
individu yang ada dalam lingkungan internal organisasi memanfaatkan modal
sosial yang mereka miliki untuk menjalin hubungan dengan anggota organisasi
lain, menumbuhkan kepercayaan dan menaati peraturan yang ada dalam
organisasi tersebut.
260
Organisasi mulai menyadari pentingnya interaksi serta hubungan yang
baik antar pegawai didalam pekerjaan. Eksistensi modal sosial pegawai menjadi
penting karena mempengaruhi kinjerja pegawai yang pada gilirannya
mempengaruhi kinerja organisasi (Akdere, 2005).
Modal sosial dalam organisasi sangat penting untuk membina hubungan
yang terjalin di antara pegawai. Dengan memanfaatkan modal sosial yang mereka
miliki maka akan terjalin hubungan atau interaksi yang baik di antara pegawai.
Seseorang yang memiliki interkasi yang baik akan sangat kondusif untuk
melakukan kerjasama dengan pegawai lain dan mengakibatkan hubungan kerja
semakin baik. Selain itu kedekatan pun akan terjalin dan sesorang akan mudah
mendapatkan batuan dan dukungan dari pegawai lain untuk mengakses sumber
daya dan informasi dengan pegawai lain. Dalam organisasi dengan kondisi saling
mempercayai yang tinggi, pegawai akan mudah bekerja dan bekerja sama dengan
orang lain karena terdapat kepercayaan dan kelayakan dipercaya. Kepatuhan
pegawai pada aturan akan membantu pegawai untuk memahami filosofi dasar dan
tujuan bersama dari organisasi.
Dengan adanya modal sosial yang kuat dalam suatu organisasi akan
mempermudah pula pegawai untuk beradaptasi dengan budaya organisasi yang
ada, karena pada dasarnya budaya organisasi merupakan suatu pola dan model
yang terdiri dari atas kepercayaan, nilai-nilai yang memberikan arti bagi anggota
suatu organisasi dan aturan bagi anggota untuk berperilaku di organisasi. Modal
sosial ini akan mengarahkan individu untuk memahami sistem makna bersama
yang ada di organisasi. Ketika individu telah memiliki modal sosial yang kuat dan
261
ada pada hubungan sosial budaya organisasi maka akan memperngaruhi kinerja
pegawai. Pegawai akan melakukan kerjasama dan hubungan yang baik dengan
berlandaskan pada sistem makna bersama pada organisasi tersebut sehingga akan
mempengaruhi kinerja organisasi.
262
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Modal Sosial
dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, maka pada bab ini peneliti akan mengambil kesimpulan yaitu:
1. Terdapat hubungan positif dan sedang sebesar 0,417 antara variabel
modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y). Berdasarkan hasil
analisis determinasi diketahui bahwa persentase sumbangan pengaruh
modal sosial (X1) terhadap kinerja organisasi (Y) sebesar 17,4%.
Selain itu tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara modal sosial
(X1) terhadap kinerja organisasi (Y) dengan nilai t hitung < t tabel
(0,008 < 2,024). Sehingga dalam hal maka H0 diterima dan H1 ditolak.
2. Terdapat hubungan positif dan sedang sebesar 0,552 antara variabel
budaya organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y). Berdasarkan
hasil analisis determinasi diketahui bahwa persentase sumbangan
pengaruh modal sosial (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) sebesar
30,5%. Selain itu terdapat pengaruh yang signifikan antara budaya
organisasi (X2) terhadap kinerja organisasi (Y) dengan nilai t hitung > t
tabel (2,670 > 2,024). Sehingga dalam hal maka H0 ditolak dan H2
diterima.
263
3. Terdapat hubungan positif dan sedang sebesar 0,512 antara modal
sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama terhadap
kinerja organisasi (Y). Berdasarkan analisis determinasi diketahui
bahwa persentase sumbangan pengaruh modal sosial (X2) dan budaya
organisasi (X2) secara bersama sama kinerja organisasi (Y) sebesar
30,5%. Sedangkan sisanya 69,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak dimasukan dalam model penelitian ini seperti komitmen
pimpinan, partisipasi karyawan, hambatan organisasi, kejelasan dan
konsistensi indikator kinerja, kebutuhan nyata untuk perbaikan,
cakupan kegaiatan, ketersediaan informasi kinerja, imbalan dan
pennghargaan. Selain itu terdapat pengaruh yang signifikan antara
modal sosial (X1) dan budaya organisasi (X2) secara bersama sama
terhadap kinerja organisasi (Y) dengan nilai F hitung > F tabel (8,323
> 3,245). Sehingga dalam hal maka H0 ditolak dan H3 diterima. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa modal sosial (X1) dapat berpengaruh
langsung ke kinerja organisasi (Y) dan dapat juga berpengaruh tidak
langsung yaitu dari modal sosial (X1) ke budaya organisasi (M)
sebagai intervening lalu ke kinerja organisasi (Y). Besarnya pengaruh
langsung adalah 0,002 sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung
0,51072 atau total pengaruh modal sosial (X1) ke kinerja organisasi
(Y) adalah 0,51272. Pada analisis jalur (path analysis) diketahui nilai t
hitung = 2,480 lebih besar dari t tabel dengan tingkat signifikasi 0,05
yaitu sebesar 1,96 maka dapat disimpulkan bahwa koefisien mediasi
264
0,51072 signifikan yang berarti ada pengaruh mediasi. Sehingga besar
pengaruh mediasi adalah 0,51072 atau 51,072% yang dibulatkan
menjadi 51,1%.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh Modal Sosial
dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten, maka pada bab ini peneliti akan menyampaikan saran atau
sumbangan pemikiran yang kiranya dapat dipertimbangkan sebagai bahan
masukan bagi kinerja organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten yaitu sebagai berikut:
1. Ditinjau dari variabel modal sosial, untuk meningkatkan kinerja
organisasi maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
perlu memperhatikan hubungan jaringan sosial/kerja kerana indikator
tersebut memiliki pengaruh paling kecil bagi variabel modal sosial
yaitu 75%. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten dapat
membina hubungan yang baik antara sesama pegawai atau antara
pegawai dengan komisioner. Hubungan yang baik ini nantinya akan
menimbulkan kedekatan dan tidak menimbulkan batasan baik antara
pegawai ataupun komisioner.
2. Ditinjau dari variabel budaya organisasi, untuk meningkatkan kinerja
organisasi maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
perlu memperhatikan orientasi kepada hasil kerana indikator tersebut
265
memiliki pengaruh paling kecil bagi variabel budaya organisasi yaitu
72%. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten perlu
memperhatikan kualitas pelayanan penyelenggaraan pemilihan umum
sehingga baik stakeholder yang ditinjau masyarakat mengetahui
sosialisasi terkait pemilihan umum, stakeholder yang ditinjau peserta
pemilihan umum mengetahui aturan terkait pencalonan dan
stakeholder yang ditinjau instansi yang ikut terkait dalam mengetahui
transparansi informasi penyelenggaraan pemilihan umum.
3. Ditinjau dari variabel kinerja organisasi, untuk meningkatkan kinerja
organisasi maka Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten
perlu memperhatikan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran kerana
indikator tersebut memiliki pengaruh paling kecil bagi variabel budaya
organisasi yaitu 77%. Pegawai di Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan melakukan pelatihan atau pendidikan untuk menunjang kinerja
organisasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten.
266
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Coleman. 2011. Dasar Dasar Teori Sosial. Bandung: Nusa Media.
Fukuyama, Francis. 1992. The End Of History And The Last Man. New York: TheFree Press.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Keban, T. Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik. Jakarta:Gaya Media.
Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Mahmudi, 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: AkademiManajemen Perusahaan YKPN.
Makmur, Syarif. 2008. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan EfektifitasOrganisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurahman. 2007. Analisis Korelasi, Regresidan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Priyatno, Duwi. 2012. Mandiri Belajar Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta:Mediakom.
Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel Variabel Penelitian. Bandung:Alfabeta.
Rivai, Veitnzal, dkk. 2005. Performance Appraisal. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.
267
Sudaryono. 2014. Budaya dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Lentera IlmuCendekia Perkatoran Sentra.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik.. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia.
Ulum, Ihyaul. 2009. Audit Sektor Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Umum, Khaerul. 2010. Perilaku Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.
Usman, Husaini. 2009. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wirawan. 2007. Budaya dan Iklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Yustika, Ahmad Erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan. Malang: Bayumedia.
JURNAL
Chapman C, A. Hopwood, and M. Shields (eds.). 2009. Conceptual FoundationsOf The Balanced Scorecard Robert. S Kaplan. Handbook Of ManagementAccounting Research, Vol. 3 No. 10 pp. 1-37.
Coffe, Hilde dan Benny Geys. 2005. Institutional Performance And SocialCapital: An Application To The Local Government Level. Journal OfUrban Affairs, Vol. 27 No. 5 pp. 485-501.
Edy, Yosua Jaya, Haris Maupa dan Hosea Jaya Edy. 2013. Pengaruh Modal SosialDan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Tenaga Medis Di RSUDKabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2 No.3 pp. 19-23.
Fauzan, Mohammad. 2012. Peningkatan Kinerja Dosen Berbasis Modal SosialDan Dukungan Organisasional Di PTS Kota Semarang. Jurnal Bisnis danEkonomi, Vol. 19 No.2 pp. 188-202.
Leana, R. Carrie dan Frits K. Pil. 2006. Social Capital And OrganizationalPerformance Evidence From Urban Public Schools. Organization Science,Vol. 17 No.3 pp. 353-366.
268
Nahapiet, Janine dan Sumantra Ghoshal. 1998. Social Capital, Intellectual CapitalAnd The Organizational Advantage. Academy Of Manajemen Review,Vol. 23 No.2 pp. 242-266.
Prajogo, Wisnu. 2003. Pengaruh Modal Sosial Pada Kinerja Anggota Organisasi(Kusus Untuk Karyawan Setingkat Staf Pada Sebuah Perusahaan OtomotifDi Jawa Tengah. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 14 No.2 pp. 13-22.
Rukbi Mohamad. 2015. Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Terhadap KinerjaDengan Pendekatan Balanced Scorecard. Jurnal Studia Akuntansi danBisnis, Vol.2 No.1 pp. 43-62.
Sidu, Dasmin dan Basita G. Sugihen. 2007. Pemberdayaan Masyarakat SekitarKawasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten Muna, Provinsi SulawesiTenggara. Jurnal Penyuluhan, Vol. 3 No. 7 pp. 11-17.
Soedjono. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi danKepuasan Kerja Karyawan Pada Terminal Penumpang Umum DiSurabaya. Jurnal Manajeman dan Kewirausahaan, Vol. 7 No.1 pp. 22-47.
ARTIKEL LAIN
Andayani, Rizki. 2013. Analisis Pengaruh Karakteristik Budaya OrganisasiTerhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja Karyawan Pada Unit KerjaKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Institut PertanianBogor: Skripsi.
Atmoko, Tjipto, dkk. 2008. Pemetaan Dan Pemanfaatan Modal Sosial DalamPenanggulangan Kemiskinan Di Jawa Barat. Lembaga PenelitianUniversitas Padjajaran: Laporan Akhir.
Aziz, Azhari. 2008. Kinerja Organisasi Dinas Pendapatan Daerah ProvinsiDaerah Khusus Ibu Kota Jakarta Dengan Pendekatan Systems ThinkingDan Systems Dinamics. Universitas Indonesia: Disertasi.
Balanced Scorecard Untuk Organisasi Pemerintahhttp://bappenas.go.id/files/2613/5029/2123/herry__20091015094658__2294__0.doc diakses Minggu, 26 April 2015 Jam 19.02 WIB.
Bandaniji, Ahmad. 2012. Pengaruh Social Capital Dan Intellectual CapitalTerhadap Akuntabilitas Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Di Untirta.Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi.
269
Enfield, Richard. 2008. Social Capital And Implications For Positive YouthDevelopment. University Of California: Monograph.
Hanugrah, Sri. 2012. Kelompok Mina Mawar Sebagai Bentuk Kemandirian SosialMasyarakat Pasca Erupsi Merapi (Studi Kasus Di Kelompok MinaMawar, Dusun Kuwang, Agromulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta).Universitas Negeri Yogyakarta: Skripsi.
Hasil Evaluasi Kinerja Organisasi Sekertariat Komisi Pemilihan Umumhttp://kpu.go.id/koleksigambar/ROADMAP_RB_2013_rev28314ver2003-1300.pdf diakses Senin, 2 Maret 2015 Jam 20.49 WIB.
Lampiran tabel uji statistikhttp://duwiconsultant.blogspot.com/2011/12/tabel-f.html diakses Senin, 7September 2015 Jam 16.14 WIB.
Laporan Kinerja Akuntabilitas Komisi Pemilihan Umum Tahun 2013.http://www.kpu.go.id/koleksigambar/LAKIP_2013.pdf diakses Selasa, 19Mei 2015 Jam 19.21 WIB.
Laporan Kinerja Akuntabilitas Komisi Pemilihan Umum Tahun 2014.http://www.kpu.go.id/koleksigambar/Lakip_KPU_Tahun_2014_proof_3_22Juni2015.pdf diakses Jumat, 14 Agustus 2015 Jam 15.56 WIB.
Lokasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bantenhttps://www.google.com/maps/search/lokasi+kpu+banten/@-6.1311931,106.1804788,15z diakses Rabu, 29 Juli 2015 Jam 15.06 WIB
Modal Sosial dan Kebijakan Publikhttp://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/MODAL_SOSIAL_DAN_KEBIJAKAN_SOSIA.pdf diakses Senin, 27 April 2015 Jam 20.45 WIB
Visi dan Misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bantenhttp://kpu-bantenprov.go.id/tentang-kpu/sample-page/ diakses Selasa, 28Juli 2015 Jam 20.07 WIB
Rukbi, Mohammad. 2012. Pengaruh Pelatihan Dan Motivasi Terhadap KinerjaDengan Pendekatan Balanced Scorecard. STIE La Tansa MashiroRangkasbitung: Tesis yang tidak dipublikasikan.
Saragih, Putri Ramadhani. 2012. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap ModalSosial Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Bogor. InstitutPertanian Bogor: Skripsi.
270
Sidu, Dasmin. 2006. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan LindungJompi Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Institut PertanianBogor: Disertasi.
Supadmo, Agus. 2014. Pengaruh Bimbingan Teknis Dan PemberianPenghargaam Terhadap Kinerja Anggota Komisi Pemilihan Umum SeProvinsi Banten. Universitas Muhammadiyah Jakarta: Tesis yang tidakdipublikasikan.
SUMBER DOKUMEN
Undang Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan PemilihanUmum.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 TentangDisiplin Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pola KarierPegawai Negeri Sipil di Lingkungan Sekertariat Jenderal KomisiPemilihan Umum, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten,Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 04 Tahun 2010 Tentang Uraian TugasStaf Pelaksana Pada Sekertariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum,Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, Sekertariat KomisiPemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Tata KerjaKomisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, KomisiPemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 Tentang SusunanOrganisasi Dan Tata Kerja Sekertariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum,Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, Sekertariat KomisiPemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22 Tahun 2008 Tentang PerubahanPeraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 06 Tahun 2008 TentangSusunan Organisasi Dan Tata Kerja Sekertariat Jenderal Komisi PemilihanUmum, Sekertariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, SekertariatKomisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.
Kg 1{ ENTE RLA. N PEI\}I B t K''tF{ BAN KEBU}AYA A r'',1
UNTVERSTTAS SULTAN AGENG TIRTAYASAFAI{L}LTAS I[,MU SOSIAT, DAN ILMU POLITIK
Pr*rrarp Stu$i: 1. fimu Adlyii*istrasi Negara?" lirnu kamu*ikasi
Jalan Jtava Jaka*:r Kl,!..t Fhone 1lt2-r:11 l8*i-t* Ext. I ?S. F*x. *154-:8 i l4-i ilai-upatan Sera*g Ba*tr-:n
*rl: irttp:l.r*'rlra.-.fisip-u*tirta"ac"id. !l:n:rii: k*e1ak:iifisip+t*tifia.ac"id
Ncn:or : 15$ /tll\.43.6.I1PC/2&15Lanrpiran : -
Perihal : Permohonan Ijin Mencari Data
21 April2015
Kepada Yth.KPU Provinsi Banten
diTempat
Dengan Honnat,Sehubungan dengan diselenggarakannya kegiatan riset mahasiswa karni di llmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirlayasa, maka kami yang bertanda tangan di bawah ini memberikan tugas kepada
mahasiswa berikut ini untuk mencari data yang dibutuhkan,
NamaNIM
SenresterMata KuliahJudul
Datadiperlukan
:RestyNani Yustini:6661,110277
VIIISKRIPSIPengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap KinerjaOrganisasi di KPU Pror.insi Banten
- Struktur Organisasi Komisioner- Struktur OrganisasiSekertariat- Profil KPU Provinsi Banten
Untuk itu kami berharap dan memohon kepada Bapak/Ibu unfuk dapat memberikanizin guna mencari data yang dibutuhkan mahasiswa tersebut-
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya, kamimengucapkan terima kasih.
NrP. 197905252005012001
StudiNegara
KOMISI PEMILIHAN UMUMPROVINSI BANTEN
Jl. Syekh Nawawi Al-Bantani No. 7A Banjar Agung Cipocok Jaya Kota Serang - Banten
TelplFax. (0254) 216106, Email : [email protected], Website : kpu-bantenprov.go.id
NomorSifatLamp.Perihal
I 6$ 75.rrrov.01 5/VI/20 1 5
i.*b".iuo Ijin Mencari Data
Serang,B Juni 2015
Kepada:Yth. Ketua Program Studi
Ilmu Administrasi NegaraUniversitas Sultan Ageng Tirtayasa
di-Serang
Resty Nani Yustini6661110277SkripsiPengar,uh Modal Sosial dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Organisasi di KPU Provinsi Banten.
Menindaklanjuti Surat Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, nomor 559/UN.43 .6.llPcl20l5,tanggat 2l Aprll 20 I 5, perihal Permohonan Ij in Mencar i D ata untuk kegiatan
riset pada dasarnya kami tidak berkeberatan memberikan rjin kepada
mahasiswa:
NamaNIMMata KuliahJudul
,.
T embus ah dis amp aikan k eP a d a Yth :
1, Ketun WU Prooinsi Banten, di Serang.
untuk melakukan penelitian dan pengumpulari data informasi di KPU
Provinsi Banten sebagai bahan penyusunan skripsi '
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya
diucapkan terima kasih,
I 010
oodN
i8\o!N.=o!Nc6EE
odz
h
o
'!- <tb*Y'i ui
j4
@
o
!8
oa
dz
E6;
=N
TEJEs9E*LZ
:RfRp;
6g3cLZ
:E
:I;tr
tz
e
N
N
ez
qz
>R!-
OP
5F
tz
!d
=d
LZ
zulFzo,,z;odL
o.Y
oaFIJJ
N
i5;R
dz
o8
!E=€LZ
:5
LZ
:6FN!o;3
LZ
I
;8;T54LZEoo
zooIz(9uo{Fot'EootL
No
N
N
cz6!
>H
5ctz
::F
=
4=:F
=
zrdt-a{oo1F
-dua.ui=vz{>9a5Sl-=xlll=a.l- tA(a=t9ALfisEIF
LJ
ILlU)
oo
oo@6
Ioo-t9 -7l= seif gol g NEl HoFl= !rt -g:lE3fit3:c
z
!
NN
eE
6oLZ
1
I
i.1-1@
1aloiEt6lcloifl=iN
o=otsul. -(,:6=No;@95p
si:o E=otz;
.-!EX9-:@;BOrN'Eg{<55oFBoiigtrod-.cduLz
!o
o 3-qEq-tz
ooNNqE
>oiN-EOE6^d8-E
cz
ooN
rt : a(/)l = tsJ\ N
El *sEI EQl2l ^o :o
63=N
;F
LZ
1
II
QO:s?niU)
tsi dN1U);lq9lo);tJ
c.Ezid.
It)-Eo
==6-
o:o-=
d3-
N
=5€3s3
.=En
<Lz
o
oo@o@
oo6(9
dz
Ef
oEotrocbEoc
zu.lFz
3;t-<utbZplvu
Hrfo.v
o ^-d--o- ojFd:EEoePE5xo6:
<3=E:E
r;-rztz
=
o>5iOFNo
N=)iogEdaz
ur,cEU)= N.\ ts
E!A>i F?sCat tz
Ei:l6l
-1
21
uJo6o:'adE:azU'trq<'a
zo6t!)z
-ot6oE
of,trooto-
FooN
q8>oirEd6O[!-
or2
(L!<b(Doe
6=9i=F
5t^4LZ
o:Es;:EE9E =ao;fr9c9-.f 5iE
-Ni5f!is<=9ci@c9trEq@a=
oN
E*ERo9
tr dlQE=E=eI<-z
N
NI
E6g;EP5etr5egoo<&
od
i/ C!
ooEO]N
=@s5CNo@co
ctBo?0:GQOHEoo oB
f bg
-
6.1
=l 381 Ru?|.3(/,l i 5
E]E 3El€ i:IE Eol-trl a?tz=lzl
5=o=c;!i=:UJ:;@-;K5 o9dpxY=F6t-iEc-
U9a:
>l I9;Ko',=
o=:;
o;*Ldzci
IIJJ N
: da@=H9= r.=-q9
"EEE5EsoLz
u=<oo
Br<5.slo->HoEBE 3:bEdoLz
E
=:<3o_(\6+!G -\tr6yo P^UGZ
5
-ErHlEeq=8o 5EirEi<x2
ooNNoNNooFo
d
)
o1oi
^ Ni
-:c o
6gi c-59 .9.E > E; O
.: ; -: o9E. I
rtsU,
F
zA<z?5o=dr<)toO
otIL
2rd
2{oo*
uio4Cui qi2Z{pEBo2c4bf5-Ei.ll.a.LA-z9{-UO'1 *CF
s&{Flrt&ELlUI
lit#o ll,l,lic::::;ii
*ll,:*o*i(o:OEN:N r,5o:-N:::?
ilo.q
.gT'G'ztroctr,ni
o
o(,(Jz
Ivl
EJ(h
E!
=o:
Fo(9(?z
IJJt,
oEE'(oCL
vl6)hD
Fo(9(9z
.a(o
(o .-:>- 6r)
rLz1AvtJbD
d,!uzo-vaa oo
-J2=-o95E:-z?\3i=s?=ET(, trt S rrr5*prd=cL==2 ilFO cL:z !a
d,Jl
L
ruco
)
1
KUESIONER
Pengaruh Modal Sosial Dan Budaya OrganisasiTerhadap Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Provinsi Banten
Dengan Hormat,Saat ini saya sedang melakukan penyusunan Skripsi sebagai syarat untuk
menyelesaikan Program Sarjana yang diselenggarakan oleh Program Sarjana IlmuAdministrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan AgengTirtayasa. Dalam rangka penelitian Pengaruh Modal Sosial dan Budaya Organisasi TerhadapKinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Banten, saya mengharapkan partisipasiBapak/Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner berikut. Kuesioner diisi berdasarkan kondisi riilyang ada (yang dirasakan), bukan kondisi ideal (yang diharapkan). Hasil kuesioner ini akandijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan akademis semata.
Hormat saya,
RESTY NANI YUSTINI6661110277
1. Formulir-1 (Identitas Responden)Nama :
Jenis Kelamin : [ ] Laki Laki [ ] Perempuan
Usia : [ ] 21 - 30 tahun
[ ] 30 - 40 tahun
[ ] diatas 40 tahun
Pendidikan : [ ] SMA [ ] S1 [ ] S3
[ ] (D1/D2/D3) [ ] S2
Masa Kerja : [ ] Kurang dari 1 tahun [ ] 4 - 5 tahun
[ ] 1 - 2 tahun [ ] lebih dari 5 tahun
[ ] 2 - 3 tahun
Jabatan :
2. Formulir-2 (Petunjuk Pengisian)a. Berilah Tanda (√) pada kolom jawaban yang telah tersediab. Keterangan :
SS : Sangat Setuju S : SetujuTS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
2
A. Modal Sosial
No Pernyataan
A. Jaringan Sosial/Kerja SS S TS STS1 Jaringan sosial/kerja yang kuat telah terjalin di antara pegawai2 Pegawai telah melakukan hubungan kerjasama yang baik antara
rekan kerja lain3 Pegawai memiliki motivasi untuk memperkuat jaringan sosial/kerja
dengan pihak luar4 Semua informasi pencapain kinerja tiap bagian tersebar secara
merata pada seluruh lapisan pegawai5 Pegawai melakukan kegiatan informal (rekreasi, makan siang di
luar) untuk meningkatkan hubungan kedekatan antar rekan kerja6 Pegawai secara terbuka memberikan ide dan gagasan dalam
mengembangkan jaringan sosial/kerja yang lebih baikB. Kepercayaan Antar Sesama SS S TS STS7 Setiap pegawai saling percaya dengan pegawai lain8 Antara pegawai saling percaya dengan anggota komisioner9 Terjadi penyalahgunaan wewenang kepercayaan di antara pegawai10 Setiap pegawai saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan
merupakan gambaran kepercayaan antara anggota organisasi yangcukup tinggi
11 Saling percaya antara pegawai menyebabkan rasa kekeluargaan diantara anggota organisasi
12 Kepercayaan mampu meminimalisir konflik horizontal antarapegawai
C. Ketaatan Terhadap Norma SS S TS STS13 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memiliki peraturan
tertulis untuk mengatur aktivitas pegawai14 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memiliki peraturan tidak
tertulis untuk mengatur pegawai15 Pegawai mematuhi peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum
Provinsi16 Peraturan yang ada di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten
dapat diterima dengan baik oleh seluruh pegawai17 Kepatuhan pegawai pada peraturan mampu menjaga sistem yang
terbangun di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten18 Kepatuhan pegawai terhadap peraturan yang berlaku mempermudah
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memiliki tata kelolaorganisasi yang baik
3
B. Budaya Organisasi
No Pernyataan
A. Inovasi dan Keberanian Mengambil Resiko (Inovation and RiskTaking)
SS S TS STS
19 Pegawai memiliki cara efektif untuk menyelesaikan pekerjaansecara optimal
20 Pegawai memiliki inovasi untuk mengembangkan cara kerja yangbaik
21 Pegawai diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah pekerjaansendiri sesuai dengan peraturan yang berlaku
22 Pegawai bersedia bertanggung jawab atas resiko yang dihadapi saatmenyelesaikan pekerjaan
B. Perhatian Terhadap Detil (Attention to detail) SS S TS STS23 Pegawai selalu memperhatikan setiap rincian pekerjaannya24 Pegawai menekankan ketelitian dalam menyesaikan pekerjaan25 Pegawai melakukan pekerjaan sesaui dengan prosedur yang telah
ditetapkan26 Kompetensi kerja pegawai merupakan hal utama di Komisi
Pemilihan Umum Provinsi BantenC. Berorientasi Kepada Hasil (Outcome Orientation) SS S TS STS27 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten membuat target kerja
sebagai panduan bagi pegawai28 Pegawai bekerja dengan sungguh sungguh untuk menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan39 Satuan perangkat kerja Komisi Umum Pemilihan Provinsi Banten
telah menghasilkan kualitas hasil kinerja sesuai dengan target yangditentukan
30 Pegawai diberi kebebasan memilih cara yang dilakukan untukmencapai hasil kinerja yang diharapkan
D. Berorientasi Kepada Manusia (People Orientation) SS S TS STS31 Pegawai mematuhi setiap keputusan yang diambil dari hasil rapat
pleno32 Pegawai yang melanggar keputusan Komisi Pemilihan Umum
Provinsi Banten dikenakan sanksi yang tegas33 Keputusan yang diambil di Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten berpengaruh positif terhadap pembinaan karakter pegawai34 Keputusan yang diambil oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten mempertimbangkan kondisi setiap satuan kerja pegawaiE. Berorientasi Tim (Team Orientation) SS S TS STS35 Tim kerja telah bekerja sama dengan baik dengan rekan kerja lain di
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten36 Hubungan kerja antara rekan kerja di Komisi Pemilihan Umum
Provinsi Banten berdasarkan rasa saling menghormati37 Pegawai di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten bekerja
dengan mementingkan kepentingan di Komisi Pemilihan UmumProvinsi Banten diatas segalanya
38 Pegawai bertanggung jawab atas beban kerja yang dibebankan
4
F. Agresifitas (Aggressiveness) SS S TS STS39 Pegawai bekerja dengan memiliki kemauan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik40 Pegawai mencari cara yang efesien untuk melakukan pekerjaan
lebih baik lagi41 Pegawai memberikan saran dan solusi untuk menyelesaikan suatu
masalah dalam pekerjaan42 Pegawai memiliki kepedulian terhadap anggota organisasi lain
apabila mengalami kesulitan pekerjaanG. Stabilitas (Stability) SS S TS STS43 Stabilitas kegiatan di lingkungan kerja Komisi Pemilihan Umum
Provinsi Banten tercapai karena lingkungan kerja yang harmonis44 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten melakukan evaluasi
kinerja setelah program kerja berlangsung45 Pegawai menunjung tinggi nilai nilai budaya organisasi yang
diterapkan di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten46 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten menjaga dan mewariskan
budaya organisasi internal yang baik dari tiap generasi
C. Kinerja Organisasi
No Pernyataan
A. Perspektif Stakeholder SS S TS STS47 Setiap pekerjaan di Komisi Pemilih Umum Provinsi Banten
mengacu kepada keinginan dari stakeholders48 Pegawai berusaha memberikan pelayanan demi kepuasan
stakeholders49 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah melakukan
sosialiasi pemilu secara berkesinambungan50 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah memberikan
pemahaman kepada masyarakat untuk aktif dalam pemutakhirandata pemilih
B. Perspektif Proses Internal SS S TS STS51 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah memiliki pedoman
teknis terkait penyelenggaraan pemilu52 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten selalu mengacu pada
petujuk pelaksanaan/petunjuk teknis terkait peyelenggaraan pemilu53 Komisi Pemilhan Umum Provinsi Banten melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pemilu berdasarkan waktu yang telah ditentukan54 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten mendistribusikan logistik
pemilu dengan tepat waktu55 Pegawai merasa puas dengan pembagian beban kerja yang ada di
Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten56 Pegawai merasa puas dengan pencapaian kinerja Komisi pemilihan
Umum Provinsi BantenC. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran SS S TS STS57 Komisi Pemilihan Umum Provinsi telah menghubungkan semua
5
bagian dalam sistem jaringan (Local Area Network, Wide AreaNetwork)
58 Anggota organisasi di Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bantentelah mengakses semua informasi yang dibutuhkan (ex: SistemInformasi Logistik (SILOG), Sistem Informasi Data Pemilih(SIDALIH) dll)
59 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten memberikan pelatihanterlebih dahulu bila ada sistem baru di Komisi Pemilihan UmumProvinsi Banten
60 Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten mengadakan pendidikanpelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara reguler
61 Pengadaan barang dan jasa terkait pemilu yang dibutuhkan olehKomisi Pemilihan Umum Provinsi Banten telah memakai sistem e-procurement
62 Sistem e-procurement yang diterapkan telah meningkatkan kinerjaorganisasi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten
D. Perspektif Keuangan SS S TS STS63 Realisasi penggunaan anggaran telah sesuai dengan perencanaan
yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten64 Sisa anggaran yang ada di Komisi Pemilihan Umum Provinsi
Banten cenderung menurun setiap tahunnya65 Penyusunan laporan pertanggungjawaban penggunaan anggaran
yang telah dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah(SAP)
TERIMA KASIH
1. Hasil Input Kuesioner Modal Sosial (X1)
No Responden Pernyataan TotalSkor1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 15 16 17 18 Jaringan Sosial/Kerja
1 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 56 Total 7402 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 63 Maksimal 9843 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 58 Minimal 246 75%4 3 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 565 4 4 2 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 3 4 59 Kepercayaan Antar Sesama6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 53 Total 6307 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 54 Maksimal 8208 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 54 Minimal 205 77%9 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52
10 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 54 Ketaatan Terhadap Norma11 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 60 Total 62612 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 55 Maksimal 82013 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 53 Minimal 205 76%14 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4915 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 54 Modal Sosial16 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 57 Total 216517 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52 Maksimal 262418 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 Minimal 656 83%19 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 4320 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5121 3 3 4 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 5622 3 3 4 2 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 5123 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5224 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5225 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52
26 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 4727 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4328 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4529 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 2 4730 3 3 3 1 1 1 3 2 2 3 3 4 1 1 3 2 4231 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 4932 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5633 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 5234 3 3 4 2 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 5335 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5236 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5237 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5138 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4839 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 6440 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 6441 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54
Total 129 127 122 118 114 130 125 114 124 137 130 131 119 123 125 128 2165Mean 3.1 3.1 3.0 2.9 2.8 3.2 3.0 2.8 3.0 3.3 3.2 3.2 2.9 3.0 3.0 3.1
Standar Deviasi 0.6 0.5 0.6 0.6 0.8 0.6 0.6 0.6 0.5 0.6 0.5 0.6 0.5 0.5 0.3 0.5Sangat Setuju 10 7 6 3 7 11 8 3 6 16 10 12 2 5 3 8
Setuju 27 31 28 31 19 27 27 26 30 23 28 26 34 32 37 30Tidak Setuju 4 3 7 6 14 2 6 12 5 2 3 2 4 3 1 3Sangat Tidak
Setuju 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0Total Responden 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
2. Hasil Input Kuesioner Budaya Organisasi (X2)
No Pernyataan19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 42 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 3 23 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 34 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 45 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 46 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 37 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 38 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 39 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 2 3
10 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 311 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 312 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 313 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 314 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 215 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 416 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 317 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 318 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 319 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 320 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 321 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 322 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 323 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 324 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 325 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
26 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 227 1 1 3 4 3 4 4 4 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 328 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 329 4 4 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 2 2 3 330 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 231 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 232 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 4 333 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 434 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3 3 3 2 335 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 336 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 337 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 338 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 339 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 2 4 4 3 4 4 440 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 341 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
Total 125 123 120 125 120 123 131 128 123 121 120 111 127 115 121 117 123 122 116 129 121 124Mean 3.0 3.0 2.9 3.0 2.9 3.0 3.2 3.1 3.0 3.0 2.9 2.7 3.1 2.8 3.0 2.9 3.0 3.0 2.8 3.1 3.0 3.0
Standar Deviasi 0.5 0.5 0.6 0.6 0.5 0.4 0.6 0.7 0.4 0.4 0.5 0.6 0.6 0.6 0.5 0.7 0.5 0.5 0.5 0.6 0.4 0.5Sangat Setuju 6 4 6 9 3 4 11 12 4 3 3 2 9 3 4 6 6 4 1 10 3 6
Setuju 32 34 27 25 33 33 27 22 33 33 32 26 28 28 32 24 29 32 33 27 33 30Tidak Setuju 2 2 7 7 4 4 3 7 4 5 6 12 3 9 4 10 6 5 6 4 5 5Sangat Tidak
Setuju 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0Total Responden 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
NoPernyataan
41 42 43 44 45 46TotalSkor
Inovasi dan KeberanianMengambil Resiko
1 4 3 4 4 3 4 96 Total 4932 3 3 4 4 3 4 92 Maksimal 6563 3 3 3 3 3 3 87 Minimal 164 75%4 4 3 3 3 3 4 935 4 3 3 3 3 3 92 Perhatian Terhadap Detail6 3 3 3 3 3 3 83 Total 5027 3 3 3 3 3 3 85 Maksimal 6568 3 3 3 3 3 3 83 Minimal 164 77%9 4 3 4 4 3 3 86
10 3 3 3 3 3 3 82 Berorientasi Kepada Hasil11 3 2 4 3 3 4 101 Total 47512 3 3 3 3 3 3 86 Maksimal 65613 3 3 3 3 3 3 84 Minimal 164 72%14 3 2 3 3 3 3 7515 3 3 3 3 3 4 90 Berorientasi Kepada Manusia16 3 3 3 2 2 3 84 Total 48017 3 3 3 3 3 3 85 Maksimal 65618 3 3 3 3 3 3 84 Minimal 164 73%19 2 3 2 3 3 2 7620 3 3 3 3 3 3 84 Berorientasi Kepada Tim21 3 3 3 3 3 3 90 Total 49022 3 3 3 3 3 3 84 Maksimal 65623 3 3 3 3 3 3 84 Minimal 164 75%24 3 3 4 4 3 3 8725 3 3 3 3 3 3 85 Agresifitas26 2 2 2 3 2 2 62 Total 485
27 3 3 2 2 2 2 72 Maksimal 65628 3 2 3 2 3 2 73 Minimal 164 74%29 2 3 4 4 4 3 8230 3 2 2 2 2 2 61 Stabilitas31 3 1 2 3 2 1 58 Total 49532 3 1 4 3 4 3 89 Maksimal 65633 3 3 4 3 3 3 88 Minimal 164 75%34 4 3 4 4 3 3 8635 3 3 3 3 3 3 81 Budaya Organisasi36 3 3 3 3 3 3 84 Total 342037 3 3 3 3 3 3 82 Maksimal 459238 3 2 3 2 3 3 77 Minimal 1148 74%39 4 4 4 3 4 4 10240 3 3 3 3 3 3 8341 3 3 3 3 3 3 82
Total 126 114 128 124 121 122 3420Mean 3.1 2.8 3.1 3.0 3.0 3.0
Standar Deviasi 0.5 0.6 0.6 0.5 0.4 0.6Sangat Setuju 6 1 10 6 3 6
Setuju 32 32 26 30 33 29Tidak Setuju 3 6 5 5 5 5Sangat Tidak
Setuju 0 2 0 0 0 1Total Responden 41 41 41 41 41 41
3. Hasil Input Kuesioner Kinerja Organisasi (Y)
No Pernyataan TotalSkor48 49 51 52 53 54 55 56 58 59 60 61 62 63 65 Perspektif Stakeholder
1 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 58 Total 2602 4 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 64 Maksimal 3283 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 54 Minimal 82 79%4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 685 4 4 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 53 Perspektif Proses Internal6 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 66 Total 7937 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 66 Maksimal 9848 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 66 Minimal 246 81%9 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 60
10 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 66 Perspektif Inovasi dan Pembelajaran11 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 64 Total 62912 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 61 Maksimal 82013 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 Minimal 205 77%14 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 5615 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 61 Perspektif Keuangan16 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 58 Total 27017 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 67 Maksimal 32818 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 Minimal 82 82%19 2 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 5420 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 55 Kinerja Organisasi21 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 59 Total 241322 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 Maksimal 246023 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 67 Minimal 615 98%24 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 6625 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 67
26 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4827 3 2 2 1 3 1 3 2 3 2 3 2 2 3 3 4828 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 5129 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 6430 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 5531 2 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 3 5132 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 6633 3 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 6434 3 4 3 4 3 2 2 3 3 4 4 3 3 3 4 5935 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5736 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 5437 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 4738 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 4539 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 6440 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5641 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57
Total 122 138 138 139 143 135 121 117 121 126 132 125 125 131 139 2413Mean 3.0 3.4 3.4 3.4 3.5 3.3 3.0 2.9 3.0 3.1 3.2 3.0 3.0 3.2 3.4
Standar Deviasi 0.5 0.6 0.6 0.6 0.5 0.7 0.8 0.4 0.6 0.5 0.7 0.7 0.7 0.6 0.5Sangat Setuju 5 18 17 18 20 16 10 0 6 6 15 10 10 13 16
Setuju 30 20 22 22 21 22 20 35 27 32 20 23 23 23 25Tidak Setuju 6 3 2 0 0 2 10 6 8 3 6 8 8 5 0Sangat Tidak
Setuju 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0Total Responden 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
A. Hasil Uji Validitas Modal Sosial (X1)
Correlations
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 item18 Y
item1 Pearson
Correlation
1 .571** .241 .293 .421** .276 .497** .330* -.299 .238 .224 .239 .533** .121 .408** .319* .378* .537** .673**
Sig. (2-tailed) .000 .129 .063 .006 .081 .001 .035 .058 .134 .159 .132 .000 .453 .008 .042 .015 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item2 Pearson
Correlation
.571** 1 .367* .320* .261 .431** .589** .436** -.277 .380* .411** .405** .256 -.026 .353* .093 .131 .251 .634**
Sig. (2-tailed) .000 .018 .042 .100 .005 .000 .004 .080 .014 .008 .009 .106 .870 .024 .563 .413 .113 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item3 Pearson
Correlation
.241 .367* 1 .148 .450** .361* -.071 -.094 -.168 .337* .179 .014 .150 -.072 -.009 .160 .007 .011 .340*
Sig. (2-tailed) .129 .018 .355 .003 .020 .660 .560 .295 .031 .263 .932 .348 .655 .957 .317 .966 .948 .029
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item4 Pearson
Correlation
.293 .320* .148 1 .290 .418** .323* .465** -.276 .353* .212 .153 -.002 .188 .414** .246 .035 .318* .525**
Sig. (2-tailed) .063 .042 .355 .066 .006 .039 .002 .080 .023 .184 .339 .992 .239 .007 .121 .828 .043 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item5 Pearson
Correlation
.421** .261 .450** .290 1 .762** .248 .001 -.493** .454** .463** .275 .296 .097 .412** .541** .257 .459** .682**
Sig. (2-tailed) .006 .100 .003 .066 .000 .118 .993 .001 .003 .002 .082 .060 .548 .008 .000 .104 .003 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item6 Pearson
Correlation
.276 .431** .361* .418** .762** 1 .314* .107 -.429** .443** .457** .352* .101 -.036 .461** .508** .211 .480** .677**
Sig. (2-tailed) .081 .005 .020 .006 .000 .045 .505 .005 .004 .003 .024 .528 .823 .002 .001 .185 .002 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item7 Pearson
Correlation
.497** .589** -.071 .323* .248 .314* 1 .627** -.170 .401** .540** .364* .239 .139 .536** .232 .258 .479** .697**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .660 .039 .118 .045 .000 .288 .009 .000 .019 .133 .386 .000 .144 .103 .002 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item8 Pearson
Correlation
.330* .436** -.094 .465** .001 .107 .627** 1 -.315* .353* .387* .285 .120 .129 .458** .080 .202 .180 .488**
Sig. (2-tailed) .035 .004 .560 .002 .993 .505 .000 .045 .024 .013 .071 .455 .423 .003 .619 .206 .259 .001
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item9 Pearson
Correlation
-.299 -.277 -.168 -.276 -.493** -.429** -.170 -.315* 1 -.312* -.376* .039 -.171 .220 -.449** -.295 -.114 -.079 -.294
Sig. (2-tailed) .058 .080 .295 .080 .001 .005 .288 .045 .047 .015 .808 .285 .166 .003 .061 .479 .624 .062
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item10 Pearson
Correlation
.238 .380* .337* .353* .454** .443** .401** .353* -.312* 1 .470** .336* .134 -.006 .496** .436** .298 .270 .643**
Sig. (2-tailed) .134 .014 .031 .023 .003 .004 .009 .024 .047 .002 .032 .402 .969 .001 .004 .058 .088 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item11 Pearson
Correlation
.224 .411** .179 .212 .463** .457** .540** .387* -.376* .470** 1 .689** .290 -.002 .299 .238 .323* .281 .650**
Sig. (2-tailed) .159 .008 .263 .184 .002 .003 .000 .013 .015 .002 .000 .066 .991 .058 .134 .040 .075 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item12 Pearson
Correlation
.239 .405** .014 .153 .275 .352* .364* .285 .039 .336* .689** 1 .189 .121 .158 .168 .392* .284 .586**
Sig. (2-tailed) .132 .009 .932 .339 .082 .024 .019 .071 .808 .032 .000 .236 .451 .324 .294 .011 .072 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item13 Pearson
Correlation
.533** .256 .150 -.002 .296 .101 .239 .120 -.171 .134 .290 .189 1 .098 .142 .071 .201 .384* .445**
Sig. (2-tailed) .000 .106 .348 .992 .060 .528 .133 .455 .285 .402 .066 .236 .544 .377 .658 .208 .013 .004
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item14 Pearson
Correlation
.121 -.026 -.072 .188 .097 -.036 .139 .129 .220 -.006 -.002 .121 .098 1 -.154 -.242 -.162 .142 .195
Sig. (2-tailed) .453 .870 .655 .239 .548 .823 .386 .423 .166 .969 .991 .451 .544 .336 .127 .311 .376 .223
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item15 Pearson
Correlation
.408** .353* -.009 .414** .412** .461** .536** .458** -.449** .496** .299 .158 .142 -.154 1 .745** .358* .549** .638**
Sig. (2-tailed) .008 .024 .957 .007 .008 .002 .000 .003 .003 .001 .058 .324 .377 .336 .000 .021 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item16 Pearson
Correlation
.319* .093 .160 .246 .541** .508** .232 .080 -.295 .436** .238 .168 .071 -.242 .745** 1 .438** .537** .551**
Sig. (2-tailed) .042 .563 .317 .121 .000 .001 .144 .619 .061 .004 .134 .294 .658 .127 .000 .004 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item17 Pearson
Correlation
.378* .131 .007 .035 .257 .211 .258 .202 -.114 .298 .323* .392* .201 -.162 .358* .438** 1 .590** .474**
Sig. (2-tailed) .015 .413 .966 .828 .104 .185 .103 .206 .479 .058 .040 .011 .208 .311 .021 .004 .000 .002
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item18 Pearson
Correlation
.537** .251 .011 .318* .459** .480** .479** .180 -.079 .270 .281 .284 .384* .142 .549** .537** .590** 1 .707**
Sig. (2-tailed) .000 .113 .948 .043 .003 .002 .002 .259 .624 .088 .075 .072 .013 .376 .000 .000 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
Y Pearson
Correlation
.673** .634** .340* .525** .682** .677** .697** .488** -.294 .643** .650** .586** .445** .195 .638** .551** .474** .707** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .029 .000 .000 .000 .000 .001 .062 .000 .000 .000 .004 .223 .000 .000 .002 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
B. Hasil Uji Validitas Budaya Organisasi (X2)
Correlationsitem
1item
2item
3item
4item
5item
6item
7item
8item
9item10
item11
item12
item13
item14
item15
item16
item17
item18
item19
item20
item21
item22
item23
item24
item25
item26
item27
item28 Y
item1 PearsonCorrelation
1 .733*
*.081 -
.080.366* .102 .461*
*.051 .307 .629*
*.406*
*.197 .426*
*-
.047.260 .019 .418*
*.488*
*.309* .377* .423*
*.346* .279 .276 .669*
*.433*
*.629*
*.603*
*.588**
Sig. (2-tailed) .000 .614 .620 .019 .524 .002 .751 .051 .000 .009 .217 .006 .773 .100 .904 .006 .001 .049 .015 .006 .027 .077 .080 .000 .005 .000 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item2 PearsonCorrelation
.733**
1 .077 .159 .385* .000 .179 .074 .112 .787*
*.534*
*.332* .160 .000 .275 .072 .274 .528*
*.000 .349* .675*
*.191 .107 .000 .584*
*.382* .675*
*.490*
*.525**
Sig. (2-tailed) .000 .631 .322 .013 1.000
.262 .647 .486 .000 .000 .034 .317 1.000
.082 .653 .083 .000 1.000
.025 .000 .232 .507 1.000
.000 .014 .000 .001 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41item3 Pearson
Correlation.081 .077 1 .499*
*.207 .259 .110 .362* .173 .248 .229 .264 -
.044.091 .273 .366* .211 .238 .272 .097 .421*
*.374* .265 .294 .152 -
.142.161 .500*
*.436**
Sig. (2-tailed) .614 .631 .001 .195 .102 .495 .020 .280 .118 .150 .095 .786 .572 .085 .019 .185 .133 .085 .546 .006 .016 .094 .062 .342 .376 .315 .001 .004N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item4 PearsonCorrelation
-.080
.159 .499*
*1 .393* .532*
*.114 .395* .355* .455*
*.351* .170 .115 .356* .443*
*.533*
*.290 .423*
*.107 .257 .544*
*.526*
*.411*
*.169 .248 -
.155.187 .522*
*.566**
Sig. (2-tailed) .620 .322 .001 .011 .000 .476 .011 .023 .003 .024 .287 .476 .022 .004 .000 .066 .006 .504 .105 .000 .000 .008 .289 .118 .333 .241 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item5 PearsonCorrelation
.366*
.385* .207 .393* 1 .646*
*.569*
*.168 .323* .526*
*.389* .330* .485*
*.194 .605*
*.178 .440*
*.603*
*.339* .373* .418*
*.374* .228 .366* .431*
*.191 .418*
*.545*
*.677**
Sig. (2-tailed) .019 .013 .195 .011 .000 .000 .294 .039 .000 .012 .035 .001 .225 .000 .265 .004 .000 .030 .016 .007 .016 .151 .018 .005 .233 .007 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item6 PearsonCorrelation
.102 .000 .259 .532*
*.646*
*1 .601*
*.165 .375* .377* .239 .372* .537*
*.279 .615*
*.323* .408*
*.708*
*.226 .390* .377* .427*
*.358* .392* .280 -
.107.252 .457*
*.630**
Sig. (2-tailed) .524 1.000
.102 .000 .000 .000 .303 .016 .015 .133 .017 .000 .077 .000 .039 .008 .000 .156 .012 .015 .005 .022 .011 .077 .507 .113 .003 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41item7 Pearson
Correlation.461
**.179 .110 .114 .569*
*.601*
*1 .332* .401*
*.342* .343* .100 .590*
*.266 .443*
*.011 .655*
*.397* .214 .143 .140 .411*
*.231 .452*
*.525*
*.411*
*.443*
*.527*
*.618**
Sig. (2-tailed) .002 .262 .495 .476 .000 .000 .034 .009 .029 .028 .534 .000 .093 .004 .945 .000 .010 .179 .372 .382 .008 .146 .003 .000 .008 .004 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item8 PearsonCorrelation
.051 .074 .362* .395* .168 .165 .332* 1 .412*
*.186 .265 .212 .030 .428*
*.422*
*.359* .337* .087 -
.011-
.305.103 .414*
*.207 .006 .393* .132 .103 .369* .424**
Sig. (2-tailed) .751 .647 .020 .011 .294 .303 .034 .007 .244 .094 .183 .851 .005 .006 .021 .031 .587 .946 .053 .521 .007 .193 .969 .011 .410 .521 .018 .006N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item9 PearsonCorrelation
.307 .112 .173 .355* .323* .375* .401*
*.412*
*1 .252 .239 .279 .447*
*.372* .512*
*.404*
*.306 .354* .226 .195 .252 .534*
*.119 .294 .373* .213 .252 .548*
*.581**
Sig. (2-tailed) .051 .486 .280 .023 .039 .016 .009 .007 .113 .133 .078 .003 .017 .001 .009 .052 .023 .156 .221 .113 .000 .457 .062 .016 .180 .113 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item10
PearsonCorrelation
.629**
.787*
*.248 .455*
*.526*
*.377* .342* .186 .252 1 .583*
*.319* .288 .151 .402*
*.302 .513*
*.707*
*.302 .520*
*.747*
*.435*
*.258 .252 .586*
*.220 .620*
*.639*
*.739**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .118 .003 .000 .015 .029 .244 .113 .000 .042 .068 .347 .009 .055 .001 .000 .055 .000 .000 .005 .104 .111 .000 .167 .000 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item11
PearsonCorrelation
.406**
.534*
*.229 .351* .389* .239 .343* .265 .239 .583*
*1 .099 .281 .570*
*.377* .429*
*.779*
*.442*
*.160 .320* .343* .619*
*.481*
*.499*
*.477*
*.517*
*.463*
*.517*
*.709**
Sig. (2-tailed) .009 .000 .150 .024 .012 .133 .028 .094 .133 .000 .536 .075 .000 .015 .005 .000 .004 .317 .041 .028 .000 .001 .001 .002 .001 .002 .001 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item12
PearsonCorrelation
.197 .332* .264 .170 .330* .372* .100 .212 .279 .319* .099 1 .078 -.162
.412*
*.075 -
.076.500*
*-
.004.055 .506*
*.182 -
.188.099 .240 -
.056.413*
*.252 .353*
Sig. (2-tailed) .217 .034 .095 .287 .035 .017 .534 .183 .078 .042 .536 .629 .312 .007 .642 .637 .001 .980 .733 .001 .255 .239 .536 .131 .728 .007 .112 .023N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item13
PearsonCorrelation
.426**
.160 -.044
.115 .485*
*.537*
*.590*
*.030 .447*
*.288 .281 .078 1 .452*
*.601*
*.208 .438*
*.515*
*.217 .378* .108 .375* .231 .342* .435*
*.298 .378* .464*
*.585**
Sig. (2-tailed) .006 .317 .786 .476 .001 .000 .000 .851 .003 .068 .075 .629 .003 .000 .193 .004 .001 .173 .015 .503 .016 .146 .029 .005 .058 .015 .002 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item14
PearsonCorrelation
-.047
.000 .091 .356* .194 .279 .266 .428*
*.372* .151 .570*
*-
.162.452*
*1 .504*
*.652*
*.608*
*.246 .137 .230 -
.037.333* .407*
*.237 .345* .413*
*.057 .395* .526**
Sig. (2-tailed) .773 1.000
.572 .022 .225 .077 .093 .005 .017 .347 .000 .312 .003 .001 .000 .000 .120 .392 .147 .821 .033 .008 .136 .027 .007 .723 .011 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41item15
PearsonCorrelation
.260 .275 .273 .443*
*.605*
*.615*
*.443*
*.422*
*.512*
*.402*
*.377* .412*
*.601*
*.504*
*1 .511*
*.418*
*.576*
*.154 .263 .299 .442*
*.308 .366* .477*
*.267 .402*
*.670*
*.744**
Sig. (2-tailed) .100 .082 .085 .004 .000 .000 .004 .006 .001 .009 .015 .007 .000 .001 .001 .006 .000 .338 .096 .057 .004 .050 .018 .002 .092 .009 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item16
PearsonCorrelation
.019 .072 .366* .533*
*.178 .323* .011 .359* .404*
*.302 .429*
*.075 .208 .652*
*.511*
*1 .330* .447*
*.436*
*.434*
*.383* .355* .343* .170 .225 .079 .058 .523*
*.569**
Sig. (2-tailed) .904 .653 .019 .000 .265 .039 .945 .021 .009 .055 .005 .642 .193 .000 .001 .035 .003 .004 .005 .013 .023 .028 .288 .157 .623 .721 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item17
PearsonCorrelation
.418**
.274 .211 .290 .440*
*.408*
*.655*
*.337* .306 .513*
*.779*
*-
.076.438*
*.608*
*.418*
*.330* 1 .385* .369* .319* .103 .523*
*.585*
*.640*
*.609*
*.610*
*.411*
*.597*
*.747**
Sig. (2-tailed) .006 .083 .185 .066 .004 .008 .000 .031 .052 .001 .000 .637 .004 .000 .006 .035 .013 .018 .042 .523 .000 .000 .000 .000 .000 .008 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item18
PearsonCorrelation
.488**
.528*
*.238 .423*
*.603*
*.708*
*.397* .087 .354* .707*
*.442*
*.500*
*.515*
*.246 .576*
*.447*
*.385* 1 .302 .566*
*.707*
*.405*
*.346* .165 .539*
*.103 .588*
*.602*
*.761**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .133 .006 .000 .000 .010 .587 .023 .000 .004 .001 .001 .120 .000 .003 .013 .055 .000 .000 .009 .027 .304 .000 .521 .000 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item19
PearsonCorrelation
.309*
.000 .272 .107 .339* .226 .214 -.011
.226 .302 .160 -.004
.217 .137 .154 .436*
*.369* .302 1 .531*
*.188 .209 .163 .483*
*.240 .113 .075 .481*
*.435**
Sig. (2-tailed) .049 1.000
.085 .504 .030 .156 .179 .946 .156 .055 .317 .980 .173 .392 .338 .004 .018 .055 .000 .238 .189 .309 .001 .130 .482 .642 .001 .004
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41item20
PearsonCorrelation
.377*
.349* .097 .257 .373* .390* .143 -.305
.195 .520*
*.320* .055 .378* .230 .263 .434*
*.319* .566*
*.531*
*1 .520*
*.154 .239 .330* .383* .154 .323* .510*
*.533**
Sig. (2-tailed) .015 .025 .546 .105 .016 .012 .372 .053 .221 .000 .041 .733 .015 .147 .096 .005 .042 .000 .000 .000 .335 .133 .035 .013 .335 .039 .001 .000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41item21
PearsonCorrelation
.423**
.675*
*.421*
*.544*
*.418*
*.377* .140 .103 .252 .747*
*.343* .506*
*.108 -
.037.299 .383* .103 .707*
*.188 .520*
*1 .327* .018 .055 .398*
*-
.102.620*
*.547*
*.590**
Sig. (2-tailed) .006 .000 .006 .000 .007 .015 .382 .521 .113 .000 .028 .001 .503 .821 .057 .013 .523 .000 .238 .000 .037 .913 .731 .010 .525 .000 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item22
PearsonCorrelation
.346*
.191 .374* .526*
*.374* .427*
*.411*
*.414*
*.534*
*.435*
*.619*
*.182 .375* .333* .442*
*.355* .523*
*.405*
*.209 .154 .327* 1 .502*
*.520*
*.388* .089 .435*
*.548*
*.684**
Sig. (2-tailed) .027 .232 .016 .000 .016 .005 .008 .007 .000 .005 .000 .255 .016 .033 .004 .023 .000 .009 .189 .335 .037 .001 .000 .012 .580 .005 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item23
PearsonCorrelation
.279 .107 .265 .411*
*.228 .358* .231 .207 .119 .258 .481*
*-
.188.231 .407*
*.308 .343* .585*
*.346* .163 .239 .018 .502*
*1 .249 .412*
*.196 .138 .442*
*.500**
Sig. (2-tailed) .077 .507 .094 .008 .151 .022 .146 .193 .457 .104 .001 .239 .146 .008 .050 .028 .000 .027 .309 .133 .913 .001 .117 .007 .219 .391 .004 .001N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item24
PearsonCorrelation
.276 .000 .294 .169 .366* .392* .452*
*.006 .294 .252 .499*
*.099 .342* .237 .366* .170 .640*
*.165 .483*
*.330* .055 .520*
*.249 1 .226 .269 .252 .486*
*.531**
Sig. (2-tailed) .080 1.000
.062 .289 .018 .011 .003 .969 .062 .111 .001 .536 .029 .136 .018 .288 .000 .304 .001 .035 .731 .000 .117 .155 .089 .111 .001 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41item25
PearsonCorrelation
.669**
.584*
*.152 .248 .431*
*.280 .525*
*.393* .373* .586*
*.477*
*.240 .435*
*.345* .477*
*.225 .609*
*.539*
*.240 .383* .398*
*.388* .412*
*.226 1 .627*
*.679*
*.690*
*.751**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .342 .118 .005 .077 .000 .011 .016 .000 .002 .131 .005 .027 .002 .157 .000 .000 .130 .013 .010 .012 .007 .155 .000 .000 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item26
PearsonCorrelation
.433**
.382* -.142
-.155
.191 -.107
.411*
*.132 .213 .220 .517*
*-
.056.298 .413*
*.267 .079 .610*
*.103 .113 .154 -
.102.089 .196 .269 .627*
*1 .435*
*.392* .415**
Sig. (2-tailed) .005 .014 .376 .333 .233 .507 .008 .410 .180 .167 .001 .728 .058 .007 .092 .623 .000 .521 .482 .335 .525 .580 .219 .089 .000 .005 .011 .007N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item27
PearsonCorrelation
.629**
.675*
*.161 .187 .418*
*.252 .443*
*.103 .252 .620*
*.463*
*.413*
*.378* .057 .402*
*.058 .411*
*.588*
*.075 .323* .620*
*.435*
*.138 .252 .679*
*.435*
*1 .547*
*.639**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .315 .241 .007 .113 .004 .521 .113 .000 .002 .007 .015 .723 .009 .721 .008 .000 .642 .039 .000 .005 .391 .111 .000 .005 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item28
PearsonCorrelation
.603**
.490*
*.500*
*.522*
*.545*
*.457*
*.527*
*.369* .548*
*.639*
*.517*
*.252 .464*
*.395* .670*
*.523*
*.597*
*.602*
*.481*
*.510*
*.547*
*.548*
*.442*
*.486*
*.690*
*.392* .547*
*1 .892**
Sig. (2-tailed) .000 .001 .001 .000 .000 .003 .000 .018 .000 .000 .001 .112 .002 .011 .000 .000 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .004 .001 .000 .011 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
Y PearsonCorrelation
.588**
.525*
*.436*
*.566*
*.677*
*.630*
*.618*
*.424*
*.581*
*.739*
*.709*
*.353* .585*
*.526*
*.744*
*.569*
*.747*
*.761*
*.435*
*.533*
*.590*
*.684*
*.500*
*.531*
*.751*
*.415*
*.639*
*.892*
*1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .006 .000 .000 .000 .023 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .001 .000 .000 .007 .000 .000N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
C. Hasil Uji Validitas Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item8 item9 item10 item11 item12 item13 item14 item15 item16 item17 item18 item19 Y
item1 Pearson
Correlation
1 -.170 -.110 -.165 -.239 -.135 -.366* -.184 -.185 .077 .107 .533** .271 .144 .056 .056 .126 -.083 -.030 .082
Sig. (2-tailed) .287 .493 .304 .132 .399 .019 .249 .246 .633 .506 .000 .086 .368 .726 .726 .433 .608 .855 .609
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item2 Pearson
Correlation
-.170 1 .335* .241 .112 .182 .423** .231 .306 .114 -.022 -.085 .211 .015 .146 .146 .015 .226 .038 .309*
Sig. (2-tailed) .287 .032 .128 .485 .255 .006 .146 .052 .478 .893 .598 .185 .925 .362 .362 .928 .156 .815 .049
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item3 Pearson
Correlation
-.110 .335* 1 .266 .588** .649** .530** .686** .402** .358* -.175 .186 .420** .449** .676** .676** .506** .045 .662** .771**
Sig. (2-tailed) .493 .032 .092 .000 .000 .000 .000 .009 .021 .274 .244 .006 .003 .000 .000 .001 .778 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item4 Pearson
Correlation
-.165 .241 .266 1 .094 -.115 .180 .146 -.106 .095 -.033 .240 .023 -.114 -.128 -.128 -.100 .353* -.033 .120
Sig. (2-tailed) .304 .128 .092 .561 .475 .260 .363 .511 .555 .838 .131 .885 .477 .425 .425 .535 .024 .838 .454
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item5 Pearson
Correlation
-.239 .112 .588** .094 1 .764** .738** .735** .597** .264 .213 .272 .358* .481** .596** .596** .475** -.099 .535** .772**
Sig. (2-tailed) .132 .485 .000 .561 .000 .000 .000 .000 .096 .182 .085 .021 .001 .000 .000 .002 .538 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item6 Pearson
Correlation
-.135 .182 .649** -.115 .764** 1 .566** .604** .349* .372* -.155 -.015 .496** .490** .549** .549** .303 -.280 .464** .633**
Sig. (2-tailed) .399 .255 .000 .475 .000 .000 .000 .025 .017 .332 .927 .001 .001 .000 .000 .054 .076 .002 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item7 Pearson
Correlation
-.366* .423** .530** .180 .738** .566** 1 .592** .701** .266 .081 -.002 .267 .402** .445** .445** .316* -.010 .420** .657**
Sig. (2-tailed) .019 .006 .000 .260 .000 .000 .000 .000 .093 .616 .990 .091 .009 .004 .004 .044 .949 .006 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item8 Pearson
Correlation
-.184 .231 .686** .146 .735** .604** .592** 1 .504** .489** -.005 .286 .245 .286 .682** .682** .554** .122 .545** .779**
Sig. (2-tailed) .249 .146 .000 .363 .000 .000 .000 .001 .001 .975 .070 .123 .070 .000 .000 .000 .448 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item9 Pearson
Correlation
-.185 .306 .402** -.106 .597** .349* .701** .504** 1 .245 .452** .159 .010 .443** .585** .585** .575** -.083 .379* .680**
Sig. (2-tailed) .246 .052 .009 .511 .000 .025 .000 .001 .123 .003 .320 .950 .004 .000 .000 .000 .607 .015 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
0
Pearson
Correlation
.077 .114 .358* .095 .264 .372* .266 .489** .245 1 -.190 .084 .215 .133 .344* .344* .128 .064 .331* .422**
Sig. (2-tailed) .633 .478 .021 .555 .096 .017 .093 .001 .123 .234 .602 .178 .406 .028 .028 .427 .689 .034 .006
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
1
Pearson
Correlation
.107 -.022 -.175 -.033 .213 -.155 .081 -.005 .452** -.190 1 .514** -.225 .215 .103 .103 .359* -.115 -.103 .225
Sig. (2-tailed) .506 .893 .274 .838 .182 .332 .616 .975 .003 .234 .001 .157 .176 .520 .520 .021 .474 .520 .157
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
2
Pearson
Correlation
.533** -.085 .186 .240 .272 -.015 -.002 .286 .159 .084 .514** 1 .104 .273 .387* .387* .621** .110 .325* .522**
Sig. (2-tailed) .000 .598 .244 .131 .085 .927 .990 .070 .320 .602 .001 .519 .084 .013 .013 .000 .493 .038 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
3
Pearson
Correlation
.271 .211 .420** .023 .358* .496** .267 .245 .010 .215 -.225 .104 1 .491** .228 .228 .118 .067 .306 .443**
Sig. (2-tailed) .086 .185 .006 .885 .021 .001 .091 .123 .950 .178 .157 .519 .001 .152 .152 .463 .677 .052 .004
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
4
Pearson
Correlation
.144 .015 .449** -.114 .481** .490** .402** .286 .443** .133 .215 .273 .491** 1 .572** .572** .579** -.112 .623** .680**
Sig. (2-tailed) .368 .925 .003 .477 .001 .001 .009 .070 .004 .406 .176 .084 .001 .000 .000 .000 .484 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
5
Pearson
Correlation
.056 .146 .676** -.128 .596** .549** .445** .682** .585** .344* .103 .387* .228 .572** 1 1.000** .735** .031 .698** .854**
Sig. (2-tailed) .726 .362 .000 .425 .000 .000 .004 .000 .000 .028 .520 .013 .152 .000 .000 .000 .846 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
6
Pearson
Correlation
.056 .146 .676** -.128 .596** .549** .445** .682** .585** .344* .103 .387* .228 .572** 1.000** 1 .735** .031 .698** .854**
Sig. (2-tailed) .726 .362 .000 .425 .000 .000 .004 .000 .000 .028 .520 .013 .152 .000 .000 .000 .846 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
7
Pearson
Correlation
.126 .015 .506** -.100 .475** .303 .316* .554** .575** .128 .359* .621** .118 .579** .735** .735** 1 .064 .701** .773**
Sig. (2-tailed) .433 .928 .001 .535 .002 .054 .044 .000 .000 .427 .021 .000 .463 .000 .000 .000 .692 .000 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
8
Pearson
Correlation
-.083 .226 .045 .353* -.099 -.280 -.010 .122 -.083 .064 -.115 .110 .067 -.112 .031 .031 .064 1 .078 .113
Sig. (2-tailed) .608 .156 .778 .024 .538 .076 .949 .448 .607 .689 .474 .493 .677 .484 .846 .846 .692 .626 .484
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
item1
9
Pearson
Correlation
-.030 .038 .662** -.033 .535** .464** .420** .545** .379* .331* -.103 .325* .306 .623** .698** .698** .701** .078 1 .733**
Sig. (2-tailed) .855 .815 .000 .838 .000 .002 .006 .000 .015 .034 .520 .038 .052 .000 .000 .000 .000 .626 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
Y Pearson
Correlation
.082 .309* .771** .120 .772** .633** .657** .779** .680** .422** .225 .522** .443** .680** .854** .854** .773** .113 .733** 1
Sig. (2-tailed) .609 .049 .000 .454 .000 .000 .000 .000 .000 .006 .157 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .484 .000
N 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
D. Hasil Uji Reliabilitas Modal Sosial (X1)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.879 16
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
item1 3.15 .573 41
item2 3.10 .490 41
item3 2.98 .570 41
item4 2.88 .557 41
item5 2.78 .759 41
item6 3.17 .629 41
item7 3.05 .590 41
item8 2.78 .571 41
item10 3.02 .524 41
item11 3.34 .575 41
item12 3.17 .543 41
item13 3.20 .641 41
item15 2.90 .490 41
item16 3.00 .548 41
item17 3.05 .312 41
item18 3.12 .510 41
E. Hasil Uji Reliabilitas Budaya Organisasi (X2)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.930 28
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
item19 3.05 .545 41
item20 3.00 .500 41
item21 2.93 .648 41
item22 3.05 .631 41
item23 2.93 .519 41
item24 3.00 .447 41
item25 3.20 .558 41
item26 3.12 .678 41
item27 3.00 .447 41
item28 2.95 .444 41
item29 2.93 .469 41
item30 2.71 .602 41
item31 3.10 .625 41
item32 2.80 .601 41
item33 2.95 .545 41
item34 2.85 .691 41
item35 3.00 .548 41
item36 2.98 .474 41
item37 2.83 .495 41
item38 3.15 .573 41
item39 2.95 .444 41
item40 3.02 .524 41
item41 3.07 .469 41
item42 2.78 .571 41
item43 3.12 .600 41
item44 3.02 .524 41
item45 2.95 .444 41
item46 2.98 .612 41
F. Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Organisasi (Y)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 41 100.0
Excludeda 0 .0
Total 41 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.916 15
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
item48 2.98 .524 41
item49 3.37 .623 41
item51 3.37 .581 41
item52 3.39 .628 41
item53 3.49 .506 41
item54 3.29 .680 41
item55 2.95 .773 41
item56 2.85 .358 41
item58 2.95 .590 41
item59 3.07 .469 41
item60 3.22 .690 41
item61 3.05 .669 41
item62 3.05 .669 41
item63 3.20 .641 41
item65 3.39 .494 41
G. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 41
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 5.26266533
Most Extreme Differences Absolute .111
Positive .101
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .709
Asymp. Sig. (2-tailed) .696
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
H. Hasil Uji Korelasi Product Moment
Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
Modal Sosial
(X1)
Kinerja
Organisasi (Y)
Modal Sosial (X1) Pearson Correlation 1 .417**
Sig. (2-tailed) .007
N 41 41
Kinerja Organisasi (Y) Pearson Correlation .417** 1
Sig. (2-tailed) .007
N 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
I. Hasil Uji Korelasi Product Moment
Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
Budaya
Organisasi (X2)
Kinerja
Organisasi (Y)
Budaya Organisasi (X2) Pearson Correlation 1 .552**
Sig. (2-tailed) .000
N 41 41
Kinerja Organisasi (Y) Pearson Correlation .552** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
J. Hasil Uji Korelasi Ganda
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X1) Secara Bersama Sama
Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Correlations
Modal Sosial
(X1)
Budaya
Organisasi (X2)
Kinerja
Organisasi (Y)
Modal Sosial (X1) Pearson Correlation 1 .755** .417**
Sig. (2-tailed) .000 .007
N 41 41 41
Budaya Organisasi (X2) Pearson Correlation .755** 1 .552**
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 41 41 41
Kinerja Organisasi (Y) Pearson Correlation .417** .552** 1
Sig. (2-tailed) .007 .000
N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
K. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Modal Sosial (X1) Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Modal Sosial
(X1)
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .417a .174 .153 5.808
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 277.395 1 277.395 8.222 .007a
Residual 1315.727 39 33.737
Total 1593.122 40
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.770 9.489 3.348 .002
Modal Sosial
(X1)
.513 .179 .417 2.867 .007
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
L. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana
Budaya Organisasi (X2) Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Budaya
Organisasi (X2)
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .552a .305 .287 5.330
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 485.294 1 485.294 17.084 .000a
Residual 1107.828 39 28.406
Total 1593.122 40
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2)
b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.739 7.814 3.422 .001
Budaya Organisasi (X2) .385 .093 .552 4.133 .000
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
M. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Modal Sosial (X1) dan Budaya Organisasi (X1) Secara Bersama Sama
Terhadap Kinerja Organisasi (Y)
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method
1 Budaya
Organisasi (X2),
Modal Sosial (X1)
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .552a .305 .268 5.399
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 485.296 2 242.648 8.323 .001a
Residual 1107.826 38 29.153
Total 1593.122 40
a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi (X2), Modal Sosial (X1)
b. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 26.704 9.022 2.960 .005
Modal Sosial (X1) .002 .253 .002 .008 .994
Budaya Organisasi (X2) .384 .144 .551 2.670 .011
a. Dependent Variable: Kinerja Organisasi (Y)
N. Hasil Uji Parameter Individual
Modal Sosial (X1) Terhadap Budaya Organisasi (M)
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Modal Sosial
(X1)
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .755a .570 .559 6.011
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1864.966 1 1864.966 51.621 .000a
Residual 1408.985 39 36.128
Total 3273.951 40
a. Predictors: (Constant), Modal Sosial (X1)
b. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.188 9.819 1.343 .187
Modal Sosial (X1) 1.330 .185 .755 7.185 .000
a. Dependent Variable: Budaya Organisasi (M)
Table F Statistics(Signifikan Level 0.05)
Df 2Df1
1 2 3 4 5 6 7 81 161.446 199.499 215.707 224.583 230.160 233.988 236.767 238.8842 18.513 19.000 19.164 19.247 19.296 19.329 19.353 19.3713 10.128 9.552 9.277 9.117 9.013 8.941 8.887 8.8454 7.709 6.944 6.591 6.388 6.256 6.163 6.094 6.0415 6.608 5.786 5.409 5.192 5.050 4.950 4.876 4.8186 5.987 5.143 4.757 4.534 4.387 4.284 4.207 4.1477 5.591 4.737 4.347 4.120 3.972 3.866 3.787 3.7268 5.318 4.459 4.066 3.838 3.688 3.581 3.500 3.4389 5.117 4.256 3.863 3.633 3.482 3.374 3.293 3.23010 4.965 4.103 3.708 3.478 3.326 3.217 3.135 3.07211 4.844 3.982 3.587 3.357 3.204 3.095 3.012 2.94812 4.747 3.885 3.490 3.259 3.106 2.996 2.913 2.84913 4.667 3.806 3.411 3.179 3.025 2.915 2.832 2.76714 4.600 3.739 3.344 3.112 2.958 2.848 2.764 2.69915 4.543 3.682 3.287 3.056 2.901 2.790 2.707 2.64116 4.494 3.634 3.239 3.007 2.852 2.741 2.657 2.59117 4.451 3.592 3.197 2.965 2.810 2.699 2.614 2.54818 4.414 3.555 3.160 2.928 2.773 2.661 2.577 2.51019 4.381 3.522 3.127 2.895 2.740 2.628 2.544 2.47720 4.351 3.493 3.098 2.866 2.711 2.599 2.514 2.44721 4.325 3.467 3.072 2.840 2.685 2.573 2.488 2.42022 4.301 3.443 3.049 2.817 2.661 2.549 2.464 2.39723 4.279 3.422 3.028 2.796 2.640 2.528 2.442 2.37524 4.260 3.403 3.009 2.776 2.621 2.508 2.423 2.35525 4.242 3.385 2.991 2.759 2.603 2.490 2.405 2.33726 4.225 3.369 2.975 2.743 2.587 2.474 2.388 2.32127 4.210 3.354 2.960 2.728 2.572 2.459 2.373 2.30528 4.196 3.340 2.947 2.714 2.558 2.445 2.359 2.29129 4.183 3.328 2.934 2.701 2.545 2.432 2.346 2.27830 4.171 3.316 2.922 2.690 2.534 2.421 2.334 2.26631 4.160 3.305 2.911 2.679 2.523 2.409 2.323 2.25532 4.149 3.295 2.901 2.668 2.512 2.399 2.313 2.24433 4.139 3.285 2.892 2.659 2.503 2.389 2.303 2.23534 4.130 3.276 2.883 2.650 2.494 2.380 2.294 2.22535 4.121 3.267 2.874 2.641 2.485 2.372 2.285 2.21736 4.113 3.259 2.866 2.634 2.477 2.364 2.277 2.20937 4.105 3.252 2.859 2.626 2.470 2.356 2.270 2.20138 4.098 3.245 2.852 2.619 2.463 2.349 2.262 2.194
39 4.091 3.238 2.845 2.612 2.456 2.342 2.255 2.18740 4.085 3.232 2.839 2.606 2.449 2.336 2.249 2.18041 4.079 3.226 2.833 2.600 2.443 2.330 2.243 2.17442 4.073 3.220 2.827 2.594 2.438 2.324 2.237 2.16843 4.067 3.214 2.822 2.589 2.432 2.319 2.232 2.16344 4.062 3.209 2.816 2.584 2.427 2.313 2.226 2.15745 4.057 3.204 2.812 2.579 2.422 2.308 2.221 2.15246 4.052 3.200 2.807 2.574 2.417 2.304 2.216 2.14747 4.047 3.195 2.802 2.570 2.413 2.299 2.212 2.14348 4.043 3.191 2.798 2.565 2.409 2.295 2.207 2.13849 4.038 3.187 2.794 2.561 2.404 2.290 2.203 2.13450 4.034 3.183 2.790 2.557 2.400 2.286 2.199 2.13051 4.030 3.179 2.786 2.553 2.397 2.283 2.195 2.12652 4.027 3.175 2.783 2.550 2.393 2.279 2.192 2.12253 4.023 3.172 2.779 2.546 2.389 2.275 2.188 2.11954 4.020 3.168 2.776 2.543 2.386 2.272 2.185 2.11555 4.016 3.165 2.773 2.540 2.383 2.269 2.181 2.11256 4.013 3.162 2.769 2.537 2.380 2.266 2.178 2.10957 4.010 3.159 2.766 2.534 2.377 2.263 2.175 2.10658 4.007 3.156 2.764 2.531 2.374 2.260 2.172 2.10359 4.004 3.153 2.761 2.528 2.371 2.257 2.169 2.10060 4.001 3.150 2.758 2.525 2.368 2.254 2.167 2.09761 3.998 3.148 2.755 2.523 2.366 2.251 2.164 2.09462 3.996 3.145 2.753 2.520 2.363 2.249 2.161 2.09263 3.993 3.143 2.751 2.518 2.361 2.246 2.159 2.08964 3.991 3.140 2.748 2.515 2.358 2.244 2.156 2.08765 3.989 3.138 2.746 2.513 2.356 2.242 2.154 2.08466 3.986 3.136 2.744 2.511 2.354 2.239 2.152 2.08267 3.984 3.134 2.742 2.509 2.352 2.237 2.150 2.08068 3.982 3.132 2.739 2.507 2.350 2.235 2.148 2.07869 3.980 3.130 2.737 2.505 2.348 2.233 2.145 2.07670 3.978 3.128 2.736 2.503 2.346 2.231 2.143 2.07471 3.976 3.126 2.734 2.501 2.344 2.229 2.142 2.07272 3.974 3.124 2.732 2.499 2.342 2.227 2.140 2.07073 3.972 3.122 2.730 2.497 2.340 2.226 2.138 2.06874 3.970 3.120 2.728 2.495 2.338 2.224 2.136 2.06675 3.968 3.119 2.727 2.494 2.337 2.222 2.134 2.06476 3.967 3.117 2.725 2.492 2.335 2.220 2.133 2.06377 3.965 3.115 2.723 2.490 2.333 2.219 2.131 2.06178 3.963 3.114 2.722 2.489 2.332 2.217 2.129 2.05979 3.962 3.112 2.720 2.487 2.330 2.216 2.128 2.05880 3.960 3.111 2.719 2.486 2.329 2.214 2.126 2.056
Sumber: Function Statistical Microsoft Excel
Table t Statistics1 sisi (Signifikasi 0,05) dan 2 sisi (Signifikasi 0,025)
Df Signifikan Level Df Signifikan Level0.025 0.05 0.025 0.05
1 12.706 6.314 41 2.020 1.6832 4.303 2.920 42 2.018 1.6823 3.182 2.353 43 2.017 1.6814 2.776 2.132 44 2.015 1.6805 2.571 2.015 45 2.014 1.6796 2.447 1.943 46 2.013 1.6797 2.365 1.895 47 2.012 1.6788 2.306 1.860 48 2.011 1.6779 2.262 1.833 49 2.010 1.67710 2.228 1.812 50 2.009 1.67611 2.201 1.796 51 2.008 1.67512 2.179 1.782 52 2.007 1.67513 2.160 1.771 53 2.006 1.67414 2.145 1.761 54 2.005 1.67415 2.131 1.753 55 2.004 1.67316 2.120 1.746 56 2.003 1.67317 2.110 1.740 57 2.002 1.67218 2.101 1.734 58 2.002 1.67219 2.093 1.729 59 2.001 1.67120 2.086 1.725 60 2.000 1.67121 2.080 1.721 61 2.000 1.67022 2.074 1.717 62 1.999 1.67023 2.069 1.714 63 1.998 1.66924 2.064 1.711 64 1.998 1.66925 2.060 1.708 65 1.997 1.66926 2.056 1.706 66 1.997 1.66827 2.052 1.703 67 1.996 1.66828 2.048 1.701 68 1.995 1.66829 2.045 1.699 69 1.995 1.66730 2.042 1.697 70 1.994 1.66731 2.040 1.696 71 1.994 1.66732 2.037 1.694 72 1.993 1.66633 2.035 1.692 73 1.993 1.66634 2.032 1.691 74 1.993 1.66635 2.030 1.690 75 1.992 1.66536 2.028 1.688 76 1.992 1.66537 2.026 1.687 77 1.991 1.66538 2.024 1.686 78 1.991 1.66539 2.023 1.685 79 1.990 1.66440 2.021 1.684 80 1.990 1.664
Sumber: Function Statistical Microsoft Excel
Chi Square Table Statistics(Signifikan Level 0.05)
DfSignifikan Level
DfSignifikan Level
0.05 0.051 3.841 41 56.9422 5.991 42 58.1243 7.815 43 59.3044 9.488 44 60.4815 11.070 45 61.6566 12.592 46 62.8307 14.067 47 64.0018 15.507 48 65.1719 16.919 49 66.339
10 18.307 50 67.50511 19.675 51 68.66912 21.026 52 69.83213 22.362 53 70.99314 23.685 54 72.15315 24.996 55 73.31116 26.296 56 74.46817 27.587 57 75.62418 28.869 58 76.77819 30.144 59 77.93020 31.410 60 79.08221 32.671 61 80.23222 33.924 62 81.38123 35.172 63 82.52924 36.415 64 83.67525 37.652 65 84.82126 38.885 66 85.96527 40.113 67 87.10828 41.337 68 88.25029 42.557 69 89.39130 43.773 70 90.53131 44.985 71 91.67032 46.194 72 92.80833 47.400 73 93.94534 48.602 74 95.08135 49.802 75 96.21736 50.998 76 97.35137 52.192 77 98.48438 53.384 78 99.61739 54.572 79 100.74940 55.758 80 101.879
Sumber: Function Statistical Microsoft Excel
Table r (Pearson Product Moment)Uji 1 sisi dan 2 sisi pada taraf signifikan 0.05
N 1-tailed 2-tailed N 1-tailed 2-tailed3 0.988 0.997 41 0.261 0.3084 0.900 0.950 42 0.257 0.3045 0.805 0.878 43 0.254 0.3016 0.729 0.811 44 0.251 0.2977 0.669 0.755 45 0.248 0.2948 0.622 0.707 46 0.246 0.2919 0.582 0.666 47 0.243 0.28810 0.549 0.632 48 0.240 0.28511 0.521 0.602 49 0.238 0.28212 0.497 0.576 50 0.235 0.27913 0.476 0.553 51 0.233 0.27614 0.458 0.532 52 0.231 0.27315 0.441 0.514 53 0.228 0.27016 0.426 0.497 54 0.226 0.26817 0.412 0.482 55 0.224 0.26518 0.400 0.468 56 0.222 0.26319 0.389 0.456 57 0.220 0.26120 0.378 0.444 58 0.218 0.25821 0.369 0.433 59 0.216 0.25622 0.360 0.423 60 0.214 0.25423 0.352 0.413 61 0.213 0.25224 0.344 0.404 62 0.211 0.25025 0.337 0.396 63 0.209 0.24826 0.330 0.388 64 0.207 0.24627 0.323 0.381 65 0.206 0.24428 0.317 0.374 66 0.204 0.24229 0.312 0.367 67 0.203 0.24030 0.306 0.361 68 0.201 0.23931 0.301 0.355 69 0.200 0.23732 0.296 0.349 70 0.198 0.23533 0.291 0.344 71 0.197 0.23334 0.287 0.339 72 0.195 0.23235 0.283 0.334 73 0.194 0.23036 0.279 0.329 74 0.193 0.22937 0.275 0.325 75 0.191 0.22738 0.271 0.320 76 0.190 0.22639 0.267 0.316 77 0.189 0.22440 0.264 0.312 78 0.188 0.22341 0.261 0.308 79 0.186 0.22142 0.257 0.304 80 0.185 0.220
Sumber: Microsoft Excel 2007
Table d (Durbin-Watson)Pada taraf signifikan 0.05
nk’ = 1 k‘ = 2 k’ = 3 k’ = 4 k ’= 5
dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU6 0.61 1.4 - - - - - - - -7 0.7 1.356 0.467 1.896 - - - - - -
8 0.763 1.332 0.559 1.777 0.368 2.287 - - - -9 0.824 1.32 0.629 1.699 0.455 2.128 0.296 2.588 - -
10 0.879 1.32 0.697 1.641 0.525 2.016 0.376 2.414 0.243 2.822
11 0.927 1.324 0.658 1.604 0.595 1.928 0.444 2.283 0.316 2.64512 0.971 1.331 0.812 1.579 0.658 1.864 0.512 2.177 0.379 2.506
13 1.01 1.34 0.861 1.562 0.715 1.816 0.574 2.094 0.445 2.3914 1.045 1.35 0.905 1.551 0.767 1.779 0.632 2.03 0.505 2.296
15 1.077 1.361 0.946 1.543 0.814 1.75 0.685 1.977 0.562 2.22
16 1.106 1.371 0.982 1.539 0.857 1.728 0.734 1.935 0.615 2.15717 1.133 1.381 1.015 1.536 0.897 1.71 0.779 1.9 0.664 2.104
18 1.158 1.391 1.046 1.535 0.933 1.696 0.82 1.872 0.71 2.0619 1.18 1.401 1.074 1.536 0.967 1.685 0.859 1.848 0.752 2.023
20 1.201 1.411 1.1 1.537 0.998 1.676 0.894 1.828 0.792 1.99121 1.221 1.42 1.125 1.538 1.026 1.669 0.927 1.812 0.829 1.964
22 1.239 1.429 1.147 1.541 1.053 1.664 0.958 1.797 0.863 1.94
23 1.257 1.437 1.168 1.543 1.078 1.66 0.986 1.785 0.895 1.9224 1.273 1.446 1.188 1.546 1.101 1.656 1.013 1.775 0.925 1.902
25 1.288 1.454 1.206 1.55 1.123 1.654 1.038 1.767 0.953 1.88626 1.302 1.461 1.224 1.553 1.143 1.652 1.062 1.759 0.979 1.873
27 1.316 1.469 1.24 1.556 1.162 1.651 1.084 1.753 1.004 1.861
28 1.328 1.476 1.255 1.56 1.181 1.65 1.104 1.747 1.028 1.8529 1.341 1.483 1.27 1.563 1.198 1.65 1.124 1.743 1.05 1.841
30 1.352 1.489 1.284 1.567 1.214 1.65 1.143 1.739 1.071 1.83331 1.363 1.496 1.297 1.57 1.229 1.65 1.16 1.735 1.09 1.825
32 1.373 1.502 1.309 1.574 1.244 1.65 1.177 1.732 1.109 1.81933 1.383 1.508 1.321 1.577 1.258 1.651 1.193 1.73 1.127 1.813
34 1.393 1.514 1.333 1.58 1.271 1.652 1.208 1.728 1.144 1.808
35 1.402 1.519 1.343 1.584 1.283 1.653 1.222 1.726 1.16 1.803Sumber: N.E. Savin and K.J White, The Durbin-Watson Test for Serial Correlation with ExtremeSmall Samples or Many Regressor," Econometrica, vol.45, November 1977Keterangan: n = Jumlah data dan k = Jumlah variabel independen
qr!
.a12<(->.Ch
€
I
jr xr );lii'
I
.t
B.r l:r,'i ':..nt,:f :
.:.. , ;r ilirrru,ltl:ii
,Niirr\:il' Lflll:ili L,,rlJ
)=J6.,,1 .'l:,' : ,.:
Js \\rA H-
I
I
,"l.r,rlll,1
:'' ,'ll'.:,ll
ca):,*J5.
\*
l }JA .)
C.l ,i.1:1
X ,i'
II \ ) ) -\ \ 6,I
J.l--
J _\ ) l J \I
'S(f
O \ ) zt\-l.F ) J <-/\ _-)
(k)
o) Vq ft f \* * G \ fr /fl\
ca # b,/ \"d \ fq 5# }C {-"r\r \nF- ) JP -\ ) ) )
)-\ I
EA
H v\r \ ) > J ) ) A,l
-l^ r6.-/t\ I
\d
u- y t, ) ) IaqA,
rt $? t ) ) )
\|
\Y(.L)t
c.)
.',
\r' { \).A
)) )
JA )8h;
N \t t f Y tf\.
$_/ -4 hLdj,*"
o_
Z
=Z
a(JVLr)
j-c)a1. (O
:CO
Nlr<f -,,Lr(-r)O(! .'.^Z-A-; O).lli .-
ur 0-
LO
O
-- (oI(D01 Ct)_-a_Nr
9ur:@() f-
'C..
<l)
==
ui c'tLo c.t
,i-:l (\-7- (,)J
(\
CJ@>^ C)(O (,)
\o,'- rr
f\OO
LU ^,= (\(r):. c)Fo)aa
O-)
i.rt1i ',1rr9u) r-..
LL^(I (,U)r'-r!l
a2 -i-
;C)aa: t\
'l .oAO'-i o)
fllo-c r"t_) ;.z i.iCil !?jrCr,
caOONcnoO'r
rf, l\0- o)a._
ltr)Cr) o)Lr-'; il.([-
vOO
N(oco(r)
C.JIII T
6 ,-'t
.: Loff(c)CCDCOrU)nl"-
crl tOC)i O-oo I o
^.-l I.; (-r I LlJ c')r lu)Y
{cr I 6-0)aC) ! g6(I)
cOc.rliguaol-Xc'ri1!XcO
1-l () i r U
=(\l!(D:l r- i mto.>or I -ol
5r!: I -q;
c.)OO
ODNa-
'' c)CDOCNlJ rr-;-c0:ot9TU).:)*
(fr.'lONZ.f:E
FT.=q. L!rl-lrl z4.7ntr(,r)w--{-(n-crcLtJ 64LT a-LU*Z><1 e*:>-2, -),4
t5+uJ <.
tr4t)Zcl luTt-x.6:{5r- L-!.-L rl<{- \l" F._
\CT
{i--Lilff.\lt!Lr^)
.e,itu
I
c9iO.OINOJ
c\] '
c)lO]Nio-)lO]col
skl-;- O) l
:i! ri
co(fO
c\l
OC)Nolc!
LUVaat\an l---o)-o A'
II
I
I
I
i
iI
I
LOC)C)
N
OONtr)c!
L1J I-a;)u_r
+i--([ (t)(\l'vr ll
c\JOC)N(\C\C)O(\
0- .-CD C{
.. r\(Aa
*biL tt)
._ ILLI
roO
C\cr)O(oco
(o._o>.Y=d>o)En
OO
(oOO
N
-- cfLr
l
\'QO
OCOco(i)
(\LU-/n C\..-j Lr)-() <()C O->(Urqr
(v)c)OC!cr)OO)
o_ o)a^(_l
(!r>..-I La)U) o)
"il (I
azq-
:.Oac)U) (/)u)a.: o)1i o-l
(0c)-C nr\=r4C)z- 61o) (oco)CA
f\Oc)!2 (r l
:.O(r) o)
.o)
(,.)l:
o_ -t-(11 o)CDr,.:
=LL
.OLU C\LD r'.t
0r:-le'+ c):]NZ^o@>'o(u ol-c ()l) ul
',: LL
LO
O
=
(f)
1(-
--(oICOao>_-.01 rNr
(U;Ed)c0 \-
l:^-rI
aq)Yro>-,.-Acj
l!C. cc).r) a
Nr
.Lr0c)S.o/l g1
(r)
(, LL
o-2aEz{/
e&
(,.)Nll) r
,(fo)oCNQ c'r
c0-(u(()ro)ea
L! (.c) c)r: ul(u o)
:I-
l-t
z!)lY rrL ai,
c:9)
() rr
U)N
iN(U Cr)0.a._ (o*-
c.J
r4'..f. o-
t.
,,il:.,iri.,
' ,::: tr
:i: . :ili:. '
r, .4 ,'.::
.:.,'
i@
J
o(J
z
F
cr)OO
N(\OOC\'l
o)O(o
6r)CI,Cn
c.)OO
N
OO(\C]fN
LU=1ac)t\mr-=o-)furCn
LO
O
(\
OOC\ror\ul r-
,a (19) ,-n
*.j r'--c$ (j)>. \-co^
c.l
(\c\NOON
0_-CD c..1
..1'-a9^ t\La))-1- c)-
rooO(\(Y)
(o@o)
(o._o(tr^>-Y:J (c)>o)CLNfl)=
c,OO
o0 c!NQ-..oo)oCNQ c.l:OC(Joro(oro)
,.=
(oOO
LIJ Cf)aaCU)ruo):r?*, o.J
_{)r(o()q?ca)(,J r-(J rrrn t'
(\O
_OUO_-U)Nl_\(-JmL,iNCJ COUO._ (o
1 (rl+f\
rcL
N(OcoO-)
(\LUTgg Crl
.t Lr)E9LU)rc\*-
Ll,
coOOC!(nOc,'l
cl-o* o)
",O, _" cr)(Dr>ari- cc)ILOAa
*rl_
U)
>\r:Oaao^,(/) "(')
Ac).-_i'o')(U U)
(0c)-C nrL::
-UaN
56 {o6o)Cn
[\C)OuJ_
=(\:.OFo)(Da.. O)
ui>J-u.-c0 (i)U) t-,=
2
:.OLII NCD crt
+c):t (\Z^.;N(g@>'oocD_c(r)-t u)z^
(l
LO
O
=c/)1. c)ICOao)_-.(r)_
!;t- o)ol-
:I]
aOJ
Yro2Oi-(l) a
e3<Naas;-L ',9; O-r
ao_
o-2
=zt3F{?n<+
$O
l)
)
\
-J{(,fr)
\
lii, l\ | i
ill
i
J\zl-ti\
F
I
a-, li
)
x
)ri
C]C)C)
C0 C.l
a-",.Oo) L)C Cll
L- (.(u.(_) (o
I .''\--
(a)OO
Ul coa a)
co)nr t]r
:r?*
l; (\
m (lJ
r6,gn toco)(r \-
C'.jC)--- c)
o_-r.q C'l
lrr(u {-r-a_ (-'l$ccCt t::-- i-(- )
01 \-
$OO
(\O(I)(DrJ)
( \!,
LU .-0D c\1
.: Lo-o ro(s r-
a/)C)C)
c^)C)(T)
-() l-o_ o)ac)(Ur-r CI))ro
Lt) ot
0i5
:OU)Oo^,
U). (rl(,/)O
-- o)ft. ())
(tl O.c r-t
aaz- Gtrrr (O
-o)
()C)ul ...,
(-),:Q-
(l)
co o)o)
(D (,o(JU) l_:JV[)-GC,).u, :.
a:
:.
2
CJ
LUNu) oL
ui .-:rl.,- c-,r\l2! c>(rl (D>\ fJruo)
-C aal:,5
()a
2>3; (l)rol01 0)(' r-N-<{-
(U;x(U1-
i
U)d_)
:i L.r)
ao=O<(o! t-itNll_
--(\l.:: 1-,Jlf
=-o
L;
d
\$'r{Cifl!Z)
\.?--r_
<i;LII ;r<F
LJJ_e --:F
Lft *
L;*iii, ! .,--,
\-' L:-lt;*," qi]
{- *!i* ""=i
.lL .d--7 *)-r
L-i {-:L1J 4iL _-1,
tr;: r*:{--i\ di#r'ltl
slq-€-,ra\#'\r'&l,l!l,,,-:,
r;i,--." l
i*ii'll
i
i';- ?(1;; \l.L-l
i-l I lr-\ i
!^ Y I
/-.-ltJ
\J]C,i'9 I$-i,'< |
)
,lfI
,r
{)
JF
4)l
--,\.-)
J
O(r)
z
F
4;+,
coOONN(\\OONO)O(o
=(l
cu)cl-
c.)OO
(\
O(fC\ofC\.1
Lr_.1 $a?l\
iI!
cu)
r.)OO
NI
13C)o.lLr)C\
UJ f-rrr o",ait\cu o)(U-
(\OO(\NC!C)ON
0--U) c\
.. t-_rnaX' c\l*coLO)
Lr)OOC\(,O(o@())
(o._o
f(()>(,C
OO
O,N(/) -,.oC'OL \\m^,o!:LOoro(oT(f):=
C)O
UJ(.0c)r: a)619 t):-_l*
9";-L (Dnr (O-
l))6-
NC)
EOO--
vOC)
(\O(o@O)
C\lLU_99 c\.J u)E!?(u-
c,OOc!(,Oo)
Lo)a^
6-L(!
A a>.v'.-
a;2\r:OaO
.9 e'ru' c,)
AO'j o)60)>\r(sO
-C nt
J:
aolCJ) (oco)-^
t\OOLU..
irn:c)
-ulao),. CD
N><LD l--J-o_ )-(oo)u) <-
=-.
a
:.
=-.O
LU C\CD c.t
,rl '--, c)e- C)lc!-/,€ (\co co>Oau (r)!- to:.D)'--
rJ)
O
-()a) o)
q-Nr
v t!)! ra,,: c)
tn0)V Lr;
2c):_a <.o
1. ,.a)
yt3-1' -'(!:r0aSioru)
(lD.-
'-/
U) C.J
f_-A=rnu-6 CrJ
Ncooao._ (o
=c\;r--z o')0D-
I
)_)
J
1r\
-/.
F
F?
\ ..> * \ q/\ \ \
o)(\ ) \< \) ) + J \ \ \ -+ ) .\ )< )
Z
E7
aOJ
.-l -a.$=Q'-. (f)
.u) o;Nr{--.=-i.D C)(c:.o)
lz-
us C-
AZ
()O
<: o)1.. c)'(T)
aa_-2.*r\t r
:LocO)(J r-r^:l Lr.
"--
a{:
:.OLlJ Nu) ol
?;''_ C)lC\"7
.;Nfli rtj
oJ (T)C(-
C_
a_z
T\OO9-.-co
:c)r- (J)(/) o)
.. cr)
^(,^ ().-()o- .-t\(!o)U)rE^(- :--
(n
:.Oac)co.'. c.)U)a'j' cD(! UJ
ft-r L.)! (\j
4 c.Lo) (oao)Jr-t!7_Z
(\)C)C)
c.)O
o* o)(./) ^.- (1)
(Dr>\_LCO]LOAaY)'.= (L(U--L=
s'C)(]
c!C)(o@O)
Lt-l rODN._.. rr)-o(()col(orI n..
CY. Z
C\C)-_c)
o_\-/n (\
ru'<)g CrJ
ftC/)(Y c)_(o
=N-a I'-
0:l^
<{ -/f
(oOC)
LLJ o)aoIU)CD O):-J.rHCOi: c-l,- (O(, (jco)-() r,r1J=L)Z
(,)OO
LONU)rC,)Oc (-,1
m .-,rr !l
or--- o)6p ro
T (-)
.:;90.J)Z
()OON.oacoo)
(o._o=\-:!j(o>(>(:
UZ
(\OOC\.J
NC!OOC\Jo--
(D C.l.f\
rnOn C\J
*co4 al)
- {l-'=-ILZ
L()C)O
ol
OO
tIr(\j
Ll_l r'-rn C)", ,.,*l-cu o)ru-t;:
iaOO
(\
O(J
iC(\[] .ra'3t\O>CU)fii.-lln
uz.
a.)O(l('!(\(\O(l(\J
a:)(.1)
=.)i7 .it
c ir)
!-::.
rfZ r-J c.l La LO Ol !l () d .:l L.
A€
i
-lrTr-vlqlo-l
i
ti.)luirl.Pr/Pl>,1
:
) :(*^
a
>a)U.l c'rU)Nur=fNZO(sCo>.o(gO)_c (o
L^'
cf)oO
q:Q)r
-O6DOcc!Q c.t
-!'l -t- r-l
(or
PE&r
Eq6z
(oooUJ cr)(/)3;o)i6o,?sHUr(oPE(tr l:EgDZ
No!oO_rd:)^ER$c)do._(oER5Bo11:l^r:n 3.(7
.<looNo(oott)
c{LUIU):._i Lr)E(oco)(SrAd
caOoNcoOo)
o l--Lo)@o.--: cr,(uC'cof r-c)u>a:< l1=Ltu-
aE .x'
.OaOO^rU);AO.; O)
(sc)-cNZ-Nm(OE'O,:J :1C^)-
t\oO
!o.FOU)EL'--co(ulo-Y(,r:
LI f_(Eo.r.9 .:.CNrZ
roO
>3_-- (oI@aa
:r.9-Nr{r
9UEOr(Er€o-
aLtr)j-5a. go<o4^ (.O
9ENr<NAONbLa.(I,!r,;^
qzaz.
z
<rlV1
3td s)
(rloNz)-L
t-TZ( trt
e#h &FuzOco
l-
=LhO-z_G\J1 >EOud.g) L2>-)s>5=4nte'2ut=o-J,n3LL-
.Ffi o><ur5o-e,6fl=lJ- ,-\<va:-
aFlJ.td.lIIV,
.Jb.
.]+!q
c/)OON
NOOc!o.)o(o
'= a)L=
x>-o u,
.cL
c')OorN
OoNcoN
u.l $aot-g'5oI:iOnL-
r.oOoN
OOc!tr)NNo(ot-O)
g
NoONNNoC!
O--g)N- r.-(6 ()
z-a)--'=L
roOONceo(ocoO)
(o._o
-.if:f (c)>o)E^0)=
cr)OO-
ODNA-o(,OCN(! nr_oxbO(!r
o(oro)En
(oO
LIJ Cf)ao- l))GU):rfw; !^'t
r(orn (O-'o)(ur
NC):oo
IrrA c.t
l=>!1(!::.,]_c (\o c.)dO,-(o=nr;5(,::eo-
$OOrc!(O@O)
Nl-ll rODN.-- tr)!(c)CCDorA^==
O
Ncr)(f
13No.o)@^.-i cr)(ur>\1-i- coftr)Ao)
i::
=o-(u-
=<<":O
AQo^,(/) ..'(D3.i cD6<r)>r(oO-C nr\ -t.^
'OANCD (Oco):rL^r=
t--OO
H ".r'(a'-o
Fo)aaO)0--
-coXo45o_f,cg o)A-
5_2O.OLII NU) crt
rr=!; a')J(\za.;: N$@>Ooo)c (c)
=o).o_
LO
O
:(OlMAa
:r.oI-Nr?<-nI.= LI)
-O)$r5s.=?
aCJVro:5.--cD. ca
=O<(aa3Nr<N
,Lr
9o6r-- ca)z- g1'O))-
ALLL_
0-z
=ZS
!
S)
ef J IJ
oON I
NOON
>-:!u,C::Cn>=>z-
NOONNC\]OON
O--(/) N- t-
PR=coL O'))-r'cLuz
tr)oO
N
ONtr)NTU\(/)3
J t--(go)([ :'EI LLt2
C9oorNrC)o(\@C{
Ul rf(Ds)
t\
g'5(oT:Eguz
C{o]f,oO_rgrj c.t
r=fuOiNo cr)to._ (o
2O)ollao-<z
(ooO
UJ cr)ao- L))(! (.)):-lw- c\l
s3r(oPEor([*az
oOr
00N(J) r
.OCDOcc{Q c.r:oEOo-=(,)o(oro)5n)-6Z
tr)OoC{cr)o(ocoo)
(o,-O(o;->,Y=cc)>o)EnO=UZ
(n.
>5.c)LIJ N(,/) c.t
(/)=AUEOf c\jZO'r= NN@>oocD-c (o\o,t.
o-T.Z
l---,oL!?>;:c)Fo)aa
O)o-f-coXo4so_f,(UOrA-Es<z
a2*1
,Ouioo^,U);u)a.--i O)60)>.r$c)€ c.t
=.f,4Oz- C\,orICU):l--;'=LLZZ
CDoc\c.)Oo.)
'o l'-LO)ao(or-E:1 lr)Ao)lz:.'{= L(u-t-z
sl-OO
NOcoO)
NLLI rgj <\.i U)1f, (c)Cmo\_Ai)-tz
a0)Ytr>2O.i-ao=Oa3Nr\N.-L rAOq01z- g'1
.O)!-rr,O-L_OZ
rO
sco:(OIcoaa
:r.0-Nr{r() , ^Pcotr o)(u-_c
^'3LL2z
6@
J
o(,Z
F
@ed rhi;k ddq#d @ % tu4%.ii,l.t I
.J
,o
,oz
F
''!A!"*r4"
acr ,> d)
) *_ JI
rJ\\-\l bJ J
Nr d ,) d Ca )
J- ! \Y J4 b*
rr ) "+ J l \ ) -\ \ -f,d
or ) { \l
{/
cS\ ) J J J j
o) ) ) \ ) -\ \ J J
dd Med# hmffie -q!ffir, %d L. ;&* & #
#1ft @wq -iffit- M BqH !w{"
(o J x \ rS ) d J lJ
r{) ) \t>
B) ) )
,)J
$ )- -6 .-)a--i
) ) ) ) )
c? \ )Cz\crt--; ) ) ) )
N ) \ \ J ) ) -)
r -*--ddMfir ffi%w M .fr* EffiryEP QFq
0-
=Ez
ao))<tr)2O.i-a. cr)
=Oa- (o
.e3Nr<N.!rAOg;oz- v);O)2r(/)O-L-
tr)
O
s cr)a-O---: (O_L6aa
:r.O-Nr{-X(oto)'(o r54
a2
:.
=-2O,OLl] NU) c.t
ui='= c)=Nza(0O>'ooo,-c (c)
.o_
t-o.oU-z ,r',:c)Fo)u)a(,Jd'-^ CfJXo4so_F(g0)(nr.EA
as<<.
:O(/)Oo^,v). ,oAa,j O)(s ul>roclt crt
z- c{m(OCUJJrC n')-
cf)ooNc.)Oo)iO f'-
o-(,)a^.;- ca(!-}E=lr)(ra-:< ll.ELfil-
$oo(\O(ocoo)
Nll-l sODN._i u)-o (c)CCD(ErO^
(\O.Ifo
Ir6j crr
-\_>. \:,EH(g Cr)Ea._ (o=o2 Cl)(/)::l^
Ltl cau)a-io){o o)f*;NHCO+Or(oP3oroA'
COOo
ODN(J) r_oC,)OCN(o^,E5oro(oro):90-
<-r\T-
aN
$'rirl'C']
,(\rl',
Z.
<' ' 1":''2,'
: Lul,:, l-,'Z''4(.,c0.,
ll:
Ai::z':
.). 1
ioi,,,&,',ilrl[:r
}''J.
:)z
.J
,E:111
o-q
oFE,
FLLIE,<t!i(,
^o
E,{:'' &,
IlJ,,{,o:Jro-tll:fr:',
,,',[lrl;ir
tr"(9i":'.lIJ,2<.
=,(,ttrl,&,M:,
&'' t
F,,lJ.1(:o,
a;
JYI
\n@k#A
" .r.r;.r l
r \ ,.
Q'
I
tuq
M# Eqd
.#r
:'r
J
(r]CI
z1
F
N i.{l[L.li :t I W *- %fitr*
a F., iTw
t\N
(*: .1",t,..::
.D,i:.:i":' ,:,,l,l,ili
:U \ ) J ) J x l
@C!
J&
l::r;:iii,i
;tiil,
r ll:ll
J.\) J.& =J+ -\ d -_)& )N
I._)/\
too{
J/\ JA) )
/\JG J
a_ CSI d d J\J/h
J/.\ _)as) _)r\
JA-
tC\t
J2S x
\.
Alr\
c\
N
d .) Jb JAS
Jc> -t\
) lJ l
eoN d v. c 5 J& \ d _JG
*),)s\ ) J& ) tJ J )
ATc{ %- r#G- % &d tu ffi ffi ffi & %d -tu r,-q ffi'
,& Grs d-w -d *qfr %ryTfi#F 'qq$l
oN \ ) \ ) ) ) \ ) -J
J ) ) J \ Jo) )
rq::=5 * ) \ ) )
) ) J)
J
@ J )& )
b I
,J
Jh )p J
?atJ(5 d (*\
J& ) J ) )
'F-s-
1 )a\O d I
C<
fb )2A ).5 J/<'\\.-j A d d ) J J
_)5 )/\ d\\) Jb A J/s d J
A) A c J2a J,,\
elg. EE- %r 1muF
ez
=z
a0)Ylr)>o.i-a. c9
=O1- lo.; CO.Yl o)Nr.(\N.!rAQSmZ- g'1
;CD2raA-
tr)
o.< Cf)z-O
Icoaa:-.9rNe(r
E3t o',(Er€o-
a
.
>5,oLUNCDN
q5.;O=NzoN@>OoG)-c (c):o)-7'.--. o-
f.-o.OH ..r- ct)
Fo)aao)o-'r-co)\o4-so_f,oo)(rr'=:(L
a2a.
.Ouio3;u)o6o>roc)F c.t
=\f,=aa(\olICU)=-Eo-
cooONCOoO):o f'-
o_ o)u)o'.=- co(sr-E:1 Lr)aavl:'=n
$OO
NO(o@q)
C\,1
LUrO?N.--,: u)EE(UrA^:4
No!ofur(,::=i(Jfr'oEN(!cotro.* (ovo=N55tnI*o-
(oOO
LU c')ao-O)1i o):-=*?sJ- (oo)9CU)(g-Ho-
cr)oC)
00NA-_ocDoCNQ c.iJ]otoo-Eo)o(oI o")
-EA'a=
lr)ooN(9o(ocoO)
(o.-oYO-<-=(o>o)F_r
Nooc{C\
NoON
O-rcDcvF-
PR*@z' o;)).r'c O-
LOUO
(\
oO(\rOC\
Lll lt-U)3{-i lt-(oO)).r
!LL
oO
N
OON
NLIJ Saot-,:N
cv)'13 n
coOONN(\OONO)o(a
C::
-l\6'o,cn
*ry'
'3Y'\
l\j
..-<L*)
L
".
c.)ooNNNooNO)o(o
Ny)il;.c rL
==
a)oO
CiD N!)r
^OCDOcN
LO(!-E o')o(oro).o A'
nz
lr)oONcoC)(o@O)
r.)._o$;->Y= (c)>o)ln0)=UZ
NONNNOoN
O--U)N
.|t.-
PR=ooZ-A)rEo-GZ
tr)(f,oNrooc!l.r)N
Lrl F-aa{j l-$(,))r
SsT-
c/)oO
c{rooN@Nuv(/)R
E'BoIEo-uz
,a
>b.oUJN0) o.t
e=,i-fNza
.J:: No@>Ooo)-c (c)
=o)zif2
f--c)
gRz c.,.:-c)FO)aao)0-- r,.coXo4so-f,(oo)(/) -'=.Lo_.< 2
a>$aao^,q;U)O.--: O')
>.-oc)€N
4(\m(OE'ot=-5sZZ
cr)aC)c!
OO)
E f'r0- o)a^
-Efroaa-:< ll'-= nl- z-
oO
NO(o@O)
NLLl -ODN.i u)P9(OrA^=*tz
NO
-O[_r.A c.t
--rh5i c.roceffO!o2o)(,::=_ O-
<z
OO
Lll coaoa0)to)
:rIs-.^ ( \*cor(oPE(!-
Eqaz
$:Z'
=z
a0):ltr)>-5.--l ru). coSO.;@Nrq'N.!raaz- v). o)!-oO-L_AZ
'qf,,:, i'r-l i,O.N
cooo
99 f\(/) -^ocDoc c\tQ c.t:OLOor=o)0-)(oro)rEo-)-OZ
(ooor
LU coaor;o,to)I .r-
TS*o.-L (oorQcL,(!r
QZ
NogoLr
.fOC)
C'lO(ocoO)
NNro(oO)
o-7
Lrla!c(salff
cf)OoNfr)oO)iO I'-Lo)
ao.dg(o'}Ef rf)u)a:< TiEg,7
a<s-
:Otno3;aoEo)i-([c).C c.t
=sf=oz-NP'32r1-u)-77
f--OO
S o.ra cr):c)Fo)aao)L'-o92
4sLf,ocD(r-'-i/f7
a:
>b,OLTJ NCDN(,::, C{zoo@>O(so)_c (o:o)zi.---'T'2
Lo
o
=c)4-OJ(orcooD o)
:r.o-Nr{-PUtr o)(o--c ^'=
t-L
=?
a0):<lf):5(D. $<Oz^ <o
e3Nr-<-.Lraa(! 'ooz-a'o)
!-ui O-L_
o-2
Ez
F\
aCJ
,(Jitu
ODNi=>, !?eK$ c.)Eo.- (oVo=N
=boIleo-<Z
ir:.:i ro-.
!'5S,=5"=4-tg'arJ=,O- !.lvl, J
o><urfo-,&,lnrfl=t9o:-F
s&,
FLUE,
l!.a
5 -ll
))
a)(fNNNOONO)O(o
69\l\6'o).E o-
=z
coOO
N
o-2
uJU)
o)E(tr.oCul
lr)oO
(\rOoNroN
tll l"(/)3{j l\OCDlrgsTZ
NOC)NNNC)ON
O--(/) N
_ f.-PR*coz-a)-._ :'LLL;=-n7
tr)OONcf)o(o@O)
(o._o(tr)-}VJ (c)>CDc .'!o-u-tl 7
a')oO
ODN(J) --oC,,oCNQ e.r!^
Eo(0x(1)(o-r- CD
roirf7
(0OO
UJ cDaor-o)16 o)
lvTSt:or(ogn (oc9)orEqA7
N
!oQ_rQrj N-iri,q€HG cr)X.o,-@
=N€Nz.a3[<1 7
$Oa
NO(ocoo)
NNuiOl
q7
LU
:oCoafft'
c/)
C)c\
OO)
! f'-Lo)ao(g--E:f Lf)AaYT:EL(E-t- -7
a4 rd'
:OAQo^,"1 coAo.i O)(tr uJ>.r$c)-c c{=$,Oa(\
PEJ-
=s7'7
r--ooH e.r2 (r)
'- Ctl- o,aa-o)o-r
o92
4uo-F(sO)(/) r
EAi2
a
:,
>O.OLI-] N(D cv
oirAUq= OlNzo';N(o@>.o(oo)-c (c)\o)ao-'r2
Lo
O
scDa-A-:
(OI@Aa:-.o-Nr{-aIgditro.)(!--c A'S -:z
a(,:a u)
>-5.ira. cnsOa- (oe3Nr<N.!rg=lioza
.(I)!-U)O-
0-z
=z
,s
igg+=
LOOONc)o(ocoo)
(o._ofir .:,>,Yf<c)>C')CAO=uz
NooN(\NoOC!
0-rg)N_ t-.
PR*coZ-A)rEguz
rOoorc\I-ooe!roN
Lll F-aa.jl-(oO)hr
SsTZ
(r)OoN
ooc{@N
LlJ ttCDR
P5o1lPo-WZ
c,OONNNoNoo(o
hP>\ r--E9l
.c o_
==
a.
-.
20.oUl c.t(D c.t
qs,=o:l e{zo'j= NGO>oGo)_c (o: o")
zdT.Z
t--OoLU
'(o:C)Fo>aao)L^-ru 92
5oo_5t\$o)(r-'=LN
<z
a>!'
:OaO3;AO.i O)6o>,rOO-C nlL-
;d4(\
orQCUJJ-:3ZZ
cr)OONcr)Oo)
! f'.-Lo)ao.--: cr)c0'-6ILOAa:< I..EL(E-l-z
oO
O(o@
C{lll eODN.-i u):o(oCCD(Ut-(,.\l=x.z
NaEOIr(/)li=.fiOsNo c/)to.- (o
=N= l'*2c)(/):
3,q<Z
(oO()
Lll coaa'io)6g o)
l-t-c{ij3r(oP3Gro*az
c.)(fO
O'N(./) --oo)oCNQcv!oboGrEo)o)(o1o:
EsBZ
o-2
5z
a0)Ytr)>O.i-a. co
a8q3Nr
.!: rAOqbz-A.o))rui O-L-az
-t,. 1..l, I
+:' '. IrllrJl ' ,'
C):,,''N-1 r'
2",t,, ,'
cr)oO
ODN.r(/) f
-o(,)occ{m^,to(!r
0)Prv/'On)-
(oOo
LLI cf)aor:o)1g o)
Iv: c\tftear(ocn (ogo)(u-LJN(o=
c{O.oo
Q_r.A cll
>,YEKcu coto._ (o
= c\j
2o)oIl:f^u)*
C)
No(o@o)rNC\
Lo(oO)
g
u-la, -.j-oc$o):l
C.)OC)N(.)oO)rc N-
o-o)ao([r}E:ltr)aa.zI'ELru-
a.>$
tvC,O3gAo.- u,60)>.r$O€N=*tr4oa(\
P3:, l:Cn:f=
|t-oou^,.-a):c)
Fo>u) o)
-o)Lr-cr)iipoEo_5l\(sO)(/) r'==r
ooNN
ooo.loN@
(oO)r:'LL
=
a
LIJaaf=lZ'a(g
(E_cL
=z.--
roO
=c.)4-o-_ (orcoAa
:r.@_Nr{-!2 LrlY(oto)(U-5q
a(l.)
Ylr)20,-i -U). cr>
=O<. (o.,i @.= o)N-<N.!r99gbr- 1.r')
;O)2rcoO-L_
o-Z
=z
d. rn<=t-1LL^ I
<VoF&,
Flr'ld.:llrJVI
r-loNqlPqlo,
:: :
: lr'li:
J
CI
CI
z
l:
,li
: ,'i
:.
o0N J -\ )
J' \ \ ). \jr$*'
) :
t,C.l ),
'-;v)
), ),\P Hr ,::i
rl: lrr il
) ) )
(oo{ > x. ), c, ) \ -\ ) \ J \ L q{ )
roN J 5 \ "A > ) ) 4 ) ) ( Y )
%EEl %# % *fit\o.
'H%e,.ftr # S?tu !q4
c{ F- -_Rfi
N: wcb @ ffi IF Msffi Sffi
NN \
X) I ) ) ) \ ) i1 \ \ ), \ \
N i x ) ) \ ) \\ \ ) v1 \ \ \
'ol ?(7
a/ \ \ \4 \ \ \ ) \ \ \ \
l X ) -\ ) \ ) ) qsn N \ J J -\
cof ) \ v ) Jc ) ) \ <A J
C) A ) 1
i#ise I qhil H#
G
'tJ)
- )6 ,) )
C\) ) ) \
Cr)G
)I
\ \C\
\ \ \r1
G.
z
Ez
a()Yl.r)>O.i-a.o4_ (o,; CO,', o)Nr1N.!raaicoz-@
.o)!-aA-L_
roO
a8:(OI@aa:r
.Q-Nr{-9Utcl)(or5e
@
>5.O
u-l NU,/ C!
Ylad5lNZO't=N(o@>'o(go)-c (c)
=o)Z:'.LL
f--c)
,,,O
= c.'
-co:, c)F()aao)a.r- cr)XO4so_[([0)(t)
-.:LA
a<s-
:OAQo^,q;Ao.--: cDHot!r(oOSN=s
4(\
orQCU)Jr5LL
COOONcoOo.),ro f'rLo)
ao(trr>\\_i- cof rf)Aa.<r+ l-Ico-
OU
NO(o@O)
Nl[r61 N.iL()'io (oCcDo-Aa)-
NO
EOO_rODNlf>.?EXo cr)to._ (o
=N=F-aa(/)::ao-
OOr
t! c'laa.jo)(tr e,:r:)+Y c\t
53r(oPE(o-
cr)o,O
rODN(/) r-o
CDOCNQ c.t
!^
tO(!=o(o:tr ct)
-oA
t()OoNcf)o(ocoO)
(o._o(s .:->Yf<c)>o)C^q)-
ttl '2
c\IooNc{NoC}(\
O-rU) e.l
- f.-PR=coz- o;)).-.- ;'LI
i?z
1r)oO.-NrrooNtr)c{
LII N(/)3ri l'-(EO)lrg_tf7
c,OO
N
(v
@Nul$a?t\
;Nca)o::Onttt 7
clOONNC.l
ONCDO(o
x>Ea,
.E o-<,
*@.l
,i;i.tlr
,:l'r,
Lf'€s
oo
c.l
OUN@C\]uJs(/)R
E,b(s::90-L-uz
CDooNc!c\OoNO)O(o
E?XBcl:.E o-3z
(\OONNNoON
O--(, (\^I--a?.X'N
z-a).r'E O_
uZ
rOoOrN
OoNr()(\
ilt It-(l)3.PI\(oo)>rSqTZ
cr)Oof-
oDN(/) r-ocDoCNQ c.t+loLoori^
o(oTO)
E*frZ
aOolC'.r I
coO(oO
(o._o>Yf(c)>3Eswz
$O
NO(6@O)
NLLI fgj c\,--: u)c(occD(!cA^)-EZ
(\O
DO0_rqr:fi-1d'oYnt(0 cr)X.o._ (o
=N>Bo11=^61 3<z
UOo
Lll coU)O
ii o)l*6ilE3r(oorQCU'(trr€qAZ
U)
>v.O
uio.f; c.r"'. ca
,--: o)69(sc)€!!.z- c{m(gE',o)JTCn
ZZ
COOONcoOO)
c l-.-o- o)ao.__i Cr)ftr}EL'@f t-ou)a:< ll'F O_(s-t-Z
a
>bl.ol-tLLl N I
or sl.rlq b]EOfNZO'{= N(tr@>o(o0)-c (o*o)j-.z-..
.o_T.Z
f--OO
$^:C)Fo)aao)
o_- -s36'>5oo-f,Go)(.I)r
Eg<z
,;U) t
,(), 'ttYutjj'5
A.o>-8,CBNr<NAOgbz-aL=PI
lcdo-AZ
tt)ro
s c/)ZC):(OI6aa:-.9. -Nr(r
gUf O)(0r€o--r>Z
l
I
i
I
l-:l<loIolzlol*I
I
, t:,:;:rl r',
n?rili.TFr : ,' ;iri::.,.i
',,r rt:i,i, r ,
c*.#ilE#r
il )+ -+r5- lJ
I)i-l ,J _5
.'i f
i}
:t-- ). t). ) ) ) ) -.)
'€4
o ) ,(;) ) \ J ) ,} ) :; .fh
o, \ V ) ) \ ) a \ )
FI ',". \ ) \ \ s{ )
# )(
'iJa
)
F@ M fu.-di #W e{m
(o @ #- ffGF@
"".w
) l: I-tl 6 1-y']
\
,"J) tr\<
)
;
5
\
-Pr
--l)l
\[
)c
Y ! 4
\ <) ) ) \ )
nl,$t
EJ
-i
q
d( ) ) \
o-z
=z
a(U
Yro5-5a. c,=OeBNr<N.!raoqaoz- v).o)2c,ri n'
lr)(]
.< (r)
-: (OI@aa
:r,9-Nr{-qidto)(or_c ;'-
ll
0
>b.OU]..N(/) c'l
q5.;OfNza..=No@>'o$ ct,-c (o=o)L:'
LL
f--oo{ ".r-.co
:. CIf- o)aao)L'-- c.)Xo4xo-[$o)'= :'rLL
a==f'-Qu)a3;AO
.r.-i o)ts o);r(oc).CN
=$4a4(\
?EJ-5o-
CDooN
Oo)
!F-o_ o)ao,:(U-Eftr)C/)or:<I.Eo-
oc)
No(o@o)
Nl-[ rg9N.-j tr)!(oc ct)(Er
4q
C\O
!oO-rU):i=ES(g cr)E.O._ (oVO=N3 r--.4, o)oll3o-
<ol €)ol ool oel-
uplr:io) I -oifr o) I cDo-::- I cc{.3: l8lSBIE=.r-(O IEO)P'E I + 36:. I I:.EslSs
:: t::'
<fFlr c),N'zJ
I,d.r,
T,<il# EIF-"tJ.t 7'<aO cri
e. v)Ss r>rLL,1 \-4 91\.vo:- ()
ENG, I
FOH4.\./ Fil\vr q.
- ttla-7(/,
=EOU E'llL9,:rO-rEt>
s>5=<2l|1:L,t<O-i,,Isic)><(' 'u-l'r O-
_-€af
',,,.. .:::::,| i|:!:
, iji:rit t.:i:;;ir
I .:t. :.:ri:, :',.1
qF
'',, ,,.',,,
ffi ,*,r
: l 'i''
J]
(9
coN "m
il;: ,rr . r':l
| :ll, :
' ::.
*I-l*l
kl
ffiEffiF
-;+,:J I
__t\l
I
I)l__J
I
)lI
-s-l \liIfrI '}l
-1-frld::\.- ,"l
I
)l.?l
T-T-51il
:lII.t\t__t\l
:
;
.5
)
5
\\ 5
Fl 0( ) J
')q _) ) :a- 5 J t_ )
>G
5 ) \ } \c)N
) K ) ) )
) ) ) > > ) ) )c.{ol ), ( ) ) J ) j
{a
F(:,
7 .N;lFr
I
EflH T
c{ @&
-tlT*r
-t\l\l--\- ,
I
It\l/
y-
\
;)
@
b(,-
Kli \
I
I
,l-rr
--t)l)l--l
I)l_i
I
)l"l-l
\.1*l--1>l, )
\ \4 ) )t--l ) -} ) i
\ 5 ) )(o- \ ( ) 5 5 5 T 5
) ) ) ) ) )ro\ X ) ,) J J )
NorooO-rorj Nf:>. !:EHOa:t"c._(cEF
=5tn 1-
=^
(oO
LLI CCu)c-O,(U U.
=<-c\Yl c(
I(or(cu$r9o(u-
cooog9N(ft
-ocDoc c!Qet
J)-
EC(gr=oc)(c:fo
f
Ea
rOooNcr)o(o@O)
(o._o(tr;->rY=(c>(,E;O=
c\cCc\c\rocCo
O--(/)c_r.o9qb
l-c)-sLL
tl Lorl Otl oJl -.rl N-l -\| r)l c)l c.rl c\-l .c't I G:lLU LiICD KCl+-f*Dlo o-l),rrlS q
CooO
NrOoC!€C\
LUS(/)FO,LClJoYE,q
CNooc\ncCc'
c(oY>\LOuCN?-
ez
=z
a0))ltraEa.(=-Ed3Nr<c!). <oI
Ll__(
)l rr);l 5-l ls r
il= Eil (o:lr cc:la aI :r
'r l.q -IIN r?t{ -iIE E
l$rr'l{. n
6.
>b..?LUNU)NqbEClrc\tz-
l'.= c\l(trcl>'clNol-c (l:ot)-
lzo
t-oO
{ ".ra,ca
--oFo>(rJC')
O)a.r
it>fuo-iGO(4rgo
a.E-1
tOoa3;AO
6o.)>.-$c)5c\=t$
14 c\lorEICUl=-l=o
col <-ol aC)l orul re-:l Nol oo)l (o
F 5l 3-: rl ro ol N.--: cn I LLI -6 -lcn !-. col.- rc= Lr)l! (cg, PIE gE o-lE "
.'
--,d
i:Lj e4
-18l
I
Jr(,o,oz
F
Fcq
oc9 ) V \ \ ) -) ) J
2$ \ : : )
o)c{ ) K ) \ "+ 5 a 5 \ ) >
o-
=
=z
lq.IUlY to
=5.i-a. coz_ (g
d3Ne<N9_?lY coz-A;O)2rui o*L_az
()O
a3r(OI6u)a:r
Nr{-eu))! cotro,Or5s>z
U)<I
:
>bu.l c.r(D e.t
o=-(JEc)fc!zo'€N(o@>oo o')-c (c):o)-7r
.o_TZ
f.*O
ER=caFo)aa
_o)Lr^CY)Xo4so-f,GO)(Dr'= ..bo_<z
0.>.t
:OAOo^,(,;AO
6o>rQo{-N=$=oz' c\I
PEJr5szz
cr)ooNcoOo)
! l'-ooao.-- co(gr}Ef,l.r)Aa-:z IEo_FZ
()oNo(o@O)
Nlll r6,9 N._- ro!rc)CCDO-
3o-tz
Norfofur0rs-ir;.e(trugNo cr)(.o.-(oER5hoT::l^U'_<z
$NO(o(oo)
gztlJa-c_$
=-o (oAO(Uc)r-P ct)
hPEn!u o)[lr
c9oo
ODN.-Ar^oo)oCN
Q c.r:oto(g=
o(oro)t6'6Z
LOOoc{(f)o(o@O)
(o._o(5)->.:i:\J (c)>o)6rruz
C!ooNNrc!ooN
O--(,N
^NPR5coz-a)rELIJ. Z
u)ooN-o(:)NrON
llJ r.-(/)3+jN(oo)Xr(!;'(Jufz
CAoorc!rooN@N
tlj $aoF-
E'5(g ::Eo-uz
(f)ooc\tNc\Ioo(\lo)o(o'=o
Eg)e6.cL
=2oz F{ N aO <f . u") (.o It- @ O) o-i
elr{
NF{
.Ori
<f,rl
rarl
=:-eA
#
, ',ri ll' .i: . 'l;l ':,:11';' ;
}ll. "irrir, i
J \ -41 J --\
o&t*
. . ,,1 r,
J:l*n;,,.11 k- -& ^a @,,l it;iil,l,,
, ,' )',;,ri i i,;
t;l:rl'r ';]
'.:,i,::.
strlONOJ
-ao
ocr!-
ry. ''E :]l'W
Miruhd&#
' : ,. i' ;::.
lmllF "'q F;,.]:;-E
o JIq X ) -\(\ ) ") f .) \ J
o) ,\q.;
IY ) )<a
J \ {44
6 \ * ) -\) ) \
q -\ \ )
i,N:"\.
_))= x
A)<
(o b t( )J)€
!.._
) ) \a\
Y )
e#@ & % %n %l* %* -. 'e- tuE
(r dln@il ffi- &# '+!M 'q
c?)n >6/ \ -e \ -{ \ V
c{ & \ .- .\ *a -\ d"r1
M ,a -\ I
I2
=z
ao)Yto55.i-Q ,">
=o4- CD
43Nr<N.!-aC)5;aA;Or2f
cgaz
lr)O
=co4_O---: (OI@Aa
:r.@-Nr(r
9coLo)(!r€A'2z
a.
>b.oLIJ NU)N(/)E-U,iO=Nza.FN$co>O(EcD_c (o:o).z-..
.o_TZ
'*oO
E ..tz():OFo)(/) o)_oo-r
^cf)XO4s$o)/)r'= ,.LA
<Z
a-:29
.- c)oa3gu)o.j o,6o)>r(oc)F c.t
={--4oaNcn (oc0)J-C n'f=ZZ
c.)ooNCAoO)! r--
o- o)ao.--i co(Er-6ftr)Aa-v 11
fro-lz
$OorNo(ocoO)
c{Lll -o0 c{.--i u)'rf, (oCoD(or3sE.Z
c!oooQ-r(,sJ:>. !2EH(Eco0ao.-@
=(\=b(,::f^o)=<Z
til.c{oO(o(oo)rqZUIU)
-c_(sf-o (o@a(EOrrI c.)
bPiO.n
8e
co'Oo
ODN.rAr_o(f, oCNQ o.r+roEoo-Eo)o(o-o)E _o-mz
oz rl (\ ro sl Ln (o N co Or or-l
qf-it{,'O,:i6,11,
Z:.JI
F*z\+ lJ.IG. r-Lui<2,A
-,l-l ,ilrtGHtri;. : I
;v)bq'
--(/) :-iEOLIJ az(,tIJ.I
-z>- -tl<=l
=<<=fleo-:E636,E<H-t*cF{-M,t i..
#5lJa, l'l<VoF
E,
FtuE,VIIt(n
COooNNrNoOello)O@'=o
x>E9l
.E o-
=z
t()OoNCOO(o@(},r(o._o
!Yo4a.= (c,>o)c ..HO-qJ-uz
C\ooNc{No(fN
O-rc0N
- t-PR=@ZA)-r'E O_
Gz
roo(fN
o()c{lr)N
LLI r'.-CD8{-i l'-(I,o)hr(tr;'cjsTZ
(f)ooNrrooNcoNtu\faor.-
.-: R
Eb,(s::Eo-wz
(\O
1)oO_-U)st:->, !fEKocoto._(o=c!5B(,::eo-<z
\N@O(.o(oO)ro-2ulU)
io=_o (ooo(!C)lf-O)m!o(Ur9o!U OJ[lr
coOo
ODN@c-oCDOCNQ c.r{foto([r
o(oTO)
Eq@z
f.-oO
{ c'.r
-co:c)Fo:aa-OJo-r
ro!?
s-so-f,NO)(/) e'= '.:o-<z
@.
=<-:OaO3;U)a.-- O)([e,>\roc)€ o.t
=O4(\
P.,EJ-C A.=*zz
coOoNc.)oO"):o I\Lo)
aa(!-}E:l u-)Aa:zT:'j= o-CU-t-z
sOoNO(o@O)
Nl-ll r69N._i u)-o
cc)coD(!r(,ll)n
x.z
ro
=co;(OI@aa
:r.0, rNr{-9roto)(!r
=LL>z
a.
1S>b,of.f.t e.l0) c.t
4b,io:]Nza'+:: Noco>oo o>-c (c)
=o)'7 ".-l o-
T-2
ao.)< ro,
20.i-a.a.<O4- <o
.e3Nr<N
.!rao]}coLLO.: o-)2roo-L_AZ
CL
2
=z
j@
(,oz
F.
c?) \ "Y ) &,\
) \ ) \
oce \ +/ \ \ ) \ \ \ \
) \ \ \ \
o)N
\ \ ) \ \ \ \ u ,\ ) \ \
o-Z
Ez
U)0)\<tr)2O.i-u). cn.=o1_ (o
2ENr<N.!: r9ogbz-A;O2-aa-L-az
tr)rO
a3;(OIOaa:-.9-Nr(-u.^Pcotr O)O--c ;'-U>z
,;5
:.
>b,OLUN0) e.t.rq.5,tofNza.ENoco>,ooo)_c (o
znTZ
l\oERfr3Fo,(/) (D'
o)a.r^ cr)Xo45o-f,(U0)(/) r'=.bo-<z
@.
>$:OaA
3gAO'-i cD60)>r(oO5 c.t
=s5o4N
PEfr5qzz
cr)
ONcoC)o)
! f'-Ioaa.-i cr)(trr-'E=tr)Aar< IlEo_tsz
OoC\,Io(o@O)
NUJ-O'N.J()E(c)ccD(OrA^:l*tz
No]3ofl_r(,s:rr>(J
:R(ocoM.O._ (ovo=(\5h(/j::
=^or -*<z
.tN@O(o(oo")
o-zLLI(/)
-Csl-o (oaaoorrP c"l
jr
ci(L-l r
coOor
0D c{.rU)--OCDO
CNQ o.r{JoEOOrEo)o(o:E o):.on
fiz
roOoNcr)o(0oO)
(o.-o(tr;->Yf (cf>o)-.CAo=AZ
c{ooNNNooN
O--(,N-F-
PR=coz-a)-Eo-U.Z
ro()oc\
OoNtf)N
Lrl r--CD3J r..-$o)5r(o;'cilr
(r)ooNrooN@c{uls
0DoF-
E'5(g::(JnLJuz
c.)ooNN(\OoC{O)oCO'=o
=o)ei;C^
=2TZ
oz rl N cn $ rn rO t- oo O') r'l 11Nri
aorl
<f,rl
Lnrl
k l$Al'l l)ffi . . .r-:;r43 ,F.+,
?i .i,;: r-.t i;.-: .::1,
;: .tit:r tfi:f r : !ir,,
(f)oo(\NNoONo)o(o
k e',
e6.cL
(ooorc{
ooe{coC\tLtl$(rg
Ph(o:E^L-
lf,OoNroONroc!F.-O(of--o)
g
tlja*,o(ug
NooNc\IrNooal&-
U) C\[email protected])rEo-
t()ooc{cf)o(ooo)
(o._o(6 .:.>Y:f cc)>o)rC^O=
ODNAr-os)oCNQe.r+l c)LOct-Eo)o(oIo,r-O^
LU cr)aoio)toIs?s+or(oPE(E-EA.(D=
NorooQ_rorj erl
l:>:<eK$codo
=8=N55oI3,9
$ooNo(o@o)
NNtr)(oO)rg
[!a,j1(,foaf
coOoNCOoo)io l.-Lo
ao,i co(U'-EfLOu)a-:e I'.= n.n=
a=-f.ouiao^,q;Aa.--: o.)6o>roc)SN=$4O4nt
PEJr5s
r.*oeR:c)Fo)(/) o)
o)alrP3g'so-f,(oO)(Drps
rooNN
ooc{oN@oo)(oo)
o-
q==tuaafr+5zfiI(,
!LJZ-i
roO
c,o(o@o)
-rrJ)(oo)l:
aTa^a.N
E(E
E(s
_c.l
ao)\ltr)20.i-a.osO1- <0
dENr<N9ogbz-A;O)aA-
o-zaEz$rlo
NLOJ
-oEOJ
Ji-r't2,n5EOtIJ; E..,(nl&,i:lr I
- =r.zz-., :)L'(>,5,)4'.-.'ffi'ft",ELi,;Ii '
'8,f,*6.E{ tttiE o,Ethfl=IJ. F\<vo:-F
sffi,
t"tuu,\7IJ.Jqt
)l)
\.
J
o
a-)o(fNNNooc!Cr)o(o
C!:(oyr>r:io u,
.5 o-<7
coooc{
ooN6c{
[rJ$(,Rg'5(o:Enttt 2
LOooNt:roONrr)Nl'-O(0t-O)ro--
r.Ila".'oop.r
N(foc!NrGIOoc{
O-r(/)N
_F-PR=coz-a!r.- .l'LLi7-
roOoN(f)o(o6O)
(o;-O(5;^>Y_\= (c)>o)rE;'o)=
cooogjN(/) r-oCDO
CNQ c.t{loEO(g-EO'd)(o'r O)
EA'
(ooor
Lll c.)aoio)6o)?.tES+UJ- (o
PEo:Ho-
No.Ifo
0dNir)^\UG'R
!.-ocot-a.-(oto=Gl>EaY.=ncn!
rfooNO(o@O)
NNtr)(oO)ro-=
tUa,iEC$a)
COooNcooO)
E f.-Lo)aa'€P-E:f roaa:ZI'{= O-(tr-
'iU)
2a-'oU;O3;AO,-: o)60)>-ocIF o.t
=$zN
PEfrcn)-
f--oO
! ".r'^ c)h olaao)
a.r-
(f)Xo(, l--
=cJo-E(!0)a?Es
OoNN
OoNoN@oo)(oO)
q
,6
=LIJaaf
z(o
o
=z
|{)
C)
>3---: (OI@u)a
:r.9-Nr{r!6(u (oEo)(!r
€s
aoYLOiEa.e=o<^ (o.a3Nr<Ne?j) coaLo
.O)!reo-
qZ
=z
,,i:I r:,,
..''i l': !,
[email protected].:i!'
d)OONNNOoNo)o(o'=o
=o)xx-a v)
.E o-
cooorNrooC!oc{tU't(,R
E'5oIEq
loo()rNrooc{tr,N
r.x \(/)3*j f-GO))r€e
(\o(fNc{C\o(f(\
O--U) c.l
-F-PR=coz- o))-r.- :'L[I
rOoONCOoCOoo)r:(o._o
(tr;->Y:f rc)>C')Fil
cooo
ODN(/) --ocDoCNP e.t:Obo([rEO,o(oro)Eo-
(oC)o
U-l cr)aodo?6 0)
is# c\t
E3r(oPE(or?o-
NOEOLrCD}-i-
EHo cr)to.- (ova=(\55(,::*o-
o()NO(o@(t)
NLll rg9Nr.-i lr):o (oCcDOrqtu
a')oONcooo.)
lCNLo)ao'E cr)(!-E:l roAo)-:< I:EN
a.>$.OoOo^,q;Ao
.r'-'r o)i6o,>r$o€N=s40z-NE'Ef:
F--oONcr)oo)o)o)-COoF.-ot-o)-o-
uJ
Fao-(!o_a=o-$,9,
a.
>b.oLUNg) e.r
q5.=o=NzoFC{(g@>c)(o0)-c (o=o)2,'',..-n
rf,
O
>8-: (OIcou)a:-.@-Nr{r
E3to)(gr€A'
a()Ytr)>O.i-a. q9<O1- (o,nBNr<c{.!r9?$cozA; O)2r
o-zaEz
(oooNc{NoOc!o)O(o'=o:o)
eS,g o-
COoo-c{,,[email protected]$(DR
g'hoI?o-
roooNrrooC{rONt-o(olt-O)ro-
uario(u]f,
NooNNc{ooc.l
O-r(,N- r.-tnOX'Nr-
z- o))-r'= n-
roOoNcoo(o@o,(o.-o
(E )-.>Y=d>(')^E0
c.)oo
ODN(,f) --(f,cDoCNQ e.t{foEO(o\-=o)(l)(oro)p0-
(oooLll(f)u)orio)6oI.ri;i!s3-L (o
PEor9o-
NO'oo
LrdC.rJ-
EH([coEo.-(oER
=Boll:l o-
.tooNo(o@O)rNNrtr)(oo)
n
tUU).i
coa
COo()Ncf)oo)p l--Lo)
u)o.i cr)(o'.;5lr)Aa:e Tl'.E n
0.>$
.(fuio,A:<Do'i O)Eo)>r(oO-c c!=$=az-N3E=
:.LN
f.-O
U.rz <r)'^ c)Fo.)
,rr- ELr- cr)Xo4so-t(tr0)r(/)r'E n'
U)
2:
>b.oiu o.t(,N
0irnUE.of,Nzo'.E c{(s@>-, o(so)-c (c,
=o7 "-
tr)
O
>_3--: (O-L@ao)
:r.u) rNr{r
E3tro)(!-_c A'
0-2
=z$rloNLOJ
-oE&{
F-
&,
FLrJ&,
LUa
4igh
(aooNNNo()No)o,(o'=o
6'o)-rsI
(f)oorc{FooN@C\,1uJ+
UDOl'-
PBo::!o_
|r)c)oN-OoNLONr.-O(oF-o)
o-
uJaii(u
(!
NooNNNooN
O-rg)N.N
PR5co+a)r.EL
rooC)C!(f)o(o@O)
@.-o(tr;->,:l:'JJ(O>orEa
cf)oO
ODN.-(/) r-oo)oCN(o^,€tito(oi:
=o)(l)(oro:on
(ooor
LLl cr)aor-i oroo)f.tEAJ- (o
PE(g-
NO
rooIr
.fC)oNo(oO)
Nll-l r00N.jl-l)E16t- oD(orA^
cY)OoNCOOo,o r.-o.o)
ao.i cr)(or.;:, LOU) 6)l<::
@.
> ri.:OaO
3gAo.- ulEo)>r(oOS o.J
=$4aAN
PEJr-L O-
r.--O
LU9-(\2 a.l:crFo)Ao)
-o)L-P3g'so-s(oO)(/) r'==o-
CI
=-2O^()
LLI N(D e.r.ro=ALJEoJ(\zo'.= N(gco>,o(oo)F(o=o)Z
",.o-
ro
oscO<^o---: (OIcoAo)
:r,@-Nr(r9Lo!(oLo)(!r€o-
0-2aEz
{L)
fr
g
sE\)D,( I
#i
@s==>, !lEHocoto.-(o=o=N€ r'*z. G)tn:-5a
r@a
ilidi
:9-.'
(9.
z<:l-'
(r) { I Jbr \ SYN+6
\-{r*5- : \ $oco { -J\S 5 "r
k> _d # v\Q \
.\.r\q
6tc{ u( d > +_
1:-x' $ I\w \*l :
..J
\\\s
Lza=z
tr)rO
sco1^A--: (OI@aa
l-.9-Nr(r
EUL o')O-5s2z
@.
:
>b.oTII NU,, N
q5.Eo=Nza'j= Noco>o(Eo,-c (o\o)'7 '..ao-TZ
r.-oOH ,-rz c.):c)Fo)aa
-o)Lro!2qEo-[(oo)A-Eo-L-<Z
(n.
>.f._ooO3;Ao.-; Ot6o,>-(Uc)€N=s4oa(\
PE:frC^'
zz,
c.)oOc!cr)Oo)rO f'-
o- o)ao.-.i C.)iTr-E:f roU) o',:z ll'F 0_(s;-z
oO
N
@o')
NLll r0oN,-_j rO! cc)ccD(!rU)^)-tz.
NoEonrorj N
ERo cr)to.-(oER5bo 1.ao-<z
(ooor
uJ cr)aor-:o)(!(J)
fs-:: Nji 3-L (o
P3o-Etroz
cr)ooggN@-^oo)oCc\I(6^,€fiLO(!r=o)0)(o10r€i'6z
|r)ooNc.)o(o@o,(o._o
>v=rcl>o,tsnu-uz
NooNc\I
,(\ooGI
O-r(/) N^t-PR
=6Z.A!r.- :'LtI
riz
rOooN
ooNroc.{
Lll f'-a3{j l'-$o)>\-(U :'OLL
=2
cooO
N
ooNcoNulsAOr-
o)\(oT:-C)nt_-
LTJ Z
cf)ooNNNOoNo)o(o'=o
5;.cL32
sqhgi!;
<tFlOtloJ-h\E+\il
a>i
tv.$YF
N{E
v1
F5
G-
>1d
-.
r-(F?
+
Q..Cr
-t-
<_
q,>-oo
=r+rt) (t, \-\ &.--\-S' .- I, ?-L=\T ci,
(5J [ ^.lrL f ".triE "Fi
(\p\N
clI=-
.\ITiltrtrrt_
F\
=oA
-\
-q-a<^.a'v
,:\
\-,T-:
I
+,
_\>- \ CAF-erN \T)L $FY NN*Y l'yl ryD);" I \ N\A i, ; $,'f,t 1:-..k t\'q '*l
-\-L x R-
AJd<-
.rIe7
.!
,q,
-1
v
z
=o
l
! .o,r0cs zc
N'eA\-\-
a<-)o
$ o
{-:ilFFE
\I
aa
0am
a9
:.*
<fe .Ol:6:r^.*,a9
: flD:<:Q>
,:,: w..J\ .. 7::nz
<r
3a.7g
3
3a
tJ zo€JI,6
lg,.!
Ntc\g|J
L4
-lzoor
srsi+ irTST$IF'\' Ft+ tl: I 1,'t{
h$ +E ' F $L$ t ,o i.i f ff,iu i*s v!tl':- i'i,^ lrr ljF--L nj*;;p J :'f il"Fjs
\
$+A\)" \',(
+iZdi *-s.-f.t.$
iFit
o-lazooaEz!n1?
=c0
2o
F o>r>Za
(
6
e
I
zo\r\tIo\)I
-.N
*-s,O\F..lr sF*.:B>\\
-ts
*]7_ooT
F :Bd F F Effi*\r't: { F hJts; :r '- ( J*'l?3. g F:r 'Aq*F t r ^Er)-.- IF .i,L'
L_Jl=,{ )t* i
+:+_
t:Fi(
-^ {i\r"_^ l.
r-\ts.t r
==:)tr\
tr"
€.}(-\_J/O
F,\
o!*lztoV,E7.
z
gzo
\ q* "',i<-)-
-\\ (
o>|j,7Za,
f
s
teq(s-DtrtV.\o za
n' *Y+iV_N\r1.
\J;sAt
a
W-
"*o.Bq"J
zoo-
:\\-'-.- \,
\
(:.Ja.,i)$-^) (, \::t \\r r<\ vrr.>- :)ifl
\u'.-i1r\F,J
rdr
@
L ----
? -FS7^{EfcN----J?(+i\f,r
f; TI FJ-tl*a\'(>t.
{ i_i.'.+ .-FnT. i1t.I rp{
PE-(l.t\?1r*.f
o.-l
,lzozlrl?
zzo
-r --> +'f I'f e-..-*-< O>qtsh>
Za
&
ira
7
p
=
'f,
E
€e
=!roO
a
3
a
-9
-n-iC4LS
zo
=r-J . $. B"\.$. \P -Q\ :==' -trq &--lzoo-
TtrT\$}.*1\r
-B*$T--v*x, s t\-)f^.q5 :tr ':\F\ F S,
=tr{-^ q-}
}
\Nt
9
a!azoo@fiz!d?Ezgza
\-1s---\ rr. -icvV.F
l}\n-s},ss
S{
o
DOKUMENTASI
Sumber: Foto Kuesinoner Penelitian/Dok. Peneliti
CURICULUM VITAE
A. Biodata Diri
1. Nama : Resty Nani Yustini
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat/Tanggal Lahir : Ciamis/23 Maret 1993
4. Golongan Darah : O
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Status : Belum Menikah
7. Agama : Islam
8. Alamat : Kp. Cipayung RT/RW 01/04 Cipayung
Girang. Megamendung. Kabupaten Bogor.
9. Nomor Handphone : 08567868622
10. Email : [email protected]
11. Hobby : Membaca Buku
12. Motto : Man Jadda Wajada…
B. Riwayat Pendidikan
1. TK : TK Bani Adam, Bekasi. 1998-1999
2. SD : SDN Cisarua 1, Bogor. 1999-2005
3. SMP : SMPN 4 Tambun Selatan, Bekasi. 2005-2008
4. SMA : SMAN 1 Tambun Selatan, Bekasi. 2008-2011
5. Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Administrasi
Negara, 2011-2015
C. Pengalaman Organisasi
1. Sekertaris IT Club SMAN 1 Tambun Selatan, 2009-2010
2. UKM Jurnalistik, 2011-2013
3. Badan Eksekutif Mahasiswa, 2013