pengaruh metode pembelajaran x pada m.pel matematika
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
1/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
283
PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DAN TEKNIK
MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA
Indra Martha Rusmana
Program Studi Pendidikan Matematika FTMIPA Unindra PGRI Jakarta
Jl. Nangka No. 58 C Tanjung Barat, JagakarsaJakarta [email protected]
Abstrak
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui : 1) pengaruh penggunaan metode
pembelajaran terhadap hasil belajar matematika; 2) pengaruh penggunaan teknik motivasi
terhadap hasil belajar matematika; 3) pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajarandan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan metode
kuasi eksperimen dengan mengambil responden sebanyak 120 responden. Penelitian ini
dilaksanakan pada 2 SMA di Kabupaten Serang. Teknik pengolahan dan analisa data
menggunakan Anova 2 arah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan SPSS 13.0 for
windowspada taraf signifikansi 0,05. Penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan utama, yaitu ;pertama, tidak terdapat pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran terhadap hasilbelajar matematika; keduaterdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan teknik
motivasi terhadap hasil belajar matematika; ketiga tidak terdapat pengaruh interaksi
penggunaan metode pembelajaran dengan teknik motivasi terhadap hasil belajar
matematika siswa
Implikasi dalam penelitian ini mencakup (1) penggunaan metode pembelajaran resitasimenjadikan hasil belajar matematika menjadi lebih baik daripada metode pembelajaran
konvensional; (2) penggunaan teknik motivasi non verbal lebih berpengaruh dalam
meningkatkan hasil belajar matematika; selain itu, (3) penggunaan metode pembelajaran
resitasi dan teknik motivasi non verbal secara bersamaan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar matematika.
Kata Kunci : metode pembelajaran, teknik motivasi, hasil belajar matematika
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan mengembangkan daya
pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan
penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Hal ini diperkuat menurut Ruseffendi (1991: 260),
yang menyatakan bahwa matematika timbulkarena pikiran-pikiran yang berhubungan dengan
ide, proses dan penalaran.
Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari secara bertahap dan
berkelanjutan. Sebagaimana telah dinyatakan oleh Suherman, dkk (2003: 22) bahwa konsep-
konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep
yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Oleh karena kehierarkisan
matematika tersebut, maka dalam belajar matematika harus dilakukan secara bertahap,
berurutan disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa dan berkelanjutan
berdasarkan pada pengalaman yang lalu. Siswa tingkat sekolah menengah pertama (SMP) akan
mempelajari konsep matematika berdasarkan pemahaman konsep matematika yang diperoleh di
bangku sekolah dasar (SD), begitu pula siswa tingkat sekolah menengah atas (SMA) akan
mempelajari konsep matematika berdasarkan konsep yang diperoleh di SMP.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
2/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
284
Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari metode pembelajaran. Pemilihan
model/metode pembelajaran sangat menentukan keberhasilan belajar dalam hal ini
keberhasilan belajar siswa. Metode yang digunakan tidak sembarangan, melainkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran (Djamarah dan Zaid, 2002: 177). Salah satu kenyataan yang
sering hadir pada pembelajaran matematika adalah bahwa pembelajaran matematika yang
dilaksanakan dewasa ini lebih cenderung pada pencapaian target materi atau sesuai isi materi
buku yang digunakan sebagai buku wajib dengan berorientasi pada soal-soal ujian nasional.
Akibatnya kecerdasanyang dimiliki oleh siswa tidak tergali dengan baik.
Berkenaan dengan hal di atas, Ruseffendi (1991: 157) menyatakan terdapat banyak anak
yang setelah belajar matematika bagian yang sederhana banyak yang tidak dipahaminya, bahkan
banyak konsep yang dipahami secara keliru, matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar,
ruwet dan banyak memperdayakan. Hal ini membuktikan bahwa banyak anak yang mengalami
kesulitan belajar matematika disebabkan mereka bukan memahami konsepnya melainkan hanya
menghafalnya, sehingga dalam menerapkan suatu konsep matematika, mereka tidak dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain konsep belajar yang keliru, pandangan siswa terhadap matematika sebagai ilmu
yang sukar dan ruwet juga karena di pengaruhi oleh motivasi belajar mereka yang rendah.
Ketika siswa merasa tidak dapat mengerjakan soal matematika, maka mereka akan berhenti
sampai di situ tanpa mau lagi berusaha mengerjakannya. Apalagi jika guru matematika diam
tidak memperhatikan siswa tersebut, maka akan terjadi rasa malas dan tidak berminat untuk
belajar matematika.
Walaupun matematika merupakan pelajaran yang berdaya guna tinggi, namun sebagian
besar siswa masih kurang termotivasi dalam belajar matematika. Mereka masih beranggapan
bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, sukar, dan menegangkan. Hal ini didukung
dengan sebagian besar guru matematika yang berpenampilan kurang familiar atau terlalu serius,
selain itu kurang adanya teknik motivasi yang diberikan kepada siswa yang berkemampuan
kurang terhadap matematika.
Sehingga motivasi belajar siswa dalam mempelajari matematika kurang optimal danmenjadikan hasil belajarnya menjadi rendah. Hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri, seperti; motivasi, kecerdasan logika-matematis, kecerdasan emosional,
rasa percaya diri, kemandirian, sikap dan lainnya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari luar diri siswa, seperti ; sarana dan pra sarana, lingkungan, kurikulum, metode
mengajar, dan motivasi dari guru itu sendiri.
Dari kedua faktor tersebut, ternyata saling mendukung satu sama lain. Metode mengajar
dan guru menjadi faktor eksternal yang paling berpengaruh di dalam kelas. Jika metode yang
digunakan hanya mencatat, kemudian memberikan tugas tanpa diperiksa hasil pekerjaan siswa,
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
3/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
285
maka hasil belajar akan rendah. Begitu pula jika terdapat siswa yang kurang dalam pelajaran
matamatika, kemudian guru tersebut diam tanpa memberikan motivasi kepada siswa tersebut,
maka hasil belajar dan motivasi belajar siswa tersebut akan rendah. Selain itu, motivasi juga
biasanya berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dengan belajar di rumah dan belajar di sekolah
yang dipandu oleh guru. Jika hasil belajar siswa rendah, maka guru dapat memberikan siswa
tersebut berupa hadiah agar mereka lebih semangat untuk belajar dan mencapai hasil yang
diinginkan.
Dengan demikian metode pembelajaran yang menarik dan teknik motivasi yang
dilakukan guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu
metode pembelajaran dan teknik memotivasi diharapkan dapat merangsang kemampuan
berpikir siswa secara aktif dan kreatif, karena dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga
menghasilkan proses belajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Keberhasilan proses belajar dan mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
pemilihan metode/ model pembelajaran, minat siswa terhadap materi yang diajarkan dan
peranan guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa serta motivasi dari siswa itu sendiri untuk
belajar dan memahami materi.
Pemilihan metode pembelajaran yang baik agar hasil yang optimal dapat diperoleh
merupakan suatu hal yang penting. Karena hal ini dapat memotivasi siswa untuk
mengembangkan pengetahuannya tanpa merasa bahwa materi yang diberikan oleh guru sangat
menyulitkan dan membosankan. Berdasarkan hal inilah, seorang pendidik dan pengajar harus
mampu memberikan motivasi yang besar kepada siswanya agar dapat menerima materi yang
disampaikan dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran merupakan strategi guru dalam
proses pembelajaran matematika hendaklah dapat merangsang dan melibatkan siswa secara
aktif, baik secara fisik (psikomotor), intelektual (kognitif), dan emosionalnya (afektif).
Permasalahan-permasalahan di atas, yaitu kurangnya variasi dalam penggunaan metode
pembelajaran yang dilakukan guru dan kurangnya kreativitas guru dalam memotivasi siswa
untuk belajar serta rendahnya hasil belajar matematika juga dialami pada siswa SMA di wilayahKota Serang. Hal ini masih terlihat dari hasil belajar matematika siswa masih rendah jika
dibandingkan dengan pelajaran yang lain, baik dari hasil ulangan harian, ujian tengah semester,
ujian akhir semester, bahkan ujian akhir nasional.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan suatu kajian atau penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode
Pembelajaran dan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA.
Eksperimen dilakukan pada siswa kelas X di SMA Islam Al-Fahmi dan SMA Nusantara Serang.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
4/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
286
KAJIAN TEORI
Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 729) definisi belajar yaitu usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu tertentu dengan tergantung pada kekuatan harapan bahwa
tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil tertentu dan pada daya tarik hasil itu bagi orang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Hamalik, O (2009: 27) belajar didefinisikan yaitu modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing).
Berdasarkan teori dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
proses yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku yang menetap pada pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor) yang didapatkan melalui dari
pengalaman yang dilalui atau latihan yang berulang-ulang.
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan puncak atau akhir dari suatu kegiatan belajar. Menurut Slameto
(2003: 3) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi secara
berkesinambungan dan tidak statis
Belajar merupakan proses yang unik di mana banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar. Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu :
1. Faktor intern, yakni faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktorindividual. Menurut Slameto faktor individual dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu : (1)
faktor jasmaniah, (2) faktor psikologis, dan (3) faktor kelelahan.
2. Faktor ekstern, yakni faktor yang ada di luar siswa atau faktor sosial. Slametomenjabarkan lagi faktor ini menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung
menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut:
1.
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya.3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya,
membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, dapat digunakan sebagai
alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang lainya.
4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutamadalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha
belajarnya
Berdasarkan pendapat-pendapat dan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah puncak atau akhir dari kegiatan belajar yang menghasilkan perubahan tingkah
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
5/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
287
laku yang dapat dilihat dan diukur, yaitu berupa kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan
keterampilan (psikomotor) yang terjadi secara berkesinambungan dan bersifat dinamis.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang didapatkan dan dipelajari oleh
siswa mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah. Selain itu, matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang penerapannya benar-benar sangat bermanfaat di dalam
kehidupan, mulai dari transaksi jual-beli di pasar, transaksi di bank sampai dengan program
pengiriman pesawat ke luar angkasa semuanya menggunakan matematika.
Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau
pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan
antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif
melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk
mempelajari konsep Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta
yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru
yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar
induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari
Matematika.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
matematika adalah pengetahuan atau keterampilan yang dikuasai dan dimiliki oleh siswa setelah
menerima pengalaman belajar matematika di sekolah dan hasilnya dapat berupa pengetahuan,
pemahaman konsep, perhitungan dan pemecahan masalah yang dapat dituliskan berupa nilai
(angka atau huruf) atas suatu tes tertentu.
Metode Pembelajaran Resitasi
Dalam proses belajar mengajar, agar siswa dapat belajar dengan baik sesuai dengan
tujuan yang diharapkan, maka guru harus memiliki keterampilan, yaitu dengan menguasai
metode mengajar. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang digunakan guru
mengadakan interaksi dengan siswa, pada saat berlangsungnya pengajaran. Salah satu metode
mengajar yang digunakan ialah metode Resitasi (penugasan), di mana metode ini adalah
penyajian bahan dimana guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Tugas tersebut dapat dilaksanakan di kelas, luar sekolah, di laboratorium, di perpustakaan atau
di mana saja (Djamarah, 1995:96).
Kegiatan interaksi belajar harus selalu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Selama
dalam lingkungan sekolah, siswa memiliki beragam aktifitas yang dilaksanakan oleh sekolah,
sehingga menyita banyak waktu siswa untuk mempelajari materi yang telah diberikan oleh guru.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru diharapkan memberikan tugas-tugas yang dapat
dikerjakan oleh siswa di luar jam pelajaran sekolah, hal ini dikarenakan jumlah jam untuk setiap
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
6/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
288
mata pelajaran di sekolah dibatasi hanya 45 menit (untuk siswa SMA), hal ini tidak akan
mencukupi tuntutan kurikulum akan tuntasnya materi yang disediakan di dalam kurikulum.
Dalam pemberian tugas ini, guru diharapkan dapat membahas dan mengecek tugas yang
telah diberikan pada pertemuan selanjutnya, sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam
mengerjakan tugas yang diberikan pada kegiatan selanjutnya. Selain dibahas dan dicek, tugas
yang diberikan oleh guru hendaknya dievaluasi dan diberi nilai sesuai dengan kemampuannya.
Sistem pemberian tugas semacam inilah yang disebut dengan resitasi.
Selain itu, metode resitasi sering disebut juga metode pemberian tugas yaitu guru
memberikan seperangkat tugas kepada siswa untuk dipelajari atau untuk dikerjakan baik secara
individu maupun kelompok dan disusun berupa laporan atau resume kemudian hasilnya
didiskusikan di kelas atau dibahas.
Metode resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang
lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari materi lebih terintegrasi (Rostiyah, 2001:133). Dengan
melaksanakan tugas siswa menjadi aktif belajar dan terangsang untuk meningkatkan belajar
yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab.
Metode resitasi ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri
dan mendidik siswa untuk bertanggung jawab dalam melaksakan tugas, sehingga baik disadari
maupun tidak siswa mampu bekerja atau belajar sendiri tanpa disuruh.
Menurut Djamarah (1995:97) Langkah-langkah yang harus digunakan dalam metode
Resitasi, yaitu:
a. Fase pemberian tugasTugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan
1) kemampuan siswa;2) tujuan yang akan dicapai;3)jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan;4) ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa; dan5)
sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b. Fase pelaksanaan tugas1) diberikan bimbingan / pengawasan oleh guru2) diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja3) diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain4) dianjurkan siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
c. Fase pertanggungjawaban tugas1) laporan siswa baik tulis/ lisan dari apa yang telah dikerjakan2) ada tanya jawab/ diskusi kelas3)penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lain.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
7/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
289
Pada fase pertanggung jawaban tugas inilah yang disebutResitasi.
Motivasi Belajar
Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk
belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.Keinginan atau dorongan inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi
dua hal : (1) mengetahui apa yang akan dipelajari ; dan (2) memahami mengapa hal tersebut
patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan
yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang akan dipelajari dan
tidak memahami mengapa hal itu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk berhasil
(M., Sardiman A. 2007 : 40).
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu ; (1) Kebutuhan, (2) Dorongan dan (3)
Tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia
miliki dan ia harapkan. Sedangkan, dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan/ kebutuhan tersebut. Selain itu, dorongan pun
merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan.
Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi.
Para pakar humanistik menitikberatkan pentingnya motivasi dari dalam diri sendiri (self
motivation), mereka menganjurkan agar para guru mendorong berkembangnya rasa ingin tahu
dan minat siswa dalam belajar. Sedangkan para pakar behavioristik menekankan pula
pentingnya persekitaran dalam menciptakan kondisi yang memotivasi siswa.
Mereka menganjurkan agar para guru mengaitkan belajar dengan rangsangan yang
menimbulkan perasaan senang dan membentuk tingkah laku siswa melalui pemberian hadiah
atau hal lainnya, ini berarti seorang guru harus mengetahui teknik motivasi agar siswa dapat
termotivasi dalam belajar.
Dilihat dari jenisnya, terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi instrinsik (motivasi yang
berasal dari dalam diri seseorang) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang datangnya dari luar).
Untuk meningkatkan motivasi instrinsik siswa, seorang guru hendaknya mampu memberikan
motivasi yang sifatnya dari luar diri siswa tersebut, sehingga mampu membangkitkan minat dan
perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung.
Selain itu, seorang guru harus mampu mengarahkan siswanya untuk mau mengulang dan
mempelajari kembali di rumah terhadap materi-materi yang telah disampaikan di sekolah.
Mengingat demikian pentingnya motivasi belajar yang harus dimiliki oleh siswa, maka seorang
guru diharapkan mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Sebagaimana yang
dikatakan Hakim dalam Rusmana, Indra M., (2009);
Cara membangkitkan motif-motif ekstrinsik itu dapat dilakukan dengan
memiliki berbagai keinginan yang perlu dimiliki untuk membangkitkanmotivasi belajar, diantaranya sebagai berikut:
a. Keinginan untuk mendapat nilai ujian yang baik
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
8/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
290
b. Keinginan untuk menjadi juara kelasc. Keinginan menjaga harga diri atau gengsid. Keinginan menjadi siswa teladane. Keinginan untuk menang bersaingf. Keinginan untuk dikagumi, karena menjadi seseorang yang berprestasig. Keinginan untuk menutupi kekurangan diri dengan berprestasi tinggih. Keinginan untuk melaksanakan anjuran dari orang lain
Selain itu, menurut Uno, Hamzah B. (2007:34), beberapa teknik motivasi yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Pernyataan penghargaan secara verbal.b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.c. Menimbulkan rasa ingin tahu.d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa.e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.f. Menggunakan materi yang dikenal sebagai contoh dalam belajar.g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip
yang telah dipahami.h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.i. Menggunakan simulasi dan permainan.j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya di depan
umum.k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam belajar.l. Memahami iklim sosial dalam sekolah.m.Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat.n. Memperpadukan motif-motif yang kuat.o. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara.q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.r. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa.s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri.t. Memberikan contoh yang positif.
Pernyataan seperti Bagus Sekali, Hebat, Menakjubkan di samping akan
menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan
pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret,
sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu
diberikan di depan orang banyak.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan fakta empiris dan menganalisis tentang :
1. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematika.2. Pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.3. Pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi terhadap hasil
belajar matematika.
Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu dengan memberikan jenis
perlakuan yang berbeda pada dua kelompok belajar siswa. Satu kelompok dijadikan sebagai
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
9/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
291
kelompok eksperimen, yaitu diberikan perlakuan pembelajaran matematika dengan metode
pembelajaran resitasi, sedangkan kelompok yang satu lagi sebagai kelompok kontrol dengan
perlakuan pembelajaran dengan metode pembelajaran konvesional. Dari masing-masing
kelompok kemudian diberikan teknik motivasi verbal dan teknik motivasi non-verbal.Perhatikan
tabel desain penelitian di bawah ini :
Tabel 1
Desain Faktorial 2 x 2 untukVariabel Metode Pembelajaran dan Teknik Motivasi
Metode Pembelajaran
Teknik Motivasi
Resitasi
(A1)
K
onvensional
(A2)
Jumlah
Verbal(B1) A1B1 A2B1 B1
Non Verbal (B2) A1B2 A2B2 B2
Jumlah A1 A2 A x B
Keterangan :
A1B1 : kelompok siswa dengan metode resitasi yang diberi teknik motivasi verbal
(eksperimen A).
A2B1 : kelompok siswa dengan metode konvensional yang diberi teknik motivasi verbal(kontrol A).
A1B2 : kelompok siswa dengan metode resitasi yang diberi teknik motivasi non verbal
(eksperimen B).
A2B2 : kelompok siswa dengan metode konvensional yang diberi teknik motivasi non verbal
(kontrol B).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X di SMA Nusantara dan SMA Islam
Terpadu Al-Fahmi Serang pada semester genap tahun ajaran 20102011.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi terukur adalah seluruh siswa kelas X SMA
di Serang. Sedangkan populasi targetnya adalah seluruh siswa SMA Islam Terpadu Al-Fahmi
dan SMA Nusantara kelas X, penulis bermaksud mengadakan uji coba di kelas X untuk bahasan
materi Logika Matematika.
Dalam penelitian ini sampel diambil sebanyak 100% dari kelompok eksperimen dan
100% dari kelompok kontrol dari masing-masing kelas di SMA Islam Al-Fahmi dan SMA
Nusantara. Jadi, penelitian ini menggunakan sampel populasi sebagai sampelnya.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
10/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
292
Karena berjumlah 2 kelas pada masing-masing sekolah, maka sampel dibagi menjadi
30orang siswa dengan metode resitasi dan teknik motivasi verbal, 30 orang siswa dengan
metode resitasi dan teknik motivasi non verbal, 30 orang siswa dengan metode konvensional
dan teknik motivasi verbal serta 30 orang siswa dengan metode konvensional dan teknik
motivasi non verbal.
Prosedur
Prosedur penelitian ini memiliki tahapan sebagai berikut :
a. Mendefinisikan dan merumuskan masalahb. Melakukan studi kepustakaanc. Merumuskan hipotesisd. Menentukan model atau desain penelitiane.
Mengumpulkan data
f. Mengolah dan menyajikan informasig. Menganalisis dan menginterpretasikan datah. Membuat kesimpulanData, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui instrumen penelitian yang dibuat peneliti
menggunakan soal tes yang berbentuk pilihan ganda dan angket atau kuesioner yang disebarkan
kepada sampel penelitian.
Teknik pengumpulan data variabel hasil belajar menggunakan data sekunder yang
dihasilkan setelah melakukan tes evaluasi akhir pelajaran matematika berupa tes pilihan ganda
dengan 5 item pilihan.
Pengumpulan data data dilakukan selama 2 bulan 3 minggu dan teknik pengolahan data
pada penelitian ini menggunakan aplikasi program pengolahan data SPSS 13.0 for windows.
Teknik Analisis Data
Uji statistik yang digunakan dalam analisis data adalah uji statistik inferensial dengan
menggunakan anova dua jalur menggunakan bantuan aplikasi program pengolahan data statistik(Statistical Product and Service Solutions),SPSS 13.0 for windows.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dapat terlihat dalam Tabel 2. Dari data yang telah didapatkan dan diolah
dengan bantuansoftware SPSS 13.0 for windows pada Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kelas
yang di ajar dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi dan teknik motivasi non verbal
(A1B2) mempunyai rata-rata hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada kelas
yang lain yaitu sebesar 12,667, sedangkan untuk kelas A1B1 rata-ratanya 7,433, A2B1 rata-
ratanya 6,833 dan A2B2 rata-ratanya adalah 12,633.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
11/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
293
Tabel 2. Rangkuman Data Hasil Penelitian
Resitasi(A1)
Konvensional
(A2)Jumlah
Teknik Motivasi
Verbal
(B1)
nA1B1 = 30
XA1B1 = 7,433S2 = 1,406
nA2B1 = 30
XA2B1 = 6,833S2 = 1,555
nB1 = 60
XB1 = 7,133
S2B1= 1,501
Teknik Motivasi
Non Verbal
(B2)
nA1B2 = 30
XA1B2 = 12,667
S2
= 2,604
nA2B2 = 30
XA2B2 = 12,633
S2
= 2,282
nB2 = 60
XB2 = 12,650
S2
B2= 2,427
Jumlah
nA1 = 60
XA1 = 10,05
S2A1= 3,357
nA2 = 60
XA2 = 9,733
S2
A2= 3,507
nT = 120
XT = 9,891
S2
T= 3,432
Dari hasil di atas dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang di ajar
dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi dan teknik motivasi non verbal lebih baik
daripada kelas lain yang menjadi sampel.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Ringkasan ANOVA 2 Jalur
Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis pertama dinyatakan dalam hipotesis statistik
sebagaiberikut :
Ho :1 = 2 (tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika)
H1 : 1 2 (ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar
matematika)
Dengan kriteria uji :
Jika Fhitung> Ftabel, maka signifikan (tolak Ho) Jika Fhitung< Ftabel, maka tidak signifikan (terima Ho)
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
12/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
294
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung untuk mengetahui pengaruh
penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematikaadalah 0,734 sedangkan
Ftabel untuk dk1= 1 dan dk2= 119 adalah 3,92 dan ternyata harga Fhitung< Ftabeljadi H0diterima,
yaitu tidak ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajar matematika.
Jika pun ada pengaruh, karena Sig. 0,393 >= 0,05 tetapi tidak signifikan pengaruhnya.
Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis kedua yaitu dinyatakan dalam hipotesis
statistik sebagaiberikut :
Ho :1 =2 (tidak ada pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar
matematika)
H1 : 1 2 (ada pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika)
Dengan kriteria uji:
Jika Fhitung> Ftabel, maka signifikan (tolak Ho) Jika Fhitung< Ftabel, maka tidak signifikan (terima Ho)
Untuk melihat hasil uji hipotesis kedua, perhatikan tabel Ringkasan ANOVA di atas,
terlihat bahwa nilai Fhitung untuk mengetahui pengaruh penggunaan teknik motivasi terhadap
hasil belajar matematikasiswa adalah 222,888. Sedangkan Ftabel untuk dk1 = 1dan dk2 = 119
adalah 3,92 dan ternyata harga Fhitung> Ftabel jadi H0 ditolak, maka terdapat/ ada pengaruh
penggunaan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.
Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis ketiga yaitu dinyatakan dalam hipotesis
statistik sebagaiberikut :Ho :01=02 (tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik
motivasi terhadap hasil belajar matematika)
H1 : 0102 (ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi
terhadap hasil belajar matematika)
Kriteria uji:
Jika Sig. >= 0,05 (terima Ho) Jika Sig. = 0,05, dalam hal ini Sig. > = 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik
motivasi terhadap hasil belajar matematika, karena Sig. > = 0,05 maka tidak dilakukan uji
lanjut untuk menentukan interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi
terhadap hasil belajar matematika.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara
penggunaan metode pembelajaran dengan teknik motivasi terhadap hasil belajar matematika.
Hal ini dikarenakan penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasi secara bersama-sama
menjadikan nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa perbedaannya tidak terlalu jauh.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
13/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
295
Selain hal tersebut di atas, ditemukan pula bahwa penggunaan metode resitasi lebih baik
dalam meningkatkan hasil belajar matematika, Kemudian teknik motivasi non verbal pun
ternyata lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa jika dibandingkan
dengan teknik motivasi verbal. Apalagi jika penggunaan metode pembelajaran resitasi dan
teknik motivasi non verbal dilakukan secara bersama-sama, maka hasil belajar matematika
siswa lebih baik daripada penggunaan metode pembelajaran konvensional dan teknik motivasi
verbal secara bersama-sama.
Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang variatif dan
penggunaan teknik motivasi non verbal dapat menjadikan siswa lebih tertarik dalam
mempelajari matematika sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat, baik terhadap
siswa yang berkemampuan biasa ataupun luar biasa.
Selain itu, secara umum ditemukan pula bahwa hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan menggunakan teknik motivasi verbal lebih tinggi daripada teknik motivasi non-
verbal. Hal ini dikarenakan dalam diri siswa dan semua orang terdapat kebutuhan-kebutuhan
yang harus dipenuhi, salah satunya menurut Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Selama proses belajar di dalam kelas, siswa akan lebih merasa dihargai keberadaannya jika dia
dipuji dan mendapatkan ucapan-ucapan verbal di depan teman-temannya, sambil diberikan
reward. Dalam hal ini dituntut kemampuan guru untuk dapat memberikan ungkapan atau kata-
kata yang dapat memotivasi siswa dalam belajar dan pemberian reward secara variatif.
Selain itu, berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini maka dalam kapasitasnya
sebagai seorang pendidik atau guru matematika harus mampu memahami tingkat motivasi
belajar dari masing-masing siswa agar dapat dilakukan pemilahan dan perlakuan yang tepat
dalam kegiatan pembelajaran. Sementara dalam kapasitasnya sebagai pengajar, maka guru
matematika harus mampu mendesain rancangan kegiatan pembelajaran dengan memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan belajar siswa.
Dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran matematika, guru harus banyak
membaca dan saling berbagi pengetahuan baru serta mempelajari berbagai teori tentang metode
pembelajaran, sehingga guru dapat menerapkan ilmunya dengan baik. Selain itu, wadahMGMP (musyawarah guru mata pelajaran) matematika dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan guru.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis penelitian dan analisis pengolahan data dengan
bantuan software SPSS 13.0 for windows, maka hasil penelitian dengan judul : Pengaruh
Penggunaan Metode Pembelajaran dan Teknik Motivasi terhadap Hasil Belajar Matematika
Siswa SMA (eksperimen dilakukan pada siswa kelas X di SMA Islam Terpadu Al-Fahmi dan
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
14/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
296
SMA Nusantara pada semester genap tahun pelajaran 2010/ 2011), dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran terhadap hasil belajarmatematika, hal ini dikarenakan nilaiFhitung(0,724) Ftabel(3,92). Pengaruh teknik motivasi terhadap hasil
belajar matematika cukup signifikan.
3. Tidak terdapat pengaruh interaksi penggunaan metode pembelajaran dan teknik motivasiterhadap hasil belajar matematika, hal ini diperoleh dari nilai Sig. yang lebih besar dari =
5% yaitu Sig. 0,445 >= 0,05.
Selain itu, didapatkan pula kelebihan dan kelemahan dalam menggunakan metode
pembelajaran resitasi ini, yaitu :
Kelebihan :1) merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok2) mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru3) membina tanggung jawab dan disiplin siswa4) mengembangkan kreativitas siswa
Kekurangan :1)
siswa sulit dikontrol, apakah benar tugas tersebut dikerjakan sendiri atau orang lain.
2) untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannyaadalah anggota tertentu saja, sedangkan yang lain tidak berpartipasi.
3) tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.Setelah melakukan penelitian dan melihat serta merasakan proses pembelajaran dengan
metode resitasi dan teknik motivasi verbal dan non verbal, serta memperhatikan simpulan di
atas, maka saran yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Bagi para pembaca khususnya tenaga pendidik (guru); pembelajaran dengan metodepembelajaran resitasi dan teknik motivasi verbal dan non verbal dapat dijadikan sebagai
salah satu alternatif kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan variatif serta dapat
diterapkan di kelas dalam usaha untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran resitasi menuntut siswa untuklebih mandiri dalam belajar. Sehingga guru diharapkan dapat membimbing siswanya dalam
belajar agar semua aspek kecerdasan yang dimiliki siswa dapat berkembang dengan optimal.
3. Karena dalam mengembangkan metode pembelajaran ini menggunakan musik sebagai lataratau alat untuk membangkitkan motivasi siswa, yang merupakan salah satu teknik motivasi
non verbal maka sebaiknya audio yang digunakan dapat menggunakan media yang efektif
dan efisien.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
15/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
297
4. Diperlukan kerjasama antar guru matematika dalam mengoptimalkan kemampuan dalambelajar matematika. Kerjasama ini diperlukan sebagai sarana tukar pengalaman mengajar
tentang metode pembelajaran resitasi dan metode yang digunakan oleh masing-masing guru
5. Bagi penelitian yang akan datang dan tertarik dengan penggunaan metode pembelajaran ini,hendaknya mengembangkan instrumen lain untuk materi ajar yang berbeda atau untuk kelas
dalam jenjang pendidikan yang lain atau populasi yang tidak serupa dengan penelitian yang
telah dilakukan pada penelitian kali ini.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah & Zaid. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin: Rineka Cipta.
Gawatri, dkk. (2004).Matematika untuk Tingkat I SMK. Jakarta: Yudhistira.
Hamalik, Oemar. (2009).Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
M,. Sardiman A. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Rostiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruseffendi, E.T. (1991).Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya.
Semarang: IKIP Semarang Press.
Rusmana, Indra Martha. (2009). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Slim-n-Bil
Terhadap Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Siswa SMP.Skripsi, tidakdipublikasikan. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa : Serang.
Slameto, (2003).Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA-UPI.
Surapranata, S. (2006).Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi
Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun. (2003).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Uno, H. B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
16/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
298
KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS SISWA SEBAGAIBEKAL MENGIKUTI PEMBELAJARAN ARITMETIKA SOSIAL MELALUIPENDEKATAN METAKOGNITIF DENGAN MENGINTEGRASIKAN SOFT
SKILL
Atma Murni
Dosen Pendidikan Matematika, Universitas RiauE-mail: [email protected]
Abstrak
Aritmetika Sosial merupakan materi matematika yang wajib dipelajari siswa kelas VII dan
kaya akan konsep-konsep bilangan bulat, pecahan, dan aljabar. Topik-topik yang dibahas
meliputi: untung, rugi, persentase untung, persentase rugi, diskon (rabat), neto, bruto, tara,bunga tabungan dan pajak. Masalah yang dipecahkan terkait dengan masalah kontekstual
yang sering dijumpai dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan
dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa memecahkan masalah terkait
Aritmetika Sosial. Meskipun masalah yang dimunculkan berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari siswa, namun siswa masih mengalami kesulitan menerapkan konsep-konsepprasyarat yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang diberikan. Untuk itu perlumenganalisis kemampuan awal matematis (KAM) siswa dalam mengikuti pembelajaran
Aritmetika Sosial yang dilaksanakan melalui penerapan pendekatan metakognitif dengan
mengintegrasikan soft skill pada siswa kelas VII sekolah level tinggi dan sekolah level
sedang di Kota Pekanbaru. Data KAM dianalisis menggunakan uji t dan uji ANAVA satu
jalur. KAM siswa dikelompokan menjadi KAM atas, tengah, dan bawah. Hasil analisis
menyatakan bahwa: (1) rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi lebih besar dari rata-rata
KAM sekolah level sedang untuk ketiga pendekatan pembelajaran; (2) KAM siswa pada
setiap kelompok pembelajaran lebih dominan berada pada kategori tengah; (3) ada
perbedaan secara signifikan KAM siswa sekolah level tinggi dan sekolah level sedang; (4)
ada kesetaraan rata-rata KAM siswa ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap level
sekolah; dan (5) dari jawaban siswa terlihat siswa masih mengalami kekeliruan, kesulitan,
dan bahkan belum dapat menyelesaikan soal-soal materi prasyarat yang sangat diperlukandalam pembelajaran Aritmetika Sosial.
Kata kunci: Kemampuan awal matematis, aritmetika sosial, metakognitif,soft skill
PENDAHULUAN
Kemampuan awal siswa merupakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki
siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa
dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Dengan memiliki kemampuan
awal tentang materi tertentu, siswa dapat dengan mudah mempelajari materi baru yang akandiajarkan guru. Sebagaimana dinyatakan Arends (2008), bahwa kemampuan awal siswa untuk
mempelajari ide-ide baru bergantung pada pengetahuan awal mereka sebelumnya dan struktur
kognitif yang sudah ada.
Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum ia mulai dengan
pembelajarannya, karena dengan demikian dapat diketahui: (1) apakah siswa telah memiliki
pengetahuan prasyarat (prerequisite) untuk mengikuti pembelajaran; (2) sejauh mana siswa
telah mengetahui materi yang akan disajikan. Dengan mengetahui kedua hal tersebut, guru akan
dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik.
Kenyataan sehari-hari dalam pembelajaran matematika menunjukkan seringkali guru
merancang dan melaksanakan pembelajaran berdasarkan asumsi bahwa siswa telah memiliki
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
17/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
299
kemampuan awal matematis yang baik dan siswa belum mengetahui sama sekali materi yang
akan disajikan sehingga pembelajaran seringkali tidak diawali dengan menggali pengetahuan
awal matematis siswa yang relevan. Dengan demikian, tidaklah mengherankan apabila
pembelajaran menjadi tidak efektif karena siswa belum mempunyai kesiapan untuk menerima
pelajaran.
Makalah ini khusus membahas tentang kemampuan awal matematis (KAM) siswa dalam
mengikuti pembelajaran Aritmetika Sosial yang dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan
penelitian yang menerapkan tiga pendekatan yaitu: (1) pembelajaran metakognitif dengan
mengintegrasikansoft skill(PMSS); (2) pembelajaran metakognitif (PM); dan (3) pembelajaran
konvensional (PK).
Biryukov (2003) mengemukakan bahwa metakognisi merupakan dugaan pemikiran
seseorang tentang pemikirannya yang meliputi pengetahuan metakognitif (kesadaran seseorang
tentang apa yang diketahuinya), keterampilan metakognitif (kesadaran seseorang tentang
sesuatu yang dilakukannya) dan pengalaman metakognitif (kesadaran seseorang tentang
kemampuan kognitif yang dimilikinya). Berdasarkan pendapat tersebut, pembelajaran
metakognitif dalam penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
matematika terhadap siswa secara individual yang memiliki komponen: (1) menanamkan
kesadaran kepada siswa suatu proses bagaimana merancang, memonitor, dan mengevaluasi
aktivitas yang dilakukan untuk menentukan solusi dari suatu permasalahan; (2) memfokuskan
pertanyaan kepada pemahaman masalah; (3) mengembangkan hubungan antara pengetahuan
yang lalu dan sekarang; (4) menggunakan strategi penyelesaian permasalahan yang tepat; dan
(5) merefleksikan proses dan solusi.
Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian initidak hanya penerapan pembelajaran
metakognitif saja melainkan mengintegrasikannya dengan soft skill. Soft skill menurut
Muaddap (2010) bisa digolongkan kedalam dua kategori yaitu intrapersonal dan interpersonal
skill.Intrapersonal skilladalah keterampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri, sementara
interpersonal skill adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan
orang lain. Intrapersonal skill sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulaiberhubungan dengan orang lain. Intrapersonal skillmencakup : (1) self awareness (kesadaran
diri), meliputi: (a) self confident(percaya diri), (b) self assessment (penilaian diri), (c) trait &
preference(berkarakter dan preferensi ), dan (d) emotional awareness (kesadaran emosional);
(2) self skill (keterampilan diri), meliputi: (a) improvement (kemajuan/perbaikan), (b) self
control(kontrol diri), (c) trust(percaya), (d) worthiness(bernilai), (e) time/sourcemanagement
(manajemen waktu/sumber), (f) proactivity (proaktif), dan (g) conscience (hati nurani).
Interpersonal skillmencakup: (1) social awareness (kesadaran sosial), meliputi: (a) political
awareness (kesadaran politik), (b) developing others (mengembangkan orang lain), (c)
leveraging diversity (pengaruh yang berbeda), (d) service orientation (berorientasi pada
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
18/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
300
pelayanan), dan (e) emphaty (empati); (2) social skill (keterampilan sosial), meliputi: (a)
leadership (kepemimpinan), (b) influence (pengaruh), (c) communication (komunikasi), (d)
conflict management(manajemen konflik), (d) cooperation (kooperatif), (e) team work(kerja
kelompok), dan (f) synergy(sinergi). Seiring dengan itu, Ayu (2011) juga menyatakan bahwa
soft skill dapat mempengaruhi seseorang untuk memperlihatkan dirinya lebih beretika, percaya
diri, dapat menghargai diri sendiri dan orang lain, dapat mengatur kepribadian dalam menjaga
emosi dan tingkah laku.
Berdasarkan pengertian tentang metakognitif dan soft skill maka dapat dikemukakan
bahwa pembelajaran metakognitif dengan mengintegrasikan soft skill dalam penelitian ini
adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran matematika yang memiliki komponen
pembelajaran metakognitif yang telah diuraikan di atas disertai dengan pembinaan soft skill
siswa (percaya diri, proaktif, empati, kerjasama tim dan komunikasi).
Kemampuan awal yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan awal matematis
siswa kelas VII yang diperlukan dalam mengikuti materi Arimetika Sosial. Topik-topik yang
dibahas dalam pembelajaran Aritmetika Sosial meliputi: untung, rugi, persentase untung,
persentase rugi, diskon (rabat), neto, bruto, tara, bunga tabungan dan pajak. Aritmetika Sosial
kaya dengan konsep-konsep bilangan bulat, pecahan, dan aljabar. Agar siswa tidak mengalami
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran Aritmetika Sosial maka siswa perlu memiliki
kemampuan awal matematis yang optimal pada topik-topik prasyarat tersebut.
Tujuan akhir dari penelitian adalah mengungkap dan menganalisis secara komprehensif
hasil belajar matematika siswa pada materi Aritmetika Sosial. Hasil belajar matematika yang
dimaksud adalah kemampuan pemecahan masalah matematis (KPMM) dan kemampuan
representasi matematis (KRM) yang dijaring melalui tes. Sehubungan dengan itu, KAM
menjadi salah satu aspek yang ditinjau dalam melakukan analisis peningkatan KPMM dan KRM
siswa melalui ketiga pendekatan pembelajaran pada sekolah level tinggi dan sekolah level
sedang.
METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan tahap awal dari penelitian eksperimental-semu (quasi-
experimental research) melalui penerapan pendekatan metakognitif dengan mengintegrasikan
soft skill dalam pembelajaran matematika untuk mengungkap peningkatan KPMM dan KRM.
Khusus untuk pembahasan dalam makalah ini dapat digolongkan pada penelitian deskriptif
yaitu mendeskripsikan KAM siswa yang diperlukan dalam mengikuti pembelajaran Aritmetika
Sosial. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII pada satu sekolah level tinggi dan satu
sekolah level sedang di Kota Pekanbaru sebanyak 202 orang. Pengambilan sekolah level tinggi
dan sedang dilakukan secara acak terhadap seluruh sekolah yang terdapat pada setiap level. Dari
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
19/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
301
tiap sekolah diambil tiga kelas yaitu: kelas eksperimen-1, kelas eksperimen-2, dan kelas
kontrol.
Instrumen penelitian adalah tes KAM yang memuat materi prasyarat untuk mengikuti
pembelajaran materi Aritmetika Sosial pada kelas VII semester ganjil, yaitu: (1) operasi hitung
bilangan bulat; (2) pecahan; (3) operasi hitung pecahan; (4) operasi bentuk aljabar; dan (5)
persamaan linear satu variabel.Tes KAM menggunakan soal pilihan ganda sebanyak 28 butir.
Sebelum tes KAM digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
Hasil uji coba tes KAM menunjukkan bahwa 26 butir soal dinyatakan valid dengan reliabilitas
sangat tinggi (0,919).
Tes KAM yang diberikan meminta siswa menuliskan langkah perhitungan yang
dilakukan pada tempat yang telah disediakan. Hal ini bertujuan melihat kemampuan siswa
dalam menguasai materi prayarat. Selain mendeskripsikan KAM setiap siswa, tes KAM juga
bertujuan untuk menentukan kategori kemampuan siswa yang terdiri dari kelompok atas,
tengah, dan bawah. Siswa dikelompokkan ke dalam tiga kelompok KAM yaitu siswa kelompok
KAM atas, KAM tengah, dan KAM bawah. Kriteria pengelompokan berdasarkan skor rata-rata
() dan simpangan baku (SB) menurut (Ratnaningsih, 2007) seperti tabel 1 berikut.
Data KAM siswa dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Langkah awal dilakukan
perhitungan rata-rata dan simpangan baku data KAM ketiga kelompok pendekatan
pembelajaran untuk setiap level sekolah. Bersamaan dengan itu dilakukan pengelompokan
siswa berdasarkan kategori KAM dan sekaligus menghitung rata-rata dan simpangan baku pada
setiap kategori KAM ketiga pendekatan pembelajaran. Langkah berikutnya dilakukan analisis
inferensial untuk menentukan perbedaan data KAM antar kedua level sekolah menggunakan uji
t dan menentukan kesetaraan data KAM ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap level
sekolah menggunakan uji ANAVA satu jalur. Sebelum melakukan uji statistik dilakukan uji
asumsi yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas varians.
Tabel 1
Kriteria Pengelompokan
Kelompok KriteriaAtas KAM + SBTengah SB KAM
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
20/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
302
Metakognitif dengan Mengintegrasikan Soft Skill (PMSS). Untuk memperoleh gambaran kualitas
KAM siswa tersebut, data dianalisis secara deskriptif dan inferensial.
Analisis Deskriptif Data KAM
Pengolahan data secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui rata-rata dan simpangan
baku setiap kategori KAM siswa yaitu atas (A), tengah (T), dan bawah (B). Rangkuman hasil
analisis deskriptif data KAM siswa berdasarkan pendekatan pembelajaran dan level sekolah
disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Pada Tabel 2 berikut dapat dilihat bahwa berdasarkan kelompok pendekatan
pembelajaran, ketiga kelompok siswa yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat
pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan PK pada setiap level sekolah dan gabungannya
memiliki kualitas KAM yang relatif sama. Gambaran kualitas KAM ini cukup memenuhi syarat
untuk memberikan perlakuan yang berbeda pada setiap kelompok. Jika terjadi perbedaanpeningkatan kemampuan siswa pada akhir proses pembelajaran maka perbedaan tersebut dapat
dilihat sebagai akibat adanya perlakuan yang berbeda pada ketiga kelompok, bukan karena
adanya perbedaan ketiga kelompok sebelum pembelajaran. Pada Tabel 2 juga dapat dilihat
bahwa rata-rata KAM siswa pada sekolah level sedang lebih rendah dibanding rata-rata KAM
siswa pada sekolah level tinggi. Data ini memperkuat alasan penetapan sekolah tempat
penelitian sebagai sekolah level sedang dan sekolah level tinggi.
Tabel 2.
Deskripsi Data KAM Siswa Ketiga Pendekatan Pembelajaranuntuk Setiap Level Sekolah dan Gabungannya
Level
SekolahStatistik
PendekatanGabungan
PMSS PM PK
Tinggi
N 35 35 34 104
Rata-rata 12,57 11,29 11,35 11,74
Simpangan Baku 4,374 4,055 3,507 4,005
Sedang
N 33 32 33 98
Rata-rata 9,39 8,84 9,24 9,16Simpangan Baku 4,023 3,521 4,479 3,997
Gabungan
N 68 67 67 202
Rata-rata 11,03 10,12 10,31 10,49
Simpangan Baku 4,472 3,975 4,124 4,195
Pada Tabel 3 berikut dapat dilihat bahwa berdasarkan kelompok pendekatan
pembelajaran, ketiga kelompok siswa yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat
pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan PK pada setiap kategori KAM memiliki
kualitas KAM yang relatif sama. Gambaran kualitas KAM ini cukup memenuhi syarat untuk
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
21/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
303
memberikan pembelajaran dengan pendekatan yang berbeda pada masing-masing kelompok.
Tetapi, jika dilihat dari setiap kategori KAM, kualitas KAM setiap kelompok siswa relatif
berbeda. Hal ini dapat diterima karena siswa dikelompokkan berdasarkan kategori KAM yaitu
atas (A), tengah (T), dan bawah (B). Pada Tabel 3 juga dapat dilihat bahwa kemampuan siswa
paling banyak berada pada kategori KAM tengah untuk ketiga pendekatan pembelajaran.
Tabel 3
Deskripsi Data KAM Siswa Ketiga Pendekatan Pembelajaranuntuk Setiap Kategori KAM
Kategori
KAMStatistik
PendekatanGabungan
PMSS PM PK
Atas
N 12 8 13 33
Persentase Jumlah Siswa (%) 18 12 20 16
Rata-rata 17,17 16,25 15,92 16,45
Simpangan Baku 2,691 3,615 1,533 2,563
Tengah
N 42 50 43 135
Persentase Jumlah Siswa (%) 61 75 64 67
Rata-rata 11,14 10,24 10,14 10,49
Simpangan Baku 2,851 2,421 2,532 2,614
Bawah
N 14 9 11 34
Persentase Jumlah Siswa (%) 21 13 16 17
Rata-rata 5,43 4,00 4,36 4,71
Simpangan Baku 1,651 1,803 1,567 1,733
Analisis Inferensial Data KAM
Sebelum melakukan uji statistik terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu uji
normalitas data dan uji homogenitas varians.
Rumusan hipotesis untuk menguji normalitas data adalah:
H0 : sampel berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berdistribusi normal.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) dari Z lebih
besar dari = 0,05, maka H0diterima; dalam hal lainnya, H0ditolak. Uji normalitas data yang
digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data KAM siswa kedua level
sekolah berdasarkan ketiga kelompok pendekatan pembelajaran disajikan pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 berikut dapat dilihat bahwa nilaisignificance(sig.) data KAM untuk setiap
pendekatan pembelajaran pada setiap level sekolah lebih besar dari 0,05 yang berarti H0
diterima. Dengan demikian, berdasarkan pengelompokan pendekatan pembelajaran pada setiap
level sekolah, sampel berdistribusi normal. Pada Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa nilai
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
22/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
304
significance (sig.) data KAM siswa untuk setiap pendekatan pembelajaran pada kedua level
sekolah lebih besar dari 0,05 yang berarti H0diterima. Dengan demikian, berdasarkan data KAM
siswa untuk setiap pendekatan pembelajaran pada kedua level sekolah, sampel berdistribusi
normal. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa nilai significance (sig.) data KAM gabungan siswa
yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan yang mendapat
pendekatan PK, lebih besar dari 0,05 yang berarti H0diterima. Dengan demikian, berdasarkan data
gabungan ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap level sekolah, sampel berdistribusi
normal.
Tabel 4.Uji Normalitas Data KAM Siswa Kedua Level Sekolah
Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran
Level
SekolahStatistik
PendekatanGabungan
PMSS PM PK
Tinggi
N 35 35 34 104
KS-Z 0,089 0,109 0,136 0,083
Sig. 0,200 0,200 0,110 0,076
H0 Diterima Diterima Diterima Diterima
Sedang
N 33 32 33 98
KS-Z 0,135 0,090 0,101 0,083
Sig. 0,131 0,200 0,200 0,090
H0 Diterima Diterima Diterima Diterima
Gabungan
N 68 67 67
KS-Z 0,101 0,079 0,103
Sig. 0,085 0,200 0,073
H0 Diterima Diterima Diterima
Pengujian Perbedaan KAM antar Kedua Level Sekolah
Pada Tabel 4 telah dilihat bahwa berdasarkan data KAM siswa untuk setiap level
sekolah, sampel berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians data KAM
untuk kedua level sekolah. Rumusan hipotesis untuk melakukan uji homogenitas adalah:
H0 : 12= 2
2
H1 : 12 2
2
dengan
12adalah varians data KAM siswa sekolah level tinggi
22
adalah varians data KAM siswa sekolah level sedang.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
23/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
305
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilaisignificance(sig.) lebih besar dari = 0,05,
maka H0 diterima; dalam hal lainnya, H0 ditolak. Uji homogenitas varians yang digunakan
adalah uji Levene. Hasil uji homogenitas kedua level sekolah disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5
Uji Homogenitas Kedua Level Sekolah
Statistik Levene dk1 dk2 Sig. H0 Kesimpulan
0,553 1 200 0,458 Diterima Data KAM kedua level
sekolah homogen
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilaisignificance (sig.) lebih besar dari = 0,05, berarti H0
diterima. Dengan demikian, data KAM siswa sekolah level tinggi dan sekolah level sedang
memiliki varians homogen.
Untuk pengujian perbedaan rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi dan sekolah level
sedang dilakukan menggunakan uji-t. Rumusan hipotesis statistik yang diuji adalah:
H0 : 1= 2
H1 : 1 2
dengan
1adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi
2adalah rata-rata KAM siswa sekolah level sedang.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,
maka H0 diterima; dalam hal lainnya H0 ditolak. Hasil uji perbedaan rata-rata dengan
menggunakan uji t terhadap data KAM siswa berdasarkan level sekolah disajikan pada Tabel 6.
Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai significance (sig.) lebih kecil dari 0,05, berarti H0
ditolak. Jadi, ada perbedaan KAM yang signifikan antara siswa sekolah level tinggi dengan siswa
sekolah level sedang. Hasil ini memperkuat alasan pemilihan kedua level sekolah dan hasil
analisis deskriptif pada Tabel 2 di atas.
Tabel 6
Uji Perbedaan Data KAM Siswa antar Kedua Level Sekolah
Level
Sekolah
Pembelajaran N Simpangan
Baku
t dk Sig.
(2 tailed)
H0
Tinggi
PMSS 35 4,374
4,575 200 0,000 Ditolak
PM 35 4,055
PK 34 3,507
Sedang
PMSS 32 4,023
PM 33 3,521
PK 33 4,479
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
24/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
306
Pengujian Kesetaraan KAM Ketiga Kelompok Pembelajaran
Pada Tabel 4 telah dinyatakan bahwa data KAM berdasarkan ketiga pendekatan
pembelajaran berdistribusi normal. Sebelum melakukan uji kesetaraan KAM ketiga kelompok
pembelajaran terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas varians, dengan rumusan hipotesis
statistik adalah:
H0 : 12= 2
2= 32
H1 : 12 2
2 3
2
dengan
12adalah varians data KAM siswa yang mendapat pendekatan PMSS.
22
adalah varians data KAM siswa yang mendapat pendekatan PM.
32adalah varians data KAM siswa yang mendapat pendekatan PK.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilaisignificance (sig.) lebih besar dari = 0,05,
maka H0 diterima; dalam hal lainnya, H0 ditolak. Uji homogenitas varians yang digunakan
adalah uji Levene. Hasil uji homogenitas varians ketiga kelompok pembelajaran adalah:
Tabel 7
Uji Homogenitas Ketiga Pendekatan Pembelajaran
Statistik Levene dk1 dk2 Sig. H0 Kesimpulan
1,530 2 199 0,219 Diterima Data KAM ketiga
pendekatan pembelajaran
homogen
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai significance (sig.) lebih besar dari = 0,05,
berarti H0 diterima. Dengan demikian, data KAM berdasarkan pengelompokan ketiga
pendekatan pembelajaran memiliki varians homogen.
Selanjutnya perlu dilakukan pengujian kesetaraan rata-rata KAM siswa berdasarkan ketiga
pendekatan pembelajaran. Rumusan hipotesis statistik yang diuji adalah:
H0 : 1= 2 = 3
H1 : 1 2 3
dengan1adalah rata-rata KAM siswa yang mendapat pendekatan PMSS.
2adalah rata-rata KAM siswa yang mendapat pendekatan PM.
3adalah rata-rata KAM siswa yang mendapat pendekatan PK.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,
maka H0 diterima; dalam hal lainnya H0 ditolak. Uji kesetaraan rata-rata data KAM siswa
berdasarkan ketiga pendekatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan uji analisis
varians (ANAVA) satu jalur. Hasil uji kesetaraan data KAM siswa berdasarkan pendekatan
pembelajaran disajikan pada Tabel 8.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
25/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
307
Tabel 8.
Uji Kesetaraan Data KAM Ketiga Pendekatan Pembelajaran
SumberJumlah
Kuadratdk
Rata-rata
KuadratF Sig. H0 Kesimpulan
Antar
Kelompok
31,076 2 15,538 0,882 0,416 Diterima Data KAM
ketiga
kelompok
pembelajaran
homogen
Dalam
Kelompok
3505,404 199 17,615
Total 3536,480 201
Pada Tabel 8 terlihat bahwa nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05, berarti H0
diterima. Dengan demikian, ada kesetaraan data KAM yang signifikan antara siswa yang
mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan
PK. Hasil ini memperkuat alasan pemilihan ketiga kelompok pembelajaran dan juga hasil
analisis deskriptif Tabel 2 dan Tabel 3 di atas.
Pengujian Kesetaraan KAM Siswa Ketiga Kelompok Pembelajaran untuk Setiap Level
Sekolah
Sebelum melakukan uji kesetaraan KAM ketiga pendekatan pembelajaran untuk setiap
level sekolah, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas varians dengan hasil sebagaimanadisajikan pada Tabel 9.
Tabel 9
Uji Homogenitas Varians dari Levene terhadap Data KAMSiswa Ketiga Pendekatan Pembelajaran untuk Setiap Level Sekolah
Level
SekolahPendekatan N
Simpangan
BakuF Sig. H0
Tinggi
PMSS 35 4,374
0,949 0,391 DiterimaPM 35 4,055PK 34 3,507
Sedang
PMSS 32 4,023
0,161 0,143 DiterimaPM 33 3,521
PK 33 4,479
Pada Tabel 9 terlihat bahwa kedua nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,
sehingga H0diterima. Jadi, data KAM ketiga pendekatan pembelajaran pada setiap level sekolah
mempunyai varians yang homogen.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
26/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
308
Untuk menguji kesetaraan KAM ketiga pendekatan pembelajaran dari setiap level sekolah
diajukan hipotesis statistik sebagai berikut.
H0 : 1= 2 = 3
H1 : 1 2 3
dengan
1 adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi (atau sedang) yang mendapat pendekatan
PMSS.
2 adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi (atau sedang) yang mendapat pendekatan
PM.
3adalah rata-rata KAM siswa sekolah level tinggi (atau sedang) yang mendapat pendekatan
PK.
Kriteria pengujian yang digunakan adalah: jika nilai significance (sig.) lebih besar dari 0,05,
maka H0diterima; dalam hal lainnya, H0ditolak. Pengujian hipotesis tentang kesetaraan data
KAM siswa antara yang mendapat pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan
yang mendapat pendekatan PK dari setiap level sekolah tersebut digunakan uji ANAVA satu
jalur. Hasil uji tersebut disajikan pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10.Uji Kesetaraan Data KAM Siswa Ketiga Pendekatan
Pembelajaran untuk Setiap Level Sekolah
Level
Sekolah Pendekatan N
Rata-
rata F Sig. H0 Kesimpulan
Tinggi
PMSS 35 12,57
1,141 0,323 Diterima
Ada kesetaraan
data KAM siswa
ketiga
pendekatan
pembelajaran
untuk setiap level
sekolah.
PM 35 11,29
PK 34 11,35
Sedang
PMSS 33 9,39
0,161 0,852 DiterimaPM 32 8,84
PK 33 9,24
Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai significance (sig.) data KAM siswa ketiga
pendekatan pembelajaran untuk setiap level sekolah lebih besar dari 0,05, berarti H0diterima.
Dengan demikian, ada kesetaraan KAM yang signifikan antara siswa yang mendapat
pendekatan PMSS, yang mendapat pendekatan PM, dan yang mendapat pendekatan PK dari
setiap level sekolah. Hal ini, memperkuat alasan melakukan perlakuan yang berbeda pada ketiga
kelompok siswa untuk setiap level sekolah sehingga dapat dilihat perubahan yang terjadi
sebagai akibat dari perlakuan yang diberikan.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
27/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
309
Analisis Jawaban Siswa
Dari jawaban siswa, secara global dapat dikemukakan bentuk hasil kerja siswa, yaitu:
(1) keliru dalam menentukan selisih dua bilangan yang memerlukan teknik peminjaman pada
angka sebelumnya; (2) tidak memperhatikan hierakhis penggunaan operasi hitung dalam
melakukan perhitungan; (3) tidak cermat atau tidak dapat melakukan operasi bentuk aljabar; (4)
keliru memahami soal; (5) tidak dapat merubah pecahan biasa menjadi persen atau sebaliknya;
(6) keliru atau tidak dapat melakukan operasi antara persen dengan bilangan bulat; (7) tidak
dapat menentukan prosedur penyelesaian soal; dan (8) keliru atau tidak dapat mencari solusi
persamaan linear.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan bahwa KAM siswa sekolah level
tinggi lebih besar dari sekolah level sedang untuk ketiga pendekatan pembelajaran. KAM siswa
pada setiap kelompok pembelajaran lebih dominan berada pada kategori tengah. Hasil analisis
data secara inferensial menunjukkan bahwa ada perbedaan secara signifikan KAM siswa
sekolah level tinggi dan sekolah level sedang. Selain itu, ada kesetaraan KAM siswa ketiga
pendekatan pembelajaran untuk setiap level sekolah. Dari jawaban siswa pada tes KAM terlihat
siswa masih mengalami kekeliruan, kesulitan, dan bahkan belum dapat menyelesaikan soal-soal
materi prasyarat yang sangat diperlukan dalam pembelajaran Aritmetika Sosial.
Saran
Pada kegiatan awal pembelajaran perlu melakukan apersepsi dan revisi tentang materi
prayarat yang sangat diperlukan dalam pemberian setiap topik dari Aritmetika Sosial
berdasarkan kelemahan siswa sesuai temuan yang telah diuraikan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. (2008). Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh Buku Satu.
Penerjemah: Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Ayu, K. (2011). Pentingnya Soft Skill. [Online]. Tersedia: http://komangayu-
as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html. [8April 2011]
Biryukov, P. (2003).Metacognitive Aspect of Solving Combinatorics Problems. [Online].
Tersedia:http://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdf [27 Oktober 2009]
Muaddab, H. (2010). Pengertian Soft Skill dan Hard Skill. [Online]. Tersedia:
http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/. [8
April 2011]
http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/pengertian-soft-skill-dan-hard-skill/http://www.cimt.pymouth.ac.uk/journal/biryukov.pdfhttp://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8http://komangayu-as.blogspot.com/2011/01/pentingnya-soft-skill.html.%20%5b8 -
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
28/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
310
Ratnaningsih, N. (2007). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis dan Kreatif Matematik serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas.
Disertasi Doktor pada SPs UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
29/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
311
Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Pendidikan Karater di Sekolah Dasar
Riyadi, Mardiyana, Rukayah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menemukan bentuk prototypemodel pembelajaranmatematika dengan pendekatan pendidikan karakter yang sesuai dengan kebutuhan guru di
Sekolah Dasar. (2) Mendapatkan masukan dari stakeholders terhadap prototype model
pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan karakter di Sekolah Dasar; (3)
Menemukan model pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan karakter yang
tepat/cocok untuk diimplementasikan di Sekolah Dasar.Penelitin ini dibatasi pada pembelajaran matematika di sekolah dasar yang
dilakukan dalam jangka waktu dua tahun. Tahun pertama mencakup tahap studi
pendahuluan/eksplorasi dan tahap pengembangan model. Tahun kedua mencakup tahap
pengujian model dan tahap diseminasi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar di
wilayah eks karesidenan Surakarta. Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan cluster
random sampling. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, catatanlapangan, dan analisis dokumen. Analisis data dilakukan dengan model analisis interaktif,
sedangkan hasil eksperimen dengan teknik t-test.
Hasil penelitian pada tahun pertama diuraikan sebagai berikut: 1) Model pembelajaran
yang berhasil dikembangkan adalah model pembelajaran bebasis masalah dengan pendekatan
kontekstual yang sintaksnya mempunyai tujuh fase, 2) Pedoman penilaian karakter yang
berhasil dikembangkan dilengkapi dengan indikator-indikator untuk sembilan nilai karakteryang cocok untuk dikembangkan pada mata pelajaran matematika di sekolah dasar, dan 3)
Berdasarkan uji coba terbatas dan uji coba luas diperoleh hasil: model pembelajaran bebasis
masalah dengan pendekatan kontekstual dan pedoman penilaian karakter dapat
diimplementasikan dengan baik di sekolah dasar.
Kata kunci : model pembelajaran berbasis masalah, pendekatan kontekstual,
pendidikan karakter.
PENDAHULUAN
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Naional menegaskan
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun upaya pendidikan
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan belum sepenuhnya mengarahkan perhatian secara
komprehensif pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim (Ruslan Burhani, 2012)
menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah masih terkendala pemahaman
guru yang belum mampu mengintegrasikannya dalam mata pelajaran. Lebih lanjut, Musliar
Kasim menyatakan bahwa tidak ada mata pelajaran khusus yang membahas mengenai
pendidikan karakter tetapi terintegrasi pada setiap mata pelajaran. Hal ini berarti ketika hendak
memasukkan pendidikan karakter pada satuan pendidikan, tidak perlu membentuk mata
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
30/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
312
pelajaran baru karena sifat-sifat yang hendak dibentuk pada peserta didik tidak dapat dijadikan
sebagai suatu mata pelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang di dalamnya memuat pelatihan untuk
menyelesaikan masalah adalah Problem Based Learning (PBL) atau di Indonesia dikenal
dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), karena salah satu karakteristik dari PBM adalah
menggunakan masalah untuk mengawali proses pembelajaran. Selain PBM memuat pelatihan
untuk menyelesaikan masalah, dan berdasarkan beberapa hasil penelitian menghasilkan
kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang diajar dengan model Pembelajaran
Berbasis Masalah. PBM lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar matematika siswa
yang diajar dengan model pembelajaran konvensional
Namun, model pembelajaran ini masih memiliki beberapa kelemahan, salah satunya
adalah menimbulkan frustasi pada kalangan siswa jika mereka belum dapat menemukan solusi
dari permasalahan (Martinis Yamin, 2008:85). Hal ini tidak akan terjadi jika permasalahan
disusun berdasarkan pengalaman mereka pada kehidupan nyata yang telah mereka alami
(kontekstual). Menyusun permasalahan sesuai dengan kehidupan nyata yang telah dialami siswa
(kontekstual) tentu bukan hal mudah, sehingga perlu menganalisis materi pelajaran terlebih
dahulu.
Berdasarkan uraian di muka, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1).Bagaimanakah bentuk prototype model pembelajaran matematika dengan pendekatan
pendidikan karakter yang sesuai dengan kebutuhan guru di Sekolah Dasar? 2) Bagaimanakah
tanggapanstakeholdersterhadapprototypemodel pembelajaran matematika dengan pendekatan
pendidikan karakter di Sekolah Dasar? 3) Bagaimanakah hasil pengembangan prototype
menjadi suatu model pembelajaran matematika dengan pendekatan pendidikan karakter di
Sekolah Dasar?
Berikut diuraikan kajian teoritis yang mendasari dalam mencari jawaban atas
pemasalahan tersebut.
Pembelajaran matematika adalah suatu cara untuk membuat siswa belajar matematika.
Mengingat bahwa matematika merupakan ilmu yang deduktif aksiomatik dan objekpenelaahannya abstrak, sedangkan matematika sudah harus diajarkan mulai anak-anak, maka
kegiatan pembelajaran matematika harus direncanakan sesuai dengan kemampuan intelektual
siswa. Oleh karena itu cara membelajarkan matematika kepada anak-anak dan orang dewasa
harus berbeda, karena kemampuan intelektualnya berbeda. Menurut Doman, seperti yang
dikutip oleh Herman Hudojo, menyatakan bahwa apabila fakta-fakta matematika diberikan
kepada anak-anak balita sesuai dengan kemampuannya, mereka akan dapat menemukan sendiri
aturan-aturan yang ada di dalamnya (Herman Hudojo, 1988: 95). Hal ini berarti bahwa
matematika dapat diajarkan kepada siapa saja tanpa memandang usia, asal disesuaikan dengan
kemampuan intelektualnya.
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
31/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
313
Keberhasilan guru dalam membelajarkan siswa dipengaruhi oleh banyak hal, salah
satunya adalah model pembelajaran yang digunakan guru. Oleh karena itu pemilihan model
pembelajaran merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Menurut Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2009:23), terdapat empat ciri dari model
pembelajaran yang dapat membedakan model pembelajaran dengan metode, strategi maupun
prinsip pembelajaran, empat ciri tersebut adalah sebagai berikut: 1) Memiliki rasional teoritik
kuat yang disusun oleh penciptanya, 2) Terdapat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 3)
Mempunyai aturan tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berjalan
dengan baik, dan 4) Pensetingan lingkungan belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran, Nieveen dalam Trianto (2009: 24-25)
mengemukakan tiga kriteria untuk menentukan kualitas model pembelajaran, yaitu validitas,
kepraktisan dan keefektifan, yang masing-masing diuraikan dengan aspek-aspek sebagai
berikut. 1) Aspek validitas (validity) dikaitkan dengan dua hal, yaitu: a) model pembelajaran
dikembangkan berdasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan b) model pembelajaran
mempunyai konsistensi internal. 2) Aspek kepraktisan (practicality), maksudnya yaitu model
pembelajaran yang dikembangkan dapat diterapkan. 2) Aspek keefektifan (effectiveness), yaitu
model pembelajaran dikatakan efektif jika ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya
menyatakan bahwa model tersebut praktis dan secara operasional model tersebut memberikan
hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan
karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perludikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter
bangsa yaitu Pancasila, meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang
berkarakter Pancasila; (3) mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya
diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Kemdiknas (2010: 11) menyebutkan ada empat prinsip yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter, yaitu 1) berkelanjutan, 2) melalui semua mata pelajaran, 3)
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
32/74
Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012 Pendidikan Matematika 3
314
nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan melalui proses belajar, dan 4) Proses pendidikan
dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran matematika
yang mengintegrasikan pendidikan karakter di Sekolah Dasar. Oleh karena itu model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).
Penelitian pengembangan ini dilakukan dengan menempuh prosedur penelitian pengembangan
seperti diuraikan oleh Sugiyono (2010: 409), yang meliputi sepuluh langkah. Dalam
pelaksanaan penelitian pengembangan ini, dari sepuluh langkah dirampatkan menjadi empat
tahap yang akan dilaksanakan dalam waktu dua tahun yaitu: A) Tahun Pertama, meliputi
langkah-langkah (1) studi pendahuluan atau tahap eksplorasi, dan (2) tahap pengembangan
model, dan B) Tahun kedua, meliputi langkah-langkah (1) tahap pengujian model, dan (2) tahap
diseminasi.
Studi pendahuluan atau eksplorasi dilakukan untuk memperoleh informasi yang
mendalam tentang (1) kondisi nyata mengenai pembelajaran matematika Sekolah Dasar di
wilayah eks karesidenan Surakarta; (2) kondisi nyata tentang kebutuhan guru di SD mengenai
pedoman pembelajaran matematika.
Subjek penelitian ini adalah (1) siswa kelas V sekolah dasar; (2) para guru kelas V
sekolah dasar; dan (3) Stakeholdersyang akan ditetapkan kemudian dalam menentukan tokoh-
tokoh yang terlibat dalam mengambil kebijakan. SD yang digunakan penelitian ini adalah SD di
wilayah eks karesidenan Surakarta. Penentuan SD dilakukan dengan cluster random sampling.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, diperoleh lokasi penelitian ini meliputi tiga
SD, yaitu Sekolah Dasar Angkasa Colomadu Karanganyar, Sekolah Dasar Negeri Kleco II
Laweyan Surakarta, dan Sekolah Dasar Negeri Sekip II Banjarsari Surakarta.
Teknik pengumpulan data tahap ini adalah (1) observasi, (2) wawancara, (3) catatan
lapangan, dan (4) analisis dokumen.
Teknik analisis data yang digunakan pada tahun pertama penelitian ini adalah modelanalisis interaktif dengan teknik deskriptif kualitatif. Teknik ini sesuai dengan model Miles &
Huberman dalam Sugiyono (2010: 337), yang menyatakan bahwa di dalam proses analisis ada
tiga komponen yang harus disadari oleh peneliti. Tiga komponen tersebut adalah sebagai
berikut: 1) Reduksi Data, 2) Penyajian Data, dan 3) Penarikan simpulan, verifikasi, dan refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Eksplorasi/Sudi Pendahluan
Hasil analisis dokumentasi terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas V
SD Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta, SD Negeri Sekip II Kecamatan Banjarsari
-
7/22/2019 Pengaruh Metode Pembelajaran X Pada m.pel Matematika
33/74
Pendidikan Matematika 3 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2012
315
Surakarta dan SD Angkasa Kecamatan Colomadu Karanganyar dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Guru kelas V di tiga sekolah dasar tersebut telah mengembangkan nilai-nilai karakter, 2)
Nilai-nilai karakter yang telah dikembangkan, diantaranya religius, sopan santun, demokratis,
disiplin, tanggung jawab, tekun, ketelitian, kreatifitas, kerjasama, toleransi, keberanian, percaya
diri dan rasa ingin tahu, 3) Pengembangan nilai-nilai karakter di tiga sekolah dasar tersebut
adalah nilai-nilai karakter yang sifatnya masih umum yang dapat dikembangkan untuk semua
mata pelajaran, 4) Pengembangan nilai karakter di ketiga sekolah dasar tersebut juga sudah
dilengkapi dengan rubrik penilaianya, namun belum semua nilai karakter sudah dilengkapi
dengan rubrik penilaiannya.
Hasil tersebut di atas juga sejalan dengan hasil wawancara yang petikan wawancaranya
dinyatakan sebagai berikut.
P-01: Pak, apakah nilai-nilai karakter seperti religius, jujur, disiplin, dan
sebagainya dikembangkan kepada siswa SD kelas V?G-01: Ya, itu kan program pemerintah, jadi kita harus mendukungnya.P-01: Lalu, bagaimana cara mengembangkan nilai-nilai karakter
tersebut, Pak?G-01: Untuk nilai karakter religius, setiap akan mulai dan menutup
pelajaran anak-anak diminta berdoa sesuai agama masing-masing.Untuk nilai karakter disiplin, anak-anak diminta masuk kelas tidakterlambat dan guru member contoh dengan cara masuk kelas tidakterlambat?
P-01: Pak, tadi kan nilai-nilai karakter umum yang dapat dikembangkanuntuk semua mata pelajaran. Apa ada nilai-nilai karakter yangdikembangkan khusus untuk mata pelajaran matematika?