pengaruh mekanisme corporate …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai...

18
PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2014 Rosmita Jumianti, Prima Aprilyani Rambe, Asri Eka Ratih Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance dan kinerja keuangan terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, dan komisaris independen, sementara kinerja keuangan dalam penelitian ini meliputi profitabilitas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Sampel ditentukan dengan metode purposive sampling, sehingga diperoleh total sampel penelitian sebesar 96 sampel. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi berganda dengan tingkat signifikan 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional, dewan direksi, dewan komisaris dan profiabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Sedangkan kepemilikan manajerial dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap financial distress. Kata Kunci : corporate governance, profitabilitas, financial distress. PENDAHULUAN Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Menurut Platt dan Platt (2000), financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangaan perusahaan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Masalah keuangan yang tidak segera diatasi akan mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Financial distress dapat dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan yang merupakan financial distress yang paling berat (Triwahyuningtias, 2012).

Upload: truongkien

Post on 28-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA

KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2014

Rosmita Jumianti, Prima Aprilyani Rambe, Asri Eka Ratih

Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang, Kepulauan Riau

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance dan kinerja keuangan

terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, dan komisaris independen, sementara kinerja keuangan

dalam penelitian ini meliputi profitabilitas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. Sampel ditentukan dengan metode purposive

sampling, sehingga diperoleh total sampel penelitian sebesar 96 sampel. Jenis data yang digunakan adalah

data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis

regresi berganda dengan tingkat signifikan 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional, dewan direksi, dewan komisaris dan profiabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial

distress. Sedangkan kepemilikan manajerial dan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

financial distress.

Kata Kunci : corporate governance, profitabilitas, financial distress.

PENDAHULUAN

Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan menghadapi masalah kesulitan

keuangan. Menurut Platt dan Platt (2000), financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan

kondisi keuangaan perusahaan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Masalah

keuangan yang tidak segera diatasi akan mengakibatkan terjadinya kebangkrutan. Financial distress dapat

dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang paling ringan,

sampai ke pernyataan kebangkrutan yang merupakan financial distress yang paling berat

(Triwahyuningtias, 2012).

Page 2: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Pada umumnya, dalam meneliti kemungkinan terjadinya financial distress digunakan model

murni, yaitu model yang menggunakan indikator keuangan. Indikator keuangan ini diperoleh dari analisis

rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang di terbitkan perusahaan

(Triwahyuningtias, 2012). Salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi terjadinya

financial distress adalah rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba. Rasio ini menggunakan proksi Return on Assets (ROA). ROA digunakan untuk

mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam

dalam total aset (Hery, 2015). ROA merupakan rasio prifitabilitas yang paling sering digunakan oleh

peneliti sebelumnya.

Selain menggunakan indikator kinerja keuangan perusahaan dalam memprediksi terjadinya

kondisi financial distress, terdapat pula faktor lain yaitu corporate governance yang ada di dalam

perusahaan. Menurut Monks dan Minow (dalam Wardhani, 2006), Corporate Governance merupakan

tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang

menentukan arah dan kinerja perusahaan. Penerapan mekanisme corporate governance yang baik akan

meminimalkan risiko perusahaan mengalami kondisi financial distress (Putri & Merkusiwati, 2014).

Mekanisme corporate governance yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kepemilikan instirusional,

kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen.

Kajian Pustaka

Financial Distress

Financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan

terancam mengalami kebangkrutan. Menurut Platt dan Platt (2002) Financial distress didefinisikan

sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun

likuidasi. Kondisi finansial distress tergambar dari ketidakmampuan atau tidak tersedianya dana untuk

membayar kewajiban yang telah jatuh tempo. Menurut Bridham dan Daves (2003) dalam Fachrudin

(2008) Financial distress dimulai ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau

ketika proyeksi arus kas bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Page 3: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Teori Keagenan

Teori Agensi merupakan kontrak antara satu atau lebih prinsipal dan agen, dimana prinsipal

mendelegasikan wewenangnya kepada agen untuk mengelola perusahaan . Prinsipal dan agen memiliki

motivasi yang berbeda, pihak prinsipal atau pemegang saham memberikan instruksi kepada agen sesuai

dengan kehendak yang diharapkan oleh prinsipal sedangkan agen atau manajemen lebih mementingkan

untuk pencapaian hasil yang lebih baik untuk tujuan tertentu (Jensen & Meckling, 1976). Perbedaan

motivasi antara prinsipal dan agen sering sekali menyebabkan konflik keagenan (Rustiarini, 2010).

Dengan demikian, agency theory menganalisa dan mencari solusi atas dua permasalahan yang

muncul dalam hubungan antara para prinsipal (pemilik/pemegang saham) dan agen (manajemen puncak).

Agency theory inilah yang menjadi landasan model teoritis yang berpengaruh terhadap konsep good

corporate governance di berbagai perusahaan (Triwahyuningtias, 2012). Corporate governance

diperlukan untuk mengurangi agency theory antara pemilik dan manajer sehingga timbul keselarasan

kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer (Triwahyuningtias, 2012).

Corporate Governance

Menurut Monks & Minow (2001) dalam Wardhani (2006) Corporate governance merupakan tata

kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipasi dalam perusahaan yang

menentukan arah dan kinerja perusahaan. Corporate governance adalah sistem, proses, dan seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan, hubungan antara

pemegang saham, dewan komisaris dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi

(Triwahyuningtias, 2012). Corporate governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan ini dan

mencegah terjadinya kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan kesalahan yang

terjadi dapat segera di perbaiki (Triwahyuningtias, 2012). Variabel mekanisme corporate governance

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi dari keseluruhan

saham perusahaan yang beredar (Triwahyuningtias, 2012). Fungsi monitoring yang dilakukan oleh

Page 4: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

pemilik institusional tersebut akan membuat perusahaan lebih efisien dalam penggunaan aset sebagai

sumber daya perusahaan dalam operasinya, walaupun pengawasan yang dilakukan investor sebagai

pemilik perusahaan dilakukan dari luar perusahaan (Mayangsari, 2015). Perusahaan dengan kepemilikan

institusional yang besar mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen. Semakin besar

kepemilikan institusional , maka pemanfaatan aktiva perusahaan semakin efisien (Hadi, 2014).

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh manajemen

atau pengelola perusahaan tersebut (Mayangsari, 2015). Kepemilikan ini menunjukkan adanya peran

ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham, sebagai manajer juga

sekaligus sebagai pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan kesulitan keuangan bahkan

mengalami bangkrut (Hadi, 2014)

Dewan Direksi

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau

strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang (Wardhani, 2006). Dewan

direksi tidak mungkin dapat melakukan tugas dengan baik apabila mengedepankan self interest dan

mengabaikan kepentingan para stakeholders (Triwahyuningtias, 2012). Dengan demikian, anggota dewan

direksi harus memiliki reputasi moral yang baik dan kompetensi teknis yang mendukung. Oleh karena itu,

untuk memilih anggota dewan direksi diperlukan standar profesionalisme. Dewan direksi memiliki

kewajiban untuk menjaga transparansi dalam menjalankan operasional perusahaan, prinsip transparansi

tersebut tercermin dalam penyampaian informasi secara jujur kepada seluruh stakeholders

(Triwahyuningtias, 2012).

Dewan Komisaris

Komposisi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan

keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak secara independen dalam arti tidak

mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara

mandiri dan kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap direksi (Triwahyuningtias, 2012).

Page 5: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Menurut emirzon ( dalam Hanifah, 2013), suatu perseroan seyogyanya paling sedikit 20% dari anggota

dewan komisaris harus berasal dari kalangan luar perseroan, hal ini berguna untuk meningkatkan

efektifitas atas peran pengawasan dan transparansi dari pertimbangannya.

Komisaris Independen

Salah satu permasalahan dalam penerapan corporate governance adalah adanya CEO yang

memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan dewan komisaris. Padahal fungsi dari dewan

komisaris ini adalah untuk mengawasi kinerja dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut

(Wardhani, 2006). Oleh karena itu diperlukannya komisaris independen (independent commissioner)

yang berfungsi sebagai penyeimbang (controveiling power) (Triwahyuningtias, 2012).

Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Rasio

profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari

setiap penjualan yang dihasilkan (Widarjo & Setiawan, 2009). Indikator profitabilitas yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Return on Assets (ROA). Profitabilias yang semakin besar menunjukkan kinerja

yang semakin baik, sehingga perusahaan cenderung memberikan informasi tersebut kepada pihak-pihak

yang berkepentingan (Oktadella, 2011).

Hipotesis

Berdasarkan uraian pengembangan hipotesis, maka dalam penelitian ini peneliti mengajukan

hipotesis:

H1 = Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap financial distress

H2 = Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap financial distress

H3 = Dewan Direksi berpengaruh signifikan terhadap financial distress

H4 = Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap financial distress

H5 = Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap financial distress

H6 = Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial distress

H7 = Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komisaris

Independen, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

Page 6: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

METODOLOGI PENELITIAN

Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dan ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Objek penelitian ini adalah laporan tahunan dan

laporan keuangan akhir tahun setiap perusahaan manufaktur.

Operasionalisasi Variabel Penelitian

A. Variabel Dependen

Variabel dependen atau sering disebut variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas.

Financial distress diukur dengan menggunakan model altman sebagai berikut:

Z’ = 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,420 BVE/BVD + 0,998 S/TA

WC/TA = working capital / total assets

RE/TA = retained earning / total assets

EBIT/TA = earning before interest and tax / total assets

BVE/BVD = book value of equity / book value of debt

S/TA = sale / total assets

Klasifikasi perusahaan yang mengalami financial distress dan yang tidak mengalami financial

distress menurut model Altman (2000) adalah sebagai berikut:

Jika nilai Z’ < 1,23 maka termasuk perusahaan yang mempunyai kemungkinan bangkrut atau

mengalami financial distress.

Jika nilai 1,23 < Z’ < 2,90 maka termasuk dalam daerah abu-abu atau gray area.

Jika nilai Z’ > 2,90 maka termasuk dalam perusahaan non-financial distress.

Variabel Independen

1) Kepemilikan Institusional

Dalam penelitian ini kepemilikan institusional diukur dari proporsi kepemilikan saham perusahaan

oleh institusi-institusi dari seluruh saham beredar (Mayangsari, 2015).

x 100%

Page 7: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

2) Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diukur dari presentase tingkat kepemilikan oleh

dewan direksi dan komisaris (Wardhani, 2006).

x 100%

3) Dewan Direksi

Dalam penelitian ini, ukiran dewan direksi diukur dengan menghitung jumlah anggota dewan

direksi yang ada dalam perusahaan pada periode t, termasuk CEO (Wardhani, 2006).

4) Dewan Komisaris

Dalam penelitian ini, ukuran dewan komisaris diukur dengan menghitung jumlah dewan komisaris

yang ada dalam perusahaan pada periode t (Wardhani, 2006).

5) Komisaris Independen

Proporsi komisaris independen dihitung dengan cara:

6) Profitabilitas

Dalam penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan Return on Asset (ROA).

Teknik Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling

yang berarti pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Pengambilan sampel dilakukan dengan

kriteria sebagai berikut:

1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.

2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut selama periode

2011-2014.

3) Perusahaan manufaktur yang menggunakan mata uang rupiah yang berakhir pada 31 Desember

selama periode 2011-2014.

Page 8: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

4) Perusahaan manufaktur yang mengalami laba selama tahun penelitian.

5) Perusahaan manufaktur yang menyajikan variabel kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

dewan direksi, dewan komisaris dan komisaris independen secara lengkap.

Metode Analisis

Analisis Regresi Berganda

Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda untuk menguji dan

menganalisis apakah pengujian secara parsial dan simultan pengaruh kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, komisaris independen dan profitabilitas

terhadap financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Model

regresi yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e

Keterangan:

Y = financial distress

a = konstanta

b1, ... , b6 = Koefisien Regresi

x1 = Kepemilikan Institusional

x2 = Kepemilikan Manajerial

x3 = Dewan Direksi

x4 = Dewan Komisaris

x5 = Komisaris Independen

x6 = Profitabilitas

e = Error term

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.2

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ZSCORE 92 ,888603 7,23 2,7349 1,11328

INST 92 ,371125 1,41 ,7062 ,18456

MAN 92 ,000005 ,24 ,0512 ,07382

DIREKSI 92 2 15 5,01 2,963

KOMISARIS 92 2 12 4,52 2,650

KOM_IND 92 0 ,75 ,3494 ,11115

ROA 92 ,000606 ,47 ,0726 ,06091

Valid N (listwise) 92

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Page 9: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Dari hasil uji normalitas di atas dapat dilihat nilai signifikansi 0.58, dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa variabel dalam penelitian ini terdistribusi normal, karena nilai signifikansi variabel >

0,05.

b. Hasil Uji Autokolerasi

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokolerasi

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi bebas dari autokorelasi, karena nilai

Durbin Watson 1.828, dimana nilai DW terletak antara 1.80 dan 2.20 atau 1.80 < 1.748 < 2.20, sehingga

persamaan regresi ini memenuhi syarat bebas autokorelasi.

Page 10: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

c. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Dari grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar

baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain dengan melihat grafik

scatterplot, juga dapat dilakukan dengan uji spearman’s rho. Hasil uji Spearman’s rho dengan bantuan

SPSS 21 dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Spearman’s rho

Unstandardized Residual

Spearman's rho ZSCORE Correlation Coefficient ,541**

Sig. (2-tailed) ,000

N 92

INST Correlation Coefficient -,005

Sig. (2-tailed) ,963

N 92

MAN Correlation Coefficient -,054

Sig. (2-tailed) ,607

N 92

DIREKSI Correlation Coefficient ,047

Page 11: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Sig. (2-tailed) ,656

N 92

KOMISARIS Correlation Coefficient ,053

Sig. (2-tailed) ,613

N 92

KOM_IND Correlation Coefficient -,039

Sig. (2-tailed) ,709

N 92

ROA Correlation Coefficient ,076

Sig. (2-tailed) ,470

N 92

Unstandardized

Residual

Correlation Coefficient 1,000

Sig. (2-tailed) .

N 92

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Karena nilai signifikan enam variabel independen tersebut > 0,05, maka model regresi yang

digunakan bebas dari heteroskedastisitas.

d. Hasil Uji Multikolinieritas

Tabel 4.6

Hasil Uji Multikolinieritas

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,679 ,465 ,148

INST 1,681 ,423 ,279 ,000 ,780 1,282

MAN ,516 1,177 ,034 ,662 ,629 1,590

DIREKSI ,119 ,033 ,316 ,001 ,486 2,058

KOMISARIS -,162 ,034 -,386 ,000 ,570 1,754

KOM_IND -,037 ,646 -,004 ,955 ,920 1,087

ROA 13,696 1,215 ,749 ,000 ,866 1,154

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas antara variabel independen.

Dari hasil uji asumsi klasik dan uraian diatas dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan

regresi yang digunakan sebagai prediksi dalam penelitian ini bebas dari asumsi klasik.

Page 12: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.7

Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,679 ,465 1,461 ,148

INST 1,681 ,423 ,279 3,977 ,000

MAN ,516 1,177 ,034 ,438 ,662

DIREKSI ,119 ,033 ,316 3,553 ,001

KOMISARIS -,162 ,034 -,386 -4,707 ,000

KOM_IND -,037 ,646 -,004 -,057 ,955

ROA 13,696 1,215 ,749 11,268 ,000

a. Dependent Variable: ZSCORE

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil persamaan model regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 0.679 + 1.681x1 + 0.516x2 + 0.119x3 – 0.162x4 – 0.037x5 + 13.696x6 + e

Keterangan:

Y = financial distress

x1 = Kepemilikan Institusional

x2 = Kepemilikan Manajerial

x3 = Dewan Direksi

x4 = Dewan Komisaris

x5 = Komisaris Independen

x6 = Profitabilitas

e = Error term

Hasil Uji Hipotesis

Uji statistik t ( Uji Parsial )

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,679 ,465 1,461 ,148

INST 1,681 ,423 ,279 3,977 ,000

MAN ,516 1,177 ,034 ,438 ,662

Page 13: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

DIREKSI ,119 ,033 ,316 3,553 ,001

KOMISARIS -,162 ,034 -,386 -4,707 ,000

KOM_IND -,037 ,646 -,004 -,057 ,955

ROA 13,696 1,215 ,749 11,268 ,000

a. Dependent Variable: ZSCORE

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan adalah

Kepemilikan Institusional, Dewan Direksi, Dewan Komisaris, dan Profitabilitas. Sedangkan Kepemilikan

Manajerial, dan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Uji F ( Uji Simultan )

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 76,053 6 12,675 29,332 ,000b

Residual 36,731 85 ,432

Total 112,784 91

a. Dependent Variable: ZSCORE

b. Predictors: (Constant), ROA, KOMISARIS, INST, KOM_IND, MAN, DIREKSI

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Dari hasil uji di atas dapat dilihat nilai F test sebesar 29.332 dan signifikansi pada 0.000, dengan

demikian dapat dinyatakan bahwa variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen,

karena nilai signifikansi < 0,05. Hal ini berarti kelima variabel dependen yakni Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Manajerial, Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan ROA seacara

simultan mempengaruhi variabel dependen, yakni Financial Distress

Koefisien Determinan ( Adjusted R2 )

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,821a ,674 ,651 ,65737

a. Predictors: (Constant), ROA, KOMISARIS, INST, KOM_IND, MAN, DIREKSI

b. Dependent Variable: ZSCORE

(Sumber: Hasil output SPSS. V. 21, 2016)

Page 14: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah

sebesar 0.651. Hal ini menunjukkan bahwa 65% Financial Distress dipengaruhi oleh Kepemilikan

Institusional, Kempemilikan Manajerial, Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan

Profitabilitas. Dan sisanya 35% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak di kaji dalam penelitian ini.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh kepemilikan institusional terhadap financial distress

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan Institusional (INST)

memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikansi

5% (0.05), serta nilai beta sebesar 1.681. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa variabel kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap financial distress. Artinya, dengan meningkatnya kepemilikan

institusional maka akan meningkatkan nilai Z-Score, dimana semakin besar nilai Z-Score maka

perusahaan akan semakin jauh dari kondisi financial distress. Semakin besar kepemilikan institusional

maka pemanfaatan aset perusahaan akan semakin efisien, sehingga kemungkinan perusahaan mengalami

financial distress akan semakin kecil.

Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap financial distress

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Kepemilikan Manajerial (MAN)

memiliki nilai signifikansi sebesar 0.662 yang artinya nilai signifikan lebih besar dari taraf signifikansi

5% (0.05), serta nilai beta sebesar 0,516. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa variabel kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hal ini dianggap akan memperburuk kondisi

perusahaan karena mereka akan cenderung melakukan tindakan-tindakan ekspropriasi yang dapat

menguntungkan secara pribadi. Sehingga berapapun persentase kepemilikan manajerial tidak akan

mempengaruhi perusahaan mengalami financial distress.

Pengaruh dewan direksi terhadap financial distress

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Dewan Direksi (DIREKSI) memiliki

nilai signifikansi sebesar 0.001 yang artinya nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0.05),

serta nilai beta sebesar 0,119. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa variabel dewan direksi

Page 15: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

berpengaruh positif terhadap financial distress. Artinya, dengan meningkatnya dewan direksi maka akan

meningkatkan nilai Z-Score, dimana semakin besar nilai Z-Score maka perusahaan akan semakin jauh

dari kondisi financial distress.

Pengaruh dewan komisaris terhadap financial distress

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Dewan Komisaris (KOMISARIS)

memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 yang artinya nilai signifikan lebih kecil dari taraf signifikansi

5% (0.05), serta nilai beta sebesar -0.162. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa variabel dewan

komisaris berpengaruh negatif terhadap financial distress. Artinya, dengan meningkatnya dewan

komisaris maka akan menurunkan nilai Z-Score, dimana semakin kecil nilai Z-Score maka perusahaan

akan semakin mendekati kondisi financial distress. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah dewan

komisaris maka kemungkinan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak

secara independen dalam arti tidak memiliki kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk

melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap direksi, hal

ini akan menaikkan potensi terjadinya financial distress.

Pengaruh komisaris independen terhadap financial distress

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Komisaris Independen (KOM_IND)

memiliki nilai signifikansi sebesar 0.995 yang artinya lebih besar dari taraf signifikansi 5% (0.05).

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap

financial distress. Berapapun besarnya proporsi komisaris independen dalam suatu perusahaan tidak

mampu untuk menghindari kemungkinan terjadinya financial distress. Hasil penelitian ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Hanifah (2013) dan Setiawan, et al (2016) yang menyatakan bahwa Komisaris

Independen tidak berpengaruh terhadap financial distress.

Pengaruh profitabilitas terhadap financial distress

Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel Profitabilitas (ROA) memiliki nilai

signifikansi sebesar 0.000 yang artinya lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0.05). Dengan demikian,

dapat diketahui bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif terhadap financial distress. Artinya,

Page 16: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

dengan meningkatnya ROA maka akan meningkatkan nilai Z-Score, dimana semakin besar nilai Z-Score

maka perusahaan akan semakin jauh dari kondisi financial distress. Dengan adanya efektifitas dari

pemanfaatan aset perusahaan hal ini akan mampu mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,

dengan berkurangnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan akan berdampak pada penghematan dan

kecukupan dana untuk menjalankan usaha sehingga kemungkinan perusahaan mengalami financial

distress semakin kecil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:

1) Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

2) Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap financial distress.

3) Dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

4) Dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

5) Komisaris independen tidak berpengaruh terhadap financial distress.

6) Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap financial distress.

7) Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, komisaris

independen, dan profitabilitas secara simultan berpengaruh terhadap financial distress.

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu:

1) Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur dengan tahun pengamatan selama 4

periode. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menambah tahun pengamatan, sehingga dapat

memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.

2) Penelitian ini hanya fokus pada perusahaan manufaktur. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya

ditambahkan jenis perusahaan lain.

3) Penelitian ini menggunakan variabel mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, dewan direksi, dewan komisaris, dan komisaris independen) dan kinerja

Page 17: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

keuangan (profitabilitas). Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel lain dengan

pengukuran yang lebih baik agar hasil yang diperoleh akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Chalendra Prasetya, 2013. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kemuungkinan Terjadinya

Financial Distress. Skripsi. Progran Studi akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro. Semarang.

Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi, 2003. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi

Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal

Akuntansi dan Auditing Indonesia, vol. 7, no. 2. p. 183-210. ISSN : 1410-2420.

Altman, Edward. I, 2000. Predicting Financial Distress Of Companies Revisiting The Z-Score Zeta

Models. Journal of Banking & Finance, 1-54.

Ardiyanto, Feri Dwi, 2011. Prediksi Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial Distress ( Studi

Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek ). Fakultas ekonomi, Universitas

Diponegoro.

Ariesta, Dwiki Ryno dan Anis Chariri, 2013. Analisis Pengaruh Struktur Dewan Komisaris, Struktur

Kepemilikan Saham dan Komite Audit Terhadap Financial Distress. Diponegoro Journal of

Accounting, vol. 1, no. 1, p.1-9.

Bodroastuti, Tri, 2009. Pengaruh Struktur Corporate GovernanceTerhadap Kondisi Financial Distress.

Semarang: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya manggala.

Boediono, Gideon SB, 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh mekanisme Corporate Governance dan

Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi

VIII Solo, p.172-194.

Deviacita, Arieany Widya, 2012. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap

Financial Distress. Skripsi. Fakultas Ekonimika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.

Fachrudin, Khaira Amalia, 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. Medan: USU Press.

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS 21. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, Selfi Anggraeni, 2014. Mekanisme Corporate Governance dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan

Yang Mengalami Financial Distress. Jurnal Ilmu dan Riset , vol.3 no.5, p.1-17.

Hanifah, Oktita Earning, 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Indicators

Terhadap Kondisi Financial Distress. Diponegoro Journal of Accounting vol. 2, no 2, p.1-15.

ISSN 2337-3806

Hery, 2015. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service.

Jensen, Michael C, and William H. Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency

Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economic, p.1-78.

Page 18: PENGARUH MEKANISME CORPORATE …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec...dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang

Jogiyanto, 2008. Metodologi Penelitian; Sistem Informasi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

KNKG, 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. www.governance-

indonesia.com.

Marsuki, 2010. Analisis Kritis Laporan Keuangan Bank Sentral Asean,Asia dan Eropa. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Mayangsari, Lillananda Putri, 2015. Pengaruh Good Corporate Governance dan Kinerja Keuangan

Terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, vol. 4, no. 4, p.1-18.

Oktadella, Dewanti, dan Agus Purwanto, 2011. Analisis Corporate Governance Terhadap Integritas

Laporan Keuangan. Diponegoro Journal Of Accounting vol. 2, no. 2, p.1-15.

Platt, Harlan D, and Marjorie B. Platt, 2002. Predicting Corporate Financial Distress: Reflections on

Choice-Based Sample Bias. J Ecin Finan. Journal Of Economics and Finance, vol.26. no. 2.

Putri, Ni Wayan, dan Ni Kt Merkusiwati, 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Likuiditas,

Leverage, dan Ukuran Perusahaan Pada Financial Distress. Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana 7.1, p.93-106. ISSN 2302-8556.

Rustiarini, Ni Wayan, 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Corporate Social

Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, p.1-24.

Sekaran, Uma, 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Setiawan, Agung, Edi Sukarmanto dan Sri Fadilah, 2016. Pengaruh Ukuran Dewan Direksi, Ukuran

Dewan Komisaris, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional

terhadap Financial Distress. Prosiding Akuntansi, vol 1. no. 2, p. 285-292. ISSN : 2460-6561.

Triwahyuningtias, Meilinda dan Hajrum Muharam, 2012. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan,

Ukuran Dewan, Komisaris Independen, Likuiditas, Dan Leverage Terhadap Terjadinya Kondisi

Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2008-2010). Diponegoro Journal Of management , vol.1, no.1, p.1-14.

Wardhani, Ratna, 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami

Permaslahan Keuangan (Financially Distressed Firms). Simposium Nasional Akuntansi 9, p.1-26.

Warsono, Sony, Fitri Amalia dan Dian Kartika Rahajeng, 2009. Corporate Governance Concept and

Model. Yogyakarta: Center of Good Corporate Governance Fakultas Ekonomika dan Bisnis

UGM.

Widarjo, Wahyu dan Doddy Setiawan, 2009. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kondisi Financial

Distress Perusahaan Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.11 No.2, p.107-119.