pengaruh media audio visual (kartun terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL (KARTUN) TERHADAP
KETERAMPILAN BERCERITA PADA SISWA KELAS III MI
TARBIYAH AL-ISLAMIYAH KEMBANGAN, JAKARTA
BARAT, TAHUN AJARAN 2014/2015 M
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Sri Rahmawati
1110018300050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL (KARTLiN) TE,RHADAP
KETERAMPILAN BERCERITA PADA SISWA KELAS III MI TARBIYAH
AL,ISLAMIYAH KEMBANGAN, J,A.KARTA BARAT, TAHTIN AJARAN
2014/2015 M
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(s.Pd.)
Oleh
Sri Rahmawati
NIM. 1110018300050
Pembimbing
B/,4*Dona Aii PuVa. M.A.
NIP. 1984040920t101 101s
PROGRAM STIJDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAII
FAKTILTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGI]RUAN
IINIVBRSITAS ISLAM NEGBRI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M
LEMBAR PENGESAIIAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Pengaruh Media Audio visual (Kartun) Terhadap
Keterampilan Bercerita Pada Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 201412015 M. Disusun oleh sri
Rahmawati NIM I 1 1 001 8300050, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan fakultas.
Jakarta 3 Desember 2014
Yang Megesahkan,
Pembimbing
NrP 198404092011 01 101s
LEMBAR PERI{YATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Sri Rahmawati
r r 10018300050
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Jl. Srengseng Sawah Balong RT.002/004 No. 22 Kembangan,
Iakarta Barat, I1630.
Nama
NIM
Jurusan
Alamat
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHIIYA
Bahwa skripsi yang berjudul sPengaruh Media Audio Visual (Kartun)
terhadap Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas IU MI Tarbiyah Al-
Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 20l4n0l5 M" adalah
benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembimbing : Dona Aji Putra, M.A.
NIP : 198404092011011015
JurusanlProgram Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Iakarta, 3 Desember 2014
Yang Menyatakan
Sri Rahmawati
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap KeterampilanBercerita Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat,Tahun Ajaran 201412015 M disusun oleh Sri Rahmawati Nomor Induk Mahasiswa
1110018300050, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal7Januari 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana Sl (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta, T Januari 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Sidang (Kefua Program Studi Pendidikan Guru MI) Tanggal Tanda TanganDr. Fauzan, MANIP. 19761t07 200701 |
Sekretaris Program StudiAsep Ediana Latip, M.PdNrP. 19810623 200912 |
013
Pendidikan Guru MI
003
t-q.q.rlmrg
o(orltuv
NS
Penguji IMahmudah Fitriyah 2.A., Il.PdNrP. 19640212 1997$ 2 0Ar
Penguji IIDr. Nuryani, S.Pd., M.A.NIP. 1 9820628 200912 2 A03
oB (ot lcots
dlqlws
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah
fa'i, MA.Ph.D)NrP. I 959 1020 1 986032001
i
ABSTRAK
Sri Rahmawati (NIM: 1110018300050). Pengaruh Media Audio Visual
(Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita pada Siswa Kelas III MI
Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran 2014/2015
M.
Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan pengaruh media audio
visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita siswa kelas III MI Tarbiyah Al-
Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-
November 2014 di MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat. Metode
yang digunakan dalam penelitian adalah Kuasi Eksperimen. Desain penelitian
yang digunakan adalah Two Grup Randomized Subjects Pretest Posttest,
penelitian ini difokuskan pada siswa kelas tiga yang dipilih secara acak dua kelas
dari tiga kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi,
observasi, dan tes.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diketahui bahwa
hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa
kelompok kontrol. Hasil ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok
eksperimen sebesar 64,40. Setelah diberikan perlakuan dengan media
pembelajaran audio visual (kartun), nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen
mengalami peningkatan menjadi 77,40. Sedangkan nilai rata-rata pretest
kelompok kontrol adalah sebesar 64,00. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol
mengalami peningkatan menjadi 72,20. Perhitungan nilai rata-rata tersebut
menunjukkan bahwa, hasil tes kelompok eksperimen mengalami peningkatan
sebesar 13%, sedangkan hasil tes kelompok kontrol mengalami peningkatan
sebesar 8,2%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran audio visual memiliki pengaruh terhadap keterampilan
berbicara (bercerita).
Kata Kunci: Bercerita dan Media.
ii
ABSTRACT
Sri Rahmawati (NIM: 1110018300050). Effect of Audio Visual Media
(Cartoon) against Storytelling Skills in Class III MI MT Al-Islamiyah
Kembangan, West Jakarta, Academic Year 2014/2015 M.
This study aims to decrypt the influence of audio-visual media (cartoon)
against the storytelling skills of students of class III MI MT Al-Islamiyah
Kembangan, West Jakarta. The experiment was conducted in March-November
2014 in MI MT Al-Islamiyah Kembangan, West Jakarta. The method used in the
study is Quasi Experiment. The research design was Randomized Subjects Two
groups pretest posttest, this study focused on students in grade three randomly
selected two classes of three classes. Data collection techniques used are
documentation, observation, and testing
.
Based on the results of research and data processing, it can be seen that the
experimental group students' learning outcomes better than the control group
students. Results are shown from the average value of 64.40 experimental group
pretest. After being given a treatment with audio-visual learning media (cartoon),
the average value posttest experimental group increased to 77.40. While the
average value of the control group pretest amounted to 64.00. The average value
posttest control group increased to 72.20. The calculation of the average value
indicates that the test results the experimental group increased by 13%, while the
control group test results increased by 8.2%. Based on the above results it can be
concluded that the audio-visual learning media has an influence on the speaking
skills (storytelling).
Keywords: Storytelling and Media.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur ke hadirat Allah Swt, Tuhan semesta
alam yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah ini yang berupa skripsi dengan
judul “Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita
Siswa Kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun
Ajaran 2014/2015 M”. Shalawat serta salam teriring kepada baginda Rasulullah
Saw, sebagai pembawa peradaban yang membawa manusia keluar dari masa
kegelapan dan kebodohan menuju masa yang penuh cahaya dan semoga salam
tetap tercurah pada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas
dari dukungan dan doa dari berbagai pihak. Mudah-mudahan Allah Swt membalas
jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga
kepada:
1. Nurlena Rifai, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, M.A. Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Asep Ediana Latip, M.Pd., Sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dona Aji Putra, M.A., dosen pembimbing yang telah membimbing penulis
dengan sabar dan penuh ketekunan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Semoga bapak selalu dimuliakan dan diberikan keberkahan oleh
Allah Swt.
iv
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen Prodi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan ilmu
dan pengetahuannya kepada penulis.
6. Keluarga Besar MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat yang
telah memberikan kesempatan dan masukan kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian.
7. Untuk keluargaku: ayah H. Matsani dan ibunda Hj. Nurhayati tercinta yang
selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, nasihat, dan motivasi. Serta
untuk kakak-kakakku tersayang Arpan, Muchlis, Fajaryati, dan Irwansyah.
8. Teman-teman prodi PGMI angkatan 2010, khususnya kelas B (Lely, Resty,
Halimah, Ika, Mety, Puput, dll.) yang selalu berbagi canda, tawa, tangis,
kebahagiaan, serta dukungan dan motivasi. Semoga silaturahmi ini tidak
hanya berhenti sampai di sini.
9. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala
bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga
segala perhatian, motivasi, dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal
kebaikan. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat banyak kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan
membutuhkannya.
Jakarta, 3 Desember 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 7
A. Deskripsi Teoretis .................................................................................. 7
1. Media Pembelajaran ............................................................................ 7
a. Media Audio Visual ........................................................................ 8
b. Kartun .............................................................................................. 9
2. Keterampilan Berbahasa ..................................................................... 14
a. Keterampilan Berbicara ................................................................... 14
b. Bercerita .......................................................................................... 21
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia .......................................................... 23
a. Pengertian Pembelajaran ................................................................. 23
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................................................... 25
vi
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 28
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 33
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 34
BAB III METODELOGI PENELITIAN ........................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 35
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................ 35
C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 37
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 39
1. Uji Prasyarat Analisis ...................................................................... 39
a. Uji Normalitas .......................................................................... 39
b. Uji Homogenitas ...................................................................... 39
2. Uji Hipotesis .................................................................................... 39
4. Hipotesis Statistik .................................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 41
A. Profil MI Tarbiyah Al-Islamiyah ........................................................... 41
B. Deskripsi Data ........................................................................................ 44
1. Pelaksanaan Pembelajaran .................................................................. 44
2. Keterampilan Bercerita ....................................................................... 46
3. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ................................................................................................ 53
a. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen .................. 53
b. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol ......................... 55
4. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol ................................................................................................ 57
a. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen ................. 57
b. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol ....................... 59
vii
C. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis .......................... 63
1. Pengujian Persyaratan Analisis ......................................................... 63
a. Uji Normalitas ................................................................................. 63
1) Uji Normalitas Pretest ................................................................ 63
2) Uji Normalitas Posttest ............................................................... 64
b. Uji Homogenitas ............................................................................. 65
1) Uji Homogenitas Pretest ............................................................ 65
2) Uji HomogenitasPosttest ............................................................ 65
2. Pengujian Hipotesis ........................................................................... 66
D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian .............................................. 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 71
A. Simpulan ................................................................................................ 71
B. Saran ....................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Pretest
Posttest ....................................................................................... 36
Tabel 3.2 Tes Keterampilan Bercerita ........................................................ 38
Tabel 4.1 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 47
Tabel 4.2 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 48
Tabel 4.3 Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen ................................................................................. 49
Tabel 4.4 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok
Kontrol ....................................................................................... 50
Tabel 4.5 Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok
Kontrol ........................................................................................ 51
Tabel 4.6 Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok
Kontrol ........................................................................................ 52
Tabel 4.7 Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen .......................... 53
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Pretest Kelompok Eksperimen ............................... 54
Tabel 4.9 Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ................................. 55
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Pretest Kelompok Kontrol ...................................... 56
Tabel 4.11 Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ......................... 57
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Posttest Kelompok Eksperimen .............................. 58
Tabel 4.13 Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ............................... 60
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Posttest Kelompok Kontrol ..................................... 61
Tabel 4.15 Hasil Uji Normatif Pretest .......................................................... 62
ix
Tabel 4.16 Hasil Uji Normatif Posttest ........................................................ 63
Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Pretest ................................................... 64
Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Posttest .................................................. 64
Tabel 4.19 Hasil Uji T-Test .......................................................................... 65
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Kartun Dodo ................................................................ 12
Gambar 2.2 Contoh Kartun Dodo ................................................................ 13
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest
Kelompok Eksperimen ............................................................. 54
Grafik 4.2 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest
Kelompok Kontrol ................................................................... 56
Grafik 4.3 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest
Kelompok Eksperimen ............................................................. 59
Grafik 4.4 Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest
Kelompok Kontrol ................................................................... 61
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : RPP Kelas Eksperimen
Lampiran 2 : RPP Kelas Kontrol
Lampiran 3 : Catatan Lapangan
Lampiran 4 : Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen
Lampiran 5 : Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol
Lampiran 6 : Lembar Observasi Siswa Kelas Eksperimen
Lampiran 7 : Lembar Observasi Siswa Kelas Kontrol
Lampiran 8 : Daftar Absensi Siswa Kelas III C
Lampiran 9 : Daftar Absensi Siswa Kelas III B
Lampiran 10 : Foto Kegiatan Pembelajaran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan cara bagi manusia untuk melakukan interaksi,
“Komunikasi adalah penyampaian pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada
orang lain”,1 untuk berkomunikasi manusia membutuhkan bahasa, bahasa
menurut Kridalaksana (1983) dan Kentjono (1982) adalah “Sistem lambang bunyi
yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok sosial untuk bekerja sama,
berkomukasi, dan mengidentifikasi diri”.2 Pada dasarnya, bahasa adalah hal yang
paling pertama didengar dan secara tidak langsung di ajarkan kepada anak.
Umunya, anak mengenal bahasa mulai dari kata per kata, misalnya orang tua yang
baru mempunyai anak anak mengenalkan anaknya tentang panggilan kepada
orang tuanya, “Mamah, Papah” atau sebutan lainnya, kemudian mengucapkan
rangkaian kata yang tidak beraturan seperti “Mamah, mimi” lalu berubah menjadi
sebuah kalimat yang beraturan seperti “Mamah, Aku ingin minum” hingga anak
tumbuh besar dan bisa berkomunkasi dengan baik.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak sedikit anak yang bisa dibilang
sudah dewasa tetapi ketika berkomunikasi dengan lawan bicara, bahasa yang
digunakan sering terdengar kurang tepat, atau bahkan melakukan pembicaraan
yang berputar-putar atau mengulang perkataan yang sudah diucapkannya.
Kejadian seperti ini, kemungkinan besar terjadi karena kurangnya pelatihan
keterampilan berbicara, terutama pelatihan keterampilan berbicara pada saat usia
dini. Pada BAB I, pasal 1, ayat 1 tentang Ketentuan Umum menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
1Tengsoe Tjahyono dan Kisyani Laksono. Berbicara II, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), hal. 1.4 2 Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK
Press, 2010), hal. 1 3 UU Sisdiknas, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 2
2
Belajar keterampilan berbahasa khususnya berbicara merupakan salah satu
pendidikan yang dapat dilakukan secara formal maupun informal, seperti yang
telah tertera dalam UU Sisdiknas Pada BAB I, pasal 1, ayat 12 tentang Ketentuan
Umum menyatakan bahwa, “Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi”.4 kemudian pada pasal 13 dijelaskan lebih
lanjut tentang pendidikan informal, “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan”.5 Menurut Djahiri, “Pendidikan merupakan upaya
terorganisir, berencana dan berlangsung kontinyu ke arah membina manusia/anak
didik menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya”.6 Berdasarkan pengertian
pendidikan di atas, keterampilan berbicara merupakan pendidikan yang sangat
penting, tidak hanya bisa didapatkan melalui sekolah saja (pendidikan formal).
Akan tetapi, pendidikan keterampilan berbicara juga bisa didapatkan di luar
sekolah (pendidikan informal).
Belajar keterampilan berbicara formal diperoleh dari Sekolah/Madrasah,
anak dikenalkan dengan pelajaran Bahasa Indonesia, dan di sinilah keterampilan
berbahasa anak khususnya berbicara akan diasah. Belajar keterampilan berbicara
informal didapatkan dari keluarga, lingkungan atau teman sejawat yang dilakukan
secara tidak langsung, misalnya dengan mendengar perkataan yang diucapkan
oleh orang lain kemudian diikuti oleh anak tersebut.
Keterampilan berbicara menduduki tempat yang paling utama dalam
memberi maupun menerima informasi. Pada dasarnya, anak akan diajarkan
berbagai keterampilan berbahasa, baik keterampilan membaca, menyimak,
menulis dan keterampilan berbicara yang akan dibahas secara lebih rinci pada
penelitian ini. Keterampilan berbicara harus dikembangkan sejak dini, karena
pada masa ini anak berada dalam masa perkembangan yang sering disebut dengan
masa keemasan, keterampilan berbicara khususnya akan lebih dikembangkan pada
tingkat Sekolah Dasar. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, keterampilan
4 Ibid., h. 3
5 Ibid., h. 4
6 Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2010), h. 1
3
berbicara dikembangkan melalui berbagai metode ataupun media pembelajaran
yang digunakan di dalam kelas, untuk mencapai keberhasilan dari keterampilan
berbicara anak.
Sebagai seorang guru yang profesional, guru harus menjadikan proses
KBM lebih menyenangkan dan lebih berkesan, agar semua pelajaran yang telah
diajarkan dapat diingat lebih lama. Menjadikan proses pembelajaran lebih
menyenangkan dan berkesan, guru dapat memulainya dari pengelolaan kelas, lalu
strategi apa yang akan digunakan, metode, media, dan lainnya.
Ketika seseorang ingin menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya,
orang tersebut membutuhkan keberanian untuk berbicara, yakin dengan ide atau
gagasan yang ingin dipaparkannya dan tidak malu ketika diminta untuk berbicara
di depan orang-orang. Namun, seringkali ketika guru meminta anak untuk
berbicara di depan kelas, misalnya ketika guru mengatakan, “Apakah ada yang
ingin bertanya?” siswa seringkali diam, padahal ada yang ingin ditanyakan tetapi
mereka malu, tidak berani, takut salah ucap, bahkan takut ditertawakan oleh
teman-temannya. Selain itu, banyak siswa yang kurang lancar mengungkapkan
apa yang ada di dalam pikirannya ketika diminta untuk berbicara di depan orang,
siswa seringkali mengucapkan “ə” di sela pembicaraannya, bahkan kata-kata itu
terbawa oleh siswa hingga dewasa. Bahkan, beberapa siswa menjelaskan sesuatu
tetapi siswa tersebut seakan-akan berputar pada penjelasannya.
Selain metode pembelajaran, media pembelajaran merupakan salah satu
faktor terpenting yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Media
menjadikan suasana pembelajaran akan semakin menyenangkan dan lebih
berkesan. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio visual
(kartun), dan kartun yang dipilih oleh peneliti adalah film kartun Dodo dan
Syamil. Berdasarkan perbincangan peneliti dengan kepala sekolah serta guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia, media ini tidak pernah digunakan oleh guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, peneliti menggunakan media audio
visual (kartun) untuk mengetahui pengaruh media film kartun terhadap
keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah serta
membantu dan memberikan saran kepada guru dalam memilih media
4
pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya media audio visual (kartun) untuk
mengetahui apakah ada pengaruh terhadap keterampilan bercerita pada siswa
kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, tahun ajaran
2014/2015 M.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
rendahnya kemampuan keterampilan berbicara siswa disebabkan oleh:
1. Kurangnya keterampilan berbicara siswa yang disebabkan oleh minimnya
pelatihan dalam meningkatkan keterampilan berbicara.
2. Pendayagunaan media pembelajaran kurang dioptimalkan.
3. Siswa kurang percaya diri ketika diminta untuk berbicara di depan kelas.
4. Siswa sulit menyampaikan gagasan yang ada di dalam pikirannya.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah difokuskan pada pengaruh media audio visual (kartun)
terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Kembangan, Jakarta Barat yang salah satunya disebabkan oleh pendayagunaan
media pembelajaran kurang dioptimalkan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan perumusan
masalah sebagai berikut: “bagaimanakah pengaruh media audio visual (kartun)
terhadap keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Kembangan, Jakarta Barat pada tahun ajaran 2014/2015 M?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: “untuk mendeskripsikan pengaruh media audio visual (kartun) terhadap
keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Kembangan, Jakarta Barat, tahun ajaran 2014/2015 M”.
5
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka diharapkan
penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis:
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan yang
bermanfaat dalam dunia pendidikan mengenai pengaruh media audio
visual (kartun) terhadap keterampilan bercerita.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pembanding,
pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian di masa yang akan
datang di bidang dan permasalahan sejenis atau bersangkutan.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi siswa:
1) Siswa memperoleh kemudahan meningkatkan keterampilan bercerita
dalam proses KBM mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2) Siswa diharapkan menjadi lebih berani ketika berbicara di depan
audien dan lebih mudah mengungkapkan apa yang ada di dalam
pikirannya dengan teratur.
3) Siswa diharapkan dapat lebih percaya diri, berani, dan lebih
menghargai diri sendiri dan orang lain. Selain itu, siswa juga
diharapkan dapat memperluas pengetahuannya dan kreativitasnya.
4) Siswa diharapkan mempunyai semangat yang tinggi dalam
mempelajari Bahasa Indonesia.
5) Kemampuan berbicara siswa meningkat.
b. Bagi Guru
1) Sebagai masukan bagi guru bidang studi Bahasa Indonesia dalam
menggunakan media audio visual (kartun) sebagai salah satu cara
meningkatkan keterampilan bercerita dan untuk meningkatkan mutu
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
2) Sumbangan dalam rangka perbaikan kegiatan belajar mengajar
(KBM) dan peningkatan mutu proses pembelajaran khususnya mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
6
c. Bagi Peneliti
1) Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama belajar
dibangku perkuliahan.
2) Sebagai bekal bagi peneliti kelak ketika menjadi guru agar
menggunakan berbagai media pembelajaran khususnya media audio
visual (kartun) dalam meningkatkan keterampilan bercerita siswa.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoretis
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni “medius” yang artinya
berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”.1 Istilah “media” bahkan
sering dikaitkan dengan kata “teknologi” yang berasal dari kata latin “tekne”
(bahasa Inggris art) dan “logos” (bahasa Indonesia “ilmu”).2 “Media adalah
peralatan yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari
pengirim kepada penerima pesan”.3 Media adalah sesuatu yang digunakan
sebagai penghubung untuk menyalurkan kepada sesuatu yang ingin
disalurkan, misalnya guru menggunakan media film sebagai penghubung atau
penyalur materi yang ingin disampaikan kepada siswa.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen penting
pendukung penentu keberhasilan pembelajaran, media mempermudah guru
dalam menyalurkan apa yang ingin disalurkan dan memudahkan siswa untuk
memahami tujuan yang ingin disalurkan oleh guru. “Media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif
di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan
efektif”.4 Dengan kata lain, media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan oleh seorang guru untuk mempermudah siswa menyerap apa yang
disalurkan atau disampaikan oleh guru.
Media pembelajaran bahasa Indonesia sendiri adalah, “Alat yang
digunakan oleh siswa maupun guru untuk memperlancar proses belajar
1 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 6
2 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 3
3 Herry Widyastono, Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, No. 069, 2007, h. 1049
4 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 7-8
8
mengajar bahasa Indonesia”.5 Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa
“Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan
sebagainya”.6 Lain halnya dengan Gerlach dan Ely yang mengatakan bahwa
“Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap”.7 Adapun pengertian lain, “Media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi”.8 Dari berbagai pendapat tentang media di atas dapat
disimpulkan bahwa, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan sebagai perantara guru untuk menyampaikan apapun yang ingin
disampaikan. Media pembelajaran terbagi menjadi tiga, yakni media audio
yang menekankan pada pendengaran, media visual yang menekankan pada
penglihatan, dan media audio visual yang menekankan pada pendengaran dan
penglihatan.
a. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan media yang mempunyai dua unsur yakni
unsur suara dan unsur gambar, media ini dianggap paling efektif dan menarik
dibandingkan dengan media audio saja ataupun media visual saja. Media
audio visual terbagi menjadi dua jenis. Jenis pertama dilengkapi fungsi
peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual
murni, seperti film gerak bersuara, televisi, dan video, “Jenis kedua adalah
media audio visual tidak murni yang kita kenal dengan slide opaque, OHP
dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang
5 Jauharoti Alfin, dkk., Pembejajaran Bahasa Indonesia MI, (Surabaya:LAPIS-PGMI,
2009), h. 7-8
6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media Grup, 2010), Bab 7
7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 3
8 Arif S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 7
9
dimanfaatkan secara bersamaan dalam satu waktu atau suatu proses
pembelajaran”.9 Film merupakan salah satu bentuk media yang biasa kita
jumpai, baik film yang diperankan oleh manusia, tokoh kartun, ataupun
campuran dari manusia dan kartun, mulai dari film yang menceritakan cerita
tidak masuk akal (tidak ada di dalam dunia nyata) sampai film yang
menceritakan cerita kehidupan seseorang. Adapun beberapa manfaat media
film dalam meningkatkan efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran,
diantaranya adalah:
1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.
2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara
realitas dalam waktu yang singkat.
3) Film dapat membawa anak dari negara yang satu ke negara yang
lain dan dari masa yang satu ke masa yang lain.
4) Film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan.
5) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat.
6) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.
7) Mengembangkan imajinasi peserta didik.
8) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang
lebih realistik.
9) Sangat kuat memengaruhi emosi seseorang.
10) Film sangat baik menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan
suatau keterampilan, dan lain-lain .
11) Semua peserta didik dapat belajar dari film, baik yang pandai
maupun yang kurang pandai.
12) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.10
Terlepas dari segala kelebihan, media audio visual juga memiliki
kekurangan, diantaranya adalah terlalu menekankan pentingnya meteri
ketimbang proses pengembangan materi. Selain itu, pemanfaatannya di
negara kita juga dinilai masih kurang optimal. Hal ini dikarenakan biaya yang
dibutuhkan cukup banyak dan tidak semua sekolah memiliki alat yang
digunakan untuk menampilkan media pembelajaran film ini.
b. Kartun
Film kartun merupakan salah satu jenis media audio visual, film kartun
merupakan gambar dengan penampilan lucu dan menarik. Film kartun
9 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 113-114
10 Ibid., h. 116
10
menggambarkan suatu peristiwa, kartun biasa kita kenal juga dengan sebutan
animasi karakter (character animation).
Animasi karakter/film kartun berbeda dengan animasi lainnya, misalnya
grafik bergerak animasi logo yang melibatkan bentuk organik yang komplek
dengan penggandaan yang banyak, gerakan yang hirarkis, “Tidak hanya
mulut, mata, muka dan tangan yang bergerak tetapi semua gerakan pada
waktu yang sama”.11
Kartun merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan
sehingga menjadi gambar yang bergerak. Oleh karena itu, kartun merupakan
media pembelajaran kartun merupakan media yang sangat tepat untuk
digunakan pada siswa tingkat dasar khususnya kelas bawah.
Kartun tidak hanya sebagai ungkapan seni semata, akan tetapi terdapat
juga di dalamnya hal-hal lucu, sindiran, ataupun kritik. Oleh karena itu,
kartun dianggap merupakan salah satu media pembelajaran yang sangat
mudah dipahami, terutama untuk anak SD/MI. Kartun sebagai salah satu
bentuk komunikasi grafis adalah, “Suatu gambar interpretatif yang
menggunakan simbol-simbol untuk menyampikan sesuatu pesan secara cepat
dan ringkas atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian
tertentu”.12
Kartun mempermudah pendidik untuk menyampaikan sebuah
pesan. Sekalipun begitu, pendidik harus memberikan pengawasan terhadap
kartun yang ditayangkan, yakni sesuai dengan umur siswa dan mengandung
pesan yang baik.
Kartun didesain untuk menarik perhatian, keunikan dari gambar setiap
tokoh kartun, menambah daya tarik bagi kartun itu sendiri, melalui film
kartun guru dapat menyampaikan pesan secara cepat, ringkas dan mudah
diingat. Selain menarik perhatian, kartun juga dapat mempengaruhi sikap
maupun tingkah laku orang-orang yang melihatnya, “Kalau makna kartun
mengena, pesan yang besar bisa disajikan secara ringkas dan kesannya akan
tahan lama di ingatan”.13
Oleh karena pengaruhnya yang sangat besar itu,
11
M. Suyanto, Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing, (Yogyakarta:
ANDI OFFSET, 2003), h. 290 12
Arif S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 45 13
Ibid., h. 46
11
siapapun orangnya (terutama guru) yang ingin menyajikan kartun bagi anak-
anaknya, harus memilih kartun yang baik atau tidak, dan sesuai atau tidak
untuk anak seusia SD/MI.
Pada awal penemuannya, kartun dibuat dari lembar-lembar kertas
gambar kemudian diputar sehingga muncul efek gambar bergerak. Imajinasi
dan daya cipta sang seniman sangat tinggi dalam membuat kartun. Ciri khas
dari kartun adalah baik cerita, adegan, tokoh, maupun gambarnya begitu
bebas dan seringkali melampaui atau menentang batas-batas realita dunia
nyata. Sebelum tekhnologi elektronik dan komputer ditemukan, Indonesia
telah memiliki kartun yang merupakan kartun tertua di dunia, kartun itu
adalah wayang kulit. Wayang kulit termasuk ke dalam salah satu bentuk
kartun karena dalam pertunjukannya, wayang kulit telah memenuhi semua
elemen kartun seperti layar, gambar bergerak, dialog, dan ilustrasi musik.
Film animasi terbagi menjadi film animasi 2D dan 3D, “Film animasi
2D atau 3D dapat digunakan sebagai sarana informasi, pendidikan,
dokumentasi maupun hiburan”.14
Film animasi/ kartun seringkali di
tayangkan di televisi, namun seiring perkembangan tekhnologi, film kartun
tidak hanya bisa kita nikmati di televisi, melainkan dapat kita lihat juga
melalui internet. “Film animasi kartun dapat digunakan untuk presentasi,
pemodelan, dokumenter dan lainnya”.15
Tidak sedikit film kartun yang baik
dan bagus apabila dicontoh penontonnya sering kita lihat di televisi, dan film-
film kartun tersebut bisa digunakan seorang guru sebagai media
pembelajaran, misalnya Doraemon, Dodo, dan film kartun lainnya.
Secara umum media pembelajaran memiliki kegunaan-kegunaan
sebagai berikut:
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi
sikap pasif anak didik.
14
Ariesto Hadi Sutopo, Multimedia Interaktif Dengan Flash, (Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu, 2003), h. 28 15
Ibid., h. 28
12
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum
dan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya
itu harus di atasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang
lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat
diatasi dengan media, yaitu dengan kemampuannya dalam
memberikan perangsangan yang sama, mempersamakan
pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.16
Gambar 2.1
Contoh Kartun Dodo
16
Sadiman, dkk., op. cit., h. 17-18
13
Gambar 2.2
Contoh Kartun Dodo
Gambar 2.1 dan 2.2 di atas merupakan gambar dari potongan cerita film
kartun Dodo yang menjelaskan tentang sholat lima waktu, dan menjelaskan
bahwa orang yang sholat tidak menyakiti makhluk-makhluk Allah yang ada
di bumi ini. Dari film tersebut, siswa tidak hanya bisa menceritakan kembali
kisah Dodo. Akan tetapi, film tersebut juga telah memberikan pesan-pesan
dan akhlak yang patut untuk dicontoh oleh siswa.
Berdasarkan kegunaan-kegunaan media pembelajaran di atas, film
kartun Dodo merupakan film kartun yang sangat tepat untuk digunakan
sebagai media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran keterampilan
berbicara. Hal itu dikarenakan film kartun Dodo mempunyai kejelasan
penyajian pesan yang ingin disampaikan, tidak membutuhkan waktu yang
lama, dapat mengatasi sikap pasif siswa dan melalui film kartun Dodo, guru
dapat memberikan rangsangan yang sama pada tiap siswa sehingga
menimbulkan persepsi yang sama.
14
2. Keterampilan Berbahasa
a. Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan pembelajaran bahasa lisan yang bisa saja
didapatkan oleh siapapun, bahkan orang yang tidak bisa membaca atau
menulis-pun bisa berbicara, kecuali orang yang memiliki kekurangan tidak
bisa berbicara seperti bisu atau lainnya, “Pada hakikatnya, keterampilan
berbicara merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada
orang lain”.17
Berbicara dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Berbicara
bisa dilakukan di depan umum dalam acara formal maupun sekedar
berbincang-bincang.
Menurut Byrner, bahasa lisan dapat dibagi menjadi empat jenis:
1. Berbicara secara bebas dan spontan, yaitu berbicara dalam situasi
interaktif di mana bahasa yang dihasilkan penutur banyak memiliki
“kesalahan”.
2. Berbicara secara bebas tapi terencana, seperti yang terjadi dalam
wawancara dan diskusi, di mana nilai informasinya lebih tinggi dari
pada pembicaraan bebas spontan tapi tetap memiliki sifat interaktif
dan spontan.
3. Penyajian lisan dari teks tertulis, seperti pada berita dan kuliah, di
mana penyampaian informasi dilakukan secara objektif dan niatan
dari pembicaraan tampak lebih jelas.
4. Penyajian lisan dari skrip/naskah yang sudah baku dan dilatih
sebelumnya, seperti pada drama atau film, di mana unsur-unsur
linguistik dan cara penyampaiannya dilakukan dengan tingkat
stilisasi yang tinggi.18
Berbicara merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan, melalui keterampilan berbicara seseorang dapat mengekspresikan
apa yang ada di dalam pikirannya, mengungkapkan perasaan, ide, gagasan,
dan menyalurkan kreativitasnya secara cerdas dan cekatan sesuai dengan
konteks situasi tempat orang itu berada, bahasa yang digunakan dan waktu ia
harus berbicara.
17
Iskandar Wasid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 241 18
Syukur Ghazali, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan
Komunikatif-Interaktif, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 172-173
15
Menurut Chomsky, Anak belajar bahasa bermula dari pengumpulan
data dari lingkungannya dalam bentuk ucapan-ucapan bahasa yang
didengarnya, menggolong-golongkan bunyi-bunyi itu dalam berbagai
kategori ketatabahasaan, dan bentuk-bentuk aturan untuk menyusun
dengan teratur apa yang dikatakan itu.19
Dalam buku berbicara karangan Tarigan dikatakan bahwa, “Berbicara
adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak,
yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa tersebutlah
kemampuan berbicara atau berujar dipelajari”.20
Berbicara merupakan
keterampilan yang sangat penting, keterampilan berbicara yang baik dan
benar dapat mencetak generasi yang kreatif, generasi yang mampu
melahirkan tuturan atau ujaran secara komunikatif, jelas, runtut, dan mudah
dipahami. “Berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan yang dilakukan
secara lisan”.21
Dalam menyampaikan pesan, terdapat beberapa unsur yang
mempunyai keterikatan satu dengan yang lainnya, yakni pembicara/orang
yang berbicara, isi pembicaraan, orang yang menyimak dan tanggapan
penyimak. “Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan”.22
Orang yang
memiliki kemampuan berbicara yang baik akan mengucapkan ataupun
menyatakan gagasan pikiran ataupun perasaannya dengan artikulasi yang
jelas, runtut, dan mudah dipahami.
Berbicara menurut Suhendar adalah, “Proses perubahan wujud
pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran”.23
Berbicara berarti mengungkapkan
ide, gagasan, pemikiran, atau perasaan yang sedang dirasakannya melalui
lisan. Menurut Kartapati, “Berbicara merupakan ekspresi diri, dengan
19
Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h. 7.4 20
Henry Guntur Tarigan, Berbicara, (Bandung: Angkasa Bandung, 2008), h.3 21
Djago Tarigan, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002), h. 2.61 22
Tengsoe Tjahyono dan Kisyani Lakson, Berbicara II, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2000), h. 1.6 23
Suparno, dkk., Berbicara, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 1.2
16
berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara
dengan di luar, atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg”.24
Kemampuan
berbicara sangat berpengaruh dalam kehidupan, karena melalui berbicara
seseorang dapat mengungkapkan gagasan yang ada di dalam pikirannya,
menyampaikan perasaannya, juga mengekspresikan dirinya. Tujuan
keterampilan berbicara akan mencakup pencapaian hal-hal berikut:
1. Kemudahan berbicara
2. Kejelasan
3. Bertanggung jawab
4. Membentuk pendengaran yang kritis
5. Membentuk kebiasaan.25
Tujuan-tujuan tersebut akan dapat dicapai apabila program pengajaran
dilandasi oleh prinsip-prinsip yang relevan, serta kegiatan pembelajaran yang
membuat para peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk
itu, prinsip yang dimaksud adalah “Pengintegrasian program latihan
keterampilan berbicara sebagai bagian dari penggunaan bahasa secara
menyeluruh dengan penekanan pada unit-unit khusus yang melibatkan
aktivitas pengajar dan peserta didik”.26
Berbicara kaitannya dengan menyimak menurut Brooks, “Menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah secara langsung,
merupakan komunikasi tatap muka (face to face communication)”.27
Menyimak dan berbicara adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, seperti
makhluk hidup yang membutuhkan oksigen, seperti tubuh yang
membutuhkan ruh untuk mengisi di dalamnya. Pembicara membutuhkan
orang untuk menyimak apa yang diatakannya, begitu juga dengan penyimak,
penyimak tidak bisa dikatakan menyimak jika tidak ada yang berbicara atau
yang didengar.
24
Ibid., h. 1.3 25
Iskandar Wasid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 242-243 26
Ibid., h. 243 27
Henry Guntur Tarigan, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 2008), h. 3
17
Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, hubungan
ini terdapat pada hal-hal berikut:
a. Ujaran (Speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru
(Imitasi).
b. Kata-kata yang dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya
ditentukan oleh perangsang (Stimuli) yang ditemuinya dan kata-kata
yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam
penyampaian gagasan-gagasannya.
c. Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan
dalam masyarakat tempatnya hidup.
d. Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang
jauh lebih panjang dan rumit ketimbang kalimat-kalimat yang dapat
diungkapkannya.
e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu
meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
f. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara
pemakaian kata-kata sang anak.
g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (Visual aids) akan
menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak
penyimak.28
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan Bahasa
Indonesia yang berhubungan dengan interaksi dengan lawan bicara, dalam
interaksi tersebut terdapat beragai jenis aturan yang mengatur interaksi.
Aturan ini menjadi acuan bagi pembicara/siswa agar mampu meningkatkan
keterampilan berbicara mereka. Menurut Karp dan Yoels menyebutkan 3
jenis aturan yang mengatur interaksi, yaitu “Aturan mengenai ruang,
mengenai waktu, gerak dan sikap tubuh”.29
Seorang pembicara harus
mempertimbangkan waktu, bagaimana sikap tubuh dan gerak yang harus
ditempatkan ketika orang tersebut ingin berbicara.
Ketika berbicara sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dicerna oleh pendengar atau penyimak agar tidak terjadi salah paham atas apa
yang telah dikatakan oleh pembicara. Pembicara juga harus menyesuaikan
bahasa dengan tingkat perkembangan pendengar. “Berbicara adalah sebuah
proses yang tidak hanya berupa pemahaman atas apa yang sedang dikatakan,
28
Tarigan. loc. cit. 29
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2004), h. 37
18
tetapi juga menangkap motif pembicara, pesan-pesan tersirat tetapi tidak
terkatakan, dan ironi atau sarkasme yang dapat sama sekali bertentangan
dengan makna eksplisit kata-katanya”.30
Pengunaan bahasa yang mudah
dimengerti, tidak ambigu dan nada suara yang jelas dapat mempermudah
orang lain memahami maksud dan tujuan pembicara. Selain itu, gerak-gerik
pembicara ketika berbicara di depan audien juga sangat mempengaruhi,
misalnya ekspresi yang digunakan ketika ingin menggambarkan orang yang
sedang marah atau hal lainnya.
Menurut Sukarman, Untuk mengukur kemampuan siswa dalam
berbicara dapat dilihat dari kemampuannya menghasilkan simbol-
simbol fonetis dan kemampuannya melengkapi dengan gerak-gerak
isyarat (gentur) yang terpenting adalah melatih siswa untuk berani
dengan bahasa yang baik dan benar.31
Untuk mengetahui atau mengukur keterampilan berbicara siswa, guru
dapat melihatnya melalui gerak-gerik siswa ketika berbicara, misalnya tidak
memainkan baju atau tangan ketika berbicara, ketika berbicara tidak ragu
ketika ingin mengungkapkan apa yang ada dipikirannya dan tidak
mengulang-ulang perkataan yang telah diucapkannya. Cakupan dalam
kegiatan berbicara sangat luas, ada yang mencakup kegiatan kegiatan
berbicara yang bersifat formal maupun informal.
Adapun cakupan materi berbicara dalam kurikulum meliputi
kegiatan sebagai berikut: (1) berceramah, (2) berdebat, (3) bercakap-
cakap, (4) berkhotbah, (5) bertelepon, (6) bercerita, (7) berpidato, (8)
bertukar pikiran, (9) bertanya, (10) bermain peran, (11) berwawancara,
(12) berdiskusi, (13) berkampanye, (14) menyampaikan sambutan,
selamat, pesan, (15) melaporkan, (16) menanggapi, (17) menyanggah
pendapat, (18) menolak permintaan, tawaran, ajakan, (19) menjawab
pertanyaan, (20) menyatakan sikap, (21) menginformasikan, (22)
membahas, (23) melisankan (isi drama, cerpen, puisi, bacaan), (24)
menguraikan cara membuat sesuatu, (25) menawarkan sesuatu, (26)
meminta maaf, (27) memberi petunjuk, (28) memperkenalkan diri, (29)
30
Dale Carnegie, The 5 Essential People Skills, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2009), h. 159. 31
Wasimin, “Peningkatan Kompetensi Berbicara Siswa SD Melalui Metode Role Play”,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 15, 2009, h.195.
19
menyapa, (30) mengajak, (31) mengundang, (32) memperingatkan, (33)
mengoreksi, dan (34) tanya-jawab.32
Tes diperlukan oleh seorang guru untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam berbicara, khususnya dalam bercerita. Adapun
beragam tes yang telah tertera dalam buku, di bawah ini adalah beberapa
bentuk tes berbicara dari berbagai sumber. Dalam tes berbicara yang pertama,
ada empat aspek yang dinilai, diantaranya “(1) Ketepatan isi cerita, (2)
Sistematika cerita, (3) Penggunaan bahasa, meliputi pelafalan, intonasi,
pilihan kata, struktur kata, dan struktur kalimat, dan (4) Kelancaran
bercerita”.33
Aspek pertama berkaitan dengan ketepatan isi dari cerita, apakah
cerita yang disampaikan sesuai atau tidak sesuai. Aspek kedua berkaitan
dengan jalan cerita yang disampaikan. Aspek ketiga berkaitan dengan
penggunaan bahasa yang meliputi lafal yang diucapkan, kesesuaian intonasi,
diksi, struktur kata dan kalimat, serta aspek yang terakhir berkaitan dengan
kelancaran siswa dalam bercerita.
Selain itu, dalam sumber lain dijelaskan lebih rinci mengenai tes
berbicara, pada tes berbicara berdasarkan rangsangan visual dan suara seperti
video, film, siaran televisi, dan lain sebagainya menggunakan rubik penilaian
sebagai berikut, “(1) Kesesuaian isi pembicaraan, (2) Ketepatan logika urutan
bicara, (3) Ketepatan detail peristiwa, (4) Ketepatan makna keseluruhan
bicara, (5) Ketapatan kata, (6) Ketepatan kalimat, (7) Kelancaran”.34
Adapun
tes berbicara untuk menceritakan kembali buku cerita tercantum sebagai
berikut, “(1) Ketepatan isi cerita, (2) Ketepatan penunjukan detil cerita, (3)
Ketepatan logika cerita, (4) Ketepatan makna keseluruhan bicara, (5)
Ketapatan kata, (6) Ketepatan kalimat, (7) Kelancaran”.35
Berbicara dapat
dinilai dari berbagai aspek, sebagaimana yang telah dibahas, tes berbicara
32
Kundharu Saddhono & St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia,
(Bandung: CV. Karya Putra Dewi, 2012), h. 59 33
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2002), h. 6.16 34
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi,
(Yogyakarta: Edisi Pertama), h. 409 35
Ibid., h. 410
20
merupakan sebuah tekhnik pengukuran terhadap kemampuan berbicara
seseorang.
Adapun komponen yang dijadikan sasaran dalam berbicara yakni,
bahasa lisan yang digunakan (lafal dan inotasi, kosakata dan pilihan kata,
struktur bahasa, gaya bahasa dan pragmatik), isi pembicaraan (hubungan
topik dan pembicaraan dengan isi, struktur isi, kualitas isi, kuantitas isi), dan
teknik dan penampilan (tata cara, gerak-gerik dan mimik, serta volume
suara).36
Berdasarkan berbagai macam aspek yang telah dibahas, ini
menunjukkan bahwa tes berbicara sangat beragam, tinggal bagaimana guru
menyesuaikannya dengan keadaan siswa. Baik dari segi tingkatan kelas
ataupun lainnya. Dan pada intinya, semua penilaian di atas adalah sama,
yakni untuk mengatahui kemampuan seseorang dalam berbicara, khususnya
kemampuan bercerita.
Berbicara bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih lagi jika
dilakukan oleh orang yang tidak terbiasa berbicara di depan umum. Belajar
dan berlatih adalah solusi yang paling tepat untuk melatih keterampilan
berbicara seseorang. Berikut ini adalah beberapa hambatan yang sering
ditemui dalam kegiatan berbicara, yakni:
1) Hambatan Internal
a) Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan
mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun
akan salah menafsirkan maksud pembicara.
b) Penguasaan komponen kebahasaan
(1) Lafal dan intonasi
(2) Pilihan kata (diksi)
(3) Struktur bahasa
(4) Gaya bahasa
c) Penggunaan komponen isi
(1) Hubungan isi dengan topik
(2) Struktur isi
(3) Kualitas isi
(4) Kuantitas isi
36
Noehi Nasoetion, dkk., Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), h. 8.23
21
d) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental
Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan
komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan
berbicara.
2) Hambatan Eksternal
a) Suara atau bunyi
b) Kondisi ruangan
c) Media
d) Pengetahuan pendengar.37
Berdasarkan berbagai hambatan di atas, seorang guru harus mencari
cara untuk membuat hambatan ini bisa terlampaui, salah satunya adalah
dengan memilih media pembelajaran juga memilih metode pembelajaran
yang tepat. Selain itu, guru ataupun orang tua juga bisa memberikan belajar
tambahan. Untuk mengatasi suara atau bunyi yang kurang terdengar, guru
bisa menggunakan pengeras suara, misalnya ketika ingin menonton film
kartun guru menggunakan pengeras suara agar suara yang dihasilkan dari film
tersebut lebih terdengar. Dalam mengatasi kondisi ruangan, misalnya terlalu
sempit sedangkan siswa dalam kelas tersebut banyak, guru dapat mengatur
tempat duduk siswa seperti membuat huruf U atau lainnya. Apabila tidak
memungkinkan untuk mengatur tempat duduk guru bisa menggilir tempat
duduk siswa atau sesekali guru bisa membawa siswa ke luar kelas, seperti
taman atau tempat-tempat lain yang layak untuk belajar.
b. Bercerita
Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara, bercerita dapat
mengasah keterampilan berbicara siswa ketika di depan orang, bercerita
merupakan suatu kegiatan menuturkan berbagai hal, baik yang kita lihat,
dengar, ataupun dari apa yang kita baca, “Bercerita adalah perbuatan atau
suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan
pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain”.38
Bercerita merupakan
penyampaian pengalaman atau pengetahuan yang diketahui oleh orang yang
bercerita, bisa menceritakan kembali suatu kisah yang pernah didengarnya
37
Isah Cayhani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI
PRESS, 2007) 38
Sihabudin, dkk., Bahasa Indonesia II, (Edisi Pertama, Paket 8-14), h. 8-7
22
atau diketahuinya, bercerita tentang sosok yang dikagumi oleh pembicara,
ataupun bercerita tentang pengalaman dirinya sendiri, orang lain atau orang
yang terdahulu. Melalui cerita, guru ataupun orang tua dapat memberikan
pelajaran kepada anak-anak, memberikan contoh yang baik melalui cerita-
cerita yang menarik, cerita yang disampaikan bisa berupa pengalaman,
film/video, buku dongeng, dan lainnya.
Dengan bercerita siswa dapat mengungkapkan apa yang pernah
dialaminya, baik pengalaman sendiri, orang lain, bercerita tentang suatu kisah
yang pernah didengarnya, ataupun hal-hal lainnya. “Kegiatan bercerita
menuntun siswa ke arah pembicaraan yang baik. Lancar bercerita berarti
lancar berbicara. Dalam bercerita siswa dilatih berbicara jelas, inotasi yang
tepat, urutan kata sistematis, menguasai massa pendengar dan berperilaku
menarik”.39
Bercerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
berbicara, melatih siswa untuk lebih jelas ketika berbicara, menguji
keberanian siswa ketika berbicara di depan umum.
Interaksi antara pembicara dan pendengar dalam kegiatan berbicara
berjalan searah. Pembicaranya menyampaikan pesan sedang pendengar
menerima pesan tanpa dapat berinteraksi langsung kepada pembicara.
Karena itu, interaksi antara pembicara dan pendengar dalam kegiatan
bercerita disebut satu arah.40
Pada Taman Kanak-kanak (TK) bercerita disampaikan oleh orang
dewasa yang disimak oleh anak usia dini, pada tingkat Sekolah Dasar (SD)
bercerita bisa dilakukan oleh siswa. Misalnya, bercerita mengenai
pengalaman yang pernah ia alami atau menceritakan kembali cerita yang
pernah didengarnya. Menurut Tampubolon, “Bercerita kepada anak
memainkan peran penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan
kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran
anak”.41
Artinya, dengan bercerita siswa tidak hanya dapat mengasah
39
Ma’mur Saadie, dkk., Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), h. 9.16 40
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2002), Cet 5, h. 6.20 41
Ratna Anggraini, Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Bercerita
Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Semitau, (16 Januari 2014, Pukul: 10.03)
23
keterampilannya dalam berbicara saja. Akan tetapi, bahasa dan pikiran
mereka dan ketertarikan mereka terhadap buku bacaan-pun akan semakin
meningkat.
Ketika seseorang ingin bercerita, orang tersebut membutuhkan satu
cerita yang akan disampaikan kepada penyimak. Kejadian atau peristiwa
disekitar kita bisa dijadikan cerita, tinggal bagaimana cara menyampaikan
cerita tersebut secara menarik. Tujuan dari bercerita adalah agar anak dapat
membedakan perbuatan yang baik atau buruk, boleh ditiru atau tidak boleh
ditiru. Anak diminta untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk
sehingga kelak anak tersebut dapat mencontoh perbuatan baik untuk
diaplikasikan dalam kehidupannya. Selain itu, bercerita juga dapat mengasah
daya tangkap, daya pikir, konsentrasi, mengasah rasa, imajinasi, akhlak dan
hal lainnya.
Adapun fungsi bercerita, “bercerita difungsikan sebagai sarana
menyampaikan pesan seperti menjelaskan sesuatu hal, kejadian, peristiwa dan
sebagainya kepada pendengar”.42
Bercerita mempunyai berbagai macam
manfaat, hal itu dikarenakan pada setiap cerita pasti mempunyai pesan atau
bahkan beberapa cerita memberikan pelajaran berharga bagi orang yang
mengalami ataupun yang bercerita, manfaat bercerita yang dimaksud antara
lain dapat memberikan hiburan, misalnya ketika suasana kelas dilanda
kebosanan dan tidak ada hal yang menarik yang dapat dilakukan oleh anak.
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Pengertian Pembelajaran
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa
adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang berhubungan dengan
42
Tarigan, op. cit., h. 6.11
24
bahan ajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai
perilaku belajar yang tampak dari luar.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang diakukan oleh guru dan
siswa di dalam ataupun di luar kelas. Selain itu, pembelajaran juga
membutuhkan dukungan dari sumber belajar, “Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”.43
Dijelaskan lebih lanjut mengenai pembelajaran,
“Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.44
Berdasarkan penjelasan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru dan siswa, tempat pelaksanaan tidak terbatas oleh
ruang kelas, melainkan bisa dilakukan dimana saja. Untuk mencapai tujuan
pembelajaran, dalam proses pembelajaran membutuhkan berbagai kombinasi
dari berbagai unsur yang telah tertera.
Pada pendidikan formal, guru adalah praktisi yang paling bertanggung
jawab atas berhasil atau tidaknya program pembelajaran di Sekolah atau
Madrasah, sebab guru merupakan ujung tombak atau peran sentral dalam
kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Sebagai seorang praktisi yang
berhadapan langsung dengan siswa sehari-hari, guru pasti pernah menghadapi
masalah yang berkaitan dengan pekerjaannya. Sebagai seorang pendidik ia
berkeinginan siswa dapat memahami pembelajaran di dalam kelas seoptimal
mungkin. Akan tetapi, hasil yang diharapkan seringkali tidak sesuai dengan
apa yang ia harapkan.
Berbagai strategi digunakan oleh guru dalam kelas. Akan tetapi, guru
tradisional umunya menggunakan strategi yang meliputi: penggunaan
ceramah, tanya jawab, penjelasan, pemberian ilustrasi, pendemonstrasian atau
mengarahkan siswa secara langsung ke sumber informasi selama
pembelajaran berlangsung atau menggunakan buku teks untuk pemberian
43
UU Sisdiknas, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 4
44
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 57
25
tugas-tugas dirumah. Semua itu dirancang dan seringkali dijalankan oleh
guru, sementara siswa hanya melihat atau mendengarkan apa yang dikatakan
guru.
Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan
pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali beberapa
konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrak keterpurukan
mutu pembelajaran. Untuk tujuan inilah guru seharusnya memiliki keberanian
untuk melakukan berbagai uji coba terhadap suatu metode mengajar,
membuat suatu media murah atau penerapan suatu strategi mengajar tertentu
yang secara teoritis dapat dipertanggung jawabkan untuk memecahkan
permasalahan pembelajaran.
Peristiwa pembelajaran dalam suatu bidang studi atau mata pelajaran
memiliki berbagai bentuk. Bentuk-bentuk itu berupa proses-proses yang
bersifat langsung dalam kelas dan juga tidak langsung. Pada dasarnya
pengertian tentang peristiwa pembelajaran merupakan serangkaian
komunikasi yang dilakukan kepada siswa.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan, baik itu perubahan afektif, kognitif maupun psikomotor sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mempermudah
siswa dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan dengan cara
melakukan komunikasi dengan siswa.
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan
pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa
analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar,
menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi
pengelolaan pembelajaran dan menetapkan prosedur pengukuran hasil
pembelajaran dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh
26
karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih
strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran.
Hakikat dari belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan belajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Dalam pelajaran bahasa kali
ini, kemampuan siswa dalam berkomunikasi dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan bercerita yang dilakukan oleh seluruh
siswa.
Ruang lingkup Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia
(Keterampilan Berbicara) SD dan MI, yakni:
Berbicara seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan.
Menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses,
menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda,
tanaman, binatang, pengalaman, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh,
kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk,
dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat,
cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.45
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa dibedakan menjadi pendekatan
komunikasi, pendekatan integratif, pendekatan CBSA, pendekatan
keteampilan proses, pendekatan tematis. Komunikasi berarti melakukan
interaksi dengan orang lain yang biasa dilakukan dengan berbicara. Bercerita
merupakan salah satu bagian dalam pendekatan komunikasi yang
memusatkan pada keterampilan berbicara. Kriteria yang harus dipenuhi oleh
pengajaran berbicara, antara lain:
1) Relevan dengan tujuan pengajaran
2) Memudahkan siswa memahami materi pengajaran
3) Mengembangkan butir-butir keterampilan proses
4) Dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang
5) Merangsang siswa untuk belajar
6) Mengembangkan siswa untuk belajar
7) Mengembangkan kreativitas siswa
8) Tidak menuntut peralatan yang rumit
9) Mudah dilaksanakan
45
Jauharoti Alfin, dkk., Pembelajaran Bahasa Indobesia MI, (Edisi Pertama, 2009), h. 6-32
27
10) Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.46
Dalam memilih materi pembelajaran keterampilan berbicara, guru harus
lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara. Selain
itu, guru juga harus memberikan motivasi agar siswa lebih percaya diri dan
mempunyai imajinasi dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong
siswa untuk berbicara. Misalnya dengan memberikan kata-kata yang
memancing siswa untuk bercerita seperti, ”Kegiatan apa saja yang telah
kalian lakukan ketika berlibur? Pada saat berlibur pergi ke mana saja?” Selain
itu, guru juga bisa memulainya dengan memberikan sebuah cerita yang
menarik sehingga dapat memancing siswa untuk bercerita. Selain itu, guru
juga bisa memperdengarkan sebuah cerita kepada siswa melalui media-media
tertentu kemudian meminta siswa untuk mengulang kembali cerita yang
mereka dengar dengan kata-kata mereka sendiri.
Pengajaran keterampilan bercerita tidak dapat dilaksanakan secara
mandiri. Artinya, pengajaran keterampilan bercerita harus dikaitkan,
digandakan, atau ditumpangkan pada pengajaran pokok yang ada. Rumusan
fungsi pengajaran Bahasa Indonesia yang tercantum dalam 1994 GBPP Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia:
1) Sarana Pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.
2) Sarana penigkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa
Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
3) Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa
Indonesia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
4) Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik
untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah.
5) Sarana pengembangan penalaran.47
Dalam kegiatan pembelajaran keterampilan berbahasa dengan
strategi lisan-tulis dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni: mengajak
anak untuk bercerita, mengajar anak untuk belajar berdebat, mengajak
46
Budinuryanta, dkk., Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h. 10.24 47
Ibid., h. 1.12
28
anak untuk bermain berbisik-bisik, mengajak anak berlatih imla, dan yang
terakhir adalah mengajak anak untuk berlatih imla dengan materi yang
lebih diperluas. Pembelajaran berbahasa dengan cara mengajak anak untuk
bercerita dilakukan dengan meminta anak untuk menceritakan kembali
cerita yang telah mereka dengar secara bergiliran. Setelah anak selesai
bercerita, guru meminta anak untuk bertanya.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang keterampilan berbicara:
1. Ana Monica Rufisa,
Judul Skripsi “Pengaruh Penggunaan Media Kartun Terhadap
Keterampilan Menulis Opini Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2
Tangerang”, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penghitungan data dengan menggunakan uji-t
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif media kartun terhadap
kemampuan menulis opini siswa kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang. Hal
ini ditandai dengan diperolehnya harga thitung = 3,48 pada derajat
kebebasan (dk) 36 + 31 – 2 = 65. Sedangkan harga ttabel pada derajat bebas
(db) 65 = 1,67 untuk taraf signifikansi 0,05. Perhitungan yang didapat
adalah thitung = 3,48 ttabel = 1,67. Dengan demikian hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif media kartun terhadap
keterampilan menulis karangan opini diterima.
Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa rentangan skor
pretest ketermpilan menulis opini kelas eksperimen antara 26-60 mencapai
skor rata-rata 45,63 dan rentangan skor posttest keterampilan menulis
opini kelas 26-86 mencapai skor rata-rata 68,5. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa skor rata-rata siswa kelas eksperimen meningkat
sebesar 22,87. Adapun rentangan skor pretest keterampilan menulis opini
kelas kontrol antara 20-66 mencapai skor rata-rata 44,5 dan rentangan skor
posttest keterampilan menulis opini kelas kontrol antara 33-73 mencapai
29
skor rata-rata 52,70. Dengan demikian, skor rata-rata kelas kontrol hanya
meningkat 8,2. Berdasarkan penjabaran tersebut, terlihat bahwa kenaikan
rata-rata keterampilan menulis opini siswa kelas eksperimen lebih besar
dari pada kenaikan skor rata-rata kelas kontrol. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menulis opini siswa yang diajarkan
dengan menggunakan media kartun lebih baik hasilnya dibandingkan yang
tidak menggunakan media kartun.48
Penelitian yang dilakukan oleh Ana Monica Rufisa dengan peneliti
sama-sama meneliti tentang media audio visual (kartun). Perbedaannya
terdapat pada tingkatan kelas dan lokasi penelitian, peneliti melalukan
penelitian pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan,
Jakarta Barat, sedangkan Ana Monica Rufisa melakukan penelitian pada
siswa kelas IX SMP Negeri 2 Tangerang. Selain itu, perbedaan penelitian
adalah terletak pada keterampilan yang ingin diteliti, yakni peneliti
memfokuskan pada keterampilan berbicara (bercerita) sedang Ana Monica
Rufisa memfokuskan pada keterampilan menulis opini.
2. Malindah Mar’atus Rahmah, 2012
Judul Skripsi “Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan
Pemanfaatan Media Audio Visual (Pemutaran Film Tsunami) Pada Siswa
Kelas VII Di SMP Islam Al Syukro Universal Tangerang Selatan Tahun
Ajaran 2011/2012”, maka kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa: terdapat peningkatan keterampilan bercerita siswa
dengan menggunakan media audio visual (pemutaran film tsunami), hal ini
dibuktikan dengan hasil pembelajaran siklus ke-2 mencapai 0,756% atau
48
Malindah Mar’atus Rahmah, “Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan
Pemanfaatan Media Audio Visual (Pemutaran Film Tsunami) Pada Siswa Kelas VII Di SMP
Islam Al Syukro Universal Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2011/2012”, Skripsi yang diajukan
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.
30
mengalami peningkatan mencapai 75% dan nilai rata-rata mencapai 81,6
dengan nilai rata-rata sebelumnya yaitu 70,26.49
Penelitian yang dilakukan oleh Malindah Mar’atus Rahmah dengan
peneliti sama-sama meneliti tentang keterampilan berbicara, yakni
bercerita. Selain itu, persamaan penelitian juga terletak pada penggunaan
media audio visual. Hanya saja, Malindah Mar’atus Rahmah
memfokuskan penelitiannya pada media audio visual film tsunami,
sedangkan peneliti memfokuskan penelitian pada media audio visual film
kartun. Perbedaan lainnya terdapat pada tingkatan kelas dan lokasi
penelitian, peneliti melalukan penelitian pada siswa kelas III MI Tarbiyah
Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, tahun ajaran 2014/2015.
Sedangkan Malindah Mar’atus Rahmah melakukan penelitian pada siswa
kelas VII SMP Islam Al Syukro Universal Tangerang Selatan Tahun
Ajaran 2011/2012.
3. Julica Dwi Perfita, 2012.
Judul Skripsi “Pengaruh Minat Belajar Keterampilan Berbicara
dengan Metode Diskusi Pada Peserta Didik Kelas XI SMK Islam Ruhama
Kota Tangerang Selatan”, berdasarkan analisis data yang diperoleh di
SMK Islam Ruhama Tangerang Selatan, dapat disimpulkan bahwa:
Pengaruh minat belajar keterampilan berbicara dengan metode
diskusi pada peserta didik kelas XI di SMK Islam Ruhama masih belum
memuaskan dikarenakan terdapat faktor yang mempengaruhi minat ajar
seperti tidak adanya dorongan dari guru atau kepala sekolah terhadap
minat belajar peserta didik, tidak hanya fasilitias yang memadai belajar
peserta didik, metode pembelajaran yang diberikan guru bahasa Indonesia
kurang bervariasi dan tidak adanya kreativitas dari guru bahasa Indonesia.
Penggunaan metode diskusi dapat mempengaruhi minat belajar
keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Dengan demikian, apabila guru
49
Ana Monica Rufisa, “Pengaruh Penggunaan Media Kartun Terhadap Keterampilan
Menulis Opini Pada Siswa Kelas XI SMP Negeri 2 Tangerang”, Skripsi yang diajukan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.
31
selalu memberikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat
ditingkatkan dengan variasi metode sehingga pembelajaranpun tidak
monoton.50
Penelitian yang dilakukan oleh Julica Dwi Perfita dengan peneliti
sama-sama meneliti tentang keterampilan berbicara. Perbedaannya terletak
pada media dan metode, peneliti menggunakan media audio visual (kartun)
sedangkan Julica Dwi Perfita meneliti tentang metode yang digunakan,
yakni diskusi. Selain itu, perbedaan pada penelitian ini juga terlihat dari
tingkatan sekolah, Julica Dwi Perfita meneliti pada tingkat SMK
sedangkan peneliti pada tingkat MI.
4. Sri Hartini, 2012.
Judul Skripsi “Peningkatan Kemampuan Menyimak Fabel (Cerita
Binatang) dengan Menggunakan Media Animasi Audio Visual pada Siswa
Kelas III MI Bojongduren, Sukabumi”, maka kesimpulan yang dapat
diambil sebagai berikut:
Kemampuan menulis dapat ditingkatkan melalui media animasi
audio visual, sehingga siswa dapat menguasai kemampuan menyimak
cerita fabel pada siswa kelas III di MI Bojongduren, Sukabumi sehingga
mengalami peningkatan. Peningkatan keterampilan menyimak cerita anak
tersebut diketahui dari hasil tes pratindakan, siklus I, dan siklus II. Nilai
rata-rata pada tes pratindakan sebesar 54,4 termasuk dalam kategori
kurang, sedangkan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 73,2 termasuk
dalam kategori cukup. Dengan demikian peningkatan nilai rata-rata
keterampilan menyimak dan menulis dari pratindakan ke siklus I sebesar
18,8 poin atau sebesar 34,6%. Adapun peningkatan dari nilai target
sebesar 3,2 poin. Pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai adalah 84,2
sehingga mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 11 poin atau 15%.
Sementara itu, peningkatan dari nilai target sebesar 14,2 poin. Peningkatan
50
Julica Dwi Perfita, “Pengaruh Minat Belajar Keterampilan Berbicara Dengan Metode
Diskusi Pada Peserta Didik Kelas XI SMK Islam Ruhama Kota Tangerang Selatan”, Skripsi yang
diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.
32
hasil tes juga diikuti oleh perubahan pemahaman siswa kelas III MI
Bojongduren kearah yang lebih positif setelah dilaksanakan pembelajaran
menyimak cerita fabel melalui media animasi audio visual. Hal tersebut
dapat diketahui dari hasil nontest yang meliputi hasil observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi foto. Pada pembelajaran siklus I banyak
siswa yang cenderung pasif, bermalas-malasan, dan kurang
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Namun pada
pembelajaran siklus II perilaku siswa lebih aktif, senang, dan serius
terhadap materi ataupun tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, mereka
terlihat senang, tertarik dan antusias dengan pembelajaran yang
dilaksanakan, sehingga siswa dapat memahami materi dan tugas yang
diberikan oleh guru dapat diselesaikan dengan baik.51
Penelitian yang dilakukan Sri Hartati dengan peneliti sama-sama
meneliti tentang media audio visual. Hanya saja, Sri Hartati memfokuskan
penelitiannya pada media audio visual animasi, sedangkan peneliti
memfokuskan penelitian pada media audio visual film kartun. Perbedaan
lainnya terdapat pada lokasi penelitian, peneliti melalukan penelitian pada
siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat,
sedangkan Sri Hartati melakukan penelitian pada siswa kelas III MI
Bojongduren, Sukabumi. Dan perbedaan yang terakhir adalah terletak
pada keterampilan yang ingin diteliti namun tetap memiliki keterkaitan
dengan keterampilan yang ingin diteliti, yakni peneliti memfokuskan pada
keterampilan berbicara (bercerita) sedang Sri Hartati memfokuskan pada
keterampilan menyimak.
51
Sri Hartini, “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Fabel (Cerita Binatang)
dengan Menggunakan Media Animasi Audio Visual pada Siswa Kelas III MI Bojongduren,
Sukabumi”, Skripsi yang diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana
pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tidak dipublikasikan.
33
C. Kerangka Berpikir
Media merupakan salah satu faktor pendukung terpenting dalam sebuah
proses pembelajaran, dan sudah sepantasnya media dimanfaatkan
keberadaannya dalam pembelajaran agar siswa menjadi lebih termotivasi
dalam mengikuti pelajaran yang sedang dipelajari. Di antara banyaknya
media yang bisa dimanfaatkan media audio visual (kartun) adalah media yang
paling menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, karena apa yang
didengar dan dilihat oleh siswa akan lebih berkesan dalam ingatan mereka
ketimbang mendengarkan ceramah guru dan mencatat apa yang diperintahkan
guru.
Sekalipun begitu, film kartun yang akan ditampilkan kepada siswa juga
harus disesuaikan antara isi film kartun dengan mata pelajaran yang akan
disampaikan. Film kartun juga harus mengandung unsur pendidikan bagi
siswa, hal itu dikarenakan siswa akan lebih mudah mencontoh film-film yang
mereka tonton, terlebih lagi jika film tersebut sangat digemari oleh siswa.
Pemanfaatan media audio visual (kartun) di dalam proses pembelajaran
akan sangat mempengaruhi keterampilan bercerita siswa kelas III MI
Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat yang dilihat masih kurang
optimal, sehingga keterampilan siswa dalam bercerita dinilai masih kurang
memuaskan atau belum memenuhi standar KKM dan pembelajaran di dalam
kelas dilihat masih kurang menyenangkan dengan proses yang sama seperti
biasa.
Untuk itu, guru perlu menggunakan media pembelajaran yang dapat
mempengaruhi keterampilan berbicara khususnya bercerita siswa agar
kemampuan siswa yang relatif masih rendah bisa meningkat dan siswa
semakin semangat ketika belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebagai
seorang guru, peneliti melakukan tindakan pembelajaran dengan
menggunakan media audio visual (kartun) Dodo dan Syamil.
Melalui media audio visual (kartun) siswa diharapkan mampu
meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Siswa diminta untuk
menceritakan kembali cerita yang telah mereka tonton menggunakan kata-
34
kata sendiri, dan guru menilai keterampilan bercerita siswa yang mengacu
pada lima aspek yang telah peneliti siapkan. Lima aspek tersebut adalah
intonasi, ekspresi, ketepatan isi, kelengkapan isi serta lafal dan kelancaran.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraiakan, hipotesis pada
penelitian ini adalah:
H0 : Tidak terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap
keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Kembangan, Jakarta Barat.
H1 : Terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan
bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan,
Jakarta Barat.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Tarbiyah Al-Islamiyah. Sekolah ini
terletak di Jalan Srengseng Sawah Balong, Kembangan, Jakarta Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2014/2015, mulai dari
Maret 2014 sampai dengan November 2014. Waktu untuk penelitian di dalam
kelas adalah dua kali pertemuan dengan siswa kelas eksperimen dan dua kali
pertemuan dengan siswa kelas kontrol.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Peneliti
menguji coba media pembelajaran audio visual (kartun) untuk mengetahui
pengaruh media tersebut terhadap keterampilan bercerita dalam pelajaran Bahasa
Indonesia dengan membandingkan tes keterampilan berbicara antara siswa yang
menggunkan media audio visual (kartun) sebagai kelas eksperimen dengan siswa
yang tidak menggunakan media audio visual (kartun) sebagai kelas kontrol.
Desain penelitian yang digunakan adalah Two Grup Randomized Subjects
Pretest Posttest, terdapat dua kelompok yang akan diberikan pretes untuk
mengetahui keadaan awal keterampilan berbicara (bercerita) siswa. Setelah
mengetahui hasil pretest yang terlihat cukup signifikan, kemudian akan diberikan
perlakuan yang berbeda. Posttest akan diberikan setelah kedua kelas diberikan
perlakuan yang berbeda untuk mengetahui perbedaan pemahaman siswa kelas
kontrol dan siswa kelas eksperimen. Adapun rancangan desain penelitiannya
sebagai berikut:
36
Tabel 3.1
Desain Penelitian Two Group Randomized Subject Pretest Posttest
Kelompok Pretest Treatmen Posttest
(R)E Y X E Z
(R) K Y - Z
Keterangan:
(R) E = Kelompok eksperimen
(R) K = Kelompok kontrol
Y = Tes awal yang diberikan
X E = Perlakuan kelompok eksperimen
Z = Tes yang diberikan
C. Populasi Dan Sampel
Populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini yakni: Populasi
merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: “objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.1 Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta
Barat tahun ajaran 2014/2015.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel ini
diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling, yakni “pengambilan
sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan
sampel”.2 Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 2 kelas secara acak dari 3
kelas yang ada, sehingga diperoleh kelas III C sebagai kelas eksperimen dan kelas
III B sebagai kelas kontrol. Kelas III C 28 siswa dan III B 29 siswa. Jumlah
sampel yang diambil dari kedua kelas sebanyak 40 siswa, yaitu 20 siswa dari
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung, Alfabeta,
2011), cet. 14, h. 80 2 Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), h. 146.
37
kelas III C sebagai kelas eksperimen dan 20 siswa dari kelas III B sebagai kelas
kontrol.
Penelitian dilakukan di kelas III karena berdasarkan Standar Isi, Standar
Kompetensi, dan Kompetensi Dasar materi pembelajaran bercerita terdapat di
kelas III, maka peneliti melakukan penelitian pada kelas III MI Tarbiyah Al-
Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data
diperoleh melalui posttest yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Instrumen berbentuk tes tertulis berupa soal pilihan ganda dan
soal uraian. Instrumen non-tes berupa lembar observasi aktifitas guru dan siswa
dalam pembelajaran. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat
memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Untuk memperoleh data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data yang terdiri
dari:
1. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data sekolah, seperti profil
sekolah, letak sekolah, guru, foto dan lainnya.
2. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam hal penggunaan
media audio visual (film kartun).
3. Tes
Tes digunakan peneliti untuk mengetahui keterampilan berbicara
(bercerita) melalui penggunaan media audio visual (kartun) di dalam
proses belajar mengajar dengan yang tidak menggunakan media audio
visual (kartun) di dalam proses belajar mengajar.
Memberikan pretest sebelum diberikan perlakuan yang berbeda dan
posttest setelah diberikan perlakuan yang berbeda, dengan menggunakan
38
tes keterampilan berbicara (bercerita). Adapun tes yang dilakukan dalam
penelitian ini, yakni (1) Intonasi, (2) Ekspresi, (3) Ketepatan Isi, (4)
Kelengkapan isi, (5) Lafal dan Kelancaran dengan keterangan sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Tes Keterampilan Bercerita
No. Aspek yang dinilai Nilai
5 4 3 2 1
1 Intonasi
Keterangan:
5 : Sangat sesuai
4 : Sesuai
3 : Cukup sesuai
2 : Kurang sesuai
1 : Tidak sesuai
2 Ekspresi
Keterangan:
5 : Sangat tepat
4 : Tepat
3 : Cukup tepat
2 : Kurang tepat
1 : Tidak tepat
3 Ketepatan Isi
Keterangan:
5 : Sangat tepat
4 : Tepat
3 : Cukup tepat
2 : Kurang tepat
1 : Tidak tepat
4 Kelengkapan Isi
Keterangan:
5 : Sangat lengkap
4 : Lengkap
3 : Cukup lengkap
2 : Kurang lengkap
1 : Tidak lengkap
5 Lafal dan Kelancaran
Keterangan:
5 : Lafal sangat baik dan sangat lancar
4 : Lafal baik dan lancar
3 : Lafal cukup baik dan cukup lancar
2 : Lafal baik tetapi tidak lancar atau sebaliknya
1 : Lafal tidak baik dan tidak lancar
39
Setiap nilai siswa akan dijumlahkan dengan ketentuan sebagai berikut:
× 100
E. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan statistik dan
membandingkan keterampilan bercerita kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
Perhitungan statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji
persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada
dua kelompok sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Analisis
data ini menggunakan SPSS 17 for windows version dengan menggunakan
Kolmogorov-Smirnova. Syarat suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal
adalah jika signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut
memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak. Analisis ini menggunakan
SPSS 17 for windows versionyaitu One Way Anova. Jika hasil uji
homogenitas ditunjukkan bahwa tingkat signifikasi atau nilai probabilitas >
0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian yang dimiliki oleh sampel-sampel
yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut
homogen.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan
normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan
data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini
digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh media audio visual (kartun)
40
terhadap keterampilan bercerita dibandingkan dengan yang tidak
menggunakan media audio visual (kartun).
F. Hipotesis Statistik
Perumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut:
H0 : 1 = 2
H1 : 1 ≠ 2
Keterangan:
H0 : Tidak terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap
keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Kembangan, Jakarta Barat.
H1 : Terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan
bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan,
Jakarta Barat.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil MI Tarbiyah Al-Islamiyah
1. Lingkungan Madrasah
Secara geografis letak MI Tarb. Al-Islamiyah Jakarta berada di
wilayah Kelurahan Srengseng Kecamatan Kembangan Kota Jakarta Barat.
Penduduk di lingkungan MI Tarb. Al-Islamiyah Jakarta cukup padat dengan
tingkat ekonomi menengah bawah sedangkan suku dan agama penduduk
bersifat heterogen tetapi mayoritas beragama Islam.
Lingkungan MI Tarb. Al-Islamiyah Jakarta berada di tengah – tengah
rumah penduduk, sehingga memberikan suasana yang cukup tenang dan
nyaman untuk pelaksanaan KBM.
2. Profil Madrasah
Identitas madrasah:
Nama madrasah : MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Alamat Madrasah : Jl.Srengseng Raya No.26 A
Kelurahan : Srengseng
Kecamatan : Kembangan
Kabupaten / Kota : Jakarta Barat
Provinsi : DKI Jakarta
Kode Pos : 11630
Nomor telepon / Fax : (021) 5856405*105
(021) 5847270
Email : [email protected]
Status Madrasah : Swasta
Standar Madrasah : Terakreditasi A
Nomor Statistik Madrasah (NSM) : 111231730054
3. Sejarah
Gedung madrasah dibangun secara permanen pada tahun 1951 diserah
terimakan pada tanggal 15 Juli 1951 untuk MI Tarb. Al-Islamiyah srengseng.
42
Kepala MI Tarb. Al-Islamiyah saat itu bapak KH. Abdul Hamid shaleh pada
tahun 1951 mulai dioperasikan dengan menerima siswa baru.
MI Tarb. Al-Islamiyah dibawah pimpinan bapak KH.Abdul Hamid
Shaleh Berlangsung selama 44 tahun yaitu dari tahun 1951-1995, kemudian
digantikan oleh bapak H.Syuaib Hasan 1995-2004, kemudian digantikan oleh
Bapak Mahfuz, M.Pd 2004-2011, kemudian digantikan oleh Bapak Tanto
Sugianto, S.Ag 2011-2012 Beliau memimpin selama 1 tahun karena beliau
mengajar di sekolah dasar pagi akhirnya dengan kebijakan yayasan beliau
digantikan oleh ibu Sri Yuliyah, S.Ag.
4. Status Tanah
MI Tarb. Al-Islamiyah didirikan diatas tanah milik wakaf dengan
sertifikat perubahan akan pendiri No. 32/2008 tanggal 17-07-2008, luas tanah
3820 m². luas bangunan gedung 1108 m² dan luas bangunan gedung B 238
m².
5. Struktur organisasi
Kepala madrasah : Sri Yuliyah, S.Ag.
Wakil Kepala Madrasah I : Abdul Syukur, S.Ag.
Wakil Bidang Kesiswaan : Dasukih, S.Pd I
Koord. Tata Usaha (TU) : Khusnul Latifah
Koord. Ibadah : Maisaroh, S.Ag
Koord. Perpustakaan : H.Zainuri
Koord. Ekskul : Mariatul Qibtiah, S.Pd
Koord. Bimbingan : Taufan Agil Arfany
6. Tujuan Pendidikan Sekolah Dasar
1) Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap
perkembangan anak.
2) Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
3) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya.
4) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan
sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.
43
5) Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis,
kritis, dan kreatif.
6) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan
bimbingan guru/pendidik.
7) Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari
potensinya.
8) Menunujukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
9) Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di
lingkungan sekitar.
10) Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.
11) Menunjukkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa, negara
dan tanah air Indonesia.
12) Menunjukkan kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan
budaya lokal.
13) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan
memanfaatkan waktu luang.
14) Berkomunikasi secara jelas dan santun.
15) Bekerja sama dalam kelompok, tolong menolong, dan menjaga diri
sendiri dalam lingkungan keluarga dan teman sebaya.
16) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis.
17) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis
dan berhitung.
7. Visi, Misi dan Tujuan Satuan Pendidikan
Kurikulum yang disusun oleh MI Tarb. Al-Islamiyah untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di sekolah, sebagai unit penyelenggara pendidikan juga
harus memperhatikan perkembangan dan tantangan masa depan.
Perkembangan dan tantangan itu misalnya menyangkut:
44
1) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Globalisasi yang memungkinkan sangat cepatnya arus perubahan dan
mobilitas antar dan lintas sektor serta tempat.
3) Era informasi.
4) Pengaruh globalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral manusia.
5) Berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan.
6) Era AFTA.
Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat: (1) filosofis, (2)
khas, (3) mudah diingat. Berikut ini adalah visi yang dirumuskan MI. Tarb.
Al-Islamiyah Jakarta Barat :
“Terwujudnya warga Madrasah yang berilmu, beriman dan
berakhlakul karimah”.
8. Misi MI. Tarb. Al Islamiyah
1) Mewujudkan Madrasah Al-Tarbiyah Al Islamiyah sebagai sekolah
bermutu.
2) Melaksanakan pendidikan agama bagian dari proses pendidikan
disekolah.
3) Mempersiapkan fisik dan mental peserta didik yang tangguh.
B. Deskripsi Data
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini dilakukan pada saat pengajuan proposal dimulai pada bulan
Januari. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober –
November 2014 di MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat
yang memiliki jumlah siswa kelas III B sebanyak 29 siswa dan kelas III C
sebanyak 28 siswa. Kelas III C sebagai kelompok eksperimen dan kelas III B
sebagai kelompok kontrol. Sebelum melakukan proses pembelajaran, peneliti
memberikan pretest kepada kedua kelas untuk diuji kesamaan varian dan
keduanya menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan
homogen. Hal ini menunjukkan jika sebelum diberi perlakuan kedua kelas ini
45
memiliki kemampuan awal yang sama, terbukti dari varian yang tidak jauh
berbeda di antara kedua kelas tersebut.
a. Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama di kelas kontrol, guru melakukan pretest berupa
uji keterampilan berbicara (bercerita) mengenai pengalaman yang pernah
dialaminya atau mengenai film-film atau cerita yang pernah didengarnya
(bercerita bebas) secara bergantian. Siswa diminta untuk bercerita di depan
kelas dan siswa lain memperhatikannya. Sementara itu, guru memberikan
penilaian. Apabila ada cerita yang perlu dipertanyakan, siswa lain boleh
bertanya kepada teman yang bercerita.
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas
eksperimen. Tidak berbeda dengan kelas kontrol, guru memberikan pretest
kepada siswa berupa tes keterampilan berbicara (bercerita) di depan kelas
secara bergantian.
c. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga, kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas
kontrol. Guru memberikan materi berupa cerita yang ada dibuku paket siswa,
kemudian guru meminta siswa untuk membaca cerita tersebut. Setelah siswa
membaca cerita, guru meminta siswa untuk menceritakan kembali cerita yang
baru saja siswa baca di depan kelas secara bergantian di depan kelas,
sementara guru memberikan penilaian kepada siswa yang telah bercerita.
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pertanyaan
kepada siswa yang mendapatkan giliran bercerita. Pada kegiatan akhir guru
dan siswa memberikan kesimpulan.
d. Pertemuan Keempat
Pada pertemuan keempat, kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas
eksperimen. Guru memutarkan sebuah film kartun “Dodo” kepada siswa,
guru meminta siswa untuk memperhatikan film dan mengingat isi dari cerita
film tersebut. Setelah film diputarkan, guru meminta siswa untuk
menceritakan kembali kisah Dodo di depan kelas secara bergantian,
46
sementara itu guru memberikan penilian kepada siswa yang bercerita. Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada cerita yang
masih belum dimengerti. Guru dan siswa memberikan kesimpulan.
2. Keterampilan Bercerita
Pada tes keterampilan bercerita ini, peneliti menggunakan lima aspek
sebagai acuan dalam penilaian kepada siswa. Lima aspek tersebut diantaranya
adalah:
(1) Intonasi, yakni siswa mampu menyesuaikan intonasi yang tepat pada
saat bercerita, kesesuaian tingkat kenyaringan suara dengan situasi,
tempat, dan pendengar.
(2) Ekspresi, siswa dapat menempatkan/menyesuaikan ekspresi yang
tepat pada saat bercerita. Misalnya, ketika ekspresi marah maka siswa
harus menggunakan ekspresi marah, ketika senang maka siswa harus
menggunakan ekspresi senang.
(3) Ketepatan Isi, siswa mampu mengingat urutan cerita dari film kartun
yang diputarkan.
(4) Kelengkapan Isi, siswa mampu menguasai isi cerita dan menceritakan
cerita secara lengkap.
(5) Lafal dan kelancaran, meliputi pengucapan bunyi-bunyi bahasa,
kejelasan artikulasi secara tepat dan kelancaran pembicara pada saat
bercerita, pembicaraannya tidak terputus-putus atau bahkan diselingi
dengan bunyi-bunyi tertentu seperti “ə” atau lainnya.
Berdasarkan penjelasan aspek di atas, tabel 4.1 di bawah menunjukkan
hasil pretest keterampilan bercerita siswa kelas eksperimen, dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
47
Tabel 4.1
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok Eksperimen
No. Nama Nilai Sub Ket. Bercerita Nilai Total
(
× 100) 1 2 3 4 5
1. AN 3 4 4 4 4 76
2. ANF 3 3 4 4 3 68
3. AAR 2 3 4 4 4 68
4. BR 3 2 3 3 2 52
5. DAD 4 4 3 3 4 72
6. FAA 4 3 4 4 4 76
7. MM 3 3 3 3 3 60
8. MS 3 3 4 4 4 72
9. MR 3 2 4 3 3 60
10. MWF 2 2 3 3 3 52
11. NH 2 2 4 3 3 56
12. NR 3 3 3 3 4 64
13. NHS 4 3 4 4 3 72
14. NHI 2 2 3 3 3 52
15. RSZ 4 3 4 4 4 76
16. RS 3 3 4 3 3 64
17. SID 3 3 3 3 3 60
18. STR 3 2 4 4 3 64
19. SR 3 4 4 4 3 72
20. ZA 2 2 3 3 3 52
Keterangan:
1 : Intonasi
2 : Ekspresi
3 : Ketepatan Isi
4 : Kelengkapan Isi
5 : Lafal dan Kelancaran
Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita pretest kelompok
eksperimen di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah
siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek
2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi
adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3,
sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai
terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada
48
aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2,
sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan hasil
posttest keterampilan bercerita siswa kelas eksperimen, dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok Eksperimen
No. Nama Nilai Sub Ket. Bercerita Nilai Total
(
× 100) 1 2 3 4 5
1. AN 4 4 5 5 5 92
2. ANF 3 3 5 4 4 76
3. AAR 4 3 5 5 5 88
4. BR 3 3 4 4 3 68
5. DAD 3 3 4 4 4 72
6. FAA 4 4 5 5 4 88
7. MM 3 3 3 3 3 60
8. MS 4 3 5 4 4 80
9. MR 3 3 4 5 3 72
10. MWF 3 3 5 5 5 84
11. NH 4 4 5 5 5 92
12. NR 4 3 5 4 4 80
13. NHS 3 3 3 3 3 60
14. NHI 4 3 5 5 4 84
15. RSZ 4 3 4 5 4 80
16. RS 3 3 5 4 4 76
17. SID 3 3 4 4 3 68
18. STR 3 3 4 5 4 76
19. SR 3 4 5 4 4 80
20. ZA 3 3 4 4 4 72
Keterangan:
1 : Intonasi
2 : Ekspresi
3 : Ketepatan Isi
4 : Kelengkapan Isi
5 : Lafal dan Kelancaran
Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita posttest kelompok
eksperimen di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah
siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek
2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi
49
adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3,
sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai
terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada
aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3,
sedangkan nilai tertinggi adalah 5.
Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil penghitungan data pretes dan
posttest keterampilan bercerita siswa kelas eksperimen, dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
No. Nama Pretest Posttest
1. AN 76 92
2. ANF 68 76
3. AAR 68 88
4. BR 52 68
5. DAD 72 72
6. FAA 76 88
7. MM 60 60
8. MS 72 80
9. MR 60 72
10. MWF 52 84
11. NH 56 92
12. NR 64 80
13. NHS 72 60
14. NHI 52 84
15. RSZ 76 80
16. RS 64 76
17. SID 60 68
18. STR 64 76
19. SR 72 80
20. ZA 52 72
Jumlah 1288 1548
Rata-Rata 64,40 77,40
Terbesar 76 92
Terkecil 52 60
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pretest dan posttest kelompok
eksperimen mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan melalui
50
media pembelajaran audio visual (kartun). Nilai terkecil pada saat pretest
yaitu siswa yang memiliki nilai 52, sedangkan nilai terbesar yaitu 76. Setelah
siswa diberi perlakuan (posttest), nilai terkecil siswa adalah 60 dan nilai
terbesar adalah 92. Tabel 4.4 di bawah ini adalah hasil pretest keterampilan
bercerita siswa kelas kontrol, dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.4
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Pretest Kelompok Kontrol
No. Nama Nilai Sub Ket. Bercerita Nilai Total
(
× 100) 1 2 3 4 5
1. AH 2 2 4 3 3 56
2. ARK 4 3 4 4 4 76
3. DAASZ 3 2 3 4 3 60
4. FFR 3 2 3 3 3 56
5. FK 2 2 3 4 3 56
6. FR 3 2 3 3 4 60
7. JIJ 2 4 3 3 4 64
8. LZR 3 3 4 4 3 68
9. MNS 4 5 3 3 3 72
10. MAF 4 3 2 3 3 60
11. MHA 3 2 4 3 2 56
12. MRA 4 3 2 3 4 64
13. N 3 2 4 3 3 60
14. NLP 3 3 4 4 4 72
15. NFA 3 2 3 3 3 56
16. NRY 3 2 4 4 3 64
17. PA 4 4 4 4 3 76
18. RPW 3 3 4 4 4 72
19. ZAPS 3 2 4 4 3 64
20. ZAF 3 4 3 3 4 68
Keterangan:
1 : Intonasi
2 : Ekspresi
3 : Ketepatan Isi
4 : Kelengkapan Isi
5 : Lafal dan Kelancaran
Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita pretest kelompok
kontrol di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah
siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek
51
2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi
adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2,
sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai
terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Pada
aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2,
sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Tabel 4.5 di bawah ini adalah hasil posttest
keterampilan bercerita siswa kelas kontrol, dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.5
Daftar Tes Keterampilan Bercerita Posttest Kelompok Kontrol
No. Nama Nilai Sub Ket. Bercerita Nilai Total
(
× 100) 1 2 3 4 5
1. AH 3 3 5 5 4 80
2. ARK 4 3 4 3 4 72
3. DAASZ 4 4 4 4 3 76
4. FFR 3 3 4 4 3 68
5. FK 3 3 4 5 3 72
6. FR 3 3 4 4 3 68
7. JIJ 3 4 4 5 4 80
8. LZR 3 3 3 4 3 64
9. MNS 4 5 3 4 3 76
10. MAF 3 3 5 5 4 80
11. MHA 3 3 4 5 3 72
12. MRA 4 3 4 4 4 76
13. N 3 2 4 4 3 64
14. NLP 3 3 4 5 4 76
15. NFA 3 3 3 4 3 64
16. NRY 3 2 3 4 3 60
17. PA 4 3 4 4 3 72
18. RPW 3 3 4 5 4 76
19. ZAPS 3 3 4 5 4 76
20. ZAF 3 3 4 4 4 72
Keterangan:
1 : Intonasi
2 : Ekspresi
3 : Ketepatan Isi
4 : Kelengkapan Isi
5 : Lafal dan Kelancaran
52
Berdasarkan tabel daftar tes keterampilan bercerita pretest kelompok
eksperimen di atas, dapat dilihat bahwa pada aspek 1 (intonasi) nilai terendah
siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi siswa adalah 4. Pada aspek
2 (ekspresi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 2, sedangkan nilai tertinggi
adalah 4. Pada aspek 3 (ketepatan isi) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3,
sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada aspek 4 (kelengkapan isi) nilai
terendah siswa dari 1-5 adalah 3, sedangkan nilai tertinggi adalah 5. Pada
aspek 5 (lafal dan kelancaran) nilai terendah siswa dari 1-5 adalah 3,
sedangkan nilai tertinggi adalah 4. Tabel 4.6 di bawah ini menunjukkan hasil
penghitungan data pretes dan posttest keterampilan bercerita siswa kelas
kontrol, dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Daftar Tes Keterampilan Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol
No. Nama Pretest Posttest
1. AH 56 80
2. ARK 76 72
3. DAASZ 60 76
4. FFR 56 68
5. FK 56 72
6. FR 60 68
7. JIJ 64 80
8. LZR 68 64
9. MNS 72 76
10. MAF 60 80
11. MHA 56 72
12. MRA 64 76
13. N 60 64
14. NLP 72 76
15. NFA 56 64
16. NRY 64 60
17. PA 76 72
18. RPW 72 76
19. ZAPS 64 76
20. ZAF 68 72
Jumlah 1280 1444
Rata-Rata 64,00 72,20
Terbesar 76 80
Terkecil 56 60
53
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk hasil pretest dan posttest
kelompok kontrol mengalami peningkatan. Nilai terkecil pada saat pretest
yaitu 56, sedangkan nilai tertinggi yaitu 76. Pada nilai posttest nilai terendah
yaitu 60, sedangkan nilai tertingginya yaitu 80.
3. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
a. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen
Kelompok eksperimen adalah kelas yang menggunakan media
pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Pretest
pada kelompok eksperimen dilakukan sebelum diberikan perlakuan.
Hasil analisis deskripsi data pretest pada kelompok eksperimen, dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen
N Valid 20
Missing 0
Mean 64.4000
Median 64.0000
Mode 52.00a
Std. Deviation 8.59865
Variance 73.937
Range 24.00
Minimum 52.00
Maximum 76.00
Sum 1288.00
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil pretest
kelompok eksperimen, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data
1288. Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 64,40 dengan varian
sebesar 73,937 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 8,59865.
Nilai maximum/terbesar adalah 76,00 dan nilai minimum/terkecil adalah
52,00 maka rentang nilai pada pretest kelompok eksperimen adalah
54
24,00. Median pada data pretest kelompok eksperimen adalah 64,00 dan
modus pada pretest kelompok eksperimen adalah 52,00a. Untuk lebih
jelasnya data pretest kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Pretest Kelompok Eksperimen
Nilai Frekuensi %
52.00 4 20.0
56.00 1 5.0
60.00 3 15.0
64.00 3 15.0
68.00 2 10.0
72.00 4 20.0
76.00 3 15.0
Total 20 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan
nilai tes keterampilan pretest kelompok eksperimen. perolehan nilai
terkecil yang diperoleh siswa yaitu 52 dengan frekuensi 4 orang, dan
nilai terbesar yang diperoleh siswa yaitu 76 dengan frekuensi 3 orang.
Selain bentuk tabel data pretest kelompok eksperimen, juga digambarkan
ke dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Grafik 4.1
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok
Eksperimen
0
1
2
3
4
5
52.00 56.00 60.00 64.00 68.00 72.00 76.00
55
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 56 sebanyak satu orang, siswa yang memperoleh nilai
68 dua orang, siswa yang memperoleh nilai 60, 64, dan 76 sebanyak tiga
orang, siswa yang memperoleh nilai 52 dan 72 sebanyak empat orang.
b. Data Pretest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol
Kelompok kontrol adalah kelas yang tidak menggunakan media
pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Pretest
pada kelompok kontrol dilakukan sebelum diberikan perlakuan. Hasil
analisis deskripsi data pretest pada kelompok kontrol, dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol
N Valid 20
Missing 0
Mean 64.0000
Median 64.0000
Mode 56.00
Std. Deviation 6.86716
Variance 47.158
Range 20.00
Minimum 56.00
Maximum 76.00
Sum 1280.00
a. Multiple modes exist. The smallest value
is shown
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil pretest
kelompok kontrol, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data 1280.
Nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 64,00 dengan varian sebesar
47,158 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 6,86716. Nilai
maximum/terbesar adalah 76 dan nilai minimum/ terkecil adalah 56, maka
rentang nilai pada pretest kelompok kontrol adalah 20,00. Median pada
data pretest kelompok kontrol adalah 64,00 dan modus pada pretest
kelompok kontrol adalah 56,00. Untuk lebih jelasnya data pretest
56
kelompok kontrol disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Pretest Kelompok Kontrol
Nilai Frekuensi %
56.00 5 25.0
60.00 4 20.0
64.00 4 20.0
68.00 2 10.0
72.00 3 15.0
76.00 2 10.0
Total 20 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan
nilai tes keterampilan pretest kelompok kontrol. perolehan nilai terkecil
yang diperoleh siswa yaitu 56 dengan frekuensi 5 orang, dan nilai
terbesar yang diperoleh siswa yaitu 76 dengan frekuensi 2 orang. Selain
bentuk tabel data pretest kelompok kontrol, juga digambarkan ke dalam
bentuk gambar sebagai berikut:
Grafik 4.2
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Pretest Kelompok
Kontrol
0
1
2
3
4
5
6
56.00 60.00 64.00 68.00 72.00 76.00
57
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 68 dan 76 sebanyak dua orang, siswa yang
memperoleh nilai 72 sebanyak tiga orang, siswa yang memperoleh nilai
60 dan 64 sebanyak empat orang dan siswa yang memperoleh nilai 56
sebanyak lima orang.
4. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
a. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Eksperimen
Kelompok eksperimen adalah kelas yang menggunakan media
pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Posttest
pada kelompok eksperimen dilakukan setelah diberikan perlakuan. Hasil
analisis deskripsi data posttest pada kelompok eksperimen, dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11
Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen
N Valid 20
Missing 0
Mean 77.4000
Median 78.0000
Mode 80.00
Std. Deviation 7.29289
Variance 86.358
Range 32.00
Minimum 60.00
Maximum 92.00
Sum 1548.00
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil posttest
kelompok eksperimen, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data
58
1548. Nilai rata-rata kelompok eksperimen adalah 77,40 dengan varian
sebesar 86,358 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 9,29289.
Nilai maximum/terbesar adalah 92,00 dan nilai minimum/terkecil adalah
60,00 maka rentang nilai pada posttest kelompok eksperimen adalah
32,00. Median pada data posttest kelompok eksperimen adalah 78,00 dan
modus pada posttest kelompok eksperimen adalah 80,00. Untuk lebih
jelasnya data posttest kelompok eksperimen disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Posttest Kelompok Eksperimen
Nilai Frekuensi %
60.00 2 10.0
68.00 2 10.0
72.00 3 15.0
76.00 3 15.0
80.00 4 20.0
84.00 2 10.0
88.00 2 10.0
92.00 2 10.0
Total 20 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan
nilai tes keterampilan posttest kelompok eksperimen. perolehan nilai
terkecil yang diperoleh siswa yaitu 60 dengan frekuensi 2 orang, dan
nilai terbesar yang diperoleh siswa yaitu 92 dengan frekuensi 2 orang.
Selain bentuk tabel data posttest kelompok eksperimen, juga
digambarkan ke dalam bentuk gambar sebagai berikut:
59
Grafik 4.3
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok
Eksperimen
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 60, 68, 84, 88 dan 92 sebanyak dua orang, siswa yang
memperoleh nilai 72 dan 76 sebanyak tiga orang, dan siswa yang
memperoleh nilai 80 sebanyak empat orang.
b. Data Posttest Bahasa Indonesia Kelompok Kontrol
Kelompok kontrol adalah kelas yang tidak menggunakan media
pembelajaran audio visual (kartun) pada proses pembelajaran. Posttest
pada kelompok kontrol dilakukan setelah diberikan pretest. Hasil analisis
deskripsi data posttest pada kelompok kontrol, dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
60.00 68.00 72.00 76.00 80.00 84.00 88.00 92.00
60
Tabel 4.13
Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol
N Valid 20
Missing 0
Mean 72.2000
Median 72.0000
Mode 76.00
Std. Deviation 5.87233
Variance 34.484
Range 20.00
Minimum 60.00
Maximum 80.00
Sum 1444.00
a. Multiple modes exist. The smallest
value is shown
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa untuk hasil posttest
kelompok kontrol, diperoleh data sebanyak 20 dengan jumlah data 1444.
Nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 72,20 dengan varian sebesar
34,484 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 5,87233. Nilai
maximum/terbesar adalah 80 dan nilai minimum/terkecil adalah 60, maka
rentang nilai pada posttest kelompok kontrol adalah 20,00. Median pada
data posttest kelompok kontrol adalah 72,00 dan modus pada posttest
kelompok kontrol adalah 76. Untuk lebih jelasnya data posttest kelompok
kontrol disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi pada tabel berikut ini:
61
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Perolehan Tes Keterampilan Berbicara
(Bercerita) Posttest Kelompok Kontrol
Nilai Frekuensi %
60.00 1 5.0
64.00 3 15.0
68.00 2 10.0
72.00 5 25.0
76.00 6 30.0
80.00 3 15.0
Total 20 100.0
Berdasarkan tabel di atas, diketahui distribusi frekuensi perolehan
nilai tes keterampilan posttest kelompok kontrol. perolehan nilai terkecil
yang diperoleh siswa yaitu 60 dengan frekuensi 1 orang, dan nilai
terbesar yang diperoleh siswa yaitu 80 dengan frekuensi 3 orang. Selain
bentuk tabel data posttest kelompok kontrol, juga digambarkan ke dalam
bentuk gambar sebagai berikut:
Grafik 4.4
Tes Keterampilan Berbicara (Bercerita) Posttest Kelompok
Kontrol
0
1
2
3
4
5
6
7
60.00 64.00 68.00 72.00 76.00 80.00
62
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai 60 sebanyak satu orang, siswa yang memperoleh nilai
68 sebanyak dua orang, siswa yang memperoleh nilai 64 dan 80
sebanyak tiga orang, siswa yang memperoleh nilai 72 sebanyak lima
orang, dan siswa yang memperoleh nilai 76 sebanyak enam orang.
C. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis
1. Pengujian Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
1) Uji Normalitas Pretest
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data hasil pretest
kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal atau tidak.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS 17 for Windows
dalam menghitung uji normalitas hasil pretest yang berfungsi untuk
mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnova. Syarat
suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05.
Hasil uji normalitas data pretest dari kedua sampel penelitian dapat
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji Normatif Pretest
Kelompok Kolmogorov-Smirnov
a
Statistic df Sig.
Pretest Eksperimen .162 20 .181
Kontrol .170 20 .133
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan bahwa
hasil pretest kelompok eksperimen signifikannya 0,181. Hal itu
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikannya
0,181 ˃ 0,05. Begitupun dengan hasil pretest kelompok kontrol
63
signifikannya 0,133. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal karena signifikannya 0,133 ˃ 0,05. Kesimpulannya, hasil
pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrok berdistribusi
normal.
2) Uji Normalitas Posttest
Uji normalitas pada data posttest juga dilakukan untuk mengetahui
apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian
ini peneliti juga menggunakan SPSS 17 for Windows dalam
menghitung uji normalitas hasil posttest yang berfungsi untuk
mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas data menggunakan metode Kolmogorov-Smirnova. Syarat
suatu data dikatakan berdistribusi normal jika signifikansi > 0,05.
Hasil uji normalitas data posttest dari kedua sampel penelitian dapat
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.16
Hasil Uji Normatif Posttest
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Posttest Eksperimen .110 20 .200
*
Kontrol .191 20 .054
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukkan bahwa
hasil posttest kelompok eksperimen signifikannya 0,200*. Hal itu
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena signifikannya
0,200* < 0,05. Begitupun dengan hasil posttest kelompok kontrol
signifikannya 0,054. Hal itu menunjukkan bahwa data berdistribusi
normal karena signifikannya 0,054 > 0,05. Kesimpulannya, hasil
posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi
normal.
64
b. Uji Homogenitas
1) Uji Homogenitas Pretest
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil
kedua kelompok memiliki tingkat varian data yang sama atau tidak.
Data yang akan diuji homogenitasnya adalah data hasil pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kriteria pengambilan
keputusan adalah jika signifikansinya lebih dari 0,05. Analisis ini
menggunakan program SPSS 17 for Windows yaitu One Way Anova.
Tabel 4.17
Hasil Uji Homogenitas Pretest
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.182 5 14 .115
Berdasarkan hasil uji homogenitas data pretest di atas, menunjukkan
bahwa tingkat signifikannya adalah 0,115. Maka dengan hasil uji
homogenitas di atas disimpulkan bahwa varian yang dimiliki
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak jauh berbeda dan
cukup homogen karena 0,115 > 0,05.
2) Uji Homogenitas Posttest
Uji homogenitas juga dilakukan pada data hasil posttest. Data hasil
posttest didapat dari tes hasil belajar yang diberikan kepada
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan media
pembelajaran audio visual (kartun), dan kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan. Kriteria pengambilan keputusan adalah
signifikansinya lebih dari 0,05. Analisis ini menggunakan program
SPSS 17 for Windows yaitu One Way Anova.
Tabel 4.18
Hasil Uji Homogenitas Posttest
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.807 4 14 .184
65
Berdasarkan hasil uji homogenitas data posttest di atas,
menunjukkan bahwa tingkat signifikansinya adalah 0,184.
Berdasarkan hasil uji homogenitas di atas, dapat disimpulkan bahwa
varian yang dimiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
tidak berbeda jauh dan dikatakan homogen karena 0,184 > 0,05.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dengan menggunakan t-test bertujuan untuk
mengetahui perbedaan rata-rata keterampilan berbicara (bercerita) antara
kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan berupa media pembelajaran
audio visual (kartun) dan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan
berupa media audio visual (kartun). Analisis data dengan t-test mengunakan
program SPSS 17 for Windows yaitu Paired Sample Test. Kriteria pengujian
hipotesis yakni apabila signifikansi t-test > 0,05 maka H0 diterima, apabila
signifikansi t-test < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Perbedaan nilai
rata-rata tes keterampilan bercerita antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.19
Hasil Uji T-Test
Paired Differences
t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Posttest Eksperimen
– Kontrol 5.20000 9.97682 2.23088 0.53071 9.86929 2.331 19 .031
66
Berdasarkan hipotesis yang telah dipaparkan pada BAB III, bahwa:
H0 : Tidak terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap
keterampilan bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Kembangan, Jakarta Barat.
H1 : Terdapat pengaruh media audio visual (kartun) terhadap keterampilan
bercerita pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan,
Jakarta Barat.
Berdasarkan tabel di atas, perhitungan pada uji beda rata-rata
materi menceritakan kembali antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, dapat dilihat jika > 0,05 maka H0 diterima. Terlihat bahwa
nilai probabilitas pada signifikansi (2-tailed) adalah 0,031. Dengan
demikian H1 diterima dan H0 ditolak karena 0,031 < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
keterampilan bercerita kelas III kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol.
D. Pembahasan terhadap Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis nilai tes keterampilan berbicara (bercerita) pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia semester 1 kelas III MI Tarbiyah Al-Islamiyah
yang telah dibagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
bahwa kedua kelas tersebut adalah homogeny. Hal ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal dan memiliki varian yang tidak berbeda secara signifikan.
Sehingga menujukkan kondisi awal siswa yang diberi perlakuan masih dalam
kondisi sama. Kelompok eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan dengan
media pembelajaran audio visual (kartun) dan kelompok kontrol adalah kelas
yang tidak diberi perlakuan atau tidak menggunakan media dan hanya
menggunakan buku pelajaran yang biasa guru lakukan dalam kegiatan
pembelajaran. Pada pertemuan terakhir, guru memberikan tes keterampilan
bercerita (posttest) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest
67
ini dilakukan di kelas eksperimen sebanyak 1 kali dan kelas kontrol sebanyak 1
kali.
Pada posttest pertama dilakukan di kelas kontrol, hal itu bertujuan untuk
menghindari kecemburuan dengan kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa
media audio visual kartun. Pertemuan ini adalah pertemuan kedua kalinya di kelas
kontrol setelah sebelumnya peneliti melakukan pretest, sehingga siswa tidak
merasa canggung dengan kehadiran peneliti. Ketika kegiatan belajar mengajar
berlangsung siswa sedikit gaduh, namun setelah diberikan peraturan siswa mulai
tenang kembali. Pada saat guru memberikan posttest dan meminta siswa untuk
maju untuk bercerita dan memberikan komentar, siswa terlihat malu-malu dan
menunjuk temannya yang lain, hingga pada akhirnya guru memberikan
penghargaan berupa hadiah bagi siswa yang ingin bercerita di depan kelas. Disela-
sela siswa bercerita di depan kelas, beberapa siswa ada yang membuat kegaduhan,
hingga akhirnya guru meminta siswa yang membuat kegaduhan untuk bercerita di
depan kelas. Di sela-sela guru memberikan tes keterampilan, seorang siswa tiba-
tiba saja melapor bahwa siswa tersebut merasa bosan karena dalam pembelajaran
kali ini tidak melakukan apa-apa atau hanya terpaku pada cerita di buku. Oleh
karena itu, guru memberikan ice breaking untuk menghilangkan rasa bosan siswa
kelas kontrol dan mengembalikan konsentrasi siswa.
Berbeda dengan kelas kontrol, pada kelas eksperimen sangat terlihat
antusias yang cukup tinggi, hal itu dapat terlihat ketika guru memasuki ruang
kelas dengan membawa peralatan untuk menonton dan ketika guru mengatakan
bahwa hari ini kita akan menonton film kartun “Dodo”. Ketika film kartun
diputarkan, terlihat sekali bahwa siswa kelas eksperimen sangat antusias melihat
film kartun Dodo. Setelah film diputarkan, guru meminta siswa untuk
menceritakan kembali film yang baru saja diputarkan. Pada mulanya siswa terlihat
malu-malu, hingga pada akhirnya guru menggunakan cara yang sama dengan
kelas kontrol, yakni dengan memberikan hadiah bagi siswa yang maju ke depan
untuk menceritakan kembali kisah Dodo sekaligus memberikan komentar.
Beberapa gangguan seperti tiba-tiba saja hujan, cukup membuat konsentrasi siswa
68
terpecah, suara film cukup terganggu dengan air hujan yang jatuh ke atap sekolah
sehingga guru harus mengulangi kembali film kartun Dodo.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pada kelas eksperimen siswa terlihat
lebih antusias, dan lebih mudah mengingat kisah yang diputarkan dibandingkan
dengan kelas kontrol yang hanya menggunakan buku paket saja, siswa lebih cepat
merasa bosan. Siswa kelas eksperimen juga terlihat lebih konsentrasi dengan film
yang diputarkan, berbeda dengan siswa kelas kontrol pada saat diminta untuk
membaca cerita pada buku masing-masing, beberapa siswa membuat kegaduhan
karena tidak ingin membaca cerita yang ada pada bukunya dan lebih memilih
bermain dengan temannya. Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat perbadaan
antara siswa yang diajarkan menggunakan media pembelajaran audio visual
(kartun) dengan siswa yang tidak menggunakan media audio visual (kartun) atau
hanya menggunakan buku paket.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data dapat diketahui bahwa hasil
belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa
kelompok kontrol. Hasil ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok
eksperimen sebesar 64,40. Setelah diberikan perlakuan dengan medai
pembelajaran audio visual (kartun) nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen
mengalami peningkatan menjadi 77,40. sedangkan nilai rata-rata pretest
kelompok kontrol adalah sebesar 64,00. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol
mengalami peningkatan menjadi 72,20. dari perhitungan nilai rata-rata tersebut,
hasil tes kelompok eksperimen mengalami peningkatan sebesar 13% sedangkan
hasil tes kelompok kontrol mengalami peningkatan sebesar 8,2%.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran audio visual (kartun) pada siswa kelas III MI Tarbiyah Al-
Islamiyah kembangan, Jakarta Barat yang dilakukan pada kelompok eksperimen
menunjukkan hasil yang baik, positif, dan menggembirakan. Dengan
menggunakan media pembelajaran audio visual (kartun) di kelas eksperimen
siswa lebih termotivasi, minat belajar siswa lebih besar dibandingkan dengan
69
kelompok kontrol yang tidak dapat perlakuan atau menggunakan buku paket, dan
keterampilan berbicara (bercerita) siswa meningkat. Dengan kata lain, dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran audio visual (kartun) lebih efektif dalam
kegiatan pembelajaran.
70
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diketahui bahwa
hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih baik dibandingkan dengan siswa
kelompok kontrol. Hasil ditunjukkan dari nilai rata-rata pretest kelompok
eksperimen sebesar 64,40. Setelah diberikan perlakuan dengan media
pembelajaran audio visual (kartun), nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen
mengalami peningkatan menjadi 77,40. Sedangkan nilai rata-rata pretest
kelompok kontrol adalah sebesar 64,00. Nilai rata-rata posttest kelompok kontrol
mengalami peningkatan menjadi 72,20. Perhitungan nilai rata-rata tersebut
menunjukkan bahwa, hasil tes kelompok eksperimen mengalami peningkatan
sebesar 13%, sedangkan hasil tes kelompok kontrol mengalami peningkatan
sebesar 8,2%. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran audio visual memiliki pengaruh terhadap keterampilan
berbicara (bercerita).
B. Saran
Berdasarkan tindak lanjut dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran, antara lain:
1. Bagi peneliti, lebih memperluas wawasan dan memperdalam teknik
pengelolaan kelas, terutama dalam pembelajaran dengan
menggunakan media audio visual (kartun).
2. Bagi sekolah, diharapkan dalam proses pembelajaran menggunakan
media-media pembelajaran yang lebih beragam agar siswa tidak
merasa bosan dengan proses pembelajaran yang cenderung monoton
sehingga menjadi lebih menarik, menyenangkan dan lebih mudah
untuk diingat.
71
3. Bagi guru, guru hendaknya memperhatikan penggunaan metode dan
media yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih menarik, bermakna dan beragam.
4. Bagi siswa, siswa harus lebih aktif lagi dalam proses pembelajaran
dengan menggunakan media audio visual agar siswa memperoleh
hasil yang lebih optimal.
74
73
DAFTAR PUSTAKA
Alfin, Jauharoti, dkk. Pembejajaran Bahasa Indonesia MI. Surabaya:LAPIS-
PGMI, 2009.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.
Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010.
Anggraini, Ratna. Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode
Bercerita Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Semitau, Jurnal Edukasi.
(16 Januari 2014, Pukul: 10.03).
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008.
Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD. Bandung:
UPI PRESS, 2007.
Carnegie, Dale. The 5 Essential People Skills. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2009.
Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:
FITK Press, 2010.
Ghazali, Syukur. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Dengan Pendekatan
Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama, 2013.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
Nasoetion, Noehi, dkk. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi.
Yogyakarta: Edisi Pertama.
Saadie, Ma’mur, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2007.
Saddhono, Kundharu & St. Y. Slamet. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Bandung: CV. Karya Putra Dewi, 2012.
74
73
Sadiman, Arif S., dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2014.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media Grup, 2010.
Sihabudin, dkk. Bahasa Indonesia II. Edisi Pertama, Paket 8-14, 2000.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2004.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung,
Alfabeta, 2011, cet. 14.
Suparno, dkk. Berbicara. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008.
Sutopo, Ariesto Hadi. Multimedia Interaktif Dengan Flash. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu, 2003.
Suyanto, M.. Multimedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan Bersaing.
Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2003.
Tarigan, Djago, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2002).
-------. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.
Tarigan, Henry Guntur. Berbicara . Bandung: Angkasa Bandung, 2008a.
-------. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa,
2008b.
Tjahyono, Tengsoe dan Kisyani Laksono. Berbicara II. Jakarta: Universitas
Terbuka, 2000.
UU Sisdiknas. Bandung: Fokus Media, 2009.
Wasid, Iskandar dan Dadang Suhendar. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Wasimin. Peningkatan Kompetensi Berbicara Siswa SD Melalui Metode Role
Play. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Vol. 15, 2009, h.195.
Widyastono, Herry. Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. No. 069, 2007.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
BAHASA INDONESIA
Oleh:
Sri Rahmawati
1110018300050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : 3/I
Pertemuan Ke- : 5
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi:
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan
bercerita dan memberikan tanggapan/saran.
B. Kompetensi Dasar:
2.3 Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan
C. Indikator:
1. Memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita dengan
memperhatikan ketepatan dan lengkapan isi.
2. Menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan
intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
D. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita
secara tepat dan lengkap.
2. Siswa dapat menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan
memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
E. Materi Ajar:
Materi ajar berupa film kartun Dodo
Lampiran 1
F. Metode, Sumber, dan Media
1. Metode : Ceramah, tanya jawab, bercerita
2. Sumber : a. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD
b. Buku LKS Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD
3. Media : Laptop, pengeras suara, film kartun
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Nilai Karakter
yang Diharapkan
Kegiatan Awal (10 Menit)
Salam Guru memasuki kelas dan
mengucapkan salam
kepada para siswa
Siswa menjawab salam
guru dengan penuh
semangat
Religius
Guru menyapa siswa
dengan menanyakan
kabar siswa hari ini
Siswa menjawab
sapaan guru
Tertib, sopan santun,
menghargai yang
lebih tua
Doa Guru mengajak siswa
untuk membaca doa
sebelum memulai
pelajaran hari ini
Semua siswa bersama-
sama membaca doa
dengan dipimpin oleh
ketua kelas sebelum
memulai belajar
Religius
Absen Guru membacakan absen
sebelum masuk kegiatan
belajar
Siswa menyimak dan
mengangkat tangan
saat namanya dipanggil
oleh guru
Tertib
Motivasi Guru mengajak siswa
menyanyikan lagu yang
berkaitan dengan materi
pembelajaran hari ini
Semua siswa bernyanyi
dengan riang gembira
Aktif
Apersepsi Guru bertanya kepada Semua siswa menjawab Aktif
Lampiran 1
siswa tentang materi
pembelajaran sebelumnya
pertanyaan yang
diajukan guru
Guru menanggapi
jawaban siswa dan
menuliskan topik
pembelajaran hari ini
Semua siswa
menyimak tanggapan
guru dengan penuh
perhatian dan tidak
gaduh di dalam kelas
Tertib
Kegiatan Inti (50 Menit)
Eksplorasi Guru menyiapkan laptop,
pengeras suara dan film
yang akan diputarkan.
Kemudian guru meminta
siswa untuk tidak gaduh
ketika film diputarkan.
Siswa merapikan
tempat duduk dan tidak
membuat kegaduhan
Tertib
Guru meminta siswa
untuk memperhatikan
film dengan seksama,
kemudian guru
memutarkan film kartun
yang telah disiapkan
Siswa menyimak film
kartun yang diputarkan
oleh guru
Tertib, teliti
Setelah film kartun
diputarkan, guru meminta
kepada setiap siswa untuk
menceritakan kembali
secara bergantian dengan
teman-temannya
Siswa menceritakan
kembali film kartun
yang baru saja
diputarkan
Tertib, teliti, saling
menghargai, aktif
Elaborasi Guru meminta setiap
siswa untuk menceritakan
kembali film kartun yang
baru saja di lihat di depan
Siswa menceritakan
kembali film kartun
yang baru saja
diputarkan secara
Tertib, teliti, aktif,
saling menghargai,
sopan santun
Lampiran 1
kelas secara bergantian
dan meminta siswa lain
untuk memperhatikan
siswa yang sedang
bercerita.
bergantian dan siswa
yang lain
memperhatikan siswa
yang sedang bercerita
Setelah semua siswa
menceritakan kembali
film kartun yang baru
saja diputarkan, guru
memberikan pertanyaan
rebutan untuk setiap
siswa.
Setiap siswa bersiap
untuk menjawab
pertanyaan dari guru
Tertib, teliti, aktif,
jujur
Guru memberikan
kesempatan kepada siswa
untuk memberikan
komentar terhadap film
yang baru saja diputarkan
Siswa memberikan
komentar, siswa lain
menyimak
Tertib, aktif, saling
menghargai
Guru memberikan
penghargaan kepada
siswa yang menjawab
pertanyaan dari guru
dengan benar dan tepat
Siswa bertepuk tangan Tertib, teliti, aktif,
saling menghargai
Guru menjelaskan
kembali mengenai
pelajaran apa saja yang
dapat diambil dari film
kartun tersebut
Semua siswa
menyimak penjelasan
guru terkait dengan
film kartun yang
diputarkan
Sopan santun, saling
menghargai
Guru memberikan
apresiasi kepada semua
siswa dengan mengajak
siswa untuk bertepuk
Semua siswa bertepuk
tangan dengan gembira
Aktif
Lampiran 1
tangan
Konfirmasi Guru memberikan
kesempatan bagi siswa
yang ingin bertanya
terkait dengan film kartun
yang diputarkan
Siswa yang ingin
bertanya mengangkat
tangan dan
mengemukakan
pertanyaannya
Aktif
Kegiatan Akhir (10 Menit)
Kesimpulan Guru memberikan
kesimpulan dari
pembelajaran hari ini
Siswa mendengarkan
kesimpulan yang
dijelaskan guru
Tertib
Evaluasi Guru menanyakan
kembali tentang pelajaran
yang telah dipelajari hari
ini guna mengetahui
sejauh mana pemahaman
siswa tentang
pembelajaran hari ini
Semua siswa menjawab
pertanyaan guru
Aktif
Refleksi Guru memberikan ice
breaking kepada siswa
untuk membuat siswa
bersemangat kembali
Siswa mengikuti ice
breaking yang
diberikan guru
Aktif
Penugasan Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah
Semua siswa mencatat
tugas yang diberikan
guru
Tertib
Doa Guru menutup pelajaran
hari ini dengan membaca
hamdalah
Semua siswa bersama-
sama membaca
hamdalah
Religius
Salam Guru memberi salam dan
meninggalkan ruang
kelas
Semua siswa menjawab
salam guru
Religius
Lampiran 1
H. Penilaian
FORMAT PENILAIAN PENCAPAIAN INDIKATOR
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrument Soal
1. Memberikan komentar
terhadap tokoh-tokoh
dalam cerita dengan
memperhatikan ketepatan
dan lengkapan isi.
Bercerita Tes
Lisan
2. Menceritakan kembali
cerita yang dialami tokoh
dengan memperhatikan
intonasi, ekspresi, lafal
dan kelancaran.
Bercerita Tes Lisan
Lampiran 1
FORMAT PENILAIAN INDIVIDU
Nama: ………………………… Nomor Absen: ....
No. Aspek yang dinilai Nilai
5 4 3 2 1
1 Intonasi
Keterangan:
5 : Sangat sesuai
4 : Sesuai
3 : Cukup sesuai
2 : Kurang sesuai
1 : Tidak sesuai
2 Ekspresi
Keterangan:
5 : Sangat tepat
4 : Tepat
3 : Cukup tepat
2 : Kurang tepat
1 : Tidak tepat
3 Ketepatan Isi
Keterangan:
5 : Sangat tepat
4 : Tepat
3 : Cukup tepat
2 : Kurang tepat
1 : Tidak tepat
4 Kelengkapan Isi
Keterangan:
5 : Sangat lengkap
4 : Lengkap
3 : Cukup lengkap
2 : Kurang lengkap
1 : Tidak lengkap
5 Lafal dan Kelancaran
Keterangan:
5 : Lafal sangat baik dan sangat lancar
4 : Lafal baik dan lancar
3 : Lafal cukup baik dan cukup lancar
2 : Lafal baik tetapi tidak lancar atau sebaliknya
1 : Lafal tidak baik dan tidak lancar
Jumlah:
Lampiran 1
Keterangan:
× 100
Jakarta, 10 November 2014
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Aziz, S.Pd Sri Rahmawati
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
BAHASA INDONESIA
Oleh:
Sri Rahmawati
1110018300050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama Sekolah : MI Tarbiyah Al-Islamiyah
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : 3/I
Pertemuan Ke- : 5
Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit
A. Standar Kompetensi:
2. Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan
bercerita dan memberikan tanggapan/saran.
B. Kompetensi Dasar:
2.3 Mengomentari tokoh-tokoh cerita anak yang disampaikan secara lisan
C. Indikator:
1. Memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita dengan
memperhatikan ketepatan dan lengkapan isi.
2. Menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan memperhatikan
intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
D. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat memberikan komentar terhadap tokoh-tokoh dalam cerita
secara tepat dan lengkap.
2. Siswa dapat menceritakan kembali cerita yang dialami tokoh dengan
memperhatikan intonasi, ekspresi, lafal dan kelancaran.
Lampiran 2
E. Materi Ajar:
Senangnya Pergi ke Bioskop
Hari Sabtu Rima diajak Ayah menonton film bioskop. Rima merasa senang
karena Rima belum pernah pergi ke bioskop. Selama ini, Rima menonton film di
televisi.
Tiba di depan gedung bioskop, Rima merasa kagum melihat gedung bioskop
yang megah. Di bagian atas gedung terpampang poster-poster film yang sedang
diputar di bioskop.
Di depan pintu masuk, Rima tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ternyata
Ayah mengetahui kebingungan Rima. Ayah kemudian menjelaskan cara
menonton film di bioskop pada Rima.
“Perhatikan poster-poster film itu. Kita dapat memilih film yang ingin
ditonton berdasarkan poster tersebut. Perhatikan jadwal dan tempat pemutaran
film, misalnya film “Untuk Rena” diputar pukul 10.30 di studio 2. Antrelah di
depan loket untuk membeli karcis, 1 orang Rp. 15.000,00. Tunjukkan karcis pada
petugas di studio tempat pemutaran film. Petugas akan menunjukkan tempat
dudukmu sesuai dengan nomor yang tertera di karcis. Setelah itu, kita bisa duduk
dan menonton film,” kata Ayah.
“Rima mengerti, Yah. Bolehkan Rima yang membeli karcisnya?” tanya
Rima. “Baiklah, ini uangnya,” jawab Ayah sambil memberikan uang pada Rima.
Rima kemudian membeli karcis dan melakukan semua petunjuk Ayah tadi.
Akhirnya, Rima dan Ayah menonton film “Untuk Rena”.
F. Metode, Sumber, dan Media
1. Metode : Ceramah, tanya jawab, bercerita
2. Sumber : a. Buku Paket Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD
b. Buku LKS Bahasa Indonesia Kelas 3 MI/SD
3. Media : Papan tulis, penghapus, pensil, pulpen
Lampiran 2
G. Lagkah-Langkah Pembelajaran
Tahapan
Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Nilai Karakter
yang Diharapkan
Kegiatan Awal (10 Menit)
Salam Guru memasuki kelas dan
mengucapkan salam kepada
para siswa
Siswa menjawab salam
guru dengan penuh
semangat
Religius
Guru menyapa siswa
dengan menanyakan kabar
siswa hari ini
Siswa menjawab sapaan
guru
Tertib, sopan santun,
menghargai yang
lebih tua
Doa Guru mengajak siswa untuk
membaca doa sebelum
memulai pelajaran hari ini
Semua siswa bersama-
sama membaca doa
dengan dipimpin oleh
ketua kelas sebelum
memulai belajar
Religius
Absen Guru membacakan absen
sebelum masuk kegiatan
belajar
Siswa menyimak dan
mengangkat tangan saat
namanya dipanggil oleh
guru
Tertib
Motivasi Guru mengajak siswa
menyanyikan lagu yang
berkaitan dengan materi
pembelajaran hari ini
Semua siswa bernyanyi
dengan riang gembira
Aktif
Apersepsi Guru bertanya kepada
siswa tentang materi
pembelajaran sebelumnya
Semua siswa menjawab
pertanyaan yang diajukan
guru
Aktif
Guru menanggapi jawaban
siswa, kemudian guru
menuliskan topik
pembelajaran hari ini
Semua siswa menyimak
tanggapan guru dengan
penuh perhatian dan tidak
gaduh di dalam kelas
Tertib
Lampiran 2
Kegiatan Inti (50 Menit)
Eksplorasi Guru meminta siswa untuk
duduk yang rapi dan
membuka buku paket
Siswa duduk kemudian
membuka buku
Tertib
Elaborasi Sebelum guru meminta
siswa untuk membaca
cerita, guru meminta
kepada siswa untuk
menyimak cerita yang
dibacakan oleh guru
Siswa menyimak Tertib, saling
menghargai, sopan
santun
Guru membacakan sebuah
cerita yang ada dibuku
paket
Siswa menyimak Tertib, saling
menghargai, sopan
santun
Guru meminta kepada
siswa untuk menceritakan
kembali pengalaman yang
dialami oleh tokoh pada
buku paket secara
bergantian dengan waktu
yang sudah ditentukan
Siswa menceritakan
kembali secara bergantian
Tertib, teliti, aktif,
saling menghargai,
sopan santun
Konfirmasi Guru memberikan
kesempatan bagi siswa
yang ingin bertanya terkait
dengan pelajaran hari ini
Siswa yang ingin
bertanya mengangkat
tangan dan
mengemukakan
pertanyaannya
Aktif
Kegiatan Akhir (10 Menit)
Kesimpulan Guru memberikan
kesimpulan dari
pembelajaran hari ini
Siswa mendengarkan
kesimpulan yang
dijelaskan guru
Tertib
Evaluasi Guru menanyakan kembali Semua siswa menjawab Aktif
Lampiran 2
tentang pelajaran yang telah
dipelajari hari ini guna
mengetahui sejauh mana
pemahaman siswa tentang
pembelajaran hari ini
pertanyaan guru
Refleksi Guru memberikan ice
breaking kepada siswa
untuk membuat siswa
bersemangat kembali
Siswa mengikuti ice
breaking yang diberikan
guru
Aktif
Penugasan Guru memberikan tugas
kepada siswa untuk
dikerjakan dirumah
Semua siswa mencatat
tugas yang diberikan guru
Tertib
Doa Guru menutup pelajaran
hari ini dengan membaca
hamdalah
Semua siswa bersama-
sama membaca hamdalah
Religius
Salam Guru memberi salam dan
meninggalkan ruang kelas
Semua siswa menjawab
salam guru
Religius
H. Penilaian
FORMAT PENILAIAN PENCAPAIAN INDIKATOR
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Teknik
Penilaian
Bentuk
Instrument Soal
1. Memberikan komentar terhadap
tokoh-tokoh dalam cerita dengan
memperhatikan ketepatan dan
lengkapan isi.
Bercerita Tes
Lisan
2. Menceritakan kembali cerita
yang dialami tokoh dengan
memperhatikan intonasi,
ekspresi, lafal dan kelancaran.
Bercerita Tes Lisan
Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN INDIVIDU
Nama: ………………………… Nomor Absen: ....
No. Aspek yang dinilai Nilai
5 4 3 2 1
1 Intonasi
Keterangan:
5 : Sangat sesuai
4 : Sesuai
3 : Cukup sesuai
2 : Kurang sesuai
1 : Tidak sesuai
2 Ekspresi
Keterangan:
5 : Sangat tepat
4 : Tepat
3 : Cukup tepat
2 : Kurang tepat
1 : Tidak tepat
3 Ketepatan Isi
Keterangan:
5 : Sangat tepat
4 : Tepat
3 : Cukup tepat
2 : Kurang tepat
1 : Tidak tepat
4 Kelengkapan Isi
Keterangan:
5 : Sangat lengkap
4 : Lengkap
3 : Cukup lengkap
2 : Kurang lengkap
1 : Tidak lengkap
5 Lafal dan Kelancaran
Keterangan:
5 : Lafal sangat baik dan sangat lancar
4 : Lafal baik dan lancar
3 : Lafal cukup baik dan cukup lancar
2 : Lafal baik tetapi tidak lancar atau sebaliknya
1 : Lafal tidak baik dan tidak lancar
Jumlah:
Lampiran 2
Keterangan:
× 100
Jakarta, 10 November 2014
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Aziz, S.Pd Sri Rahmawati
Lampiran 3
LEMBAR CATATAN LAPANGAN
Hari/ Tanggal : Senin, 10 November 2014
Catatan : Kelas Eksperimen
Ketika ingin menonton film kartun di kelas eksperimen, ternyata di kelas
tersebut tidak bisa digunakan untuk menonton karena tidak ada colokan untuk
menyambungkan infocus. Pada akhirnya, kelas eksperimen harus di pindahkan
dikelas yang mendukung untuk menonton film kartun, hal tersebut cukup
menghambat kegiatan pembelajaran.
Hari/ Tanggal : Senin, 10 November 2014
Catatan : Kelas Eksperimen
Pada saat memutarkan film kartun, tiba-tiba saja hujan turun. Hujan yang turun
membuat siswa kurang konsentrasi karena suara benda-benda yang terkena hujan.
Kelas sempat bising, namun beberapa saat kemudian siswa kembali tenang dan
guru memutarkan kembali film kartun tersebut agar siswa bisa melihat lebih teliti
film kartun Dodo.
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI GURU (EKSPERIMEN)
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Hari/Tanggal : Senin, 10 November 2014
No. HAL YANG DIAMATI YA TIDAK
Pra Pembelajaran
1 Mengatur tempat duduk masing-masing siswa √
2 Mengkondisikan kesiapan siswa sebelum memulai
pelajaran √
3 Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran √
Kegiatan Membuka Pelajaran
4 Memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak
bernyanyi/ ice breaking √
5 Memberikan apersepsi/ pertanyaan sebelum membuka
pelajaran √
6 Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak
dicapai √
Kegiatan Inti Pembelajaran
7 Memberikan penjelasan materi pelajaran √
8 Memberikan pertanyaan pada saat proses penjelasan
materi √
9 Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban
siswa √
10 Memberikan kesempatan pada siswa yang ingin bertanya √
Penggunaan Media Audio Visual (Kartun)
11 Menggunakan media audio visual (kartun) √
12 Menampilkan film kartun Dodo √
13 Menjelaskan kejadian yang terjadi dalam film kartun
Dodo √
14 Meminta siswa untuk menceritakan kembali film yang
baru saja diputarkan √
15 Menjelaskan pelajaran apa saja yang dapat di ambil dari
film tersebut √
Penutup
16 Melakukan konfirmasi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung √
17 Memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah
dilakukan √
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI GURU (KONTROL) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Hari/Tanggal : Senin, 10 November 2014
No. HAL YANG DIAMATI YA TIDAK
Pra Pembelajaran
1 Mengatur tempat duduk masing-masing siswa √
2 Mengkondisikan kesiapan siswa sebelum memulai
pelajaran
√
3 Mengajak siswa untuk berdoa sebelum memulai pelajaran √
Kegiatan Membuka Pelajaran
4 Memberikan motivasi kepada siswa dengan mengajak
bernyanyi/ ice breaking
√
5 Memberikan apersepsi/ pertanyaan sebelum membuka
pelajaran
√
6 Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak
dicapai
√
Kegiatan Inti Pembelajaran
7 Memberikan penjelasan materi pelajaran √
8 Memberikan pertanyaan pada saat proses penjelasan
materi
√
9 Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban
siswa
√
10 Memberikan kesempatan pada siswa yang ingin bertanya √
Penggunaan Media Audio Visual (Kartun)
11 Menggunakan media audio visual (kartun) √
12 Menampilkan film kartun Dodo √
13 Menjelaskan kejadian yang terjadi dalam film kartun
Dodo
√
14 Meminta siswa untuk menceritaan kembali film yang baru
saja diputarkan
√
15 Menjelaskan pelajaran apa saja yang dapat di ambil dari
film tersebut
√
Penutup
16 Melakukan konfirmasi terhadap pembelajaran yang telah
berlangsung
√
17 Memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah
dilakukan
√
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI SISWA (EKSPERIMEN)
Hari/ Tanggal : Senin, 10 November 2014
Kelas/ Semester : 3/I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No. HAL YANG DIAMATI SKOR KOMENTAR/
CATATAN 1 2 3 4 5
1 Sikap kesiapan siswa sebelum proses
pembelajaran √ Baik
2 Menunjukkan antusias atau minat
dalam belajar √ Sangat baik
3 Menunjukkan strategi dalam
memecahkan masalah √ Cukup baik
4 Keaktifan dalam kegiatan pembelajaran √ Sangat baik
5 Menceritakan kembali cerita sesuai
dengan film yang diputarkan √ Baik
6 Menjawab pertanyaan guru dengan
baik √ Baik
7 Menghargai orang lain √ Cukup
Menghargai
8 Mendengarkan penjelasan guru dengan
baik √ Baik
9 Siswa tidak tegang dan takut selama
mengikuti pembelajaran √
Tidak tegang dan
tidak takut
10 Tidak gaduh saat mengikuti kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas √ Cukup tenang
Penjelasan pemberian skor adalah sebagai berikut :
Skor 1 untuk kesiapan siswa antara 1% - 20%
Skor 2 untuk kesiapan siswa antara 21% - 40%
Skor 3 untuk kesiapan siswa antara 41% - 60%
Skor 4 untuk kesiapan siswa antara 61% - 80%
Skor 5 untuk kesiapan siswa antara 81% - 100%
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI SISWA (KONTROL)
Hari/ Tanggal : Senin, 10 November 2014
Kelas/ Semester : 3/I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
No. HAL YANG DIAMATI SKOR KOMENTAR/
CATATAN 1 2 3 4 5
1 Sikap kesiapan siswa sebelum proses
pembelajaran √ Baik
2 Menunjukkan antusias atau minat
dalam belajar √ Baik
3 Menunjukkan strategi dalam
memecahkan masalah √ Cukup baik
4 Keaktifan dalam kegiatan pembelajaran √ Cukup baik
5 Menceritakan kembali cerita sesuai
dengan film yang diputarkan √ Cukup baik
6 Menjawab pertanyaan guru dengan
baik √ Baik
7 Menghargai orang lain √ Cukup baik
8 Mendengarkan penjelasan guru dengan
baik √ Baik
9 Siswa tidak tegang dan takut selama
mengikuti pembelajaran √
Tidak terlalu
tegang dan tidak
terlalu takut
10 Tidak gaduh saat mengikuti kegiatan
belajar mengajar di dalam kelas √ Cukup tenang
Penjelasan pemberian skor adalah sebagai berikut :
Skor 1 untuk kesiapan siswa antara 1% - 20%
Skor 2 untuk kesiapan siswa antara 21% - 40%
Skor 3 untuk kesiapan siswa antara 41% - 60%
Skor 4 untuk kesiapan siswa antara 61% - 80%
Skor 5 untuk kesiapan siswa antara 81% - 100%
Lampiran 8
DAFTAR ABSENSI SISWA KELAS III “C”
Nomor Nama Siswa
Pertemuan Ke-
Urut Induk 1 2
1 3358 Achmad Nur Faidzi √ √
2 3365 Amanda Nur Faydha √ √
3 3367 Amril Mutho √ √
4 3371 Audry Aulia Ramadhani √ √
5 3375 Bunga Rasyiqah √ √
6 3379 Dian Ayuan Dini √ √
7 3381 Faaris Ajhar Ali √ √
8 3386 Fatimah Syunayya a a
9 3391 Hilal Alatas i i
10 3392 Ikhsan Septiadi √ √
11 3399 Maida Maulidia √ √
12 3306 Mariam Sans √ √
13 3303 Mila Rizki Amalia √ √
14 3408 Muhammad Mufti Hazimi √ √
15 3410 Muhammad Rafliansyah √ √
16 3412 Muhammad Rizky Fatony √ √
17 3413 Muhammad Wildanil Firdaus √ √
18 3417 Nafila Ajmal s s
19 3419 Nailah Hardiyan √ √
20 3425 Nayla Rizqia √ √
21 3427 Nida Haura Shofiyah √ √
22 3429 Nurul Habibah Ibrahim √ √
23 3433 Raihan Sultan Zaki √ √
24 3434 Raisya Shafira √ √
25 3439 Shafira Indri Davina √ √
26 3341 Syahla Tahniah Rohmadiani √ √
27 3442 Syarah Ramadhani √ √
28 3444 Zahra Agustin √ √
Lampiran 8
Jakarta, 10 November 2014
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Aziz, S.Pd Sri Rahmawati
Lampiran 9
DAFTAR ABSENSI SISWA KELAS III “B”
Nomor Nama Siswa
Pertemuan Ke-
Urut Induk 1 2
1 3359 Adelia Zahrah s s
2 3369 Anjani Hardiyanti √ √
3 3372 Azhar Ridho Tegar i i
4 3373 Aziza Restu Khairyah √ √
5 3377 Dafan Abiyyu Aushafiel Sakha Z √ √
6 3383 Fachri Fikar Rabani √ √
7 3385 Fathulbari Asqolani √ √
8 3384 Farhan Hidayat √ √
9 3387 Fenny Kaisha √ √
10 3388 Fikri Ramadhan √ √
11 3394 Jahraa Irta Jauzaa √ √
12 3397 Khaizuran Afra Nur Khansa √ √
13 3398 Luqyana Zain Ramdani √ √
14 3400 Marsha Nur Salsabila √ √
15 3451 Muhammad Alan Fakhar √ √
16 3405 Muhammad Fadly Al-Faisyal s s
17 3406 Muhammad Haikhal Almudzaky √ √
18 3409 Muhammad Raffa Al Farezzy √ √
19 3416 Nadia √ √
20 3423 Nasywa Laila Putri √ √
21 3421 Nazwa Fathiyya Az-Zahra √ √
22 3426 Nazwaruddin Baihaqi √ √
23 3428 Nurindah Rahmah Yusfiani √ √
24 3431 Pop Adams √ √
25 3435 Rekna Puspa Wilis √ √
26 3338 Tri Nur Faizi √ √
27 3443 Yahya Ayyash Ar Ridho √ √
28 3445 Zahra Al Fatamy Puti Syuryadi √ √
29 3447 Zatil Aqmarina Fathihaturrizqiyah √ √
Lampiran 9
Jakarta, 10 November 2014
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Peneliti
Abdul Aziz, S.Pd Sri Rahmawati
Lampiran 10
Foto 1
Pada Saat Siswa Sedang Bercerita
Foto 2
Pada Saat Siswa Sedang Bercerita
Nama
NIM
Fakultas
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
UJI REFERENSI
Sri Rahmawati
1 1 1001 8300050
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) Terhadap
Keterampilan Bercerita Pada Siswa Kelas III MI Tarbiyah
Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran
2014120t5M
Dona Aji Putra. M.A
No REFERENSI PARAF
1.
Anggraini, Ratna. Peningkatan Keterampilan Berbicara
Menggunakan Metode Bercerita Pada Siswa Kelas VII SMp
Negeri 2 Semitau. (16 Januari 2014, Pukul: 10.03).0i
2"Alfin, Jauharoti, dkk. Pembejajaran Bahasa Indonesia MI.
Surabaya: LAPiS -PGIUI, 2009). Sb'aJ,
Amri, Sofan dan iif Khoiru Ahmadi. Konstruksi Pengembangan
P e mb e I aj ar an. J akarta: Prestasi Pustaka, 20 1 0. %4.
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press,
20t0.\
5.Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Jakarla: Universitas Terbuka, 2008. trh
6.
1.
8.
9.
Cahyani, Isah dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia Di
SD. Bandung: UPI PRESS, 2007. %Carnegie, Dale. The 5 Essential People Skills. Jakarta: pT.
Gramedia Pustaka Utama, 2009. q-Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: pT
Remaja Rosdakarya, 2013. %'Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah. Disiplin Berbahasa
Indonesia. Jakarta: FITK Press, 2010. B%'
10.
11.
Ghazah, Syukur. P e ntb e I aj ar an Ke t er amp i I an B er b ahas a
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT
Aditama,2013.
Dengan
Refika
ry,Hamalik, Oernar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara, 2012. h-12.
13.
t4.
Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada
Press,2008. ehNasoetion, Noehi, dkk. Evaluasi Pentbelajaran Bahasa
Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka, 20A7 . hNurgiyantoro, Burhan . P enilaian P emb elaj ar an B ohas a B erbasis
Kompet ensi. Yogyakarta: Edisi Pertama. %15.
Saadie, Ma'mur, dl<k Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia.
J akarta: Universitas Terbuka, 2007 . %16.
t7.
Saddhono, Kundharu
Keter ampilan Berbahasa
Dewi,2012.
8. St. Y. Slamet. Meningkatkan
Indonesia. Bandung: CV. Karya Putra %Sadiman, Arif S., dldc Media Pendidikan. Jakafia: Rajawali
Press, 2014. fu^'18.
Silrabudin, dkk. Bahasa Indonesia /L Edisi Pertama, Paket 8-14,
2000. %.19.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. s\^'
20.Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan Jakarta: Prenada Media Grup, 2010. eh2t.
Sugiyono, Metgde Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung, Alfabeta, 2011, cet. 14. %'22. Suparno, dl<k. Berbicara. Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. El^L).
Sutopo, Ariesto Hadi. Multimedia Interaktif Dengan Flash.
Yogyakarta: Penerbit Graha llmu, 2003. Ph.24. Suyanto, M.. Multintedia Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan 4"1-'
Bersaing. Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2AU.
25.Tarigan, Djago. Pendidikan Baltasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002). h,26.
27.
Tarigan, Djago. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2002. &6'Tarigan, Henry Guntur. Berbicara. Bandung: Angkasa Bandung,
2008. Sf28.
Tarigarl Henry Guntur, Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan
Berb ahasa. Bandung: Angkasa, 2008. %^'29.
Tjahyono, Tengsoe dan Kisyani Laksono. Berbicara II. lakarta:
Universitas Terbuka, 2000. D^d'30. UU Sisdiknas. Bandung: Fokus Media, 2009. u\,31.
Wasid, Iskandar dan Dadang Suhendar. Strategi Pembelajaran
Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,20ll.
V
E\..'
32.
Wasimin. "Peningkatan Kompetensi Berbicara Siswa SD
Metode Role Play". Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
2009
Melalui
Vol. 15, ry11JJ.
Widyastono, Herry. Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaar. No. 069,2007. %
KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lr. H. Juanda No 95 Chutat 1912 lndonesk)
FoRM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-081Tgl. Terbit : 1 Maret 2010No. Revisi: : 01
Hal 111
SURAT BIM BINGAN SKRIPSI
Nomor : Un.0 1lF. llKM .Ot.zt .H-fu . C9.1.1
Lamp. : satu berkas proposalHal : Bimbingan Skripsi
Nama
NIM
Jurusan
Semester
Judui Skripsi
Tembusan:L Dekan FITK2. Mahasiswa ybs.
Jakarta, 20 Februari 2014
Kepada Yth.
Bpk. Dona Aji Putra, M.APembimbing SkripsiFakultas Ilmu Tarbiyah cian KeguruanIJIN Syarif HidayatullahJakarta.
As s alamu' alaihtm wr.wb.
Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing VII(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa:
Sri Raimawati
1 100i 8300050
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
VItr (d.elapan)
Peningkatan Kernanrpuan Keterampilan Berbicara Meialui
Metode Story Telling (berbicara) pada Siswa Kelas trI MITarbiyah Al-Islamiyah Kembangan- Jakarta Barat Tahun
Ajaran 201312014
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal 30 januari2014, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional padajudul tersebut. Apabila penrbahao substansial dianggap perlu, mohon pembimbingmenghubungr Jurusan terlebih dahulu-
Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapatdiperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wa s s a I amu' alaikum wr.x,b.
a.n. DekanKetua Program Studi PGMI
OrouL,Dr.Fauzan, M.ANIP 1976 1 I 07 200701 1 0l 3
JI.I$RTA BTRIT
YAYASAT{I TARBTYAH TSLAMTYAH AI-ATAWTYAH (SATRTA)
-lvIl. TARBIYAH AL.ISTAMIYAH SRENGSENGTERAI(REDITASI 'A'
BadanAkreditasi Nasionai Sekoiah i Madrasia ( BAII- - S,iM ) Tahun 2011
Jl. Raya Srengseng No. 26A' Rt.005/06, Srengsengr Kembangan,Jakarta Barat I 1630
NIS: 2ffiA1rc7Telp.: (021) 5855405, Ext. 105 - Fax: (021) 58l;7270
r.Tcc . 111na1na^ ti1\ JJ . L} LLJ L I JUW\,,:I
SURAT KETERANGAN
Nor.nor: 24lMI-JB/SKlXl I 20 1 4
yang berranda tangan di barvah ini, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Tarbil'ah Al-
IsIarni1'ah. Kernbangan. .Takarta Barat menl'atakan bahu'a:
Nama
NIM
Progran-r Studi
Semester
: Sri Rahmawati
: I I 10018300050
: Pendidikan Guru lv{adrasah lbtidaiyah (PGII"II1
: IX (Sembilan)
Adalali benar telah melaksanakan penelitian di N4l Tarbi.vah Al-lslarni.vah-
Kembar.rgan. .Takarta Barat dalam rangka Peur-rlisan Skripsi yang berjr-rdui:
,,pengnruh Media Autlio Visuul (I{urtun) terhadop Keterampilon Bercerita Siswu
I{elas III MI Tarbiyah Al-Islumiyoh Kembangan, Jakurta Barat, Tahun Aiorun
2014/2015 M ".
Dernikian surat keterangan ini diberikan. untttk dapat diketahui dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta. 21 November 2014
Kepala I\4I Tarbiy'ah A1-Islami,vah
P.197106241999032001
KEMENTERIAN AGAMAn#t,{Wltr* UIN JAKARTA; ;;il; FITKYywffi y I Lt r H. Juanda No 95 ciputat 15412 tndanese
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-082
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi: : 01
Hal 1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01/F. 1 /KM.01 .31.19T1..1201 4Lamp.'. Outline/ProposalHal . Permohonan lzin Penelitian
Tembusan:1. Dekan FITK2. Pembantu Dekan Bidang Akademik3. Mahasiswa yang bersangkutan
Jakarta, 4 November 2014
Kepada Yth.
Bapak/lbuKepala Sekolah Ml Tarbiyah Al-lslamiyahdiTempat
Assal am u'ala ikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama . Sri Rahmawati
NIM : 1110018300050
Jurusan : Pendidikan Guru Ml
Semester : 9 (Sembilan)
Judul Skripsi : Pengaruh Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan
Bercerita pada Siswa Kelas lll Ml Tarbiyah Al-lslamiyah
Kembangan, Jakarla Barat, Tahun Ajaran 2014t2015
adalah berrar mahasiswaii Fakuitas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yangsedang menyusun skripsi, dan akan rnengadakan penelitian (riset) diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Wassal am u' al a iku m wr.wb.
a.n. DekanKajur Pehdidikan Guru MI
Dr. Fauzan, MANrP. l9161101200701 r 0r3
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Sri Rahmawati atau biasa dipanggil dengan nama
Eka. Lahir di Jakarta, 30 Agustus 1992. Anak ke-6
dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak H. Matsani
dan Ibu Hj. Nurhayati. Penulis beralamat di
Srengseng Sawah Balong RT/RW 002/004 No. 22
Kembangan, Jakarta Barat. Penulis menempuh
pendidikan di Sekolah Dasar di SDN 03 Pagi,
Kembangan Jakarta Barat (1998-2004), Sekolah
Menengah Pertama di Pondok Pesantren LA-
TANSA (2004-2007), dan Sekolah Menengah Atas
di Pondok Pesantren LA-TANSA (2007-2010), dan
melanjutkan S1 tahun 2010 pada Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi penulis “Pengaruh
Media Audio Visual (Kartun) terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas
III MI Tarbiyah Al-Islamiyah Kembangan, Jakarta Barat, Tahun Ajaran
2014/2015 M”.