pengaruh manajemen laba, corporate...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH MANAJEMEN LABA, CORPORATE
GOVERNANCE, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis guna memenuhi tugas
akhir sebagai syarat meraih gelar sarjana ekonomi
COVER DALAM
Penyusun:
DANY ANDREAN
1113082000023
PROGAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 / 1439
ii
PENGARUH MANAJEMEN LABA, CORPORATE
GOVERNANCE, DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP
AGRESIVITAS PAJAK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh:
DANY ANDREAN
NIM: 1113082000023
Di Bawah Bimbingan:
Atiqah, SE, MS.AK.
NIP.19820120 200912 2 004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H/2018
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 Oktober 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Dany Andrean
2. NIM : 1113082000023
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan
Financial Leverage Terhadap Agresivitas Pajak.”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswi tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 7 Maret 2018
1. Zuwesty Eka Putri, SE., M. AK.
NIP.19800506 200801 2 016
( ____________________ )
Penguji I
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA
NIP. 19720516 200901 1 006
( ____________________ )
Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, 25 Mei 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Dany Andrean
2. NIM : 1113082000023
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan
Financial Leverage Terhadap Agresivitas Pajak.”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang Selatan, 25 Mei 2018
1. Yessi Fitri, SE., M. Si., Ak., CA. ( )
NIP. 19760924 200604 2 002 Ketua
2. Atiqah, SE., MS.AK. ( )
NIP. 19820120 200912 2 004 Sekertaris
3. Dr. Rini., SE., M.Si., AK., CA ( )
NIP. 19760315 200501 2 002 Penguji Ahli
4. Atiqah, SE., MS.AK. ( )
NIP. 19820120 200912 2 004 Pembimbing I
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dany Andrean
NIM : 1113082000023
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Tangerang Selatan, Maret 2018
( Dany Andrean ) 1113082000023
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Dany Andrean
2. Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 9 Mei 1995
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Agama : Islam
5. Anak Ke- dari : 1 dari 3 bersaudara
6. Alamat : Jl. H. Latief 4 Nomor 14, RT 02
RW 08 Kel. Mustika jaya, Kec. Mustika Jaya Bekasi
7. Telepon : 081318283809
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD ( 2001-2007) : SD Negeri 07 Kepanjen
2. SMP ( 2007-2010) : SMP Negeri 26 Bekasi
3. SMA (2010-2013) : SMA Negeri 5 Tambun Selatan
4. S1 (2013-2017) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota ROHIS SMAN 5 Tambun Selatan
2. Anggota OSIS SMAN 5 Tambun Selatan
3. Wakil Ketua Paskibra SMAN 5 Tambun Selatan
4. Panitia OPAK Jurusan Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Anggota Lembaga Dakwah Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Pudji Tarjono
Tempat, tanggal lahir : Malang, 1 Mei 1968
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Ibu : Hernik Purwanti
Tempat, tanggal lahir : Malang, 22 Desember 1973
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. H. Latief 4 Nomor 14, RT 01
RW 02 Kel. Mustika Jaya, Kec Mustika Jaya
Telepon : 081219676771
viii
ABSTRACT
The purpose of this research was found an evidences regarding the
influence of earnings management, corporate governance, and financial leverage
on tax aggresiveness. This research based on purposive sampling method. The
populations of this research used manufacturing companies listed in the Indonesia
Stock Exchange (IDX) of 136 companies. Through the defined criteria, selected a
sample of 16 companies with 5 years observation from 2012-2016. Tax
aggressiveness is measured by CETR formula. Hypothesis in this research were
tested by multiple regression analysis.
The results of this research indicated that earnings management and
financial leverage have significant effect on tax aggressiveness. Instiutional
ownership, qualitions of audit and board independent have no significant effect on
tax aggressiveness..
Keywords: Discesional accrual, institutional ownership, board independent,
leverage, tax agresiveness
ix
PENGARUH MANAJEMEN LABA, CORPORATE GOVERNANCE, DAN
FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti mengenai pengaruh
manajemen laba, corporate governance, dan financial leverage terhadap
agresivitas pajak. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling sebagai
metode pemilihan sampel. Populasi penelitian adalah perusahaan manufaktur
sebanyak 136 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan kriteria, terpilih sampel berjumlah 16 perusahaan dengan
pengamatan selama 5 tahun dari 2012-2016. Agresivitas pajak diukur berdasarkan
rumus CETR. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa manajemen laba dan financial
leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Sedangkan kepemilikan
institusional, kualitas audit, dan dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak.
Kata Kunci: Diskresi akrual, kepemilikan institusional, dewan komisaris
independen, leverage, agresivitas pajak
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, dan sholawat serta salam kepada Rasulullah SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “PENGARUH
MANAJEMEN LABA, CORPORATE GOVERNANCE, DAN FINANCIAL
LEVERAGE TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK”. Penyusunan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas kekuatan Allah SWT yang telah menganugerahkannya.
Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya, Pudji Taryono dan Hernik Purwanti yang telah
memberikan semangat, motivasi dan pelajaran hidup yang sangat berharga
serta doa dan dukungan yang tidak tiada hentinya.
2. Adikku (Kharisma Dwi Kurniawan dan Jihan Salsabila) yang telah
memberikan semangat dan doanya dalam proses penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri, SE, M.Si.,Ak.,CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE, MM,Ak.,CA. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Atiqah, SE, MS.AK. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan waktu dan nasihatnya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi.
xi
7. Semua dosen, guru, dan pendidik yang telah memberikan ilmu-ilmu serta
nasihat-nasihat kepada penulis sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan
Tinggi.
8. Motivator hidup saya (Jhonny, Gustya, Rahman, Adam, Iskandar, Dhean,
dan Ricky)
9. Sekawanan (Abdul, Acong, Atinio, Dzaky, Hugo, Ihsan, Indra, Nazif, Reza,
Ryan, Riza, dan Tirto) terimakasih atas kekompakan dan motivasinya
selama ini.
10. Teman seperjuangan (Dina, Dimas, Neza, David, Iskandar, Naufal, Kartika,
Ifah, Vivi, Fauziah, Wulan, Taufik, Ihsan, dan Irsan) terimakasih atas
perjuangan dan semangatnya selama ini.
11. Keluarga besar Akuntansi 2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima
kasih karena telah menjadi sahabat-sahabat yang menyenangkan selama ini.
12. Sahabat-sahabat KKN SPEKTRA 2016 dan Desa Cisoka, terima kasih
untuk kehangatan dan pengalaman hidup yang sangat berharga yang kalian
berikan.
13. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk bantuannya selama
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 2018
Dany Andrean
xii
DAFTAR ISI
COVER DALAM..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 12
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Tinjauan Literatur ............................................................................... 14
1. Teori Keagenan (Agency) ............................................................. 14
2. Pajak .............................................................................................. 15
3. Agresivitas Pajak ........................................................................... 17
4. Manajemen Laba ........................................................................... 19
5. Corporate Governance .................................................................. 23
6. Financial Leverage ........................................................................ 28
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 29
C. Kerangka Berpikir .............................................................................. 37
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 38
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 42
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 42
B. Metode Penentuan Sampel ................................................................. 42
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 43
D. Metode Analisis.................................................................................. 44
E. Operasional Variabel Penelitian ......................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................. 55
B. Analisis Data ...................................................................................... 56
1. Analisis Statistik Deskriptif ........................................................... 56
2. Uji asumsi klasik ........................................................................... 58
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 66
C. Pembahasan ........................................................................................ 69
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 75
A. Kesimpulan......................................................................................... 75
B. Keterbatasan ....................................................................................... 76
C. Saran ................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78
LAMPIRAN .......................................................................................................... 81
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 29
Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel ................................................................. 54
Tabel 4.1 Kriteria Sampel .................................................................................... 55
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif ................................................................. 56
Tabel 4.3 Uji Kolmogoros-Smirnov .................................................................... 61
Tabel 4.4 Uji Multikolonieritas ........................................................................... 62
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ................................................................................... 63
Tabel 4.6 Uji Glejser ............................................................................................ 65
Tabel 4.7 Koefisiem Determinasi ....................................................................... 66
Tabel 4.8 Uji Statistik F ....................................................................................... 67
Tabel 4.9 Uji Statistik T ....................................................................................... 68
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 37
Gambar 4.1 Grafik Histogram.............................................................................. 59
Gambar 4.2 Grafik normal P-P Plot ..................................................................... 60
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot ............................................................................. 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ........................................... 82
Lampiran 2. Data Perhitungan Sampel ................................................................ 83
Lampiran 3 Hasil Output SPSS ............................................................................ 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bagi negara, pajak merupakan unsur penting dalam penopang
anggaran pengeluaran negara yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Sebagai salah satu sumber pendapatan negara yang
terbesar, pajak merupakan hal yang krusial baik dari segi pelaksanaan,
pemungutan, maupun peraturan perundang-undangannya.
Menteri Keuanga Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers
terkait dengan perkembangan Ekonomi Makro dan Realisasi APBN-
Perubahan Tanhun anggaran 2017 mengatakan bahwa realisasi penerimaan
perpajakan untuk 2017 telah mencapai 91,0% atau menjadi yang tertinggi
dibandingkan dengan realisasi pada dua tahun sebelumnya yang berada di
kisaran 83%, Beliau juga mengungkapkan, realisasi penerimaan sektor
perpajakan mencapai Rp 1.339,8 triliun. Jika dibandingkan 2016 maka
tumbuh 4,3%, dan jika menghilangkan komponen tax amnesty tumbuh
12,4%.
Dari total penerimaan perpajakan Rp 1.339,8 triliun, dari sektor
pajak saja telah mencapai Rp 1.147,59 triliun dari target Rp 1.283,6 triliun.
Di mana, untuk PPh migas mencapai Rp 50,3 triliun atau 120,4% dari target
Rp 41,8 triliun, dan untuk pajak non migas mencapai Rp 1.097,2 triliun atau
88,4% dari target Rp 1.241,8 triliun. Lebih lanjut Sri Mulyani merinci,
2
untuk penerimaan pajak non migas yang mencapai Rp 1.097,2 triliun, terdiri
dari PPh non migas Rp 595,3 triliun atau 80,2% dari target Rp 742,2 triliun.
Pajak Pertambahan nilai (PPn) mencapai Rp 478,4 triliun atau 100,6% dari
target Rp 475,5 triliun. Sedangkan untuk pajak bumi dan bangunan (PBB)
telah mencapai Rp 16,8 triliun atau 108,9% dari target Rp 15,4 triliun. Dan
untuk pajak lainnya Rp 6,7 triliun atau 77,5% dari target Rp 8,7 triliun
(Detik Finance.com, 2017.
Dan untuk penerimaan pajak di tahun 2018 penerimaan sebesar Rp
156,8 triliun atau 11,32% dari target Rp 1.424,7 triliun. Hal tersebut tercatat
sampai dengan 7 Maret 2018. Dirjen Pajak Robert Pakpahan mengatakan
realisasi penerimaan pajak yang mencapai Rp 156,8 triliun per 7 Maret 2018
mengalami pertumbuhan 19,06% dibanding periode yang sama di tahun
2017.
Adapun rincian pendapatan pajak sebagai berikut, Pajak
Penghasilan non Migas (PPh non Migas) sebesar Rp 88,7 triliun, atau 10,8%
dari target. PPh Non Migas tumbuh 20,26% secara year on year (yoy).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) sebesar Rp 67 triliun atau 12,3% dari target. PPN dan PPnBM
tumbuh 18,37% secara year on year. Pajak Bumi Bangunan (PBB) tercatat
minus Rp 133,9 miliar, atau 0,77% dari target. PBB mencatatkan
pertumbuhan minus 134,9% Pajak lainnya sebesar Rp 1,2 triliun, atau
12,7% dari target. Pajak lainnya tumbuh 28,28% secara year on year, (Detik
Finance.com,2018).
3
Sebagai salah satu Wajib Pajak, perusahaan memiliki kewajiban
dalam melakukan pembayaran pajak sesuai dengan peraturan dalam
undang-undang. Namun, pajak dianggap beban oleh perusahaan karena
dianggap sebagai pengurang laba terutama perusahaan yang berorientasi
pada laba. Perusahaan jenis ini mempunyai tujuan untuk memaksimalkan
laba perusahaan guna meningkatkan kekayaan perusahaan.
Sedangkan negara Indonesia juga mempunyai kepentingannya
sendiri, yaitu memaksimalkan pendapatan negara atas pajak, yang mana
kepentingan ini bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Banyak
perusahaan yang akan mencari cara untuk meminimalkan biaya pajak yang
harus dibayar, karena mereka menganggap pajak sebagai faktor pengurang
laba bersih. Oleh karena itu, tidak akan menutup kemungkinan perusahaan
akan menjadi agresif terhadap perpajakan (Chen et al.,2010).
Mangoting (1999) menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan
tax planing yang bertujuan untuk meminimalkan pajak terutang dan
memaksimalkan laba perusahaan sebelum pajak yang optimal. Sedangkan
menurut Chairil Anwar Pohan (2013), Tax Planning adalah proses
mengorganisasi usaha wajib pajak orang pribadi maupun badan usaha
sedemikan rupa dengan memanfaatkan berbagai celah kemungkinan yang
dapat ditempuh perusahaan dalam koridor ketentuan peraturan perpajakan
(loopholes), agar perusahaan dapat membayar pajak dalam jumlah
minimum. Beberapa peneliti dan literatur mendefinisikan
agresifitas pajak dalam berbagai persepsi. Menurut Chen (2008)
4
mendefinisikan agresivitas pajak sebagai “downward management of
taxable income trough tax planning activities”. Sementara Rego, et.al.
(2009), menyatakan agresivitas pajak sebagai “downward manipulation of
taxable income trough tax planning thay may or may not be considered
fraudulent tax evation”. Definisi dari berbagai peneliti ini menimbulkan
pemahaman bahwa tindakan agresivitas dapat dilakukan melalui cara yang
legal maupun illegal (Purwanggono, 2015).
Menurut pendapat lain, Frank, et al. (2009), agresivitas pajak
perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan kena pajak yang
dilakukan perusahaan melalui tindakan perencanaan pajak, baik
menggunakan cara yang tergolong secara legal (tax avoidance) atau ilegal
(tax evasion). Sedangkan menurut Xynas (2011) agresifitas pajak dapat
berupa penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang
pajak yang bersifat legal (Lawful) dan penggelapan pajak (Tax Evasion)
adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal
(Unlawful). Walau tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar
peraturan, namun semakin banyak celah (loopholes) yang digunakan maka
perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak.
Terdapat beberapa kasus yang melibatkan Wajib Pajak Badan,
terutama berkaitan dengan usaha-usahanya dalam meminimalkan beban
pajak yang harus dibayarkan melalui berbagai cara. Beberapa kasus
tindakan agresif terhadap pajak seperti pada perusahaan IKEA, perusahaan
yang bergerak di bidang industri peralatan rumah tangga ini dikabarkan
5
melakukan upaya penghindaran pajak dengan nilai lebih dari $1 milyar.
Upaya penghindaran pajak dalam skala besar ini terjadi dalam kurun waktu
2009 hingga 2014,
Pada tahun 2016, IKEA terlibat dalam usaha penghindaran pajak,
dalam kasus ini melakukan pergeseran laba, atau memindahkan miliaran
euro labanya dari negara-negara berpajak tinggi seperti Inggris, Perancis
dan Jerman ke anak perusahaan atau penerima-penerima lain di negara-
negara dengan pajak rendah atau bahkan tidak ada seperti Linchtenstein atau
Luxembourg. IKEA membebankan biaya royalti dari suatu perusahaan ke
perusahaan lain dalam lingkup kepemilikan yang sama dengan tujuan
meminimalisasi pajak secara keseluruhan. Pada tahun 2014, IKEA diduga
melakukan penghindaran pajak senilai $39.000.000 di Jerman, $ 26 juta di
Perancis dan $13 juta di Inggris (forumpajak.org, 2016).
Terdapat kasus lain dalam penghindaran pajak di tahun 2017 yakni
kasus transfer dana Standart Chartered. Ditjen Pajak mengungkap fakta
bahwa dana sebesar hampir Rp19 triliun ditransfer 81 warga Indonesia dari
Guernsey, kawasan bebas pajak di Inggris, ke Singapura pada akhir 2015.
Diketahui dari 81 WNI, 62 di antara mereka mengikuti program Tax
Amnesty. Direktur Jenderal Pajak, Ken Dwijugiasteadi, mengemukakan
pihaknya sedang memeriksa Surat Pelaporan Tahunan (SPT) pajak dan
Surat Pelaporan Harta (SPH) para nasabah tersebut untuk melihat apakah
ada di antara mereka yang berupaya menghindari atau menggelapkan pajak.
Bila terbukti ada harta yang tidak dilaporkan di SPT dan dideklarasikan di
6
SPH saat tax amnesty, nasabah akan dikenai ketentuan Peraturan
Pemerintah (PP) 36 Tahun 2017 dan Pasal 18 UU Pengampunan Pajak.
Pemerintah akan mengenakan pajak penghasilan (PPh) final untuk harta
yang dianggap sebagai tambahan penghasilan tersebut. Tarif PPh finalnya
yaitu 12,5% untuk wajib pajak tertentu, 25% untuk wajib pajak badan, dan
30% untuk wajib pajak orang pribadi. Nasabah juga akan terkena sanksi
administrasi perpajakan sebesar 200 % dari total pajak penghasilan atas
harta tersebut seusai amanat Pasal 18 UU Pengampunan Pajak
(BBC.com,2017).
Dari laporan keuangan dapat dilihat bahwa perusahaan berusaha
mengurangi laba dengan membesarkan pinjaman yang nantinya bunga
pembayaran dapat mengurangi pajak. Besarnya pajak bagi perusahaan
dihitung melalui perolehan laba bersih perusahaan sebagaimana tercantum
dalam laporan laba-rugi. Semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan
maka akan semakin besar pula kewajiban pajak yang harus dibayarkan,
begitu pun sebaliknya.
Semakin kecil laba yang dihasilkan maka akan semakin kecil
kewajiban pajak yang harus dibayarkan. Menurut Scott (2009). salah satu
motivasi untuk memanajemen laba adalah motivasi pajak. Pada dasarnya
manajemen laba merupakan suatu metode yang dipilih dalam penyajian
informasi laba kepada publik yang telah disesuaikan dengan kepentingan
dari pihak manajer itu sendiri untuk menguntungkan perusahaan dengan
cara menaikkan ataupun menurunkan laba perusahaan.
7
Dengan menggunakan manajemen laba untuk melakukan income
decreasing perusahaan dapat mengurangi penghasilan kena pajak atau
mengurangi pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan, oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi perusahaan dalam melakukan
manajemen laba yang berupa income decreasing, maka semakin tinggi juga
perusahaan agresif terhadap pajak
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto dan
Supramono (2012), dan Novitasari (2017) menemukan bahwa manajemen
laba berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak perusahaan manufaktur.
Oleh karenanya, peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh
manajemen laba terhadap agresivitas pajak perusahaan.
Faktor lain yang dianggap dapat memengaruhi agresivitas pajak
perusahaan adalah corporate governance. Perusahaan yang memiliki
corporate governance yang baik cenderung mengambil tindakan perpajakan
yang tidak beresiko dan lebih taat terhadap peraturan yang telah ditetapkan
(Annisa & Kurniasih, 2012). Surya dan Yustiavandana (2006) mengatakan
penerapan corporate governance yang baik menjadi penting bagi
perusahaan untuk menekan potensi konflik kepentingan antara manajer
dengan pemilik perusahaan.
Dengan menerapakan corporate governance yang baik maka
diharapkan terciptanya pengawasan terhadap kegiatan manajer sehingga
dapat meminimalisasi tindakan agresivitas yang dilakukan oleh perusahaan.
Timothy (2010) menyatakan bahwa corporate governance dapat menekan
8
tingkat agresivitas pajak oleh karena itu semakin bagusnya penerapan
corporate governance pada perusahaan maka semakin kecil kemungkinan
perusahaan melakukan agresivitas pajak.
Pada penelitian ini dalam mengukur pengaruh corporate
governance terhadap agresifitas pajak, peneliti menggunakan proksi
kepemilikan institusional, kualitas audit, dan dewan komisaris independen.
Keberadaan institusi dapat mengawasi secara profesional perkembangan
setiap investasinya yang menyebabkan tingkat pengendalian terhadap
tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi dalam penghindaran
pajak dalam hal ini agresifitas terhadap pajak dapat ditekan atau
diminimalisasi karena semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional
maka semakin rendah tingkat dalam tindakan penghindaran pajak atau
agresifitas pajak (Okrayanti, 2017).
Dengan adanya keberadaan dewan komisaris independen selaku
perwakilan dari para pemegang saham yang dinilai independen dapat
mendorong dilakukannya pengawasan secara professional terhadap kinerja
manajemen dan efektif dalam usaha mencegah tindakan penghindaran pajak
serta mengurangi kecurangan-kecurangan pajak yang dilakukan perusahaan
(Rosalia, 2017).
Faktor selanjutnya adalah financial leverage. leverage sebagai
penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap (fixed rate of return)
dengan harapan memberikan keuntungan yang lebih besar dari pada biaya
tetapnya sehingga akan meningkatkan pengembalian (Keown, 2005). bagi
9
pemegang saham. Aplikasi dari leverage adalah sumber dana melalui utang.
Bunga yang harus dibayar oleh perusahaan akibat utang merupakan beban
tetap. Pasal 6 ayat (1) huruf a UU Nomor 36 tahun 2008 menyebutkan
bahwa bunga sebagai bagian dari biaya usaha yang boleh dikurangkan
sebagai biaya (deductible expense) dalam proses perhitungan PPh badan.
Dalam memenuhi kebutuhan operasional dan investasi, perusahaan
dimungkinkan menggunakan utang. Semakin besar utang maka laba kena
pajak perusahaan semakin kecil. Penggunaan utang menimbulkan beban
bunga yang termasuk deductible expense sehingga penggunaan beban bunga
untuk meminimalisasi beban pajak dapat dikategorikan sebagai tindakan
pajak agresif.
Pada penelitian ini mengacu pada penelitian Novitasari. (2017).
Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini
melakukan penambahan proksi pada variabel corporate governance yaitu
komite kualitas audit dan penambahan variabel yaitu variabel financial
leverage. Serta perbedaan dalam pengukuran variabel manajemen laba,
didalam penelitian ini, pengukuran variabel manajemen laba menggunakan
model Fredlan.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang meneliti perusahaan
sektor properti dan real estate, Penelitian yang dilakukan oleh dilakukan
terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI), namun dengan rentang waktu yang berbeda, yaitu pada periode 2013-
2016, penelitian terdahulu.
10
Alasan lain dipilihnya manajemen laba sebagai salah satu variabel
independen adalah karena adanya perbedaan hasil antara beberapa penelitian
sebelumnya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suryanto dan Pramono
(2012) dan Novitasari (2017), hasil penelitian mereka membuktikan bahwa
manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap agresifitas
pajak perusahaan. Namun hasil yang berbeda ditunjukan pada penelitian
yang dilakukan Amril, dkk (2015) yang menunjukan bahwa manajemen
laba tidak berpengaruh signifikan terhadap agresifitas pajak perusahaan.
Demikian pula alasan dipilihnya proksi kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, dan kualitas audit dalam
variabel corporate governance. Dimana pada penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Okrayanti (2017), Amril (2015) dan Novitasari (2017)
menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
agretifitas pajak namun berbeda dengan penelitian Diantari (2016),
Damayanti (2015), dan Fadhilah (2014) yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap agetifitas pajak.
Dalam penelitian Eksandy (2017) dan Dewi (2014) kualitas audit
berpengaruh terhadap agresifitas pajak, namun hal ini berbeda dengan
penelitian Damyanti (2015), Rosalia (2017), dan Fadhilah (2014) yang
menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap agresifitas
pajak. Dalam penelitian Rosalia (2017) dewan komisaris independen
memiliki pengaruh terhadap tindakan agresifitas pajak, namun hal ini
berbeda dengan penelitian Kurniasih (2013) dan Wijayanti (2017) yang
11
menyatakan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap agresifitas pajak.
Dalam penelitian Widyawati (2016), menyatakan bahwa financial
leverage berpengaruh dan signifikan terhadap agresivitas pajak, namun
dalam penelitian Okrayanti (2017) menyatakan bahwa financial leverage.
Tidak memiliki pengaruh dalam proses tindakan agresif terhadap pajak.
Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil penelitian
sebelumnya yang masih menunjukan hasil yang berbeda sehingga menarik
untuk dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan
yaitu Manajemen laba, kepemilikan institusional, kualitas audit, dewan
komisaris independen dan financial leverage. Sampel yang digunakan
berasal dari sektor industri manufaktur.
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti memilih
judul “ Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan
Financial Leverage Terhadap Agresivitas Pajak”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah Manajemen laba berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak?
2. Apakah corporate governance yang diproksikan dengan
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak?
3. Apakah corporate governance yang diproksikan dengan dewan
komisaris independen berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak?
12
4. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap Agresivitas
Pajak?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk menganalisis manajemen laba berpengaruh terhadap Agresivitas
Pajak
1. Untuk menganalisis pengaruh manajemen laba terhadap
Agresivitas Pajak.
2. Untuk menganalisis pengaruh corporate governance yang
diproksikan dengan kepemilikan institusional berpengaruh
terhadap Agresivitas Pajak.
3. Untuk menganalisis pengaruh corporate governance yang
diproksikan dengan dewan komisaris independen berpengaruh
terhadap Agresivitas Pajak.
4. Untuk menganalisis pengaruh financial leverage berpengaruh
terhadap Agresivitas Pajak.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain:
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan
pengetahuan mengenai pengaruh manajemen laba, corporate
13
governance, dan financial leverge terhadap agresivitas pajak serta
diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya serta sebagai penambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
dampak dilakukannya penghindaran pajak pada perusahaan, serta
memberikan solusi alternatif untuk mengontrol perilaku agresivitas
pajak pada perusahaan.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sarana informasi
tentang aktivitas agresivitas pajak yang terjadi di masyarakat, serta
dapat menjadi sarana untuk menambah pengetahuan akuntansi
khususnya pajak.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Keagenan (Agency)
Teori keagenan diperkenalkan oleh Jensen dan Meckling (1976),
teori ini menjelaskan hubungan yang terjadi antara pemilik dan
pemegang saham (prinsipal) dengan manajer (agen). Hubungan
keagenan muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada
agen tersebut. Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai
suatu titik temu antara pemilik perusahaan (principal) dengan
manajemen (agent).
Agent berkewajiban untuk mengelola perusahaan dengan sebaik-
baiknya. Karena memiliki tanggung jawab yang berat, agent menuntut
principal untuk mendapatkan imbalan yang sesuai dengan permintaan
agent. Hal ini dapat memunculkan asimetri informasi yang
mengakibatkan agency problem (Rosalia 2017).
Agency problem terjadi diantara pemungut pajak (fiskus) dengan
pembayar pajak (manajemen perusahaan). Fiskus berharap adanya
pemasukan sebesar-besarnya dari pemungutan pajak, sementara dari
pihak manajemen berpandangan bahwa perusahaan harus menghasilkan
laba yang cukup signifikan dengan beban pajak yang rendah.
15
Dua sudut pandang berbeda inilah menyebabkan konflik antara
fiskus sebagai pemungut pajak dengan pihak manajemen perusahaan
sebagai pembayar pajak. Pada sistem self assessment, wajib pajak
berperan sebagai agen pelaksana kewajiban perpajakan. Adapun fiskus
berperan sebagai prinsipal dalam hubungan keagenan tersebut. Dalam
upaya melindungi kepentingannya, wajib pajak (agen) akan
mengupayakan berbagai usaha dengan tujuan meminimalkan beban
pajak. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara legal maupun ilegal
(Frank et al. 2009).
Upaya tersebut merupakan tindakan yang dilakukan dengan
sengaja atau merupakan tindakan agresif. Penelitian ini akan meneliti
faktor-faktor apa saja yang membuat wajib pajak berperilaku agresif
saat menjalankan perannya sebagai agen dalam sistem self assessment.
2. Pajak
a. Definisi Pajak
Ada beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Definisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam
Mardiasmo (2011): “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontrapestasi) yang
langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum”.
16
Definisi pajak menurut Prof. Dr. PJA Andriani dalam
Bouty (2010): “Pajak adalah iuran kepada Negara, yang dapat
dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Definisi pajak menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun
2007: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pajak merupakan iuran
wajib bagi rakyat suatu negara kepada negara dengan peraturan
tertentu, dan masyarakat tidak mendapatkan timbal balik secara
langsung, dan iuran tersebut digunakan oleh negara untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011), yaitu fungsi
budgetair dan fungsi regulerend. Fungsi budgetair. Pajak
sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya. Fungsi mengatur (regulerend).
17
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
c. Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2011) sistem pemungutan pajak
diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu official assessment
system, self assessment system dan with holding system.
Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan
yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan
pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak
yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan
fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak.
3. Agresivitas Pajak
Tindakan agresivitas pajak, yang mana tindakan tersebut dilakukan
dengan cara meminimalisasi jumlah kena pajak yang diperoleh
perusahaan, merupakan hal yang sering terjadi pada perusahaan-
perusahaan besar saat ini. Menurut Novitasari (2017) Agresivitas pajak
18
merupakan sebuah tindakan manipulasi untuk menurunkan penghasilan
melalui perencanaan pajak, baik yang berhubungan dengan tax evasion
maupun tidak.
Tax evasion (penggelapan pajak) sebagai penghindaran pajak
dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan (Suyanto, 2012).
Sedangkan Lanis dan Richardson (2012) menyebutkan bahwa tindakan
agresivitas pajak dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak
bertanggung jawab secara sosial. Keputusan tindakan agresivitas pajak
dilakukan oleh manajemen sehingga dikhawatirkan akan membuka
peluang bagi manajemen untuk melakukan tindakan agresivitas pajak
tanpa memperhatikan keberlangsungan jangka panjang perusahaan.
Hal ini tidak sesuai dengan aturan yang telah berlaku baik di
masyarakat maupun dalam pemerintahan. Pemerintah, sebagai penerima
pajak, akan dirugikan dengan tindakan tersebut karena dapat
mengurangi pendapatan pemerintah untuk pembangunan negara. Bagi
masyarakat, dampak yang akan didapatkan adalah mereka tidak
mendapatkan fasilitas yang memadai dan menunjang pembangunan
yang didapat dari pemerintah atas tindakan tersebut.
Untuk mengukur perusahaan yang melakukan agresivitas pajak
dapat menggunakan proksi Cash Effective Tax Rate (CETR) yaitu kas
yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
Dimana semakin besar Cash ETR ini mengindikasikan bawa semakin
rendah tingkat penghindaran pajak perusahaan (Damayanti, 2015).
19
4. Manajemen Laba
Heally dan Wahlen (1999) dalam Riahi dan Belkaoui (2006)
menyatakan bahwa Manajemen Laba (Earnings Management) terjadi
ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka dalam
pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan
keuangan dengan tujuan untuk menyesatkan pemangku kepentingan
mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk memengaruhi
hasil-hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi
yang dilaporkan.
Pihak manajemen memiliki wewenang untuk memilih opsi dan
aturan-aturan yang diterapkan dalam perlakuan akuntansi. Melalui
wewenang tersebut memberikan keleluasaan bagi manajemen dalam
mengelola laba perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan
sesuai dengan kepentingannya, yaitu memperoleh insentif dari hasil
kinerjanya yang diukur dari besarnya laba yang dicapai.
Praktik manajemen laba memiliki kaitan yang erat dengan
motivasi-motivasi pihak manajemen dalam memenuhi sasaran yang
ingin dicapai maupun penggunaan judgement dalam penyusunan
laporan keuangan. Tingkat praktik manajemen laba dalam perusahaan
mencerminkan seberapa baik kualitas laba yang dilaporkan oleh
perusahaan. Semakin tinggi tingkat manajemen laba akan
20
meningkatkan asimetri informasi yang terjadi antara principal dan
agen.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bila manajer sering
berusaha menonjolkan prestasinya melalui tingkat keuntungan atau laba
yang dicapai (Priantara, 2013). Mengingat kecenderungan praktik
manajemen laba adalah untuk short-term earnings. Akers dalam
Priantara (2013) mendefiniskan earnings management sebagai upaya
manajemen mempengaruhi atau memanipulasi laba yang dilaporkan
dengan metode akuntansi atau perubahan metode, pengakuan transaksi
sesaat yang tidak berulang, menangguhkan atau mempercepat beban
atau pendapatan, atau penggunaan metode lain untuk mempengaruhi
laba jangka pendek.
Dalam praktiknya, manajer sering termotivasi untuk mendapatkan
keuntungan pribadi melalui penghargaan langsung seperti kenaikan gaji
dan bonus atau penghargaan tidak langsung seperti promosi masa
depan, prestise, dan keamanan kerja. Imbalan ini diberikan kepada
manajer berdasarkan kinerja laba perusahaan. Jika insentif didasarkan
pada kinerja keuangan perusahaan, manajer dapat tergoda untuk
bertindak sesuai kepentingan mereka sendiri dan untuk mengesankan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya mengenai kinerja
perusahaan yang baik melalui manajemen laba.
Keleluasaan manajemen atas laba yang dilaporkan dan
pengaruhnya terhadap kompensasi manajemen menyebabkan masalah
21
agensi potensial (Bukit & Iskandar, 2009). Earnings management juga
tidak dapat secara langsung dapat diamati. Sehingga dibutuhkan suatu
proksi untuk dapat mengidikasi terjadinya manjemen laba. Dalam
beberapa penelitian, discretionary accruals digunakan sebagai proksi
untuk manajemen laba. Penggunaan discretionary accruals sebagai
proksi manajemen laba dihitung menggunakan Model Friedlan.
Scott (2012) menyatakan bahwa terdapat beberapa pola dalam
manajemen laba, yaitu:
1. Taking a bath Pola ini dapat terjadi saat ada tekanan
organisasioanal pada saat pergantian manajemen baru. Teknik ini
dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya pada periode
mendatang dan kerugian periode berjalan. Konsekuensinya
manajemen melakukan write off asset dengan membebankan
perkiraan-perkiraan biaya mendatang. Akibatnya laba periode
berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2. Income minimization Pola manajemen ini hampir sama dengan
taking a bath namun tidak terlalu ekstrim. Pola ini dilakukan pada
saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar
tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off
atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan biaya
iklan, biaya riset dan pengembangan, menggunakan metode
22
persediaan yang dapat mengecilkan pendapatan, tujuannya yaitu
untuk kepentingan pajak.
3. Income maximization Pola manajemen laba income maximization
dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan
periode berjalan lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. Pola
ini
4. dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih
besar, meningkatkan keuntungan, menghindari pelanggaran atas
kontrak hutang jangka panjang, ataupun untuk menarik investor.
5. Income smoothing Perataan laba (income smoothing) merupakan
cara yang paling populer dan sering dilakukan. Perataan laba
merupakan salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan
dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten (smooth)
dari periode ke periode.
Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau
meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba,
sehingga perusahaan terlihat stabil atau tidak berisiko tinggi. Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa earnings management
merupakan tindakan yang dilakukan manajemen untuk memanipulasi
laba yang tujuannya untuk kepentingan pribadi manajemen.
23
5. Corporate Governance
Di era globalisasi pasar saat ini setiap perusahaan selain dituntut
untuk semakin inovatif juga harus mempunyai tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) agar dapat terus bertahan.
Komite Cadburry mendefinisikan Good Corporate Governance,
sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan
dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin
kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada
stakeholders.
Sedangkan menurut Center for European Policy Studies (CEPS)
GCG merupakan seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak, proses
serta pengendalian, baik yang ada di dalam maupun diluar manajemen
perusahaan. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
di dalam situs resminya menyebutkan bahwa secara umum istilah good
corporategovernance merupakan sistem pengendalian dan pengaturan
perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara
berbagai pihak yang mengurus perusahaan (hard definition),
maupun ditinjau dari "nilai-nilai" yang terkandung dari mekanisme
pengelolaan itu sendiri (soft definition).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006),
setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Untuk mencapai
24
kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders) diperlukan
asas GCG, sebagai berikut:
a) Transparancy
Menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang meterial dan relevan dengan cara yang
mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah
yang diisyaratkan oleh perundang-undangan, tetapi juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur
dan pemangku kepentingan lainnya.
b) Akuntabilitas
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya
secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola
secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan
dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
c) Responsibility
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka
panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
25
d) Independency
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan
tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
e) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
Adanya sistem corporate governance diperusahaan diyakini akan
meminimalisasi tindakan agresivitas pajak. Karena itu diduga dengan
semakin besarnya kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial
maka akan meminimalisasi tindakan agresivitas pajak (Okrayanti, 2017)
dan (Ratnasari, 2015), semakin tingginya kualitas kualitas audit diyakini
akan menekan tindakan agresivitas perusahaan terhadap pajak , semakin
banyak jumlah komite audit dapa minimalisasi tindakan agresivitas
terhadap pajak dalam perusahaan (Rosalia, 2017). Oleh karena itu, di
dalam penelitian ini maka, peneliti menggunakan unsur kepemilikan
institusional, kualitas audit, serta dewan komisaris independen dalam
pengukuran corporate governance.
a. Kepemilikan institusional
Kepemilikan saham institusional adalah prosentase saham
yang dimiliki institusi dan kepemilikan blockholder, yaitu
26
kepemilikan individu atas nama perorangan diatas lima persen
tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan manajerial
(Rosalia, 2017). Kepemilikan institusional adalah kepemilikan
saham oleh perusahaan, lembaga, bank, dan lain sebagainya.
Menurut Shely (2017), kepemilikan institusional merupakan pihak
yang memonitor perusahaan dengan kepemilikan institusi yang
besar (lebih dari 5%) mengidentifikasikan kemampuannya untuk
memonitor manajemen lebih besar.
Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional
sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Pihak
institusional yang menguasai saham lebih besar daripada pemegang
saham lainnya dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan
manajemen yang lebih besar juga sehingga manajemen akan
menghindari perilaku yang merugikan para pemegang saham.
Pihak investor institusional akan melakukan pengawasan
secara aktif terhadap kinerja perusahaan karena di dalam institusi
investor itu sendiri terdapat pihak yang professional dalam
melakukan pengawasan. Adanya pengawasan yang aktif dari pihak
investor institusional menyebabkan tekanan pada perusahaan agar
berfokus pada kepentingan konsentrasi kepemilikan institusional
maka akan mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh
perusahaan.
27
b. Dewan Komisaris Independen
Teori keagenan menyatakan bahwa konflik kepentingan
antara agent dengan principal dapat dikurangi dengan pengawasan
yang tepat. Adanya dewan komisaris yang independen akan
meningkatkan kualitas fungsi pengawasan dalam perusahaan.
Semakin besar proporsi komisaris independen
menunjukkan bahwa fungsi pengawasan akan lebih baik
(Noviawan dan Septiani, 2013). Komisaris independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan manajemen,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,
serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen
(KNKG, 2006 dalam Ghozali, 2012).
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris
yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,
kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
dewan komisaris lainnya, direksi dan/atau pemegang saham
pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen. Komisaris
independen memiliki peranan penting dalam memonitor
perusahaan (FCGI, 2002).
28
6. Financial Leverage
Leverage merupakan rasio yang menandakan besarnya modal
eksternal yang digunakan perusahaan untuk melakukan aktivitas
operasinya. Hasil perhitungan rasio leverage menandakan seberapa besar
aset yang dimiliki perusahaan berasal dari modal pinjaman perusahaan
tersebut. Apabila perusahaan memiliki sumber dana pinjamantinggi, maka
perusahaanakan membayar beban bungatinggi kepada kreditur (Noviari
2015). Menurut Widyawati (2016), leverage merupakan tingkat hutang
yang digunakan perusahaan dalam melakukan pembiayaan. Leverage
menggambarkan tingkat risiko dari suatu perusahaan yang diukur dengan
membandingkan total kewajiban perusahaan dengan total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan.
Beban bunga akan mengurangi laba, sehingga dengan
berkurangnya laba maka mengurangi beban pajak dalam satu periode
berjalan. Perusahaan dapat menggunakan tingkat leverage untuk
mengurangi laba dan akan berpengaruh terhadap berkurangnya beban
pajak (Brigham & Houston, 2010).
Ozkan (2001) menyebutkan bahwa perusahaan yang memiliki
kewajiban pajak tinggi akan memiliki utang yang tinggi pula, sehingga
perusahaan sengaja berutang tinggi untuk mengurangi beban pajak. Dalam
penelitian ini untuk mengukur financial leverage menggunakan proksi
Debt Equity Ratio (DER) yaitu menggunakan perbandingan antara total
liabilitas dengan total aset perusahaan (Widyawati 2016).
29
B. Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan tabel mengenai data dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Berlanjut ke halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1
Suyanto dan Supramono
(2012)
Likuiditas, Leverage, Komisaris
Independen, dan Manajemen Laba
Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan
Variabel:
Komisaris Independen,
Manajemen Laba,
Agresivitas Pajak
Perusahaan
Sampel: Perusahaan
Manufaktur
Variabel:
Likuiditas, Leverage
Sampel:
Perusahaan
Manufaktur Periode
2006-2010
Hasl penelitian ini menunjukan
bahwa
Manajemen Laba dan Leverage
berpengarh positif terhadap
Agresivitas perusahaan, Komisi
Independen berdampak negatif
terhadap agresivitas perusahaan,
dan Liuiditas tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
2. Amril, dkk
(2015)
Pengaruh Manajemen Laba dan
Corporate Governance Terhadap
Agresivitas Pajak Manufaktur
yang Listing di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2011-
2013
Variabel:
Manajemen Laba,
Kepemilikan
Institusional, Agresivitas
Pajak
Sampel:
Perusahaan Manufaktur
Pengukuran Variabel
Agresivitas pajak
menggunakan Effective Tax
Rate
(ETR)
Sampel:
Perusahaan Manufaktur
Periode 2011-2013
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Manajemen laba tidak berpengaruh
signifikan terhadap Agresivitas Pajak,
sedangkan kepemilikan institusional dan
komisioner independen berpengaruh
signifikan terhadap agresivitas pajak.
3 Damayanti
dan Susanto
(2015)
Pengaruh Komite Audit, Kualitas
Audit, Kepemilikan Institusional,
Risiko Perusahaan, dan Return
On Assetes Terhadap Tax
Avoidance
Variabel:
Komite Audit, Kualitas
Audit, Kepemilikan
Institusional, dan Risiko
Perusahaan
Variabel:
Return On Assets
Sampel:
Pada Perusahaan Properti dan
Real Estate periode 2010-2013
Hasil pada penelitian ini menunjukan
bahwa
risiko perusahaan dan return on assets
berpengaruh terhadap tax avoidance.
Sedangkan komite audit, kualitas audit dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap tax avoidance.
Berlanjut ke halaman berikutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Berlanjut ke halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
4 Fadhilah
(2014)
Pengaruh Good Corporate
Governance terhadap Tax
Avoidance (Studi Empiris
Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar
di BEI 2009-2011)
Variabel:
Kepemilikan Institusional,
Dewan Komisaris
Independen, Kualitas
Audit
Variabel:
Kepemilikan Manajerial
Sampel:
Pada perusahaan
manufaktur periode
2009-2011
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa
Kepemilikan Institusional, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, dan Kualitas Audit tidak
berpengaruh terhadap Tax Avoidance, sedangkan
komite audit berpengaruh positif terhadap tax
avoidance
5 Dewi dan Jati
(2014)
Pengaruh Karakteristik
Eksekutif, Karakteristik
Perusahaan, dan Dimensi
Tata Kelola Perusahaan
yang baik pada Tax
Avoidance di Bursa efek
Indonesia
Variabel:
Kualitas Audit, Dewan
Komisaris Independen, dan
Kepemilikan Institusional
Sampel: Perusahaan
Manufaktur
Variabel:
Risiko Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, dan
Komite Audit
Sampel:
Perusahaan Manufaktur
periode 2009-2012
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Risiko
Perusahaan, kualitas audit, serta komite audit
mempunyai pengaruh terhadap praktik penghindaran
pajak
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
6
Diantari
dan
Ulupui
(2016)
Pengaruh Komite
Audit, Prporsi Komisaris
Independen, dan Kepemilikan
Institusional terhadap Tax
Avoidance
Variabel:
Komite Audit,
Kepemilikan
Institusional
Variabel:
Komisaris Independen
Sampel:
Perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada BEI periode
2012-2014
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa komite audit
dan proporsi komisaris independen berpengaruh negatif
terhadap tax avoidance, proporsi kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance,
dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol
berpengaruh positif terhadap tax avoidance.
7 Widyawati
(2016)
Pengaruh Komisaris ,
Komite Audit dan Kualitas
Audit terhadap Penghindaran
Pajak
Variabel:
Leverage
Variabel:
Ukuran Perusahaan, Intensitas
Modal, dan Intensitas
Persediaan
Sampel:
Perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi periode
2012-2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan dan leverage.perusahaan memiliki pengaruh
dalam praktik penghindaran pajak, namun variabel
intensitas persediaan dan intensitas modal tidak
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak
perusahaan
Berlanjut ke halaman berikutnya
33
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Berlanjut ke halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
8 Eksandy
(2017)
Pengaruh
Komisaris,
Komite Audit,
dan Kualitas
Audit terhadap
Penghindaran
Pajak (tax
Avoidance)
Variabel:
Komite Audit dan
Kualitas Audit
Pengukuran
agresivitas pajak
menggunakan
CETR
Variabel:
Komisaris
Independen
Sampel:
Perusahaan sektor
barang konsumsi
periode 2010-2014
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen dan kualitas
audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance, komite audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Secara simultan komisaris
independen, komiteaudit dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak(tax
avoidance).
9 Okrayanti,
dkk
(2017)
Pengaruh
Karakteristik
Perusahaan dan
Corporate
Governance
terhadap Tax
Avoidance
Variabel:
Kepemilikan
Institusional dan
komite audit
Pengukuran
agresivitas pajak
menggunakan
CETR
Variabel:
Karakteristik
perusahaan
Sampel:
Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar dalam BEI
periode 2011-2015
Hasil penelitian secara parsial menunjukan bahwa leverage, intensitas
modal, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance, ukuran perusahaan dan kepemilikan
institusional berpengaruh terhadap tax avoidance. Sedangkan hasil
penelitian secara simultan menunjukan ukuran perusahaan, leverage,
intensitas modal, proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan
institusional dan komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance.
34
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
10 Rosalia
(2017)
Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, dan Corporate
Governance terhadap
Penghindaran pajak
Variabel:
Komite audit dan kualitas
audit
Pengukuran agresivitas
pajak menggunakan CETR
Variabel:
Profitabilitas dan
Likuiditas
Sampel pada
perusahaan BUMN
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa: return on
asset tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak;
current ratio tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak;
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak; komisaris independen berpengaruh
negatif terhadap penghindaran pajak; kualitas audit tidak
berpengaruh terhadap penghindaran pajak; komite audit
berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.
Berlanjut ke halaman berikutnya
35
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Berlanjut ke halaman berikutnya
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
11 Novitasari
(2017)
Pengaruh Manajemen
laba, corporate
governance, dan
intensitas modal
terhadap Agresivitas
pajak perusahaan
Variabel:
Manajemen
laba, corporate
governance,
dan agresivitas
pajak
Variabel:
Intensitas Modal
Sampel perusahaan
pada perusahaan
real estate dan
properti
Dalam penelitian ini menunjukan bahwa manajemen laba, kepemilikan
institusional, dan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak, sedangkan kepemilikan manajerial, internsitas pertemuan,
dan komite audit tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak
12 Kurniasih
(2013)
Pengaruh return on
Assets, Leverage,
Corporate
Governance, ukuran
Perusahaan. dan
Kompensasi Rugi
Fiskal pada Tax
Avoidance
Variabel:
Leverage,
corporate dan
governance
Variabel:
Return on assets,
ukuran perusahaan,
dan kompensasi
rugi fiskal
Return on Assets (ROA), Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance sedangkan
Leverage dan Corporate Governance tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap tax avoidance.
36
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
13 Wijayanti
(2017)
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan, GCG, dan
CSR terhadap
Penghindaran Pajak
Variabel:
Leverage,
komisaris
independen
Variabel:
Ukuran perusahaan,
CSR, dan komite
Audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage, komisaris independen, komite
audit dan Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan, hanya ukuran perusahaan dan intensitas modal yang berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan.
14
Nor Shaipah
Abdul
Wahab and
Kevin
Holland
(2012)
Tax Planning,
corporate Goernance,
and Equity Value
Variabel
Corporate
Governance
dan Proksi
cash ETR
Sampel pada
perusahaan fima di
inggris
Penelitian ini menunjukkan Hubungan yang kuat dengan masuknya tindakan
tata kelola perusahaan yang dapat dilakukan
diharapkan dapat memoderasi implikasi potensial dari manajer pemegang
saham terkait pajak
asimetri informasi
37
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1
Pajak
Persepsi Pemerintahan
(Pemungut Pajak)
Persepsi Perusahaan
(Wajib Pajak) GAP
Pendapatan pajak yang harus
bertambah Beban yang harus dikurangi
Masalah: Perusahaan yang berupaya dalam melakukan pengurangan beban pajak
Manajemen Laba (DA)
Kepemilikan
Institusional
Dewan Komisaris
Indepeden
Financial Leverage
Agresivitas Pajak
Metode Penelitian: Model Analisis Berganda
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
38
D. Hipotesis Penelitian
a) Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak
Manajemen Laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh
manajer untuk menaikkan dan menurunkan laba periode berjalan dari
sebuah perusahaan tanpa menyebabkan kenaikan dan penurunan laba
ekonomis perusahaan jangka panjang. Pada saat ini yang menjadi fokus
utama yaitu motivasi pajak. Hal ini dapat dijelaskan karena dasar
pengenaan pajak adalah jumlah penghasilan kena pajak yang dilaporkan oleh
perusahaan maka perusahaan cenderung menjaga labanya pada level
tertentu.
Sehingga dapat diprediksikan bahwa perusahaan dengan tingkat
pendapatan yang cenderung meningkat akan melakukan income
decreasing untuk menurunkan pendapatan kena pajak sehingga perusahaan
dapat melakukan penghematan atas beban pajak. Menurut Shely (2017)
semakin besar income decreasing yang dilakukan maka perusahaan tersebut
juga terindikasi berperilaku agresif terhadap pajak perusahaan karena laba
menjadi patokan untuk mengukur besarnya beban pajak perusahaan.
Sehingga dirumuskan hipotesis penelitian, sebagai berikut:
H1: Manajemen Laba mempengaruhi Tindakan Agresivitas Pajak.
b) Kepemilikan Institusional terhadap Agresivitas Pajak
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh
perusahaan, lembaga, bank, dan lain sebagainya. Menurut Faisal (2004:
199), kepemilikan institusional merupakan pihak yang memonitor
39
perusahaan dengan kepemilikan institusi yang besar (lebih dari 5%)
mengidentifikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen lebih
besar. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional sangat
bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan. Pihak institusional
yang menguasai saham lebih besar daripada pemegang saham lainnya
dapat melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen yang lebih
besar juga sehingga manajemen akan menghindari perilaku yang
merugikan para pemegang saham.
Pihak investor institusional akan melakukan pengawasan secara
aktif terhadap kinerja perusahaan karena di dalam institusi investor itu
sendiri terdapat pihak yang professional dalam melakukan pengawasan.
Adanya pengawasan yang aktif dari pihak investor institusional
menyebabkan tekanan pada perusahaan agar berfokus pada kepentingan
ekonomi para investor institusional yaitu laba yang tinggi.
Besar kecilnya konsentrasi kepemilikan institusional maka akan
mempengaruhi kebijakan pajak agresif oleh perusahaan. Sehingga
dirumuskan hipotesis penelitian, sebagai berikut:
H2: Kepemilikan Institusional mempengaruhi Tindakan Agresivitas
Pajak.
40
c) Dewan Komisaris Independen terhadap Agresivitas Pajak
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen (KNKG, 2006 dalam Ghozali, 2012).
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham
dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya,
direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang
dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Komisaris independen memiliki peranan penting dalam memonitor
perusahaan (FCGI, 2002). Dengan adanya dewan komisaris independen
sebagai wakil dari pemegang saham yang telah dinilai independen
diharapkan dapat mengawasi tindakan yang dilakukan dalam perusahaan.
berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
H3: Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap Agresivitas
Pajak.
d) Financial Leverage terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaan dengan jumlah utang yang tinggi menyebabkan
penurunan Cash ETR. Hal ini dikarenakan besar keuntungan yang
41
diperoleh dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang, sehingga
mengurangi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Dengan laba bersih
yang semakin rendah maka pajak yang dibayar oleh perusahaan semakin
kecil, sebaliknya pada tingkat penggunaan utang yang rendah maka
berdampak terhadap tingginya cash ETR yang dibayar oleh perusahaan.
Semakin besar utang perusahaan maka beban pajak akan menjadi lebih
kecil karena bertambahnya unsur biaya usaha dan pengurangan yang
berarti bagi perusahaan yang terkena pajak yang tinggi. Sehingga
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H4: Financial Leverage berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini menguji
pengaruh dari variabel independen yang terdiri dari Manajemen Laba,
Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen dan Financial
Leverage terhadap variabel dependen, yaitu Agresivitas Pajak.
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat
dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder berupa semua perusahaan yang telah
menerbitkan laporan keuangan periode 2012-2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan 2016.
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu pemilihan sampel
secara tidak acak di mana harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian. Adapun kriteria tersebut
adalah sebagai berikut:
43
Sampel merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut untuk periode 2012,
2013, 2014, 2015, dan 2016.
Perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan
tahunan termasuk laporan keuangan tahunan secara lengkap
dalam website BEI atau website resmi lainnya periode tahun
2012, 2013, 2014, 2015, dan 2016.
Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah dalam
pelaporan keuangannya.
Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode 2012-
2016.
C. Metode Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka dan
dokumentasi. Dalam metode dokumentasi ini, penelitian mempelajari dan
mengambil data berupa dokumen-dokumen dari beberapa sumber seperti
internet, buku, jurnal, dan sumber lainnya baik dalam format kertas hasil
cetakan maupun dalam format elektronik yang berkaitan dengan judul
penelitian ini.
Pengumpulan data ini juga bertujuan untuk memperoleh data mengenai
laporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan kebutuhan penelitian ini
yaitu berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur dari Bursa Efek
Indonesia (BEI) melalui website www.idx.co.id.
44
D. Metode Analisis
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi umum
dari variabel penelitian, yaitu gambaran suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtoris dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,
2013).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model
penelitian telah memenuhi syarat, yakni lolos dari uji asumsi klasik.
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mendeteksi ada/tidaknya
penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi berganda yang
digunakan. Pengujian ini terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi dan heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2013). Dasar pengambilan keputusan
untuk uji normalitas data adalah sebagai berikut:
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, dan pada tabel Kolmogorov-smirnov
45
signifikansinya lebih dari 5% (>0,05) maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, dan pada tabel Kolmogorov-
smirnov signifikansinya kurang dari 5% (< 0,05) maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2013). Untuk
mengetahui ada/tidaknya multikolonieritas adalah dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variable independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF =1/Tolerance). Kriteria pengambilan keputusan
dengan nilai tolerance dan VIF adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai tolerance ≥ 0,10 atau nilai VIF ≤ 10, maka
berarti tidak terjadi multikolonieritas.
46
b. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau nilai VIF ≥ 10, maka
berarti terjadi multikolonieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
(problem autokorelasi) pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji
run test. Jika nilai run test memiliki tingkat signifikan di atas >
0,05 berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2013).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka di sebut
homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013). Model regresi yang baik adalah model regresi
yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot
dan uji statistik.
47
Grafik Plot merupakan cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel dependen ZPRED dengan residualnya SRESID.
Dasar analisisnya adalah: Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola teratur, maka telah teridentifikasi
terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-
titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heterokedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini akan menggunakan Software SPSS untuk
memprediksi hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
a. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini akan menggunakan alat analisis regresi berganda
untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dengan ke enam
variabel independen. Tujuan analisis regresi berganda ialah
menggunakan nilai-nilai variabel independen yang diketahui, untuk
meramalkan nilai variabel dependen.
Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana:
Y= Agresivitas Pajak e = error
48
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1= Manajemen Laba
X2= Kepemilikan Institusional
X3= Dewan Komisaris Independen
X4= Financial Leverage
a. Uji Koefiseien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependennya. Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1 (
0 < R2 < 1), dimana semakin besar nilai R2 suatu regresi atau
nilainya mendekati 1, maka hasil regresi tersebut semakin baik. Hal
ini berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen penelitian.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, maka criteria
pengujian atau dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut
(Ghozali, 2013):
1) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, berarti variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
49
2) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, berarti variabel independen
secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah agresivitas pajak. Agresivitas pajak
merupakan keinginan Wajib Pajak (WP) untuk meminimalkan
beban pajak yang dibayar dengan cara yang legal, illegal
maupun kedua-duanya. Adapun proksi utama yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Cash Effective Tax Rate (CETR) yang
dihitung dari:
𝐶𝐸𝑇𝑅 =𝐾𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
Pendapatan Sebelum Pajak . . . . . . 1
CETR menggambarkan persentase total pajak penghasilan yang
sesungguhnya dibayarkan perusahaan dari total pendapatan
sebelum pajak yang diperoleh, dilihat dari laporan arus kas
perusahaan. Semakin rendah ETR yang dimiliki perusahaan
(mendekati 0), maka semakin agresif suatu perusahaan terhadap
pajak penghasilan yang harus dibayarkan.
50
2. Variabel Independen (X)
Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen, yaitu
Manajemen Laba, Kepemilikan Institusional, Kualitas Audit, Dewan
Komisaris Independen dan Risiko perusahaan,
a. Manajemen Laba
Manajemen laba yang dilakukan oleh para menajer pada
pencatatan penyusunan laporan keuangan perusahaan
menyebabkan informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan tidak akurat dan tidak menggambarkan nilai yang
sesungguhnya. Usaha-usaha yang dilakukan manajemen dalam
merekayasa laporan keuangan sering menggambarkan bahwa
perusahaan dalam kondisi tidak baik sehingga auditor dapat
mengeluarkan opini going concern.
Manajemen laba dapat diukur dengan menggunakan proksi
discretionary accrual berdasarkan Model Friedlan yang
merupakan pengembangan Model Healy (1985) dan Model De
Angelo (1986). Model Friedlan (1994) menyatakan restriksi
bahwa akrual nondiskresi stasioner antara kondisi bisnis yang
berbeda. Friedlan mengasumsikan akrual nondiskresioner adalah
51
proporsional pada aktivitas operasi yang diukur dengan sales (S).
Manfaat utama dari model ini adalah tidak membutuhkan
persyaratan akan ketersediaan data yang tinggi. Penelitian yang
menggunakan Model Friedlan dilakukan oleh Gumanti (2001).
Perhitungan discretionary accrual menurut Model Friedlan
adalah sebagai berikut: menghapus aset, pengakuan atau
penundaan pendapatan dan menganggap biaya atau modal suatu
pengeluaran.
Perhitungan discretionary accruals menurut model Friedlan
(1994) adalah sebagai berikut:
DACpt = (TACpt / SALEpt) – (TACpd / SALEpd)
Keterangan :
DACpt : Discretionary accruals pada periode tes
TACpt : Total accruals pada periode tes
TACpd : Total accruals pada periode dasar
SALEpt : Penjualan pada periode tes
SALEpd : Penjualan pada periode dasar
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh
pihak institusional. Kepemilikan institusional dalam berdasarkan
penelitian Diantari (2016), Kepemilikan Institusional dihitung
52
dengan menggunakan rasio kepemilikan saham institusional dibagi
total saham yang beredar.
𝐾𝐼 =Saham Institusional
Total Saham yang Beredar
c. Dewan Komisaris Independen
Dewan Komisaris independen merupakan dewan komisaris
yang berasal dari luar perusahaan yang tidak terafiliasi dengan
perusahaan pengaruh struktur dewan komisaris. Hal tersebut
bisa didefinisikan mekanisme corporate governance melalui
ukuran dewan komisaris dan persentase dewan komisaris
independen.
Dalam penelitian ini dewan komisaris independen diukur
dengan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen
dengan jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan
komisaris perusahaan sampel (Okrayanti, 2015).
d. Financial Leverage
leverage merupakan tingkat hutang yang digunakan
perusahaan dalam melakukan pembiayaan. Leverage
menggambarkan tingkat risiko dari suatu perusahaan yang diukur
dengan membandingkan total kewajiban perusahaan dengan total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
53
Beban bunga akan mengurangi laba, sehingga dengan
berkurangnya laba maka mengurangi beban pajak dalam satu
periode berjalan. Perusahaan dapat menggunakan tingkat leverage
untuk mengurangi laba dan akan berpengaruh terhadap
berkurangnya beban pajak (Brigham & Houston, 2010).
Ozkan (2001) menyebutkan bahwa perusahaan yang
memiliki kewajiban pajak tinggi akan memiliki utang yang tinggi
pula, sehingga perusahaan sengaja berutang tinggi untuk
mengurangi beban pajak. Dalam penelitian ini untuk mengukur
financial leverage menggunakan proksi Debt Equity Ratio (DER)
yaitu menggunakan perbandingan antara total liabilitas dengan total
aset perusahaan (Widyawati 2016). Rumus untuk menghitung DER
sebagai berikut (Widyawati,2016):
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100 %
54
Tabel 3.1 Tabel Operasional Variabel
No Variabel Indikator Skala
1 Agresivitas Pajak 𝐶𝐸𝑇𝑅 =Pajak yang dibayar
Laba sebelum pajak Rasio
2 Manajemen Laba 𝐷𝐴𝐶𝑝𝑡 =𝑇𝐴𝐶𝑝𝑡
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑝𝑡−
𝑇𝐴𝐶𝑝𝑑
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠𝑝𝑑 Rasio
3
Kepemilikan
Institusional
𝐾𝐼 =Jumlah Saham Institusional
Total Saham yang beredar Rasio
4
Dewan Komisaris
Independen 𝐷𝐾𝐼 =
Jumlah Komisaris Independen
Total Jumlah Komisaris Rasio
5 Leverage 𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100 % Rasio
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
BEI periode 2012-2016. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan data yang
didapat terdapat perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama
periode 2012-2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purpose
sampling, dan data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Kriteria Sampel
No Kriteria Tidak Masuk
Kriteria
Masuk
Kriteria
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2016
0 136
2 Perusahaan yang terdaftar secara berturut turut di
BEI selama tahun 2012-2016
18 118
3 Perusahaan yang melaporkan laporan tahunan
dan laporan keuangan secara lengkap selama
tahun 2012-2016
5 113
4 Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah
dalam laporan keuangannya
25 88
3 Perusahaan Manufaktur yang tidak mengalami
kerugian selama tahun 2012-2016
52 36
4 Outlier 20 16
Jumlah Sampel Tiap Periode 16
Periode Penelitian 5
Jumlah Sampel Akhir 80
Sumber: Data yang telah diolah
Dari 126 perusahaan, terdapat 118 perusahaan manufaktur yang terdaftar
di BEI secara berturut-turut di tahun 2012-2016, terdapat 5 perusahaan
yang tidak melaporkan laporan keuangannya secara lengkap, terdapat 25
56
perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam laporan
keuangannya, dan 52 perusahaan yang mengalami kerugian selama
periode 2012-2016, setelah melakukan outlier di eliminasi satu perusahaan
yang datanya tidak normal. Berdasarkan data tersebut maka perusahaan
yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel adalah sebanyak 16
perusahaan dengan periode 5 tahun sehingga jumlah sampel penelitian
adalah sebanyak 80.
B. Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran
atau deskripsi data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum,
rata-rata (mean), dan standar deviasi yang dihasikan dari variabel
penelitian. Hasil analisis dengan statistik deskriptif menghasilkan
data sebagai berikut:
Tabel 4.2
Analisis Statistik deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 80 -,19 ,20 -,0076 ,05649
KI 80 ,32 ,98 ,6543 ,19451
DKI 80 ,25 ,50 ,3568 ,04731
LEV 80 ,13 ,68 ,3396 ,13775
CETR 80 ,05 ,66 ,2813 ,10597
Valid N (listwise) 80
Sumber: Data yang telah diolah
Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif diperoleh data
sebanyak 80 data observasi yang berasal dari perkalian 5 tahun
57
penelitian dari tahun 2012 hingga 2016 dengan jumlah sampel
sebanyak 16 perusahaan. tabel 4.2 menggambarkan statistik
deskriptif untuk variabel dependen agresivitas pajak (CETR)
dengan variabel independen manajemen laba (CETR), corporate
governance (KI, DKI), dan financial leverage (LEV).
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen
manajemen laba yang diproksikan dengan (DA) menunjukkan nilai
minimum sebesar -0,19 dan nilai maksimum sebesar 0,2, dengan
nilai rata-rata sebesar -0,0076 dan nilai standar deviasi 0,05649.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen
corporate governance yang diproksikan dengan kepemilikan
institusional (KI) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,32 dan
nilai maksimum 0,98, dengan nilai rata-rata sebesar 0,6543 dan
nilai standar deviasi 0,19451. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
rata-rata hampir setengah proporsi kepemilikan perusahaan
dimiliki oleh institusi lain, hal tersebut dapat dilihat dari 65,43%
saham perusahaan sampel dikuasai oleh institusi lain.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen
corporate governance yang diproksikan dengan dewan komisaris
independen (DKI) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,25 dan
nilai maksimum sebesar 0,50, dengan nilai rata-rata sebesar
0,3568 dan nilai standar deviasi sebesar 0,04731. Hal tersebut
58
mengidikasikan bahwa rata-rata perusahaan memiliki proporsi
35,68% dewan komisaris independen.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen
financial leverage yang diproksikan dengan leverage (LEV)
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,13 dan nilai maksimum
sebesar 0,68, dengan nilai rata-rata sebesar 0,3396 dan nilai standar
deviasi sebesar 0,13775. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan manufaktur dalam penelitian cenderung memiliki
tingkat hutang yang rendah, hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata
sebesar 33,96%.
Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen
agresivitas pajak yang diproksikan dengan cash effective tax rate
(CETR) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,05 dan nilai
maksimum sebesar 0,66 dengan nilai rata-rata sebesar 0,2813 dan
nilai standar deviasi 0,10597. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
perusahaan pada sampel penelitian telah melakukan kewajiban
perpajakan badannya sesuai dengan tarif pajak yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu dengan rata-rata 28,13%.
2. Uji asumsi klasik
1. Uji Normalitas
Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk
menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki
distribusi normal. Cara yang dilakukan untuk melihat
59
normalitas adalah menggunakan grafik histogram, normal
probabiliy plot, dan uji kolmogorov smirnov (K-S). Grafik
histogram membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Dalam normal
probability plot, jika data residual normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
Gambar 4.1
Grafik Histogram
Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.1
terlihat bahwa data terdistribusi secara normal dan
berbentuk simetris tidak melenceng (skewness) ke kanan
atau ke kiri, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
60
Gambar 4.2
Grafik normal P-P Plot
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan grafik normal P-Plot pada gambar 4.2
terlihat titik - titik menyebar di sekitar garis diagonal hal ini
menunjukkan pola distribusi normal, sehingga dapat
disimpulkan model regresi memenuhi asumsi normalitas.
61
Tabel 4.3
Uji Kolmogorov-Smirnov
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik
histogram dan normal probability plot, tampak bahwa histogram
memberikan pola terdistribusi secara normal dan tidak menceng
ke kanan atau ke kiri. Pada grafik normal probability plot,
tampak titik-titik menyebar dan mendekati garis diagonalnya.
Hal ini menunjukan bahwa data terdistribusi normal, sedangkan
pada uji kolmogorov-smirnov, nilai dari Kolmogorov-Smirnov
sebesar 0,200 dan signifikan pada 0,05 ( karena p = 0,200 > 0,05
) yang berarti bahwa residual terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,05446208
Most Extreme Differences Absolute ,070
Positive ,070
Negative -,053
Test Statistic ,070
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
62
2. Uji Multikonieritas
Tujuan dilakukannya uji multikolonieritas yaitu
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Hasil
dari uji multikolonieritas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4
Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 DA ,854 1,172
KI ,927 1,079
DKI ,988 1,012
LEV ,830 1,205
a. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data yang diolah
Hasil uji multikolonieritas menunjukan nilai
tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 untuk semua variabel
yaitu manajemen laba, kepemilikan institusional, dewan
komisaris independen, dan leverage. Hal ini menunjukan
bahwa tidak ada multikolonieritas dalam model regresi.
63
3. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah
dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalah
penggangu, pada periode t dengan kesalahan penggangu
pada perode t-1 (sebelumya). Untuk mengetahui apakah
model regresi terdeteksi ada atau tidaknya autokorelasi
maka salah satu caranya dengan melakukan Run Test dalam
(Ghazali, 2013).
Adapun hasil pengujian autokorelasi dengan
menggunakan Run Test pada tabel 4.5 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi
Sumber: Data yang diolah
menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
0,261 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis nol gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00739
Cases < Test Value 40
Cases >= Test Value 40
Total Cases 80
Number of Runs 36
Z -1,125
Asymp. Sig. (2-tailed) ,261
a. Median
64
bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antara
nilai residual.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan
menggunakan grafik scatterplot dan uji glejser.
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
Sumber: Data yang diolah
Dari grafik scatterplots diatas dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
65
Sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
hubungan antara Manajemen laba, kepemilikan
institusional, dewan komisaris independen, dan financial
leverage dengan agresivitas pajak.
Tabel 4.6
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,060 ,016 3,755 ,000
DA ,302 ,594 ,059 ,508 ,613
KI -,028 ,014 -,226 -2,027 ,066
DKI -,094 ,096 -,105 -,974 ,333
LEV ,053 ,036 ,173 1,463 ,148
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan hasil uji glejser pada tabel 4.6
menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansi yang menunjukkan nilai diatas 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung
heteroskedastisitas.
66
3. Uji Hipotesis
1.Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi diganakan mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel independen.
Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,644a ,414 ,383 ,05590
a. Predictors: (Constant), LEV, DKI, KI, DA
b. Dependent Variable: CETR
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai dari
adjusted R2 sebesar 0,383 yang berarti sebesar 38,3%
variasi dependen dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel
independen. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
sebesar 38,3% Agresivitas pajak dipengaruhi oleh variabel
manajemen laba, corporate governance, dan financial
leverage. Sedangkan 61,7% dipengaruhi oleh variabel lain
selain variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
67
2. Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mempengaruhi
apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau menguji apakah model regresi yang
dibuat baik/signifikan atau tidak baik/ tidak signifikan.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Uji Statistik F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,166 4 ,041 13,265 ,000b
Residual ,234 75 ,003
Total ,400 79
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), LEV, DKI, KI, DA
Sumber: Data yang diolah
Pada tabel 4.8 uji F dapat dilihat bahwa nilai F
sebesar 13,265 dengan Sig. 0,000. Karena Sig. < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa model penelitian signifikan
sehingga dapat digunakan untuk prediksi/peramalan dan
variabel manajemen laba, corporate governance, dan
financial leverage secara bersama-sama berpengaruh
terhadap agresivitas pajak.
68
3. Uji Statistik T
Uji T dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen pada tingkat
signifikansi 0,05. Adapun hasil dari uji regresi secara
parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Uji Statistik T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,054 ,029 1,873 ,065
DA 4,541 1,060 ,410 4,285 ,000
KI ,007 ,025 ,025 ,271 ,787
DKI -,107 ,172 -,055 -,623 ,535
LEV ,245 ,065 ,366 3,772 ,000
a. Dependent Variable: CETR
Sumber: data sekunder yang diolah
Berdasarkan hasil uji statistik t pada tabel 4.9, dari
ke tiga variabel independen yang dimasukkan ke dalam model
regresi, yaitu variabel manajemen laba, corporate governance
yang diproksikan dengan kepemilikan institusional, dan dewan
komisaris independen, dan financial leverage. Dua variabel
yaitu kepemilikan institusional, dan dewan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak, hal ini
69
dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk kepemilikan
institusional (KI) sebesar 0,787, dan dewan komisaris
independen sebesar 0,535. Ketiga variabel tersebut memiliki
nilai signifikansi melebihi 0,05. Sedangkan variabel manajemen
laba (DA) berpengaruh terhadap agresivitas pajak karena
memiliki nilai yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,000.
Variabel financial leverage juga berpengaruh terhadap
agresivitas pajak karena memiliki nilai yang berada dibawah
0,05 yaitu sebesar 0,000. Jadi dari ke lima variabel model
regresi pada penelitian ini terdapat dua variabel independen
yaitu manajemen laba (DA) dan financial leverage (LEV) yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu
agresivitas pajak.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak
Hipotesis pertama yang diajukan menyatakan bahwa
manajemen laba berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil analisis regresi
menunjukkan variabel manajemen laba memiliki koefisien regresi
sebesar 0,410 dengan tingkat signifikansi yang lebih rendah dari
0,05 yaitu sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
manajemen laba mempengaruhi agresivitas pajak pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI (H1 diterima).
70
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada
penelitian ini memperoleh hasil bahwa manajemen laba yang
diproksikan dengan Diskresi Akrual berpengaruh positif terhadap
agresivitas pajak, dapat diartikan bahwa selama periode
pengamatan, terdapat kecederungan bahwa perusahaan melakukan
income decreasing atau meminimalisasi laba sebagai upaya
penghindaran pajak, dimana semakin besar income dereasing yang
dilakukan oleh perusahaan maka perusahaan tersebut juga
terindikasi berperilaku agresif terhadap pajak perusahaan.
Laba juga dapat menjadi tolak ukur untuk mengukur
besarnya beban pajak perusahaan. oleh karena itu, manajemen akan
melaporkan laba yang disesuaikan dengan tujuannya yaitu
menggunakan pilihan akuntansi yang meminimalisasi laba atau
income decreasing sebagai bentuk penghindaran pajak perusahaan
(Suyanto, 2012). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Suyanto (2012) dan Novitasari (2017),
yang menunjukkan bahwa manajemen laba memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap agresivitas pajak. Namun penelitian ini
tidak mendukung hasil penelitian Amril (2015) yang menunjukkan
hasil bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak.
71
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Agresivitas Pajak
Hipotesis kedua menyatakan bahwa corporate governance
dengan proksi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
agresivitas pajak pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI. Hasil analisis regresi menunjukkan variabel kepemilikan
institusional memiliki koefisien regresi sebesar 0,025 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,787. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi agresivitas
pajak pada perusahaan yang terdaftar dai BEI (tidak menerima H2).
Kepemilikan institusional harusnya mampu memainkan
peran penting untuk mengawasi, mendisiplinkan dan
mempengaruhi manajer sehingga dapat memaksa manajemen
untuk menghindari perilaku untuk mementingkan kepentingannya
sendiri (Diantari 2016). Kepemilikan institusional yang bertindak
sebagai pihak yang memonitor perusahaan belum tentu mampu
memberikan kontrol yang baik terhadap tindakan manajemen atas
oportunistiknya dalam tindakan agresivitas pajak.
Hal ini bisa saja terjadi karena kepemilikan institusional
mempercayakan pengawasan dan pengelolaan perusahaan kepada
dewan komisaris karena itu merupakan tugas mereka sehingga ada
tidaknya kepemilikan institusional tetap saja tindakan agresivitas
pajak dalam perusahaan tetap terjadi.
72
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Damayanti
(2015), Diantari (2016) dan Fadhilah (2014). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa besar kecilnya proporsi kepemilikan
institusional tidak membuat tindakan agresivitas pajak yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut dapat dihindari.
Namun penelitian ini tidak mendukung penelitian Amril
(2015) dan Novitasari (2017) yang menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki pengaruh terhadap tindakan agresivitas
pajak.
3. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Agresivitas
Pajak
Hipotesis keempat menyatakan bahwa corporate
governance dengan proksi dewan komisaris independen
berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil analisis regresi
menunjukkan variabel kepemilikan institusional memiliki koefisien
regresi sebesar -0,055 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,535.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dewan komisaris independen
tidak mempengaruhi agresivitas pajak pada perusahaan yang
terdaftar dai BEI (tidak menerima H3).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kurniasih
(2013), dan Wijayanti (2017) yang menyatakan bahwa dewan
73
komisaris independen tidak berpengaruh terhadap perilaku
agresivitas pajak. Hal ini mungkin disebabkan oleh keberadaan
dewan komisaris independen dalam perusahaan hanyalah bersifat
formalitas untuk memenuhi regulasi saja sehingga keberadaan
komisaris independen ini tidak untuk menjalankan fungsi
monitoring yang baik dan tidak menggunakan independensinya
untuk mengawasi kebijakan direksi.
Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
Rosalia (2017) yang menyatakan bahwa dewan komisaris
independen berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
4. Pengaruh Financial Leverage terhadap Agresivitas Pajak
Hipotesis kelima yang diajukan menyatakan bahwa
financial leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil analisis regresi
menunjukkan variabel financial leverage memiliki koefisien
regresi sebesar 0,366 dengan tingkat signifikansi yang lebih rendah
dari 0,05 yaitu sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
financial leverage berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (H4 diterima).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Widyawati (2016) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
leverage perusahaan maka semakin tinggi juga tindakan agresivitas
74
terhadap pajak perusahaannya. Perusahaan manufaktur yang
memanfaatkan hutang untuk meminimalkan beban pajak
perusahaan bahkan cenderung mengarah agresif terhadap pajak, hal
ini dikarenakan perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan
mendapatkan insentif pajak berupa potongan atas bunga pinjaman.
Sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat
melakukan penghematan pajak dengan cara menambah hutang
perusahaan. dengan menambah hutang perusahaan supaya dapat
memperoleh insentif pajak yang besar maka dapat dikatakan bahwa
perusahaan tersebut melakukan penghindaran terhadap pajak.
Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
mendukung penelitian yang dilakukan Okrayanti (2017) yang
menyatakan bahwa tingkat leverage perusahaan tidak
mempengaruhi perusahaan dalam tindakan agresivitas terhadap
pajak perusahaan.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh manajemen laba,
corporate governance, dan financial leverage terhadap agresivitas pajak.
Data dalam penelitian ini berjumlah 80 yang diambil dari perusahaan yang
terdaftar dalam BEI periode 2012-2016 yang telah memenuhi kriteria
peneliti. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian
yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model
regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suyanto (2012), dan
Okrayanti (2017) yang juga menyatakan bahwa manajemen laba
berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
2. Kepemilkan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Damayanti (2015), Diantari (2016), dan Fadhilah (2014) yang juga
menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap agresivitas pajak.
3. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
agresivitas pajak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Kurniasih (2013) dan Wijayanti (2017) yang juga menyatakan bahwa
76
dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
4. Financial leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Widyawati (2016)
yang juga menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap
agresivitas pajak.
B. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan yang mungkin dapat
melemahkan hasilnya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Terbatasnya variabel - variabel yang digunakan pada penelitian ini,
seperti manajemen laba, corporate governance, dan financial
leverage.
2. Data penelitian ini terbatas pada periode 2012-2016.
3. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar dalam BEI saja.
C. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal, diantaranya:
1. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel-variabel
yang memiliki keterkaitan dengan agresiitas pajak, seperti risiko
perusahaan, profitabilitas dan kompensasi rugi fiskal, serta meneliti
77
variabel agresivitas pajak dengan menggunakan proxy lain, seperti
ETR, atau BTD.
2. Menggunakan periode waktu yang lebih lama dan terbaru, misalnya 5
atau 7 tahun untuk mengetahui kondisi perusahaan yang
sesungguhnya.
3. Penelitian lebih lanjut diharapkan menambahkan ruang lingkup
perusahaan yang diteliti, seperti perusahaan pertambangan dan
perusahaan pertanian yang terdaftar dalam BEI.
78
DAFTAR PUSTAKA
Amril, Alfred, Dwi Fitri Puspa, dan Popi Fauziati, 2015. Pengaruh Manajemen
Laba dan Corporate Governance Terhadap AgresivitasPajak
PerusahaanManufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia, Vol 7, No.1
Amstrong, Christopher. S., Jenniver L. Blouin, Alan D. Jagolinzer dan David F.
Bukit, R. B. & Iskandar, T. M., 2009. Surplus Free Cash Flow, Earnings
Management and Audit Committee. International Journal of
Economics amd Management, 3(1), pp. 204- 223.
Bouty, Henny. “Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pajak”. Jakarta : PT Putra Zet
Es, 2010.
Brigham, Eugene F & Houston, Joel F. 2009. “Dasar-dasar Manajemen
Keuangan”. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat.
Chen, K. P, dan Chu, C. Y. C. 2010. “Internal Control vs External Manipulation:
A Model of Corporate Income Tax Evasion”. Rand Journal of
Economics. 2010.
Damayanti, Fitri, dan Tridahus Susanto “Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan dan Return On Assets
Terhadap Tax Avoidance, Jurnal Bisnis dan Manajemen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Vol. 5, No. 2. 2015
Diantari, Putu Rista, dan IGK Agung Ulupui, “Pengaruh Komite Audit, Proporsi
Komisaris Independen, dan Proporsi Kepemilikan Institusional
terhadap Tax Avoidance”, ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana Vol.16.1. 2016
Dyreng, Scott D., Michelle Hanlon, Edward L. Maydew. 2010. “The Effect of
Executives on Corporate Tax Avoidance”. The Accounting Review, Vol.
85, Juni 2010, pp 1163-1189.
Frank, M., L.J. Lynch dan S.O. ego. “Tax Reporting Aggressiveness and Its
Relation To Aggressive Financial Reporting”. The Accounting Review
Vol.84, No.2, pp. 467-496, 2009.
Eksandy, Arry, “Pengaruh Komisaris Indepeden, Komite Audit, dan Kualitas
Audit Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) (Studi Empiris
79
Pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2010-2014). Competitive, Vol. 1 No. 1. 2017.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI).2003. Corporate
Governance: “Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis
Indonesia”. Jakarta.
Friedlan, J. M. (1994). Accounting Choices of Issuers of Initial Public Offerings.
Contemporary Accounting Research Vol. 11 No. l-I (Summer 1994), 1-31.
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19”, Edisi Kelima Cetakan Kelima, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.
Gumanti, T . A., 2001. Earnings Management dalam Penawaran Saham Perdana
di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 4(2), pp. 165-183
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-41569599, diakses pada tanggal 29
April 2018.
https://news.ddtc.co.id/kini-giliran-ikea-terjerat-kasus-penghindaran-pajak-11556
, diakses pada tanggal 29 April 2018.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3905663/penerimaan-pajak-ri-
capai-rp-1568-t-per-awal-maret , diakses pada 29 tanggal April 2018
http://www.pajak.go.id/article/naik-jadi-16181-triliun-ini-lima-jurus-pajak-2018 ,
diakses pada tanggal 29 April 2018
Mardiasmo, “Perpajakan Edisi Revisi 2009”. Yogyakarta, Penerbit Andi, 2009.
Musyarrofah, Eva, dan Lailatul Amanah, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Leverage, dan Size Terhadap Cash Effective Tax Rate”. ISSN : 2460-0585
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya. Volume 6. 2017.
Noviari, Naniek. Dan Ida Bagus. 2015 . “Pengaruh likuiditas, Leverage,
Intensitas Persediaan dan Intensitas Aset Tetap pada Tingkat Agresivitas
Wajib Pajak badan”. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol 13.3
Noviawan, R. A. Dan Septiani Aditya. 2013. “Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan”.
Diponegoro Journal of Accounting. vol.2, hal.1
80
Novitasari, Shelly, “Pengaruh Manajemen Laba, Corporate Governance, dan
Intesitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan (Studi
Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di
BEI Periode Tahun 2010-2014)”, JOM Fekon, Vol. 4 No.1. 2017
Okrayanti, Tati Yulia, dkk, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance (Studi pada Perusahaan
Manufaktur di BEI)”, e-ISSN: 2337- 9723, The 9th FIPA: Forum Ilmiah
Pendidikan Akuntansi – Universitas PGRI Madiun Vol. 5 No. 1. 2017
Ozkan, A. 2001. Determinants of Capital Structure and Adjustment to Long-run
Target: Evidence from UK Company Panel Data. Journal of
Business Finance and Accounting, 28: 175-199.
Rosalia, Yliesti, “ Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Corporate Governance
Terhadap Penghindaran Pajak”. ISSN : 2460-0585, Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 3. 2017
Poligovora, Teodora. “Corporate Risk Taking and Ownership Structure”. Bank of
Canada Working Paper. 2010.
Pohan, H, T. 2008. ”Pengaruh Good Corporate Governance, Rasio Tobin’s q,
Perata Laba terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Publik.
Pramudito, Batara Wiryo dan Maria M. Ratna Sari, “Pengaruh Konservatisme
Akuntansi, Kepemilikan Manajerial dan Ukuran Dewan Komisaris
terhadap Tax Avoidance”ISSN: 2303-1018 E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana Vol.13.3. 2015
Resmi, Siti, “Perpajakan Indonesia”, Graha Pustaka, Yogyakarta, 2009.
Scott, W. R., 2012. Financial Accounting Theory. USA: PEARSON
Swingly, Calvin, dan I Made Sukartha “Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite
Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Sales Growth Terhadap Tax
Avoidance” ISSN : 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 10.1 (2015), 2015.
Suyanto, Krisnata Dwi, dan Supramono “Likuiditas,Leverage,Komisaris
Independen, dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak”
Jurnal Keuangan dan Perbankan Universitas Kristen Satya
wacana,Vol Vol.16, No.2, 167-177 (2012)
81
LAMPIRAN
LAMPIRAN
82
Lampiran 1: Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur
No Nama Perusahaan Kode
1 PT Asahimas Flat Glass Tbk AMFG
2 PT Astra International Tbk ASII
3 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk CPIN
4 PT Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR
5 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
6 PT Kimia Farma Tbk KAEF
7 PT Kalbe Farma Tbk KLBF
8 PT Lion Metal Works Tbk LION
9 PT Lionmesh Prima Tbk LMSH
10 PT Ricky Putra Globalindo Tbk RICY
11 PT Selamat Sempurna Tbk SMSM
12 PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBB
13 PT Mandom Indonesia Tbk TCID
14 PT Surya Toto Indonesia Tbk TOTO
15 PT Trisula International Tbk TRIS
16 PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Tbk
ULTJ
83
Lampiran 2: Data Perhitungan Sampel
Tahun 2016
No Kode DA KI KUA DKI LEV CETR
1 AMFG 0,02649 0,84824 0 0,33333 0,34617 0,33748
2 ASII 0,02371 0,50115 1 0,33333 0,46571 0,24383
3 CPIN (0,04699) 0,55534 1 0,5 0,41511 0,14173
4 IGAR 0,06285 0,84819 0
0,33333 0,14954 0,21217
5 INDF (0,0625) 0,50067
1 0,375 0,46527 0,36266
6 KAEF (0,00213) 0,90025
0 0,4 0,50756 0,18989
7 KLBF 0,03063 0,56509 1
0,42857 0,18141 0,24349
8 LION (0,01383) 0,57698
0 0,33333 0,3138 0,32739
9 LMSH 0,05852 0,32216 0
0,33333 0,27951 0,102112
10 RICY 0,01734 0,48041 0
0,33333 0,67991 0,447
11 SMSM 0,00426 0,58126 1
0,33333 0,29923 0,20513
12 SQBB (0,0337) 0,97971
1 0,33333 0,25959 0,23182
13 TCID (0,05351) 0,73774
1 0,4 0,18395 0,15142
14 TOTO (0,08803) 0,92361 1 0,4
0,40968 0,37687
15 TRIS 0,03148 0,66952 0
0,33333 0,45814 0,4182
16 ULTJ 0,01812 0,37092 0
0,33333 0,17691 0,27135
84
Tahun 2015
No Kode DA KI KUA DKI LEV CETR
1 AMFG (0,01065) 0,8482 1 0,33333 0,20609 0,32949
2 ASII (0,0862) 0,50115 1 0,36364 0,48445 0,35612
3 CPIN (0,00258) 0,55534 1 0,4 0,486823 0,28749
4 IGAR (0,09572) 0,84819 0 0,5 0,18842 0,32781
5 INDF 0,07982 0,50067 1 0,375 0,53043 0,04709
6 KAEF 0,02554 0,90025 0 0,33333 0,40127 0,19214
7 KLBF (0,01227) 0,56687 1 0,42857 0,20138 0,25745
8 LION 0,02475 0,57698 0 0,33333 0,28894 0,19054
9 LMSH (0,04815) 0,32216 0 0,33333 0,15952 0,38975
10 RICY (0,04291) 0,48041 0 0,33333 0,6661 0,43618
11 SMSM (0,01917) 0,58126 1 0,33333 0,35127 0,25785
12 SQBB (0,00885) 0,97971 1 0,33333 0,237 0,30150
13 TCID (0,01531) 0,73774 1 0,5 0,17637 0,09018
14 TOTO 0,02656 0,92361 1 0,4 0,3886 0,30808
15 TRIS (0,06576) 0,66957 0 0,33333 0,41534 0,27752
16 ULTJ (0,03973) 0,44513 0 0,33333 0,20974 0,15945
85
Tahun 2014
No Kode DA KI KUA DKI LEV CETR
1 AMFG 0,04923 0,84728 1 0,33333 0,21405 0,3483
2 ASII 0,02761 0,50115 1 0,36364 0,49079 0,20652
3 CPIN 0,0022 0,55534 1 0,33333 0,46685 0,47891
4 IGAR 0,04219 0,84819 0 0,33333 0,25774 0,21453
5 INDF (0,01597) 0,50067 1 0,375 0,53212 0,37832
6 KAEF 0,00951 0,90025 0 0,4 0,40433 0,14587
7 KLBF (0,07713) 0,56714 1 0,33333 0,21506 0,30626
8 LION (0,08917) 0,57698 0 0,33333 0,29617 0,25707
9 LMSH (0,02093) 0,32216 0 0,33333 0,20167 0,42299
10 RICY (0,19129) 0,48041 0 0,33333 0,66701 0,58335
11 SMSM 0,02592 0,58126 1 0,33333 0,36157 0,25097
12 SQBB 0,00842 0,97971 1 0,33333 0,19696 0,26708
13 TCID 0,07139 0,73774 1 0,4 0,32812 0,27696
14 TOTO 0,03474 0,9621 1 0,4 0,45408 0,25799
15 TRIS 0,04178 0,67065 0 0,33333 0,40852 0,43815
16 ULTJ 0,01554 0,4659 0 0,33333 0,22097 0,33522
86
Tahun 2013
No Kode DA KI KUA DKI LEV CETR
1 AMFG (0,0512) 0,84728 1 0,33333 0,24366 0,22878
2 ASII (0,07026) 0,50115 1 0,3 0,50378 0,23188
3 CPIN (0,02886) 0,55534 1 0,33333 0,36299 0,22546
4 IGAR (0,02169) 0,84819 0 0,33333 0,29857 0,40827
5 INDF (0,0039) 0,50067 1 0,42857 0,51178 0,49294
6 KAEF (0,00541) 0,90025 0 0,4 0,34288 0,34852
7 KLBF 0,03731 0,56707 1 0,33333 0,2509 0,25302
8 LION (0,02393) 0,57698 0 0,33333 0,20139 0,29413
9 LMSH (0,1387) 0,32216 0 0,33333 0,24785 0,19853
10 RICY 0,19702 0,48041 0 0,33333 0,65779 0,65793
11 SMSM 0,02364 0,58126 1 0,33333 0,41712 0,20168
12 SQBB 0,00062 0,97975 1 0,33333 0,17602 0,25616
13 TCID 0,00802 0,73774 1 0,4 0,2136 0,28111
14 TOTO (0,092) 0,9621 1 0,25 0,44261 0,28427
15 TRIS (0,07565) 0,69819 0 0,33333 0,36346 0,2543
16 ULTJ 0,07811 0,4659 0 0,33333 0,28089 0,39027
87
Tahun 2012
No Kode DA KI KUA DKI LEV CETR
1 AMFG (0,02438) 0,84704 1 0,33333 0,21131 0,24637
2 ASII 0,00557 0,50115 1 0,36364 0,50726 0,20389
3 CPIN (0,02362) 0,55534 1 0,4 0,33786 0,21945
4 IGAR (0,03897) 0,84819 0 0,33333 0,22512 0,36792
5 INDF (0,05178) 0,50067 1 0,375 0,42515 0,35566
6 KAEF (0,03177) 0,90025 0 0,4 0,30574 0,26879
7 KLBF 0,02474 0,56638 1 0,5 0,21728 0,22807
8 LION 0,01542 0,57698 0 0,33333 0,14226 0,19643
9 LMSH 0,10179 0,32216 0 0,33333 0,24133 0,10924
10 RICY (0,01681) 0,48041 0 0,33333 0,56444 0,28465
11 SMSM (0,05126) 0,58126 0 0,33333 0,41339 0,22564
12 SQBB (0,01593) 0,98063 1 0,33333 0,18075 0,27668
13 TCID (0,09428) 0,73774 1 0,4 0,13059 0,27047
14 TOTO 0,05158 0,96208 1 0,25 0,41014 0,24787
15 TRIS 0,04984 0,7 0 0,33333 0,33384 0,20156
16 ULTJ 0,04003 0,4659 0 0,33333 0,30745 0,15485
88
Lampiran 3: Hasil Output Spss
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DA 80 -,19 ,20 -,0076 ,05649
KI 80 ,32 ,98 ,6543 ,19451
DKI 80 ,25 ,50 ,3568 ,04731
LEV 80 ,13 ,68 ,3396 ,13775
CETR 80 ,05 ,66 ,2813 ,10597
Valid N (listwise) 80
Hasil Uji Normalitas Grafik P-Plot
Grafik Histogram
89
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Uji Multikolonieritas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,05446208
Most Extreme Differences Absolute ,070
Positive ,070
Negative -,053
Test Statistic ,070
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 DA ,854 1,172
KI ,927 1,079
DKI ,988 1,012
LEV ,830 1,205
a. Dependent Variable: CETR
90
Uji Autokorelasi
Uji Heterokedastisitas
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,00739
Cases < Test Value 40
Cases >= Test Value 40
Total Cases 80
Number of Runs 36
Z -1,125
Asymp. Sig. (2-tailed) ,261
a. Median
91
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,060 ,016 3,755 ,000
DA ,302 ,594 ,059 ,508 ,613
KI -,028 ,014 -,226 -2,027 ,066
DKI -,094 ,096 -,105 -,974 ,333
LEV ,053 ,036 ,173 1,463 ,148
a. Dependent Variable: ABS_RES1
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,644a ,414 ,383 ,05590
a. Predictors: (Constant), LEV, DKI, KI, DA
b. Dependent Variable: CETR
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,166 4 ,041 13,265 ,000b
Residual ,234 75 ,003
Total ,400 79
a. Dependent Variable: CETR
b. Predictors: (Constant), LEV, DKI, KI, DA
92
Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,054 ,029 1,873 ,065
DA 4,541 1,060 ,410 4,285 ,000
KI ,007 ,025 ,025 ,271 ,787
DKI -,107 ,172 -,055 -,623 ,535
LEV ,245 ,065 ,366 3,772 ,000
a. Dependent Variable: CETR