pengaruh kinerja lingkungan dan struktur...

227
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Nurjilan Fauziyyah NIM: 11150820000016 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN STRUKTUR

KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA

KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2013-2017)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Nurjilan Fauziyyah

NIM: 11150820000016

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

ii

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN STRUKTUR

KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA

KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Periode 2013-2017)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Nurjilan Fauziyyah

NIM: 11150820000016

Di Bawah Bimbingan:

Yusro Rahma, SE., M.Si

NIP. 19800506 200801 2 016

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini 11 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Nurjilan Fauziyyah

2. NIM : 11150820000016

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur

Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komperhensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 April 2019

1. Ismawati Haribowo, SE., M.Si (__________________)

NIP. 198009092014112003 Penguji 1

2. Fitri Yani Jalil, SE, M.Sc (__________________)

NIDN. 2004068701 Penguji 2

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini 25 Juli 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

5. Nama : Nurjilan Fauziyyah

6. NIM : 11150820000016

7. Jurusan : Akuntansi

8. Judul Skripsi : Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur

Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening

(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di

atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta 25 Juli 2019

1. Yessi Fitri, S.E., M.Si.Ak. (__________________)

NIP. 197609242006042002 Ketua Penguji

2. Dr. Rini, S.E.Ak., M.Si. (__________________)

NIP. 197603152005012002 Penguji Ahli

3. Yusro Rahma, SE., M.Si (__________________)

NIP. 19800506 2008012016 Pembimbing I

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurjilan Fauziyyah

NIM : 11150820000016

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain

3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa menyebut pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya

ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah

melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, 25 Juli 2019

Yang Menyatakan,

Nurjilan Fauziyyah

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Nurjilan Fauziyyah

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juni 1997

3. Alamat : Jalan Antena IV, Radio Dalam No. 22

RT/RW: 08/08 Kramat Pela, Kebayoran

Baru, Jakarta Selatan. 12130

4. Nomor Handphone : 083804364143

5. Email : [email protected]

II. PENDIDIKAN

1. SD Negeri 20 Pagi Kebayoran Lama Tahun 2003-2009

2. SMP Negeri 29 Jakarta Tahun 2009-2012

3. SMA Negeri 74 Jakarta Tahun 2012-2015

4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019

vii

THE INFLUENCE OF ENVIROMENTAL PERFORMANCE AND

OWNERSHIP STRUCTURE ON THE FIRM’S VALUE WITH THE

FINANCIAL PERFORMANCE AS INTERVENING VARIABLE

(Empirical Study on company listed in Indonesia Stock Exchange Period 2013-

2017)

ABSTRACT

This research aims to know the effect of Enviromental Performance and

Ownership Structure toward Company Value with Financial Performance as

Intervening Variable on companies in the Indonesian Stock Exchange (IDX), which

were published in financial report and registered on Proper from 2013-2017.

Research design was a causative research. The data population taken from

companies in the Indonesian Stock Exchange (IDX), which were published in

financial report and registered on Proper from 2013-2017. Sampling method used

in this research is purposive sampling. There were 16 companies that fulfilled the

sample criterias. So, the data sample in this research were 80. Analysis techniques

consisted of multiple regression analysis and path analysis.

The result of this research showed that (1) Enviromental Performance

effects on Financial Performance (2) Institutional Ownership effects on Financial

Performance, (3) Managerial Ownership does not effect on Financial Performance,

(4) Enviromental Performance effects on Company Value, (5) Institutional

Ownership does not effects on Company Value, (6) Managerial Ownership does not

effect on Company Value, (7) Financial Performance effects on Company Value,

(8) Enviromental Performance indirectly effects on Company Value with Financial

Performance as an intervening variable. (9) Institutional Ownership indirectly

effect on Company Value with Financial Performance as an intervening variable,

(10) Managerial Ownership does not indirectly effects on Company Value with

Financial Performance as an intervening variable.

Keyword: Enviromental Performance, Ownership Structure, Institutional

Ownership, Manajerial Ownership, Financial Performance, Company Value

viii

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN STRUKTUR

KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA

KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2013-2017)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kinerja Lingkungan

dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan

sebagai Variabel Intervening pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang

mempublikasikan laporan keuangan dan terdaftar di Proper dari 2013-2017. Jenis

ini penelitian adalah penelitian kausatif. Data populasi diambil dari perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang mempublikasikan

laporan keuangan dan terdaftar di Proper dari 2013-2017. Metode pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Ada 16

perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Jadi, sampel data dalam penelitian ini

adalah 80. Teknik analisis terdiri dari analisis regresi berganda dan analisis jalur.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kinerja Lingkungan

berpengaruh pada Kinerja Keuangan, (2) Kepemilikan Institusional berpengaruh

pada Kinerja Keuangan, (3) Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh pada

Kinerja Keuangan, (4) Kinerja Lingkungan berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (5)

Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (6)

Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (7) Kinerja

Keuangan berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (8) Kinerja Lingkungan secara tidak

langsung mempengaruhi Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai

Variabel Intervening, (9) Kepemilikan Institusional secara tidak langsung

memengaruhi Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel

Intervening, (10) Kepemilikan Manajerial secara tidak langsung tidak dapat

memengaruhi Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel

Intervening.

Kata Kunci: Kinerja Lingkungan, Struktur Kepemilikan, Kepemilikan

Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kinerja Keuangan, Nilai Perusahaan

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan

Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan

sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)” Shalawat serta salam senantiasa

penulis hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah

membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan guna meraih gelar

Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak pihak yang telah membantu dalam

proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis

hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya, sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis

sehingga penulis mempunyai kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua orang tua (Ibu) yang telah menjadi penyemangat terbesar penulis untuk

menyelesaikan tugas ini, menjadi salah satu alasan penulis ketika lelah

menyerang, menjadi alasan terbesar untuk tetap berusaha keras menjalani

x

setiap rintangan dalam kuliah dan hidup, yang telah memerikan dukungan tiada

henti baik berupa doa maupun kasih sayang yang berlimpah kepada penulis.

(Ayah) yang selalu memberikan dukungan baik berupa materi dan non materi,

yang menjadi alasan penulis untuk meraih kesuksesan agar dapat

membahagiakan beliau, yang menjadi pedoman penulis untuk tetap berjuang

tanpa nyerah dalam menghadapi masalah.

3. Adik penulis, Yola dan Mala yang telah menjadi alasan penulis untuk tetap

berjuang menyelesaikan kuliah dengan semangat agar menjadi contoh yang

baik untuk kalian.

4. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak,. CA,. QIA,. BKP., CRMP., selaku Dekan

dan Dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan, saran, serta nasihat kepada saya. Lebih dari itu, terima

kasih juga karena sudah menjadi dosen yang sangat baik untuk saya.

8. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., selaku dosen Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan

xi

motivasi selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan

menjadi amal kebaikan bagi kita semua.

10. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

11. Kucing tersayang Pussy yang menjadi teman setia penulis selama penyusunan

skripsi dari awal hingga akhir.

12. Sahabat tercinta Rahma Dita, yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis

baik mengenai proposal ini atau hal lainnya. Desi dan Naza yang menjadi

motivasi penulis untuk tetap semangat menyelesaikan kuliah sampai akhir.

13. Adita Oktapiyah yang menjadi partner pejuang dari pembuatan proposal,

pencarian data dan sampel hingga selesainya skripsi ini.

14. Adi Bayu yang selalu membantu penulis dalam software pengolahan data.

15. Kak Diko yang membantu penulis untuk cara tabulasi dan pengolahan data.

16. Teman-temanku (Dita, Dwi, Nabila, Ledi, dan Dewi) yang menjadi penghibur

penulis dikala pusing menyerang saat penusunan skripsi ini.

17. Teman-teman Akuntansi A 2015 (Sani, Feby, Defa, Aul, Laras, April, Indah,

Anjar, Dila, Nada, Afi, Nurul, Muti, Ansya, Rifqoh, Balqis, Adita, Maul, Dwi,

Nabila, Ledi, Dewi, Pai, Fachri, Sofi, Masbay, Dibay) yang telah banyak

memberikan motivasi kepada penulis.

18. Keluarga besar Akuntansi 2015, terima kasih untuk waktunya selama kuliah.

Kenangan bersama kalian akan jadi salah satu yang paling berharga selama

hidup saya.

xii

19. Teman-teman KKN SEDAYA 142, terima kasih untuk pengalaman dan

pelajaran hidup singkat yang terasa begitu berharga.

20. Semua pihak yang telah membantu saya yang tidak bisa disebutkan satu

persatu, terima kasih atas kebaikan kalian semua.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan yang disebabkan oleh masih terbatasnya pengetahuan serta pengalaman

yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis

bahwa dengan adanya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah

wawasan serta pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan bagi pihak lain pada

umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 11 Mei 2019

Nurjilan Fauziyyah

xiii

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 11

C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 12

D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 12

E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13

F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 14

BAB II .................................................................................................................... 16

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 16

A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 16

1. Teori Stakeholder ................................................................................. 16

2. Teori Legitimasi ................................................................................... 18

3. Teori Keagenan .................................................................................... 20

4. Teori Sinyal .......................................................................................... 21

5. Nilai Perusahaan................................................................................... 24

6. Kinerja Keuangan................................................................................. 27

xiv

7. Kinerja Lingkungan ............................................................................. 32

8. Penilaian Kinerja Lingkungan melalui PROPER ................................ 34

9. Struktur Kepemilikan ........................................................................... 39

10. Kepemilikan Instutusional ................................................................... 39

11. Kepemilikan Manajerial ....................................................................... 41

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 42

C. Pengembangan Hipotesis ........................................................................... 53

1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan ................ 53

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan ...... 55

3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan ......... 57

4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan ................. 59

5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ........ 61

6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan ........... 63

7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan .................... 65

8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening ................................. 67

9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening ................................. 69

10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening ................................. 71

D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 73

BAB III .................................................................................................................. 74

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 74

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 74

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 74

1. Populasi dan Sampel ............................................................................ 74

2. Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 75

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 76

1. Penelitian Pustaka ................................................................................ 76

2. Penelitian Lapangan ............................................................................. 76

D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 77

xv

1. Variebel Independen ............................................................................ 77

a. Kinerja Lingkungan ....................................................................... 77

b. Kepemilikan Institusional .............................................................. 78

c. Kepemilikan Manajerial ................................................................. 79

2. Variabel Dependen ............................................................................... 80

a. Nilai Perusahaan ............................................................................. 80

3. Variabel Intervening............................................................................. 82

a. Kinerja Keuangan........................................................................... 82

E. Metode Analisis Data ................................................................................. 84

1. Statistik Deskriptif............................................................................... 84

2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 84

a. Uji Normalitas ................................................................................ 84

b. Uji Autokorelasi ............................................................................. 86

c. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 87

d. Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 88

3. Uji Goodness Of Fit ............................................................................ 89

a. Koefisien Determinasi .................................................................... 89

b. Uji Statistik F .................................................................................. 89

c. Uji Statistik t ................................................................................... 90

4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 90

a. Analisis Jalur .................................................................................. 91

b. Uji Sobel ........................................................................................ 99

BAB IV ................................................................................................................ 101

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 101

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................... 101

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................. 103

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 103

2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................... 107

a. Persamaan substruktur 1 ............................................................... 107

1) Uji Normalitas ......................................................................... 107

2) Uji Autokorelasi ....................................................................... 110

xvi

3) Uji Multikolinearitas ................................................................ 112

4) Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 113

b. Persamaan substruktur 2 ............................................................... 115

1) Uji Normalitas ......................................................................... 115

2) Uji Autokorelasi ...................................................................... 118

3) Uji Multikolinearitas ............................................................... 119

4) Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 120

3. Hasil Uji Goodness Of Fit ................................................................. 122

a. Persamaan substruktur 1 ............................................................... 122

1) Koefisien Determinasi ............................................................. 122

2) Uji Statistik F ........................................................................... 124

b. Persamaan substruktur 2 ............................................................... 125

1) Koefisien Determinasi ............................................................. 125

2) Uji Statistik F ........................................................................... 126

4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 127

a. Analisis Jalur ................................................................................ 127

b. Uji Sobel ....................................................................................... 135

C. Pembahasan .............................................................................................. 140

1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan ............. 140

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan .... 143

3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan ....... 145

4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan ............... 147

5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ...... 149

6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan ......... 151

7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan................... 153

8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening .............................. 155

9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening .............................. 157

10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening .............................. 159

xvii

BAB V .................................................................................................................. 160

PENUTUP ............................................................................................................ 160

A. Kesimpulan ............................................................................................... 160

B. Implikasi ................................................................................................... 162

C. Keterbatasan ............................................................................................. 163

D. Saran ......................................................................................................... 164

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 166

LAMPIRAN ......................................................................................................... 174

xviii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 43

3.1 Skor dari Peringkat Proper 78

3.2 Pengukuran Operasional Variabel 83

4.1 Rincian Perolehan Sampel 102

4.2 Statistik Deskriptif 103

4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorof-Smirnov (K-

S) Substruktur 1

110

4.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test Substruktur 1 111

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Substruktur 1 112

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Substruktur 1

115

4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorof-Smirnov (K-

S) Substruktur 2

117

4.8 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test Substruktur 2 118

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Substruktur 2 119

4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser

Substruktur 2

122

4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 1 123

4.12 Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 1 124

4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 2 125

4.14 Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 2 126

4.15 Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur

1

128

xix

4.16 Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur

2

128

4.13 Nilai Beta Persamaan Substruktur 1 dan 2 131

xx

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 73

3.1 Kerangka Judul Penelitian 91

3.2 Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian 1 92

4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Substruktur 1 108

4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Normal Plot Substruktur 1 109

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

Substruktur 1

114

4.4 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Substruktur 2 116

4.5 Hasil Uji Normalitas dengan Normal Plot Substruktur 2 116

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot

Substruktur 2

121

4.7 Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian 2 133

4.8 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 8 dengan WIMP 136

4.9 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 9 dengan WIMP 138

4.10 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 10 dengan WIMP 139

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Daftar Perusahaan Sampel 175

2 Perhitungan PROPER variabel Kinerja Lingkungan 176

3 Perhitungan Kepemilikan Institusional variabel Struktur

Kepemilikan

177

4 Perhitungan Kepemilikan Manajerial variabel Struktur

Kepemilikan

181

5 Perhitungan ROA variabel Kinerja Keuangan 185

6 Perhitungan TOBINS Q variabel Nilai Perusahaan 189

7 Hasil Output SPSS Versi 25 196

8 Hasil Uji Sobel Winnifred’s Program Mediation 204

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis

usaha yang bersifat tetap, terus menerus, yang didirikan, bekerja serta

berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan

memperoleh keuntungan dan atau laba (UU No 3 Tahun 1982 tentang Wajib

Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b). Perkembangan perusahaan saat ini di

Indonesia sudah berkembang dengan sangat pesat. Banyak perusahaan

saling berlomba memperbaiki kinerja dan mengembangkan usahanya untuk

meningkatkan nilai perusahaan agar dapat bersaing secara kompetitif

dengan perusahaan lainnya yang sejenis.

Saat ini telah banyak perusahaan yang go public dengan mendaftarkan

dalam bursa efek untuk meningkatkan nilai perusahaan (Avelia dan Tarigan,

2015). Berdasarkan data dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI),

pada tahun 2017 terdapat 567 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan barometer aktifitas pasar

modal di Indonesia karena memiliki frekuensi perdagangan dan variasi

saham yang besar. Dengan adanya Bursa Efek Indonesia dapat membantu

perusahaan yang telah masuk dalam pasar modal untuk mendapatkan

tambahan investasi dari calon investor dengan menjual belikan saham

sehingga investor dapat dikatakan sebagai pemilik dari perusahaan tersebut

(Candradewi dan Sedana, 2016).

2

Setiap perusahaan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan

tujuan jangka panjang. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk

memaksimalkan nilai perusahaan (Lingga dan Suaryana, 2017). Nilai

perusahaan dapat terlihat dari harga saham perusahaan. Semakin tinggi

harga saham, berarti semakin tinggi nilai perusahaan (M. E. S. Tjahjono,

2013). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemegang

saham, sehingga dengan nilai perusahaan yang tinggi dapat menunjukkan

kemakmuran dan kesejahteraan para pemegang saham juga semakin tinggi

(Tauke, Murni, dan Tulung, 2017). Oleh karena itu perusahaan harus

membuat perencanaan yang tepat dalam mengalokasikan sumber daya yang

dimiliki untuk mendukung operasional yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan perusahaan tersebut.

Selain itu, perusahaan juga harus mempunyai kinerja keuangan yang

baik dalam proses bisnisnya untuk memiliki nilai perusahaan yang tinggi.

Kinerja keuangan dapat dilihat dari bagaimana perusahaan mendapatkan

keuntungan atau laba. Jika perusahaan memperoleh keuntungan yang

maksimal, maka perusahaan akan mengalami perkembangan dan mampu

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, mencari keuntungan

dengan laba semaksimal dijadikan prinsip utama perusahaan dan hanya

fokus pada aspek keuangan dan internal perusahaan tanpa memperhatikan

dan menyeimbangkan dengan aspek lingkungan di masyarakat. Banyak

perusahaan yang kurang peduli terhadap limbah yang dihasilkan dari proses

3

produksi barang atau produk perusahaan tersebut sehingga menyebabkan

pencemaran lingkungan (Lingga dan Suaryana, 2017).

Ketergantungan aktifitas perusahaan terhadap teknologi, bahan kimia

dan listrik secara pasti menambahkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Berbagai aktifitas ekonomi terutama organisasi bisnis yang tidak terkontrol

dan tidak berorientasikan pada kepentingan lingkungan hidup, dipastikan

berpeluang besar untuk merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu,

persoalan tentang lingkungan hidup menjadi perhatian utama masyarakat

dan pemerintah. Adanya dampak negatif dari aktifitas perusahaan yang

berpotensi merusak lingkungan serta respon dari berbagai pihak, organisasi

bisnis pun dituntut untuk menanggapi isu lingkungan. Permasalahan

lingkungan semakin menarik untuk diteliti seiring dengan perkembangan

teknologi dan ekonomi global. Secara perlahan terjadi perubahan yang

mendasar dalam pola hidup bermasyarakat yang secara langsung atau tidak

memberikan pengaruh pada lingkungan hidup (Astuti, Anisykurlillah, dan

Murtini, 2014).

Permasalahan tersebut jika tidak ditindak lebih lanjut akan berujung

pada pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan digolongkan

menjadi tiga bagian, yaitu pencemaran air, pencemaran udara, dan

pencemaran tanah. Pencemaran air di Indonesia dapat dilihat dari presentase

kualitas air. Badan Pusat Statistik dalam buku publikasi statistik tahun 2017

menunjukkan peningkatan persentasi titik pantau dengan status tercemar

tahun 2015-2016. Kondisi kualitas air sungai pada umumnya berada pada

4

status tercemar berat. Selain itu, dari 471 titik sungai yang dipantau pada

tahun 2015 dan 2016, terdapat 17 sungai yang kondisinya relatif tidak

berubah dan terdapat 211 titik sungai yang kualitasnya membaik, namun

sebanyak 343 titik sungai kualitasnya memburuk. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar sungai sudah tidak layak digunakan

untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan sejenisnya apalagi

diperuntukkan untuk air minum.

Menurunnya kualitas air sungai dikarenakan pembuangan limbah rumah

tangga, pasar, jalan, fasilitas umum, kantor, industri, dan lain-lain. Pada

tahun 2017 warga Dusun Blok Agung, Desa Karangdoro, Kecamatan

Tegalsari, Banyuwangi melaporkan keresahannya akibat limbah pabrik PT

Gula Glenmore mencemari sungai sehingga menyebabkan ribuan ikan mati

dan gatal-gatal pada warga. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi

menyampaikan hasil laboraturium dari sampel air Sungai lenmore bahwa

ditemukan sejumlah komponen zat yang konsentrasinya melebihi baku

mutu yang ditetapkan. BOD mencapai 10,78 miligram (mg) per liter

melebihi baku mutu yang ditetapkan 6 mg per liter. Adapun klorida bebas

mencapai 0.3 atau melebihi batas baku mutu 0,03 mg per liter (Kompas,

2017).

Selain pencemaran air, ada beberapa kasus mengenai pencemaran udara.

Perusahaan perkebunan Sampoerna Agro sedang mempertimbangkan

bagaimana caranya merespon vonis pengadilan baru-baru ini yang

5

menjatuhkan denda terbesar di negara ini sebesar Rp 1,07 triliun.

Pengadilan Jakarta pada 11 Agustus 2016 menyebut unit Sampoerna, PT

National Sago Prima, lalai soal kebakaran di lahan konsesi seluas 3.000

hektar di Riau tahun 2014 dan menyebabkan pencemaran udara yang cukup

besar dengan kabut yang sangat tebal (VOA Indonesia, 2016).

Isu lingkungan lain datang dari pencemaran tanah. Berita yang

fenomenal sampai sekarang mengenai pencemaran tanah ialah kasus

semburan lumpur panas oleh Lapindo Brantas yang sudah terjadi bertahun-

tahun lalu lamanya. 29 Mei 2018 lalu tepat 12 tahun luapan lumpur lapindo

menggenangi pemukiman. Penelitian yang dilakukan Wahana Lingkungan

Hidup Jawa Timur tahun 2008-2016 menyebutkan adanya kandungan

logam berat dan PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon) hingga 2.000 kali

di atas ambang batas normal, di sekitar semburan lumpur lapindo. Kasus ini

sudah bukan pencemaran tanah saja, melainkan menjadi pencemaran udara.

Bau menyengat yang keluar dari semburan lumpur tersebut terbawa angin

hingga dikeluhkan oleh warga sekitar dan mengaharuskan pindah ke lokasi

yang lebih jauh. Pada akhirnya, kasus semburan lumpur Lapindo Brantas

dinyatakan sebagai bencana alam dan bukan bencana pengeboran. Bencana

tersebut menyisakan kerusakan lingkungan dan penderitaan bagi

masyarakat Porong di Sidoarjo (VOA Indonesia, 2018).

Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM-LK melalui Peraturan Nomor

X.K.6 tentang persyaratan penyampaian laporan perusahaan publik di

Indonesia perusahaan publik dalam annual report atau laporan tahunan.

6

Dalam peraturan tersebut juga dijabarkan bahwa bagian dari isi laporan

tahunan mewajibkan perusahaan publik untuk melaporkan tanggung jawab

sosial yang salah satunya meliputi informasi berkaitan dengan lingkungan

hidup. Dari kasus-kasus di atas kita dapat mengetahui bahwa isu lingkungan

masih sangat banyak menerpa organisasi bisnis di Indonesia sehingga

beberapa perusahaan mengalami kasus hingga tindak pidana dan memiliki

peringkat kinerja lingkungan yang buruk.

Dalam peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014

Nomor 3 memutuskan tentang program penilaian peringkat kinerja

perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang disebut Proper. Dari

penilaian Proper ini, perusahaan akan memperoleh citra atau reputasi sesuai

bagaimana pengelolaan lingkungannya. Citra tersebut dinilai dalam bentuk

peringkat warna emas, hijau, biru, merah dan hitam.

Menurut Anjasari dan Andriati (2016) tingginya peringkat kerja

lingkungan yang dicapai perusahaan dapat menjadi salah satu faktor yang

mampu meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Semakin baik bentuk

pertanggungjawaban suatu perusahaan terhadap kepedulian akan

kelestarian lingkungan hidup maka image perusahaan akan meningkat. Hal

tersebut terjadi karena perusahaan telah mampu memenuhi kontrak sosial

dan legitimasi terhadap masyarakat, sehingga keberadaannya dapat

direspon secara positif oleh masyarakat. Investor akan lebih berminat dan

tertarik kepada perusahaan yang memiliki image baik di masyarakat. Hal

7

tersebut berdampak pula pada tingginya loyalitas konsumen terhadap

produk perusahaan.

Maka dari keterkaitan tersebut dapat menarik kesimpulan bahwa dengan

kinerja lingkungan akan meningkatkan kinerja keuangan karena

mempunyai pengaruh. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penelitian

mengenai pengaruh kinerja lingkungan dan pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja finansial yang menyatakan

secara parsial bahwa kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan

perusahaan yang di proksikan Net Profit Margin dinyatakan berpengaruh

positif. Kemudian ada hasil penelitian Saputra dan Mahyuni (2018) yang

menyatakan pula bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Salah satu faktor lain yang dapat meningkatkan nilai perusahaan adalah

struktur kepemilikan perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang listing di

Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan yang telah memiliki

struktur organisasi yang terpisah antara pemilik dan pengelola

perusahaannya. Pemilik perusahaan merupakan para pemegang saham,

sedangkan pengelola perusahaan adalah pihak manajemen yang ditunjuk

oleh pemilik untuk menjalankan perusahaan (Candradewi dan Sedana,

2016). Struktur kepemilikan memiliki memiliki berbagai macam jenis

diantaranya; kepemilikan institusional, yaitu kepemilkan oleh bank,

perusahaan, atau institusi lainnya. Fungsinya untuk memonitor perusahaan,

8

mendisiplinkan manajemen, dan mempengaruhi manajer perusahaan

(Avelia dan Tarigan, 2015).

Kepemilikan lainnya adalah kepemilikan manajerial, yaitu pihak

manajemen yang memiliki presentase kepemilikan dalam perusahaan.

Dengan adanya kepemilikan manajerial maka akan timbul teori agensi.

Manajemen selalu dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan

pekerjaannya, namun beberapa kepemilikan manajerial menimbulkan

penyimpangan. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan manajer yang

memiliki kepemilikan dalam perusahaan memiliki kecenderungan

menyimpang untuk menguntungkan diri sendiri. Maka dari itu struktur

kepemilikan merupakan alternatif yang tepat dalam mengatasi conflict of

interest. Terlalu besar kepemilikan manajerial di dalam suatu perusahaan

dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba, sehingga laporan keuangan

menjadi kurang terpercaya (Santoso, 2017).

Berdasarkan penjelasan tersebut, struktur kepemilikan dapat

mempengaruhi produk keuangan perusahaan yaitu laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah akhir proses dari akuntansi dengan tujuan untuk

memberikan informasi keuangan yang dapat menjelaskan kondisi

perusahaan dalam satu periode tertentu (Agustina dan Tarigan, 2015).

Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan

kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan

salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan

besarnya investasi saham. Bagi sebuah perusahaan menjaga dan

9

meningkatkan kinerja keuangan adalah salah satu keharusan agar saham

tersebut tetap eksis dan diminati oleh investor. Sehingga jika kinerja

keuangan meningkat akan meningkatkan pula nilai perusahaan dilihat dari

banyaknya investor yang tertarik menanamkan sahamnya di perusahaan

tersebut (Santoso, 2017).

Penelitian terdahulu mengenai struktur kepemilikan yang menyatakan

adanya pengaruh signifikan antara kepemilikan institusional terhadap

kinerja keuangan adalah penelitian Fiandri dan Muid (2017). Pengaruh

signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan

ditunjukkan dari hasil penelitian Candradewi dan Sedana (2016). Selain itu

pula hasil penelitian yang menyatakan kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah penelitian Awulle, Murni,

dan Rondonuwu (2018) dan penelitian Anita dan Yulianto (2016)

menyatakan ada pengaruh antara hubungan kepemilikan manajerial dan

nilai perusahaan.

Penelitian Nurkhin, Wahyudin, dan Fajriah, (2017) menyatakan bahwa

kinerja keuangan dapat menjadi variabel intervening antara hubungan

kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil

penelitian Rusyda dan Priantinah (2018) yang menyatakan kinerja keuangan

tidak dapat menjadi variabel intervening antara hubungan kepemilikan

institusional dan nilai perusahaan namun dapat menjadi variabel intervening

pada hubungan kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Sedangkan

hasil penelitian A. Tjahjono (2017) menyatakan kinerja keuangan tidak

10

dapat menjadi variabel intervening antara hubungan kepemilikan manajerial

dan nilai perusahaan.

Kinerja keuangan sering diproksikan atau diukur melalui rasio-rasio

keuangan. Menurut Tauke et al., (2017) pengukuran dengan rasio-rasio

keuangan tersebut dapat membuat para stakeholder akan mengetahui

kinerja perusahaan sehingga dapat mencerminkan nilai perusahaan tersebut.

Semakin tinggi kinerja keuangan maka semakin tinggi pula nilai

perusahaan. Hal tersebut dibuktian dari hasil penelitiannya bahwa kinerja

keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Begitupun menurut Dama

dan Tulung (2017) yang menyatakan hasil dari analisis penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif pada nilai

perusahaan.

Penelitian ini merupakan replikasi atau pengembangan dari penelitian

M. E. S. Tjahjono (2013). Hal yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah variabel independen struktur kepemilikan

yang tidak digunakan di penelitian sebelumnya, tahun sampel yang

digunakan dalam penelitian M. E. S. Tjahjono (2013) adalah perusahaan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2011 sedangkan

dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2013-2017, selain itu yang membedakan lagi

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu proksi variabel dependen.

Penelitian sebelumnya menggunakan proksi MVA (Market Value Added)

11

sedangkan dalam penelitian ini nilai perusahaan sebagai variabel dependen

adalah Tobins Q.

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu

perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan, serta dapat membantu

para calon investor untuk menilai setiap perusahaan yang akan dijadikan

target tempat berinvestasi. Berdasarkan fenoma kasus yang terjadi dan

hasil-hasil penelitian sebelumnya maka penulis memutuskan untuk meneliti

Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur Kepemilikan terhadap

Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel

Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia pada Periode 2013-2017).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan-

permasalahan yang dihadapi perusahaan-perusahaan terutama pada

perusahaan yang sudah go public.

1. Adanya perusahaan yang melanggar ketentuan aturan terkait kinerja

lingkungan dan melakukan pencemaran lingkungan.

2. Adanya perusahaan yang tidak mengikuti peraturan pemerintah

mengenai Proper.

3. Adanya perusahaan yang tidak mengikuti standar aturan berlaku terkait

prosedur badan usaha.

12

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah

yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menguji kinerja lingkungan dan struktur kepemilikan terhadap nilai

perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening

Dari sekian banyak permasalahan yang dilakukan dan dihadapi

perusahaan, penelitian ini hanya fokus pada kinerja lingkungan dan

struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja

keuangan sebagai variabel intervening pada semua sektor perusahaan

yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2017 dan mengikuti program

Proper yang wajibkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2. Hanya pada laporan yang menggunakan mata uang Rupiah

Penelitian ini hanya fokus meneliti pada perusahaan yang dalam

laporan keuangannya menggunakan nilai mata uang Rupiah,

dikarenakan ada beberapa perusahaan yang menggunakan mata uang

US Dollar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja

keuangan?

13

3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja

keuangan?

4. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

6. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

7. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

8. Apakah kinerja lingkungan secara tidak langsung berpengaruh terhadap

nilai perusahaan melalui kinerja keuangan?

9. Apakah kepemilikan institusional secara tidak langsung berpengaruh

terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan?

10. Apakah kepemilikan manajerial secara tidak langsung berpengaruh

terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja

lingkungan terhadap kinerja keuangan.

2. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan

institusional terhadap kinerja keuangan.

3. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan

manajerial terhadap kinerja keuangan.

14

4. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja

lingkungan terhadap nilai perusahaan.

5. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan.

6. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan

manajerial terhadap nilai perusahaan.

7. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan.

8. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh tidak langsung kinerja

lingkungan terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.

9. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh tidak langsung kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.

10. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh tidak langsung kepemilikan

manajerial terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, adapun manfaat yang dapat

diperoleh dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

peneliti, khususnya dalam menambah pengetahuan menegani kinerja

lingkungan, struktur kepemilikan, kinerja keuangan, dan nilai

perusahaan.

15

2. Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

perkembangan ilmu di bidang Akuntansi dan menjadi referensi untuk

para peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian

menggunakan variabel kinerja lingkungan dan struktur kepemilikan

serta melihat pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dengan kinerja

keuangan sebagai variabel intervening.

3. Manfaat bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan informasi

dan referensi kepada manajemen perusahaan sebagai bahan

pertimbangan dalam melakukan keputusan dalam keikutsertaan Proper

yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

sebagai penilaian atas kinerja lingkungan dan keputusan dalam struktur

kepemilikan untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan yang secara

tidak langsung mempengaruhi nilai perusahaan yang tinggi.

4. Manfaat bagi investor

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi

dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebelum

melakukan investasi dengan menjadikan peringkat kinerja lingkungan

dan struktur kepemilikan untuk menilai perusahaan.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

Dalam sub bab ini menjelaskan teori yang menjadi landasan penulis

dalam merumuskan hipotesis. Teori yang menjadi landasan penulis adalah

stakeholder theory, legitimacy theory, agency theory, signalling theory,

kinerja lingkungan, struktur kepemilikan, kinerja keuangan, dan nilai

perusahaan.

1. Teori Stakeholder

Teori stakeholder pada awalnya diperkenalkan oleh Stanford

Research Institute (SRI) yang merujuk kepada “those groups without

support the organization would cease to exist” (Freeman, 1983). Pada

intinya dalam penelitian tersebut mengacu pada keberadaan suatu

organisasi (dalam hal ini adalah perusahaan) yang sangat dipengaruhi

oleh dukungan kelompok-kelompok yang memiliki hubungan dengan

organisasi tersebut. Dalam penelitiannya yang lain Freeman et al. (2010)

berpendapat bahwa teori stakeholder memperluas tanggung jawab

organisasi kepada seluruh pemangku kepentingan tidak hanya kepada

investor atau pemilik perusahaan.

Teori stakeholder adalah teori yang menyatakan bahwa suatu

perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi pada kepentingan

sendiri, akan tetapi dapat bermanfaat untuk seluruh stakeholder-nya

yaitu: pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,

17

masyarakat, analis, dan pihak lainnya (Mareta dan Fitriyah, 2017). Pada

intinya segala aktifitas operasi perusahaan harus berorientasi pada

tindakan memaksimalisasi laba untuk mencapai kepentingan pemegang

saham. Akan tetapi jika berorientasi lebih luas lagi, tidak hanya sebatas

untuk pencapaian laba untuk pemegang saham. Semua yang terlibat

dalam keberlangsungan perusahaan harus mejadi prioritas. Artinya,

perusahaan yang menjaga kinerja semua aspek dengan baik seperti

kinerja keuangan, lingkungan, sosial, ekonomi, karyawan, dan lainnya

akan menjadi penilaian yang baik juga dari investor.

Fatchan dan Trisnawati (2016) mengungkapkan bahwa dalam teori

stakeholder perusahaan yang melaporkan informasi mengenai kinerja

ekonomi, lingkungan, sosial, dan intelektual mereka secara sukarela.

Namun, sifat sukarela ini akan menjadi suatu keharusan yang dilakukan

perusahaan untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya yang diharapkan

stakeholder. Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga hubungan yang

baik dengan stakeholder, terutama para stakeholder yang berhubungan

langsung dengan sumber daya yang digunakan dalam aktifitas

operasionalnya, misalnya seperti tenaga kerja, konsumen, dan pemilik

saham.

Tujuan utama dari teori ini adalah untuk memudahkan manajer

korporasi memahami dan mengerti lingkungan stakeholder mereka dan

juga membantu melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara

hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan. Dan tujuan yang lebih

18

luas lagi yaitu untuk membantu manajer korporasi dalam meningkatkan

nilai dari pengaruh aktifitas perusahaan dan meminimalkan kerugian

yang akan diterima stakeholder (Fitriani, 2013).

2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Teori legitimasi sudah banyak digunakan sebagai landasan teori

penelitian untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai

perilaku perusahaan terhadap lingkungan hidup dan masyarakat. Teori

ini dijelaskan dalam Mousa dan Hassan (2015) merupakan teori yang

dapat membantu memberikan penjelasan dan motivasi perusahaan

untuk terlibat dalam melaporkan kinerjanya terhadap perusahaan.

Diungkapkan juga teori legitimasi ini digunakan untuk memberikan

landasan tentang bagaimana dan mengapa perusahaan harus

memperhatikan kinerja lingkungan dan fungsinya membuat laporan dari

kinerja lingkungan. Pengungkapan lingkungan yang dibuat perusahaan

merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan untuk mematuhi

aturan publik dan regulasi.

Mousa dan Hassan (2015) menyimpulkan di dalam penelitiannya

bahwa penelitian Patten (1992) telah menjelaskan teori legitimasi

berfungsi untuk mengevaluasi setiap aktifitas perusahaan yang

berdampak pada pencemaran lingkungan. Clarissa dan Rasmini (2018)

mengatakan ketika publik menyadari bahwa perusahaan beroperasi

sesuai dengan sistem nilai yang berkesinambungan dengan nilai

masyarakat maka besar kemungkingkan perusahaan akan sustainable.

19

Dari hal tersebut juga menjadi alasan perusahaan untuk ikut serta dalam

program yang telah dibuat Kementerian Lingkungan dan Kehutanan

untuk menjaga lingkungan dengan mengolah limbah buangan hasil

pabrik. Dan bersedia dinilai mengenai kelayakan limbah yang dibuang

dengan tujuan membuktikan setiap kegiatan perusahaan yang selalu

berusaha bertanggung jawab atas lingkungan agar dapat diterima

masyarakat.

Teori legitimasi berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dan

lingkungan masyarakat dimana perusahaan menjalankan usahanya atau

terdapat “kontrak sosial” yang artinya adalah suatu cara untuk

menjelaskan seberapa besar harapan bagi masyarakat tentang prosedur

yang dijalankan perusahaan ketika beroperasi. Harapan sosial

masyarakat bukan bersifat tetap, namun dapat berubah-ubah dengan

berjalannya waktu. Hal tersebut yang menjadi alasan perusahaan untuk

selalu responsif terhadap lingkungan dimana pun mereka menjalankan

aktifitasnya (Anjasari dan Andriati, 2016).

Menurut Lingga dan Suaryana (2017) legitimasi merupakan suatu

bentuk pengakuan dari masyarakat terdahap perusahaan. Pengakuan

tersebut didapatkan karena perusahaan telah mampu menyelaraskan

tujuan ekonominya dengan lingkungan disekitar perusahaan yang

berdampingan dengan masyarakat. Artinya jika perusahaan ingin

mendapatkan nilai perusahaan yang baik, maka perusahaan harus

mampu meningkatkan kinerja atau pengelolaan lingkungannya.

20

Perusahaan harus dapat mengadaptasikan diri dengan norma yang

berlaku di masyarakat, jika tidak ada eksistensinya akan terancam

karena merugikan bagi masyarakat. Tidak jarang juga terjadi perbedaan

potensial antara perusahaan dan nilai-nilai sosial masyarakat yang dapat

mengancam legitimasi perusahaan yang sering disebut legitimasi gap.

Teori legitimasi ini sangat berhubungan erat dengan teori stakeholder

(Mousa dan Hassan, 2015).

3. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan atau Agency Theory mulai dikembangkan pada

tahun 1970-an terutama dari penelitian yang dilakukan Jensen dan

Meckling (1976). Dijelaskan bahwa teori keagenan adalah sebuah

hubungan agensi sebagai kontrak antara prinsipal dan agen. Dalam

hubungan ini agen tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan

prinsipal dikarenakan keduanya memiliki informasi, tujuan, dan

kepentingan yang berbeda.

Teori keagenan dibangun dengan maksud sebagai cara untuk

memahami dan memecahkan masalah yang muncul ketika informasi

pada saat melakukan kontrak atau perikatan kurang lengkap. Kontrak

yang dimaksud merupakan kontrak antara prinsipal (pemberi kerja)

seperti pemegang saham atau pimpinan perusahaan dengan agen

(penerima perintah) seperti manajemen atau bawahan. Dalam teori ini

memberikan gambaran jika agen memiliki keunggulan informasi yang

lebih tinggi dibandingkan prinsipal, dan diantara keduanya memiliki

21

kepentingan yang berbeda, maka dari itu muncullah principal agent

problem dimana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan

dirinya namun merugikan prinsipal (Gudono, 2012: 139).

Upaya yang dilakukan agar hubungan diantara kedua pihak berjalan

dengan baik, maka prinsipal (pemilik perusahaan) akan mendelegasikan

otoritas pengambilan keputusan kepada agen (manajer). Teori keagenan

dilandasi oleh 3 asumsi, yaitu asumsi mengenai sifat dasar manusia,

asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat dasar

manusia menekankan bahwa manusia sering mementingkan diri sendiri

(self interest), manusia memiliki pemikiran terbatas mengenai persepsi

masa mendatang (bounded rationality), dan manusia senantiasa

menghindari resiko (risk averter) (Eisenhard, 1989 dalam Fatchan dan

Trisnawati, 2016).

4. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal (signalling theory) pertama kali di perkenalkan dalam

tulisan “The Market Of Lemons” karya George Akerlof pada tahun 1970

melalui istilah informasi asimetris (assymetri information). Akerlof

(1970) memberikan pelajaran mengenai fenomena tentang

ketidakseimbangan informasi mengenai kualitas produk antara pembeli

dan penjual, dengan melakukan pengujian terhadap pasar mobil bekas

(used car). Dalam penelitiannya tersebut ia menemukan bahwa ketika

pembeli tidak memiliki informasi terkait spesifikasi produk dan hanya

memiliki persepsi umum mengenai produk tersebut maka pembeli akan

22

menilai semua produk pada harga yang sama, baik produk yang

berkualitas tinggi atau rendah.

Pemikiran George Akerlof tersebut dikembangkan oleh Michael

Spence pada tahun 1973 dalam model keseimbangan sinyal (basic

equilibrium signalling). Spence (1973) memberikan ilustrasi pada

tenaga kerja (job marker) dan mengemukakan bahwa perusahaan yang

memiliki tenaga kerja yang baik menggunakan informasi finansial untuk

mengirimkan sinyal ke pasar. Moeljadi dan Supriyanti (2014)

mengungkapkan pada teori ini, informasi sangat penting untuk

diberikan kepada pihak eksternal perusahaan untuk mengatasi asimetri

informasi. Informasi yang disampaikan kepada pihak eksternal seperti

untuk pemengang saham harus lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu

karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para investor di pasar modal

sebagai alat analisis untuk melakukan keputusan investasi.

Sinyal yang diberikan perusahaan untuk mengatasi asimetri

informasi salah satunya dengan melalui laporan keuangan. Laporan

keuangan dapat memberikan informasi terkait kinerja perusahaan

kepada pihak eksternal. Dengan berkurangnya asimetri infromasi, maka

nilai perusahaan dapat mengalami peningkatan (Claudia dan Agustina,

2017). Dalam hal ini manajer memiliki kewajiban untuk memberikan

sinyal tentang bagaimana kondisi perusahaan pada pihak eksternal

sebagai salah satu bentuk atas tanggung jawabnya dengan kewenangan

dalam mengelola perusahaan.

23

Teori Sinyal juga menjelaskan tentang sinyal yang dikeluarkan

secara sengaja dimana tujuan perusahaan untuk mencapai profit atau

laba yang tinggi, dengan harapan pasar dapat membedakan perusahaan

yang mempunyai kualitas baik dan buruk. Sinyal yang dimaksud dalam

teori ini memiliki kaitan dengan pengungkapan yang dilakukan

perusahaan dalam laporan tahunan. Semakin tinggi profit yang di

peroleh perusahaan maka nilai perusahaan juga meningkat karena

banyak investor yang tertarik dan berminat untuk menanamkan modal

di perusahaan tersebut (Fatchan dan Trisnawati, 2016). M. E. S.

Tjahjono (2013) juga mengungkapkan nilai perusahaan yang dibentuk

melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-

peluang investasi. Dengan adanya peluang tersebut dapat memberikan

siyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan pada masa yang akan

datang.

Teori sinyal dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya

perusahaan memiliki informasi mengenai hal yang sangat dibutuhkan

pemegang saham ataupun pihak eksternal perusahaan. Informasi yang

diungkapkan tersebut dapat digunakan oleh pihak yang memiliki

kepentingan untuk memberikan nilai kondisi perusahaan pada masa

lalu, kondisi pada masa sekarang maupun predisksi pada masa depan

(Lingga dan Suaryana, 2017). Fatchan dan Trisnawati (2016) juga

kembali menjelaskan bahwa teori ini sering digunakan manajer sebagai

24

sinyal profitabilitas perusahaan kepada investor dilihat dari kepemilikan

perusahaannya.

5. Nilai Perusahaan

Perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai baik tujuan jangka

pendek maupun tujuan jangka panjang. Dalam praktiknya tujuan semua

perusahaan menurut para ahli keuangan tidak jauh berbeda, semua

tujuan perusahaan adalah sama namun cara untuk mencapainya yang

menjadi perbedaan. Tujuan utamanya adalah dengan memaksimalkan

nilai perusahaan. Menurut Ardila (2017) nilai perusahaan merupakan

persepsi investor terhadap tingkat pencapaian perusahaan yang terkait

dengan harga saham dan dapat memberikan kemakmuran pemegang

saham secara maksimum apabila harga saham meningkat.

Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam buku Panduan Go

Public (n.d) juga menejelaskan setiap peningkatan kinerja operasional

dan kinerja keuangan pada umumnya akan berdampak terhadap harga

saham di Bursa, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan secara

keseluruhan. Akan tetapi dalam penjelasan tersebut hanya dapat berlaku

terhadap perusahaan go public yang sahamnya diperdagangkan di

Bursa, karena ketika saham di perdagangkan di Bursa maka setiap saat

dapat diperoleh valuasi terhadap kinerja keuangan yang akan

meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu juga Wati dan Asandimitra

(2017) berpendapat bahwa meningkatkan nilai perusahaan berarti secara

25

tidak langsung memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan

otomatis memaksimalkan pula harga saham perusahaan.

Nilai perusahaan menggambarkan nilai saat ini dari pendapatan

yang diharapkan pada masa depan dan indikator bagi pasar dalam

menilai perusahaan secara keseluruhan. Banyak faktor yang dapat

memperngaruhi nilai perusahaan, diantaranya: struktur modal,

kebijakan dividen, keputusan investasi dan lain sebagainya (Utomo,

2016). Arief, Erlina, dan Yahya (2014) juga mengungkapkan beberapa

faktor yang biasa menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan

mengenai nilai perusahaan yaitu tingkat pertumbuhan, sikap

manajemen, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas

keuangan, pajak, profitabilitas, sikap pemberi pinjaman.

Menjalankan fungsi dari manajemen keuangan merupakan sesuatu

yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan

kombinasi optimal dari keputusan pihak manajemen dapat

mengoptimalkan nilai perusahaan yang akan mempengaruhi

kesejahteran stakeholder (Utomo, 2016). Wati dan Asandimitra (2017)

mengungkapkan calon investor akan memandang baik pada suatu

perusahaan dengan mempertimbangkan nilai perusahaannya. Ketika

nilai perusahaan dianggap baik maka kinerja keuangan perusahaan juga

akan baik.

Arief et al. (2014) mengungkapkan metode-metode atau teknik yang

telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan diantaranya adalah:

26

a. Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price

earning.

b. Ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba.

c. Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas.

d. Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen.

e. Pendektakan aktiva antara lain metode penilaian aktiva.

f. Pendekatan harga saham.

g. Pendekatan Economic Value Added (EVA).

Apabila perusahaan berjalan dengan lancar maka nilai perusahaan

dapat dilihat dari nilai saham yang meningkat. Akan tetapi jika melihat

dari nilai hutang perusahaan yang dalam bentuk obligasi tidak akan

berpengaruh. Selain itu nilai perusahaan juga dapat dilihat dari nilai

pasar atau nilai buku perusahaan dari angka ekuitasnya di dalam neraca.

Ekuitas perusahaan menggambarkan total modal perusahaan.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio

Tobin’s Q. Rasio tersebut dikembangkan oleh Profesor Tobin pada

tahun 1967. Tobin’s Q merupakan konsep yang sangat penting karena

dapat menggambarkan estimasi pasar keuangan pada saat ini mengenai

nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Apabila

rasio Tobin;s Q berada di atas angka satu, artinya investasi dalam aktiva

menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada

pengeluaran investasi, dan jika rasio Tobin’s Q ini berada di bawah

27

angka satu maka menunjukkan investasi dalam aktiva tidaklah menarik

(Fatchan dan Trisnawati, 2016). Nilai Tobin’s Q dihitung dengan rumus:

Tobin’s Q = Total 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐹𝑖𝑟𝑚

Total 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

Rumus di atas diuraikan lagi seperti penelitian Ali, Mahmud, dan

Lima (2016) menjadi:

Tobin’s Q = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 + 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 + 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

Berdasakan asumsi yang banyak digunakan, nilai dari liabilities

market value adalah sama dengan liabilities book value. Penelitian ini

berfokus pada nilai perusahaan dari sudut pandang investor, sehingga

rumus Tobin’s Q yang digunakan adalah rumus yang diuraikan dalam

penelitian Kurniawan, Sofyani, dan Rahmawati (2018) yaitu sebagai

berikut:

Tobin’s Q = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒

Dimana:

EMV = Harga saham per lembar × jumlah saham yang beredar

EBV = Total aset – total kewajiban

6. Kinerja Keuangan

Kinerja adalah hasil yang diperoleh dari suatu organisasi baik

organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non oriented yang

dihasilkan selama satu periode waktu (Fahmi, 2012: 226). Keuangan

perusahaan berkaitan mengenai aktiva dan kewajiban serta modal.

Kinerja keuangan artinya hasil mengenai tingkat pencapaian perusahaan

28

dalam mengelola aktiva dan passiva sehingga menggambarkan

perputaran asset, keuntungan dan kemampuan perusahaan untuk tetap

konsisten (Harahap, 2015: 127).

Kinerja keuangan perusahaan merupakan sebuah keberhasilan yang

telah diraih perusahaan dalam suatu periode yang menggambarkan

tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan juga dapat

diartikan suatu prospek atau masa depan, perkembangan dan

pertumbuhan perusahaan (Bukhori dan Sopian, 2017). Menurut

Tiarasandy et al. (2018) kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa

alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan

menjadi 8 (delapan) macam dan salah satunya dengan analisis rasio

keuangan. Menurut Sulindawati, Yuniarta, dan Purnamawati (2017:

134) mengungkapkan rasio keuangan adalah indeks yang dapat menjadi

penghubung antara dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi

satu angka dengan angka lainnya.

Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan

dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio tersebut maka dapat terlihat

kondisi kesehatan perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan.

Jenis-jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja

manajemen beragam. Artinya, tidak semua rasio dapat digunakan.

Semua tergantung pada kebutuhan perusahaan. Berikut di bawah ini

penjelasan mengenai jenis-jenis rasio keuangan dalam buku Pengantar

Manajemen Keuangan karya Sulindawati et al. (2017: 136), yaitu:

29

a. Rasio Likuiditas.

Fred Weston, menyebutkan rasios likuiditas merupakan

rasio yang menjelaskan seberapa besar kemampuan perusahaan

untuk memenuhi dan dapat membayar kewajiban (hutang) jangka

pendek sebagai pembiayaan perusahaan dari kreditur. Artinya

apabila perubahan ditagih atas kewajibannya, maka akan sanggup

dan mampu untuk memenuhi hutang (membayar) tersebut terutama

pada kewajiban atau hutang yang sudah jatuh tempo. Berikut adalah

jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan sebagai alat

pengukuran, terdiri atas: rasio lancar, rasio sangat lancar, rasio kas,

rasio perputaran kas, inventory to net working capital.

b. Rasio Solvabilitas (Leverage).

Rasio solvabilitas atau leverage adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur sejauh mana pembiyaan hutang terhadap aktiva

perusahaan. Artinya, perbandingan antara aktiva perusahaan dengan

beban hutang yang ditanggung. Dalam artian luas, solvabilitas

digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan atau

kesanggupan sebuah perusahaan dalam membayar dan melunasi

seluruh kewajiban atau hutangnya baik kewajiban jangka pendek

atau kewajiban jangka panjangnya yang di atas 1 tahun. Jenis-jenis

rasio solvabilitas antara lain: Debt to Assets Ratio (Debt Ratio), Debt

to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest

Earned, Fixed Charge Coverage.

30

c. Rasio Aktivitas.

Rasio aktivitas (activity ratio) adalah rasio yang digunakan

untuk melihat mengukur efektivitas perusahaan dalam

menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dalam artian lain, untuk

mengukur tingkat efisiensi dari pemanfaatan sumber daya

perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya dalam bidang

penjualan, penagihan piutang, dan persediaan. Jenis-jenis rasio

aktivitas yang dirangkum beberapa ahli keuangan, yaitu: perputaran

piutang (receivable turnover), hari rata-rata penagihan piutang (days

of receivalbe), perputaran persediaan (inventory turnover), hari rata-

rata penagihan persediaan (days of inventory), perputaran modal

kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed

assets turnover), perputaran aktiva (assets turnover).

d. Rasio Profitabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur

bagaimana kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau

laba dari setiap kegiatan produktivitas serta penjualan perusahaan.

Rasio ini juga dapat menilai tingkat efektivitas manajemen

perusahaan. Hal tersebut dapat ditunjukan dari laba yang diperoleh

atas hasil penjualan dan pendapatan investasi. Jenis rasio

profitabilitas yaitu: profit margin (profit margin on sales), return on

investment (ROI) atau dapat disebut juga Return on Asset (ROA),

return on equity (ROE), laba per lembar saham.

31

e. Rasio Pertumbuhan.

Rasio pertumbuhan (growth ratio) adalah rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan

posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor

usahanya. Dalam rasio menganalisis pertumbuhan penjualan, laba

bersih, pendapatan per saham, dan pertumbuhan dividen per saham.

f. Rasio Penilaian.

Rasio penilaian (valuation ratio) merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam

menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti:

rasio harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham

terhadap nilai buku.

Melalui rasio-rasio keuangan tersebut para stakeholder akan dapat

mengetahui kinerja perusahaan dan dengan melalui rasio-rasio

keuangan dapat ditentukan nilai dari perusahaan tersebut. Semakin

tinggi kinerja keuangan maka semakin tinggi nilai perusahaan.

Peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan

mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan (Imron,

Hidayat, dan Alliyah, 2013).

Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah

rasio profitabilitas. Profitabilitas adalah suatu ukuran yang biasa

digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu untuk

menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat maksimal.

32

Profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atau efektivitas

pengelolaan badan usaha tersebut. Selain itu juga dapat digunakan untuk

mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya dan

seberapa efisien perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.

Indikator profitabilitas yang digunakan sebagai alat ukur kinerja

keuangan ini adalah Return on Assets (ROA). Analisis ROA mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total

asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan

biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Tanpa adanya laba maka akan

sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Karena dari laba

tersebut yang menjadi magnet untuk investor menanamkan modalnya

(Bukhori dan Sopian, 2017).

ROA dirumuskan sebagai berikut:

Return on Assets = Laba Bersih Setelah Pajak

Total Asset ×100%

7. Kinerja Lingkungan

Kinerja di dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai jawaban

dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan

tersebut. Menurut M. E. S. Tjahjono (2013) kinerja lingkungan

(enviromental performance) merupakan suatu hasil dari sukses atau

tidaknya tujuan perusahaan dalam menciptakan dan mewujudkan

lingkungan yang baik. Pengelolaan lingkungan dapat dipengaruhi dan

mempengaruhi perusahaan dan tentunya dapat menentukan keunggulan

33

perusahaan dalam persaingan sehingga stakeholder tertarik untuk

berinvestasi karena melihat nilai perusahaan yang baik (Ardila, 2017).

Kinerja lingkungan dapat diukur dari hasil sistem manajemen

lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya.

Lingkungan menurut pengertiannya merupakan segala sesuatu yang

berada disekitar subyek manusia yang berkaitan dengan semua

aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah semua hal yang berkaitan

dengan: tanah, air, udara, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan

juga hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik permasalahan

mengenai isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan

dapat dikatakan sebagai kumpulan aktifitas untuk merencanakan,

mengorganisasikan, dan menggerakan sumber daya manusia dan

sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang

sudah ditetapkan (M. E. S. Tjahjono, 2013).

Di Indonesia penilaian kinerja lingkungan perusahaan diatur dalam

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:

127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian Peringkat kinerja

Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (Proper) yang di

keluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kemudian

dasar hukum tersebut direvisi oleh Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 05 Tahun 2011. Dan pada 2018, atau pada saat ini, dasar

hukum Proper revisi terbaru pada Peraturan Kementerian Lingkungan

Hidup Nomor 3 Tahun 2014 tentang Proper.

34

Menurut Pasal 1, Proper adalah evaluasi ketaatan dan kinerja

melebihi ketaatan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan di bidang

pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup, serta

pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (Permen LH No.3

Tahun 2014). Dalam Publikasi Proper tahun 2017 menjelaskan

mengenai tujuan utama Proper adalah untuk meningkatkan ketaatan

perusahaan pada peraturan perundang-undangan lingkungan hidup

melalui penyebaran informasi yang disampaikan kepada stakeholders

terkait: media massa, media elektronik dalam dan luar negeri.

Selain itu, Proper juga memiliki tujuan untuk mendorong

perusahaan dalam menerapkan sistem yang baik dalam pengelolaan

lingkungan. Dengan begitu, efisiensi absolut dalam mengurangi limbah

dapat meningkat. Dari data absolut tersebut, dapat digunakan

perusahaan untuk perbandingan hasil perusahaannya dengan perusahaan

lain (benchmarking). Hal tersebut dapat berguna untuk mengetahui

tingkat efisiensi posisi perusahaan yang diharapkan nantinya akan

muncul inovasi untuk melakukan perbaikan yang lebih tinggi.

8. Penilaian Kinerja Lingkungan melalui Proper

Program Penilaian Peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan

lingkungan hidup (Proper) yang dikeluarkan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup bersifat mandatory (wajib) tidak bersifat voluntary.

Alasannya karena banyak perusahaan dari sektor industri Manufaktur,

Prasarana dan Jasa (MPJ); Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas

35

Bumi (PEM); Pertanian, dan Kehutanan (PDK) yang menimbulkan

pencemaran lingkungan karena mengasilkan limbah baik limbah air,

emisi maupun limbah padat atau limbah B3. Kebijakan tentang Proper

sudah menjadi kebijakan pemerintah yang didasarkan pada Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mareta dan Fitriyah, 2017).

Dalam buku Sekilas Proper: "Dulu, Sekarang, dan Masa

Mendatang" (2005) dikatakan bahwa Proper sebagai salah satu

instrumen ketaatan peraturan lingkungan hidup yang penilaiannya

berdasarkan pada regulatory based dan juga market atau economic

based, serta result oriented. Hal tersebutlah yang menjadi perbedaan

Proper dengan ISO 14001 yang lebih pada penekanan proses perbaikan

(continous improvement), sedangkan Proper menekankan pada

pendekatan output control.

Dalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No.3 Tahun 2014

dalam Pasal 3, menjelaskan mengenai kriteria pemilihan perusahaan

yang dapat mengikuti program penilaian kinerja dalam pengelolaan dan

pelestarian lingkungan hidup (Proper) dikarenakan terbatasnya sumber

daya yang ada dan Proper dilakukan secara bertahap agar tetap terjaga

keefektifitasan pelaksanaan Proper. Kriteria pemilihan perusahaan

sebagai berikut:

36

a. Perusahaan yang berorientasi ekspor.

b. Perusahaan publik yang terdaftar pada pasar modal baik di dalam

maupun luar negeri.

c. Perusahaan yang mencemari dan merusak lingkungan dan atau

berpotensi mencemari dan merusak lingkungan.

d. Perusahaan yang menjadi perhatian di masyarakat, baik dalam

lingkup regional ataupun nasional.

Dalam Publikasi Proper tahun 2015 menjelaskan tentang prinsip

dasar dari Proper tersebut, yaitu peserta Proper bersifat selektif, dimana

diperuntukkan bagi industri-industri yang menyebabkan dampak paling

signifikan, besar, dan meluas terhadap lingkungan dan mereka peduli

terhadap citra serta reputasi perusahaanya. Pengklasifikasian jenis

industri yang menjadi prioritas dari penilaian Proper hampir sama

dengan Jakarta Industrial Classification dalam IDX Fact Book (2017).

Perbedaannya, perusahaan yang ikut serta dalam Proper merupakan

perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan.

a. Manufaktur, prasarana dan jasa. Adapun subsektor perusahaan yang

meliputi perusahaan dibidang pulp dan kertas, tekstil, semen,

otomotif, peleburan besi dan baja, MSG, alkohol, industri kimia

dasar, kawasan industri dan sejenis lainnya.

b. Pertambangan, energi, dan migas. Subsektor yang termasuk yakni

pertambangan mineral, batu bata, pembangkit energi, eksplorasi dan

37

produksi, pengolahan dan distribusi minyak dan gas serta

sejenisnya.

c. Hasil pertanian dan perhutanan. Subsektornya terdiri dari

perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit,

pabrik gula, kayu lapis, karet, tapioka, dan sejenisnya.

Pendekatan strategi yang dipilih Proper yaitu dengan memanfaatkan

peran serta masyarakat dan pengaruh pasar untuk memberikan tekanan

kepada industri agar meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan

lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dan pengaruh tekanan pasar

dilakukan dengan cara menyebarkan informasi yang kredibel, sehingga

dapat menciptakan naik atau turunnya reputasi perusahaan.

Informasi mengenai kinerja lingkungan perusahaan

dikomunikasikan dengan menggunakan simbol warna untuk

memudahkan penyerapan informasi oleh masyarakat. Berikut ini

beberapa simbol warna yang diberikan sesuai dengan penilaian

peringkat kinerja usaha atau kegiatan dalam mengelola lingkungan:

a. Emas, diberikan kepada usaha dan atau kegiatan yang telah secara

konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses

produksi atau jasa, serta melaksanakan bisnis yang beretika dan

bertanggung jawab terhadap masyarakat.

b. Hijau, diberikan kepada usaha atau kegiatan yang telah melakukan

pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam

peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem

38

pengelolaan lingkungan dan mereka telah memanfaatkan sumber

daya secara efisien serta melaksanakan tanggung jawab sosial

dengan baik.

c. Biru, diberikan kepada usaha atau kegiatan yang telah melakukan

upaya pengelolaan lingkungannya, yang dipersyaratkan sesuai

dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Merah, diberikan bagi mereka yang telah melakukan upaya

pengelolaan lingkungan namun belum sesuai dengan persyaratan

sebagaimana diatur dalam perundang-undangan.

e. Hitam, diberikan kepada mereka yang dalam melakukan usaha atau

kegiatannya, telah dengan sengaja melakukan perbuatan atau

melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan terjadinya

pencemaran atau kerusakan lingkungan, serta melanggar peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan/atau tidak melaksanakan

sanksi administrasi.

Peringkat warna tersebut di kategorikan dengan angka yang

dijadikan sebagai proxy pengukuran kinerja lingkungan. Warna emas

dihitung dengan peringkat tertinggi yaitu 5 (lima), warna hijau 4

(empat), warna biru 3 (tiga), warna merah 2 (dua), dan yang terendah

warna hitam dengan angka 1 (satu) (Tiarasandy et al., 2018).

9. Struktur Kepemilikan

Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer

dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa

39

disebut agency conflict. Konflik antara manajer dan pemegang saham

dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat

mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya

keagenan (Wati dan Asandimitra, 2017). Menurut Santoso (2017)

struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya

perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan

dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai

perusahaan. Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan

memiliki motivasi yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitori

perusahaan. Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi

oleh struktur kepemilikan.

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme yang

dapat mengendalikan masalah keagenan yang ada di suatu perusahaan.

Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti pun dipercaya mampu

mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh

dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai

perusahaan.

10. Kepemilikan Institusional

Menurut Indrasti dan Martini (2014) kepemilikan institusional

merupakan proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik

institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi,

dan kepemilikan lain. Kepemilikan institusional memiliki arti yang

40

penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya

kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan

pengawasan yang lebih optimal. Sadia dan Sujana (2017) mengatakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah

kepemilikan institusional. Semakin tinggi kepemilikan institusional

maka semakin kuat pengawasan eksternal terhadap perusahaan dan

mengurangi agency cost. Fiandri dan Muid (2017) mengatakan

pengawasan investor institusional sangat bergantung pada besarnya

investasi yang dilakukan.

Menurut Sadia dan Sujana (2017), investor institusional dianggap

mampu menggunakan informasi laba periode sekarang untuk

memprediksi laba pada masa mendatang dibandingkan investor non

institusional. Kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai

perusahaan, dengan memanfaatkan informasi, serta dapat mengatasi

konflik keagenan karena dengan meningkatnya kepemilikan

institusional maka segala aktifitas perusahaan akan diawasi oleh pihak

institusi atau lembaga.

Menurut Hamdiah (2015), kepemilikan institusional memiliki dua

kelebihan, kepemilikan institusional memiliki profesionalisme dalam

menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.

Selain itu kepemilikan institusional memiliki motivasi yang kuat untuk

melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktifitas yang terjadi di

dalam lingkungan perusahaan, serta meminimalisasi tingkat

41

penyimpangan manajemen yang dapat menurunkan nilai perusahaan.

Proksi yang digunakan untuk menghitung kepemilikan institusional

adalah sebagai berikut:

INST = 𝐽𝑢𝑛𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛

11. Kepemilikan manajerial

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa peningkatan

kepemilikan saham manajemen merupakan salah satu cara untuk

mengurangi agency cost. Kepemilikan manajerial merupakan proporsi

pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan perusahaan seperti direktur dan komisaris.

Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen akan

mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga

manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan,

maka akan memotivasi kinerja manajemen karena mereka merasa

memiliki andil dalam perusahaan baik sebagai pengambil keputusan

maupun dalam tanggung jawab atas segala keputusan tersebut (Sadia

dan Sujana, 2017). Manajemen akan cenderung lebih giat untuk bekerja

demi kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah

dirinya sendiri. Maka dengan semakin besar presentase kepemilikan

saham oleh pihak manajer, maka manajer pun akan berhati-hati dalam

menentukan kebijakan keuangan untuk membiayai kegiatan operasional

perusahaan (Anita dan Yulianto, 2016).

42

Pada intinya, kebijakan kepemilikan manajerial dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham

sehingga dengan keterlibatan kedudukan manajer akan sejajar dengan

pemilik perusahaan atau pemegang saham. Proksi yang digunakan

untuk menghitung kepemilikan manajerial yaitu sebagai berikut;

MNJR = 𝐽𝑢𝑛𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛

B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu

mengenai topik yang berkaitan menjadi landasan penulis dalam

merumuskan hipotesis dapat dilihat dalam tabel 2.1.

43

Tabel 2.1

Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 M. E. S.

Tjahjono

(2013)

Pengaruh Kinerja

Lingkungan terhadap

Nilai Perusahaan dan

Kinerja Keuangan.

Variabel kinerja

lingkungan,

kinerja keuangan,

nilai perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder.

Variabel struktur

kepemilikan,

tahun data yang

digunakan sebagai

sampel.

Kinerja lingkungan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan,

kinerja lingkungan tidak berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan,

kinerja keuangan berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan, kinerja

lingkungan berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan melalui

kinerja keuangan. Kinerja keuangan

adalah variabel intervening.

2 Imron et al.

(2013)

Pengaruh Kinerja

Keuangan dan Ukuran

Perusahaan terhadap

Nilai Perusahaan dengan

Corporate Social

Responsibility dan Good

Corporate Governance

Sebagai Variabel

Moderasi.

Variabel kinerja

keuangan, nilai

perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan

menggunakan

data sekunder.

Variabel kinerja

lingkungan,

Corporate Social

Resposibility,

Corporate Good

Governance,

tahun data yang

digunakan sebagai

sampel, model

moderasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kinerja keuangan memiliki pengaruh

positif terhadap nilai perusahaan dan

ukuran berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. CSR tidak mampu

memperkuat hubungan kinerja keuangan

dengan nilai perusahaan, tetapi mampu

memperkuat hubungan ukuran

perusahaan dengan nilai perusahaan.

Sedangkan GCG mampu memperkuat

hubungan kinerja keuangan dan ukuran

perusahaan dengan nilai perusahaan.

Bersambung pada halaman selanjutanya

44

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

3 Ratih dan

Setyarini

(2014)

Pengaruh Good

Corporate Governance

(GCG) dan Corporate

Social Responsibility

(CSR) terhadap Nilai

Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan

Sebagai Variable

Intervening pada

Perusahaan di BEI

Variabel struktur

kepemilikan,

kinerja keuangan,

nilai perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder.

Variabel Social

Responsibility

(CSR), tahun data

yang digunakan

penelitian.

Pengaruh dari GCG dan CSR dapat

meningkatkan kinerja keuangan dan

nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini

adalah kepemilikan institusional dapat

mempengaruhi kinerja keuangan secara

langsung pada proksi ROA dan juga

dapat mempengaruhi nilai perusahaan

yang di proksikan dengan Tobins Q

4 Rafianto

(2015)

Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social

Responsibility dan

Kinerja Lingkungan

terhadap Kinerja

Keuangan (Studi Pada

Sektor Pertambangan di

Bursa Efek Indonesia

Pada Periode 2010-2012)

Kinerja

lingkungan,

kinerja keuangan,

penelitian

kuantitatif

menggunakan

data sekunder.

Variabel struktur

kepemilikan, nilai

perusahaan, CSR,

tahun data yang

digunakan sebagai

sampel,

menggunakan

software SPSS.

Secara simultan ada pengaruh antara

kinerja lingkungan dan pengungkapan

Corporate Social Responsibility

terhadap kinerja keuangan. Secara

parsial kinerja lingkungan tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan,

dan pengungkapan Corporate social

responsibility memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja keuangan.

Bersambung pada halaman selanjutnya

45

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

5 Hamdiah

(2015)

Pengaruh Kepemilikan

Institusional dan Kualitas

Laba terhadap Nilai

Perusahaan pada

Perusahaan Transportasi

yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia

Variabel

kepemilikan

institusional, dan

nilai perusahaan

Kepemilikan

manajerial, kinerja

keuangan, dan

kinerja lingkungan

Hasil penelitian ini menunjukkan secara

simultan kepemilikan institusional dan

kualitas laba berpengaruh secara

signifikan terhadap nilai perusahaan

sedangkan secara parsial kepemilikan

institusional dan kualitas laba juga

berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai perusahaan.

6 AL-Najjar

(2015)

The Effect of Institutional

Ownership on Firm

Performance: Evidence

from Jordanian Listed

Firms

Kepemilikan

institusional dan

kinerja

perusahaan

Kinerja

lingkungan, nilai

perusahaan,

tempat penelitian,

objek penelitian,

tekhnik analisis

dengan OLS

This study seeks to investigate whether

institutional ownership affects the firm’s

performance for one of the emerging

markets; Jordan. Firm’s performance is

measured through applying two

accounting measures Return on Assets

(ROA) and Return on Equity (ROE), with

6 explanatory variables. A main finding

of the panel data analysis is that; fixed

effect regression is the most convenient

model. As a result, there is no strong

evidence that there is a relationship

between both institutional ownership

and firm performance for Jordanian

listed firms.

Bersambung pada halaman selanjutnya

46

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7 Prastuti dan

Budiasih

(2015)

Pengaruh Good

Corporate Governance

pada Nilai Perusahaan

dengan Moderasi

Corporate Social

Responsibility

Variabel

kepemilikan

manajerial dan

institusional, nilai

perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder

Variabel kinerja

lingkungan,

moderasi denga

CSR, dan

intervening

dengan kinerja

keuangan

Hasil penelitian kepemilikan

institusional dan komite audit

berpengaruh negatif pada nilai

perusahaan. Sedangkan kepemilikan

manajerial dan proporsi dewan

komisaris tidak berpengaruh pada nilai

perusahaan. Pengungkapan CSR tidak

mampu memoderasi pengaruh GCG

pada nilai perusahaan.

8 Prawirasasra

(2015)

Analysis of Relationship

of Environmental

Performance and Firm

Value

Kinerja

lingkungan dan

nilai perusahaan

Struktur

kepemilikan,

kepemilikan

institusional,

kepemilikan

manajerial, tahun

penelitian

This study analyze the relationship

between Environmental performance

and firm value, which is measured with

Tobin’s Q ratio. The outcome of this

study indicates there is a positive

relationship between environmental

performance and firm value. This result

is in line with previous similar studies

which were based on data from other

sectors in Indonesia.

Bersambung pada halaman selanjutnya

47

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

9 Anita dan

Yulianto

(2016)

Pengaruh Kepemilikan

Manajerial dan

Kebijakan Dividen

terhadap Nilai

Perusahaan

Variabel

kepemilikan

manajerial dan

nilai perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder

Kinerja

lingkungan dan

kinerja keuangan,

data tahun

penelitian dan

objek perusahaan

yang diteliti

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa

Kepemilikan manajerial berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Kebijakan

dividen tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Simpulan dari penelitian ini

yaitu kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Kebijakan dividen tidak berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Saran yang

diberikan kepada pemilik/pemegang

saham perusahaan yaitu dengan

meningkatkan kepemilikan manajerial

dan kebijakan dividen agar mengurangi

konflik keagenan.

10 Anjasari

dan

Andriati

(2016)

Pengaruh Tata Kelola

Perusahaan dan Kinerja

Lingkungan terhadap

Nilai Perusahaan.

Variabel kinerja

lingkungan, nilai

perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan

menggunakan

data sekunder.

Variabel kinerja

keuangan, tahun

data yang

digunakan sebagai

sampel,

menggunakan

software spss.

Hasil penelitian mekanisme tata kelola

perusahaan yang diproksikan dengan

proporsi dewan komisaris independen,

dan proporsi kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

sedangkan jumlah komite audit, hasilnya

terbukti tidak berpengaruh pada nilai

perusahaan dan kinerja lingkungan tidak

berpengaruh pada nilai perusahaan.

Bersambung pada halaman selanjutnya

48

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

11 Candradewi

dan Sedana

(2016)

Pengaruh Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan

Institusional dan Dewan

Komisaris Independen

terhadap Return On Asset

Variabel

kepemilikan

manajerial dan

institusional,

ROA, penelitian

kuantitatif

dengan

menggunakan

data sekunder.

Variabel kinerja

lingkungan, nilai

perusahaan, tahun

data yang

digunakan sebagai

sampel,

menggunakan

analisis linier

berganda.

Hasil dari penelitian ini menyatakan

bahwa kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional berpengaruh

signifikan terhadap ROA. Dewan

komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap ROA.

12 Tauke,

Murni, dan

Tulung

(2017)

Pengaruh Kinerja

Keuangan terhadap Nilai

Perusahaan Real Estate

dan Property yang

terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2012-

2015

Variabel kinerja

keuangan, nilai

perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder.

Variabel struktur

kepemilikan,

kinerja

lingkungan, tahun

data yang

digunakan sebagai

sampel.

Secara simultan seluruh variabel

independen berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Struktur

modal berpengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan, profitabilitas

mempunyai pengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan, likuiditas

mempunyai pengaruh tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan.

Bersambung pada halaman selanjutnya

49

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

13 Sadia dan

Sujana

(2017)

Pengaruh Kepemilikan

Institusional, Manajerial,

Free Cash Flow pada

Nilai Perusahaan dengan

Variabel Intervening

Kebijakan Hutang

Variabel

kepemilikan

institusional,

manajerial, nilai

perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder.

Variabel

kepemilikan

manajerial dan

institusional,

tahun data yang

digunakan sebagai

sampel.

kepemilikan institusional tidak

berpengaruh pada nilai perusahaan,

kepemilikan manajerial berpengaruh

negatif pada nilai perusahaan, free cash

flow tidak berpengaruh pada nilai

perusahaan, kebijakan hutang

berpengaruh positif pada nilai

perusahaan. kebijakan hutang tidak

mampu memediasi kepemilikan

institusional dan kepemilikan manajerial

pada nilai perusahaan

14 Ardila

(2017)

Pengaruh Profitabilitas

dan Kinerja Lingkungan

terhadap Nilai

Perusahaan pada

Perusahaan Industri yang

terdaftar di BEI pada

Tahun 2014 – 2015 dan

Laporan Proper

Variabel kinerja

lingkungan, nilai

perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder.

Variabel

kepemilikan

manajerial dan

institusional,

tahun data yang

digunakan sebagai

sampel.

Profitabilitas berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan,

sedangkan kinerja lingkungan tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Secara simultan

profitabilitas dan kinerja lingkungan

tidak berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan pada perusahaan

industri di BEI periode 2014 – 2015.

Bersambung pada halaman selanjutnya

50

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

15 Wati dan

Asandimitra

(2017)

Pengaruh Good

Corporate Governance

terhadap Nilai

Perusahaan dengan

Variabel Intervening

Kinerja Keuangan (Studi

pada Sektor Industri

Barang Konsumsi)

Variabel

kepemilikan

manajerial,

kinerja keuangan,

dan nilai

perusahaan,

penelitian

kuantitatif, data

sekunder.

Kepemilikan

institusional,

kinerja keuangan,

analisis uji

statistik PLS,

tahun penelitian

dan objek

perusahaan yang

diteliti

Kepemilikan manajerial tidak

mempengaruhi nilai perusahaan.

Kepemilikan manajerial juga tidak

berpengaruh pada kinerja keuangan.

Kinerja keuangan memiliki efek positif

pada nilai perusahaan, dan kinerja

keuangan tidak berfungsi sebagai

variabel intervening.

16 Nurkhin et

al. (2017)

Relevansi Struktur

Kepemilikan terhadap

Profitabilitas dan Nilai

Perusahaan Barang

Konsumsi

Kepemilikan

Institusional,

Kepemilikan

Manajerial,

Profitabilitas, dan

Nilai Perusahaan.

Kinerja

Lingkungan,

tahun penelitian.

Hasil penelitian kepemilikan manajerial

dan kepemilikan institusional tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan,

sedangkan profitabilitas terbukti

berpengaruh positif. Hasil lainnya adalah

kepemilikan institusional berpengaruh

positif signifikan terhadap profitabilitas,

sedangkan kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh. Profitabilitas terbukti

memediasi pengaruh kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan

dan tidak terbukti sebagai variabel

mediasi atas pengaruh kepemilikan

manajerial.

Bersambung pada halaman selanjutnya

51

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

17 Rusyda dan

Priantinah

(2018)

The Effect of Ownership

Structure and

Sustainability Report

Disclosure toward

Company Value with

Financial Performance

as Intervening Variable

Listed in Indonesia Stock

Exchange (IDX) during

2013-2016

Variabel struktur

kepemilikan,

kinerja keuangan,

nilai perusahaan,

penelitian

kuantitatif

dengan data

sekunder.

Variabel kinerja

lingkungan, tahun

data yang

digunakan,

penelitian.

Managerial ownership indirectly effects

on company value with financial

performance as an intervening variable,

institutional ownership does not

indirectly effect company value with

financial performance as an intervening

variable, sustainability report disclosure

indirectly effects on company value with

financial performance as an intervening

variable.

18 Lawal,

Agbi, dan

Mustapha,

(2018)

Managerial Ownership

and Financial

Performance of Listed

Manufacturing Firms in

Nigeria

Kepemilikan

manajerial, nilai

perusahaan.

Tempat penelitian,

tahun penelitian,

objek penelitian

dan teknik analisis

penelitian dengan

OLS.

The study found that managerial

ownership has negative and significant

impact on financial performance of

listed manufacturing firms in Nigeria.

The study concludes that managerial

ownership impact negatively on the

financial performance of manufacturing

firms listed in Nigeria as managers of

firms sometimes manipulate the

accounting numbers in the financial

statement in order to have a private gain.

Bersambung pada halaman selanjutnya

52

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Peneliti

(Tahun) Judul Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

19 Haninun,

Lindrianasari,

dan

Denziana,

(2018)

The effect of

environmental

performance and

disclosure on financial

performance

Kinerja

Lingkungan dan

Kinerja

Keuangan.

Struktur

Kepemilikan,

Kepemilikan

Institusional dan

Kepemilikan

Manajerial, dan

tahun penelitian.

The hypothesis of this study is based on

stakeholder theory, legitimacy theory,

signalling theory and political

economic theory. The study result shows

that environmental performance and

environmental disclosure positively

significantly affect financial

performance.

20 Suhardjanto,

Alwiyah,

Jatmiko, dan

Ajibroto

(2017)

Ownership Structure and

Financial Performance:

An Empirical Study of

Listed Airlines Industry

in Asia and Australia

Struktur

kepemilikan,

kinerja keuangan.

Kinerja

lingkungan, nilai

perusahaan,

tempat penelitian,

objek penelitian.

The analysis of this research is multiple

regression analysis. The result of this

research showed that foreign and

government ownership have the positive

effect on financial performance of

airlines, while the institutional

ownership and firm size have no

positive effect to the financial

performance (return on equity). There is

no difference between the financial

performance of airlines in Asia and

Australia.

Bersambung pada halaman selanjutnya

53

C. Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan literarur yang berisikan landasan teori dan

penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan

merupakan dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya pada

saat pengujian. Adapun hipotesis dan alasannya adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja keuangan adalah

kinerja lingkungan. Kinerja lingkungan dapat mempengaruhi kinerja

keuangan khususnya harga saham. Selain itu juga kinerja lingkungan

merupakan indikator ketaatan perusahaan terhadap peraturan-peraturan

yang berlaku di Indonesia, khususnya dalam bidang lingkungan (M. E.

S. Tjahjono, 2013).

Damanik dan Yadnayana (2017) mengungkapkan ketika suatu

perusahaan mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan maka

secara otomatis akan membangung citra yang baik bagi stakeholder dan

calon investor. Dari hal tersebut akan muncul respon positif oleh pasar

karena telah menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya atas

kepedulian lingkungan, dan dapat disimpulkan bahwa kinerja

lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Proper dibuat oleh

pemerintah agar dapat mendorong perusahaan untuk memperhatikan

lingkungan lebih baik lagi. Maka perusahaan yang mengikuti Proper

tentu akan mendapat nilai yang positif dari stakeholder walaupun hanya

54

mendapat peringkat 3 atau 4 sudah menunjukkan kepeduliannya

terhadap lingkungan.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas mengenai

pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan menyatakan

adanya pengaruh positif, diantaranya penelitian Damanik dan

Yadnayana (2017), kinerja keuangan memiliki pengaruh yang sangat

signifikan. Berdasarkan hal tersebut menyimpulkan Proper yang dibuat

pemerintah cukup terpercaya sebagai pengukur kinerja lingkungan.

Kesadaran perusahaan dalam pengelolaan lingkungan pun dapat

meningkatkan kinerja keuangan yang di proxy-kan MVA (Market Value

Added).

Tahu (2019) dalam penelitiannya yang mengukur kinerja keuangan

dengan ROA. Hasilnya kinerja lingkungan berpengaruh terhadap

kinerja keuangan yang di proxy-kan ROA. Sedangkan berbeda dari

penelitian Astuti et al. (2014) dan Rafianto (2015) menyatakan bahwa

kinerja lingkungan tidak berpengaruh pada kinerja keuangan

diakibatkan perusahaan yang terlalu fokus pada orientasi peningkatan

laba tanpa memperhatikan kinerja lingkungan yang mungkin akan dapat

meningkatkan laba atau meningkatkan kinerja keuangan perusahaan

tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas kinerja lingkungan dan kinerja

keuangan, maka alternatif hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

55

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan

Tata kelola perusahaan menjadi kewajiban setiap perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk meningkatkan kinerja

para manajemen dalam mengendalikan praktek kecurangan dalam

korporasi, dan juga untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja

kinerja perusahaan khususnya pada kinerja keuangan. Para manajemen

puncak korporasi menyelaraskan kepentingannya dengan pemegang

saham untuk menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan,

memonitor kinerja manajemen sebagai acuan pengambilan keputusan

suatu tindakan (Ratih dan Setyarini, 2014).

Mencapai tujuan organisasi, tata kelola perusahaan mempunyai

tantangan dalam memaksimalkan pencapaian kesejahteraan serta

meningkatkan kinerja korporat, termasuk dalam membangun

kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi nasional maupun

internasional yang lebih stabil, dan juga bersifat jangka panjang

(Agustina dan Tarigan, 2015). Struktur kepemilikan merupakan bagian

dari tata kelola perusahaan. Kepemilikan institusional adalah salah satu

indikator dalam struktur kepemilikan. Kepemilikan institusional sangat

penting bagi perusahaan khususnya kemampuannya dalam

mengoptimalkan pengawasan perilaku manajer sehingga tercapai

peningkatan kinerja keuangan (Ratih dan Setyarini, 2014).

Pengawasan dari pihak institusional sangat penting keberadaanya

dalam perusahaan agar setiap kegiatannya dapat diawasi dengan baik

56

sehingga meminimalkan terjadinya konflik. Pengawasan sangat

diperlukan pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek

Indonesia yang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kinerja

keuangan. Hasil penelitian sebelumnya adalah penelitian Ratih dan

Setyarini (2014) yang menyatakan kepemilikan institusional

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang di proksikan

dengan ROA, selain itu pula ada penelitian lain yang menyatakan hal

serupa, yaitu penelitian Candradewi dan Sedana (2016) dan penelitian

Fiandri dan Muid (2017).

Sebagai bagian dari pemilik saham institusional, mereka berhak

memilih dewan direksi dan memiliki hak suara pada rapat pemegang

saham, bisa memegang peranan dalam pengambilan keputusan strategis.

Oleh karena itu sangat logis bila berpengaruh terhadap pengembalian

investasi dalam aset perusahaan. Sedangkan dalam penelitiannya

Ratnasari, Titisari, dan Suhendro (2016) dan penelitiannya Rahayu dan

Sari (2018) menyatakan bahwa kepemilikan institusional terhadap

kinerja keuangan tidak memiliki pengaruh. Berdasarkan penjelasan dan

hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan adanya pengaruh atau tidak

adanya pengaruh antara hubungan kepemilikan institusional dan kinerja

keuangan, maka hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H2: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan

57

3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan

Transparansi dan penjelasan laporan keuangan merupakan bagian

dari tanggung jawab pimpinan perusahaan, sehingga tata kelola

korporasi sudah menjadi pusat perhatian para pimpinan perusahaan

tersebut. Tanpa tata kelola korporasi yang baik dan jujur oleh

kepemilikan manajerial, maka organisasi apapun dapat dengan mudah

terjebak dalam perilaku atau proses kerja yang cenderung menghalalkan

segala cara untuk mencapai hasil yang diinginkan (Candradewi dan

Sedana, 2016). Pendekatan keagenan menganggap kepemilikan

manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik

keagenan.

Kepemilikan saham manajerial akan menuntut manajer untuk selalu

berhati-hati dalam pengambilan keputusan karena hasil dari

pengambilan keputusan tersebut akan memberikan dampak secara

langsung terhadap saham yang dimiliki oleh manajer. Semakin besar

proporsi kepemilikan manajerial pada saham perusahaan maka semakin

baik pula kinerja perusahaan tersebut (Rusyda dan Priantinah, 2018).

Kepemilikan manajerial juga akan mensejajarkan kepentingan

manajemen oleh pemegang saham (outsider ownership) sehingga akan

memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta

menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan

yang salah (Santoso, 2017).

58

Selain itu, menurut Candradewi dan Sedana (2016) salah satu cara

untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan

kepemilikan saham oleh manajemen. Kebijakan perusahaan dapat

dipengaruhi oleh proporsi kepemilikan saham yang dikendalikan oleh

manajer. Manajemen dapat cenderung lebih giat untuk kepentingan

pemegang saham yang dimana pemegang saham itu adalah dirinya

sendiri. Kecenderungan lebih giat disebabkan semakin besar

kepemilikan manajemen dalam perusahaan tersebut.

Hasil penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial

terhadap kinerja keuangan dapat dilihat dari penelitian Anita dan

Yulianto (2016) yang menyatakan bahwa hasil kepemilikan manajerial

terhadap ROA adalah berpengaruh signifikan. Hasil serupa pun dengan

penelitian Hermiyetti dan Katlanis (2016). Sedangkan hal yang

bersebrangan dari hasil penelitian Nurkhin et al. (2017) dan Nilayanti

dan Suaryana (2019) bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki

pengaruh terhadap kinerja keuangan. Alasannya dikarenakan proporsi

kepemilikan manajerial yang relatif rendah sehingga menyebabkan

manajemen kurang merasakan secara langsung manfaat pengambilan

keputusan. Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian terdahulu

mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan,

maka hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja

Keuangan

59

4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan

Banyaknya isu lingkungan yang terjadi di dalam negeri maupun luar

negeri, akan menyebabkan masyarakat menuntut agar seluruh

perusahaan memperhatikan dampak-dampak sosial dan lingkungan

yang ditimbulkan dari aktifitas operasi perusahaan dan bertanggung

jawab untuk mengatasinya. Masyarakat menginginkan perusahaan

dapat mengontrol dampak yang diakibatkan dari kegiatan usahanya. Hal

tersebut tentu dapat dilakukan perusahaan dengan upaya pengelolaan

dan pelestarian lingkungan (Lingga dan Suaryana, 2017).

Dari penjelasan di atas sesuai dengan teori legitimasi sebagai suatu

bentuk pengakuan perusahaan dari masyarakat. Dari pengakuan tersebut

perusahaan tentu memiliki citra yang baik bagi masyarakat. Investor

akan lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki citra atau image baik

di masyarakat, karena berdampak pada tingginya loyalitas konsumen

terhadap produk perusahaan (Mufidah, 2018).

Dalam laporan tahunannya, Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan menjelaskan bahwa penilaian kinerja penaatan perusahaan

dalam Proper dilakukan berdasarkan hasil kinerja perusahaan yang

berupaya memenuhi persyaratan yang telah ditepakan perundang-

undangan. Beroperasi sesuai dengan ketentuan standar pengelolaan dan

pelestarian lingkungan. Lingga dan Suaryana (2017) menyatakan

penilaian kinerja lingkungan ini dapat menjadi pertimbangan para

investor dan pemegang saham.

60

Dalam penelitian yang dilakukan M. E. S. Tjahjono (2013)

menyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh secara

langsung terhadap nilai perusahaan, karena masih banyak faktor-faktor

lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hal serupa dengan

hasil penelitian Anjasari dan Andriati (2016) yang menyatakan hipotesis

kinerja lingkungan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan

ditolak. Akan tetapi dalam penelitian Lingga dan Suaryana (2017)

menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan. Penelitian Prawirasasra (2015) juga menyatakan hal

demikian bahwa kinerja lingkungan dapat mempengaruhi nilai

perusahaan.

Mufidah (2018) mengungkapkan jika semakin besar upaya

pengelolaan lingkungan oleh perusahaan, maka semakin besar

dampaknya terhadap nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena upaya

pengelolaan lingkungan mendapat respon positif dari masyarakat

sehingga menyebabkan meningkatnya image perusahaan yang akan

berdampak pada nilai perusahaan karena harga saham meningkat akibat

para investor tertarik membeli saham. Berdasarkan penjelasan di atas

serta hasil dari penelitian yang menyatakan adanya pengaruh atau tidak

pengaruhnya antara kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan, maka

hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

61

5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi

konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan

manajer. Keberadaan investor institusional dianggap mampu

mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan memonitor

setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen. Pengawasan

karena adanya kepemilikan saham institusional akan dapat

meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi

pada pihak manajemen yang memungkinkan dapat menurunkan nilai

perusahaan. Jayaningrat, Wahyuni, dan Sujana (2017) menyatakan

bahwa struktur kepemilikan institusional merupakan proporsi saham

yang dimiliki institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, dan

perusahaan lain yang sejenis.

Dengan adanya mekanisme monitoring seperti yang sudah

dijelaskan di atas yang dilakukan pihak institusional secara tidak

langsung akan menuntut manajer untuk meningkatkan kinerjanya

sehingga akan menjamin peningkatan kemakmuran bagi para pemegang

saham. Besarnya pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional

tentu sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan.

Apabila semakin besar kepemilikan institusional akan semakin besar

pula kekuatan suara dan dorongan pihak institusional untuk mengawasi

manajemen (Jayaningrat et al., 2017).

62

Hasil mengenai pengaruh kepemilikan saham institusional terhadap

nilai perusahaan dapat dilihat dari penelitian Hamdiah (2015) yang

menyatakan bahwa kepemilikan saham institusional berpengaruh

terhadap nilai perusahaan secara signifikan dengan proksi pada nilai

perusahaan adalah PBV. Hasil lainnya yang menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah

penelitian Saputra dan Mahyuni (2018) dan penelitian Jayaningrat et al.

(2017).

Sedangkan dalam penelitian lainnya ada yang menyatakan bahwa

kepemilikan saham institusional tidak dapat berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Indrasti dan Martini (2014) menyatakan bahwa

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

begitu pula dengan penelitian Warapsari dan Suaryana (2016) dan

penelitian Sadia dan Sujana (2017) yang menyatakan hal serupa bahwa

kepemilikan intistusional tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Dari

penjelasan beberapa penelitian yang menyatakan tidak berpengaruhnya

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan kemungkinan

disebabkan presentase kepemilikan saham yang terlalu kecil.

Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian terdahulu pengaruh

kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis

alternatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

H5: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan

63

6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer

dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konflik keagenan.

Konflik tersebut menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang

diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang

saham. Salah satu cara guna mengurangi konflik antara prinsipal dan

agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial

suatu perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kepemilikan manajerial

adalah proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang aktif

dalam pengambilan keputusan perusahaan (Rusyda dan Priantinah,

2018).

Dengan adanya kepemilikan manajerial, diharapkan manajer akan

bertindak sesuai dengan keinginan para prinsipal karena manajer akan

termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya akan dapat

meningkatkan nilai perusahaan (Saputra dan Mahyuni, 2018).

Kepemilikan manajemen tidak hanya terhadap nilai perusahaan tetapi

juga berhubungan dengan saham. Maka dengan adanya kepemilikan

manajemen terhadap saham perusahaan akan dapat dipandang baik

dalam menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen

dan pemegang saham, sehingga permasalahan yang timbul antara agen

dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila sesorang manajer juga

sekaligus sebagai pemegang saham (Hamdiah, 2015). Hasil mengenai

pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan dapat

64

dilihat dari penelitian yang dilakukan Anita dan Yulianto (2016) yang

menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Hasil lainnya yang menyatakan hal serupa

adalah dari penelitian Jayaningrat et al. (2017) dan penelitian Rusyda

dan Priantinah (2018). Sedangkan pada penelitian Sadia dan Sujana

(2017) menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai

perusahaan namun arah negatif.

Selain itu, ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan. Penelitian Prastuti dan Budiasih (2015) menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian lainnya ada dari Wati dan Asandimitra (2017) dan penelitian

Warapsari dan Suaryana (2016) yang menyatakan hal serupa. Beberapa

alasan tidak adanya pengaruh karena presentase antara jumlah

kepemilikan saham manajerial dibandingkan saham yang beredar pada

perusahaan tersebut sangat kecil sehinggaa menghasilkan presentase

nol. Berdasarkan penjelasan di atas dan beberapa hasil penelitian

terdahulu mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan, maka hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H6: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan

65

7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan

Para investor sebelum melakukan investasi kepada suatu perusahaan

tentunya perlu melakukan evaluasi untuk menilai bagaimana kondisi

perusahaan yang ingin dijadikan tempat investasi. Cara evaluasinya

dengan melihat kinerja perusahaan melalui rasio-rasio keuangan

(Indriyani, 2017). Dengan rasio tersebut para investor dapat mengetahui

nilai perusahaan tersebut. Rasio-rasio keuangan mencerminkan tinggi

atau rendahnya nilai perusahaan. Laporan keuangan perusahaan menjadi

informasi yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja

keuangan perusahaan tersebut (Dama dan Tulung, 2017).

Imron et al. (2013) mengungkapkan bahwa kinerja keuangan

perusahaan yang baik akan berdampak pada meningkatnya nilai dari

sebuah perusahaan. Nilai perusahaan yang baik akan menarik minat

investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut dengan harapan

mereka akan mendapat keuntungan (dividen). Apabila perusahaan

mendapatkan keuntungan yang besar maka jumlah dividen yang akan

dibagikan akan semakin besar pula. Hal tersebut mendorong para

investor untuk terus berinvestasi pada perusahaan tersebut agar

mendapat keuntungan. Mereka akan lebih termotivasi untuk

menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut pada masa yang akan

datang.

Semakin besar investor menanamkan modalnya ke perusahaan,

semakin naik pula harga saham dari perusahaan tersebut sekaligus akan

66

semakin banyak juga jumlah saham yang beredar. Kedua hal tersebut

yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian dari M. E.

S. Tjahjono (2013) menyatakan bahwa kinerja keuangan memilki

pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan sebesar 70%.

Dalam penjelasannya dikatakan karena peningkatan hasil kinerja

keuangan oleh perusahaan akan diikuti dengan penciptaan nilai bagi

perusahaan. Imron et al. (2013) juga menunjukkan hasil penelitian

kinerja keuangan yang di proxy-kan ROA berpengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Selain itu penelitian

Tauke et al. (2017) juga menunjukkan hasil yang serupa dimana kinerja

keuangan yang di proxy-kan dengan ROA memiliki pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang di ukur dengan

PBV.

Berdasarkan hasil penelitian dari penjelasan di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa semakin baik kinerja keuangan dari sebuah

perusahaan maka akan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan sebuah keuntungan. Ketika laba yang dihasilkan

terus meningkat maka secara langsung dividen yang dapat diterima para

investor juga akan ikut meningkat atau dapat dikatakan kesejahteraan

para pemegang saham akan meningkat. Maka hipotesis alternatif dalam

penelitian ini adalah:

H7: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

67

8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

Berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia dapat

menyebabkan klaim dari masyarakat dikarenakan aktifitas produksi

perusahaan mengganggu bahkan merusak hingga mencemari

lingkungan dan berdampak pada masyarakat (Lingga dan Suaryana,

2017). Fenomena tersebut mendukung teori legitimasi yang merupakan

suatu bentuk pengakuan keberadaan perusahaan dari masyarakat. Untuk

menghindari klaim tersebut maka perusahaan harus dapat

menyelaraskan tujuan ekonomi dengan tujuan lingkungan dan

sosialnya. Dengan begitu pandangan masyarakat terhadap perusahaan

akan baik (Mufidah, 2018).

Jika perusahaan sudah mempunyai pintu di hati masyarakat maka

besar kemungkinan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima

oleh masyarakat. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan

produktivitas dan penjualan dan berdampak pada peningkatan

profitabilitas perusahaan sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan tentunya (M. E. S. Tjahjono, 2013). Menurut Imron et al.

(2013) kinerja keuangan secara efektif berpengaruh langsung kepada

nilai perusahaan.

Ketika kinerja kinerja lingkungan perusahaan baik maka akan

meningkatkan kinerja keuangan yang secara tidak langsung juga

meningkatkan nilai perusahaan. Investor akan lebih memilih saham

68

perusahaan dengan melihat pada market economy dan berita-berita yang

muncul, sedangkan kinerja lingkungan yang dinilai dengan Proper

merupakan strategi jangka panjang perusahaan dalam usaha untuk

menjaga keberlangsungan perusahaan (going concern) yang tidak dapat

dirasakan dalam jangka pendek.

Dalam hal ini juga didukung oleh teori sinyal, dalam penelitian

Moeljadi dan Supriyanti (2014) dimana dalam teori tersebut

memberikan pemahaman pentingnya suatu informasi mengenai

perusahaan yang dibutuhkan pemegang saham ataupun pihak eksternal

yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian Saputra dan Mahyuni

(2018) perusahaan dapat menggunakan informasi lingkungan sebagai

keunggulan kompetitif. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan

dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui

peningkatan harga saham yang akan meningkatkan kinerja keuangan

dan nilai perusahaan juga.

Dibuktikan dalam penelitian Tjahjono (2013) bahwa kinerja

lingkungan berpengaruh secara tidak langsung terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan dan hasil

penelitian sebelumnya mengenai keterkaiatan kinerja lingkungan

terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan, maka hipotesis

alternatif dalam penelitian ini adalah:

H8: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

melalui Kinerja Keuangan

69

9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

Mencapai tujuan organisasi, tata kelola perusahaan mempunyai

tantangan dalam memaksimalkan pencapaian kesejahteraan serta

meningkatkan kinerja korporat, termasuk dalam membangun

kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi nasional maupun

internasional yang lebih stabil, dan juga bersifat jangka panjang

(Agustina dan Tarigan, 2015). Struktur kepemilikan merupakan bagian

dari tata kelola perusahaan. Kepemilikan institusional diantaranya

menjadi indikator dalam struktur kepemilikan. Kepemilikan

institusional sangat penting bagi perusahaan khususnya kemampuannya

dalam mengoptimalkan pengawasan perilaku manajer sehingga tercapai

peningkatan kinerja keuangan (Ratih dan Setyarini, 2014).

Imron et al. (2013) menyatakan kinerja keuangan perusahaan yang

baik akan berdampak pada meningkatnya nilai dari sebuah perusahaan.

Nilai perusahaan yang baik akan menarik minat investor untuk

berinvestasi di perusahaan tersebut dengan harapan mereka akan

mendapat keuntungan (dividen). Apabila perusahaan mendapatkan

keuntungan yang besar maka jumlah dividen yang akan dibagikan akan

semakin besar pula. Hal tersebut mendorong para investor untuk terus

berinvestasi pada perusahaan tersebut agar mendapat keuntungan.

Mereka akan lebih termotivasi untuk menanamkan modalnya di

perusahaan tersebut pada masa yang akan datang.

70

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi

konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan

manajer. Keberadaan investor institusional dianggap mampu

mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan memonitor

setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen. Jayaningrat,

Wahyuni, dan Sujana (2017) menyatakan struktur kepemilikan

institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki institusi seperti

pemerintah, perusahaan asuransi, dan perusahaan lain yang sejenis.

Dalam penelitian Nurkhin et al. (2017) menyatakan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh secara tidak langsung terhadap

nilai perusahaan melalui kinerja keuangan yang berarti kinerja keuangan

mampu menjadi variabel intervening antara hubungan kepemilikan

institusional dengan nilai perusahaan. Sedangkan dalam penelitian

Rusyda dan Priantinah (2018) hasilnya bertolak belakang dimana

kinerja keuangan tidak mampu memediasi atau menjadi variabel

intervening antara hubungan kepemilikan institusional dengan nilai

perusahaan. Maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H9: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan melalui Kinerja Keuangan

71

10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

Kepemilikan saham manajerial akan menuntut manajer untuk selalu

berhati-hati dalam pengambilan keputusan karena hasil dari

pengambilan keputusan tersebut akan memberikan dampak secara

langsung terhadap saham yang dimiliki oleh manajer. Semakin besar

proporsi kepemilikan manajerial pada saham perusahaan maka semakin

baik pula kinerja perusahaan tersebut terutama pada kinerja keuangan

(Rusyda dan Priantinah, 2018). Kinerja keuangan perusahaan yang baik

akan berdampak pada meningkatnya nilai dari sebuah perusahaan. Nilai

perusahaan yang baik akan menarik minat investor untuk berinvestasi di

perusahaan tersebut dengan harapan mereka akan mendapat keuntungan

(dividen) (Imron et al., 2013).

Selain itu, kepemilikan manajerial juga akan mensejajarkan

kepentingan manajemen oleh pemegang saham (outsider ownership)

sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang

diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari

pengambilan keputusan yang salah (Santoso, 2017). Dengan adanya

kepemilikan manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai

dengan keinginan para prinsipal karena manajer akan termotivasi untuk

meningkatkan kinerja dan nantinya akan dapat meningkatkan nilai

perusahaan (Jayaningrat et al., 2017).

72

Kepemilikan manajemen tidak hanya terhadap nilai perusahaan

tetapi juga berhubungan dengan saham. Maka dengan adanya

kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan akan dapat

dipandang baik dalam menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan

antara manajemen dan pemegang saham, sehingga permasalahan yang

timbul antara agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila

sesorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham (Hamdiah,

2015).

Dalam penelitian Rusyda dan Priantinah (2018) menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak langsung terhadap

nilai perusahaan melalui kinerja keuangan. Sehingga mengartikan

bahwa presentase kepemilikan manajerial dapat berpengaruh terhadap

kinerja keuangan yang secara tidak langsung pula akan meningkatkan

nilai perusahaan. Sedangkan dalam penelitian Nurkhin et al. (2017) dan

A. Tjahjono dan Chaeriyah (2017) menyatakan hal sebaliknya yakin

kinerja keuangan tidak dapat memediasi atau menjadi variabel

intervening antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas beserta hasil penelitian sebelumnya,

maka disimpulkan hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

H10: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan melalui Kinerja Keuangan

73

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang, tinjauan literatur, landasan teori, penelitian

terdahulu, dan pengembangan hipotetsis yang dijelaskan di atas maka

kerangka pemikiran yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat

digambarkan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

74

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Peneltian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menganalisa hubungan sebab akibat yang digunakan untuk

menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu kinerja lingkungan dan

struktur kepemilikan terhadap variabel dependen, yaitu nilai perusahaan

dengan menggunakan variabel intervening yaitu kinerja keuangan.

Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

dimana data yang digunakan berupa angka-angka. Objek penelitian ini

adalah semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada periode 2013-2017 dan mengikuti Proper yang diadakan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Setelah menentukan ruang lingkup penelitian. Peneliti selanjutnya

menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sekaran dan Bougie

(2016: 236) yang dimaksud populasi adalah keseluruhan kelompok

orang, kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi.

Sedangkan sampel adalah sub kelompok atau sebagian dari populasi.

Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan

yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian (Sekaran dan

Bougie, 2016: 237). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah

75

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode

2013-2017 dan perusahaan yang mengikuti Proper selama periode 2013-

2017 secara berturut-turut.

2. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel dengan kriteria

atau pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Tujuan

dilakukannya metode purposive sampling adalah untuk menghindari

adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi-informasi tersebut.

Kriteria yang diharapkan oleh peneliti untuk sampel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam

periode 2013-2017.

2. Perusahaan yang mengikuti Program Penilaian Peringkat (Proper)

dalam pengelolaan lingkungan hidup yang diadakan Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari tahun 2013 sampai 2017

berturut-turut.

3. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan berturut-turut dari

tahun 2013 sampai tahun 2017.

4. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan

keuangannya.

Pertimbangan-pertimbangan di atas dibuat untuk menghasilkan

sampel yang dapat mewakili populasi yang sebenarnya.

76

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam

memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan dua cara yaitu

penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data yang berkaitan

dengan masalah yang sedang diteliti melalui beberapa sumber informasi

dan pengetahuan yang terpercaya dan jelas referensinya sehingga dapat

dipertanggungjawabkan, seperti: jurnal, skripsi, thesis, internet, artikel

dan berbagai buku referensi serta perangkat lain yang berkaitan dengan

judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama penelitian yang digunakan merupakan data sekunder

yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian

ini berupa laporan keuangan, laporan tahunan perusahaan dan laporan

Proper selama periode 2013-2017 yang didapatkan dari website resmi

Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat diakses pada www.idx.co.id,

kemudian daftar peringkat perusahaan yang mengikuti Proper dapat di

dapatkan dan diakses di website resmi Kementrian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan proper.menlh.go.id, dan informasi lain mengenai

perusahaan yang diakses di www.sahamok.com, dan website

perusahaan.

77

D. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai definisi dari masing-masing

variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu variabel independen, variabel

dependen, dan variabel intervening. Berikut penjelasan dengan operasional

dan pengukurannya.

1. Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya

atau terpengaruhnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel

independen yang digunakan adalah kinerja lingkungan dan struktur

kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan institusional dan

kepemilikan manajerial.

a. Kinerja Lingkungan

Kinerja lingkungan merupakan kinerja perusahaan untuk

menciptakan lingkungan yang baik atau ketika perusahaan

mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan secara

otomatis akan membangun citra yang baik bagi stakeholder dan

calon investor sehingga akan direspon positif oleh pasar dan sebagai

wujud tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan

(Tiarasandy et al. 2018).

Proxy yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Proper yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan (Ardila, 2017; Tiarasandy et al. 2018). Peringkat Proper

78

terbagi atas 5 peringkat yang disimbolkan dengan warna, dimana

setiap warna tersebut akan diberi skor. Masing-masing peringkat

diberi skor yang sesuai dari yang terbaik kinerja lingkungannya

hingga yang terburuk yaitu skor 5 untuk peringkat emas, skor 4

untuk peringkat hijau, skor 3 untuk peringkat biru, skor 2 untuk

peringkat merah dan skor 1 untuk peringkat hitam. Peringkat dan

skornya dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Skor dari Peringkat Proper

Peringkat Skor

Emas 5

Hijau 4

Biru 3

Merah 2

Hitam 1

Sumber: Ardila (2017)

b. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan proporsi saham

perusahaan yang dimiliki investor institusional seperti bank,

perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi

lain yang berperan sebagai monitoring. Kepemilikan institusional

mendorong peningkatan pengawasan lebih optimal sehingga

manajer akan diawasi dalam menentukan kebijakan finansial.

79

Alternatif tersebut menyebabkan perusahaan akan mencari sumber

pendanaan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya

(Sadia dan Sujana, 2017).

Berdasarkan hal tersebut memungkinkan bila adanya

peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan kinerja

manajemen diawasi secara optimal sehingga manajemen

menghindari perilaku yang merugikan prinsipal. Proxy yang

digunakan untuk menghitung presentase kepemilikan institusional

adalah pembagian antara jumlah saham institusional dengan jumlah

saham yang beredar di perusahaan tersebut (Ratih dan Setyarini,

2014; Rusyda dan Priantinah, 2018).

INST = 𝑱𝒖𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑰𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓 𝒅𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏

c. Kepemilikan Manajerial

Saputra dan Mahyuni (2018) menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial adalah presentase kepemilikan saham yang

dimiliki oleh diseksi, manajer, dan dewan komisaris. Jensen dan

Meckling (1976) menyebutkan bahwa pemisahaan kepemilikan

saham dan pengawasan perusahaan akan menimbulkan benturan

kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen akan

meningkat seiring dengan keinginan pihak manajemen untuk

meningkatkan kemakmuran pada diri mereka sendiri.

Adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan

akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan

80

akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari kepemilikan

manajemen yang meningkat dalam perusahaan tersebut. Hal ini

sangat potensial dalam mengurangi alokasi sumber daya yang tidak

menguntungkan, yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai

perusahaan (Anita dan Yulianto, 2016). Proxy yang digunakan

untuk menghitung presentase kepemilikan saham manajerial dalam

penelitian ini adalah jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen

dibagi dengan jumlah saham yang beredar di perusahaan tersebut

(Candradewi dan Sedana, 2016; Rusyda dan Priantinah, 2018).

MNJR = 𝑱𝒖𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑴𝒂𝒏𝒂𝒋𝒆𝒓𝒊𝒂𝒍

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓 𝒅𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏

2. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen atau variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel

dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan

menunjukkan pandangan investor atau stakeholder akan kondisi

perusahaan. Apabila perusahaan dapat memberikan kesejahteraan

kepada pemegang saham, maka publik akan menilai bahwa perusahaan

tersebut memiliki nilai yang tinggi. Dalam penelitian ini, nilai

perusahaan diukur dengan menggunakan rumus Tobin’s Q yang

merujuk pada penelitian Kurniawan et al. (2018). Berikut adalah bentuk

rumus Tobin’s Q:

Tobin’s Q = 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆

𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑩𝒐𝒐𝒌 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆

81

Dimana:

EMV = Harga saham per lembar × jumlah saham yang beredar

EBV = Total aset – total kewajiban

Dalam Kurniawan et al. (2018) menjelaskan interpretasi dari skor

pada rumus Tobin’s Q tersebut adalah pertama, apabila Tobin’s Q < 1

artinya adalah saham dalam kondisi undervalued yang mengindikasikan

bahwa manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan

sehingga potensi pertumbuhan investasinya rendah. Kedua, Tobin’s Q =

1 menunjukkan bahwa harga saham dalam kondisi average yang dimana

mengindikasikan bahwa manajemen stagman dalam mengelola aktiva

sehingga potensi pertumbuhan investasinya tidak berkembang. Ketiga,

Tobin’s Q > 1 artinya bahwa saham dalam kondisi overvalued dimana

mengindikasikan bahwa manajemen berhasil dalam mengelola aktiva

perusahaan sehingga potensi pertumbuhan investasinya tinggi.

Penggunaan Tobin’s Q sebagai rasio untuk mengukur nilai

perusahaan dikarenakan dapat memberikan indikasi bagi manajemen

mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan pada masa

lampau dan prospeknya pada masa depan. Tobin’s Q dinilai bisa

memberikan informasi paling baik karena dapat menjelaskan berbagai

fenomena dalam kegiatan perusahaan. Tobin’s Q memasukan semua

unsur dan indikator hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya

saham biasa dan ekuitas saja, namun seluruh aset perusahaan. Dengan

memasukan seluruh asset perusahaan, artinya perusahaan tidak hanya

82

fokus pada satu tipe investor dalam bentuk saham saja, namun investor

untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan

bukan berasal dari ekuitas saja tetapi dari hutang atau pinjaman yang

diberikan kreditur (Mareta dan Fitriyah, 2017).

3. Variabel Intervening

Menurut Tuckman dalam Sugiyono (2015: 72) variabel intervening

adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan yang

tidak langsung. Dalam penelitian ini kinerja keuangan digunakan

sebagai variabel intervening. Kinerja keuangan perusahaan merupakan

suatu bentuk prestasi perusahaan dilihat dari laporan keuangan yang

mencerminkan keadaan keuangan perusahaan selama periode tertentu.

Dari kinerja keuangan dapat menggambarkan keberhasilan perusahaan

dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya perusahaan.

Dalam penelitian ini kinerja diukur dengan profitabilitas yang

menggunakan indikator Return on Assets (ROA). ROA mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total

asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan

biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA yang dirumuskan dalam

penelitian ini mengacu pada penelitian Bukhori dan Sopian (2017)

sebagai berikut:

Return on Assets = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭 ×100%

83

Selanjutnya untuk pengukuran operasional variabel pada penelitian

ini dapat di lihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Pengukuran Operasional Variabel

NO Variabel Pengukuran Skala

1 Kinerja Lingkungan

Ardila (2017);

Tiarasandy et al. (2018)

Peringkat PROPER

(Skor 1 – 5) Ordinal

2 Kepemilikan

Institusional

Ratih dan Setyarini,

(2014); Rusyda dan

Priantinah (2018)

INST= Jumlah Saham

Institusional/Jumlah

Saham yang bersedar

Rasio

3 Kepemilikan

Manajerial

Ratih dan Setyarini

(2014); Rusyda dan

Priantinah (2018)

MNJR= Jumlah Saham

Manajerial/Jumlah

Saham yang bersedar

Rasio

4 Kinerja Keuangan

Bukhori dan Sopian

(2017); Rusyda dan

Priantinah (2018)

Return on Assets =

Laba Bersih Setelah

Pajak/Total Asset

×100%

Rasio

5 Nilai Perusahaan

(Mareta & Fitriyah,

2017); Kurniawan et al.

(2018)

Tobin’s Q = Equity

Market Value/Equity

Book Value

Rasio

Sumber: data diolah sendiri

84

E. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah representasi numerik data. Statistik

deskriptif menyajikan ukuran numerik penting untuk data sampel.

Statistik deskriptif juga digunakan untuk mencari nilai rata-rata (mean),

minimum, deviasi maksimum dan standar dari variabel yang diteliti.

Riadi (2016: 57) menyimpulkan pada hakikatnya statistik ini adalah alat

bantu peneliti yang ingin mengungkapkan dan memecahkan masalah

penelitian melalui sekumpulan data kuantitatif, sampel kemudian

diinferensi untuk mendapatkan sebuah generalisasi dari populasi.

Statistik deskriptif hanya memberikan gambaran atau informasi

mengenai karakteristik data.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik diperlukan untuk menguji hipotesis dengan

beberapa analisis regresi. Uji asumsi klasik yang digunakan seperti:

a. Uji Normalitas

Salah satu asumsi model regresi adalah residual mempunyai

distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

model regresi variabel penyusup atau sisa memiliki normal atau

mendekati normal distribusi. Seperti yang sudah diketahui bahwa uji

t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi

yang normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi

tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2018: 161). Ada

85

beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah

residual berdistribusi normal atau tidak yaitu uji parametik analisis

grafik dan uji non parametik uji statistika Kolmorogov-Smirnov (K-

S).

Ghozali (2018: 161-163) menjelaskan cara termudah untuk

melihat normalitas dengan melihat grafik histogram yang

membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati normal. Namun demikian, jika hanya melihat histogram

hal ini akan menyesatkan khusunya untuk jumlah sampel yang kecil.

Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability

plot yang membandingakan distribusi kumulatif dan distribusi

normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.

Selain itu, pengujian yang lebih akurat untuk melihat apakah

residual berdistribusi normal adalah dengan uji statistik non

parametik, uji statistika Kolmorogov-Smirnov (K-S) (Widarjono,

2015). Dalam Riadi (2016: 115) pentuan keputusan tentang

normalitas tersebut adalah sebagai berikut:

1) Jika p ≤ 0,05 maka distribusi data tidak normal.

2) Jika p> 0,05 maka distribusi data normal.

86

Pengujian dengan Uji statistika Kolmorogov-Smirnov (K-S)

dianggap lebih akurat karena memberikan informasi dengan angka

presentase yang menggambarkan apakah data telah berdistribusi

dengan normal atau tidak tanpa keraguan.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian korelasi antara

variabel gangguan satu observasi dengan variabel gangguan

observasi lain. Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah

dalam linier model regresi ada korelasi antara kesalahan perancu

pada periode t dengan kesalahan penyusup pada periode t-1

(sebelumnya). Dalam uji autokorelasi ini dijelaskan bahwa

autokorelasi muncul karena berurutan pengamatan dari waktu ke

waktu terkait satu sama lain. Masalah timbul karena residual tidak

bebas dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Widarjono,

2015: 79-80).

Hal tersebut sering ditemukan pada data runtut waktu atau

time series karena adanya gangguan pada data individu atau

kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data silang

waktu atau cros section, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi

karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu

kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi

yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2018: 112).

87

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menguji

autokorelasi, salah satunya adalah dengan uji Run Test. Run Test

merupakan bagian dari pengujian statistik non parametik yang

paling akurat tanpa keraguan karena menyajikan hasil dalam bentuk

angka, dimana jika nilai hasil uji menujukkan di bawah 0,05 artinya

residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.

Sebaliknya jika angka hasil uji menunjukkan lebih besar dari nilai

signifikan 0,05 artinya data bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2018).

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas (multicollinearity) adalah uji yang

bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi mempunyai

hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi

berganda dan menguji apakah dalam model regresi menemukan

korelasi antara variabel independen (Widarjono, 2015: 59). Dalam

model regresi yang baik, seharusnya tidak ada korelasi antara

variabel independen. Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya

korelasi antara variabel independen dalam model regresi dapat

dilihat dengan melihat toleransi VIF (Variance Inflation Factor)

(Widarjono, 2015: 65):

1) Jika nilai toleransi > 0,10 dan VIF <10, maka dapat ditafsirkan

bahwa tidak ada multikolinearitas dalam penelitian.

2) Jika nilai toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka multikolinieritas

gangguan terjadi dalam penelitian.

88

d. Uji Heteroskedastisitas

Widarjono (2015: 67) menjelaskan uji heteroskedastisitas

berarti varian variabel gangguan yang tidak konstan. Masalah

heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering muncul pada data

cross section daripada data time series. Tujuan pengujian ini untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians

dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual dari

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. Maka disebut

homoskedastisitas. Model regrasi yang baik adalah yang memiliki

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu

metode yang digunakan untuk menentukan apakah adanya

heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan uji glejser.

Uji metode glejser dapat dilakukan dengan regresi nilai

absolut dari variabel independen. Jika variabel independen secara

statistik menunjukkan nilai yang signifikan untuk mempengaruhi

variabel dependen, maka dapat disimpulkan adanya indikasi

heteroskedastisitas. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan

bahwa penelitian ini bebas dari gangguan heteroskedastisitas adalah

salah satunya dengan melihat batasan koefisien signifikansi yang

telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Jika tingkat signifikansi > 0,05

maka bisa disimpulkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas atau

dapat disimpulkan terdapat homoskedastisitas (Widarjono, 2015:

74).

89

3. Uji Goodness of Fit

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat

diukur dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat

diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik

t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).

Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada

dalam daerah dimana H0 diterima.

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati

satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen (Ghozali, 2018: 97).

b. Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji

Statistik F)

Tidak seperti uji t yang menguji signifikansi koefisien

regresi secara individu dengan uji hipotesis terpisah bahwa setiap

koefisien regresi sama dengan nol. Uji F menguji hipotesis

90

gabungan bahwa b1, b2, dan b3 secara bersama-sama dengan nol,

atau:

H0: b1 = b2 = ......... = bk = 0

HA: b1 ≠ b2 ≠ ......... ≠ bk ≠ 0

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan Quick Lock yaitu bila nilai F lebih besar

daripada 4 maka H0 dapat di tolak pada derajat kepercayaan 5%.

Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang

menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan

signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2018: 98).

c. Uji signifikansi parameter Individual (Uji Statistik t)

Dalam penelitian ini, uji signifikansi parameter individual

akan dijelaskan dalam uji hipotesis analisis jalur karena model

penelitian adalah dengan variabel mediator atau intervening. Pada

analisis jalur dijelaskan secara detail bagaimana hasil pengujian

signifikansi antar variabel secara parsial.

4. Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini, uji hipotesis kinerja lingkungan yang

diproksikan dengan Proper yang diadakan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, struktur kepemilikan yang di

proksikan dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan

manajerial, kinerja keuangan yang diukur melalui profitabilitas dengan

91

indikator pengukuran atau proksi Return On Assets (ROA), dan pada

nilai perusahaan yang di proksikan dengan Tobin’s Q.

a. Analisis Jalur

Analisis jalur adalah teknik untuk menganalisis hubungan

kasual yang terjadi dalam regresi berganda jika variabel independen

mempengaruhi variabel dependen tidak hanya secara langsung,

tetapi juga tidak langsung. Semua variabel di dalam analisis jalur

baik dependen maupun independen merupakan variabel yang bisa

diukur langsung (obserable). Sedangkan bila variabel di dalam

analisis jalur merupakan variabel yang tidak bisa diukur langsung

(unobservable) maka disebut dengan model persamaan struktural

(Structural Equation Modeling=SEM) (Widarjono, 2015: 212).

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji

analasis jalur:

1) Menentukan model kerangka penelitian berdasarkan paradigma

hubungan antar variabel.

Gambar 3.1

Kerangka Judul Penelitian

Sumber: diolah

92

2) Membuat struktur jalur hipotesis kerangka penelitian.

Gambar 3.2

Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian

Sumber: diolah

Kerangka jalur terdiri dari dua persamaan struktural, dimana

X1, X2, dan X3 adalah variabel eksogen dan Y1 dan Y2 adalah

variabel endogen. Oleh karena itu, persamaan strukturannya

adalah:

Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1 (persamaan substruktur 1)

Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 P + P Y2Y1 + Ɛ2 (persamaan

substruktur 2)

3) Menganalisis pengujian dengan SPSS yang terdiri dari dua

langkah, analisis untuk substruktur 1 dan substruktur 2.

Substruktur 1

Analisis

Persamaan strukturalnya adalah:

Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1

Dimana:

P = Koefisien Regresi

Y1 = Kinerja Keuangan

93

X1 = Kinerja Lingkungan

X2 = Kepemilikan Institusional

X3 = Kepemilikan Manajerial

Ɛ1 = error

Pertama adalah dengan menghitung persamaan regresi

dengan aplikasi SPSS dan menggunakan menu analisis. Setelah

itu maka didapatkan hasil perhitungan (output) dalam bentuk

tabel model ringkasan, ANOVA, dan koefisien (Widarjono,

2015: 216).

Substruktur 2

Analisis

Persamaan strukturalnya adalah:

Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + PY2Y1 + Ɛ2

Dimana:

P = Koefisien Regresi

Y1 = Kinerja Keuangan

Y2 = Nilai Perusahaan

X1 = Kinerja Lingkungan

X2 = Kepemilikan Institusional

X3 = Kepemilikan Manajerial

Ɛ2 = error

Langkah selanjutnya adalah menghitung persamaan regresi

dengan bantuan aplikasi SPSS dan menggunakan menu analisis.

94

Setelah diperoleh perhitungan (output) dalam bentuk ringkasan,

ANOVA, dan koefisien (Widarjono, 2015: 216).

4) Interpretasi hasil substruktur 1

a) Analisis Regresi

Melihat pengaruh dari kinerja lingkungan, kepemilikan

institusional, dan kepemilikan manajerial pada kinerja

keuangan.

1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja

keuangan

3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja

keuangan

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel kinerja

lingkungan, kepemilikan institusional, dan kepemilikan

manajerial pada kinerja keuangan pengujian yang dilakukan

adalah uji t yang digunakan secara parsial. Sementara untuk

melihat besarnya pengaruh menggunakan jumlah beta atau

koefisien standar. Maka langkah pengujian hipotesisnya

adalah:

1. Menentukan hipotesis yang H0 dan H1

2. Hitung besarnya thitung, besarnya thitung dapat dilihat

dalam perhitungan SPSS (tabel koefisien)

95

3. Hitung besarnya ttabel dengan tarif tingkat 0,05 dan

Degrees of Freedom (DF) dengan kondisi berikut:

DF = n ─ k (Widarjono, 2015: 23)

4. Menentukan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

5. Membuat keputusan mengenai apakah ada pengaruh dari

masing-masing variabel X1, X2, dan X3 pada Y1

5) Interpretasi hasil substruktur 2

a) Analisis Regresi

Melihat pengaruh dari kinerja lingkungan, kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan

pada nilai perusahaan.

1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan

3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan

4. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Untuk melihat besarnya pengaruh variabel kinerja

lingkungan, kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial dan kinerja keuangan atas nilai perusahaan yang

digunakan secara individual atau sebagian (parsial) dengan

96

uji t. Sementara untuk melihat besarnya efek atau pengaruh

jumlah beta atau koefisien standar, langkah-langkah yang

dilakukan dalam pengujian hipotesisnya adalah:

1. Menentukan hipotesisnya H0 dan H1

2. Hitung besarnya 𝑡hitung, besarnya 𝑡hitung

terkandung dalam perhitungan SPSS (tabel koefisien)

3. Hitung besarnya ttabel dengan signifikasi tarif 0,05 dan

Degrees of Freedom (DF) dengan kondisi:

DF = n ─ k (Widarjono, 2015: 23)

4. Menentukan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima

Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak

5. Buat keputusan tentang adanya pengaruh dari masing-

masing variabel X1, X2, X3 dan Y1 pada variabel Y2.

6) Menghitung pengaruh atau efek

a) Pengaruh Langsung (Direct Effect)

Dalam pengaruh efek langsung menjelaskan bahwa

untuk mengetahui efek langsung menggunakan rumus

sebagai berikut:

1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan

X1 → Y1 (PY1X1)

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja

keuangan

97

X2 → Y1 (PY1X2)

3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja

keuangan

X3 → Y1 (PY1X3)

4. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan

X1 → Y2 (PY2X1)

5. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan

X2 → Y2 (PY2X2)

6. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan

X3 → Y2 (PY2X3)

7. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan

Y1 → Y2 (PY2Y1)

b) Pengaruh tidak langsung

Pengaruh tidak langsung dalam hal ini menjelaskan

bahwa untuk mengetahui efek tidak langsung menggunakan

rumus sebagai berikut:

1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan

melalui kinerja keuangan

X1 → Y1 → Y2 (PY1X1 × PY1Y2)

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan

98

X2 → Y1 → Y2 (PY1X2 × PY1Y2)

3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan

X3 → Y1 → Y2 (PY1X3 × PY1Y2)

c) Total pengaruh

Total pengaruh menjelaskan bahwa untuk mengetahui

total pengaruh atau efek menggunakan rumus sebagai

berikut:

1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan

X1 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X1 × PY2X1)

2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan

X2 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X2 × PY2X2)

3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan

X3 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X3 × PY2X3)

7) Membuat kerangka model penilitian II dengan memperhatikan

kedua pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan

pengaruh total pada setiap variabel.

8) Menentukan kesimpulan dari penelitian ini tentang pengaruh

kinerja lingkungan, kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial dan kinerja keuangan pada nilai perusahaan secara

simultan atau bersama-sama dan parsial atau secara individual.

99

b. Uji Sobel

Uji sobel digunakan untuk menguji hipotesis 8, hipotesis 9,

dan hipotesis 10, yaitu pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan, pengaruh kepemilikan

institusional terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan,

dan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan

melalui kinerja keuangan. Uji sobel dilakukan untuk menguji

kekuatan pengaruh tidak langsung dari variabel X1, X2, X3 pada

variabel Y2 melalui Y1. Uji sobel dalam bentuk rumus sebagai

berikut:

Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2

t = 𝑎𝑏

𝑆𝑎𝑏

Dimana:

𝑎 = Nilai Unstandardized Coefficients B X1 atau X2 atau X3

ke Y1

𝑏 = Nilai Unstandardized Coefficients B Y1 ke Y2

𝑆𝑎 = Nilai Unstandardized Coefficients Std. Error X1 atau X2

atau X3 ke Y1

𝑆𝑏 = Nilai Unstandardized Coefficients Std. Error Y1 ke Y2

t = 𝑡hitung mediasi

100

Nilai yang digunakan dalam uji sobel ini adalah nilai

Unstandardized Coefficients untuk membuktikan apakah nilai

pengaruh tidak langsung pada Standardized Coefficients benar

terbukti dan signifikan (Ghozali, 2018: 250). Uji sobel ini dilakukan

untuk melihat apakah pengaruh mediasi hasil dari perkalian

koefisien yang berasal dari output SPSS adalah signifikan atau tidak.

Pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai t yang dihasilkan

dari uji sobel dengan ttabel. Apabila nilai thitung dari uji sobel lebih

besar dibandingkan ttabel dengan tingkat signifikan di bawah 5%

maka ada pengaruh mediasi. Selain menggunakan rumus uji sobel di

atas, hasil mediasi yang signifikan di uji dengan program addin axell

uji sobel atau Winnifired’s Mediation Program (WIMP).

101

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan

populasi dan sampel penelitian. Dalam penelitian ini metode penentuan

sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik

purposive sampling, yaitu metode pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria

tertentu dengan tujuan agar sampel yang digunakan dapat

mempresentasikan penelitian yang dilakukan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sektor perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini mengambil sampel

selama 5 tahun, yaitu tahun 2013 sampai 2017. Adapun data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan

keuangan, laporan tahunan dan laporan Proper tahun 2013 sampai 2017.

Laporan keuangan dan laporan tahunan yang diakses melalui website resmi

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada alamat website www.idx.co.id dan laporan

Proper yang diakses pada website resmi Kementerian Lingkungan Hidup

dan Kehutanan pada alamat website proper.menlh.go.id.

Penelitian ini menggunakan populasi seluruh sektor perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2017 sebesar 567 perusahaan.

Sebanyak 532 perusahaan tidak mengikuti program Proper yang dibuat oleh

102

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebanyak 8 perusahaan

tidak menyediakan laporan keuangan maupun laporan tahunan secara

lengkap dalam website Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebanyak 9 perusahaan

tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. Selain itu 2

perusahaan memiliki data outlier. Ringkasan pemilihan sampel penelitian

disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1

Rincian Perolehan Sampel Penelitian

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) 2013-2017 567

2

Perusahaan yang tidak terdaftar dalam Proper

Kementrian Lingkungan dan Kehutanan dari tahun

2013-2017

532

3

Peneliti tidak menemukan informasi terkait variabel di

dalam laporan tahunan dan laporan keuangan

perusahaan dari tahun 2013-2017

8

4 Perusahaan yang menggunakan mata uang dollar

dalam laporan keuangannya 9

5 Perusahaan yang memiliki data outlier 2

6 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 16

Jumlah tahun penelitian 5

Total sampel data selama 5 tahun penelitian dari tahun

2013 sampai dengan tahun 2017 80

Sumber: Data Sekunder yang diolah

103

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran

atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan

skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2018: 19). Penelitian ini

menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi nilai rata-rata

(mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dari masing-masing

variabel. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain kinerja lingkungan dan struktur kepemilikan sebagai variabel

independen, kinerja keuangan sebagai variabel intervening dan nilai

perusahaan sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut akan

diuji secara statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS

versi 25. Hasil statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian ini

akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif

Sumber: Output SPSS 25 yang diolah

104

Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif diperoleh total data

sebanyak 80 data observasi yang berasal dari perkalian periode 5 tahun

penelitian dari tahun 2013-2017 dengan jumlah sampel sebanyak 16

perusahaan. Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskriptif untuk

variabel independen (PROPER, INST dan MNJR), variabel intervening

(ROA) dan variabel dependen (TOBINSQ). Berikut adalah penjelasan

dari hasil statistik deskriptif untuk variabel independen:

a. Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen kinerja

lingkungan yang diproksikan dengan PROPER menunjukkan nilai

minimum sebesar 2,000 dan nilai maksimum sebesar 5,000 dengan

nilai rata-rata (mean) sebesar 3,00000 dan nilai standar deviasi

sebesar 0,450035. Nilai minimum untuk variabel kinerja

lingkungan terjadi pada perusahaan yang memiliki nilai PROPER

2 atau jika dalam kategori warna adalah merah. Perusahaan yang

mendapatkan nilai PROPER 2 diantaranya PT Wilmar Cahaya

Indonesia dan PT Prashida Aneka Niaga Tbk pada tahun 2013, PT

Gunawan Dian Jaya Steel Tbk, PT. Indal Alumunium Industry, dan

PT Lippo Cikarang Tbk pada tahun 2015, PT Martina Berto pada

tahun 2016 dan 2017. Sedangkan, nilai maksimum terjadi pada

perusahaan PT Semen Indonesia Tbk tahun 2013, hal tersebut

menunjukkan bahwa pada tahun 2013 PT Semen Indonesia Tbk

memiliki nilai PROPER yang lebih besar dibandingkan perusahaan

lainnya.

105

b. INST menunjukkan nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai

maksimum sebesar 0,998 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

0,72374 dan nilai standar deviasi sebesar 0,238463. Nilai minimum

untuk proksi kepemilikan institusional dari variabel struktur

kepemilikan terjadi pada PT Jaya Pari Steel Tbk tahun 2016 dan

2017, hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2016 dan 2017

PT Jaya Pari Steel Tbk memiliki nilai INST yang lebih kecil

dibandingkan perusahaan lainnya. Sedangkan, nilai maksimum

terjadi pada perusahaan PT Sampoerna Agro Tbk tahun 2017 yang

menunjukkan bahwa pada tahun tersebut PT Sampoerna Agro Tbk

memiliki nilai INST tertinggi atau memiliki kepemilikan

institusional tertinggi diantara perusahaan lainnya.

c. MNJR menunjukkan nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai

maksimum sebesar 0,840 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar

0,04801 dan nilai standar deviasi sebesar 0,141629. Nilai minimum

untuk proksi kepemilikan manajerial dari variabel struktur

kepemilikan terjadi pada beberapa perusahaan di tahun berbeda

yang tidak memiliki nilai kepemilikan manajerial. Sedangkan nilai

maksimum terjadi pada perusahaan PT Jaya Pari Steel Tbk tahun

2016 dan 2017 yang menunjukkan bahwa pada tahun tersebut PT

Jaya Pari Steel Tbk memilki nilai MNJR tertinggi atau memiliki

nilai kepemilikan manajerial tertinggi dibandingkan perusahaan

lainnya.

106

Berikut adalah penjelasan dari hasil statistik deskriptif untuk variabel

intervening:

a. Hasil statistik deskriptif terhadap variabel intervening yaitu kinerja

keuangan yang diproksikan dengan ROA menunjukkan nilai

minimum -0,069 dan nilai maksimum sebesar 0,192 dengan nilai

rata-rata (mean) sebesar 0,03720 dan nilai standar deviasi sebesar

0,055169. Nilai minimum ROA terjadi pada perusahaan PT

Prashida Aneka Niaga Tbk tahun 2015, hal tersebut menunjukkan

bahwa pada tahun 2015 PT Prashida Aneka Niaga memiliki nilai

kinerja keuangan sangat rendah dibandingkan perusahaan lainnya

yang di proksikan dengan ROA. Sedangkan nilai maksimum

terjadi pada perusahaan PT lippo Cikarang Tbk tahun 2014 yang

menunjukkan bahwa pada tahun tersebut PT Lippo Cikarang

memiliki nilai kinerja keuangan tertinggi dibandingkan perusahaan

lainnya yang di proksikan dengan ROA.

Berikut adalah penjelasan dari hasil statistik deskriptif untuk variabel

dependen:

a. Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen yaitu nilai

perusahaan yang diproksikan dengan TOBINSQ menunjukkan

nilai minimum 0,120 dan nilai maksimum sebesar 3,849 dengan

nilai rata-rata (mean) sebesar 0,98565 dan nilai standar deviasi

sebesar 0,733873. Nilai minimum terjadi pada perusahaan PT

Indospring Tbk 2015 dan nilai tertinggi terjadi pada perusahaan PT

107

Semen Indonesia Tbk 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT

Indospring Tbk pada tahun 2015 memiliki nilai perusahaan yang

sangat rendah dengan diproksikan TOBINS Q. Sebaliknya, PT

Semen Indonesia Tbk tahun 2015 memiliki nilai perusahaan

tertinggi dengan di proksikan TOBINS Q.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

Dalam model penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk persamaan

yakni;

Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1

Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P Y2Y1 +

Ɛ2

a. Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi linier, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang

residual datanya berdistribusi dengan normal. Jika residual data

tidak berdistribusi normal maka kesimpulan statistik menjadi tidak

valid atau bias. Ada banyak cara untuk menguji atau mendeteksi

apakah data residual berdistribusi normal ataukah tidak, yaitu

dengan melihat grafik histogram, grafik Normal Probability Plot,

Analisis statistik dengan melihat nilai kurtosis dan skewness, dan

terakhir dengan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

108

(Ghozali, 2018: 161). Dalam penelitian ini digunakan 3 pengujian

untuk uji normalitas, yakni uji analisis grafik histogram, grafik

Normal Probability Plot serta uji statistik One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut ini grafik histogram dan grafik

normal plot hasil pengujian menggunakan SPSS versi 25:

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik histogram

tidak menunjukkan kemencengan. Terlihat bentuk histogram

menggambarkan data yang terdistribusi normal atau mendekati

normal karena membentuk seperti seperti lonceng. Kemudian

untuk mendukung hasil analisis grafik histogram di atas, maka

dilakukan analisis terhadap grafik Normal Probability Plot sebagai

berikut:

109

Gambar 4.2

Hasil Uji Dengan Grafik Normal Plot Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar

dan berhimpit disekitar garis diagonal serta penyebarannya tidak

menjauh dari garis diagonal yang mengartikan bahwa data

terdistribusi dengan normal. Maka dapat dikatakan model regresi

berganda memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih meningkatkan

hasil uji normalitas data dan melengkapi uji grafik histogram dan

grafik Normal Probability Plot, maka peneliti menguji uji statistik

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut tabel 4.3

menunjukkan hasil dari uji statistik One Sample Kolmogorov-

Smirnov Test.

110

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S)

Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai Asymp. Sig (2-tailed)

pada uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebesar

0,076. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan substruktur

1 sudah berdistribusi dengan normal atau nilai residual model

analisis jalur adalah memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

111

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah

ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari

satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada satu atau

kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada satu atau

kelompok yang sama pada periode berikutnya. Ada berbagai cara

yang dilakukan untuk menguji autokorelasi, dalam penelitian ini

peneliti menguji autokorelasi dengan Run Test dalam pengujian di

SPSS versi 25. Berikut adalah tabel hasil dari pengujian Run Test.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi Dengan Run Test Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdsarkan tabel 4.4 hasil Run Test di atas menunjukkan nilai

Asymp. Sig 0,368. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikan

0,05 yang berarti data residual bersifat random atau tidak terjadi

autokorelasi antar nilai residual, sehingga untuk persamaan

substruktur 1 bebas dari permasalahan autokorelasi.

112

3) Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada

atau tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model

regresi. Caranya adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk

menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai

Tolerance harus > 0,10 dan nilai VIF < 10. Berikut Tabel 4.5

menunjukkan hasil dari uji multikolinearitas dengan program

SPSS:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolineritas Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, variabel

independen yaitu PROPER, INST, dan MNJR memiliki nilai

Tolerance lebih besar dari 0,10. 0,986 untuk nilai Tolerance

PROPER, 0,715 untuk nilai Tolerance INST, dan 0,722 untuk nilai

Tolerance MNJR. Hasil perhitungan nilai VIF untuk variabel

PROPER, INST, dan MNJR juga memiliki nilai yang lebih kecil

dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

113

multikolinearitas dalam model analisis jalur dan persamaan

substruktur 1 terbebas dari masalah multikolinearitas.

4) Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui varians dari

residual data satu observasi ke observasi lainnya berbeda ataukah

tetap. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah

heteroskedastisitas ialah dengan melihat grafik scatterplot antara

nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada

membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan

menyempit) maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.

Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas

dengan menggunakan grafik scatterplot:

114

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Scatterplot

Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan Gambar 4.3 uji heteroskedastisitas menggunakan

grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

pada model analisis jalur tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga

model ini layak dipakai untuk memprediksi variabel ROA

berdasarkan variabel PROPER, INST, dan MNJR. Untuk

membuktikan dan meyakinkan bahwa benar tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas maka peneliti melakukan uji glejser. Berikut

adalah tabel hasil uji glejser:

115

Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser

Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan hasil uji glejser menunjukkan bahwa nilai

signifikasi dari setiap variabel independen lebih besar dari 0,05.

Artinya model persamaan substruktur persamaan 1 benar dan bebas

dari masalah heteroskedastisitas.

b. Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P

Y2Y1 + Ɛ2

1) Uji Normalitas

Berikut ini grafik histogram dan grafik normal plot hasil

pengujian menggunakan SPSS versi 25:

116

Gambar 4.4

Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa grafik histogram

tidak menunjukkan kemencengan. Terlihat bentuk histogram

menggambarkan data yang terdistribusi normal atau mendekati

normal karena membentuk seperti seperti lonceng. Kemudian

untuk mendukung hasil analisis grafik histogram di atas, maka

dilakukan analisis terhadap grafik Normal Probability Plot sebagai

berikut:

Gambar 4.5

Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot

Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

117

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar

dan berhimpit disekitar garis diagonal serta penyebarannya tidak

menjauh dari garis diagonal yang mengartikan bahwa data

terdistribusi dengan normal. Maka dapat dikatakan model regresi

berganda memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih meningkatkan

hasil uji normalitas data dan melengkapi uji grafik histogram dan

grafik Normal Probability Plot, maka peneliti menguji uji statistik

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut tabel 4.7

menunjukkan hasil dari uji statistik One Sample Kolmogorov-

Smirnov Test.

Tabel 4.7

Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S)

Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai Asymp. Sig (2-tailed)

pada uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebesar

0,200. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05.

118

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan substruktur

2 sudah berdistribusi dengan normal atau nilai residual model

analisis jalur adalah memenuhi asumsi normalitas.

2) Uji Autokorelasi

Seperti halnya dalam persamaan substruktur 1, menguji

autokorelasi bertujuan untuk mendeteksi apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1

(sebelumnya). Dalam penelitian ini menggunakan Run Test

sebagai pengujian autokorelasi. Berikut adalah hasil dari pengujian

Run Test.

Tabel 4.8

Hasil Uji Autokorelasi Dengan Run Test Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdsarkan tabel 4.8 hasil Run Test di atas menunjukkan nilai

Asymp. Sig 0,653. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikan

0,05 yang berarti data residual bersifat random atau tidak terjadi

119

autokorelasi antar nilai residual, sehingga untuk persamaan

substruktur 2 bebas dari permasalahan autokorelasi.

3) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada

atau tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model

regresi. Caranya adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk

menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai

Tolerance harus > 0,10 dan nilai VIF < 10. Berikut Tabel 4.7

menunjukkan hasil dari uji multikolinearitas dengan program

SPSS:

Tabel 4.9

Tabel Uji Multikolinearitas Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, variabel

independen yaitu PROPER, INST, MNJR, dan ROA memiliki nilai

Tolerance lebih besar dari 0,10. 0,906 untuk nilai Tolerance

PROPER, 0,655 untuk nilai Tolerance INST, 0,709 untuk nilai

Tolerance MNJR dan 0,756 untuk nilai Tolerance ROA. Hasil

120

perhitungan nilai VIF untuk variabel PROPER, INST, MNJR, dan

ROA juga memiliki nilai yang lebih kecil dari 10. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model

analisis jalur dan persamaan substruktur 2 terbebas dari masalah

multikolinearitas.

4) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui varians dari

residual data satu observasi ke observasi lainnya berbeda ataukah

tetap. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah

heteroskedastisitas ialah dengan melihat grafik scatterplot antara

nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada

membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan

menyempit) maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.

Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas

dengan menggunakan grafik scatterplot:

121

Gambar 4.6

Hasil Uji Heteroskedastitas Dengan Scatterplot

Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan Gambar 4.6 uji heteroskedastisitas menggunakan

grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

pada model analisis jalur tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga

model ini layak dipakai untuk memprediksi variabel TOBINSQ

berdasarkan variabel PROPER, INST, MNJR, dan ROA. Untuk

membuktikan dan meyakinkan bahwa benar tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas maka peneliti melakukan uji glejser. Berikut

adalah tabel hasil uji glejser:

122

Tabel 4.10

Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser

Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berdasarkan hasil uji glejser menunjukkan bahwa nilai

signifikasi dari setiap variabel independen lebih besar dari 0,05.

Artinya model persamaan substruktur persamaan 2 benar bebas

dari masalah heteroskedastisitas.

3. Uji Goodness of Fit

Dalam model penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk persamaan

yakni;

Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1

Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P Y2Y1 +

Ɛ2

a. Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1

1) Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

123

variabel dependen. Koefisien determinasi (Adjusted R Square)

dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11

Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,215

atau 21,5%. Jadi dapat dikatakan bahwa 21,5% besarnya kinerja

keuangan di perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) sekaligus mengikuti program Proper dari Kemeterian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan periode 2013-2017 dipengaruhi

oleh kinerja lingkungan, kepemilikan institusional, dan

kepemilikan manajerial.

Sedangkan sisanya yaitu 78,5% besarnya kinerja keuangan

disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini, seperti Coporate Social Responsibility (Maryanti

dan Fithri, 2017), ukuran perusahaan (Fiandri dan Muid, 2017),

Sustainability Report Disclosure (Lesmana, 2014).

124

2) Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji

Statistik F)

Uji F bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara

bersama-sama antar variabel independen (kinerja lingkungan,

kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial) terhadap

variabel dependen (kinerja keuangan) apabila nilai F di atas 4 dan

signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha diterima. Nilai F dapat

dilihat dari tabel ANOVA berikut ini:

Tabel 4.12

Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F)

terhadap variabel independen dan variabel dependen. Tabel tersebut

menunjukkan bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan institusional,

dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap

kinerja keuangan. Hal ini dibuktikan dari nilai F (8,192 > 4) dan

signifikansi (0,000 < 0,05).

125

b. Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P

Y2Y1 + Ɛ2

1) Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Koefisien determinasi (Adjusted R Square)

dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.13

Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,581

atau 58,1%. Jadi dapat dikatakan bahwa 58,1% besarnya nilai

perusahaan pada perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) sekaligus mengikuti program Proper dari

Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan periode 2013-2017

dipengaruhi oleh kinerja lingkungan, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan.

Sedangkan sisanya yaitu 41,9% besarnya nilai perusahaan

disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini, seperti Coporate Social Responsibility (Maryanti

126

dan Fithri, 2017), ukuran perusahaan (Fiandri dan Muid, 2017),

Laferage (Sutama dan Lisa, 2018).

2) Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji

Statistik F)

Uji F bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara

bersama-sama antar variabel independen (kinerja lingkungan,

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kinerja

keuangan) terhadap variabel dependen (nilai perusahaan) apabila

nilai F di atas 4 dan signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha diterima.

Nilai F dapat dilihat dari tabel ANOVA berikut ini:

Tabel 4.14

Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F)

terhadap variabel independen dan variabel dependen. Tabel

tersebut menunjukkan bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, dan kinerja keuangan secara

simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dibuktikan

dari nilai F (28,362 > 4) dan signifikansi (0,000 < 0,05).

127

4. Uji Hipotesis

Untuk menjawab hipotesis dari kedua persamaan diperlukan uji

secara empiris. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan:

a. Analisis Jalur

Analisis jalur adalah teknik pengujian untuk menganalisis hubungan

sebab akibat yang terjadi dalam regresi berganda jika variabel

independen mempengaruhi variabel dependen tidak hanya secara

langsung tetapi juga secara tidak langsung. Hasil pengujian uji hipotesis

dapat dilihat dari hal berikut:

1) Melihat besarnya nilai thitung dan membandingkan dengan besarnya

nilai ttabel dan dengan melihat tingkat signifikan yang telah

ditentukan yaitu 5% atau 0,05. Jika thitung > ttabel dan nilai signifikan

< 0,05 maka hipotesis dapat diterima, akan tetapi jika thitung < ttabel

dan nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis di tolak.

2) Jumlah ttabel dapat dihitung dengan melihat derajat kebebasan (DF)

oleh DF n-2 atau DF 80-2 = 78, ttabel yang didapatkan sebesar

1,99085 dan nilai signifikan dari 5% menunjukkan bahwa tingkat

kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan dalam penelitian ini adalah

5%. Nilai masing-masing koefisien regresi diketahui melalui

perhitungan IBM SPSS Statistik 25 untuk Windows 10.

128

Berikut adalah output SPSS dari hasil uji hipotesis untuk persamaan

substruktur 1:

Tabel 4.15

Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur 1

Sumber: Output SPSS 25 diolah

Berikut adalah output SPSS dari hasil uji hipotesis untuk persamaan

substruktur 2:

Tabel 4.16

Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur 2

Sumber: Output SPSS 25 diolah

129

Berikut adalah interpretasi dari hasil uji hipotesis analisis jalur

untuk persamaan substruktur 1:

1) Pengaruh Kinerja Lingkungan (PROPER) terhadap Kinerja

Keuangan (ROA)

Berdasarkan tabel 4.15 nilai thitung untuk hubungan PROPER

terhadap ROA sebesar 2,596 dan nilai signifikan sebesar 0,011.

Hasilnya thitung > ttabel (2,596 > 1,99085) dan signifikansi lebih kecil

dari 0,05 (0,011 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kinerja

lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

2) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INST) terhadap Kinerja

Lingkungan (ROA)

Berdasarkan tabel 4.15 nilai thitung untuk hubungan INST terhadap

ROA sebesar 2,631 dan nilai signifikan sebesar 0,010. Hasilnya

thitung > ttabel (2,631 > 1,99085) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05

(0,010 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MNJR) terhadap Kinerja

Lingkungan (ROA)

Berdasarkan tabel 4.15 nilai thitung untuk hubungan MNJR terhadap

ROA sebesar -1,173 dan nilai signifikan sebesar 0,245. Hasilnya

thitung < ttabel (-1,173 < 1,99085) dan signifikansi lebih besar dari 0,05

(0,245 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial

tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

130

Berikut adalah interpretasi dari hasil uji hipotesis analisis jalur

untuk persamaan substruktur 2:

1) Pengaruh Kinerja Lingkungan (PROPER) terhadap Nilai

Perusahaan (TOBINSQ)

Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan PROPER

terhadap TOBINSQ sebesar 4,966 dan nilai signifikan sebesar

0,000. Hasilnya thitung > ttabel (4,966 > 1,99085) dan signifikansi lebih

kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kinerja

lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INST) terhadap Nilai

Perusahaan (TOBINSQ)

Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan INST terhadap

TOBINSQ sebesar -1,236 dan nilai signifikan sebesar 0,220.

Hasilnya thitung < ttabel (-1,236 < 1,99085) dan signifikansi lebih kecil

dari 0,05 (0,220 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MNJR) terhadap Nilai

Perusahaan (TOBINSQ)

Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan MNJR terhadap

TOBINSQ sebesar -0,401 dan nilai signifikan sebesar 0,690.

Hasilnya thitung < ttabel (-0,401 < 1,99085) dan signifikansi lebih kecil

dari 0,05 (0,690 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

131

4) Pengaruh Kinerja Keuangan (ROA) terhadap Nilai Perusahaan

(TOBINSQ)

Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan ROA terhadap

TOBINSQ sebesar 7,206 dan nilai signifikan sebesar 0,000.

Hasilnya thitung > ttabel (7,206 > 1,99085) dan signifikansi lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil output SPSS untuk persamaan substruktur 1 dan

persamaan substruktur 2, didapatkan tabel nilai Beta sebagai berikut:

Tabel 4.13

Nilai Beta Persamaan Substruktur 1 dan 2

Uji Hipotesis Nilai Beta

Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja

Keuangan

0,261

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja

Keuangan

0,310

Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja

Keuangan

-0,138

Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai

Perusahaan

0,380

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai

Perusahaan

-0,111

Pengaruh Kepemilikian Manajerial terhadap Nilai

Perusahaan

-0,035

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai perusahaan 0,604

Sumber: Data diolah

132

Berdasarkan tabel nilai Beta dapat dihitung jumlah pengaruh sebagai

berikut:

Pengaruh Langsung

1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan

= 0,261

2) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan

= 0,310

3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan

= -0,138

4) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan

= 0,380

5) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

= -0,111

6) Pengaruh Kepemilikian Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

= -0,035

7) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai perusahaan

= 0,604

Pengaruh tidak Langsung

1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

0,261 × 0,604 = 0,157644

2) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

133

-0,310 × 0,604 = -0,18724

3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

-0,138 × 0,604 = -0,083352

Total Pengaruh

1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai Intervening

0,380 + (0,261 × 0,604) = 0,537644

2) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Intervening

-0,111 + (-0,310 × 0,604) = -0,29824

3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Intervening

-0,035 (-0,138 × 0,604) = -0,118352

Berdasarkan perhitungan di atas, kemudian data output tersbut

digunakan dalam model hipotesis penelitian sebagai berikut:

Gambar 4.7

Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian 2

Sumber: diolah

134

Berdasarkan gambar kerangka struktur persamaan di atas, dapat

disimpulkan persamaan struktural adalah sebagai berikut:

1) Subtrukrur 1: Y1 = 0,261X1 + 0,310X2 – 0,138X3 + 0,8695

Berdasarkan presentase tersebut dapat diartikan jika kinerja lingkungan

meningkat 1 poin, maka kinerja keuangan meningkat sebesar 0,261

poin dengan asumsi bahwa variabel X2 dan X3 konstan. Selanjutnya,

jika kepemilikan institusional meningkat 1 poin, maka kinerja

keuangan akan meningkat sebesar 0,310 poin dengan asumsi bahwa X1

dan X3 adalah konstan. Jika kepemilikan manajerial meningkat 1 point,

maka kinerja keuangan akan menurun sebesar 0,138 poin dengan

asumsi bahwa variabel X1, dan X2 adalah konstan. Tiga variabel

independen (kinerja lingkungan, kepemilikan institusional, dan

kepemilikan manajerial) dapat menjelaskan variabel kinerja keuangan

sebesar 13,05% sedangkan sisanya pada 0.8695 atau 86,95% dijelaskan

oleh variabel lainnya.

2) Substruktur 2: Y2 = 0,380X1 – 0,111X2 – 0,035X3 + 0,604Y1 +

0,6308

Berdasarkan presentase tersebut dapat diartikan jika kinerja lingkungan

meningkat 1 poin, maka nilai perusahaan meningkat sebesar 0,380 poin

dengan asumsi bahwa variabel X2, X3, dan Y1 konstan. Selanjutnya, jika

kepemilikan institusional meningkat 1 poin, maka nilai perusahaan

akan menurun sebesar 0,111 poin dengan asumsi bahwa X1, X3, dan Y1

adalah konstan. Jika kepemilikan manajerial meningkat 1 point, maka

135

nilai perusahaan akan menurun sebesar 0,035 poin dengan asumsi

bahwa variabel X1, X2, Y1 adalah konstan. Terakhir jika kinerja

keuangan meningkat 1 poin maka nilai perusahaan akan meningkat

sebesar 0,604 point dengan asumsi X1, X2, dan X3 adalah konstan.

Empat variabel independen (kinerja lingkungan, kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, dan kinerja keuangan) dapat

menjelaskan variabel kinerja keuangan sebesar 36,92% sedangkan

sisanya pada 0.6308 atau 63,08% dijelaskan oleh variabel lainnya.

b. Uji Sobel

Pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien

hubungan variabel independen terhadap variabel mediasi dan variabel

mediasi terhadap variabel dependen akan dilihat apakah signifikan atau

tidak dengan dilakukan uji Sobel Test sebagai berikut:

1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Intervening

Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh

perkalian koefisien 0,261 × 0,604 sebesar 0,157644 signifikan atau

tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:

Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung (Sab)

Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2

Sab =√(8,033)2(0,012)2 + (0,032)2(1,115)2 + (0,012)2(1,115)2

Sab =√(64,5290 × 0,0001) + (0.0010 × 1,2432) + (0,0001 × 1,2432)

Sab =√0,0064 + 0,0012 + 0,0001

136

Sab =√0,0077

Sab = 0,0877

Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik

pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:

t = 𝑎𝑏

𝑆𝑎𝑏

t= 8,033×0,032

0,0877

t= 0,2570

0,0877

t= 2,9304

Signifikansi atas pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan dapat dilihat dari P Value

Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai berikut:

Gambar 4.8

Uji Mediasi Hipotesis 8 Dengan WIMP

Sumber: Data diolah

Karena thitung = 2,9304 lebih besar dari ttabel yaitu sebesar

1.99125 dengan tingkat signifikan di bawah 0,05 yaitu sebesar

0,012 (2,9304 > 1.99125) dan (0,012 < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa koefisien mediasi pada hubungan antara proper

dan nilai perusahaan sebesar 0,157644 signifikan. Sehingga kinerja

137

keuangan dapat menjadi variabel intervening pada pengaruh

kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.

2) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai

Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel

Intervening

Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh

perkalian koefisien -0,310 × 0,604 sebesar -0,18724 sebesar

signifikan atau tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:

Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung (Sab)

Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2

Sab =√(8,033)2(0,027)2 + (0,072)2(1,115)2 + (0,027)2(1,115)2

Sab =√(64,5290 × 0,0007) + (0.0051 × 1,2432) + (0,0007 × 1,2432)

Sab =√0,0451 + 0,0063 + 0,0008

Sab =√0,0522

Sab = 0,2284

Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik

pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:

t = 𝑎𝑏

𝑆𝑎𝑏

t= 8,033×0,072

0,2284

t= 0,5783

0,2284

t= 2,5319

138

Signifikansi atas pengaruh kepemilikan institusional

terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan dapat dilihat

dari P Value Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai

berikut:

Gambar 4.9

Uji Mediasi Hipotesis 9 Dengan WIMP

Sumber: Data diolah

Karena thitung = 2,5319 lebih besar dari ttabel yaitu sebesar

1.99125 dengan tingkat signifikan di bawah 0,05 yaitu sebesar

0,012 (2,5319 > 1.99125) dan (0,012 < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa koefisien mediasi pada hubungan antara

kepemilikan institusional dan nilai perusahaan sebesar -0,18724

signifikan. Sehingga kinerja keuangan dapat menjadi variabel

intervening pada pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan.

3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening

Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh

perkalian koefisien -0,138 × 0,604 sebesar -0,083352 signifikan

atau tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:

139

Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung (Sab)

Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2

Sab =√(8,033)2(0,046)2 + (−0,054)2(1,115)2 + (0,046)2(1,115)2

Sab =√(64,5290 × 0,0021) + (0.0029 × 1,2432) + (0,0021 × 1,2432)

Sab =√0,1355 + 0,0036 + 0,0026

Sab =√0,1417

Sab = 0,3764

Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik

pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:

t = 𝑎𝑏

𝑆𝑎𝑏

t= 8,033×(−0,054)

0,3764

t= −0,4337

0,3764

t= -1,1522

Signifikansi atas pengaruh kepemilikan manajerial terhadap

nilai perusahaan melalui kinerja keuangan dapat dilihat dari P

Value Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai berikut:

Gambar 4.10

Hasil Uji Mediasi Hipotesis 10 Dengan WIMP

Sumber: Data diolah

140

Karena thitung = -1,1522 lebih kecil dari ttabel yaitu sebesar

1.99125 dengan tingkat signifikan di atas 0,05 yaitu sebesar 0,24

(-1,1522 < 1.99125) dan (0,24 > 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa koefisien mediasi pada hubungan antara kepemilikan

manajerial dan nilai perusahaan sebesar -0,083352 tidak signifikan.

Sehingga kinerja keuangan dapat menjadi variabel intervening

pada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan tabel 4.15 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kinerja lingkungan memiliki nilai t sebesar 2,596 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

signifikansinya di bawah 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan arah

positif, nilai standardized coefficient beta sebesar 0,261. Berdasarkan

hasil tersebut maka H1 diterima, yang berarti kinerja lingkungan

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan memiliki

kinerja lingkungan yang baik akan berdampak atau berpengaruh pada

kinerja keuangan. Seperti yang sudah di jelaskan pada pengembangan

hipotesis di Bab 2, bahwa ketika perusahaan mengeluarkan biaya terkait

dengan aspek lingkungan maka secara otomatis akan membangun citra

yang baik bagi stakeholder dan calon investor. Dari hal tersebut

141

tentunya akan muncul respon yang positif oleh pasar karena telah

menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya atas kepedulian

lingkungan.

Perusahaan yang mengikuti Proper akan mendapatkan kepercayaan

bukan hanya dari stakeholder tetapi dari masyarakat pula, sehingga

akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut juga

sejalan dengan teori legitimasi yang dijelaskan pada penelitian Mousa

dan Hassan (2015) dimana dalam penelitian ini perusahaan yang

mengikuti Proper berusaha memberikan penjelasan dan motivasi

perusahaan untuk terlibat dalam melaporkan kinerjanya. Dalam teori

legitimasi juga menjelaskan bahwa dengan perusahaan mengikuti

Proper maka secara langsung memberikan informasi tentang

bagaimana dan mengapa perusahaan harus memperhatikan kinerja

lingkungan.

Ketika publik menyadari bahwa perusahaan beroperasi sesuai

dengan sistem nilai yang berkesinambungan dengan nilai masyarakat

maka besar keungkinan perusahaan akan sustainable (Clarissa dan

Rasmini, 2018). Teori legitimasi ini juga sangat berhubungan erat

dengan teori stakeholder. Mareta dan Fitriyah (2017) menyatakan

bahwa dalam teori stakeholder suatu perusahaan bukanlah entitas yang

beroperasi pada kepentingan sendiri, tetapi dapat bermanfaat untuk

kepentingan menyeluruh, yaitu: pemegang saham, kreditor, konsumen,

supplier, pemerintah, masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan kinerja

142

keuangan yang tinggi dihasilkan dari kinerja lingkungan yang baik

maka kepentingan bersama perusahaan akan berjalan dengan baik.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013)

dan Damanik dan Yadnayana (2017) serta penelitian Tahu (2019).

Selain itu juga hasil ini sejalan dengan teori stakeholder, dalam

penelitian Mareta dan Fitriyah (2017) keberhasilan perusahaan bukan

untuk kepentingan sendiri melainkan kepentingan banyak pihak,

sehingga kinerja keuangan yang baik akan bermanfaat bagi banyak

pihak tentunya. Alasan mendukung lainnya bahwa perusahaan harus

dapat mengadaptasikan diri dengan norma yang berlaku dimasyarakat,

jika tidak maka eksistensinya akan terancam karena merugikan bagi

masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini. Kinerja

lingkungan yang baik memberikan nilai tambah perusahaan dari

masyarakat dan kinerja keuangan akan meningkat.

Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Astuti et al.

(2014) dan Rafianto (2015) diakibatkan banyaknya perusahaan yang

terlalu fokus kepada orientasi untuk peningkatan laba atau keuntungan

tanpa memperhatikan bagaimana kinerja lingkungan yang berdampak

pada kepercayaan masyarakat sekitar dan stakeholder yang mungkin

akan dapat meningkatkan laba atau meningkatkan kinerja keuangan

perusahaan tersebut.

143

2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan tabel 4.15 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional memiliki nilai t sebesar 2,631 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

signifikansi di bawah 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan arah

positif, nilai standardized coefficient beta sebesar 0,310. Berdasarkan

hasil tersebut maka H2 diterima, yang berarti bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hal ini

menunjukkan bahwa investor institusional mampu menjadi pengawas

yang efektif bagi manajemen, sehingga manajemen dapat

meningkatkan kinerjanya dan berusaha untuk memaksimumkan

keuntungan guna meningkatkan kinerja keuangan.

Selain itu, semakin besar kepemilikan institusional maka semakin

efisien juga pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat

mengurangi perilaku oportunistik manajemen seperti pemborosan dan

manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen sehingga akan

meningkatkan kinerja keuangan. Hasil penelitian ini mendukung

penelitian Ratih dan Setyarini (2014), Fiandri dan Muid (2017) bahwa

peningkatan kepemilikan institusional membawa dampak pada semakin

kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan pihak pemegang saham

atas perilaku manajer yang pada akhirnya mengarah pada berbagai

upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta penyelewengan yang

dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk tindakan

144

oportunistiknya. Selain itu penelitian ini juga selaras dengan hasil

penelitian Candradewi dan Sedana (2016).

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi, Jensen dan Meckling

(1976) yang menyatakan bahwa konflik keagenan dapat diminimalkan

dengan adanya suatu mekanisme pengawasan terhadap manajemen

sehingga akan mengurangi perilaku oportunistik manajemen dan dapat

diharapkan juga untuk meningkatkan kinerja keuangan. Namun, hasil

penelitian ini tidak mendukung dan tidak sesuai dengan penelitian

Ratnasari et al. (2016) dan Rahayu dan Sari (2018).

Hal tersebut dikarenakan para pemilik institusional akan menjual

sahamnya ke pasar apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja

manajerial. Manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam menjalankan

aktifitas perusahaan ketika kepemilikan institusi mengalami perubahan

perilaku dari pasif menjadi aktif yang dapat meningkatkan akuntabilitas

manajerial. Berarti kepemilikan institusional tidak mampu untuk

mendorong peningkatan kinerja perusahaan (Ratnasari et al., 2016).

Adanya asimetri informasi antara manajer dan pihak pemegang saham

menyebabkan manajer selaku pengelola perusahaan bisa

mengendalikan perusahaan karena memiliki informasi lebih mengenai

perusahaan dibandingkan pemegang saham. Sehingga adanya

kepemilikan institusi tidak menjamin monitoring kinerja manajer dapat

berjalan efektif (Rahayu dan Sari, 2018).

145

3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan

Berdasarkan tabel 4.15 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan manajerial memiliki

nilai t sebesar -1,173 dengan tingkat siginfikansi sebesar 0,245. Hal

tersebut menunjukkan tingkat signifikansi di atas 0,05. Dengan

demikian H3 ditolak, yang berarti kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Ini mengartikan bahwa jumlah kepemilikan manajerial yang

semakin besar tidak mampu mensejajarkan kepentingan manajemen

dan pemegang saham, sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai

kinerja keuangan yang tinggi tidak tercapai. Hasil penelitian ini

mendukung dengan hasil penelitian Nurkhin et al. (2017) dan Nilayanti

dan Suaryana (2019) bahwa hasil kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh pada kinerja keuangan disebabkan rendahnya proporsi

kepemilikan saham oleh pihak manajemen, sehingga kendali

manajemen dalam pengambilan keputusan perusahaan menjadi rendah.

Rendahnya kendali dapat menyebabkan kinerja keuangan menurun.

Kekhawatiran tersebut menyebabkan menurunnya jumlah investor,

sehingga laba dan kinerja keuangan juga akan menurun.

Selain itu banyaknya perusahaan yang memiliki kepemilikan

manajerial 0,00 atau presentase kepemilikan yang sangat rendah

dibandingkan jumlah saham keseluruhan pada perusahaan tersebut

menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial relatif rendah sehingga

146

menyebabkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki

perusahaan seperti yang dirasakan prinsipal pada umumnya. Sehingga

para manajer lebih memilih untuk mengedepankan kepentingan pribadi

dibandingkan dengan pencapainan tujuan perusahaan secara

keseluruhan (Epi, 2017)

Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan

Anita dan Yulianto (2016) serta Hermiyetti dan Katlanis (2016) bahwa

kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan

menyatakan dengan adanya kepemilikan manajerial akan

mensejajarkan kepentingan pihak manajemen dan pihak pemegang

saham, dimana manajemen akan cenderung lebih giat untuk

kepentingan pemegang saham yang dimana pemegang saham itu adalah

dirinya sendiri.

Anita dan Yulianto (2016) menyimpulkan dalam hasil penelitiannya

bahwa konflik keagenan dapat diminimalkan dengan menyelaraskan

potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang

saham, sehingga permasalahan yang timbul antara agen dan prinsipal

diasumsikan hilang apabila seseorang manajemen juga sekaligus

sebagai pemegang saham. Selain itu, dikatakan juga bahwa konflik

keagenan dapat diminimalkan dengan adanya suatu mekanisme

pengawasan terhadap manajemen sehingga akan mengurangi perilaku

oportunistik manajemen dan dapat diharapkan juga untuk

meningkatkan kinerja keuangan (Jensen dan Meckling, 1976).

147

4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.16 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kinerja lingkungan memiliki nilai t sebesar 4,966 dengan nilai tingkat

signifikansinya sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

signifikansi dibawa 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan arah positif

dengan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,380. Berdasarkan

hasil tersebut maka H4 diterima. Yang berarti bahwa kinerja

lingkungan berpengaruh positif pada nilai perusahaan.

Hal tersebut mengartikan bahwa dengan perusahaan memperhatikan

kinerja lingkungan maka akan berdampak baik pada nilai perusahaan

tersebut. Dengan banyaknya isu lingkungan yang terjadi, akan

membuat masyarakat menuntut perusahaan untuk memperhatikan

dampak-dampak sosial dan lingkungan. Lingga dan Suaryana (2017)

menyatakan dengan perusahaan mengikuti Proper secara langsung

perusahaan telah membuat pengakuan atas citra yang baik bagi

masyarakat. Investor tentunya akan lebih tertarik pada perusahaan yang

memiliki image yang baik di masyarakat.

Dengan hasil kinerja lingkungan yang baik tentunya investor akan

semakin yakin untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan.

Semakin banyak saham yang diperjual belikan maka harga saham pun

akan naik sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Nilai perusahaan

merupakan tujuan utama jangka panjang bagi setiap perusahaan. Nilai

perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja-kinerja di

148

dalamnya pun juga baik. Semua hal-hal tersebut akan berkaitan dengan

keberlangsungan umur perusahaan. Maka dari itu perhatian perusahaan

mengenai lingkungan harus tetap dijaga dan di pertahankan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Prawirasasra (2015) serta

penelitian Lingga dan Suaryana (2017) yang menyatakan bahwa kinerja

lingkungan berpengaruh pada nilai perusahaan. Hasil tersebut juga

sejalan dengan teori legitimasi yang dikatakan dalam penelitian Lingga

dan Suaryana (2017) bahwa jika perusahaan ingin mendapatkan nilai

perusahaan yang baik, maka perusahaan harus mampu meningkatkan

kinerja atau pengelolaan lingkungan. Selain itu juga hasil ini sejalan

dengan teori stakeholder, dalam penelitian Mareta dan Fitriyah (2017)

dikatakan keberhasilan perusahaan bukan untuk kepentingan sendiri

melainkan kepentingan banyak pihak, sehingga kinerja keuangan yang

baik akan bermanfaat bagi banyak pihak tentunya.

Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian M. E.

S. Tjahjono (2013) serta penelitian Anjasari dan Andriati (2016) yang

menyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh secara

langsung terhadap nilai perusahaan, dikarena masih banyak faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan nilai

perusahaan. Kepercayaan pada stakeholder juga bisa dipengaruhi oleh

banyak faktor. Di samping itu, masih banyak juga perusahaan yang

lebih memprioritaskan keuntungan atau laba yang didapatkan dengan

kurang memperhatikan kelestarian lingkungan.

149

5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.16 penelitian ini menunjukkan bahwa struktur

kepemilikan yang diproksikan pada kepemilikan institusional memiliki

nilai t sebesar -1,236 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,220. Hal

tersebut berarti nilai signifikansi lebih tinggi di atas 0,05. Maka

berdasarkan hal tersebut H5 ditolak. Artinya, kepemilikan institusional

tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Besarnya kepemilikan

institusional tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang di

proksikan Tobins Q secara langsung.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Indrasti dan Martini

(2014), Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Sadia dan

Sujana (2017) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak

berpengaruh pada nilai perusahaan. Peningkatan kepemilikan

manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat

hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan institusional yang besar tidak

mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham

sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang

tinggi tidak dapat tercapai. Kepemilikan institusional yang tinggi belum

mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan,

dikarenakan kepemilikan institusional memiliki kecenderungan

berpihak pada manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi

sehingga mengabaikan pemegang saham minoritas.

150

Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Jayaningrat

et al. (2017) dan penelitian Saputra dan Mahyuni (2018). Artinya,

bahwa peningkatan kepemilikan institusional membawa dampak pada

semakin kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan pihak pemegang

saham. Jayaningrat et al. (2017) menyatakan bahwa konflik agensi

dapat diminimalkan dengan adanya suatu mekanisme pengawasan

terhadap manajemen sehingga akan mengurangi perilaku oportunistik

manajemen dan diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Saputra dan Mahyuni (2018) menyimpulkan hasil penelitiannya

bahwa kepemilikan institusional dapat memicu peningkatan

pengawasan yang lebih optimal dan efektif dalam memonitoring guna

meningkatkan kinerja perusahaan dan akan meminimalisir konflik

keagenan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Selain itu seharusnya kepemilikan institusional mampu untuk

mendorong peningkatan nilai perusahaan. Dengan adanya monitoring

yang dilakukan pihak institusional secara tidak langsung akan menuntut

manajer untuk meningkatkan kinerjanya.

Presentase kepemilikan saham institusional dalam penelitian ini

belum mampu meningkatkan nilai perusahaan secara langsung, karena

jika presentase kepemilikannya besar akan memungkinkan besarnya

pula pengawasan yang dilakukan sehingga meminimalisir tindak

penyimpangan manajemen yang mungkin akan menurunkan nilai

perusahaan.

151

6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.16 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

struktur kepemilikan yang di proksikan kepemilikan manajerial

memiliki nilai t sebesar -0,401 dengan nilai tingkat signifikansi sebesar

0,690. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi di atas

0,05. Dengan demikian maka H6 ditolak. Yang mengartikan bahwa

kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Prastuti dan

Budiasih (2015), Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Wati

dan Asandimitra (2017) bahwa kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Peningkatan kepemilikan

manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat

hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial tidak dapat

mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham sehingga

tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang tinggi tidak

dapat tercapai.

Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Anita dan

Yulianto (2016), Jayaningrat et al. (2017), serta penelitian Rusyda dan

Priantinah (2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Proporsi pemegang saham oleh

manajemen dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan

manajerial akan memotivasi manajemen untuk membawa perusahaan

ke arah yang lebih baik karena merasakan kepemilikan terhadap

152

perusahaan tersebut. Kepemilikan manajemen yang besar akan efektif

untuk mengawasi aktifitas perusahaan.

Rusyda dan Priantinah (2018) mengungkapkan dalam hasil

penelitiannya, semakin besar kepemilikan manajemen cenderung

memaksimalkan kinerja manajemen serta mengoptimalkan penggunaan

sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan.

Adanya kepemilikan manajerial seharusnya dapat mensejajarkan

kepentingan pihak manajemen dan pihak pemegang saham, dimana

manajemen akan cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang

saham yang dimana pemegang saham itu adalah dirinya sendiri.

Kepemilikan manajerial yang sangat rendah bahkan presentase

angkanya menunjukkan 0 yang mungkin menyebabkan hasil hipotesis

penelitian ini ditolak dan menyatakan tidak berpengaruh. Jumlah

kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang kecil dibandingkan

jumlah keseluruhan saham yang beredar di perusahaan yang menjadi

sampel dalam penelitian ini, belum dapat digunakan sebagai dasar

pengambilan keputusan perusahaan dikarenakan pemegang saham dari

pihak luar lebih dominan.

Hamdiah (2015) menyatakan kepemilikan saham oleh manajemen

tidak hanya terhadap nilai perusahaan tetapi juga berhubungan dengan

saham. Maka dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham

akan mengurangi permasalahan yang timbul antara agen dan prinsipal

karena manajer juga sebagai pemegang saham.

153

7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.16 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kinerja keuangan memiliki nilai t sebesar 7,206 dengan nilai tingkat

signifikansi sebesar 0,000. Hal tersebut mengartikan bahwa tingkat

signifikansi di bawah 0,05. Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah

positif dengan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,604.

Berdasarkan hasil tersebut, maka H7 diterima. Artinya bahwa kinerja

keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan yang

diproksikan ROA maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan.

ROA merupakan salah satu dari rasio profitabilitas. ROA menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang

digunakan atau diinvestasikan dalam suatu periode. Semakin tinggi

rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh

keuntungan bersih. Hal ini akan meningkatkan daya tarik perusahaan

kepada investor peningkatan daya tarik tersebut menjadikan perusahaan

tersebut makin diminati untuk tempat menanamkan modal, karena

tingkat keuntungan akan semakin besar. Kinerja perusahaan yang

meningkat akan turut meningkatkan nilai perusahaan (Anita dan

Yulianto, 2016).

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian M. E. S. Tjahjono

(2013) bahwa kinerja keuangan memilki pengaruh yang signifikan

terhadap nilai perusahaan sebesar 70%. Dalam penjelasannya dikatakan

154

karena peningkatan hasil kinerja keuangan oleh perusahaan akan diikuti

dengan penciptaan nilai bagi perusahaan. Penelitian lain yang

mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian Imron et al. (2013) dan

penelitian Tauke et al. (2017). Hasil penelitian mereka menunjukkan

bahwa kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

dibuat secara terus menerus oleh manajemen dimana keputusan-

keputusan tersebut dapat berdampak langsung terhadap nilai

perusahaan, apabila tujuan-tujuan manajemen dapat dicapai secara

efektif dan efisien maka tingkat kepercayaan investor akan meningkat

pula yang kemudian dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori sinyal yang menyatakan

bahwa informasi dalam laporan keuangan yang mencerminkan nilai

perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi

investor dan kreditor serta pihak lain yang berkepentingan untuk

berivestasi menanamkan modalnya. Jika informasi tersebut memiliki

sinyal positif bagi investor, seperti tingkat laba (ROA) meningkat,

maka perdagangan saham akan meningkat. Jika perdagangan saham

meningkat maka nilai perusahaan pun meningkat (Moeljadi dan

Supriyanti, 2014). Fungsi sinyal yang dikirimkan melalui informasi

terkait kinerja keuangan adalah untuk mengurangi ketidakpastian

prospek usaha pada masa yang akan datang. Kinerja keuangan

perusahaan menjadi faktor penilaian sehat atau tidaknya perusahaan

sehingga akan dapat sustainable atau berkelanjutan.

155

8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening

Berdasarkan hasil uji sobel manual dan dengan uji sobel dengan

program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk hipotesis 8 mengenai

pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja

keuangan sebagai variabel intervening sebesar 2,9304 dengan tingkat

signifikansi 0,012 artinya nilai t lebih besar dari nilai thitung dan nilai

signifikansi di bawah 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H8

diterima. Artinya kinerja keuangan mampu menjadi variabel

intervening pada hubungan kinerja lingkungan terhadap nilai

perusahaan.

Kinerja lingkungan yang berpengaruh pada kinerja keuangan serta

kinerja keuangan berpengaruh pada nilai perusahaan yang sudah

dijelaskan pada hasil hipotesis H1 dan H7 maka menguatkan bahwa

dengan melalui kinerja keuangan, kinerja lingkungan dapat

berpengaruh terhadap nilai perusahaan walaupun secara langsung

kinerja lingkungan juga berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013)

yang menyatakan bahwa kinerja keuangan mampu menjadi variabel

intervening pada hubungan kinerja lingkungan terhadap nilai

perusahaan. Dengan memperhatikan aspek lingkungan akan

meningkatkan aspek keuangan karena kepercayaan masyarakat

terhadap perusahaan. Sehingga peningkatan aspek keuangan dan

156

kepedulian aspek lingkungan menjadikan para calon inverstor dan

stakeholder tidak ragu untuk berinvestasi.

Hasil tersebut juga sejalan dengan teori legitimasi yang dikatakan

dalam penelitian Lingga dan Suaryana (2017) bahwa jika perusahaan

ingin mendapatkan nilai perusahaan yang baik, maka perusahaan harus

mampu meningkatkan kinerja atau pengelolaan lingkungan. Selain itu

juga hasil ini sejalan dengan teori stakeholder, dalam penelitian Mareta

dan Fitriyah (2017) dimana dikatakan keberhasilan perusahaan bukan

untuk kepentingan sendiri melainkan kepentingan banyak pihak,

sehingga kinerja keuangan yang baik akan bermanfaat bagi banyak

pihak tentunya.

Hasil ini selaras dengan teori stakeholder dimana kinerja lingkungan

di terapkan untuk kepentingan perusahaan agar tujuan perusahaan

untuk memaksimalkan nilai perusahaan terwujud (Mareta dan Fitriyah,

2017). Kemudian teori legitimasi yang menyatakan jika perusahaan

memiliki citra yang baik tentu akan meningkatkan kinerja keuangan

maupun nilai perusahaan (Lingga dan Suaryana, 2017). Dan sesuai juga

dengan teori sinyal, informasi dalam laporan keuangan yang

mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat

mempengaruhi investor dan kreditor serta pihak lain yang

berkepentingan (Imron et al., 2013). Secara tidak langsung kinerja

lingkungan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

157

9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening

Berdasarkan hasil uji sobel manual dan dengan uji sobel dengan

program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk hipotesis 9 mengenai

pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan dengan

kinerja keuangan sebagai variabel intervening sebesar 2,5319 dengan

tingkat signifikansi 0,012 artinya nilai t lebih besar dari nilai thitung dan

nilai signifikansi di bawah 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H9

diterima. Artinya kinerja keuangan mampu menjadi variabel

intervening pada hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan.

Kepemilikan institusional yang berpengaruh pada kinerja keuangan

serta kinerja keuangan berpengaruh pada nilai perusahaan yang sudah

dijelaskan pada hasil hipotesis H2 dan H7 maka menguatkan bahwa

dengan melalui kinerja keuangan, kepemilikan institusional dapat

berpengaruh terhadap nilai perusahaan, walaupun secara langsung

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Namun, dengan adanya kinerja keuangan membuktikan bahwa

kepemilikan institusional dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurkhin et al. (2017)

yang menyatakan bahwa kinerja keuangan mampu menjadi variabel

intervening pada hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai

perusahaan. Meningkatnya presentase kepemilikan institusional akan

158

meningkatkan aspek keuangan karena pengawasan dari pihak

instusional yang besar dan dapat memonitor manajemen. Sehingga

peningkatan aspek keuangan dan presentase kepemilikan institusional

menjadikan para calon inverstor dan stakeholder tidak ragu untuk

berinvestasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi yang menyatakan

konflik keagenan dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme

pengawasan pada manajemen sehingga mengurangi perilaku

oportunistik manajemen dan dapat diharapkan juga untuk

meningkatkan kinerja keuangan (Jensen dan Meckling, 1976). Selain

itu, sesuai juga dengan teori sinyal, dimana dengan kinerja keuangan

berpengaruh pada nilai perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan

yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang

dapat mempengaruhi investor dan kreditor serta pihak lain yang

berkepentingan (Imron et al., 2013). Secara tidak langsung kepemilikan

institusional juga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Hasil ini juga selaras dengan teori stakeholder dimana adanya

kepemilikan institusional merupakan bentuk kepercayaan para

pemegang saham dari pihak luar untuk ikut serta memaksimalkan nilai

perusahaan mengingat sebagaimana tujuan jangka panjang perusahaan

yakni adalah hal tersebut. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung

hasil penelitian Rusyda dan Priantinah (2018) dimana hasilnya bertolak

belakang dan tidak sesuai.

159

10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening

Berdasarkan hasil uji sobel manual dan dengan uji sobel dengan

program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk hipotesis 10 mengenai

pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan dengan

kinerja keuangan sebagai variabel intervening sebesar -1,1522 dengan

tingkat signifikansi 0,24 artinya nilai t lebih kecil dari nilai thitung dan

nilai signifikansi di atas 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H10

ditolak. Artinya kinerja keuangan tidak mampu menjadi variabel

intervening pada hubungan kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian A. Tjahjono dan

Chaeriyah (2017) dan Nurkhin et al. (2017). Artinya, bahwa

profitabilitas tidak memediasi pengaruh kepemilikan manajerial

terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dimaknai bahwa perusahaan

yang memperoleh profitabilitas yang baik belum tentu menarik

perhatian manajemen yang mempunyai “kekuasaan” dalam perusahaan

dengan kepemilikan saham. Manajemen mungkin berpendapat bahwa

keuntungan perusahaan akan tetap dinikmati pemegang saham yang

bukan dari manajemen secara lebih besar. Akhirnya manajemen yang

mempunyai kepemilikan saham tidak bisa menikmati keuntungan yang

diperoleh perusahaan. (Nurkhin et al., 2017). Hasil ini tidak sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusyda dan Priantinah (2018).

160

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan yaitu:

1. Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013),

Damanik dan Yadnayana (2017) serta penelitian Tahu (2019). Namun,

tidak mendukung penelitian Astuti et al. (2014) dan Rafianto (2015).

2. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ratih dan Setyarini (2014),

Fiandri dan Muid (2017), dan penelitian Candradewi dan Sedana

(2016). Namun, tidak mendukung penelitian Ratnasari et al. (2016) dan

penelitian Rahayu dan Sari (2018).

3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurkhin et al. (2017) dan

penelitian Nilayanti dan Suaryana (2019). Namun, tidak mendukung

penelitian Anita dan Yulianto (2016) serta penelitian Hermiyetti dan

Katlanis (2016).

4. Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil

penelitian ini mendukung penelitian Prawirasasra (2015) dan penelitian

Lingga dan Suaryana (2017). Namun, tidak mendukung penelitian M.

E. S. Tjahjono (2013) serta penelitian Anjasari dan Andriati (2016).

161

5. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Indrasti dan Martini (2014),

Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Sadia dan Sujana

(2017). Namun, tidak mendukung penelitian Jayaningrat et al. (2017)

dan penelitian Saputra dan Mahyuni (2018).

6. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Prastuti dan Budiasih (2015),

Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Wati dan Asandimitra

(2017). Namun, tidak mendukung penelitian Anita dan Yulianto

(2016), Jayaningrat et al. (2017), serta penelitian Rusyda dan Priantinah

(2018).

7. Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian M. E. S. Tjahjono (2013), Imron

et al. (2013) dan penelitian Tauke et al. (2017).

8. Kinerja lingkungan secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai

perusahaan melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013).

9. Kepemilikan institusional secara tidak langsung berpengaruh terhadap

nilai perusahaan melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurkhin et al. (2017).

Namun, tidak mendukung penelitian Rusyda dan Priantinah (2018).

162

10. Kinerja keuangan tidak dapat menjadi variabel intervening pengaruh

hubungan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian A. Tjahjono dan Chaeriyah

(2017) dan Nurkhin et al. (2017). Namun, tidak mendukung Rusyda dan

Priantinah (2018).

B. Implikasi

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu akuntansi mengenai kinerja lingkungan, kepemilikan

institusional, dan kepemilikan managerial terhadap nilai perusahaan dengan

kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Penulis mengaharpkan dapat

memberikan tambahan informasi mengenai dampak kinerja lingngan,

kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap kinerja

keuangan dan nilai perusahaan.

Implikasi penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam

memberikan informasi sebagai dasar bahan pertimbangan membuat

keputusan dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan mengingat hal

tersebut adalah tujuan utama perusahaan pada perusahaan yang sudah go

public. Selain itu, perusahaan juga harus berupaya untuk meningkatkan

usahanya agar dapat menghasilkan laba bagi perusahaan. karena laba yang

meningkat akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan

modalnya dalam bentuk saham kepada perusahaan. Perusahaan juga harus

dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan selalu mengutamakan

kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadi, karena jika

163

perusahaan dapat menjaga kelestarian lingkungan berarti perusahaan

mampu menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan tentunya

memberika image yang baik pula sehingga nilai perusahaan akan meningkat

dan menjadi penambah daya tarik investor untuk menanamkan saham di

perusahaan tersebut.

Penulis juga mengaharapkan perusahaan dapat mempertahankan

kepemilikan saham institusional, walaupun secara langsung tidak dapat

mempengaruhi nilai perusahaan akan tetapi secara tidak langsung akan

meningkatkan kinerja keuangan yang nantinya akan meningkatkan nilai

perusahaan. selain itu, perusahaan juga harus meningkatkan kepemilikan

manajerialnya. Walaupun kepemilikan manajerial tidak berpengaruh baik

terhadap kinerja keuangan ataupun nilai perusahaan, ada kemungkinan

karena nilai kepemilikan manajerial yang terlalu rendah pada perusahaan

sehingga tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan ataupun nilai

perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada pengembangan penelitian baru, khususnya yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.

C. Keterbatasan

Penulis memeiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat

menimbulkan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian ini,

diantaranya:

164

1. Penelitian ini hanya memasukkan tiga dari faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan yaitu, kinerja lingkungan, struktur

kepemilikan, dan kinerja keuangan.

2. Penelitian ini melakukan pengamatan hanya lima tahun dari tahun 2013

sampai dengan tahun 2017

3. Dalam pengukuran kinerja keuangan peneliti menggunakan proksi

ROA, dan nilai perusahaan dengan proksi Tobins Q. Untuk kinerja

keuangan dan nilai perusahaan terdapat proksi lain yang dapat

digunakan sehingga memungkinkan adanya hasil yang berbeda jika

menggunakan alternatif proksi lain.

D. Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang

pengaruh kinerja lingkungan, dan struktur kepemilikan yang diproksikan

kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap nilai

perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Berikut

adalah saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan dapatng,

yaitu:

1. Untuk penelitian selanjutnya dengan menambah variabel lain yang

berpengaruh yaitu; Coporate Social Responsibility (CSR) (Fauzi,

Suransi, dan Alamsyah, 2016), Keputusan Investasi (Maulana,

Hermanto, dan Nugraha, 2016), Keputusan Pendanaan (Asmawati,

2013), Kebijakan Dividen (Ferina dan Tjandrakirana, 2015), Modal

Intelektual (Arief et al., 2014).

165

2. Periode waktu pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

5 tahun dari tahun 2013 dan 2017. Untuk penelitian selanjutnya dapat

menambahkan periode tersebut agar lebih terlihat konsistensi dari

variabel-variabel penelitian yang digunakan.

3. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan alternatif proksi lain

untuk mengukur kinerja keuangan dan nilai perusahaan. untuk kinerja

keuangan dapat menggunakan (Return On Equity) ROE, (Net Profit

Margin) NPM, (Debt To Equity Ratio) DER atau lainnya. Sedangkan

untuk nilai perusahaan dapat menggunakan (Price Book Value) PBV

maupun (Price Earning Ratio) PER.

166

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1982. “UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan”.

Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9531422 pada 14

November 2018.

______. 2012. BAPEPAM-LK. “Peraturan Nomor X.K.6 Kep-431/Bl/2012”.

Retrieved From http://www.ojk.go.id/ pada 14 November 2018.

______. 2014. MENLHK. “Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik

Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Program Penilaian Peringkat

Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup”. Retrieved From

proper.menlh.go.id/portal/ pada 20 November 2018

______. 2016. “Sampoerna Argo Dijatuhi Denda Terbesar Dalam Kasus

Kebakaran Hutan”. VOA Indonesia. Retrieved From:

https://www.voaindonesia.com/ pada 16 November 2018

______. 2017. “Limbah Pabrik Gula Glenmore Masuk Sungai, Warga Gata-

Gatal”. Kompas. Retrieved From: https://regional.kompas.com/ pada 17

Novemver 2018

______. 2018. “Pencemaran Kali Bekasi, Perusahaan Jins Diamcam Pasal

Berlapis”. Tempo. Retrieved From https://metro.tempo.co pada 17 November

2018

______. 2018. “Kasus Lapindo: 12 Tahun Semburan Lumpur Ancam Kesehatan

Warga”. VOA Indonesia. Retrieved From: https://www.voaindonesia.com/

pada 16 November 2018

______. 2018. “Kebakaran Hutan, KLHK Segel Area Milik 5 Perusahaan Di

Kalbar”. CNNIndonesia. Retrieved From: https://m.cnnindonesia.com/ pada

17 November 2018

Agustina, M. T. A., dan Tarigan, J. “Pengaruh Institusional Ownership terhadap

Financial Performance dengan Intellectual Capital sebagai Variabel

Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”. Journal

Business Accounting Review, Vol. 5 No. 2, 637–648. 2015.

Akerlof, G. A. “The Market for ‘Lemons’: Quality Uncertainty and the Market

Mechanism”. The Quarterly Journal of Economics. Vol. 84 No. 3. 488–500.

1970.

AL-Najjar, D. “The Effect of Institutional Ownership on Firm Performance:

Evidence from Jordanian Listed Firms”. International Journal of Economics

and Finance. Vol. 7 No. 12 97–105. 2015.

167

Ali, M. R., Mahmud, M. S., dan Lima, R. P. “Analyzing Tobin ’ s Q Ratio of

Banking Industry of Bangladesh: A Comprehensive Guideline for Investors”.

Asian Business Review. Vol. 6 No. 2. 85–90. 2016.

Anita, A., dan Yulianto, A. “Pengaruh kepemilikan manajerial dan kebijakan

dividen terhadap nilai perusahaan”. Journal Management Analysis, Vol. 5

No. 1. 17–23. 2016.

Anjasari, S. P., dan Andriati, H. N. “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Kinerja

Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan

Daerah. Vol. 11 No. 2. 52–59. 2016

Ardila, I. “Pengaruh profitabilitas dan kinerja lingkungan terhadap nilai

perusahaan”. Jurnal Riset Finansial Bisnis. Vol. 1 No. 1. 21–30.

https://doi.org/10.5281/zenodo.1066320. 2017.

Arief, M. I., Erlina, dan Yahya, I. “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai

Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening

Indonesia”. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Vol. 7 No. 2. 142–155. 2014.

Asmawati. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan terhadap Nilai

Perusahaan : Profitabilitas sebagai Variabel Moderating”. Ilmu dan Riset

Akuntansi, Vol. 2 No. 4. 2013.

Astuti, F. P., Anisykurlillah, I., dan Murtini, H. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan

Kepemilikan Asing terhadap Kinerja Keuangan”. Accounting Analysis

Journal. Vol. 3 No. 4. 493–500. 2014.

Avelia, Y., dan Tarigan, J. “Pengaruh Institutional Ownership terhadap Finacial

Performance melalui Intellectual Capital sebagai Variabel Intervening pada

Perusahan Retail dan Jasa di Indonesia”. Journal Business Accounting

Review. Vol. 5 No. 2. 589–600. 2015.

Awulle, I. D., Murni, S., dan Rondonuwu, C. N. “Pengaruh Profitabilitas Likuiditas

Solvabilitas dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Food

and Baverage yang terdaftar di BEI Periode 2012-2016". Jurnal EMBA. Vol

6 No. 4. 1908–1917. 2018.

Badan Pusat Statistik. “Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2017”. (S. BPS, Ed.).

https://doi.org/10.4236/sgre.2011.22011. 2017.

Bukhori, M. R. T., dan Sopian, D. “Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report

terhadap Kinerja Keuangan”. Jurnal Sistem Informasi, Keuangan, Auditing

dan Perpajakan. Vol. 2 No. 1. 35–48. Retrieved from

http://jurnal.usbypkp.ac.id/index.php/sikap. 2017.

168

Bursa Efek Indonesia. “Fact Book. in Bursa Efek Indonesia. Research and

Development Division Indonesia Stock Exchange”. Retrieved from

www.idx.co.id. 2017.

Bursa Efek Indonesia. “Panduan Go Public”.

Candradewi, I., dan Sedana, B. I. P. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional dan Dewan Komisaris Independen terhadap ROA”.

E-Jurnal Manajemen Unud. Vol. 5 No. 5. 3163–3190. 2016.

Clarissa, S. V., dan Rasmini, N. K. “The Effect Of Sustainability Report on

Financial Performance with Good Corporate Governance Quality as A

Moderating Variable”. Vol. 10 No. 1. https://doi.org/10010182018309. 2018.

Claudia, dan Agustina, D. “Pengaruh Corporate Governance dan Kinerja

Keuangan terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 19

No. 1. 67–75. 2017.

Dama, D. P., dan Tulung, J. E. “Pengaruh Struktur Modal dan Profotabilitas

Terhadap Nilai Perusahaan dengan Insider Ownership sebagai variabel

Intervening pada perusahaan pertambangan periode 2011-2015”. Jurnal

Ekonomi, Bisnis, dan Akumtansi. Vol. 5 No. 2. 1532–1538. 2017.

Damanik, I. G. A. B. A., dan Yadnayana, I. K. “Pengaruh Kinerja Lingkungan pada

Kinerja Keuangan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel

Intervening”. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol. 6 No.

2. 819–846. 2017.

Epi, Y. “Pengaruh Ukuran perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial dan

Manajemen Laba Terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate

yang terdaftar pada BEI”. Riset dan Jurnal Akuntansi. Vol. 1 No. 1. 1–7. 2017.

Fahmi, I. “Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi”. D. Handi, Ed. Bandung: Alfabeta.

2012.

Fatchan, I. N., dan Trisnawati, R. “Pengaruh Good Corporate Governance pada

Hubungan antara Sustainability Report dan Nilai Perusahaan (Studi Empiris

Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2014-2015)”. Riset Akuntansi

dan Keuangan Indonesia. Vol. 1 No. 11. 25–34. 2016.

Fauzi, A. S., Suransi, N. K., & Alamsyah. “Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai

Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Pemoderasi”. Jurnal Investasi. Vol.

12 No. 1. 2016.

169

Ferina, I. S., & Tjandrakirana, R. “Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan

Hutang, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan”. Akuntanika. Vol. 2

No. 1. 2015.

Fiandri, K. A., dan Muid, D. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran

Perusahaan terhadap Tax Avoidance dengan Kinerja Keuangan sebagai

Variabel Mediasi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun

2011-2014”. Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 6 No. 2. 1–13. 2017.

Fitriani, A. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan terhadap

Kinerja Keuangan pada BUMN”. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 1 No. 1. 137–

148. 2013.

Freeman, R. E. “Stockholders and Stakeholders: A New Perspective on Corporate

Governance”. California Management Review. Vol. 25 No. 3. 88–106. 1983.

Freeman, R. E., Parmar, B. L., Harrison, J. S., Wicks, A. C., Colle, S. de, dan

Purnell, L. “Stakeholder Theory: The State of the Art”. 2010.

Ghozali, I. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25”. (IX).

Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Semarang. 2018.

Gudono. “Teori Organisasi”. 2nd ed. Yogyakarta: Bpfe. 2012.

Hamdiah, C. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kualitas Laba terhadap

Nilai Perusahaan pada Perusahaan Transportasi yang terdaftar di BEI”.

Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi. Vol. 1 No. 1. 1–9. 2015.

Haninun, Lindrianasari, dan Denziana, A. “The effect of environmental

performance and disclosure on financial performance”. International Journal

of Trade and Global Markets. Vol. 11 No. 12. 138–148.

https://doi.org/10.1504/ijtgm.2018.092471. 2018.

Harahap, S. S. “Teori Akuntansi”. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

2015.

Hermiyetti, dan Katlanis, E. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial,

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Komite Audit terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan”. Vol. 6 No. 2. 2016.

Imron, G. S., Hidayat, R., dan Alliyah, S. “Pengaruh Kinerja Keuangan dan

Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Sosial

Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi”.

POTENSIO. Vol. 18 No. 2. 82–93. 2013.

170

Indrasti, A. W., dan Martini. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan CSR

terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3 No. 2.

115–133. 2014.

Indriyani, E. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan”. Akuntabilitas. Vol. 10 No. 2. 333–348.

https://doi.org/10.15408/akt.v10i2.4649. 2017.

Jayaningrat, I. G. A. A., Wahyuni, M. A., dan Sujana, E. “Pengaruh Leverage,

Profitabilitas, Likuiditas, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, dan

Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan

Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia”. Vol. 7 No. 1. 2017.

Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,

Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics.

Vol. 3 No. 4. 305–360. 1976.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Sekilas Proper Dulu, Sekarang

dan Masa Mendatang”. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup. Retrieved

from proper.menlhk.go.id/portal/. 2005.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Publikasi Proper 2015: Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup” 1–88. Retrieved from proper.menlh.go.id/portal/. 2015.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Publikasi Proper 2017: Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan

Hidup, 1–58. Retrieved from proper.menlh.go.id/portal/. 2017.

Kurniawan, T., Sofyani, H., dan Rahmawati, E. “Pengungkapan Sustainability

Report dan Nilai Perusahan : Studi Empiris di Indonesia dan Singapura”.

Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 16 No. 1. 1–20.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30595/kompartemen.v16i1.2100. 2018.

Lawal, O. D., Agbi, E. S., dan Mustapha, L. O. “Effect of Ownership Structure on

Financial Performance of Listed Insurance Firms in Nigeria”. Journal of

Accounting, Finance and Auditing Studies. Vol. 3 No. 4. 123–148. 2018.

Lesmana, Y. “Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios”. Business Accounting

Review. Vol. 1 No. 2009–2011, 101–110.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004. 2014.

Lingga, W., dan Suaryana, I. G. N. A. “Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung

Kinerja Lingkungan pada Nilai Perusahaan”. E-Jurnal Akuntansi. Vol. 20 No.

2. 1419–1445. 2017.

171

Mareta, A., dan Fitriyah, F. K. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Kepemilikan

Asing terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang

Mengikuti Proper dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015).

In Procedings. PP. 449–471. Bandung, Jawa Barat. 2017.

Maryanti, E., dan Fithri, W. N. “Corporate Social Responsibilty, Good Corporate

Governance, Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan dan

Pengaruhnya Pada Nilai Perusahaan”. Journal Of Accounting Science. Vol.

1 No. 1. 2017.

Maulana, M. R., Hermanto, & Nugraha, I. Y. “Pengaruh Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan

pada Perusahaan Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015”.

Distribusi - Journal of Management and Business. Vol. 4 No. 2. 2016.

Moeljadi, dan Supriyanti, T. S. “Factors Affecting Firm Value: Theoretical Study

on Public Manufacturing Firms in Indonesia”. South East Asia Journal of

Contemporary Business, Economics and Law. Vol. 5 No. 2. 6–15. 2014.

Mousa, G. A., dan Hassan, N. T. “Legitimacy Theory and Environmental

Practices : Short Notes Legitimacy Theory and Environmental Practices:

Short Notes”. International Journal of Business and Statistical Analysis. Vol.

2 No. 1. 2015.

Mufidah. “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Kinerja Lingkungan terhadap

Nilai Perusahaan pada Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar Di BEI

Tahun 2014 – 2016”. Journal of Economics and Business. Vol. 2 No. 1. 116–

130. 2018.

Nilayanti, M., dan Suaryana, I. G. N. A. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan

Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan

Kebijakan Deviden sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana. Vol. 26 No. 2. 906–936. 2019.

Nurkhin, A., Wahyudin, A., dan Fajriah, A. S. A. “Relevansi Struktur Kepemilikan

Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahan Barang Konsumsi”. Akuntansi

Multiparadigma. Vol. 8 No. 1. 2017.

Prastuti, N. K. K., dan Budiasih, I. G. A. N. “Pengaruh GCG pada Nilai

Perusahaan dengan CSR sebagai variabel Moderasi”. E-Jurnal Akuntansi,

Vol. 1 No. 13, 114–129. 2015.

Prawirasasra, K. P. “Analysis of Relationship of Environmental Performance and

Firm Value”. First International Conference on Economics and Banking, 207–

211. https://doi.org/10.2991/iceb-15.2015.31. 2015.

172

Rafianto, R. A. “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan

Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja keuangan (Studi pada Sektor

Pertambangan di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2010-2012”. In e-

Proceeding of Management. Vol. 2. PP. 497–523. 2015.

Rahayu, M., dan Sari, B. “Kepemilikan Institusional, Manajemen Laba dan

Leverage terhadap Kinerja Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1

No. 2. 67–78. 2018.

Ratih, S., dan Setyarini, Y. “Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan

Pertambangan yang Go Public”. Jurnal Akuntansi. Vol. 5 No. 40. 115–132.

2014.

Ratnasari, R. B., Titisari, K. H., dan Suhendro. “Pengaruh Value Added Intellectual

Capital, GCG, dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan”.

Journal of Economic and Economic Education. Vol. 4 No. 2. 240–257. 2016.

Riadi, E. “Statistika Penelitian: Analisis Manual dan IBM SPSS”. A. Prabawati, Ed.

Yogyakarta: CV Andi Offset. 2016.

Rusyda, Z. T., dan Priantinah, D. The Effect Of Ownership Structure and

Sustainability Report”. Jurnal Nominal. Vol. 7 No. 5. 75–90. 2018.

Sadia, N. M. D. S., dan Sujana, I. K. “Pengaruh Kepemilikan Institusional,

Manajerial, Free Cash Flow pada Nilai Perusahaan dengan Variabel

Intervening Kebijakan Hutang. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana.

Vol. 19 No. 1. 479–507. 2017.

Santoso, A. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan

dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening”. In Snaper-Ebis. PP.

67–77. https://doi.org/10.1111/1462-2920.14261. 2017.

Saputra, I. P. A., dan Mahyuni, L. P. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja

Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol.

15 No. 3. 64–81. Retrieved from

http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/. 2018.

Sekaran, U., dan Bougie, R. “Research Methods for Business A Skill-Building

Approach”. 7th ed. United Kingdom: Wiley. 2016.

Spence, M. “Job Market Signaling”. The Quarterly Journal of Economics. Vol. 87

No. 3. 355–374. 1973.

Sugiyono. “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D”. 22nd ed. Bandung, Jawa Barat: CV Alfabeta. 2015.

173

Sulindawati, N. L. G. E., Yuniarta, G. A., dan Purnamawati, I. G. A. “Manajemen

Keuangan”. 1st ed. Depok: PT RajaGrafindo Persada. 2017.

Sutama, D. R., dan Lisa, E. “Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur Food and Beverage

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Sains Manajemen dan

Akuntansi. Vol. 10 No. 1. 101–118. 2018.

Tahu, G. P. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan

terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di BEI)”. Vol. 14 No. 1. 31–40. 2019.

Tauke, P. Y., Murni, S., dan Tulung, J. E. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap

Nilai Perusahaan Real Estate and Property yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2012-2015. Jurnal EMBA. Vol. 5 No. 2. 919–927. 2017.

Tiarasandy, A., Yuliandari, W. S., dan Triyanto, D. N. “Pengaruh Kinerja

Lingkungan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Kinerja Finansial (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Proper

Periode 2013-2015). In e-Proceeding of Management .Vol. 5. PP. 678–688.

2018.

Tjahjono, A., dan Chaeriyah, S. “Pengaruh GCG terhadap Nilai Perusahaan

dengan Variabel Intervening Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 210-2014)”. Jurnal

Kajian Bisnis. Vol. 25 No. 1. 13–39. 2017.

Tjahjono, M. E. S. “Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dan

Kinerja Keuangan”. Jurnal Ekonomi. Vol. 4 No. 1. 38–46. 2013.

Utomo, N. A. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia”. Dinamika Akuntansi,

Keuangan dan Perbankan.Vol. 5 No. 1. 82–94. 2016.

Warapsari, A. A. A. U., dan Suaryana, I. G. N. A. “Pengaruh Kepemilikan

Manajerial dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan

Utang sebagai Variabel Intervening”. E-Journal Akuntansi Universitas

Udayana. Vol. 16 No. 3. 2288–2315. 2016.

Wati, L., dan Asandimitra, N. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap

Nilai Perusahaan dengan Variabel Intervening Kinerja Keuangan (Studi pada

Sektor Industri Barang Konsumsi). 5(3), 1–8. 2017.

Widarjono, A. “Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS, AMOS,

dana SmartPLS”. 2nd ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015.

174

LAMPIRAN

175

LAMPIRAN 1

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL

NO KODE

PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN

1 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

2 GDST PT Gunawan Dian Jaya Steel Tbk

3 INAI PT. Indal Alumunium Industry

4 INDS PT Indospring Tbk

5 ISSP PT Steel Pipe Industry of Indonesia

6 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk

7 KIJA PT Kawasan Industri Jababeka Tbk

8 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk

9 MBTO PT Martina Berto Tbk

10 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk

11 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk

12 SMGR PT Semen Indonesia Tbk

13 SPMA PT Suparma Tbk

14 SRSN PT Indo Acitama Tbk

15 UNTR PT United Tractor Tbk

16 VOKS PT Voksel Electric Tbk

176

LAMPIRAN 2 (KINERJA LINGKUNGAN)

PERHITUNGAN PROPER

NO KODE

PERUSAHAAN 2013 2014 2015 2016 2017

1 CEKA 2 3 3 3 3

2 GDST 3 3 2 3 3

3 INAI 3 3 2 3 3

4 INDS 3 3 3 3 3

5 ISSP 3 3 3 3 3

6 JPRS 3 3 3 3 3

7 KIJA 3 3 3 3 4

8 LPCK 3 3 2 3 3

9 MBTO 3 3 3 2 2

10 PSDN 2 3 3 3 3

11 SGRO 3 3 3 3 3

12 SMGR 5 4 4 4 4

13 SPMA 3 3 3 3 3

14 SRSN 3 3 3 3 3

15 UNTR 3 3 3 3 3

16 VOKS 3 3 3 3 3

177

LAMPIRAN 3 (STRUKTUR KEPEMILIKAN)

PERHITUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL

NO KODE

PERUSAHAAN

INST

2013 2014 2015 2016 2017

1 CEKA 0,920 0,920 0,920 0,920 0,920

2 GDST 0,980 0,980 0,980 0,107 0,107

3 INAI 0,672 0,673 0,673 0,673 0,673

4 INDS 0,881 0,881 0,881 0,881 0,881

5 ISSP 0,559 0,559 0,559 0,559 0,792

6 JPRS 0,684 0,684 0,684 0,000 0,000

7 KIJA 0,200 0,200 0,258 0,822 0,583

8 LPCK 0,927 0,956 0,956 0,935 0,891

9 MBTO 0,678 0,678 0,678 0,678 0,678

10 PSDN 0,759 0,721 0,736 0,778 0,700

11 SGRO 0,844 0,850 0,887 0,918 0,998

12 SMGR 0,991 0,991 0,985 0,980 0,980

13 SPMA 0,805 0,742 0,781 0,932 0,932

14 SRSN 0,826 0,823 0,823 0,725 0,373

15 UNTR 0,595 0,595 0,595 0,984 0,655

16 VOKS 0,535 0,535 0,535 0,631 0,638

Bersambung ke halaman berikutnya

178

PERHITUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Jumlah Saham

yang Beredar

Jumlah Saham

Institusional INST

1 CEKA

2013 297.500.000 273.735.500 0,920

2014 297.500.000 273.735.500 0,920

2015 595.000.000 547.471.000 0,920

2016 595.000.000 547.471.000 0,920

2017 595.000.000 547.471.000 0,920

2 GDST

2013 8.200.000.000 8.034.726.000 0,980

2014 8.200.000.000 8.036.089.400 0,980

2015 8.200.000.000 8.036.089.400 0,980

2016 8.200.000.000 876.219.400 0,107

2017 8.200.000.000 876.219.400 0,107

3 INAI

2013 158.400.000 106.466.900 0,672

2014 316.800.000 213.101.000 0,673

2015 316.800.000 213.101.000 0,673

2016 316.800.000 213.101.000 0,673

2017 633.600.000 426.202.000 0,673

4 INDS

2013 525.000.000 462.568.166 0,881

2014 656.249.710 578.210.207 0,881

2015 656.249.710 578.210.207 0,881

2016 656.249.710 578.210.207 0,881

2017 656.249.710 578.210.207 0,881

5 ISSP

2013 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559

2014 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559

2015 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559

2016 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559

2017 7.185.992.035 5.689.446.871 0,792

6 JPRS

2013 750.000.000 513.157.500 0,684

2014 750.000.000 513.157.500 0,684

2015 750.000.000 513.157.500 0,684

2016 750.000.000 - 0,000

2017 750.000.000 - 0,000

Bersambung ke halaman berikutnya

179

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Jumlah Saham

yang Beredar

Jumlah Saham

Institusional INST

7 KIJA

2013 20.121.371.043 4.017.610.292 0,200

2014 20.235.279.075 4.040.354.915 0,200

2015 20.662.178.685 5.340.648.527 0,258

2016 20.662.178.685 16.988.609.939 0,822

2017 20.824.888.369 12.147.627.739 0,583

8 LPCK

2013 696.000.000 645.077.690 0,927

2014 696.000.000 665.153.186 0,956

2015 696.000.000 665.153.186 0,956

2016 696.000.000 651.047.586 0,935

2017 696.000.000 619.861.386 0,891

9 MBTO

2013 1.070.000.000 724.928.500 0,678

2014 1.070.000.000 724.928.500 0,678

2015 1.070.000.000 724.928.500 0,678

2016 1.070.000.000 724.928.500 0,678

2017 1.070.000.000 724.928.500 0,678

10 PSDN

2013 1.440.000.000 1.093.406.557 0,759

2014 1.440.000.000 1.038.121.210 0,721

2015 1.440.000.000 1.059.527.210 0,736

2016 1.440.000.000 1.120.556.357 0,778

2017 1.440.000.000 1.008.336.192 0,700

11 SGRO

2013 1.890.000.000 1.595.395.856 0,844

2014 1.890.000.000 1.606.932.415 0,850

2015 1.849.000.000 1.639.322.941 0,887

2016 1.818.622.000 1.669.559.800 0,918

2017 1.818.622.000 1.814.400.000 0,998

12 SMGR

2013 5.931.520.000 5.880.657.223 0,991

2014 5.931.520.000 5.880.657.223 0,991

2015 5.931.520.000 5.844.418.440 0,985

2016 5.931.520.000 5.813.153.881 0,980

2017 5.931.520.000 5.813.153.881 0,980

Bersambung ke halaman berikutnya

180

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Jumlah Saham

yang Beredar

Jumlah Saham

Institusional INST

13 SPMA

2013 1.492.046.658 1.200.400.897 0,805

2014 1.492.046.658 1.107.200.897 0,742

2015 1.492.046.658 1.165.700.897 0,781

2016 2.114.570.958 1.970.911.017 0,932

2017 2.114.570.958 1.970.558.357 0,932

14 SRSN

2013 6.020.000.000 4.973.311.326 0,826

2014 6.020.000.000 4.956.225.072 0,823

2015 6.020.000.000 4.956.225.072 0,823

2016 6.020.000.000 4.365.196.239 0,725

2017 6.020.000.000 2.246.122.194 0,373

15 UNTR

2013 3.730.135.136 2.219.317.358 0,595

2014 3.730.135.136 2.219.317.358 0,595

2015 3.730.135.136 2.219.317.358 0,595

2016 3.730.135.136 3.671.456.208 0,984

2017 3.730.135.136 2.444.943.209 0,655

16 VOKS

2013 831.120.519 444.377.042 0,535

2014 831.120.519 444.377.042 0,535

2015 831.120.519 444.377.042 0,535

2016 831.120.519 524.377.042 0,631

2017 4.155.602.595 2.649.910.210 0,638

181

LAMPIRAN 4 (STRUKTUR KEPEMILIKAN)

PERHITUNGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL

NO KODE

PERUSAHAAN

MNJR

2013 2014 2015 2016 2017

1 CEKA 0,008 0,008 0,000 0,008 0,008

2 GDST 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

3 INAI 0,002 0,002 0,005 0,007 0,009

4 INDS 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004

5 ISSP 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

6 JPRS 0,155 0,155 0,155 0,840 0,840

7 KIJA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,031

8 LPCK 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

9 MBTO 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001

10 PSDN 0,017 0,014 0,014 0,014 0,046

11 SGRO 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

12 SMGR 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

13 SPMA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000

14 SRSN 0,094 0,116 0,116 0,221 0,345

15 UNTR 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000

16 VOKS 0,095 0,095 0,095 0,095 0,204

Bersambung ke halaman berikutnya

182

PERHITUNGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Jumlah Saham

yang Beredar

Jumlah

Saham

Manajerial

MNJR

1 CEKA

2013 297.500.000 2.250.000 0,008

2014 297.500.000 2.250.000 0,008

2015 595.000.000 0 0,000

2016 595.000.000 4.500.000 0,008

2017 595.000.000 4.500.000 0,008

2 GDST

2013 8.200.000.000 701.500 0,000

2014 8.200.000.000 1.104.400 0,000

2015 8.200.000.000 1.115.500 0,000

2016 8.200.000.000 1.115.500 0,000

2017 8.200.000.000 1.115.500 0,000

3 INAI

2013 158.400.000 300.000 0,002

2014 316.800.000 689.100 0,002

2015 316.800.000 1.599.800 0,005

2016 316.800.000 2.238.100 0,007

2017 633.600.000 5.595.100 0,009

4 INDS

2013 525.000.000 2.856.434 0,004

2014 656.249.710 2.856.434 0,004

2015 656.249.710 2.856.434 0,004

2016 656.249.710 2.856.434 0,004

2017 656.249.710 2.856.434 0,004

5 ISSP

2013 7.185.992.035 0 0,000

2014 7.185.992.035 0 0,000

2015 7.185.992.035 500.000 0,000

2016 7.185.992.035 500.000 0,000

2017 7.185.992.035 500.000 0,000

6 JPRS

2013 750.000.000 116.510.000 0,155

2014 750.000.000 116.510.000 0,155

2015 750.000.000 116.510.000 0,155

2016 750.000.000 629.667.500 0,840

2017 750.000.000 629.667.500 0,840

Bersambung ke halaman berikutnya

183

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Jumlah Saham

yang Beredar

Jumlah

Saham

Manajerial

MNJR

7 KIJA

2013 20.121.371.043 0 0,000

2014 20.235.279.075 0 0,000

2015 20.662.178.685 6.014.555 0,000

2016 20.662.178.685 3.014.555 0,000

2017 20.824.888.369 646.782.810 0,031

8 LPCK

2013 696.000.000 0 0,000

2014 696.000.000 0 0,000

2015 696.000.000 0 0,000

2016 696.000.000 1.100 0,000

2017 696.000.000 0 0,000

9 MBTO

2013 1.070.000.000 1.004.500 0,001

2014 1.070.000.000 1.004.500 0,001

2015 1.070.000.000 1.004.500 0,001

2016 1.070.000.000 1.004.500 0,001

2017 1.070.000.000 884.500 0,001

10 PSDN

2013 1.440.000.000 23.786.000 0,017

2014 1.440.000.000 20.051.000 0,014

2015 1.440.000.000 20.051.000 0,014

2016 1.440.000.000 20.051.000 0,014

2017 1.440.000.000 65.984.333 0,046

11 SGRO

2013 1.890.000.000 0 0,000

2014 1.890.000.000 0 0,000

2015 1.849.000.000 500 0,000

2016 1.818.622.000 0 0,000

2017 1.818.622.000 0 0,000

12 SMGR

2013 5.931.520.000 0 0,000

2014 5.931.520.000 58.400 0,000

2015 5.931.520.000 162.700 0,000

2016 5.931.520.000 0 0,000

2017 5.931.520.000 3.500 0,000

Bersambung ke halaman berikutnya

184

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Jumlah Saham

yang Beredar

Jumlah

Saham

Manajerial

MNJR

13 SPMA

2013 1.492.046.658 0 0,000

2014 1.492.046.658 0 0,000

2015 1.492.046.658 0 0,000

2016 2.114.570.958 0 0,000

2017 2.114.570.958 0 0,000

14 SRSN

2013 6.020.000.000 567.100.467 0,094

2014 6.020.000.000 697.978.645 0,116

2015 6.020.000.000 697.978.645 0,116

2016 6.020.000.000 1.327.416.952 0,221

2017 6.020.000.000 2.077.709.373 0,345

15 UNTR

2013 3.730.135.136 2.208.105 0,001

2014 3.730.135.136 2.208.105 0,001

2015 3.730.135.136 89.015 0,000

2016 3.730.135.136 89.015 0,000

2017 3.730.135.136 46.193 0,000

16 VOKS

2013 831.120.519 78.576.000 0,095

2014 831.120.519 78.801.000 0,095

2015 831.120.519 78.801.000 0,095

2016 831.120.519 78.876.500 0,095

2017 4.155.602.595 849.050.985 0,204

185

LAMPIRAN 5 (KINERJA KEUANGAN)

PERHITUNGAN ROA

NO KODE

PERUSAHAAN

Profitabilitas (ROA) Laba bersih setelah

pajak/total asset*100%

2013 2014 2015 2016 2017

1 CEKA 6,08% 3,19% 7,17% 17,51% 7,71%

2 GDST 7,71% -1,03% -4,66% 2,52% 0,80%

3 INAI 0,66% 2,46% 2,15% 2,66% 3,18%

4 INDS 6,72% 5,59% 0,08% 2,00% 4,67%

5 ISSP 4,63% 3,95% 2,92% 1,70% 0,14%

6 JPRS 4,00% -1,87% -6,05% -5,48% -4,17%

7 KIJA 1,27% 4,63% 3,40% 3,97% 1,33%

8 LPCK 15,32% 19,23% 16,71% 9,55% 2,98%

9 MBTO 2,64% 0,47% -2,17% 1,24% -3,16%

10 PSDN 3,13% -4,54% -6,87% -5,61% 4,65%

11 SGRO 2,67% 6,40% 3,51% 5,52% 3,66%

12 SMGR 17,39% 16,24% 11,86% 10,25% 4,17%

13 SPMA -1,35% 2,32% -1,95% 3,75% 4,24%

14 SRSN 3,80% 3,12% 2,70% 1,54% 2,35%

15 UNTR 8,37% 8,03% 4,52% 7,98% 9,33%

16 VOKS 2,00% -5,50% 0,02% 9,59% 6,11%

Bersambung ke halaman berikutnya

186

PERHITUNGAN ROA

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Laba Bersih

Setelah Pajak Total Asset 100% ROA

1 CEKA

2013 65.068.958.558 1.069.627.299.747 100% 6,08%

2014 41.001.414.954 1.284.150.037.341 100% 3,19%

2015 106.549.446.980 1.485.826.210.015 100% 7,17%

2016 249.697.013.626 1.425.964.152.418 100% 17,51%

2017 107.420.886.839 1.392.636.444.501 100% 7,71%

2 GDST

2013 91.885.687.801 1.191.496.619.152 100% 7,71%

2014 -13.938.294.977 1.354.622.569.945 100% -1,03%

2015 -55.212.703.852 1.183.934.183.257 100% -4,66%

2016 31.704.557.018 1.257.609.869.910 100% 2,52%

2017 10.284.697.314 1.286.954.720.465 100% 0,80%

3 INAI

2013 5.019.540.731 765.881.409.376 100% 0,66%

2014 22.058.700.759 897.281.657.710 100% 2,46%

2015 28.615.673.167 1.330.259.296.537 100% 2,15%

2016 35.552.975.244 1.339.032.413.455 100% 2,66%

2017 38.651.704.520 1.213.916.545.120 100% 3,18%

4 INDS

2013 147.608.449.013 2.196.518.364.473 100% 6,72%

2014 127.657.349.869 2.282.666.078.493 100% 5,59%

2015 1.933.819.152 2.553.928.346.219 100% 0,08%

2016 49.556.367.334 2.477.272.502.538 100% 2,00%

2017 113.639.539.901 2.434.617.337.849 100% 4,67%

5 ISSP

2013 203.561.000.000 4.393.577.000.000 100% 4,63%

2014 214.895.000.000 5.443.158.000.000 100% 3,95%

2015 158.999.000.000 5.447.784.000.000 100% 2,92%

2016 102.925.000.000 6.041.811.000.000 100% 1,70%

2017 8.634.000.000 6.269.365.000.000 100% 0,14%

6 JPRS

2013 15.045.492.572 376.540.741.943 100% 4,00%

2014 -6.930.478.877 370.967.708.751 100% -1,87%

2015 -21.989.704.979 363.265.042.157 100% -6,05%

2016 -19.268.949.081 351.318.309.863 100% -5,48%

2017 -14.894.192.084 357.404.148.034 100% -4,17%

Bersambung ke halaman berikutnya

187

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Laba Bersih

Setelah Pajak Total Asset 100% ROA

7 KIJA

2013 104.477.632.614 8.255.167.231.158 100% 1,27%

2014 394.055.213.379 8.505.270.447.485 100% 4,63%

2015 331.442.663.161 9.740.694.660.705 100% 3,40%

2016 426.542.322.505 10.733.598.205.115 100% 3,97%

2017 149.840.578.536 11.266.320.312.348 100% 1,33%

8 LPCK

2013 590.616.930.141 3.854.166.345.345 100% 15,32%

2014 844.123.258.897 4.390.498.820.383 100% 19,23%

2015 914.989.279.214 5.476.757.336.509 100% 16,71%

2016 539.794.979.877 5.653.153.184.505 100% 9,55%

2017 368.440.000.000 12.378.227.000.000 100% 2,98%

9 MBTO

2013 16.162.858.075 611.769.745.328 100% 2,64%

2014 2.925.070.199 619.383.082.066 100% 0,47%

2015 -14.056.549.894 648.899.377.240 100% -2,17%

2016 8.813.611.079 709.959.168.088 100% 1,24%

2017 -24.690.826.118 780.669.761.787 100% -3,16%

10 PSDN

2013 21.322.248.834 681.832.333.141 100% 3,13%

2014 -28.175.252.332 620.928.440.332 100% -4,54%

2015 -42.619.829.577 620.398.854.182 100% -6,87%

2016 -36.662.178.272 653.796.725.408 100% -5,61%

2017 32.150.564.335 690.979.867.049 100% 4,65%

11 SGRO

2013 120.380.480.000 4.512.655.525.000 100% 2,67%

2014 350.102.067.000 5.466.874.365.000 100% 6,40%

2015 255.892.123.000 7.294.672.621.000 100% 3,51%

2016 459.356.119.000 8.328.480.337.000 100% 5,52%

2017 303.026.790.000 8.284.699.367.000 100% 3,66%

12 SMGR

2013 5.354.298.521.000 30.792.884.092.000 100% 17,39%

2014 5.573.577.279.000 34.314.666.027.000 100% 16,24%

2015 4.525.441.038.000 38.153.118.932.000 100% 11,86%

2016 4.535.036.823.000 44.226.895.982.000 100% 10,25%

2017 2.043.025.914.000 48.963.502.966.000 100% 4,17%

Bersambung ke halaman berikutnya

188

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Laba Bersih

Setelah Pajak Total Asset 100% ROA

13 SPMA

2013 -23.856.512.660 1.767.105.818.949 100% -1,35%

2014 48.602.721.399 2.091.957.078.669 100% 2,32%

2015 -42.597.342.144 2.185.464.365.772 100% -1,95%

2016 81.063.430.679 2.158.852.415.950 100% 3,75%

2017 92.280.117.234 2.175.660.855.114 100% 4,24%

14 SRSN

2013 15.994.295.000 420.782.548.000 100% 3,80%

2014 14.456.260.000 463.347.124.000 100% 3,12%

2015 15.504.788.000 574.073.314.000 100% 2,70%

2016 11.056.051.000 717.149.704.000 100% 1,54%

2017 17.698.567.000 752.726.454.000 100% 2,35%

15 UNTR

2013 4.798.778.000.000 57.362.244.000.000 100% 8,37%

2014 4.839.970.000.000 60.292.031.000.000 100% 8,03%

2015 2.792.439.000.000 61.715.399.000.000 100% 4,52%

2016 5.104.477.000.000 63.991.229.000.000 100% 7,98%

2017 7.673.322.000.000 82.262.093.000.000 100% 9,33%

16 VOKS

2013 39.092.753.172 1.955.830.321.070 100% 2,00%

2014 -85.393.833.586 1.553.904.599.142 100% -5,50%

2015 277.107.966 1.536.244.634.556 100% 0,02%

2016 160.045.873.393 1.668.210.094.478 100% 9,59%

2017 123.859.831.413 2.026.963.889.922 100% 6,11%

Bersambung ke halaman berikutnya

189

LAMPIRAN 6 (NILAI PERUSAHAAN)

PERHITUNGAN TOBINS Q

Bersambung ke halaman berikutnya

NO KODE

PERUSAHAAN

TOBIN'S Q

2013 2014 2015 2016 2017

1 CEKA 0,653 0,830 0,628 0,905 0,850

2 GDST 0,797 0,970 0,601 1,114 0,795

3 INAI 0,752 0,760 0,535 0,792 0,432

4 INDS 0,801 0,574 0,120 0,257 0,386

5 ISSP 0,535 0,736 0,529 0,571 0,291

6 JPRS 0,559 0,510 0,271 0,329 0,332

7 KIJA 0,928 1,280 1,025 1,070 1,009

8 LPCK 1,865 2,630 1,389 0,828 0,283

9 MBTO 0,723 0,472 0,345 0,449 0,350

10 PSDN 0,517 0,544 0,542 0,688 1,231

11 SGRO 1,401 1,315 0,920 0,924 0,930

12 SMGR 3,849 3,843 2,464 1,780 1,929

13 SPMA 0,415 0,365 0,193 0,369 0,375

14 SRSN 0,957 0,915 0,885 0,749 0,584

15 UNTR 1,988 1,678 1,611 1,860 2,778

16 VOKS 1,023 1,281 1,598 1,820 1,670

190

PERHITUNGAN TOBINS Q

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Harga Saham

Per Lembar

Jumlah Saham

Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ

1 CEKA

2013 1.160 297.500.000 345.100.000.000 1.069.627.299.747 541.352.365.829 528.274.933.918 0,65

2014 1.500 297.500.000 446.250.000.000 1.284.150.037.341 746.598.865.219 537.551.172.122 0,83

2015 675 595.000.000 401.625.000.000 1.485.826.210.015 845.932.695.663 639.893.514.352 0,63

2016 1.350 595.000.000 803.250.000.000 1.425.964.152.418 538.044.038.690 887.920.113.728 0,90

2017 1.290 595.000.000 767.550.000.000 1.392.636.444.501 489.592.257.434 903.044.187.067 0,85

2 GDST

2013 86 8.200.000.000 705.200.000.000 1.191.496.619.152 307.084.100.134 884.412.519.018 0,80

2014 103 8.200.000.000 844.600.000.000 1.354.622.569.945 484.174.854.654 870.447.715.291 0,97

2015 59 8.200.000.000 483.800.000.000 1.183.934.183.257 379.524.183.280 804.409.999.977 0,60

2016 113 8.200.000.000 926.600.000.000 1.257.609.869.910 425.486.909.790 832.122.960.120 1,11

2017 82 8.200.000.000 672.400.000.000 1.286.954.720.465 441.675.308.289 845.279.412.176 0,80

3 INAI

2013 600 158.400.000 95.040.000.000 765.881.409.376 639.563.606.250 126.317.803.126 0,75

2014 350 316.800.000 110.880.000.000 897.281.657.710 751.439.553.825 145.842.103.885 0,76

2015 405 316.800.000 128.304.000.000 1.330.259.296.537 1.090.438.393.880 239.820.902.657 0,53

2016 645 316.800.000 204.336.000.000 1.339.032.413.455 1.081.015.810.782 258.016.602.673 0,79

2017 378 316.800.000 119.750.400.000 1.213.916.545.120 936.511.874.370 277.404.670.750 0,43

Bersambung ke halaman berikutnya

191

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Harga Saham

Per Lembar

Jumlah Saham

Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ

4 INDS

2013 2.675 525.000.000 1.404.375.000.000 2.196.518.364.473 443.652.749.965 1.752.865.614.508 0,80

2014 1.600 656.249.710 1.049.999.536.000 2.282.666.078.493 454.347.526.616 1.828.318.551.877 0,57

2015 350 656.249.710 229.687.398.500 2.553.928.346.219 634.889.428.231 1.919.038.917.988 0,12

2016 810 656.249.710 531.562.265.100 2.477.272.502.538 409.208.624.907 2.068.063.877.631 0,26

2017 1.260 656.249.710 826.874.634.600 2.434.617.337.849 289.798.419.319 2.144.818.918.530 0,39

5 ISSP

2013 144 7.185.992.035 1.034.782.853.040 4.393.577.000.000 2.459.118.000.000 1.934.459.000.000 0,53

2014 238 7.185.992.035 1.710.266.104.330 5.443.158.000.000 3.118.221.000.000 2.324.937.000.000 0,74

2015 188 7.185.992.035 1.350.966.502.580 5.447.784.000.000 2.894.309.000.000 2.553.475.000.000 0,53

2016 210 7.185.992.035 1.509.058.327.350 6.041.811.000.000 3.396.754.000.000 2.645.057.000.000 0,57

2017 115 7.185.992.035 826.389.084.025 6.269.365.000.000 3.428.424.000.000 2.840.941.000.000 0,29

6 JPRS

2013 270 750.000.000 202.500.000.000 376.540.741.943 14.019.207.792 362.521.534.151 0,56

2014 242 750.000.000 181.500.000.000 370.967.708.751 15.334.844.453 355.632.864.298 0,51

2015 120 750.000.000 90.000.000.000 363.265.042.157 30.806.011.707 332.459.030.450 0,27

2016 135 750.000.000 101.250.000.000 351.318.309.863 43.106.380.598 308.211.929.265 0,33

2017 129 750.000.000 96.750.000.000 357.404.148.034 66.219.547.909 291.184.600.125 0,33

Bersambung ke halaman berikutnya

192

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Harga Saham

Per Lembar

Jumlah Saham

Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ

7 KIJA

2013 193 20.121.371.043 3.883.424.611.299 8.255.167.231.158 4.069.135.357.955 4.186.031.873.203 0,93

2014 295 20.235.279.075 5.969.407.327.125 8.505.270.447.485 3.843.434.033.668 4.661.836.413.817 1,28

2015 247 20.662.178.685 5.103.558.135.195 9.740.694.660.705 4.762.940.390.118 4.977.754.270.587 1,03

2016 292 20.662.178.685 6.033.356.176.020 10.733.598.205.115 5.095.107.624.314 5.638.490.580.801 1,07

2017 286 20.824.888.369 5.955.918.073.534 11.266.320.312.348 5.366.080.073.786 5.900.240.238.562 1,01

8 LPCK

2013 4.875 696.000.000 3.393.000.000.000 3.854.166.345.345 2.035.080.266.357 1.819.086.078.988 1,87

2014 10.400 696.000.000 7.238.400.000.000 4.390.498.820.383 1.638.364.646.380 2.752.134.174.003 2,63

2015 7.250 696.000.000 5.046.000.000.000 5.476.757.336.509 1.843.461.568.152 3.633.295.768.357 1,39

2016 5.050 696.000.000 3.514.800.000.000 5.653.153.184.505 1.410.461.654.803 4.242.691.529.702 0,83

2017 3.140 696.000.000 2.185.440.000.000 12.378.227.000.000 4.657.491.000.000 7.720.736.000.000 0,28

9 MBTO

2013 305 1.070.000.000 326.350.000.000 611.769.745.328 160.451.280.610 451.318.464.718 0,72

2014 200 1.070.000.000 214.000.000.000 619.383.082.066 165.633.948.162 453.749.133.904 0,47

2015 140 1.070.000.000 149.800.000.000 648.899.377.240 214.685.781.274 434.213.595.966 0,34

2016 185 1.070.000.000 197.950.000.000 709.959.168.088 269.032.270.377 440.926.897.711 0,45

2017 135 1.070.000.000 144.450.000.000 780.669.761.787 367.927.139.244 412.742.622.543 0,35

Bersambung ke halaman berikutnya

193

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Harga Saham

Per Lembar

Jumlah Saham

Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ

10 PSDN

2013 150 1.440.000.000 216.000.000.000 681.832.333.141 264.232.599.978 417.599.733.163 0,52

2014 143 1.440.000.000 205.920.000.000 620.928.440.332 242.353.749.501 378.574.690.831 0,54

2015 122 1.440.000.000 175.680.000.000 620.398.854.182 296.079.753.266 324.319.100.916 0,54

2016 134 1.440.000.000 192.960.000.000 653.796.725.408 373.511.385.025 280.285.340.383 0,69

2017 256 1.440.000.000 368.640.000.000 690.979.867.049 391.494.545.681 299.485.321.368 1,23

11 SGRO

2013 2.000 1.890.000.000 3.780.000.000.000 4.512.655.525.000 1.814.018.571.000 2.698.636.954.000 1,40

2014 2.100 1.890.000.000 3.969.000.000.000 5.466.874.365.000 2.449.533.048.000 3.017.341.317.000 1,32

2015 1.700 1.849.000.000 3.143.300.000.000 7.294.672.621.000 3.877.887.404.000 3.416.785.217.000 0,92

2016 1.910 1.818.622.000 3.473.568.020.000 8.328.480.337.000 4.569.756.517.000 3.758.723.820.000 0,92

2017 1.900 1.818.622.000 3.455.381.800.000 8.284.699.367.000 4.569.756.517.000 3.714.942.850.000 0,93

12 SMGR

2013 14.150 5.931.520.000 83.931.008.000.000 30.792.884.092.000 8.988.908.217.000 21.803.975.875.000 3,85

2014 16.200 5.931.520.000 96.090.624.000.000 34.314.666.027.000 9.312.214.091.000 25.002.451.936.000 3,84

2015 11.400 5.931.520.000 67.619.328.000.000 38.153.118.932.000 10.712.320.531.000 27.440.798.401.000 2,46

2016 9.175 5.931.520.000 54.421.696.000.000 44.226.895.982.000 13.652.504.525.000 30.574.391.457.000 1,78

2017 9.900 5.931.520.000 58.722.048.000.000 48.963.502.966.000 18.524.450.664.000 30.439.052.302.000 1,93

Bersambung ke halaman berikutnya

194

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Harga Saham

Per Lembar

Jumlah Saham

Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ

13 SPMA

2013 210 1.492.046.658 313.329.798.180 1.767.105.818.949 1.011.571.248.744 755.534.570.205 0,41

2014 197 1.492.046.658 293.933.191.626 2.091.957.078.669 1.287.357.023.670 804.600.054.999 0,37

2015 103 1.492.046.658 153.680.805.774 2.185.464.365.772 1.390.005.205.106 795.459.160.666 0,19

2016 194 2.114.570.958 410.226.765.852 2.158.852.415.950 1.047.296.887.831 1.111.555.528.119 0,37

2017 212 2.114.570.958 448.289.043.096 2.175.660.855.114 980.123.282.608 1.195.537.572.506 0,37

14 SRSN

2013 50 6.020.000.000 301.000.000.000 420.782.548.000 106.406.914.000 314.375.634.000 0,96

2014 50 6.020.000.000 301.000.000.000 463.347.124.000 134.510.685.000 328.836.439.000 0,92

2015 50 6.020.000.000 301.000.000.000 574.073.314.000 233.993.478.000 340.079.836.000 0,89

2016 50 6.020.000.000 301.000.000.000 717.149.704.000 315.096.071.000 402.053.633.000 0,75

2017 50 6.020.000.000 301.000.000.000 752.726.454.000 237.220.555.000 515.505.899.000 0,58

15 UNTR

2013 19.000 3.730.135.136 70.872.567.584.000 57.362.244.000.000 21.713.346.000.000 35.648.898.000.000 1,99

2014 17.350 3.730.135.136 64.717.844.609.600 60.292.031.000.000 21.715.297.000.000 38.576.734.000.000 1,68

2015 16.950 3.730.135.136 63.225.790.555.200 61.715.399.000.000 22.465.074.000.000 39.250.325.000.000 1,61

2016 21.250 3.730.135.136 79.265.371.640.000 63.991.229.000.000 21.369.286.000.000 42.621.943.000.000 1,86

2017 35.400 3.730.135.136 132.046.783.814.400 82.262.093.000.000 34.724.168.000.000 47.537.925.000.000 2,78

Bersambung ke halaman berikutnya

195

(Tabel Lanjutan)

NO KODE

PERUSAHAAN TAHUN

Harga Saham

Per Lembar

Jumlah Saham

Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ

16 VOKS

2013 740 831.120.519 615.029.184.060 1.955.830.321.070 1.354.581.302.107 601.249.018.963 1,02

2014 795 831.120.519 660.740.812.605 1.553.904.599.142 1.038.049.413.765 515.855.185.377 1,28

2015 980 831.120.519 814.498.108.620 1.536.244.634.556 1.026.591.706.684 509.652.927.872 1,60

2016 1.465 831.120.519 1.217.591.560.335 1.668.210.094.478 999.166.542.590 669.043.551.888 1,82

2017 312 4.155.602.595 1.296.548.009.640 2.026.963.889.922 1.250.682.916.932 776.280.972.990 1,67

196

LAMPIRAN 7

HASIL OUTPUT SPSS VESRI 25

ANALISIS DESKRIPTIF

ASUMSI KLASIK (PERSAMAAN SUBSTRUKTUR 1)

197

198

199

ASUMSI KALSIK (PERSAMAAN SUBSTRUKTUR 2)

200

201

202

UJI GOODNESS OF FIT (PERSAMAAN SUBSTRUKTUR 1)

UJI GOODNESS OF FIT (PERSAMAAN SUBSTRUKTUR 2)

203

UJI HIPOTESIS (PERSAMAAN SUBSTRUKTUR 1)

UJI HIPOTESIS (PERSAMAAN SUBSTRUKTUR 2)

204

UJI SOBELWINNIFRED’S PROGRAM MEDIOTION

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI

VARIABEL INTERVENING

205

UJI SOBELWINNIFRED’S PROGRAM MEDIOTION

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

206

UJI SOBELWINNIFRED’S PROGRAM MEDIOTION

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING