pengaruh kinerja lingkungan dan struktur...
TRANSCRIPT
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nurjilan Fauziyyah
NIM: 11150820000016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nurjilan Fauziyyah
NIM: 11150820000016
Di Bawah Bimbingan:
Yusro Rahma, SE., M.Si
NIP. 19800506 200801 2 016
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini 11 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Nurjilan Fauziyyah
2. NIM : 11150820000016
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur
Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komperhensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2019
1. Ismawati Haribowo, SE., M.Si (__________________)
NIP. 198009092014112003 Penguji 1
2. Fitri Yani Jalil, SE, M.Sc (__________________)
NIDN. 2004068701 Penguji 2
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini 25 Juli 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
5. Nama : Nurjilan Fauziyyah
6. NIM : 11150820000016
7. Jurusan : Akuntansi
8. Judul Skripsi : Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur
Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening
(Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di
atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 25 Juli 2019
1. Yessi Fitri, S.E., M.Si.Ak. (__________________)
NIP. 197609242006042002 Ketua Penguji
2. Dr. Rini, S.E.Ak., M.Si. (__________________)
NIP. 197603152005012002 Penguji Ahli
3. Yusro Rahma, SE., M.Si (__________________)
NIP. 19800506 2008012016 Pembimbing I
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurjilan Fauziyyah
NIM : 11150820000016
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat di pertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Jakarta, 25 Juli 2019
Yang Menyatakan,
Nurjilan Fauziyyah
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Nurjilan Fauziyyah
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Juni 1997
3. Alamat : Jalan Antena IV, Radio Dalam No. 22
RT/RW: 08/08 Kramat Pela, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. 12130
4. Nomor Handphone : 083804364143
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 20 Pagi Kebayoran Lama Tahun 2003-2009
2. SMP Negeri 29 Jakarta Tahun 2009-2012
3. SMA Negeri 74 Jakarta Tahun 2012-2015
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019
vii
THE INFLUENCE OF ENVIROMENTAL PERFORMANCE AND
OWNERSHIP STRUCTURE ON THE FIRM’S VALUE WITH THE
FINANCIAL PERFORMANCE AS INTERVENING VARIABLE
(Empirical Study on company listed in Indonesia Stock Exchange Period 2013-
2017)
ABSTRACT
This research aims to know the effect of Enviromental Performance and
Ownership Structure toward Company Value with Financial Performance as
Intervening Variable on companies in the Indonesian Stock Exchange (IDX), which
were published in financial report and registered on Proper from 2013-2017.
Research design was a causative research. The data population taken from
companies in the Indonesian Stock Exchange (IDX), which were published in
financial report and registered on Proper from 2013-2017. Sampling method used
in this research is purposive sampling. There were 16 companies that fulfilled the
sample criterias. So, the data sample in this research were 80. Analysis techniques
consisted of multiple regression analysis and path analysis.
The result of this research showed that (1) Enviromental Performance
effects on Financial Performance (2) Institutional Ownership effects on Financial
Performance, (3) Managerial Ownership does not effect on Financial Performance,
(4) Enviromental Performance effects on Company Value, (5) Institutional
Ownership does not effects on Company Value, (6) Managerial Ownership does not
effect on Company Value, (7) Financial Performance effects on Company Value,
(8) Enviromental Performance indirectly effects on Company Value with Financial
Performance as an intervening variable. (9) Institutional Ownership indirectly
effect on Company Value with Financial Performance as an intervening variable,
(10) Managerial Ownership does not indirectly effects on Company Value with
Financial Performance as an intervening variable.
Keyword: Enviromental Performance, Ownership Structure, Institutional
Ownership, Manajerial Ownership, Financial Performance, Company Value
viii
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN STRUKTUR
KEPEMILIKAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA
KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris Pada Perusahaan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kinerja Lingkungan
dan Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan
sebagai Variabel Intervening pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang
mempublikasikan laporan keuangan dan terdaftar di Proper dari 2013-2017. Jenis
ini penelitian adalah penelitian kausatif. Data populasi diambil dari perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang mempublikasikan
laporan keuangan dan terdaftar di Proper dari 2013-2017. Metode pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Ada 16
perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Jadi, sampel data dalam penelitian ini
adalah 80. Teknik analisis terdiri dari analisis regresi berganda dan analisis jalur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kinerja Lingkungan
berpengaruh pada Kinerja Keuangan, (2) Kepemilikan Institusional berpengaruh
pada Kinerja Keuangan, (3) Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh pada
Kinerja Keuangan, (4) Kinerja Lingkungan berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (5)
Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (6)
Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (7) Kinerja
Keuangan berpengaruh pada Nilai Perusahaan, (8) Kinerja Lingkungan secara tidak
langsung mempengaruhi Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai
Variabel Intervening, (9) Kepemilikan Institusional secara tidak langsung
memengaruhi Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Intervening, (10) Kepemilikan Manajerial secara tidak langsung tidak dapat
memengaruhi Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Intervening.
Kata Kunci: Kinerja Lingkungan, Struktur Kepemilikan, Kepemilikan
Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kinerja Keuangan, Nilai Perusahaan
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan
Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan
sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)” Shalawat serta salam senantiasa
penulis hanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan guna meraih gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah penulis
hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga penulis mempunyai kekuatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua (Ibu) yang telah menjadi penyemangat terbesar penulis untuk
menyelesaikan tugas ini, menjadi salah satu alasan penulis ketika lelah
menyerang, menjadi alasan terbesar untuk tetap berusaha keras menjalani
x
setiap rintangan dalam kuliah dan hidup, yang telah memerikan dukungan tiada
henti baik berupa doa maupun kasih sayang yang berlimpah kepada penulis.
(Ayah) yang selalu memberikan dukungan baik berupa materi dan non materi,
yang menjadi alasan penulis untuk meraih kesuksesan agar dapat
membahagiakan beliau, yang menjadi pedoman penulis untuk tetap berjuang
tanpa nyerah dalam menghadapi masalah.
3. Adik penulis, Yola dan Mala yang telah menjadi alasan penulis untuk tetap
berjuang menyelesaikan kuliah dengan semangat agar menjadi contoh yang
baik untuk kalian.
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak,. CA,. QIA,. BKP., CRMP., selaku Dekan
dan Dosen Mata Kuliah Metodologi Penelitian Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Yusro Rahma, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, saran, serta nasihat kepada saya. Lebih dari itu, terima
kasih juga karena sudah menjadi dosen yang sangat baik untuk saya.
8. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM., selaku dosen Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan
xi
motivasi selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan
menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
11. Kucing tersayang Pussy yang menjadi teman setia penulis selama penyusunan
skripsi dari awal hingga akhir.
12. Sahabat tercinta Rahma Dita, yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis
baik mengenai proposal ini atau hal lainnya. Desi dan Naza yang menjadi
motivasi penulis untuk tetap semangat menyelesaikan kuliah sampai akhir.
13. Adita Oktapiyah yang menjadi partner pejuang dari pembuatan proposal,
pencarian data dan sampel hingga selesainya skripsi ini.
14. Adi Bayu yang selalu membantu penulis dalam software pengolahan data.
15. Kak Diko yang membantu penulis untuk cara tabulasi dan pengolahan data.
16. Teman-temanku (Dita, Dwi, Nabila, Ledi, dan Dewi) yang menjadi penghibur
penulis dikala pusing menyerang saat penusunan skripsi ini.
17. Teman-teman Akuntansi A 2015 (Sani, Feby, Defa, Aul, Laras, April, Indah,
Anjar, Dila, Nada, Afi, Nurul, Muti, Ansya, Rifqoh, Balqis, Adita, Maul, Dwi,
Nabila, Ledi, Dewi, Pai, Fachri, Sofi, Masbay, Dibay) yang telah banyak
memberikan motivasi kepada penulis.
18. Keluarga besar Akuntansi 2015, terima kasih untuk waktunya selama kuliah.
Kenangan bersama kalian akan jadi salah satu yang paling berharga selama
hidup saya.
xii
19. Teman-teman KKN SEDAYA 142, terima kasih untuk pengalaman dan
pelajaran hidup singkat yang terasa begitu berharga.
20. Semua pihak yang telah membantu saya yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terima kasih atas kebaikan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan yang disebabkan oleh masih terbatasnya pengetahuan serta pengalaman
yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan penulis
bahwa dengan adanya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah
wawasan serta pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan bagi pihak lain pada
umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 Mei 2019
Nurjilan Fauziyyah
xiii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 12
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 14
BAB II .................................................................................................................... 16
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 16
A. Tinjauan Literatur....................................................................................... 16
1. Teori Stakeholder ................................................................................. 16
2. Teori Legitimasi ................................................................................... 18
3. Teori Keagenan .................................................................................... 20
4. Teori Sinyal .......................................................................................... 21
5. Nilai Perusahaan................................................................................... 24
6. Kinerja Keuangan................................................................................. 27
xiv
7. Kinerja Lingkungan ............................................................................. 32
8. Penilaian Kinerja Lingkungan melalui PROPER ................................ 34
9. Struktur Kepemilikan ........................................................................... 39
10. Kepemilikan Instutusional ................................................................... 39
11. Kepemilikan Manajerial ....................................................................... 41
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 42
C. Pengembangan Hipotesis ........................................................................... 53
1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan ................ 53
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan ...... 55
3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan ......... 57
4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan ................. 59
5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ........ 61
6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan ........... 63
7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan .................... 65
8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening ................................. 67
9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening ................................. 69
10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening ................................. 71
D. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 73
BAB III .................................................................................................................. 74
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 74
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 74
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 74
1. Populasi dan Sampel ............................................................................ 74
2. Metode Pengambilan Sampel ............................................................... 75
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 76
1. Penelitian Pustaka ................................................................................ 76
2. Penelitian Lapangan ............................................................................. 76
D. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 77
xv
1. Variebel Independen ............................................................................ 77
a. Kinerja Lingkungan ....................................................................... 77
b. Kepemilikan Institusional .............................................................. 78
c. Kepemilikan Manajerial ................................................................. 79
2. Variabel Dependen ............................................................................... 80
a. Nilai Perusahaan ............................................................................. 80
3. Variabel Intervening............................................................................. 82
a. Kinerja Keuangan........................................................................... 82
E. Metode Analisis Data ................................................................................. 84
1. Statistik Deskriptif............................................................................... 84
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 84
a. Uji Normalitas ................................................................................ 84
b. Uji Autokorelasi ............................................................................. 86
c. Uji Multikolinearitas ...................................................................... 87
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................................... 88
3. Uji Goodness Of Fit ............................................................................ 89
a. Koefisien Determinasi .................................................................... 89
b. Uji Statistik F .................................................................................. 89
c. Uji Statistik t ................................................................................... 90
4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 90
a. Analisis Jalur .................................................................................. 91
b. Uji Sobel ........................................................................................ 99
BAB IV ................................................................................................................ 101
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 101
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................... 101
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................. 103
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................. 103
2. Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................... 107
a. Persamaan substruktur 1 ............................................................... 107
1) Uji Normalitas ......................................................................... 107
2) Uji Autokorelasi ....................................................................... 110
xvi
3) Uji Multikolinearitas ................................................................ 112
4) Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 113
b. Persamaan substruktur 2 ............................................................... 115
1) Uji Normalitas ......................................................................... 115
2) Uji Autokorelasi ...................................................................... 118
3) Uji Multikolinearitas ............................................................... 119
4) Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 120
3. Hasil Uji Goodness Of Fit ................................................................. 122
a. Persamaan substruktur 1 ............................................................... 122
1) Koefisien Determinasi ............................................................. 122
2) Uji Statistik F ........................................................................... 124
b. Persamaan substruktur 2 ............................................................... 125
1) Koefisien Determinasi ............................................................. 125
2) Uji Statistik F ........................................................................... 126
4. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................ 127
a. Analisis Jalur ................................................................................ 127
b. Uji Sobel ....................................................................................... 135
C. Pembahasan .............................................................................................. 140
1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan ............. 140
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan .... 143
3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan ....... 145
4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan ............... 147
5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ...... 149
6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan ......... 151
7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan................... 153
8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening .............................. 155
9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening .............................. 157
10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening .............................. 159
xvii
BAB V .................................................................................................................. 160
PENUTUP ............................................................................................................ 160
A. Kesimpulan ............................................................................................... 160
B. Implikasi ................................................................................................... 162
C. Keterbatasan ............................................................................................. 163
D. Saran ......................................................................................................... 164
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 166
LAMPIRAN ......................................................................................................... 174
xviii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu 43
3.1 Skor dari Peringkat Proper 78
3.2 Pengukuran Operasional Variabel 83
4.1 Rincian Perolehan Sampel 102
4.2 Statistik Deskriptif 103
4.3 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorof-Smirnov (K-
S) Substruktur 1
110
4.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test Substruktur 1 111
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Substruktur 1 112
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Substruktur 1
115
4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorof-Smirnov (K-
S) Substruktur 2
117
4.8 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test Substruktur 2 118
4.9 Hasil Uji Multikolinearitas Substruktur 2 119
4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Substruktur 2
122
4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 1 123
4.12 Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 1 124
4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 2 125
4.14 Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 2 126
4.15 Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur
1
128
xix
4.16 Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur
2
128
4.13 Nilai Beta Persamaan Substruktur 1 dan 2 131
xx
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran 73
3.1 Kerangka Judul Penelitian 91
3.2 Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian 1 92
4.1 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Substruktur 1 108
4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Normal Plot Substruktur 1 109
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Substruktur 1
114
4.4 Hasil Uji Normalitas dengan Histogram Substruktur 2 116
4.5 Hasil Uji Normalitas dengan Normal Plot Substruktur 2 116
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Substruktur 2
121
4.7 Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian 2 133
4.8 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 8 dengan WIMP 136
4.9 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 9 dengan WIMP 138
4.10 Hasil Uji Mediasi Hipotesis 10 dengan WIMP 139
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Perusahaan Sampel 175
2 Perhitungan PROPER variabel Kinerja Lingkungan 176
3 Perhitungan Kepemilikan Institusional variabel Struktur
Kepemilikan
177
4 Perhitungan Kepemilikan Manajerial variabel Struktur
Kepemilikan
181
5 Perhitungan ROA variabel Kinerja Keuangan 185
6 Perhitungan TOBINS Q variabel Nilai Perusahaan 189
7 Hasil Output SPSS Versi 25 196
8 Hasil Uji Sobel Winnifred’s Program Mediation 204
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis
usaha yang bersifat tetap, terus menerus, yang didirikan, bekerja serta
berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba (UU No 3 Tahun 1982 tentang Wajib
Daftar Perusahaan Pasal 1 huruf b). Perkembangan perusahaan saat ini di
Indonesia sudah berkembang dengan sangat pesat. Banyak perusahaan
saling berlomba memperbaiki kinerja dan mengembangkan usahanya untuk
meningkatkan nilai perusahaan agar dapat bersaing secara kompetitif
dengan perusahaan lainnya yang sejenis.
Saat ini telah banyak perusahaan yang go public dengan mendaftarkan
dalam bursa efek untuk meningkatkan nilai perusahaan (Avelia dan Tarigan,
2015). Berdasarkan data dari website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI),
pada tahun 2017 terdapat 567 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Bursa Efek Indonesia merupakan barometer aktifitas pasar
modal di Indonesia karena memiliki frekuensi perdagangan dan variasi
saham yang besar. Dengan adanya Bursa Efek Indonesia dapat membantu
perusahaan yang telah masuk dalam pasar modal untuk mendapatkan
tambahan investasi dari calon investor dengan menjual belikan saham
sehingga investor dapat dikatakan sebagai pemilik dari perusahaan tersebut
(Candradewi dan Sedana, 2016).
2
Setiap perusahaan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka panjang perusahaan adalah untuk
memaksimalkan nilai perusahaan (Lingga dan Suaryana, 2017). Nilai
perusahaan dapat terlihat dari harga saham perusahaan. Semakin tinggi
harga saham, berarti semakin tinggi nilai perusahaan (M. E. S. Tjahjono,
2013). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemegang
saham, sehingga dengan nilai perusahaan yang tinggi dapat menunjukkan
kemakmuran dan kesejahteraan para pemegang saham juga semakin tinggi
(Tauke, Murni, dan Tulung, 2017). Oleh karena itu perusahaan harus
membuat perencanaan yang tepat dalam mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki untuk mendukung operasional yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan perusahaan tersebut.
Selain itu, perusahaan juga harus mempunyai kinerja keuangan yang
baik dalam proses bisnisnya untuk memiliki nilai perusahaan yang tinggi.
Kinerja keuangan dapat dilihat dari bagaimana perusahaan mendapatkan
keuntungan atau laba. Jika perusahaan memperoleh keuntungan yang
maksimal, maka perusahaan akan mengalami perkembangan dan mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, mencari keuntungan
dengan laba semaksimal dijadikan prinsip utama perusahaan dan hanya
fokus pada aspek keuangan dan internal perusahaan tanpa memperhatikan
dan menyeimbangkan dengan aspek lingkungan di masyarakat. Banyak
perusahaan yang kurang peduli terhadap limbah yang dihasilkan dari proses
3
produksi barang atau produk perusahaan tersebut sehingga menyebabkan
pencemaran lingkungan (Lingga dan Suaryana, 2017).
Ketergantungan aktifitas perusahaan terhadap teknologi, bahan kimia
dan listrik secara pasti menambahkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Berbagai aktifitas ekonomi terutama organisasi bisnis yang tidak terkontrol
dan tidak berorientasikan pada kepentingan lingkungan hidup, dipastikan
berpeluang besar untuk merusak lingkungan hidup. Oleh karena itu,
persoalan tentang lingkungan hidup menjadi perhatian utama masyarakat
dan pemerintah. Adanya dampak negatif dari aktifitas perusahaan yang
berpotensi merusak lingkungan serta respon dari berbagai pihak, organisasi
bisnis pun dituntut untuk menanggapi isu lingkungan. Permasalahan
lingkungan semakin menarik untuk diteliti seiring dengan perkembangan
teknologi dan ekonomi global. Secara perlahan terjadi perubahan yang
mendasar dalam pola hidup bermasyarakat yang secara langsung atau tidak
memberikan pengaruh pada lingkungan hidup (Astuti, Anisykurlillah, dan
Murtini, 2014).
Permasalahan tersebut jika tidak ditindak lebih lanjut akan berujung
pada pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu pencemaran air, pencemaran udara, dan
pencemaran tanah. Pencemaran air di Indonesia dapat dilihat dari presentase
kualitas air. Badan Pusat Statistik dalam buku publikasi statistik tahun 2017
menunjukkan peningkatan persentasi titik pantau dengan status tercemar
tahun 2015-2016. Kondisi kualitas air sungai pada umumnya berada pada
4
status tercemar berat. Selain itu, dari 471 titik sungai yang dipantau pada
tahun 2015 dan 2016, terdapat 17 sungai yang kondisinya relatif tidak
berubah dan terdapat 211 titik sungai yang kualitasnya membaik, namun
sebanyak 343 titik sungai kualitasnya memburuk. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sebagian besar sungai sudah tidak layak digunakan
untuk prasarana atau sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan sejenisnya apalagi
diperuntukkan untuk air minum.
Menurunnya kualitas air sungai dikarenakan pembuangan limbah rumah
tangga, pasar, jalan, fasilitas umum, kantor, industri, dan lain-lain. Pada
tahun 2017 warga Dusun Blok Agung, Desa Karangdoro, Kecamatan
Tegalsari, Banyuwangi melaporkan keresahannya akibat limbah pabrik PT
Gula Glenmore mencemari sungai sehingga menyebabkan ribuan ikan mati
dan gatal-gatal pada warga. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Banyuwangi
menyampaikan hasil laboraturium dari sampel air Sungai lenmore bahwa
ditemukan sejumlah komponen zat yang konsentrasinya melebihi baku
mutu yang ditetapkan. BOD mencapai 10,78 miligram (mg) per liter
melebihi baku mutu yang ditetapkan 6 mg per liter. Adapun klorida bebas
mencapai 0.3 atau melebihi batas baku mutu 0,03 mg per liter (Kompas,
2017).
Selain pencemaran air, ada beberapa kasus mengenai pencemaran udara.
Perusahaan perkebunan Sampoerna Agro sedang mempertimbangkan
bagaimana caranya merespon vonis pengadilan baru-baru ini yang
5
menjatuhkan denda terbesar di negara ini sebesar Rp 1,07 triliun.
Pengadilan Jakarta pada 11 Agustus 2016 menyebut unit Sampoerna, PT
National Sago Prima, lalai soal kebakaran di lahan konsesi seluas 3.000
hektar di Riau tahun 2014 dan menyebabkan pencemaran udara yang cukup
besar dengan kabut yang sangat tebal (VOA Indonesia, 2016).
Isu lingkungan lain datang dari pencemaran tanah. Berita yang
fenomenal sampai sekarang mengenai pencemaran tanah ialah kasus
semburan lumpur panas oleh Lapindo Brantas yang sudah terjadi bertahun-
tahun lalu lamanya. 29 Mei 2018 lalu tepat 12 tahun luapan lumpur lapindo
menggenangi pemukiman. Penelitian yang dilakukan Wahana Lingkungan
Hidup Jawa Timur tahun 2008-2016 menyebutkan adanya kandungan
logam berat dan PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon) hingga 2.000 kali
di atas ambang batas normal, di sekitar semburan lumpur lapindo. Kasus ini
sudah bukan pencemaran tanah saja, melainkan menjadi pencemaran udara.
Bau menyengat yang keluar dari semburan lumpur tersebut terbawa angin
hingga dikeluhkan oleh warga sekitar dan mengaharuskan pindah ke lokasi
yang lebih jauh. Pada akhirnya, kasus semburan lumpur Lapindo Brantas
dinyatakan sebagai bencana alam dan bukan bencana pengeboran. Bencana
tersebut menyisakan kerusakan lingkungan dan penderitaan bagi
masyarakat Porong di Sidoarjo (VOA Indonesia, 2018).
Dalam Keputusan Ketua BAPEPAM-LK melalui Peraturan Nomor
X.K.6 tentang persyaratan penyampaian laporan perusahaan publik di
Indonesia perusahaan publik dalam annual report atau laporan tahunan.
6
Dalam peraturan tersebut juga dijabarkan bahwa bagian dari isi laporan
tahunan mewajibkan perusahaan publik untuk melaporkan tanggung jawab
sosial yang salah satunya meliputi informasi berkaitan dengan lingkungan
hidup. Dari kasus-kasus di atas kita dapat mengetahui bahwa isu lingkungan
masih sangat banyak menerpa organisasi bisnis di Indonesia sehingga
beberapa perusahaan mengalami kasus hingga tindak pidana dan memiliki
peringkat kinerja lingkungan yang buruk.
Dalam peraturan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014
Nomor 3 memutuskan tentang program penilaian peringkat kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang disebut Proper. Dari
penilaian Proper ini, perusahaan akan memperoleh citra atau reputasi sesuai
bagaimana pengelolaan lingkungannya. Citra tersebut dinilai dalam bentuk
peringkat warna emas, hijau, biru, merah dan hitam.
Menurut Anjasari dan Andriati (2016) tingginya peringkat kerja
lingkungan yang dicapai perusahaan dapat menjadi salah satu faktor yang
mampu meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Semakin baik bentuk
pertanggungjawaban suatu perusahaan terhadap kepedulian akan
kelestarian lingkungan hidup maka image perusahaan akan meningkat. Hal
tersebut terjadi karena perusahaan telah mampu memenuhi kontrak sosial
dan legitimasi terhadap masyarakat, sehingga keberadaannya dapat
direspon secara positif oleh masyarakat. Investor akan lebih berminat dan
tertarik kepada perusahaan yang memiliki image baik di masyarakat. Hal
7
tersebut berdampak pula pada tingginya loyalitas konsumen terhadap
produk perusahaan.
Maka dari keterkaitan tersebut dapat menarik kesimpulan bahwa dengan
kinerja lingkungan akan meningkatkan kinerja keuangan karena
mempunyai pengaruh. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penelitian
mengenai pengaruh kinerja lingkungan dan pengungkapan Corporate
Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja finansial yang menyatakan
secara parsial bahwa kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan
perusahaan yang di proksikan Net Profit Margin dinyatakan berpengaruh
positif. Kemudian ada hasil penelitian Saputra dan Mahyuni (2018) yang
menyatakan pula bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Salah satu faktor lain yang dapat meningkatkan nilai perusahaan adalah
struktur kepemilikan perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan yang telah memiliki
struktur organisasi yang terpisah antara pemilik dan pengelola
perusahaannya. Pemilik perusahaan merupakan para pemegang saham,
sedangkan pengelola perusahaan adalah pihak manajemen yang ditunjuk
oleh pemilik untuk menjalankan perusahaan (Candradewi dan Sedana,
2016). Struktur kepemilikan memiliki memiliki berbagai macam jenis
diantaranya; kepemilikan institusional, yaitu kepemilkan oleh bank,
perusahaan, atau institusi lainnya. Fungsinya untuk memonitor perusahaan,
8
mendisiplinkan manajemen, dan mempengaruhi manajer perusahaan
(Avelia dan Tarigan, 2015).
Kepemilikan lainnya adalah kepemilikan manajerial, yaitu pihak
manajemen yang memiliki presentase kepemilikan dalam perusahaan.
Dengan adanya kepemilikan manajerial maka akan timbul teori agensi.
Manajemen selalu dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan
pekerjaannya, namun beberapa kepemilikan manajerial menimbulkan
penyimpangan. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan manajer yang
memiliki kepemilikan dalam perusahaan memiliki kecenderungan
menyimpang untuk menguntungkan diri sendiri. Maka dari itu struktur
kepemilikan merupakan alternatif yang tepat dalam mengatasi conflict of
interest. Terlalu besar kepemilikan manajerial di dalam suatu perusahaan
dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba, sehingga laporan keuangan
menjadi kurang terpercaya (Santoso, 2017).
Berdasarkan penjelasan tersebut, struktur kepemilikan dapat
mempengaruhi produk keuangan perusahaan yaitu laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah akhir proses dari akuntansi dengan tujuan untuk
memberikan informasi keuangan yang dapat menjelaskan kondisi
perusahaan dalam satu periode tertentu (Agustina dan Tarigan, 2015).
Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan cerminan
kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan
salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan
besarnya investasi saham. Bagi sebuah perusahaan menjaga dan
9
meningkatkan kinerja keuangan adalah salah satu keharusan agar saham
tersebut tetap eksis dan diminati oleh investor. Sehingga jika kinerja
keuangan meningkat akan meningkatkan pula nilai perusahaan dilihat dari
banyaknya investor yang tertarik menanamkan sahamnya di perusahaan
tersebut (Santoso, 2017).
Penelitian terdahulu mengenai struktur kepemilikan yang menyatakan
adanya pengaruh signifikan antara kepemilikan institusional terhadap
kinerja keuangan adalah penelitian Fiandri dan Muid (2017). Pengaruh
signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan
ditunjukkan dari hasil penelitian Candradewi dan Sedana (2016). Selain itu
pula hasil penelitian yang menyatakan kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah penelitian Awulle, Murni,
dan Rondonuwu (2018) dan penelitian Anita dan Yulianto (2016)
menyatakan ada pengaruh antara hubungan kepemilikan manajerial dan
nilai perusahaan.
Penelitian Nurkhin, Wahyudin, dan Fajriah, (2017) menyatakan bahwa
kinerja keuangan dapat menjadi variabel intervening antara hubungan
kepemilikan institusional dengan nilai perusahaan. Berbeda dengan hasil
penelitian Rusyda dan Priantinah (2018) yang menyatakan kinerja keuangan
tidak dapat menjadi variabel intervening antara hubungan kepemilikan
institusional dan nilai perusahaan namun dapat menjadi variabel intervening
pada hubungan kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Sedangkan
hasil penelitian A. Tjahjono (2017) menyatakan kinerja keuangan tidak
10
dapat menjadi variabel intervening antara hubungan kepemilikan manajerial
dan nilai perusahaan.
Kinerja keuangan sering diproksikan atau diukur melalui rasio-rasio
keuangan. Menurut Tauke et al., (2017) pengukuran dengan rasio-rasio
keuangan tersebut dapat membuat para stakeholder akan mengetahui
kinerja perusahaan sehingga dapat mencerminkan nilai perusahaan tersebut.
Semakin tinggi kinerja keuangan maka semakin tinggi pula nilai
perusahaan. Hal tersebut dibuktian dari hasil penelitiannya bahwa kinerja
keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Begitupun menurut Dama
dan Tulung (2017) yang menyatakan hasil dari analisis penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa kinerja keuangan berpengaruh positif pada nilai
perusahaan.
Penelitian ini merupakan replikasi atau pengembangan dari penelitian
M. E. S. Tjahjono (2013). Hal yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah variabel independen struktur kepemilikan
yang tidak digunakan di penelitian sebelumnya, tahun sampel yang
digunakan dalam penelitian M. E. S. Tjahjono (2013) adalah perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2011 sedangkan
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2013-2017, selain itu yang membedakan lagi
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu proksi variabel dependen.
Penelitian sebelumnya menggunakan proksi MVA (Market Value Added)
11
sedangkan dalam penelitian ini nilai perusahaan sebagai variabel dependen
adalah Tobins Q.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat membantu
perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan, serta dapat membantu
para calon investor untuk menilai setiap perusahaan yang akan dijadikan
target tempat berinvestasi. Berdasarkan fenoma kasus yang terjadi dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya maka penulis memutuskan untuk meneliti
Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur Kepemilikan terhadap
Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel
Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada Periode 2013-2017).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan-
permasalahan yang dihadapi perusahaan-perusahaan terutama pada
perusahaan yang sudah go public.
1. Adanya perusahaan yang melanggar ketentuan aturan terkait kinerja
lingkungan dan melakukan pencemaran lingkungan.
2. Adanya perusahaan yang tidak mengikuti peraturan pemerintah
mengenai Proper.
3. Adanya perusahaan yang tidak mengikuti standar aturan berlaku terkait
prosedur badan usaha.
12
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka pembatasan masalah
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji kinerja lingkungan dan struktur kepemilikan terhadap nilai
perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening
Dari sekian banyak permasalahan yang dilakukan dan dihadapi
perusahaan, penelitian ini hanya fokus pada kinerja lingkungan dan
struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja
keuangan sebagai variabel intervening pada semua sektor perusahaan
yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2017 dan mengikuti program
Proper yang wajibkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
2. Hanya pada laporan yang menggunakan mata uang Rupiah
Penelitian ini hanya fokus meneliti pada perusahaan yang dalam
laporan keuangannya menggunakan nilai mata uang Rupiah,
dikarenakan ada beberapa perusahaan yang menggunakan mata uang
US Dollar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja
keuangan?
13
3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja
keuangan?
4. Apakah kinerja lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
5. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai
perusahaan?
6. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
7. Apakah kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
8. Apakah kinerja lingkungan secara tidak langsung berpengaruh terhadap
nilai perusahaan melalui kinerja keuangan?
9. Apakah kepemilikan institusional secara tidak langsung berpengaruh
terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan?
10. Apakah kepemilikan manajerial secara tidak langsung berpengaruh
terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja
lingkungan terhadap kinerja keuangan.
2. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan
institusional terhadap kinerja keuangan.
3. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap kinerja keuangan.
14
4. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan.
5. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan.
6. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan.
7. Untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh kinerja keuangan
terhadap nilai perusahaan.
8. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh tidak langsung kinerja
lingkungan terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.
9. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh tidak langsung kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.
10. Untuk menemukan bukti empiris pengaruh tidak langsung kepemilikan
manajerial terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, adapun manfaat yang dapat
diperoleh dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti, khususnya dalam menambah pengetahuan menegani kinerja
lingkungan, struktur kepemilikan, kinerja keuangan, dan nilai
perusahaan.
15
2. Manfaat bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu di bidang Akuntansi dan menjadi referensi untuk
para peneliti selanjutnya yang berminat untuk melakukan penelitian
menggunakan variabel kinerja lingkungan dan struktur kepemilikan
serta melihat pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dengan kinerja
keuangan sebagai variabel intervening.
3. Manfaat bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan informasi
dan referensi kepada manajemen perusahaan sebagai bahan
pertimbangan dalam melakukan keputusan dalam keikutsertaan Proper
yang dibuat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
sebagai penilaian atas kinerja lingkungan dan keputusan dalam struktur
kepemilikan untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan yang secara
tidak langsung mempengaruhi nilai perusahaan yang tinggi.
4. Manfaat bagi investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebelum
melakukan investasi dengan menjadikan peringkat kinerja lingkungan
dan struktur kepemilikan untuk menilai perusahaan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
Dalam sub bab ini menjelaskan teori yang menjadi landasan penulis
dalam merumuskan hipotesis. Teori yang menjadi landasan penulis adalah
stakeholder theory, legitimacy theory, agency theory, signalling theory,
kinerja lingkungan, struktur kepemilikan, kinerja keuangan, dan nilai
perusahaan.
1. Teori Stakeholder
Teori stakeholder pada awalnya diperkenalkan oleh Stanford
Research Institute (SRI) yang merujuk kepada “those groups without
support the organization would cease to exist” (Freeman, 1983). Pada
intinya dalam penelitian tersebut mengacu pada keberadaan suatu
organisasi (dalam hal ini adalah perusahaan) yang sangat dipengaruhi
oleh dukungan kelompok-kelompok yang memiliki hubungan dengan
organisasi tersebut. Dalam penelitiannya yang lain Freeman et al. (2010)
berpendapat bahwa teori stakeholder memperluas tanggung jawab
organisasi kepada seluruh pemangku kepentingan tidak hanya kepada
investor atau pemilik perusahaan.
Teori stakeholder adalah teori yang menyatakan bahwa suatu
perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi pada kepentingan
sendiri, akan tetapi dapat bermanfaat untuk seluruh stakeholder-nya
yaitu: pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,
17
masyarakat, analis, dan pihak lainnya (Mareta dan Fitriyah, 2017). Pada
intinya segala aktifitas operasi perusahaan harus berorientasi pada
tindakan memaksimalisasi laba untuk mencapai kepentingan pemegang
saham. Akan tetapi jika berorientasi lebih luas lagi, tidak hanya sebatas
untuk pencapaian laba untuk pemegang saham. Semua yang terlibat
dalam keberlangsungan perusahaan harus mejadi prioritas. Artinya,
perusahaan yang menjaga kinerja semua aspek dengan baik seperti
kinerja keuangan, lingkungan, sosial, ekonomi, karyawan, dan lainnya
akan menjadi penilaian yang baik juga dari investor.
Fatchan dan Trisnawati (2016) mengungkapkan bahwa dalam teori
stakeholder perusahaan yang melaporkan informasi mengenai kinerja
ekonomi, lingkungan, sosial, dan intelektual mereka secara sukarela.
Namun, sifat sukarela ini akan menjadi suatu keharusan yang dilakukan
perusahaan untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya yang diharapkan
stakeholder. Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga hubungan yang
baik dengan stakeholder, terutama para stakeholder yang berhubungan
langsung dengan sumber daya yang digunakan dalam aktifitas
operasionalnya, misalnya seperti tenaga kerja, konsumen, dan pemilik
saham.
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk memudahkan manajer
korporasi memahami dan mengerti lingkungan stakeholder mereka dan
juga membantu melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara
hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan. Dan tujuan yang lebih
18
luas lagi yaitu untuk membantu manajer korporasi dalam meningkatkan
nilai dari pengaruh aktifitas perusahaan dan meminimalkan kerugian
yang akan diterima stakeholder (Fitriani, 2013).
2. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Teori legitimasi sudah banyak digunakan sebagai landasan teori
penelitian untuk memberikan pengetahuan dan informasi mengenai
perilaku perusahaan terhadap lingkungan hidup dan masyarakat. Teori
ini dijelaskan dalam Mousa dan Hassan (2015) merupakan teori yang
dapat membantu memberikan penjelasan dan motivasi perusahaan
untuk terlibat dalam melaporkan kinerjanya terhadap perusahaan.
Diungkapkan juga teori legitimasi ini digunakan untuk memberikan
landasan tentang bagaimana dan mengapa perusahaan harus
memperhatikan kinerja lingkungan dan fungsinya membuat laporan dari
kinerja lingkungan. Pengungkapan lingkungan yang dibuat perusahaan
merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan untuk mematuhi
aturan publik dan regulasi.
Mousa dan Hassan (2015) menyimpulkan di dalam penelitiannya
bahwa penelitian Patten (1992) telah menjelaskan teori legitimasi
berfungsi untuk mengevaluasi setiap aktifitas perusahaan yang
berdampak pada pencemaran lingkungan. Clarissa dan Rasmini (2018)
mengatakan ketika publik menyadari bahwa perusahaan beroperasi
sesuai dengan sistem nilai yang berkesinambungan dengan nilai
masyarakat maka besar kemungkingkan perusahaan akan sustainable.
19
Dari hal tersebut juga menjadi alasan perusahaan untuk ikut serta dalam
program yang telah dibuat Kementerian Lingkungan dan Kehutanan
untuk menjaga lingkungan dengan mengolah limbah buangan hasil
pabrik. Dan bersedia dinilai mengenai kelayakan limbah yang dibuang
dengan tujuan membuktikan setiap kegiatan perusahaan yang selalu
berusaha bertanggung jawab atas lingkungan agar dapat diterima
masyarakat.
Teori legitimasi berkaitan dengan hubungan antara perusahaan dan
lingkungan masyarakat dimana perusahaan menjalankan usahanya atau
terdapat “kontrak sosial” yang artinya adalah suatu cara untuk
menjelaskan seberapa besar harapan bagi masyarakat tentang prosedur
yang dijalankan perusahaan ketika beroperasi. Harapan sosial
masyarakat bukan bersifat tetap, namun dapat berubah-ubah dengan
berjalannya waktu. Hal tersebut yang menjadi alasan perusahaan untuk
selalu responsif terhadap lingkungan dimana pun mereka menjalankan
aktifitasnya (Anjasari dan Andriati, 2016).
Menurut Lingga dan Suaryana (2017) legitimasi merupakan suatu
bentuk pengakuan dari masyarakat terdahap perusahaan. Pengakuan
tersebut didapatkan karena perusahaan telah mampu menyelaraskan
tujuan ekonominya dengan lingkungan disekitar perusahaan yang
berdampingan dengan masyarakat. Artinya jika perusahaan ingin
mendapatkan nilai perusahaan yang baik, maka perusahaan harus
mampu meningkatkan kinerja atau pengelolaan lingkungannya.
20
Perusahaan harus dapat mengadaptasikan diri dengan norma yang
berlaku di masyarakat, jika tidak ada eksistensinya akan terancam
karena merugikan bagi masyarakat. Tidak jarang juga terjadi perbedaan
potensial antara perusahaan dan nilai-nilai sosial masyarakat yang dapat
mengancam legitimasi perusahaan yang sering disebut legitimasi gap.
Teori legitimasi ini sangat berhubungan erat dengan teori stakeholder
(Mousa dan Hassan, 2015).
3. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan atau Agency Theory mulai dikembangkan pada
tahun 1970-an terutama dari penelitian yang dilakukan Jensen dan
Meckling (1976). Dijelaskan bahwa teori keagenan adalah sebuah
hubungan agensi sebagai kontrak antara prinsipal dan agen. Dalam
hubungan ini agen tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan
prinsipal dikarenakan keduanya memiliki informasi, tujuan, dan
kepentingan yang berbeda.
Teori keagenan dibangun dengan maksud sebagai cara untuk
memahami dan memecahkan masalah yang muncul ketika informasi
pada saat melakukan kontrak atau perikatan kurang lengkap. Kontrak
yang dimaksud merupakan kontrak antara prinsipal (pemberi kerja)
seperti pemegang saham atau pimpinan perusahaan dengan agen
(penerima perintah) seperti manajemen atau bawahan. Dalam teori ini
memberikan gambaran jika agen memiliki keunggulan informasi yang
lebih tinggi dibandingkan prinsipal, dan diantara keduanya memiliki
21
kepentingan yang berbeda, maka dari itu muncullah principal agent
problem dimana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan
dirinya namun merugikan prinsipal (Gudono, 2012: 139).
Upaya yang dilakukan agar hubungan diantara kedua pihak berjalan
dengan baik, maka prinsipal (pemilik perusahaan) akan mendelegasikan
otoritas pengambilan keputusan kepada agen (manajer). Teori keagenan
dilandasi oleh 3 asumsi, yaitu asumsi mengenai sifat dasar manusia,
asumsi keorganisasian, dan asumsi informasi. Asumsi sifat dasar
manusia menekankan bahwa manusia sering mementingkan diri sendiri
(self interest), manusia memiliki pemikiran terbatas mengenai persepsi
masa mendatang (bounded rationality), dan manusia senantiasa
menghindari resiko (risk averter) (Eisenhard, 1989 dalam Fatchan dan
Trisnawati, 2016).
4. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal (signalling theory) pertama kali di perkenalkan dalam
tulisan “The Market Of Lemons” karya George Akerlof pada tahun 1970
melalui istilah informasi asimetris (assymetri information). Akerlof
(1970) memberikan pelajaran mengenai fenomena tentang
ketidakseimbangan informasi mengenai kualitas produk antara pembeli
dan penjual, dengan melakukan pengujian terhadap pasar mobil bekas
(used car). Dalam penelitiannya tersebut ia menemukan bahwa ketika
pembeli tidak memiliki informasi terkait spesifikasi produk dan hanya
memiliki persepsi umum mengenai produk tersebut maka pembeli akan
22
menilai semua produk pada harga yang sama, baik produk yang
berkualitas tinggi atau rendah.
Pemikiran George Akerlof tersebut dikembangkan oleh Michael
Spence pada tahun 1973 dalam model keseimbangan sinyal (basic
equilibrium signalling). Spence (1973) memberikan ilustrasi pada
tenaga kerja (job marker) dan mengemukakan bahwa perusahaan yang
memiliki tenaga kerja yang baik menggunakan informasi finansial untuk
mengirimkan sinyal ke pasar. Moeljadi dan Supriyanti (2014)
mengungkapkan pada teori ini, informasi sangat penting untuk
diberikan kepada pihak eksternal perusahaan untuk mengatasi asimetri
informasi. Informasi yang disampaikan kepada pihak eksternal seperti
untuk pemengang saham harus lengkap, relevan, akurat, dan tepat waktu
karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para investor di pasar modal
sebagai alat analisis untuk melakukan keputusan investasi.
Sinyal yang diberikan perusahaan untuk mengatasi asimetri
informasi salah satunya dengan melalui laporan keuangan. Laporan
keuangan dapat memberikan informasi terkait kinerja perusahaan
kepada pihak eksternal. Dengan berkurangnya asimetri infromasi, maka
nilai perusahaan dapat mengalami peningkatan (Claudia dan Agustina,
2017). Dalam hal ini manajer memiliki kewajiban untuk memberikan
sinyal tentang bagaimana kondisi perusahaan pada pihak eksternal
sebagai salah satu bentuk atas tanggung jawabnya dengan kewenangan
dalam mengelola perusahaan.
23
Teori Sinyal juga menjelaskan tentang sinyal yang dikeluarkan
secara sengaja dimana tujuan perusahaan untuk mencapai profit atau
laba yang tinggi, dengan harapan pasar dapat membedakan perusahaan
yang mempunyai kualitas baik dan buruk. Sinyal yang dimaksud dalam
teori ini memiliki kaitan dengan pengungkapan yang dilakukan
perusahaan dalam laporan tahunan. Semakin tinggi profit yang di
peroleh perusahaan maka nilai perusahaan juga meningkat karena
banyak investor yang tertarik dan berminat untuk menanamkan modal
di perusahaan tersebut (Fatchan dan Trisnawati, 2016). M. E. S.
Tjahjono (2013) juga mengungkapkan nilai perusahaan yang dibentuk
melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-
peluang investasi. Dengan adanya peluang tersebut dapat memberikan
siyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan pada masa yang akan
datang.
Teori sinyal dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya
perusahaan memiliki informasi mengenai hal yang sangat dibutuhkan
pemegang saham ataupun pihak eksternal perusahaan. Informasi yang
diungkapkan tersebut dapat digunakan oleh pihak yang memiliki
kepentingan untuk memberikan nilai kondisi perusahaan pada masa
lalu, kondisi pada masa sekarang maupun predisksi pada masa depan
(Lingga dan Suaryana, 2017). Fatchan dan Trisnawati (2016) juga
kembali menjelaskan bahwa teori ini sering digunakan manajer sebagai
24
sinyal profitabilitas perusahaan kepada investor dilihat dari kepemilikan
perusahaannya.
5. Nilai Perusahaan
Perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai baik tujuan jangka
pendek maupun tujuan jangka panjang. Dalam praktiknya tujuan semua
perusahaan menurut para ahli keuangan tidak jauh berbeda, semua
tujuan perusahaan adalah sama namun cara untuk mencapainya yang
menjadi perbedaan. Tujuan utamanya adalah dengan memaksimalkan
nilai perusahaan. Menurut Ardila (2017) nilai perusahaan merupakan
persepsi investor terhadap tingkat pencapaian perusahaan yang terkait
dengan harga saham dan dapat memberikan kemakmuran pemegang
saham secara maksimum apabila harga saham meningkat.
Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam buku Panduan Go
Public (n.d) juga menejelaskan setiap peningkatan kinerja operasional
dan kinerja keuangan pada umumnya akan berdampak terhadap harga
saham di Bursa, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan secara
keseluruhan. Akan tetapi dalam penjelasan tersebut hanya dapat berlaku
terhadap perusahaan go public yang sahamnya diperdagangkan di
Bursa, karena ketika saham di perdagangkan di Bursa maka setiap saat
dapat diperoleh valuasi terhadap kinerja keuangan yang akan
meningkatkan nilai perusahaan. Selain itu juga Wati dan Asandimitra
(2017) berpendapat bahwa meningkatkan nilai perusahaan berarti secara
25
tidak langsung memaksimalkan kekayaan pemegang saham dan
otomatis memaksimalkan pula harga saham perusahaan.
Nilai perusahaan menggambarkan nilai saat ini dari pendapatan
yang diharapkan pada masa depan dan indikator bagi pasar dalam
menilai perusahaan secara keseluruhan. Banyak faktor yang dapat
memperngaruhi nilai perusahaan, diantaranya: struktur modal,
kebijakan dividen, keputusan investasi dan lain sebagainya (Utomo,
2016). Arief, Erlina, dan Yahya (2014) juga mengungkapkan beberapa
faktor yang biasa menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan
mengenai nilai perusahaan yaitu tingkat pertumbuhan, sikap
manajemen, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas
keuangan, pajak, profitabilitas, sikap pemberi pinjaman.
Menjalankan fungsi dari manajemen keuangan merupakan sesuatu
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Dengan
kombinasi optimal dari keputusan pihak manajemen dapat
mengoptimalkan nilai perusahaan yang akan mempengaruhi
kesejahteran stakeholder (Utomo, 2016). Wati dan Asandimitra (2017)
mengungkapkan calon investor akan memandang baik pada suatu
perusahaan dengan mempertimbangkan nilai perusahaannya. Ketika
nilai perusahaan dianggap baik maka kinerja keuangan perusahaan juga
akan baik.
Arief et al. (2014) mengungkapkan metode-metode atau teknik yang
telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan diantaranya adalah:
26
a. Pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price
earning.
b. Ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba.
c. Pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas.
d. Pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen.
e. Pendektakan aktiva antara lain metode penilaian aktiva.
f. Pendekatan harga saham.
g. Pendekatan Economic Value Added (EVA).
Apabila perusahaan berjalan dengan lancar maka nilai perusahaan
dapat dilihat dari nilai saham yang meningkat. Akan tetapi jika melihat
dari nilai hutang perusahaan yang dalam bentuk obligasi tidak akan
berpengaruh. Selain itu nilai perusahaan juga dapat dilihat dari nilai
pasar atau nilai buku perusahaan dari angka ekuitasnya di dalam neraca.
Ekuitas perusahaan menggambarkan total modal perusahaan.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan rasio
Tobin’s Q. Rasio tersebut dikembangkan oleh Profesor Tobin pada
tahun 1967. Tobin’s Q merupakan konsep yang sangat penting karena
dapat menggambarkan estimasi pasar keuangan pada saat ini mengenai
nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Apabila
rasio Tobin;s Q berada di atas angka satu, artinya investasi dalam aktiva
menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada
pengeluaran investasi, dan jika rasio Tobin’s Q ini berada di bawah
27
angka satu maka menunjukkan investasi dalam aktiva tidaklah menarik
(Fatchan dan Trisnawati, 2016). Nilai Tobin’s Q dihitung dengan rumus:
Tobin’s Q = Total 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐹𝑖𝑟𝑚
Total 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Rumus di atas diuraikan lagi seperti penelitian Ali, Mahmud, dan
Lima (2016) menjadi:
Tobin’s Q = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 + 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 + 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
Berdasakan asumsi yang banyak digunakan, nilai dari liabilities
market value adalah sama dengan liabilities book value. Penelitian ini
berfokus pada nilai perusahaan dari sudut pandang investor, sehingga
rumus Tobin’s Q yang digunakan adalah rumus yang diuraikan dalam
penelitian Kurniawan, Sofyani, dan Rahmawati (2018) yaitu sebagai
berikut:
Tobin’s Q = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
Dimana:
EMV = Harga saham per lembar × jumlah saham yang beredar
EBV = Total aset – total kewajiban
6. Kinerja Keuangan
Kinerja adalah hasil yang diperoleh dari suatu organisasi baik
organisasi tersebut bersifat profit oriented dan non oriented yang
dihasilkan selama satu periode waktu (Fahmi, 2012: 226). Keuangan
perusahaan berkaitan mengenai aktiva dan kewajiban serta modal.
Kinerja keuangan artinya hasil mengenai tingkat pencapaian perusahaan
28
dalam mengelola aktiva dan passiva sehingga menggambarkan
perputaran asset, keuntungan dan kemampuan perusahaan untuk tetap
konsisten (Harahap, 2015: 127).
Kinerja keuangan perusahaan merupakan sebuah keberhasilan yang
telah diraih perusahaan dalam suatu periode yang menggambarkan
tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan juga dapat
diartikan suatu prospek atau masa depan, perkembangan dan
pertumbuhan perusahaan (Bukhori dan Sopian, 2017). Menurut
Tiarasandy et al. (2018) kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa
alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan
menjadi 8 (delapan) macam dan salah satunya dengan analisis rasio
keuangan. Menurut Sulindawati, Yuniarta, dan Purnamawati (2017:
134) mengungkapkan rasio keuangan adalah indeks yang dapat menjadi
penghubung antara dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi
satu angka dengan angka lainnya.
Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio tersebut maka dapat terlihat
kondisi kesehatan perusahaan yang mencerminkan nilai perusahaan.
Jenis-jenis rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja
manajemen beragam. Artinya, tidak semua rasio dapat digunakan.
Semua tergantung pada kebutuhan perusahaan. Berikut di bawah ini
penjelasan mengenai jenis-jenis rasio keuangan dalam buku Pengantar
Manajemen Keuangan karya Sulindawati et al. (2017: 136), yaitu:
29
a. Rasio Likuiditas.
Fred Weston, menyebutkan rasios likuiditas merupakan
rasio yang menjelaskan seberapa besar kemampuan perusahaan
untuk memenuhi dan dapat membayar kewajiban (hutang) jangka
pendek sebagai pembiayaan perusahaan dari kreditur. Artinya
apabila perubahan ditagih atas kewajibannya, maka akan sanggup
dan mampu untuk memenuhi hutang (membayar) tersebut terutama
pada kewajiban atau hutang yang sudah jatuh tempo. Berikut adalah
jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan sebagai alat
pengukuran, terdiri atas: rasio lancar, rasio sangat lancar, rasio kas,
rasio perputaran kas, inventory to net working capital.
b. Rasio Solvabilitas (Leverage).
Rasio solvabilitas atau leverage adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana pembiyaan hutang terhadap aktiva
perusahaan. Artinya, perbandingan antara aktiva perusahaan dengan
beban hutang yang ditanggung. Dalam artian luas, solvabilitas
digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan atau
kesanggupan sebuah perusahaan dalam membayar dan melunasi
seluruh kewajiban atau hutangnya baik kewajiban jangka pendek
atau kewajiban jangka panjangnya yang di atas 1 tahun. Jenis-jenis
rasio solvabilitas antara lain: Debt to Assets Ratio (Debt Ratio), Debt
to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest
Earned, Fixed Charge Coverage.
30
c. Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas (activity ratio) adalah rasio yang digunakan
untuk melihat mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya. Dalam artian lain, untuk
mengukur tingkat efisiensi dari pemanfaatan sumber daya
perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya dalam bidang
penjualan, penagihan piutang, dan persediaan. Jenis-jenis rasio
aktivitas yang dirangkum beberapa ahli keuangan, yaitu: perputaran
piutang (receivable turnover), hari rata-rata penagihan piutang (days
of receivalbe), perputaran persediaan (inventory turnover), hari rata-
rata penagihan persediaan (days of inventory), perputaran modal
kerja (working capital turnover), perputaran aktiva tetap (fixed
assets turnover), perputaran aktiva (assets turnover).
d. Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur
bagaimana kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau
laba dari setiap kegiatan produktivitas serta penjualan perusahaan.
Rasio ini juga dapat menilai tingkat efektivitas manajemen
perusahaan. Hal tersebut dapat ditunjukan dari laba yang diperoleh
atas hasil penjualan dan pendapatan investasi. Jenis rasio
profitabilitas yaitu: profit margin (profit margin on sales), return on
investment (ROI) atau dapat disebut juga Return on Asset (ROA),
return on equity (ROE), laba per lembar saham.
31
e. Rasio Pertumbuhan.
Rasio pertumbuhan (growth ratio) adalah rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor
usahanya. Dalam rasio menganalisis pertumbuhan penjualan, laba
bersih, pendapatan per saham, dan pertumbuhan dividen per saham.
f. Rasio Penilaian.
Rasio penilaian (valuation ratio) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi, seperti:
rasio harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham
terhadap nilai buku.
Melalui rasio-rasio keuangan tersebut para stakeholder akan dapat
mengetahui kinerja perusahaan dan dengan melalui rasio-rasio
keuangan dapat ditentukan nilai dari perusahaan tersebut. Semakin
tinggi kinerja keuangan maka semakin tinggi nilai perusahaan.
Peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan
mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan (Imron,
Hidayat, dan Alliyah, 2013).
Kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah
rasio profitabilitas. Profitabilitas adalah suatu ukuran yang biasa
digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu untuk
menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat maksimal.
32
Profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atau efektivitas
pengelolaan badan usaha tersebut. Selain itu juga dapat digunakan untuk
mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya dan
seberapa efisien perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.
Indikator profitabilitas yang digunakan sebagai alat ukur kinerja
keuangan ini adalah Return on Assets (ROA). Analisis ROA mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. Tanpa adanya laba maka akan
sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Karena dari laba
tersebut yang menjadi magnet untuk investor menanamkan modalnya
(Bukhori dan Sopian, 2017).
ROA dirumuskan sebagai berikut:
Return on Assets = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Asset ×100%
7. Kinerja Lingkungan
Kinerja di dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai jawaban
dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan
tersebut. Menurut M. E. S. Tjahjono (2013) kinerja lingkungan
(enviromental performance) merupakan suatu hasil dari sukses atau
tidaknya tujuan perusahaan dalam menciptakan dan mewujudkan
lingkungan yang baik. Pengelolaan lingkungan dapat dipengaruhi dan
mempengaruhi perusahaan dan tentunya dapat menentukan keunggulan
33
perusahaan dalam persaingan sehingga stakeholder tertarik untuk
berinvestasi karena melihat nilai perusahaan yang baik (Ardila, 2017).
Kinerja lingkungan dapat diukur dari hasil sistem manajemen
lingkungan, yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya.
Lingkungan menurut pengertiannya merupakan segala sesuatu yang
berada disekitar subyek manusia yang berkaitan dengan semua
aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah semua hal yang berkaitan
dengan: tanah, air, udara, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan
juga hubungan antar faktor-faktor tersebut. Titik permasalahan
mengenai isu lingkungan adalah manusia. Jadi manajemen lingkungan
dapat dikatakan sebagai kumpulan aktifitas untuk merencanakan,
mengorganisasikan, dan menggerakan sumber daya manusia dan
sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang
sudah ditetapkan (M. E. S. Tjahjono, 2013).
Di Indonesia penilaian kinerja lingkungan perusahaan diatur dalam
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:
127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian Peringkat kinerja
Perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (Proper) yang di
keluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Kemudian
dasar hukum tersebut direvisi oleh Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2011. Dan pada 2018, atau pada saat ini, dasar
hukum Proper revisi terbaru pada Peraturan Kementerian Lingkungan
Hidup Nomor 3 Tahun 2014 tentang Proper.
34
Menurut Pasal 1, Proper adalah evaluasi ketaatan dan kinerja
melebihi ketaatan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan di bidang
pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup, serta
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (Permen LH No.3
Tahun 2014). Dalam Publikasi Proper tahun 2017 menjelaskan
mengenai tujuan utama Proper adalah untuk meningkatkan ketaatan
perusahaan pada peraturan perundang-undangan lingkungan hidup
melalui penyebaran informasi yang disampaikan kepada stakeholders
terkait: media massa, media elektronik dalam dan luar negeri.
Selain itu, Proper juga memiliki tujuan untuk mendorong
perusahaan dalam menerapkan sistem yang baik dalam pengelolaan
lingkungan. Dengan begitu, efisiensi absolut dalam mengurangi limbah
dapat meningkat. Dari data absolut tersebut, dapat digunakan
perusahaan untuk perbandingan hasil perusahaannya dengan perusahaan
lain (benchmarking). Hal tersebut dapat berguna untuk mengetahui
tingkat efisiensi posisi perusahaan yang diharapkan nantinya akan
muncul inovasi untuk melakukan perbaikan yang lebih tinggi.
8. Penilaian Kinerja Lingkungan melalui Proper
Program Penilaian Peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan
lingkungan hidup (Proper) yang dikeluarkan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup bersifat mandatory (wajib) tidak bersifat voluntary.
Alasannya karena banyak perusahaan dari sektor industri Manufaktur,
Prasarana dan Jasa (MPJ); Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas
35
Bumi (PEM); Pertanian, dan Kehutanan (PDK) yang menimbulkan
pencemaran lingkungan karena mengasilkan limbah baik limbah air,
emisi maupun limbah padat atau limbah B3. Kebijakan tentang Proper
sudah menjadi kebijakan pemerintah yang didasarkan pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Mareta dan Fitriyah, 2017).
Dalam buku Sekilas Proper: "Dulu, Sekarang, dan Masa
Mendatang" (2005) dikatakan bahwa Proper sebagai salah satu
instrumen ketaatan peraturan lingkungan hidup yang penilaiannya
berdasarkan pada regulatory based dan juga market atau economic
based, serta result oriented. Hal tersebutlah yang menjadi perbedaan
Proper dengan ISO 14001 yang lebih pada penekanan proses perbaikan
(continous improvement), sedangkan Proper menekankan pada
pendekatan output control.
Dalam Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup No.3 Tahun 2014
dalam Pasal 3, menjelaskan mengenai kriteria pemilihan perusahaan
yang dapat mengikuti program penilaian kinerja dalam pengelolaan dan
pelestarian lingkungan hidup (Proper) dikarenakan terbatasnya sumber
daya yang ada dan Proper dilakukan secara bertahap agar tetap terjaga
keefektifitasan pelaksanaan Proper. Kriteria pemilihan perusahaan
sebagai berikut:
36
a. Perusahaan yang berorientasi ekspor.
b. Perusahaan publik yang terdaftar pada pasar modal baik di dalam
maupun luar negeri.
c. Perusahaan yang mencemari dan merusak lingkungan dan atau
berpotensi mencemari dan merusak lingkungan.
d. Perusahaan yang menjadi perhatian di masyarakat, baik dalam
lingkup regional ataupun nasional.
Dalam Publikasi Proper tahun 2015 menjelaskan tentang prinsip
dasar dari Proper tersebut, yaitu peserta Proper bersifat selektif, dimana
diperuntukkan bagi industri-industri yang menyebabkan dampak paling
signifikan, besar, dan meluas terhadap lingkungan dan mereka peduli
terhadap citra serta reputasi perusahaanya. Pengklasifikasian jenis
industri yang menjadi prioritas dari penilaian Proper hampir sama
dengan Jakarta Industrial Classification dalam IDX Fact Book (2017).
Perbedaannya, perusahaan yang ikut serta dalam Proper merupakan
perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan.
a. Manufaktur, prasarana dan jasa. Adapun subsektor perusahaan yang
meliputi perusahaan dibidang pulp dan kertas, tekstil, semen,
otomotif, peleburan besi dan baja, MSG, alkohol, industri kimia
dasar, kawasan industri dan sejenis lainnya.
b. Pertambangan, energi, dan migas. Subsektor yang termasuk yakni
pertambangan mineral, batu bata, pembangkit energi, eksplorasi dan
37
produksi, pengolahan dan distribusi minyak dan gas serta
sejenisnya.
c. Hasil pertanian dan perhutanan. Subsektornya terdiri dari
perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit,
pabrik gula, kayu lapis, karet, tapioka, dan sejenisnya.
Pendekatan strategi yang dipilih Proper yaitu dengan memanfaatkan
peran serta masyarakat dan pengaruh pasar untuk memberikan tekanan
kepada industri agar meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan
lingkungan. Pemberdayaan masyarakat dan pengaruh tekanan pasar
dilakukan dengan cara menyebarkan informasi yang kredibel, sehingga
dapat menciptakan naik atau turunnya reputasi perusahaan.
Informasi mengenai kinerja lingkungan perusahaan
dikomunikasikan dengan menggunakan simbol warna untuk
memudahkan penyerapan informasi oleh masyarakat. Berikut ini
beberapa simbol warna yang diberikan sesuai dengan penilaian
peringkat kinerja usaha atau kegiatan dalam mengelola lingkungan:
a. Emas, diberikan kepada usaha dan atau kegiatan yang telah secara
konsisten menunjukkan keunggulan lingkungan dalam proses
produksi atau jasa, serta melaksanakan bisnis yang beretika dan
bertanggung jawab terhadap masyarakat.
b. Hijau, diberikan kepada usaha atau kegiatan yang telah melakukan
pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam
peraturan (beyond compliance) melalui pelaksanaan sistem
38
pengelolaan lingkungan dan mereka telah memanfaatkan sumber
daya secara efisien serta melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan baik.
c. Biru, diberikan kepada usaha atau kegiatan yang telah melakukan
upaya pengelolaan lingkungannya, yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
d. Merah, diberikan bagi mereka yang telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan namun belum sesuai dengan persyaratan
sebagaimana diatur dalam perundang-undangan.
e. Hitam, diberikan kepada mereka yang dalam melakukan usaha atau
kegiatannya, telah dengan sengaja melakukan perbuatan atau
melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan terjadinya
pencemaran atau kerusakan lingkungan, serta melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan/atau tidak melaksanakan
sanksi administrasi.
Peringkat warna tersebut di kategorikan dengan angka yang
dijadikan sebagai proxy pengukuran kinerja lingkungan. Warna emas
dihitung dengan peringkat tertinggi yaitu 5 (lima), warna hijau 4
(empat), warna biru 3 (tiga), warna merah 2 (dua), dan yang terendah
warna hitam dengan angka 1 (satu) (Tiarasandy et al., 2018).
9. Struktur Kepemilikan
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer
dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa
39
disebut agency conflict. Konflik antara manajer dan pemegang saham
dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat
mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut sehingga timbul biaya
keagenan (Wati dan Asandimitra, 2017). Menurut Santoso (2017)
struktur kepemilikan dipercaya mampu mempengaruhi jalannya
perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan
dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai
perusahaan. Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan akan
memiliki motivasi yang berbeda dalam hal mengawasi atau memonitori
perusahaan. Naik turunnya nilai perusahaan salah satunya dipengaruhi
oleh struktur kepemilikan.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme yang
dapat mengendalikan masalah keagenan yang ada di suatu perusahaan.
Struktur kepemilikan oleh beberapa peneliti pun dipercaya mampu
mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh
dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai
perusahaan.
10. Kepemilikan Institusional
Menurut Indrasti dan Martini (2014) kepemilikan institusional
merupakan proporsi pemegang saham yang dimiliki oleh pemilik
institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi,
dan kepemilikan lain. Kepemilikan institusional memiliki arti yang
40
penting dalam memonitor manajemen karena dengan adanya
kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal. Sadia dan Sujana (2017) mengatakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah
kepemilikan institusional. Semakin tinggi kepemilikan institusional
maka semakin kuat pengawasan eksternal terhadap perusahaan dan
mengurangi agency cost. Fiandri dan Muid (2017) mengatakan
pengawasan investor institusional sangat bergantung pada besarnya
investasi yang dilakukan.
Menurut Sadia dan Sujana (2017), investor institusional dianggap
mampu menggunakan informasi laba periode sekarang untuk
memprediksi laba pada masa mendatang dibandingkan investor non
institusional. Kepemilikan institusional dapat meningkatkan nilai
perusahaan, dengan memanfaatkan informasi, serta dapat mengatasi
konflik keagenan karena dengan meningkatnya kepemilikan
institusional maka segala aktifitas perusahaan akan diawasi oleh pihak
institusi atau lembaga.
Menurut Hamdiah (2015), kepemilikan institusional memiliki dua
kelebihan, kepemilikan institusional memiliki profesionalisme dalam
menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.
Selain itu kepemilikan institusional memiliki motivasi yang kuat untuk
melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktifitas yang terjadi di
dalam lingkungan perusahaan, serta meminimalisasi tingkat
41
penyimpangan manajemen yang dapat menurunkan nilai perusahaan.
Proksi yang digunakan untuk menghitung kepemilikan institusional
adalah sebagai berikut:
INST = 𝐽𝑢𝑛𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
11. Kepemilikan manajerial
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa peningkatan
kepemilikan saham manajemen merupakan salah satu cara untuk
mengurangi agency cost. Kepemilikan manajerial merupakan proporsi
pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan perusahaan seperti direktur dan komisaris.
Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen akan
mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga
manajemen akan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan,
maka akan memotivasi kinerja manajemen karena mereka merasa
memiliki andil dalam perusahaan baik sebagai pengambil keputusan
maupun dalam tanggung jawab atas segala keputusan tersebut (Sadia
dan Sujana, 2017). Manajemen akan cenderung lebih giat untuk bekerja
demi kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah
dirinya sendiri. Maka dengan semakin besar presentase kepemilikan
saham oleh pihak manajer, maka manajer pun akan berhati-hati dalam
menentukan kebijakan keuangan untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan (Anita dan Yulianto, 2016).
42
Pada intinya, kebijakan kepemilikan manajerial dimaksudkan untuk
memberikan kesempatan manajer terlibat dalam kepemilikan saham
sehingga dengan keterlibatan kedudukan manajer akan sejajar dengan
pemilik perusahaan atau pemegang saham. Proksi yang digunakan
untuk menghitung kepemilikan manajerial yaitu sebagai berikut;
MNJR = 𝐽𝑢𝑛𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan menjadi landasan penulis dalam
merumuskan hipotesis dapat dilihat dalam tabel 2.1.
43
Tabel 2.1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 M. E. S.
Tjahjono
(2013)
Pengaruh Kinerja
Lingkungan terhadap
Nilai Perusahaan dan
Kinerja Keuangan.
Variabel kinerja
lingkungan,
kinerja keuangan,
nilai perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
Variabel struktur
kepemilikan,
tahun data yang
digunakan sebagai
sampel.
Kinerja lingkungan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan,
kinerja lingkungan tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan,
kinerja keuangan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan, kinerja
lingkungan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan melalui
kinerja keuangan. Kinerja keuangan
adalah variabel intervening.
2 Imron et al.
(2013)
Pengaruh Kinerja
Keuangan dan Ukuran
Perusahaan terhadap
Nilai Perusahaan dengan
Corporate Social
Responsibility dan Good
Corporate Governance
Sebagai Variabel
Moderasi.
Variabel kinerja
keuangan, nilai
perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan
data sekunder.
Variabel kinerja
lingkungan,
Corporate Social
Resposibility,
Corporate Good
Governance,
tahun data yang
digunakan sebagai
sampel, model
moderasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kinerja keuangan memiliki pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan dan
ukuran berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. CSR tidak mampu
memperkuat hubungan kinerja keuangan
dengan nilai perusahaan, tetapi mampu
memperkuat hubungan ukuran
perusahaan dengan nilai perusahaan.
Sedangkan GCG mampu memperkuat
hubungan kinerja keuangan dan ukuran
perusahaan dengan nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutanya
44
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
3 Ratih dan
Setyarini
(2014)
Pengaruh Good
Corporate Governance
(GCG) dan Corporate
Social Responsibility
(CSR) terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan
Sebagai Variable
Intervening pada
Perusahaan di BEI
Variabel struktur
kepemilikan,
kinerja keuangan,
nilai perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
Variabel Social
Responsibility
(CSR), tahun data
yang digunakan
penelitian.
Pengaruh dari GCG dan CSR dapat
meningkatkan kinerja keuangan dan
nilai perusahaan. Hasil dari penelitian ini
adalah kepemilikan institusional dapat
mempengaruhi kinerja keuangan secara
langsung pada proksi ROA dan juga
dapat mempengaruhi nilai perusahaan
yang di proksikan dengan Tobins Q
4 Rafianto
(2015)
Pengaruh Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility dan
Kinerja Lingkungan
terhadap Kinerja
Keuangan (Studi Pada
Sektor Pertambangan di
Bursa Efek Indonesia
Pada Periode 2010-2012)
Kinerja
lingkungan,
kinerja keuangan,
penelitian
kuantitatif
menggunakan
data sekunder.
Variabel struktur
kepemilikan, nilai
perusahaan, CSR,
tahun data yang
digunakan sebagai
sampel,
menggunakan
software SPSS.
Secara simultan ada pengaruh antara
kinerja lingkungan dan pengungkapan
Corporate Social Responsibility
terhadap kinerja keuangan. Secara
parsial kinerja lingkungan tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
dan pengungkapan Corporate social
responsibility memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja keuangan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
45
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5 Hamdiah
(2015)
Pengaruh Kepemilikan
Institusional dan Kualitas
Laba terhadap Nilai
Perusahaan pada
Perusahaan Transportasi
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel
kepemilikan
institusional, dan
nilai perusahaan
Kepemilikan
manajerial, kinerja
keuangan, dan
kinerja lingkungan
Hasil penelitian ini menunjukkan secara
simultan kepemilikan institusional dan
kualitas laba berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan
sedangkan secara parsial kepemilikan
institusional dan kualitas laba juga
berpengaruh secara signifikan terhadap
nilai perusahaan.
6 AL-Najjar
(2015)
The Effect of Institutional
Ownership on Firm
Performance: Evidence
from Jordanian Listed
Firms
Kepemilikan
institusional dan
kinerja
perusahaan
Kinerja
lingkungan, nilai
perusahaan,
tempat penelitian,
objek penelitian,
tekhnik analisis
dengan OLS
This study seeks to investigate whether
institutional ownership affects the firm’s
performance for one of the emerging
markets; Jordan. Firm’s performance is
measured through applying two
accounting measures Return on Assets
(ROA) and Return on Equity (ROE), with
6 explanatory variables. A main finding
of the panel data analysis is that; fixed
effect regression is the most convenient
model. As a result, there is no strong
evidence that there is a relationship
between both institutional ownership
and firm performance for Jordanian
listed firms.
Bersambung pada halaman selanjutnya
46
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
7 Prastuti dan
Budiasih
(2015)
Pengaruh Good
Corporate Governance
pada Nilai Perusahaan
dengan Moderasi
Corporate Social
Responsibility
Variabel
kepemilikan
manajerial dan
institusional, nilai
perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder
Variabel kinerja
lingkungan,
moderasi denga
CSR, dan
intervening
dengan kinerja
keuangan
Hasil penelitian kepemilikan
institusional dan komite audit
berpengaruh negatif pada nilai
perusahaan. Sedangkan kepemilikan
manajerial dan proporsi dewan
komisaris tidak berpengaruh pada nilai
perusahaan. Pengungkapan CSR tidak
mampu memoderasi pengaruh GCG
pada nilai perusahaan.
8 Prawirasasra
(2015)
Analysis of Relationship
of Environmental
Performance and Firm
Value
Kinerja
lingkungan dan
nilai perusahaan
Struktur
kepemilikan,
kepemilikan
institusional,
kepemilikan
manajerial, tahun
penelitian
This study analyze the relationship
between Environmental performance
and firm value, which is measured with
Tobin’s Q ratio. The outcome of this
study indicates there is a positive
relationship between environmental
performance and firm value. This result
is in line with previous similar studies
which were based on data from other
sectors in Indonesia.
Bersambung pada halaman selanjutnya
47
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
9 Anita dan
Yulianto
(2016)
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial dan
Kebijakan Dividen
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel
kepemilikan
manajerial dan
nilai perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder
Kinerja
lingkungan dan
kinerja keuangan,
data tahun
penelitian dan
objek perusahaan
yang diteliti
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
Kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Kebijakan
dividen tidak berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Simpulan dari penelitian ini
yaitu kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Kebijakan dividen tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Saran yang
diberikan kepada pemilik/pemegang
saham perusahaan yaitu dengan
meningkatkan kepemilikan manajerial
dan kebijakan dividen agar mengurangi
konflik keagenan.
10 Anjasari
dan
Andriati
(2016)
Pengaruh Tata Kelola
Perusahaan dan Kinerja
Lingkungan terhadap
Nilai Perusahaan.
Variabel kinerja
lingkungan, nilai
perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan
data sekunder.
Variabel kinerja
keuangan, tahun
data yang
digunakan sebagai
sampel,
menggunakan
software spss.
Hasil penelitian mekanisme tata kelola
perusahaan yang diproksikan dengan
proporsi dewan komisaris independen,
dan proporsi kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
sedangkan jumlah komite audit, hasilnya
terbukti tidak berpengaruh pada nilai
perusahaan dan kinerja lingkungan tidak
berpengaruh pada nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
48
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
11 Candradewi
dan Sedana
(2016)
Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan
Institusional dan Dewan
Komisaris Independen
terhadap Return On Asset
Variabel
kepemilikan
manajerial dan
institusional,
ROA, penelitian
kuantitatif
dengan
menggunakan
data sekunder.
Variabel kinerja
lingkungan, nilai
perusahaan, tahun
data yang
digunakan sebagai
sampel,
menggunakan
analisis linier
berganda.
Hasil dari penelitian ini menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Dewan
komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap ROA.
12 Tauke,
Murni, dan
Tulung
(2017)
Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan Real Estate
dan Property yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-
2015
Variabel kinerja
keuangan, nilai
perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
Variabel struktur
kepemilikan,
kinerja
lingkungan, tahun
data yang
digunakan sebagai
sampel.
Secara simultan seluruh variabel
independen berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Struktur
modal berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, profitabilitas
mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, likuiditas
mempunyai pengaruh tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
49
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
13 Sadia dan
Sujana
(2017)
Pengaruh Kepemilikan
Institusional, Manajerial,
Free Cash Flow pada
Nilai Perusahaan dengan
Variabel Intervening
Kebijakan Hutang
Variabel
kepemilikan
institusional,
manajerial, nilai
perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
Variabel
kepemilikan
manajerial dan
institusional,
tahun data yang
digunakan sebagai
sampel.
kepemilikan institusional tidak
berpengaruh pada nilai perusahaan,
kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif pada nilai perusahaan, free cash
flow tidak berpengaruh pada nilai
perusahaan, kebijakan hutang
berpengaruh positif pada nilai
perusahaan. kebijakan hutang tidak
mampu memediasi kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial
pada nilai perusahaan
14 Ardila
(2017)
Pengaruh Profitabilitas
dan Kinerja Lingkungan
terhadap Nilai
Perusahaan pada
Perusahaan Industri yang
terdaftar di BEI pada
Tahun 2014 – 2015 dan
Laporan Proper
Variabel kinerja
lingkungan, nilai
perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
Variabel
kepemilikan
manajerial dan
institusional,
tahun data yang
digunakan sebagai
sampel.
Profitabilitas berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan,
sedangkan kinerja lingkungan tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Secara simultan
profitabilitas dan kinerja lingkungan
tidak berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan
industri di BEI periode 2014 – 2015.
Bersambung pada halaman selanjutnya
50
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
15 Wati dan
Asandimitra
(2017)
Pengaruh Good
Corporate Governance
terhadap Nilai
Perusahaan dengan
Variabel Intervening
Kinerja Keuangan (Studi
pada Sektor Industri
Barang Konsumsi)
Variabel
kepemilikan
manajerial,
kinerja keuangan,
dan nilai
perusahaan,
penelitian
kuantitatif, data
sekunder.
Kepemilikan
institusional,
kinerja keuangan,
analisis uji
statistik PLS,
tahun penelitian
dan objek
perusahaan yang
diteliti
Kepemilikan manajerial tidak
mempengaruhi nilai perusahaan.
Kepemilikan manajerial juga tidak
berpengaruh pada kinerja keuangan.
Kinerja keuangan memiliki efek positif
pada nilai perusahaan, dan kinerja
keuangan tidak berfungsi sebagai
variabel intervening.
16 Nurkhin et
al. (2017)
Relevansi Struktur
Kepemilikan terhadap
Profitabilitas dan Nilai
Perusahaan Barang
Konsumsi
Kepemilikan
Institusional,
Kepemilikan
Manajerial,
Profitabilitas, dan
Nilai Perusahaan.
Kinerja
Lingkungan,
tahun penelitian.
Hasil penelitian kepemilikan manajerial
dan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan,
sedangkan profitabilitas terbukti
berpengaruh positif. Hasil lainnya adalah
kepemilikan institusional berpengaruh
positif signifikan terhadap profitabilitas,
sedangkan kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh. Profitabilitas terbukti
memediasi pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan
dan tidak terbukti sebagai variabel
mediasi atas pengaruh kepemilikan
manajerial.
Bersambung pada halaman selanjutnya
51
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
17 Rusyda dan
Priantinah
(2018)
The Effect of Ownership
Structure and
Sustainability Report
Disclosure toward
Company Value with
Financial Performance
as Intervening Variable
Listed in Indonesia Stock
Exchange (IDX) during
2013-2016
Variabel struktur
kepemilikan,
kinerja keuangan,
nilai perusahaan,
penelitian
kuantitatif
dengan data
sekunder.
Variabel kinerja
lingkungan, tahun
data yang
digunakan,
penelitian.
Managerial ownership indirectly effects
on company value with financial
performance as an intervening variable,
institutional ownership does not
indirectly effect company value with
financial performance as an intervening
variable, sustainability report disclosure
indirectly effects on company value with
financial performance as an intervening
variable.
18 Lawal,
Agbi, dan
Mustapha,
(2018)
Managerial Ownership
and Financial
Performance of Listed
Manufacturing Firms in
Nigeria
Kepemilikan
manajerial, nilai
perusahaan.
Tempat penelitian,
tahun penelitian,
objek penelitian
dan teknik analisis
penelitian dengan
OLS.
The study found that managerial
ownership has negative and significant
impact on financial performance of
listed manufacturing firms in Nigeria.
The study concludes that managerial
ownership impact negatively on the
financial performance of manufacturing
firms listed in Nigeria as managers of
firms sometimes manipulate the
accounting numbers in the financial
statement in order to have a private gain.
Bersambung pada halaman selanjutnya
52
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
19 Haninun,
Lindrianasari,
dan
Denziana,
(2018)
The effect of
environmental
performance and
disclosure on financial
performance
Kinerja
Lingkungan dan
Kinerja
Keuangan.
Struktur
Kepemilikan,
Kepemilikan
Institusional dan
Kepemilikan
Manajerial, dan
tahun penelitian.
The hypothesis of this study is based on
stakeholder theory, legitimacy theory,
signalling theory and political
economic theory. The study result shows
that environmental performance and
environmental disclosure positively
significantly affect financial
performance.
20 Suhardjanto,
Alwiyah,
Jatmiko, dan
Ajibroto
(2017)
Ownership Structure and
Financial Performance:
An Empirical Study of
Listed Airlines Industry
in Asia and Australia
Struktur
kepemilikan,
kinerja keuangan.
Kinerja
lingkungan, nilai
perusahaan,
tempat penelitian,
objek penelitian.
The analysis of this research is multiple
regression analysis. The result of this
research showed that foreign and
government ownership have the positive
effect on financial performance of
airlines, while the institutional
ownership and firm size have no
positive effect to the financial
performance (return on equity). There is
no difference between the financial
performance of airlines in Asia and
Australia.
Bersambung pada halaman selanjutnya
53
C. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan literarur yang berisikan landasan teori dan
penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan
merupakan dugaan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya pada
saat pengujian. Adapun hipotesis dan alasannya adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja keuangan adalah
kinerja lingkungan. Kinerja lingkungan dapat mempengaruhi kinerja
keuangan khususnya harga saham. Selain itu juga kinerja lingkungan
merupakan indikator ketaatan perusahaan terhadap peraturan-peraturan
yang berlaku di Indonesia, khususnya dalam bidang lingkungan (M. E.
S. Tjahjono, 2013).
Damanik dan Yadnayana (2017) mengungkapkan ketika suatu
perusahaan mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan maka
secara otomatis akan membangung citra yang baik bagi stakeholder dan
calon investor. Dari hal tersebut akan muncul respon positif oleh pasar
karena telah menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya atas
kepedulian lingkungan, dan dapat disimpulkan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Proper dibuat oleh
pemerintah agar dapat mendorong perusahaan untuk memperhatikan
lingkungan lebih baik lagi. Maka perusahaan yang mengikuti Proper
tentu akan mendapat nilai yang positif dari stakeholder walaupun hanya
54
mendapat peringkat 3 atau 4 sudah menunjukkan kepeduliannya
terhadap lingkungan.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas mengenai
pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan menyatakan
adanya pengaruh positif, diantaranya penelitian Damanik dan
Yadnayana (2017), kinerja keuangan memiliki pengaruh yang sangat
signifikan. Berdasarkan hal tersebut menyimpulkan Proper yang dibuat
pemerintah cukup terpercaya sebagai pengukur kinerja lingkungan.
Kesadaran perusahaan dalam pengelolaan lingkungan pun dapat
meningkatkan kinerja keuangan yang di proxy-kan MVA (Market Value
Added).
Tahu (2019) dalam penelitiannya yang mengukur kinerja keuangan
dengan ROA. Hasilnya kinerja lingkungan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan yang di proxy-kan ROA. Sedangkan berbeda dari
penelitian Astuti et al. (2014) dan Rafianto (2015) menyatakan bahwa
kinerja lingkungan tidak berpengaruh pada kinerja keuangan
diakibatkan perusahaan yang terlalu fokus pada orientasi peningkatan
laba tanpa memperhatikan kinerja lingkungan yang mungkin akan dapat
meningkatkan laba atau meningkatkan kinerja keuangan perusahaan
tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas kinerja lingkungan dan kinerja
keuangan, maka alternatif hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
55
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan
Tata kelola perusahaan menjadi kewajiban setiap perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk meningkatkan kinerja
para manajemen dalam mengendalikan praktek kecurangan dalam
korporasi, dan juga untuk menentukan arah dan pengendalian kinerja
kinerja perusahaan khususnya pada kinerja keuangan. Para manajemen
puncak korporasi menyelaraskan kepentingannya dengan pemegang
saham untuk menghasilkan keunggulan kompetitif bagi perusahaan,
memonitor kinerja manajemen sebagai acuan pengambilan keputusan
suatu tindakan (Ratih dan Setyarini, 2014).
Mencapai tujuan organisasi, tata kelola perusahaan mempunyai
tantangan dalam memaksimalkan pencapaian kesejahteraan serta
meningkatkan kinerja korporat, termasuk dalam membangun
kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi nasional maupun
internasional yang lebih stabil, dan juga bersifat jangka panjang
(Agustina dan Tarigan, 2015). Struktur kepemilikan merupakan bagian
dari tata kelola perusahaan. Kepemilikan institusional adalah salah satu
indikator dalam struktur kepemilikan. Kepemilikan institusional sangat
penting bagi perusahaan khususnya kemampuannya dalam
mengoptimalkan pengawasan perilaku manajer sehingga tercapai
peningkatan kinerja keuangan (Ratih dan Setyarini, 2014).
Pengawasan dari pihak institusional sangat penting keberadaanya
dalam perusahaan agar setiap kegiatannya dapat diawasi dengan baik
56
sehingga meminimalkan terjadinya konflik. Pengawasan sangat
diperlukan pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia yang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kinerja
keuangan. Hasil penelitian sebelumnya adalah penelitian Ratih dan
Setyarini (2014) yang menyatakan kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang di proksikan
dengan ROA, selain itu pula ada penelitian lain yang menyatakan hal
serupa, yaitu penelitian Candradewi dan Sedana (2016) dan penelitian
Fiandri dan Muid (2017).
Sebagai bagian dari pemilik saham institusional, mereka berhak
memilih dewan direksi dan memiliki hak suara pada rapat pemegang
saham, bisa memegang peranan dalam pengambilan keputusan strategis.
Oleh karena itu sangat logis bila berpengaruh terhadap pengembalian
investasi dalam aset perusahaan. Sedangkan dalam penelitiannya
Ratnasari, Titisari, dan Suhendro (2016) dan penelitiannya Rahayu dan
Sari (2018) menyatakan bahwa kepemilikan institusional terhadap
kinerja keuangan tidak memiliki pengaruh. Berdasarkan penjelasan dan
hasil penelitian terdahulu yang menjelaskan adanya pengaruh atau tidak
adanya pengaruh antara hubungan kepemilikan institusional dan kinerja
keuangan, maka hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H2: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan
57
3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan
Transparansi dan penjelasan laporan keuangan merupakan bagian
dari tanggung jawab pimpinan perusahaan, sehingga tata kelola
korporasi sudah menjadi pusat perhatian para pimpinan perusahaan
tersebut. Tanpa tata kelola korporasi yang baik dan jujur oleh
kepemilikan manajerial, maka organisasi apapun dapat dengan mudah
terjebak dalam perilaku atau proses kerja yang cenderung menghalalkan
segala cara untuk mencapai hasil yang diinginkan (Candradewi dan
Sedana, 2016). Pendekatan keagenan menganggap kepemilikan
manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik
keagenan.
Kepemilikan saham manajerial akan menuntut manajer untuk selalu
berhati-hati dalam pengambilan keputusan karena hasil dari
pengambilan keputusan tersebut akan memberikan dampak secara
langsung terhadap saham yang dimiliki oleh manajer. Semakin besar
proporsi kepemilikan manajerial pada saham perusahaan maka semakin
baik pula kinerja perusahaan tersebut (Rusyda dan Priantinah, 2018).
Kepemilikan manajerial juga akan mensejajarkan kepentingan
manajemen oleh pemegang saham (outsider ownership) sehingga akan
memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta
menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan
yang salah (Santoso, 2017).
58
Selain itu, menurut Candradewi dan Sedana (2016) salah satu cara
untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajemen. Kebijakan perusahaan dapat
dipengaruhi oleh proporsi kepemilikan saham yang dikendalikan oleh
manajer. Manajemen dapat cenderung lebih giat untuk kepentingan
pemegang saham yang dimana pemegang saham itu adalah dirinya
sendiri. Kecenderungan lebih giat disebabkan semakin besar
kepemilikan manajemen dalam perusahaan tersebut.
Hasil penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap kinerja keuangan dapat dilihat dari penelitian Anita dan
Yulianto (2016) yang menyatakan bahwa hasil kepemilikan manajerial
terhadap ROA adalah berpengaruh signifikan. Hasil serupa pun dengan
penelitian Hermiyetti dan Katlanis (2016). Sedangkan hal yang
bersebrangan dari hasil penelitian Nurkhin et al. (2017) dan Nilayanti
dan Suaryana (2019) bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki
pengaruh terhadap kinerja keuangan. Alasannya dikarenakan proporsi
kepemilikan manajerial yang relatif rendah sehingga menyebabkan
manajemen kurang merasakan secara langsung manfaat pengambilan
keputusan. Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian terdahulu
mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan,
maka hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H3: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan
59
4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan
Banyaknya isu lingkungan yang terjadi di dalam negeri maupun luar
negeri, akan menyebabkan masyarakat menuntut agar seluruh
perusahaan memperhatikan dampak-dampak sosial dan lingkungan
yang ditimbulkan dari aktifitas operasi perusahaan dan bertanggung
jawab untuk mengatasinya. Masyarakat menginginkan perusahaan
dapat mengontrol dampak yang diakibatkan dari kegiatan usahanya. Hal
tersebut tentu dapat dilakukan perusahaan dengan upaya pengelolaan
dan pelestarian lingkungan (Lingga dan Suaryana, 2017).
Dari penjelasan di atas sesuai dengan teori legitimasi sebagai suatu
bentuk pengakuan perusahaan dari masyarakat. Dari pengakuan tersebut
perusahaan tentu memiliki citra yang baik bagi masyarakat. Investor
akan lebih tertarik pada perusahaan yang memiliki citra atau image baik
di masyarakat, karena berdampak pada tingginya loyalitas konsumen
terhadap produk perusahaan (Mufidah, 2018).
Dalam laporan tahunannya, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan menjelaskan bahwa penilaian kinerja penaatan perusahaan
dalam Proper dilakukan berdasarkan hasil kinerja perusahaan yang
berupaya memenuhi persyaratan yang telah ditepakan perundang-
undangan. Beroperasi sesuai dengan ketentuan standar pengelolaan dan
pelestarian lingkungan. Lingga dan Suaryana (2017) menyatakan
penilaian kinerja lingkungan ini dapat menjadi pertimbangan para
investor dan pemegang saham.
60
Dalam penelitian yang dilakukan M. E. S. Tjahjono (2013)
menyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh secara
langsung terhadap nilai perusahaan, karena masih banyak faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hal serupa dengan
hasil penelitian Anjasari dan Andriati (2016) yang menyatakan hipotesis
kinerja lingkungan memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan
ditolak. Akan tetapi dalam penelitian Lingga dan Suaryana (2017)
menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Penelitian Prawirasasra (2015) juga menyatakan hal
demikian bahwa kinerja lingkungan dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
Mufidah (2018) mengungkapkan jika semakin besar upaya
pengelolaan lingkungan oleh perusahaan, maka semakin besar
dampaknya terhadap nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena upaya
pengelolaan lingkungan mendapat respon positif dari masyarakat
sehingga menyebabkan meningkatnya image perusahaan yang akan
berdampak pada nilai perusahaan karena harga saham meningkat akibat
para investor tertarik membeli saham. Berdasarkan penjelasan di atas
serta hasil dari penelitian yang menyatakan adanya pengaruh atau tidak
pengaruhnya antara kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan, maka
hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H4: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
61
5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan
manajer. Keberadaan investor institusional dianggap mampu
mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan memonitor
setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen. Pengawasan
karena adanya kepemilikan saham institusional akan dapat
meminimalisasi tingkat penyelewengan-penyelewengan yang terjadi
pada pihak manajemen yang memungkinkan dapat menurunkan nilai
perusahaan. Jayaningrat, Wahyuni, dan Sujana (2017) menyatakan
bahwa struktur kepemilikan institusional merupakan proporsi saham
yang dimiliki institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi, dan
perusahaan lain yang sejenis.
Dengan adanya mekanisme monitoring seperti yang sudah
dijelaskan di atas yang dilakukan pihak institusional secara tidak
langsung akan menuntut manajer untuk meningkatkan kinerjanya
sehingga akan menjamin peningkatan kemakmuran bagi para pemegang
saham. Besarnya pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional
tentu sangat bergantung pada besarnya investasi yang dilakukan.
Apabila semakin besar kepemilikan institusional akan semakin besar
pula kekuatan suara dan dorongan pihak institusional untuk mengawasi
manajemen (Jayaningrat et al., 2017).
62
Hasil mengenai pengaruh kepemilikan saham institusional terhadap
nilai perusahaan dapat dilihat dari penelitian Hamdiah (2015) yang
menyatakan bahwa kepemilikan saham institusional berpengaruh
terhadap nilai perusahaan secara signifikan dengan proksi pada nilai
perusahaan adalah PBV. Hasil lainnya yang menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah
penelitian Saputra dan Mahyuni (2018) dan penelitian Jayaningrat et al.
(2017).
Sedangkan dalam penelitian lainnya ada yang menyatakan bahwa
kepemilikan saham institusional tidak dapat berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Indrasti dan Martini (2014) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
begitu pula dengan penelitian Warapsari dan Suaryana (2016) dan
penelitian Sadia dan Sujana (2017) yang menyatakan hal serupa bahwa
kepemilikan intistusional tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Dari
penjelasan beberapa penelitian yang menyatakan tidak berpengaruhnya
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan kemungkinan
disebabkan presentase kepemilikan saham yang terlalu kecil.
Berdasarkan penjelasan di atas dan hasil penelitian terdahulu pengaruh
kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis
alternatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H5: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
63
6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer
dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya konflik keagenan.
Konflik tersebut menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang
diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang
saham. Salah satu cara guna mengurangi konflik antara prinsipal dan
agen dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial
suatu perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Kepemilikan manajerial
adalah proporsi kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang aktif
dalam pengambilan keputusan perusahaan (Rusyda dan Priantinah,
2018).
Dengan adanya kepemilikan manajerial, diharapkan manajer akan
bertindak sesuai dengan keinginan para prinsipal karena manajer akan
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan nantinya akan dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Saputra dan Mahyuni, 2018).
Kepemilikan manajemen tidak hanya terhadap nilai perusahaan tetapi
juga berhubungan dengan saham. Maka dengan adanya kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan akan dapat dipandang baik
dalam menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara manajemen
dan pemegang saham, sehingga permasalahan yang timbul antara agen
dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila sesorang manajer juga
sekaligus sebagai pemegang saham (Hamdiah, 2015). Hasil mengenai
pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan dapat
64
dilihat dari penelitian yang dilakukan Anita dan Yulianto (2016) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hasil lainnya yang menyatakan hal serupa
adalah dari penelitian Jayaningrat et al. (2017) dan penelitian Rusyda
dan Priantinah (2018). Sedangkan pada penelitian Sadia dan Sujana
(2017) menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai
perusahaan namun arah negatif.
Selain itu, ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Penelitian Prastuti dan Budiasih (2015) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian lainnya ada dari Wati dan Asandimitra (2017) dan penelitian
Warapsari dan Suaryana (2016) yang menyatakan hal serupa. Beberapa
alasan tidak adanya pengaruh karena presentase antara jumlah
kepemilikan saham manajerial dibandingkan saham yang beredar pada
perusahaan tersebut sangat kecil sehinggaa menghasilkan presentase
nol. Berdasarkan penjelasan di atas dan beberapa hasil penelitian
terdahulu mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan, maka hipotesis alternatif pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H6: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
65
7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
Para investor sebelum melakukan investasi kepada suatu perusahaan
tentunya perlu melakukan evaluasi untuk menilai bagaimana kondisi
perusahaan yang ingin dijadikan tempat investasi. Cara evaluasinya
dengan melihat kinerja perusahaan melalui rasio-rasio keuangan
(Indriyani, 2017). Dengan rasio tersebut para investor dapat mengetahui
nilai perusahaan tersebut. Rasio-rasio keuangan mencerminkan tinggi
atau rendahnya nilai perusahaan. Laporan keuangan perusahaan menjadi
informasi yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kinerja
keuangan perusahaan tersebut (Dama dan Tulung, 2017).
Imron et al. (2013) mengungkapkan bahwa kinerja keuangan
perusahaan yang baik akan berdampak pada meningkatnya nilai dari
sebuah perusahaan. Nilai perusahaan yang baik akan menarik minat
investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut dengan harapan
mereka akan mendapat keuntungan (dividen). Apabila perusahaan
mendapatkan keuntungan yang besar maka jumlah dividen yang akan
dibagikan akan semakin besar pula. Hal tersebut mendorong para
investor untuk terus berinvestasi pada perusahaan tersebut agar
mendapat keuntungan. Mereka akan lebih termotivasi untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut pada masa yang akan
datang.
Semakin besar investor menanamkan modalnya ke perusahaan,
semakin naik pula harga saham dari perusahaan tersebut sekaligus akan
66
semakin banyak juga jumlah saham yang beredar. Kedua hal tersebut
yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian dari M. E.
S. Tjahjono (2013) menyatakan bahwa kinerja keuangan memilki
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan sebesar 70%.
Dalam penjelasannya dikatakan karena peningkatan hasil kinerja
keuangan oleh perusahaan akan diikuti dengan penciptaan nilai bagi
perusahaan. Imron et al. (2013) juga menunjukkan hasil penelitian
kinerja keuangan yang di proxy-kan ROA berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan PBV. Selain itu penelitian
Tauke et al. (2017) juga menunjukkan hasil yang serupa dimana kinerja
keuangan yang di proxy-kan dengan ROA memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang di ukur dengan
PBV.
Berdasarkan hasil penelitian dari penjelasan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin baik kinerja keuangan dari sebuah
perusahaan maka akan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan sebuah keuntungan. Ketika laba yang dihasilkan
terus meningkat maka secara langsung dividen yang dapat diterima para
investor juga akan ikut meningkat atau dapat dikatakan kesejahteraan
para pemegang saham akan meningkat. Maka hipotesis alternatif dalam
penelitian ini adalah:
H7: Kinerja Keuangan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
67
8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
Berbagai permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia dapat
menyebabkan klaim dari masyarakat dikarenakan aktifitas produksi
perusahaan mengganggu bahkan merusak hingga mencemari
lingkungan dan berdampak pada masyarakat (Lingga dan Suaryana,
2017). Fenomena tersebut mendukung teori legitimasi yang merupakan
suatu bentuk pengakuan keberadaan perusahaan dari masyarakat. Untuk
menghindari klaim tersebut maka perusahaan harus dapat
menyelaraskan tujuan ekonomi dengan tujuan lingkungan dan
sosialnya. Dengan begitu pandangan masyarakat terhadap perusahaan
akan baik (Mufidah, 2018).
Jika perusahaan sudah mempunyai pintu di hati masyarakat maka
besar kemungkinan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima
oleh masyarakat. Hal tersebut dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan penjualan dan berdampak pada peningkatan
profitabilitas perusahaan sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan tentunya (M. E. S. Tjahjono, 2013). Menurut Imron et al.
(2013) kinerja keuangan secara efektif berpengaruh langsung kepada
nilai perusahaan.
Ketika kinerja kinerja lingkungan perusahaan baik maka akan
meningkatkan kinerja keuangan yang secara tidak langsung juga
meningkatkan nilai perusahaan. Investor akan lebih memilih saham
68
perusahaan dengan melihat pada market economy dan berita-berita yang
muncul, sedangkan kinerja lingkungan yang dinilai dengan Proper
merupakan strategi jangka panjang perusahaan dalam usaha untuk
menjaga keberlangsungan perusahaan (going concern) yang tidak dapat
dirasakan dalam jangka pendek.
Dalam hal ini juga didukung oleh teori sinyal, dalam penelitian
Moeljadi dan Supriyanti (2014) dimana dalam teori tersebut
memberikan pemahaman pentingnya suatu informasi mengenai
perusahaan yang dibutuhkan pemegang saham ataupun pihak eksternal
yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian Saputra dan Mahyuni
(2018) perusahaan dapat menggunakan informasi lingkungan sebagai
keunggulan kompetitif. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan
dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui
peningkatan harga saham yang akan meningkatkan kinerja keuangan
dan nilai perusahaan juga.
Dibuktikan dalam penelitian Tjahjono (2013) bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh secara tidak langsung terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan dan hasil
penelitian sebelumnya mengenai keterkaiatan kinerja lingkungan
terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan, maka hipotesis
alternatif dalam penelitian ini adalah:
H8: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
melalui Kinerja Keuangan
69
9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
Mencapai tujuan organisasi, tata kelola perusahaan mempunyai
tantangan dalam memaksimalkan pencapaian kesejahteraan serta
meningkatkan kinerja korporat, termasuk dalam membangun
kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi nasional maupun
internasional yang lebih stabil, dan juga bersifat jangka panjang
(Agustina dan Tarigan, 2015). Struktur kepemilikan merupakan bagian
dari tata kelola perusahaan. Kepemilikan institusional diantaranya
menjadi indikator dalam struktur kepemilikan. Kepemilikan
institusional sangat penting bagi perusahaan khususnya kemampuannya
dalam mengoptimalkan pengawasan perilaku manajer sehingga tercapai
peningkatan kinerja keuangan (Ratih dan Setyarini, 2014).
Imron et al. (2013) menyatakan kinerja keuangan perusahaan yang
baik akan berdampak pada meningkatnya nilai dari sebuah perusahaan.
Nilai perusahaan yang baik akan menarik minat investor untuk
berinvestasi di perusahaan tersebut dengan harapan mereka akan
mendapat keuntungan (dividen). Apabila perusahaan mendapatkan
keuntungan yang besar maka jumlah dividen yang akan dibagikan akan
semakin besar pula. Hal tersebut mendorong para investor untuk terus
berinvestasi pada perusahaan tersebut agar mendapat keuntungan.
Mereka akan lebih termotivasi untuk menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut pada masa yang akan datang.
70
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi
konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan
manajer. Keberadaan investor institusional dianggap mampu
mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan memonitor
setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen. Jayaningrat,
Wahyuni, dan Sujana (2017) menyatakan struktur kepemilikan
institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki institusi seperti
pemerintah, perusahaan asuransi, dan perusahaan lain yang sejenis.
Dalam penelitian Nurkhin et al. (2017) menyatakan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh secara tidak langsung terhadap
nilai perusahaan melalui kinerja keuangan yang berarti kinerja keuangan
mampu menjadi variabel intervening antara hubungan kepemilikan
institusional dengan nilai perusahaan. Sedangkan dalam penelitian
Rusyda dan Priantinah (2018) hasilnya bertolak belakang dimana
kinerja keuangan tidak mampu memediasi atau menjadi variabel
intervening antara hubungan kepemilikan institusional dengan nilai
perusahaan. Maka hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H9: Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan melalui Kinerja Keuangan
71
10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
Kepemilikan saham manajerial akan menuntut manajer untuk selalu
berhati-hati dalam pengambilan keputusan karena hasil dari
pengambilan keputusan tersebut akan memberikan dampak secara
langsung terhadap saham yang dimiliki oleh manajer. Semakin besar
proporsi kepemilikan manajerial pada saham perusahaan maka semakin
baik pula kinerja perusahaan tersebut terutama pada kinerja keuangan
(Rusyda dan Priantinah, 2018). Kinerja keuangan perusahaan yang baik
akan berdampak pada meningkatnya nilai dari sebuah perusahaan. Nilai
perusahaan yang baik akan menarik minat investor untuk berinvestasi di
perusahaan tersebut dengan harapan mereka akan mendapat keuntungan
(dividen) (Imron et al., 2013).
Selain itu, kepemilikan manajerial juga akan mensejajarkan
kepentingan manajemen oleh pemegang saham (outsider ownership)
sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang
diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari
pengambilan keputusan yang salah (Santoso, 2017). Dengan adanya
kepemilikan manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai
dengan keinginan para prinsipal karena manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja dan nantinya akan dapat meningkatkan nilai
perusahaan (Jayaningrat et al., 2017).
72
Kepemilikan manajemen tidak hanya terhadap nilai perusahaan
tetapi juga berhubungan dengan saham. Maka dengan adanya
kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan akan dapat
dipandang baik dalam menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan
antara manajemen dan pemegang saham, sehingga permasalahan yang
timbul antara agen dan prinsipal diasumsikan akan hilang apabila
sesorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham (Hamdiah,
2015).
Dalam penelitian Rusyda dan Priantinah (2018) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh secara tidak langsung terhadap
nilai perusahaan melalui kinerja keuangan. Sehingga mengartikan
bahwa presentase kepemilikan manajerial dapat berpengaruh terhadap
kinerja keuangan yang secara tidak langsung pula akan meningkatkan
nilai perusahaan. Sedangkan dalam penelitian Nurkhin et al. (2017) dan
A. Tjahjono dan Chaeriyah (2017) menyatakan hal sebaliknya yakin
kinerja keuangan tidak dapat memediasi atau menjadi variabel
intervening antara kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas beserta hasil penelitian sebelumnya,
maka disimpulkan hipotesis alternatif dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H10: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan melalui Kinerja Keuangan
73
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang, tinjauan literatur, landasan teori, penelitian
terdahulu, dan pengembangan hipotetsis yang dijelaskan di atas maka
kerangka pemikiran yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam gambar 2.1.
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
74
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Peneltian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menganalisa hubungan sebab akibat yang digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu kinerja lingkungan dan
struktur kepemilikan terhadap variabel dependen, yaitu nilai perusahaan
dengan menggunakan variabel intervening yaitu kinerja keuangan.
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dimana data yang digunakan berupa angka-angka. Objek penelitian ini
adalah semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada periode 2013-2017 dan mengikuti Proper yang diadakan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Setelah menentukan ruang lingkup penelitian. Peneliti selanjutnya
menentukan populasi yang akan diuji. Menurut Sekaran dan Bougie
(2016: 236) yang dimaksud populasi adalah keseluruhan kelompok
orang, kejadian, atau hal dan minat yang ingin peneliti investigasi.
Sedangkan sampel adalah sub kelompok atau sebagian dari populasi.
Dengan mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan
yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian (Sekaran dan
Bougie, 2016: 237). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
75
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2013-2017 dan perusahaan yang mengikuti Proper selama periode 2013-
2017 secara berturut-turut.
2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah metode
purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel dengan kriteria
atau pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Tujuan
dilakukannya metode purposive sampling adalah untuk menghindari
adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi-informasi tersebut.
Kriteria yang diharapkan oleh peneliti untuk sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam
periode 2013-2017.
2. Perusahaan yang mengikuti Program Penilaian Peringkat (Proper)
dalam pengelolaan lingkungan hidup yang diadakan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari tahun 2013 sampai 2017
berturut-turut.
3. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan berturut-turut dari
tahun 2013 sampai tahun 2017.
4. Perusahaan yang menggunakan mata uang Rupiah dalam laporan
keuangannya.
Pertimbangan-pertimbangan di atas dibuat untuk menghasilkan
sampel yang dapat mewakili populasi yang sebenarnya.
76
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam
memperoleh data-data penelitian, peneliti menggunakan dua cara yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data yang berkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti melalui beberapa sumber informasi
dan pengetahuan yang terpercaya dan jelas referensinya sehingga dapat
dipertanggungjawabkan, seperti: jurnal, skripsi, thesis, internet, artikel
dan berbagai buku referensi serta perangkat lain yang berkaitan dengan
judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian yang digunakan merupakan data sekunder
yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian
ini berupa laporan keuangan, laporan tahunan perusahaan dan laporan
Proper selama periode 2013-2017 yang didapatkan dari website resmi
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dapat diakses pada www.idx.co.id,
kemudian daftar peringkat perusahaan yang mengikuti Proper dapat di
dapatkan dan diakses di website resmi Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan proper.menlh.go.id, dan informasi lain mengenai
perusahaan yang diakses di www.sahamok.com, dan website
perusahaan.
77
D. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu variabel independen, variabel
dependen, dan variabel intervening. Berikut penjelasan dengan operasional
dan pengukurannya.
1. Variabel Independen
Variabel independen yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya
atau terpengaruhnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel
independen yang digunakan adalah kinerja lingkungan dan struktur
kepemilikan yang diukur dengan kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial.
a. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan merupakan kinerja perusahaan untuk
menciptakan lingkungan yang baik atau ketika perusahaan
mengeluarkan biaya terkait dengan aspek lingkungan secara
otomatis akan membangun citra yang baik bagi stakeholder dan
calon investor sehingga akan direspon positif oleh pasar dan sebagai
wujud tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan
(Tiarasandy et al. 2018).
Proxy yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Proper yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Ardila, 2017; Tiarasandy et al. 2018). Peringkat Proper
78
terbagi atas 5 peringkat yang disimbolkan dengan warna, dimana
setiap warna tersebut akan diberi skor. Masing-masing peringkat
diberi skor yang sesuai dari yang terbaik kinerja lingkungannya
hingga yang terburuk yaitu skor 5 untuk peringkat emas, skor 4
untuk peringkat hijau, skor 3 untuk peringkat biru, skor 2 untuk
peringkat merah dan skor 1 untuk peringkat hitam. Peringkat dan
skornya dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Skor dari Peringkat Proper
Peringkat Skor
Emas 5
Hijau 4
Biru 3
Merah 2
Hitam 1
Sumber: Ardila (2017)
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan proporsi saham
perusahaan yang dimiliki investor institusional seperti bank,
perusahaan asuransi, perusahaan investasi, dan kepemilikan institusi
lain yang berperan sebagai monitoring. Kepemilikan institusional
mendorong peningkatan pengawasan lebih optimal sehingga
manajer akan diawasi dalam menentukan kebijakan finansial.
79
Alternatif tersebut menyebabkan perusahaan akan mencari sumber
pendanaan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya
(Sadia dan Sujana, 2017).
Berdasarkan hal tersebut memungkinkan bila adanya
peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan kinerja
manajemen diawasi secara optimal sehingga manajemen
menghindari perilaku yang merugikan prinsipal. Proxy yang
digunakan untuk menghitung presentase kepemilikan institusional
adalah pembagian antara jumlah saham institusional dengan jumlah
saham yang beredar di perusahaan tersebut (Ratih dan Setyarini,
2014; Rusyda dan Priantinah, 2018).
INST = 𝑱𝒖𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑰𝒔𝒕𝒊𝒕𝒖𝒔𝒊𝒐𝒏𝒂𝒍
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓 𝒅𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏
c. Kepemilikan Manajerial
Saputra dan Mahyuni (2018) menyatakan bahwa
kepemilikan manajerial adalah presentase kepemilikan saham yang
dimiliki oleh diseksi, manajer, dan dewan komisaris. Jensen dan
Meckling (1976) menyebutkan bahwa pemisahaan kepemilikan
saham dan pengawasan perusahaan akan menimbulkan benturan
kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen akan
meningkat seiring dengan keinginan pihak manajemen untuk
meningkatkan kemakmuran pada diri mereka sendiri.
Adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan
akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan
80
akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari kepemilikan
manajemen yang meningkat dalam perusahaan tersebut. Hal ini
sangat potensial dalam mengurangi alokasi sumber daya yang tidak
menguntungkan, yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai
perusahaan (Anita dan Yulianto, 2016). Proxy yang digunakan
untuk menghitung presentase kepemilikan saham manajerial dalam
penelitian ini adalah jumlah saham yang dimiliki pihak manajemen
dibagi dengan jumlah saham yang beredar di perusahaan tersebut
(Candradewi dan Sedana, 2016; Rusyda dan Priantinah, 2018).
MNJR = 𝑱𝒖𝒏𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒑𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒂𝒏 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑴𝒂𝒏𝒂𝒋𝒆𝒓𝒊𝒂𝒍
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑩𝒆𝒓𝒆𝒅𝒂𝒓 𝒅𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒖𝒔𝒂𝒉𝒂𝒂𝒏
2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen atau variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel
dependen yang digunakan adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan
menunjukkan pandangan investor atau stakeholder akan kondisi
perusahaan. Apabila perusahaan dapat memberikan kesejahteraan
kepada pemegang saham, maka publik akan menilai bahwa perusahaan
tersebut memiliki nilai yang tinggi. Dalam penelitian ini, nilai
perusahaan diukur dengan menggunakan rumus Tobin’s Q yang
merujuk pada penelitian Kurniawan et al. (2018). Berikut adalah bentuk
rumus Tobin’s Q:
Tobin’s Q = 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑴𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆
𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑩𝒐𝒐𝒌 𝑽𝒂𝒍𝒖𝒆
81
Dimana:
EMV = Harga saham per lembar × jumlah saham yang beredar
EBV = Total aset – total kewajiban
Dalam Kurniawan et al. (2018) menjelaskan interpretasi dari skor
pada rumus Tobin’s Q tersebut adalah pertama, apabila Tobin’s Q < 1
artinya adalah saham dalam kondisi undervalued yang mengindikasikan
bahwa manajemen telah gagal dalam mengelola aktiva perusahaan
sehingga potensi pertumbuhan investasinya rendah. Kedua, Tobin’s Q =
1 menunjukkan bahwa harga saham dalam kondisi average yang dimana
mengindikasikan bahwa manajemen stagman dalam mengelola aktiva
sehingga potensi pertumbuhan investasinya tidak berkembang. Ketiga,
Tobin’s Q > 1 artinya bahwa saham dalam kondisi overvalued dimana
mengindikasikan bahwa manajemen berhasil dalam mengelola aktiva
perusahaan sehingga potensi pertumbuhan investasinya tinggi.
Penggunaan Tobin’s Q sebagai rasio untuk mengukur nilai
perusahaan dikarenakan dapat memberikan indikasi bagi manajemen
mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan pada masa
lampau dan prospeknya pada masa depan. Tobin’s Q dinilai bisa
memberikan informasi paling baik karena dapat menjelaskan berbagai
fenomena dalam kegiatan perusahaan. Tobin’s Q memasukan semua
unsur dan indikator hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya
saham biasa dan ekuitas saja, namun seluruh aset perusahaan. Dengan
memasukan seluruh asset perusahaan, artinya perusahaan tidak hanya
82
fokus pada satu tipe investor dalam bentuk saham saja, namun investor
untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan
bukan berasal dari ekuitas saja tetapi dari hutang atau pinjaman yang
diberikan kreditur (Mareta dan Fitriyah, 2017).
3. Variabel Intervening
Menurut Tuckman dalam Sugiyono (2015: 72) variabel intervening
adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen menjadi hubungan yang
tidak langsung. Dalam penelitian ini kinerja keuangan digunakan
sebagai variabel intervening. Kinerja keuangan perusahaan merupakan
suatu bentuk prestasi perusahaan dilihat dari laporan keuangan yang
mencerminkan keadaan keuangan perusahaan selama periode tertentu.
Dari kinerja keuangan dapat menggambarkan keberhasilan perusahaan
dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya perusahaan.
Dalam penelitian ini kinerja diukur dengan profitabilitas yang
menggunakan indikator Return on Assets (ROA). ROA mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
asset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA yang dirumuskan dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian Bukhori dan Sopian (2017)
sebagai berikut:
Return on Assets = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐬𝐞𝐭 ×100%
83
Selanjutnya untuk pengukuran operasional variabel pada penelitian
ini dapat di lihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Pengukuran Operasional Variabel
NO Variabel Pengukuran Skala
1 Kinerja Lingkungan
Ardila (2017);
Tiarasandy et al. (2018)
Peringkat PROPER
(Skor 1 – 5) Ordinal
2 Kepemilikan
Institusional
Ratih dan Setyarini,
(2014); Rusyda dan
Priantinah (2018)
INST= Jumlah Saham
Institusional/Jumlah
Saham yang bersedar
Rasio
3 Kepemilikan
Manajerial
Ratih dan Setyarini
(2014); Rusyda dan
Priantinah (2018)
MNJR= Jumlah Saham
Manajerial/Jumlah
Saham yang bersedar
Rasio
4 Kinerja Keuangan
Bukhori dan Sopian
(2017); Rusyda dan
Priantinah (2018)
Return on Assets =
Laba Bersih Setelah
Pajak/Total Asset
×100%
Rasio
5 Nilai Perusahaan
(Mareta & Fitriyah,
2017); Kurniawan et al.
(2018)
Tobin’s Q = Equity
Market Value/Equity
Book Value
Rasio
Sumber: data diolah sendiri
84
E. Metode Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah representasi numerik data. Statistik
deskriptif menyajikan ukuran numerik penting untuk data sampel.
Statistik deskriptif juga digunakan untuk mencari nilai rata-rata (mean),
minimum, deviasi maksimum dan standar dari variabel yang diteliti.
Riadi (2016: 57) menyimpulkan pada hakikatnya statistik ini adalah alat
bantu peneliti yang ingin mengungkapkan dan memecahkan masalah
penelitian melalui sekumpulan data kuantitatif, sampel kemudian
diinferensi untuk mendapatkan sebuah generalisasi dari populasi.
Statistik deskriptif hanya memberikan gambaran atau informasi
mengenai karakteristik data.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan untuk menguji hipotesis dengan
beberapa analisis regresi. Uji asumsi klasik yang digunakan seperti:
a. Uji Normalitas
Salah satu asumsi model regresi adalah residual mempunyai
distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi variabel penyusup atau sisa memiliki normal atau
mendekati normal distribusi. Seperti yang sudah diketahui bahwa uji
t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
yang normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2018: 161). Ada
85
beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu uji parametik analisis
grafik dan uji non parametik uji statistika Kolmorogov-Smirnov (K-
S).
Ghozali (2018: 161-163) menjelaskan cara termudah untuk
melihat normalitas dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati normal. Namun demikian, jika hanya melihat histogram
hal ini akan menyesatkan khusunya untuk jumlah sampel yang kecil.
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability
plot yang membandingakan distribusi kumulatif dan distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal.
Selain itu, pengujian yang lebih akurat untuk melihat apakah
residual berdistribusi normal adalah dengan uji statistik non
parametik, uji statistika Kolmorogov-Smirnov (K-S) (Widarjono,
2015). Dalam Riadi (2016: 115) pentuan keputusan tentang
normalitas tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jika p ≤ 0,05 maka distribusi data tidak normal.
2) Jika p> 0,05 maka distribusi data normal.
86
Pengujian dengan Uji statistika Kolmorogov-Smirnov (K-S)
dianggap lebih akurat karena memberikan informasi dengan angka
presentase yang menggambarkan apakah data telah berdistribusi
dengan normal atau tidak tanpa keraguan.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan pengujian korelasi antara
variabel gangguan satu observasi dengan variabel gangguan
observasi lain. Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji apakah
dalam linier model regresi ada korelasi antara kesalahan perancu
pada periode t dengan kesalahan penyusup pada periode t-1
(sebelumnya). Dalam uji autokorelasi ini dijelaskan bahwa
autokorelasi muncul karena berurutan pengamatan dari waktu ke
waktu terkait satu sama lain. Masalah timbul karena residual tidak
bebas dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya (Widarjono,
2015: 79-80).
Hal tersebut sering ditemukan pada data runtut waktu atau
time series karena adanya gangguan pada data individu atau
kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data silang
waktu atau cros section, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu
kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2018: 112).
87
Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam menguji
autokorelasi, salah satunya adalah dengan uji Run Test. Run Test
merupakan bagian dari pengujian statistik non parametik yang
paling akurat tanpa keraguan karena menyajikan hasil dalam bentuk
angka, dimana jika nilai hasil uji menujukkan di bawah 0,05 artinya
residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual.
Sebaliknya jika angka hasil uji menunjukkan lebih besar dari nilai
signifikan 0,05 artinya data bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2018).
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas (multicollinearity) adalah uji yang
bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi mempunyai
hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi
berganda dan menguji apakah dalam model regresi menemukan
korelasi antara variabel independen (Widarjono, 2015: 59). Dalam
model regresi yang baik, seharusnya tidak ada korelasi antara
variabel independen. Untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya
korelasi antara variabel independen dalam model regresi dapat
dilihat dengan melihat toleransi VIF (Variance Inflation Factor)
(Widarjono, 2015: 65):
1) Jika nilai toleransi > 0,10 dan VIF <10, maka dapat ditafsirkan
bahwa tidak ada multikolinearitas dalam penelitian.
2) Jika nilai toleransi ≤ 0,10 dan VIF ≥ 10, maka multikolinieritas
gangguan terjadi dalam penelitian.
88
d. Uji Heteroskedastisitas
Widarjono (2015: 67) menjelaskan uji heteroskedastisitas
berarti varian variabel gangguan yang tidak konstan. Masalah
heteroskedastisitas dengan demikian lebih sering muncul pada data
cross section daripada data time series. Tujuan pengujian ini untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians
dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap. Maka disebut
homoskedastisitas. Model regrasi yang baik adalah yang memiliki
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu
metode yang digunakan untuk menentukan apakah adanya
heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan uji glejser.
Uji metode glejser dapat dilakukan dengan regresi nilai
absolut dari variabel independen. Jika variabel independen secara
statistik menunjukkan nilai yang signifikan untuk mempengaruhi
variabel dependen, maka dapat disimpulkan adanya indikasi
heteroskedastisitas. Kriteria yang digunakan untuk menyatakan
bahwa penelitian ini bebas dari gangguan heteroskedastisitas adalah
salah satunya dengan melihat batasan koefisien signifikansi yang
telah ditetapkan yaitu 5% (0,05). Jika tingkat signifikansi > 0,05
maka bisa disimpulkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas atau
dapat disimpulkan terdapat homoskedastisitas (Widarjono, 2015:
74).
89
3. Uji Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat
diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik
t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak).
Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah dimana H0 diterima.
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Jika R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2018: 97).
b. Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji
Statistik F)
Tidak seperti uji t yang menguji signifikansi koefisien
regresi secara individu dengan uji hipotesis terpisah bahwa setiap
koefisien regresi sama dengan nol. Uji F menguji hipotesis
90
gabungan bahwa b1, b2, dan b3 secara bersama-sama dengan nol,
atau:
H0: b1 = b2 = ......... = bk = 0
HA: b1 ≠ b2 ≠ ......... ≠ bk ≠ 0
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria
pengambilan keputusan Quick Lock yaitu bila nilai F lebih besar
daripada 4 maka H0 dapat di tolak pada derajat kepercayaan 5%.
Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang
menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan
signifikan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2018: 98).
c. Uji signifikansi parameter Individual (Uji Statistik t)
Dalam penelitian ini, uji signifikansi parameter individual
akan dijelaskan dalam uji hipotesis analisis jalur karena model
penelitian adalah dengan variabel mediator atau intervening. Pada
analisis jalur dijelaskan secara detail bagaimana hasil pengujian
signifikansi antar variabel secara parsial.
4. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, uji hipotesis kinerja lingkungan yang
diproksikan dengan Proper yang diadakan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, struktur kepemilikan yang di
proksikan dengan kepemilikan institusional dan kepemilikan
manajerial, kinerja keuangan yang diukur melalui profitabilitas dengan
91
indikator pengukuran atau proksi Return On Assets (ROA), dan pada
nilai perusahaan yang di proksikan dengan Tobin’s Q.
a. Analisis Jalur
Analisis jalur adalah teknik untuk menganalisis hubungan
kasual yang terjadi dalam regresi berganda jika variabel independen
mempengaruhi variabel dependen tidak hanya secara langsung,
tetapi juga tidak langsung. Semua variabel di dalam analisis jalur
baik dependen maupun independen merupakan variabel yang bisa
diukur langsung (obserable). Sedangkan bila variabel di dalam
analisis jalur merupakan variabel yang tidak bisa diukur langsung
(unobservable) maka disebut dengan model persamaan struktural
(Structural Equation Modeling=SEM) (Widarjono, 2015: 212).
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk menguji
analasis jalur:
1) Menentukan model kerangka penelitian berdasarkan paradigma
hubungan antar variabel.
Gambar 3.1
Kerangka Judul Penelitian
Sumber: diolah
92
2) Membuat struktur jalur hipotesis kerangka penelitian.
Gambar 3.2
Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian
Sumber: diolah
Kerangka jalur terdiri dari dua persamaan struktural, dimana
X1, X2, dan X3 adalah variabel eksogen dan Y1 dan Y2 adalah
variabel endogen. Oleh karena itu, persamaan strukturannya
adalah:
Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1 (persamaan substruktur 1)
Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 P + P Y2Y1 + Ɛ2 (persamaan
substruktur 2)
3) Menganalisis pengujian dengan SPSS yang terdiri dari dua
langkah, analisis untuk substruktur 1 dan substruktur 2.
Substruktur 1
Analisis
Persamaan strukturalnya adalah:
Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1
Dimana:
P = Koefisien Regresi
Y1 = Kinerja Keuangan
93
X1 = Kinerja Lingkungan
X2 = Kepemilikan Institusional
X3 = Kepemilikan Manajerial
Ɛ1 = error
Pertama adalah dengan menghitung persamaan regresi
dengan aplikasi SPSS dan menggunakan menu analisis. Setelah
itu maka didapatkan hasil perhitungan (output) dalam bentuk
tabel model ringkasan, ANOVA, dan koefisien (Widarjono,
2015: 216).
Substruktur 2
Analisis
Persamaan strukturalnya adalah:
Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + PY2Y1 + Ɛ2
Dimana:
P = Koefisien Regresi
Y1 = Kinerja Keuangan
Y2 = Nilai Perusahaan
X1 = Kinerja Lingkungan
X2 = Kepemilikan Institusional
X3 = Kepemilikan Manajerial
Ɛ2 = error
Langkah selanjutnya adalah menghitung persamaan regresi
dengan bantuan aplikasi SPSS dan menggunakan menu analisis.
94
Setelah diperoleh perhitungan (output) dalam bentuk ringkasan,
ANOVA, dan koefisien (Widarjono, 2015: 216).
4) Interpretasi hasil substruktur 1
a) Analisis Regresi
Melihat pengaruh dari kinerja lingkungan, kepemilikan
institusional, dan kepemilikan manajerial pada kinerja
keuangan.
1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja
keuangan
3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja
keuangan
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel kinerja
lingkungan, kepemilikan institusional, dan kepemilikan
manajerial pada kinerja keuangan pengujian yang dilakukan
adalah uji t yang digunakan secara parsial. Sementara untuk
melihat besarnya pengaruh menggunakan jumlah beta atau
koefisien standar. Maka langkah pengujian hipotesisnya
adalah:
1. Menentukan hipotesis yang H0 dan H1
2. Hitung besarnya thitung, besarnya thitung dapat dilihat
dalam perhitungan SPSS (tabel koefisien)
95
3. Hitung besarnya ttabel dengan tarif tingkat 0,05 dan
Degrees of Freedom (DF) dengan kondisi berikut:
DF = n ─ k (Widarjono, 2015: 23)
4. Menentukan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
5. Membuat keputusan mengenai apakah ada pengaruh dari
masing-masing variabel X1, X2, dan X3 pada Y1
5) Interpretasi hasil substruktur 2
a) Analisis Regresi
Melihat pengaruh dari kinerja lingkungan, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan
pada nilai perusahaan.
1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan
3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan
4. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel kinerja
lingkungan, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan kinerja keuangan atas nilai perusahaan yang
digunakan secara individual atau sebagian (parsial) dengan
96
uji t. Sementara untuk melihat besarnya efek atau pengaruh
jumlah beta atau koefisien standar, langkah-langkah yang
dilakukan dalam pengujian hipotesisnya adalah:
1. Menentukan hipotesisnya H0 dan H1
2. Hitung besarnya 𝑡hitung, besarnya 𝑡hitung
terkandung dalam perhitungan SPSS (tabel koefisien)
3. Hitung besarnya ttabel dengan signifikasi tarif 0,05 dan
Degrees of Freedom (DF) dengan kondisi:
DF = n ─ k (Widarjono, 2015: 23)
4. Menentukan kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika thitung ≤ ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
5. Buat keputusan tentang adanya pengaruh dari masing-
masing variabel X1, X2, X3 dan Y1 pada variabel Y2.
6) Menghitung pengaruh atau efek
a) Pengaruh Langsung (Direct Effect)
Dalam pengaruh efek langsung menjelaskan bahwa
untuk mengetahui efek langsung menggunakan rumus
sebagai berikut:
1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap kinerja keuangan
X1 → Y1 (PY1X1)
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja
keuangan
97
X2 → Y1 (PY1X2)
3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja
keuangan
X3 → Y1 (PY1X3)
4. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan
X1 → Y2 (PY2X1)
5. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan
X2 → Y2 (PY2X2)
6. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan
X3 → Y2 (PY2X3)
7. Pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan
Y1 → Y2 (PY2Y1)
b) Pengaruh tidak langsung
Pengaruh tidak langsung dalam hal ini menjelaskan
bahwa untuk mengetahui efek tidak langsung menggunakan
rumus sebagai berikut:
1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan
melalui kinerja keuangan
X1 → Y1 → Y2 (PY1X1 × PY1Y2)
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan
98
X2 → Y1 → Y2 (PY1X2 × PY1Y2)
3. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan
X3 → Y1 → Y2 (PY1X3 × PY1Y2)
c) Total pengaruh
Total pengaruh menjelaskan bahwa untuk mengetahui
total pengaruh atau efek menggunakan rumus sebagai
berikut:
1. Pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan
X1 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X1 × PY2X1)
2. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan
X2 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X2 × PY2X2)
3. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan
X3 → Y1 → Y2 (PY1Y2 + (PY1X3 × PY2X3)
7) Membuat kerangka model penilitian II dengan memperhatikan
kedua pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan
pengaruh total pada setiap variabel.
8) Menentukan kesimpulan dari penelitian ini tentang pengaruh
kinerja lingkungan, kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan kinerja keuangan pada nilai perusahaan secara
simultan atau bersama-sama dan parsial atau secara individual.
99
b. Uji Sobel
Uji sobel digunakan untuk menguji hipotesis 8, hipotesis 9,
dan hipotesis 10, yaitu pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan, pengaruh kepemilikan
institusional terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan,
dan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan
melalui kinerja keuangan. Uji sobel dilakukan untuk menguji
kekuatan pengaruh tidak langsung dari variabel X1, X2, X3 pada
variabel Y2 melalui Y1. Uji sobel dalam bentuk rumus sebagai
berikut:
Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2
t = 𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
Dimana:
𝑎 = Nilai Unstandardized Coefficients B X1 atau X2 atau X3
ke Y1
𝑏 = Nilai Unstandardized Coefficients B Y1 ke Y2
𝑆𝑎 = Nilai Unstandardized Coefficients Std. Error X1 atau X2
atau X3 ke Y1
𝑆𝑏 = Nilai Unstandardized Coefficients Std. Error Y1 ke Y2
t = 𝑡hitung mediasi
100
Nilai yang digunakan dalam uji sobel ini adalah nilai
Unstandardized Coefficients untuk membuktikan apakah nilai
pengaruh tidak langsung pada Standardized Coefficients benar
terbukti dan signifikan (Ghozali, 2018: 250). Uji sobel ini dilakukan
untuk melihat apakah pengaruh mediasi hasil dari perkalian
koefisien yang berasal dari output SPSS adalah signifikan atau tidak.
Pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai t yang dihasilkan
dari uji sobel dengan ttabel. Apabila nilai thitung dari uji sobel lebih
besar dibandingkan ttabel dengan tingkat signifikan di bawah 5%
maka ada pengaruh mediasi. Selain menggunakan rumus uji sobel di
atas, hasil mediasi yang signifikan di uji dengan program addin axell
uji sobel atau Winnifired’s Mediation Program (WIMP).
101
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan
populasi dan sampel penelitian. Dalam penelitian ini metode penentuan
sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik
purposive sampling, yaitu metode pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu dengan tujuan agar sampel yang digunakan dapat
mempresentasikan penelitian yang dilakukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sektor perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini mengambil sampel
selama 5 tahun, yaitu tahun 2013 sampai 2017. Adapun data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan
keuangan, laporan tahunan dan laporan Proper tahun 2013 sampai 2017.
Laporan keuangan dan laporan tahunan yang diakses melalui website resmi
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada alamat website www.idx.co.id dan laporan
Proper yang diakses pada website resmi Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan pada alamat website proper.menlh.go.id.
Penelitian ini menggunakan populasi seluruh sektor perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2017 sebesar 567 perusahaan.
Sebanyak 532 perusahaan tidak mengikuti program Proper yang dibuat oleh
102
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sebanyak 8 perusahaan
tidak menyediakan laporan keuangan maupun laporan tahunan secara
lengkap dalam website Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebanyak 9 perusahaan
tidak menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. Selain itu 2
perusahaan memiliki data outlier. Ringkasan pemilihan sampel penelitian
disajikan pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1
Rincian Perolehan Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) 2013-2017 567
2
Perusahaan yang tidak terdaftar dalam Proper
Kementrian Lingkungan dan Kehutanan dari tahun
2013-2017
532
3
Peneliti tidak menemukan informasi terkait variabel di
dalam laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan dari tahun 2013-2017
8
4 Perusahaan yang menggunakan mata uang dollar
dalam laporan keuangannya 9
5 Perusahaan yang memiliki data outlier 2
6 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 16
Jumlah tahun penelitian 5
Total sampel data selama 5 tahun penelitian dari tahun
2013 sampai dengan tahun 2017 80
Sumber: Data Sekunder yang diolah
103
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan
skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2018: 19). Penelitian ini
menggunakan analisis statistik deskriptif yang meliputi nilai rata-rata
(mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dari masing-masing
variabel. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain kinerja lingkungan dan struktur kepemilikan sebagai variabel
independen, kinerja keuangan sebagai variabel intervening dan nilai
perusahaan sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut akan
diuji secara statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS
versi 25. Hasil statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian ini
akan dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Sumber: Output SPSS 25 yang diolah
104
Berdasarkan tabel hasil statistik deskriptif diperoleh total data
sebanyak 80 data observasi yang berasal dari perkalian periode 5 tahun
penelitian dari tahun 2013-2017 dengan jumlah sampel sebanyak 16
perusahaan. Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskriptif untuk
variabel independen (PROPER, INST dan MNJR), variabel intervening
(ROA) dan variabel dependen (TOBINSQ). Berikut adalah penjelasan
dari hasil statistik deskriptif untuk variabel independen:
a. Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen kinerja
lingkungan yang diproksikan dengan PROPER menunjukkan nilai
minimum sebesar 2,000 dan nilai maksimum sebesar 5,000 dengan
nilai rata-rata (mean) sebesar 3,00000 dan nilai standar deviasi
sebesar 0,450035. Nilai minimum untuk variabel kinerja
lingkungan terjadi pada perusahaan yang memiliki nilai PROPER
2 atau jika dalam kategori warna adalah merah. Perusahaan yang
mendapatkan nilai PROPER 2 diantaranya PT Wilmar Cahaya
Indonesia dan PT Prashida Aneka Niaga Tbk pada tahun 2013, PT
Gunawan Dian Jaya Steel Tbk, PT. Indal Alumunium Industry, dan
PT Lippo Cikarang Tbk pada tahun 2015, PT Martina Berto pada
tahun 2016 dan 2017. Sedangkan, nilai maksimum terjadi pada
perusahaan PT Semen Indonesia Tbk tahun 2013, hal tersebut
menunjukkan bahwa pada tahun 2013 PT Semen Indonesia Tbk
memiliki nilai PROPER yang lebih besar dibandingkan perusahaan
lainnya.
105
b. INST menunjukkan nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai
maksimum sebesar 0,998 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
0,72374 dan nilai standar deviasi sebesar 0,238463. Nilai minimum
untuk proksi kepemilikan institusional dari variabel struktur
kepemilikan terjadi pada PT Jaya Pari Steel Tbk tahun 2016 dan
2017, hal tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2016 dan 2017
PT Jaya Pari Steel Tbk memiliki nilai INST yang lebih kecil
dibandingkan perusahaan lainnya. Sedangkan, nilai maksimum
terjadi pada perusahaan PT Sampoerna Agro Tbk tahun 2017 yang
menunjukkan bahwa pada tahun tersebut PT Sampoerna Agro Tbk
memiliki nilai INST tertinggi atau memiliki kepemilikan
institusional tertinggi diantara perusahaan lainnya.
c. MNJR menunjukkan nilai minimum sebesar 0,000 dan nilai
maksimum sebesar 0,840 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar
0,04801 dan nilai standar deviasi sebesar 0,141629. Nilai minimum
untuk proksi kepemilikan manajerial dari variabel struktur
kepemilikan terjadi pada beberapa perusahaan di tahun berbeda
yang tidak memiliki nilai kepemilikan manajerial. Sedangkan nilai
maksimum terjadi pada perusahaan PT Jaya Pari Steel Tbk tahun
2016 dan 2017 yang menunjukkan bahwa pada tahun tersebut PT
Jaya Pari Steel Tbk memilki nilai MNJR tertinggi atau memiliki
nilai kepemilikan manajerial tertinggi dibandingkan perusahaan
lainnya.
106
Berikut adalah penjelasan dari hasil statistik deskriptif untuk variabel
intervening:
a. Hasil statistik deskriptif terhadap variabel intervening yaitu kinerja
keuangan yang diproksikan dengan ROA menunjukkan nilai
minimum -0,069 dan nilai maksimum sebesar 0,192 dengan nilai
rata-rata (mean) sebesar 0,03720 dan nilai standar deviasi sebesar
0,055169. Nilai minimum ROA terjadi pada perusahaan PT
Prashida Aneka Niaga Tbk tahun 2015, hal tersebut menunjukkan
bahwa pada tahun 2015 PT Prashida Aneka Niaga memiliki nilai
kinerja keuangan sangat rendah dibandingkan perusahaan lainnya
yang di proksikan dengan ROA. Sedangkan nilai maksimum
terjadi pada perusahaan PT lippo Cikarang Tbk tahun 2014 yang
menunjukkan bahwa pada tahun tersebut PT Lippo Cikarang
memiliki nilai kinerja keuangan tertinggi dibandingkan perusahaan
lainnya yang di proksikan dengan ROA.
Berikut adalah penjelasan dari hasil statistik deskriptif untuk variabel
dependen:
a. Hasil statistik deskriptif terhadap variabel dependen yaitu nilai
perusahaan yang diproksikan dengan TOBINSQ menunjukkan
nilai minimum 0,120 dan nilai maksimum sebesar 3,849 dengan
nilai rata-rata (mean) sebesar 0,98565 dan nilai standar deviasi
sebesar 0,733873. Nilai minimum terjadi pada perusahaan PT
Indospring Tbk 2015 dan nilai tertinggi terjadi pada perusahaan PT
107
Semen Indonesia Tbk 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT
Indospring Tbk pada tahun 2015 memiliki nilai perusahaan yang
sangat rendah dengan diproksikan TOBINS Q. Sebaliknya, PT
Semen Indonesia Tbk tahun 2015 memiliki nilai perusahaan
tertinggi dengan di proksikan TOBINS Q.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Dalam model penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk persamaan
yakni;
Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1
Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P Y2Y1 +
Ɛ2
a. Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang
residual datanya berdistribusi dengan normal. Jika residual data
tidak berdistribusi normal maka kesimpulan statistik menjadi tidak
valid atau bias. Ada banyak cara untuk menguji atau mendeteksi
apakah data residual berdistribusi normal ataukah tidak, yaitu
dengan melihat grafik histogram, grafik Normal Probability Plot,
Analisis statistik dengan melihat nilai kurtosis dan skewness, dan
terakhir dengan uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
108
(Ghozali, 2018: 161). Dalam penelitian ini digunakan 3 pengujian
untuk uji normalitas, yakni uji analisis grafik histogram, grafik
Normal Probability Plot serta uji statistik One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut ini grafik histogram dan grafik
normal plot hasil pengujian menggunakan SPSS versi 25:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik histogram
tidak menunjukkan kemencengan. Terlihat bentuk histogram
menggambarkan data yang terdistribusi normal atau mendekati
normal karena membentuk seperti seperti lonceng. Kemudian
untuk mendukung hasil analisis grafik histogram di atas, maka
dilakukan analisis terhadap grafik Normal Probability Plot sebagai
berikut:
109
Gambar 4.2
Hasil Uji Dengan Grafik Normal Plot Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
dan berhimpit disekitar garis diagonal serta penyebarannya tidak
menjauh dari garis diagonal yang mengartikan bahwa data
terdistribusi dengan normal. Maka dapat dikatakan model regresi
berganda memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih meningkatkan
hasil uji normalitas data dan melengkapi uji grafik histogram dan
grafik Normal Probability Plot, maka peneliti menguji uji statistik
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut tabel 4.3
menunjukkan hasil dari uji statistik One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test.
110
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S)
Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai Asymp. Sig (2-tailed)
pada uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebesar
0,076. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan substruktur
1 sudah berdistribusi dengan normal atau nilai residual model
analisis jalur adalah memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang
111
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah
ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada satu atau
kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada satu atau
kelompok yang sama pada periode berikutnya. Ada berbagai cara
yang dilakukan untuk menguji autokorelasi, dalam penelitian ini
peneliti menguji autokorelasi dengan Run Test dalam pengujian di
SPSS versi 25. Berikut adalah tabel hasil dari pengujian Run Test.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi Dengan Run Test Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdsarkan tabel 4.4 hasil Run Test di atas menunjukkan nilai
Asymp. Sig 0,368. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikan
0,05 yang berarti data residual bersifat random atau tidak terjadi
autokorelasi antar nilai residual, sehingga untuk persamaan
substruktur 1 bebas dari permasalahan autokorelasi.
112
3) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada
atau tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model
regresi. Caranya adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk
menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai
Tolerance harus > 0,10 dan nilai VIF < 10. Berikut Tabel 4.5
menunjukkan hasil dari uji multikolinearitas dengan program
SPSS:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolineritas Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, variabel
independen yaitu PROPER, INST, dan MNJR memiliki nilai
Tolerance lebih besar dari 0,10. 0,986 untuk nilai Tolerance
PROPER, 0,715 untuk nilai Tolerance INST, dan 0,722 untuk nilai
Tolerance MNJR. Hasil perhitungan nilai VIF untuk variabel
PROPER, INST, dan MNJR juga memiliki nilai yang lebih kecil
dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
113
multikolinearitas dalam model analisis jalur dan persamaan
substruktur 1 terbebas dari masalah multikolinearitas.
4) Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui varians dari
residual data satu observasi ke observasi lainnya berbeda ataukah
tetap. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah
heteroskedastisitas ialah dengan melihat grafik scatterplot antara
nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan
menyempit) maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.
Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas
dengan menggunakan grafik scatterplot:
114
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Scatterplot
Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan Gambar 4.3 uji heteroskedastisitas menggunakan
grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pada model analisis jalur tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga
model ini layak dipakai untuk memprediksi variabel ROA
berdasarkan variabel PROPER, INST, dan MNJR. Untuk
membuktikan dan meyakinkan bahwa benar tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas maka peneliti melakukan uji glejser. Berikut
adalah tabel hasil uji glejser:
115
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser
Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan hasil uji glejser menunjukkan bahwa nilai
signifikasi dari setiap variabel independen lebih besar dari 0,05.
Artinya model persamaan substruktur persamaan 1 benar dan bebas
dari masalah heteroskedastisitas.
b. Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P
Y2Y1 + Ɛ2
1) Uji Normalitas
Berikut ini grafik histogram dan grafik normal plot hasil
pengujian menggunakan SPSS versi 25:
116
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas Dengan Histogram Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan gambar 4.4 dapat dilihat bahwa grafik histogram
tidak menunjukkan kemencengan. Terlihat bentuk histogram
menggambarkan data yang terdistribusi normal atau mendekati
normal karena membentuk seperti seperti lonceng. Kemudian
untuk mendukung hasil analisis grafik histogram di atas, maka
dilakukan analisis terhadap grafik Normal Probability Plot sebagai
berikut:
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik Normal Plot
Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
117
Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
dan berhimpit disekitar garis diagonal serta penyebarannya tidak
menjauh dari garis diagonal yang mengartikan bahwa data
terdistribusi dengan normal. Maka dapat dikatakan model regresi
berganda memenuhi asumsi normalitas. Untuk lebih meningkatkan
hasil uji normalitas data dan melengkapi uji grafik histogram dan
grafik Normal Probability Plot, maka peneliti menguji uji statistik
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berikut tabel 4.7
menunjukkan hasil dari uji statistik One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorof-Smirnov (K-S)
Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan nilai Asymp. Sig (2-tailed)
pada uji statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test sebesar
0,200. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikannya yaitu 0,05.
118
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan substruktur
2 sudah berdistribusi dengan normal atau nilai residual model
analisis jalur adalah memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji Autokorelasi
Seperti halnya dalam persamaan substruktur 1, menguji
autokorelasi bertujuan untuk mendeteksi apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan penggangu pada periode t-1
(sebelumnya). Dalam penelitian ini menggunakan Run Test
sebagai pengujian autokorelasi. Berikut adalah hasil dari pengujian
Run Test.
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi Dengan Run Test Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdsarkan tabel 4.8 hasil Run Test di atas menunjukkan nilai
Asymp. Sig 0,653. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikan
0,05 yang berarti data residual bersifat random atau tidak terjadi
119
autokorelasi antar nilai residual, sehingga untuk persamaan
substruktur 2 bebas dari permasalahan autokorelasi.
3) Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada
atau tidaknya korelasi antar variabel independen dalam model
regresi. Caranya adalah dengan melihat nilai Tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Nilai yang direkomendasikan untuk
menunjukkan tidak adanya masalah multikolinearitas adalah nilai
Tolerance harus > 0,10 dan nilai VIF < 10. Berikut Tabel 4.7
menunjukkan hasil dari uji multikolinearitas dengan program
SPSS:
Tabel 4.9
Tabel Uji Multikolinearitas Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas, variabel
independen yaitu PROPER, INST, MNJR, dan ROA memiliki nilai
Tolerance lebih besar dari 0,10. 0,906 untuk nilai Tolerance
PROPER, 0,655 untuk nilai Tolerance INST, 0,709 untuk nilai
Tolerance MNJR dan 0,756 untuk nilai Tolerance ROA. Hasil
120
perhitungan nilai VIF untuk variabel PROPER, INST, MNJR, dan
ROA juga memiliki nilai yang lebih kecil dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model
analisis jalur dan persamaan substruktur 2 terbebas dari masalah
multikolinearitas.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui varians dari
residual data satu observasi ke observasi lainnya berbeda ataukah
tetap. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah
heteroskedastisitas ialah dengan melihat grafik scatterplot antara
nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan
menyempit) maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.
Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas
dengan menggunakan grafik scatterplot:
121
Gambar 4.6
Hasil Uji Heteroskedastitas Dengan Scatterplot
Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan Gambar 4.6 uji heteroskedastisitas menggunakan
grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
pada model analisis jalur tidak terjadi heteroskedastisitas, sehingga
model ini layak dipakai untuk memprediksi variabel TOBINSQ
berdasarkan variabel PROPER, INST, MNJR, dan ROA. Untuk
membuktikan dan meyakinkan bahwa benar tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas maka peneliti melakukan uji glejser. Berikut
adalah tabel hasil uji glejser:
122
Tabel 4.10
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser
Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berdasarkan hasil uji glejser menunjukkan bahwa nilai
signifikasi dari setiap variabel independen lebih besar dari 0,05.
Artinya model persamaan substruktur persamaan 2 benar bebas
dari masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Goodness of Fit
Dalam model penelitian ini dibagi menjadi dua bentuk persamaan
yakni;
Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1
Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P Y2Y1 +
Ɛ2
a. Persamaan substruktur 1: Y1 = P Y1X1 + P Y1X2 + P Y1X3 + Ɛ1
1) Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
123
variabel dependen. Koefisien determinasi (Adjusted R Square)
dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,215
atau 21,5%. Jadi dapat dikatakan bahwa 21,5% besarnya kinerja
keuangan di perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
(BEI) sekaligus mengikuti program Proper dari Kemeterian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan periode 2013-2017 dipengaruhi
oleh kinerja lingkungan, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan manajerial.
Sedangkan sisanya yaitu 78,5% besarnya kinerja keuangan
disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, seperti Coporate Social Responsibility (Maryanti
dan Fithri, 2017), ukuran perusahaan (Fiandri dan Muid, 2017),
Sustainability Report Disclosure (Lesmana, 2014).
124
2) Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji
Statistik F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara
bersama-sama antar variabel independen (kinerja lingkungan,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial) terhadap
variabel dependen (kinerja keuangan) apabila nilai F di atas 4 dan
signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha diterima. Nilai F dapat
dilihat dari tabel ANOVA berikut ini:
Tabel 4.12
Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F)
terhadap variabel independen dan variabel dependen. Tabel tersebut
menunjukkan bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan institusional,
dan kepemilikan manajerial secara simultan berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Hal ini dibuktikan dari nilai F (8,192 > 4) dan
signifikansi (0,000 < 0,05).
125
b. Persamaan substruktur 2: Y2 = P Y2X1 + P Y2X2 + P Y2X3 + P
Y2Y1 + Ɛ2
1) Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Koefisien determinasi (Adjusted R Square)
dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,581
atau 58,1%. Jadi dapat dikatakan bahwa 58,1% besarnya nilai
perusahaan pada perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) sekaligus mengikuti program Proper dari
Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan periode 2013-2017
dipengaruhi oleh kinerja lingkungan, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan.
Sedangkan sisanya yaitu 41,9% besarnya nilai perusahaan
disebabkan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, seperti Coporate Social Responsibility (Maryanti
126
dan Fithri, 2017), ukuran perusahaan (Fiandri dan Muid, 2017),
Laferage (Sutama dan Lisa, 2018).
2) Uji Signifikansi Keseluruhan dari Regresi Sampel (Uji
Statistik F)
Uji F bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara
bersama-sama antar variabel independen (kinerja lingkungan,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kinerja
keuangan) terhadap variabel dependen (nilai perusahaan) apabila
nilai F di atas 4 dan signifikansi kurang dari 0,05 maka Ha diterima.
Nilai F dapat dilihat dari tabel ANOVA berikut ini:
Tabel 4.14
Hasil Uji Signifikansi Simultan Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F)
terhadap variabel independen dan variabel dependen. Tabel
tersebut menunjukkan bahwa kinerja lingkungan, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dan kinerja keuangan secara
simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dibuktikan
dari nilai F (28,362 > 4) dan signifikansi (0,000 < 0,05).
127
4. Uji Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis dari kedua persamaan diperlukan uji
secara empiris. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan:
a. Analisis Jalur
Analisis jalur adalah teknik pengujian untuk menganalisis hubungan
sebab akibat yang terjadi dalam regresi berganda jika variabel
independen mempengaruhi variabel dependen tidak hanya secara
langsung tetapi juga secara tidak langsung. Hasil pengujian uji hipotesis
dapat dilihat dari hal berikut:
1) Melihat besarnya nilai thitung dan membandingkan dengan besarnya
nilai ttabel dan dengan melihat tingkat signifikan yang telah
ditentukan yaitu 5% atau 0,05. Jika thitung > ttabel dan nilai signifikan
< 0,05 maka hipotesis dapat diterima, akan tetapi jika thitung < ttabel
dan nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis di tolak.
2) Jumlah ttabel dapat dihitung dengan melihat derajat kebebasan (DF)
oleh DF n-2 atau DF 80-2 = 78, ttabel yang didapatkan sebesar
1,99085 dan nilai signifikan dari 5% menunjukkan bahwa tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan dalam penelitian ini adalah
5%. Nilai masing-masing koefisien regresi diketahui melalui
perhitungan IBM SPSS Statistik 25 untuk Windows 10.
128
Berikut adalah output SPSS dari hasil uji hipotesis untuk persamaan
substruktur 1:
Tabel 4.15
Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur 1
Sumber: Output SPSS 25 diolah
Berikut adalah output SPSS dari hasil uji hipotesis untuk persamaan
substruktur 2:
Tabel 4.16
Hasil Uji Hipotesis Analisis Jalur Persamaan Substruktur 2
Sumber: Output SPSS 25 diolah
129
Berikut adalah interpretasi dari hasil uji hipotesis analisis jalur
untuk persamaan substruktur 1:
1) Pengaruh Kinerja Lingkungan (PROPER) terhadap Kinerja
Keuangan (ROA)
Berdasarkan tabel 4.15 nilai thitung untuk hubungan PROPER
terhadap ROA sebesar 2,596 dan nilai signifikan sebesar 0,011.
Hasilnya thitung > ttabel (2,596 > 1,99085) dan signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,011 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
2) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INST) terhadap Kinerja
Lingkungan (ROA)
Berdasarkan tabel 4.15 nilai thitung untuk hubungan INST terhadap
ROA sebesar 2,631 dan nilai signifikan sebesar 0,010. Hasilnya
thitung > ttabel (2,631 > 1,99085) dan signifikansi lebih kecil dari 0,05
(0,010 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MNJR) terhadap Kinerja
Lingkungan (ROA)
Berdasarkan tabel 4.15 nilai thitung untuk hubungan MNJR terhadap
ROA sebesar -1,173 dan nilai signifikan sebesar 0,245. Hasilnya
thitung < ttabel (-1,173 < 1,99085) dan signifikansi lebih besar dari 0,05
(0,245 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
130
Berikut adalah interpretasi dari hasil uji hipotesis analisis jalur
untuk persamaan substruktur 2:
1) Pengaruh Kinerja Lingkungan (PROPER) terhadap Nilai
Perusahaan (TOBINSQ)
Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan PROPER
terhadap TOBINSQ sebesar 4,966 dan nilai signifikan sebesar
0,000. Hasilnya thitung > ttabel (4,966 > 1,99085) dan signifikansi lebih
kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2) Pengaruh Kepemilikan Institusional (INST) terhadap Nilai
Perusahaan (TOBINSQ)
Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan INST terhadap
TOBINSQ sebesar -1,236 dan nilai signifikan sebesar 0,220.
Hasilnya thitung < ttabel (-1,236 < 1,99085) dan signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,220 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial (MNJR) terhadap Nilai
Perusahaan (TOBINSQ)
Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan MNJR terhadap
TOBINSQ sebesar -0,401 dan nilai signifikan sebesar 0,690.
Hasilnya thitung < ttabel (-0,401 < 1,99085) dan signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,690 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
131
4) Pengaruh Kinerja Keuangan (ROA) terhadap Nilai Perusahaan
(TOBINSQ)
Berdasarkan tabel 4.16 nilai thitung untuk hubungan ROA terhadap
TOBINSQ sebesar 7,206 dan nilai signifikan sebesar 0,000.
Hasilnya thitung > ttabel (7,206 > 1,99085) dan signifikansi lebih kecil
dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan hasil output SPSS untuk persamaan substruktur 1 dan
persamaan substruktur 2, didapatkan tabel nilai Beta sebagai berikut:
Tabel 4.13
Nilai Beta Persamaan Substruktur 1 dan 2
Uji Hipotesis Nilai Beta
Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja
Keuangan
0,261
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja
Keuangan
0,310
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja
Keuangan
-0,138
Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai
Perusahaan
0,380
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai
Perusahaan
-0,111
Pengaruh Kepemilikian Manajerial terhadap Nilai
Perusahaan
-0,035
Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai perusahaan 0,604
Sumber: Data diolah
132
Berdasarkan tabel nilai Beta dapat dihitung jumlah pengaruh sebagai
berikut:
Pengaruh Langsung
1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan
= 0,261
2) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan
= 0,310
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan
= -0,138
4) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan
= 0,380
5) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
= -0,111
6) Pengaruh Kepemilikian Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
= -0,035
7) Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai perusahaan
= 0,604
Pengaruh tidak Langsung
1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
0,261 × 0,604 = 0,157644
2) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
133
-0,310 × 0,604 = -0,18724
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
-0,138 × 0,604 = -0,083352
Total Pengaruh
1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai Intervening
0,380 + (0,261 × 0,604) = 0,537644
2) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Intervening
-0,111 + (-0,310 × 0,604) = -0,29824
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Intervening
-0,035 (-0,138 × 0,604) = -0,118352
Berdasarkan perhitungan di atas, kemudian data output tersbut
digunakan dalam model hipotesis penelitian sebagai berikut:
Gambar 4.7
Kerangka Jalur Hipotesis Penelitian 2
Sumber: diolah
134
Berdasarkan gambar kerangka struktur persamaan di atas, dapat
disimpulkan persamaan struktural adalah sebagai berikut:
1) Subtrukrur 1: Y1 = 0,261X1 + 0,310X2 – 0,138X3 + 0,8695
Berdasarkan presentase tersebut dapat diartikan jika kinerja lingkungan
meningkat 1 poin, maka kinerja keuangan meningkat sebesar 0,261
poin dengan asumsi bahwa variabel X2 dan X3 konstan. Selanjutnya,
jika kepemilikan institusional meningkat 1 poin, maka kinerja
keuangan akan meningkat sebesar 0,310 poin dengan asumsi bahwa X1
dan X3 adalah konstan. Jika kepemilikan manajerial meningkat 1 point,
maka kinerja keuangan akan menurun sebesar 0,138 poin dengan
asumsi bahwa variabel X1, dan X2 adalah konstan. Tiga variabel
independen (kinerja lingkungan, kepemilikan institusional, dan
kepemilikan manajerial) dapat menjelaskan variabel kinerja keuangan
sebesar 13,05% sedangkan sisanya pada 0.8695 atau 86,95% dijelaskan
oleh variabel lainnya.
2) Substruktur 2: Y2 = 0,380X1 – 0,111X2 – 0,035X3 + 0,604Y1 +
0,6308
Berdasarkan presentase tersebut dapat diartikan jika kinerja lingkungan
meningkat 1 poin, maka nilai perusahaan meningkat sebesar 0,380 poin
dengan asumsi bahwa variabel X2, X3, dan Y1 konstan. Selanjutnya, jika
kepemilikan institusional meningkat 1 poin, maka nilai perusahaan
akan menurun sebesar 0,111 poin dengan asumsi bahwa X1, X3, dan Y1
adalah konstan. Jika kepemilikan manajerial meningkat 1 point, maka
135
nilai perusahaan akan menurun sebesar 0,035 poin dengan asumsi
bahwa variabel X1, X2, Y1 adalah konstan. Terakhir jika kinerja
keuangan meningkat 1 poin maka nilai perusahaan akan meningkat
sebesar 0,604 point dengan asumsi X1, X2, dan X3 adalah konstan.
Empat variabel independen (kinerja lingkungan, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dan kinerja keuangan) dapat
menjelaskan variabel kinerja keuangan sebesar 36,92% sedangkan
sisanya pada 0.6308 atau 63,08% dijelaskan oleh variabel lainnya.
b. Uji Sobel
Pengaruh mediasi yang ditunjukan oleh perkalian koefisien
hubungan variabel independen terhadap variabel mediasi dan variabel
mediasi terhadap variabel dependen akan dilihat apakah signifikan atau
tidak dengan dilakukan uji Sobel Test sebagai berikut:
1) Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Intervening
Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh
perkalian koefisien 0,261 × 0,604 sebesar 0,157644 signifikan atau
tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:
Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung (Sab)
Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2
Sab =√(8,033)2(0,012)2 + (0,032)2(1,115)2 + (0,012)2(1,115)2
Sab =√(64,5290 × 0,0001) + (0.0010 × 1,2432) + (0,0001 × 1,2432)
Sab =√0,0064 + 0,0012 + 0,0001
136
Sab =√0,0077
Sab = 0,0877
Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik
pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:
t = 𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
t= 8,033×0,032
0,0877
t= 0,2570
0,0877
t= 2,9304
Signifikansi atas pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan dapat dilihat dari P Value
Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai berikut:
Gambar 4.8
Uji Mediasi Hipotesis 8 Dengan WIMP
Sumber: Data diolah
Karena thitung = 2,9304 lebih besar dari ttabel yaitu sebesar
1.99125 dengan tingkat signifikan di bawah 0,05 yaitu sebesar
0,012 (2,9304 > 1.99125) dan (0,012 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien mediasi pada hubungan antara proper
dan nilai perusahaan sebesar 0,157644 signifikan. Sehingga kinerja
137
keuangan dapat menjadi variabel intervening pada pengaruh
kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan.
2) Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel
Intervening
Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh
perkalian koefisien -0,310 × 0,604 sebesar -0,18724 sebesar
signifikan atau tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:
Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung (Sab)
Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2
Sab =√(8,033)2(0,027)2 + (0,072)2(1,115)2 + (0,027)2(1,115)2
Sab =√(64,5290 × 0,0007) + (0.0051 × 1,2432) + (0,0007 × 1,2432)
Sab =√0,0451 + 0,0063 + 0,0008
Sab =√0,0522
Sab = 0,2284
Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik
pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:
t = 𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
t= 8,033×0,072
0,2284
t= 0,5783
0,2284
t= 2,5319
138
Signifikansi atas pengaruh kepemilikan institusional
terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan dapat dilihat
dari P Value Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai
berikut:
Gambar 4.9
Uji Mediasi Hipotesis 9 Dengan WIMP
Sumber: Data diolah
Karena thitung = 2,5319 lebih besar dari ttabel yaitu sebesar
1.99125 dengan tingkat signifikan di bawah 0,05 yaitu sebesar
0,012 (2,5319 > 1.99125) dan (0,012 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa koefisien mediasi pada hubungan antara
kepemilikan institusional dan nilai perusahaan sebesar -0,18724
signifikan. Sehingga kinerja keuangan dapat menjadi variabel
intervening pada pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan.
3) Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening
Berdasarkan pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh
perkalian koefisien -0,138 × 0,604 sebesar -0,083352 signifikan
atau tidak, diuji dengan Sobel Test sebagai berikut:
139
Hitung standar error dari koefisien pengaruh tidak langsung (Sab)
Sab = √𝑏2𝑆𝑎2 + 𝑎2𝑆𝑏2 + 𝑆𝑎2𝑆𝑏2
Sab =√(8,033)2(0,046)2 + (−0,054)2(1,115)2 + (0,046)2(1,115)2
Sab =√(64,5290 × 0,0021) + (0.0029 × 1,2432) + (0,0021 × 1,2432)
Sab =√0,1355 + 0,0036 + 0,0026
Sab =√0,1417
Sab = 0,3764
Berdasarkan hasil Sab ini lalu dihitung nilai t statistik
pengaruh mediasi dengan rumus sebagai berikut:
t = 𝑎𝑏
𝑆𝑎𝑏
t= 8,033×(−0,054)
0,3764
t= −0,4337
0,3764
t= -1,1522
Signifikansi atas pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
nilai perusahaan melalui kinerja keuangan dapat dilihat dari P
Value Winnifred’s Mediation Program (WIMP) sebagai berikut:
Gambar 4.10
Hasil Uji Mediasi Hipotesis 10 Dengan WIMP
Sumber: Data diolah
140
Karena thitung = -1,1522 lebih kecil dari ttabel yaitu sebesar
1.99125 dengan tingkat signifikan di atas 0,05 yaitu sebesar 0,24
(-1,1522 < 1.99125) dan (0,24 > 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa koefisien mediasi pada hubungan antara kepemilikan
manajerial dan nilai perusahaan sebesar -0,083352 tidak signifikan.
Sehingga kinerja keuangan dapat menjadi variabel intervening
pada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan tabel 4.15 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kinerja lingkungan memiliki nilai t sebesar 2,596 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansinya di bawah 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan arah
positif, nilai standardized coefficient beta sebesar 0,261. Berdasarkan
hasil tersebut maka H1 diterima, yang berarti kinerja lingkungan
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan memiliki
kinerja lingkungan yang baik akan berdampak atau berpengaruh pada
kinerja keuangan. Seperti yang sudah di jelaskan pada pengembangan
hipotesis di Bab 2, bahwa ketika perusahaan mengeluarkan biaya terkait
dengan aspek lingkungan maka secara otomatis akan membangun citra
yang baik bagi stakeholder dan calon investor. Dari hal tersebut
141
tentunya akan muncul respon yang positif oleh pasar karena telah
menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya atas kepedulian
lingkungan.
Perusahaan yang mengikuti Proper akan mendapatkan kepercayaan
bukan hanya dari stakeholder tetapi dari masyarakat pula, sehingga
akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut juga
sejalan dengan teori legitimasi yang dijelaskan pada penelitian Mousa
dan Hassan (2015) dimana dalam penelitian ini perusahaan yang
mengikuti Proper berusaha memberikan penjelasan dan motivasi
perusahaan untuk terlibat dalam melaporkan kinerjanya. Dalam teori
legitimasi juga menjelaskan bahwa dengan perusahaan mengikuti
Proper maka secara langsung memberikan informasi tentang
bagaimana dan mengapa perusahaan harus memperhatikan kinerja
lingkungan.
Ketika publik menyadari bahwa perusahaan beroperasi sesuai
dengan sistem nilai yang berkesinambungan dengan nilai masyarakat
maka besar keungkinan perusahaan akan sustainable (Clarissa dan
Rasmini, 2018). Teori legitimasi ini juga sangat berhubungan erat
dengan teori stakeholder. Mareta dan Fitriyah (2017) menyatakan
bahwa dalam teori stakeholder suatu perusahaan bukanlah entitas yang
beroperasi pada kepentingan sendiri, tetapi dapat bermanfaat untuk
kepentingan menyeluruh, yaitu: pemegang saham, kreditor, konsumen,
supplier, pemerintah, masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan kinerja
142
keuangan yang tinggi dihasilkan dari kinerja lingkungan yang baik
maka kepentingan bersama perusahaan akan berjalan dengan baik.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013)
dan Damanik dan Yadnayana (2017) serta penelitian Tahu (2019).
Selain itu juga hasil ini sejalan dengan teori stakeholder, dalam
penelitian Mareta dan Fitriyah (2017) keberhasilan perusahaan bukan
untuk kepentingan sendiri melainkan kepentingan banyak pihak,
sehingga kinerja keuangan yang baik akan bermanfaat bagi banyak
pihak tentunya. Alasan mendukung lainnya bahwa perusahaan harus
dapat mengadaptasikan diri dengan norma yang berlaku dimasyarakat,
jika tidak maka eksistensinya akan terancam karena merugikan bagi
masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini. Kinerja
lingkungan yang baik memberikan nilai tambah perusahaan dari
masyarakat dan kinerja keuangan akan meningkat.
Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Astuti et al.
(2014) dan Rafianto (2015) diakibatkan banyaknya perusahaan yang
terlalu fokus kepada orientasi untuk peningkatan laba atau keuntungan
tanpa memperhatikan bagaimana kinerja lingkungan yang berdampak
pada kepercayaan masyarakat sekitar dan stakeholder yang mungkin
akan dapat meningkatkan laba atau meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan tersebut.
143
2. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan tabel 4.15 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional memiliki nilai t sebesar 2,631 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi di bawah 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan arah
positif, nilai standardized coefficient beta sebesar 0,310. Berdasarkan
hasil tersebut maka H2 diterima, yang berarti bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Hal ini
menunjukkan bahwa investor institusional mampu menjadi pengawas
yang efektif bagi manajemen, sehingga manajemen dapat
meningkatkan kinerjanya dan berusaha untuk memaksimumkan
keuntungan guna meningkatkan kinerja keuangan.
Selain itu, semakin besar kepemilikan institusional maka semakin
efisien juga pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat
mengurangi perilaku oportunistik manajemen seperti pemborosan dan
manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen sehingga akan
meningkatkan kinerja keuangan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Ratih dan Setyarini (2014), Fiandri dan Muid (2017) bahwa
peningkatan kepemilikan institusional membawa dampak pada semakin
kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan pihak pemegang saham
atas perilaku manajer yang pada akhirnya mengarah pada berbagai
upaya untuk mengurangi tingkat kecurangan serta penyelewengan yang
dilakukan oleh pihak manajemen sebagai bentuk tindakan
144
oportunistiknya. Selain itu penelitian ini juga selaras dengan hasil
penelitian Candradewi dan Sedana (2016).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi, Jensen dan Meckling
(1976) yang menyatakan bahwa konflik keagenan dapat diminimalkan
dengan adanya suatu mekanisme pengawasan terhadap manajemen
sehingga akan mengurangi perilaku oportunistik manajemen dan dapat
diharapkan juga untuk meningkatkan kinerja keuangan. Namun, hasil
penelitian ini tidak mendukung dan tidak sesuai dengan penelitian
Ratnasari et al. (2016) dan Rahayu dan Sari (2018).
Hal tersebut dikarenakan para pemilik institusional akan menjual
sahamnya ke pasar apabila institusional merasa tidak puas atas kinerja
manajerial. Manajer akan bertindak lebih hati-hati dalam menjalankan
aktifitas perusahaan ketika kepemilikan institusi mengalami perubahan
perilaku dari pasif menjadi aktif yang dapat meningkatkan akuntabilitas
manajerial. Berarti kepemilikan institusional tidak mampu untuk
mendorong peningkatan kinerja perusahaan (Ratnasari et al., 2016).
Adanya asimetri informasi antara manajer dan pihak pemegang saham
menyebabkan manajer selaku pengelola perusahaan bisa
mengendalikan perusahaan karena memiliki informasi lebih mengenai
perusahaan dibandingkan pemegang saham. Sehingga adanya
kepemilikan institusi tidak menjamin monitoring kinerja manajer dapat
berjalan efektif (Rahayu dan Sari, 2018).
145
3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan tabel 4.15 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
struktur kepemilikan dengan proksi kepemilikan manajerial memiliki
nilai t sebesar -1,173 dengan tingkat siginfikansi sebesar 0,245. Hal
tersebut menunjukkan tingkat signifikansi di atas 0,05. Dengan
demikian H3 ditolak, yang berarti kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Ini mengartikan bahwa jumlah kepemilikan manajerial yang
semakin besar tidak mampu mensejajarkan kepentingan manajemen
dan pemegang saham, sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai
kinerja keuangan yang tinggi tidak tercapai. Hasil penelitian ini
mendukung dengan hasil penelitian Nurkhin et al. (2017) dan Nilayanti
dan Suaryana (2019) bahwa hasil kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh pada kinerja keuangan disebabkan rendahnya proporsi
kepemilikan saham oleh pihak manajemen, sehingga kendali
manajemen dalam pengambilan keputusan perusahaan menjadi rendah.
Rendahnya kendali dapat menyebabkan kinerja keuangan menurun.
Kekhawatiran tersebut menyebabkan menurunnya jumlah investor,
sehingga laba dan kinerja keuangan juga akan menurun.
Selain itu banyaknya perusahaan yang memiliki kepemilikan
manajerial 0,00 atau presentase kepemilikan yang sangat rendah
dibandingkan jumlah saham keseluruhan pada perusahaan tersebut
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial relatif rendah sehingga
146
menyebabkan pihak manajemen belum merasa ikut memiliki
perusahaan seperti yang dirasakan prinsipal pada umumnya. Sehingga
para manajer lebih memilih untuk mengedepankan kepentingan pribadi
dibandingkan dengan pencapainan tujuan perusahaan secara
keseluruhan (Epi, 2017)
Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan
Anita dan Yulianto (2016) serta Hermiyetti dan Katlanis (2016) bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan
menyatakan dengan adanya kepemilikan manajerial akan
mensejajarkan kepentingan pihak manajemen dan pihak pemegang
saham, dimana manajemen akan cenderung lebih giat untuk
kepentingan pemegang saham yang dimana pemegang saham itu adalah
dirinya sendiri.
Anita dan Yulianto (2016) menyimpulkan dalam hasil penelitiannya
bahwa konflik keagenan dapat diminimalkan dengan menyelaraskan
potensi perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang
saham, sehingga permasalahan yang timbul antara agen dan prinsipal
diasumsikan hilang apabila seseorang manajemen juga sekaligus
sebagai pemegang saham. Selain itu, dikatakan juga bahwa konflik
keagenan dapat diminimalkan dengan adanya suatu mekanisme
pengawasan terhadap manajemen sehingga akan mengurangi perilaku
oportunistik manajemen dan dapat diharapkan juga untuk
meningkatkan kinerja keuangan (Jensen dan Meckling, 1976).
147
4. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.16 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kinerja lingkungan memiliki nilai t sebesar 4,966 dengan nilai tingkat
signifikansinya sebesar 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
signifikansi dibawa 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan arah positif
dengan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,380. Berdasarkan
hasil tersebut maka H4 diterima. Yang berarti bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh positif pada nilai perusahaan.
Hal tersebut mengartikan bahwa dengan perusahaan memperhatikan
kinerja lingkungan maka akan berdampak baik pada nilai perusahaan
tersebut. Dengan banyaknya isu lingkungan yang terjadi, akan
membuat masyarakat menuntut perusahaan untuk memperhatikan
dampak-dampak sosial dan lingkungan. Lingga dan Suaryana (2017)
menyatakan dengan perusahaan mengikuti Proper secara langsung
perusahaan telah membuat pengakuan atas citra yang baik bagi
masyarakat. Investor tentunya akan lebih tertarik pada perusahaan yang
memiliki image yang baik di masyarakat.
Dengan hasil kinerja lingkungan yang baik tentunya investor akan
semakin yakin untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan.
Semakin banyak saham yang diperjual belikan maka harga saham pun
akan naik sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Nilai perusahaan
merupakan tujuan utama jangka panjang bagi setiap perusahaan. Nilai
perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja-kinerja di
148
dalamnya pun juga baik. Semua hal-hal tersebut akan berkaitan dengan
keberlangsungan umur perusahaan. Maka dari itu perhatian perusahaan
mengenai lingkungan harus tetap dijaga dan di pertahankan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Prawirasasra (2015) serta
penelitian Lingga dan Suaryana (2017) yang menyatakan bahwa kinerja
lingkungan berpengaruh pada nilai perusahaan. Hasil tersebut juga
sejalan dengan teori legitimasi yang dikatakan dalam penelitian Lingga
dan Suaryana (2017) bahwa jika perusahaan ingin mendapatkan nilai
perusahaan yang baik, maka perusahaan harus mampu meningkatkan
kinerja atau pengelolaan lingkungan. Selain itu juga hasil ini sejalan
dengan teori stakeholder, dalam penelitian Mareta dan Fitriyah (2017)
dikatakan keberhasilan perusahaan bukan untuk kepentingan sendiri
melainkan kepentingan banyak pihak, sehingga kinerja keuangan yang
baik akan bermanfaat bagi banyak pihak tentunya.
Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian M. E.
S. Tjahjono (2013) serta penelitian Anjasari dan Andriati (2016) yang
menyatakan bahwa kinerja lingkungan tidak memiliki pengaruh secara
langsung terhadap nilai perusahaan, dikarena masih banyak faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi dan meningkatkan nilai
perusahaan. Kepercayaan pada stakeholder juga bisa dipengaruhi oleh
banyak faktor. Di samping itu, masih banyak juga perusahaan yang
lebih memprioritaskan keuntungan atau laba yang didapatkan dengan
kurang memperhatikan kelestarian lingkungan.
149
5. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.16 penelitian ini menunjukkan bahwa struktur
kepemilikan yang diproksikan pada kepemilikan institusional memiliki
nilai t sebesar -1,236 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,220. Hal
tersebut berarti nilai signifikansi lebih tinggi di atas 0,05. Maka
berdasarkan hal tersebut H5 ditolak. Artinya, kepemilikan institusional
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Besarnya kepemilikan
institusional tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang di
proksikan Tobins Q secara langsung.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Indrasti dan Martini
(2014), Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Sadia dan
Sujana (2017) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak
berpengaruh pada nilai perusahaan. Peningkatan kepemilikan
manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat
hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan institusional yang besar tidak
mampu mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham
sehingga tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang
tinggi tidak dapat tercapai. Kepemilikan institusional yang tinggi belum
mampu menjadi mekanisme untuk meningkatkan nilai perusahaan,
dikarenakan kepemilikan institusional memiliki kecenderungan
berpihak pada manajemen dan mengarah pada kepentingan pribadi
sehingga mengabaikan pemegang saham minoritas.
150
Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Jayaningrat
et al. (2017) dan penelitian Saputra dan Mahyuni (2018). Artinya,
bahwa peningkatan kepemilikan institusional membawa dampak pada
semakin kuatnya tingkat pengendalian yang dilakukan pihak pemegang
saham. Jayaningrat et al. (2017) menyatakan bahwa konflik agensi
dapat diminimalkan dengan adanya suatu mekanisme pengawasan
terhadap manajemen sehingga akan mengurangi perilaku oportunistik
manajemen dan diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Saputra dan Mahyuni (2018) menyimpulkan hasil penelitiannya
bahwa kepemilikan institusional dapat memicu peningkatan
pengawasan yang lebih optimal dan efektif dalam memonitoring guna
meningkatkan kinerja perusahaan dan akan meminimalisir konflik
keagenan yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Selain itu seharusnya kepemilikan institusional mampu untuk
mendorong peningkatan nilai perusahaan. Dengan adanya monitoring
yang dilakukan pihak institusional secara tidak langsung akan menuntut
manajer untuk meningkatkan kinerjanya.
Presentase kepemilikan saham institusional dalam penelitian ini
belum mampu meningkatkan nilai perusahaan secara langsung, karena
jika presentase kepemilikannya besar akan memungkinkan besarnya
pula pengawasan yang dilakukan sehingga meminimalisir tindak
penyimpangan manajemen yang mungkin akan menurunkan nilai
perusahaan.
151
6. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.16 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
struktur kepemilikan yang di proksikan kepemilikan manajerial
memiliki nilai t sebesar -0,401 dengan nilai tingkat signifikansi sebesar
0,690. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat signifikansi di atas
0,05. Dengan demikian maka H6 ditolak. Yang mengartikan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Prastuti dan
Budiasih (2015), Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Wati
dan Asandimitra (2017) bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Peningkatan kepemilikan
manajerial tidak mampu mengurangi konflik agensi yang timbul akibat
hubungan keagenan. Jumlah kepemilikan manajerial tidak dapat
mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham sehingga
tujuan perusahaan dalam mencapai nilai perusahaan yang tinggi tidak
dapat tercapai.
Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Anita dan
Yulianto (2016), Jayaningrat et al. (2017), serta penelitian Rusyda dan
Priantinah (2018) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Proporsi pemegang saham oleh
manajemen dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan
manajerial akan memotivasi manajemen untuk membawa perusahaan
ke arah yang lebih baik karena merasakan kepemilikan terhadap
152
perusahaan tersebut. Kepemilikan manajemen yang besar akan efektif
untuk mengawasi aktifitas perusahaan.
Rusyda dan Priantinah (2018) mengungkapkan dalam hasil
penelitiannya, semakin besar kepemilikan manajemen cenderung
memaksimalkan kinerja manajemen serta mengoptimalkan penggunaan
sumber daya sehingga mengakibatkan kenaikan nilai perusahaan.
Adanya kepemilikan manajerial seharusnya dapat mensejajarkan
kepentingan pihak manajemen dan pihak pemegang saham, dimana
manajemen akan cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang
saham yang dimana pemegang saham itu adalah dirinya sendiri.
Kepemilikan manajerial yang sangat rendah bahkan presentase
angkanya menunjukkan 0 yang mungkin menyebabkan hasil hipotesis
penelitian ini ditolak dan menyatakan tidak berpengaruh. Jumlah
kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang kecil dibandingkan
jumlah keseluruhan saham yang beredar di perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini, belum dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan perusahaan dikarenakan pemegang saham dari
pihak luar lebih dominan.
Hamdiah (2015) menyatakan kepemilikan saham oleh manajemen
tidak hanya terhadap nilai perusahaan tetapi juga berhubungan dengan
saham. Maka dengan adanya kepemilikan manajemen terhadap saham
akan mengurangi permasalahan yang timbul antara agen dan prinsipal
karena manajer juga sebagai pemegang saham.
153
7. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan tabel 4.16 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kinerja keuangan memiliki nilai t sebesar 7,206 dengan nilai tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Hal tersebut mengartikan bahwa tingkat
signifikansi di bawah 0,05. Hasil penelitian ini juga menunjukkan arah
positif dengan nilai standardized coefficient beta sebesar 0,604.
Berdasarkan hasil tersebut, maka H7 diterima. Artinya bahwa kinerja
keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kinerja keuangan yang
diproksikan ROA maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan.
ROA merupakan salah satu dari rasio profitabilitas. ROA menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan atau diinvestasikan dalam suatu periode. Semakin tinggi
rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh
keuntungan bersih. Hal ini akan meningkatkan daya tarik perusahaan
kepada investor peningkatan daya tarik tersebut menjadikan perusahaan
tersebut makin diminati untuk tempat menanamkan modal, karena
tingkat keuntungan akan semakin besar. Kinerja perusahaan yang
meningkat akan turut meningkatkan nilai perusahaan (Anita dan
Yulianto, 2016).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian M. E. S. Tjahjono
(2013) bahwa kinerja keuangan memilki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai perusahaan sebesar 70%. Dalam penjelasannya dikatakan
154
karena peningkatan hasil kinerja keuangan oleh perusahaan akan diikuti
dengan penciptaan nilai bagi perusahaan. Penelitian lain yang
mendukung hasil penelitian ini adalah penelitian Imron et al. (2013) dan
penelitian Tauke et al. (2017). Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa kinerja keuangan merupakan hasil dari banyak keputusan yang
dibuat secara terus menerus oleh manajemen dimana keputusan-
keputusan tersebut dapat berdampak langsung terhadap nilai
perusahaan, apabila tujuan-tujuan manajemen dapat dicapai secara
efektif dan efisien maka tingkat kepercayaan investor akan meningkat
pula yang kemudian dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori sinyal yang menyatakan
bahwa informasi dalam laporan keuangan yang mencerminkan nilai
perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi
investor dan kreditor serta pihak lain yang berkepentingan untuk
berivestasi menanamkan modalnya. Jika informasi tersebut memiliki
sinyal positif bagi investor, seperti tingkat laba (ROA) meningkat,
maka perdagangan saham akan meningkat. Jika perdagangan saham
meningkat maka nilai perusahaan pun meningkat (Moeljadi dan
Supriyanti, 2014). Fungsi sinyal yang dikirimkan melalui informasi
terkait kinerja keuangan adalah untuk mengurangi ketidakpastian
prospek usaha pada masa yang akan datang. Kinerja keuangan
perusahaan menjadi faktor penilaian sehat atau tidaknya perusahaan
sehingga akan dapat sustainable atau berkelanjutan.
155
8. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening
Berdasarkan hasil uji sobel manual dan dengan uji sobel dengan
program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk hipotesis 8 mengenai
pengaruh kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan dengan kinerja
keuangan sebagai variabel intervening sebesar 2,9304 dengan tingkat
signifikansi 0,012 artinya nilai t lebih besar dari nilai thitung dan nilai
signifikansi di bawah 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H8
diterima. Artinya kinerja keuangan mampu menjadi variabel
intervening pada hubungan kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan.
Kinerja lingkungan yang berpengaruh pada kinerja keuangan serta
kinerja keuangan berpengaruh pada nilai perusahaan yang sudah
dijelaskan pada hasil hipotesis H1 dan H7 maka menguatkan bahwa
dengan melalui kinerja keuangan, kinerja lingkungan dapat
berpengaruh terhadap nilai perusahaan walaupun secara langsung
kinerja lingkungan juga berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013)
yang menyatakan bahwa kinerja keuangan mampu menjadi variabel
intervening pada hubungan kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan. Dengan memperhatikan aspek lingkungan akan
meningkatkan aspek keuangan karena kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan. Sehingga peningkatan aspek keuangan dan
156
kepedulian aspek lingkungan menjadikan para calon inverstor dan
stakeholder tidak ragu untuk berinvestasi.
Hasil tersebut juga sejalan dengan teori legitimasi yang dikatakan
dalam penelitian Lingga dan Suaryana (2017) bahwa jika perusahaan
ingin mendapatkan nilai perusahaan yang baik, maka perusahaan harus
mampu meningkatkan kinerja atau pengelolaan lingkungan. Selain itu
juga hasil ini sejalan dengan teori stakeholder, dalam penelitian Mareta
dan Fitriyah (2017) dimana dikatakan keberhasilan perusahaan bukan
untuk kepentingan sendiri melainkan kepentingan banyak pihak,
sehingga kinerja keuangan yang baik akan bermanfaat bagi banyak
pihak tentunya.
Hasil ini selaras dengan teori stakeholder dimana kinerja lingkungan
di terapkan untuk kepentingan perusahaan agar tujuan perusahaan
untuk memaksimalkan nilai perusahaan terwujud (Mareta dan Fitriyah,
2017). Kemudian teori legitimasi yang menyatakan jika perusahaan
memiliki citra yang baik tentu akan meningkatkan kinerja keuangan
maupun nilai perusahaan (Lingga dan Suaryana, 2017). Dan sesuai juga
dengan teori sinyal, informasi dalam laporan keuangan yang
mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat
mempengaruhi investor dan kreditor serta pihak lain yang
berkepentingan (Imron et al., 2013). Secara tidak langsung kinerja
lingkungan juga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
157
9. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening
Berdasarkan hasil uji sobel manual dan dengan uji sobel dengan
program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk hipotesis 9 mengenai
pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan dengan
kinerja keuangan sebagai variabel intervening sebesar 2,5319 dengan
tingkat signifikansi 0,012 artinya nilai t lebih besar dari nilai thitung dan
nilai signifikansi di bawah 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H9
diterima. Artinya kinerja keuangan mampu menjadi variabel
intervening pada hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan.
Kepemilikan institusional yang berpengaruh pada kinerja keuangan
serta kinerja keuangan berpengaruh pada nilai perusahaan yang sudah
dijelaskan pada hasil hipotesis H2 dan H7 maka menguatkan bahwa
dengan melalui kinerja keuangan, kepemilikan institusional dapat
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, walaupun secara langsung
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Namun, dengan adanya kinerja keuangan membuktikan bahwa
kepemilikan institusional dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurkhin et al. (2017)
yang menyatakan bahwa kinerja keuangan mampu menjadi variabel
intervening pada hubungan kepemilikan institusional terhadap nilai
perusahaan. Meningkatnya presentase kepemilikan institusional akan
158
meningkatkan aspek keuangan karena pengawasan dari pihak
instusional yang besar dan dapat memonitor manajemen. Sehingga
peningkatan aspek keuangan dan presentase kepemilikan institusional
menjadikan para calon inverstor dan stakeholder tidak ragu untuk
berinvestasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori agensi yang menyatakan
konflik keagenan dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme
pengawasan pada manajemen sehingga mengurangi perilaku
oportunistik manajemen dan dapat diharapkan juga untuk
meningkatkan kinerja keuangan (Jensen dan Meckling, 1976). Selain
itu, sesuai juga dengan teori sinyal, dimana dengan kinerja keuangan
berpengaruh pada nilai perusahaan. Informasi dalam laporan keuangan
yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang
dapat mempengaruhi investor dan kreditor serta pihak lain yang
berkepentingan (Imron et al., 2013). Secara tidak langsung kepemilikan
institusional juga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil ini juga selaras dengan teori stakeholder dimana adanya
kepemilikan institusional merupakan bentuk kepercayaan para
pemegang saham dari pihak luar untuk ikut serta memaksimalkan nilai
perusahaan mengingat sebagaimana tujuan jangka panjang perusahaan
yakni adalah hal tersebut. Namun, hasil penelitian ini tidak mendukung
hasil penelitian Rusyda dan Priantinah (2018) dimana hasilnya bertolak
belakang dan tidak sesuai.
159
10. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai variabel Intervening
Berdasarkan hasil uji sobel manual dan dengan uji sobel dengan
program WIMP. Dihasilkan nilai t untuk hipotesis 10 mengenai
pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan dengan
kinerja keuangan sebagai variabel intervening sebesar -1,1522 dengan
tingkat signifikansi 0,24 artinya nilai t lebih kecil dari nilai thitung dan
nilai signifikansi di atas 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H10
ditolak. Artinya kinerja keuangan tidak mampu menjadi variabel
intervening pada hubungan kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian A. Tjahjono dan
Chaeriyah (2017) dan Nurkhin et al. (2017). Artinya, bahwa
profitabilitas tidak memediasi pengaruh kepemilikan manajerial
terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dimaknai bahwa perusahaan
yang memperoleh profitabilitas yang baik belum tentu menarik
perhatian manajemen yang mempunyai “kekuasaan” dalam perusahaan
dengan kepemilikan saham. Manajemen mungkin berpendapat bahwa
keuntungan perusahaan akan tetap dinikmati pemegang saham yang
bukan dari manajemen secara lebih besar. Akhirnya manajemen yang
mempunyai kepemilikan saham tidak bisa menikmati keuntungan yang
diperoleh perusahaan. (Nurkhin et al., 2017). Hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusyda dan Priantinah (2018).
160
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yaitu:
1. Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013),
Damanik dan Yadnayana (2017) serta penelitian Tahu (2019). Namun,
tidak mendukung penelitian Astuti et al. (2014) dan Rafianto (2015).
2. Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ratih dan Setyarini (2014),
Fiandri dan Muid (2017), dan penelitian Candradewi dan Sedana
(2016). Namun, tidak mendukung penelitian Ratnasari et al. (2016) dan
penelitian Rahayu dan Sari (2018).
3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurkhin et al. (2017) dan
penelitian Nilayanti dan Suaryana (2019). Namun, tidak mendukung
penelitian Anita dan Yulianto (2016) serta penelitian Hermiyetti dan
Katlanis (2016).
4. Kinerja lingkungan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Prawirasasra (2015) dan penelitian
Lingga dan Suaryana (2017). Namun, tidak mendukung penelitian M.
E. S. Tjahjono (2013) serta penelitian Anjasari dan Andriati (2016).
161
5. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Indrasti dan Martini (2014),
Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Sadia dan Sujana
(2017). Namun, tidak mendukung penelitian Jayaningrat et al. (2017)
dan penelitian Saputra dan Mahyuni (2018).
6. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Prastuti dan Budiasih (2015),
Warapsari dan Suaryana (2016), serta penelitian Wati dan Asandimitra
(2017). Namun, tidak mendukung penelitian Anita dan Yulianto
(2016), Jayaningrat et al. (2017), serta penelitian Rusyda dan Priantinah
(2018).
7. Kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian M. E. S. Tjahjono (2013), Imron
et al. (2013) dan penelitian Tauke et al. (2017).
8. Kinerja lingkungan secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai
perusahaan melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian M. E. S. Tjahjono (2013).
9. Kepemilikan institusional secara tidak langsung berpengaruh terhadap
nilai perusahaan melalui kinerja keuangan sebagai variabel intervening.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Nurkhin et al. (2017).
Namun, tidak mendukung penelitian Rusyda dan Priantinah (2018).
162
10. Kinerja keuangan tidak dapat menjadi variabel intervening pengaruh
hubungan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian A. Tjahjono dan Chaeriyah
(2017) dan Nurkhin et al. (2017). Namun, tidak mendukung Rusyda dan
Priantinah (2018).
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu akuntansi mengenai kinerja lingkungan, kepemilikan
institusional, dan kepemilikan managerial terhadap nilai perusahaan dengan
kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Penulis mengaharpkan dapat
memberikan tambahan informasi mengenai dampak kinerja lingngan,
kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap kinerja
keuangan dan nilai perusahaan.
Implikasi penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
memberikan informasi sebagai dasar bahan pertimbangan membuat
keputusan dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan mengingat hal
tersebut adalah tujuan utama perusahaan pada perusahaan yang sudah go
public. Selain itu, perusahaan juga harus berupaya untuk meningkatkan
usahanya agar dapat menghasilkan laba bagi perusahaan. karena laba yang
meningkat akan menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan
modalnya dalam bentuk saham kepada perusahaan. Perusahaan juga harus
dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan selalu mengutamakan
kepentingan masyarakat dibandingkan kepentingan pribadi, karena jika
163
perusahaan dapat menjaga kelestarian lingkungan berarti perusahaan
mampu menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan tentunya
memberika image yang baik pula sehingga nilai perusahaan akan meningkat
dan menjadi penambah daya tarik investor untuk menanamkan saham di
perusahaan tersebut.
Penulis juga mengaharapkan perusahaan dapat mempertahankan
kepemilikan saham institusional, walaupun secara langsung tidak dapat
mempengaruhi nilai perusahaan akan tetapi secara tidak langsung akan
meningkatkan kinerja keuangan yang nantinya akan meningkatkan nilai
perusahaan. selain itu, perusahaan juga harus meningkatkan kepemilikan
manajerialnya. Walaupun kepemilikan manajerial tidak berpengaruh baik
terhadap kinerja keuangan ataupun nilai perusahaan, ada kemungkinan
karena nilai kepemilikan manajerial yang terlalu rendah pada perusahaan
sehingga tidak dapat mempengaruhi kinerja keuangan ataupun nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
kepada pengembangan penelitian baru, khususnya yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.
C. Keterbatasan
Penulis memeiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat
menimbulkan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian ini,
diantaranya:
164
1. Penelitian ini hanya memasukkan tiga dari faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan yaitu, kinerja lingkungan, struktur
kepemilikan, dan kinerja keuangan.
2. Penelitian ini melakukan pengamatan hanya lima tahun dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2017
3. Dalam pengukuran kinerja keuangan peneliti menggunakan proksi
ROA, dan nilai perusahaan dengan proksi Tobins Q. Untuk kinerja
keuangan dan nilai perusahaan terdapat proksi lain yang dapat
digunakan sehingga memungkinkan adanya hasil yang berbeda jika
menggunakan alternatif proksi lain.
D. Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang
pengaruh kinerja lingkungan, dan struktur kepemilikan yang diproksikan
kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial terhadap nilai
perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Berikut
adalah saran yang dapat dipertimbangkan bagi peneliti yang akan dapatng,
yaitu:
1. Untuk penelitian selanjutnya dengan menambah variabel lain yang
berpengaruh yaitu; Coporate Social Responsibility (CSR) (Fauzi,
Suransi, dan Alamsyah, 2016), Keputusan Investasi (Maulana,
Hermanto, dan Nugraha, 2016), Keputusan Pendanaan (Asmawati,
2013), Kebijakan Dividen (Ferina dan Tjandrakirana, 2015), Modal
Intelektual (Arief et al., 2014).
165
2. Periode waktu pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
5 tahun dari tahun 2013 dan 2017. Untuk penelitian selanjutnya dapat
menambahkan periode tersebut agar lebih terlihat konsistensi dari
variabel-variabel penelitian yang digunakan.
3. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan alternatif proksi lain
untuk mengukur kinerja keuangan dan nilai perusahaan. untuk kinerja
keuangan dapat menggunakan (Return On Equity) ROE, (Net Profit
Margin) NPM, (Debt To Equity Ratio) DER atau lainnya. Sedangkan
untuk nilai perusahaan dapat menggunakan (Price Book Value) PBV
maupun (Price Earning Ratio) PER.
166
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1982. “UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan”.
Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9531422 pada 14
November 2018.
______. 2012. BAPEPAM-LK. “Peraturan Nomor X.K.6 Kep-431/Bl/2012”.
Retrieved From http://www.ojk.go.id/ pada 14 November 2018.
______. 2014. MENLHK. “Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup”. Retrieved From
proper.menlh.go.id/portal/ pada 20 November 2018
______. 2016. “Sampoerna Argo Dijatuhi Denda Terbesar Dalam Kasus
Kebakaran Hutan”. VOA Indonesia. Retrieved From:
https://www.voaindonesia.com/ pada 16 November 2018
______. 2017. “Limbah Pabrik Gula Glenmore Masuk Sungai, Warga Gata-
Gatal”. Kompas. Retrieved From: https://regional.kompas.com/ pada 17
Novemver 2018
______. 2018. “Pencemaran Kali Bekasi, Perusahaan Jins Diamcam Pasal
Berlapis”. Tempo. Retrieved From https://metro.tempo.co pada 17 November
2018
______. 2018. “Kasus Lapindo: 12 Tahun Semburan Lumpur Ancam Kesehatan
Warga”. VOA Indonesia. Retrieved From: https://www.voaindonesia.com/
pada 16 November 2018
______. 2018. “Kebakaran Hutan, KLHK Segel Area Milik 5 Perusahaan Di
Kalbar”. CNNIndonesia. Retrieved From: https://m.cnnindonesia.com/ pada
17 November 2018
Agustina, M. T. A., dan Tarigan, J. “Pengaruh Institusional Ownership terhadap
Financial Performance dengan Intellectual Capital sebagai Variabel
Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI”. Journal
Business Accounting Review, Vol. 5 No. 2, 637–648. 2015.
Akerlof, G. A. “The Market for ‘Lemons’: Quality Uncertainty and the Market
Mechanism”. The Quarterly Journal of Economics. Vol. 84 No. 3. 488–500.
1970.
AL-Najjar, D. “The Effect of Institutional Ownership on Firm Performance:
Evidence from Jordanian Listed Firms”. International Journal of Economics
and Finance. Vol. 7 No. 12 97–105. 2015.
167
Ali, M. R., Mahmud, M. S., dan Lima, R. P. “Analyzing Tobin ’ s Q Ratio of
Banking Industry of Bangladesh: A Comprehensive Guideline for Investors”.
Asian Business Review. Vol. 6 No. 2. 85–90. 2016.
Anita, A., dan Yulianto, A. “Pengaruh kepemilikan manajerial dan kebijakan
dividen terhadap nilai perusahaan”. Journal Management Analysis, Vol. 5
No. 1. 17–23. 2016.
Anjasari, S. P., dan Andriati, H. N. “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Kinerja
Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Daerah. Vol. 11 No. 2. 52–59. 2016
Ardila, I. “Pengaruh profitabilitas dan kinerja lingkungan terhadap nilai
perusahaan”. Jurnal Riset Finansial Bisnis. Vol. 1 No. 1. 21–30.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1066320. 2017.
Arief, M. I., Erlina, dan Yahya, I. “Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening
Indonesia”. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Vol. 7 No. 2. 142–155. 2014.
Asmawati. “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan terhadap Nilai
Perusahaan : Profitabilitas sebagai Variabel Moderating”. Ilmu dan Riset
Akuntansi, Vol. 2 No. 4. 2013.
Astuti, F. P., Anisykurlillah, I., dan Murtini, H. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan
Kepemilikan Asing terhadap Kinerja Keuangan”. Accounting Analysis
Journal. Vol. 3 No. 4. 493–500. 2014.
Avelia, Y., dan Tarigan, J. “Pengaruh Institutional Ownership terhadap Finacial
Performance melalui Intellectual Capital sebagai Variabel Intervening pada
Perusahan Retail dan Jasa di Indonesia”. Journal Business Accounting
Review. Vol. 5 No. 2. 589–600. 2015.
Awulle, I. D., Murni, S., dan Rondonuwu, C. N. “Pengaruh Profitabilitas Likuiditas
Solvabilitas dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Food
and Baverage yang terdaftar di BEI Periode 2012-2016". Jurnal EMBA. Vol
6 No. 4. 1908–1917. 2018.
Badan Pusat Statistik. “Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2017”. (S. BPS, Ed.).
https://doi.org/10.4236/sgre.2011.22011. 2017.
Bukhori, M. R. T., dan Sopian, D. “Pengaruh Pengungkapan Sustainability Report
terhadap Kinerja Keuangan”. Jurnal Sistem Informasi, Keuangan, Auditing
dan Perpajakan. Vol. 2 No. 1. 35–48. Retrieved from
http://jurnal.usbypkp.ac.id/index.php/sikap. 2017.
168
Bursa Efek Indonesia. “Fact Book. in Bursa Efek Indonesia. Research and
Development Division Indonesia Stock Exchange”. Retrieved from
www.idx.co.id. 2017.
Bursa Efek Indonesia. “Panduan Go Public”.
Candradewi, I., dan Sedana, B. I. P. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional dan Dewan Komisaris Independen terhadap ROA”.
E-Jurnal Manajemen Unud. Vol. 5 No. 5. 3163–3190. 2016.
Clarissa, S. V., dan Rasmini, N. K. “The Effect Of Sustainability Report on
Financial Performance with Good Corporate Governance Quality as A
Moderating Variable”. Vol. 10 No. 1. https://doi.org/10010182018309. 2018.
Claudia, dan Agustina, D. “Pengaruh Corporate Governance dan Kinerja
Keuangan terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 19
No. 1. 67–75. 2017.
Dama, D. P., dan Tulung, J. E. “Pengaruh Struktur Modal dan Profotabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Insider Ownership sebagai variabel
Intervening pada perusahaan pertambangan periode 2011-2015”. Jurnal
Ekonomi, Bisnis, dan Akumtansi. Vol. 5 No. 2. 1532–1538. 2017.
Damanik, I. G. A. B. A., dan Yadnayana, I. K. “Pengaruh Kinerja Lingkungan pada
Kinerja Keuangan dengan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel
Intervening”. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol. 6 No.
2. 819–846. 2017.
Epi, Y. “Pengaruh Ukuran perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial dan
Manajemen Laba Terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate
yang terdaftar pada BEI”. Riset dan Jurnal Akuntansi. Vol. 1 No. 1. 1–7. 2017.
Fahmi, I. “Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi”. D. Handi, Ed. Bandung: Alfabeta.
2012.
Fatchan, I. N., dan Trisnawati, R. “Pengaruh Good Corporate Governance pada
Hubungan antara Sustainability Report dan Nilai Perusahaan (Studi Empiris
Perusahaan Go Public di Indonesia Periode 2014-2015)”. Riset Akuntansi
dan Keuangan Indonesia. Vol. 1 No. 11. 25–34. 2016.
Fauzi, A. S., Suransi, N. K., & Alamsyah. “Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Pemoderasi”. Jurnal Investasi. Vol.
12 No. 1. 2016.
169
Ferina, I. S., & Tjandrakirana, R. “Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan
Hutang, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan”. Akuntanika. Vol. 2
No. 1. 2015.
Fiandri, K. A., dan Muid, D. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran
Perusahaan terhadap Tax Avoidance dengan Kinerja Keuangan sebagai
Variabel Mediasi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun
2011-2014”. Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 6 No. 2. 1–13. 2017.
Fitriani, A. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan terhadap
Kinerja Keuangan pada BUMN”. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 1 No. 1. 137–
148. 2013.
Freeman, R. E. “Stockholders and Stakeholders: A New Perspective on Corporate
Governance”. California Management Review. Vol. 25 No. 3. 88–106. 1983.
Freeman, R. E., Parmar, B. L., Harrison, J. S., Wicks, A. C., Colle, S. de, dan
Purnell, L. “Stakeholder Theory: The State of the Art”. 2010.
Ghozali, I. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25”. (IX).
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Semarang. 2018.
Gudono. “Teori Organisasi”. 2nd ed. Yogyakarta: Bpfe. 2012.
Hamdiah, C. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kualitas Laba terhadap
Nilai Perusahaan pada Perusahaan Transportasi yang terdaftar di BEI”.
Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi. Vol. 1 No. 1. 1–9. 2015.
Haninun, Lindrianasari, dan Denziana, A. “The effect of environmental
performance and disclosure on financial performance”. International Journal
of Trade and Global Markets. Vol. 11 No. 12. 138–148.
https://doi.org/10.1504/ijtgm.2018.092471. 2018.
Harahap, S. S. “Teori Akuntansi”. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2015.
Hermiyetti, dan Katlanis, E. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Komite Audit terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan”. Vol. 6 No. 2. 2016.
Imron, G. S., Hidayat, R., dan Alliyah, S. “Pengaruh Kinerja Keuangan dan
Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Sosial
Responsibility dan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi”.
POTENSIO. Vol. 18 No. 2. 82–93. 2013.
170
Indrasti, A. W., dan Martini. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham dan CSR
terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3 No. 2.
115–133. 2014.
Indriyani, E. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan”. Akuntabilitas. Vol. 10 No. 2. 333–348.
https://doi.org/10.15408/akt.v10i2.4649. 2017.
Jayaningrat, I. G. A. A., Wahyuni, M. A., dan Sujana, E. “Pengaruh Leverage,
Profitabilitas, Likuiditas, Kebijakan Dividen, Kepemilikan Manajerial, dan
Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia”. Vol. 7 No. 1. 2017.
Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. “Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics.
Vol. 3 No. 4. 305–360. 1976.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Sekilas Proper Dulu, Sekarang
dan Masa Mendatang”. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup. Retrieved
from proper.menlhk.go.id/portal/. 2005.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Publikasi Proper 2015: Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup” 1–88. Retrieved from proper.menlh.go.id/portal/. 2015.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Publikasi Proper 2017: Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup, 1–58. Retrieved from proper.menlh.go.id/portal/. 2017.
Kurniawan, T., Sofyani, H., dan Rahmawati, E. “Pengungkapan Sustainability
Report dan Nilai Perusahan : Studi Empiris di Indonesia dan Singapura”.
Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol. 16 No. 1. 1–20.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30595/kompartemen.v16i1.2100. 2018.
Lawal, O. D., Agbi, E. S., dan Mustapha, L. O. “Effect of Ownership Structure on
Financial Performance of Listed Insurance Firms in Nigeria”. Journal of
Accounting, Finance and Auditing Studies. Vol. 3 No. 4. 123–148. 2018.
Lesmana, Y. “Pengaruh Sustainability Reporting Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan Publik dari Sisi Asset Management Ratios”. Business Accounting
Review. Vol. 1 No. 2009–2011, 101–110.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004. 2014.
Lingga, W., dan Suaryana, I. G. N. A. “Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Kinerja Lingkungan pada Nilai Perusahaan”. E-Jurnal Akuntansi. Vol. 20 No.
2. 1419–1445. 2017.
171
Mareta, A., dan Fitriyah, F. K. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Kepemilikan
Asing terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang
Mengikuti Proper dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015).
In Procedings. PP. 449–471. Bandung, Jawa Barat. 2017.
Maryanti, E., dan Fithri, W. N. “Corporate Social Responsibilty, Good Corporate
Governance, Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan dan
Pengaruhnya Pada Nilai Perusahaan”. Journal Of Accounting Science. Vol.
1 No. 1. 2017.
Maulana, M. R., Hermanto, & Nugraha, I. Y. “Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015”.
Distribusi - Journal of Management and Business. Vol. 4 No. 2. 2016.
Moeljadi, dan Supriyanti, T. S. “Factors Affecting Firm Value: Theoretical Study
on Public Manufacturing Firms in Indonesia”. South East Asia Journal of
Contemporary Business, Economics and Law. Vol. 5 No. 2. 6–15. 2014.
Mousa, G. A., dan Hassan, N. T. “Legitimacy Theory and Environmental
Practices : Short Notes Legitimacy Theory and Environmental Practices:
Short Notes”. International Journal of Business and Statistical Analysis. Vol.
2 No. 1. 2015.
Mufidah. “Pengaruh Tata Kelola Perusahaan dan Kinerja Lingkungan terhadap
Nilai Perusahaan pada Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar Di BEI
Tahun 2014 – 2016”. Journal of Economics and Business. Vol. 2 No. 1. 116–
130. 2018.
Nilayanti, M., dan Suaryana, I. G. N. A. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan
Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan
Kebijakan Deviden sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. Vol. 26 No. 2. 906–936. 2019.
Nurkhin, A., Wahyudin, A., dan Fajriah, A. S. A. “Relevansi Struktur Kepemilikan
Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahan Barang Konsumsi”. Akuntansi
Multiparadigma. Vol. 8 No. 1. 2017.
Prastuti, N. K. K., dan Budiasih, I. G. A. N. “Pengaruh GCG pada Nilai
Perusahaan dengan CSR sebagai variabel Moderasi”. E-Jurnal Akuntansi,
Vol. 1 No. 13, 114–129. 2015.
Prawirasasra, K. P. “Analysis of Relationship of Environmental Performance and
Firm Value”. First International Conference on Economics and Banking, 207–
211. https://doi.org/10.2991/iceb-15.2015.31. 2015.
172
Rafianto, R. A. “Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan
Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja keuangan (Studi pada Sektor
Pertambangan di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2010-2012”. In e-
Proceeding of Management. Vol. 2. PP. 497–523. 2015.
Rahayu, M., dan Sari, B. “Kepemilikan Institusional, Manajemen Laba dan
Leverage terhadap Kinerja Perusahaan”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1
No. 2. 67–78. 2018.
Ratih, S., dan Setyarini, Y. “Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan
Pertambangan yang Go Public”. Jurnal Akuntansi. Vol. 5 No. 40. 115–132.
2014.
Ratnasari, R. B., Titisari, K. H., dan Suhendro. “Pengaruh Value Added Intellectual
Capital, GCG, dan Struktur Kepemilikan terhadap Kinerja Keuangan”.
Journal of Economic and Economic Education. Vol. 4 No. 2. 240–257. 2016.
Riadi, E. “Statistika Penelitian: Analisis Manual dan IBM SPSS”. A. Prabawati, Ed.
Yogyakarta: CV Andi Offset. 2016.
Rusyda, Z. T., dan Priantinah, D. The Effect Of Ownership Structure and
Sustainability Report”. Jurnal Nominal. Vol. 7 No. 5. 75–90. 2018.
Sadia, N. M. D. S., dan Sujana, I. K. “Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Manajerial, Free Cash Flow pada Nilai Perusahaan dengan Variabel
Intervening Kebijakan Hutang. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana.
Vol. 19 No. 1. 479–507. 2017.
Santoso, A. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening”. In Snaper-Ebis. PP.
67–77. https://doi.org/10.1111/1462-2920.14261. 2017.
Saputra, I. P. A., dan Mahyuni, L. P. “Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Kinerja
Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol.
15 No. 3. 64–81. Retrieved from
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/. 2018.
Sekaran, U., dan Bougie, R. “Research Methods for Business A Skill-Building
Approach”. 7th ed. United Kingdom: Wiley. 2016.
Spence, M. “Job Market Signaling”. The Quarterly Journal of Economics. Vol. 87
No. 3. 355–374. 1973.
Sugiyono. “Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D”. 22nd ed. Bandung, Jawa Barat: CV Alfabeta. 2015.
173
Sulindawati, N. L. G. E., Yuniarta, G. A., dan Purnamawati, I. G. A. “Manajemen
Keuangan”. 1st ed. Depok: PT RajaGrafindo Persada. 2017.
Sutama, D. R., dan Lisa, E. “Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur Food and Beverage
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Sains Manajemen dan
Akuntansi. Vol. 10 No. 1. 101–118. 2018.
Tahu, G. P. “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Pengungkapan Lingkungan
terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di BEI)”. Vol. 14 No. 1. 31–40. 2019.
Tauke, P. Y., Murni, S., dan Tulung, J. E. “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan Real Estate and Property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2012-2015. Jurnal EMBA. Vol. 5 No. 2. 919–927. 2017.
Tiarasandy, A., Yuliandari, W. S., dan Triyanto, D. N. “Pengaruh Kinerja
Lingkungan dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Finansial (Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar di Proper
Periode 2013-2015). In e-Proceeding of Management .Vol. 5. PP. 678–688.
2018.
Tjahjono, A., dan Chaeriyah, S. “Pengaruh GCG terhadap Nilai Perusahaan
dengan Variabel Intervening Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 210-2014)”. Jurnal
Kajian Bisnis. Vol. 25 No. 1. 13–39. 2017.
Tjahjono, M. E. S. “Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Nilai Perusahaan dan
Kinerja Keuangan”. Jurnal Ekonomi. Vol. 4 No. 1. 38–46. 2013.
Utomo, N. A. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia”. Dinamika Akuntansi,
Keuangan dan Perbankan.Vol. 5 No. 1. 82–94. 2016.
Warapsari, A. A. A. U., dan Suaryana, I. G. N. A. “Pengaruh Kepemilikan
Manajerial dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan
Utang sebagai Variabel Intervening”. E-Journal Akuntansi Universitas
Udayana. Vol. 16 No. 3. 2288–2315. 2016.
Wati, L., dan Asandimitra, N. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap
Nilai Perusahaan dengan Variabel Intervening Kinerja Keuangan (Studi pada
Sektor Industri Barang Konsumsi). 5(3), 1–8. 2017.
Widarjono, A. “Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS, AMOS,
dana SmartPLS”. 2nd ed. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2015.
175
LAMPIRAN 1
DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL
NO KODE
PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN
1 CEKA PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
2 GDST PT Gunawan Dian Jaya Steel Tbk
3 INAI PT. Indal Alumunium Industry
4 INDS PT Indospring Tbk
5 ISSP PT Steel Pipe Industry of Indonesia
6 JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk
7 KIJA PT Kawasan Industri Jababeka Tbk
8 LPCK PT Lippo Cikarang Tbk
9 MBTO PT Martina Berto Tbk
10 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk
11 SGRO PT Sampoerna Agro Tbk
12 SMGR PT Semen Indonesia Tbk
13 SPMA PT Suparma Tbk
14 SRSN PT Indo Acitama Tbk
15 UNTR PT United Tractor Tbk
16 VOKS PT Voksel Electric Tbk
176
LAMPIRAN 2 (KINERJA LINGKUNGAN)
PERHITUNGAN PROPER
NO KODE
PERUSAHAAN 2013 2014 2015 2016 2017
1 CEKA 2 3 3 3 3
2 GDST 3 3 2 3 3
3 INAI 3 3 2 3 3
4 INDS 3 3 3 3 3
5 ISSP 3 3 3 3 3
6 JPRS 3 3 3 3 3
7 KIJA 3 3 3 3 4
8 LPCK 3 3 2 3 3
9 MBTO 3 3 3 2 2
10 PSDN 2 3 3 3 3
11 SGRO 3 3 3 3 3
12 SMGR 5 4 4 4 4
13 SPMA 3 3 3 3 3
14 SRSN 3 3 3 3 3
15 UNTR 3 3 3 3 3
16 VOKS 3 3 3 3 3
177
LAMPIRAN 3 (STRUKTUR KEPEMILIKAN)
PERHITUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
NO KODE
PERUSAHAAN
INST
2013 2014 2015 2016 2017
1 CEKA 0,920 0,920 0,920 0,920 0,920
2 GDST 0,980 0,980 0,980 0,107 0,107
3 INAI 0,672 0,673 0,673 0,673 0,673
4 INDS 0,881 0,881 0,881 0,881 0,881
5 ISSP 0,559 0,559 0,559 0,559 0,792
6 JPRS 0,684 0,684 0,684 0,000 0,000
7 KIJA 0,200 0,200 0,258 0,822 0,583
8 LPCK 0,927 0,956 0,956 0,935 0,891
9 MBTO 0,678 0,678 0,678 0,678 0,678
10 PSDN 0,759 0,721 0,736 0,778 0,700
11 SGRO 0,844 0,850 0,887 0,918 0,998
12 SMGR 0,991 0,991 0,985 0,980 0,980
13 SPMA 0,805 0,742 0,781 0,932 0,932
14 SRSN 0,826 0,823 0,823 0,725 0,373
15 UNTR 0,595 0,595 0,595 0,984 0,655
16 VOKS 0,535 0,535 0,535 0,631 0,638
Bersambung ke halaman berikutnya
178
PERHITUNGAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Jumlah Saham
yang Beredar
Jumlah Saham
Institusional INST
1 CEKA
2013 297.500.000 273.735.500 0,920
2014 297.500.000 273.735.500 0,920
2015 595.000.000 547.471.000 0,920
2016 595.000.000 547.471.000 0,920
2017 595.000.000 547.471.000 0,920
2 GDST
2013 8.200.000.000 8.034.726.000 0,980
2014 8.200.000.000 8.036.089.400 0,980
2015 8.200.000.000 8.036.089.400 0,980
2016 8.200.000.000 876.219.400 0,107
2017 8.200.000.000 876.219.400 0,107
3 INAI
2013 158.400.000 106.466.900 0,672
2014 316.800.000 213.101.000 0,673
2015 316.800.000 213.101.000 0,673
2016 316.800.000 213.101.000 0,673
2017 633.600.000 426.202.000 0,673
4 INDS
2013 525.000.000 462.568.166 0,881
2014 656.249.710 578.210.207 0,881
2015 656.249.710 578.210.207 0,881
2016 656.249.710 578.210.207 0,881
2017 656.249.710 578.210.207 0,881
5 ISSP
2013 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559
2014 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559
2015 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559
2016 7.185.992.035 4.020.063.930 0,559
2017 7.185.992.035 5.689.446.871 0,792
6 JPRS
2013 750.000.000 513.157.500 0,684
2014 750.000.000 513.157.500 0,684
2015 750.000.000 513.157.500 0,684
2016 750.000.000 - 0,000
2017 750.000.000 - 0,000
Bersambung ke halaman berikutnya
179
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Jumlah Saham
yang Beredar
Jumlah Saham
Institusional INST
7 KIJA
2013 20.121.371.043 4.017.610.292 0,200
2014 20.235.279.075 4.040.354.915 0,200
2015 20.662.178.685 5.340.648.527 0,258
2016 20.662.178.685 16.988.609.939 0,822
2017 20.824.888.369 12.147.627.739 0,583
8 LPCK
2013 696.000.000 645.077.690 0,927
2014 696.000.000 665.153.186 0,956
2015 696.000.000 665.153.186 0,956
2016 696.000.000 651.047.586 0,935
2017 696.000.000 619.861.386 0,891
9 MBTO
2013 1.070.000.000 724.928.500 0,678
2014 1.070.000.000 724.928.500 0,678
2015 1.070.000.000 724.928.500 0,678
2016 1.070.000.000 724.928.500 0,678
2017 1.070.000.000 724.928.500 0,678
10 PSDN
2013 1.440.000.000 1.093.406.557 0,759
2014 1.440.000.000 1.038.121.210 0,721
2015 1.440.000.000 1.059.527.210 0,736
2016 1.440.000.000 1.120.556.357 0,778
2017 1.440.000.000 1.008.336.192 0,700
11 SGRO
2013 1.890.000.000 1.595.395.856 0,844
2014 1.890.000.000 1.606.932.415 0,850
2015 1.849.000.000 1.639.322.941 0,887
2016 1.818.622.000 1.669.559.800 0,918
2017 1.818.622.000 1.814.400.000 0,998
12 SMGR
2013 5.931.520.000 5.880.657.223 0,991
2014 5.931.520.000 5.880.657.223 0,991
2015 5.931.520.000 5.844.418.440 0,985
2016 5.931.520.000 5.813.153.881 0,980
2017 5.931.520.000 5.813.153.881 0,980
Bersambung ke halaman berikutnya
180
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Jumlah Saham
yang Beredar
Jumlah Saham
Institusional INST
13 SPMA
2013 1.492.046.658 1.200.400.897 0,805
2014 1.492.046.658 1.107.200.897 0,742
2015 1.492.046.658 1.165.700.897 0,781
2016 2.114.570.958 1.970.911.017 0,932
2017 2.114.570.958 1.970.558.357 0,932
14 SRSN
2013 6.020.000.000 4.973.311.326 0,826
2014 6.020.000.000 4.956.225.072 0,823
2015 6.020.000.000 4.956.225.072 0,823
2016 6.020.000.000 4.365.196.239 0,725
2017 6.020.000.000 2.246.122.194 0,373
15 UNTR
2013 3.730.135.136 2.219.317.358 0,595
2014 3.730.135.136 2.219.317.358 0,595
2015 3.730.135.136 2.219.317.358 0,595
2016 3.730.135.136 3.671.456.208 0,984
2017 3.730.135.136 2.444.943.209 0,655
16 VOKS
2013 831.120.519 444.377.042 0,535
2014 831.120.519 444.377.042 0,535
2015 831.120.519 444.377.042 0,535
2016 831.120.519 524.377.042 0,631
2017 4.155.602.595 2.649.910.210 0,638
181
LAMPIRAN 4 (STRUKTUR KEPEMILIKAN)
PERHITUNGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
NO KODE
PERUSAHAAN
MNJR
2013 2014 2015 2016 2017
1 CEKA 0,008 0,008 0,000 0,008 0,008
2 GDST 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
3 INAI 0,002 0,002 0,005 0,007 0,009
4 INDS 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004
5 ISSP 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
6 JPRS 0,155 0,155 0,155 0,840 0,840
7 KIJA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,031
8 LPCK 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
9 MBTO 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
10 PSDN 0,017 0,014 0,014 0,014 0,046
11 SGRO 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
12 SMGR 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
13 SPMA 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
14 SRSN 0,094 0,116 0,116 0,221 0,345
15 UNTR 0,001 0,001 0,000 0,000 0,000
16 VOKS 0,095 0,095 0,095 0,095 0,204
Bersambung ke halaman berikutnya
182
PERHITUNGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Jumlah Saham
yang Beredar
Jumlah
Saham
Manajerial
MNJR
1 CEKA
2013 297.500.000 2.250.000 0,008
2014 297.500.000 2.250.000 0,008
2015 595.000.000 0 0,000
2016 595.000.000 4.500.000 0,008
2017 595.000.000 4.500.000 0,008
2 GDST
2013 8.200.000.000 701.500 0,000
2014 8.200.000.000 1.104.400 0,000
2015 8.200.000.000 1.115.500 0,000
2016 8.200.000.000 1.115.500 0,000
2017 8.200.000.000 1.115.500 0,000
3 INAI
2013 158.400.000 300.000 0,002
2014 316.800.000 689.100 0,002
2015 316.800.000 1.599.800 0,005
2016 316.800.000 2.238.100 0,007
2017 633.600.000 5.595.100 0,009
4 INDS
2013 525.000.000 2.856.434 0,004
2014 656.249.710 2.856.434 0,004
2015 656.249.710 2.856.434 0,004
2016 656.249.710 2.856.434 0,004
2017 656.249.710 2.856.434 0,004
5 ISSP
2013 7.185.992.035 0 0,000
2014 7.185.992.035 0 0,000
2015 7.185.992.035 500.000 0,000
2016 7.185.992.035 500.000 0,000
2017 7.185.992.035 500.000 0,000
6 JPRS
2013 750.000.000 116.510.000 0,155
2014 750.000.000 116.510.000 0,155
2015 750.000.000 116.510.000 0,155
2016 750.000.000 629.667.500 0,840
2017 750.000.000 629.667.500 0,840
Bersambung ke halaman berikutnya
183
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Jumlah Saham
yang Beredar
Jumlah
Saham
Manajerial
MNJR
7 KIJA
2013 20.121.371.043 0 0,000
2014 20.235.279.075 0 0,000
2015 20.662.178.685 6.014.555 0,000
2016 20.662.178.685 3.014.555 0,000
2017 20.824.888.369 646.782.810 0,031
8 LPCK
2013 696.000.000 0 0,000
2014 696.000.000 0 0,000
2015 696.000.000 0 0,000
2016 696.000.000 1.100 0,000
2017 696.000.000 0 0,000
9 MBTO
2013 1.070.000.000 1.004.500 0,001
2014 1.070.000.000 1.004.500 0,001
2015 1.070.000.000 1.004.500 0,001
2016 1.070.000.000 1.004.500 0,001
2017 1.070.000.000 884.500 0,001
10 PSDN
2013 1.440.000.000 23.786.000 0,017
2014 1.440.000.000 20.051.000 0,014
2015 1.440.000.000 20.051.000 0,014
2016 1.440.000.000 20.051.000 0,014
2017 1.440.000.000 65.984.333 0,046
11 SGRO
2013 1.890.000.000 0 0,000
2014 1.890.000.000 0 0,000
2015 1.849.000.000 500 0,000
2016 1.818.622.000 0 0,000
2017 1.818.622.000 0 0,000
12 SMGR
2013 5.931.520.000 0 0,000
2014 5.931.520.000 58.400 0,000
2015 5.931.520.000 162.700 0,000
2016 5.931.520.000 0 0,000
2017 5.931.520.000 3.500 0,000
Bersambung ke halaman berikutnya
184
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Jumlah Saham
yang Beredar
Jumlah
Saham
Manajerial
MNJR
13 SPMA
2013 1.492.046.658 0 0,000
2014 1.492.046.658 0 0,000
2015 1.492.046.658 0 0,000
2016 2.114.570.958 0 0,000
2017 2.114.570.958 0 0,000
14 SRSN
2013 6.020.000.000 567.100.467 0,094
2014 6.020.000.000 697.978.645 0,116
2015 6.020.000.000 697.978.645 0,116
2016 6.020.000.000 1.327.416.952 0,221
2017 6.020.000.000 2.077.709.373 0,345
15 UNTR
2013 3.730.135.136 2.208.105 0,001
2014 3.730.135.136 2.208.105 0,001
2015 3.730.135.136 89.015 0,000
2016 3.730.135.136 89.015 0,000
2017 3.730.135.136 46.193 0,000
16 VOKS
2013 831.120.519 78.576.000 0,095
2014 831.120.519 78.801.000 0,095
2015 831.120.519 78.801.000 0,095
2016 831.120.519 78.876.500 0,095
2017 4.155.602.595 849.050.985 0,204
185
LAMPIRAN 5 (KINERJA KEUANGAN)
PERHITUNGAN ROA
NO KODE
PERUSAHAAN
Profitabilitas (ROA) Laba bersih setelah
pajak/total asset*100%
2013 2014 2015 2016 2017
1 CEKA 6,08% 3,19% 7,17% 17,51% 7,71%
2 GDST 7,71% -1,03% -4,66% 2,52% 0,80%
3 INAI 0,66% 2,46% 2,15% 2,66% 3,18%
4 INDS 6,72% 5,59% 0,08% 2,00% 4,67%
5 ISSP 4,63% 3,95% 2,92% 1,70% 0,14%
6 JPRS 4,00% -1,87% -6,05% -5,48% -4,17%
7 KIJA 1,27% 4,63% 3,40% 3,97% 1,33%
8 LPCK 15,32% 19,23% 16,71% 9,55% 2,98%
9 MBTO 2,64% 0,47% -2,17% 1,24% -3,16%
10 PSDN 3,13% -4,54% -6,87% -5,61% 4,65%
11 SGRO 2,67% 6,40% 3,51% 5,52% 3,66%
12 SMGR 17,39% 16,24% 11,86% 10,25% 4,17%
13 SPMA -1,35% 2,32% -1,95% 3,75% 4,24%
14 SRSN 3,80% 3,12% 2,70% 1,54% 2,35%
15 UNTR 8,37% 8,03% 4,52% 7,98% 9,33%
16 VOKS 2,00% -5,50% 0,02% 9,59% 6,11%
Bersambung ke halaman berikutnya
186
PERHITUNGAN ROA
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Laba Bersih
Setelah Pajak Total Asset 100% ROA
1 CEKA
2013 65.068.958.558 1.069.627.299.747 100% 6,08%
2014 41.001.414.954 1.284.150.037.341 100% 3,19%
2015 106.549.446.980 1.485.826.210.015 100% 7,17%
2016 249.697.013.626 1.425.964.152.418 100% 17,51%
2017 107.420.886.839 1.392.636.444.501 100% 7,71%
2 GDST
2013 91.885.687.801 1.191.496.619.152 100% 7,71%
2014 -13.938.294.977 1.354.622.569.945 100% -1,03%
2015 -55.212.703.852 1.183.934.183.257 100% -4,66%
2016 31.704.557.018 1.257.609.869.910 100% 2,52%
2017 10.284.697.314 1.286.954.720.465 100% 0,80%
3 INAI
2013 5.019.540.731 765.881.409.376 100% 0,66%
2014 22.058.700.759 897.281.657.710 100% 2,46%
2015 28.615.673.167 1.330.259.296.537 100% 2,15%
2016 35.552.975.244 1.339.032.413.455 100% 2,66%
2017 38.651.704.520 1.213.916.545.120 100% 3,18%
4 INDS
2013 147.608.449.013 2.196.518.364.473 100% 6,72%
2014 127.657.349.869 2.282.666.078.493 100% 5,59%
2015 1.933.819.152 2.553.928.346.219 100% 0,08%
2016 49.556.367.334 2.477.272.502.538 100% 2,00%
2017 113.639.539.901 2.434.617.337.849 100% 4,67%
5 ISSP
2013 203.561.000.000 4.393.577.000.000 100% 4,63%
2014 214.895.000.000 5.443.158.000.000 100% 3,95%
2015 158.999.000.000 5.447.784.000.000 100% 2,92%
2016 102.925.000.000 6.041.811.000.000 100% 1,70%
2017 8.634.000.000 6.269.365.000.000 100% 0,14%
6 JPRS
2013 15.045.492.572 376.540.741.943 100% 4,00%
2014 -6.930.478.877 370.967.708.751 100% -1,87%
2015 -21.989.704.979 363.265.042.157 100% -6,05%
2016 -19.268.949.081 351.318.309.863 100% -5,48%
2017 -14.894.192.084 357.404.148.034 100% -4,17%
Bersambung ke halaman berikutnya
187
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Laba Bersih
Setelah Pajak Total Asset 100% ROA
7 KIJA
2013 104.477.632.614 8.255.167.231.158 100% 1,27%
2014 394.055.213.379 8.505.270.447.485 100% 4,63%
2015 331.442.663.161 9.740.694.660.705 100% 3,40%
2016 426.542.322.505 10.733.598.205.115 100% 3,97%
2017 149.840.578.536 11.266.320.312.348 100% 1,33%
8 LPCK
2013 590.616.930.141 3.854.166.345.345 100% 15,32%
2014 844.123.258.897 4.390.498.820.383 100% 19,23%
2015 914.989.279.214 5.476.757.336.509 100% 16,71%
2016 539.794.979.877 5.653.153.184.505 100% 9,55%
2017 368.440.000.000 12.378.227.000.000 100% 2,98%
9 MBTO
2013 16.162.858.075 611.769.745.328 100% 2,64%
2014 2.925.070.199 619.383.082.066 100% 0,47%
2015 -14.056.549.894 648.899.377.240 100% -2,17%
2016 8.813.611.079 709.959.168.088 100% 1,24%
2017 -24.690.826.118 780.669.761.787 100% -3,16%
10 PSDN
2013 21.322.248.834 681.832.333.141 100% 3,13%
2014 -28.175.252.332 620.928.440.332 100% -4,54%
2015 -42.619.829.577 620.398.854.182 100% -6,87%
2016 -36.662.178.272 653.796.725.408 100% -5,61%
2017 32.150.564.335 690.979.867.049 100% 4,65%
11 SGRO
2013 120.380.480.000 4.512.655.525.000 100% 2,67%
2014 350.102.067.000 5.466.874.365.000 100% 6,40%
2015 255.892.123.000 7.294.672.621.000 100% 3,51%
2016 459.356.119.000 8.328.480.337.000 100% 5,52%
2017 303.026.790.000 8.284.699.367.000 100% 3,66%
12 SMGR
2013 5.354.298.521.000 30.792.884.092.000 100% 17,39%
2014 5.573.577.279.000 34.314.666.027.000 100% 16,24%
2015 4.525.441.038.000 38.153.118.932.000 100% 11,86%
2016 4.535.036.823.000 44.226.895.982.000 100% 10,25%
2017 2.043.025.914.000 48.963.502.966.000 100% 4,17%
Bersambung ke halaman berikutnya
188
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Laba Bersih
Setelah Pajak Total Asset 100% ROA
13 SPMA
2013 -23.856.512.660 1.767.105.818.949 100% -1,35%
2014 48.602.721.399 2.091.957.078.669 100% 2,32%
2015 -42.597.342.144 2.185.464.365.772 100% -1,95%
2016 81.063.430.679 2.158.852.415.950 100% 3,75%
2017 92.280.117.234 2.175.660.855.114 100% 4,24%
14 SRSN
2013 15.994.295.000 420.782.548.000 100% 3,80%
2014 14.456.260.000 463.347.124.000 100% 3,12%
2015 15.504.788.000 574.073.314.000 100% 2,70%
2016 11.056.051.000 717.149.704.000 100% 1,54%
2017 17.698.567.000 752.726.454.000 100% 2,35%
15 UNTR
2013 4.798.778.000.000 57.362.244.000.000 100% 8,37%
2014 4.839.970.000.000 60.292.031.000.000 100% 8,03%
2015 2.792.439.000.000 61.715.399.000.000 100% 4,52%
2016 5.104.477.000.000 63.991.229.000.000 100% 7,98%
2017 7.673.322.000.000 82.262.093.000.000 100% 9,33%
16 VOKS
2013 39.092.753.172 1.955.830.321.070 100% 2,00%
2014 -85.393.833.586 1.553.904.599.142 100% -5,50%
2015 277.107.966 1.536.244.634.556 100% 0,02%
2016 160.045.873.393 1.668.210.094.478 100% 9,59%
2017 123.859.831.413 2.026.963.889.922 100% 6,11%
Bersambung ke halaman berikutnya
189
LAMPIRAN 6 (NILAI PERUSAHAAN)
PERHITUNGAN TOBINS Q
Bersambung ke halaman berikutnya
NO KODE
PERUSAHAAN
TOBIN'S Q
2013 2014 2015 2016 2017
1 CEKA 0,653 0,830 0,628 0,905 0,850
2 GDST 0,797 0,970 0,601 1,114 0,795
3 INAI 0,752 0,760 0,535 0,792 0,432
4 INDS 0,801 0,574 0,120 0,257 0,386
5 ISSP 0,535 0,736 0,529 0,571 0,291
6 JPRS 0,559 0,510 0,271 0,329 0,332
7 KIJA 0,928 1,280 1,025 1,070 1,009
8 LPCK 1,865 2,630 1,389 0,828 0,283
9 MBTO 0,723 0,472 0,345 0,449 0,350
10 PSDN 0,517 0,544 0,542 0,688 1,231
11 SGRO 1,401 1,315 0,920 0,924 0,930
12 SMGR 3,849 3,843 2,464 1,780 1,929
13 SPMA 0,415 0,365 0,193 0,369 0,375
14 SRSN 0,957 0,915 0,885 0,749 0,584
15 UNTR 1,988 1,678 1,611 1,860 2,778
16 VOKS 1,023 1,281 1,598 1,820 1,670
190
PERHITUNGAN TOBINS Q
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Harga Saham
Per Lembar
Jumlah Saham
Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ
1 CEKA
2013 1.160 297.500.000 345.100.000.000 1.069.627.299.747 541.352.365.829 528.274.933.918 0,65
2014 1.500 297.500.000 446.250.000.000 1.284.150.037.341 746.598.865.219 537.551.172.122 0,83
2015 675 595.000.000 401.625.000.000 1.485.826.210.015 845.932.695.663 639.893.514.352 0,63
2016 1.350 595.000.000 803.250.000.000 1.425.964.152.418 538.044.038.690 887.920.113.728 0,90
2017 1.290 595.000.000 767.550.000.000 1.392.636.444.501 489.592.257.434 903.044.187.067 0,85
2 GDST
2013 86 8.200.000.000 705.200.000.000 1.191.496.619.152 307.084.100.134 884.412.519.018 0,80
2014 103 8.200.000.000 844.600.000.000 1.354.622.569.945 484.174.854.654 870.447.715.291 0,97
2015 59 8.200.000.000 483.800.000.000 1.183.934.183.257 379.524.183.280 804.409.999.977 0,60
2016 113 8.200.000.000 926.600.000.000 1.257.609.869.910 425.486.909.790 832.122.960.120 1,11
2017 82 8.200.000.000 672.400.000.000 1.286.954.720.465 441.675.308.289 845.279.412.176 0,80
3 INAI
2013 600 158.400.000 95.040.000.000 765.881.409.376 639.563.606.250 126.317.803.126 0,75
2014 350 316.800.000 110.880.000.000 897.281.657.710 751.439.553.825 145.842.103.885 0,76
2015 405 316.800.000 128.304.000.000 1.330.259.296.537 1.090.438.393.880 239.820.902.657 0,53
2016 645 316.800.000 204.336.000.000 1.339.032.413.455 1.081.015.810.782 258.016.602.673 0,79
2017 378 316.800.000 119.750.400.000 1.213.916.545.120 936.511.874.370 277.404.670.750 0,43
Bersambung ke halaman berikutnya
191
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Harga Saham
Per Lembar
Jumlah Saham
Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ
4 INDS
2013 2.675 525.000.000 1.404.375.000.000 2.196.518.364.473 443.652.749.965 1.752.865.614.508 0,80
2014 1.600 656.249.710 1.049.999.536.000 2.282.666.078.493 454.347.526.616 1.828.318.551.877 0,57
2015 350 656.249.710 229.687.398.500 2.553.928.346.219 634.889.428.231 1.919.038.917.988 0,12
2016 810 656.249.710 531.562.265.100 2.477.272.502.538 409.208.624.907 2.068.063.877.631 0,26
2017 1.260 656.249.710 826.874.634.600 2.434.617.337.849 289.798.419.319 2.144.818.918.530 0,39
5 ISSP
2013 144 7.185.992.035 1.034.782.853.040 4.393.577.000.000 2.459.118.000.000 1.934.459.000.000 0,53
2014 238 7.185.992.035 1.710.266.104.330 5.443.158.000.000 3.118.221.000.000 2.324.937.000.000 0,74
2015 188 7.185.992.035 1.350.966.502.580 5.447.784.000.000 2.894.309.000.000 2.553.475.000.000 0,53
2016 210 7.185.992.035 1.509.058.327.350 6.041.811.000.000 3.396.754.000.000 2.645.057.000.000 0,57
2017 115 7.185.992.035 826.389.084.025 6.269.365.000.000 3.428.424.000.000 2.840.941.000.000 0,29
6 JPRS
2013 270 750.000.000 202.500.000.000 376.540.741.943 14.019.207.792 362.521.534.151 0,56
2014 242 750.000.000 181.500.000.000 370.967.708.751 15.334.844.453 355.632.864.298 0,51
2015 120 750.000.000 90.000.000.000 363.265.042.157 30.806.011.707 332.459.030.450 0,27
2016 135 750.000.000 101.250.000.000 351.318.309.863 43.106.380.598 308.211.929.265 0,33
2017 129 750.000.000 96.750.000.000 357.404.148.034 66.219.547.909 291.184.600.125 0,33
Bersambung ke halaman berikutnya
192
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Harga Saham
Per Lembar
Jumlah Saham
Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ
7 KIJA
2013 193 20.121.371.043 3.883.424.611.299 8.255.167.231.158 4.069.135.357.955 4.186.031.873.203 0,93
2014 295 20.235.279.075 5.969.407.327.125 8.505.270.447.485 3.843.434.033.668 4.661.836.413.817 1,28
2015 247 20.662.178.685 5.103.558.135.195 9.740.694.660.705 4.762.940.390.118 4.977.754.270.587 1,03
2016 292 20.662.178.685 6.033.356.176.020 10.733.598.205.115 5.095.107.624.314 5.638.490.580.801 1,07
2017 286 20.824.888.369 5.955.918.073.534 11.266.320.312.348 5.366.080.073.786 5.900.240.238.562 1,01
8 LPCK
2013 4.875 696.000.000 3.393.000.000.000 3.854.166.345.345 2.035.080.266.357 1.819.086.078.988 1,87
2014 10.400 696.000.000 7.238.400.000.000 4.390.498.820.383 1.638.364.646.380 2.752.134.174.003 2,63
2015 7.250 696.000.000 5.046.000.000.000 5.476.757.336.509 1.843.461.568.152 3.633.295.768.357 1,39
2016 5.050 696.000.000 3.514.800.000.000 5.653.153.184.505 1.410.461.654.803 4.242.691.529.702 0,83
2017 3.140 696.000.000 2.185.440.000.000 12.378.227.000.000 4.657.491.000.000 7.720.736.000.000 0,28
9 MBTO
2013 305 1.070.000.000 326.350.000.000 611.769.745.328 160.451.280.610 451.318.464.718 0,72
2014 200 1.070.000.000 214.000.000.000 619.383.082.066 165.633.948.162 453.749.133.904 0,47
2015 140 1.070.000.000 149.800.000.000 648.899.377.240 214.685.781.274 434.213.595.966 0,34
2016 185 1.070.000.000 197.950.000.000 709.959.168.088 269.032.270.377 440.926.897.711 0,45
2017 135 1.070.000.000 144.450.000.000 780.669.761.787 367.927.139.244 412.742.622.543 0,35
Bersambung ke halaman berikutnya
193
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Harga Saham
Per Lembar
Jumlah Saham
Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ
10 PSDN
2013 150 1.440.000.000 216.000.000.000 681.832.333.141 264.232.599.978 417.599.733.163 0,52
2014 143 1.440.000.000 205.920.000.000 620.928.440.332 242.353.749.501 378.574.690.831 0,54
2015 122 1.440.000.000 175.680.000.000 620.398.854.182 296.079.753.266 324.319.100.916 0,54
2016 134 1.440.000.000 192.960.000.000 653.796.725.408 373.511.385.025 280.285.340.383 0,69
2017 256 1.440.000.000 368.640.000.000 690.979.867.049 391.494.545.681 299.485.321.368 1,23
11 SGRO
2013 2.000 1.890.000.000 3.780.000.000.000 4.512.655.525.000 1.814.018.571.000 2.698.636.954.000 1,40
2014 2.100 1.890.000.000 3.969.000.000.000 5.466.874.365.000 2.449.533.048.000 3.017.341.317.000 1,32
2015 1.700 1.849.000.000 3.143.300.000.000 7.294.672.621.000 3.877.887.404.000 3.416.785.217.000 0,92
2016 1.910 1.818.622.000 3.473.568.020.000 8.328.480.337.000 4.569.756.517.000 3.758.723.820.000 0,92
2017 1.900 1.818.622.000 3.455.381.800.000 8.284.699.367.000 4.569.756.517.000 3.714.942.850.000 0,93
12 SMGR
2013 14.150 5.931.520.000 83.931.008.000.000 30.792.884.092.000 8.988.908.217.000 21.803.975.875.000 3,85
2014 16.200 5.931.520.000 96.090.624.000.000 34.314.666.027.000 9.312.214.091.000 25.002.451.936.000 3,84
2015 11.400 5.931.520.000 67.619.328.000.000 38.153.118.932.000 10.712.320.531.000 27.440.798.401.000 2,46
2016 9.175 5.931.520.000 54.421.696.000.000 44.226.895.982.000 13.652.504.525.000 30.574.391.457.000 1,78
2017 9.900 5.931.520.000 58.722.048.000.000 48.963.502.966.000 18.524.450.664.000 30.439.052.302.000 1,93
Bersambung ke halaman berikutnya
194
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Harga Saham
Per Lembar
Jumlah Saham
Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ
13 SPMA
2013 210 1.492.046.658 313.329.798.180 1.767.105.818.949 1.011.571.248.744 755.534.570.205 0,41
2014 197 1.492.046.658 293.933.191.626 2.091.957.078.669 1.287.357.023.670 804.600.054.999 0,37
2015 103 1.492.046.658 153.680.805.774 2.185.464.365.772 1.390.005.205.106 795.459.160.666 0,19
2016 194 2.114.570.958 410.226.765.852 2.158.852.415.950 1.047.296.887.831 1.111.555.528.119 0,37
2017 212 2.114.570.958 448.289.043.096 2.175.660.855.114 980.123.282.608 1.195.537.572.506 0,37
14 SRSN
2013 50 6.020.000.000 301.000.000.000 420.782.548.000 106.406.914.000 314.375.634.000 0,96
2014 50 6.020.000.000 301.000.000.000 463.347.124.000 134.510.685.000 328.836.439.000 0,92
2015 50 6.020.000.000 301.000.000.000 574.073.314.000 233.993.478.000 340.079.836.000 0,89
2016 50 6.020.000.000 301.000.000.000 717.149.704.000 315.096.071.000 402.053.633.000 0,75
2017 50 6.020.000.000 301.000.000.000 752.726.454.000 237.220.555.000 515.505.899.000 0,58
15 UNTR
2013 19.000 3.730.135.136 70.872.567.584.000 57.362.244.000.000 21.713.346.000.000 35.648.898.000.000 1,99
2014 17.350 3.730.135.136 64.717.844.609.600 60.292.031.000.000 21.715.297.000.000 38.576.734.000.000 1,68
2015 16.950 3.730.135.136 63.225.790.555.200 61.715.399.000.000 22.465.074.000.000 39.250.325.000.000 1,61
2016 21.250 3.730.135.136 79.265.371.640.000 63.991.229.000.000 21.369.286.000.000 42.621.943.000.000 1,86
2017 35.400 3.730.135.136 132.046.783.814.400 82.262.093.000.000 34.724.168.000.000 47.537.925.000.000 2,78
Bersambung ke halaman berikutnya
195
(Tabel Lanjutan)
NO KODE
PERUSAHAAN TAHUN
Harga Saham
Per Lembar
Jumlah Saham
Beredar EMV Total Asset Total Liabilities EBV TOBINSQ
16 VOKS
2013 740 831.120.519 615.029.184.060 1.955.830.321.070 1.354.581.302.107 601.249.018.963 1,02
2014 795 831.120.519 660.740.812.605 1.553.904.599.142 1.038.049.413.765 515.855.185.377 1,28
2015 980 831.120.519 814.498.108.620 1.536.244.634.556 1.026.591.706.684 509.652.927.872 1,60
2016 1.465 831.120.519 1.217.591.560.335 1.668.210.094.478 999.166.542.590 669.043.551.888 1,82
2017 312 4.155.602.595 1.296.548.009.640 2.026.963.889.922 1.250.682.916.932 776.280.972.990 1,67
196
LAMPIRAN 7
HASIL OUTPUT SPSS VESRI 25
ANALISIS DESKRIPTIF
ASUMSI KLASIK (PERSAMAAN SUBSTRUKTUR 1)
204
UJI SOBELWINNIFRED’S PROGRAM MEDIOTION
PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
205
UJI SOBELWINNIFRED’S PROGRAM MEDIOTION
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING