pengaruh kinerja keuangan pemerintah daerah …digilib.unila.ac.id/55890/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI(STUDI PADA DAERAH PEMEKARAN DI PULAU
SUMATERA)
(Skripsi)
Oleh
REZA RINOVA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
Pengaruh Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap PertumbuhanEkonomi (Studi Pada Daerah Pemekaran di Pulau Sumatera)
Oleh
Reza Rinova
Dibentuknya daerah pemekaran diharapkan mampu mensejahterakan masyarakat.Namun pada tahun 2018 sebanyak 314 usulan daerah pemekaran tidak dapatdisetujui oleh Mendagri karena dampaknya yang kurang sesuai dengan harapan.Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh secara langsungkinerja keuangan pemerintah daerah pemekaran yang telah terbentuk terhadappertumbuhan ekonomi. Untuk menyesuaikan kondisi masing-masing daerah,maka daerah pemekaran dibagi menjadi dua bentuk yaitu daerah pemekaran lamadan daerah pemekaran baru. Kinerja keuangan pemerintah daerah diukurmenggunakan rasio derajat desentralisasi, rasio ketergantungan daerah, dan rasioefektivitas PAD. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh daerah pemekarankabupaten/kota di Pulau Sumatera. Data yang digunakan adalah data sekunderberupa runtun waktu (time series) dari tahun 2013-2017 mencakup pendapatanasli daerah, total pendapatan daerah, pendapatan transfer, anggaran pendapatanasli daerah, dan realiasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda denganmenggunakan SPSS. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada daerah pemekaranlama rasio derajat desentralisasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhanekonomi. Selanjutnya rasio ketergantungan daerah tidak berpengaruh terhadappertumbuhan ekonomi. Rasio efektivitas PAD berpengaruh positif terhadappertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian pada daerah pemekaran barumenunjukkan bahwa rasio derajat desentralisasi berpengaruh negatif terhadappertumbuhan ekonomi. Sedangkan rasio ketergantungan daerah dan rasioefektivitas PAD tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci: Rasio Derajat Desentralisasi, Rasio Ketergantungan Daerah,Rasio Efektivitas PAD, Pertumbuhan Ekonomi, dan Daerah Pemekaran.
ABSTRACT
The Influence of Financial Performance of Regional Governments onEconomic Growth (Studies in the Expansion Areas in Sumatra Island)
By
Reza Rinova
The establishment of the expansion area is expected to be able to prosper thecommunity. But in 2018 as many as 314 proposals for expansioncould not beapproved by the Minister of Home Affairs because the impact was not in line withexpectations. Therefore, this study aims to see the direct effect of the financialperformance of the newly formed regional governments on economic growth. Toadjust the conditions of each region, the expansion area is divided into two forms,namely the old expansion area and the new expansion area. The financialperformance of the local government is measured using the ratio ofdecentralization rates, regional dependency ratios, and the effectiveness of LGR(Locally-Generated Revenue) ratios. The population in this study is all theexpansion areas of districts / cities on the island of Sumatra. The data used aresecondary data in the form of time series from 2013-2017 covering regionaloriginal income, total regional income, transfer income, regional original incomebudget, and realization of Gross Regional Domestic Product (GRDP). Theanalysis used in this study is multiple linear regression using SPSS. The results ofthe analysis show that in the old expansion areas the ratio of the degree ofdecentralization has a negative effect on economic growth. Furthermore, regionaldependency ratios do not affect economic growth. The LGR effectiveness ratiohas a positive effect on economic growth. Based on the results of the study in thenew pemekaran area shows that the ratio of the degree of decentralization has anegative effect on economic growth. Whereas regional dependency ratios and theeffectiveness of LGR ratios do not affect economic growth.
Keywords: Ratio Of Decentralization Degree, Regional Dependency Ratio,LGR Effectiveness Ratio, Economic Growth, and Expansion Area.
PENGARUH KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHTERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
(STUDI PADA DAERAH PEMEKARAN DI PULAU SUMATERA)
Oleh
REZA RINOVA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lampung Barat pada tanggal 30 Januari 1997. Penulis adalah
anak pertama dari lima bersaudara, dari Bapak L.Silaban dan Ibu N. Simatupang.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Dharma Wanita
pada tahun 2003. Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Giham Sukamaju Lampung Barat
pada tahun 2009. Sekolah Menengah Pertama ditempuh oleh penulis di SMP
Fransiskus Tanjungkarang Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2012.
Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA
Fransiskus Bandar Lampung hingga tahun 2015.
Selanjutnya pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisni Universitas Lampung Program Pendidikan Strata I (S1) melalui jalur
SNMPTN. Selama menjadi mahasiswi, penulis terdaftar sebagai anggota aktif
PKMK (Persekutuan Keluarga Mahasiswa Kristen). Penulis juga menjalani Kuliah
Kerja Nyata (KKN) di Desa Pagar Dewa Tulang Bawang Barat pada tahun 2018.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah
diberikan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan karya penuh perjuanganku ini kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Kedua orang tuaku tercinta
Bapak L. Silaban dan Ibu N. Simatupang
Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi dan doa.
Seluruh sahabat dan teman-teman yang telah memberikan semangat.
Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
“Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala
rencanamu”
(Amsal 16:3)
“Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa
yang diinginkan hatimu”
(Mazmur 37:4)
“We can’t change our destiny, but we can change our future”
(Anonymous)
SANWACANA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas rahmat dan karunia yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
(Studi Pada Daerah Pemekaran Di Pulau Sumatera)”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat
membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing 1
dan Ibu Yunia Amelia, S.E.,M.Sc.,AK.,CA. selaku Dosen Pembimbing 2 yang
telah memberikan waktu, kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E.,M.Si.,Akt. selaku Dosen Penguji Utama
yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Agus Zahron Idris, S.E.,M.Si.,Akt. selaku Pembimbing Akademik selama
masa perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis selama
menempuh program pendidikan S1.
8. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staff
keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan
skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.
9. Ibuku yang sangat aku kasihi N. Simatupang dan bapakku L. Silaban yang selalu
mendoakan dan menjadi penyemangat serta selalu mendoakanku untuk
menyelesaikan studi ini. Terima kasih atas kasih sayang yang tak terbatas serta
perjuangan yang sangat luar biasa dari kalian untuk masa depanku.
10. Adik-adikku Vhanto Vhantiano, Zery Zerlando, Rhenzo Relanzo, dan Anton
Antonio. Semangat belajar, semoga aku bisa jadi panutan dan contoh untuk
kalian kedepannya agar kita dapat membahagiakan orangtua kita bersama.
11. Teruntuk keluarga besarku, terutama keluarga Simatupang. Aku ingin
berterimakasih kepada kalian untuk segala motivasi dan doa yang selalu kalian
berikan. Terimakasih kepada Uda dan Nanguda Helas, Uncle dan Nantul Ashera,
Aunty Tesa, Tulang dan Nangtulang Pening, Uda dan Nanguda Leo, serta tulang
dan nangtulang Giham. Kalian adalah harta yang paling berharga.
12. Sahabatku New Reborn yang telah menemani aku dari awal kuliah hingga saat
ini. Terimakasih untuk Erik, Haro, Cangga, Dieky, Eman, dan Husni atas
momen-momen indah bersama kalian. Terimakasih untuk candaan yang selalu
membuat aku tertawa. Aku berdoa supaya cita-cita mulia kalian akan
terkabulkan.
13. Sahabatku si Boru-boru Batak yang selalu setia mendengarkan keluh kesahku.
Terimakasih untuk Sio Sinaga, Lika Juntak, dan Hosinta Surbakti aku yakin kita
adalah perempuan-perempuan batak yang kuat dan tangguh. Teruslah berjuang,
buktikan bahwa kita bisa melewati masa-masa sulit.
14. Teruntuk Everlasting Team Aini, Ayu, Fariz, dan Haro terimakasih selama
perkuliahan ini kita telah bekerja sama dengan sangat baik. Terlebih saat
presentasi kita sering melakukan gladi resik agar penampilan kita lebih baik dan
hasilnya pun tidak pernah mengecewakan. Aku harap kita bisa sukses bersama-
sama di kemudian hari.
15. Teruntuk kalian yang selalu menampung aku, Susi Agustin, Fera Anggraini,
Nuri Wulan, Yusi Herawati, Noor, Nurul, Lia, Devi, terimakasih untuk obrolan-
obrolan lucu yang sering kita bicarakan.
16. Teruntuk KK Devorah, Ka Hani, Lika, Sio, Sinta, Puput, Haro terimakasih untuk
membantuku dalam pertumbuha iman.
17. Sahabatku SMA Betaria Yohana terimakasih kau selalu mendengarkan keluh
kesah ku selama perkuliahan. Dan kau selalu tahu cara untuk membuatku
semangat kembali.
18. Teruntuk Bang Yogi S. Pramudya yang turut menjadi motivator untukku
sehingga aku dapat menyelesaikan perkuliahan dengan sangat cepat.
19. Teman hidup selama 40 hari yaitu Bang Khalil, Rian, Ilham, Inten, Hanifa, dan
Aca. Semoga komunikasi kita tetap terjaga dan teruslah berjuang untuk cita-cita
kalian.
20. Teruntuk kakak tingkatku tercinta, Ka Ikoh, Ka Yanti, Ka Tika, Ka Dara, Ka
Priscil, Bli Made, Bang Galuh, Bang Efraim terimakasih untuk segala bantuan
kalian, semangat dan semoga sukses.
21. Teruntuk Mbak Dayu selaku Kakak Pendalaman Alkitab ku. Terimakasih atas
dukungan dan doa yang telah diberikan. Terimakasih telah mendengarkan segala
pergumulan ku lalu mendoakannya. Tuhan Yesus memberkati Mbak Dayu.
22. Teruntuk keluarga PKMK, terimakasih atas kekeluargaan yang kalian berikan
selama perkuliahan. Tuhan Yesus Memberkati.
23. Teman-teman seperjuangan S1 Akuntansi angkatan 2015 dan semua pihak yang
telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga
Tuhan Yesus memberikan rahmat dan berkatNya untuk kita semua.
Bandar Lampung, 03 Februari 2019
Penulis,
Reza Rinova
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... iABSTRACT....................................................................................................... iiABSTRAK ......................................................................................................... iiiHALAMAN JUDUL ......................................................................................... ivHALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... vHALAMAN PENGESAHAN........................................................................... viLEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. viiRIWAYAT HIDUP ........................................................................................... viiiPERSEMBAHAN.............................................................................................. ixMOTTO ............................................................................................................. xSANWACANA .................................................................................................. xiDAFTAR ISI...................................................................................................... xvDAFTAR TABEL.............................................................................................xviiiDAFTAR GAMBAR......................................................................................... xixDAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xx
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang dan Masalah.................................................................. 11.2. Perumusan Masalah ............................................................................... 61.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 71.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 8
2.1 Landasan Teori....................................................................................... 92.1.1 Teori Agency ................................................................................ 92.1.2 Teori Desentralisasi Fiskal........................................................... 102.1.3 Pengertian Kinerja ....................................................................... 122.1.4 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah......................................... 122.1.5 Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah.......................................................................................... 152.1.6 Indikator Kinerja Keuangan Daerah ............................................ 162.1.7 Pertumbuhan Ekonomi................................................................. 202.1.8 Pendapatan Asli Daerah............................................................... 28
2.1.9 Pemekaran Daerah ....................................................................... 282.1.9.1 Pengertian Pemekaran Daerah......................................... 282.1.9.2 Tujuan dan Syarat-syarat Pemekaran Daerah.................. 29
2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 302.3 Kerangka Pemikiran............................................................................... 352.4 Pengembangan Hipotesis ....................................................................... 35
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 40
3.1 Populasi dan Sampel .............................................................................. 403.2 Data Penelitian ....................................................................................... 41
3.2.1 Jenis dan Sumber Data................................................................. 413.2.2 Metode Pengumpulan Data.......................................................... 42
3.3 Model Penelitian .................................................................................... 423.4 Variabel Penelitian................................................................................. 43
3.4.1 Variabel Penelitian....................................................................... 433.4.2 Variabel Independen .................................................................... 44
3.5 Metode Analisis Data............................................................................. 453.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ......................................................... 453.5.2 Uji Asumsi Klasik........................................................................ 46
3.5.2.1 Uji Normalitas ................................................................. 463.5.2.2 Uji Multikolonieritas ....................................................... 473.5.2.3 Uji Autokorelasi .............................................................. 483.5.2.4 Uji Heterokedastisitas...................................................... 48
3.5.3 Pengujian Hipotesis ..................................................................... 493.5.3.1 Uji Koefesien Determinasi (R2)....................................... 503.5.4.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F) .................................. 503.5.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) .................. 50
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 52
4.1 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 524.2 Hasil Analisis Statistik Deskriptif1........................................................ 54
4.2.1 Daerah Pemekaran Lama ............................................................. 544.2.2 Daerah Pemekaran Baru .............................................................. 56
4.3 Uji Asumsi Klasik.................................................................................. 584.3.1 Uji Normalitas.............................................................................. 594.3.2 Uji Multikolonieritas................................................................... 614.3.3 Uji Autokorelasi........................................................................... 634.3.4 Uji Heterokedastisitas .................................................................. 65
4.4 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 684.4.1 Uji Koefesien Determinasi (R2) ................................................... 704.4.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji F)............................................... 724.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)............................... 74
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 784.5.1 Daerah Pemekaran Lama ............................................................. 78
4.5.2 Daerah Pemekaran Baru .............................................................. 88
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 96
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 965.2 Saran ...................................................................................................... 985.3 Keterbatasan........................................................................................... 995.4 Implikasi ................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daerah pemekaran di Pulau Sumatera ......................................................... 4
2. Skala interval derajat desentralisasi ............................................................. 17
3. Skala interval penilaian ketergantungan daerah........................................... 18
4. Kriteria penilaian efektivitas PAD............................................................... 19
5. Penelitian terdahulu ..................................................................................... 30
6. Hipotesis penelitian...................................................................................... 39
7. Pemilihan sampel dengan kriteria (DPL)..................................................... 41
8. Pemilihan sampel dengan kriteria (DPB) .................................................... 41
9. Kriteria penerimaan sampel (DPL) .............................................................. 53
10. Kriteria penerimaan sampel (DPB).............................................................. 53
11. Hasil statistik deksriptif model regresi (DPL) ............................................. 54
12. Hasil statistik deksriptif model regresi (DPB) ............................................. 57
13. Hasill uji multikolonieritas(DPL) ................................................................ 61
14. Hasil uji multikolonieritas (DPB) ................................................................ 62
15. Hasil uji autokorelasi(DPL) ......................................................................... 64
16. Hasil uji autokorelasi (DPB) ........................................................................ 65
17. Hasil uji koefesien determinasi (R2-DPL) ................................................... 71
18. Hasil uji koefesien determinasi (R2-DPB) ................................................... 71
19. Hasil uji signifikansi simultan (Uji F-DPL)................................................. 73
20. Hasil uji signifikansi simultan (Uji F-DPB) ................................................ 74
21. Hasil uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t-DPL)................. 75
22. Hasil pengujian hipotesis (DPL) .................................................................. 76
23. Hasil uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t-DPB)................. 77
24. Hasil pengujian hipotesis (DPB).................................................................. 78
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Hasil Olahan SPSS Daerah Pemekaran Lama
2. Hasil Olahan SPSS Daerah Pemekaran Baru
3. Data Keuangan Daerah Pemekaran Lama
4. Data Keuangan Daerah Pemekaran Baru
5. Daerah-Daerah Pemekaran Lama
6. Daerah-Daerah Pemekaran Baru
7. Perhitungan Rasio Keuangan Daerah Pemekaran Lama
8. Perhitungan Rasio Keuangan Daerah Pemekaran Baru
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran..................................................................................... 35
2. Model penelitian .......................................................................................... 43
3. Hasil uji normalitas (DPL)........................................................................... 59
4. Hasil uji normalitas (DPB)........................................................................... 60
5. Hasil uji heterokedastisitas (DPL) ............................................................... 66
6. Hasil uji heterokedastisitas (DPB) ............................................................... 67
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Indonesia adalah negara yang terdiri dari 34 provinsi dengan jumlah 542
kabupaten. Setiap daerah di Indonesia yang mengajukan diri sebagai daerah
otonom maka dengan segala pertimbangan akan diberikan hak dan tanggungjawab
sebagai daerah otonomi. Tanggungjawab sebagai daerah otonomi adalah dalam
hal pembangunan dan perkembangan yang merujuk pada kesejahteraan rakyat di
masing-masing daerah tersebut. Pemberian kewenangan dan tanggungjawab untuk
daerah otonom telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah. Definisi daerah otonomi sendiri menurut UU No. 32 Tahun 2004 adalah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari pengertian diatas, maka akan tampak bahwa pemerintah pusat memberikan
hak otonom bagi pemerintah daerah untuk mengurus kepentingan sendiri.
Tentunya, mengurus kepentingan tersebut dilakukan agar masyarakat lebih
sejahtera. Kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari tingkat pendidikan, kesehatan,
pengangguran, pelayanan publik, dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Jadi,
pemerintah daerah akan dianggap telah menyelenggarakan otonomi daerah yang
2
baik jika berdasarkan penilaian diatas sudah menunjukkan hasil yang baik.
Namun hal ini akan berjalan dengan lancar jika didukung dengan menggali
potensi atau sumber pendapatan daerah dengan secara efektif dan dipergunakan
tepat sasaran.
Penyelenggaraan otonomi daerah sendiri nantinya akan mewujudkan tujuan utama
desentralisasi. Tujuan utama dari desentralisasi adalah lebih meningkatkan
kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat, pengembangan kehidupan
berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah dan antar daerah, serta mengurangi ketergantungan daerah
kepada pemerintah pusat (Maimunah, 2006).
Salah satu tujuan utama desentralisasi adalah demi terwujudnya kesejahteraan
masyarakat. Dalam hal ini, diharapkan tidak adanya kesenjangan diberbagai
daerah. Karena masih banyak ditemukan tidak meratanya kesejahteraan di
berbagai daerah sehingga mendorong terjadinya pemekaran daerah. Pemekaran
daerah berdasarkan undang-undang No. 23 tahun 2014 yaitu pemecahan daerah
provinsi atau daerah kabupaten/kota untuk menjadi dua atau lebih daerah baru
atau penggabungan bagian daerah dari daerah yang bersanding dalam satu daerah
provinsi menjadi satu daerah baru.
Setelah terjadinya pembentukan daerah otonomi baru tersebut, maka secara
otomatis akan terbentuk pula pemerintah daerahnya. Pemerintah daerah baru ini
pun diharapkan memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga terjadi percepatan
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan. Pada dasarnya terdapat dua
hal yang dapat dijadikan sebagai indikator kinerja, yaitu kinerja anggaran dan
3
anggaran kinerja. Kinerja anggaran merupakan instrumen yang dipakai oleh
DPRD untuk mengevaluasi kinerja kepala daerah, sedangkan anggaran kinerja
merupakan instrumen yang dipakai oleh kepala daerah untuk mengevaluasi unit-
unit kerja yang ada di bawah kendali daerah selaku manager eksekutif.
Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu
program kerja telah dilaksanakan secara efisien dan efektif (Mardiasmo (2002)
(2014), 2002). Hal inilah yang dapat digunakan pemerintah pada level pusat
untuk menilai perkembangan daerah hasil pemekaran.
Menurut Mardiasmo (2002) ada beberapa indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur kinerja keuangan daerah. Pada penelitian ini, tiga indikator yang akan
digunakan adalah rasio derajat desentralisasi, rasio ketergantungan daerah, dan
rasio efektivitas. Nantinya, kinerja keuangan pemerintah daerah ini diharapkan
akan menggambarkan sejauh mana kinerja pemerintah daerah dalam upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Karena, tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi serta menurunnya pengangguran dan kemiskinan juga tidak terlepas
dari pengelolaan keuangan daerah yang baik (Berliani, 2016). Terlebih, bagi
kabupaten/kota hasil pemekaran. Dibawah ini tabel daerah pemekaran di Pulau
Sumatera.
4
Tabel 1.1 Daerah Pemekaran di Pulau Sumatera
NO Provinsi Jumlah Daerah Pemekaran1 Aceh 132 Sumatera Utara 163 Sumatera Barat 54 Sumatera Selatan 95 Bengkulu 66 Lampung 107 Jambi 58 Riau 79 Kepulauan Riau 610 Bangka Belitung 4Total 10 81
Sumber: Data Diolah (2018)
Pemekaran daerah sendiri dimulai pada tahun 1991 di Indonesia. Sampai saat ini
ada sebanyak 81 kabupaten/kota yang dimekarkan di Pulau Sumatera.
Kabupaten/kota yang dimekarkan pertama kali di Pulau Sumatera adalah
Kabupaten Lampung Barat. Lampung Barat merupakan pecahan dari Lampung
Utara. Lampung Barat sudah berdiri selama 27 tahun lamanya. Enam tahun
setelah pemekaran Lampung Barat, barulah pemekaran daerah terjadi kembali
yaitu pada kabupaten Tanggamus dan Tulang Bawang.
Jumlah daerah pemekaran terbanyak sampai saat ini ada di Sumatera Utara yaitu
sebanyak 16 daerah. Disusul oleh Provinsi Aceh sebanyak 13 daerah dan Provinsi
Lampung sebanyak 10 daerah. Dan Provinsi Bangka Belitung memiliki daerah
pemekaran paling sedikit yaitu empat daerah. Terakhir adanya pemekaran daerah
adalah pada tahun 2012. Dimana tahun 2012 Pesisir Barat resmi menjadi
kabupaten yang dimekarkan dari Kabupaten Lampung Barat. Namun setelah itu,
banyak rencana pemekaran daerah yang ditunda untuk dimekarkan.
5
Berita terbaru yang dikutip dari www.kupastuntas.co yaitu usulan pembentukan
daerah otonomi baru bagi Kabupaten Lampung Tengah yaitu Kabupaten Seputih
Barat dan Kabupaten Seputih Timur. Namun, Menteri Dalam Negeri Tjahjo
Kumolo menyampaikan bahwa sebanyak 314 usulan pemekaran daerah untuk saat
ini tidak dapat disetujui. Karena, ternyata dampak pemekaran kurang sesuai
dengan harapan (dikutip dari www.nasional.tempo.co). Ini merupakan suatu
fenomena yang cukup menarik untuk di teliti. Dengan menggunakan indikator
rasio derajat desentralisasi, ketergantungan daerah, dan efektivitas PAD
diharapkan mampu mendeskripsikan kinerja keuangan pemerintah daerah terkait
dengan pertumbuhan ekonomi. Fenomena ini juga didukung dengan banyaknya
hasil penelitian yang beragam tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap
pertumbuhan ekonomi melalu rasio keuangan.
Pada penelitian sebelumnya oleh Astuti (2015) dan Berliani (2016) memuat
kesimpulan bahwa rasio efektivitas sebagai kinerja keuangan daerah memiliki
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitiannya Rosdyana,
dkk. (2015) menyimpulkan bahwa pengaruh desentralisasi fiskal yang diukur
melalui rasio derajat desentralisasi secara simultan berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Pradiatmi, dkk.
(2017) menyatakan bahwa rasio efektivitas tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti, dkk.
(2015) menyatakan bahwa rasio ketergantungan daerah berpengaruh positif
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, Sari, dkk. (2016) menyatakan
bahwa rasio ketergantungan daerah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
6
Karena masih banyaknya hasil penelitian yang beragam mengenai pengaruh
kinerja keuangan daerah terhadap pertumbuhan ekonomi maka peneliti tertarik
untuk meneliti kembali apakah kinerja keuangan yang dinilai dari rasio derajat
desentralisasi, ketergantungan daerah, dan efektivitas PAD berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi bagi kabupaten/kota hasil dari pemekaran daerah.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjelaskan tentang pemekaran daerah dapat
menjadi solusi untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik terlebih ditengah
maraknya rencana untuk pemekaran daerah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti
akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi pada Daerah
Pemekaran di Pulau Sumatera).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik
beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah rasio derajat desentralisasi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi pada kabupaten/kota hasil pemekaran di Sumatera?
b. Apakah rasio ketergantungan daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi pada kabupaten/kota hasil pemekaran daerah di Sumatera?
c. Apakah rasio efektivitas PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
pada kabupaten/kota hasil pemekaran daerah di Sumatera?
7
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan memberikan bukti empiris sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bahwa rasio derajat desentralisasi berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota hasil pemekaran di Sumatera.
b. Untuk mengetahui bahwa rasio ketergantungan daerah berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota hasil pemekaran daerah di
Sumatera.
c. Untuk mengetahui bahwa rasio efektivitas berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota hasil pemekaran daerah di
Provinsi Sumatera.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
diantaranya :
a. Untuk Penelitian
Memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman tentang
indikator kinerja keuangan daerah dan pertumbuhan ekonomi pada
kabupaten/kota hasil pemekaran daerah di Sumatera.
b. Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota
Hasil dari penelitian ini diharapakan mampu memberikan informasi bagi
pemerintah kabupaten/kota Sumatera. Penelitian ini juga diharapkan dapat
dijadikan bahan evaluasi bagi para pembuat kebijakan. Agar selanjutnya
8
kebijakan yang dibuat mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pada
kabupaten/kota di Sumatera ke arah yang lebih baik demi tercapainya
kesejahteraan masyarakat. Terlebih, sebagai bahan pengambil kepuutusan
untuk melakukan pemekaran daerah sebagai jawaban untuk pemeratan
pertumbuhan ekonomi.
c. Untuk Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah informasi tentang
keadaan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang tersebar di Sumatera.
Agar selanjutnya dapat saling membantu antara masyarakat dan pemerintah
agar memajukan daerah otonomnya sendiri.
d. Untuk penelitian selanjutnya
Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dan referensi untuk penelitian
selanjutnya mengenai kinerja keuangan daerah yang di nilai dari rasio derajat
desentralisasi, ketergantungan keuangan daerah, dan efektivitas PAD
terhadap pertumbuhan ekonomi pada daerah pemekaran.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agency
Teori yang menjadi dasar berkaitan dengan pengaruh kinerja keuangan
pemerintah daerah terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui teori
keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
sebagai sebuah kontrak antara salah satu atau beberapa orang pemilik sumber
daya ekonomis (sebagai prinsipal) dengan orang lain (sebagai agen) dimana
prinsipal memerintah agen untuk melakukan kegiatan dalam mengelola dan
mengendalikan sumber daya tersebut. Salah satu contoh yang dapat diterapkan
dalam sektor publik adalah adanya hubungan antara pemerintah pusat (sebagai
prinsipal) dan pemerintah daerah (sebagai agen).
Pemerintah pusat (sebagai prinsipal) dalam kegiatan desentralisasi memberikan
kewenangan pemerintah daerah (sebagai agensi) untuk mengurus sendiri rumah
tangganya. Hal ini akan menimbulkan pemisahan kepemilikan dan cenderung
menimbulkan konflik keagenan diantara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling,
1976). Pemerintah pusat selaku prinsipal menginginkan agar program-program
yang terdesentralisasikan dapat berjalan dengan baik terutama bagi kesejahteraan
yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, pemerintah daerah selaku
10
agensi harus mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang baik di
daerahnya. Namun, di sisi lain pemerintah daerah (agen) juga akan
memaksimalkan kesejahteraan untuk diri mereka sendiri. Terlebih, pemerintah
daerah lebih banyak mendapat informasi tentang daerah mereka sendiri daripada
infromasi yang didapat pemerintah pusat.
Oleh sebab itu, pemerintah pusat selaku prinsipal memiliki hak untuk dapat
melalukan pengendalian dan penilaian pada kinerja pemerintah daerah. Karena
pemerintah daerah selaku agen harus mempertanggungjawabkan wewenang yang
telah diberikan pemerintah pusat selaku prinsipal. Selain laporan keuangan
pemerintah daerah yang harus dilaporkan, kinerja pemerintah daerah juga dapat
dinilai dari kinerja keuangan pada penelitian ini yaitu rasio derajat desentralisasi,
ketergantungan keuangan daerah, dan efektivitas PAD.
2.1.2 Teori Desentralisasi Fiskal
Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1974, desentralisasi adalah penyerahan
urusan pemerintah dari pusat ke daerah. Pelimpahan wewenang kepada
pemerintah daerah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien.
Definisi lainnya menurut World Bank, desentralisasi adalah proses pemindahan
tanggung jawab dan wewenang dalam hal fungsi pelayanan publik dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. World Bank juga membagi
desentralisasi menjadi tiga jenis yaitu :
a) Desentralisasi politik
b) Desentralisasi administratif
11
c) Desentralisasi fiskal
Dari ketiga jenis desentralisasi diatas, desentralisasi fiskal yang dapat menjadi
teori dasar dalam penelitian ini. Dimana desentralisasi fiskal memungkinkan
pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaan, melakukan pengeluaran dan
menerbitkan surat utang dalam rangka pembiayaan untuk kepentingan daerah.
Dalam bukunya yang berjudul “Otonomi Daerah”, Kuncoro (2014) menuliskan
ada tiga prinsip desentralisasi fiskal. Ketiga prinsip ini mengacu pada Undang-
undang No. 22 Tahun 2004 tentang Perimbangan dan keuangan Antara Pusat dan
Daerah, yaitu:
a) Desentralisasi fiskal harus tetap memperhatikan dan merupakan bagian
pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem Keuangan negara sebagai
konsekuensi pembagian tugas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
daerah.
b) Pemberian sumber Keuangan Negara kepada Pemerintah Daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas
Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas perekonomian
nasional dan keseimbangan fiskal antara pusat dengan daerah dan
antardaerah.
c) Perimbangan Keuangan negara antara Pemerintah pusat dan daerah
merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Dari ketiga prinsip diatas, dapat diambil kesimpulan yaitu pemerintah pusat
selaku pemberi kewenangan kepada pemerintah daerah tentu tidak begitu saja
12
lepas tangan. Namun, tetap menjadi satu kesatuan dalam sistem keuangan negara.
Pemerintah daerah juga bertanggungjawab untuk mensejahterakan Indonesia
melalui pengelolaan keuangan yang baik di daerahnya masing-masing.
2.1.3 Pengertian Kinerja
Permendagri No. 13 Tahun 2006 menyebutkan pengertian kinerja ialah
keluaran/hasil dari kegiatan /program yang akan atau telah dicapai sehubungan
dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Sedangkan, definisi kinerja menurut Halim (2002) ialah keluaran atau hasil dari
kegiatan atau program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan
penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. Jadi,
berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja adalah
pembuktian bahwa suatu target/program sudah berhasil tercapai diukur melalui
standar yang telah ditetapkan.
2.1.4 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan
keuangan daerah menegaskan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib, taat
pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat. Pemerintah daerah sebagai pihak yang diberikan tugas
menjalankan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat wajib
13
melaporkan pertanggungjawaban keuangan daerah sebagai dasar penilaian kinerja
keuangannya.
Sedangkan, menurut Wachid (2014) “Pengelolaan keuangan daerah yaitu
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah”. Kinerja
keuangan pemerintah daerah ini dinilai apakah sesuai dengan target. Salah satu
kinerja keuangan daerah adalah dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Perlu dinilai apakah pemerintah daerah telah menggali potensi
daerah masing-masing untuk PAD yang optimum. Karena semakin besar
kontribusi PAD terhadap APBD maka semakin besar pula kamampuan daerah
dalam menjalankan otonomi daerah. Namun, masing-masing daerah memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam menghasilkan PAD terutama bagi
kabupaten/kota yang belum lama berdiri. Tentunya tidak mudah bagi pemerintah
kabupaten/kota tersebut menjalankan otonomi daerahnya.
Kemampuan Pemda dalam mengelola keuangan dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang langsung maupun tidak langsung
mencerminkan kemampuan Pemda dalam membiayai pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan sosial masyarakat. Pemda sebagai
pihak yang diserahi tugas wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban
keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemda berhasil menjalankan tugasnya
dengan baik atau tidak. Salah satu alat untuk menganalisis kinerja Pemda dalam
mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan
terhadap APBD yang telah di tetapkan dan dilaksanakannya. Analisis rasio
14
keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari
satu periode dengan periode sebelumnya, sehingga dapat diketahui bagaimana
kecenderungan yang terjadi (Halim, 2007).
Dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Keuangan Daerah” Halim (2002)
menuliskan ada lima rasio keuangan untuk mengukur kinerja keuangan
pemerintah daerah yaitu; rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio efektivitas,
rasio efesiensi PAD, rasio aktivitas, dan rasio pertumbuhan. Dari berbagai rasio
tersebut, rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio efektivitas PAD
merupakan rasio yang dipakai pada penelitian ini. Selanjutnya, rasio derajat
desentralisasi juga menjadi rasio keuangan yang dipakai pada penelitian ini.
Peneliti memilih rasio ketergantungan keuangan daerah karena berkaitan dengan
daerah pemekaran.
Dimana daerah pemekaran pada awalnya terjadi karena adanya kesenjangan
antara satu daerah dengan daerah lain. Melalui pemekaran diharapkan dapat
mengatasi kesenjangan ekonomi yang terjadi. Namun, tetap mendorong daerah
pemekaran tetap mandiri dan tidak bergantung pada pemerintah pusat melalui
dana transfer. Salah satunya dengan terus meningkatkan PAD di masing-masing
daerah pemekaran tersebut. Peningkatan PAD tidak terlepas dari kinerja
pemerintah daerah. Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan menggunakan rasio
ketergantungan keuangan daerah untuk menggambarkan sejauh mana kinerja
keuangan pemerintah daerah untuk terus memaksimalkan pertumbuhan ekonomi
di daerah pemekarannya masing-masing.
15
Selanjutnya, rasio efektivitas PAD untuk mengukur sejauh mana potensi masing-
masing daerah dapat digali dan dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah.
Karena otonomi daerah sangat berkaitan erat dengan PAD suatu kabupaten/kota.
Maka melalui rasio tersebut dapat digambarkan kerja keras pemerintah daerah
untuk terus menggali potensi PAD agar dapat menyongsong pertumbuhan
ekonomi. Lalu, rasio derajat desentralisasi dipakai dalam penelitian ini karena
berkaitan dengan penyelanggaraan desentralisasi. Melalui rasio tersebut dapat
dilihat sejauh mana keberhasilan penyelenggaraan desentralisasi dimasing-masing
daerah pemekaran. Melalui rasio derajat desentralisasi juga dapat menggambarkan
keikutsertaan pemerintah daerah untuk memajukan Indonesia.
2.1.5 Tujuan dan Manfaat Pengkuran Kinerja Keuangan PemerintahDaerah
Salah satu alat menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mengelola
keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan terhadap
APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakannya. Analisis rasio keuangan
adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengidentifikasikan ciri –ciri yang
penting tentang keadaan keuangan dan kegiatan perusahaan berdasarkan laporan
keuangan yang tersedia.
Menurut Halim (2002) hasil analisis rasio keuangan ini bertujuan untuk:
a) Menilai kemandirian daerah daerah dalam membiayai penyelenggaraan
otonomi daerah.
b) Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan daerah.
16
c) Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan
pendapatan daerahnya.
d) Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam pembentukan
pendapatan daerah.
e) Melihat pertumbuhan/perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran
yang dilakukan selama periode tertentu.
2.1.6 Indikator Kinerja Keuangan Daerah
Indikator atau tanda kinerja keuangan pemerintah daerah yang sudah baik dapat di
nilai dari rasio keuangan. Berikut rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini :
1) Rasio Derajat Desentralisasi
Dalam bukunya yang berjudul “Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah”,
Mardiasmo (2002) mengemukakan indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan daerah salah satunya adalah derajat desentralisasi.
Ukuran ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola
pendapatan. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kontribusi PAD
sebagai sumber pendapatan yang dikelola sendiri oleh daerah terhadap total
penerimaan daerah.
PAD merupakan penerimaan yang berasal dari hasil pajak daerah, retribusi
daerah, perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan milik daerah serta
lain-lain pendapatan yang sah. Total pendapatan daerah merupakan jumlah dari
17
seluruh penerimaan dalam satu tahun anggaran. Semakin tinggi kontribusi PAD
maka semakin tinggi kemampuan daerah tersebut dalam penyelenggaraan
desentralisasi. Rasio derajat desentralisasi, khususnya komponen PAD
dibandingkan dengan TPD (Total Penerimaan Daerah). Menurut hasil penemuan
Tim Fisipol UGM menggunakan skala interval sebagaimana yang terlihat dalam
tabel berikut:
Tabel 2.1 Skala Interval Derajat Desentralisasi
PAD/TPD (%) Kemampuan Keuangan Daerah
<10.00 Sangat kurang
10.01-20.00 Kurang
20.01-30.00 Cukup
30.01-40.00 Sedang
40.01-50.00 Baik
>50.00 Sangat baik
Sumber : Tim Litbang Depdegri-Tim Fisipol UGM, 1991
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Mardiasmo (2002):Derajat desentralisasi = 100%2) Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan
jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total
penerimaan daerah. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar tingkat
18
ketergantungan pemerintah daerah terhadap penerimaan pusat dan/atau
pemerintah provinsi. Sularso, dkk. (2011) menyatakan bahwa rasio
ketergantungan daerah merupakan rasio yang digunakan untuk menilai tingkat
ketergantungan suatu daerah pada pemerintah pusat. Semakin rendah tingkat rasio
ketergantungan keuangan suatu daerah, dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut
semakin mampu atau mandiri dalam hal bantuan yang diberikan pemerintah
pusat/provinsi. Berikut tabel skala interval mengenai ketergantungan keuangan
daerah:
Tabel 2.2 Skala Interval Penilaian Ketergantungan Keuangan Daerah
Prosentase PADTerhadap TotalPenerimaan Non Subsidi
Ketergantungan KeuanganDaerah
0,00 - 10.00 Sangat Rendah
10,01 - 20,00Rendah
20,01 - 30,00Sedang
30,01 - 40,00Cukup
40,01 - 50,00Tinggi
> 50,00 Sangat TinggiSumber : Tim Litbang Depdagri–Fisipol UGM, 1991
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2010):
Ketergantungan Daerah = Pendapatan TransferTotal Pendapatan Daerah x100
19
3) Rasio Efektivitas PAD
Rasio efektivitas PAD adalah kemampuan daerah dalam mencapai realisasi PAD
yang telah direncanakan dibandingan dengan anggaran atau target yang telah
ditentukan berdasarkan potensi riil. Dalam penelitiannya Sularso, dkk. (2011)
menyatakan semakin besar realisasi penerimaan PAD maka semakin efektif
kinerja pemerintah daerah. Menurut Syamsudin, dkk. (2015) pengertian
efektivitas terkait dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik
sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai
pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang
merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dibawah ini tabel kriteria
penilaian efektivitas PAD :
Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Efektivitas PAD
Prosentasi kinerja keuangan (%) Kriteria
>100 Sangat efektif
100 Efektif
90-99 Cukup efektif
75-89 Kurang efektif
<75 Tidak efektif
Sumber : Mahmudi (2010)
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (Mahmudi, 2010):Efektivitas PAD = x100%
20
2.1.7 Pertumbuhan Ekonomi
Indikator kemajuan suatu daerah dapat diukur, salah satunya dengan melihat
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa
yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
meningkat. Pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai kenaikan Gross
Domestic Product (GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan
penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad,
1999). Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian
akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan apabila seluruh balas jasa riil
terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya (Berliani, 2016).
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto menurut Badan Pusat Statistik
(2004) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha
dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang
berperan dalam membuat perencanaan kebijaksanaan dalam pembangunan,
menentukan arah pembangunan serta mengevaluasi hasil pembangunan wilayah
tersebut. PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi
sektoral agar dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menyebabkan
perubahan pada pertumbuan ekonomi.
21
Produk Domestik Regional Bruto dapat dibedakan atas :
a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar
harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas
dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan
sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar
harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-
mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi.
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
Selanjutnya, Kuncoro (2014) menuliskan dalam bukunya yang berjudul “Otonomi
Daerah” bahwa ada dua cara untuk menghitung pertumbuhan ekonomi
berdasarkan PDRB. Yaitu, PDRB riil (harga konstan) dan nominal (harga
berlaku). Namun pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan PDRB riil
(harga konstan) akan memberikan gambaran pertumbuhan output secara nyata
karena PDRB riil telah memasukkan faktor inflasi.
2.1.8 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah berdasarkan UU No 33 tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pusat Dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa
“pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
22
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan”. Menurut pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004
menyatakan sumber pendapatan daerah terdiri atas :
1. Pajak daerah
Berdasarkan UU Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 “pajak daerah yang
selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Menurut UU Republik
Indonesia No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Pajak
Daerah (provinsi) terdiri atas :
a) Pajak kendaraan bermotor
Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau penguasaan
kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan disemua jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan
teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu
sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang didalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan paling sedikit 10% termasuk yang dibagihasilkan
kapada kabupaten/kota, dialokasikan untuk pembangunan dan/atau pemeliharaan
jalan serta peningkatan moda dan transportasi umum.
23
b) Bea balik nama kendaraan bermotor
Bea balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik
kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak
atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau
pemasukan ke dalam badan usaha.
c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar
kendaraan bermotor. Bahan bakar kendaraan bermotor adalah semua jenis bahan
bakar cair atau gas yang digunakan untuk kendaraan bermotor. Khusus tarif pajak
bahan bakar kendaraan bermotor untuk bahan bakar kendaraan umum dapat
ditetapkan paling sedikit 50% lebih rendah dari tarif pajak bahan bakar kendaraan
bermotor untuk kendaraan pribadi.
d) Pajak air permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak pengambilan dan/atau pemanfaatan air
permukaan. Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah,
tidak termasuk air laut, baik berada di laut maupun di darat. Tarif pajak iar
permukaan ditetapkan paling tinggi sebesar 10%.
e) Pajak rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut pemerintah (pasal 1
UU No. 28 Tahun 2009). Tarif pajak rokok ditetapkan sebesar 10 %.
24
2. Retribusi Daerah
Menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi
Daerah, pengertian retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi/atau badan. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan
pembayaran retribusi, termasuk pemungutan atau pemotongan retribusi tertentu.
Menurut UU No 28 Tahun 2009 Pasal (108), objek retribusi ada tiga yaitu :
a) Jasa umum
Retribusi umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan. Jenis retribusi ini tidak dapat dipungut apabila
potensi penerimaannya kecil dan atau atas kebijakan nasional/daerah untuk
memberikan pelayanan secara cuma-cuma. Menurut UU No. 28 tahun 2009
Tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah pasal 110 ayat 1 retribusi daerah
terdiri atas :
1) Retribusi pelayan kesehatan
2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
3) Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil
4) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5) Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum
6) Pelayanan pasar
25
7) Pengujian kendaraan bermotor
8) Pemeriksaaan alat pemadam kebakaran
9) Biaya cetak peta
10) Penyediaan dan/atau penyedotan kakus
11) Pengelolaan limbah cair
12) Pelayanan tera/tera ulang
13) Pelayan pendiidkan
14) Pengendalian menara telekomunikasi
b) Jasa usaha
Dalam pasal 126 UU No. 28 tahun 2009, objek retribusi jasa usaha adalah
pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
komersial yang meliputi :
1) Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal: dan/atau
2) Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.
Menurut pasal 127 UU No. 28 tahun 2009 jasa usaha terdiri dari :
1) Pemakaian kekayaan daerah
2) Pasar grosir dan/atau pertokoan
3) Tempat pelelangan
4) Retribusi terminal
5) Tempat khusus parkir
6) Tempat penginapan
26
7) Rumah potong hewan
8) Pelayanan kepelabuhanan
9) Tempat rekreasi dan olahraga
10) Penyebrangan di air
11) Penjualan produksi usaha daerah
c) Perizinan tertentu
Perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah
kepada orang pribadi atau badan yang dimaskudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan, yang termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi Perizinan Tertentu antara lain :
1) Izin mendirikan bangunan
2) Izin tempat penjualan minuman beralkohol
3) Izin gangguan
4) Izin trayek
5) Izin usaha perikanan
3. Hasil Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan
milik daerah yang dipisahkan. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan terdiri dari :
a) Bagia laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah (BUMD).
27
b) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah pusat
(BUMN).
c) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
d) Penyertaan modal daerah kepada pihak ketiga (dalam rupiah).
Menurut UU No. 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah kekayaan daerah yang
dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang
dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah dan dimaskudkan untuk
dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri. Menurut UU No. 5 tahun 1962 pasal
7 ayat 1 modal perusahaan daerah untuk seluruhnya atas untuk sebagian
merupakan kekayaan daerah yahng dipisahkan. Hal ini adalah sesuai dengan
kedudukannya sebagai badan hukum yang harus mempunyai kekayaan sendiri
terlepas dari kekayaan umum daerah dan dengan demikian dapat dipelihara
terlepas dari pengaruh anggaran pendapatan dan belanja daerah.
4. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak
termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas.
Lain-lain usaha daerah yang mempunyai sifat pembuka bagi pemerintah daerah
untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan, baik berupa materi dalam kegiatan
tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu
kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.
Menurut Halim (2012) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Keuangan Daerah” menyatakan bahwa “Lain-lain pendapatan asli
28
daerah merupakan penerimaan daerah yang diperoleh pemerintah daerah dari
barang dan jasa yang dimiliki pemerintah”. UU No 33 Tahun 2004 menjelaskan
pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menyelenggarakan penerimaan
daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan daerah yang
dipisahkan. Pendapatan ini juga merupakan penerimaan daerah yang berasal dan
laik-lain milik pemerintah daerah. UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengklasifikasikan
yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang sah meliputi:
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b) Pendapatan bunga
c) Keuntungan adalah nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
d) Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan,
pengadaaan barang, ataupun jasa oleh pemerintah.
2.1.9 Pemekaran Daerah
2.1.9.1 Pengertian Pemekaran Daerah
Dalam Undang-undang No. 23 tahun 2014 pada Pasal 33 ayat (1) huruf a
menyatakan pemekaran daerah berupa pemecahan provinsi atau daerah
kabupaten/kota untuk menjadi dua atau lebih daerah baru. Definisi lain menurut
Poerwadarminta (2005) mengatakan bahwa pemekaran adalah seseatu bagian
yang utuh atau suatu kesatuan yang dibagi atau dipisahkan menjadi beberapa
bagian yang berdiri sendiri. Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemekaran adalah daerah yang sebelumnya merupakan satu
29
kesatuan dengan daerah lain dan kemudian dimekarkan untuk mengatur kegiataan
pemerintahannya sendiri.
2.1.9.2 Tujuan dan Syarat-syarat Pemekaran Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 129 Tahun 2000
mengatur tentang tujuan pembentukan daerah yang tercantum dalam Bab II Pasal
2 adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
b. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi.
c. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah.
d. Percepatan pengelolaan potensi daerah.
e. Peningkatan keamanan dan ketertiban.
f. Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.
Selanjutnya adalah mengenai syarat-syarat dalam proses pemekaran daerah diatur
dalam UU No. 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pemekaran daerah harus
memenuhi tiga syarat, yaitu :
a. Syarat administratif. Meliputi adanya persetujuan dari DPRD
kabupaten/kota dan Bupati atau Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah
provinsi persetujuan DPRD provinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi
Menteri Dalam Negeri.
b. Syarat teknis. Meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah
yang mencakup faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial
30
politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, dan faktor lain yang
memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
c. Syarat fisik kewilayahan. Meliputi faktor dibawah ini :
1. Untuk pembentukan provinsi paling sedikit 5 (lima) kabupaten.
2. Untuk pembentukan kabupaten paling sedikit 5 (lima) kecamatan.
3. Untuk pembentukan kota 4 (empat) kecamatan.
4. Lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
Namun masih ada persyaratan lain selain syarat diatas yaitu persyaratan jangka
waktu jalannya pemerintahan induk. Ada batas minimal usia penyelenggaraan
pemerintahan untuk dapat melakukan pemekaran wilayah sebagai berikut:
1. Pembentukan provinsi disyaratkan 10 (sepuluh) tahun.
2. Pembentukan kabupaten/kota disyaratkan 7 (tujuh) tahun.
3. Pembentukan kecamatan disyaratkan 5 (lima) tahun.
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Terdahulu
Judul Variabel Kesimpulan
1. Sari, dkk.
(2016)
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Perkotaan Di
Variabel independen:
Rasio Kemandirian,
Rasio
ketergantungan
daerah, dan Rasio
Efektivitas
1. Kinerja keuangan
dengan rasio kemandirian
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
perkotaan di Sulawesi
Utara.
31
Sulawesi
Utara Tahun
2004–2014
Variabel dependen :
PDRB
2. Kinerja keuangan
dengan rasio
ketergantungan daerah
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
perkotaan di Sulawesi
Utara.
3. Kinerja keuangan
dengan rasio efektivitas
terhadap pertumbuhan
ekonomi perkotaan di
Sulawei Utara
berpengaruh positif dan
signifikan.
2. Sularso,
dkk. (2011)
Pengaruh
kinerja
keuangan
terhadap
alokasi
belanjamodal
dan
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten
Kota di Jawa
tengah
Variabel independen
:
a) Derajat
desentralisasi
b) Ketergantun
gan
keuangan
c) Kemandirian
keuangan
d) Efektivitas
PAD
Variabel dependen :
Pertumbuhan
Ekonomi
Variabel Intervening
: belanja modal
Pengalokasian belanja
modal yang dilakukan
oleh pemerintah
Kabupaten kota Jawa
tengah dipengaruhi
Kinerja Keuangan
Alokasi belanja modal
memberikan pengaruh
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
Faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi
secara tidak langsung
dipengaruhi oleh kinerja
keuangan daerah
32
3. Berliani,(2016)
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Dan
Implikasinya
Terhadap
Kesejahteraa
n Masyarakat
Kabupaten
Majalengka
Variabel independen
:
a) Rasio
kemandirian
daerah
b) Rasio
efektivitas
terhadap
PAD
c) Rasio
efesiensi
keuangan
daerah
d) Rasio
keserasian
belanja
daerah
Variabel dependen :
pertumbuhan
ekonomi
a. Dari hasil uji hipotesis
untuk pengaruh
kemandirian terhadap
pertumbuhan ekonomi,
kemandirian berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
b. Dari hasil uji hipotesis
untuk pengaruh
efektivitas terhadap
pertumbuhan ekonomi,
efektivitas berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
c. Dari hasil uji hipotesis
untuk pengaruh efisiensi
terhadap pertumbuhan
ekonomi, efisiensi
berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
d. Dari hasil uji hipotesis
untuk pengaruh
keserasian belanja
terhadap pertumbuhan
ekonomi, keserasian
belanja berpengaruh
positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
4. Syamsudin,
dkk. (2015)
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Variabel independen
:
a) Rasio
Ratio kemandirian
berpengaruh
positif terhadap
33
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi,
Penganggura
n Dan
Kemiskinan
kemandirian
b) Rasio
efektivitas
c) Efesiensi
PAD
Variabel dependen :
pengangguran dan
kemiskinan
Variabel intervening
: Pertumbuhan
ekonomi
pertumbuhan ekonomi
Eks-
Karesidenan Surakarta.
Semakin besar PAD
yang diperoleh dari pajak
daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah
yang dipisahkan dan lain-
lain pendapatan
yang sah serta semakin
kecil pinjaman dan
bantuan pusat, maka
semakin mandiri daerah
tersebut. Dengan semakin
mandiri daerah
tersebut, maka
pertumbuhan ekonomi di
daerah tersebut dapat
mengalami peningkatan.
5. Zurkarnain,
dkk. (2015)
Pengaruh
Rasio
Keuangan
Daerah
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Daerah
melalui
Alokasi
Belanja
Modal Di
Kabupaten
Dan Kota
Dependen:
1. Belanja Modal
2. Pertumbuhan
Ekonomi
Independen :
1. Rasio
Kemandirian daerah
2. Rasio Efektivitas
3. Rasio Efisiensi
4. Rasio Keserasian
belanja
5. Rasio Belanja
Pegawai
1. Rasio kemandirian
keuangan daerah, rasio
Efektivias , rasio
Efesiensi, rasio keserasian
belanja pegawai secara
bersama sama
berpengaruh secara
signifikan terhadap
belanja modal.
2. Masing-masing dari
Rasio ketergantungan
daerah, rasio efisiensi dan
rasio keserasian belanja
dan rasio belanja pegawai
34
Provinsi
Aceh
signifikan terhadap
belanja modal, sedangkan
rasio efektifitas
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
belanja modal
3. Rasio kemandirian
keuangan daerah, rasio
efektivitas, rasio efisiensi,
rasio keserasian belanja,
rasio belanja pegawai dan
belanja modal secara
bersama sama signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Sumber: http://www.portalgaruda.co
35
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian sebelumnya serta permasalahan yang
dikemukanan maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan
kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Rasio Derajat Desentralisasi Berpengaruh Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kontribusi PAD sebagai sumber
pendapatan yang dikelola sendiri oleh daerah terhadap total penerimaan daerah.
Semakin besar kontribusi PAD maka akan semakin baik pula pelaksanaan
desentralisasi di daerah otonomi baru tersebut. Rasio ini juga berfungsi untuk
Rasio derajat desentralisasi(X1)
Rasio ketergantungandaerah (X2)
Pertumbuhan ekonomi (Y)
Rasio efektivitas PAD(X3)
36
melihat sejauh mana penyelenggaraan desentralisasi fiskal telah terjadi di daerah
pemekaran. Desentralisasi fiskal secara tidak langsung mempunyai hubungan
terhadap pertumbuhan ekonomi karena dapat meningkatkan efisiensi dalam
alokasi sumber daya (Bird and Vaillancourt, 2000). Selanjutnya, Rosdyana, dkk.
(2015) menyatakan bahwa melalui desentralisasi fiskal diharapkan pemerintah
daerah dapat mengembangkan potensi daerah melalui pertumbuhan ekonomi
daerah. Pembangunan ekonomi menjadi penting karena sebagai tolok ukur
keberhasilan penerapan desentralisasi fiskal, semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi ekonomi daerah biasanya semakin maju daerah tersebut.
Sularso, dkk. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung dipengaruhi oleh
kinerja keuangan daerah salah satunya adalah rasio derajat desentralisasi. Jika
dikaitkan dengan teori keagenan dan teori desentralisasi fiskal pemerintah daerah
selaku agen diharapkan mampu menggali potensi PAD didaerahnya masing-
masing. Namun penelitian yang dilakukan oleh Kharisma (2013) menyatakan
bahwa sebelum pelaksanaan desentralisasi selama periode 1995-2000, peran
anggaran Pemerintah Daerah dari sisi penerimaan dan pengeluaran terhadap
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif, baik di tingkat nasional, di Jawa
maupun luar Jawa. Selanjutnya, daerah pemekaran merupakan daerah yang harus
menyelenggarakan desentralisasi dengan baik. Tidak dipungkiri bahwa banyak
daerah pemekaran yang terkadang belum siap untuk menerima tanggungjawab
untuk mengurus sendiri urusan rumah tangganya. Sehingga masih banyak daerah
pemekaran yang belum dapat menyelenggarakan desentralisasi dengan baik.
Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
37
H1: Rasio derajat desentralisasi berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah hasil pemekaran di Pulau Sumatera.
2.4.2 Pengaruh Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Rasio ini ini menggambarkan seberapa besar ketergantungan keuangan daerahnya
dengan membandingkan antara pendapatan transfer dari pemerintah
pusat/provinsi dan total penerimaan daerah. Jadi semakin tinggi angka ini maka
semakin tinggi ketergantungan suatu daerah terhadap pemerintah pusat/provinsi.
Jika rasio ketergantungan daerah meningkat maka akan menurunkan laju
pertumbuhan ekonomi, karena dengan dana transfer yang masih tinggi
menyebabkan daerah tersebut memiliki ketergantungan daerah dari pusat untuk
mendanai atau membiayai kebutuhan daerahnya sehingga daerah tersebut belum
mandiri untuk mengelola keuangannya, sehingga otonomi daerah belum berjalan
sesuai dengan semestinya (Sari, dkk., 2016).
Dalam penelitiannya Sari, dkk. (2016) menyimpulkan bahwa rasio ketergantungan
daerah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pada
penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti, dkk. (2015) menyimpulkan bahwa rasio
ketergantungan daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika
dikaitkan dengan teori keagenan yang dipakai dalam penelitian ini seharusnya
pemerintah daerah sebagai agen dapat mengurangi ketergantungan daerah
terhadap pemerintah pusat dalam hal transfer dana. Karena, seharusnya
pemerintah daerah mampu atau mandiri dalam hal membiayai dirinya sendiri.
Dan, penggunaan dana transfer dapat lebih dioptimalkan untuk memacu
38
pertumbuhan ekonomi di daerahnya masing-masing. Namun, karena studi ini
dilakukan pada daerah pemekaran yang cenderung masih mendapatkan dana
transfer yang besar dari pemerintah pusat/provinsi dan dibutuhkan pengelolaan
yang baik bagi pemerintah daerah masing-masing maka besar kemungkinan
daerah-daerah pemekaran masih bergantung pada dana yang ditransfer dari
pemerintah pusat provinsi. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H2: Rasio ketergantungan keuangan daerah berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah hasil pemekaran di Pulau
Sumatera.
2.4.3 Rasio Efektivitas Berpengaruh Positif Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang terdiri dari pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
PAD yang sah. Ini merupakan salah satu bentuk pengelolaan keuangan oleh
pemerintah daerah. Penelitian yang telah dilakukan oleh Zurkarnain, dkk. (2015)
menyatakan bahwa rasio efektivitas berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Sari, dkk. (2015) dan Berliani
(2016) menyatakan bahwa rasio efektivitas berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Semakin besar pendapatan asli daerah yang diserap maka semakin besar
kemampuan pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
semakin menunjukkan kinerja keuangan yang positif. Jika dikaitkan dengan teori
39
keagenan pemerintah pada daerah pemekaran diharapkan mampu memberikan
kinerja yang baik melalui realisasi penerimaan PAD. Karena semakin besar
realisasi PAD makan semakin baik dan terlihat bahwa pemerintah daerah telah
berusaha dengan baik. Sehingga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H3: Rasio efektivitas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah hasil pemekaran di Pulau Sumatera.
Tabel 2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis
H1Rasio derajat desentralisasi berpengaruh negatif terhadap pertumbuhanekonomi daerah hasil pemekaran di Pulau Sumatera
H2Rasio ketergantungan keuangan daerah berpengaruh negatif terhadappertumbuhan ekonomi daerah hasil pemekaran di Pulau Sumatera
H3Rasio efektivitas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomidaerah hasil pemekaran di Pulau Sumatera
40
III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Arikunto (2006) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah objek atau
subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu
kabupaten/kota hasil pemekaran daerah yang ada di Pulau Sumatera periode 2013-
2017. Penetapan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis metode
purposive sampling. Teknik sampling ini di dalam pengambilan sampelnya,
peneliti menentukan kriteria dari populasi. Jenis metode pemilihan berdasarkan
pertimbangan dan kuota (Indriantoro dan Supomo, 2014). Adapun kriteria
purposive sampling dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
41
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel Dengan Kriteria (Daerah Pemekaran Lama)
No Keterangan Jumlah
1Kabupaten/Kota hasil pemekaran daerah yang diresmikan daritahun 1990-2005
61
2Kabupaten/Kota yang tidak mempublikasikan laporankeuangan auditan secara tidak lengkap dan konsisten. 0
3
Kabupaten/Kota yang mempublikasikan laporan keuangannyadan memiliki data laju pertumbuhan ekonomi dari tahun 2013-2017
61
4 Jumlah sampel kabupaten/kota 61
Sumber: BPK data diolah (2018)
Tabel 3.2 Pemilihan Sampel Dengan Kriteria (Daerah Pemekaran Baru)
No Keterangan Jumlah
1Kabupaten/Kota hasil pemekaran daerah yang diresmikandari tahun 2006-2018
20
2Kabupaten/Kota yang tidak mempublikasikan laporankeuangan auditan dari tahun 2013-2017 (1)
3
Kabupaten/Kota yang mempublikasikan laporankeuangannya dan memiliki data laju pertumbuhan ekonomidari tahun 2013-2017
19
4 Jumlah sampel kabupaten/kota 19
Sumber: BPK data diolah (2018)
3.2 Data Penelitian
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian pengujian hipotesis, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder
merupakan jenis data yang diperoleh secara tidak langsung melalui sumber-
42
sumber tertentu. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
laporan keuangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota di Sumatera tahun 2013-
2017 yang telah di audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Untuk data
pertumbuhan ekonomi dapat di unduh di website Badan Pusat Statistik
(www.bps.go.id).
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Data Laju Pertumbuhan Ekonomi atas dasar harga konstan tahun 2010 pada
Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera tahun 2013-2017 diunduh dari website
resmi Badan Pusat Statistik (BPS).
b. Untuk variabel independen yaitu komponen rasio derajat desentralisasi, rasio
ketergantungan keuangan daerah, dan rasio efektivitas berasal dari Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Se-Sumatera dari tahun 2013-2017
yang didapat dari Badan Pemeriksa Keuangan Pusat.
3.3 Model Penelitian
Model penelitian menggambarkan pengaruh dari variabel independen penelitian
terhadap variabel dependen penelitian. Model penelitian dalam penelitian ini
digambarkan oleh skema penelitian sebagai berikut:
43
Gambar 3.1 Model Penelitian.
3.4 Variabel Penelitian
Menurut Sekaran (2011) Variabel adalah adapun yang dapat membedakan atau
membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek
atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang
berbeda.”
3.4.1 Variabel Dependen
Menurut Sekaran (2011) Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi ini akan diukur melalui rumus
dibawah ini :
Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt − PDRBt − 1PDRBt − 1 X100%
Rasio Efektivitas (RE)
Rasio Derajat Desentralisasi(RDD)
PertumbuhanEkonomi
(PE)
Variabel DependenVariabel Independen
Rasio Ketergantungan Keuangan(RKET)
44
3.4.2 Variabel Independen
Menurut Sekaran (2011) variabel bebas adalah variabel yang mengambil variabel
terikat, entah secara positif maupun secara negatif. Jika terdapat variabel bebas,
variabel terikatpun akan hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel
bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. Berikut
beberapa variabel independen yang hadir dalam penelitian ini :
1) Rasio Derajat Desentralisasi
Rasio ini dapat mengukur kinerja pemerintah daerah dalam mengelola dan
menggali PAD. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat kontribusi
pendapatan asli daerah sebagai sumber pendapatan yang dikelola sendiri oleh
daerah terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka
semakin tinggi kemampuan daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Rumus
yang digunakan untuk menghitung rasio derajat desentralisasi fiskal adalah
sebagai berikut :
Derajat desentralisasi = Pendapatan Asli DaerahTotal Pendapatan Daerah x100%2) Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Ketergantungan suatu daerah dapat diukur melalui rasio tersebut. Mandiri dalam
hal ini adalah tidak bergantung pada dana yang di transfer oleh pemerintah pusat
maupun provinsi. Semakin tinggi rasio ini maka semakin tinggi tingkat
ketergantungan daerah terhadap bantuan dari pemerintah pusat/provinsi. Rumus
yang digunakan untuk menghitung rasio ketergantungan daerah adalah sebagai
berikut:
45
Ketergantungan Daerah = Pendapatan TransferTotal Pendapatan Daerah x100%3) Rasio Efektivitas
Rasio efektivitas adalah rasio yang mendeskripsikan realisasi penerimaan PAD
dibandingkan dengan anggaran penerimaan PAD. Semakin PAD melebihi
anggaran penerimaan PAD maka semakin baik pula kinerja pemerintah daerah
dalam menggali potensi PAD di daerahnya masing-masing. Semakin besar
realisasi penerimaan PAD dibanding target penerimaan PAD maka kinerja
keuangan pemerintah daerah semakin efektif dan positif. Rumus yang digunakan
untuk menghitung rasio efektivitas adalah sebagai berikut :
Efektivitas = x100%3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik dekskriptif terdiri dari perhitungan nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(Ghozali, 2013). Statistik deskriptif mempunyai tujuan untuk mempelajari,
pengumpulan, penyusunan, penyajian data, dan penarikan kesimpulan suatu
penelitian secara numerik. Analisis deksriptif ini ditujukan untuk memberikan
gambaran atau deskripsi dari data variabel dependen berupa pertumbuhan
ekonomi, serta variabel independen berupa rasio derajat desentralisasi, rasio
ketergantungan daerah keuangan daerah, dan rasio efektivitas.
46
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian analisis regeresi berganda diharuskan untuk memenuhi beberapa
asumsi agar dapat digunakan atau dipublikasikan. Pengujian tersebut
menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolonieritas,
autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Model regresi
yang baik adalah yang mempunyai distribusi normal (Ghozali, 2013). Terdapat
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2013).
a. Analisis grafik
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal (Ghozali, 2013). Normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan
melihat histogram dari residualnya. Menurut Ghozali (2013) dasar pengambilan
keputusan dalam uji ini adalah :
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
47
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histograsi tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Analisis Statistik
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) (Ghozali, 2013) dengan
kriteria pengujian :
1. Jika nilai Asymp.sig (2-tailed) kurang dari 0,05 atau 5% berarti data residual
terdistribusi tidak normal.
2. Jika nilai Asymp.sig (2-tailed) lebih dari 0,05 atau 5% berarti data residual
terdistribusi normal.
3.5.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2013). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara independen. Jika variabel
independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel
orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
sam dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam
model adalah dengan menggunakan tolerence dan Variance Inflation Factor
(VIF). Nilai tolerence yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF=1/tolerence) (Ghozali, 2013). Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka
artinya tidak terjadi multikolonieritas terhadap data yang diuji. Sebaliknya, jika
48
nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi multikolonieritas
terhadap data yang diuji.
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu dan berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah
regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2013). Penelitian ini akan
mendeteksi autokorelasi dengan uji Run Test. Run Test digunakan untuk melihat
apakah data residual terjadi secara random atau tidak (Ghozali,2013). Jika hasil
tes menunjukkan nilai signifikan 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi.
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas
(Ghozali,2013).
Sebuah model regersi yang baik adalah model regresi yang mempunyai data yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot. Cara mendeteksi
49
heterokedastisitas dengan cara melihat grafik plot yaitu dengan melihat grafik
plot, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan
teratur maka telah terjadi homoskedastisitas. Jika gambaran menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y menandakan adanya heterokedastisitas (Ghozali,
2013).
3.5.3 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan SPSS (Statistical Procut and Service Solutions).
Dasar penggunaan linier berganda adalah skema satu variabel dependen (Y) yang
berupa pertumbuhan ekonomi yang dihubungkan dengan dua atau lebih variabel
independen (X) yang berupa rasio derajat desentralisasi, rasio ketergantungan
keuangan daerah, dan rasio efektivitas. Pengujian hipotesis akan dilakukan
dengan analisis regresi berganda yang diformulasikan sebagai berikut :
Y = α + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3+ e
Keterangan :Y = Pertumbuhan EkonomiX1 = Rasio Derajat DesentralisasiX2 = Rasio Ketergantungan Keuangan DaerahX3 = Rasio Efektivitasβ123 = Koefisien regresiα = Konstantae = Error of estimation
50
3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen, dengan nilai koefisiensi deteminasi
anatar nol dan satu (Ghozali, 2013). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel dependen
(Ghozali, 2013). Nilai adjusted R2 dapat digunakan pula untuk mengevaluasi
mana model regresi terbaik, karena adjusted R2 dapat naik dan turun apabila satu
variabel independen ditambahkan dalam model (Ghozali, 2013).
3.5.3.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013). Dalam menguji hipotesis ini digunakan kriteria
pengambilan keputusan, yaitu jika nilai F menunjukkan signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya semua variabel independen serentak dan
signifikansi mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013). Sehingga model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
3.5.3.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel
51
dependen (Ghozali, 2013). Apabila nilai signifikansi <0,05 atau 5% dan nilai t
lebih besar dari 2 maka suatu variabel independen secara individual memengaruhi
variabel independen (Ghozali, 2013).
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang
terdiri dari rasio derajat desentralisasi, rasio ketergantungan, dan rasio efektivitas
terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomibaik pada daerah
pemekaran lama dan daerah pemekaran baru yang ada di Pulau Sumatera.
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
I. Daerah Pemekaran Lama
1. Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel rasio derajat desentralisasi
yang dihitung dengan rumus Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibagi total
pendapatan daerah mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi pada daerah pemekeran lama.Hasil tersebut
menjelaskan bahwa hipotesis pertama tentang rasio derajat desentralisasi
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomiterdukung atau
diterima.
2. Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel rasio ketergantungan
keuangan daerah yang dihitung dengan rumus pendapatan transfer dibagi total
pendapatan daerah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada
daerah pemekaran lama. Hasil tersebut menjelaskan bahwa hipotesis kedua
97
tentang rasio ketergantungan daerah berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi tidak terdukung atau tidak diterima.
3. Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel rasio efektivitas yang
dihitung dengan rumus realisasi penerimaan PAD dibagi anggaran
penerimaan PAD berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada
daerah pemekaran lama. Dari hasil tersebut menjelaskan bahwa hipotesis
ketiga tentang rasio efektivitas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi terdukung atau diterima.
II. Daerah Pemekaran Baru
1. Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel rasio derajat desentralisasi
yang dihitung dengan rumus Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibagi total
pendapatan daerah mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
variabel pertumbuhan ekonomi pada daerah pemekeran lama. Hasil tersebut
menjelaskan bahwa hipotesis pertama tentang rasio derajat desentralisasi
berpengaruh negatif terhadappertumbuhan ekonomiterdukung atau
diterima.
2. Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel rasio ketergantungan
keuangan daerah yang dihitung dengan rumus pendapatan transfer dibagi total
pendapatan daerah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi pada
daerah pemekaran lama. Hasil tersebut menjelaskan bahwa hipotesis kedua
tentang rasio ketergantungan daerah berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi tidak terdukung atau tidak diterima.
98
3. Dari hasil analisis regresi linier berganda variabel rasio efektivitas yang
dihitung dengan rumus realisasi penerimaan PAD dibagi anggaran
penerimaan PAD berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada
daerah pemekaran lama. Dari hasil tersebut menjelaskan bahwa hipotesis
ketiga tentang rasio efektivitas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi tidakterdukung atau tidak diterima.
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari publikasi
anggaranpemerintah daerah, data PDRB, dan laporan keuangan pemerintah
daerah pemekaran. Setelah dilakukan olah data ada data yang nilainya terlalu
ekstrem, sehingga ada beberapa data yang dihapus (outlier).
2. Kinerja keuangan yang dinilai rasio keuangan pada penelitian ini hanya
menggunakan rasio derajat desentralisasi, rasio ketergantungan keuangan, dan
rasio efektivitas.
3. Dari hasil perhitungan koefisien determinasi (adjusted R2) pada bab
sebelumnya, ketiga model regresi hanya memiliki nilai adjusted R2 yang
relatif kecil. Hal ini berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi-variabel dependen relatif kecil.
99
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka peneliti mengemukakan beberapasaran,
antara lain:
1. Saran untuk peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang sejenis, maka
disarankan agar:
a. Menggunakan data primer melalui kuesioner bagi aparatur pemerintahan
daerah agar data yang digunakan lebih lengkap.
b. Menambah rentang waktu penelitian dengan mengambil periode yang lebih
panjang.
c. Mennggunakan sampel penelitian yang lebih banyak dari penelitian ini agar
mendapatkan hasil yang komprehensif.
d. Menambah rasio keuangan lainnya agar mendapatkan hasil yang
komprehensif.
e. Rendahnya tingkat adjusted R2 pada penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh
besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sehingga penelitian selanjutnya
mempertimbangkan untuk menggunakan variabel lain diluar variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
2. Saran untuk pemerintah
a. Pemerintah daerah pemekaran
Pemerintah daerah pemekaran sebaiknya terus meningkatkan kinerja
keuangannya. Terlebih, diketahui bahwa penyelenggaran desentralisasi belum
100
terlaksana dengan baik. Dan ketergantungan keuangan daerah masih sangat
tinggi terhadap dana transfer. Sehingga melalui peningkatan kinerjanya akan
membawa dampak yang baik bagi pertumbuhan ekonomi.
b. Pemerintah pusat
Bagi pemerintah pusat, diharapkan agar dapat lebih bijak dalam pengambilan
keputusan untuk memekarkan suatu daerah. Karena hasil penelitian ini
mengungkapkan bahwa penyelenggaran desentralisasi berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
5.4 Implikasi
Dari pembahasan pada bab sebelumnya penulis menyimpulkan bahwa secara
keseluruhan pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah pemekaran terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat diambil kesimpulan bahwa
penyelenggaraan desentralisasi masih belum baik. Melalui skala interval pada
rasio derajat desentralisasi diketahui bahwa kontribusi PAD terhadap total
pendapatan daerah masuk kedalam kategori sangat kurang. Hal ini terjadi
baik pada daerah pemekaran lama dan baru. Dengan demikian, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah
daerah. Agar selanjutnya dapat mendorong masyarakat untuk turut serta
membangun daerahnya masing-masing melalui kontribusi PAD yang terus
ditingkatkan. Langkah yang dapat diambil untuk menggali potensi PAD
masing-masing daerah adalah melalui sektor pariwisata. Sebaiknya
101
pemerintah daerah jeli melihat peluang-peluang pariwisata yang dapat
menarik wisatawan untuk datang ke daerah tersebut.
2. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dapat ditarik kesimpulan bahwa
ketergantungan keuangan daerah pemekaran masih sangat tinggi terhadap
dana transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat ataupun provinsi. hal ini
terjadi baik pada daerah pemekaran lama maupun daerah pemekaran baru.
Melalui hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi
pemerintah daerah untuk dapat mengelola dana transfer dengan bijak.
Sebaiknya pemberian dana transfer ini dapat dibarengi dengan proses
perencanaan yang baik agar dapat membantu pemerintah daerah
mensejahterakan masyarakat. Misalnya, dana transfer yang memang
diberikan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah digunakan bagi
pendidikan dan kesehatan tidak boleh diganggu gugat oleh pemerintah daerah
dan terus dipantau pelaksanannya. Sehingga dana transfer yang digunakan
digunakan tepat sasaran.
3. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dikaetahui bahwa keefektifikan kinerja
pemerintah daerah pemekaran lama berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah
pemekaran lama telah berhasil menggali potensi PAD masing-masing daerah.
Berbeda dengan daerah pemekaran baru, realisasi penerimaan PAD tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu penyebabnya adalah
kecilnya anggaran penerimaan PAD yang ditetapkan. Dengan demikian, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah daerah
pemekaran untuk terus mengoptimalkan penerimaan PAD. Dimana hal
102
tersebut dapat dilakukan dengan terus menggali potensi PAD dan penggunaan
PAD yang tepat sasaran demi terciptanya kesejahteraan masyarakat melalui
pertumbuhan ekonomi yang baik. Sebaiknya pemerintah daerah
meningkatkan pelayanan publik bagi masyarakat. Misalnya, pemerintah
daerah dapat mengadakan pembayaran pajak kendaraan bermotor keliling
bagi daerah-daerah yang jauh dari kantor samsat. Sehingga masyarakat yang
tadinya enggan membayar pajak kendaraan bermotor karena jarak yang jauh
akan mendapatkan peluang membayar dengan cara yang dekat dan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktik.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asmuruf, Makdalena F; Vikie A. Rumate; George M.V. Kawung. 2015. PengaruhPendapatan Dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah DiKota Sorong. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol 15 No. 05 UniversitasSam Ratulangi.
Astuti, Wuku. 2015. Analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhanekonomi dan dampaknya terhadap pengangguran dan kemiskinan (studipada kabupaten dan kota di pulau jawa periode 2007-2011). JurnalEBBANK Vol. 6 No. 1 Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan EkonomiDaerah. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Badan Litbang Depdagri RI dan FISIPOL-UGM. 1991. Pengukuran KemampuanKeuangan Daerah Tingkt II Dalam Rangka Otonomi Daerah Yang NyataDan Bertanggung Jawab. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2016. “Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota DiSumatera 2013-2017”. Jakarta: Badan Pusat Statistik. (Diakses 21 Mei2018).
Bahl, Roy and Sally Wallace. 2000. China evaluating the impact ofintergovernmental fiscal reform dalam fiscal decentralization indeveloping countries. Edited by Richard M. Bird and FrancoisVaillancourt, United Kingdom: Cambridge Univercity Press. Journal ofPublic Budgeting, Accounting & Financial Management, Volume: 18Issue: 1.
Bashir, Abdul. 2011. Dampakdesentralisasi Fiskal Terhadap PerekonomianDaerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Selatan. Vol 10. No 2.Jurnal Kajian Ekonomi.
Berliani, Kartika. 2016. Pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhanekonomi dan implikasinya terhadap kesejahteraan masyarakatkabupatenmajalengka. Jurnal Indonesia Membangun ISSN: 1412-6907Vol. 2, No. 1. Mei-Agustus 2016.
Bird and Vaillancourt. 2000. Fiscal decentralizationin developing countries.Cambridge University Press.
Carlos Gil Canaleta, Pedro Pascual Arzoz, Manuel Rapun Garate And RobertoEzcurra Orayen. 2004. Decentralisation and regional economicdisparities. Departament of Economícs, Campus de Arrosadia.Universidad Pública de Navarra 2004, vol. 41, issue 1, 71-94. JournalEconpapers.
Davoodi, Hamid and Zou, Heng-fu. 1997. Fiscal decentralization and economicgrowth: a cross –country study, Policy Research Department. WorldBank. Washington DC, Wuhan University, Wuhan.
Devarajan, S., Swaroop, V., & Zou, H. 1996. The composition of publicexpenditure and economic growth. Journal ofmonetary economics,37(2), 313-344.
Ehtisham, Ahmad; Ma, Jun; Searle, Bob; Piperno, Stefano. 2002.Intergovernmental grant system: application of general framework toindonesia. IMF Working Paper No. WP/02/128. ISBN/ISSN:9781451855067/1018-5941. International Monetary Fund, WashingtonDC. Journal Econpapers.
Feltenstein, Andrew & Shigeru Iwata. 2005. Decentralization andmacroeconomic perfomance in china: regional autonomy has its cost.Journal of Development Economics, (76), 481-501.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Universitas Diponegoro.
___________. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang: Badan Penerbit UniversitasDiponegoro.
Halim, Abdul. 2002. Akuntansi Keuangan Daerah Akuntansi Sektor Publik. Edisi3 Jakarta: Salemba Empat.
___________. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.Jakarta: Salemba Empat.
___________. 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi4. Jakarta: Salemba Empat.
Indriantoro, Nur dan Supomo. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis untukAkuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Jensen, M.C dan W.H. Meckling. 1976. Theory of the firm: manajerial behavior,agency costs and ownership structure. Journal Of Financial Economics3:305-360.
Kharisma, Bayu. 2013. Desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi: sebelumdan sesudah era desentralisasi fiskal di indonesia. Jurnal Ekonomi danStudi Pembangunan Vol 14, No 2, Fakultas Ekonomi, UniversitasPadjajaran.
Kuncoro, Mudrajad. 2014. Otonomi Daerah Menuju Era Baru PembangunanDaerah Edisi 3. Yogyakarta: Erlangga.
Kurniawati, Endri. 2017. Kemendagri hentikan sementara pemekaran wilayah.https://nasional.tempo.co/read/1032840/kemendagri-hentikan-sementara-pemekaran-wilayah. Diakses 21November 2018.
Lewis, Blane and Chakery, Jasmin. 2004. Central development spending in theregions post-decentralisation. Bulletin of Indonesian Economic Studies.Publisher Routledge, part of the Taylor & Francis Group Volume 40,Number 3.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga.
Maimunah, Mutiara. 2006. Flypaper effect pada dana alokasi umum (dau) danpendapatan asli daerah (pad) terhadap belanja daerah padakabupaten/kota di pulau sumatra. Padang: K-ASPP 04 (ISSN 1907-xxx).
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:Andi.
Poerwadarminta, W.J.S. 2005. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga.Jakarta: Balai Pustaka.
Pradiatmi, Istia Nur dan Hardiyanto Wibowo. 2017. Pengaruh kinerja keuangandan belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi padakabupaten/kota di jawa tengah. Jurnal Reviu Akuntansi danKeuangan Vol 5, No 2 Universitas Muhammadiyah Malang.
Prihastuti, dkk, Asepma Hygi; Taufeni Prihastuti, dkk; Restu Agusti. 2015.Pengaruh kinerja keuangan terhadap alokasi belanja modal danpertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota riau. Jurnal Sorot, Vol 10,No. 2, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada MasyarakatUniversitas Riau.
Prud'homme, Remy. 1995. The dangers of decentralization. The World BankResearch Observer vol. 10 no. 2.
Rodden, J., & Rose-Ackerman, S. 1997. Does Federalism Preserve Markets?.Virginia Law Review, 1521-1572.
Rosdyana, Dewi, E. Susy Suhendra, Rowland Bismark Fernando Pasaribu. 2015.Pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerahdan ketimpangan pendapatan di pulau jawa tahun 2009-2013. ProsidingPESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Sipil) Vol. 6, Oktober2015 Universitas Gunadarma. ISSN: 1858-2559.
Saputra, Adies. 2008. Pemekaran daerah dan implikasinya pada pembangunan.Jurnal Administrasi Publik Vol. 5 No.1 ISSN 1412–7040. UniversitasKatolik Parahyangan.
Saputra, Aprohan. 2018. Pemekaran kabupaten lampung tengah dipastikan batal,ini kata kemendagri.https://www.kupastuntas.co/2018/03/pemekaran-kabupaten-lampungtengah-dipastikan-batal-ini-kata-kemendagri. Diakses 2 Agustus2018.
Sari, Greydi Normala. 2016. Pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhanekonomi perkotaan di sulawesi utara tahun 2004-2014. JurnalPembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah Vol 18 No 2 tahun 2016Magister Ilmu Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Sekaran, Uma. 2011. Research Methods for Bussiness. Metodologi Penelitianuntuk Bisnis. Buku 1 Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Sistiana, Mega; Supranoto; M. Hadi Makmur. The degree of fiscaldecentralization of kabupaten/kota in jawa timur province in 2006- 2010.Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa , I (1): 1-10.
Sufren, dan Natanael, Yonathan. 2013. Mahir Menggunakan SPSS SecaraOtodidak. Jakarta: Kompas Gramedia.
Sukirno, Sadono. 1996. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Sularso, Havid dan Yanuar E. Restianto. 2011. Pengaruh kinerja keuanganterhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomikabupaten kota di jawa tengah. Media Akuntansi Riset, Vol 1 No 2 Agustus2011.
Suwandi, Kurni Adi dan Afrizal Tahar. 2015. Pengaruh kinerja keuanganterhadap pertumbuhan ekonomi daerah dengan alokasi belanja modalsebagai variabel intervening (studi pada pemerintah kabupatenkabupaten/kota d.i. yogyakarta). Jurnal Infestasi. Vol. 11 No. 2.Yogyakarta: Universitas Muahmmadiyah Yogyakarta.
Syamsudin, Bayu Tri Cahya, dan Syahrina Nurmala Dewi. 2015. Pengaruhkinerjakeuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengangguran dankemiskinan. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya Vol 17, No , Juni2015 Universitas Muhammadiyas Surakarta.
Tanzi, V. 1995. Fiscal federalism and decentralization: A review of someefficiency and macroeconomicsaspects, paper prepared for theworldbank’s annual bank conference ondevelopment economics. Washington,D.C.
Vasquez, Jorge Martinez dan Robert M Mc. Nab. 2003. Fiscal decentralizationand economic growth. working papers. Andrew Young School of PolicyStudies. Vol. 31, issue 9, ISSN 1597-1616.Journal Econpapers.
Wachid, Abdul. 2014. Analisis kinerja keuangan serta kemampuan keuanganpemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. JurnalAdministrasi Publik (JAP), Vol 2, No 2.
Wicaksono, Pribadi. 2018. Muncul usulan 314 pemekaran wilayah tjahjo kumolo:kami stop.https://nasional.tempo.co/read/1069324/muncul-usulan-314-pemekaran-wilayah tjahjo-kumolo-kami-stop. Diakses 2 Agustus 2018.
Zhang, T., & Zou, H. F. 1998. Fiscal decentralization, public spending, andeconomic growth in china. Journal of public economics, 67(2), 221-240.
Zurkarnain, M.S. 2015. Pengaruh rasio keuangan daerah terhadap pertumbuhanekonomi daerah melalui alokasi belanja modal di kabupaten dan kotaprovinsi aceh. Jurnal Manajemen Sains, 3 (4), 423-435.
Sumber-sumber lain:
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1962 tentang PerusahaanDaerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokokPemerintah di Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang PemerintahDaerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 TentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan PemerintahDaerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerahdan Retribusi Daerah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang PemerintahDaerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2000 tentangPersyaratan, Pembentukan, dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan danPenggabungan Daerah
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan KeuanganDaerah
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan danPertanggungjawaban Keuangan Daerah
www.bps.go.id
www.id.wikipedia.org
www.indonesia-investments.com
aceh.tribunnews.com