pengaruh keputusan investasi, kebijakan deviden, kebijakan

44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Keuangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan manusia termasuk bagi perusahaan atau organisasi. Keuangan itu diperlukan suatu pengelolaan dan pengaturan sehingga kerja perusahaan menjadi lebih efektif dalam menghasilkan laba. Apabila suatu perusahaan menginginkan laba yang optimal maka diperlukan manajemen keuangan yang baik. Oleh karena itu keuangan mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu manajerial. Selain mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan tagihan, dan mencari dana. Manajemen keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Definisi manajemen keuangan menurut Horne dan Wachowicz (2005 :2) sebagai berikut : Financial management is concerned acqusition, financing, and management of asset with some over all goal in mind.” Artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan akuisisi, pembiayaan, dan pengelolaan aktiva-aktiva dengan keseluruhan tujuan perusahaan. Sedangkan dalam bukunya, Darsono (2006 : 1) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah- murahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk memperoleh laba.” Berdasarkan pengertian pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari manajemen keuangan adalah usaha- usaha yang dilakukan oleh

Upload: lekien

Post on 11-Jan-2017

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keuangan

2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Keuangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan manusia

termasuk bagi perusahaan atau organisasi. Keuangan itu diperlukan suatu

pengelolaan dan pengaturan sehingga kerja perusahaan menjadi lebih efektif dalam

menghasilkan laba. Apabila suatu perusahaan menginginkan laba yang optimal maka

diperlukan manajemen keuangan yang baik. Oleh karena itu keuangan mempunyai

hubungan yang erat dengan ilmu manajerial.

Selain mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar

tagihan – tagihan, dan mencari dana. Manajemen keuangan juga mengatur

penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur

pendistribusian keuntungan (pembagian dividen).

Definisi manajemen keuangan menurut Horne dan Wachowicz (2005 :2)

sebagai berikut :

“Financial management is concerned acqusition, financing, and

management of asset with some over all goal in mind.”

Artinya bahwa manajemen keuangan berhubungan dengan akuisisi, pembiayaan, dan

pengelolaan aktiva-aktiva dengan keseluruhan tujuan perusahaan.

Sedangkan dalam bukunya, Darsono (2006 : 1) menerangkan bahwa :

“Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen

perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah- murahnya

dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin

untuk memperoleh laba.”

Berdasarkan pengertian – pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari manajemen keuangan adalah usaha- usaha yang dilakukan oleh

Page 2: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

perusahaan untuk mendapatkan dana dan mengalokasikan dana tersebut secara

efektif dan efisien dengan keuntungan yang optimal.

2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan memiliki peran penting didalam suatu perusahaan.

Kerena pengelolaan keuangan dibutuhkan perusahaan untuk membuat perencanaan

keuangan. Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut Irawati (2006: 3)

terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu :

1. Keputusan investasi

Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam

allocation of fund atau pengalokasian dana kedalam bentuk investasi yang dapat

mengahasilkan laba di masa yang akan datang. Keputusan investasi ini akan

tergambar dari aktiva perusahaan, dan mempengaruhi struktur kekayaan

perusahaan yaitu perbandingan antara current assets dengan fixed assets.

2. Keputusan pendanaan

Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan

pertimbangan dan analisis perpaduan antar sumber- sumber dana yang paling

ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan- kebutuhan investasi serta

kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam

sisi pasiva perusahaan, dengan melihat hutang jangka pendek dan jangka panjang,

sedangkan perbandingannya disebut dengan struktur modal. Dalam keputusan

pendanaan mempengaruhi baik struktur modal maupun struktur finansial.

3. Keputusan dividen

Keputusan dividen bagian dari keuntungan suatu perusahaan dibayarkan kepada

pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan

dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para

pemegang saham dan proporsi dan yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba

ditahan untuk pertumbuhan perusahaan.

Page 3: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan membutuhkan suatu tujuan dan sasaran sebagai tolak

ukur apakah kerja dari perusahaan sudah berjalan efisien. Dengan melihat

pencapaian perusahaan lalu dibandingkan dengan tujuan dan sasaran yang diinginkan

oleh perusahaan, apabila pencapaian sudah sesuai atau setidaknya hampir mencapai

tujuan dan sasaran yang diinginkan perusahaan maka perusahaan tersebut dikatakan

telah bekerja dengan efektif. Tujuan manajemen keuangan menurut Irawati (2006 :

4) adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya

(expense atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang

maksimum, dalam menjalankan perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan

yang berjalan atau survive dan expantion.

Sedangkan menurut Ross, Westerfield, Jordan (2006:11) tujuan menajemen

keuangan sebagai berikut :

“The goal of financial management to maximize the current value per

share of the existing stock.”

Artinya bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan

adalah memaksimalkan nilai perusahaan.

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Membahas manajemen keuangan tidak bisa lepas dari laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua

laporan utama, yaitu : (1) neraca dan (2) laporan rugi-laba. Laporan keuangan

disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan kepada

pihak – pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

keputusan.

Pengertian laporan keuangan menurut Harahap (2005:107) sebagai berikut :

“Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.”

Page 4: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Sedangkan Sutrisno (2007: 9) menyatakan bahwa :

”Laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan

suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan

(manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah).”

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan

hasil akhir dari aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen dan diproses

melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh pemilik perusahaan, calon

investor, kreditur, pemerintah dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan untuk

melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan.

2.2.2 Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dapat berguna bagi semua

pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Informasi dari laporan keuangan

dapat langsung digunakan oleh semua pihak untuk menganalisis perusahaan tersebut,

didalam laporan keuangan juga terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan untuk

menganalisis perusahaan lebih lanjut. Analisis yang digunakan adalah rasio

keuangan.

Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi

keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, pemakai akan mencari informasi mana

yang paling dibutuhkan untuk dianalisis lebih lanjut, sehingga laporan keuangan

perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis-jenis laporan

keuangan menurut Gitman (2006:46) adalah:

"The four key financial statements required by the SEC for reporting to

shareholders are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3) the

statement of stockholders’ equity, and (4) the statement of cash flows.”

Artinya bahwa empat laporan keuangan kunci yang diperlukan oleh SEC untuk

pelaporan kepada pemegang saham adalah (1) laporan rugi-laba, (2) neraca, (3)

laporan keuangan ekuitas pemegang saham, dan (4) laporan keuangan arus kas.

Page 5: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis

laporan keuangan yang utama, yaitu income statement (laporan laba rugi), balance

sheet (neraca), dan statement of cash flow (laporan arus kas). Sedangkan laporan

lainnya yang juga tercantum dalam kutipan di atas merupakan bagian integral dari

laporan keuangan yang merupakan daftar pendukung (supporting statement) dari

laporan keuangan utama, dan bukan laporan keuangan yang berdiri sendiri.

Menurut Sundjaya dan Barlian (2002:4) jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Income statement (laporan rugi laba)

Income statement (laporan rugi laba) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai

selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dimana tertulis

secara lengkap semua pendapatan dan beban yang harus dibayar.

Laporan rugi laba menurut Horne & Wachowicz (2006:153) adalah sebagai berikut:

"Laporan rugi laba adalah ringkasan dari pendapatan dan biaya

perusahaan selama periode waktu tertentu diakhiri dengan laba bersih

atau rugi bersih untuk periode tersebut.”

Dengan demikian dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan laba

rugi menggambarkan jumlah pendapatan, biaya, dan laba atau rugi perusahaan pada

suatu periode tertentu.

2. Balance sheet (neraca)

Balance sheet (neraca) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri

pada suatu saat tertentu. Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan

perusahaan. Menurut Horne & Wachowicz (2005:193) bahwa:

"Neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal

tertentu yang menunjukan total aktiva sama dengan total kewajiban

ditambah ekuitas pemilik.”

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa neraca merupakan laporan pada

saat tertentu mengenai sumber daya perusahaan (aktiva), hutang-hutang, dan ekuitas

pemilik.

3. Statement of cash flows (laporan arus kas)

Page 6: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Jenis laporan keuangan utama yang terakhir adalah laporan arus kas. Laporan

aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu

tertentu.

2. 3 Keputusan Investasi

2.3.1 Pengertian Investasi

Investasi adalah kegiatan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang

dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

keuntungan di masa yang akan datang. Beberapa pakar mengemukakan pendapatnya

tentang investasi. Menurut Jogiyanto (2007:5) bahwa :

“Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan

didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan”

Sedangkan menurut Arifin (2005:21) :

”Investasi adalah kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatkan (nilai)

konsumsi yang lebih besar di masa yang akan datang.”

Kemudian dalam jurnalnya Haruman (2008), dikatakan bahwa keputusan

investasi mencakup pengalokasian dana, baik dana yang berasal dari dalam

perusahaan maupun dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Gitman

(2005) dan Brealy & Myers (2005) menyatakan bahwa keputusan investasi sangat

penting karena akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan dan

merupakan inti dari seluruh analisis keuangan. Sedangkan menurut Jensen dan

Meckling (1976) menyatakan bahwa keputusan investasi dapat berperan sebagai

mekanisme transmisi antara kepemilikan dan nilai perusahaan.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa konsep keputusan

investasi merupakan suatu konsep yang membicarakan tentang pengalokasian dana

yang ada dan penentuan sumber-sumber dana di masa yang akan datang. Suatu

perusahaan di dalam pengalokasian dananya dapat menggunakan investasi dalam

bentuk aktiva riil yaitu dalam bentuk aktiva berwujud seperti emas, perak, intan dan

real estate atau dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas.

Page 7: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.3.2 Pentingnya Keputusan Investasi

Keputusan Investasi sendiri tercermin dari pertumbuhan Total Asset

perusahaan yang bersangkutan dari tahun ke tahun. Implementasi keputusan investasi

sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dalam perusahaan yang berasal dari

sumber pendanaan internal (internal financing) dan sumber pendanaan eksternal

(external financing). Dengan memperhatikan sumber-sumber pembiayaan,

perusahaan memiliki beberapa alternatif pembiayaan untuk menentukan struktur

modal yang tepat bagi perusahaan.

Menurut Ahmad (2004:118) perencanaan terhadap keputusan investasi ini

sangat penting karena beberapa hal sebagai berikut :

1. Dana yang dikeluarkan untuk investasi sangat besar, dan jumlah dana yang besar

tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh

sekaligus.

2. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan

harus menunggu selama jangka waktu cukup lama untuk bisa memperoleh

kembali dana tersebut.

3. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang

akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan

terjadinya over atau under investment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan.

Proses dalam melakukan keputusan investasi dapat diperinci ke dalam tahap

sebagai berikut :

1. Perencanaan

2. Analisis investasi

3. Pemilihan proyek

4. Pelaksanaan proyek

5. Pengawasan proyek

Dalam melakukan investasi, perusahaan harus mengumpulkan informasi-

informasi mengenai proyek investasi yang akan dilakukan. Hal ini sebagai tahap

Page 8: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

awal yang dilakukan perusahaan. Informasi tentang proyek-proyek yang akan

diambil umumnya meliputi :

1. Jenis atau macam proyek

2. Lama berakhirnya proyek

3. Pola produksi atau output selama masa proyek

4. Total produksi dan saat mulai berproduksi

5. Teknologi yang akan digunakan

6. Jumlah dan pola penerimaan dan pengeluaran cash flow

7. Informasi lain yang sangat bervariasi antara satu proyek dengan proyek lain

Pengaturan investasi modal yang efektif perlu memperhatikan faktor-faktor

berikut ini (Husnan & Pudjiastuti, 2004:181) :

1. Adanya asal-usul investasi

2. Estimasi arus kas dari asal-usul investasi tersebut

3. Evaluasi arus kas tersebut

4. Memilih proyek-proyek yang sesuai dengan kriteria tertentu

5. Monitoring dan penilaian terus-menerus terhadap proyek investasi setelah

investasi dilaksanakan.

Asal-usul investasi tidak mesti berasal dari bagian keuangan. Mungkin saja

usul tersebut berasal dari pemasaran, bagian produksi, dan melibatkan berbagai

bagian. Demikian juga arus kas akan memerlukan kerja sama antara bagian yang

mengusulkan dengan bagian keuangan. Evaluasi arus kas mungkin lebih banyak

dilakukan oleh bagian keuangan, demikian juga pemilihan proyek. Akhirnya

monitoring memerlukan kerja sama dengan seluruh bagian yang terlibat.

Untuk maksud-maksud analisis, suatu proyek rencana investasi bisa

dimasukkan ke dalam salah satu klasifikasi berikut ini :

1. Pengenalan proyek baru atau pembuatan produk baru

2. Penggantian peralatan atau pabrik

3. Penelitian dan pengembangan

4. Eksplorasi

Page 9: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Jadi, inti dari fungsi pendanaan ini adalah bagaimana perusahaan menentukan

sumber dana yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga

dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya.

2.3.3 Jenis- Jenis Investasi Keuangan

Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan

investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung

aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang

lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari

perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari

perusahaan-perusahaan lain. Hal ini ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 2.1

Tipe-tipe investasi

Sumber : Jogiyanto (2003:7)

Menurut Sunariyah (2006:4), investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian

utama, yaitu:

1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets).

Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni

dan real estate.

2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable

securities atau financial assets).

Aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan

klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas.

Investasi tidak

langsung

Investasi

langsung

Investor Perusahaan

investasi

Aktiva-aktiva

keuangan

Investasi langsung

Page 10: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.3.3.1 Investasi Keuangan

Investasi keuangan yang dilakukan perusahaan adalah pengalokasian dana

yang dibuat oleh perusahaan untuk pembelian berbagai surat berharga. Berikut ini

adalah beberapa jenis investasi keuangan, menurut Sunariyah (2006:4) pemilikan

aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu:

1. Investasi langsung

Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga

secar langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah go public dengan harapan

akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gain. Macam-

macam investasi langsung dapat disarikan sebagai berikut ini :

1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjual-belikan.

a. Tabungan.

b. Deposito.

2. Investasi langsung dapat diperjual-belikan.

a. Investasi langsung di pasar uang.

1) T-bill.

2) Deposito yang dapat dinegosiasi.

b. Investasi langsung di pasar modal.

1) Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities).

a) T-bond.

b) Federal agency securities.

c) Municipal bond.

d) Corporate bond.

e) Convertible bond.

2) Saham-saham (equity securities).

a) Saham preferen (preferred stock).

Page 11: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

b) Saham biasa (common stock).

c. Investasi langsung di pasar turunan.

1) Opsi.

a) Waran (warrant).

b) Opsi put (put option).

c) Opsi call (call option).

2) Futures contract.

2. Investasi tidak langsung

Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki

diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang

berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui

lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang bertindak sebagai perantara atau

intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung, pedagang

perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam

investasi langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain

atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara tersebut.

Investasi tidak langsung lewat perusahaan investasi ini menarik bagi investor

paling tidak karena dua alasan utama, yaitu :

1. Investor dengan modal kecil dapat menikmati keuntungan karena pembentukan

portofolio. Jika investor ini harus membuat portofolio sendiri, maka dia harus

membeli beberapa saham dalam jumlah yang cukup besar nilainya. Investor yang

tidak mempunyai dana cukup untuk membentuk portofolio sendiri dapat membeli

saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi ini.

2. Membentuk portofolio membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang

mendalam. Investor awam yang kurang mempunyai pengetahuan dan

pengalaman tidak akan dapat membentuk portofolio yang optimal, tetapi dapat

membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan investasi yang telah

membentuk portofolio optimal.

Page 12: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.3.4 Klasifikasi Investasi

Di dalam penentuan investasi, ada beberapa klasifikasi perusahaan yang

menerbitkan portofolio. Menurut Ahmad (2004:203) perusahaan investasi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Investment trust

Merupakan trust yang menerbitkan portofolio yang dibentuk dari surat-surat

berharga berpenghasilan tetap (misalnya bond) dan ditangani oleh orang

kepercayaan yang independen. Sertifikat portofolio ini dijual kepada investor

sebesar nilai bersih total aktiva yang tergabung di dalam portofolio ditambah

dengan komisi. Investor dapat menjual balik sertifikat ini kepada trust sebesar

nilai bersih sertifikat tersebut (Net Asset Value atau NAV). Besarnya NAV per-

sertifikat adalah total nilai pasar dari sekuritas-sekuritas yang tergabung di

portofolio dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dan dibagi dengan jumlah

sertifikat yang diedarkan.

2. Closed-end investment companies

Merupakan perusahaan investasi yang hanya menjual sahamnya dalam jumlah

yang tetap yaitu sebanyak saat penawaran perdana (initial public offering) saja.

Biasanya perusahaan investasi ini tidak menawarkan lagi tambahan lembar

saham, kecuali jika ada penawaran publik berikutnya. Lembar saham yang sudah

beredar dari penawaran perdana diperdagangkan di pasar sekunder (stock

exchange) dengan harga pasar yang terjadi di pasar bursa.

3. Open-end investment companies

Dikenal dengan nama perusahaan reksadana (mutual funds). Menurut Undang-

Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) reksadana

didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh

manajer investasi. Perusahaan reksadana (mutual fund) ini adalah perusahaan

investasi yang mengelola portofolio dan menjual kepemilikan portofolionya di

Page 13: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

pasar modal. Perusahaan investasi ini masih terus menjual kepemilikan

portofolionya kepada investor. Juga pemegang kepemilikan portofolio dapat

menjual kembali kepemilikan portofolionya ke perusahaan reksadana yang

bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan reksadana ini mempunyai besarnya

portofolio yang berubah-ubah di pasar modal. Nilai total portofolio yang

dibentuk disebut dengan Nilai Aktiva Bersih atau NAB (Net Asset Value atau

NAV).

2.3.5 Tujuan Investasi

Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan

ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang

akan datang. Menurut Gitman dan Joehnk (2005:13), ada beberapa alasan mengapa

seseorang melakukan investasi, antar lain adalah :

1. Mengumpulkan dana pensiun (Accumulating retirement funds)

Mengumpulkan dan untuk pengunduran diri bagi pensiunan merupakan alasan

terpenting untuk berinvestasi.

2. Meningkatkan pendapatan pada saat ini (Enhancing current income)

Investasi meningkatkan pendapatan saat ini yang berasal dari pendapatan dividen

atau bunga.

3. Menabung untuk pengeluaran besar (saving for major expenditure)

Umumnya hal ini untuk pembayaran rumah, pendidikan, perjalanan liburan dan

modal untuk menjalankan usaha baru.

4. Melindungi pendapatan dari pajak (sheltering income from taxes)

Jika seseorang dapat menghindar atau menunda membayar pajak pendapatan dari

sebuah investasi, maka akan lebih banyak dana yang tersedia untuk investasi

ulang.

2.3.6 Jenis Investasi Jangka Panjang

Page 14: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Apabila seorang investor yang akan memiliki dana yang cukup besar,

sebaiknya dapat mempertimbangkan beberapa alternatif investasi jangka panjang.

Dalam sebuah blog yang membahas tentang keuangan yaitu www.investasi-

8000.blogspot.com menyebutkan bahwa, bentuk- bentuk investasi jangka panjang

antara lain :

1. Obligasi

Obligasi terkadang disebut dengan sekuritas pendapatan yang tetap sebagai mana

diatur ketika obligasi tersebut dikeluarkan. Obligasi hampir sama dengan deposito

namun obligasi dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan.

2. Saham

Saham merupakan cara lain untuk memiliki bagian dari unit usaha. Sebuah saham

mewakili proporsi pemilikan tertentu pada suatu perusahaan. Nilai pasar suatu

saham naik dan turun mengikuti perubahan nilai perusahaan tersebut.

3. Reksadana

Pada reksadana, investor mengumpulkan uang untuk dikelola oleh manajer

investasi, yang akan memutuskan untuk membeli saham, obligasi dan instrument

lain yang dianggap layak dan memberikan tingkat pengembalian terbaik dengan

resiko tertentu.

2.3.7 Metode Penilaian Investasi

Suatu investasi dikatakan menguntungkan jika investasi tersebut bisa

membuat asset pemodal menjadi lebih banyak. Pengertian ini konsisten dengan

tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Ada beberapa alat analisa atau metode

dalam menilai keputusan investasi. Menurut Arifin (2005:218), metode-metode

penilaian tersebut antara lain :

1. Payback Period Methode

Metode payback period merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan investasi awal dari aliran kas bersih yang diperoleh dari proyek.

Tujuan metode ini adalah untuk mengetahui kelayakan investasi dengan

Page 15: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

membandingkan masa payback period dengan target waktu kembalinya investasi.

Apabila payback period lebih kecil dibanding dengan target waktu kembalinya

investasi, maka proyek investasi dikatakan layak, namun sebaliknya bila payback

period lebih besar dengan target waktu kembalinya investasi maka proyek dikatakan

tidak layak. Apabila arus kas tiap tahun sama besarnya, maka payback period dari

proyek investasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kelemaham dari metode payback period adalah :

a. Tidak memperhatikan nilai waktu uang, dan

b. Mengabaikan arus kas setelah periode payback

Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode

perhitungan payback period dicoba diperbaiki dengan mem-present value-kan arus

kas, dam dihitung periode payback-nya. Cara ini disebut sebagai discounted payback

period.

2. Accounting Rate of Return (ARR)

Metode accounting rate of return merupakan metode yang mengukur

besarnya tingkat keuntungan dari investasi yang digunakan untuk memperoleh

keuntungan tersebut.

Accounting Rate of Return (ARR) dihitung dengan :

Apabila angka accounting rate of return lebih besar dibandingkan dengan

keuntungan yang disyaratkan, maka proyek investasi ini menguntungkan, namun

Page 16: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

apabila lebih kecil daripada tingkat keuntungan yang disyaratkan, maka proyek ini

tidak layak.

Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah, perhitungan metode ini

menggunakan data accounting yang tersedia, sehingga tidak memerlukan

perhitungan tambahan. Sedangkan kelemahan metode ini mengabaikan nilai waktu

dan uang dan tidak memperhitungkan aliran kas, metode ini dianggap kurang

memuaskan atau kurang baik untuk digunakan dalam menilai proyek-proyek

investasi.

3. Net Present Value Methode (NPV)

Net present value method (NPV) merupakan metode untuk mencari selisih

antara nilai sekarang dari aliran kas netto dengan nilai sekarang dari suatu investasi

(cash outlays). Bila selisih antara present value dari cash flow lebih besar berarti

terdapat NPV positif, artinya proyek investasi layak untuk dilaksanakan. Namun bila

present value dari cash flow lebih kecil dibanding present value investasi maka NPV

bernilai negative, artinya proyek investasi tidak layak untuk dilaksanakan. NPV

dapat dihitung dengan :

4. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) merupakan metode yang menyamakan nilai

sekarang dengan nilai investasi awal proyek tersebut. Perhitungan IRR dilakukan

secara trial dan error untuk menghasilkan NPV = 0. Dari hasil perhitungan tersebut

akan diperoleh rentang tingkat IRR. Untuk menetukan tingkat IRR secara pasti

dilakukan perhitungan interpolasi linier dengan rumus sebagai berikut :

NPV = PV –Io

NPV = CFt - Io

(1+k)t

Page 17: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Dimana :

: tingkat discount rate (r) lebih rendah

: tingkat discount rate (r) lebih tinggi

: Total Present Value

: Net Present Value

Bila IRR lebih besar dibanding keuntungan yang disyaratkan berarti layak,

demikian sebaliknya bila IRR lebih kecil dibanding keuntungan yang disyaratkan

berarti proyek investasi kurang layak.

5. Profitability Index

Metode profitability index merupakan metode yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk memperoleh profit dari proyek yang dilaksanakan. Bila PI ini lebih

besar dari 1, maka proyek investasi dianggap layak untuk dijalankan. Namun bila PI

ini lebih kecil dari 1, maka proyek dianggap tidak layak untuk dijalankan. Rumus

yang digunakan untuk menghitung IRR sebagai berikut :

2.4 Struktur Modal

2.4.1 Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting dalam pengambilan

keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan, karena harus memaksimalkan profit

bagi keputusan modal sendiri dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar

daripada biaya modal sebagai akibat penggunaan struktur modal tersebut. Struktur

modal merupakan struktur finansial yang terdiri atas hutang dan modal sendiri.

Page 18: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Menurut Martono & Harjito (2007 : 240) struktur modal adalah :

” Perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan

yang ditunjukan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap

modal sendiri.”

Menurut Darsono (2006 : 153) struktur modal adalah :

”Jumlah permanen perusahaan yang tersumber dari hutang jangka

panjang dan modal sendiri.”

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa konsep struktur

modal merupakan suatu konsep permodalan suatu perusahaan yang menjelaskan

besaran modal yang digunakan perusahaan baik modal sendiri ataupun modal

pinjaman atau hutang. Apabila struktur modal perusahaan didominasi oleh modal

sendiri dari pada hutangnya, maka perusahaan tersebut tidak terlalu tergantung

dengan pihak luar perusahaan.

Tetapi jika kebutuhan modalnya semakin besar karena pertumbuhan

perusahaan sedangkan modal sendirinya terbatas, perusahaan dapat menggunakan

modal asing yang berasal dari luar perusahaan. Penggunaan dari masing-masing jenis

modal tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap laba yang dihasilkan oleh

perusahaan.

Penggunaan modal sendiri yang kompensasinya berupa pembayaran dividen

diambil dari keuntungan setelah pajak, sehingga tidak mengurangi pembayaran

pajak. Sedangkan penggunaan modal asing akan menurunkan keuntungan

perusahaan sebab harus membayar bunga di mana bunga sebagai pengurang laba.

Selain itu, bunga juga dapat dimanfaatkan sebagai pengurang pajak yang harus

ditanggung oleh perusahaan.

2.4.2 Teori Struktur Modal

Page 19: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Struktur modal merupakan suatu istilah didalam manajemen keuangan yang

menyatakan proporsi dana perusahaan yang digunakan untuk mendanai operasional

perusahaan. Menurut Martono & Harjito (2007:240) Struktur modal yang optimal

dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan

modal keseluruhan atau biaya modal rata- rata (ko), sehingga akan memaksimalkan

nilai perusahaan.

Teori struktur modal yang dikembangkan beberapa ahli, terutama digunakan

untuk mengetahui apakah perusahaan bisa meningkatkan kemakmuran pemegang

saham melalui perubahan struktur modal. Secara teoritis struktur modal yang

optimum dapat dijelaskan baik dengan perimbangan antara manfaat pajak dan biaya

kebangkrutan atau dengan perimbangan antara biaya keagenan dan ekuitas. Faktor

lain yang dapat mempengaruhi pilihan hutang-ekuitas adalah perubahan dalam

komposisi hutang jangka panjang dan ekuitas yang dapat ditafsirkan sebagai tanda

oleh pihak luar di pasaran. Menurut Sutrisno (2001; 291), untuk mempermudah

pembahasan teori struktur modal, digunakan beberapa asumsi yang kemungkinan

besar tidak dijumpai dalam kenyataan. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dianggap konstan, artinya perusahaan

tidak mengadakan perubahan terhadap investasinya

2. Seluruh keuntungan yang diperoleh merupakan hak pemegang saham, sehingga

akan dibagikan semuanya kepada para pemegang saham

3. Perusahaan dapat mengubah struktur modalnya secara langsung, misalnya

mengubah obligasi menjadi saham, sebaliknya saham menjadi obligasi dengan

mudah dan tidak ada biaya transaksi.

Mengenai konsep penilaian perusahaan dalam hubungannya dengan struktur

modal ada 4 pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Horne dan

Wachowicz (2005:234) sebagai berikut:

1. Pendekatan Laba Bersih (Net Income Approach)

Page 20: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Menurut pendekatan laba bersih, biaya modal pinjaman dan biaya modal

sendiri tidak dipengaruhi oleh struktur modal, tetapi biaya modal keseluruhan dapat

diturunkan dengan jalan meningkatkan leverage sehingga nilai perusahaan dapat

ditingkatkan.

2. Pendekatan Laba Operasi Bersih (Net Operating Income Approach)

Pendekatan Net Operating Income (NOI), jika struktur modal berubah, biaya

modal pinjaman tetap, akan tetapi biaya modal sendiri akan naik. Kenaikan modal

pinjaman yang biayanya murah diimbangi dengan kenaikan biaya modal sendiri,

sehingga biaya modal sendiri tidak berubah pada semua tingkat leverage.

3. Pendekatan Tradisional (Traditional Approach)

Pendekatan tradisional ini berpendapat bahwa biaya modal sendiri akan

meningkat pada kenaikan leverage, disamping itu biaya pinjaman juga dapat

meningkat bila melebihi tingkat tertentu. Oleh karena itu akan terdapat suatu titik

dimana biaya modal keseluruhan merupakan titik terendah dan itu akan

mencerminkan struktur modal yang optimal.

4. Pendekatan Modigliani Miller (Modigliani Miller Approach)

Pendekatan Modigliani Miller (MM) menyatakan bahwa nilai perusahaan

adalah tidak bergantung atau tidak dipengaruhi struktur modal. Pendapat MM

didasarkan pada ide bahwa tidak menjadi masalah bagaimana perusahaan membagi

struktur modalnya diantara hutang, saham preferen, dan saham biasa. Pernyataan

tersebut didukung dengan adanya proses arbitrase. Melalui proses abritrase akan

membuat harga saham atau nilai perusahaan baik yang tidak menggunakan hutang

atau yang menggunakan hutang, akhirnya sama.

Menurut Bayless dan Diltz (1994) sebagaimana dikutip oleh Waluyo (Jurnal

Widya Manajemen & Akuntansi Volume 5 No. 3, Desember 2005, p.263)

menjelaskan dua teori lagi mengenai struktur modal yaitu:

1. Static Trade Off Theory

Page 21: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Dalam static trade off theory, struktur modal optimal terjadi karena proses

trade off antara manfaat penghematan pajak (tax shield of leverage) dengan biaya

penggunaan hutang (cost of financial distress and agency cost of leverage). Dalam

static trade off theory terdapat dua implikasi penting yaitu perusahaan dengan risiko

bisnis tinggi lebih baik menggunakan sedikit hutang. Hal ini akan memperbesar

biaya bunga serta menurunkan laba, sehingga perusahaan mengalami financial

distress.

Static trade off theory mengemukakan bahwa hutang mempunyai dua sisi,

yaitu sisi negatif dan sisi positif. Sisi positif dari hutang bahwa pembayaran bunga

akan mengurangi pendapatan kena pajak. Penghematan pajak ini akan meningkatkan

nilai pasar perusahaan. Hutang menguntungkan perusahaan karena adanya perbedaan

perlakuan pajak terhadap bunga dan dividen. Hutang menguntungkan perusahaan

karena pembayaran bunga diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi penghasilan

kena pajak, sehingga jumlah pajak yang dibayar perusahaan berkurang. Sebaliknya,

pembagian dividen kepada pemegang saham perusahaan tidak mengurangi

pembayaran pajak perusahaan. Jadi, dari sisi pajak akan lebih menguntungkan jika

perusahaan membiayai investasi dengan hutang karena adanya pengurangan pajak.

Menurut teori ini, semakin besar laba (EBIT) yang dihasilkan oleh perusahaan,

semakin besar pula tingkat hutangnya agar pajak yang dibayar berkurang. Namun

demikian, besarnya hutang ini dibatasi oleh biaya-biaya kepailitan (bankruptcy cost)

dan biaya-biaya tekanan keuangan yang timbul menjelang perusahaan bangkrut (cost

of financial distress).

2. Pecking Order Theory

Keputusan pendanaan berdasarkan pecking order theory terhadap perilaku

pendanaan perusahaan sebagai berikut :

a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal.

b. Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen terhadap peluang

investasi.

Page 22: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

c. Kebijakan dividen bersifat sticky, fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi

berdampak pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih kecil dari

pengeluaran investasi.

d. Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber dana dari hutang

karena dipandang lebih aman dari ekuitas. Ekuitas adalah pilihan terakhir dari

pecking order theory sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan investasi.

Menurut Myers (1984) terdapat inconsistency antara static trade off theory

dan pecking order theory. Konsep pecking order theory membedakan ekuitas yang

diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru karena urutan atau prioritas

sumber pendanaan menempatkan laba ditahan dan penerbitan saham baru karena

urutan atau prioritas sumber pendanaan menempatkan laba ditahan pada posisi paling

atas, sedangkan penerbitan saham baru berada pada urutan paling bawah. Static trade

off theory tidak membedakan urutan pemilihan sumber pendanaan, oleh karena itu

ekuitas tidak dibedakan diperoleh dari laba ditahan atau dari penerbitan saham baru,

atau merupakan kombinasi dari keduanya. Myers, mengkritik asumsi yang dipakai

static trade off theory, bahwa pelaku pasar memiliki informasi serta ekspektasi yang

sama dengan pihak manajemen, dalam prakteknya antar pelaku pasar terjadi

asymmetric information, sehingga diperlukan keputusan berjenjang ketika memilih

sumber dana.

Mengacu pecking order theory, perusahaan lebih memilih menggunakan dana

internal sebagai alternatif awal untuk memenuhi kebutuhan investasi, hal ini untuk

mereduksi masalah dan biaya yang menyertai pendanaan eksternal, yaitu adanya

berbagai perjanjian dengan kreditor yang dapat membatasi keputusan pendanaan

perusahaan di masa mendatang, serta adanya kecenderungan harga saham turun

ketika perusahaan melakukan emisi saham baru.

Alternatif kedua yang dipilih sebagai sumber pendanaan adalah hutang,

meski terdapat beberapa kekurangan dan mengandung risiko tinggi, namun dianggap

memiliki biaya relatif daripada emisi saham baru. Hutang mendorong manajer untuk

lebih disiplin dalam berinvestasi secara tepat, hal ini memberikan tekanan untuk

Page 23: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

terus melakukan perbaikan dalam mewujudkan efisiensi operasional perusahaan

(Brealy dan Myers, 2000:528). Tindakan ini didorong adanya tekanan psikologis

bahwa perusahaan berkewajiban untuk membayar hutang dan bunga secara tepat

waktu jika tidak ingin perusahaannya dikenai sanksi atau dinyatakan bangkrut.

Manfaat penggunaan ekuitas adalah kondisi perusahaan menjadi lebih sehat,

sehingga di masa mendatang ada kemungkinan biaya yang dikeluarkan perusahaan

atas emisi saham baru, menjadi lebih murah daripada menggunakan sumber dana

yang lain. Bila terdapat asymmetric information antara pihak manajemen dengan

pelaku pasar, perusahaan hanya menerbitkan saham baru, jika perusahaan merasa

memiliki peluang investasi yang sangat menguntungkan serta tidak dapat ditunda,

sementara sumber dana lain sudah tidak mencukupi atau jika manajemen merasa

yakin harga saham baru tersebut overvalue.

2.4.3 Mengukur Sumber Modal Perusahaan/ Debt to Equity Ratio (DER)

Sebelum memutuskan investasi ke dalam suatu perusahaan, seorang investor

biasanya memiliki beberapa pertimabangan. Salah satu bahan pertimbangannya

adalah dengan melihat tingkar DER dari suatu perusahaan. Debt to Equity Ratio

(DER) merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan

kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang disediakan

oleh pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Martono dan Harjito

(2007:59):

“Debt to Equity Ratio adalah perbandingan total hutang yang dimiliki

perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas)”.

DER menunjukan perbandingan dana yang disediakan pemilik atau

manajemen perusahaan yang berasal dari kreditur perusahaan. Hal ini akan

mengakibatkan terjadinya:

1. Para kreditur akan melihat modal sendiri perusahaan atau dana yang disediakan

pemilik untuk menentukan besarnya margin pengaman.

Page 24: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2. Dengan mencari dana yang berasal dari hutang pemilik memperoleh manfaat

mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas.

3. Jika perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar daripada dana yang dipinjam,

maka hasil pengembalian untuk para pemilik akan meningkat.

Menurut Sawir (2003:13), rasio ini dapat dicari dengan menggunakan

rumus :

Debt to Equity Ratio (DER) = %100EquityTotal

DebtTotal

Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh pihak luar

dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Apabila perusahaan

menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti

perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan

tersebut. Sehingga hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dibayarkan oleh

dividen.

Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini semakin rendah. Semakin

rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh

pemegang saham dan semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi

penyusutan nilai aktiva atau kerugian.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Gibson (2005 : 330), yaitu :

”The debt to equity ratio also helps determine how well creditors protected

in case of insolvency of the company.”

Artinya DER juga membantu investor untuk bagaimana menentukan perlindungan

dalam kasus dalam keadaan bangkrut dari suatu perusahaan, berarti bagi investor,

semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi risiko yang akan dihadapi. Bagi

investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka mereka akan menghindari

untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Hal

ini akan berpengaruh pada harga saham perusahaan tersebut.

Page 25: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Pemilihan bentuk sumber pembiayaan sangat berpengaruh terhadap struktur

modal perusahaan. Di samping itu, baik-buruknya struktur modal akan mempunyai

pengaruh yang berakibat langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Oleh karena

itu, sebelum suatu perusahaan membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan

dengan struktur modal maka akan terlebih dahulu perlu dianalisis hal-hal yang

berpengaruh terhadap struktur modal itu sendiri.

Menurut Sartono (2005:248) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur

modal antara lain :

1. Stabilitas Penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat menggunakan hutang

yang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.

Perusahaan jasa umumnya memiliki penjualan yang relatif stabil sehingga dapat

menggunakan leverage yang lebih besar dari pada perusahaan manufaktur.

2. Struktur aktiva

Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa biaya tetap biasanya akan

memenuhi kebutuhan dananya dengan hutang jangka panjang. Sebaliknya,

perusahaan yang sebagian besar aktivanya berupa aktiva lancar biasanya akan

memenuhi kebutuhan dana dengan hutang jangka pendek. Perusahaan dengan

struktur aktiva yang fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar dari

pada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel.

3. Leverage Operasi

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil lebih mampu untuk

memperbesar leverage keuntungan, karena interaksi leverage operasi dan

keuanganlah yang mempengaruhi penurunan penjualan terhadap laba operasi.

4. Tingkat Pertumbuhan

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih

banyak menggunakan sumber dana dari luar (misalnya obligasi) daripada

perusahaan yang lambat pertumbuhannya. Alasan menggunakan obligasi karena

Page 26: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

biaya emisi saham biasanya lebih mahal jika dibandingkan dengan biaya

pengeluaran obligasi.

5. Profitabilitas

Perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas yang tinggi (tingkat pengembalian

investasi yang tinggi) umunya menggunakan hutang dalam jumlah yang relatif

sedikit. Tingkat pengembalian investasi yang tinggi memungkinkan perusahaan

untuk menyediakan dana yang cukup melalui laba ditahan.

6. Pajak

Bunga yang dibayarkan kepada kreditur merupakan pengurang pajak sebagai

akibat dari penggunaan hutang. Oleh karena itu, semakin tinggi pajak

perusahaan, semakin besar perusahaan menggunakan leverage.

7. Pengendalian

Pemilik perusahaan yang tidak ingin kehilangan kendali atas perusahaan

mungkin akan memilih menggunakan hutang. Apabila perusahaan menerbitkan

saham baru maka proporsi kepemilikan pemegang saham yang lama akan

berkurang, kecuali pemilik dapat membeli saham baru tersebut dengan proporsi

yang sama. Masalahnya adalah kemungkinan pemegang saham lama memang

tidak mempunyai uang yang cukup, padahal perusahaan memerlukan tambahan

dana.

8. Sikap manajemen akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan mengenai

cara pemenuhan kebutuhan dana. Manajemen yang menyukai risiko cenderung

menggunakan hutang yang lebih besar. Sebaliknya, manajemen yang

menghindari risiko cenderung menggunakan hutang yang relatif sedikit.

9. Sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas

Pada umumnya perusahaan akan membicarakan struktur permodalannya dengan

kreditur dan selalu memperhatikan pendapat mereka. Manajemen berusaha

mendapatkan hutang yang melebihi norma-norma untuk sektor usahanya, tetapi

kreditur akan enggan memenuhi permintaannya atau mungkin akan dipenuhi

dengan suku bunga yang tinggi. Semakin baik persepsi para kreditur akan

Page 27: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

enggan memenuhi permintaannya atau mungkin akan dipenuhi dengan suku

bunga yang tinggi. Semakin baik persepsi para kreditur terhadap perusahaan,

semakin mudah perusahaan mendapatkan hutang.

2.5 Kebijakan Dividen

2.5.1 Pengertian Dividen

Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang bersangkutan dengan

penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk

dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen, atau untuk digunakan dalam

perusahaan yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam perusahaan.

Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan

tersebut disatu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang

saham dilain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Pengertian

kebijakan dividen menurut Sartono (2001:281)

”Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen

atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan

investasi dimasa yang akan datang.”

Menurut Riyanto (2001: 265) :

”Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian

pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan

kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan didalam

perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan didalam

perusahaan.”

Dengan demikian dapat dilihat ketika tingkat dividen yang dibayarkan tinggi,

maka semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah

menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan dan harga

saham. Namun jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang

tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Presentase dari pendapatan

Page 28: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut

dividend payout ratio.

Kebijakan dividen yang diambil oleh manajer keuangan harus disesuaikan

dengan keputusan yang diperoleh dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Sehingga

tidak akan menimbulkan nilai dan sinyal negatif bagi investornya. Agar kedua

kepentingan tersebut dapat terpenuhi, secara optimal manajemen perusahaan

seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti terhadap kebijakan dividen yang

akan dipilih.

2.5.2 Teori Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang dilakukan perusahaan

untuk menentukan seberapa besar pembagian laba perusahaan yang dibagikan

kepada para pemegang saham dan seberapa besar laba yang dihasilkan untuk

mendanai kembali investasi dalam bentuk laba ditahan. Menurut Brigham &

Houston (2001:6), teori kebijakan dividen berdasarkan preferensi investor ada tiga

jenis, yaitu :

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen (dividend irrelevan theory) ini

adalah Merton Miller dan Franco Modigliani. Mereka berpendapat bahwa nilai

suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk

menghasilkan laba dan resiko bisnisnya. Dengan kata lain, mereka berpendapat

bahwa suatu nilai perusahaan semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan

oleh aktivanya dan laba yang ditahan. Pernyataan MM ini didasarkan pada

beberapa asumsi penting yang “lemah“ seperti:

a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.

b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.

c. Tidak ada pajak.

d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.

Page 29: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Pada praktiknya :

a. Pasar modal yang sempurna sulit ditemui.

b. biaya emisi saham baru pasti ada.

c. pajak pasti ada.

d. kebijakan investasi perusahaan tidak mungkin tidak berubah.

Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen adalah tidak relevan

dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan mempengaruhi nilai

perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan saham

biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks

(Biaya modal sendiri dari laba ditahan). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya

modal sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari saham biasa baru).

Ks =

Ke =

2. Teori Bird-In-The-Hand

Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan

menentukan rasio pembagian dividen yang tinggi. Teori ini dipopulerkan oleh

Myron Gordon dan John Lintner. Mereka berpendapat bahwa tingkat

pengembalian yang disyaratkan atas ekuitas akan turun apabila rasio pembagian

dividen dinaikan, karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan

keuntungan modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba ditahan

dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen.

3. Teori Preferensi Pajak

Teori ini menyatakan ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk

beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang

rendah daripada yang tinggi, yaitu :

Page 30: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

a. Dividen yang tinggi akan membebani investor dengan pajak yang tinggi pula,

sehingga para investor lebih baik menerima dividen yang rendah atau

menanamkannya kembali sebagai modal.

b. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya

efek nilai waktu.

c. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama

sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang.

2.5.3 Jenis-Jenis Kebijakan Dividen

Dalam proses pembagian dividen, setiap perusahaan memiliki kebijakan

masing-masing sesuai dengan kemampuan dari perusahaan itu sendiri. Menurut

Riyanto (2001:268) jenis-jenis kebijakan dividen sebagai berikut :

1. Kebijakan dividen yang stabil

Merupakan jumlah dividen perusahaan yang dibagikan tetap setiap tahunnya

selama jangka waktu tertetu meskipun pendapatan per lembar sahm per tahunnya

berfluktuasi.

2. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout yang konstan

Artinya jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan akan berfluktuasi

sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

3. Kebijakan dividen yang fleksibel

Artinya besarnya dividen per lembar saham disesuaikan setiap tahunnya dengan

posisi dan kebijakan keuangan.

4. Kebijakan dividen yang meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang

saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

5. Kebijakan pemberian dividen reguler yang rendah ditambah ekstra

Kebijakan pemberian dividen dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah

pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan

dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

Page 31: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.5.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Dalam menentukan seberapa besar perusahaan akan memberikan dividen

kepada para pemegang saham, perusahaan harus memperhitungkan berbagai kondisi

didalam perusahaan yang dapat mempengaruhi tingkat dividen yang diberikan.

Menurut Sutrisno (2007:267) faktor –faktor yang mempengaruhi besar kecilnya

dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain

adalah :

1. Posisi Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang

menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini

disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki

struktur modalnya.

2. Posisi Likuiditas Perusahaan

Kas dividen merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila

perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang

cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi

perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya nilai dividend

payout ratio atas perusahaan tersebut kecil, sebab sebagian besar laba yang

digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan

dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen lebih besar.

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik

jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera

dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut

harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin

besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen

yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh

temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif

mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over

Page 32: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba

ditahan. Tentunya akan memperkecil dividend payout ratio.

4. Rencana Perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan

perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh

perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan akan semakin pesat pula

perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk

membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut

bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari

pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh dari internal resourcess berupa

memperbesar laba yag ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang

dilakukan perusahaan semakin kecil dividend payout rationya.

5. Kesempatan Investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya

dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil

dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh

kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka

dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen.

6. Stabilitas Pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan

kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang

pendapatannya kurang stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu

menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang

pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk

berjaga-jaga.

7. Pengawasan terhadap Perusahaan

Terkadang pemilik tidak ingin kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila

perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk

investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam

Page 33: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar.

Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar

pengendalian tetap berada ditangannya.

2.5.5 Dividen

Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau

bukti lain yang menyatakan utang perusahaan, dan saham kepada pemegang saham

suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimilki oleh pemilik.

Pengertian dividen menurut Brealy dan Myers (2004:143) adalah :

” Periodic cash distribution from the firm to its shareholders.”

Artinya dividen adalah penyaluran kas secara berkala dari perusahaan kepada para

pemegang saham.

Menurut Nogi (2003:20)

” Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada

pemegang saham (pemilik modal sendiri).”

Pembagian dividen dipengaruhi oleh banyak variabel, sebagai contoh

kebutuhan arus kas dan investasi peruahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat

sehingga untuk menentukan jumlah dividen tetap yang tinggi. Dilain pihak,

perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi untuk

menyalurkan dana yang dibutuhkan dalam investasi. Dalam kasus seperti ini

pimpinan perusahaan dapat menetapakan dividen yang tetap rendah sehingga

paerusahaan akan dapat membayarkannya pada tahun-tahun dimana laba yang

diperoleh perusahaan rendah atau pada tahun-tahun diperlukannya dan yang cukup

besar untuk investasi.

Pada umumnya, kebanyakan perusahaan membayarkan dividen berupa kas,

seperti yang dikatakan oleh Bearly dan Myers (2003:434) :

” Most companies pay a regular cash dividend each quarter.”

Artinya sebagian besar perusahaan membayar kas dividen secara regular setiap tiga

bulan sekali.

Page 34: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Demikian juga yang dikemukakan oleh Narayaman (2004:115) :

” The commonest types of dividend are cash dividends paid regurally at

quaterly or semianual inteval.”

Artinya bahwa jenis dividen yang paling umum adalah dividen kas yang dibayarkan

secara regular dalam kuartal atau setiap semester.

Berdasarkan urian diatas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan

bagian dari laba bersih yang berasal dari aliran kas untuk dibagikan kepada para

pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan

akan datang.

Dalam pembayaran dividen, perusahaan dapat menggunakan bentuk-bentuk

tertentu seperti dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk

aktiva yang lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes),

ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividen). Adapun tujuan dari pembagian

dividen menurut Sartono (2001:283) sebagai berikut :

1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena

tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham.

2. Untuk menunjukan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen,

diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat diakui bahwa

perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil

kepada investor.

3. Sebagai investor memandang bahwa risiko dividen adalah lebih rendah

dibanding risiko capital gain.

4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang

digunakan untuk keperluan konsumsi.

5. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang

saham.

Page 35: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.5.6 Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan

dengan laba bersih yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk presentase.

Semakin tinggi Dividen Payout Ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari

pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba

ditahan, tetapi sebaliknya Dividen Payout Ratio semakin kecil akan merugikan para

pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat.

Dividen Payout Ratio menurut Sartono (2001;73) adalah :

”Persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio

antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba

yang tersedia bagi pemegang saham.”

Kemudia Ross, Westerfield, Jordan (2000:94) mengatakan bahwa Dividend

Payout Ratio adalah :

” The amount of cash paid out to shareholders dividend by net income.”

Artinya jumlah kas yang dikeluarkan kepada dividen pemegang saham dari

pendapatan bersih.

Dari pengertian tersebut Dividend Payout Ratio dapat diformulasikan menjadi :

EPS

DPSRatioPayoutDividend

Dimana : DPS = Dividend Per Share

EPS = Earning Per Share

2.6 Nilai Perusahaan

2.6.1 Pengertian Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat diukur dari tinggi

rendahnya harga saham dari perusahaan yang bersangkutan. Tinggi rendahnya harga

saham banyak dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri. Apabila harga saham

Page 36: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

perusahaan naik maka hal itu berarti nilai dari perusahaan itu tinggi begitu pun

sebaliknya. Dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka pemilik perusahaan

menjadi lebih makmur sehingga mereka menjadi lebih senang dan akan loyal

terhadap perusahaan tersebut.

Dalam jurnalnya Yulius dan Tarigan (2007) mengatakan bahwa terdapat

beberapa konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan adalah :

1. Nilai Nominal

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar

perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis

secara jelas dalam surat saham kolektif.

2. Nilai Pasar

Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-

menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan

dijual di pasar saham.

3. Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu kepada

perkiraan nilai riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai

intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan asset, melainkan nilai

perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan

keuntungan keuntungan dikemudian hari.

4. Nilai Buku

Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep

akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total aktiva

dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

5. Nilai Likuidasi

Nilai likuidasi adalah nilai jual seluruh asset perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasi dapat dihitung dengan cara yang

sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca performa yang

disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

Page 37: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Dengan melihat harga saham dari suatu perusahaan para investor dapat

menilai secara garis besar kondisi dari setiap perusahaan, karena harga saham

mencerminkan nilai perusahaan itu sendiri. Apabila harga saham perusahaan itu naik

maka dapat diartikan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, namun

sebaliknya bila harga saham perusahaan itu turun maka dapat diartikan nilai dari

perusahaan itu pun turun.

2.6.2 Harga Saham

Surat saham menurut harga saham yang sering disebut sebagai harga

nominal. Harga nominal ini merupakan harga yang ditetapkan oleh emiten untuk

menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal ini biasanya

tergantung pada keinginan emiten dalm rangka pencapaian tujuan perusahaan untuk

memperoleh laba. Penentuan harga ini tentunya akan berbeda dengan perdana

(primary price) dari suatu saham. Harga perdana adalah harga suatu saham sebelum

dicatat (listed) di bursa efek. Harga perdana merupakan harga yang terjadi atas hasil

negosiasi antara penjamin emisi (underwriter) dengan calon emiten. Jika suatu

saham terjual dengan harga perdana yang lebih tinggi dari harga nominalnya, maka

selisih harga saham tersebut disebut sebagi agio saham, hal tersebut diatas sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Sunariyah (2004:127).

2.6.3 Jenis-Jenis Harga Saham

Harga dari suatu saham digambarkan dengan nilai pasar (value market).

Dimana nilai pasar (value market) yaitu harga saham biasa yang terjadi di pasar

modal atas dasar permintaan dan penawaran, seperti yang dinyatakan oleh Horne

dan Wachowich (2005:543), bahwa :

“The market value per share is the current price at which the stock is

traded.“

Artinya bahwa nilai pasar itu merupakan nilai yang sesungguhnya digunakan dalam

transaksi perdagangan saham.

Page 38: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Menurut Sunariyah (2004:127), harga saham dapat dibedakan menjadi :

1. Harga Nominal

Harga nominal ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untk menilai

setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominalnya biasanya

tergantung keinginan emiten.

2. Harga Perdana

Harga perdana merupakan harga sebelum harga saham dicatat di bursa (harga

yang ditawarkan kepada para investornya). Besarnya harga perdana tergantung

pada persetujuan antara emisi dan penjamin emisi.

3. Harga Pasar

Harag pasar merupakan harga jual antara investor yang satu dengan investor

yang lain setelah saham dicatat di bursa. Transaksi ini melibatkan emiten dan

penjamin emisi. Harga pasar memiliki ketergantungan pada kekuatan permintaan

dan penawaran di pasr sekunder.

2.6.4 Metode Penilaian Harga Saham

Dalam melakukan analisis penilaian saham, terdapat dua pendekatan yang

dapat digunakan investor, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Pada

dasarnya kedua metode analisis tersebut hampir sama yaitu dalam melakukan

taksiran harga di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu.

Perbedaan kedua analisis tersebut adalah jika analisis fundamental menggunakan

data faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham, sedangkan analisis

teknikal menggunakan data harga saham masa lalu untuk memperkirakan harga

saham di masa yang akan datang. Menurut Husnan (2001:315) pengertian analisis

fundamental adalah :

”Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa

yang akan datang dengan (i) mengestimasi faktor-faktor fundamental

yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii)

menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh

taksiran harga saham.”

Page 39: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Kemudian pengertian analisis teknikal menurut Husnan (2001:349) adalah :

”Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga

saham (kondisi Pasar) dengan mengamati perubahan saham tersebut di

waktu lalu.”

Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

fundamental. Alasan digunakannya analisis fundamental adalah bahwa saham

mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intristik suatu saat tapi juga harapan

akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan di kemudian

hari.

Salah satu langkah dalam melakukan analisis fundamental adalah dengan

melakukan analisis perusahaan yang dilihat dalam laporan keuangan, untuk dapat

memperkirakan kemampuan perusahaan dan laba yang didapat. Informasi yang

terdapat dalam laporan keuangan merupakan faktor yang penting dalam menilai

suatu saham perusahaan.

Dengan melihat harga saham dari suatu perusahaan para investor dapat

menilai secara garis besar kondisi dari setiap perusahaan, karena harga saham

mencerminkan nilai perusahaan itu sendiri. Apabila harga saham perusahaan itu naik

maka dapat diartikan perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, namun

sebaliknya bila harga saham perusahaan itu turun maka dapat diartikan nilai dari

perusahaan itu pun turun.

2.7 Hubungan Keputusan Investasi, Struktur Modal dan Kebijakan Dividen

terhadap Nilai Perusahaan.

2.7.1 Hubungan Keputusan Investasi dengan Struktur Modal.

Dalam menentukan pengambilan keputusan modal yang akan digunakan,

akan dapat memberikan pengaruh baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif

bagi perusahaan. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan dibutuhkan penentuan

komposisi struktur modal yang ideal bagi perusahaan. Struktur modal merupakan

Page 40: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

salah satu bagian penting dalam pengambilan keputusan financial karena

berhubungan dengan variable keputusan financial lainnya.

Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam

kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan di

dalam berinvestasi, yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan

komposisi hutang yang harus digunakan oleh perusahaan. Manajer harus mampu

menghimpun dana, baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun luar

perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan

keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus

ditanggung perusahaan (Saidi, 2004). Dalam penelitan Haruman (2008) DER

berpengaruh negatif terhadap keputusan investasi.

2.7.2 Hubungan Keputusan Investasi dengan Kebijakan Deviden.

Peningkatan investasi akan berdampak pada besarnya dividen yang dibagikan

kepada para pemegang saham. Tingginya investasi perusahaan akan menurunkan

jumlah cash dividend yang dapat diberikan. Dividen merupakan bagian keuntungan

yang diberikan kepada para pemegang saham. Pembagian dividen sebagian besar

dipengaruhi perilaku investor yang lebih memilih dividen tinggi yang mengakibatkan

retained earning menjadi rendah. Investor beranggapan bahwa dividen yang diterima

saat ini lebih berharga dibandingkan capital gain yang diperoleh dikemudian hari

(Blume,1980).

Dalam kondisi informasi yang tidak seimbang (Assymmetric Information)

para manajer dapat menggunakan strategi dalam kebijakan dividen untuk menangkal

isu-isu yang tidak diharapkan oleh perusahaan di masa yang akan datang. Hal ini

sejalan dengan pendapat Rozeff (1982) bahwa dividen nampaknya memiliki atau

mengandung informasi (Informaional content of dividend) atau sebagai syarat akan

prospek suatu perusahaan.

Page 41: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

2.7.3 Hubungan Struktur Modal dengan Kebijakan Dividen.

Indikator dari struktur modal adalah Debt to Equity Ratio (DER) karena dilihat dari

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, seberapa besar modal

sendiri digunakan untuk membayar utangnya. Oleh karena itu semakin rendah

tingkat DER maka akan semakin baik perusahaan dalam memenuhi semua

kewajibannya melalui modal sendiri. Namun apabila struktur modal didominasi oleh

utang maka akan semakin besar pula kewajiban yang akan ditanggung oleh

perusahaan. Peningkatan tingkat utang akan mempengaruhi terhadap laba bersih

perusahaan yang juga akan berdampak terhadap pembagian laba kepada para

pemegang saham. Semakin tinggi tingkat utang, maka akan semakin sedikit tingkat

laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, sehingga

DER mempunyai hubungan negatif dengan dividen payout ratio, Sutrisno (2001:1).

Penelitian terdahulu yang berhasil menemukan bukti bahwa terdapat

pengaruh negatif dan signifikan antara kebijakan hutang dan kebijakan dividen

antara lain Ismiyanti dan Hanafi (2003) dan Jensen (1992) dalam Wahidahwati

(2002). Sedangkan peneliti yang berhasil menemukan bukti bahwa pengaruh antara

kebijakan hutang dan kebijakan dividen adalah positif dan signifikan adalah

Dwijayanti (2009).

2.7.4 Hubungan Keputusan Investasi dengan Nilai Perusahaan

Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus

mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat

mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi

dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan

dimasa depan. Keuntungan dimasa depan yang diharapkan dari investasi tersebut

tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung

risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan akan sangat

mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan maupun nilai perusahaan.

Page 42: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Menurut Haruman (2008) mengatakan bahwa variabel keputusan investasi (TA

Growth) berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan arah yang positif. Kenaikan

investasi akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila tingkat investasi di sebuah

perusahaan tinggi, maka akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap

perusahaan tersebut karena pertumbuhan investasi tersebut dapat dipersepsikan

sebagai good news bagi investor. Selain itu, peningkatan investasi ini akan dianggap

sebagai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan penentu nilai

perusahaan. Hal ini berarti bahwa tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui

kegiatan investasi perusahaan.

2.7.5 Hubungan antara Struktur Modal dengan Nilai Perusahaan

Menurut Haruman (2008) dalam jurnalnya, salah satu keputusan penting yang

harus dilakukan manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi

perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal. Struktur

modal perusahaan merupakan komposisi pendanaan yang diambil perusahaan yang

menunjukkan komposisi modal internal dan eksternal. Pendanaan yang diambil

perusahaan ini dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Modigliani dan Miller (1963), menemukan bahwa dengan adanya manfaat

pajak (tax benefit of debt), terdapat hubungan yang positif antara hutang dengan nilai

perusahaan.

Myers (2004) dalam teori pecking order menyatakan bahwa permasalahan

utama keputusan struktur modal perusahaan adalah informasi yang tidak simetris

(assymetric information) diantara manajer dan investor mengenai kondisi internal

perusahaan, serta argumentasi bahwa manajer berpihak pada pemegang saham lama.

Kedua permasalahan tersebut menyebabkan perusahaan memiliki hirarki pendanaan

yang dimulai dari arus kas internal, hutang, kemudian saham.

Apabila kas internal tidak mencukupi untuk melakukan investasi maka

hutang menjadi salah satu alternatif. Namun kebijakan hutang merupakan faktor

penting yang harus dikelola dengan baik dalam struktur modal yang diberlakukan

Page 43: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

perusahaan. Hutang bisa digunakan untuk mendanai investasi perusahaan, tetapi

apabila hutang terlalu besar juga tidak baik bagi perusahaan

Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang terlalu tinggi, lebih rentan

terkena risiko financial distress. Dalam kondisi ini, perusahaan akan kehilangan

peluang investasi karena sebagian besar aset yang dimiliki akan digunakan untuk

membayar hutang. Setiap perusahaan memiliki tingkat hutang yang berbeda-beda

tergantung jenis industrinya. Perusahaan meningkatkan jumlah hutangnya ketika

memiliki proporsi aset berwujud yang lebih tinggi, ukurannya yang lebih besar atau

keuntungannya yang lebih rendah (Adrianto dan Wibowo, 2007).

Apabila pendanaan didanai melalui hutang, maka akan terjadi efek tax

deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga

pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi

manfaat bagi pemegang saham. Pengurangan pajak ini akan menambah laba

perusahaan dan dana tersebut dapat dipakai untuk investasi perusahaan di masa yang

akan datang ataupun untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham.

Apabila hal tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan, maka penilaian investor

terhadap perusahaan akan meningkat. Sehingga pendanaan memiliki pengaruh

terhadap nilai perusahaan.

2.7.6 Hubungan antara Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan

Dalam kaitannya dengan nilai perusahaan, kebijakan dividen merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Apabila perusahaan

dapat menentukan kebijakan dividen dengan tepat yaitu dapat menentukan seberapa

besar keuntungan yang diperoleh untuk dibagikan dalam bentuk dividen kepada para

pemegang saham maka hal tersebut akan berdampak kepada meningkatnya nilai

perusahaan yang dapat dilihat dari harga saham. Kebijkan dividen itu sendiri adalah

keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang

saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna

pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Sartono, 2001:281).

Page 44: Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Deviden, Kebijakan

Menurut Werner (2008) bahwa perusahaan yang membagikan dividen,

memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek ke depan

yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah

ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang

cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi. Temuan penelitiannya

menunjukkan dukungan pada teori Signaling, dimana kebijakan dividen berpengaruh

positif terhadap harga saham.