pengaruh kebijakan bea masuk tindakan …

14
147 JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen) Volume 17, No. 1, Januari - Juni (Semester I) 2017, Halaman 1-xx PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN (BMTP) TERHADAP PRICE COST MARGIN INDUSTRI MANUFAKTUR YANG DIPROTEKSI Farida Indri Rachmawati, Disty Putri Ratna Indrasari PPIE Universitas Indonesia Email : [email protected] [email protected] Informasi Artikel Riwayat Artikel Diterima tanggal 12 September 2016 Direvisi tanggal 20 Februari 2017 Disetujui tanggal 13 April 2017 Klasifikasi JEL F59 Kata Kunci Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP); Safeguard; Profit; Struktur Pasar; Kompetisi industri; Price cost margin DOI 10.17970/jrem.17.1701011.ID ABSTRACT An increasing of trade liberalization has changed the structure of the domestic market and has created a higher level of competition among companies. Under these conditions, the manufacturing sector which has low competitiveness will face the problems with the increasing levels of competition. Even some of the manufacturing industry in Indonesia has suffered injury as a result of the surge imports. In addressing these problems, the Government has issued Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) policy or better known as the Safeguard policies to protected of some sectors of the industry which have been injured. This study will look at the impact of the implementation of BMTP policy on the profits of the protected industries. This study will look at the impact of implementation of the policy BMTP the level of profitability is a protected industry. The profit level of protected industries measured by Price Cost Margin (PCM). The structure of the data used is panel data with unit analysis the firm level. The results obtained from this study is the implementation of BMTP policies have a significant and positive impact on the PCM companies of the protected industries. ABSTRAKSI Liberalisasi perdagangan yang semakin meningkat menyebabkan perubahan pada struktur pasar domestik dan menciptakan tingkat kompetisi yang lebih tinggi antar perusahaan. Pada kondisi ini, sektor industri manufaktur yang memiliki daya saing rendah akan menghadapi permasalahan dengan semakin tingginya kompetisi. Bahkan beberapa sektor industri manufaktur di Indonesia telah mengalami injury akibat lonjakan produk impor. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah mengeluarkan kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau lebih dikenal dengan istilah kebijakan Safeguard untuk melakukan perlindungan terhadap beberapa sektor industri yang terkena injury. Penelitian ini akan melihat dampak dari penerapan kebijakan BMTP terhadap tingkat profitabilitas industri yang diproteksi. Tingkat profit dari industri terproteksi akan diukur dengan menggunakan Price Cost Margin (PCM). Struktur data yang digunakan adalah data panel dengan unit analisis tingkat perusahaan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah penerapan kebijakan BMTP memiliki dampak yang signifikan dan

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

147

JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)

Volume 17, No. 1, Januari - Juni(Semester I) 2017,

Halaman 1-xx

PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN (BMTP) TERHADAP PRICE COST MARGIN INDUSTRI MANUFAKTUR

YANG DIPROTEKSI

Farida Indri Rachmawati, Disty Putri Ratna IndrasariPPIE Universitas Indonesia

Email : [email protected]@gmail.com

Informasi ArtikelRiwayat ArtikelDiterima tanggal 12 September 2016Direvisi tanggal 20 Februari 2017Disetujui tanggal 13 April 2017

Klasifikasi JELF59

Kata KunciKebijakan Bea Masuk TindakanPengamanan (BMTP);Safeguard;Profit;Struktur Pasar;Kompetisi industri;Price cost margin

DOI10.17970/jrem.17.1701011.ID

ABSTRACTAn increasing of trade liberalization has changed the structure of the domestic market and has created a higher level of competition among companies. Under these conditions, the manufacturing sector which has low competitiveness will face the problems with the increasing levels of competition. Even some of the manufacturing industry in Indonesia has suffered injury as a result of the surge imports. In addressing these problems, the Government has issued Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) policy or better known as the Safeguard policies to protected of some sectors of the industry which have been injured. This study will look at the impact of the implementation of BMTP policy on the profits of the protected industries. This study will look at the impact of implementation of the policy BMTP the level of profitability is a protected industry. The profit level of protected industries measured by Price Cost Margin (PCM). The structure of the data used is panel data with unit analysis the firm level. The results obtained from this study is the implementation of BMTP policies have a significant and positive impact on the PCM companies of the protected industries.

ABSTRAKSILiberalisasi perdagangan yang semakin meningkat menyebabkan perubahan pada struktur pasar domestik dan menciptakan tingkat kompetisi yang lebih tinggi antar perusahaan. Pada kondisi ini, sektor industri manufaktur yang memiliki daya saing rendah akan menghadapi permasalahan dengan semakin tingginya kompetisi. Bahkan beberapa sektor industri manufaktur di Indonesia telah mengalami injury akibat lonjakan produk impor. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Pemerintah mengeluarkan kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atau lebih dikenal dengan istilah kebijakan Safeguard untuk melakukan perlindungan terhadap beberapa sektor industri yang terkena injury. Penelitian ini akan melihat dampak dari penerapan kebijakan BMTP terhadap tingkat profitabilitas industri yang diproteksi. Tingkat profit dari industri terproteksi akan diukur dengan menggunakan Price Cost Margin (PCM). Struktur data yang digunakan adalah data panel dengan unit analisis tingkat perusahaan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah penerapan kebijakan BMTP memiliki dampak yang signifikan dan

Page 2: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

148

Farida Indri R., Disty Putri. : “Pengaruh Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.....

positif terhadap PCM perusahaan dari industri yang dilindungi.

1. PENDAHULUANKebijakan liberalisasi perdagangan

makin meningkat sejalan dengan derasnya arus globalisasi. Pemerintah Indonesia sendiri juga telah meratifikasi pembentukan FTA bersama- sama dengan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN sejak tahun 2002. Dalam perkembangannya, ASEAN FTA melakukan kerjasama dengan China (ASEAN-China FTA) pada tahun 2004, dengan Korea (ASEAN-Korea FTA) pada tahun 2007, dengan India (ASEAN-India FTA) pada tahun 2010, dengan Australia dan New Zealand (ASEAN- Australia - New Zealand FTA) pada tahun 2010, serta terakhir dengan Japan (ASEAN- Japan Comprehensive Economic Partnership) pada tahun 2010. Di samping itu, masih ada beberapa potensi FTA yang masih dalam tahap persiapan, baik tahap penjajakan, pengkajian, maupun perundingan, antara lain seperti ASEAN-Uni Eropa FTA, ASEAN-USA FTA, dan ASEAN- Canada FTA.

Secara empiris, perdagangan internasional terbukti mampu mendorong terjadinya industrialisasi yang dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Sejarah pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti Jepang Hongkong, Taiwan, Singapore dan Korea Selatan tidak terlepas karena adanya kerjasama perdagangan dengan negara-negara lain. Keuntungan dari melakukan kebijakan liberalisasi perdagangan antara lain adalah untuk peningkatan efisiensi. Peningkatan efisiensi tersebut dilakukan melalui peningkatan produktivitas akibat dari makin efisiennya alokasi sumber daya. Dalam studinya, Pavenik (2002) meneliti dampak trade openness melalui penurunan tarif impor barang jadi terhadap produktivitas perusahaan di Chili. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa semakin rendah tarif impor barang jadi maka akan meningkatkan produktivitas dari perusahaan akibat adanya import competition.

Penelitian lain yang membahas dampak dari penurunan tarif impor output terhadap produktivitas adalah Amiti dan Konnings (2007) serta Topalova dan Khandelwal (2011).

Liberalisasi perdagangan juga terbukti dapat meningkatkan kompetisi antara produsen domestik dengan luar negeri, sehingga produsen domestik yang tidak efisien akan keluar dari industri, selanjutnya industri secara keseluruhan akan menjadi lebih efisien. Di samping itu, dengan makin efisien dan makin meningkatnya tingkat persaingan suatu industri maka akan mendorong penurunan excess profit (marjin keuntungan berlebih) menjadi ke tingkat normal profit pada produsen domestik. Berdasarkan analisis Structure Conduct Performance (SCP) dapat dijelaskan bahwa kemampuan industri domestik untuk menguasai pasar akan berkurang dengan adanya kompetitor yang berasal dari perusahaan asing. Dengan asumsi bahwa perusahaan domestik dapat menguasai kekuatan pasar (market power) yang lebih besar pada pasar yang terkonsentrasi dengan kompetisi rendah. Dengan demikian, perdagangan internasional maupun proteksi industri akan membawa pada perubahan struktur pasar domestik seiring dengan penambahan maupun pembatasan persaingan dari perusahaan luar negeri.

Namun demikian secara teoritis, liberalisasi perdagangan juga akan meningkatkan arus perdagangan antar negara termasuk peningkatan volume impor yang dapat menjadi ancaman bagi industri dalam negeri. Studi dari yang dilakukan Santos-Paulino (2002) serta Farinelli, Carter, Lin dan Summer (2009) menjelaskan bahwa adanya penurunan tarif impor suatu produk akibat liberalisasi perdagangan akan berpengaruh terhadap peningkatan volume permintaan impor produk tersebut dari suatu negara. Dengan demikian, penurunan tarif akan berakibat pada semakin ketatnya persaingan industri dalam negeri dengan industri

Page 3: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

149

JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)

Volume 17, No. 1, Januari - Juni(Semester I) 2017,

Halaman 1-xx

asing. Pada beberapa kondisi, tentu dapat mengancam keberlangsungan sektor industri dalam negeri, terlebih jika sektor industri dalam negeri tersebut tidak memiliki daya saing yang tinggi.

Dalam rangka menanggulangi ancaman tersebut, WTO telah mengakomodir salah satu instrumen perlindungan terhadap industri dalam negeri yaitu kebijakan safeguard, yang tertulis pada Agreement of Safeguard di Article XIX GATT 1947. Kesepakatan tersebut memberikan kesempatan kepada suatu negara untuk melakukan tindakan pengamanan perdagangan apabila terjadi lonjakan produk impor yang mengancam keberlangsungan industri dalam negeri. Dengan demikian, negara-negara pengekspor harus dibatasi aksesnya di pasar negara pengimpor, baik berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) maupun berupa pengenaan ketentuan kuota.

Kebijakan pemerintah terkait Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) diatur dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The WTO dan Pasal 23D Undang – Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2006 yang selanjutnya diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping, Tindakan Imbalan dan Tindakan Pengamanan Perdagangan. Pengenaan tindakan pengamanan (safeguard) di Indonesia telah diterapkan ke beberapa produk sejak tahun 2008. Berdasarkan data Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI), terdapat 16 (enam belas) produk yang telah dikenakan tindakan pengamanan berupa Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP)

Tabel 1.1. Daftar Pengenaan Tindakan Pengamanan Perdagangan Terhadap Beberapa Produk

No. Nama Produk Tgl Pengenaan Masa Berlaku

1. Dextrose Monohydrate 12 September 2008 3 tahun

2. Paku 22 Juli 2009 3 tahun3. Kawat Bindrat 04 Juni 2010 3 tahun4. Kawat Seng 16 Juli 2010 3 tahun5. Tali Kawat Baja 27 Agustus 2010 3 tahun6. Terpal dari Serat Sintetik selain

Awning dan Kerai Matahari12 Juli 2011 3 tahun

7. Kawat Bronjong (Gabion) 09 Agustus 2012 3 tahun8. Tali Kawat Baja (Steel Wire Rope) 09 Juni 2010 3 tahun9. Kain Tenunan dari Kapas 12 Maret 2010 3 tahun10. Benang Kapas Selain Benang Jahit 10 Januari 2011 3 tahun +

perpanjangan11. Baja Alumunium Lapis Seng 10 April 2014 3 tahun12. I dan H Section 19 Januari 2014 3 tahun13. Keramik Tableware 04 Mei 2005 3 tahun14. Wire Rod 11 Agustus 2015 3 tahun15. Casing dan Tubing 13 Juni 2013 3 tahun16. Coated Paper 07 September 2015 3 tahun

Sumber:Data Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI)

Page 4: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

150

Farida Indri R., Disty Putri. : “Pengaruh Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.....

Kebijakan BMTP dikenakan hanya dalam kurun waktu tertentu saja, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi industri yang terkena injury untuk melakukan pemulihan kerugian dan melakukan upaya adjustment pada kurun waktu tersebut. Upaya dimaksud dapat melalui penyesuaian kegiatan produksi dalam mencapai alokasi maksimum, peningkatan teknologi, efisiensi

produksi maupun penyesuaian penentuan harga. Dengan demikian, industri dalam negeri dapat bersaing kembali dengan negara lain di pasar domestik, bahkan di pasar dunia. Penerapan BMTP ini dapat menjadi proteksi sementara di tengah persaingan dengan negara lain yang pada umumnya memanfaatkan kebijakan liberalisasi perdagangan dengan Indonesia.

Ind. Pemintalan Benang

0.50

0.40

0.30

0.20

0.10

0.00 2008 2009 20

Ind Pertenunan

0.50

0.40

0.30

0.20

0.10

0.00 2008 2009 2010

Secara deskriptif penerapan BMTP terhadap PCM dapat digambarkan pada salah satu kasus sektor industri yang diproteksi yaitu industri benang dan industri kain sebagai berikut :

(a) Industri Terproteksi Benang (b) Industri Hilir (dari benang) dan Ind. Terproteksi Kain (Masa BMTP benang dan kain tahun 2011-2013)

Grafik 1.1 PCM Sektor Industri Terproteksi (Kasus Sektor Industri TPT) Sumber : BPS (diolah)

Berdasarkan Grafik 1.1, pada sektor industri TPT dapat dianalisa bahwa PCM dari industri yang terproteksi mengalami kenaikan PCM pada masa pemberlakuan BMTP. Pada tahun 2011 hinggga 2013, Industri benang mengalami kenaikan PCM mencapai 134 %, sedangkan kenaikan PCM industri kain yang bahan bakunya (benang) juga dikenakan BMTP sejak 2011 hingga 2013 hanya sebesar 54 % atau dapat dikatakan lebih kecil dari kenaikan PCM industri benang.

Penerapan kebijakan BMTP yang merupakan salah satu instrumen trade protection dalam bentuk tarif dapat dijelaskan oleh beberapa studi terkait dampak proteksi terhadap profit industri. Yu-Ter-Wang (2008)

melakukan analisa terkait optimalisasi penentuan struktur tariff yang menjelaskan bahwa peningkatan tarif pada produk jadi akan meningkatkan profit pada produsen produk jadi dan juga produsen produk antara, sementara peningkatan tarif pada produk antara akan meningkatkan profit pada produsen produk antara, namun akan menurunkan profit pada produsen barang jadi. Studi lainnya yang meneliti dampak proteksi pada vertically related markets yaitu Eitan Berglas dan Assaf Razin(1974), Spencer dan Jones (1992), serta Kuang Cheng A. Wang, Hui Wen Koo, dan Tain Jy Chen (2011). Pada studi Eitan Berglas dan Assaf Razin(1974) dijelaskan bahwa adanya proteksi pada sektor tertentu akan

Page 5: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

151

JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)

Volume 17, No. 1, Januari - Juni(Semester I) 2017,

Halaman 1-xx

berdampak pada peningkatan profit di industri yang terproteksi, namun akan menurunkan profit pada industri hilirnya.

Sementara itu, Yalcin (2000) telah melakukan studi terkait kebijakan liberalisasi perdagangan terhadap Price Cost Margin (PCM) sebagai ukuran tingkat profitabilitas perusahaan. Yalcin memfokuskan pada pengujian import dicipline hypothesis dengan memasukkan variabel rasio penetrasi impor pada model Structure Conduct Performance (SCP). Studi lainnya yang meneliti dampak liberalisasi terhadap PCM yaitu Urata (1979) dan Budiarti (2016). Sebelumnya, Pugel (1980) telah meneliti dampak dari perdagangan internasional terhadap domestic market performance. Model yang dikembangkan yaitu model penentuan harga sebuah perusahaan monopoli yang menghadapi persaingan dari suatu produk impor. Dalam proses pengembangan model Pugel (1980) didapatkan fungsi perusahaan monopolis dalam memaksimalkan profit. Pada hasil studi Pugel dijelaskan bahwa perdagangan internasional berpengaruh signifikan terhadap domestic market performance.

Dari pemaparan mengenai kebijakan BMTP serta kaitannya dengan studi-studi ekonomi terkait perdagangan internasional dan price cost margin, maka dapat ditinjau suatu hubungan antara kebijakan BMTP pada sektor industri tertentu terhadap perilaku dan kinerja perusahaan yang akan diukur melalui tingkat profitabilitas perusahaan. Kebijakan BMTP akan diukur melalui besaran bea masuk yang dikenakan pada sektor industri tertentu dan profit akan diukur menggunakan PCM. Dengan adanya proteksi terhadap liberalisasi, maka akan menurunkan persaingan pada industri yang produknya dikenakan BMTP. Dihipotesakan bahwa selama kebijakan BMTP berlaku maka perusahaan akan menaikkan tingkat profitabilitasnya hingga “excess profit”. Namun di sisi lain perusahaan harus menyiapkan langkah-langkah menghadapi

kompetisi kembali setelah masa berlaku BMTP berakhir, sehingga memungkinkan perusahaan untuk tidak hanya mengejar profit dalam jangka pendek saja, namun juga mempertimbangkan persaingan pasar yang dihadapi dalam periode mendatang. Studi ini bertujuan untuk menganalisa dampak kebijakan BMTP terhadap kinerja perusahaan yang direfleksikan dalam price cost margin (PCM) pada sektor industri yang produknya dikenakan BMTP. Dengan demikian, hasil dari studi ini secara keseluruhan diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengambil kebijakan untuk mengetahui efektifitas kebijakan BMTP terhadap pemulihan kinerja sektor industri yang diproteksi.

2. KERANGKA KONSEPTUALDengan dasar pendekatan perdagangan

internasional, maka penerapan kebijakan BMTP (safeguard) dan pengaruhnya terhadap penurunan permintaan volume impor dapat dijelaskan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1. Penentuan Produksi dan Harga Monopolistik dengan proteksi tarif Sumber : International Economies,

Krugman, Obstfeld dan Melitz (1994)

Adanya proteksi BMTP melalui tarif akan berakibat pada semakin longgarnya persaingan dengan produk impor sehingga akan menurunkan volume permintaan impor terhadap produk tersebut. Penurunan impor akibat adanya kebijakan BMTP ini dapat

Page 6: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

152

Farida Indri R., Disty Putri. : “Pengaruh Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.....

kembali memunculkan excess profit dari perusahaan domestik yang sebelumnya terkena injury, sehingga perusahaan tersebut akan mengurangi daya kompetitifnya di pasar domestik. Kondisi ini dapat dianalisa dari dampak kebijakan BMTP terhadap profitabilitas industri. Pugel (1980)

menentukan fungsi perusahaan monopolis dalam memaksimalkan profit yang dapat dijelaskan sebagai berikut :QD dan QM masing-masing merupakan fungsi permintaan terhadap produk domestik dan impor. Keduanya adalah fungsi dari kedua harga produk, PD dan PM

(2.1)

(2.2)

Harga barang impor merupakan fungsi dari pasokan impor,

(2.3)

Selanjutnya diasumsikan bahwa sejumlah proporsi tetap dari pendapatan total konsumen (y) dibelanjakan untuk membeli kedua jenis barang tersebut, sehingga :

PD QD + PMQM = y (2.4)Perusahaan monopolis tersebut memaksimalkan keuntungan, Z, bersasarkan PD dengan kendala fungsi persamaan (2.1) s.d. (2.4)

Z = (y — PMQM) — CDQD (2.5)

Dimana CD = biaya marjinal konstan produksi domestik. Kondisi turunan pertama untuk memperoleh keuntungan maksimum adalah sebagai berikut :

(2.6)

Hubungan negatif antara PCM dengan pangsa impor dapat dijelaskan dari persamaan pada model Pugel (1980), dimana :

(2.7)

melalui penataan dan penyederhanaan persamaan (2.6) dan (2.7), diperoleh PCM yang memaksimalkan keuntungan :

(2.8)

Dimana :MS = elastisitas harga dari supply barang imporDD = elastisitas harga barang domestik terhadap permintaan barang domestik

Page 7: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

153

JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)

Volume 17, No. 1, Januari - Juni(Semester I) 2017,

Halaman 1-xx

MM = elastisitas harga barang impor terhadap permintaan barang imporMD,DM = elastisitas harga barang domestik terhadap impor dan sebaliknya

Jadi PCM optimal suatu perusahaan monopolistik merupakan fungsi dari pangsa impordan berbagai elastisitas penawaran dan permintaan.Berdasarkan retriksi

persamaan (2.4) diperoleh magnitud elastisitas sDDsMM — sDM sMD> 0, sehingga bagian persamaan pada kurung siku di persamaan (2.8) menjadi negatif. Dengan demikian, PCM dan pangsa impor memiliki hubungan negatif, sebagai berikut :

; dimana (+)

(-)

(2.9)

Berdasarkan teori perdagangan, dampak dari penerapan BMTP melalui tarif akan menurunkan permintaan terhadap produk impor serta berdasarkan model Pugel (1989) pada persamaan (2.9) dijelaskan bahwa adanya penurunan permintaan terhadap produk impor akan berdampak pada kenaikan PCM. Sehingga pada penelitian ini akan dihipotesakan bahwa pada masa pemberlakuan BMTP, sektor industri yang produknya dikenakan BMTP akan mengalami kenaikan PCM. Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa pemberlakuan kebijakan BMTP dengan selang waktu yang telah ditetapkan juga dapat mempengaruhi keputusan perusahaan domestik untuk berupaya agar tetap kompetitif (terdapat kondisi certainty dalam hal besaran tarif BMTP dan waktu pemberlakuan BMTP ). Dalam hal ini, industri terproteksi mungkin tidak akan mengambil profit yang berlebih dan terus melakukan efisiensi produksi, agar industri terproteksi tetap dapat mempertahankan pangsa pasar dalam negeri dalam jangka waktu yang lebih panjang, terutama setelah kebijakan BMTP telah berakhir.

3. METODE PENELITIANStudi ini akan fokus untuk melakukan

penelitian terkait dampak kebijakan BMTP terhadap tingkat profitabilitas perusahaan sektor industri, baik dari sisi industri terproteksi maupun industri hilirnya. Tingkat profitabilitas akan diukur dengan metode PCM yang merupakan selisih antara harga dengan biaya marginal. PCM dihitung dari nilai tambah dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output sebagai berikut :

(3.1)

dimana VA adalah nilai tambah, Q merupakan nilai output, IC adalah biaya antara (seluruh biaya di luar biaya tenaga kerja, depresiasi dan pajak tidak langsung), dan LC merupakan biaya tenaga kerja.

Studi Urata (1979) yang meneliti dampak perdagangan internasional terhadap PCM sektor Industri Tekstil dan Pakaian Jadi di US, melakukan analisis dengan menggunakan rasio kapital output, skala ekonomi, rasio konsentrasi, diferensiasi produk, pertumbuhan permintaan, rasio ekspor, dan rasio penetrasi impor sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi PCM. Budiarti (2016) yang juga meneliti

Page 8: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

154

Farida Indri R., Disty Putri. : “Pengaruh Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.....

dampak IJEPA terhadap PCM sektor industri di Indonesia melakukan analisis dengan menggunakan implementasi IJEPA, rasio input output industri, konsentrasi industri, rasio penetrasi impor, pangsa ekspor rata-rata industri, skala ekonomi industri, serta pertumbuhan permintaan industri sebagai variabel- variabel yang mempengaruhi PCM. Sementara Yalcin (2000) menggunakan variabel yang lebih kompleks seperti rasio konsentrasi, rasio impor, rasio ekspor, Intra-Ind. Trade, skala efisiensi, produktivitas pekerja, rasio konsumsi listrik sebagai proksi capital

requirement, pertumbuhan nilai tambah, rasio pengeluaran iklan sebagai proksi dari diferensiasi produk, perubahan harga, rasio upah dan penjualan, keahlian pekerja, private sale share, serta rasio pengeluaran untuk R&D.

Model yang digunakan dalam penelitian ini akan mengacu pada ketiga model tersebut dengan beberapa modifikasi melalui penyesuaian terhadap kebijakan BMTP serta ketersediaan data penelitian. Dampak BMTP terhadap PCM pada industri terproteksi yang produknya terkena kebijakan BMTP, antara lain :

Tabel 3.1. Sektor Industri yang Terproteksi

No. KBLI 2005

KBLI 2009 Sektor Industri Terproteksi

1. 17112 13112 Industri Pemintalan Benang

2. 17121 13131 Industri Penyempurnaan Benang

3. 15423 10623 Industri Glukosa dan sejenisnya

4. 17114 13121 Industri Pertenunan (Bukan Pertenunan Karung Goni dan Karung Lainnya)

5. 17122 13132 Industri Penyempurnaan Kain

6. 27101 24101 Industri Besi dan Baja Dasar

7. 27102 24102 Industri Penggilingan Baja

8. 26201 23931 Industri Perlengkapan Rumah Tangga dari Porselin

9. 26209 23939 Industri Barang Tanah Liat/Keramik dan Porselen Lainnya Bukan Bahan Bangunan

10. 26321 23932 Industri Barang - barang Dari Tanah Liat / Keramik Untuk Keperluan Rumah Tangga

11. 28993 25952 Industri Paku, Mur dan Baut

12. 28995 25951 Industri Kawat Logam dan Barang-barang Dari Kawat

13. 17213 13929 Industri Barang Jadi Tekstil Lainnya

Sumber : Data KPPI dan Korespondensi BPS (diolah)

Page 9: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

155

JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)

Volume 17, No. 1, Januari - Juni(Semester I) 2017,

Halaman 1-xx

Model penelitian secara rinci dapat dituliskan sebagai berikut :

dimana :i = 1,2, ….., N; N = banyaknya data observasi perusahaan j = 1,2, ….., J; J = banyaknya sektor industri terproteksi t = 1,2, ….., T; T = banyaknya data time series

Variabel Uraian Penjelasan Variabel

Expected Sign

Penjelasan Expected Sign

Price-Cost Margin (PCM)

PCM merupakan proxy dari tingkat profitabilitas perusahaan. Pada studi ini, PCM diformulasikan dari value added dikurangi biaya tenaga kerja dan kemudian dibagi output

BMTP (BeaMasuk Tindakan

Pengamanan)

BMTP adalah besaran tarif yang dikenakan pada produk tertentu yang diberlakukan pengenaan BMTP berdasarkan masing-masing Permendag terkait pemberlakuan BMTP masing-masing produk.

(+) Berdasarkan teori, besaran tarif BMTP akan berdampak signifikan dan positif terhadap industri yang terproteksi.

HHI(Herfindahl-

Hirscman Index)

Indeks HHI mencerminkan konsentrasi industri.HHI dihitung dengan menjumlahkan pangkat dua dari pasar perusahaan di dalam industri. Industri yang di dalamnya terdapat satu perusahaan monopoli memiliki nilai HHI sama dengan 1.

(+) Variabel HHI diharapkan berpengaruh signifikan dan positif terhadap PCM. Sabido dan Mulato (2006) serta Collins dan Preston (1969) menemukan hubungan yang signifikan antara konsentrasi industri dan PCM. Bahwa industri yang terkonsentrasi, nilai PCM akan jauh lebih besar dibandingkan dengan industri yang tersebar.

Export-Sale Ratio (EXP)

Variabel ini untuk menguji apakah industri berorientasi ekspor memiliki PCM yang lebih tinggi. Export Sale Ratio didapatkan dari share ekspor dari total produksi perusahaan.

(+)/(-) Variabel share ekspor memiliki pengaruh yang bervariasi terhadap PCM. Kusdiantoro (1977) menjelaskan bahwa aktivitas ekspor mendatangkan keuntungan dan ekspor memiliki hubungan positif dengan PCM industri, akan tetapi pada kasus lain ketika industri domestik tidak dapat melindungi pasarnya, maka dampak ekspor akan merefleksikan keterbukaan kepada kompetisi dunia dan memiliki hubungan negatif dengan PCM

Page 10: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

156

Farida Indri R., Disty Putri. : “Pengaruh Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.....

GD Variabel pertumbuhan permintaan diadopsi dari Yoon (2004), Setiawan, Emvalomatis&Lansink (2013), Budiarti (2016), dimana :GD = Outputt - Outputt-1

Outputt-1

(+) Variabel ini diharapkan berhubungan signifikan dan positif terhadap PCM. Peningkatan pertumbuhan permintaan akan semakin meningkatkan PCM suatu industri. Budiarti (2016) menjelaskan bahwa pertumbuhan permintaan memiliki dampak yang positif terhadap PCM.

OUTEMP(Produktivitas

Pekerja)

Variabel ini mencerminkan produktivitas pekerja, didapat dari nilai tambah perusahaan per pekerja.

(+) Variabel ini diharapkan berhubungan signifikan dan positif terhadap PCM.

IO (Rasio Input Output)

Rasio input output mencerminkan ukuran efisiensi penggunaan sumber daya untuk produksi yang dilakukan industri manufaktur terhadap PCM.

(-) Variabel ini diharapkan berhubungan signifikan dan negatif terhadap PCM. Budiarti (2016) menjelaskan bahwa pertumbuhan permintaan memiliki dampak yang negatif terhadap PCM.

Penelitian ini menggunakan data panel di mana terdapat gabungan dari data cross section yang terdiri dari sektor industri terproteksi (13 sektor industri) serta data time series yaitu periode observasi dari tahun 2007 – 2012. Penelitian ini menggunakan data observasi dari 475 industri besar dan menengah yang dikategorikan berdasarkan kode ISIC atau KBLI 5 digit yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Estimasi akan menggunakan analisis data panel dengan model fixed effect dan model random effect. Penggunaan panel data dalam penelitian ini dikarenakan kombinasi antara data cross section dan time series akan

memberikan efisiensi yang lebih banyak degress of freedom (derajat kebebasan). Panel data juga dapat meminimalisir bias yang mungkin terjadi dengan memiliki lebih banyak unit cross section.

4. HASIL DAN ANALISISData set akhir yang digunakan untuk

proses estimasi merupakan unbalanced panel data dengan observasi sebanyak 2844 dari tahun 2007 hingga 2012. Statistik deskriptif untuk variabel dependen dan independen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1. Statistik deskriptif data penelitian

PCM BMTP HHI GD OUTEMP SHAREXP IO

Mean 0.203747 25603.67 0.138897 1.037075 91241.87 0.063705 0.615021Median 0.223793 0.000000 0.098499 0.065707 49207.00 0.000000 0.658979Maximum 0.930904 116800.0 1.000000 381.5000 2800612. 1.769532 0.978662Minimum -8.466598 0.000000 0.031842 -0.999055 239.6433 0.000000 0.008427Std. Dev. 0.368459 44718.58 0.148607 9.176667 188341.8 0.210255 0.197994

Observations 2844 2844 2844 2844 2844 2844 2844

Page 11: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

157

JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)

Volume 17, No. 1, Januari - Juni(Semester I) 2017,

Halaman 1-xx

Hasil estimasi nilai PCM diperoleh dengan menggunakan metode fixed effect (FE). Hasil dari uji Chow dan uji Hausman menunjukkan bahwa nilai estimator metode random effect (RE) dan pooled effect tidak lebih baik dari metode FE, sehingga analisis yang digunakan adalah metode FE. Tabel 4.2. menunjukkan hasil estimator dari metode FE dari dampak BMTP serta variabel kontrol lainnya terhadap PCM industri terproteksi.

Tabel 4.2. Hasil estimasi dengan metode fixed effect (FE)

Dependen : PCM

Variable Coefficient Prob.

C 0.566232 0.0000

BMTP 7.66E-07 0.0089HHI -0.119642 0.1198GD 0.001164 0.1404

OUTEMP 4.82E-07 0.0000SHAREXP 0.007311 0.9012

IO -0.668446 0.0000

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebijakan proteksi melalui penerapan BMTP memberikan hubungan yang positif terhadap PCM industri terproteksi dengan tingkat signifikansi 5 %. Artinya apabila penerapan tarif BMTP semakin tinggi, maka akan berdampak pada peningkatan profit perusahaan melalui peningkatan variabel PCM (price cost margin). Hal ini mengindikasikan bahwa industri terproteksi dapat meningkatkan profitnya terutama pada masa penerapan BMTP, dimana dengan adanya BMTP akan meningkatkan harga produk impor dan dapat mengurangi kompetisi dengan perusahaan asing. Semakin tinggi tarif BMTP maka akan semakin meningkatkan tingkat PCM idustri yang terproteksi. Oleh karena itu, secara umum kebijakan BMTP merupakan kebijakan proteksi industri dalam negeri yang cukup efektif. Muncul atau meningkatnya profit

perusahaan pada masa penerapan BMTP diharapkan dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan upaya adjustment. Upaya dimaksud dapat melalui penyesuaian kegiatan produksi dalam mencapai alokasi maksimum, peningkatan teknologi, efisiensi produksi maupun penyesuaian penentuan harga dalam mempertahankan pangsa pasar dalam negeri.

Produktivitas pekerja (OUTEMP) juga memberikan dampak yang positif terhadap PCM industri dengan tingkat signifikansi 5 %. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa 1 unit peningkatan produktivitas pekerja akan meningkatkan PCM perusahaan sebesar 0,0000005. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yalcin (2005) yang menjelaskan bahwa peningkatan produktivitas pekerja akan berdampak pada peningkatan PCM perusahaan. Hal ini menunjukkan pentingnya kompetensi pekerja dalam memberikan sumbangsih pada peningkatan profit perusahaan, semakin banyak pekerja yang produktif maka profit perusahaan akan semakin tinggi.

Rasio input dan output (IO) yang mencerminkan efisiensi penggunaan sumber daya untuk kegiatan produksi industri manufaktur berpengaruh signifikan dan negatif terhadap PCM. Hal ini menunjukkan dengan adanya penurunan rasio input terhadap output sebesar 1 unit akan meningkatkan tingkat PCM sebesar 0, 668446. Rasio input terhadap output mewakili tingkat efisiensi industri. Dimana semakin rendah rasio, menunjukkan industri semakin efisien dan menjadi lebih kompetitif. Industri yang efisien memungkinkan industri tersebut mencapai skala ekonominya, sehingga biaya produksinya menjadi kecil dengan output yang lebih besar. Akan tetapi, penurunan biaya produksi yang terjadi tidak serta merta membuat industri menurunkan harganya. Penurunan harga produk industri tidak secepat penurunan biayanya, sehingga PCM meningkat dan industri dapat menikmati keuntungan yang lebih.

Page 12: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

158

Farida Indri R., Disty Putri. : “Pengaruh Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.....

Sementara variabel pertumbuhan permintaan (GD), konsentrasi industri (HHI) dan share ekspor (EXP) memiliki hasil yang tidak signifikan pada hasil estimasi tabel 4.2. Di samping itu, nilai R2 yang masih rendah dapat diindikasikan karena terdapat beberapa variabel kontrol berpengaruh lainnya yang belum dimasukkan pada model. Variabel tersebut seperti ukuran skala ekonomi dan rasio import. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan pada data mikro level perusahaan serta adanya permasalahan pada matching data HS dan KBLI 5 digit (terdapat sektor industri dengan tingkat KBLI 5 digit yang memiliki HS produk yang sama sehingga data perdagangan tidak dapat dipisahkan). Oleh karena itu, keterbatasan pada pembentukan model empiris untuk pengujian level perusahaan dalam penelitian ini masih akan dilakukan evaluasi kembali pada penelitian selanjutnya.

5. KESIMPULANDari hasil estimasi dengan menggunakan

metode panel dapat dilihat bahwa penerapan BMTP mampu meningkatkan profitabilitas industri yang diproteksi oleh Pemerintah. Hal ini juga menunjukkan bahwa adanya proteksi BMTP semakin melonggarkan persaingan dengan industri asing di pasar dalam negeri dan berpengaruh pada perubahan struktur pasar di dalam negeri. Penurunan persaingan tersebut juga akan mengubah tingkat harga pasar dan kembali memunculkan profit dari perusahaan domestik yang sebelumnya terkena injury. Namun demikian, perlu diingat bahwa penerapan BMTP ini hanya berlangsung dalam kurun waktu sementara, sehingga ancaman produk impor dengan harga yang kompetitif tentu akan kembali muncul. Oleh karena itu, pada masa pemberlakuan BMTP perusahaan yang memperoleh profit lebih tinggi diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan pembenahan terhadap efisiensi produksi perusahaan sehingga daya

saing industri dapat semakin meningkat, terutama dalam menghadapi derasnya produk impor di pasar dalam negeri.

Daftar PustakaAmiti, M. & Konings, J., 2007. Trade

Liberalization, Intermediate Inputs, and Productivity : Evidence From Indonesia. The American Economic Review, december, Volume 97, pp. 1611- 1638.

Badan Pusat Statistik, 2015. Korespondensi KBKI dengan KBLI 1998/1999, KBLI 2009, HS 2012 - Buku Seksi I-V

Berglas, E. & Razin, A., 1974. Protection and Real Profits. The Canadian Journal of Economics, Volume 7, pp. 655-664.

Budiarti, F. T., 2016. Analisis Dampak Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) terhadap Price Cost Margin (PCM) Industri Manufaktur Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Collins, N. & Preston, L., 1969. PCM and Industry Structure. The Review of Economics and Statistics, Volume 51, pp. 271-286.

Domowitz, I., Hubbard, R. & Petersen, B., 1986. Business Cycles and The Relationship Between Concentration and Price Cost Margin. The RANS Journal of Economics, Volume 17.

Farinelli, G., Carter, C. A., Lin, C. Y. Y. & Summer, D. A., 2009. Import Demand For Brazilian Ethanol : A Cross Country Analysis. Journal of Cleaner Production, Volume 17, pp. 9-17.

Head, C. K. & Ries, J., 1999. Rationalization Effects of Tariff Reductions. Journal of International Economics, 47(2), pp. 295-320.

Krishna, P. & Mitra, D., 1998. Trade Liberalization, Market Discipline and Productivity Growth : New Evidence From India. Journal of Development Economics, 56(2), pp. 447-462.

Page 13: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

159

JOURNAL of RESEARCH in ECONOMICS and MANAGEMENT (Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen)

Volume 17, No. 1, Januari - Juni(Semester I) 2017,

Halaman 1-xx

M. Setiawan, Emvalomatis G., Lansing A. O., 2013. Structure, Conduct, and Performance : Eviedence From Indonesian Food and Beverages Industry. Springer-Verlag Berlin Heidelberg..

Melo, O. & Vogt, M. G., 1984. Determinants of Demand for Import of Venezuela. Journal of Development Economics, Volume 14, pp. 351-358.

Pavenik, N., 2002. Trade Liberalization, Exit, and Productivity Improvements : Evidence from Chilean Plants. Review of Economic Studies, 69(1), pp. 245-276.

Pugel, T. A., 1980. Foreign Trade and US Market Performance. The Journal of Industrial Economics, 29(2), pp. 119-129.

Sabido, A. C., Mulato, D., 2006. Market Structure : Concentration and Imports as Determinant Industry Margins. Estudios Economies. El Colegio De Mexico, 21(2), pp. 177- 202.

Santos-Paulino, A. U., 2002. The Effects of Trade Liberalization on Imports in Selected Developing Countries. World Development, Volume 30, pp. 959-974.

Spencer, B. J. & Jones, R. W., 1992. Trade and Protection in Vertically Related Markets.

Review of Economic Studies, Volume 32, pp. 31-55.

Topalova, P. & Khandelwal, A., 2011. Trade Liberalization an Firm Productivity : The Case of India. Review of Economics and Statistics, 93(3), pp. 995-1009.

Urata, S., 1979. PCM and Foreign Trade in US Textile and Apparent Industries. An Analysis of Pooled Cross Section and Time Series Data. Economic Letters, pp. 279-282.

Wang, K.-C. A., Koo, H.-W. & Chen, T.-J., 2011. Domestic Trade Protection in Vertically Related Markets. Economic Modelling, pp. 1595-1603.

Wang, Y.-T., 2008. On Optimality of Escalated Tariff Structure : A Cournot Duopoly Analysis. The American Economist, 52(2), pp. 72-76.

Yalcin, C., 2000. Price-Cost Margins and Trade Liberalization in Turkish Manufacturing Industry : A Panel Data Analysis.

Yoon, S., 2004. A Note On The Market Structure and Performance in Korean Manufacturing Industries. Journal of Policy Modelling, Issue 26, pp. 733-746.

Page 14: PENGARUH KEBIJAKAN BEA MASUK TINDAKAN …

160

Farida Indri R., Disty Putri. : “Pengaruh Kebijakan Bea Masuk Tindakan Pengamanan.....