pengaruh karakter personal perdana menteri jose zapatero...

24
615 Pengaruh Karakter Personal Perdana Menteri Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Luar Negeri Spanyol pada Kasus Gibraltar tahun 2004-2008 Salman Fauzi Rahmani – 070912043 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga ABSTRACT This Research is about corellating between personal characteristics of Jose Zapatero and Spain Foreign Policy to Gibraltar in 2004-2008. The orientation of Spain Foreign Policy under Prime Minister Jose Zapatero is more participatory than the previous government. Since 1960 the integration of Gibraltar to Spain sovereignty is the main Spain Foreign Policy goal. Under Zapatero, Spain was showing unusual behavior to Gibraltar. Spain doesn’t talk about Gibraltar sovereignty as usual. In the event has agreed Cordoba Agreement 2006 that one of the point is opened Spain airspace for Gibraltar access and opened Gibraltar Airport for civilian flight to Gibraltar for the first time. The policy has strong influence from the Prime Minister who has a conciliatory character as a leader of Spain Government. Using Margareth Hermann approach about explaining foreign policy using the personal characteristics of political leader, this research explain the relations between Spanish Foreign Policy and personal characteristics of Zapatero as a leader. Furthermore psycobiografi has used to analyse the personal character of Zapatero. Keywords: Personal Characteristics, Foreign Policy, Spain, Gibraltar, Zapatero, Conciliatory, Participatory. Penelitian ini berisikan tentang hubungan antara karakter personal Perdana Menteri Jose Zapatero dengan Kebijakan Luar Negeri Spanyol terhadap Gibraltar pada tahun 2004-2008. Kebijakan luar negeri Spanyol terhadap Gibraltar di masa pemerintahan Jose Zapatero lebih berorientasi participatory dibandingkan dengan sebelummnya. Kedaulatan Gibraltar merupakan tujuan utama kebijakan luar negeri Spanyol sejak tahun 1960. Di bawah Zapatero, Spanyol memperlihatkan sebuah sikap yang tidak biasa. Spanyol tidak membahas kedaulatan Gibraltar seperti biasanya. Sikap Spanyol tersebut dipengaruhi kuat oleh pemimpin pemerintahan Zapatero yang memiliki karakter personal yang konsiliatif sebagai pemimpin. Dengan menggunakan pendekatan analisis kebijakan luar negeri berdasarkan karakter personal pemimpin penelitian ini menjawab hubungan antara karakter Zapatero dan kebijakan luar negeri Spanyol. Psikobiografi kemudian digunakan dalam menganalisis karakter personal Zapatero sebagai pemimpin. Kata-Kata Kunci: Karakter Personal, Kebijakan Luar Negeri, Spanyol, Gibraltar, Zapatero, konsiliatif, participatory.

Upload: duongthuy

Post on 28-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

615

Pengaruh Karakter Personal Perdana MenteriJose Zapatero Terhadap Kebijakan Luar NegeriSpanyol pada Kasus Gibraltar tahun 2004-2008

Salman Fauzi Rahmani – 070912043

Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga

ABSTRACT

This Research is about corellating between personal characteristics of JoseZapatero and Spain Foreign Policy to Gibraltar in 2004-2008. The orientationof Spain Foreign Policy under Prime Minister Jose Zapatero is moreparticipatory than the previous government. Since 1960 the integration ofGibraltar to Spain sovereignty is the main Spain Foreign Policy goal. UnderZapatero, Spain was showing unusual behavior to Gibraltar. Spain doesn’ttalk about Gibraltar sovereignty as usual. In the event has agreed CordobaAgreement 2006 that one of the point is opened Spain airspace for Gibraltaraccess and opened Gibraltar Airport for civilian flight to Gibraltar for the firsttime. The policy has strong influence from the Prime Minister who has aconciliatory character as a leader of Spain Government. Using MargarethHermann approach about explaining foreign policy using the personalcharacteristics of political leader, this research explain the relations betweenSpanish Foreign Policy and personal characteristics of Zapatero as a leader.Furthermore psycobiografi has used to analyse the personal character ofZapatero.Keywords: Personal Characteristics, Foreign Policy, Spain, Gibraltar,Zapatero, Conciliatory, Participatory.

Penelitian ini berisikan tentang hubungan antara karakter personal PerdanaMenteri Jose Zapatero dengan Kebijakan Luar Negeri Spanyol terhadapGibraltar pada tahun 2004-2008. Kebijakan luar negeri Spanyol terhadapGibraltar di masa pemerintahan Jose Zapatero lebih berorientasiparticipatory dibandingkan dengan sebelummnya. Kedaulatan Gibraltarmerupakan tujuan utama kebijakan luar negeri Spanyol sejak tahun 1960. Dibawah Zapatero, Spanyol memperlihatkan sebuah sikap yang tidak biasa.Spanyol tidak membahas kedaulatan Gibraltar seperti biasanya. SikapSpanyol tersebut dipengaruhi kuat oleh pemimpin pemerintahan Zapateroyang memiliki karakter personal yang konsiliatif sebagai pemimpin. Denganmenggunakan pendekatan analisis kebijakan luar negeri berdasarkankarakter personal pemimpin penelitian ini menjawab hubungan antarakarakter Zapatero dan kebijakan luar negeri Spanyol. Psikobiografi kemudiandigunakan dalam menganalisis karakter personal Zapatero sebagaipemimpin.Kata-Kata Kunci: Karakter Personal, Kebijakan Luar Negeri, Spanyol,Gibraltar, Zapatero, konsiliatif, participatory.

Salman Fauzi Rahmani

616 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Dari beberapa kasus tentang sengketa perbatasan atau kedaulatannegara, Gibraltar (www.cia.gov, 2013). merupakan salah satu wilayahmasih dalam negosiasi bilateral antara Pemerintah Spanyol dan Inggrissampai sekarang. PBB mengangkat permasalahan status wilayahGibraltar ke komunitas internasional di tahun 1960 denganmenggunakan asas dekolonialisasi paska Perang Dunia II. Permasalahanmasa depan Gibraltar diserahkan kepada dua pihak yaitu PemerintahInggris dan Spanyol untuk diselesaikan secara bilateral (Lincoln, 1994:298). Dalam usaha penyelesaian status Gibraltar, Inggris selalu memilikisikap yang sama dalam upaya penyelesaian sengketa Gibraltar, yaitudengan cara mengadakan referendum sebagai upaya pemberian self-determination bagi Gibraltar.

Pada tahun 1967 Inggris mengadakan referendum di Gibraltar sebagaiusahanya mencapai kepentingan di Gibraltar dan diumumkan secararesmi pada “Gibraltar Constitution Order 1969” (Lincoln, 1994: 297).Sementara di tahun 2002 Inggris juga mengadakan referendum sebagaiupaya menolak usaha Spanyol untuk merebut Gibraltar. Referendumyang dilakukan oleh Inggris memicu sikap Spanyol untuk merespondengan menutup perbatasan Gibraltar dan Spanyol di tahun 1969dibawah kepemimpinan Perdana Menteri Francisco Franco (Lincoln,1994: 298). Spanyol menganggap bahwa permasalahan Gibraltar hanyadiselesaikan secara bilateral antara Pemerintah Spanyol dan Inggristanpa melibatkan Gibraltar. Sebelumnya di tahun 1967, pemerintahanSpanyol juga menutup zona udaranya untuk masuk dan keluar dariGibraltar bagi NATO dan militer Inggris.

Isu pengembalian kedaulatan Gibraltar ke Spanyol adalah tujuan utamadari kebijakan luar negeri Pemerintah Spanyol sejak Gibraltar diambilalih oleh Inggris tahun 1713 (Roy, 2012: 13). Pada tahun 2001 Spanyol dibawah pemerintahan Jose Maria Aznar mulai memaksa Inggris untukmelakukan diskusi tentang kemungkinan “sharing the sovereignity”Gibraltar. Namun usaha tersebut gagal karena Gibraltar menolakdengan mengadakan Referendum di tahun 2002 yang dibantu olehpemerintah Inggris. Terpilihnya Jose Zapatero sebagai perdana menteridi tahun 2004 memberikan warna tersendiri dalam kebijakan luarnegeri Spanyol termasuk sikapnya terhadap isu Gibraltar. Zapateromenolak cara-cara lama yang digunakan oleh pemerintahan sebelumnya(khususnya Aznar) dalam menangani status Gibraltar.

Zapatero lebih mengedepankan cara-cara dialog dan kerjasama terhadappihak Gibraltar, terbukti di tahun 2006 Cordoba Agreement disepakatioleh ketiga pihak, ini merupakan perjanjian pertama yang melibatkanGibraltar sebagai pihak independen dalam perundingan. Lalu di tahun2006 Menteri Luar Negeri Spanyol Miguel Angel Moratinos menjadiMenteri Spanyol pertama yang mengunjungi Gibraltar sejak direbut

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 617

tentara Inggris pada tahun 1704, untuk melakukan kunjungandiplomatik (Henderson, 2013). Yang menjadi tujuannya adalah fokusterhadap kerjasama dan forum dialog untuk kerjasama di perbatasan.Dalam Cordoba Agreement, Spanyol kembali membuka jalur udaranyamenuju Gibraltar untuk pertama kali sejak 1967 (www.gibraltar.gov.gi).Tahun tersebut pertama kalinya penerbangan sipil dibuka dan BandaraGibraltar digunakan sebagai akses menuju Gibraltar maupun keluarGibraltar (www.liberal.gi, 2006).

Mengacu pada Hermann (1980) kebijakan luar negeri Spanyol di masaPemerintahan Zapatero memiliki orientasi kebijakan luar negeri yangparticipatory. Hermann mengidentifikasi orientasi kebijakan luarnegeri yang participatory biasanya memiliki interaksi lebih dengannegara lain untuk mengetahui potensi dari negara lain, lalu mencaribanyak alternatif atau solusi dalam penyelesaian sebuah masalah jugadengan melibatkan negara lain, bersifat lebih sensitif dan responsifterhadap sistem internasional, dan memfasilitasi negaranya untuk lebihaktif dalam sistem internasional (Hermann, 1980: 8).

Dalam kasus ini inisiatif Spanyol untuk melibatkan Gibraltar dalamTrilateral Forum dapat diindikasikan sebagai keinginan Spanyol padamasa Pemerintahan Zapatero untuk memiliki interaksi lebih denganGibraltar. Spanyol melakukan banyak forum dan dialog denganmelibatkan Gibraltar. Dimulai tahun 2004, Inggris dan Spanyolmengadakan Trilateral Forum and Joint Commission untukmeningkatkan kerjasama lintas batas dengan melibatkan Gibraltar,Spanyol dan Inggris. Lalu pembuatan perjanjian internasional dalamCordoba Agreement 2006 merupakan sikap Spanyol dalam mencarialternatif dan solusi atas permasalahan sengketa status Gibraltar.Sehingga dari asumsi tersebut peneliti berpendapat bahwa kebijakanluar negeri Spanyol berorientasi participatory.

Berdasarkan pada perdebatan tentang apakah karakteristik personalseorang pemimpin pemerintahan dapat mempengaruhi sebuahkebijakan, Hermann memberikan pandangan bahwa karakteristikpersonal pemimpin berpengaruh dalam menentukan sikappemerintahannya. Karakteristik personal (pemimpin) diasumsikansebagai sumber perilaku negara dalam hubungannya dengan negara lainatau sistem internasional (Hermann, 1980: 8). Hermann berpendapatbahwa terdapat dua orientasi kebijakan luar negeri sebuah negara jikadilihat dari karakteristik personal pemimpinnya, yaitu independent danparticipatory (Hermann, 1980: 12). Orientasi kebijakan luar negeri yangbersifat independent menurut Hermann disebabkan oleh sifat pemimpinpemerintahannya yang agresif, sedangkan di sisi lain orientasi kebijakanparticipatory disebabkan oleh sifat pemimpin yang konsiliatif.

Salman Fauzi Rahmani

618 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Sifat pemimpin yang konsiliatif menurut Hermann adalah merekamemiliki beliefs nasionalisme yang rendah dan keyakinan akankemampuan untuk mengontrol keadaannya rendah. Lalu pemimpin inimemiliki motives need for affiliation atau lebih condong untukberafiliasi dengan lingkungannya. Dalam pengambilan keputusan, sifatkonsiliatif memiliki conceptual complexity yang sangat tinggi ataupenuh pertimbangan, artinya dalam mengambil sebuah keputusan,individu akan sangat banyak mempertimbangkan aspek-aspek yang adadi lingkungannya. Sedangkan dalam hubungan antar personalnya,konsiliatif tidak memiliki kecurigaan yang berlebihan terhadap aktorlain, sehingga individu akan lebih mudah bekerjasama dengan aktorlain.

Di samping itu, untuk membuktikan keterkaitan antara karakteristikpersonal pemimpin dengan orientasi kebijakan luar negerinya,Hermann menyatakan karakteristik personal pemimpin sangatmempengaruhi orientasi kebijakan luar negeri dalam suatu prekondisi.Prekondisi tersebut menurut Hermann adalah ketertarikan (interest)dan pengalaman (training) (Hermann, 1980: 13). Kedua hal tersebutakan sangat mempengaruhi keterkaitan antara karakteristik personalpemimpin dengan kebijakan luar negerinya. Ketertarikan terhadaphubungan luar negeri akan sangat mempengaruhi keterkaitan antarakeduanya sedangkan pengalaman yang tinggi di bidang hubungan luarnegeri akan mengurangi keterkaitan.

Karakter Personal Konsiliatif Zapatero

Zapatero dapat dikatakan sebagai karakter yang bukan penganut darinasionalisme Spanyol yang sekarang. Zapatero besar di keluarga Sosialisyang merupakan rezim berkuasa sebelum dijatuhkan oleh Franco diPerang Sipil. Secara psikologi kemudian nilai-nilai yang dianggapsebagai sebuah keyakinan Zapatero adalah nilai-nilai sosialis yangmerupakan Spanyol sebelum terjadi unifikasi Spanyol di bawahpemerintahan Franco. Jika dikaitkan dengan nasionalisme Spanyol saatini Zapatero tidak menjadikannya sebagai sesuatu pandangan yangdiyakininya.

Kemudian demokrasi yang dianut oleh Zapatero membuat konsepsimengenai bangsa Spanyol menjadi semakin hilang. Zapateromemberikan banyak nilai baru bagi Spanyol di masa pemerintahannyasebagai Perdana Menteri Spanyol. Zapatero menghilangkannasionalisme Spanyol yang dibangun sebelumnya sebagai sebuahkesatuan bangsa. Hingga akhirnya apa yang telah dibangun mengenainasionalisme Spanyol tidak dianut oleh Zapatero.

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 619

Dari penjelasan tersebut mengenai nasionalisme dapat dilihat bahwayang sangat mempengaruhi pandangannya adalah tentang bagaimanademokrasi hadir di Spanyol sebagai sesuatu yang menjamin masa depanSpanyol. Zapatero tidak dipengaruhi oleh perpolitikan era Francotentang konsepsi nasionalisme Spanyol. Dalam pandangannya tentangSpanyol, Zapatero mengidamkan kebebasan sebagai sesuatu yang baikbagi Spanyol, dan tidak akan mungkin membawa Spanyol sepertisejarah sebelumnya dimana Franco sangat mengendalikan Spanyolsebagai satu kesatuan melihat beragam budaya dan sejarah yangberbeda yang ada didalam Spanyol. Sehingga dapat dikatakan bahwaZapatero bukan sebagai seorang yang menganut nasionalisme sangattinggi karena Zapatero sangat terobsesi dengan kebebasan yang dapatditerapkan di Spanyol.

Sementara mengenai keyakinannya terhadap kemampuan untukmengendalikan keadaan Zapatero tidak begitu menaruh perhatiandengan situasi tersebut. Perilaku politiknya digerakan dengan prinsipkebebasan yang sifatnya non-dominasi terhadap pihak lain. Zapaterosangat menjunjung pendapat dari berbagai pihak untuk menghasilkansolusi dalam sebuah perilakunya. Dalam sebuah wawancara Zapateromengatakan:

we want Spain to continue to play a relevant role internationally,to be a good ally to its friends, a promoter of peace and security.We feel that our historical and cultural heritage put us in anoptimum position to have a very good relation with manypeoples and many nations (www.nytimes.com).

Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa Zapatero tidak memilikikeinginan untuk dapat mengendalikan keadaan sesuai dengankeinginannya. Kembali mengacu kepada pandangannya tentangdemokrasi, bahwa keadaannya sekarang adalah dengan melibatkanbanyak pihak dalam menangani sebuah permasalahan. Kemudian masihdalam kerangka filosofinya tentang demokrasi, maka setiap alasan untukmenentukan perilakunya akan didasari pada kebutuhan afiliasi. Sebuahdemokrasi tidak bisa mengenyampingkan aktor lain demi berjalannyasebuah tindakan. Zapatero kemudian secara tidak langsung memilikikebutuhan afiliasi dalam tindakannya.

... a democracy that has recovered the value of the citizenry andstrengthens the commitment of all. This is what deines us [thesocialists], this is what distinguishes us: our passion forsolidarity and the realization of freedoms (Marti, 2010: 1).

Ideologi sosialis juga sangat erat dengan ide bahwa solidaritas menjadisangat penting. Keberadaan afiliasi akan memperkuat komitmen darisetiap nilai demokrasi yang dijalankan. Zapatero. Selain itu pula

Salman Fauzi Rahmani

620 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Zapatero tidak pernah memiliki keinginan untuk menjadi seorangpemimpin yang berkuasa namun lebih menginginkan menjadi sebagaidemokrat Spanyol.

Dalam pembuatan sebuah keputusan Zapatero akanmempertimbangkan segala sesuatunya terlebih dahulu. KarakterZapatero dikenal sebagai pemimpin yang mengedepankan pendekatankonsensus dalam membuat setiap kebijakannya. Hal ini dilakukannyadengan membawa aktor-aktor baru ke dalam proses pembuatankebijakan yang lebih inklusif, seperti komunitas-komunitas independen,organisasi-organisasi non-pemerintah, kelompok kepentingan,kelompok ahli, dan sebagainya. Selain itu Zapatero juga banyakmemperhatikan opini publik dalam masa pemerintahannya dalammengambil keputusan. Sehingga dalam proses pembuatan kebijakanZapatero akan mempertimbangkan banyak hal. Dari pernyataannyabahwa untuk memperbaiki sebuah masalah harus melalui diskusitentang ide-ide dan di akhir maka akan menemukan sebuah solusibersama dan menikmati kebebasan.

The “value of the citizenry” and the ideals of “politicalparticipation” and “responsibility,” according to Zapatero, wereinter-twined with the value of dialogue and deliberation, as theywere with the ideal of freedom: “this is the socialist tradition,and even the socialist instinct: to fix problems throughdiscussion of ideas, and then, at the end, enjoy freedoms (Marti,2010: 1).

Zapatero juga kemudian tidak memiliki kecurigaan yang tinggi terhadapaktor lain. Hal ini ditunjukan dengan kepribadian Zapatero yang selalumengedepankan dialog untuk berbagai permasalahan yang dihadapi.Zapatero dikenal sebagai pemimpin yang sangat dingin ketika munculdalam perdebatan-perdebatan mengenai permasalahan di Spanyol. Halini memperlihatkan bahwa Zapatero tidak memiliki kekhawatiranberlebih ketika berhadapan dengan aktor lain yang dalam hal inimemiliki kesamaan pandangan ataupun berseberangan.

Sikap Zapatero di parlemen Spanyol yang dekat dengan partai-partaiminoritas yang justru menimbulkan masalah di dalam Spanyol sepertinasionalis Catalan. Zapatero memiliki hubungan baik dengan PartaiRepublican Left of Catalonia. Ketika Zapatero menjadi oposisi, Zapateromengajak Aznar untuk menyelesaikan permasalahan terorisme ETA(Euskadi Ta Askatasuna)1. Zapatero mengusulkan agar kedua partai agarbekerjasama dalam mencapai perjanjian dengan ETA. Karena Aznar

1 ETA bisa disebut pula sebagai Nasionalis Basque.

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 621

sangat tidak memercayai ETA untuk diajak dalam perundingan, namunZapatero memiliki pandangan lain.

Zapatero memiliki karakteristik yang sesuai dengan karakteristik yangdikemukakan oleh Hermann. Bahwa dengan pandangan filosofinyaterhadap kebebasan dan demokrasi, serta latar belakang dan gayakepribadiannya yang dimunculkan dari filosofinya Zapatero merupakanpemimpin dengan karakteristik konsiliatif seperti yang dikemukakanoleh Hermann. Sehingga dalam hal ini kemudian karakteristik ini akanmempengaruhi kebijakan luar negerinya terhadap Gibraltar denganmelihat prekondisi yaitu ketertarikan dan pengalaman Zapatero dalamurusan luar negeri. Dari karakter personal yang konsiliatif kemudianketika menjadi pemimpin, karakter tersebut akan terbawa dalamkebijakan luar negeri yang membina hubungan pertemanan dengannegara lain, mempertimbangkan banyak alternatif dalam sebuahmasalah, kecurigaan yang rendah terhadap motif dari negara lain, tidakmemiliki konsen terhadap kedaulatan dan identitas nasional.

Ketertarikan (Interest) Zapatero dalam Permasalahan LuarNegeri

Orientasi kebijakan luar negeri suatu negara dipengaruhi olehkarakteristik pemimpin pemerintahannya. Namun kondisi tersebutdiperkuat dengan prekondisi ketertarikan (interest) yang tinggi danpengalaman (training) yang rendah dari pemimpin pemerintah sebagaiaktor utama dalam pembuatan kebijakan luar negeri. Ketertarikanmenurut Hermann (1980) adalah ketertarikan dari seorang pemimpindalam isu-isu internasional dan juga permasalahan internasional yangberkaitan dengan negaranya. Sementara pengalaman adalahketerlibatan pemimpin dalam isu-isu internasional maupun perumusanpembuatan kebijakan sebelum menjadi pemimpin pemerintah.

Charless Powell (2009) mengatakan bahwa kebijakan luar negeriSpanyol pada masa pemerintahan Zapatero pada awalnya merupakanbentuk reaksi penolakan atas politik luar negeri perdana menterisebelumnya, Aznar. Meskipun begitu, seiring dengan berjalannya waktu,Zapatero kemudian menemukan modelnya sendiri yang jugamemberikan pandangan baru atas perdebatan mengenai identitas politikluar negeri dan peran Spanyol di dunia internasional (Powell, 2009:519). Pada awal masa pemerintahan Zapatero, dengan semakin besarnyakebutuhan untuk memantau dan mengkoordinasikannya secara khususserta kebutuhan untuk memberikan masukan-masukan pribadi padabeberapa masalah penting, Zapatero pun kemudian banyak terlibat didalamnya. Dan kemudian pada periode ke-dua pemerintahannya pada2008, Zapatero benar-benar memusatkan perhatiannya kepada politik

Salman Fauzi Rahmani

622 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

luar negeri dan menarik kembali kendali atas politik luar negeri darimenteri luar negeri kepada perdana menteri.

Namun sebenarnya kebijakan luar negeri Zapatero didasari pada politikluar negeri yang telah menjadi prioritas Spanyol sejak lama, yaitudiantaranya mendukung proses integrasi Eropa; menghargai hukuminternasional sebagaimana tercantum dalam PBB; memberi dukunganpublik kepada Iberoamerican Community of Nations; keterlibatan diwilayah Mediterania; mengutamakan hubungan trans-atlantik yang kuatdan seimbang baik secara multilateral dalam Uni Eropa dan NorthAtlantic Treaty Organisation (NATO) maupun secara bilateral antaraSpanyol dan Amerika Serikat; dan berkomitmen kepada usaha globaluntuk memerangi terorisme dan kejahatan internasional (Powell, 2009:525).

Joacquin Roy (2012) memberikan klasifikasi mengenai prioritas daripolitik luar negeri Spanyol. Tidak terkecuali, Zapatero juga memilikipandangan dan keterlibatannya dalam menjalankan prioritas politik luarnegeri Spanyol tersebut. Dalam prioritas hubungan luar negeri Spanyolterbagi ke dalam hubungan antara negara-negara tetangga(neighborhood), dunia Barat (western hemisphere), dan eksistensidalam lingkup global (Global Presence) (Roy, 2012: 11). Setiap prioritastersebut ditentukan berdasarkan latar belakang sejarah, geopolitik danjuga pressing issues dari Spanyol.

Zapatero memiliki keterlibatan dalam kaitannya dengan prioritaskebijakan luar negeri Spanyol. Dari beberapa negara yang mendapatperhatian khusus adalah negara-negara yang memiliki kedekatangeografis seperti Perancis, Gibraltar, dan Maroko. Lalu Spanyol jugamemiliki prioritas hubungan luar negeri di luar Eropa, yaitu denganAmerika Serikat dan kawasan Amerika Latin. Yang terakhir adalahmengenai prioritas dan eksistensinya dalam Uni Eropa dan aliansipertahanan NATO.

Di era pemerintahannya, Zapatero mulai mengorientasikan kembaliSpanyol ke Eropa dengan melirik untuk bergabung dengan axis Jerman-Perancis di Uni Eropa. Setelah pemerintahan sebelumnya banyakcondong kepada Amerika Serikat, Zapatero merubah hubungan luarnegerinya untuk kembali ke Eropa dengan coba untuk bergabungdengan dua kekuatan Eropa tersebut dalam kerangka Uni Eropa.Zapatero menyatakan “If we behave like proper Europeans, we havebetter chances of getting support for structural funds" (Isenson, 2004).

Salah satu yang dilakukan Zapatero untuk menarik perhatian adalahdengan menarik pasukan Spanyol dalam perang Iraq ditahun 2004.Perancis dan Jerman dalam hal ini tidak menyetujui adanya perangperang tersebut.

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 623

Usaha awal yang dilakukan oleh Zapatero mendapatkan respon yangpositif dari pemerintahan Perancis di era Jacques Chirac. Salah satusikap Chirac adalah dengan mendukung kampanye Zapatero dalamusaha referendum dalam European Treaty2 yang diajukan Spanyol,keduanya melakukan pertemuan di Barcelona sebagai campaignmeeting dari upaya Spanyol (Mestres, 2008). Begitu pula ketikaPerancis mengalami pergantian presiden ke era Nicolas Sarkozy ditahun2007. Zapatero dan Sarkozy memperakarsai perubahan ConstitutionalTreaty Uni Eropa tahun 2007 dalam kaitannya dengan kerjasamanegara-negara anggota Uni Eropa (Mestres, 2008). Selain itu untukmenangani permasalahan ETA, Zapatero dan Sarkozy juga menyetujuidiadakannya pertemuan rutin di Paris untuk membentuk tim investigasianti teror bersama (Chislett, 2008: 2).

Di era kepemimpinan Zapatero, Spanyol memperlihat perubahan yangsignifikan dalam menangani kawasan Maghreb terkait masalahperpindahan penduduk ke wilayah Spanyol dan Eropa. Dengankeberadaan Ceuta dan Melilla yang banyak dimasuki oleh para imigrandan juga Spanyol sebagai tempat transit para imigran menuju Eropa,Zapatero membuat usaha yang cukup berpengaruh terhadappermasalahan ini dengan melakukan perumusan untuk mengontrolperpindahan penduduk yang legal, menangkal perpindahan penduduksecara ilegal, memperkuat kendali di perbatasan, dan meningkatkanhubungan dengan negara-negara di kawasan tersebut yang menjadisumber perpindahan penduduk (Pinyol, 2008: 1). Untuk menanganipermasalahan ini kemudian Zapatero mengganti kementerian yangbertanggung jawab untuk mengurusi dari semula Ministry of theInterior ke Ministry of Labor and Social Affair. Sementara itu Zapaterojuga melakukan lobi-lobi di tingkat eksekutif dalam Uni Eropa.

Dalam menangani permasalahan perpindahan penduduk, Zapateromembuat “migration diplomacy” dengan negara-negara Sub-Sahara.Spanyol lebih memberikan perhatian dengan negara-negara di kawasanini dengan memberikan bantuan-bantuan pembangunan sebagaiinstrumen negosiasi dan juga melakukan pendekatan-pendekatandengan negara asal imigran. Permasalahan penduduk ini akhirnyamembuat pemerintahan dibawah Zapatero melakukan diplomasi dengannegara-negara yang selama ini tidak menjadi prioritas dalam kebijakanluar negeri Spanyol (Pinyol, 2008: 3). Di tahun 2006 pemerintahanZapatero mengadakan sebuah Action Plan Sub-Saharan African 2006-2008 yang salah satu poin utamanya adalah menangani masalah

2 European Treaty merupakan perjanjian antara negara-negara anggota Uni Eropa yang disetujuisecara bersama dan sukarela dalam kerangka hukum. Sehingga peraturan-peraturan yangdibuat dalam Uni Eropa akan diterapkan disemua negara anggota Uni Eropa.

Salman Fauzi Rahmani

624 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

perpindahan penduduk. Selain itu juga Zapatero merencanakan untukmembangun rel dan jalan di kawasan tersebut (Chislett, 2008: 2).Dalam lingkup Eropa, Spanyol bersama Maroko memrakarsai Euro-African Ministerial Conferrence on Migration and Development (Pinyol,2008: 3).

Hubungan Spanyol dengan Amerika Serikat merupakan salah satu isuyang paling disoroti dalam masa pemerintahan Zapatero. TindakanZapatero yang paling berani pada masa pemerintahannya adalahkeputusannya untuk menentang Amerika Serikat dengan menarikpasukan Spanyol dari Irak pada 2004 (Kausch, 2010: 4). MeskipunPresiden Bush menyatakan bahwa pemerintahnya mengormatikeputusan Zapatero, namun keputusan Zapatero untuk menarikpasukannya dari Irak menyebabkan Amerika Serikat kehilanggankepercayaan kepada Spanyol sebagai patner yang dapat diandalkan. Halini juga menciptakan fase terburuk pada hubungan bilateral Spanyol danAmerika Serikat sejak paska kepemimpinan Franco. Zapatero menjadisatu-satunya pemimpin Uni Eropa yang tidak pernah diundang keGedung Putih pada masa Bush. Dampak lebih jauh adalah kepada sikapdan pandangan bangsa Amerika Serikat terhadap Spanyol (Powell,2009: 525).

Namun dengan banyaknya usaha dan dialog, hubungan keduanya punpada akhirnya membaik dan pada 2007 Menteri Luar Negeri AmerikaSerikat untuk pertama kalinya mengunjungi Madrid sejak krisis Irakberakhir. Zapatero yang memilih untuk bersikap lebih keras terhadapAmerika Serikat banyak dinilai merupakan ekspresi dari pribadinyayang memiliki sifat laten anti-Amerika sebagaimana juga pandanganmayoritas pendukung sosialis Spanyol. Spanyol juga terus mendukungperdamaian dengan sebisa mungkin berpartisipasi dan membantuAmerika Serikat dalam hal selain perang, seperti dalam kasus Irak,Spanyol membantu dengan mendanai pemilihan umum di Irak (Powell,2009: 524).

Kemudian Zapatero juga terlibat dalam hubungannya dengan kawasanAmerika Latin. Berbeda dengan kawasan Sub-Sahara yang memilikiPlan of Africa yang dibuat atas inisiatif Zapatero, kebijakan luar negeriSpanyol dengan Amerika Latin dalam era pemerintahan Zapateroterlihat tidak menunjukan sebuah kerjasama yang signifikan. Zapaterotidak memberikan banyak pengaruh terhadap kawasan ini secara umum.Kerjasama Ibero-American tidak berjalan sesuai dengan yangdiharapkan di era Zapatero. Sikap Zapatero terhadap kawasan tersebutlebih bersifat bilateral antar negara ketimbang dengan kerjasama satukawasan. Zapatero gagal memberikan fasilitas antara Uni Eropa denganMERCOSUR dalam upaya kerjasamanya dengan kawasan. UpayaZapatero dalam kawasan Amerika Latin lebih dipandang pada

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 625

kedekatan ideologis yaitu sosialis ketimbang sejarah dan budaya dengannegara-negara di kawasan tersebut (Gratius, 2010: 2).

Meskipun Spanyol tidak mengalami perkembangan dengan Ibero-American Community of Nations, namun hubungan bilateral antaraSpanyol dengan beberapa negara Amerika Latin tetap terjalin (Powell,2009: 528). Zapatero berpendapat bahwa akan lebih baik bagi Spanyoluntuk melakukan kerja sama strategis dengan negara-negara kuat dikawasan. Negara-negara ini lebih mudah diprediksi dan keduanya dapatmewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial (Powell,2009: 529). Persiden Venezuela, Hugo Chavez menyatakan dirinya lebihmenyukai Zapatero daripada Aznar dan memberi Spanyol peran sebagaimediator dalam konflik antara Chavez dengan Presiden Colombia. EvoMorales juga melakukan kunjungan ke Spanyol tepat sebelum menjadiPresiden Bolivia untuk kemudian menasionalisasi industri minyak dangas Spanyol.

Zapatero juga melakukan kunjungan ke Buenos Aires yang untukpertama kalinya dilakukan Spanyol sejak 1997 sehubungan dengankepentingan perusahaan minyak Spanyol di Argentina. Zapatero jugamelakukan pendekatan kembali dengan Brazil yang merupakan tujuanterbesar kedua bagi investor Spanyol. Pendekatan juga dilakukanZapatero kepada Chili dan Meksiko untuk semakin merekatkanhubungan kedua negara (Powell, 2009: 529). Prestasi terbesar Zapaterodi Amerika Latin adalah kebijakannya terkait dengan Kuba yang manahubungan keduanya terhenti pada masa Fidel Castro dan Aznar karenaeksekusi tiga orang yang didakwa membajak sebuah kapal ferry (Powell,2009: 529). Keputusan Aznar yang banyak dikritik sebagai bentukterlalu patuhnya Spanyol kepada Bush ini diputarbalikkan oleh Zapaterodengan harapan bahwa selepas kepemimpinan Castro, Spanyol akandapat mengambil kembali posisinya di Kuba. Spanyol kembali menjalinhubungan dengan pihak pemerintah maupun oposisi Kuba meskipunusaha ini tidak begitu diterima.

Sikap yang paling utama dari kebijakan luar negeri Spanyol di eraZapatero adalah mengembalikan fokus hubungan luar negerinya keEropa, setelah sebelumnya Aznar lebih memilih berhubungan banyakdengan Amerika Serikat. Spanyol menjadi anggota pertama yangmengusulkan untuk melakukan referendum dalam ratifikasi EuropeanTreaty, dan kemudian voting diadakan pada November 2005. Di periodeawal Zapatero dalam Uni Eropa, keanggotaan Uni Eropa bertambah dariyang semula 15 menjadi 25. Sehingga Spanyol mengusulkan perluadanya referendum terkait kepemimpinan di dalam Uni Eropa. Spanyolmemiliki slogan dalam kampanyenya ini yaitu “The First Ones withEurope”, yang berarti bahwa komitmen Spanyol dalam mendukung danmenyatakan kembalinya orientasi politik Spanyol ke Eropa.

Salman Fauzi Rahmani

626 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Selain itu Zapatero memperlihatkan komitmen dalam Uni eropa denganterlibat dalam pembuatan joint document yang bertujuan untukmemperbaharuhi Constitutional Treaty Uni eropa yang diantaranya EUsingle personality, penambahan jatah voting mayoritas, pengembanganEuropean Area of Freedom, keamanan dan keadilan, kesamaankebijakan atas permasalahn migrasi, memperbaharui dan membangunkerjasama, pembangunan pemerintahan dalam zona Eropa,memperkuat kebijakan dalam masalah kesehatan, proteksi energi danmasyarakat sipil, klausa solidaritas, dan dukungan teradap regionalsekitar (Mestres, 2008).

Sementara sikap Zapatero dalam keanggotaan Spanyol dalam NATOtetap pada pendirian bahwa Zapatero tidak akan mendukung segalabentuk penyelesaian dengan perang. Dalam pertemuan pemimpinnegara anggota NATO di tahun 2008, Zapatero kembali menolak untukrencana pengiriman tentara tambahan ke Afganistan (Zuber, 2008).Bersama dengan pemerintah Jerman, Spanyol menolak mengirimtentara dan lebih memilih melakukan pendekatan pada masyarakat sipil.Spanyol kemudian membantu pembuatan rumah sakit dan jugapembangunan jalan di Afganistan sebagai upayanya tetap terlibat dalamNATO.

Pengalaman (Training) Zapatero yang Rendah dalamHubungan Luar Negeri Spanyol

Zapatero memulai karir politik di usia 16 tahun, yaitu di tahun 1976tepat beberapa minggu setelah kematian diktator Spanyol Franco.Zapatero terinspirasi dari pemimpin partai PSOE saat itu FelipeGonzalez yang kemudian menjadi Perdana Menteri Spanyol danmemutuskan masuk kedalam partai PSOE. Dua tahun kemudianZapatero melanjutkan pendidikannya dengan mengambil jurusanhukum di Leon University yaitu tahun 1982-1986. . Zapatero menjadiindividu yang menonjol di dalam PSOE dengan menjadi pemimpinorganisasi pemuda partai di Leon. Kemudian di tahun 1986 ketika iaberusia 26 tahun, Zapatero menjadi anggota parlemen partai termudaketika ia terpilih mewakili provinsi Leon (Del Pozo, 1960).

Di tahun 1988 Zapatero terpilih menjadi Sekertaris Umum partai PSOEdi provinsi Leon. Selama hampir sepuluh tahun Zapatero bekerja untukmelakukan perubahan partai secara internal, sebagai respon terhadapbanyaknya skandal korupsi yang dilakukan oleh anggota partai (DelPozo, 1960). Akhirnya di tahun 2000 setelah PSOE mengalamikekalahan dalam pemilihan umum Spanyol, internal partai mengadakanpemilihan untuk mencari pemimpin partai yang baru yang bisamembawa pembaruan terhadap partai. Walaupun Zapatero bukan

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 627

merupakan tokoh yang populer di Spanyol dan bahkan di internal partaiPSOE, Zapatero mengikuti pemilihan tersebut dengan didukung olehkelompok minoritas dalam partai yang bernama “Nueva Via” (“NewWay”). Kelompok tersebut berisikan anggota-anggota muda dalampartai yang bukan bagian dari anggota-anggota dalam pemerintahanGonzalez.

Zapatero terpilih dengan mengalahkan tiga kandidat lainnya yang lebihsenior darinya dan lebih dikenal (Marti, 2010: 5). Di tahun 2000akhirnya Zapatero resmi menjabat sebagai pemimpin partai PSOE diusianya yang ke 40. Dalam tiga tahun awal, Zapatero fokus padaperubahan internal partai PSOE dalam upayanya mempersiapkanpemilihan di tahun 2004. Di periode menjelang pemilihan umum diSpanyol, Zapatero mulai muncul sebagai pemimpin partai sosialis yangmerupakan oposisi dari pemerintahan Aznar. Pada saat dirinya menjadipemimpin partai oposisi pun Zapatero tidak banyak melakukanperjalanan ke luar negeri. Zapatero juga tidak dapat berbicara bahasaasing dan terlihat kurang rensponsif terhadap pengaruh eksternal(Powell, 2009: 529).

Karakter Personal Zapatero dalam Kebijakan Luar NegeriSpanyol terhadap Gibraltar

Kebijakan Luar Negeri Spanyol yang lebih memilih melakukankerjasama melalui Trilateral Forum dikarenakan nasionalisme Zapateroyang rendah. Karakternya tersebut menyebabkan kebijakan luar negeriSpanyol menjadi tidak begitu menaruh perhatian pada pengendalianidentitas nasional dan kedaulatan. Sejak isu Gibraltar mencuat di awalpemerintahan Franco, mengembalikan kedaulatan Gibraltar menjadiprioritas utama dari beberapa perdana menteri Spanyol sebelumZapatero. Keyakinannya terhadap bangsa yang tidak dimiliki olehzapatero sehingga Spanyol di bawah pemerintahannya mau langsungbekerjasama tentang perbatasan tanpa memperhatikan kepentingannasional Spanyol terhadap Gibraltar yaitu kedaulatan.

Kebijakan Zapatero untuk membahas permasalahan di perbatasanmenurut peneliti karena Zapatero tidak menaruh perhatian ataspermasalahan kedaulatan, terbukti dengan dikesampingkannya isu-isukedaulatan dalam kebijakan luar negerinya. Zapatero memilikinasionalisme yang rendah sehingga tidak memaksakan kedaulatanGibraltar sebagai prioritasnya. Tidak seperti pendahulu-pendahulunyayang memaksakan kedaulatan sebagai prioritas Spanyol terhadapGibraltar.

Salman Fauzi Rahmani

628 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Jika melihat posisi tukar Spanyol, apa yang dilakukan olehpemerintahan Spanyol sebelumnya merupakan kebijakan yang palingtepat karena Spanyol memiliki keuntungan wilayah yang berbatasanlangsung dengan Gibraltar. Namun Zapatero lebih mngutamakankerjasama di perbatasan sebagai kebijakan luar negerinya terhadapGibraltar. Sehingga menurut peneliti karakter personal Zapatero yangmemiliki nasionalisme rendah terlihat di kebijakan luar negerinyaterhadap Gibraltar.

Kemudian disepakatinya penggunaan Bandara di wilayah perbatasanantara Spanyol dan Gibraltar memperlihatkan bahwa Spanyol tidakbegitu konsen dalam mengendalikan keadaan. Penggunaan bandaraGibraltar membuat penerbangan sipil menuju Gibraltar menjadi terbukauntuk pertama kalinya. Kemudahan akses menuju Gibraltar hanya akanmelemahkan posisi Spanyol dalam hubungannya dengan Gibraltar.Karena kemudian Gibraltar akan semakin maju dalam akses danberkembang secara wilayah.

Keputusan Franco menutup jalur udara Spanyol pada tahun 1965sebagai upaya untuk memaksa Inggris menegosiasikan status Gibraltardan makin menyulitkan Gibraltar sebagai wilayah yang terpisah dariInggris. Kemudian PM Gonzalez sebelumnya juga menolak ajakanInggris untuk menegosiasikan penggunaan bandara Gibraltar secarabersama. Gonzalez berpendapat bahwa bandara bukan merupakantujuan dari Spanyol. Kebijakan ini juga mencerminkan bagaimanakarakter personal Zapatero dalam memandang sebuah permasalahan.Zapatero tidak memiliki keinginan untuk melakukan dominasi terhadappihak lain, sehingga mengenyampingkan kepentingan-kepentingannegara Spanyol dalam hal ini dalam melakukan hubungan denganGibraltar. Padahal menurut peneliti, bandara adalah bagian pentingdalam usaha Spanyol mengembalikan kedaulatan Gibraltar ke Spanyol.Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Spanyol padasaat itu, Miguel Angel Moratinos, tujuan diadakannya pertemuanterhadap Gibraltar adalah untuk menjalin hubungan dengan Gibraltar.Karakter personal Zapatero yang butuh afiliasi kemudian akan lebihmembawa kebijakan luar negerinya untuk lebih membuat dan membinahubungan pertemanan dengan negara lain. Dalam kasus Gibraltar,karakter tersebut sangat terlihat dengan memberikan Gibraltar haksuara sebagai pihak independen.

Sejak PBB memberikan keputusan agar permasalahan Gibraltardiselesaikan oleh kedua pihak yaitu Inggris dan Spanyol, Gibraltar tidakpernah terlibat dalam diskusi. Namun di kebijakan luar negeri Zapatero,Spanyol melibatkan Gibraltar untuk pertama kalinya dalam forumdialog. Walaupun dalam forum tersebut tidak dibahas mengenaikedaulatan, namun karakter personal Zapatero untuk membina

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 629

hubungan secara baik terlihat dalam kebijakan luar negeri tersebut.Zapatero lebih memilih menjalin hubungan baik terhadap Gibraltarketimbang para pendahulunya yang tidak pernah melibatkan Gibraltar.Salah satu sikap Spanyol tersebut memperlihatkan bagaimanakarakteristik personal Zapatero tercermin dalam kebijakan luarnegerinya terhadap Gibraltar. Selain itu Spanyol juga membinahubungan pertemanan dengan Inggris karena juga kebutuhan afiliasikarena sama-sama tergabung dalam Uni Eropa dimana Zapateromenginginkan adanya integrasi di eropa.

Karakter personal Zapatero yang sangat penuh pertimbangan dalammengambil sebuah keputusan juga mempengaruhi kebijakan luar negeriSpanyol terhadap Gibraltar. Karakter yang penuh pertimbangan dalammengambil sebuah keputusan tidak akan tertutup dalam menerimainformasi-informasi sekitarnya. Dengan forum dialog memperlihatkanbahwa Spanyol dibawah pemerintahan Zapatero sangat memilikikemampuan untuk mempertimbangkan alternatif yang luas. Denganmelibatkan Gibraltar, kebijakan luar negeri Spanyol tersebut terlihatdari karakter Zapatero yang sangat terbuka terhadap informasi dalammengambil kebijakannya. Spanyol dibawa tidak sendiri dalammenentukan kebijakan namun perlu untuk melihat suara dari Gibraltardalam sebuah dialog.

Jika di pemerintahan sebelumnya kedaulatan tentang Gibraltarhanyalah tujuan utama kebijakan luar negeri Spanyol, maka denganbuntunya perundingan Spanyol sebelumnya, Zapatero bisamempertimbangkan beberapa pilihan alternatif dalam kasus Gibraltar.Terbukti Zapatero tidak membahas mengenai kedaulatan terhadapGibraltar sebagai tujuannya melainkan dengan mengadakan forum danmebiarkan agenda terbuka demi mendengarkan keinginan dariGibraltar. Gibraltar sangat menolak integrasi kedaulatan kembali keSpanyol, sehingga Spanyol terlihat mempertimbangkan keinginan dariGibraltar tersebut.

Dalam kebijakan luar negeri Spanyol di bawah pemerintahan Zapateroterhadap Gibraltar dibahas banyak poin terkait hubungan ketiga pihakyang terlibat. Spanyol sangat terbuka terkait isu-isu yang dibahas dalamdialog tersebut. Dialog merupakan salah satu karakter Zapatero dalammencari solusi atas sebuah permasalahan. Sehingga dapat dikatakanbahwa karakter Zapatero yang penuh pertimbangan menyebabkanSpanyol memiliki alternatif yang cukup luas dalam mencari solusi atasmasalah.

Lalu kecurigaan yang rendah dari Zapatero ini kemudianmemperlihatkan bagaimana hubungannya terhadap motif dari pihaklain (Gibraltar dan Inggris). Melibatkan Gibraltar dalam forum dialog

Salman Fauzi Rahmani

630 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

memperlihatkan bahwa Zapatero tidak memiliki kecurigaan bahkankecemasan dengan motif-motif Gibraltar. Penolakan sharingsovereignty dan juga referendum konstitusional tahun 1969 danReferendum tahun 2002 tidak cukup membuat Zapatero memilikikecurigaan berlebih terhadap Gibraltar. Padahal jika dilihat Gibraltartidak pernah ingin kembali ke kedaulatan Spanyol.

Karakter Zapatero yang lebih percaya terhadap pihak lain membuatSpanyol melakukan kerjasama dengan Gibraltar walaupun negosiasitentang masalah Gibraltar telah berlangsung lama dan memperlihatkanpola umum dari sikap Gibraltar. Walaupun kedaulatan tentang Gibraltardibahas oleh Inggris dan Spanyol, namun menurut peneliti walaupundengan mengadakan kerjasama dengan Gibraltar, tidak merubahapapun tentang pandangan Gibraltar terhadap Spanyol.

Perilaku Spesifik Kebijakan Luar Negeri Spanyol TerhadapGibraltar Berdasarkan Karakter Personal Zapatero

Permasalahan tentang Gibraltar tidak menemui titik temu antara keduapihak yaitu Inggris dan Spanyol dan juga pihak yang disengketakan yaituGibraltar. Permasalahan ini sejatinya diserahkan kepada dua negarasebagai yang bersengketa. Namun sikap dan penolakan yang ditunjukanGibraltar akhirnya menjadi tantangan baru bagi Spanyol. KetikaZapatero memimpin spanyol, Zapatero langsung menunjukanperubahan orientasi yang akan dilakukannya terhadap Gibraltar. Ditahun 2004 Zapatero mengatakan kepada Majelis Umum PBB sebelumdimulainya pertemuan bahwa Spanyol akan dengan hormatmenegosiasikan isu Gibraltar dan berharap dapat mendapatkan solusiyang menguntungkan kawasan dan mulai mendengarkan pihak ketigayang sebenarnya tidak memiliki otonomi dalam perundingan yaituGibraltar (Bartumeus, 2004: 4). Sebelumnya Direktur Jenderal untukEropa dari Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan kepada mediabahwa pihak Spanyol telah memberi tahu kepada pemerintah Gibraltaruntuk mengembangkan kerjasama di tingkat lokal (Bartumeus, 2004:4).

Setelah perjanjian Cordoba, isu selanjutnya dibahas dalam forumselanjutnya. Isu yang dibahas adalah kerjasama dalam isu-isulingkungan, pelayanan finansial dan pajak, kerjasama dalam penerapanhukum, pendidikan, komunikasi maritim dan permasalahan visaSchengen. Spanyol dibawah Zapatero memperlihatkan kepada publiktentang adanya perubahan orientasi kebijakan luar negeri dalam jangkapendek terkait permasalahan Gibraltar. Pernyataan tentang perubahanorientasi ini disebabkan oleh karakteristik personal yang konsiliatif.Menurut Hermann pemimpin dengan kebutuhan akan afiliasi yang

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 631

tinggi akan memiliki orientasi participatory yang ditunjukan olehSpanyol disebabkan kebutuhan mereka dalam afiliasi. Zapateromembawa Spanyol untuk berubah dalam menangani permasalahanGibraltar yang yang sebelumnya menemui kegagalan setiap perdanamenterinya. Kedua pihak kemudian mewujudkan inisiatif tersebutdengan menyiapkan Joint Committee for Cooperation and Colaboration,yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menentukan, mempromosikan,mengembangkan dan mencoba joint action untuk keuntungan bersamabagi kedua pihak dan populasi, dan juga untuk keuntungan kerjasamayang baik dan hubungan ketetanggaan (Bartumeus, 2004: 3).

Mengemukakan pernyataan tentang perubahan orientasinya terkait isuGibraltar dikatakan sebagai orientasi participatory dari Spanyolterhadap Gibraltar. Zapatero memiliki karakter konsiliatif yang dimanamembutuhkan afiliasi dalam perilaku kebijakan luar negerinya.Pernyataan terhadap publik tentang perubahan orientasi perludilakukan terhadap Gibraltar karena supaya pihak lain –Gibraltar danInggris- menangkap tentang adanya perubahan yang akan dilakukanoleh Spanyol. Berbeda dengan Aznar yang tidak menyatakan tentangorientasi yang akan dilakukannya pada tahun 2001 yang gagal karenaGibraltar menolak dan Aznar hanya melakukan perjanjian denganpemerintah Inggris tanpa diketahui publik terutama Gibraltar.

Kemudian Zapatero melakukan kebijakan luar negerinya terkaitGibraltar tanpa mengesampingkan Gibraltar yang sebelumnya tidakdilibatkan sebagai pihak independen. Gibraltar sebagai pihak yangdisengketakan oleh Spanyol dan Inggris memang tidak memiliki hakdalam perundingan sengketa wilayah ini. Namun sejak 2004 Spanyoldibawah Zapatero tidak melakukan kebijakan luar negerinya secaraindependen, melainkan interdependen. Interdependen dalam hal inidiartikan diambil dengan melibatkan pihak lain selain Inggris, yaituGibraltar. Mulai tahun 2004 Spanyol, Inggris, dan Gibraltar terlibatdalam proses diskusi yang dibentuk sebagai upaya menyelesaikanbeberapa isu yang diselesaikan tidak dengan kepala dingin terkaitsengketa mengenai Gibraltar.

Proses diskusi tersebut disebut dengan Tripartite Forum of Dialogue,yang ditandai dengan dua fitur penting. Yang pertama bahwa diskusitentang kelanjutan status Gibraltar secara formalnya hanya melibatkandua pihak yaitu Inggris dan Spanyol, namun dalam pemerintahanZapatero Spanyol melibatkan Gibraltar pertama kali sebagai partisipanyang memiliki suara sendiri, terpisah dengan Inggris. Lalu yang keduaadalah forum diadakan dengan agenda terbuka dimana apapun bisadidiskusikan terkait dengan Gibraltar (Gold, 2009: 4).

Salman Fauzi Rahmani

632 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Perilaku kebijakan luar negeri seperti ini memungkinkan dilakukankarena karakteristik personal Zapatero yang memiliki kepercayaan yangtidak begitu menaruh perhatian terhadap pentingnya Spanyol untukmengendalikan situasi. Zapatero tidak terlalu memperdulikanbagaimana peran negaranya dalam sengketa kasus ini. Lalu yang jugamenjadi penting adalah Zapatero memiliki karakter yang percayaterhadap pihak lain. Karena itu kemudian dari sifat konsiliatif Zapateromenjadi sangat berpengaruh dalam menentukan kebijakan luarnegerinya akan diambil secara independen atau interdependen. Ini jugasebagai respon terhadap kerasnya sikap Gibraltar sebelumnya terhadapSpanyol.

Sikap Zapatero yang konsiliatif juga ditunjukan dengan komitmen yangditunjukan oleh Spanyol. Setelah mengumumkan kepada publik tentangperubahan orientasi dan kemudian melibatkan Gibraltar dalam prosesnegosiasi Tripartite Forum Dialogue, Spanyol di pemerintahan Zapaterokemudian membuat komitmen nyata tentang keseriusannya dalamperilaku kebijakan luar negerinya. Komitmen disini dapat dilakukankarena karakter Zapatero yang konsiliatif. Komitmen akan membatasiperilaku tiap pemerintahan yang terlibat di masa depan. Spanyolmemperlihatkan keinginannya untuk berkomitmen dalam masalahGibraltar supaya dapat melakukan kerjasama yang salingmenguntungkan.

Komitmen antara Spanyol dan Gibraltar dibuat dalam CordobaAgreement 2006. Dalam pertemuan kelima antara ketiga pihak tersebutakhirnya disepakati sebuah komitmen yang membatasi perilaku setiappihak dalam perilakunya dan menghargai komitman yang telahdisepakati. Dalam Cordoba Agreement 2006 tersebut disepakatibeberapa isu yang menjadi permasalahan diantara Spanyol, Inggris danGibraltar. Yang pertama adalah masalah penggunaan bandara Gibraltar,dimana untuk pertama kalinya penerbangan sipil dibuka menujuGibraltar. Pengelolaan dikendalikan oleh Gibraltar dan Inggris bolehmenggunakannya sebagai basis pertahanan militernya. Kemudiantentang dana pensiun para pekerja Spanyol yang bekerja di Spanyolakan dibebankan kepada pemerintahan Gibraltar. Lalu tentang lalulintas dan telekomunikasi di wilayah perbatasan, Spanyol meningkatkanjalur transportasi dan telekomunikasi antara Spanyol dan Gibraltar.Kemudian yang terakhir adalah tentang pendirian institusi Spanyol diGibraltar, ini semacam bangunan untuk mempromosikan budaya danbahasa Spanyol di Gibraltar (Gold, 2009: 9).

Komitmen terus berlanjut paska Cordoba Agreement yaitu denganmembahas permasalahan lingkungan, pelayanan finansial dan pajak,kerjasama penerapan hukum, pendidikan, komunikasi maritim, danmasalah visa Schengen (Gold, 2009: 9). Komitmen ini diambil dengan

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 633

karakter Zapatero yang konsiliatif. Zapatero menganggap Gibraltarsebagai pihak yang bisa menguntungkan bagi Spanyol, dan juga sebagaiafiliasi Spanyol dalam menangani masalah di perbatasan.

Dalam serial pertemuan antara ketiga negara, Spanyol dibawah Zapaterocoba untuk memberikan affect atau pengaruh yang positif terhadapGibraltar. Spanyol membangun hubungan yang positif terhadapGibraltar. Meskipun sebelumnya Gibraltar memiliki sifat yang kerasterhadap Spanyol, namun dibawah pemerintahan Zapatero Spanyol cobatampil sebagai pihak yang berteman dengan Gibraltar. Tujuan utamaSpanyol adalah kembalinya Gibraltar kepada Spanyol. Namun Spanyoltidak membahas permasalahan mengenai kedaulatan tentang Gibraltar.Pembicaraan tentang kedaulatan akan dilakukan ketika Gibraltar sudahmemiliki pandangan baik terhadap Spanyol.

Zapatero yang memiliki karakter personal yang konsiliatif tidak akanmelakukan sebuah tindakan yang menekan atau bahkan merusakhubungan dengan melakukan konfrontasi lagi. Sehingga Spanyol tetapmerespon dengan pengaruh yang “low, positive profile” ini karenaZapatero tidak mudah curiga dan mempercayai Gibraltar (Hermann,1980: 32). Kemudian feedback merupakan kelanjutan dari bagaimanaSpanyol melihat respon dari setiap perilaku kebijakan luar negerinyaterhadap Gibraltar. Spanyol selalu melihat bagaimana respon ataufeedback dari Gibraltar dalam menentukan perilaku. Dalam kasus iniGibraltar terlah banyak menolak usulan dan perundingan mengenaiperpindahan kedaulatan. Keinginan Gibraltar adalah selalu menjadibagian dari Inggris tanpa menginginkan adanya sebuah kemerdekaanatau berdiri sendiri sebagai sebuah negara.

Sehingga Zapatero tidak melakukan kerjasama dalam kaitanya dengankedaulatan melainkan kerjasama di sektor lain untuk memberikanpandangan positif tentang Spanyol. Zapatero tidak begitumemerioritaskan posisi Spanyol sebagai pihak yang mengendalikandalam hubungan nya dengan Gibraltar, Zapatero hanya inginmemberikan pandangan postif mengenai kebijakan luar negerinyaterhadap Gibraltar. Kebijakan luar negeri Zapatero terhadap Gibraltarkemudian juga sangat mengacu kepada feedback dari Gibraltarsebelumnya. Penolakan atas berbagai usulan perundingan terhadapkedaulatan menjadikan Spanyol dibawah Zapatero tidak inginmengulangi penolakan dari Gibraltar. Karena pemimpin konsiliatifkemudian akan memberikan sesuatu yang bisa lebih diterimaberdasarkan feedback sebelumnya.

Salman Fauzi Rahmani

634 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Kesimpulan

Karakteristik personal Zapatero dilihat sebagai pemimpin yangkonsiliatif setelah melihat psikobiografi Zapatero sebagai pemimpinyang besar dan banyak dipengaruhi oleh orang-orang sosialis.Kepribadian Zapatero sebagai seorang yang santai dan tenang menjadiciri tersendiri bagi karakternya. Kepercayaan substantif Zapateromerupakan hal yang paling berpengaruh dalam meilhatkarakteristiknya, Zapatero sangat meyakini nilai-nilai yang demokrasidan kebebasan. Sementara itu gaya bahasa Zapatero banyak terlibatdengan publik, memperlihatkan bagaimana Zapatero sangatmemperhatikan opini publik dan mengambil keputusan sertamengedepankan dialog.

Dari pembahasan tersebut kemudian dikaitkan dengan karakteristikpersonal yang dikemukakan oleh Hermann. Zapatero bukan seorangdengan nasionalisme tinggi terhadap Spanyol dikarenakan besar danbanyak dipengaruhi oleh orang-orang yang berseberangan dengannasionalisme Spanyol yang dibentuk Franco. Zapatero juga bukanpemimpin yang mengutamakan peran utama dalam setiap keadaannya,karena ia menganut kebebasan dan demokrasi dimana membutuhkanbanyak keterlibatan dan pandangan didalamnya. Zapatero juga seorangyang membutuhkan afiliasi karena Zapatero membutuhkan dukungan-dukungan bagi ide-idenya, dan setiap keputusannya tidak diambilberdasarkan pemikirannya saja melainkan melibatkan banyak pihakkarena kebutuhannya menjadi pemimpin yang mengerti publik. Danyang terakhir dari filosofinya tentang demokrasi dan kebebasanmembuatnya tidak memiliki karakter yang mudah curiga terhadap pihaklain, karena Zapatero sangat menyukai dialog dalam berbagai masalah.Setelah terbukti bahwa Zapatero memiliki karakteristik yang konsiliatifmaka orientasi kebijakan luar negeri Spanyol terhadap Gibraltarkemudian sangat mungkin dipengaruhi oleh karakter Zapatero yangkonsiliatif. Hal ini dikarenakan Zapatero memenuhi prekondisi yangmemperlihatkan bahwa Zapatero memiliki ketertarikan tinggi yangdilihat dengan keterlibatannya dalam prioritas kebijakan luar negeriSpanyol dan beberapa kebijakan luar negeri yang mengejutkan dariZapatero dan tidak memiliki pengalaman tentang pembuatan kebijakanluar negeri karena Zapatero hanya fokus pada politik dalam negeri dantidak sama sekali tertarik dengan isu-isu internasional sebelumnya.Maka makin memungkinkan karakter personalnya sangat terlihat dalamkebijakan luar negeri Spanyol.

Dari kedua pembahasan tersebut maka orientasi participatory Spanyolterhadap Gibraltar memang dapat dikatakan mencerminkankarakteristik konsiliatif Zapatero sebagai pemimpin Spanyol. Kebijakanluar negeri Spanyol pada pemerintahan Zapatero melihatkan tentang

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 635

pengembangan karakter personal Zapatero. Kebijakan luar negeriSpanyol terhadap Gibraltar memiliki karakter yang sama denganZapatero sebagai Perdana Menteri Spanyol saat itu.

Selain itu, karakter personal dan orientasi participatory Zapateroterlihat dalam perilaku spesifik kebijakan luar negeri Spanyol yangdiambil. Dimulai dengan memberikan pernyataan kepada publik tentangperubahan orientasinya di PBB, kemudian dilakukan secarainterdependen dengan melibatkan Gibraltar sebagai pihak yang sama,memberikan komitmen dengan disepakatinya Cordoba Agreement2006, dan memberikan hubungan yang positif dengan tidak membahasisu kedaulatan dengan Gibraltar.

Daftar Pustaka

Buku

Chislett, William. Spain; What Everyone Needs to Know, Oxford, NY;Oxford University Press, 2013.

D.S. Morris dan R.H. Haigh, Britain, Spain, and Gibraltar 1945-1940:The Eternal Triangle, Routledge, London: 1992.

Beach, Lee Roy dan Connolly, Terry. The Psychology of DecisionMaking: People in Organizations, Thousands Oaks, CA: SagePublication, 2005.

Gold, Peter. Gibraltar: British or Spanish, Routlledge, NY: RoutledgePub, 2005.

Greenstein, Fred I. “Personality and Politics” dalam EncyclopediaGovernments and Politics, diedit oleh Mary Hawkesworth danMaurice Kogan, 355-376. Routledge, London: Taylor and Francis,1992.

Hudson, Valerie M. Foreign Policy Analysis: Classic andContemporaryTheory New York: Rowman & Littlefield Publishers,2007.

Jordine, Melissa R. The Dispute Over Gibraltar Arbitrary Border, NY:Infobase Publishing, 2007.

Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin danMetodolog. LP3ES: Jakarta, 1990.

Magone, Jose M. Contemporary Spanish Politics Routledge: NY, 2004.Morris, D.S. dan Haigh R.H. Britain, Spain, and Gibraltar 1945-1940:

The Eternal Triangle. Routledge, London: 1992.Silalahi, Uber. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Unpar Press, 2006.

Salman Fauzi Rahmani

636 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Jurnal

Bollen, Kenneth dan Medrano, Juan Diez. “Who are the Spaniard?Nationalism and identification in Spain” Social Forces, Vol. 77, No. 2(JSTOR, 1998): 587-621.

Chislett, William. “Inside Spain 76” Real Instuto Elcano. 1-9http://www.realinstitutoelcano.org/materiales/insidespain/76_InsideSpain_ElcanoNewsletter.pdf (diakses Desember 2013).

Gold, Peter. “The Tripartite Forum of Dialogue: Is this the Solution tothe ‘Problem’ of Gibraltar?” Mediterrnean Politics, Vol. 14, Issue 1(Routledge, 2009): 79-97.http://eprints.uwe.ac.uk/16385/8/Tripartite%20forum%20Article%20Jan%2009%20revised.pdf (diakses Agustus 2013).

Gratius, Susanne “Why Does Spain Not Have a Policy For LatinAmerica” Policy Brief, Januari No. 29 (Fride, 2010): 1-5.

Hermann, Margaret G. ”Explaining Foreign Policy Behavior Using thePersonal Characteristic of Political Leaders” International StudiesQuarterly,Vol. 24, No. 1 (Blackwell Publiishing, 1980): 7-46.

Kausch, Kristina. “Spain’s Diminished Policy in the Mediterranean”,Policy Brief, Januari No. 26 (Fride, 2010): 1-5.

Lehne, Stefan. “The Big Three in EU Foreign Policy” The CarnegiePapers, (Carnegie Endowment, 2012): 1-31.

Lincoln, Simon. “The Legal Status of Gibraltar: Whose Rock is itAnyway?” Fordham International Law Journal, Vol. 18, Issue 1(Berkeley Electronic Press, 1994): 285-331.http://ir.lawnet.fordham.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1405&context=ilj (diakses Agustus 2013)

Marti, Jose Luis .“The Spanish Context” dalam A Political Phylosophy inPublic Life: Civic Republicanism in Zapatero’s Spain. Jose LuisMarti dan Philip Pettit, (Princeton, NJ: Princeton University Press,2010): 1-30.

Mestres, Laia. “Zapatero,s Spain Among the Larger Member States?Between institutional Weight and Alliances,” dalam Spain in Europe2004-2008, ed. Esther Barbe, Number 2 (Observatori de PolíticaExterior Europea, 2008). http://www.iuee.eu/pdf-publicacio/129/5BwqDa1T7EeoB8gaDTKE.PDF (diakses 20Desember 2013).

Mathieson, David. “Spanish Steps : Zapatero and the Second Transitionin Spain” (London: Policy Network, 2007): 1-39.

Pinyol, Gemma. “Spain’s Immigration Policy as a new instrument ofexternal action” dalam Spain in Europe 2004-2008, ed. EstherBarbe, No. 9 (Observatori de Política Exterior Europea, 2008): 1-6.http://ddd.uab.cat/pub/estudis/2008/hdl_2072_204386/9.pdf(diakses 20 Desember 2013)

Powell, Charles. “A Second Transition, or More of the Same? SpanishForeign Policy under Zapatero,” South European Society and

Pengaruh Jose Zapatero Terhadap Kebijakan Spanyol pada Kasus Gibraltar

Jurnal Analisis HI, Maret 2014 637

Politics, Vol. 14, No. 4 (Taylor & Francis, 2009): 519-536.http://transatlantic.sais-jhu.edu/publications/articles/2009_Spanish_Foreign_Policy_under_Zapatero_by_Charles_Powell.pdf (diakses Oktober 2013).

Roy, Joaquin. “Spain: Foreign Relations and Policy” The JeanMonnet/Robert Schuman Paper Series (University of Miami, 2012):1-29. http://aei.pitt.edu/43443/1/Roy_SpainForeignRelations.pdf(diakses Agustus 2013).

Selway, Laura. “Spanish Foreign Policy From Aznar to Zapatero”(independent Study, 2006): 1-87.

Waibel, Michael. Gibraltar (Max Planck Encyclopedia of PublicInternational Law, Oxford University Press: 2009): 1-9.http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1919628(diakses Agustus 2013).

Artikel Online

Charlemagne. “Jose Luis Rodriguez Zapatero, Spain’s new socialist,” TheEconomist, 25 Januari, 2001.http://www.economist.com/node/485877 (diakses 25 Desember2013).

Central Intelligence Agency (CIA). “Gibraltar,” The World Factbook.https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/gi.html (diakses 28 April 2013).

Country Studies. “Spain and France”.http://countrystudies.us/spain/94.htm (diakses 20 Desember,2013).

Del Pozo, Marcelo. “Jose Luiz Rodriguez Zapatero Biography”. 4Agustus 1960 http://www.notablebiographies.com/news/Sh-Z/Zapatero-Jos-Luis-Rodr-guez.html (diakses 20 Desember 2013).

European Union. “European Treaty”. http://europa.eu/about-eu/basic-information/decision-making/treaties/index_en.htm (diakses 20Desember 2013).

Government of Gibraltar. Political Development.http://www.gibraltar.gov.gi/political-development (diakses 30 April2013).

Henderson, Barney. “Gibraltar: timeline of dispute between Britain andSpain”, The Telegraph, 13 Agustus, 2013.http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/spain/10230698/Gibraltar-timeline-of-dispute-between-Britain-and-Spain.html(diakses 4 November, 2013).

Isenson, Nancy. “Spain Gets Back to Bussiness” Deutsche Welle, 13September 2004, http://www.dw.de/spain-gets-back-to-business/a-1324543 (diakses 20 Desember 2013).

“King, Prime Minister, and Council of Minister” Country Studies,http://countrystudies.us/spain/76.htm (diakses 20 Desember 2013).

Salman Fauzi Rahmani

638 Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 1

Liberal Party of Gibraltar. Agreements Arrived at in Cordoba, Spain onthe Airport, Pensions, Telecommunications, Frontier Flow and"Instituto Cervantes" (2006). http://www.liberal.gi/treaty-agreements.php (diakses 30 April 2013).

NY Times, Prime Minister Jose Luis Rodriguez Zapatero’s Interview. 6Mei 2004,http://www.nytimes.com/2004/05/06/international/europe/07SPAIN-TXT.html (diakses 26 Desember 2013).

Peta Geografi (Gibraltar). World Atlas (2013).http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/europe/gi.htm(diakses Oktober 2013).

Spain View. “Jose Luis Rodriguez Zapatero”.http://www.spainview.com/people/biog_zp.html (diakses 20desember 2013).

“Spain and France” Country Studies,http://countrystudies.us/spain/94.htm (diakses 20 Desember,2013).

Zuber, Helena. “Spain and NATO: More Troops for Afghanistan?”Spiegel online, 29 Maret 2008http://www.spiegel.de/international/world/spain-and-nato-more-troops-for-afghanistan-a-544189.html (diakses 21 Desember 2013).

Video Online

Youtube World View, A Worldview Interview with Jose Luis RodriguezZapatero, http://www.youtube.com/watch?v=-Kl_mSae0Uw(diakses 25 Desember 2013).