pengaruh injeksi intramatriksial ekstrak dna darah …digilib.unila.ac.id/61025/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
-
PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH TALI
PUSAT MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN KUKU
PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley
( Skripsi )
Oleh
Kuntum Sureda
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2020
-
PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH TALI
PUSAT MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN KUKU
PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley
Oleh
Kuntum Sureda
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus Sarjana Kedokteran
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2020
-
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF INTRAMATRICIAL INJECTION EXTRACT DNA
OF HUMAN UMBILICAL CORD BLOOD ON NAIL GROWTH IN
Sparague dawley strain WHITE MALE RATS (Rattus norvegicus)
By
KUNTUM SUREDA
Background: Nails are additional skin tools that have physiological functions to
protect the fingertips and aesthetic functions to support appearance. At this time
many events can cause lesions on the nails and require a long time to heal the nail
completely. Extract DNA of human umbilical cord blood has the ability to assist
the process of nail growth. This study aims to determine the effect of intramatricial
injection extract DNA of human umbilical cord blood on nail growth including the
length and time of nail growth.
Method: This research was an experimental laboratory study using 18 white rats
that were nailed and divided into control groups (K1), treatment groups (P1) and
treatment groups (P2). Observations were made on the length of nail growth using
calipers and nail growth time which was carried out for 14 days. Data were analyzed
using One Way ANOVA and Kruskal Wallis statistical tests with α: 5% values.
Result: The length of the nail growth showed the results of the data analysis test of
p
-
ABSTRAK
PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL EKSTRAK DNA DARAH
TALI PUSAT MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN KUKU PADA
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
GALUR Sprague dawley
Oleh
KUNTUM SUREDA
Latar Belakang: Kuku merupakan alat tambahan kulit yang mempunyai fungsi
fisiologis untuk melindungi ujung jari dan fungsi estetis untuk menunjang
penampilan. Pada saat ini banyak kejadian yang dapat menyebabkan lesi pada kuku
dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyembuhkan kuku secara utuh.
Ekstrak DNA darah tali pusat manusia memiliki kemampuan dalam membantu
proses pertumbuhan kuku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia terhadap pertumbuhan
kuku yang meliputi panjang dan waktu pertumbuhan kuku.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan
menggunakan 18 ekor tikus putih yang diavulsi kukunya dan dibagi menjadi
kelompok kontrol (K1), kelompok perlakuan (P1) dan kelompok perlakuan (P2).
Pengamatan dilakukan terhadap panjang pertumbuhan kuku menggunakan jangka
sorong dan waktu pertumbuhan kuku yang dilakukan selama 14 hari. Data
dianalisis menggunakan uji statistik One way ANOVA dan Kruskal wallis dengan
nilai α : 5%.
Hasil: Panjang pertumbuhan kuku menunjukkan hasil uji analisis data sebesar
p
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dillahirkan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1999. Penulis merupakan putri
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zulmahdi dan Ibu Karmita.
Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 01 Manggarai
Selatan pada tahun 2004-2010, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri
3 Jakarta pada tahun 2010-2013, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri
55 Jakarta pada tahun 2013-2016. Pada tahun 2016, penulis diterima sebagai
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif pada organisasi FSI Ibnu Sina pada
tahun 2017 sebagai anggota divisi Media dan Syi’ar (MEDIS) dan pada organisasi
Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam dan Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis
Rescue Team sebagai anggota divisi Organisasi.
-
Bissmillahirrahmanirrahim
Segala puji hanya milik Allah SWT atas
rahmat, nikmat dan kasihNya yang tak
pernah berhenti diberikan kepadaku selama
ini. Sholawat serta salam selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW.
Ku persembahkan karya ini untuk kedua
orang tuaku tercinta, abak dan amak yang
telah membesarkan dan mendidikku dengan
kasih sayangnya. Selalu memberi dukungan,
nasihat, harapan pada diriku dan do’a yang
tak pernah hentinya menyertaiku menuju
kesuksesan.
DO THE BEST AND LET ALLAH DO THE
REST.
-
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini, serta shalawat dan salam penulis junjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keberadaannya membuat hati tenang meskipun belum pernah
bertemu.
Atas kehendak dan karunia Allah, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “PENGARUH INJEKSI INTRAMATRIKSIAL
EKSTRAK DNA DARAH TALI PUSAT MANUSIA TERHADAP
PERTUMBUHAN KUKU PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
GALUR Sprague dawley” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Karomani,M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung;
2. Dr. Dyah Wulan SRW,S.K.M., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung;
3. Dr. dr. Evi Kurniawaty, S.Ked., M.Sc selaku Pembimbing Satu yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran dan nasihat
yang bermanfaat dalam penelitian skripsi ini;
-
4. Dr. dr. Ety Apriliana, S.Ked., M.Biomed selaku Pembimbing Dua yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran dan nasihat
yang bermanfaat dalam penelitian skripsi ini;
5. dr. Rasmi Zakiah Oktarlina, S.Ked., M.Farm selaku Pembahas skripsi yang
bersedia meluangkan waktu dan kesediannya untuk memberikan kritik, saran
dan nasihat yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. Ayah dan ibu tercinta, Bapak Zulmahdi dan Ibu Karmita yang paling spesial
dalam persembahan ini atas segala doa dan dukungan yang tidak pernah putus.
Terima kasih selalu menjadi pengingat dan penguat dalam setiap langkah
kehidupan yang kujalani. Semoga hasil penelitian ini menjadi ilmu yang
berbuah pahala bagi mereka berdua;
7. Kakak dan adik saya, Riwa Orapakel dan Topaz Orapakel yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil;
8. Seluruh keluarga besar yang turut memberikan dukungan kepadaku untuk
menyelesaikan pendidikan, terkhusus pada Mak Tuo dan Pak Tuo serta sepupu
saya Uni Putri;
9. dr. Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp.PK selaku Pembimbing Akademik atas
waktu dan bimbingannya;
10. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
atas segala ilmu dan bimbingan yang kelak akan digunakan sebagai bekal
dalam menjalankan tugas sebagai dokter;
11. Ny. N, yang telah bersedia memberikan tali pusatnya untuk digunakan dalam
penelitian ini;
-
12. Sahabat yang selalu mendukung, membantu dan menemani saya sejak
dibangku SMP hingga sekarang Pepy Fajriah Nataayu terima kasih atas
hiburannya dikala saya sedang susah;
13. Teman yang selalu membantu dalam kehidupan sehari-hari maupun
perkuliahan: Desti Dwi Rahmah, Nursilri Meidania, Fauziah Dwi Apriani dan
Aulia Salma Azmi terimakasih atas segala bantuan yang sudah diberikan;
14. Teman seperjuangan dalam hal bertahan hidup di Fakultas Kedokteran ini
Rahma terimakasih atas kerja samanya;
15. Teman yang tergabung dalam penelitian sel punca; Yasmin, Komden, Restu,
Carla, Ihsan, Asyraf dan Kak Anggun, terimakasih atas segala bantuannya
hingga skripsi ini dapat diselesaikan;
16. Ibu Nuriah dan Mba Yani, atas segala bantuannya untuk proses ekstraksi sel
punca;
17. Temanku yang selalu siap membantu Mira Apriyani, Hanin Shafira, Felia
Yustika;
18. Teman-teman angkatan 2016 (TR16EMINUS) yang tidak bisa disebutkan satu
persatu;
Penulis menyadari sripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, namun penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya
Bandar Lampung, Januari 2020
Penulis
Kuntum Sureda
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
1.4.1 Manfaat bagi Penulis ................................................................ 5
1.4.2 Manfaat bagi Peneliti Lain ........................................................ 6
1.4.3 Manfaat bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ....... 6
1.4.4 Manfaat bagi Masyarakat .......................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Kuku .................................................................................................. 7
2.1.1 Anatomi Kuku ........................................................................... 7
2.1.2 Embriologi Kuku ...................................................................... 9
2.1.3.Pertumbuhan Kuku ................................................................. 11
2.2 Sel Punca .......................................................................................... 13
2.2.1 Klasifikasi Sel Punca .............................................................. 14
2.2.2 Sel Punca Mesenkimal ............................................................ 20
2.3 Gambaran Umum Hewan Coba ....................................................... 23
2.4 Kerangka Penelitian ......................................................................... 26
-
2.4.1 Kerangka Teori ....................................................................... 26
2.4.2 Kerangka Konsep .................................................................... 27
2.5 Hipotesis ............................................................................................. 27
Jenis Penelitian ................................................................................ 28
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 28
Subjek Penelitian ............................................................................. 28
3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................... 28
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................. 29
Rancangan Penelitian ...................................................................... 31
Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 31
3.5.1 Variabel Bebas ........................................................................ 31
3.5.2 Variabel Terikat ...................................................................... 32
Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 32
Alat dan Bahan ................................................................................ 33
3.7.1 Alat Penelitian ......................................................................... 33
3.7.2 Bahan penelitian ..................................................................... 33
Cara Kerja ....................................................................................... 34
3.8.1 Tahap Persiapan ...................................................................... 34
3.8.2 Tahap Pengujian ..................................................................... 37
Alur Penelitian ................................................................................ 40
3.10.1 Pengolahan Data ................................................................... 41
3.10.2 Analisis Data ......................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 45
4.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................................... 45
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 46
4.2.1 Panjang Pertumbuhan Kuku ...................................................... 46
4.2.2 Waktu Pertumbuhan Kuku ........................................................ 55
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 59
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
3.10 Pengelolahan dan Analisis Data...................................................... 41
3.11 Etika Penelitian............................................................................... 43
3.12 Dummy Table.................................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 28
-
4.4 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 64
5.1 Simpulan ......................................................................................... 65
5.2 Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 65
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi Kuku (Berker et al.,2007). ..................................................... 9
Gambar 2. Embriogenesis dari kuku (Berker et al., 2007). .................................. 10
Gambar 3. Pengembangan bidang kuku (Berker et al., 2007). ............................. 11
Gambar 4. Sifat sel punca (Jusuf,2008). ............................................................... 14
Gambar 5. Sel Punca Totipoten dan Pluripoten (Jusuf, 2008). ............................. 18
Gambar 6. Sel Punca Multipotent dan Unipotent pada sumsum tulang (Jusuf,
2008). .................................................................................................................... 19
Gambar 7. Macam-macam Sel Punca Mesenkimal (Phuc Van Pham, 2016) ....... 21
Gambar 8. Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley
(Koolhas, 2010). .................................................................................................... 24
Gambar 9. Kerangka Teori (Junqueira dan Corneiro, 2007). ............................... 26
Gambar 10. Kerangka Konsep .............................................................................. 27
Gambar 11. Alur Penelitian................................................................................... 40
file:///C:/Users/Acer-pc/Documents/DAFTAR%20ISI.docx%23_Toc23108623
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuku (Haneke, 2015). .......... 12
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................ 32
Tabel 3. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia
(Harmita dan Radji, 2008). ..................................................................... 39
Tabel 4. Hasil Pengamatan Panjang Pertumbuhan Kuku Kelompok Kontrol
Negatif (K) .............................................................................................. 46
Tabel 5. Hasil Pengamatan Panjang Pertumbuhan Kuku Kelompok (P1) ............ 47
Tabel 6. Hasil Pengamatan Panjang Pertumbuhan Kuku Kelompok (P2) ............ 48
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Panjang Pertumbuhan Kuku ................................. 49
Tabel 8. Hasil Analisis Univariat pada Sebaran Data Normal .............................. 51
Tabel 9. Hasil Analisis Univariat pada Sebaran Data Tidak Normal ................... 52
Tabel 10. Hasil Uji Homogenitas Levene's test Panjang Pertumbuhan Kuku ...... 52
Tabel 11. Hasil Uji One Way ANOVA post hoc Bonferroni Panjang Pertumbuhan
Kuku ..................................................................................................... 53
Tabel 12. Hasil Uji Kruskal Wallisi Perbedaan Panjang Pertumuhan Kuku ........ 54
Tabel 13. Waktu Pertumbuhan Kuku Pada Hewan Coba ..................................... 56
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Levene's test Waktu Pertumbuhan Kuku......... 57
Tabel 15. Hasil Uji One Way ANOVA Waktu Pertumbuhan Kuku ..................... 58
Tabel 16. Hasil Analisis Post Hoc Bonferroni Waktu Pertumbuhan Kuku .......... 58
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Informed Consent
Lampiran 2. Surat Persetujuan Etik
Lampiran 3. Hasil Uji Statistik
Lampiran 4. Pembuatan Sel Punca
Lampiran 5. Pemotongan Kuku
Lampiran 6. Pengukuran Kuku
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia yang normal dan sehat pada umumnya memiliki jari dan kuku yang
mempunyai banyak kegunaan misalnya sebagai alat untuk mempercantik diri.
Pada saat ini banyak kejadian di dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
menyebabkan lesi pada anggota tubuh kita terutama kuku. Hal ini bisa terjadi
karena kecelakaan yang terjadi di sekitar kita misalnya pada saat tersandung
kaki meja, terjepit pintu dan kejadian tak terduga lainnya. Kuku merupakan alat
tambahan kulit yang mempunyai fungsi fisiologis untuk melindungi ujung jari
dan fungsi estetis untuk menunjang penampilan yang menunjukkan perbedaan
nyata dengan epidermis karakteristik permeabilitas yang sangat berbeda
(Haneke, 2015).
Tingkat pertumbuhan kuku pada setiap individu sangat bervariasi, dengan nilai
rata-rata 3 mm per bulan untuk kuku tangan dan 1 mm per bulan untuk kuku
kaki. Pada umumnya kuku tangan normal tumbuh dalam waktu sekitar 6 bulan,
sedangkan kuku kaki membutuhkan waktu sekitar 10 s.d. 12 bulan (Anonim,
2009). Pertumbuhan kuku tergantung pada beberapa faktor antara lain seperti
jenis kelamin, usia, dan kebiasaan yang dilakukan (Amador et al., 2016).
Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh kadar protein dan sulfur, sedangkan
-
2
pada orang tua kadar protein dan sulfur cenderung lebih sedikit sehingga
pertumbuhan kuku pada orang tua lebih lambat (Haneke, 2015).
Akhir-akhir ini perkembangan dalam biologi sel dan molekul memang tidak
hanya berkontribusi pada pemahaman mengenai dasar molekuler penyakit
namun juga menyediakan teknologi potensial untuk mengobati penyakit-
penyakit pada manusia. Dengan pengetahuan bahwa penyakit-penyakit pada
manusia disebabkan oleh abnormalitas sel pada tubuh kita, banyak terapi yang
berkembang dengan harapan bahwa sel-sel fungsional yang disisipkan ke dalam
sel yang rusak dapat memperbaiki fungsi sel dan menghasilkan sel yang
diperlukan, lalu mengkompensasi kelainan sel dan menyembuhkan penyakit.
Terapi yang banyak memberikan manfaat dan cukup menjanjikan adalah terapi
dengan sel punca.
Sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi
yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di
dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk
mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup organisme.
Ketika sel punca terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk tetap
menjadi sel punca atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih
khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak (Danny, 2010).
Sel punca memiliki kemampuan berdifirensiasi menjadi sel tubuh yang berbeda
jenisnya. Kemampuannya untuk berdiferensiasi itu berbeda-beda pada tiap jenis
sel. Ada tiga macam kemampuan sel untuk berdiferensiasi. Ketiga kemampuan
itu adalah totipotensi, pluripotensi, dan multipotensi. Kemampuan
-
3
berdiferensiasi pada jenis totipotensi ini adalah yang paling luas. Totipotensi
adalah sifat untuk berdiferensiasi memjadi satu mahluk hidup utuh. Sifat ini
dimiliki oleh zigot pada tahap morula (Li et al, 2017). Sifat diferensiasi yang
lebih terbatas adalah pluripotensi. Sifat ini dimiliki sel punca embrio pada tahap
blastula. Sel punca jenis ini dapat berdiferensiasi menjadi endoderm,
mesoderm, dan ektoderm (Li et al., 2017). Sifat diferensiasi ketiga, yaitu
multipotensi bersifat lebih terbatas dari kedua kemampuan diferensiasi lainnya.
Sifat multipotensi dimiliki oleh stem sel dewasa. Sel punca dewasa berjumlah
sedikit di dalam jaringan yang sudah berdiferensiasi. Sel punca dewasa berperan
dalam pemeliharaan jaringan. Sel punca dewasa hanya membentuk sel yang
sejenis, misalnya sel yang ada dalam satu sistem organ tertentu (Li et al., 2017).
Sel punca dewasa (adult stem cells) memiliki dua karakteristik, yaitu sel-sel
tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang untuk memperbarui
diri, dan dapat berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang
mempunyai karakteristik morfologi dan fungsi yang spesial. Salah satu macam
sel punca dewasa adalah sel induk hematopoietik (hematopoietic stem cells),
yaitu sel induk pembentuk darah yang mampu membentuk sel darah merah, sel
darah putih, dan keping darah yang sehat. Sumber sel induk hematopoietik
adalah sumsum tulang, darah tepi, dan darah tali pusar. Mekanisme dari
perbaikan jaringan rusak menggunakan sel punca terdiri dari dua jenis, yaitu
diferensiasi sel punca dan produksi faktor pertumbuhan sel punca (Amin, 2013).
Tetapi beberapa penelitian mengatakan efek regenerasi tidak dimediasi oleh
kemampuan diferensiasi sel punca untuk memperbaiki jaringan yang rusak,
-
4
melainkan kemampuan sel punca untuk melakukan sekresi metabolit bioaktif.
Terdapat beberapa faktor yang disekresikan oleh sel punca antara lain sitokin,
exosome, growth factor, dan mikrovesikel yang ditemukan dalam media
tumbuh (Lane, 2014).
Terapi dengan menggunakan sel punca mesenkimal (MSCs) baru-baru ini telah
menjadi fokus penelitian, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Se-Ra Park
et al (2018) di Gachon University, dalam penelitian in vitro ini menunjukkan
bahwa sel punca mesenkimal (MSCs) dapat mempercepat pertumbuhan kuku
pada kulit dengan mengaktifkan kaskade PI3K/Akt atau FAK/ERK1/2 dan
selanjutnya meningkatkan proliferasi dan kemampuan migrasi berbagai jenis
sel kulit, seperti fidroblas, keratinosit dan sel epitel vaskular yang pada
akhirnya dapat mempercepat kontraksi luka dan penelitian di China yang
dimana sel punca yang dipilih dari adiposa dan media yang terkondisi dari
adipose derived stem cells (ADSCs) dapat meningkatkan laju proliferasi sel
folikel manusia, melindungi sel papilla dermal dan meningkatkan
pemanjangan poros rambut pada kultur organ rambut manusia ex vivo. Hal ini
mungkin bisa menjadikan sel punca sebagai terapi klinis yang layak untuk
pertumbuhan kuku pada kulit dan kerontokan rambut.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian lebih lanjut untuk mempelajari potensi
sel punca sebagai terapi adalah suatu hal yang menarik untuk dilakukan.
Namun dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati dan mempelajari
tentang pengaruh injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia
-
5
yang didalamnya terdapat sel punca terhadap pertumbuhan kuku pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah dari penelitian
ini yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan panjang pertumbuhan kuku antara kelompok
perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia
dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley ?
2. Apakah terdapat perbedaan rerata waktu pertumbuhan kuku antara kelompok
perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia
dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui panjang pertumbuhan kuku antara kelompok perlakuan yang
diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia dengan
kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.
2. Mengetahui rerata waktu pertumbuhan kuku antara kelompok perlakuan
yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia dengan
kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan pada tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.
-
6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan
menambah pengetahuan bagi penulis, khususnya tentang pengaruh
injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia terhadap
pertumbuhan kuku pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur
Sprague dawley.
1.4.2 Manfaat bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi untuk dasar
penelitian lebih lanjut mengenai potensi penggunaan ekstrak DNA darah
tali pusat manusia terhadap pertumbuhan organ atau jaringan.
1.4.3 Manfaat bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
sebagai hal baru yang perlu dikembangkan.
1.4.4 Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
masyarakat luas mengenai pengobatan kuku yang lepas menggunakan
injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kuku
2.1.1 Anatomi Kuku
Kuku adalah derivat keratin yang keras dan fleksibel yang menutupi
distal phalang dorsal jari tangan dan kaki yang dalam proses
pembentukannya serupa dengan proses yang terjadi di rambut dan
stratum korneum (Mescher, 2014; Rossi et al, 2002). Pada bagian
proksimal kuku terletak berdekatan dengan sendi interphalangeal
distal. Dari 19 jari yang dilakukan diseksi sireal menunjukkan bahwa
penanda permukaan batas-batas matriks terletak pada 75% jarak dari
kutikula ke lipatan dari sendi interphalangeal distal dan lateral ke
garis tengah sagital dari digiti (Berker et al., 2007).
Anatomi kuku terdiri atas beberapa komponen antara lain sebagai
berikut (Berker et al., 2007):
1. Nail plate merupakan struktur keratin yang tahan lama dan terus
berkembang sepanjang hidup.
2. Lateral nail folds merupakan suatu lipatan yang memberikan
batas lateral ke kuku. Mereka biasanya lebih menonjol di jari-
jari kaki daripada jari-jari tangan
-
8
3. Proximal nail folds merupakan suatu lipatan kuku yang
memberikan batas proksimal ke kuku. Ini melekat pada bagian
dorsal lempeng kuku dan menyembunyikan semua atau
sebagian dari matriks kuku, yang secara klinis bermanifestasi
menjadi lunula.
4. Cuticle (Eponychium) merupakan lapisan epidermis yang
membentang dari lipatan kuku proksimal dan melekat pada
bagian dorsal lempeng kuku. Manipulasi kronis, peradangan,
atau infeksi dapat menyebabkan hilangnya kutikula, yang
seringkali menjadi tanda-tanda paronikia kronis.
5. Nail matrix (nail root) merupakan struktur epitel di bawah kuku,
mulai dari jangkauan paling proksimal kuku dan berakhir di tepi
yang sesuai dengan tepi lunula.
6. Lanula merupakan margin cembung matriks yang terlihat di
kuku, biasanya sering terlihat di ibu jari tangan dan ibu jari kaki.
7. Nail bed merupakan vaskular dasar kuku di mana kuku terletak
memanjang dari lunula ke hyponychium. Ini merupakan area
utama yang terlihat melalui lempeng kuku.
8. Onychodermal band merupakan barier pertama untuk penetrasi
bahan ke bawah lempeng kuku. Kerusakan yang terjadi pada
barier ini oleh penyakit atau trauma dapat mempercepat
berbagai kejadian lebih lanjut yang dapat mempengaruhi dasar
kuku.
-
9
9. Hyponychium merupakan lapisan sel kulit yang tumbuh di atas
ujung jari biasanya melekat ke bagian bawah tepi bebas.
Gambar 1. Anatomi Kuku (Berker et al.,2007).
2.1.2 Embriologi Kuku
Pertumbuhan jari pada manusia dapat dilihat dari minggu ke delapan
kehamilan. Unsur embrional pertama dari unit kuku adalah anlage
kuku yang mulai muncul dari minggu ke sembilan sebagai epidermis
yang melapisi ujung dorsal dari jari. Pada minggu ke 13, dengan
matriks primordium yang mendasari lipatan kuku di proksimal
bidang kuku mulai didefinisikan dengan baik di jari. Pada minggu
ke 14, lempeng kuku mulai terlihat muncul dari bawah lipatan kuku
proksimal, dengan unsur-unsur yang timbul dari lunula serta matriks
-
10
proksimal. Pada minggu ke 17, lempeng kuku menutupi sebagian
besar dari dasar kuku. Mulai dari minggu ke 20, unit kuku dan jari
tumbuh secara bersama-sama, dengan lempengan kuku terletak di
dekat punggungan distal. Saat lahir, lempeng kuku memanjang ke
alur distal, yang menjadi semakin tidak menonjol. kuku mungkin
melengkung di atas permukaan volar jari. Hal itu mungkin juga
menunjukkan koilonychia. Kelainan bentuk ini normal pada fungsi
ketipisan lempeng kuku dan pada orang yang sangat muda (Berker
et al., 2007).
Gambar 2. Embriogenesis dari kuku (Berker et al., 2007).
-
11
Gambar 3. Pengembangan bidang kuku (Berker et al., 2007).
2.1.3. Pertumbuhan Kuku
Sebagian besar penelitian yang berhubungan dengan kuku jari
mengatakan tingkat pertumbuhan kuku dapat bervariasi antara 1,9
dan 4,4 mm/bulanan wajarnya adalah 3 mm/bulan atau 0,1 mm/hari.
Kuku jari kaki diperkirakan tumbuh sekitar 1 mm/bulan.
Pertumbuhan kuku setiap individu berbeda beda tergantung sejauh
mana kuku dicabut dan kuku mana yang dicabut. Faktor individu
seperti tinggi atau berat tidak membuat perbedaan yang signifikan.
Tetapi untuk jenis kelamin terdapat perbedaan kecil pada masa
dewasa awal, dengan laki-laki memiliki pertumbuhan kuku linier
lebih cepat (P
-
12
Menurut Junqueira dan Carneiro (2007) proses pertumbuhan kuku
dimulai dari epitel lempeng kuku yang timbul dari matriks kuku.
Ujung proksimal matriks akan meluas ke dalam akar kuku.
Sedangkan sel-sel matriks akan membelah, bergeser ke distal, dan
pada akhirnya mengalami kornifikasi yang membentuk bagian
proksimal dari lempeng kuku. Kemudian lempeng kuku akan
bergeser ke depan di atas dasar kuku. Dimana ujung distal lempeng
menjadi bebas dari dasar kuku.
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kuku (Haneke, 2015).
Lebih cepat Lebih Lambat
Siang hari
Kehamilan
Minor trauma
Tangan kanan / dominan
Usia muda
Jari tangan
Musim panas
Jari tengah
Pria
Psoriasis
Pitting
Kuku yang normal
Onycholysis pitryriasis rubra
Pilaris
Etretinate
Oncholysis idiopatik perempuan
Hipertiroidisme
AV shunt
Kalsium/ vitamin D
Benoxaprofen
Malam hari
Hari pertama kehidupan
Tangan kiri/ non-dominan
Usia tua
Jari kaki
Musim dingin
Ibu jari
Perempuan
Finger imobilisasi
Demam
Beau’s lines
Methotrexate, azathiopirine
Etretinate
Kurang gizi
Denervasi
Sindrom kuku kuning
Polychondritis berulang
-
13
2.2 Sel Punca
Sudah sejak lama manusia tertarik dengan kemampuan regenerasi sel
tubuh dari makhluk hidup seperti cacing pipih Planaria sp maupun Hydra.
Kedua makhluk tersebut memiliki kemampuan regenerasi yang sangat
cepat dan akurat. Kemampuan itu tidak dimiliki oleh sebagian besar
vertebrata dengan kelas yang lebih tinggi. Berdasarkan hal ini, manusia
mulai memikirkan pengembangan kemampuan regenerasi sebagai bagian
terapi berbagai macam penyakit. Pada tahun 1950-an, stem cell mulai
menarik minat peneliti di seluruh dunia, yaitu sejak ditemukannya sel yang
menyusun sumsum tulang yang dapat membentuk semua jenis sel darah
pada manusia yang selanjutnya disebut stem cell hematopoietic. Stem cell
itulah yang berperan sebagai awal mula pertumbuhan sel dalam menyusun
tubuh manusia. Stem cell dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
sel punca yang berarti awal mula. Definisi dari Sel Punca atau stem cell
sendiri adalah sel yang tidak atau belum berdiferensisasi dan mempunyai
kemampuan/potensi untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel
yang spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh (Du et al., 2009).
Sel Punca mempunyai dua sifat yang khas yaitu:
1. Differentiate yaitu kemampuan untuk berubah menjadi sel lain. Sel
Punca mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel yang khas
(spesifik) misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel
pankreas dan lain-lain
-
14
2. Self regenerate/self renew yaitu kemampuan untuk memperbaharui
atau meregenerasi dirinya sendiri. Stem cells mampu membuat salinan
sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel (Jusuf,
2008).
Gambar 4. Sifat sel punca (Jusuf,2008).
2.2.1 Klasifikasi Sel Punca
Sel Punca dapat diklasifikasikan munurut terminologinya sebagai berikut.
(Yuliana & Suryani, 2012).
2.2.1.1 Berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya sel punca dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
-
15
1. Sel Punca Embrionik (Embrionic Stem cells)
Sel punca embrionik adalah sel yang berasal dari masa sel dalam
(inner cell mass) yaitu suatu kumpulan sel yang terdapat dalam
embrio pada tahap blastokista (5-7 hari setelah pembuahan)
berjumlah 100 sel. Sel punca embrionik dapat berdiferensiasi
menjadi semua jenis sel dalam tubuh kecuali sel pada jaringan
ekstraembrional yaitu plasenta dan tali pusat (Yuliani & Suryani,
2012). Sel induk embrionik dapat di deferensiasikan menjadi
berbagai jenis sel seperti sel-sel otot, sel jantung, sel kulit,
hepatosit, neuron dan sebagainya (Djauhari, 2010).
2. Sel Germinal/Benih Embrionik (Embrionic Germ Cells)
Sel germinal atau benih (sperma atau ovum) embrionik
induk/primordial (primordial germ cells) dan prekursor sel
germinal diploid ada sesaat pada embrio sebelum mereka
terasosiasi dengan sel somatik gond dan kemudian menjadi sel
germinal. Sel germinal embrionik manusia/human embryonic germ
cells (hEGCs) termasuk sel punca yang berasal dari sel germinal
primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Sel germinal/benih
embrionik ini memiliki sifat pluripotensi (Djauhari, 2010).
3. Sel Punca Ekstraembrional
Sel punca ekstraembrional berasal dari plasenta dan tali pusat
(diambil dari warthon’s jelly atau jaringan gelatinosa pada tali
pusat) dan darah tali pusat bayi segera setelah lahir. Sel punca yang
berasal dari darah tali pusat mengandung sel punca hematopoetik
-
16
yang memiliki kemampuan berdiferensiasi lebih baik dari pada sel
punca dewasa sumsum tulang. Sel punca ekstra embrional pada
beberapa studi dianggap sebagai sel punca dewasa. Selain itu,
dalam isolasinya sel punca tali pusat tidak melakukan prosedur
yang invasif karena jenis jaringan sel punca ini merupakan jaringan
buangan. Adapun untuk proses transplantasinya tidak memerlukan
100% ketepatan human leukocytes antigen dikarenakan sel punca
tali pusat memiliki imunogenisitas rendah (Yuliana & Suryani,
2012; Kurniawaty, 2017).
4. Sel Punca Dewasa
Sel punca dewasa adalah sel yang belum mengalami diferensiasi
namun diambil dari berbagai organ dan jaringan dewasa seperti
otak, sumsum tulang, darah tepi, otot rangka, kulit, pulp gigi,
jantung, hati, saluran cerna, epitel ovarium, tetis, dan jaringan
lemak dan sebagainya. sel punca dewasa bersifat multipoten yaitu
memiliki kemampuan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Peran sel punca dewasa adalah memperbaiki dan memelihara
jaringan tempat asal sel punca tersebut di ambil atau ditemukan
(Yuliana & Suryani, 2012).
5. Sel Punca Fetal
Sel punca fetal berasal adalah sel primitif yang dapat ditemukan
dari berbagai organ dan jaringan fetus seperti otak, sumsum tulang
dan pankreas. Otak yang ditemukan pada fetal menghasilkan sel
punca neural. Sel punca neural yang ada pada fetal menunjukkan
-
17
kemampuan berdiferensiasi menjadi sel neuron dan sel glial (sel-
sel pendukung pada sistem saraf pusat) (Djauhari, 2010). Sumsum
tulang menghasilkan sel punca hematopoetik dan juga pankreas
yang menghasilkan pregenitor sel beta pulau langerhans. Biasanya
sel punca fetal di peroleh dari klinik aborsi (Yuliana & Suryani,
2012; Kurniawaty, 2017).
2.2.1.2 Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi
Berdasarkan pada kemampuan berdiferensiasi sel punca
dikelompokkan menjadi sebagai berikut (Jusuf, 2008).
1. Totipoten
Sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel.
Salah satu contoh yang termasuk dalam sel punca totipoten adalah
zigot dan morula. Sel-sel ini merupakan sel embrionik awal yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk berbagai jenis sel
termasuk sel-sel yang menyusun plasenta dan tali pusat. Oleh
karena itu sel punca kelompok ini mempunyai kemampuan untuk
membentuk satu individu yang utuh.
-
18
Gambar 5. Sel Punca Totipoten dan Pluripoten (Jusuf, 2008).
2. Pluripoten
Sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi
jaringan ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang
termasuk sel punca pluripoten adalah sel punca embrionik
(embryonic stem cells).
3. Multipoten
Sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel
misalnya sel punca hemopoetik (hemopoetic stem cells) yang
terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai kemampuan untuk
berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat di dalam
darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya adalah
sel punca saraf (neural stem cells) yang mempunyai kemampuan
berdifferensiasi menjadi sel saraf dan sel glia.
-
19
4. Unipotent
Sel punca yang hanya dapat berdifferensiasi menjadi 1 jenis sel.
Berbeda dengan non sel punca, sel punca mempunyai sifat masih
dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self
renew) Contohnya erythroid progenitor cells hanya mampu
berdifferensiasi menjadi sel darah merah (Jusuf, 2008).
Gambar 6. Sel Punca Multipotent dan Unipotent pada sumsum tulang
(Jusuf, 2008).
-
20
2.2.2 Sel Punca Mesenkimal
Studi mengenai sel punca mesenkimal ini pertama kali dilaporkan di
Jerman tahun 2001 pada seorang laki-laki yang mengalami infark
miokard. Hasilnya, daerah infark pada jantung laki-laki tersebut
mengecil dengan indeks kardiak dan cardiac output naik sebesar 20-
30%. Pada kasus lainnya juga ditemukan peningkatan signifikan dari
fungsi jantung setelah dilakukan terapi (Schuleri, 2002). Penelitian
lainnya juga dilakukan dimana dilaporkan bahwa terapi transplantasi sel
punca mesenkimal tali pusat manusia mampu memberikan hasil yang
baik pada pasien sirosis bilier primer. Hal ini menunjukkan adanya
perbaikan gejala dan terapi ini dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien
tanpa menimbulkan efek samping (Wang et al., 2012). Banyaknya
publikasi ini menguntungkan untuk membuka wawasan bagi peneliti
lainnya dan membuat terapi menggunakan sel punca lebih dikenal lagi.
Sel punca mesenkimal dapat ditemukan diseluruh organ tubuh khususnya
pada daerah perivaskuler. Sumber terbanyak sel punca mesenkimal
adalah jaringan adiposa, darah tali pusat dan sumsum tulang (Kern,
2006). Jumlah stem cell mesenkimal jaringan adiposa lebih banyak
dibandingkan stem cell mesenkimal dari kedua sumber lainnya. Literatur
ilmiah menyebutkan bahwa persentase isolasi stem cell mesenkimal dari
jaringan adiposa menyamai sumsum tulang yaitu 100% sementara jika
melalui darah tali pusat, isolasi stem cell sulit untuk dilakukan. Meskipun
demikian, stem cell mesenkimal yang didapat dari darah tali pusat
-
21
memiliki potensi proliferasi yang jauh lebih tinggi, terutama bila
dibandingkan stem cell mesenkimal dari sumsum tulang. Hingga saat ini
karakteristik absolut stem cell mesenkimal masih banyak dipertanyakan,
terutama yang menyangkut model protein permukaan yang terdapat
padanya. Sebagai contoh dari ketidaksesuaian ini adalah keberadaan
CD29, CD44, dan CD166 yang sebenarnya juga banyak dimiliki stem
cell mesenkimal. Selain itu stem cell yang diisolasi dari jaringan adiposa
juga menunjukkan ekspresi CD34 dan CD54 pada permukaannya. Dalam
hal potensi diferensiasi, sejumlah peneliti juga melaporkan bahwa stem
cell mesenkimal yang didapat dari darah tali pusat hanya mampu
membentuk dua jalur diferensiasi, yaitu kondrogenik (menjadi tulang
rawan/kondrosit) dan osteogenik(menjadi tulang/osteosit) (Halim, 2010).
Gambar 7. Macam-macam Sel Punca Mesenkimal (Phuc Van Pham, 2016)
-
22
Sel punca mesenkimal memiliki empat kemampuan biologis yang dapat
memberikan efek terapeutik yaitu kemampuan untuk bermigrasi menuju
jaringan yang mengalami luka untuk berdiferensiasi menjadi berbagai
jenis sel, mensekresi berbagai molekul bioaktif yang dapat membantu
proses perbaikan komponen jaringan yang rusak, mempercepat proses
regenerasi pada sel dan mencegah inflamasi, serta memodulasi sistem
imun dengan efek imunogenisitas yang rendah (Wang et al., 2012).
Sel punca mensekresikan sejumlah protein (secretome) termasuk faktor
pertumbuhan (growth factor), kemokin, sitokin, metabolit dan lipid
bioaktif yang mengatur secara autokrin atau parakrin sambil merekayasa
interaksi dengan lingkungan mikro sekitarnya (Drago et al., 2013).
Sel punca mesenkimal akan mensekresikan berbagai molekul bioaktif
berupa growth factors, sitokin, dan kemokin yang berperan penting
dalam proses pertumbuhan kuku. Molekul-molekul ini melalui sinyal
parakrin akan berperan dalam meregulasi integritas sel, proliferasi sel,
dan migrasi dari sel-sel yang berperan penting dalam proses
pertumbuhan kuku seperti sel epitel, endotel, keratinosit, dan fibroblast
(Padeta et al., 2017). Beberapa molekul bioaktif yang disekresikan oleh
sel punca mesenkimal adalah prostaglandinE-2 (PGE2) yang berperan
sebagai mediator vasokonstriksi dan anti inflamasi, interleukin-10 (IL-
10) sebagai mediator anti-inflamasi, LL-37 peptida yang berperan
sebagai anti inflamasi dan anti mikroba, angiopoietin-1 yang akan
-
23
memperbaiki permeabilitas protein epitel, MMP3 MMP9 sebagai
mediator neovaskularisasi, basic fibroblast growth factor (bFGF) dan
endothelial growth factor (VEGF) protein yang akan memberikan sinyal
pembentukan pembuluh darah, serta monocyte chemoattractant protein-
1 (MCP-1) yang akan memicu proliferasi sel endotel dan otot polos.
Molekul-molekul akan mencegah apoptosis dan menstimulasi regenerasi
sel yang membantu proses pertumbuhan kuku (Wang et al., 2004).
2.3 Gambaran Umum Hewan Coba
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja di
kembang biakkan dan dipelihara untuk digunakan sebagai hewan model
dalam pengamatan laboratoris untuk pembelajaran dan pengembangan
berbagai penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan (Widiartini et
al., 2013). Penggunaan hewan coba dalam penelitian eksperimental bertujuan
untuk memperkirakan efek yang mungkin timbul dalam percobaan pada
manusia sehingga dapat bermanfaat untuk kepentingan diagnostik maupun
terapeutik dalam dunia kedokteran (Koolhas, 2010).
Tikus putih (Rattus norvegicus) terdiri atas tiga galur atau varietas yaitu
Sprague dawley, Wistar, dan Long Evans. Sprague dawley diciptakan oleh
ilmuan kimia R.W Dawley pada tahun 1925, yang merupakan salah satu
varietas tikus albino hasil persilangan dari induk jantan yang tidak diketahui
asalnya dan induk betina galur Wistar (Sharp & Villano, 2012). Rattus
norvegicus atau tikus albino memiliki berat badan sekitar 150-600 gram
dengan hidung tumpul dan panjang badan 18-25cm, kepala dan badan yang
-
24
lebih pendek dibandingkan ekor dan telinga kecil berukuran 20-23 mm
(Koolhas, 2010).
Berdasarkan taksonominya, klasifikasi tikus putih yang digunakan dalam
penilitian ini adalah sebagai berikut (Besselsen, 2004):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalial
Subkelas : Theria
Ordo : Rodensia
Subordo : Sciurognathi
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Gambar 8. Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley
(Koolhas, 2010).
-
25
Tikus galur Sprague Dawley lebih jinak dan mudah ditangani dibandingkan
tikus galur lainnya (Janvier, 2017). Siklus hidup tikus Sprague dawley
memiliki siklus hidup yang lebih singkat dibandingkan dengan galur tikus
lainnya, yaitu hanya sekitar 2 tahun. Selain itu tikus galur ini memiliki
pertumbuhan yang cepat, tempramen yang baik dan kemampuan laktasi yang
tinggi (Carere dan Maestripieri, 2013).
Pada saat penelitian, keadaan tikus ini juga harus dijaga sedemikian rupa agar
kondisi optimal dapat tercapai selama masa penelitian sebagai hewan coba.
Banyak hal yang bisa mempengaruhi kondisi tikus ini seperti ketersediaan
pangan, tempat tinggal (kandang), temperatur dan lingkungan sekitar.Tikus
dapat mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan dengan mudah. Oleh
sabab itu, diperlukan waktu selama 7 hari untuk beradaptasi dengan
lingkungan kandangnya. Imobilisasi tikus harus diperhatikan karena tikus
mudah sekali stres jika tinggal dikandang yang sempit dan populasi yang
terlalu padat. Tikus sebaiknya ditempatkan di kandang dengan luas sekitar
1500-1800 m² dan tinggi sekitar 22 cm. Kebutuhan pangan tikus rata-rata
adalah 12-30 mg/hari, membutuhkan cairan sekitar 140 ml/KgBB perhari,
disediakan secara ad libitum yaitu dimana makan dan cairan didesediakan di
tempat makan namun juga harus ditaburkan di lantai kandang tikus, suhu
lingkungan harus baik yaitu 20-25˚C dan tingkat kebisingan
-
26
2.4 Kerangka Penelitian
2.4.1 Kerangka Teori
Keterangan :
= Variabel bebas
= Mempercepat proses
Gambar 9. Kerangka Teori (Junqueira dan Corneiro, 2007).
Pertumbuhan kuku
1. Panjang Pertumbuhan Kuku
2. Waktu Pertumbuhan Kuku
Kornifikasi bagian proksimal
Terbentuk lempeng kuku dibagian
proksimal
Nail matriks bergeser ke distal
Mitosis nail matrix
Pertumbuhan kuku dari bagian proksimal
Pergeseran lempeng kuku ke distal
= Variabel terikat
Ekstraksi DNA darah tali
pusat manusia
Sekresi growth
factor (FGF,
EGF, VEGF dan
lainnya
-
27
2.4.2 Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, hipotesis pada penelitian ini sebagai
berikut.
Terdapat pengaruh injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat
manusia terhadap peningkatan kecepatan pertumbuhan kuku pada tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.
Variabel Terikat Variabel Bebas
Gambar 10. Kerangka Konsep
Injeksi Intramatriksial
Ekstrak DNA Darah
Tali Pusat Manusia
Pertumbuhan Kuku Pada Tikus Putih
Jantan (Rattus norvegicus) Galur
Sprague dawley
-Panjang pertumbuhan kuku
- Waktu pertumbuhan kuku
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang
bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kuku secara makroskopis pada
tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley yang diberi
injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia dengan yang
tidak diberikan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September-Desember 2019
dan dilakukan di Universitas Lampung. Pemeliharaan tikus, pemberian
intervensi dan pengamatan mengenai pertumbuhan kuku akan dilakukan di
Animal House Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pembuatan
bahan injeksi ekstrak DNA darah tali pusat manusia dilakukan di
Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3.3 Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih
jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley. Sampel yang
-
29
digunakan adalah tikus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sebagai berikut.
3.3.1.1 Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi yang digunakan dalam pemilihan
sampel tikus putih jantan (Rattus norwegicus) galur Sprague
dawley pada penelitian ini adalah :
a. Berat badan normal pada kisaran 250-300 gram.
b. Usia sekitar 8−10 minggu sebelum diadaptasi
c. Secara visual tikus ampak sehat, bergerak aktif dengan
rambut tidak kusam, rontok, atau botak dan tidak
terdapat kelainan anatomis.
3.3.1.2 Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eklusi yang digunakan dalam pemilihan
sampel Tikus putih jantan (Rattus norwegicus) galur
Sprarague dawley pada penelitian ini adalah :
a. Tikus yang memliki kelainan pada kuku.
b. Terdapat penurunan berat badan secara drastis lebih dari
10% setelah masa adaptasi di laboratorium.
c. Mati selama masa perlakuan.
3.3.2 Sampel Penelitian
3.3.2.1 Besar Sampel
Pada penelitian ini besar sampel dihitung menggunakan
rumus Federer untuk data homogen, yaitu (t-1) (n-1) ≥ 15
-
30
dengan t merupakan banyaknya kelompok perlakuan dan n
merupakan jumlah sampel tiap kelompok (Sastroasmoro,
2004). Penelitian ini menggunakan 3 kelompok perlakuan,
dimana kelompok 1 (satu) adalah control groups (K) yang
tidak diberi perlakuan, kelompok 2 (dua) adalah
experimental groups (P1) yang diberi perlakuan injeksi
intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia
sebanyak 1x, kelompok 3 (tiga) adalah experimental groups
(P2) yang diberi perlakuan injeksi intramatriksial ekstrak
DNA darah tali pusat manusia sebanyak 2x sehingga
perhitungan sampel menjadi:
t (n-1) ≥15
3(n−1) ≥15
3n- 3 ≥15
3n ≥15+3
3n ≥18
n ≥18/3
n = 6
Berdasarkan rumus tersebut, jumlah minimal sampel yang
dibutuhkan untuk masing-masing kelompok perlakuan pada
penelitian ini adalah 6 ekor tikus sehingga jumlah sampel
minimal yang dibutuhkan untuk 3 kelompok perlakuan
adalah 18 ekor tikus. Kemudian untuk mengantisipasi adanya
drop out saat penelitian dilakukan maka ditambahkan 10%
-
31
ke dalam jumlah minimal sampel sehingga setiap kelompok
perlakuan terdiri atas 7 ekor tikus.
3.3.2.2 Teknik Sampling
Pada penelitian ini pengambilan sampel dari populasi
dilakukan dengan teknik simple random sampling dimana
pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana karena
anggota populasi tikus putih jantan disediakan dengan cara
yang sama dan memiliki karakteristik yang homogen.
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental laboratorium dengan
menggunakan hewan coba tikus putih jantan (Rattus norwegicus) galur
Sprague dawley sebagai objek penelitian. Penelitian dilakukan dengan
rancangan penelitian randomize post-test only control group. Pada objek
diamati pertumbuhan kuku antara yang tidak diberi perlakuan dan yang
diberi perlakuan injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat
manusia.
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah sediaan injeksi
intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat manusia.
-
32
3.5.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah panjang pertumbuhan
kuku dan waktu pertumbuhan kuku pada tikus putih jantan (Rattus
norwegicus) galur Sprague dawley.
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian.
Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
Variabel
Bebas
Injeksi
intramatriksia
l ekstrak
DNA darah
tali pusat
manusia
Ekstrak DNA
darah tali pusat
manusia yang
dibuat di
Laboratorium
Biologi Molekuler
FK Unila diinjeksi
secara
intramatriksial
sebanyak 50 µl
sekali suntik
Spuit 1 cc
Injeksi
intramatri
ksial
ekstrak
DNA
darah tali
pusat
manusia
dengan
mengguna
kan spuit
1 cc
µL
Nominal
Variabel
Terikat
Panjang
Pertumbuhan
kuku
Waktu
Pertumbuhan
Kuku
Panjangnya
pertumbuhan kuku
yang diukur dari
tepi proksimal
kuku dan
dinyatakan dalam
mm pada hari ke-
14
Waktu yang
dibutuhkan untuk
mencapai panjang
kuku normal
Jangka
sorong
Lembar
observasi
Hasil
pengamat
an dicatat
dalam
lembar
observasi
Hasil
pengamat
an dicatat
dalam
lembar
observasi
mm
Hari
Numerik
Numerik
-
33
3.7 Alat dan Bahan
3.7.1 Alat Penelitian
a. Kandang hewan coba.
b. Timbangan.
c. Pisau cukur.
d. Pisau skalpel steril.
e. Gelas beker.
f. Mikropipet dan tipnya.
g. Inkubator.
h. Quick-dna Universal Kit (Zymo-Spin IIC-XL Column).
i. Tabung mikrosentrifugasi.
j. Kasa Steril.
k. Spuit dan jarum.
l. Handschoen.
m. Jangka Sorong.
n. Biological safety cabinet.
3.7.2 Bahan penelitian
a. Pakan dan minum tikus.
b. Alkohol 70%.
c. NaCl fisiologis.
d. Tali pusat manusia.
e. Larutan buffer garam fosfat.
-
34
f. Quick-DNA Universal Kit (Solid Tissue Buffer, Proteinase
K,Genomic Binding Buffer, DNA-Pre Wash Buffer, g-DNA
Wash Buffer, dan DNA Elution Buffer).
g. Lidocain 0.5 %.
3.8 Cara Kerja
3.8.1 Tahap Persiapan
3.8.1.1 Aklimatisasi Hewan Uji
Aklimatisasi adalah suatu proses penyesuaian diri dengan
iklim, lingkungan, kondisi, atau suasana baru. Sebelum
diberi perlakuan pada tikus percobaan, dilakukan
pengadaptasian pada semua tikus di Animal House Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung selama satu minggu.
Tikus diadaptasikan dengan tempat tinggal baru,
lingkungan baru, serta makanan dan minuman yang sesuai
dengan standar kebutuhannya.
3.8.1.2 Randomisasi Hewan Uji
Randomisasi hewan uji bertujuan untuk mengelompokkan
hewan uji sesuai kelompok perlakuan. Selanjutnya pada
bagian punggung dari masing-masing hewan uji akan diberi
nomor yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menghindari
kesalahan pengukuran pada setiap hewan uji.
-
35
3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak DNA Darah Tali Pusat Manusia
Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan ethical
clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung. Tali pusat didapat dari
donor sukarela berjumlah satu orang yang akan
menandatangani lembar informed consent.
Tali pusat yang akan digunakan harus memiliki kriteria
sebagai berikut.
1. Tidak berasal dari ibu yang melahirkan janin mati
2. Ibu tidak mengalami pre-eclamsia
3. Tidak memiliki riwayat hepatitis B, hepatitis C, HIV,
infek CMV, INFEKSI Treponema pallidum, serta riwayat
infeksi lainnya yang dapat ditularkan melalui darah, sawar
plasenta dan genital (Puranik et al., 2012; Chen et al.,
2015).
Setelah proses kelahiran bayi, tali pusat akan dipotong sekitar
5-7 cm menggunakan pisau steril dan disimpan dalam wadah
berisi larutan salin normal 0.9% pada suhu 4oC sampai proses
pengolahan dilakukan. Tali pusat akan diproses selama 12-24
jam pasca melahirkan. Tali pusat ditangani secara aseptik dan
di proses dalam biological safety cabinet. Permukaan tali pusat
dibilas dengan larutan buffer garam fosfat untuk
membersihkannya dari darah yang menempel di permukaan
setelah itu rendam tali pusat dalam larutan ethanol 70% selama
-
36
30 detik lalu dicuci kembali menggunakan larutan buffer
garam fosfat untuk diproses ke tahap selanjtnya (Puranik et al.,
2012).
Ekstrak DNA darah tali pusat manusia dibuat menggunakan
Quick-DNA Universal Kit yang diproduksi oleh Zymo
Research. Sampel disiapkan dengan mengambil darah dari tali
pusat manusia yang telah disiapkan. Ukur sampel darah tali
pusat manusia hingga 200µL dan kemudian dimasukkan ke
dalam tabung mikrosentrifugasi kemudian di tambah dengan
200µL BioFluid & Cell Buffer dan 20 µL Proteinase K lalu
putar menggunakan vortex selama 10-15 detik. Setelah itu,
inkubasi tabung tersebut selama 10 menit atau sampai jaringan
larut pada suhu 55℃ (Zymo, 2017).
Setelah inkubasi selesai, tambahkan Genomic Binding Buffer
sebanyak volume pada tabung mikrosentrifugasi yang berisi
sampel tersebut (contoh: tambahkan 420 µL Genomic Binding
Buffer untuk 420 µL sampel yang ada pada tabung
mikrosentrifugasi), vortex selama 10-15 detik. Pindahkan
campuran tersebut ke tabung Zymo-Spin IIC-XL dalam
tabung pengumpul lalu sentrifugasi dengan kecepatan 12.000
xg selama 1 menit, kemudian buang supernatan hasil
sentrifugasi (Zymo, 2017).
-
37
Setelah itu, tambahkan 400 µL DNA Pre-Wash Buffer lalu
sentrifugasi dengan kecepatan 12.000 xg selama 1 menit, lalu
kosongkan tabung pengumpul. Kemudian tambahkan 700 µL
g-DNA Wash Buffer lalu sentrifugasi kembali dengan
kecepatan 12.000 xg selama 1 menit, lalu kosongkan tabung
pengumpul. Setelah itu, tambahkan kembali 200 µL g-DNA
Wash Buffer lalu sentrifugasi dengan kecepatan dan waktu
yang sama dengan proses sebelumnya, lalu kosongkan tabung
pengumpul. Terakhir, pindahkan tabung Zymo-Spin yang
telah ditambahkan 50 µL DNA Elution ke dalam tabung
pengumpul baru, lalu inkubasi pada suhu ruangan selama 5
menit, dan kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan
maksimum selama 1 menit. Terbentuklah ekstrak ekstrak
DNA darah tali pusat manusia. Simpan pada suhu ruangan
≤ -20℃ sampai ekstrak akan digunakan (Zymo, 2017).
3.8.2 Tahap Pengujian
3.8.2.1 Pembuatan Kuku Lepas
Sebelum pembuatan kuku yang lepas pada tikus dilakukan,
daerah yang akan dibuat perlukaan dibebaskan terlebih
dahulu dari bulu menggunakan pisau cukur. Setelah itu,
lakukan anestesi dengan menggunakan Lidokaine 0,5%
dengan dosis 7 mg/kgBB subkutan untuk mengurangi rasa
sakit pada tikus dan menghindari gerakan tikus yang
berlebihan (IACUC, 2017). Setelah itu lakukan prosedur
-
38
antiseptik dengan mengoleskan polyvinylpyrolidone iodine
1% pada area yang akan dibuat perlukaan yaitu bagian
proksimal dari kuku. Luka dibuat dengan menggunakan
skalpel steril.
3.8.2.2 Penanganan Kuku Lepas
Setelah luka selesai dibuat pada kuku tikus kemudian tunggu
hingga 24 jam dan selanjutnya perawatan kuku lepas
disesuaikan dengan kelompok perlakuan yang sudah
ditentukan. Kuku lepas pada control groups (K) tidak
diberikan perlakuan apapun, sedangkan pada experimental
groups diberikan injeksi intramatriksial ekstrak DNA darah
tali pusat manusia sebanyak 1 kali suntik pada saat 24 jam
setelah dicabut kukunya untuk experimental groups (P1) dan
2 kali suntik pada saat 24 jam setelah dicabut kukunya dan
pada hari ke-8 untuk experimental groups (P2). Injeksi
intramatriksial dilakukan sekitar 2 mm dibawah lateral dan
proximal nail fold sebanyak 50 µL (Grover, 2005). Adapun
dosis letal injeksi ekstrak DNA darah tali pusat manusia
terhadap tikus adalah ≥ 252 ⅹ 106 sel/kgBB atau setara
dengan 1.875 µL (Rengasamy, et al., 2015). Kondisi umum
tikus diamati sampai 24 jam setelah injeksi untuk melihat
efek samping.
-
39
Tabel 2. Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia
(Harmita dan Radji, 2008).
3.8.2.3 Penilaian Pertumbuhan Kuku Lepas
Penilaian pertumbuhan kuku pada tikus putih jantan (Rattus
norvegicus) galur Sprague dawley akan dilakukan selama 14
hari dengan mengukur panjang pertumbuhan kuku. Setelah
pengukuran selesai akan dilakukan perbandingan rata-rata
pertumbuhan kuku pada masing-masing kelompok penelitian
menggunakan software stastistik pengolah data.
-
40
3.9 Alur Penelitian
Gambar 9. Alur Penelitian
Gambar 1. Alur Penelitian.
Pemilihan Hewan Uji Menurut Kriteria Inklusi
Aklimatisasi Hewan Uji Selama Satu Minggu
Pemberian anestesi Lidokaine 0,5% (7 mg/KgBB)
Prosedur Aseptik dan Pembuatan Luka Kuku Lepas
Pengelolahan data dan hasil pengamatan
P2
Pembuatan laporan hasil penelitian
Pengukuran pertumbuhan kuku selama 14 hari
K
Pemberian injeksi
intramatriksial ekstrak DNA
darah tali pusat manusia
sebanyak 1 kali
P1
Pemberian injeksi
intramatriksial ekstrak DNA
darah tali pusat manusia
sebanyak 2 kali
-
41
3.10 Pengelolahan dan Analisis Data
3.10.1 Pengolahan Data
Data yang didapatkan dari proses pengumpulan data akan diubah
ke dalam bentuk tabel untuk kemudian diolah menggunakan
program pengolahan data statistik. Proses pengolahan data
menggunakan komputer ini terdiri dari beberapa langkah :
1. Editing
Pada tahap ini, penulis mengkaji dan meneliti kembali data
yang diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat
kekeliruan atau tidak dalam pengisian lembar observasi.
2. Coding
Proses konversi data dari kode berupa angka-angka yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang sesuai
untuk keperluan analisis.
3. Data entry
Proses memasukkan data ke dalam program komputer untuk
danalisis.
4. Cleaning
Pengecekan ulang data dari setiap sumber data atau
responden untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode, ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi.
5. Output computer.
-
42
3.10.2 Analisis Data
Pada penelitian ini akan dilakukan dua kali uji statistik yaitu
analisis univariat untuk mengetahui karakteristik tiap variabel dan
analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antarvariabel
penelitian.
a. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik suatu variabel penelitian. Pada
analisis univariat terdapat dua macam ukuran data yaitu
ukuran pemusatan dan ukuran penyebaran. Untuk data
numerik apabila data terdistribusi secara normal maka
ukuran pemusatan yang digunakan adalah mean dan ukuran
penyebarannya adalah standar deviasi. Apabil data tidak
terdistribusi normal makan ukuran pemusatan yang
digunakan adalah modus dan ukuran penyebarannya adalah
persentil (Dahlan, 2014).
b. Analisis Bivariat
Setelah dilakukan analisis univariat kemudian dilanjutkan
degan analisis bivariat untuk mencari hubungan antar
variabel penelitian. Analisis ini juga bertujuan untuk analisis
uji hipotsis komparatif numerik lebih dari dua kelompok
tidak berpasangan untuk mengetahui hubungan antarvariabel
numerik dan kategorik. Kemudian data di analisis
menggunakan software statistik. Jenis statistik yang
-
43
digunakan adalah uji one way ANOVA dengan beberapa hal
yang harus diperhatikansebagai berikut (Dahlan, 2014):
a. Uji one way ANOVA dengan post hoc Bonferroni atau
LSD, bila sebaran normal dengan varian yang sama;
b. Uji Kruskal-Wallis dengan post hoc Mann-Whitney, bila
sebaran tidak normal
3.11 Etika Penelitian
Penelitian ini telah diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung setelah proposal penelitian disetujui oleh
tim skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Penelitian ini
menerapkan prinsip 3R yaitu replacement, reduction, dan refinement.
Prinsip 3R secara luas telah digunakan di seluruh dunia dan banyak negara
yang telah menggunakan prinsip 3R dalam penetapan peraturan perundang-
undangannya, termasuk di Indonesia. Replacement adalah keperluan
memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama,
baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain
seperti sel atau biakan jaringan. Reduction diartikan sebagai pemanfaatan
hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, tetapi tetap mendapatkan hasil
yang optimal. Sedangkan refinement adalah memperlakukan hewan
percobaan secara manusiawi, memelihara hewan dengan baik, tidak
menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan yang menyakitkan
sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir penelitian
(Depkes RI, 2006). Penelitian ini telah lolos uji kaji etik oleh Komisi Etik
-
44
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor
persetujuan etik 3864/UN26.18/PP.05.02.00/2019.
-
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian perbedaan pertumbuhan kuku antara kelompok perlakuan
yang diinjeksi intramtriksial ekstrak DNA darah darah tali pusat manusia
dengan yang tidak pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague
dawley, didapatkan simpulan sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan panjang pertumbuhan kuku antara kelompok
perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat
manusia dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan
pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.
Perbedaan yang signifikan terjadi pada antara kelompok kontrol negatif
(K) dan kelompok perlakuan (P2) dan antara kelompok perlakuan (P1)
dan kelompok perlakuan (P2).
2. Terdapat perbedaan rerata waktu pertumbuhan kuku antara kelompok
perlakuan yang diinjeksi intramatriksial ekstrak DNA darah tali pusat
manusia dengan kelompok kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan
pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley.
5.1 Simpulan
-
66
Adapun saran yang dapat diberikan peneliti dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melanjutkan penelitian
menggunakan hewan coba yang berbeda seperti kelinci atau hewan
lainnya yang sesuai dengan kaidah penelitian.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penelitian
selanjutnya mengenai ekstrak DNA darah tali pusat manusia terhadap
kondisi lainnya yang membutuhkan terapi yang dapat mempercepat
proses regenerasi jaringan.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat melakukan proses ekstrak DNA
darah tali pusat manusia yang kemudian proses kultur lebih lanjut.
4. Bagi Universitas Lampung, diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan prasarana untuk penelitian mengenai ekstrak DNA
darah tali pusat manusia sebagai terapi regeneratif.
5.2 Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Amador EV, Perez SC, Cuellar WT. 2016. Recommendations on treatment of nail
and fingertip injuries in children. Cases series and literature review.
Rev.Fac.Med. 64(3): 499-504
Amin HZ. 2013. Terapi stem cell untuk infark miokard akut. eJournal Kedokteran
Indonesia.1(2). 157-64.
Anonim. 2009. Skin and Nail: Barrier Function, Structure, and Anatomy
Considerations for Drug Delivery. Particle Sciences. 3.
Berker D, Brauer E, Baran R. Cosmetics: The care and andornment of nail in: Baran
R, Dawber RPR et al. 2007. Diseases of the nail and their management, 3rd
ed. Oxford (UK): Blackwell
Besselsen D.G. 2004. Biology of laboratory rodent. diakses tanggal 20 Agustus
2019 dari http://www.ahsc.arizona.edu/.
Braid LR, Catherine A, Wood, Danielle M, Wiese, Barry NF. 2018. Intramuscular
administration potentiates extended dwell time of mesenchymal stromal
cells compared to other routes. Journal Cytotherapy.20: 232–244
Carere C dan Maestripieri D. 2013. Animal Personalities: Behavior, Physiology,
and Evolution. Chicago (USA): University of Chicago Pr.
Chen G, Yue A, Ruan Z, Yin Y, Wang R, Ren Y et al. 2015. Comparison of
biological characteristics of mesenchymal stem cells derived from maternal-
origin placenta and wharton’s Jelly. stemcellres. 6(1):1-7.
Dahlan, MS. 2014. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Epidemiologi
Indonesia.
Danny et al. 2010. Stem cell Dasar Teori & Aplikasinya. Jakarta: Penerbit Erlangga
Djauhari T. 2010. Sel Punca. Jurnal Saintika Medika. 6(13); 91–96.
Drago D, Cossetti C, Iraci N, Gaude E, Musco G, Bachi A, Pluchino S. 2013. The
stem cell secretome and it’s role in brain repair. Biochimie, no. 95, hlm.
2271-2285.
http://www.ahsc.arizona.edu/
-
Du, H., Taylor H.S. 2009. Stem cells and female reproduction. Reprod Sci, 16 (2),
126-139
Halim D, Murti H, Sandra F, Boediono A, Djuwantono T, Setiawan B. 2010. Stem
cell-dasar teori & aplikasi klinis. Jakarta: Penerbit Erlangga
Haneke E. 2015. Anatomy of the nail unit and the nail biopsy. Seminars in
Cutaneous Medicine and Surgery. 34: 95-100.
IACUC. 2017. Anasthesia and analgesia in laboratory animals at ucsf. University
of California San Fransisco [Online Journal] [Diunduh tanggal 12 Desember
2018]. Tersedia dari: http://www.iacuc.ucsf.edu/Proc/awRatFrm.asp
Janvier. 2017. Sprague dawley rat. Janvier. Tersedia di : https://www.janvier-
labs.com/rodent-research-models-services/research-models/per-
species/outbred-rats/product/sprague-dawley.html. (Diakses pada: 22
Agustusl 2019).
Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2007. Histologi Dasar. Edisi 5. Jakarta;
EGC.
Jusuf A.A. 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embrionic Stem Cells) Dan
Potensi Pengembangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Kementan RI, 2008. Petunjuk teknis rodensia. Kementan RI. hlm 25-42.
Kern S, Eichler H, Stoeve J, Kluter H, Bieback K. 2006. Comparative analysis of
mesenchymal stem cells from bone marrow, umbilical cord blood, or
adipose tissue. Stem Cells.;24:1294-301.
Koolhas JM. 2010. The laboratory rat. The UFAW Handbook on the Care and
Management of Laboratory and Other Research Animals. University of
Gronigen. hlm 311-15.
Kurniawaty, Evy. 2017. Buku ajar terapi gen miracle of placenta. BandarLampung.
CV. Anugrah Utama Raharja
Lane SW, Williams DA, Watt FM. 2014. Modulating the stem cell niche for tissue
regeneration. Journal Nature Biotechnology. 32:1-9
Lehoczky AJ, Tabin CJ. 2015. Lgr6 marks nail stem cells and is required for digit
tip regeneration. Journal Proceedings of the National Academy of Sciences
of The United States of America 112(43): 13249-13254
Li, M, Cascino, P., Ummarino, S., Di Ruscio, A. 2017. Application of Induced
Pluripotent Stem Cell Technology to the Study of Hematological Diseases.
Cells, 6(1).
http://www.iacuc.ucsf.edu/Proc/awRatFrm.asp
-
Mescher AL. 2014. Kulit . Dalam: Teks dan Atlas Histologi Dasar Junquiera. hlm
309-24.
Padeta I, Nugroho WS, Kusindarta DW, Fibrianto YH, Budipitojo T. 2017.
Research article mesenchymal stem cell-conditioned medium promote the
recovery of skin burn wound. Asian J.Anim. 12(3):132–41
Phuc Van Pham. 2016. Mesenchymal stem cells ini clinical application in Stem cell
processing p 37-69. Springer.
Puranik SB, Nagesh A, Guttedar RS. 2012. Isolation of mesenchymal-like cells
from wharton’s jelly of umbilical cord. Ijpcbs. 2(3):218–24
Rengasamy M, Pawan KG, Udaykumar K, Gurbind S, Sudha B, Swathi SR, et al.
2015. Preclinical safety & toxicity evaluation of pooled, allogeneic human
bone marrow-derived mesenchymal stromal cells. Indian Journal Med Res
144. hlm. 852-864.
Rossi, Raton, FL, A. Barbieri, L. Pistola, G. Bonaccorsi, P. Calvieri, S. 2002. Hair
and nail structure and function. J.APPL.Cosmetol (21).
Sastroasmoro S. 2014. Dasar-dasar metodelogi penelitian. Edisi ke- 5. Jakarta:
Sagung Seto.
Schuleri KH, Amado LC, Boyle AJ. 2008. Early improvement in cardiac tissue
perfusion due to mesenchymal stem cells. Am J Physiol Heart Circ Physiol.
Se-ra Park, Jae-Wan Kim, Hee-Sook Jun, Joo Young Roh, Hwa Yong Lee, In-Sun
Hong. 2018. Stem Cell Secretome and Its Effect on Cellular Mechanisms
Relevant to Wound Healing. The American Society of Gene and Cell
Therapy. 26(2): 606 and it’s role in brain repair. Biochimie, no. 95, hlm.
2271-2285.
Sharp. P.E & Villano.J., 2012. The Laboratory Rat 2nd. ed. CRC press. Boca
Therapy in Myocardial Infarction. Bioteknologi, 11(2), hal.176–190.
Wang HS, Hung SC, Peng ST, Huang CC, Wei HM, Guo YJ et al. 2004.
Mesenchymal stem cells in the wharton's jelly of the human umbilical cord.
Stemcells. 22(7): 1330–1337.
Wang HS, Xu C, Zhao RC. 2012. Clinical applications of mesenchymal stem cells.
Jhoonline. 5(19): 1-9.
Widiartini W, Siswati E, Setiyawati A, Rohmah IM, Prastyo E. 2013.
Pengembangan usaha produksi tikus putih (Rattus Norvegicus) dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu
dalam skala penelitian atau pengamatan laboratoris. Kemenristekdikti
-
Yuliana, I. & Suryani, D. 2012. Terapi Sel Punca pada Infark Miokard Stem Cell
Zymo Research. 2017. Quick -DNA TM Universal kit manual instruction.
[Diunduh tanggal 29 Agustusi 2019]. Tersedia dari:
http://www.zymoresearch.com/dna.
http://www.zymoresearch.com/dna