pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk … · penduduk dunia akan meningkat dari 6,1...

93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Disusun oleh: Arini Dyah Setyowati F 0106020 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: buikhuong

Post on 10-Aug-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN

PENDUDUK TERHADAP PROSES URBANISASI

DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Sebelas Maret

Disusun oleh:

Arini Dyah Setyowati

F 0106020

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN MOTTO

Believe in yourself! Have faith in your abilities! Without a humble and reasonable

confidence in your own powers you cannot be successful or happy.

(Norman Vincent Peale)

I can, therefore I am.

(ADS)

If plan A doesn’t work, then I have to prepare my plan B but if the plan B doesn’t

work too, I have faith that GOD’s plan is better.

(ADS)

Don’t get stuck with the things that ruining your day.

Life is too short to be wasted on crap.

(Unee)

I don’t believe in failure. It’s not failure if you enjoyed the process.

(Oprah Winfrey)

Yakin adalah kunci kebahagian.

(Miiund)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahan untuk:

w ALLAH SWT The one that I believe. Thank you for Your never ending blessing.

I am ultra-blessed!

w My beloved father and mother Shines with pride when I succeed and have faith in me even I fail.

With all the love that you’ve given to me, I’ll love you back more Dad, Mom.

w My lovely sister We know each other as we always were. We know each other’s hearts. We share

private family jokes. We remember family feuds and secrets. Family griefs and enjoy.

w Ndut, Pujot, Bekatul The crap we talk, the guys we stalk, the way we shop, laugh we can’t stop, the

gossip we spill, the looks that could kill, we’ll stay together because we are best friend forever.

w Dyah

I’ll stop becoming your friend and start becoming your sister.

w Kokoh & Dodol The guys behind me, like true brother. The cocholate chips in my cookies life.

w You I don’t love you nor hate you, but I really need you.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Tujuan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dan

syarat-syarat guna mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis

telah banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena

itu dengan penuh rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas bantuan, dorongan, bimbingan, dan pengarahannya kepada :

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan

membimbing penulis dari awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi

ini.

4. Drs. Mulyanto, ME selaku ketua tim penguji skripsi yang telah meluangkan

waktu dan memberikan saran kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi

lebih baik.

5. Dr. A.M Soesilo, MS selaku anggota tim penguji skripsi yang telah

meluangkan waktu dan meberikan saran kepada penulis agar menjadi lebih

baik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

6. Bapak, Mama, dan Adik tercinta, yang telah memberikan dukungan baik

moril maupun materiil, kepercayaan, kesabaran, pengorbanan, serta doa dan

kasih sayang yang tak terhingga.

7. Seluruh keluarga besar di Jakarta dan Klaten yang senantiasa memberikan

dukungan dan doa.

8. Sahabat-sahabat terbaikku yang senantiasa mendukung dan membantu

penulis selama pembuatan skripsi ini.

9. Teman-teman EP, Manajemen, Akuntansi FE UNS Angkatan 2006

10. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga ikut

berperan selama masa studi hingga diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis

menerima kritik dan saran untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi

karya kecil yang dapat berguna bagi kita semua.

Surakarta , Januari 2011

Arini Dyah Setyowati

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAKSI

PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK

TERHADAP PROSES URBANISASI

DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005

Arini Dyah Setyowati F 0106020

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan

pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.

Kata kunci : urbanisasi, data panel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

ABSTRAKSI ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..……………………………………………….… 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Urbanisasi ………………………………………………… 8

1. Pengertian Urbanisasi ……………………................................ 8

2. Sebab-sebab Urbanisasi ………………………………………. 12

3. Pengukuran Urbanisasi …………………….…………………. 14

4. Dampak Urbanisasi Berlebih ………………….……………… 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Struktur Ekonomi ……………………………………………….. 16

1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi ………………................... 19

2. Industrialisasi ……………………………………………........ 22

C. Konsep Perkotaan ……………………………………………...... 23

1. Pengertian Kota ……………………......................................... 23

2. Teori Perkembangan Kota ......................................................... 25

3. Struktur Perkotaan……….......................................................... 27

D. Penelitian Terdahulu……………………………………………... 30

E. Kerangka Pemikiran …….…..…………………………………… 31

F.. Hipotesa …………………………..………………………...……. 32

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... . 33

B. Data dan Sumber Data ..................................................................... . 33

C. Definisi Operasional Variabel ......................................................... . 33

D. Teknik Analisa Data ....................................................................... . 34

1. Analisis Data Panel ……………………………..…………….. 34

2. Pemodelan Data Panel ............................................................... 36

3. Pemilihan Teknik Estinasi Data Panel ………………..………. 38

4. Analisis Regresi Berganda ……………………………… …... 40

E. Metode Pengujian ........................................................................... 41

1. Pengujian Statistik ……………………………………………. 41

2.Pengujian Ekonometrika/Uji Asumsi Klasik ………………….. 45

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian …………………………………… 47

B. Perkembangan Variabel yang Diamati ………………………… 50

C. Deskripsi Data …………………………………………………. 53

D. Hasil Analisis ………………………………………………….. 54

1. Pemilihan Model Estimasi ........................................................ 54

2. Uji Satistik ................................................................................. 62

3. Uji Asumsi Klasik ………………………………………..…. 68

4. Interpretasi Hasil ……………………………………………. 71

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 76

B. Saran ............................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penduduk dan Proyeksi Urabanisasi Indonesia

Tahun 1990-2020 .............................................................................. 3

Tabel 4.1 Angka Urbanisasi Jawa Tengah ........................................................ 52

Tabel 4.2 Angka Industrialisasi Jawa Tengah ................................................ 53 Tabel 4.3 Angka Pertumbuhan Penduduk JawaTengah …………………….. 54

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode OLS…. 56

Tabel 4.5 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode

Fixed Effect .…………………………………………………….…. 58

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode

Random Effect ...................................................................................... 61

Tabel 4.7 Perbansingan Hasil Estimasi ............................................................. 63

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Fixed Effect ........................................................ 64

Tabel 4.9 Hasil Uji Kleins (Multikolinearitas) ................................................. 70

Tabel 4.10 Hasil Estimasi ................................................................................. 72

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng .............................................................. 4

Gambar 2.1 Urbanization As a Process ............................................................. 11

Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota ........................................................... 26

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Struktur Perkotaan ....................................... 29

Gambar 3.1 Kurva Distribusi t ............................................................................ 42

Gambar 3.2 Kurva Distribusi F .......................................................................... 44

Gambar 3.3 Statistik d Durbin Watson .............................................................. 47

Gambar 4.1 Kurva Distribusi t ............................................................................ 64

Gambar 4.2 Kurva Distribusi F .......................................................................... 68

Gambar 4.3 Statistik d Durbin Watson .............................................................. 72

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

PENGARUH INDUSTRIALISASI DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP

PROSES URBANISASI

DI JAWA TENGAH TAHUN 1990-2005

Arini Dyah Setyowati F 0106020

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah. Analisis dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data) dengan model Fixed Effect.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel industrialisasi berpengaruh positif signifikan secara statistik terhadap proses urbanisasi. Sedangkan variable pertumbuhan penduduk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap proses urbanisasi. Periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi di Jawa Tengah, sedangkan periode waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel interaksi terbukti tidak mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dengan kata lain tidak ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi berdasarkan periode sebelum dan sesudah krisis moneter 1997. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan penduduk.

Kata kunci : urbanisasi, data panel.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penduduk dunia saat ini sudah mencapai lebih dari 6 miliar, dimana di

antara jumlah tersebut, 80 persen tinggal di negara-negara berkembang.

Proyeksi yang dibuat oleh United Nation (UN) memperlihatkan bahwa

penduduk dunia akan meningkat dari 6,1 miliar menjadi 7,8 miliar antar tahun

2000 dan 2025. Peningkatan tersebut 90 persen di antaranya disumbang oleh

penduduk perkotaan di negara-negara berkembang (Todaro, 2000). Bahkan

menjelang tahun 2020, mayoritas penduduk negara-negara berkembang akan

tinggal di wilayah yang dikatakan sebagai wilayah perkotaan. Hal ini selain

disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami (natural growth) yang pesat

juga karena terjadi perpindahan penduduk (migrasi). Menurut data pada BPS,

pertumbuhan penduduk Indonesia, yaitu 2,31 persen per tahun untuk periode

1971-1980; untuk periode 1980-1990 pertumbuhan 1,98 persen per tahun dan

periode 1990-2000 pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun.

Salah satu isu aktual pembangunan di negara berkembang adalah

masalah urbanisasi. Urbanisasi merupakan proses pengkotaan yang saling

berkaitan dengan masalah pembangunan lainnya. Proses pembangunan pada

dasarnya bukanlah sekedar fenomena ekonomi semata. Pembangunan tidak

sekedar ditunjukkan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh

suatu negara, namun lebih dari itu pembangunan memiliki perspektif yang

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

luas. Dalam proses pembangunan selain mempertimbangkan aspek

pertumbuhan dan pemerataan, juga mempertimbangkan dampak aktivitas

ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat. Lebih dari itu proses

pembangunan dilakukan bertujuan mengubah struktur ekonomi ke arah yang

lebih baik (Kuncoro, 1997). Pada umumnya negara berkembang, karena

faktor sosial, ekonomi dan politik sulit mengendalikan meningkatnya arus

urbanisasi (Todaro, 2000).

Moomaw dan Shatter (1996 dalam Chotib 2002a) pembangunan

ekonomi dapat meningkatkan ukuran pasar, yang pada gilirannya

menyebabkan adanya bagian yang meningkat dan spesialisasi tenaga kerja.

Pembangunan ekonomi juga secara dekat berkaitan terhadap urbanisasi.

Pembangunan ekonomi dapat menyebabkan urbanisasi yang lebih besar karena

dua alasan yakni: pertama, bagian yang meningkat untuk tenaga kerja yang

dihubungkan dengan pasar-pasar yang lebih besar membuat penghematan pada

biaya komunikasi dan transportasi yang pada gilirannya menguntungkan

sebagai lokasi urban; kedua, pergeseran pada struktur ekonomi jauh dari

pertanian (selalu dihubungkan dengan pembangunan) dapat menyebabkan

urbanisasi yang lebih besar.

Kondisi penduduk daerah perkotaan di Indonesia sebagai salah satu

negara yang sedang berkembang terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencerminkan

adanya proses urbanisasi. Kenaikan ini juga disebabkan karena adanya

perubahan status pedesaan manjadi perkotaan (BPS, 2000). Dari hasil proyeksi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

urbanisasi (yang merupakan rasio penduduk perkotaan di suatu wilayah), laju

urbanisasi di Indonesia menunjukkan kondisi yang menarik. Tingkat urbanisasi

pada tahun 1990 adalah 28,79% naik menjadi 36,46% pada tahun 2000.

Tingkat urbanisasi ini diperkirakan naik menjadi 44,48% pada tahun 2010 serta

menjadi 52,20% pada tahun 2020. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai

berikut:

Tabel 1.1 Penduduk Dan Proyeksi Urbanisasi Indonesia Tahun 1990-2020

Tahun Jumlah Penduduk (000 Jiwa) Tingkat

Urbanisasi (%) Pedesaan Perkotaan Total

(1) (2) (3) (4) (5)=[(3)/(4)]*100

1990 128.451 51.932 180.383 28.79

1995 132.076 63.679 195.755 32.53

2000 133.601 76.662 210.263 36.46

2005 132.838 90.344 223.183 40.48

2010 130.533 104.577 235.110 44.48

2015 126.595 118.798 245.388 48.41

2020 121.202 132.465 253.667 52.20

Sumber: Tjiptoherijanto (2000) dalam Kompas, 8 Mei 2000 (“Urbanisasi dan Perkembangan Perkotaan di Indonesia”)

Hasil penelitian Graeme (1990) menyatakan bahwa masyarakat

Indonesia cenderung melakukan migrasi, hal ini disebabkan selain oleh factor-

faktor daya tarik dari daerah tujuan, juga kecenderungan daerah asal yang

pertumbuhan penduduknya lebih cepat dari daerah tujuan. Hal yang demikian

ini menjadi daya pendorong penduduk pedesaan untuk bermigrasi ke

perkotaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Seiring dengan perkembangan ekonomi, perkembangan kota-kota di

Indonesia menimbulkan jejaring antara kota-kota besar dan kota-kota kecil di

sekitarnya. Demikian juga dengan berkembangnya jaringan jalan, baik jalan

darat, laut maupun udara memperluas menjadi mega urbanisasi.

Perkembangan proses urbanisasi tidak hanya terjadi di kota besar dan di

sekitar kota besar saja. Urbanisasi di negara berkembang seperti di Indonesia

juga terjadi di kota kecil dan menengah yang jaraknya cukup jauh dari kota

besar. Fenomena urbanisasi yang berlangsung di kota kecil dan menengah ini

dikenal dengan urbanisasi wilayah (regional based urbanization). Urbanisasi

yang terjadi di kota kecil dan menengah ini salah satu indikasinya ditunjukkan

dengan pertambahan dan pertumbuhan penduduk. Kota kecil yang secara

administratif termasuk wilayah kabupaten justru memiliki tingkat pertumbuhan

penduduk yang lebih pesat dibandingkan pada pusat kotanya.

Gambar 1.1 Tingkat Urbanisasi Jateng Sumber: BPS (2006). Jawa Tengah Dalam Angka

Tingkat urbanisasi suatu wilayah ditentukan oleh banyaknya penduduk

perkotaan di wilayah yang bersangkutan. Semakin tinggi pertumbuhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

penduduk di perkotaan maka tingkat urbanisasi di wilayah tersebut juga akan

semakin besar. Hal ini pula yang dialami di Jawa Tengah, dimana jumlah

penduduk di wilayah perkotaan meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun

2005 dicatat bahwa tingkat urbanisasi Jawa Tengah sebesar 40,46%. Keadaan

ini meningkat jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, seperti

tahun 1990 yang masih sebesar 27,58%, tahun 1995 sebesar 31,90% dan

40,19% di tahun 2000.

Namun dengan kondisi struktur ekonomi dan struktur perkotaan yang

berbeda di setiap kabupaten/kota di Jawa Tengah menyebabkan tingkat

urbanisasi yang berbeda-beda pula di setiap kabupaten/kota. Di beberapa

kabupaten/kota di Jawa Tengah dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan

urbanisasi yang meningkat, namun di beberapa kabupaten/kota di propinsi

yang sama justru mengalami pertumbuhan yang negatif. Tinggi rendahnya

tingkat urbanisasi di kabupaten/kota di Jawa Tengah ditentukan oleh banyak

faktor, diantaranya faktor pembangunan ekonomi khususnya proses

industrialisasi dan laju pertumbuhan penduduk yang ternyata membawa

peranan yang sangat besar dalam mendorong proses urbanisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh

Industrialisasi dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Proses Urbanisasi

di Jawa Tengah tahun 1990-2005”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di Jawa

Tengah?

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di

Jawa Tengah?

3. Variabel manakah di antara industrialisasi dan pertumbuhan penduduk

yang lebih dominan berpengaruh terhadap proses urbanisasi di Jawa

Tengah?

4. Adakah perbedaan pengaruh antara industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah sebelum dan sesudah

masa krisis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh industrialisasi terhadap proses urbanisasi di

Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap proses

urbanisasi di Jawa Tengah.

3. Untuk mengetahui dominasi pengaruh antara industrialisasi dan

pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah.

4. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk terhadap proses urbanisasi pada era sebelum dan sesudah krisis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Instansi terkait, dapat menjadi input dan dasar pertimbangan untuk

menentukan kebijakan yang tepat dalam mengatasi masalah urbanisasi.

2. Peneliti, mengembangkan pengetahuan dan menambah wawasan mengenai

urbanisasi.

3. Pihak lain, sebagai bahan pembanding dan referensi bagi pembaca yang

tertarik untuk meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Urbanisasi

1. Pengertian Urbanisasi

Dalam rangka menemukan sebuah definisi atau konsepsi urbanisasi

diperlukan beberapa pertimbangan, dimana pertimbangan ini didasarkan

atas sifat yang dimiliki arti dan istilah urbanisasi, yaitu multi-sektoral dan

kompleks, Ningsih (2002 dalam Rahmat 2009).

a. Dari segi demografi, urbanisasi dilihat sebagai suatu proses yang

ditunjukkan melalui perubahan penyebaran penduduk dalam suatu

wilayah. Masalah-masalah mengenai kepadatan penduduk berakibat

lanjut terhadap masalah perumahan dan masalah kelebihan tenaga

kerja menjadi masalah yang sangat merisaukan karena dapat

menghambat pembangunan. Pemerintah secara khusus menangani

masalah perumahan dengan diadakannya Departemen Perumahan.

b. Dari segi ekonomi, urbanisasi adalah perubahan struktural dalam

sector mata pencaharian. Ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk

desa yang meninggalkan pekerjaannya di bidang pertanian, beralih

bekerja menjadi buruh atau pekerja kasar yang sifatnya non agraris di

kota. Masalah-masalah yang menyangkut mata pencaharian sektor

informasi atau yang lebih dikenal dengan istilah pedagang kaki lima.

8

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

c. Dalam pengertian sosiologi maka urbanisasi dikaitkan dengan sikap

hidup penduduk dalam lingkungan pedesaan yang mendapat pengaruh

dari kehidupan kota. Dalam hal ini apakah mereka dapat bertahan

pada cara hidup desa ataukah mereka mengikuti arus cara hidup orang

kota yang belum mereka kenal secara mendalam, sehingga akan dapat

menimbulkan masalah-masalah sosiologis yang baru. Dari segi

sosiologi, urbanisasi dapat menimbulkan lapisan social yang baru dan

menjadi beban kota, karena kebanyakan dari mereka yang tidak

berhasil hidup layak di kota akan menjadi penggelandang membentuk

daerah slum atau daerah hunian liar.

d. Dari segi geografi, urbanisasi ini dilihat dari segi distribusi, difusi

perubahan dan pola menurut waktu dan tempat, hal ini tercermin dari

pernyataan:

“Geography deals first and foremost with spatial aspects of urbanization, it’s purpose being to reveal it’s forms geography variants and types and the specific features of the particular course taken by urbanization under the impact of different social, economic and natural conditions”. Sumber: Marbun (1990)

Pernyataan di atas menyatakan jika ditinjau dari konsep

keruangan dan ekologis, urbanisasi merupakan gejala geografis karena

adanya gerakan/perpindahan penduduk dari satu wilayah atau

perpidahan penduduk ke luar wilayahnya. Hal ini terjadi karena

pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan alam yang berbeda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Kata Urbanisasi atau urbanization didefinisikan oleh Munir (2004

dalam Soetomo 2009) sebagai bertambahnya proporsi penduduk yang

berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk

ke kota atau akibat dari perluasan daerah kota. Urbanisasi dapat terjadi

melalui dua cara yaitu; perpindahan penduduk dari desa ke kota (rural urban

migration) dan kedua karena berubahnya daerah pedesaan yang karena

beberapa faktor lambat laun menjadi daerah perkotaan (Sinulingga, 1999).

Pada umunya di negara-negara maju tingkat urbanisasi sangat tinggi

dibanding di negara-negara berkembang.

Urbanisasi dipandang pula sebagai suatu proses dalam arti sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah penduduk kota menjadi lebih banyak sebagai

akibat dari pertambahan penduduk, baik oleh hasil fertilitas penghuni

kota maupun karena adanya tambahan penduduk dari desa yang

bermukim dan berkembang di kota.

2. Bertambahnya jumlah kota dalam suatu negara atau wilayah sebagai

akibat dari perkembangan ekonomi, budaya dan teknologi yang baru.

3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi kehidupan

kota.

Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan pengertian

urbanisasi sebagai suatu proses perubahan:

“Urbanization is a process of changes: size, densities and

composition of population, economic structure and human behavior”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Paul Knox (1994 dalam Soetomo 2009) menjelaskan urbanisasi sebagai

proses perubahan ukuran suatu kota, penambahan komposisi penduduk, dan

perubahan struktur ekonomi. Lebih lanjut Paul Knox merumuskan proses

urbanisasi sebagai proses yang dimotori oleh perubahan ekonomi yang

mendorong dan di dorong oleh faktor-faktor menusia, sumber daya alam adan

teknologi (sumber daya buatan) dan menghasilkan keluaran keadaan ekonomi,

sosial dan fisik serta masalah-masalah yang menjadi bahan yang harus di atasi

dalam penentuan kebijakan pembangunan kota.

Gambar 2.1 Urbanization As A Process Sumber: Paul knox (1994 dalam Soetomo 2009)

Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah

proses perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori

Demographic Change

Political Change

ECONOMIC

Social Change

CHANGE

URBANIZATION

Technologi Change

Urban System

Land Use

Social Ecology

Urbanism

Policy Respons

Planning

Political Conflic

Social Depend Problem

Cultural Change

Built Environment & Townscape

Locally & Historical Contingent Factor

Environmental Resource

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Dalam diagram terlihat tiga kelompok kejadian, yang pertama adalah proses

perubahan atau urbanisasi itu sendiri dan faktor ekonomi memotori yang

mendorong perubahan pada segala aspek: kependudukan, politik, budaya,

sosial, teknologi, sumber daya lingkungan, dan hasil-hasil sejarah. Dan yang

ke dua adalah hasil perubahan tersebut, dalam proses urbanisasi kearah

internal dalam kota menghasilkan produk-produk fisik lingkungan atau

morfologi kota, interaksi sosial atau ekologi sosial, pemanfaatan lahan,

menciptakan kehidupan perkotaan dalam segala aspek (sosial, politik,

ekonomi, budaya) atau yang disebut juga urbanism. Sedangkan ke arah

eksternal menciptakan urban system dalam lingkup sistem regional baik

fisik maupun non fisik (sosial, ekonomi, budaya, politik atau penguasaan

wilayah). Proses urbanisasi dengan produk-produknya merupakan hasil

bentuk pembangunan itu sendiri dari seluruh aspek kehidupan dan fisik

lingkungan serta pada berbagai skala: dari lingkungan pemukiman, kota,

regional, nasional dan internasional.

2. Sebab- Sebab Urbanisasi

Pada umumnya dapat dikemukakan 3 (tiga) sebab urbanisasi: (a) arus

perpindahan penduduk dari desa ke kota, (b) pertambahan penduduk secara

alami, (c) tetariknya pemukiman pedesaan ke dalam konteks kota (Lee, 1991).

a. Migrasi

Arus perpindahan dari desa ke kota biasanya dipandang sebagai salah

satu faktor penyebab utama yang menjadi dasar proses urbanisasi. Pada

umumnya perpindahan penduduk dari desa ke kota dipengaruhi oleh tiga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

faktor yaitu; faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor penghambat atau

penghalang.

Faktor pendorong utama adalah kondisi daerah asal (pedesaan),

diantaranya adalah tekanan ekonomi, jumlah keluarga yang banyak,

lapangan usaha, dan pekerjaan terbatas serta fasilitas hidup yang terbatas

pula. Faktor penarik merupakan faktor yang berasal dari kota yang

meliputi: tersedianya bebagai fasilitas hidup yang lebih baik, terbukanya

lapangan usaha dan pekerjaan, tingkat upah dan gaji yang relatif lebih

daripada penghasilan di desa. Semua faktor-faktor ini menyebabkan

tingkat sosial ekonomi masyarakat perkotaan relatif lebih tinggi

dibandingkan masyarakat pedesaan dan hal ini yang menjadi daya tarik

masyarakat desa untuk pindah dari desa ke kota.

Faktor ketiga adalah faktor penghalang atau penghambat bagi para

pendatang yang antara lain meliputi : jarak antar kota dan desa cukup jauh

serta kurang tersedianya alat transportasi dan komunikasi di desa sehingga

kota sulit terjangkau serta pertimbangan-pertimbangan lain seperti ketidak

pastian untuk meraih kehidupan yang lebih baik di kota menjadi

pertimbangan bagi penduduk desa untuk pindah ke kota. Faktor

pendorong dan faktor penarik secara bersama-sama akan menimbulkan

arus migrasi (perpindahan) penduduk dari desa ke kota yang menjadi

tinggi bahkan melebihi pertumbuhan daya serap kota dalam menampung

jumlah pendatang baru. Kondisi seperti ini disebut “over urbanization”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

atau urbanisasi berlebih, dimana kondisi seperti ini dapat menimbulkan

berbagai dampak.

b. Pertumbuhan alamiah

Pertumbuhan penduduk alamiah adalah pertumbuhan penduduk

yang dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas) dan kematian (mortalitas).

Fertilitas adalah proses lahirnya seorang bayi dari rahim perempuan

dengan adanya tanda-tanda kehidupan seperti bernafas, menangis dan

bergerak, sedangkan mortalitas adalah peristiwa hilangnya semua tanda-

tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi tiap saat setelah

kelahiran hidup (Junaidi, 2009). Suatu wilayah dikatakan tengah

mengalami pertumbuhan penduduk apabila terdapat selisih positif antara

kelahiran dan kematian. Pertambahan penduduk melalui proses salami ini

menjadi semakin besar karena adanya perbaikan-perbaikan besar dalam

pemeliharaan kesehatan.

c. Reklasifikasi wilayah

Pengertian reklasifikasi wilayah mencakup pengertian diubahnya

status suatu wilayah yang dahulunya desa menjadi bagian dari wilayah

perkotaan. Hal itu berarti penduduk yang tinggal di daerah yang

mengalami reklasifikasi akan dihitung sebagai penduduk kota.

3. Pengukuran Urbanisasi

Walaupun terdapat berbagai definisi dan konsep yang beragam

dalam menggambarkan urbanisasi, namun ukuran yang umum digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

adalah tingkat urbanisasi dalam pengertian proporsi penduduk negara

tersebut yang bertempat tinggal di perkotaan.

Dalam tingkat urbanisasi ini ada tiga komponen utama yang

menentukan yaitu:

a. migrasi dari desa ke kota

b. pertumbuhan penduduk alami

c. reklasifikasi wilayah

Untuk perkembangan penduduk perkotaan dapat dilihat dari angka

urbanisasi, yaitu angka yang mencerminkan presentase penduduk yang

tinggal di wilayah perkotaan.

Ada tiga kriteria suatu daerah (lokalitas) dijadikan sebagai daerah perkotaan

yaitu:

a. kepadatan penduduk 5000 orang atau lebih per km persegi

b. jumlah rumah tangga pertanian 25 persen atau lebih kecil

c. memiliki delapan atau lebih jenis fasilitas perkotaan

4. Dampak Urbanisasi Berlebih

Urbanisasi berlebih di Indonesia menimbulkan dampak baik dampak

positif maupun dampak negatif (Graeme, 1987). Dampak positif adalah

dampak yang dialami oleh daerah yang ditinggalkan (daerah pedesaan)

diantaranya adalah meningkatnya pendapatan, kesehatan, kesejahteraan,

perubahan sosial serta meningkatnya peran secara tradisional (khususnya

wanita). Sedangkan dampak negatifnya untuk daerah perkotaan diantaranya

adalah meningkatnya pengangguran dan setengah pengangguran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Pertambahan kesempatan kerja yang terbuka di kota tidak dapat

mengimbangi tenaga kerja pendatang dari desa. Penduduk pendatang dari

desa dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu: kelompok yang

berpendidikan serta memiliki ketrampilan atau keahlian dan kelompok yang

tidak berpendidikan serta tidak memiliki ketrampilan atau keahlian.

Kelompok yang berpendidikan berharap untuk mendapatkan pekerjaan yang

sesuai dengan pendidikan serta keahliannya di kota, sementara yang tidak

berpendidikan bersedia mendapatkan pekerjaan apa saja asalkan dapat

memberikan penghasilan. Kesenjangan antara jumlah pencari kerja dengan

kesempatan kerja yang terbuka di kota-kota menimbulkan masalah yang

serius yaitu bertambahnya jumlah pengangguran dan setengah

pengangguran. Kondisi yang demikian ini menciptakan dampak yaitu:

5. Tingkat kesejahteraan menurun (ditandai dengan tidak sebandingnya

pendapatan riil dengan pengeluaran riil);

6. Meningkatnya persaingan untuk mendapatkan fasilitas pendidikan;

7. Munculnya daerah kumuh (tak layak huni);

8. Meningkatnya kriminalitas;

9. Banyaknya tuna wisma dan tuna karya;

10.Meningkatnya tingkat kebisingan dan lain-lain yang menyebabkan kota

menjadi kurang nyaman.

B. Struktur Ekonomi

Struktur sosial ekonomi dalam suatu wilayah/daerah adalah unsur

penting dalam pembangunan wilayah yang bersangkutan. Yang dimaksud

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

struktur ekonomi yaitu struktur perekonomian yang terdiri dari tiga sektor

utama; diantaranya adalah sektor primer (pertanian), sektor sekunder (industri

manufaktur), dan yang ketiga adalah sektor tersier (jasa). Sedangkan

pengertian sektor ekonomi (BPS Jateng, 2000) adalah bidang kegiatan

ekonomi dimana penduduk suatu Negara melakukan kegiatan produksi dengan

menggunakan satu atau kombinasi beberapa faktor produksi sebagai input

untuk menghasilkan satu atau beberapa jenis output sehingga faktor produksi

tersebut mendapatkan balas jasa. Menurut ISIC (International Standard of

Industrial Classification) ketiga sektor ekonomi tersebut ini dijabarkan

menjadi 9 sektor di antaranya adalah:

1. Sektor Pertanian

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

3. Sektor Industri Pengolahan

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

5. Sektor Bangunan

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

7.Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

9. Sektor Jasa-Jasa

Dari kesembilan sektor di atas, yang merupakan sektor primer adalah

sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, untuk sektor

sekunder terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

bersih dan sektor pembangunan sedangkan selebihnya (4 sektor yang lain)

merupakan sektor tersier.

Sektor primer adalah sektor utama/pokok bagi manusia, karena di

dalam sektor tersebut terjadi kegiatan guna menghasilkan bahan sandang,

pangan dan papan. Seiring berjalannya pembangunan, kegiatan sektor primer

ini menunjukkan efisiensinya didukung oleh perkembangan teknologi yang

ada, yang padaakhirnya akan mengurangi tenaga kerja yang ada di sektor

tersebut. Selanjutnya kelebihan/surplus tenaga kerja di sektor ini bergeser ke

sektor sekunder/tersier yang lebih membutuhkan ilmu pengetahuan dan

tingkat keterampilan yang lebih tinggi. Selain itu bergesernya para pencari

kerja dari sektor primer ke sektor lainnya juga disebabkan karena tawaran

pendapatan yang lebih tinggi di sektor sekunder dan tersier tersebut.

Tambunan (2003) menyatakan perubahan atau yang dimaksud dengan

‘pendalaman’ struktur ekonomi terjadi terutama didorong oleh peningkatan

pendapatan.

Suatu wilayah yang memiliki struktur ekonomi sekunder maupun

tersier akan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi penduduknya yang

bekerja di sektor tersebut daripada di sektor primer, sehingga tidak

mengherankan apabila dominasi sektor sekunder dan tesier (terutama

sekunder) dalam suatu wilayah menunjukkan kemajuan wilayah tersebut.

Sektor industri terbukti mampu menyerap tenaga kerja yang ada dalam suatu

wilayah, yang pada tujuannya adalah dapat mengatasi jumlah pengangguran

yang ada serta mengatasi masalah ketimpangan pendapatan yang diterima oleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sebagaimana yang dijelaskan BPS

Bandung (2004 dalam Soetomo 2009) bahwa angka pengangguran yang

meningkat sedikit banyak menggambarkan ketidakmampuan perekonomian

dalam menyerap tenaga kerja. Jadi dengan kemampuan sektor industri dalam

menyerap tenaga kerja tentunya akan sangat menunjang pertumbuhan

ekonomi.

Sektor-sektor ekonomi tersebut merupakan potensi yang dimiliki oleh

setiap wilayah, meskipun antara wilayah yang satu dengan wilayah yang

lainnya memiliki potensi sektor ekonomi yang berbeda, ada wilayah yang

lebih berpotensi di sektor pertanian dan ada juga yang berpotensi di sektor

industri tetapi ada juga wilayah yang sangat berpotensi di sektor jasanya.

Perbedaan potensi sektor ekonomi di masing-masing wilayah sangat

dipengaruhi oleh keadaan geografi dan demografi wilayah yang bersangkutan.

Kekayaan alam dan tenaga kerja yang berkualitas akan mempermudah usaha

untuk membangun perekonomian suatu daerah/Negara. Atau lebih jelasnya

bahwa struktur ekonomi dalam setiap wilayah itu tergantung pada kekayaan

sumber daya alamnya dan juga kuantitas dan kualitas manusianya (Sukirno,

1998).

Suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang besar dengan

tingkat pendidikan yang tinggi cenderung memiliki sektor ekonomi yang lebih

dominan di sektor industri dan jasanya. Sedangkan wilayah yang kaya akan

sumber daya alamnya akan cenderung memiliki struktur ekonomi primer,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dimana penduduknya lebih banyak bekerja di sektor pertanian dan juga sektor

pertambangan dan penggalian.

1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada

mekanisme pergeseran/transformasi ekonomi yang dihadapi oleh sebagian

besar negara sedang berkembang, yang semua bersifat subsistence yang

menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur yang lebih

modern, yang menitikberatkan pada sektor industri dan sektor jasa

(Tambunan, 2003). Ada dua teori umum yang digunakan dalam

menganalisis perubahan struktur ekonomi, yaitu teori dari Arthur Lewis

(teori migrasi) dan Hollis Cenery (teori informasi struktural).

Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan

ekonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan. Di dalam teorinya, Lewis

(Todaro dan Smith, 2003) mengasumsikan bahwa perekonomian suatu

Negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian di pedesaan

yang bersifat tradisional yang masih didominasi oleh sektor pertanian dan

perekonomian di perkotaan yang bersifat modern yang didominasi oleh

sektor industri. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka

terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja dan kondisi kehidupan

masyarakatnya subsitence akibat perekonomian yang subsitence pula.

Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan produk marjinalnya yang

bernilai nol dan tingkat upah riil yang rendah. Nilai MP (Marginal Product)

yang nol artinya fungsi produksi di sektor pertanian tersebut telah sampai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pada tingkat yang optimal, dan jika jumlah tenaga kerja lebih besar dari titik

optimal itu maka akan berlaku hukum penghasilan menurun dimana

semakin banyak orang yang bekerja di sektor tersebut akan semakin rendah

tingkat produktivitas atau total produksi yang akan dihasilkan. Dalam

kondisi yang demikian, pengurangan tenaga kerja tidak akan mengurangi

jumlah output di sektor tesebut, karena proporsi tenaga kerja lebih besar

dibandingkan proporsi input lain seperti modal dan teknologi. Akibat dari

kelebihan tenaga kerja ini maka tingkat upah di sektor pertanian tersebut

menjadi sangat rendah. Sebaliknya di perkotaan, sektor industri mengalami

kekurangan tenaga kerja dan produktivitas tinggi, sesuai hokum pasar,

tingginya produktivitas membuat tingkat upah yang tinggi.

Kerangka pemikiran Chenery tidak terlalu berbeda dari apa yang

diungkapkan Lewis. Teori Chenery dikenal dengan teori pattern of

development, memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses

perubahan ekonomi di Negara-negara sedang berkembang, yang mengalami

transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri modern sebagai

penggerak perekonomiannya. Chenery (Todaro dan Smith, 2003)

menjelaskan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita

masyarakat akan ada perubahan-perubahan seperti dalam pola konsumsi dari

penekanan pada makanan dan kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok

lain ke berbagai macam barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik

dan SDM, perkembangan kota-kota dan industri bersamaan dengan proses

migrasi penduduk dari pedesaan ke perkotaan, penurunan laju pertumbuhan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

penduduk, ukuran keluarga yang semakin kecil dan perubahan struktur

ekonomi yang semula didominasi oleh sektor pertanian menjadi didominasi

oleh sektor industri. Menurut Chenery proses transformasi struktural akan

mencapai tarafnya yang paling cepat apabila pergeseran pola permintaan

domestic kea rah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang

serupa dalam komposisi perdagangan luar negeri (ekspor). Jadi kenaikan

output produksi sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh naiknya faktor-

faktor seperti kenaikan permintaan domestic, perluasan ekspor komoditas

industri manufaktur dan kemajuan teknologi.

2. Industrialisasi

Proses industrialisasi merupakan tahapan yang harus dilalui dalam

proses perubahan struktur ekonomi di suatu Negara/wilayah. Tambunan

(2003) menjelaskan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi

antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan

perdagangan antar Negara, yang pada akhirnya akan sejalan dengan

meningkatnya pendapatan masyarakat yang mendorong perubahan struktur

ekonomi di banyak Negara, yang tadinya berbasis pertanian menjadi

berbasis industri. Dapat dikatakan pula bahwa proses industrialisasi ini dapat

menjamin pertumbuhan ekonomi suatu Negara dalam jangka panjang,

karena dengan proses ini memungkinkan naiknya tingkat pendapatan yang

pada akhirnya akan menjadikan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu banyak

Negara/wilayah yang ggencar melakukan proses industrialisasi ini guna

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

meningkatkan pertumbuhan ekonominya sebagaimana telah dicapai oleh

Negara maju sebelumnya.

Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam

pembangunan ekonomi. Di dalam proses industrialisasi, sektor industri

dijadikan sebagai tumpuan yang diharapkan mampu menghasilkan output

optimal serta dapat menyerap tenaga kerja sebanyak mungkin. Hal inilah

yang menjadi keinginan setiap Negara, sehingga masalah ekonomi yang

cukup pelik seperti kemiskinan dan pengangguran dapat teratasi. Karena

dengan proses industrialisasi ini tingkat pendapatan masyarakat dapat

meningkat serta kelebihan tenaga kerja sektor primer dapat terserap, Arlini

(2005 dalam Yunariah 2007) menyatakan bahwa tahapan industrialisasi

diwujudkan secara histories melalui kenaikan kontribusi nilai tambah sektor

industri manufaktur terhadap pendapatan nasional, total produksi dan

kesempatan kerja. Jadi apabila suatu wilayah dalam menjalakan proses

industrialisasi ini maka tidak mustahil jika Negara tersebut akan memiliki

perekonomian yang maju.

C. Konsep Perkotaan

- Pengertian Kota

Istilah kota berasal dari sejarah perkotaan di Eropa kuno. Pada

zaman Yunani Kuno kota-kota yang padat pada saat itu dianggap sebagai

republik kecil, letaknya terpencar-pencar di wilayah pegunungan yang

dinamakan “polis”. kota-kota pada waktu itu berupa benteng pasukan

pendudukan romawi di negeri-negeri Eropa yang disebut “urbis” dan lahan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

di luar kota di atas parit-parit yang mengelilingi benteng disebut “suburbis”.

Dari istilah-istilah ini kemudian muncul istilah “urban” dan “suburban”,

sedangkan pedesaan di luar kota penduduknya adalah petani disebut “Ru”

dan dari sinilah timbul istilah “rural”. Sementara itu suatu benteng

dinamakan Kota apabila menjadi pusat perdagangan dan pertukangan yang

memungkinkan berfungsinya pasar dalam kota (Daldjoeni, 1986).

Menurut Sullivan, A. (2003) daerah urban (urban area) adalah suatu

daerah dengan tingkat kepadatan penduduk yang relatif lebih tinggi daripada

daerah lain. Daerah urban dicirikan dengan kegiatan pemukiman yang

dominan di sektor non-agraris dan menjadi pusat kegiatan perekonomian

(yaitu produksi, distribusi dan konsumsi) baik untuk daerah itu sendiri

maupun untuk daerah di sekitarnya (hinterland).

Di Indonesia, jumlah penduduk merupakan ukuran besar kecilnya

kota. Kota kecil adalah kota yang mempunyai jumlah penduduk antara

5.000 sampai dengan 50.000 orang, kota sedang yaitu kota yang

berpenduduk antara 50.000 orang sampai dengan 500.000 orang, sedangkan

kota besar adalah kota yang berpenduduk 500.000 ke atas

(Reksohadiprodjo, 2001). Kota yang memiliki penduduk lebih dari satu juta

orang disebut kota Metropolitan, yaitu suatu wilayah yang memiliki ciri

sebagai suatu pusat perdagangan, industri, budaya dan pemerintahan yang

dikelilingi oleh daerah semi urban (suburban), kawasan perumahan atau

kota-kota kecil yang digunakan sebagai tempat tinggal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2. Teori Perkembangan Kota

Urbanisasi bukanlah fenomena kependudukan semata, namun juga

terkait dengan berbagai dimensi sosio-ekonomi. Terlebih lagi urbanisasi

terkait dengan perkembangan kegiatan pertanian yang mengakibatkan

dislokasi tenaga kerja pertanian ( Davis 1969). Teori ini mengisyaratkan

terdapatnya kaitan antara industrialisasi dan perkembangan perkotaan.

Perkembangan industri perkotaan akan memicu migrasi desa-kota yang

akhirnya mendorong lebih jauh ke arah urbanisasi.

Teori klasik, seperti central-place-theory yang dikemukakan oleh

Christaller mengilhami model perkembangan kota. Dari sudut pandang

geografi, teori ini memiliki dua konsep yaitu: threshold (jarak jangkauan

minimal untuk dapat bertahan) dan range (jarak jangkauan sesungguhnya

yang dapat dicapai). Jika dalam sebuah pasar threshold lebih besar

dibanding range, maka ia akan mati, dan sebaliknya jika range lebih besar

daripada threshold, maka pasar itu akan berkembang dan bahkan tumbuh

menjadi daerah perkotaan.

Teori klasik yang cukup banyak dianut di kalangan geografi ini

sebenarnya belum dapat memberikan gambaran yang memadai mengenai

urbanisasi kontemporer. Teori klasik umumnya hanya melihat ke dalam

ketika menjelaskan faktor-faktor penyebab perkembangan perkotaan. Peran

proses (ekonomi) global yang memunculkan fenomena kota-kota global

(global cities) tidak mendapat perhatian. Padahal, internasionalisasi

produksi, jasa dan kapital yang dimotori oleh perusahaan transnasional amat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

besar peranannya dalam mempengaruhi perkembangan kota-kota yang

terlibat dalam proses tersebut.

Menurut McGee dan Douglas (1995 dalam Firman 1996), proses

urbanisasi yang terjadi di Asia dewasa ini pada dasarnya mencerminkan

integrasi kota-kota ke dalam sistem ekonomi global, yang digerakan oleh

akumulasi kapital pada skala dunia. Proses ini disebut pula sebagai mega-

urbanization, yang tampaknya akan menjadi kecenderungan (trends)

urbanisasi di Asia, termasuk Indonesia.

Lebih jauh lagi Amstrong dan McGee (1985 dalam Chotib 2002b)

mengajukan teori tentang pembentukan kota-kota berdasarkan penelitiannya

di Asia dan Amerika Latin. Mereka mengemukakan bahwa kota-kota pada

dasarnya “teater dari akumulasi kapital” yang mengalami penetrasi ke

negara-negara berkembang. Meskipun urbanisasi yang terjadi di negara

berkembang merupakan bagian integrasi dari akumulasi kapital di negara

maju, namun dalam proses perkembangannya terdapat banyak perbedaan.

Perbedaan ini bertitik tolak dari kenyataan demografi dan ekonomi yang

terjadi di negara berkembang. Itu sebabya urbanisasi yang terjadi di negara

berkembang dikatakan sebagai “pseudeo urbanization”, dari pada “true

urbanization” di negara maju.

Teori yang menekankan adanya interaksi antara sistem produksi dan

regulasi pada tingkat nasional, perspektif globalisasi dan modernisasi

dikembangkan dalam sebuah model perkembangan perkotaan yang lebih

komprehensif, yaitu teori regulasi (Prabatmodjo, 2000). Model tersebut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

mencakup faktor-faktor struktural pada tingkat internasional maupun

nasional/regional serta faktor sosial-demografi. Perkembangan perkotaan

dan urbanisasi merupakan resultan bekerjanya faktor-faktor tersebut.

Gambar 2.2 Model Perkembangan Kota Sumber: Prabatmojo (2000)

3. Struktur Perkotaan

Struktur perkotaan dalam suatu wilayah menentukan maju atau

tidaknya pembangunan di wilayah bersangkutan. Struktur perkotaan adalah

kondisi perkotaan di suatu wilayah yang biasanya diidentifikasi berdasarkan

jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan (tingkat urbanisasi) tersebut.

Struktur perkotaan di masing-masing wilayah juga berbeda, tergantung pada

faktor-faktor yang menarik di wilayah kota yang bersangkutan, seperti

Proses Ekonomi Global

Sistem Produksi Sistem Regulasi

Perkembangan Perkotaan

Faktor Sosial Demografi

Urbanisasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

lapangan kerja yang tersedia beserta besarnya upah dan juga infrastruktur

yang tersedia di kota tersebut. Daerah perkotaan yang memiliki faktor

penarik yang lebih banyak cenderung diikuti oleh jumlah penduduk di

perkotaan tersebut semakin besar. Sebagaimana dijelaskan oleh Ghalib

(2005 dalam Chotib 2006) bahwa penduduk memerlukan pekerjaan yang

produktif atau pekerjaan yang layak, sehingga banyak penduduk yang

memilih tinggal di kota dari pada di desa.

Tumbuh berkembangnya sektor non-primer (proses industrialisasi) di

suatu daerah bisa merupakan akibat gagalnya sektor pertanian tetapi bisa

juga akibat berhasilnya sektor pertanian di suatu daerah. Sektor pertanian

yang gagal berkembang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti kurang

memadainya teknologi yang diperlukan, rendahnya kualitas SDM atau

tenaga kerja dan berpindahnya tenaga kerja di sektor tersebut ke sektor non-

primer. Akibatnya produktivitas sektor pertanian tersebut menjadi rendah

yang berakibat rendahnya pendapatan. Rendahnya pendapatan ini

menyebabkan penduduk yang bekerja di sektor itu memiliki taraf hidup

yang rendah. Didorong oleh keinginan untuk memperbaiki taraf hidupnya

maka banyak pekerja di sektor primer tersebut pindah ke sektor non primer

yang dianggap mampu memberikan upah yang lebih besar, dan ini sangat

menunjang berkembangnya proses industrialisasi di suatu daerah.

Berhasilnya pembangunan sektor pertanian juga menunjang

tumbuhnya industrialisasi di suatu daerah. Berkembangnya sektor pertanian

di suatu daerah perlu ditunjang oleh ketersediaan peralatan maupun bahan-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

bahan lain guna meningkatkan produktivitas sektor pertanian tersebut. Hal

ini mendorong tumbuhnya industri untuk menghasilkan input bagi sektor

pertanian tersebut seperti pupuk, penyediaan bibit maupun penyediaan

mesin-mesin guna produksi sektor pertanian tersebut. Selain itu apabila

produksi hasil pertanian itu dapat optimal dan berkualitas, maka hal ini akan

mendororng tumbuhnya industri pengolahan hasil pertanian. Tumbuhnya

industri-industri ini baik industri penyedia input pertanian maupun

pengolahan hasil pertanian ini, akan mendorong tumbuhnya proses

industrialisasi lebih lanjut yang pada akhirnya akan mempengaruhi proses

urbanisasi di daerah yang bersangkutan.

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Struktur Perkotaan

Gagalnya sektor pertanian Berhasilnya sektor pertanian

Industrialisasi

Struktur perkotaan

Jumlah penduduk perkotaan (tingkat urbanisasi)

Pemekaran

Reklasifikasi

Migrasi

Proses alamiah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

D. Penelitian Terdahulu

J.J. Sarungu (2007) meneliti hubungan variabel-variabel sosial,

ekonomi, dan demografis dengan variabel derajat urbanisasi. Analisis

dilakukan dengan teknik regresi linear berganda atas data panel (pooled data).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan

berpengaruh terhadap urbanisasi adalah pendapatan per kapita yang bersifat

positif, kesempatan kerja pertanian yang bersifat negatif, peranan sektor

manufaktur prpopinsi secara nasional yang bersifat positif. Sementara variabel

situasional menunjukkan bahwa ada kecenderungan semakin ke barat wilayah

indonesia akan semakin besar derajt urbanisasi, dan semakin berjalannya

waktu semakin meningkat derahat urbanisasi meskipun lajunya semakin

lamban.

Firebaugh (1979) meneliti pola hubungan antara pembangunan sosial

ekonomi dan tingkat urbanisasi. Penelitiannya meliputi 54 negara sedang

berkembang di Asia dan Amerika Latin dengan menggunakan analisis data

panel. Teknik analisis regresi berganda digunakan dengan variabel tingkat

urbanisasi sebagai variabel tak bebas, sedangkan pembangunan ekonomi,

kondisi pedesaan, dan tingkat urbanisasi masa lalu (sebagai proksi

karakteristik historis dan demografis) masing-masing negara observasi

diperlakukan sebagai variabel bebas. Hasil yang diperoleh menunjukkan

bahwah pembangunan ekonomi dan tingkat urbanisasi masa lalu berpengaruh

positif dan signifikan terhadap tingkat urbanisasi, sedangkan kondisi pedesaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

berpengaruh negatif dan signifikan. Tetapi yang berpengaruh paling dominan

adalah kondisi pedesaan yang merosot.

Pernia (1977) telah meneliti hubungan antara pembangunan dan

urbanisasi dengan asumsi urbanisasi merupakan konsekuensi proses

pembangunan. Penelitiannya dilakukan di Filipina berdasarkan data sensus

tahun 1970 secara cross sectional dan dianalisis dengan menggunakan model

regresi linear berganda. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa variabel-

variabel yang sangat menentukan bagi terjadinya proses urbanisasi dalah

jumlah industri pengolahan dan komersial, penggunaan mesin-mesin

pertanian, pemilikan radio, rasio migrasi masuk daerah perkotaan dan daerah

pedesaan dalam satu propinsi yang berasal dari propinsi lainnya, dan

kedekatan dengan ibukota negara.

E. Kerangka Pemikiran

Urbanisasi didefinisikan sebagai bertambahnya proporsi penduduk

yang berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan

penduduk ke kota aau akibat dari perluasan kota. Paul knox (1994)

merumuskan proses urbanisasi sebagai proses yang dimotori oleh perubahan

ekonomi dan juga faktor demografi atau pertumbuhan penduduk.

Sekor industri akan dapat membuka lapangan pekerjaan baru dan

produksi barng-barang kebutuhan baru, sehingga dapat menarik orang-orang

untuk pindah ke daerah perkotaan. Pertumuhan penduduk suau daerah yang

relative tinggi secara langsung dapat mempengaruhi tingkat urbannisasi di

suatu daerah. Saedangkan semakin berjalannya waktu maka proses urbanisasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

akan meningkat, karena manusia akan mencari kehidupan yang lebih layak

sehingga mereka akan mencari lapangan pekerjaan yang dapa memberikan

upah yang besar, yang kebanyakan terletak di daerah perkotaan.

Untuk lebih memudahkan dalam proses analisis permasalahan yang

telah dikemukakan diatas maka digunakan kerangka pemikiran sebagai

berikut:

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Industrialisasi diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses

urbanisasi di Jawa Tengah.

2. Pertumbuhan penduduk diduga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah.

3. Variabel Industrialisasi diduga lebih dominan berpengaruh terhadap

proses urbanisasi di Jawa Tengah.

4. Diduga ada perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk pada era sebelum dan sesudah krisis.

Industrialisasi

Pertumbuhan Penduduk Proses Urbanisasi

Waktu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah tentang proses urbanisasi dan faktor-

faktor yang mempengaruhinya yaitu industrialisasi, pertumbuhan penduduk di

Jawa Tengah selama kurun waktu 1990-2005, dan waktu yang diperlakukan

sebagai varibel dummy dan variable interaksi.

B. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu jenis data yang

diperoleh dari laporan-laporan dan buku-buku yang mempunyai hubungan

dengan penelitian yaitu dengan cara pencatatan dari sumber yang diperoleh

dari berbagai edisi, laporan-laporan yang diterbitkan Badan Pusat Statistik

(BPS) dan data-data yang diterbitkan dari sumber-sumber penunjang lainnya.

C. Definisi Operasional Variabel

a. Tingkat Urbanisasi

Tingkat urbanisasi merupakan besarnya proporsi penduduk

perkotaan dalam wilayah tersebut. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk di

perkotaan maka tingkat urbanisasi di wilayah yang bersangkutan akan

semakin besar

Tingkat urbanisasi dihitung dengan cara:

Tingkat Urbanisasi = %100xtotalpendudukjumlah

perkotaanwilayahpendudukjumlah

33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

b. Industrialisasi

Industrialisasi merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi

di suatu wilayah/negara. Industrialisasi dapat dilihat melalui kontribusi

sektor manufaktur terhadap PDB dan dinyatakan dalam bentuk persen.

c. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah pertambahan penduduk dari tahun ke

tahun yang disajikan dalam bentuk presentase. Data diperoleh dari statistik

Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

d. Waktu (Krisis Moneter 1997)

Variabel waktu dalam penelitian ini dijadikan variabel boneka/

dummy, selain itu waktu juga dijadikan variabel interaksi yaitu untuk

memperlihatkan perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan

penduduk terhadap tingkat urbanisasi pada era sebelum dan sesudah krisis.

D. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Panel

Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah panel data yang

merupakan gabungan dari observasi runtun waktu (time serries) dan lintas

sektoral (cross section). Estimasi data panel akan meningkatkan derajat

kebebasan, mengurangi kolinearitas antar variabel penjelas dan

memperbaiki efisiensi estimasi. Verbeek (2000 dalam Rahayu 2007)

mengemukakan bahwa keuntungan regresi dengan data panel adalah

kemampuan regresi dalam mengidentifikasi parameter-parameter regresi

secara pasti tanpa membutuhkan asumsi retriksi atau kendala. Menurut

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Baltagagi (1995 dalam Rahayu 2007), keunggulan data panel disbanding

data runtun waktu atau data lintas sektoral adalah:

a. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam

tiap unit.

b. Dengan data panel, data lebih informative, mengurangi kolinieritas

antar variable, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisien.

c. Data panel cocok untuk menggambarkan adanya dinamika perubahan.

d. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak.

e. Data panel dapat digunakan untuk studi dengan model yang lebih

lengkap.

f. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam

agregasi data individu.

Secara teoritis, ada beberapa keuntungan yang diperoleh dengan

menggunakan data yang digabungkan tersebut. Pertama, semakin banyak

jumlah observasi yang dimiliki bagi kepentingan estimasi perameter

populasi yang membawa akibat positif dengan memperbesar derajat

kebebasan (degree of freedom) dan menurunkan kemungkinan kolinearitas

antar variabel independen. Kedua, dimungkinkannya estimasi masing-

masing karakteristik individu maupun karakteristik menurut waktu secara

terpisah. Dengan demikian, analisa hasil estimasi akan lebih komprehensif

dan mencakup hal-hal yang lebih mendekati realita.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

2. Pemodelan Data Panel

Permodelan dalam menggunakan teknik regresi panel data dapat

dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam

pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu metode Common-

Constant (The Pooled OLS method), metode efek tetap (Fixed Effect

Method), dan terakhir metode efek acak (Random Effect Method)

a. Common-Constant (The Pooled OLS method)

Sebelum membuat regresi, kita harus menggabungkan data lintas

sektoral dan lintas waktu kemudian data gabungan ini diperlakukan

sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi

model dengan metode OLS. Ada sejumlah K regresor pada Xit, tidak

termasuk constant term, α adalah individual effect yang konstan antar

waktu t dan spesifik untuk masing-masing unit individu i. Jika

menganggap α adalah sama untuk semua unit individu, maka OLS

memberikan estimasi yang koefisien untuk parameter α dan β konstan

untuk setiap data lintas waktu dan lintas sektoral.

Bentuk persamaannya sebagai berikut: Yit = α + βXit + εit (1)

Untuk i= 1, 2, …,N dan t=1, 2,…,T

Yang mana, N adalah jumlah unit crosss section (individu) dan T adalah

jumlah periode waktunya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

b. Metode Efek Tetap (Fixed Effect Method)

Variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan

model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan

kata lain, intersep ini mungkin beubah untuk setiap waktu dan individu.

Model yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep didalam

persamaan dikenal dengan model regresi efek tetap. Pengertian model

efek tetap ini didasarkan adanya perbedaan intersep antara variabel,

namun intersepnya sama antar waktu (time infariant). Disamping itu,

model ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi tetap antar

individu dan antar waktu. Untuk mengestimasi model efek tetap dimana

intersep berbeda antar variabel igunakan metode teknik variabel dummy

untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut.

Pendekatan dengan memasukkan variable boneka ini dikenal

dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy

Variable (LSDV) atau disebut juga covariance model. Bentuk

persamaannya sebagai berikut:

Yit = α1 + α2 D2i + α3 D3i + α4 D4i + β2 X2it + β3 X3it + µit (2)

c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda anatr

unit maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error. Karena hal inilah,

model efek acak sering disebut model komponen error (error component

model).

Bentuk model efek acak ini dijelaskan pada persamaan berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Yit = Yit = α + βXit + εit

εit = ui + vt + wit

Yang mana, ui = komponen cross section error

vi = komponen time series error

wit = komponen error kombinasi

Dengan menggunakan model efek acak ini, maka kita dapat

menghemat pemakain derajat kebebasan dan tidak mengurangi

jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap.

3. Pemilihan Teknik Estimasi Data Panel

Untuk mengestimasi data panel ada tiga teknik yang dapat

digunakan yaitu model dengan metode OLS, fixed effect, dan random

effect. Untuk menentukan teknik mana yang paling tepat untuk

mengestimasi data panel maka perlu dilakukan pengujian. Adapun

pengujiannya terdiri dari:

a. Restricted F test

Untuk melihat model mana yang paling sesuai dipakai akan

dilakukan dengan menggunakan uji Restricted F dan untuk menguji

apakah model restricted model ataukah unrestricted model yang akan

dipakai.

Formulasi Restricted F test adalah sebagai berikut:

knR

mRRF

UR

RUR

---

=/)1(

/)(2

22

Yang mana,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

R2UR = koefisien determinasi dari model regresi unrestricted

R2R = koefisien determinasi dari model regresi retricted

m = jumlah koefisien pada model regresi retricted

n = jumlah seluruh observasi

k = jumlah koefisien pada model refresi unrestricted

Jika nilai F signifikan, berarti estimasi model dengan fixed effect

lebih baik disbanding estimasi dengan pooled OLS.

b. The Hausman Specification Test

Hausman test ini bertujuan untuk membandingkan antara metode

fixed effect dan metode random effect. Uji Hausman ini didasarkan pada

ide bahwa LSDV di metode Fixed Effect dan GLS adalah efisien

sedangkan metode OLS tidak efisien, di lain pihak alternatifnya metode

OLS efisien dan GLS tidak efisien.

Namun, ada beberapa pertimbangan untuk memilih metode mana yang

cocok untuk data yang tersedia:

a. Ada yang menyebutkan bahwa model efek random mempunyai

parameter lebih sedikit, sehingga derajat bebasnya lebih besar

dibanding dengan model efek tetap yang mempunyai parameter lebih

banyak, sehingga derajat bebasnya lebih kecil. Akan tetapi model efek

tetap juga mempunyai beberapa kelebihan, seperti dapat membedakan

efek individual dan waktu, juga tidak perlu mengasumsikan bahwa

komponene error tidak berkorelasi dengan variabel yang mungkin sulit

dipenuhi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

b. Pemilihan dengan pertimbangan tujuan analisis, atau ada pula

kemungkinan data yang digunakan sebagai dasar pembuatan model,

hanya dapat diolah dengan salah satu metode saja akibat dari berbagai

persoalan teknis matematis yang melandasi perhitungan.

c. Pemilihan metode estimasi juga bisa dilakukan dengan cara

membandingkan Standar Error pada masing-masing metode. Semakin

kecil SE suatu pemerkira, maka semakin teliti pemerkira tersebut

dengan parameter yang akan diperkirakan. Artinya, metode dengan SE

terkecil bisa dikatan lebih baik disbanding dengan metode lainnya.

4. Analisis Regresi Berganda

Untuk menguji pangaruh dari industrialisasi dan laju pertumbuhan

penduduk terhadap tingkat urbanisasi dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Urb= β 0 + β 1Indit + β 2 PPit + β 3 D + β 4 Ind*D + β 5 PP*D + εit

Keterangan:

Urb = Tingkat Urbanisasi

Ind = Industrialisasi

PP = Pertumbuhan Penduduk

D = Variabel dummy waktu, 0 untuk tahun 1990-1995, dan 1 untuk

tahun 2000-2005

Ind*D = interaksi variabel industrialisasi dengan variabel dummy waktu

PP*D = interaksi variabel pertumbuhan penduduk dengan variabel

dummy waktu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

β0 = Konstanta Regresi

β1, β2, β3, β 4 β 5 = Koefisien Regresi

e = Variabel gangguan

E. Metode Pengujian

1. Pengujian Statistik

Untuk mengetahui kebenaran hipotesis, maka dilakukan uji statistik

berupa uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi R2 (goodness of fit)

a. Uji t – test statistik

Uji t adalah pengujian koefisien regresi secara individual dan untuk

mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Pengujian ini menggunakan uji satu sisi.

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1) Menentukan Hipotesis:

Ho: βi = 0, artinya variabel independen secara individu tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Ho: βi ≠ 0, artinya variabel independen secara individu

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen.

2) Nilai t tabel dapat dilihat dengan rumus:

t tabel : t α : n-k

Yang mana,

α = derajat signufikan

n = jumlah sampel

k = banyaknya parameter

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

3) Daerah kritis

Daerah penerimaan Daerah penolakan

T α Gambar 3.1 Kurva Distribusi t Sumber: Gujarati (2003)

4) t hitung dapa dicari dengan rumus:

t = )( iSeibb

Dimana:

Βi = koefisien regresi

Se(βi) = standar error koefisien regresi

5) Kriteria pengujian:

Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Berarti variabel

independen tersebut secara individu tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t hitung < t tabel, maka Ho ditolak. Berarti variabel independen

secara indivudu berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

variabel dependen.

b. Uji F – test stasistik

Uji statistik F digunakan intuk menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian

ini menggunakan uji satu sisi.

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1) Menentukkan Hipotesis

Ho : β1 = β2 = β3 = 0, maka variabel independen secara bersama-

sama tidak mempengaruhi variabel independen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-

sama mempengaruhi variabel dependen.

2) Nilai F tabel dapat dicari dengan rumus:

F tabel : Fα : n-k : k-1

Yang mana,

α = derajat signifikan

n = jumlah sampel

k = banyaknya parameter

3) Daerah kritis

Daerah penerimaan Daerah penolakan

F α Gambar 3.1 Kurva Distribusi F Sumber: Gujarati (2003)

4) F hitung diperoleh dengan rumus:

F = )/()1(

)1/(2

2

knR

kR

---

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Yang mana,

R2 = koefisien determinasi

n = jumlah sampel

k = banyaknya parameter

5) Kriteria pengujian:

Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima. Berarti variabel

independen tersebut secarabersama-sama tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak. Berarti variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi R2 (Goodness Of Fit)

R2 adalah suatu besaran yang lazim dipakai untuk mengukur

kebaikan kesesuaian (Goodness Of Fit), yaitu bagaimana garis regresi

mampu menjelaskan fenomena yang terjadi. R2 mengukur proporsi

(bagian) atau presentase total variasi data (variabel independen) yang

dijelaskan oleh model regresi. Semakin tinggi nilai R2, maka garis

sampel regresi semakin baik. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1, suatu

R2 sebesar 1 berarti ada kecocokan sempurna, sedangkan yang bernilai 0

berarti tidak ada hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel

yang menjelaskan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

2. Pengujian Ekonometrika/ Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah model yang diteliti

akan mengalami penyimpangan asumsi klasik atau tidak, maka pengadaan

pemeriksaan terhadap penyimpangan asumsi klasik tersebut harus

dilakukan melalui uji Multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji

Autokorelasi.

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu fungsi

atau lebih variabel independen merupakan fungsi linear dari variabel

independen yang lain. Menurut L.R Klein, masalah multikolinearitas baru

menjadi masalah apabila derajtnya lebih tinggi dibandingkan dengan

koreksi diantara seluruh variabel secara serentak (Gujarati, 1997). Metode

Klein membandingkan r2 dengan nilai R2. Apabila R2< r2 berarti ada gejala

multikolinearitas dan apabila R2>r2 berarti tidak ada gejala

multikolinearitas. R2 adalah koefisien determinasi antara seluruh variabel

bebas terhadap variabel tidak bebas. r2 adalah koefisien determinasi antara

satu variabel bebas dengan sisa variabel bebas lainnya.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu fenomena dimana estimator

regresi tidak bias, namun varian tidak efisien (semakin besar sampel,

semakin besar varian). Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas

digunakan Uji White. Uji White ini dilakukan dengan membandingkan χ2

hitung dengan χ2 tabel, apabila χ2 hitung > χ2 tabel berarti hipotesis yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

mengatakan bahwa terjadi masalah heteroskedastisitas diterima, dan

sebaliknya apabila χ2 hitung < χ2 tabel maka hipotesis yang mengatakan

bahwa terjadi masalah heteroskedastisitas ditolak artinya tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas pada model yang sedang diestimasi.

c. Uji Autokorelasi

Adalah keadaan dimana faktor-faktor pengganggu yang satu

dengan yang lain saling berhubungan, pengujian terhadap gejala

autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW), yaitu

dengan cara membandingkan antara DW statistik ( d ) dengan dL dan dU,

jika DW statistik berada diantara dU dan 4- dU maka tidak ada

autokorelasi.

Autokorelasi

positif

Daerah

keragu-

raguan

Tidak ada

autokorelasi

Daerah

Keragu-

raguan

Autokorelasi

negatif

0 dl du 4-du 4-dl 4

Gambar 3.3 Statistik d Durbin Watson Sumber: Gujarati (2003) Hipotesis yang digunakan adalah:

- Jika 0<d<dl = Menolak Ho (autokorelasi positif)

- Jika dl<d<du = Daerah keragu-raguan; pengujian tidak meyakinkan

- Jika du<d<4-du = Menerima Ho (tidak ada autokorelasi)

- Jika 4-du<d<4-dl = Daerah keragu-raguan; pengujian tidak meyakinkan

- Jika 4-dl<d<4 = Menolak Ho (autokorelasi negatif)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripisi Daerah Penelitian

1. Keadaan Wilayah

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi Indonesia yang terletak

di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa

Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di

sebelah selatan, Provinsi Jawa Timur di sebelah timur, dan laut jawa di

sebelah utara. Letaknya antara 5°40' dan 8°30' Lintang Selatan dan antara

108°30' dan 111°30' Bujur Timur (termasuk Pulau Karimun Jawa). Jarak

terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke Selatan 226

Km (tidak termasuk Pulau Karimun Jawa).

Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29

Kabupaten dan 6 Kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini

terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.

Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah adalah 32.548 km2 atau sekitar

25,04% dari luas Pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau

Karimun jawa di laut jawa, serta Pulau Nusakambangan di sebelah selatan

(dekat dengan perbatasan Jawa Barat). Luas yang ada terdiri dari 991 ribu

hektar (30,45 persen) lahan sawah dan 2,26 juta hektar (69,55 persen)

bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, luas lahan

sawah tahun 2008 turun sebesar 0,02 persen, sebaliknya luas bukan lahan

47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

sawah naik sebesar 0,01 persen. Menurut penggunaannya, persentase lahan

sawah yang berpengairan teknis adalah 36,62 persen, tadah hujan 28, 46

persen dan lainnya berpengairan setengah teknis persen, sederhana dan lain-

lain. Dengan menggunakan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah

yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar74,51 persen.

Berikutnya, lahan kering yang dipakai untuk tegal/kebun sebesar 32,37

persen dari total bukan lahan sawah. Persentase itu merupakan yang

terbesar, dibanding persentase penggunaan bukan lahan sawah lain.

Jawa Tengah memiliki iklim tropis dengan curah hujan tahunan rata-

rata 2.000 meter. Menurut Stasiun Klimatologi Klas 1 Semarang, suhu

udara rata-rata di Jawa Tengah berkisar antara 18°C sampai 28°C.

Tempat-tempat yang letaknya dekat pantai mempunyai suhu udara rata-

rata relatif tinggi. Sementara itu, suhu rata-rata tanah berumput

(kedalaman 5 cm), berkisar antara 17°C sampai 35°C. Rata-rata suhu

air berkisar antara 21°C sampai 28°C. Sedangkan untuk kelembaban

udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen samapai 94 persen. Curah hujan

terbanyak terdapat di Stasiun Meteorologi Pertanian khusus batas Salatiga

sebanyak 3.990 mm, dengan hari hujan 195 hari.

5. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 sebesar

32.244.004 jiwa. Luas wilayah Jawa Tengah adalah 32.544,12 km2,

sehingga kepadatan penduduk rata-rata adalah 12.554,55 jiwa per km2

(940.252,86 per Kabupaten/kota). Kepadatan penduduk terbesar adalah di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Kota Surakarta yaitu 12.140.36 jiwa per km2 dan wilayah paling jarang

adalah Kabupaten Purworejo yaitu 468.53 jiwa per km2. Dengan jumlah

penduduk sebesar 32.244.004 ternyata proporsi usia produktif wanita

(66,48%) lebih besar dari proporsi usia produktif laki-laki (65,83%) dan

usia tidak produktif laki-laki (34,17%) lebih besar dari wanita

(33,52%). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah wanita

lebih banyak di Jawa Tengah dan proporsi usia aktif lebih dominan

wanita.

Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota, baik

kabupaten ataupun Kota. Kawasan permukiman yang cukup padat berada di

daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian wilayah Kabupaten

Demak dan Kendal), Solo Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten

Karanganyar, Sukoharjo, dan Boyolali), serta Tegal, Brebes, dan Slawi.

Sedang komposisi per-kelompok umur, Sebagian besar masyarakat

berpendidikan SD/MI yaitu sebesar 35,47% , SLTP/MTs sebesar 16,57% ,

dan sebesar 31,80% tidak tamat sekolah (tidak punya ijazah) dan

sisanya 3,35% berpendidikan DIP/AK/PT. Persentase penduduk yang

dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya pada tahun 2005

sebesar 88,87%, sedangkan yang buta huruf sebesar 11,13%.

Persentase penduduk yang buta huruf pada perempuan yaitu sebesar 7,78%

lebih tinggi dari pada lai-laki yang hanya sebesar 3,35%.

Dari jumlah penduduk ini, 47% diantaranya merupakan angkatan

kerja. Mata pencahrian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34%),

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

diikuti dengan sektor perdagangan (20,91%), sektor industri (15,71%) dan

sektor jasa (10,98%).

B. Perkembangan Variabel yang Diamati

1. Perkembangan Proses Urbanisasi di Jawa Tengah

Proses urbanisasi dipandang sebagai suatu system dimana terjadi

proses transformasi structural kondisi daerah pedesaan menjadi daerah

perkotaan. Tingkat urbanisasi yang pesat dan menyebar di berbagai wilayah

adalah hal positif dan merupakan salah satu indikator utama keberhasilan

pembangunan yang merata menurut wilayah.Urbanisasi merupakan suatu

proses persilangan antara masalah geografis dan manusia akibat pengaruh

ekonomi.

Tabel 4.1 Angka Urbanisasi Jawa Tengah

Tahun Angka Urbanisasi (%)

1970 10,7

1980 18,74

1990 26,98

1995 31,90

2000 40,19

2005 40,46

Sumber:BPS. Jawa Tengah Dalam Angka 1990, 2005 (diolah)

Angka urbanisasi di Jawa Tengah selama periode penelitian yaitu

tahun 1990-2005 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat terlihat angka urbanisasi Jawa Tengah

mengalami kenaikan selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 1970 urbanisasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Jawa Tengah menunjukkan angka 10,7%, pada tahun 1980 meningkat

sebesar 18,74%, pada tahun 1990 naik sebesar 8,24% atau sebesar 26,98%,

dan 40,46% pada tahun 2005. Hal ini dapat terjadi dikarenakan jumlah

penduduk perkotaan di Jawa Tengah meningkat setiap tahunnya dengan

pertumbuhan lebih besar daripada pertumbuhan jumlah penduduk total ,

sehingga angka urbanisasinya pun meningkat.

2. Perkembangan Industrialisasi di Jawa Tengah

Proses industrialisasi adalah salah satu pendorong terjadinya migrasi

penduduk dari desa ke kota, sehingga dapat mempercepat apa yang disebut

proses urbanisasi. Sektor industri menawarkan upah yang lebih tinggi

dibandingkan sektor primer.

Di Jawa Tengah perkembangan industrialisasinya terus mengalami

peningkatan, hal ini dicerminkan dari meningkatnya kontribusi sektor

industri manufaktur terhadap PDRB.

Tabel 4.2 Angka Industrialisasi Jawa Tengah

Tahun Angka Industrialisasi (%)

1990 31,24

1995 32,98

2000 33,73

2005 44,39

Sumber: BPS. Jawa Tengah Dalam Angka 1995, 2005 (diolah)

Pada Tabel 4.2 dijelaskan bahwa industrialisasi Jawa Tengah

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka

industrialisasi sebesar 44,39%. Keadaan ini meningkat jika dibandingkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

beberapa tahun sebelumnya, seperti tahun 1990 sebesar 31,24%, tahun 1995

sebesar 32,98%, dan tahun 2000 sebesar 33,73%.

Pada 2004-2008, rata-rata pertumbuhannya 4,86% per tahun, hampir

dua kali lipat dari pertumbuhan industri nasional. Industri tekstil, industri

kertas, dan barang cetakan serta industri makanan, minuman, dan tembakau

adalah industri yang tumbuh signifikan, di atas 4,8%.

Dalam struktur perekonomian Jateng, sektor industri pengolahan

mempunyai kontribusi yang menentukan karena sumbangannya di atas

sektor lainnya, yaitu 31,5% pada tahun 2008 diikuti sektor perdagangan,

hotel, dan restoran 19,9%, dan sektor pertanian 19,7%.

3. Perkembangan Pertumbuhan Penduduk di Jawa Tengah

Pertumbuhan penduduk suatu wilayah/daerah akan menunjang

pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan apabila diikuti oleh

peningkatan kualitas penduduknya dan diimbangi dengan peningkatan

lapangan pekerjaan oleh daerah yang bersangkutan.

Pertumbuhan penduduk Jawa Tengah sebesar 0,67% per tahun.

Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak (1,5% per

tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalong (0,09% per tahun).

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, Jawa Tengah memiliki laju

pertumbuhan paling rendah dibandingkan 32 provinsi lain. Kepala BKKBN,

Syugiri Syarif menjelaskan pertumbuhan penduduk di Jawa Tebgah sebesar

0,36% pada tahun 2009.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel 4.3 Angka Pertumbuhan Penduduk Jawa Tengah

Tahun Pertumbuhan Penduduk (%)

1961-1970 1,76

1971-1980 1,64

1981-1990 1,18

1991-2000 0,82

Sumber: BPS (1980, 1990, 2000) dalam Chotib (2006)

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa angka pertumbuhan penduduk Jawa

Tengah mengalami penurunan. Meski angka pertumbuhan penduduk

regional Jawa Tengah mengalami penurunan, namun ternyata angka

pertumbuhan penduduk wilayah perkotaan jauh diatas rat-rata pertumbuhan

nasional, meskipun dengan kecenderungan yang menurun pula. Menurunnya

angka pertumbuhan penduduk ini salah satunya disebabkan oleh

menurunnya angka kelahiran, karena semakin banyak keluarga yang

mencanangkan program Keluarga Berecana (KB).Pertumbuhan penduduk

Provinsi Jawa Tengah sekitar 0,37% per tahun.

4. Waktu (variabel dummy)

Variabel Dummy yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu,

dimana pada 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi. Maka periode

1990-1995 adalah periode sebelum masa krisis, dan periode 2000-2005

adalah masa sesudah krisis ekonomi.

C. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh variabel-variabel

independen yaitu Industrialisasi (Ind), Pertumbuhan Penduduk (PP), dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

variabel dummy waktu (Dm), Industrialisai berinteraksi dengan waktu

(Ind*D), Pertumbuhan penduduk berinteraksi dengan waktu (PP*D) terhadap

Proses Urbanisasi (Urb) di Jawa Tengah tahun 1990-2005. Data yang

digunakan adalah data sekunder yang bersifat time series dan cross section,

yang dianalisis dengan analisis regresi berganda dengan bantuan program

Eviews 7.0. Data disajikan dalam 4 titik waktu atau multy-year, yaitu tahun

1990, 1995, 2000, dan 2005. Gambaran data yang digunakan dapat dilihat

pada halaman lampiran.

D. Hasil Analisis

1. Pemilihan Model Estimasi

Permodelan dalam menggunakan teknik regresi data panel dapat

dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan alternatif metode dalam

pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu (1) Metode Ordinary

Least Square (The Pooled OLS Method), (2) Metode Fixed Effect (FEM), (3)

dan terakhir metode Random Effect (REM).

1.1 Metode Ordinary Least Square (OLS) vs Metode Fixed Effect (FEM)

Metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan metode

pengolahan data cross section dan time series dan kemudian data

gabungan ini diperlakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang

digunakan untuk mengestimasi model dengan metode OLS. Metode ini

mengasumsikan slope dan intersep koefisien konstan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 4.4 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode OLS

Variabel Koefisien Standar Eror t-statistik Probabilitas

C 12.20960 6.804412 1.794365 0.08

IND 0.919850 0.246944 3.724929 0.00

PP 1.166495 0.608482 1.917059 0.06

DM 13.34814 9.954337 1.340937 0.18

IND*D -0.208105 0.327761 -0.634930 0.53

PP*D -1.354143 2.082688 -0.650190 0.52

R2 0.194501

DW-Statistik 0.091916 Sumber: Data diolah dengan Eviews

Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan metode OLS

pada Tabel 4.4 dapat terlihat bahwa nilai R2 sebesar 0,194501 atau sebesar

19,45%, rendahnya nilai R2 menunjukkan bahwa variabel independen yang

diuji tidak cukup baik dalam menjelaskan variabel dependennya. Dengan

nilai DW-statistik sebesar 0,091916 yang rendah (jauh dari range angka 2)

yang mengindikasikan adanya autokorelasi positif. Pada metode OLS

ternyata variabel independen pertumbuhan pendeuduk (PP), variabel

dummy waktu (Dm), variabel interkasi industrialisasi dengan waktu

(Ind*D), variabel interaksi pertumbuhan penduduk dengan waktu (PP*D)

tidak signifikan pada tingkat α = 5 %, artinya variabel independen

pertumbuhan pendeuduk (PP), variabel dummy waktu (Dm), variabel

interkasi industrialisasi dengan waktu (Ind*D), variabel interaksi

pertumbuhan penduduk dengan waktu (PP*D) tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap varibel tingkat urbanisasi (Urb).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Metode ini mengasumsikan bahwa nilai intersep antar individual

dianggap sama yang mana merupakan asumsi yang sangat membatasi

(restricted) (Gujarati, 2006). Sehingga metode ini tidak dapat menangkap

gambaran yang sebenarnya atas hubungan yang terjadi antara variable

bebas dengan variable terikatnya, begitu pula hubungan diantara masing-

masing individual cross section.

Begitu pula seperti yang dijabarkan pada metode pemilihan secara

teoritis yang mengatakan bahwa metode OLS terlalu sederhana untuk

mendeskripsikan fenomena yang ada. Sehingga yang perlu dilakukan

adalah menemukan nature yang spesifik atas hubungan yang terjadi

diantara masing-masing individu pada data cross section. Maka dapat

dilihat dengan menggunakan metode fixed effect.

Berikut merupakan hasil dari estimasi menggunakan metode fixed effect.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel 4. 5 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Fixed Effect

Variabel Koefisien Standar Eror t-statistik Probabilitas

C 26.98735 2.114017 12.76591 0.0000 IND 0.370620 0.085008 4.359819 0.0000 PP 0.116359 0.110158 1.056289 0.2934

DM 8.472498 1.607550 5.270441 0.0000 IND*D -0.038808 0.052835 -0.734502 0.4644 PP*D 0.391943 0.369106 1.061873 0.2909

Fixed Effects (Cross) CLCP--C -28.60006

BNYMS--C 1.529827 PRBLNGG--C -19.70904 BNJRNGR--C -24.94214 KBMEN--C -17.04613 PRWRJO--C -14.78771 WNSBO--C -22.79456 MGLNG--C -18.54990 BYLALI--C -17.78181

KLTN--C 10.04046 SKHRJ--C 21.00164 WNGR--C -19.32056

KRNGNYR--C -11.76646 SRGEN--C -19.53499 GRBGN--C -20.66075 BLOR--C -15.67687

RMBNG--C -11.91087 PATI--C -14.26377 KDUS--C 12.23397 JPRA--C 0.101571

DMAK--C -16.62593 SMRNG--C -19.22682

TMNGGNG--C -22.55112 KENDAL--C -15.05266

BTNG--C -11.24317 PKLNGN--C -6.275266 PMLNG--C 0.793103 TEGAL--C 8.570534 BRBES--C -9.462950

KOTAMGLG--C 60.12693 KOTASKA--C 54.98768

KOTASLTGA--C 55.62105 KOTASMRG--C 42.52465 KOTAPKL--C 51.96511 KOTATGL--C 58.28701

R2 0.985187

DW-Statistik 1.846585 Sumber: Data diolah dengan Eviews

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Dari hasil regresi di dapatkan nilai intersep setiap Kabupaten/Kota

yang beragam, hal ini menggambarkan adanya pengaruh dari perbedaan

karakteristik setiap daerah terhadap tingkat urbanisasi. Daerah yang

memiliki nilai intersep positif adalah Banyumas (1.529827), Klaten

(10.04046), Sukoharjo (21.00164), Kudus (12.23397), Jepara (0.101571),

Pemalang (0.793103), Tegal (8.570534), Kota magelang (60.12693), Kota

Surakarta (54.98768), Kota Salatiga (55.62105), Kota Semarang

(42.52465), Kota Pekalongan (51.96511), dan Kota Tegal (58.28701).

Sedangkan daerah yang memiliki nilai intersep negatif adalah Cilacap (-

28.60006), Purbalingga (-19.70904), Banjarnegara (-24.94214), Kebumen

(-17.04613), Purworejo (-14.78771), Wonosobo (-22.79456), Kab.

Magelang (-18.54990), Boyolali (-17.78181), Wonogiri (-19.32056),

Karanganyar (-11.76646), Sragen (-19.53499), Grobogan (-20.66075),

Blora (-15.67687), Rembang (-11.91087), Pati (-14.26377), Demak (-

16.62593), Kab. Semarang (-19.22682), Temanggung (-22.55112), Kendal

(-15.05266), Batang (-11.24317), Pekalongan (-6.275266), dan Brebes (-

9.462950). Dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang

memiliki tingkat urbanisasi terbesar adalah Kota Magelang dan daerah

yang memiliki tingkat urbanisasi terkecil adalah Kabupaten Cilacap.

Dalam menentukan pendekatan mana yang dipilih antara metode

OLS atau Fixed effect dalam estimasi data panel maka digunakan

Restricted F test, dimana hipotesisnya:

Ho: Metode OLS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Ha: Metode Fixed effect

knR

mRRF

UR

RUR

---

=/)1(

/)(2

22

40140/)985187.01(6/)194501,0985187,0(

---=F

0001481,0131781,0=F

Fhit = 889,81094

Dengan F-tabel (5%) = 2,2811

Maka F-hit > F-tabel

889,81094 > 2,2811 ; Tolak Ho.

Nilai F hitung signifikan (F hitung > F tabel), maka estimasi

dengan metode fixed effect lebih baik dibanding dengan metode OLS.

Bagaimanapun, hasil tersebut belum dapat memberikan akhir atas

metode pengolahan data. Maka perlu dilihat hasil yang ada dari metode

lain yaitu pengujian antara fixed effect dan random effect.

1.2 Metode Fixed Effect (FEM) vs Metode Random Effect (REM)

Metode Random Effect disebut juga dengan pendekatan regresi

data panel dengan pendekatan autokorelasi dengan mengasumsikan

terdapat korelasi antar observasi baik runtun waktu maupun lintas sektoral.

Berikut merupakan hasil dari estimasi dengan menggunakan metode

Random Effect.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 4.6 Hasil Estimasi Data Panel Dengan Menggunakan Metode Random Effect

Variabel Koefisien Standar Eror t-statistik Probabilitas

C 26.34450 4.915456 5.359524 0.0000 IND 0.396776 0.083222 4.767713 0.0000 PP 0.128573 0.110011 1.168728 0.2446 DM 8.479924 1.607101 5.276536 0.0000

IND*D -0.042338 0.052798 -0.801890 0.4240 PP*D 0.373193 0.368757 1.012029 0.3133

Random Effects CLCP--C -29.30812

BNYMS--C 1.679456 PRBLNG--C -19.33868

BNJRNGR--C -24.64943 KBMN--C -16.57873 PRWRJ--C -14.39334 WNSB--C -22.37195

MGLNG--C -18.39754 BYL--C -17.65564 KLA--C 9.938407

SKHRJ--C 20.73422 WNGR--C -18.80273 KRA--C -12.05328

SRGN--C -19.26323 GRBGN--C -20.11536

BLR--C -15.21794 RMBNG--C -11.43053

PATI--C -14.03570 KDS--C 11.29340 JPR--C 0.133983

DMK--C -16.24670 SMRNG--C -19.45707

TMNGGNG--C -22.35959 KNDL--C -15.36169 BTNG--C -11.28805

PKLNGN--C -6.364749 PMLNG--C 0.888488 TGAL--C 8.538422 BRBS--C -9.098121

KOTAMGL--C 59.79320 KOTASKA--C 54.35619

KOTASALA--C 55.23650 KOTASMRG--C 41.94064 KOTAPKL--C 51.38871 KOTATGL--C 57.86658

R2 0.606360

DW-Statistik 1.373995 Sumber: Data diolah dengan Eviews

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Dari hasil estimasi diatas nilai R2 memperlihatkan angka yang

rendah yaitu sebesar 60,63% dan nilai DW-statistik sebesar 1.373995

memberikan angka yang jauh dari kisaran range angka 2. Hal ini

membuktikan bahwa model fixed effet lebih tepat dibandingkan dengan

random effect.

Model efek random hanya dapat digunakan jika jumlah individu

lebih besar dibandingkan jumlah koefisien termasuk intercept:

a. Apabila data individu lebih banyak dibandingkan data runtun waktu

maka diasumsikan untuk memilih model Random Effect.

b. Apabila data runtun waktu lebih banyak dibandingkan data runtun

waktu maka uji Fixed Effect yang lebih tepat digunakan.

Namun, saran-saran pemilihan metode fixed effect ataupun metode

random effect secara teoritis dan berdasarkan sampel bukanlah sesuatu

yang mutlak. Akan lebih baik melihat pada uji formal statistik dan

pemilihan berdasarkan model mana yang paling baik nilai statistiknya

(Nachrowi, 2007).

SE untuk mengukur tingkat ketelitian pemerkira. Makin kecil SE

suatu pemerkira, maka makin teliti pemerkira tersebut makin dekat dengan

parameter yang akan diperkirakan. Dari ketiga model tersebut yang

memiliki nilai SE terkecil adalah Metode Fixed Effect. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa Metode Fixed Effect adalah yang paling tepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Estimasi

Variabel Ordinary Least Square Fixed Effect Random Effect

Koefisien SE t hitung Koefisien SE t hitung Koefisien SE t hitung

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

C 12.209 6.8044 1.7943 26.987 2.1140 12.765 26.344 4.9154 5.3595

Ind 0.9198 0.2469 3.7249 0.3706 0.0850 4.3598 0.3967 0.0832 4.7677

PP 1.1664 0.6084 1.9170 0.1163 0.1101 1.0562 0.1285 0.1100 1.1687

Dm 13.348 9.9543 1.3409 8.4724 1.6075 5.2704 8.4799 1.6071 5.2765

Ind*D -0.2081 0.3277 -0.6349 -0.0388 0.0528 -0.7345 -0.0423 0.0527 -0.8018

PP*D -1.3541 2.0826 -0.6501 0.3919 0.3691 1.0618 0.3731 0.3687 1.0120

R2 0.194501 1.794365 0.606360

SE 26.75719 3.724929 4.235944

Catatan: α = 5%

2. Uji Statistik

a. Uji t (t-test)

Pengujian t-statistik dilakukan dengan cara membandingkan antara t-

hitung dengan t-tabel. (Gujarati, 2003).

t-tabel = { α ; df ( n-k ) }

t- hitung = )( iSeibb

Keterangan :

α = Level of significance, atau probabilitas menolak hipotesis yang benar.

n = Jumlah sampel yang diteliti.

K = Jumlah variabel independen termasuk konstanta.

Se = Standar error.

Kriteria pengujian:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

- Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Berarti variable independen

secara individu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variable

dependen.

- Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Berarti variable independen

secara individu berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

variable dependen.

Uji t statistik yang dilakukan menggunakan uji satu sisi (one tail test),

dengan tingkat signifikansi α = 5%.

Daerah penerimaan Daerah penolakan 1,656 Gambar 4.1 Kurva Distribusi t Sumber: Gujarati (2003)

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik Fixed Effect

Variab

el Koefisien t hitung t tabel (α = 5%) Keterangan

Ind 0.370620 4.359819 1,656 Signifikan

PP 0.116359 1.056289 1,656 Tidak Signifikan

Dm 8.472498 5.270441 1,656 Signifikan

Ind*D -0.038808 -0.734502 1,656 Tidak Signifikan

PP*D 0.391943 1.061873 1,656 Tidak Signifikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

1. Uji parameter terhadap Industrialisasi (Ind)

Hipotesis:

a. Ho: β1 = 0, artinya variabel Industrialisasi secara individu tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

b. Ha: β1 ≠ 0, artinya variabel Industrialisasi secara individu

berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656

t hitung = 4,359819

Koefisien regresi dari variabel Industrialisasi (Ind) mempunyai t

hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata

lain secara individu variabel Industrialisasi berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa Tengah.

2. Uji parameter terhadap Pertumbuhan Penduduk (PP)

Hipotesis:

a. Ho: β2 = 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk secara individu

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

b. Ha: β2 ≠ 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk secara individu

berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656

t hitung = 1,056289

Koefisien regresi dari variabel Pertumbuhan Penduduk (PP)

mempunyai t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Dengan kata lain secara individu variabel Pertumbuhan Penduduk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

tidak berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa

Tengah.

3. Uji parameter terhadap variable dummy waktu (Dm)

Hipotesis:

a. Ho: β3 = 0, artinya variabel dummy secara individu tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

b. Ha: β3 ≠ 0, artinya variabel dummy secara individu berpengaruh

signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656

t hitung = 5,270441

Koefisien regresi dari variabel dummy (Dm) mempunyai t hitung >

t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain secara

individu variabel dummy efek waktu berpengaruh signifikan

terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa Tengah.

4. Uji parameter terhadap Industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu

(Ind*D)

Hipotesis:

a. Ho: β2 = 0, artinya variabel Industrialisasi yang berinteraksi dengan

waktu secara individu tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel Tingkat Urbanisasi.

b. Ha: β2 ≠ 0, artinya variabel Industrialisasi yang berinteraksi dengan

waktu secara individu berpengaruh signifikan terhadap variabel

Tingkat Urbanisasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656

t hitung = |-0,734502|

Koefisien regresi dari variabel Industrialisasi yang berinteraksi

dengan waktu (Ind*D) mempunyai t hitung < t tabel, maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain secara individu variabel

Industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu (Ind*D) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa

Tengah.

5. Uji parameter terhadap Pertumbuhan Penduduk yang berinteraksi

dengan waktu (PP*D)

Hipotesis:

a. Ho: β2 = 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk yang

berinteraksi dengan waktu secara individu tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

b. Ha: β2 ≠ 0, artinya variabel Pertumbuhan Penduduk yang

berinteraksi dengan waktu secara individu berpengaruh signifikan

terhadap variabel Tingkat Urbanisasi.

t tabel = (α =0,05 : df=134) = 1,656

t hitung = 1,061873

Koefisien regresi dari variabel Pertumbuhan Penduduk yang

berinteraksi (PP*D) mempunyai t hitung < t tabel, maka Ho

diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain secara individu variabel

Pertumbuhan Penduduk yang berinteraksi (PP*D) tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi di Jawa

Tengah.

b. Uji F

Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian

F-statistik ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F-hitung

dengan F-tabel. (Damodar Gujarati, 2003)

F-hitung = )/()1(

)1/(2

2

knR

kR

---

F-tabel = ( α : k-1, n-k )

Hipotesis:

a. Ho : β1= β2 = β3 = 0, berarti variabel independen secara keseluruhan

tidak berpengaruh terhadap variabel independen.

b. Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, berarti variabel independen secara keseluruhan

berpengaruh terhadap variabel independen.

Secara grafis dapat dilihat sebagai berikut :

Daerah peneimaan Daerah penolakan

2,2811

Gambar 4.2 Kurva Distribusi F Sumber: Gujarati (2003)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Hasil perhitungan yang didapat F hitung = 170,5396, sedangkan F

tabel = 2,2811 (α = 0,05 ; 5 ; 134), sehingga F-hitung > F-tabel (170,5396

> 2,2811). Perbandingan antara F-hitung dengan F-tabel yang

menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Hal ini menandakan bahwa variabel Industrialisasi (Ind), variable

Pertumbuhan Penduduk (PP), dan variable dummy waktu (Dm), variabel

industrialisasi yang berinteraksi dengan waktu (Ind*D), variabel

pertumbuhan penduduk yang berinteraksi dengan waktu (PP*D) secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Urbanisasi (Urb)

di Jawa Tengah.

c. Koefisien Determinasi R2 (Goodness Of Fit)

Uji Goodness Of Fit dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variable terikat

(dependen). Berdasarkan hasil estimasi didapat nilai koefisien determinasi

R2 sebesar 0,985187 yang menunjukkan bahwa variable independen yaitu

Industrialisasi (Ind), Pertumbuhan Penduduk (PP), dan variable dummy

waktu (Dm) berpengaruh terhadap variable dependen yaitu Tingkat

Urbanisasi sebesar 98,52% dan sisanya 1,38% dipengaruhi oleh variable

lain diluar model.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinieritas adalah hubungan yang terjadi diantara variabel-

variabel independen atau variabel independen yang satu fungsi dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

variabel independen yang lain. Pengujian terhadap gejala multikolinieritas

dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien determinasi parsial (r2)

dengan koefisien determinasi majemuk (R2), jika r2 lebih kecil dari R2

maka tidak ada multikolinieritas.

Biasanya multikolinearitas terjadi pada estimasi yang menggunakan

data runtut waktu, sehingga dengan mengkombinasikan data yang ada

dengan data lintas sektoral mengakibatkan masalah multikolinearitas

secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan data panel, jadi

sebenarnya secara teknis sudaha dapat dikatakan masalah multikolinearitas

sudah tidak ada. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji Kleins.

Tabel 4. 9 Hasil Uji Kleins (Multikolinearitas)

Variabel r2 R2 keterangan

Ind dengan PP, Dm, Ind*D, PP*D

0.912758

0,985187

Tidak ada multikolinearitas

PP dengan Ind, Dm, Ind*D, PP*D

0.314733

0,985187 Tidak ada multikolinearitas

Dm dengan Ind, PP, Ind*D, PP*D

0.804947

0,985187

Tidak ada multikolinearitas

Ind*D dengan Ind, PP, Dm, PP*D

0.855791

0,985187 Tidak ada multikolinearitas

PP*D dengan Ind, PP, Dm, Ind*D

0.462891

0,985187 Tidak ada multikolinearitas

Sumber: Hasil olahan Eviews

Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dari semua hasil

uji multikolinearitas nilai R2 > r2 sehingga dapat dikatakan dalam analisa

ini tidak terdapat masalah multikolinearitas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

b. Uji Heteroskedastisitas

Masalah besar yang dijumpai data panel adalah masalah

heteroskedastisitas yang bersumber dari variasi data lintas sektoral yang

digunakan. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan

fasilitas yang tersedia dari program eviews dengan menggunakan White

Heteroskedasticity – Consistent Covariance. Dengan tingginya nilai R2

berarti variasi dari model dependen (Tingkat Urbanisasi) dapat dijelaskan

oleh variable independen (Industrialisasi, Pertumbuhan Penduduk, dan

Dummy waktu) sebesar 98,49% mengindikasikan bahwa variable

independen yang diuji ini cukup baik dalam menjelaskan variable

dependennya.

c. Uji Autokorelasi

Permodelan dengan panel data dengan menggunakan metode fixed

effect adalah satu permodelan yang tidak membutuhkan pemodelan asumsi

klasik terbebasnya model dari serial autokorelasi, maka uji asumsi klasik

tentang autokorelasi dapat diabaikan (Nachrowi, 2007).

Dari hasil estimasi diperoleh DW statistik sebesar 1,85, dengan n =

140, k=5, level signifikan α=5% maka nilai dl = 1,65 dan du = 1,8

sehingga (4-dl) = 2,39 dan (4-du) = 2,23.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Autokorel

asi positif

Daerah

keragu-

raguan

Tidak ada

autokorelasi

Daerah

Keragu-

raguan

Autokorelasi

negatif

0 1,65 1,8 2,2 2,35 4

Gambar 4.3 Statistik d Durbin Watson Sumber: Gujarati (2003)

Ternyata nilai Dw statistik sebesar 1,85 terletak di daerah

penerimaan Ho. Hal ini berarti model yang diestimasi terbebas dari

autokorelasi

4. Interpretasi Hasil

Berdasarkan pada pengujian statistik dan ekonometrik yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi data panel model

fixed effect yang dilakukan cukup baik. Hal ini juga ditunjukkan dengan

probabilitas F statistik yang signifikan pada α=5%. Dalam Tabel 4.10

dijelaskan model 1 merupakan mean model atau model inti yaitu berupa

pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses

urbanisasi. Model 2 merupakan variable model atau model inti ditambah

dengan variabel waktu (krisis moneter 1997) sebagai variabel dummy.

Model 3 merupakan interaction model yaitu model inti ditambah variabel

dummy dan variabel interaksi. Model yang digunakan untuk menerangkan

pengaruh Industrialisasi, Pertumbuhan Penduduk, dummy waktu, serta

interaksi waktu terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah tahun 1990-

2005 adalah model 3.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 4.10 Hasil Estimasi

Variabel Dependen: Tingkat Urbanisasi (Urb)

parameter model 1 model 2 model 3

koef SE T Prob koef SE t Prob koef SE t Prob

Ind 0.67325 0.094485 7.125443 0.0000 0.346075 0.074267 4.659895 0.0000 0.37062 0.085008 4.359819 0.0000

PP 0.142574 0.150519 0.947214 0.3457 0.141389 0.106617 1.326136 0.1878 0.116359 0.110158 1.056289 0.2934

Dm 8.002525 0.78741 10.16309 0.0000 8.472498 1.60755 5.270441 0.0000

Ind*D -0.038808 0.052835 -0.734502 0.4644

PP*D 0.391943 0.369106 1.061873 0.2909

Konstanta 22.97791 2.552572 9.001865 0.0000 27.53177 1.862761 14.78009 0.0000 26.98735 2.114017 12.76591 0.0000

Uji F 91.52281 180.2749 170.5396

R2 0.969686 0.984938 0.985187

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Urb= β 0 + β 1Indit + β 2 PPit + β 3 Dm + β 4 Ind*Dit + β 5 PP*Dit + εit

Urb = 26.98735 + 0,370620 Ind + 0,116359 PP + 8,472498 Dm – 0,038808 Ind*D

+ 0.391943 PP*D

a. Nilai Intersep Masing-Masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Dari hasil regresi di dapatkan nilai intersep setiap daerah yang beragam,

hal ini menggambarkan adanya pengaruh dari perbedaan karakteristik setiap

daerah terhadap tingkat urbanisasi. Daerah yang memiliki nilai intersep positif

berarti daerah tersebut memiliki tingkat urbanisasi yang positif pula dan daerah

yang memiliki nilai intersep negative berarti daerah tersebut mempunyai

tingkat urbanisasi yang cenderung menurun.

Dari ke-35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang

memiliki nilai intersep terbesar adalah Kota Magelang. Hal ini menunjukkan

bahwa Kota Magelang adalah Kota yang mempunyai tingkat urbanisasi tinggi

dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Tengah. Sedangkan

daerah yang memiliki nilai intersep paling kecil adalah Kabupaten Cilacap. Hal

ini berarti menunjukkan bahwa Kabupaten Cilacap mempunyai tingkat

urbanisasi paling kecil di Provinsi Jawa Tengah.

b. Pengaruh Industrialisasi Terhadap Proses Urbanisasi

Meningkatnya industrialisasi sangat berperan dalam melesatnya proses

urbanisasi di Jawa Tengah. Secara teori apabila industrialisasi meningkat,

maka tingkat urbanisasi pun akan meningkat. Hal ini pula yang terjadi di

Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil uji statistik, industrialisasi

menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap proses urbanisasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

di Jawa Tengah. Nilai koefisien Industrialisasi sebesar 0,346075 yang berarti

apabila jumlah industrialisasi meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan

tingkat urbanisasi sebesar 0,370620% dan bila industrialisasi menurun sebesar

1% maka akan menurunkan tingkat urbanisasi sebesar 0,370620%.

Di daerah yang memiliki struktur perekonomian dominan di sector

sekunder (industri) maka tingkat urbanisasi di daerah tersebut pun akan tinggi.

Sebaliknya apabila struktur perekonomian suatu daerah dominan di sector

pertanian maka tingkat urbanisasinya akan semakin kecil. Karena kegiatan

industri adalah sektor menjanjikan yang banyak diminati sebagai lapangan

usaha mampu memberikan tingkat pendapatan yang tinggi, sehingga orang

berbondong-bondong akan mendatangi daerah tersebut. Dengan bertambahnya

penghuni di daerah industri tersebut membuat daerah terssebut otomatis

berubah menjadi kota. Banyaknya penduduk yang tinggal di daerah perkotaan

inilah yang dapat meningkatkan urbanisasi.

c. Pengaruh Perumbuhan Penduduk Terhadap Proses Urbanisasi

Dari hasil estimasi menunjukkan koefisien pertumbuhan penduduk

sebesar 0,116359 yang berarti apabila pertumbuhan penduduk mengalami

kenaikan 1% maka tingkat urbanisasi pun akan mengalami kenaikan sebesar

0,116359% dan bila pertumbuhan penduduk turun sebesar 1% maka akan

menurunkan tingkat urbanisasi sebesar 0,116359%. Meskipun berpengaruh

positif, namun pertumbuhan penduduk terbukti tidak signifikan pada tingkat

signifikansi α=5% karena menunjukkan angka probabilitas sebesar 0,2934.

Artinya walaupun peningkatan pertumbuhan penduduk juga berdampak pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

tingkat urbanisasi tetapi kenaikan tersebut tidak membawa perubahan yang

berarti terhadap tingkat urbanisasi.

Hal ini dapat terjadi sebab yang mempengaruhi tingkat urbanisasi suatu

daerah adalah jumlah penduduk di daerah perkotaanya, bukan pada

pertumbuhan penduduk daerah tersebut.

d. Pengaruh waktu sebagai variabel interaksi dalam hubungan antara

industrialisasi dan pertumbuhan penduduk terhadap proses urbanisasi

Berdasarkan hasil estimasi, hasil panelitian ini menunjukkan bahwa

variable waktu sebagai variable interaksi tidak dapat mempengaruhi hubungan

industrialisasi dengan proses urbanisasi, dan perumbuhan penduduk dengan

proses urbanisasi. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikan masing-masing

variable. Variable interaksi antara indusrialisasi dengan waku mempunyai

tingkat signifikansi 0,46 dengan t hitung -0.734502. Sedangkan koefisien

interaksi pertumbuhan penduduk dengan waktu menunjukkan angka yang

positif dan tidak signifikan pada 0,2909. Jadi dapat disimpulkan bahwa

variable waktu tidak dapat mempengaruhi hubungan antara industrialisasi dan

pertumbuhan penduduk terhadap tingkat urbanisasi pada periode sesudah

krisis.

e. Pengaruh variabel dummy waktu terhadap proses urbanisasi

Variabel dummy waktu menunjukkan pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap proses urbanisasi pada tingkat signifikansi α=5%. Hal ini

menunjukkan bahwa krisis moneter 1997 memberikan pengaruh terhadap

proses urbanisasi di Jawa Tengah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan mengenai

industrialisasi, pertumbuhan penduduk, dan waktu terhadap proses urbanisasi

di Jawa Tengah tahun 1990-2005, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel Industrialisasi berpengaruh secara signifikan terhadap proses

urbanisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,0000

pada derajat keyakinan 5%. Koefisien sebesar 0,346075 menunjukkan

adanya pengaruh yang positif antara industrialisai dengan proses

urbanisasi. Peningkatan industrialisasi akan meningkatkan derajat

urbanisasi sebesar dan penurunan industrialisasi akan menurunkan derajat

urbanisasi di Jawa Tengah. Jadi hipotesis pertama yaitu industrialisai

berpengaruh positif dan signifikan terhadap proses urbanisasi di Jawa

Tengah terbukti.

2. Variabel pertumbuhan penduduk terbukti tidak signifikan terhadap proses

urbanisasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas sebesar 0,1878

lebih besar dari derajat keyakinan sebesar 0,05. Koefisien pertumbuhan

penduduk sebesar 0,141389 ini berarti ada pengaruh yang positif antara

pertumbuhan penduduk dengan proses urbanisasi di Jawa Tengah. Hal ini

berarti tidak sesuai hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa

76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat urbanisasi.

3. Varibel dummy waktu berpengaruh secara signifikan terhadap proses

urbanisasi di Jawa Tengah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas

sebesar 0,000 pada derajat signifikansi 5%. Koefisien variabel waktu

sebesar 8,002525 menunjukkan bahawa variabel waktu memberikan

pengaruh yang positif terhadap proses urbanisasi di Jawa Tengah.

4. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa variabel industrialisasi

mempunyai pengaruh yang lebih dominan daripada pertumbuhan

penduduk. Hal ini dilihat dari nilai koefisien masing-masing variabel dan

dari tingkat signifikansi masing-masing variabel.

5. Variabel interaksi antara waktu dengan industrialisasi dan waktu dengan

pertumbuhan penduduk terbukti tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap proses urbanisasi di jawa tengah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

signifikan masing-masing variable yang diatas 0,05. Artinya tidak ada

perbedaan pengaruh industrialisasi dan pertumbuhan penduduk sebelum

dan sesudah krisis.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan tersebut diatas, maka dapat

dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

1. Perlunya pemahaman konsep urbanisasi bagi para pelaksana kebijakan.

Urbanisasi tidak hanya dipandang sebagai proses perpindahan penduduk,

melainkan sebagai indikator pembangunan di suatu wilayah.

2. Dengan adanya pengaruh yang positif antara industrialisasi dan tingkat

urbanisasi, diharapkan pemerintah setempat dapat memperluas dan

mengembangkan lapangan kerja dan tingkat pendapatan di pedesaan,

sehingga dorongan masyarakat untuk pindah ke daerah perkotaan

menurun. Pengembangan industri skala kecil dan menengah serta industri

kerajinan yang mempunyai kaitan langsung dengan sektor pertanian

pedesaan merupakan usaha alternatif pemecahaan masalah kesempatan

kerja di pedesaan dan juga sekaligus di perkotaan.

3. Dengan terjadinya tingkat urbanisasi yang berlebihan, atau yang tidak

terkendali, akan dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada

penduduk itu sendiri, seperti terlalu padatnya kawasan perkotaan,

mahalnya biaya sewa lahan di pusat kota, layanan sistem transportasi yang

memburuk, tingkat upah yang terus menurun akibat meingkatnya

persaingan dan lain sebagainya. Karena itu diperlukan suatu pengaturan

secara langsung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam menangani

laju urbanisasi.

4. Urbanisasi menyebabkan penggunaan lahan di daerah perkotaan semakin

meningkat sehingga menimbulkan dampak pada tingkat kepadatan

penduduk. Tingginya kepadatan penduduk dengan ketersediaan lahan ini

menyebabkan munculnya kawasan-kawasan kumuh di daerah perkotaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Melihat keadaan ini maka pemerintah perlu mengembangkan kawasan

alternatif yang terencana yang dapat dijadikan kawasan penyangga

pemukiman. Kawasan alternatif tersebut layaknya direncanakan dan

dikembangkan pada suatu lahan yang dilengkapi dengan infrastruktur

memadai untuk membantu pengembangan wilayah sehingga dapat

mengurangi beban kota induk.