pengaruh indeks pembangunan manusia (ipm) …
TRANSCRIPT
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
OlehNANANG HIDAYAT
105710228715
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2020
PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN
DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
OlehNANANG HIDAYAT
105710228715
“Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana(S1) pada Program Study Ekonomi Pembanguanan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar”
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARMAKASSAR
2020
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini ku persembahkan untuk diri saya sendiri yang telah
berjuang dari awal hingga akhir dan untuk kedua orang tua yang telah
memberi support secara materi dan non materi.
MOTTO HIDUP
“Wa maa lladzatu illa ba’dat ta’ab”
Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kesusahan.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur senantiasa teriring dalam
setiap hela nafas atas kehadirat dan junjungan Allah SWT. Bingkisan salam dan
shalawat tercurah kepada kekasih Allah, Nabiullah Muhammad SAW, para
sahabat dan keluarganya serta ummat yang senantiasa istiqamah dijalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada
kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan untuk terus
melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi. Rasa Terima
Kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Siradjuddin dan
Ibunda tercinta St. Rosmiati, yang selalu sabar dan percaya, serta senantiasa
memberikan doa dan dukungan terbaik untuk penulis dalam menjalani dan
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
Ucapan Terima Kasih pula kepada Bapak Dr. H. Andi Jam’an,S.E.,M.Si.
dan bapak Samsul Rizal,S.E.,M.M. selaku pembimbing penulis dalam
menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih atas doa, motivasi dan bantuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Namun, semua tak lepas dari uluran tangan berbagai pihak lewat
dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil. Maka melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE..MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
viii
2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM, selaku Dekan Fakuftas Ekonomi dan
Bisnis.
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si, selaku ketua Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan.
4. Bapak/ibu para dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
6. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak membantu
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis senantiasa mengharapkan mengharapkan kritikan dan saran dari
berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu
persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan
Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri
pribadi penulis. Amin.
Makassar, 27 Desember 2019 M
Penulis
viii
ABSTRAK
Nanang Hidayat 2019. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM)Terhadap Tingkat Pengangguran Di Kota Makassar, dibimbing oleh pembimbingbapak Samsul Rizal dan bapak H. Andi Jam’an.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh IndeksPembangunan Manusia terhadap penurunan tingkat pengangguran di KotaMakassar.Metode analisis data pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif,penelitian kuantitatif adalah metode yang dilakukan dengan mengumpulkan datayang berupa angka atau data berupa kata-kata atau kalimat yang konversimenjadi data yang berbentuk angka.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama sekolah), tidak berpengaruh signifikanterhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar dengan tingkat determinasi15% dan 85% dipengaruhi oleh faktor lain.
Kata Kunci: Indeks Pembangunan Manusia, Mutu Sumber Daya Manusia danPengangguran
ix
ABSTRACT
Nanang Hidayat 2019. The Effect of the Human Development Index (HDI) on theUnemployment Rate in Makassar City, guided by the mentor Mr. Samsul Rizaland Mr. H. Andi Jam’an.This study aims to analyze and determine the effect of the Human DevelopmentIndex on decreasing unemployment rates in Makassar City. The method of dataanalysis in this study is quantitative research, quantitative research is a methodcarried out by collecting data in the form of numbers or data in the form of wordsor sentences conversion into data in the form of numbers.The results of this study indicate that the Human Development Index (AverageLength of School and Expectancy of School Length), does not significantlyinfluence the unemployment rate in Makassar City with a level of determination of15% and 85% influenced by other factors.
Keywords: Human Development Index, Quality of Human Resources andUnemployment
x
DAFTAR ISI
SAMPUL Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................ viii
ABSTRACT .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
BAB I Pendahuluan ............................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................... 8
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 8
xi
1. Teori Indeks Pembangunan Manusia ............................... 8
2. Teori Pengangguran ......................................................... 12
B. Tinjauan Empiris ................................................................... 17
C. Kerangka Pikir ....................................................................... 19
D. Hipotesis ............................................................................... 20
BAB III Metode Penelitian.................................................................... 21
A. Jenis Penelitian...................................................................... 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................. 21
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran...................... 22
1. Variabel Independen ........................................................ 22
2. Variabel Dependen........................................................... 22
D. Populsi dan Sampel ............................................................... 23
E. Jenis dan Sumber Data.......................................................... 24
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 25
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 25
BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan ........................................ 30
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian Independen ................ 30
1. Sejarah Singkat Kota Makassar ..................................... 30
2. Geografis Kota Makassar ............................................... 31
3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan ............................. 35
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ......................................... 37
C. Analisis dan Interpretasi ........................................................ 41
1. Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 41
xii
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................... 43
3. Uji Hipotesis ..................................................................... 47
D. Pembahasan ........................................................................ 50
1. Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah Tingkat Pengangguran
di Kota Makassar.............................................................. 51
2. Pengaruh Harapan Lama Sekolah Tingkat Pengangguran
di Kota Makassar.............................................................. 51
BAB V Penutup ................................................................................... 54
A. Kesimpulan .......................................................................... 54
B. Saran .................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 56
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Pengangguran Di Indonesia
Dengan Kota Makassar 4
Tabel 2.1 Tinjauan Empiris 17
Tabel 3.1 Data Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 23
Tabel 4.1 Administrasi Kecamatan di Kota Makassar 34
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kota Makassar 2010-2018 35
Tabel 4.3 Jumlah Angkatan Kerja Kota Makassar 2011-2018 37
Tabel 4.4 Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar 39
Tabel 4.5 Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Makassar 40
Tabel 4.6 Uji Analisis Linear Berganda 42
Tabel 4.7 Uji Normalitas 44
Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas 45
Tabel 4.9 Uji Heteroskedastiditas 46
Tabel 4.10 Uji Autokorelasi Runs Test 47
Tabel 4.11 Uji Statistik T 48
Tabel 4.12 Uji F 49
Tabel 4.13 Uji Determinasi 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Perbandingan IPM Kota Makassar dengan Nasional ...... 4
Gambar 2.1 Kerangka Pikir .................................................................20
Gambar 4.1 Peta Topogafi Kota Makassar ..........................................33
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Penelitian .................................................................................59
2. Hasil Pengolahan Data Penelitian SPSS 23.....................................61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan
secara merata. Masalah kesempatan kerja atau pengangguran merupakan
masalah yang sangat sulit dihindari oleh suatu Negara atau suatu daerah
dan dapat menimbulkan masalah sosial seperti masalah kriminalitas dan
masalah ekonomi. Kondisi tersebut dapat menurunkan tingkat
kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Semakin rendah angka
pengangguran maka semakin makmur kehidupan masyarakat suatu Negara,
begitu pula sebaliknya.
Suatu Negara dipandang berhasil atau tidak dalam memecahkan
permasalahan ekonomi negaranya sendiri dapat dilihat dari ekonomi makro
dan mikro Negara tersebut, ada pula tolok ukur lain dapat dilihat dari Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan suatu terobosan dalam menilai pembangunan manusia. Indeks
Pembangunan Manusia adalah suatu tolok ukur pembangunan suatu
wilayah yang berkorelasi negatif terhadap kemiskinan dan pengangguran di
wilayah tersebut . Karena itu diharap kan suatu daerah memiliki Indeks
Pembangunan Manusia yang tinggi, idealnya kualitas hidup masyarakat juga
tinggi atau dapat dikatakan pula bahwa jika nilai IPM tinggi, maka
seharusnya tingkat kemiskinan dan pengangguan rendah. Dikarenakan IPM
2
dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen,
yaitu angka harapan hidup yang mengukur keberhasilan dalam bidang
kesehatan, harapan lama sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah yang
megukur keberhasilan dalam bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli
masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata
besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang
mengukur keberhasilan dalam bidang pembangunan hidup layak.
Pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara tidak hanya
didukung oleh kenaikan stok modal fisik dan jumlah tenaga kerja, tetapi juga
peningkatan mutu modal manusia yang memiliki pengaruh kuat terhadap
peningkatan kualitas tenaga kerja serta pemanfaatan kemajuan teknologi,
Pembangunan manusia ini dapat dilakukan dengan meningkatkan beberapa
aspek yang penting bagi kehidupan manusia , yaitu usia hidup, pendidikan
dan standar hidup layak. Berdasarkan beberapa aspek tersebut, UNDP
(United Nation Depelopmet Programe) dalam publikasi BPS telah
menetapkan standar pengukuran pembangunan sumber daya manusia yang
dituangkan ke dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pendidikan yang merupakan salah satu komponen pengukur Indeks
Pembangunan Manusia juga merupakan salah satu faktor pengangguran,
dikarenakan kurangnya tingkat pendidikan sesorang menjadi sulit untuk
dijadikan tenaga kerja. Masalah besar yang dihadapi banyak Negara
berkembang seperti Indonesia ialah pengangguran, diakibatkan tingkat
pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat memenuhi kualifikasi serta
tidak adanya daya saing yang dimiliki ditambah lagi bertambahnya jumlah
angkatan kerja setiap tahunnya.
3
Meningkatnya jumlah pengangguaran di setiap Negara berdampak
pada pertumbuhan ekonomi di suatu Negara. Meningkatnya jumlah
pengangguran di suatu Negara berdampak pada perekonomian daerah itu
sendiri dan Negara. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) agustus 2018
tingkat pengangguran terbuka (TPT) di kota 6,45 persen dan di desa 4,04
persen. Salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran dikota adalah
minimnya lapangan pekerjaan dan rendahnya keahlian serta tingkat
pendidikan para pecari kerja, ini juga yang menjadi penyebab tingginya
tingkat pengagguran di Kota Makassar. Pemerintah harus dapat segera
memberikan solusi mengenai tingginya tingkat pengangguran demi
kemajuan perekonomian Negara.
Masalah pengangguran baik di Negara maju maupun berkembang
menjadi bagian penting dalam perencanaan pembangunan, terutama
berkaitan dengan masalah pembangunan ekonomi, maka dari itu pemerintah
harus mengikut sertakan peran pendidikan, industri besar dan kecil, dan
lainnya demi pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia khususnya di
Kota Makassar. Selain kurangnya lapangan pekerjaan, rendahnya kualitas
sumber daya manusia di akibatkan rendahnya tingkat pendidikan menjadi
salah satu faktor yang menambah angka pengangguran. Pengentasan
pengangguran dapat ditanggulangi dengan peningkatan Sumber Daya
Manusia (SDM). Pembangunan SDM dapat dilakukan dengan perbaikan
akses terhadap konsumsi pelayanan sosial (pendidikan) merupakan strategi
pemerintah untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan
kesejahteraan.
4
Maka dari itu peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
berkaitan dan berpegaruh terhadap tingkat pengangguran, karena manusia
bukan hanya merupakan obyek pembangunan tetapi diharapkan dapat
menjadi subyek sehingga dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan suatu
wilayah yang secara makro menjadi kemajuan suatu Negara, dengan
peningkatan mutu sumber daya manusia dapat mempengaruhi tingkat
pengangguran.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Gambar 1.1.
Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar Dengan
Nasional
Pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa angka ideks pembagunan
manusia Kota Makassar cenderung naik setiap tahunnya, dimulai dari tahun
79.35 79.94 80.53 81.13 81.73
68.9 69.55 70.18 70.81 71.39
60
65
70
75
80
85
2014 2015 2016 2017 2018
IPM Kota Makassar IPM Nasional
5
2014 sebesar 79,35 hingga pada tahun 2018 sebesar 81,73. Jika
dibandingkan dengan Indeks Pembangunan Manusia Nasional, Kota
Makassar masih relatif lebih tinggi dibanding IPM nasional . Walaupun IPM
Kota Makassar dan nasional cenderung naik setiap tahunnya namun tingkat
pengangguran di perkotaan maupun nasional masih cukup tinggi dengan
5,01 persen untuk nasional dan 6,30 persen untuk perkotaan berdasarkan
Badan Pusat Statistik februari 2019.
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Pengangguran Di Indonesia
Dengan Kota Makassar
No TAHUN JUMLAHPENGANGGURAN DI
INDONESIA
JUMLAHPENGANGGURAN DIKOTA MAKASSAR
1. 2014 7.244.905 65.623
2. 2015 7.560.882 71.306
3. 2016 7.031.775 71.306
4. 2017 7.040.323 64.954
5. 2018 7.000.691 81.823
Sumber : Badan Pusat Statistik Nasional dan Kota Makassar
Dengan Indeks Pembangunan Manusia yang cenderung meningkat
tiap tahunnya dan dilihat dari presentase tingkat pengangguran yang
fluktuatif, berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) terhadap Tingkat Pengangguran di Kota Makassar”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh secara signifikan rata-rata lama sekolah terhadap
tingkat pengagguran di Kota Makassar?
2. Apakah ada pengaruh secara signifikan harapan lama sekolah terhadap
tingkat pengagguran di Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya
maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara signifikan rata-rata lama
sekolah terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara signifikan harapan lama
sekolah terhadap tingkat pengangguran di Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian
ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah;
1. Manfaat Teoritis
Secara Teoritis Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber
pemikiran dalam pengembangan teori dan memperluas pengetahuan
berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia dan Tingkat
7
Pengangguran serta dapat digunakan sebagai pedoman penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaaat bagi berbagai
pihak seperti :
a. Bagi Penulis
Meningkatkan dan memperluas wawasan mengenai teori dalam
bidang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat
pengangguran.
b. Bagi Penulis Lain
Sebagai bahan referensi dan informasi yang dapat digunakan dalam
penelitian selanjutnya.
c. Bagi Pemerintah Daerah
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan-kebijakan dalam mengatasi masalah
ketenagakerjaan khususnya masalah Pengangguran guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Indeks Pembanguanan Manusia
Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Badan
Pusat Statistik (BPS) 2009 IPM merupakan ukuran capaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas
hidup, IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan
keempat komponen, yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf dan
rata-rata lamanya bersekolah, dan kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya
pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang
mengukur keberhasilan dalam bidang pembangunan hidup layak. IPM
mengukur dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai
mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk.
IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat
komponen yaitu angka harapan hidup, melek huruf dan rata-rata
lamanya bersekolah, serta kemampuan daya beli masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok.
IPM terdiri dari tiga komponen yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan pembanguna manusia yakni;
a. Komponen Kesehatan
Dalam indeks pembangunan manusia, komponen kesehatan ini
tercemin dalam usia harapan hidup masyarakat yaitu rata-rata
perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama
9
hidup. Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan Angka
Harapan Hidup yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH). Sementara itu untuk menghitung indeks harapan hidup
digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai standar UNDP,
dimana angka tertinggi sebagai batas atas untuk perhitungan indeks
dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun.
b. Komponen Pendididkan
Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komponen
pendidikan diwakili oleh Angka Melek Huruf (AMH) dan rata-rata lama
sekolah. Angka melek huruf adalah perbandingan antara jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis
dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas . Batas maksimum
untuk angka melek huruf adalah 100 sedangkan batas minimum
adalah 0 (standar UNDP). Hal ini menggambarkan kondisi 100 persen
atau semua masyarakat mampu membaca dan menulis, dan dari nilai
nol mencerminkan kondisi sebaliknya. Sedangkan rata-rata lama
sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk
yang berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis
pendidikan formal yang pernah dijalani. Batas maksimum untuk rata-
rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batas minimum adalah
sebesar 0 tahun (standar UNDP).
Dalam metode Indeks Pembangunan Manusia(IPM) baru angka
melek huruf digantikan dengan harapan lama sekolah karena dianggap
sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena
10
tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu angka melek
huruf di sebgian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat
membadakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik.
Harapan lama sekolah adalah (HLS) adalah lamanya Sekolah
(dalam Tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu dimasa mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut
akan tetap brsekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan peluang
penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama
saat ini . Angka harapan lama sekolah di hitung untuk penduduk berusia
7 tahun ke atas ( Menurut : Badan Pusat Statistik Indonesia ).
c. Komponen Daya Beli
Dalam Indeks Pembangunan Manusia kompomen daya beli
diwakili oleh Pendapatan Perkapita Riil yang disesuaikan yaitu rata-
rata pengeluaran perkapita penduduk yang sudah distandarkan
dengan mendeflasikan melalui indeks harga konsumen.
Berdasarkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), UNDP
membagi status pembangunan manusia suatu Negara atau wilayah ke
dalam tiga golongan, yaitu;
1. IPM < 50 (rendah)
2. 50 ≤ IPM < 80 (sedang)
3. IPM ≥ 80 (tinggi)
UNDP (United Nation Development Programme) mendefenisikan
pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-
pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan
11
sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan
dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan itu.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal
pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan,
kesinambungan, pemberdayaan (UNDP 2013) . Secara ringkas empat
hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut;
1) Produktivitas
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitas dan
berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan.
Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan
bagian dari model pembangunan manusia.
2) Pemerataaan
Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan
social. Semua hambatan yang memper kecil kesempatan untuk
memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat
mengambil manfaat dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif yang
dapat meningkatkan kualitas hidup.
3) Kesinambungan
Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial harus dipastikan
tidak hanya untuk generasi saat ini, tetapi juga generasi yang akan
dating. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkunga harus
selalu diperbaharui.
12
4) Pemberdayaan
Penduduk harus berpartisipasi penuh dlam keputusan dan proses
yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka, serta
berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan.
2. Teori Pengangguran
Menurut Sadono Sukirno (1994) pengangguran adalah suatu
keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin
mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Adapun
menurut Nanga (2005) pengangguran merupakan seuatu keadaan di
mana seseorang yang tergolong angkatan kerja tidak mempuyai
pekerjaan dan juga secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan.
Pengangguran adalah keadaan dimana orang ingin bekerja namun tidak
mendapat pekerjaan. Dalam menangani pengangguran pemerintah harus
cepat tanggap dalam pemecahan masalah pengangguran. Masalah
pengangguran memang tidak mudah, pemerintah harus
mengikutsertakan peran pendidikan dalam menurunkan tingkat
pengangguran. Sebuah Negara yang ingin berubah harus meningkatkan
tingkat pendidikannya. Pendidikan berperan penting dalam menciptakan
Sumber Daya Manusia yang berkompeten. Semakin banyaknya sumber
daya manusia yang berkompetenakan mengurangi pengangguran.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya manusia
yang banyak, namun sumber daya manusia yang banyak tidak menjamin
memiliki sumber daya manusia yang kompeten. Salah satu factor
banyaknya pengangguran adalah sedikitnya angkatan kerja yang
13
berkompeten. Budaya malas juga menjadi salah satu factor makin
meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia.
Pengangguran adalah suatu hal yang tidak dikehendaki, namun
suatu penyakit yang terus menjalar di beberapa Negara, dikarenakan
banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Mengurangi jumlah angka
pengangguran harus adanya kerjasama lembaga pendidikan,
masyarakat, dan lain-lain. Berikut adalah beberapa faktor penyebab
pengangguran;
a. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang menampung para pencari kerja.
Banyaknya para pencari kerja tidak sebanding dengan lapangan
pekerjaan yang dimiliki oleh Negara Indonesia.
b. Kurangnya keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja. Banyak
jumlah Sumber Daya Manusia yang tidak memiliki keterampilan
menjadi salah satu penyebab makin bertambahnya angka
pengangguran di Indonesia.
c. Kurangnya informasi, dimana pencari kerja tidak memiliki akses untuk
mencari tau informasi tentang perusahaan yang memilih kekurangan
tenaga kerja.
d. Kurang meratanya lapangan pekerjaan, banyaknya lapangan
pekerjaan di kota, dan sedikitnya perataan lapangan pekerjaan.
e. Masih belum maksimalnya upaya pemerintah dalam memberikan
pelatihan untuk meningkatkan softskill.
f. Budaya malas yang masih menjangkit para pencari kerja yang
membuat para pencari kerja mudah menyerah dalam mencari peluang
kerja.
14
Pengangguran yang tinggi mempunyai dampak buruk baik
terhadap perekonomian, individu dan masyarakat, seperti pengangguran
dapat menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan
kesejahteraan yang mungkin dicapai. Pengangguran menyebabkan
pendapatan pajak pemerintah berkurang sehingga akan menghambat
pembangunan ekonomi dan pengangguran tidak akan menggalakkan
perekonomian. Dampak pengangguran terhadap masyarakat seperti
menyebabkan hilangnya mata pencaharian dan pendapatan.
Pengangguran menyebabkan hilangan atau berkurangnya keterampilan
pengangguran menimbulkan ketidak stabilan social dan politik (Nanga,
2005).
Pengangguran merupakan masalah setiap Negara, bahkan Negara
maju terlebuh lagi di Negara berkembang seperti Negara Indonesia
menurut Sri Budhi (2008) Negara manapun di dunia ini baik yang di
kategorikan Negara maju maupun Negara sedang berkembang
senantiasa menghadapi masalah pengangguran perbedaanya Negara
berkembang tidak dapat mampu memberikan tunjangan kepada warga
negaranya yang menganggur, sedangkan Negara maju mapu
memberikan jaminan itu. Berbagai cara untuk mengatasi permasalahan
ini sudah ditempuh oleh pemerintah namun masalah ini belum mampu
untuk diselesaikan. Masalah pengangguran sangat penting untuk
diperhatikan karena pengangguran sangat berpotensi menimbulkan
kerawanan berbagai kriminal dan gejolak social, politik dan kemiskinan,
selain itu pengangguran merupakan suatu pemborosan.
15
Pengangguran dibedakan menjadi dua golongan, pertama adalah
jenis berdasarkan sebab terjadinya dan yang kedua jenis pengangguran
berdasarkan lamanya waktu bekerja.
1) Jenis Pengangguran Berdasarkan Sebab Terjadinya
Pengangguran ini terbagi menjadi 4 jenis diantaranya adalah:
a) Pengangguran Siklikal (Cyclical Unemployment)
Pengangguran ini terjadi karena maju-mundurnya ekonomi suatu
Negara. Ketika perekonomian mengalami kemunduran daya beli
masyarakat pun akan menurun. Akibatnya perusahaan akan
mengurangi produksi dan perusahaan banyak memberhentikan
karyawannya.
b) Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang
disebabkan perubahan struktur perekonomian. Contohnya
peralihan perekonomian dari sector perkebunan ke sector
industri. Masyarakat yang ingin bekerja di sektor industri sulit
bekerja karena mereka terbiasa bekerja di sector perkebunan
sehingga harus menyesuaikan diri bila ingin bekerja di sektor
industri.
c) Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan
oleh system yang tidak bisa mempertemukan antara pembuka
lowongan kerja dan pencari kerja, entah karena kendala
informasi, waktu atupun geografi.
16
d) Pengangguran Teknologi
Pengangguran teknologi disebabkan oleh adanya peralihan dari
tenaga kerja manusia menjadi mesin. Perusahaan biasanya lebih
memilih menggunakan tenaga mesin dibandingkan tenaga
manusia karena lebih cepat, mudah dan hemat biaya.
2) Jenis Pengangguran Berdasarkan Lama Waktu Kerja
Jenis pengangguran ini juga terbagi 4, diantaranya:
a) Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah keadaan seseorang yang sama
sekali tidak bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan.
Pengangguran terbuka disebabkan oleh lapangan kerja yang
tidak tersedia atau tidak adanya kecocokan antara lowongan
kerja dan latar belakang pendidikan.
b) Pengangguran Tidak Sepenuh Waktu / Setengah
Pengangguran
Pengangguran jenis ini ditujukan pada seseorang yang
mempunyai pekerjaan namunjam kerjanya hanya sedikit atau
tidak sesuai standar 7-8 jam per hari sehingga penghasilan
mereka pun kadang tidak mencukupi.
c) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)
Pengangguran terselubung adalah pengangguran yang pada
orang yang mempunyai pekerjaan tapi produktivitasnya
rendah, entah itu karena ketidak sesuaian latar belakang
pendidikan dengan pekerjaan ataupun lainnya. Pengangguran
jenis ini menyebabkan produktivitas kerja yang rendah.
17
d) Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang tidak
dapat bekerja ketika pergantian musim, misalnya orang-orang
yang bekerja petani sawah mereka akan bekerja selama
musim panen setelah itu mereka menganggur menunggu
musim berikutnya.
B. Tinjauan Empiris
Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Tinjauan Empiris
No. NamaPeneliti
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Ni KomangMeriyanti(2015)
PengaruhProgram IndeksPembangunanManusia (IPM)TerhadapPengentasanKemiskinan DiKecamatanBuleleng Tahun2011-2014
Metode jenispenelitian yangdigunakan adalahpenelitian kausalitatif,yaitu penelitian yangdia arahkan untukmenyelidikihubungan sebabakibatberdasarkanpengamatanterhadap akibat yangterjadi dan mencarifaktoryang menjadipenyebab melaluidata yangdikumpulkan (Zuriah,2005:57).
Dari hasil ProgramIndeksPembangunanManusia (IPM)dengan aksespendidikan dankesehatanmenunjukkanbahwapengentasankemiskinanberjalan baikdengan adanyakorelasi/ pengaruhpositif yangsignifikan antaravariable X(Program IPM) danY (PengentasanKemiskinan).
2. M. Alhudori(2017)
Pengaruh IPM,PDRB Dan
Metode analisis datayang digunakan
Berdasarkan hasilpenelitian terhadap
18
JumlahPengangguranTerhadapPendudukMiskin DiProvinsi Jambi
dalam penelitian iniadalah menggunakananalisis regresi linearberganda denganmenggunakanmetode OrdinaryLeast Square (OLS)yang digunakan antarruang (cross section)Pada kabupaten ataukota di ProvinsiJambi 2016.
Pengaruh IPM,PDRB Dan JumlahPengangguranTerhadapPenduduk MiskinDi Provinsi Jambimenunjukkanbahwa IPMmempunyaihubungan positifterhadap jumlahpenduduk miskin ,PDRB mempunyaihubungan negativeterhadap jumlahpenduduk miskin,dan jumlahpengangguranberpengaruh positifterhadap jumlahpenduduk miskin.
3. Novlin Sirait(2013)
AnalisisBeberapaFaktor YangBerpengaruhTerhadapJumlahPengangguranKabupaten /Kota Di ProvinsiBali
Metode yang digunakan denganteknik analisis datakuantitatif denganmenggunakananalisis linierberganda dan ujiasumsi klasik.
Berdasarkan hasilpengujian hipotesisdiketahui bahwapertumbuhanekonomi, upahminimum regional,dan tingkatpendidikanberpengaruhsignifikan terhadapjumlahpenganggurankabupaten/kota diProvinsi Bali .
4. YarlinaYacoub(2012)
PengaruhTingkatPengangguranterhadapTingkatKemiskinanKabupaten/KotaDi ProvinsiKalimantanBarat
Penelitian iniberbasis padapenelitian diskriptifdan eksplanatory.Dikatakan diskriptifkarenamenggambarkanobjek yang diteliti(Ruslan 2006: 12).Selanjutnyapenelitian ini mengujihubungan antarvariable, makapenelitian initergolong penelitian
Berdasar hasilpenelitiantingkatbpengangguran berpengaruhsignifikan terhadaptingkat kemiskinankabupaten/kota diProvinsiKalimantan Barat.Data empirismenunjukkan polahubungan yangtidak selalu searahantara tingkatpengangguran dan
19
eksplanatory yanitupenelitian yangbermaksud untukmenguji danmenjelaskanhubungan antarvariable bebas danvariable terikat,dengan teknik regresimelalui bantuanSPSS .
tingkat kemiskinan.
5. FaridAlgofari(2007)
Analisis TingkatPengangguranDi IndonesiaTahun 1980-2007
Penelitian inimenggunakanmetode kuantitatifdenganstudi yangditerapkan adalahmetode analisisstatistic deskriptif dananalisis korelasi,yaitu menganalisisdanmenginterpresentasikan hubungan antarvariable dengan data.
Berdasarkananalisis yangdilakukanmenunjukkanbahwa jumlahpenduduk, inflasi,upah, pertumbuhanekonomi memilikihubungan positifterdappengangguran.
6. DahmaAmarRamadhan,DjokoSetyadi, AdiWijaya(2017)
Faktor-faktoryangmempengaruhitingkatpenganggurandan kemiskinandi kotasamarinda.
Penelitian inimenggunakanpenelitian kuantitatifdengan metoteanalisis statistic.
Berdasarkan hasilpenelitian ini faktorpendidikan tidakbepengaruhsignifikan terhadaptingkatpengagguran, dantingkatpengagguranberpengaruhsiginifikan terhdaptingkat kemiskinankota samarinda.
Sumber : Kompilasi
C. Kerangka Pikir
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah tolok ukur pencapaian
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup
manusia, di dalam IPM ada beberapa komponen yaitu angka harapan hidup,
rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan konsumsi perkapita.
20
Pada penelitian ini dengan variabel dependennya ialah tingkat
pengangguran di kota Makassar digunakan variable Independen berupa
rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah.
Gambar 2.1
KERANGKA PIKIR
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat
praduga karena harus dibuktikan dengan data yang dikumpulkan melalui
penelitian, maka berdasarkan latar belakang, permasalahan yang ada maka
dirumuskanlah hipotesis guna memberikan arah dan pedoman dalam
penelitian hipotesis dari penelitian ini yaitu :
1. Diduga ada pengaruh secara signifikan rata-rata lama sekolah terhadap
tingkat pengangguran di Kota Makassar.
2. Diduga ada pengaruh secara signifikan harapan lama sekolah terhadap
tingkat pengangguran di Kota Makassar.
Harapan LamaSekolah
(X2)
TingkatPengangguran
(Y)
Rata-Rata LamaSekolah
(X1)
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan
proses data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisis dan
melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah di teliti
(Kasiram).
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini ialah data sekunder,
dengan menggunakan data time series selama priode 8 tahun. Adapun
sumber data yang digunakan yaitu data Tingkat Pengangguran dan Indeks
Pembangunan Manusia yang didalamnya terdapat data rata-rata lama
sekolah dan data harapan lama sekolah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini di lakukan di Kota Makassar secara ke-
seluruhan yang diambil berdasarkan dokumentasi kepustakaan, literatur dan
laporan lainnya yang berhubungan dengan pengaruh Indeks Pembangunan
Manusia, dan tingkat pengangguran di Kota Makassar, melalui Badan Pusat
Statistik (BPS) Kota Makassar. Waktu penelitian ini akan berlangsung
selama 2 bulan selama tahun 2019.
22
C. Definisi operasional dan pengukuran
Penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel, yaitu variabel terikat
(dipendent) dan variabel bebas (independent). Definisi dari masing-masing
variabel dalam penelitian ini dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Variabel terikat (dependent)
Tingkat pengangguran (Y) adalah presentase mereka yang ingin
bekerja, namun tidak memiliki pekerjaan. Tingkat pengangguran diperoleh
melalui survey terhadap ribuan rumah tangga. Tingkat Pengangguran
dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
2. Variabel bebas (independent)
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independent)
yaitu:
a. Rata-rata lama sekolah (X1) adalah rata-rata jumlah tahun yang
dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk
menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani.
Indikator rata-rata lama sekolah ini dihitung dari variabel
pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan
yang sedang dijalankan. Standar UNDP (United Nation
Development Programme) adalah minimal 0 tahun dan
maksimal 15 tahun.
b. Harapan lama sekolah (X2) adalah lamanya sekolah (dalam
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur
tertentu dimasa mendatang, angka harapan lama sekolah
dihitung untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas.
23
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian kuantitatif, populasi di artikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian di Tarik kesimpulannya (Sugiyono.2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data Indeks
Pembangunan Manusia dan tingkat pengangguran di Kota Makassar
yang di peroleh dari Badan Pusat Satistik Kota Makassar.
Berikut merupakan gambaran data Indeks Pembangunan Manusia
yang menjadi bagian populasi dalam penelitian ini:
TABEL 3.1
DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA MAKASSAR
No Tahun IPM Harapan LamaSekolah
Rata-rata lamaSekolah
1 2010 77.63 13.71 10.23
2 2011 77.82 13.83 10.24
3 2012 78.47 14.22 10.42
4 2013 78.98 14.48 10.61
5 2014 79.35 14.75 10.64
6 2015 79.94 14.76 10.77
7 2016 80.53 14.8 11.07
8 2017 81.13 15.18 11.08
9 2018 81.73 15.55 11.09
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
24
2. Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik
yang di miliki oleh sebuah populasi (Sugiyono.2008). Sampel juga dapat
diartikan sebagai sebagian populasi yang dapat di jangkau serta
memiliki sifat yang sama dengan populasi yang di ambil sampelnya
tersebut (Nana sudjana dan Ibrahim.2004).
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik
sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua populasi
digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah data
tingkat pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia ( Rata-rata
Lama Sekolah & Harapan Lama Sekolah ) yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik tahun 2010-2018.
E. Jenis dan Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung
secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan
dengan bilangan atau berbentuk angka (Sugiyono, satatistik Untuk
Pendidikan 2010 hal: 15).
Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber
yang telah ada. Sumber data sekunder adalah catatan atau dokumentasi
perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media, situs Web,
internetdan seterusnya (Uma Sekaran, 2011). Data sekunder pada penelitian
25
ini ialah publikasi Badan Pusat Statistik Kota Makassar mengenai Indeks
Pembangunan Manusia dan Tingkat Pengangguran di Kota Makassar.
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
pengumpulan data studi pustaka yaitu pengumpulan data yang diambil dari
dokumen, arsip, dan literatur yang berkaitan dengan variabel pada penelitian
ini , seperti jurnal dan data Badan Pusat Statistik.
G. Teknik Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam
penelitian Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat
Pengangguran Di Kota Makassar yaitu untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf terhadap tingkat
pengangguran di Kota Makassar dengan menggunakan analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif adalah suatu bentuk analisis yang diperuntukkan bagi
data yang besar yang dikelompokkan kedalam kategori-kategori yang
berwujud angka-angka.
Asumsi penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut
(Nana Sudjana dan Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005);
a. Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi
tunggal, fragmetal, dancenderung bersifat tetap sehingga dapat
diprediksi.
b. Variabel dapat diidentifikasikan dan diukur dengan alat-alat yang
objektif dan baku.
26
Data yang diperoleh adalah data sekunder dari berbagai sumber yang
nantinya akan diolah menggunkan regresi linear berganda, dan menganalisis
data menggunakan analisis deskriptif serta uji asumsi klasik yang terdiri dari
uji normalitas, linearitas, muktikolinearitas dan uji heterokedatisitas dibantu
dengan computer menggunakan program IBM SPSS 23 for windows.
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional
antar dua variabel atau lebih . Selain itu analisis regresi berguna untuk
mendapatkan pengaruh antar variabel predictor terhadap variabel
kriteriumnya atau meramalkan pengaruh variabel kriteriumnya (Usman &
Akbar,2006). Regresi linear berganda adalah hubungan secara linear
antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen,
analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negative untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Variabel tersebut dapat dirangkum dalam suatu hubungan
fungsional sebagai berikut:
Y = f ( X1,X2)
Atau
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + e
Dimana :
Y = Tingkat Pengangguran
X1 = Rata-rata Lama Sekolah
X2 = Harapan Lama Sekolah
27
α = Konstanta
β1, β2 = Parameter atau Koefisien Regresi
e = Error Term
Untuk mengetahui tingkat signifikan dari masing-masing variabel maka
digunakan berbagai pengujian statistik.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan
untuk menilaisebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel,
apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.
b. Uji Linieritas
Uji Linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.
Korelasi yang baik seharusnya terdapat hubungan yang linear antara
variabel predictor atau independen (X) dengan variabel kriterium atau
dependen (Y).
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas adalah uji yang dilakukan untuk memastikan
apakah di dalamsebuah model regresi ada interkorelasi atau
kolinieritas antar variabel bebas. Interkorelasi adalah hubungan yang
linear atau hubungan yang kuat antara satu variabel bebas atau
variabel prediktor dengan variabel prediktor lainnya di dalam sebuah
model regresi.
28
d. Uji Heterokedatisitas
Uji Heterokedatisitas adalah uji yang menilai apakah ada
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi linear.Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasik
yang harus dilakukan pada regresi linear agar dapat dinyatakan valid
sebagai alat peramalan.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Statistik F
Uji F dikenal dengan uji serentak yaitu uji untuk melihat
bagaimana pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-
sama terhadap variabel terikatnnya, atau untuk menguji seberapa
signifikanannya pengaruh variabel bebas yaitu angka rata-rata lama
sekolah (X1) dan harapan lama sekolah (X2) terhadap variabel terikat
yaitu tingkat pengangguran (Y).
Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan
Ftabel, jika Fhitung > dari Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima maka
model signifikan dapat dilihat pada kolom sigifikansi pada anova
(menggunakan SPSS) dengan menggunakan tingkat signifikansi 5
persen.
b. Uji T
Uji T dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana
pengaruh masing-masing variabel terikat yaitu tingkat pengangguran
(Y) secara sendiri-sendiri terhadap variabel bebas yaitu rata-rata
lama sekolah (X1) dan harapan lama sekolah (X2). Uji ini dapat
29
dilakukan dengan membandingkan Thitung dengan Ttabel atau dengan
melihat kolom signifikansi pada masing masing Thitung, untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat
menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependent secara
nyata. Dimana jika Thitung > Ttabel H1 diterima (signifikan) dan jika thitung <
ttabel H0 diterima (tidak signifikan). Uji T digunakan untuk membuat
keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat
signifikan yang digunakan yaitu 5 persen.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Sejarah Singkat Kota Makassar
Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3
kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai
salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa
ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama
yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan
pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di
muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk
mengatur perdagangan.
Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang
dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar
di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan
perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke
Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak
upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.
Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa
meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut,
pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat
berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat
yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan
di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi
31
pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak
terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu
(Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).
Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin
kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik
monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui
VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung
Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan
terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu
Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia
timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan
melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya
Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda
tangani Perjanjian Bongaya.
Sejak 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujung
Pandang adalah ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Makassar
merupakan kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur dan
pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur dan
Provinsi Sulawesi.
2. Geografis Kota Makassar
Kota Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi selatan, yang
terletak di bagian selatan pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung
Pandang, Terletak antara 119˚24’17’38” Bujur timur dan 5˚8’6’19” Lintang
Selatan. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
32
a. Sebelah Utara : Kabupaten Maros
b. Sebelah Timur : Kabupaten Maros
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa
d. Sebelah Barat : Selat Makassar
Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan 0-2˚ (datar)
dan keiringan lahan 3-15˚ (bergelombang). Luas wilayah Kota Makassar
tercatat 175,77km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar
ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km2. Kota Makassar
memiliki iklim sedang hingga tropis memiliki suhu udara rata-rata 26˚C
sampai dengan 29˚C. Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat
dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan
juga dikenal sebagai “Waterfront City” yang didalamnya mengalir
beberapa sungai ( Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai
Pampang ) yang kesemuanya bermuara kedalam kota. Kota Makassar
merupakanhamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian
antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan
Kota Makassar sering Mangalami gengangan air pada musim hujan,
teutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang.
Berikut ini merupakan peta topografi Kota Makassar :
33
Gambar 4.1
Peta Topografi Kota Makassar
Secara admistrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan
dengan 153 kelurahan . Berikut ini tabel administrasi Kecamatan di kota
Makassar :
34
Tabel 4.1
Tabel Administrasi Kecamatan di Kota Makassar
No NAMA KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN
1 Biringkanaya 11 kelurahan
2 Bontoala 12 kelurahan
3 Kepulauan Sakkarang 3 kelurahan
4 Makassar 14 kelurahan
5 Mamajang 13 kecamatan
6 Manggala 8 kecamatan
7 Mariso 9 kecamatan
8 Panakukang 11 kecamatan
9 Rappocini 11 kecamatan
10 Tallo 15 kecamatan
11 Tamalanrea 8 kecamatan
12 Tamalate 11 kecamatan
13 Ujung Pandang 10 kecamatan
14 Ujung Tanah 9 kecamatan
15 Wajo 8 kecamatan
Sumber : Website Resmi Provinsi Sulawesi-Selatan
35
Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu bagian barat ke utara relative rendah dekat dengan
pesisir pantai, dan bagian timur dengan keadaan topografi berbukit
seperti Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang.
3. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Kota Makassar Memiliki Jumlah penduduk yang terus meningkat
setiap tahunnya, pada tahun 2018 jumlah penduduk tercatat sebanyak
1,5juta jiwa atau setara dengan 17,15% total penduduk. Menurut badan
Pusat Statistik ( BPS ) Kota Makassar, penduduk yang menetap pada
suatu daerah dan tercatat resmi di BPS, namun ada penurunan jumlah
penduduk di tahun 2018.
Tabel 4.2
Data Jumlah Penduduk Kota Makassar 2010-2018
Tahun Jumlah Penduduk ( Jiwa )
2010 1.339.374
2011 1.352.136
2012 1.369.606
2013 1.408.072
2014 1.398.804
2015 1.651.146
2016 1.658.503
36
2017 1.769.920
2018 1.671.001
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar, 2019
Berdasarkan tabel diatas yang merupakan hasil survey Badan
Pusat Statistik Kota Makassar, Jumlah penduduk Kota Makassar terlihat
fluktuatif yang dapat mempengaruhi jumlah angkatan kerja serta jumlah
pengangguran itu sendiri.
Sebagai pusat perekonomian Sulawesi-Selatan, Kota Makassar
menjadi destinasi utama untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Pada
tahun 2018 jumlah angkatan kerja Kota Makassar berjumlah 671.044
orang hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk serta lain hal, angkatan
kerja ini bertambah 57.722 orang dibanding tahun sebelumnya.
Banyaknya angkatan kerja di Kota Makassar dapat dilihat dari dua sudut
pandang. Pertama, kenaikan angkatan kerja membuat pasar tenaga kerja
Kota Makassar relative lebih dinamis, yang berarti pengusaha dapat
mencari pekerja dengan upah lebih kompetitif. Kedua, kondisi ini bisa
berdampak buruk terhadap bertambahnya jumlah dan tingkat
pengangguran terbuka jika sector-sektor ekonomi produktif tidak mampu
menampung para pencari kerja, berikut tabel jumlah angkatan kerja Kota
Makassar.
37
Tabel 4.3
Jumlah Angkatan Kerja Kota Makassar 2011-2018
TAHUN JUMLAH ANGKATAN KERJA
2011 590.718
2012 557.904
2013 583.384
2014 600.051
2015 593.160
2016 593.160
2017 613.322
2018 671.004
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Makassar, jumlah
yang telah bekerja sebanyak 589.221 orang, sementara yang belum
bekerja 81.823 orang, naik dari 64.954 orang tahun 2017 atau
bertambah 16.869 orang. Angka tersebut mengindikasikan tingkat
pengangguran terbuka ( TPT ) Kota Makassar naik dari 8,41% di
tahun 2011, menjadi 12,19% di tahun 2018. Angka tersebut
menjadikan Kota Makassar sebagai daerah dengan jumlah
pengangguran dan TPT paling tinggi di Sulawesi-Selatan.
B. Penyajian Data (Hasil Penelitian)
1. Kondisi IPM dan Tingkat Pengangguran di Kota Makassar
Indeks Pembangunan Manusia mengukur capaian pembangunan
manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai
38
ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat;
pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut
memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk
mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu
lahir. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan
gabungan indikator angka melek huruf yang dalam metode baru diganti
dengan angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Adapun
untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan
daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat
dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan
pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Penduduk Kota Makassar yang berjumlah besar dapat menjadi
modal pembangunan bila memiliki kualitas yang memadai. Hal ini
mengacu pada konsep bahwa manusia adalah pelaku, pelaksana dan
penikmat pembangunan. Artinya dengan kualitas penduduk yang rendah,
maka manusia akan lebih besar berperan sebagai penikmat dan kurang
berperan sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan. Dimensi sumber
daya manusia meliputi jumlah, komposisi, karakteristik (kualitas), dan
persebaran penduduk (Effendi, 1991). Dimensi tersebut saling terkait satu
dengan yang lain.
Menurut UNDP (United Nations Development Programme),
embangunan manusia dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi
penduduk sekaligus sebagai taraf upaya yang dicapai dari upaya
tersebut. Pembangunan manusia juga dapat dilihat sebagai
39
pembangunan kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan,
pengetahuan dan keterampilan penduduk.
Tabel 4.4
Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar
No Tahun IPM HRS RLS Pengeluaran AHH
1 2010 77.63 13.71 10.23 14746.16 71.37
2 2011 77.82 13.83 10.24 14842.08 71.37
3 2012 78.47 14.22 10.42 14907.32 71.38
4 2013 78.98 14.48 10.61 14947.01 71.38
5 2014 79.35 14.75 10.64 15078.69 71.38
6 2015 79.94 14.76 10.77 15669.37 71.47
7 2016 80.53 14.8 11.07 16023 71.49
8 2017 81.13 15.18 11.08 16367 71.51
9 2018 81.73 15.55 11.09 16597 71.7
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Berdasarkan tabel 4.4 HLS yang merupakan harapan lama sekolah
mengalami peningkatan tiap tahunnya meski kenaikannya tidak signifikan,
begitupula RLS yang merupakan rata-rata lama sekolah yang juga
mengalami peningkatan tiap tahunnya meski tidak sigifikan.
40
Tabel 4.5
Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Makassar
No Tahun Angkatan Kerja Jumlah
Bekerja
Jumlah
Pengangguran
TP
1 2010 599.605 522.462 77.143 12,86
2 2011 583.384 527.765 55.619 9,53
3 2012 557.904 502.308 55.596 9,97
4 2013 590.718 541.050 49.668 8,41
5 2014 600.051 534.428 65.623 10,94
6 2015 593.160 521.854 71.306 12,02
7 2016 593.160 521.854 71.306 12,02
8 2017 613.322 548.368 64.954 10,59
9 2018 671.004 589.221 81.823 12,19
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
Dapat dilihat berdasarkan tabel 4.5 yang menggambarkan kondisi
ketenagakerjaan Kota Makassar, baik angkatan kerja dan jumlah
pengangguran mengalami yang tidak stabil dalam artian kandang naik
dan turun. Tingkat pengangguran terendah dalam Sembilan tahun
terakhir ialah pada tahun 2013 dengan angka 8,41% dan tertinggi pada
tahun 2010 yaitu dengan angka 12,86%. Jumlah angkatan kerja yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk sangatlah besar
41
dikarenakan Kota Makassar merupakan ibu kota provinsi dan pusat
perekonomian.
C. Analisis dan Interpretasi
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini ialah metode
kuantitatif. Metode kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.(Kasiram (2008: 149) dalam
bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif).
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah metode dalam statistik yang dapat
digunakan untuk melihat ada atau tikanya hubungan (hubungan kasual
atau sebab akibat) dan ditampilan dalam bentuk model sistematis atau
persamaan. Regresi menurut (Siggih santoso 2010. Statistik Parametrik;
konsep dan aplikasi dengan spss) dalah merupakan sebuah metode yang
dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah model atau persmaan
yang menjelaskan hubungan antar variabel (variabel dependen dan
independen).
Hasil uji data regresi linear berganda dari penelitian ini sebagai
berikut:
42
Tabel 4.6Uji Analisis Linear Berganda
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -.914 3.794 -.241 .818
RLS 3.833 4.598 .901 .834 .436HLS -2.159 3.781 -.617 -.571 .589
a. Dependent Variable: TP
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka ddapat disimpulkan sebuah
persamaan sebagai berikut;
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + e
Dimana :
Y = Tingkat Pengangguran
X1 = Rata-rata Lama Sekolah
X2 = Harapan Lama Sekolah
α = Konstanta
β1, β2 = Parameter atau Koefisien Regresi
e = Error Term
Sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut;
Y= -0,914 + 3,833 – 2,159 + e
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, maka dapat
diinterpretesikan sebagai berikut;
43
1. Ketika semua variabel dianggap konstan maka tingkat pengagguran
akan tetap atau mengalami penurunan sebesar -0,914.
2. Variabel rata-rata lama sekolah (X1) memiliki koefisien regresi sebesar
3,833, artinya jika angka rata-rata lama sekolah dinaikkan 1unit,
maka akan menambah nilai tingkat pengagguran sebesar 3,833
dengan asumsi variabel lain konstan.
3. Variabel harapan lama sekolah (X2) memiliki koefisien sebesar -
2,159, artinya jika angka harapan lama sekolah dinaikkan 1unit, maka
akan mengurangi nilai tingkat pengangguran sebesar 2,159 dengan
asumsi variabel lain konstan.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah analisis yang dilakukan untuk menilai
apakah didalam sebuah model regresi linear Ordinary Least Squere
(OLS) terdapat masalah-masalah asumsi klasik atau tidak. Uji asumsi
klasik sendiri merupakan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada model
model regresi linear Ordinary Least Squere (OLS) agar model tersebut
menjadi valid digunakan sebagai alat penduga.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya
digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval,
ataupun rasio. Dalam penelitian ini digunakan uji One Sample
Kolmogorov- smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi
44
0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih
besar dari 5% atau 0,05.
Tabel 4.7Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
UnstandardizedResidual
N9
NormalParametersa,b
Mean .0000000Std. Deviation .12774723
Most ExtremeDifferences
Absolute .142Positive .124Negative -.142
Test Statistic .142Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan output tabel One Sample Kolmogorov-
smirnov diatas dapat dilihat bahwa angka signifikan sebesar 0,200
> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian ini
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk memastikan apakah di
dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinieritas
antar variabel bebas. Interkorelasi sendiri ialah hubugan yang
45
linear atau hubungan yang kuat antara satu variabel bebas atau
variabel prediktor dengan variabel prerediktor yang lainnya di
dalam sebuah regresi. Interkorelasi itu dapat dilihat dengan nilai
koefisien korelasi antara variabel bebas, nilai VIF dan Tolerance,
nilai Eigenvalue dan Condition Index, serta nilai standar error
korfisien beta atau koefisien parsial. Berikut ini tabel uji
multikoliniaritas;
Tabel 4.8Uji Multikolinearitas
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) -.914 3.794
RLS 3.833 4.598 .901 .121 8.247HLS -2.159 3.781 -.617 .121 8.247
a. Variable Dependent TP (Tingkat Pengangguran)
Berdasarkan tabel hasil uji multikolinearitas diatas dapat
dilihat nilai VIF dari rata-rata lama sekolah (RLS) sebesar 8,247,
dan harapan lama sekolah (HLS) sebesar 8,247 < 10,00 maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada data
hasil penelitian ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menilai apakah ada
keidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi linear, dan untuk mengetahui adanya
penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada regresi
46
linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka
model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat peramalan.
Berikut ini tabel uji heteroskedastisitas:
Tabel 4.9Uji Heteroskedastisitas
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.656 2.014 .822 .442
RLS -.665 2.441 -.305 -.273 .794
HLS .007 2.007 .004 .004 .997
Berdasarkan tabel output uji heteroskedastisitas diatas
dapat dilihat nilai signiifikansi rata-rata lama sekolah (RLS)
sebesar 0,794, dan nilai signifikansi harapan lama sekolah
sebesar 0,997 > 0,05 yang berarti tidak terdapat
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui adakah
korelasi variabel yang ada dalam model prediksindengan
perubahan waktu dan untuk mengetahui korelasi antara variabel
gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien. Oleh karena itu,
apabila autokorelasi terjadi pada sebuah model prediksi, maka
nilai disturbance tidak lagi berpasangan secara bebas melainkan
secara autokorelasi. Berikut ini tabel uji autokorelasi
menggunakan uji Runs Test;
47
Tabel 4.10Uji Autokorelasi Runs Test
Unstandardized ResidualTest Valuea
.01270
Cases < Test Value4
Cases >= Test Value5
Total Cases9
Number of Runs 5Z 0.000Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
Berdasarkan tabel output Runs Test diatas, diketahui nilai
signifikansi sebesar 1,000 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat masalah atau gangguan autokorelasi.
3. Uji Hipotesis
a. Uji T
Uji T bertujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya
pengaruh parsial (sendiri) variabel independen secara signifikan atau
tidak terhadap variabel dependen. Tingkat signifikan yang digunakan
adalah 0,05. Berikut tabel output spss;
48
Tabel 4.11Hasil Uji Statistik T
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -.914 3.794 -.241 .818
RLS 3.833 4.598 .901 .834 .436HLS -2.159 3.781 -.617 -.571 .589
a. Dependent Variable: TP
Berdasarkan output spss maka dapat diketahui nilai signifikan
(Sig) rata rata lama sekolah (RLS) (X1) adalah sebesar 0,436, karena
nilai signifikan (Sig) 0,436 > 0,05 maka dapat disimpuklan bahwa
rata-rata lama sekolah (X1) tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran (Y) dalam artian hipotesis pertama (H1) ditolak dan H0
diterima. Diketahui bahwa nilai signifikan (Sig) harapan lama sekolah
(HLS) (X2) adalah sebesar 0,589, yang berarti 0,589 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa harapan lama sekolah (X2) tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran (Y) yang berarti H2
ditolak dan H0 diterima.
Berdasarkan output spss pada tabel diatas diketahui nilai t
hitung variabel rata-rata lama sekolah (X1) sebesar 0,834 < t tabel
2,447, maka dapat disimpuklan bahwa rata-rata lama sekolah (X1)
tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran (Y) dalam artian
hipotesis pertama (H1) ditolak dan H0 diterima. Diketahui nilai t hitung
variabel harapan lama sekolah (X2) sebesar -0,571 < t tabel 2,447,
maka dapat disimpulkan bahwa harapan lama sekolah (X1) tidak
49
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran (Y) yang berarti H2
ditolak dan H0 diterima.
b. Uji F
Uji f bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara simultan (bersama-sama), yang
ditunjukkan dalam tabel anova pada output spss dengan asumsi jika
nilai signifikansi > dari 0,05 atau < dari f hitung maka tidak terjadi
pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap
variabel depnden, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 atau > f
hitung maka terjadi pengaruh secara bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen. Berikut ini tabel anova uji f;
Tabel 4.12Uji F
Berdasarkan output spss pada tabel anova di atas dapat dilihat
bahwa nilai signifikansi sebesar 0,614 yang berarti > 0,05 dan nilai f
hitung sebesar 0,530 < f hitung 4,74. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi pengaruh secara bersama-sama variabel independen
yaitu rata-rata lama sekolah (X1) dan harapan lama sekolah terhadap
(X2) variabel dependen yaitu tingkat pengangguran (Y) di Kota
Makassar.
50
c. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan sebuah model dalam menerangkan variasi variabel
dependen (Imam Gozali, 2009). Berikut output spss tabel model
summary;
Tabel 4.13Uji Determinasi
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
1 .388a .150 -.133 .14751a. Predictors: (Constant), HLS, RLS
Berdasarkan output spss pada tabel model summary diketahui
nilai R squere sebesar 0,150 yang jika dipersenkan sama dengan
15%, dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa Variabel independen
yaitu rata-rata lama sekolah (X1) dan harapan lama sekolah (X2)
mempengaruhi variabel dependen yaitu tingkat pengangguran (Y)
sebesar 15%, sedangkan sisa dari 15% yaitu (100%-15%) 85%
dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain diluar model.
D. Pembahasan
Penelitian ini menggunaka dua variabel independen (X) yaitu rata-rata
lama sekolah (X1) dan harapan lama sekolah (X2) dan satu variabel
dependen yaitu tingkat pengagguran (Y). Peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) ( Rata-rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah )
merupakan perbaikan mutu sumber daya manusia dan kualitas hidup
dikarenakan IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan
51
dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. Adanya variabel IPM
(rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah) ini apakah dapat
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengagguran di Kota Makassar maka
dilakukanlah beberapa pengujian dan berikut hasilnya.
1. Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Pengangguran
di Kota Makassar
Hasil penelitian berdasarkan uji persamaan regresi maka diperoleh
nilai Variabel rata-rata lama sekolah (X1) memiliki koefisien regresi
sebesar 3,833, artinya jika angka rata-rata lama sekolah dinaikkan 1unit,
maka akan menambah nilai tingkat pengagguran sebesar 3,833 dengan
asumsi variabel lain konstan.
Nilai signifikan (Sig) rata rata lama sekolah (X1) adalah sebesar
0,436, karena nilai signifikan (Sig) 0,436 > 0,05 maka dapat disimpuklan
bahwa rata-rata lama sekolah (X1) tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran (Y) dalam artian hipotesis pertama (H1) ditolak dan H0
diterima.
2. Pengaruh Harapan Lama Sekolah terhadap Tingkat Pengagguran di
Kota Makassar
Variabel harapan lama sekolah (X2) memiliki koefisien sebesar -
2,159, artinya jika angka harapan lama sekolah dinaikkan 1unit, maka
akan mengurangi nilai tingkat pengangguran sebesar 2,159 dengan
asumsi variabel lain konstan.
52
Diketahui bahwa nilai signifikan (Sig) harapan lama sekolah (X2)
adalah sebesar 0,589, yang berarti 0,589 > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa harapan lama sekolah (X2) tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengangguran (Y) yang berarti H2 ditolak dan H0 diterima.
Dari hasil uji determinasi didapatkan nilai R squere sebesar 0.150
yang berarti nilai koefisien determinasi Rata-rata lama sekolah (X1) dan
harapan lama sekolah (X2) sebesar 15% yang artinya 85% dipengaruhi
oleh faktor lain.
Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Dahma Amar Ramadhan, Djoko Setyadi, Adi Wijaya (2017) Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengangguran dan kemiskinan di Kota
Samarinda 2005-2014 yang menunjukkan bahwa pengaruh pendidikan
tidak berpengaruh terhadap tingkat pengangguran.
Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa tingkat
pengangguran dipengaruhi banyak faktor lain seperti yang dilakukan
Farid Algofari (2007) Analisis Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun
1980-2007 hasil penelitian ini menunjukkan Berdasarkan analisis yang
dilakukan menunjukkan bahwa jumlah penduduk, inflasi, upah,
pertumbuhan ekonomi yang merupakan faktor-faktor diluar IPM memiliki
hubungan positif terdap pengangguran.
Penelitian yang dilakukan Novlin Sirait (2013) Analisis Beberapa
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Pengangguran Kabupaten /
Kota Di Provinsi Bali hasil penelitian ini Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum
53
regional, dan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap jumlah
pengangguran kabupaten/kota di Provinsi Bali. Dapat disimpulkan bahwa
banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran diluar
IPM ( rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah ) sehingga
membuat pengaruh IPM (rata-rata lama sekolah dan harapan lama
sekolah) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran.
54
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik
sebuah kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan output spps pada regresi linear berganda maka diketahui
nilai t hitung variabel rata-rata lama sekolah (X1) sebesar 0,834 < t tabel
2,447, maka dapat disimpuklan bahwa rata-rata lama sekolah (X1) tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran (Y) dalam artian hipotesis
pertama (H1) ditolak dan H0 diterima. Berdasarkan output spss diketahui
pula bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara rata-rata lama
sekolah terhadap tingkat pengagguran di Kota Makassar dapat diketahui
nilai signifikan (Sig) rata-rata lama sekolah (RLS) (X1) adalah sebesar
0,436, karena nilai signifikan (Sig) 0,436 > 0,05 maka dapat disimpuklan
bahwa rata-rata lama sekolah (X1) tidak berpengaruh signifikan
terhadap tingkat pengangguran (Y) dalam artian hipotesis pertama (H1)
ditolak dan H0 diterima
2. Berdasarkan output spps pada regresi linear berganda maka diketahui
nilai t hitung variabel harapan lama sekolah (X2) sebesar -0,571 < t tabel
2,447, maka dapat disimpulkan bahwa harapan lama sekolah (X1) tidak
berpengaruh terhadap tingkat pengangguran (Y) yang berarti H2 ditolak
dan H0 diterima. Berdasarkan output spss diketahui pula bahwa tidak
terdapat pengaruh signifikan antara harapan lama sekolah terhadap
tingkat pengagguran di Kota Makassar diketahui nilai signifikan
55
(Sig) harapan lama sekolah (HLS) (X2) adalah sebesar 0,589, yang
berarti 0,589 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa harapan lama
sekolah (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran
(Y) yang berarti H2 ditolak dan H0 diterima.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Untuk menekan tingkat pengangguran disarankan bagi pemerintah
lebih meningkatkan jumlah lapangan kerja yang tersedia dan memerhatikan
faktor-faktor pengangguran yang lain agar tujuan menekan tingkat
pengagguran bisa tercapai.
56
DAFTAR PUSTAKA
Algofari, F. (n.d.). 2007. Analisis Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun1980-2007.
Alhudori, M. (2017). Pengaruh IPM, PDRB Dan Jumlah Pengangguran TerhadapPenduduk Miskin Di Provinsi Jambi .
Chisara, B. (2018, juli 3). Pengangguran. Retrieved from Wikipedia.
Dahma Amar Ramadhan, D. S. (2017). Faktor-Faktor yang MempengaruhiTingkat Pengagguran dan Kemiskinan di Kota Samarinda.
Dr.Riduwan, d. (2011). Cara Mudah Belajar Spss dan Aplikasi StatistikPenelitian. In d. Dr.Riduwan. Bandung: Alfabeta.
Draper, d. S. (1992). Analisis Regresi Terapan. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.
Duwi. (2011, November 27). Uji Normalitas. Retrieved from Duwi Consultant:http://duwiconsultant.blogspot.com
Galton, S. F. (1885). Regression towards mediocrity in hereditary stature. Journalof the antropological institute, 246-263.
Hendry. (2013). Hipotesis. Retrieved from Teori Online:http://teorionline.wordpress.com
Hidayat, A. (2016). Uji Statistik. Retrieved from Statistikan: http://statistikan.com
Hidayat, A. (2017, februari 3). Regresi. Retrieved from Statistikan.
Ibrahim, N. S. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.
Kasiram, M. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN-Maliki Press.
Lanin, I. (2017, Maret 21). Indeks Pembangunan Manusia. Retrieved fromWikipedia.
Mankiw, G. Q. (2013). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Meriyanti, N. K. (2015). Pengaruh Program Indeks Pembangunan ManusiaTerhadap Pengentasan Kemiskinan Di Kecamatan Buleleng Tahun 2011-2014.
Nanga, M. (2005). Makro ekonomi : Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta: PT.Grafindo Persada.
57
Raharjo, S. (2016). Analisis Data Regresi. Retrieved from SPSS Indonesia:https://www.spssindonesia.com
Riyantika, D. (2014, maret 17). Jenis-jenis Hipotesis. Retrieved fromhttp://dwiriyantikasyabaniyah.blogspot.com
Sembiring, R. (2003). Analisis Regresi. Bandung: Insitut Teknologi Bandung.
Sirait, N. (2013). Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap JumlahPengangguran Kabupaten / Kota Di Provinsi Bali .
Statistik, B. P. (2018). Data Kota Makassar 2018 (Metode Baru). Retrieved fromBadan Pusat Statistik Kota Makassar.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung:ALFABETA.
Sukirno, S. (2003). Pengantar Teori Ekonomi Makro Edisi Kedua. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
UNDP. (2013). Human Development Report.
Widarjono, A. (2007). Ekonometrika: Teori dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis.Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Yacoub, Y. (2012). Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap TingkatKemiskinan Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Barat.
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 1
DATA PENELITIAN
Indeks Pembangunan Manusia Kota Makassar
No Tahun IPM EYS MYS Pengeluaran AHH
1 2010 77.63 13.71 10.23 14746.16 71.37
2 2011 77.82 13.83 10.24 14842.08 71.37
3 2012 78.47 14.22 10.42 14907.32 71.38
4 2013 78.98 14.48 10.61 14947.01 71.38
5 2014 79.35 14.75 10.64 15078.69 71.38
6 2015 79.94 14.76 10.77 15669.37 71.47
7 2016 80.53 14.8 11.07 16023 71.49
8 2017 81.13 15.18 11.08 16367 71.51
9 2018 81.73 15.55 11.09 16597 71.7
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
60
Kondisi Ketenagakerjaan di Kota Makassar
No Tahun Angkatan
Kerja
Jumlah
Bekerja
Jumlah
Pengangguran
TP
1 2010 599.605 522.462 77.143 12,86
2 2011 583.384 527.765 55.619 9,53
3 2012 557.904 502.308 55.596 9,97
4 2013 590.718 541.050 49.668 8,41
5 2014 600.051 534.428 65.623 10,94
6 2015 593.160 521.854 71.306 12,02
7 2016 593.160 521.854 71.306 12,02
8 2017 613.322 548.368 64.954 10,59
9 2018 671.004 589.221 81.823 12,19
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar
61
Lampiran 2
HASIL PENGOLAHAN DATA PENELITIAN SPSS 23
Uji Analisis Linear Berganda
Coefficientsa
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -.914 3.794 -.241 .818
RLS 3.833 4.598 .901 .834 .436HLS -2.159 3.781 -.617 -.571 .589
a. Dependent Variable: TP
Uji NormalitasOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
UnstandardizedResidual
N9
NormalParametersa,b
Mean .0000000Std. Deviation .12774723
Most ExtremeDifferences
Absolute .142Positive .124Negative -.142
Test Statistic .142Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.b. Calculated from data.c. Lilliefors Significance Correction.
Uji Multikolinearitas
62
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF1 (Constant) -.914 3.794
RLS 3.833 4.598 .901 .121 8.247HLS -2.159 3.781 -.617 .121 8.247
a. Variable Dependent TP (Tingkat Pengangguran)
Uji Heteroskedastisitas
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.656 2.014 .822 .442
RLS -.665 2.441 -.305 -.273 .794
HLS .007 2.007 .004 .004 .997
63
Uji Autokorelasi Runs Test
Unstandardized ResidualTest Valuea
.01270
Cases < Test Value4
Cases >= Test Value5
Total Cases9
Number of Runs 5Z 0.000Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
Hasil Uji Statistik T
Model
UnstandardizedCoefficients
StandardizedCoefficients
T Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) -.914 3.794 -.241 .818
RLS 3.833 4.598 .901 .834 .436HLS -2.159 3.781 -.617 -.571 .589
a. Dependent Variable: TP
64
Uji F
Uji Determinasi
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error ofthe Estimate
1 .388a .150 -.133 .14751a. Predictors: (Constant), HLS, RLS
BIOGRAFI PENULIS
NANANG HIDAYAT panggilan Nanang lahir di Maros 12 Juli
1997 dari pasangan suami istri Bapak Siradjuddin dan Ibu Sitti
Rosmiati. Penenliti anak ke 6 dari 6 bersaudara. Peneliti
sekarang bertempat tinggal di Jln. Poros Asrama Haji Sudiang
(Dusun Tamarunang).
Pendidikan Yang ditempuh oleh peneliti yaitu sekolah dasar di SD Negeri Pai
Makassar lulus pada tahun 2008, sekolah menengah pertama di MTs Negeri 2
Makassar lulus pada tahun 2011, sekolah menengah atas di SMA Negeri &
Makassar lulus pada tahun 2014, dan mulai tahun 2015 mengikuti Program S1
pada jurursan Ekonomi Pembanguan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Sampai dengan penulisan skripsi ini peneliti masih
terdaftar sebagai mahasiswa mengikuti Program S1 pada jurursan Ekonomi
Pembanguan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar, dan sebagai tugas akhir maka penulis menulis sebuah skripsi yang
berjudul “Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Tingkat
Penganguran di Kota Makasssar”.