pengaruh dukungan sosial dan …...pengaruh dukungan sosial dan hopelessness terhadap ide bunuh diri...
TRANSCRIPT
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN
HOPELESSNESS TERHADAP
IDE BUNUH DIRI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Khansa Khairunnisa
11140700000167
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H / 2018
ii
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN
HOPELESSNESS TERHADAP IDE BUNUH DIRI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Khansa Khairunnisa
11140700000167
Pembimbing
Ilmi Amalia, M.Psi, Psikolog
19821014 201101 2 005
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439H / 2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL DAN
HOPELESSNESS TERHADAP IDE BUNUH DIRI” telah diujikan dalam
sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juli 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar sarjana psikologi (S.Psi) pada Fakultas
Psikologi.
Jakarta, 18 Juli 2018
Sidang Munaqosyah
Dekan/ Wakil Dekan/
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Prof.Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abd. Rahman Shaleh, M.Si
NIP. 19680614 199704 1 001 NIP. 19720823 199903 1 001
Anggota
Desi Yustari Muchtar, M.Psi, Psikolog Ikhwan Lutfi, M.Psi
NIP. 19821214 200801 2 006 NIP. 19730710 200501 1 006
Ilmi Amalia, M.Psi, Psikolog
NIP. 19821014 201101 2 005
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Juli 2018
KHANSA KHAIRUNNISA
NIM. 11140700000167
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“WHAT YOU RESIST,
PERSIST.”
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
B) Juni 2018
C) Khansa Khairunnisa
D) Pengaruh dukungan sosial dan hopelessness terhadap ide bunuh diri
E) 84 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dukungan
sosial dan hopelessness terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta usia 18-24 tahun. Dengan sampel yang
berjumlah 288 orang menggunakan metode nonprobability sampling.
Instrumen yang digunakan adalah Adult Suicidal Ideation Questionnaire
(ASIQ), Interpersonal Support Evaluation List (ISEL) dan Beck Hopelessness
Scale (BHS). Uji validitas instrumen yang digunakan adalah teknik CFA
(Confirmatory Factor Analysis), kemudian Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah terdapat pengaruh yang signifikan dukungan sosial, dan hopelessness
terhadap ide bunuh diri, sebesar 14%. sisanya yakni 86% dipengaruhi oleh
variabel di luar penelitian. Terdapat 1 varibel yang nilai koefisien regresinya
signifikan, yaitu; belonging, sementara 6 variabel lain tidak signifikan.
Variabel belonging tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap ide bunuh
diri.
Bahan bacaan: 40 (1974-2018) 7 buku +23 Jurnal + 7 artikel + 2 skripsi + 1
Thesis
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
B) June 2018
C) Khansa Khairunnisa
D) The Influence of Social Support and hopelessness on Suicidal Ideation
E) 84 pages + Attachment
F) This study aims to determine whether there is influence of social support and
hopelessness to the idea of suicide in students UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. The population in this study is active students UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta age 18-24 years. The sample in this study amounted to
288 people sampling using nonprobability sampling method. Measuring tool
used in this research is Likert scale and rating scale. Test the validity of
measuring instruments used is the technique CFA (Confirmatory Factor
Analysis) in Lisrel 8.8. Hypothesis testing in this study using multiple
regression analysis in SPSS 16.0
Based on the results of major hypothesis testing, the first conclusion obtained
from this study is that there is a significant influence of social support, and
hopelessness to the idea of suicide of 14.00%. the rest of 86.00% influenced
by variables outside the study. Then, based on the results of minor hypothesis
test there are 1 variables whose regression coefficient value is significant, that
is; belonging, while 6 other variables are not significant. The belonging
variable has a negative effect on the idea of suicide.
Reading Materials: 40 (1974-2018) 7 books +23 Journal + 7 article + 2
Thesis + 1 Disertation
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabat, keluarga, para pengikutnya, dan
para penerus perjuangan beliau hingga akhir zaman.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana psikologi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Ilmi Amalia M. Psi., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak arahan, bimbingan, motivasi dan masukan yang sangat berarti dengan
segenap kesabarannya, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan
maksimal dan seluruh dosen serta staff Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Kedua orang tua penulis Bapak Ricky Naldi dan Ibu Sylvia Marina beserta
Ainna Fisabilla dan Hamka Hafizh, terimakasih atas semua doa restu,
dukungan, motivasi, finansial dan sumber inspirasi serta semangat luar biasa
ix
yang telah kalian berikan kepada penulis untuk selalu meneruskan perjuangan
ini agar mencapai yang terbaik.
4. Responden Penelitian yang sudah bersedia mengisi kuisioner penelitian ini.
terima kasih atas partisipasinya.
5. Dila, Atikah, Diah, Ica. Tina, Adzillah, Rifda dan Putri, Terimakasih telah
selalu ada menemani penulis, tidak pernah lelah dan patah semangat dalam
memberikan semangat, motivasi dan pengertian kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ka Hendra, ka daus, ka kaffa, ka yudha, ka fauzi, ka wahyu, Ilham, Ryan,
Indra, Iko, Salman, Ibnu, Taufan, Aidah, Dhea Alda, dan Arfah naila, Arin
dan seluruh teman-teman Psikologi 2014, Terimakasih selalu membantu
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. ZEHNTE dan Raverush terima kasih untuk persaudaraannya yang sampai saat
ini tetap menjadi sumber dukungan sosial utama bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun. Semoga
penelitian ini memberi manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Jakarta, 6 Juni 2018
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1-9
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................................. 6
1.2.1 Pembatasan Masalah ................................................................................. 6
1.2.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian ..................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................................... 10-24
2.1 Ide Bunuh Diri ................................................................................................ 10
2.1.1 Definisi Ide Bunuh Diri ........................................................................... 10
2.1.2 Dimensi Ide Bunuh Diri .......................................................................... 11
2.1.3 Faktor Penyebab Ide Bunuh Diri ............................................................. 12
2.1.4 Pengukuran Ide Bunuh Diri ..................................................................... 13
2.2 Dukungan Sosial .............................................................................................. 14
2.2.1 Definisi Dukungan Sosial ...................................................................... 14
2.2.2 Dimensi dan Sumber Dukungan Sosial ................................................. 15
2.2.3 Pengukuran Dukungan Sosial ................................................................ 17
2.3 Hopelessness ................................................................................................... 17
2.3.1 Definisi Hopelessness ............................................................................ 17
2.3.2 Dimensi Hopelessness ........................................................................... 18
2.3.3 Pengukuran Hopelessness ...................................................................... 19
2.4 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 20
2.5 Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 23
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 25-42
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................................ 25
3.2 Variabel Penelitian .......................................................................................... 25
3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 27
3.3.1 Instrumen Penelitian ............................................................................... 28
3.4 Uji Validitas Konstruk Alat Ukur ................................................................... 30
3.4.1 Uji Validitas Ide Bunuh Diri .................................................................. 32
3.4.2 Uji Validitas Appraisal .......................................................................... 33
xii
3.4.3 Uji Validitas Tangible ............................................................................ 34
3.4.4 Uji Validitas Self-esteem ........................................................................ 35
3.4.5 Uji Validitas Belonging .......................................................................... 36
3.4.6 Uji Validitas Feelings About the Future ................................................ 37
3.4.7 Uji Validitas Loss of Motivation ............................................................ 38
3.4.8 Uji Validitas Future Expectation ........................................................... 38
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 39
BAB 4 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 43-52
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................................................................ 43
4.2 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................................. 44
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ............................................................. 45
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian .......................................................................... 47
4.4.1 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable ................................. 51
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ....................................... 53-58
5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 53
5.2 Diskusi ............................................................................................................. 53
5.3 Saran ................................................................................................................. 57
5.3.1 Saran Teoritis ......................................................................................... 57
5.3.2 Saran Praktis .......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59-62
LAMPIRAN .................................................................................................... 63-80
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blue Print Skala Ide Bunuh Diri ............................................................ 28
Tabel 3.2 Blue Print Skala Dukungan Sosial ......................................................... 29
Tabel 3.3 Blue Print Skala Hopelessness ............................................................... 30
Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Ide Bunuh diri ....................................................... 33
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Appraisal ............................................................... 34
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Tangible ................................................................ 34
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Self-esteem ............................................................ 35
Tabel 3.8 Muatan Faktor Belonging....................................................................... 36
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Feelings About the Future..................................... 37
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Loss of Motivation ............................................... 38
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Future Expectation .............................................. 39
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian .................................................................. 43
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................. 44
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor ..................................................................... 46
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel .................................................................... 46
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi .......................................................... 47
Tabel 4.6 Tabel ANOVA ......................................................................................... 48
Tabel 4.7 Tabel Koefisien Regresi ......................................................................... 49
Tabel 4.8 Proporsi Varians ..................................................................................... 51
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 23
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ............................................................................................ 63
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas CFA ..................................................................... 71
Lampiran 3 Output SPSS ........................................................................................ 79
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara global, World Health Organization (WHO) menyatakan ada 800.000 orang
lebih di wilayah seluruh dunia yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya
dan ada lebih banyak orang lainnya yang melakukan percobaan bunuh diri
(Priyambodo, 2017). Bunuh diri di banyak negara merupakan penyebab kematian
nomor dua untuk penduduk kelompok usia 15 hingga 29 tahun. (Maharani, 2015).
Dilansir dari Centers for Disease Control (2015) bahwa di Amerika, Bunuh diri
adalah penyebab utama kematian di kalangan mahasiswa dan diperkirakan
sebanyak 108.000 mahasiswa dilaporkan melakukan percobaan bunuh diri pada
tahun 2013 (National Action Alliance for Suicide Prevention, 2014).
Linggasari (2015) melaporkan bahwa Asia Tenggara menyumbang 39
persen dari seluruh kasus bunuh diri di dunia. Rata-rata statistik menunjukkan,
dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga orang yang melakukan bunuh diri di
Indonesia. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) ada 812 kasus bunuh diri
di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah angka yang
tercatat di kepolisian (Priyambodo, 2017). Berdasarkan data perkiraan WHO,
angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2012 adalah 10.000 jiwa.
Angka tersebut meningkat dibanding jumlah kematian akibat bunuh diri di
Indonesia pada 2010 yang hanya setengahnya, yakni sebesar 5.000 jiwa
(Priyambodo, 2017). Khusus di Jakarta, ada sebanyak 100.000 orang yang pernah
2
mencoba untuk bunuh diri pada tahun 2006. Jika dirata-ratakan, setiap harinya ada
sekitar 274 orang di ibu kota yang mencoba untuk bunuh diri pada tahun itu
(Priyambodo, 2017).
Markas Besar Kepolisian RI mencatat ada 981 kasus mati bunuh diri pada
2012, dan 921 kasus pada 2013. Rasionya berkisar 0,4 hingga 0,5 kasus per 100
ribu populasi (Linggasari, 2015). Data yang diambil dari World Health
Organization (WHO) pada tahun 2010 menyebutkan angka bunuh diri di
Indonesia mencapai 1,6-1,8 persen per 100.000 jiwa. Jika tidak ada upaya
bersama pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh hingga 2,4 per
100.000 jiwa pada tahun 2020 (www. iRadiofm.com, 2014).
Dari hasil hasil survei terhadap 20 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, pada bulan Februari 2018 diketahui bahwa sebanyak 5 dari 20 orang atau
sebesar 25% pernah memiliki ide bunuh diri dengan berbagai alasan. Dari
berbagai artikel berita, ditemukan bahwa ada sebanyak 5 berita tentang
mahasiswa yang meninggal akibat bunuh diri pada tahun 2018.
Stillion dan McDowell (dalam Brown & Vinokur, 2003) menyebutkan
bahwa ada hubungan atau keterkaitan antara ide bunuh diri dengan perilaku bunuh
diri yang berhasil. Dengan kata lain, ide bunuh diri merupakan hal yang
mengawali terjadinya perilaku bunuh diri. Ide bunuh diri merupakan bagian dari
perilaku bunuh diri dimana ada tiga kategori perilaku bunuh diri yakni bunuh diri,
percobaan bunuh diri, dan ide bunuh diri (Beck, Kovacs & Weissment, 1979). Ide
bunuh diri mengacu pada pemikiran, pertimbangkan dan perencanaan bunuh diri
(Center for Disease Control and Prevention, 2013). Ide bunuh diri dapat
3
didefinisikan sebagai pikiran atau keinginan untuk mati atau bunuh diri. Ide bunuh
diri secara logis muncul lebih dulu daripada percobaan bunuh diri atau selesai
bunuh diri. Spiers dkk (2014) menyatakan bahwa perasaan lelah akan kehidupan,
keinginan mati, dan pikiran untuk bunuh diri termasuk dalam ide bunuh diri
Beck et al., (1979) mengatakan bahwa menurutnya dirasa lebih tepat untuk
fokus pada intensitas, penyebaran, dan karakteristik dari ide bunuh diri
dibandingkan dengan bunuh diri itu sendiri. Sehingga dapat mengantisipasi ide
bunuh diri sebagai hal yang dapat memprediksi perilaku bunuh diri di kemudian
hari. Individu dengan ide bunuh diri adalah individu yang saat ini memiliki
rencana dan keinginan untuk bunuh diri, tetapi dalam beberapa waktu tidak benar-
benar melakukan usaha bunuh diri (Beck et al, 1979).
Ide bunuh diri pada remaja dilaporkan lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat ide bunuh diri pada orang dewasa (Weissman, Bruce, Leaf, Florio, &
Holzer, dalam Lewinshon, 1996). Seseorang dalam tahapan perkembangan
dewasa awal yang berkuliah memiliki tingkat bunuh diri yang lebih tinggi
daripada seseorang pada masa dewasa awal yang tidak berkuliah (Bernard &
Bernard, dalam Whatley, 1992). Menurut Whatley (1992) salah satu penjelasan
yang mungkin terjadi mengapa tingkat bunuh diri di kalangan dewasa awal yang
berkuliah lebih tinggi daripada yang tidak berkuliah adalah karena kurangnya
dukungan sosial yang dihasilkan baik dari ikatan sosial yang melemah dengan
teman lama dan dari penurunan aksesibilitas kepada anggota keluarga.
Penurunan aksesibiltas terhadap anggota keluarga dan ikatan sosial yang
lemah dengan teman lama sebagai salah satu indikator dukungan sosial.
4
Dukungan sosial secara teori psikologi dapat menyebabkan munculnya ide bunuh
diri dan bisa menjadi kondisi yang berkepanjangan jika dikaitkan dengan berbagai
masalah kesehatan fisik maupun psikologis (Hawkley dan Cacioppo, 2010).
Kurangnya dukungan sosial dari keluarga dan teman sangat berkorelasi dengan
ide bunuh diri pada remaja, dewasa, dan mahasiswa (D’Attilio, Campbell, Lubold
et al.; Harris & Molock,; Harter, Marold, & Whitesell; Marion & Range; Mireault
& de Man; Prinstein, Boergers, Spirito et al.; Stravynski & Boyer; dalam Arria, et
al, 2009)
Menurut Whatley (1992) ada hubungan negatif yang signifikan antara skor
dari ide bunuh diri dan dukungan sosial yang diukur menggunakan skala
Interpersonal Support Evaluation List. Semakin bertambahnya dukungan sosial,
pada mahasiswa maka semakin kecil kemungkinannya memiliki pemikiran untuk
bunuh diri. Menurut Rowe (2006) pola interaksi sosial yang rendah dan dukungan
sosial yang lebih rendah secara signifikan terkait dengan ide bunuh diri.
Dukungan sosial juga dapat mengurangi kemungkinan munculnya atau besarnya
pikiran untuk bunuh diri. (Beck et al., 1979)
Kemungkinan hubungan langsung antara dukungan sosial dan perilaku
bunuh diri jarang diteliti maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menilai hubungan langsung antara dukungan sosial dan ide bunuh diri di kalangan
mahasiswa. Peneliti berhipotesis bahwa mahasiswa yang memiliki lebih banyak
dukungan sosial akan memiliki tingkat ide bunuh diri yang lebih rendah dan
sebaliknya bahwa siswa dengan dukungan sosial yang kurang akan memiliki
tingkat ide bunuh diri yang tinggi (Whatley, 1992).
5
Selain dukungan sosial, hopelessness juga merupakan salah satu prediktor
terjadinya ide bunuh diri di kalangan mahasiswa. Huen, IP, Ho & Yip (2015)
menjelaskan bahwa semakin tinggi hope atau harapan maka ide bunuh diri akan
semakin rendah, sedangkan semakin tinggi hopelessness atau ketidakberdayaan
maka ide bunuh diri juga akan semakin tinggi. Seseorang yang serius
mempertimbangkan bunuh diri merasa hopeless, helpless and worthless.
Seseorang yang merasa hopeless percaya bahwa tidak ada orang yang dapat
membantu peristiwa atau masalah tertentu (www.WebMD.com). Menurut Cole
(1988) hopelessness memiliki keterkaitan dengan ide bunuh diri pada mahasiswa
yang mencari pengobatan, bahkan setelah keinginan sosial dan depresi sudah
dikontrol.
Hopelessness, didefinisikan sebagai sistem skema kognitif yang umumya
merupakan harapan negatif tentang masa depan (Beck et al, 1974). Hopelessness
juga dilaporkan sebagai prediktor penting bunuh diri, percobaan bunuh diri dan
ide bunuh diri di berbagai populasi. Selain itu, beberapa orang yang berupaya
bunuh diri dan orang yang sudah melakukan bunuh diri mungkin saja tidak
merasa depresi, tetapi sebagian besar diperkirakan merasa sudah tidak adanya
harapan positif tentang masa depan mereka. Hopelessness diperkirakan memiliki
hubungan yang lebih kuat dengan ide dan perilaku bunuh diri daripada depresi
(Beck, 1974). Investigasi dalam populasi klinis dewasa awal telah mendukung
kerangka ini karena hopelessness berkorelasi lebih kuat dengan ide bunuh diri dan
dengan bunuh diri daripada dengan depresi (Beck et al.; Beck, Brown, Berchick,
Stewart, & Steer; Bedrosian & Beck; Fawcett et al.; Weishaar & Beck, dalam
6
Uncapher, 1998). Penelitian tentang hubungan atau pengaruh antara hopelessness
dan ide bunuh diri pada penelitian Britton (2008) menggunakan sampel orang
lanjut usia yang telah didiagnosa memiliki gangguan mood.
Studi oleh Gibb (2001) menggunakan sampel mahasiswa yang memiliki
skor tinggi pada depresi dimana peneliti dapat melihat bahwa studi tentang
hopelessness dan ide bunuh diri seringkali dilakukan kepada orang yang sudah
didiagnosa memiliki suatu gangguan penyakit klinis. Maka dari itu dalam
penelitian ini peneliti akan mengukur pengaruh antara hopelessness dan ide bunuh
diri pada mahasiswa yang belum pernah didiagnosa memiliki gangguan klinis
tertentu.
Adanya pengaruh antara dukungan sosial dan hopelessness terhadap ide
bunuh diri pada pemaparan diatas, membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut pada topik tersebut. Maka dari itu peneliti akan melakukan
penelitian skripsi dengan judul, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Hopelessness
terhadap Ide Bunuh Diri pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan persepsi dan lebih terarahnya pembahasan, peneliti
membatasi ide bunuh diri yang dipengaruhi oleh dukungan sosial dan
hopelessness. Adapun batasan konsep yang digunakan adalah:
a. Menurut Reynolds (1991) Ide bunuh diri merupakan pikiran dan kognisi yang
dimiliki oleh seseorang tentang perilaku bunuh diri dan niat untuk bunuh diri,
7
serta dapat dianggap sebagai penanda utama untuk resiko perilaku bunuh diri
yang lebih serius.
b. Menurut Cohen, Underwood dan Gothlieb (2000) yaitu dukungan sosial
mengacu pada sumber daya sosial yang tersedia dan benar-benar diberikan
kepada seseorang yang diberikan orleh orang lain yang bukan professional.
Serta orang yang menerima dukungan sosial memahami makna dukungan
sosial yang diterimanya.
c. Menurut Beck et al (1974) Hopelessness didefinisikan sebagai sistem skema
kognitif yang umumnya merupakan harapan negatif tentang masa depan.
1.2.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup masalah, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari dukungan sosial dan
hopelessness terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa?
2. Apakah dukungan sosial mempengaruhi ide bunuh diri secara signifikan pada
mahasiswa?
3. Apakah appraisal support dari variabel dukungan sosial mempengaruhi ide
bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa?
4. Apakah tangible assistance dari variabel dukungan sosial mempengaruhi ide
bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa?
5. Apakah self-esteem support dari variabel dukungan sosial mempengaruhi ide
bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa?
8
6. Apakah belonging support dari variabel dukungan sosial mempengaruhi ide
bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa?
7. Apakah feelings about the future dari variabel hopelessness mempengaruhi ide
bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa?
8. Apakah loss of motivation dari variabel hopelessness mempengaruhi ide bunuh
diri secara signifikan pada mahasiswa?
9. Apakah future expectation dari variabel hopelessness mempengaruhi ide bunuh
diri secara signifikan pada mahasiswa?
10. Seberapa besarkah pengaruh dukungan sosial dan hopelessness terhadap ide
bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk:
1. Untuk mengetahui dukungan sosial dan hopelessness bersama-sama
mempengaruhi ide bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa.
2. Untuk mengetahui appraisal support mempengaruhi ide bunuh diri secara
signifikan pada mahasiswa.
3. Untuk mengetahui tangible assistance mempengaruhi ide bunuh diri secara
signifikan pada mahasiswa.
4. Untuk mengetahui self-esteem support mempengaruhi ide bunuh diri secara
signifikan pada mahasiswa.
5. Untuk mengetahui belonging support mempengaruhi ide bunuh diri secara
signifikan pada mahasiswa.
9
6. Untuk mengetahui feelings about the future mempengaruhi ide bunuh diri
secara signifikan pada mahasiswa.
7. Untuk mengetahui loss of motivation mempengaruhi ide bunuh diri secara
signifikan pada mahasiswa.
8. Untuk mengetahui future expectation mempengaruhi ide bunuh diri secara
signifikan pada mahasiswa.
1.3.2. Manfaat Penelitian
1.3.2.1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan bagi
teori-teori psikologi yang berhubungan dengan ide bunuh diri serta dapat
memperkaya penelitian-penelitian mengenai ide bunuh diri pada mahasiswa.
1.3.2.2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat mengedukasi dan memberikan manfaat bagi
seluruh masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bahwa mungkin saja ada
fenomena ide bunuh diri di kalangan mahasiswa dan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan personal mahasiswa. Penelitian ini juga diharapkan menjadi panduan
bagi masyarakat untuk lebih memberikan dukungan terhadap mahasiswa yang
memiliki ide bunuh diri.
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Ide Bunuh Diri
2.1.1. Definisi Ide Bunuh Diri
Menurut Reynolds (1991) mendefinisikan ide bunuh diri merupakan pikiran dan
kognisi yang dimiliki oleh seseorang tentang perilaku bunuh diri dan niat untuk
bunuh diri, serta dapat dianggap sebagai penanda utama untuk resiko perilaku
bunuh diri yang lebih serius. Senada dengan hal diatas, McClure (2012)
mendefinisikan ide bunuh diri merupakan pikiran terlibat dalam perilaku yang
berhubungan dengan bunuh diri. Ide bunuh diri berbeda dari kedua perilaku bunuh
diri dan kematian karena bunuh diri. Ide bunuh diri bisa menyakitkan dan sangat
banyak di dalam dan dari dirinya sendiri. Selain itu, ide bunuh diri merupakan
indikator patologi atau krisis pribadi, serta berhubungan dengan resiko kematian
karena bunuh diri.
Ide bunuh diri adalah pikiran membunuh diri sendiri, baik yang dilaporkan
sendiri atau dilaporkan kepada orang lain (Stuart, dalam Aulia 2016). Ide bunuh
diri merupakan proses kontemplasi dari bunuh diri atau sebuah metoda yang
digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan seseorang pada tahap ini tidak
akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perlu
disadari bahwa seseorang pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan mati
(Davidson, Neale, & Kring, 2004) Pikiran dan usaha bunuh diri adalah salah satu
faktor risiko terkuat untuk menyelesaikan bunuh diri. Upaya bunuh diri adalah
11
penyebab utama cedera, perawatan darurat, atau rawat inap yang menanggung
beban biaya tinggi (McCaig & Nawar, dalam Cheng 2010)
Berdasarkan definisi ide bunuh diri yang telah dijelaskan, pada penelitian
ini peneliti memutuskan untuk menggunakan teori yang dikemukakan oleh
Reynolds (1991) yang mendefinisikan ide bunuh diri merupakan pikiran dan
kognisi yang dimiliki oleh seseorang tentang perilaku bunuh diri dan niat untuk
bunuh diri, serta dapat dianggap sebagai penanda utama untuk resiko perilaku
bunuh diri yang lebih serius. Teori ini dipilih karena peneliti menganggap teori ini
menggambarkan bagaimana ide bunuh diri yang ada pada remaja.
2.1.2. Dimensi Ide Bunuh Diri
Menurut Reynolds (1991) terdapat dua dimensi ide bunuh diri, yaitu:
1. Specific Plan and Wishes
Dimensi ini dapat dioperasionalisasikan mulai dari pemikiran umum tentang
kematian dan harapannya untuk mati yang relatif ringan sampai ide serius tentang
rencana spesifik dan cara untuk seseorang mengambil hidup nya sendiri.
2. Response and Aspect of Others
Dimensi ini termasuk juga persepsi orang lain tentang harga diri seseorang setelah
ditinggal mati oleh orang lain, pemikiran tentang respon orang lain ketika
seseorang melakukan tindak bunuh diri dan bunuh diri sebagai sarana balas
dendam adalah kognisi yang terjadi dalam dimensi ini.
12
2.1.3. Faktor Penyebab Ide Bunuh Diri
Faktor penyebab ide bunuh diri dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor penyebab
yang berasal dari dalam diri seseorang (internal) ataupun yang berasal dari luar
diri seseorang (eksternal). Faktor yang menyebabkan seseorang memiliki
kecenderungan bunuh diri menurut Hadriami (dalam Cristiani, 2011) antara lain:
1. Faktor Internal
a. Depresi
Depresi sebagai introyeksi kemarahan karena kehilangan objek cinta. Jadi
kemungkinan kecenderungan bunuh diri merupakan kemarahan yang ditujukan ke
diri sendiri setelah kehilangan dan keinginan balas dendam yang ditujukan ke diri
sendiri.
b. Putus Asa (hopelessness)
Dalam teori cognitive behavioral dijelaskan bahwa keputusasaan memiliki peran
penting diambilnya keputusan bunuh diri. Orang yang mempunyai pandangan
selalu pesimis terhadap masa depan, pesimis dalam menyelesaikan masalah, akan
cenderung membesarkan masalah, pola berpikirnya kaku, dan melihat bunuh diri
sebagai satu-satunya jalan keluar.
2. Faktor Eksternal
a. Dukungan Sosial
Faktor lain yang juga bisa mendorong orang memiliki kecenderungan bunuh diri
yaitu tidak adanya dukungan sosial dan peran bermakna di lingkungannya.
Apabila seseorang memiliki masalah berat dan dia merasa sendirian, tidak ada
yang menghiraukan dan dia takut meraih perhatian orang lain karena dia merasa
13
kecil dan tak berharga, maka jalan ke arah bunuh diri akan dekat. Adanya relasi
dalam keluarga atau perkawinan yang berkualitas baik akan sangat membantu
menghindarkan tindakan bunuh diri.
2.1.4. Pengukuran Ide Bunuh Diri
Pengukuran ide bunuh diri dilakukan dengan menggunakan Suicidal Ideation
Quistionnaire (SIQ) yang dibuat oleh Reynold (dalam Zhang, 2014) adalah
instrument self-report untuk ide bunuh diri, cocok untuk usia 12-18 tahun yang
terdiri dari 30 item mulai dari pikiran yang tidak spesifik (misalnya saya berharap
tidak pernah lahir) sampai ke pikiran yang lebih spesifik (misalnya saya berpikir
kapan akan membunuh diri saya). Setiap item pada SIQ dimulai dengan “saya
pikir…”, “saya ingin…”, “saya berharap…”. Responden diminta untuk memilih
dari tujuh poin (dari “hampir setiap hari” sampai “tidak pernah memiliki pikiran
seperti ini”) untuk mengukur frekuansi pikiran tertentu dalam sebulan belakangan.
Skor tinggi pada SIQ merupakan indikasi frekuensi dan keinginan bunuh diri yang
tinggi.
Selain SIQ, ide bunuh diri juga bisa diukur dengan menggunakan Beck
Scale for Suicide Ideation (BSI) oleh Beck (1979) yang terdiri dari instrumen self
report untuk mendeteksi dan mengukur intensitas dari sikap spesifik, kebiasaan
dan rencana untuk melakukan bunuh diri selama minggu terakhir. 19 item pertama
terdiri dari tiga pilihan bertingkat mengacu pada intensitas seputar bunuh diri dan
memiliki rentang poin 0 sampai 2.
Dari beberapa alat ukur yang telah dikembangkan untuk mengukur ide
bunuh diri, peneliti memilih untuk menggunakan Adult Suicidal Ideation
14
Quistionnaire (ASIQ) yang dibuat oleh Reynold (1991) untuk mengukur ide
bunuh diri dalam penelitian ini. ASIQ adalah bentuk modifikasi dari SIQ yang
memiliki jumlah item sebanyak 30 pertanyaan sedangkan ASIQ terdiri dari 25
item. ASIQ dirancang untuk mengevaluasi ide bunuh diri pada orang dewasa. Alat
ukur ini melaporkan bukti reliabilitas yang tinggi (koefisien alpha cronbach =
.97). ASIQ menggunakan format respons 7 butir poin di mana responden
menunjukkan frekuensi terjadinya kognisi selama sebulan terakhir. Format
respons berkisar dari hampir setiap hari (6) hingga sekali sebulan (2), serta
kategori telah memiliki pemikiran sebelumnya tetapi tidak dalam satu bulan
terakhir (1) dan tidak pernah memiliki pemikiran (0). Alat ukur ini dipilih karena
peneliti menganggap bahwa alat ukur ini cocok dipakai untuk mengukur ide
bunuh diri pada mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini.
2.2. Dukungan Sosial
2.2.1. Definisi Dukungan Sosial
Dalam menghadapi peristiwa traumatik yang penuh tekanan, seseorang
membutuhkan dukungan sosial. Cobb (dalam Taylor, 2003) mengatakan
dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai sebuah informasi bahwa seseorang
itu dicintai dan diperhatikan, dihargai dan dianggap penting, juga merupakan
bagian dari jaringan komunikasi di sekitarnya dan merupakan bagian dari sebuah
jaringan hubungan seperti hubungan timbal-balik orang tua, sepasang suami istri,
teman dan masyarakat.
Uchino (dalam, Sarafino 2011) menyatakan bahwa dukungan sosial
merupakan bentuk penerimaan dari seseorang atau sekelompok orang terhadap
15
individu yang menimbulkan persepsi dalam diri bahwa ia disayangi, diperhatikan,
dihargai, dan ditolong. Sedangkan menurut Cohen, Underwood dan Gothlieb
(2000) istilah dukungan sosial mengacu pada sumber daya sosial yang tersedia
bagi seseorang atau yang benar-benar diberikan kepada orang tersebut oleh
seorang yang bukan professional baik berupa dukungan informasi, empati,
dukungan materil dan pemberian nasehat. Pendapat senada juga diungkapkan oleh
Sarason (2001) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan,
kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, dapat menghargai
dan dapat menyayangi orang yang memiliki ide bunuh diri.
Berdasarkan uraian diatas peneliti menggunakan definisi dari Cohen,
Underwood dan Gothlieb (2000) yaitu dukungan sosial mengacu pada sumber
daya sosial yang tersedia bagi seseorang atau yang benar-benar diberikan kepada
orang tersebut oleh seorang yang bukan professional baik berupa dukungan
informasi, empati, dukungan materil dan pemberian nasehat. Serta orang yang
menerima dukungan sosial memahami makna dukungan sosial yang diterimanya,
dan begitupun sebaliknya.
2.2.2. Dimensi dan sumber dukungan sosial
Menurut Cohen & Hoberman (1983) terdapat 4 bentuk dukungan sosial, yaitu:
1. Appraisal Support
Yaitu adanya bantuan berupa nasehat yang berkaitan dengan pemecahan suatu
masalah untuk membantu mengurangi stressor. Jenis dukungan ini adalah dengan
memberikan nasehat, arahan, sugesti atau feedback mengenai bagaimana
16
seseorang melakukan sesuatu. Dukungan ini dapat dilakukan dengan memberi
informasi yang dibutuhkan oleh seseorang.
2. Tangible Assistance
Dalam hal ini fungsi dukungan sosial adalah adanya bantuan yang bersifat
material, finansial atau pelayanan. Dukungan ini merupakan bentuk dukungan
yang terlihat dan biasanya bersifat bantuan langsung.
3. Self-esteem Support
Yaitu dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan kompeten atau
harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari kelompok dimana
para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan self esteem
seseorang. Jenis dukungan ini melibatkan rasa empati, peduli terhadap seseorang
sehingga memberikan perasaan nyaman, perhatian, dan peneriman secara positif,
dan memberikan semangat kepada orang yang dihadapi.
4. Belonging Support
Yaitu menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan
rasa kebersamaan. Dukungan jenis ini merupakan kesediaan untuk meluangkan
waktu dengan orang lain dengan memberikan perasaan keanggotaan dalam suatu
kelompok orang yang tertarik untuk saling berbagi dan kegiatan sosial. Hal ini
dapat mengurangi stress dengan terpenuhinya kebutuhan afiliasi dan berhubungan
dengan orang lain, dengan menolong seseorang yang terganggu dari kekhawatiran
akan masalah yang ia miliki, atau memfasilitasi perasaan yang positif.
17
2.2.3. Pengukuran dukungan sosial
Ada beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur dukungan sosial
seperti, Social Support Quistionnaire (SSQ), Student Social Support Scale, dan
Multidimensional Scale of Perceived Social (MSPSS). Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan alat ukur Interpersonal Support Evaluation List (ISEL)
oleh Cohen & Hoberman (1983) yang terdiri dari 40 item dengan menggunakan
skala likert 1-4.
Peneliti memilih untuk menggunakan alat ukur ini karena dimensi yang
diukur oleh alat ukur ini merupakan dimensi yang cocok dengan teori dukungan
sosial yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk versi mahasiswa yang
digunakan dalam penelitian ini, reliabilitas konsistensi internal berkisar antara
0,77 hingga 0,86, dan reliabilitas tes-tes ulang adalah 0,87 (Cohen & Hoberman,
1983).
2.3. Hopelessness
2.3.1. Definisi Hopelessness
Abramson et al (1989) hopelessness didefinisikan sebagai harapan bahwa
seseorang tidak mampu mengubah peristiwa negatif atau mengubah implikasi
buruknya untuk kesejahteraan dirinya. Hopelessness berarti tidak ada harapan,
perasaan bahwa harapan telah dihancurkan atau menghadapi dilema yang tidak
dapat dipecahkan. Ini adalah emosi subjektif yang memiliki pandangan negatif
untuk masa depan - salah satu kehilangan kontrol, kepercayaan diri, keberanian,
dan energi untuk mencapai tujuan seseorang (Pan, 2004)
18
Menurut Beck et al (1974) hopelessness, didefinisikan sebagai sistem
skema kognitif yang merupakan sebutan umum pada harapan negatif tentang masa
depan. Suatu keyakinan bahwa masa depan itu menakutkan dan persoalan-
persoalan yang dihadapi tidak memiliki jalan keluar.
Sementara itu, Nietzel, dkk (1998) menekankan bahwa hopelessness
merupakan ketiadaan harapan seorang individu untuk mengubah pola
kesengsaraan hidupnya di masa mendatang. Individu menganggap bahwa
peristiwa hidup negatif sebagai suatu hal yang pasti terjadi dan tidak bisa
dihindari, sementara peristiwa hidup positif dipandang sebagai suatu hal yang
tidak akan terjadi. Akhirnya, peneliti menggunakan frase hopelessness yang
digeneralisasi ketika orang-orang menunjukkan harapan negatif-hasil/
ketidakberdayaan tentang banyak bidang kehidupan. Sebaliknya, pesimisme
terbatas terjadi ketika orang-orang menunjukkan harapan negatif-hasil/
ketidakberdayaan hanya tentang domain terbatas.
Dari uraian yang dikemukakan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
definisi hopelessness adalah pandangan skema kognitif umumnya berupa harapan
negatif seorang individu tentang masa depannya.
2.3.2. Dimensi Hopelessness
Menurut Beck (1974), terdapat tiga dimensi hopelessness, yaitu:
a. Feelings About the Future
Mengukur yang ada di sekitar asosiasi yang bernada positif seperti harapan dan
antusiasme; senang; kepercayaan; dan waktu yang baik.
19
b. Loss of Motivation
Mengukur keyakinan bahwa kegagalan dan keberhasilan adalah tindakan
seseorang individu itu sendiri. Fokus kepada perasaan menyerah, memilih untuk
tidak menginginkan sesuatu, dan tidak mencoba untuk mendapatkan apa yang ia
mau.
c. Future Expectation
Mengukur perasaan negatif terhadap masa depan seseorang. Dimensi ini diberi
label “ekspektasi masa depan” yang berisi tentang antisipasi bagaimana hidup
akan berjalan kedepannya, masa depan yang suram, mendapatkan hal yang baik,
sesuatu hal tidak berjalan dengan baik, dan lain lain.
2.3.3. Pengukuran Hopelessness
Beberapa tes psikologis yang mengukur keputusasaan berdasarkan pada situasi-
situasi klinis, misalnya Beck Hopelessness Scale (BHS), Hopelessnes Scale for
Children (HSC), Geriatric Hopelessness Scale (GHS). Geriatric Hopelessness
Scale adalah alat ukur 30 item digunakan untuk mengukur tingkat keputusasaan
pada orang-orang tua (dewasa akhir) yang mengalami depresi. koefisien Alpha
Cronbach, yang dihitung sebagai ukuran konsistensi internal skala ini, adalah 0,69
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur Beck’s Hopelessness
Scale (Beck, Weissman, Lester, & Trexler, 1974) yang memiliki 20-item, benar-
salah yang menilai harapan negatif individu untuk masa depan. Ini telah
menunjukkan korelasi yang kuat dengan hopelessness yang dinilai secara klinis
sebaik penilaian diri sendiri lain tentang hopelessness (Beck et al., 1974). contoh
itemnya berupa, "Saya melihat masa depan dengan harapan dan antusiasme" dan
20
"Saya mungkin juga menyerah karena saya tidak dapat membuat segalanya lebih
baik untuk diri saya sendiri." Setiap item dinilai sebagai 0 atau 1 (item yang
diharapkan adalah berkode terbalik), dengan total skor mulai dari 0 hingga 20.
Beck Hopelessness Scale memiliki koefisien alpha sebesar 0,85 dalam penelitian
ini.
2.4. Kerangka Berpikir
Saling keterkaitannya antar variabel dalam penelitian ini merupakan gambaran
dari banyaknya fenomena ide bunuh diri yang dihadapi oleh dewasa awal yang
berstatus mahasiswa. Pada latar belakang yang telah dijelaskan di bab
sebelumnya, permasalahan terkait ide bunuh diri dapat dikaji dengan menguji
pengaruh dari variabel internal dalam diri individu seperti Hopelessness maupun
variabel eksternal yang ada diluar diri individu seperti dukungan sosial. Variabel
yang akan diuji dalam penelitian ini juga merupakan hal-hal yang menjembatani
ide bunuh diri seseorang sehingga dukungan sosial dan hopelessness dapat diuji
pengaruhnya terhadap ide bunuh diri.
Pertanyaan yang mungkin muncul mengenai alasan dalam pemilihan sampel
mahasiswa terkait dengan pemaparan pada fenomena yang ditemukan pada
dewasa awal yang berstatus sebagai mahasiswa yang telah dijelaskan di bab
sebelumnya. Kedua variabel tersebut yaitu dukungan sosial dan hopelessness
tentunya erat kaitannya dengan banyaknya mahasiswa yang melaporkan tingkat
ide bunuh diri yang tinggi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Whatley (1992)
Ada hubungan berarah negatif yang signifikan antara skor ide bunuh diri dan skor
dari skala dukungan sosial. Seperti yang diprediksi, dukungan sosial secara
21
signifikan terkait dengan ide bunuh diri. Seiring bertambahnya dukungan sosial,
pada mahasiswa maka semakin kecil kemungkinannya untuk memiliki pemikiran
untuk bunuh diri. Peneliti berasumsi bahwa individu yang memiliki tingkat
appraisal support (dimensi dari dukungan sosial) yang tinggi akan memiliki
tingkat ide bunuh diri yang rendah sehingga dukungan berupa nasehat atau arahan
akan mereduksi pikiran tentang bunuh diri. Kemudian peneliti berasumsi bahwa
individu yang memiliki tingkat tangible assistance (dimensi dari dukungan sosial)
tinggi akan memiliki tingkat ide bunuh diri yang rendah dimana hal ini berarti
bahwa seseorang yang memiliki dukungan yang bersifat material, finansial dan
pelayanan yang tinggi maka akan memiliki tingkat ide bunuh diri yang rendah.
Selanjutnya diasumsikan bahwa self-esteem support memiliki peranan penting
dalam pengaruhnya terhadap ide bunuh diri. Jika seseorang memiliki dukungan
berupa rasa empati, dipedulikan dan diperhatikan sehingga memberikan rasa
nyaman terhadap individu tersebut maka akan kecil kemungkinan munculnya ide
bunuh diri pada individu tersebut. Yang terakhir, belonging support sebagai
dimensi dari dukungan sosial yaitu dukungan berupa perasaan diterima sebagai
anggota kelompok, rasa kebersamaan dan kesediaan orang lain dalam meluangkan
waktu untuk individu tersebut diasumsikan memiliki pengaruh yang signfikan dan
berarah negatif terhadap individu.
Kemudian selain adanya hubungan antara dukungan sosial dengan ide bunuh
diri, hopelessness juga merupakan prediktor penting yang mempengaruhi bunuh
diri, percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri di berbagai populasi (Hughes &
Neimeyer, 1993; Cox et al. 2004; Wen-Hung et al. 2004; Hawton et al. 2005;
22
Stewart et al. 2005 dalam Shahar. G, et al 2006). Investigasi dalam populasi klinis
dewasa awal telah mendukung kerangka ini karena hopelessness berkorelasi lebih
kuat dengan ide bunuh diri dan dengan bunuh diri daripada dengan depresi (Beck
et al.; Beck, Brown, Berchick, Stewart, & Steer; Bedrosian & Beck; Fawcett et
al.; Weishaar & Beck, dalam Uncapher, 1998). Peneliti mengasumsikan bahwa
feelings about the future (dimensi hopelessness) memiliki pengaruh yang
signifikan dan berarah negatif terhadap ide bunuh diri. Artinya, jika seseorang
memiliki tingkat yang tinggi pada harapan dan antusiasme terhadap masa
depannya maka individu tersebut memiliki tingkat ide bunuh diri yang rendah.
Sebaliknya berlaku pada dimensi loss of motivation. Semakin tinggi tingkat loss of
motivation atau perasaan menyerah akan kehidupan dan tidak memiliki keinginan
untuk mencapai apapun akan semakin tinggi juga tingkat ide bunuh dirinya.
Kemudian yang terakhir adalah future expectation. Peneliti berasumsi bahwa
future expectation memiliki pengaruh yang signifikan dan berarah positif terhadap
ide bunuh diri. Artinya, semakin tinggi pikiran tentang masa depan yang suram
akan semakin tinggi juga ide bunuh dirinya.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa ide bunuh diri pada mahasiswa
dipengaruhi oleh dimensi dukungan sosial (Appraisal Support, Tangible
Assistance, Self-esteem Support, dan Belonging Support) dan dimensi
hopelessness (Feelings About the Future, Loss of Motivation dan Future
Expectation), seperti bagan di bawah ini:
23
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Dinamika pengaruh dukungan sosial dan hopelessness terhadap ide bunuh diri
2.5. Hipotesis
Karena penelitian ini diuji dengan analisis statistik, maka hipotesis yang akan
diuji adalah hipotesis mayor, lalu dipaparkan juga hipotesis minor sebagai
informasi tambahan, sebagai berikut:
A. Hipotesis Mayor
H01: Dukungan sosial (Appraisal Support, Tangible Assistance, Self-esteem
Support dan Belonging Support) dan Hopelessness (feelings about the future, loss
of motivation dan future expectation) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ide bunuh diri.
B. Hipotesis Minor
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan Appraisal Support pada dukungan sosial
terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa.
Hopelessness:
Dukungan sosial:
Ide Bunuh Diri
Appraisal Support
Tangible Assistance
Self-esteem Support
Belonging Support
Feelings about the future
Future Expectation
Loss of Motivation
24
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan Tangible Asssistance pada dukungan sosial
terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan Self-esteem Support pada dukungan sosial
terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan Belonging Support pada dukungan sosial
terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan Feelings About the Future pada
hopelessness terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa.
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan Loss of Motivation dari hopelessness
terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa.
Ha8: Ada pengaruh yang signifikan Future Expectation pada hopelessness
terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa.
25
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia 18-24 tahun yang
merupakan Mahasiswa/I Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pemilihan usia tersebut sesuai dengan tahapan perkembangan remaja akhir hingga
dewasa awal dari Hurlock (1999). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 288
orang.
Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
nonprobability sampling. Metode tersebut dilakukan karena peneliti tidak
mengetahui secara pasti jumlah populasi yang memenuhi kriteria dalam penelitian
ini, sehingga 288 orang dijadikan sampel penelitian. Proses pengambilan data
dilakukan langsung oleh peneliti ke berbagai fakultas di uin Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan memenuhi kriteria pada populasi dan sampel penelitian yang telah
ditetapkan.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti, yaitu ide bunuh diri, dukungan sosial dan
hopelessness. Dependent variable dalam penelitian ini yaitu ide bunuh diri,
sedangkan dukungan sosial dan hopelessness merupakan independent variable.
Berikut ini penjelasan definisi operasional dari masing-masing variabel:
26
1. Ide Bunuh Diri
Pikiran dan kognisi yang dimiliki oleh seseorang tentang perilaku bunuh diri dan
niat untuk bunuh diri
2. Dukungan Sosial
- Appraisal: Adanya bantuan berupa nasehat yang berkaitan dengan pemecahan
suatu masalah untuk membantu mengurangi stressor.
- Tangible: Bantuan yang bersifat material, finansial atau pelayanan. (dukungan
langsung) kesuksesan.
- Self-esteem: Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap perasaan
kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai bagian dari
kelompok dimana para anggotanya memiliki dukungan yang berkaitan dengan
self esteem seseorang.
- Belonging: Dukungan berupa menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian
dari suatu kelompok dan rasa kebersamaan.
3. Hopelessness
- Feelings about the future: Feelings about the future mengukur yang ada di
sekitar asosiasi yang bernada positif seperti harapan dan antusiasme; senang;
kepercayaan; dan waktu yang baik.
- Loss of motivation: Loss of motivation mengukur keyakinan bahwa kegagalan
dan keberhasilan adalah tindakan seseorang individu itu sendiri.
- Future expectation: Future expectation adalah variabel yang mengukur perasaan
negatif terhadap masa depan seseorang seperti antisipasi bagaimana hidup akan
berjalan kedepannya.
27
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan skala sebagai alat
pengumpul data. Skala adalah sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh
jawaban dari responden. Skala yang digunakan adalah model skala Likert yaitu
pernyataan pendapat yang disajikan kepada responden yang memberikan indikasi
pernyataan setuju atau tidak setuju. Jawaban dari setiap item instrument ini
memiliki rentang dari tertinggi (sangat positif) sampai terendah (sangat negatif).
Pada dependent variabel dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah adalah
skala Likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu Tidak pernah memikirkan hal tersebut
(0), pernah memiliki pikiran tersebut (tetapi tidak dalam satu bulan terakhir) (1),
sekali dalam sebulan memiliki pikiran tersebut (2), beberapa kali dalam satu bulan
memiliki pikiran tersebut (3), hampir setiap hari memiliki pikiran tersebut (4).
Skala yang digunakan pada Independent variabel hopelessness dan dukungan
sosial adalah skala likert yang setiap item diukur melalui empat kategori jawaban
yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), dan “Sangat Tidak
Setuju” (STS). Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan (central
tendency) atau menghindari jumlah respon yang bersifat netral.
Instrumen pengumpulan data ini terdiri dari pernyataan positif (favorable)
dan pernyataan negatif (unfavorable). Skor tertinggi diberikan pada pilihan
jawaban sangat setuju dan skor terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat
tidak setuju untuk pernyataan favorable. Selanjutnya skor tertinggi untuk
pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan jawaban sangat tidak setuju dan
skor terendah diberikan pada pilihan jawaban sangat setuju.
28
3.3.1. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan tiga skala, yaitu:
1. Ide Bunuh Diri
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur ide bunuh diri dengan menggunakan alat
ukur yang dimodifikasi dari Reynolds (1991) yang mengemukakan adanya 2 (dua)
komponen ide bunuh diri yang disebut sebagai “Adult Suicidal Ideation
Questionnaire”, adapun komponen tersebut adalah: specific wishes and plans of
suicide dan response and aspects of others. Skala ini terdiri dari 25 item
menggunakan format 7 poin respon dimana responden menunjukkan frekuensi
kejadian kognisi selama sebulan terakhir. Format respons berkisar dari hampir
setiap hari (6) hingga sekali sebulan (2), serta kategori telah memiliki pemikiran
sebelumnya tetapi tidak dalam bulan lalu (1) dan tidak pernah memiliki pemikiran
(0). Kemudian peneliti hanya menggunakan 23 item dan menggunakan format 5
poin respon sesuai dengan kebutuhan penelitian
Tabel 3.1.
Blue Print Skala Ide Bunuh Diri
No Aspek Indikator Item Total
1. Specific wishes
and plans of
suicide
Adanya perencanaan bunuh diri
Adanya keinginan bunuh diri
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
,11,
12,13,14,15,16,17,
18,19
19
2. response and
aspects of
others
Adanya pemikiran tentang
respon orang lain ketika
seseorang melakukan bunuh
diri
21,22,23, 25 3
Jumlah 23
2. Dukungan Sosial
Dalam penelitian ini, peneliti mengukur dukungan sosial dengan menggunakan
alat ukur yang diadaptasi dari Cohen, Underwood dan Gothlieb (2000) yang
29
mengemukakan adanya 4 (empat) komponen dukungan sosial yang disebut
sebagai Interpersonal Support Evaluation List, adapun komponen-komponen
tersebut adalah: Appraisal support, Tangible Support, Self-esteem Suppor dan
Belonging. Skala ini terdiri dari 40 item dengan model likert skala 1 sampai 4
(Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, Sangat Setuju)
Tabel 3.2.
Blue Print Skala Dukungan Sosial
No Aspek Indikator Item Total
1. Appraisal Adanya dukungan berupa nasehat atau
arahan
Adanya dukungan berupa informasi.
1,8*,12, 14,
17,21*,24*,26
8
2.
3.
Tangible
Self-
Esteem
Dukungan yang bersifat material,
finansial dan pelayanan
Adanya dukungan yang terlihat atau
bantuan langsung
Adanya dukungan dari orang lain
terhadap harga diri individu
Melibatkan rasa empati, peduli
terhadap seseorang sehingga
memberikan rasa nyaman dan
perhatian.
2, 9*,11,15,20*,
23,27*
3,6,16*, 19*,25,28*
7
6
4. Belonging Perasaan diterima menjadi bagian
dalam satu kelompok
Kesediaan waktu untuk meluangkan
waktu dengan orang lain
Adanya rasa kebersamaan
4,5,7*,10*,13,18* ,22 7
Jumlah 28
*item unfavorable
3. Hopelessness
Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat Hopelessness adalah dengan
memodifikasi instrumen Beck Hopelessness Scale (BHS) oleh Aaron Beck sejak
tahun 1974. Instrumen ini dirancang untuk mengukur 3 aspek utama Hopelessness
yaitu dimensi Feelings About the Future, Loss of Motivation, dan Future
Expectation. Instrumen ini terdiri dari 20 pertanyaan item skala ini menggunakan
Bahasa Inggris kemudian diadaptasi kedalam Bahasa Indonesia. Peneliti hanya
30
menggunakan 19 item dan menggunakan model skala likert 1 sampai 4 (Sangat
Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, Sangat Setuju).
Tabel 3.3.
Blue Print Skala Hopelessness
No Aspek Indikator Item Total
1.
2.
Feelings
about the
future
Loss of
Motivation
Adanya harapan dan antusiasme
Adanya perasaan senang dan
kepercayaan
Adanya perasaan menyerah
Memutuskan untuk tidak
menginginkan apapun
Tidak mencoba untuk mendapatkan
sesuatu yang diinginkan
1*,5*,6*,
9*,12*,
14*,18*
2,3*,10,
11,15,16, 19
7
7
3. Future
Expectation Adanya antisipasi mengenai
bagaimana hidup di masa yang akan
datang
Adanya pemikiran tentang masa
depan yang suram
Masa depan terasa samar dan tidak
menentu.
4,7,8*,13, 17 5
Jumlah 19
*item unfavorable
3.4. Uji Validitas Konstruk Alat Ukur
Dalam rangka pengujuan validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas
konstruk intsrumen tersebut. Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory
Factor Analysis) untuk pengujian validitas instrumen. Adapun logika dari CFA
(Umar, 2011) adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefiniskan
secara operasional sehingga disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
31
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (Ʃ), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris, yang disebut matriks S. jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Ʃ –
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Ʃ – S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun subtes instrument hanya mengukur satu faktor
saja.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya apakah item signifikan atau tidak
mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-
test tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa
yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan sebaliknya.
6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya
negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan
sifat item, yang bersifat positif (favorable).
Kemudian setelah didapat model fit dihitung faktor skornya. Penggunaan
faktor skor ini adalah untuk menghindari hasil penelitian yang bisa akibat dari
kesalahan pengukuran. Jadi skor yang dianalisis dalam penelitian ini bukanlah
skor yang diperoleh dari variabel pada umumnya, melainkan justru true score
yang diperoleh dnegan memperhitungkan perbedaan validitas dari setiap item.
32
Namun demikian, untuk menghindari faktor skor yang bertanda negatif dan positif
(Z-score) maka peneliti mentransformasikan faktor tersebut menjadi T-score
dengan rumusnya yaitu (Umar, 2011):
T skor = 50 + (10 x faktor skor)
Dalam hal ini, T-score akan memiliki mean = 50 dan SD = 10 dan
diharapkan seluruh skor merupakan bilangan positif. Setelah didapatkan faktor
skor yang telah diubah menjadi T-score, nilai baku inilah yang akan dianalisis
dalam uji hipotesis regresi. Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan
dengan bantuan software Lisrel.
3.4.1. Uji Validitas Ide Bunuh Diri
Peneliti menguji apakah 23 item yang ada dalam alat ukur ide bunuh diri bersifat
unidimensional atau tidak. Untuk melihat signifikan tidaknya item tersebut
mengukur faktor yang hendak diukur diujikan hipotesis nihil tentang koefisien
muatan faktor dari tiap item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t>1.96 artinya item tersebut signifikan
dan sebaliknya, hasilnya terdapat dalam tabel 3.4.
Berdasarkan tabel 3.4, nilai t dari 23 item memenuhi signifikansi karena t
> 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan faktor dari item, apakah
ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat item yang muatan
faktornya negatif. Artinya, 23 item dalam pengukuran ide bunuh diri ini valid
untuk mengukur apa yang hendak di ukur.
33
Tabel 3.4.
Muatan Faktor Item untuk Ide Bunuh Diri
No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
1 0.86 0.02 52.70 √
2 0.85 0.02 51.63 √
3 0.9 0.02 53.71 √
4 0.92 0.02 56.31 √
5 0.76 0.02 48.02 √
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
0.76
0.83
0.57
0.84
0.73
0.87
0.87
0.77
0.93
0.63
0.82
0.68
0.84
0.86
0.84
0.75
0.87
0.89
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
0.02
46.42
51.66
35.84
53.47
44.24
55.62
55.47
49.14
6.669
39.07
51.21
43.94
53.77
54.78
52.59
46.42
55.31
54.09
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
3.4.2. Uji Validitas Appraisal
Peneliti menguji apakah kedelapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel appraisal . Dari hasil analisi CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square = 68.12, df = 20,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.092. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square = 25.73, df =
17, P-value = 0.07949, RMSEA = 0.042. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel
3.5.
34
Tabel 3.5.
Muatan Faktor Item untuk Appraisal
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
1 0.62 0.06 10.82 √ -
8 0.55 0.06 9.53 √ -
12 0.75 0.05 13.90 √ -
14 0.75 0.05 14.16 √ -
17
21
24
26
0.83
0.72
0.27
0.49
0.05
0.05
0.06
0.06
16.36
13.23
4.42
8.35
√
√
√
√
-
-
-
-
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.5, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk
mengukur apa yang hendak di ukur.
3.4.3. Uji Validitas Tangible
Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel tangible. Dari hasil analisi CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square = 54.44, df = 14, P-
value = 0.0000, RMSEA = 0.1. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap
model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu
sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square = 21.95, df = 13, P-
value = 0.5613, RMSEA = 0.049. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel 3.6.
Tabel 3.6. Muatan Faktor Item untuk Tangible
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
2 0.49 0.07 7.46 √ -
9 0.53 0.07 8.18 √ -
11 0.70 0.06 11.11 √ -
15 0.52 0.06 7.99 √ -
20
23
27
0.50
0.59
0.23
0.07
0.06
0,07
7.50
9.31
3.33
√
√
√
-
-
-
35
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.6, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk
mengukur apa yang hendak di ukur.
3.4.4. Uji Validitas Self-Esteem
Peneliti menguji apakah keenam item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel self-esteem. Dari hasil analisi CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square = 66.73, df = 9,
P-value = 0.0000, RMSEA = 0.149. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square = 8.25, df = 5,
P-value = 0.14310, RMSEA = 0.048. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel 3.7
Tabel 3.7.
Muatan Faktor Item untuk Self-esteem
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
3 0.49 0.07 7.12 √ -
6 0.72 0.09 8.10 √ -
16 0.52 0.07 7.49 √ -
19 0.50 0.09 5.60 √ -
25
28
-0.06
0.19
0.09
0.06
-0.67
2.98
×
√
drop
-
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.7, diketahui bahwa item 25 tidak memenuhi kriteria
item valid sehingga item tersebut harus di drop. Item 25 tidak memenuhi kriteria
item valid karena item tersebut memiliki nilai koefisien regresi yang bersifat
36
negatif. Artinya, kelima item lainnya valid untuk mengukur apa yang hendak di
ukur.
3.4.5. Uji Validitas Belonging
Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel belonging. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square = 171.74, df =
14, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.198. Namun, setelah dilakukan modifikasi
terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square = 13.15, df = 9,
P-value = 0.15614, RMSEA = 0.040. Hasil pengujiannya terdapat dalam tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Muatan Faktor Item untuk Belonging
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
4 0.51 0.06 8.30 √ -
5 0.49 0.06 7.72 √ -
7 0.45 0.06 7.04 √ -
10 0.73 0.06 12.75 √ -
13
18
22
0.75
0.46
0.71
0.06
0.06
0.06
13.31
7.45
12.24
√
√
√
-
-
-
Keterangan : tanda √ = signifikan (t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.8, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Artinya, ketujuh item tersebut valid untuk
mengukur apa yang hendak di ukur.
3.4.6. Uji Validitas Feelings About the Future
Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel feelings about the future. Dari hasil analisis CFA yang
37
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square =
341.43, df = 14, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.285. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square =
8.43, df = 6, P-value = 0.20840, RMSEA = 0.038. Hasil pengujiannya terdapat
dalam tabel 3.9.
Tabel 3.9.
Muatan Faktor Item untuk Feelings About the Future
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
1 0.58 0.06 10.20 √ -
5 0.39 0.06 6.40 √ -
6 1.16 0.12 9.71 √ -
9 0.36 0.06 6.60 √ -
12
14
18
0.79
0.92
0.47
0.05
0.05
0.06
14.76
17.97
7.94
√
√
√
-
-
-
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.9, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Artinya, ketujuh item tersebut valid untuk
mengukur apa yang hendak di ukur.
3.4.7. Uji Validitas Loss of Motivation
Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel loss of motivation. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square =
255.50, df = 14, P-value = 0.0000, RMSEA = 0.245. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square =
38
8.58, df = 7, P-value = 0.28392, RMSEA = 0.028. Hasil pengujiannya terdapat
dalam 3.10.
Tabel 3.10.
Muatan Faktor Item untuk Loss of Motivation
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
2 0.82 0.05 16.18 √ -
3 -0.39 0.06 -6.41 × Drop
10 0.13 0.06 2.06 √ -
11 0.83 0.05 16.33 √ -
15
16
19
0.85
0.20
0.60
0.05
0.06
0.06
16.93
3.15
10.54
√
√
√
-
-
-
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.10, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Artinya, ketujuh item tersebut valid untuk
mengukur apa yang hendak di ukur.
3.4.8. Uji Validitas Future Expectation
Peneliti menguji apakah kelima item yang ada bersifat unidimensional, artinya
hanya mengukur variabel future expectation. Dari hasil analisi CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi – Square =
13.36, df = 5, P-value = 0.02027, RMSEA = 0.76. Namun, setelah dilakukan
modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi – Square =
6.00, df = 4, P-value = 0.19935, RMSEA = 0.042. Hasil pengujiannya terdapat
dalam tabel 3.11
39
Tabel 3.11.
Muatan Faktor Item untuk Future Expectation
No Koefisien Error Nilai t Signifikan Ket
4 0.74 0.05 14.14 √ -
7 0.51 0.06 8.89 √ -
8 0.62 0.06 11.23 √ -
13 0.75 0.05 14.24 √ -
15 0.94 0.05 19.79 √ -
Keterangan : tanda √ = signifikan(t>1.96); X = tidak signifikan
Berdasarkan tabel 3.11, nilai t bagi koefisien semua item memenuhi
signifikansi karena t > 1.96 atau t < -1.96. Selanjutnya peneliti melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang negatif atau tidak, tetapi diketahui tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Artinya, kelima item tersebut valid untuk
mengukur apa yang hendak di ukur.
3.5. Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor Analysis
(CFA) untuk melihat validitas konstruk setiap item serta menguji struktur faktor
yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah metode analisis statistik
yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel
menjadi beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti.
Melalui analisis faktor akan didapatkan data variabel konstruk (skor faktor)
sebagai data input analisis lebih lanjut atau sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis
statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis nihil.
Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada
penelitian ini digunakan multiple regression analysis di mana terdapat lebih dari
satu independent variable untuk mengetahui pengaruhnya terhadap dependent
40
variabel. Pada penelitian ini terdapat delapan independent variable dan satu
dependent variable. Dengan menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Keterangan:
Y = Ide Bunuh Diri
a = Konstan
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Appraisal Support
X2 = Tangible Assistance
X3 = Self-esteem Support
X4 = Belonging Support
X5 = Feelings About the Future
X6 = Loss of Motivation
X7 = Future Expectation
e = Residual
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
berganda antara ide bunuh diri sebagai DV dengan appraisal, tangible, self-
esteem, belonging, feelings about the future, loss of motivation dan future
expectation sebagai IV. Besarnya ide bunuh diri yang disebabkan faktor-faktor
yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2.
R2 menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y) disebabkan
independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
independent variable (X) terhadap dependent variable (Y) atau merupakan
perkiraan proporsi varians dari ide bunuh diri yang dijelaskan oleh dengan
appraisal, tangible, self-esteem, belonging, feelings about the future, loss of
motivation dan future expectation. Untuk mendapatkan nilai R2, maka digunakan
rumus sebagai berikut :
41
SSreg
R2 =
SSy
Keterangan :
R2 = Proporsi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya seperti uji signifikansi pada Ftest.
Selain itu juga, uji signifikansi bisa juga dilakukan dengan tujuan melihat apakah
pengaruh dari IV terhadap DV signifikan atau tidak. Pembagi disini adalah R2 itu
sendiri dengan df-nya (dilambangkan „k‟), yaitu sejumlah IV yang dianalisis
sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi dengan df-nya (N-k-1) dimana N adalah
total sampel. Untuk df dari pembagi sebagai numerator sedangkan df penyebut
sebagai denumerator. Jika dirumuskan, maka:
R2/k
F =
(1-R2)/(N-k-1)
Keterangan:
R2 = Proporsi varians
k = Banyaknya independent variable
N = Ukuran sampel
Kemudian selanjutnya dilakukan uji koefisiensi regresi dari tiap-tiap IV
yang di analisis. Uji tersebut digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang
diberikan IV signifikan terhadap DV secara sendiri-sendiri atau parsial. Uji ini
digunakan untuk menguji apakah sebuah IV benar-benar memberikan kontribusi
42
terhadap DV. Sebelum di dapat nilai t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai
standart error estimate dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar
MSres dibagi dengan SSx. Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t,
yaitu hasil bagi dari b (koefisien regresi) dengan Sb itu sendiri. Dapat
dirumuskan:
bi
ti =
sbi
Keterangan:
bi = Koefisien regresi ke-i
Sbi = Standart Error Estimate dari b
43
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Pada pembahasan yang pertama akan dideskripsikan mengenai subjek penelitian
yang berjumlah 288 orang. Gambaran subjek penelitian dijelaskan berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Gambaran subjek penelitian pada tabel 4.1. di bawah ini:
Tabel 4.1.
Gambaran Subjek Penelitian
Gambaran Subjek Jumlah Persentase
Umur 19
20
21
22
23
24
60
67
70
49
24
18
20.83%
23.26%
24.30%
17.01%
8.33%
6.25%
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
94
194
32.63%
67.36%
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat gambaran subjek penelitian berdasarkan umur
responden dibagi menjadi enam. Subjek yang berumur 19 sebanyak 60 orang atau
20.83%, umur 20 sebanyak 67 orang atau 23.26%, umur 21 sebanyak 70 orang
atau 24.30%, umur 22 sebanyak 49 orang atau 17.01%, umur 23 sebanyak 24
orang atau 8.33%, umur 24 sebanyak 18 orang atau 6.25%.
Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi dua
macam. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden dengan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 94 orang atau 32.63% dan responden perempuan
sebanyak 194 orang atau 67.36%.
44
4.2. Hasil Analisis Deskriptif
Sebelum diuraikan secara lebih detail tentang beberapa sub bab selanjutnya, perlu
dijelaskan bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik adalah skor faktor
yang dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi,
penghitungan skor faktor pada tiap variabel tidak menjumlahkan item – item
seperti pada umumnya, tetapi menghitung true score pada tiap item. Setelah
didapatkan faktor skor, peneliti mentranformasikan faktor skor menjadi T skor.
Penggunaan T skor ini bertujuan untuk menyamakan skala pengukuran yang
berbeda-beda dan untuk menghindari nilai minus pada faktor skor agar pembaca
mudah memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun T skor tersebut telah
ditetapkan dengan nilai mean = 50 dan standar deviasi = 10. Langkah selanjutnya
adalah melakukan proses transformasi melalui formula T-score = (10*F-score) +
50. Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data
penelitian. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai minimum,
maksimum, mean dan standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan
rendahnya skor variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2.
Tabel Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Ide Bunuh Diri 288 43.80 97.06 50,00 9.82857
Appraisal 288 10.69 68.17 50,00 9.17829
Tangible 288 13.43 70.83 50,00 8.33596
Self-esteem 288 32.63 80,09 50,00 7.31254
Belonging 288 20.91 70.44 50,00 8.75733
Feelings About the
Future
288
14.32
64.63
50,00
8.99755
Loss of Motivation
288
32.86
69.67
50,00
9.16296
Future Expectation
288
32.04
68.07
50,00
9.28539
Valid N (listwise) 288
45
Skor Minimum, Maksimum, Mean, dan Standar Deviasi Variabel
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai
minimum dari variabel Ide Bunuh Diri adalah 43.80 dengan nilai maksimum =
97.06, mean = 50.00 dan SD = 9.82857. Appraisal memiliki nilai minimum =
10.69 dan nilai maksimum = 68.17, mean = 50.00, dan SD = 9.17829. Tangible
memiliki nilai minimum = 13.43 dan nilai maksimum = 70.83, mean = 50.00, SD
= 8.33596. Self-esteem memiliki nilai minimum = 32.63 dan nilai maksimum =
80.09, mean = 50.00, SD = 7.31254. Belonging memiliki nilai minimum = 20.91
dan nilai maksimum = 70.44, mean = 50.00, SD = 8.75733. Feelings About the
Future memiliki nilai minimum = 14.32 dan nilai maksimum = 64.63, mean =
50.00, SD = 8.99755. Loss of Motivation memiliki nilai minimum = 32.86 dan
nilai maksimum =69.67, mean = 50.00, SD = 9.16296. Future Expectation
memiliki nilai minimum = 32.04 dan nilai maksimum = 68.07, mean = 50.00, SD
= 9.28539.
4.3. Kategorisasi Variabel Penelitian
Peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk membuat norma
kategorisasi dalam penelitian ini yang datanya bukan menggunakan raw score
tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan rumus T
score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Nilai tersebut menjadi batas
peneliti untuk menentukan kategorisasi rendah dan tinggi dari masing-masing
variabel penelitian. Pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut:
46
Tabel 4.3.
Pedoman Interpretasi Skor
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya tiap variabel disajikan pada tabel 4.4. di bawah ini.
Tabel 4.4.
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi %
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Ide Bunuh Diri 211 77 73.30% 26.70%
Appraisal 153 135 53.10% 46.90%
Tangible 126 162 43.80% 56.20%
Self-esteem 136 152 47.20% 52.80%
Belonging 120 168 41.70% 58.30%
Feelings About the Future 142 146 49.30% 50.70%
Loss of Motivation 144 144 50.00% 50.00%
Future Expectation 135 153 46.90% 53.10%
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 288 jumlah subjek
penelitian, terlihat pada variabel Ide Bunuh Diri skor rendah sebanyak 73.30%
dan skor tinggi sebanyak 26.70%. Pada variabel Appraisal skor rendah sebanyak
53.10% dan skor tinggi sebanyak 46.90%. Pada variabel Tangible skor rendah
sebanyak 43.80% dan skor tinggi sebanyak 56.20%. Pada variabel Self-esteem
skor rendah sebanyak 47.20% dan skor tinggi sebanyak 52.80%. Pada variabel
Belonging skor rendah sebanyak 41.70% dan skor tinggi sebanyak 58.30%. Pada
variabel Feelings About the Future skor rendah sebanyak 49.30% dan skor tinggi
sebanyak 50.70%. Pada variabel Loss of Motivation skor rendah sebanyak 50.00%
dan skor tinggi sebanyak 50.00%. Pada variabel Future Expectation skor rendah
sebanyak 46.90% dan skor tinggi sebanyak 53.10%.
Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X < Mean
47
4.4. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap dependen variabel dalam penelitian ini, analisisnya
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Data yang dianalisis
ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu
peneliti memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T score.
Dalam melakukan analisis regresi, ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat
besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians variabel dependen yang
dijelaskan oleh variabel independen, kedua apakah secara keseluruhan variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, kemudian
terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, peneliti
melihat besaran R2
untuk mengetahui berapa persen varians variabel dependen
yang dijelaskan oleh variabel independen. Selanjutnya untuk tabel yang berisi R2,
dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini
Tabel 4.5.
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted
R Square
Standars Error
of the Estimate
1 .375a .140 .119 9.22625
a. Predictors: (Constant), appraisal, tangible, self-esteem, belonging, feelings about the future,
loss of motivation dan future expectation
Berdasarkan data pada tabel 4.5 diketahui bahwa perolehan R2 sebesar 0.140
atau 14%. Artinya proporsi varians dari ide bunuh diri yang dijelaskan oleh semua
Independent Variable (Appraisal Support, Tangible Assistance, Self-esteem
Support, dan Belonging Support, Feelings About the Future, Loss of Motivation
48
dan Future Expectation) dalam penelitian ini adalah sebesar 14%, sedangkan 86%
lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah kedua
peneliti menganalisis dampak dari seluruh Independent Variable terhadap ide
bunuh diri. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6.
Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3889.782 7 555.683 6.528 .000b
Residual 23834.649 280 85.124
Total 27724.432 287
a. Dependent Variable: Ide Bunuh Diri
b. Predictors: (Constant), appraisal, tangible, self-esteem, belonging, feelings about the future,
loss of motivation dan future expectation
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig. <
0.05, maka hipotesis nihil penelitian yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
signifikan dari dimensi appraisal, tangible, self-esteem, belonging, feelings about
the future, loss of motivation dan future expectation terhadap ide bunuh diri
ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari appraisal, tangible, self-
esteem, belonging, feelings about the future, loss of motivation dan future
expectation terhadap ide bunuh diri.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV.
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dapat dilihat melalui kolom Sig. (kolom keenam). Jika Sig. < 0.05 maka koefisien
regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap ide bunuh diri, begitupun
sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing IV terhadap
ide bunuh diri dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini.
49
Tabel 4.7.
Koefisien Regresi
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 57.223 9.705 5.896 .000
APPRAISAL -.055 .100 -.052 -.552 .582
TANGIBLE -.131 .105 -.111 -1.250 .212
SELFESTEEM .129 .095 .096 1.356 .176
BELONGING -.215 .102 -.192 -2.111 .036
FEELINGS .041 .091 .037 .446 .656
LOSS .070 .107 .066 .655 .513
FUTURE .017 .110 .016 .153 .878
a. Dependent Variable: Ide Bunuh Diri
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui persamaan regresi sebagai berikut :
Ide Bunuh Diri = 57.223 – 0.055 (appraisal) – 0.131 (tangible) + 0.129
(selfesteem) - 0.215 (belonging) + 0.041 (feelings about the future) + 0.07
(loss of motivation) + 0.017 (future expectation)
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari tujuh
Independent Variable hanya belonging yang signifikan. Penjelasan dari nilai
koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel appraisal diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.055 dengan Sig.
sebesar 0.582 (Sig. > 0.05) dengan demikian H01 yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari appraisal terhadap ide bunuh diri diterima.
Artinya dari appraisal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ide
bunuh diri.
2. Variabel tangible diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.131 dengan Sig.
sebesar 0.212 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ha2 yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari tangible terhadap ide bunuh diri diterima.
Artinya dari tangible tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ide
bunuh diri.
50
3. Variabel self-esteem diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.129 dengan Sig.
sebesar 0.176 (Sig. > 0.05), dengan demikian Ha3 yang menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari self-esteem terhadap ide bunuh diri diterima.
Artinya, self-esteem tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ide
bunuh diri.
4. Variabel belonging diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.215 dengan Sig.
sebesar 0.036 (Sig. < 0.05), dengan demikian Ha4 menyatakan tidak ada
pengaruh yang signifikan dari belonging terhadap ide bunuh diri ditolak.
Artinya, belonging memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap ide
bunuh diri. Nilai koefisien regresi yang negatif menunjukkan arah hubungan
yang negatif antara belonging dan ide bunuh diri. Artinya, arah yang negatif
menunjukkan bahwa jika skor belonging tinggi maka skor ide bunuh diri
rendah, begitu sebaliknya.
5. Variabel feelings about the future diperoleh nilai koefisien regresi sebesar
0.041 dengan Sig. sebesar 0.656 (Sig. > 0.05), dengan demikian Ha5 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari feelings about the future
terhadap ide bunuh diri diterima. Artinya dari feelings about the future tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ide bunuh diri.
6. Variabel loss of motivation diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.070
dengan Sig. sebesar 0.513 (Sig. > 0.05), dengan demikian Ha6 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari loss of motivation
terhadap ide bunuh diri diterima. Artinya, loss of motivation memiliki pengaruh
positif yang signifikan terhadap ide bunuh diri.
51
7. Variabel future expectation diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.017
dengan Sig. sebesar 0.878 (Sig. > 0.05), dengan demikian Ha7 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari future expectation
terhadap ide bunuh diri diterima. Artinya dari future expectation tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ide bunuh diri.
4.4.1. Pengujian proporsi varians independent variable
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui sumbangan proporsi varians dari masing-
masing independent variable terhadap ide bunuh diri. Maka dari itu, peneliti
melakukan analisis regresi berganda dengan cara menambahkan satu independent
variable setiap melakukan regresi. Kemudian, peneliti dapat melihat penambahan
dari R² (R Square Change) setiap melakukan analisis regresi dan dapat melihat
signifikansi dari penambahan R² tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut :
Tabel 4.8.
Model Summary Proporsi Varians Tiap IV Terhadap DV
No. Independent Variable R2 change R
2 sig Sumbangan
1 Appraisal 0.082 0.082 0.000 8.2%
2 Tangible 0.033 0.114 0.001 3.3%
3 Self-esteem 0.007 0.121 0.138 0.7%
4 Belonging 0.015 0.136 0.029 1.5%
5 Feelings About the
Future
0.000 0.136 0.807 0.0%
6 Loss of Motivation 0.004 0.140 0.243 0.4%
7 Future Expectation 0.000 0.140 0.878 0.0%
Total 14.0%
Keterangan: Model 1=X1, 2=X12, 3=X123, 4=X1234, 5=X12345, 6=X123456, 7=X1234567SS
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel appraisal memberikan sumbangan sebesar 8.2% terhadap varians ide
bunuh diri. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F Change = 0.000 (Sig.
F Change < 0.05).
52
2. Variabel tangible memberikan sumbangan sebesar 3.3% terhadap varians ide
bunuh diri. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F Change = 0.001 (Sig.
F Change < 0.05).
3. Variabel self-esteem memberikan sumbangan sebesar 0.7% terhadap varians
ide bunuh diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan Sig. F Change =
0.138 (Sig. F Change > 0.05).
4. Variabel belonging memberikan sumbangan sebesar 1.5% terhadap varians ide
bunuh diri. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F Change = 0.029 (Sig.
F Change < 0.05).
5. Variabel feelings about the future memberikan sumbangan sebesar 0.0%
terhadap varians ide bunuh diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan Sig. F
Change = 0.807 (Sig. F Change > 0.05).
6. Variabel loss of motivation memberikan sumbangan sebesar 0.4% terhadap
varians ide bunuh diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan Sig. F
Change = 0.243 (Sig. F Change > 0.05).
7. Variabel future expectation memberikan sumbangan sebesar 0.0% terhadap
varians ide bunuh diri. Sumbangan tersebut tidak signifikan Sig. F Change =
0.878 (Sig. F Change > 0.05).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga IV yaitu
appraisal, tangible, dan belonging yang memberikan sumbangan terhadap varians
ide bunuh diri secara signifikan jika dilihat dari besarnya R2 yang dihasilkan.
53
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji regresi
berganda, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
hopelessness dan dukungan sosial terhadap ide bunuh diri pada mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan uji hipotesis minor, terdapat satu variabel yang memiliki
pengaruh yang signifikan adalah belonging sementara appraisal, tangible, self-
esteem, feelings about the future, loss of motivation dan future expectation
memiliki pengaruh tetapi tidak secara signifikan terhadap ide bunuh diri pada
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5.2. Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hal-hal yang mempengaruhi ide bunuh diri
pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, diketahui bahwa dari tujuh independent variable (appraisal,
tangible, self-esteem, belonging, feelings about the future, loss of motivation dan
future expectation) yang diteliti hanya terdapat satu variabel yang mempengaruhi
ide bunuh diri secara signifikan, yaitu belonging. Dalam penelitian ini
sumbangan R2 independent variable terhadap dependent variable sebanyak
14.00%. Hasil kategorisasi ide bunuh diri ada sebanyak 77 responden berada pada
kategori tinggi Hal ini menunjukan bahwa ada 26.70% dari seluruh sampel yang
54
memiliki tingkat ide bunuh diri tinggi. Temuan ini menujukkan bahwa ide bunuh
diri merupakan fenomena yang benar adanya dikalangan mahasiswa. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aarria (2009) yang menyebutkan
bahwa ada 6% mahasiswa yang menjadi sampel penelitiannya memiliki ide bunuh
diri.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa variabel
belonging berpengaruh secara signifikan dan menunjukkan arah yang negatif
terhadap ide bunuh diri. Artinya, semakin tinggi belonging pada individu maka
ide bunuh dirinya semakin rendah dan begitupun sebaliknya semakin rendah
belonging semakin tinggi ide bunuh dirinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Whatley (1992) yang menyatakan bahwa secara umum
dukungan sosial (appraisal, tangible, self-esteem, dan belonging) berpengaruh
secara signifikan terhadap ide bunuh diri. Menurut Cohen (dalam Taylor, 2003)
belonging dapat mengurangi stress karena memfasilitasi perasaan positif dan
terpenuhinya kebutuhan afiliasi. Belonging juga mencakup dukungan berupa
memberi pertolongan kepada individu yang memiliki kekhawatiran akan masalah
yang ia miliki.
Selanjutnya, Dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang tidak
terbukti memiliki pengaruh terhadap ide bunuh diri. Hal ini bertentangan dengan
penelitian sebelumnya. Adapun variabel yang tidak terbukti memiliki pengaruh
terhadap ide bunuh diri antara lain appraisal, tangible, self-esteem, feelings about
the future, loss of motivation dan future expectation.
55
Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa appraisal tidak terbukti
memiliki pengaruh terhadap ide bunuh diri. Artinya tinggi rendahnya bantuan
berupa nasehat yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah untuk membantu
mengurangi stressor tidak berpengaruh terhadap ide bunuh diri. Hal ini mungkin
saja terjadi karena jenis dukungan berupa pemberian nasehat, arahan, informasi
dan feedback mengenai bagaimana seseorang melakukan sesuatu tidak
dipersepsikan sebagai dukungan yang mempengaruhi ide bunuh diri bagi mereka.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden penelitian
berada dalam kategori rendah pada variabel appraisal. Dimana seharusnya
variabel ini berada pada kategori tinggi karena bantuan berupa nasehat, informasi
dan arahan yang berkaitan dengan pemecahan suatu masalah untuk membantu
mengurangi stressor dibutuhkan untk mengurangi kemungkinan ide bunuh diri
yang muncul pada individu.
Variabel Tangible tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ide bunuh diri. Artinya tinggi rendahnya dukungan yang terlihat dan
biasanya bersifat bantuan langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
ide bunuh diri. Hal ini mungkin saja terjadi karena bantuan yang bersifat material,
finansial atau pelayanan adalah suatu dukungan dan motivasi yang berasal dari
luar diri seseorang. Sedangkan ide bunuh diri lebih kepada kognisi dan muncul
karena bagaimana seseorang memaknai hidupnya.
Variabel self-esteem tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ide bunuh diri. Artinya tinggi rendahnya dukungan yang diberikan oleh
orang lain terhadap perasaan kompeten atau harga diri individu atau perasaan
56
seseorang sebagai bagian dari kelompok dimana para anggotanya memiliki
dukungan yang berkaitan dengan self esteem seseorang tidak berpengruh secara
signifikan terhadap ide bunuh diri
Menurut hasil analisis statistik dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
hopelessness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ide bunuh diri. Hal ini
dikarenakan populasi yang peneliti tentukan adalah populasi normal atau tidak
diketahui apakah memiliki penyakit tertentu. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dikemukakan oleh Hagan, Et al (2015) pada studi 1 yang
mengambil sampel mahasiswa yang tidak didiagnosa penyakit tertentu
menunjukkan bahwa hopelessness tidak memiliki efek independen yang
signifikan terhadap ide bunuh diri. Sedangkan dalam studi 2 yang mengambil
sampel pasien-pasien klinik kesehatan mental menunjukkan pengaruh
hopelessness yang signifikan terhadap ide bunuh diri.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa feelings about the future tidak
terbukti berpengaruh secara signifikan pada ide bunuh diri. Artinya, tinggi
rendahnya feelings about the future seperti harapan dan antusiasme; senang;
kepercayaan; dan waktu yang baik tidak berpengaruh pada ide bunuh diri. Hal ini
terjadi karena populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi
normal sehingga pada umumnya responden memiliki feelings about the future
yang baik dan tidak memiliki kecenderungan ide bunuh diri maka dari itu
pengaruh antara feelings about the future dan ide bunuh diri tidak signifikan.
Loss of motivation tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ide bunuh diri. Artinya, tinggi rendahnya keyakinan bahwa kegagalan
57
dan keberhasilan adalah tindakan seseorang individu itu sendiri tidak berpengaruh
pada ide bunuh diri. Hal ini mungkin saja terjadi karena sampel dalam populasi
normal tidak fokus kepada perasaan menyerah, memilih untuk menginginkan
sesuatu, dan mencoba untuk mendapatkan apa yang ia mau.
Future expectation tidak terbukti memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ide bunuh diri. Artinya, tinggi rendahnya ekspektasi seseorang tentang
masa depannya tidak berpengaruh terhadap ide bunuh diri. Hal ini mungkin saja
terjadi karena peneliti tidak mengontrol variabel jenis kelamin. Dimana mungkin
saja ada perbedaan ekspektasi tentang masa depan pada laki-laki dan perempuan.
Hal ini dibuktikan dengan temuan yang dikemukakan oleh Dhingra (2016) bahwa
future expectation memiliki hubungan dengan ide bunuh diri pada perempuan,
tetapi tidak pada laki-laki.
5.3. Saran
Pada bagian ini, saran dibagi menjadi dua bagian, yaitu saran teoritis dan saran
praktis. Penulis memberikan saran secara teoritis dengan harapan dapat
memberikan kontribusi untuk perkembangan penelitian selanjutnya. Selain itu,
peneliti juga menguraikan saran secara praktis dengan harapan dapat memberikan
informasi tambahan terutama bagi pembaca yang berniat melakukan penelitian.
5.3.1. Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
a. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti lain yang tertarik meneliti variabel
dependen yang sama disarankan menggunakan faktor-faktor lainnya seperti,
58
depresi, kecemasan dan pemakaian zat adiktif yang dapat dijadikan variabel
independen untuk melihat pengaruhnya terhadap ide bunuh diri.
5.3.2. Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
a. Pada penelitian ini diketahui, belonging berpengaruh secara signifikan terhadap
ide bunuh diri. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar pembaca lebih
aware terhadap perannya sebagai sumber dukungan sosial bagi lingkungan
sekitarnya sehingga dapat memberikan dukungan berupa kesediaan untuk
meluangkan waktu dengan orang lain dengan memberikan perasaan
keanggotaan dalam suatu kelompok. Hal ini dapat memenuhi kebutuhan afiliasi
dan memfasilitasi perasaan positif.
b. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ada mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang memiliki ide bunuh diri. Sehingga penting sekali
bagi pihak yang berwenang (universitas dan fakultas) untuk mengadakan
penyuluhan mengenai ide bunuh diri. Penyuluhan tersebut bisa diadakan dalam
bentuk kegiatan seminar dan aktivitas sosial mengenai bahayanya ide bunuh
diri yang ada di mahasiswa.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abramson, L.Y., Metalsky, G.I., & Alloy, L.B. (1989). Hopelessness depression:
A theory-based subtype of depression. Psychological Review, 96, 358–372.
Arria, A. M., O’Grady, K. E., Caldeira, K. M., Vincent, K. B., Wilcox, H. C., &
Wish, E. D. (2009). Suicide ideation among college students: A multivariate
analysis. Archives of Suicide Research : Official Journal of the International
Academy for Suicide Research, 13(3), 230–246.
Aulia, Nur. (2016). Analisis hubungan faktor risiko bunuh diri dengan ide bunuh
diri pada remaja di kota rengat kabupaten indragiri hulu tahun 2016. Thesis.
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Beck, A. T., Kovacs, M., & Weissman, A. (1979) Assessment of suicidal ideation:
the Scale for Suicide Ideators. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 47, 343-352.
Beck, A. X, Weissman, A., Lester, D., & Trexler, L. (1974). The measurement of
pessimism: The Hopelessness Scale. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 42, 861-865.
Britton PC, Duberstein PR, Conner KR, et al. Reasons for living, hopelessness,
and suicide ideation among depressed adults 50 years or older. Am J Geriatr
Psychiatry 2008;16(9):736–41.
Brown, S.L., & Vinokur, A.D. (2003). The interplay among risk factors for
suicidal ideation and suicide: The role of depression, poor health, and loved
ones’ messages of support and criticism. American Journal of Community
Psychology.
Centers for Disease Control and Prevention. (2015). Web-based Injury Statistics
Query and Reporting System (WISQARS). Diambil dari
http://www.cdc.gov/injury/wisqars/fatal.html
Cheng, J. K. Y., Fancher, T. L., Ratanasen, M., Conner, K. R., Duberstein, P. R.,
Sue, S., (2010). Lifetime suicidal ideation and suicide attempts in Asian
Americans. Asian American Journal of Psychology, 1, 18–30.
Cohen, S., & Hoberman, H. M. (1983). Positive events and social support as
buffers of life change stress. Journal of Applied Social Psychology, 13, 99-
125.
Cole, D. A. (1988). Hopelessness, social desirability, depression, and parasuicide
in two college student samples. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 56,131-136
60
Cristiani, G. M. (2011). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan
Kecenderungan Bunuh Diri pada Remaja Panti Asuhan. Skripsi. Semarang:
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Davidson, Gerald C., John M. Neale, & Ann M. Kring. (2004). Abnormal
Psychology (9th
edition). US: John Wiley & Sons, Inc.
Gibb, B. E., Alloy, L. A., Abramson, L. Y., Rose, D. T., Whitehouse, W. G., &
Hogan, M. E. (2001). Childhood maltreatment and college students’ current
suicidal ideation: A test of hopelessness theory. Suicide and Life
Threatening Behavior, 31, 405–415.
Hagan, C. R., Podlogar M. C, Chu Carol., & Joiner, T. E. (2015). Testing the
Interpersonal Theory of Suicide: The Moderating Role of Hopelessness,
International Journal of Cognitive Therapy, 8(2), 99–11.
Hawari, D. (2010). Psikopatologi Bunuh Diri. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Hawkley, L. C. & Cacioppo, J. T. (2010). Loneliness matters: a theoretical and
empirical review of consequences and mechanisms. Ann. Behav. Med. 40,
218–227.
Huen, J.M., Ip, B.Y., Ho, S.M., & Yip, P.S. (2015). Hope and hopelessness: The
role of hope in buffering the impact of hopelessness on suicidal ideation.
Plos one, 10, 1 – 18.
Hurlock, 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang Rentang
Kehidupan. Edisi kelima (Terjemahan oleh Istiwidayanti). Jakarta:
Erlangga.
Trend Tingkat Bunuh Kasus Bunuh Diri di Indonesia Meningkat Tiap Tahunnya.
Diakses pada tanggal 3 Februari 2018 dari http://iradiofm.com/trend-
tingkat-kasus-bunuh-diri-di-indonesia-meningkat-tiap-tahunnya/
Priyambodo U. (2017). Angka Bunuh Diri di Indonesia dan Cara Mencegahnya.
diakses pada tanggal 3 februari 2018 dari
https://kumparan.com/@kumparansains/tren-bunuh-diri-di-indonesia-dan-
mancanegara
Maharani, D. (2015). Bunuh Diri Salah Satu Penyebab Kematisn Tertinggi Usia
Produktif. diakses pada tanggal 3 Februari 2018 dari
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/11/160000723/Bunuh.Diri.Salah.
Satu.Penyebab.Kematian.Tertinggi.Usia.Produktif
Linggasari, Y. (2015). Menyoal Kasus Bunuuh Diri di Indonesia. Diakses pada
tanggal 3 Februari 2018 dari
61
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20150911165128-20-
78152/menyoal-kasus-bunuh-diri-di-indonesia
Suicidal Thoughts or Threats. Diakses pada tanggal 5 Februari 2018 dari
https://www.webmd.com/mental- health/tc/suicidal-thoughts-or-threats-
topic-overview#1
Lewinsohn PM, Rohde P, Seeley JR. (1996). Adolescent suicidal ideation and
attem pts: prevalence, risk factors, and clinical im plications. Clinical
Psychology Journal; 3:25–46
McClure, James Andrew. (2012). Investigating Personality Vulnerability to
Suicide Ideation in Community-Residing Older Adults. Electronic Thesis
and Dissertation Repository. 1013.
Michaelson, P (2013) A Hidden Reason for Suicidal Thoughts. Diakses pada
tanggal 4 Maret 2018 dari http://www.whywesuffer.com/a-hidden-reason-
for-suicidal-thoughts/
National Action Alliance for Suicide Prevention, Research Prioritization Task
Force. (2014). A prioritized research agenda for suicide prevention: An
action plan to save lives. Rockville, MD: National Institute of Mental Health
and the Research Prioritization Task Force.
Pan, H. H., & Chiou, C. P. (2004). Hopelessness: A concept analysis. The Journal
of Nursing, 51(1), 85–90.
Reynolds, W. M. (1991) Psychometric characteristics of the adult suicidal
ideation questionnaire in college students, Journal of Personality
Assessment, 56:2, 289-307
Reynolds, W. M. (1987). Suicidal ideation questionnaire- junior. Odessa, FL:
Psychological Assessment Resources
Rowe JL, Conwell Y, Schulberg HC, et al. (2006). Social support and suicidal
ideation in older adults using home healthcare services. Am J Geriatr
Psychiatry 2006; 14:758–766
Sarafino E.P. (2002) Health Psychology. Biopsychosocial Interactions, 7th
edition, Chapter 4. Stress, biopsychosocial factors, and illness. New York.
John Wiley & Sons, pp. 80–109.
Sarason, B.R., Sarason, I.G. & Gurung, R.A.R. (2001).Close Personal
Relationships and Health Outcomes: A Key to the role of Social Support.
Personal Relationship: Implications for Clinical and Community
Psychology. 15-41
62
Spiers, N., Bebbington, P. E., Dennis, M. S., Brugha, T. S., McManus, S., Jenkins,
R., et al. (2013). Trends in suicidal ideation in England: The National
Psychiatric Morbidity Surveys of 2000 and 2007. Psychological Medicine,
1-9.
Suryani, L.K. & Lesmana, C. B. J (2008). Hidup Bahagia-Perjuangan Melawan
Kegelapan. Jakarta: Pustaka Obor Populer
Taylor, S.E., Klein, L.C., Gruenewald, T.L., Gurung, R.A.R. and Fernandes-
Taylor, S. (2003) Affiliation, social support and biobehavioral responses
to stress. In: J. Suls and K. A. Wallston (eds.) Social Psychological
Foundations of Health and Illness. Malden, MA: Blackwell Publishing, pp.
314–331.
Umar, J. (2012). Statistika mentor akademik. Bahan Ajar Fakultas Psikologi UIN
Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
Uncapher, Heather, Dolores Gallagher-Thompson, Nancy J. Osgood, Bruce
Bongar (1998) ;Hopelessness and Suicidal Ideation in Older Adults, The
Gerontologist, Volume 38, Issue 1, 1 February 1998, Pages 62–70.
Whatley, S. L., & Clopton, J. R. (1992). Social support and suicidal ideation in
college students. Psychological Reports, 71, 1 123- 1 128.
Zhang, Y., Yip, Paul. S. F., Fu, King-Wa. (2014). Validation of the Chinese
version of the Reynolds suicidal ideation questionnaire: psychometric
properties and its short version. Health and Quality of Life Outcome. 12:33
Dhingra, K., Debowska, A., Boduszek, D., & Ali, P. (2016). Gender Differences
in Risk and Protective Factor for Resolved Plans and Preparations for
Suicide among University Students. Suicidology online. 73-82.
63
LAMPIRAN 1: KUISIONER
Kepada
Yth.,
Responden Penelitian
Assalamualaikum Wr.Wb.,
Saya adalah mahasiswi Program Strata 1 (S1) Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian untuk memenuhi tugas
akhir. Saya mengharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi responden penelitian
ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Saudara dapat mengisi kuesioner
ini dengan mengikuti petunjuk pengisian yang telah diberikan. Pada kuesioner ini
tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun data dan informasi yang Saudara
berikan, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan dijamin
kerahasiaannya.
Kebersediaan Saudara dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner ini
merupakan bantuan yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu
saya mengucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Hormat Saya,
Khansa Khairunnisa
IDENTITAS
Nama/Inisial :
Usia :
Fakultas/Jurusan/Semester :
Nama Universitas :
No Hp :
Menyatakan bersedia untuk mengisi kuesioner ini.
April 2018
TTD
64
Petunjuk Pengisian Skala I
Pada pernyataan di bawah ini, silakan beri tanda checklist (√) angka dari "0"
(Tidak pernah memiliki pikiran tersebut) ke "4" (Hampir setiap hari
memiliki pikiran tersebut) pada jawaban yang Anda pilih. Mohon benar-benar
jujur. Jawaban Anda sepenuhnya rahasia dan akan dapat digunakan hanya jika
Anda menjawab secara akurat. Skala :
Tidak pernah memikirkan hal tersebut= 0
Pernah memiliki pikiran tersebut, tetapi tidak dalam satu bulan terakhir= 1
Sekali dalam sebulan memiliki pikiran tersebut= 2
Beberapa kali dalam satu bulan memiliki pikiran tersebut= 3
Hampir setiap hari memiliki pikiran tersebut= 4
Contoh :
No Pernyataan Skala
1. Saya memikirkan bagaimana cara untuk bunuh
diri
0 1 2 3 4
Jika anda memberi tanda checklist pada angka 3 di item nomor 1 ini artinya
beberapa kali dalam sebulan anda memiliki pikiran tentang bagaimana cara
untuk membunuh diri anda sendiri.
SKALA I
No Pernyataan Skala
1. Saya pikir akan lebih baik jika saya tidak hidup 0 1 2 3 4
2. Saya memikirkan tentang bunuh diri 0 1 2 3 4
3. Saya memikirkan bagaimana caranya membunuh
diri saya sendiri 0 1 2 3 4
4. Saya memikirkan kapan saya akan membunuh diri
saya sendiri 0 1 2 3 4
5. Saya menuliskan pesan bunuh diri 0 1 2 3 4
65
6. Saya memberitahu orang lain tentang keinginan
saya untuk membunuh diri. 0 1 2 3 4
7. Saya berpikir bahwa orang lain akan lebih bahagia
jika saya mati. 0 1 2 3 4
8. Saya memikirkan bagaimana perasaan orang lain
jika saya melakukan tindak bunuh diri. 0 1 2 3 4
9. Saya berharap saya sudah mati. 0 1 2 3 4
10. Saya berpikir tentang betapa mudahnya
melakukan bunuh diri. 0 1 2 3 4
11. Saya berpikir bahwa bunuh diri akan
menyelesaikan masalah. 0 1 2 3 4
12. Saya berharap memiliki keberanian untuk bunuh
diri 0 1 2 3 4
13. Saya berharap saya tidak pernah dilahirkan. 0 1 2 3 4
14. Saya pikir saya akan melakukan bunuh diri jika
memiliki kesempatan. 0 1 2 3 4
15. Saya memikirkan tentang bagaimana caranya
orang –orang membunuh diri mereka. 0 1 2 3 4
16. Saya memiliki pikiran untuk bunuh diri tetapi
tidak akan melakukannya. 0 1 2 3 4
17. Saya berpikir tentang mengalami kecelakaan yang
parah. 0 1 2 3 4
18. Saya berpikir bahwa hidup tidak berharga untuk
dijalani. 0 1 2 3 4
19. Saya berpikir bahwa hidup terlalu busuk untuk
dilanjutkan. 0 1 2 3 4
20. Saya berpikir bahwa bunuh diri adalah satu-
satunya jalan agar saya diperhatikan. 0 1 2 3 4
21. Saya berpikir ketika melakukan bunuh diri orang
lain akan menyadari bahwa saya berharga 0 1 2 3 4
66
22. Saya berpikir bahwa tidak ada seorangpun yang
peduli jika saya hidup. 0 1 2 3 4
23. Saya berpikir bahwa saya dapat membunuh diri
saya sendiri. 0 1 2 3 4
Petunjuk Pengisian Skala II
Berikut adalah daftar pernyataan yang berhubungan dengan perasaan umum Anda
tentang diri Anda. Tolong tunjukkan apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan
setiap pernyataan dengan memberi tanda checklist (√) pada kolom sebelah kanan
yang ada pada setiap pernyataan.
Adapun pilihan jawaban tersebut adalah :
STS = Sangat Tidak Setuju, jika Anda sangat tidak setuju dengan kalimat
pernyataan.
TS = Tidak Setuju, jika Anda tidak setuju dengan kalimat pernyataan.
S = Setuju, jika Anda setuju dengan kalimat pernyataan.
SS = Sangat Setuju, jika Anda sangat setuju dengan kalimat pernyataan.
Contoh:
No Pernyataan STS TS S SS
1. Masa depan saya tampak gelap bagi saya.
SKALA II
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya melihat masa depan dengan antusias dan
harapan.
2. Saya menyerah karena tidak dapat membuat sesuatu
lebih baik untuk diri sendiri.
3. Ketika suatu hal berjalan buruk, saya terbantu dengan
berfikir bahwa hal tersebut tidak akan terjadi
67
selamanya.
4. Saya tidak dapat membayangkan seperti apa hidup
saya dalam 10 tahun.
5. Saya mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan
hal-hal yang ingin saya lakukan
6. Di masa depan, harapan untuk berhasil adalah hal
yang terpenting.
7. Masa depan saya tampak gelap bagi saya.
8. Saya berharap lebih mendapatkan hal-hal baik
dibandingkan orang lain dalam hidup saya.
10. Pengalaman masa lalu saya telah menyiapkan saya
dengan baik untuk masa depan.
11. Semua yang dapat saya lihat di masa yang akan
datang ialah lebih banyak hal-hal yang tidak
menyenangkan dari pada hal yang menyenangkan.
12. Saya tidak berharap meraih sesuatu benar-benar saya
inginkan.
13. Saat melihat masa depan, saya berharap dapat lebih
bahagia daripada saat ini.
14. Jika suatu hal tidak berjalan sesuai yang saya inginkan
maka saya menyerah.
15. Saya punya harapan besar di masa depan.
16. Saya tidak akan pernah mendapatkan apa yang
diinginkan, jadi adalah hal bodoh jika saya
menginginkan sesuatu.
17. Sepertinya sangat tidak mungkin saya akan
mendapatkan suatu kepuasan yang nyata di masa
depan.
18. Masa depan nampak tidak jelas dan tidak pasti bagi
saya.
68
19. Saya lebih banyak melihat masa-masa yang baik di
masa depan dibandingkan dengan masa-masa yang
buruk.
20. Tidak ada gunanya benar-benar mencoba untuk
mendapatkan sesuatu yang saya inginkan, karena saya
mungkin tidak akan mendapatkannya.
SKALA III
No Pernyataan STS TS S SS
1. Saya memiliki beberapa orang yang saya percaya untuk
membantu menyelesaikan masalah saya.
2. Ada orang yang akan membantu jika saya
membutuhkan bantuan untuk memasang peralatan atau
memperbaiki mobil.
3. Ada seseorang yang merasa bangga dengan pencapaian
saya.
4. Saat saya merasa kesepian, ada beberapa orang yang
dapat diajak berbicara.
5. Saya sering bertemu atau berbicara dengan keluarga
atau teman.
6. Kebanyakan orang yang saya kenal memiliki pemikiran
yang baik tentang diri saya.
7. Saya merasa seperti tidak selalu dilibatkan oleh teman-
teman saya.
8. Saya tidak memiliki seseorang yang dapat memberikan
pandangan objektif mengenai bagaimana caranya
menangani masalah saya.
9. Saya akan kesulitan menemukan seseorang yang akan
mengantar ke dokter ketika sakit.
69
10. Saya akan merasa kesulitan dalam menemukan
seseorang untuk diajak pergi jika saya ingin melakukan
perjalanan seharian.
11. Jika saya membutuhkan tempat untuk tinggal selama
seminggu karena keadaan darurat (seperti, mati air atau
mati listrik di tempat tinggal saya), saya dapat dengan
mudah menemukan seseorang yang dapat menampung
saya.
12. Ada seseorang yang bisa dituju untuk mendapatkan
nasehat tentang bagaimana menangani masalah saya
dan keluarga.
13. Saya akan dengan mudah menemukan orang untuk
pergi bersama jika saya memutuskan pergi secara
mendadak.
14. Saat saya membutuhkan saran dalam bagaimana
menghadapi masalah pribadi, saya tahu seseorang yang
dapat dituju.
15. Jika saya membutuhkan pinjaman untuk keperluan
darurat sebesar Rp. 1.000.000 maka akan ada seseorang
(teman, keluarga, atau kenalan) yang dapat saya
pinjami.
16. Orang-orang secara umum tidak mempercayai saya.
17. Ada seseorang yang dapat saya tuju untuk nasehat
tentang membuat rencana karir atau mengganti
pekerjaan saya.
18. Saya jarang diundang untuk untuk melakukan suatu
kegiatan dengan orang lain.
19. Sebagian besar teman-teman saya lebih sukses membuat
perubahan dalam hidup daripada saya.
20. Jika saya harus keluar kota selama beberapa minggu,
70
saya akan kesulitan dalam menemukan seseorang untuk
menjaga rumah atau apartemen saya.
21. Saya tidak memiliki siapapun yang dapat dipercaya
untuk memberikan saya saran keuangan yang baik.
22. Jika saya ingin makan siang dengan seseorang maka
saya akan dengan mudah menemukan seseorang untuk
menemani.
23. Jika saya tersesat sejauh 16 km dari rumah, ada
seseorang yang dapat saya hubungi dan akan datang
untuk menjemput saya.
24. Jika muncul krisis keluarga, akan sulit untuk
menemukan seseorang yang dapat memberikan saya
saran yang baik tetang bagaimana mengatasi itu.
25. Saya lebih dekat dengan teman saya dibandingkan
dengan kedekatan kebanyakan orang lain dengan
temannya.
26. Ada setidaknya satu orang yang saya kenal yang
sarannya sangat saya percaya.
27. Jika saya membutuhkan pertolongan ketika pindah ke
rumah atau apartemen baru, saya akan kesulitan dalam
menemukan seseorang untuk membantu saya.
28. Saya kesulitan dalam mengimbangi perkembangan
teman-teman saya.
71
LAMPIRAN 2: OUTPUT CFA
A. Ide Bunuh Diri
UJI VALIDITAS IBD
DA NI=23 NO=288 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17
ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23
PM SY FI=IBD.COR
MO NX=23 NK=1 LX=FR TD=SY AD=OFF ME=UL
LK
IBD
FR TD 6 2 TD 21 20 TD 15 1 TD 16 6 TD 3 2 TD 5 1 TD 21 8 TD 23 10
TD 23 7 TD 10 8 TD 15 10 TD 4 3
PD
OU TV SS MI
72
a) Appraisal Support
UJI VALIDITAS APPRAISAL
DA NI=8 NO=288 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM8 ITEM12 ITEM14 ITEM17 ITEM21 ITEM24 ITEM26
PM SY FI=APPRAISAL.COR
MO NX=8 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
APPRAISA
FR TD 4 3 TD 6 1 TD 7 2
PD
OU TV SS MI
73
b) Tangible Support
UJI VALIDITAS TANGIBLE
DA NI=7 NO=288 MA=PM
LA
ITEM2 ITEM9 ITEM11 ITEM15 ITEM20 ITEM23 ITEM27
PM SY FI=TANGIBLE.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
TANGIBLE
FR TD 5 2
PD
OU TV SS MI
74
c) Self-esteem Support
UJI VALIDITAS SELF ESTEEM
DA NI=6 NO=288 MA=PM
LA
ITEM3 ITEM6 ITEM16 ITEM19 ITEM25 ITEM28
PM SY FI=SELFESTEEM.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SELFESTE
FR TD 4 2 TD 6 5 TD 5 2 TD 5 1
PD
OU TV SS MI
d) Belonging
UJI VALIDITAS BELONGING
DA NI=7 NO=288 MA=PM
LA
75
ITEM4 ITEM5 ITEM7 ITEM10 ITEM13 ITEM18 ITEM22
PM SY FI=BELONGING.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
BELONG
FR TD 2 1 TD 6 3 TD 6 2 TD 4 2 TD 7 3
PD
OU TV SS MI
e) Feelings about the future
UJI VALIDITAS FEELINGS
DA NI=7 NO=288 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM5 ITEM6 ITEM9 ITEM12 ITEM14 ITEM18
PM SY FI=FEELINGS.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
FEELINGS
FR TD 7 4 TD 2 1 TD 6 3 TD 4 2 TD 7 2 TD 5 3 TD 3 1 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
76
f) Loss of motivation
UJI VALIDITAS LOSS
DA NI=7 NO=288 MA=PM
LA
ITEM2 ITEM3 ITEM10 ITEM11 ITEM15 ITEM16 ITEM19
PM SY FI=LOSS.COR
MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
LOSS
FR TD 7 6 TD 6 2 TD 7 3 TD 6 3 TD 7 2 TD 3 2 TD 4 3
PD
OU TV SS MI
77
g) Future Expectation
UJI VALIDITAS FUTURE
DA NI=5 NO=288 MA=PM
LA
ITEM4 ITEM7 ITEM8 ITEM13 ITEM17
PM SY FI=FUTURE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
FUTURE
FR TD 3 2
PD
OU TV SS MI
78
79
LAMPIRAN 3: HASIL UJI REGRESI
80
Proporsi Varians