pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat nyeri …eprints.ums.ac.id/74757/16/naskah publikasi eka...
TRANSCRIPT
PENGARUH AROMATERAPI MAWAR TERHADAP
TINGKAT NYERI POST OPERASI FRAKTUR
EKSTREMITAS DI RS ORTOPEDI PROF. Dr. R. SOEHARSO
SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
EKA DEVI PERMATASARI
J210150 107
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
iii
ii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti
ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggung
jawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 9 Mei 2019
Yang menyatakan
(Eka Devi Permatasari)
iii
1
PENGARUH AROMATERAPI MAWAR TERHADAP TINGKAT NYERI
POST OPERASI FRAKTUR EKSTREMITAS DI RS ORTOPEDI PROF.
Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA
Abstrak
Respon nyeri dapat menimbulkan gangguan fisiologis maupun psikologis.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat
nyeri pada pasien post operasi fraktur ekstremitas di RS Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta.Rancangan penelitian menggunakan quasi experiment
(eksperimen semu) dengan menggunakan non randomized pre-test and post-test
control group.Jumlah sampel sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan
sampel purposive sampling.Pengumpulan data dengan penilaian tingkat nyeri
kuesioner NRS (Numeric Ratting Scale) kelompok kontrol dan intervensi.Hasil uji
independent t-test terhadap tingkat nyeri pre test antara kelompok kontrol dan
intervensi menunjukkan terdapat perbedaan tingkat nyeriyang tidak signifikan
dengan nilai p-value 1.000. Sedangkan tingkat nyeri post test antara kelompok
kontrol dan intervensi terdapat perbedaan tingkat nyeri yang signifikan dengan
nilai p-value 0.014. Hasil uji paired sampel t-test terhadap tingkat nyeri pre test
dan post test pada kelompok kontrol menunjukkan terdapat perbedaan tingkat
nyeri yang tidak begitu signifikan dengan nilai p-value 0,384. Sedangkan pada
kelompok intervensi terdapat perbedaan tingkatnyeri yang signifikan dengan nilai
p-value 0,001.Disimpulkan bahwa pemberian aromaterapi mawar dapat
menurunkan tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur ekstremitas.
Kata Kunci: Fraktur, Nyeri, Aromaterapi Mawar
Abstract
Pain response can cause physiological and psychological disorders. This study
was to determine the effect of rose aromatherapy on the level of pain in patients
with extremity postoperative fractures at Orthopedic Hospital Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta. The design of the study used quasi experiment (quasi-
experimental) using non randomized pre-test and post-test control group. The
number of samples was 30 people with purposive sampling technique. Data
collection with the NRS questionnaire pain level assessment (Numeric Ratting
Scale) control and intervention groups. The results of the independent t-test on the
level of pain pre test between the control group and the intervention showed that
there were differences in the level of pain that was not significant with a p-value
of 1,000. Whereas the post test pain level between the control and intervention
groups had significant differences in pain levels with a p-value of 0.014. The
results of the paired sample t-test on the level of pain in the pre test and post test
in the control group showed that there were differences in the level of pain that
was not so significant with a p-value of 0.384. Whereas in the intervention group
there were significant differences in levels with a p-value of 0.001. It was
2
concluded that the administration of rose aromatherapy can reduce the level of
pain in patients with postoperative fracture of the extremities.
Keywords: Fractures, Pain, Rose Aromatherapy
1. PENDAHULUAN
Insiden fraktur didunia semakin meningkat, hal ini terbukti menurut badan
kesehatan dunia (WHO) mencatat fraktur yang terjadi didunia kurang lebih 13
juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi 2,7%. Sementara itu pada
tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang dengan angka prevalensi 4,2%.
Tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 21 juta orang dengan angka
prevalensi 3,5%, pada tahun 2011 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3
juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur terjadi akibat
dari kecelakaan, cidera olahraga, bencana kebakaran, bencana alam, dan lain
sebagainya. (Rivaldy, dkk, 2015)
Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap inegritas
seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang
dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut merupakan keadaan
subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidaknyamanan secara verbal
maupun nonverbal. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan, dengan umur dibawah 45 tahun, biasanya berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor. Pada usia diatas 60 tahun, perempuan lebih sering mengalami fraktur
dibandingkan dengan laki-laki yang berkaitan dengan perubahan hormone pada
saat menopause, sehingga mengakibatkan osteoporosis (Mediarti, 2015). Dampak
yang timbul pada pasien dengan fraktur yaitu dapat mengalami perubahan pada
bagian tubuh yang terkena cedera, merasakan cemas akibat rasa sakit dan rasa
nyeri yang dirasakan, resiko terjadinya infeksi, resiko perdarahan, gangguan
integritas kulit, serta berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar
lainnya. Selain itu fraktur juga bisa menyebabkan kematian (Septiani,
3
2015).Akibat dari prosedur pembedahan, pasien akan mengalami gangguan rasa
nyaman atau nyeri (Apriansyah, dkk, 2015).
Manajemen untuk mengatasi nyeri dapat dibagi menjadi 2, yaitu manajemen
farmakologi dan manajemen non farmakologi.Manajemen farmakologi yaitu
manajemen yang berkolaborasi antara dokter dengan perawat, yang menekankan
pada pemberian obat yang mampu menghilangkan rasa nyeri. Sedangkan
manajemen non farmakologi merupakan manajemen untuk menghilangkan rasa
nyeri dengan menggunakan teknik, yaitu pemberian kompres dingin atau panas,
teknik relaksasi, terapi hypnothis, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulus saraf
elektrik transkutan, stimulus, terapi music dan massage kutaneus, massage bisa
membuat nyaman karena akan merileksasikan otot-otot. Jadi sangat efektif untuk
meredakan nyeri.(Mediarti, 2015).
Aromaterapi adalah metode yang tidak hanya membantu memperbaiki
gejala fisik, tetapi juga membantu gejala fisiologis, dan dapat mengarah pada
peningkatan kualitas kesehatan mental pada manusia.(Mehta, dkk 2014).Salah
satu tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai aromaterapi adalah bunga mawar.
Pada saat aromaterapi mawar dihirup, molekul yang mudah menguap akan
membawa unsur aromatic yang akan merangsang memori dan respon emosional
yang menyebabkan perasaan tenang dan rileks serta dapat memperlancar aliran
darah (Ridho, 2015).
Aromaterapi ialah istilah lain minyak essensial yang mempunyai aroma
serta berguna sebagai terapi. Minyak mawar mengandung Nerol yang mempunyai
bau harum sehingga biasa digunakan sebagai bahan minyak bau terapi yang dapat
memberikan efek menenangkan, mengurangi depresi, stress,
ketegangan, mengendorkan saraf dan mengurangi nyeri. Selain kandungan
nerol pada minyak mawar juga memiliki kandungan citral, eugenol, geraniol,
citronellol, farnesol, linalool, dan phenylethyl alcohol.Penggunaan aromaterapi
mawar bisa menumbuhkan perasaan tenang pada jasmani, pikiran, dan
rohani.Aromaterapi mawar juga memiliki efek analgesik lokal dan
antispasmodik.( Uysal,dkk, 2016).
4
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RS Ortopedi Prof. Dr. R.
Soeharso Surakarta bulan Desember 2018 pada pasien post operasi fraktur
ekstremitas, diperoleh pernyataan bahwa pasien mengalami nyerisesudah operasi
yang mereka jalani.Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh aromaterapi mawar terhadap
tingkat nyeri post operasi fraktur ekstremitas di RS Ortopedi Dr. R Soeharso
Surakarta”.
2. METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh aromaterapi
mawar terhadap tingkat nyeri post operasi fraktur ekstremitas di RS Ortopedi Dr.
R Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan
rancangan penelitian Non Randomizedpre test dan post test with control group.
Populasi dalam penelitian ini semua pasien fraktur ekstremitas atas dan bawah
yang dirawat inap di RS.Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta pada bulan
Juni-Oktober 2018 sebanyak 579 pasien. Berdasarkan penelitian (Sugiyono, 2015)
mengambil 30 sampel, dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari 15
responden kelompok kontrol dan 15 kelompok eksperimen sesuai kriteria dengan
teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan Numeric
ratting Scale (NRS). Sedangkan analisis data menggunakan uji normalitas data,
ujipaired t-test dan uji independent t-test.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik
Responden
Kontrol Intervensi
Frek % Frek %
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
Total
13
2
15
86,7
13,3
100
10
5
15
66,7
33,3
100
5
2.
Usia
a. 15-25 tahun
b. 26-45 tahun
c. 46-65 tahun
d. > 65 tahun
Total
3
1
11
0
15
20,0
6,7
73,3
0
100
4
5
4
2
15
26,7
33,3
26,7
13,3
100
3. Pendidikan
a. Tidak
sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. PT
Total
0
6
5
4
0
15
0
40,0
33,3
26,7
0
100
0
4
6
5
0
15
0
26,7
40,0
33,3
0
100
4. Pengalaman
dirawat
a. Tidak
b. Iya
Total
13
2
15
86,7
13,3
100
14
1
15
93,3
6,7
100
Karakteristik responden pada kelompok kontrol menunjukkan
distribusi tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden
(86,7%), berumur 46-65 tahun sebanyak 11 responden (73,3%),
berpendidikan SD sebanyak 6 responden (40%), dan tidak pernah dirawat
sebanyak 13 responden (86,7%).
6
Selanjutnya pada kelompok intervensi menunjukkan distribusi
tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 respnden (66,7%),
berumur 26-45 tahun sebanyak 5 responden (33,3%), berpendidikan SMP
sebanyak 6 responden (40%), dan tidak pernah dirawat sebanyak 14
responden (93,3%).
3.2 Analisis Univariat
Tabel 2. Tingkat Nyeri (NRS) pre post test
Tingkat nyeri Kontrol Intervensi
Pre Post Pre Post
Nyeri ringan (1-3) 1 2 3 7
Nyeri sedang (4-6) 9 10 5 8
Nyeri berat (7-10) 5 3 7 0
Distribusi frekuensi tingkat nyeri pre test pada kedua kelompok
menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol memiliki intensitas nyeri
sedang sebanyak 9 responden (60%), nyeri berat 5 responden (33,3%) dan
nyeri ringan sebanyak 1 responden (6,7%) dan pada kelompok intervensi
memiliki intensitas nyeri berat sebanyak 7 responden (46,7%), nyeri sedang
5 responden (33,3%) dan nyeri ringan sebanyak 3 responden (20%).
Distribusi frekuensi tingkat nyeri post test pada kelompok kontrol
sebagian besar adalah nyeri sedang sebanyak 10 responden (66,7%), nyeri
berat 3 responden (20%) dan nyeri ringan 2 responden (13,3%). Sedangkan
pada kelompok intervensi menunjukkan sebagian besar mengalami nyeri
sedang sebanyak 8 responden (53,3%), dan nyeri ringan sebanyak 7
responden (46,7%).
7
3.3 Analisa Bivariat
3.3.1 Uji Berpasangan
Tabel 3. Uji paired sample t-test pre test dan post test
tingkat nyeri kelompok kontrol
Pengamatan Rerata thitung Pvalue Keputusan uji
Pre test
post test
2,27
2,07 0,899 0,384 Ho diterima
Hasil uji paired sample t-test pre test post test pada kelompok kontrol
diperoleh nilai signifikansi (p-value) 0,384. Nilai signifikansi lebih tinggi
dari 0,05 (0,384>0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 diterima, sehingga
disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada kelompok kontrol.
Tabel 4. Uji paired sample t-test pre test dan post test
tingkat nyeri kelompok intervensi
Pengamatan Rerata thitung Pvalue Keputusan
uji
Pre test
Post test
2,27
1,53 6,205 0.001 Ho ditolak
Hasil uji paired sample t-test pre test post test kelompok intervensi
diperoleh nilai signifikansi (p-value) 0,001. Nilai signifikansi lebih rendah
dari 0,05 (0,001<0,05) sehingga keputusan uji adalah H0 ditolak, sehingga
disimpulkan terdapat perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah
pemberian aromaterapi mawar. Berdasarkan nilai rata-rata (rerata) pre tes
dan post test, nampak bahwa nilai post test leih rendah dari nilai post test.
Maka hasil uji paired sampel t-test dapat disimpulkan bahwa pemberian
aromaterapi mawar signifikan menurunkan tingkat nyeri pada pasien post
operasi fraktur ekstremitas.
8
3.3.1 Uji Tidak Berpasangan
Uji independent t-test digunakan untuk menganalisi lebih efektif mana
antara kelompok kontrol dan intervensi terhadap penurunan tingkat nyeri
pada pasien post operasi fraktur.
Tabel 5. Uji independent sample t-test pre test
tingkat nyeri kelompok kontrol dan intervensi
Pengamatan Rerata thitung Pvalue Keputusan uji
Kontrol
Intervensi
2,27
2,27 0,001 1.000 Ho diterima
Hasil uji independent sample t-test pre test kelompok kontrol dan
intervensi diperoleh nilai signifikansi (p-value) 1.000. Nilai signifikansi
lebih tinggi dari 0,05 (1.000>0,05) sehingga keputusan uji adalah H0
diterima, maka disimpulkan tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada pre test
antara kelompok kontrol dan intervensi.
Tabel 6. Uji independent sample t-test post test
tingkat nyeri kelompok kontrol dan intervensi
Pengamatan Rerata thitung Pvalue Keputusan uji
Kontrol
Intervensi
2,07
1,53 2,625 0,014 Ho ditolak
Sedangkan hasil uji independent t-test post test kelompok kontrol dan
intervensi diperoleh nilai signifikansi (p-value) 0,014. Nilai signifikansi
lebih rendah dari 0,05 (0,014<0,05) sehingga keputusan uji H0 ditolak,
maka disimpulkan terdapat perbedaan tingkat nyeri sesudah diberikan
perlakuan antara kelompok kontrol dan intervensi.
Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian aromaterapi mawar pada
kelompok intervensi lebih efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pada
pasien post operasi fraktur ekstremitas.
9
3.4 Pembahasan
3.4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian kriteria responden
menunjukkan bahwa distribusi jenis kelamin pada kedua kelompok adalah
laki-laki.Dimana laki-laki pada umumnya lebih cenderung memiliki
kegiatan yang banyak dan sering dihubungkan dengan pekerjaan atau
trauma/cidera karena kecelakaan sehingga terjadi fraktur.
Distribusi usia pada kelompok kontrol terbanyak umur 46-65 tahun,
sedangkan pada kelompok intervensi terbanyak 26-45 tahun. Berdasarkan
hal tersebut menunjukkan sebagian besar responden sudah memasuki usia
dewasa hingga lansia, baik dewasa awal, akhir dan lansia muda merupakan
usia yang paling rentang mengalami fraktur sehingga menimbulkan nyeri.
(Judha,dkk,2012) menyatakan tentang umur merupakan variable penting
yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada umur anak-anak sampai umur
lansia Semakin bertambahnya usia maka akan semakin banyak mengalami
masalah baik fisik maupun psikologis.
Karakteristik responden berdasar tingkat pendidikan pada kedua
kelompok yaitu SD dan SMP. Hubungan tingkat pendidikan terhadap nyeri
yang dikemukakan Notoatmodjo (2008) mengatakan bahwa semakin tinggi
pendidikan, semakin luas pengetahuan dan pemahamannya tentang konsep
disertai pemikiran yang baik dan dewasa maka akan memberikan presepsi
yang baik pula.
Berdasarkan pengalaman dirawat sebagian besar responden pada kedua
kelompok belum pernah mengalami dirawat di RS dalam waktu yang
lama.Hal ini dapat menyebabkan seseorang memiliki persepsi yang kurang
baik dan bisa mengganggu kenyamanan dan perasaan seseorang.
3.4.1 Gambaran Tingkat Nyeri
Distribusi frekuensi nyeri post test pada kedua kelompok sebagian besar
memiliki tingkat nyeri sedang yaitu kelompok kontrol sebanyak 9 responden
(60%) dan kelompok intervensi sebanyak 10 responden (66,7%). Pasien
terbanyak adalah dengan fraktur clavicula dan femur.Penelitian Iswari
10
(2012) menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang menjalani operasi
ortopedi memiliki tingkat nyeri sedang dan berat paska operasi ortopedi.
Pembedahan atau operasi adalah tindakan yang menggunakan cara invasif
dengan membuat sayatan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan.
Akibat dari prosedur pembedahan, pasien akan mengalami gangguan rasa
nyaman atau nyeri (Apriansyah, dkk, 2015).
Penurunan nyeri setelah dilakukan intervensi merupakan bentuk
keberhasilan penatalaksanaan nyeri paska operasi yang semakin meningkat
di bidang keperawatan. Hal tersebut dikemukakan oleh (Mutaqqin, 2011)
bahwa penatalaksanaan nyeri yang bersifat farmakologi dan non
farmakologi pada saat ini telah mampu menurunkan derajat nyeri yang
dirasakan oleh pasien paska operasi. Dalam keadaan relaksasi alamiah akan
memicu pengeluaran hormon endorfin, hormon ini adalah analgesik alami
dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang (Prasetyo, 2010). Perawat dapat
melakukan intervensi mandiri pada pasien dengan memberikan advocate
dalam keamanan dan kenyamanan.
3.4.1 Pengaruh Aromaterapi Mawar terhadap Tingkat Nyeri Pasien Post
Operasi Fraktur Ekstremitas
Berdasarkan hasil uji independent t-test menganalisis lebih efektif mana
antara kelompok kontrol dan intervensi terhadap penurunan tingkat nyeri.
Hasil menunjukkan terdapat perbedaan tingkat nyeri yang tidak begitu
signifikan. Hal ini memunjukkan bahwa responden antara kelompok kontrol
dan intervensi mayoritas memiliki tingkat nyeri yang sama. Sedangkan
keefektifan tingkat nyeri post test antara kelompok kontrol dan intervensi
terdapat perbedaan tingkat nyeri yang signifikan. Hal ini berarti bahwa
responden antara kelompok kontrol dan intervensi memiliki tingkat nyeri
yang berbeda. Berdasarkan perbedaan nilai signifikansi tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh aromaterapi mawar terhadap tingkat
nyeri pasien post operasi fraktur ekstremitas.
11
Manajemen untuk mengatasi nyeri salah satunya adalah manajemen
non farmakologi, yaitu manajemen untuk menghilangkan rasa nyeri dengan
menggunakan teknik, yaitu pemberian kompres dingin atau panas, teknik
relaksasi, terapi hypnothis, imajinasi terbimbing, distraksi, stimulus saraf
elektrik transkutan, stimulus, terapi music dan aromaterapi yang bisa
membuat nyaman karena akan merileksasikan otot-otot. Jadi sangat efektif
untuk meredakan nyeri (Mediarti, 2015).
Aromaterapi adalah metode yang tidak hanya membantu
memperbaiki gejala fisik, tetapi juga membantu gejala fisiologis, dan dapat
mengarah pada peningkatan kualitas kesehatan mental pada manusia.
(Mehta, dkk 2014). Penggunaan aromaterapi dapat mempengaruhi
seseorang secara psikis yang membuat menjadi nyaman dan tenang.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Novia Ayu Puspita
(2018) tentang Pengaruh Aromaterapi Lavender dan Genggam Jari
Terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi Fraktur. Penelitian dari Novia Ayu
Puspita menyimpulkan bahwa pemberian aromaterapi lavender mampu
menurunkan nyeri pada pasien bedah.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nikjou R, Kazemzadeh R,
Rostamnegad M, Moshfegi S, Karimollahi M, Salehi H, (2017), tentang The
Effect of Lavender Aromatherapy on the Pain Severity of Primary
Dysmenorrhea: A Triple ‑ blind Randomized Clinical Trial.Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa inhalasi lavender mengurangi keparahan
nyeri selama menstruasi.
3.4.1 Efektivitas Aromaterapi Mawar terhadap Tingkat Nyeri Pasien
Post Operasi Fraktur Ekstremitas
Berdasarkan hasil uji paired sampel t-test terhadap rata-rata tingkat nyeri
pre test dan post test pada kelompok kontrol menunjukkan terdapat
perbedaan tingkat nyeri yang tidak begitu signifikan. Sedangkan pada
kelompok intervensi terdapat perbedaan tingkat nyeri yang signifikan. Maka
hasil uji paired sampel t-test dapat disimpulkan bahwa pemberian
12
aromaterapi mawar dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien post
operasi fraktur ekstremitas.
Pembedahan atau operasi adalah tindakan yang menggunakan cara
invasif dengan membuat sayatan dan diakhiri dengan penutupan dan
penjahitan. Akibat dari prosedur pembedahan, pasien akan mengalami
gangguan rasa nyaman atau nyeri (Apriansyah, dkk, 2015). Salah satu
manajemen untuk mengatasi nyeri adalah aromaterapi. Aromaterapi adalah
metode yang tidak hanya membantu memperbaiki gejala fisik, tetapi juga
membantu gejala fisiologis, dan dapat mengarah pada peningkatan kualitas
kesehatan mental pada manusia (Mehta, dkk 2014).
Salah satu tumbuhan yang memiliki fungsi sebagai aromaterapi
adalah bunga mawar. Pada saat aromaterapi mawar dihirup, molekul yang
mudah menguap akan membawa unsur aromatic yang akan merangsang
memori dan respon emosional yang menyebabkan perasaan tenang dan
rileks serta dapat memperlancar aliran darah (Ridho, 2015).
Aromaterapi mawar dapat diberikan dengan beberapa cara salah
satunya dengan inhalasi yaitu dengan menghirup langsung. Pemberian
secara langsung ini memberikan efek yang lebih baik karena indra
penciuman mempunyai kontak langsung dengan bagian otak yang dapat
merangsang efek dari aromaterapi. Dalam keadaan relaksasi alamiah akan
memicu pengeluaran hormon endorfin, hormon ini adalah analgesik alami
dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang (Prasetyo, 2010).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu,
yaitu penelitian (Turlina dan Fadhilah, 2017) yang meneliti “pengaruh
pemberian aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri pada ibu
bersalin kala I fase aktif di BPM Ny. Margelina, AMd. Keb desa Supenuh
Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan.Penelitian ini menyimpulkan
bahwa pemberian aromaterapi lavender signifikan terhadap penurunan
tingkat nyeri pada ibu bersalin.
Selain itu didukung juga oleh penelitian dari Meita Ardela, roni
yuliwardan novita dewi (2017). Mengenai efektivitas relaksasi nafas dalam
13
dan relaksasi aromaterapi bunga mawar terhadap perubahan nyeri pada
remaja yang mengalami dysmenorrhea primer di kecamatan Lowokwaru
Malang ini menyimpulkan bahwa pemberian terapi relaksasi nafas dalam
dan relaksasi aromaterapi bunga mawar signifikan dalam meredakan nyeri
dysmenorrhea primer.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
a. Pada kelompok kontrol diperoleh hasil penilaian tingkat nyeri pasien
post operasi faktur di RS Ortopedi Dr. R. Soeharso Surakarta pre test
sebagian besar adalah nyeri sedang, sedangkan hasil post test tingkat
nyeri masih sama, yaitu tingkat nyeri sedang.
b. Pada kelompok intervensi diperoleh hasil tingkat nyeri pasien post
operasi faktur di RS Ortopedi Dr. R. Soeharso Surakarta pre test
sebagian besar adalah nyeri berat, sedangkan post test tingkat nyeri
menurun menjadi sedang.
c. Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi mawar terhadap tingkat
nyeri pada pasien post operasi fraktur ekstremitas.
4.2 Saran
a. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema sama
hendaknya menggunakan metode penelitian lain dan lebih
dikembangkan lagi hasil penelitiannya seperti jumlah sampel lebih
besar dan modifikasi dengan terapi relaksasi progresif lainnya.
b. Bagi para responden
Penelitian ini diharapkan para responden mengenal bahwa terdapat
terapi lain yang dapat digunakan selain dari penggunaan terapi obat,
salah satunya dengan aromaterapi dan diharapkan para responden dapat
melakukan pemberian aromaterapi secara mandiri untuk memberikan
rel.aksasi dan kenyamanan ketika mengalami masalah.
14
DAFTAR PUSTAKA
Apriansyah, Akbar., Romandoni, Siti dan Andriannovita. D. (2015).
Hubungan Antara tingkat Kecemasan Pre Operasi Dengan Derajat
Nyeri Pda Pasien Post Sectio Caesarea Di RS Muhammadiyah
Palembang. Jurnal keperawatan Sriwijaya, Volume 2 No.1 Januari
2015 ISSN No. 23555459
Iswari M.F. (2012). Gambaran Tingkat Nyeri Dan Kecemasan Pasien Post
Operasi Orthopedi Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.Jurnal
Keperawatan.
Judha, M. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan.Yogyakarta :
Nuha Medika
Mediarti, Devi, Rosnani Rosnani, and Sosya Mona Seprianti.(2015).
"Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri pada Pasien
Fraktur Ekstremitas Tertutup di IGD RSMH Palembang Tahun
2012."Jurnal kedokteran dan kesehatan2.3 : 253-260.
M. Ridho. 2015. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Bunga Mawar Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut Usia Dengan Hipertensi Di
Sungai Bundung Laut Kabupaten Mempawah Tahun 2015.
Mehta, P. P., Shah, R. M., Shinde, V. M., Kamble, R. N., & Mahadik, K. R.
(2014). Article Details Phytochemical and Pharmacological Aspects of
Sandalwood
Ardela, Meita., Yuliwar, Roni dan Dewi, Novita. (2017). Efektivitas
Relaksasi Nafas Dalam dan Relaksasi Aromaterapi Bunga Mawar
Terhadap Perubahan Nyeri Pada Remaja Yang Mengalami
Dysmenorrhea Primer di Kecamatan Lowokwaru Malang.Nursing
News, Volume 2, Nomor 1, 2017.
Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S.(2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
15
Prasetyo, S. (2010).Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Puspita, Ayu Novia &Maliya, A. (2018), “ Pengaruh Aromaterapi Lavender
dan Genggam Jari terhadap Intensitas Nyeri Post Opersi Fraktur di RS.
Ortopedi Prof. DR. R Soeharso Surakarta”.Skripsi thesis.Universitas
Muhammadiyah Surakarta.http://eprints.ums.ac.id/66004, Diakses 29
September 2018.
Rivaldy, Djamal, Sefty Rompas, Jeavery Bawotong. (2015). Pengaruh terapi
musik terhadap skala nyeri pada pasien fraktur di Irina ARSUP.
DR. R. D. Kandou Manado, e-journal keperawatan, vol. 3 no.2.
diakses pada 10 November 2018.
Septiani Lisa. (2015). Naskah Publikasi: Analisa Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Nyeri pada Klien Fraktur di RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
Sugiyono.(2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method).Bandung:
Alfabeta.
Turlina, L. (2017). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender Terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di BPM
Ny. Margelina, AMd. Keb Desa Supenuh Kecamatan Sugio Kabupaten
Lamongan. STIKES Muhammadiyah Lamongan.
Uysal M., Dogru H., Sapmaz e., Tas U., Cakmak B., Ozsoy A. Investigating
The Effect Of Rose Essential Oil In Patients With Primary
Dysmnorrhea.Complementary Therapies in Clinical Practice, 2016, 24
(2016): 45-49