pengaruh aplikasi gel apf terhadap kekasaran permukaan

17
Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan Resin Sealant Deryana Avidhianita 1 , Mia Damiyanti 2 , Ali Noerdin 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia 2 Department of Dental Material, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Latar Belakang: Apabila resin sealant terpapar gel APF yang bersifat asam, kasarnya permukaan dapat menyebabkan adhesi bakteri dan karies sekunder. Tujuan: Menganalisis pengaruh aplikasi gel APF terhadap kekasaran permukaan resin sealant. Metode: Tiga puluh enam spesimen resin sealant dibagi secara acak ke dalam enam kelompok, yaitu aplikasi gel APF dan akuades selama tiga puluh menit sebanyak satu, dua dan tiga kali. Nilai kekasaran permukaan rerata diukur dengan surface roughness tester Mitutoyo SJ201. Hasil: Kekasaran permukaan meningkat bermakna setelah satu kali aplikasi, dan menurun bermakna setelah dua kali aplikasi. (p<0,05) Kesimpulan: Gel APF menurunkan kekasaran permukaan resin sealant setelah dua kali aplikasi. Effect of APF Gel Application on the Surface Roughness of Resin Sealant Abstract Background: If resin sealant was exposed by acidic APF gel, roughened surface material would increase bacterial adhesion and leading to secondary caries. Objectives: To analyze the effect of APF gel application on the surface roughness of resin sealant. Methods: Thirty six resin sealant specimens were randomly divided into six groups, APF gel and aquadest one, two and three times application for thirty minutes each. Mean roughness was measured by Mitutoyo SJ201 surface roughness tester. Results: Surface roughness was significantly increased after one time gel application, and decreased significantly after twice gel application. (p<0,05) Conclusions: APF gel decreased resin sealant surface roughness after twice application. Keywords: Resin sealant, APF gel, surface roughness Pendahuluan Pendekatan perawatan kedokteran gigi telah beralih dari yang bersifat kuratif menjadi preventif. 1 Terdapat tiga tingkat usaha preventif atau pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk memelihara kesehatan dan meminimalisasi risiko suatu penyakit. Yang termasuk usaha pencegahan primer terhadap karies antara lain aplikasi fluor topikal serta pit dan fissure sealant. 2 Pit dan fissure sealant berperan sebagai penghalang fisik permukaan gigi dari bakteri dan produk asam. Sealant melapisi dan melindungi struktur pit dan fissure yang tidak dapat dibersihkan oleh saliva. 3,4 Perawatan ini dilakukan sedini mungkin hingga empat tahun setelah gigi erupsi. Pit dan fissure sealant diindikasikan untuk gigi posterior permanen yang telah Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan Resin Sealant

Deryana Avidhianita

1, Mia Damiyanti

2, Ali Noerdin

2

1Undergraduate Program, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia

2Department of Dental Material, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, Jakarta 10430, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Apabila resin sealant terpapar gel APF yang bersifat asam, kasarnya permukaan dapat

menyebabkan adhesi bakteri dan karies sekunder. Tujuan: Menganalisis pengaruh aplikasi gel APF terhadap

kekasaran permukaan resin sealant. Metode: Tiga puluh enam spesimen resin sealant dibagi secara acak ke

dalam enam kelompok, yaitu aplikasi gel APF dan akuades selama tiga puluh menit sebanyak satu, dua dan tiga

kali. Nilai kekasaran permukaan rerata diukur dengan surface roughness tester Mitutoyo SJ201. Hasil:

Kekasaran permukaan meningkat bermakna setelah satu kali aplikasi, dan menurun bermakna setelah dua kali

aplikasi. (p<0,05) Kesimpulan: Gel APF menurunkan kekasaran permukaan resin sealant setelah dua kali

aplikasi.

Effect of APF Gel Application on the Surface Roughness of Resin Sealant

Abstract

Background: If resin sealant was exposed by acidic APF gel, roughened surface material would increase

bacterial adhesion and leading to secondary caries. Objectives: To analyze the effect of APF gel application on

the surface roughness of resin sealant. Methods: Thirty six resin sealant specimens were randomly divided into

six groups, APF gel and aquadest one, two and three times application for thirty minutes each. Mean roughness

was measured by Mitutoyo SJ201 surface roughness tester. Results: Surface roughness was significantly

increased after one time gel application, and decreased significantly after twice gel application. (p<0,05)

Conclusions: APF gel decreased resin sealant surface roughness after twice application.

Keywords: Resin sealant, APF gel, surface roughness

Pendahuluan

Pendekatan perawatan kedokteran gigi telah beralih dari yang bersifat kuratif menjadi

preventif.1

Terdapat tiga tingkat usaha preventif atau pencegahan, yaitu pencegahan primer,

sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk memelihara kesehatan dan

meminimalisasi risiko suatu penyakit. Yang termasuk usaha pencegahan primer terhadap

karies antara lain aplikasi fluor topikal serta pit dan fissure sealant.2

Pit dan fissure sealant berperan sebagai penghalang fisik permukaan gigi dari bakteri

dan produk asam. Sealant melapisi dan melindungi struktur pit dan fissure yang tidak dapat

dibersihkan oleh saliva.3,4

Perawatan ini dilakukan sedini mungkin hingga empat tahun setelah

gigi erupsi. Pit dan fissure sealant diindikasikan untuk gigi posterior permanen yang telah

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 2: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

erupsi sempurna dengan pit dan fisur yang dalam, tanpa restorasi ekstensif dan karies aktif.

Pit dan fissure sealant dapat berbahan dasar semen ionomer kaca ataupun resin. Sealant

berbahan resin lebih sering digunakan karena lebih retentif dan tahan lama dibandingkan

dengan semen ionomer kaca.

Aplikasi fluor efektif meremineralisasi permukaan gigi.5

Indikasi aplikasi fluor antara

lain untuk pasien dengan risiko karies tinggi pada permukaan halus dan permukaan akar,

pasien yang sedang menjalani perawatan orthodontik dan pasien dengan laju alir saliva

rendah. Fluor topikal diberikan setiap empat sampai enam bulan sekali.6

Agen aplikasi fluor

yang paling sering digunakan secara profesional adalah gel APF (Acidulated Phosphate

Fluoride) 1,23% karena bersifat stabil dan banyak beredar di pasaran. Gel APF mengandung

asam fosfat yang mengetsa email gigi, kemudian ion fluor menggantikan mineral

hidroksiapatit menjadi fluoroapatit yang lebih stabil dan lebih tahan asam.7

Gel APF diaplikasikan pada permukaan gigi dengan menggunakan tray. Selama

aplikasi bukan hanya permukaan gigi yang berkontak dengan gel APF, namun juga

permukaan bahan restoratif. Sehingga pengaruh gel APF terhadap permukaan bahan

restoratif, seperti resin sealant, juga penting untuk diketahui.8

Komposisi resin sealant sama

seperti resin komposit pada umumnya.9

Salah satu komponen dari resin sealant adalah filler.10

Peneliti sebelumnya menyatakan bahwa aplikasi gel APF 1,23% yang bersifat asam dapat

mendegradasi partikel filler dalam resin komposit. Partikel filler yang lepas dari matriks

membentuk lubang-lubang pada permukaan, sehingga kekasaran permukaannya meningkat.19

Kekasaran permukaan bahan restorasi di atas 0,2 µm dapat meningkatkan kecenderungan

akumulasi bakteri yang dapat berakibat pada karies sekunder dan kegagalan perawatan.11

Tinjauan Teoritis

Gel APF

Gel APF merupakan agen fluor yang efektif dalam mencegah karies karena fluor dapat

meningkatkan remineralisasi enamel yang baru terdemineralisasi oleh asam yang diproduksi

oleh bakteri plak. Meningkatnya struktur mineral enamel menyebabkan enamel lebih resisten

terhadap asam. Selain itu, fluor juga dapat menurunkan kemampuan bakteri plak dalam

memproduksi asam.11,12

Proses remineralisasi terjadi melalui reaksi antara ion fluor dengan

ion kalsium dan ion fosfat bebas, menggantikan hidroksiapatit yang larut pada pH 5,5 menjadi

fluoroapatit yang lebih tahan terhadap asam di bawah pH 4,5.7

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 3: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Fluor dapat diberikan secara sistemik dan topikal. Macam-macam fluor topikal antara

lain obat kumur, pasta gigi dan topikal aplikasi fluor. Pemberian fluor secara topikal bertujuan

untuk meningkatkan daya tahan email terhadap karies dan menghambat sistem enzim bakteri.

Terdapat bermacam-macam topikal aplikasi fluor, antara lain gel NaF (Sodium Fluoride), gel

APF (Acidulated Phosphate Fluoride) dan gel SnF2 (Stannous Fluoride).4

Topikal aplikasi

fluor yang sering digunakan secara profesional adalah gel APF. Gel APF tersebut

mengandung 12,3 mg ion fluor per satu gram gel atau 12.300 ppm ion fluor dengan pH 2-5.7

Telah diketahui bahwa penyerapan fluor oleh enamel setelah aplikasi APF lebih efektif

daripada NaF.7

Terdapat dua cara untuk mengaplikasikan gel APF, yaitu dengan mengoleskan gel

langsung pada permukaan gigi atau dengan menggunakan tray.6 Aplikasi fluor topikal

dianjurkan rutin dilakukan setiap empat sampai enam bulan sekali. Setelah aplikasi fluor

pasien dianjurkan untuk tidak makan, minum dan berkumur dalam waktu tiga puluh menit.6

Resin Pit and Fissure Sealant

Pit dan fissure sealant merupakan bahan yang digunakan untuk mencegah karies di

oklusal gigi posterior. Sealant menutup area pit dan fissure yang dalam dari aktivitas dan

produk asam yang dihasilkan bakteri. Menurut American Dental Association (ADA) indikasi

pit and fissure sealant adalah:

1. Pasien dengan risiko karies sedang atau tinggi

2. Karies baru di area pit dan fissure gigi

3. Anatomi pit dan fissure gigi yang dalam atau mudah rusak.14

Sedangkan kontraindikasi dari pit dan fissure sealant, yaitu:

1. Perrmukaan gigi yang karies

2. Terdapat karies pada permukaan lainnya pada satu gigi, bila direstorasi dapat

mengganggu sealant.

3. Terdapat restorasi yang besar pada oklusal gigi.4

Penggunaan resin sealant direkomendasikan untuk pasien dengan risiko karies

rendah.15

American Dental Association (ADA) menganjurkan penggunaan pit and fissure

sealant sebagai mekanisme penting perawatan preventif, karena:

1. Efektif sebagai usaha primer dalam mencegah karies.

2. Baik digunakan untuk anak dan dewasa.

3. Dapat menghentikan progresivitas lesi insipien yang tidak berlubang.16

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 4: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Sealant merupakan salah satu metode untuk meningkatkan resistensi gigi terhadap lesi

karies pada pit dan fisur gigi.15

Permukaan oklusal gigi posterior yang ireguler menyebabkan

retensi makanan pada area pit dan fissure. Area pit dan fissure juga sulit menyerap fluor.

Sehingga area pit dan fissure gigi posterior rentan terhadap karies. Terapi preventif berupa

sealant mengisi iregularitas tersebut untuk mengurangi risiko karies dengan menciptakan

permukaan yang lebih halus sehingga mudah dibersihkan dan menurunkan kemungkinan

retensi makanan dan akumulasi bakteri.17

Sebaiknya sealant dievaluasi secara berkala setiap

enam bulan sekali, serta diganti bila perlu agar penggunaannya efektif.16

Komposisi resin sealant

Komposisi resin sealant sama dengan resin komposit pada umumnya. Resin komposit

terdiri dari empat komponen utama, yaitu:

1. Fase organik (matriks)

2. Partikel filler anorganik

3. Coupling agent (silane)

4. Sistem inisiator-akselerator.17

Selain komponen utama tersebut, resin komposit juga terdiri dari bahan tambahan, seperti

inhibitor (hydroquinone), pigmen, serta bahan tambahan lainnya.17

Matriks

Matriks adalah komponen utama dalam resin yang dapat menginisiasi polimerisasi

adisi. Matriks organik resin terdiri dari campuran dua monomer dimetakrilat. Terdapat

berbagai macam matriks resin, yaitu 2,2-bis [4(2-hydroxy-3-methacryloxy-propyloxy)-phenyl]

propane (Bis-GMA), UDMA, Triethylene glycoldimethacrylate (TEGDMA) dan Bis-

EMA6.17

Struktur kimia matriks resin komposit dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2,

Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 1 Struktur Bis-GMA

(Sumber: Craig’s Restorative MaterialsEdisi 13)

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 5: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Gambar 2 Struktur UDMA

(Sumber: Craig’s Restorative Materials Edisi 13)

Gambar 3 Struktur TEGDMA

(Sumber: Craig’s Restorative Materials Edisi 13)

Gambar 4 Struktur Bis-EMA6

(Sumber: Craig’s Restorative Materials Edisi 13)

Matriks resin sealant tersusun atas campuran Bis-GMA dengan viskositas tinggi dan

TEGDMA dengan viskositas rendah sehingga bersifat lebih flowable daripada resin komposit

untukdapat berpenetrasi ke area pit dan fissure serta area email yang dietsa.17

Filler

Filler merupakan komponen anorganik yang mengisi sebagian besar volume atau

berat komposit. Penambahan filler dalam resin komposit bertujuan untuk memberikan

strength, stiffness, radioopasitas, serta meningkatkan kekerasan dan ketahanan material.

Selain itu filler juga dapat mengontrol terjadinya shrinkage saat polimerisasi, kontraksi dan

ekspansi termal, water sorption, serta mengurangi staining.18

Partikel filler berasal dari material quartz, glass atau keramik. Berdasarkan ukuran

partikel filler, resin komposit dikelompokkan menjadi:

1. Macrofill : resin komposit dengan partikel filler berbentuk spherical atau ireguler

dengan diameter 20-30 nm. Resin komposit makrofil bersifat lebih opak dan memiliki

wear resistance yang lebih rendah daripada jenis lain.

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 6: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

2. Hybrid dan microhybrid : komposit hibrida tersusun atas dua tipe filler, yaitu

partikel fine (2-4 µm) dan partikel microfine (0,04-0,2 µm) silika sebanyak 5-15%.

Pada mikrohibrida partikel fine berukuran 0,04-1 µm dicampur dengan silika

microfine.

3. Nanofill : mengandung partikel filler berukuran 1-100 nm.

4. Nanohybrid : tersusun atas partikel besar (0,4-5 µm) dan partikel nano. 14

Coupling Agent

Coupling agent berada pada filler sebelum dicampur dengan matriks saat pabrikasi.

Coupling agent berfungsi sebagai pengikat antara filler dengan matriks, serta sebagai stress

absorber. Jenis coupling agent yang paling sering digunakan adalah senyawa silikon organik

3-methacryloxypropyltrimethoxysilane (MPTS) atau silane.17

Struktur kimia MPTS dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Struktur kimia MPTS

(Sumber: Craig’s Restorative Materials Edisi 13)

Untuk mencapai keberhasilan klinis, komposit membutuhkan ikatan filler dan matriks

yang baik selama proses setting. Coupling agent memegang peranan penting dalam komposit,

antara lain:

1. Membentuk jembatan interfasial yang mengikat filler dengan matriks.

2. Meningkatkan sifat mekanis dari komposit dan meminimalisasi lepasnya partikel

filler dari matriks akibat keausan.

3. Membentuk fase interfasial sebagai medium distribusi stres antara partikel dan

polimer matriks.

4. Menyediakan lingkungan hidrofobik yang meminimalisasi absorpsi air oleh

komposit.17

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 7: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Gambar 6 Peranan coupling agent

(Sumber: Craig’s Restorative MaterialsEdisi 13)

Inisiator dan Aktivator

Pengerasan resin komposit dapat diinisiasi oleh cahaya atau reaksi kimia. Aktivasi

cahaya terjadi oleh cahaya biru dengan panjang gelombang 465 nm yang diabsorbsi oleh

photo-sensitizer, seperti camphorquinone 0,1% hingga 1% yang ditambahkan ke dalam

campuran monomer saat pabrikasi.17

Struktur kimia inisiator dan akselerator dapat dilihat

pada Gambar 7.

Gambar 7 Struktur kimia inisiator dan akselerator

(Sumber: Craig’s Restorative MaterialsEdisi 13)

Reaksi aktivasi diakselerasi oleh bahan organik aromatic atau aliphatic amine dan

menghasilkan radikal bebas. Amine dan camphorquinone tetap stabil saat adanya oligomer

dalam temperatur ruang selama komposit tidak terekspos cahaya.17

Pigmen dan Komponen Lain

Resin komposit tersedia dalam banyak pilihan warna, yaitu putih, kuning dan abu-abu.

Oksida besi ditambahkan dalam jumlah kecil untuk menghasilkanwarna oksida anorganik.

Penyerap sinar ultraviolet ditambahkan untuk meminimalisasi perubahan warna akibat

oksidasi. Agen fluorescent ditambahkan untuk meningkatkan vitalistas optik dan

menghasilkan warna menyerupai gigi asli. Zat ini merupakan pigmen yang menyerap sinar

ultraviolet dan ungu (340-370 nm) dan memantulkan sinar biru (420-470 nm). Kedalaman

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 8: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

curing pada komposit dengan shade warna yang lebih gelap dan lebih opak berbeda dengan

shade yang lebih opak dan translusen.17

Sifat Mekanis Resin Sealant

Sifat mekanik resin sealant, seperti kekerasan dan kekakuan tidak sebaik resin

komposit untuk restorasi karena sealant tidak langsung menerima beban oklusal. Pada resin

sealant partikel filler ditambahkan hingga 40% dari berat total. Terdapat peningkatan

modulus elastisitas dan kekakuan yang menyebabkan material lebih tidak tahan terhadap stres

oklusal dan wear resistance meningkat. Resin sealant memiliki tegangan permukaan yang

tinggi, wetting yang baik dan viskositas yang rendah sehingga dapat mengalir dengan baik

pada permukaan email.17

Material sealant yang umum digunakan adalah tipe light cured. Resin sealant juga

tersedia dalam berbagai warna, yaitu sewarna gigi untuk memberikan tampilan yang natural

atau warna yang lebih opaque atau merah muda untuk memudahkan saat kontrol. Di pasaran

juga terdapat material sealant yang dapat melepaskan fluor dengan konsentrasi tinggi pada 24

jam pertama dan rendah sebagai pemeliharaan.17

Reaksi Polimerisasi

Tahap Inisiasi

Polimerisasi komposit light cured diaktivasi oleh cahaya tampak biru. Reaksi ini

memproduksi radikal bebas. Radikal bebas yang telah terbentuk mengadisi ikatan rangkap

pada monomer untuk menciptakan awal dari rantai.17

Tahap inisiasi reaksi polimerisasi resin

komposit dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Tahap inisiasi

(Sumber: Craig’s Restorative MaterialsEdisi 13)

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 9: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Tahap Propagasi

Reaksi penambahan unit monomer terus berlangsung, menambah berat molekul dan

densitas ikatan silang.17

Reaksi ini dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini.

Gambar 9 Tahap propagasi

(Sumber: Craig’s Restorative MaterialsEdisi 13)

Tahap Terminasi

Merupakan tahap terakhir dari polimerisasi yakni penghentian pertumbuhan rantai

oleh reaksi bimolekular antara dua radikal.17

Reaksi yang terjadi pada tahap terminasi dapat

dilihat pada Gambar 10 berikut.

Gambar 10 Tahap terminasi

(Sumber: Craig’s Restorative MaterialsEdisi 13)

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 10: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan adalah suatu bentuk permukaan ireguler suatu material yang

disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kekasaran

permukaan resin komposit, antara lain:

- Ukuran, kekerasan, kepadatan dan jumlah partikel filler. Semakin besar ukuran

filler meningkatkan kekasaran permukaan resin komposit.

- Proses finishing atau pemolesan.

- Polimerisasi

- Ukuran dan kekasaran bahan abrasif yang diaplikasikan.19,20

Kekasaran permukaan dinilai dengan alat surface roughness tester. Sensor mekanis

pada alat tersebut berkontak langsung dengan permukaan bahan yang diukur. Alat ini

menyatakan nilai kekasaran permukaan, Roughness Average (Ra), dalam satuan µm.

Perubahan nilai kekasaran permukaan 0,2 µm dapat meningkatkan adhesi bakteri yang

berakibat pada karies sekunder dan kegagalan perawatan. Pada penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa aplikasi gel APF dapat meningkatkan kekasaran permukaan resin

komposit. 19

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian

dilaksanakan di Departemen Dental Material FKG UI selama bulan Agustus sampai

September 2014. Penelitian ini menggunakan 36 spesimen resin sealant berbentuk silinder

dengan ukuran 8x2 mm. Seluruh spesimen dibagi ke dalam 6 kelompok perlakuan, yaitu

kelompok aplikasi gel APF dan perendaman dalam akuades selama 1, 2 dan 3 kali. Masing-

masing aplikasi gel APF selama 30 menit per hari.

Alur penelitian adalah sebagai berikut. Resin sealant 3M ESPE Clinpro Sealant

ditempatkan ke dalam split ring mould akrilik berukuran 8x2 mm, kemudian disinar dengan

light curing unit selama 20 detik. Kekasaran permukaan awal seluruh spesimen diukur dengan

surface roughness tester Mitutoyo SJ201 pada tiga sisi yang berbeda.

Spesimen dibagi ke dalam enam kelompok perlakuan, aplikasi gel APF dan

perendaman dalam akuades selama satu, dua dan tiga kali. Masing-masing aplikasi gel APF

dilakukan selama 30 menit per harinya. Kemudian kekasaran permukaan resin sealant akhir

diukur.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan program komputasi. Diawali dengan

uji normalitas Shapiro-Wilk (n<50), kemudian dilakukan uji kemaknaan perbedaan rerata

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 11: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

kekasaran permukaan resin sealant setelah aplikasi gel APF dan perendaman dalam akuades.

Data tidak homogen sehingga diuji menggunakan uji statistik non parametrik Kruskall-Wallis

dan Mann-Whitney. Uji statistik yang dilakukan memiliki tingkat signifikansi 0,05 (p = 0,05)

dan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan penurunan kekasaran

permukaan setelah aplikasi gel APF, dan peningkatan kekasaran permukaan setelah

perendaman dalam akuades. Namun, tidak ada nilai kekasaran permukaan rerata yang

melebihi mean critical value 0,2 µm. Nilai rerata kekasaran permukaan resin sealant sebelum

dan sesudah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai rerata kekasaran permukaan (Ra) resin sealant sebelum dan sesudah

aplikasi gel APF dan perendaman dalam akuades

Kelompok Awal Satu kali aplikasi Dua kali aplikasi Tiga kali aplikasi

APF 0.059 ± 0.016 0.134 ± 0.025 0.115 ± 0.031 0.036 ± 0.012

Akuades 0.060 ± 0.019 0.070 ± 0.020 0.084 ± 0.018 0.088 ± 0.019

Perubahan nilai rerata kekasaran permukaan resin sealant sebelum dan sesudah

aplikasi gel APF dapat dilihat pada Gambar 11. Terlihat adanya pola peningkatan kekasaran

permukaan dari nilai awal ke nilai kekasaran kelompok 1 kali aplikasi gel APF, sedangkan

pada kelompok 1, 2 dan 3 kali aplikasi terlihat adanya penurunan kekasaran permukaan.

Gambar 11 Nilai rerata kekasaran permukaan kelompok perlakuan aplikasi gel APF

sebanyak satu, dua dan tiga kali

0,059

0,134

0,115

0,036

0

0,05

0,1

0,15

Gel APF

Nil

ai

kek

asa

ran

rera

ta

per

mu

ka

an

m)

Kelompok perlakuan

Nilai Ra awal

Aplikasi 1

Aplikasi 2

Aplikasi 3

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 12: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukkan bahwa peningkatan nilai Ra pada

kelompok 1 kali aplikasi bermakna dibandingkan dengan nilai Ra awal. Nilai Ra kelompok

aplikasi 1 kali dan 2 kali, serta 2 kali dan 3 kali juga memberikan hasil yang berbeda

bermakna. Terdapat penurunan nilai kekasaran permukaan yang bermakna antara nilai awal

dan 3 kali aplikasi gel APF. Dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil uji Mann-Whitney kelompok gel APF

Nilai Ra p Keterangan

Sebelum aplikasi dan1 kali aplikasi gel APF 0,000 ↑ Berbeda bermakna

Sebelum aplikasi dan 2 kali aplikasi gel APF 0,000 ↑ Berbeda bermakna

Sebelum aplikasi dan 3 kali aplikasi gel APF 0,000 ↓ Berbeda bermakna

1 kali dan 2 kali aplikasi gel APF 0,047 ↓ Berbeda bermakna

1 kali dan 3 kali aplikasi gel APF 0,000 ↓ Berbeda bermakna

2 kali dan 3 kali aplikasi gel APF 0,000 ↓ Berbeda bermakna

Ket: ↑; Peningkatan nilai Ra, ↓; Penurunan nilai Ra

Perubahan nilai rerata kekasaran permukaan resin sealant sebelum dan sesudah

perendaman dalam akuades dapat dilihat pada Gambar 12. Terlihat adanya pola peningkatan

kekasaran permukaan dari nilai awal ke nilai kekasaran kelompok 3 kali perendaman

spesimen dalam akuades.

Gambar 12 Nilai rerata kekasaran permukaan kelompok perlakuan perendaman dalam

akuades sebanyak satu, dua dan tiga kali

Hasil uji statistik Mann-Whitney menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang

bermakna antara nilai Ra 1 kali perendaman dengan nilai awal, meskipun terjadi peningkatan

0,06 0,07

0,084 0,088

0

0,05

0,1

0,15

Akuades

Nil

ai

kek

asa

ran

rera

ta

per

mu

ka

an

m)

Perlakuan

Nilai Ra awal

Perendaman 1

Perendaman 2

Perendaman 3

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 13: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

kekasaran permukaan. Terdapat peningkatan nilai Ra yang bermakna antara kelompok

perendaman 1 kali dan 2 kali. Kelompok perendaman 2 kali dan 3 kali tidak memiliki

perbedaan nilai Ra yang bermakna. Terdapat peningkatan nilai Ra yang bermakna antara nilai

awal dan perendaman 3 kali. Sebagaimana terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil uji Mann-Whitney kelompok akuades

Nilai Ra P Keterangan

Sebelum perendaman dan1 kali perendaman akuades 0,181 Tidak berbeda bermakna

Sebelum perendaman dan 2 kali perendaman akuades 0,010 Berbeda bermakna

Sebelum perendaman dan 3 kali perendaman akuades 0,000 Berbeda bermakna

1 kali dan 2 kali perendaman akuades 0,033 Berbeda bermakna

1 kali dan 3 kali perendaman akuades 0,006 Berbeda bermakna

2 kali dan 3 kali perendaman akuades 0,520 Tidak berbeda bermakna

Pembahasan

Permukaan resin sealant yang diaplikasikan gel APF sebanyak 1, 2 dan 3 kali dengan

lama aplikasi masing-masing 30 menit dianalogikan sebagai penggunaan fluor topikal tiga

kali dalam satu tahun dengan asumsi pasien tidak makan, minum dan berkumur selama 30

menit setelah aplikasi.

Berdasarkan uji statistik, nilai rerata kekasaran permukaan (Ra) resin sealant

mengalami kenaikan yang bermakna setelah aplikasi pertama, serta penurunan yang bermakna

setelah aplikasi ke dua dan ke tiga. Perubahan kekasaran permukaan ini dipengaruhi oleh

tingkat keasaman gel APF (pH 2). Sedangkan pada kelompok perendaman akuades, nilai

rerata kekasaran permukaan (Ra) resin sealant mengalami kenaikan yang tidak bermakna,

kecuali setelah aplikasi ke dua.

Terjadinya perubahan kekasaran permukaan resin sealant dapat disebabkan oleh

degradasi matriks dan filler secara kimiawi.30

Degradasi tersebut disebabkan oleh lepas atau

hilangnya struktur kimia resin komposit, yang dipengaruhi oleh komposisi dan jenis ikatan

kimia polimer matriks, derajat keasaman medium perendaman, serta kemampuan matriks

mengambil air.21

Dalam suasana asam ester organik derivat metil metakrilat dalam matriks mengalami

hidrolisis.24

Kandungan air dapat menghidrolisis ikatan antara matriks dan filler pada

coupling agent.24

Selain itu, ion fluor juga berperan dalam reaksi depolimerisasi coupling

agent.25

Mekanisme ini dapat melemahkan interface antara filler dan matriks yang

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 14: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

menimbulkan tonjolan partikel filler, serta lubang-lubang akibat lepasnya partikel filler.

Permukaan yang kasar merupakan akibat dari terbentuknya lubang-lubang dan tonjolan

tersebut. Selain meningkatkan kekasaran permukaan, ketiga mekanisme tersebut juga dapat

menurunkan berat dan kekerasan resin komposit.26,27

Matriks resin sealant yang berbasis metil metakrilat termasuk dalam golongan ester

organosilikon. Dalam suasana asam golongan ester mengalami reaksi hidrolisis yang

dipercepat oleh katalis asam (ion H+). Reaksi hidrolisis ester dalam suasana asam

menghasilkan asam karboksilat dan alkohol. Kelarutan asam karboksilat dalam air tinggi,

bahkan asam karboksilat dengan 1-4 atom karbon dapat larut sempurna dalam air. Karena

matriks mengalami degradasi, terbentuk tonjol-tonjol partikel filler pada permukaan resin

sealant.

Partikel filler dapat terlepas dari matriks akibat melemahnya ikatan siloksan. Ikatan

siloksan pada coupling agent berperan dalam mengikat partikel filler ke matriks. Ikatan

siloksan dapat melemah karena reaksi hidrolisis otokatalitik. Ion OH- dari air berdifusi ke

dalam matriks, memutus ikatan siloksan menjadi silanol dan Si-O. Senyawa Si-O kemudian

kembali bereaksi dengan air, membentuk silanol dan OH-. Reaksi ini terus menerus terjadi

selama resin sealant berada di dalam air. Difusi air ke dalam matriks juga dipengaruhi oleh

tingkat kerapatan jaringan polimer matriks. Karena ikatan siloksan yang mengikat partikel

filler ke matriks melemah, partikel filler lepas dari matriks dan meninggalkan lubang-lubang

pada permukaan. 36

Kekasaran permukaan resin sealant setelah aplikasi gel APF satu kali meningkat

bermakna dari 0,059 µm menjadi 0,134 µm. Hal ini disebabkan oleh suasana asam dari gel

APF (pH 2) mempercepat berlangsungnya reaksi hidrolisis matriks resin sealant. Sehingga

matriks larut dalam air setelah aplikasi gel APF satu kali dan meninggalkan tonjolan partikel

filler pada permukaan. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa

gel APF dapat mengetsa material restoratif dengan kandungan glass atau quartz yang tinggi,

seperti GIC, RMGIC dan resin komposit.28,29

Tonjolan yang terbentuk pada permukaan inilah

yang menyebabkan kasarnya permukaan resin sealant. Hal ini didukung oleh penelitian

Dionysopoulos, et al. pada tahun 2003 yang menyatakan bahwa secara klinis aplikasi gel APF

topikal dapat mengakselerasi degradasi permukaan dan meningkatkan kekasaran permukaan

material restorasi.31

Berbeda dengan hasil penelitian Jung, et al., 2005, kekasaran permukaan

resin komposit nanofill tidak meningkat bermakna.24

Perbedaan hasil penelitian ini

kemungkinan disebabkan oleh perbedaan ukuran filler resin komposit yang digunakan.

Semakin kecil ukuran filler, semakin kecil pula pelepasan filler oleh gel APF.19,20

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 15: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Kekasaran permukaan mulai turun setelah aplikasi gel APF sebanyak dua kali. Hal ini

disebabkan karena material telah mencapai titik jenuh setelah aplikasi pertama. Reaksi

hidrolisis katalis asam yang mengubah gugus ester menjadi asam karboksilat dan alkohol

mulai berkurang. Selain itu, lepasnya ikatan siloksan pada coupling agent melepas tonjolan

partikel filler yang sebelumnya berada di permukaan setelah aplikasi pertama. Lepasnya

partikel filler tersebut membentuk permukaan resin sealant yang lebih rata dan halus dari

sebelumnya. Hal ini terbukti bahwa setelah aplikasi gel APF ke tiga, nilai kekasaran

permukaan resin sealant lebih rendah daripada nilai awal. Penurunan nilai kekasaran

permukaan material restoratif, yaitu resin komposit mikrohibrida dan microfill diperoleh

beberapa peneliti sebelumnya.33,34

Penghalusan permukaan ini mungkin terjadi akibat

degradasi partikel filler yang berukuran lebih besar dan meninggalkan partikel filler yang

berukuran lebih halus pada permukaan. Selain itu, besarnya degradasi gel APF pada

permukaan resin komposit juga dipengaruhi oleh keberadaan resin-rich layer pada permukaan

resin komposit.33

Berdasarkan penelitian Mair, et al. (1996) kandungan asam gel APF dapat

menyebabkan erosi permukaan material restoratif.35

Didukung oleh Papagiannoulis, et al.

(1997), kandungan asam dalam gel APF dapat melarutkan filler resin komposit.22

Selain itu

menurut Hal ini didukung oleh penelitian Soeno, et al. pada tahun 2002, yaitu aplikasi gel

APF dapat meningkatkan kekasaran permukaan dan menurunkan wear resistance resin

komposit.30

Namun, kondisi material setelah aplikasi gel APF secara klinis mungkin berbeda

dari penelitian in-vitro karena secara in-vivo terdapat faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi keasaman dalam mulut, seperti adanya pelikel, status proteksi saliva pasien,

derajat buffer dan kebersihan mulut pasien.33

Kesimpulan

Topikal fluor yang mengandung asam seperti gel APF dapat meningkatkan kekasaran

permukaan resin sealant setelah aplikasi pertama walapun nilai kekasaran permukaan resin

sealant tidak melebihi nilai kritis rata-rata (0,2 µm) yang merupakan batas nilai kekasaran

permukaan yang dapat meningkatkan kecenderungan peningkatan kolonisasi bakteri

kariogenik. Aplikasi gel APF sebanyak tiga kali menurunkan nilai kekasaran permukaan resin

sealant menjadi lebih rendah dari nilai kekasaran permukaan awal sebelum dilakukan

aplikasi.

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 16: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

Saran

Sebaiknya untuk penelitian yang menggunakan resin sealant berikutnya menggunakan

mould khusus dan beban agar tidak ada udara yang masuk saat pencetakan spesimen. Hal ini

agar dapat memperoleh hasil penelitian yang maksimal sebaiknya penelitian berikutnya

dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor klinis.

Daftar Referensi

1. Tenuta L, Cury J. Fluoride: Its Role in Dentistry. Brazillian Oral Research. 2010;24(1):9–17.

2. Shafiei F, Memarpour M. In-Vitro Study of the Surface Roughness of Two Fissure Sealants

after Repeated Topical Acidulated Phosphated Fluoride Application. Journal of Dentistry.

2010;6(11):117–23.

3. Beauchamp J, Caufield P, Crall J. Evidence-Based Clinical Recommendations for the Use of Pit

and Fissure Sealants: A Report of the American Dental Association Council on Scientific Affairs.

Journal of American Dental Association. 2008;139(3):257–68.

4. Ripa L. Sealants Revisted: An Update of the Effectiveness of Pit and Fissure Sealants. Caries

Research. 1993;27:77–82.

5. Walsh L, Brostek A. Preventive Techniques and Remineralization of Dental Caries for Public

Health. Australian Dental Journal. 2013;6.

6. Harris O, Garcia G. Primary Preventive Dentistry. 6th Ed. New Jersey: Pearson; 2004.

7. Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd Ed. Queensland:

Knowledge Books and Software; 2005.

8. Benderli Y. Effect of APF Gel on Micromorphology of Resin Modified Glass Ionomer and

Flowable Compomer. Journal of Oral Rehabilitation. 2005;32:669–75.

9. Simonsen RJ. Pit and Fissure Sealant: Review of the Literature. Pediatric Dentistry.

2002;24(5):393–414.

10. Simonsen RJ. From Prevention to Therapy: Minimal Intervention with Sealants and Resin

Restorative Materials. Journal of Dentistry. Elsevier Ltd; 2011 Dec;39 Suppl 2:S27–33.

11. CML. B, Lambrechts P, Quirynen M. Comparison of Surface Roughness of Oral Hard

Materials to the Threshold Surface Roughness for Bacterial Retention: A Review of the Literature.

Dental Material. 1997;13(258):69.

12. Featherstone J. The Science and Practice of Caries Prevention. Journal of American Dental

Association. 2000;131(99):887.

13. Fejerskov O, Ekstrand J, Burt B. Fluoride in Dentistry. Copenhagen: Munksgaard; 1996.

14. Marcia G. Clinical Aspect of Dental Material. Philadelphia: Lippincott William & Wilkin;

2000.

15. Hurlbutt M. CAMBRA: Best Practices in Dental Caries Management A Peer-Reviewed

Publication. 2011.

16. Canon M, C J. Bioactive and Therapeutic Preventive Approach to Dental Pit and Fissure

Sealants. Compendium. 2013;34(8):643–6.

17. Sakaguchi R, Powers J. Craig’s Restorative Dental Materials. 13th Ed. Philadelphia: Mosby

Elsevier; 2012.

18. Phillips W. Skinner’s Science of Dental Material. 8th Ed. Philadeplhia: W B Saunders

Company; 1982.

19. Kula K, Nelson S, Kula T. In Vitro Effect of Acidulated Phosphate Fluoride Gel on the

Surface of Composites with Different Filler Particles. Journal of Prosthetic Dentistry.

1986;56:161–9.

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014

Page 17: Pengaruh Aplikasi Gel APF terhadap Kekasaran Permukaan

20. Kula K, Mckinney JE, Kula TJ. Effects of Daily Topical Fluoride Gels on Resin Composite

Degradation and Wear. Dental Material. 1997 Sep;13(5):305–11.

21. Bagheri R, Al E. Subsurface Degradation of Resin-Based Composite. Journal of Dental

Material. 2007;23(51):944.

22. Papagiannoulis T, Tzoutzas J, Eliades G. Effect of Topical Fluoride Agents on the

Morphologic Characteristics and Composition of Resin Composite Restorative Materials. Journal

of Prosthetic Dentistry. 1997;

23. Yap A, Mok B. Effects of Professionally Applied Topical Fluorides on Surface Hardness of

Composite-Based Restoratives. Operative Dentistry. 2002;27:576–81.

24. Jung Y-J, Kim Y-J, Kim J-W, Jang K-T. Changes in Adhesion of Streptococcus Mutans to

Nanocomposite Resins after Acidulated Phosphate Fluoride Gel Application. Journal of Korean

Academic Pediatric Dentistry. 2005;32(3).

25. Bowen R, Cleek G. A New Series of X-Radioopaque Reinforcing Fillers for Composite

Materials. Journal of Dental Restoration. 1983;62:892–7.

26. Garcia-Godoy F, Garcia-Godoy A. Effect of APF Minute-Foam on the Surface Roughness,

Hardness, and Micromorphology of High-Viscosity Glass Ionomers. Journal of Dentistry for

Children. 2003;70:19–23.

27. Abate P, Bertacchini S, Garcia-Godoy F. Barcoll Hardness of Dental Materials Treated with

an APF Foam. Journal of Clinical Pediatric Dentistry. 2001;25:143– 146.

28. Brudevold F, Savory A, Gardner DE, Spinelli M, Speirs R. A Study of Acidulated Fluoride

Solutions. 1. In Vitro Effects on Enamel. Archives of Oral Biology. 1963;8:167–77.

29. Cehreli ZC, Yaziki R, Garcia-Godoy F. Effect Of 1.23 Percent Gel on Fluoride Releasing

Restorative Materials. ASDC Journal of Dentistry of Children. 2000;67:330–7.

30. Soeno K, Matsumura H, Atsuta M. Influence of Acidulated Phosphate Fluoride Agent and

Effectiveness of Subsequent Polishing on Composite Material Surfaces. Operative Dentistry.

2002;27:305–10.

31. Dionysopoulos P, Gerasimou P, Tolidis K. The Effect of Home-Use Fluoride Gels on Glass-

Ionomer, Compomer and Composite Resin Restorations. Journal of Oral Rehabilitation.

2003;30:683–9.

32. Pedrini D, Gaetti-Jardim JE, Mori G. Influência Da Aplicação De Flúor Sobre A Rugosidade

Superficial Do Ionômero De Vidro Vitremer E Adesão Microbiana A Este Material. Pesqui

Odontol Bras. 2001;15(70):6.

33. Mokhtar K, Mcintyre J. Analysis of Etching of Tooth-Coloured Restoratives by Different

Acidulating Systems in Topical Fluoride Gels. 2012;23(1):15–28.

34. Botta A, Mollica F, Riberio C, Araujo M, Nicolo R, Balducci I. Influence of Topical

Acidulated Phosphate Fluoride on Surface Roughness of Human Enamel and Different

Restorative Materials. Revista Odonto Ciência. 2010;25(1):83–7.

35. Mair L, Stolarski T, Vowles R, Lloyd G. Wear: Mechanism, Manifestations And

Measurement. Report Of A Workshop. J Dent. 1996;24(141):8.

36. Eliades G. Dental Material In Vivo: Aging and Related Phenomena. Chicago: Quintessence

Publishing Co, Inc; 2003.

37. Neamat A, Linlin H. Changes in the Mechanical Properties and Surface Texture of

Compomer Immersed in Various Media. Journal of Prosthetic Dentistry. 2000;84(50):446.

38. Gladys S, Van Meerbeek B, Braem M. Comparative Physico-Mechanical Characterization of

New Hybrid Restorative Materials with Conventional Glass-Ionomer And Resin Composite

Restorative Materials. Journal of Dental Restoration. 1997;76:883–94.

39. Valcke C, Duggan T. The Porosity and Roughness of Four Direct Filling Resins. Journal of

Oral Rehabilitation. 1981;8:507–15.

Pengaruh aplikasi..., Deryana Avidhianita, FKG, 2014