pengaruh allelopathy

22
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM II “PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN TERHADAP PERKECAMBAHAN” Oleh: Oleh: Nama : Dian Octarina NIM : 08081004023 Asisten : Ayu Dian Mardita Kelompok : III (Tiga) LABORATORIUM ZOOLOGI

Upload: dianapple

Post on 12-Jun-2015

757 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Allelopathy menghambat pertumbuhan kecambah tumbuhan lain disekitar tumbuhan yang memiliki Allelopathy tersebut... wow~ subhanallah.... amazing....

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Allelopathy

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI UMUM II

“PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN TERHADAP

PERKECAMBAHAN”

Oleh:

Oleh:

Nama : Dian Octarina

NIM : 08081004023

Asisten : Ayu Dian Mardita

Kelompok : III (Tiga)

LABORATORIUM ZOOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2009

Page 2: Pengaruh Allelopathy

ABSTRAK

Praktikum yang berjudul, “Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman. Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at, 15-22 Mei 2009 pukul 13.30-15.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur 10 cc, kapas/tissue, kertas saring, mangkuk pengerus, penggaris, pipet tetes, piring plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah Acacia mangium, akuades, Phaseolus radiates, Zea mays. Dari percobaan, didapat hasil yaitu kita dapat mengetahui pengaruh allelopati Acacia mangium terhadap pertumbuhan Phaseolus radiates dan Zea mays, serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah allelopati menghambat pertumbuhan tumbuhan jenis lain yang tumbuh yang bersaing dengan tumbuhan allelopati tersebut.

Page 3: Pengaruh Allelopathy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga

suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan

hidup yang saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi.

Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos

artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Ekologi merupakan cabang

ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi,

ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi

mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan

mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam

tempat hidupnya atau lingkungannya (Anonima 2009 : 1).

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut : pertama, perpindahan energi dan

materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain ke dalam

lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Kedua, perubahan populasi

atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.

Dan ketiga, terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan

hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Komponen-komponen

pembentuk ekosistem adalah komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup

(abiotik). Kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi

membentuk suatu kesatuan yang teratur (Anonima 2009 : 1).

Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara

makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia

(Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam

Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa

dimana suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat

menghambat pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan

Page 4: Pengaruh Allelopathy

tersebut. Istilah ini mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan

sebagai pengaruh negatif dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap

perkecambahan, pertumbuhan, dan pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk

menghambat pertumbuhan tumbuhan lain merupakan akibat adanya suatu senyawa

kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis tumbuhan (Anonimb 2009 : 1).

Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dapat dibagi

menjadi dua golongan berdasarkan pengaruhnya terhadap tumbuhan atau tanaman

lain, yaitu autotoxin, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu tumbuhan yang

dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain

yang sama jenisnya dan antitoxic, yaitu zat kimia bersifat allelopathy dari suatu

tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tumbuhan lain yang

berbeda jenisnya (Indrianto 2006 : 15).

Zat-zat kimia atau bahan organik yang bersifat allelopathy dilepaskan oleh

tumbuhan penghasilnya ke lingkungan tumbuhan lain melalui beberapa cara antara

lain melalui serasah yang telah jatuh kemudian membusuk, melalui pencucian daun

atau batang oleh air hujan, melalui penguapan dari permukaan organ-organ tumbuhan,

dan eksudasi melalui akar (root exudation) ke dalam tanah. Contoh jenis tumbuhan

yang mengeluarkan zat kimia bersifat allelopatyy melalui daun, misalnya

Adenostena fasciculatum, Eucalyptus globules, Camelina alyssum,

Erenophylla mitchellii, yang mengeluarkan zat allelopathy melalui perakaran

misalnya gandum, gandum hitam, dan apel, sedangkan yang mengeluarkan zat

Allelopathy melalui pembusukan nisalnya Helianthus, Aster, dan Agropyron repens

(Indrianto 2006 : 16).

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari pengaruh alelopati

dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman.

Page 5: Pengaruh Allelopathy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Interaksi antarkomponen ekologi dapatmerupakan interaksi antarorganisme,

antarpopulasi, dan antarkomunitas. Interaksi antar organisme dimana semua makhluk hidup

selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan

dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau

individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.

Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.

Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai netral, predasi, parasitisme,

komensalisme, dan mutualisme. Netral yakni hubungan tidak saling mengganggu

antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak

merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya, antara capung dan sapi. Predasi

adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab

tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai

pengontrol populasi mangsa (Anonimf 2009 : 1)

Interaksi antarpopulasi, yakni terjadi antara populasi yang satu dengan populasi lain

selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh

interaksi antarpopulasi adalah alelopati. Allelopathy merupakan interaksi antarpopulasi,

bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain.

Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena

tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati

dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi

antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi

persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi

kambing dengan populasi sapi di padang rumput (Anonimf 2009 : 1).

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan sistem tumpang sari yaitu pada pohon-

pohon yang ada. Pohon-pohon yang terdapat pada areal hutan yang akan digunakan sebagai

tanaman utama, dapat mengeluarkan zat-zat penghambat tumbuh yang dikenal dengan

Page 6: Pengaruh Allelopathy

allelopathy. Zat-zat penghambat tumbuh yang paling umum adalah senyawa-senyawa

aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu, asam organic dan asam lemak bahkan

ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai penghambat. Pengaruh buruk dari allelopathy

berupa gangguan atau hambatan pada perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin

dan Indole Acetid Acid ( IAA ), penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan

mulut daun, sintesa protein, aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Patrick (1971) dalam

Salampessy (1998) menyatakan bahwa hambatan allelopathy dapat pula berbentuk

pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman,

gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman (Anonimc 2009 : 1).

Alelopati merupakan sebuah fenomena yang berupa bentuk interaksi antara

makhluk hidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya melalui senyawa kimia

(Rohman dan I wayan Sumberartha, 2001). Sedangkan menurut Odum (1971) dalam

Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) alelopati merupakan suatu peristiwa dimana

suatu individu tumbuhan yang menghasilkan zat kimia dan dapat menghambat

pertumbuhan jenis yang lain yang tumbuh bersaing dengan tumbuhan tersebut. Istilah ini

mulai digunakan oleh Molisch pada tahun 1937 yang diartikan sebagai pengaruh negatif

dari suatu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan, dan

pembuahan jenis-jenis lainnya. Kemampuan untuk menghambat pertumbuhan tumbuhan

lain merupakan akibat adanya suatu senyawa kimia tertentu yang terdapat pada suatu jenis

tumbuhan. Dalam Rohman dan I wayan Sumberartha (2001) disebutkan bahwa senyawa-

senyawa kimia tersebut dapat ditemukan pada jaringan tumbuhan (daun, batang, akar,

rhizoma, bunga, buah, dan biji). Lebih lanjut dijelaskan bahwa senyawa-senyawa tersebut

dapat terlepas dari jaringan tumbuhan melalui berbagai cara yaitu melalui penguapan,

eksudat akar, pencucian, dan pembusukan bagian-bagian organ yang mati

(Anonimd 2009 : 1).

Melalui penguapan, senyawa alelopati ada yang dilepaskan melalui penguapan.

Beberapa genus tumbuhan yang melepaskan senyawa alelopati melalui penguapan adalah

Artemisia, Eucalyptus, dan Salvia. Senyawa kimianya termasuk ke dalam golongan

terpenoid. Senyawa ini dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap,

bentuk embun, dan dapat pula masuk ke dalam tanah yang akan diserap akar. Eksudat akar,

Page 7: Pengaruh Allelopathy

banyak terdapat senyawa kimia yang dapat dilepaskan oleh akar tumbuhan (eksudat akar),

yang kebanyakan berasal dari asam-asam benzoat, sinamat, dan fenolat. Pencucian,

sejumlah senyawa kimia dapat tercuci dari bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas

permukaan tanah oleh air hujan atau tetesan embun (Anonimd 2009 : 1).

Hasil cucian daun tumbuhan Crysanthemum sangat beracun, sehingga tidak ada

jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di bawah naungan tumbuhan ini. Pembusukan organ

tumbuhan, setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia

yang mudah larut dapat tercuci dengan cepat. Sel-sel pada bagian-bagian organ yang mati

akan kehilangan permeabilitas membrannya dan dengan mudah senyawa-senyawa kimia

yang ada didalamnya dilepaskan. Beberapa jenis mulsa dapat meracuni tanaman budidaya

atau jenis-jenis tanaman yang ditanam pada musim berikutnya. Selain melalui cara-cara

tersebut, pada tumbuhan yang masih hidup dapat mengeluarkan senyawa alelopati lewat

organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah. Demikian juga tumbuhan

yang sudah matipun dapat melepaskan senyawa alelopati lewat organ yang berada di atas

tanah maupun yang di bawah tanah (Anonimd 2009 : 1).

Alelopati tentunya menguntungkan bagi spesies yang menghasilkannya, namun

merugikan bagi tumbuhan sasaran. Oleh karena itu, tumbuhan-tumbuhan yang

menghasilkan alelokimia umumnya mendominasi daerah-daerah tertentu, sehingga populasi

hunian umumnya adalah populasi jenis tumbuhan penghasil alelokimia. Dengan adanya

proses interaksi ini, maka penyerapan nutrisi dan air dapat terkonsenterasi pada tumbuhan

penghasil alelokimia dan tumbuhan tertentu yang toleran terhadap senyawa ini. Proses

pembentukkan senyawa alelopati sungguh merupakan proses interaksi antarspesies atau

antarpopulasi yang menunjukkan suatu kemampuan suatu organisme untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dengan berkompetisi dengan organisme lainnya, baik

dalam hal makanan, habitat, atau dalam hal lainnya (Anonime 2009 : 1).

Senyawa-senyawa kimia dari dalam tubuh tumbuhan yang bersifat allelopathy

misalnya phenolic, terpenes, alkaloids, nitrils, glycosides, difenol, asam benzoate, asam

lemak, koumarin, fanin, slfida, glucocida, parin dan nucleocida. Beberapa jenis tumbuhan

penghasil sat allelopathy antara lain, Juglans nigra, Salvia leucophylla, Parthenium

argentatum, Arthemisia absinthium dan A. vulgaris, Encelia farinose, Hordeum vulgare,

Page 8: Pengaruh Allelopathy

Helianthus annuus, dan diduga jenis tumbuhan lainnya yang diduga menghasilkan zat

allelopathy, yaitu genus Eucalyptus, Acacia, pinus, Eucelia, Hordeum, grevillea,

Camelina, Adenostena, Erenophylla, dan Agropyron (Indrianto 2006 : 15).

Alelokimia pada tumbuhan dilepas ke lingkungan dan mencapai organisme sasaran

melalui penguapan, eksudasi akar, pelindian, dan atau dekomposisi. Setiap jenis alelokimia

dilepas dengan mekanisme tertentu tergantung pada organ pembentuknya dan bentuk atau

sifat kimianya. Mekanisme pengaruh alelokimia (khususnya yang menghambat) terhadap

pertumbuhan dan perkembangan organisme (khususnya tumbuhan) sasaran melalui

serangkaian proses yang cukup kompleks, namun menurut Einhellig (1995) proses tersebut

diawali di membran plasma dengan terjadinya kekacauan struktur, modifikasi saluran

membran, atau hilangnya fungsi enzim ATP-ase. Hal ini akan berpengaruh terhadap

penyerapan dan konsentrasi ion dan air yang kemudian mempengaruhi pembukaan stomata

dan proses fotosintesis. Hambatan berikutnya mungkin terjadi dalam proses sintesis protein,

pigmen dan senyawa karbon lain, serta aktivitas beberapa fitohormon. Sebagian atau

seluruh hambatan tersebut kemudian bermuara pada terganggunya pembelahan dan

pembesaran sel yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan

sasaran (Anonime 2009 : 1).

BAB III

Page 9: Pengaruh Allelopathy

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Jum’at , 15-22 Mei 2009, pukul 13.30-15.00

WIB bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah blender, cawan petri, corong penyaring, gelas ukur

10 cc, kapas/tissue, kertas saring, mangkuk pengerus, penggaris, pipet tetes, piring

plastik, dan pisau/gunting sedangkan bahan yang digunakan adalah Acacia mangium,

akuades, Phaseolus radiatus, Zea mays.

3.3. Cara Kerja

Dibuat ekstrak Acacia mangium, daun akasia dipotong-potong kecil untuk

mempermudah penggilingan dan pemblenderan. Ditimbang potongan daun akasia.

Dicampur potongan akasia dengan air dengan perbandingan (w/v) 1:7 ; 1:14 ; 1:21 ;

1:0 (kontrol) dan diblender sampai halus untuk masing-masing perlakuan. Disaring

ekstrak hasil pemblenderan. Disimpan hasil ekstrak di dalam lemari es (freezer)

selama 24 jam. Dipilih biji jagung dan kacang hijau yang berkualitas baik (besar, tidak

rusak, tenggelam dalam air). Ditaburkan biji jagung dan kacang hijau (10 buah) pada

piring plastik. Disira dengan ekstrak Acacia mangium sesuai dengan masing-masing

perlakuan, sebanyak 10 tetes (setiap hari). Diamati selama 1 minggu dan dihitung

panjang perkecambahan bijinya.

Page 10: Pengaruh Allelopathy

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:

Pada Phaseolus radiatus maupun Zea mays, tidak tejadi pertumbuhan kecambah.

4.2. Pembahasan

Allelopathy berpengaruh dalam pertumbuhan tumbuhan disekitarnya.

Allelopathy dapat menghambat atau mematikan pertumbuhan/perkecambahan. Hal ini

sesuai dengan Anonimc (2009 : 1) bahwa zat-zat penghambat tumbuh yang paling

umum adalah senyawa-senyawa aromatic seperti fenol dan laktan, alkaloid tertentu,

asam organik dan asam lemak bahkan ion-ion logam dapat juga bertindak sebagai

penghambat. Pengaruh buruk dari alleolopathy berupa gangguan atau hambatan pada

perbanyakan dan perpanjangan sel, aktifitas giberalin dan Indole Acetid Acid ( IAA ),

penyerapan hara, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan mulut daun, sintesa protein,

aktivitas enzim tertentu dan lain-lain. Hambatan allelopathy dapat pula berbentuk

pengurangan dan kelambatan perkecambahan biji, penahanan pertumbuhan tanaman,

gangguan sistim perakaran, klorosis, layu, bahkan kematian tanaman.

Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor yang meliputi : tingkat

kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan, serta

faktor luar yang meliputi: air, temperatur, oksigen, dan cahaya. Hal ini sesuai dengan

Sutopo (1983 : 25-29) bahwa benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat

kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman,

benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Hal ini diduga benih belum

memiliki cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna.

Karbohidrat, protein, lemak, dan mineral ada dalam jaringan penyimpanan benih.

Ukuran benih mempunyai korelasi yang positip terhadap kandungan protein pada

benih. semakin besar/berat ukuran benih maka kandungan protein juga makin

meningkat. Benih dorman adalah benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak mau

Page 11: Pengaruh Allelopathy

berkecambah meskipun diletakkan pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk

berkecambah. Penyebab dormansi antara lain adalah impermeabilitas kulit biji

terhadap air atau gas-gas (sangat umum pada famili leguminosae), embrio rudimenter,

halangan perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, dan adanya bahan-bahan

penghambat perkecambahan. Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat

perkecambahan benih. Zat-zat tersebut adalah herbisida, auksin, bahan-bahan yang

terkandung dalam buah, larutan mannitol dan NaCl yang mempunyai tingkat osmotik

tinggi, serta bahan yang menghambat respirasi (sianida dan fluorida). Semua

persenyawaan tersebut menghambat perkecambahan tetapi tak dapat dipandang

sebagai penyebab dormansi.

Proses penyerapan terhadap air, juga dilakukan oleh benih tanaman. Hal ini

sesuai dengan Anonimg (2009 : 1) bahwa faktor yang mempengaruhi penyerapan air

oleh benih ada dua, yaitu sifat kulit pelindung benih dan jumlah air yang tersedia pada

medium sekitarnya. Jumlah air yang diperlukan untuk berkecambah bervariasi

tergantung kepada jenis benih, umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat

keringnya. Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat

perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan

meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air dan energi.

Pada umumnya, proses perkecambahan dapat terhambat bila penggunaan oksigen

terbatas. Temperatur harus dikendalikan dengan teliti beberapa macam benih

berkecambah diatas suatu batas yang lebar dari temperatur yang wajar, tetapi yang

lain mulai tumbuh dengan segera hanya dibatas yang sempit. Benih berkecambah

biasanya pada temperatur dimana benih itu telah menyesuaikan dengan iklim di

tempat benih tersebut dihasilkan. Ketersediaan air di lingkungan sekitar benih

merupakan faktor penting. Kurang tersedianya air pada lingkungan benih akan

menyebabkan jumlah air yang diambil untuk berkecambah menjadi semakin rendah

atau tidak terpenuhi.

Perkecambahan pada biji kacang hijau maupun jagung tidak terjadi. Hal ini

disebabkan karena praktikan tidak melakukan prosedur percobaan sebagai mana

mestinya. Yakni menetesi biji kacang hijau dan jagung sebanyak 10 tetes setiap

Page 12: Pengaruh Allelopathy

harinya secara rutin. Menurut Anonimc (2009 : 1), bahwa laju perkecambahan juga

tergantung pada tanggapan dari jenis benih terhadap daya penghambat dari

allelopathy dimana benih jagung memiliki laju perkecambahan benih yang lebih

lambat dari benih kacang hijau. Hal ini karena kondisi benih jagung yang lebih

memungkinkan untuk menerima daya penghambat dari allelopathy dibandingkan

benih kacang hijau.

Page 13: Pengaruh Allelopathy

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Allelopathy merupakan pengaruh yang menghambat atau merusak pertumbuhan dari

tumbuhan lain disekitar yang disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh

suatu tumbuhan ke lingkungannya.

2. Allelopathy adalah senyawa kimia yang menghambat pertumbuhan jenis lain yang

tumbuh bersaing dengan tumbuhan penghasil Allelopathy tersebut.

3. Berdasarkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tumbuhan, zat-zat kimia yang bersifat

allelopathy dapat dibagi menjadi autotoxic dan antitoxic.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan terdiri dari faktor dalam dan faktor

luar.

5. Faktor dalam perkecambahan, meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih,

dormansi, dan penghambat perkecambahan.

6. Faktor luar yang mempengaruhi perkecambahan meliputi : air, temperatur, oksigen, dan

cahaya.

Page 14: Pengaruh Allelopathy

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2009. Ekosistem. Http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses tanggal 13 Mei 2009 jam 20:28 WIB.

Anonim b. 2009. Allelopathy. Http://iqbalali.com/2008/01/23/alelopati. Diakses tanggal 13 Mei 2009 jam 19:58 WIB.

Anonim c. 2009. Pengaruh Allelopathy terhadap Perkecambahan. www.irwantoshut.com. Diakses tanggal 17 Mei 2009 jam 22:13 WIB.

Anonim d. 2009. Allelopathy Gulma. Http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. Diakses tanggal 18 Mei 2009 jam 21:27 WIB.

Anonim e. 2009. Interaksi Populasi. Http://nandito106.wordpress.com/2009/03/02/ alelopati-interaksi-antarpopulasi. Diakses tanggal 19 Mei 2009 jam 20:28 WIB.

Anonim f. 2009. Interaksi Populasi. Http://www.cixers.co.cc/2008/09/interaksi-antar-komponen-ekologi.html. Diakses tanggal 19 Mei 2009 jam 20:47 WIB.

Indrianto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta : v + 210 hlm.

Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. Grafindo. Jakarta : ix + 223 hlm.

Page 15: Pengaruh Allelopathy

LAMPIRAN GAMBAR