pengantar - · pdf file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. di...

62
1 PENGANTAR Keanekaragaman budaya yang dimiliki Kota Tasikmalaya, merupakan unsur kebudayaan nasional yang dapat memberikan corak dan karakteristik kepribadian bangsa. Upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional tidak dapat terlepas dari penggalian serta pengkajian sumber-sumber kebudayaan daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu sumber informasi kebudayaan yang sangat penting dalam rangka perwujudan kesatuan budaya nasional di Kota Tasikmalaya adalah naskah. Naskah dapat dipandang sebagai dokumen budaya, karena berisi berbagai data dan informasi ide, pikiran, perasaan, dan pengetahuan sejarah, serta budaya dari bangsa atau sekelompok sosial budaya tertentu. Naskah-naskah buhun termasuk salah satu unsur budaya yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan dan mendukungnya. Sedangkan lahirnya naskah-naskah lama erat pula kaitannya dengan kecakapan baca tulis atau pengetahuan mengenai aksara. Berkat adanya tradisi demikian, maka naskah-naskah lama (buhun) sebagai karya tulis yang mengandung berbagai bahan informasi mengenai kehidupan masyarakat masa lampau yang disusun oleh para

Upload: ngothien

Post on 06-Feb-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

1

PENGANTAR

Keanekaragaman budaya yang dimiliki Kota Tasikmalaya,

merupakan unsur kebudayaan nasional yang dapat memberikan corak dan

karakteristik kepribadian bangsa. Upaya pembinaan dan pengembangan

kebudayaan nasional tidak dapat terlepas dari penggalian serta pengkajian

sumber-sumber kebudayaan daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Salah satu sumber informasi kebudayaan yang sangat penting dalam

rangka perwujudan kesatuan budaya nasional di Kota Tasikmalaya adalah

naskah.

Naskah dapat dipandang sebagai dokumen budaya, karena berisi

berbagai data dan informasi ide, pikiran, perasaan, dan pengetahuan

sejarah, serta budaya dari bangsa atau sekelompok sosial budaya tertentu.

Naskah-naskah buhun termasuk salah satu unsur budaya yang erat

kaitannya dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang melahirkan

dan mendukungnya. Sedangkan lahirnya naskah-naskah lama erat pula

kaitannya dengan kecakapan baca tulis atau pengetahuan mengenai

aksara. Berkat adanya tradisi demikian, maka naskah-naskah lama

(buhun) sebagai karya tulis yang mengandung berbagai bahan informasi

mengenai kehidupan masyarakat masa lampau yang disusun oleh para

Page 2: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

2

pujangga pada masa itu, akhirnya sampai pula kepada generasi sekarang

untuk dapat dibaca dan dipahami.

Masyarakat Sunda telah mengenal tradisi tulis sejak lama, bahkan

mereka telah mampu menciptakan sebuah model aksara sendiri yang

dikenal dengan aksara Sunda Kuno/Buhun. Naskah paling muda yang

menggunakan aksara Sunda Buhun berjudul Waruga Guru yang ditulis

di atas kertas ber-watermark. Mulai pertengahan abad XVIII Masehi

aksara Sunda Buhun mulai tenggelam karena secara kultural terdesak

dengan adanya aksara Cacarakan yang pembakuannya pertama kalinya

dilakukan oleh Grashuis melalui karangannya Handleiding voor Aanleren

van het Soendaneesch Letterschrifjt ‘Buku Petunjuk untuk belajar aksara

Sunda’ yang terbit pada tahun 1860. Model aksara Cacarakan tersebut

tiada lain adalah hasil modifikasi dari aksara Carakan Jawa yang telah

dibakukan sebelumnya oleh Roorda pada tahun 1835.

Dalam kesempatan ini Aksara Sunda Kaganga berupaya

dikenalkan kembali untuk memperlihatkan salah satu unsur budaya Sunda

hasil kreativitas generasi Sunda terdahulu, yang merupakan salah satu

‘jati diri’ dan kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Upaya ini ternyata

mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat yang terbukti dengan

dikeluarkannya Perda no. 6 tahun 1996 dan kemudian diikuti dengan

Surat Keputusan Gubernur Daerah TK. I Jawa Barat No.

434/SK.614-Dis.PK/99. Adanya Perda dan SK Gubernur ini pun

dilatarbelakangi oleh Keputusan Presiden No. 082/B/1991 tanggal 24 Juli

1991. Perda nomor 6 tahun 1996 tersebut kini sudah disesuaikan lagi

Page 3: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

3

dengan situasi dan kondisi saat ini menjadi “Peraturan Daerah Propinsi

Jawa Barat Nomor 5 tahun 2003” Tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra

dan Aksara Daerah.

Perlu dijelaskan bahwa Aksara Sunda Kaganga yang dikenalkan

dalam tulisan ini tidak persis sama dengan aksara Sunda Kuno atau

Buhun, tetapi telah dilakukan sedikit modifikasi oleh para pakar dari

kalangan perguruan tinggi (Unpad, UI, UPI), khususnya mereka yang

berkecimpung dalam bidang Filologi. Upaya modifikasi ini dilakukan

demi kepraktisan pemakaian aksara Sunda guna merekam bahasa Sunda

yang terus mengalami proses perkembangan, dengan tidak lepas dari

tipologi dasar aksara Sunda Buhun dari abad XV-XVI Masehi.

Tulisan ini disusun dalam rangka Peluncuran Buku yang

berjudul Mengenal Aksara, Naskah, dan Prasasti Sunda yang

diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya tahun 2007 walau

hanya sebagian kecil dari buku tersebut yang diungkapkan dalam tulisan

ini, khususnya yang berhubungan dengan Aksara Sunda Kaganga.

Sehubungan dengan peluncuran buku Mengenal Aksara, Naskah, dan

Prasasti Sunda, tidak berlebihan apabila dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yang

Terhormat Walikota Tasikmalaya, Bapak Drs. H. Bubun Bunyamin,

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tasikmalaya, Bapak H.

Nurul Awalin, S.Ag., M.Si., serta Kepala Dinas Pendidikan Kota

Tasikmalaya, Bapak Drs. H. Hendryana Saputra, SH., M.M. beserta

segenap Staf yang telah berupaya mendukung dan menyediakan sarana

Page 4: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

4

serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu,

kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda

dan Sejarah Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya disampaikan kepada

Bapak Prof. Dr. H. Ayatrohaedi (Alm), Bapak Prof. Dr. H. Edi S.

Ekadjati (Alm), Bapak Drs. H.A. Marzuki, dan Bapak Drs. Undang A.

Darsa, M.Hum yang telah membantu, mendukung, serta menyediakan

sarana dan prasarana yang berkaitan dengan data naskah dan prasasti

Sunda. Kepada yang terhormat Rektor Universitas Padjadjaran, Ketua

Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Dekan Fakultas Sastra

Universitas Padjadjaran, serta Ketua Program Studi Sastra Sunda Fakultas

Sastra Universitas Padjadjaran atas semua bantuan dan dukungannya

selama penyusunan buku ini.

Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Tonny T.

Easy, Bapak Tatang M. dan Bapak Drs. Undang Hendiana, M.Pd. Buat

ketiga anakku tercinta Rangga, Aswina, dan Dzulmar beserta Ibunda Hj.

Momoh Patimah atas bantuan, dukungan, doa, serta kesalehannya selama

ini. Kepada sahabat dan rekan yang telah berpartisipasi dalam penerbitan

buku Mengenal Aksara, Naskah, dan Prasasti Sunda, Bapak Drs. H. M.

Ery Hendryana, SE. beserta Ibu Dra. Hj. Etin Suryatini, Ibu Unong

Solihah, S.Pd. beserta Bapak Drs. Agus Salim, M.Si., serta semua pihak

yang telah membantu peluncuran buku ini. Semoga segala kebaikan

mereka dibalas dengan kebaikan yang setimpal oleh Alloh SWT. Semoga

pula tulisan ini bermanfaat. Amiin.

Page 5: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

5

AKSARA SUNDA KAGANGA

1 Pengantar

Aksara sepanjang sejarah perkembangannya merupakan lambang

kemajuan adab dan media untuk memacu perkembangan peradaban itu

sendiri. Seperti kita ketahui, di mana-mana, di dunia ini tatkala belum

mengenal aksara, tingkat peradaban manusia tergolong masih sangat

rendah dan sangat sederhana. Kehidupan manusia cenderung sangat

tergantung kepada apa yang sudah disediakan oleh alam. Namun, setelah

manusia mengenal dan mempergunakan aksara, tingkat peradaban

manusia makin tinggi dan makin lama perubahan tingkat peradaban

manusia itu semakin berlangsung cepat, sehingga kehidupan manusia

menjadi lebih kompleks.

Aksara, di sisi lain dipandang sebagai batas masa kehidupan

manusia antara zaman prasejarah (masa sebelum mengenal aksara)

dengan zaman sejarah (masa sesudah manusia mengenal dan

mempergunakan aksara). Meskipun zaman prasejarah berlangsung jauh

lebih lama daripada zaman sejarah, namun pengetahuan tentang

Page 6: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

6

kehidupan manusia prasejarah jauh lebih sedikit daripada pengetahuan

kehidupan manusia sejarah. Perbedaan kuantitas dan kualitas pengetahuan

tersebut terutama dimungkinkan oleh fungsi dan peranan aksara.

Masyarakat yang menghuni Tanah Sunda, misalnya sekitar 1500

tahun yang silam, hanya menghasilkan tujuh buah prasasti (tulisan pada

batu) yang panjang keseluruhannya tidak lebih dari 100 kata dengan

menggunakan jenis aksara dan bahasa pinjaman dari India (Aksara

Pallawa dan Bahasa Sansekerta). Sekitar 1000 tahun kemudian mereka

menulis tidak hanya pada batu, melainkan juga pada daun (lontar, nipah)

dan dengan menggunakan jenis aksara dan bahasa yang diciptakan sendiri

(aksara dan bahasa Sunda) serta panjang seluruh hasil tulisannya lebih

dari puluhan ribu kata dan isi tulisannya mengenai aneka macam aspek

kebudayaan mereka. Sekitar 500 tahun selanjutnya (tahun 2000) hasil

karya tulis mereka tak terhitung lagi kuantitasnya, karena terlalu

banyaknya. Medianya pun sudah banyak sekali, seperti buku, majalah,

surat kabar, brosur, akte, arsip, kwitansi, surat. Contoh data-data di atas

memperlihatkan betapa makin maju dan berkembangnya kehidupan

manusia serta makin lama makin cepatnya kemajuan dan perkembangan

itu. Semua itu terjadi antara lain berkat keberadaan, fungsi, dan peran

aksara. (Ekadjati, dalam Darsa, 2003: xiii).

Gambaran di atas memperlihatkan alasan mengapa aksara Sunda

Kaganga perlu dan harus dihidupkan lagi saat ini. Aksara Sunda yang

diciptakan dan hasil kreasi orang Sunda untuk mengabadikan

pengetahuan dan pengalaman mereka di dalam bahasa Sunda itu

Page 7: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

7

merupakan monumen penting yang menandakan tingginya tingkat

peradaban yang pernah dicapai oleh masyarakat Sunda pada masa silam.

Suatu hal yang menjadi kebanggaan kita sebagai ahli warisnya. Karena

itu kita perlu mengenal warisan tersebut serta memahami makna

keberadaan dan peranannya. Mereka telah menyumbangkan karya cipta

mereka bagi kemajuan dan perkembangan peradaban. Untuk itulah tulisan

ini disusun, agar hasil kreativitas dan warisan orang Sunda pada masa

silam itu dapat dikenalkan kembali kepada generasi muda Sunda Kota

Tasikmalaya khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Sebagaimana kita ketahui bersama, saat ini di sebagian

masyarakat Sunda masih ada anggapan bahwa model tulisan tradisional

yang berkembang di kalangan masyarakat Sunda sama dengan model

tulisan yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa, yang lebih

populer dengan sebutan Cacarakan atau Hanacaraka. Namun,

sesungguhnya semenjak tahun 1867, Holle sudah mulai merintis

penggarapan naskah-naskah lontar yang diperoleh dari wilayah Sunda.

Sejak saat itu, Holle menyebutkan bahwa dalam lontar-lontar tersebut

berisi teks yang ditulis dalam aksara dan bahasa Sunda Buhun. Jejak

Holle kemudian diikuti, antara lain oleh Pleyte (1911, 1914),

Poerbatjaraka (1919-1921), Dam (1957), Noorduyn (1962, 1965, 1982),

Atja (1968, 1970). Atja dan Danasasmita (1981 abc). Danasasmita,

Ayatrohaedi, Wartini & Darsa (1987), Darsa & Ekadjati (1995),

Noorduyn & Teeuw (2000).

Page 8: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

8

Naskah-naskah Sunda Buhun yang berbahan lontar ataupun nipah

sampai saat ini, yang telah berhasil digarap dan umumnya berasal dari

abad XV-XVI Masehi di antaranya: Carita Parahiangan, Sanghyang

Siksa Kandang Karesian, Amanat Galunggung, Kawih Paningkes,

Jatiniskala, Carita Ratu Pakuan, Fragmen Carita Parahiyangan,

Sanghyang Hayu, Serat Dewa Buda, Serat Catur Bumi, Sang Hyang

Raga Dewata, Kisah Purnawijaya, Kisah Keturunan Rama dan Rahwana

atau Pantun Ramayana, Kisah Perjalanan Bujangga Manik, Sewaka

Darma, Kisah Sri Ajnyana, Darmajati, Jatiraga, Prabu Siliwangi, dan

Mantra Aji Saka. Di samping itu, ada pula teks-teks yang tertuang dalam

bahasa yang lebih permanen berupa batu dan lempengan logam, antara

lain, prasasti-prasasti di Astana Gede dan Piagam Kebantenan. Teks-terks

tersebut secara jelas ditulis dalam aksara dan bahasa Sunda Kuno.

2 Bentuk Aksara Sunda Kaganga

2.1 Tata Tulis Aksara Sunda

Berdasarkan tata tulisnya, aksara Sunda berjumlah 32 buah yang

terdiri atas 7 aksara Swara ‘vokal mandiri’ dan 25 aksara ngalagena

‘konsonan’. Aksara swara adalah tulisan yang melambangkan bunyi

fonem vokal mandiri yang dapat berperan sebagai sebuah sukukata yang

bisa menempati posisi awal, tengah, maupun akhir sebuah kata.

Sedangkan aksara Ngalagena adalah tulisan yang dianggap dapat

melambangkan bunyi fonem konsonan dan dapat berperan sebagai sebuah

Page 9: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

9

kata maupun sukukata yang bisa menempati posisi awal, tengah maupun

akhir sebuah kata. Jadi, aksara ngalagena ini bersifat ‘logo-silabik’, yakni

tulisan yang dapat mewakili sebuah kata dan suku kata.

Sistem tata tulis Aksara Sunda mengenal tanda vokalisasi, yakni

rarangken atau penanda bunyi yang dapat berfungsi untuk mengubah,

menambah maupun menghilangkan bunyi vokal pada aksara ngalagena.

Lambang vokalisasi yang dimaksud berjumlah 13 macam yang dalam

penempatannya terbagi ke dalam tiga kelompok, masing-masing adalah

yang disimpan di atas aksara dasar sebanyak 5 buah, ditempatkan di

bawah aksara dasar sebanyak 3 buah, dan sebanyak 5 buah ditempatkan

sejajar dengan aksara dasar, yang masing-masing dibagi lagi menjadi :

yang ditempatkan di sebelah kiri aksara dasar sebanyak satu buah,

sebanyak 2 buah ditempatkan di sebelah kanan aksara dasar, dan

sebanyak 2 buah ditempatkan di sebelah kanan dengan sedikit menjulur

ke bagian bawah aksara dasar. Di samping itu, dikenal pula lambang-

lambang bilangan berupa angka dasar yang memiliki nilai hitungan mulai

dari nol sampai sembilan.

Wujud fisik aksara Sunda termasuk tanda vokalisasinya dapat

ditulis pada posisi kemiringan antara 45 - 75. Perbandingan ukuran fisik

dasar, baik aksara swara ‘vokal’ maupun aksara ngalagena ‘konsonan’

pada umumnya ditulis 4:4, kecuali untuk aksara ngalagena / ra / adalah

4:3, untuk / sya / adalah 4:5, untuk / ba/, / kha /, dan / nya / adalah

4:6; serta untuk aksara swara / i / adalah 4:3. Untuk perbandingan

Page 10: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

10

ukuran fisik tanda vokalisasi pada umumnya ditulis 2:2, kecuali untuk

panyecek /+ng / adalah 1:1, panglayar / +r / adalah 2:3, panyakra

/ + ra/ adalah 2:4, pamaeh adalah 4:2, dan pamingkal / +ya / adalah

2:4 (bawah) dan 3;2 (samping kanan). Perbandingan ukuran fisik angka

dasar pada umumnya ditulis 4:4, kecuali untuk angka /4/ dan /5/ adalah

4:3.

2.1.1 AKSARA SWARA ‘Vokal Mandiri’

a i u é o e eu

Page 11: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

11

2.1.2 Aksara Ngalagena ‘Konsonan’

ka ga nga ca ja nya ta da na pa ba ma ya ra la wa sa ha fa kha

Page 12: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

12

qa sya va xa za

2.1.3 Vokalisasi (Penanda Bunyi)

2.1.3.1 Vokalisasi Yang Ditulis “Di Atas” Lambang Aksara

Dasar

panghulu pamepet paneuleung panglayar panyecek /i/ /e/ /eu/ /+r/ /+ng/

1. ....................= panghulu berfungsi mengubah bunyi vokal aksara

dasar / a / menjadi / i /.

Contoh : _________ = da menjadi _______ =__ di.

2. ... .................= pamepet berfungsi mengubah bunyi vokal aksara

Page 13: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

13

dasar / a / menjadi / e /.

Contoh:__________ = da menjadi ________ = de

3. .. ... ..............= paneuleung berfungsi mengubah bunyi vokal

aksara dasar / a / menjadi / eu /.

Contoh______= da menjadi_________ = deu.

4. .....................= panglayar berfungsi menambah konsonan / + r /

pada akhir aksara dasar.

Contoh:________ = da menjadi _______= dar.

5. .....................= panyecek berfungsi menambah konsonan / + ng /

pada akhir aksara dasar.

Contoh:_________ = da menjadi ________= dang

Page 14: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

14

2.1.3.2 Vokalisasi Yang Ditulis “Di Bawah” Lambang Aksara

Dasar

panyuku panyakra panyiku /u/ /+ra/ /+la/

1....................= panyuku berfungsi mengubah bunyi vokal aksara

dasar / a / menjadi / u /.

Contoh:_________= da menjadi ________= du

2. ...................= panyakra berfungsi menambah bunyi aksara /+ra/

pada aksara dasar yang dilekatinya, dan bisa

disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada aksara

dasarnya.

Contoh: _______=da menjadi _________ = dra

3. ...................= panyiku berfungsi menambah bunyi akrasa

/ + la / pada aksara dasar yang dilekatinya, dan

bisa disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada

aksara dasarnya.

Page 15: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

15

Contoh: _______= da menjadi _______ = dla.

2.1.3.3 Vokalisasi Yang Ditulis “Sejajar” Dengan Aksara Dasar

panéléng panolong pamingkal pangwisad pamaéh /é/ /o/ /+ya/ /+h/ /-h/

1. ........... = panéléng berfungsi mengubah bunyi vokal aksara

dasar / a / yang didahuluinya menjadi / é /.

Contoh:_______ = da menjadi_______ = dé.

2. ......... ...... = panolong berfungsi mengubah bunyi vokal aksara

dasar / a / yang mendahuluinya menjadi / o /.

Contoh:_________ = da

Page 16: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

16

Menjadi ______ = do

3. ................ = pamingkal berfungsi menambah bunyi / +ya /

pada aksara dasar yang dilekatinya, dan bisa

disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada aksara

dasarnya.

Contoh:________ = da menjadi_______= dya.

4. ........... = pangwisad berfungsi menambah bunyi / +h / pada

aksara dasar yang dilekatinya yang disimpan di

akhir kata dasar, serta bisa disesuaikan dengan

tanda vokalisasi pada aksara dasarnya.

Contoh:________ = da menjadi ______ =dah

5............. = pamaeh berfungsi menghilangkan fonem konsonan

di akhir kata pada aksara dasar, dan bisa

disesuaikan dengan tanda vokalisasi pada aksara

dasarnya.

Page 17: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

17

Contoh:________ = da menjadi _____ = d

2.1.3.4 Vokalisasi Yang Juga Bisa Dikombinasikan Dengan

Aksara Vokal

1. ....................= panglayar: _________ ar ; ________ = ér

_________= ir ; _________or; _________ = ur

_________= er ; _________eur.

2. .................... = panyecek;________= ang ; ______= éng

Page 18: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

18

_____ = ing; ________ = ong ;

________ = ung _________= eng ; __________eung

3. ............... = pangwisad:_________ ah ; _________ = éh

______ = ih ; ________ oh ;__________ = uh

__________ = eh ; __________ =euh.

2.1.4 Angka

Sistem tata tulis aksara Sunda dilengkapi pula dengan lambang

angka-angka. Penulisan lambang angka puluhan-ratusan, dan seterusnya

Page 19: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

19

ditulis berderet dari “kiri ke kanan”, seperti halnya dalam sistem angka

Arab. Beberapa lambang angka Sunda bentuknya ada yang mirip dengan

aksara, sehingga untuk menuliskan (deretan) lambang angka, harus diapit

dengan garis vertikal yang tingginya 6:4 dari ukuran tinggi lambang

angka. Lambang angka-angka yang dimaksud adalah:

0 1 2 3 4

5 6 7 8 9

2.1.5 Fungtuasi (Tanda Baca)

Tanda baca atau fungtuasi yang digunakan untuk melengkapi

penggunaan aksara Sunda dalam penulisan suatu kalimat, alinea, maupun

wacana dilakukan dengan mengadopsi semua tanda baca atau fungtuasi

yang berlaku pada sistem tata tulis huruf Latin. Tanda baca yang

Page 20: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

20

dimaksud adalah koma ( , ), peun ‘titik’ ( . ), titik koma ( ; ), deubeul

peun ‘titik dua’ ( : ), panyeluk ‘tanda seru’ ( ! ), pananya ‘tanda tanya’

( ? ), kekenteng ‘tanda kutip’ ( “....” ), panyambung ‘tanda hubung’ ( - ),

tanda kurung ( ( ) ), dan sebagainya. Ukuran fisik tanda baca tersebut

disesuaikan dengan ukuran fisik aksara Sunda. Sementara itu, yang

berhubungan dengan nama predikat atau gelar, baik gelar akademis

maupun gelar keagamaan, penulisannya tetap menggunakan sistem tata

tulis dengan huruf Latin yang berlaku saat ini.

2. 2 Ukuran Bentuk Aksara

2. 2.1 Aksara Swara

Page 21: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

21

2.2.2 Aksara Ngalagena

Page 22: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

22

Page 23: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

23

2.3 Cara Menulis Aksara

2.3.1 Aksara Swara

2.3.2 Aksara Ngalagena

Page 24: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

24

2.3.3 Tanda Vokalisasi

Page 25: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

25

2.4 Penggunaan Aksara Sunda Kaganga

2.4.1 Cara Penulisan Dalam Bentuk Kata

2.4.1.1 Aksara Swara (Vokal Mandiri)

1. aa ; asa : ;

2. éa ; éta : :

3. ida ; ila : ;

4. oa ; oma : ;

5. ua ; utama : ;

6. ema ; enya : ;

7. euwah; euceu : :

Page 26: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

26

2.4.1.2 Aksara Ngalagena (Konsonan)

1. karasa :

2. gagana :

3. ngala :

4. calana :

5. janaka :

6. nyaba :

7. tamada :

8.. darana :

Page 27: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

27

9. nagara :

10. pahala :

11. balaka :

12. makara :

13. yasana :

14. ramana :

15. lada :

16. walakaya :

Page 28: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

28

17. sada :

18. hawara :

19. fatwa :

20. khatib :

21. Qoriah :

22. syawal :

23. vitamin :

Page 29: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

29

24. éxtra :

25. zakat :

2.4.2 Penanda Bunyi (Vokalisasi)

1. Panghulu

mimiti :

sisi :

tiwi :

Page 30: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

30

2. Pamepet

berebet :

nereleng :

kerewel :

3. Paneuleung

weureu :

eureuleu :

seuweu :

Page 31: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

31

4. Panglayar

samar :

marga :

dasar :

5. Panyecek

wangwang :

jangjang :

barangbang :

Page 32: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

32

6 Panyuku

suku gunung :

guguru :

burulu :

7. Panyakra

abrag :

drama :

prakarsa :

Page 33: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

33

8. Panyiku

nyeblak :

taplak :

9. Panéléng

bébéné :

hésé béléké :

jéjérégéd :

Page 34: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

34

10. Panolong

kokoro :

molongo :

boboko :

11. Pamingkal

gebyar :

madya :

sanghyang :

Page 35: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

35

12. Pangwisad

gagabah :

balangah :

rajah :

13. Pamaéh:

karawitan Sunda:

gamelan degung:

saung

ranggon

Page 36: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

36

2.4.3 Cara Penulisan Dalam Bentuk Kalimat

2.4.3.1 Kalimat Biasa

2.4.3.2 Kalimat Langsung

Page 37: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

37

2.4.4 Cara Penulisan dalam Bentuk Wacana

2.4.4.1 Bentuk Paparan

Gedong Planétarium téh ngawengku museum anu pernahna di

tingkat hiji, jeung rohangan utama di tingkat dua anu wangunna

ngabelenong kawas kubah masjid.

Di rohangan museum, parasiswa niténan sarta nyatet sawatara

katerangan jeung gambar, pikeun bahan sawalakeuneun. Salian ti

gambar, aya deuih potrét-potrét kajadian di luar angkasa. Upamana

baé kajadian samagaha, satelit nu keur ngayakeun panalungtikan

jeung sajabana. Di ieu rohangan ogé dipamérkeun batu météor anu

sawatara waktu kaliwat ragrag di nagara urang

(Tina Gapura Basa 2)

Page 38: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

38

Page 39: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

39

2.4.4.2 Bentuk Dialog (Paguneman)

Page 40: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

40

2.4.4.3 Bentuk Puisi (Pupuh)

Asmarandana

Eling-éling masing éling,

Rumingkang di bumi alam,

Darma wawayangan baé,

Raga taya tangan pangawasa,

Lamun kasasar lampah,

Napsu nu matak kaduhung

Badan anu katempuhan.

Page 41: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

41

2.4.5 Penulisan Angka

Page 42: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

42

2.5 Latihan

2.5.1 Menulis Dengan Aksara Sunda

2.5.1.1 Salinlah kata-kata berikut ke dalam aksara Sunda!

1. asakan :

anyaman :

2. bebendon:

bébéakan:

3. alternatif:

motivasi:

4. kampanyeu:

papandayan

Page 43: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

43

5. sasampayan:

anjeucleu:

6. garunggang:

kabupatén:

7. réformasi:

silih-asuh:

8. indung bapa :

ceuceub :

9. angkrah-ingkrih:

kukulunuan:

Page 44: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

44

10. mancanagara:

udar-ider :

11. angkaribung:

épés méér:

12. bajigur panas : _____________________________________

payung siem : _____________________________________

2.5.1.2 Salinlah kalimat-kalimat berikut ke dalam aksara Sunda!

1. Aswina keur diajar nembang.

___________________________________________

2. Ibu Guru nuju tuang di warung.

___________________________________________

3. Bandung heurin ku tangtung.

__________________________________________

Page 45: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

45

4. Tasikmalaya kasohor ka mancanagara ku bordélanana.

___________________________________________

5. Bi Tantri saurna badé ngamprah krédit ka koprasi.

___________________________________________

6. Syéh Abdul Muhyi wedalan Tasikmalaya.

___________________________________________

7. Rangga tadi diwisuda di aula UNPAD.

___________________________________________

8. Museum Sri Baduga ayana di Kota Bandung.

___________________________________________

9. Di Cirebon aya makam Syarif Hidayatullah.

___________________________________________

10. Gedong Merdéka Bandung kungsi dipaké Konférénsi

Asia Afrika.

__________________________________________

11. Dzulmar keur ngagambar pamandangan.

__________________________________________

Page 46: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

46

12. Maulidyawati isuk-isuk geus indit ka sakola.

_________________________________________

13. Kiwari keur usum pagebug.

_________________________________________

1. Salinlah bacaan berikut ke dalam aksara Sunda!

A. Kaamanan Lingkungan

Urang Babakan Haur ayeuna mah bisa tibra sré. Bangsat anu

sok ngaganggu kaamanan téh geus katéwak.

Aya opatan anu geus ngaringkuk di pangbuian. Pulisi keur

ngudag duaan deui anu can katéwak. Eta anu lumpat téh minangkana

mah luluguna.

“Papadaning kitu, kawaspadaan mah kudu terus ditingkatkeun.

Sanajan loba bangsat anu geus katéwak, kaamanan mah kudu dijaga

ku saréréa.” Kitu numutkeun Bapa Kapolsék.

(Tina Pinter Basa Sunda)

Page 47: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

47

Page 48: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

48

B. Sisindiran

Kapinis ulah disumpit,

Tangkal muncang ngarangrangan,

Kembang kopi kembang kopo,

Karungka pucuk karungkang,

Lampuyang cocongoan

Bawaeun ka Rajagaluh,

Batutulis di sakola.

Ieu nulis badé pamit,

Doakeun ti kaanggangan,

Ulah lali ulah poho,

Karuhan masing karuhan,

Ku hayang sosonoan,

Isuk mah urang pajauh,

Cing hayang papanggih heula.

Page 49: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

49

Page 50: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

50

2.5.2 Membaca dan Menyalin ke dalam Huruf Latin. 2.5.2.1 Baca kata-kata berikut lalu salin ke dalam huruf Latin!

1.

_________________________________________________

2

_________________________________________________

3.

_________________________________________________

4.

_________________________________________________

5.

_________________________________________________

Page 51: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

51

6.

_________________________________________________

7.

_________________________________________________

8.

_________________________________________________

Page 52: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

52

2.5.2.2 Baca kalimat berikut lalu salin ke dalam huruf Latin!

1.

_________________________________________________

2.

. .

_________________________________________________

3.

Page 53: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

53

_________________________________________________

4.

.

__________________________________________

5.

.

_________________________________________________

6.

Page 54: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

54

______________________________________________

7.

_________________________________________________

8.

?

_________________________________________________

Page 55: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

55

9.

_________________________________________________

10.

?

______________________________________________

Page 56: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

56

2.5.2.3 Baca uraian berikut ini dan salin ke dalam huruf Latin!

___________________________________________________________

___________________________________________________________

Page 57: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

57

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

Page 58: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

58

DAFTAR BACAAN

Atja. 1968. Tjarita Parahijangan: Titilar Karuhun Urang Sunda Abad ka–16 Masehi. Bandung: Jajasan Kebudayaan Nusalarang.

Atja & Saleh Danasasmita. 1981. Carita Parahiyangan (Transkripsi,

Terjemahan, dan Catatan. Bandung: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Barat.

1981. Sanghyang Siksakanda ng Karesian (Naskah Sunda Kuno.

Bandung: Proyek Pengembangan Permuseumam Jawa Barat.

Atja dan Ayatrohaedi. 1986. Nagarakretabhumi 1.5. Bandung: Bagian

Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda.

1981a. Amanat Dari Galunggung: Kropak 632 dari Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong-Garut. Bandung: LKUP.

Ayatrohaedi . 1981. Serat Dewabuda: Alihakasara dan Terjemahan.

Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda.

Ayatrohaédi, dkk. 1987. Kawih Paningk�s dan Jatiniskala: Alihaksara dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda.

Danasasmita, Saleh, dkk. 1987. Sewaka Darma, Sanghyang Siksakandang

Karesian, Amanat Galunggung. Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Sundanologi

Darsa, Undang Ahmad. 1991. Identifikasi Bahasa Yang Hidup Pada

Masa Pakuan Pajajaran. Bogor: Seminar Nasional Sastra dan SejarahnPakuan Pajajaran.

Page 59: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

59

1981. Aksara yang Pernah Digunakan Menulis Bahasa Sunda (Makalah Seminar Nasional Pengkajian Makna HA-NA-CA-RA-KA). Yogyakarta: Balai Kajian Jarahnitra-Lembaga Javanologi Yayasan Panunggalan.

1998. Sanghyang Hayu.Naskah Jawa di Sunda. (Tesis ). Bandung: Program Pascasarjana Unpad. 2005. Aksara Sunda Kaganga dan Sistem Tata Tulisnya. Bandung: CV. Walatra. 1998. Khazanah Pernaskahan Sunda. Bandung: Fakultas Sastra Unpad.

Darsa, Undang A. & Edi S. Ekadjati . 1995. Fragmen Carita

Parahyangan dan Carita Parahyangan (Kropak 406): Pengantar dan Transliterasi. Jakarta: yayasan Kebudayaan Nusantara.

Darsa, Undang Ahmad, dkk. 2004. Darmajati. Naskah Lontar Kropak

423. Transliterasi, Rekonstruksi, Suntingan, dan Terjemahan Teks. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Darsa, U. Ahmad & Ekadjati. 2006. Gambaran Kosmologi Sunda.

Bandung: Kiblat. Ekadjati, Edi Suhardi.1982. Cerita Dipati Ukur Karya Sastra Sejarah

Sunda. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. 1987. Pustaka Rajya-rajya i Bhumi Nusantara 1.1: Suntingan

Naskah dan Terjemahan. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan (Sundanologi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Depdikbud.

1983. Naskah Sunda. Inventarisasi dan Pencatatan. Bandung: Kerjasama Lembaga Kebudayaan Universitas

Page 60: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

60

Padjadjaran dengan The Toyota Foundation (Laporan Penelitian).

1985 “Keadaan dan Jenis-Jenis Naskah Sunda: Keadaan dan

Perkembangan Bahasa, Sastra, Etika, Tatakrama, dan Seni Pertunjukan Jawa Bali Sunda. Yogyakarta: Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi), Direktorat Jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan”.

1999. Jawa Barat Koleksi Lima Lembaga. Katalog Induk Naskah-

naskah Nusantara Jilid 5 A. Jakarta: Yayasan Obor IndonesiaEcole Francaise D’Extreme-Orient

2000. Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta: Masyarakat Pernaskahan Nusantara- Yayasan Obor Indonesia.

2006. Nu Maranggung Dina Sajarah Sunda. Bandung: Pusat Studi Sunda.

Ensiklopedi Sunda. 2000. Jakarta: Pustaka Jaya. Hermansoemantri, Emuch, dkk. 1985. Kamus Sunda Kuno –

Indonesia. Bandung: Proyek Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Sunda (Sundanologi).

Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1976. Kamus Umum Basa Sunda.

Bandung: Tarate.

Seri Sundalana 5. 2006. Mencari Gerbang Pakuan dan Kajian Lainnya mengenai Budaya Sunda. Bandung: Pusat Studi Sunda.

Suryani NS, Elis. 1990. Wawacan Panji Wulung: Sebuah Kajian

Filologis. (Tesis). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.

Page 61: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

61

Suryani NS, Elis. 1995. Kamus Istilah Carita Pantun. Bandung: Fakultas

Sastra Unpad. Suryani NS, Elis, dkk. 2000. Kamus Bahasa Sunda Kuno. Bandung:

Alqaprint. Suryani NS, Elis, dkk. 2001. Kamus Bahasa Naskah dan Prasasti Sunda

Abad 11 s.d. 18. Bandung: Komunitas Pernaskahan Sunda Purbatisti dengan Pemerintah Kota Bandung.

Suryani NS, Elis. 2005. Teori Filologi. (Diktat Kuliah). Bandung: Fakultas Sastra Unpad

Suryani NS, Elis & Undang A. Darsa. 2003. Kamus Bahasa Sunda Kuno-

Indonesia. Bandung: Alqaprint Suryani NS, Elis & A. Marzuki. 2005. Kamus Bahasa Sunda Buhun.

Bandung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat.

Suryani NS, Elis, dkk. 2006. Kamus Bahasa dan Seni Budaya Sunda

Buhun Abad 11 sd 20 Masehi. (Laporan Penelitian). Bandung: Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran

Suryani NS, Elis. 2007. Mengenal Aksara, Naskah, dan Prasasti Sunda.

Tasikmalaya: Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya. Zoetmulder, P.J. 1982. Old Javanese-English Dictionary (2 vols.). ‘s-

Gravenhage : Martinus Nijhoff.

1982.b Kalangwan: Sastra Jawa Selayang Pandang (Terjemahan Dick Hartoko). Seri ILDEP. Jakarta: Djambatan.

Page 62: PENGANTAR -   · PDF file4 serta prasarana demi kelancaran penerbitan buku tersebut. Di samping itu, kepada Pengawas dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Sunda dan Sejarah

62

Elis Suryani NS, Dra, M.S.

Penulis