pengantar industri tekstil

51
RANGKUMAN PENGANTAR INDUSTRI TEKSTIL “Proses Persiapan dan Pengelantangan” Vivayanti Nurhidayah 1621112009 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANDUNG RAYA Jalan Banten No. 11 Bandung 40272 Tlp. 022-7230778

Upload: vivayanti-nurhidayah

Post on 24-Oct-2015

986 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

Pengantar Industri Tekstil

TRANSCRIPT

Page 1: Pengantar Industri Tekstil

RANGKUMANPENGANTAR INDUSTRI TEKSTIL

“Proses Persiapan dan Pengelantangan”

Vivayanti Nurhidayah

1621112009

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANDUNG RAYA

Jalan Banten No. 11 Bandung 40272 Tlp. 022-7230778

2013

Page 2: Pengantar Industri Tekstil

1. Proses Pembuatan Kain

Kain Benang Serat

Serat Benang Kain

Page 3: Pengantar Industri Tekstil

1. SERAT – SERAT TEKSTIL

Serat adalah suatu unit bahan yang ditandai oleh panjangnya paling sedikit ratusan kali

diameternya  atau lebarnya, dan dapat dipintal menjadi benang atau dibuat menjadi kain

dengan penyilangan atau berbagai cara lainnya.Bahan tekstil yang dipergunakan terdiri dari

bermacam-macam jenis serat. Serat – serat tekstil dibagi dalam 3 kelompok :

1. Serat alam

a. Serat yang murni berasal dari alam

b. Serat alam dapat berasal dari tumbuhan atau hewan

a) Serat yang berasal dari tumbuhan , berasal dari bunga atau batang tumbuhan itu

sendiri. 

Contoh : kapas , rami , kapok , yute

b) Serat yang berasal dari hewan contohnya : sutera , wol , cashmere

2. Serat semi sintetik

a. Serat yang bahan bakunya bersumber dari alam tetapi kemudian di olah secara

kimiawi.

b. Bahan baku serat semi sintetis ini dapat berasal dari waste kapas atau dari batang

pohon pinus

c. Proses pengolahannya menyerupai proses pulping pada proses pembuatan kertas

d. Hasilnya yang paling banyak dikenal adalah serat rayon

3. Serat sintetik

a. Serat yang sengaja dibuat ( sintetis )

b. Berasal dari senyawa – senyawa kimia tertentu

c. Proses pembuatan seratnya disebut spinning , dan alatnya disebut spinneret

d. Proses pembuatan serat sintetis dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu :

1) Melt Spinning        : hasilnya polyester , poliamida

2) Wet Spinning         : hasilnya rayon

3) Dry Spinning         : hasilnya acrylic

Produk yang keluar dari spineret dapat berbentuk filament atau staple tergantung dari

kebutuhannya.

Page 4: Pengantar Industri Tekstil

Contoh :

Bila kita membuat benang campuran polyester 65% dan katun 35% , maka serat polyesternya

berbentuk staple. Untuk menjadi kain yang siap untuk dijadikan sandang , maka serat akan

mengalami tahap spinning  ( pemintalan ) untuk menjadi bentuk benang. Benang ini bisa di

tenun atau dirajut untuk menjadi kain. Kain ini masih merupakan “ kain mentah “ ( grey ).

Kain grey ini mengalami tahapan proses tertentu sehingga menjadi kain jadi / kain sandang.

Proses perajutan ( knitting )

Proses pembuatan kain dari satu benang yang saling dikait-kaitkan.

Proses pertenunan ( weaving )

Proses pembuatan kain dari dua benang yang dianyam , benang ke arah panjang disebut

benang lusi ( warp ) dan benang kea rah lebar di sebut benang pakan ( weft ).

2. Proses Pembuatan Benang

Page 5: Pengantar Industri Tekstil

1. Blowing

Proses pembukaan, pembersihan, pencampuran, dan hasilnya berupa lap.

2. Carding

Proses pembersihan dan penguraian serat, pemisahan serat yang panjang dengan serat

yang pendek dan merubah bentuk lap menjadi bentuk sliver.

SERAT

BLOWIN

CARDING

DRAWIN

ROVING

RING SPINNING

WINDING

Page 6: Pengantar Industri Tekstil

3. Drawing

Proses perangkapan, penarikan, dan peregangan serat-serat dan membuat sliver lebih

rata. Biasanya proses ini dilakukan dua kali.

4. Roving

Proses penarikan, pemberian twist, penggulungan,dan hasilnya berupa roving.

5. Ring Spinning

Proses penarikan, pemberian twist, penggulungan,dan hasilnya berupa benang.

6. Winding

Proses penggulungan benang menjadi gulungan benang yang lebih besar sambil

menghilangkan bagian-bagian yang lemah dan tidak rata.

3. Proses Penyempurnaan Kain

KAIN

Page 7: Pengantar Industri Tekstil

Keterangan :

1. Proses penganjian ( sizing )

Benang lusi selama proses pertenunan mengalami gesekan – gesekan dengan peralatan

tenun. Oleh karena itu benang lusi perlu diperkuat dengan cara dikanji agar tidak

mudah putus.

2. Proses persiapan ( pretreatment )

Untuk mendapatkan hasil yang sempurna pada proses pencelupan dan pencapan ,

maka kain grey ( kain mentah ) perlu diproses persiapan terlebih dahulu. Proses ini

dikenal sebagai proses pretreatment.

Proses pretreatment meliputi :

Proses desizing : proses penghilangan kanji yang terdapat pada kain

Proses scouring : proses penghilangan kotoran – kotoran yang terdapat pada kain ,

misalnya minyak , lilin, debu , oli rajut dan lainnya.

PEMBAKARAN BULU / SINGEING

PENGHILANGAN KANJI / DESIZING

PEMASAKAN / SCOURING

PENGELANTANGAN / BLEACHING

PENCELUPAN / DYEING PENCAPAN / PRINTING

PENYEMPURNAAN KHUSUS

Page 8: Pengantar Industri Tekstil

Proses bleaching : proses menghilangkan pigmen – pigmenwarna  alami pada kain

katu yang berwarna kekuning-kuningan atau kecoklatan sehingga kain berwarna

putih.

3. Proses merserisasi / kostisasi ( mercerized / causticized )

Pemasakan dengan larutan soda kaustik untuk meningkatkan kualitas kain katun , di

antaranya untuk meningkatkan daya serap bahan terhadap zat warna , memperbaiki

kenampakan dan stabilitas dimensi kain  serta meningkatkan daya kilap kain.

4. Proses pencelupan ( dyeing )

Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata ( uniform ).Bahan tekstilnya

dapat berupa benang atau kain.

5. Proses pencapan ( printing )

Proses pemberian warna setempat pada bahan tekstil yang berupa motif atau corak

tertentu.

6. Proses penyempurnaan ( finishing )

Proses – proses khusus dan terbatas yang dilakukan pada bahan tekstil untuk

memenuhi syarat – syarat penggunaan yang diinginkan.

Proses persiapan dilakukan bergantung tujuan dan jenis dari serat itu sendiri.

Kain Kapas

Kain Wol

Penyikatan

Penghilangan kanji

Pemasakan

Merserisasi

Setting lebar Kostiksasi

Page 9: Pengantar Industri Tekstil

Kain Sutra

Kain Poliester

Kain Campuran Poliester – Kapas

Perbedaan serat alam dan serat buatan

Serat alam Serat Buatan

Mempunyai daya serap yang baik Daya serapnya kurang baik

Tidak mengkilap atau warnanya buram Mempunyai daya kilap yang bagus

Mudah kusut Tidak mudah kusut

Jumlah relatif tetap Bisa dibuat dengan jumlah sesuai keinginan

Bentuknya tetap Bentuknya bisa dimodifikasi

PERTENUNAN

Pengkarbonan / Pengarangan

Pemasakan

Pemasakan

Relaksasi

Pemantapan / Heat Setting

Weight Reduce / Pengurangan

Berat

Setting lebar

Pembakaran bulu

Penghilangan kanji

Pemasakan

Relaksasi

HeatSetting

Burn Out(kalau diperlukan)

Setting Lebar

Pemasakan / Deguming

Page 10: Pengantar Industri Tekstil

        Proses menenun adalah proses membentuk suatu anyaman dari dua macam benang .

anyaman terbentuk dengan menyilangkan benang-benang dengan posisi saling tegak lurus.

Benang-benang yang searah dengan panjang kain disebut sebagai benang lusi (atau benang

lungsi, lungsin), sedangkan benang yang melintang ke arah lebar kain disebut sebagai benang

pakan.

Agar bisa berfungsi dengan baik selama proses pertenunan, masing-masing benang harus

mengalami proses persiapan terlebih dahulu, yakni persiapan pertenunan.

Penghilangan Kanji ( Desizing )

Sebelum ditenun benang lusi dikanji untuk menambah kekuatan dan daya gesek yang

tinggi. Benang lusi yang tidak dikanji kekuatannya rendah, mudah putus sehingga mengurangi

mutu kain dan efisiensi produksi.

Kanji bersifat menghalangi penyerapan (Hidrofob) larutan baik dalam proses

pemasakan, pengelantangan, pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan khusus sehingga jika

kanji tidak dihilangkan mengakibatkan hasil proses tersebut kurang sempurna. Pada proses

pencelupan dan pencapan zat warna tidak bisa masuk kedalam serat sehingga warna akan

luntur dan tidak rata.

Penganjian benang lusi biasanya menggunakan kanji alam maupun kanji sintetik tergantung

dari jenis seratnya.

Kanji alam antara lain :

Page 11: Pengantar Industri Tekstil

- Pati (tapioka), jagung (meizena), kentang (farina), gandum (terigu),

- Kanji protein seperti glue, gelatin, dan kasein

- Macam – macam gom.

- Modifikasi kanji , dekstrin.

Kanji sintetik antara lain :

- PVA (Polivenil Alkohol), Akrilik, dan lain-lain

- Derivat selulosa seperti tylose (CMC), Hidrksil etil selulosa, dan metil selullosa.

- Derivat kanji seperti starch ester, starch eter.

Di Indonesia untuk mengaji benang kapas digunakan kanji tapioka sedang di Amerika

banyak dipakai jenis kanji jagung. Penganjian benang rayon viskosa biasanya dengan

modifikasi kanji (dekstrin). Benang–benang sintetik biasanya dikanji dengan PVA, campuran

PVA dan gom, dan sebagainya.

Prinsip penghilangan kanji

Agar kanji larut dalam air kanji harus dihidrolisa atau dioksidasi menjadi senyawa

yang lebih sederhana sehingga rantai molekulnya lebih pendek dan mudah larut dalam air.

Untuk menghilangkan kanji dikenal beberapa cara :

1. Perendaman

2. Asam Encer

3. Alkali Encer

4. Enzym

5. Oksidator

1. Penghilangan Kanji dengan Cara Perendaman

Cara perendaman merupakan cara yang paling mudah dilakukan, kain direndam dalam

air panas + 35oC - 40oC selama 24 jam, selanjutnya dicuci dengan air panas kemudian dengan

air dingin. Penghilangan kanji dengan perendaman ini dapat dilakukan untuk Jenis kanji yang

mudah larut dalam air seperti gom, dekstrin, CMC, PVA dan lain-lain.

Reaksinya yang terjadi adalah sebagai berikut :

Page 12: Pengantar Industri Tekstil

hidrolisa

(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6

kanji (amilum) netral glukosa (gula)

Cara perendaman ini tidak banyak dipakai lagi karena reaksinya berjalan lambat dan hasilnya

kurang sempurna. Perendaman yang terlalu lama menyebabkan timbulnya asam yang dapat

menghidrolisa serat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penghilangan kanji dengan perendaman:

Saat perendaman waktu harus tepat, jika terlalu lama dapat menurunkan kekuatan

bahan yang diproses, yang diakibatkan oleh asam yang terjadi selama proses

perendaman (fermentasi).

− Selama proses bahan harus dalam keadaan terendam semua.

− Penataan kain pada bak proses harus dalam keadaan rata tidak boleh ada bagian

yang tersembul, karena bisa menimbulkan pembasahan yang kurang merata.

2. Penghilangan Kanji dengan Asam Encer

Asam dapat menghidrolisa kanji melalui dextrin menjadi glukosa yang larut dalam air,

sehingga mudah dihilangkan dalam proses pencucian. Jenis asam yang banyak digunakan

dalam proses penghilangan kanji adalah asam sulfat (H2SO4) encer, asam chlorida (HCl) encer

dan asam asetat (CH3COOH) encer. Asam yang digunakan harus encer ± 30%.

2(C6H10O5) + n H2O nC12H22O6

Kanji Glukosa

Bahan direndam dalam larutan asam sulfat (H2SO4) encer atau asam chlorida (HCl) encer

pada suhu + 30oC selama 1½ – 2jam, sampai terjadi reaksi glukosa larut dalam air, dicuci

panas kemudian cuci dingin, pencucian harus bersih karena sisa asam yang terjadi oleh panas

akan menambah kepekatan asam dalam kain sehingga dapat terjadi hidroselulosa. Untuk

mencegahnya dapat dilakukan penetralan dalam larutan alkali. Jenis kanji yang dapat

dihilangkan dengan H2SO4 encer antara lain : pati, tapioka, jagung, kentang, dan dekstrin.

“Perbandingan bahan yang digunakan sebanding dengan berat bahan”

Resep :

Page 13: Pengantar Industri Tekstil

H2SO4 encer (30%) : 5-10 ml/L

Suhu : + 30oC

Waktu : 1½ – 2jam

Perbandingan larutan : 1 : 30

3. Penghilangan Kanji dengan Soda Kostik (NaOH) Encer (Alkali)

Proses penghilangan kanji dapat dilakukan pula dengan soda kostik/soda api encer

tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, cara ini jarang dilakukan di samping makan

waktu lama juga hasilnya kurang begitu sempurna. Jenis kanji yang larut dengan alkali seperti

kanji protein, PVA, pati.

Bahan direndam dalam larutan natrium hidroksida encer pada suhu kamar selama ± 12 jam,

Setelah selesai bahan dicuci panas, cuci dingin, keringkan.

hidrolisa

2(C6H10O5)n + nH2O nC12H22O11

  Kanji (Pati) alkali     maltosa (gula)

4. Penghilangan Kanji dengan Enzim

Penghilangan kanji dengan enzim sekarang banyak dilakukan baik oleh industri besar

maupun industri kecil. Karena ada beberapa kelebihan dalam penggunaannya yaitu :

− Hidrolisa kanji berjalan cepat, waktu pengerjaan lebih pendek (¼ - ½ jam) sehingga

produktifitas lebih tinggi.

− Tidak terjadi kerusakan pada serat.

− Senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator.

Tidak perlu ada tambahan apa-apa.

Terdapat 3 golongan enzima yang digunakan untuk proses penghilangan kanji yaitu :

- Enzym Mouth / Malt diastase (enzim dari tumbuh-tumbuhan)

- Enzym Pankreas diastase (dalam pankreas babi)

- Enzym Bakteri diastase

Page 14: Pengantar Industri Tekstil

Enzim Konsentrasi Suhu pH

Mouth / Malt diastase 5 – 20 gr/L 50 - 60o C 6 – 7.5

Pankreas diastase 1 – 3 gr/L 50 - 60o C 6.5 – 7.5

Bakteri diastase 0.5 – 1 gr/L 60 - 70o C 6 - 7

Dalam proses penghilangan kanji dengan enzim perlu memperhatikan faktor suhu dan pH,

karena pada pH dan suhu tersebut daya kerja enzym akan berkurang dan hasil kurang

sempurna.

Prinsip penghilangan kanji dengan enzim adalah merendam peras kain dalam larutan enzim

selanjutnya kain diperam selama 6–8 jam tergantung jenis enzimnya. Perendaman dapat

dilakukan dengan cara kain digulung, ditutup plastik dan dimasukan dalam suatu ruang

kemudian diputar (batcher), atau dapat pula dilakukan dengan cara kain ditumpuk dan ditutup

plastik.

Reaksi yang terjadi pada perubahan kanji menjadi gula yang larut pada penghilangan kanji

dengan enzym dapat digambarkan sebagai berikut :

2 (C6H10O5)n + nH2O ------ nC12H22O11    2nC6H10O5+H2O

Kanji(amilum) enzyma maltosa (gula) glukosa

(gula)

Maltosa

Rendam peras dapat dilakukan bersamaan proses pembakaran bulu. Kain setelah dibakar

dilewatkan dalam bak pemadam api yang mengandung larut enzim. Proses penghilangan kanji

simultan dengan proses pembakaran bulu lebih efesien, efektif, dan hasilnya lebih baik.

5. Penghilangan Kanji dengan Oksidator

Zat pengoksid dapat digunakan untuk menghilangkan kanji jenis tapioka, poliaksilar

dan lain-lain. Sedangkan zat oksidator yang sering digunakan adalah Natrium sulfo kloramida

(aktivin S) pemakaiannya1–3 g/l, penggunaan aktivin S selain menghilangkan kanji juga

terjadi efek pengelantangan. Garam persulfat salah satu nama dagangnya adalah Ractogen.

Pemakaian ractogen 1% dengan penambahan natrium hidroksida 1%, pembasah 0,5 sampai

1% dan dikerjakan pada suhu 80oC, selama 30 menit.

Hidrogen peroksida pemakaiannya dapat menggunakan sistem rendam peras–jigger

(Pad–Jig) maupun rendam peras–gulung putar (Pad – batch). Penggunaan zat pengoksid

dapat dilakukan pada pH dan suhu tinggi sehingga proses penghilangan kanji ini bisa

Page 15: Pengantar Industri Tekstil

dilakukan bersama-sama dengan proses pemasakan pada mesin kier ketel, atau proses

kontinyu dengan mesin parble range bersamaan dengan proses pemasakan, dan

pengelantangan.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Oksidator + H2O → H2O + On

H2O2 → H2O + On

(C6H10O5)n -------------- n(C6H10O5 )

Kanji (amilun) Kanji (amilum)

rantai panjang rantai pendek

Prosesnya :

− Bahan direndam dalam larutan yang terdiri dari 1–2% peroksida, natrium

hidroksida(NaOH), 0,5–2% dan pembasah (Tepol) 0,1–0,5% pada suhu 400C.

− Diperas dengan pad lalu digulung (batch), putar selama 1 jam.

− Setelah selesai bahan dicuci panas, bilas dengan air dingin dan diperiksa masih ada

kandungan kanji pada bahan yang telah diproses.

Pemeriksaan Hasil Proses Penghilangan Kanji

Pemeriksaan hasil proses penghilangan kanji dapat dilakukan dalam dua cara yaitu,

1. Kuantitatif

Dengan cara menghitung pengurangan berat

% kanji yang hilang = A – B x 100 %

A

A = Berat bahan sebelum proses

B = Berat bahan setelah proses

2. Kualitatif

Untuk mengetahui hasil proses penghilangan kanji secara kualitatif,

perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan zat pereaksi larutan KJ

Page 16: Pengantar Industri Tekstil

Jodium. Cara pembuatan larutan KJ Jodium adalah 10 gram/liter KJ (Joodikal)

dan 10 gram jodium dilarutkan ke dalam 1 liter larutan.

Dari hasil pengujian bahan yang sudah diproses penghilangan kanji

ditetasi dengan laurtan KJ Jodium akan timbul warna yang menunjukkan

tingkat kesempurnaan hasil proses yaitu sebagai berikut :

NO WARNA YANG

TIMBULARTI WARNA TERSEBUT

1

2

3

4

5

Biru

Ungu

Merah

Coklat

Biru Kehijauhijauan

Kain mengandung kanji

Kain Mengandung dekstril

Kain mengandung eritrodekstrin

Kain mengandung akro dekstrin

maltosa/glukosa (Kanji sudah bersih)

 Kain mengandung polivinil alkohol

Pembakaran Bulu (Singeing)

Pembakaran bulu bertujuan untuk menghilangkan bulu – bulu yang tersembul pada

permukaan kain. Bulu – bulu pada kain timbul sebagai akibat adanya tegangan benang dan

gesekan benang pada proses pertenunan. Bulu – bulu yang timbul pada permukaan kain

mengurangi kualitas kain dan mengurangi kualitas hasil proses merserisasi, pencelupan, dan

pencapan.

Tidak semua kain dibakar bulunya. Terdapat kain yang tidak boleh dibakar bulunya yaitu:

Kain handuk

Kain karpet

Kain flanel, dsb.

Tetapi untuk kain-kain berikut harus dilakukan proses pembakaran bulu yaitu :

Kain untuk lapis (voering)

Kain anyaman keeper, tenunan wafel, dan Kain-kain yang berusuk garis-garis ke dalam.

Kain - kain yang akan di merser, dicelup, dan dicap.

Kain – kain murahan untuk meningkatkan kualitasnya.

Page 17: Pengantar Industri Tekstil

Pembakaran bulu dapat dilakukan dengan beberapa macam mesin seperti mesin bakar bulu

plat, silinder, pembakar bulu gas dan listrik.

Pemasakan (Scouring)

Pemasakan adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan bagian dari komponen

penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang tidak larut dan

kotoran-kotoran kain yang menempel pada permukaan serat dapat dihilangkan, sehingga

proses selanjutnya seperti pengelantangan, pencelupan, pencapan dan sebagainya dapat

berhasil dengan baik.

Pada dasarnya proses pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan alkali seperti natrium

hidroksida (NaOH), natrium carbonat (Na2CO3) dan air kapur, campuran natrium carbonat

dan sabun, amoniak dan lain-lain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik) dapat

dilakukan dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen).

Ditinjau dari sistem yang digunakan, proses pemasakan dapat digolongkan menjadi 2

macam, yaitu pemasakan sistem tidak kontinyu (discontinue) contohnya pemasakan dengan

bak, mesin jigger, mesin haspel, mesin clapbau, mesin kier ketel dan pemasakan sistem

kontinyu (continue) contohnya pemasakan dengan mesin J-Box, L-Box.

Sedangkan kalau ditinjau dari tekanan mesin yang digunakan, proses pemasakan dibagi

menjadi 2 macam, yaitu pemasakan tanpa tekanan misalnya menggunakan bak, mesin jigger,

haspel, Clapbau, J-Box dan L-Box dan pemasakan dengan tekanan, misalnya menggunakan

mesin kier ketel, jigger tertutup. Pada proses pemasakan bahan dari serat kapas terjadi hal-hal

sebagai berikut :

Safonifikasi minyak menjadi garam-garam larut.

Pektin dan pektosa berubah menjadi garam-garam yang larut.

Protein akan pecah menjadi asam amino asam amonia.

Mineral-mineral dilarutkan

Page 18: Pengantar Industri Tekstil

Minyak-minyak yang tidak tersafonifikasi diemulsikan oleh sabun yang terbentuk.

Kotoran-kotoran lain disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.

Zat-zat penguat yang terdapat pada serat akan terlepas.

Kotoran-kotoran yang disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.

Kotoran-kotoran luar, sisa daun, sisa biji dapat dihilangkan secara mekanik pada meisn-

mesin tertentu dengan menggunakan alkali kuat.

Pengelantangan (bleaching)

Proses yang bertujuan untuk menghilangkan warna-warna yang disebabkan oleh

karena adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh bahan yang putih.

Zat-zat pengelantang:

1. Bersifat oksidator:

- Mengandung khlor:

- Kaporit (CaOCl2)

- Natrium hipokhlorit (NaOCl)

- Natrium khlorit (NaClO2)

- Tidak mengandung khlor:

- Hidrogen peroksida (H2O2)

- Natrium peroksida (Na2O2)

- Natrium perborat (NaBO3)

- Kalium bikromat (K2Cr2O7)

- Kalium permanganat (KMnO4)

2. Bersifat reduktor:

- Sulfur dioksida (SO2)

- Natrium sulfit (Na2SO3)

- Natrium bisulfit (NaHSO3)

- Natrium hidrosulfit (Na2S2O4)

Page 19: Pengantar Industri Tekstil

Proses pengelantangan bahan tekstil dapat dilakukan tidak terhadap semua jenis bahan

dari serat yang berbeda dengan zat pengelantang yang sama, tetapi harus dipilih

kesesuaiannya agar dapat memperoleh hasil yang baik.

Bahan tekstil dari serat selulosa seperti kapas dan rayon viskosa dapat dikelantang

dengan kaporit, natrium hipokhlorit dan hidrogen peroksida. Pengelantangan rayon viskosa

biasanya menggunakan natrium hipokhlorit akan lebih aman daripada dengan kaporit.

Sedangkan pengelantangan dengan hidrogen peroksida juga lebih baik, karena tidak terjadi

kerusakan serat, tetapi harganya lebih mahal dan memerlukan pemanasan.

Untuk serat protein tidak dapat dikelantang dengan zat oksidator yang mengandung

khlor, karena dapat terjadi kerusakan serat oleh khlor, sehingga lebih baik pengelantangan

serat protein dapat digunakan dengan zat pengelantang yang tidak mengandung khlor seperti

hidrogen peroksida dan zat pengelantang yang bersifat reduktor.

Sedangkan bahan dari serat sintetik dan rayon asetat paling baik dikelantang dengan

natrium khorit (Textone) dalam suasana asam. Rayon asetat dapat pula dikelantang dengan

natrium hipokhlorit dalam suasana asam

Merserisasi dan Kostiksasi

Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki kilap kain, meningkatkan

daya celup dan memperbesar reaktifitas terhadap zat2 kimia.

Proses merserisasi pada umumnya menggunakan larutan soda kotik dingin  27 - 30° BE suhu

13 - 15°C umumnya di pabrik dikerjakan dengan suhu 20°C selama 30 sec dan dilakukan

dengan diberikan tegangan sehingga dihasilkan kain dengan kilap yang permanen dan terjadi

penggelembungan  ke arah lebar dan penyusutan ke arah panjang.

Proses kostiksasi sama dengan proses merserisasi  hanya dilakukan tanpa

tegangan/tarikan sehingga tidak dihasilkan kilap yang permanen.

Proses merserisasi akan memberikan keuntungan - keuntungan sbb:

1. Menambah kilap kain

2. Daya serat terhadap zat warna bertambah

3. Memperbaiki kestabilan dimensi

Page 20: Pengantar Industri Tekstil

4. Kekuatan tarik bertambah

5. Memperbaiki dan menghilangkan efek negatif kapas yang belum matang atau mati

Jenis2 mesin yang digunakan untuk  proses merserisasi  adalah :

1. Mesin merserisasi berantai ( Chain mercerisation machine )

2. Mesin Merserisasi roll ( Roller mercerisation machine )

Page 21: Pengantar Industri Tekstil

3. Mesin merserisasi benang ( Yarn mercerisation Machine)

Istilah – istilah tambahan :

Filamen

Serat yang sangat panjang (dapat sampai tidak terhingga panjangnya). Contoh :

Pada umumnya serat buatan (poliester, poliamida, poliakrilik, polietilena dsb.) berupa

Page 22: Pengantar Industri Tekstil

filamen yang dapat dibuat menjadi bentuk stapel. Sutera adalah satu – satunya serat

alam yang berbentuk filamen. Lihat Serat (fiber) dan Stapel.

Heat setting

Suatu proses pemantapan terhadap kain (pada umumnya) yang terbuat dari

serat termoplastik menggunakan panas dengan tujuan untuk mestabilkan dimensi.

Prosesnya dilakukan dengan pemanasan pada temperatur tinggi sambil dikontrol

dimensinya menggunakan stenter, lalu didinginkan dengan segera. Polimer dari serat

sintetik yang baru dihasilkan melalui proses pemintalan, distribusi molekulnya belum

terorientasi sempurna sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan pakaian. Untuk

itu diperlukan penarikan sehingga molekul tersebut terorientasi sempurna yaitu sejajar

satu terhadap lainnya dan kompak. Dengan heat setting kondisi tersebut dapat dicapai.

Lihat pre, intermediate dan post setting.

1. Pre setting

Heat setting yang dilakukan terhadap kain gray (mentah), jadi sebelum

kain tersebut mengalami proses persiapan penyempurnaan (singeing, desizing,

scouring dan bleaching) maupun proses pencelupan dan atau pencapan. Kain

yang di heat set dengan cara ini apabila terdapat kotoran pada kain akan

terfiksasi sehingga sulit dihilangkan

2. Intermediate setting

Heat setting yang dilakukan terhadap kain yang telah mengalami proses

persiapan penyempurnaan (singeing, desizing, scouring dan bleaching)

3. Post setting

Heat setting yang dilakukan terhadap kain yang telah mengalami proses

persiapan penyempurnaan (singeing, desizing, scouring bleaching) dan proses

pencelupan atau proses pencapan. Zat warna yang digunakan pada pencelupan

harus memiliki ketahanan sublimasi yang tinggi agar tidak rusak pada waktu di

heat set.

Stapel

Serat berukuran tidak terlalu panjang (hanya beberapa inci). Contoh : Hampir

semua serat alam seperti wool, kapas dsb. Berbentuk staple kecuali sutera berbentuk

filamen.

Page 23: Pengantar Industri Tekstil

Degumming

Proses penghilangan gum yang terdapat pada serat sutera yang berasal dari

mulut ulat sutera ketika proses penyempurnaan serat sutera.

Vervilting

Kerusakan pada wol akibat adanya gesekan antara satu sama lain.

Setting Lebar

Proses untuk menetukan lebar kain, dilakukan pada mesin stenter.

Burn Out

Suatu proses yang dilakukan pada serat campuran misalnya serat kapas dan

serat poliester, untuk menghilangkan salah satu serat pada serat campuran tersebut.

Weight Reduce

Proses pengikisan kain menjadi lebih tipis supaya nyaman dipakai. Proses ini

dilakukan pada kain poliester yang sifatnyatebal dan daya serapnya kurang bagus.

Serisin

Protein albumin yang tidak larut dalam air, lunak dalam air panas, larut dalam

alkali lemah dan sabun. Serisin terdapat pada serat sutera sebagai pelindung mekanik

serat sutera dan juga menyebebkan pegangan serat sutera kaku dan kasar.

Proses Kontinyu

Proses pembuatan kain pada mesin yang berlanjut, tidak berhenti, dari mulai

proses awal sampai akhir.

Proses Diskontinyu

Proses pembuatan kain yang dilakukan dalam satu mesin saja dimana tiap

proses dilakukan bergantian atau tidak berlanjut maka obat pada mesin pun harus

diganti-ganti sesuai proses yang hendak dilakukan.

Relaksasi

Page 24: Pengantar Industri Tekstil

Proses peregangan benang setelah mengalami proses antihan.

Proses Pencelupan (Dyeing)

Pada hakikatnya pencelupan adalah proses pemberian warna kebahan tekstil. Secara

material proses pencelupan bisa dilakukan dalam tahap tahap yang berbeda, tergantung pada

jenis serat. Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan nilai komersil dari

barang. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti warna, pola dan mode, dan nilai-

nilai guna yang tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk pakaian, barang-barang

rumah tangga atau penggunaan lain. Lagi pula, nilai-nilai guna sebagai pakaian tergantung

pada tingkatan yang dikehendaki dari sifat-sifat penyesuaian seperti misalnya sifat-sifat

pemakaian, sifat-sifat pengolahan, sifat-sifat perombakan dan sifat-sifat sebagai cadangan.

Nilai-nilai ini dapat diberikan dengan cara yang beraneka ragam oleh macam -macam bahan,

seperti serat kapas, benang, kain tenun, dan kain rajut, bermacam-macam cara proses,

termasuk pencelupan.

Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan secara merata dan baik,

sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat

warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik

dengan menggunakan alat-alat tertentu pula.

Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna

dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan kedalam larutan tersebut sehingga

terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan

suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam,

asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan

diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.

Page 25: Pengantar Industri Tekstil

Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu :

1. Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak, pada

suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan dimasukkan kedalam larutan celup.

Serat dalam larutan bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat

dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi

serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk mendorong zat warna

lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut

difusi zat warna dalam larutan.

2. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat

mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut

dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi.

3. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalah penetrasi

atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga merupakan proses

yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran menentukan kecepatan celup.

Langkah awal sebelum melakukan pencelupan adalah :

Mendispersikan (melarutkan) zat pewarna dalam air

Menyuapkan larutan zat warna kedalam mesin

mengalihkan zat warna dari larutan ke serat

membiarkan zat warna menyusup masuk kedalam struktur serat dan menetapkannya

Mencuci bahan untuk menghilangkan zat warna dari permukaan atau larutan yang

tersisa

Page 26: Pengantar Industri Tekstil

Pencelupan berbagai serat tekstil dengan jenis – jenis zat warna

Zat WarnaJenis Serat

Selulosa Proteina Asetat Poliamida Poliakrilat Poliester

Asam - + - - (+) -

Basa (+) + (+) - + -

Direk + (+) - (+) - -

Morden - + - - - -

Kompleks

Logam- + - + (+) -

Naftol + - (+) - (+) (+)

Reaktif + + - + - -

Belerang + (+) - - - -

Bejana + (+) - - - -

Bejana larut + + - - - -

Oksidasi - + - - - -

Dispersi - - + + + +

Pigmen + + + + + +

Keterangan :

+ bisa langsung dicelup

(+) membutuhkan proses pendahuluan (tidak bisa langsung)

Zat warna untuk proses pencelupan kain :

a. Zat warna asam (acid dye) adalah zat warna anion dengan molekul sedang, larut dalam

air, digunakan untuk mewarnai serat protein atau poliamida.

Page 27: Pengantar Industri Tekstil

b. Zat warna basa (basic dye) atau zat warna kation (cationic dye) adalah zat warna larut

dalam air, yang bagian kationnya berwarna, digunakan untuk mencelup serat-serat

protein dan poliakrilat.

c. Zat warna bejana (vat dye) adalah zat warna tidak larut dalam air, digunakan untuk

mewarnai serat selulosa dengan cara dibejanakan atau direduksi dalam suasana alkali.

d. Zat warna bejana larut (soluble vat dye) adalah zat warna bejana yang telah direduksi

dan distabilkan sehingga larut dalam air.

e. Zat warna bejana belerang adalah zat warna belerang yang telah diperbaiki struktur

molekulnya, digunakan untuk mewarnai serat selulosa dengan cara direduksi dalam

suasana alkali.

f. Zat warna belerang (sulphur dye) adalah zat warna tidak larut dalam air,bermolekul

besar dan amorf, mengandung unsur belerang, digunakan untuk mencelup serat

selulosa dengan cara direduksi dalarn suasana alkali.

g. Zat warna direk (direct dye) adalah zat warna garam atau (salt colour) atau zat warna

subtantif (substantif dye) adalah zat warna anion dengan berat molekul besar, larut

dalam air, digunakan untuk mewarnai serat selulosa secara langsung.

h. Zat warna dispersi (disperse dye) adalah zat warna dengan berat molekul kecil sedikit

larut air, mernbentuk larutan dispersi, digunakan untuk mewarnai serat asetat,

poliamida, poliakrilat, dan poliester.

i. Zat warna kompleks logam (metal lise tlye) adalah zat warna asam yang di dalam

molekulnya mengandung logam.

j. Zat warna kompleks logam 1 : 1 (metal complex 1 : 1 ) atau zat warna kompleks

logam celupan asam (metal compiex acid dyeing) adalah zat warna kompleks logam

yang satu atom logamnya mengikat satu molekul zat warna.

k. Zat warna kompleks logam 1 : 2 (metal complex 1 : 2) atau zat warna celupan netral

(metal complex netral dyeing) adalah zat warna kompleks logam yang satu atom

logamnya mengikat dua molekul zat warna.

l. Zat warna mordan (mordant dye) adalah zat warna yang dalam pencelupannya

memerlukan zat perantara agar dapat berikatan dengan serat dan membentuk suatu

senyawa berwarna yang tidak larut dalam air.

m. Zat warna naftol (naphthol dye) atau zat warna azoat (azoic dye) adalah zat warna azo

tidak larut dalam air, dibentuk dalam serat dari komponen naftol dan garam diazonium

yang mengadakan reaksi gandeng (coupling), digunakan untuk mewarnai serat-serat

selulosa.

Page 28: Pengantar Industri Tekstil

n. Zat warna oksidasi (oxydize dye) zat warna hitam anilina (anilina black) atau warna

hitam difenilamina (di phertil amina) adalah zat warna tidak larut dalam air, dibentuk

dalarn serat dari komponen senyawa anilina atau difenilamina dengan cara oksidasi

kuat, digunakan untuk mewarnai serat selulosa.

o. Zat warna pigrnen pigment dye) adalah zat warna tidak larut dalam air, berpartikel

besar, digunakan untuk mewarnai bahan tekstil dengan bantuan zat pengikat atau

dicampurkan dalam cairan polimer pada seat pembuatan serat buatan.

p. Zat warna reaktif (reactive dye) adalah zat warna anion larut dalam air, memiliki

gugus reaktif yang dapat bereaksi dengan serat, digunakan untuk mewarnai serat

selulosa, protein dan poliamida.

Kelebihan zat warna sintetik adalah dapat dicampur warnanya, sementara zat warna alam

tidak.

Zat warna yang tidak larut dalam air :

Naftol, dilarutkan dengan coustic soda

Belerang, dilarutkan dengan Na2S agar dapat larut dalam air

Bejana, dilarutkan dengan Na2S2O4 + NaOH

Pemilihan zat warna berdasarkan :

a) Jenis kain

b) Variant warna

c) Ketahanan warna

d) Peralatan produksi yang tersedia

e) Biaya

Metode atau pengerjaannya

1. Sistem BATCH (discontinous system) atau exhauset dyeing

dalam langkah ini zat wrna dilarutkan dalam larutan celup, bahan direndam dalam

larutan celup dan kemudian di pindahkan setelah sebagian besar zat warna dialihkan,

didistribusikan secara merata dan seragam serta masuk kedalam serat dan menetap

kedalam bahan tekstil pada akhir proses bahan dicuci untuk menghilangkan sisa zat

warna.

Page 29: Pengantar Industri Tekstil

2. Sistem kontinyu atau semi kontinyu (pad dyeing)

Proses ini dilakukan dengan menggunakan alat mekanis cairan celup didistribusikan

secara homogen ke kain (zat warna didistribusikan secara merata) zat warna menyusup

masuk ke kain dan kemudian dimantapkan. lalu pada akhirnya bahan dicuci.

Proses Pencapan ( Printing )

Teknologi pencapan (printing) dapat diterangkan sebagai suatu teknologi seni

pemindahan motif (corak) pada bahan tekstil dengan menggunakan pasta cap sebagai

pembentuk motif warna. Metode printing hasilnya tidak lepas dari suatu nilai-nilai seni,

sedangkan teknologi yang diterapkan diharapkan dapat menjadi kualitas dari hasil seni

tersebut. Tidak berbeda jauh dengan teknologi pencapan, pencapan dapat diartikan sebagai

suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara

tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan.

Secara umum prosedur pencapan screen pada bahan tekstil meliputi persiapan dan

tahapan proses sebagai berikut :

1. Persiapan kain.

Bahan tekstil sebelum dicap harus melalui proses persiapan penyempurnaan,

seperti proses pembakaran bulu, penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan,

merserisasi atau proses-proses pengerjaan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan

proses pencapan yang akan dilakukan.

2. Persiapan gambar.

Gambar didisain yang akan dicapkan pada bahan dipindahkan kekasa/ke screen

dari kertas gambar ada beberapa cara pemindahan gambar /disain kekasa yaitu dengan

cara pemotongan , penggambaran langsung, atau cara profilm (afdruk).

3. Persiapan kasa cap

Persiapan kasa cap adalah pekerjaan terhadap kasa cap sampai terjadi

pemindahan gambar/disain ke kasa sehingga kasa siap digunakan untuk pencapan.

4. Persiapan pasta cap

Untuk pencapan larutan zat warna harus dibuat pasta dengan viskositas

tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pasta cap adalah

kesesuaian zat warna dengan jenis serat yang akan dicap, peralatan/jenis metode

pencapan yang digunakan, jenis pengental, obat-obat pembantu, kondisi pengeringan,

fiksasi zat warna setelah pencapan.

5. Persiapan mesin/alat cap

Page 30: Pengantar Industri Tekstil

Persiapan mesin adalah kegiatan untuk menyiapkan mesin dan alat

kelengkapannya agar pengerjaan pencapan dapat berjalan efisien. Misalnya mengatur

meja pencapan, rakel, tempat pengeringan dan lain sebagainya.

Proses pencapan dilakukan secara manual (tangan) atau dilakukan oleh mesin

(otomatis). Secara manual sangat dibutuhkan ketrampilan yang baik terutama dalam proses

perakelan pasta cap pada screen, penuangan pasta cap, urutan proses dan lain sebagainya.

Pengeringan

Proses pengeringan dilakukan setelah kain dicap diperlukan untuk

menghilangkan kelembapan lapisan pasta cap agar motif yang telah menempel pada

bahan tidak blobor (bleeding) dan untuk memudahkan proses fiksasi berikutnya.

Proses fiksasi zat warna

Proses fiksasi adalah proses masuknya zat warna ke dalam serat dan

membentuk ikatan dengan serat sehingga warna tidak luntur. Metode fiksasi yang

dapat digunakan adalah dengan :

Metode penguapan (steamer ) Uap air yang meresap ke dalam bahan

melarutkan zat warna yang terikat pada pasta cap sehingga berdifusi

masuk ke dalam serat sehingga molekul zat warna dan serat berikatan.

Pengerjaan dengan larutan kimia Yaitu kain yang telah dicap

dicelupkan kedalam larutan kimia yang berfungsi untuk

mengkondisikan agar bahan tekstil dan zat warna membentuk ikatan

kimia sehingga warna yang terjadi tidak luntur. Misalnya pada

pencapan dengan zat warna bejana dilarutkan/difiksasi dengan larutan

garam nitrit.

Proses udara panas Prinsip fiksasi dengan udara panas adalah

merangsang molekul-molekul zat warna oleh energi udara panas dan

meningkatkan gerakan molekul serat sehingga memungkinkan

terjadinya fiksasi zat warna kedalam serat.

Pencucian

Proses pencucian setelah fiksasi zat warna dimaksudkan untuk menghilangkan

sisa-sisa warna ataupun pasta cat (pengental) dan zat-zat lain yang tidak terfiksasi

sehingga hasil warna menjadi lebih tajam, dan mempunyai ketahanan luntur yang

baik.

Page 31: Pengantar Industri Tekstil

Pengeringan

Pengeringan kain setelah pencucian dilakukan menghilangkan kandungan air

yang berlebihan dalam bahan dan untuk menyiapkan bahan agar dapat diproses lanjut

dengan baik.

Syarat zat pengental untuk pencapan, antara lain :

1. Mempunyai viskositas tertentu dan stabil pada jangka waktu tertentu, tidak terjadi

perubahan kimia dan fisika.

2. Sedapat mungkin tidak berwarna, dan jika berwarna tidak akan mewarnai bahan yang

akan dicap.

3. Tidak merusak zat warna

4. Dapat membawa zat warna dan tidak beraksi dengan zat warna.

5. Mudah dihilangkan pada proses pencucian, kecuali pengental untuk zat warna pigmen.

6. Memiliki daya adhesi yang baik dengan serat.

Selain untuk mendapatkan viskositas larutan pasta cap fungsi lain dari zat pengental

adalah:

1. Untuk membawa zat warna dan zat zat pembantu

2. Untuk melawan sifat kapilaritas pada kain

3. Meningkatkan daya adhesi dari zat warna yang belum terfiksasi kedalam serat.

4. Bertindak sebagai koloid pelindung agar zat warna dan zat zat pembantu tidak

mengendap (terpisah) selama proses.

Oleh karena itu berdasar syarat dan fungsi pengental maka pemilihan pengental

didasarkan pada :

1. Konsentrasi yang digunakan (viskositas)

2. Stabilitas pengental pada larutan

3. Pengaruhnya terhadap hasil warna

4. Kemudahan pemakaian (persiapan, proses, penghilangan)

5. Biaya.

Page 32: Pengantar Industri Tekstil

Jenis - jenis pengental yang biasa digunakan untuk pencapan berdasar bahan nya

adalah :

1. Tepung terigu atau tapioca (kanji)

2. Gom Gom adalah zat yang berasal dari getah tumbuhan seperti gom tragan, gom arab

3. Manutex Manutex adalah alginate yang dibuat dari tumbuh tumbuhan laut yang

dikerjakan lebih lanjut sehingga menjadi pengental.

4. Pengental buatan Pengental buatan dari senyawa senyawa kimia tertentu.

Contoh pengental buatan adalah CMC, PVA (kanji sintetik).

Persiapan Gambar dan Screen

Motif atau gambar yang akan diperoleh pada kain yang akan dicap harus dibuat dahulu

diatas kertas, baik kertas kalkir atau kertas astralon. Dari gambar ini masing-masing warna

dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film atau

dikenal dengan proses tracing. Tracing adalah penguraian warna-warna motif sehingga akan

diperoleh jumlah gambar dan kasanya.

Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-

bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-

bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan

yang akan dicap.

Persiapan screen dimulai dengan menyiapkan kasa datar (flat screen). Kasa datar

terdiri dari empat rangka persegi panjang dan kain kasa. Dalam pembuatan kasa datar terdapat

syarat yang haruus dipenuhi yaitu stabil dan tahan terhadap perlakuan kimia selama pencapan.

Kain kasa biasanya terbuat dari kain tenun, benangnya bisa monofilament/multifilament,

anyaman polos dari serat filament nylon/polyester. Berdasarkan cara kerjanya dikenal adanya

Hand Printing atau manual dimana rangka kasanya terbuat dari kayu atau logam, sedangkan

Flat Bed Printing atau mesin dimana rangka kasanya terbuat dari logam. Apabila digunakan

screen yang telah dipai, maka perlu dikakukan seleksi screen dan harus memenuhi syarat

yaitu tidak kendor, tidak penyok, dan tidak berubah lubangnya.

Macam - Macam Cara Printing

Page 33: Pengantar Industri Tekstil

Ada banyak cara yang bisa kita pakai untuk proses printing/pencapan, begitu juga

dengan alat-alat printingnya. Beda cara, maka beda pula alat yang di pakai. Berikut adalah

cara-cara printing/pencapan yang umum di gunakan.

1. Pencapan Semprot (spray printing)

Proses pencapan dengancara menyemprot zat warna melalui lubang berbentuk

motif.

2. Pencapan blok (block printing)

Pada pencapan blok, sebagai alat cetaknya digunakan lempengan kayu atau

tembaga dengan luas tertentu. Cara pencapannya dilakukan dengan tangan. besarnya

desain sangat dibatasi dengan kemampuan operator untuk mengangkat dan

memindahkan alat cetak dari satu permukaan ke sebelah permukaan berikutnya tanpa

merasa pegal atau lelah.

Untuk produksinya tentu saja sedikit sekali dan mutunya sangat ditentukan

oleh ketelitian dan ketekunan opertor dalam menyambungkan desain dari satu rapor ke

rapor berikutnya.

Page 34: Pengantar Industri Tekstil

3. Pencapan kasa (screen printing)

Pada pencapan kasa dipakai alat cetak kasa yang terbuat dari kain sutera,

logam halus, maupun benang-benang buatan yang sangat kuat di renggangkan atau di

tempelkan pada rangka kayu atau aluminium berbentuk pigura.

Ada 2 macam pencapan kasa, yaitu kasa datar (flat screen) dan kasa putar

(rotary screen).

Pada awalnya cara pencapan ini dilakukan secara manual (teknik sablon).

hingga di temukannya mesin printing kasa datar (flat screen), tekniknya hampir sama

dengan teknik sablon manual, hanya proses pencapannya dilakukan oleh mesin.

Kemudian di temukan mesin pencapan screen putar (rotary screen) yang

memungkinkan hasil printing yang lebih cepat.

Page 35: Pengantar Industri Tekstil

4. Pencapan roll (roller printing)

Pada pencapan roll di pakai alat cetak yang terbuat dari logam berbentuk

silinder,digrafir sesuai desainnya. Tentu saja untuk membuat alat cetakan tersebut

cukup mahal, sehingga didalam prakteknya baru menguntungkan apabila jumlah kain

yang akan di cap cukup banyak. Terutama untuk desain yang memerlukan garis btas

yang tajam serta kecil. cara ini sudah mulai di tinggalkan karena prosesnya yang rumit

dan ongkos produksi yang tidak sedikit.

5. Pencapan alih (transfer printing)

adalah proses pencapan dengan cara mengalihkan zat warna yang berbentuk

motif-motif pada kertas ke kain dengan bantuan panas dan atau tekanan.

6. Pencapan langsung (direct printing)

adalah proses pencapan dengan mencapkan pasta zat warna secara langsung.

Page 36: Pengantar Industri Tekstil

7. Pencapan rangkap (duplex printing)

adalah proses pencapan pada kedua permukaan kain sekaligus sehingga kedua

motif pada kedua permukaan setangkup.

8. Pencapan rekat serat (flock printing)

adalah proses perekatan serat, serat pendek secara mekanik atau elektrostatik

pada permukaan kain yang telah dicap dengan perekat berbentuk motif.

9. Pencapan larut (burn out printing)

adalah proses pencapan yang menggunakan pasta cap yang dapat melarutkan

sebagian atau seluruh serat sesuai dengan motif yang dicapkan.

10. Pencapan etsa (dishrage printing)

adalah proses pencapan pada kain berwarna menggunakan pasta perusak warna

dasar sehingga kain mempunyai motif putih atau berwarna.

11. Pencapan rintang (resist printing)

adalah proses pencapan dengancara, mencapkan pasta printing, sehingga pada

proses pencelupan motif tidak tercelup. Prinsip ini dipakai pada proses batik.

Alir Proses Penyempurnaan Kain

Kain Grey

Page 37: Pengantar Industri Tekstil

Kain batik

Kain Berwarna Kain putih

Penyempurnaan (Finishing)

I Penyempurnaan Basah

Penyempurnaan merserisasi apabila kurang mengkilat Penyempurnaan parchmensiting membuat kain sedikit kaku tapi transparan,

menggunakan H2SO4 pekat (konsentrasinya tergantung permintaan dan tingkat transparan yang diinginkan)

Penyempurnaan krep penyempurnaan yang permukaannya tidak rata

II Pengkanjian Pengkanjian benang lusi Penyempurnaan kanji pada kain

III Penyempurnaan Resin Penyempurnaan anti kusut (anti crease) Penyempurnaan anti mengkeret (anti shrink) Penyempurnaan anti hama Penyempurnaan anti jamur Penyempurnaan anti api Penyempurnaan anti turbenisasi membuat kain keras (kerah kemeja) Penyempurnaan anti statik Penyempurnaan anti slip

IV Penyempurnaan Fisika / Mekanika Penyempurnaan anti mengkeret secara mekanika

Proses Persiapan

Pengelantangan

Penyempurnaan

Pembatikan

Pencapan

Pencelupan

Page 38: Pengantar Industri Tekstil

Penyempurnaan anti mengkeret secara fisika kimia

Penyempurnaan penggarukkan kain flanel (selimut)

Penyempurnaan pencukuran kain halus yang mahal

Penyempurnaan dekatis pegangan seperti wol (ada ruah)

Penyempurnaan kalander penyetrikaan

Penyempurnaan melipat dan menggulung kain supaya memudahkan penghitungan pada pengiriman