pengantar evaluasi pembelajaran noh menjelaskan model-model evaluasi indikator: ... pendidikan atau...
TRANSCRIPT
Pengantar Evaluasi Pembelajaran Noh
BAGIAN II
TUJUAN, MANFAAT, DAN PRINSIP-PRINSIP EVALUASI
PEMBEJELARAN
Tujuan Dan Manfaat Evaluasi Pembelajaran
Dari berbagai penjelasan secara bahasa dan istilah di atas bahwa Evaluasi memiliki
tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran
b. Untuk melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat
kembali materi yang disajikan
c. Untuk mengetahui tingkat perubahan prilakunya
d. Untuk mengetahui siapa di antara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,
sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dalam mengejar
kekurangannya. Oleh karena itu, sasaran dari evaluasi bukan saja peserta didik
tetapi mencakupi pengajarnya( guru).
Sedangkan manfaat dilaksanakan evaluasi pembelajaran ada beberapa hal :
a. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah
berlangsung/ dilaksanakan oleh guru.
b. Membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan dan hasil pembelajaran.
c. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya
meningkatkan kualitas keluaran.
Kemampuan Akhir yang Direncanakan: Mampu menjelaskan tujuan, mnfaat dan prinsip evaluasi Mampu menjelaskan model-model evaluasi Indikator: Mampu menjelaskan tujuan, mnfaat dan prinsip evaluasi Mampu menjelaskan model-model evaluasi
PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN
Prinsip-prinsip Evaluasi
Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa evaluasi sangat penting
dalam pendidikan dalam hal ini juga yang berkaitan dengan evaluasi dan
assessmen. Perkembangan dan perbaikan merupakan alas an mengapa perlu
adanya evaluasi dan assessment. The growth and learning of children is the
primary responsibility of those who teach in our classrooms and lead our schools.
Student growth and learning can be observed and measured. Educators, in
partnership with students, parents and community, are accountable for ensuring
the improvement of student achievement. Effective educator evaluation systems
promote the improvement of professional practice resulting in the improvement of
student performance”.1
Dalam mendesain dan melakukan proses atau kegiatan evaluasi seorang
guru hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut:
a. Prinsip berkesinambungan (continuity)
Maksud Prinsip ini adalah kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus-
menerus. Evaluasi tidak hanya dilakukan sekali setahun atau persemester,
tetapi dilakukan secara berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran dengan
memperhatikan peserta didik hingga ia tamat dari institusi tersebut.
b. Prinsip menyeluruh (comprehensive)
Prinsip ini maksudnya adalah dalam melakukan evaluasi haruslah melihat
keseluruhan dari aspek berfikir (domain kognitif),aspek nilai atau sikap
(domain afektif), maupun aspek keterampilan ( domain psikomotor) yang ada
pada masing-masing peserta didik.
c. Prinsip objektivitas (objektivity)
1 (https://dese.mo.gov/sites/default/files/eq-ees-essential-principles.Essential Principles of
Effective Evaluation)
Maksud dari prinsip ini adalah bahwa Objektivitas artinya mengevaluasi
berdasarkan keadaan yang sesungguhnya, tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain
yang bersifat emosional dan irasional.
d. Prinsip valididitas (validity)
Validitas artinya keshahihan yaitu bahwa evaluasi yang digunakan benar-
benar mampu mengukur apa yang hendak diukur atau yang diinginkan.
Validitas juga selalu disamakan dengan ketepatan, misalnya untuk mengukur
partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran bukan dievaluasi dengan
melihat nilai ketika ulangan tetapi dilihat juga mulai dari kehadiran, keaktifan
dan sebagainya.
Prinsip lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi adalah
bahwa Pertumbuhan dan pembelajaran anak-anak adalah tanggung jawab utama
dari orang-orang yang mengajar di kelas kami dan yang memimpin sekolah.
Pertumbuhan siswa dan pembelajaran dapat diamati dan diukur . Pendidik harus
menjadi mitraan siswa , orang tua dan masyarakat, dan bertanggung jawab untuk
memastikan peningkatan prestasi siswa. Sistem evaluasi pendidik efektif
mempromosikan peningkatan praktek profesional sehingga dapat meningkatkan
kinerja murid .
An effective evaluation system includes the following research-based
essential principles:
1) Measures educator performance
against research-based, proven
performance targets associated
with the improvement of student
performance
2) Uses multiple ratings to
differentiate levels of performance
3) Highlights a probationary period
of adequate duration to ensure
sufficient induction and
socialization support for new
teachers and leaders
4) Uses measures of growth in student learning as a significant contributing
factor in the evaluation of professional practice at all levels and ensures that a
proficient or a distinguished rating cannot be received in educator performance
if student growth is low
5) Provides ongoing, timely, deliberate and meaningful feedback on performance
relative to research-based targets
6) Requires standardized, initial and periodic training for evaluators to ensure
reliability and accuracy
7) Utilizes the results and data
to inform decisions regarding
personnel, employment
determinations and policy
regarding employment
Three of the seven
principles primarily address the
structure of the evaluation
process while the other four of
the seven address its
implementation, or the process used in the evaluation process. The use of research-
based expectations and targets, differentiated development levels and creating
policy and basing employment decisions on evaluation results focuses on
components of the structure of the evaluation system.
The other four principles reflect the research about how the process of educator
evaluation is implemented. This includes
support for novice educators during the
probationary period, how measures of
growth in student learning are
incorporated into the evaluation of
educators as a significant, contributing
factor, the inclusion of regular and meaningful feedback to all educators for the
improvement of practice, and the systematic initial and periodic training of those
doing the evaluation as well as for those being evaluated.
Clear
Expectation Essential Principle 1: Research-Based and Proven
Performance Targets
To ensure that student performance continually improves through the work of
excellent teachers and leaders, an evaluation system must use measurement of
clearly articulated, research-based and proven performance targets. These targets
align to appropriate state and/or national standards and include evidence linked to
the impact of student performance. Clear language reduces subjectivity and
provides direction for improvement. Practices must be aligned to Senate Bill 291
passed by the Missouri Legislature in June 2010 which directs districts to adopt
local teaching standards which include:
students actively participate and are successful in the learning process;
various forms of assessment are used to monitor and manage student
learning;
the teacher is prepared and knowledgeable of the content and effectively
maintains students’ on-task behavior;
the teacher uses professional communication and interaction with the school
community;
the teacher keeps current on instructional knowledge and seeks and explores
changes in teaching behaviors that will improve student performance; and
the teacher acts as a responsible professional in the overall mission of the
school.
Differentiated
Performance Essential Principle 2: Differentiated Levels of Performance
Increasing effective practice requires opportunities for growth. Achieving growth,
given the complexity of educator practice, will require clear statements of
differentiated levels of performance across a professional continuum capable of
determining growth and improvement. Effective differentiation includes a
minimum of three levels and each is precise enough to allow for discrete,
independent, measureable elements which reliably describe current practice as
well as a clear direction for growth. Levels must be characterized by performance
as opposed to years of service and should move beyond sorting and classifying to
ensuring opportunities for the improvement of effective practice.
Probationary
Period Essential Principle 3: Probationary Period for New Educators
Missouri statute indicates that the first five years of teaching is a probationary
period for new teachers. This time period provides for the accurate and
appropriate accumulation of performance data on the practice of the novice
educator. Mentoring for teachers is required within the first two years. Principals,
special education directors and career education directors also receive two years of
mentoring and superintendents one year of mentoring. During the probationary
period, intensive induction and socialization support, aligned to the state’s teacher
mentor standards and a component of an overall, comprehensive induction
process, must be provided. This confidential and non-evaluative support is
focused on essential principles of particular significance for the novice
practitioner at a critical time of growth and development.
Student
Measures Essential Principle 4: Use of Measures of Student Growth in
Learning
Missouri educators have as their ultimate goal the improvement of student
performance. As such, they are held accountable for this improvement. Multiple
measures of growth in student learning, a positive change in student achievement
between two or more points in time, should be included as a significant
contributing factor in the evaluation process. Measures of growth in student
learning that provide multiple years of comparable student data may include, but
are not limited, to: common, benchmark and formative and summative district-
generated assessments; peer reviewed performance assessments; mutually
developed student learning objectives by evaluator and teacher; student work
samples such as presentations, papers, projects, portfolios; individualized student
growth objectives defined by the teacher; valid, reliable, timely and meaningful
information from standardized testing; as well as state assessments where
available.
Essential Principle 5: Ongoing, Deliberate, Meaningful
and Timely Feedback
A collaborative culture enabling professional conversations about educator
practice supports and promotes growth. Deliberate and timely feedback that is
delivered effectively as a part of those professional conversations and is
meaningful encourages formative development. Feedback is valuable for any
teacher or leader at any stage of their career and should be provided formally,
informally or both each year. It is provided using multiple sources of evidence
from a variety of different measures, including the use and analysis of student
data, in close proximity to the data gathering process. Information and data that is
Regular
Meaningfull
feedback
provided through meaningful feedback may include but is not limited to:
observations focused on professional practice and the extent of student
learning;
analysis of the improvement of student performance;
survey results from students, families, and community members;
new learning and its application to improve the overall performance of
students;
self-reflection on practice;
analysis of artifacts including lesson plans, professional development plans,
supplemental resources, participation in coursework, improvement plans; and
evidence of educators as responsible professionals supporting the overall
mission, vision and goals of the school and district.
Evaluator
Training Essential Principle 6: Standardized and Periodic Training
for Evaluators
Reliable and valid measures of performance are an essential factor in ensuring that
annual growth for teachers and leaders results in growth for students. Evaluators
who collect these measures of evidence and provide feedback must be highly
trained to ensure that ratings are fair, accurate and reliable. To ensure ongoing
reliability, evaluators should be trained both initially and periodically. Evaluators
demonstrating skills aligned to minimum quality assurance standards established
by districts and/or the state may include master teachers and peers as well as other
external, trained third party people from within or outside the district that assist in
the overall responsibility of moving staff to increased levels of effective practice.
Evaluator training may include topics such as:
conducting effective classroom observations and walk-throughs focused on the
quality of instruction;
assessing student data and the analysis of artifacts;
interpreting survey information; and
effectively providing clear, constructive, timely and meaningful feedback.
Essential Principle 7: Evaluation Results to inform
Personnel Employment, Determinations, Decisions, and
Policy
Ratings of educator effectiveness should guide district decisions regarding
determinations, recognition, development, interventions and policies that impact
the extent of student learning in the system. As a result of the evaluation system,
districts are empowered to recognize and utilize highly effective educators to
improve student learning. Highly effective educators may serve their system in
ways such as:
mentors, peer observers, coaches and as a resource for less effective
educators;
contributing through key leadership roles;
assisting with the challenges of high need students in high need locations;
and
assuming other critical additional duties that contribute to a school
system’s overall success.
Ineffective educators are those demonstrating sustained periods lacking desired
growth as documented by unsatisfactory evaluations. These educators receive
targeted interventions and support to encourage ongoing formative development.
Established timelines should be articulated through local policy and provide
further clarification in terms of duration of interventions and the nature of
additional support . If sustained demonstration of unacceptable performance
occurs, a local dismissal protocol should be enacted.
MODEL EVALUASI PENDIDIKAN
Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan
keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan
mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau tujuan
Use the
evaluation
result
pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan
dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Melalui evaluasi, kita akan
mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat,
hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik serta keberhasilan
sebuah program. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran ada beberapa istilah
yang sering digunakan, baik secara bersamaan maupun secara terpisah. Istilah
tersebut adalah pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Padahal ketiga istilah tersebut
memiliki perbedaan. Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran
dan testing.
Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup
pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan
tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2009) yang
menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua
pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan
yang lebih luas daripada pengukuran dan testing. Ralph W. Tyler, yang dikutif
oleh Brinkerhoff, dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan
bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational
objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang
dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of
delinating, obtaining and providing useful information for judging decision
alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation
is an observed value compared to some standard.
Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan
data. Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran
sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang
jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik
yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat
Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
Suharsimi menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan
satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat
kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh
Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to
quantitative descriptions of pupil behavior”.
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek
juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah
proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria
tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh
Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each
of a set of person or objects according to certain established rules” Melalui
pemahaman terhadap perbedaan terhadap ketiga istilah sebagaimana diuraikan di
atas, diharapkan kita dapat menarik benang merah dalam membahas masalah
sistem evaluasi dalam pendidikan.
Model-model Evaluasi Pendidikan
Ada beberapa model evaluasi yang dikenal dan digunakan untuk
mengevaluasi program pendidikan. Pada kesempatan ini tidak semua model akan
dibicarakan. Hanya beberapa di antaranya saja, sebagai berikut:
Ada beberapa model evaluasi yang dikenal dan digunakan untuk
mengevaluasi program pendidikan. Pada kesempatan ini tidak semua model akan
dibicarakan. Hanya beberapa di antaranya saja, sebagai berikut:
1. Model CIPP (Context, Input, Process, Product)
Evaluasi konteks (context) dimaksud untuk menilai kebutuhan,
masalah, asset dan peluang guna membantu pembuat kebijakan menetapkan
tujuan dan prioritas, serta membantu kelompok mengguna lainnya untuk
mengetahui tujuan, peluang dan hasilnya. Evaluasi masukan (input)
dilaksanakan untuk menilai alternatif pendekatan, rencana tindak, rencana staf
dan pembiayaan bagi kelangsungan program dalam memenuhi kebutuhan
kelompok sasaran serta mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi ini berguna
bagi pembuat kebijakan untuk memilih rancangan, bentuk pembiayaan, alokasi
sumberdaya, pelaksana dan jadual kegiatan yang paling sesuai bagi
kelangsungan program.
Evaluasi proses (process) ditujukan untuk menilai implementasi dari
rencana yang telah ditetapkan guna membantu para pelaksana dalam
menjalankan kegiatan dan kemudian akan dapat membantu kelompok
pengguna lainnya untuk mengetahui kinerja program dan memperkirakan
hasilnya. Evaluasi hasil (product) dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi dan menilai hasil yang dicapai-yang diharapkan dan tidak
diharapkan, jangka pendek dan jangka panjang baik, bagi pelaksana kegiatan
agar dapat memfokus diri dalam mencapai sasaran program maupun bagi
pengguna lainnya dalam menghimpun upaya untuk memenuhi kebutuhan
kelompok sasaran. Evaluasi hasil ini dapat dibagi ke dalam penilaian terhadap
dampak (impact), efektivitas (effectiveness), keberlanjutan (sustainability) dan
daya adaptasi (transportability) (Stufflebeam et. al., 2003).
2. Model Kesenjangan
Evaluasi model kesenjangan (discrepancy model) menurut Provus (dalam
Fernandes, 1984) adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku
(standard) yang sudah ditentukan dalam program dengan kinerja (performance)
sesungguhnya dari program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan,
sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. Sedangkan kesenjangan
yang dapat dievaluasi dalam program pendidikan meliputi:
1) Kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaan program;
2) Kesenjangan antara yang diduga atau diramalkan akan diperoleh dengan
yang benar-benar direalisasikan;
3) Kesenjangan antara status kemampuan dengan standar kemampuan yang
ditentukan;
4) Kesenjangan tujuan;
5) Kesenjangan mengenai bagian program yang dapat diubah; dan
6) Kesenjangan dalam sistem yang tidak konsisten. Oleh karena itu model
evaluasi ini memiliki lima tahap yaitu desain, instalasi, proses, produk dan
membandingkan.
3. Model Goal Free Evaluation (GFE) dari Scriven
Model GFE maksudnya, bahwa para evaluator atau penilai mengambil dari
berbagai laporan atau catatan pengaruh-pengaruh nyata atau kongkrit dan
pengaruh- pengaruh yang tidak diinginkan dalam program pendidikan dan
pelatihan. Perhatian khusus diberikan secara tepat terhadap usulan tujuan-
tujuan dalam evaluasi, tetapi tidak dalam proses evaluasi atau produk.
Keuntungan yang dapat diambil dari GFE, bahwa dalam GFE para penilai
megetahui antisipasi pengaruh-pengaruh penting terhadap tujuan dasar dari
penilai yang menyimpang.
4. Model Evaluasi Formatif dan Sumatif
Menurut Scriven, tanggung jawab utama dari para penilai adalah membuat
keputusan. Akan tetapi harus mengikuti peran dari penilaian yang bervariasi.
Scriven mencatat sekarang setidaknya ada 2 peran penting: formatif, untuk
membantu dalam mengembangkan kurikulum, dan sumatif, yakni untuk
menilai manfaat dan kurikulum yang telah mereka kembangkan dan
penggunaannya atau penempatannya di sekolah-sekolah. Evaluasi formatif
memberikan umpan balik secara terus menerus untuk membantu
pengembangan program, dan memberikan perhatian yang banyak terhadap
pertanyaan-pertanyaan seputar isi validitas, tingkat penguasaan kosa kata,
keterbacaan dan berbagai hal lainnya. Secara keseluruhan evaluasi formatif
adalah evaluasi dari dalam yang menyajikan untuk perbaikan atau
meningkatkan hasil yang dikembangkan. Evaluasi sumatif mengemukakan atau
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah produk tersebut lebih efektif
dan lebih kompetitif. Evaluasi sumatif dilakukan untuk menentukan bagaimana
akhir dari program tersebut bermanfaat dan juga keefektifan program tersebut.
5. Model Pengukuran
Tokoh model pengukuran (measurement model) adalah Edward L. Thorndike
dan Robert L. Ebel. Menurut kedua tokoh ini dalam Purwanto (2009) beberapa
cirri dari model pengukuran, adalah:
1) Mengutamakan pengukuran dalam proses evaluasi. Pengukuran merupakan
kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk
pendidikan.
2) Evaluasi adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku untuk
melihat perbedaan individu atau kelompok. Oleh karena tujuannya adalah
untuk mengungkapkan perbedaan, maka sangat diperhatikan tingkat
kesukaran dan daya pembeda masing-masing butir, serta dikembangkan
acuan norma kelompok yang menggambarkan kedudukan siswa dalam
kelompok.
3) Ruang lingkup adalah hasil belajar aspek kognitif.
4) Alat evaluasi yang digunakan adalah adalah tes tertulis terutama bentuk
objektif.
5) Meniru model evaluasi dalam ilmu alam yang mengutamakan objektivitas.
Oleh karena itu model ini cenderung mengembangkan alat-alat evaluasi
yang baku. Pembakuan dilakukan dengan mencobakan kepada sampel yang
cukup besar untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.
6. Model Kesesuaian
Tokoh yang mengembangkan evaluasi model kesesuaian adalah Ralph W
Tyler, John B Carrol dan Lee J Cronbach. Ciri-ciri evaluasi model kesesuaian
yang dikembangkan oleh tokoh tersebut di atas, adalah:
1) Pendidikan adalah proses yang memuat tiga hal, yaitu tujuan pendidikan,
pengalaman belajar, dan penilaian hasil belajar. Kegiatan evaluasi
dilakukan untuk melihat sejauh mana tujuan pendidikan yang diberikan
dalam pengalaman belajar telah dapat dicapai siswa dalam bentuk hasil
belajar. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan untuk melihat kesesuaian
antara tujuan pendidikan yang diinginkan dengan hasil belajar yang
dicapai.
2) Objek evaluasi adalah tingkah laku siswa dan penilaian dilakukan atas
perubahan dalam tingkah laku pada akhir kegiatan pendidikan. Tujuan
pendidikan adalah mencerminkan perubahan-perubahan perilaku yang
diinginkan pada anak.
3) Evaluasi dilakukan untuk memeriksa sejauh mana perubahan itu telah
terjadi dalam hasil belajar. Oleh karena itu, penilaian dilakukan atas
perubahan perilaku sebelum dan sesudah kegiatan pendidikan, maka
evaluasi menilai perubahan (gains) yang dicapai kegiatan pendidikan.
4) Perubahan perilaku hasil belajar terjadi dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Oleh karena hasil belajar bukan hanya aspek kognitif, maka
alat evaluasi bukan hanya berupa tes tertulis, tetapi semua kemungkinan
alat evaluasi dapat digunakan sesuai dengan hakikat tujuan yang ingin
dicapai.
Evaluasi Mandiri
1. Mengapa evaluasi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
2. Apakah semua model-model pendekatan evaluasi dapat digunakan sekaligus
dalam evaluasi pembelajaran?
3. Apakah yang akan terjadi bila prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran tidak
diterapkan?
4. Jika tujuan evaluasi tidak tercapai apakah yang akan dilakukan?
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).
Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.