penetapan kadar metil paraben, propil paraben dan
TRANSCRIPT
PENETAPAN KADAR METIL PARABEN, PROPIL PARABEN
DAN FENOKSIETANOL PADA SEDIAAN HANDBODY
LOTION SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI
TUGAS AKHIR
Oleh:
LENNY KARONICA BUKIT
NIM 142410053
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
PENETAPAN KADAR METIL PARABEN, PROPIL PARABEN,
DAN FENOKSIETANOL PADA SEDIAAN HANDBODY
LOTION SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA
TINGGI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya
pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
LENNY KARONICA BUKIT
NIM 142410053
Medan, Agustus 2017
Disetujui Oleh:
Pembimbing,
Mariadi, S.Farm., M.Si., Apt
NIK 84030510011001
Disahkan Oleh:
Dekan,
Prof. Dr. Masfria, MS., Apt
NIP 195707231986012001
Universitas Sumatera Utara
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lenny Karonica Bukit
Nomor Induk Mahasiswa : 142410053
Program Studi : D III Analis Farmasi dan Makanan
Judul Tugas Akhir : Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan
Fenoksietanol Pada Sediaan Handbody Lotion Secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas
akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi
tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, Agustus 2017
Yang Menyatakan,
Lenny Karonica Bukit
NIM 142410053
Materai
Rp 6.000
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan Fenoksietanol
pada Sediaan Handbody Lotion Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Penulisan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar ahlimadya pada program studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas akhir ini
disusun berdasarkan apa yang telah dilakukan oleh penulis selama melakukan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar pengawas Obat dan Makanan
(BBPOM) di Medan.
Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Masfria, MS., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt, selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
3. Bapak Mariadi, S.Farm., M.Si.,Apt., selaku Dosen Pembimbing Praktek
Kerja Lapangan yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya
untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Universitas Sumatera Utara
v
4. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.
5. Bapak Drs. Alibata Harahap, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang telah memberikan izin
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
6. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku kordinator
pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas
Obat dan Makanan di Medan.
7. Seluruh Staf dan Pegawai Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan
Medan yang telah membantu penulis selama melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL).
8. Bapak dan Ibu dosen pengajar beserta seluruh Staf Pegawai Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara.
9. Kedua Orangtua yang di Surga, Abang, Kakak, Adik dan seluruh Keluarga
yang telah memberikan doa, didikan, motivasi dan biaya perkuliahan
sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan.
10. God’s Daughter (Elisabeth, Friliyana, Lena, Naomi, Ramasinta dan Kak
Winda) yang telah memberikan doa dan motivasi serta selalu menghibur
penulis setiap saat.
11. Seluruh teman- teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2014
terkhusus Devi.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini maka diharapkan
kritik dan saran yanG bersifat membangun bermanfaat bagi semua kalangan
Universitas Sumatera Utara
vi
masyarakat dan semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat-Nya kepada
kita semua.
Medan, Agustus 2017
Penulis,
Lenny Karonica Bukit
NIM 142410053
Universitas Sumatera Utara
vii
PENETAPAN KADAR METIL PARABEN, PROPIL PARABEN DAN
FENOKSIETANOL PADA SEDIAAN HANDBODY LOTION SECARA
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
ABSTRAK
Penggunaan bahan Metil Paraben, Propil Paraben dan Fenoksietanol
dimaksudkan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan
Handbody Lotion. Namun kadar bahan pengawet yang digunakan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Tujuan dilakukan pengujian ini adalah
untuk menentukan kadar dari metil paraben, propil paraben dan fenoksietanol
apakah sesuai dengan persyaratan Peraturan BPOM RI No : HK.00.05.42.1018
Tahun 2008 dan Asean Cosmetic Method No 04.
Metode penetapan kadar yang dipakai adalah secara Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi pada panjang gelombang 280 nm dengan fase diam
Oktadesilsilana (C18) dan fase gerak yaitu Tetrahidrofuran : Aquadest : Metanol :
Asetonitril dengan perbandingan 5 : 60 : 10: 25, sampel uji adalah Handbody
Lotion
Hasil pengujian penetapan kadar diperoleh bahwa kadar Metil Paraben
sebanyak 0,1672%, kadar Propil Paraben sebanyak 0,0833% dan kadar
Fenoksietanol sebanyak 0,364%. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa bahan
pengawet yang digunakan pada sediaan Handbody Lotion (kode sampel : 18)
memenuhi persyaratan sesuai dengan Peraturan BPOM RI No : HK.00.05.42.1018
Tahun 2008 dan Asean Cosmetic Method No 04.
Kata kunci : Handbody Lotion, Metil Paraben, Propil Paraben, Fenoksietanol,
KCKT
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 3
1.3 Manfaat ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Lotion ................................................................................................ 4
2.2 Bahan Pengawet ............................................................................... 5
2.3 Dampak/ Bahaya Bahan Pengawet ................................................... 6
2.3 Uraian Bahan .................................................................................... 8
2.3.1 Metil Paraben .......................................................................... 8
2.3.2 Propil Paraben......................................................................... 10
2.3.3 Fenoksietanol .......................................................................... 11
Universitas Sumatera Utara
ix
2.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ................................................... 12
2.4.1 Teori ....................................................................................... 12
2.4.2 Instrumentasi KCKT .............................................................. 13
2.4.3 Klasifikasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ....................... 18
BAB III METODE PERCOBAAN ............................................................... 22
3.1 Tempat Pengujian ............................................................................. 22
3.2 Alat ................................................................................................... 22
3.3 Bahan ................................................................................................ 22
3.4 Pembuatan Pereaksi .......................................................................... 23
3.5 Prosedur ............................................................................................ 23
3.5.1 Pembuatan Larutan Baku ........................................................ 23
3.5.2 Persiapan Larutan Uji ............................................................. 24
3.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi .................................................... 24
3.6.1 Pengaturan Kondisi Sistem ..................................................... 24
3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi .................................................... 24
3.7 Cara Penetapan Kadar...................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 27
4.1 Hasil Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan Fenoksietanol ....... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 30
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 30
5.2 Saran ................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1.1 Data Hasil Identifikasi Metil Paraben pada Sediaan Hanbody Lotion ... ...27
4.1.2 Data Hasil Identifikasi Propil Paraben pada Sediaan Handbody Lotion.27
4.1.3 Data Hasil Identifikasi Fenoksitanol pada Sediaan Handbody Lotion....28
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Strukur Molekul Metil Paraben, Propil Paraben dan Fenoksietanol.... 8
1.1 Struktur Molekul Metil Paraben ..................................................... 8
1.2 Struktur Molekul Propil Paraben .................................................... 10
1.3 Struktur Molekul Fenoksietanol ..................................................... 11
2. Identifikasi Pewarna Orto dan Meta-Fenilendiamin Pada Sediaan Pewarna
Rambut ................................................................................................. 33
a. Kolom .......................................................................................... 33
b. KCKT ........................................................................................... 33
c. Penyaring Membran ..................................................................... 33
d. Penyaring Vakum......................................................................... 33
e. Sonikator ...................................................................................... 33
f. Neraca Analitik ............................................................................ 33
Universitas Sumatera Utara
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan Fenoksietanol pada
Sediaan Handbody Lotion (Baku Seri Pengawet) ................................ 34
2. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan Fenoksietanol pada
Sediaan Handbody Lotion (Sampel Pengawet).................................... 35
3. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan Fenoksietanol pada
Sediaan Handbody Lotion (Persamaan Regresi Metil Paraben) .......... 36
4. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan Fenoksietanol pada
Sediaan Handbody Lotion ( Persamaan Regresi Propil Paraben)........ 37
5. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan Fenoksietanol pada
Sediaan Handbody Lotion ( Persamaan Regresi Fenoksietanol)......... 38
6. Contoh Perhitungan Kadar Pengawet Pada Sediaan Handbody Lotion.39
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Surat Keputusan Kepala Badan POM RI Nomor: HK.00.05.4.1745 tentang
Kosmetik, yang dimaksud kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan
untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir,
dan organ genital bagian luar) atau gigi atau mukosa mulut terutama
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (Peraturan
Kepala Badan POM RI, 2011).
Lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari
sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah
serta dapat mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk
pemakaian pada kulit yang sehat. Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari
fase minyak dan fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau
lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit
sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair memungkinkan pemakaian
yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan
dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit (Lachman , dkk., 1994).
Kulit manusia adalah lapisan luar dari tubuh. Pada manusia, itu adalah
organ terbesar dari sistem yg menutupi. Kulit memiliki beberapa lapisan jaringan
Universitas Sumatera Utara
2
ectodermal dan penjaga otot-otot yang mendasarinya, tulang, ligamen dan organ
internal. Kulit adalah organ tubuh yang pertama kali terkena polusi oleh zat- zat
yang terdapat di lingkungan hidup kita, termasuk jasad renik (mikroba) yang
tumbuh dan hidup di alam dunia ini (Sjarif, 1997).
Definisi zat pengawet menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.445/MENKES/PER/V/1998 adalah zat yang dapat mencegah
kerusakan kosmetika yang disebabkan oleh mikroorganisme. Istilah “agen
antimikroba” secara umum digunakan untuk agen kimia yang terdapat dalam
kosmetika atau produk rumah tangga baik yang memiliki aktivitas bakterisidal
ataupun bakteriostatik selama penggunaannya.
Dalam satu jenis kosmetika biasanya terdapat banyak macam zat kimia
yang diperlukan untuk pembuatan, penyimpanan dan kelestarian kosmetika.
Seringkali komponen tertentu misalnya bahan pengawet, terdiri atas lebih dari
satu macam bahan pengawet seperti Metil Paraben, Propil Paraben dan
Fenoksietanol. Adapun kadar dari tiap pengawet yang digunakan pada sediaaan
kosmetik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia No: HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 dan Asean Cosmetic
Method (ACM) No 01 tentang Bahan Kosmetik menyantumkan daftar bahan
yanng diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan
penggunaan. Diantaranya penggunaan bahan Metil Paraben dan Propil Paraben
yang diperbolehkan dengan kadar maksimal 0,4% sedangkan bahan Fenoksietanol
yang diperbolehkan dengan kadar maksimal 0,1 % dan kadar pengawet campuran
yang diperbolehkan adalah maksimal 0,8%.
Universitas Sumatera Utara
3
Pengujian kadar pengawet pada sediaan Handbody Lotion penting
dilakukan untuk memastikan dan menjamin agar pengawet yang digunakan sesuai
persyaratan yang telah ditetapkan. Metode analisis yang dapat dipakai untuk
penetapan kadar campuran bahan pengawet adalah dengan metode kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) yang memiliki daya pisah, ketepatan dan ketelitian
yang tinggi untuk menetapkan kadar masing- masing senyawa dalam campuran
tersebut (Gritter, 1991).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penetapan kadar Metil Paraben, Propil Paraben dan
Fenoksitanol dalam sediaan Handbody Lotion adalah untuk mengetahui apakah
kadar Metil Paraben, Propil Paraben dan Fenoksitanol dalam sediaan Handbody
Lotion memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar Metil Paraben, Propil
Paraben dan Fenoksitanol dalam sediaan Handbody Lotion adalah agar dapat
mengetahui bahwa sediaan tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
sehingga baik untuk digunakan.
Universitas Sumatera Utara
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lotion
Lotion merupakan preparat cair yang dimaksudkan untuk pemakaian luar
pada kulit tubuh dan tangan. Lotion merupakan produk kosmetik yang umumnya
berupa emulsi tipe minyak dalam air. Emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan
dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Hanifah, 2016).
Lotion sebagai bahan cair fase terdispersi yang tidak bercampur dengan
bahan pembawa dan biasanya menyebar dengan bantuan zat pengemulsi atau
bahan penstabil lain yang sesuai. Pada umumnya pembawa dari lotion adalah air.
Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk
obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang
merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas (Ansel, 2005).
Lotion merupakan sediaan setengah padat hampir sama dengan krim tetapi
memiliki konsistensi yang lebih rendah. Sifat lotion umumnya berwarna putih,
mudah dicuci dengan air, tidak tembus cahaya dan tidak mudah kering
(Faramayuda dkk., 2010).
Salah satu sediaan kosmetik untuk perawatan kulit adalah Handbody
lotion. Handbody lotion terdiri dari beberapa bahan penyusun, salah satunya
adalah bahan pengawet. Bahan pengawet digunakan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme dan melindungi Handbody lotion dari kontaminasi
sehingga menghasilkan produk tanpa cacat. Berdasarkan penelitian yang pernah
Universitas Sumatera Utara
5
dilakukan menunjukkan bahwa golongan ester paraben (metil, etil, propil dan
butyl paraben) sebagai bahan pengawet yang paling umum dan sering digunakan
(Mandasari, 2016).
2.2 Bahan Pengawet
Bahan untuk pengawetan adalah untuk melindungi produk terhadap
pengaruh yang merugikan, terutama terhadap kerusakan mikroba. Dalam farmasi
digunakan untuk melindungi senyawa obat terhadap penguraian yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Metil Paraben dan Propil Paraben digunakan untuk
pengawetan sediaan farmasi (Haake, 1990).
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting
dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi.
Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan
yang bersifat fungistatik dan bakteriostatik.Bakteri ternyata dapat menguraikan
bahan pengemulsi nonionik dan anionik, gliserin dan sejumlah bahan penstabil
alam seperti tragakan dan gom guar. Pengawet yang biasa digunakan dalam
emulsi adalah metil paraben, propil paraben dan fenoksietanol (Hanifah, 2013).
Pengawet ditambahkan ke produk makanan, kosmetik, dan farmasi
mencegah dekomposisi akibat tindakan bakteri. Di antara bahan pengawet,
Paraben adalah yang paling umum digunakan. Karena toksisitas rendah mereka
terhadap manusia dan aktivitas antimikroba efektif mereka, terutama terhadap
jamur dan ragi . Paraben digunakan dalam sayuran olahan, makanan panggang,
lemak dan minyak, bumbu, pengganti gula, dan produk susu beku di Indonesia
konsentrasi sampai 0,1% (Elder, 1984).
Universitas Sumatera Utara
6
Fenoksietanol adalah zat kimia yang juga digunakan sebagai pengawet
pada beberapa vaksin, kadang-kadang digunakan bersamaan dengan paraben.
Phenonip, produk campuran Clariant paraben dalam larutan fenoksietanol. Produk
ini mungkin yang paling terkenal dari campuran paraben dan sering disalin.
Analisis zat ini pada formulasi dan level pada makanan dan kosmetik sangat
diminati. HPLC adalah metode ideal untuk pemisahan dan analisisnya (Majors,
2005).
2.3 Dampak / Bahaya Bahan Pengawet
Paraben termasuk bahan pengawet yang mempunyai sifat seperti hormon
estrogen. Paraben berbahaya jika digunakan berlebihan pada suatu produkk baik
makanan, kosmetik atau produk lainnya. berikut ini bahaya paraben pada
kosmetik :
1. Tingkat estrogen tinggi
Estrogen merupakan hormon yang penting dalam tubuh manusia, terutama
dalam tubuh seorang wanita. Dalam tubuh pria hanya terdapat sedikit estrogen.
Estrogen dalam tubuh wanita berperan penting dalam pengaturan siklus
menstruasi dan pematangan organ reproduksi wanita. Paraben mengakibatkan
tingkat estrogen dalam tubuh seorang wanita menjadi tinggi. Estrogen tersebut
akan meningkat ketika zat paraben merembes kedalam melalu kulit. Tubuh wanita
akan menganggap bahwa paraben tersebut seperti halnya estrogen. Namun
sebenarnya yang diserap tubuh adalah zat paraben. Tingkat estrogen yang tinggi
akan dapat memicu berbagai masalah kesehatan, seperti kembung, kista ovarium,
serta perubahab suasana hati (depresi) (Astuti, 2016).
Universitas Sumatera Utara
7
2. Kanker payudara
Zat paraben merupakan salah satu penyebab terjangkit penyakit kanker
payudara. Masuknya zat paraben kedalam tubuh akan meningkatkan kadar
estrogen dalam tubuh kita. Meningkatnya kadar estrogen dalam waktu yang lama
karena diakibatkan pemakaian kosmetik yang mengandung zat paraben resiko
terkena kanker payudara semakin meningkat (Astuti, 2016).
3. Kenaikan berat badan
Didalam tubuh kita terdapat kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid merupakan
kelenjar yang bertempat dibagian bawah leher dan berbentuk seperti kupu-kupu.
Kelenjar tiroid ini mempunyai peran penting dalam metabolisme tubuh.
Penggunaan zat paraben dalam kosmetik dalam jangka waktu panjang akan
memicu timbulnya kerusakan yang terjadi di kelenjar tiroid (Astuti, 2016).
Jika kelenjar tiroid bermasalah mengakibatkan berat badan naik. Mungkin
bagi orang yang tubuhnya kurus tidak bermasalah, tetapi jika bagi orang yang
sudah bertubuh gemuk akan berakibat obesitas. Obesitas sangat tidak baik bagi
kesehatan tubuh. Tingkat estrogen yang tinggi akibat tingginya zat paraben juga
dapat memicu kenaikan berat badan (Astuti, 2016).
4. Pengaruh negatif pada kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi bagi wanita merupakan hal yang sangat penting
sebab ini merupakan salah satu modal untuk mendapatkan keturunan. Kandungan
paraben dalam kosmetik berpengaruh negatif pada kesehatan reproduksi seorang
wanita. Pengaruh negatif yang terjadi yaitu menurunkan kemampuan berproduksi
dan mengakibatkan infertilitas. Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk
menghasilkan keturunan (Astuti, 2016).
Universitas Sumatera Utara
8
5. Penuaan dini
Produk kosmetik yang banyak mengandung paraben lebih banyak
terkandung dalam produk kecantikan yang ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan kulit, seperti pelembab dan lotion. Tetapi faktanya malah merusaknya
kulit. Penelitian yang dilakukan di Jepang membuktikan bahwa zat paraben yang
terkandung dalam kosmetik mempercepat proses penuaan kulit (Astuti, 2016).
Zat paraben yang terkandung dalam kosmetik akan meningkatkan
kepekaan kulit jika terkena sinar matahari. Jadi bukan melindungi kulit dari sinar
matahari tetapi sebaliknya yaitu menimbulkan kerusakan kulit. Anda tidak mau
kan masih muda tapi sudah seperti kelihatan tua karena penuaan dini (Astuti,
2016).
Sedangkan bahaya penggunaan Fenoksietanol berlebihan dalam tubuh
adalah mempengaruhi terhadap sistem saraf pusat seperti gejala sistem saraf
tertekan meliputi penurunan nafsu makan , sulitnya bangun tidur, lemahnya
tulang., kelesuan, iritasi mata, dan perubahan warna kulit misalnya kulit
bewarna kemerahan (eritema) (Liebert, 1990).
2.4 Uraian Bahan
2.4.1 Metil Paraben
Struktur molekul metil paraben dapat dilihat pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 Strukur Molekul Metil Paraben
Rumus kimia : C8H8O3
Universitas Sumatera Utara
9
Massa molar : 152.15 g/mol
Titik didih : 125-1280C
Pemerian : Serbuk, tidak berwarna, putih; tidak berbau; rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dan eter (Depkes RI, 1995).
Metil paraben, juga metil paraben, salah satu paraben, adalah pengawet
dengan rumus kimia CH3 (C6H4 (OH) COO). Ini adalah metil ester asam p-
hidroksibenzoat. Metil paraben adalah agen anti jamur yang sering digunakan
dalam berbagai kosmetik dan produk perawatan pribadi. Ini juga digunakan
sebagai pengawet makanan. Metil paraben umumnya digunakan sebagai
fungisida. Metil paraben beracun pada konsentrasi yang lebih tinggi, memiliki
efek estrogenik, dan memperlambat laju pertumbuhan pada tahap larva dan pupus
pada konsentrasi yang lebih rendah (Anonim, 2016).
Metil paraben dan propil paraben dianggap secara umum diakui sebagai
aman untuk pelestarian antibakteri makanan dan kosmetik. Metil paraben mudah
dimetabolisme oleh bakteri tanah biasa. Metil paraben mudah diserap dari saluran
gastrointestinal atau melalui kulit. Ini dihidrolisis menjadi asam p-hidroksibenzoat
dan diekskresikan dengan cepat dalam urin tanpa terakumulasi dalam tubuh. Studi
toksisitas akut telah menunjukkan bahwa metil paraben praktis tidak beracun oleh
pemberian oral dan parenteral pada hewan (Anonim, 2016).
Metil paraben digunakan secara luas sebagai pengawet dalam kosmetik,
produk makanan, dan formulasi farmasetikal lainnya. Dapat digunakan secara
kombinasi dengan senyawa paraben lainnya atau dengan zat antimikroba lainnya
(Hanifah, 2013).
Universitas Sumatera Utara
10
2.4.2 Propil Paraben
Struktur Propil Paraben dapat dilihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2 Struktur Molekul Propil Paraben
Rumus kimia : C10H12O3
Massa molar : 180.2 g/mol
Pemerian : bubuk kristal putih atau kristal yang tidak berwarna dan
tidak berwarna, hampir tidak berbau
Titik didih : 1300C
Kelarutan : Dapat larut dalam etanol, etil eter, aseton dan pelarut
organik lainnya, sedikit larut dalam air (Depkes RI, 1995).
Propil paraben, n-propil ester asam p-hidroksibenzoat, terjadi sebagai zat
alami yang ditemukan di banyak tumbuhan dan beberapa serangga, walaupun
diproduksi secara sintetis untuk penggunaan kosmetik, obat-obatan dan makanan.
Ini adalah pengawet yang biasanya ditemukan di banyak kosmetik berbasis air,
seperti krim, lotion, shampo dan produk mandi. Sodium propyl p-
hydroxybenzoate, garam natrium propilparaben, senyawa dengan formula Na
(C3H7 (C6H4COO) O), juga digunakan sebagai aditif makanan dan sebagai agen
pelestarian anti jamur (Anonim, 2016).
Propil paraben digunakan sebagai bahan pengawet dan antioksidan, dan
juga digunakan di industri farmasi; digunakan sebagai pengawet antimikroba
Universitas Sumatera Utara
11
dalam farmasi dan kosmetik; dan digunakan sebagai antiseptik dan antimikroba
(Elder, 1984).
2.4.3 Fenoksietanol
Struktur molekul fenoksietanol dapat dilihat pada gambar 1.3.
Gambar 1.3 Stuktur Molekul Fenoksietanol
Rumus kimia : C8H10O2
Massa molar : 138.17 g/mol
Pemerian : Cairan berminyak tak berwarna, bau seperti mawar
Titik didih : 247 °C (477 °F; 520 K)
Kelarutan : Larut dalam Kloroform, Dietil Eter, dan
Alkali (Anonim, 2016).
Fenoksietanol digunakan sebagai fiksasi parfum; Penolak serangga;
Antiseptik; Pelarut untuk selulosa asetat, pewarna, tinta, dan resin; Pengawet
untuk obat-obatan, kosmetik dan pelumas; Sebuah anestesi dalam akuakultur ikan;
Dan dalam sintesis organik. Fenoksietanol adalah alternatif pengawet pelepasan
formaldehid konsentrasinya dalam kosmetik dibatasi hingga 1% (Anonim, 2016).
Fenoksietanol efektif melawan bakteri gram negatif dan gram positif, dan
ragi Candida albicans. Fenoksietanol adalah pengawet vaksin dan alergen
potensial, yang dapat menyebabkan reaksi nodular di tempat injeksi. Tertelan
dapat menyebabkan depresi pernafasan, muntah dan diare pada bayi (Anonim,
2016).
Universitas Sumatera Utara
12
2.5 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
2.5.1 Teori
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit- analit
dalam sampel terdistribusi antara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam
dapat berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan
yang dialiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase
gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak, maka
prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga
kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).
Kromatografi merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan
dalam analisis sediaan farmasetik. Suatu pemahaman terhadap parameter-
parameter yang berpengaruh terhadap kinerja kromatografi akan meningkatkan
sistem kromatografi sehingga akan dicapai suatu pemisahan yang baik (Rohman,
2009).
Kelebihan metode kromatografi cair kinerja tinggi dibandingkan dengan
metode lainnya. Beberapa kelebihan kromatografi cair kinerja tinggi antara lain:
1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran
2. Mudah melaksanakannya
3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/ kerusakan bahan yang
dianalisis
5. Resolusi yang baik
6. Dapat digunakan bermacam-macam detektor
7. Kolom dapat dipergunakan kembali (Rohman, 2009).
Universitas Sumatera Utara
13
2.5.2 Instrumentasi KCKT
Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas : wadah fase gerak, fase
gerak, alat untuk memasukkan sampel ( tempat injeksi), kolom, detektor, wadah
penampung buangan fase gerak, dan suatu komputer atau perekam.
1. Wadah Fase Gerak pada KCKT
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong
ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak
sebelum digunakan harus dilakukann penghilangan gas yang ada pada fase gerak,
sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan
detektor sehingga akan mangacaukan analisis (Rohman, 2009).
Pada saat membuat fase gerak sangant dianjurkan untuk menggunakan
pelarut, bufer, dan reagen dengan kemurnian tinggi, dan lebih terpilih lagi jika
pelarut- pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat KCKT (HPLC
grade). Adanya pengotor dalam reagen dapat menyebabkan gangguan pada
sisitem kromatografi. Adanya partikel yang kecil dapat terkumpul dalam kolom
sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom. Karenanya, fase
gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari
partikel- partikel kecil (Rohman, 2009).
2. Fase Gerak pada KCKT
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya
elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase
diam, dan sifat komponen- komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih
Universitas Sumatera Utara
14
polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada
fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut
(Gandjar, 2007).
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase
terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan
asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering
digunakan adalah campuran pelarut- pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang
terklorisasi atau menggunakan pelarut- pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan
fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik (Gandjar, 2007).
3. Pompa pada KCKT
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert
terhadap fase gerak. Bahan yang unum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja
tahan karat, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu
memberikan tekanan sampai 500 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan 3 mL/ menit (Griter, 1991).
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah
untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, konstan
dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan
tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan (Griter, 1991).
Universitas Sumatera Utara
15
4. Penyuntikan Sampel pada KCKT
Sampel- sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase
gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik
(injektor). Ada tiga macam sistem injektor pada KCKT yaitu:
Injektor dengan memakai diagfragma (septum)
Injektor tanpa septum
Injektor dengan pipa dosis (Mulja, 1995).
5. Kolom pada KCKT
Ada 2 jenis kolom pada KCKT yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibandingkan
dengan kolom konvensional, yakni:
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor
kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100 µl/menit)
Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor
lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas
misal sampel klinis
Meskipun demikian, dalm prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom
konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin (Gandjar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
16
6. Fase Diam pada KCKT
Kebanyakan fase diam pada KCKT berupa silika yang dimodifikasi secara
kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil
benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu
gugus silanol (Si-OH) (Gandjar, 2007).
Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-
reagen seperti klorosilan. Reagen- reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol
dan menggantinya dengan gugus- gugus fungsional yang lain. Hasil reaksi yang
diperoleh disebut dengan silika fase terikat yang stabil terhadap hidrolisis karena
terbentuk ikatan-ikatan siloksan (Si-O-O-Si). Silika yang dimodifikasi ini
mempunyai karakteristik kromatografik dan selektifitas yang berbeda jika
dibandingkan dengan silika yang dimodifikasi (Gandjar, 2007).
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak
digunakan karena mampu memisahkan senyawa- senyawa dengan kepolaran
rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai kalkil yang lebih pendek lagi
lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil
(nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi akan
memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan
air yang digunakan (Gandjar, 2007).
7. Detektor KCKT
Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor
universal ( yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan
tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri
Universitas Sumatera Utara
17
massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit
secara spesifik, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel
Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada
kadar yang sangat kecil
Stabil dalam pengoperasiannya
Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita. Untuk kolom konvensioanl, selnya bervolume 8 µl atau
lebih kecil, sementara kolom mikrobor selnya bervolume 1 µl atau lebih
kecil lagi
Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada
kisaran yang luas
Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak
(Gandjar dan Rohman, 2007).
8. Komputer atau Recorder
Alat pengumpul dta seperti komputer atau recorder dihubungkan dengan
detektor. Alat ini akan mengukur sinyal elektronik yang dihasilkan oleh detektor
lalu memplotkannya sebagai suatu kromatogram yang selanjutnya dapat
dievaluasi oleh seorang analis (Gandjar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
18
2.5.3 Klasifikasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
Klasifikais kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) berdasarkan pada sifat
fase diam yaitu:
a. Kromatografi Adsorbsi
Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal
dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian
sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika
dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus
silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat
terikat secara kuat menyebabkan puncak yang berekor (Gandjar, 2007).
Fase gerak yang digunakan untuk fase diam silika atau alumina beupa
pelarut non polar yang ditambah dengan pelarut polar seperti air atau alkohol
rantai pendek untuk meningkatkan kemampuan elusinya sehingga tidak timbul
pengekoran puncak, misalnya heksana ditambah dengan metanol. Jenis KCKT ini
sesuai untuk pemisahan-pemisahan campuran isomer struktur dan untuk
pemisahan solut dengan gugus fungsional yang berbeda (Gandjar, 2007).
b. Kromatografi Partisi
Kromatografi jenis ini disebut juga dengan kromatografi fase terikat.
Kebanyakan fase diamnya adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau
fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah
hidrokarbon-hidrokarbon non polar seperti oktadesisilana, oktilsilana, atau dengan
fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesisilana (ODS atau
C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah dengan fase terbalik. Sedangkan fase
Universitas Sumatera Utara
19
geraknya adalah campuran asetonitril atau metanol dengan air atau dengan larutan
buffer (Gandjar, 2007).
Ditinjau dari jenis fase diam dan fase geraknya, maka kromatografi partisi
dapat dibedakan atas:
1. Kromatografi Fase Normal
Kromatografi fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak
ini biasanya tidak polar. Dietil eter, benzen, hidrokarbon lurus seperti pentana,
heksana, heptana maupun iso-oktana sering digunakan. Halida alifatis seperti
diklorometana, dikloroetana, butilklorida dan klorofom juga digunakan.
Umumnya gas terlarut tidak menimbulkan masalah pada fase normal (Gandjar,
2007).
2. Kromatografi Fase Terbalik
Kromatografi fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak),
kemampuan elusi menurun dengan meningkatanya polaritas pelarut. Kandungan
utama fase gerak fase terbalik adalah air. Pelarut yang dapat campur dengan air
seperti metanol, etanol, asetonitril, dioksan, dan tetrahidofuran dan
dimetilformamida ditambahkan untuk mengatur kepolaran fase gerak. Dapat
ditambahkan pula asam, basa, dapar atau surfaktan. Mutu air harus tinggi baik air
destilasi maupun air mineral (Gandjar, 2007).
c. Kromatografi Penukar Ion
KCKT penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation
atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di
Universitas Sumatera Utara
20
pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaanya adalah polistiren
resin (Gandjar, 2007).
Teknik ini tergantung pada penukaran (adsorpsi) ion-ion antara fase gerak
dan tempat-tempat berion dari kemasan. Kebanyakan resin-resin berasal dari
polimer stiren divinilbenzen dimana gugus-gugus fungsinya telah ditambah.
Resin-resin tipe asam sulfonat dan amin kuartener merupakan jenis resin
pilihan yang paling baik dan banyak digunakan. Keduanya, fase terikat dan resin
telah digunakan. Teknik ini dipakai secara luas dalam life sciences dan dikenal
secara khas untuk pemisahan asam-asam amino. Teknik ini dapat dipakai untuk
keduanya, kation-kation dan anion-anion (Gandjar, 2007).
Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan
media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut
campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar
ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau
kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak
menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion
sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin
(Gandjar, 2007).
d. Kromatografi Eksklusi
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat
digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul
lebih besar dari 2000 Dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau
polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus atau berdifusi
melewati fase diam (Gandjar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
21
Teknik ini unik karena dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul
dari solut. Kemasan adalah suatu gel dengan suatu permukaan berlubang-lubang
sangat kecil yang inert. Molekul-molekul kecil dapat masuk ke dalam jaringan
dan ditahan dalam fase gerak yang menggenang. Molekul-molekul yang lebih
besar tidak dapat masuk ke dalam jaringan dan lewat melalui kolom tanpa ditahan
(Gandjar, 2007).
Universitas Sumatera Utara
22
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan kadar Metil Paraben, Propil Paraben dan
Fenoksietanol dalam sediaan Handbody Lotion dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) dilakukan di Laboratorium kosmetik, Balai Besar
Pengawas Obat dan Makanan di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar
Pasar V Barat I No. 2 Medan.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat KCKT (shimadzu) dengan
kolom baja tahan karat berisi Oktadesilsilana (C18); sonikator (sonica);
penyaring membran PVDF 0,45 πm; penangas air; penyaring vakum; timbangan
analitik (shimadzu); dan alat-alat gelas.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah Acetonitril grade for HPLC; Aquabidest;
Asam Sulfat pekat; Baku Fenoksietanol; Baku Metil Paraben; Baku Propil
Paraben; Etanol 96%; Metanol grade for HPLC; Sediaan Handbody Lotion No.
19 dan Tetrahidrofuran.
Sampel uji (Handbody Lotion) yang digunakan terdapat dalam kemasan
wadah botol plastik dan masa kadaluarsa sampai Agustus 2018 dengan komposisi
yaitu Water; Glycerin; Stearic Acid; Dimethicone Ethanol; Pachyrrhizus Erosu;
Glyceryl Stearate; Titanium Dioxide; Methylparaben; Propylparaben;
Phenoxyethanol; Retinyl; dan Citrus Unshiu Peel Extract (Jeju Orange Extract).
Universitas Sumatera Utara
23
3.4 Pembuatan Pereaksi
Pembuatan Pelarut Campur Etanol : Aquabidest ( 9 : 1 )
Dimasukkan Etanol sebanyak 900 ml ke dalam labu tentukur 1000
ml kemudian ditambahkan Aquabidest sebanyak 100 ml lalu dikocok
sampai homogen.
Pembuatan Fase Gerak Tetrahidrofuran : Aquabidest : Metanol :
Asetonitril ( 5 : 60 : 10 : 25 )
Dimasukkan Tetrahidrofuran sebanyak 50 ml dalam labu tentukur
1000 ml kemudian Aquabidest sebanyak 600 ml; Metanol sebanyak 100
ml dan Asetonitril sebanyak 250 ml lalu dikocok sampai homogen.
3.5 Prosedur
3.5.1 Pembuatan Larutan Baku
Ditimbang masing- masing Metil Paraben dan Propil Paraben sebanyak 25
mg masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml (500 ppm).
Ditimbang juga Fenoksietanol sebanyak 100 mg masukkan ke dalam labu
tentukur 50 ml (2000 ppm).
Kemudian masing-masing labu tersebut ditambahkan 25 ml pelarut
campur
Dikocok hingga homogen dan dicukupkan sampai garis tanda.
Kemudian dari masing- masing larutan tersebut dipipet sebanyak 20 ml,
10 ml, 5 ml, 2 ml, dan 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml
dan larutan tersebut merupakan larutan baku seri I, II, III , IV dan V.
Ditambahkan 1 ml H2SO4 2M pada masing- masing labu tentukur
Dicukupkan dengan pelarut campur sampai garis tanda
Universitas Sumatera Utara
24
Dikocok hingga homogen
Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai larutan A.
3.5.2 Persiapan Larutan Uji
Ditimbang sebanyak 1 g sampel ke dalam erlenmeyer 250 ml
Ditambahkan 1 ml H2SO4 2M dan 50 ml pelarut campur
Dikocok sampai homogen
Dipanaskan diatas penangas air pada suhu (60±1)0C selama 5 menit
Didinginkan sebentar pada temperature kamar
Dimasukkan ke kulkas selama 1 jam
Disaring dengan penyaring membran dan larutan ini sebagai larutan B.
3.6 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
3.6.1 Pengaturan Kondisi Sistem
Diperiksa sistem untuk meyakinkan apakah sistem pengalir pelarut telah
disambungkan dengan baik, kolom telah dipasang, tersedia cukup pelarut
di dalam botol, penyaring pelarut dipasang dan detektor yang sesuai
dipasang dengan benar.
3.6.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Disuntikkan setiap larutan baku ke dalam kromatograf dan rekam
kromatogram
Dicatat dan dihitung rasio luas puncak larutan baku dengan larutan baku
dari kromatogram
Dibuat kurva antara rasio luas puncak dengan konsentrasi larutan baku
masing- masing pengawet
Ditentukan linieritas kurva kalibrasi masing- masing pengawet
Universitas Sumatera Utara
25
3.7 Cara Penetapan Kadar
Disuntikkan masing- masing larutan A dan B secara terpisah dan lakukan
penetapan secara kromatografi cair kinerja tinggi dengan kondisi sebagai
berikut:
Fase Gerak : Tetrahidrofuran : Aquabidest: Metanol: Asetonitril
(5:60:10:25)
Kolom : Panjang 250 mm, diameter dalam 4,6 mm berisi oktadesi-
Silana (C18) dengan ukuran partikel 5 µm
Laju Alir : 1,5 ml/ menit
Suhu Kolom : 400C
Perhitungan kadar Metil Paraben dan Propil Paraben ditentukan dengan
rumus :
Kadar zat uji =
x
x
x
x
x 100 %
Ket:
Area1 = Area yang pertama
a = nilai a persamaan garis
b = nilai b persamaan garis
Bu = Bobot Uji
Fu = Pengenceran Uji
Kb = Kadar baku
BM 1 = BM Hidroksibenzoat
BM 2 = BM Metil Paraben
Perhitungan kadar Fenoksietanol dapat ditentukan dengan rumus :
Kadar zat uji =
x
x
x
x 100 %
Ket:
Area1 = Area yang pertama
a = nilai a persamaan garis
b = nilai b persamaan garis
Bu = Bobot Uji
Fu = Faktor Pengenceran Uji
Kb = Kadar baku
Universitas Sumatera Utara
26
Persyaratan Metil Paraben, Propil Paraben dan Fenoksietanol yang
diizinkan menurut Peraturan BPOM RI No: HK.00.05.42.1018 dan Asean
Cosmetic Method No 01 yaitu kadar Metil Paraben dan Propil Paraben
maksimal 0,4%, kadar Fenoksietanol maksimal 0,1 % dan kadar pengawet
campuran maksimal 0,8%.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben dan
Fenoksietanol
Data hasil penetapan kadar pengawet pada sediaan Handbody Lotion dapat
dilihat pada tabel 4.1.1; 4.1.2; dan 4.1.3.
Tabel 4.1.1 Data Hasil Identifikasi Metil Paraben pada Sediaan Hanbody Lotion
Nama Zat
Bobot Faktor
Pengenceran
Volume
Penyuntikan
Respon
Ret.Time Wadah +
Zat
Wadah +
Sisa
Baku
Pembanding
Metil Paraben
35.436
mg
10.328
mg
50 x 50 / 20
50 x 50 / 10
50 x 50 / 5
50 x 50 / 2
50 x 50 / 1
20
20
20
20
20
1) 3413803
2) 1725408
3) 864040
4) 345400
5) 171705
1) 3.963
2) 3.963
3) 3.975
4) 3.976
5) 3.979
Zat Uji 113.4001
g
112.7397
g
112.2123
g
111.5435
g
51
51
20
20
1) 737743
2) 740004
1) 3.931
2) 3.926
Tabel 4.1.2 Data Hasil Identifikasi Propil Paraben pada Sediaan Handbody Lotion
Nama Zat
Bobot Faktor
Pengenceran
Volume
Penyuntika
n
Respon
Ret.Time Wadah +
Zat
Wadah +
Sisa
Baku
Pembanding
Propil
Paraben
35.31 mg
10.269
mg
50 x 50 / 20
50 x 50 / 10
50 x 50 / 5
50 x 50 / 2
50 x 50 / 1
20
20
20
20
20
1) 3036010
2) 1522485
3) 758028
4) 301133
5) 148767
1) 10.291
2) 10.305
3) 10.329
4) 10.341
5) 10.355
Zat Uji 113.4001
g
112.7397
g
112.2123
g
111.5435
g
51
51
20
20
1) 385658
2) 383400
1) 10.171
2) 10.159
Universitas Sumatera Utara
28
Tabel 4.1.3 Data Hasil Identifikasi Fenoksitanol pada Sediaan Handbody Lotion
Nama Zat
Bobot Faktor
Pengenceran
Volume
Penyuntikan
Respon
Ret.
Time Wadah
+ Zat
Wadah +
Sisa
Baku
Pembanding
Fenoksietanol
35370.65
mg
35269.15
mg
50 x 50 / 20
50 x 50 / 10
50 x 50 / 5
50 x 50 / 2
50 x 50 / 1
20
20
20
20
20
1) 2606008
2) 1324038
3) 663832
4) 265481
5) 131791
1) 3.522
2) 3.522
3) 3.533
4) 3.533
5) 3.535
Zat Uji 113.4001
g
112.7397
g
112.2123
g
111.5435
g
51
51
20
20
1) 281706
2) 280462
1) 3.501
2) 3.496
Kromatogram hasil pengujian dari kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT) dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3 sedangkan perhitungan kadar
fenoksietanol, metil paraben dan propil paraben dengan metode kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) dapat dilihat pada lampiran 7.
Berdasarkan hasil penetapan kadar Metil Paraben, Propil Paraben dan
Fenoksietanol dalam sediaan Handbody Lotion dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT), diperoleh hasil sebagai berikut yaitu kadar Metil Paraben
sebanyak 0,1672%, kadar Propil Paraben sebanyak 0,0833% dan kadar
Fenoksietanol sebanyak 0,364% hasil ini telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh Peraturan BPOM RI No: HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 dan
Asean Cosmetic Method No 04 yaitu kadar Metil Paraben dan Propil Paraben
diizinkan maksimal 0,4%, kadar Fenoksietanol diizinkan maksimal 0,1 % dan
kadar pengawet campuran diizinkan maksimal 0,8%.
Pengawet pada dasarnya diperbolehkan terdapat pada sediaan kosmetik
tetapi memiliki persyaratan kadar untuk dipakai pada sediaan kosmetik. Adapun
tujuan dari penggunaan pengawet pada sediaan kosmetik adalah untuk mencegah
Universitas Sumatera Utara
29
pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan kosmetik. Dan komposisi pengawet
yang digunakan pada sampel adalah Metil Paraben, Propil Paraben dan
Fenoksietanol sehingga sampel memenuhi persyaratan bahan pengawet (Hanifah,
2013).
Bahan pengawet tersebut ditetapkan kadarnya dengan metode
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) karena analisis dengan KCKT
keuntungannya adalah cepat, memiliki daya pisah yang baik, penyiapan sampel
yang mudah dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai. Panjang
gelombang yang dipakai untuk analisis adalah 280 nm, karena pada panjang
gelombang tersebut Metil Paraben, Propil Paraben dan Fenoksietanol akan
memberikan respon puncak yang baik. Dan untuk melihat ada atau tidaknya
pengawet dalam sediaan kosmetik dilihat dari kromatogram dan waktu retensi dari
sampel yang dibandingkan dengan kromatogram dan waktu retensi baku pengawet
(Munson,1991 dan Rohman,2007).
Metode KCKT yang digunakan pada penetapan kadar pengawet adalah
kromatografi partisi metode kolom fase terbalik yakni fase diam yang dipakai
bersifat non polar berupa Oktadesilsilana (C18) dan fase gerak yang dipakai
merupakan campuran air atau larutan penyangga dalam air dan pelarut organik
digunakan untuk mengelusi analit dari kolom fasa terbalik. Pelarut harus dapat
campur dengan air, dan pelarut organik yang umum digunakan adalah asetonitril,
metanol, dan tetrahidrofuran (THF) ( Rohman, 2007).
Universitas Sumatera Utara
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengujian kadar pengawet pada sediaan Handbody Lotion
dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) diperoleh kadar
Metil Paraben sebanyak 0,1672%; kadar Propil Paraben sebanyak
0,0833% dan kadar Fenoksietanol sebanyak 0,364%.
2. Hail pengujian ini telah memenuhi persyaratan kadar maksimum yang
diizinkan sesuai Peraturan BPOM RI No: HK.00.05.42.1018 Tahun 2008
dan Asean Cosmetic Method No 01 yaitu Metil Paraben dan Propil
Paraben 0,4%; kadar Fenoksietanol 0,1 % dan kadar pengawet campuran
0,8%.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pengujian terhadap parameter mutu lainnya seperti
pengujian bahan kimia pemutih yang terdapat pada sediaan Handbody Lotion.
Universitas Sumatera Utara
31
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. (2008). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung. Penerbit ITB. Hal
69-74.
Ansel, H. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-PRESS. Hal:
519.
Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawas Obat dan Makanan. Hal 774.
Elder, R.L. (1984). Journal of The American College of Toxicology. Final Report
on the Safety Assessment of Methylparaben, Ethylparaben, Propylparaben,
and Butylparaben. 3(5): 147-209
Faramayuda, F., Alatas, F., dan Desmiaty, Y. (2010). Majalah Obat Tradisional.
Formulasi Sediaan Lotion Antioksidan Ekstrak Daun Teh Hijau. 15(3):
105-111.
Gritter, Roy, J, dkk. (1991). Pengantar Kromatografi. Bandung : Penerbit ITB
Press. Hal 22
Hanifah, I., dan Ekawati, D. (2016). Jurnal Ilmiah Manuntung. Potensi Tongkol
Jagung Sebagai Sunscreen dalam Sediaan Handbody Lotion. 2(2) : 198-
207
http://www.chemicalbook.com/Chemical Product Property EN CB9852958.htm.
Diakses tanggal 14 Juli 2017.
Lachman, L., Liberman, A.H., dan Kaning, J.L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri II. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia. Hal 1117-1118
Mandasari, V., Anam, S., dan Yuyun, Y. (2016). Kovalen Jurnal Riset Kimia.
Analisis Penetapan Kadar Nipagin Dalam Sediaan Body Lotion Tanpa
Izin Edar Yang Beredar Di Pasar Tradisional Kota Palu. 2(3) : 73-79.
Mulja dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Universitas
Airlangga. Hal 248
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011.
Metode Analisis Kosmetika. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Bahan, Zat Warna,
Substratum, Zat Pengawet, dan Tabir Surya pada Kosmetika. Jakarta
Universitas Sumatera Utara
32
Rohman, A dan Sudjadi. (2007). Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: Penerbit
UGM.Hal 27-29
Rohman dan Gandjar. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Penerbit
UGM. Hal 378-394
Soebioto, S. (1990). Senyawa Obat. Yogyakarta: Penerbit UGM. Hal 752-753.
Wasitaatmadja, S. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Penerbit UI.
Hal 27-36
Watson,D. (2005). Pharmaceutical Analysis: a Textbook for Pharmacy Students
and Pharmaceutical Chemists.. Dalam: Amalia Hadinata.. Analisis
Farmasi Edisi 2.Oxford : United Kingdom. Hal: 248
Universitas Sumatera Utara
33
LAMPIRAN GAMBAR
Lampiran 1. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan
Fenoksietanol pada Sediaan Handbody Lotion
a. KCKT b. Kolom
c. Penyaring Membran d. Penyaring Vakum
e. Sonikator f. Neraca Analitik
Universitas Sumatera Utara
34
Lampiran 2. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan
Fenoksietanol pada Sediaan Handbody Lotion (Baku Seri
Pengawet)
Universitas Sumatera Utara
35
Lampiran 3. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan
Fenoksietanol pada Sediaan Handbody Lotion (Sampel
Pengawet)
Universitas Sumatera Utara
36
Lampiran 4. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan
Fenoksietanol pada Sediaan Handbody Lotion (Persamaan
Regresi Metil Paraben)
Universitas Sumatera Utara
37
Lampiran 5. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan
Fenoksietanol pada Sediaan Handbody Lotion ( Persamaan
Regresi Propil Paraben)
Universitas Sumatera Utara
38
Lampiran 6. Penetapan Kadar Metil Paraben, Propil Paraben, dan
Fenoksietanol pada Sediaan Handbody Lotion ( Persamaan
Regresi Fenoksietanol)
Universitas Sumatera Utara
39
Lampiran 7. Contoh Perhitungan Kadar Pengawet Pada Sediaan Handbody
Lotion
a. Perhitungan Kadar Pengawet Metil Paraben
Diketahui : Persamaan Garis : y = 16990,506 x + 7214,40
% Metil Paraben = –
x
x
x
x
= 1,676 mg/gr
% Metil Paraben = –
x
x
x
x
= 1,669 mg/gr
Kadar rata-rata =
= 0,1672 %
b. Perhitungan Kadar Pengawet Propil Paraben
Diketahui : Persamaan Garis : y = 15176,22 x + -1884,15
% Propil Paraben =
x
x
x
x
= 0,838 mg/gr
% Propil Paraben =
x
x
x
x
= 0,827 mg/gr
Kadar rata-rata =
= 0,0833 %
Universitas Sumatera Utara
40
c. Perhitungan Kadar Pengawet Fenoksietanol
Diketahui : Persamaan Garis : y = 3207,4554 x + 8537,5508
% Fenoksietanol USP = –
x
x
x
= 3,657 mg/gr
% Fenoksietanol USP = –
x
x
x
= 3,615 mg/gr
Kadar rata-rata =
= 0,364 %
d. Perhitungan Kadar Pengawet campuran Metil Paraben, Propil Paraben dan
Fenoksietanol
Kadar = 0,1672% + 0,0833% + 0,364%
= 0,6145%
Universitas Sumatera Utara