penerapan model pembelajaran “papa pepi (paham hafal pakai … · 2016. 8. 15. · 9 e) fisiologi...
TRANSCRIPT
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji
gejala-gejala alam semesta (Ribkahwati, 2012: 1). Seluruh gejala alam semesta dikaji
dalam IPA. Dalam pengkajian gejala alam semesta tentu saja memerlukan proses.
Proses-proses tersebut merupakan proses yang khas, yaitu dengan melakukan
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, kembali lagi pada ekperimentasi
kemudian observasi dan demikian seterusnya. Dalam setiap proses, saling terkait
antara cara satu dengan lainnya. IPA mempelajari alam semesta dan isinya. IPA
dibagi dalam tiga bahasan.
a. Fisika
Fisika mempelajari tentang benda-benda tak hidup dari aspek wujud dengan
perubahan-perubahan bersifat sementara (Ribkahwati, dkk, 2012: 2). Perubahan-
perubahan sementara bersifat sementara tersebut terdiri dari mekanika, panas, bunyi,
cahaya, gelombang listrik dan magnet. Ada juga fisika terapan yang terdiri dari teknik
sipil, dan teknik mekanik.
b. Kimia
Berbeda halnya dengan fisika. Kimia mempelajari benda hidup dan tak hidup
dari aspek susunan materi dan perubahan yang bersifat tetap. Perubahan-perubahan
tersebut terdiri dari kimia anorganik dan kimia organik.
c. Biologi
Biologi merupakan bidang yang mempelajari tentang makhluk hidup dan gejala-
gejalanya. Menurut Ribkahwati dkk, ada beberapa cabang-cabang biologi antara lain:
a) Botani (mempelajari seluk beluk tumbuhan) b) Zoologi (mempelajari hewan) c) Morfologi (mempelajari struktur luar dan bentuk luar makhluk hidup) d) Anatomi (mempelajari struktur dalam dan bentuk makhluk hidup)
-
9
e) Fisiologi ( mempelajari fungsi tubuh makhluk hidup) f) Sitologi (mempelajari sel meliputi struktur molekuler dan lain-lainnya) g) Histologi (mempelajari jaringan tubuh atau organ makhluk hidup) h) Palaentologi (mempelajari makhluk hidup yang telah lampau berupa fosil)
d. Geografi
Geografi mempelajari tentang terjadinya alam semesta dan tata surya, struktur
bumi, pembetukan samudera dan benua juga termasuk dalam kajian geografi.
Permasalahan dalam IPA dapat dikaji dari aspek-aspek IPA (Waldem University,
2001) dalam buku Salirawati (2008: 29) adalah sebagai berikut:
(1) Sebagai proses penemuan (science as inquiry) (2) Aspek fisika (3) Aspek biologi (4) Aspek bumi dan antariksa (5) Hubungan dengan teknologi (6) Perpektif personal dan sosial (7) Sisi sejarah dan hakikat IPA Seperti cabang ilmu lainnya, IPA juga memiliki keterampilan proses IPA.
Misalnya keterampilan dalam berkomunikasi. Keterampilan proses IPA yang pertama
adalah keterampilan dalam menyusun laporan secara sistematis. Penyusunan laporan
biasanya dilakukan setelah siswa melakukan percobaan. Penyusunan laporan tidak
sembarangan, tapi juga harus menyesuaikan setiap urutannya. Dalam laporan terdapat
hasil percobaan atau pengamatan. Hasil percobaan dan pengamatan tersebut
kemudian dijelaskan. Dalam percobaan kemungkinan ada yang gagal. Maka dari itu,
perlu adanya presentasi hasil sehingga dapat didiskusikan pula hasil percobaan
tersebut. Tidak ditutup kemungkinan bahwa dalam pelaksanaan percobaan akan
dibuat sebuah grafik atau tabel sehingga siswa harus mampu membaca grafik atau
tabel tersebut. Ini juga termasuk dalam keterampilan proses IPA. Hal-hal diatas
adalah sebuah keterampilan yang ada dalam IPA.
2.1.2 Pembelajaran IPA
Peristiwa belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar yang disertai dengan proses
pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-
-
10
mata dengan pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan (Slameto, 2003: 2).
Menurut Sugihartono (2007: 81) pembelajaran merupakan suatu upaya yang
dilakukan sengaja oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi
dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.
Dari beberapa pengertian dari pembelajaran diatas, kita dapat mengerti bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Sedangkan pendidik
melakukan pembelajaran guna membantu siswa dalam melakukan kegiatan belajar
Dapat ditarik sebuah pengertian juga bahwa pembelajaran menunjukkan pada
usaha siswa dalam mempelajari bahan ajar. Kita dapat pula menarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah suatu usaha guru yang dilakukan untuk menciptakan
sebuah keadaan yang memudahkan siswa untuk belajar. Ketika siswa merasa mudah
maka siswa dapat menguasai kompetensi dengan hasil optimal.
Pembelajaran IPA adalah suatu proses atau kegiatan guru dalam mengajarkan
IPA pada siswa. Seperti halnya pernyataan diatas bahwa di dalam pembelajaran IPA
terkandung usaha guru untuk menciptakan sebuah keadaan yang nyaman. Guru
memberikan pelayanan dalam beberapa hal seperti kemampuan, potensi, minat, bakat
dan kebutuhan siswa tentang mata pelajaran IPA.
Pembelajaran IPA membekali siswa dengan pengetahuan tentang gejala-gejala
kehidupan. Sesuai dengan bidang IPA, pembelajaran IPA umumnya terdiri dari
beberapa mata pelajaran. Yang dimaksudkan disini adalah pembelajaran IPA
mencangkup Fisika, Kimia, Biologi dan Geografi.
Sekolah dasar merupakan tingkatan rendah dalam pendidikan. Dalam
pembelajaran SD, kita hanya mengenal IPA tanpa penggolongan. Pembelajaran IPA
di SD kebanyakan berupa pengenalan dasar-dasar pembelajaran IPA. Siswa SD hanya
mempelajari secara sederhana mengenai IPA. Untuk pembelajaran lebih lanjut,
-
11
disesuaikan dengan jenjang umur. Di SMP, IPA sudah terbagi dalam dua kelompok
yaitu Fisika dan Biologi.
Materi yang diajarkan adalah materi dasar dari IPA. Bisa dikatakan bahwa
pembelajaran IPA di SD masih sederhana. Walaupun masih sederhana, setidaknya
pembelajaran harus dibuat semenarik mengkin sehingga siswa antusias dalam
menerima pembelajaran. Ketika siswa merasa tertarik, minat belajar akan meningkat.
Pembelajaran IPA membekali siswa dengan kemampuan keterampilan proses
untuk mengahadapi gejala-gejala alam yang harus mereka perhatikan. IPA memiliki
peran penting dalam memajukan keterampilan dan daya pikir manusia sehingga
pembelajaran IPA perlu diberikan sejak dini. Dengan penerapan sejak dini, siswa
mampu memahami gejala alam yang mereka tinggali.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah suatu
upaya guru yang dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
mempermudah siswa belajar dan mengajarkan IPA pada siswanya. Guru lebih
berperan sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi informasi saja. Dengan
bimbingan guru, siswa dapat mencapai setiap tujuan pembelajaran yang diharapkan
secara maksimal. Dalam pembelajaran IPA SD mencakup materi yakni tentang bumi
dan alam semesta, keanekaragaman makhluk hidup, sumber daya alam, makhluk
hidup dalam ekosistem alami, dan beberapa perkembangan teknologi.
2.1.3 Model Pembelajaran PAPA PEPI
Model pembelajaran PAPA PEPI merupakan salah satu inovasi dari
penggunaan model pembelajaran peta pikiran. PAPA PEPI merupakan singkatan dari
Paham Hafal Pakai Peta Pikiran. Penggunaan peta pikiran ini dimaksudkan untuk
memaksimalkan penggunaan model pembelajaran peta pikiran dalam pemaparan
materi pelajaran. Selain itu, penggunaan model pembelajaran PAPA PEPI juga dapat
membantu siswa dalam menghafal materi. Tidak hanya sekadar menghafal saja akan
tetapi penggunaan model ini dapat juga meningkatkan pemahaman materi.
Model Pembelajaran PAPA PEPI merupakan gagasan dari penulis tersendiri.
-
12
Gagasan ini muncul ketika peneliti menginginkan adanya inovasi dari model
pembelajaran peta pikiran. Penggunaan PAPA PEPI tidak lepas dari model
pembelajaran peta pikiran. Maka dari itu, perlu kita ketahui secara jelas mengenai
model pembelajaran peta pikiran. Peta pikiran merupakan salah satu inovasi dari
model pembelajaran saat ini. Tony Buzan dikenal sebagai salah satu tokoh yang
berusaha mengenalkan Peta pikiran pada publik. Dalam bukunya yang berjudul Buku
pintar mind map, Buzan (2008:4) mengemukakan demikian :
Peta pikiran (mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.
Sedangkan menurut Sutanto Windura (2013: 16), “Mind map mampu mengatur
dan meng-organisasi-kan kata-kata kunci yang telah digaris bawahi. Dengan mind
map anak dapat belajar lebih sedikit, tahu lebih banyak dan bebas stress.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka model pembelajaran peta pikiran
dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang menggunakan teknik mencatat
tingkat tinggi. Setelah siswa mencatat dengan menggunakan peta pikiran, diharapkan
siswa mampu menghubungkan antara satu topik/konsep dengan konsep lain. Menurut
Buzan (2008:6) , Peta pikiran dapat membantu dalam banyak hal, antara lain :
(a) Merencana (b) Berkomunikasi (c) Menjadi lebih kreatif (d) Menghemat waktu (e) Menyelesaikan masalah (f) Memusatkan perhatian (g) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran (h) Mengingat dengan lebih baik (i) Belajar lebih giat dan efisien. dll
Menurut michael Michalko (Buzan, 2008:6) Peta pikiran akan mengaktifkan
seluruh otak, membereskan akal dari kekusutan mental, memungkinkan kita berfokus
pada pokok bahasan, membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian
-
13
informasi yang saling terpisah, dll.
Peta pikiran menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk
mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dibandingkan pencatatan tradisional peta
pikiran lebih merangsang secara visual dikarenakan peta pikiran mengkombinasikan
warna, simbol dan gambar serta cabang-cabang melengkung. Pencatatan tradisional
cenderung hanya terdiri dari satu warna. Hal ini yang membuat penggunaan peta
pikiran memudahkan siswa mengingat informasi maupun materi pelajaran.
Sintaks dari model pembelajaran peta pikiran adalah sebagai berikut.
a. Informasi kompetensi
b. Sajian masalah terbuka
c. Siswa berkelompok untuk menanggapi alternatif jawaban
d. Presentasi hasil diskusi kelompok
e. Siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok
f. Evaluasi
g. Refleksi
Menurut Buzan (2008: 14) mengemukakan bahwa, “... mind map begitu mudah
dan alami, bahan-bahan untuk resep mind map sangatlah sedikit”. Berikut alat dan
bahan yang harus dipersiapkan untuk membuat mind map, yaitu sebagai berikut.
1. Kertas kosong tak bergaris
2. Pena dan pensil warna
3. Otak
4. Imajinasi
Buzan (2008: 15) mengatakan bahwa, Ada tujuh langkah dalam membuat mind
mapping (peta pikiran), yaitu sebagai berikut.
1. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang panjang sisinya diletakkan mendatar. Mengapa? Karena mulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.
2. Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Mengapa? Karena sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita
-
14
berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak kita. 3. Gunakan warna. Mengapa? Karena bagi otak, warna sama menariknya dengan
gambar. Warna membuat mind mapping lebih hidup, dan menyenangkan. 4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang
tingkat dua dan tiga ke cabang tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Kenapa? Karena otak bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat hal sekaligus. Bila kita menghubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat.
5. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Mengapa? Karena garis lurus akan membosankan otak. Cabang-cabang yang melengkung dan organis, seperti cabang-cabang pohon, jauh lebih menarik bagi mata.
6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Mengapa? Karena kata kunci tunggal memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping.
7. Gunakan gambar untuk setiap cabangnya. Mengapa? Karena seperti halnya gambar sentral akan memberikan makna seribu kata.
Untuk lebih memahami pembuatan peta pikiran, berikut merupakan
gambaran dari stuktur dasar peta pikiran. Setiap informasi saling berhubungan.
Cabang-cabang yang terbentuk merupakan pancaran dari topik. Struktur dasar peta
pikiran dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Struktur Dasar Peta Pikiran
http://www.open.ac.uk/skillforstudy/pictures/mind-map.gif
Model Pembelajaran PAPA PEPI memaksimalkan sistem kerja otak kita.
Model konsep otak kita, dapat dilihat dari gambar 2.2. kita mampu bekerja secara
http://www.open.ac.uk/skillforstudy/pictures/mind-map.gifhttp://www.open.ac.uk/skillforstudy/pictures/mind-map.gif
-
15
maksimal apabila kita mampu menggunakan secara baik belahan otak kanan dan
belahan otak kiri. Menurut Sutanto Windura (2013: 19) otak kiri mengatur koordinasi
fungsi motorik anggota tubuh sebelah kanan, sedangkan otak kanan justru mengatur
anggota tubuh sebelah kiri kita. Otak kiri mengatur fungsi mental dan pengolahan
informasi mengenai kata, angka, logika, analisa dan daftar. Sedangkan otak kanan
mengatur fungsi mental yang berhubungan dengan cara berpikir konseptual berupa
warna, dimensi/bentuk, irama, imajinasi dan melamun. Model pembelajaran PAPA
PEPI memaksimalkan kinerja otak kanan dan otak kiri.
Gambar 2.2. Model konsep otak
Sumber: http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-
traditional-word-processor-note-taking-is-out/
Langkah-langkah model pembelajaran PAPA PEPI tidak berbeda jauh dengan
langkah-langkah dalam model pembelajaran peta pikiran. Peta pikiran merupakan
dasar dari model pembelajaran PAPA PEPI. Berikut merupakan langkah-langkah
pembelajaran model Pembelajaran PAPA PEPI :
1. Penyampaian Informasi kompetensi secara umum
2. Sajian masalah terbuka
http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-traditional-word-processor-note-taking-is-out/http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-traditional-word-processor-note-taking-is-out/http://sevensigmaseo.com/productivity-hacks/mind-mapping-is-in-traditional-word-processor-note-taking-is-out/
-
16
3. Siswa dikelompokkan untuk meringkas pelajaran yang sudah disampaikan.
4. Pembuatan peta pikiran
5. Presentasi hasil diskusi kelompok.
6. Siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok.
7. Evaluasi
8. Refleksi
Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Pembelajaran
merupakan usaha guru menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar
dan memperdayakan potensinya sehingga menguasai kompetensi secara optimal.
Dalam pembelajaran IPA guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
mempermudah siswa belajar dalam mengajarkan IPA pada peserta didiknya. Oleh
karena itu, guru dalam pembelajaran lebih berperan sebagai pembimbing daripada
sebagai pemberi informasi saja. Menurut Buzan, (2004:6)
Peta pikiran (mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita.
Dalam pembelajaran IPA, peta pikiran dapat digunakan untuk meringkas
konsep awal yang harus diketahui siswa. Setelah ringkasan ditulis guru mengajak
siswa memahami materi sesuai dengan alur peta pikiran. Dalam memahami jenis
tanah misalnya, guru mengajak siswa meringkas jenis-jenis tanah dari buku selain itu,
guru mengajak untuk menulis setiap kata kunci. Menggunakan aturan dari Buzan
mengenai pembuatan peta pikiran, siswa diajak membuat mind map dengan materi
jenis-jenis tanah. Pembuatan gambar disesuaikan dengan keinginan sang anak. Sang
anak bebas mengekspresikan imajinasinya. Guru berperan memantau jalannya proses
pembuatan peta pikiran. Pembuatan ini sebaiknya dilakukan secara berkelompok.
Dengan berkelompok siswa diberikan kesempatan bekerjasama untuk menyatukan
pendapat menyelesaikan masalah dan meyakinkan tiap anggota kelompok
-
17
mengetahui atas jawaban pertanyaan tersebut. Siswa bekerjasama untuk memahami
suatu materi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
Buzan pada bukunya yag berjudul “Mind Map untuk Anak : agar anak lulus
ujian dengan nilai bagus.” Mengatakan bahwa Mind map (peta pikiran) akan
mempermudah kamu mengulang semua pelajaran untuk ujian, Mind map akan
membantumu memilah, menyusun pekerjaanmu, mengerjakan ujian dan mendapat
nilai bagus. Ini memberi pengertian bahwa dengan menggunakan peta pikiran siswa
akan mudah dalam mengulang pelajaran dan hasil belajar pun akan meningkat.
Penggunaan peta pikiran dalam pembelajaran mengajak siswa mengulang dengan
cara bersenang-senang memainkan dan memadukan warna, simbol, dan gambar.
Dengan penggunaan gambar dan warna tersebut, peta pikiran membantu siswa untuk
menggunakan kedua sisi otak dan mempermudah kita untuk berpikir, merencana,
menyusun, mengingat dan mengambil kendali. Penggunaan kedua sisi otak membuat
otak siswa berkembang dan hasil belajar pun akan maksimal.
Materi dapat dipahami lebih mudah dengan menggunakan model ini. selain itu,
siswa mampu menghafal lebih baik tanpa meninggalkan pemahaman. PAPA PEPI
mampu untuk menjadikan pemaparan materi lebih mudah sehingga siswa mampu
lebih memahami dan menghafal dengan baik.
2.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajar (Nana Sudjana, 2011: 22). Hasil belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang baru setelah melalui proses pembelajaran. Segala yang dipelajari
oleh pembelajar mempengaruhi perolehan aspek-aspek perubahan perilaku.
Hasil belajar merupakan uraian untuk mengetahui apa yang sudah digali,
diperoleh dan dikerjakan oleh siswa. Hasil belajar ini merefleksikan keleluasaan,
kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan
teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan tentang kompetensi dan hasil belajar
-
18
terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur
(Sugandi, 2006: 63). Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006: 5).
Hasil belajar peserta didik merupakan suatu puncak proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Guru
biasanya menggunakan tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Hasil pengukuran
tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan
materi pelajaran bagi para siswa (Sugihartono, 2007: 130). Pada umumnya hasil
belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011: 55).
Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Nana sudjana (2011: 22)
menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tetang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan
belajarnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu penilaian hasil belajar
mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.
Dari uraian tentang hasil belajar diatas semua merujuk terhadap perubahan
siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar dimana siswa mengalami berbagai
kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya. Pengukuran hasil
belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan tertentu. Pengukuran hasil
belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan hasil tes berupa nilai. Dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kemampuan siswa
setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur dengan tes. Perubahan hasil
belajar ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Jadi yang dimaksud hasil belajar
dalam penelitian adalah nilai tes IPA.
Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran dalam setiap siklusnya. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar. Menurut Slameto (2003:
54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor
-
19
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu,
sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor-faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi
menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniah, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seorang siswa sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut.
2. Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis
yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, keaktifan,
minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Dari faktor-faktor tersebut
sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil
belajar tidak akan baik.
3. Faktor kelelahan, kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat praktis).
b. Faktor-faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputi:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
2. Faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
3. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam
-
20
masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama
kegiatan siswa dalam masyarakat, multi media, dan teman bergaul. Dari
penjelasan faktor inten dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa maka
dapat disimpulkan bahwa faktor intern yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan
kelelahan, dan faktor ekstern yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan
belajar yang baik. Oleh karena itu guru juga harus menciptakan iklim
pembelajaran yang tidak hanya melihat hasil belajar dikelas saja, karena faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga harus diperhatikan.
2.1.5 Kreativitas
Kreativitas adalah salah satu hal yang harus dimiliki setiap orang. Orang tanpa
kreativitas sama saja hidup dalam keadaan hampa. Bayangkan saja bila tidak ada
kreativitas, segala sesuatu tentu akan tampak monoton. Menurut Arman Hakim
(2006: 3) dalam bukunya yang berjudul “Creative Thinking: How to Get success in
Your Future Career”, mengatakan bahwa:
“Kreativitas adalah kemampuan untuk mencapai kekuatan menarik sebuah ide dari diri anda melalui tahapan awal berupa pengamatan terhadap kondisi sekeliling.”
Sedangkan Munandar (1999: 48) berpendapat bahwa kreativitas sebagai
kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki berbagai macam jawaban dari
persoalan. Berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir secara menyebar
dimana orang bisa memandang sesuatu stimulus bukan dari satu sudut pandang saja
tapi dari berbagai sudut pandang. Hal ini merupakan salah satu ciri kreativitas.
Kreativitas merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa
kreativitas merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi agar sebagai
manusia kita mampu menyelesaikan dan melihat sesutu dari banyak sudut pandang.
-
21
Kreativitas membuat manusia mampu berpandangan luas. Dengan kreativitas kita
dapat memunculkan ide-ide baru.
Penelitian Utami Munandar (1997) terhadap siswa SD dan SMP menunjukkan
bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi sebagai prediktor dari prestasi
sekolah. Kreativitas itu baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan
masyarakat, juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.
Kreativitas dalam perkembangan sangat terkait dengan empat aspek, yaitu
aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Jika dilihat dari aspek pribadi,
munculnya kreativitas berasal dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.
Ditinjau dari proses, menurut Torrance (1998), kreativitas adalah proses merasakan
dan mengamati adanya masalah, dengan membuat dugaan tentang kekurangan
(masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan
mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Proses kreatif meliputi
beberapa tahap yaitu persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Definisi mengenai
produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas,
ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun dorongan
eksternal dari lingkungan (Munandar, 2009: 27)
Menurut Guilford dalam Munandar (1992) ada 2 ciri kreativitas. Ciri yang
pertama adalah ciri kognitif (aptitude) dan ciri afektif (non-aptitude) yang
berhubungan dengan kreativitas. Berikut ini ciri-ciri kognitf (aptitude) dan ciri-ciri
afektif (non-aptitude) menurut Guilford (dalam Munandar, 1992) akan diuraikan
lebih lanjut :
a. Ciri-ciri Kognitif
Ada lima ciri kognitif, yaitu sebagai berikut.
1) Kemampuan berpikir lancar
Kemampuan ini memunculkan banyaknya ide dan gagasan mengemukakan
-
22
banyaknya cara untuk melakukan berbagai hal serta mencari banyak kemungkinan
jawaban maupun dalam menyelesaikan masalah.
2) Kemampuan berpikir luwes
Ini merupakan kemampuan berpikir dengan cara menggunakan berbagai
pendekatan dalam menyelesaikan persoalan.
3) Kemampuan berpikir orisinal
Berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan ide atau gagasan dan
membuat kombinasi-kombinasi yang bersifat baru dan unik. Kemampuan ini
menggunakan cara yang tidak biasa dalam mengungkapkan diri. Kemampuan ini
dinilai mampu mencari banyak cara dalam menyelesaikan masalah dengan cara
yang berbeda dari pemikiran orang lain. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada sikap siswa
dalam memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan
oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru, memiliki cara berpikir yang lain dari yang lain, setelah
membaca atau mendengar gagasan-gagasan, bekerja untuk menemukan
penyelesaian yang baru, memberikan warna-warna yang tegas dan berbeda dengan
keadaan aslinya dalam menggambar atau sering mempertanyakan mengapa
sesuatu hal harus dilakukan dengan suatu cara dan bukan dengan cara lain.
4) Kemampuan menilai
Merupakan kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan
apakah suatu pertanyaan benar, atau suatu tindakan itu bijaksana serta tidak hanya
mencetuskan gagasan saja tetapi juga melaksanakannya.
5) Kemampuan memperinci/mendalam
Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide,
gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan,
dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.
b. Ciri-ciri afektif
Ciri-ciri afektif dari kreativitas merupakan ciri-ciri yang berhubungan dengan
sikap mental atau perasaan individu. Ciri-ciri afketif ini saling berhubungan dan
-
23
saling mempengaruhi dengan ciri-ciri kognitif. Kreativitas yang berkaitan dengan
sikap dan perasaan seseorang.
Ada beberapa ciri-ciri afektif, yaitu:
1) Rasa ingin tahu.
Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, misalnya: selalu bertanya,
memperhatikan banyak hal, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui atau
meneliti. Ada beberapa perilaku peserta didik yang mencerminkan rasa ingin tahu,
misalnya sering mempertanyakan segala sesuatu, senang menjajaki buku-buku, peta-
peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru,
menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal, tidak takut menjajaki bidang-
bidang baru, ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-
kejadian.
2) Bersifat imajinatif/fantasi
Mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah
terjadi dan menggunakan daya khayal namun dapat membedakan mana khayalan dan
mana yang kenyataan. Perilaku yang terlihat pada siswa biasanya berupa memikirkan
atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, memikirkan bagaimana jika
melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain, meramalkan apa yang
akan dikatakan atau dilakukan orang lain, mempunyai firasat tentang sesuatu yang
belum terjadi, melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain,
membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi atau tentang
kejadian-kejadian yang belum pernah dialami.
3) Merasa tertantang oleh kemajemukan
Mempunyai dorongan untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, merasa
tertantang oleh situasi-situasi yang rumit serta lebih tertarik pada tugas-tugas yang
sulit. Perilaku anak didik yang mencerminkan sikap tertantang oleh kemajemukan,
adalah menggunakan gagasan atau masalah-masalah yang rumit, melibatkan diri
dalam tugas-tugas yang majemuk, tertantang oleh situasi yang tidak dapat diramalkan
keadaannya, mencari penyelesaian tanpa bantuan orang lain, tidak cenderung mencari
-
24
jalan tergampang, berusaha terus-menerus agar berhasil, mencari jawaban-jawaban
yang lebih sulit atau rumit daripada menerima yang mudah, dan senang menjajaki
jalan yang lebih rumit.
4) Sifat berani mengambil risiko (tidak takut membuat kesalahan)
Berani mempunyai pendapat meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau
mendapat kritik dari orang lain. Perilaku anak didik yang memiliki sifat berani dalam
mengambil risiko adalah berani mempertahankan gagasan-gagasan atau pendapatnya
walaupun mendapatkan tantangan atau kritik, bersedia mengakui kesalahan-
kesalahannya, berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal,
berani mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan
orang lain, tidak mudah dipengaruhi orang lain, melakukan hal-hal yang diyakini,
meskipun tidak disetujui sebagian orang, berani mencoba hal-hal baru, berani
mengakui kegagalan dan berusaha lagi.
5) Sifat menghargai
Kemampuan untuk dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup,
menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Perilaku
anak didik yang memiliki sifat menghargai adalah menghargai hak-hak sendiri dan
orang lain, menghargai diri sendiri dan prestasi sendiri, menghargai makna orang
lain, menghargai keluarga, sekolah lembaga pendidikan lainnya serta teman-teman,
menghargai kebebasan tetapi tahu bahwa kebebasan menuntut tanggung jawab, tahu
apa yang betul-betul penting dalam hidup, menghargai kesempatan-kesempatan yang
diberikan, senang dengan penghargaan terhadap dirinya.
Dalam PAPA PEPI, kreativitas dapat terlihat jika siswa diberi tes orisinal. Tes
kemampuan orisinal cocok digunakan karena dalam tes ini ada beberapa aspek
penilaian yang sesuai dengan aspek dala peta pikiran. Misalnya, aspek respon, ide,
keterkaitan, ketekunan, skill dan estetika. Kemampuan menanggapi respon dinilai
guna mengetahui antusias siswa dalam mengerjakan peta pikiran. Aspek Ide
menunjukkan seberapa siswa menyambut dan menuangkan ide baru dalam membuat
peta pikiran. Aspek keterkaitan juga diperhatikan antara kombinasi cabang dengan
-
25
ide utama. Aspek ketekunan menunjukkan siswa dalam menuangkan ide dan
menghadapi setiap tantangan dalam pembuatan peta pikiran. Aspek skill dapat dilihat
dala penggunaan lebih dari 1 teknik yang berbeda dalam pembuatan peta pikiran.
Aspek yang terakhir adalah estetika. Aspek ini dinilai dari penggunaan warna dalam
pembuatan peta pikiran. Semakin banyak warna yang digunakan maka semakin
banyak poin yang didapat dalam penilaian aspek estetika.
2.1.6 PAPA PEPI dalam meningkatkan kreativitas
PAPA PEPI merupakan singkatan dari paham hafal pakai peta pikiran. Adanya
PAPA PEPI diharapkan mampu menjadi sebuah inovasi dalam pembelajaran. Tujuan
awal penggunaan PAPA PEPI adalah untuk membantu siswa dalam memahami
materi. Jika siswa sudah paham peta pikiran mampu membuat siswa lebih cepat
dalam menghafal.
Semua orang mampu membuat peta pikiran sendiri. Tidak hanya untuk materi
pelajaran, peta pikiran juga dapat dibuat untuk kehidupan sehari-hari. Misalnya untuk
mengadakan rapat, memulai usaha baru, merancang jadwal liburan keluarga, bahkan
menyelesaikan masalah secara kreatif. Dalam hal ini, peta pikiran dibuat untuk siswa.
Pembuatan peta pikiran ini guna membantu siswa untuk lebih cepat memahami
materi. Tidak hanya itu, peta pikiran juga mampu meningkatkan kreativitas siswa.
Tony Buzan (2012: 94) mengatakan bahwa :
“Mind map (peta pikiran) adalah alat pemikiran kreatif yang betul-betul hebat- mind map adalah sarana untuk menggali kreativitas.
Kreativitas sangatlah penting. Kreativitas membuat seseorang mampu berpikir
mengembangkan ide-ide baru. Siswa yang kreatif akan mampu melihat dunia sebagai
tantangan. Siswa yang kreatif akan mampu berkembang seturut dengan
perkembangan jaman. Ide-ide baru akan bermunculan dalam diri siswa menjadikan
siswa tersebut mampu bertahan di jaman yang semakin maju ini.
Perlu kita ketahui bahwa kita pada dasarnya kreatif. Asalkan kita percaya dan
-
26
mau berusaha untuk mengubah pandangan yang selama ini menghambat kreativitas
kita.
Mind mapping (Peta pikiran) adalah alat berpikir kreatif yang mencerminkan
cara kerja alami otak (Tony Buzan, 2012: 103). Mind mapping akan membantu siswa
dalam berpikir. Penggunaan warna, simbol dalam meringkas materi memunculkan
daya kreativitas siswa. PAPA PEPI akan mendorong kreativitas jika kita mau
berusaha memunculkan ide-ide cemerlang, menemukan solusi yang inspiratif dalam
menyelesaikan masalah.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang relevan
Hasil penelitian dari Farija Roslaini pada tahun 2012 dengan judul
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Mind mapping
Pada IPA Di Kelas IV SD Negeri 104188 Medan Krio Tahun Ajaran 2011/2012.
Berdasarkan hasil penelitian dari Farija Roslain, terjadi peningkatan nilai rata-rata
pada saat dilakukan tes awal mencapai 45,38 dengan perincian dari 26 siswa
diperoleh 4 orang siswa (15,38 %) yang mendapat nilai tuntas, sedangkan 22 orang
siswa (84,62%) mendapat nilai belum tuntas. Pada siklus I naik menjadi 11 orang
siswa (42,31%) yang mendapat nilai tuntas, sedangka 15 orang siswa (57,69%)
mendapat nilai (96,15%) mendapat nilai tuntas, sedangkan 1 orang siswa (3,85%)
mendapat nilai belum tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
mengunakan metode mind mapping sebagai sarana pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada IPA di kelas IV SD 104188 Medan Krio Tahun Ajaran
2011/2012.
Adapun hasil penelitian yang juga relevan yang mendekati judul penelitian ini
adalah hasil penelitian dari Vina Agustina tahun 2013 dengan judul Penerapan
Metode Mind mapping Dalam Pembelajaran IPA Pada Materi Daur Air Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kreatif Siswa : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa
Kelas V SDN Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Tahun Ajaran
2012/2013. Berdasarkan hasil penelitian dari Vina Agustina disimpulkan bahwa
-
27
model pembelajaran peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa
dalam pembelajaran IPA pada materi daur air. Setelah dilakukan kegiatan
pembelajaran siklus I dan II, nilai rata-rata kemampuan originallity siswa dari siklus I
ke siklus II adalah 13,37 menjadi 15,32. Terjadi peningkatan sebesar 13,98 %.
Sedangkan nilai rata-rata kemampuan fluency siswa dari siklus I ke siklus II adalah
67,90 menjadi 80,27. Peningkatan sebesar 18,21 %.
2.3 Kerangka Berpikir
Mengapa model pembelajaran PAPA PEPI dijadikan salah satu model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar? Jawabannya adalah
karena model ini diyakini dapat membuat siswa aktif dan mudah memahami materi.
Dalam peta pikiran siswa terlibat aktif dalam mencari informasi dan dengan
kreativitas pemikiran yang berbeda, maka mereka akan mudah dalam memahami
materi. Ketika siswa paham maka hasil belajar siswa pun menjadi lebih baik.
Model pembelajaran PAPA PEPI juga dijadikan salah satu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan daya ingat siswa. Dengan cara berbeda dalam
menyampaikan materi (berupa gambar, simbol dan warna), siswa akan lebih cepat
dalam memahami konsep. Peta pikiran dapat juga membantu siswa berfokus pada
pokok bahasan yang diajarkan. Dalam model pembelajaran PAPA PEPI siswa akan
bekerja secara kelompok dengan teman lainnya. Sesuai sintaks, siswa akan bekerja
sama dalam menanggapi alternatif jawaban. Kerjasama dan pemahaman materi lebih
cepat akan membuat siswa lebih bersemangat menerima pembelajaran. Semangat
yang lebih dari siswa akan berdampak baik pada nilai hasil evaluasi. Hasil belajar
siswa akan semakin meningkat.
Penggunaan model pembelajaran PAPA PEPI juga dipercaya mampu
meningkatkan kreativitas siswa. Pembuatan sebuah peta pikiran mampu
meningkatkan kreativitas karena pembuatan didasarkan pada cara kerja alamiah otak
dan mampu menyalakan percikan-percikan kreativitas dalam otak kita. PAPA PEPI
-
28
mengembangkan kinerja kedua belahan otak kita. Jika siswa dibiasakan berpikir
kreatif dengan peta pikiran, siswa akan belajar berpikir aktif sehingga menghasilkan
kreativitas dan hasil belajar siswa.
Gambar 2.3 Skema Kerangka Berpikir
Tindakan Menerapkan Model
Pembelajaran PAPA
PEPI
Kondisi Awal Guru belum menerapkan
Model Pembelajaran
PAPA PEPI
Nilai pada mata
pelajaran IPA masih
dibawah KKM (63)
Hasil Tindakan
Meningkatkan
Kreativitas
Meningkatkan
Hasil Belajar
MODEL
PEMBELAJARAN
PAPA PEPI
Hafal lebih cepat
Paham lebih
cepat
Fokus
Memaksimalkan
otak kanan
Semangat dan
menyenangkan
Daya ingat
meningkat
Menggunakan banyak garis
Menggunakan
banyak warna
Menggunakan
kata kunci
Imajinasi
Gambar
-
29
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan
hipotesis/dugaan sementara sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran PAPA PEPI adalah penyampaian informasi, sajian
masalah terbuka, pembagian kelompok heterogen, pembuatan peta pikiran,
presentasi hasil diskusi, pembuatan kesimpulan, evaluasi dan refleksi. Langkah-
langkah ini diterapkan dalam pembelajaran ilmu Pengetahuan Alam.
2. Jika penerapan model pembelajaran PAPA PEPI dalam pembelajaran lmu
Pengetahuan Alam dapat diterapkan dengan baik dan berjalan secara efektif serta
efesien, maka diduga atau ditafsirkan kreativitas siswa kelas V SD Negeri
Candisari 1 Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali akan meningkat.
3. Jika penerapan model pembelajaran PAPA PEPI diterapkan diduga akan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Candisari 1 Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali