penerapan model jigsaw dengan kombinasi media …/penerapan... · 2.1. standar kompetensi pkn kelas...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN MODEL JIGSAW DENGAN KOMBINASI MEDIA AUDIO VISUAL
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KEBEBASAN
BERORGANISASI PADA PEMBELAJARAN PKN KELAS V SDN
BORONGAN 02 POLANHARJO KLATEN
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
ANDANG ANGGORO
K7108080
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL JIGSAW DENGAN KOMBINASI MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI
PADA PEMBELAJARAN PKN KELAS V SDN BORONGAN 02
POLANHARJO KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
ANDANG ANGGORO
K7108080
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Andang Anggoro. PENERAPAN MODEL JIGSAW DENGAN KOMBINASI
MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI PADA PEMBELAJARAN
PKN KELAS V SDN BORONGAN 02 POLANHARJO KLATEN TAHUN
AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah: untuk meningkatkan pemahaman materi
kebebasan berorganisasi melalui model Jigsaw dengan kombinasi media audio
visual pada pembelajaran PKn kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo
Klaten tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa
kelas V SD Negeri Borongan 02 yang berjumlah 17. Sumber data berasal dari
guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara,
tes dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data
dan metode. Analisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Prosedur
penelitian dilaksanakan dalam bentuk siklus yang berulang-ulang, yang mencakup
empat langkah, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas pada pratindakan
adalah 61,20 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar 47,06% atau 8 siswa.
Pada siklus I, nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73,44 dengan presentase
ketuntasan klasikal sebesar 76,48% atau 13 siswa. Pada siklus II, nilai rata-rata
kelas meningkat lagi menjadi 78,82 dengan presentase ketuntasan klasikal sebesar
88,23% atau 15 siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa melalui
Jigsaw dengan kombinasi media audio visual dapat meningkatkan pemahaman
materi kebebasan berorganisasi pada pembelajaran PKn kelas IV SD N Borongan
02 Polanharjo Klaten.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model
Jigsaw dengan kombinasi media audio visual dapat meningkatkan pemahaman
materi kebebasan berorganisasi pada pembelajaran PKn kelas V SDN Borongan
02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012.
Kata Kunci: Kebebasan berorganisasi, model jigsaw, media audio visual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Andang Anggoro. THE APPLICATION OF JIGSAW MODEL COMBINED
WITH AUDIO VISUAL MEDIA TO IMPROVE GRADE V STUDENTS
UNDERSTANDING OF FREEDOM ASSOCIATION MATERIAL IN THE
SUBJECT OF CIVIL EDUCATION IN SDN BORONGAN 02
POLANHARJO KLATEN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Script, teacher
Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta. July 2012.
The objective of this research is to improve grade V students‟
understanding of freedom association by Jigsaw model combined with audio
visual media in the subject of civil education in SD Negeri Borongan 02
Polanharjo Klaten academic year 2011/2012.
This study is a classroom action research (CAR). The research was held in
two cycles in each which consisted of planning, taking action, observation and
reflection. The subjects of the research were grade V students of SD Negeri
Borongan 02 consisting 17 students. The sources of data came from teacher and
students. The techniques of collecting data are observation, interview, test and
documentation. To get data validity, the researcher used triangulation of data
sources, method and theory. The data analysis used was interactive analysis
technique. The research procedure was in form of repetitive cycles which
consisted of four steps namely (1) planning, (2) taking action, (3) observation, and
(4) reflection.
The result of the study shows that the mean score before taking action was
61,20 with classical passing grade of 47,06% or 8 students. In Cycle I, the mean
score improved into 73,44 with classical passing grade 76,48% or 13 students. In
Cycle II, the classical mean score improved into 78,82 with classical passing
grade 88,23% or 15 students. The result shows that Jigsaw model combined with
audio visual media type can improve grade V students understanding of freedom
association material in the subject of civil education in SDN Borongan 02
Polanharjo Klaten.
Based on the research, it can be concluded that application Jigsaw model
combined with audio visual media can improve grade V students understanding of
freedom association material in the subject of civil education in SDN Borongan
02 Polanharjo Klaten academic year 2011/2012.
Key Words: Jigsaw model, freedom association, audio visual media
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Al-Insyirah: 5-6)
“ Berusahalah mendapatkan yang terbaik dengan cara yang terbaik yang kita
bisa, kesuksesan adalah sebuah pilihan.”
(Sinta Dwi Jayanti)
Lihatlah kegagalan bila hanya untuk dijadikan pedoman untuk tidak mengulangi
kegagalan itu
(Yusuf Rizqi)
Tiada suatu keberhasilan dan kesuksesan yang diperoleh tanpa perjuangan dan
ridho Allah SWT
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku, kupersembahkan karya ini untuk:
Ayah dan Ibuku tercinta,
Sukamto dan Yantini, terimakasih atas segala kasih sayang yang telah kalian
berikan kepadaku selama ini.
Adikku tersayang,
Didid dan Lujeng kalian penyemangatku.
Wahyu Ningsih
Terimakasih telah memberi semangat di hari-hariku.
Teman-teman PGSD kelas 8A,
Adhi, Afeq, Andrie, Dwi, Dewi, Tegar bersama kalian aku merasakan apa itu
sebuah perjuangan untuk meraih asa
dan cita-cita.
Almamaterku, UNS,
Terimakasih telah mempertemukanku dengan orang-orang hebat
dan memberikanku banyak ilmu sebagai bekal
untuk menjalani kehidupanku kelak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN MODEL JIGSAW DENGAN
KOMBINASI MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI PADA
PEMBELAJARAN PKN SISWA KELAS V SDN BORONGAN 02
POLANHARJO KLATEN TAHUN AJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran-saran dari berbagai
pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. A. Dakir, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Karsono, M.Sn selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sumarja, S.Pd selaku Kepala SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten yang
telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam
penelitian.
7. Fatimah, Ama.Pd selaku guru kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo
Klaten yang telah memberikan bimbingan dan telah merelakan waktu untuk
berkolaborasi dengan penulis dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Para siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten yang telah
bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Semua pihak yang turut dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Meskipun demikian, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Oktober 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 6
1. Hakikat Pemahaman Materi Kebebasan Beroganisasi .................. 6
a. Pengertian Pemahaman ........................................................... 6
b. Hakikat PKn ............................................................................ 8
c. Kebebasan Berorganisasi ........................................................ 9
d. Tinjauan Materi Kebebasan Berorganisasi di SD ................... 10
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ................. 16
a. Pengertian Model Pembelajaran .......................................... . 16
b. Model Pembelajaran Kooperatif... ....................................... . 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Unsur – unsur Pembelajaran Kooperatif .............................. 18
d. Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif ..................................... 19
e. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif ............................................................................ 19
f. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw ........................................ 20
3. Hakikat Media Audio Visual ...................................................... 24
a. Pengertian Media................................................................ . 24
b. Manfaat Media Pembelajaran .............................................. 24
c. Prinsip Pemilihan Media ................................................... 26
d. Klasifikasi Media Pembelajaran .......................................... 26
e. Pengertian Media Audio Visual ........................................... 27
f. Pemanfaatan Media Audia Visual dalam Pembelajaran ...... 28
g. Video…………………………… ........................................ 29
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 31
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 32
D. Hipotesis .............................................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 35
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 36
C. Data dan Sumber Data ........................................................................ 36
D. Pengumpulan Data .............................................................................. 36
E. Validitas Data ...................................................................................... 38
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 38
G. Indikator Kinerja Penelitian ................................................................ 40
H. Prosedur Penelitian ............................................................................. 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 46
A. Deskripsi Pratindakan ......................................................................... 46
B. Deskripsi Hasil Tindakan Antarsiklus ................................................ 49
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus .......................................... 80
D. Pembahasan ........................................................................................ 82
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................................... 84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
A. Simpulan ............................................................................................. 84
B. Implikasi .............................................................................................. 84
C. Saran .................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 87
LAMPIRAN ....................................................................................................... 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kerangka Berpikir ............................................................................................ 34
3.1. Model Analisis Interaktif .................................................................................. 39
3.2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ............................................................. 41
4.1. Histogram Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan ............... 48
4.2. Histogram Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-rata dan
Ketuntasan Belajar secara Klasikal Pratindakan .............................................. 49
4.3. Histogram Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus I ............................. 54
4.4. Histogram Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 2 Siklus I ............................. 57
4.5. Histogram Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus I ...................... 61
4.6. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Pratindakan dan Siklus I ................................................................................... 63
4.7. Histogram Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus II ............................ 70
4.8. Histogram Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 2 Siklus II ............................ 72
4.9. Histogram Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus II .................... 76
4.10. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Siklus I dan Siklus II ........................................................................................ 78
4.11. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Pratindakan, Siklus I dan Siklus II ................................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Standar Kompetensi PKn Kelas V Semester II KTSP 2006 ...................... 9
3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................................... 35
4.1. Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan ........................... 47
4.2. Distribusi Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan . 47
4.3. Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-rata, dan Ketuntasan
Klasikal Pratindakan ................................................................................... 49
4.4. Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus I…………………..……...53
4.5. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus I ................ 53
4.6. Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 2 Siklus I ......................................... 56
4.7. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 2 Siklus I ................ 56
4.8. Rata-rata Nilai PKn Siswa Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus I ....... 60
4.9. Distribusi Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus I ........ 61
4.10. Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan
dan Siklus I ................................................................................................. 62
4.11. Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus II ........................................ 69
4.12. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus II .............. 69
4.13. Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 2 Siklus II ........................................ 71
4.14. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 2 Siklus II .............. 72
4.15. Distribusi Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus II ....... 76
4.16. Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus I dan
Siklus II....................................................................................................... 77
4.17. Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan,
Siklus I, dan Siklus II ................................................................................. 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ........................................................................................................... 89
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ........................ 92
3. Materi Ajar Pertemuan 1 ............................................................................ 98
4. Lembar Kerja Tim Ahli Siklus I Pertemuan 1 ........................................... 101
5. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ............................................. 105
6. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ........................................................... 106
7. Kunsi Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 .................................. 107
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Pertemuan 2 ....................... 108
9. Materi Ajar Pertemuan 2 ............................................................................ 114
10. Lembar Kerja Tim Ahli Siklus I Pertemuan 2 ........................................... 117
11. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ............................................. 121
12. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ........................................................... 122
13. Kunsi Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 .................................. 123
14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ....................... 124
15. Materi Ajar Pertemuan I............................................................................. 130
16. Lembar Kerja Tim Ahli Siklus II Pertemuan 1 .......................................... 133
17. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ........................................... 137
18. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 .......................................................... 138
19. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1................................. 139
20. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ....................... 140
21. Materi Ajar Pertemuan 2 Siklus II ............................................................. 146
22. Lembar Kerja Tim Ahli Siklus II Pertemuan 2 .......................................... 149
23. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ........................................... 153
24. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 .......................................................... 154
25. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2................................. 155
26. Soal Tes Awal ............................................................................................ 156
27. Kunci Jawaban Tes Awal ........................................................................... 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
28. Pedoman Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengajar
Siklus…Pertemuan… ................................................................................. 158
29. Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengajar Siklus I .............................. 159
30. Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengajar Siklus II ............................. 160
31. Pedoman Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa ...................... 161
32. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran PKn Siswa Siklus I .................... 162
33. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran PKn Siswa Siklus II ................... 163
34. Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siswa Kelas V SDN
Borongan 02 Pratindakan ........................................................................... 164
35. Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siswa Kelas V SDN
Borongan 02 Siklus I ................................................................................. 165
36. Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siswa Kelas V SDN
Borongan 02 Siklus II ................................................................................ 166
37. Pedoman dan Hasil Wawancara Untuk Guru Sebelum Penerapan Model
Jigsaw dan Media Audio Visual ................................................................ 167
38. Pedoman dan Hasil Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan Model
Jigsaw dan Media Audio Visual ................................................................ 169
39. Pedoman dan Hasil Wawancara Untuk Siswa Sebelum Penerapan Model
Jigsaw dan Media Audio Visual ................................................................ 171
40. Pedoman dan Hasil Wawancara Untuk Guru Setelah Penerapan Model
Jigsaw dan Media Audio Visual ................................................................ 173
41. Nilai Terendah Pratindakan........................................................................ 175
42. Nilai tertinggi Pratindakan ......................................................................... 176
43. Lembar Evaluasi Nilai Terendah Siswa Siklus I........................................ 177
44. Lembar Evaluasi Nilai Tertinggi Siswa Siklus I ........................................ 178
45. Lembar Evaluasi Nilai Terendah Siswa Siklus II ...................................... 179
46. Lembar Evaluasi Nilai Tertinggi Siswa Siklus II ...................................... 180
47. Foto Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 181
48. Surat-surat Penelitian ................................................................................. 183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting yang harus dialami oleh setiap manusia
sebagai bekal untuk menjalani kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan
dapat diajarkan kepada seseorang melalui berbagai hal dan salah satunya melalui
mata pelajaran yang dijadikan bekal, tidak hanya berupa pengetahuan melainkan
lebih dari itu yaitu yang menyangkut cara menyikapi tentang masalah sosial yang
ada di sekitarnya. Salah satu mata pelajaran yang penting untuk menyikapi
masalah sosial adalah Pendidikan Kewarganegaraan.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah mempunyai
peranan penting dalam membentuk manusia berkarakter yang mampu memahami
dan melaksanakan hak serta kewajibannya sebagai warga negara Indonesia. Hal
ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran pokok di
sekolah dasar yang mempunyai peranan penting. Hal itu dikarenakan PKn
merupakan mata pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. PKn
diberikan sejak anak mengenal pendidikan, karena berguna agar siswa memiliki
kemampuan untuk berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
Sudjatmiko (2008: 12) memberikan batasan tentang PKn adalah mata
pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu
warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan
kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara
cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Sunarso
(2010: 10) menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk
membentuk warga negara yang baik (a good citizen) yakni, warga yang memiliki
kecerdasan baik intelektual, emosional, sosial maupun spiritual, memiliki rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bangga dan tanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Pembelajaran PKn idealnya dapat dipahami oleh siswa agar dapat
diterapkan dalam kehidupan sosial. Salah satu materi dalam pembelajaran PKn
kelas V adalah Kebebasan berorganisasi. Materi kebebasan berorganisasi harus
benar-benar dipahami oleh siswa karena bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.
Terlebih, materi yang dicakup sangatlah luas seperti: pengertian organisasi, peran
serta dalam organisasi, organisasi lingkungan sekolah dan organisasi lingkungan
masyarakat. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal
8-9 Februari 2012 oleh peneliti dengan Ibu Fatimah, selaku guru kelas V SDN
Borongan 02 Polanharjo terdapat kendala dalam pembelajaran PKn di SDN
Borongan 02 Polanharjo. Hal tersebut dibuktikan dengan cukup banyak siswa
yang mendapat nilai di bawah KKM.
Dari hasil observasi, wawancara dan tes awal pratindakan ditemukan fakta
pembelajaran PKn materi tentang kebebasan berorganisasi masih rendah, Hal itu
dibuktikan dengan hasil nilai tes awal pratindakan PKn materi tentang kebebasan
berorganisasi sebagai berikut. Siswa yang memperoleh nilai 40 ada 2 anak
(11,76%), siswa yang memperoleh nilai 45 ada 1 anak (5,88%), siswa yang
memperoleh nilai 50 ada 2 anak (11,76%), siswa yang memperoleh nilai 55 ada 1
anak (5,88%), siswa yang memperoleh 60 ada 2 anak (11,76%), siswa yang
memperoleh nilai 70 ada 6 anak (35,29%), siswa yang memperoleh nilai 75 ada 3
anak (17,64%). Rata-rata nilai siswa kelas V adalah 61,5 dengan nilai terendah
adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 75. Padahal diketahui bahwa Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 65 (lihat lampiran 34
halaman 164). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemahaman materi
siswa terhadap materi pelajaran adalah sangat rendah.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas V, rendahnya nilai tersebut
dipengaruhi karena beberapa faktor di antaranya: 1) siswa mengalami kesulitan
dalam memahami materi pelajaran, 2) guru dalam pembelajaran masih
menggunakan metode ceramah dan cenderung sebagai pusat pembelajaran
(teacher centered) sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3) Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang variatif, sehingga siswa
sulit dalam menerima materi yang disampaikan. Dalam hal ini, siswa kelas V
SDN Borongan 02 Polanharjo Klaten cenderung bosan karena hanya hanya
mendengarkan, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh, sehingga
konsep yang tertanam tidak kuat
Berdasarkan uraian di atas dalam pembelajaran perlu diadakan tindakan
untuk mengatasi permasalahan tersebut agar pembelajaran lebih bermakna serta
mampu meningkatkan pemahaman materi yang disampaikan oleh guru. Dalam
penelitian ini dipilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan media audio
visual untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut Sugiyanto (2008: 35) pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran jigsaw yang dikembangkan oleh
Elliot Aronson (1978) ini merupakan model pembelajaran yang diterapkan dengan
cara pembentukkan tim asal dan tim ahli dalam kegiatan pembelajaran. Adapun
keunggulan dari model pembelajaran tipe jigsaw menurut Kholid dkk (2009: 11)
antara lain: 1) Dapat meningkatkan hubungan kooperatif dan hubungan yang lebih
baik antarsiswa dan dapat mengembangkan kompetensi akademis siswa, 2)
Memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
3) Siswa lebih banyak belajar pada teman dalam belajar kooperatif daripada
kepada guru.
Keunggulan yang terdapat pada model jigsaw dipandang tepat digunakan
dalam model pembelajaran untuk materi kebebasan berorganisasi. Jigsaw akan
mempermudah siswa dalam mendalami materi, aktif dalam proses pembelajaran,
sehingga pembelajaran terasa lebih variatif. Selain itu, siswa juga akan termotivasi
untuk memupuk rasa tanggung jawab dan kerja samanya.
Di samping menggunakan model jigsaw peneliti juga menggunakan media
pembelajaran. Menurut Anitah (2009: 123) media pembelajaran berarti sesuatu
yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima
pesan. Jadi, dapat dikatakan bahwa penggunaan media pembelajaran sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
penting untuk menyampaikan materi kepada siswa. Media audio visual sebagai
pendukung dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini menggunakan media
audio visual untuk mendukung model Jigsaw yang diterapkan. Media audio visual
merupakan media pandang dengar yang berupa potongan-potongan gambar dan
diolah melalui teknik tertentu dan memberikan kesan hidup pada gambar (Yudhi
Munadi, 2008: 13).
Media audio visual dapat merangsang peserta didik lebih berkonsentrasi dan
lebih memahami materi yang diajarkan karena penyampaian materi dengan media
audio visual bisa lebih menarik perhatian daripada penyampaian materi melalui
ceramah. Selain itu, media audio visual memberikan kesan positif karena lebih
menarik, lebih menyenangkan, dan memberikan memori yang kuat pada peserta
didik. Media audio visual menstimulasi indera pendengaran dan penglihatan siswa
sehingga siswa dapat lebih memahami dan meresapi makna yang terkandung
dalam tayangan media tersebut. Hal tersebut diharapkan mempermudah siswa
dalam menerima pesan.
Berdasarkan paparan di atas peneliti tertarik untuk mengkaji masalah di atas
dengan judul “Penerapan Model Jigsaw dengan Kombinasi Media Audio Visual
untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Kebebasan Berorganisasi pada
Pembelajaran PKn Kelas V SDN Borongan 02 Polanharjo Klaten Tahun Ajaran
2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut: “Apakah penerapan model Jigsaw dengan kombinasi media audio
visual dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada
pembelajaran PKn kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten Tahun
ajaran 2011/2012?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatan pemahaman materi kebebasan
berorganisasi menggunakan model Jigsaw dengan kombinasi media audio visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pada pembelajaran PKn kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten
Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan dalam khasanah keilmuan, untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia khususnya di SD.
b. Mengembangkan kreativitas guru dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran PKn.
c. Menambah wawasan dalam menggunakan media audio visual untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn
khususnya materi kebebasan berorganisasi.
2. Meningkatkan kerjasama dalam kelompok belajar siswa.
3. Meningkatkan minat belajar siswa.
4. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Guru
1. Meningkatkan motivasi guru untuk selalu menemukan model
pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran.
2. Memberikan solusi dalam mengatasi permasalahan rendahnya
pemahaman siswa dalam menerima materi pembelajaran.
3. Menambah pengetahuan guru tentang manfaat dan cara
menggunakan model jigsaw dalam pembelajaran.
4. Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar.
c. Bagi Sekolah
1. Untuk meningkatkan kualitas sekolah,
2. Untuk meningkatkan iklim pembelajaran yang kondusif di sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Pemahaman Materi Kebebasan Berorganisasi
a. Pengertian Pemahaman
Menurut W. Js Poerwodarminto pemahaman berasal dari kata “paham”
yang artinya mengerti benar tentang suatu hal. Pemahaman siswa adalah
proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. Sedangkan belajar adalah upaya
untuk memperoleh pemahaman, hakekat belajar itu sendiri adalah usaha
mencari dan menemukan makna atau pengertian (Faqih Samlawi dan
Bunyamin Maftuh, 2001: 8).
Tipe belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri
sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah
dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Dalam
taksonomi Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi daripada
pengetahuan. Menurut B.S. Bloom pemahaman mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1991:
274).
Senada dengan pendapat di atas J. Murshell mengatakan “Isi pelajaran
yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan
pemahaman, wawasan, (insight) bukan hafalan dan latihan (Faqih Samlawi
dan Bunyamin Maftuh, 2001: 8). Menurut Leo Sutisto seseorang dikatakan
memahami tentang sesuatu jika dapat memaparkannya dengan rinci dan
menjelaskan (Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh, 2001: 8).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas maka, dapat disimpulkan
bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk meresapi makna secara
mendalam yang lebih dari pengetahuan yang tertanam dalam pikiran. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kemampuan tersebut maka seseorang dapat menjelaskan kembali sesuatu
dengan rinci dan benar.
b. Hakikat PKn
1) Pengertian PKn
Menurut Arnie Fajar (2009: 141-142), mata pelajaran
kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukkan karakter seseorang tanpa memandang segi agama,
sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara
yang cerdas terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila
dan UUD 1945. Mata pelajaran kewarganegaraan tersebut harus bersifat
dinamis dan mampu menarik perhatian siswa yaitu dengan cara belajar
membantu peserta didik mengembangkan pemahaman, baik materi
maupun intelektual dan partisipatori dalam kegiatan sekolah.
Menurut Soemantri (1967), Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau
membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau
dan mampu berbuat baik (Ruminiati, 2007: 1.25).
Menurut Winataputra (2005), Pendidikan Kewarganegaraan adalah
pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada
awalnya diatur dalam undang-undang no. 2 th 1949. Undang-undang ini
berisi tentang diri kewarganegaraan dan peraturan tentang naturalisasi
atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia (Ruminiati,
2007: 1.25).
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa mata pelajaran PKn adalah salah satu mata pelajaran yang
mengajarkan dan menanamkan pengetahuan, keterampilan, dan karakter
kewarganegaraan untuk menjadi warga negara yang baik.
2) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Setiap usaha pendidikan senantiasa memiliki tujuan tertentu yang
hendak dicapai. Berdasarkan tujuan pendidikan yang jelas, tegas, terarah,
maka pendidik dapat menentukan usaha apa yang akan dilakukannya dan
bahan pelajaran apa yang sebaiknya diberikan kepada anak didiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Sunarso (2008: 11) menyatakan bahwa Pkn mempunyai beberapa tujuan
sebagai berikut:
1) Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan. Dalam hal ini PKn bertujuan untuk membentuk
sikap warga yang Negara yang mampu memecahkan berhubungan
dengan masalah sosial di sekitarnya.
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lain. PKn bertujuan membentuk masyarakat
yang demokrasi seperti dalam hal mengemukakan pendapat.
4) Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn adalah
membentuk pribadi seseorang yang mampu berinteraksi dengan orang
lain dalam kehidupan bermasyarakat serta membentuk seseorang menjadi
warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
3) Ruang Lingkup PKn
Mata pelajaran PKn mempunyai ruang lingkup yang dikelompokkan
berdasarkan bahan pelajaran. Dalam silabus KTSP Pkn SD Kelas V
Semester II dipaparkan seperti pada tabel 2. 1.
Tabel 2. 1 Standar Kompetensi PKn Kelas V Semester II Kurikulum 2006
Sekolah :
Kelas : V
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Semester : 2 (Dua)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Standar Kompetensi : 3. Memahami Kebebasan Berorganisasi.
4. Menghargai Keputusan Bersama.
Kompetensi Dasar Materi
3.1 Mendeskripsikan pengertian
organisasi
Pengertian organisasi
Unsur-unsur organisasi
Langkah-langkah pembentukkan
organisasi
3.2 Menyebutkan contoh organisasi
di lingkungan sekolah dan
masyarakat
Organisasi di lingkungan sekolah
Organisasi di lingkungan sekolah
3.3 Menampilkan peran serta dalam
memilih organisasi di sekolah.
Pemimpin dan anggota yang baik
Pengurus organisasi
4.1 Mengenal bentuk- bentuk
keputusan bersama
Pengertian musyawarah
Pengambilan keputusan bersama
dalam musyawarah
Bentuk keputusan bersama
4.2 Mematuhi keputusan bersama
Pelaksanakan keputusan bersama.
Manfaat mematuhi keputusan
bersama
c. Kebebasan Berorganisasi
1) Pengertian Kebebasan Berorganisasi
Menurut Retnoningsih dan Suharso dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2009: 79) kata “kebebasan” berasal dari kata dasar “bebas”
dengan arti “lepas sama sekali, merdeka”. Konfiks ke- -an ini membentuk
kata benda dari kata “bebas” yang sebelumnya merupakan kata sifat
menjadi “kebebasan” yang berarti sesuatu yang merdeka. Setiati
Widihastuti (2008: 57) berpendapat bahwa kebebasan berorganisasi adalah
kemerdekaan untuk melakukan sesuatu tanpa halangan apapun sesuai
dengan kemauan hati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Kebebasan berorganisasi adalah hak memilih organisasi yang
dilindungi undang-undang (Najib Sulhan dkk, 2008: 62). Senada dengan
pendapat Najib Sulhan, Winarno (2009: 64) mengatakan bahwa kebebasan
berorganisasi adalah hak setiap warga negara untuk memilih dan mebentuk
suatu organisasi atau kelompok yang sesuai dengan keinginannya. Prayoga
Bestari (2009: 60) memberikan definisi bahwa kebebebasan berorganisasi
merupakan kebebasan untuk memilih organisasitanpa adanya paksaan
pihak lain, kecuali berdasarkan pilihan hati nurani.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebebasan berorganisasi adalah hak warga negara
untuk bebas memilih organisasi yang menjadi pilihannya sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya untuk mencapai tujuan tertentu.
d. Tinjauan Materi Kebebasan Berorganisasi di SD
1) Organisasi
a. Pengertian Organisasi
Menurut Najib Sulhan (2008: 73) organisasi merupakan bentuk
perkumpulan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Hal senada juga
diungkapkan Ikhwan Sapto Darmono (2008: 71) yang menyatakan
bahwa organisasi merupakan suatu perkumpulan yang anggotanya
terdiri atas beberapa orang untuk melakukan kerjasama dalam upaya
mencapai tujuan bersama. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa organisasi adalah sekelompok orang yang mempunyai tujuan
bersama.
Dalam sebuah organisasi terdapat beberapa unsur yang harus
dimiliki agar tujuan pembentukkan organisasi tersebut tercapai. Unsur-
unsur tersebut antara lain:
1) Anggota (Manusia)
Anggota dalam organisasi adalah manusia. Organisasi merupakan
alat atau wadah untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
2) Tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Setiap organisasi memiliki tempat dimana organisasi itu dibuat.
3) Tujuan
Setiap organisasi mempunyai tujuan yang telah ditetapkan.
4) Tugas
Organisasi pada dasarnya mempunyai harapan atau pekerjaan
dikerjakan dengan baik sesuai yang diinginkan.
5) Struktur
Struktur artinya hubungan kerja antar bagian dalam organisasi.
Misalnya dalam sebuah organisasi mempunyai ketua, wakil ketua,
sekertaris, bendahara dan lain-lain.
Setiap pembentukkan organisasi memiliki langkah-langkah yang
harus ditempuh. Langkah-langkah tersebut yaitu:
1) Memiliki Tujuan
Tugas dari sebuah organisasi yang dikerjakan dengan baik akan
memperoleh hasil yang lebih baik daripada dikerjakan sendiri.
2) Pembagian Kerja
Pembagian kerja dalam organisasi sangat penting karena dengan
tugas yang ada masing-masing akan melaksanakan tugas yang telah
diberikan.
3) Rasa Saling Percaya
Berorganisasi merupakan kerja tim, jika dalam organisasi salah satu
anggota mulai hilang kepercayaan, maka hal ini dapat berakibat
perpecahan dalam organisasi.
4) Koordinasi
Merupakan hal mengatur dalam organisasi sehingga antara peraturan
dan tindakan dalam organisasi tidak bertentangan.
b. Peran Serta dalam Organisasi
Menurut Najib Sulhan (2008: 86) dalam susunan struktur
organisasi ada yang menjadi pemimpin dan ada yang menjadi anggota.
Pemimpin adalah orang yang ditunjuk untuk memimpin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mempersatukan kelompok dalam sebuah organisasi. Pemimpin
mempunyai peranan penting yaitu harus mampu menjadikan anggota
yang dipimpinnya bersatu. Selain itu pemimpin harus bisa
menyelesaikan persoalan yang dihadapi anggotanya. Pemimpin juga
harus mampu memberikan motivasi anggotanya untuk bekerja sesuai
dengan harapannya.
Najib Sulhan (2008: 87-89) menyatakan seorang pemimpin dalam
organisasi sebaiknya mempunyai kriteria sebagai berikut: memiliki sifat
jujur dan berpengetahuan luas agar dapat menjadi panutan anggotanya,
memiliki kreativitas dan sifat lapang dada, mempunyai sifat adil dan
suka bermusyawarah dalam mengambil keputusan, memiliki tanggung
jawab yang besar dan sikap tegas, senang melakukan kegiatan yang
baik dan disiplin.
Sedangkan sebagai anggota yang baik dalam sebuah organisasi
harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: mau bekerja sama dengan
anggota yang lain serta melaksanakan keputusan yang sudah ditetapkan
bersama, disiplin dalam melaksanakan tugas dan mendukung segala
keputusan yang ada, memberikan masukan kepada pemimpin.
Dalam suatu organisasi terdiri dari beberapa pengurus, dan
masing-masing pengurus mempunyai tugas yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan bersama. Pengurus dalam sebuah organisasi terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara, dan lain-lain. Menurut Ikhwan Sapto
(2008: 73) tugas-tugas dari pengurus suatu organisasi, antara lain:
pertama, ketua mempunyai tugas mengurus organisasi, bertanggung
jawab ke luar dan ke dalam organisasi, memimpin rapat, mengadakan
hubungan dengan pihak luar dan membuat rencana kerja. Kedua, wakil
ketua mempunyai tugas membantu ketua dalam mengurus organisasi,
bertanggung jawab dan menggantikan tugas ketua. Ketiga sekretaris,
bertugas membantu ketua dalam mengurus organisasi, membuat agenda
kegiatan organisasi, membuat surat-surat yang diperlukan/proposal
kegiatan, membuat arsip dan rencana kerja organisasi bersama ketua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Keempat, bendahara bertugas membantu ketua dalam mengurus
organisasi, mengurus masalah keuangan organisasi dan membuat
laporan keuangan.
c. Organisasi di Sekolah
Menurut Ikhwan Sapto (2008: 75) ada beberapa jenis organisasi
yang ada di lingkungan sekolah. Organisasi-organisasi tersebut diikuti
dan dilakukan oleh guru, siswa, dan warga sekolah lainnya. Sekolah
merupakan organisasi sosial yang bergerak di bidang pendidikan.
Organisasi sekolah bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
cara memberikan pendidikan bagi para siswa. Organisasi sekolah dapat
berjalan lancar dan tercapai tujuannya jika setiap pengurus bertanggung
jawab pada tugasnya masing-masing, selain itu juga harus
melaksanakan aturan-aturan yang ada. Kepengurusan organisasi
sekolah terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, tata usaha,
komite sekolah, guru, penjaga sekolah, dan siswa. Masing-masing
pengurus mempunyai tugas dan kewajiban. Kepengurusan tersebut
dijabarkan dalam struktur organisasi sekolah. Struktur organisasi
sekolah berbeda-beda, tergantung dari sarana dan prasarana yang ada di
masing-masing sekolah.
Menurut Prayoga Bestari (2008: 70) di lingkungan sekolah ada
beberapa jenis organisasi, yaitu: organisasi kelas, koperasi sekolah,
pramuka, komite sekolah, usaha kesehatan sekolah dan organisasi siswa
intra sekolah.
Organisasi kelas bertujuan untuk mempermudah kegiatan di
dalam kelas. Adanya pembentukkan pengurus kelas mempermudah
urusan yang ada di kelas yang dapat ditangani oleh siswa, misalnya
berdoa di dalam kelas dipimpin oleh ketua ketua kelas.
Koperasi sekolah didirikan untuk memenuhi kebutuhan anggota
yang ada di lingkungan sekolah. Koperasi sekolah anggotanya terdiri
dari semua siswa, guru, dan karyawan sekolah. Koperasi sekolah
biasanya dikelola oleh guru, dan siswa. Tujuan koperasi sekolah adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya, yaitu seluruh warga
sekolah. Biasanya koperasi sekolah menyediakan alat-alat tulis,
seragam sekolah, buku tulis, dan kantin makanan.
Pramuka merupakan kegiatan yang bertujuan menumbuhkan
semangat kekeluargaan, gotong-royong, serta jiwa patriotisme. Gugus
depan biasanya didirikan berdasarkan Ketua Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka. Gugus depan dalam kelompok terdiri dari kelompok putra
dan putri. Pembina gugus depan terdiri dari Pembina siaga putra
(Yanda), Pembina siaga putri (Bunda), Pembina penggalang putra dan
putri (Kakak). Gerakan pramuka dibagi menjadi beberapa golongan
yaitu Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak,
Pramuka Pandega, Pembina. Kegiatan pramuka biasanya berkemah di
alam terbuka.
Komite sekolah merupakan organisasi yang didirikan dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan memberi bantuan, baik
sarana maupun prasarana sekolah. Komite sekolah merupakan
organisasi yang anggotanya terdiri atas orang tua siswa dan tokoh
masyarakat.
Usaha kesehatan sekolah (UKS) didirikan bertujuan untuk
menangani masalah kesehatan. UKS biasanya dikelola oleh para Dokter
Kecil. Kegiatan UKS antara lain memberikan P3K (Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan). UKS menyediakan beberapa jenis obat.
UKS juga dapat digunakan oleh warga sekolah untuk beristirahat
sementara ketika sakit.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yaitu suatu organisasi di
tingkat sekolah di Indonesia, yang dimulai dari sekolah menengah.
OSIS diurus dan dikelola oleh siswa yang terpilih untuk menjadi
pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing
yaitu guru yang dipilih oleh pihak sekolah. OSIS adalah organisasi sah
yang merupakan bagian dalam sekolah, serta menampung kegiatan
kokurikuler dan ekstra kurikuler yang menunjang kurikulum sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
OSIS mempunyai tujuan untuk melatih anak-anak dalam
kepemimpinan. Setiap anggota organisasi tentu mempunyai hak dan
kewajiban yang harus dipatuhi.
d. Organisasi Masyarakat
Dalam masyarakat juga terdapat beberapa organisasi. Organisasi
tersebut antara lain: RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga), Desa,
Karang Taruna, Badan Permusyawarahan Desa (BPD),Posyandu.
Rukun Tetangga (RT) dibentuk untuk mempermudah pengaturan
hidup warga masyarakat dan mempermudah pekerjaan pemerintah desa.
RT merupakan bagian terkecil dari organisasi pemerintahan desa. RT
merupakan pemerintahan terbawah yang ada di lingkungan masyarakat.
Suatu RT dipimpin oleh seorang ketua RT. Pengangkatan ketua RT
ditunjuk oleh Rukun Warga atau dipilih langsung oleh perwakilan
warga. Ketua RT biasanya orang yang berpengaruh di lingkungan
tersebut. RT membantu warga dalam pelayanan pembuatan KTP, surat
pengantar membuat SKCK, surat keterangan pindah tempat tinggal.
Bahkan orang lain atau tamu yang menginap di sebuah keluarga pun
juga harus lapor pada ketua RT, untuk menjaga agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan.
Rukun Warga (RW) merupakan gabungan dari beberapa Rukun
Tetangga (RT). Rukun Warga ini dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat sekitar RW tersebut. Rukun Warga
dipimpin oleh ketua RW yang dipilih oleh ketua ketua RT atau
perwakilan dari warga RT yang tergabung dalam wilayah RW tersebut.
Desa atau kelurahan merupakan kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan adat
istiadat yang diakui. Desa adalah pelaksana dan penyelenggara
pemerintahan yang paling bawah. Kepala desa dan perangkat desa
mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa. Suatu desa dipimpin oleh seorang kepala desa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dipilih langsung oleh masyarakat suatu desa tersebut. Kepala desa
dibantu oleh perangkat desa, seperti sekretaris dan perangkat lainnya.
Sedangkan kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang diangkat oleh
Bupati atau Walikota atas usul Camat.
Karang taruna merupakan organisasi pemuda atau remaja di suatu
desa atau kelurahan. Fungsi dari organisasi ini adalah sebagai wadah
pembinaan para pemuda desa atau kelurahan. Biasanya kegiatan karang
taruna meliputi kegiatan-kegiatan positif, misalnya kerja bakti,
membantu acara warga yang mempunyai hajat, keagamaan, dan lain-
lain. Di dalam organisasi juga terdapat beberapa pengurus seperti ketua,
sekretaris, bendahara dan lain-lain.
Badan Permusyawaratan Desa adalah sebuah lembaga yang
dibentuk untuk membantu pengaturan dan penyelenggaraan pemerintah
desa. Tugas dari Badan Permusyawaratan Desa ini biasanya membuat
dan melaksanakan peraturan desa, menyusun anggaran pendapatan dan
belanja desa serta menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
BPD juga membantu membuat peraturan bersama kepala desa. Selain
sebagai pembuat peraturan desa, BPD juga bertugas untuk menampung
dan menyalurkan aspirasi warga desa. Masa jabatan anggota BPD
adalah 6 tahun.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan organisasi yang
didirikan untuk memberikan pelayanan terpadu kepada balita dan ibu-
ibu yang sedang melaksanakan program Keluarga Berencana. Kegiatan
ini meliputi pemeriksaan kesehatan bayi, penimbangan bayi, pemberian
makanan tambahan bagi bayi, imunisasi bayi, konsultasi kesehatan, dan
lain-lain.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Model Pembelajaran
Sri Anitah (2009: 45) berpendapat bahwa model adalah suatu kerangka
berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
rangka mencapai tujuan tertentu. Mills menyatakan bahwa model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu
(Agus Suprijono, 2011: 45).
Sedangkan model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Agus
Suprijono, 2011: 46). Sejalan dengan pendapat tersebut, Joice dan Weil
(1990) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan member petunjuk
kepada pengajar kelasnya (Isjoni, 2011: 50).
Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu strategi yang sudah dirancang untuk diterapkan
dalam sebuah proses belajar mengajar sehingga pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
Sugiyanto (2009: 3) menyatakan bahwa model pembelajaran telah
dikembangkan oleh para ahli. Pengembangan tersebut didasarkan pada
konsep teori yang selama ini mengalami perkembangan. Jenis-jenis model
pembelajaran antara lain: 1) model pembelajaran kontekstual, 2) model
pembelajaran kooperatif, 3) model pembelajaran Quantum, 4) model
pembelajaran terpadu, dan 5) pembelajaran berbasis masalah.
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2011: 11) pembelajaran kooperatif adalah salah satu
bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Senada dengan
pernyataan tersebut Slavin (1985) menyatakan bahwa cooperative learnning
adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4 – 6 orang
dengan struktur kelompok heterogen (Isjoni, 2011: 12).
Sunal dan Hans (2000) mengemukakan cooperative learnning
merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama
selama proses pembelajaran yaitu pembetukkan kelompok belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran (Isjoni, 2011: 12). Menurut Agus Suprijono
(2011: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pengajaran yang
melibatkan siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.
c. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson terdapat lima unsur dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Positive independence (saling ketergantungan positif).
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggung jawaban kelompok yaitu mempelajari bahan yang ditugaskan
kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok mempelajari
bahan tersebut.
2) Personal responsbility (tanggung jawab perseorangan).
Setelah mengikuti belajar dalam kelompok, seseorang harus dapat
menyelesaikan tugas individualnya sendiri seperti dalam kelompok.
3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif).
Bentuk interaksi siswa dalam diskusi kelompok dapat menciptakan
pertukaran informasi antar siswa dan memberi motivasi belajar kepada
siswa.
4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota).
Unsur ini menunjukkan bahwa komunikasi antar anggota kelompok
seharusnya didasari rasa saling percaya dan sikap saling mendukung.
5) Group Processing (pemrosesan kelompok).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dalam kerja kelompok ada tahapan kegiatan kelompok yang bertujuan
untuk meningkatkan efektifitas anggota dan memberi kontribusi terhadap
kegiatan (Agus Suprijono, 2011: 58)
d. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2011: 20) ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif antara
lain: setiap anggota memiliki peran sehingga siswa mempunyai tanggung
jawab, terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa sehingga
pembelajaran dapat bersifat student centered, setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman anggota
kelompoknya agar semua punya rasa tanggung jawab untuk dirinya sendiri
maupun orang lain, guru membentuk mengembangkan keterampilan
interpersonal kelompok meliputi kemampuan mengemukakan pendapat,
bertanggung jawab, mampu menyelesaikan masalah sendiri maupun bersama,
serta mampu bekerjasama, guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran,
guru hanya mengarahkan apabila ada kesalahan.
e. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Jarolimek dan Parker (1993) mengatakan keunggulan yang
diperoleh dalam pembelajaran kooperatif antara lain: Pertama, saling
ketergantungan yang positif. Kedua, adanya pengakuan dalam merespon
perbedaan individu. Ketiga, siswa dilibatkan dalam perencanaan dan
pengelolaan kelas. Keempat, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
Kelima, terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dan
guru. Keenam, memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman emosi yang menyenangkan (Isjoni, 2011: 24).
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu:
faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam
antara lain: guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang dan
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
serta alat dan biaya yang cukup memadai, selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas
meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan,
dan, saat diskusi kelas terkadang didominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
f. Model Pembelajaran Tipe Jigsaw
Menurut Agus Suprijono (2011: 89-101) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif mempunyai banyak jenis di antaranya yaitu: Jigsaw,
Think Pair Share, TGT, Two Stay Two Stray, Make A Match, Listening Team,
Inside Outside Circle, Bamboo Dancing, Point Counter Point, The Power of
Two.
Menurut Slavin (2005: 236), jigsaw adalah model pembelajaran yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson dkk dari Universitas Texas. Menurut
Isjoni (2007: 236) yang menyatakan bahwa model pembelajaran jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal. Model pembelajaran tipe jigsaw dapat digunakan
efektif pada tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan
akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk
belajar bersama. Dalam model jigsaw kelas dibagi menjadi suatu kelompok
kecil yang heterogen yang diberi nama dan materi dibagi sebanyak kelompok
menurut anggota timnya. Setiap kelompok diberi satu set materi lengkap dan
masing-masing individu ditugaskan untuk memilih topik mereka. Kemudian
siswa dipisahkan menjadi kelompok ahli atau rekan yang terdiri dari seluruh
siswa di kelas yang mempunyai bagian informasi yang sama.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997). Isjoni (2011: 54) menyatakan bahwa model jigsaw adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan
saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Sedangkan menurut Penn State (2007: 1) dalam jurnal
internasional mengatakan:
“The Jigsaw Strategy is an efficient way to learn the course material in
a cooperative learning style. The jigsaw process encourages listening,
engagement, and empathy by giving each member of the group an
essential part to play in the academic activity. Group members must
work together as a team to accomplish a common goal; each person
depends on all the others. No student can succeed completely unless
everyone works well together as a team. This "cooperation by design"
facilitates interaction among all students in the class, leading them to
value each other as contributors to their common task”.
Uraian di atas mempunyai arti bahwa strategi Jigsaw merupakan cara
yang efisien untuk mempelajari materi kursus dalam gaya pembelajaran
kooperatif. Proses jigsaw mendorong kegiatan mendengarkan, keterlibatan,
dan empati dengan memberikan masing-masing anggota kelompok
merupakan bagian penting untuk bermain dalam kegiatan akademik. Anggota
kelompok harus bekerjasama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan
bersama, setiap orang tergantung pada yang lain. Tidak ada siswa dapat
berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerjasama dengan baik sebagai
sebuah tim. Kerjasama yang didesain tersebut memfasilitasi interaksi antara
semua siswa di kelas, memimpin mereka untuk menghargai satu sama lain
sebagai kontributor tugas bersama mereka.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
model Jigsaw adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang mendorong
siswa untuk aktif dan saling membantu dapat menguasai materi pelajaran
pada suatu suatu proses pembelajaran.
Penn State (2007: 1-3) juga mengatakan bahwa langkah dalam
pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut: 1) Membagi bahan yang
diperlukan untuk menutup suatu topik menjadi empat bagian kurang lebih
sama, 2) Menetapkan topik yang berbeda untuk setiap anggota tim, 3)
Mengembangkan dan menetapkan pertanyaan pekerjaan rumah atau esai di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
atas materi, 4) Pertemuan berlangsung lagi, siswa berkonsultasi dengan para
ahli dari tim lain, 5) Para ahli kembali ke tim mereka dan mengajar, 6)
Penyatuan aktivitas dalam kelompok.
Dalam setiap model pembelajaran tentu saja ada langkah-langkah
pembelajarannya. Hal tersebut bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar dan terstruktur dengan baik sehingga dapat mencapai hasil
yang maksimal. Menurut Isjoni (2011: 54-56), langkah-langkah model
pembelajaran jigsaw antara lain: Pertama, siswa dikelompokkan dalam
bentuk kelompok-kelompok kecil, pembentukkan kelompok-kelompok siswa
tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu dapat
disesuaikan absen ataupun tingkat kognitif siswa. Kedua, setiap anggota
kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Dalam anggota
kelompok asal setiap anggota kelompok diberi materi yang berbeda. Ketiga,
siswa atau perwakilan dan kelompoknya masing-masing bertemu dengan
anggota-anggota dan kelompok lain (kelompok ahli) yang mempelajari materi
yang sama. Dalam hal ini siswa berdiskusi topik masalah sama untuk
memahami materi tugasnya. Keempat, masing-masing perwakilan tersebut
dapat menguasai materi yang ditugaskannya, jika ada siswa kesulitan maka
teman dalam kelompoknya membantu menjelaskan dalam penguasaan materi.
Kelima, perwakilan kelompok kembali ke kelompok masing-masing atau
kelompok asalnya. Keeman, masing-masing anggota kelompok saling
menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu
kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru. Pada akhir
kegiatan siswa diberi tes/kuis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pemahaman materi siswa.
Senada dengan pendapat tersebut, Agus Suprijono (2011: 89-91)
mengemukakan langkah-langkah pembelajaran jigsaw antara lain: Pertama,
guru membagi siswa dalam kelompok kecil yang heterogen yang disebut
kelompok asal. Kedua, guru membagi materi tekstual kepada tiap-tiap
anggota kelompok. Ketiga, setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung
jawab mempelajari materi tekstual yang diterima dari gurunya kemudian guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
membentuk kelompok siswa yang mendapatkan materi yang sama (tim ahli).
Keempat, kelompok ahli berdiskusi membahas materi dan membantu anggota
kelompok yang kesulitan memahami materi. Kelima, kelompok ahli kembali
ke kelompok asal untuk menjelaskan materi yang dipelajarinya dalam diskusi
kelompok ahli. Keenam, guru memberikan review terhadap topik yang telah
dipelajari agar guru mengetahui kesulitan yang belum bisa dipecahkan siswa
dalam diskusi kelompok.
Dari langkah-langkah yang dikemukakan para ahli di atas, maka
peneliti menyimpulkan langkah-langkah model pembelajaran jigsaw menjadi
5 tahap, yaitu sebagai berikut: 1) pembentukan kelompok asal yang
anggotanya heterogen, 2) pembagian materi yang berbeda setiap anggota
kelompok, 3) anggota kelompok asal berdiskusi dan berkumpul dengan
anggota yang materinya sama (tim ahli), 4) anggota kelompok ahli kembali
ke kelompok asal dan menjelaskan kepada temannya dan 5) penilaian.
Adapun keunggulan yang dimiliki model pembelajaran jigsaw menurut
Ibrahim dkk (2000) antara lain: dapat mengembangkan tingkah laku
kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa serta kemampuan
akademis siswa, selain itu akan lebih banyak belajar dari teman mereka dalam
belajar kooperatif dari pada guru, interaksi yang terjadi dalam bentuk
kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa.
Kelemahan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
yang harus kita cari solusinya, menurut Roy Killen (1996), antara lain:
pembagian kelompok yang tidak heterogen dimungkinkan kelompok
anggotanya lemah semua, penugasan kelompok ahli sering tidak sesuai antara
kemampuan dan kompetensi yang harus dipelajari serta siswa yang memiliki
kemampuan membaca dan berpikir rendah akan kesulitan mempelajari materi
ketika berperan sebagai tim ahli.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari model pembelajaran
jigsaw tersebut, peneliti melakukan beberapa upaya, yaitu: peneliti
merencanakan pembelajaran dengan sebaik mungkin dan penuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pertimbangan, peneliti membimbing siswa jika ada siswa yang kesulitan,
peneliti memberi penguatan atau penghargaan untuk memotivasi belajar
siswa agar siswa semangat dalam pembelajaran.
3. Hakikat Media Audio Visual
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak
dari medium. Kata medium menurut Rudi Susilana (2007: 5) adalah
merupakan perantara atau pengantar. Gagne menyatakankan bahwa media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsang siswa (Rudi Susilana, 2007: 6)
Schramm (1977) mengatakan media pembelajaran adalah teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran
(Rudi Susilana, 2007: 6). Sedangkan Briggs (1977) mengungkapkan media
pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran seperti buku, film, video, slide, dan sebagainya (Rudi Susilana,
2007: 6).
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah suatu alat atau perantara yang digunakan untuk
menyampaikan materi dalam suatu pembelajaran kepada para siswa sehinga
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Menurut Nana Sujana (2010: 2) media pembelajaran mempunyai
beberapa manfaat, yaitu: pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Dalam hal ini siswa secara
tidak langsung dapat menerima materi yang disampaikan guru serta siswa
merasa tidak jenuh dapat mengikuti proses pembelajaran di kelas. Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami.
Materi yang disampaikan oleh guru akan lebih mudah diingat siswa sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu metode mengajar akan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
bervariasi, karena adanya interaksi yang aktif antara guru dan siswa.
Penyampaian materi yang banyak akan lebih mudah disampaikan guru karena
bisa ada kegiatan tanya jawab antara siswa dengan guru. Siswa lebih banyak
melakukan kegiatan belajar, karena siswa melakukan aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan. Media pembelajaran
membantu siswa dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran tidak
hanya berpusat pada guru.
Menurut Kemp dan Dayton (1985), media mempunyai beberapa
manfaat di antaranya penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar,
sehingga materi yang disampaikan guru lebih terfokus. Pembelajaran dapat
lebih menarik, media pembelajaran membantu guru dalam penyampaian
materi sehingga siswa tidak bosan menerima materi yang disampaikan.
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar,
dalam hal ini media pembelajaran menjadikan proses pembelajaran siswa
lebih aktif. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, karena guru
akan lebih mudah menjelaskan bahan ajar yang tidak terus-menerus melaui
ceramah sehingga pembelajaran lebih efektif dan efisien. Kualitas
pembelajaran dapat ditingkatkan melalui penggunaan media pembelajaran,
karena membantu siswa memahami materi karena usia anak SD seharusnya
belajar sambil bermain. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan
dimanapun diperlukan, karena pembelajaran dapat menggunakan benda di
sekitar sebagai sumber belajar. Sikap positif siswa terhadap materi
pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan. Media
pembelajaran yang menarik mampu menarik perhatian dalam proses
pembelajaran (Rudi Susilana, 2007: 9).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media
banyak memiliki manfaat di dalam pembelajaran. Penggunakan media dalam
kegiatan pembelajaran akan lebih menarik sehingga dapat menimbulkan
motivasi belajar siswa, materi yang disampaikan akan dapat lebih dipahami
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, selain itu dengan
menggunakan media pembelajaran siswa akan lebih banyak melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kegiatan pembelajaran dan dapat belajar secara mandiri dan pembelajaran
tidak berpusat pada guru.
c. Prinsip-prinsip Pemilihan Media
Penggunaan suatu media sangat penting dalam membantu guru dalam
menyampaikan materi kepada siswa namun, di dalam menggunakan media
seorang guru dituntut agar dapat memilih atau menggunakan media yang
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Yudhi Munadi (2008: 186)
mengungkapkan bahwa penggunaan media sebagai alat bantu dalam
pembelajaran, harus memperhatikan kriteria pemilihan media yang dapat
mendukung media tersebut sebagai alat bantu dalam pembelajaran, antara
lain: Karakteristik siswa, yaitu setiap siswa mempunyai kepribadian yang
tidak sama sehingga guru perlu memilih media yang dapat mengoptimalkan
kegiatan belajar-mengajar. Tujuan belajar, yaitu setiap media pembelajaran
dapat membantu pencapaian tujuan yang berkenaan dengan ranah kognitif,
afektif, psikomotor, sehingga pemilihan media media harus disesuaikan
dengan kompetensi yang akan dicapai. Sifat bahan ajar, yaitu bahan ajar
mempunyai keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa, tugas
tersebut menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Pengadaan
media, yaitu penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran disesuaikan
dengan tujuan dan materi ajar yang akan disampaikan, sehingga penggunaan
media pembelajaran dapat efektif dan tepat sasaran.Sifat pemanfaatan media
yaitu, Guru harus mengetahui keunggulan/potensi suatu media sebelum
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, sehingga penggunaan media
dapat efektif sesuai tujuan pembelajaran.
d. Klasifikasi Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran,
maka perlu diketahui mengenai klasifikasi media pembelajaran. Setiap media
pembelajaran memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
perlu adanya pemilihan media yang tepat untuk mendukung pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Rudi Susilana (2007: 13-21) mengungkapkan media pembelajaran dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu: kelompok kesatu meliputi media grafis,
bahan cetak dan gambar diam, kelompok kedua meliputi media proyeksi
diam, kelompok ketiga adalah media audio, kelompok keempat meliputi
media audio visual diam, kelompok kelima adalah film, kelompok keenam
adalah televisi, dan kelompok ketujuh adalah multimedia.
Yudhi Munadi (2008: 54-57) mengungkapkan bahwa media dalam
proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yaitu:
1) Media audio, yaitu media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan
hanya mampu memanipulasi suara semata, 2) Media visual, yaitu media yang
hanya melibatkan indera penglihatan, 3) Media audio visual, yaitu media
yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu
proses, 4) Multimedia, yakni media yang melibatkan berbagai indera dalam
sebuah proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas media pembelajaran dapat digolongkan ke
dalam tiga kelompok besar yaitu media audio, media visual dan media audio
visual. Di dalam setiap kelompok media masih dapat digolongkan ke dalam
bentuk–bentuk media yang lebih spesifik lagi. Media audio merupakan
media yang melibatkan indera pendengaran, sedangkan media visual
merupakan media yang melibatkan indera penglihatan dan media audio visual
merupakan media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan.
e. Pengertian Media Audio Visual
Sri Anitah (2009: 168) berpendapat bahwa media audio visual adalah
media yang tidak hanya dapat dilihat atau didengar saja tetapi dapat melihat
sekaligus mendengarkan sesuatu yang divisualisasikan. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang tidak
hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat
mendengar sesuatu yang divisualisasikan atau media yang menunjukkan
unsur auditif (pendengaran) maupun visual (penglihatan) yang dapat
dipandang maupun didengar suaranya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 67) media audio
visual dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) media audio visual diam, (2)
media audio visual gerak. Jenis–jenis media pengajaran yang tergolong dalam
media audio visual diam antara lain adalah: “slow can TV”, “Time Shared
TV”, TV diam, film rangkai bersuara, film bingkai bersuara, halaman
bersuara dan buku bersuara. Sedangkan yang tergolong dalam media audio
visual gerak adalah film bersuara, pita video, film tv, TV, Holografi, video
tapes, dan gambar bersuara.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual
merupakan media yang melibatkan indera penglihatan dan indera
pendengaran dalam satu kali proses. Media audio visual dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: media audio visual diam dan media audio visual gerak.
f. Pemanfaatan Media Audio Visual dalam Pembelajaran
Media audio visual menstimulasi indera pendengaran dan penglihatan
siswa sehingga siswa lebih memahami dan meresapi makna yang terkandung
dalam tayangan media tersebut. Selain itu media audio visual memberikan
kesan positif karena lebih menarik, lebih menyenangkan dan dapat memberi
memori yang kuat pada siswa dan membuat siswa lebih berkonsentrasi.
Daryanto (2010: 10) mengungkapkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media audio visual memiliki beberapa manfaat, antara lain:
dapat menyaksikan benda yang ada atau peristiwa yang terjadi pada masa
lampau, contohnya siswa dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang
benda/peristiwa sejarah. Dapat mengamati benda/peristiwa yang sukar
dikunjungi, baik karena jaraknya yang jauh, berbahaya atau terlarang,
misalnya video tentang kehidupan harimau di hutan. Dapat mengamati
peristiwa–peristiwa yang terjadi atau berbahaya untuk didekati, misalnya
dapat mengamati terjadinya gunung meletus. Dapat melihat secara lambat
gerakan–gerakan yang berlangsung secara cepat. Dapat melihat secara cepat
suatu proses yang berlangsung secara lambat, misalnya dapat mengamati
proses perkembangan katak dari telur sampai menjadi katak hanya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
waktu beberapa menit. Media audio visual juga dapat menjangkau audiens
yang besar jumlahnya dan mengamati suatu obyek secara serempak.
Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:67) menyatakan bahwa media
audio visual itu sendiri, dapat dibedakan menjadi dua yaitu: media audio
visual diam dan media audio visual gerak. Media audio visual diam sendiri
dapat dibedakan menjadi: “Slow scan TV”, “Time shared TV”, TV diam, film
rangkai bersuara, film bingkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara.
Sedangkan media audio visual gerak terbagi menjadi: film bersuara, pita
video, film TV, TV, Holografi, Video tapes dan gambar bersuara. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan media audio visual gerak yaitu dengan
menggunakan video.
Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas
karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung. Selain itu, video juga
menyajikan gambar bergerak di samping suara yang menyertainya. Karena
dengan menggunakan video dapat menstimulasi indera penglihatan dean
pendengaran siswa sehingga dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap
mata pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media
audio visual memiliki banyak manfaat jika digunakan dalam pembelajaran.
Beberapa manfaat yang diperoleh dengan menggunakan media audio visual
antara lain: dapat menyaksikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan
dapat menjangkau audiens dalam jumlah yang besar. Selain itu dengan media
audio visual dapat mempermudah siswa untuk memahami materi yang
dipelajari sehingga siswa dapat mengingat dalam jangka yang panjang
dibandingkan dengan metode ceramah. Media audio visual itu sendiri dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu media audio visual gerak dan media audio
visual diam.
g. Video
Video merupakan salah satu bagian media audio visual. Video
merupakan bagian media audio visual yang tergolong media audio visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
gerak. Daryanto (2010: 86) mengungkapkan video merupakan suatu medium
yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk
pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok. Media video adalah
segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan
dengan gambar bergerak secara sekuensial. Video dapat dimanfaatkan dalam
kegiatan pembelajaran, karena dapat memberikan pengalaman yang tidak
terduga kepada siswa, selain itu video dapat dikombinasikan dengan animasi
dan pengaturan kecepatan untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke
waktu.
Yudhi Munadi (2008: 127) menyatakan bahwa video memiliki
beberapa karakteristik antara lain: Dapat mengatasi keterbatasan jarak dan
waktu, video dapat menampilkan kejadian masa lampau dan kejadian di suatu
tempat. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan serta
dapat diputar secara berulang-ulang sehingga lebih efektif dalam
pembelajaran, guru dapat mengulangi bagian yang sulit dipahami siswa
dengan mudah. Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat karena
video menyampaikan pesan yang akan tertanam dalam pikiran siswa dalam
jangka waktu yang lama. Pengembangan pikiran dan pendapat para siswa
karena video dapat menggali pengetahuan siswa dan menciptakan interaksi
siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Mengembangkan imajinasi
peserta didik karena video membantu peserta didik mengembangkan ide
pemikirannya melalui sesuatu yang ditangkapnya dari pengamatannya.
Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih
realistik, video mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang
dipelajarinya karena siswa dapat melihat langsung hal dipelajarinya.
Mempunyai pengaruh kuat terhadap emosi seseorang, video dapat
mempengaruhi karakter seseorang melalui hal yang dilihatnya misalnya tokoh
dalam video yang dapat ditiru siswa. Menjelaskan suatu proses dan
keterampilan, mampu menujukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan
respon yang diharapkan dari siswa. Peserta didik dapat belajar dari video baik
yang pandai maupun yang kurang pandai, video tidak memandang tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
kognitif seseorang. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar, video yang
menarik dapat digunakan dalam penyampaikan materi dan siswa lebih tertarik
dalam pembelajaran. Video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali
untuk dievaluasi, pesan yang disampaikan melalui video dapat mempengaruhi
siswa misalnya sifat tanggung jawab.
Adapun kelemahan yang dimiliki oleh media video. Kelemahan
tersebut antara lain: Fine details, yaitu media tayangannya tidak dapat
menampilkan obyek sampai yang sekecil–kecilnya dengan sempurna.
Kualitas gambar dalam video yang ukuran filenya kecil jika diperbesar
gambarnya akan pecah dan kurang jelas. Size information, yaitu tidak dapat
menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya, misalnya video tentang
gunung. Third dimention, yaitu gambar yang diproyeksikan oleh video
umumnya berbentuk dua dimensi. Benda yang ditampilkan dalam video tidak
dapat disentuh secara langsung oleh siswa karena hanya terdiri dari panjang
dan lebar. Opposition, yaitu pengambilan yang kurang tepat dapat
menyebabkan timbulnya keraguan dalam menafsirkan gambar yang
dilihatnya. Pengambilan gambar yang tidak tepat posisinya misalnya video
daun yang terlalu dekat hanya terlihat hijau sehingga menimbulkan salah
penafsiran.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Nunung Wijiastuti (2009) dengan judul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar
IPS Pada Siswa Kelas V MI Muhamadiyah Jatijajar Melalui Model
Kooperatif Tipe Jigsaw”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
peningkatan prestasi belajar IPS. Pada siklus I siswa tuntas belajar 45,83% di
siklus II siswa tuntas belajar menjadi 83,33%. Persamaan dari penelitian
Nunung Wijiastuti dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada
variabel bebas, yaitu sama – sama menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sebagai tindakannya, sedangkan perbedaannya terdapat
pada variabel terikatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Penelitian yang dilakukan oleh Endang Yuliani (2011) yang berjudul
“Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kemampuan
Menyimak Dongeng Pada Siswa Kelas I SDN 6 Jimbung Klaten Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
peningkatan kemampuan menyimak dongeng dengan menggunakan media
audio visual. Pada siklus I diperoleh hasil 30 anak (59%) mendapat nilai di
bawah KKM, 21 anak (41%) mendapat nilai di atas KKM. Setelah
melakukan perbaikan pada siklus II maka dapat diperoleh hasil anak yang
kemampuan menyimaknya masih di bawah KKM hanya 7 anak (14%) dan 44
anak (86%) di atas KKM. Persamaan dari penelitian Endang Yuliani dengan
penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel bebas, yaitu sama –
sama menggunakan media audio visual sebagai tindakannya, sedangkan
perbedaannya terdapat pada variabel terikatnya.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Niken Aresta (2010) dengan judul
“Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Melalui Media Audio Visual Film Animasi Siswa Kelas IV SD
Negeri I Tulunombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun
Pelajaran 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
peningkatan kemampuan menyimak isi cerita mata pada mata pelajaran
bahasa Indonesia melalui media audio visual. Pada siklus I menunjukkan
bahwa siswa yang mencapai KKM sebesar 45,5%. Pada siklus II mengalami
peningkatan yaitu siswa yang mencapai KKM sebesar 81,18%. Persamaan
dari penelitian Niken Aresta dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti
terletak pada variabel bebas, yaitu sama – sama menggunakan media audio
visual sebagai tindakannya, sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel
terikatnya
C. Kerangka Berpikir
Materi Kebebasan Berorganisasi dalam pembelajaran PKn dianggap
sebagai materi yang sulit oleh siswa kelas V SDN Borongan 02 Polanharjo
Klaten. Anggapan tersebut terbukti dari nilai hasil tes pemahaman materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kebebasan Berorganisasi siswa yang masih rendah (di bawah KKM). Selain
itu, juga dapat dilihat dalam proses pembelajarannya di kelas. Dalam proses
pembelajaran, guru masih menggunakan pendekatan konvensional yang masih
berpusat pada guru. Guru dalam pembelajaran cenderung hanya menggunakan
metode ceramah tanpa adanya variasi dalam pembelajaran serta tidak
menggunakan media pembelajaran yang variatif, sehingga siswa menjadi lebih
cepat bosan dan informasi yang disampaikan sulit diserap oleh siswa serta
tidak merangsang daya kreativitas dan partisipasi siswa.
Melihat kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan
menerapkan model Jigsaw dengan kombinasi media audio visual dalam
pembelajaran PKn materi kebebasan berorganisasi untuk meningkatkan
pemahaman materi siswa. Peneliti menerapkan model Jigsaw dengan
kombinasi media audio visual dengan alasan bahwa model Jigsaw ini
mempunyai kelebihan antara lain: mempermudah siswa dalam mendalami
materi, aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran terasa lebih
variatif. Selain itu, siswa juga akan termotivasi untuk memupuk rasa tanggung
jawab dan kerja samanya. Sedangkan media audio visual karena dapat
menarik perhatian siswa dan memberikan kesan positif karena lebih menarik,
lebih menyenangkan, dan memberikan memori yang kuat pada siswa.
Setelah guru menerapkan model Jigsaw dan media audio visual siswa,
menjadi lebih aktif dan kreatif, serta terjalin interaksi antar siswa dengan
siswa lainnya serta materi yang disampaikan dalam pembelajaran tertanam
secara kuat dalam pikiran siswa. Pada kondisi akhir, melalui penerapan model
Jigsaw dengan kombinasi media audio visual pemahaman materi kebebasan
berorganisasi pada pembelajaran PKn kelas V SDN Borongan 02 Polanharjo
Klaten meningkat.
Berdasarkan uraian pemikiran di atas, maka diperoleh alur kerangka
pemikiran dalam penelitian ini yang dapat digambarkan pada gambar 2.1
dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah: Penerapan model jigsaw dengan kombinasi media
audio visual dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi
pada pembelajaran PKn kelas V SDN Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun
ajaran 2011/2012.
Kondisi Awal Guru menggunakan metode
konvensional/ceramah dan
tidak menggunakan media
dalam pembelajaran
Pemahaman PKn
kebebasan
organisasi siswa
kelas V Borongan
02 rendah
Tindakan Penggunaan
model Jigsaw
dan media
audio visual Siklus II
Siklus I
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
Pemahaman materi kebebasan
berorganisasi siswa kelas V
SDN Borongan 02 meningkat
setelah penerapan model Jigsaw
dengan kombinasi media audio
visual
Kondisi Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Borongan 02 Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten pada semester II tahun ajaran 2011/2012.
Tempat tersebut dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut: letak SD Negeri
Borongan 02 Polanharjo Klaten yang mudah dijangkau dengan rumah peneliti,
sehingga memudahkan proses penelitian. Sekolah tersebut belum pernah
digunakan untuk penelitian. Di SD tersebut terdapat masalah pembelajaran
pada kelas V mata pelajaran PKn khususnya materi kebebasan berorganisasi.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian yaitu
selama 6 bulan, dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan Juli 2012.
Rincian waktu dan kegiatan penelitian dapat digambarkan pada tabel 3.1 di
bawah ini:
Tabel 3.1. Rencana Pelaksanaan Penelitian
No Waktu
Jenis Keg
Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
Proposal
2 Seminar dan
Revisi
Proposal
3 Pengajuan
Surat Izin
4 Persiapan
Penelitian
5 Pelaksanaan
1. Siklus I
2. Siklus II
6 Analisis
data
7 Penyusunan
laporan
8 Ujian
Skripsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD
Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012. Siswa kelas V
yang berjumlah 17 siswa, tediri dari 8 siswa putra dan 9 siswa putri.
C. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 129) sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data diperoleh. Data-data tersebut berupa data kualitatif
maupun kuantitatif. Sejalan dengan pendapat tersebut, Sugiyono (2009: 225)
menyebutkan bahwa sumber data ada dua macam, yaitu sumber primer dan
sekunder.
1. Sumber Primer
Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Adapun data yang tergolong sebagai sumber data primer ini adalah nilai PKn
materi kebebasan berorganisasi siswa kelas V, informasi dari hasil
wawancara dengan guru dan siswa, hasil pengamatan proses pembelajaran.
2. Sumber Sekunder
Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini, yang
dijadikan sebagai sumber sekunder adalah dokumen dan hasil observasi.
Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber data berupa: silabus PKn kelas
V, RPP PKn kelas V.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Menurut H.B. Sutopo (2002: 64) teknik observasi digunakan untuk
menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku,
tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dilakukan
pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 untuk mengamati proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
pembelajaran yang terjadi. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian
ini antara lain adalah cara mengajar guru, kegiatan yang dilakukan siswa
dalam pembelajaran. Pengamatan cara mengajar guru meliputi model dan
media yang digunakan guru dalam menyampaikan materi, serta cara guru
mengevaluasi hasil pembelajaran. Observasi terhadap kinerja guru
dilakukan oleh guru kelas yang bertindak sebagai observator. Penilaian
dilakukan dengan mengisi lembar APKG. Sedangkan untuk mengamati
kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran meliputi perhatian
siswa dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan siswa dalam
pembelajaran dan pemahaman materi.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap guru kelas V SD Negeri Borongan
02 Polanharjo Klaten dan siswa kelas V SD Negeri Borongan 02
Polanharjo Klaten. Wawancara pada guru bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang metode yang yang digunakan oleh guru, media yang
digunakan, hambatan–hambatan yang dialami oleh guru dalam
pembelajaran. Sedangkan wawancara dengan murid bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang kesulitan yang dihadapi dalam memahami
materi, dan tanggapan terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
3. Tes
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan bentuk tes. Teknik ini
dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar PKn
siswa SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten. Penyusunan instrument
tes dilakukan dengan berdasarkan pada kisi-kisi, indikator, dan jenis item
skala pengukuran tes mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi
kebebasan berorganisasi.
4. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi yang
berbentuk gambar yang diambil pada saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu menggunakan foto dan video.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
E. Validitas Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu
instrumen. Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data digunakan
triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud dengan
triangulasi data dan triangulasi metode adalah:
1. Triangulasi Data
Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 60) triangulasi data adalah data
atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan
data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau
sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data
dengan menggunakan sumber data yang berbeda yaitu peneliti
membandingkan antara hasil wawancara yang dilakukan dengan guru
kelas V, kepala sekolah, dan dengan menggunakan nilai hasil belajar
PKn siswa sebelum adanya tindakan.
2. Triangulasi Metode
Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 60) triangulasi metode adalah
mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda. Adapun metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah dengan observasi, tes, wawancara, dan
dokumentasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini
hasilnya dapat dibandingkan dan ditarik kesimpulan data yang agar lebih
kuat validitasnya.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu proses dalam menentukan pilihan,
membuang, mengeliminasi, memilah serta menggolongkan data sesuai
dengan yang diharapkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis interaktif. Proses analisa mencakup tiga
komponen, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
(verifikasi). Untuk lebih memperjelas tentang analisis interaktif dapat dilihat
pada gambar 3.1 di bawah ini:
Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif
Sumber : Miles dan Huberman (2007: 20)
1. Reduksi Data
Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses reduksi data dilakukan
dengan mengumpulkan hasil observasi, wawancara maupun catatan
lapangan. Langkah yang dilakukan berupa pencatatan data yang
diperoleh dari hasil observasi. Dalam pencatatan tersebut dilakukan
seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan data, data mana yang diambil
dan dianggap penting untuk penelitian. Peneliti memperoleh data pada
penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD Negeri Borongan berupa
nilai tes pemahaman materi kebebasan berorganisasi, observasi kegiatan
siswa, Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG), hasil wawancara
dengan guru dan siswa. Semua data tersebut digunakan dalam hasil
penelitian. Data yang direduksi adalah lembar kerja siswa, karena hanya
digunakan untuk memperkuat pemahaman materi siswa dalam kelompok.
2. Penyajian Data
Reduksi Data Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
Penyajian Data Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Melalui sajian data, data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam
berberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahnnya supaya mudah
dilihat dan dimengerti, sehingga mudah dianalisis untuk merencanakan
langkah kerja selanjutnya. Penyajian data ditulis dalam bentuk paparan
data yang berupa tabel, grafik, histogram. Pada penelitian yang
dilaksanakan di kelas V SD Negeri Borongan 02, data yang disajikan
adalah nilai tes pemahaman materi kebebasan berorganisasi, observasi
kegiatan siswa, observasi kegiatan guru dan hasil wawancara dengan
guru dan siswa.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan
benar–benar bisa dipertanggungjawabkan. Penarikan kesimpulan dapat
dilakukan dengan mengecek kembali data yang telah dikumpulkan
berupa hasil wawancara, observasi, tes dan dokumentasi, disesuaikan
dengan tujuan dan rumusan masalah. Penarikan kesimpulan pada
penelitian siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten
dilakukan dengan cara membandingkan data-data yang disajikan.
G. Indikator Kinerja
Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 61) indikator kinerja merupakan
rumusan kinerja yang akan dijadikan tolak ukur dalam menentukan
keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator keberhasilan kinerja
penelitian mengenai peningkatan pemahaman materi kebebasan berorganisasi
dalam pembelajaran Pkn dengan model pembelajaran jigsaw dan media audio
visual pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 Polaharjo Klaten adalah
adanya peningkatan nilai rata – rata pada materi kebebasan berorganisasi di
atas KKM. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila pada secara klasikal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
siswa yang memperoleh nilai ≥70 mencapai ≥ 80%. Apabila dalam kelas
tersebut hasil yang diperoleh belum mencapai angka tersebut, penelitian akan
terus dilanjutkan ke siklus berikutnya sampai tercapai indikator yang
ditentukan.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimulai dengan siklus
pertama yang terdiri dari empat kegiatan (Iskandar, 2009: 48), yaitu
perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Hubungan keempat tahapan tersebut menunjukkan
sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Langkah-langkah tersebut
dapat diilustrasikan pada gambar 3.2 berikut:
Gambar 3.2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Sumber: Suharsimi Arikunto (2010: 16)
1. Siklus Pertama
a. Perencanaan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1) Menentukan pokok bahasan, yaitu kebebasan berorganisasi.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Menyusun lembar kerja siswa (LKS)
4) Mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran
5) Menyusun lembar evaluasi.
6) Menyiapkan lembar pedoman observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ini direncanakan dalam 2 kali
pertemuan, yakni pertemuan pertama mempelajari tentang pengertian
organisasi, unsur organisasi, langkah mendirikan organisasi, tugas pengurus
organisasi. Pada pertemuan kedua mempelajari tentang pengertian kebebasan
berorganisasi, ciri pengurus yang baik, tujuan dibentuk organisasi di sekolah,
tujuan dibentuk organisasi di masyarakat.
1. Kegiatan Inti
a) Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen yang beranggotakan 4
orang siswa.
b) Guru membagikan materi berdasarkan permasalahan
c) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk
membahas topik yang sama, wakil ini disebut dengan kelompok ahli.
d) Guru membagikan LKS kepada kelompok ahli.
e) Guru mengarahkan jalannya diskusi kelompok ahli.
f) Guru menayangkan media pembelajaran berupa video rapat organisasi
pramuka.
g) Setelah diskusi tim ahli selesai, siswa kembali ke kelompok asal dan
menyampaikan hasil diskusinya.
h) Presentasi setiap kelompok
2. Kegiatan Penutup
a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
c) Guru memberikan penilaian dan penguatan.
c. Pengamatan / Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kegiatan yang dilakukan pada saat observasi adalah mengamati
tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam melakukan
observasi, peneliti dibantu mitra untuk mengamati jalannya proses
pembelajaran yang meliputi aktivitas guru dan siswa. Selain itu, dalam tahap
ini peneliti juga menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan LKS yang
telah disusun oleh peneliti.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Refleksi dilaksanakan
untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian,
masalah-masalah yang muncul saat kegiatan pembelajaran, dan bagian yang
masih perlu diperbaiki, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti. Refleksi meliputi beberapa komponen, yaitu: menganalisis,
mensintesa dan menerangkan. Refleksi yang dilakukan berdasarkan nilai
siswa, lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kinerja guru. Hasil
dari refleksi ini digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tindakan yang akan
datang apakah hasil yang diperoleh sudah maksimal atau belum maksimal.
Siswa yang berhasil saat evaluasi sebanyak mencapai indikator ketercapaian
kinerja sebesar 76,48% dan belum mencapai indicator kinerja yang telah
ditentukan, oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II
2. Siklus Kedua
a. Perencanaan
Perencanaan pada siklus II meliputi rencana perbaikan pembelajaran
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media
audio visual yang didasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Rencana
perbaikan pada siklus II ini dilaksanakan untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual.
3) Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual.
4) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan
Pada dasarnya tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini hampir
sama dengan siklus I, yakni pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual. Perbedaannya
hanya pada proses pembelajaran, media pembelajaran dan soal instrumennya.
Pelaksanaan tindakan siklus II ini terbagi dalam 2 kali pertemuan dengan
materi yang sama. Pada pertemuan kedua mempelajari tentang pengertian
kebebasan berorganisasi, ciri pengurus yang baik, tujuan dibentuk organisasi
di sekolah, tujuan dibentuk organisasi di masyarakat.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:
1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2) Guru menerapkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual.
3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual.
4) Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan pemahaman materi
siswa.
c. Pengamatan / Observasi
Melakukan pengamatan/observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa
selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media
audio visual. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
dipersiapkan oleh peneliti.
d. Tahap Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data
kaitannya dengan indikator kinerja siklus I. Peneliti menganalisis pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
konsep siswa sesuai dengan nilai saat evaluasi, hasil observasi akvitas siswa,
observasi kinerja guru saat pembelajaran. Pada siklus II siswa mengalami
peningkatan pemahaman konsep secara klasikal ketercapaian kinerja sebesar
88,23% dengan KKM 70, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual tersebut telah
berhasil dan penelitian dihentikan pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan kegiatan
observasi dan wawancara dengan guru kelas dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan nyata yang ada di lapangan dan permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Fatimah, Ama. Pd selaku guru kelas V (lihat
lampiran 37 halaman 167) tersebut diperoleh keterangan bahwa masih terdapat
kesulitan yang dialami oleh guru ketika pembelajaran PKn materi Kebebasan
Berorganisasi.
Guru masih merasa kesulitan karena siswa mendapatkan nilai yang kurang
memuaskan dalam pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi. Guru
hanya mengggunakan metode ceramah dan mencatat dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Pembelajaran tanpa menggunakan model pembelajaran inovatif
dan media tersebut kurang begitu menarik perhatian siswa. Begitu juga siswa
mudah merasa bosan dan kurang termotivasi dalam kegiatan pembelajaran PKn..
Berdasarkan test pratindakan terhadap siswa kelas kelas V SDN Borongan
02, dapat diketahui bahwa pemahaman PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada
siswa kelas V masih rendah. Hal tersebut terbukti dari hasil test pratindakan yang
telah diujikan. Dari 17 siswa kelas V hanya terdapat 8 siswa (47,06%) yang
nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65. Sedangkan
sejumlah 9 siswa mendapatkan nilai kurang dari nilai KKM, nilai tertendah 40,
nilai tertinggi 75 dan nilai rata-rata kelas siswa kelas V tersebut adalah 61,20.
Daftar nilai Pkn materi Kebebasan Berorganisasi siswa kelas V pada saat
pratindakan (lihat lampiran 34 halaman 164) sebelum pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat dilihat
pada tabel 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.1. Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Berdasarkan daftar nilai PKn pada pratindakan pada tabel 4.1, maka
dapat dibuat tabel distribusi data nilai PKn siswa kelas V pada pratindakan seperti
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fi.xi Persentase
Keterangan
1 40 – 45 3 42,5 127,5 17,65 TT
2 46 – 51 2 48,5 97 11,76 TT
3 52 – 57 1 54,5 54,5 5,88 TT
4 58 – 63 3 60,5 181,5 17,65 TT
5 64 – 69 - 66,5 - - -
6 70 – 75 8 72,5 580 47,06 T
17 1040,5 100
Nilai rata-rata kelas = 1040,5 : 17 = 61,20
Nilai Terendah = 40
Nilai Tertinggi = 75
Siswa Tuntas = 8 siswa
Siswa Tidak Tuntas = 9 siswa
Ketuntasan Klasikal = (8 : 17) x 100% = 47,06%
Keterangan: T = Tuntas TT = Tidak Tuntas
No Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket
1 70 T 11 70 T
2 40 TT 12 75 T
3 70 T 13 70 T
4 45 TT 14 75 T
5 50 TT 15 55 TT
6 50 TT 16 40 TT
7 60 TT 17 60 TT
8 70 T
9 60 TT
10 75 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Dari distribusi data nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi siswa Kelas
V SD Negeri Borongan 2 pada pratindakan yang terlihat pada tabel 4.2 dapat
disajikan dalam bentuk histogram seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Histogram PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Pratindakan
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.1, nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 sebelum diterapkan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual diperoleh nilai rata-rata kelas
sebesar 61,20. Siswa yang memperoleh nilai 40 – 45 sebanyak 3 siswa atau
17,65%. Siswa yang memperoleh nilai 46 – 51 sebanyak 2 siswa atau 11,76%.
Siswa yang memperoleh nilai 52 – 57 sebanyak 1 siswa atau 5,88%. siswa yang
memperoleh nilai 58 – 63 sebanyak 3 atau 17,65%. Siswa yang memperoleh nilai
64 – 69 tidak ada atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai 70 – 75 sebanyak 8
siswa atau 47,06%.
Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1, dapat diketahui nilai terendah, nilai
tertinggi, nilai rata-rata kelas siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 serta data
ketuntasan belajar siswa pada saat pratindakan. Data tersebut dapat disajikan
dalam tabel 4.3.
3
2
1
3
0
8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
40 – 45 56 – 61 52 – 57 58 – 63 64 – 69 70 – 75
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 4.3. Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-rata dan Ketuntasan
Klasikal Pratindakan
No Keterangan Pratindakan
1 Nilai Terendah 40
2 Nilai Tertinggi 75
3 Nilai Rata-rata 61,20
4 Ketuntasan Klasikal 47,06%
Untuk memperjelas nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata dan
ketuntasan belajar siswa pada saat pratindakan dapat dilihat pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Histogram Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-rata dan
Ketuntasan Belajar secara Klasikal Pratindakan
Berdasarkan data pada gambar 4.2 dapat diketahui bahwa siswa yang
tuntas dalam pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi sebesar 47,06%
atau 8 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebesar 52,94% atau 9 siswa. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 Polanharjo masih rendah.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari
2 kali pertemuan. Dalam setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) perencanaan,
40
61,2
75
47,06
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Nilai terendah Nilai rata-rata Nilai tertinggi Ketuntasan klasikal(%)
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) pelaksanaan, 3) pengamatan atau observasi, dan 4) refleksi. Adapun gambaran
dari pelaksanaan setiap siklusnya adalah sebagai berikut:
1. Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 Mei sampai dengan 5
Mei 2012. Adapun tahap-tahap dari kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Selasa, 1 Mei
2012. Peneliti dan guru kelas V SD Negeri Borongan 02 sebagai
kolaborator mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan.
Rancangan tersebut dibuat berdasarkan pada solusi permasalahan yang
muncul yakni dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dan menggunakan media audio visual. Selanjutnya disepakati bahwa
pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan
yakni pada hari Jumat tanggal 4 Mei 2012 dan hari Sabtu tanggal 5 Mei
2012. Adapun deskripsi dari perencanaan siklus I adalah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PKn
selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit di setiap
pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,
materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan
penilaian. RPP lihat pada lampiran 2 halaman 92 (pertemuan 1) dan
lampiran 8 halaman 108 (pertemuan 2 ).
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang dipersiapkan untuk pembelajaran
adalah:
a) Menyiapkan perangkat media audio visual, di antaranya: laptop,
LCD proyektor dan speaker.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b) Menyiapkan kamera digital yang digunakan untuk
mendokumentasikan proses pembelajaran PKn.
3) Menyiapkan Lembar Pengamatan dan Lembar Penilaian
Lembar pengamatan yang digunakan untuk merekam segala aktivitas
siswa selama pelaksanaan pembelajaran PKn berlangsung.
Pengamatan yang dilakukan meliputi keterampilan sosial dan
keaktifan siswa dalam penerapan model Jigsaw dan media audio
visual. Sedangkan untuk lembar penilaian atau evaluasi disusun
berdasarkan pada kisi-kisi soal yang telah disesuaikan dengan
indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
V untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan penggunaan
media audio visual. Dalam tahap ini, peneliti bertindak sebagai pengajar
dan guru sebagai observer atau pengamat. Guru membantu peneliti untuk
menilai siswa dari keterampilan sosial siswa dan keaktifan siswa dalam
penerapan model Jigsaw dan media audio visual.
1) Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 Mei
2012. Pada pertemuan 1, pembelajaran PKn kelas V mempelajari
tentang pengertian organisasi, unsur organisasi, langkah mendirikan
organisasi dan tugas pengurus organisasi.
Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan
memberikan salam. Kemudian, guru mengecek kehadiran siswa dan
mengkondisikan siswa agar suasana kelas menjadi lebih kondusif.
Selanjutnya, guru juga memberikan motivasi dan apersepsi kepada
siswa agar siswa lebih bersemangat dan tertarik dalam mengikuti
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pemberian apersepsi bertujuan
untuk menggali pengetahuan awal siswa tentang pengertian
organisasi. Guru bertanya, “Siapa ketua kelas V?”. Setelah itu, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pembelajaran pun mulai masuk dalam kegiatan inti yang
terbagi ke dalam tiga tahapan (eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi).
Guru mengawalinya dengan bertanya jawab dengan siswa mengenai
organisasi dan bertanya tentang tugas seorang ketua kelas.. Kemudian,
guru memberikan penjelasan mengenai pengertian organisasi. Guru
lalu menjelaskan langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Pada tahap elaborasi, guru mulai menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Guru membagi siswa dalam kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Kemudian guru membagikan materi yang
berbeda pada setiap anggota kelompok siswa. Setelah semua siswa
mendapatkan lembar materi, siswa diminta untuk berdiskusi dengan
siswa dari kelompok lain yang mendapatkan materi yang sama lalu
guru membagikan LKS kelompok ahli. Selama kegiatan ini, suasana
kelas memang agak ramai, karena siswa berdiskusi menyelesaikan
persoalan. Kemudian, guru menayangkan video pembelajaran berupa
video pramuka. Setelah kelompok ahli selesai berdiskusi dan
mengerjaran LKS, anggota kelompok kembali ke kelompok asalnya
untuk menyampaikan hasil diskusinya. Pada saat kegiatan ini suasana
kelas agak ramai, karena siswa menyampaikan materi kepada
temannya.
Kegiatan yang selanjutnya sudah termasuk ke dalam tahap
konfirmasi. Pada tahap ini guru memberikan pengutan kepada siswa.
Kemudian, guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa yang
belum memahami materi yang diajarkan. Dalam tahap ini pula, siswa
bersama-sama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan soal-soal
evaluasi secara individu. Bentuk soal evaluasi berupa 10 soal isian
singkat. Setelah itu, guru mengakhiri pelajaran dengan salam penutup.
Pada saat evaluasi pertemuan 1 siklus I diperoleh data nilai PKn yang
diperjelas dalam tabel 4.4 (lihat lampiran 34 halaman 168).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.4. Nilai PKn Siswa Pertemuan 1 Siklus I
Berdasarkan daftar nilai PKn pada siklus I pertemuan I pada tabel
4.4, maka dapat dibuat tabel distribusi data nilai PKn siswa kelas V pada
pertemuan 1 siklus I seperti pada tabel 4.5.
Tabel 4. 5. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Pertemuan 1 Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fi.xi Persentase
Ket
1 40 – 48 1 44 44 3,57 TT
2 49 – 57 1 53 53 3,57 TT
3 58 – 66 3 62 186 16,07 TT
4 67 – 75 5 71 355 28,77 T
5 76 – 84 3 80 240 19,45 T
6 85 – 93 4 89 356 28,57 T
17 1234 100
Nilai rata-rata kelas = 1234 : 17 = 72,58
Nilai Terendah = 40
Nilai Tertinggi = 90
Siswa Tuntas = 12 siswa
Siswa Tidak Tuntas = 5 siswa
Ketuntasan Klasikal = (12 : 17) x 100% = 70,59%
Berdasarkan distribusi data nilai PKn siswa pada pertemuan 1
siklus I yang terlihat pada tabel 4.5, dapat disajikan dalam gambar 4.3.
No
Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket
1 80 T 11 90 T
2 40 TT 12 70 T
3 70 T 13 90 T
4 60 TT 14 80 T
5 60 TT 15 90 T
6 60 TT 16 50 TT
7 70 T 17 90 T
8 70 T
9 70 T
10 80 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 4. 3. Histogram Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 1 Siklus I
2) Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 6 Mei 2012.
Pada pertemuan 2, pembelajaran PKn kelas V mempelajari materi
selanjutnya, yaitu pengertian kebebasan berorganisasi, ciri pengurus
organisasi, tujuan dibentuk organisasi di sekolah dan tujuan dibentuk
organisasi di sekolah.
Pada kegiatan awal, kegiatan yang dilakukan hampir sama
dengan kegiatan awal pada pertemuan 1. Guru membuka pelajaran
dengan memberikan salam. Lalu guru mengkondisikan siswa agar
suasana kelas menjadi kondusif. Guru juga memberikan motivasi dan
apersepsi kepada siswa. Pemberian apersepsi bertujuan untuk menggali
pengetahuan awal siswa tentang organisasi , dengan cara guru bertanya
“Siapa yang masih ingat unsur sebuah organisasi?”. Setelah itu, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pada saat kegiatan inti, kegiatan terbagi ke dalam tiga tahap
(eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi). Dalam tahap eksplorasi,
kegiatan diawali dengan tanya jawab yang dilakukan antara guru dan
para siswa tentang tugas seorang ketua RT yang mereka ketahui.
Kemudian, guru memberikan penjelasan mengenai materi tentang
organisasi Rukun Tetangga (RT) secara singkat.
1 1
3
5
3
4
0
1
2
3
4
5
6
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 – 93
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada tahap elaborasi, kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa juga hampir sama dengan kegiatan inti di pertemuan ke-1. Guru
mulai menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Guru
membagikan siswa dalam kelompok dan membagikan materi berbeda
kepada setiap anggota kelompok. Setelah semua siswa mendapatkan
lembar materi, siswa diminta untuk berdiskusi dengan anggota
kelompok lain yang mendapatkan materi yang sama. Setelah itu guru
membagikan LKS. Pada saat siswa berdiskusi guru menayangkan
video pembelajaran tentang animasi pramuka.
Pada tahap konfirmasi, kegiatan yang dilakukan adalah guru
memberikan penguatan kepada siswa. Kemudian, guru memberi
kesempatan bertanya kepada siswa yang belum memahami materi
yang diajarkan. Dalam tahap ini, siswa bersama-sama guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pada kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi
secara individu. Bentuk soal evaluasi pada pertemuan ini adalah 10
soal isian singkat. Pada akhir pembelajaran guru memberikan pesan-
pesan sebagai tindak lanjut kepada siswa dan diakhiri dengan salam
penutup. Pada saat evaluasi pertemuan 2 pada siklus I diperoleh data
nilai PKn siswa yang diperjelas dalam tabel 4.6 (lihat lampiran 35
halaman 165).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 4. 6. Nilai PKn Siswa Pertemuan 2 Siklus I
Berdasarkan daftar nilai PKn pertemuan 2 pada siklus I pada
tabel 4.6, maka dapat dibuat tabel distribusi data nilai PKn siswa kelas
V pertemuan 2 pada siklus I seperti pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Pertemuan 2 Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fi.xi Persentase
Ket
1 50 – 56 2 53 106 11,77 TT
2 57 – 63 2 60 120 11,77 TT
3 64 – 70 3 67 201 17,65 T
4 71 – 77 - 74 - - -
5 78 – 84 5 81 405 29,41 T
6 85 – 91 5 88 440 29,41 T
17 1272 100
Nilai rata-rata kelas = 1272 : 17 = 74,82
Nilai Terendah = 50
Nilai Tertinggi = 90
Siswa Tuntas = 13 siswa
Siswa Tidak Tuntas = 4 siswa
Ketuntasan Klasikal = (13 : 17) x 100% = 76,47%
Berdasarkan distribusi data nilai materi organisasi siswa kelas
V SD Negeri Borongan 02 pada pertemuan 2 siklus I yang terlihat
pada tabel 4.7, dapat disajikan dalam gambar 4.4.
No
Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket
1 80 T 11 90 T
2 50 TT 12 90 T
3 90 T 13 90 T
4 60 TT 14 80 T
5 60 TT 15 70 T
6 80 T 16 50 TT
7 70 T 17 90 T
8 80 T
9 70 T
10 80 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.4. Histogram Nilai PKn Siswa Kelas V Pertemuan 2 Siklus I
c. Pengamatan atau Observasi
Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal
ini, peneliti melibatkan peran serta guru dan berkolaborasi dengan guru kelas.
Guru kelas berperan sebagai observer untuk mengamati pelaksanaan tindakan
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan pemahaman PKn materi
Kebebasan Berorganisasi siswa kelas V melalui pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dan media audio visual. Observer mengamati kegiatan guru dan siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disediakan. Adapun hal-hal yang diamati oleh observer
meliputi: aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung, penerapan
model Jigsaw dan sikap siswa dalm mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain
itu, peneliti juga mengamati hasil evaluasi individu siswa disetiap akhir
pertemuan. Hasil observasi selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap
refleksi pada siklus I.
Berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran PKn materi
Kebebasan Berorganisasi berlangsung pada siklus I pertemuan 1 dan 2,
diperoleh hasil dan gambaran tentang aktivitas guru dan siswa sebagai berikut:
1) Aktivitas Guru
2 2
3
0
5 5
0
1
2
3
4
5
6
50 – 56 57 – 63 64 – 70 71 – 77 78 – 84 85 – 91
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Aktivitas guru diamati dengan menggunakan lembar observasi
kemampuan guru mengajar. Pengamatan dilakukan selama kegiatan
pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi berlangsung. Dari
hasil observasi kemampuan guru mengajar pada siklus I (lihat lampiran
29 halaman 159), maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Pada persiapan pembelajaran mendapat nilai rata-rata 3,5 dan
tergolong dalam kategori baik.
b) Membuka pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 3 dan tergolong
dalam kategori baik.
c) Kejelasan dan sistematika penyampaian materi mendapatkan nilai
rata-rata 3 dan tergolong dalam kategori baik.
d) Ketepatan strategi pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 3 dan
tergolong dalam kategori baik.
e) Penerapan model pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 3 dan
tergolong dalam kategori baik.
f) Ketepatan dan daya tarik media mendapatkan nilai rata-rata 4 dan
tergolong sangat baik.
g) Kemampuan menggunakan media mendapatkan nilai rata-rata 3 dan
tergolong dalam kategori baik.
h) Menumbuhkan partisipasi aktif dalam belajar mendapatkan nilai
rata-rata 2,5 dan tergolong dalam kategori cukup baik.
i) Memantau kemajuan belajar selama proses mendapat nilai rata-rata
2,5 dan tergolong dalam kategori cukup baik.
j) Melakukan penilaian atau evaluasi mendapatkan nilai rata-rata 3,5
dan tergolong dalam kategori baik.
k) Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, lancar, baik dan
benar mendapatkan nilai rata-rata 3 dan tergolong dalam kategori
baik.
l) Menutup pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 3,5 dan tergolong
dalam kategori baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I adalah 3,08 dan
tergolong dalam ketegori baik. Hasil pengamatan terhadap kinerja
peneliti sebagai guru pada siklus I menunjukkan bahwa guru sudah
berusaha untuk melaksanakan kinerjanya dengan baik, meskipun pada
pelaksanaanya masih ada beberapa hal yang perlu untuk dibenahi
Hal ini dapat diartikan bahwa pembelajaran yang berlangsung
sudah baik dengan kriteria memuaskan, tetapi masih terdapat beberapa
kekurangan yang perlu ditingkatkan lagi, yaitu dalam menumbuhkan
antusiasme siswa dalam belajar dan memantau kemajuan belajar siswa.
2) Aktivitas Siswa
Kegiatan siswa dalam pembelajaran diobservasi secara klasikal
atau keseluruhan. Observasi dilakukan pada berbagai aspek, jika dibuat
uraian hasil observasi sebagai berikut (lihat lampiran 32 halaman 162):
a) Kedisiplinan siswa mendapat nilai rata-rata 3,5 dan tergolong dalam
kategori baik. Siswa sudah datang tepat waktu dan mematuhi tata
tertib didalam kelas.
b) Kesiapan menerima pelajaran siswa mendapat nilai rata-rata 3dan
tergolong dalam kategori baik. Siswa sebelum menerima materi
sudah duduk dengan rapi di tempat duduknya.
c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran mendapat nilai rata-rata 3 dan
tergolong dalam kategori baik.
d) Tanggung jawab siswa mendapatkan nilai rata-rata 3 dan tergolong
dalam kategori baik.
e) Kerjasama siswa dalam pembelajaran mendapat nilai rata-rata 2,5
tergolong cukup baik, siswa sudah dapat berdiskusi satu sama lain
meskipun kadang-kadang egois dengan pendapatnya sendiri .
Rata-rata akhir hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I adalah 3
dan tergolong dalam kategori baik. Hasil pengamatan terhadap siswa
pada siklus I menunjukkan bahwa peran dan keikutsertaan siswa dalam
proses pembelajaran sudah bertambah, meskipun ada beberapa hal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
masih kurang yaitu dalam hal kerjasama. Dengan keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran, diharapkan ada peningkatan pembelajaran.
3) Evaluasi Pembelajaran PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi individu siswa
setelah pembelajaran PKn mengenai materi Kebebasan Berorganisasi,
yang diujikan di setiap akhir pembelajaran pada pertemuan 1 dan 2.
Berdasarkan rekapitulasi nilai hasil evaluasi individu yang
diperoleh siswa pada pertemuan 1 dan 2 pada siklus I (lihat lampiran 35
halaman 165), maka rata-rata nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 dapat diperjelas dengan tabel
4.8.
Tabel 4.8 Rata-rata Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus I
Berdasarkan daftar nilai nilai PKn pada siklus I pada tabel 4.8,
maka dapat dibuat tabel distribusi data nilai PKn siswa kelas V pada
siklus I seperti pada tabel 4.9
No Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket
1 80 T 11 90 T
2 45 TT 12 80 T
3 80 T 13 90 T
4 60 TT 14 80 T
5 60 TT 15 80 T
6 70 T 16 50 TT
7 70 T 17 90 T
8 70 T
9 70 T
10 80 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.9. Distribusi Data Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Persentase Ket
1 45 – 52 2 48,5 97 11,76 TT
2 53 – 60 2 56,5 113 11,76 TT
3 61 – 68 - 64,5 - - -
4 69 – 76 4 72,5 290 23,53 T
5 77 – 84 6 80,5 483 35,30 T
6 85 – 92 3 88,5 265,5 17,65 T
17 1248,5 100
Nilai rata-rata kelas = 1248,5 : 17 = 73,44
Nilai Tertinggi = 90
Nilai Terendah = 45
Siswa Tuntas = 13 Siswa
Siswa Tidak Tuntas = 4 siswa
Ketuntasan Klasikal = (13 : 17) x 100% = 76,48%
Keterangan: T = Tuntas TT = Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi data nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 pada siklus I yang
terlihat pada tabel 4.9, dapat disajikan dalam gambar 4.4.
Gambar 4.5. Histogram Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Siklus I
2 2
0
4
6
3
0
1
2
3
4
5
6
7
45 – 52 53 – 60 61 – 68 69 – 76 77 – 84 85 – 92
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 4.5, nilai PKn Kebebasan
Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan diperoleh nilai rata-
rata kelas sebesar 73,44. Siswa yang memperoleh nilai antara 45 – 52
sebanyak 2 siswa atau 11,76%. Siswa yang memperoleh nilai antara 53 –
60 sebanyak 2 siswa atau 11,76%. Siswa yang memperoleh nilai antara
61 – 68 tidak ada atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai antara 69 – 76
sebanyak 4 siswa atau 23,53%. Siswa yang memperoleh nilai antara 77 –
84 sebanyak 6 siswa atau 35,30%. Siswa yang memperoleh nilai antara
85 – 92 sebanyak 3 siswa atau 17,65%.
Berdasarkan data nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
siswa kelas V SD Negeri Borongan yang telah diperoleh siswa kelas V
pada siklus I, kemudian dibandingkan dengan data pada saat pratindakan.
Adapun data perbandingan PKn materi Kebebasan Berorganisasi siswa
pada saat pratindakan dan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Pratindakan dan Siklus I
No Keterangan Pratindakan Siklus I
1 Nilai Terendah 40 45
2 Nilai Tertinggi 75 90
3 Nilai Rata-rata 61,20 73,44
4 Ketuntasan Klasikal (%) 47,06 76,48
Untuk memperjelas data perkembangan nilai PKn materi
Kebebasan Berorganisasi dan ketuntasan klasikal pada saat pratindakan
dan siklus I, dapat disajikan dalam gambar 4.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Gambar 4.6. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan
Berorganisasi Pratindakan dan Siklus I
Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar 4.6, maka dapat diketahui
bahwa:
1) Nilai terendah PKn materi Kebebasan Berorganisasi siswa kelas V
SD Negeri Borongan 2 mengalami peningkatan, yaitu dari 40
menjadi 45.
2) Nilai tertinggi PKn materi Kebebasan Berorganisasi siswa kelas V
SD Negeri Borongan mengalami peningkatan, yaitu dari nilai 75
menjadi 90.
3) Nilai rata-rata PKn materi Kebebasan Berorganisasi siswa kelas V
SD Negeri Borongan mengalami peningkatan sebanyak 12,24,
yaitu dari nilai 61,20 menjadi 73,44.
4) Ketuntasan klasikal dalam pembelajaran PKn materi Kebebasan
Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 mengalami
peningkatan sebanyak 29,42%, yaitu dari 47,06% menjadi 76,48%.
Dari ketuntasan klasikal yang dicapai, dapat diartikan bahwa
jumlah siswa yang dinyatakan tuntas atau mendapat nilai diatas KKM
naik sejumlah 5 siswa, yaitu pada saat pratindakan siswa yang tuntas
40
61,2
75
47,06 45
73,44
90
76,48
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai terendah Nilai rata-rata Nilai tertinggi Ketuntasanklasikal
Pratindakan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sejumlah 8 siswa dan pada siklus I siswa yang tuntas naik menjadi 13
siswa. Dengan demikian dapat dinyatakan pula bahwa masih ada 4
siswa yang belum tuntas dalam mengikuti pembelajaran PKn materi
Kebebasan Berorganisasi.
d. Refleksi
Berdasarkan data nilai pengamatan siswa dan APKG yang
diperoleh pada saat observasi, data kemudian dianalisis. Analisis hasil
tindakan siklus I direfleksi sesuai dengan proses pembelajaran yang
dilakukan. Tahap refleksi dilakukan dengan cara melihat ketuntasan nilai
siswa secara klasikal dan peningktan nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 pada pratindakan dan
siklus I. Setelah itu, hasil yang dicapai pada siklus I dibandingkan dengan
indikator yang telah ditetapkan. Indikator kinerja pada penelitian ini yaitu
penelitian dinyatakan berhasil apabila minimal 80% dari jumlah siswa
mendapatkan nilai diatas KKM (65). Sedangkan pada tindakan siklus I ini,
siswa yang tuntas baru mencapai 76,48% atau sebanyak 13 siswa.
Selain itu, berdasarkan data kinerja guru yang diperoleh dari nilai
rata-rata APKG pertemuan 1 dan 2 pada siklus I, ditemukan beberapa
kelebihan, kekurangan beserta solusi yaitu:
a. Kelebihan pelaksanaan tindakan siklus I
1) Guru mendapatkan nilai 3 yang termasuk kategori baik pada aspek
membuka pelajaran, kejelasan dan sistematika penyampaian
materi, ketepatan strategi, penerapan model pembelajaran,
kemapuan menggunakan media, menggunakan bahasa lisan yang
jelas (lihat lampiran 29 halaman 159).
2) Guru mendapatkan nilai 3,5 yag termasuk kategori baik pada
aspek persiapan pembelajaran, melakukan evaluasi, menutup
pelajaran.
3) Guru mendapatkan nilai 4 yang termasuk kategori sangat baik
pada aspek ketepatan dan daya tarik media. Hal ini dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sebelumnya belum pernah digunakan media audio visual berupa
LCD proyektor dan speaker dalam pembelajaran.
4) Siswa mendapatkan nilai 3 yang termasuk kategori baik pada
aspek kesiapan menerima pelajaran, keaktifan, tanggung jawab
(lihat lampiran 32 halaman 162).
5) Siswa mendapatkan nilai 3 yang termasuk kategori baik pada
aspek kedisiplinan. Hal ini dikarenakan siswa masuk kelas tepat
waktu dan duduk di tempat duduknya ketika pelajaran akan
dimulai
b. Kekurangan pelaksanaan tindakan siklus I
1) Guru mendapatkan nilai 2,5 yang termasuk kategori kurang baik
pada aspek menumbuhkan antusiasme siswa dan memantau
kemajuan belajar selama proses. Hal ini dikarenakan siswa masih
belum terbiasa dengan penerapan model Jigsaw dalam
pembelajaran dan guru belum sepenuhnya dapat mengkondisikan
kelas, sehingga beberapa siswa ramai sendiri.
2) Siswa pada aspek kerjasama mendapatkan nilai 2,5 yang
termasuk kategori kurang baik. Hal ini dikarenakan sifat siswa
yang masih egois dalam kelompok. Ada beberapa siswa yang
tidak mau menerima pendapat serta menganggap pendapat
temannya salah.
c. Solusi yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah
1) Pembentukan kelompok sesuai dengan karakter dan
memperhatikan kecocokan antarsiswa agar semua anggota
kelompok dapat bekerjasama dengan baik dan berkomunikasi
dengan lancar.
2) Guru memberikan reward untuk menumbuhkan antusiasme dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga siswa termotivasi
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan data perbandingan nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi dan ketuntasan klasikal yang dicapai serta kekurangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pelaksanaan tindakan pada siklus I diatas, tindakan yang dilakukan pada
siklus I belum berhasil karena belum mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Pada siklus I, nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi siswa
masih kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan masih ada 4 siswa atau
sebesar 23,53% siswa yang belum mencapai nilai KKM. Selain itu, masih
terdapat beberapa kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus I yang
dialami oleh guru sehingga menghambat keoptimalan pembelajaran siswa.
Oleh karena itu, perlu adanya tindak lanjut ke siklus II untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I dan memaksimalkan
pemahaman PKn materi Kebebasan Berorganisasi siswa pada siklus II.
2. Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan yakni tanggal 18 Mei dan 19 Mei 2012. Pada siklus II, peneliti
masih berperan sebagai guru seperti pada saat siklus I. Materi yang diajarkan
tetap sama yaitu Kebebasan Berorganisasi, akan tetapi terdapat beberapa
perbedaan mengenai media audio visual yang digunakan dan langkah-langkah
pembelajaran, serta ada tindakan perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I.
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pempelajaran lebih menarik dan
menyenangkan sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi
Kebebasan Berorganisasi. Dengan demikian, diharapkan nilai PKn materi
Kebebasan Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan dapat lebih
bagus lagi atau meningkat dan dapat mencapai indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Adapun tahap-tahap dari kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini, hal yang dibahas, yakni mengenai rancangan
tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II. Rancangan tindakan
dibuat berdasarkan pada hasil refleksi tindakan siklus I. Selanjutnya,
disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan selama
2 kali pertemuan, yakni pada hari Jumat tanggal 18 Mei dan Sabtu tanggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
19 Mei 2012. Pada siklus II, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki
sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman pembelajaran PKn materi
Kebebasan Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan 2.
Adapun deskripsi perencanaan tindakan pada siklus II meliputi
kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) PKn
selama 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit di setiap
pertemuannya. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,
materi pembelajaran, metode dan model pembelajaran, langkah-
langkah pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian
dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 124 (pertemuan 1) dan
lampiran 20 halaman 140 (pertemuan 2).
2) Membuat lembar observasi seperti pada siklus I untuk mengamati
kegiatan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
3) Membuat lembar evaluasi sebagai alat untuk mengevaluasi hasil
belajar siswa.
4) Menyiapkan video sebagai media pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas
V untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan penggunaan
media audio visual. Dalam tahap ini, peneliti bertindak sebagai pengajar
dan guru sebagai observer atau pengamat. Dalam hal ini, guru membantu
peneliti untuk menilai siswa dari aspek kemampuan siswa d selama
pembelajaran berlangsung.
1) Pertemuan 1
Pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Mei
2012. Pada pertemuan 1, pembelajaran PKn kelas V mempelajari
tentang pengertian organisasi, unsur organisasi, langkah mendirikan
organisasi dan tugas pengurus organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Pada kegiatan awal, seperti halnya kegiatan pembelajaran pada
siklus I, guru membuka pelajaran dengan memberikan salam.
Kemudian, guru mengecek kehadiran siswa secara klasikal. Guru
mengkondisikan siswa agar suasana pembelajaran lebih kondusif.
Guru juga memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa.
Pemberian apersepsi bertujuan untuk menggali pengetahuan awal
siswa tentang tugas seorang bendahara. Setelah itu, guru
menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti terbagi dalam 3 tahap, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Dalam tahap eksplorasi, guru dan siswa
melakukana kegiatan tanya jawab yang bertujuan untuk menggali
pengetahuan awal siswa.
Pada tahap elaborasi, guru menerapkan model pembelajaran
Jigsaw dan membagi membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-
masing anggota kelompok di diberi materi berbeda. Guru meminta
siswa berdiskusi dengan anggota kelompok lain yang mendapatkan
materi yang sama. Kemudian guru menayangkan video tentang
organisasi dan pemberian LKS kelompok.
Tahap akhir pada kegiatan inti adalah tahap konfirmasi. Dalam
tahap ini, guru memberikan penguatan. Kemudian, guru memberi
kesempatan bertanya kepada siswa yang belum memahami materi
yang diajarkan. Dalam tahap ini, siswa bersama-sama guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Pada tahap kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal-soal
evaluasi secara individu. Bentuk soal evaluasi berupa 10 soal isian.
Pelajaran diakhiri dengan salam penutup. Pada saat evaluasi pertemuan
1 siklus II diperoleh data nilai PKn yang diperjelas dalam tabel 4.4
(lihat lampiran 36 halaman 166).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 4.11. Nilai PKn Pertemuan 1 Siklus II
„
Berdasarkan daftar nilai PKn pertemuan 1 pada siklus II pada
tabel 4.11, maka dapat dibuat tabel distribusi data nilai PKn siswa
kelas V pada pertemuan 1 siklus II seperti pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Pertemuan 1 Siklus II
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Persen
Tase
Ket
1 50 – 56 1 53 53 5,88 TT
2 57 – 63 2 60 120 5,88 TT
3 64 – 70 3 67 201 17,65 T
4 71 – 77 - 74 - - -
5 78 – 84 6 81 486 35,29 T
6 85 – 91 5 88 440 29,41 T
17 1300 100
Nilai rata-rata kelas = 1300 : 17 = 76,47
Nilai Tertinggi = 90
Nilai Terendah = 50
Siswa Tuntas = 14 Siswa
Siswa Tidak Tuntas = 3siswa
Ketuntasan Klasikal = (14 : 17) x 100% = 82,35%
Berdasarkan distribusi data nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 pada pertemuan 1
siklus II yang terlihat pada tabel 4.12, dapat disajikan dalam gambar
4.7.
No
Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket
1 90 T 11 90 T
2 60 TT 12 80 T
3 90 T 13 70 T
4 80 T 14 80 T
5 90 T 15 90 T
6 70 T 16 50 TT
7 80 T 17 80 T
8 70 T
9 70 T
10 80 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gambar 4.7. Histogram Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Pertemuan 1 Siklus II
2) Pertemuan 2
Pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Mei
2012. Pada pertemuan 2, pembelajaran PKn kelas V mempelajari
materi selanjutnya, yaitu tentang kebebasan berorganisasi, ciri
pengurus organisasi, tujuan organisasi di sekolah dan masyarakat.
Pada saat kegiatan awal, kegiatan yang dilakukan hampir sama
dengan kegiatan awal pada pertemuan 1. Guru membuka pelajaran
dengan memberikan salam. Kemudian, guru mengecek kehadiran
siswa dan mengkondisikan siswa. Guru juga memberikan motivasi dan
apersepsi kepada siswa. Pemberian apersepsi bertujuan untuk menggali
pengetahuan siswa yaitu, dengan cara guru bertanya “siapa yang tahu
pengertian organisasi?”. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Pada kegiatan inti, kegiatan terbagi dalam 3 tahap, yaitu
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada saat tahap eksplorasi, guru
memberikan rangsangan pertanyaan yang berhubungan dengan materi
pada pertemuan 2 di siklus I. Setelah selesai mengadakan tanya jawab
yang bertujuan untuk mengingatkan kembali tentang materi kebebasan
berorganisasi.
Pada tahap elaborasi, kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa juga hampir sama dengan kegiatan inti di pertemuan ke-1. Guru
1
2
3
0
6
5
0
1
2
3
4
5
6
7
50 – 56 57 – 63 64 – 70 71 – 77 78 – 84 85 – 91
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menerapkan pembelajaran koopereatif tipe Jigsaw. Guru siswa dalam
kelompok dan membagikan materi tekstual yang berbeda.
Tahap selanjutnya adalah konfirmasi. Dalam tahap ini, guru
memberikan penguatan kepada. Kemudian, guru memberi kesempatan
bertanya kepada siswa yang belum memahami materi yang diajarkan.
Dalam tahap ini, siswa bersama-sama guru menyimpulkan materi yang
telah dipelajari.
Pada kegiatan akhir, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi
secara individu. Bentuk soal evaluasi pada pertemuan ini adalah 10
soal isian singkat. Pada akhir pembelajaran guru menyampaikan
pesan-pesan kepada siswa dan diakhiri dengan salam penutup. Pada
saat evaluasi pertemuan 2 pada siklus II diperoleh data nilai PKn
materi kebebasan berorganisasi yang diperjelas dalam tabel 4.13 (lihat
lampiran 36 halaman 166).
Tabel 4.13. Daftar Nilai PKn Siswa Pertemuan 2 Siklus II
Berdasarkan daftar nilai PKn pertemuan 2 pada siklus II pada
tabel 4.13, maka dapat dibuat tabel distribusi data nilai PKn siswa
kelas V pertemuan 2 pada siklus II seperti pada tabel 4.14.
No
Urut Nilai Ket No Urut Nilai Ket
1 90 T 11 90 T
2 40 TT 12 90 T
3 90 T 13 80 T
4 80 T 14 80 T
5 90 T 15 90 T
6 70 T 16 50 TT
7 90 T 17 90 T
8 80 T
9 80 T
10 90 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.14. Distribusi Data Nilai PKn Siswa Pertemuan 2 Siklus II
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fi.xi Persentase
Ket
1 40 – 48 1 44 44 5,88 TT
2 49 – 57 1 53 53 5,88 TT
3 58 – 66 0 62 0 0 TT
4 67 – 75 1 71 71 5,88 T
5 76 – 84 5 80 400 29,41 T
6 85 – 93 9 89 801 52,94 T
17 1269 100
Nilai rata-rata kelas = 1269 : 17 = 74,65
Nilai Terendah = 40
Nilai Tertinggi = 90
Siswa Tuntas = 15 siswa
Siswa Tidak Tuntas = 2 siswa
Ketuntasan Klasikal = (15 : 17) x 100% = 88,24%
Berdasarkan distribusi data nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 pertemuan 2 pada
siklus II yang terlihat pada tabel 4.14, dapat disajikan dalam gambar 4.8
Gambar 4.8. Histogram Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Pertemuan 2 Siklus II
c. Pengamatan atau Observasi
Observasi dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal
ini, peneliti melibatkan guru serta berkolaborasi dengan guru kelas. Guru
kelas berperan sebagai observer untuk mengamati pelaksanaan tindakan
1 1
0
1
5
9
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
40 – 48 49 – 57 58 – 66 67 – 75 76 – 84 85 – 93
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan pemahaman PKn
materi kebebasan berorganisasi siswa kelas V melalui pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual. Observer mengamati
kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan
menggunakan lembar obeservasi yang telah disediakan.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran
berlangsung pada siklus II, diperoleh data dan gambaran tentang aktivitas
siswa dan guru dalam pembelajaran PKn dengan rincian sebagai berikut:
1) Aktivitas Guru
Aktivitas guru diamati dengan menggunakan lembar observasi.
Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran PKn berlangsung.
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut (lihat lampiran
30 halaman 160):
a) Pada persiapan pembelajaran mendapat nilai rata-rata 4 dan
tergolong dalam kategori sangat baik.
b) Membuka pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 4 dan
tergolong dalam kategori sangat baik.
c) Kejelasan dan sistematika penyampaian materi mendapatkan nilai
rata-rata 3 dan tergolong dalam kategori baik.
d) Ketepatan strategi pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 4 dan
tergolong dalam kategori sangat baik.
e) Penerapan model pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 4 dan
tergolong dalam kategori sangat baik.
f) Ketepatan dan daya tarik media mendapatkan nilai rata-rata 3,5 dan
tergolong baik.
g) Kemampuan menggunakan media mendapatkan nilai rata-rata 3,5
dan tergolong dalam kategori baik.
h) Menumbuhkan partisipasi aktif dan antusiasme dalam belajar
mendapatkan nilai rata-rata 4 dan tergolong dalam kategori sangat
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
i) Memantau kemajuan belajar selama proses mendapat nilai rata-rata
3,5 dan tergolong dalam kategori baik.
j) Melakukan penilaian atau evaluasi mendapatkan nilai rata-rata 4
dan tergolong dalam kategori sangat baik.
k) Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas, lancar, baik
dan benar mendapatkan nilai rata-rata 4 dan tergolong dalam
kategori sangat baik.
l) Menutup pembelajaran mendapatkan nilai rata-rata 3,5 dan
tergolong dalam kategori baik.
Rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus II adalah 3,75
dan tergolong dalam kategori sangat baik. Hasil pengamatan terhadap
kinerja peneliti sebagai guru pada siklus II menunjukkan bahwa guru
sudah berupaya untuk melaksanakan kinerjanya dengan baik.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi menggunakan
model Jigsaw dan media audio visual pada siklus II sudah berjalan
dengan baik.
2) Aktivitas Siswa
Kegiatan siswa diobservasi secara klasikal. Observasi
dilakukan pada berbagai aspek. Data hasil observasi dapat dibuat
uraian sebagai berikut (lihat lampiran 33 halaman 163):
a) Kedisiplinan siswa mendapat nilai rata-rata 4 dan termasuk dalam
kategori sangat baik. Siswa datang tepat waktu serta mematuhi tata
tertib di dalam kelas.
b) Kesiapan menerima pelajaran siswa mendapat nilai rata-rata 3,5
dan tergolong dalam kategori baik. Siswa sebelum menerima
materi sudah duduk dengan rapi di tempat duduknya.
c) Keaktifan siswa dalam pembelajaran mendapat nilai rata-rata 3 dan
tergolong dalam kategori baik. Siswa sudah terlibat aktif dalam
memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran dan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
melaksanakan dengan baik kegiatan yang telah dirancang oleh
guru.
d) Tanggungjawab siswa mendapatkan nilai rata-rata 4 dan tergolong
dalam kategori baik. Siswa sudah bersungguh-sungguh memahami
materi yang menjadi bagiannya.
e) Kerjasama siswa dalam pembelajaran mendapat nilai rata-rata 3,5
tergolong cukup baik, siswa sudah dapat berdiskusi satu sama lain
dan tidak egois lagi dengan kelompoknya.
Rata-rata hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II adalah
3,6 dan tergolong dalam kategori sangat baik. Hasil pengamatan
terhadap aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan bahwa peran dan
keantusiasan siswa dan kerjasama kelompok dalam proses
pembelajaran mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
aktivitas siswa pada siklus I. Seiring meningkatnya keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran ini.
f) Evaluasi Pembelajaran PKn Materi Kebebasan Berorganisasi.
Berdasarkan rekapitulasi nilai hasil evaluasi individu yang
diperoleh siswa pada pertemuan 1 dan 2, maka nilai PKn materi
Kebebasan Berorganisasi siswa Kelas V SD Negeri Borongan 2 dapat
diperjelas dengan tabel 4.15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 4.15. Distribusi Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Siklus II
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
fi.xi Persen
tase
Ket
1 50 – 56 2 53 106 11,76 TT
2 57 – 63 - 60 - - -
3 64 – 70 2 66 132 11,76 T
4 71 – 77 2 74 148 11,76 T
5 78 – 84 2 81 162 17,76 T
6 85 – 91 9 88 792 52,94 T
17 1340 100
Nilai rata-rata kelas = 1340: 17 = 78,82
Nilai Tertinggi = 90
Nilai Terendah = 50
Siswa Tuntas = 15 siswa
Siswa Tidak Tuntas = 2 siswa
Ketuntasan Klasikal = (15 : 17) x 100% = 88,24%
Keterangan: T = Tuntas TT = Tidak Tuntas
Berdasarkan distribusi data nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi siswa Kelas V SD Negeri Borongan 2 pada siklus II
yang terlihat pada tabel 4.15, dapat disajikan dalam gambar 4.9.
Gambar 4.9. Histogram Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Siklus II
Berdasarkan tabel 4.15 dan gambar 4.9, nilai PKn materi
Kebebasan Berorganisasi siswa Kelas V SD Negeri Borongan
2
0
2 2 2
9
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
50 – 56 57 – 63 64 – 70 71 – 77 78 – 84 85 – 91
Fre
kue
nsi
Interval Nilai
Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 80,79. Siswa yang memperoleh
nilai antara 50 – 56 sebanyak 2 siswa atau 11,76%. Siswa yang
memperoleh nilai antara 57 – 63 tidak ada atau 0%. Siswa yang
memperoleh nilai antara 64 – 70 sebanyak 2 siswa atau 11,76%. Siswa
yang memperoleh nilai antara 71 – 77 sebanyak 2 siswa atau 11,76%.
Siswa yang memperoleh nilai antara 78 – 84 sebanyak 3 siswa atau
17,76%. Siswa yang memperoleh nilai antara 85 – 91 sebanyak 6
siswa atau 52,94%.
Berdasarkan data nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
siswa Kelas V SD Negeri Borongan 2 yang telah diperoleh siswa kelas
V pada siklus II, kemudian dibandingkan dengan data pada saat siklus
I. Adapun perbandingan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
siswa Kelas V SD Negeri Borongan 2 dan ketuntasan siswa pada saat
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16. Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Siklus I dan Siklus II
No Keterangan Siklus I Siklus II
1 Nilai Terendah 45 50
2 Nilai Tertinggi 90 90
3 Nilai Rata-rata 73,44 78,82
4 Ketuntasan Klasikal (%) 76,48 88,24
Untuk memperjelas perbandingan nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi siswa Kelas V SD Negeri Borongan 2 dan ketuntasan
klasikal siklus I dan siklus II pada tabel 4.16, dapat disajikan dalam
gambar 4.10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gambar 4.10. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan
Berorganisasi Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.16 dan gambar 4.10, maka dapat diketahui
bahwa:
1) Nilai terendah PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas
V SD Negeri Borongan 2 mengalami peningkatan, yaitu dari 45
menjadi 50.
2) Nilai tertinggi PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas
V SD Negeri Borongan 2 tetap, yaitu dari 90.
3) Nilai rata-rata PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas
V SD Negeri Borongan 2 mengalami peningkatan sebanyak 5,38,
yaitu dari nilai 73,44 menjadi 78,82.
4) Ketuntasan klasikal dalam pembelajaran PKn materi Kebebasan
Berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 mengalami
peningkatan sebanyak 11,76 yaitu dari 76,48% menjadi 88,24%.
Dari data tersebut, dapat diartikan bahwa jumlah siswa yang
dinyatakan tuntas atau mendapat nilai diatas KKM naik sejumlah 2 siswa,
yaitu pada siklus I siswa yang tuntas sejumlah 13 siswa dan pada siklus II
siswa yang tuntas naik menjadi 15 siswa. Dengan demikian dapat
dinyatakan pula bahwa masih ada 2 siswa yang belum tuntas dalam
45
73,44
90
76,48
50
78,82
90 88,24
0
20
40
60
80
100
Nilai terendah Nilai rata-rata Nilai tertinggi Ketuntasan klasikal
Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
mengikuti pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa
kelas V SD Negeri Borongan 2.
d. Refleksi
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat observasi, data
kemudian dianalisis. Analisis hasil tindakan siklus II direfleksi sesuai
dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Tahap refleksi dilakukan
dengan cara melihat perkembangan dan membandingkan antara nilai PKn
materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri Borongan
2 pada saat pratindakan dengan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 pada siklus II. Setelah itu, hasil
yang dicapai pada siklus II dibandingkan dengan indikator yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja pada siklus II yaitu penelitian dinyatakan
berhasil apabila minimal 80% dari jumlah siswa mendapatkan nilai diatas
KKM (70).
Dari hasil lembar pengamatan kemampuan guru mengajar dan
pengamatan proses pembelajaran siswa diperoleh beberapa peningkatan
pada siklus II pertemuan 1 dan 2, yaitu:
1) Guru mendapatkan nilai 3,5 yang termasuk kategori baik pada aspek
ketepatan daya tarik media, kemampuan menggunakan media,
memantau kemajuan selama proses, menutup pelajaran (lihat lampiran
30 halaman 160 ).
2) Guru sudah mendapatkan nilai 4 yang termasuk kategori sangat baik
pada aspek persiapan pembelajaran, membuka pembelajaran,
ketepatan strategi, penerapan model pembelajaran, menumbuhkan
partisipasi aktif, evaluasi dan penggunaan bahasa lisan yang jelas. Hal
ini karena pembelajaran sudah direncanakan sebaik-baiknya
berdasarkan refleksi pada siklus I.
3) Siswa mendapatkan nilai 3 yang termasuk kategori baik pada aspek
keaktifan, kesiapan menerima pelajaran yang pada siklus I hanya
mendapat nilai 2,5 (lihat lampiran 33 halaman 163).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
4) Siswa mendapatkan nilai 3,5 yang termasuk kategori baik pada aspek
kesiapan menerima pelajaran, kerjasama. Hal ini karena
pembentukkan kelompok sudah memperhatikan kecocokan antar
siswa.
5) Siswa mendapatkan nilai 4 yang termasuk kategori sangat baik pada
aspek kedisiplinan dan tanggung jawab. Hal ini karena guru
memotivasi siswa dan pemberian reward.
Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti mengulas bahwa
dilihat dari data perkembangan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 dan ketuntasan klasikal yang
dapat dilihat pada tabel 4.11 dan gambar 4.7 dapat dikatakan bahwa
penelitian sudah berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah siswa yang
tuntas atau mencapai KKM (70) sudah memenuhi kriteria indikator kinerja
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, penelitian dihentikan dan tidak
perlu dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio
visual dapat meningkatkan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi
pada siswa kelas V SD Negeri Borongan 2 Polanharjo Klaten Tahun
Ajaran 2011/2012.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Berdasarkan hasil analisa setelah diadakan tindakan siklus I dan II dapat
diketahui meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran melalui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual,
maka pemahaman PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SD
Negeri Borongan 2 mengalami peningkatan. Selain itu, ketuntasan nilai secara
klasikal dan nilai rata-rata kelas siswa kelas V SD Negeri Borongan 02 juga
mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat pada data perkembangan nilai
PKn materi Kebebasan Berorganisasi, nilai rata-rata dan ketuntasan klasikal yang
dapat dilihat pada tabel 4.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.17. Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan Berorganisasi
Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
No Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
1 Nilai Terendah 40 45 50
2 Nilai Tertinggi 75 90 90
3 Nilai Rata-rata 61,20 73,44 78,82
4 Ketuntasan Klasikal (%) 47,06 76,48 88,24
Untuk memperjelas perbandingan nilai PKn materi Kebebasan
Berorganisasi dan ketuntasan klasikal pada saat pratindakan, siklus I dan siklus II
pada tabel 4.17, dapat disajikan dalam gambar 4.11.
Gambar 4.11. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan
Berorganisasi Pratindakan, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel 4.17 dan gambar 4.11, dapat dilihat bahwa
pemahaman PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri
Borongan 2 mengalami peningkatan mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II.
Dengan adanya peningkatan nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi tersebut,
dapat disimpulkan bahwa pemahaman materi Kebebbasan siswa sudah mengalami
peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi dalam beberapa hal, yaitu:
1. Nilai terendah mengalami kemajuan atau peningkatan, yaitu pada pratindakan
40 dan pada siklus II menjadi 50.
2. Nilai tertinggi mengalami peningkatan, yaitu dari 75 menjadi 90.
40
75
61,2
47,06 45
90
73,44 76,48
50
90
78,82 88,24
0
20
40
60
80
100
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal(%)
pratindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3. Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebanyak 17,62, yaitu dari 61,20
menjadi 78,82.
4. Ketuntasan klasikal mengalami peningkatan sebesar 33,18%, yaitu dari
47,06% menjadi 88,24%.
D. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan
siklus II dan refleksi yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual
dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada
pembelajaran PKn SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten. Dalam penelitian
ini, nilai PKn materi Kebebasan Berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri
Borongan 2 sudah mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dari adanya
perkembangan nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal siswa yang dicapai
pada saat pratindakan, siklus I, dan siklus II. Selain itu kegiatan siswa dalam
pembelajaran dan kinerja guru dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan
tiap siklus. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar 4.12 di bawah ini:
Gambar 4.12. Histogram Perbandingan Nilai PKn Materi Kebebasan
Berorganisasi Pratindakan, Siklus I dan Siklus II.
Pada pratindakan dapat dilihat bahwa nilai terendah 40, nilai tertinggi
mencapai nilai 75, nilai rata-rata kelasnya hanya mencapai 61,20, sedangkan
untuk ketuntasan klasikalnya sebesar 47,06% atau sebanyak 8 siswa mencapai
40
75
61,2
47,06 45
90
73,44 76,48
50
90
78,82 88,24
0
20
40
60
80
100
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal(%)
pratindakan Siklus I Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
nilai KKM. Dengan kata lain, terdapat 55,94% atau sejumlah 9 siswa yang tidak
tuntas dalam mengikuti pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi.
Kemudian, pada siklus I mulai ada peningkatan untuk nilai
terendahnya. Nilai terendah siswa dari 40 menjadi 45, nilai tertinggi naik menjadi
90, nilai rata-rata kelas naik menjadi 73,44 dan ketuntasan klasikalnya mencapai
76,48% atau sejumlah 13 siswa sudah mencapai nilai KKM atau lebih. Dengan
kata lain, masih terdapat 23,52% atau sejumlah 4 siswa yang belum tuntas dalam
mengikuti pembelajaran PKn materi Kebebasan Berorganisasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang telah dicapai pada siklus I belum
mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, pada siklus II terjadi peningkatan lagi dibandingkan
dengan siklus I. Nilai terendah naik menjadi 50, nilai tertinggi naik menjadi 95,
nilai rata-rata kelas siswa mencapai 80,79 dan ketuntasan klasikal mencapai
88,24% atau 15 siswa dari 17 siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Dari 2
siswa yang tidak tuntas dikarenakan siswa tersebut suka ramai sendiri di kelas dan
tidak mau bekerjasama dalam kegiatan kelompok. Namun masih ada 2 siswa yang
belum tuntas, karena siswa tersebut ramai sendiri di kelas dan tidak mau
bekerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa ketuntasan belajar yang dicapai oleh siswa kelas V SD Negeri Borongan
02 sudah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan atau bahkan lebih besar dari
indikator kinerja.
Peningkatan tersebut tentu saja dikarenakan penerapan model Jigsaw
dan media audio visual dapat menarik perhatian dan antusiasme siswa dalam
belajar sehingga membantu bagi siswa untuk memahami materi yang diajarkan.
Selain itu, selama pembelajaran, partisipasi aktif dari siswa akan tumbuh. Siswa
berusaha memahami materi yang menjadi bagiannya dan siswa menjadi
bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Dengan demikian, pembelajaran akan
lebih menarik minat siswa sehingga mempermudah pemahaman. Hal tersebut
memberikan bukti bahwa pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini telah berhasil
dan diakhiri pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data pada siklus I dan siklus II yang
telah dilaksanakan, maka hipotesis yang berbunyi “Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat meningkatkan
pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri
Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012” dapat dibuktikan
kebenarannya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai PKn
materi Kebebasan Berorganisasi pada setiap siklusnya. Pada pratindakan, nilai
rata-rata kelas siswa hanya 61,20 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 8 siswa
atau sebesar 47,06%. Kemudian, pada siklus I nilai rata-rata kelas siswa
meningkat menjadi 73,44 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 13 siswa atau
sebesar 76,48%. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas siswa meningkat lagi menjadi
78,82 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 15 siswa atau sebesar 88,23%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dapat meningkatkan
pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri
Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Penelitian ini memberikan gambaran nyata bahwa keberhasilan proses
dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berasal dari guru maupun siswa. Disamping itu, keberhasilan suatu pembelajaran
juga dipengaruhi oleh model dan media yang digunakan oleh guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Faktor dari guru meliputi: kemampuan guru dalam
mengembangkan dan menyampaikan materi, keterampilan dalam mengelola kelas,
kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang inovatif dan
menggunakan media sebagai perantara dalam menyampaikan materi, sedangkan
faktor dari siswa meliputi: keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Berdasarkan simpulan penelitian, penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual terbukti dapat meningkatkan
pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa kelas V SD Negeri
Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012. Dengan demikian,
implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual terbukti
dapat meningkatkan pemahaman materi kebebasan berorganisasi pada siswa
kelas V SD Negeri Borongan 02 Polanharjo Klaten tahun ajaran 2011/2012.
Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu referensi atau acuan untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual dalam pembelajaran PKn dan
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran inovatif
yang dapat diterapkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Model ini
memberikan kesempatan kepada siswa agar lebih aktif dan dapat bekerjasama
dengan siswa lainnya. Sedangkan dengan penggunaan media audio visual,
siswa akan lebih tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru sehingga
perhatian siswa akan tertuju pada materi yang disampaikan oleh guru. Dari
hasil penelitian ini, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan
media audio visual dapat lebih dioptimalkan lagi guna meningkatkan
pemahaman materi PKn.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk menentukan
model dan media pembelajaran PKn yang tepat sehingga dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran PKn serta dapat meningkatkan pemahaman
materi akan dicapai oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka
peneliti dapat memberikan saran-saran yang dapat dipertimbangkan sebagai
berikut:
1. Bagi Sekolah
Hendaknya sekolah selalu mengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru
agar dapat menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif, khususnya
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw agar dapat meningkatkan kualitas
kinerja guru. Selain itu, hendaknya sekolah juga mengupayakan pelatihan bagi
guru agar dapat menggunakan media pembelajaran, khususnya media
pembelajaran yang menggunakan media audio visual sehingga pembelajaran
menjadi menarik.
2. Bagi Guru
Penerapan model Jigsaw dan media audio visual disesuaikan dengan
materi yang hendak disampaikan oleh guru agar siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar
para siswa tidak cepat merasa bosan dan lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran yang akhirnya dapat meningkatkan pemahaman materi siswa.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih berperan aktif selama penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media audio visual. Siswa juga harus
lebih meningkatkan keberaniannya dalam menjawab, bertanya, dan bekerja
sama dalam proses pembelajaran, untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan hasil belajarnya.
4. Bagi Peneliti Lain
Agar dilakukan penelitian lain menggunakan model Jigsaw dengan
kombinasi media audio visual untuk melanjutkan dan memecahkan masalah
pada siswa yang belum tuntas dalam penelitian ini.