penelitian tesis

64
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bidang pembangunan yang terus digalakkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia. Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi, maka salah satu aspek yang terus digalakkan oleh pemerintah adalah pengembangan perusahaan-perusahaan, baik yang bergerak pada sub sistem hulu maupun perusahaan yang bergerak pada sub sistem tengah dan hilir. Upaya untuk mengembangkan perusahaan juga mencakup berbagai tingkatan skala usaha mulai dari usaha skala rumah-tangga, usaha skala kecil dan sampai kepada perusahaan-perusahaan skala menengah dan skala kecil. Hal ini dilakukan karena melalui pengembangan perusahaan, hasil produksi barang dan jasa dapat meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan juga dapat diekspor untuk menghasilkan devisa bagi negara. Selain dari itu, pengembangan perusahaan juga akan

Upload: abangskripsi

Post on 24-Jun-2015

7.195 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Bukan catatan biasa yang dapat dicatat dan diingat

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian Tesis

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bidang pembangunan yang terus

digalakkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia. Untuk

melaksanakan pembangunan ekonomi, maka salah satu aspek yang terus digalakkan

oleh pemerintah adalah pengembangan perusahaan-perusahaan, baik yang bergerak

pada sub sistem hulu maupun perusahaan yang bergerak pada sub sistem tengah dan

hilir. Upaya untuk mengembangkan perusahaan juga mencakup berbagai tingkatan

skala usaha mulai dari usaha skala rumah-tangga, usaha skala kecil dan sampai

kepada perusahaan-perusahaan skala menengah dan skala kecil. Hal ini dilakukan

karena melalui pengembangan perusahaan, hasil produksi barang dan jasa dapat

meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan juga dapat diekspor untuk

menghasilkan devisa bagi negara. Selain dari itu, pengembangan perusahaan juga

akan memungkinkan terbukanya lapangan-lapangan kerja baru yang dapat menyerap

angkatan kerja yang makin meningkat setiap tahun.

Perkembangan perusahaan, baik skala kecil maupun skala besar, tidak lepas dari

besar kecilnya anggaran yang dialokasikan oleh pemilik modal dalam perusahaan

yang bersangkutan. Anggaran dalam setiap perusahaan disediakan untuk tujuan

pengadaan bahan baku, pelaksanaan kegiatan produksi, penanganan hasil produksi

dan pemasaran hasil produksi agar bisa berjalan secara efektif, efisien dan lancar.

Penggunaan anggaran yang tepat akan memungkinkan kinerja perusahaan akan

meningkat dan berjalan secara berkesinambungan sehingga pada akhirnya akan

Page 2: Penelitian Tesis

2

menghasilkan laba yang optimal bagi pengelolanya. Jika setiap perusahaan mampu

beroperasi dengan kinerja yang menghasilkan laba maksimum maka perusahaan

tersebut akan terus berkembang dan mencapai tujuan yang diharapkan secara nasional

yaitu meningkatkan produksi barang dan jasa dalam negeri serta menyerap tenaga

kerja dalam jumlah yang makin besar.

Pada perusahaan-perusahaan agribisnis yang kegiatannya memasarkan produk

primer yang telah diolah menjadi produk yang dapat dikonsumsi langsung, kebijakan

anggaran merupakan hal yang penting diperhatikan oleh para manajer perusahaan

karena perusahaan seperti itu menghadapi fluktuasi permintaan yang cukup bervariasi

dari waktu ke waktu. Pemimpin perusahaan harus mampu mengalokasikan anggaran

yang tepat agar kegiatan operasional terus berjalan sesuai dengan fluktuasi

permintaan pasar dan tidak mengalami hambatan pembiayaan. Apabila kebijakan

anggaran kurang tepat maka pada saat permintaan relatif kecil, anggaran yang

disediakan dapat tidak terpakai habis. Sebaliknya pada periode dimana permintaan

meningkat maka anggaran yang disediakan bisa tidak mencukupi untuk mensuplay

barang dalam jumlah yang diinginkan oleh konsumen. Hal ini akan berdampak

negatif pada kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dan selanjutnya akan

menyebabkan perusahaan saingan menarik sebagian pelanggan perusahaan tersebut.

Pada umumnya anggaran dalam suatu perusahaan pemasar ditujukan untuk

menjaga kualitas dan kontinuitas persediaan barang, membiayai kegiatan penyaluran

barang ke lokasi-lokasi konsumen atau ke outlet-outlet yang memasarkan barangnya,

memelihara fasilitas dan sarana pemasaran, serta untuk membiayai tenaga kerja agar

Page 3: Penelitian Tesis

3

kegiatan pemasaran berjalan lancar dan efisien. Untuk maksud tersebut maka dalam

setiap perusahaan dilakukan perhitungan anggaran secara periodik misalnya setiap

tiga bulan, setiap empat bulan atau setiap enam bulan. Jika perusahaan memiliki

beberapa cabang penjualan maka perusahaan tersebut akan mengalokasikan anggaran

secara periodik ke cabang-cabangnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh

pemimpin perusahaan. Cabang yang dinilai mampu melakukan penjualan lebih besar

akan mendapat anggaran yang lebih besar pula. Sebaliknya cabang yang dinilai

kurang mampu melakukan penjualan dalam jumlah besar akan diberikan anggaran

yang lebih kecil pula.

Strategi anggaran pada berbagai perusahaan bisa bervariasi sesuai dengan

kebijakan pimpinan perusahaan yang bersangkutan. Pada sebagian perusahaan,

penetapan anggaran sepenuhnya ditentukan oleh pemimpin perusahaan di kantor

pusatnya. Sementara pada sebagian perusahaan lainnya, strategi anggaran yang

digunakan adalah memberikan kesempatan kepada manajer-manajer cabang untuk

mengajukan anggaran secara periodik ke kantor pusat Jakarta perusahaannya, untuk

selanjutnya dianalisa dan ditentukan oleh pemimpin perusahaan di kantor pusat.

Dengan demikian sering terjadi bahwa anggaran yang diajukan oleh manajer cabang

tidak seluruhnya disetujui oleh pemimpin perusahaan induk. Hal seperti ini

selanjutnya menuntut manajer cabang perusahaan untuk melakukan kebijakan

anggaran di cabangnya masing-masing.

PT. Indofood sebagai salah satu perusahaan multi nasional yang bergerak di

bidang pengolahan produk-produk pertanian menjadi produk-produk instan yang siap

Page 4: Penelitian Tesis

4

dikonsumsi seperti Indomie, kecap dan produk-produk makanan lainnya juga

memiliki cabang-cabang produksi dan cabang pemasaran di berbagai daerah di

Indonesia. Salah satu cabang produksi adalah di Makassar Sulawesi Selatan, dan

cabang produksi makassar kemudian memiliki cabang-cabang pemasaran di berbagai

daerah di indonesia bagain timur. Salah satu cabang pemasaran PT. Indofood cabang

produksi Makassar adalah di Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Area pemasaran

Cabang Kendari adalah seluruh kabupaten kota yang ada di Provinsi Sulawesi

Tenggara, dan telah dibuka sejak tahun 2002. Kebijakan anggaran yang diterapkan

oleh PT. Indofood adalah memberikan kesempatan kepada cabang-cabangnya untuk

mengajukan anggaran setiap empat bulan ke kantor pusat Jakarta untuk selanjutnya

dianalisa dan ditetapkan oleh perusahaan induk. Barang-barang yang akan disalurkan

sepenuhnya disuplay oleh cabang induk perusahaan, tetapi biaya pemasarannya di

area masing-masing cabang diatur oleh manajer-manajer cabang pemasaran.

Khusus untuk cabang pemasaran PT. Indofood di Kota Kendari,

perkembangan anggaran yang diterima dalam 9 tahun terakhir (2002-2010) adalah

seperti disajikan pada Tabel 1.1. Tabel ini menunjukkan bahwa kebijakan

penggunaan anggaran yang dilakukan oleh perusahaan cabang di Kota Kendari dalam

9 (sembilan) tahun terakhir (2002-2010) mengalami peningkatan berdasarkan kuartal.

Perbedaan yang terjadi dalam penggunaan anggaran menggambarkan pentingnya

penganggaran yang cermat untuk dapat menyediakan dana yang akan digunakan

dalam kegiatan perusahaan. Namun dengan penggunaan anggaran tersebut sering

tidak dapat mencukup kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

Page 5: Penelitian Tesis

5

Tabel 1.1 Anggaran Penjualan PT. Indofood Sukses Makmur di Kendari Tahun 2002-2010

TahunJumlah Anggaran (Rp)

Total (Rp)Quartal I Quartal II Quartal III

2002 62.062.000 62.062.000 62.062.000 186.186.0002003 63.519.517 63.519.517 63.519.517 190.558.5502004 65.215.733 65.215.733 65.215.733 195.647.2002005 62.147.000 62.147.000 62.147.000 186.441.0002006 66.260.950 66.260.950 66.260.950 198.782.8502007 66.999.146 66.999.146 66.999.146 200.997.4382008 68.409.654 68.409.654 68.409.654 205.228.9632009 68.661.317 68.661.317 68.661.317 205.983.9502010 71.256.250 71.256.250 71.256.250 213.768.750

Sumber : PT. Indofood Sukses Makmur di Kendari, 2011

Selain keterbatasan anggaran yang disetujui, anggaran tersebut juga diberikan

secara bertahap yakni setiap empat bulan. Sebagai contoh pada tahun 2010 anggaran

yang disetujui sebesar Rp.213.768.750 diberikan secara bertahap sebanyak tiga kali

sebagai berikut: Quartal pertama sebesar Rp.71.256.250, quartal kedua sebesar

Rp.71.256.250 dan pada quartal ketiga sebesar Rp.71.256.250.

Pemberian anggaran yang berangsuran-angsuran secara kuartal memberikan

pengaruh terhadap rencana penjualan yang telah ditetapkan perusahaan cabang dan

harus menunggu keputusan anggaran selanjutnya karena anggaran tersebut diproses

melalui kantor Cabang di Makassar. Anggaran penjualan dari kantor pusat Jakarta

tidak langsung diperoleh dan permintaan anggaran tersebut selalu harus melalui

prosedur yang telah ditetapkan.

Prosedur kerja yang ditetapkan untuk memperoleh anggaran adalah pengajuan

anggaran melalui kantor Cabang dan diolah sesuai dengan kebutuhan anggaran

pemasaran pada setiap kantor pemasaran yang berada di dalam wilayah Kantor

Page 6: Penelitian Tesis

6

Cabang Makassar. PT. Indofood di Kendari sebagai salah satu kantor pemasaran di

wilayah Sulawesi Tenggara hanya diberikan proporsi anggaran penjualan sebesar 30

(tiga puluh) persen dari anggaran yang disalurkan oleh kantor pusat di Jakarta.

Kegiatan pemasaran yang dilakukan PT. Indofood di Kendari seperti promosi

penjualan, iklan, dan event membutuhkan anggaran yang besar untuk dapat

mempertahankan pasar dan memperluas pangsa pasarnya, namun dengan adanya

kebijakan anggaran per quartal membuat perusahaan harus mengatur langkah secara

jernih sehingga tidak mengalami kerugian dan kegagalan.

Dalam menghadapi dua hal yang sifatnya kontradiksi serta anggaran yang

diberikan secara bertahap tersebut maka manajer cabang harus melakukan kebijakan

anggaran yang diberlakukan pada cabang yang dipimpinnya, agar tujuan perusahaan

untuk memperoleh volume penjualan serta laba yang optimal secara kontinyu.

Manajer cabang mengatur alokasi dan jadwal penggunaan anggaran agar kegiatan

cabang berjalan lancar dan efisien dalam memasarkan mie instan. Dengan adanya

keterbatasan anggaran pada cabang pemasaran membutuhkan perencanaan dan

pengendalian anggaran yang tepat agar keterbatasan anggaran tersebut tidak

menghambat aktivitas penjualan produk ke semua kabupaten kota yang menjadi area

pemasarannya.

Berdasarkan fenomena yang dikemukanan dalam latar belakang ini, maka

penting untuk melakukan penelitian yang bertujuan menganalisis pengaruh kebijakan

anggaran pemasaran dan volume penjualan pada PT. Indofood Sukses Makmur di

Kendari.

Page 7: Penelitian Tesis

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah yang akan dianalisis

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1) Apakah Kebijakan anggaran pemasaran berpengaruh terhadap volume penjualan

produk mie instan pada PT. Indofood Sukses Makmur di Kendari.

2) Bagaimana efektivitas kebijakan anggaran pemasaran dalam meningkatkan

volume penjualan produk mie instan pada PT. Indofood Sukses Makmur di

Kendari

3) Bagaimana trend volume penjualan produk mie instan pada PT. Indofood Sukses

Makmur di Kendari

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1) Menganalisis pengaruh kebijakan anggaran pemasaran terhadap volume

penjualan produk mie instan pada PT. Indofood Sukses Makmur di Kendari

2) Menganalisis efektivitas kebijakan anggaran pemasaran dalam meningkatkan

volume penjualan produk mie instan pada PT. Indofood Sukses Makmur di

Kendari.

3) Menggambarkan trend volume penjualan produk mie instan pada PT.

Indofood Sukses Makmur di Kendari

D. Kegunaan Penelitian

Page 8: Penelitian Tesis

8

Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan mencakup kegunaan teoritis dan

kegunaan praktis. Adapun kegunaan teoritis yang diharapkan adalah :

a. Menjadi sumber referensi mengenai pengendalian anggaran bagi perusahaan

dalam melaksanakan kegiatan penjualan.

b. Menjadi pembanding bagi peneliti lainnya yang tertarik untuk menganalisis

anggaran penjualan.

Sedangkan kegunaan praktisnya adalah:

a. Menjadi bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam merumuskan

kebijakan anggaran perusahaan, khususnya pada PT.Indofood Sukses Makmur di

Kendari.

b. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan PT.Indofood Sukses Makmur di

Kendari dalam mengelola anggaran yang disalurkan oleh perusahaan pusat

dalam rangka meningkatkan penjualan produk mie instan.

II TINJAUAN PUSTAKA

Page 9: Penelitian Tesis

9

A. Konsep Kebijakan Anggaran

Secara umum dapat dikatakan bahwa kebijakan adalah keputusan-keputusan

yang sifatnya mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis

besar yang dibuat oleh pemegang otoritas. Nugroho, (2006) menjelaskan bahwa oleh

karena kebijakan merupakan keputusan yang mengikat anggota dari suatu organisasi

maka kebijakan haruslah dibuat oleh organisasi bersangkutan, yakni mereka yang

menerima mandat dari anggota organisasi. Pada organisasi publik, pemegang otoritas

pembuat kebijakan umumnya ditentukan melalui suatu proses pemilihan karena

mereka akan bertindak atas nama rakyat banyak. Dalam bidang pemerintahan,

kebijakan memiliki arti yang mencakup keputusan, aturan, dan perintah. Kebijakan

yang telah digariskan oleh kepala pemerintahan haruslah dijabarkan lebih lanjut oleh

unit-unit pemerintahan di bawahnya dalam bentuk pengaturan teknis dan program

kerja.

Di dunia perusahaan, salah satu kebijakan yang penting diambil oleh pemimpin

perusahaan adalah kebijakan anggaran. Suhyani, (2000) menjelaskan bahwa

kebijakan anggaran dalam suatu perusahaan merupakan keputusan-keputusan yang

menyeluruh terhadap pengelolaan anggaran perusahaan. Dalam hal ini kebijakan

anggaran ditetapkan setiap tahun melalui suatu proses pengambilan keputusan oleh

para pemimpin perusahaan. Tahapan penentuan kebijakan anggaran terdiri dari tiga

langkah yaitu perencanaan, pengelompokkan penggunaan serta pengawasan

anggaran.

Page 10: Penelitian Tesis

10

Dalam proses perencanaan anggaran, setiap perusahaan memperhitungkan

kondisi yang terjadi baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Sofian, (2000)

mengatakan bahwa oleh karena kebijakan anggaran sangat berpengaruh terhadap

setiap aktivitas perusahan-perusahaan maka para pemimpin perusahaan diharapkan

dapat menetapkan strategi anggaran yang stabil. Amstrong, (2000) juga menjelaskan

bahwa proses perencanaan anggaran pada suatu perusahaan, dihadapkan dengan

angka-angka aktual yang harus dibandingkan dengan angka-angka yang dianggarkan

dalam setiap periode waktu tertentu. Alasan-alasan mengenai adanya variance

anggaran harus diketahui dengan jelas penyebab dan dasar pertimbangannya.

Variance biaya penjualan harus dapat dipisahkan dari variance biaya lainnya seperti

biaya tenaga kerja, biaya overhead kantor dan biaya perawatan fasilitas.

Menurut Marwan, (1998), bentuk-bentuk kebijakan anggaran dalam suatu

perusahaan mencakup dua hal yaitu kebijakan anggaran komprehensif dan kebijakan

anggaran penjualan. Anggaran komprehensif adalah bentuk anggaran yang mencakup

anggaran jangka panjang, dan anggaran tahunan. Kebijakan anggaran jangka panjang

merupakan perencanaan dan penentuan anggaran secara keseluruhan untuk kegiatan

perusahaan pada masa mendatang sedangkan anggaran tahunan adalah anggaran yang

disusun oleh perusahaan untuk kegiatan seluruh cabang-cabangnya dalam satu tahun.

Marwan (1998) menyatakan bahwa anggaran penjualan merupakan anggaran

tahunan yang menjadi dasar dilakukannya aktivitas penjualan dan aktivitas-aktivitas

yang lain pada satu unit perusahaan. Pada umumnya anggaran penjualan disusun

paling dahulu dari anggaran lainnya. Oleh karena tujuan utama perusahaan adalah

Page 11: Penelitian Tesis

11

memperoleh keuntungan yang optimal, maka kebijakan anggaran tahunan harus

memungkinkan para pengelola cabang pemasaran untuk menjual barang dengan

harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya dalam jumlah yang maksimal pula.

Arfan dan Prianthara (2009) menjelaskan bahwa untuk dapat menyusun

kebijakan anggaran maka pemimpin perusahaan membutuhkan informasi-informasi

sebagai berikut: (1) Catatan akuntasi bulanan yaitu data tentang piutang dan hutang-

hutang dagang setiap bulan, (2) Pendapatan penjualan bulanan, (3) pembelian

persediaan tiap bulan, (4) daftar gaji, sewa atau biaya pemeliharaan peralatan, (5)

biaya iklan, serta saldo kas. Semua informasi ini akan dikaji oleh pemimpin

perusahaan untuk menetapkan besarnya anggaran yang akan dialokasikan kepada

masing-masing cabang. Selanjutnya pada masing-masing cabang akan menetapkan

pula kebijakan anggaran untuk unit kerjanya berdasarkan data dan informasi yang

tersedia di cabang bersangkutan.

B. Pengendalian Anggaran

Kana (2000) mengatakan bahwa anggaran merupakan alat kendali untuk

membiayai operasi perusahaan. Itu sebabnya para pemimpin perusahaan harus

mampu melakukan pengendalian terhadap anggaran agar dapat dimanfaatkan secara

baik bagi terselenggaranya aktivitas penjualan secara maksimal. Pengendalian

anggaran harus mencakup pengalokasian dan pemanfaatan dana pada kegiatan

finansial maupun pada kegiatan nonfinansial. Dalam pengendalian dibutuhkan

pelaporan secara kontinyu mengenai kemajuan pembelanjaan aktual dibandingkan

Page 12: Penelitian Tesis

12

dengan anggaran yang direncanakan, dan juga secara terus menerus

mempertimbangkan hubungan input dan output yang telah dicapai.

Munandar (1997) juga menjelaskan bahwa anggaran (budget) ialah suatu

rencana yang disusun secara sistimatis dan meliputi seluruh kegiatan perusahaan.

Anggaran perusahaan harus dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka

waktu tertentu pada masa yang akan datang. Oleh karena itu para pemimpin

perusahaan harus merumuskan pula teknik pengendalian anggaran yang tepat agar

anggaran yang ditetapkan setiap tahun dapat didayagunakan secara maksimal untuk

mencapai laba yang maksimal pula. Menurutnya anggaran (budget) mempunyai

empat syarat yaitu :

a. Harus ada rencana yakni suatu kegiatan untuk menentukan terlebih dahulu

tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan pada waktu

yang akan datang, dan menentukan besarnya biaya yang diperlukan untuk

masing-masing kegiatan yang direncanakan.

b. Bersifat komprehensif yaitu mencakup seluruh kegiatan yang akan dilakukan oleh

semua cabang dan bagian-bagian yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan.

Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat

dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu: (i) kegiatan pemasaran

(marketing), (ii) kegiatan produksi (producing), (iii) kegiatan pembelanjaan

(financing), (iv) kegiatan administrasi (administrating) serta (v) kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan masalah-masalah personalia (personnel).

Page 13: Penelitian Tesis

13

c. Dinyatakan dalam unit moneter yaitu unit mata uang tertentu agar dapat

diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit

moneter yang berlaku di Indonesia ialah rupiah. Unit moneter ini sangat

diperlukan, mengingat bahwa masing-masing kegiatan perusahaan yang beraneka

ragam tersebut sering mempunyai satuan biaya dan produksi yang berbeda-beda.

Dengan adanya kesamaan unit moneter maka kegiatan yang beraneka ragam

tersebut dapat diseragamkan, sehingga memungkinkan untuk dijumlahkan,

diperbandingkan serta dianalisa sesuai dengan keperluan pihak pemimpin

perusahaan.

d. Jangka waktu tertentu dan akan datang, yang menunjukkan bahwa anggaran

(budget) hanya berlaku untuk satu jangka waktu tertentu pada masa yang akan

datang. Ini berarti bahwa apa yang dimuat dalam anggaran adalah taksiran-

taksiran (forecast) tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan di

waktu yang akan datang.

Gunawan dan Asri (1995) menjelaskan anggaran sebagai suatu pendekatan yang

formal dan sistimatis dalam rangka pelaksanaan tanggungjawab manajemen

perusahaan mulai dari perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Intisari dari

anggaran menurut Gunawan dan Asri (1995) adalah:

a. Bahwa anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan sengaja

dan bersungguh-sungguh dalam bentuk yang tertulis.

b. Bahwa anggaran harus bersifat sistimatis, artinya bahwa anggaran disusun dengan

berurutan dan berdasarkan suatu logika.

Page 14: Penelitian Tesis

14

c. Bahwa setiap saat manajer diperhadapkan pada suatu tanggungjawab untuk

mengambil keputusan, sehingga anggaran merupakan suatu hasil pengambilan

keputusan yang berdasar pada suatu asumsi tertentu.

d. Bahwa keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksanaan

fungsi manajer dari segi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

Munandar (1997) menyatakan bahwa ada tiga kegunaan pokok dari penetapan

anggaran suatu perusahaan yaitu :

1. Sebagai pedoman kerja. Anggaran (budget) berfungsi sebagai pedoman kerja dan

memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai

oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja. Anggaran (budget) berfungsi sebagai alat

pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam

perusahaan dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik untuk

menuju ke sasaran yang telah ditetapkan.

3. Sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran (budget) berfungsi pula sebagai tolak

ukur, sebagai pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan.

Dengan membandingkan antara apa yang tertuang di dalam budget dengan apa

yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan

telah sukses bekerja ataukah kurang sukses bekerja. Dari perbandingan tersebut

dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara budget dengan

realisasinya, sehingga dapat pula diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-

kekuatan yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dipergunakan sebagai bahan

Page 15: Penelitian Tesis

15

pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana-rencana (budget)

selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat.

Jenis-jenis anggaran dikemukakan oleh Shim dan Siegel dalam Mulyadi (2000)

adalah sebagai berikut :

a. Anggaran operasional digunakan untuk menghitung biaya produk yang diproduksi

atau jasa yang dihasilkan. Anggaran jenis ini memeriksa aspek manufaktur dan

operasi bisnis.

b. Anggaran keuangan dapat digunakan untuk memeriksa kondisi keuangan dari

divisi, yaitu dengan memeriksa rasio aktiva terhadap kewajiban, arus kas, modal

kerja, profitabilitas, dan statisitik lainnya yang berhubungan dengan kesehatan

keuangan.

c. Anggaran kas digunakan untuk perencanaan dan pengendalian terhadap kas.

Anggaran ini membandingkan rasio perkiraan arus kas masuk terhadap arus kas

keluar untuk periode waktu tertentu. Anggaran kas membantu manajer untuk

memelihara saldo kas supaya seimbang dengan kebutuhan bisnis.

d. Anggaran pengeluaran modal berisi proyek-proyek penting jangka panjang dan

modal yang harus dibeli. Estimasi biaya proyek dan waktu pengeluaran modal

juga terdapat dalam anggaran modal. Anggaran modal biasanya

mengklasifikasikan proyek berdasarkan tujuannya seperti pengembangan lini

produk baru, memgurangi biaya, mengganti peralatan yang usang atau yang sudah

tidak berfungsi dengan baik, memperbesar atau merangsang lini produk dan

memenuhi persyaratan kesempatan kerja.

Page 16: Penelitian Tesis

16

e. Anggaran suplemental memberikan pendanaan tambahan untuk item-item yang

tidak termasuk dalam anggaran reguler.

f. Pengganggaran inkremental mengukur kenaikan anggaran dalam dolar atau

persentase tanpa mempertimbangkan anggaran keseluruhan, sedangkan

penganggaran add-on meninjau anggaran-anggaran tahun lalu dan

menyesuaikannya dengan data sekarang, seperti inflasi dan perubahan personalia.

Dana-dana tambahan ditambahkan ke dalam anggaran untuk menyesuaikan

dengan kebutuhan saat ini.

g. Anggaran bracket merupakan rencana kontinjensi di mana biaya diprediksi pada

jumlah yang lebih tinggi dan lebih rendah dari pada angka dasarnya. Penjualan

diprediksi pada tingkat-tingkat yang berbeda. Bila angka dasar penjualan tidak

dicapai, anggaran bracket memberikan manajer perusahaan untuk merencanakan

efek pendapatan bersih dan kelangsungan usaha

h. Anggaran strech merupakan anggaran yang optimistis dan biasanya digunakan

untuk penjualan yang diproyeksikan tinggi pencapaiannya. Anggaran ini sangat

jarang memperhitungkan biaya. Namun bila proyeksi biaya dibuat, proyeksi ini

harus berdasarkan pada target penjualan anggaran standar.

i. Anggaran strategis mengintegrasikan perencanaan strategis dan pengendalian

penganggaran. Anggaran ini berguna dalam periode yang tidak mementu dan

tidak stabil.

Page 17: Penelitian Tesis

17

j. Anggaran target merupakan rencana yang mengkatagorikan pengeluaran-

pengeluaran utama dan menyesuaikan dengan tujuan divisi. Pembelanjaan dolar

berjumlah besar memerlukan persetujuan yang khusus.

k. Anggaran program digunakan untuk produk dan jasa. Produk-produk yang telah

ada dan yang baru diperiksa. Anggaran program meliputi enginering, riset dan

pengembangan, pemeliharaan, pelatihan, pemasaran dan hubungan masyarakat.

Dalam anggaran harus terdapat inovasi dan fleksibilitas untuk menghadapi

kejadian-kejadian yang tidak diduga. Angka-angka yang dianggarkan dinyatakan

dalam rupiah, unit, jam, kg/ton dan karyawan. Menurut Julius (2000) dalam

penganggaran, harus dipertimbangkan hal-hal berikut :

a. Jenis produk dan jasa yang akan dipasarkan oleh perusahaan dalam rangka

peningkatan volume penjualan

b. Jumlah karyawan dan kemampuannya dalam melaksanakan kegiatan penjualan

untuk menunjang aktivitas perusahaan

c. Kondisi manufaktur dan kendala kapasitas yang dihadap perusahaan dalam

menyediakan berbagai jenis produk yang akan dihasilkan

d. Stabilitas operasional yang dihadapi perusahaan baik dalam kegiatan produksi

maupun kegiatan pemasaran.

e. Penetapan harga yang ditetapkan perusahaan untuk mengimbangi biaya dan tujuan

laba yang diharapkan oleh perusahaan.

f. Ketersediaan dan biaya bahan baku yang akan digunakan perusahaan dalam

proses produksi yang berkesinambungan

Page 18: Penelitian Tesis

18

g. Sumber daya fisik dan manusia untuk dapat menunjang aktivitas perusahaan

dalam kegiatan produksi maupun kegiatan penjualan

h. Saldo dan keandalan persediaan yang dapat memperkuat posisi keuangan

perusahaan dalam menyediakan kebutuhan perusahaan

i. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk cadangan modal dalam kegiatan

usaha perusahaan

j. Aspek teknologi yang menunjang kegiatan produksi dan aktivitas pemasaran

perusahaan

k. Kendala mutu dan kemampuan pelayanan yang membuat perusahaan terus

berupaya untuk melakukan perbaikan guna menghadapi pesaing dan memenuhi

permintaan pasar

l. Kondisi pasar yang menjadi target perusahaan untuk melakukan penjualan produk

yang dihasilkannya

m. Persyaratan pendanaan yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh pinjaman

atau bantuan dana guna menunjang keuangan perusahaan

n. Lingkungan ekonomi dan politik yang berdampak pada aktivitas perusahaan

terutama dari segi pendapatan masyarakat dan kebijakan pemerintah

Karakteristik anggaran secara efektif antara lain a) kemampuan prediksi, b)

saluran komunikasi, wewenang dan tanggung jawab yang jelas, c) informasi yang

akurat dan tepat waktu, d) kesesuaian, bersifat menyeluruh dan kejelasan

informasi, e) dukungan dalam organisasi dari semua pihak yang terlibat.

Page 19: Penelitian Tesis

19

Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran meliputi : a) penetapan

tujuan, b) pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia, c) negosiasi antara

pihak-pihak yang terlibat mengenai angka-angka anggaran, d) pengkoordinasian

dan peninjauan komponen, e) persetujuan akhir, f) pendistribusian anggaran yang

disetujui.

Anggaran yang tetap (statis) memuat jumlah yang dianggarkan pada tingkat

kapasitas yang telah diperkirakan. Anggaran jenis ini sangat baik digunakan bila

aktivitas departemen stabil. Kelemahan anggaran ini adalah tidak adanya fleksibilitas

untuk penyesuaian terhadap perubahan tak terduga. Anggaran tetap (fixed budget)

sesuai untuk departemen yang beban kerjanya tidak memiliki hubungan langsung

dengan penjualan, produksi atau valume lain yang berhubungan dengan operasi-

operasi departemen.

Anggaran fleksibel memungkinkan adanya variabilitas dalam kegiatan bisnis

dan adaptasi terhadap perubahan tak terduga. Anggaran fleksibel menyesuaikan

kelonggaran dalam anggaran dengan kegiatan aktual dan berguna ketika variasi

volume tidak terlalu besar. Langkah-langkah lain yang ada dalam anggaran fleksibel

adalah :

a. Mengestimasi batas-batas kegiatan yang diperkirakan untuk periode tersebut

b. Menganalisis kecenderungan perilaku biaya, baik tetap variabel maupun

campuran.

c. Memisahkan biaya berdasarkan perilaku, yaitu memisahkan biaya campuran

menjadi biaya tetap dan variabel

Page 20: Penelitian Tesis

20

d. Menentukan biaya-biaya apa yang akan terjadi pada berbagai tingkat kegiatan

yang berbeda.

Anggaran penjualan merupakan langkah awal dalam menyiapkan anggaran

individu karena volume penjualan yang diestimasi mempengaruhi hampir semua

item-item lainnya dalam anggaran induk anggaran penjualan harus menunjukkan

total penjualan dalam jumlah maupun nilainya. Total penjualan dapat berupa

penjualan impas, target laba atau proyeksi penjualan dan dapat dianalisis lebih jauh

berdasarkan produk, wilayah, konsumen, serta pola musiman dari penjualan yang

diharapkan. (Julius, 2000)

C. Konsep Penjualan

Swastha (2001) mengatakan bahwa kadang-kadang orang mempunyai

pengertian yang salah tentang istilah penjualan dimana sebagian orang menganggap

sama dengan istilah pemasaran. Misalnya seorang wiraniaga atau manajer penjualan

membicarakan pemasaran, tetapi sebenarnya masalah yang dibicarakan adalah

penjualan. Kedua istilah tersebut mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pemasaran

meliputi kegiatan yang lebih luas, sedangkan penjualan hanyalah merupakan satu

kegiatan saja di dalam pemasaran. Menurut Swastha (2001), sebagai suatu cabang

ilmu pengetahuan, penjualan lebih difahami sebagai ilmu dan seni mempengaruhi

pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia

membeli barang/jasa yang ditawarkannya. Assauri (1999) juga mengemukakan

bahwa kegiatan penjualan merupakan kegiatan pelengkap atas suplemen dari

Page 21: Penelitian Tesis

21

pembelian untuk memungkinkan terjadinya transaksi. Jadi kegiatan pembelian dan

penjualan merupakan satu kesatuan untuk dapat terlaksananya transfer hak atau

transaksi. Oleh karena itu kegiatan penjualan seperti halnya dengan kegiatan

pembelian, terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliputi penciptaan permintaan

(demand) menemukan si pembeli, negosiasi harga, dan syarat-syarat pembayaran.

Konsep penjualan berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan bisnis

jika dibiarkan, tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk yang

ditawarkan oleh penjual. Oleh karena itu penjual harus melakukan usaha penjualan

dan promosi yang agresif. Kebanyakan perusahaan mempraktekkan konsep

penjualan ketika mereka mempunyai kapasitas yang berlebihan. Tujuan mereka

adalah menjual apa yang dihasilkan dan bukannya menghasilkan apa yang

diinginkan pasar. Dalam perekonomian industri modern, kapasitas produktif yang

dibangun dengan anggapan bahwa kebanyakan pasar yang merupakan pasar pembeli

dan penjual harus berjuang untuk mendapatkan pelanggan.

Marbun (2005) mendefinisikan penjualan pertama sebagai pengalihan hak

milik atas barang dengan imbalan uang sebagai penggantinya. Kedua sebagai

persetujuan untuk menyerahkan barang kepada pihak lain dengan menerima

pembayaran dan ketiga sebagai total barang yang terjual untuk perusahaan dengan

jangka waktu tertentu. Winardi (2001) juga mendefinisikan penjualan sebagai suatu

transfer atas hak benda-benda. Selain itu Baridwan (1997) berpendapat bahwa

penjualan adalah menunjukkan jumlah hasil penjualan kepada pembeli selama satu

periode tertentu, dikurangi dengan potongan penjualan. Di pihak lain Simamora

Page 22: Penelitian Tesis

22

(2000) mengartikan penjualan sebagai suatu ukuran dari kenaikan aktiva (biasanya

dalam bentuk peningkatan jumlah kas atau piutang) yang disebabkan oleh adanya

penjualan produk perusahaan.

Penjualan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis tergantung dari sudut

pandang yang digunakan. Swastha (2001) mengemukakan bahwa menurut jenisnya

penjualan dapat dikelompokan menjadi :

a. Trade Selling yaitu penjualan yang terjadi bilamana produsen dan pedagang

besar mempersilahkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distributor produk-

produk mereka. Hal ini melibatkan para penyalur dengan kegiatan promosi,

peragaan, persediaan dan produk baru. Jadi titik beratnya adalah pada penjualan

melalui penyalur dari pada penjualan ke pembeli akhir.

b. Missionary Selling. Dalam missionary selling, penjualan berusaha ditingkatkan

dengan mendorong pembeli untuk membeli barang-barang dari penyalur

perusahaan. Di sini, wiraniaga lebih cenderung pada penjualan untuk penyalur.

Jadi wiraniaga sendiri tidak menjual secara langsung produk yang ditawarkan.

c. Technical Selling. Dalam jenis penjualan ini pemasar berusaha meningkatkan

penjualan dengan pemberian saran dan nasehat kepada pembeli akhir dari barang

dan jasanya. Dalam hal ini, tugas utama wiraniaganya adalah

mengidentifikasikan dan menganalisis masalah-masalah yang dihadapi serta

menunjukkan bagaimana produk atau jasa yang ditawarkan dapat mengatasi

masalah tersebut.

Page 23: Penelitian Tesis

23

d. New Business Selling. Dalam New business selling penjual berusaha membuka

transaksi baru dengan merubah calon pembeli menjadi pembeli. Jenis penjualan

ini sering dipakai oleh perusahaan asuransi.

e. Responsive Selling. Dalam jenis penjualan seperti ini setiap tenaga penjualan

diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap permintaan pembeli. Dua jenis

penjualan utama di sini adalah route driving dan retailing.

Swastha (2001) juga mengemukakan bahwa antara pengusaha yang satu

dengan pengusaha lainnya sering terdapat perbedaan dalam cara penjualannya.

Adapun cara-cara yang dilakukan adalah a) penjualan langsung, dan b) penjualan

tidak langsung. Penjelasan untuk kedua cara penjualan tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Penjualan langsung adalah cara penjualan dimana penjual langsung

berhubungan/berhadapan/bertemu muka dengan calon pembeli atau

langganannya.

b) Penjualan tidak langsung adalah cara penjualan yang dilakukan melalui surat/

pos, telpon, mesin otomatis. Pada cara penjualan ini, produk akan direalisasi

setelah adanya persetujuan antara produsen dan konsumen.

Penjualan suatu produk juga dapat dianalisis menurut volumenya. Swastha

(2001) mengemukakan bahwa analisis volume penjualan merupakan suatu studi

mendalam tentang masalah penjualan bersih dari laporan rugi laba perusahaan

(laporan operasi). Manajemen perlu menganalisis volume penjualan total dan juga

volume penjualan. Analisis volume penjualan didasarkan pada product line dan

Page 24: Penelitian Tesis

24

segmen pasar. Alma (2004) juga menyatakan bahwa analisis volume penjualan

merupakan telaa mendalam terhadap hasil kegiatan penjualan yang dilakukan oleh

perusahaan terhadap jenis barang dan jasa dalam satu periode. Hasil penjualan yang

diperoleh menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memasuki setiap segmen

pasar untuk menjual produk/jasanya kepada konsumen. Analisis volume penjualan

dilakukan untuk menganalisis dan membandingkan penjualan perusahaan dengan

penjualan industri.

Volume penjualan selain ditentukan oleh anggaran yang dialokasikan untuk

berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penjualan barang juga dipengaruhi oleh

manajemen dan teknik pemasaran yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penjelasan

Alma (2004) bahwa pemasaran bertujuan menyampaikan barang dan produk ke

konsumen jika proses pemasarannya lancar, maka volume penjualan akan meningkat.

D. Fungsi Usaha Penjualan

Fungsi usaha penjualan lebih umum dikenal dengan istilah usaha perdagangan

(merchandising). Usaha penjualan mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan

dalam proses pemindahan hak milik produk dari produsen kepada atau lembaga

perantara pemasaran yang mempunyai hak kepemilikian, kepada konsumen atau

pemakai, termasuk di dalamnya kegiatan promosi dan periklanan. Tingkat kerumitan

kegiatan yang dilakukan tergantung pada jenis dan sifat produk, volume penjualan,

jarak antara tempat produksi dan konsumen dan karakteristik konsumennya. Usaha

Page 25: Penelitian Tesis

25

penjualan produk ekspor relatif lebih rumit dibanding penjualan produk untuk

konsumen dalam negeri (Sa’id, 2001).

Usaha penjualan, seperti halnya usaha pembelian, dapat dilakukan oleh

pedagang perantara (seperti pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang

pengecer) dan produsen (seperti industri input dan alat-alat pertanian, pengusaha

produksi pertanian dan industri pengolahan). Bagian penjualan dari unit-unit usaha

tersebut berusaha untuk menemukan kebutuhan konsumennya dan memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya untuk menarik minat konsumen untuk membeli atau

mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan. Usaha untuk menemukan kebutuhan

konsumen biasanya lebih gencar dilakukan oleh perusahaan-perusahaan atau industri-

industri besar melalui riset pemasaran dan selanjutnya menciptakan produk baru atau

mengembangkan produk yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan konsumen atau

pemakai. Usaha penjualan juga berperan untuk menemukan permintaan potensial

bagi produknya dan berusaha mengubah permintaan potensial tersebut menjadi

permintaan nyata melalui kegiatan promosi dan periklanan (Sa’id, 2001).

Dalam sistem agribisnis, usaha penjualan sebagai fungsi sub sistem

pemasaran menjadi sangat penting dalam memperlancar aliran produk dari produsen

ke tangan konsumen akhir. Usaha penjualan tersebut meliputi berbagai keputusan

yang diambil, yakni (1) jenis produk apa yang akan dijaul, (2) tingkat mutu produk

yang bagaimana yang akan dijual, (3) berapa jumlah produk yang akan dijual, (4)

kapan menjualnya, (5) dimana menjualnya dan (6) bagaimana cara menjualnya,

(Sa’id, 2001).

Page 26: Penelitian Tesis

26

Downey dan Erickson (1992) mengemukakan bahwa usaha penjualan adalah

suatu tindakan pengalihan pemilikan barang dan jasa. Karena yang merupakan alat

tukar yang diakui, maka penjualan sama artinya dengan pertukaran barang dan jasa

dengan uang atau pendapatan bisnis. Perhitungan rugi-laba dimulai dengan penjualan,

kemudian dikurangi dengan semua ongkos beban yang bertalian dengan penjualan

itu, dan akhirnya berapa laba yang dihasilkan diketahui kemudian. Laba berasal dari

penjualan, tetapi penjualan diawali dengan usaha penjualan. Menjual merupakan kata

kerja aktif, yang mengandung arti pelaksanaan sesuai dengan jenis usaha. Kadang-

kadang usaha penjualan hanya memungkinkan terjadinya penjualan karena para

pelanggan telah menyadari, membutuhkan dan mengetahui nilai dari produk dan jasa

yang dijual.

Page 27: Penelitian Tesis

27

III. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran

Kebijakan anggaran pemasaran merupakan bagian dari manajemen keuangan

suatu perusahaan. Anggaran yang disusun setiap tahun atau secara periodik untuk

memenuhi berbagai kebutuhan perusahaan. Besarnya anggaran yang disusun

tergantung pada kegiatan yang akan dilakukan perusahaan dalam rangka peningkatan

volume penjualan. Akan tetapi dalam kenyataannya, realisasi dari anggaran yang

disusun oleh masing-masing cabang perusahaan tidak selalu disetujui seluruhnya oleh

induk perusahaan sehingga diperlukan kebijakan anggaran pada cabang-cabang

perusahaan.

Kebijakan anggaran pemasaran yang disusun pada suatu cabang perusahaan

adalah mengatur dana yang disetujui dari kantor pusat perusahaan ke dalam berbagai

keperluan untuk memperlancar proses penjualan di seluruh area pemasarannya.

Alokasi anggaran pada suatu cabang umumnya digunakan untuk memperlancar dan

mewujudkan pelaksanaan kegiatan perusahaan yang ditujukan untuk menyalurkan

dan memasarkan produk kepada konsumen akhir baik secara langsung maupun

melalui mitra kerja seperti toko, kios dan swalayan yang ada di Kota Kendari. Selain

dari itu anggaran dapat dialokasikan juga untuk pembuatan iklan, kegiatan promosi

dan insentif kepada karyawan yang berprestasi. Kerja sama antar perusahaan dengan

mitra kerja tidak lepas dari penggunaan anggaran untuk biaya distribusi guna

menjamin ketersediaan barang secara kontinyu dan dalam jumlah yang tepat.

Page 28: Penelitian Tesis

28

Sedangkan biaya iklan ditujukan untuk memperkenalkan barang atau jasa kepada

masyarakat agar jumlah konsumen meningkat dan dengan demikian volume

penjualan akan meningkat. Jika volume penjualan meningkat dari waktu ke waktu

maka laba perusahaan akan meningkat pula dalam satu satuan waktu tertentu.

Secara visual, kerangka pemikiran yang dikemukakan di atas dapat digambarkan

dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Mengenai Pengaruh Kebijakan Anggaran Pemasaran dan Volume Penjualan

Laba perusahaan naik

Kebijakan Anggaran Pemasaran

Biaya Distribusi

Volume Penjualan Naik

Biaya Iklan

Biaya Outlet

Biaya Promosi

Kontinuitas Ketersediaan

Barang

Periklanan Naik

Proses Administrasi

lancar

Promosi Lancar

Penjualan Lancar

Penjualan Naik

Penjualan Naik

Page 29: Penelitian Tesis

29

B. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka

hipotesis penelitian adalah :

1. Anggaran distribusi, iklan, outlet dan promosi pemasaran berpengaruh nyata

terhadap volume penjualan produk mie instan.

2. Kebijakan anggaran efektif meningkatkan volume penjualan produk mie instan

3. Volume penjualan mie instan mengalami kenaikan yang fluktuatif.

Page 30: Penelitian Tesis

30

IV. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sesuai dengan judul maka lokasi penelitian ini adalah pada PT.Indofood Sukses

Makmur di Kendari. Pemilihan lokasi didasarkan pada kesesuaian tujuan penelitian

yaitu adanya kebijakan anggaran yang disusun secara periodik oleh PT. Indofood

Sukses Makmur di Kendari. Penelitian dilaksanakan selama 60 hari atau dua bulan

yakni pada bulan April sampai dengan Mei 2011.

B. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel penelitian terdiri dari variabel dependen yakni

volume penjualan, dan variabel independen yang terdiri dari: biaya distribusi, biaya

iklan, biaya outlet, dan biaya promosi. Selain dari itu diperlukan pula variabel

penunjang yaitu: Jumlah tenaga kerja, jumlah penerimaan barang, jumlah anggaran,

jadwal penggunaan anggaran, jenis kegiatan penjualan, dan harga jual.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif adalah data

berupa angka-angka yang meliputi biaya distribusi, biaya iklan, biaya outlet, dan

biaya promosi. Selain dari itu diperlukan pula variabel penunjang yaitu: Jumlah

tenaga kerja, jumlah penerimaan barang, jumlah anggaran, jadwal penggunaan

anggaran, jenis kegiatan penjualan, dan harga jual. Sedangkan data Kualitatif adalah

Page 31: Penelitian Tesis

31

data berupa penjelasan-penjelasan yang meliputi jenis dan jadwal kegiatan

perusahaan, prosedur pendistribusian, sistem pemasaran, dan prosedur atau jadwal

penggunaan anggaran. Untuk data sekunder, yang diperlukan adalah data penjualan

dan data alokasi anggaran quartalan dalam 9 tahun terakhir yakni sejak tahun 2002 –

2010.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan

teknik wawancara langsung kepada pimpinan dan staf perusahaan sehubungan

dengan kebijakan anggaran perusahaan dalam meningkatkan penjualan. Selain dari

itu dilakukan pencatatan terhadap data-data sekunder yang telah tersedia dalam

laporan bulanan dan laporan tahunan perusahaan.

E. Teknik Analisis

Untuk mencapai tujuan penelitian maka data dianalisis sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan anggaran pemasaran terhadap volume

penjualan digunakan analisis regresi linear berganda dengan rumus :

Y = a + b1X1 + b2 X 2 + b3 X 3 + b4 X 4 + e

Dimana :

Y = Volume Penjualan (karton)a = konstantab = koefisien regresiX1 = Biaya Distribusi (Rupiah)X2 = Biaya Iklan (Rupiah)X3 = Biaya Outled (Rupiah)X4 = Biaya Promosi (Rupiah)e = Error Term

Page 32: Penelitian Tesis

32

Tanda parameter dugaan yang diharapkan bi > 0. Hal itu bermakna apabila nilai

Biaya Distribusi (X1) Biaya Iklan (X2) Biaya Outlet (X3) dan Biaya Promosi (X4)

meningkat maka nilai Volume Penjualan (Y) akan meningkat, dan sebaliknya

jika nilai Biaya Distribusi (X1) Biaya Iklan (X2) Biaya Outlet (X3) dan Biaya

Promosi (X4) menurun maka nilai Volume Penjualan (Y) akan menurun.

Pengujian Hipotesis

a. Uji F

Untuk melihat pengaruh Biaya Distribusi (X1) Biaya Iklan (X2) Biaya

Outlet (X3) dan Biaya Promosi (X4) terhadap volume penjualan (Y) secara

simultan/bersama-sama dilakukan uji F dengan cara membandingkan Fhitung

dengan Ftabel dengan menggunakan rumus :

F=

R2

k(1−R2)n−k−1 (Riduwan, 2006)

KeteranganFhitung = Nilai F yang dihitungR = Nilai koefisien korelasi gandak = Jumlah variabel bebas (independent)n = Jumlah sampel

Untuk pengujian F, digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : B1 = 0

HA : B1 ≠ 0

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai

Ftabel. Jika nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak, berarti Biaya Distribusi (X1) Biaya

Iklan (X2) Biaya Outlet (X3) dan Biaya Promosi (X4) secara bersama-sama

Page 33: Penelitian Tesis

33

mempengaruhi volume penjualan (Y). Dan sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka

Ho diterima yang berarti bahwa Biaya Distribusi (X1) Biaya Iklan (X2) Biaya

Outlet (X3) dan Biaya Promosi (X4) tidak mempengaruhi volume penjualan (Y).

b. Uji t

Selanjutnya untuk melihat signifikan dari pengaruh Biaya Distribusi (X1)

Biaya Iklan (X2) Biaya Outlet (X3) dan Biaya Promosi (X4) secara bersama-sama

mempengaruhi volume penjualan (Y). dilakukan uji t, dengan menggunakan

rumus

thitung=r √n−2

√n−r2(Riduwan, 2006)

Keterangan :

thitung = Nilai tr = Nilai koefisien korelasi Sederhanan = Jumlah sampel

Dengan hipotesis sebagai berikut :Ho : B1 = 0HA : B1 ≠ 0

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel.

Bila nilai thitung > ttabel, maka H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa Biaya Distribusi (X1)

Biaya Iklan (X2) Biaya Outlet (X3) dan Biaya Promosi (X4), yang diuji

berpengaruh secara nyata terhadap volume penjualan (Y) pada PT. Indofoot

Sukses Makmur Tbk. Sebaliknya jika nilai thitung < ttabel maka Ho diterima. Adapun

tingkat signifikan yang ditentukan adalah 95% atau a = 5% (0,05). Untuk

mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta

Page 34: Penelitian Tesis

34

pengaruh variabel lain di luar variabel penelitian, maka dihitung koefisien

determinasinya. Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan D = 1 – r2

Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lainnya dalam

satu model yang dilihat dari nilai variance inflation faktor (VIF).

a. Jika nilai variance inflation faktor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolinearitas

b. Jika nilai korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70,

maka model dapat dikatakan terbebas dari asumsi klasik multikoliearitas. Jika

lebih dari 0,7 maka diasumsukan terjadi korelasi yang sangat kuat

antarvariabel independen sehingga terjadi multikolinearitas.

c. Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-Square di atas

0,60, namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap

variabel dependen, maka ditengarai model terkenal multikolinearitas.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi variabel-variabel penelitian mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau mendekati normal.

Suatu model dikatakan berdistribusi normal jika model tersebut menghasilkan

Page 35: Penelitian Tesis

35

grafik data yang menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal.

3. Uji Heteroskesdastisitas

Heteroskesdastistas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu

periode pengamatan ke periode pengamatan lain atau gambaran hubungan antara

nilai yang diprediksi dengan Student Delete Residual nilai tersebut. Model regresi

yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance residual suatu

periode pengamatan yang lain atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi

dengan Student Delete Residual.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

korelasi antara variabel pengganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel

pengganggu periode sebelumnya (et-1).

2. Untuk menganalisis efektivitas kebijakan anggaran dalam 3 tahun terakhir

digunakan rumus efektivitas menurut Husin (2005) sebagai berikut :

E=P1

P0

x100

Dimana :

Po = Volume dan nilai penjualan yang ditargetkan berdasarkan anggaran yang disetujui dari induk perusahaan.

P1 = Realisasi volume dan nilai penjualan produk mie instanJika E > 100 % maka kondisi anggara efektif (dapat digunakan untuk pra

perencanaan penjualan berikutnya)Jika E = 100 % maka kondisi berimbang

Page 36: Penelitian Tesis

36

Jika E < 100 % maka kondisi anggaran tidak efektif (tidak dapat digunakan untuk perencanaan penjualan periode berikutnya)

3. Untuk menggambarkan trend volume penjualan digunakan analisis time series

dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + bX

Dimana :

Y= Volume penjualan yang akan datanga = konstantab = koefisien regresi X = periode penjualan tahun X

F. Konsep Operasional

Konsep operasional digunakan sebagai batasan definisi operasional terhadap

variabel yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Anggaran adalah dana yang ditetapkan oleh perusahaan induk PT. Indofood

Sukses Makmur untuk digunakan dalam kegiatan penjualan mie instan di

Kendari yang dihitung dalam Rupiah/quartal

2. Volume penjualan adalah jumlah produk mie instan yang berhasil dijual oleh

PT. Indofood Sukses Makmur di Kendari dalam setiap periode empat bulan

yang dihitung dalam satuan karton

3. Nilai penjualan adalah hasil kali antara volume penjualan dengan harga jual

produk mie instan pada PT. Indofood Sukses Makmur di Kendari, yang

dinyatakan dalam satuan rupiah/ quartal.

Page 37: Penelitian Tesis

37

4. Harga adalah nilai jual per karton produk mie instan yang ditetapkan oleh

perusahaan yang dinyatakan dalam satuan Rupiah

5. Kebijakan anggaran adalah pengalokasian anggaran untuk biaya distribusi,

biaya iklan, biaya outlet, dan biaya promosi yang ditetapkan oleh manajer PT.

Indofood Sukses Makmur di Kendari yang dihitung dalam satuan (Rupiah).

6. Biaya distribusi yaitu anggaran yang digunakan untuk membiayai proses

pendistribusian produk mie instan dari gudang ke outlet yang dihitung dalam

rupiah per kardus.

7. Biaya iklan yaitu anggaran yang digunakan untuk membuat iklan yang

berkaitan dengan kelancaran penjualan yang dihitung dalam satuan Rupiah

per quartal.

8. Biaya outlet yaitu anggaran yang digunakan untuk kelancaran administrasi

penjualan di lapangan yang dihitung dalam rupiah per quartal.

9. Biaya promosi yaitu anggaran yang digunakan untuk melakukan kegiatan

promosi penjualan yang dinyatakan dalam rupiah per quartal.

Page 38: Penelitian Tesis

38

DAFTAR PUSTAKA

Amstrong, J W. 2000. Manajemen Pemasaran, Perhalindo, Jakarta

Iksan. A., dan T. Prianthara 2009. Akuntansi Untuk Manajer. Graha Ilmu Jakarta.

Assauri, S. 1999. Manajemen Penjualan. PT. Erlangga, Jakarta

-------------------, 2000, Manajemen Persediaan, Erlangga, Jakarta

Downey dan Erickson 1992, Manajemen Pemasaran Agribisnis, Erlangga, Jakarta

Gunawan, A. dan Marwan Asri. 1995. Pembelanjaan Perusahaan. BPEF-UGM. Yogyakarta.

Harahap, S. 2004. Kinerja Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Utama, Jakarta.

Hartanto, 1997. Manajemen Persediaan, Rineka Cipta, Jakarta

Husein, U. 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Julius, 2000. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta

Mulyadi, J. 2000. Budgeting, Pedoman Penganggaran, Erlangga. Jakarta

Kana, A. 2000. Manajemen Penganggaran, Bina Aksara. Jakarta.

Keown, A. J. John D, Martin, J. William Petty, David F. Scott, JR, 2004. Manajemen Keuangan Prinsip prinsip dan Aplikasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran, Perhalindo. Jakarta.

Mamduh, M. 2006. Manajemen Keuangan, BPFE-UGM. Yogyakarta.

Marbun, 2005. Dasar-Dasar Pemasaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Munandar, 1997. Manajemen Anggaran. Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Moeljadi, 2006. Manajemen Keuangan Pendekatan Kualitatif Kuantitatif, Bayumedia, Malang. Jawa Timur.

Munawir, 1997. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty. Yogyakarta.

Page 39: Penelitian Tesis

39

Myer, 1997. Manajemen Keuangan, Edisi Terjemahan, Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nugroho, D, 2006. Analisis Kebijakan, Elex Media Komputerindo, Jakarta.

Prastowo, D. dan R. Juliaty, 2005. Analisis Laporan Kuangan, Akadmi Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta.

Rachmat, F. 2009. Manajemen Perkreditan Bank Umum. ALFABETA. Bandung.

Ross, S. 2002. Coorporate Finance. New York : Mc Graw Hill, Inc.

Said, G. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sofyan, 2000. Manajemen Pemasaran. Liberty, Yogyakarta

Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Bisnis. Alfa Beta. Bandung.

Suhyani, 2000. Analisis Kebijakan Anggaran Pada Perusahaan Jasa. Murai Kencana, Jakarta.

Sumami, M. 1993. Manajemen Pemasaran. Bina Ilmu, Jakarta.

Sumarsono, 1995. Pengantar Akuntansi. Buku 2 BPFE-UGM, Yogyakarta.

Swastha, B. 1996. Manajemen Pemasaran dan Perilaku Konsumen. BPFE-UGM, Yogyakarta.

Teguh, H. 1997. Manajemen Pemasaran. Perhalindo Jakarta.

Winardi, 1986. Manajemen Pemasaran, Konsep dan Aplikasi. Rajawali Press, Jakarta.