penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. skripsi full tanpa...

57
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEROMPAKAN (Studi pada Direktorat Perairan Polda Lampung) (Skripsi) Oleh RIKI ANKY WIJAYA NPM. 1512011084 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Upload: others

Post on 17-Mar-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAPTINDAK PIDANA PEROMPAKAN

(Studi pada Direktorat Perairan Polda Lampung)

(Skripsi)

Oleh

RIKI ANKY WIJAYANPM. 1512011084

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 2: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAPTINDAK PIDANA PEROMPAKAN

(Studi pada Direktorat Perairan Polda Lampung)

OlehRIKI ANKY WIJAYA

Direktorat Kepolisian Perairan merupakan salah satu institusi kepolisian yangbertugas di wilayah perairan yang fungsinya mencakup patroli termasukpenanganan pertama terhadap tidak pidana, pencarian dan penyelamatan kecelakaanlaut dan pembinaan masyarakat pantai/perairan serta pembinaan berbagai fungsiKepolisian di dalam lingkungan instansi Kepolisian Daerah. Permasalahan dalampenelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah penegakan hukum pidana oleh DirektoratPerairan Polda Lampung terhadap tindak pidana perompakan? (2) Apakah faktor-faktor penghambat penegakan hukum pidana oleh Direktorat Perairan PoldaLampung terhadap tindak pidana perompakan?

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris.Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan.Narasumber penelitian terdiri atas Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan PoldaLampung dan Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Datadianalisis secara kualitatif guna memperoleh simpulan.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan: (1) Penegakan hukum pidana olehDirektorat Perairan Polda Lampung terhadap tindak pidana perompakandilaksanakan dengan proses penyidikan yang didasarkan pada kententuanperundang-undangan. Penyidikan dilaksanakan dengan serangkaian tindakan yangditempuh oleh penyidik menurut cara yang diatur dalam undang-undang.Tindakannya meliputi mencari dan mengumpulkan alat bukti terkait tindak pidanaperompakan di wilayah perairan dan menemukan tersangkanya. Setelah penyidikanselesai dilaksanakan maka perkara dilimpahkan ke Kejaksaan dan Pengadilan untukproses hukum selanjutnya sesuai dengan sistem peradilan pidana. (2) Faktor-faktoryang menghambat penegakan hukum pidana oleh Direktorat Perairan PoldaLampung terhadap tindak pidana perompakan terdiri dari faktor aparat penegakhukum, yaitu adanya penyidik yang berpotensi menyalahgunakan kewenangandiskresi, kurangnya kuantitas penyidik Direktorat Kepolisian Perairan dan faktorsarana dan prasarana dalam penegakan hukum pidana terhadap tindak pidanaperompakan, yaitu keterbatasan sarana dan prasarana patroli yang ada di DirektoratKepolisian Perairan Polda Lampung, sehingga penyidikan terhadap tindak pidanaperompakan mengalami hambatan.

Page 3: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

Riki Anky WijayaSaran dalam penelitian ini adalah: (1) Penyidik Direktorat Kepolisian PerairanPolda Lampung disarankan untuk menambah jumlah sarana prasarana berupa kapalpatroli dengan kategori kapal besar Tipe C1 dalam rangka meningkatkan upayapenegakan hukum pidana terhadap tindak pidana perompakan. (2) PenyidikDirektorat Kepolisian Perairan Polda Lampung disarankan untuk mengembangkanjaringan kerja sama dengan berbagai pihak dalam penegakan hukum tindak pidanaperompakan.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Perompakan, Direktorat Kepolisian Perairan

Page 4: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

i

PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAPTINDAK PIDANA PEROMPAKAN

(Studi pada Direktorat Perairan Polda Lampung)

Oleh

RIKI ANKY WIJAYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSarjana Hukum

Pada

Bagian Hukum PidanaFakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

Page 5: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga
Page 6: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga
Page 7: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

iv

Page 8: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 11

September 1997, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, putra

dari pasangan Bapak Rahmat dan Ibu Ika Ayu Prihartika.

Riwayat pendidikan formal yang penulis tempuh dan selesaikan

adalah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Palapa Tanjung Karang

Pusat Bandar Lampung lulus pada Tahun 2009, Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 25 Bandar Lampung lulus pada Tahun 2012, Sekolah Menegah Atas (SMA)

Utama II Bandar Lampung lulus pada Tahun 2015. Selanjutnya pada Tahun 2015

penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada

bulan Januari-Februari 2018, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKN)

di Desa Indra Loka Mukti Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang

Barat.

Page 9: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

vi

MOTO

“Janganlah kamu melihat kepada kecilnya kesalahan,tetapi lihatlah kepada

Maha Besarnya Dzat yang kamu tentang.”

(Bilal bin Sa’ad)

Page 10: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap kerendahan hatipenulis persembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua Orang Tua PenulisBapak Rahmat dan Ibu Ika Ayu Prihartika

serta Bapak Benu Hasan, atas kasih sayang, pengorbanandan doa-doa yang senantiasa menyertai penulis

dalam menjalani kehidupan

Kakak penulis: Randika Anky Wijayaatas doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini

Almamaterku TercintaUniversitas Lampung

Page 11: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

viii

SAN WACANA

Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, sebab hanya dengan kehendak-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul: “Penegakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana Perompakan”

(Studi pada Direktorat Perairan Polda Lampung). Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini banyak mendapatkan

bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karenanya dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Maroni, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

4. Ibu Firganefi, S.H., M.H, sebagai Pembimbing I, atas bimbingan dan saran yang

diberikan dalam proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Damanhuri W.N., S.H., M.H, sebagai Pembimbing II, atas bimbingan

dan saran yang diberikan dalam proses penyusunan hingga selesainya skripsi ini.

Page 12: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

ix

6. Bapak Dr. Heni Siswanto, S.H., M.H., selaku Penguji Utama, atas masukan dan

saran yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Maya Safira, S.H., M.H., selaku Dosen Pembahas, atas masukan dan saran

yang diberikan dalam perbaikan skripsi ini.

8. Para narasumber atas bantuan dan informasi serta kebaikan yang diberikan demi

keberhasilan pelaksanaan penelitian ini.

9. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan

ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh studi.

10. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah

memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi.

11. Para narasumber atas bantuan dan informasi serta kebaikan yang diberikan demi

keberhasilan pelaksanaan penelitian ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis berdoa semoga kebaikan yang telah diberikan kepada Penulis akan pahala di

sisi Allah SWT dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2019

Penulis

Riki Anky Wijaya

Page 13: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

DAFTAR ISI

Halaman

II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Tindak Pidana ........................................ 14

B. Tinjauan Umum Tindak Pidana Perompakan ................................... 19

C. Tinjauan tentang Penegakan Hukum Pidana .................................... 24

D. Tinjauan tentang Direktorat Perairan Kepolisian Daerah ................. 32

E. Teori Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Pidana........... 34

III METODE PENELITIAN ..................................................................... 35

A. Pendekatan Masalah.......................................................................... 35

B. Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 35

C. Penentuan Narasumber...................................................................... 37

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................. 37

E. Analisis Data ..................................................................................... 38

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 39

A. Penegakan Hukum Pidana oleh Direktorat Perairan Polda Lampungterhadap Tindak Pidana Perompakan................................................ 39

I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ................................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 6

D. Kerangka Teori dan Konseptual........................................................ 7

E. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12

Page 14: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

B. Faktor-Faktor Penghambat Penegakan Hukum Pidana olehDirektorat Perairan Polda Lampung terhadap Tindak PidanaPerompakan....................................................................................... 65

V PENUTUP ............................................................................................... 75

A. Simpulan ........................................................................................... 75

B. Saran.................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan salah satu institusi penegak

hukum yang melaksanakan tugas dan fungsi berdasarkan legitimasi hukum yang

berlaku, khususnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Fungsi utama dari Kepolsiian adalah menegakkan

hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga dapat dikatakan

bahwa tugas Kepolisian adalah melakukan pencegahan terhadap tindak pidana dan

memberikan perlindungan kepada masyarakat.1

Institusi dan anggota Kepolisian merupakan yang hidup dalam mencapai

pelaksanaan tugas-tugas kepolisian di bidang penagakan hukum, memberikan

perlindungan dan pengayoman kepada masyarakat. Hal ini sesuai dengan tugas

pokok kepolisian menurut Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; serta

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Fungsi kepolisian menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah

melaksanakn fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan

ketertiban, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat. Wewenang kepolisian menurut Pasal 5 Undang-Undang Nomor 2

1 Mahmud Mulyadi, Kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana, USU Press, Medan, 2009, hlm.40

Page 16: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

2

Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa kepolisian

merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan pada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

Perincian tugas pokok, fungsi dan wewenang Kepolisian tersebut merupakan

komitmen yang harus dicapai di bidang penegakan hukum. Persoalan mulai

timbul pada saat dipertanyakan dengan cara bagaimanakah tujuan tersebut hendak

dicapai. Ternyata pekerjaan Kepolisian tersebut hanya boleh dijalankan dengan

mengikuti dan mematuhi berbagai pembatasan tertentu. Salah satu dari

pembatasan-pembatasan tersebut adalah hukum. Polisi ditugasi untuk

menciptakan dan memelihara ketertiban dalam kerangka hukum yang berlaku2.

Pada dasarnya anggota Polisi merupakan pekerja sosial berseragam, tidak dapat

disangkal bahwa mereka menyediakan sesuatu yang dalam arti luas dapat disebut

sebagai pelayanan sosial bagi masyarakat yang menjadi tanggung jawab mereka.

Jelas, hanya sebagian kecil dari kerja rutin aparat kepolisian harus mengarah

kepada mencegah, menjawab, dan menangani tindak pidana.3

Tindak pidana yang dilakukan oleh para pelaku tidak hanya terjadi di daerah

perkotaan dan pedesaan, tetapi juga terjadi kepada para nelayan yang bekerja

mencari nafkah di tengah lautan. Nelayan sebagai bagian dari masyarakat juga

yang patut dilindungi dalam hukum nasional sebab pada umumnya nelayan

termasuk warga negara Indonesia yang berekonomi lemah.

2Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Genta Publishing, Yogyakarta,2009, hlm. 1133Robert R. Friedmann, Kegiatan Polisi dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakatperbandingan perspektif dan prospeknya, PT. Cipta Manunggal, Jakarta, 1998, hlm. 83-84

Page 17: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

3

Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian

besar bersumber dari aktivitas menangkap dan mengumpulkan hasil laut dan

sebagai mata pencaharian utama bagi para nelayan, aktivitas yang dilakukan

tersebut sebagai sumber utama kesejahteraan nelayan. Hal ini sesuai dengan Pasal

2 huruf (i) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam bahwa dalam

mewujudkan perlindungan dan pemberdayaan nelayan, harus berdasarkan pada

asas kesejahteraan. Asas kesejahteraan yang dimaksud adalah penyelenggaraan

perlindungan dan pemberdayaan nelayan harus dilakukan guna mencapai

kesejahteraan nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak garam, namun

nampaknya asas tersebut belum terimplementasikan dengan baik dan belum

dirasakan manfaatnya oleh para nelayan mengingat masih terjadinya tindak pidana

perampasan terhadap hasil tangkapan nelayan di wilayah perairan.

Contoh kasus tindak pidana yang terjadi di wilayah perairan adalah tindak pidana

perompakan yang dilakukan oleh para perompak terhadap para nelayan. Contoh

kasusnya terjadi pada 18 September 2018, di mana Direktorat Kepolisian Perairan

Polda Lampung menangkap tiga orang pelaku perompakan yaitu MY, warga

Rawajitu, Tulangbawang; SD, warga Lampung Tengah; dan DD, warga

Tulangbawang. Sementara empat rekan mereka masih dalam pengejaran, yakni

WW, GY, AN, dan PR. Direktorat Kepolisian Perairan Polda Lampung

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam penegakan hukum di wilayah

perairan. 4

4 http://lampung.tribunnews.com/2018/09/13/breaking-news-ditpolairud-polda-lampung-tangkap-3-perompak. Diakses Rabu 26 Desember 2018

Page 18: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

4

Tindak pidana perompakan atau pembajakan di laut diatur dalam Pasal 444

KUHP yang menyatakan bahwa jika perbuatan kekerasan yang diterangkan dalam

Pasal 438 sampai dengan Pasal 441 mengakibatkan seseorang di kapal yang

diserang atau seseorang yang diserang itu mati maka nahkoda, komandan atau

pemimpin kapal dan mereka yang turut serta melakukan perbuatan kekerasan,

diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara

selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

Adapun ketentuan Pasal 438 KUHP sebagaimana dimaksud adalah:

(1) Diancam karena melakukan pembajakan di laut:1. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, barang siapa

masuk bekerja menjadi nahkoda atau menjalankan pekerjaan itu disebuah kapal, padahal diketahuinya bahwa kapal itu diperuntukkanatau digunakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan kekerasan dilautan bebas terhadap kapal lain atau terhadap orang dan barang diatasnya, tanpa mendapat kuasa untuk itu dari sebuah negara yangberperang atau tanpa masuk angkatan laut suatu negara yang diakui;

2. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, barang siapamengetahui tentang tujuan atau penggunaan kapal itu, masuk bekerjamenjadi kelasi kapal tersebut atau dengan suka rela terus menjalankanpekerjaan tersebut setelab hal itu diketahui olehnya, ataupun termasukanak buah kapal tersebut.

(2) Disamakan dengan tidak punya surat kuasa, jika melampaui apa yangdikuasakan, demikian juga jika memegang surat kuasa dari negara-negarayang berperang satu dengan yang lainnya

Tindak pidana yang dirumuskan dalam Pasal 438 KUHP merupakan persiapan

untuk melakukan kekerasan di tengah laut. Sebabnya karena dalam praktik, baru

menjadi persoalan dan dilakukan penyidikan dan penuntutan apabila telah terjadi

suatu perompakan yang sebenarnya di tengah laut. Tindak pidana perompakan ini

biasanya disertai dengan ancaman atau kekerasan oleh para pelaku terhadap

korbannya.

Page 19: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

5

Salah satu institusi Kepolisian yang bertugas di wilayah perairan adalah

Direktorat Kepolisian Perairan. Menurut Keputusan Kapolri Nomor Pol: Kep /53

/X /2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-

Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik

Indonesia, ruang lingkup kegiatan Direktorat Kepolisian Perairan dengan tugas

pokoknya yaitu sebagai penyelenggara fungsi Kepolisian perairan yang mencakup

patroli termasuk penanganan pertama terhadap tidak pidana, pencarian dan

penyelamatan kecelakaan laut dan pembinaan masyarakat pantai/perairan serta

pembinaan berbagai fungsi Kepolisian di dalam lingkungan instansi Kepolisian

Daerah.

Direktorat Kepolisian Perairan Polda Lampung dalam melaksanakan penegakan

hukum tersebut pada dasarnya melaksanakan tugas Kepolisian Negara Republik

Indonesia yaitu memelihara keamanan dalam negeri dengan menyelenggaraan

berbagai fungsi Kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat dilakukan oleh Kepolisian selaku alat negara yang dibantu oleh

masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Mengingat bahwa

tindak pidana perompakan merupakan suatu perbuatan melanggar hukum maka

menjadi kewajiban Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui jajaran di

bawahnya untuk menangani masalah ini, yaitu dengan semaksimal mungkin

menekan angka kriminalitas, khususnya tindak pidana perompakan sebagai kajian

penelitian.

Page 20: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

6

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis akan melaksanakan

penelitian dalam Skripsi yang berjudul ”Penegakan Hukum Pidana terhadap

Tindak Pidana Perompakan (Studi pada Direktorat Perairan Polda

Lampung)”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimanakah penegakan hukum pidana oleh Direktorat Perairan Polda

Lampung terhadap tindak pidana perompakan?

b. Apakah faktor-faktor penghambat penegakan hukum pidana oleh Direktorat

Perairan Polda Lampung terhadap tindak pidana perompakan?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini ialah hukum pidana, dengan kajian

mengenai penegakan hukum pidana oleh Direktorat Perairan Polda Lampung

terhadap tindak pidana perompakan. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah pada

Direktorat Perairan Polda Lampung dan Badan Keamanan Laut. Penelitian

dilaksanakan pada Tahun 2019.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan, tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana oleh Direktorat Perairan Polda

Lampung terhadap tindak pidana perompakan

Page 21: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

7

b. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat penegakan hukum pidana oleh

Direktorat Perairan Polda Lampung terhadap tindak pidana perompakan

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna dalam menambah pengetahuan dalam

pengkajian ilmu hukum hukum pidana mengenai penegakan hukum pidana

oleh Direktorat Perairan Polda Lampung terhadap pelaku tindak pidana

perompakan.

b. Secara praktis

Kegunaan penulisan skripsi ini diharapkan berguna untuk memberikan

sumbang saran dan pemikiran kepada masyarakat luas serta aparat penegak

hukum dan instansi terkait dalam melaksanakan penegakan hukum pidana pada

masa-masa yang akan datang.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan,

asas, keterangan sebagai satu kesatuan logis yang menjadi landasan, acuan dan

pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan.5

5Abdulkadir muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm73

Page 22: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

8

a. Teori Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum pidana menurut Badra Nawawi Arief sebagaimana dikutip

Heni Siswanto adalah: (a) keseluruhan rangkaian kegiatan penyelenggara/

pemeliharaan keseimbangan hak dan kewajiban warga masyarakat sesuai harkat

dan martabat manusia serta pertanggungjawaban masing-masing sesuai dengan

fungsinya secara adil dan merata, dengan aturan hukum dan peraturan hukum dan

perundang-undangan yang merupakan perwujudan Pancasilan dan Undang-

Undang Dasar 1945; (b) keseluruhan kegiatan dari para pelaksana penegak hukum

ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat

manusia, ketertiban, ketentraman dan kepastian hukum sesuai dengan Undang-

Undang Dasar 19456

Menurut Barda Nawawi Arief sebagaimana dikutip Heni Siswanto, pada

hakikatnya kebijakan hukum pidana (penal policy), baik dalam penegakan in

abstractio dan in concreto, merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan system

(penegakan) hukum nasional dan merupakan bagian dari upaya menunjang

kebijakan pembangunan nasional (national development). Ini berarti bahwa

penegakan hukum pidana in abstraction (pembuatan/perubahan UU; law

making/law reform) dalam penegakan hukum pidana in concreto (law

enforcement) seharusnya bertujuan menunjang tercapainya tujuan, visi dan misi

pembangunan nasional (bangnas) dan menunjang terwujudnya sistem (penegakan)

hukum nasional.7

6 Heni Siswanto, Rekonstruksi Sistem Penegakan Hukum Pidana Menghadapi KejahatanPerdagangan Orang. Penerbit Pusataka Magister, Semarang, 2013, hlm.17 Ibid, hlm.86

Page 23: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

9

Penegakan hukum in concreto (law enforcement) tidak dapat dilakukan secara

penuh, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, hal ini sebagaimana dikemukakan

oleh Joseph Goldstein dalam Mardjono Reksodiputro, diartikan dalam kerangka

tiga konsep, yaitu:

1) Konsep penegakan hukum yang bersifat total (total enforcement concept)yang menuntut agar semua nilai yang ada dibelakang norma hukum tersebutditegakkan tanpa terkecuali

2) Konsep penegakan hukum yang bersifat penuh (full enforcement concept)yang menyadari bahwa konsep total perlu dibatasi dengan hukum acara dansebagainya demi perlindungan kepentingan individual

3) Konsep penegakan hukum aktual (actual enforcement concept) yang munculsetelah diyakini adanya diskresi dalam penegakan hukum karena keterbatasan-keterbatasan, baik yang berkaitan dengan sarana-prasarana, kualitas SDM,kualitas perundang-undangannya dan kurangnya partisipasi masyarakat.8

Walaupun hukum pidana positif di Indonesia saat ini bersumber/berinduk pada

KUHP buatan Belanda (WvS), tetapi dalam penegakan hukum harusnya berbeda

dengan penegakan hukum pidana seperti zaman Belanda. Hal ini wajar karena

kondisi lingkungan atau kerangka hukum nasional (national legal framework)

sebagai tempat dioperasionalisasikannya KUHP buatan Belanda sudah berubah.

Menjalankan KUHP buatan Belanda di Belanda atau di jaman Penjajahan Belanda

tentunya berbeda dengan di zaman Republik Indonesia. Ini berarti penegakan

hukum pidana positif saat ini (terlebih KUHP warisan Belanda) tentunya harus

memperhatikan juga rambu-rambu umum proses peradilan (penegakan hukum dan

keadilan) dalam sistem hukum nasional. Penegakan hukum pidana positif harus

berada dalam konteks ke-Indonesia-an (dalam konteks sistem hukum

nasional/national legal framework) dan bahkan dalam konteks bangnas dan

bangkumnas sebagai penegakan hukum pidana di Indonesia. 9

8 Mardjono Reksodiputro. Op.Cit, hlm.77.9 Ibid, hlm.87

Page 24: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

10

b. Teori Faktor-Faktor yang Menghambat Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan

perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan

konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan

kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.

2) Faktor penegak hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas

atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan

hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus

dinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan.

3) Faktor sarana dan fasilitas

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang

berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,

keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan

hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin

menjalankan peran semestinya.

4) Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan

hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

Page 25: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

11

mencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat

maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.

5) Faktor Kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat.

Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai-

nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin

banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan

kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudah dalam menegakannya.10

2. Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang

berkaitan dengan istilah.11 Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Penegakan hukum pidana adalah keseluruhan rangkaian kegiatan

penyelenggara/ pemeliharaan keseimbangan hak dan kewajiban warga

masyarakat sesuai harkat dan martabat manusia serta pertanggungjawaban

masing-masing sesuai dengan fungsinya secara adil dan merata, dengan aturan

hukum dan peraturan hukum dan perundang-undangan yang merupakan

perwujudan Pancasilan dan Undang-Undang Dasar 194512

b. Direktorat Kepolisian Perairan menurut Keputusan Kapolri Nomor Pol: Kep

/53 /X /2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja

10 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Penerbit UI.Jakarta, 1986. hlm 8-1111 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian hukum, Jakarta, 1983. hlm 3212 Heni Siswanto, Op.cit., hlm.1

Page 26: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

12

Satuan-Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara

Republik Indonesia, ruang lingkup kegiatan Direktorat Kepolisian Air sesuai

dengan tugas pokoknya yaitu sebagai penyelenggara fungsi Kepolisian

perairan yang mencakup patroli termasuk penanganan pertama terhadap tidak

pidana, pencarian dan penyelamatan laka laut dan pembinaan masyarakat

perairan serta bina fungsi Kepolisian dalam lingkungan Kepolisian Daerah.

c. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,

larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi

siapa yang melanggar larangan itu. Tindak pidana merupakan pelanggaran

norma atau gangguan terhadap tertib hukum, yang dengan sengaja atau tidak

sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku13

d. Perompakan adalah setiap perbuatan kekerasan yang melawan hukum yang

dilakukan oleh suatu kapal tertentu terhadap kapal lainnya di laut bebas

dengan maksud untuk mengambil alih barang berharga secara tidak sah14

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, permasalahan, ruang lingkup, tujuan dan

kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan kerangka konseptual yang akan

dipergunakan serta sistematika penulisan.

13 Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung, 1996, hlm. 2314 Abdul Ghafur Hamid, Kerjasama ASEAN dalam Meningkatkan Keamanan di Laut denganMemerangi Pembajakan dan Perompakan.2011.hlm. 82.

Page 27: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pengantar dalam memahami pengertian-pengertian umum

tentang pokok-pokok bahasan yang merupakan tinjauan yang bersifat teoritis

mengenai penegakan hukum pidana oleh Direktorat Perairan Polda Lampung

terhadap pelaku tindak pidana perompakan.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini memuat pendekatan masalah, langkah-langkah dalam penelitian, sumber

dan jenis data yang digunakan, penentuan narasumber, pengumpulan dan

pengolahan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai penegakan

hukum pidana oleh Direktorat Perairan Polda Lampung terhadap tindak pidana

perompakan dan faktor-faktor yang menghambat penegakan hukum pidana oleh

Direktorat Perairan Polda Lampung terhadap tindak pidana perompakan.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan hasil akhir yang memuat kesimpulan dan saran penulis.

Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan oleh penulis. Saran diberikan berdasarkan hasil penelitian yang

merupakan tindak lanjut dalam pembenahan dan perbaikan di masa-masa yang

akan datang.

Page 28: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Tindak Pidana

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang,

melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang

yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggung jawabkan perbuatan

dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan

apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan

pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan15

Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang

memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan

pidana, di mana penjatuhan pidana pada pelaku adalah demi tertib hukum dan

terjaminnya kepentingan umum.16

Tingkah laku yang jahat immoral dan anti sosial akan menimbulkan reaksi berupa

kejengkelan dan kemarahan di kalangan masyarakat dan jelas akan merugikan

masyarakat umum. Mengingat kondisi tersebut maka setiap warga masyarakat

keseluruhan secara keseluruhan, bersama-sama dengan lembaga-lembaga resmi

yang berwenang seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga

15 Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta.2001. hlm. 1916 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti.Bandung.1996. hlm. 16.

Page 29: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

15

pemasyarakatan dan lain-lain wajib menanggulangi setiap tindak kejahatan atau

kriminal. Setiap kejahatan yang dilakukan seseorang akan menimbulkan suatu

akibat yakni pelanggaran terhadap ketetapan hukum dan peraturan pemerintah.

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana

merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat

atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah

laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

dilarang oleh undang-undang harus dihindari dan arang siapa melanggarnya maka

akan dikenakan pidana. Jadi larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu

yang harus ditaati oleh setiap warga Negara wajib dicantumkan dalam undang-

undang maupun peraturan17

Moeljatno menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ”tindak pidana” adalah

perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai

ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar

aturan tersebut. Terkait dengan masalah pengertian tindak pidana, lebih lanjut

Moeljatno mengemukakan bahwa terdapat 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan:

a. Perbuatan pidana adalah perbuatan oleh suatu aturan hukum dilarang dandiancam pidana

b. Larangan ditujukan kepada perbuatan yaitu suatu keadaan atau kejadian yangditimbulkan oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman pidana ditujukan kepadaorang yang menimbulkan kejadian itu.

c. Antara larangan dan ancaman pidana ada hubungan yang erat, oleh karenaantara kejadian dan orang yang menimbulkan kejadian itu ada hubungan eratpula. ”Kejadian tidak dapat dilarang jika yang menimbulkan bukan orang, danorang tidak dapat diancam pidana jika tidak karena kejadian yang ditimbulkanolehnya”. 18

17 Ibid, hlm. 17.18 Moeljatno, Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hlm. 34

Page 30: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

16

Pengertian tindak pidana oleh A. Ridwan Halim menggunakan istilah delik untuk

menterjemahkan strafbaarfeit, dan mengartikannya sebagai suatu perbuatan atau

tindakan yang terlarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang. 19

Hazewinkel-Suringga memberikan suatu rumusan yang bersifat umum mengenai

strafbaarfeit yaitu suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah

ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku

yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana

yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya. 20

Tindak pidana pada dasarnya merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum

pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis seperti halnya untuk

memberikan definisi atau pengertian terhadap istilah hukum, maka bukanlah hal

yang mudah untuk memberikan definisi atau pengertian terhadap istilah tindak

pidana. Pembahasan hukum pidana dimaksudkan untuk memahami pengertian

pidana sebagai sanksi atas delik, sedangkan pemidanaan berkaitan dengan dasar-

dasar pembenaran pengenaan pidana serta teori-teori tentang tujuan pemidanaan.

Perlu disampaikan di sini bahwa, pidana adalah merupakan suatu istilah yuridis

yang mempunyai arti khusus sebagai terjemahan dari Bahasa Belanda ”straf”

yang dapat diartikan sebagai ”hukuman”. 21

Sudarto menyatakan untuk mengenakan pidana itu harus dipenuhi syarat-syarat

tertentu. Syarat-syarat tertentu ini lazimnya disebut dengan unsur-unsur tindak

19 Ridwan A. Halim, Hukum Pidana dan Tanya Jawab, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 31.20 P.A.F Lamintang, Op.Cit, hlm. 172.21 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 37.

Page 31: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

17

pidana. Jadi seseorang dapat dikenakan pidana apabila perbuatan yang dilakukan

memenuhi unsur-unsur tindak pidana (strafbaarfeit).22

Unsur-unsur (strafbaarfeit) atau unsur-unsur tindak pidana menurut Simons ialah:

a. Perbuatan manusia (positif atau negatif; berbuat atau tidak berbuat ataumembiarkan);

b. Diancam dengan pidana (strafbaar gesteld );c. Melawan hukum (onrechtmatig);d. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verband staand);e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab (toerekeningsvatbaar persoon). 23

Sesuai dengan unsur-unsur tindak pidana tersebut di atas, Simons kemudian

membedakan adanya unsur obyektif dan unsur subyektif dari strafbaarfeit. Bahwa

yang dimaksud unsur obyektif adalah perbuatan orang, akibat yang kelihatan dari

perbuatan itu dan keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu. Sedangkan yang

dimaksud unsur subyektif adalah orang yang mampu bertanggung jawab dan

adanya kesalahan (dolus atau culpa). Menurut Van Hamel bahwa unsur-unsur

tindak pidana meliputi:

a. Adanya perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang;

b. Bersifat melawan hukum;

c. Dilakukan dengan kesalahan, dan

d. Patut di pidana. 24

Andi Hamzah mengemukakan bahwa jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas

dasar-dasar tertentu, antara lain sebagai berikut:

a) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan antara lainkejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat dalam

22 Ibid, hlm. 175.23 Ibid, hlm. 176.24 Ibid, hlm. 177.

Page 32: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

18

Buku III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran“ itubukan hanya merupakan dasar bagi pembagian KUHP kita menjadi Buku ke IIdan Buku ke III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem hukumpidana di dalam perundang-undangan secara keseluruhan.

b) Menurut cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil(formeel Delicten) dan tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindakpidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yangdirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 362KUHP yaitu tentang pencurian. Tindak Pidana materil inti larangannya adalahpada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkanakibat yang dilarang itulah yang dipertanggung jawabkan dan dipidana.

c) Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidanasengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten).Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antaralain sebagai berikut: Pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan sengajamenyebabkan hilangnya nyawa orang lain, Pasal 354 KUHP yang dengansengaja melukai orang lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga dapatdipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 359 KUHP yang menyebabkanmatinya seseorang, contoh lainnya seperti yang diatur dalam Pasal 188 danPasal 360 KUHP.

d) Menurut macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan aktifjuga disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk mewujudkannyadiisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnyaPencurian (Pasal 362 KUHP) dan Penipuan (Pasal 378 KUHP). Tindak Pidanapasif dibedakan menjadi tindak pidana murni dan tidak murni. Tindak pidanamurni, yaitu tindak pidana yang dirumuskan secara formil atau tindak pidanayang pada dasarnya unsur perbuatannya berupa perbuatan pasif, misalnyadiatur dalam Pasal 224, Pasal 304 dan Pasal 552 KUHP. Tindak pidana tidakmurni adalah tindak pidana yang pada dasarnya berupa tindak pidana positif,tetapi dapat dilakukan secara tidak aktif atau tindak pidana yang mengandungunsur terlarang tetapi dilakukan dengan tidak berbuat, misalnya diatur dalamPasal 338 KUHP, ibu tidak menyusui bayinya sehingga anak tersebutmeninggal25

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jenis-jenis tindak pidana terdiri

dari tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran, tindak pidana formil

dan tindak pidana materil, tindak pidana sengaja dan tindak pidana tidak sengaja

serta tindak pidana aktif dan pasif.

25 Ibid, hlm. 77

Page 33: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

19

B. Tindak Pidana Perompakan

Pengaturan mengenai tindak pidana perompakan atau pembajakan dalam hukum

pidana nasional terdapat dalam Pasal 444 KUHP: Jika perbuatan kekerasan yang

diterangkan dalam Pasal 438 sampai dengan Pasal 441 mengakibatkan seseorang

di kapal yang diserang atau seseorang yang diserang itu mati maka nakoda.

komandan atau pemimpin kapal dan mereka yang turut serta melakukan perbuatan

kekerasan, diancam dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau

pidana penjara selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun.

Adapun ketentuan Pasal 438 KUHP sebagaimana dimaksud adalah:

(1) Diancam karena melakukan pembajakan di laut:1. dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, barang siapa masuk

bekerja menjadi nahkoda atau menjalankan pekerjaan itu di sebuah kapal,padahal diketahuinya bahwa kapal itu diperuntukkan atau digunakan untukmelakukan perbuatan-perbuatan kekerasan di lautan bebas terhadap kapallain atau terhadap orang dan barang di atasnya, tanpa mendapat kuasauntuk itu dari sebuah negara yang berperang atau tanpa masuk angkatanlaut suatu negara yang diakui;

2. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, barang siapamengetahui tentang tujuan atau penggunaan kapal itu, masuk bekerjamenjadi kelasi kapal tersebut atau dengan suka rela terus menjalankanpekerjaan tersebut setelab hal itu diketahui olehnya, ataupun termasukanak buah kapal tersebut.

(2) Disamakan dengan tidak punya surat kuasa, jika melampaui apa yangdikuasakan, demikian juga jika memegang surat kuasa dari negara-negarayang berperang satu dengan yang lainnya

Tindak pidana yang dirumuskan dalam Pasal 438 KUHP merupakan persiapan

untuk melakukan kekerasan di tengah laut. Sebabnya karena dalam praktik, baru

menjadi persoalan dan dilakukan penyidikan dan penuntutan apabila telah terjadi

suatu perompakan yang sebenarnya di tengah laut.

Page 34: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

20

Pasal 439 KUHP mengatur bahwa barangsiapa yang dengan memakai kapal lain

atau terhadap orang atau barang di atasnnya di dalam wilayah laut Indonesia (laut

teritorial Indonesia). Jadi, sebetulnya pembajakan di laut dekat pantai. Ancaman

hukumannya pidana penjara paling lama 15 tahun, sama dengan Pasal 440 dan

Pasal 441 KUHP.

Ketentuan Pasal 440 KUHP menyatakan bahwa barangsiapa yang di darat

maupun di air sekitar pantai atau muara sungai melakukan perbuatan kekerasan

terhadap orang atau barang di situ, setelah lebih dahulu menyeberangi lautan atau

sebagainya untuk tujuan tersebut. Pasal 441 KUHP menyatakan bahwa diancam

karena melakukan pembajakan di sungai dengan pidana penjara paling lama lima

belas tahun, barang siapa dengan memakai kapal melakukan perbuatan kekerasan

di sungai terhadap kapal lain atau terhadap orang atau barang di atasnya, setelah

datang ke tempat dan untuk tujuan tersebut dengan kapal dari tempat lain

Berdasarkan ketentuan Pasal 444 KUHP di atas maka diketahui bahwa hukuman-

hukuman dari Pasal 438 sampai dengan Pasal 441 dinaikkan menjadi hukuman

mati atau hukuman seumur hidup atau penjara 20 tahun apabila perbuatan-

perbuatan kekerasan tersebut mengakibatkan matinya orang yang diserang atau

yang ada pada kapal yang diserang.

Tindak pidana perompakan dalam hukum pidana internasional terdapat dalam

Pasal 101 Konvensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation

Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) 1982, yang mendefinisikan

pembajakan sebagai:

Page 35: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

21

a. Setiap tindakan kekerasan atau penahanan illegal, atau setiap tindakanpenyusutan, berkomitmen untuk kepentingan pribadi oleh awak ataupenumpang kapal pribadi atau pesawat pribadi, yang ditujukan:1) Pada laut lepas, terhadap kapal lain atau pesawat udara, atau terhadap

orang atau barang di kapal atau pesawat udara;2) Terhadap pesawat, kapal, orang atau barang di suatu tempat di luar

yurisdiksi Negara manapunb. Setiap tindakan partisipasi sukarela dalam pengoprasian kapal atau pesawat

udara dengan pengetahuan tentang fakta membuatnya menjadi kapal bajak lautatau pesawat udara;

c. Setiap tindakan menghasut atau sengaja memfasilitasi tindakan yang diuraikandalam sub bab (a) atau (b).26

Pembajakan merupakan kejahatan yang dilakukan dengan cara kekerasan, maka

yang dilakukan seharusnya bukan lagi negosiasi ataupun dialog atau bahkan

dengan menggunakan uang tebusan. Upaya-upaya ini pada dasarnya tidak akan

menyelesaikan persoalan secara menyeluruh karena tidak memberikan efek jera

sedikitpun terhadap para perompak itu. Bahkan yang terjadi sebaliknya, dengan

adanya uang tebusan justru akan semakin membuat para perompak itu berjaya dan

akan mengulangi perbuatan mereka lagi. Hingga diperlukan usaha yang lebih

komprehensif untuk menyelesaikan masalah pembajakan ini, salah satunya yaitu

dengan menggunakan otoritas Mahkamah Pidana Internasional.

Pada saat ini terdapat dua perjanjian internasional, yang mengatur tindakan

pembajakan dalam negeri. Perjanjian tersebut pertama adalah Konvensi Hukum

Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Convention on the Law of the

Sea/UNCLOS) sebuah perjanjian dengan 160 negara yang secara khusus

mendefinisikan pembajakan, yang kedua adalah konvensi untuk Pemberantasan

Tindakan Melawan Hukum Terhadap Keselamatan Navigasi Maritim (Convention

for the Suppression of Unlawful Acts Against the Safety of Maritime Navigation/

26 Abdul Ghafur Hamid, Kerjasama ASEAN dalam Meningkatkan Keamanan di Laut denganMemerangi Pembajakan dan Perompakan.2011.hlm. 82.

Page 36: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

22

Konvensi SUA) – yang telah disepakati oleh 156 negara dan dirancang guna

menanggapi insiden Achille Lauro ketika teroris Palestina membajak sebuah

kapal pesiar Italia, Konvensi SUA meliputi pembajakan kapal yang bermotif

politik.27

Sementara itu Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang dibentuk pada 2002

sebagai sebuah pengadilan permanen untuk menuntut individual untuk genosida,

kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang, sebagaimana didefinisikan

oleh beberapa persetujuan internasional terutama Rome of Statute of the

International Criminal Court. Mahkamah Pidana Internasional dirancang untuk

membantu sistem yudisial nasional yang telah ada, namun pengadilan ini dapat

melaksanakan yurisdiksinya bila pengadilan negara tidak mau atau tidak mampu

untuk menginvestigasi atau menuntut kejahatan seperti di atas dan menjadi

“pengadilan dan upaya terakhir”, meninggalkan kewajiban utama untuk

menjalankan yurisdiksi terhadap kriminal tertuduh kepada negara individual.28

Berdasarkan uraian di atas maka upaya untuk menanggulangi tindak pidana

pembajakan dalam konteks hukum pidana internasional dilakukan menggunakan

dua pendekatan yaitu sara domestik dan menggunakan hukum internasional di

tingkat nasional dan Penggunaan hukum internasional menggunakan pengadilan

supranasional atau tribunal khusus, seperti Mahkamah Pidana Internasional.29

27 Ibid, hlm.83.28 Boer Mauna, Hukum Internasional, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Alumni2000. hlm.21.29 Ibid. hlm.23.

Page 37: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

23

Pada dasarnya forum terbaik untuk penuntutan peradilan tindak pidana adalah

pengadilan nasional, bukan pengadilan supranasional, dengan alasan:

1. Pengadilan nasional merupakan pengadilan terdekat dengan lokasi di mana

tindak pidana tersebut dilakukan. Oleh karena itu, lokasi pengadilan juga

harus dekat dengan bukti yang diperlukan untuk mengadili pelanggaran: yaitu,

terdakwa, korban, saksi, dan bukti fisik. Selain itu, kedekatan dengan lokasi

pelanggaran berarti proses sidang akan dilangsungkan dalam bahasa terdakwa

dan penasihat hukumnyapun wajib memahami dan memungkinkan terdakwa

jika terbukti bersalah untuk menjalani hukuman di negaranya sendiri, agar

tetap dapat berdekatan dengan keluarga. Pengadilan nasional juga harus dekat

dengan masyarakat yang nilai-nilai dan aturan yang dilanggar sebagai akibat

dari kejahatan yang dilakukan. Sebuah pengadilan lokal mungkin lebih

mampu menyelesaikan dan memberikan keadilan kepada masyarakat yang

telah menderita dan mengalami kerugian dari kejahatan yang dilakukan

2. Melanjutkan melalui pengadilan nasional sering dianggap lebih murah

daripada mengadili tindak pidana melalui proses di pengadilan supranasional/

internasional, yaitu jikalau berhubungan dengan jenis pelanggaran, saksi dan

bukti. 30

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dianalisis bahwa asas pertanggungjawaban

pidana individu dari sudut hukum pidana internasional berbeda dengan sudut

pandang hukum pidana yang telah berlaku universal. Masalah

pertanggungjawaban individu tidak dapat dilepaskan dari pertanggungjawaban

Negara. Lahirnya asas pertanggungjawaban pidana individu dalam hukum pidana

30 Ibid. hlm.24.

Page 38: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

24

internasional merupakan kekhususan dan kekecualian dari prinsip hukum

internasional publik, yang tidak mengakui individu sebagai subjek hukumnya.

C. Tinjauan tentang Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum pidana merupakan upaya aparat penegak hukum untuk dapat

menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum pada era

modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi

kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan dan keserasian

antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-nilai aktual di dalam masyarakat

beradab. Sebagai suatu proses kegiatan yang meliputi berbagai pihak termasuk

masyarakat dalam kerangka pencapaian tujuan, adalah keharusan untuk melihat

penegakan hukum pidana sebagai sistem peradilan pidana31

Sistem peradilan pidana pelaksanaan dan penyelengaraan penegakan hukum

pidana melibatkan badan-badan yang masing-masing memiliki fungsi sendiri-

sendiri. Badan-badan tersebut yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan

lembaga pemasyarakatan. Dalam kerangka kerja sistematik ini tindakan badan

yang satu akan berpengaruh pada badan yang lainnya. Instansi-instansi tersebut

masing-masing menetapkan hukum dalam bidang dan wewenangnya.

Penegakan hukum menurut Joseph Goldstein dalam Mardjono Reksodiputro,

diartikan dalam kerangka tiga konsep wilayah penegakan hukum, yaitu sebagai

berikut:

31 Mardjono Reksodiputro, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat Kejahatan dan PenegakanHukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta,1994,hlm.76.

Page 39: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

25

4) Konsep penegakan hukum yang bersifat total (total enforcement concept)

yang menuntut agar semua nilai yang ada dibelakang norma hukum tersebut

ditegakkan tanpa terkecuali

5) Konsep penegakan hukum yang bersifat penuh (full enforcement concept)

yang menyadari bahwa konsep total perlu dibatasi dengan hukum acara dan

sebagainya demi perlindungan kepentingan individual

6) Konsep penegakan hukum aktual (actual enforcement concept) yang muncul

setelah diyakini adanya diskresi dalam penegakan hukum karena keterbatasan-

keterbatasan, baik yang berkaitan dengan sarana-prasarana, kualitas SDM,

kualitas perundang-undangannya dan kurangnya partisipasi masyarakat.32

Penegakan hukum pidana menurut Barda Nawawi Arief adalah: (a) keseluruhan

rangkaian kegiatan penyelenggara/pemeliharaan keseimbangan hak dan kewajiban

warga masyarakat sesuai harkat dan martabat manusia serta pertanggungjawaban

masing-masing sesuai dengan fungsinya secara adil dan merata, dengan aturan

hukum dan peraturan hukum dan perundang-undangan yang merupakan

perwujudan Pancasilan dan Undang-Undang Dasar 1945; (b) keseluruhan

kegiatan dari para pelaksana penegak hukum ke arah tegaknya hukum, keadilan

dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban, ketentraman

dan kepastian hukum sesuai dengan UUD 1945 33

Kebijakan hukum pidana (penal policy), baik dalam penegakan in abstracto dan

in concreto, merupakan bagian dari keseluruhan kebijakan sistem (penegakan)

hukum nasional dan merupakan bagian dari upaya menunjang kebijkaan

32 Ibid, hlm.77.33 Barda Nawawi Arif. Kebijakan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2004. hlm.12

Page 40: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

26

pembangunan nasional (national development. Ini berarti bahwa penegakan

hukum pidana in abstraction (pembuatan/perubahan UU; law making/law reform)

dalam penegakan hukum pidana in concreto (law enforcement) seharusnya

bertujuan menunjang tercapainya tujuan, visi dan misi pembangunan nasional dan

menunjang terwujudnya sistem (penegakan) hukum nasional. 34

Hukum dalam hal ini merupakan sarana bagi penegakan hukum. Penegakan

hukum mengandung makna bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang

dilarang oleh aturan hukum dan disertai dengan ancaman (sanksi) yang berupa

pidana tertentu sebagai pertanggungjawabannya Sistem peradilan pidana adalah

sistem dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi kejahatan, dengan tujuan

mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan, menyelesaikan kasus kejahatan

yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang

bersalah dipidana dan mengusahakan mereka yang pernah melakukan kejahatan

tidak mengulangi lagi kejahatannya.35

Pandangan penyelenggaran tata hukum pidana demikian itu disebut sebagai model

kemudi (stuur model). Jadi kalau polisi misalnya hanya memarahi orang yang

melanggar peraturan lalu lintas dan tidak membuat proses verbal dan meneruskan

perkaranya ke Kejaksaan, itu sebenarnya merupakan suatu keputusan penetapan

hukum. Demikian pula keputusan Kejaksaan untuk menuntut atau tidak menuntut

seseorang di muka pengadilan. Ini semua adalah bagian dari kegiatan dalam

rangka penegakan hukum, atau dalam suasana kriminologi disebut crime control

34 Sudarto. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni,Bandung, 1986, hlm.7.35 Romli Atmasasmita. Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung, 1996, hlm. 2.

Page 41: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

27

suatu prinsip dalam penanggulangan kejahatan ini ialah bahwa tindakan-tindakan

itu harus sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Penegakan hukum adalah merupakan suatu persoalan yang dihadapi oleh setiap

masyarakat. Walaupun kemudian setiap masyarakat dengan karakteristiknya

masing-masing, mungkin memberikan corak permasalahannya tersendiri di dalam

kerangka penegakan hukumnya. Namun setiap masyarakat mempunyai tujuan

yang sama, agar di dalam masyarakat tercapai kedamaian sebagai akibat dari

penegakan hukum yang formil. Kedamaian tersebut dapat diartikan bahwa di satu

pihak terdapat ketertiban antar pribadi yang bersifat ekstern dan di lain pihak

terdapat ketenteraman pribadi intern. Demi tercapainya suatu ketertiban dan

kedamaian maka hukum berfungsi untuk memberikan jaminan bagi seseorang

agar kepentingannya diperhatikan oleh setiap orang lain. Jika kepentingan itu

terganggu, maka hukum harus melindunginya, serta setiap ada pelanggaran

hukum. Oleh karenanya hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan tanpa

membeda-bedakan atau tidak memberlakukan hukum secara diskriminatif.

Karakteristik hukum sebagai kaedah selalu dinyatakan berlaku umum untuk siapa

saja dan di mana saja dalam wilayah negara, tanpa membeda-bedakan. Meskipun

ada pengecualian dinyatakan secara eksplisit dan berdasarkan alasan tertentu yang

dapat diterima dan dibenarkan. Pada dasarnya hukum itu tidak berlaku secara

diskriminatif, kecuali oknum aparat atau organisasi penegak hukum dalam

kenyataan sosial telah memberlakukan hukum itu secara diskriminatif. Akhirnya

penegakan hukum tidak mencerminkan adanya kepastian hukum dan rasa

keadilan dalam masyarakat. Penegakan hukum, tekanannya selalu diletakkan pada

Page 42: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

28

aspek ketertiban. Hal ini mungkin sekali disebabkan oleh karena hukum

diidentikkan dengan penegakan perundang-undangan, asumsi seperti ini adalah

sangat keliru sekali, karena hukum itu harus dilihat dalam satu sistem, yang

menimbulkan interaksi tertentu dalam berbagai unsur sistem hukum. 36

Hukum adalah kontrol sosial dari pemerintah sebagai aturan dan proses sosial

yang mencoba mendorong perilaku, baik yang berguna atau mencegah perilaku

yang buruk. Di sisi lain kontrol sosial adalah jaringan atau aturan dan proses yang

menyeluruh yang membawa akibat hukum terhadap perilaku tertentu, misalnya

aturan umum perbuatan melawan hukum. Tidak ada cara lain untuk memahami

sistem hukum selain melihat perilaku hukum yang dipengaruhi oleh aturan

keputusan pemerintah atau undang-undang yang dikeluarkan oleh pejabat yang

berwenang. Jika seseorang berperilaku secara khusus adalah karena diperintahkan

hukum atau karena tindakan pemerintah atau pejabat lainnya atau dalam sistem

hukum. Namun demikian dibutuhkan kontrol sosial terhadap pemerintah, karena

tidak dapat dipungkiri, bahwa tiada kuda tanpa kekang. Begitu juga tiada

penguasa dan aparaturnya yang bebas dari kontrol sosial.

Hukum akan menjadi berarti apabila perilaku manusia dipengaruhi oleh hukum

dan apabila masyarakat menggunakan hukum menuruti perilakunya, sedangkan di

lain pihak efektivitas hukum berkaitan erat dengan masalah kepatuhan hukum

sebagai norma. Hal ini berbeda dengan kebijakan dasar yang relatif netral dan

bergantung pada nilai universal dari tujuan dan alasan pembentukan undang-

undang. Dalam praktek dapat dilihat bahwa ada undang-undang sebagian besar

36 Mardjono Reksodiputro. Sistem Peradilan Pidana Indonesia. Melihat Kejahatan dan PenegakanHukum dalam Batas-Batas Toleransi. Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum. Jakarta. 1994.hlm.56

Page 43: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

29

dipatuhi dan ada undang-undang yang tidak dipatuhi. Sistem hukum jelas akan

runtuh jika setiap orang tidak mematuhi undang-undang dan undang-undang itu

akan kehilangan maknanya.37

Ketidakefektifan undang-undang cenderung mempengaruhi waktu sikap dan

kuantitas ketidakpatuhan serta mempunyai efek nyata terhadap perilaku hukum,

termasuk perilaku pelanggar hukum. Kondisi ini akan mempengaruhi penegakan

hukum yang menjamin kepastian dan keadilan dalam masyarakat. Kepastian

hukum dapat dilihat dari dua sudut, yaitu kepastian dalam hukum itu sendiri dan

kepastian karena hukum. Kepastian dalam hokum dimaksudkan bahwa setiap

norma hukum itu harus dapat dirumuskan dengan kalimat-kalimat di dalamnya

tidak mengandung penafsiran yang berbeda-beda. Akibatnya akan membawa

perilaku patuh atau tidak patuh terhadap hukum. Dalam praktek banyak timbul

peristiwa-peristiwa hukum, di mana ketika dihadapkan dengan substansi norma

hukum yang mengaturnya, kadangkala tidak jelas atau kurang sempurna sehingga

timbul penafsiran yang berbeda-beda yang akibatnya akan membawa kepada

ketidakpastian hukum. Sedangkan “kepastian karena hukum” dimaksudkan,

bahwa karena hukum itu sendirilah adanya kepastian, misalnya hukum

menentukan adanya lembaga daluarsa, dengan lewat waktu seseorang akan

mendapatkan hak atau kehilangan hak. Berarti hukum dapat menjamin adanya

kepastian bagi seseorang dengan lembaga daluarsa akan mendapatkan sesuatu hak

tertentu atau akan kehilangan sesuatu hak tertentu.

37 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya”, CetakanPertama, ELSAM dan HUMA, Jakarta, 2002. hlm.12-13

Page 44: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

30

Hukum tidak identik dengan undang-undang, jika hukum diidentikkan dengan

perundang-undangan, maka salah satu akibatnya dapat dirasakan, adalah kalau ada

bidang kehidupan yang belum diatur dalam perundang-undangan, maka dikatakan

hukum tertinggal oleh perkembangan masyarakat. Demikian juga kepastian

hukum tidak identik dengan dengan kepastian undang-undang. Apabila kepastian

hukum diidentikkan dengan kepastian undang-undang, dalam proses penegakan

hukum dilakukan tanpa memperhatikan kenyataan hukum yang berlaku.

Para penegak hukum yang hanya bertitik tolak dari substansi norma hukum formil

yang ada dalam undang-undang, akan cenderung mencederai rasa keadilan

masyarakat. Seyogyanya penekanannya di sini, harus juga bertitik tolak pada

hukum yang hidup (living law). Lebih jauh para penegak hukum harus

memperhatikan budaya hukum (legal culture), untuk memahami sikap,

kepercayaan, nilai dan harapan serta pemikiran masyarakat terhadap hukum dalam

sistim hukum yang berlaku. 38

Berbicara tentang nilai kepastian hukum, maka sebagai nilai tuntutannya adalah

semata-mata peraturan hukum positif atau peraturan perundang-undangan. Pada

umumnya bagi praktisi hanya melihat pada peraturan perundang-undangan saja

atau melihat dari sumber hukum yang formil. Sebagaimana diketahui undang-

undang itu, tidak selamanya sempurna dan tidak mungkin undang-undang itu

dapat mengatur segala kebutuhan hukum dalam masyarakat secara tuntas.

Adakalanya undang-undang itu tidak lengkap dan adakalanya undang-undang itu

tidak ada ataupun tidak sempurna. Keadaan ini tentunya menyulitkan bagi hakim

untuk mengadili perkara yang dihadapinya. Namun, dalam menjalankan fungsinya

38 Ibid. hlm.17

Page 45: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

31

untuk menegakkan keadilan, maka hakim tentunya tidak dapat membiarkan

perkara tersebut terbengkalai atau tidak diselesaikan sama sekali.

Keadilan dalam pelaksanaan penegakan hukum harus diperhatikan, namun

hukum itu tidak identik dengan keadilan, hukum itu bersifat umum, mengikat

setiap orang, bersifat menyamaratakan. Setiap orang yang mencuri harus dihukum

tanpa membeda-bedakan siapa yang mencuri. Sebaliknya keadilan bersifat

subjektif, individualistis dan tidak menyamaratakan.39 Adil bagi seseorang belum

tentu dirasakan adil bagi orang lain.Keabsahan berlakunya hukum dari segi

peraturannya barulah merupakan satu segi, bukan merupakan satu-satunya

penilaian, tetapi lebih dari itu sesuai dengan potensi ketiga nilai-nilai dasar yang

saling bertentangan. Apa yang sudah dinilai sah atas dasar persyaratan yang harus

dipenuhi oleh suatu peraturannya, bisa saja dinilai tidak sah dari kegunaan atau

manfaat bagi masyarakat.

Hukum yang harus ditegakkan itu pada intinya bukanlah norma aturan sendiri,

melainkan nilai-nilai keadilan yang terkandung didalamnya. Memang ada doktrin

yang membedakan antara tugas hakim dalam proses pembuktian dalam perkara

pidana dan perdata. Dalam perkara perdata dikatakan bahwa hakim cukup

menemukan bukti formil belaka, sedangkan dalam perkara pidana barulah hakim

diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materil yang menyangkut nilai-

nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian,

hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencari dan menemukan

kebenaran materil untuk mewujudkan keadilan materiil.

39 Sudikno Mertokusumo, “Bab-bab Tentang Penemuan Hukum”, (Yoyakarta: Citra Aditya Bakti,1993), hlm. 2.

Page 46: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

32

D. Tinjauan tentang Direktorat Perairan Kepolisian Daerah

Kepolisian menurut Pasal 1 Angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia), adalah segala hal-ihwal yang

berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Menurut Pasal 2, fungsi Kepolisian adalah di bidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia menyatakan bahwa Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan

keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman

masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia.

Berdasarkan Pasal 202 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat

Kepolisian Daerah, Ditpolair merupakan unsur pelaksana tugas pokok Polda yang

berada di bawah Kapolda. Ditpolair bertugas menyelenggarakan fungsi

kepolisian perairan yang mencakup patroli di perairan, Search And Rescue di

wilayah perairan, dan Binmas pantai atau perairan serta pembinaan fungsi

kepolisian perairan dalam lingkungan Polda.

Ditpolair dalam melaksanakan tugas tersebut, menyelenggarakan fungsi:

a. Pemeliharaan dan perbaikan fasilitas serta sarana kapal di lingkungan Polda

Page 47: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

33

Fungsi ini dilaksanakan dengan pemeliharaan dan perbaikan fasilitas berupa

kantor Ditpolair, kapal patroli, sarana komunikasi dan perangkat komputer

b. Pelaksanaan patroli, pengawalan penegakan hukum di wilayah perairan, dan

Binmas pantai di daerah hukum Polda;

Fungsi ini dilaksanakan dengan mengadakan patroli rutin di wilayah perairan

dalam rangka pencegahan tindak pidana perikanan, tindak pidana perompakan

di laut maupun penyelundupan.

c. Pemberian bantuan SAR di laut/perairan;

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan bantuan SAR di wilayah laut

dalam rangka evakuasi dan penyelamatan korban akibat kecelakaan di laut

maupun korban bencana alam.

d. Pelaksanaan transportasi kepolisian di perairan;

Fungsi ini dilaksanakan dengan memfasilitas transportasi kepolisian di

wilayah perairan, yaitu kegiatan pengamanan terhadap transportasi perairan.

e. Pelaksanaan telekomunikasi dan informatika di perairan;

Fungsi ini dilaksanakan dengan pengembangan jaringan telekomunikasi dan

informatika di perairan dalam rangka mempermudah koordinasi dengan pihak-

pihak terkait seperti TNI Angkatan Laut maupun Kantor Kepabeanan

f. Pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi dan dokumentasi

program kegiatan Ditpolair.

Fungsi ini dilaksanakan dalam rangka sistem pelaporan kinerja Ditpolair

dengan cara mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data atau informasi

serta mendokumentasikan program kegiatan Ditpolair yang telah

dilaksanakan.

Page 48: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

34

E. Teori Faktor-Faktor yang Menghambat Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan

perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadipertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakankonsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkankepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif.

2) Faktor penegak hukumSalah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitasatau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakanhukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harusdinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan.

3) Faktor sarana dan fasilitasSarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yangberpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakanhukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkinmenjalankan peran semestinya.

4) Faktor masyarakatMasyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakanhukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untukmencapai dalam masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakatmaka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.

5) Faktor KebudayaanKebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat.Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakinbanyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengankebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudah dalam menegakannya.40

40 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Penerbit UI.Jakarta, 1986. hlm 8-11

Page 49: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

35

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan metode

yuridis normatif yaitu metode pendekatan penelitian yang dilakukan untuk

mempelajari dan mengkaji serta menelaah peraturan perundang-undangan, asas-

asas dan teori/konsep yang berhubungan atau yang kaitannya dengan pembahasan.

Pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan berdasarkan pada fakta objektif yang

didapatkan dari penelitian lapangan berupa hasil wawancara dengan narasumber.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data dari penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan.

Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder, sebagai berikut:

a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh penulis dari hasil studi

dan penelitian dilapangan

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan kepustakaan dengan

cara menelusuri literatur yang berhubungan dengan masalah yang sesuai

dengan pokok-pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Bahan-

bahan tersebut terdiri dari:

Page 50: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

36

1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang bersifat mengikat, terdiri

dari:

a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73

Tahun 1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP).

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana (KUHAP)

c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia

d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan

Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam

2. Bahan hukum sekunder, meliputi: bahan-bahan yang berhubungan dan dapat

membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, di antaranya:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

b. Keputusan Kapolri Nomor Pol: Kep /53 /X /2002 tanggal 17 Oktober

2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi

pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia

3. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penulisan penelitian ini,

adalah bahan-bahan yang berguna sebagai petunjuk atau informasi tentang

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, di antaranya dari jurnal

penelitian, kamus dan sumber internet.

Page 51: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

37

C. Penentuan Narasumber

Penelitian ini membutuhkan narasumber untuk mendapatkan informasi dan data

yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan Polda Lampung : 2 orang

2. Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Studi Pustaka, yaitu prosedur yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan

seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta

melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan

terkait dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan, yaitu prosedur yang dilakukan dengan kegiatan wawancara

(interview) kepada narasumber penelitian sebagai usaha mengumpulkan

berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian.

2. Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah

diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan

dengan tahapan sebagai berikut:

Page 52: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

38

a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data

selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam

penelitian ini.

b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok-

kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-

benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan

dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan

sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan

penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-

hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan dan saran yang diajukan kepada

pihak-pihak terkait dengan pembahasan dalam penelitian.

Page 53: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

75

IV. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana perompakan yang dilakukan

oleh Direktorat Perairan Polda Lampung dilaksanakan dengan proses

penyidikan yang didasarkan pada kententuan perundang-undangan.

Penyidikan dilaksanakan dengan serangkaian tindakan yang ditempuh oleh

penyidik menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Tindakannya

meliputi mencari dan mengumpulkan alat bukti terkait tindak pidana

perompakan di wilayah perairan dan menemukan tersangkanya. Setelah

penyidikan selesai dilaksanakan maka perkara dilimpahkan ke Kejaksaan dan

Pengadilan untuk proses hukum selanjutnya sesuai dengan sistem peradilan

pidana.

2. Faktor-faktor yang menghambat penegakan hukum pidana terhadap tindak

pidana perompakan yang dilakukan oleh Direktorat Perairan Polda Lampung

terdiri dari faktor aparat penegak hukum, yaitu adanya penyidik yang

berpotensi menyalahgunakan kewenangan diskresi berupa penghentian

penyidikan, kurangnya kuantitas penyidik Direktorat Kepolisian Perairan dan

faktor sarana dan prasarana dalam penegakan hukum pidana terhadap tindak

pidana perompakan, yaitu keterbatasan sarana dan prasarana patroli yang ada

Page 54: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

76

di Direktorat Kepolisian Perairan Polda Lampung, sehingga penyidikan

terhadap tindak pidana perompakan mengalami hambatan.

B. Saran

Penulis dalam penelitian ini memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan Polda Lampung disarankan untuk

menambah jumlah sarana prasarana berupa kapal patroli dengan kategori

kapal besar Tipe C1 dalam rangka meningkatkan upaya penegakan hukum

pidana terhadap tindak pidana perompakan.

2. Penyidik Direktorat Kepolisian Perairan Polda Lampung disarankan untuk

mengembangkan jaringan kerja sama dengan berbagai pihak dalam penegakan

hukum terhadap tindak pidana perompakan. Hal ini diperlukan guna

mengantisipasi berkembangnya tindak pidana perompakan di wilayah hukum

Polda Lampung.

Page 55: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Atmasasmita, Romli. 1996. Sistem Peradilan Pidana, Binacipta, Bandung.

---------. 2003. Pengantar Hukum Pidana Internasional, Refika Aditama,Bandung.

Friedmann, Robert R. 1998. Kegiatan Polisi dalam pembinaan keamanan danketertiban masyarakat perbandingan perspektif dan prospeknya, PT.Cipta Manunggal, Jakarta

Halim, Ridwan A. 1982. Hukum Pidana dan Tanya Jawab, Ghalia Indonesia,Jakarta

Hamid, Abdul Ghafur. 2011. Kerjasama ASEAN dalam Meningkatkan Keamanandi Laut dengan Memerangi Pembajakan dan Perompakan. RinekaCipta. Jakarta.

Hamzah, Andi. 2001. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. GhaliaIndonesia Jakarta.

Kanter, E.Y. dan S.R. Sianturi. 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia danPenerapannya. Alumni, Jakarta.

Lamintang, P.A.F. 1996. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. CitraAdityta Bakti.Bandung.

Mauna, Boer. 2000. Hukum Internasional, Peranan dan Fungsi dalam EraDinamika Global, Alumni Bandung.

Mertokusumo, Sudikno. 1993. Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Citra AdityaBakti, Bandung.

Moeljatno, 1985. Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana Indonesia, Bina Aksara,Jakarta.

---------1987. Asas-Asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta.

Page 56: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

Mulyadi, Mahmud. 2009. Kepolisian dalam Sistem Peradilan Pidana, USUPress, Medan.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Citra AdityaBakti, Bandung.

Nawawi Arief, Barda. 1996. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT. CitraAditya Bakti, Bandung.

---------. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan PenanggulanganKejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Ndraha, Taliziduhu. 2012. Kybernologi: Ilmu Pemerintahan Baru. Rineka Cipta.Jakarta.

Parthiana, I Wayan. 2004. Hukum Pidana Internasional dan Ekstradisi. CVYrama Widya. Bandung.

Rahardjo, Satjipto. 2009. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, GentaPublishing, Yogyakarta.

Reksodiputro Mardjono. 1994. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, MelihatKejahatan dan Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, PusatKeadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta

Saad, Sudirman. 2003, Politik Hukum Perikanan Indonesia, Lembaga SentraPemberdayaan Masyarakat, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1983. Pengantar Penelitian hukum, Jakarta

--------- 1986. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. RinekaCipta. Jakarta.

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni,Bandung.

Supramono, Gatot. 2011. Hukum Pidana di Bidang Perikanan, Rineka Cipta,Jakarta.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun1958 tentang Pemberlakuan Kitab Undang-undang Hukum Pidana(KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Page 57: PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA …digilib.unila.ac.id/58622/20/3. SKRIPSI FULL TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hukum dan melayani kepentingan masyarakat umum, sehingga

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara RepublikIndonesia

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan PemberdayaanNelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam

Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua AtasPeraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang PedomanPelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Keputusan Kapolri Nomor Pol: Kep /53 /X /2002 tanggal 17 Oktober 2002tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi padaTingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia

C. INTERNET

http://lampung.tribunnews.com/2018/09/13/breaking-news-ditpolairud-polda-lampung-tangkap-3-perompak.