pendidikan karakter peduli lingkungan (studi kasus...
TRANSCRIPT
i
PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Titik Isniatus Sholikhah
NIM: 11111100
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2015
vi
MOTTO
ظهر الفساد في الب ر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض
الذي م ا لع هم ي ر ع و
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).” (Q.S Ar Rum: 41)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya,
skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayah dan ibundaku tersayang, Muh. Sahid dan Siti Fatimah yang selalu
membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi
dalam kehidupanku.
2. Ketujuh saudaraku kakak Hadi Muhdlorun, kakak Alimah, kakak Sri
Puji Wahyuni, kakak Ismun, kakak Zaenal Arifin, kakak Khoirul
Ahzani, dan kakak Nurul Yaqin atas motivasi yang tak ada hentinya
kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
3. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus pembimbing skripsiku, ibu Dr.
Lilik Sriyanti, M.Si.
4. Bapak M. Yusuf Khummaini, M. HI. yang telah memberikanku
inspirasi.
5. Ketua Jurusan PAI, ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
6. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan
membantu menyelesaikan skripsi ini.
7. Para kyai, ustadz-ustadzah, santri, dan keluarga besar Pondok Pesantren
Salafiyah, Pulutan, Sidorejo, Salatiga.
8. Para guru, siswa-siswi, dan karyawan Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
viii
9. Keluarga besar dan kanda yunda Jam’iyyatul Qura’ wal Huffadz Al
Furqan IAIN Salatiga.
10. Keluarga besar dan sahabat-sahabati di organisasi ekstra kampus
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) kota Salatiga,
terimakasih atas doa dan motivasinya sehingga penulisan skripsi ini
bisa terselesaikan.
11. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2011 khususnya jurusan PAI
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan
kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta
hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan (Studi
Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan Tahun 2015).
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang
mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat
manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni
dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan
dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Suwardi, M.Pd.
3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Dr. Lilik Sriyanti, M.Si. selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas,
x
mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga
skripsi ini terselesaikan.
5. Bapak M. Yusuf Khummaini, M.HI. yang telah memberikan ide dan
inspirasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat
menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
7. Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan yang telah memberikan izin penelitian.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya. Amin.
Salatiga, 12 Desember
2015
Titik Isniatus Sholikhah
NIM: 11111100
xi
ABSTRAK
Sholikhah, Titik Isniatus. 2015. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan (Studi
Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan Tahun 2015). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Kata kunci: Pendidikan Karakter, Peduli Lingkungan.
Kerusakan lingkungan hidup yang terjadi adalah tak lain karena ulah tangan
manusia itu sendiri yaitu kurangnya rasa peduli lingkungan yang dimiliki. Oleh
karenanya, nilai-nilai budaya peduli lingkungan ini akan lebih baik jika
ditanamkan sejak dini pada peserta didik. Sehingga sikap peduli lingkungan
tersebut akan mengkarakter dalam jiwanya untuk kemudian diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari pada kondisi apapun dan di manapun ia berada.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan secara islami, bagaimana
pendidikan karakter peduli lingkungan serta faktor-faktor yang menjadi penunjang
dan penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan melalui pendidikan
kepada siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan.
Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan (field
research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi sumber primer yakni hasil wawancara kepala sekolah, guru, siswa, dan
petugas kebersihan, dan sumber sekunder yang dapat berupa foto-foto kegiatan
terkait pendidikan lingkungan, buku kurikulum, profil sekolah, dan sertifikat
penghargaan bagi sekolah. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, pendidikan karakter peduli
lingkungan secara islami adalah program pendidikan yang dirancang untuk
membina keterampilan siswa dalam memahami hubungan antar manusia dan
lingkungan fisiknya, mengembangkan sikap siswa untuk senantiasa melestarikan
lingkungan menuju peningkatan kualitas hidup dengan menggunakan cara yang
islami sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, pelaksanaan pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah dititikberatkan pada masalah
menjaga kebersihan lingkungan yang berdasarkan hadits Rasulullah Saw. yaitu
kebersihan merupakan bagian dari iman. Penanaman karakter peduli lingkungan
ini termasuk realisasi program Green Environment seperti yang berlaku di negara
Indonesia. Pendidikan karakter peduli lingkungan diberikan dengan berbagai
model salah satunya keteladanan. Ketiga, faktor penunjang pendidikan karakter
peduli lingkungan di sini adalah kebiasaan siswa di rumah yang rajin dan peran
serta guru. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sifat malas siswa dan kondisi
luar masyarakat yang berbeda.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO .............................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN DEKLARASI .......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka........................................................................... . 11
G. Metode Penelitian............................................................................ 15
H. Sistematika Penulisan...................................................................... 25
xiii
BAB II PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan..................... 27
B. Landasan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan....................... 40
1. Ayat Al Quran dan Hadits...................................................... 40
2. Program Adiwiyata................................................................. 43
3. Program Green Environment.................................................. 44
C. Model Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan........................... 45
1. Tunjukkan Teladan…………………………………………. 47
2. Arahkan (berikan bimbingan)………………………………. 55
3. Dorongan……………………………………………………. 57
4. Zakiyah (murni-suci-bersih)………………………………... 59
5. Kontinuitas (pembiasaan)…………………………………... 61
6. Ingatkan……………………………………………………… 65
7. Repetition (pengulangan)…………………………………… 66
8. Organisasikan……………………………………………….. 67
9. Heart (hati)………………………………………………….. 68
D. Strategi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan……………….. 73
1. Strategi cheerleading……………………………………….. 73
2. Strategi pujian dan hadiah…………………………………... 74
3. Strategi define-and-drill…………………………………….. 74
4. Strategi forced formality……………………………………. 74
5. Strategi traits of month……………………………………… 75
xiv
E. Faktor Penunjang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan…….. 75
1. Pengaruh nature……………………………………………… 75
2. Pengaruh nurture…………………………………………….. 75
F. Faktor Penghambat/Kendala Penanaman Karakter Peduli
Lingkungan Melalui
Pendidikan………………………………………………................. 77
BAB III HASIL PENELITIAN
A. GambaranUmum Lokasi Penelitian................................................. 79
1. Kondisi Geografis..................................................................... 79
2. Profil Sekolah Menengah Assalihiyah.................................... 79
3. Visi.......................................................................................... 81
4. Misi.......................................................................................... 81
5. Tujuan....................................................................................... 81
6. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Assalihiyah.............. 82
7. Sistem Pembelajaran................................................................ 84
8. Kurikulum................................................................................ 85
9. Jumlah Guru, Siswa, dan Ketenagakerjaan............................. 86
10. Sarana dan Prasarana.............................................................. 89
B. Paparan Temuan Penelitian ............................................................ 90
1. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan...... ............................................................... 90
xv
2. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan
Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand
Selatan.................... ................................................................. 112
BAB IV ANALISIS DATA
A. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand
Selatan................................................................................. ........... 118
B. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan ........................... 143
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 147
B. Saran .............................................................................................. 149
C. Penutup.......................................................................................... 150
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 jadwal kegiatan belajar………………………………………….. 85
2. Tabel 3.2 nama guru bidang agama………………………………………... 86
3. Tabel 3.3 nama guru bidang akademik.......................................................... 88
4. Tabel 3.4 jumlah siswa tiap kelas.................................................................. 89
5. Tabel 3.5 daftar sarana prasana sekolah....................................................... 89
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Nota Pembimbing Skripsi
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Pedoman Wawancara
7. Verbatim Wawancara
8. Foto-foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan hidup adalah tempat di mana manusia tinggal dan
melakukan segala aktivitasnya. Lingkungan hidup yang baik, indah, rapi,
sejuk dan sehat akan menimbulkan ketenangan hati dan rasa nyaman bagi
orang-orang yang berada di sekelilingnya. Salah satu ciri lingkungan baik
dan sehat adalah lingkungan hidup yang bebas dari sampah yang
berceceran, penuh dengan tanaman pepohonan yang hijau dan rindang.
Menjaga lingkungan adalah kewajiban setiap manusia. Bukan hanya
petugas kebersihan di setiap lingkungan tertentu saja seperti petugas
kebersihan sekolah (tukang kebun), petugas kebersihan kota, atau yang
lainnya.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa banyak polusi yang
semakin merajalela khususnya di Indonesia mulai dari pembuangan
sampah-sampah yang menumpuk, asap kendaraan bermotor, limbah
industri, pencemaran bahan kimia lainnya dan masih banyak lagi. Hal
tersebut pasti akan mengancam keberadaan seluruh ekosistem yang ada
dan menjadikan berkurangnya jumlah sumber daya alam yang tersedia.
Maka dari itu, pendidikan karakter peduli lingkungan sangat dibutuhkan
dan harus ditanamkan mulai sejak dini, karena peduli lingkungan termasuk
salah satu dari 18 nilai karakter versi Kemendiknas (Suyadi, 2013: 7-9).
Pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui latihan dan pembiasaan-
2
pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya (Zainuddin, 1991:
107) agar masalah-masalah kerusakan alam bisa ditanggulangi. Mulai dari
hal kecil misalnya, tentang pembuangan sampah. Membuang sampah pada
tempatnya sangat perlu dibudayakan. Di samping itu, manusia kini telah
diberi kemampuan yang luar biasa oleh Tuhan untuk memanfaatkan
akalnya. Manusia hendaknya bisa menggunakan daya pikirnya untuk
mengubah barang yang sudah tak terpakai menjadi barang yang dapat
dimanfaatkan kembali. Oleh karena itu, pengolahan sampah sangat
diperlukan.
Kerusakan alam yang terjadi dan membuat rasa menjadi tidak
nyaman untuk ditinggali adalah tak lain ulah manusia itu sendiri yang
melakukan pengrusakan tanpa adanya pelestarian. Oleh karenanya, agama
Islam sangat menganjurkan untuk selalu menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup (alam). Firman Allah dalam Al Quran QS Ar Rum: 41
sebagai berikut (al Quran dan Terjemahannya, 2013: 408):
ظهر الفساد ف الب ر والبحر با كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض الذي عملوا لعلهم ي ر عوو
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).”
Berkebalikan dengan ayat di atas, umat manusia diperintahkan oleh
Allah Swt untuk selalu menjaga lingkungannya, karena apa yang diperbuat
semuanya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Seperti halnya
dikatakan orang Jawa “Sing sopo wonge nandur, bakal ngunduh” yang
3
bermakna barang siapa menanam pasti dia akan menuai hasilnya. Artinya,
jika seseorang menanamkan benih kebaikan, maka kebaikan pula yang
akan ia terima. Sebaliknya, jika seseorang menanamkan benih keburukan,
maka keburukan pula yang akan kembali kepadanya. Misalnya, ketika
manusia mampu menjaga lingkungannya agar tetap bersih, perasaan hati
dan pikiran akan terasa tenang, nyaman, dan damai. Selain itu, lingkungan
yang bersih dan rapi akan sedap dipandang.
Pada dasarnya manusia adalah mahluk yang cinta damai dan
keindahan. Secara fitrah, tak ada satupun manusia yang bisa membenarkan
perilaku manusia (baik pribadi maupun kelompok) yang merugikan
manusia atau makhluk lain termasuk lingkungan hidup (alam). Manusia
akan selalu berusaha untuk berbuat kebaikan dan menjaga lingkungan
hidupnya. Membiasakan hidup bersih dan sehat jasmani-rohani itu juga
termasuk tujuan kurikuler studi agama Islam (Tafsir, 2008: 19). Selain itu,
menurut Mahmud Yunus, mementingkan kebersihan adalah salah satu dari
tiga aspek kepribadian manusia yang harus dibina dalam pendidikan
agama Islam (Tafsir, 2008: 56). Oleh karenanya, hal tersebut perlu
pembiasaan yang baik pula karena terkadang manusia lalai akan
perbuatannya. Contoh kecil, makan dan membuang bungkus snack
sembarangan di jalan.
Tidak kalah penting juga harus ada upaya yang serius untuk
membudayakan peduli lingkungan hidup melalui dunia pendidikan.
Institusi pendidikan harus menjadi benteng yang tangguh untuk
4
menginternalisasi dan menanamkan nilai-nilai budaya peduli lingkungan
hidup kepada seluruh warga masyarakat yang kini tengah gencar menuntut
ilmu di dunia pendidikan khususnya pendidikan formal sekolah seperti
yang diungkapkan Al Ghazali tentang kemuliaan menuntut ilmu sesuai
dengan perintah Allah dalam Al Quran surat at Taubah: 122 (Zainuddin,
1991: 25):
هم طائفة ليت فقهوا ف وما كاو المؤمنوو لي نفروا كافة ف لوال ن فر من كل فرقة من ين الد
“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama”.
Nilai-nilai budaya peduli lingkungan ini akan lebih baik jika
ditanamkan sejak dini pada peserta didik. Karena, dengan demikian
pembiasaan tersebut terbangun lebih dini yang akan membawanya kepada
kebiasaan baik (peduli lingkungan hidup) sampai masa tuanya.
Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat juga perlu terus
digali dan dikembangkan secara kontekstual untuk selanjutnya disemaikan
ke dalam dunia pendidikan melalui proses pembelajaran yang aktif,
inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pola dan gaya penyajiannya
pun tidak bercorak teoretis dan dogmatis seperti orang khutbah, melainkan
harus lebih interaktif dengan mengajak peserta didik untuk berdiskusi dan
bertukar pikiran melalui topik-topik lingkungan hidup yang menarik.
Oleh karena itu, penanaman karakter peserta didik akan peduli
lingkungan hidup sangatlah penting. Hal ini tidaklah sesuatu yang sangat
5
mudah dilakukan karena seorang guru atau pendidik harus memiliki cara
tersendiri untuk menanamkan karakter tersebut. Pendidik akan memilah
mana model pendidikan yang dianggap paling efektif. Pendidik harus
mengetahui tabiat pembawaan, adat istiadat, dan pemikiran murid agar
tidak salah arah dalam mendidik anak-anak (Rosyadi, 2004: 189). Suatu
institusi pendidikan juga pasti memiliki tradisi masing-masing yang
dikatakan sebagai “kearifan lokal”.
Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan adalah salah satu sekolah yang berbasis agama Islam di
wilayah Thailand Selatan. Meskipun mayoritas masyarakat Thailand
Selatan beragama Islam, namun mereka tetap harus menyesuaikan diri dan
bersosialisasi dengan masyarakat Thailand dengan agama Budha yang
dominan. Untuk mampu bersaing dengan seluruh sekolah di Thailand,
Sekolah Menengah Assalihiyah harus mampu mencetak peserta didik yang
berilmu, beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta mencetak generasi
yang menghayati nilai Islam demi terwujudnya masyarakat yang maju,
inovatif, progresif, dan berteknologi. Sekolah Menengah Assalihiyah telah
mendapatkan penghargaan 4 kali atas prestasi menjaga kebersihan
lingkungan sekolah dari kerajaan. Hal tersebut perlu dukungan dari
seluruh warga sekolah agar dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang
bersih.
Di lembaga pendidikan formal (sekolah), guru memiliki
peran/tugas yakni mendidik yang dapat dilakukan dalam bentuk memberi
6
contoh, membiasakan, dan mengajar (Tafsir, 2008: 78) termasuk untuk
mengajarkan pendidikan karakter peduli lingkungan kepada peserta
didiknya. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan kepala
Sekolah Menengah Assalihiyah, bahwa di sekolah ini ditanamkan pula
karakter peduli lingkungan melalui pendidikan dan utamanya tentang
kebersihan. Sebagai lembaga sekolah yang berbasis Islam, pendidik
mampu memilih model-model pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam.
Namun, pendidikan karakter peduli lingkungan ini belum mencapai hasil
yang maksimal. Penulis juga mengamati masih ada beberapa sudut sekolah
yang kurang terjaga kebersihan lingkungannya. Penulis ingin meneliti
lebih jauh berkenaan dengan upaya penanaman karakter peduli lingkungan
yang dilaksanakan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan suatu penelitian dengan judul: PENDIDIKAN
KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN (Studi Kasus di Sekolah
Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand
Selatan Tahun 2015).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti sampaikan di atas,
maka peneliti dapat merumuskan beberapa rumusan masalah:
1. Bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan secara islami?
7
2. Bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand
Selatan?
3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat dalam
penanaman karakter peduli lingkungan melalui pendidikan pada siswa
di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa setiap
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang pasti mempunyai tujuan
yang ingin dicapai. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan
secara islami.
2. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter peduli lingkungan
di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penunjang dan
penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan melalui
pendidikan kepada siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini
diantaranya adalah:
8
1. Secara teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
sumbangsih bagi pendidik, peserta didik, dan civitas academic
khususnya di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,
Khokpho, Pattani, Thailand Selatan dan bagi seluruh umat
manusia termasuk warga negara Indonesia agar lebih
meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan.
b. Memberikan informasi bagi masyarakat luas (pembaca) bahwa
ada model pendidikan tersendiri yang digunakan dalam
menanamkan pengamalan rasa kepedulian terhadap lingkungan
hidup. Model pendidikan tersebut disesuaikan dengan kondisi
masyarakat yang dihadapi.
2. Secara praktis
Adapun manfaat praktis yang diharapkan di antaranya:
a. Bagi Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan:
1) Untuk mengetahui manfaat atas pendidikan karakter peduli
lingkungan yang selama ini telah diterapkan,
2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam proses
penanaman karakter peduli lingkungan melalui
pendidikanbagi pendidik, untuk kemudian dicarikan solusi
terbaik.
9
b. Bagi lembaga pendidikan di Indonesia, dapat mengambil contoh
model pendidikan karakter peduli lingkungan yang dinilai efektif
untuk kemudian diterapkan oleh pendidik kepada peserta didik
sehingga memunculkan generasi Indonesia yang peduli akan
lingkungan hidupnya.
c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan bagi peneliti
selanjutnya yang ingin mengkaji lebih dalam dengan fokus dan
setting berbeda untuk memperoleh perbandingan. Sehingga
memperkaya temuan-temuan penelitian tentang model
pendidikan karakter peduli lingkungan.
d. Bagi masyarakat luas, di antaranya dapat mengetahui dan
memanfaatkan model pendidikan karakter peduli lingkungan
yang efektif untuk ditanamkan kepada setiap orang agar tercipta
karakter pribadi yang baik, sesuai dengan harapan masyarakat,
bangsa, dan agama.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam memahami
topik penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan istilah
untuk beberapa kata yang kelihatannya masih abstrak, sehingga
mempermudah pembahasan selanjutnya.
Adapun pembahasan istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
10
1. Pendidikan Karakter
Kata pendidikan dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia,
pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk
mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui
pengajaran dan latihan (Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12,1990:
hlm. 365). Kata karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan
Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan
(knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan
melakukan kebaikan (doing the good) (Majid dan Dian Andayani,
2013: 11).
Dengan demikian, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai
upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan
sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan latihan sehingga
seseorang dapat mengetahui, mencintai dan melakukan kebaikan.
Pendidikan karakter adalah bentuk pendidikan yang tidak hanya
berorientasi pada aspek kognitif saja, melainkan lebih berorientasi
pada proses pengembangan potensi anak melalui pembiasaan sifat-sifat
dan nilai-nilai karakter yang baik.
2. Peduli lingkungan
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia peduli adalah
mengindahkan, memperhatikan, dan menghiraukan (Pusat Bahasa
Departemen Nasional, 2007: 841). Sedangkan kata lingkungan dalam
UU No. 23/1997 yang dikutip oleh Tim Penulis (2011: 140-141)
11
lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Peduli lingkungan adalah sikap dan
tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan
sekitar (Suyadi, 2013: 9). Lingkungan yang dimaksud dalam penelitian
ini difokuskan di lingkungan Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
F. Tinjauan Pustaka
Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan dari
berbagai hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang kiranya perlu
untuk dijadikan sebagai data acuan atau pendukung bagi penelitian ini.
Hasil penelitian terdahulu yang hampir memiliki kesamaan topik dengan
penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan Umam (2014) yang berjudul Model
Pendidikan Karakter Islami pada Siswa di SMK Al Ma‟arif Demak
Tahun Pelajaran 2103/2014. Hasil penelitian ini menunjukkan model
pendidikan karakter islami pada siswa di SMK Al Ma’arif Demak
tahun pelajaran 2013/2014 dilakukan melalui proses penanaman
karakter siswa baik di dalam maupun di luar kelas dengan memberikan
materi yang mengarah pada akhlakul karimah dan pelaksanaan
kegiatan ibadah harian di sekolah seperti shalat sunnah dzuha dan
rowatib, shalat berjamaah dzuhur dan ashar, doa dan dzikir bersama.
12
Sedangkan penerapannya bagi pembentukan perilaku islami pada
siswa yaitu dengan terciptanya siswa yang berakhlakul karimah
melalui kebiasaan-kebiasaan berkarakter akhlakul karimah yang sudah
melekat pada diri siswa baik kebiasaan di rumah maupun di sekolah.
Penelitian Ahmad Khotibul Umam mempunyai kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tentang pendidikan
karakter, namun terdapat perbedaan yang terletak pada pemfokusan
masalahnya yakni model pendidikan karakter islami ini lebih bersifat
umum karena fokus pendidikan karakter islami yang menyeluruh
berkaitan dengan perilaku-perilaku islami siswa sedangkan penelitian
yang dilakukan peneliti lebih dikhususkan lagi pada pendidikan
karakter tentang peduli lingkungan yang mana peduli lingkungan
termasuk salah satu perilaku islami tersebut. Posisi peneliti pada
penelitian di atas adalah komparatif yaitu mendeskripsikan dan
membandingkan pendidikan karakter islami di SMK Demak dan
pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Linda Tisa Purwani (2014) yang
berjudul Implikasi Nilai Karakter Peduli Lingkungan di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kebonagung Imogiri Bantul Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implikasi nilai karakter peduli
lingkungan di MIN Kebonagung melalui Program Adiwiyata sudah
sesuai dengan prinsip-prinsip Program Adiwiyata, yaitu partisipatif
13
dan berkelanjutan. Nilai karakter yang terbentuk di MIN Kebonagung
adalah peduli terhadap lingkungan sekitar, tanggung jawab, hidup
sehat, hidup hemat, kreatif, rasa ingin tahu, mencintai keindahan, nilai
religius, disiplin, semangat kebangsaan dan cinta tanah air, sikap tertib,
empati, peduli sosial, rasa hormat, dan sopan santun. Faktor
pendukung pengembangan implikasi nilai karakter pendidikan
lingkungan hidup di MIN Kebonagung adalah lokasi madrasah yang
mendukung, dukungan dari warga sekolah dan masyarakat, dan
fasilitas pendukung dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah adanya pengaruh neagtif dari luar, latar
belakang keluarga dan pengetahuan yang heterogen, dan kurangnya
pemahaman siswa dalam menerapkan cinta terhadap lingkungan.
Penelitian Linda Tisa Purwani memiliki kesamaan dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tentang pendidikan
karakter peduli lingkungan. Akan tetapi terdapat perbedaan dalam
pemfokusan masalahnya yaitu implikasi nilai karakter peduli
lingkungan pada siswa sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
lebih umum mengenai landasan, model dan strategi dalam penanaman
karakter peduli lingkungan melalui pendidikan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan. Posisi
peneliti dalam penelitian ini adalah komparasi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2013) yang berjudul
Konsep Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Islam. Hasil penelitian
14
ini menunjukkan konsep pendidikan karakter di Indonesia adalah
pendidikan nilai. Pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian
generasi muda yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan moral,
sikap moral, dan perilaku moral. Ketiga aspek tersebut sesuai dengan
tujuan pendidikan Islam yaitu aspek jasmani, rohani, dan akal. Nilai-
nilai pendidikan karakter yang bersumber dari agama, pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Konsep pendidikan Islam
adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain
agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam yang
menyangkut pembinaan aspek jasmani, akal, dan hati anak didik.
Penelitian yang dilakukan Ida Kurniawati mempunyai kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni tentang
pendidikan karakter. Akan tetapi terdapat perbedaan yaitu penelitian
Kurniawati berkisar pada konsep pendidikan karakter dalam
pendidikan Islam yang didalamnya mengemukakan tentang 18 nilai-
nilai luhur seperti yang disebutkan di atas. Penelitian yang dilakukan
peneliti lebih memfokuskan pada pendidikan karakter peduli
lingkungan di mana peduli lingkungan itu termasuk salah satu dari
15
nilai-nilai luhur yang 18. Posisi peneliti dalam penelitian di atas adalah
mengerucutkan fokus penelitian pada satu aspek yakni tentang peduli
lingkungan.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field
research) karena informasi dan data-data digali dan diperoleh melalui
pengamatan di lapangan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif di
mana penelitian ini bertujuan untuk membuat pencandraan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983: 75).
Sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pemahaman
tentang suatu fenomena dalam konteks tertentu dengan cara
mendeskripsikannya dengan kata-kata dan bahasa dalam konteks
khusus yang alamiah (Moleong, 2008: 5-6).
Jenis penelitian yang dilakukan peneliti di sini adalah penelitian
lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Karena
data-data dan informasi yang diperoleh digali melalui pengamatan
lapangan dan membuat pencandraan secara sistematis dan faktual
mengenai fakta-fakta dari pelaksanaan pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan. Sedangkan pendekatan penelitian yang
16
digunakan di sini adalah pendekatan naturalistik untuk mencari dan
menemukan pemahaman tentang penanaman karakter peduli
lingkungan melalui pendidikan di Sekolah Menengah Assalihiyah,
dengan cara mendeskripsikannya dengan kata-kata dan bahasa dalam
konteks khusus yang alamiah.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai
pengumpul data mengenai pendidikan karakter peduli lingkungan di
Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan. Peneliti harus berusaha untuk mengamati,
mendampingi, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas terlaksananya
penerapan nilai-nilai karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan selama
kurang lebih satu bulan.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan difokuskan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
4. Sumber data
Adapun sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti antara lain:
a. Sumber primer
Sumber primer dalam penelitian ini adalah para informan
(pelaksana penanaman karakter peduli lingkungan melalui
pendidikan). Narasumber yang diambil sebagai sampel dalam
17
penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik “purposive
sampling” artinya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian,
tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan. Akan tetapi,
lebih kepada kualitas informasi, kredibilitas dan kekayaan
informasi yang dimiliki (Raco, 2010: 115). Artinya narasumber
yang diambil adalah orang-orang yang mengetahui, memahami,
dan terlibat dalam pendidikan karakter peduli lingkungan di
Sekolah Menengah Assalihiyah. Para narasumber tersebut yaitu
kepala madrasah berkenaan dengan bagaimana pendidikan
karakter peduli lingkungan di sekolah, landasan penerapan
pendidikan karakter peduli lingkungan, pendidik atau guru
berkenaan dengan penanaman karakter peduli lingkungan melalui
pendidikan maupun pengajaran, peserta didik berkenaan dengan
pembelajaran karakter peduli lingkungan, dan petugas kebersihan
(OB) Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan berkenaan dengan peraturan kerja
menjaga lingkungan sekolah.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen
seperti foto-foto kegiatan terkait pendidikan lingkungan, buku
kurikulum, profil sekolah, dan sertifikat penghargaan bagi sekolah.
18
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Interview atau Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang
digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan
lisan melalui dialog dan tatap muka langsung dengan orang yang
dapat memberikan informasi kepada peneliti (Moleong, 1993:
153). Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif.
Wawancara memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data
yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan
konteks (Sarosa, 2012: 45). Dalam penelitian ini, peneliti memilih
tipe wawancara semi terstruktur yakni tipe wawancara yang
merupakan gabungan dari tipe wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur. Wawancara semi terstruktur
menyediakan beberapa pertanyaan panduan sebagai bahan
wawancara dan memungkinkan peneliti untuk menggali informasi
atau data lebih mendalam seiring berjalannya proses wawancara.
Karena, pertanyaan yang telah disiapkan hanyalah sebagai
panduan saja dan selebihnya, pertanyaan dapat mengalir seiring
dengan jawaban yang diberikan oleh responden.
Pertanyaan panduan yang telah disediakan tersebut dapat
juga digunakan untuk mengarahkan wawancara sehingga tidak
19
menyimpang terlalu jauh seperti pada wawancara tidak terstruktur
(Sarosa, 2012: 47).
Wawancara ditujukan kepada kepala madrasah, pendidik,
peserta didik, dan petugas kebersihan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
b. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik
atau cara menampilkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (J.R.
Raco, 2010: 115). Pengamatan dilakukan oleh peneliti pada objek
penelitian ini untuk mendapatkan data yang dirasa kurang
diperoleh dari pengumpulan data melalui teknik wawancara.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data terkait gambaran
umum dan keadaan lingkungan dan pengamalan karakter peduli
lingkungan di lingkungan Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan, serta data-data
lain yang diperlukan dalam penelitian ini.
c. Metode Dokumentasi
Menurut Esterberg, dokumen adalah segala sesuatu materi
dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen yang
dimaksud adalah semua catatan dalam bentuk hardcopy maupun
softcopy (Sarosa, 2012: 61). Dokumen dalam penelitian dapat
berupa penghargaan/sertifikat, catatan kepribadian siswa, catatan
20
tentang peraturan sekolah, rekaman, foto, dan lain sebagainya
(Sukandarrumidi, 2004: 101).
Dokumentasi yang didapatkan dalam penelitian Pendidikan
Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyiah
ini berupa profil sekolah, sejarah sekolah, kurikulum
pembelajaran sekolah, data guru dan siswa, data ketenagakerajaan
lainnya, sarana prasarana sekolah, foto kegiatan siswa terkait
pelaksanaan sikap peduli lingkungan, foto sertifikat penghargaan
dari negara atas kebersihan lingkungan sekolah, dan foto keadaan
gedung Sekolah Menengah Assalihiyah.
6. Analisis Data
Menurut Bodgan dan Biklen, analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,
2008: 248).
Langkah-langkah analisis data yaitu:
a. Reduksi Data
Data-data penelitian yang dikumpulkan dari lapangan
kemudian ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan
rinci. Jumlah data yang banyak akan menimbulkan kesulitan
21
dalam memahami pokok bahasan. Oleh karena itu, laporan-
laporan tersebut perlu direduksi, dirangkum, dipilih yang pokok,
dan disusun secara sistematis, sehingga lebih mudah
dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih
tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk
mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan (Nasution,
1992: 129). Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan
elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada
aspek-aspek tertentu (Sugiyono, 2013: 247).
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah melakukan reduksi data, maka langkah
selanjutnya adalah mendisplaykan (menyajikan) data. Data dapat
disajikan dalam berbagai bentuk. Selain penyajian data yang
berupa teks naratif, juga dapat berupa matriks, grafik, networks,
charts, dan lainnya (Nasution, 1992: 129). Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono,
2013: 249). Dengan demikian, peneliti dapat menguasai data yang
diperoleh dan menarik suatu kesimpulan, sehingga data yang
dikumpulkan (diteliti) menjadi bermakna.
22
c. Conclusion Drawing and verification (menarik kesimpulan
dan verifikasi)
Pada dasarnya, peneliti berusaha untuk mencari makna
dari data yang dikumpulkannnya. Melalui reduksi data, display
data, dan kemudian menyimpulkan, kesimpulan yang didapat
senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung
(Nasution, 1992: 130).
Dalam hal ini, penulis mencoba menganalisis seluruh data
yang terkumpul dalam pendidikan karakter peduli lingkungan di
Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data diterapkan dalam rangka
membuktikan kebenaran temuan hasil penelitian dengan kenyataan di
lapangan. Menurut Lincoln dan Guba, untuk memeriksa keabsahan
data pada penelitian kualitatif antara lain dengan menggunakan taraf
kepercayaan data (credibility) (Moleong 2011: 324). Teknik yang
digunakan untuk melacak credibility dalam penelitian ini
menggunakan teknik trianggulasi (trianggulation).
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding
terhadap data itu (Moleong, 2011: 330). Trianggulasi merupakan cara
terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi
23
kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi ketika mengumpulkan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan
(Moleong, 2011: 332).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trianggulasi dengan
sumber yakni membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dengan metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan
cara (Moleong, 2011: 330-331):
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi;
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, dan orang
pemerintahan;
e. Membandingkan hasil wawancara dengan dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.
Sebagaimana yang diungkapkan Moleong tersebut, dalam
penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan keabsahan data dengan
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
24
Membandingkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber baik
dari kepala sekolah, guru, siswa, maupun petugas kebersihan dengan
hasil pengamatan yang peneliti lakukan.
8. Tahapan Penelitian
Adapun tahapan penelitian bertajuk Pendidikan Karakter Peduli
Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan sebagai berikut:
a. Kegiatan adiministrasi yang meliputi izin observasi dari IAIN
Salatiga kepada Lembaga Pendidikan Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
b. Kegiatan lapangan yang meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui lapangan, dengan wawancara
sejumlah responden maupun informan sebagai langkah
pengumpulan data,
2) Memasukkan sejumlah orang yang terkait sebagai informan
yang dilakukan dengan responden penelitian,
3) Melakukan observasi lapangan dengan mewawancarai
sejumlah responden maupun informan sebagai langkah
pengumpulan data,
4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang
memungkinkan dan memudahkan untuk melakukan
pemaknaan,
25
5) Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
sebagai deskripsi temuan penelitian, dan
6) Menyusun laporan akhir.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh serta
mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan
skripsi ini dikelompokkan menjadi 5 bab. Di mana antara bab satu dengan
bab yang lainnya saling berhubungan.
Bab I, bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam
bab ini merupakan pengantar dari keseluruhan isi pembahasan. Pada
bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu: latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab II, berisi landasan pijak teoretis dari penelitian. Pada bagian ini
dikemukakan teori-teori yang berkaitan dengan objek formal penelitian.
Sesuai dengan judul skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi:
pembahasan pengertian pendidikan karakter dan peduli lingkungan,
pendidikan karakter peduli lingkungan islami, landasan, cara atau model,
dan strategi pendidikan karakter peduli lingkungan islami, serta
pembahasan faktor-faktor penunjang dan penghambat pendidikan karakter
peduli lingkungan.
26
Bab III, penulis menyajikan hasil penelitian tentang lokasi penelitian,
model, landasan, dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan
karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,
Khokpho, Pattani, Thailand Selatan.
Bab IV, berisikan analisis data hasil penelitian.
Bab V, merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana pada
bagian ini berisi kesimpulan penulis dari seluruh pembahasan yang telah
dikemukakan dalam skripsi dan saran peneliti.
27
BAB II
PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Untuk mendapatkan pengertian tentang pendidikan karakter secara
keseluruhan, maka penulis paparkan beberapa pengertian pendidikan
karakter menurut para ahli sebagai berikut:
Definisi pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 (2004: 3) pasal 1 ayat
1 yaitu:
Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses
pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh
berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab,
kreatif, berilmu, sehat, dan berakhlak (berkarakter) mulia.
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas tersirat tujuan
pendidikan untuk mengembangkan manusia yang berkarakter mulia.
Dalam hal ini sesuai dengan yang penulis maksud, yakni tentang
pendidikan karakter. Karakter mulia di sini yaitu karakter peduli
lingkungan.
Menurut John S. Brubacher, pendidikan adalah proses
pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah
dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun
sedemikian rupa sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong
orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan (Suwarno, 2006: 20).
28
Pendidikan adalah transformasi ilmu pengetahuan dan nilai kepada
peserta didik secara berangsur-angsur, yang diharapkan bisa
diaktualisasikan melalui perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan, sehubungan dengan diri,
keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakatnya, serta kepada disiplin
pribadinya (Ahid, 2010: 12). Selain itu, definisi pendidikan menurut
Rupert C. Lodge dalam Tafsir (2008: 5) adalah menyangkut seluruh
pengalaman. Anak mendidik orang tuanya, murid mendidik gurunya,
anjing mendidik tuannya. Semua yang disebut atau dilakukan dapat
dikatakan mendidik. Baik itu dilakukan sendiri maupun orang lain.
Secara etimologi, pengertian pendidikan yang diberikan oleh ahli
John Dewey, seperti yang dikutip oleh M. Arifin (2005: 1) menyatakan
bahwa pendidikan adalah sebagai suatu proses pembentukan kemampuan
dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional) menuju ke arah tabiat manusia dan
manusia biasa. Mortiner J. Adler mengartikan pendidikan adalah proses di
mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh)
yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan
kebiasaan yang baik melalui sarana yang artistik dibuat dan dipakai oleh
siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai
tujuan yang ditetapkannya, yaitu kebebasan yang baik (Rosyadi, 2004:
35).
29
Definisi pendidikan menurut Syaikh Mustafa al-Ghulayani yang
dikutip oleh Ahmad Khotibul Umam (2014: 28), bahwa pendidikan adalah
menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa murid serta manyiraminya
dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi kecenderungan jiwa yang
membuahkan keutamaan, kebaikan, serta cinta bekerja yang berguna bagi
tanah air. Dari penjelasan Al-Ghulayani tersebut, jelas bahwa pendidikan
selain mangajarkan tentang ilmu pengetahuan juga harus memberikan
pembelajaran yang baik, membentuk pribadi yang baik, memiliki akhlak
yang mulia salah satunya adalah peduli terhadap lingkungan yang melalui
petunjuk dan nasihat. Nasihat diberikan ketika seorang siswa melanggar
tata tertib agar dia kembali mengikuti peraturan yang ada. Hal tersebut
dilakukan dengan pembinaan dan pembiasaan. Karena sesungguhnya
manusia sejak awal memiliki potensi (fitrah) kebaikan.
Sedangkan kata karakter didefinisikan oleh para ahli sebagai berikut:
Menurut Ryan dan Bohlin, secara etimologis, kata karakter
(Inggris: caracter) berasal dari bahasa Yunani, charrasein yang berarti “to
engrave” yang kemudian diterjemahkan oleh Echols dan Shadily dengan
mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Suyadi, 2013: 5).
Samani dan Hariyanto (2013: 41) mengartikan karakter sebagai cara
berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu (dalam hal ini adalah
siswa) untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa, dan negara. Siswa yang berkarakter baik adalah yang
30
dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap
akibat dari keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter
juga merupakan sikap maupun tindakan yang tampak dalam kehidupan
sehari-hari.
Scerenko dalam Samani dan Hariyanto (2013: 42) mendefinisikan
karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan
ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, kelompok
atau bangsa. Menurut Lickona, karakter mulia (good caracter) meliputi
pengetahuan tentang kebaikan, kemudian menimbulkan komitmen (niat)
terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.
Dengan kata lain, karakter mengacu pada serangkaian pemikiran,
perasaan, perilaku yang sudah menjadi kebiasaan (Zuchdi, 2013: 16).
Karakter dalam agama Islam lebih dikenal dengan kata akhlak. Al
Ghazali mendefinisikan akhlak sebagi suatu sifat yang tetap pada jiwa
yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan
tidak membutuhkan kepada pikiran (Zuchdi, 2013: 17). Perbuatan tersebut
dapat dikatakan spontan, di mana untuk menimbulkan perilaku spontan
dibutuhkan pembiasaan dalam perilaku sehari-hari.
31
Lickona memaknai pendidikan karakter sebagai upaya yang
dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter siswa. Sementara
Alfie Kohn menyatakan bahwa pada hakikatnya pendidikan karakter dapat
didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas
pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah di luar
bidang akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh
menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam makna
sempit, pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan moral yang
merefleksikan nilai tertentu (Samani dan Hariyanto, 2013: 44-45).
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati (Samani dan Hariyanto,
2013: 45-46). Pendidikan karakter menurut Lickona yang dikutip Suyadi
(2013: 6) mencakup tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing
good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan
(doing the good). Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana
yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang
baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau
melakukan yang baik (Zuchdi, 2013: 17).
32
Pendidikan karakter tidaklah bersifat teoritis (meyakini telah ada
konsep yang akan dijadikan rujukan karakter), tetapi melibatkan
penciptaan situasi yang mengkondisikan peserta didik mencapai
pemenuhan karakter utamanya. Penciptaan konteks (komunitas belajar)
yang baik, dan pemahaman akan konteks peserta didik (latar belakang dan
perkembangan psikologi) menjadi bagian dari pendidikan karater (Q-
Anees dan Adang Hambali, 2008:104).
Karakter itu tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan melalui pikiran dan perbuatan (Samani dan Hariyanto,
2013: 41). Karakter siswa dapat diubah atau dibentuk dengan pembiasaan
karena lingkungan sosial baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat ikut
membentuk karakter seseorang. Sesuai dengan teori pendidikan aliran
konvergensi yang dipelopori oleh William Stern yang menyatakan bahwa
pendidikan sangat penting meskipun bakat bawaan anak didik juga
mempengaruhi keberhasilan pendidikan (Arief, 2002: 6). Oleh karenanya,
karakter pun dapat dibentuk melalui pendidikan. Karakter sebagai nilai
dasar yang membangun pribadi seseorang terbentuk baik karena pengaruh
hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan
orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari (Samani dan Hariyanto: 2013: 43).
Dari beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk
33
membentuk manusia (siswa) yang berkarakter baik. Usaha tersebut
dilakukan melalui pengajaran dan pelatihan. Di samping itu, dilakukan
pembiasaan untuk mengubah perilaku siswa menjadi berperilaku mulia.
Pendidikan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada
menanamkan perilaku baik yang mengkarakter dalam diri siswa. Pendidik
memberikan pengetahuan tentang kebaikan, sehingga menimbulkan
keinginan dan niat untuk melakukan kebaikan dan benar-benar
melaksanakan hal kebaikan tersebut.
Definisi pendidikan lingkungan hidup menurut Proyek Pembinaan
Pendidik Kependudukan (P3K) Ditjendikdasmen Departemen P&K adalah
proses mengorganisasi nilai dan memperjelas konsep-konsep untuk
membina keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan
menghargai hubungan antar manusia, kebudayaan dan lingkungan
fisiknya. Sedangkan menurut Djajasurya yang dikutip oleh tim penulis
dalam bukunya Maftuchah Yusuf, pendidikan lingkungan hidup
merupakan suatu program pendidikan yang disusun untuk
mengembangkan fungsi kognitif, afektif, dan keterampilan psikomotor
pada individu dengan mengarahkan kemampuan untuk mengoptimalkan
sumbangan kreativitas yang dimiliki menuju peningkatan kualitas hidup
(Tim Penulis, 2011: 150).
Dengan demikian, pendidikan karakter peduli lingkungan secara
islami adalah program pendidikan yang dirancang untuk membina
34
keterampilan siswa dalam memahami dan menghargai hubungan antar
manusia dan lingkungan fisiknya, mengembangkan aspek psikomotor
siswa (mengembangkan perilaku dalam kehidupan sehari-hari) untuk
senantiasa melestarikan lingkungan dan meminimalisir kerusakan
lingkungan menuju peningkatan kualitas hidup dengan menggunakan cara
yang islami sesuai dengan ajaran Islam. Program tersebut berisikan
pengetahuan tentang peduli lingkungan, sehingga menimbulkan niat dan
benar-benar merealisasikan sikap peduli lingkungan. Tugas guru untuk
mendidik siswanya supaya berkarakter peduli lingkungan menjadi hal
yang sangat penting dan termasuk melaksanakan perintah Allah Swt untuk
selalu mengajarkan yang termaktub dalam QS. Ali Imran: 79 (al Quran
dan Terjemahannya, 2013: 60):
كونوا باني با كنتم علموو ال تاا وبا كنتم د وو Artinya: “hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu
selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
mempelajarinya.”
Peduli lingkungan termasuk salah satu dari 18 nilai karakter versi
Kemendiknas yang dikutip Suyadi (2013: 7-8):
1. Religius, yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran agama yang dianut,
2. Jujur, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara
pengetahuan, perkataan, dan perbuatan,
35
3. Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan
terhadap perbedaan agama, adat, pendapat maupun hal lain yang
berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka,
4. Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala
bentuk peraturan yang berlaku,
5. Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas dan permasalahan,
6. Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam
berbagai segi dalam memecahkan masalah sehingga menemukan cara-
cara dan hasil yang baru,
7. Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang
lain,
8. Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan
persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara pribadi
dengan orang lain,
9. Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang
mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal
secara lebih mendalam,
10. Semangat kebangsaan, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun
golongan,
11. Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa
bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
36
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya sehingga tidak mudah
menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri,
12. Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain
dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat
berprestasi yang lebih tinggi,
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif,
14. Cinta damai, sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai,
aman, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas tertentu,
15. Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk
menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi
dari berbagai sumber,
16. Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar,
17. Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain, dan
18. Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Jadi, pendidikan karakter peduli lingkungan adalah pendidikan
yang diberikan oleh pendidik kepada siswa tentang sikap peduli terhadap
lingkungan melalui nasihat, petunjuk, dan pembiasaan. Dengan demikian,
diharapkan sikap peduli lingkungan tersebut dapat mengkarakter pada
pribadi siswa. Siswa tidak hanya diberi pengetahuan tentang materi
kepedulian lingkungan, akan tetapi pendidik harus senantiasa mendorong
37
dan mengingatkan, memberikan teladan untuk mengamalkan sikap peduli
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari di mana pun ia berada.
Terdapat 4 dimensi kemanusiaan yang diemban yaitu dimensi diri,
Allah, sesama manusia, dan lingkungan. Dimensi lingkungan yang diambil
dari kata bertanggung jawab kepada lingkungan alam dan sosial. Dimensi
ini memiliki landasan berpikir kepada upaya perlindungan sumber daya
alam dan pendampingan sosial masyarakat menuju keseimbangan atau
kelestarian dan tenggang rasa sosial dalam nuansa harmonis-humanis (Tim
Penulis, 2011: 139). Allah berfirman dalam Q.S Ar Rum: 41 sebagai
berikut (al Quran dan Terjemahannya, 2013: 408):
ظهر الفساد ف الب ر والبحر با كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض الذي عملوا لعلهم ي ر عوو
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).”
Dalam ayat tersebut, tersirat perintah untuk senantiasa menjaga
lingkungan hidup. Allah memberikan peringatan kepada manusia untuk
tidak melakukan pengrusakan terhadap lingkungan. Banyaknya kerusakan
yang terjadi adalah akibat dari perbuatan manusia yang kehilangan rasa
tanggung jawab untuk membina hubungan yang baik terhadap lingkungan
dan Allah. Karena dengan menjaga lingkungan berarti pula melaksanakan
perintah Allah. Oleh karena itu, setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
38
pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup (Tim Penulis, 2011: 144).
Kepedulian pada lingkungan hidup seharusnya membawa manusia untuk
sadar pada kemampuan tanggung jawab dan posisinya sebagai individu,
serta pada kedudukannya secara sosial dan profesional untuk menjaga
kondisi tetap harmonis sebagai upaya penyelamatan lingkungan hidup
(Tim Penulis, 2011: 148).
Selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga diciptakan
sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas
untuk memanfaatkan, mengelola dan memelihara alam semesta. Allah
telah menciptakan alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan
semua makhluk-Nya, khususnya manusia.
Sebagaimana firman Allah Swt. QS. Yunus: 14 (al Quran dan
Terjemahannya, 2013: 209) sebagai berikut:
علناكم ئ ف اا من ب عد م لن ن ر كي عملوو Artinya: “kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di
muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana
kamu berbuat.”
Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam
dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Islam mengajarkan agar umat
manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini seringkali tercermin
dalam beberapa pelaksanaan ibadah, sebagai contoh hal kecil dalam
pelaksanaan shalat ada syaratnya agar melaksanakan shalat di tempat yang
bersih dan suci. Hal tersebut sama dengan membina umat agar menjaga
39
kebersihan lingkungan yang termasuk salah satu hal yang menanamkan
karakter peduli lingkungan.
Pendidikan termasuk hal terpenting sebagai salah satu jalur
penyadaran dan pengertian untuk meminimalisir terhadap kerusakan
lingkungan alam sosial yang mengglobal (Tim Penulis, 2011: 143).
Pendidikan yang berwawasan lingkungan diharapkan dapat memberikan
pengaruh positif baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
memberikan kontribusi dalam menjaga keseimbangan atau kelestarian
lingkungan hidup (Tim Penulis, 2011: 149). Pendidikan karakter peduli
lingkungan untuk menanamkan keyakinan yang mendalam bahwa manusia
adalah bagian dari alam.
Islam menganjurkan kita memelihara alam dan ekosistemnya.
Apabila ekosistem terpelihara dan terjaga baik, maka akan memenuhi
fungsinya dan mencapai apa yang dimaksud serta tujuan penciptaannya
oleh Allah Swt. bagi kesejahteraan manusia dan mahluk lain pada masa
sekarang dan akan datang (Maslikhah, 2013: 17). Upaya manusia
melakukan kegiatan menanam pepohonan tentunya dapat memberi banyak
manfaat. Secara materi hasilnya dapat berbentuk buah, bunga,
kerindangan, kesejukan pandangan, penyuburan tanah, bahan obat, kertas
bungkus dan penyimpanan air. Secara non materi dapat memberikan
perasaan nyaman dan bahagia bagi pemiliknya (Maslikhah, 2013: 53).
40
Pengetahuan tentang lingkungan hidup yang memadai sangat
diperlukan oleh semua lapisan masyarakat agar bersama-sama
mengupayakan penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup. Hal ini
menjadi sangat krusial untuk segera dilakukan secara kolektif melalui jalur
pendidikan (Maslikhah, 2013: 113).
Menurut Rian Sugiarto kebiasaan-kebiasaan memperlakukan
lingkungan yang mengikis karakter yang dikutip Majid dan Dian Andayani
(2013: 55) di antaranya:
1. Merokok di sembarang tempat,
2. Membuang sampah di sembarang tempat,
3. Corat-coret/vandalism,
4. Asap kendaraan yang mencemari udara,
5. Jalan bertabur iklan,
6. Konsumsi plastik yang berlebihan,
7. Tidak terbiasa memperhatikan aturan pakai,
8. Abai dengan pohon, dan
9. Menganggap remeh daur ulang.
B. Landasan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
1. Ayat Al Quran dan Hadits
Islam lebih awal mengajarkan agar manusia senantiasa berbuat baik
pada makhluk lain (tumbuhan, hewan, alam) seperti yang dikisahkan
dalam al quran tentang Nabi Shalih as., Daud as., Sulaiman as., dan
41
Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw. telah memberikan contoh
bagaimana sikap seorang muslim terhadap lingkungan (Maslikhah,
2013: 17).
يق ب عث ي وشا ال الشام، فخرج عن يي بن عيد او ابا ب ر الصدر بيع من لك اال باع، يشى مع يزيد بن اب فياو، و كاو يزيد امي
را رما، : ا مو يك بعشر ا : ف قاا ال قتل امرأة و ال بيا و ال كبي را اال و ال قطع شجرا مثمرا، و ال ترا عامرا، و ال عقرو شاة و ال بعي
لم كل ، و ال عقرو ، و ال رق ، و ال لل، و ال ت “Dari Yahya bin Sa‟id, sesungguhnya Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
pernah mengutus tentara ke Syam, lalu beliau keluar sambil berjalan
kaki bersama Yazid bin Abu Sufyan, sedang Yazid ketika itu adalah
kepala seperempat dari (pasukan-pasukan) yang dibagi empat itu,
Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya aku berwasiat kepadamu dengan
sepuluh hal, jangan membunuh perempuan, jangan membunuh anak-
anak, jangan membunuh orang tua yang sudah tak berdaya, jangan
menebang pohon yang sedang berbuah, jangan merobohkan
bangunan, jangan menyembelih kambing dan unta kecuali sekedar
untuk dimakan, jangan merusak pohon kurma, jangan membakar
pohon kurma, jangan berkhianat, jangan menjadi pengecut.” (HR.
Malik dalam Mawaththa’, di dalam Nailul Authar)
Dari hadits tersebut dapat diambil hikmah bahwa Allah Swt.
memerintahkan kepada manusia melalui perantara Rasulullah Saw.
agar manusia memelihara binatang dan senantiasa menjaga lingkungan
alam, karena itu semua untuk memenuhi kebutuhan manusia juga.
Selain hadits Nabi di atas, terdapat pesan-pesan al quran dan
hadits yang lain tentang larangan berbuat kerusakan dapat dilihat pada
ayat-ayat berikut (Maslikhah, 2013: 51):
42
a. وال بخسوا الناس أشياا م وال عث وا ف اا مفسدين “dan janganlah kamumerugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat
kerusakan.” (QS. Asy Syuara: 183)
b. فااكروا الا الل وال عث وا ف اا مفسدين “maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (QS. Al A’raf: 74)
c. ر ل م و كنتم مؤمن وال فسدوا ف اا ب عد الها ال م ي “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah
Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raf: 85)
d. Nabi Muhammad Saw. bersabda:
ث نا عبد الملك عن عطاا عن ابر قاا قاا ث نا أب الد ث نا ابن ني الد الد وا الل لى الل علي و لم ما من مسلم ي رس غر ا ال كاو ما أكل من ل دقة وما رق من ل دقة وما أكل السبع من ف هو ل دقة وما
ر ف هو ل دقة وال ي ر أالد ال كاو ل دقة أكلت الطي
“Dari Ibn Numair dari bapaknya dari Abdul Malik dari „Atho‟
dari Jabir berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah seorang
muslim yang bercocok tanam, kecuali setiap tanamannya yang
dimakan bernilai sedekah baginya, apa yang dicuri orang darinya
menjadi sedekah baginya, apa yang dimakan binatang liar menjadi
sedekah baginya, apa yang dimakan burung menjadi sedekah
baginya, dan tidaklah seseorang mengambil darinya, melainkan ia
menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim)
e. Nabi Muhammad Saw. bersabda (Musthofa, 1992: 324):
قاا وا : و أب مالك ااا بن عا م ااشعري اا عن قاا ع الطهو شطر اإلياو، واامد ا تأل امليزاو، : اا لى اا علي و لم
ما ب السماا واا ، - أو تأل - و بحاو اا واامد ا تآلو ر ياا، والقر و الجة لك أو والص ة نو ، والصدقة ب ر او، والصب
( وا مسلم)عليك، كل الناس ي دو ف بائع ن فس فمعتقها أو موبقها
43
“Dari Abu Malik Al Harits bin 'Ashim Al Asy'ari ra., dia berkata:
Bersabda Rasulullah Saw.: "Kesucian adalah sebagian dari iman,
Al Hamdulillah memberatkan timbangan, Subhanallah dan Al
Hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi, shalat adalah
cahaya, sedekah adalah burhan (bukti), sabar adalah pelita, Al
Quran adalah hujjah bagimu dan atasmu, setiap manusia berusaha
untuk menjual dirinya maka dia menjadi merdeka (dari azab) atau
menjadi binasa.” (HR. Muslim)
Kesucian adalah setengah dari iman dan kesucian itu bermula dari
kebersihan. Di mana menjaga kebersihan lingkungan merupakan
salah satu sikap peduli lingkungan. Dengan lingkungan yang
bersih, manusia akan hidup dengan nyaman, dan tumbuhan pun
juga akan tumbuh dengan baik. Oleh karenanya, menjaga
kebersihan dan kesucian termasuk bagian dari wujud sikap peduli
terhadap lingkungan.
Dari dalil-dalil di atas, baik dalil al quran maupun al hadits
tersirat pesan agar manusia selalu menjaga lingkungan hidupnya
dan dilarang merusaknya. Larangan membuat kerusakan telah
dikemukakan oleh Allah dalam beberapa ayat. Artinya, Allah
benar-benar menyuruh hambanya untuk memelihara lingkungan
hidupnya demi kemaslahatan hidup mereka sendiri dan sebagai
salah satu bukti implikasi dari kedudukan manusia sebagai khalifah
di muka bumi.
2. Program Adiwiyata
Pada tahun 1996 disepakati kerja sama antara Departemen
Pendidikan Nasional dan Kementrian Negara Lingkungan Hidup, yang
44
diperbaharui pada tahun 2005 dan 2010. Sebagai tindak lanjut dari
kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006 Kementrian Lingkungan
Hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program adiwiyata.
Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang
bertanggungjawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan (Purwani, 2014: 24-25).
3. Program Green Environment
Program Green Environment merupakan salah satu program
yang berperan dalam penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan di sekolah. Program ini bertujuan untuk menciptakan
karakter peduli lingkungan pada anak. Kegiatan yang dilakukan dalam
pelaksanaan program Green Environment ini antara lain adalah
pengolahan sampah dan penghijauan. Program ini tidak hanya
dilakukan di lingkungan sekolah saja tapi juga dilakukan di luar
sekolah (Setiyani, 2013: 25).
Program Green Environment ini sangat berperan penting dalam
memberikan pendidikan karakter peduli lingkungan pada siswa.
Karena dalam program ini siswa diajarkan untuk mencintai
lingkungannya, dengan membuang sampah pada tempatnya,
memperbanyak menanam pohon, dan lain sebagainya. Melalui
program ini, dapat menciptakan lingkungan sekolah menjadi hijau
45
untuk menunjang kesehatan fisik mental dan kecerdasan otak anak.
Selain mengurangi global warming, masih banyak efek baik dari
lingkungan sekolah yang hijau terlebih bagi siswa. Jika mereka belajar
di tempat-tempat area hijau pastilah dapat mempengaruhi
perkembangan otak dalam belajar. Program Green Environment pada
dasarnya adalah pengenalan terhadap lingkungan kepada para pelajar
tersebut yang diaplikasikan dalam berbagai kegiatan antara lain
gerakan“save our forest“, hutan sekolah, dan back to nature (Setiyani,
2013: 25-27).
C. Model Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Demi tercapainya pendidikan karakter peduli lingkungan diperlukan
sebuah rancangan pendidikan atau model. Model diartikan sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan
suatu kegiatan (Majid dan Dian Andayani, 2013: 115). Selain itu juga bisa
diartikan sebagai deskripsi dari suatu sistem yang disederhanakan agar
dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya (Umam, 2014:
26). Dalam bukunya Abdul Majid (2013: 116), Dewey mendefinisikan
model pembelajaran sebagai:
“a plan or pattern that we can use to design face to face teaching in
the classroom or tutorial setting and to shape instructional material”
(yaitu suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk
merancang tatap muka di kelas atau pembelajaran tambahan di luar
kelas dan untuk menajamkan materi pengajaran).
46
Dalam hal ini, menurut hemat penulis, model pendidikan karakter
yang dimaksud adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistemik
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk menanamkan karakter
pribadi peduli terhadap lingkungan pada peserta didik dan sebagai
pedoman yang dapat digunakan oleh pendidik untuk melakukan aktivitas
pendidikan. Seorang pendidik memiliki rancangan yang sistemik untuk
membina karakter peserta didiknya agar senantiasa berupaya untuk
menjaga dan melestarikan lingkungan sekitarnya. Model pendidikan
karakter peduli lingkungan adalah rancangan yang disusun oleh pendidik
untuk membina tumbuhnya kesadaran dalam diri peserta didik untuk selalu
berusaha menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan sekitarnya.
Sehingga peserta didik tidak hanya sekadar mengetahui konsep peduli
lingkungan, akan tetapi juga mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari di manapun ia berada.
Di antara model pendidikan karakter yang dapat digunakan oleh
pendidik yaitu sebagaimana Abdul Majid (2013: 116) mengemukakan
bahwa model “tadzkirah” dipandang sebagai model untuk mengantarkan
peserta didiknya agar senantiasa menumbuhkan, memupuk, dan
memelihara rasa keimanan yang telah diilhamkan oleh Allah dengan
wujud konkritnya amal saleh yang dibingkai dengan keikhlasan beribadah.
Makna tadzkirah dilihat dari dua segi yaitu secara etimologi, tadzkirah
berasal dari bahasa arab “dzakkara” yang artinya ingat dan tadzkirah
47
berarti peringatan. Dalam al Quran banyak ditemukan lafadz tadzkirah di
antaranya:
ما أن زلنا عليك القر و لتشقى، ال ذكرة لمن يشىArtinya: “Kami tidak menurunkan Al Qur'an ini kepadamu agar
kamu menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut
(kepada Allah).” (Q.S. Thahaa: 2-3) فع المؤمن واكر ف و الذكر ن
Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya
peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Adz
Dzariyat: 55) ك ن ذكرة، فمن شاا اكر
Artinya: “Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al
Qur'an itu adalah peringatan. Maka barang siapa menghendaki, niscaya
dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Qur'an).” (Q.S. Al Muddatsir:
54-55)
Model TADZKIRAH yang dimaksud adalah turunan dari sebuah
teori pendidikan Islam (Majid, 2013: 117):
1. T: Tunjukkan teladan,
2. A: Arahkan (berikan bimbingan),
3. D: Dorongan (berikan motivasi atau reinforcement),
4. Z: Zakiyah (murni/bersih-tanamkan niat yang tulus),
5. K: Kontinuitas (sebuah proses pembiasaan untuk belajar, bersikap dan
berbuat),
6. I: Ingatkan,
7. R: Repetisi (pengulangan),
8. A (O): Organisasikan, dan
9. H: Heart (hati – sentuhlah hatinya).
1. Tunjukkan Teladan
Jika ditinjau historis pendidikan pada zaman Rasullulah Saw.
dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa
beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rasulullah
48
banyak memberikan keteladanan dalam mendidik para sahabatnya
(Arief, 2002: 116).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “keteladanan” berasal
dari kata dasar “teladan” yaitu (perbuatan atau barang dan sebagainya)
yang patut ditiru atau dicontoh. Dalam bahasa arab, keteladanan
dikenal dengan kata “uswah” dan “qudwah”.
Dalam al Quran lafadz uswah terulang tiga kali dalam dua surat,
yaitu (Al Quran dan Terjemahnya, 2013: 549-550):
قد كانت ل م أ وة السنة ف ب را يم والذين مع
Artinya: “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik
bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.”
(QS. Al Mumtahanah (60): 4)
لقد كاو ل م فيهم أ وة السنة لمن كاو ي ر و الل والي وم اآل ر ومن ي ت وا ف و الل و ال ااميد
Artinya: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan
umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang
mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian.
Dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah
Yang Maha Kaya lagi terpuji.” (QS. Al Mumtahanah (60): 6) لقد كاو ل م ف وا الل أ وة السنة لمن كاو ي ر و الل والي وم اآل ر
كثيا واكر الل
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab (33): 21) (al Qur’an dan
Terjemahannya, 2013: 420).
49
Al Asfahani dalam bukunya Arief (2002: 117) memberikan
pengertian al uswah sebagaimana kata al qudwah yang berarti suatu
keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam
kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan. Ibn Zakaria juga
mendefinisikan kata uswah berarti qudwah yang artinya ikutan,
mengikuti yang diikut. Dengan demikian, keteladanan adalah segala
sesuatu yang dapat ditirukan maupun dicontoh oleh seseorang dari
orang lain. Akan tetapi, keteladanan yang dimaksud di sini adalah
keteladanan dalam hal kebaikan dan khususnya berkaitan dengan
karakter kepribadian peduli lingkungan.
Nabi Muhammad Saw. sebagai sosok teladan yang baik bagi
umatnya selalu terlebih dahulu mempraktikkan semua ajaran yang
disampaikan Allah sebelum menyampaikannya kepada umat. Sehingga
beliau tidak dapat dituduh sebagai orang yang hanya pandai bicara dan
tidak pandai mengamalkan. Praktik “uswah” ini dapat menjadi pemikat
bagi umatnya untuk menjauhkan diri dari segala perbuatan yang
dilarang dan mengamalkan semua tuntunan yang diperintahkan
Rasulullah Saw. (Arief, 2002: 119)
Guru hendaknya menjadi teladan pula bagi murid-muridnya.
Guru dapat mengajarkan ilmu pengetahuan praksis dengan cara
memberikan contoh perbuatan kepada muridnya. Misalnya, guru
melihat sampah di depannya, kemudian ia langsung mengambil dan
membuangnya ke tempat sampah, serta menjaga kebersihan kantor
50
setiap waktu. Maka hal itu dapat menjadi contoh bagi muridya, seperti
untuk menjaga kebersihan ruang kelas.
Keteladanan adalah sangat penting bagi berlangsungnya
kehidupan dan dalam proses pendidikan. Karena, untuk merealisasikan
tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan yang tertuang dalam
konsep dan teori harus diterjemahkan dengan media salah satunya
adalah keteladanan (Rosyadi, 2004: 230). Karena, secara psikologi
anak didik banyak meniru dan mencontoh perilaku sosok figurnya
termasuk para pendidiknya (Arief, 2002: 124).
Allah telah mengutus Nabi Muhammad Saw. agar menjadi suri
tauladan bagi seluruh umat manusia dalam merealisasikan sistem
pendidikan tersebut sebagaimana Rasulullah mendidik sahabat-
sahabatnya dengan teladan. Dengan kepribadian dan tingkah laku
dalam pergaulan bersama manusia, Rasulullah benar-benar merupakan
interpretasi praksis yang manusiawi dalam kehidupan hakikat, ajaran,
adab, dan tasyri’ al Quran, yang melandasi perbuatan pendidikan islam
serta penerapan metode pendidikan qurani yang terdapat di dalam
ajaran tersebut (Rosyadi, 2004: 230). Konsep keteladanan Nabi
Muhammad Saw. ini sudah diberikan untuk menjadi panutan yang baik
bagi umat Islam sepanjang sejarah dan seluruh umat manusia di setiap
masa dan dimanapun tempatnya. Keteladanan ini harus senantiasa
dipupuk, dipelihara, dan dijaga oleh para pengemban risalah, dalam hal
ini adalah guru. Guru harus memiliki sifat tertentu yang baik. Guru
51
ibarat sebuah naskah asli yang hendak dikopi oleh peserta didiknya.
Sebagaimana perkataan Ahmad Syauqi yang dikutip Abdul Majid dan
Dian Andayani (2013: 120) bahwa “jika guru berbuat salah sedikit
saja, akan lahirlah siswa yang lebih buruk baginya.” Guru memiliki
murid-murid yang kemudian mereka menuai buah dari benih ilmu
yang telah guru berikan. Oleh karena itu, guru hendaklah jadi teladan
yang baik bagi murid-muridnya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 119)
Metode keteladanan sebagai suatu metode yang digunakan
untuk merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh
keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang
baik secara fisik maupun mentalnya dan memiliki akhlak yang baik
dan benar (Arief, 2002: 119-120). Dalam konteks ini, diharapkan
dalam diri siswa tertanam karakter peduli lingkungan yang akan
menjadikannya selalu memelihara lingkungan di sekitarnya sebagai
wujud dari pengamalan perintah Allah untuk menjaga alam sekitar dan
hadits Nabi tentang kebersihan sebagian dari iman.
Pola pendidikan Islam tercermin dari kehidupan para
pendidiknya. Islam telah menjadikan Nabi Muhammad Saw. sebagai
suri tauladan yang terus menerus bagi seluruh pendidik, suri tauladan
yang selalu baru bagi generasi ke generasi dan selalu aktual dalam
kehidupan sehingga bertambahlah kecintaan umat manusia kepadanya
dan tergugah pula keinginan untuk meneladaninya (Rosyadi, 2004:
231-232)
52
Ketika Rasulullah bersama Khadijah mengerjakan shalat,
Sayyidina Ali, ketika itu masih kecil, datang dan menunggu sampai
selesai, kemudian bertanya, “apakah yang sedang anda lakukan?”.
Kemudian Rasulullah menjawab, “kami sedang menyembah Allah,
Tuhan pencipta alam semesta ini beserta isinya.” Lalu Ali spontan
ingin bergabung. Hal ini menunjukkan bahwa keteladanan, kecintaan,
dan kedekatan yang kita bina dengan anak, akan membawa mereka
untuk mempercayai kebenaran akan semua tindakan dan sikap kita
(Majid dan Dian Andayani, 2013: 117). Begitu juga dengan
keteladanan mengenai sikap peduli lingkungan. Rasulullah Saw. juga
tampil sebagai teladan bagi kehidupan suami istri, dalam menghadapi
keluarganya, dan dalam mengarahkan istri-istrinya dengan baik
(Rosyadi, 2004: 231).
Dalam hal ini, penulis maksudkan bagi kehidupan guru dan
murid di lingkungan sekolah. Sekolah adalah keluarga baru bagi anak-
anak. Guru sebagai orang tua di sekolah harus memberikan suri
tauladan yang baik bagi murid-muridnya. Manusia telah diberi fitrah
untuk mencari suri tauladan agar menjadi pedoman bagi mereka,
menerangi jalan kebenaran, dan menjadi contoh hidup yang
menjelaskan kepada mereka bagaimana seharusnya melaksanakan
syariat Allah Swt (Rosyadi, 2004: 230).
Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru
perilaku dan sikap guru, tenaga kependidikan di sekolah, bahkan
53
perilaku seluruh warga sekolah yang dewasa lainnya sebagai model,
termasuk misalnya petugas kantin, satpam sekolah, dan sebagainya
(Samani dan Hariyanto, 2013: 146). Dalam hal ini, yang akan dicontoh
peserta didik adalah perilaku peduli lingkungan semasa duduk di
sekolah. Bagaimana seluruh warga sekolah bersikap, seperti menjaga
kebersihan lingkungan, peserta didik pun akan mengikutinya.
Sebagaimana pendidikan di pondok pesantren, seorang kyai
menjadi figur bagi santri-santrinya dan lebih luasnya bagi masyarakat
di sekitarnya. Seorang kyai memiliki pamor dan kelebihan yang baik
dan terkenal di masyarakat luas. Pamor dan kelebihan itu ia bangun
dengan keteladanan yang ia perbuat dalam kehidupan sosial dan
kemasyarakatan. Ia menyelaraskan antara perkataan dengan perbuatan.
Hubungan yang harmonis ia bina antara kyai dengan santrinya, dengan
sesama kyai, dan dengan masyarakat luas. Hal ini dapat menjadi
pendukung keberhasilan lembaga pendidikan pesantren dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada santri (Arief, 2002: 120).
Oleh karena itu, suasana pendidikan di lembaga pesantren
hendaknya dapat dijadikan uswah oleh dunia pendidikan modern saat
ini yakni pendidikan berbasis sekolah. Upaya pemaduan antara
pengetahuan agama dan umum, penyelarasan antara perkataan dan
perbuatan, merupakan sistem pendidikan yang sangat perlu
dikembangkan dalam dunia pendidikan saat ini (Arief, 2002: 121).
54
Untuk menciptakan anak yang berbudi pekerti baik, berkarakter
baik, tidak hanya cukup dengan memberikan prinsip saja. Karena yang
lebih penting bagi siswa adalah seorang figur yang memberikan
keteladanan dalam mengaplikasikan prinsip tersebut. Sehingga
sebanyak apapun prinsip atau ilmu pengetahuan yang diberikan tanpa
adanya keteladanan, ia hanya akan menjadi kumpulan resep yang tak
bermakna (Arief, 2002: 121). Sebagaimana Allah mengingatkan dalam
firmanNya:
لوو ال تاا أف عقلوو أ مروو الناس بال و نسوو أن فس م وأن تم ت
Artinya: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,
padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu
berpikir?” (QS. Al Baqarah (2): 44)
Dalam ayat lain menyebutkan:
كب ر مقتا عند الل أو قولوا ما ،يا أي ها الذين منوا قولوو ما ال فعلوو ال فعلوو
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di
sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu
kerjakan.” (QS. Al Shaff (6): 2-3)
Dari firman Allah di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa
seorang guru hendaknya tidak hanya mampu memerintah atau
memberi teori saja kepada siswa. Tetapi lebih dari itu, ia harus mampu
menjadi panutan bagi siswanya, sehingga siswa dapat mengikutinya
tanpa merasakan adanya unsur paksaan. Oleh karenanya, keteladanan
merupakan faktor dominan dan sangat menentukan bagi keberhasilan
55
pedidikan (Arief, 2002: 122). Terlebih dalam penanaman karakter
peduli lingkungan, yang merupakan ilmu praksis. Karakter peduli
lingkungan sangat perlu untuk disampaikan dalam bentuk keteladanan.
Karena merupakan suatu hal yang dipraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Penggunaan metode hendaknya dimodifikasi sedemikian rupa
agar proses pembelajaran dapat berhasil secara maksimal sesuai
dengan arahan yang ingin dicapai. Karena dalam praktiknya suatu
metode tidak dapat berdiri sendiri dan mesti ada aspek pendukung
lainnya.
2. Arahkan (berikan bimbingan)
Pada dasarnya anak telah diciptakan oleh Allah sesuai dengan
fitrahnya, yakni cenderung pada kebenaran. Misalnya dapat dilihat
pada kebiasaan bayi. Apapun keyakinan orang tuanya, bayi itu akan
terbangun waktu menjelang subuh. Betapa Allah telah menyiapkan
umatnya untuk melaksanakan perintahNya di waktu subuh. Akan
tetapi, tidak banyak orang yang menyadari sehingga bayi-bayi yang
suci itu berusaha diubah kebiasaannya. Bayi itu lebih sering
diusahakan supaya tidur kembali.
Fitrah lainnya ialah, bayi akan menangis ketika popoknya basah.
Hal itu menandakan bahwa ia tidak nyaman dengan hal yang kotor.
Tetapi sayang, para ibu saat ini lebih suka memakaikan popok yang
sekali pakai dapat menampung berkali-kali kotoran yang keluar dan
56
anak merasa tetap nyaman (Majid dan Dian Andayani, 2013: 120-121).
Kebanyakan ibu saat ini lebih memilih cara praktis dan hemat, tanpa
menghiraukan nilai yang terdapat dari perlakuan yang diperbuat. Hal
tersebut tanpa disadari telah mengikis sedikit demi sedikit fitrah sang
anak yang cenderung pada kebersihan.
Sejalan dengan perkembangan anak, bimbingan itu sangat
diperlukan bagi anak. Baik dari orang tua, guru, maupun orang-orang
di sekitarnya. Bimbingan tersebut dapat diberikan dengan memberikan
penjelasan, pengarahan, maupun diskusi-diskusi yang kebanyakan
dilakukan di dunia pendidikan. Tidak menutup kemungkinan pula
diskusi dilakukan oleh orang tua dengan anaknya ketika di rumah.
Pendapat Muhammad Surya yang dikutip oleh Abdul Majid dan
Dian Andayani (2013: 121) bahwa bimbingan lebih merupakan suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman, pengarahan, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Bimbingan tersebut dilakukan secara bertahap dengan melihat
kemampuan yang dimiliki oleh anak kemudian agar dapat ditingkatkan
secara perlahan. Bimbingan dapat berupa uraian lisan, latihan, dan
keterampilan.
57
Menurut Irwan Prayitno yang dikutip Abdul Majid dan Dian
Andayani (2013: 121) bimbingan dengan memberikan nasihat perlu
memperhatikan cara-cara sebagai berikut.
a. Cara memberikan nasihat itu lebih penting daripada isi atau pesan
nasihat yang disampaikan. Sebab, jika cara yang dipakai dapat
diterima oleh orang yang diberi nasihat, maka secara otomatis dia
akan memperhatikan isi nasihat yang diberikan. Sebaliknya, jika
cara memberikan nasihat sudah tidak diterima maka dia akan
mengabaikan isi nasihat tersebut.
b. Memelihara hubungan yang baik antara guru dengan murid, karena
nasihat akan mudah diterima jika hubungan keduanya baik dan
harmonis.
c. Berikan nasihat seperlunya dan janganlah berlebihan. Karena
apabila terlalu banyak akan menyebabkan anak malas untuk
mendengarkan.
d. Berikan dorongan agar anak bertanggung jawab dan dapat
menjalankan isi nasihat. Hal ini penting, sehingga nasihat itu benar-
benar dilaksanakan bukan sekadar diterima saja.
3. Dorongan
Kebersamaan orang tua dan guru terhadap anak tidak hanya
sebatas memberi makan, minum, pakaian, dan lain-lain, tetapi juga
memberikan pendidikan yang tepat. Seorang anak harus memiliki
motivasi yang kuat dalam pendidikan (menuntut ilmu) sehingga
58
pendidikan menjadi efektif. Memotivasi anak adalah suatu kegiatan
memberi dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan suatu
kegiatan atau perilaku yang diharapkan orang tua atau guru. Anak yang
memiliki motivasi memungkinkan ia untuk mengembangkan dirinya
sendiri. Misalnya, membuat anak senang hati, membantu agar anak
terpancing melaksanakan sesuatu, kelembutan, menyayangi, dan
mencintainya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 122).
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong individu
untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan (Majid dan Dian
Andayani, 2013: 122). Misalnya keinginan seseorang siswa akan
mendapat peringkat terbaik di sekolahnya, maka dia akan melakukan
apa saja yang dapat menghantarkan dia mencapainya seperti dengan
belajar giat dan rajin, dan sebagainya. Perilaku individu tidak berdiri
sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan tertuju pada suatu
tujuan yang ingin dicapainya. Motivasi dapat bersumber dari dalam
maupun dari luar. Motivasi lebih bersifat pada perkembangan
kebutuhan psikis atau rohaniah (Majid dan Dian Andayani, 2013: 123).
Motivasi menjadikan ia lebih semangat dalam melakukan berbagai hal
yang membawanya mencapai keinginannya.
Pendapat Al Ghazali dalam kitabnya Tahdzib Al Akhlak wa
Mu’alajat Amradh Al Qulub yang dikutib oleh Abdul Majid dan Dian
Andayani (2013: 124) mengemukakan bahwa setiap kali seorang anak
menunjukkan perilaku mulia atau perbuatan yang baik seyogyanya ia
59
memperoleh pujian dan jika perlu diberi hadiah dengan sesuatu yang
menggembirakannya, atau ditujukan pujian kepadanya di depan orang-
orang di sekitarnya. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi bagi
sang anak. Seorang anak yang telah melaksanakan perbuatan yang baik
dan dia tidak memperoleh penghargaan maka dia merasa berbuat suatu
hal yang sia-sia dan akan merasa diacuhkan.
4. Zakiyah (murni-suci-bersih)
Allah berfirman:
وقد اا من د ا ا،قد أف لح من كا اArtinya: “sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa
itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Al
Syams [91]: 9-10)
وثيابك فطهر Artinya: “dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al Mudatsir [74]: 4)
Al Ghazali mengemukakan bahwa dalam setiap bagian dari
dirimu ada zakat yang wajib ditunaikan kepada Allah. Zakat hati
adalah menafakuri keagungan, kebijaksanaan, kekuasaan hujjah,
nikmat, dan rahmat Allah. Zakat mata adalah memperhatikan (ibrah)
pelajaran dibalik sesuatu yang menundukkannya dari syahwat. Zakat
telinga adalah mendengarkan sesuatu yang bisa menyelamatkanmu.
Zakat lidah adalah mengucapkan segala sesuatu yang dapat
mendekatkan dirimu kepada Allah. Zakat tangan, menariknya dari
kejahatan dan mengulurkannya kepada kebaikan bagi hatimu dan
keselamatan agamamu (Majid dan Dian Andayani, 2013: 124-125).
60
Salah satu nilai yang mendasari nilai-nilai islami menurut para
ulama adalah wara’. Kemampuan bersikap wara, menjaga kesucian diri
dan membersihkan jiwa dari dosa akan melahirkan hati yang bersih,
niat yang tulus dan segala sesuatu dilakukan hanya mengharap
keridhaan Allah (ikhlas).
Keikhlasan bersumber dari niat yang menumbuhkan harapan
akan pahala Allah dan takut akan siksanya. Niat adalah motivasi yang
menggerakkan perilaku. Bila seseorang melakukan sesuatu karena
ingin menjalankan perintah Allah, maka ia tidak akan mempedulikan
bagaimanapun reaksi orang-orang terhadap dirinya, maka ia benar-
benar ikhlas (Majid dan Dian Andayani, 2013: 126). Ia hanya berpikir
bahwa ia berbuat hanya untuk Allah Swt. semata dan tidak
menghiraukan akan tanggapan orang baik itu positif ataupun negatif.
Oleh karena itu, seorang guru harus bisa membina siswanya agar
tumbuh keikhlasan dalam hati siswa. Ikhlas menjadi nilai tersendiri
bagi pelaku kebaikan. Maka rasa keikhlasan mesti ditanamkan kepada
anak baik dalam belajar, bersikap, dan berbuat sekecil apapun. Jika
rasa ikhlas itu sudah tumbuh, maka keikhlasan itu akan menjadi
kekuatan yang maha dahsyat yang mampu merubah segala perilaku
dalam kehidupan.
Jika amal saleh sudah memiliki akar yang kuat (niat yang tulus)
di dalam hati sehingga manusia tidak mampu menilainya, ia akan
tumbuh dengan baik dalam pribadi yang teguh, suci dari segala noda,
61
dan memberikan manfaat bagi pelakunya, sehingga akan menggelora
di dalam dadanya rasa kerinduan terhadap ridha Allah Swt (Majid dan
Dian Andayani, 2013: 126-127).
Jadi, hakikat ridha adalah hati yang memahami pertolongan
Allah yang merupakan nikmatnya. Dia telah menolongnya, memberi
petunjuk kearifan, dan mengaruniakan keridhaan kepadanya. Pada saat
itulah syukur bergelora di dalam hatinya dan meneguhkannya untuk
senantiasa ridha pada ketetapan Allah Swt (Majid dan Dian Andayani,
2013: 128).
5. Kontinuitas (pembiasaan)
Kontinuitas disebut juga pembiasaan. Secara etimologi,
pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “biasa” adalah lazim atau umum, seperti sedia kala, sudah
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Dengan ditambahnya prefix “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti
proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat
sesuatu/seseorang menjadi terbiasa. Kaitannya dengan metode
pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa
pembiasaan adalah sebuah cara untuk membiasakan anak didik berfikir
dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam (Arief, 2002:
110).
Al quran menjadikan kebiasaan itu salah satu teknik atau metode
pendidikan. Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi
62
kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu
payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak
kesulitan. Al quran mempergunakan cara bertahap dalam menciptakan
kebiasaan yang baik dan dalam menghilangkan kebiasaan yang buruk
dalam diri seseorang (Majid dan Dian Andayani, 2013: 128-129).
Begitu juga sebagai guru harus bisa menerapkan hal yang demikian.
Pembiasaan perilaku baik yang dalam hal ini perilaku peduli
lingkungan mesti dilakukan secara bertahap dan dalam masa yang
panjang agar perilaku peduli lingkungan ini benar-benar mengkarakter
dalam diri siswa.
Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori
konvergensi, di mana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya
dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi
dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses) (Arief,
2002: 111). Guru dapat memanfaatkan teori ini untuk mengubah anak
didik sesuai dengan harapan guru dan tujuan pendidikan. Guru dapat
membiasakan anak didik agar senantiasa berlaku peduli lingkungan.
Siswa diajak untuk mengkaji aturan-aturan Allah yang terdapat
di alam raya ini yang bentuknya amat teratur. Dengan mengkaji ini,
maka akan melahirkan teori-teori dalam bidang ilmu pengetahuan dan
menimbulkan rasa iman dan takwa kepada Allah sebagai pencipta alam
yang demikian indah ini (Majid dan Dian Andayani, 2013: 129).
Dengan demikian, akan menimbulkan pula keinginan siswa untuk
63
memelihara dan melestarikan lingkungan alam yang telah Allah
ciptakan untuk manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia siswa. Sebagaimana Al
Ghazali, ia juga sangat menganjurkan agar mendidik anak dan
membina akhlaknya dengan cara latihan-latihan dan pembiasaan yang
sesuai dengan perkembangan jiwanya walaupun seakan-akan
dipaksakan, agar anak dapat terhindar dari keterlanjuran yang
menyesatkan (Zainuddin, 1991: 107).
Pendapat J. Piaget yang dikutip oleh Zainuddin (1991: 108)
mengatakan bahwa kebiasaan untuk menyambut wujud kepribadian
individu dapat didekatkan melalui dua sudut pendekatan yaitu sudut
pendekatan kesadaran akan peraturan atau rasa hormat akan peraturan
dan pelaksanaan peraturan itu sendiri. Abraham Maslow juga
menegaskan bahwa aktualisasi diri (pembiasaan) individu hanya
mungkin apabila kondisi lingkungan menunjangnya. Karena itu dalam
perwujudan praktik sehari-hari dalam rangka penciptaan situasi yang
kondusif akan mempermudah capaian kecakapan jasmaniah (dalam
pembiasaan).
Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak
sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang Allah berikan harus
senantiasa dipupuk dan dipelihara dengan memberikan pelatihan-
pelatihan dalam beribadah. Jika pembiasaan sudah ditanamkan, maka
anak tidak akan merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan
64
menjadi bingkai amal sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa
berkomunikasi langsung dengan Allah dan sesama manusia.
Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat
efektif dalam mananamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik,
baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu
pendekatan pembiasaan ini juga dinilai sangat efisien dalam mengubah
kebiasaan negatif menjadi positif (Arief, 2002: 114).
Armai Arief (2002: 114) mengemukakan bahwa dalam
menggunakan pendekatan pembiasaan ini harus memperhatikan hal-hal
di antaranya memulai pembiasaan itu sebelum terlambat; pembiasaan
hendaklah dilakukan secara kontinyu, teratur, dan berprogram;
pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten, dan tegas;
jangan memberikan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk
melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan. Pendekatan pembiasaan
pada intinya adalah pengalaman. Karena apa yang kita biasakan itulah
yang kita amalkan (Arief, 2002: 116).
Belajar berarti memahami dan selanjutnya memaknai (Majid
dan Dian Andayani, 2013: 132). Belajar untuk peduli terhadap
lingkungan juga berarti memahami kondisi lingkungan dan
memaknainya, sehingga menimbulkan keinginan untuk bisa
memanfaatkan kekayaan alam dan memeliharanya dengan baik sesuai
dengan perintah Allah Swt. Seorang guru mesti menciptakan hubungan
teman dengan siswanya, karena dengan hubungan tersebut kedekatan
65
antara guru dan siswa dapat terbina sehingga akan lebih mudah dalam
mendidik dan menanamkan nilai pada diri siswa.
6. Ingatkan
Sabda Rasulullah (Majid dan Dian Andayani, 2013: 134):
الدثنا أمحد بن منيع الدثنا يد بن ااباا الدثنا عل بن مسعدة عن قتادة ك ل ب ن دم ط آا و ي ر ال ط ائ ي ن عن أنس قاا قاا وا اا ص م
الت واب وو Artinya : “Setiap anak Adam (manusia) itu pernah salah, dan sebaik-
baik orang yang bersalah adalah orang-orang yang bertaubat.” (HR.
Ibn Majah)
Inti agama adalah iman, iman dihembuskan oleh Allah kepada
hati manusia sebagai potensi ruh. Iman itu tumbuh di dalam hati
sementara petunjuk mengalihkan hati menuju ke arah yang benar.
Perilaku siswa terkait peduli lingkungan adakalanya mereka
sadar dan ingat pesan-pesan guru untuk senantiasa menjaga lingkungan
sekitarnya. Akan tetapi adakalanya juga mereka lalai akan pesan
tersebut karena masa. Oleh karenanya, guru mesti senantiasa
mengingatkan kepada siswa untuk menjaga dan memelihara
lingkungan. Seperti selalu menjaga kebersihan kelas, kantin,
membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain.
Karena iman itu tumbuh di dalam hati, dan hati diumpamakan
oleh Rasul seperti selembar bulu di gurun pasir, angin meniupnya ke
sisi yang satu dan sisi yang lainnya, maka hal ini menunjukkan bahwa
hati tidak mempunyai perangai tetap, tetapi berada pada dua sisi, yaitu
66
cahaya dan kegelapan, petunjuk dan kesesatan (Majid dan Dian
Andayani, 2013: 135).
Kegiatan “mengingat” memiliki dampak yang luar biasa dalam
kehidupan. Ketika kita ingat sesuatu, maka ia akan mengingatkan pula
pada rangkaian-rangkaian yang terkait dengannya. Ingatan bisa muncul
karena kita mempunyai keinginan, kepentingan, harapan dan kerinduan
terhadap apa yang kita ingat. Kegiatan mengingat sesuatu yang ada di
alam ini bisa memicu munculnya bentuk kreativitas baru. Kalau hanya
mengingat sesuatu di alam ini bisa memicu munculnya kreativitas,
bagaimana dengan mengingat Allah Yang Maha Kreatif dan
kekuasaannya tak terbatas. Secara logika tentu akan memberikan
dampak positif luar biasa bagi kehidupan (Majid dan Dian Andayani,
2013: 136).
Oleh karena itu, guru harus berusaha mengingatkan kepada anak
bahwa mereka diawasi oleh Allah yang Maha Pencipta yang
mengetahui yang tersembunyi walaupun hanya tersirat dalam hati.
Sehingga ia akan senantiasa mengingatNya dan menjaga perilakunya
dari perbuatan tercela (Majid dan Dian Andayani, 2013: 136).
7. Repetition (Pengulangan)
Hadits Nabi yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian Andayani (2013:
137):
عن انس بن مالك او وا اا لى اا علي و لم كاو ااا لم لم ث (ا ر مسلم) ثا وااا لم ب لمة اعاد ا ث ثا
67
“Dari Anas bin Malik sesungguhnya Rasulullah Saw. jika memberi
salam Ia memberi salam tiga kali, dan jika berbicara suatu kalimat
nabi mengulanginya tiga kali. (HR. Muslim)
Pendidikan yang efektif dilakukan dengan berulang kali
sehingga anak menjadi mengerti. Pelajaran atau nasihat apapun perlu
dilakukan secara berulang, sehingga mudah dipahami oleh anak.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengulangan di antaranya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 137):
a. Pengulangan harus mengikuti pemahaman apa yang ingin dicapai
dan dapat mempertinggi pencapaian pemahaman tersebut,
b. Pengulangan akan lebih efektif jika siswa mempunyai keinginan
untuk belajar tentang apa yang akan dilatihkan. Contohnya,
mengadakan penghijauan, membuat taman sekolah, dan lain-lain,
c. Pengulangan harus individual. Pengulangan harus dilakukan sesuai
dengan tingkat kemampuan belajar masing-masing anak.
8. Organisasikan
Pengorganisasian harus didasarkan pada kebermanfaatan untuk siswa
sebagai proses pendidikan manusia menghadapi kehidupannya.
Contohnya, memanfaatkan barang bekas menjadi barang berguna.
Imam Munawi berkata: seorang guru hendaklah berbicara dan
berinteraksi dengan muridnya sesuai dengan tingkat akan mereka dan
pemahaman mereka (Majid dan Dian Andayani, 2013: 138).
68
9. Heart (hati)
Ketika Rasulullah Saw. ditanya oleh sahabat yang diriwayatkan
oleh Umar, “Ya Rasulullah, di manakah Allah? Di Bumi atau di langit?
Maka jawab beliau, di dalam hati hamba-hambanya yang beriman
(Majid dan Dian Andayani, 2013: 139).
Kebersihan merupakan sebagian dari iman, dan Allah berada
dalam hati orang yang beriman, maka hendaknya siswa dibina untuk
selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan badan, pakaian, maupun
lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan juga termasuk bagian dari
peduli lingkungan. Seorang guru mestinya dapat menumbuhkan
karakter peduli lingkungan tersebut ke dalam hati siswa.
Abu Abdullah At Turmudzi mengatakan (Majid dan Dian Andayani,
2013: 139), “kelembutan adalah rasa takut kepada Allah, kejernihan
hati diperuntukkan bagi Allah, dan kerasnya hati diperlukan dalam
berpegang teguh terhadap asma Allah.”
Manusia hendaknya takut dengan ancaman Allah apabila
merusak lingkungan sesuai dengan firman Allah QS. Al A’raf: 56 (al
Quran dan Terjemahannya, 2013: 157):
وال فسدوا ف اا ب عد الها وادعو وفا وطمعا و محة الل قريب من المحسن
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”
69
Ada yang mengatakan bahwa hati itu diibaratkan bagaikan
wadah. Hati orang kafir bagaikan wadah terbalik sehingga tidak bisa
dimasuki kebaikan sedikitpun. Hati orang munafik bagaikan wadah
yang pecah, sehingga jika dituangkan sesuatu dari atas ia akan keluar
dari bawah. Adapun hati orang yang beriman itu bagaikan wadah yang
bagus dan stabil. Apabila dituangkan kebaikan ke dalamnya, maka
kebaikan itu akan sampai ke dalamnya (Majid dan Dian Andayani,
2013: 139). Firman Allah Swt.,
فع المؤمن واكر ف و الذكر ن “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan
itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz Dzariyat
[51]: 55).
Iman itu diilhamkan oleh Allah ke hati, dan hati adalah
merupakan sebuah lokus yang mempunyai perangai tidak tetap, yakni
berada pada dua sisi, yaitu cahaya dan kegelapan, petunjuk dan
kesesatan. Petunjuklah yang mengalihkan hati menuju arah yang benar.
“Keimanan telah ditetapkan Tuhan ke dalam hatinya, serta dikokohkan
pula dengan ruh dari dirinya.” (QS. 58: 22)
Pendapat Sachiko yang dikutip oleh Majid dan Dian Andayani
(2013: 140) yakni makna dasar dari kata qalb adalah membalik,
kembali, pergi maju mundur, berubah, naik turun. Yang perlu kita
ketahui dan sadari bahwa keimanan itu bertambah dan berkurang. Hal
ini akan tampak dari perilaku yang dimunculkannya. Keimanan
70
menjadi unggul berdasar pada dasar kesadaran dan dzikir, dan ia akan
menurun atau ringan apabila lalai.
Dasar keimanan itu adalah ilham dari Allah di hati. Kemudian
keimanan itu menjadi menguat dan menjadi jelas setelah melihat
segala yang telah diciptakanNya. Keimanan itu juga akan meningkat
dengan membaca dan mendengar al Quran, bergaul dengan orang-
orang saleh, dan mengerjakan amal kebaikan yang lainnya. Termasuk
dalam hal ini sikap peduli lingkungan. Dzikir adalah salah satu cara
untuk memupuk rasa keimanan dan dengan dzikir pulalah hati orang
mukmin menjadi tenteram (Majid dan Dian Andayani, 2013: 140).
Mengenai metode dalam model pendidikan karakter, Lickona
menyarankan agar pendidikan karakter berlangsung efektif maka guru
dapat mengusahakan implementasi berbagai metode seperti bercerita
tentang kisah, cerita atau dongeng yang sesuai, menugasi siswa
membaca literatur, melaksanakan studi kasus, bermain peran, diskusi,
debat tentang moral dan juga penerapan pembelajaran kooperatif. Pada
prinsipnya guru dan seluruh warga sekolah tidak dapat mengelak dan
berkewajiban untuk selalu mengajarkan nilai-nilai baik yang
seharusnya dilakukan, serta nilai-nilai buruk yang seharusnya dicegah
dan tidak dilakukan pada setiap program sekolah (Samani dan
Hariyanto, 2013: 147-148).
Rosyadi (2004: 236) menambahkan model pendidikan karakter
dengan menggunakan metode mendidik dengan targhib dan tarhib.
71
Targhib ialah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang
terhadap suatu maslahat, kenikmatan atau kesenangan akhirat yang
pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian
diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan
sepintas yang mengandung bahaya atau perbuatan buruk. Hal itu
dilakukan demi mencapai kerelaan Allah. Hal itu adalah rahmat dari
Allah bagi hamba-hambanya.
Targhib dapat berarti ganjaran. Ganjaran dapat berupa pujian
yang indah, imbalan materi atau hadiah, doa, tanda penghargaan, dan
lain-lain (Arief, 2002: 127). Ganjaran dapat memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan
yang positif dan bersikap progresif. Di samping itu juga dapat menjadi
pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang
telah memperoleh pujian dari guru, baik dalam tingkah laku, sopan
santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih
baik. Akan tetapi, dalam memberikan ganjaran harus proporsional agar
tidak terjadi ketimpangan sosial di antara sesama murid maupun antara
guru dengan murid (Arief, 2002: 134-135). Sebagaimana siswa yang
telah bersikap peduli lingkungan, maka seyogyanya guru memberikan
ganjaran atau hadiah yang pantas. Misalnya dengan menambahkan
poin nilai baginya, atau dengan memberikan barang kenang-kenangan
yang tidak berlebihan.
72
Sedangkan tarhib ialah ancaman dengan siksaan sebagai akibat
dari melakukan dosa dan kesalahan yang dilarang oleh Allah atau
akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah.
Maka dalam hal ini, hendaknya perasaan takut tidak melebihi perasaan
berharap, sehingga orang yang berdosa berputus asa dari ampunan dan
rahmat Allah, padahal Allah melarang berputus asa (QS. [39]: 53)
(Rosyadi, 2004: 236-237).
Tarhib sering dikenal juga dengan pemberian hukuman. Berbeda
dengan ganjaran, pemberian hukuman haruslah ditempuh sebagai jalan
terakhir dalam proses pendidikan. Seorang pendidik yang bijaksana
tidak seenaknya mengaplikasikan hukuman fisik kepada anak didiknya
kecuali hanya sekedar saja dan sesuai dengan kebutuhan. Selamanya ia
lebih mendahulukan pendekatan ganjaran daripada pendekatan
hukuman, sebab ganjaran dapat mendorong semangat dan motivasi
anak didik untuk belajar. Sebaliknya hukuman justru akan
meninggalkan pengaruh buruk pada jiwa anak sehingga ia
menghalanginya untuk faham dan mengerti, bahkan dapat mematikan
semangatnya untuk berlaku disiplin dan progresif (Arief, 2002: 135).
Misalnya jika anak membuang sampah sembarangan, guru
menghukumnya dengan membersihkan seluruh ruang kelasnya.
Pendekatan yang dapat dipakai dalam pendidikan yang
bernuansa lingkungan ada dua antara lain pendidikan monolitik dan
integratif (Tim Penulis, 2011: 139-140).
73
1. Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkan pada
suatu pemikiran bahwa setiap pengetahuan merupakan sebuah
komponen yang berdiri sendiri dan mempunyai tujuan tertentu.
Pendidikan lingkungan hidup berdiri sendiri dengan pendidikan
lainnya dan memiliki tujuan tertentu untuk berhandarbeni terhadap
lingkungan.
2. Pendekatan integratif adalah suatu pendekatan yang bertitik tolak
pada pandangan bahwa setiap pengetahuan harus diintegrasikan
dengan pengetahuan lain. Pendidikan berwawasan lingkungan
sebagai perpaduan disiplin antar bidang juga menghendaki
pendekatan monolitik dan integratif.
D. Strategi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Dalam menanamkan karakter peduli lingkungan melalui pendidikan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi, di antaranya (Samani
dan Hariyanto, 2013: 144-145):
1. Strategi cheerleading
Strategi ini dapat digunakan dengan cara menempel poster-
poster setiap bulan, spanduk-spanduk, serta ditempel di papan khusus
buletin, papan pengumuman tentang berbagai nilai kebajikan yang
selalu berganti-ganti. Dalam hal ini nilai kebajikan yang berkaitan
dengan peduli lingkungan.
74
2. Strategi pujian dan hadiah
Strategi pujian dan hadiah yang berlandaskan pada pemikiran
positif (positive thinking), dan menerapkan penguatan positif (positive
reinforcement). Strategi ini justru ingin menunjukkan anak yang
sedang berbuat baik (catching student being good). Dengan cara ini
dapat diikuti pula model keteladanan. Anak yang berperilaku peduli
lingkungan ditonjolkan agar dapat ditiru oleh teman-temannya. Akan
tetapi cara ini dilaksanakan dengan batas-batas tertentu agar tidak
menimbulkan kecemburuan sosial.
3. Strategi define-and-drill
Strategi define-and-drill yakni meminta para siswa untuk
mengingat-ingat sederet nilai kebaikan dan mendefinisikannya. Setiap
siswa dapat mengingat keutamaan-keutamaan dan manfaat peduli
lingkungan. Sehingga ia berusaha agar mendapatkan manfaat tersebut
dengan berperilaku peduli lingkungan.
4. Strategi forced formality
Strategi forced formality pada prinsipnya ingin menegakkan
disiplin dan melakukan pembiasaan (habituasi) kepada siswa untuk
secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral. Pembiasaan akan
peduli lingkungan, membuang sampah pada tempatnya, dan menjaga
kebersihan lingkungan dilakukan secara terus menerus
75
5. Strategi traits of the month
Strategi traits of the month pada hakikatnya menyerupai strategi
ceerleading, tetapi tidak hanya mengandalkan poster-poster, spanduk,
juga menggunakan segala sesuatu terkait dengan pendidikan karakter
peduli lingkungan. Misalnya dengan penyuluhan pendidikan
lingkungan hidup, intsruksi guru, sambutan kepala sekolah terkait
penanaman karakter peduli lingkungan pada diri siswa saat upacara,
dan lain-lain.
E. Faktor Penunjang Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan
Terbentuknya karakter (kepribadian) manusia ditentukan oleh dua
faktor yaitu nature (faktor alami) dan nurture (sosialisasi dan pendidikan).
1. Pengaruh nature, agama mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki
kecenderungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan. Namun fitrah ini
adalah bersifat potensial atau belum termanivestasi ketika anak
dilahirkan (Megawangi, 2004: 25).
2. Pengaruh nurture, faktor lingkungan yaitu usaha memberikan
pendidikan dan sosialisasi adalah sangat berperan dalam menentukan
“buah” seperti apa yang akan dihasilkan seorang anak (Megawangi,
2004: 27).
Fitrah manusia menurut perspektif agama yang cenderung pada
kebaikan ini masih mengakui adanya pengaruh lingkungan yang dapat
76
mengganggu proses tumbuhnya fitrah. Hal ini memberikan pembenaran
perlunya faktor nurture atau lingkungan, budaya, pendidikan, dan nilai-
nilai yang perlu disosialisasikan kepada anak-anak (Megawangi, 2004:
26).
Pendidikan karakter peduli lingkungan hidup akan tercapai
tujuannya jika memperhatikan komitmen berikut (Tim Penulis, 2011:
152):
1. Lingkungan hidup yang dianugerahkan Allah Swt. kepada hambanya
merupakan karunia yang wajib dilestarikan. Pemikiran seperti ini mesti
ditanamkan dalam diri siswa,
2. Terdapat empat dimensi manusia yakni dimensi diri, Allah, sesama
manusia, dan lingkungan. Seorang individu yang menyatakan dirinya
beriman dan bertaqwa kepada Allah tidak akan dinyatakan dalam
kategori tersebut manakala tidak dapat membangun dan melaksanakan
tugas untuk mempedulikan kepada sesama dan alam semesta,
3. Bumi dan seluruh isinya merupakan amanat untuk dijaga dan
dilestarikan, sebagai bukti pelaksanaan kekhalifahan, oleh karena itu
memelihara dan menjaga hubungan yang harmonis dengan alam serta
memperbaiki lingkungan untuk generasi yang akan datang perlu
dilakukan,
4. Kerjasama antar berbagai simpul-simpul penting dan penentu untuk
melestarikan dan menjaga keseimbangan lingkungan hendaknya terus
77
menerus dilakukan, sehingga kerusakan dan kemusnahan sumber-
sumber alam dapat terjaga dengan baik.
F. Faktor Penghambat atau Kendala Penanaman Karakter Peduli
Lingkungan Melalui Pendidikan
Maslikhah (2013: 175) mengemukakan beberapa hal kendala dalam
pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup menuju pembangunan
berkelanjutan antara lain:
1. Rendahnya kepemilikan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah,
2. Pelaksanaan beberapa program masih setengah hati, misalnya sekolah
pemenang Adiwiyata masih menggunakan kurikulum intergratif dan
bukan monolitik,
3. Pemegang dan pemenang program sekolah peduli lingkungan hanya
terbatas pada persoalan administrasi, sehingga tidak mengena pada hal
akan esensi pentingnya pelaksanaan sekolah peduli lingkungan,
4. Rendahnya dukungan tokoh penting masyarakat dari semua lapisan,
dan
5. Rendahnya partisipasi berbagai lapisan masyarakat karena kurangnya
pemahaman terhadap persoalan pendidikan lingkungan yang ada.
Dari uraian di atas, penulis menurunkan beberapa kendala yang dapat
dituliskan dalam pelaksanaan penanaman karakter peduli lingkungan pada
siswa melalui pendidikan ialah:
1. Pelaksanaan pendidikan yang masih setengah hati,
78
2. Kurang tegasnya peraturan sekolah mengenai peduli lingkungan,
3. Rendahnya dukungan dari semua warga sekolah,
4. Rendahnya partisipasi siswa karena kurangnya pemahaman terhadap
permasalahan lingkungan hidup, dan
5. Kurangnya pemberian penghargaan bagi siswa yang melaksanakan
peduli lingkungan dengan baik.
79
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi geografis
Sekolah Menengah Assalihiyah terletak di M.3 T. Thungphla,
A. Khokpho, CH. Pattani, Thailand Selatan dengan batasan-batasan
sebagai berikut:
a. Sebelah utara : berbatasan dengan kampung Parai.
b. Sebelah selatan : berbatasan dengan mukim Pakklo.
c. Sebelah barat : berbatasan dengan kampung Napradhu.
d. Sebelah timur : berbatasan dengan kampung Melan.
2. Profil Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan
a. Sejarah Singkat Berdirinya
Sekolah Menengah Assalihiyah terletak di tempat 3,
kampung Kho’ta (Hinggak), mukim Thungphla, Khokpho, Pattani.
Sekolah ini didirikan oleh Tuan Guru H. Awang pada tahun lima
puluhan dengan mendapat bantuan dan dukungan penuh dari ahli-
ahli kampung di rantau itu. Pada permulaannya bernama “Pondok
Belukar Hilir”. Setelah Tuan Guru H. Awang meninggal, maka H.
Muhammad Salih menggantikan posisi beliau dengan mendapat
persetujuan ahli-ahli kampung.
80
Pada tahun 1970 M, sekolah ini diresmikan oleh pihak
kerajaan dengan nama “Sekolah Assalihiyah Addiniyah” dengan
nomor 21/1970 pada tanggal 19/1/1970, serta membuka pelajaran
bagian akademik. Sekolah ini semakin berkembang dengan
mendirikan dua buah bangunan sekolah dengan mendapat bantuan
tenaga dan uang dari umat Islam di Pattani dan kawasan-kawasan
sekitarnya.
Riwayat kepala Sekolah Menengah Assalihiyah di antaranya:
1) H. Muhammad Salih
2) Tahun 1989 M, H. Abdul Aziz Yusuf
3) Tahun 1993 M, H. Abdullah Yeelah memegang jabatan kepala
sekolah setelah tamat dari Universitas Islam Madinah, dengan
mendapat persetujuan dari majlis tertingi sekolah. Setahun
kemudian H. Abdul Aziz meninggal.
Pada tahun 2005 M, dipindah hak milik sekolah kepada
Yayasan Kebajikan Sekolah Assalihiyah, dengan nomor
PN173/2005 dan pada tahun 2007 M, diubah nama sekolah kepada
nama “Assalihiyah”. Tahun 2009 M, dibuka bagian Taska dan
Sekolah Rendah Integrasi.
b. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : Assalihiyah
Alamat Sekolah : M.3 T. Thungphla A. Khokpo CH. Pattani
No. Telp : 073-358529
81
Email : [email protected]
Alamat Surat : 71/1 M.3 T. Thungphla A. Khokpho CH.
Pattani 94180 Thailand
Status Sekolah : Swasta
Tahun Berdiri : 1970 M
Status Tanah : 9-10 rai milik sendiri dan 2,5 rai milik
yayasan
Luas Tanah : 12 rai atau 19.200 meter persegi
Kepala Sekolah : Dr. Abdullah Yeelah
3. Visi
Terwujudnya institusi pendidikan Islam yang terdepan dalam
melahirkan insan rabbani, intelek, dan inovatif
4. Misi
Mencetak pelajar rabbani melalui sistem pendidikan yang maju
berlandaskan al quran dan as sunnah
5. Tujuan
a. Membangun jasmani, emosi, rohani, dan intelektual pelajar sesuai
dengan syiar Islam.
b. Mendidik pelajar mencintai dan menghayati Islam sejak dini.
c. Membentuk generasi pelajar yang berilmu, beriman, bertaqwa, dan
berakhlak mulia.
d. Menyiarkan dakwah islamiyah kepada masyarakat.
82
e. Membantu anak-anak yatim dan miskin agar dapat belajar di
sekolah dengan beasiswa.
f. Mencetak generasi pelajar yang menghayati nilai Islam ke arah
terwujudnya masyarakat yang berdaya maju, harmonis, inovatif ,
progresif, dan berteknologi.
6. Struktur Organisasi Sekolah Menengah Assalihiyah
AHLI JABATAN
KUASA MAHAD
AHLI JABATAN
KUASA
PENTADBIRAN
AHLI JABATAN
KUASA YAYASAN
KEBAJIKAN
ASSALIHIYAH
MUDIR AM
Nur Huda H. Husen
MUDIR
Dr. Abdullah Yeelah
UNIT EKONOMI
DAN
KEUANGAN
Abdul Muttalib
Mamat
UNIT HAL
IHWAL GURU
Abdul Razak
Durani
UNIT HAL
IHWAL
PELAJAR
Ismail Mae
UNIT
PEMBELAJARAN
Ahmad H. Sama
UNIT
PENDAFTARAN
Faridah Tokai
83
a. Unit pembelajaran, tugasnya antara lain:
1) Menyusun kurikulum
2) Menyusun perencanaan belajar mengajar
3) Membuat evaluasi
4) Menyusun jadwal pelajaran
5) Menyusun persiapan kegiatan belajar mengajar
6) Mengontrol kerja guru
7) Mengadakan majelis ilmiah agama seperti perlombaan siswa-
siswi.
b. Unit hal ihwal pelajar, tugasnya ialah mengurus segala
permasalahan pelajar seperti perkelahian pelajar, hubungan asmara
pelajar, memperbariskan pelajar setiap pagi, dan lain-lain yang
berkenaan dengan pelajar.
c. Unit hal ihwal guru, tugasnya ialah:
1) Membuat laporan kehadiran guru setiap bulan.
2) Mengawal guru masuk kelas (mengontrol kerja guru).
3) Mengurus perizinan guru untuk cuti mengajar.
4) Bertanggung jawab atas guru kelas.
d. Unit ekonomi dan keuangan, tugasnya ialah:
1) Membuat data uang masuk dan keluar (input-output) sekolah
2) Mengurus pembayaran gaji guru
3) Mengurus keuangan untuk keperluan sarana prasarana sekolah
4) Mengurus pembayaran SPP siswa.
84
e. Unit pendaftaran, tugasnya ialah mendata nama-nama pelajar yang
masuk dan keluar.
7. Sistem Pembelajaran
Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan memiliki sistem pembelajaran terpisah antara
pembelajaran ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum
(akademik). Untuk pembelajaran ilmu pengetahuan umum (bagian
akademik), peserta didik wajib menyelesaikan studinya 6 tingkatan
kelas, sedangkan pembelajaran ilmu pengetahuan agama peserta didik
menyelesaikan 10 tingkatan kelas yang terbagi atas kelas ibtidaiyyah,
mutawasit, dan tsanawiyah. Kegiatan belajar mengajar ilmu
pengetahuan umum (bagian akademik) diselenggarakan di waktu siang
dari jam 13.00-16.20 WTS untuk hari senin-kamis dan pada hari
minggu mulai jam 08.00-12.00 WTS. Sedangkan waktu kegiatan
belajar mengajar ilmu pengetahuan agama adalah sebaliknya yakni
dimulai dari jam 08.00-12.00 WTS pada hari senin-kamis dan jam
13.00-16.20 WTS pada hari minggu. Sebagaimana tabel jadwal
berikut.
85
Tabel 3.1
Jadwal kegiatan belajar
NO HARI WAKTU
08.00-12.00 12.00-13.00 13.00-16.20
1. MINGGU AKADEMIK
IST
IRA
HA
T
AGAMA
2. SENIN
AG
AM
A
AK
AD
EM
IK
3. SELASA
4. RABU
5. KAMIS
8. Kurikulum
Kurikulum yang dipakai oleh Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan adalah kurikulum yang
ditetapkan dari kerajaan yakni Kurikulum Pendidikan Asas Menengah
Tahun 2551 B/Tahun 2008 M. Kurikulum ini mengatur sistem
pembelajaran sekolah di seluruh Thailand dengan mewajibkan sekolah
mengajarkan 8 mata pelajaran wajib berupa ilmu pengetahuan umum
yang disampaikan dalam 880 jam pelajaran selama satu tahun
pelajaran. Ilmu pengetahuan umum tersebut meliputi bahasa Thailand,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
penjaskes, kesenian, keterampilan, dan bahasa Inggris. Di samping itu
dapat ditambah mata pelajaran lain sesuai dengan kebijakan sekolah
86
masing-masing dengan batasan waktu belajar 480 jam pelajaran dalam
satu tahun pelajaran. Untuk sekolah berbasis Islam di Thailand Selatan
berlaku mata pelajaran tambahan agama yang meliputi bahasa melayu,
bahasa Arab, al quran, fiqh, akhlaq, tauhid, tafsir, dan tarikh.
9. Jumlah Guru, Siswa, dan Ketenagakerjaan
a. Jumlah guru Sekolah Menengah Assalihiyah tahun 2558 B/tahun
2015 M ini ada 47 orang dan pelajar 484 siswa.
1) Jumlah guru tetap bidang agama ada 15 orang dan 10 orang guru
tak tetap.
2) Jumlah guru tetap bidang akademik ada 22 orang.
b. Petugas kebersihan Sekolah Menengah AssalihIyah ada 2 orang,
driver Sekolah Assalihiyah ada 10 orang, dan penjaga kedai (kantin
sekolah) ada 5 orang.
c. Dafar nama guru Sekolah Menengah Assalihiyah bidang agama
Tabel 3.2
Nama guru bidang agama
NO NAMA (BAQA) BIDANG MENGAJAR
1. Ismail (Cikbu) Ushuludin
2. Abdul Razak (Durani) Bahasa Arab
3. Abdul Muthalib (Mama’) Fiqh
4. Nafisah (Itae) Bahasa Melayu
5. Ismail (Ma’e) Tafsir
87
6. Adul Razak (Haji Malik) Sejarah
7. Muhammad Daud (Utsman) Fiqh
8. Aisyah (Saleh) Hadits
9. Sakinah (Tayik) Akhlak
10. Raqiyah (Doloh) Hadits
11. Faridah (Thaqae) Bahasa Melayu
12. Fatimah (Wangka’cae) Tafsir
13. Khuzaimah (Sa’ak) Bahasa Arab
14. Yahya (Samaq) Sejarah
15. Ahmad (Haji Sama’) Qawaid
16. Abdul Halim (Saleh) Fiqh
17. Ruhani (Damae’) Sejarah
18. H. Muhammad Nur (Hama’) Faraid
19. Tayib (Wangkacae’) Ushul Fiqh
20. H. Cik Hasin (Cikphu) Ushul Tafsir
21. Abdul Razak (Mas’ad) Bahasa Arab
22. Hj. Zainab (Kaarina) Bahasa Arab
23. H. Hasan (Zakariya) Balaghah
24. Abdul Aziz (Ismail) Sejarah
25. Mahdi (Daud Ali) Sharaf
88
d. Dafar nama guru Sekolah Menengah Assalihiyah bidang akademik
Tabel 3.3
Nama guru bidang akademik
NO NAMA (BAQA) BIDANG MENGAJAR
1. Kalaya (Kanak Songkhram) Bahasa Inggris
2. Jamaludin (Haji Itae) Olahraga
3. Abdul Karim (Ma’sae) Bahasa Inggris
4. Wik Phawi (Tantiwut) Bahasa Thailand
5. WIrak Wadi (Saksak Makno) Sosiologi
6. Nada (Toksan) Bahasa Thailand
7. Suwaibah (Limak) Sains
8. Nurma (Mik Uma) Sains
9. Rahani (Ma’e) Matematika
10. Sukkri (Damo) Sosiologi
11. Masni (Sa’ik) Sains
12. Asma’ (Haji Ma’lek) Bahasa Inggris
13. Saenak (Ma’sok) Bahasa Inggris
14. Wasean (Wangmad) Sosiologi
15. Jawari (Amat) Matematika
16. Karimah (Meng) Fisika
17. Abdurrahman (Lateh) Seni Lukis
18. Nuriyah (Ceknik) Sains
19. Amani (Wang Kacik) Matematika
89
20. Karami (Cek Long) Bahasa Thailand
21. Abdul Hakim (Kabok) Ilmu Kesehatan
22. Romli (Wangok) TIK
e. Daftar jumlah siswa tiap kelas
Tabel 3.4
Jumlah siswa tiap kelas
NO KELAS
(SAMAN/AKADEMIK)
JUMLAH SISWA
1. 1 106
2. 2 109
3. 3 80
4. 4 67
5. 5 69
6. 6 53
10. Sarana dan prasarana
Tabel 3.5
Daftar sarana prasana sekolah
NO Nama Barang Jumlah
1. Ruang Kelas 16
2. Ruang Rapat 1
90
3. Kantor Guru 6
4. Kantor Kepala Sekolah 1
5. Kantor Administrasi 1
6. Perpustakaan 1
7. Lab. Komputer 1
8. Lab. Sains 1
9. Masjid 1
10. Toilet 3
11. Kantin 1
12. Kursi dan meja 490
B. Paparan Temuan Penelitian
1. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan
Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan diadakan
dengan tujuan untuk mendidik anak agar memiliki rasa peduli
terhadap lingkungan sekitarnya. Pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini lebih ditekankan
pada pembiasaan menjaga kebersihan lingkungan yang wajib
ditanamkan oleh guru kepada siswa baik di dalam maupun luar kelas.
91
Sebagaimana yang diutarakan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah selaku
Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah sebagai berikut.
Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah lebih ditekankan pada pembiasaan menjaga
kebersihan lingkungan sekolah. Pada setiap kegiatan belajar
mengajar berlangsung, guru wajib menanamkan sifat-sifat yang
murni kepada siswa yang termasuk dalam 8 hal, yang di
antaranya adalah menerapkan sifat cermat dan melestarikan
lingkungan dan di samping itu ada motivasi di luar kelas
(wawancara dengan ustadz Abdullah Yeelah pada tanggal 20
Agustus 2015 jam 10.00 WTS)
Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan
bahwa mereka telah merealisasikan sikap peduli lingkungan, seperti
yang diungkapkan oleh Sarihan Cikbu sebagai berikut.
Sikap peduli lingkungan di sekolah yang saya lakukan seperti
menjaga kebersihan sekolah, kelas, melestarikan tanaman-
tanaman yang ada di sekolah (wawancara dengan Sarihan
Cikbu, siswa kelas 6/1 saman atau kelas 10 agama, pada tanggal
21 Agustus 2015 jam 13.37 WTS).
Siswa yang lain juga mengutarakan bahwa dia telah menjaga
lingkungan sekolah sebagaimana ungkapan Pasnuri Mama’ sebagai
berikut.
Saya sudah menjaga lingkungan di sekolah dengan menjaga
kebersihan kelas, membuang sampah snack di tempat sampah,
dan melestarikan tanaman (wawancara dengan Pasnuri Mama’,
siswa kelas 6/1 saman atau 8A agama, pada tanggal 21 Agustus
2015 jam 13.52 WTS).
Para siswa melaksanakan sikap peduli lingkungan atas
keinginan mereka sendiri dan mengikuti teladan dari sikap guru dalam
menjaga kebersihan bukan karena takut dengan guru. Sebagaimana
ungkapan Fadilah Masae sebagai berikut.
92
Saya biasa menjaga kebersihan dan bukan karena takut dengan
guru. Saya hanya melakukan apa yang guru berikan teladan
kepada saya. Misalnya saya melihat guru menyapu ruang kantor,
saya ingin juga melakukannya di kelas (wawancara dengan
Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada
tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).
Selain itu juga ada siswa yang yang menjaga kebersihan karena
mereka telah terbiasa ketika di rumah, sebagaimana ungkapan Sarihan
Cikbu sebagai berikut.
Saya suka menjaga kebersihan karena sudah terbiasa di rumah.
Orang tua saya mengajarkan saya untuk senantiasa menjaga
kebersihan dan di sekolah pun saya melaksanakannya. Bukan
karena saya takut kepada guru, tetapi saya sendiri suka menjaga
kebersihan (wawancara dengan Sarihan Cikbu, siswa kelas 6/1
saman atau kelas 10 agama, pada tanggal 21 Agustus 2015 jam
13.37 WTS).
Pembiasaan menjaga kebersihan dilakukan dengan kegiatan
rutin harian dengan membagi siswa dalam jadwal membersihkan kelas
dan lingkungan sekolah. Setiap pagi, para siswa dibariskan untuk apel
pagi dan setelah selesai mereka digerakkan untuk membersihkan
lingkungan sekolah dari sampah-sampah yang berceceran. Setiap
siswa wajib memungut sampai 3 atau 10 keping sampah tergantung
pada kondisi kebersihan lingkungan sekolah pada saat itu. Hal ini
bertujuan untuk menanamkan dalam jiwa anak supaya mereka
mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan hidupnya sebagaimana
yang diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.
Mereka dibagi kelompok dan tanggung jawab masing-masing.
Hal ini bertujuan untuk menanamkan dalam jiwa anak supaya
mereka mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungan. Kalau
setiap pagi setelah berbaris (apel pagi) dan sebelum masuk
93
kelas, terlihat di sekeliling banyak sampah, siswa disuruh
mengambil sampah sebanyak 10 keping, kalau tidak begitu
kotor 3 keping (wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali
pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).
Pendidikan yang diselenggarakan, adakalanya siswa mudah
mengikuti apa yang diajarkan atau diperintahkan guru dan sebaliknya.
Kegiatan pungut sampah ini ada dikarenakan masih terlihat sampah
yang berceceran akibat dari perilaku beberapa siswa yang malas atau
kurang menjaga kebersihan dan membuang sampah sembarangan.
Pribadi siswa yang malas dan berperilaku peduli lingkungan hanya
ketika ada guru serta merasa takut akan dimarahi ketika dia tidak
menjaga kebersihan lingkungan yang menjadikan lingkungan sekolah
masih terlihat kotor. Hal ini sebagaimana ungkapan Rusani Mansalik
sebagai berikut.
Saya kurang menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Kadang-
kadang saya membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya
menjaga kebersihan karena saya takut dengan guru (wawancara
dengan Rusani Mansalik, siswa kelas 5/1 saman atau kelas 9
agama, pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 18.20 WTS).
Selain itu juga diadakan big cleaning day yaitu pada waktu
tengah semester dan atau ketika akan ada tamu datang. Semua guru
dan siswa mengadakan bersih-bersih bersama seperti yang
diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.
Selain itu, diadakan big cleaning day yaitu pada waktu tengah
semester dan apabila akan ada tamu datang. Semua murid dan
guru bersih-bersih bersama (wawancara dengan acan Zainab
Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
94
Siswa dididik untuk makan di tempat-tempat yang di mana
disediakan tempat sampah sehingga mereka bisa langsung membuang
sampah makanan mereka di tempat sampah yang paling dekat dengan
mereka. Guru senantiasa berpesan kepada siswa agar mereka selalu
menjaga kebersihan, membuang sampah-sampah makanan dan
minuman di tempat sampah, dan apabila menjumpai sampah di
hadapannya, mereka harus mengambil dan membuangnya di tempat
sampah. Dengan demikian, kebersihan lingkungan sekolah akan
terjaga dengan baik. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan acan
Zainab Ma’sok sebagai berikut.
Guru senantiasa berpesan kepada murid supaya mereka menjaga
kebersihan. Jika mereka makan, bungkus-bungkus sampah harus
dibuang di tempat sampah. Meskipun mereka tidak sehabis
makan, tetapi mereka menjumpai ada sampah di hadapannya,
mereka juga harus mengambilnya dan membuangnya di tempat
sampah (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal
24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Berkaitan dengan kebersihan sekolah, sekolah memiliki petugas
kebersihan. Mereka juga ikut berperan dalam menciptakan sekolah
yang bersih yang menjadikan sekolah dapat menerima penghargaan
atas prestasi sekolah yang bersih dari pemerintah kerajaan Thailand.
Seperti yang diungkapkan Abdul Rasyid bin Talyo selaku petugas
kebersihan sebagai berikut.
Tiga tahun yang lalu, sekolah pernah mendapat penghargaan
dari pemerintah mengenai kebersihan lingkungan sekolah
(wawancara dengan Abdul Rasyid bin Talyo pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 14.45 WTS).
95
Petugas kebersihan memiliki peran yang penting juga dalam
menciptakan sekolah yang bersih di samping adanya pendidikan
karakter peduli lingkungan bagi siswa. Karena, petugas kebersihan
membersihkan sekolah setiap hari dan membuang sampah dari tempat
sampah yang berada di depan kelas, kantin, dan seluruh sudut sekolah.
Ketika petugas kebersihan berhalangan hadir, maka sampah di depan
kelas, ruang guru, kantin, dan sebagainya di lingkungan sekolah
menumpuk. Sebagaimana ungkapan Abdul Rasyid bin Talyo selaku
petugas kebersihan tentang aturan kebersihan di Sekolah Menengah
Assalihiyah sebagai berikut.
Mengenai aturan kebersihan di sini, setiap pagi dan sore tukang
kebun harus membersihkan seluruh lingkungan sekolah. Pada
saat pagi, tukang kebun menyapu seluru sudut sekolah yang
berupa sampah dan daun-daun yang berguguran. Sedangkan
pada waktu sore, kita mengambil sampah-sampah dalam tempat
sampah itu baik di depan kelas, kantor, maupun di kantin. Jadi
setiap hari, kami harus membersihkan sekolah 2x. Pada saat
liburan sekolah, kami juga harus membersihkan sekolah kecuali
hari minggu. Kalau hari-hari aktif sekolah, kami libur hari sabtu
(wawancara dengan Abdul Rasyid bin Talyo pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 14.45 WTS).
Guru juga mengajarkan siswa untuk bercocok tanam pohon di
lingkungan sekolah dan mendidiknya untuk senantiasa menjaga dan
merawatnya. Sehingga pohon tersebut membuat sekolah menjadi
tempat yang nyaman sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah
Nafisah Itae sebagai berikut.
Guru juga mengajarkan kepada murid untuk tanam pohon di
lingkungan sekolah dan mendidiknya untuk senantiasa menjaga
96
dan merawat pohon-pohon. Sehingga pohon tersebut membuat
sekolah menjadi tempat yang nyaman (wawancara dengan
ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55
WTS).
Selain menanam pohon di sekolah, siswa juga diajak untuk
bertanam pohon di luar sekolah bersama dengan masyarakat
sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai
berikut.
Ada juga guru saman/acan (guru bidang ilmu pengetahuan
umum) yang mengajak siswa keluar untuk ikut serta bercocok
tanam pohon-pohon dengan masyarakat (wawancara dengan
ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam
16.30 WTS).
Meskipun di Sekolah Menengah Assalihiyah ini dilaksanakan
pendidikan karakter peduli lingkungan, namun tidak ada peraturan
atau kebijakan tertulis mengenai peduli lingkungan maupun aturan
kebersihan, hanya berupa aturan tak tertulis saja sebagaimana yang
dituturkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.
Di sekolah ini tidak ada peraturan atau kebijakan tertulis
mengenai peduli lingkungan maupun aturan kebersihan, hanya
berupa aturan tak tertulis saja (wawancara dengan ustadz
Ahmad H. Sama’ pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27
WTS).
Setiap guru Sekolah Menengah Assalihiyah diharuskan
memberikan arahan, bimbingan, dan penjelasan-penjelasan kepada
siswa berkaitan dengan sikap peduli lingkungan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.
Semua guru-guru di sini diharuskan untuk mendidik dan
memberikan penjelasan, bimbingan, dan arahan kepada siswa.
97
Seperti menjelaskan bahwa kita sebagai umat agama Islam itu
harus senantiasa menjaga kebersihan, karena “an nadhafatu
minal iman” kebersihan itu merupakan bagian dari iman
(wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23
Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Falsafah Sekolah Menengah Assalihiyah adalah berpegang
teguh kepada ajaran kitab dan sunnah menuju ke arah kemajuan dan
pembangunan sedunia. Jadi dalam segala hal kegiatan sekolah mesti
berlandaskan falsafah ini termasuk pelaksanaan pendidikan karakter
peduli lingkungan yang berguna bagi kemajuan dunia. Menurut kepala
sekolah ustadz Dr. Abdullah Yeelah, Islam adalah agama cara hidup
yang mesti diamalkan dalam setiap segi atau bidang kehidupan dan di
setiap tempat.
Pendidikan karakter peduli lingkungan yang ditanamkan kepada
siswa Sekolah Menengah Assalihiyah berdasar pada tujuan supaya
siswa itu mengetahui akan pentingnya masalah kebersihan dan
melestarikan lingkungan. Oleh karenanya, guru Sekolah Menengah
Assalihiyah menanamkan karakter peduli lingkungan ini khususnya
tentang kebersihan, mereka berlandaskan pada firman Allah
“innallaha yuhibbu tawwabiina wayuhibbul mutathohhiriin” yang
artinya “Saya menyukai orang yang bertaubat dan orang yang bersih”.
Sebagaimana diungkapkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai
berikut.
… ada dalil al quran, Allah berfirman “innallaha yuhibbu
tawwabina wayuhibbul mutathohhirin” yang artinya “Saya
menyukai orang yang bertaubat dan orang yang bersih”. Bersih
98
di sini meliputi bersih diri, rumah tangga, pakaian, sekolah, dan
kawasan kampung (wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’
pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).
Dengan demikian, guru ingin membentuk siswanya agar
menjadi insan yang senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian, dan
lingkungan hidup mereka sendiri. Selain itu, guru juga berlandaskan
hadits Rasulullah Saw. dalam menanamkan karakter peduli
lingkungan ini yaitu “an nadhofatu minal iman” bahwa kebersihan itu
merupakan sebagian dari iman. Orang Islam harus senantiasa menjaga
kebersihan dari segala hal, karena menjaga kebersihan termasuk salah
satu wujud sikap peduli terhadap lingkungan. Sebagaimana yang
diutarakan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.
Landasan pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah yang saya jalankan adalah “An
nadhofatu minal iman”. Islam ini harus senantiasa menjaga
kebersihan dalam segala hal. Seperti kebersihan badan, tempat
duduk, dalam hal ini adalah sekolah. Menjaga kebersihan
lingkungan sebagai salah satu wujud peduli terhadap lingkungan
(wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23
Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Ustadzah Zainab Karina mengutarakan bahwa waktu anak
berada di sekolah itu lebih lama daripada waktu anak tinggal di
rumah. Siswa belajar di sekolah dari pagi sampai sore, sedangkan di
rumah hanya waktu malam. Mereka belajar, bermain, berbincang-
bincang dengan temannya selama di sekolah dan ketika di rumah
mereka manfaatkan untuk istirahat dan tidur kemudian bangun pagi
dan pergi ke sekolah lagi. Oleh karena itu, guru harus benar-benar
99
membekali siswa dengan berbagai ilmu pengetahuan dan dalam hal ini
adalah pengetahuan tentang peduli lingkungan khususnya penanaman
karakter dalam jiwa siswa.
Program Green Environment sangat berperan penting dalam
memberikan pendidikan karakter peduli lingkungan pada siswa di
mana program ini mengajarkan siswa untuk mencintai lingkungannya,
dengan membuang sampah pada tempatnya, memperbanyak menanam
pohon, dan lain sebagainya. Masyarakat Thailand juga digalakkan
untuk tanam pohon oleh kerajaan supaya dapat menciptakan negara
yang sejuk yang dalam negara Indonesia termasuk dari pelaksanaan
Green Environment. Hal ini juga menjadi landasan dalam pelaksanaan
pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Nafisah
Itae sebagai berikut.
Masyarakat umum juga digalakkan program tanam pohon oleh
kerajaan, dengan tujuan agar Negara ini tidak terasa panas
(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 13.55 WTS).
Siswa diajak untuk ikut serta dalam program tanam pohon
bersama masyarakat tersebut. Dengan begitu, secara tidak langsung
mereka akan terdidik untuk melakukan tanam pohon di
lingkungannya.
Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah yang ditekankan pada masalah menjaga kebersihan ini
100
dilaksanakan dengan model pendidikan karakter yang disebut
tadzkirah, akan tetapi tidak seluruhnya diterapkan. Di antara model
pendidikan karakter tadzkirah yang diterapkan adalah sebagai berikut.
a. Tunjukkan Teladan
Keteladanan adalah salah satu model pendidikan karakter
yang dapat mendidik siswa secara tidak sadar dan tanpa adanya
paksaan. Melalui teladan ini, siswa dapat mencontoh segala
perilaku dari sosok guru maupun ketenagakerjaan lainnya yang
menjadi figur bagi siswa di sekolah.
Model teladan ini kerap kali diterapkan oleh guru Sekolah
Menengah Assalihiyah. Memberikan teladan adalah hal yang
paling utama sebagai guru khususnya dalam bersikap peduli
lingkungan ini. Guru memandang bahwa dengan teladan
diharapkan siswa dapat melihat dan mencontoh perilaku peduli
lingkungan dari guru itu sendiri. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.
Hal yang paling utama sebagai guru, kita harus memberi
contoh, apabila kita makan apa saja, kalau tidak ada tempat
sampah, kita mesti taruh di saku dahulu, dan kemudian
dibuang di tempat sampah. Kita memberikan teladan
kepada siswa supaya dapat melihat dan mencontoh perilaku
peduli lingkungan dari kita (wawancara dengan ustadz
Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam
08.55 WTS).
Sebagai contoh teladan yang diberikan oleh guru dalam
bersikap peduli lingkungan adalah dengan ikut serta mengadakan
101
kebersihan kelas sebelum kegiatan belajar dimulai sebagaimana
yang dituturkan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.
Saya juga ikut serta dengan siswa untuk mengadakan
kebersihan yakni sebagai contoh kepada mereka
(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 13.55 WTS).
Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan
guru mereka memberikan teladan dan contoh dalam menjaga
kebersihan sekolah seperti menyapu dan membuang sampah pada
tempatnya. Seperti yang diungkapkan oleh Husna Abdullah
sebagai berikut.
... guru memberi nasihat, mengingatkan, dan memberi
teladan kepada kita untuk selalu menjaga
kebersihan(wawancara dengan Husna Abdullah, siswa kelas
4/1 saman atau 8B agama, pada tanggal 21 Agustus 2015
jam 14.45).
b. Arahkan (berikan bimbingan)
Pemberian arahan juga menjadi hal penting yang dapat
dijadikan sebagai model pendidikan karakter peduli lingkungan.
Guru Sekolah Menengah Assalihiyah juga memberikan arahan
kepada siswanya selama di sekolah. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.
Di samping itu juga diberi nasihat-nasihat supaya mereka
sadar, memberikan arahan, selalu mengingatkan mereka,
dan menjelaskan kepada siswa apa akibat yang didapat jika
menjaga kebersihan ataupun tidak menjaga kebersihan.
Setiap pagi pada saat siswa berbaris, saya selalu
memberikan nasihat untuk senantiasa menjaga kebersihan
(wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada tanggal
23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).
102
Pemberian arahan juga dilakukan oleh guru sebelum
kegiatan belajar dimulai, seperti mengarahkan secara langsung
siswanya untuk membersihkan kelas terlebih dahulu sebagaimana
yang dituturkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.
Sebelum dimulai pelajaran, guru kelas masuk dan
mengarahkan siswanya supaya membersihkan ruang kelas
terlebih dahulu (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina
pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Selain itu, model pengarahan ini juga diaplikasikan untuk
mengarahkan siswa agar menyediakan perlengkapan kebersihan
untuk setiap kelas sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah
Nafisah Itae sebagai berikut.
… mengarahkan siswa agar membeli sapu dan
perlengkapan kebersihan di kelas (wawancara dengan
ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam
13.55 WTS).
Siswa juga mengutarakan bahwa guru mengarahkan mereka
supaya menyapu kelas setiap hari agar kebersihan dan
keindahannya tetap terjaga seperti yang dituturkan oleh Warsah
Samae sebagai berikut.
Guru menasehati kita untuk makan sambil duduk dan
mengarahkan kita menyapu kelas setiap hari agar kita selalu
menjaga lingkungan kita bersih dan indah (wawancara
dengan Warsah Samae, siswa kelas 3/1 saman atau kelas
8A agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.30 WTS).
Pemberian arahan ini tidak hanya dilakukan sekali saja,
akan tetapi menurut guru Sekolah Menengah Assalihiyah harus
103
diberikan berulang kali agar siswa senantiasa memperhatikan
pentingnya peduli lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan
sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok
sebagai berikut.
Guru mesti berulang kali memberi nasihat dan arahan
kepada murid mengenai sikap peduli lingkungan
(wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Pemberian arahan sangat diperlukan bagi siswa yang malas
dan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh sebagaimana yang
diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.
Bagi murid yang malas, guru harus mengarahkan dengan
sungguh-sungguh. Misalnya, dengan mengarahkan mana
saja yang harus dibersihkan (wawancara dengan ustadzah
Zainab Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30
WTS).
c. Dorongan (berikan motivasi atau reinforcement)
Seorang siswa harus memiliki motivasi yang kuat dalam
belajar dan menempuh pendidikan sehingga pendidikan yang
dijalankan menjadi efektif. Memotivasi siswa adalah kegiatan
memberikan dorongan supaya siswa bersedia menjalankan hal-hal
yang sesuai dengan harapan guru tanpa adanya paksaan yang
dalam hal ini adalah menjaga kebersihan dan peduli terhadap
lingkungan sekolah.
Ustadz Abdullah Yeelah selaku kepala sekolah menuturkan
bahwa dalam pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
104
Menengah Assalihiyah dilaksanakan dengan berbagai model
pendidikan yang salah satunya adalah dengan memberikan
motivasi. Pemberian pujian kepada siswa maupun benda
penghargaan dapat menjadi motivasi dan memberikan semangat
yang bertambah untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
Sebagaimana diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai
berikut.
Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya
hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima
kasih di hadapan teman-temannya. Ada juga saya
memberinya uang yang hanya sekedar saja. Benda apa yang
ada di tangan biasa saya berikan. Supaya menimbulkan
semangat dan bangga untuk senantiasa menjaga kebersihan
lingkungan (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada
tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
d. Kontinuitas (pembiasaan)
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan
sikap yang dapat mengkarakter ke dalam jiwa siswa yang dalam
hal ini adalah sikap peduli dan melestarikan lingkungan. Sikap
peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah yang
ditanamkan adalah menjaga kebersihan sekolah. Terdapat berbagai
kegiatan sekolah dalam rangka membiasakan siswa untuk
senatiasa menjaga kebersihan lingkungannya. Kebiasaan yang
terbentuk di sekolah, diharapkan terbawa oleh siswa di manapun ia
berada. Kegiatan pembiasaan tersebut di antaranya adalah
pembuatan jadwal piket harian, kegiatan memungut sampah setiap
seusai apel pagi, dan diadakan perlombaan kebersihan serta
105
menghias kelas tahunan sebagaimana yang diungkapkan oleh
ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.
Pendidikan karakter peduli lingkungan diselenggarakan
dengan model pembiasaan melalui kegiatan-kegiatan peduli
lingkungan. Seperti dibentuk jadwal piket harian. Kalau
setiap pagi setelah berbaris (apel pagi) dan sebelum masuk
kelas, terlihat di sekeliling banyak sampah, siswa disuruh
mengambil sampah sebanyak 10 keping, kalau tidak begitu
kotor 3 keping. Kemudian diadakan perlombaan kebersihan
dan menghias kelas pada setiap tahunnya (wawancara
dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23
Agustus 2015 jam 08.55 WTS).
Model pembiasaan lainnya adalah bersih-bersih serentak
mingguan dan ketika akan ada tamu yang datang atau diadakan big
cleaning day sebagaimana yang dituturkan oleh acan Zainab
Ma’sok sebagai berikut.
Selain itu, diadakan big cleaning day yaitu pada waktu
tengah semester dan apabila akan ada tamu datang. Semua
murid dan guru bersih-bersih bersama (wawancara dengan
acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam
16.00 WTS).
Sehingga dengan model pembiasaan yang diterapkan,
diharapkan siswa tetap melaksanakan sikap peduli lingkungan dan
menjaga kebersihan di manapun mereka berada maupun ketika
tidak ada guru.
e. Ingatkan
Model “ingatkan” ini juga diterapkan dalam pendidikan
karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah.
Guru dalam memberikan nasihat, pelajaran, arahan, dan
106
bimbingan pasti tidak hanya sekali. Guru harus senantiasa
mengingatkan siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan dan
membuang sampah pada tempatnya. Karena, seiring berjalannya
waktu, siswa yang semula sadar dan ingat akan pesan dan nasihat
gurunya bisa lalai akan kewajibannya menjaga lingkungan di
manapun ia berada dan pelajaran-pelajaran dari guru yang telah
diberikan. Sebagaimana yang diungkapkan ustadz Ahmad H.
Sama’ sebagai berikut.
Di samping itu juga, diberi nasihat-nasihat supaya mereka
sadar dan memberikan arahan serta selalu mengingatkan
mereka (wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada
tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).
Siswa juga menyampaikan bahwa guru selalu
mengingatkan agar menjaga sekolah tetap bersih seperti yang
diungkapkan oleh Nasiroh Iduereh sebagai berikut.
Selain itu juga selalu mengingatkan, “jangan buat tempat
duduk kita menjadi kotor karena itu sama juga tidak mau
menjaga lingkungan sekolah kita” (wawancara dengan
Nasiroh Iduereh, siswa kelas 2/1 saman atau 6 agama, pada
tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.05 WTS).
f. Heart (hati)
Menjaga kebersihan lingkungan adalah salah satu wujud
dari sikap peduli lingkungan. Guru semestinya dapat
menumbuhkan karakter peduli lingkungan tersebut ke dalam jiwa
dan hati siswanya. Iman seseorang itu terdapat dalam hatinya.
Oleh karena itu, jika seseorang itu beriman, maka dia akan mudah
ditanamkan sikap-sikap mulia yang selaras dengan perintah Allah
107
Swt. Menjaga kebersihan lingkungan yang telah dibiasakan
kepada siswa Sekolah Menengah Assalihiyah bertujuan untuk
menanamkan rasa kepedulian terhadap lingkungan ke dalam jiwa
siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud
Ali sebagai berikut.
Siswa dididik juga untuk menjaga tanaman dan pohon-
pohon di lingkungan sekolah. Mereka dibagi kelompok dan
tanggung jawab masing-masing. Hal ini bertujuan untuk
menanamkan dalam jiwa anak supaya mereka mempunyai
rasa kepedulian terhadap lingkungan (wawancara dengan
ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015
jam 08.55 WTS).
Selain model pendidikan karakter di atas yakni model
“tadzkirah”, model pendidikan targhib (pemberian hadiah) dan tarhib
(pemberian sanksi) atau sering disebut juga pemberian reward and
punishment juga diterapkan di Sekolah Menengah Assalihiyah.
Targhib atau pemberian reward biasa diberikan kepada siswa yang
telah melaksanakan sikap menjaga kebersihan dan membuang sampah
pada tempatnya yang merupakan salah satu implikasi dari sikap peduli
lingkungan. Targhib atau pemberian reward yang ada berupa nilai
tambahan yang akan dimasukkan pada mata pelajaran tertentu sesuai
dengan yang diampu oleh guru masing-masing atau bahkan
cinderamata yang diberikan di depan siswa yang lain sebagaimana
yang disampaikan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah selaku kepala
Sekolah Menengah Assalihiyah sebagai berikut.
Hadiah bagi siswa yang telah mengaplikasikan sikap peduli
lingkungan adalah guru memberi tambahan nilai yang
108
dimasukkan ke dalam nilai mata pelajaran yang diampu oleh
guru masing-masing, diberikan cinderamata di depan siswa yang
lain (wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada
tanggal 20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).
Akan tetapi, banyak siswa yang tidak mengetahui tentang nilai
tambahan yang diberikan guru sebagai reward dari sikap peduli
lingkungan yang berupa menjaga kebersihan tersebut dikarenakan
guru tidak memberitahunya langsung kepada siswa. Ustadz Mahdi bin
Daud Ali menyampaikan bahwa selain nilai tambahan, targhib atau
pemberian reward dapat berupa air minum, makanan, dan pujian.
Selain itu, reward berupa ucapan terima kasih juga diberikan kepada
siswa di hadapan teman-temannya. Acan Zainab Ma’sok
menambahkan, ia memberikan uang ataupun benda lain yang saat itu
sedang dibawa untuk diberikan kepada siswa yang telah berlaku
peduli lingkungan/menjaga kebersihan. Pemberian reward atau
targhib ini bertujuan agar dapat menumbuhkan semangat siswa dan
rasa bangga dalam menjaga kebersihan lingkungan sebagaimana
ungkapan acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.
Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya
hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima kasih di
hadapan teman-temannya. Ada juga saya memberinya uang
yang hanya sekedar saja. Benda apa yang ada di tangan biasa
saya berikan. Supaya menimbulkan semangat dan bangga untuk
senantiasa menjaga kebersihan lingkungan (wawancara dengan
acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00
WTS).
109
Siswa juga mengatakan bahwa dia mendapatkan snack dari guru
karena telah menjaga lingkungan seperti yaag diungkapkan
Kumariyah Ni’ngok sebagai berikut.
Saya pernah diberi hadiah berupa snack oleh guru karena saya
menjaga lingkungan (wawancara dengan Kumariyah Ni’ngok,
siswa kelas 1/2 saman atau kelas 5B agama, pada tanggal 21
Agustus 2015 jam 14.57 WTS).
Pujian dan ucapan terima kasih juga siswa terima dari guru
meskipun bukan berupa hadiah secara materi sebagaimana yang
diungkapkan oleh Fadilah Masae sebagai berikut.
Tidak ada hadiah materi yang saya terima dari guru meskipun
saya sudah melaksanakan sikap peduli lingkungan selama di
sekolah, hanya berupa ucapan pujian dan terima kasih
(wawancara dengan Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau
8B agama pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).
Hadiah atau targhib diberikan oleh guru kelas kepada siswanya
yang memenangkan lomba kebersihan dan menghias kelas. Hadiah itu
pun diberikan bukan untuk perseorangan melainkan secara berhimpun
untuk satu kelas seperti yang diungkapkan oleh ustadzah Nafisah Itae
sebagai berikut.
Setahun yang lalu, diadakan lomba kebersihan dan menghias
kelas. Kelas yang saya ampu mendapat juara satu. Saya
memberikan hadiah kepada siswa tidak secara perseorangan,
melainkan untuk satu kelas. Seperti saya belikan jam dinding.
Saya tidak biasa memberi hadiah secara perseorangan. Saya
hanya memberikan pujian kepada mereka yang sudah
melaksanakan sikap peduli lingkungan dan menjaga kebersihan
di Sekolah Menengah Assalihiyah ini (wawancara dengan
ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55
WTS).
110
Selain itu, siswa menerima sertifikat penghargaan dari pihak
sekolah bagi yang memenangkan lomba menghias dan kebersihan
kelas seperti yang dituturkan oleh Nasiroh Iduereh sebagai berikut.
... ketika diadakan lomba menghias kelas dan kebersihan kelas,
kita mendapat sertifikat kejuaraan dari pihak sekolah
(wawancara dengan Nasiroh Iduereh, siswa kelas 2/1 saman atau
6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.05 WTS).
Sementara tarhib atau pemberian sanksi (punishment) diberikan
kepada siswa yang tidak atau malas melaksanakan sikap peduli
lingkungan dan kurang menjaga kebersihan seperti membuang
sampah di sembarang tempat. Tarhib atau pemberian punishment yang
diberikan bermacam-macam, baik hukuman fisik seperti senaman
(duduk bangun), dera, membersihkan toilet, menyapu kelas dan luar
kelas, push up maupun hukuman non fisik seperti pengurangan nilai
dan nasihat. Mengenai hukuman fisik ini seperti halnya yang
diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.
Sementara kalau siswa yang tidak menjaga kebersihan, ada
hukuman dera 5x, bagi siswa laki-laki atau push up 50x, dan ada
hukuman “duduk bangun” 50x bagi siswa perempuan...
(wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23
Agustus 2015 jam 08.55 WTS).
Hal yang serupa diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai
berikut.
Ada juga senaman, yaitu duduk bangun, lama-lama dia takut
karena merasakan sakit (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok
pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Para siswa menyampaikan, ketika mereka membuang sampah
sembarangan atau tidak menjaga kebersihan sekolah, mereka
111
mendapat hukuman dera, senaman (duduk-bangun), dan atau
membersihkan toilet. Sedangkan hukuman non fisik bagi siswa yang
tidak menjaga kebersihan sebagaimana yang dituturkan oleh ustadz
Dr. Abdullah Yeelah sebagai berikut.
Sebaliknya bagi siswa yang tidak melaksanakan sikap peduli
lingkungan seperti tidak menjaga kebersihan kelas, maka akan
dikurangi nilainya dan dinasehati kembali (wawancara dengan
ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam
10.00 WTS).
Siswa juga menuturkan, ada guru yang hanya memberikan
nasihat bagi siswa yang tidak menjaga kebersihan atau berlaku peduli
lingkungan tanpa memberikan hukuman fisik seperti yang disebutkan
di atas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ari’sa Malee sebagai
berikut.
Kalau siswa tidak bersih-bersih tidak ada hukuman, hanya
dinasehati saja “Kalau tempat duduk kita kotor, kita itu
berteman dengan syaitan” (wawancara dengan Ari’sa Malee,
siswa kelas 3/1 saman atau 7B agama, pada tanggal 22 Agustus
2015 jam 17.45 WTS).
Selain menggunakan model pendidikan dalam menanamkan
karakter peduli lingkungan khususnya menjaga kebersihan lingkungan
di Sekolah Menengah Assalihiyah ini, diperlukan juga strategi
pendidikan. Strategi dan model pendidikan karakter dikombinasikan.
Srategi tersebut di antaranya dengan memberikan pujian-pujian,
ucapan terima kasih, dan hadiah yang sekadarnya atas perilaku
baiknya dalam menjaga kebersihan lingkungan. Di samping itu, juga
melalui pembiasaan siswa dengan diadakan jadwal piket harian dan
112
gerakan pungut sampah setelah apel pagi. Strategi pendidikan karakter
dengan pemberian nasihat-nasihat setiap hari baik secara personal
maupun secara global yang disampaikan kepada siswa. Majalah
dinding yang berisi tentang sikap peduli lingkungan dan menjaga
kelestarian alam juga terdapat di lingkungan Sekolah Menengah
Assalihiyah.
2. Faktor-faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan Karakter
Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah
Setiap pendidikan memiliki tujuan yang ingin dicapai.
Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah bertujuan untuk menanamkan karakter peduli lingkungan
dalam jiwa siswa khususnya untuk senantiasa menjaga kebersihan
lingkungan di manapun ia berada dan dalam kondisi apapun baik
dalam pengawasan guru ataupun tidak.
Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter tersebut, maka perlu
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menunjang dan faktor-faktor
penghambat berhasilnya pendidikan. Di antara faktor penunjang
pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan adalah
peran serta kepala sekolah, guru, orang tua dan dewan pelajar (OSIS)
sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah
sebagai berikut.
113
Faktor penunjang dalam berhasilnya pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini adalah peran
serta kepala sekolah dan guru-guru dalam mendidik siswanya.
Termasuk peran orang tua dan dewan pelajar (OSIS)
(wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal
20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).
Hal yang serupa juga disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai
berikut.
Faktor paling utama yang menjadi penunjang berhasilnya
pendidikan karakter peduli lingkungan di sekolah ini adalah
peran serta guru dalam menanamkan sikap peduli lingkungan
seperti mengadakan bersih-bersih kelas bersama siswa. Guru
tidak hanya menyuruh saja, tetapi juga ikut melakukannya.
Artinya guru menjadi figur contoh bagi siswa. Selain itu, guru
memberikan tanggung jawab kepada ketua kelas untuk selalu
mengajak teman-teman sekelasnya menjaga kebersihan. Apabila
tidak melaksanakannya, maka ada denda bagi mereka
(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 13.55 WTS).
Peran guru menjadi hal yang sangat penting dalam
mensukseskan pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah. Guru harus senantiasa membimbing dan
memantau sikap siswa selama di sekolah. Nasihat-nasihat dan teladan
dari guru dapat menuntun siswanya dalam berperilaku menjaga
kebersihan dan peduli terhadap lingkungan. Teladan guru ini
menjadikan guru tidak hanya memberikan perintah saja, sehingga
siswa pun akan mengikuti contoh perilaku dari sang guru.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali
sebagai berikut.
Peran guru sangat penting untuk ikut serta melaksanakan
kebersihan dan sikap peduli lingkungan ini sebagai tauladan
114
bagi siswa di mana guru tidak hanya memberikan perintah saja.
Hal ini menjadi faktor penunjang dalam menjalankan
pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah. Sehingga tidak akan ada siswa yang berkata, “guru
menyuruh, tetapi guru tidak melaksanakan” (wawancara dengan
ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam
08.55 WTS).
Peran orang tua di sini adalah mendidik anak tentang menjaga
kebersihan selama di rumah. Orang tua yang suka menjaga
kebersihan, maka dia akan mengajarkan kepada anaknya juga dan
begitu juga sebaliknya. Siswa yang telah terdidik baik di rumah, maka
di sekolah hanya diperlukan penekanan saja. Akan tetapi, bagi siswa
yang kurang terdidik di rumah maka guru harus mendidik dan
membimbing siswa dengan sungguh-sungguh selama di sekolah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai
berikut.
Menurut saya, yang menjadi penunjang pendidikan karakter
peduli lingkungan ini termasuk pendidikan anak di rumah yang
mengajarkan juga masalah menjaga kebersihan lingkungan dan
pembawaan sifat anak. Orang tua mereka suka menjaga
kebersihan, maka orang tua pun mengajarkannya kepada sang
anak. Di samping itu, ada siswa yang di rumah tidak diajarkan,
tetapi ketika di sekolah, siswa tersebut mau memperhatikan dan
mengikuti nasihat guru (wawancara dengan ustadzah Zainab
Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Selain faktor di atas, acan Zainab Ma’sok mengutarakan bahwa
faktor kebiasaan siswa yang suka akan kebersihan dan rasa memiliki
menjadi hal yang mendukung berhasilnya penanaman karakter peduli
lingkungan dalam jiwa siswa. Sehingga ketika siswa terlepas dari
115
pengawasan guru, mereka tetap akan menjaga lingkungan agar tetap
bersih. Sebagaimana ungkapan acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.
Sebagian dari diri siswa suka kebersihan dan ada juga yang
tidak suka kebersihan. Ini menjadi faktor pendukung sekaligus
penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan pada
siswa. Bagi yang suka kebersihan, dia merasa bahwa ini
sekolahku, jadi saya harus menjaga kebersihan di sekolahku. Ini
ada sampah, ini sekolahku, aku harus membersihkannya.
Meskipun guru ada atau tidak, dia akan tetap bersihkan. Rasa
memiliki inilah yang dapat menjadikan pendidikan peduli
lingkungan berhasil tertanam dalam jiwa anak. Di sisi lain, dia
ingat dengan nasihat guru yang berupa “ini sekolahku, maka
mesti buat bersih, agar orang jika mendengar kata Assalihiyah,
orang itu ada keinginan untuk datang ke sekolah Assalihiyah
(wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Sementara dalam penyelenggaraan pendidikan, ada hal-hal yang
menjadi faktor penghambat berhasilnya suatu pendidikan. Di antara
faktor penghambat keberhasilan pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah faktor intern
yakni faktor sifat kebiasaan siswa yang malas dan kurang peduli
dengan masalah kebersihan juga menjadi penghambat berhasilnya
pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz
Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.
Sedangkan faktor penghambat dari pendidikan ini adalah
kebiasaan siswa yang malas dan tidak mengetahui manfaat
menjaga lingkungan dan menjaga kebersihan. Serta siswa tidak
mau peduli (acuh tak acuh) terhadap masalah kebersihan
(wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada tanggal 23
Agustus 2015 jam 09.27 WTS).
116
Hal yang serupa juga disampaikan oleh ustadzah Zainab Karina
sebagai berikut.
Sedangkan yang termasuk faktor penghambat pendidikan
karakter di sini adalah dari perangai murid itu sendiri pula.
Semua guru sudah mengajarkan kepadanya untuk peduli
lingkungan. Akan tetapi mereka tidak mau mendengarkan
nasihat guru. Itu bukan kesalahan orang tua atau pun guru.
Tetapi tergantung pada pribadi anak itu sendiri. Guru saman
(ilmu pengetahuan umum) yang bukan agama Islam pun
mengajarkan kepada siswa supaya menjaga kebersihan
lingkungan (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada
tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Di samping itu, kondisi suasana masyarakat di luar sekolah yang
berbeda dengan suasana di sekolah. Hal ini dapat mengubah kebiasaan
siswa yang senantiasa menjaga kebersihan dan melestarikan tanaman
yang telah terbentuk selama di sekolah sebagaimana yang
disampaikan oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah sebagai berikut.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah suasana masyarakat di
luar sekolah (rumah/kampung) yang berbeda dengan suasana di
sekolah. Jadi jika siswa itu pulang, dengan kondisi yang berbeda
dapat mengubah kebiasaan sikap peduli lingkungan siswa,
melestarikan tanaman, dan menjaga kebersihan di sekolah.
Sehingga, apabila siswa telah kembali ke sekolah lagi, guru
mesti mendidik ulang (wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah
Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).
Selain itu, kurangnya peran serta guru dalam memberikan
bimbingan dan memberi contoh/teladan kepada siswa juga dapat
menghambat keberhasilan pendidikan karakter peduli lingkungan pada
siswa Sekolah Menengah Assalihiyah. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.
117
Hal yang menjadi penghambat pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah peran serta
guru juga. Guru tidak ikut bersama mengadakan kebersihan dan
memberi contoh bagi siswa dan ketua kelas yang tidak
memberikan arahan kepada teman-teman sekelasnya. Sehingga
siswa melalaikan tugasnya untuk menjaga kebersihan.
Kebanyakan siswa di sini, jika melakukan sesuatu harus
dilakukan secara bersama-sama. Kalau perseorangan, mereka
kurang memperhatikan. Jadi guru mesti selalu mengingatkan
dan menasehati mereka (wawancara dengan ustadzah Nafisah
Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55 WTS).
118
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan
Pendidikan karakter peduli lingkungan sangat penting diberikan
kepada siswa sebagai pendidikan yang mencetak generasi penerus dalam
rangka menjaga dan melestarikan alam sekitar. Alfie Kohn menyatakan
bahwa pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah di
luar bidang akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa
tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam
makna sempit, pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan
moral yang merefleksikan nilai tertentu (Samani dan Hariyanto, 2013: 44-
45). Penanaman karakter yang baik dan pelatihan moral yang dimaksud di
sini yakni dengan sikap peduli lingkungan.
Menurut Lickona, karakter mulia (good caracter) meliputi
pengetahuan tentang kebaikan, kemudian menimbulkan komitmen (niat)
terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan.
Dengan kata lain, karakter mengacu pada serangkaian pemikiran,
perasaan, perilaku yang sudah menjadi kebiasaan (Zuchdi, 2013: 16).
Karakter siswa dapat diubah atau dibentuk dengan pembiasaan karena
lingkungan sosial baik keluarga, sekolah, mapun masyarakat ikut
membentuk karakter seseorang. Sesuai dengan teori pendidikan aliran
119
konvergensi yang dipelopori oleh William Stern yang menyatakan
bahwa pendidikan sangat penting meskipun bakat bawaan anak didik juga
mempengaruhi keberhasilan pendidikan (Arief, 2002: 6). Oleh karenanya,
karakter peduli lingkungan pada siswa pun juga dapat dibentuk melalui
pendidikan.
Pendidikan karakter peduli lingkungan adalah program pendidikan
yang dirancang untuk membina keterampilan siswa dalam memahami dan
menghargai hubungan antar manusia dan lingkungan fisiknya,
mengembangkan aspek psikomotor siswa (mengembangkan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari) untuk senantiasa melestarikan lingkungan
dan meminimalisir kerusakan lingkungan menuju peningkatan kualitas
hidup. Program tersebut berisikan pengetahuan tentang peduli lingkungan,
sehingga menimbulkan niat dan benar-benar merealisasikan sikap peduli
lingkungan.
Pendidikan karakter peduli lingkungan yang dilaksanakan di sekolah
memberikan kontribusi yang banyak dalam upaya pemeliharaan alam guna
kehidupan generasi berikutnya. Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah
dibiasakan untuk menjaga kebersihan seluruh lingkungan sekolah sebagai
salah satu bentuk penanaman karakter peduli lingkungan pada diri siswa.
Setiap pagi, secara bergiliran sesuai dengan jadwalnya, siswa ditugaskan
untuk membersihkan ruang kelas. Seusai apel pagi, siswa digerakkan
untuk mengambil sampah-sampah yang berceceran di halaman sekitar
120
sekolah. Masing-masing siswa mengambil 3, 10, atau 20 keping. Kegiatan
ini bertujuan untuk membiasakan siswa taat terhadap perintah guru dan
memiliki kesadaran pentingnya kebersihan. Dengan demikian, secara tidak
sadar siswa terdidik untuk membiasakan diri hidup bersih dan sekaligus
peduli terhadap lingkungan dengan senantiasa menjaga kebersihan dan
keindahan lingkungan hidupnya. Hal ini sebagaimana ustadz Mahdi bin
Daud Ali menuturkan sebagai berikut.
Kalau setiap pagi setelah berbaris (apel pagi) dan sebelum masuk
kelas, terlihat di sekeliling banyak sampah, siswa disuruh mengambil
sampah masing-masing sebanyak 10 keping, kalau tidak begitu kotor
3 keping. Tujuannya adalah mereka berlatih untuk kerja sama, dan
membiasakan diri untuk mentaati perintah guru (wawancara dengan
ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55
WTS).
Hal yang serupa dituturkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.
Sebelum masuk kelas setelah berbaris, siswa digerakkan untuk
mengambil sampah yang berceceran sebanyak 10 keping untuk
kemudian dibuang di tempat sampah (wawancara dengan acan
Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan bahwa
mereka digerakkan untuk memungut sampah yang berceceran setiap pagi
seperti yang disampaikan oleh Royida Sa-a sebagai berikut.
Setiap pagi guru menyuruh semua siswa untuk mengambil sampah
yang berceceran (wawancara dengan Royida Sa-a, siswa kelas 3/1
saman atau kelas 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.25
WTS).
Jadi, Sekolah Menengah Assalihiyah benar-benar membiasakan
siswa menjaga kebersihan dengan membersihkan ruang kelas dan
memunguti sampah-sampah di sekitar lingkungan sekolah. Para siswa juga
121
sudah membiasakan diri menjaga kebersihan dengan selalu membuang
sampah pada tempatnya. Hal seperti ini termasuk salah satu realisasi dari
program Green Environment seperti yang berlaku di Indonesia. Para siswa
melakukannya bukan karena takut dengan guru, akan tetapi mereka
melakukannya berdasarkan keinginan sendiri dan mencontoh teladan dari
perilaku guru. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Royida Sa-a sebagai
berikut.
Saya menjaga lingkungan sekolah dengan selalu menyapu kelas dan
membuang sampah pada tempatnya. Saya bersih-bersih karena
keinginan sendiri. Dan ketika melihat guru bersih-bersih, saya juga
ingin melakukannya (wawancara dengan Royida Sa-a, siswa kelas
3/1 saman atau kelas 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam
18.25 WTS).
Hal yang serupa disampaikan juga oleh Nasiroh Iduereh sebagai berikut.
Saya menjaga kebersihan lingkungan di sekolah dengan membuang
sampah pada tempatnya. Kalau sebelum apel pagi, ada 2 orang yang
harus membersihkan kelas, sedangkan kalau sore kita bersama-sama
membersihkan kelas. Saya menjaga kebersihan karena saya suka
kebersihan (wawancara dengan Nasiroh Iduereh, siswa kelas 2/1
saman atau 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.05
WTS).
Meskipun demikian, masih ada sebagian siswa yang terkadang masih
membuang sampah sembarangan. Sehingga masih dijumpai sampah yang
berceceran di lingkungan sekolah dan mengharuskan mereka memungut
sampah setiap pagi. Jadi bagi siswa yang malas menjaga kebersihan ini,
mereka mengadakan bersih-bersih karena takut dengan guru. Seperti yang
diungkapkan oleh Salwani Samsuding sebagai berikut.
122
Saya menjaga kebersihan sekolah, melestarikan tanaman-tanaman
yang ada di sekolah, tetapi kadang saya membuang sampah di
sembarang tempat ketika makan. Kalau saya rajin, saya suka bersih-
bersih dan takut guru marah juga kalau tidak melakukannya
(wawancara dengan Salwani Sa’muding, sisa kelas 2/1 saman atau
kelas 6 agama, pada tanggal 22 Agustus 2015 jam 18.10 WTS).
Hal yang serupa disampaikan oleh Rusani Mansalik sebagai berikut.
Saya kurang menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Kadang-
kadang saya membuang sampah tidak pada tempatnya. Saya
menjaga kebersihan karena saya takut dengan guru (wawancara
dengan Rusani Mansalik, siswa kelas 5/1 saman atau kelas 9 agama,
pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 18.20 WTS).
Dengan berbagai macam sikap siswa akan menjaga kebersihan ini,
maka tukang kebun memiliki peran yang dominan pula dalam
membersihkan lingkungan sekolah. Karena siswa hanya ditugaskan untuk
membersihkan kelas dan memungut sampah yang ada di halaman sekolah.
Sedangkan di sisi lain, banyak daun-daun pepohonan yang berguguran
sehingga halaman sekolah terlihat kotor. Di sinilah peran tukang kebun
(petugas kebersihan) untuk membersihkan sekolah. Sebagaimana Abdul
Rasyid bin Talyo menyampaikan tentang aturan kerja dan kebersihan
sekolah sebagai berikut.
Mengenai aturan kebersihan di sini, setiap pagi dan sore tukang
kebun harus membersihkan seluruh lingkungan sekolah. Pada saat
pagi, tukang kebun menyapu seluru sudut sekolah yang berupa
sampah dan daun-daun yang berguguran. Sedangkan pada waktu
sore, kita mengambil sampah-sampah dalam tempat sampah itu baik
di depan kelas, kantor, maupun di kantin (wawancara dengan Abdul
Rasyid bin Talyo pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 14.45 WTS).
Semua sampah yang ada di tempat sampah dan terletak di depan
kelas, kantin, dan kantor diambil oleh tukang kebun. Sehingga ketika
123
tukang kebun berhalangan masuk kerja, sampah menjadi penuh dan
berjatuhan di sekitar tempat sampah. Hal ini menjadikan suasana sekolah
terlihat kotor sebagaimana pengamatan yang dilakukan oleh penulis.
Guru Sekolah Menengah Assalihiyah diwajibkan oleh kepala
sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter peduli lingkungan ini
pada setiap mata pelajaran yang diampunya. Penanaman karakter peduli
lingkungan ini termasuk realisasi dari program Green Environment di
Indonesia. Pada tataran kebijakan kerajaan Thailand, setiap pendidikan
wajib menanamkan 8 hal nilai-nilai murni yang salah satunya adalah nilai
peduli lingkungan yakni melestarikan lingkungan alam sekitar
sebagaimana ustadz Dr. Abdullah Yeelah menyatakan sebagai berikut.
Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah lebih ditekankan pada pembiasaan menjaga kebersihan
lingkungan sekolah. Pada setiap mata pelajaran guru wajib
menanamkan sifat-sifat yang murni pada pelajar yang termasuk
dalam 8 hal, yang di antaranya adalah menerapkan sifat cermat dan
melestarikan lingkungan (wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah
Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam 10.00 WTS).
Kerajaan di Thailand tidak berbasis Islam, tetapi juga
menitikberatkan dalam hal masalah menjaga kebersihan dan menghimbau
masyarakatnya untuk menciptakan negara yang nyaman dan tidak panas.
Seperti ustadz Ahmad H. Sama’ menyampaikan sebagai berikut.
Kerajaan dan masyarakat Thailand pun menitikberatkan masalah
kebersihan ini(wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’ pada
tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).
Hal yang serupa disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.
124
Masyarakat umum juga digalakkan program tanam pohon oleh
kerajaan, dengan tujuan agar negara ini tidak terasa panas
(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus
2015 jam 13.55 WTS).
Peduli lingkungan dengan menjaga dan melestarikan lingkungan
alam juga termasuk melaksanakan perintah Allah Swt untuk tidak
melakukan pengrusakan alam seperti dalam firmanNya (al Quran dan
Terjemahannya, 2013: 374):
وال بخسوا الناس أشياا م وال عث وا ف اا مفسدين
Artinya: “dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan
janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan”.
(QS. Asy Syuara: 183)
Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah ditekankan pada pembiasaan menjaga kebersihan lingkungan
sekolah. Melalui penanaman karakter kebersihan pada siswa, maka akan
membiasakan siswa untuk peduli terhadap lingkungannya. Karena
kebersihan lingkungan akan menjadikan tempat duduk atau tempat belajar
nyaman dan sedap dipandang. Hal tersebut sebagai salah satu manfaat dari
menjaga kebersihan lingkungan yang termasuk dari program Green
Environment. Siswa juga diajarkan tanam pohon sekaligus merawatnya
sebagai salah satu contoh perilaku penghijauan. Adanya pepohonan di
sekeliling lingkungan belajar akan dapat menciptakan suasana belajar yang
efektif. Hal ini sebagaimana ustadzah Nafisah Itae mengutarakan sebagai
berikut.
125
Guru juga mengajarkan kepada murid untuk tanam pohon di
lingkungan sekolah dan mendidiknya untuk senantiasa menjaga dan
merawat pohon-pohon. Sehingga pohon tersebut membuat sekolah
menjadi tempat yang nyaman (wawancara dengan ustadzah Nafisah
Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55 WTS).
Meski demikian, tugas menanam dan merawat tanaman pepohonan
lebih banyak dibebankan kepada tukang kebun. Siswa lebih terdidik untuk
tidak merusak tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Seperti yang
diungkapkan oleh Haflah Samae sebagai berikut.
Tidak ada ajakan untuk menanam tanaman di sekolah, semua itu
dikerjakan oleh tukang kebun (wawancara dengan Haflah Samae,
siswa kelas 5/1 saman atau kelas 7B agama, pada tanggal 21 Agustus
2015 jam 18.10 WTS).
Sedangkan kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka mendidik
siswa supaya melestarikan tanaman dan membudayakan tanam pohon
adalah dengan mengajak siswa ikut serta bersama masyarakat maupun
pejabat negara dalam aksi tanam pohon. Hal tersebut sebagaimana acan
Zainab Ma’sok menyampaikan sebagai berikut.
Selain itu masyarakat sekitar mempunyai budaya tanam pohon. Pada
saat kegiatan itu berlangsung, guru membawa siswa untuk ikut
bertanam pohon bersama masyarakat dan pejabat, pernah terjadi di
tahun yang lalu. Ini sebagai salah satu bentuk pendidikan kepada
siswa untuk melestarikan tanaman dan dapat menciptakan suasana
sejuk di perkampungan (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok
pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Adanya pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah ini dan peran tukang kebun yang membersihkan
sekolah, Sekolah Menengah Assalihiyah mendapatkan penghargaan dari
126
kerajaan Thailand atas prestasi sekolah bersih seperti yang diungkapkan
oleh ustadz Dr. Abdullah Yeelah sebagai berikut.
Sekolah Menengah Assalihiyah sudah berkali-kali mendapat
penghargaan dari pemerintah berkaitan dengan keberhasilan menjaga
lingkungan (menerapkan pendidikan karakter peduli lingkungan)
(wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20
Agustus 2015 jam 10.00 WTS).
Sementara Abdul Rasyid bin Talyo mengutarakan tentang kerjanya
dan prestasi atas kebersihan sekolah sebagai berikut.
Saya membersihkan sekolah sejak murid pulang sekolah sampai
tengah malam. Sehingga tidak akan ada murid yang mesti mendapat
denda. Tiga tahun yang lalu, sekolah pernah mendapat penghargaan
dari pemerintah mengenai kebersihan lingkungan sekolah
(wawancara dengan Abdul Rasyid bin Talyo, sebagai tukang kebun
(petugas kebersihan), pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 14.45
WTS).
Guru Sekolah Menengah Assalihiyah banyak yang mengutarakan
bahwa mereka mengajarkan sikap peduli lingkungan yang berupa menjaga
kebersihan ini berlandaskan pada hadits Rasulullah Saw tentang
kebersihan merupakan sebagian dari iman. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.
Landasan pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah yang saya jalankan adalah “An nadhofatu
minal iman”. Islam ini harus senantiasa menjaga kebersihan dalam
segala hal. Seperti kebersihan tempat duduk, dalam hal ini adalah
sekolah. Menjaga kebersihan lingkungan sebagai salah satu wujud
peduli terhadap lingkungan (wawancara dengan ustadzah Zainab
Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Hal yang serupa disampaikan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai
berikut.
127
Pendidikan karakter peduli lingkungan yang dititikberatkan pada
masalah kebersihan ini berlandaskan pada hadits Rasulullah yakni
kebersihan sebagian dari pada iman. Kalau tidak ada kebersihan,
niscaya iman dia kurang (wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud
Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).
Hal tersebut sejalan dengan hadits Rasulullah mengenai kebersihan
dan kesucian, karena kebersihan dan kesucian itu terkait erat. Sabda
Rasulullah Saw.:
قاا وا اا : و أب مالك ااا بن عا م ااشعري اا عن قاا ع ( وا مسلم)الطهو شطر اإلياو : لى اا علي و لم
Dari Abu Malik Al Harits bin 'Ashim Al Asy'ari ra., dia berkata: Bersabda
Rasulullah Saw.: "Kesucian adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim) Kesucian adalah setengah dari iman dan kesucian itu berawal dari
kebersihan. Di mana menjaga kebersihan lingkungan merupakan salah satu
sikap peduli lingkungan. Adanya lingkungan yang bersih, manusia akan
hidup dengan nyaman, tumbuhan pun juga akan tumbuh dengan baik, serta
manusia dapat berpikir jernih sehingga mampu menimbulkan ide-ide
kreatif yang bermanfaat bagi kehidupan. Manfaat ini dapat diperoleh dari
menjaga kebersihan yang merupakan salah satu wujud penanaman karakter
pada siswa dan merupakan aplikasi dari program Green Environment
seperti yang berlaku di Indonesia. Manfaat tersebut salah satunya adalah
menciptakan benda berguna dari barang-barang bekas. Oleh karenanya,
menjaga kebersihan dan kesucian termasuk bagian dari wujud sikap peduli
terhadap lingkungan.
Kemudian dalam melaksanakan pendidikan dibutuhkan sebuah
rancangan pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan yang disebut
128
model pembelajaran. Model pendidikan karakter yang dapat digunakan
oleh pendidik yaitu sebagaimana Abdul Majid dan Dian Andayani (2013:
116) mengemukakan bahwa model “tadzkirah” dipandang sebagai model
untuk mengantarkan peserta didiknya agar senantiasa menumbuhkan,
memupuk, dan memelihara rasa keimanan yang telah diilhamkan oleh
Allah dengan wujud konkritnya amal saleh yang dibingkai dengan
keikhlasan beribadah.
Model TADZKIRAH yang dimaksud adalah turunan dari sebuah
teori pendidikan Islam (Majid dan Dian Andayani, 2013: 117) yaitu T:
Tunjukkan teladan; A: Arahkan (berikan bimbingan); D: Dorongan
(berikan motivasi atau reinforcement); Z: Zakiyah (murni/bersih-tanamkan
niat yang tulus); K: Kontinuitas (sebuah proses pembiasaan untuk belajar,
bersikap dan berbuat); I: Ingatkan; R: Repetisi (pengulangan); A (O):
Organisasikan ; dan H: Heart (hati-sentuhlah hatinya).
Model pendidikan karakter peduli lingkungan yang diterapkan oleh
Sekolah Menengah Assalihiyah di antaranya sebagai berikut:
1. Tunjukkan Teladan
Keteladanan sebagai suatu model yang digunakan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan dengan memberi contoh keteladanan
yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang baik secara
fisik maupun mentalnya dan memiliki akhlak yang baik dan benar
(Arief, 2002: 119-120). Dalam hal ini yakni untuk membentuk siswa
129
berkarakter peduli lingkungan sebagai aplikasi dari akhlak yang baik
sesuai dengan perintah Allah Swt. dan ajaran Nabi Muhammad Saw.
Timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru
perilaku dan sikap guru, tenaga kependidikan di sekolah, bahkan
perilaku seluruh warga sekolah yang dewasa lainnya sebagai model,
termasuk misalnya petugas kantin, satpam sekolah, dan sebagainya
(Samani dan Hariyanto, 2013: 146).
Penanaman karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah oleh guru dengan model tunjukkan teladan ini dipandang
sangat penting oleh guru. Karena, guru sebagai figur teladan yang
dilihat oleh siswa dalam berbagai hal baik buruknya perilaku dan
secara psikologi anak didik banyak meniru dan mencontoh perilaku
sosok figurnya termasuk para pendidiknya (Arief, 2002: 124). Oleh
karenanya, pendidikan yang bertujuan menciptakan karakter baik dan
mulia ini, guru harus memberikan contoh perilaku yang baik pula agar
pendidikan kepada siswa dapat berjalan sesuai harapan. Sebagaimana
ustadz Mahdi bin Daud Ali mengutarakan tentang pentingnya model
teladan sebagai berikut.
Hal yang paling utama sebagai guru, kita harus memberi contoh,
apabila kita makan apa saja, kalau tidak ada tempat sampah, kita
mesti taruh disaku dahulu, dan kemudian di buang di tempat
sampah. Kita memberikan teladan kepada siswa supaya dapat
melihat dan mencontoh perilaku peduli lingkungan dari kita
(wawancara dengan ustadz Mahdi bin Daud Ali pada tanggal 23
Agustus 2015 jam 08.55 WTS).
130
Ahmad Syauqi dalam Abdul Majid dan Dian Andayani (2013:
120) mengutarakan bahwa “jika guru berbuat salah sedikit saja, akan
lahirlah siswa yang lebih buruk baginya.” Guru memiliki siswa-siswi
yang kemudian mereka menuai buah dari benih ilmu yang telah guru
berikan. Oleh karena itu, guru hendaklah jadi teladan yang baik bagi
siswa-siswinya (Majid dan Dian Andayani, 2013: 119). Teladan yang
biasa guru Sekolah Menengah Assalihiyah berikan yaitu membiasakan
diri menyapu dan membersihkan ruang kantornya, mengambil sampah
yang berceceran di hadapannya kemudian membuangnya ke tempat
sampah, dan ikut berperan serta dalam mengadakan kebersihan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai
berikut.
Guru pun juga ikut membersihkan bersama-sama murid, tidak
hanya menyuruh saja. Dengan demikian, murid pun akan malu
jika melihat gurunya bersih-bersih, sedangkan dia tidak ikut
melakukannya (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada
tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Hal yang serupa disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai
berikut.
Saya juga ikut serta dengan siswa untuk mengadakan kebersihan
yakni sebagai contoh kepada mereka (wawancara dengan
ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55
WTS).
Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah juga mengutarakan
bahwa mereka mengikuti perilaku teladan dari gurunya seperti yang
diungkapkan oleh Fadilah Masae sebagai berikut.
131
Saya hanya melakukan apa yang guru berikan teladan kepada
saya. Misalnya saya melihat guru menyapu ruang kantor, saya
ingin juga melakukannya di kelas (wawancara dengan Fadilah
Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada tanggal 21
Agustus 2015 jam 14.20 WTS).
Hal yang serupa juga diutarakan oleh Husna Abdullah sebagai berikut.
Saya juga menyontoh perilaku guru yang selalu membersihkan
kantor, jadi saya membersihkan kelas saya juga (wawancara
dengan Husna Abdullah, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama,
pada tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.45).
Guru harus mampu menjadi panutan bagi siswanya, sehingga
siswa dapat mengikutinya tanpa merasakan adanya unsur paksaan.
Oleh karenanya, keteladanan merupakan faktor dominan dan sangat
menentukan bagi keberhasilan pendidikan (Arief, 2002: 122).
2. Arahkan (berikan bimbingan)
Pendapat Muhammad Surya yang dikutip oleh Abdul Majid dan
Dian Andayani (2013: 121) bahwa bimbingan lebih merupakan suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman, pengarahan, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.
Pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah disampaikan dengan model pengarahan. Banyak guru
memberikan pengarahan kepada siswanya untuk senantiasa menjaga
lingkungan, terutama masalah kebersihan lingkungan sekolah. Seperti
guru mengarahkan siswa supaya mengadakan alat kebersihan kelas dan
132
memberikan pengarahan ketika diadakan kegiatan bersih-bersih
dengan mengarahkan tempat-tempat mana yang mesti dibersihkan.
Model pengarahan ini sekaligus mengontrol aplikasi sikap peduli
lingkungan masing-masing siswa. Hal tersebut sebagaimana yang
disampaikan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai berikut.
Saya sebagai guru di Sekolah Menengah Assalihiyah ini dan
termasuk guru kelas juga, saya harus memberikan penjelasan
dan arahan-arahan, bimbingan kepada siswa berkaitan dengan
sikap peduli lingkungan. Semua guru-guru di sini diharuskan
untuk mendidik dan memberikan penjelasan, bimbingan, dan
arahan kepada siswa. Sebelum dimulai pelajaran, guru kelas
masuk dan mengarahkan siswanya supaya membersihkan ruang
kelas terlebih dahulu. Guru pun juga ikut membersihkan
bersama-sama murid, tidak hanya menyuruh saja. Bagi murid
yang malas, guru harus mengarahkan dengan sungguh-sungguh.
Misalnya, dengan mengarahkan mana saja yang harus
dibersihkan (wawancara dengan ustadzah Zainab Karina pada
tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30 WTS).
Hal yang serupa juga disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai
berikut.
Setiap pagi guru memberikan arahan dan motivasi kepada siswa
untuk mengadakan kebersihan sekolah. Hal ini sebagai salah
satu kegiatan penanaman karakter peduli lingkungan ke dalam
diri siswa. Ketika di asrama sekolah juga ada guru yang
bertanggung jawab untuk mengarahkan siswa mengadakan
kebersihan. Guru juga mengarahkan siswa agar membeli sapu
dan perlengkapan kebersihan di kelas (wawancara dengan
ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55
WTS).
Arahan-arahan yang berupa nasihat-nasihat juga guru Sekolah
Menengah Assalihiyah sampaikan kepada siswa seperti manfaat dari
menjaga kebersihan lingkungan dan akibat dari tidak menjaga
kebersihan dan peduli lingkungan. Agama Islam pun juga
133
menerangkan bahwa dalam mengajarkan atau mendidik dapat
dilakukan dengan memberi nasihat-nasihat. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Kariman Malee berkaitan dengan pemberian nasihat
oleh guru sebagai berikut.
Guru memberi nasihat bahwa kalau hidup kotor maka kita itu
hidup dengan syaitan. Kalau kita menjaga kebersihan maka
syaitan pun akan pergi dan juga bisa belajar dengan nyaman
(wawancara dengan Kariman Malee, siswa kelas 2/1 saman atau
5A agama, pada tanggal 20 Agustus 2015 jam 18. 08 WTS).
Hal yang serupa disampaikan oleh Sarihan Cikbu sebagai berikut.
Guru mengajarkan kepada saya tentang sikap peduli lingkungan
di sekolah dengan memberi bimbingan, nasihat, dan teladan.
Guru menjelaskan kepada saya bahwa kebersihan itu sebagian
dari iman (wawancara dengan Sarihan Cikbu, siswa kelas 6/1
saman atau kelas 10 agama, pada tanggal 21 Agustus 2015 jam
13.37 WTS).
Selain itu Fadilah Masae juga mengutarakan sebagai berikut.
Guru juga sering memberikan nasihat agar selalu bersih-bersih
dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah (wawancara dengan
Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada
tanggal 21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).
Nasihat juga diberikan oleh guru terhadap siswa-siswa yang
tidak menjaga kebersihan sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh
Husna Abdullah sebagai berikut.
Kalau siswa tidak menjaga kebersihan, tidak ada hukuman,
hanya diberi nasihat saja (wawancara dengan Husna Abdullah,
siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama, pada tanggal 21 Agustus
2015 jam 14.45 WTS).
134
3. Dorongan (berikan motivasi atau reinforcement)
Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong individu
untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan (Majid dan Dian
Andayani, 2013: 122).
Pendapat Al Ghazali dalam kitabnya Tahdzib Al Akhlak wa
Mu’alajat Amradh Al Qulub yang dikutib oleh Abdul Majid dan Dian
Andayani (2013: 124) mengemukakan bahwa setiap kali seorang anak
menunjukkan perilaku mulia atau perbuatan yang baik seyogyanya ia
memperoleh pujian dan jika perlu diberi hadiah dengan sesuatu yang
menggembirakannya, atau ditujukan pujian kepadanya di depan orang-
orang di sekitarnya. Hal tersebut juga dapat menjadi motivasi bagi
sang anak. Seorang anak yang telah melaksanakan perbuatan yang baik
dan dia tidak memperoleh penghargaan maka dia merasa berbuat suatu
hal yang sia-sia dan akan merasa diacuhkan. Acan Zainab Karina
menyampaikan bahwa ia memberikan hadiah agar siswa lebih
termotivasi dalam menjaga kebersihan seperti dalam ungkapannya
sebagai berikut.
Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya
hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima kasih di
hadapan teman-temannya. Ada juga saya memberinya uang
yang hanya sekedar saja. Benda apa yang ada di tangan biasa
saya berikan. Supaya menimbulkan semangat dan bangga untuk
senantiasa menjaga kebersihan lingkungan (wawancara dengan
acan Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00
WTS).
Motivasi juga penting diberikan kepada siswa untuk
membangkitkan semangat mengaplikasikan sikap peduli lingkungan.
135
Guru Sekolah Menengah Assalihiyah memberikan motivasi kepada
siswanya agar siswanya selalu bersemangat menggalakkan kebersihan
di sekolah. Motivasi diberikan kepada siswa setiap hari oleh guru
seperti yang disampaikan oleh ustadzah Nafisah Itae sebagai berikut.
Setiap pagi guru memberikan arahan dan motivasi kepada siswa
untuk mengadakan kebersihan sekolah. Hal ini sebagai salah
satu kegiatan penanaman karakter peduli lingkungan ke dalam
diri siswa (wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada
tanggal 24 Agustus 2015 jam 13.55 WTS).
4. Kontinuitas (pembiasaan)
Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal ada teori
konvergensi, di mana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya
dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Potensi
dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses) (Arief,
2002: 111). Guru dapat memanfaatkan teori ini untuk mengubah anak
didik sesuai dengan harapan guru dan tujuan pendidikan. Guru dapat
membiasakan anak didik agar senantiasa berlaku peduli lingkungan.
Sebagaimana Al Ghazali, ia juga sangat menganjurkan agar
mendidik anak dan membina akhlaknya dengan cara latihan-latihan
dan pembiasaan yang sesuai dengan perkembangan jiwanya walaupun
seakan-akan dipaksakan, agar anak dapat terhindar dari keterlanjuran
yang menyesatkan (Zainuddin, 1991: 107). Oleh karena itu,
pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam
menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak didik, baik pada
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selain itu pendekatan
136
pembiasaan ini juga dinilai sangat efisien dalam mengubah kebiasaan
negatif menjadi positif (Arief, 2002: 114). Model pendidikan dengan
pembiasaan ini sangat efektif untuk menciptakan perilaku siswa yang
dapat berlangsung secara terus menerus. Karena dengan pembiasaan
ini, secara spontan dan tidak sadar, akan tertanam dalam jiwa siswa
untuk melakukan perilaku kebiasaan tersebut, dalam hal ini adalah
sikap menjaga dan melestarikan lingkungan.
Sekolah Menengah Assalihyah membiasakan siswa agar
senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Berbagai kegiatan
yang diselenggarakan oleh guru seperti dengan mengadakan jadwal
piket kelas harian dan kegiatan pungut sampah setiap hari seusai apel
pagi. Dengan demikian, siswa akan terdidik untuk membiasakan diri
menjaga kebersihan di manapun ia berada. Misalnya dengan kegiatan
pagi yang selalu membersihkan ruang kelas dan halaman serta kegiatan
tahunan seperti lomba kebersihan dan keindahan kelas. Harapannya
ketika di rumah, siswa tersebut akan membawa kebiasaannya di
sekolah untuk dikerjakan di rumah. Hal tersebut sebagaimana yang
diungkapkan oleh ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.
Penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan
diselenggarakan dengan model pembiasaan melalui kegiatan-
kegiatan peduli lingkungan. Sekolah Menengah Assalihiyah
memberlakukan pendidikan karakter peduli lingkungan dengan
diadakan kegiatan kebersihan harian, seperti dibentuk jadwal
piket harian dan kebersihan mingguan pada hari jumat pagi
Kemudian diadakan perlombaan kebersihan dan menghias kelas
pada setiap tahunnya (wawancara dengan ustadz Mahdi bin
Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).
137
5. Ingatkan
Mengingatkan sangat diperlukan dalam mendidik siswa. Guru
memberikan penjelasan, nasihat, arahan, dan bimbingan itu tidak
hanya sekali. Guru mesti mengingatkan siswa untuk senantiasa
menjaga kebersihan lingkungan dan selalu mengingatkan siswa supaya
membuang sampah pada tempatnya. Terutama bagi siswa yang sedikit
rajin, guru harus senantiasa mengingatkan siswanya.
Perilaku siswa terkait peduli lingkungan adakalanya mereka
sadar dan ingat pesan-pesan guru untuk senantiasa menjaga lingkungan
sekitarnya. Akan tetapi adakalanya juga mereka lalai akan pesan
tersebut karena masa. Oleh karenanya, guru mesti senantiasa
mengingatkan kepada siswa untuk menjaga dan memelihara
lingkungan. Seperti selalu menjaga kebersihan kelas, kantin,
membuang sampah pada tempatnya, dan lain-lain. Hal tersebut
sebagaimana ustadzah Nafisah Itae menyampaikan sebagai berikut.
Model pendidikan karakter yang saya terapkan adalah dengan
selalu mengingatkan siswa baik di kelas maupun di luar kelas
agar senantiasa memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan,
melestarikan tanaman, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Kalau di dalam kelas juga tidak hanya disampaikan dalam mata
pelajaran akhlak saja, akan tetapi semua mata pelajaran
(wawancara dengan ustadzah Nafisah Itae pada tanggal 24
Agustus 2015 jam 13.55 WTS).
Kalau hanya mengingat sesuatu di alam ini bisa memicu
munculnya kreativitas, seperti dengan menciptakan barang bermanfaat
dari bahan-bahan bekas, mendaur ulang sampah, bagaimana dengan
mengingat Allah Yang Maha Kreatif dan kekuasaannya tak terbatas.
138
Secara logika tentu akan memberikan dampak positif luar biasa bagi
kehidupan (Majid dan Dian Andayani, 2013: 136). Oleh karenanya
siswa dididik untuk memisahkan sampah yang dapat didaur ulang dan
tidak sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Ahmad H. Sama’
sebagai berikut.
Siswa harus membuang sampah pada tempatnya dan
memisahkan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali dengan
yang tidak. Seperti botol minuman yang bisa didaur ulang
dipisahkan dengan plastik-plastik. Supaya mereka dapat
membedakan mana sampah yang dapat dimanfaatkan kembali
dan yang tidak. Karena sampah itu tidak semuanya hanya sekali
pakai seperti botol (wawancara dengan ustadz Ahmad H. Sama’
pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).
Adanya perilaku peduli lingkungan, yakni pembiasaan menjaga
kebersihan di Sekolah Menengah Assalihiyah, maka guru harus
mengingatkan pula bahwa Allah memerintahkan manusia untuk
memelihara alam sekitar. Dengan demikian, mengingat perintah Allah
berarti juga mengingat Allah Swt dan Allah Swt. Maha Mengetahui
segala perbuatan manusia.
6. Heart (hati)
Oleh karena kebersihan sebagian dari iman, dan Allah berada
dalam hati orang yang beriman, maka hendaknya siswa dibina untuk
selalu menjaga kebersihan, termasuk menjaga kebersihan lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan juga termasuk bagian dari peduli
lingkungan. Seorang guru mestinya dapat menumbuhkan karakter
peduli lingkungan tersebut ke dalam hati siswa. Menjaga kebersihan
139
lingkungan yang telah dibiasakan kepada siswa Sekolah Menengah
Assalihiyah bertujuan untuk menanamkan rasa kepedulian terhadap
lingkungan ke dalam jiwa siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh
ustadz Mahdi bin Daud Ali sebagai berikut.
Siswa dididik juga untuk menjaga tanaman dan pohon-pohon di
lingkungan sekolah. Mereka dibagi kelompok dan tanggung
jawab masing-masing. Hal ini bertujuan untuk menanamkan
dalam jiwa anak supaya mereka mempunyai rasa kepedulian
terhadap lingkungan (wawancara dengan ustadz Mahdi bin
Daud Ali pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 08.55 WTS).
Sabda Rasulullah Saw. yang dikutip oleh Abdul Majid dan Dian
Andayani (2013: 139):
“sesunggguhnya Allah memiliki wadah-wadah yakni hati.
Karenanya, hati yang paling dekat dengan Allah adalah hati yang
lembut, jernih, dan keras”.
Jadi, dalam penerapan atau aplikasi model pendidikan karakter
peduli lingkungan ini, Sekolah Menengah Assalihiyah tidak sepenuhnya
melaksanakan model tadzkirah. Beberapa model dari model tadzkirah
tidak diterapkan. Di antara model tadzkirah yang diaplikasikan adalah
tunjukkan teladan, arahan, dorongan, kontinuitas, ingatkan, dan hati.
Sedangkan model tadzkirah yang tidak diaplikasikan adalah zikir, repetisi,
dan organisasi. Rosyadi (2004: 236) menambahkan model pendidikan
karakter dengan menggunakan metode mendidik dengan targhib dan tarhib
atau istilah lainnya reward and punishment.
Targhib dapat berarti ganjaran (reward). Ganjaran/reward dapat
berupa pujian yang indah, imbalan materi atau hadiah, doa, tanda
140
penghargaan, dan lain-lain (Arief, 2002: 127). Ganjaran dapat memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan
perbuatan yang positif dan bersikap progresif. Di samping itu juga dapat
menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak
yang telah memperoleh pujian dari guru, baik dalam tingkah laku, sopan
santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik.
Akan tetapi, dalam memberikan ganjaran harus proporsional agar tidak
terjadi ketimpangan sosial di antara sesama siswa maupun antara guru
dengan siswa (Arief, 2002: 134-135). Sebagaimana siswa di Sekolah
Menengah Assalihiyah yang telah bersikap peduli lingkungan, maka guru
memberikan ganjaran atau hadiah yang pantas. Misalnya dengan
memberikan pujian dan ucapan terima kasih, menambahkan poin nilai
baginya, atau dengan memberikan barang kenang-kenangan yang tidak
berlebihan, makanan, minuman, dan uang sekadarnya. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.
Siswa yang telah menerapkan sikap peduli lingkungan, saya
hadiahkan kepadanya berupa pujian dan ucapan terima kasih di
hadapan teman-temannya. Ada juga saya memberinya uang yang
hanya sekedar saja. Benda apa yang ada di tangan biasa saya
berikan. Supaya menimbulkan semangat dan bangga untuk
senantiasa menjaga kebersihan lingkungan (wawancara dengan acan
Zainab Ma’sok pada tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Siswa tidak mengetahui tentang nilai tambahan menjaga kebersihan
yang diberikan kepada mereka. Hal ini karena guru tidak memberitahu
siswa secara langsung. Hanya saja, nilai menjaga kebersihan ini langsung
ditambahkan ke dalam nilai kognitif siswa. Hadiah yang biasa diterima
141
siswa dari guru di Sekolah Menengah Assalihiyah ini berupa pujian dan
ucapan terima kasih, sebagaimana yang diungkapkan oleh Fadilah Masae
sebagai berikut.
Tidak ada hadiah materi yang saya terima dari guru meskipun saya
sudah melaksanakan sikap peduli lingkungan selama di sekolah,
hanya berupa ucapan pujian dan terima kasih (wawancara dengan
Fadilah Masae, siswa kelas 4/1 saman atau 8B agama pada tanggal
21 Agustus 2015 jam 14.20 WTS).
Tarhib atau punishment sering dikenal juga dengan pemberian
hukuman. Berbeda dengan ganjaran, pemberian hukuman haruslah
ditempuh sebagai jalan terakhir dalam proses pendidikan. Selamanya ia
lebih mendahulukan pendekatan ganjaran daripada pendekatan hukuman,
sebab ganjaran dapat mendorong semangat dan motivasi anak didik untuk
belajar. Sebaliknya hukuman justru akan meninggalkan pengaruh buruk
pada jiwa anak sehingga ia menghalanginya untuk faham dan mengerti,
bahkan dapat mematikan semangatnya untuk berlaku disiplin dan progresif
(Arief, 2002: 135). Misalnya, di Sekolah Menengah Assalihiyah guru
menghukum siswa yang tidak menjaga kebersihan atau membuang sampah
sembarangan berupa membersihkan bagian dalam dan luar kelas,
membersihkan toilet, dan ada juga dengan hukuman fisik berupa senaman
(duduk bangun) dan dera. Ada pula yang hanya dengan mengurangi nilai
mata pelajaran saja. Menurut penulis, hukuman dera ini adalah hukuman
yang paling berat bagi siswa. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan
acan Zainab Ma’sok sebagai berikut.
Ada juga hukuman skor, yakni dengan mengurangkan nilai dari
siswa tersebut berkaitan dengan mata pelajaran yang saya ampu. Ada
142
juga senaman, yaitu duduk bangun, lama-lama dia takut karena
merasakan sakit (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada
tanggal 24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Menurut pengamatan penulis, guru terbiasa menghukum siswa
dengan senaman (duduk-bangun) dan dera untuk menjadikan jera bagi
siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Sementara ada pula guru yang
hanya memberikan nasihat-nasihat kepada siswa yang lalai akan peduli
lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, seperti yang
diungkapkan oleh ustadz Ahmad H. Sama’ sebagai berikut.
Tidak ada hukuman bagi siswa yang tidak menjaga kebersihan,
hanya saya beri nasihat lagi saja (wawancara dengan ustadz Ahmad
H. Sama’ pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 09.27 WTS).
Penanaman karakter peduli lingkungan melalui pendidikan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi, di antaranya (Samani
dan Hariyanto, 2013: 144-145) strategi cheerleading, strategi pujian dan
hadiah, strategi define-and-drill, strategi forced formality, dan strategi
traits of the month. Sekolah Menengah Assalihiyah menggunakan strategi
cheerleading seperti mading peduli lingkungan yang ada di lingkungan
sekolah. Selain itu, strategi pujian dan hadiah dalam melaksanakan
pendidikan karakter peduli lingkungan. Pujian-pujian dan ucapan terima
kasih serta hadiah yang sekadarnya dari guru dapat meningkatkan
semangat siswa dalam bersikap peduli lingkungan. Strategi forced
formality juga digunakan dalam mendidik siswa untuk menjaga kebersihan
yakni dengan pembiasaan siswa secara rutin untuk menjaga kebersihan
melalui pembentukan jadwal piket dan kegiatan serentak setelah apel pagi
143
yaitu memungut sampah di sekitar lingkungan sekolah. Guru juga
memberikan hukuman bagi siswa yang tidak menjaga kebersihan dan
membuang sampah sembarangan, hal ini termasuk usaha guru dalam
mendisiplinkan siswa untuk mematuhi perintah dan nasihat guru. Selain itu
juga strategi traits of month digunakan yakni dengan memberikan nasihat-
nasihat dalam sambutan ketika apel pagi yang disampaikan oleh guru.
B. Faktor Penunjang dan Penghambat Pendidikan Karakter Peduli
Lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan
Sebuah pendidikan yang diselenggarakan mempunyai tujuan yang
ingin dicapai. Seperti halnya pendidikan karakter peduli lingkungan
memiliki tujuan yakni agar siswa dapat sadar dan tertanam dalam jiwanya
karakter peduli lingkungan yang akan diaplikasikan di manapun ia tinggal.
Oleh karenanya, guru perlu memperhatikan faktor-faktor yang mendukung
dan faktor penghambat tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Untuk
mencetak siswa yang sesuai dengan tujuan pendidikan, maka guru perlu
memanfaatkan faktor penunjang tersebut dalam kegiatan pendidikan dan
memperkecil faktor penghambat pendidikan serta mencarikan solusinya.
Terbentuknya karakter (kepribadian) manusia ditentukan oleh dua faktor
yaitu nature (faktor alami) dan nurture (sosialisasi dan pendidikan)
(Megawangi, 2004: 25-27). Di antara faktor penunjang pendidikan
karakter di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah faktor intern yakni
144
kebiasaan pribadi siswa yang rajin akan menjaga kebersihan dan peran
serta guru dalam kegiatan pendidikan. Karakter ini termasuk ke dalam
faktor nature yakni sebagai manusia yang memiliki kecenderungan (fitrah)
untuk mencintai kebaikan yang dalam hal ini adalah menjaga kebersihan
sebagai salah satu wujud peduli lingkungan sebagaimana acan Zainab
Ma’sok mengungkapkan sebagai berikut.
Sebagian dari diri siswa suka kebersihan dan ada juga yang tidak
suka kebersihan. Ini menjadi faktor pendukung sekaligus
penghambat dalam penanaman karakter peduli lingkungan pada
siswa. Bagi yang suka kebersihan, dia merasa bahwa ini sekolahku,
jadi saya harus menjaga kebersihan di sekolahku. Ini ada sampah, ini
sekolahku, aku harus membersihkannya. Meskipun guru ada atau
tidak, dia akan tetap bersihkan. Rasa memiliki inilah yang dapat
menjadikan pendidikan peduli lingkungan berhasil tertanam dalam
jiwa anak. Di sisi lain, dia ingat dengan nasihat guru yang berupa
“ini sekolahku, maka mesti buat bersih, agar orang jika mendengar
kata Assalihiyah, orang itu ada keinginan untuk datang ke sekolah
Assalihiyah (wawancara dengan acan Zainab Ma’sok pada tanggal
24 Agustus 2015 jam 16.00 WTS).
Selain faktor nature, faktor nurture juga menjadi faktor penunjang
pendidikan karakter peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah
yaitu berupa usaha mendidik siswa untuk senantiasa menjaga kebersihan
lingkungan, sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadz Abdullah Yeelah
sebagai berikut.
Faktor penunjang dalam berhasilnya pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah ini adalah peran serta
kepala sekolah dan guru-guru dalam mendidik siswanya. Termasuk
peran orang tua dan dewan pelajar (OSIS) (wawancara dengan
ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20 Agustus 2015 jam
10.00 WTS).
Sedangkan yang menjadi penghambat dalam pendidikan karakter
peduli lingkungan di Sekolah Menengah Assalihiyah adalah adalah faktor
145
intern yaitu sifat kebiasaan siswa yang malas menjaga kebersihan.
Sebagaimana Maslikhah (2013: 175) mengungkapkan bahwa termasuk hal
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup
adalah rendahnya partisipasi masyarakat karena kurangnya pemahaman
terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada. Masyarakat yang
termasuk dalam hal ini adalah siswa Sekolah Menengah Assalihiyah.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Zainab Karina sebagai
berikut.
Sedangkan yang termasuk faktor penghambat pendidikan karakter di
sini adalah dari perangai murid itu sendiri pula. Semua guru sudah
mengajarkan kepadanya untuk peduli lingkungan. Akan tetapi
mereka tidak mau mendengarkan nasihat guru (wawancara dengan
ustadzah Zainab Karina pada tanggal 23 Agustus 2015 jam 16.30
WTS).
Selain itu, faktor ekstern yaitu suasana keadaan yang berbeda di luar
lingkungan sekolah. Hal ini sebagaimana ustadz Dr. Abdullah Yeelah
menyatakan sebagai berikut.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah suasana masyarakat di luar
sekolah (rumah/ kampung) yang berbeda dengan suasana di sekolah.
Jadi jika siswa itu pulang, dengan kondisi yang berbeda dapat
mengubah kebiasaan sikap peguli lingkungan siswa, melestarikan
tanaman, dan menjaga kebersihan di sekolah. Sehingga, apabila
siswa telah kembali ke sekolah lagi, guru mesti mendidik ulang
(wawancara dengan ustadz Dr. Abdullah Yeelah pada tanggal 20
Agustus 2015 jam 10.00 WTS).
Demikian faktor penunjang dan penghambat pendidikan karakter
peduli lingkungan yang menitikberatkan pada masalah menjaga
kebersihan di Sekolah Menengah Assalihiyah. Jadi, guru harus lebih
berperan aktif dalam mendidik dan menjadi contoh bagi siswanya. Karena
146
siswa merasa malu jika gurunya bersih-bersih dalam kelas, sedangkan dia
tidak melakukannya sehingga siswa tersebut akan mengikuti apa yang
dilakukan gurunya. Sedangkan mengenai penghambat dalam penanaman
karakter peduli lingkungan ini, guru harus senantiasa memberikan nasihat
secara berulang kali kepada siswa yang malas dan juga memberikan
hukuman agar dia jera dan mau mematuhi perintah serta nasihat guru.
147
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
Pertama, pendidikan karakter peduli lingkungan secara islami
adalah program pendidikan yang dirancang untuk membina keterampilan
siswa dalam memahami dan menghargai hubungan antar manusia dan
lingkungan fisiknya, mengembangkan aspek psikomotor siswa
(mengembangkan perilaku dalam kehidupan sehari-hari) untuk senantiasa
melestarikan lingkungan dan meminimalisir kerusakan lingkungan menuju
peningkatan kualitas hidup dengan menggunakan cara yang islami sesuai
dengan ajaran Islam.
Kedua, pelaksanaan pendidikan karakter peduli lingkungan di
Sekolah Menengah Assalihiyah dititikberatkan pada masalah menjaga
kebersihan lingkungan. Siswa dididik untuk senantiasa menjaga
kebersihan lingkungan sebagai salah satu bentuk karakter peduli terhadap
lingkungan. Landasan guru dalam melaksanakan pendidikan karakter
peduli lingkungan ini adalah berdasarkan hadits Rasulullah Saw. yaitu
kebersihan merupakan bagian dari iman. Penanaman karakter peduli
lingkungan ini termasuk realisasi program Green Environment seperti
yang berlaku di negara Indonesia. Pendidikan karakter peduli lingkungan
diberikan dengan model keteladanan, pemberian arahan atau bimbingan
148
mengenai manfaat menjaga kebersihan, dorongan atau motivasi,
kontinuitas atau pembiasaan melalui kegiatan harian dan tahunan,
mengingatkan dengan senantiasa memberi nasihat-nasihat secara terus
menerus, dan penanaman dalam hati (heart) yang diberikan oleh guru.
Kegiatan dalam rangka menanamkan karakter peduli lingkungan
berkenaan dengan melestarikan tanaman melibatkan masyarakat melalui
turut serta siswa dalam pelaksanaan program tanam pohon. Selain itu juga
melalui model targhib (pemberian reward) dan tarhib (pemberian
punishment). Strategi yang digunakan meliputi strategi cheerleading yang
berupa adanya mading peduli lingkungan, strategi pujian dan hadiah,
strategi forced formality yakni dengan pembiasaan siswa secara rutin
untuk menjaga kebersihan, dan strategi traits of the month yakni dengan
memberikan nasihat-nasihat dalam sambutan ketika apel pagi yang
disampaikan oleh guru.
Ketiga, faktor penunjang pendidikan karakter peduli lingkungan
yang menitikberatkan pada masalah kebersihan adalah kebiasaan siswa di
rumah yang rajin akan menjaga kebersihan yang dapat disebut juga dengan
faktor nature yakni sebagai manusia yang memiliki kecenderungan (fitrah)
untuk mencintai kebaikan dan peran serta guru (faktor nurture).
Sedangkan faktor penghambat pendidikan karakter peduli lingkungan ini
adalah faktor intern yakni sifat siswa yang malas akan menjaga kebersihan
dan faktor ekstern yakni suasana di luar sekolah (kampung) yang berbeda
dengan sekolah.
149
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut.
1. Bagi Sekolah Menengah Assalihiyah
a. Hendaknya Sekolah Menengah Assalihiyah tetap mempertahankan
dan meningkatkan Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan yang
menitikberatkan pada masalah kebersihan di samping mendidik
siswa untuk melestarikan tanaman di lingkungan sekitar sebagai
sarana mendidik karakter peduli lingkungan bagi generasi penerus
bangsa.
b. Kegiatan peduli lingkungan lebih memperbanyak melakukan
kegiatan di luar lingkungan Sekolah Menengah Assalihiyah
dengan lebih melibatkan masyarakat, sehingga Pendidikan
karakter Peduli lingkungan tidak hanya diajarkan kepada siswa
siswi Sekolah Menengah Assalihiyah saja tetapi juga masyarakat.
c. Menambah fasilitas yang dapat mendukung pendidikan karakter
peduli lingkungan, seperti tempat sampah, sapu, dan lain-lain.
2. Bagi orang tua
a. Diharapkan kerjasama yang baik antara orang tua dan siswa di
Sekolah Menengah Assalihiyah.
b. Orang tua hendaknya tidak lepas tangan dalam mendidik dan
membimbing anak-anaknya khususnya dalam hal menanamkan
karakter peduli lingkungan.
150
3. Bagi siswa
a. Hendaknya siswa melaksanakan sikap peduli lingkungan dengan
sepenuh hati.
b. Siswa hendaknya mengikuti kegiatan sekolah dalam rangka
penanaman dalam jiwa akan sikap peduli lingkungan.
4. Bagi masyarakat luas
a. Hendaknya memberikan kerja sama yang baik dengan ikut
berperan serta dalam menanamkan karakter peduli lingkungan
kepada anak selama berada di lingkungan masyarakat.
b. Hendaknya melibatkan anak dalam mengadakan kegiatan yang
termasuk dalam realisasi sikap peduli lingkungan.
C. Penutup
Demikian yang dapat penulis paparkan, semoga dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan masyarakat luas sekaligus dapat memberi
motivasi kepada pendidik dan masyarakat luas untuk bersama-sama lebih
meningkatkan kesadaran akan peduli terhadap lingkungan dalam menjaga
kelestarian lingkungan demi keberlangsungan hidup generasi masa
mendatang.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan dalam penelitian dan penulisan ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhammad Sidik. 2013. Skripsi Penerapan Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK N 1 Tengaran Tahun
Ajaran 2012/2013.
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta
Selatan: Ciputat Pers.
J.R. Raco. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Grasindo.
Kurniawati, Ida. 2013. Skripsi Konsep Pendidikan Karakter dalam Pendidikan
Islam.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Maslikhah. 2013. Alam Terkembang Menjadi Guru. Salatiga: STAIN Salatiga
Press.
Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter “Solusi yang Tepat Membangun
Bangsa”. Jakarta: BM. MIGAS.
Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Musthofa, Adib Bisri. 1992. Tarjamah Sohih Muslim Jilid 1. Semarang: CV. Asy
Syifa’.
Purwani, Linda Tisa. 2014. Skripsi Implikasi Nilai Karakter Peduli Lingkungan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Kebonagung Imogiri Bantul.
Pusat Bahasa Departemen Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Q-Anees, Bambang dan Adang Hambali. 2008. Pendidikan Karakter Berbasis Al-
Qur‟an. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Rosyadi, Khoiron. 2004. Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar. Jakarta Barat: PT
Indeks.
S. Nasution. 1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
Setiyani, Nina. 2013. Skripsi Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan Melalui
Program “Green Environment” di SMP Alam Ar-Ridho Kota Semarang.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Peneliti
Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tim Penulis. 2011. Madrasah dan Pelestarian Lingkungan Sumbangan
Konseptual dan Strategi. Salatiga: Salatiga Press.
Umam, Ahmad Khotibul. 2014. Skripsi Model Pendidikan Karakter Islami pada
Siswa di SMK Al Ma‟arif Demak Tahun Pelajaran 2103/2014.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Zainuddin, dkk. 1991. Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zuchdi, Darmiyati. 2013. Pendidikan Karakter, Konsep Dasar dan Implementasi
di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
. 2013. Al Quran dan Terjemahannya. Jakarta Timur: Pustaka Al
Mubin.
. 1990. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 12. Jakarta: PT Cipta
Adi Pustaka.
DAFTAR SKK
Nama : Titik Isniatus Sholikhah
NIM : 111 11 100
PA : Dr. Lilik Sriyanti, M.Si.
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
No. Nama Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1. Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK) oleh
DEMA STAIN Salatiga
20-22 Agustus
2011
Peserta 3
2. Achievement Motivation Training
(AMT) oleh ITTAQO dan CEC
STAIN Salatiga
23 Agustus 2011
Peserta
2
3. Orientasi Dasar Keislaman (ODK)
oleh STAIN Salatiga
24 Agustus 2011 Peserta 2
4. Seminar Enterpreneurship dan
Koperasi oleh KOPMA dan KSEI
STAIN Salatiga
25 Agustus 2011 Peserta 2
5. User Education oleh UPT STAIN
Salatiga
19 September 2011 Peserta 2
6. Grand Opening Nisa‟
“Hipnotherapy” oleh LDK STAIN
Salatiga
24 September 2011 Peserta 2
7. Bedah Buku “Super Teens Super
Leader” oleh KAMMI Salatiga
08 Oktober 2011 Peserta 2
8. Masa Penerimaan Anggota Baru
(MAPABA) oleh PMII Joko Tingkir
Salatiga
23 Oktober 2011 Peserta 2
9. Daurah Mar’atus Sholikhah (DMS)
oleh LDK STAIN Salatiga
26 November 2011 Peserta 2
10. Seminar Regional Kebangsaan oleh
IPNU Kab. Semarang dan PMII
Salatiga
30 November 2011 Peserta 4
11. Pelatihan Penggunaan Maktabah
Syamilah dan Mengetik Arab Cepat
17 Maret 2012 Peserta 2
oleh ITTAQO STAIN Salatiga
12. Public Hearing oleh SEMA STAIN
Salatiga
27 Maret 2012 Peserta 2
13. Masa Penerimaan Anggota Baru
(MAPABA) oleh PMII Joko Tingkir
Salatiga
23-25 Maret 2012 Panitia 3
14. Comparasion of English and Arabic
oleh CEC dan ITTAQO STAIN
Salatiga
13 April 2012 Peserta 2
15. Seminar Regional oleh Dewan
Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga
03 Mei 2012 Peserta 4
16. Bedah Buku oleh HMI Salatiga 14 Mei 2012 Peserta 2
17. Green Camp-Jateng Youth Festival
2012 oleh pimpinan wilayah IPNU-
IPPNU Provinsi Jawa Tengah
14-17 Juni 2012 Peserta 4
18. Bimbingan Belajar Menghadapi UAS
SIBA Bahasa Inggris dan Bahasa
Arab oleh ITTAQO dan CEC STAIN
Salatiga
20 Juni 2012 Peserta 2
19. Seminar Nasional oleh DEMA
STAIN Salatiga
23 Juni 2012 Peserta 8
20. Sarasehan Nasional oleh DEMA
STAIN Salatiga
01 Juli 2012 Peserta 8
21. Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega ke-22 (PLCPP
XXII) oleh RACANA STAIN
Salatiga
12-15 Oktober Peserta 2
22. Dialog Publik dan Silaturahim
Nasional oleh PMII dan ASWAJA
Tengah
10 Nopember 2012 Panitia 3
23. Penerimaan Anggota Baru (PAB)
JQH STAIN Salatiga
17-18 Nopember
2012
Panitia 3
24. Pelatihan Legal Drafting oleh SEMA
STAIN Salatiga
02-03 Nopember
2012
Peserta 2
25. SK Pengangkatan Anggota KPUM
oleh Ketua STAIN Salatiga
20 Nopember 2012 3
26. Tabligh Akbar oleh JQH STAIN
Salatiga
1 Desember 2012 Panitia 3
27. SK Pengangkatan Pengurus DEMA
oleh STAIN Salatiga
31 Januari 2013 3
28. Short Course on Toefl Preparation
Focusing on Structure and Written
9-16 Februari 2013 Peserta 2
29. Penataran Ustadz/pengelola
TKA/TPA Tingkat Dasar
10 Maret 2013 Peserta 2
30. Seminar Nasional oleh DEMA
STAIN Salatiga
13 Maret 2013 Panitia 8
31. Short Course on Toefl Preparation
Focusing on Reading Comprehension
oleh Pondok Pesantren Salafiyah
Pulutan Salatiga
24 Maret 2013 Peserta 2
32. Public Hearing oleh SEMA STAIN
Salatiga
25 Maret 2013 Peserta 2
33. Seminar Nasional oleh DEMA
STAIN Salatiga
26 Maret 2013 Panitia 8
34. Seminar Nasional dan Dialog Publik
oleh HMJ Tarbiyah dan Syari’ah
20 April 2013 Peserta 8
35. Tafsir Tematik oleh JQH STAIN
Salatiga
04 Mei 2013 Panitia 3
36. Gorah Masal dan Bimbingan Tilawah
Nasional oleh JQH STAIN Salatiga
24-25 Maret 2013 Peserta 2
37. Seminar Nasional oleh DEMA
STAIN Salatiga
27 Mei 2013 Panitia 8
38. Seminar Nasional dan Dialog Publik
oleh HMJ Syariah
27 Juni 2013 Peserta 8
39. SK Penguatan Rekonsiliasi Elemen
Masyarakat dalam rangka
Peningkatan Wawasan Kebangsaan
oleh Badan Kesatuan Bangsa Politik
dan Perlindungan Masyarakat
Provinsi Jawa Tengah
11-12 September
2013
4
40. Sosialisasi dan Silaturahim Nasional
oleh HMJ Tarbiyah dan Syari’ah
30 September 2013 Peserta 8
41. Sosialisasi Pancasila, UUD 1945,
NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika
24 Oktober 2013 Peserta 2
42. Sosialisasi 4 Pilar dan Kebangsaan
dan Seminar Nasional oleh MPR RI
dan IPNU Kabupaten Semarang
24 Oktober 2013 Peserta 8
43. Penerimaan Anggota Baru (PAB)
oleh JQH STAIN Salatiga
23-24 Nopember
2013
Panitia 3
44. SK Pengangkatan Pengurus SEMA
oleh Ketua STAIN Salatiga
17 Februari 2014 3
45. Dialog Interaktif dan Edukatif oleh
SEMA STAIN Salatiga
1 April 2014 Panitia 3
46. Pembentukan Pimpinan Anak
Cabang (PAC) IPNU-IPPNU
Kecamatan Sumowono oleh MWC
NU Kecamatan Sumowono
13 April 2014 Panitia 3
47. Tafsir Tematik oleh JQH STAIN
Salatiga
17 Mei 2014 Panitia 3
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Data Pribadi
Nama : Titik Isniatus Sholikhah
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang/13 April 1994
NIM : 111 11 100
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Alamat di Salatiga : Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan,
Sidorejo, Salatiga
Alamat Asal : Watugandu RT 01/03, Jubelan,
Sumowono, Semarang
B. Orang Tua
Ayah : Muh. Sahid
Ibu : Siti Fatimah
Pekerjaan : Tani
C. Motto
“Sebaik-baik orang adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain”.
D. Riwayat Pendidikan
No. Instansi Pendidikan Masuk (Th) Keluar (Th)
1. MI Darussalam Sumowono 1999 2005
2. MTs Darussalam
Sumowono
2005 2008
3. MA Al Bidayah Candi
Bandungan
2008 2011
4. S1 PAI IAIN Salatiga 2011 2016
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,
Khokpho, Pattani, Thailand Selatan
Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)
Identitas Diri
Nama :
Jenis kelamin :
Asal :
Jabatan :
1. Bagaimana kebijakan/peraturan mengenai pendidikan karakter peduli
lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
2. Apa landasan digunakan dalam penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
3. Bagaimana cara/model penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan
bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
4. Apa saja yang menjadi penunjang/pendukung penanaman pendidikan karakter
peduli lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
5. Apa saja yang menjadi penghambat dalam penanaman pendidikan karakter
peduli lingkungan bagi di Sekolah Menengah Assalihiyah?
6. Apa hadiah yang diberikan kepada siswa yang telah mengaplikasikan sikap
peduli lingkungan?
7. Apa sanksi bagi siswa yang tidak melaksanakan sikap peduli lingkungan?
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Guru Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,
Khokpho, Pattani, Thailand Selatan
Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)
Identitas Diri
Nama :
Jenis kelamin :
Asal :
Jabatan :
1. Bagaimana kebijakan/peraturan mengenai pendidikan karakter peduli
lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
2. Apa landasan digunakan dalam penanaman pendidikan karakter peduli
lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
3. Bagaimana cara/model penanaman pendidikan karakter peduli lingkungan
bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
4. Apa saja yang menjadi penunjang/pendukung penanaman pendidikan karakter
peduli lingkungan bagi siswa di Sekolah Menengah Assalihiyah?
5. Apa saja yang menjadi penghambat dalam penanaman pendidikan karakter
peduli lingkungan bagi di Sekolah Menengah Assalihiyah?
6. Apa hadiah yang diberikan kepada siswa yang telah mengaplikasikan sikap
peduli lingkungan?
7. Apa sanksi bagi siswa yang tidak melaksanakan sikap peduli lingkungan?
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Siswa Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla,
Khokpho, Pattani, Thailand Selatan
Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)
Identitas Diri
Nama :
Jenis kelamin :
Asal :
Kelas :
1. Apakah anda telah melaksanakan sikap peduli lingkungan?
2. Apakah benar guru telah mengajarkan sikap peduli lingkungan di
sekolah?
3. Apa yang menjadi landasan anda dalam melaksanakan sikap peduli
lingkungan, apakah karena takut atau ada hal lain?
4. Bagaimana cara guru dalam mengajarkan sikap peduli lingkungan?
5. Apa hadiah yang anda terima jika anda telah melaksanakan sikap peduli
lingkungan?
6. Apa sanksi yang anda terima jika anda tidak melaksanakan sikap peduli
lingkungan?
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Petugas Kebersihan Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan
Judul Penelitian :PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan)
Identitas Diri
Nama :
Jenis kelamin :
Asal :
Jabatan :
1. Bagaimana aturan kebersihan di Sekolah Menengah Assalihiyah,
Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan?
2. Bagaimana aturan kerja petugas kebersihan di Sekolah Menengah
Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani, Thailand Selatan?
3. Kapan Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho, Pattani,
Thailand Selatan mendapatkan penghargaan atas prestasi kebersihan?
VERBATIM WAWANCARA
PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)
Narasumber : Dr. Abdullah Yeelah
Jenis kelamin : laki-laki
Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan
Jabatan : Kepala Sekolah
Tempat : kantor Kepala Sekolah Menengah Assalihiyah
Hari/tanggal : Kamis/20 Agustus 2015
Waktu : 10.00 WTS
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE
1. Bagaimana
kebijakan/peraturan
tentang pendidikan
karakter peduli
lingkungan di Sekolah
Menengah
Assalihiyah?
Pendidikan jaga lingkungan di sini
lebih banyak pada pendidikan jaga
bersih sekolah. Untuk sebagai
pendidikan dan cara akan di
sekolah ada setiap mahdah mesti
sampaikan matlamat dalam
pelajaran. Setiap subjek ada di
antaranya menanamkan dalam jiwa
pelajar sifat-sifat murni, delapan
perkara. Maka di antaranya yaitu
sebagai jiwa yang cermat, menjaga
alam sekitar dan lainnya. Di
samping itu, juga ada motivasi
yang lain di luar kelas/pelajaran.
Sehingga dapat dikatakan
pendidikan jaga lingkungan ini
masuk dalam kurikulum belajar.
(Pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah lebih ditekankan pada
pembiasaan menjaga kebersihan
Pendidikan
karakter peduli
lingkungan di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
secara umum
lingkungan sekolah. Pada setiap
mata pelajaran guru wajib
menanamkan sifat-sifat yang
murni pada pelajar yang termasuk
dalam 8 hal, yang di antaranya
adalah menerapkan sifat cermat
dan melestarikan lingkungan dan
di samping itu ada motivasi di luar
kelas. Sehingga pendidikan peduli
lingkungan di sini dapat dikatakan
termasuk ke dalam kurikulum
pembelajaran).
2. Kemudian apa
landasannya?
Landasannya adalah kesadaran
keagamaan, sebab dalam setiap
bidang hidup mesti ada hubungan
dengan agama. Agama Islam
adalah agama cara hidup dan perlu
diamalkan dalam setiap bidang
hidup dan setiap tempat.
Kemudian landasan dasar/falsafah
sekolah ini adalah berpegang teguh
kepada ajaran kitab dan sunnah
menuju ke arah kemajuan dan
pembangunan sejagad. Jadi segala
tindakan mesti di bawah landasan
ini dan keluarnya adalah mendidik
anak sebagai didikan Islam.
(Pendidikan karakter peduli
lingkungan di Sekolah Menengah
Assalihiyah berlandaskan pada
ajaran agama Islam. Sebab dalam
setiap hal perbuatan mesti
dikaitkan dengan agama. Islam
adalah agama cara hidup yang
mesti diamalkan dalam setiap segi
kehidupan dan di setiap tempat.
Falsafah atau landasan Sekolah
Menengah Assalihiyah adalah
berpegang teguh kepada ajaran
kitab dan sunnah menuju ke arah
kemajuan dan pembangunan
sedunia. Jadi dalam segala hal
kegiatan sekolah mesti
berlandaskan falsafah ini. Selain
itu, pendidikan ini juga mendidik
anak-anak dengan berhaluan
landasan yang
digunakan
dalam
penanaman
karakter peduli
lingkungan bagi
murid di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
pendidikan Islam).
3. Bagaimana
cara/model
penanaman karakter
peduli lingkungan
bagi murid di sini?
Setiap mata pelajaran dikehendaki
supaya ada penilaian tentang
peduli lingkungan dan setiap guru
mesti peran dan yang kedua
dengan cara melalui motivasi dan
juga dengan cara mengadakan klub
pelajar.
(Pendidikan karakter peduli
lingkungan dilaksanakan dengan
beberapa model yaitu pada setiap
mata pelajaran diadakan penilaian
tentang peduli lingkungan, arahan
guru, dengan memberi motivasi,
dan membuat jadwal piket).
cara/model
pendidikan
karakter peduli
lingkungan bagi
siswa di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
4. Apa saja yang menjadi
pendukung/penyokong
dan penghambat
pendidikan karakter
peduli lingkungan di
sini?
Head of school/mudir sekolah dan
guru-guru juga terlibat dengan
pelajar dan mereka juga
mengambil bahagian bersama
dalam mendidik. Termasuk juga
ibu bapak dan juga dewan pelajar.
Sedangkan yang jadi penghambat
adalah suasana masyarakat di luar
kawasan/kampung menyalahi dan
berlainan dengan suasana yang ada
di sekolah. Jadi apabila pelajar
balek kampung masing-masing
terutama dalam masa cuti panjang
dan sebagainya. Jadi cara hidupnya
itu ada perubahan. Jadi apabila
datang ke sekolah mesti mendidik
kembali kerana kesannya dengan
masyarakat masing-masing.
(Faktor penunjang dalam
berhasilnya pendidikan karakter
peduli lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah ini adalah
peran serta kepala sekolah dan
guru-guru dalam mendidik
muridnya. Termasuk juga peran
orang tua dan OSIS. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah
suasana masyarakat di luar
sekolah (rumah/kampung) yang
berbeda dengan suasana di
sekolah. Jadi jika murid itu
Faktor
pendukung dan
penghambat
pendidikan
karakter peduli
lingkungan di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
pulang, dengan kondisi yang
berbeda dapat mengubah
kebiasaan sikap peduli lingkungan
murid, melestarikan tanaman, dan
menjaga kebersihan di sekolah.
Sehingga, apabila siswa telah
kembali ke sekolah lagi, guru
mesti mendidik ulang).
5. Apa hadiah yang
diberikan kepada
murid yang telah
berbuat peduli
lingkungan dan
hukuman bagi murid
yang tidak
melaksanakan sikap
peduli lingkungan di
sini?
Kita bagi dalam segi markah itu
ada peningkatan. Kadang-kadang
kita bagi hadiah cinderamata di
depan barisan. Sedangkan yang
murid yang tidak buat jaga
lingkungan seperti tidak jaga
bersih markahnya akan
dikurangkan dan yang kedua akan
dinasehati. Dengan contoh
tauladan daripada guru dan nasihat
itu yang penting. Nasihat
dinasihati. Sekolah ini dapat
hadiah untuk jaga lingkungan.
Sudah berapa kali dapat itu dan
menjadi contoh bagi sekolah yang
lain. Itu ada sertifikatnya dapat
dilihat.
(Guru memberi tambahan nilai
yang dimasukkan ke dalam nilai
mata pelajaran yang diampu oleh
guru masing-masing, diberikan
cinderamata di depan siswa yang
lain. Sebaliknya bagi murid yang
tidak melaksanakan sikap peduli
lingkungan seperti tidak menjaga
kebersihan kelas, maka akan
dikurangi nilainya dan dinasehati
kembali. Sekolah Menengah
Assalihiyah sudah berkali-kali
mendapat penghargaan dari
pemerintah berkaitan dengan
keberhasilan menjaga
lingkungan).
Reward dan
punishment
sebagai salah
satu model
pendidikan
karakter peduli
lingkungan.
VERBATIM WAWANCARA
PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)
Narasumber : Zainab Karina
Jenis kelamin : perempuan
Asal : Napradhu, Khokpho, Pattani Thailand Selatan
Jabatan : guru Bahasa Arab
Tempat : kantor guru Sekolah Menengah Assalihiyah
Hari/tanggal : Minggu/23 Agustus 2015
Waktu : 16.30 WTS
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE
1. Di Sekolah Salihiyah
ni bekno tu
pendidikan hok dapat
tumbuhkan rasa sadar
pada jiwa anak
supaya murid tu jaga
lingkungan bektu?
Bagaimana
kebijakan/peraturan
tentang pendidikan
karakter peduli
lingkungan di
Sekolah Menengah
Assalihiyah?
Kak Zae ni jadi guru kelas, keno
goyak sokmo. Jadi masuk sekali
keno buat kebersihan, goyak kata
kita keno bersih, duk bekni ni tak
molek, wi nasihat sikik-sikik lah.
Sekolah ni sekolah budok besar,
kita goyak sikik-sikik dia pehe doh.
Tak do piyo hok kawan tak padu
mano, ia ambik taruh di tepi buke
bekah sampah. Ada nampok guru
tak do taruh di dekat pintu. Hok
bektu keno goyak banyak kali.
Pahtu guru-guru pun ada nasihat
sokmo keno goyak bersih banyak-
banyak. Kita agama Islam ni keno
kebersihan, sebab an nadhofatu
minal iman, masuk dalam iman
juga ni kebersihan. Ada juga guru
saman ajak pelajar tubik untuk
cocok tanam pokok-pokok bersama
masyarakat. Untuk guru saman ni,
Pendidikan
karakter peduli
lingkungan di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
secara umum
mereka hajar pelajar supaya jaga
dan letak bunga di sekolah.
(Saya sebagai guru kelas, saya
harus memberikan penjelasan dan
arahan-arahan, bimbingan kepada
siswa berkaitan dengan sikap
peduli lingkungan. Siswa diberi
nasihat sedikit-sedikit saja mereka
pasti sudah paham. Karena,
sekolah ini untuk anak-anak remaja
dan bukan anak kecil lagi. Ada
juga siswa yang membuang sampah
sembarangan ketika dia merasa
tidak ada yang mengawasinya. Dia
berpikir bahwa guru tidak
melihatnya, dia membuang sampah
di depan pintu kelas. Bagi siswa
yang demikian harus diberi
bimbingan berkali-kali. Semua
guru-guru di sini diharuskan untuk
mendidik dan memberikan
penjelasan, bimbingan, dan arahan
kepada siswa. Seperti menjelaskan
bahwa kita sebagai umat agama
Islam itu harus senantiasa menjaga
kebersihan, karena “an nadhafatu
minal iman” kebersihan itu
merupakan bagian dari iman.
Ada juga guru saman/acan (guru
bidang ilmu pengetahuan umum)
yang mengajak siswa keluar untuk
ikut serta bercocok tanam pohon-
pohon dengan masyarakat. Untuk
guru saman ini, mereka
mengajarkan siswa supaya
menjaga dan mengatur tanaman di
sekolah.
2. Pahtu landasan /dasar
kak Zae dalam
mendidik anak
supaya jaga
lingkungan, jaga
bersih sokmo tu
gapo?
Apa landasan yang
digunakan dalam
“An nadhofatu minal iman”, Islam
ni mesti keno ada kebersihan di
semua. Jago bersih juga masuk dale
jaga lingkungan. Duk di sekolah ni
banyak hari, masa budak di sekolah
ni banyak. Di rumah dia tidur dan
di sekolah ia duduk belajar, duduk
main, duduk cakap. Di rumah ia
duduk star yo, ia duduk star ia
landasan yang
digunakan
dalam
penanaman
karakter peduli
lingkungan bagi
murid di
Sekolah
Menengah
penanaman karakter
peduli lingkungan
bagi murid di sini?
tidur. Bangun esok ia pergi sekolah,
pakaian yo jange cema sebab ia
keno semaye lagi.
(Landasan pendidikan karakter
peduli lingkungan di Sekolah
Menengah Assalihiyah yang saya
jalankan adalah “An nadhofatu
minal iman”. Islam ini harus
senantiasa menjaga kebersihan
dalam segala hal. Seperti
kebersihan badan, tempat duduk,
dalam hal ini adalah sekolah.
Menjaga kebersihan lingkungan
sebagai salah satu wujud peduli
terhadap lingkungan. Waktu anak
berada di sekolah lebih banyak
dari pada waktu di rumah. Mereka
di rumah hanya istirahat dan tidur
saja. Sedangkan di sekolah, mereka
dari pagi sampai sore. Mereka
belajar, bermain, berbincang-
bincang dengan temannya selama
di sekolah. Di rumah mereka
sebentar saja, mereka tidur dan
bangun lagi sudah pagi. Mereka
harus berangkat ke sekolah lagi. Di
sekolah, mereka juga harus
diajarkan untuk menjaga
kebersihan pakaian. Karena
mereka juga diharuskan untuk
menunaikan ibadah shalat di
sekolah).
Assalihiyah
3. Bagaimana
cara/model
penanaman karakter
peduli lingkungan
bagi murid di sini?
Goyak, nasihat sokmo, wi teladan
ni. Lama-lama sekali keno buat,
supo minggu baru ning main kilasi,
tok de nok sipe, jadi cema sikik.
Tengok supaya buat kebersihan.
Pah guru pun keno buat juga, buke
tengok saja, ia duk die. Ia keno buat
juga dengan budok-budok. Ada
budok nampok buat ni, ia jadi malu
ia jadi buat tek. Ada do hok malas
tu, yo keno suruh. Ia buat apa tak
hu. Bangun buat ni, ni tak cuci lagi,
gih cari nyapuh ni. Tagi sapu sini
keno goyak.
cara/model
pendidikan
karakter peduli
lingkungan bagi
murid di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
Saya memberikan nasihat-nasihat
kepada siswa bahwa mereka harus
selalu menjaga kebersihan dan
peduli terhadap lingkungan. Pada
saat siswa di sekolah, peduli
lingkungan yang dapat dilakukan
adalah dengan menjaga kebersihan
sekolah. Ada pula masa siswa
harus mengadakan kebersihan
secara serentak, seperti minggu ini
setelah ada kegiatan sukan warna,
sekolah terlihat sedikit kotor.
Sebelum dimulai pelajaran, guru
kelas masuk dan mengarahkan
siswanya supaya membersihkan
ruang kelas terlebih dahulu. Guru
pun juga ikut membersihkan
bersama-sama murid, tidak hanya
menyuruh saja. Dengan demikian,
murid pun akan malu jika melihat
gurunya bersih-bersih, sedangkan
dia tidak ikut melakukannya. Bagi
murid yang malas, guru harus
mengarahkan dengan sungguh-
sungguh. Misalnya, dengan
mengarahkan mana saja yang
harus dibersihkan).
4. Apa saja yang
menjadi pendukung
dan penghambat
pendidikan karakter
peduli lingkungan di
sini?
Kak Zae rasa ia boleh turut tu sebab
oge tua di rumah hajar lagu tu. Ia
suka bersih, Ibu Bapak suka bersih,
pahtu ia hajar. Ada juga di rumah
tak do hajar, ia mari di sekolah ni
apabila ia dengar guru, ia mudah
dengar nasihat guru. Guru di
sekolah ni tak do seorang saja hajar
lagu ni. Tiap-tiap hari guru wi
nasihat supaya buat bersih. Di
perangai pelajar, tapi tak rama lagu
tu. Bukan sebab di guru atau oge
tuanya, sebab dia sendiri. Guru
thailand/saman yang buke Islam
pun yo hajar.
(Menurut saya, yang menjadi
penunjang pendidikan karakter
peduli lingkungan ini termasuk
pendidikan anak di rumah yang
Faktor
pendukung dan
penghambat
pendidikan
karakter peduli
lingkungan di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
mengajarkan juga masalah
menjaga kebersihan lingkungan
dan pembawaan sifat anak. Orang
tua mereka suka menjaga
kebersihan, maka orang tua pun
mengajarkannya kepada sang anak.
Di samping itu, ada siswa yang di
rumah tidak diajarkan, tetapi ketika
di sekolah, siswa tersebut mau
memperhatikan dan mengikuti
nasihat guru. Sedangkan yang
termasuk faktor penghambat
pendidikan karakter di sini adalah
dari perangai murid itu sendiri
pula. Semua guru sudah
mengajarkan kepadanya untuk
peduli lingkungan. Akan tetapi
mereka tidak mau mendengarkan
nasihat guru. Itu bukan kesalahan
orang tua atau pun guru. Tetapi
tergantung pada pribadi anak itu
sendiri. Guru saman (ilmu
pengetahuan umum) yang bukan
agama Islam pun mengajarkan
kepada siswa supaya menjaga
kebersihan lingkungan).
5. Apa hadiah yang
diberikan kepada
murid yang telah
berbuat peduli
lingkungan dan
sanksi bagi murid
yang tidak
melaksanakan sikap
peduli lingkungan di
sini?
Hok mao hok rajin, kak Zae bubuh
markah juga wi ke dia. Hok mao
sikik tu, kak Zae nok potong
markah yo, supaya ia jadi rajin.
Ada juga wi puji, terima kasih di
depe kawan yo sumo.
(Bagi siswa yang sudah
mengaplikasikan sikap peduli
lingkungan di sekolah, maka saya
akan memberikan nilai tambahan
kepadanya. Saya mengucapkan
terima kasih juga di depan teman-
temannya. Sedangkan bagi siswa
yang malas dan tidak
melaksanakan sikap peduli
lingkungan, saya jelaskan kepada
mereka akan saya kurangi nilainya
supaya mereka menjadi rajin).
Reward dan
punishment
sebagai salah
satu model
pendidikan
karakter peduli
lingkungan.
VERBATIM WAWANCARA
PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)
Narasumber : Sarihan Cikbu
Jenis kelamin : perempuan
Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan
Jabatan : siswa kelas 6/1 saman atau kelas 10 agama
Tempat : halaman Sekolah Menengah Assalihiyah
Hari/tanggal : Jumat/21 Agustus 2015
Waktu : 13.37 WTS
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE
1. Bekno adek buat jaga
lingkungan di
sekolah?
(Bagaimana sikap
peduli lingkungan
yang telah siswa
laksanakan di
sekolah dan apa
landasannya?)
Saya biasa jaga bersih sekolah, saya
sudah buang sampah di bekah
sampah, buat bunga molek-molek,
dan apabila sedang jalan, saya taruh
dulu. Ibu bapak suruh tek, di rumah
biasa buat bektu. Di makoloh pun
saya buat bektu tek. Buke sebab
takut daripada guru, tetapi saya nok
sendiri buat bersih.
(Sikap peduli lingkungan di sekolah
yang saya lakukan seperti menjaga
kebersihan sekolah, kelas,
melestarikan tanaman-tanaman
yang ada di sekolah. Saya suka
menjaga kebersihan karena sudah
terbiasa di rumah. Orang tua saya
mengajarkan saya untuk senantiasa
menjaga kebersihan. Dan di
sekolah pun saya
melaksanakannya. Bukan karena
saya takut kepada guru, tetapi saya
Sikap peduli
lingkungan
siswa sebagai
hasil didikan
dari sang guru
sendiri suka menjaga kebersihan).
2. Pah, bekno guru
hajar adek nok jaga
bersih dan jaga
lingkungan di
sekolah?
(Bagaimana
pendapat siswa
mengenai cara guru
dalam mendidik
sikap peduli
lingkungan di
Sekolah Menengah
Assalihiyah?)
Guru goyak, wi nasihat, wi contoh.
Supo kak Dah goyak, ada juga guru
goyak bekni, bersih itu setengah
daripada iman.
(Guru mengajarkan kepada saya
tentang sikap peduli lingkungan di
sekolah dengan memberi
bimbingan, nasihat, dan tauladan.
Guru menjelaskan kepada saya
bahwa kebersihan itu sebagian dari
iman).
Cara/model
pendidikan
karakter peduli
lingkungan oleh
guru kepada
siswa
3. Pahtu, ada hadiah
apabila adek buat
bersih, jaga bersih
dan ada juga tak
hukuman kalau adek
tak buat bektu?
(Apa hadiah dari
guru apabila sudah
bersikap menjaga
kebersihan dan apa
hukumannya jika
tidak menjaga
kebersihan?)
Tak do hadiah dari guru dan
hukuman apabila tak jaga bersih
adalah buat bersih jambe, pahtu
guru juga murih, lepas tu wi
nasihat tek. Tetapi saya tak biasa
dapat hukuman.
(Saya tidak mendapat hadiah dari
guru jika saya menjaga kebersihan.
Bagi siswa yang tidak bersih-
bersih, ada sanksi yaitu
membersihkan toilet. Selain itu
guru juga memarahi siswa
kemudian diberi nasihat-nasihat.
Akan tetapi saya belum pernah
mendapat sanksi).
Reward and
punishment dari
guru sebagai
model
pendidikan
karakter peduli
lingkungan di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
VERBATIM WAWANCARA
PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Assalihiyah, Thungphla, Khokpho,
Pattani, Thailand Selatan Tahun 2015)
Narasumber : Abdul Rasyid bin Talyo
Jenis kelamin : laki-laki
Asal : Thungphla, Khokpho, Pattani Thailand Selatan
Jabatan : tukang kebun/petugas kebersihan
Tempat : kantor guru Sekolah Menengah Assalihiyah
Hari/tanggal : Senin/24 Agustus 2015
Waktu : 14.45 WTS
NO. PERTANYAAN JAWABAN KODE
1. Bagaimana aturan
kebersihan di
Sekolah Menengah
Assalihiyah ini?
Aturan kebersihan di sini, tiap-tiap
pagi dan petang saya keno buat
bersih. Sebelah pagi, pa rung gi
nyapuh seluruh sekolah macam
sampah dan daun-daun. Lepas tu
sebelah petang, kita ambik sampah
dalam bekah sampah hok di depe
bilik murid, guru, dan tempat
masak.
(Mengenai aturan kebersihan di
sini, setiap pagi dan sore tukang
kebun harus membersihkan seluruh
lingkungan sekolah. Pada saat
pagi, tukang kebun menyapu seluru
sudut sekolah yang berupa sampah
dan daun-daun yang berguguran.
Sedangkan pada waktu sore, kita
mengambil sampah-sampah dalam
tempat sampah itu baik di depan
kelas, kantor, maupun di kantin).
Aturan
kebersihan bagi
tukang kebun di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
2. Bagaimana aturan
kerja petugas
kebersihan di sekolah
ini?
Tiap-tiap hari, kiat keno buat bersih
duo kali. Masa cuti mengaji, kita
juga mesti buat bersih dan cuti pada
hari minggu. Kalau tiap-tiap hari
mengaji, kita cuti hari sabtu. Lain
tu, saya juga sipe barang hk rusak
di makoloh. Apabila ada hok
tempat yang tak cuci lagi, sebab
saya ada kerja hok lain. Seperti sipe
barang hok punoh. Bakaluasa pa
rung lain, ia hanya buat bersih saja.
(Setiap hari, kami harus
membersihkan sekolah 2x. Pada
saat liburan sekolah, kami juga
harus membersihkan sekolah
kecuali hari minggu. Kalau hari-
hari aktif sekolah, kami libur hari
sabtu. Selain itu, saya juga
memperbaiki sarana prasarana
yang rusak di sekolah. Terkadang
ada yang masih kotor, belum saya
bersihkan. Karena saya harus
mengerjakan tugas yang lain.
Seperti memperbaiki sarana-sarana
yang rusak. Kalau tukang kebun
yang lain hanya bertugas
membersihkan sekolah saja).
Aturan kerja
tukang kebun di
Sekolah
Menengah
Assalihiyah
sebagai wujud
peran serta
menciptakan
kebersihan
sekolah
3. Kapan Sekolah
Menengah
Assalihiyah
mendapatkan
penghargaan atas
prestasi kebersihan?
Hok sungguh, buat bersih tu kerja
saya, murid hanya belajar. Kalau
saya buat bersih saja, sekolah
bersih sungguh. Saya bersih-bersih
sejak murid balek rumah sampai
tengah malam. Pah tak do murid
keno denda. Tiga tahun lepas,
orang besar bagi suatu surat sebab
sekolah bersih.
(Sebenarnya yang membersihkan
sekolah memang tugas tukang
kebun sedangkan murid-murid
hanya belajar. Kalau saya hanya
bertugas sebagai tukang kebun saja
dan membersihkan sekolah, sekolah
akan benar-benar bersih. Saya
membersihkan sekolah sejak murid
pulang sekolah sampai tengah
malam. Sehingga tidak akan ada
Penghargaan
dari pemerintah
kepada Sekolah
Menengah
Assalihiyah atas
prestasi
kebersihan
sekolah.
murid yang mesti mendapat denda.
Tiga tahun yang lalu, sekolah
pernah mendapat penghargaan
dari pemerintah mengenai
kebersihan lingkungan sekolah).
Papan himbauan menjaga kebersihan
dan membuang sampah pada tempatnya
Mading dengan tema peduli lingkungan
Kondisi Depan Ruang Guru
Kondisi depan ruang kelas sebelah selatan
Kondisi depan ruang kelas sebelah
timur
Kondisi depan kelas sebelah utara
Kondisi tempat santai siswa
Kondisi tempat parkir
Kondisi halaman sekolah
Kondisi dalam masjid sekolah
Kondisi sampah yang menumpuk
akibat tukang kebun berhalangan
masuk kerja
Kondisi ruang kelas