repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/faizal... ·...

132
KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DAN RUMUSAN PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis) Skripsi Faizal Abdurrahman 1113092000016 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019M/ 1440 H

Upload: others

Post on 23-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

i

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DAN RUMUSAN

PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)

Skripsi

Faizal Abdurrahman

1113092000016

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019M/ 1440 H

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

ii

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DAN RUMUSAN

PRIORITAS DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

DAERAH KABUPATEN WONOSOBO

(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)

Faizal Abdurrahman

1113092000016

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/ 1440 H

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

i

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

i

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Pendidikan Formal

2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu

2007-2010

2010-2013

:

:

Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Tangerang Selatan

Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Tangerang Selatan

Riwayat Pekerjaan

2015

2016

2018

:

:

:

Tim Riset Pengembangan Kebijaksanaan Intergrasi

Keilmuan (Analisis Rantai Pasok dan Mitigasi Halal

Daging Sapi Impor Australia-Indonesia) di Pusat

Penelitian dan Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Asisten Teknisi Budidaya Udang Vaname di PT. Labuan

Monodon

Tim Riset “ Capturing Consumer Value for Value Chain

Inovation in Indonesia Halal Beef Industri”

2018 : Freelancer Dompet Dhuafa

2019 : Big Bad Wolf Book Fair 2019

Prestasi

2017 : Pemuda Mandiri Membangun Desa (Kementerian Pemuda

dan Olahraga) di Lampung Timur

2017 : Pemateri Pelatihan Hidroponik dari Pusat Pengabdian

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama : Faizal Abdurrahman

Tempat Tanggal Lahir : Cilacap, 10 Juni 1995

Jenis Kelamin : Laki – laki

Kewarganegaan : Indonesia

Agama : Islam

Tinggi : 167 cm

Berat : 55 kg

Alamat Asal : Dusun Kalireja RT 001, RW 003, Desa Kaliwungu,

Kecamatan Kedungreja, Kabupaten Cilacap, Jawa

Tengah

Alamat Sekarang : Jl. H. Basir, RT 02, RW 02, Kelurahan Pondok Kacang

Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten

Handphone : 085716942265

Email : [email protected]

IPK : 3,56

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

ii

Riwayat Organisasi

2013

2014

2014

2014

:

:

:

:

Anggota Divisi Publikasi, Dokumentasi dan Dekorasi

Kegiatan Menanam Pohon Mangrove di Kelurahan

Ketapang Kecamatan Mauk Himpunan Mahasiswa

Jurusan Agribisnis UIN Jakarta

Seni Suara Agribisnis UIN Jakarta

Marching Band UIN Jakarta

Staf Kaderisasi Wilayah 2 Ikatan Senat Mahasiswa

Pertanian Indonesia

2014 : Staf KOMINFO Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis

UIN Jakarta

2015 : Kepala Departemen Kemahasiswaan Himpunan

Mahasiswa Agribisnis UIN Jakarta

2016 : Staf Pengabdian Masyarakat Dewan Eksekutif Mahasiswa

UIN Jakarta

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

iii

RINGKASAN

Faizal Abdurrahman. 1113092000016. Kontribusi Sektor Pertanian dan

Rumusan Prioritas dalam Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten Wonosobo

(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis). Di bawah bimbingan

Yon Girie Mulyono dan Achmad Tjachja Nugraha.

Otonomi daerah merupakan amanat UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang

pemerintah pusat memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk

mengelola perekonomiannya secara penuh. Pengelolaan yang baik akan

berdampak terhadap pendapatan daerah yang di sebut dengan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Salah satu pendapatan daerah yang memiliki kontribusi

besar dalam PDRB Wonosobo adalah Sektor Pertanian. Namun pada periode

2012-2016 sektor ini memiliki pertumbuhan yang menurun. Hal ini akan

berdampak pada kontribusi sektor tersebut dalam pendapatan daerah di Kabupaten

Wonosobo. Sehingga perlu adanya identifikasi dari masing-masing sektor dan

menentukan prioritas pembangunan pertanian di kabupaten wonosobo.

Tujuan Penelitian ini adalah : 1.) Menganalisis posisi sektor pertanian, serta

petumbuhan dan daya saing sektor pertanian di kabupaten wonosobo periode

2010-2016. 2) Menganalisis sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor

unggulan dan bagaimana pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian di

kabupaten wonosobo pada periode 2012-2016. 3.) Menentukan prioritas

pembangunan sub sektor pertanian dalam memajukan sektor pertanian di

kabupaten wonosobo.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa PDRB kabupaten

wonosobo periode 2012-2016 dan PDRB provonsi jawa tengah periode 2012-

2016. Periode ini di gunakan atas pertimbangan bahwa pada periode ini terdapat 9

subsektor dengan ADHK 2010, sedangkan ADHK 2000 hanya terdapat 5 sub

sistem. Untuk mengetahui sub sektor apa saja yang menjadi unggulan di

kabupaten wonosobo di gunakan Location Quotient. Untuk mengetahui

pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian di gunakan Shift Share Analisis

Hasil penelitian dengan menggunakan LQ pada sektor pertanian, dapat di

ketahui bahwa sektor ini memiliki nilai LQ sebesar (2,27). Hal ini menunjukan

bahwa sektor pertanian di kabupaten wonosobo merupakan sektor unggulan di

bandingkan dengan sektor lainnya yang ada di kabupaten tersebut, sedangkan

Analysis Shift Share pada sektor pertanian menunjukan bahwa sektor ini memiliki

pertumbuhan (PP) lambat yang di nyatakan dengan angka (-13,88) dan memiliki

daya saing (PPW) yang baik dengan angka (2,88). Pada sub sektor pertanian di

kabupaten wonosobo, sub sektor ini menjadi yang unggulan LQ > 1 pada sektor

pertanian yaitu : Tanaman pangan (2,29), Tanaman hortikultura semusim (4,81),

Hortikultura tahunan (5,12), Perkebunan tahunan (1,05), Peternakan (1,33), Jasa

pertanian dan perburuan (1,82), Kehutanan (3,74) serta perikanan (1,13). Untuk

tanaman Perkebunan semusim memiliki nilai LQ sebesar (0,34). Hal ini

menunjukan bahwa sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan. Hasil

analysis shift share menunjukan bahwa hanya subsektor peternakan yang

memiliki nilai PP > 0 yang artinya bahwa sektor ini memiliki pertumbuhan yang

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

iv

cepat yaitu (0,20). Untuk nilai PPW > 0 artinya sektor ini memiliki daya saing

yang baik (tanaman pangan, hortikultura semusim, hortikultura tahunan, jasa

pertanian dan kehutanan). Sedangkan ungtuk PPW < 0 yang artinya sektor

tersebut tidak memiliki daya saing yang baik (perkebunan semusim, perkebunan

tahunan, peternakan dan perikanan).

Berdasarkan perbandingan Pergeseran Bersih (PB) dan daya saing (PPW)

sub sektor pertanian kabupaten wonosobo pada periode 2012-2016, maka dapat di

tentukan prioritas pembangunannya. Untuk kuadran satu tidak di dapatkan sub

sektor pertanian yang memiliki nilai pergeseran bersih dan daya saing yang baik

pada sektor pertainan di kabupaten wonosobo. Untuk kuadran dua, di dapatkan

sub sektor peternakan yang memiliki laju pertumbuhan baik namun memiliki daya

saing yang tidak kompetitif. Kuadran tiga terdapat sub sektor perkebunan

semusim, perkebunan tahunan dan perikanan yang memiliki pertumbuhan yang

lambat dan daya saing yang tidak kompetitif. Sedangkan di kuandran empat

terdapat tanaman pangan, horti semusim, horti tahunan dan lainnya, jasa pertanian

dan perburuan serta kehutanan dan penebangan kayu. Pada kuadaran ini sub

sektor memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi memiliki daya saing yang tinggi

di bandingkan wilayah lain di provinsi jawa tengah.

Kata Kunci : Kontribusi Sektor Pertanian, Kabupaten Wonosobo, Location

Quotient, Shift Share Analysis

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

i

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بســــــــــــــــــم هللا الر

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Kontribusi Sektor Pertanian dan

Rumusan Prioritas dalam Pembangunan Pertanian Daerah Kabupaten

Wonosobo (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)”.

Penelitian ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1

di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa

materil dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Kepada orang tua dan adik tercinta, Ibu Sri Murni dan Firman serta Fadil

yang tiada henti memberikan dukungan, semangat dan kasih sayang serta

motivasi kepada penulis.

2. Prof. Dr. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agribisnis dan Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM selaku Sekretaris

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

ii

4. Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 dan Dr. Achmad

Tjachja Nugraha, MP selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing,

memberikan saran, motivasi nasehat dan arahan sekaligus meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran dalam penyusunan skripsi kepada penulis.

5. Prof. Dr. Ujang Maman, M.Si dan Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen

penguji pada ujian sidang skripsi penulis yang telah memberikan waktunya

serta bimbingan, arahan nasihat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

6. Bapak Rio dari Badan Pusat Statistik Jawa Tengah, Bapak Azhar dari

BAPPEDA Jawa Tengah, Bapak Mujib dari Badan Pusat Statistik Wonosobo,

Bapak Mukiran dari Dinas Pertanian Wonosobo serta para pihak yang telah

membantu selama proses penelitian.

7. Seluruh dosen pengajar Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

yang tidak dapatkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat atas segala

ilmu dan pelajaran dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

8. Sahabat terbaik penulis, Astrid Aisyah Hanani yang telah memberikan

semangat dan motivasi kepada penulis selama proses penelitian.

9. Sahabat Seperjuangan Sang, Akbar, Rizki, Dhea, Andika, Fauzan, Eki,

Boerhan, dayang telah memberikan semangat kepada penulis.

10. Teman-teman sepermainan, Wawan, Andrew, Saleh, Raup, Akhdan, Tetanan

yang telah memberikan motivasi serta bantuannya kepada penulis untuk

segera menyelesaikan penyusunan skripsi, dan telah memberikan masukan-

masukan yang dapat membantu penulis mampu menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman Agibisnis 2013 serta senior lainnya yang senantiasa

memberikan masukan kepada penulis selama penelitian.

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

iii

12. Semua pihak yang telah membantu namun tidak penulis tuliskan satu per satu

tanpa mengurangi rasa hormat. Terimakasih banyak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini.

Penulis berharap semoga penulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga

Allah S.W.T memberkahi kita semua. Aamin Ya Robbal Alamin, Barokallah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2019

Faizal Abdurrahman

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 8

2.1 Otonomi Daerah ................................................................................ 8

2.2 Pembangunan Ekonomi ..................................................................... 13

2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah ........................................................ 14

2.4 Pembangunan Pertanian .................................................................... 18

2.4.1 Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan ...................... 20

2.4.2 Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja ................................. 21

2.4.3 Kontribusi Terhadap Produktifitas .......................................... 22

2.5 Teori Ekonomi Basis ......................................................................... 24

2.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ....................................... 27

2.7 Metode Analisis ................................................................................. 30

2.7.1 Location Quotient (LQ) .......................................................... 30

2.7.2 Shift Share (SS) ....................................................................... 30

2.8 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 31

2.9 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 39

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. 39

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

v

3.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 39

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 40

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 40

3.4.1 Analisis LQ (Location Quontient) .......................................... 40

3.4.2 Analisis SS (Shift Share) ......................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 50

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 50

4.1.1 Posisi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kabupaten

Wonosobo Berdasarkan Pendekatan LQ Periode 2012-2016 . 50

4.1.2 Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Wonosobo

Periode 2012-2016 Berdasarkan Pendekatan Location

Quotient (LQ) .......................................................................... 62

4.1.3 Rumusan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian

dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Wonosobo .......... 76

4.2 Pembahasan ....................................................................................... 79

4.2.1 Posisi Sektor Pertanian, Pertumbuhan dan Daya Saing di

Kabupaten Wonosobo Periode 2010-2016 ............................. 79

4.2.2 Sub Sektor Unggulan, Pertumbuhan dan Daya saing

Kabupaten Wonosobo Periode 2010-2016 ............................. 83

4.2.3 Rumusan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian

dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Wonosobo .......... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 89

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 89

5.2 Saran .................................................................................................. 91

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 92

LAMPIRAN ...................................................................................................... 96

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

v

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 Menurut Lapangan Usaha

(Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2010 ....................................... 2

2. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan 2016 ............... 3

3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama 2015–2017 (Juta Jiwa) ................................................ 22

4. Nilai LQ berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten

Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah 2012-2016 .................................. 51

5. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo Menurut

Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2012-2016 (juta

rupiah) ..................................................................................................... 53

6. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Menurut

Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2012-2016 (Juta

Rupiah) .................................................................................................... 55

7. Rasio PDRB Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah ............. 56

8. Pertumbuhan Regional Sub Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo ..... 58

9. Pertumbuhan Proporsional Sub Sektor Pertanian Kabupaten

Wonosobo (Juta Rupiah) ......................................................................... 59

10. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Sub Sektor Pertanian Kabupaten

Wonosobo (Juta Rupiah) ......................................................................... 61

11. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-

2016 ......................................................................................................... 62

12. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Daya Saing Sub Sektor Pertanian

di Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah) ..................... 77

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo Tahun

2012-2016 (%) ......................................................................................... 4

2. Grafik Presentase Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB

Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 (%) .......................................... 5

3. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 34

4. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian .................................. 48

5. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Pangan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 .................................................................. 66

6. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Hortikultura Semusim

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 ................................................ 67

7. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Perkebunan Semusim

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 ................................................ 68

8. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Hortikultura Tahunan

dan Lainnya Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 ........................... 70

9. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Perkebunan Tahunan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 .................................................................. 71

10. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Peternakan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 .................................................................. 72

11. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Jasa Pertanian dan Perburuan

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 ................................................ 73

12. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Kehutanan dan Penebangan

Kayu Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 ...................................... 74

13. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Perikanan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 .................................................................. 76

14. Profil Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Wonosobo

Periode 2012-2016 .................................................................................. 78

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Peta Wilayah Kabupaten Wonosobo ........................................................ 96

2. Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Wonosobo ................................ 97

3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wonosobo Atas

Dasar Harga Konstan 2012-2016 .............................................................. 98

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016 ................................................... 100

5. Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Kabupaten Wonosobo ............. 102

6. Perubahan PDRB Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah

Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012 dan

2016........................................................................................................... 103

7. Rasio PDRB Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah Atas

Dasar Harga Konstan Tahun 2012 dan 2016 ............................................ 105

8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Wonosobo

Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Proporsional, dan

Pangsa Wilayah Tahun 2012-2016 ........................................................... 106

9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Kabupaten

Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016 ........................ 109

10. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Tahun 2012-2016..................... 110

11. Kontribusi Sub Sektor Pertanian Tahun 2012-2016 ................................. 111

12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi

Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016 .................... 112

13. Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Kabupaten Wonosobo ............. 113

14. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo dan Provinsi

Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2012 dan 2016................................................................................ 113

15. Rasio PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa

Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012 dan 2016 ....................... 114

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

viii

16. Analisis Shift Share Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Wonosobo

Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Proporsional, dan

Pangsa Wilayah Tahun 2012-2016 ........................................................... 115

17. Nilai Pergeseran Bersih (PB), Perbandingan Pergeseran Bersih dan

Daya Saing Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-

2016........................................................................................................... 117

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara yang sejahtera berdasar

pada segala potensi dan kelimpahan sumberdaya yang dimiliki, salah satu sektor

yang dapat membawa peradaban sebuah bangsa menjadi maju adalah sektor

pertanian (Rozelle dan Swinnen dalam Darsono, 2012). Hanya saja kekayaan

hayati yang dimiliki Indonesia dalam hal keadaan geografis justru cederung

menyulitkan pemerataan pembangunan perekonomian daerah di Indonesia.

Sebagaimana dikeluarkannya UU RI No.32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan UU RI No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pusat dan Daerah, telah membawa konsekuensi dengan

memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengelola

perekonomiannya secara penuh. Otonomi daerah yang berkembang saat ini selain

memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah untuk mengatur dan

melaksanakan program-program pembangunan daerahnya, juga menuntut

kesiapan dari pemerintah daerah untuk melaksanakan segala kebijakan yang kini

sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya sendiri.

Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi dimana pemerintah kota dan

kabupaten nya telah menjalankan otonomi daerah sesuai dengan undang undang

yang telah di tetapkan pada tahun 2004. Pembangunan di daerah otonom perlu

dilaksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta sesuai dengan

prioritas dan potensi daerah (Tjiptoherijanto, 1997 dalam Lusminah, 2008).

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

2

Dalam hal ini pemerintah daerah perlu mengertahui sektor sektor yang

mempunyai peranan dominan dalam daerahnya, sehingga pemerintah daerah

dapat menetapkan sasaran yang tepat untuk pembangunan daerahnya.

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 Kabupaten dan Kota

yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Wonosobo memiliki luas 98, 46

ribu ha. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, Kabupaten ini memiliki 236

desa dan 15 kecamatan yang di dukung oleh sektor-sektor dominan seperti

pertanian, perdagangan dan industri yang menjadi sektor unggulan dan diharapkan

dapat meningkatkan perekonomian daerah.

Tabel 1. PDRB Kabupaten Wonosobo Tahun 2016 Menurut Lapangan Usaha

(Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2010

No Lapangan Usaha Tahun (Juta Rupiah)

1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3.871.072.48

2 Pertambangan dan Penggalian 104.298.55

3 Industri Pengolahan 1.902.074.40

4 Pengadaan Listrik dan Gas 4.503.32

5 Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan

daur ulang 14.080.68

6 Konstruksi 749.912.24

7 Perdagangan besar dan eceran 2.139.763.83

8 Transportasi dan pergudangan 691.598.14

9 Penyediaan akomodasi dan makan minum 366.402.46

10 Informasi dan komunikasi 172.034.33

11 Jasa keuangan dan asuransi 360.441.74

12 Real estate 203.199.83

13 Jasa perusahaan 28.877.99

14 Administrasi, pemerintahan dan jaminan sosial

wajib 293.297.48

15 Jasa pendidikan 635.358.88

16 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 154.555.35

17 Jasa lainnya 258.453.43

Jumlah 11.949.926.14 Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo, 2016

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 1 pada tahun 2016 lapangan

usaha yang berasal dari pertanian, kehutanan, perikanan menjadi penyumbang

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

3

PDRB terbesar di Kabupaten Wonosobo sebesar 3.871.072.48 juta rupiah di susul

oleh perdagangan besar dan eceran serta industri pengolahan pada posisi kedua

dan ketiga sebesar 2.139.763.83 juta rupiah dan 1.902.074.40 juta rupiah.

Tingginya jumlah PDRB yang disumbangkan oleh sektor pertanian menandakan

besarnya potensi pertanian di wonosobo untuk dikembangkan, terlebih mayoritas

pekerjaan masyarakat di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai petani

sebagaimana yang tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan 2016

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (dalam Ribu) Persentase (%)

1 Pertanian 181.922 45%

2 Industri 52.555 13%

3 Perdagangan 88.939 22%

4 Jasa Kemasyarakatan 36.384 9%

5 Lain-lain 44.469 11%

Jumlah 404.269 100% Sumber : Statistik Daerah Kabupaten Wonosobo 2017 (Data diolah)

Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 2 menunjukan jumlah tenaga

kerja yang terserap pada sektor pertanian mencapai 181.922 ribu jiwa.

Sektor ini menyerap tenaga kerja paling banyak di bandingkan dengan sektor lain

nya. Sektor perdagangan serta industri menempati urutan kedua dan ketiga secara

berurut dengan jumlah 88.939 dan 52.555 ribu jiwa.

Terkait dengan struktur perekonomiannya dan distribusi tenaga kerja di

Kabupaten Wonosobo, jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten

Wonosobo lima tahun terakhir yaitu tahun 2012-2016 sektor pertanian mengalami

fluktuasi. Berdasarkan data BPS Kabupaten Wonosobo pada tahun 2016,

pertumbuhan sektor pertanian tersebut 3,18% pada tahun 2012; 2,14% pada tahun

2013; 3,14% pada tahun 2014; 3,58% pada tahun 2015; 6,21% pada tahun 2016.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

4

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo Tahun

2012-2016 (%) Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo (2016)

Melihat data-data diatas, strategi pembangunan ekonomi Kabupaten

Wonosobo yang perlu menjadi proritas adalah pembangunan ekonomi yang

berbasis pada sektor pertanian. Mengingat sektor pertanian menyerap tenaga kerja

terbesar serta menyumbangkan PDRB terbesar di Kabupaten Wonosobo.

Perkembangan sektor pertanian diharapkan dapat mendukung dan mendorong

perkembangan perekonomian lain termasuk di dalamnya sektor industri dan

perdagangan. Seiring dengan perkembangan sektor perekonomian lainnya,

presentase kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan. Menurut BPS

Kabupaten Wonosobo tahun 2016, kontribusi sektor pertanian di Kabupaten

Wonosobo dalam lima tahun terakhir menunjukan persentase yang semakin

menurun. Penurunan kontribusi pertanian tersebut yaitu 34,32% pada tahun 2012;

33,26% pada tahun 2013; 33,02% pada tahun 2014; 32,84% pada tahun 2015;

33,17% pada tahun 2016.

3,18 2,14 3,41 3,58

6,21

2012 2013 2014 2015 2016

Pertumbuhan Sektor Pertanian (%)

Pertumbuhan Sektor Pertanian (%)

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

5

Gambar 2. Grafik Presentase Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB

Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 (%) Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo 2016 (Data diolah)

Berdasarkan data-data di atas, pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian

mengalami penurunan yang mengakibatkan kurang optimalnya sektor pertanian

terhadap kotribusi PDRB di Kabupaten Wonosobo. Hal ini menjadi tantangan

yang harus di hadapi dalam melaksanakan strategi pembangunan, mengingat

sektor pertanian menjadi leading sector di Kabupaten Wonosobo.

Mengacu pada Misi yang tercantum dalam Rancangan Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Wonosobo khususnya bidang

pertanian bahwa daerah tersebut memiliki arah kebijakan yang ingin di capaian

meliputi :

1. Meningkatkan produksi dan produktifitas komoditas pertanian dan

perkebunan

2. Meningkatkan produksi dan produktifitas komoditas peternakan

3. Meningkatkan produksi dan produktifitas komoditas perikanan.

Bedasarkan misi yang tercantum dalam RPJMD 2010-2015 maka, dalam

pembangunan pertanian di kabupaten wonosobo perlu adanya strategi melalui

analisis sub sektor pertanian unggulan di Kabupaten Wonosobo. Hal ini perlu

dilakukan agar pemerintah daerah atau daerah otonom dapat mengetahui capaian

34,32 33,26 33,02 32,84 33,17

2012 2013 2014 2015 2016

Kontribusi Sektor Pertanian (%)

Kontribusi Sektor Pertanian (%)

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

6

program prioritas yang tertera dalam RPJMD dan mengambil kebijakan dalam

memprioritaskan sub sektor pertanian unggulan dan non unggulan untuk dapat di

tingkatkan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana posisi sektor pertanian, serta pertumbuhan dan daya saing

sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Wonosobo periode

2012-2016?

2. Sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor unggulan dan

bagaimana pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian di Kabupaten

Wonosobo 2012-2016?

3. Bagaimana prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam memajukan

sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis posisi sektor pertanian, serta pertumbuhan dan daya saing

sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Wonosobo periode

2012-2016.

2. Menganalisis sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor

unggulan dan bagaimana pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian

di Kabupaten Wonosobo 2012-2016.

3. Menentukan prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam

memajukan sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo.

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

7

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan barkaitan dengan

topik penelitian.

2. Bagi pemerintah, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam

mengambil kebijakan, khususnya dalam perencanaan pembangunan pada

sektor pertanian dalam memajukan sektor tersebut di Kabupaten

Wonosobo.

3. Bagi pembaca, sebagai bahan kajian untuk menambah wawasan ilmu

penghetahuan terutama dalam hal keterkaitan potensi wilayah dengan

pembangunan daerah serta sebagai referensi bagi penelitian sejenis.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini memfokuskan pada analisis kontribusi sektor pertanian

terhadap pertumbuhan ekonomi serta peran sub sektor pertanian Kabupaten

Wonosobo pada periode 2012-2016 dengan pendekatan analisis LQ

(Location Quotient) dan SS ( Shift Share).

2. Penggunaan analisi Location Quotient dimaksudkan untuk melihat sektor-

sektor ekonomi dan sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sektor

unggulan di Kabupaten Wonosobo, sedangkan analisis Shift Share

dimaksudkan untuk melihat gambaran pertumbuhan dan daya saing sektor-

sektor tersebut di Kaabupaten Wonosobo.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

8

3. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalahh periode tahun 2012-

2016, karena dilihat dari LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) Kabupaten

Wonosobo menunjukan bahwa pada periode tersebut LPE Kabupaten

Wonosobo terus meningkat dan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Otonomi Daerah

Perkataan otonomi berasal dari bahasa Yunani, Outonomus, yang berarti

pengaturan sendiri atau pemerintahan sendiri. Menurut Encyclopedia of social

science, pengertian otonomi adalah : The Legal Self Sufficiency of Social Body

and its Actual Independence. Dengan demikian pengertian otonomi menyangkut

dengan 2 hal pokok yaitu : kewenangan untuk membuat hukum sendiri (own laws)

dan kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri (self government), (Sjafrizal,

2008). Berdasarkan pengertian tersebut maka otonomi daerah pada hakekatnya

adalah hak atau wewenang untuk mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu

daerah otonom. Hak atau wewenang tersebut meliputi pengaturan pemerintahan

dan pengelolaan pembangunan yang di serahkan oleh pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah.

Pada dasarnya ada 3 alasan pokok mengapa diperlukan otonomi daerah

tersebut (Hidayat Syarif, 2000). Pertama adalah Political Equality yaitu guna

meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada tingkat daerah. Hal ini penting

artinya untuk meningkatkan demokratisasi dalam pengelolaan negara.

Kedua adalah Local Accountability yaitu meningkatkan kemampuan dan

tanggungjawab pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi

masyarakat di daerah. Hal ini sangat penting artinya dalam meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Ketiga adalah Local Responsiveness

yaitu meningkatkan tanggungjawab pemerintah daerah terhadap masalah-masalah

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

9

sosial ekonomi yang terjadi di daerahnya. Undur ini sangat penting bagi

peningkatan upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan sosial di daerah.

Secara global, isu mengenai otonomi daerah banyak mengemuka di

negaranegara utamanya menyangkut persoalan penyebaran kekuasaan kekuasaan

(dispersion of power) sebagai manifestasi riil dari demokrasi. Dengan kata lain,

otonomi daerah sebagai manifestasi demokrasi pada hakekatnya merupakan

penerapan konsep teori “areal division of power” yang membagi kekuasaan

secara vertikal suatu negara, sehingga menimbulkan adanya kewenangan

penyelenggaraan pemerintahan di satu sisi oleh Pemerintah Pusat, sedangkan di

sisi lain dilaksanakan oleh Pemerintahan Daerah (A.G Karim, 2003). Pembilahan

kewenangan penyelenggaraan pemerintahan tersebut kembali lagi kepada sistem

pemerintahan negara yang dianut. Dua premis mengemuka terkait pembilahan

kewenangan tersebut disesuaikan dengan sistem negara yakni kekuasaan yang

terpisah (power separation) dalam sistem federalisme dan kekuasaan yang

terpisah (power sharing) dalam negara kesatuan / unitarianisme.

Otonomi daerah adalah hak, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat nya,

sesuai dengan UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah. Daerah otonom

mempunyai hak, wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundang undangan.

Dengan adanya perundang undangan tersebut, maka sudah kewajiban pemerintah

daerah untuk menangani potensi wilayah dalam ruang lingkup pemerintahan

(Murhaeni, 2009).

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

10

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah otonom memiliki hak dan

kewajiban yang diatur dalam UU No.22 Pasal 22, hak-hak tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;

2. Memilih pemimpin daerah;

3. Mengelola kekayaan daerah;

4. Mengelola aparatur daerah;

5. Memungut pajak di daerah dan retribusi daerah;

6. Memperoleh bagi hasil dari pengelolaan SDA dan sumber daya lain yang

ada di daerahnya;

7. Memperoleh sumber-sumber pendapatan lain yang sah;

8. Memperoleh hak lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Kewajiban yang dilakukan daerah dalam penyelenggaraan otonomi adalah :

1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan

nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;

5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;

6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;

8. Mengembangkan sistem jaminan sosial;

9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;

10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

11

11. Melestarikan lingkungan hidup;

12. Mengelola administrasi kependudukan;

13. Melestarikan nilai sosial budaya;

14. Membentuk dan menerapkan peraturan perundangundangan sesuai dengan

kewenangannya; dan

15. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Otonomi daerah memberikan kesempatan seluas luas nya kepada

pemerintah daerah khususnya kabupaten dan kota untuk mengembangkan potensi

daerah masing masing. Otonomi daerah di tuntut untuk mempertanggung

jawabkan segala urusan daerah otonom nya dari segala aspek yang tadinya

merupakan tanggung jawab pemerintah pusat menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan diharapkan semua potensi

yang ada di daerah nya di optimalkan dengan baik.

Inti otonomi daerah adalah kebebasan masyarakat setempat untuk mengatur

dan mengurus kepentingan sendiri yang bersifat lokalitas untuk terselenggaranya

kesejahtera-an. Dalam otonomi terdapat nilai yang hakiki, yakni nilai demokrasi

dan prakarsa sendiri. Menurut Moh. Hatta, otonomisasi tidak saja berarti

melaksanakan demokrasi, tetapi mendorong berkembangnya prakarsa sendiri,

yang berarti pengambilan keputusan sendiri dan pelaksanaan sendiri kepentingan

masyarakat setempat. Dengan demikian demokrasi, yaitu pemerintahan dari, oleh

dan untuk rakyat dapat dicapai. Rakyat tidak saja menentukan nasibnya sendiri,

melainkan juga memperbaiki nasibnya sendiri.

Pelaksanaan pemerintahan daerah yang melibatkan partisipasi masyarakat

luas memungkinkan terciptanya pemerintahan daerah yang demokratis dalam

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

12

rangka menuju pada pemerintahan yang baik (good governance). Dalam teori dan

praktek pemerintahan modern diajarkan bahwa untuk menciptakan the good

governance perlu dilakukan desentralisasi pemerintahan. Good governance

menunjuk pada proses pengelolaan pemerintahan melalui keterlibatan

stakeholders yang luas dalam bidangbidang ekonomi, sosial, dan politik serta

pendayagunaan sumber daya alam, keuangan dan manusia untuk kepentingan

semua pihak, yakni pemerintah, pihak swasta dan rakyat dalam cara yang sesuai

dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, persamaan, efisiensi, transparansi, dan

akuntabilitas.

Good governance merupakan kecenderungan global dan tuntutan dalam

sistem politik yang demokratis. Terdapat beberapa elemen penting dari otonomi

daerah yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya pencapaian

kepemerintahan yang baik (good governance), diantaranya adalah:

1. Otonomi berhubungan erat dengan demokratisasi (khususnya grass roots

democracy).

2. Dalam otonomi terkandung makna self-initiative untuk mengambil

keputusan dan memperbaiki nasib sendiri.

3. Karena dalam konsep otonomi terkandung kebebasan dan kemandirian

masyarakat daerah untuk mengambil keputusan dan berprakarsa, berarti

pengawasan atau kontrol dari pemerintah pusat tidak boleh dilakukan

secara langsung yang dapat mengurangi kebebasan masyarakat daerah, atau

menjadikan beban bagi daerah.

4. Daerah otonom harus memiliki power (termasuk dalam sumber-sumber

keuangan) untuk menjalankan fungsi-fungsinya, memberikan pelayanan

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

13

publik serta sebagai institusi yang mempunyai pengaruh agar ditaati

warganya.

5. Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah tidak hanya dipengaruhi oleh

faktor intern, akan tetapi juga faktor ekstern.

Dapat dikatakan bahwa good governance menunjuk pada proses

pengelolaan pemerintahan melalui keterlibatan stakeholders yang luas dalam

bidang ekonomi, sosial dan politik suatu negara dan pendayagunaan sumber daya

alam, keuangan dan manusia menurut kepentingan semua pihak dengan cara yang

sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, persamaan, efisiensi,

transparansi dan akuntabilitas. Good governance merupakan prinsip

penyelenggaraan pemerintahan yang universal, karena itu harusnya diterapkan

dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, baik di tingkat pusat maupun

di tingkat daerah. Upaya menjalankan prinsip-prinsip good governance perlu

dilakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Apalagi dengan

telah diundangkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

2.2 Pembangunan Ekonomi

Menurut Suryana (2000) pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang

menyebabkan pendapatan kapital penduduk suatu masyarakat meningkat dalam

jangka waktu yang panjang. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal

yang menjadi kunci keberhasilan suatu negara untuk meningkatkan tarah hidup

warga di suatu negara.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

14

Oleh karena itu, Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa keberhasilan

pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu 1)

berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya

(sustenance), 2) meningkatnya rasa harga diri (selfesteem) masyarakat sebagai

manusia, dan 3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom

from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

Akhirnya dapat disadari bahwa definisi pembangunan ekonomi itu sangat

luas bukan hanya sekedar bagaimana meningkatkan GNP per tahun saja.

Pembangunan ekonomi itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek

dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja.

Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang

dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan

taraf hidup masyarakatnya. Adanya batasan tersebut, maka pembangunan

ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Pembangunan ekonomi bisa di lakukan di berbagai sektor, salah satunya

adalah sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat strategis

di indonesia, mengingat negara indonesia merupakan negara agraris yang kaya

akan sumber daya alam.

2.3 Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah

dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

15

kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

dalam wilayah tersebut. Masalah pokok pembangunan ekonomi daerah adalah

pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan

pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan

menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik

secara lokal (daerah).

Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang

berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan

kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Arsyad,

1999). Pengetahuan mengenai tujuan dan sasaran pembangunan ekonomi daerah,

serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki suatu daerah maka strategi

pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan

menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan

kegiatan usaha di daerah yang bersangkutan (Suparmoko, 2002). Setiap daerah

mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain.

Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama

perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk

interaksinya dengan daerah lain.

Terdapat beberapa teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi regional,

diantaranya : (1) Teori Pertumbuhan Jalur Cepat; (2) Teori Basis Ekspor; (3)

Teori Pusat Pertumbuhan.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

16

1. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat

Teori pertumbuhan jalur cepat diperkenalkan oleh Samuelson pada tahun

1955. Teori ini menekankan setiap wilayah perlu melihat sektor atau komoditi

yang memliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat baik karena

potensi alam maupun karena sektor itu memiliki compettitve advantage untuk

dikembangkan. Hal ini berarti dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut

dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu

yang relait signifikan dan volume sumbangan untuk pereokonomian juga cukup

besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus bisa diekspor (keluar daerah

atau luar negeri). Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut

berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan

saling mendukung. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya

dengan sektor lain yang terkait akan akan mampu membuat perekonomian

tumbuh cepat (Tarigan, 2012).

2. Teori Basis

Teori ini membagi sektor produksi atau jenis pekerjaan yang terdapat di

dalam suatu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan servis (pelayanan)

atau lebih sering disebut sektor nonbasis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang

bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian

wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.

Sedangkan kegiatan non-basis adalah kegiatan yang melayani kebutuhan

masyarakat di daerah itu sendiri, baik pembeli maupun asal uangnya dari daerah

itu sendiri (Tarigan, 2012). Teori basis ekspor menggunakan dua asumsi, yaitu :

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

17

(1) asumsi pokok atau yang utama bahwa ekspor adalah satusatunya unsur

eksogen (independen) dalam pengeluaran. Hal ini berarti, semua unsur

pengeluaran lain terikat (dependen) terhadap pendapatan. Secara tidak langsung

hal ini berarti diluar pertambahan alamiah, hanya peningkatan ekspor saja yang

dapat mendorong peningkatan pendapatan daerah karena sektor-sektor lain terikat

peningkatannya oleh peningkatan pendapatan daerah. Sektor lain hanya

meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat. Jadi satu-

satunya yang bisa meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak terikat

dalam siklus pendapatan daerah; (2) asumsi kedua adalah fungsi pengeluaran dan

fungsi impor bertolak dari titik nol sehingga tidak akan berpotongan (Tarigan,

2012).

3. Teori Pusat Pertumbuhan ( The Growth Pole Theory )

Dalam suatu wilayah, ada penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi pada

suatu tempat, yang disebut dengan berbagai istilah seperti: kota, pusat

perdagangan, pusat industri, pusat pertumbuhan, simpul distribusi, pusat

permukiman, atau daerah modal. Sebaliknya, daerah di luar pusat konsentrasi

dinamakan: daerah pedalaman, wilayah belakang (hinterland), daerah pertanian,

atau daerah pedesaan (Tarigan, 2012). Suatu daerah dikatakan sebagai pusat

pertumbuhan harus memiliki empat ciri, yaitu:

a. Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan yang memiliki

nilai ekonomi;

b. Ada efek pengganda (multiplier effect);

c. Adanya konsentrasi geografis; dan

d. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah dibelakangnya (Tarigan, 2012).

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

18

2.4 Pembangunan Pertanian

Menurut (Kamaludin, 1998) pembangunan pertanian dapat di artikan sebgai

bentuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan

pekerjaan dan kesempatan usaha serta mengisi dan memperluas pasar, baik pasar

dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pembangunan pertanian dapat

menngkatkan taraf hidup warga disuatu negara ataupun dapat menunjang

pembangunan wilayah sesuai dengan di berlakukan nya otonomi daerah.

Pembangunan pertanian haruslah mengedepankan potensi suberdaya alam dan

kemampuan msyarakat di daerah otonom. Pemanfaatan secara maksimal akan

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan menghasilkan produktifitas yang tinggi.

Hal ini harus juga di dukung dengan kebijakan yang pro akan pembangunan

pertanian.

Sektor pertanina yang di tinjau dari beberapa segi memang merupakan

sektor yang dominan dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusinya dalam

pendapatan nasional peranannya dalam pemberian lapangan kerja pada penduduk

yang bertambah dengan cepat, kontribusinya dalam menghasilkan devisa dan lain-

lain (Rochaeni, 2014). Ada 5 syarat mutlak dan tidak mutlak tetapi sangat

berpengaruh dalam memperlancar pembangunan pertanian. Syarat mutlak

menurut Mosher adalah :

1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani

2. Teknologi yang senantiasa berkembang

3. Tersedianya bahan banhan dan alat-alat produksi secara lokal

4. Adanya perangsang produksi bagi petani

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

19

5. Tersedianga pengangkutan yang lancar dan kontinyu

Disamping syarat-syarat mutlak tersebut, menurut mosher ada lima syarat

lagi yang adanya tidak mutlak tetapi bila ada benar benar memperlancar

pembangunan pertanian. Syarat tersebut adalah pendidikan pembangunan, kredit

produksi, kegiatan gotong royong petani, perbaikan dan perluasan tanah pertanian,

dan perencanaan nasional pembangunan pertanian.

Jika dilihat dari potensi sumberdaya dan arah kebijakan pembangunan

nasional serta potensi pasar atas produk-produk pertanian, maka Indonesia

memiliki prospek untuk pembangunan sistem agribisnis, yang didukung oleh; a)

Keputusan politik yang dimuat dalam GBHN 1999-2004 yang antara lain

mengamanatkan pembangunan keunggulan komparatif Indonesia sebagai negara

agraris dan maritime, b) Amanat konstitusi yaitu UU No. 22 tahun 1999, UU No.

25 tahun 1999 dan PP 25 tahun 2000 tentang pelaksanaan Otonomi Daaerah.

Esensi Otonomi Daerah adalah mempercepat pembangunan ekonomi dengan

mendayagunakan sumberdaya daerah seperti agribinsis, dimana saat ini beberapa

daerah di Indonesia struktur perekonomiannya (pembentukan PDRB, kesempatan

berusaha, eskpor) 4 disumbang oleh agribisnis, c) Kekayaan keragaman hayati

(biodivercity) daratan dan perairan yang terbesar di dunia, lahan yang relatif luas

dan subur, dan agroklimat sebagai keunggulan komperatif untuk agribisnis, d)

Berbasis pada sumber daya domestik (domestic resources based, high local

content) tidak memerlukan impor dan pembiayaan eksternal (utang luar negeri), e)

Produk Indonesia memiliki keunggulan-keunggulan bersaing terutama

produkproduk agribisnis, seperti barang-barang dari karet, produk turunan CPO

(detergen, sabun, palmoil, dll), (Saragih, B. 2001).

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

20

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat baik dalam mendukung

pertumbuhan ekonomi daerah namun tentu dengan dukungan pemerintah daerah

agar tercapainya perekonomian baik. Teori-teori pembangunan pertanian dan

pembahasan atas aspek-aspek ekonomi dari pembangunan pertanian dan

persoalan-persoalan pertanian pada umumnya dibagi dalam empat segi pandangan

yaitu :

1. Pandangan sektoral, yaitu pertanian ditinjau sebagai suatu sektor

berhadapan dengan sektor sektor lainnya dalam perekonomian nasioanal.

2. Masalah efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pertanian.

3. Pendekatan dari segi komoditi terutama komoditi-komoditi utama yang di

hasilkan.

4. Pendekatan dari segi pembangunan daerah.

Selain itu secara ekonomi makro pembangunan pertanian dapat dianalisis

melalui tiga kerangka pemikiran yaitu peranan pertanian dalam pembangunan

ekonomi, sifat-sifat ekonomi pertanian tradisional, dan proses ekonomi

modernisasi pertanian.

2.4.1 Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan

Sektor pertanian di Indonesia dianggap sangat penting karena peranannya

dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia pangan, penyedia faktor produksi dan

penghasil devisa yang cukup besar (Soekartawi, 1996). Menurut Kamaluddin

(1998), peranan utama sektor pertanian dalam pembangunan sehubungan dengan

pertimbangan-pertimbangan berikut:

1. Sebagian besar penduduk terutama di negara-negara berkembang

menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

21

2. Sektor pertanian di negara berkembang merupakan sumber utama

pemenuhan kebutuhan pokok tanaman pangan.

3. Sektor pertanian merupakan penyedia input tenaga kerja yang sangat besar

untuk menunjang pembangunan sektor lain terutama industri.

4. Sektor pertanian dapat berperan sebagai sumber dana dan daya utama

dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi.

5. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor

modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkannya.

Pertanian dapat dilihat sebagai suatu yang sangat potensial dalam empat

bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional

yaitu sebagai berikut:

1. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi lainnya sangat tergantung pada

pertumbuhan output di bidang pertanian, baik dari sisi permintaan maupun

penawaran sebagai sumber bahan baku bagi keperluan produksi di sektor-

sektor lain seperti industri manufaktur dan perdagangan.

2. Pertanian berperan sebagai sumber penting bagi pertumbuhan permintaan

domestik bagi produk-produk dari sektor-sektor lainnya.

3. Sebagai suatu sumber modal untuk investasi di sektor-sektor ekonomi

lainnya.

4. Sebagai sumber penting bagi surplus perdagangan.

2.4.2 Kontribusi Terhadap Kesempatan Kerja

Suatu Negara besar seperti Indonesia, di mana ekonomi dalam negerinya

masih di dominasi oleh ekonomi pedesaan sebagian besar dari jumlah

penduduknya atau jumlah tenaga kerjanya bekerja di pertanian.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

22

Tabel 3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan Utama 2015–2017 (Juta Jiwa)

No Lapangan Pekerjaan Utama 2015 2016 2017

1 Pertanian 37.75 37.77 35.93

2 Pertambangan dan Penggalian 1.32 1.32 1.39

3 Industri 15.25 15.54 17.01

4 Listrik, Gas dan Air 0.29 0.35 0.39

5 Kontruksi 8.21 7.98 8.14

6 Perdagangan 25.68 26.69 28.17

7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 5.11 5.61 5.76

8 Keuangan 3.27 3.53 3.75

9 Jasa 17.94 19.46 20.48

Jumlah 114.82 118.41 121.02 Sumber : Badan Pusat Statistik (2017)

Indonesia, daya serap sektor tersebut pada tahun 2017 mencapai 35 juta

lebih. Jauh lebih besar dari sektor manufaktur. Ini berarti sektor pertanian

merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Jika dilihat pola

perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa

kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang

menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan

kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur

ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang,

yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari sektor

primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari sektor

sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi. Namun

semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai pemasok

bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi lainnya.

2.4.3 Kontribusi Terhadap Produktifitas

Kemampuan Indonesia meningkatkan produksi pertanian untuk

swasembada dalam penyediaan pangan sangat ditentukan oleh banyak faktor

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

23

eksternal maupun internal. Satu-satunya faktor eksternal yang tidak bisa

dipengaruhi oleh manusia adalah iklim, walaupun dengan kemajuan teknologi saat

ini pengaruh negatif dari cuaca buruk terhadap produksi pertanian bisa

diminimalisir. Dalam penelitian empiris, faktor iklim biasanya dilihat dalam

bentuk banyaknya curah hujan (millimeter).

Curah hujan mempengaruhi pola produksi, pola panen, dan proses

pertumbuhan tanaman. Sedangkan factor-faktor internal, dalam arti bisa

dipengaruhi oleh manusia, di antaranya yang penting adalah lusa lahan, bibit,

berbagai macam pupuk (seperti urea, TSP, dan KCL), pestisida, ketersediaan dan

kualitas infrastruktur, termasuk irigasi, jumlah dan kualitas tenaga kerja (SDM),

K, dan T. Kombinasi dari faktor-faktor tersebut dalam tingkat keterkaitan yang

optimal akan menentukan tingkat produktivitas lahan (jumlah produksi per hektar)

maupun manusia (jumlah produk per L/petani). Saat ini Indonesia, terutama pada

sektor pertanian (beras) belum mencukupi kebutuhan dalam negeri. Ini

berarti Indonesia harus meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi untuk

menigkatkan produktivitas pertanian.

Sektor pertanian di Indonesia memiliki kemampuan dalam mengisi

pembangunan yang dipercayai dapat menjamin pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan. Sektor pertanian dapat memenuhi lima syarat utama sebagai sektor

andalan, yaitu tangguh, progresif, ukurannya cukup luas, artikulatif dan responsif.

Ketangguhan sektor pertanian diindikasikan oleh kemampuannya dalam memberi

kontribusi pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Sektor pertanian

berpotensi progresif dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional jika

didukung dengan kebijaksanaan yang tepat (Daniel, 2002).

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

24

2.5 Teori Ekonomi Basis

Dalam pengertian ekonomi regional dikenal adanya pengertian sektor basis

dan sektor non basis. Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya

harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan

berskala internasional, regional maupun nasional. Teori basis ekonomi ini

dikemukakan oleh Harry W. Richardson yang menyatakan bahwa faktor penentu

utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan

permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999).

Dalam penjelasan selanjutnya dijelaskan bahwa pertumbuhan industri-

industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan

baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang

kerja (job creation). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan

mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan

persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat

menghasilkan ekspor (Suyatno 2000).

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan

perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor

yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan

populer adalah teori basis ekonomi (economic base theory).

Menurut Glasson (1990), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian

menjadi dua sektor yaitu:

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

25

1. Sektor-sektor Basis

Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa

ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas

masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar

perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

2. Sektor-sektor Bukan Basis

Sektor bukan basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang

yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas

perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor

barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah

bersifat lokal. Secara implisit pembagian perekonomian regional yang

dibagi menjadi dua sektor tersebut terdapat hubungan sebab-akibat dimana

keduanya kemudian menjadi pijakan dalam membentuk teori basis

ekonomi.

Bertambahnya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus

pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan sehingga menambah permintaan

terhadap barang dan jasa yang dihasilkan, akibatnya akan menambah volume

kegiatan bukan basis. Sebaliknya semakin berkurangnya kegiatan basis akan

menurunkan permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis yang berarti

berkurangnya pendapatan yang masuk ke daerah yang bersangkutan, dengan

demikian kegiatan basis mempunyai peran sebagai penggerak utama.

Aktivitas sektor basis adalah pertumbuhan sektor tersebut menentukan

pembangunan menyeluruh daerah itu, sedangkan aktivitas sektor non basis

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

26

merupakan sektor sekunder (city folowing) artinya tergantung perkembangan yang

terjadi dari pembangunan yang menyeluruh.

Teori basis ekonomi berupaya untuk menemukan dan mengenali aktivitas

basis dari suatu wilayah, kemudian meramalkan aktivitas itu dan menganalisis

dampak tambahan dari aktivitas ekspor tersebut. Konsep kunci dari teori basis

ekonomi adalah bahwa kegiatan ekspor merupakan mesin pertumbuhan. Tumbuh

tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh bagaimana kinerja wilayah itu terhadap

permintaan akan barang dan jasa dari luar.

Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau

non-basis adalah analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999) menjelaskan

bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah

menjadi dua golongan yaitu:

a. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun

di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan

sektor ekonomi potensial (basis).

b. Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah tersebut

dinamakan sektor tidak potensial (non basis) atau local industry.

Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi

suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan

jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan

sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan

menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation)

(Arsyad, 1999).

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

27

2.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut BPS didefinisikan

sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu

wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Mardiasmo (2000)

menyebutkan bahwa unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 10 sektor

lapangan usaha, yaitu: a) Pertanian, b) Industri pengolahan c) Pertambangan dan

Penggalian, d) Listrik, gas dan air bersih, e) Bangunan, f) Perdagangan, hotel dan

restoran, g) Pengangkutan dan Komunikasi, h) Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan i) Perbankan daerah, dan j) Jasa-jasa.

Pada perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB harga

berlaku dan PDRB harga konstan, yang dimana PDRB harga berlaku merupakan

nilai suatu barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada

tahun tersebut, dan PDRB harga konstan adalah nilai suatu barang dan jasa yang

dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu yang dijadikan sebagai

tahun acuan atau tahun dasar. Dalam menghitung PDRB dapat dilakukan dengan

empat pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Produksi

Pendekatan ini sering disebut juga pendekatan nilai tambah dimana nilai

tambah bruto dengan cara mengurangkan nilai out put yang dihasulkan oleh

seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara lain dari masing – masing

nilai produksi bruto dari setiap sektor ekonomi, nilai tambah ini merupaan

nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang diperoleh oleh unit

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

28

produksi sebagai input antara, nilai yang ditambahkan sama dengan balas

jasa faktor produksi atas keikutsertaannya dalam proses produksi.

2. Pendekatan Pendapatan

Pendekatan ini merupakan nilai tambah dari kegiatan – kegiatan ekonomi

dihitung dengan cara menjymlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu

upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto.

Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari

keuntungan, surplus usaha seperti bunga neto, sewa tanah dan keuntungan

tidak diperhitungkan.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa

yang digunakan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat untuk

kepentingan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial,

pembentukan modal dan ekspor, nilai barang dan jasa hanya berasal dari

produksi domestik, total pengeluaran dari komponen – komponen tersebut

harus dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud adalah

ekspor neto, penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut

PDRB atas dasar harga pasar.

4. Metode Alokasi

Metode alokasi digunakan pada data data suatu unit produksi di suatu

daerah tidak tersedia. Nilai tambah dari suatu unit produksi di daerah

tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari

sumber yang ditingkatnya lebih tinggi, seperti data suatu kabupaten

diperoleh dari alokasi data provinsi.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

29

Untuk menghitung produk domestik regional bruto (PDRB) dapat

digunakan salah satu dari penghitungan pendapatan nasional yaitu dengan

pendekatan pengeluaran. Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menghitung

nilai barang dan jasa yang dikeluarkan oleh berbagai golongan dalam masyarakat,

dengan persamaan sebagai berikut:

PDRB = C + I + G + (x - m)

Dimana C adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, I adalah

pembentukan modal, G adalah pengeluaran pemerintah, dan (x - m) adalah selisih

nilai ekspor dan impor. perlu disepakati bahwa I (investasi) dalam bidang

produktif, sebenarnya terdiri dari investasi swasta (ip) dan investasi pemerintah

(ig). G adalah pengeluaran pemerintah pada umumnya yaitu pengeluaran rutin

pemerintah dan pengeluaran pembangunan di luar bidang produktif.

Untuk mengukur pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah dapat diketahui

melalui pendekatan model pertumbuhan neo klasik dengan memusatkan perhatian

pada fungsi produksi cobb-douglas.

Menurut Arsyad (1999) fungsi produksi cobb-douglas tersebut dapat

dituliskan dengan cara berikut:

Y = ALα K β

Dimana Y = total produksi, L = tenaga kerja, k = modal, A = produktivitas

faktor total, α dan β adalah elastisitas output dari tenaga kerja dan modal,

masingmasing. Nilai-nilai konstan ditentukan oleh teknologi yang tersedia.

Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan usaha dikelompokkan menjadi

sembilan sektor ekonomi. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam

penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) ditingkat nasional. Pembagian ini

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

30

sesuai dengan System of National Accounts (SNA). Hal ini juga memudahkan para

analis untuk membandingkan PDRB antar provinsi dan antara PDRB dengan

PDB.

2.7 Metode Analisis

2.7.1 Location Quotient (LQ)

Menurut Hood dalam Rachmat Hendaya (2003), Loqation Quotient adalah

suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan

dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum

digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami

sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi

relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan

perbandingan.

Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak

terbatas pada bentuk barang barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa

pengeluaran orang asing yang berada pada wilayah tersebut terhadapp barang

barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001). Teori ekonomi basis mengklarifikasi

seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non

basis.

2.7.2 Shift Share (SS)

Lahirnya konsep SSA (Shift Share Analysis) dalam analisis ekonomi

wilayah dimaksudkan untuk mengurangi kelemahan kelemahan dari perhitungan

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

31

perhitungan indeks konsentrasi seperti LQ dan IS (Daryanto dan Hafizrianda,

2010). Dalam SSA faktor waktu sudah di perhitungkan, sehingga SSA memiliki

sifat yang dinamik (LQ dan SSA bersifat statis) yang di anggap memiliki manfaat

yang lebih banyak dibandingkan LQ maupun IS. Metode LQ tidak dapat

menjelaskan faktor penyebab terjadi perubahan struktur ekonomi, sedangkan

melalui SSA perubahan struktur ekonomi wilayah itu dijabarkan berdasarkan

faktor-faktor penyebabnya.

Pada umumnya analisis Shift share ini dapat digunakan untuk melihat

pertumbuhan sektor-sektor perekonmian suatu wilayah selama periode tertentu.

Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah (Kabupaten Wonosobo) sektor-

sektor ekonomi mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar

terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Jawa Tengah) dan juga untuk

mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di

masing-masing wilayah bawahnya (Budiharsono, 2001).

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan pendekatan alat analisis Location Quontient (LQ) dan

Shift Share (SS) sudah pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian yang

pernah dilakukan dapat di jadikan dasar dan pertimbangan dalam mengkaji

penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan bahan pertimbangan,

yaitu :

1. Sofiyanto tahun 2015, dengan judul “Analisis Peran Sektor Pertanian

Dalam Pembangunan Daerah Di Kabupaten Batang” dengan pendekatan

Location Quoentient dan Shift Share. Data yang digunakan adalah data

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

32

sekunder yaitu data PDRB Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah

berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada periode 2004-2013.

2. Ilham Alkaf tahun 2015, dengan judul “Peran Sektor Pertanian Terhadap

Perekonomian Kabupaten Cilacap Periode 2002-2013” dengan

mengunakan pendekatan Tipologi Klassen, Shift Share dan Location

Quontient. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa PBDR Kabupaten Cilacap Periode 2002-2013 dan PDRB Provinsi

Jawa Tengah periode 2002-2013.

3. Rina Firnanda H 2012, dengan judul “Kontribusi Sektor Pertanian

Terhadap PDRB Kabupaten Sukabumi Periode 2007 - 2010” dengan

pendekatan Location Quontient, Shift Share dan Tipologi Klassen. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB

Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat Periode Periode 2007-2010.

2.9 Kerangka Pemikiran

Sektor pertanian merupakan penyumbang PDRB sekaligus penyerap tenaga

kerja terbesar di Kabupaten Wonosobo. Hal ini ditunjukan pada grafik yang telah

di jelaskan pada latar belakang penelitian,bahwa pada tahun 2016 sektor pertanian

menyumbangkan PDRB sebesar 3.871.072.48 (juta rupiah) dengan penyerapan

tenaga kerja sebesar 45 persen. Sektor ini sangat potensial untuk di kembangkan,

mengingat Kabupaten Wonosobo memiliki dataran tinggi yang sangat baik untuk

di kembangkan nya sektor pertanian. Dalam hal ini perlu adanya kebijakan untuk

menentukan sub sektor unggulan dan non unggulan dalam perencanaan

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

33

pembangunan daerah khusus nya di sektor pertanian, sehingga potensi yang ada di

Kabupaten Wonosobo dapat dimaksimalkan dengan baik.

Sektor Pertanian Mempunyai 9 Sub Sektor yaitu : Tanaman pangan,

tanaman hortikultura semusim, perkebunan semusim, tanaman hortikultura

tahunan, perkebunan tahunan, peternakan, jasa pertanian dan perburuan,

kehutanan dan penebangan kayu dan terakhir adalah perikanan. Semua sub sektor

pertanian menyumbangkan PDRB yang cukup besar bila di akumulasikan. Sektor

pertanian memiliki beberapa subsektor unggulan yang harus ditingkatkan baik

dari segi produktivitas maaupun kontribusinya terhadap ekonomi daerah. Untuk

mengetahui subsektor apa yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan

seberapa besar jumlah kontribusi yang diberikan, maka dibutuhkan perhitungan-

perhitungan seperti metode Location Quatient (LQ) dan Shift Share (SS).

Location Quotient dapan digunakan untuk menentukan sub sektor pertanian

unggulan dari PDRB Kabupaten Wonosobo yang dapat menjadi acuan prioritas

sub sektor pertanian unggulan yang sangat potensial untuk di kembangkan dan

laju pertumbuhan ekonomi yang di dapat dari perubahan PDRB Kabupaten

Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan lapangan usaha ini dianalisis

dengan menggunakan pendekatan Shift Share dimana sub sektor pertanian

tersebut akan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

34

Secara skematis kerangka pemikiran dapat di jelaskan sebagai berikut :

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Wonosobo

PDRB Sektor Pertanian

Sektor Pertanian Mempunyai 9 Sub Sektor yaitu :

1. Tanaman Pangan

2. Tanaman Hortikultura Semusim

3. Perkebunan Semusim

4. Tanaman Hortikultura Tahunan

5. Perkebunan Tahunan

6. Peternakan

7. Jasa Pertanian dan Perburuan

8. Kehutanan dan Penebangan Kayu

9. Perikanan

Sub Sektor Unggulan,

Laju Pertumbuhan dan Daya

Saing Sub Sektor Unggulan

Location Quotient

(LQ) Analisis Shift Share

(SS)

Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan

Daerah Kabupaten Wonosobo

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April di Kabupaten

Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Lokasi dipilih secara sengaja dengan

pertimbangan adanya ketimpangan yang terjadi, dilihat berdasarkan data BPS

Provinsi Jawa Tengah selama tahun 2012-2016 Kabupaten Wonosobo memiliki

grafik pertumbuhan cenderung naik akan tetapi jumlah kontribusi PDRB

cenderung menurun.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder. Adapun data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. PDRB Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah periode 2012-2016

Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo dan

Provinsi Jawa Tengah, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BAPPEDA) Kabupaten Wonosobo. Data tersebut di gunakan untuk

mengetahui posisi sektor pertanian dan rumusan prioritas yang akan di

hitung menggunakan Location Quontient dan Shift share Analysis

2. Data sekunder lainnya yang masih ada kaitannya dengan tujuan penelitian

ini berupa buku pustaka dari BPS, BAPPEDA dan Dinas Pertanian yang

menunjang penelitian ini.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

40

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dalam menjawab pertanyaan

pertanyaan pada penelitian yaitu dengan menggunakan data sekunder. Data

tersebit di dapatkan dari PDRB sektor sektor ekonomi menurut lapangan usaha di

Kabupaten Wonosobo dan Jawa Tengah periode 2012-2016 serta data Kabupaten

Wonosobo Dalam Angka Periode 2012-2016. Penentuan periode ini dikarenakan

perbedaan ADHK tahun 2000 menjadi 2010. Pada tahun analisa ini perubahan

terjadi pada sub sektor pertanian yang pada awalnya terdiri dari 5 sub sektor,

menjadi 9 sub sektor. Pada tahun 2012 terjadi perbedaan pola tanam yaitu 2 tahun

5 kali panen menurut Bapak Mukiran (Dinas Pertanian.) Data tersebut di dapat

dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, serta BPS

Pusat dan BAPEDA Kabupaten Wonosobo. Selanjutanya data diolah

menggunakan program Microsoft Excel 2010.

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menjelaskan permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan

beberapa metode analisis data, yaitu :

3.4.1 Analisis LQ (Location Quontient)

Metode ini digunakan untuk melhat sektor-sektor yang termasuk ke dalam

kategori sektor unggulan. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator

yang mampu menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu

daerah dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan

perbandingan antara pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

41

pendapatan total semua sektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i

pada daerah atas terhadap pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Secara

matematis, rumus LQ dapat dituliskan (Budiharsono, 2001):

Keterangan :

Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kabupaten Wonosobo)

Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kabupaten Wonosobo)

Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Tengah)

Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Tengah)

Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i

dikategorikan sebagai sektor basis atau sektor unggulan. Nilai LQ yang lebih dari

satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa pendapatan pada sektor i di daerah

bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada sektor i lebih

berorientasi ekspor. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian

Kabupaten Wonosobo lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

Sebaliknya, jika nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor

non basis atau sektor non unggulan. Nilai LQ yang kurang dari satu tersebut

menunjukkan bahwa pangsa pendapatan pada sektor i di daerah bawah lebih kecil

dibanding daerah atasnya. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian

Kabupaten Wonosobo lebih kecil daripada peranan sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

42

3.4.2 Analisis SS (Shift Share)

Pertumbuhan sektor sektor perekonomian suatu wilayah selama periode

tertentu dapat dilihat menggunakan metode analisis Shift Share. Selain itu, metode

ini juga dapat digunakan untuk melihat daerah bawah (Kabupaten Wonosobo)

sektor-sektor perekonomian mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan

paling besar terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Jawa Tengah) dan

juga untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang

paling cepat di masing-masing wilayah bawahnya. Kegunaan lain dari metode ini

yaitu dapat melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah

lainnya dan melihat perbandingan laju sektor sektor perekonomian disuatu

wilayah dengan laju pertumbuhan nasional serta sektor sektornya (Budiharsono,

2001).

Adapun langkah-langkah utama dalam melakukan metode analisis Shift

Share (SS) yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan wilayah yang akan di analisis. Dalam penilitian ini wilayah

yang akan di analisis adalah Kabupaten Wonosobo.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator

kegiatan ekonomi yang digunakan disini adlah pendapatan yang

dicerminkan dari nilai PDRB Kabupaten Wonosobo dan PDRB Provinsi

Jawa Tengah. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah tahun

2006-2016.

3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisi. Sektor ekonomi yang

akan dianalisis dalam penelitian ini adalah terfokus pada semua sektor

ekonomi yang ada di Kabupaten Wonosobo untuk melihat peranan,

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

43

pertumbuhan dan daya saing, serta posisi sektro pertanian dalam

perekonomian di Kabupaten Wonosobo. Selanjutnya menganalisis peranan,

pertumbuhan dan saya saing sub sektor pertanian untuk melihat peranan

dan potensi sub sektor pertanian dalam mendukung pertumbuhan sektor

pertanian.

4. Menghitung perubahan indikator ekonomi (Budiharsono, 2001).

a. PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun dasar analisis.

Keterangan :

Yi = PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun dasar analisis.

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun akhir

analisis.

b. PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun akhir analisis.

Y’I = PDRB Provinsi Jawa Tengah dari sektor i pada tahun akhir analisis.

Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Batang pada tahun akhir analisis.

c. Perubahan indikator kegiatan ekonomi dirumus sebagai berikut :

d. Presentase perubahan PDRB

Persen [

]

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

44

Keterangan :

= Perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Wonosobo

= PDRB sektro i wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun dasar

analisis

Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun akhir

analisis

5. Menghitung raiso indikator kegiatan ekonomi (Budiharsono, 2001).

Rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor

perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri, dan Ra.

a. ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Wonosobo)

ri = (Y’ij – Yij)/Yij

Keterangan :

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun dasar

analisis

Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Batang pada tahun akhir

analisis

b. Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Tengah)

Ri = (Y’i – Yi)/Yi

Keterangan :

Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar

analisis

Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun akhir

analisis

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

45

c. Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Tengah)

Ra = (Y’ ... – Y ...)/Y...

Keterangan :

Y ... = PDRB wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar analisis

Y’ ... = PDRB wilayah Provinsi Jawa Tengah pada tahun akhir analisis.

6. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah (Budiharsono, 2001)

a. Komponen pertumbuhan regional (PR)

PRij = (Ra) Yij

Keterangan :

Prij = Komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten

Wonosobo

Ra = Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Tengah

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun dasar

analisis

b. Komponen pertumbuhan proposional (PP)

PPij = (Ri-Ra)Yij

Keterangan :

PPij = Komponen pertumbuhan proposional sektor i untuk wilayah

Kabupaten Wonosobo.

Ri = Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Ra = Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Tengah

Yij = PDRB sektro i wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun dasar

analisis.

Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut :

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

46

1) Jika, PPij < 0 maka menunjukan bahwa sektor i pada wilayah

Kabupaten Wonosobo laju pertumbuhannya lambat

2) Jika, PPij > 0 maka menunjukan bahwa sektor i pada wilayah

Kabupaten Wonosobo laju pertumbuhannya cepat

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

PPWij = (ri-Ri)Yij

Keterangan :

PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektro i untuk wilayah

Kabupaten Wonosobo

Ri = Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Wonosobo

Ri = Rasio PDRB sektor i pada wlayah Provinsi Jawa Tengah

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten Wonosobo pada tahun dasar

analisis

Jika :

PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Wonosobo mempunyai

daya saing yang tinggi di bandingkan dengan wilayah

lainnya.

PPWij < 0, maka sektor i pada wilayah Kabupaten Wonosobo mempunyai

daya saing yang rendah di bandingklan dengan wilayah

lainnya.

7. Rumus-rumus lainnya yaitu sebagai berikut :

Perubahan PDRB sektor i pada wilayah j (Kabupaten Wonosobo),

dirumuskan sebagai berikut :

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

47

Dalam bentuk persamaan matematika manjadi :

Yij = PRij + PPij + PPWij

Y’ij + Yij = Yij(Ra) + Yij(Ri-Ra ) + Yij(ri-Ri)

Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :

Persen PR = (PRij)/Yij *100 persen

Persen PP = (PPij)/Yij *100 persen

Persen PPW = (PPWij)/Yij *100 persen

8. Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan bersadarkan

pergeseran bersih (Budiharsono, 2001).

PBij = PPij + PPWij

Jika :

PBij > 0, menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya maju

Pbij < 0, menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut pertumbuhannya tidak

maju

9. Menganalisis profil pertumbuhan sektor sektor perekonomian

Menurut Priyarsono (2007), untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor

sektor perekonomiannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan

empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu :

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

48

Gambar 4. Profil Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian

Sumber : Priyarsono (2007)

Pada gambar di atas, terdapat faris yang memotong Kuadran II dan

Kuadran IV yang membentuk 45 derajat. Garis tersebut merupakan garis yang

menunjukan nilai pergeseran bersih. Dalam gambar tersebut terdapat Kuadran I,

II, II, dan IV, maka penjelasannya adalah :

a. Kuadran I, merupakan kuadran PP dan PPW sama sama bernilai positif.

Hal ini menunjukan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan

memiliki pertumbuhan yang cepat (dilihat dai nilai PP-nya) dan memiliki

daya saing yang lebih baik dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya

(dilihat dari PPW-nya).

b. Kuadran II, menunjukan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah

yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi

daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan

wilayah lainnya kirang baik (dilihat dari PPW-nya yang bernilai negatif).

c. Kuadran III, merupakan kuadran dimana PP dan PPW nya bernilai negatif.

Hal ini menunjukann bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

49

bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang

kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.

d. Kuadran IV, menunjukan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah yang

bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP-nya yang

berbilai negatif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut

baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang

bernilai positif).

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Poin ini menjelaskan hasil penelitian tentang posisi sektor pertanian,

pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian, sub sektor unggulan, pertumbuhan

dan daya saing serta rumusan prioritas untuk menentukan kebijakan apa yang

sebaiknya di gunakan untuk meningkatkan produksi di sektor pertanian.

4.1.1 Posisi Sektor Pertanian dalam Perekonomian Kabupaten Wonosobo

Berdasarkan Pendekatan LQ Periode 2012-2016

Location Quontient (LQ) adalah alat atau metode yang digunakan untuk

mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, dengan pengujian sektor sektor

ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan dan sektor non unggulan.

Penentuan nilai LQ dikatakan sebagai sektor unggulan ketika suatu sektor

memiliki nilai LQ lebih besar dari satu, yang berarti peranan suatu sektor dalam

perekonomian Kabupaten Wonosobo lebih besar dari peranan sektor dalam

perekonomian Provinsi Jawa Tengah, sedangkan jika nilai LQ sektor tidak lebih

besar dari satu, maka sektor tersebut masuk ke dalam kategori sektor non

unggulan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) secara umum digunakan sebagai

indikator pendekatan LQ, yang dapat memudahkan dalam proses spesifikasi

sektor unggulan maupun non unggulan yang memiliki peran erat dengan

pendapatan dan pertumbuhan wilayah Kabupaten Wonosobo. Begitupun dengan

penelitian ini yang menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto atas dasar

harga konstan Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa tengah 2012-2016 dengan

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

51

alasan karena laju pertumbuhan ekonomi rata-rata pada tahun tersebut lebih besar

dari tahun sebelumnya serta mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hasil

perhitungan analisis LQ menurut pendekatan pendapatan seluruh sektor ekonomi

di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Nilai LQ berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten

Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah 2012-2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Keterangan

1.Pertanian 2.22 2.20 2.31 2.26 2.34 2.27 Unggulan

2.Pertambangan dan

Penggalian 0.49 0.48 0.46 0.46 0.39 0.46 Non Unggulan

3.Industri

Pengolahan 0.47 0.47 0.46 0.47 0.47 0.47 Non Unggulan

4.Pengadaan Listrik

dan Gas 0.36 0.36 0.36 0.36 0.35 0.36 Non Unggulan

5.Pengadaan Air,

Pengelolaan

Sampah, Limbah

dan Daur Ulang

1.63 1.66 1.68 1.70 1.70 1.67 Unggulan

6.Konstruksi 0.60 0.61 0.61 0.61 0.62 0.61 Non Unggulan

7.Perdagangan

Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

1.22 1.24 1.25 1.26 1.26 1.24 Unggulan

8.Transportasi dan

Pergudangan 1.69 1.71 1.70 1.71 1.72 1.71 Unggulan

9.Penyediaan

Akomodasi dan

Makan Minum

1.01 1.03 1.03 1.04 0.98 1.02 Unggulan

10.Informasi dan

Komunikasi 0.34 0.34 0.34 0.35 0.34 0.34 Non Unggulan

11.Jasa Keuangan

dan Asuransi 1.02 1.03 1.05 1.05 1.04 1.04 Unggulan

12.Real Estate 0.90 0.91 0.91 0.91 0.92 0.91 Non Unggulan

13.Jasa Perusahaan 0.66 0.66 0.67 0.68 0.68 0.67 Non Unggulan

14.Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan

Jaminan Sosial

Wajib

0.90 0.91 0.91 0.92 0.92 0.91 Non Unggulan

15.Jasa Pendidikan 1.46 1.48 1.45 1.45 1.43 1.46 Unggulan

16.Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial 1.52 1.56 1.57 1.59 1.59 1.57 Unggulan

17.Jasa lainnya 1.38 1.39 1.39 1.40 1.38 1.39 Unggulan

Sumber : BPS Kabupaten Wonosobo dan BPS Provinsi Jawa Tengah 2018 (diolah)

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

52

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis Location Quontient

(LQ) didapatkan bahwa sektor pertanian menjadi salah satu sektor unggulan

dengan rata rata LQ yaitu 2,27. Sektor ini memiliki konsistensi selama peiode

2012-2016 dengan predikat sebagai sektor unggulan di ikuti oleh sektor

pengadaan air, perdagangan, transportasi, akomodasi, jasa keuangan, jasa

pendidikan, jasa kesehatan dan jasa lainnya. Sektor tersebut memiliki nilai

koefisien LQ > 1, yang artinya jasa jasa tersebut dalam perekonomian di

Kabupaten Wonosobo lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Adapun sektor lain yang menjadi non

unggulan yaitu sektor pertambangan, industri pengolahan, pengadaan listrik dan

gas, kontruksi, informasi dan komunikasi, real estate, jasa perusahaan,

administrasi pemirintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib memiliki nilai LQ

< 1 yang artinya sektor-sektor tersebut dalam perekonomian di kabupaten

wonosobo memiliki kontribusi yang kecil terhadap perekonomian di provinsi jawa

tengah. Sektor pertanian menjadi yang paling unggul dibanding sektor lain dalam

hal kontribusi dikarenaan menjadi bagian dari sektor yg menyumbang atau

menyerap tenaga kerja paling banyak yaitu sebesar 52% dari angkatan kerja yang

ada di Kabupaten Wonosobo.

1. Pertumbuhan PDRB ADHK Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo

dan Provinsi Jawa Tengah Periode 2012-2016

Nilai riil PDRB sektor pertanian di kabupaten Wonosobo pada tahun 2012

atas dasar konstan adalah sebesar Rp9.935 triliun dan meningkat di tahun 2016

menjadi Rp11.915 triliun, sehingga pada periode 2012-2016 terjadi peningkatan

sebesar 19,92% atau sebesar Rp1.98 triliun. Persentase pertumbuhan setiap sub

sektor pertanian dari tahun 2012-2016 selalu menunjukkan peningkatan,

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

53

peningkatan pertumbuhan sub sektor pertanian tertinggi adalah sub sektor

tanaman hortikultura semusim yaitu sebesar 20,62% dengan nilai perubahan

sebesar Rp116,617 miliar.

Sub sektor tanaman hortikultura semusim menunjukkan peningkatan

perubahan PDRB tertinggi dikarenakan syarat tumbuh yang sesuai dengan kondisi

wilayah Kabupaten Wonosobo yang merupakan wilayah pegunungan, sehingga

banyak masyarakat yang bertani hortikultura. Adapun tabel perubahan PDRB

sektor pertanian Kabupaten Wonosobo sebagaimana yang telah tersaji pada Tabel

5 sebagai berikut.

Tabel 5. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo Menurut

Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2012-2016 (juta

rupiah)

Uraian 2012 2016 Δ PDRB % Δ

PDRB

Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa Pertanian 3.073.913 3.486.488 412.575 13,42

a. Tanaman Pangan 694.137 788.441 94.304 13,59

b. Tanaman Hortikultura

Semusim 565.505 682.121 116.617 20,62

c. Perkebunan Semusim 11.258 10.531 (727) (6,46)

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya 1.289.540 1.403.409 113.869 8,83

e. Perkebunan Tahunan 121.080 135.994 14.914 12,32

f. Peternakan 339.199 401.818 62.618 18,46

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 53.193 64.173 10.980 20,64

Kehutanan dan Penebangan

Kayu 211.261 206.621 (4.641) (2,20)

Perikanan 121.583 117.686 (3.896) (3,20)

PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO 9.935.905 11.915.999 1.980.094 19,93

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Selain pertumbuhan sub sektor tertinggi, persentase pertumbuhan terendah

terjadi pada sub sektor perkebunan semusim yaitu sebesar –Rp727 miliar dengan

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

54

persentase peningkatan sebesar -6,46% Hal ini dikarenakan faktor dari

berkurangnya produksi yang di akibatkan oleh cuaca dan hama penyakit.

Pendapatan terbesar dari perkebunan semusim adalah pada tanaman tembakau.

Pertumbuhan PDRB sub sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo setiap

tahunnya mengalami kenaikan dikarenakan pemerintah kabupaten memalui dinas

pertanian memberikan perhatian khusus terkait pertanian dengan mendorongan

untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal

oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta

sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji,

pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat

jumlah, dan terjangkau.

Pada Tabel 5 terlihat bahwa persentase pertumbuhan sub sektor pertanian

Provinsi Jawa Tengah tertinggi adalah pada sub sektor peternakan dan yang

terendah adalah sub sektor kehutanan dan penebangan kayu. Sektor peternakan

menjadi yang tertinggi karena Sub Sektor peternakan tidak luput dari perhatian

Pemerintah Kabupaten Wonosobo. Upaya meningkatkan produksi peternakan

dilaksanakan dengan program peningkatan produksi hasil peternakan.

Program ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan produktifitas

ternak di Wonosobo sehingga menjadi daerah yang ketercukupan akan kebutuhan

daging, telur dan susu yang memiliki aspek jaminan keamanan pangan ASUH.

Sedangkan sub sektor kehutanan dan penebangan kayu menjadi yang terendah

dikarenakan karena faktor brncana alam dan perusakan lahan di kawasan

Kabupaten Wonosobo. Penanaman pohon keras secara terus menerus

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

55

dilaksanakan dengan melibatkan seluruh sektor yang terkait untuk menekan laju

kerusakan lahan.

Gerakan Wonosobo menanam sebagai ikon kegiatan gemar menanam yang

dilaksanakan hampir setiap tahun, secara langsung memberikan gairah dan

semangat kepada seluruh masyarakat Wonosobo untuk ikut menanam pohon.

Gerakan ini juga selaras dengan misi konservasi dan pemulihan lingkungan.

Dalam konteks yang lebih luas, aktifitas ini mendukung pengarusutamaan

pemulihan Dieng, yang secara tidak langsung juga memberi kontribusi

penyadaran masyarakat (raising awareness) akan pentingnya konservasi.

Tabel 6. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah Menurut

Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2012-2016 (Juta

Rupiah)

Uraian 2012 2016 Δ PDRB % Δ

PDRB

Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

95.601.895 104.360.312 8.758.417 9,16

a. Tanaman Pangan 40.079.216 40.551.015 471.799 1,18

b. Tanaman Hortikultura

Semusim 8.488.980 9.262.228 773.248 9,11

c. Perkebunan Semusim 2.129.223 2.492.732 363.509 17,07

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya 17.682.994 19.144.012 1.461.017 8,26

e. Perkebunan Tahunan 7.876.261 9.195.703 1.319.442 16,75

f. Peternakan 17.286.985 21.292.538 4.005.553 23,17

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 2.058.237 2.422.085 363.848 17,68

Kehutanan dan

Penebangan Kayu 4.083.414 3.823.956 -259.457 -6,35

Perikanan 6.851.394 8.066.663 1.215.269 17,74

PRODUK

DOMESTIK

REGIONAL BRUTO

691.343.116 849.383.565 158,040,449 22,86

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

56

2. Rasio PDRB Sektoral Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa

Tengah Periode 2012-2016 Secara umum keseluruhan sektor perekonomian di Kabupaten Wonosobo

dan Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan. Setiap sektor perekonomian

mempunyai rasio yang berbeda. Jumlah rasio yang dimiliki setiap sektor dapat

terlihat dari nilai Ra (Rasio PDRB Provinsi Jawa Tengah), Ri (Rasio PDRB sektor

i di Provinsi Jawa Tengah), dan ri (Rasio PDRB sektor i di Kabupaten

Wonosobo). Perolehan ketiga nilai tersebut dihitung dengan rumus yang berbeda

sebagaimana yang tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Rasio PDRB Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah

Uraian Ra Ri Ri

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.23 0.09 0.12

Pertambangan dan Penggalian 0.23 0.29 0.10

Industri Pengolahan 0.23 0.23 0.20

Pengadaan Listrik dan Gas 0.23 0.27 0.19

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 0.23 0.08 0.09

Konstruksi 0.23 0.24 0.25

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 0.23 0.20 0.21

Transportasi dan Pergudangan 0.23 0.37 0.36

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.23 0.28 0.21

Informasi dan Komunikasi 0.23 0.45 0.44

Jasa Keuangan dan Asuransi 0.23 0.28 0.28

Real Estate 0.23 0.33 0.31

Jasa Perusahaan 0.23 0.45 0.46

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 0.23 0.12 0.11

Jasa Pendidikan 0.23 0.39 0.33

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.23 0.40 0.42

Jasa lainnya 0.23 0.33 0.30

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 0.23 0.23 0.20 Sumber : Data Primer 2018 (diolah)

Untuk nilai Ra dapat diperoleh dengan cara menghitung selisih antara

jumlah PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 dan jumlah PDRB Provinsi Jawa

Tengah tahun 2012 dibagi dengan jumlah PDRB Provinsi Jawa Tengah.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

57

Berdasarkan data rasio PDRB yang tersaji pada Tabel 7 dapat diketahui hasil Ra

adalah sebesar 0,23. Hal tersebut berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Provinsi

Jawa Tengah tahun 2016 meningkat sebesar 0,23 dari tahun 2012.

Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Jawa Tengah sektor i

pada tahun 2016 dan PDRB Provinsi Jawa Tengah sektor i tahun 2012 dibagi

dengan PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kontribusi pada setiap sektor

perekonomian mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari nilai Ri yang

positif.

Berbeda dengan data yang digunakan pada nilai Ra dan Ri, untuk nilai ri

akan menggunakan data PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten Wonosobo

bukan data PDRB wilayah Provinsi Jawa Tengah. Selisih diperoleh dari nilai

PDRB sektor i Kabupaten Wonosobo tahun 2016 dikurang dengan nilai PDRB

sektor i Kabupaten Wonosobo tahun 2012 dibagi dengan nilai PDRB sektor i

Kabupaten Wonosobo tahun 2012. Berikut merupakan rasio PDRB Kabupaten

Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah yang tersaji pada Tabel 7 di atas.

3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Wonosobo

Pertumbuhan sub sektor pertanian wilayah Kabupaten Wonosobo

dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah beberapa

komponen pertumbuhan wilayah, seperti Pertumbuhan Regional (PR),

Pertumbuhan Proporsional (PP) dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

Apabila ketiga komponen tersebut memilki nilai positif, maka laju pertumbuhan

subsektor dalam sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo mengalami

peningkatan. Pertumbuhan Regional (PR) didapatkan dari rasio pendapatan sektor

pertanian Provinsi Jawa Tengah dikalikan dengan pendapatan sub sektor

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

58

Pertanian Kabupaten Wonosobo pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2012, dan

didapatkan hasil seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Pertumbuhan Regional Sub Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo

Uraian Yij (000) Ra PRij (000)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.406.757 0.23 783.554

Pertambangan dan Penggalian 96.129 0.23 22.110

Industri Pengolahan 1.621.383 0.23 372.918

Pengadaan Listrik dan Gas 3.900 0.23 897

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 12.865 0.23 2.959

Konstruksi 601.526 0.23 138.351

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 1.766.537 0.23 406.303

Transportasi dan Pergudangan 506.975 0.23 116.604

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 302.171 0.23 69.499

Informasi dan Komunikasi 119.768 0.23 27.547

Jasa Keuangan dan Asuransi 272.562 0.23 62.689

Real Estate 155.185 0.23 35.692

Jasa Perusahaan 19.838 0.23 4.563

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 264.073 0.23 60.737

Jasa Pendidikan 478.710 0.23 110.103

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 108.512 0.23 24.958

Jasa lainnya 199.015 0.23 45.773 Sumber : Data Primer 2018 (diolah)

Pertumbuhan sub sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo dipengaruhi

secara positif oleh perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Sektor perekonomian

yang mendapat pengaruh paling besar dari pertumbuhan perekonomian Provinsi

Jawa Tengah adalah sektor pertanian, dan sektor yang terkecil yang mendapat

pengaruh pertumbuhan perekonomian Provinsi Jawa Tengah adalah sektor

pengadaan listrik dan gas. Selanjutnya adalah pertumbuhan proporsional,

diperoleh dari hasil kali antara PDRB Kabupaten Wonosobo sektor i tahun dasar

analisis yaitu 2012 dengan selisih antara Ri dan Ra. Hasil perhitungan tersaji pada

Tabel 9.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

59

Tabel 9. Pertumbuhan Proporsional Sub Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo

(Juta Rupiah)

Uraian PPij % PPij Ket.

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (472.919) (13.88) Lambat

Pertambangan dan Penggalian 14.945 15.55 Cepat

Industri Pengolahan (5.727) (0.35) Lambat

Pengadaan Listrik dan Gas 160 4.11 Cepat

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang (1.972) (15.33) Lambat

Konstruksi 6.293 1.05 Cepat

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor (54.555) (3,09) Lambat

Transportasi dan Pergudangan 72.702 14.34 Cepat

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 14.429 4.78 Cepat

Informasi dan Komunikasi 26.066 21.76 Cepat

Jasa Keuangan dan Asuransi 14.023 5.14 Cepat

Real Estate 14.955 9.64 Cepat

Jasa Perusahaan 4.421 22.29 Cepat

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib (30.318) (11.48) Lambat

Uraian PPij % PPij Ket.

Jasa Pendidikan 75.037 15.67 Cepat

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 18.149 16.73 Cepat

Jasa lainnya 19.646 9.87 Cepat

Sumber : Data Primer 2018 (diolah)

Berdasarkan tabel dapat diketahui terdapat tiga sektor yang memperoleh

nilai Pertumbuhan Proporsional (PP) negatif (PPij < 0) antara lain sektor

pertanian, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah, dan daur ulang,

serta sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor.

Seanjutnya dapat diketahui jika nilai PP negatif itu berarti termasuk ke dalam

kategori sektor yang pertumbuhannya lambat. Sektor yang memiliki pertumbuhan

negatif terendah adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan

daur ulang yaitu sebesar -15%. Hal tersebut dikarenakan kondisi wilayah

Kabupaten Wonosobo merupakan wilayah pegunungan dimana ketersediaan air

masih melimpah sehingga dirasa belum memerlukan sektor pengadaan air, selain

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

60

itu melihat kondisi wilayah yang rata-rata bukan merupakan wilayah perkotaan,

sehingga untuk pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang tidak begitu menjadi

masalah yang penting seperti kota-kota besar di sekitar Jakarta.

Sedangkan sektor yang memiliki persentase nilai PP positif (PPij > 0)

tertinggi adalah sektor informasi dan komunikasi serta jasa perusahaan. Kedua

sektor ini merupakan sektor yang pertumbuhannya paling cepat dibanding sektor

lainnya, hal ini dikarenakan sektor informasi dan komunikasi merupakan sektor

yang memiliki kemampuan perubahan dan perkembangan yang paling cepat

karena dewasa ini informasi dan komunikasi sangat dibutuhkan di setiap penjuru

dunia, sedangkan pada sektor jasa perusahaan dipengaruhi oleh banyaknya

masyarakat yang berpindah haluan dari sektor pertanian dan lebih memilih untuk

bekerja pada sektor lainnya, dan yang melihat peluang tersebut adalah sektor jasa

perusahaan. Sehingga sektor jasa perusahaan merupakan sektor yang paling cepat

pertumbuhannya saat ini.

Komponen ketiga yang memengaruhi pertumbuhan sub sektor pertanian di

Kabupaten Wonosobo adalah Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). PPW adalah

hasil dari selisih rasio pendapatan sub sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo

(ri) dan rasio pendapatan sub sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah (Ri) dikali

pendapatan sub sektor pertanian Kabupaten Wonosbo pada tahun dasar analisis

(2012).

Komponen PPW memiliki ketentuan yaitu sektor yang memiliki nilai

PPWij > 0 atau positif maka sektor tersebut termasuk ke dalam sektor yang

memiliki daya saing yang baik. Sedangkan sektor yang memiliki nilai PPWij < 0

atau negatif maka sektor tersebut termasuk ke dalam sektor yang memiliki daya

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

61

saing yang kurang baik. Berikut merupakan tabel komponen pertumbuhan pangsa

wilayah (PPW) sub sektor pertanian Kabupaten Wonosobo yang tersaji pada

Tabel 10.

Tabel 10. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Sub Sektor Pertanian Kabupaten

Wonosobo (Juta Rupiah)

Uraian PPW % PPW Ket.

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 98.176 2.88 Kompetitif

Pertambangan dan Penggalian (27.442) (28.55) Tidak Kompetitif

Industri Pengolahan (42.915) (2.65) Tidak Kompetitif

Pengadaan Listrik dan Gas (316) (8.11) Tidak Kompetitif

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 171 1.33 Kompetitif

Konstruksi 5.738 0.95 Kompetitif

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 19.225 1.09 Kompetitif

Transportasi dan Pergudangan (6.795) (1.34) Tidak Kompetitif

Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum (20.473) (6.78) Tidak Kompetitif

Informasi dan Komunikasi (915) (0.76) Tidak Kompetitif

Jasa Keuangan dan Asuransi (395) (0.14) Tidak Kompetitif

Real Estate (2.541) (1.64) Tidak Kompetitif

Jasa Perusahaan 141 0.71 Kompetitif

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

(1.371) (0.52) Tidak Kompetitif

Jasa Pendidikan (27.166) (5.67) Tidak Kompetitif

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.468 2.27 Kompetitif

Jasa lainnya (5.715) (2.87) Tidak Kompetitif Sumber : Data Primer 2018 (diolah)

Pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa sektor unggulan yang memiliki nilai

PPW positif (PPWij > 0) tertinggi adalah sektor pertanian yaitu sebesar Rp98,176

miliar atau sebesar 2,88%, disusul dengan sektor perdagangan dan eceran,

reparasi mobil dan sepeda motor sebesar Rp19,225 miliar atau sebesar 1,09%,

selanjutnya sektor konstruksi yang menempati posisi ketiga dengan nilai PPW

sebesar Rp5,738 miliar dengan persentase pertumbuhan sebesar 0, 95%. Ketiga

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

62

sektor tersebut merupakan sektor yang termasuk ke dalam sektor unggulan yang

memiliki daya saing atau termasuk ke dalam sektor yang kompetitif.

4.1.2 Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten Wonosobo Periode 2012-

2016 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ)

Pendekatan LQ merupakan pendekatan yang menggunakan nilai LQ

sebagai indikator untuk menyatakan sektor unggulan dan non unggulan. Suatu

sektor maupun sub sektor termasuk ke dalam sektor unggulan jika memiliki nilai

LQ >1, yang artinya bahwa peranan suatu sektor maupun sub sektor dalam

perekonomian Kabupaten Wonosobo lebih besar dari peranan sektor maupun sub

sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

Sebaliknya, suatu sektor atau sub sektor dikatakan sebagai non unggulan,

jika sektor atau sub sektor tersebut memiliki nilai LQ <1, yang artinya bahwa

peranan sektor dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo lebih kecil dari

peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah. Berikut

tersaji hasil perhitungan analisis LQ pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Ket.

Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

2.24 2.22 2.34 2.29 2.38 2.29 Unggulan

a. Tanaman pangan 1.21 1.19 1.33 1.36 1.39 1.29 Unggulan

b. Tanaman hortikultura

semusim 4.64 1.63 4.60 4.95 5.25 4.81 Unggulan

c. Perkebunan semusim 0.37 0.35 0.35 0.35 0.30 0.34

Non

Unggulan

d. Tanaman hortikultura

tahunan dan lainnya 5.07 5.13 5.26 4.93 5.23 5.12 Unggulan

e. Perkebunan tahunan 1.07 1.04 1.05 1.06 1.05 1.05 Unggulan

f. Peternakan 1.37 1.35 1.29 1.30 1.35 1.33 Unggulan

g. Jasa pertanian dan

perburuan

1.80 1.78 1.84 1.80 1.89 1.82 Unggulan

Kehutanan dan

penebangan kayu

3.60 3.63 3.79 3.85 3.85 3.74 Unggulan

perikanan 1.23 1.15 1.11 1.13 1.04 1.13 Unggulan Sumber : Data Primer 2018 (diolah)

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

63

Ditinjau dari data hasil penghitungan LQ pada tabel di atas, dapat diketahui

bahwa pada sektor pertanian terdapat satu sub sektor yang nilainya kurang dari

satu yang berarti termasuk ke dalam kategori non unggulan yaitu perkebunan

semusim. Sub sektor tersebut memiliki rata-rata LQ sebesar 0,34, yang berarti

kontribusi sub sektor perkebunan semusim dalam perekonomian Kabupaten

Wonosobo lebih kecil dari pada kontribusi sub sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi jawa Tengah. Hal ini disebabkan karena wilayah

wonosobo terletak di dataran tinggi, sehingga kurang cocok dengan syarat tumbuh

tanaman semusim yang biasanya membutuhkan lahan yang luas dan tumbuh

dalam suhu yang sesuai.

Sedangkan, untuk ke delapan sub sektor lainnya pada sektor pertanian

masuk ke dalam kategori sub sektor unggulan di Kabupaten Wonosobo.

Kedelapan sub sektor tersebut antara lain :

a. Tanaman pangan

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor tanaman pangan

atau LQ > 1 yaitu 1,29 artimya kontribusi sub sektor tanaman pangan

dalam sektor pertanian Kabupaten Wonosobo lebih besar dari kontribusi

sub sektor tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.

b. Tanaman hortikultura semusim

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor Tanaman

Hortikultura Semusim atau LQ > 1 yaitu 4,81 artinya kontribusi sub sektor

Tanaman Hortikultura Semusim dalam sektor pertanian Kabupaten

Wonosobo lebih besar dari kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor

pertanian Provinsi Jawa Tengah.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

64

c. Tanaman hortikultura tahunan dan lainnya

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor tanaman

hortikultura tahunan dan lainnya atau LQ > 1 yaitu 5,12 artinya kontribusi

sub sektor tanaman hortikultura tahunan dan lainnya dalam sektor pertanian

Kabupaten Wonosobo lebih besar dari kontribusi sub sektor tersebut dalam

sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.

d. Perkebunan tahunan

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor perkebunan

tahunan atau LQ > 1 yaitu 1,05 artinya kontribusi sub sektor perkebunan

tahunan dalam sektor pertanian Kabupaten Wonosobo lebih besar dari

kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa

Tengah.

e. Peternakan

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor peternakan atau

LQ > 1 yaitu 1,33 artinya kontribusi sub sektor peternakan dalam sektor

pertanian Kabupaten Wonosobo lebih besar dari kontribusi sub sektor

tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.

f. Jasa pertanian dan perburuan

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor jasa pertanian dan

perburuan atau LQ > 1 yaitu 1,82 artinya kontribusi sub sektor jasa

pertanian dan perburuan dalam sektor pertanian Kabupaten Wonosobo

lebih besar dari kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor pertanian

Provinsi Jawa Tengah.

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

65

g. Kehutanan dan penebangan kayu

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor kehutanan dan

penebangan kayu atau LQ > 1 yaitu 3,74 artinya kontribusi sub sektor

kehutanan dan penebangan kayu dalam sektor pertanian Kabupaten

Wonosobo lebih besar dari kontribusi sub sektor tersebut dalam sektor

pertanian Provinsi Jawa Tengah.

h. Perikanan

Dalam periode 2012-2016, rata-rata koefisien sub sektor perikanan atau LQ

> 1 yaitu 1,13 artinya kontribusi sub sektor perikanan dalam sektor

pertanian Kabupaten Wonosobo lebih besar dari kontribusi sub sektor

tersebut dalam sektor pertanian Provinsi Jawa Tengah.

3. Pertumbuhan dan Daya Saing Masing-masing Sub Sektor Pertanian

Berdasarkan Analisis Shift Share (SS) a. Sub Sektor Tanaman pangan

Sektor pertanian memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian

Kabupaten Wonosobo. Jika di tinjau dari besarnya kontribusi dari masing-masing

sub sektor pertanian, salah satu yang memiliki peranan yang cukup besar dalam

pembentuk perekonomian Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 adalah sub

sektor tanaman pangan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan besarnya

persentase kontribusi sub sektor tanaman pangan dengan rata-rata kontribusi

sebesar 6,6% dengan laju pertumbuhan paling tinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu

sebesar 10,38%. Walaupun kontribusi sub sektor tanaman pangan mengalami

pertumbuhan yang fluktuatif bahkan cenderung mengalami penurunan,

sebagaimana yang tersaji pada Gambar 5 berikut.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

66

Gambar 5. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Pangan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Berdasarkan data di atas bahwa pertumbuhan tanaman pangan mengalami

fluktuasi dikarenakan faktor lahan, dan luas panen yang sedikit mengalami

penurunan produksi dari sub sektor yang ada seperti padi, jagung dan ketela

pohon namun sektor ini mesih menjadi unggulan dengan nilai LQ > 1 (1,29) yang

artinya sub sektor tanaman pangan dalam perekonomian di kabupaten Wonosobo

lebih besar dari pada kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi

Jawa Tengah. Sementara berdasarkan analisis Shift Share sub sektor ini memiliki

pertumbuhan proporsional (PP) negatif (-22,00), yang artinya tanaman sub sektor

tanaman pangan dai kabupaten wonosobo memiliki pertumbuhan yang lambat.

Jika dlihat dari komponen pertumbuhan pangsa wilayah sub sektor tanaman

pangan dan hasilinya memiliki nilai PPW positif (13%) yang artinya sub sektor ini

memiliki daya saing yang baik di bandingkan dengan daerah lain di Provinsi Jawa

Tengah.

b. Sub Sektor Tanaman Hortikultura Semusim

Tanaman Hortikultura Semusim di Kabupaten Wonosobo merupakan

sektor unggulan yang di tunjukan dengan nilai LQ > 1 (4,81) yang artinya

kontribusi sub sektor tanaman hortikultura semusim dalam perekonomian

Kabupaten Wonosobo lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi jawa tengah. Sementara berdasarkan analisis shift share

6,99

6,62 6,33

6,75 6,62

6,00

6,50

7,00

7,50

2012 2013 2014 2015 2016

Tanaman Pangan

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

67

sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional (PP) negatif (-14%) yang

artinya sub sektor tanaman hortikultura semusim di Kabupaten Wonosobo

memiliki pertumbuhan yang lambat. Hal tersebut dilihat dari laju kontribusi sub

sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 yang dapat

dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 6. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Hortikultura Semusim

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Dari Gambar 6 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi subsektor tanaman

hortikultura semusim terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016

mengalami fluktuasi. Penurunan terjadi pada tahun 2012-2014, dengan persentase

penurunan secara urut dari : 5,69%, 5,40%, 5,31%. Pada tahun berikutnya terjadi

peningkatan pada tahun 2015-2016 dengan kenaikan secara urut : 5,56% dan

5,72%. Hal ini di sebabkan oleh faktor cuaca dan hama yang mengakibatkan

penurunan kontribusi pada sub sektor tanaman hortikultura semusim di

Kabupateen Wonosobo. Produksi tertinggi tanaman hortikultura semusim di

peroleh dari banyaknya panen pada tanaman labu siam, cabai, bawang daun dan

lainnya.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) sub sektor

tanaman hortikultura semusim memiliki nilai PPW positif (12%), yang artinya sub

sektor ini memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan daerah lain di

provinsi jawa tengah. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah untuk

5,69

5,40 5,31

5,56

5,72

5,00

5,20

5,40

5,60

5,80

2012 2013 2014 2015 2016

Tanaman Hortikultura

Semusim

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

68

membangun ekonomi kerakyatan dan mewujudkan kemandirian pangan serta

meningkatkan daya saing produk pertanian yang ada di Kabupaten Wonosobo.

Jika dilihat dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB negatif

(-11,31%), yang artinya sub sektor hortikultura semusim di Kabupaten Wonosobo

memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.

c. Sub Sektor perkebunan Semusim

Tanaman perkebunan Semusim di Kabupaten Wonosobo merupakan sektor

non unggulan yang di tunjukan dengan nilai LQ < 1 (0,34) yang artinya kontribusi

sub sektor tanaman perkebunan semusim dalam perekonomian Kabupaten

Wonosobo lebih kecil daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi jawa tengah. Sementara berdasarkan analisis shift share

sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional (PP) negatif (-6%) yang

artinya sub sektor perkebunan semusim di Kabupaten Wonosobo memiliki

pertumbuhan yang lambat. Hal tersebut dilihat dari laju kontribusi sub sektor ini

terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 yang dapat dilihat pada

grafik dibawah ini :

Gambar 7. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Perkebunan Semusim

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Dari Gambar 7 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi sektor perkebunan

semusim terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 mengalami

fluktuasi. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2016, dengan persentase

0,113 0,107 0,109 0,110 0,088

0,000

0,050

0,100

0,150

2012 2013 2014 2015 2016

Perkebunan Semusim

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

69

penurunan sebesar 0,088%. Angka peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2015

dengan persentase 0,110%. Hal ini di sebabkan oleh faktor cuaca dan hama yang

mengakibatkan penurunan kontribusi pada sub sektor perkebunan semusim di

Kabupaten Wonosobo. Produksi tertinggi tanaman perkebunan semusim di

peroleh dari banyaknya panen yaitu tembakau.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) perkebunan

semusim memiliki nilai PPW negatif (-23%), yang artinya sub sektor ini tidak

memiliki daya saing dibandingkan dengan daerah lain di provinsi jawa tengah.

Jika dilihat dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB negatif

(-3,265%), yang artinya sektor perkebunan semusim di Kabupaten Wonosobo

memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.

d. Sub Sektor Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya

Tanaman Hortikultura Tahunan di Kabupaten Wonosobo merupakan sektor

unggulan yang di tunjukan dengan nilai LQ > 1 (5,12) yang artinya kontribusi sub

sektor tanaman hortikultura tahunan dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo

lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi

jawa tengah. Sementara berdasarkan analisis shift share sub sektor ini memiliki

nilai pertumbuhan proporsional (PP) negatif (-15%) yang artinya sub sektor

hortikultura tahunan di Kabupaten Wonosobo memiliki pertumbuhan yang

lambat. Hal tersebut dilihat dari laju kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB

Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 yang dapat dilihat pada grafik dibawah

ini :

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

70

Gambar 8. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Tanaman Hortikultura Tahunan

dan Lainnya Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Dari Gambar 8 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi sektor hortikultura

tahunan terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 mengalami

fluktuasi. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2015, dengan penurunan sebesar

11,57%. Angka peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan persentase

12,68%. Hal ini di sebabkan oleh faktor cuaca dan hama yang mengakibatkan

penurunan kontribusi pada sub sektor perkebunan semusim di Kabupateen

Wonosobo. Produksi tertinggi tanaman hortikultura tahunan di peroleh dari

banyaknya panen yaitu duku, manggis, durian dan salak.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) hortikultura

tahunan memiliki nilai PPW positif (1,00%), yang artinya sub sektor ini memiliki

daya saing yang baik dibandingkan dengan daerah lain di provinsi jawa tengah.

Jika dilihat dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB negatif

(-64,476%), yang artinya sektor hortikultura tahunan di Kabupaten Wonosobo

memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.

e. Sub Sektor Perkebunan Tahunan

Tanaman Perkebunan Tahunan di Kabupaten Wonosobo merupakan sektor

unggulan yang di tunjukan dengan nilai LQ > 1 (1,05) yang artinya kontribusi sub

sektor tanaman perkebunan tahunan dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo

lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi

12,98 12,48 12,68

11,57 11,78

10,00

11,00

12,00

13,00

14,00

2012 2013 2014 2015 2016

Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

71

jawa tengah. Sementara berdasarkan analisis shift share sub sektor ini memiliki

nilai pertumbuhan proporsional (PP) negatif (-6%) yang artinya sub sektor

perkebunan tahunan di Kabupaten Wonosobo memiliki pertumbuhan yang

lambat. Hal tersebut dilihat dari laju kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB

Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Perkebunan Tahunan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Berdasarkan gambar 9 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi sektor

perkebunan tahunan terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016

mengalami fluktuasi. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2016, dengan

penurunan sebesar 1,141%. Angka peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2014

dengan persentase 1,178%.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) perkebunan

tahunan memiliki nilai PPW positif (1,00%), yang artinya sub sektor ini memiliki

daya saing yang baik dibandingkan dengan daerah lain di provinsi jawa tengah.

Jika dilihat dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB negatif

(-13,319%), yang artinya sektor perkebunan tahunan di Kabupaten Wonosobo

memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.

f. Sub Sektor Peternakan

Sektor peternakan di Kabupaten Wonosobo merupakan sektor unggulan

yang di tunjukan dengan nilai LQ > 1 (1,33) yang artinya kontribusi sub sektor

1,219

1,169 1,178 1,168

1,141 1,100

1,150

1,200

1,250

2012 2013 2014 2015 2016

perkebunan tahunan

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

72

peternakan dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo lebih besar daripada

kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi jawa tengah.

Sementara berdasarkan analisis shift share sub sektor ini memiliki nilai

pertumbuhan proporsional (PP) positif (0%) yang artinya sub sektor peternakan di

Kabupaten Wonosobo memiliki pertumbuhan yang stabil. Hal tersebut dilihat dari

laju kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-

2016 yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 10. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Peternakan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Berdasarkan gambar 10 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi sektor

peternakan terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 mengalami

fluktuasi. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2014, dengan penurunan sebesar

3,24%. Angka peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2013 dengan persentase

3,38%. Sementara rata-rata pertumbuhan dari tahun 2012-2016 adalah sebesar

16,41%.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) peternakan

memiliki nilai PPW negatif (-5,00%), yang artinya sub sektor ini tidak memiliki

daya saing dibandingkan dengan daerah lain di provinsi jawa tengah. Jika dilihat

dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB negatif (-16,960%),

yang artinya sektor peternakan di Kabupaten Wonosobo memiliki pertumbuhan

yang tidak progresif.

3,41 3,38

3,24 3,25

3,37

3,10

3,20

3,30

3,40

3,50

2012 2013 2014 2015 2016

Peternakan

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

73

g. Sub Sektor Jasa Pertanian dan Perburuan

Sektor jasa pertanian dan perburuan di Kabupaten Wonosobo merupakan

sektor unggulan yang di tunjukan dengan nilai LQ > 1 (1,82) yang artinya

kontribusi sub sektor jasa pertanian dan perburuan dalam perekonomian

Kabupaten Wonosobo lebih besar daripada kontribusi sub sektor tersebut dalam

perekonomian Provinsi jawa tengah. Sementara berdasarkan analisis shift share

sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional (PP) negatif (-5,00%)

yang artinya sub sektor jasa pertanian dan perburuan di Kabupaten Wonosobo

memiliki pertumbuhan yang lambat. Hal tersebut dilihat dari laju kontribusi sub

sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 yang dapat

dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 11. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Jasa Pertanian dan Perburuan

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Beambar 11 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi sektor jasa pertanian

dan perburuan terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016

mengalami fluktuasi. Penurunan tertinggi terjadi pada tahun 2015, dengan

penurunan sebesar 0,536%. Angka peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2013

dengan persentase 0,554%. Sementara rata-rata pertumbuhan dari tahun 2012-

2016 adalah sebesar 18,25%. Hal ini berdasarkan kebijakan pemerintah daerah

tentang pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan,

pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi yang

0,535

0,554 0,552

0,536 0,539

0,520

0,530

0,540

0,550

0,560

2012 2013 2014 2015 2016

Jasa Pertanian dan

Perburuan

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

74

melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan

kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) jasa pertanian

dan perburuan memiliki nilai PPW positif (3,00%), yang artinya sub sektor ini

memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan daerah lain di provinsi jawa

tengah. Jika dilihat dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB

negatif (-1,064%), yang artinya sektor jasa pertanian dan perburuan di Kabupaten

Wonosobo memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.

h. Sub Sektor Kehutanan dan Penebangan Kayu

Sektor kehutanan dan penebangan kayu di Kabupaten Wonosobo

merupakan sektor unggulan yang di tunjukan dengan nilai LQ > 1 (3,74) yang

artinya kontribusi sub sektor kehutanan dan penebangan kayu dalam

perekonomian Kabupaten Wonosobo lebih besar daripada kontribusi sub sektor

tersebut dalam perekonomian Provinsi jawa tengah. Sementara berdasarkan

analisis shift share sub sektor ini memiliki nilai pertumbuhan proporsional (PP)

negatif (-29,00%) yang artinya sub sektor kehutanan dan penebangan kayu di

Kabupaten Wonosobo memiliki pertumbuhan yang lambat. Hal tersebut dilihat

dari laju kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun

2012-2016 dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Kehutanan dan Penebangan

Kayu Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

2,126 2,042 2,017 1,908 1,734

0,000

1,000

2,000

3,000

2012 2013 2014 2015 2016

Kehutanan dan

Penebangan Kayu

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

75

Dari Gambar 12 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi sektor kehutanan

dan penebangan kayu terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016

mengalami fluktuasi. Penurunan terjadi pada tahun 2012-2016, dengan persentase

penurunan secara urut dari : 2,126%, 2,0425%, 2,017%, 1,908%, 1,734%.

Sementara rata-rata pertumbuhan dari tahun 2012-2016 adalah sebesar -2,39%.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) sektor

kehutanan dan penebangan kayu memiliki nilai PPW positif (4,00%), yang artinya

sub sektor ini memiliki daya saing yang baik dibandingkan dengan daerah lain di

provinsi jawa tengah. Jika dilihat dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini

memiliki nilai PB negatif (-52,816%), yang artinya sektor kehutanan dan

penebangan kayu di Kabupaten Wonosobo memiliki pertumbuhan yang tidak

progresif.

i. Sub Sektor Perikanan

Sektor perikanan di Kabupaten Wonosobo merupakan sektor unggulan

yang di tunjukan dengan nilai LQ > 1 (1,13) yang artinya kontribusi sub sektor

perikanan dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo lebih besar daripada

kontribusi sub sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi jawa tengah.

Sementara berdasarkan analisis shift share sub sektor ini memiliki nilai

pertumbuhan proporsional (PP) negatif (-5,00%) yang artinya sub sektor

perikanan di Kabupaten Wonosobo memiliki pertumbuhan yang lambat. Hal

tersebut dilihat dari laju kontribusi sub sektor ini terhadap PDRB Kabupaten

Wonosobo tahun 2012-2016 yang dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

76

Gambar 13. Perkembangan Kontribusi Sub Sektor Perikanan Kabupaten

Wonosobo Tahun 2012-2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wonosobo 2018 (diolah)

Dari Gambar 13 di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi sektor perikanan

terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 mengalami fluktuasi.

Penurunan terjadi pada tahun 2012-2016, dengan persentase penurunan secara

urut dari : 1,224%, 1,159%, 1,078%, 1,072%, 0,988%. Sementara rata-rata

pertumbuhan dari tahun 2012-2016 adalah sebesar -3,43%.

Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) sektor

perikanan memiliki nilai PPW negatif (-21,00%), yang artinya sub sektor ini

tidak memiliki daya saing dibandingkan dengan daerah lain di provinsi jawa

tengah. Jika dilihat dari pergeseran bersih (PB), sub sektor ini memiliki nilai PB

negatif (-31,611%), yang artinya sektor perikanan di Kabupaten Wonosobo

memiliki pertumbuhan yang tidak progresif.

4.1.3 Rumusan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian dalam

Pembangunan Daerah di Kabupaten Wonosobo

Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) hampir semua sub sektor

pertanian termasuk sub sektor unggulan, terkecuali sub sektor perkebunan

semusim, yang artinya kontribusi masing-masing sub sektor unggulan tersebut

dalam perekonomian Kabupaten Wonosobo lebih besar daripada kontribusi sub

sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa Tengah.

1,224 1,159 1,078 1,072 0,988

0,000

0,500

1,000

1,500

2012 2013 2014 2015 2016

Perikanan

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

77

Sub sektor unggulan yang perlu diprioritaskan dalam pembangunan daerah

Kabupaten Wonosobo dapat dilihat dalam analisis lebih lanjut yaitu perbandingan

pergeseran bersih dan daya siangnya. Adapun analisisnya dapat dilihat pada Tabel

12 sebagai berikut.

Tabel 12. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Daya Saing Sub Sektor Pertanian

di Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah)

Sektor

Peringkat

Sektor

Unggulan (LQ)

Daya Saing

(PPW)

Pergeseran

Bersih (PB)

Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa Pertanian Unggulan 122.957 (307.391)

a. Tanaman Pangan Unggulan 90.238 (62.472)

b. Tanaman Hortikultura

Semusim Unggulan 67.861 (11.310)

c. Perkebunan Semusim Non Unggulan (2.589) (3.265)

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya Unggulan 128.955 (64.476)

e. Perkebunan Tahunan Unggulan (6.054) (13.319)

f. Peternakan Unggulan (16.960) (16.960)

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan

Unggulan 1.596 (1.064)

Kehutanan dan Penebangan

Kayu

Unggulan 8.450 (52.816)

Perikanan Unggulan (25.532) (31.611) Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah 2018 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis di atas, sub sektor pertanian yang memiliki daya

saing adalah sub sektor tanaman pangan dengan nilai PPW sebesar Rp90.238 juta

atau sebesar 13%, kedua adalah sub sektor tanaman hortikultura semusim dengan

nilai PPW sebesar Rp67.861 juta atau sebesar 12%, ketiga adalah sub sektor

kehutanan dan penebangan kayu dengan nilai PPW sebesar Rp8.450 juta atau

sebesar 4%. Sementara sub sektor lainnya yang tidak memiliki daya saing karena

memiliki nilai PPW negatif tertinggi adalah sub sektor perkebunan semusim

dengan nilai PPW sebesar –Rp2,589 juta atau sebesar -23%.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

78

Sub sektor pertanian Kabupaten Wonosobo periode 2012-2016 tidak

memiliki pertumbuhan yang progresif, dikarenakan rata-rata pertumbuhan

proporsional pada setiap sub sektor termasuk ke dalam pertumbuhan yang lambat,

akan tetapi beberapa sub sektor memiliki pertumbuhan pangsa wilayah yang

kompetitif, dengan kata lain beberapa sub sektor pertanian yang ada di Kabupaten

Wonosobo memiliki daya saing untuk bisa bersaing dengan sub sektor pertanian

yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Untuk melihat pemetaan sub sektor yang

memiliki daya saing maupun pertumbuhan cepat atau lambat, lebih jelasnya dapat

dilihat pada kuadran yang tersaji pada Gambar 14.

⸙ Tanaman Pangan

Δ Tanaman Hortikultura Semusim

⌂ Perkebunan Semusim

◙ Tanaman Hortikultura Tahunan dan

Lainnya

⁂ Perkebunan Tahunan

֎ Peternakan

$ Jasa Pertanian dan Perburuan

□ Kehutanan dan Penebangan Kayu

¥ Perikanan

▲Pertanian, Peternakan, perburuan

dan Jasa Pertanian

Gambar 14. Profil Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Wonosobo

Periode 2012-2016 Sumber : Data Primer 2018 (diolah)

Berdasarkan Gambar 14, dapat diketahui bahwa profil pertumbuhan sub

sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo tahun 2012-2016 dapat dipetakan

menjadi empat kuadran yaitu kuadran I, II, III, dan IV antara lain sebagai berikut:

1. Kuadran I. Tidak terdapat sub sektor pertanian yang menempati kuadran

ini.

PPW

PP

I

II III

IV Δ

֎ $

¥

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

79

2. Kuadran II. Pada kuadran ini terdapat sub sektor peternakan, hal ini berarti

sub sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan positif (standar), namun

memiliki daya saing atau kompetitif yang rendah untuk wilayah tersebut

dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah.

3. Kuadran III. Pada kuadran ini terdapat sub sektor perkebunan semusim,

perkebunan tahunan, dan perikanan, yang artinya sub sektor tersebut

memiliki laju pertumbuhan yang lambat, dan memiliki daya saing atau

kompetitif yang rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa

Tengah.

4. Kuadran IV. pada kuadran ini terdapat sub sektor tanaman pangan, tanaman

hortikultura semusim, tanaman hortikultura tahunan dan lainnya, jasa

pertanian dan perburuan, kehutanan dan penebangan kayu. Hal ini berarti

sub sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki

daya saing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Jawa

Tengah.

4.2 Pembahasan

Poin pembahasan ini menejelaskan tentang posisi sektor pertanian,

pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian, sub sektor unggulan, pertumbuhan

dan daya saing serta rumusan prioritas untuk menentukan kebijakan apa yang

sebaiknya di gunakan untuk meningkatkan produksi di sektor pertanian.

4.2.1 Posisi Sektor Pertanian, Pertumbuhan dan Daya Saing di Kabupaten

Wonosobo Periode 2010-2016

Cara mengetahui dimana Posisi sektor pertanian dalam perekonmian

kabupaten wonosobo dapat dilakukan menggunakan alat analisis location

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

80

quontient (LQ). Alat analisis ini biasanya menggunakan data sekunder untuk

dijadikan bahan analisis. Pada kasus ini, peneliti menggunakan data produk

domestik regional bruto (PDRB) sebagai bahan analisis untuk menentukan sektor

apa saja yang menjadi unggulan dikabupaten wonosobo.

Hasil pengujian menggunakan analisis tersebut didapatkan bahwa posisi

sektor pertanian di kabupaten wonosobo, provinsi jawa tengah menjadi asalah

satu sektor unggulan dengan nilai rata-rata LQ sebesar 2,27. Nilai ini menjadi

yang tertinggi berturut turut yaitu pertanian, transportasi, pengadaan air, jasa

kesehatan, jasa pendidikan, jasa lainnya, perdagangan besar dan eceran dan jasa

keuangan.

Posisi sektor pertanian masih menjadi yang unggulan di kabupaten

wonosobo. Hal ini dapat di artikan bahwasanya sektor ini masih menjadi sektor

yang di andalkan hasilnya oleh pemerintah kabupaten wonosobo sebagai

penopang dana pendapatan daerah. Sektor partanian ini meliputi beberapa sub

sektor di bawahnya seperti hortikultura, peternakan, perkebunan, perikanan serta

kehutanan. Sektor ini menyerap tenaga kerja masyarakat wonosobo yang cukup

banyak dengan angka 45 persen.

Sektor pertanian ini harus di dukung oleh pemerintah daerah dengan

berbagai kebijakan yang menguntungkan berbagai stake holder. Proses

pembanguan kebijakan ini dapat dicantumkan secara konkrit pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan target-target yang

akan di capai pada 5 tahun kedepan. Perumusan hingga kebijakan penataan lahan

pertanian, pemberian pupuk bagi petani serta adanya penyuluh yang aktif dalam

pendampingan akan memberikan hasil yang maksimal. Hal ini menjadikan sektor

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

81

pertanian menjadi produktif dalam hasil pertaniannya serta sebagai pembangun

untuk sektor-sektor lainnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengann teori yang di kemukakan oleh Rochaeni

(2010), bahwa sektor pertanian dianggap sebagai sektor pemimpin (leading

sector) yang di harapkan mendorong perkembangan sektor lainnya.

1. Pertumbuhan Sektor Pertanian

Berdasarkan nilai riil PDRB kabupaten wonosobo pada tahun 2012 atas

dasar harga konstan adalah 9,9 Triliun dan mengalami peningkatan pada tahun

2016 menjadi 11,9 triliun. Nilai rill yaitu pendapatan yang telah di hilangkan

pengaruh inflasinya. Pendapatan regional atas dasar harga berlaku yang telah

dikurangi dengan perkembangan infalsi dikenal dengan pendapatan regional atas

dasar harga konstan. Untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan sektor di

daerah tertentu, dapat menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan.

Penelitian ini menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan 2012-2016.

Hasil pengujian dengan menggunakan rumus presentase perubahan PDRB

pada Kabuppaten Wonosobo didapatkan sektor pertanian mengalami peningkatan

yang baik pada tahun 2012-2016 dengan angka pertumbuhan sebesar 11,86

persen. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian masih mejadi sektor dengan

pertumbuhan yang positif namun lambat yang di tunjukan dengan nilai

Pertumbuhan Proposional sebesar (13,88) persen.

Sektor pertanian masih menjadi sektor yang memiliki nilai pertumbuhan

yang positif. Sektor ini merupakan bagian dari sebuah negara untuk memberikan

jaminan ketahanan pangan (food security) bagi masyarakat. Bagi negara

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

82

berkembang termasuk indonesia, alasan ketahanan pangan nerupakan alasan yang

tepat perlunya diberikan dukungan dan perlindungan kepada petani.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh A.T

Mosher (1966) bahwasannya suatu bentuk proses produksi yang sudah khas yang

didasarkan pada proses pertumbuhan dari pada hewan dan tumbuhan.

2. Daya Saing Sektor Pertanian

Suatu kompenen untuk melihat seberapa kompetitif daya saing suatu

komoditi dapat menggunakan kompenen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

Pertumbuhan pangsa wilayah adalah hasil dari perhitungan antara PDRB

Kabupaten Wonosobo sektor i tahun dasatr analisis 2012 di kalikan dengan selisih

antara ri dan Ri.

Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sektor

unggulan yang memiliki nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) > 0 tertinggi

adalah sektor pertanian sebesar Rp98.176 Miliar atau sebesar 2,88%, disusul

dengan sektor perdagangan dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar

Rp19.225 miliar atau sebesar 1,09%, dan selanjutnya sektor kontruksi yang

menepati posisi ketiga dengan nilai PPW sebesar Rp5.738 miliar dengan

presentase pertumbuhan sebesar 0,95%. Ketiga sektor ini merupakan sektor yang

termasuk ke dalam sektor unggulan yang memiliki daya saing atau termasuk

kedalam sektor yang kompetitif.

Daya saing di definisikan sebagai kemampuan suatu sektor, industri atau

perusahaan untuj bersaing secara sukses untuk mencapai pertumbuhan yang

berkelanjutan di dalam lingkungan global selama biaya imbangannya lebih rendah

dari penerimaan sumberdaya yang di gunakan.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

83

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh

Sudaryanto dan Simatupang (1993) yang mengemukakan bahwa konsep

keunggulan komperatif merupakan ukuran daya saing (keunggulan) potensial

dalam ukuran daya saing yang akan di capai apabila perekonomian tidak

mengalami distorsi sama sekali.

4.2.2 Sub Sektor Unggulan, Pertumbuhan dan Daya saing Kabupaten

Wonosobo Periode 2010-2016

Untuk mengetahui sub sektor unggulan dalam perekonomian di kabupaten

wonosobo dapat dilakukan menggunakan alat analisis Location Quontient (LQ).

Alat analisis ini biasanya menggunakan data sekunder untuk dijadikan bahan

analisis seperti data PDRB.

Hasil pengujian menggunakan analisis tersebut didapatkan bahwa sub

sektor unggulan terbesar sub sektor pertanian di kabupaten wonosobo, provinsi

jawa tengah adalah tanaman hortikultura tahunan dan lainnya. Hal ini di tunjukan

dengan nilai LQ rata-rata adalah 5,12. Tanaman Hortikultura Tahunan manjadi

salah satu yang unggul di banding sektor lain dikarenakan stabilnya jumlah panen

dari komoditi yang tumbuh subur di Kabupaten Wonosobo Seperti duku,

manggis, durian dan salak. Sedangkan sub sektor non unggulan terjadi pada

tanaman perkebunan semusim dengan nilai LQ sebesar 0,34. Faktor yang

menyebabkan rendahnya nilai LQ pada perkebunan semunim diakibatkan oleh

rendahnya kuantitas panen yang dimiliki oleh sektor tersebut. Salah satu komoditi

yang menjadi yang mengalami nilai penurunan adalah tembakau. Hal ini di

akibatkan oleh faktor hama dan penyakit.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

84

Program proritas pembangunan pertanian yang tercantum dalam Rancangan

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten wonosobo

khususnya sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan

menunjukan hasil yang relevan dangen penelitian ini. Hal ini di tunjukan dengan

hasil LQ yang memposisikan bahwasannya 3 dari 4 sub sektor yang menjadi

prioritas pembangunan memiliki nilai LQ > 1 yang artinya bahwa sub sektor

tersebut menjadi sub sektor unggulan di kabupaten wonosobo. Hanya sub

sektor perkebunan yang memiliki LQ < 1 yang artinya bahwa sub sektor ini

menjadi sub sektor non unggulan dengan pertumbuhan yang menurun.

Tabel 13. Komparasi Program Prioritas dengan LQ

Sub Sektor LQ Pertumbuhan

2013 2014 2015 2016

Tanaman

Pangan Unggulan -1.40 0.13 10.38 3.00

Perkebunan Non

Unggulan -1.87 6.76 4.67 -18.05

Peternakan Unggulan 2.88 0.39 4.71 8.43

Perikanan Unggulan -1.53 -2.62 3.95 -3.23

Sumber : RPJMD 2010-2015 (diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa pertumbuhan sub sektor

tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan mengalami fluktuasi.

Hal ini didapatkan dari hasil pendapatan PDRB di setiap sub sektor tersebut

mengalami penurunan. Penurunan tertinggi terjad pada sub sektor perkebunan

pada tahun 2016 yaitu sebesar (-18,05%). Sedangkan pertumbuhan tertinggiterjadi

pada tanaman pangan pada tahun 2015 sebesar 10,38%.

Sektor pertanian khusus nya sub sektor yang memiliki nilai LQ < 1 ini

harus di dukung oleh pemerintah daerah dengan berbagai kebijakan yang

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

85

menguntungkan berbagai stake holder. Proses pembanguan kebijakan ini dapat

dicantumkan secara konkrit pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) berdasarkan target-target yang akan di capai pada 5 tahun

kedepan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh

Tumenggung (1996) yang menyatakan bahwa sektor unggulan adalah sektor yang

memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari

daerah lainnya seta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan jga

memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect

yang besar terhadap perekonomian lain serta memiliki permintaan yang tinggi

baik dari pasar lokal maupun pasar ekspor.

1. Pertumbuhan sub sektor

Nilai riil PDRB sektor pertanian di kabupaten Wonosobo pada tahun 2012

atas dasar konstan adalah sebesar Rp9.935 triliun dan meningkat di tahun 2016

menjadi Rp11.915 triliun, sehingga pada periode 2012-2016 terjadi peningkatan

sebesar 19,92% atau sebesar Rp1,98 triliun. Persentase pertumbuhan setiap sub

sektor pertanian dari tahun 2012-2016 selalu menunjukkan peningkatan,

peningkatan pertumbuhan sub sektor pertanian tertinggi adalah sub sektor

tanaman hortikultura semusim yaitu sebesar 20,62% dengan nilai perubahan

sebesar Rp116.617 miliar.

Selain pertumbuhan sub sektor tertinggi, persentase pertumbuhan terendah

terjadi pada sub sektor perkebunan semusim yaitu sebesar –Rp727 miliar dengan

persentase peningkatan sebesar -6,46% Hal ini dikarenakan faktor dari

berkurangnya produksi yang di akibatkan oleh cuaca dan hama penyakit.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

86

Pendapatan terbesar dari perkebunan semusim adalah pada tanaman tembakau.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan, faktor menurun nya pendapatan karena

faktor harga yang tidak stabil.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Arifin (2004) yang mengatakan

bahwa sektor pertanian merupakan faktor yang amat strategis, merupakan basis

ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai sebagian besar penduduk dan menyerap

tenaga kerja paling banyak serta menjadi katub pengaman di negara republik

indonesia. Pertumbuhan sektor pertanian harus di tingkatkan untuk menjadikan

negara indonesia menjadi negara yang aman akan pangan nya bagi seluruh rakyat

indonesia.

2. Daya Saing Sub Sektor Pertanian

Kompenen untuk melihat seberapa kompetitif daya saing suatu komoditi

dapat menggunakan kompenen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

Pertumbuhan pangsa wilayah adalah hasil dari perhitungan antara PDRB

Kabupaten Wonosobo sektor i tahun dasatr analisis 2012 di kalikan dengan selisih

antara ri dan Ri.

Hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sektor

unggulan yang memiliki nilai Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) > 0 tertinggi

adalah sektor tanaman pangan sebesar 13%. Sedangkan sektor yang memiliki nilai

PPW terendah adalah Perkebunan semusim dengan nilai -23%. Rendahnya nilai

PPW pada perkebunan semusim di karenakan gagal panen yang terjadi pada

komoditi tanaman tembakau. Hal ini diakibatkan karena faktor cuaca, hama dan

penyakit.

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

87

Menurut Tambunan (2001) sektor pertanian merupakan sumber daya alam

yang memiliki keunggulan komparatif dibandingkan bangsa lain. Proses

pembangunan yang ideal menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki

keunggulan kompetitif terhadap bangsa lain baik untuk kepentingan ekspor

maupun subsidi impor.

4.2.3 Rumusan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian dalam

Pembangunan Daerah di Kabupaten Wonosobo

Kebijakan daerah untuk menentukan strategi dalam pengembangan

subsektor pertanian dapat di gunakan Rumusan Prioritas. Berdasarkan Tabel 12

dan Gambar 14 maka dalam pembangunan daerah di Kabupaten Wonosobo,

pemerintah perlu merumuskan prioritas pembangunan agar dapat ditingkatkan

dengan efisien dan efektif dalam pelaksanaannya, sehingga dapat mendorong

pertumbuhan sub sektor pertanian maupun sektor perekonomian lainnya. Sektor

pertanian di Kabupaten Wonosobo memiliki peranan yang sangat besar dan

memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Wonosobo. Selain itu,

sektor ini juga merupakan mata pencaharian utama sebagian besar penduduk di

Kabupaten Wonosobo. Adapun yang perlu dijadikan prioritas dalam

pembangunan pertanian di Kabupaten Wonosobo adalah sub sektor tanaman

pangan dan tanaman hortikultura tahunan dan lainnya karena memiliki nilai

kompetitif tertinggi dibanding sub sektor lainnya, walaupun memiliki

pertumbuhan yang paling lambat dibanding sub sektor lainnya.

Selain sub sektor tersebut, menurut hasil komparasi antara RPJMD dan hasil

perhitungan menggunakan LQ bahwa sub sektor perkebunan, peternakan dan

perikanan menjadi salah satu sektor unggulan di kabupaten wonosobo. Sub sektor

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

88

ini memiliki pertumbuhan lambat serta tidak memiliki daya saing di bandingkan

dengan daerah lain di Provinsi Jawa Tengah. Program prioritas pembangunan

pertanian sangat di perlukan untuk meningkatkan produksi dan produktifitas serta

memiliki pertumbuhan dan daya saing yang baik. Kebijakan ini sesuai dengan apa

yang tercantum dalam misi pembangunan di kabupaten wonosobo khususmua

bidang pertanian.

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Wonosobo

tentang Kontribusi Sektor pertanian dalam pembangunan daerah di Kabupaten

Wonosobo dengan pendekatan analisis Location Quotient dan Shift Share, maka

dapat ditentukan beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Posisi sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo merupakan sektor

unggulan, memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi memiliki daya saing

yang baik. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian memiliki tingkat

kompetitif di suatu sektor ekonomi Kabupaten Wonosobo terhadap sektor

yaang sama di Jawa Tengah.

2. Sub sektor tanaman bahan makanan memiliki pertumbuhan yang lambat

dengan daya saing baik. Sub sektor tanaman hortikultura semusim memiliki

pertumbuhan yang lambat, dengan daya saing baik. Tanaman perkebunan

semusim memiliki pertumbuhan yang lambat, dengan daya saing kurang

baik. Tanaman hortikultura semusim memiliki pertumbuhan yang lambat,

dengan daya saing yang baik. Perkebunan tahunan memiliki pertumbuhan

yang lambat, dengan daya saing tidak baik. Peternakan memiliki

pertumbuhan yang baik, dengan daya saing tidak baik. Jasa pertanian dan

peternakan memiliki pertumbuhan yang lambat, dengan daya saing yng

baik. Kehutanan dan penebangan kayu memiliki pertumbuhan yang lanbat

dengan daya saing baik. Perikanan memiliki pertumbuhan lambat dengan

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

90

saya saing tidak baik. Dari 9 sub sektor tersebut bahwa subsektor di

kabupaten wonosobo memiliki pertumbuhan yang baik dengan daya saing

lambat yang dapat di artikan bahwa sub sektor pertanian mengalami

pertumbuhan yang lebih baik di bandingkan sub sektor pada daerah acuan

yaitu Provinsi Jawa Tengah, sedangkan daya saing yang lambat

menjelaskan bahwa sub sektor pertanian tidak memiliki daya saing yang

baik daripada sektor ekonomiyang sama pada daerah acuan yaitu Provinsi

Jawa Tengah.

3. Prioritas pengembangan sub sektor pertanian di Kabupaten Wonosobo

adalah:

a. Prioritas pertama meningkatkan pertumbuhan sub sektor yang belum

memiliki pertumbuhan dan daya saing yang baik. Jika kita lihat dari

program prioritas kabupaten wonosobo dalam pembangunan

pertaniannya yang di lihat dari laju pertumbuhannya maka, prioritas

yang harus di tingkatkan yaitu tanaman pangan dan peternakan

b. Prioritas ke dua sub sektor peternakan.

c. Prioritas ke tiga sub sektor perkebunan semusim, perkebunan

tahunan, perikanan.

d. Prioritas ke empat sub sektor tanaman pangan, hortikultura semusim,

hortikultura tahunan, jasa pertanian dan perburuan, kehutanan dan

penebangan kayu.

Sub sektor tersebut di klasifikasikan berdasarkan prioritas sub sektor yang

memiliki peranan sangat besar dan memiiki kontribusi terbesar terhadap

PDRB Kabupaten Wonosobo.

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

91

5.2 Saran

1. Pemerintah Kabupaten Wonosobo diharapkan agar lebih memperhatikan

dan meningkatkan sektor pertanian, karena sektor ini memiliki daya saing

yang baik, akan tetapi pertumbuhannya lambat. Maka pemerintah daerah di

Kabupaten Wonosobo perlu mendukung sektor ini agar kedepannya sektor

ini memiliki pertumbuhan yang cepat.

2. Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo seharusnya memprioritaskan sub

sektor pertanian yang memiliki daya saing yang tinggi dan memiliki

pertumbuhan yang cepat (sub sektor peternakan) karena memiliki peluang

dan sangat potensial untuk dikembangkan. Pemerintah Daerah juga harus

memberikan pertaian lebih kepada sub sektor pertanian lainnya, karena sub

sektor di pertanian memiliki daya saing yang baik namun pertumbuhan

proposional yang lambat. Hal ini harus segera di benahi agar pertanian di

Kabupaten Wonosobo menjadi salah satu produk yang unggulan di Provinsi

Jawa Tengah bahkan Nasional.

3. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengkaji dampak adanya

krisis ekonomi global terhadap sub sektor pertanian unggulan di Kabupaten

Wonosobo. Hal ini di lakukan agar mengetahui sektor mana saja yang

menjadi sektor potensial dan sektor yang memiliki daya saing lambat serta

pertumbuhannya. Agar pemerintah daerah dapat menentukan kebijakan

dengan tepat dan dapat mendorong pertumbuhan sub sektor tersebut.

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

92

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gafar Karim. 2003. Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah di

Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Alkaf, Ilham. 2015. Peran Pektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Cilacap Periode 2002-2013. Skripsi pada Program Studi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta.

Arifin B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas,

Jakarta.

Arsyad. L. 1999. Pengantar dan Perencanaan Pembangunan Daerah. BPFE

UGM. Yogyakarta.

BPS. 2017. Produk Domestik Regionsl Bruto Menurut Lapangan Usaha

Kabupaten Wonosobo 2012-2016. BPS Kabupaten Wonosobo 2017.

BPS. 2017. Kabupaten Wonosobo Dalam Angka 2017. BPS Kabupaten

Wonosobo 2017.

BPS. 2016. Statistik Kabupaten Wonosobo 2016. BPS Kabupaten Wonosobo

2016.

Budiharsono, Sugeng. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan

Lautan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Daniel, M,. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Darsono. 2012. Pembangunan Pertanian Dalam Dimensi Tantangan Global.

Surakarta : UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).

Darwanto, H,. 2006. Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah. http :

www.Bappenas.go.id.

Daryanto, Syarif dan Yundi Hafizrianda. 2010. Model-Model Kuantitatif Untuk

Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah : Konsep dan Aplikasi. PT

Penerbit IPB Press.

Glasson, Jhon,. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan oleh Paul

Sitohang. LPFEUI. Jakarta.

Hendayana. Rachmat, 2003. Aplikasi Metode Location Quontient (LQ) Dalam

Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian Volume

12. Litbang Pertanian.

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

93

Hidayat, Syarif. 2000. Refleksi Realitas Otonomi Daerah : Tantangan Kedepan.

Jakarta : Pustaka Kuantum

Kamaluddin, R,. 1998. Pengantar Ekonomi Pembangunan : Dilengkapi Dengan

Beberapa Aspek Pembanguna, FEUI, Jakarta.

Lusminah, 2008. Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Dalam Pembangunan

Daerah di Kabupaten Cilacap. Skripsi pada Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agribisnis Fakultas Pertanian USM. Surakarta.

Mardiasmo. 2000. Otonomi Daerah dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi

Yogyakarta.

Murhaini, H. Suriansyah. 2009. Kewenangan Pemerintah Daerah Mengurus

Bidang Pertanahan. LaksBang Justitia. Surabaya.

Priyarsono, D.S, Sahara, dan Muhammad, F.2007. Ekonomi Regional. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Rochaeni. S. 2014. Pembangunan Pertanian Indonesia. Edisi ke Dua. Graha Ilmu

: Yoguakarta.

Ron Hood, 1998. Economic Aalysis : A Location Quontient. Premier. Principal

Sun Region Associates, inc.

Saragih B. 2001. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan

Ekonomi Berbasis Pertanian. PT. Logi Grafika Griya Sarana. Bogor.

Sarundajang. 2000. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta : Penerbit

Sinar Harapan.

Simatupang, P. 1997. Akselerasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Melalui

Strategi Keterkaitan Berspektrum Luas. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Bogor.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Penerbit : Badouse

Media.

Soekartawi. 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soenarto. 2001. Otonomi Daerah dan Pelayanan Publik. Di akses pada http :

www.PU.go.id/itjen/buletin/3031.htm pada tanggal 11 januari 2018, pukul

01.50

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

94

Sofiyanto. 2015. Analisis Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Daerah

di Kabupaten Batang. Skripsi pada Program Studi Agribisnis Fakultas

Sains dan Teknologi UIN Jakarta.

Supakmoko, M. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan

Daerah. Andi Offset. Yogyakarta.

Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan : Problematika dan Pendekatan. Salemba

Empat. Jakarta.

Suyatno. 2000. Analisi Ekonomi Base Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Tingkat II Wonogiri : Menghadapi Implementasi UU No. 20/1999 dan UU

No. 25/1999. Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1, No. 2. Hal 144-

159. Surakarta : UMS.

Tambunan, T. 2001. Perekonomian Indonesia : teori dan temuan empiris. Jakarta

; Ghalia Indonesia

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta :

PT.Bumi Aksara.

Tarigan, Robinson. 2012. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi

Aksara

Todero, M.P. Dan S.C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.

Jilid 1. Edisi kedelapan. Jakarta : Erlangga.

Tumenggung, S. 1996. Gagasan dan Kebijaksanaan Pembangunan Ekonomi

Terpadu. Direktorat Bina TataPerkotaan dan Pedesaan Dirjen Cipta Karya

Departemen PU. Jakarta.

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

95

LAMPIRAN

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

96

Lampiran 1. Peta Wilayah Kabupaten Wonosobo

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

97

Lampiran 2. Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Wonosobo 2016

No Kecamatan Luas (km2) Persentase

1 Wadaslintang 127.16 12.91

2 Kepil 93.87 9.53

3 Sapuran 77.72 7.89

4 Kalibawang 47.82 4.86

5 Kaliwiro 100.08 10.16

6 Leksono 44.07 4.48

7 Sukoharjo 54.29 5.51

8 Selomerto 39.71 4.03

9 Kalikajar 83.30 8.46

10 Kertek 62.14 6.31

11 Wonosobo 32.28 3.29

12 Watumalang 68.23 6.93

13 Mojotengah 45.07 4.58

14 Garung 51.22 5.20

15 Kejajar 57.62 5.85

Wonosobo 984.68 100.00

2015 984.68 100.00

2014 984.68 100.00

2013 984.68 100.00

2012 984.68 100.00

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo (2017)

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

98

Lampiran 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan 2012-2016

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.406.756.98 3.402.316.96 3.518.265.83 3.617.584.00 3.810.795.26

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 3.073.912.97 3.071.536.25 3.183.113.08 3.279.863.26 3.486.488.11

a. Tanaman Pangan 694.137.47 684.576.22 685.444.78 764.823.63 788.441.16

b. Tanaman Hortikultura Semusim 565.504.73 558.410.69 575.235.06 630.310.58 682.121.39

c. Perkebunan Semusim 11.258.47 11.051.37 11.852.24 12.432.79 10.531.43

d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 1.289.540.08 1.290.108.13 1.372.655.66 1.311.168.21 1.403.409.28

e. Perkebunan Tahunan 121.079.61 120.832.17 127.548.61 132.418.41 135.994.08

f. Peternakan 339.199.34 349.263.36 350.615.12 367.945.61 401.817.80

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 53.193.27 57.294.32 59.761.62 60.764.02 64.172.99

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 211.261.37 211.026.70 218.455.77 216.227.52 206.620.66

3 Perikanan 121.582.64 119.754.01 116.696.98 121.493.22 117.686.49

B Pertambangan dan Penggalian 96.128.83 99.758.48 101.921.64 102.685.71 105.298.55

C Industri Pengolahan 1.621.383.18 1.712.642.25 1.783.409.98 1.879.373.30 1.944.374.40

D Pengadaan Listrik dan Gas 3.899.81 4.192.44 4.408.40 4.546.11 4.653.32

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur

Ulang 12.864.91 12.976.81 13.486.69 13.771.79 14.080.68

F Konstruksi 601.526.28 637.351.19 659.648.10 701.666.34 749.912.24

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 1.766.536.68 1.862.820.63 1.958.338.23 2.040.784.91 2.134.763.83

H Transportasi dan Pergudangan 506.975.20 553.527.57 599.050.35 642.642.54 689.598.14

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 302.170.53 318.665.14 341.229.63 366.625.62 366.602.46

J Informasi dan Komunikasi 119.767.99 130.688.79 146.518.33 160.320.36 172.034.33

K Jasa Keuangan dan Asuransi 272.561.66 281.888.47 300.078.58 321.230.92 349.141.74

L Real Estate 155.184.71 166.108.76 176.900.81 190.235.20 203.199.83

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

99

M,N Jasa Perusahaan 19.838.02 21.988.01 23.982.82 26.343.04 28.877.99

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 264.073.47 270.266.08 272.826.23 287.162.17 293.298.48

P Jasa Pendidikan 478.709.92 524.196.65 561.432.81 595.947.11 635.358.88

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 108.512.34 117.809.06 131.542.62 140.855.83 154.555.35

R,S,T,U Jasa lainnya 199.014.82 216.559.76 235.127.62 242.305.08 259.453.43

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 9.935.905.32 10.333.757.05 10.828.168.68 11.334.080.04 11.915.998.92

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA MIGAS 9.935.905.32 10.333.757.05 10.828.168.68 11.334.080.04 11.915.998.92

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

100

Lampiran 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016

N

o Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 106.536.703.12 108.832.110.55 107.793.380.89 113.826.299.04 116.250.931.53

1

Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Pertanian 95.601.895.16 97.413.889.93 96.286.410.28 102.150.557.53 104.360.311.98

a. Tanaman Pangan 40.079.215.64 40.318.220.93 36.456.570.07 40.129.076.06 40.551.014.63

b. Tanaman Hortikultura Semusim 8.488.979.83 8.481.598.93 8.836.926.36 9.055.392.35 9.262.227.95

c. Perkebunan Semusim 2.129.222.95 2.243.416.54 2.387.858.14 2.515.786.18 2.492.731.92

d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 17.682.994.46 17.690.632.39 18.441.843.15 18.918.211.56 19.144.011.82

e. Perkebunan Tahunan 7.876.260.69 8.172.970.71 8.599.343.07 8.915.107.33 9.195.702.77

f. Peternakan 17.286.984.73 18.248.180.42 19.263.474.44 20.215.645.34 21.292.537.74

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 2.058.236.86 2.258.870.80 2.300.395.05 2.401.338.71 2.422.085.15

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 4.083.413.65 4.093.448.74 4.073.354.75 3.997.568.24 3.823.956.28

3 Perikanan 6.851.394.31 7.324.771.88 7.433.615.86 7.678.173.27 8.066.663.27

B Pertambangan dan Penggalian 13.745.874.30 14.594.164.05 15.566.648.84 16.040.765.67 19.044.524.87

C Industri Pengolahan 241.528.855.93 254.694.118.95 271.526.773.18 284.575.766.45 296.227.398.37

D Pengadaan Listrik dan Gas 751.160.19 813.604.61 866.488.00 887.584.37 954.806.10

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 547.794.91 549.040.44 567.980.08 577.261.68 589.805.23

F Konstruksi 70.034.622.63 73.465.919.37 76.681.876.60 81.286.113.22 86.875.267.97

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 101.058.608.68 105.825.306.31 110.899.193.58 115.299.085.85 121.181.123.88

H Transportasi dan Pergudangan 20.818.468.63 22.760.150.97 24.868.280.75 26.807.881.97 28.592.166.82

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 20.871.604.64 21.812.570.05 23.471.641.07 25.064.275.14 26.668.736.81

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

101

J Informasi dan Komunikasi 24.690.219.27 26.663.583.07 30.130.161.63 33.001.271.38 35.742.555.91

K Jasa Keuangan dan Asuransi 18.588.738.12 19.311.454.80 20.106.851.64 21.719.194.84 23.820.513.19

L Real Estate 11.934.423.12 12.853.218.11 13.776.863.54 14.822.295.08 15.829.477.85

M

,N Jasa Perusahaan 2.087.130.46 2.340.118.40 2.526.615.62 2.741.142.86 3.032.330.20

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 20.373.579.95 20.912.828.39 21.075.646.54 22.194.694.80 22.720.443.65

P Jasa Pendidikan 22.760.883.69 24.930.587.32 27.266.220.07 29.324.081.90 31.563.635.32

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.959.375.94 5.312.609.80 5.916.710.61 6.307.617.26 6.929.495.92

R,

S,

T,

U

Jasa lainnya 10.055.072.38 10.983.732.87 11.917.818.01 12.300.030.67 13.360.350.97

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 691.343.115.96 726.655.118.06 764.959.150.95 806.775.362.18 849.383.564.59

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TANPA

MIGAS 676.846.081.47 711.247.349.40 748.526.014.11 789.847.012.14 829.384.233.62

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

102

Lampiran 5. Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Kabupaten Wonosobo

Kategori Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata

LQ Keterangan

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.22 2.20 2.31 2.26 2.34 2.27 Unggulan

B Pertambangan dan Penggalian 0.49 0.48 0.46 0.46 0.39 0.46 Non Unggulan

C Industri Pengolahan 0.47 0.47 0.46 0.47 0.47 0.47 Non Unggulan

D Pengadaan Listrik dan Gas 0.36 0.36 0.36 0.36 0.35 0.36 Non Unggulan

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 1.63 1.66 1.68 1.70 1.70 1.67 Unggulan

F Konstruksi 0.60 0.61 0.61 0.61 0.62 0.61 Non Unggulan

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 1.22 1.24 1.25 1.26 1.26 1.24 Unggulan

H Transportasi dan Pergudangan 1.69 1.71 1.70 1.71 1.72 1.71 Unggulan

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.01 1.03 1.03 1.04 0.98 1.02 Unggulan

J Informasi dan Komunikasi 0.34 0.34 0.34 0.35 0.34 0.34 Non Unggulan

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1.02 1.03 1.05 1.05 1.04 1.04 Unggulan

L Real Estate 0.90 0.91 0.91 0.91 0.92 0.91 Non Unggulan

M,N Jasa Perusahaan 0.66 0.66 0.67 0.68 0.68 0.67 Non Unggulan

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 0.90 0.91 0.91 0.92 0.92 0.91 Non Unggulan

P Jasa Pendidikan 1.46 1.48 1.45 1.45 1.43 1.46 Unggulan

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.52 1.56 1.57 1.59 1.59 1.57 Unggulan

R,S,T,U Jasa lainnya 1.38 1.39 1.39 1.40 1.38 1.39 Unggulan

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

103

Lampiran 6. Perubahan PDRB Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa

Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012

dan 2016

a. Perubahan PDRB Kabupaten Wonosobo

Kategori Uraian 2012 2016 Δ PDRB % Δ

PDRB

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3.406.757 3.810.795 404.038 11.86

B Pertambangan dan Penggalian 96.129 105.299 9.170 9.54

C Industri Pengolahan 1.621.383 1.944.374 322.991 19.92

D Pengadaan Listrik dan Gas 3.900 4.653 754 19.32

E

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

12.865 14.081 1.216 9.45

F Konstruksi 601.526 749.912 148.386 24.67

G

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda

Motor

1.766.537 2.134.764 368.227 20.84

H Transportasi dan Pergudangan 506.975 689.598 182.623 36.02

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 302.171 366.602 64.432 21.32

J Informasi dan Komunikasi 119.768 172.034 52.266 43.64

K Jasa Keuangan dan Asuransi 272.562 349.142 76.580 28.10

L Real Estate 155.185 203.200 48.015 30.94

M,N Jasa Perusahaan 19.838 28.878 9.040 45.57

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib

264.073 293.298 29.225 11.07

P Jasa Pendidikan 478.710 635.359 156.649 32.72

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 108.512 154.555 46.043 42.43

R,S,T,U Jasa lainnya 199.015 259.453 60.439 30.37

PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO 9.935.905 11.915.999 1.980.094 19.93

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

104

b. Perubahan PDRB Provinsi Jawa Tengah

Kategori Uraian 2012 2016 Δ PDRB % Δ

PDRB

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 106.536.703 116.250.932 9.714.228 9.12

B Pertambangan dan

Penggalian 13.745.874 19.044.525 5.298.651 38.55

C Industri Pengolahan 241.528.856 296.227.398 54.698.542 22.65

D Pengadaan Listrik dan Gas 751.160 954.806 203.646 27.11

E

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

547.795 589.805 42.010 7.67

F Konstruksi 70.034.623 86.875.268 16.840.645 24.05

G

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

101.058.609 121.181.124 20.122.515 19.91

H Transportasi dan

Pergudangan 20.818.469 28.592.167 7.773.698 37.34

I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 20.871.605 26.668.737 5.797.132 27.78

J Informasi dan Komunikasi 24.690.219 35.742.556 11.052.337 44.76

K Jasa Keuangan dan

Asuransi 18.588.738 23.820.513 5.231.775 28.14

L Real Estate 11.934.423 15.829.478 3.895.055 32.64

M,N Jasa Perusahaan 2.087.130 3.032.330 945.200 45.29

O

Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

20.373.580 22.720.444 2.346.864 11.52

P Jasa Pendidikan 22.760.884 31.563.635 8.802.752 38.67

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 4.959.376 6.929.496 1.970.120 39.73

R,S,T,U Jasa lainnya 10.055.072 13.360.351 3.305.279 32.87

PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO 691.343.116 849.383.565 158.040.449 22.86

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

105

Lampiran 7. Rasio PDRB Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012 dan 2016

Kategori Uraian Ra Ri ri

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.23 0.091 0.120

B Pertambangan dan Penggalian 0.23 0.385 0.100

C Industri Pengolahan 0.23 0.226 0.200

D Pengadaan Listrik dan Gas 0.23 0.271 0.190

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 0.23 0.077 0.090

F Konstruksi 0.23 0.240 0.250

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor 0.23 0.199 0.210

H Transportasi dan Pergudangan 0.23 0.373 0.360

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.23 0.278 0.210

J Informasi dan Komunikasi 0.23 0.448 0.440

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0.23 0.281 0.280

L Real Estate 0.23 0.326 0.310

M,N Jasa Perusahaan 0.23 0.453 0.460

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 0.23 0.115 0.110

P Jasa Pendidikan 0.23 0.387 0.330

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.23 0.397 0.420

R,S,T,U Jasa lainnya 0.23 0.329 0.300

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 0.23 0.229 0.200

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

106

Lampiran 8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten

Wonosobo Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Proporsional,

dan Pangsa Wilayah Tahun 2012-2016

a. Komponen Pertumbuhan Regional Tahun 2012-2016

Kategori Uraian 2012 (Yij) Ra PRij

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.406.757 0.23 783,554

B Pertambangan dan Penggalian 96.129 0.23 22,110

C Industri Pengolahan 1.621.383 0.23 372,918

D Pengadaan Listrik dan Gas 3.900 0.23 897

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 12.865 0.23 2,959

F Konstruksi 601.526 0.23 138,351

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor 1.766.537 0.23 406,303

H Transportasi dan Pergudangan 506.975 0.23 116,604

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 302.171 0.23 69,499

J Informasi dan Komunikasi 119.768 0.23 27,547

K Jasa Keuangan dan Asuransi 272.562 0.23 62,689

L Real Estate 155.185 0.23 35,692

M,N Jasa Perusahaan 19.838 0.23 4,563

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib 264.073 0.23 60,737

P Jasa Pendidikan 478.710 0.23 110,103

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 108.512 0.23 24,958

R,S,T,U Jasa lainnya 199.015 0.23 45,773

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3.406.757 0.23 783,554

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

107

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional Tahun 2012-2016

No Uraian Ri Ra 2012 (Yij) Ppij % Ppij Ket.

A Pertanian, Kehutanan,

dan Perikanan 0.091 0.23 3.406.757 -472.919 -13.88 Lambat

B Pertambangan dan

Penggalian 0.385 0.23 96.129 14.945 15.55 Cepat

C Industri Pengolahan 0.226 0.23 1.621.383 -5.727 -0.35 Lambat

D Pengadaan Listrik dan

Gas 0.271 0.23 3.900 160 4.11 Cepat

E

Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

0.077 0.23 12.865 -1.972 -15.33 Lambat

F Konstruksi 0.240 0.23 601.526 6.293 1.05 Cepat

G

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

0.199 0.23 1.766.537 -54.555 -3.09 Lambat

H Transportasi dan

Pergudangan 0.373 0.23 506.975 72.702 14.34 Cepat

I Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum 0.278 0.23 302.171 14.429 4.78 Cepat

J Informasi dan

Komunikasi 0.448 0.23 119.768 26.066 21.76 Cepat

K Jasa Keuangan dan

Asuransi 0.281 0.23 272.562 14.023 5.14 Cepat

L Real Estate 0.326 0.23 155.185 14.955 9.64 Cepat

M,N Jasa Perusahaan 0.453 0.23 19.838 4.421 22.29 Cepat

O

Administrasi

Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

0.115 0.23 264.073 -30.318 -11.48 Lambat

P Jasa Pendidikan 0.387 0.23 478.710 75.037 15.67 Cepat

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial 0.397 0.23 108.512 18.149 16.73 Cepat

R,S,

T,U Jasa lainnya 0.329 0.23 199.015 19.646 9.87 Cepat

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

108

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2012-2016

No Uraian ri Ri 2012

(Yij) PPW

%

PP

W

Ket.

A Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 0.120 0.091 3.406.757 98.176 2.88 Kompetitif

B Pertambangan dan

Penggalian 0.100 0.385 96.129 -27.442

-

28.55

Tidak

Kompetitif

C Industri Pengolahan 0.200 0.226 1.621.383 -42.915 -2.65 Tidak

Kompetitif

D Pengadaan Listrik dan Gas 0.190 0.271 3.900 -316 -8.11 Tidak

Kompetitif

E

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

0.090 0.077 12.865 171 1.33 Kompetitif

F Konstruksi 0.250 0.240 601.526 5.738 0.95 Kompetitif

G

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor

0.210 0.199 1.766.537 19.225 1.09 Kompetitif

H Transportasi dan

Pergudangan 0.360 0.373 506.975 -6.795 -1.34

Tidak

Kompetitif

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 0.210 0.278 302.171 -20.473 -6.78

Tidak

Kompetitif

J Informasi dan Komunikasi 0.440 0.448 119.768 -915 -0.76 Tidak

Kompetitif

K Jasa Keuangan dan Asuransi 0.280 0.281 272.562 -395 -0.14 Tidak

Kompetitif

L Real Estate 0.310 0.326 155.185 -2.541 -1.64 Tidak

Kompetitif

M,N Jasa Perusahaan 0.460 0.453 19.838 141 0.71 Kompetitif

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

0.110 0.115 264.073 -1.371 -0.52 Tidak

Kompetitif

P Jasa Pendidikan 0.330 0.387 478.710 -27.166 -5.67 Tidak

Kompetitif

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 0.420 0.397 108.512 2.468 2.27 Kompetitif

R,S,

T,U Jasa lainnya 0.300 0.329 199.015 -5.715 -2.87

Tidak

Kompetitif

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

109

Lampiran 9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian

Kabupaten Wonosobo Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

1

Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

3.073.913 3.071.536 3.183.113 3.279.863 3.486.488

a. Tanaman Pangan 694.137 684.576 685.445 764.824 788.441

b. Tanaman

Hortikultura Semusim 565.505 558.411 575.235 630.311 682.121

c. Perkebunan

Semusim 11.258 11.051 11.852 12.433 10.531

d. Tanaman

Hortikultura Tahunan

dan Lainnya

1.289.540 1.290.108 1.372.656 1.311.168 1.403.409

e. Perkebunan

Tahunan 121.080 120.832 127.549 132.418 135.994

f. Peternakan 339.199 349.263 350.615 367.946 401.818

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 53.193 57.294 59.762 60.764 64.173

2 Kehutanan dan

Penebangan Kayu 211.261 211.027 218.456 216.228 206.621

3 Perikanan 121.583 119.754 116.697 121.493 117.686

PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO 9.935.905 10.333.757 10.828.169 11.334.080 11.915.999

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

110

Lampiran 10. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Tahun 2012-2016

Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian -0.08 3.51 2.95 5.93

a. Tanaman Pangan -1.40 0.13 10.38 3.00

b. Tanaman Hortikultura Semusim -1.27 2.92 8.74 7.60

c. Perkebunan Semusim -1.87 6.76 4.67 -18.05

d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 0.04 6.01 -4.69 6.57

e. Perkebunan Tahunan -0.20 5.27 3.68 2.63

f. Peternakan 2.88 0.39 4.71 8.43

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 7.16 4.13 1.65 5.31

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu -0.11 3.40 -1.03 -4.65

3 Perikanan -1.53 -2.62 3.95 -3.23

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

111

Lampiran 11. Kontribusi Sub Sektor Pertanian Tahun 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 30.94 29.72 29.40 28.94 29.26

a. Tanaman Pangan 6.99 6.62 6.33 6.75 6.62

b. Tanaman Hortikultura Semusim 5.69 5.40 5.31 5.56 5.72

c. Perkebunan Semusim 0.11 0.11 0.11 0.11 0.09

d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 12.98 12.48 12.68 11.57 11.78

e. Perkebunan Tahunan 1.22 1.17 1.18 1.17 1.14

f. Peternakan 3.41 3.38 3.24 3.25 3.37

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 0.54 0.55 0.55 0.54 0.54

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 2.13 2.04 2.02 1.91 1.73

3 Perikanan 1.22 1.16 1.08 1.07 0.99

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

112

Lampiran 12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian

Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

1

Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

95.601.895 97.413.890 96.286.410 102.150.558 104.360.312

a. Tanaman Pangan 40.079.216 40.318.221 36.456.570 40.129.076 40.551.015

b. Tanaman Hortikultura

Semusim 8.488.980 8.481.599 8.836.926 9.055.392 9.262.228

c. Perkebunan Semusim 2.129.223 2.243.417 2.387.858 2.515.786 2.492.732

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya 17.682.994 17.690.632 18.441.843 18.918.212 19.144.012

e. Perkebunan Tahunan 7.876.261 8.172.971 8.599.343 8.915.107 9.195.703

f. Peternakan 17.286.985 18.248.180 19.263.474 20.215.645 21.292.538

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 2.058.237 2.258.871 2.300.395 2.401.339 2.422.085

2 Kehutanan dan

Penebangan Kayu 4.083.414 4.093.449 4.073.355 3.997.568 3.823.956

3 Perikanan 6.851.394 7.324.772 7.433.616 7.678.173 8.066.663

PRODUK DOMESTIK

REGIONAL BRUTO 9.935.905 691.343.116 726.655.118 764.959.151 806.775.362

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

113

Lampiran 13. Hasil Perhitungan dengan Metode LQ di Kabupaten Wonosobo

Kategori Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-rata

LQ Keterangan

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Pertanian 2.24 2.22 2.34 2.29 2.38 2.29 Unggulan

a. Tanaman Pangan 1.21 1.19 1.33 1.36 1.39 1.29 Unggulan

b. Tanaman Hortikultura Semusim 4.64 4.63 4.60 4.95 5.25 4.81 Unggulan

c. Perkebunan Semusim 0.37 0.35 0.35 0.35 0.30 0.34 Non Unggulan

d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 5.07 5.13 5.26 4.93 5.23 5.12 Unggulan

e. Perkebunan Tahunan 1.07 1.04 1.05 1.06 1.05 1.05 Unggulan

f. Peternakan 1.37 1.35 1.29 1.30 1.35 1.33 Unggulan

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 1.80 1.78 1.84 1.80 1.89 1.82 Unggulan

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 3.60 3.63 3.79 3.85 3.85 3.74 Unggulan

3 Perikanan 1.23 1.15 1.11 1.13 1.04 1.13 Unggulan

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

113

Lampiran 14. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo dan

Provinsi Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2012 dan 2016

a. Perubahan Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo

Kategori Uraian 2012 2016 Δ PDRB % Δ PDRB

1 Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa Pertanian 3.073.913 3.486.488 412.575 13.42

a. Tanaman Pangan 694.137 788.441 94.304 13.59

b. Tanaman Hortikultura

Semusim 565.505 682.121 116.617 20.62

c. Perkebunan Semusim 11.258 10.531 -727 -6.46

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya 1.289.540 1.403.409 113.869 8.83

e. Perkebunan Tahunan 121.080 135.994 14.914 12.32

f. Peternakan 339.199 401.818 62.618 18.46

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 53.193 64.173 10.980 20.64

2 Kehutanan dan Penebangan

Kayu 211.261 206.621 -4.641 -2.20

3 Perikanan 121.583 117.686 -3.896 -3.20

PDRB 9.935.905 11.915.999 1.980.094 19.93

b. Perubahan Sektor Pertanian Provinsi Jawa Tengah

Kategori Uraian 2012 2016 Δ PDRB % Δ PDRB

1 Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

95.601.895 104.360.312 8.758.417 9.16

a. Tanaman Pangan 40.079.216 40.551.015 471.799 1.18

b. Tanaman Hortikultura

Semusim 8.488.980 9.262.228 773.248 9.11

c. Perkebunan Semusim 2.129.223 2.492.732 363.509 17.07

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya 17.682.994 19.144.012 1.461.017 8.26

e. Perkebunan Tahunan 7.876.261 9.195.703 1.319.442 16.75

f. Peternakan 17.286.985 21.292.538 4.005.553 23.17

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 2.058.237 2.422.085 363.848 17.68

2 Kehutanan dan

Penebangan Kayu 4.083.414 3.823.956 -259.457 -6.35

3 Perikanan 6.851.394 8.066.663 1.215.269 17.74

PDRB 9.935.905 691.343.116 849.383.565 158.040.449

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

114

Lampiran 15. Rasio PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Wonosobo dan

Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012 dan 2016

Kategori Uraian Ra Ri ri

1 Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa Pertanian 0.23 0.092 0.13

a. Tanaman Pangan 0.23 0.012 0.14

b. Tanaman Hortikultura

Semusim 0.23 0.091 0.21

c. Perkebunan Semusim 0.23 0.171 -0.06

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya 0.23 0.083 0.09

e. Perkebunan Tahunan 0.23 0.168 0.12

f. Peternakan 0.23 0.232 0.18

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 0.23 0.177 0.21

2 Kehutanan dan Penebangan

Kayu 0.23 -0.064 -0.02

3 Perikanan 0.23 0.177 -0.03

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

115

Lampiran 16. Analisis Shift Share Sub Sektor Pertanian di Kabupaten

Wonosobo Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Proporsional,

dan Pangsa Wilayah Tahun 2012-2016

a. Komponen Pertumbuhan Regional Tahun 2012-2016

Kategori Uraian 2012 (Yij) Ra PRij

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa

Pertanian 3.073.913 0.23 707.000

a. Tanaman Pangan 694.137 0.23 159.652

b. Tanaman Hortikultura Semusim 565.505 0.23 130.066

c. Perkebunan Semusim 11.258 0.23 2.589

d. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 1.289.540 0.23 296.594

e. Perkebunan Tahunan 121.080 0.23 27.848

f. Peternakan 339.199 0.23 78.016

g. Jasa Pertanian dan Perburuan 53.193 0.23 12.234

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 211.261 0.23 48.590

3 Perikanan 121.583 0.23 27.964

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional Tahun 2012-2016

No Uraian Ri Ra 2012 (Yij) Ppij % Ppij Ket.

1 Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

0.092 0.23 3.073.913 -424.200 -13.80 Lambat

a. Tanaman Pangan 0.012 0.23 694.137 -151.322 -21.80 Lambat

b. Tanaman Hortikultura

Semusim 0.091 0.23 565.505 -78.605 -13.90 Lambat

c. Perkebunan Semusim 0.171 0.23 11.258 -664 -5.90 Lambat

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya 0.083 0.23 1.289.540 -189.562 -14.70 Lambat

e. Perkebunan Tahunan 0.168 0.23 121.080 -7.507 -6.20 Lambat

f. Peternakan 0.232 0.23 339.199 678 0.20 Standar

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 0.177 0.23 53.193 -2.819 -5.30 Lambat

2 Kehutanan dan

Penebangan Kayu

-

0.064 0.23 211.261 -62.111 -29.40 Lambat

3 Perikanan 0.177 0.23 121.583 -6.444 -5.30 Lambat

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

116

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2012-2016

No Uraian ri Ri 2012 (Yij) PPW % PPW Ket.

1 Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa

Pertanian

0.13 0.09 3.073.913 122.957 4.00 Kompetitif

a. Tanaman Pangan 0.14 0.01 694.137 90.238 13.00 Kompetitif

b. Tanaman

Hortikultura Semusim 0.21 0.09 565.505 67.861 12.00 Kompetitif

c. Perkebunan Semusim -0.06 0.17 11.258 -2.589 -23.00 Tidak

Kompetitif

d. Tanaman

Hortikultura Tahunan

dan Lainnya

0.09 0.08 1.289.540 12.895 1.00 Kompetitif

e. Perkebunan Tahunan 0.12 0.17 121.080 -6.054 -5.00 Tidak

Kompetitif

f. Peternakan 0.18 0.23 339.199 -16.960 -5.00 Tidak

Kompetitif

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan 0.21 0.18 53.193 1.596 3.00 Kompetitif

2 Kehutanan dan

Penebangan Kayu -0.02

-

0.06 211.261 8.450 4.00 Kompetitif

3 Perikanan -0.03 0.18 121.583 -25.532 -21.00 Tidak

Kompetitif

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47600/1/FAIZAL... · Pendidikan Formal 2001-2007 : Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwungu 2007-2010 2010-2013

117

Lampiran 17. Nilai Pergeseran Bersih (PB), Perbandingan Pergeseran Bersih

dan Daya Saing Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-

2016

a. Nilai Pergeseran Bersih Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Wonosobo

Tahun 2012-2016

No Uraian Ppij PPW Pbij Ket.

1 Pertanian, Peternakan,

Perburuan dan Jasa Pertanian -430.348 122.957 -307.391 Kuadran 4

a. Tanaman Pangan -152.710 90.238 -62.472 Kuadran 4

b. Tanaman Hortikultura

Semusim -79.171 67.861 -11.310 Kuadran 4

c. Perkebunan Semusim -676 -2.589 -3.265 Kuadran 3

d. Tanaman Hortikultura

Tahunan dan Lainnya -193.431 128.955 -64.476 Kuadran 4

e. Perkebunan Tahunan -7.265 -6.054 -13.319 Kuadran 3

f. Peternakan 0 -16.960 -16.960 Kuadran 2

g. Jasa Pertanian dan

Perburuan -2.660 1.596 -1.064 Kuadran 4

2 Kehutanan dan Penebangan

Kayu -61.266 8.450 -52.816 Kuadran 4

3 Perikanan -6.079 -25.532 -31.611 Kuadran 3

b. Perbandingan Pergeseran Bersih dan Daya Saing Sub Sektor Pertanian di

Kabupaten Wonosobo Tahun 2012-2016

No Uraian Peringkat Sektor

Unggulan (LQ)

Daya Saing

(PPW)

Pergeseran

Bersih (Pbij)

1 Pertanian, Peternakan, Perburuan

dan Jasa Pertanian Unggulan 122.957 -307.391

a. Tanaman Pangan Unggulan 90.238 -62.472

b. Tanaman Hortikultura

Semusim Unggulan 67.861 -11.310

c. Perkebunan Semusim Non Unggulan -2.589 -3.265

d. Tanaman Hortikultura Tahunan

dan Lainnya Unggulan 128.955 -64.476

e. Perkebunan Tahunan Unggulan -6.054 -13.319

f. Peternakan Unggulan -16.960 -16.960

g. Jasa Pertanian dan Perburuan Unggulan 1.596 -1.064

2 Kehutanan dan Penebangan Kayu Unggulan 8.450 -52.816

3 Perikanan Unggulan -25.532 -31.611