pendidikan anak luar biasa modul 789
TRANSCRIPT
BAB I
PEMBAHASAN
A. Definisi
Telinga kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar kata
tunadaksa. Istilah tunadaksa bersasal dari kata “tuna yang berarti rugi
atau kurang dan daksa yang berarti tubuh”, jadi seperti yang dikatakan
oleh I.G.A.K Wardani, dkk. (2008) bahwa tunadaksa adalah anak yang
memiliki anggota tubuh tidak sempurna, sedangkan istilah cacat tubuh
dan cacat fisik dimaksudkan untuk menyebut anak cacat pada anggota
tubuhnya, bahkan cacat indranya.
Dari kutipan diatas sangat jelas sekali bahwa tunadaksa lebih
adalah sebuah istilah pada anak yang mempunyai kecacatan pada fisiknya
saja. Selanjutnya ada lagi yang dinamakan cacat ortopedi, sesuai dengan
istilah itu cacat ortopedi digunakan sebagai sebutan bagi orang yang
memiliki cacat persendian ataupun tulang. Seperti halnya yang dikatakan
I.G.A.K Wardani (2008) bahwa istilah ortopedi berasal dari bahasa inggris
yaitu, orthopedically handicapped Orthopedic yang mempunyai arti yang
berhubungan dengan otot, tulang dan persendian.
Anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai bentuk kelainan atau
kecacatan pada sistem otot, tulang dan persendian yang dapat
menyebabkan gangguan koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan
gangguan perkembangan kebutuhan pribadi.
Pendidikan Anak Tunadaksa 1
Anak tunadaksa dapat dinyatakan sebagai anak penyandang cacat
jasmani yang terlihat pada kelainan bentuk tulang, otot, sendi maupun
saraf-sarafnya.
Samuel A. Kirk (1986) dalam bukunya I.G.A.K Wardani, dkk.
mengemukakan bahwa seseorang dikatakan anak tunadaksa jika kondisi
fidik dan kesehatan mengganggu kemampuan anak berperan aktif dalam
kegiatan sehari-hari, sekolah atau rumah. Melihat ungkapan diatas
bersarti ada sebuah batasan, dimana walaupun seseorang anak tunadaksa
tetapi mampu melakukan aktifitas fisik sebagaimana orang normal tidak
bisa dikatakan anak tunadaksa, karena kecacatannya tidak menggangu
aktifitas ketipannya seperti halnya anak normal.
1. Klasifikasi Anak Tunadaksa
Untuk memudahkan kita dalam memberikan layanan pada
anak tunadaksa, maka perlu sebuah pengklasifikasian, dibawah ini
diantaranya sebuah pengklasifikasian menurut kelainan yang terdiri
dari :
a. Kelainan pada sistem cerebral (cerebral sistem)
Kelainan pada sistem ini terletak pada sistem cerebral yaitu pada
sistem saraf pusat, seperti kelumpuhan otak (cerebral palsy/CP)
biasanya ditandai dengan adanya kelainan gerak, sikap atau
bentuk tubuh, dan gangguan koordinasi.
b. Kelainan pada sistem otot dan rangka (musculus skeletal system)
Pendidikan Anak Tunadaksa 2
Kelainan ini cukup signifikasi karena dapat terlihat dari bntuk fisik
yang berbeda dengan anak normal. Pengelompokan berdasarkan
kelainan ini adalah sebagai berikut :
1) Poliomyelitis
Ini merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang
yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan
kelumpuhan dan sifatnya menetap. Kelumpuhan tersebut
dibedakan lagi menurut tipenya yaitu; tipe spinal, tipe bulbair,
tipe bulbispinalis, dan encephalistis.
2) Muscle Dystrophy
Penyakit yang menyebabkan otot tidak berkembang karena
mengalami kelumpuhan dan sifatnya progresif dan simetris,
biasanya bersifat genetis.
3) Spina Bifida
Jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan
terbukanya satu atau 3 ruas tulang belakang dan tidak
tertutupnya kembali selama masa perkembangan akibatnya
dapat menyebabkan kelumpuhan dan bisa juga menyebabkan
ketunagrahitaan
2. Karakteristik Anak Tunadaksa
Berikut ini adalah karakter anak tunadaksa :
a. Karakteristik akademik
Pendidikan Anak Tunadaksa 3
Pada umumnya anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada
sistem otot dan rangka kecerdasaannya normal sehingga dapat
mengikuti pelajaran sama dengan anak normal, sedangkan anak
tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem celebral, tingkat
kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan
gifted (Hardman 1990).
b. Karakteristik sosial/emosional
Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa bermula dari
konsep diri anak yang merasa cacat, tidak berguna, dan menjadi
beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar,
bermain dan perilaku salah suai lainnya. Kehadiran anak cacat
yang tidak diterima oleh orang tua dan masyarakat akan merusak
perkembangan pribadi anak. Oleh sebab itu, tidak jarang dari
mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
c. Karakteristik fisik/kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tunadksa baisanya selain
mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami
gangguan lain, seperti sakit giri, berkurangnya daya pendengaran,
penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain
Pendidikan Anak Tunadaksa 4
B. Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa
1. Tujuan pendidikan anak tunadaksa
Tujuan pendidikan anak tunadaksa mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 72 tahun 1991 agar peserta didik mampu
mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilansebagai
pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan
timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta
dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau
mengikuti pendidikan lanjutan.
Musyafak Asyari dalam I.G.A.K. Wardani, dkk. (2008)
mengemukakan bahwa dalam pendidikan anak tunadaksa perlu
dikembangkan 7 aspek yang diadaptasikan sebagai berikut:
a. Pengembangan intelektual dan akademik
b. Membantu perkembangan fisik
c. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
d. Mematangkan aspek sosial
e. Mematangkan moral dan spiritual
f. Meningkatkan ekspresi diri
g. Mempersiapkan masa depan anak.
2. Tempat pendidikan
Model layanan pendidikan yang sesuai dengan jenis, derajat
kelainan dan jumlah peserta didik diharapakan dapat memperlancar
Pendidikan Anak Tunadaksa 5
proses pendidikan. Anak tuna daksa dapat mengikuti pendidikan pada
tempat-tempat berikut.
a. Sekolah khusus berasrama
b. Sekolah khusus tanpa asrama
c. Kelas khusus penuh (full time special class)
d. Kelas reguler dan penuh (Part-time reguler class and part-time
special clas)
e. Kelas reguler dibantu oleh guru khusus (reguler class with
supportive instructional service)
f. Kelas biasa dengan layanan konsultan untuk guru umum (reguler
class placement withconsulting service for regulerteaches)
g. Kelas biasa (reguler class)
3. Sistem pendidikan
Sesuai dengan pengorganisasian tempat pendidikan maka
sistem pendidikan anak tunadaksa dapat dikemukakan sebagai
berikut.
a. Pendidikan integrasi (terpadu)
Yaitu anak tunadaksa yang mengikuti pendidikan disekolah biasa
dengan harus mengikuti pendidikan sepenuhnya tanpa
memperoleh program khusus sesuai dengan kebutuhannya.
Sehubungan dengan itu maka Kirk dalam I.G.A.K Wardani, dkk.
Pendidikan Anak Tunadaksa 6
(2008) mengemukakan bahwa adaptasi anak tunadaksa apabila
ditempatkan dalam sekolah umum adalah sebagai berikut.
1) Penempatan di kelas reguler
Hal yang perlu diperhatikan:
a) Menyiaapkan leingkungan belajar tambahan
b) Menyiapkan program khusus
c) Gutu harus mengadakan kontak secara intensif dengan
siswa melihat masalah fisiknya secara langsung
d) Mengadakan rujukan ke ahli terkait
2) Penempatan di ruang sumber belajar dan kelas khusus
Murid yang mengalami ketinggalan dari temannya di kelas
reguler maka ia diberi layanan tambahan.
b. Pendidikan segregasi
Penyelenggaraan pendidikan yang ditempatkan di tempat khusus,
seperti sekolah khusus adalah penggunaan kurikulum Pendidilan
Anak Tunadaksa (SK. Mendikbud 1994). Berikut komponen-
komponennya:
1) Landasan, program dan pengembangan kurikulum.
2) Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP)
3) Pedoman pelaksanaan kurikulum
Lama pendidikan dan penjenjangan serta isi kurikulum tiap jen
adalah sebagai berikut:
1) (Taman kanak-kanak luar biasa) sekurang-kurangnya 3 tahun,
Pendidikan Anak Tunadaksa 7
2) SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) sekurang-kurangnya 6 tahun,
3) SLTPLB (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa)
sekurang-kurangnya 3 tahun,
4) SMLB (Sekolah Menengah Luar Biasa) berlangsung sekurang-
kurangnya 3 tahun.
4. Pelaksanaan pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran akan dikemukakan hal-hal yang
berkaitan dengan keterlaksanaannya sebagai berikut:
a. Perencanaan kegiatan pembelajaran
Diantaranya dengan merancang metode dan prosedur pencapaian
tujuan, dan menentukan metode dan evaluasi kemajuan.
b. Prinsip pembelajaran
Ada beberapa prinsip utama dalam memberikan pendidikan pada
anak tunadaksa, diantaranya sebagai berikut :
1) Prinsip multisensory (banyak indra)
2) Prinsip individualisasi
c. Penataan lingkungan belajar
Berhubung anak tunadaksa mengalami gangguan motorik maka
dalam mengikuti pendidikan membutuhkan perlengkapan khusus
dalam lingkungan belajarnya. Gedung sekolah sebaiknya
dilengkapi ruangan/sarana tertentu yang memungkinkan dapat
mendukung kelancaran kegiatan anak tunadaksa di sekolah.
Pendidikan Anak Tunadaksa 8
5. Personel
Personel yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pendidikan anak
tunadaksa adalah sebagai berikut:
a. Guru yang berlatar pendidikan luar biasa, khsusunya pendidikan
anak tunadaksa,
b. Guru yang memiliki keahlian khusus, misalnya keterampilan dan
kesenian, guru sekolah biasa,
c. Dokter umum,
d. Dokter ahli ortopedi,
e. Neurolog
f. Ahli terapi lainnya, seperti ahli terapi bicara, physiotherapist dan
bimbingan konseling, serta orthotist prosthetist
Pendidikan Anak Tunadaksa 9
BAB II
KESIMPULAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan pembahasan dapat disimpulkan bahwa anak
tunadaksa adalah anak yang menderita kelainan atau kecacatan pada
sistem otot, tulang dan persendian yang dapat menyebabkan gangguan
koordinasi, komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan
perkembangan kebutuhan pribadi.
Klasifikasi menurut kelainannya dapat dikelompokan menjadi
kelainan pada sistem cerebral (cerebral sistem), dan kelainan pada sistem
otot dan rangka (musculus skeletal system). Karakteristik anak tunadaksa
dapat dilihat dari karakteristik akademik, karakteristik sosial/emosional
dan karakteristik fisik/kesehatan.
Anak tunadaksa dididik untuk tujuan tetentu diantaranya
mengembangkan intelektual dan akademik, membantu perkembangan
fisik, meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak,
mematangkan aspek sosial, mematangkan moral dan spiritual,
meningkatkan ekspresi diri, dan mempersiapkan masa depan anak.
Tempat pendidikan anak tunadakasa bisa dilakukan di dua tempat yaitu
bisa integrasi (terpadu) ataupun segregasi (terpisah).
Pendidikan Anak Tunadaksa 10
B. SARAN
Adapun saran yang penulis ajukan adalah, penderita tunadaksa
bukan merupakan keinginannya, jadi sebagai seorang guru hendaklah
memperhatikan mereka secara lebih, terutama jagalah persaan mereka,
karena semangat belajar mereka biasanya sangat tinggi.
Pemerintah lebih memperbanyak wadah dan sarana untuk
memudahkan mereka dalam pencapaian dibidang pendidikan, karena
sudah banyak terbukti bahwa anak tunadaksa juga banyak yang memiliki
talenta dan mampu bersaing dengan anak normal.
Pendidikan Anak Tunadaksa 11
DAFTAR PUSTAKA
Wardani, I.G.A.K. dkk, (2008) Pengantar Pendidikan Anak Luar Biasa, Jakarta;
Universita Terbuka.
Pendidikan Anak Tunadaksa 12
Pendidikan Anak Tunadaksa 13