pendidikan agama katolik dalam upaya …
TRANSCRIPT
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER
SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Patricius Daru Nakula
NIM: 061124023
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur kepada Allah Bapa di Surga,
kupersembahkan skripsiku ini untuk keluarga besarku,
kedua orangtuaku Bapak Sukiman Laurentius dan Ibu Yoanita Sumiyati;
saudara, saudariku Petrus Chanel Danan Jaya, Cyrillus Daru Sadewa, Vincentia
Retno Kusumaningrum, dan teman dekatku Winda Puspita Sari;
Seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
v
MOTTO
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di
dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk
berhasil” (Mario Teguh).
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 07 April 2011
Penulis
Patricius Daru Nakula
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta:
Nama : Patricius Daru Nakula
NIM : 061124023
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA
MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X SMA
PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA .
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan
secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
07 April 2011
Yang menyatakan,
Patricius Daru Nakula
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Judul ini dipilih bedasarkan kenyataan bahwa dewasa ini banyak keprihatinan yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita baik itu akibat kemiskinan, bencana alam, pengangguran, dll. Dari keprihatinan-keprihatinan tersebut diperlukan suatu sikap yang dapat menggerakkan seseorang untuk peduli dan peka terhadap apa yang dirasakan orang lain. Salah satu sikap yang dapat dikembangkan ialah dengan mewujudkan sikap solider terhadap sesama yang sedang mengalami keprihatinan. Sikap solider dapat dijumpai dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah. Ada beberapa mata pelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider. Salah satu mata pelajaran yang dirasa dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider ialah Pendidikan Agama Katolik.
SMA Pangudi Luhur merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dalam rangkaian proses pendidikan. Dari situasi tersebut maka penulis berusaha untuk menemukan peranan Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam mengembangkan sikap solider siswa. Untuk memperoleh gambaran tentang sikap solider siswa kelas X dan sejauhmana peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa kelas X di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta maka penulis mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah 60 siswa yang mewakili 6 kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dari hasil penelitian terungkap tentang gambaran sikap solider siswa di kelas X dan sejauhmana peranan Pendidikan Agama Katolik dapat mengembangkan sikap solider siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Dalam skripsi ini penulis juga memberikan sumbangan pemikiran terhadap proses Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa di kelas X SMA Pangudi Luhur. Sumbangan pemikiran tersebut meliputi tujuan, materi-materi, metode-metode Pendidikan Agama Katolik yang dapat digunakan dalam meningkatkan sikap solider siswa. Pada bagian akhir dari sumbangan pemikiran, penulis menyusun empat rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan sikap solider siswa
ix
ABSTRACT
This paper is titled CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION AS A MEANS OF EXPANDING X GRADE STUDENTS OF PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA’S SOLIDARITY. This title was chosen based on the fact that there are many concerns happen around us these days, caused by poverty, nature disaster, unemployment, and other concerns. Set out from the concerns, certain action that can motivate someone to be more care and sensitive about what other people feel is highly needed. One action that can be expanded is bringing the solidarity to concerned people into reality. The solidarity can be seen during the learning process in school. There are some subjects which can help students expanding their solidarity. One of them is Catholic Education subject.
Pangudi Luhur Senior High School is one of many schools which have Catholic Religious Education subject in their educational process. Set out from that situation, the writer tried to find the contribution of Catholic Religious Education in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta in expanding students’ solidarity. To get the illustration of X grade students’ solidarity and to know how far the contribution of Catholic Religious Education in expanding X grade students of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta’s solidarity is, the writer conducted a research. In this research, there are 60 students chosen as the sample, representing six class of X grade in Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta. From the result, the illustration of X grader’s solidarity and the contribution of Catholic Religious Education in expanding X grade students of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta is revealed.
In this final paper, the writer also gave contribution in thinking to the process of Catholic Religious Education in expanding X grade students of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta’s solidarity. Those contribution in thinking included the purpose, materials, Catholic Religious Education methods, which can be used to increase students’ solidarity. On the last part of those contributions in thinking, the writer prepared four lesson plans which can be used to increase students’ solidarity.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas limpahan berkat dan anugerah dari Allah Bapa di
surga, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN
SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR
YOGYAKARTA. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed. selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
bimbingan kepada penulis dengan sabar. Terima kasih atas segala motivasi,
saran, dan kritik selama penyusunan skripsi ini.
2. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen wali II yang telah bersedia
membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan petunjuk berupa
saran-saran dan kritikan demi kemajuan penulis, perhatian, dorongan kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Sr. Krisanti, CB, S.pd., M.Pd. selaku dosen penguji yang telah bersedia
mendampingi penulisan skripsi, serta memberikan pengarahan dengan penuh
kesabaran.
4. Drs. Br. Herman Yoseph, FIC. selaku kepala sekolah SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta dan Drs. B. Sumarno, SFK, S.Kom, selaku guru Pendidikan
Agama Katolik yang telah membantu saya untuk mengadakan penelitian.
5. Segenap dosen dan seluruh karyawan Prodi IPPAK Falkutas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orangtuaku Bapak Sukiman Laurentius, Ibu Yoanita Sumiyati, dan
nenek serta Kakek, serta saudara-saudariku Petrus Chanel Danan Jaya,
xi
Cyrillus Daru Sadewa, dan Vincentia Retno Kusumaningrum. Terima kasih
atas doa, semangat, dukungan, dan dorongan untuk segera menyelesaikan
skripsi.
7. Teman dekatku Winda Puspita Sari, yang telah memberikan semangat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat angkatan 2006 di IPPAK; Antonius Yogi, Dismas
Fersandika, Catur Setya, Icok Ragil Prasetya, Br. Hariyadi, FIC., Sr.
Eufrasia, CB., Katharina Chandra Dewi, Lilis Yuniarwati, Oliva Luaq,
Maria Veronica, Gerardus Basty Kellen, dan lain-lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini namun tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat pada
skripsi ini. Saran dan kritik selalu penulis harapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan perkembangan pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Penulis
Patricius Daru Nakula
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………… ......... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
MOTTO……………………………………………………………………… .. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 7
E. Metode Penulisan ............................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan……………………………………………... .. 8
BAB II. POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH ………………………… ................................................ 10
A. Pokok- Pokok Pendidikan Agama Katolik………… ......................... 11
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik………………… .............. 11
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ….………….. ........................ 13
3. Bahan Pendidikan Agama Katolik ................................................. 15
4. Model Pendidikan Agama Katolik ................................................ 17
B. Peranan Guru Agama Di Sekolah……………………………… ....... 18
1. Spiritualitas Guru Sebagai Sahabat Dalam Peziarahan……… ..... 19
xiii
2. Guru Agama Sebagai Pendidik Hidup Beriman………………. ... 20
3. Guru Agama Sebagai Pembimbing Hidup Rohani…………... ..... 20
4. Guru Agama Sebagai Saksi Iman……………………………… .. 22
BAB III. GAMBARAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X DAN SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA………….…………............ 23
A. Gambaran Umum Situasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. 24
1. Sejarah Singkat SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ........................ 24
2. Situasi Fisik SMA Pangudi Luhur Yogyakarta………………… . 25
3. Situasi Akademis SMA Pangudi Luhur Yogyakarta…………… . 26
a. Visi dan Misi ........................................................................... 26
b. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Rutin ........................ 28
1) Retret dan Rekoleksi ........................................................ 28
2) Study Tour Dalam Provinsi ............................................. 29
3) Study Tour Luar Provinsi ................................................ 29
c. Struktur Organisasi ................................................................. 30
B. Keadaan Siswa Kelas X ………………….………..……...……….. 31
1. Jumlah Siswa…………………………………………………..... 31
2. Agama…………………………………………………………… 31
3. Keadaan Sosial- Ekonomi Keluarga Siswa……………………… 31
4. Gambaran Keadaan Komunikasi Siswa Kelas X………………… 32
C. Sikap Solider Di Dalam Hidup Siswa................................................ 32
1. Pengertian Sikap Solider ........................................................ 32
2. Pentingnya Sikap Solider Dalam Hidup Siswa ...................... 33
D. Penelitian Tentang Sumbangan Pendidikan Agama Katolik Dalam
Upaya Mengembangkasn Sikap Solider Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ……………………………………........ 34 1. Latar Belakang Penelitian……………………………………...... 34
2. Tujuan Penelitian ........................................................................... 35
3. Metodologi Penelitian ………………… .................................... .. 35
a. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. .. 36
b. Responden Penelitian ........................................................... .. 36
xiv
c. Variabel Penelitian ............................................................... 36
E. Laporan Hasil Penelitian………………………………… ............. 37
1. Laporan Umum…………………………………….... ............... 37
2. Laporan dan Pembahasan Menurut Variabel……………….…. 38
a. Gambaran Situasi Siswa dan Sikap Solider Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta .................................... 38
b. Peranan Pendidikan Agama Katolik Dalam Mengembangkan Sikap Solider Siswa ................................ 44
F. Kesimpulan Hasil Penelitian ........................................................... 51
BAB IV. UPAYA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X………………………………………………………... 53
A. Tujuan Pendidikan Agama Katolik Demi Pengembangan Sikap Solider Siswa ................................................................................... 54
B. Materi Pendidikan Agama Katolik Yang Mendukung Peningkatan Sikap Solider Siswa Kelas X………… ...................... 55 1. Aku Memiliki Kelebihan Kekurangan ........................................ 56
2. Sebagai Citra Allah Aku Dan Sesama Adalah Saudara .............. 57
3. Hati Nurani ................................................................................. 57
4. Pembinaan Suara Hati ................................................................. 57
C. Metode-Metode Pendidikan Agama Katolik Guna Meningkatkan Sikap Solider Siswa ................................................. 58 1. Metode Observasi Langsung ...................................................... 59
2. Metode Diskusi ........................................................................... 59
3. Metode Praktek ........................................................................... 60
4. Metode Refleksi .......................................................................... 61
D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Dalam Mengembangkan Sikap Solider Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ............................................................................ 62 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I ………………………. .. 64
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II ……………………… .. 74
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III ...................................... 81
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV ...................................... 91
xv
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 98
A. Kesimpulan ...................................................................................... 98
B. Saran-saran ...................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 100
LAMPIRAN ..................................................................................................... 101
Lampiran 1: Surat ijin penelitian .................................................... (1)
Lampiran 2: Surat keterangan pelaksanaan penelitian .................... (2)
Lampiran 3: Soal kuesioner penelitian ……………………… ....... (3)
Lampiran 4: Contoh jawaban kuisioner siswa Kelas X ................... (8)
Lampiran 5: Lampiran yang digunakan dalam RPP……… ............ (18)
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini meliputi Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada
Umat Katolik Indonesia oleh Ditijen Bimas Katolik Departemen Agama Republik
Indonesia dalam rangka PELITA 1V). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.
B. Singkatan dalam Dokumen Gereja
GE : Gravissimum Educationis, Pernyataan Uskup Paulus di dalam
Dokumen Konsili Vatikan II Tentang Pendidikan Kristen yang
dikeluarkan di gereja Santo Petrus Roma, 28 Oktober 1965.
C. Singkatan Lain
Art : Artikel
AC : Air Conditioner
Bdk : Berdasarkan
Br : Bruder
D.I.Y : Daerah Istimewa Yogyakarta
FIC : Fractum Immaculatum Conceptuionis
GBHN : Garis Besar Haluan Negara
IPA : Ilmu Pengetahuan Alam
xvii
IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial
KOMKAT : Komisi Kateketik
OSIS : Organisasi Siswa Induk Sekolah
PPL : Program Pengalaman Lapangan
SD : Sekolah Dasar
SGAK : Sekolah Guru Agama Katolik
SLB : Sekolah Luar Biasa
SMA : Sekolah Menengah Atas
SPG : Sekolah Pendidikan Guru
TK : Taman Kanak-Kanak
TU : Tata Usaha
UPT-MPK : Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
UU RI : Undang-Undang Republik Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak keprihatinan yang melanda negara kita. Kita dapat
menemui banyak keprihatinan yang disebabkan oleh kemiskinan, bencana alam, dll.
Banyak orang menjadi korban dari keprihatinan yang terjadi dewasa ini. Banyak anak
yang terpaksa harus putus sekolah karena keadaan ekonomi keluarga yang tidak
mendukung dalam pembiayaan anak di bangku sekolah. Jurang kekayaan antara
golongan menengah atas dengan menengah ke bawah makin hari makin lebar saja.
Banyak orang yang seakan tidak mau peduli terhadap keprihatinan yang terjadi di
tengah situasi kemiskinan sekarang ini. Untuk mengatasi keprihatinan di atas
diperlukan suatu sikap peduli terhadap keprihatinan yang dirasakan oleh sesama.
Salah satu wujud kepedulian terhadap keprihatinan yang dirasakan oleh sesama kita
ialah dengan bersikap solider dan berempati terhadap keprihatinan yang dirasakan
oleh orang lain.
Br. Yustinus Triyana, S.J., dalam materi seminar ”Pendidikan Karakter Dalam
Konteks Pengembangan Kekuatan Transformasi Masyarakat” mengatakan bahwa
empati merupakan identifikasi dengan pikiran, perasaan, atau pengalaman seseorang.
Empati terjadi dengan jalan seakan-akan orang mengalami apa yang dialami orang
lain. Empati ini muncul karena pengalaman kita memahami segala sesuatu dari sudut
pandang orang lain (UPT-MPK, 2010:14)
Sikap solider dapat ditanamkan dan dilatih ke dalam diri anak-anak sejak usia
dini. Sikap solider ini ditanamkan pertama kali di dalam lingkup keluarga. Selain itu
2
sikap solider juga bisa ditanamkan lewat lingkup pendidikan iman di sekolah.
Pendidikan iman merupakan sesuatu yang penting bagi perkembangan hidup
manusia. Salah satu cara untuk memperoleh pendidikan iman dalam dunia pendidikan
ialah dengan mengikuti pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama merupakan
salah satu mata pelajaran yang ada di dalam sekolah. Dari Sekolah Dasar sampai
dengan Sekolah Menengah Atas siswa memperoleh pendidikan agama untuk
memperkembangkam iman mereka. Selain untuk memperkembangkan iman,
pendidikan agama juga diharapkan dapat memperkembangkan pribadi siswa secara
utuh.
Di dalam lingkungan sekolah Katolik, pendidikan agama yang diberikan ialah
Pendidikan Agama Katolik. Melalui Pendidikan Agama Katolik di sekolah, siswa
diharapkan dapat terbantu untuk menemukan kesesuaian antara iman dengan
kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama dipahami sebagai salah satu perwujudan
iman. Iman yang sejati menggerakkan seseorang untuk berjuang demi transformasi
sosial. Menurut Romo Van Lith selain memperkembangkan martabat hidup
seseorang, pendidikan harus membantu para peserta didik untuk menjadi pelaku-
pelaku perubahan sosial (bdk. Banawiratma, 1991:29-31). Dalam hal ini transformasi
sosial merupakan cara atau sarana yang membantu siswa untuk menumbuhkan sikap
perduli terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Groome di dalam buku Heryatno
yang berjudul ”Pokok- pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah” mengatakan
bahwa salah satu sifat dasar pendidikan yang dapat ditekankan dalam Pendidikan
Agama Katolik ialah kegiatan yang bersifat politis (Heryatno, 2008: 14-18).
Pendidikan yang bersifat politis ini mengajak semua pihak yang terlibat di
dalamnya sebagai makhluk sosial dengan penuh kesadaran mengambil bagian dalam
penataan hidup bersama agar kenyataan hidup yang bersifat personal dan publik
3
saling mendukung. Sifat ini mendorong peserta didik untuk berfikir kritis, beriman
dewasa dan memiliki keprihatinan dalam permasalahan sosial yang ada di sekitarnya
(Heryatno, 2008: 18).
Ada tiga hal yang dapat dipandang sebagai orientasi atau tujuan Pendidikan
Agama Katolik: yaitu demi terwujudnya Kerajaan Allah di tengah kehidupan
manusia, demi kedewasaan iman, dan demi kebebasan manusia. Yang ditekankan
dalam Pendidikan Agama Katolik bukan pengajaran agama saja tetapi proses
perkembangan (dan pendewasaan) iman, harapan dan kasih. Pendidikan Agama
Katolik juga dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan
oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat beriman lainnya yang bertujuan
agar pribadi siswa dapat semakin beriman pada Tuhan Yesus Kristus sehingga nilai-
nilai Kerajaan Allah dapat terwujud di tengah-tengah hidup mereka. Kerajaan Allah
di sini dipahami sebagai kekuatan Allah sebagai Tuhan pencipta yang
menyelenggarakan dan menyelamatkan umat manusia. Kekuatan di sini dipahami
sebagai sifat utama Allah yang penuh belas kasih, sabar, dan setia untuk mewujudkan
keadilan, kedamaian, cinta kasih dalam hidup manusia (Heryatno, 2008: 25-26)
Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dapat dikatakan berhasil jika
tujuan-tujuan Pendidikan Agama Katolik terpenuhi. Salah satu tujuan yang terdapat
dalam buku Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk
SMU/SMK Buku Guru I ialah siswa mampu berperilaku, bertindak dan berkembang
dalam kepribadian sesuai dengan ajaran imannya (Komkat KWI 2007:5). Tujuan
Pendidikan Agama Katolik tersebut mengarahkan agar para siswa nantinya dapat
memperkembangkan dan mewujudnyatakan ajaran iman Katolik yang mereka miliki
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain iman peserta didik yang diwujudkan
dalam hidup sehari-hari merupakan bukti nyata dari perkembangan iman mereka.
4
Perkembangan iman peserta yang utuh merupakan salah satu hal yang sangat
penting. Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai komunikasi penghayatan iman
atau pengalaman iman yang tentunya akan memperkaya dan meneguhkan iman
peserta didik. Iman yang sungguh dihayati dapat menggerakkan seseorang untuk
bersikap belas kasih, berbuat kebaikan pada sesamanya, peka dan perduli pada yang
miskin serta menderita. Iman yang sejati juga dapat membuat seseorang rindu dan
ingin dekat dengan Tuhannya. Iman dalam diri seseorang dapat menggerakkan hidup,
memberi dasar kepada harapan dan dinyatakan dalam kasih terhadap sesamanya.
Kasih terhadap sesama merupakan salah satu bentuk perwujudan nilai-nilai Kerajaan
Allah di tengah-tengah hidup manusia.
Dalam pembaharuan pendidikan nasional yang didasarkan pada GBHN
pemerintah juga menjunjung tinggi dan mementingkan pendidikan agama di sekolah.
Pendidikan agama juga memiliki kedudukan yang sepadan dengan mata pelajaran
lain. Pendidikan tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk mendapatkan
pekerjaan tetapi lebih-lebih untuk menjalankan dan memperkembangkan kehidupan.
Hal-hal mendasar yang diperlukan oleh peserta didik untuk hidup itulah yang
ditekankan di dalam pendidikan.
Sikap solider yang dimiliki oleh setiap individu akan membawa individu
tersebut ke dalam penemuan identitas diri. Penemuan identitas diri dalam diri
seseorang melalui suatu proses yang diperoleh dalam pengalaman hidup sehari-hari.
Identitas diri ini dapat diperoleh dengan cara melatih dan mengembangkan segi
spiritual yang ada pada diri seseorang. Penemuan identitas diri siswa di dalam
lingkungan sekolah dapat diperoleh dari pendidikan yang bervisi spiritual.
Pendidikan yang bervisi spiritual dapat sungguh terwujud jika suasana sekolah-
sekolah katolik dijiwai oleh cinta kasih. Pendidikan yang bervisi spiritual ini juga
5
dapat dilihat di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
mempunyai visi untuk mewujudkan komunitas iman dengan cara menempatkan Sang
Guru Sejati sebagai pusat hidup dalam upaya membangun persaudaraan sejati serta
menanggung karya bersama dalam pendampingan kaum muda menuju pribadi yang
dewasa, beriman, berpengetahuan, terampil, bermartabat, berbudi pekerti luhur dan
terbuka menghadapi tantangan zaman (http://www.pangudiluhur.org/)
Visi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur di atas memaparkan pentingnya
membangun persaudaraan sejati dalam pendampingan menuju pribadi yang dewasa
dan beriman. Dengan visi tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan
pribadi yang dewasa dan beriman melalui keseharian mereka. Mengembangkan
pribadi yang dewasa dan beriman dapat diungkapkan dengan mewujudkan kasih
terhadap sesama yang membutuhkan. Perwujudan kasih terhadap sesama ini juga
dapat dilakukan dengan bersikap solider kepada sesama yang membutuhkan.
Di SMA Pangudi Luhur sikap peduli kepada sesama yang membutuhkan telah
dilatih mulai dari Kelas X sampai kelas XII. Setiap hari Jumat pihak sekolah dibantu
oleh OSIS mengedarkan kotak untuk sumbangan terhadap sesama yang
membutuhkan. Dana yang terkumpulkan digunakan untuk membantu sesama yang
membutuhkan dan yang sedang mengalami musibah bencana alam. Mengumpulkan
dana untuk membantu sesama yang membutuhkan hanya merupakan sebagian kecil
dari salah satu bentuk perwujudan sikap solider. Sikap solider bisa dilatih melalui
pendekatan-pendekatan dalam proses belajar.
Dalam proses belajar mengajar kita dapat menggunakan metode-metode yang
mendukung. Salah satu metode yang dapat digunakan yakni dengan observasi untuk
melihat secara langsung keprihatinan yang terjadi, dll. Dengan ikut merasakan
keprihatinan yang dirasakan oleh orang lain lewat kegiatan observasi secara langsung
6
siswa diharapkan dapat tergerak hatinya untuk mengembangkan serta mewujudkan
sikap solider. Lewat metode belajar yang mendukung tersebut diharapkan tujuan dari
Pendidikan Agama Katolik mengenai perkembangan iman yang utuh dalam diri siswa
dapat terwujud.
Pendidikan Agama Katolik merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk
memperkembangkan iman siswa secara utuh. Oleh sebab itu hendaknya Pendidikan
Agama Katolik dapat menjadi sarana untuk memperkembangkan siswa. Berdasarkan
latar belakang di atas penulis memberi judul skripsi ini: PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER SISWA
KELAS X SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA. Lewat Skripsi ini penulis
berharap dapat ikut meningkatkan peranan Pendidikan Agama Katolik dalam
mengembangkan sikap solider siswa kelas X di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan memberi perhatian khusus pada
masalah sebagai berikut :
1. Apa saja pokok-pokok dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah?
2. Sejauh mana sikap solider antar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur sudah
terwujud?
3. Bagaimana cara Pendidikan Agama Katolik dalam upaya meningkatkan
sikap solider di SMA Pangudi Luhur?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjabarkan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
7
2. Mengetahui sikap solider siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
yang sudah terwujud selama ini
3. Mendeskripsikan cara Pendidikan Agama Katolik dalam upaya
mengembangkan sikap solidaritas siswa kelas X SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Bagi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
a. Memberikan gambaran tentang kegiatan dan peranan Pendidikan
Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur.
b. Memberikan gambaran tentang sikap solider siswa kelas X di SMA
Pangudi Luhur.
2. Bagi Penulis
a. Mengetahui peranan pendidikan Agama Katolik dalam upaya
mengembangkan sikap solider antar siswa.
b. Membantu penulis dalam menyusun sumbangan pemikiran Pendidikan
Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis
berdasarkan studi dan analitis pustaka, dilengkapi dengan penelitian yang diperoleh
melalui kuisioner yang dibagikan serta diisi oleh siswa guna mendapatkan gambaran
tentang sikap solider siswa yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
8
F. Sistematika Penulisan
Penulisan diolah dalam lima bab dengan menggunakan metode deskriptif
analitis, yaitu dengan mengolah dan menyajikan data yang diperoleh melalui studi
pustaka dan data dari hasil penelitian. Untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai penulisan ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok sebagai berikut:
BAB I : Bab ini berisi latar belakang penulisan, rumusan masalah,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini berisi tentang pokok-pokok dalam Pendidikan Agama
Katolik, antara lain: pengertian tentang Pendidikan Agama
Katolik, tujuan Pendidikan Agama Katolik, bahan Pendidikan
Agama Katolik, model Pendidikan Agama Katolik, serta
peranan guru Pendidikan Agama Katolik sebagai sahabat
dalam peziarahan, pendidik hidup beriman, pembimbing
hidup rohani dan sebagai saksi iman.
BAB III : Bab ini menguraikan tentang gambaran umum situasi sekolah
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dan metodologi penelitian
yang disertai dengan pembahasan hasil penelitian tentang
sikap solider siswa dan peranan Pendidikan Agama Katolik di
kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
BAB IV : Bab ini berisi tentang sumbangan pemikiran terhadap proses
Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan sikap
solider siswa kelas X yang meliputi: tujuan, materi pokok dan
metode Pendidikan Agama Katolik yang dapat
mengembangkan sikap solider siswa kelas X . Pada akhir bab
9
ini penulis menyusun empat rencana pelaksanaan
pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap solider siswa
kelas X.
BAB V : Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
10
BAB II
POKOK - POKOK
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
Dalam bab I dikemukakan bahwa iman yang sejati menggerakkan seseorang
untuk berjuang demi transformasi sosial. Menurut Romo Van Lith selain
memperkembangkan martabat hidup seseorang, pendidikan harus membantu para
peserta didik untuk menjadi pelaku-pelaku perubahan sosial (bdk. Banawiratma,
1991:29-31). Sebagai salah satu bentuk pendidikan iman, Pendidikan Agama Katolik
di sekolah bersifat holistik sehingga dalam proses pelaksanaannya Pendidikan Agama
Katolik diharapkan dapat memperkembangkan dimensi pribadi siswa secara
menyeluruh. Salah satu tujuan dari pendidikan iman ialah terwujudnya Kerajaan
Allah di tengah-tengah hidup mereka.
Kerajaan Allah di sini dipahami sebagai tindakan Allah sebagai Tuhan pencipta
dan penguasa sejarah yang menyelenggarakan dan menyelamatkan umat manusia.
Dalam hal ini tindakan Allah diwujudkan sesuai dengan sifat utama Allah yang penuh
belas kasih, sabar, dan setia serta kehendak Allah akan adanya keadilan, kedamaian,
cinta kasih, dll (Heryatno, 2008: 25-26). Dengan mewujudkan sifat-sifat utama Allah
tersebut, secara tidak langsung siswa juga mewujudkan Kerajaan Allah di tengah-
tengah hidup mereka.
Bab II skripsi ini membahas tentang pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik
di sekolah. Isi dari bab II ini membahas tentang pengertian Pendidikan Agama
Katolik, tujuan Pendidikan Agama Katolik, bahan Pendidikan Agama Katolik, model-
model Pendidikan Agama Katolik, serta peranan guru Pendidikan Agama Katolik
11
sebagai sahabat dalam peziarahan, pendidik hidup beriman, pembimbing hidup
rohani, dan sebagai saksi iman.
A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan adalah salah satu usaha yang terus-menerus untuk memungkinkan
manusia semakin memanusiakan dirinya. Pendidikan merupakan usaha untuk
membimbing manusia agar mampu menempuh hidupnya dengan baik. Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang menuju kepada kebaikan, mengenai manusia
seutuhnya dan berlangsung seumur hidup.
Dalam UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1, ayat 1, dikatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara. Ini berati bahwa pendidikan dipandang sebagai pilar pembentuk manusia dan perkembangan masyarakat.
UU RI No. 20 tahun 2003, pasal 1 ayat 1 menegaskan ”Pendidikan agama
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami
dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama”. Ini
mengandung arti bahwa pendidikan agama memiliki peran yakni menjadi pemandu
dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.
Menyadari peran pendidikan agama tersebut, maka internalisasi dari nilai-nilai agama
dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah kebutuhan yang ditempuh dalam
pendidikan.
12
Pendidikan agama adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam
pembentukan anak didik agar supaya mereka hidup sesuai ajaran-ajaran agama
(Efendi, 2008: 91).
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama untuk mewujudkan persatuan nasional (Komisi Kateketik, 2007: 11).
Mary Boys di dalam bukunya Educating in Faith: Maps and Visions
mendefinisikan Pendidikan Agama Katolik sebagai ”the making accesible of the
traditions of the religious community and the making manifest of the interinsic
connection between traditions and tranformation”. Pendidikan Agama Katolik
berperan membuka jalan selebar-lebarnya agar setiap siswa memiliki akses untuk
sampai kepada harta kekayaan iman komunitas (tradisi). Tradisi yang sungguh
dihayati menurut kebutuhan hidup beriman siswa pada suatu zaman tertentu secara
intrinsik dapat memberdayakan mereka dalam memperkembangkan hidup dan
imannya (Heryatno, 2008: 19).
Dari pernyataan Mary Boys tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan Agama
Katolik memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menghayati dan
mengembangkan nilai-nilai ajaran iman Katolik dalam hidup sehari-hari. Nilai-nilai
ajaran iman Katolik yang sangat diutamakan ialah nilai cinta kasih terhadap sesama.
Di sini siswa dapat dilatih untuk mengembangkan nilai cinta kasih terhadap sesama
teman maupun sesama yang sedang membutuhkan. Wujud cinta kasih inilah yang
merupakan salah satu bentuk perwujudan nilai-nilai ajaran iman Katolik.
Pada hakikatnya Pendidikan Agama Katolik merupakan pendidikan yang
bervisi spiritual. Bervisi spiritual artinya Pendidikan Agama Katolik memberikan
inspirasi hidup kepada para siswa. Selain itu, Pendidikan Agama Katolik juga
13
diharapkan secara konsisten terus berusaha untuk memperkembangkan kedalaman
hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan Agama
Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan interioritas
hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan karena itu
membuat manusia merasa rindu kepadaNya dan peduli pada hidup sesamanya
(Heryatno, 2008: 14).
Mangunwijaya sebagaimana yang disitir oleh Heryatno menyatakan hakikat
Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman. Sebagai komunikasi iman
Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis. Bersifat praktis
berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan dari pada konsep atau
teori. Oleh sebab itu Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan proses
perkembangan, pendewasaan iman, serta peneguhan pengharapan dan perwujudan
kasih terhadap sesama ( Heryatno, 2008: 15-16).
Proses Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai salah satu proses
pengembangan iman. Iman yang sejati menggerakkan orang untuk berjuang demi
transformasi sosial. Pendidikan di sini dipahami sebagai mediasi atau jalan menuju
transformasi sosial. Hal ini hampir sama dengan yang dikatakan oleh Mgr. I Suharyo,
Uskup Agung Semarang, yang menegaskan tujuan Pendidikan Agama Katolik untuk
memperjuangkan humanisme sosial (Heryatno, 2008: 14).
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Dalam Gravissimum Educationis ditegaskan bahwa ada dua tujuan dasar
pendidikan yakni memperkembangkan pribadi manusia dan memperjuangkan
kesejahteraan umum (GE. Art. 1). Kedua tujuan di atas tidak terpisahkan tetapi saling
berkaitan secara erat. Perkembangan pribadi seseorang secara utuh tidak akan
14
terwujud apabila dipisahkan dari usaha nyata demi terwujudnya kesejahteraan umum.
Menurut istilah sekarang tujuan pendidikan adalah demi tercapainya perkembangan
setiap pribadi secara utuh demi pembentukan masyarakat yang berkeadaban dan
sejahtera (Heryatno, 2008: 13).
Perkembangan pribadi yang utuh di sini dipahami sebagai perkembangan dalam
pribadi siswa, bukan hanya semata-mata pengetahuan saja melainkan juga meliputi
perkembangan iman siswa. Perkembangan iman yang ingin dicapai ialah
perkembangan iman yang berlangsung sepanjang hayat. Jadi, ketika siswa sudah lulus
dari bangku sekolah ia masih dapat memperkembangkan iman yang ada dalam
dirinya. Dengan demikian siswa juga dapat membentuk iman dalam diri mereka di
lingkungan masing-masing tempat mereka tinggal.
Pendidikan Agama Katolik pada dasarnya bertujuan agar siswa mempunyai
kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup
iman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki
keprihatinan tunggal, yakni kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan
peristiwa keselamatan: situasi dan perjuangan untuk keadilan, kebahagiaan dan
kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang
dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan (Komkat 2007: 7).
Pendewasaan iman yang menjadi tujuan formal pendidikan iman merupakan
suatu proses yang berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan iman, pendewasaan
iman tidak terpisahkan dari pendewasaan kepribadian seseorang. Yang menjadi salah
satu fokus pendidikan iman ialah perkembangan manusia secara utuh. Iman yang
dewasa dapat diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh
dan bersifat holistik yang mencakup dari segi pemikiran, hati, dan praksis (Heryatno,
2008: 23).
15
Sebagai proses pendewasaan iman di sekolah Pendidikan Agama Katolik
diharapkan membantu memperkembangkan iman siswa secara seimbang. Iman di sini
dipahami bukan hanya sebagai kata benda tetapi sebagai kata kerja, yaitu beriman.
Supaya makin matang, iman menuntut perwujudan dalam tindakan konkret. Untuk itu
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik diharapkan dapat membantu
para siswa dalam mewujudkan iman melalui tindakan konkret. Dengan iman yang
dihayati dan diwujudkan para siswa dapat menyadari relevansi imannya dalam
hidupnya.
Dalam pembaharuan pendidikan nasional yang didasarkan pada GBHN,
pemerintah menegaskan bahwa semua lembaga sekolah, semua bidang studi dan
semua kegiatan belajar mengajar serta semua kegiatan lain dalam rangka
terselengggaranya pendidikan nasional harus mengabdi kepada tercapainya suatu
tujuan pendidikan (Komkat, 2007:5). Salah satu tujuan yang ada dalam buku
Pendidikan Agama Katolik SMA pegangan guru ialah siswa mampu bertindak,
berperilaku, dan berkembang sesuai dengan ajaran imannya.
Dari tujuan di atas terlihat jelas bahwa perkembangan iman anak yang utuh
merupakan hal yang sangat penting. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik, tentunya kebutuhan hidup beriman siswa perlu diperhatikan. Dengan
demikian akhirnya para siswa dapat terbantu dalam menghayati imannya dalam hidup
sehari-hari.
3. Bahan Pendidikan Agama Katolik
Dalam proses Pendidikan Agama Katolik, bahan menjadi salah satu faktor yang
sangat Penting dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Bahan
dijadikan sarana bagi guru untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Bahan
16
pembelajaran hendaknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa untuk mencapai
tujuan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Salah satu bahan yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik terdapat
dalam buku Pendidikan Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik
mengandung 4 dimensi atau aspek ajaran iman, yakni: (Komkat, 2007:6)
a. Dimensi atau aspek pribadi siswa
Materi Pendidikan Agama Katolik harus menyentuh pribadi siswa dan
pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup siswa dapat diolah sedemikian
rupa sehingga dapat menjadi bahan dalam Pendidikan Agama Katolik.
b. Dimensi pribadi Yesus Kristus
Yesus adalah pribadi penentu dalam ajaran iman Kristiani. Kekhasan
ajaran iman diwarnai oleh pribadi yang satu ini. Banyak teladan yang
dapat diambil dari sosok pribadi Yesus Kristus. Teladan Yesus ini
menjadi panutan bagi siswa untuk bertindak dan berperilaku dalam
keseharian mereka.
c. Dimensi Gereja
Gereja merupakan persekutuan murid-murid Yesus yang melanjutkan
karya Yesus Kristus. Ajaran dan iman Gereja tumbuh dan berkembang
dalam persekutuan ini. Nilai-nilai ajaran Gereja sangat dibutuhkan oleh
siswa dalam membangun iman Katolik dalam diri. Peran Gereja dalam
hal ini juga dibutuhkan dalam mengembangkan iman siswa.
d. Dimensi Kemasyarakatan
Dimensi kemasyarakatan hendaknya menjadi materi Pendidikan Agama
Katolik. Sebagai bagian kecil dari masyarakat, tentunya para siswa dalam
17
kesehariannya juga tinggal di lingkungan masyarakat. Di sini peran
masyarakat juga ikut ambil bagian dalam perkembangan pribadi siswa.
Buku Pendidikan Agama Katolik memiliki 20 materi. Setiap materi disertai
dengan Kompetensi dan tujuan yang menjadi arah dan tujuan bagi para guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Setidaknya kompetensi dan tujuan dari setiap
materi dapat tercapai dalam proses pembelajaran. Materi-materi yang ada dalam buku
Pendidikan Agama Katolik kelas X ini akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila
didukung dengan pengalaman yang mereka peroleh baik itu dari hasil pengamatan
maupun pengalaman yang pernah dialami oleh siswa. Oleh sebab itu dalam
penyusunan bahan-bahan Pendidikan Agama Katolik hendaknya juga disertakan
suatu pengalaman yang ada pada diri siswa.
4. Model Pendidikan Agama Katolik
Sebagai sarana untuk mengembangkan iman siswa, Pendidikan Agama Katolik
tentunya menggunakan beberapa macam model dalam pembelajaran. Model-model
yang dipakai hendaknya dapat mendukung siswa dalam mengembangkan imannya.
Sikap solider di sini merupakan salah satu bagian dari perwujudan iman siswa.
Dengan memiliki sikap solider, secara tidak langsung siswa juga telah menerapkan
cinta kasih yang merupakan salah satu perwujudan konkret dari iman.
Model merupakan salah satu pendekatan tertentu yang memiliki suatu kerangka
tertentu pula untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan dalam iman
dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap. Sebagai salah satu pendekatan
dalam Pendidikan Agama Katolik model dewasa ini bersifat plural dan secara terus
mengalami perkembangan (Heryatno, 2008: 49).
18
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pencapaian sikap
solider siswa ialah model yang berpusatkan pada hidup peserta. Model ini merupakan
reaksi yang ekstrem terhadap pedidikan yang bersifat dogmatis. Dalam proses
pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan menyampaikan
materi sebanyak-banyaknya tetapi secara kualitatif berusaha memanusiakan manusia
dan memperkembangkan kepribadiannya (Heryatno, 2008: 49).
Selain model yang berpusatkan pada hidup peserta, ada satu model lagi yang
dapat digunakan dalam Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Model
tersebut ialah model praksis. Istilah praksis pada model ini ialah sintesis antara teori
yang ditekankan pada model transfer dengan pengalaman hidup yang digarisbawahi
oleh metode yang berpusatkan pada hidup peserta. Pendidikan tidak akan bernilai
kalau hanya menjejali peserta dengan sebongkah informasi saja. Pendidikan harus
memperluas wawasan konseptual mereka serta meningkatkan kesadaran dalam diri
siswa (Heryatno, 2008: 60).
B. Peranan Guru Agama di Sekolah
Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bentuk karya
pewartaan Gereja yang dilaksanakan di sekolah dalam rangka menunjang tujuan
pendidikan nasional dan pendidikan Katolik yang bersifat menyeluruh menyangkut
aspek beriman siswa yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan
perwujudan dalam hidup. Dalam proses penyelenggaraan belajar mengajar
Pendidikan Agama Katolik, sosok figur guru yang memiliki spiritualitas sangatlah
diperlukan untuk memperkembangkan pribadi siswa secara utuh.
Figur guru yang digerakkan oleh spiritualitas yang bersifat kristosentris
membuat para guru memandang para siswa sebagai pusat perhatian. Itu berarti
memandang para siswa dengan kaca mata positif, di mana para siswa juga diciptakan
19
oleh Allah menurut citra dan gambaranNya sendiri. Relasi penuh kepercayaan dan
persahabatan dengan Yesus menjadi dasar dan sumber spiritualitas guru Agama
Katolik (Heryatno, 2008: 95).
1. Spiritualitas Guru Sebagai Sahabat dalam Peziarahan
Spiritualitas merupakan sikap atau semangat dasar yang menggerakkan dan
secara serius diwujudkan dalam kehidupan. Spriritualias berkaitan erat dengan
tindakan konkrit seseorang yang berusaha memperkembangkan hidupnya dan hal itu
dikaitkan dengan relasinya pada Tuhan, sesama dan lingkungan. Spiritualitas beraitan
erat dengan segi interioritas seseorang, kedalaman hidup atau inti hidupnya yang
membentuk sikap, mengambil keputusan serta bertindak untuk menentukan pilihan
sesorang pada nilai-nilai yang dipegang, diwujudnyatakan, serta diperkembangkan
(Heryatno, 2008: 89).
Tugas mengajar, mendidik dan mendampingi hidup para peserta didik perlu
dipahami oleh para guru sebagai jalan untuk memperkembangkan spiritualitasnya
sebagai pendidik. Para guru senantiasa diundang untuk berkembang menuju
pemenuhan dan keutamaan hidup. Para guru senantiasa diundang untuk
memperkembangkan dan menghayati kecerdasan spiritual mereka dengan lebih
percaya kepada Yesus Kristus, pada sesama dan juga pada diri mereka sendiri
(Heryatno, 2008: 97).
Tugas sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik yang tidak kalah
pentingnya ialah membantu siswa dalam mengembangkan iman yang mereka miliki.
Guru merupakan sosok figur yang diharapkan memiliki dedikasi di dalam
menjalankan tugas, memiliki perhatian, serta mampu menjalin hubungan yang akrab
dengan siswa-siswanya.
20
2. Guru Agama Sebagai Pendidik Hidup Beriman
Pendidik adalah orang yang bertugas mendidik. Sebagai pendidik, guru juga
harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan penuh. Agar
siswa mengalami perkembangan menuju kedewasaan tersebut, perlu dihasilkan
perubahan dalam kehidupan siswa. Perubahan hidup hanya mungkin terjadi bila siswa
sudah memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus. Dengan dasar ini, barulah
guru dapat menghubungkan kebenaran yang diajarkan dengan kehidupan atau
permasalahan yang mereka hadapi dalam kenyataan ( Yoke Tode, 1993 : 11-21).
Seorang guru Pendidikan Agama Katolik memiliki tugas untuk mendidik hidup
siswa agar semakin beriman. Pendewasaan iman dalam diri siswa juga menjadi salah
satu tujuan dalam Pendidikan Agama Katolik. Oleh sebab itu guru Pendidikan Agama
Katolik diharapkan dapat mengarahkan siswa kepada perkembangan iman yang lebih
utuh. Seorang guru merupakan salah satu teladan bagi para siswa. Oleh sebab itu guru
hendaknya juga memiliki kedewasaan dalam hidup beriman agar bisa diteladan oleh
para siswanya di sekolah.
Tugas yang sangat penting dari seorang guru sebagai pendidik ialah membantu
siswa agar mampu menemukan ilham hidup dari kesulitan belajar mereka. Guru
diharapkan dapat memberikan diri dan melayani siapa saja, terutama para siswa yang
memiliki banyak kesulitan. Kepedulian dari para guru sangat dibutuhkan oleh para
siswa dalam peroses belajar mengajar (Heryatno, 2008: 97).
3. Guru Agama Sebagai Pembimbing Hidup Rohani
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai
pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri
21
secara maksimum terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat. Guru memiliki peranan
yang sangat penting dalam proses pendidikan. Oleh sebab itu guru merupakan faktor
utama dalam suatu proses pendidikan (Hamalik 2009:33-34)
Seorang guru hendaknya juga menjadi pembimbing, pengarah, pemberi
kemudahan dengan menyediakan berbagai macam fasilitas belajar, pemberi bantuan
bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang
dan menantang peserta untuk berfikir dan bekerja (Hamzah, 2007:17-18).
Peranan guru sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar merupakan
salah satu tugas dari figur seorang guru. Setiap guru bertugas memberikan dan
mendampingi siswa dalam memperoleh suatu pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti tingkah laku pribadi dan spiritual di
masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial tingkah laku
sosial anak.
Tugas membimbing ini juga dimiliki oleh guru Pendidikan Agama Katolik.
Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Katolik, guru memiliki tanggung jawab
dalam membimbing hidup rohani siswa. Banyak cara dapat ditempuh untuk
melaksanakan tugas guru sebagai pembimbing rohani. Guru Pendidikan Agama
Katolik dapat membuat acara-acara yang dapat membimbing hidup rohani siswa
seperti: retret, rekoleksi, misa sekolah, dll. Dengan acara-acara tersebut guru juga
telah melaksanakan tugasnya sebagai pembimbing hidup rohani siswa.
Bimbingan juga merupakan suatu upaya untuk membantu para siswa dalam
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Di samping itu, bimbingan tersebut juga
dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih luhur, yakni hidup baru dalam
Kristus. Perubahan hidup terwujud melalui hidup rohani siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
22
4. Guru Agama Sebagai Saksi Iman
Tugas guru yang tidak kalah pentingnya ialah menjadi saksi iman bagi para
siswa-siswanya. Dengan kesaksian iman pelajaran agama Katolik menjadi hidup,
karena tindakan seorang guru lebih penting dari ucapan. Sebagai seorang sosok
pendidik tentunya guru menjadi teladan bagi siswanya di sekolah.
Sebagai saksi iman hendaknya guru Pendidikan Agama Katolik menyadari
kerasulannya dengan tekun, untuk mengusahakan pendidikan moral dan keagamaan
bagi para siswa. Melalui kegiatan kerasulan tersebut guru Pendidikan Agama Katolik
menyampaikan ajaran keselamatan kepada para siswa dan membimbing iman mereka.
Oleh karena itu dalam menyampaikan ajaran keselamatan, guru Pendidikan Agama
Katolik memberi kesaksian hidupnya secara konkret. Tindakan-tindakan nyata dari
seorang guru Pendidikan Agama Katolik jauh lebih penting dari pada hanya teori.
Semakin lengkap kesaksian konkret yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama
Katolik, maka guru Pendidikan Agama Katolik akan semakin dipercaya dan dicontoh
oleh para siswa (GE, Art. 7).
23
BAB III
GAMBARAN SIKAP SOLIDER SISWA KELAS X DAN
SUMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
Bertitik tolak pada bab II mengenai deskripsi tentang pokok-pokok Pendidikan
Agama Katolik, maka pada bab III ini penulis mendeskripsikan gambaran umum
situasi sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta serta tentang hubungan antara
Pendidikan Agama Katolik dengan sikap solider siswa kelas X. Untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan, maka penulis melakukan penelitian. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran keadaan siswa dan mengetahui
sumbangan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa
kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Data penelitian diharapkan dapat memberi
gambaran keadaan siswa kelas X dan peran dari Pendidikan Agama Katolik terhadap
sikap solider siswa kelas X. Berdasarkan keadaan siswa kelas X tersebut penulis akan
membuat suatu sumbangan pemikiran berbentuk usulan dalam perumusan tujuan
Pendidikan Agama Katolik, dalam penyusunan bahan-bahan dan penentuan metode
belajar Pendidikan Agama Katolik dalam upaya mengembangkan sikap solider siswa
yang akan dibahas pada bab IV. Sebelum melakukan penelitian penulis akan
menyampaikan gambaran umum tentang situasi sekolah SMA Pangudi Luhur yang
diperoleh melalui studi dokumen dan dari hasil observasi sewaktu penulis
melaksanakan PPL Pendidikan Agama Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Gambaran umum tentang sekolah SMA Pangudi Luhur tersebut akan dijabarkan
sebagai berikut.
24
A. Gambaran Umum Situasi Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan salah satu sekolah swasta Katolik
yang ada di Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur merupakan sekolah dimana penulis
pernah melaksanakan PPL Pendidikan Agama Katolik Menengah. Selama proses PPL
Pendidikan Agama Katolik penulis banyak memperoleh data tentang gambaran
umum situasi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Gambaran umum tentang SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta tersebut meliputi:
1. Sejarah Singkat SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
SMA Pangudi Luhur (PL) Yogyakarta yang terletak di pusat kota Yogyakarta
ini semula adalah Sekolah Guru A (Atas: dipersiapkan menjadi guru SMP) Khusus
Putra yang didirikan oleh para imam Jesuit pada bulan April 1942. Pada tanggal 9
Agustus 1952 sekolah ini diserahkan kepada para Bruder FIC yang kemudian
menempati gedung milik Bruder-bruder FIC di Jln Senopati 16, dan pada tahun 1965
secara resmi dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur (YPL) milik para Bruder FIC.
Tahun 1973 SGAK ini kemudian berubah menjadi SPG dan menerima siswa
putri. Setelah melewati perjalanan panjang, terjadi perubahan kurikulum tahun 1989,
maka mulai tahun itu SPG berubah menjadi SMA. Dua tahun sebelum itu gedung
sekolah resmi berpindah ke Jln.Senopati no 18 (hingga kini).
Seperti bayi yang baru lahir, SMA Pangudi Luhur memulai kehidupan baru
sebagai sebuah SMA di tahun tersebut. Berkat usaha keras dari orang-orang yang
terlibat di dalamnya, kini SMA PL sudah mengalami banyak kemajuan pesat terutama
dari segi fasilitas dan perkembangan sumber daya manusia di dalamnya. Tidak heran
jika di tahun 2005 SMA ini menerima Akreditasi dengan nilai A.
Di bawah pengelolaan para Bruder FIC, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
bertumbuh menjadi sekolah yang mengunggulkan nilai-nilai kehidupan dalam setiap
25
ilmu yang ditawarkan. Dengan demikian setiap pribadi yang ada di dalamnya akan
bertumbuh dalam kesadaran bahwa melalui ilmu pengetahuan hidupku akan
kubaktikan bagi Tuhan dan sesama (http://www.pangudiluhur.org/)
2. Situasi Fisik SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Gedung SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terletak di dalam satu kompleks
dengan gedung TK dan gedung SD Pangudi Luhur yang membentang dari Timur ke
Barat, tepatnya di belakang Bank Indonesia. Letak SMA Pangudi Luhur sangat
strategis, jadi mudah untuk diketahui dan dijangkau kendaraan umum. Gedung yang
ada merupakan bangunan yang terdiri dari bangunan berlantai satu dan berlantai dua.
Halaman SMA Pangudi Luhur tidak begitu luas tetapi dapat digunakan untuk upacara
bendera, olah raga seperti basket, footsal, dan volley. Selain itu halaman ini juga bisa
dipakai untuk melakukan kegiatan ekstrakurikuler tertentu, seperti pleton inti, basket,
dan ekstrakurikuler lainnya. Gedung SMA Pangudi Luhur adalah gedung yang
permanen dan cukup kokoh. Hal tersebut terlihat dari bentuk bangunan dan
perawatannya. Pada dasarnya sekolah ini tidak begitu luas. Bangunan ini sulit untuk
diperluas lagi karena letaknya di kota dan diapit oleh Bank Indonesia dan SD/TK
Pangudi Luhur, sehingga penambahan kelas dan ruangan dapat dilaksanakan bila
gedung dibangun lagi dengan ditambah 1 lantai lagi.
Ruang kelasnya sudah cukup mendukung proses belajar mengajar. Ukurannya
cukup memadai dengan ventilasi dan jendela yang cukup banyak sehingga pergantian
udara cukup baik. Pada umumnya setiap ruang kelas memiliki penerangan yang
cukup baik. Di ruang kelas juga dilengkapi dengan fasilitas kipas angin dan pendingin
ruangan. Setiap anggota kelas selalu menjaga kebersihannya. Terbukti dari keadaan
kelas yang selalu tampak bersih dan rapi. Papan tulis white board sebagai sarana
26
belajar juga sudah memadai. Kelengkapan jumlah kursi dan meja bagi siswa juga
terdapat di semua kelas. Di setiap kelas juga tersedia sarana multimedia yang sangat
mendukung dalam proses pembelajaran.
Ruang kantor kepala sekolah berada pada satu-satunya jalan keluar. Hal ini baik
karena memudahkan kepala sekolah memantau siswa yang ingin meninggalkan
sekolah atau membolos. Sedangkan ruang guru cukup luas dilengkapi dengan
berbagai unit komputer dan kursi tamu yang cukup banyak. Tempat parkir di SMA
Pangudi Luhur terdiri atas tiga bagian, yaitu tempat parkir untuk guru dan karyawan
yang berada di sekitar kantor kepala sekolah dan TU, sedangkan untuk siswa ada dua
bagian yaitu di lantai bawah dan lantai atas.
3. Situasi Akademis SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
a) Visi dan Misi
Suatu lembaga pendidikan berdiri karena memiliki tujuan sebagaimana yang
diuraikan dalam visi dan misi lembaga pendidikan tersebut. SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan tentunya juga memiliki visi dan misi.
Visi SMA Pangudi Luhur sebagai berikut :
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan tempat mewujudkan komunitas iman dengan cara menempatkan Kristus Yesus Sang Guru Sejati sebagai pusat hidup dalam upaya membangun persaudaraan sejati serta pendampingan kaum muda yang menuju pribadi dewasa, beriman, berpengetahuan, terampil, bermartabat, berbudi pekerti luhur dan terbuka menghadapi tantangan zaman (http://www.pangudiluhur.org/). Dari visi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ini terlihat bahwa
SMA Pangudi Luhur merupakan suatu wadah atau tempat untuk membangun dan
membentuk siswa menjadi sosok pribadi yang dewasa, beriman, berpengetahuan,
terampil, bermartabat, berbudi pekerti luhur dan terbuka menghadapi tantangan
27
zaman. Dalam visi juga dapat dilihat bahwa SMA Pangudi Luhur menempatkan
Kristus sebagai pusat dalam membangun persaudaraan sejati. Terwujudnya
persaudaraan sejati yang di tekankan dalam visi di atas ditandai dengan terciptanya
suatu relasi yang baik itu antara siswa, guru, dan karyawan. Visi yang dimiliki oleh
SMA Pangudi Luhur ini menjadi arah dasar sekolah dalam proses pendidikan. Selain
visi, SMA Pangudi Luhur juga memiliki misi dalam proses pendidikan.
Misi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta:
Membantu, mendampingi siswa menemukan potensi yang dimiliki untuk dikembangkan secara optimal serta melatih siswa mandiri, bertanggung jawab, bermartabat, dan berbudi pekerti luhur, menghargai, menghormati sesamanya dan menerima diri sebagai pribadi yang unik sehingga menjadi pribadi dewasa (http://www.pangudiluhur.org/).
Dari misi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terlihat bahwa
tujuan misi SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ialah untuk mengembangkan diri siswa
agar memiliki pribadi yang dewasa. Dalam misi di atas, juga terlihat bahwa SMA
Pangudi Luhur membantu siswa dalam mengembangkan sikap-sikap yang
diwujudkan dalam membangun persaudaraan sejati. Misi yang dimiliki SMA Pangudi
Luhur ini merupakan cara yang digunakan untuk mencapai visi dari SMA Pangudi
Luhur.
Visi dan misi yang dimiliki oleh SMA Pangudi Luhur Yogyakarta saling
berhubungan. Visi merupakan arah dasar dari sekolah, sedangkan misi kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai visi sekolah. Untuk itu, visi dan misi
merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Misi
tidak akan ada tanpa adanya visi, sedangkan visi tidak akan terwujud tanpa adanya
misi. Sebagai suatu kesatuan, visi dan misi merupakan salah satu elemen yang
penting dari suatu institusi pendidikan.
28
b) Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Rutin Sebagai Bentuk Kegiatan
Pengembangan diri Siswa-Siswi
Dalam rangka mengembangkan diri siswa, SMA Pangudi Luhur mempunyai
berbagai macam kegiatan. Salah satu kegiatan yang digunakan untuk
mengembangkan diri siswa ialah dengan kegiatan ekstrakurikuler. Banyak sekali
kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Kegiatan-
kegiatan ekstrakurikuler tersebut mencakup minat serta bakat siswa-siswi yang ada di
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut antara lain:
elektronika robotik, bulu tangkis, komputer, pleton inti, volly, sepak bola, jurnalistik,
biola, band, paduan suara, renang, basket, english club, dsb. Setiap guru ambil bagian
dalam mendampingi kegiatan ekstrakurikuler.
Di samping kegiatan ekstrakurikuler SMA Pangudi Luhur Yogyakarta juga
mempunyai kegiatan rutinan. Para siswa SMA Pangudi Luhur mempunyai banyak
kegiatan. Selain mengikuti proses belajar mengajar di pagi hari, mereka juga masih
harus mengikuti kegiatan ekstra wajib dan juga diwajibkan memilih salah satu dari
ekstra kurikuler yang ditawarkan. Usaha-usaha lain yang dilakukan untuk
peningkatan kualitas lulusan antara lain:
1) Retret atau Rekoleksi
SMA Pangudi Luhur memiliki program untuk menanamkan nilai-nilai moral
dan iman dalam kegiatan rohaninya yaitu retret atau rekoleksi. Kegiatan ini memiliki
sasaran yaitu siswa-siswi SMA Pangudi Luhur dari kelas X sampai dengan kelas XII.
Kegiatan retret atau rekoleksi ini diadakan oleh pihak sekolah biasanya setiap satu
tahun sekali. Kegiatan retret ini biasanya dikoordinir oleh guru Pendidikan Agama
Katolik serta dibantu oleh guru-guru yang lain. Dengan retret atau rekoleksi ini siswa
diajak untuk dapat melihat kembali proses pergulatan studinya selama ini. Dari retret
29
atau rekoleksi ini juga siswa diajak untuk melatih dan mengembangkan rohani
mereka supaya lebih matang.
2) Study Tour dalam Propinsi
SMA Pangudi Luhur memiliki program study tour di dalam propinsi
Yogyakarta untuk kelas X contohnya ke Kebun Binatang Gembira Loka. Kegiatan ini
bertujuan untuk melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan alam. Masih banyak
lagi contoh study tour dalam provinsi yang dapat bermanfaat dan dapat memberikan
pengetahuan bagi diri siswa. Study tour dalam provinsi ini juga dapat digunakan
sebagai sarana untuk mempelajari sejarah dan budaya yang ada di dalam provinsi
Yogyakarta. Contohnya kegiatan study tour untuk mengenal sejarah dan budaya yang
ada di dalam propinsi ialah kunjungan ke candi-candi peninggalan sejarah, atau
kunjungan ke kraton D.I.Y. dll.
3) Study Tour luar Propinsi
Di samping mengadakan kegitan study tour di dalam propinsi, SMA Pangudi
Luhur juga memiliki program study tour di luar Propinsi yang akan diikuti oleh siswa
kelas XI baik IPA maupun IPS. Contoh study tour yang sering dilaksanakan di luar
provinsi ialah study tour ke Bali. Tujuan dari kegiatan ini agar siswa-siswi SMA
Pangudi Luhur dapat mengenal budaya lain selain budaya Jawa khususnya budaya
Yogyakarta. Kegiatan study tour ke luar provinsi ini sampai sekarang masih
mendapatkan antusiasme yang besar dari para siswa. Siswa merasa banyak
mendapatkan suatu hal yang positif dari kegiatan study tour ini.
30
c) Struktur Organisasi
Sebagai salah satu institusi pendidikan, tentunya SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta memiliki struktur organisasi sekolah. Organisasi SMU Pangudi Luhur
Yogyakarta dibina oleh Dinas Pendidikan & Pengajaran Kota Yogyakarta
(Pendidikan Menengah) serta dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur cabang
Yogyakarta. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dipimpin oleh satu orang kepala
sekolah yang juga merupakan seorang biarawan dari Fractum Immaculatum
Conceptuionis yakni Br. Herman Yoseph.
Seluruh tenaga pendidik yang ada di SMA Pangudi Luhur berjumlah 23 orang.
11 orang tenaga pendidik merupakan perempuan serta 12 tenaga pendidik merupakan
laki-laki. Hampir semua tenaga pendidik dari SMA Pangudi Luhur berpendidikan S1.
Selain sebagai tenaga pendidik, ada beberapa guru yang merangkap sebagai wali
kelas. Di kelas X.1 yang bertugas sebagai wali kelas ialah ibu TH. Sasi Ambarwati, di
kelas X.2 bapak Ignatius Suroto, di kelas X.3 bapak Rudi Hartanto, di kelas X.4 ibu
Ratna Dwiyanti, di kelas X.5 ibu Alit Elia, di kelas X.6 ibu Nike Artina. Selama ini
organisasi yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berjalan dengan cukup baik.
Hal ini ditandai dengan belum adanya masalah yang serius tentang pengorganisasian
yang berada di bawah struktur sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Di SMA Pangudi Luhur setiap siswa, karyawan, guru, dan kepala sekolah dapat
bekerja sama dengan baik. Situasi tersebut menunjukan bahwa SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta memiliki struktur organisasi yang baik. Untuk mengetahui gambaran
tentang struktur organisasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, di bawah ini penulis
membuat struktur/bagan dari organisasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
31
B. Keadaan Siswa Kelas X
1. Jumlah Siswa
Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur seluruhnya berjumlah 197 orang. Kelas X
di SMA Pangudi Luhur dikelompokkan menjadi 6 kelas, setiap kelas rata-rata
berjumlah 32-34 siswa. Siswi di kelas X seluruhnya berjumlah 65 orang, sedangkan
siswanya seluruhnya berjumlah 132 orang. Jumlah siswa tersebut sangat
memungkinkan dalam mendukung proses belajar mengajar yang efektif di dalam
kelas.
2. Agama
Siswa SMA Pangudi Luhur sebagian besar beragama Katolik. Begitu pula
dengan keadaan siswa di kelas X, sebagian besar siswa kelas X memeluk agama
Katolik. Dari keseluruhan siswa kelas X kurang lebih ada 10 % yang beragama non
Katolik, baik itu agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha. Keadaan di atas
menunjukkan bahwa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta memiliki identitas sebagai
sekolah yang bercirikan Agama Katolik. Dari agama-agama tersebut siswa
memperoleh banyak pengalaman tentang bagaimana cara untuk menghormati dan
menghargai pemeluk agama lain. Agama bagi siswa bukanlah suatu penghalang
untuk mewujudkan persaudaraan yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
khususnya kelas X. Di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta siswa yang beragama non
Katolik maupun yang beragama Katolik semua dipandang sama, tidak ada
pembedaan antara siswa yang Katolik maupun yang non Katolik
3. Keadaan Sosial – Ekonomi Keluarga Siswa
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan salah satu sekolah swasta yang
dikenal di kalangan masyarakat Yogyakarta sebagai sekolah swasta. Tentunya dalam
32
pelaksanaan proses pendidikan SMA Pangudi Luhur tidak tergantung pada
pemerintah secara penuh. Dana yang dipakai dalam proses pendidikan sebagian besar
berasal dari siswa. Dari situasi di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa-siswa
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berasal dari keluarga yang memiliki keadaan sosial-
ekonomi menengah ke atas.
4. Gambaran Hubungan Komunikasi siswa Kelas X
Kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terdiri dari 6 kelas. Setiap kelas
dikoordinir oleh wali kelas dan dibantu oleh pengurus kelas yang terdiri dari ketua
kelas, sekretaris, dan bendahara kelas. Setiap kelas memiliki kekhasan masing-
masing. Di setiap kelas X disediakan sarana prasarana yang dapat mendukung siswa
dalam proses pembelajaran, misalnya: LCD, AC, dan 1 unit komputer yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran. Pada umumnya para siswa di setiap kelas
X dapat menjaga sarana dan prasarana tersebut dengan baik. Hubungan antara siswa
kelas X dengan guru wali kelas pun masih berjalan dengan baik. Tidak ada siswa
yang memiliki permasalahan serius dengan wali kelas masing-masing. Komunikasi
antar siswa di kelas pun dapat dikatakan baik. Rasa saling menghargai dan menolong
satu dengan yang lain bisa dikatakan terjalin dengan baik.
C. Sikap Solider Di Dalam Hidup Siswa
1. Pengertian Sikap Solider
Sikap solider merupakan suatu bentuk sikap peduli kita terhadap sesama.
Seseorang yang memiliki sikap solider ialah orang yang memiliki rasa empati. Sikap
solider tampak dari kerelaan orang berbagi, memberikan sumbangan bagi orang yang
membutuhkan, mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menengok
33
teman yang sakit atau membantu teman yang mengalami kesulitan. Pendek kata ia
mau peduli dengan sesamanya, terutama yang miskin atau yang membutuhkan
bantuan (Nota Pastoral, 2006: 1).
Dalam buku yang berjudul Teologi Solidaritas solidaritas dipahami sebagai
suatu cara Kristen untuk mengatasi individualisme, entah pribadi atau kolektif, baik
pada taraf keterlibatan kita dalam sejarah maupun pada taraf iman (Sobrino, 1989:
17).
Dari kedua pendapat di atas dapat dilihat bahwa sikap solider merupakan salah
satu bentuk sikap peduli terhadap keprihatinan yang dirasakan oleh sesama. Sikap
solider ini menuntut adanya suatu sikap empati kita terhadap keprihatinan yang
dirasakan dan dialami oleh sesama.
2. Pentingnya Sikap Solider Dalam Hidup Siswa
Sikap solider merupakan suatu sikap yang masih sangat dibutuhkan di dalam
lingkungan masyarakat kita. Selain di dalam lingkungan masyarakat, sikap solider ini
juga masih sangat dibutuhkan siswa di dalam lingkungan sekolah. Di dalam
lingkungan sekolah siswa memerlukan sikap solider di dalam pergaulan dengan
teman-temannya. Dengan sikap solider ini siswa diajak untuk dapat peduli dengan
sesama teman di dalam lingkungan sekolah.
Sikap solider merupakan salah satu sikap yang sangat mendukung dalam
terwujudya Kerajaan Allah di tengah dunia. Sikap solider ini mengandung nilai cinta
kasih. Cinta kasih ini merupakan salah satu sikap yang dapat mendukung perwujudan
Kerajaan Allah di tengah dunia. Sikap solider yang diwujudkan siswa di lingkungan
sekolah juga dapat mendukung terciptanya Kerajaan Allah di tengah hidup siswa.
34
Terwujudnya Kerajaan Allah di sini juga merupakan salah satu tujuan dari
Pendidikan Agama Katolik yang ada di sekolah.
D. Penelitian Tentang Sumbangan Pendidikan Agama Katolik Dalam Upaya
Mengembangkan Sikap Solider Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta
1. Latar Belakang Penelitian
Solidaritas merupakan suatu sikap yang dewasa ini masih sangat dibutuhkan di
masyarakat kita. Solidaritas merupakan suatu bentuk rasa empati kita terhadap apa
yang dirasakan oleh orang lain. Sikap solider sebagai bentuk rasa perduli kepada
sesama yang menderita ini seringkali terabaikan di lingkungan masyarakat kita.
Hanya sebagian kecil orang saja yang masih mewujudkan solidaritas pada sesamanya.
Di dalam lingkungan sekolah tentunya siswa seringkali lebih banyak
menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya. Lewat pergaulan dengan
teman-teman sebayanya, tentunya siswa juga banyak memperoleh banyak hal positif
yang banyak memperkembangkan dirinya. Misalnya saja dalam pergaulan siswa
tentunya mendapatkan rasa kebersamaan, tolong menolong dan saling menghargai
antara satu dengan yang lain. Salah satu hal yang mungkin dirasa didapatkan dalam
pergaulan ialah adanya sikap solider dengan sesama teman yang membutuhkan
bantuan dan pertolongan.
Di lingkungan sekolah tentunya siswa juga memiliki berbagai macam aktivitas
yang dapat memperkembangkan segi kognitif dan afektif yang mereka miliki. Segi
kognitif siswa yang telah dicapai dapat dilihat melalui hasil belajar siswa, baik itu
melalui nilai ulangan maupun pada nilai raport. Sedangkan segi afektif siswa dapat
dilihat dari relasi dan kebersamaan antar siswa yang terjadi di dalam kelas. Selain
pengetahuan, proses pendidikan di sekolah juga dapat memperkembangkan tingkah
35
laku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh
pihak sekolah dalam membimbing tingkah laku siswa.
Dari situasi di atas maka penulis akan mengumpulkan data tentang situasi relasi
siswa yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Penulis akan mencari
data dari siswa tentang hubungan antar siswa di dalam kelas, tentang sikap solider
yang pernah dilakukan oleh siswa kelas X dan mengetahui peranan dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
dalam mengembangkan sikap solider, serta makna sikap solider bagi kehidupan para
siswa.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini ialah untuk:
a. Mengetahui relasi antar siswa dan sikap solider siswa kelas X SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta.
b. Mengetahui sumbangan dari Pendidikan Agama Katolik dalam
pengembangan sikap solider siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
3. Metodologi penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi pada saat sekarang
(Nana Sudjana, 2004:91). Metode ini mampu memberikan gambaran mengenai
masalah-masalah aktual pada saat penelitian dilaksanakan. Alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan kuesioner semi terbuka.
Maksudnya pertanyaan sudah disertai dengan alternatif jawaban, tetapi tetap
36
memberikan peluang bagi responden untuk memberikan jawaban lain serta alasan
yang sesuai dengan situasinya.
a. Tempat dan waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan untuk penelitian ialah SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta. Waktu penelitian diadakan pada bulan Oktober 2010. Alasan peneliti
menggunakan SMA Pangudi Luhur sebagai tempat penelitian antara lain:
1) SMA Pangudi Luhur menggunakan Pendidikan Agama Katolik sebagai bahan
dalam Pendidikan Agama.
2) Secara Geografis SMA Pangudi Luhur mudah dijangkau.
3) SMA Pangudi Luhur merupakan tempat di mana penulis pernah
melaksanakan PPL Pendidikan Agama Katolik.
b. Responden Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta kelas X. Siswa-siswi kelas X SMA Pangudi Luhur seluruhnya berjumlah
197 orang. Di SMA Pangudi Luhur terdapat 6 kelas X. Setiap kelas ada 32-34 siswa.
Dalam penelitian ini diambil 60 responden untuk mewakili siswa kelas X. Setiap
kelas diambil 10 siswa untuk mewakili responden dalam penelitian. Pengambilan
responden dipilih secara acak untuk mewakili tiap-tiap kelas. Dari 60 responden
tersebut diharapkan nantinya dapat mewakili seluruh siswa kelas X SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta
c. Variabel Penelitian
Variabel yang tercakup dalam penelitian ini antara lain:
37
1) Gambaran situasi siswa dan sikap solider siswa kelas X di SMA Pangudi
Luhur
2) Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider
siswa
Kisi-kisi NO Variabel No. Item Jumlah 1 Gambaran sikap solider siswa di SMA
Pangudi Luhur 1,2,3,4,5,6,7,8
8
2
Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider siswa
9,10,11,12,13,14,15,
8
Jumlah 16
D. Laporan Hasil Penelitian
1. Laporan umum
Penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Dari keseluruhan populasi siswa kelas X diambil 60 sampel responden untuk
mewakili siswa kelas X. Pemilihan responden dalam penelitian ini diambil secara
acak untuk mewakili keseluruhan populasi kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober - 11 Oktober 2010.
Penelitian ini dilaksanakan sesuai jadwal mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik yang ada di tiap-tiap kelas. Jumlah responden yang ditargetkan untuk
penelitian ini dapat tercapai yaitu berjumlah 60 siswa dari keseluruhan siswa kelas X
SMA Pangudi Luhur Yoyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 197 siswa.
Jumlah responden tersebut diambil dari enam kelas yaitu dari kelas X1 sampai X6
untuk menjadi responden. Responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 26
orang (43,3%). Responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 34 orang
(56,6 %).
38
2. Laporan dan Pembahasan Penelitian Menurut Variabel
a. Gambaran Situasi Siswa dan Sikap Solider Siswa di SMA Pangudi Luhur
Kelas X
Kelas X merupakan kelas yang menjadi tempat pertama bagi para siswa ketika
berada di SMA. Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berasal dari latar
belakang SMP yang berbeda-beda. Dalam bergaul dengan teman-teman sesama kelas
X tentunya siswa kelas X juga membutuhkan waktu tidak singkat. Mereka
membutuhkan waktu untuk mengenal pribadi teman-teman mereka di dalam kelas.
Relasi yang terjalin dengan baik antar mereka tentunya akan membuat siswa merasa
nyaman dengan kelas mereka. Jika situasi relasi antar siswa di kelas mendukung,
maka perwujudan sikap solider pun dapat dengan mudah diwujudkan di dalam kelas.
Gambaran situasi relasi siswa dan sikap solider siswa yang ada di kelas X SMA
Pangudi Luhur dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Gambaran sikap solider di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
N = 60
No item
Aspek yang diungkap Jawaban Jumlah %
1 Relasi siswa dengan teman- teman di dalam kelas
a. Sangat baik 21 35
b. Baik 28 46,6
c. Cukup 10 16,6
d. Kurang baik 1 1,6
2 Pertama kali mendapatkan sikap solider
a. Keluarga 50 83,3
b. Lingkungan Sekolah
- -
c. Teman- teman
8 18,3
d. Masyarakat
2 3,3
39
3 Tanggapan siswa tentang perwujudan sikap solider yang ada di dalam kelas
a. Sudah 53 88,3
b. Belum terwujud
7 11,6
4 Tanggapan siswa mengenai makna sikap solider sebagai salah satu bentuk dari perwujudan iman
a. Sangat setuju
25 41,6
b. Setuju 35 58,3
c. Cukup setuju - -
d. Kurang setuju - -
5 Tanggapan siswa mengenai sikap solider sebagai salah satu wujud kasih terhadap sesama
a. Sangat setuju 35 58,3
b. Setuju 25 41,6 c. Cukup setuju - - d. Kurang setuju - - 6 Sikap solider yang pernah
dilakukan siswa di lingkungan sekolah
• Membantu teman yang kesulitan dalam belajar maupun ketika ada masalah pribadi
29
48,3
• Menghibur teman yang sedang bersedih
4
6,66
• Menyisihkan uang jajan untuk memberikan sumbangan
10
16,6
• Membantu teman ketika sakit
5
8,33
• Peduli terhadap teman
7
11,6
• Meminjami peralatan tulis
5 8,33
7 Sikap solider yang pernah dilakukan siswa di lingkungan masyarakat
• Berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
6 10
• Kerja bakti 14 23,3
40
• Menjenguk tetangga yang sedang sakit
15
25
• Memberi sumbangan ke panti asuhan
3
5
• Memberikan sumbangan untuk korban bencana alam
10
16,6
• Membantu orang yang mengalami kesulitan /musibah
15
25
8 Mata pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung dalam mengembangkan sikap solider
Pendidikan Agama Katolik
26
43,3
Sosiologi 15
25
PKN 10
16,6
Pleton inti 5
8,33
PMR 4 6,6
Dari item soal no 1 di atas dapat dilihat prosentase mengenai relasi antar siswa
yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Dalam menjalin relasi dengan
sesama siswa, para siswa merasa relasi yang ada di dalam kelas sudah baik. Hal ini
diperkuat dari hasil penelitian, di mana dari 60 jumlah responden sebanyak 28 siswa
(46,6%) menilai hubungan relasinya dengan siswa di dalam kelas baik. Hanya 1
orang siswa (1,6 %) saja yang menilai hubungan relasinya dengan siswa di dalam
kelas kurang baik. Dari alasan jawaban yang diuraikan oleh responden yang menilai
relasi dengan teman-teman baik karena mereka dapat saling memahami, membantu,
menghargai, saling menerima apa adanya, saling membaur satu sama lain/ tidak
memilih-milih teman, serta adanya rasa kekeluargaan di dalam relasinya dengan
41
teman-teman sekelas. Relasi yang baik antar siswa di dalam kelas tentunya sangat
mendorong siswa untuk dapat mewujudkan sikap solider di dalam kelas. Sedangkan
yang menjawab relasinya kurang baik karena responden merasa bahwa kekompakan
di antara mereka kurang, masih ada teman-teman yang memilih-milih teman dalam
bergaul.
Sikap solider tentunya bukanlah hal yang asing bagi kehidupan para siswa.
Sering kali mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah pernah melakukan sikap
solider dalam kehidupan sehari-hari. Data hasil penelitian (item soal no 3)
menunjukkan bahwa dari 60 jumlah responden sebanyak 50 siswa (83,3%)
memberikan jawaban lingkungan keluarga sebagai tempat pertama memperoleh sikap
solider. Sikap solider yang dimiliki oleh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta sebagian besar diperoleh lewat lingkungan keluarga.
Sikap solider yang telah siswa dapatkan dalam lingkungan keluarga membuat
siswa juga dapat mewujudkan sikap solider dalam kehidupan kesehariannya. Salah
satu tempat yang lain ialah lingkungan sekolah atau kelas mereka masing-masing.
Kelas merupakan wadah para siswa untuk mewujudkan sikap solidernya terhadap
teman-teman. Tak jarang dalam berhubungan dengan teman-teman di dalam kelas
sering kali sikap solider juga sangat diperlukan. Sebagian besar dari responden dalam
hal ini menggambarkan bahwa sikap solider sudah terwujud di dalam kelas. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian (item soal no 3) di mana dari 60 jumlah responden
sebanyak 53 siswa (88,3%) menilai bahwa sikap solider sudah terwujud di dalam
kelas. Dari hasil tersebut terlihat bahwa dari masing-masing kelas sudah terwujud
sikap solider antar siswa kelas X di dalam kelas. Dari alasan yang dikemukakan oleh
responden terlihat bahwa siswa dapat merasa bahwa teman-teman selalu membantu
mereka. Siswa merasa adanya rasa saling berbagi suka dan duka antara teman-teman
42
di dalam kelas. Siswa juga merasa teman-teman sekelas mempunyai sikap peduli jika
ada yang mengalami kesulitan.
Meskipun sebagian besar siswa merasa sikap solider sudah terwujud di dalam
kelas, tetapi ada juga beberapa dari siswa yang merasa sikap solider belum terwujud.
Dari hasil (item soal no 3) dapat kita lihat sebanyak 7 siswa (11,6%) merasa sikap
solider belum terwujud di dalam kelas. Dari alasan yang dikemukakan terlihat bahwa
mereka belum sepenuhnya saling mengenal satu sama lain, ada teman yang hanya
bergaul dengan teman terdekat saja, dalam bergaul teman-teman masih belum bisa
terbuka satu dengan yang lain,
Sikap kasih merupakan salah satu betuk perwujudan dari iman kita. Dari hasil
penelitian (item soal no 4) terungkap bahwa sikap solider merupakan salah satu
bentuk perwujudan iman. Dari data dapat dilihat bahwa dari 60 jumlah responden
sejumlah 35 siswa (58,3%) setuju bahwa sikap solider merupakan salah satu bentuk
perwujudan iman. Salah satu bentuk perwujudan kasih terhadap sesama yang
membutuhkan juga bisa diwujudkan dengan bersikap solider. Dari item soal no 5
dapat dilihat sebanyak 35 siswa (58,3%) sangat setuju bahwa sikap solider
merupakan wujud kasih terhadap sesama. Dari alasan yang dikemukakan terlihat
bahwa siswa menilai sikap solider sebagai salah satu bentuk dari perwujudan iman
Katolik yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap solider juga
dinilai sebagai bentuk wujud kasih yang diwujudkan dengan sikap peduli, membantu,
menolong sesama yang membutuhkan. Sikap solider ialah wujud dari sikap peduli di
mana sikap peduli terhadap sesama merupakan wujud kasih. Meskipun sebagian
siswa menilai bahwa sikap solider merupakan suatu bentuk dari perwujudan iman dan
kasih terhadap sesama tetapi belum tentu para siswa melakukan sikap solider itu
sebagai salah satu bentuk perwujudan iman dan kasih terhadap sesama. Bisa saja
43
mereka membantu dan bersikap solider hanya dengan teman yang sudah mereka
kenal saja atau karena ada motif tertentu.
Sikap solider siswa selama ini masih berupa tindakan amal cinta kasih. Siswa
masih menilai sikap solider sebagai bentuk sikap cinta kasih. Sikap solider yang
dilakukan siswa selama ini hanya sebatas tindakan konkrit yang pernah dilakukan
oleh siswa. Sikap solider yang sebenarnya ialah seseorang mampu ikut merasakan
keprihatinan atau kesulitan yang dialami oleh orang lain. Jika seseorang sudah bisa
merasakan keprihatinan dan kesulitan yang dirasakan oleh orang lain, maka orang itu
akan tergerak hatinya untuk bersikap solider terhadap orang lain. Contoh tindakan
yang mungkin bisa dilakukan misalnya dengan terjun langsung untuk merasakan
keprihatinan yang dirasakan oleh orang lain, misalnya menjadi relawan ketika ada
bencana alam dan sebagainya. Dari hasil penelitian (item soal no 6) kita dapat melihat
bentuk-bentuk sikap solider yang telah dilakukan siswa di lingkungan sekolah. Hasil
penelitian menunjukkan sebanyak 29 siswa (48,3 %) menjawab bentuk sikap solider
yang paling banyak dilakukan siswa di lingkungan sekolah ialah membantu teman
yang kesulitan dalam belajar maupun ketika ada masalah pribadi
Selain di lingkungan sekolah, siswa juga mewujudkan sikap solider di
lingkungan masyarakat. Data hasil penelitian (item soal no 7) menunjukkan bentuk-
bentuk sikap solider yang telah dilakukan siswa di lingkungan masyarakat. Dari hasil
penelitian (item soal no 7) tersebut terlihat bentuk sikap solider yang paling banyak
dilakukan siswa di lingkungan masyarakat ialah menjenguk tetangga yang sedang
sakit. Hal ini dapat kita lihat pada hasil penelitian, di mana sebanyak 15 siswa (25%)
menjawab menjenguk orang yang sakit.
Banyak mata pelajaran yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Setiap
mata pelajaran memiliki nilai-nilai maupun pengetahuan yang terkandung dalam mata
44
pelajaran tersebut. Selain dari mata pelajaran yang diajarkan di dalam kelas siswa
juga banyak memperoleh nilai-nilai maupun pengetahuan dari kegiatan
ekstrakurikuler yang mereka ikuti. Dari mata pelajaran maupun kegiatan ektrakuler
yang mereka ikuti tentunya mereka juga memperoleh nilai solidaritas dari kegiatan
ekstrakurikuler atau suatu mata pelajaran tersebut. Dari hasil penelitian (item soal no
8) kita dapat melihat pelajaran yang atau kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung
dalam mengembangkan sikap solider. Dari hasil penelitian (item soal no 8) dapat kita
lihat sebanyak 26 (43,3%) siswa memilih mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik
dapat mengembangkan sikap solider siswa. Alasan siswa memilih Pendidikan Agama
Katolik karena Pendidikan Agama Katolik mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai
cinta kasih, saling menolong, dan menghargai teman yang beragama lain.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang dirasa siswa dapat mengembangkan
sikap solider yang mereka miliki ialah melalui pleton inti. Dari data hasil penelitian
(item soal no 8) dapat dilihat sebanyak 5 (8,33%) siswa memilih pleton inti. Alasan
mereka memilih pleton inti karena dalam pleton inti ditanamkan nilai kebersamaan
antar anggota, sehingga sikap solider mudah terwujud dalam persaudaraan.
b. Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam Mengembangkan Sikap
Solider
Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasakan
oleh siswa dapat membantu mereka dalam mengembangkan sikap solider. Pendidikan
Agama Katolik sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di SMA Pangudi Luhur
tentunya juga mengajarkan nilai-nilai yang dapat memperkembangkan pribadi anak.
Pendidikan Agama Katolik sebagai salah satu mata pelajaran juga mempunyai peran
dalam memperkembangkan iman anak secara mendalam. Data (tabel 2) di bawah ini
45
merupakan data tentang peranan dari Pendidikan Agama Katolik dalam upaya
mengembangkan sikap solider siswa kelas X.
Tabel 2 Peranan Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan sikap solider
N = 60
No. Item
Aspek yang diungkap Jawaban jumlah %
9 Penilaian siswa mengenai proses Pendidikan Agama Katolik di kelas X
a. Sangat menarik 22
36,6
b. Menarik 35 58,3 c. Cukup menarik 10 16,6
d. Kurang menarik 3 5
10 Metode-metode dari Pendidikan Agama Katolik yang dapat mengembangkan sikap solider siswa
a. Refleksi
20
33,3
b. Observasi langsung
10
16,6
c. Bercerita/ penyampaian materi
7
11,6
d. Praktek 23 38,3 11 Tanggapan siswa mengenai
materi-materi dari buku pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di kelas X
a. Sangat baik 12 20
b. Baik 42 70 c. Cukup baik 4 6,6 d. Kurang baik 2 3,3
12 Materi dalam buku siswa Pendidikan Agama Katolik yang dapat mengembangkan sikap solider siswa
a. Aku memiliki kelebihan kekurangan
14 23,3
b. Sebagai citra Allah aku dan sesama adalah saudara
16 26,6
46
c. Hati nurani 20 33,3 d. Pembinaan
suara hati 10 16,6
13 Tanggapan mengenai Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik membantu dalam mengembangkan sikap solider siswa
a. Sangat setuju 16 26,6
b. Setuju 39 65
c. Cukup setuju 5 8,3
d. Kurang setuju - -
14 Pendidikan Agama Katolik menyampaikan nilai-nilai cinta kasih terhadap sesama.
a. Sangat setuju 27 45
b. Setuju 33 55
c. Cukup setuju - -
d. Kurang setuju - -
15 Pendidikan Agama Katolik dalam mengembangkan pribadi ke arah yang lebih matang
a. Sangat setuju 21 35
b. Setuju 38 63,3
c. Cukup setuju 1 1,6
d. Kurang setuju - -
16 Harapan-harapan siswa terhadap metode pembelajaran yang ada di dalam kelas
a. Lebih menarik lagi, tidak monoton dan menumbuhkan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran.
18 30
b. Dapat menumbuhkan, mengembangkan sikap solider dan cinta kasih dalam diri.
11 18,3
47
c. Membuat diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi sehingga dapat menuntun ke masa depan yang lebih cerah.
12 20
d. Menggunakan metode observasi langsung dan praktek sehingga menumbuhkan minat siswa.
13 21,6
e. Dapat menyerap dan menangkap materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik
6 10
Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat
di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Proses Pendidikan Agama Katolik yang
berlangsung di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta selama ini di bawah tanggung jawab
dari guru Pendidikan Agama Katolik. Dari hasil pengamatan dan observasi terlihat
bahwa para siswa dapat mengikuti proses Pendidikan Agama Katolik dengan baik.
Hampir setengah dari jumlah responden di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
menilai bahwa proses Pendidikan Agama Katolik selama ini dirasa menarik. Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian (item soal no 9) di mana sejumlah 35 siswa (58,3%)
menilai proses Pendidikan Agama Katolik selama ini menarik. Penilaian siswa ini
juga diperkuat dangan alasan jawaban yang diberikan siswa di mana siswa menilai
bahwa proses Pendidikan Agama Katolik tidak membosankan, mudah dipahami,
memberikan banyak manfaat dan dapat mengembangkan iman. Guru juga memiliki
banyak variasi metode dalam mengajar. Meskipun setengah dari responden menilai
48
bahwa proses pendidikan Agama Katolik selama ini menarik, tetapi ada beberapa
siswa yang menilai proses Pendidikan Agama Katolik selama ini kurang menarik. Hal
ini dapat kita lihat dari hasil penelitian, di mana sebanyak 3 siswa (5%) menilai
bahwa proses Pendidikan Agama Katolik kurang menarik. Dari alasan yang
dikemukakan para siswa merasa bosan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama
Katolik.
Penilaian siswa yang sebagian besar menilai bahwa proses Pendidikan Agama
Katolik menarik ini juga didukung dari penggunaan berbagai macam sarana dan
metode yang dipakai oleh guru untuk menarik minat siswa dalam belajar. Penggunaan
metode yang cocok bagi siswa merupakan salah satu hal yang penting dalam proses
Pendidikan Agama Katolik. Banyak metode yang ditawarkan guna mendukung proses
Pendidikan Agama Katolik khususnya untuk mengembangkan sikap solider dalam
diri siswa, metode tersebut antara lain: observasi langsung, refleksi, penyampaian
materi/bercerita. Dari keempat metode yang ditawarkan tersebut sebagian besar siswa
memilih metode praktek untuk mengembangkan sikap solider. Hal ini dapat dilihat
dari hasil penelitian (item soal no 10) di mana sebanyak 23 orang siswa (38,3 %)
memilih praktek sebagai metode Pendidikan Agama Katolik yang dapat
mengembangkan sikap solider siswa. Siswa memilih metode praktek karena siswa
dapat secara langsung merasakan, mempraktekkan, serta dapat terjun langsung ke
lapangan.
Selain melalui metode, proses Pendidikan Agama Katolik akan berjalan dengan
baik apabila didukung dengan bantuan bahan-bahan atau materi dari buku Pendidikan
Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik dapat membantu siswa dalam
memahami proses Pendidikan Agama Katolik yang berlangsung di dalam kelas. Dari
hasil penelitian (item soal no 11) juga terungkap tentang tanggapan siswa mengenai
49
buku Pendidikan Agama Katolik di mana sejumlah 42 siswa (70%) menilai materi-
materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik di kelas X baik. Dari alasan
yang dikemukakan oleh para siswa terlihat bahwa materi yang ada dalam buku
Pendidikan Agama Katolik sudah lengkap, menarik dan mendidik, mudah dipahami,
mendukung, tidak membosankan serta sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Dari item soal no 12 kita dapat melihat materi-materi dari buku siswa
Pendidikan Agama Katolik yang dirasa siswa dapat mengembangkan sikap solider
siswa. Materi yang paling banyak dipilih oleh siswa ialah materi tentang hati nurani,
di mana sebanyak 20 siswa (33,3%) memilih materi hati nurani. Materi hati nurani
dirasa siswa dapat mengembangkan sikap solider yang mereka miliki.
Dalam Pendidikan Agama Katolik siswa dapat menemukan nilai-nilai yang
dapat mengembangkan pribadi mereka ke arah yang lebih matang. Salah satu nilai
yang ditemukan ialah nilai cinta kasih. Dari hasil penelitian (item soal no 14) terlihat
bahwa Pendidikan Agama Katolik dirasa siswa dapat menyampaikan nilai-nilai cinta
kasih terhadap sesama. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di mana sejumlah 33
siswa (55%) setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik menyampaikan nilai-nilai cinta
kasih terhadap sesama. Dari alasan yang dikemukakan oleh responden dapat dilihat
bahwa materi yang ada dalam Pendidikan Agama Katolik mengajarkan dan
menyampaikan ajaran cinta kasih. Dalam Pendidikan Agama Katolik juga
ditanamkan nilai untuk saling mengasihi dan menolong dalam persaudaraan.
Sikap solider dalam hal ini juga merupakan salah satu bentuk cinta kasih.
Pendidikan Agama Katolik dalam hal ini juga mengembangkan sikap solider dalam
diri siswa. Data dari hasil penelitian (item soal no 13) sejumlah 39 siswa (65%) setuju
bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik selama ini dapat membantu
dalam mengembangkan sikap solider siswa. Dari alasan dapat dilihat bahwa
50
Pendidikan Agama Katolik dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap
solider serta berbuat kasih terhadap sesama. Dari hasil penelitian terungkap bahwa
sebagian besar siswa setuju bahwa pendidikan agama dapat membantu siswa dalam
mengembangkan sikap solider.
Tujuan yang paling penting dari Pendidikan Agama Katolik ialah dapat
mengembangkan pribadi siswa ke arah yang lebih matang. Pendidikan Agama
Katolik dapat dikatakan berhasil apabila pribadi anak dapat berkembang menjadi
lebih matang. Dari hasil penelitian terlihat bahwa siswa dapat menilai bahwa
Pendidikan Agama Katolik dapat mengembangkan pribadi mereka ke arah yang lebih
matang. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian (item soal no 15) di mana sebanyak
38 siswa (63,3%) setuju bahwa Pendidikan Agama Katolik berperan mengembangkan
pribadi ke arah yang lebih matang. Dari alasan yang dikemukakan oleh responden
dapat dilihat bahwa Pendididkan Agama Katolik dapat memberi motivasi
berkembang ke arah yang lebih baik, para siswa mengalami bahwa dirinya
berkembang ke arah yang lebih matang.
Proses Pendidikan Agama Katolik dapat berjalan dengan baik apabila didukung
oleh metode pengajaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan para siswa. Dari
hasil penelitian kita juga dapat melihat harapan-harapan siswa terhadap metode
Pendidikan Agama Katolik. Sebagian besar siswa berharap agar metode pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dapat lebih menarik, tidak monoton dan menumbuhkan
antusiasme siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil penelitian (item soal no 16)
terlihat sebanyak 18 (30 %) siswa yang mempunyai harapan agar Pendidikan Agama
Katolik tidak monoton, menggunakan metode yang makin menarik, dan makin
variatif, sehingga dapat menumbuhkan antusiasme siswa.
51
Dari gambaran sikap solider siswa yang ada di kelas X SMA Pangudi Luhur di
atas penulis mendapatkan kesan bahwa jawaban yang diberikan responden
sepenuhnya masih bersifat kognitif atau hanya sebatas pengetahuan saja. Dari situasi
tersebut maka penulis akan mengupayakan suatu sumbangan pemikiran untuk
Pendidikan Agama Katolik agar sikap solider yang dimiliki siswa tidak hanya sebatas
pada pengetahuan/ kognitif saja melainkan dapat diwujudkan dalam hidup sehari-hari.
F. Kesimpulan Hasil Penelitian
Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta terdiri dari 197 siswa. Jumlah
responden yang mewakili siswa di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta kelas X
seluruhnya 60 orang yakni 26 orang siswa putera dan 34 orang siswa puteri. Relasi
antar siswa kelas X di dalam kelas terjalin dengan baik. Siswa kelas X merasa bahwa
di dalam kelas mereka masing-masing sikap solider sudah terwujud tetapi perlu di
perdalam lagi. Sikap solider selama ini masih di pandang siswa sebagai tindakan
caritatif (cinta kasih). Sikap solider tidak hanya dilakukan siswa di lingkungan
sekolah atau kelas saja, tetapi sikap solider juga mereka wujudkan dalam lingkungan
masyarakat. Sebagian besar siswa pertama kali memperoleh sikap solider di
lingkungan keluarga. Keluarga menjadi bagian pembentukan sikap solider yang
paling utama yang mereka miliki. Sikap solider dipahami siswa sebagai salah satu
bentuk perwujudan iman yang mereka miliki. Dengan bersikap solider maka siswa
juga telah menerapkan kasih terhadap sesama. Perwujudan kasih melalui sikap solider
ini membuat pribadi siswa berkembang ke arah yang lebih matang.
Sikap solider yang dimiliki siswa juga diperoleh lewat mata pelajaran maupun
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti siswa. Salah satu mata pelajaran yang
dinilai mendukung siswa dalam pembentukan sikap solider ialah mata pelajaran
52
Pendidikan Agama Katolik. Selama ini proses Pendidikan Agama Katolik menarik
bagi siswa. Materi-materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik dirasa
siswa dapat membantu dalam proses pembelajaran. Para siswa merasa bahwa materi
yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik sudah lengkap, menarik dan
mendidik, mudah dipahami, mendukung, tidak membosankan serta sesuai dengan
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas maka peneliti merasa perlu
untuk membuat suatu sumbangan pemikiran berbentuk usulan dalam perumusan
tujuan, penyusunan bahan, dan metode dari Pendidikan Agama Katolik sebagai upaya
dalam mengembangkan sikap solider siswa khususnya di kelas X. Selain itu penulis
akan membuat suatu usulan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam upaya untuk
mengembangkan sikap solider siswa kelas X yang nantinya dapat digunakan oleh
guru Pendidikan Agama Katolik maupun mahasiswa IPPAK yang mendapat tugas di
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
53
BAB IV
UPAYA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DALAM RANGKA MENGEMBANGKAN SIKAP SOLIDER
SISWA KELAS X
Pada bab III penulis telah memaparkan hasil penelitian tentang sikap solider
siswa yang ada di kelas X serta peranan dari Pendidikan Agama Katolik dalam
mengembangkan sikap solider siswa di kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sikap solider siswa dapat dikembangkan
melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta. Pada bab IV ini penulis menyusun suatu upaya terhadap pelaksanaan
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik agar semakin dapat membantu siswa
meningkatkan sikap solider siswa. Upaya tersebut berbentuk sumbangan pemikiran
dari penulis terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik. Sumbangan
pemikiran terhadap proses Pendidikan Agama Katolik ini meliputi tujuan Pendidikan
Agama Katolik demi pengembangan sikap solider siswa, materi pokok dalam buku
Pendidikan Agama Katolik yang bisa dipakai dalam peningkatan sikap solider siswa,
metode-metode Pendidikan Agama Katolik yang mendukung dalam pengembangan
sikap solider siswa. Sebagai penerapan dari beberapa sumbangan pemikiran di atas,
penulis menyusun empat usulan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dalam
meningkatkan sikap solider siswa.
54
A. Tujuan Pendidikan Agama Katolik Demi Pengembangan Sikap Solider
Siswa
Tujuan Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu unsur dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang ada di sekolah. Tujuan Pendidikan
Agama Katolik diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan iman siswanya. Hal ini
perlu diperhatikan agar proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang
dilaksanakan tersebut dapat menjawab apa yang dibutuhkan oleh siswa dalam
memperkembangkan imannya.
Membangun hidup yang semakin beriman merupakan tujuan utama dari
Pendidikan Agama Katolik. Membangun hidup iman Kristiani berarti membangun
kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni
Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa keselamatan: situasi
dan perjuangan untuk keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan
kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari
pelbagai agama dan kepercayaan (Komkat 2007: 7).
Selain untuk membangun hidup beriman siswa, Pendidikan Agama Katolik juga
mempunyai arah demi terwujudnya Kerajaan Allah. Kerajaan Allah di sini dapat
dipahami sebagai tindakan Allah yang merajai hati manusia dalam kehidupan sehari-
hari. Terwujudnya kerajaan Allah ditandai dengan terciptanya suasana dunia yang
penuh dengan cinta kasih, perdamaian, keadilan, kesejahteraan, persatuan,
persaudaraan antara sesama manusia. Kerajaan Allah merupakan simbol di mana
Allah senantiasa hadir, menyertai, dan berkarya di tengah kehidupan manusia.
Kerajaan Allah juga bisa diwujudkan oleh siswa melalui tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh para siswa di lingkungan sekolah. Contoh salah satu tindakan
yang dapat diwujudkan oleh siswa dalam membangun Kerajaan Allah ialah dengan
55
bersikap solider. Sikap solider yang diwujudkan siswa di lingkungan sekolah dapat
mendukung dalam mewujudkan Kerajaan Allah. Sikap solider ini akan lebih baik lagi
jika tidak hanya diakukan di lingkup sekolah saja, melainkan juga di lingkup
masyarakat.
Sikap solider dapat ditanamkan dan dilatih dalam diri siswa di lingkungan
sekolah. Sikap solider ini juga dapat dijadikan tujuan dalam proses Pendidikan
Agama Katolik di sekolah. Tujuan pembentukan sikap solider dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik akan membuat siswa mengenal lebih dalam
tentang sikap solider. Setelah siswa mengenal sikap solider, diharapkan siswa dapat
menerapkan dan mewujudkan sikap solider tersebut dalam keseharian mereka.
Dengan bersikap solider, siswa juga ikut ambil bagian menciptakan Kerajaan Allah di
tengah-tengah kehidupan siswa. Sikap solider ini merupakan salah satu sarana
terciptanya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan siswa. Sikap solider dapat
menciptakan suasana persaudaraan dan cinta kasih di tengah kehidupan manusia.
B. Materi Pokok Pendidikan Agama Katolik yang Mendukung Peningkatan
Solider Siswa Kelas X
Salah satu faktor yang mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik ialah bahan-bahan atau materi yang ada dalam buku Pendidikan Agama
Katolik. Buku Pendidikan Agama Katolik berisi bahan-bahan atau materi pokok yang
dapat digunakan dalam proses Pendidikan Agama Katolik. Buku Pendidikan Agama
Katolik memiliki 4 dimensi/ruang lingkup. Empat dimensi tersebut ialah pribadi
siswa, Yesus Kristus, Gereja dan kemasyarakatan.
Buku Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk
SMU/SMK kelas X memiliki 20 materi pokok. Setiap materi pokok mempunyai
56
dimensi-dimensi tersebut dan disertai dengan kompetensi dan tujuan dari proses
pembelajaran. Kompetensi dan tujuan ini menjadi arah dan tujuan bagi para guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Materi-materi pokok yang ada dalam buku
Pendidikan Agama Katolik kelas X ini akan lebih mudah dipahami oleh siswa apabila
didukung dengan pengalaman siswa yang diperoleh baik itu dari hasil pengamatan
maupun peristiwa-peristiwa yang pernah dialami oleh siswa. Pengalaman siswa
dalam hal ini dapat dijadikan bahan dalam Pendidikan Agama Katolik.
Dari beberapa materi pokok yang ada dalam buku Pendidikan Agama Katolik
tersebut ada beberapa materi materi yang dirasa siswa dapat memberikan peluang
dalam mengembangkan sikap solider siswa. Dari hasil penelitian pada bab III ada 4
materi pokok yang dirasa siswa dapat memberikan peluang bagi siswa untuk
mengembangkan sikap solider yang mereka miliki, materi-materi pokok tersebut
antara lain:
1. Aku Memiliki Kelebihan Kekurangan
Setiap orang memiliki kemampuan dan bakat. Kemampuan dan bakat yang
dimiliki seseorang seharusnya dikembangkan dan digunakan. Kemampuan dan bakat
adalah anugerah Tuhan, yang dalam Kitab Suci sering disebut talenta. Tuhan
menghendaki agar talenta itu dikembangkan dan digunakan. Mengembangkan dan
menggunakan talenta sebagaimana mestinya adalah panggilan dan tuntutan Kristiani.
Penerimaan diri atas kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri merupakan
bentuk ungkapan rasa syukur terhadap Sang Pencipta. Menolak kehendak Allah atas
diri kita yang konkret menjadi penghalang bagi kemajuan diri kita sendiri dan
menjadi rintangan bagi jalan kita menuju Allah. Dengan materi ini siswa diajak
menyadari kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri mereka. Setelah itu siswa
57
diajak untuk dapat menumbuhkan sikap solider terhadap kelebihan dan kekurangan
yang ada pada diri sendiri dan pada sesama.
2. Sebagai Citra Allah Aku dan Sesama Adalah Saudara
Siswa-siswi usia Sekolah Lanjutan Atas umumnya suka berteman, karena pada
usia itu sikap sosial mereka mulai berkembang pesat. Dalam tema ini para siswa
diajak untuk menyadari bahwa sebagai sesama citra Allah, kita dan sesama
merupakan saudara yang harus saling menghormati dan saling mengasihi.
Persaudaraan ini sangat mendukung dalam pembentukan sikap solider siswa. Bila
hubungan persaudaraan terjalin di antara siswa, maka sikap solider pun dapat dengan
mudah terwujud dalam kehidupan siswa.
3. Hati Nurani
Dalam tema ini siswa diajak secara bersama-sama membahas dan mendalami
hati nurani. Hati nurani yang selalu mendorong seseorang ke arah yang lebih baik dan
memperingatkan seseorang jika menyimpang dan menyeleweng dari kebaikan dalam
situasi konkret. Dengan tema ini siswa juga diajak untuk belajar mengambil suatu
tindakan ketika melihat keprihatinan orang lain. Di sini hati nurani diharapkan dapat
mendorong siswa bersikap solider ketika melihat keprihatinan orang lain.
4. Pembinaan Suara Hati
Setelah mendalami dan mempelajari hati nurani, kemudian siswa diajak secara
bersama-sama untuk mendalami dan mempelajari tema tentang pembinaan suara hati.
Suara hati selalu memiliki dua sisi yang sama-sama penting. Sisi yang pertama adalah
sisi kognitif yang berisi pengetahuan mengenai apa yang baik dan benar. Sisi yang
58
kedua ialah sisi afektif yang berisi rasa perasaan wajib melakukan apa yang baik dan
benar.
Suara hati dapat diartikan secara luas dan sempit. Secara luas, suara hati adalah
kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati setiap manusia. Suara hati
membawa seseorang sadar diri akan kewajiban dan tanggung jawab darinya, baik
sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, maupun makhluk Tuhan. Sementara, dalam
arti yang lebih luas, suara hati adalah bentuk dari sebuah kesadaran moral. Kesadaran
moral ini berhubungan langsung dengan situasi hidup konkret atau hidup sehari-hari
seseorang (Kristianto, 2010:59).
Dalam tema ini siswa diajak untuk menemukan cara-cara yang dapat digunakan
untuk membina suara hati. Selain itu siswa juga diajak untuk mendalami pembinaan
suara hati dalam terang Kitab Suci. Sikap solider dapat muncul juga dari suara hati
manusia. Untuk itu pembinaan suara hati memegang peranan yang sangat penting
dalam pembentukan sikap solider dalam diri siswa.
Penulis akan membuat empat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan keempat materi tersebut. Selain materi di atas penulis juga akan
menggunakan pengalaman siswa yang diperoleh dari hasil observasi langsung.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh siswa tersebut akan dianalisis dalam proses
Pendidikan Agama Katolik sehingga para siswa dapat terbantu dalam menumbuhkan
dan mengembangkan sikap solider mereka.
C. Metode-Metode Pendidikan Agama Katolik Guna Meningkatan Sikap
Solider Siswa
Sebagai sarana untuk mengembangkan iman siswa, Pendidikan Agama Katolik
tentunya menggunakan beberapa macam metode dalam pembelajaran. Metode-
59
metode yang dipakai hendaknya dapat mendukung dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam
mengembangkan imannya. Metode pembelajaran yang dipakai bertalian dengan
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan peningkatan sikap solider dalam diri siswa akan
terwujud apabila didukung dengan metode-metode yang mendukung dalam proses
Pendidikan Agama Katolik. Berikut ini metode-metode yang dianggap penulis dapat
membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider siswa.
1. Metode Observasi langsung
Metode ini merupakan salah satu metode yang menitikberatkan pada
pengalaman yang diperoleh oleh siswa. Metode ini mengajak siswa untuk pergi
melihat secara langsung dan ikut merasakan sutuasi nyata yang akan diamati atau
dianalisis. Dengan terjun secara langsung untuk melakukan observasi, siswa
diharapkan dapat memperoleh suatu gambaran situasi konkret yang sedang terjadi.
Dari situasi tersebut para siswa tentunya dapat mengetahui situasi yang sebenarnya
terjadi.
Metode ini merupakan metode yang berpusatkan pada pengalaman siswa.
Dalam proses pendidikan yang ditekankan bukan menambah informasi, juga bukan
menyampaikan materi sebanyak-banyaknya tetapi secara kualitatif berusaha
memperkembangkan pribadinya. Pengalaman yang diperoleh dari observasi ini dapat
dijadikan suatu metode alternatif dalam proses Pendidikan Agama Katolik.
2. Metode diskusi
Diskusi diartikan sebagai suatu proses penyampaian materi, di mana guru
bersama subyek didik mengadakan dialog bersama untuk mencari jalan pemecahan
dan menyerap serta menganalisis satu atau sekelompok materi tertentu. Dalam diskusi
60
guru berperan sebagai pengatur lalu lintas informasi, pemberi jalan dan penampung
informasi (Danim, 2008: 36).
Banyak manfaat yang dapat diperoleh siswa dari metode diskusi ini. Manfaat
yang diperoleh misalnya: siswa memperoleh kesempatan untuk berfikir, peserta dapat
memperoleh latihan untuk menyampaikan pendapatnya secara bebas, dapat belajar
untuk bersikap toleran terhadap teman-temannya, dapat dilatih untuk bersikap
demokratif dan dapat menghargai pendapat orang lain, dll (Sagala, 2007:209)
Di dalam proses pembelajaran diskusi dapat dilakukan oleh guru dengan
menjelaskan permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa, kemudian siswa
diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. Langkah selanjutnya ialah
pengambilan kesimpulan dari hasil diskusi. Dalam metode diskusi sejumlah pendapat
dari para siswa ditampung sebagai bahan dari pemecahan masalah yang dihadapi
(Sagala, 2007:210)
Metode diskusi ini juga dapat digunakan untuk menganalisis suatu
permasalahan yang sedang terjadi. Dengan diskusi ini siswa diharapkan dapat
menemukan jalan keluar dari suatu permasalahan. Dengan diskusi siswa dapat belajar
untuk berdialog dan mendengarkan pendapat orang lain. Metode diskusi ini
memerlukan partisipasi aktif dari para siswa untuk mengeluarkan pendapat/ gagasan.
3. Metode Praktek
Proses Pendidikan Agama Katolik berjalan lebih baik lagi jika menggunakan
metode yang menarik antusias siswa dalam proses pembelajaran. Dari sekian banyak
metode yang ada dalam proses pembelajaran, metode yang dinilai siswa membantu
dalam pengembangan sikap solider ialah metode praktek. Metode praktek ini dinilai
siswa dapat membantu dalam mewujudkan sikap solider yang ada dalam diri mereka.
61
Dengan metode praktek siswa secara langsung dapat terjun ke lapangan untuk melihat
dan merasakan keprihatinan yang terjadi. Metode hendaknya tidak hanya sebatas teori
saja, metode praktek perlu diwujudkan sebagai salah satu bentuk tindakan konkret
dari siswa. Dengan demikian siswa dapat secara langsung mewujudkan sikap solider
yang mereka miliki dalam kehidupan sehari-hari.
Metode praktek ini merupakan aksi/wujud konkret yang dilakukan oleh siswa
dalam kegiatan pembelajaran. Dengan metode praktek ini para siswa dapat secara
langsung terjun ke lapangan untuk membuat suatu aksi nyata atau tindakan nyata dari
apa yang telah mereka peroleh dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya saja pada
kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan usaha untuk mengembangkan sikap
solider siswa, siswa nantinya diharapkan dapat mewujudkan sikap solider itu dalam
kehidupannya sehari-hari. Wujud sikap solider tersebut dapat dilakukan siswa di
lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah, baik itu di masyarakat maupun
di dalam keluarga.
4. Metode Refleksi
Metode refleksi ini merupakan salah satu metode yang menekankan pada
kedalaman hidup para siswa. Pengalaman yang diperoleh siswa dari hasil pengamatan
dan observasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dijadikan sarana untuk berefleksi.
Dengan refleksi ini siswa nantinya diharapkan dapat menemukan inti dari
pengalaman yang ditemukan tersebut. Dengan refleksi ini siswa juga dapat
mengambil nilai-nilai yang dapat memperkembangkan iman mereka. Refleksi di sini
dimaknai sebagai proses yang mengajak siswa untuk mengendapkan arti manusiawi
berbagai pengalaman dan pentingnya bagi sesama. Para siswa diajak kembali untuk
62
mengolah dan menuliskan kembali seluruh pengalaman yang mereka jumpai di
lapangan.
Banyak nilai kemanusiaan yang ditawarkan oleh masyarakat, maka
dibutuhkan cara-cara yang dapat menguji nilai-nilai dan kaitannya antara materi
pelajaran dan kehidupannya. Pedagogi reflektif membawa siswa menempuh dinamika
pembelajaran berupa konteks - pengalaman - refleksi - aksi – evaluasi. Perhatian
terhadap siswa secara pribadi dan kepedulian terhadap pengalamannya secara
individual menjadi pilar utama. Proses refleksi demikian menuntut keterlibatan guru
untuk mengikuti dinamika persoalan, lebih dari sekedar pengetahuan materi (UPT-
MPK, 2010:24)
Dari keempat metode di atas, penulis akan membuat suatu rencana
pelaksanaan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap
solider dalam diri siswa. Dari keempat metode tersebut diharapkan siswa juga dapat
terbantu dalam menemukan suatu nilai solider dalam diri mereka yang mungkin
belum pernah terwujud dalam hidup mereka.
D. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik Dalam
Mengembangkan Sikap Solider Siswa SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Sebagai salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah, Pendidikan Agama
Katolik di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dinilai siswa sebagai salah satu mata
pelajaran yang dirasa siswa dapat memberikan peluang siswa dalam
mengembangkan sikap solider. Melihat keadaan tersebut penulis merasa perlu untuk
memberikan usulan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat
digunakan oleh pihak guru maupun pihak sekolah guna membantu menumbuhkan
dan mengembangkan sikap solider dalam diri siswa. Usulan rencana pelaksanaan
pembelajaran ini menggunakan empat materi pokok yang ada dalam buku
63
Pendidikan Agama Katolik kelas X. Dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
tersebut diharapkan siswa dapat terbantu dalam menumbuhkan dan
mengembangkan sikap solider yang ada pada diri siswa. Metode observasi yang ada
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dilakukan siswa secara pribadi atau
kelompok sebagai tugas di luar jam efektif sekolah. Hasil observasi digunakan
sebagai bahan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Urutan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ini hendaknya dapat dijadikan sebagai satu kesatuan
karena materi-materi yang digunakan saling berhubungan satu dengan yang lain.
64
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 1)
I. IDENTITAS
Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas/semester : X /1
Materi Pokok : Bersikap Solider di Tengah Kelebihan dan Kekurangan diri
Sendiri
II. STANDAR KOMPETENSI
Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan
mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-
rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama
secara lebih baik.
III. KOMPETENSI DASAR
Mengenal diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya guna
membangun sikap solider dengan sesama.
IV. INDIKATOR
1. Menemukan kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
2. Menyebutkan sikap yang perlu dikembangkan dalam menghadapi
kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain.
3. Merumuskan pesan kutipan Kitab Suci (Mat 25:14-30), tentang talenta.
65
4. Menemukan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki tokoh dalam film
Nick.
5. Menyebutkan cara mengembangkan sikap solider di tengah kelebihan dan
kekurangan yang ada dalam diri
V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit
VI. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mengenal diri dengan segala kelebihan dan
kekurangannya sehingga menerima diri sebagaimana adanya dan mengetahui
cara untuk mengembangkan sikap solider di tengah kelebihan dan kekurangan
yang telah dimiliknya.
VII. URAIAN MATERI POKOK
1. Kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri sendiri
2. Sikap-sikap yang perlu dikembangkan menghadapi kelebihan dan
kekurangan orang lain
3. Rumusan pesan Kitab suci (Mat 25:14-30), tentang talenta.
4. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh tokoh dalam film Nick.
5. Cara-cara mengembangkan sikap solider di tengah kelebihan dan
kekurangan dalam diri
VIII. METODE PEMBELAJARAN
1. Observasi/analisis
66
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Penugasan
IX. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Sumber bahan
a. Pengalaman siswa
b. Kitab Suci Mat 25:14-30
c. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama
Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. (materi
2)
2. Media Pembelajaran
a. LCD
b. Laptop
c. Film Nick
X. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU
Pembuka
Pendahuluan
� Mengawali proses belajar mengajar dengan
doa yang dipimpin oleh salah satu siswa
� Siswa mendengarkan pengantar dari guru:
“Selamat pagi teman-teman”. Di dalam
kekayaan yang kita punyai itu, ternyata
kita semua mempunyai kemampuan-
5 menit
67
kemampuan yang besar. Tetapi, seringkali
kita juga kurang menyadari kelebihan
maupun kekurangan yang kita miliki.
Dewasa ini banyak remaja yang kurang
mensyukuri kelebihan dan kekurangan
yang ada pada diri mereka. Dalam hidup
ada orang-orang yang penuh dengan
keterbatasan secara fisik tetapi mereka
dapat terus berjuang dalam hidupnya. Kita
sering kali melupakan saudara-saudara
kita yang membutuhkan bantuan dan
perhatian dari kita. Maka dalam
kesempatan kali ini kita akan sama-sama
belajar dengan saudara-saudara kita yang
secara fisik mempunyai keterbatasan.
Dengan pertemuan ini diharapkan rasa
solider kita terhadap teman-teman yang
membutuhkan bantuan dan perhatian
dapat tumbuh dan berkembang dalam diri
kita.
Kegiatan Inti
Langkah I
� Guru mengajak siswa untuk menonton
tayangan film Nick
� Guru meminta siswa untuk menjawab
beberapa pertanyaan yang berhubungan
denga cuplikan film:
- Temukan kekurangan-kekurangan
yang dimiliki tokoh dalam film tadi!
- Temukan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki tokoh dalam film tadi!
- Menurut kalian apakah kelebihan
yang dimiliki oleh tokoh dalam film
Menemukan
kelebihan dan
kekurangan
yang dimiliki
tokoh dalam
film Nick
30 menit
68
tersebut sudah terwujud dalam diri
kalian?
- Sebutkan sikapmu terhadap
kekurangan yang ada pada dirimu!
� Guru meminta salah satu atau dua orang
siswa untuk memplenokan hasil
pekerjaannya
� Guru merangkum berdasarkan sharing
siswa
“ Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan
dengan dianugerahi kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Seperti
yang dialami oleh Nick, sejak lahir ia
tidak punya kaki dan tangan yang
sempurna seperti kita. Tetapi, Nick
menanggapi kekurangannya itu malah
sebagai kelebihan yang tidak setiap
manusia memilikinya. Maka, kita sebagai
manusia yang diciptakan sempurna,
baiklah jika kita juga menjadi seperti
Nick yang dapat mensyukuri kekurangan
dan kelebihan yang ada pada diri.”
� Guru meminta siswa untuk membentuk
kelompok, dalam satu kelompok terdiri
dari 6 orang. masing-masing anggota
diajak untuk menemukan kekurangan dan
kelebihan diri sendiri
� Guru mengajak siswa untuk mengisi
dalam buku teman yang ada di samping
kanan, kiri, depan maupun belakang,
dengan menuliskan:
- Menuliskan beberapa kemampuan
Menemukan
kelebihan dan
kekurangan diri
15 menit
69
yang dimiliki oleh teman kalian.
- Menuliskan beberapa sifat baik yang
dimiliki oleh teman kalian.
- Menuliskan salah satu sifat buruk
yang dimiliki oleh teman kalian.
� Setelah menukar daftar kelebihan dan
kekurangan lalu guru meminta siswa
untuk mendiskusikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelebihan dan kekurangan
dengan panduan pertanyaan di bawah ini:
- Bagaimana perasaan kalian, ketika
kalian membaca tulisan teman- teman
kalian tentang kemampuan dan sifat-
sifat kalian?
- Apakah yang ditulis oleh teman-teman
kalian benar?
- Sikap apakah yang sering muncul
terhadap kekurangan dan kelebihan
kita?
- Sikap apa yang perlu dikembangkan
dalam menghadapi kekurangan dan
kelebihan diri sendiri maupun orang
lain?
� Guru memberikan penegasan:
Setiap remaja mungkin belum menyadari
potensi-potensi dan keunggulan yang
mereka miliki. Hal ini mungkin
disebabkan oleh pengaruh pendidikan
rumah ataupun di luar rumah di mana
mereka masih diperlakukan seperti anak-
anak. Dengan demikian kepercayaan diri
mereka seolah-olah dibungkam sehingga
mereka belum menyadari kemampuan-
Menyebutkan
sikap yang perlu
dikembangkan
dalam
menghadapi
kelebihan dan
kekurangan diri
dan orang lain.
15 menit
70
kemampuannya. Sebaliknya, ada juga
remaja yang sangat menyadari kelebihan
yang ada pada diri mereka shingga
mereka bersikap angkuh, arogan, dan sok
super. Sikap-sikap demikian hendaknya
dapat dihindarkan dalam menyikapi
kelebihan dalam diri kita. Sebaiknya kita
tidak sombong dengan kelebihan yang kita
miliki. Remaja hendaknya juga dapat
menerima diri seadanya. Tuhan
menciptakan itu seadanya dan baik
adanya. Menolak kehendak Allah atas diri
kita yang konkret dapat menjadi
penghalang bagi diri kita sendiri dan
menjadi tintangan bagi jalan kita menuju
Allah
� Guru mengajak siswa untuk membaca teks
Kitab Suci (Mat 25:14-30) tentang
menyadari segala potensi dan peluang
dalam terang Tuhan melalui teks Kitab
Suci
� Guru mengajak siswa untuk
mendiskusikan bacaan dengan bantuan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1) Berdasarkan perikop ini,
sebutkanlah talenta yang sudah
dianugerahkan Tuhan dalam dirimu!
2) Bagaimanakah kalian
mempertanggungjawabkan talenta
yang diberikan Tuhan kepadamu
supaya berkembang?
3) Bagaimanakah kalian
mengungkapkan rasa syukur atas
Merumuskan
pesan kutipan
Kitab Suci (Mat
25:14-30),
tentang talenta.
10 menit
71
talenta yang telah Tuhan berikan?
� Guru memberikan rangkuman:
”Setiap manusia pasti memiliki
kemampuan dan bakat yang sesuai
dalam lingkungan tertentu. Kemampun
yang dimiliki oleh sesorang hendaknya
harus digunakan dan diperkembangkan.
Kemampuan dan bakat adalah anugrah
Tuhan, yang dalam Kitab Suci disebut
talenta Tuhan menghendaki agar talenta
yang kita miliki digunakan dan
dikembangkan dengan baik. Dalam Injil
Matius 25:24-31 dikisahkan seorang
tuan yang memberikan kepada mereka
sejumlah talenta untuk dikembangkan
dan digunakan. Setiap orang termasuk
kita telah diberi Tuhan talenta masing-
masing. Maka kita hendaknya
mengembangkan talenta itu sebagai
mana mestinya. Mengembangkan dan
menggunakan talenta dengan baik
adalah tuntutan dan panggilan Kristiani.
� Guru meminta anak untuk mendiskusikan
pertanyaan di bawah ini:
� Menurutmu, apakah sikap solider
terhadap sesama yang mempunyai
keterbatasan secara fisik sudah
kamu wujudkan dalam hidup
sehari-hari?
� Sikap/ cara apa yang dapat
mengembangkan sikap solider di
tengah kekurangan yang kamu
miliki?
Menyebutkan
cara
mengembangkan
sikap solider di
10 menit
72
� Guru memberikan peneguhan tentang
cara mengembangkan sikap solider di
tengah kelebihan dan kekurangan:
Sebagai makhluk sosial tentunya kita
merupakan manusia yang memerlukan
bantuan dari orang lain. Kita tidak bisa
hidup tanpa bantuan orang lain. Sikap
solider merupakan salah satu sikap yang
dibutuhkan dalam berelasi dengan orang
lain. Dengan bersikap solider terhadap
sesama, berarti kita juga telah perduli
dengan sesama kita. Dalam kehidupan
sekarang ini masih banyak saudara-
saudara kita yang secara fisik
mempunyai keterbatasan yang
memerlukan bantuan kita. Dari situasi
tersebut hendaknya kita dapat
mewujudkan sikap solider kita terhadap
saudara-saudari kita yang secara fisik
mempunyai keterbatasan. Kekurangan
yang ada pada diri bukan merupakan
suatu penghalang dan penghambat bagi
kita untuk mewujudkan sikap solider
terhadap sesama kita.
Penutup
� Guru memberikan peneguhan:
Setiap pribadi manusia mempunyai
kekuatan dan keterbatasan. Tak pernah
ada di dunia ini, manusia yang sempurna
tanpa keterbatasan. Sekuat apapun
manusia, pasti mempunya kelemahan
atau keterbatasan. Kelemahan dan
tengah kelebihan
dan kekurangan
yang ada dalam
diri
5 menit
73
kekurangan bukan menjadi suatu
penghalang untuk untuk meraih mimpi
dan mewujudkan sikap solider terhadap
orang lain
A. Evaluasi
� Guru meminta siswa untuk hening dan
menjawab pertanyaan reflektif di bawah
ini:
• Apakah aku selama ini dapat
menggunakan kemampuan dan
kekurangan yang ada dalam diriku
dengan baik?mengapa?
B. Penugasan
� Guru memberikan tugas kepada siswa
dalam kelompok untuk melakukan
observasi ke salah satu SLB:
� Ceritakan pengalamanmu sewaktu
melakukan observasi di SLB?
� Pengalaman apa yang paling
berkesan bagiku ketika aku
melakukan observasi di SLB?
� Dari observasi yang telah
dilakukan, nilai-nilai apa yang
dapat aku jadikan pelajaran dan aku
jadikan pegangan dalam hidupku?
� Apakah selama ini aku telah
mewujudkan rasa peduliku terhadap
teman-teman yang secara fisik
mempunyai keterbatasan?
mengapa?
� Guru meminta salah satu siswa untuk
menutup pelajaran dengan doa penutup
74
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 2)
I. IDENTITAS
Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas/semester : X/1
Materi Pokok : Sebagai Citra Allah Saya dan Sesama adalah
Saudara
II. STANDAR KOMPETENSI
Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan
mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-
rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama
secara lebih baik.
III. KOMPETENSI DASAR
Memahami dirinya sebagai manusia yang diciptakan Allah menurut citra-Nya
sehingga menyadari bahwa semua manusia adalah saudara se-Allah Bapa.
IV. INDIKATOR
1) Membuat refleksi diri setelah melihat keadaan dan situasi di suatu SLB
2) Menemukan inti dari perikop Kitab Suci Kej 1: 26-31
3) Membuat doa atau puisi tentang manusia diciptakan secitra dan segambar
dengan Allah.
75
4) Menjelaskan berbagai upaya dalam mengembangkan sikap solider dan
persaudaraan sejati umat manusia.
V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit
VI. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat memahami bahwa dirinya sebagai manusia yang diciptakan Allah
menurut citra-Nya sehingga menyadari bahwa semua manusia adalah saudara
se-Allah Bapa yang juga diciptakan secitra dengan Allah.
VII. URAIAN MATERI POKOK
1. Refleksi tentang pengalaman sewaktu mengobservasi SLB
2. Inti dari perikop Kitab Suci Kej 1: 26-31
3. Ungkapan doa atau puisi tentang rasa syukur diciptakan secitra dan
segambar dengan Allah.
4. Upaya dalam mengembangkan persaudaraan sejati umat manusia.
VIII. METODE PEMBELAJARAN
1. Refleksi
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Tanya jawab
5. Penugasan
IX. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN
76
1. Sumber bahan
a. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama
Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. Hal. 46-54
b. Buku Siswa IA “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama
Katolik untuk SMA/SMK”, Kanisius, Yogyakarta. 2008.
c. “Pendidikan Agama Katolik Menjadi Murid Yesus”, Kanisius,
Yogyakarta. 2010.
d. Pengalaman siswa
2. Media Pembelajaran
a. LCD
b. Laptop
c. Pengalaman siswa
X. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU Pembuka
Pendahuluan
� Mengawali proses belajar mengajar
dengan doa yang dipimpin oleh salah
satu siswa
� Siswa mendengarkan pengantar dari
guru:
Baik, selamat pagi teman-teman. Pada
pertemuan kemarin teman-teman di
dalam kelompok telah diberi tugas
untuk melakukan observasi ke salah
satu SLB. Tentunya teman-teman
banyak memperoleh pengalaman dari
observasi tersebut. Lewat kunjungan
5 menit
77
tersebut kita dapat melihat dan
merasakan secara langsung situasi yang
terjadi di salah satu SLB. Pada
kesempatan hari ini, tema yang kita
bahas adalah sebagai citra Allah kita
dan sesama adalah saudara. Pada
pertemuan ini kita juga akan bersama-
sama menggali pesan Kitab suci.
Dengan pertemuan ini diharapkan kita
dapat mewujudkan sikap solider kita
terhadap sesama kita.
Kegiatan inti
Langkah 1
� Guru meminta siswa untuk masuk ke
dalam kelompok observasi
� Guru meminta siswa untuk
merefleksikan hasil pengalaman sewaktu
berada di SLB secara pribadi dengan
bantuan pertanyaan di bawah ini:
(dilakukan secara hening)
� Ceritakan pengalamanmu sewaktu
melakukan observasi di SLB?
� Pengalaman apa yang paling
berkesan bagiku ketika aku
melakukan observasi di dalam
kelompok?
� Dari observasi yang telah
dilakukan, nilai-nilai apa yang
dapat aku jadikan pelajaran dan
aku jadikan pegangan dalam
hidupku?
� Apakah selama ini aku telah
Membuat refleksi
diri melihat
keadaan dan situasi
di suatu SLB
20 menit
78
mewujudkan rasa peduliku
terhadap teman-teman yang secara
fisik mempunyai
keterbatasan?mengapa?
� Guru memberikan peneguhan:
Setiap pribadi manusia mempunyai
kekuatan dan keterbatasan. Tak pernah
di dunia ini, manusia yang sempurna
tanpa keterbatasan. Sekuat apapun
manusia, pasti mempunyai kelemahan
dan keterbatasan, selalu ada kekuatan di
baliknya. Jangan sampai karena cacat
tubuh, membuat orang tidak berdaya lagi
dalam menjalani hidup. Seseorang harus
tetap optimis dalam meraih mimpi
walaupun mempunyai keterbatasan
(Yoseph Kristianto, 2010: 31).
� Guru mengajak siswa untuk membaca
perikop kitab suci Kej 1: 26-27
� Guru memberikan pertanyaan
pengantar yang berhubungan dengan
bacaan Kitab Suci.
� Menurutmu bagaimana apakah
yang dimaksud dengan serupa
dengan Allah?
� Guru memberikan peneguhan:
Kita merupakan makhuk ciptaan Tuhan
yang diciptakan sesuai gambar dan
rupa Allah. Tujuan Allah diciptakan
sesuai dengan gambaran dan rupanya
ialah untuk menunjukan bahwa kita
mempunyai martabat dan hak asasi
yang sama di hadapan Allah.
Menemukan inti
dari perikop Kitab
Suci Kej 1: 26-31
5 menit
20 menit
79
� Guru meminta anak untuk membuat
suatu ungkapan doa/puisi sebagai
bentuk rasa syukur karena telah
diciptakan sesuai dengan gambaran
Allah.
� Guru meminta salah satu atau dua
orang anak untuk membacakan hasil
karyanya.
Penutup
� Guru memberikan peneguhan
Sebagai ciptaan Tuhan kita
hendaknya dapat mensyukuri apa yang
telah diberikan Tuhan terhadap kita.
Ungkapan syukur tersebut dapat kita
lakukan dengan menjaga dan
mengembangkan apa yang telah
diberikan Tuhan terhadap kita.
Ungkapan syukur tersebut juga dapat
kita lakukan dengan saling
menghargai, menolong dan bersikap
solider antara satu dengan yang lain.
Dengan demikian maka suasana
persaudaraan akan tercipta di tengah-
tengah kita.
A. Evaluasi
� Guru meminta siswa untuk hening dan
menjawab pertanyaan reflektif di
bawah ini:
• Apakah selama ini aku sudah ikut
ambil bagian dalam mewujudkan
suasana persaudaraan di dalam kelas?
tindakan apa yang telah aku lakukan?
Membuat doa atau
puisi tentang
manusia diciptakan
secitra dan
segambar dengan
Allah.
Menjelaskan
berbagai upaya
dalam
mengembangkan
sikap solider dan
persaudaraan sejati
umat manusia.
25 menit
15 menit
80
B. Penugasan
� Guru memberikan tugas kepada siswa
untuk mencari beberapa artikel tentang
kejadian atau perisiwa yang
menceritakan rusaknya persaudaraan
antar sesama
� Siswa diminta untuk memberikan
pendapatnya dari artikel tersebut.
(boleh diketik atau tulis tangan)
� Guru meminta salah seorang siswa
untuk menutup pelajaran dengan doa
penutup
81
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 3)
I. IDENTITAS
Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas/semester : X/1 (Gasal)
Materi Pokok : Suara Hati Sebagai Dasar Dalam Membangun
Persaudaraan
II. STANDAR KOMPETENSI
Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan
mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-
rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama
secara lebih baik.
III. KOMPETENSI DASAR
Mengungkapkan dan menjelaskan peranan suara hati dalam setiap membuat
keputusan.
IV. INDIKATOR
1) Menganalisis sebuah artikel tentang peristiwa/kejadian yang
menceritakan rusaknya hubungan persaudaraan dengan sesama
2) Mengetahui arti hati nurani, cara kerja hati nurani, dan fungsi hati
nurani
82
3) Mengetahui hubungan hati nurani dalam pembentukan persaudaraan.
4) Menyelami pembinaan suara hati dalam dokumen Konsili Vatikan II
(Gaudium et Spes, artikel 16)
5) Membuat refleksi diri tentang suara hati yang ada dalam diri sendiri
V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit
VI. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mengenal suara hatinya, sehingga siswa dapat terbantu dalam
mewujudkan dan mengembangkan sikap solider
XI. URAIAN MATERI POKOK
a. Artikel tentang peristiwa/kejadian yang menceritakan rusaknya
hubungan persaudaraan dengan sesama
b. Arti, makna, cara kerja, dan fungsi hati nurani
c. Hati nurani dalam membentuk persaudaraan dengan sesama
d. Hati nurani dalam dokumen Konsili Vatikan II (Gaudium et Spes, artikel
16)
e. Refleksi diri tentang suara hati yang ada dalam diri sendiri
VII. METODE PEMBELAJARAN
1. Analisis
2. Diskusi
3. Dialog
4. Tanya jawab
83
5. Refleksi
6. Penugasan
VIII. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Sumber bahan
a. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama
Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. Hal. 92-
94
b. Buku Siswa IA “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama
Katolik untuk SMA/SMK”, Kanisius, Yogyakarta. 2008.
c. Dokumen Konsili Vatikan II (Gaudium et Spes, artikel 16)
2. Media Pembelajaran
a. LCD
b. Laptop
c. Cuplikan film Cheng-Cheng Po
d. Speaker aktif
IX. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU
PROSES PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU
Pembuka:
� Guru mengawali proses belajar
mengajar dengan doa yang dipimpin
oleh salah satu siswa.
� Guru memberikan pengantar tentang
materi yang akan dipelajari dalam
pertemuan kali ini
Baik, selamat pagi semuanya. Pada
5 menit
84
pertemuan yang lalu kalian diberi
tugas untuk mencari artikel di
majalah atau koran yang berisi
peristiwa yang menceritakan rusaknya
persaudaraan antar sesama. Pada
pertemuan ini kita akan membahas
arti hati nurani, cara kerja hati
nurani, dan fungsi hati nurani.
Selanjutnya kita akan menonton
tayangan film yang membantu kita
dalam materi ini.
Kegiatan Inti
Langkah I:
� Guru meminta siswa untuk masuk
kedalam kelompok diskusi
� Guru meminta siswa menganalisis
artikel dari tugas minggu kemarin di
dalam kelompok masing-masing
dengan bantuan pertanyaan dibawah
ini:
� Tuliskan peristiwa-peristiwa yang
ada dalam artikel!
� Menurut kelompok, apa penyebab
terjadinya peristiwa-peristiwa
yang ada dalam artikel-artikel
tersebut?
� Menurut kelompok apakah
penggunaan suara hati sudah
terwujud dalam artikel tersebut?
� Guru memberikan peneguhan:
Kita dan sesama diciptakan di dunia
ini sebagai saudara. Untuk
Menganalisis
sebuah artikel
tentang
peristiwa/kejadian
yang menceritakan
rusaknya hubungan
persaudaraan
dengan sesama
15 menit
5 menit
85
membangun pesaudaraan diperlukan
sikap saling menghargai dan
menghormati satu dengan yang lain.
Perbedaan yang ada bukan
merupakan suatu penghalang bagi
kita untuk mewujudkan persaudaraan
di tengah dunia ini.
� Guru memberi pemahaman tentang
hati nurani
“Di dalam pergumulan suatu masalah
dan memilih, maka ada baiknya jika
kita berpikir sejenak tentang arti dan
makna hati nurani, segi-segi hati
nurani, dan fungsi hati nurani.
1. Arti dan makna hati nurani
Hati nurani dapat diartikan secara
luas dan sempit.
- Arti luas: kesadaran moral yang
tumbuh dan berkembang dalam
hati manusia. Keinsafan akan
adanya kewajiban.
- Arti sempit: hati nurani
merupakan penerapan
kesadaran moral di atas dalam
situasi konkret. Suara hati yang
menilai suatu tindakan manusia
benar atau salah, baik atau
buruk. Hati nurani tampil
sebagai hakim yang baik dan
jujur, walaupun dapat keliru.
2. Cara kerja hati nurani
- Dalam hati manusia, sebelum ia
bertindak atau berbuat sesuatu, ia
Mengetahui arti
hati nurani, cara
kerja hati nurani,
dan fungsi hati
nurani
20 menit
86
sudah mempunyai kesadaran atau
pengetahuan umum yang baik dan ada
yang buruk. Setiap orang memiliki
kesadaran moral tersebut, walaupun
kadar kesadarannya berbeda-beda.
- Pada saat-saat menjelang suatu
tindakan etis, pada saat itu kata hati
akan mengatakan perbuatan itu baik
atau buruk. Jika perbuatan itu baik,
kata hati muncul sebagai yang
menyuruh. Namun, jika perbuatan itu
buruk maka kata hati akan muncul
untuk melarang. Kata hati yang
muncul saat itu disebut prakata hati.
- Pada saat suatu tindakan dijalankan,
kata hati masih tetap bekerja, yakni
menyuruh atau melarang.
- Sesudah suatu tindakan atau
perbuatan, maka kata hati muncul
sebagai hakim yang memberi vonis.
Untuk perbuatan baik, kata hati akan
memuji tetapi jika perbuatan itu salah
maka kata hati akan
mencela/menyalahkan sehingga kita
akan merasa gelisah, bersalah dan
putus asa.
3. Fungsi hati nurani dan sikap kita
terhadapnya
a. Fungsi hati nurani
- Hati nurani berfungsi sebagai
pegangan, pedoman atau norma
untuk menilai suatu tindakan,
apakah tindakan itu baik atau
87
buruk.
- Hati nurani berfungsi sebagai
pegangan atau peraturan-
peraturan konkret di dalam
kehidupan sehari-hari.
- Hati nurani berfungsi
menyadarkan manusia akan
nilai dan harga dirinya.
b. Sikap kita terhadap hati nurani
- Menghormati setiap suara hati
yang keluar dari hati nurani
kita.
- Mendengarkan dengan cermat
dan teliti setiap bisikan hati
nurani.
- Mempertimbangkan secar
masak dengan pikiran sehat apa
yang dikatakan oleh hati nurani.
- Melaksanakan apa yang disuruh
oleh hati nurani.”
� Guru mengajak para siswa untuk
menonton cuplikan film Cheng-Cheng
Po
� Guru mengajak para siswa untuk
berkumpul dalam kelompok-
kelompok kecil dan mengajak siswa
untuk berdiskusi. Tiga pertanyaan
yang harus mereka diskusikan, yakni:
1. Apa yang anda tangkap dari
tayangan atau cuplikan film tadi?
2. Temukan wujud sikap
persaudaraan dalam tayangan
tadi!
20 menit
88
� Guru memberikan penegasan
berdasarkan jawaban para siswa,
misalnya:
• Dalam mengambil keputusan, kita
mempunyai pedoman bukan
berasal dari diri kita, tetapi
berasal atau keluar dari kita
sendiri. Setiap orang mempunyai
daya khusus, untuk mengenal
yang baik dan yang buruk. Dalam
menghadapi situasi konkret, kita
selalu disadarkan dari dalam.
• Hati nurani sangat dibutuhkan
seseorang untuk menciptakan
hubungan persaudaraan dengan
sesama. Hati nurani selalu
menyerukan kita untuk berbuat
baik terhadap sesama kita.
� Guru mengajak para siswa untuk
membaca kutipan dokumen Konsili
Vatikan II (Gaudium et Spes, artikel 16)
“Di lubuk hatinya, manusia
menemukan hokum, yang tidak
diterimanya dari dirinya sendiri,
melainkan harus ditaati. Suara hati itu
selalu menyerukan kepadanya untuk
mencintai dan melaksanakan apa yang
baik, dan menghindari apa yang jahat.
Bila mana perlu, suara itu
menggemakan dalam lubuk hatinya:
jalankan ini, elakkan itu. Sebab dalam
hatinya, manusia menemukan hukum
yang ditulis oleh Allah. Martabatnya
Mengetahui
hubungan hati
nurani dalam
pembentukan
persaudaraan.
Menyelami
pembinaan hati
nurani dalam
dokumen Konsili
Vatikan II
(Gaudium et Spes,
artikel 16)
10 menit
89
ialah mematuhi hukum itu, dan menurut
hukum itu pula ia akan diadili.
Hati nurani ialah inti manusia yang
paling rahasia, sanggar suci; di situ ia
seorang diri bersama Allah, yang
pesannya menggema dalam hatinya.
Berkat hati nurani dikenallah secara
ajaib hukum, yang dilaksanakan dalam
cinta kasih terhadap Allah dan
terhadap sesama. Atas kesetiaan
terhadap hati nurani, umat Kristiani
bergabung dengan sesama lain untuk
mencari kebenaran, dan untuk dakam
kebenaran itu memecahkan sekian
banyak persoaalan moral, yang timbul
baik dalam hidup perorangan maupun
dalam kehidupan masyarakat.
� Guru mengajak para siswa untuk
berkumpul dalam kelompok-kelompok
kecil dan mengajak siswa untuk
berdiskusi. Tiga pertanyaan yang harus
mereka diskusikan, yakni:
1. Apa yang anda tangkap dari
kutipan dokumen di atas?
2. Apa pengertian hati nurani
dalam dokumen tersebut?
Penutup
A. Evaluasi
� Guru memberikan peneguhan:
Walaupun suara hati menjadi pedoman,
tetapi suara hati sering kali juga bisa
keliru karena dipengaruhi situasi
pribadi seseorang, lingkungan, dan
90
pendidikan. Untuk itu, suara hati perlu
diasah dan dibina terus menerus agar
tumbuh dan berkembang semakin murni
dan dewasa. Suara hati perlu diberikan
kesempatanbertumbuh dan berkembang
menjadi dewasa dan mandiri
� Guru meminta anak (hening) untuk
membuat refleksi pribadi dengan
bantuan pertanyaan di bawah ini:
� Apakah selama ini aku sudah
menggunakan suara hatiku
dengan baik?
� Pengalaman apa yang aku alami
ketika aku harus menggunakan
suara hati ku dengan
baik?ceritakan!
B. Penugasan
� Guru memberikan tugas observasi
kepada siswa mengamati situasi orang
pinggiran di tepian Kalicode:
� Siapa yang sedang kamu amati?
� Bagaimana perasaan mereka
yang tinggal di pinggiran
Kalicode?
� Apa saja keluhan yang dirasakan
oleh orang-orang tersebut?
� Apakah yang kamu rasakan
ketika melihat penderitaan atau
keprihatinan yang dirasakan
orang lain?
� Guru menunjuk salah satu siswa untuk
menutup pelajaran dengan doa
penutup
Membuat refleksi
diri tentang suara
hati yang ada
dalam diri sendiri
10 menit
5 menit
91
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP 4)
I. IDENTITAS
Sekolah : SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik
Kelas/semester : X/1 (Gasal)
Materi Pokok : Pembinaan Suara Hati Guna Membangun Sikap
Solider
II. STANDAR KOMPETENSI
Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan
mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki yang memiliki rupa-
rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan sesama
secara lebih baik.
III. KOMPETENSI DASAR
Memahami beberapa cara untuk membentuk suara hati agar tidak keliru
dan tidak tumpul.
IV. INDIKATOR
1) Membuat refleksi pribadi tentang gambaran situasi nyata di Kalicode
2) Mengetahui hubungan suara hati dalam pembentukan sikap solider.
3) Memahami pembinaan suara hati dalam terang Kitab Suci
4) Membuat rencana kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan sikap
solider.
92
V. ALOKASI WAKTU: 2x45 menit
VI. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat mengenal suara hatinya, sehingga siswa dapat terbantu
dalam mewujudkan dan mengembangkan sikap solider
VII. URAIAN MATERI POKOK
1. Refleksi tentang situasi nyata di Kalicode
2. Hubungan suara hati dalam pembentukan sikap solider.
3. Pembinaan suara hati dalam terang Kitab Suci
4. Rencana kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan sikap solider.
VIII. METODE PEMBELAJARAN
1. Refleksi
2. Ceramah
3. Diskusi
4. dialog
5. Tanya jawab
6. Penugasan
IX. SUMBER BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN
1. Sumber bahan
a. Buku Guru I: “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan Agama
Katolik untuk SMA/SMK”. Kanisius, Yogyakarta. 2007. Hal.
92-94
93
b. Buku Siswa IA “Perutusan Murid-murid Yesus Pendidikan
Agama Katolik untuk SMA/SMK”, Kanisius, Yogyakarta. 2008.
c. Pengalaman siswa
d. Perikop Kitab Suci Gal 5: 16-25
2. Media Pembelajaran
a. LCD
b. Laptop
X. KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN WAKTU
KEGIATAN PEMBELAJARAN INDIKATOR WAKTU
Pembuka:
� Guru mengawali proses belajar mengajar
dengan doa yang dipimpin oleh salah satu
siswa.
� Guru memberikan pengantar tentang
materi yang akan dipelajari dalam
pertemuan kali ini
Baik, selamat pagi semuanya. Pada
pertemuan yang lalu kita sudah belajar
tema tentang hati nurani. Pertemuan hari
ini merupakan kelanjutan dari pertemuan
yang lalu. Pada pertemuan kali ini kita
akan sama-sama berefleksi dari tugas
observasi keadaan warga di tepian
Kalicode. Setelah itu kita secara bersama-
sama akan mendalami pembinaan suara
hati dalam terang Kitab Suci, masih
banyak lagi bahan-bahan yang akan kita
pelajari pada kesempatan hari ini.
5 menit
94
Kegiatan Inti
Langkah I:
� Guru meminta masing-masing kelompok
observasi untuk mempersentasikan hasil
observasi kelompok di tempat tinggal
penduduk sekitar Kalicode.
� Guru meminta anak untuk merefleksikan
secara pribadi hasil observasi kelompok
dengan bantuan pertanyaan sebagai
berikut:
1. Pengalaman apa saja yang
mengesankan bagi diriku saat
melakukan observasi
2. Apakah diriku sudah peduli dan peka
terhadap orang lain di sekitar tempat
tinggalku?
3. Sebutkan wujud konkret apa saja
yang telah aku wujudkan sebagai
bentuk rasa peduliku terhadap
keprihatinan yang dirasakan oleh
orang lain.
� Guru memberikan penjelasan singkat
tentang peranan suara hati dalam
pembentukan sikap solider siswa
Dewasa ini banyak sekali keprihatinan
yang terjadi di negara kita, entah itu
akibat kemiskinan, bencana alam, dll.
Banyak hal yang menyebabkan
keprihatinan-keprihatinan tersebut.
Sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan
tentunya kia diharapkan dapat bersikap
peduli dan peka terhadap apa yang
dirasakan saudara kita. Sikap solider juga
Membuat
refleksi pribadi
tentang
gambaran situasi
nyata di
Kalicode
Mengetahui
hubungan suara
hati dalam
pembentukan
sikap solider.
25 menit
10 menit
95
merupakan salah satu bentuk sikap
perhatian dan perduli kita terhadap
penderitaan sesama kita. Jika kita melihat
keprihatinan sesama kita, biasanya suara
hati yang baik akan mendorong kita untuk
berbuat solider terhadap sesama
� Guru mengajak siswa untuk mendalami
bacaan Kitab Suci yang berhubungan
dengan suara hati (Gal 5: 16-25).
� Guru meminta siswa untuk menjawab
beberapa pertanyaan guna mendalami
perikop Kitab Suci di atas.
1. Manakah perbuatan daging dan
manakah perbuatan roh?
2. Kalimat mana dari pesan santo
Paulus yang sungguh relevan bagi
dirimu?
3. Ke manakah hati nurani kita harus
diarahkan?
� Guru meminta salah satu atau dua orang
untuk mempresentasikan hasil
pekerjaannya
� Guru memberikan peneguhan
Sebagai orang Kristen kita dituntut untuk
hidup di bawah bimbingan Roh. Santo
Paulus menasihati kita supaya kita
memberikan diri dipimpin atau di bawah
pimpinan Roh (lih Gal 5:17). Kita harus
selalu berusaha untuk memenangkan hati
nurani kita dan mengalahkan
kecenderungan kita yang menyesatkan.
Suara hati harus dimenangkan dan
dikokohkan dengan berbagai usaha. Kita
Memahami
pembinaan suara
hati dalam
terang Kitab
Suci
25 menit
96
harus peka terhadap sapaan dan rahmat
Allah.
KV II khususnya dalam Gaudium et Spes
Art.16, antara lain mengatakan ,”tidak
jarang terjadi, bahwa hati nurani keliru
karena ketidaktahuan yang teratasi.
Karena itu ia kehilangan martabanya. Hal
itu sebenarnya tidak perlu terjadi kalau
manusia berikhtiar untuk mencari yang
benar dan baik…” Itu artinya manusia
tidak boleh tunduk dan mengalah pada
situasi yang membelenggu suara hati.
Penutup
� Guru memberikan peneguhan:
Pembinaan suara hati sangat penting dan
mutlak agar suara hati akhirnya bisa
menjadi daya gerak dan pemimpin hati yang
sejati. Untuk membinanya, seseorang harus
senantiasa peka, mendengarkan, dan setia
pada suara hatinya.
A. Evaluasi
� Guru mengajak siswa untuk membuat
refleksi
Dengan bantuan beberapa pertanyaan di
bawah ini:
� Nilai-nilai apakah yang aku peroleh
dalam pertemuan hari ini?mengapa?
� Sikap apakah yang dapat aku wujudkan
terhadap keprihatinan yang dirasakan
oleh orang lain?
� Tuliskan sikap ku selama ini ketika aku
melihat orang yang sedang
15 menit
97
kesusahan/sedang mengalami suati
keprihatinan!
B. Penugasan
� Guru meminta siswa untuk membuat
kelompok kecil yang terdiri dari 5 atau 6
orang anggota
� Guru mengajak masing-masing kelompok
untuk membuat suatu program kegiatan
yang dapat dilakukan siswa untuk
mengembangkan sikap solider siswa di
kelas kelompok.
� Guru meminta seorang siswa untuk
menutup pelajaran dengan doa penutup
Membuat
rencana
kegiatan-
kegiatan yang
dapat
mengembangkan
sikap solider.
10 menit
98
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini penulis membuat kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan ini
berisi beberapa pokok penting yang perlu ditegaskan kembali sehubungan dengan
penulisan skripsi ini. Selain kesimpulan, dalam bab ini penulis juga akan
menyampaikan saran-saran yang ditujukan kepada pihak sekolah SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta.
A. Kesimpulan
Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Tujuan dari Pendidikan Agama Katolik ialah agar
hidup siswa menjadi semakin beriman. Pokok-pokok yang ada dalam pendidikan
agama katolik meliputi tujuan, bahan, model Pendidikan Agama Katolik, dan yang
terahkir ialah peranan guru Pendidikan Agama Katolik. Pokok-pokok yang ada dalam
Pendidikan Agama Katolik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
Pendidikan Agama Katolik merupakan salah satu mata pelajaran yang dinilai
siswa kelas X SMA Pangudi Luhur dapat membantu siswa dalam mengembangkan
sikap solider. Dalam proses Pendidikan Agama Katolik, guru dapat menggunakan
metode-metode yang membantu siswa dalam mengembangkan sikap solider, yakni:
metode observasi langsung, refleksi, dan metode praktek. Materi-materi yang ada
dalam buku Pendidikan Agama Katolik juga dapat digunakan sebagai bahan dalam
mengembangkan sikap solider siswa. Di samping materi-materi yang ada dalam buku
Pendidikan Agama Katolik, pengalaman dari hasil observasi juga dapat dijadikan
sebagai bahan dalam mengembangkan sikap solider siswa,
99
Pendidikan Agama Katolik memiliki peranan yang sangat penting dalam
peningkatan sikap solider siswa. Oleh sebab itu proses pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik hendaknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa dalam
mengembangkan dan meningkatkan sikap solider. Tujuan dari Pendidikan Agama
Katolik diharapkan juga berhubungan dengan peningkatan sikap solider siswa. Selain
tujuan, materi dalam proses Pendidikan Agama Katolik diharapkan membantu siswa
dalam mengembangkan sikap solider.
B. Saran-saran
Bedasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa masukan-masukan dari siswa
terkait dengan proses Pendidikan Agama Katolik yang dapat mengembangkan sikap
solider siswa. Saran-saran tersebut berupa saran terhadap proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik. Proses Pendidikan Agama Katolik hendaknya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan para siswa. Penggunaan bahan, metode dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang cocok dapat membantu siswa dalam
meningkatkan sikap solider yang mereka miliki.
Pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang ada di dalam bab IV
hendaknya dapat dilaksanakan sebagai satu kesatuan. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran tersebut disusun oleh penulis sebagai satu kesatuan dan saling
berhubungan antara satu dengan yang lain. Untuk penilaian dari keempat rencana
pembelajaran yang ada di dalam bab IV, siswa diberikan tugas untuk membuat
laporan tentang hasil observasi ke SLB dalam bentuk portopolio. Dalam proses
observasi guru hendaknya juga dapat ikut terjun langsung bersama siswa untuk
melihat dan merasakan keprihatinan yang dirasakan oleh orang lain. Peran guru di
sini dapat memberikan teladan bagi para siswa dalam meningkatkan sikap solider.
100
DAFTAR PUSTAKA
1. Media Cetak
Banawiratma, J.B. (1991). Iman Pendidikan dan Prubahan Sosial. Yogyakarta:
Kanisius. Danim, Sudarwan. (2008). Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara DEPDIKNAS. (2003). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Katolik Sekolah Menengah Atas. Jakarta: DEPDIKNAS. Effendi, Mukhlison. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Nadi Offset. Hamalik, Oemar.(2009). Psikologi Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo. Hamzah. B. Uno (2007). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara Heryatno, F.X. (2008). Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik Di Sekolah.
Yogyakarta: Prodi IPPAK. Kieser, B. (1992). Solidaritas Seratus Tahun Ajaran Sosial Gereja. Yogyakarta:
Kanisius. Kristianto, Yoseph. (2010). Pendidikan Agama Katolik Menjadi Murid Yesus.
Yogyakarta: Kanisius. KWI. (2004). Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk
SMU/SMK. Yogyakarta: Kanisius. Komisi Kateketik KWI (2007). Perutusan Murid-Murid Yesus Pendidikan Agama
Katolik untuk SMU/SMK Buku Guru I. Yogyakarta: Kanisius. Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algensindo. Prodi IPPAK. (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. Yogyakarta: IPPAK. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta Pusat: Balitbang Depdiknas. Rausch, P. (2001). Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius Sabrino, Jon. (1989). Teologi Solidaritas. Yogyakarta: Kanisius. Sagala, Saiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV
ALFABETA. Singarimbun, Masri. (1989). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (UPT-MPK) Sanata
Dharma.(2010). Pendidikan Karakter Dalam Konteks Pengembangan Kekuatan Transformasi Masyarakat.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Yoke Tode,S.Th. (1993). Quovadis Guru Kristen?. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
2. Media Internet http://www.pangudiluhur.org/
101
LAMPIRAN
.
(18)
Lampiran 5: Lampiran yang digunakan dalam RPP
RPP I: MATIUS 25:14-30
25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke
luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan
hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang
seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia
berangkat.
25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan
uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17 Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan
berlaba dua talenta.
25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di
dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan
perhitungan dengan mereka.
25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima
talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku
telah beroleh laba lima talenta.
25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku
akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.
Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua
talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab
dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
(19)
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam
kebahagiaan tuanmu.
25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata:
Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di
tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di
mana tuan tidak menanam.
25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam
tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu
sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan
memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang
menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan
bunganya.
25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang
yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia
berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang
ada padanya akan diambil dari padanya.
25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang
paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."
(20)
RPP II : Kej 1: 26-31
1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan
rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung
di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang
melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah
itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi."
1:29 Berfirmanlah Allah: "Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-
tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang
buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
1:30 Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala
yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan
hijau menjadi makanannya." Dan jadilah demikian.
1:31 Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.
Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam
(21)
RPP IV: Gal: 16-25
5:16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging.
5:17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan
Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan
-- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
5:18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu
tidak hidup di bawah hukum Taurat.
5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu
kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah.
5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-
hal itu.
5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh