pendahuluanfix pkmrs

Upload: amalia-putri

Post on 07-Jul-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    1/40

    BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    TUBERKULOSIS PARU

    Disusun oleh :

    Siti Amalia Putri

    C11112160

    PEMBIMBING

    dr. Andi Enda Yuliastini

    dr. Adi Prakoso

    SUPERVISOR

    dr. Amiruddin L, Sp.A

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK

    BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    2016

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    2/40

    LEMBAR PENGESAHAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

    Nama : Siti Amalia Putri

    NIM : C11112160

    Judul PKMRS : Tuberkulosis Paru

    Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu

    Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

    Mengetahui,

    Pembimbing Pembimbing Co-ass

    dr. Andi Enda Yuliastini dr. Adi Prakoso Siti Amalia Putri

    Supervisor

    dr. Amiruddin L, Sp.A

      ii

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    3/40

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN…………...………………………………………………..…ii

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…………iii

    I. PENDAHULUAN………………………….……………………………...…………1

    II. ANATOMI DAN FISIOLOGI…………………………………........………...……..1

    III. DEFINISI……………………………………………………………….

    …………….4

    IV. EPIDEMIOLOGI……………...

    ……………………………………………………...4

    V. ETIOLOGI……………………………………………………………………………

    4

    VI. FAKTOR RISIKO………………………………...………………………………….5

    VII. PATOGENESIS………………………..…………………………………………….5

    VIII. DIAGNOSIS…………………………………………………………………………9

    IX. TATALAKSANA…………..………………………………………………………14

    X. MONITORING …………………………………...………………………………..17

    XI. PENCEGAHAN……………….......………………………………………………..18

    XII. KOMPLIKASI…………………………………..………………………………….19

    XIII. PROGNOSIS………………………..………………………………………………1

    XIV. KESIMPULAN……………………..………………………………………………1

      iii

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    4/40

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    5/40

    Pendahuluan

    Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kuman

     Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sudah sangat lama dikenal manusia,

    setua peradaban manusia. Pada awal obat antituberkulosis (OAT), timbul harapan

    penyakit ini dapat ditanggulangi. Namun dengan perjalanan waktu terbukti

    penyakit ini tetap menjadi masalah kesehatan yang sangat serius, baik dari aspek 

    gangguan tumbuh-kembang, morbiditas, mortalitas, dan kecacatan. Dengan

    meluasnya kasus HIV-AIDS, tuberkulosis mengalami peningkatan bermakna

    secara global. Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia dari jumlah total

    pasien TB setelah India dan Cina. Namun dari proporsi jumlah pasien dibanding

     jumlah penduduk, Indonesia menduduki peringkat pertama. TB anak yang tidak 

    mendapat pengobatan yang tepat akan menjadi sumber infeksi TB pada saat

    dewasanya nanti.1

    Tuberkulosis anak mempunyai permasalahan khusus yang berbeda dengan

    orang dewasa. Pada TB anak, permasalahan yang dihadapi adalah masalah

    diagnosis, pengobatan, pencegahan serta TB pada infeksi HIV. Berbeda dengan

    TB dewasa, gejala TB pada anak seringkali tidak khas. Diagnosis pasti

    ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit didapatkan spesimen

    diagnostik yang dapat dipercaya. Sekalipun spesimen dapat diperoleh, pada

    pemeriksaan mikrobiologik, mikroorganisme penyebab jarang ditemukan pada

    sediaan langsung dan kultur. Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak, sering

    terjadi overdiagnosis yang diikuti oleh overtreatment. Di lain pihak, ditemukan

     juga underdiagnosis dan undertreatment. Hal tersebut terjadi karena sumber

    penyebaran TB umumnya adalah orang dewasa dengan sputum basil tahan asam

    (BTA) positif, sehingga penanggulangan TB ditekankan pada TB dewasa.

    Akibatnya penanggulangan TB anak kurang diperhatikan2

    I. Anatomi dan Fisiologi

    Sistim respirasi pada tubuh termasuk didalamnya diafragma dan otot dada,

    hidung dan mulut, faring dan trakea, bronkus dan paru.24 Paru merupakan organ

    yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di rongga thorax. Masing-masing paru mempunyai apex yang tumpul dan menjorok ke atas masuk sekitar

      1

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    6/40

    2,5 cm diatas klavikula, fascies costalis yang konveks, yang berhubungan dengan

    dinding dada dan  fascies mediastinalis  yang konkaf membentuk cetakan

    perikardium dan struktur mediastinum lain. Sekitar permukaan kiri, terdapat hillus

    pulmonis, suatu lekukan dimana bronkus, pembuluh darah masuk ke paru untuk 

    membentuk radix pulmonis.23Pembuluh darah, jantung dan otak juga berpengaruh

    dalam sistim respirasi. Pembuluh darah mengambil oksigen dari paru kemudian

    membawanya ke seluruh tubuh dan mengambil karbon dioksida dari seluruh

    tubuh. Jantung berperan dalam memompa darah keseluruh tubuh dengan

    kecepatan dan tekanan yang sesuai. Sedangkan otak dan sistim nervus autonom

    mengatur agar proses ini berjalan dengan baik.24

      Gambar : 1.1 Sistim Respirasi

    Udara yang mengandung oksigen masuk ke dalam tubuh melalui hidung

    dan mulut. Setelah itu melalui faring atau tenggorokan menuju trakea. Kemudian

    trakea dibagi menjadi 2 buah bronkus (kanan dan kiri) yang akan menuju ke paru.

    Bronkus akan dicabangkan menjadi cabang yang lebih kecil yaitu bronkiolus.

    Setelah itu, bronkiolus akan berakhir pada duktus alveolus. Diujung setiap duktus

    alveolus, terdapat sekelompok alveoli (kantung udara). Oksigen yang dihirup

    akhirnya bertukar dengan karbon dioksida di pembuluh darah yang terdapat di

    dalam alveoli.24

    Trakea dan bronkus primer mengandung cincin kartilago untuk menjaga

    agar saluran tidak kolaps dan menutup jalan napas. Bronkiolus dan alveoli tidak 

    mengandung kartilago dan sangat elastis sehingga mampu merespon perubahan

    tekanan pada paru saat inspirasi dan ekspirasi. Pertukaran gas terjadi di membran

      2

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    7/40

    kapiler alveoli dimana oksigen diambil dan karbon dioksida dikeluarkan dari

    pembuluh darah.24

    Pergerakan udara keluar dan masuk paru disebut ventilasi. Kontraksi otot

    inspiratorik menyebabkan rongga paru mengembang dan tekanan menjadi negatif.Masuknya udara ke paru disebut inspirasi. Selama inspirasi maksimal, diafragma

    berkontraksi menekan abdomen kebawah dan kedepan. Otot interkostal eksterna

    yang terdapat diantara tulang iga juga ikut berperan. Otot tersebut berkontraksi

    dan mengangkat tulang iga selama inspirasi serta meningkatkan diameter rongga

    paru.

    Gambar : 1.2 Skema Diagram Saluran Napas

    Ekspirasi normal merupakan proses pasif hasil dari natural recoil akibat

    elastisitas paru dan rongga dada. paru dapat digambarkan seperti sebuah spons.

    Ketika spons ditekan dan dilepaskan, elastisitas dapat membuat kembali kepada

    ukuran semula. Pada akhir inspirasi, elastisitas paru menyebabkan paru kembali

    kebentuknya yang lebih kecil. Kemampuan ini disebut recoil elastis.

    Kekakuan atau komplians paru berdampak pada tekanan yang dibutuhkan

    untuk mengembangkan atau mengempiskan paru. Komplians paru dapat

    memberikan dampak pada recoil elastis. Ketika komplians paru meningkat, paru

    akan susah kembali ke ukuran semula pada saat ekspirasi. Adanya resistensi pada

    udara yang masuk berpengaruh pada volume paru.

    3

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    8/40

    II. Definisi:

    Tuberculosis adalah penyakit akibat infeksi kuman  Mycobaterium

    tuberculosis yang berisfat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ

    tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi

    primer. 3

    Terdapat perbedaan antara infeksi TB dengan sakit TB. Seorang anak yang positif 

    terinfeksi TB belum tentu menderita sakit TB.Infeksi TB relatif mudah diketahui,

    yaitu dengan berbagai perangkat diagnostik infeksi TB, misalnya uji tuberkulin.

    Seseorang yang positif terinfeksi TB (uji tuberkulin positif) belum tentu

    menderita sakit TB. Pasien sakit TB perlu mendapatkan terapi OAT, namun

    seseorang yang mengalami infeksi TB, tanpa sakit TB, tidak memerlukan OAT .3

    III. Epidemiologi

    Tuberkulosis masih merupakan penyakit penting sebagai penyebab

    morbiditas dan mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan. Setiap tahun

    diperkirakan 9 juta kasus TB baru dan 2 juta di antaranya meninggal. Dari 9 juta

    kasus baru TB di seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    9/40

    faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.

    Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam

    pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA),

    kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup

    beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini

    dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

    Basil tuberculosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun

    eksotoksin). Penularan Mycobacterium tuberculosis biasanya melalui udara,

    sehingga sebagian besar fokus primer tuberculosis terdapat dalam paru. Selain

    melalui udara, penularan dapat peroral misalnya minum susu yang mengandung

    basil tuberculosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga melalui luka atau

    lecet di kulit.

     Mycobacterium tuberculosis  mengandung zat organik dan anorganik.

    Protein (tuberculoprotein) bersifat sebagai antigen, sehingga terjadi reaksi antigen

    antibodi yang menyebabkan terjadinya lesi dan eksudasi. Lipid (tuberculolipid)

    merangsang jaringan sehingga terjadi reaksi spesifik (terbentuk tuberkel). Lipid

    bersama-sama dengan zat asam lain dari kuman akan menyebabkan kuman

    menjadi tahan asam.

    V. Faktor Risiko 2

    • Faktor risiko infeksi TB : Kontak TB positif, daerah endemis, kemiskinan,

    lingkungan yang tidak sehat (hygiene dan sanitasi tidak baik)

    • Faktor risiko sakit TB : faktor usia (anak berusia < 5 tahun memiliki risiko

    lebih tinggi : terkait imunitas yang belum sempurna), malnutrisi, kondisi

    (immunocompromised (HIV, Keganasan, transplantasi organ, pengobatan

    imunosupresi), serta sosial ekonomi rendah dan lingkungan padat.

    VI. PATOGENESIS 12,14,16

    Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman

    TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    10/40

    tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat

    menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB

    yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang

    tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag, dan

    akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di

    tempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon.

    Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe

    menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran

    limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di

    saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika

    fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan

    terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer

    terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan

    antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer

    (primary complex).

    Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya

    kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda

    dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang

    diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa

    inkubasi TB bervariasi selama 2−12 minggu, biasanya berlangsung selama 4−8

    minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga

    mencapai jumlah 103 –104 , yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons

    imunitas selular.

    Pada saat terbentuknya kompleks primer, TB primer dinyatakan telah

    terjadi. Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB

    terbentuk, yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap

    tuberkuloprotein, yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin

    masih negatif. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi

    baik, pada saat sistem imun selular berkembang, proliferasi kuman TB terhenti.

    Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila

    imunitas selular telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli

      6

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    11/40

    akan segera dimusnahkan oleh imunitas selular spesifik (cellular mediated

    immunity, CMI).

    Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya

    akan mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi

    setelah terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga

    akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak 

    sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan

    menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan

    gejala sakit TB.

    TB pulmoner post-primer (sekunder)

    Terjadinya reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada orang yang sudah

    memiliki imunitas seluler, hal ini disebut dengan TB post-primer. Adanya

    imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil TB lebih cepat daripada TB

    primer disertai dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa). Sama seperti pada

    TB primer, basil TB pada TB post-primer dapat menyebar terutama melalui aliran

    limfe menuju kelenjar limfe lalu ke semua organ. Kelenjar limfe hilus,

    mediastinal dan paratrakeal merupakan tempat penyebaran pertama dari infeksi

    TB pada parenkim paru.

    Bentuk TB post-primer menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama

    karena dapat menjadi sumber penularan. TB post-primer dimulai dengan sarang

    dini yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus superior maupun lobus

    inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Sarang

    pneumonik ini akan berkembang menjadi beberapa bentuk sebagai berikut:

    1. Diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan cacat.

    2. Sarang tadi mula-mula meluas, tetapi segera terjadi proses penyembuhan

    dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri menjadi

    lebih keras, terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.

    Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali membentuk jaringan

    keju (jaringan kaseosa) dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan

    keluar.

      7

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    12/40

    3. Sarang pneumonik meluas membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).

    Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya

    berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik).

    Kaviti akan berkembang menjadi beberapa bentuk diantanya : a.) Meluas kembali

    dan menimbulkan sarang pneumonik baru; b.) Dapat pula memadat dan

    membungkus diri (encapsulated ) disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat

    mengapur dan sembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali mencair dan menjadi

    kaviti lagi ; c.) Kaviti bisa pula menjadi bersih dan sembuh yang disebut open

    healed cavity atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri, akhirnya

    mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang terbungkus dan mengkerut

    sehingga kelihatan seperti bintang (stellate shaped ).

    Gambar 7.1 Patogenesis

      8

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    13/40

    Perbedaan tuberkulosis primer (TB anak) dengan tuberkulosis sekunder (TB dewasa/re-

    infeksi) :

    TB primer (TB anak) TB sekunder (TB dewasa)

    Lokasi Dapat di semua bagian paru Apeks dan infra klavikuler

    Kelenjar limfe regional Membesar Tidak  

    Penyembuhan Perkapuran Fibrosis

    Penyebaran Hematogen Sering Jarang

    VII. Diagnosis 1, 3, 17

    1. Anamnesis:

    Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala walaupun sudah tampak pembesaran

    kelenjar hilus pada foto thoraks. Gejala sistemik/umum pada anak :

    - Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh

    ( failure to thrive)

    - Masalah berat badan

    a. BB turun selama 2-3 minggu berturut-turut tanpa sebab yang jelas

    atau

    b. BB tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan upaya perbaikan

    gizi yang baik Atau

    c. BB tidak naik dengan adekuat

    - Demam subfebris yang berkepanjangan , terutama jika berlanjut hingga 2

    minggu, demam dapat sembuh kemudian dapat timbul kembali ( bukan

    demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dll ) dan dapat disertai

    dengan keringat malam

    - Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain. Gejala malaise ini makin

    lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur

    - Batuk lama atau persisten > 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak 

    pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan penyebab

    batuk lain telah disingkirkan.Dapat disertai nyeri dada.

    Fokus primer TB paru pada anak umumnya terdapat pada parenkim paru

    yang tidak mempunyai reseptor batuk. Gejala batuk kronik TB paru anak 

    dapat timbul bila limfadenitis regional menekan bronkus sehingga

      9

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    14/40

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    15/40

    dari aspirasi lambung, terutama apabila menggunakan lebih dari 1

    sampel. Metode ini bisa dikerjakan secara rawat jalan, tetapi

    diperlukan pelatihan dan peralatan yang memadai untuk 

    melaksanakan metode ini.

    - Pemeriksaan histopatologi (PA/Patologi Anatomi) yang dapat

    memberikan gambaran yang khas. Pemeriksaan PA akan menunjukkan

    gambaran granuloma dengan nekrosis perkijuan di tengahnya dan dapat

    pula ditemukan gambaran sel datia langhans dan atau kuman TB.

    - Uji Tuberkulin

    Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat

    antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang

    yang telah terinfeksi TB akan memberikan reaksi berupa indurasi di lokasi

    suntikan. Indurasi ini terjadi karena vasodilatasi lokal, edem, endapan

    fibrin dan meningkatnya sel radang lain di daerah suntikan.

    Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan penyuntikkan intrakutan

    0,1 ml PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU, di bagian volar lengan bawah.

    Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikkan. Yang diukur

    adalah indurasi yang timbul bukan hiperemi. Jika tidak timbul indurasi

    sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai 0 mm, jangan hanya dilaporkan

    sebagai negatif. Apabila diameter indurasi 0-4 mm dinyatakan uji

    tuberkulin negatif. Diameter 5-9 mm dinyatakan positif meragukan,

    karena dapat disebabkan oleh infeksi M.atipik dan BCG, atau memang

    karena infeksi TB. Untuk hasil yang meragukan ini jika perlu diulang.

    Untuk menghindari efek booster tuberkulin, ulangan dilakukan 2 minggu

    kemudian. Diameter indurasi > 10 mm dinyatakan positif tanpa melihat

    status BCG pasien.

    Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada keadaan berikut :

    a) Infeksi TB alamiah

    b) Imunisasi BCG (infeksi TB buatan)

      11

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    16/40

    c) Infeksi micobakterium atipik/M.leprae

    Uji tuberkulin negatif pada 3 kemungkinan keadaan berikut :

    a) Tidak ada infeksi TB

    b) Dalam masa inkubasi infeksi TB

    c) Anergi, yaitu keadaan penekanan sistem imun oleh berbagai

    keadaan sehingga tubuh tidak memberikan reaksi terhadap

    tuberkulin walaupun sebenarnya sudah terinfeksi TB. Misalnya

    pada keadaan gizi buruk, keganasan, penggunaan steroid jangka

    panjang, penyakit campak, pertusis, varisela, influenza yang berat

    serta pemberian vaksin dengan vaksin virus hidup

    - Radiologi

    Secara umum, gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai

    berikut:

    a) Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat

      12

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    17/40

    b) Konsolidasi segmental/lobar

    c) Milier

    d) Kalsifikasi

    e) Atelektasis

    f) Kavitas

    g) Efusi pleura

    Foto rontgen paru sebaiknya dilakukan PA dan lateral.

    - Pemeriksaan Laboratorium

    Darah : Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya

    kadang-kadang meragukan. Pada saat tuberkulosis baru dimulai ( aktif )

    akan didapatkan leukosit yang sedikit meningkat. Jumlah limfosit masih

    normal. Laju Endap Darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh,

     jumlah leukosit kembali normal dan laju endap darah mulai turun kearah

    normal lagi. Pada limfosit juga terjadi peningkatan karena disebab oleh

    infeksi kronik pada TB

    4. Penegakkan diagnosis 17

    Untuk memudahkan diagnosis, terutama dilayanan kesehatan dengan sarana

    terbatas, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membuat skor TB untuk anak 

    yang dapat menentukan pemberian OAT

    Gambar 8.2 Skor TB

    VIII.

    Tatalaksana

      13

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    18/40

    Alur tatalaksana pasien TB anak dapat dilihat pada skema di bawah ini.

    Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup

    adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun

    pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter

    terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis

    yang nyata walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang

    berarti, OAT tetap dihentikan.

    Panduan obat TB pada anak 

    Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan

    pertama) dan sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB

    adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan

    dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB

    berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun

    tahap lanjutan.

    Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan

    dalam bentuk paket. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa

    pengobatan. Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin

    (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu

    Rifampisin (R) dan Isoniasid (H)

     

    Dosis

      14

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    19/40

    • INH: 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari

    • Rifampisin: 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari

    • Pirazinamid: 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000 mg/hari

    • Etambutol: 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1250 mg/hari

    • Streptomisin: 15–40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari

    Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang

    relatif lama dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam

    bentuk Kombinasi Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet

    KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:

    • Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H

    (Isoniazid) dan Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.

    • Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H

    (Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan.

    Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak 

    dan komposisi dari tablet KDT tersebut.

    Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ

    adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R =

    75 mg dan H = 50 mg,

    Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak 

    BERAT BADAN (KG)2 BULAN TIAP HARI

    RHZ (75/50/150)

    4 BULAN TIAP HARI

    RH (75/50)

    5-9 1 tablet 1 tablet

    10-14 2 tablet 2 tablet

    15-19 3 tablet 3 tablet

    20-32 4 tablet 4 tablet

    Keterangan:

    Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit

    Anak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasaObat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah

      15

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    20/40

    OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau

    digerus sesaat sebelum diminum.

    Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.

    Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak 

    JENIS OBAT BB

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    21/40

    - Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.

    - Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB,

    TB endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan

    kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam

    3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis

    penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan

    pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah

    terjadi perlekatan jaringan.

    Perhatian: Hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila memungkinkan,

    karena penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan permanen syaraf 

    pendengaran, dan terdapat risiko penularan HIV akibat perlakuan yang tidak 

    benar terhadap alat suntikan

    IX. Monitoring 6

    - Terapi

    Respon tubuh yang baik dapat dilihat dari perbaikan semua keluhan awal. Nafsu

    makan membaik, berat badan yang meningkat dengan cepat , hilangnya keluhan

    demam, batuk lama, dan tidak mudah sakit lagi. Respon yang nyata biasanya

    terjadi dalam 2 bulan awal ( fase intensif). Setelah itu perbaikan klinik tidak 

    sedramatis fase intensif 

    Evaluasi radiologi dilakukan pada akhir pengobatan, kecuali jika ada perburukan

    klinis. Jika gambaran radiologis juga memburuk, evaluasi kepatuhan minum obat

    dan pikirkan kemungkinan kuman TB resisten obat, terapi TB dimulai lagi dari

    awal dengan panduan 4 OATDalam pemberian terapi dan profilaksis TB, evaluasi perlu dilakukan setiap bulan.

    Bila pada evaluasi profilaksis TB muncul gejala klinis TB, profilaksis diubah

    menjadi terapi TB.

    - Tumbuh kembang

    Pertumbuhan pasien akan mengalami perbaikan nyata. Data berat badan dicatat

    tiap bulan dan dimasukkan dalam grafik tumbuh untuk memantau pola tumbuh

    pasien selama menjalani terapi. Walaupun berat badan belum mencapai ideal,

      17

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    22/40

    namun apabila pola grafik sudah menunjukkan peningkatan dan memasuki “pita”

    diatasnya, respon pengobatan sudah dinilai baik 

    X. Pencegahan

    - Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerinn) 9

    Pemberian vaksin BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil

    tuberkulosis yang virulen. Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan.

    Dosis untuk bayi sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan intrakutan di

    daerah insersi otot deltoid kanan. Bila BCG diberikan pada usia lebih dari 3

    bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu. Vaksinasi dengan BCG

    biasanya menimbulkan sensitivitas terhadap tes tuberculin.

    -Kemoprofilaksis 9,15,16

    Sebagai kemoprofilaksis biasanya dipakai INH dengan dosis 5-10

    mg/kgBB/hari selama 1 tahun. Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah

    terjadinya infeksi pada anak dengan kontak tuberkulosis dan uji tuberculin masih

    negatif yang berarti masih belum terkena infeksi atau masih dalam masa inkubasi.

    Pemberian kemoprofilaksis primer adalah selama 6 bulan.Kemoprofilaksis

    sekunder diberikan untuk mencegah berkembangnya infeksi menjadi penyakit,

    misalnya pada anak berumur kurang dari 5 tahun dengan uji tuberkulin positif 

    tanpa kelainan radiologis paru dan pada anak dengan konversi uji tuberkulin tanpa

    kelainan radiologis paru.Pemberian kemoprofilaksis selama 6-12 bulan

    - Edukasi

    Edukasi sangat penting dianjurkan untuk diberitahukan kepada keluarga dengan

    penderita TBC aktif di dalamnya. Pentingnya sirkulasi udara yang baik, usaha

    menutup mulut pada saat batuk atau bersin, kebersihan dari bahan – bahan pribadi

    dari penderita sangat banyak membantu mengurangi penularan dari TBC. Edukasi

    tentang kepatuhan penderita dalam menjalanan terapinya juga perlu untuk 

    disampaikan, untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

    Juga bagi ibu – ibu yang tidak mau mengimunisasikan anaknya dengan alasan

    takut anaknya menjadi panas juga perlu untuk dijelaskan lebih jauh mengapa

    imunisasi diperlukan, dan resiko yang akan diterima bila anak tidak 

    diimunisasikan.XI. Komplikasi 14,16

      18

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    23/40

    Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru

    atau di kelenjar limfe regional, yaitu :

    (1) Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis

    atau pleuritis fokal.

    (2) Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan

    mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan

    paru (kavitas).

    (3) Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal

    pada awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut,

    sehingga bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan

    eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme

    ventil (ball-valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis.

    (4) Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat

    merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB

    endobronkial atau membentuk fistula.

    (5) Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus

    sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering

    disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi.

    Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat

    terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman

    menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer, atau berlanjut

    menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen

    langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh

    tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut

    sebagai penyakit sistemik. Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi

    adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic

    spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi

    sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan

    mencapai berbagai organ di seluruh tubuh, bersarang di organ yang mempunyai

    vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa, dan kelenjar limfe

    superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti otak, hati,tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut tetap

      19

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    24/40

    hidup, tetapi tidak aktif (tenang), demikian pula dengan proses patologiknya.

    Sarang di apeks paru disebut dengan fokus Simon, yang di kemudian hari dapat

    mengalami reaktivasi dan terjadi TB apeks paru saat dewasa.

    Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogenik 

    generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini,

    sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar di dalam darah menuju ke seluruh

    tubuh. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB

    secara akut, yang disebut TB diseminata. Tuberkulosis diseminata ini timbul

    dalam waktu 2−6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung

    pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya

    penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem imun

    pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada anak bawah lima tahun

    (balita) terutama di bawah dua tahun. Bentuk penyebaran yang jarang terjadi

    adalah protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu

    fokus perkijuan di dinding vaskuler pecah dan menyebar ke seluruh tubuh,

    sehingga sejumlah besar kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah.

    Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan

    acute generalized hematogenic spread

      20

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    25/40

    Gambar 12.1 Komplikasi TB Paru

    XII. Prognosis 4

    Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, lamanya mendapat infeksi,

    keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan

    adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare yang berulang, dan

    lain-lain.

    XIII. Kesimpulan

    Tuberkulosis paru adalah salah satu penyakit infeksi paru yang dapat

    menyerang segala usia. Tuberculosis paru paling banyak disebabkan oleh infeksi

    bakteri  Mycobaterium tuberculosis dengan gejala yang muncul seperti demam,

    batuk (jarang pada anak), malaise, berat badan turun, nafsu makan berkurang,

    keringat pada malam hari, dan diare

    Pemeriksaan uji tuberkulin dan radiologi, menjadi pemeriksaan yang sangat

    penting pada Tuberkulosis paru. Mendiagnosis penyakit tuberkulosis paru pada

    anak tidak gampang, untuk mempermudah dapat menggunakan skor TB

    Penatalaksanaan medis pada tuberkulosis paru terbagi menjadi 2 fase, yang

    pertama adalah fase intensif untuk membunuh kuman secara cepat yaitu selama 2

    bulan ( isoniazid, rifampisin, pirazinamid ). Fase kedua adalah fase lanjutan yaitu

    selama 4 bulan ( isoniazid dan rifampisin ).Prognosis penyakit ini adalah dubia ad

    bonam tergantung dari umur anak, usia terinfeksi, pengobatan adekuat.

      21

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    26/40

    Daftar Pustaka

    1. Pudjiandi, Antonius et al : Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak 

    Indonesia. Jakarta : PP IDAI; 2009

    2. Rahajoe NN, Basir D, Kartasasmita CB, editor. Pedoman nasional tuberculosisanak. Jakarta : UKK Pulmonologi PP IDAI; 2005

    3. Tanto, Chris et al: Kapita Selekta Kedokteran, edisi IV, Respirologi Pediatri, hal

    180-184

    4. Latief A,dkk. Ilmu kesehatan anak 2. Jakarta : Bagian ilmu kesehatan anak 

    FKUI;1985.

    5. Herchline T. Tuberculosis. [Online]. 2007 Jan 8 [cited 2007 Sept 10];[15 screens].

    Available from: URL:http://www.eMedicine.com

    6. BIKA FK UH RSUP dr.WSH Makassar. Diktat Anak : Pulmonologi. Makassar

    7. Tuberkulosis. [Online]. [cited 2007 Sept 10];[5 screens]. Available from:

    URL:http://www.infeksi.com

    8. Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al : Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi

    15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 – 1042.

    9. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761. 2. Behrman,

    Kliegman, Arvin, editor

    10. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,

    Tuberkulosis, hal 753 – 761.

    11. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 – 761

    12. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761.

    13. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al :

    Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 – 1042.

    14. Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,

    Tuberkulosis, hal 753 – 761.

    15. Tan, Hoan Tjay Drs.; Rahardja, Kirana Drs. : Obat – obat Penting, Khasiat,

    Penggunaan dan Efek – efek Sampingnya, edisi ke 5, cetakan ke 2, Penerbit PT

    Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta, Bab 9 Tuberkulostatika,hal 145 – 154.

      22

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    27/40

    16. Waspadji,Soparman; Waspadji, Sarwono : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal 573 –761

    17. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit

    18. World Health Organization (WHO). Guidance for national tuberculosis

    programme on the management of tuberculosis in children.

    WHO/HTM/2006.371.

    19. World Health Organization (WHO). Childhood tuberculosis and BCG vaccine:

    EPI Update Supplement Geneva WHO, 1989

    20. Medical Research Council Tuberculosis and Chest Disease Unit (MRCT-CDU).

    Tuberculosis in children: a national survey of notifications in England and Wales

    in 1983. Arch Dis of Child 1988;63:266-76

    21. http://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_tb.pdf 

    22. http://dinkes.sulselprov.go.id/ 

    23. E!!i" H. C!i#i$%! A#%&'(). USA. B!%$*+,!! P-!i"/i#0. 23 %0, 64

    24. CDC. U#i& '#, O,:i,; '< P!('#%:) A#%&'() %#= P/)"i'!'0). 11

      23

    http://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_tb.pdfhttp://dinkes.sulselprov.go.id/http://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_tb.pdfhttp://dinkes.sulselprov.go.id/

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    28/40

      24

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    29/40

      25

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    30/40

      26

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    31/40

      27

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    32/40

      28

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    33/40

      29

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    34/40

      30

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    35/40

      31

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    36/40

      32

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    37/40

      33

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    38/40

      34

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    39/40

      35

  • 8/18/2019 Pendahuluanfix pkmrs

    40/40