pendahuluan latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini penerapan Good Corporate Governance tengah marak
dilakukan di Indonesia, perusahaan – perusahaan yang ada di Indonesia mulai
gencar menerapkan sistem pengelolaan bisnis yang sehat. Perusahaan-perusahaan
terus berusaha menjaga kelangsungan hidup usahanya, dan berusaha
meningkatkan pertumbuhan bisnisnya untuk jangka panjang.
Good Corporate Governance merupakan mekanisme yang digunakan
untuk mengurangi Agency Problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap
tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi
resiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham (Rebecca, 2011).
Sehingga, untuk mengurangi Agency Problem manajemen dituntut untuk
mendahulukan kepentingan pemegang saham (stakeholders) dibandingkan
kepentingan manajemen sendiri. Pemegang saham berhak untuk memperoleh
informasi mengenai kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Dan
manajemen memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara transparan mengenai informasi kinerja perusahaan.
Pengungkapan (disclosure) atas informasi perusahaan dapat dilihat
melalui laporan tahunan dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.
Laporan tahunan perusahaan akan menggambarkan secara jelas mengenai kondisi
perusahaan yang sesungguhnya. Sedangakan laporan keuangan akan menjadi
acuan mengenai kinerja keuangan perusahaan. Selanjutnya laporan keuangan
2
perusahaan akan dinilai berkualitas apabila laporan keuangan tersebut telah
diaudit oleh auditor independen.
Kualitas audit yang dilakukan atas laporan keuangan juga dilihat dari
aspek auditor, dimana auditor tersebut merupakan auditor Big Four atau auditor
Non Big Four. Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big Four akan
menyajikan laporan keuangan yang berkulitas dan memiliki reputasi yang baik.
Penerapan Good Corporate Governance (CGG) dalam perusahaan juga
akan mendorong dilakukannya Corporate Social Responsibility. Karena salah satu
prinsip dalam GCG adalah responsibility, sehingga perusahaan yang telah
menerapkan GCG akan mulai memperhatikan aspek social dan lingkungan
sebagai bentuk pertanggung jawaban sosialnya
Selain dari penerapan Good Corporate Governance yang mendorong
penerapan Corporate Social Responsibility, kualitas audit juga mempengaruhi
pengungkapan atas Corporate Social Responsibilty. Dengan kualitas audit yang
baik dan memadai perusahaan akan cenderung mengungkapkan penerapan
Corporate Social Responsibilty nya dalam laporan tahunannya.
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012)
meneliti tentang pengaruh Corporate Governance (proporsi kepemilikan
institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen dan ukuran
komite audit) dan kualitas audit terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
dan proporsi komisaris independen tidak terbukti berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR, sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit dan
3
kualitas audit terbukti berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Dalam
penelitian tersebut, variabel CSR diukur dengan Corporate Social Responsibility
Disclosure Index (CSRDI).
Sedangkan menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaihatu
(2009) mengenai Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia
menunjukkan bahwa Corporate Governance dengan seluruh variabel
pembentuknya berpengaruh positif terhadap kualitas corporate social
responsibility disclosure pada perusahaan go public.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan
oleh Hapsoro (2012). Dalam penelitian ini, terdapat beberapa perbedaan dengan
penelitian Hapsoro (2012), antara lain:
Periode penelitian, Hapsoro (2012) menggunakan periode penelitian tahun
2009, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan tahun 2011 - 2012 sebagai
tahun pengamatan, karena peneliti ingin mengetahui hasil dari bagaimana
pengaruh kinerja manajemen tahun sebelumnya (2011) terhadap pengungkapan
CSR tahun berikutnya (2012).
Sampel penelitian, dalam penelitian Hapsoro (2012) sampel yang diteliti
menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mengkhususkan sampel pada perusahaan
pertambangan yang terdafar di BEI. Pengkhususan sampel dapat menghindari
hasil penelitian yang bias, dikarenakan perbedaan karakteristik perusahaan yang
terdaftar di BEI. Selain itu, perusahaan pertambangan merupakan suatu organisasi
yang melakukan kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang rentan menimbulkan
4
kerusakan lingkungan, sehingga corporate social responsibility yang diterapkan
oleh perusahaan akan beragam dan banyak jumlahnya.
Pengukuran Corporate Social Responsibility (CSR), dalam penelitian
Hapsoro (2012), CSR diukur dengan menggunakan metode Corporate Social
Responsibility Disclosure Index (CSDI), Dalam penelitian ini, pengukuran CSR
akan dilakukan dengan menggunakan metode Opportunity Cost Approach (OCA)
yang dihitung berdasarkan social cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan
menambahkan tiga variabel lain, yaitu biaya employee relations (besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk pelatihan), community services (biaya program kepedulian
social) dan environmental awareness (biaya untuk program lingkungan hidup)..
Pemilihan pengukuran yang berbeda dilakukan supaya dapat diperoleh hasil yang
lebih terperinci dan dapat terhindar dari unsur subyektivitas dalam menentukan
indeks pengukuran, serta untuk melihat kontribusi masing-masing perusahaan
melaui biaya kegiatan CSR yang dikeluarkan.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian yang diambil
adalah Pengaruh Corporate Governance (dimana corporate governance terdiri
atas proporsi kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, dan ukuran komite audit) Dan Kualitas Audit Terhadap
Corporate Social Responsibility (dimana Corporate Social Responsibility diukur
dengan menggunakan variabel employee relations sebagai proksi perilaku
perusahaan terhadap para karyawannya, community services yang
mengindikasikan bagaimana tanggungjawab perusahaan pada masyarakat dan
5
sekitarnya, serta environtmental awareness sebagai proksi dari bentuk keterlibatan
sosial perusahaan terhadap lingkungan hidup) Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011 - 2012.
Persoalan Penelitian
Persoalan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah
apakah good corporate governance dan kualitas audit berpengaruh positif
terhadap corporate social responsibility.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh proporsi kepemilikan institusional, pengaruh ukuran dewan komisaris,
pengaruh proporsi komisaris independen, pengaruh ukuran komite audit dan
pengaruh kualitas audit terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perusahaan dalam kaitannya
dengan sistem pengelolaan perusahaan, setelah dilakukannya penelitian ini
diharapkan perusahaan dapat menerapakan good corporate governance sehingga
kesadaran perusahaan untuk melakukan corporate social responsibility dapat terus
meningkat.
6
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
penerapan corporate governance dan kualitas audit terhadap pengungkapan
corporate social responsibility.
KERANGKA TEORITIS
Landasan Teori
Agency Theory
Agency theory berasumsi bahwa masing-masing individu termotivasi oleh
kepentingannya sendiri-sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
kepentingan principal dan kepentingan agent (Antonia, 2008). Teori Keagenan
sendiri merupakan perbedaan kepentingan, antara manajemen dengan
stakeholders, dimana manajemen memiliki keinginan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan dirinya sendiri, sementara stakeholders memiliki keinginan supaya
manajemen dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham atau
pemilik.
Menurut Hapsoro (2012), Agency Theory menjelaskan mengenai pihak –
pihak yang terlibat dalam perusahaan (manajer dan pemilik perusahaan) dalam
berperilaku, karena memiliki kepentingan yang berbeda. Manajer mempunyai
tanggung jawab untuk dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang
sahamnya, sedangkan manajer juga memiliki keinginan untuk dapat meningkatkan
kesejahteraan dirinya.
Teori keagenan menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
7
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut ( Jensen dan Meckling, 1976 dalam Permanasari, 2010).
Good Corporate Governance
Good Corporate governance merupakan mekanisme yang digunakan
untuk mengurangi agency problem dengan meningkatkan pemantauan terhadap
tindakan manajemen, membatasi perilaku oportunistik manajer, dan mengurangi
risiko informasi yang ditanggung oleh pemegang saham (Rebecca, 2011).
Tujuan dari good corporate governance ialah untuk menciptakan nilai
tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Secara teoritis, pelaksanaan good
corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kinerja keuangan, pengurangan resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan
komisaris dengan keputusan – keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan
pada umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor (Tjanger, 2003 dalam Hapsoro 2012).
Kepemilikan Intitusional
Kepemilikan intitusional adalah kepemilikan saham oleh pihak – pihak
yang berbentuk institusi atau yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan
investasi, dan pension, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi
lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena sumber daya
mereka lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Oleh karena
menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat melakukan
pengawasan terhadap kebijakan manajemen secara lebih kuat dibandingkan
dengan pemegang saham lainnya (Tamba, 2011).
8
Kepemilikan institusional menyebabkan pengawasan yang ketat terhadap
kinerja manajemen sehingga secara otomatis manajemen akan menghindari
perilaku yang merugikan principal, semakin besar kepemilikan institusional maka
semakin kuat kendali yang dilakukan pihak eksternal terhadap perusahaan
(Tamba, 2011).
Ukuran Dewan Komisaris
Jumlah ukuran dewan komisaris di perusahaan memainkan peran penting
dalam pemantauan perusahaan dan pengambilan keputusan strategis, ukuran
dewan komisaris yang besar dapat mambantu dalam pemantauan lebih, membantu
perusahaan dalam menyediakan sumber daya kritis dan menghilangkan ketidak
pastian lingkungan, dan mengurangi dominasi CEO (Kusrinanti dan Syariffudin,
2012).
Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka semakin mudah
untuk mengendalikan CEO dan pengawasan yang dilakukan akan semakin efektif
(Sembiring 2005, dalam Utami dan Rahmawati, 2009).
Proporsi Komisaris Independen
Dewan komisaris independen menggambarkan puncak dari sistem
pengendalian pada perusahaan besar, yang memiliki peran ganda yaitu peran
untuk memonitoring dan melakukan pengawasan terhadap manajemen (Antonia,
2008).
Semakin kompeten dewan komisaris independen maka semakin
mengurangi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan keuangan karena secara
9
umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen (Antonia,
2008).
Ukuran Komite Audit
Komite audit harus terdiri atas individu – individu yang mandiri dan tidak
terlibat dengan tugas sehari – hari dari manajemen yang mengelola perusahaan,
serta memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif
(Hapsoro, 2012).
Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang , diketuai oleh komisaris
independen perusahaan dengan proporsi tiga puluh persen untuk terselenggaranya
pengelolaan korporasi yang baik (Kusumaning, 2004 dalam Antonia, 2008).
Kualitas Audit
Kualitas audit yang baik merupakan salah satu faktor pendukung
penerapan corporate governance yang baik dimana audit merupakan kendali bagi
manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang wajar yang sesuai dengan
standar akuntasi yang berlaku ( Susanto dan Siregar, 2010).
Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas
berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi,
dan kredibilitas disbanding KAP berukuran kecil (Hapsoro, 2012).
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan atau
dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan yang
10
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis,
sosial dan lingkungan (Untung, 2008 dalam Tamba, 2011).
Pengungkapan CSR terdiri dari tujuh kategori yaitu lingkungan, energy,
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain – lain tenaga kerja, produk, serta
keterlibatan masyarakat dan umum (Hapsoro, 2012).
Dalam penelitian ini, corporate social responsibility akan diukur dengan
menggunakan tiga variabel lain, sehingga akan diperoleh hasil yang terperinci dan
diperoleh hasil yang lebih tepat. Variabel – variabel lain yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
Employee Relations
Employee relations merupakan suatu hubungan yang dibina oleh
perusahaan dengan para karyawannya (Fitri, 2008).
Employee relations meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang –
orang dalam perusahaan tersebut. Dimana aktivitasnya meliputi : rekruitmen,
program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya
(Permanasari, 2010).
Community Services
Community Services merupakan suatu hubungan yang mengidikasikan
bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan sekitarnya (Fitri,
2008).
Community services mencakup aktivitas kemasyrakatan yang diikuti oleh
perusahaan misalnya, aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan
seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya (Permanasari, 2010).
11
Environmental Awareness
Environmental awareness merupakan bentuk keterlibatan sosial
perusahaan terhadap lingkungan hidup (Fitri, 2008).
Environmental awareness meliputi aspek lingkungan dari proses produksi,
yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan opersi bisnis, pencegahan
dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan
konversi sumber daya alam (Permanasari, 2010).
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut:
Pengaruh Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Corporate Social
Responsibility.
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak
institusional, yang melakukan monitoring secara efektif yang dapat mendorong
manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Rebecca, 2011).
Kerena investor institusional biasanya memegang mayoritas saham,
sehingga memiliki kendali yang kuat atas kebijakan-kebijakan dan pemantauan
kinerja manajemen. Termasuk didalamnya pemantauan dalam pengambilan
keputusan yang tidak hanya bersifat keuangan. Namun juga yang bersifat sosial
maupun lingkungan yang akan berdampak pada karyawan, masyarakat, dan
lingkungan disekitar perusahaan. Sehingga untuk menunjang kelangsungan hidup
perusahaan maka investor institusional akan terus mendorong manajemen untuk
12
melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan karyawan employee relaitions),
masyarakat (Community services) dan lingkungan (environtmental awareness).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tamba (2011) mengenai
Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan, menunjukan bahwa besarnya kepemilikan institusional berpengaruh
positif terhadap luas pengungkapan CSR.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H1 a: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
employee relations.
H1 b : Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
community services.
H1 c: Proporsi kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
environmental awareness.
Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Corporate Social
Responsibility
Ukuran dewan komisaris yang besar dapat membantu perusahaan dalam
menyediakan sumber daya kritis dan menghilangkan ketidakpastian lingkungan
dan mengurangi dominasi CEO (Kusrinanti dan Syafruddin, 2012)
Jumlah dewan komisaris dalam perusahaan sangat memainkan peran
penting dalam pemantauan dan pengambilan keputusan strategis perusahaan,
termasuk mengenai pengungkapan informasi perusahaan. Dewan komisaris
sebagai puncak dari system pengelolaan internal perusahaan memiliki peran
pengawasan. Komposisi dewan komisaris akan menentukan kebijakan perusahaan
13
termasuk praktik penerapan corporate social responsibility. Salah satu fakor
penunjang keberlanjutan perusahaan adalah ketika perusahaan memperhatikan
aspek social dan lingkungan. Dengan begini dewan komisaris akan terus
mendorong manajemen untuk melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan
karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan
(environtmental awareness).
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Utami dan Rahmawati
(2009), mengenai Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris,
Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing, dan Umur Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure, menunjukkan bahwa ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility disclosure.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H2 a : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap employee
relations.
H2 b : Ukuran dewan komisari berpengaruh positif terhadap community
services
H2 c: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
environmental awareness.
Pengaruh Proporsi Komisaris Independen Terhadap Corporate Social
Responsibility
Keberadaan dewan komisaris independen akan semakin menambah
keefektifan pengawasan, juga dianggap sebagai solusi untuk mengawasi masalah
keagenan (Hapsoro, 2012).
14
Secara umum dewan komisaris independent memiliki pengawasan dan
monitoring yang lebih baik terhadap manajemen. Selain itu komisaris independent
juga dapat memberikan arahan serta petunjuk bagi para pengelola perusahaan.
Termasuk didal mengenai memberikan arahan dan petunjuk dalam menentukan
kebijakan-kebijkan yang ditetapkan. Supaya tidak hanya kebijkan yang hanya
memebrikan keuntungan bagi para pemegang saham saja, namun juga kebijakan
yang dapt memebri manfaat untuk para pekerja, komunitas social, dan lingkungan.
Dengan adanya arahan dari dewan komisaris independent maka manajemen juga
akan semakin terdorong untuk melakukan kegiatan CSR yang berkaitan dengan
karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan
(environtmental awareness).
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaihatu (2009),
mengenai Good Corporate Governance Terhadap Penerapannya di Indonesia
menunjukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
kualitas pengungakapan CSR perusahaan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H3 a : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
employee relations.
H3 b : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
community services.
H3 c : Proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap
environmental awareness.
15
Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Corporate Social Responsibility
Komite audit beranggotakan komisaris independen dan terlepas dari
kegiatan manajemen sehari – hari serta mempunyai tanggung jawab utama untuk
membantu dewan komisaris dalam menjalankan tanggung jawabnya (Hapsoro,
2012).
Komite audit dibentuk guna mengawasi laporan keuangan, sehingga
dengan dibentuknya komite audit akan membuat pengawasan perusahaan menjadi
lebih memadai. Komite audit juga memberikan rekomendasi atas kebijakan-
kebijakan perusahaan dengan lebih adil dan objektif. Serta mendorong perusahaan
untuk mengungkapkan seluruh kegiatan perusahaan secara wajar. Termasuk
ketika memberi rekomendasi mengenai kegiatan CSR yang dapat meningkatkan
citra perusahaan bagi masyarakat luas, ketika kegiatan CSR tersebut di ungkapkan
dalam laporan kinerja perusahaan. Dimana kegiatan CSR yang direkomendasikan
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan karyawan (employee relations),
masyarakat community services) dan lingkungan (environtmental awareness).
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012),
mengenai Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibilty, menemukan bahwa ukuran komite
audit berpengaruh positif terhadap CSR.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4 a : Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap employee
relations.
16
H4 b : Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap community
services.
H4 c: Ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap environmental
awareness.
Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Corporate Social Responsibility.
Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Public (KAP) yang
berukuran besar akan menyajikan laporan keuangan yang lebih berkualitas
berdasarkan regulasi yang telah ditentukan, karena memiliki kualitas, reputasi,
dan kredibilitas disbanding KAP ukuran kecil (Hapsoro, 2012).
Auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan strategi pelaporan
perusahaan secara keseluruhan. Secara teori KAP Big Four seharusnya lebih
berkualitas dibandingkan dengan jasa audit yang diberikan KAP Non Big Four.
Jasa yang diberikan akan lebih independen dan transaparan. Dengan andanya
audit yang transparan atas laporan keuangan dan laporan tahunan, perusahaan
akan terdorong untuk melakukan kegiatan CSR dan mengungkapkan nya dalam
laporan Keuangan dan Laporan Tahunan perusahaan, supaya pendapat yang
diberikan oleh KAP bersifat positif bagi kelangsungan dan citra baik perusahaan.
Untuk itu perusahaan akan melakukan kegiatan CSR yang berhubungan dengan
karyawan (employee relations), masyarakat community services) dan lingkungan
(environtmental awareness).
Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hapsoro (2012),
mengenai Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap
17
Pengungkapan Corporate Social Responsibilty, menemukan bahwa kualitas audit
berpengaruh positif terhadap CSR.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H5 a : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap employee relations.
H5 b : Kualitas audit berpengaruh positif terhadap community services.
H5 c: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap environmental
awareness.
Model Penalarannya
METODE PENELITIAN
Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
terdiri dari data akuntansi yang berupa data laporan keuangan, dan data laporan
tahunan perusahaan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui
website www.idx.co.id pada tahun 2001 dan 2012.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel berdasarkan
CORPORATE
GOVERNANCE
KUALITAS
AUDIT
Proporsi kepemilikan
institusional
Ukuran dewan komisaris
Proporsi komisaris
independen
Ukuran komite audit
KAP Big Four dan Non
Big Four
Pengungkapan CSR:
Employee
Relations
Community
Services
Environmental
Awareness
18
metode purposive sampling dengan beberapa kriteria, perusahaan terdaftar di BEI
tahun 2011 sampai dengan tahun 2012. Mempublikasikan laporan keuangan yang
telah diaudit dan laporan tahunan yang memuat informasi mengenai biaya CSR
yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah
Dari 37 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI sampai dengan
akhir tahun 2012 terdapat 25 perusahaan yang memenuhi syarat. 25 perusahaan
tersebut akan diolah untuk mengetahui pengaruh dari good corporate governance
dan kualitas audit terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Pengukuran Variabel
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu
corporate social responsibility yang akan diukur dengan metode Opportunity Cost
Approach yang terdiri dari tiga variabel dependen lain. Tiga variabel dependen
dalam penelitian ini adalah pengungkapan employee relations, community services
dan environmental awareness. Sedangkan variabel independen dalam penelitian
Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan sektor pertambangan yang 37
yang terdaftar di BEI tahun 2011-2012
Perusahaan sektor pertambangan yang (12)
tidak mengungkapkan biaya CSR pada
tahun 2012
Jumlah Sampel Akhir 25
19
ini adalah proporsi kepemilikian institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi
komisaris independen, ukuran komite audit dan kualitas audit. Variabel – variabel
yang digunakan dalam penelitian ini dapat diukur dengan menggunakan rumus :
1. Biaya Employee Relations (BER)
Proporsi biaya pelatihan karyawan dapat diperoleh dalam laporan tahunan
(annual report) perusahaan dalam pokok bahasan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility).
2. Biaya Community Services (BCS)
Proporsi biaya kepedulian sosial dapat diperoleh dalam laporan tahunan
(annual report) perusahaan dalam pokok bahasan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility)
3. Biaya Environmental Awareness
Proporsi biaya lingkungan hidup dapat diperoleh dalam laporan tahunan
(annual report) perusahaan dalam pokok bahasan tanggung jawab sosial
perusahaan (corporate social responsibility).
4. Proporsi Kepemilikan Institusional (INST)
20
Jumlah kepemilikan institusional dapat diperoleh dari laporan tahunan
yang terbitkan oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki kepemilikan
institusional lebih dari lima persen digolongkan memiliki kepemilikan
institusional besar.
5. Ukuran Dewan Komisaris (DKOM)
Informasi mengenai dewan komisaris dapat diperoleh dari laporan tahunan
perusahaan. Dewan komisaris merupakan jumlah dari dewan komisaris internal
dan dewan komisaris eksternal.
6. Proporsi Komisaris Independen (KIND)
Proporsi Komisaris Independen diukur berdasarkan proporsi jumlah
komisaris independen dari jumlah total anggota dewan komisaris yang dimiliki
perusahaan. Proporsi komisaris yang dimiliki perusahaan minimal 30 persen dari
jumlah anggota dewan komisaris.
7. Ukuran Komite Audit (UKAD)
Ukuran Komite Audit dapat diukur dengan menghitung jumlah anggota
komite audit dalam perusahaan. Pada umumnya terdiri dari tiga sampai lima orang
anggota yang diambil dari dewan komisaris.
8. Kualitas Audit (KUAD)
Kualitas Audit ditentukan berdasarkan laporan audit yang oleh kantor
akuntan big four dan kantor akuntan non – big four. Variabel diukur dengan
21
menggunakan dummy, yaitu dengan memberikan 0 untuk auditor yang berasal dari
KAP non big four dan 1 untuk auditor dari KAP big four.
Teknik Pengujian Hipotesis
Teknik analisis dalam penelitian ini, terdiri dari teknik analisis deskriptif
dan analisis statistik, kedua teknik ini dilakukan supaya dapat diperoleh hasil
penelitian yang lebih optimal. Dalam teknik analisis deskriptif dilakukan
pengujian statistik deskriptif. Pengujian statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan profil dan sample yang meliputi antara lain mean, median,
maksimum, minimum dan deviasi standar.
Sedangkan dalam teknik analisis statistik meliputi:
1. Uji Asumsi Klasik
Dalam uji asumsi klasik terdiri dari, uji normalitas non parametrik dengan
Kolmogorov-Smirnov, uji heteroskedastisitas dengan uji glejser, dan uji
multikolinearitas.
2. Uji Hipotesis, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan:
Koefisien Determinasi (R2), dilakukan untuk mengerahui presentase
variabel dependen terhadap perubahan variabel independen. Dari
pengujian ini dapat diketahui seberapa besar variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
sebab – sebab lain diluar model.
Pengujian secara simultan atau Uji F, pengujian hipotesis dengan α = 5
persen, dimana hipoteis diterima apabila nilai Ftest nya lebih dari F tabel.
22
Uji t atau uji signifikansi parameter individual, pengujian yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh variable dependen dan independen dapat
dilakukan apabila besarnya P value atau nilai signifikansinya kurang dari
0.05 untuk α = 5 persen
Penelitian ini akan diuji dengan menggunakan metode regresi linier
berganda untuk mengetahui variabel – variabel yang terkait dalam penelitian. Di
dalam model regresi, bukan hanya variabel independen saja yang mempengaruhi
variabel dependen, melainkan masih ada faktor lain yang dapat menyebabkan
kesalahan dalam observasi, yaitu yang disebut kesalahan pengganggu (ε) atau
error
Model Penelitian
Model persamaan regresi untuk menguji keseluruhan hipotesis secara
keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
CSRBER = β0 + 1INST + DKOM + 3 KIND + UKAD + KUAD +
(Model 1)
CSRBCS = β0 + INST + DKOM + KIND + UKAD + KUAD +
(Model 2)
CSRBEA = β0 + 1INST + DKOM + 3 KIND + UKAD + KUAD+
(Model 3)
Keterangan:
CSRBER = Corporate Social Responsibilty Employee Relation
CSRBCS = Corporate Social Responsibilty Community Services
CSRBCS = Corporate Social Responsibilty Environmental Awareness
23
INST = Proporsi Kepemilikan Institusional
DKOM = Ukuran Dewan Komisaris
KIND = Proporsi Komisaris Independen
UKAD = Ukuran Komite Audit
KUAD = Kualitas Audit
β0 = Intercept
... = Koefisien Regresi
= Error Term
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi data yang dilihat
dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata dan nilai standar deviasi.
Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran perusahaan sebagai
berikut:
Tabel 2
Deskriptif Statistik
Descriptive
Statistics
N Minimum Maximum Mean
BER 25 0.01 6 0.6
BCS 25 0.04 30 2.4796
BEA 25 0.03 6 0.622
INST 25 1 99 68.84
DKOM 25 2 9 5.04
KIND 25 0 67 34.6
UKAD 25 2 7 3.32
KUAD 25 0 1 0.68 Valid N (listwise) 25
Sumber : Hasil Penelitian. Data diolah.
24
Tabel dua menunjukkan bahwa jumlah responden (N) adalah 25
perusahaan. Variabel pertama yaitu biaya employee relations (BER) memiliki
nilai minimum sebesar 0,01yang berarti terdapat perusahaan yang hanya
mengungkapkan biaya employee relations sebesar 0,01% dari total biaya
operasinya, yaitu PT Ratu Prabu Energi. Sedangkan nilai maksimum dari biaya
employee relations (BER) adalah enam, yang berarti terdapat perusahaan yang
mengungkapkan biaya employee relations sebesar enam persen dari total biaya
operasinya, yaitu PT Samindo Resources. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
biaya employee relations (BER) yang diungkapkan perusahaan yang menjadi
sampel rata-rata adalah kecil.
Variabel kedua yaitu biaya community services (BCS) memiliki nilai
minimum sebesar 0,04 yang berarti terdapat perusahaan yang hanya
mengungkapkan biaya community services sebesar 0,04% dari total biaya
operasinya, yaitu PT Golden Energi Mines, PT Harum Energi, dan PT Energi
Mega Persada. Sedangkan nilai maksimum dari biaya community services (BCS)
adalah tiga puluh, yang berarti terdapat perusahaan yang mengungkapkan biaya
community services sebesar tiga puluh persen dari total biaya operasinya, yaitu PT
Samindo Resources. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa biaya community
services (BCS) yang diungkapkan perusahaan yang menjadi sampel rata-rata
adalah cukup besar.
Variabel ketiga yaitu biaya environmental awareness (BEA) memiliki
nilai minimum sebesar 0,03 yang berarti terdapat perusahaan yang hanya
25
mengungkapkan biaya environmental awareness sebesar 0,03% dari total biaya
operasinya, yaitu PT Harum Energi, dan PT Benakat Petroleum Energi, PT
Elnusa, PT Energi Mega Persada, PT Timah dan PT Vale Indonesia. Sedangkan
nilai maksimum dari biaya environmental awareness (BEA) adalah enam, yang
berarti terdapat perusahaan yang mengungkapkan biaya environmental awareness
sebesar enam persen dari total biaya operasinya, yaitu PT Samindo Resources.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa biaya community services (BCS) yang
diungkapkan perusahaan yang menjadi sampel rata-rata adalah kecil.
Variabel keempat, yaitu kepemilikan institusional (INST), akan secara
rinci dijelaskan dalam tabel tiga.
Tabel 3
Struktur Kepemilikan Saham
No Nama Perusahaan Sub Sektor
Kepemilikan Saham (%)
Pemerintah Lembaga Manajerial/
Masyarakat
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara - 37 63
2 PT. Atlas Resources Batu Bara - 75 25
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara - 26 74
4 PT. Bayan Resources Batu Bara - 30 70
5 PT. Berau Coal Batu Bara - 89 11
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 65 33 2
7 PT. Bumi Resources Batu Bara - 38 62
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara - 82 18
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara - 97 3
10 PT. Harum Energy Batu Bara - 70 30
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara - 65 35
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara - 63 37
13 PT. Samindo Resources Batu Bara - 69 31
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara - 1 99
26
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas - 57 43
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 41 31 28
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas - 92 8
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas - 62 38
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas - 78 22
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral - 75 25
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 65 - 35
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral - 77 23
23 PT. Timah Logam dan Mineral 65 25 10
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral - 85 15
25 PT. Citatah Batu-Batuan - 99 1
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.
Dalam tabel tiga menjelaskan kepemilikan institusional (INST) dimana
kepemilikan saham institusional terdiri dari saham yang dimiliki pemerintah dan
lembaga. Dalam tabel deskriptif statistik variable INST memiliki nilai minimum
sebesar satu yang berarti terdapat perusahaan yang kepemilikan saham
institusionalnya hanya sebesar satu persen dari total saham yang beredar, yaitu PT
Toba Bara Sejahtera. Sedangkan nilai maksimum dari kepemilikan institusional
(INST) adalah sembilan puluh sembilan, yang berarti terdapat perusahaan yang
memiliki kepemilikan saham institusional sebesar sembilan puluh sembilan persen
dari total saham yang beredar, yaitu PT Citatah. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional yang tinggi, sehingaa kontrol dari pemegang
saham institusional menjadi semakin besar. Dengan adanya kepemilikan
institusional yang besar dapat mendorong perusahaan melakukan kegiatan CSR
yang semakin baik.
27
Good corporate governance juga diukur dengan menggunakan variabel
ukuran dewan komisaris (DKOM), secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel
empat.
Tabel 4
Komposisi Jumlah Anggota Dewan
Komisaris
Jumlah Jumlah
Anggota Perusahaan
2 orang 1
3 orang 4
4 orang 3
5 orang 7
6 orang 8
7 orang 0
8 orang 1
9 orang 1
Sumber: Hasil Penelitian. Data diolah.
Dalam tabel empat komposisi dewan komisaris telah dijelaskan secara
rinci, dapat diketahui sebagian besar perusahaan memiliki dewan komisaris
sebanyak enam orang. Sesuai dengan Pedoman Umum Good Corporate
Governance Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG), perusahaan dianggap telah memenuhi standar umum
penerapan good corporate governance Indonesia apabila perusahaan telah
memiliki dewan komisaris yang jumlahnya sesuai dengan kompleksitas
perusahaan. Dalam tabel analisis deskriptif statistik nilai minimal dua
menggambarkan, jumlah dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan minimal
ada dua orang, yaitu PT Ratu Prabu Energi. Sedangkan nilai maksimum dari
ukuran dewan komisaris (DKOM) adalah sembilan, yang berarti terdapat
perusahaan yang memiliki dewan komisaris sebanyak sembilan orang, yaitu PT
Vale Indonesia.
28
Selain dewan komisaris, good corporate governance juga diukur dengan
menggunakan variabel komisaris independen. Dalam tabel lima, dijelaskan
mengenai komposisi dewan komisaris yang dimiliki oleh perusahaan.
Tabel 5
Komposisi Dewan Komisaris Independen
Jumlah Jumlah
Anggota Perusahaan
0 1
1 Orang 9
2 Orang 12
3 Orang 3
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.
Dalam tabel lima, dapat diketahui bahwa rata-rata dewan komisaris
independen yang dimiliki oleh beberapa perusahaan adalah dua orang. Menurut
peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000, persyaratan jumlah minimal komisaris
independen adalah tiga puluh persen dari seluruh anggota dewan komisaris
(Hapsoro, 2012). Dalam tabel deskriptif statistik variabel keenam ukuran
komisaris independen (KIND) memiliki nilai minimum sebesar nol atau nol
persen, yang berarti terdapat perusahaan yang tidak memiliki dewan komisaris
independen dari seluruh anggota dewan komisaris yang dimiliki, yaitu PT Energi
Mega Persada. Sedangkan nilai maksimum dari ukuran komisaris independen
(KIND) adalah enam puluh tujuh atau enam puluh tujuh persen, yang berarti
terdapat perusahaan yang memiliki dewan komisaris independen sebanyak enam
puluh tujuh persen dari seluruh dewan komisaris yang dimiliki , yaitu PT Toba
Bara Sejahtera.
29
Good corporate governance juga diukur dengan menggunakan variabel
ukuran komite audit, dimana komposisi ukuran komite audit akan dijelaskan
dalam tabel enam.
Tabel 6
Komposisi Jumlah Komite Audit
Jumlah Jumlah
Anggota Perusahaan
2 orang 2
3 orang 19
4 orang 1
5 orang 1
6 orang 1
7 orang 1
Sumber: Hasil Penelitian. Data diolah.
Dari tabel enam, dapat diketahui bahwa rata-rata komite audit yang
dimiliki oleh beberapa perusahaan adalah dua orang. Sesuai dengan peraturan dari
Komite Nasional Kebijakan Governance tahun 2006 di dalam Pedoman Umum
Good Corporate Governance Indonesia yang menyatakan bahwa perusahaan yang
sahamnya tercatat di Bursa Efek serta perusahaan yang memiliki dampak luas
terhadap kelestarian lingkungan sebaiknya memiliki komite audit yang jumlahnya
sesuai dengan kompleksitas perusahaan. Variabel ketujuh ukuran komite audit
(UKAD), dalam tabel analisis deskriptif statistik memiliki nilai minimum sebesar
dua, yang berarti terdapat perusahaan yang hanya memiliki komite audit sebanyak
dua orang, yaitu PT Medco Energy dan PT Ratu Prabu Energy. Sedangkan nilai
maksimum dari ukuran komite audit (UKAD) adalah tujuh, yang berarti terdapat
perusahaan yang memiliki komite audit sebanyak tujuh orang, yaitu PT Aneka
Tambang.
30
Selain good corporate governance, juga akan disajikan dalam tabel tujuh
mengenai jasa kantor akuntan publik yang digunakan oleh perusahaan yang
diteliti.
Tabel 7
Komposisi Perusahaan Berdasarkan KAP
KAP Jumlah
Perusahaan
Big Four (BF) 17
Non Big Four (NBF) 8
Jumlah 25
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.
Untuk menunjang penerapan good corporate governance, jasa Kantor
Akuntan Publik (KAP) big four diyakini akan memberikan jasa audit yang lebih
independen dan transparan dalam mengungkapkan misstatement yang disajikan
dalam laporan keuangan perusahaan (Hapsoro, 2012). Dari tabel tujuh dapat
diketahui bahwa sebagian besar perusahaan telah menggunakan jasa KAP big
four. Variabel kedelapan yaitu kualitas audit (KUAD), dalam tabel analisis
deskriptif statistik memiliki nilai minimum sebesar nol, yang berarti terdapat
perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non big four. Sedangkan nilai
maksimum dari kualitas audit (KUAD) adalah satu, yang berarti perusahaan telah
diaudit oleh kantor akuntan publik big four.
Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah yang memenuhi asumsi klasik
multikolinearitas heterokedastisitas dan normalitas.
31
Dalam penelitian ini telah dilakukan uji multikolinearitas, yang hasilnya
menunjukkan bahwa model regresi tidak mengidikasikan adanya
multikolinearitas. Sebab, seluruh variabel bebas lebih besar dari 0,10 demikian
pula nilai VIF semuanya kurang dari sepuluh.
Uji heteroskedastisitas menggunakan grafik plot dan uji Glejser. Untuk
menjamin keakuratan hasil, diperlukan sebuah uji statistik yang dapat digunakan
untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Uji Glejser mengusulkan
untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen (Ghozali,
2005 dalam Hapsoro, 2012). Setelah dilakukan uji Glejser diperoleh bahwa semua
t hitung variabel independen lebih kecil dari t tabel dan nilai signifikansinya lebih
dari 0,05. Tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai absolut dan nilai probabilitas
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa model regresi tersebut tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Berdasarkan grafik scatterplot diperoleh setelah data diolah melalui SPSS,
diketahui bahwa titik data menyebar diatas maupun dibawah angka nol sumbu Y.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
dan variabel dependen telah terdistribusi secara normal atau tidak. Uji
Kolmogorov-Smirnov merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menguji data telah terdistribusi secara normal atau tidak melalui variabel residu
dalam model regresi. Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
seluruh variabel residu dalam model regresi memiliki nilai signifikansi lebih dari
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi secara normal.
32
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan regresi antara variabel
dependen biaya employee relations (BER), biaya community services (BCS), dan
biaya environmental awareness (BEA) dengan variabel independen proporsi
kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi
komisaris independen (KIND), ukuran komite audit (UKAD) dan kualita audit
(KUAD). Hasil regresi yang telah dilakukan akan dijelaskan dalam tabel tujuh,
dengan menunjukkan besarnya β, nilai F-test, P-value dan besarnya koefisien
determinasi (R2).
Tabel 8
Hasil Pengujian Hipotesis
Model 1 Model 2 Model 3
BER BCS BEA
Variabel β
Sign Variabel Β
Sign Variabel β
Sign
X (P value) X (P value) X
(P
value)
Konstanta 0,175 0,927 Konstanta -0,868 0,982 Konstanta 0,163 0,933
INST 0,008 0,555 INST 0,030 0,688 INST 0,03 0,818
DKOM -0,151 0,44 DKOM -1,081 0,302 DKOM -0,149 0,453
KIND 0,008 0,748 KIND 0,27 0,837 KIND 0,004 0,862
UKAD 0,173 0,512 UKAD 2,230 0,122 UKAD 0,337 0,215
KUAD -0,343 0,597 KUAD -2,343 0,498 KUAD -0,416 0,526
F-Test 0,363 F-Test 0,813 F-Test 0,508
R² 0,087 R² 0,176 R² 0,118
Sumber: Sumber penelitian. Data diolah.
Dari tabel delapan, model regresi pertama, dengan variabel dependen BER
menunjukkan bahwa nilai signifikansi (p-value) dari seluruh variabel independen
dalam model pertama melebihi taraf signifikansi 0,05, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan
komisaris (DKOM), proporsi komisari independen (KIND, ukuran komite audit
33
(UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak terbukti mempunyai pengaruh positif
terhadap biaya employee relations (BER). Besarnya nilai F-test dalam model
pertama adalah 0,363, dimana nilai tersebut lebih kecil dari F tabel yaitu 2,60
untuk α = 5%, berarti bahwa secara bersama-sama proporsi kepemilikan
institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi komisaris
independen (KIND), ukuran komite audit (UKAD) dan kualitas audit (KUAD)
tidak berpengaruh positif terhadap biaya employee relations (BER). Nilai R²
dalam model pertama adalah 0,087 atau sebesar 8,7% artinya kemampuan
menjelaskan semua variabel independen terhadap biaya employee relations (BER)
hanya sebesar 8,7%, sedangkan 91,3% ditunjukkan oleh variabel lain diluar
regresi. Dari hasil pengolahan maka diperoleh persamaan regresi seperti berikut:
CSRBER = 0,175 + 0,008INST - 0,151DKOM + 0,008KIND + 0,173UKAD -
0,343KUAD + (Model 1)
Model regresi kedua, dengan variabel dependen BCS menunjukkan bahwa
nilai signifikansi (p-value) dari seluruh variabel independen dalam model kedua
melebihi taraf signifikansi 0,05, sehingga hal ini menunjukkan bahwa proporsi
kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi
komisari independen (KIND, ukuran komite audit (UKAD) dan kualitas audit
(KUAD) tidak terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap biaya community
services (BCS). Nilai F-test dalam model kedua sebesar 0,813, dimana nilai
tersebut lebih kecil dari F tabel yaitu 2,60 untuk α = 5%, hal itu berarti bahwa
secara bersama-sama proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan
komisaris (DKOM), proporsi komisaris independen (KIND), ukuran komite audit
34
(UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak berpengaruh positif terhadap biaya
community services (BCS). Nilai R² dalam model kedua adalah 0,176 atau sebesar
17,6% artinya kemampuan menjelaskan semua variabel independen terhadap
biaya community services (BCS) hanya sebesar 17,6%, sedangkan 82,4%
ditunjukkan oleh variabel lain diluar regresi. Dari hasil pengolahan maka
diperoleh persamaan regresi seperti berikut:
CSRBCS = -0,868 + 0,030INST - 1,081DKOM + 0,27KIND + 2,230UKAD -
2,343KUAD + (Model 2)
Model regresi ketiga, dengan variabel dependen BEA menunjukkan bahwa
nilai signifikansi (p-value) dari seluruh variabel independen dalam model kedua
melebihi taraf signifikansi 0,05, sehingga hal ini menunjukkan bahwa proporsi
kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan komisaris (DKOM), proporsi
komisari independen (KIND, ukuran komite audit (UKAD) dan kualitas audit
(KUAD) tidak terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap biaya environmental
awareness (BEA). Nilai F-test dalam model ketiga sebesar 0,508, dimana nilai
tersebut lebih kecil dari F tabel yaitu 2,60 untuk α = 5%, hal itu berarti bahwa
secara bersama-sama proporsi kepemilikan institusional (INST), ukuran dewan
komisaris (DKOM), proporsi komisaris independen (KIND), ukuran komite audit
(UKAD) dan kualitas audit (KUAD) tidak berpengaruh terhadap biaya
environmrntal awareness (BEA). Nilai R² dalam model ketiga adalah 0,118 atau
sebesar 11,8% artinya kemampuan menjelaskan semua variabel independen
terhadap biaya environmental awareness (BEA) hanya sebesar 11,8%, sedangkan
35
88,2% ditunjukkan oleh variabel lain diluar regresi. Dari hasil pengolahan maka
diperoleh persamaan regresi seperti berikut:
CSRBEA = 0,163 + 0,03INST - 0,149DKOM + 0,004KIND + 0,337UKAD -
0,416KUAD + (Model 3)
PEMBAHASAN
Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa good corporate governance
dan kualitas audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate social
responsibility karena terdapat faktor lain diluar regresi yang menyebabkan
hipotesis tidak dapat diterima.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
Pelaksanaan dan pengungkapan corporate social responsibility yang
dilakukan oleh perusahaan pertambangan di Indonesia sifatnya mandatory,
sehingga motivasi perusahaan melakukan kegiatan corporate social responsibility
adalah untuk mematuhi undang-undang yang mengatur mengenai corporate social
responsibility. Peraturan yang dibuat oleh pemerintah, melalui Undang-Undang
no 40 tahun 2007 pasal 74, yang menyatakan bahwa setiap perseroan yang
menjalankan bidang usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan perseroan harus
menganggarkan dan memperhitungkan biaya tanggung jawab sosial dan
lingkungan sebagai biaya perseroan. Selain itu Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 yang mewajibkan setiap perusahaan
pertambangan untuk melakukan reklamasi pasca tambang.
36
Sehingga perusahaan pertambangan yang menjalankan kegiatan bisnisnya
melalui kegiatan eksploitasi sumber daya alam akan tetap melakukan CSR tanpa
harus didukung oleh good corporate governance. Sebab perusahaan
pertambangan yang tidak menjalankan kegiatan bisnisnya sesuai dengan undang-
undang dan peraturan pemerintah akan mendapat sanksi dari pemerintah. Untuk
itu, ada atau tidaknya good corporate governance dalam perusahaan
pertambangan tidak akan mempengaruhi pengungkapan corporate social
responsibility yang dilakukan perusahaan.
Konflik atau permasalahan yang ditimbulkan oleh perusahaan
pertambangan itu sendiri. Banyak perusahaan pertambangan yang memperbesar
biaya CSRnya setelah mengalami konflik dengan masyarakat sekitar, dengan
pemerintah atau bahkan dengan alam. Perusahaan-perusahaan yang pernah
mengalami konflik, menjadi semakin gencar melakukan CSR untuk menutupi
kesalahan yang telah dilakukannya, dan mengembalikan citra atau reputasi
mereka. Dapat dilihat melalui tabel sembilan mengenai peningkatan biaya CSR
yang sangat tinggi setelah terjadi konflik.
Tabel 9
Data Kenaikan Biaya CSR Akibat Terjadi Konflik
Perusah
aan
Thn
Konflik Yang Terjadi
Biaya CSR
2010
(Rp)
Biaya CSR
2011
(Rp)
Biaya CSR
2012
(Rp)
Kenaikan
Biaya
CSR
2011
Kenaikan
Biaya
CSR
2012
PT.
ADARO
2010
Pencemaran air sungai dan
sawah serta mengakibatkan
perkebunan karet warga Kec
Murungpudak terendam air
limbah batu bara.
- 143.800.000.000 261.630.410.000 - 54.96%
PT.
TIMAH 2010
Reklamasi tambang yang
belum di lakukan di
wilayah Bangka Belitung.
37.116.825.712 60.033.885.593 81.806.307.000 61.83% 73.39%
37
2011
1.Sengketa lahan persawahan
de ngan warga Kec Parittiga.
2. Reklamasi wilayah
tambang di Bangka
Belitung yang belum
dilakukan.
3. Pembangunan Tin
Chemical di Bangka Barat
yang belum di realisasikan
sejak peletakan batu
pertama.
4. Anggota DPD Bangka
Belitung menilai dana CSR
PT Timah tidak disajikan
sacara transparan.
5. PT Timah, dinilai tidak
menerapkan CSR dengan
benar, karena masyarakat
yang dipekerjakan dari
desa Bencahtidak lebih dari
20 orang.
PT.
BAYAN
2011 1. Kerusakan lahan akibat
pembangunan akses jalan
tambang PT Bayan.
- 69.911.602.822 150.614.741.310 - 46.42 %
PT
ANTAM
2007
-
2013
1. Eksploitasi nikel di Pulau
Gee dan Pulau Pakal yang
mengakibatkan kerusakan
ekosistem, karena wila yah
tersebut menjadi tidak me
mungkinkan untuk di
rehabilitasi.
284.300.000.000 329.000.000.000 441.160.293.200 86.41% 74.58%
2008
-
2011
1. Kerusakan lahan
pertanian, dan kerusakan
wilayah Waning di
Manggarai NTT akibat
eksploitasi emas PT Antam.
Sumber: Hasil penelitian. Data diolah.
38
Perusahaan high-profile melakukan kegiatan dan pengungkapan CSR yang
lebih beragam dan banyak jumlahnya dibandingkan perusahaan low-profile
(Hendrasaputra, 2005). Perusahaan pertambangan merupakan perusahaan yang
masuk dalam kategori perusahaan high-profile. Pada dasarnya perusahaan high-
profile telah memiliki mekanisme pengelolaan bisnis yang sehat, sehingga telah
memiliki good corporate governance, perusahaan pertambangan telah memiliki
kesadaran untuk melakukan kegiatan dan pengungkapan CSR.
Hasil penelitian ini membuat penelitian ini menjadi tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hapsoro (2012) yang menemukan ukuran dewan
komisaris, ukuran komite audit dan kualitas audit terbukti berpengaruh positif
terhadap pengungkapan corporate social responsibility.
Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Susanti dan Riharjo (2013), yang menyatakan bahwa kepemilikan saham
institusional dan ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan
corporate social responsibility.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-
sama variabel good corporate governance (kepemilikan institusional, ukuran
dewan komisaris, proporsi komisaris independen, ukuran komite audit), dan
kualitas audit tidak berpengaruh positif terhadap corporate social responsibility
(biaya employee relations¸biaya community services dan biaya environmental
awareness).
39
Keterbatasan Penelitian dan Saran
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, yaitu dalam penelitian ini penulis
hanya melihat bagaimana pengaruh good corporate governance terhadap
corporate social responsibility yang dilihat melalui pengungkapan biaya CSRnya,
tidak melihat pada proporsi besaran biaya yang dikeluarkan pada masing-masing
variabel oleh masing-masing perusahaan. Padahal di Indonesia penerapan CSR
untuk perusahaan pertambangan sifatnya mandatory, sehingga hasil yang
diperoleh variabel good corporate governance tidak terbukti memiliki pengaruh
positif terhadap corporate social responsibility.
Sehingga saran yang dapat penulis sampaikan untuk penelitian selanjutnya
antara lain, penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya melihat pada
pengungkapan biaya corporate social responsoibility, namun juga melihat
proporsi besaran biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan CSR yang terdiri dari
biaya employee relations, community services, dan environtmental awareness.
40
DAFTAR PUSTAKA
Antonia, Edgina. 2008. Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan
Proporsi Komite Audit Independen Terhadap Manajemen Laba .
Semarang : Universitas Diponegoro.
Fitri. 2008. Pengaruh Variabel – Variabel Corporate Reputation Terhadap
Corporate Peformance. Jakarta : Universitas Indonesia.
Hapsoro, Dody. 2012. Pengaruh Corporate Governance dan Kualitas Audit
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Yogyakarta:
STIE YKPN Yogyakarta.
Hendrasaputra, Angela Arum Rinanti. 2005. Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility Pada Perusahaan-Perusahaan High Profile dan Low
Profile yang Listed di BEI Tahun 2004. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kaihatu, Thomas S. 2009. Corporate Governance dan Penerapannya di
Indonesia. Surabaya: Universitas Petra Surabaya.
Kusrinanti, Aditya M dan Muchamad Syariffudin. 2012. Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Ketepatan Waktu Corporate Internet Reporting
Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Semarang :
STIE Dharmaputera Semarang.
Permanasari, Wien Eka. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusional, dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan. Semarang Universitas Diponegoro.
41
Rebecca, Yulisa . 2011. Pengaruh Corporate Governance Index, Kepemilikan
Keluarga, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Ekuitas dan
Biaya Utang :Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
di BEI. Jakarta : Universitas Indonesia
Susanti, Susi dan Ikhsan Budi Riharjo. 2013. Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan
Cosmetics and Household. Surabaya : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia.
Susanto, S dan Sylvia Veronica Siregar. 2010. Corporate Governance, Kualitas
Biaya dan Biaya Ekuitas : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 . Jakarta : Universitas
Indonesia
Tamba, Erida G.H. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Pengungkapan tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Semarang :
Universitas Diponegoro
Utami, Indah D dan Rahmawati. 2009. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
UkuranDewan Komisaris, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Asing,
dan Umur Perusahaan, Terhadap Corporate Social Responsibilty
Disclosure Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1
DATA KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN JUMLAH SAHAM
BEREDAR
No Nama Perusahaan
Pertambangan Kepemilikan Jml Saham
Sub Sektor Saham Institusi
(Lembar)
Beredar
(Lembar)
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 11,834,805,904 31,985,962,000
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 3,135,285,000 4,180,380,000
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 4,600,180,000 17,693,000,000
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 1,000,000,500 3,333,333,500
5 PT. Berau Coal Batu Bara 30,758,506,724 34,900,000,000
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 2,251,713,596 2,304,131,850
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 7,829,494,460 20,773,400,000
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 734,867,659 900,000,000
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 107,977,005 111,316,500
10 PT. Harum Energy Batu Bara 1,899,362,429 2,700,067,500
11
PT. Indo Tambangraya
Megah Batu Bara 734,452,000 1,129,925,000
12
PT. Resources Alam
Indonesia Batu Bara 628,900,000 1,000,000,000
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 1,022,029,592 1,470,875,000
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 2,106,810 210,681,000
15
PT. Benakat Petroleum
Energy Minyak dan Gas 6,555,000,000 11,500,000,000
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 11,053,010,650 15,201,500,000
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 37,188,082,809 40,584,110,412
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 2,079,847,506 3,332,451,450
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 1,228,714,312 1,568,000,000
20 PT. Surya Esa Perkasa
Logam dan
Mineral 750,000,000 1,000,000,000
21 PT. Aneka Tambang
Logam dan
Mineral 1,436,688,400 2,210,289,846
22
PT. Central Omega
Resources
Logam dan
Mineral 4,327,126,268 5,612,355,730
23 PT. Timah
Logam dan
Mineral 4,529,717,999 5,033,019,999
24 PT. Vale Indonesia
Logam dan
Mineral 8,537,791,580 9,936,338,720
25 PT. Citatah Batu-Batuan 454,493,142,279 459,083,982,100
DATA JUMLAH DEWAN KOMISARIS DAN KOMISARIS INDEPENDEN
No Nama Perusahaan
Pertambangan Jml DEKOM
Sub Sektor DEKOM
(Orang)
Independen
(Orang)
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 6 2
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 5 2
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 6 2
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 5 2
5 PT. Berau Coal Batu Bara 4 1
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 6 2
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 8 3
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 5 2
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 6 3
10 PT. Harum Energy Batu Bara 5 2
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara 6 1
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara 5 1
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 3 1
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 3 2
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas 3 1
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 5 2
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 5 0
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 6 2
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 2 1
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral 4 1
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 6 2
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral 4 1
23 PT. Timah Logam dan Mineral 6 3
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral 9 2
25 PT. Citatah Batu-Batuan 3 1
DATA JUMLAH KOMITE AUDIT DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK
No Nama Perusahaan
Pertambangan Jml
Nama KAP Sub Sektor
Komite
Audit
(Orang)
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 3 PWC
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 3 PWC
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 3 PWC
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 3 PWC
5 PT. Berau Coal Batu Bara 3 PWC
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 5 PWC
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 3 Mazars
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 3 Deloitte
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 3 Moore Stephens
10 PT. Harum Energy Batu Bara 3 Delloitte
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara 3 PWC
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara 3 Ernst&Young
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 3 Morison
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 3 Ernst & Young
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas 3 BMY
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 6 PWC
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 3 Mazars
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 2 Ernst&Young
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 2 ARH&J
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral 3 Delloitte
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 7 Ernst&Young
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral 3 Moore Stephens
23 PT. Timah Logam dan Mineral 4 Deloitte
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral 3 PWC
25 PT. Citatah Batu-Batuan 3 Moore Stephens
DAFTAR KAP BIG FOUR
Price Waterhouse Coopers (PWC)
Delloitte Touche Tohmatsu
Ernst & Young
KPMG
DATA BIAYA EMPLOYEE RELATIONS
No Nama Perusahaan
Pertambangan Employee
Sub Sektor Relations
(Rp)
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 27,000,000,000
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 2,230,720,000
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 536,064,725
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 82,153,495,260
5 PT. Berau Coal Batu Bara 5,216,427,000
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 214,525,460,000
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 34,765,059,660
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 194,027,645
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 2,712,125,585
10 PT. Harum Energy Batu Bara 1,805,349,134
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara 8,299,356,000
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara 773,460,020
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 100,905,088,500
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 15,728,149,280
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas 1,904,700,000
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 14,138,853,000
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 1,909,814,487
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 19,137,676,900
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 41,092,330
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral 278,240,216
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 57,500,000,000
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral 2,869,635,871
23 PT. Timah Logam dan Mineral 22,310,811,000
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral 18,007,940,000
25 PT. Citatah Batu-Batuan 477,072,074
DATA BIAYA COMMUNITY SERVICES
No Nama Perusahaan
Pertambangan Community
Sub Sektor Services
(Rp)
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 167,593,150,000
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 3,346,080,000
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 750,490,615
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 13,692,249,210
5 PT. Berau Coal Batu Bara 12,171,663,000
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 214,525,460,000
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 69,530,119,320
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 388,055,291
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 1,549,786,048
10 PT. Harum Energy Batu Bara 3,610,698,268
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara 41,496,780,000
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara 1,740,285,045
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 504,525,442,500
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 31,456,298,560
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas 3,174,500,000
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 942,590,200,000
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 2,546,419,316
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 19,137,676,900
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 369,830,973
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral 695,600,540
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 167,400,000,000
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral 5,165,344,567
23 PT. Timah Logam dan Mineral 37,184,685,000
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral 36,015,880,000
25 PT. Citatah Batu-Batuan 477,072,074
DATA BIAYA ENVIRONTMENTAL AWARENESS
No Nama Perusahaan
Pertambangan Environmental
Sub Sektor Awareness
(Rp)
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 67,037,260,000
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 2,230,720,000
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 536,064,725
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 54,768,996,840
5 PT. Berau Coal Batu Bara 8,694,045,000
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 214,525,460,000
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 34,765,059,660
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 194,027,645
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 2,712,125,585
10 PT. Harum Energy Batu Bara 2,708,023,701
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara 8,299,356,000
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara 1,353,555,035
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 100,905,088,500
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 23,592,223,920
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas 1,904,700,000
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 1,413,885,300
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 1,909,814,487
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 19,137,676,900
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 205,461,652
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral 347,800,270
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 216,260,293,200
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral 2,869,635,871
23 PT. Timah Logam dan Mineral 22,310,811,000
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral 27,011,910,000
25 PT. Citatah Batu-Batuan 318,048,049
DATA PERHITUNGAN INST, DKOM, KIND, UKAD, DAN KUAD
No Nama Perusahaan Pertambangan
INST DKOM KIND UKAD KUAD Sub Sektor
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 37 6 34 3 BF
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 75 5 40 3 BF
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 26 6 34 3 BF
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 30 5 40 3 BF
5 PT. Berau Coal Batu Bara 89 4 25 3 BF
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 98 6 34 5 BF
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 38 8 38 3 NBF
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 82 5 40 3 BF
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 97 6 50 3 NBF
10 PT. Harum Energy Batu Bara 70 5 40 3 BF
11
PT. Indo Tambangraya
Megah Batu Bara 65 6 20 3 BF
12
PT. Resources Alam
Indonesia Batu Bara 63 5 20 3 BF
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 69 3 34 3 NBF
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 1 3 67 3 BF
15
PT. Benakat Petroleum
Energy
Minyak dan
Gas 57 3 34 3 NBF
16 PT. Elnusa
Minyak dan
Gas 72 5 40 6 BF
17 PT. Energi Mega Persada
Minyak dan
Gas 92 5 0 3 NBF
18 PT. Medco Energy
Minyak dan
Gas 62 6 34 2 BF
19 PT. Ratu Prabu Energy
Minyak dan
Gas 78 2 50 2 NBF
20 PT. Surya Esa Perkasa
Logam dan
Mineral 75 4 25 3 BF
21 PT. Aneka Tambang
Logam dan
Mineral 65 6 34 7 BF
22
PT. Central Omega
Resources
Logam dan
Mineral 77 4 25 3 NBF
23 PT. Timah
Logam dan
Mineral 90 6 50 4 BF
24 PT. Vale Indonesia
Logam dan
Mineral 85 9 23 3 BF
25 PT. Citatah Batu-Batuan 99 3 34 3 NBF
Keterangan : NBF = Non Big Four
BF = Big Four
DATA PERHITUNGAN BER, BCS DAN BEA
No Nama Perusahaan Pertambangan
BER BCS BEA Sub Sektor
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 0.09 0.5 0.2
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 0.2 0.3 0.2
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 0.05 0.07 0.05
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 0.6 0.1 0.4
5 PT. Berau Coal Batu Bara 0.03 0.07 0.05
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 2 2 2
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 0.1 0.2 0.1
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 2 4 2
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 0.07 0.04 0.07
10 PT. Harum Energy Batu Bara 0.02 0.04 0.03
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara 0.04 0.2 0.04
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara 0.04 0.09 0.07
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 6 30 6
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 0.4 0.8 0.6
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas 0.03 0.05 0.03
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 0.3 20 0.03
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 0.03 0.04 0.03
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 0.2 0.2 0.2
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 0.01 0.09 0.05
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral 0.08 0.2 0.1
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 0.6 0.9 2
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral 0.5 0.9 0.5
23 PT. Timah Logam dan Mineral 0.3 0.5 0.3
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral 0.2 0.4 0.3
25 PT. Citatah Batu-Batuan 0.3 0.3 0.2
DATA TOTAL BIAYA OPERASIONAL PERUSAHAAN
No Nama Perusahaan
Pertambangan Tot Biaya
Sub Sektor Operasional
(Rp)
1 PT. Adaro Energy Tbk Batu Bara 33,518,630,000,000
2 PT. Atlas Resources Batu Bara 1,115,360,000,000
3 PT. Bara Multi Sukses Batu Bara 1,072,129,450,000
4 PT. Bayan Resources Batu Bara 13,692,249,210,000
5 PT. Berau Coal Batu Bara 17,388,090,000,000
6 PT. Bukit Asam Batu Bara 10,726,273,000,000
7 PT. Bumi Resources Batu Bara 34,765,059,660,000
8 PT. Golden Eagle Energy Batu Bara 9,701,382,274
9 PT. Golden Energy Mines Batu Bara 3,874,465,121,182
10 PT. Harum Energy Batu Bara 9,026,745,670,000
11 PT. Indo Tambangraya Megah Batu Bara 20,748,390,000,000
12 PT. Resources Alam Indonesia Batu Bara 1,933,650,050,000
13 PT. Samindo Resources Batu Bara 1,681,751,475,000
14 PT. Toba Bara Sejahtera Batu Bara 3,932,037,320,000
15 PT. Benakat Petroleum Energy Minyak dan Gas 6,349,000,000,000
16 PT. Elnusa Minyak dan Gas 4,712,951,000,000
17 PT. Energi Mega Persada Minyak dan Gas 6,366,048,290,000
18 PT. Medco Energy Minyak dan Gas 9,568,838,450,000
19 PT. Ratu Prabu Energy Minyak dan Gas 410,923,303,000
20 PT. Surya Esa Perkasa Logam dan Mineral 347,800,270,000
21 PT. Aneka Tambang Logam dan Mineral 10,813,014,660,000
22 PT. Central Omega Resources Logam dan Mineral 573,927,174,100
23 PT. Timah Logam dan Mineral 7,436,937,000,000
24 PT. Vale Indonesia Logam dan Mineral 9,003,970,000,000
25 PT. Citatah Batu-Batuan 159,024,024,700
Lampiran 2
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .175 1.884 .093 .927
INST .008 .014 .148 .601 .555 .791 1.264
DKOM -.151 .192 -.193 -.788 .440 .800 1.250
KIND .008 .024 .081 .327 .748 .772 1.296
UKAD .173 .259 .154 .668 .512 .906 1.104
KUAD -.343 .638 -.131 -.538 .597 .811 1.233
a. Dependent Variable: BER
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.868 10.014 -.087 .932
INST .030 .073 .096 .408 .688 .791 1.264
DKOM -1.081 1.020 -.247 -1.061 .302 .800 1.250
KIND .027 .129 .049 .208 .837 .772 1.296
UKAD 2.230 1.379 .354 1.617 .122 .906 1.104
KUAD -2.343 3.390 -.160 -.691 .498 .811 1.233
a. Dependent Variable: BCS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .163 1.904 .086 .933
INST .003 .014 .056 .233 .818 .791 1.264
DKOM -.149 .194 -.185 -.767 .453 .800 1.250
KIND .004 .025 .043 .177 .862 .772 1.296
UKAD .337 .262 .291 1.284 .215 .906 1.104
KUAD -.416 .645 -.155 -.646 .526 .811 1.233
a. Dependent Variable: BEA
2. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .801 1.262 .634 .533
INST .012 .009 .282 1.309 .206
DKOM -.210 .129 -.350 -1.631 .119
KIND .007 .016 .088 .403 .691
UKAD .086 .174 .100 .495 .626
KUAD -.575 .427 -.286 -1.344 .195
a. Dependent Variable: ABS_RES_BER
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.639 6.423 .411 .686
INST .023 .047 .102 .492 .628
DKOM -.928 .654 -.292 -1.418 .172
KIND .006 .083 .016 .075 .941
UKAD 2.014 .885 .441 2.277 .035
KUAD -4.005 2.175 -.377 -1.842 .081
a. Dependent Variable: ABS_RES_BCS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .666 1.295 .514 .613
INST .010 .009 .228 1.038 .312
DKOM -.186 .132 -.307 -1.407 .176
KIND .004 .017 .049 .222 .827
UKAD .184 .178 .212 1.032 .315
KUAD -.645 .439 -.319 -1.470 .158
a. Dependent Variable: ABS_RES_BEA
3. Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 25
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.19198149
Most Extreme Differences Absolute .236
Positive .236
Negative -.172
Kolmogorov-Smirnov Z 1.182
Asymp. Sig. (2-tailed) .122
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 25
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 6.33568997
Most Extreme Differences Absolute .245
Positive .245
Negative -.168
Kolmogorov-Smirnov Z 1.226
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
a. Test distribution is Normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 25
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.20456153
Most Extreme Differences Absolute .222
Positive .222
Negative -.156
Kolmogorov-Smirnov Z 1.109
Asymp. Sig. (2-tailed) .171
a. Test distribution is Normal.
4. Scatterplot
Lampiran 3
Analisis Regresi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .295a .087 -.153 1.33967
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND
b. Dependent Variable: BER
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.261 5 .652 .363 .867a
Residual 34.100 19 1.795
Total 37.360 24
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND
b. Dependent Variable: BER
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .175 1.884 .093 .927
INST .008 .014 .148 .601 .555
DKOM -.151 .192 -.193 -.788 .440
KIND .008 .024 .081 .327 .748
UKAD .173 .259 .154 .668 .512
KUAD -.343 .638 -.131 -.538 .597
a. Dependent Variable: BER
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .420a .176 -.040 7.12070
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND
b. Dependent Variable: BCS
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 206.210 5 41.242 .813 .555a
Residual 963.383 19 50.704
Total 1169.593 24
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND
b. Dependent Variable: BCS
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.868 10.014 -.087 .932
INST .030 .073 .096 .408 .688
DKOM -1.081 1.020 -.247 -1.061 .302
KIND .027 .129 .049 .208 .837
UKAD 2.230 1.379 .354 1.617 .122
KUAD -2.343 3.390 -.160 -.691 .498
a. Dependent Variable: BCS
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .343a .118 -.114 1.35381
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND
b. Dependent Variable: BEA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.657 5 .931 .508 .767a
Residual 34.823 19 1.833
Total 39.480 24
a. Predictors: (Constant), KUAD, INST, UKAD, DKOM, KIND
b. Dependent Variable: BEA
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .163 1.904 .086 .933
INST .003 .014 .056 .233 .818
DKOM -.149 .194 -.185 -.767 .453
KIND .004 .025 .043 .177 .862
UKAD .337 .262 .291 1.284 .215
KUAD -.416 .645 -.155 -.646 .526
a. Dependent Variable: BEA