penda hulu an

38
PENDAHULUAN Latar Belakang Dasar Perlindungan Tanaman merupakan cara untuk mencegah adanya hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman sehingga menurunkan hasil dari tanaman tersebut. Perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan cara kultur teknis, Mekanis, penggunaan musuh alami atau dengan pengendalian hama terpadu (PHT) yang sedang digalakkan pemerintah. (Triharso,1996) Kol bunga putih merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang berwarna putih dengan massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada abad ke XIX. (http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)

Upload: annisa-yangis-savitri

Post on 02-Dec-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

file

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dasar Perlindungan Tanaman merupakan cara untuk mencegah adanya hama dan

penyakit yang dapat merusak tanaman sehingga menurunkan hasil dari tanaman tersebut.

Perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan cara kultur

teknis, Mekanis, penggunaan musuh alami atau dengan pengendalian hama terpadu (PHT) yang

sedang digalakkan pemerintah. (Triharso,1996)

Kol bunga putih merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga

putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga

sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini

berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang berwarna putih dengan

massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh

Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada

abad ke XIX. (http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)

Ulat crop (Crocidolomia binotalis Zell.)merupakan hama yang penting pada tanaman

kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani.

Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat crop (C.

binotalis) merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis

di Jawa Tengah. Serangan hama ini mengakibatkan turunnya produksi mencapai 50 persen per

hektar. Serangan C.binotalis pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara

memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif.(

http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains)

Kegunaan Penulisan

Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di

Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.Selain itu, penulis juga berharap agar laporan ini dapat dipergunakan sebagai bahan

informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui hama Ulat Crop

(Crocidolomia binotalis) pada tanaman Kubis (Brassica oleracea).

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Plantamor (2011) adapun sistematika tanaman kubis adalah sebagai berikut :

Divisi               : Spermatophyta

Kelas               : Angiospermae

Sub-kelas         : Dicotyledonae

Ordo                : Papavorales

Famili              : Brassicaceae

Genus              : Brassica

Spesies            : Brassica juncea Linn.

Morfoloi Tanaman

Sistem perakaran tanaman Kubis memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-

cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman

antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam

tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.

(http://www.google.co.id//Plantamor.com//kubis//)                                                                           

Batang tanaman Kubis pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan.

Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun Kubis berdaun lonjong, halus,

tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset)

hingga sukar membentuk krop. Kubis berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop.

Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop.

Biji berukuran kecil (diameter sekitar 1mm) berbentuk bulatan dan terbungkus oleh

cangkang berwarna hitam (ada mutan yang berwarna kuning atau coklat) yang permukaannya

tidak rata. Biji ini tahan disimpan bertahun-tahun.

 (http://www.google.co.id//Plantamor.com//kubis//)

Syarat Tumbuh

Iklim

Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman

karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman Kubis tergolong tanaman yang tahan

terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang

cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman Kubis adalah 1000-1500

mm/tahun. Akan tetapi tanaman kubis yang tidak tahan terhadap air yang menggenang. 

(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)

Tanaman kubis pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain

tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan Selain dikenal sebagai tanaman

sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas

(tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman kubis adalah daerah yang

mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-

13 jam per hari dengan intensitas penyinaran yang tidak berubah-ubah.

(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)

Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak

dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu udara yang tinggi lebih dari

batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintasis tanaman

tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti,

sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil

fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan

tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian

pada suhu udara yang tinggi tanaman kubis pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan

produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah.

(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)

Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kubis yang optimal berkisar

antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap

pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman,

menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2)

terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar

gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses

fotosintesis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman

menurun dan tidak akan menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan.

(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)     

Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah

(asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya adalah air

distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6

karena pelarutan karbon dioksida di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam

kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan

menyebabkan pH 5,6. (http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)

Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami kubis adalah tanah yang subur, gembur dan banyak

mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah berjalan

dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara

pH 6 sampai pH 7.

Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas

kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke

dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat

kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara

langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro.

Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah

ketersediaan hara mikro semakin kecil.

Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan

hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Di

samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara ,

seperti magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa unsur

hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman.

Sehingga dengan demikian bila kubis ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman akan

menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-

urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut.

Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling

baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang

mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang

cukup.

Sifat biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan organik (humus) dan

bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta tanah yang

banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik.

(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis)

BIOLOGI HAMA

Menurut Jumar (1997), biologi hama ulat crop adalah :

Kingdom         : Animalia

Filum               : Arthropoda

Kelas              : Insecta

Ordo                : Lepidoptera

Famili              : Pyralidae

Genus              : Crocidolomia

Spesies            : Crocidolomia binotalis Zell.

Telur

Telur berukuran 5mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu

daun. Telur berwarna hijau cerah dan mdah berkamuflase pada daun. Telur biasanya diletakkan

pada bagian bawah daun.

 

Ulat

Ulat berukuran berkisah antara 18-25mm dan memiliki kepala hitam serta warna hijau

pada tubuhnya tergantung corak daun yang mereka makan.Biasanya ulat berada pada bagian

bawah daun karena mereka cenderung menghindari cahaya. Pada hari keempat dan kelima larva

akan memakan daun dari bagian bawah dan akan menyebabkan kerusakan yang parah pada daun

sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman.

 

Imago

Ngegat jantan umumnya berukuran

lebih besar daripada betinanya. Jantan berukuran 20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan

jantan mempunyai warna coklat pada bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna

yang lebih cerah. Pada siang hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif

pada malam hari.

Pupa dan Kokon

Panjang berkisar antara 8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat

dengan berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya diselubungi oleh tanah.

GEJALA SERANGANUlat krop/ulat jantung kubis (Crocidolomia binotalis) sering menyerang titik tumbuh

sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat

tritip,jika sudah besar garis-garis coklat,jika diganggu agak malas untuk bergerak. Larva muda

bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada daun yang

dimakan.Larva instar ketiga sampai kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis

sehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis membentuk

cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Ulat krop dikenal sebagai hama yang sangat rakus

secara berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun

saja. Pada populasi tinggi terdapat kotoran berwarna hijau bercampur dengan benang-benang

sutera. Ulat krop juga masuk dan memakan krop sehingga tidak dapat dipanen sama sekali.

Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian

berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan

menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh

sehingga tanaman akan segera mati.

(http://web.entomology.cornell.edu/shelton/

veg-insects-global/english/croci.html)

PENGENDALIAN

Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :

1. Melakukan sanitasi Kebersihan kebun, yaitu dengan membersihkan kebun dari bahan-bahan

organic yang bisa membusuk yang dapat menjadi sarang tempat hama ini bertelur.

2. Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam, jangan menanam dua jenis tanaman yang

disukai ulat crop berdekatan.

3. Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini, seperti a. Lalat

sturmiopsis inferens Townsend, famili Tachinidae, ordo: Diptera

Lalat sturmia sericariae Cornalia.

b. Tiga jenis tabuhan dari fam: Ichneumonidae, ordo: Hymenoptera, yakni

Inareolata, Atrometus, Mesochorus.

c. Satu jenis tabuhan dari fam: Braconidae, ordo: Hymenoptera, yakni Chelonus

sp.

d. Tabuhan Trichograma sp. dari fam: Trichogrammatidae, ordo: Hymonptera.  

4. Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di musnahkan.

5. Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun.

6. Melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang terserang berat

7. Dengan menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap cahaya.

8. Membuat persemaian di tempat yang tidak terlindung atau mengurangi naungan.

9. Secara kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida alami seperti akar tuba, daun pucung

tembakau dan lengkuas dan disemprotkan pada pada daun, batang dan bagian lainnya yang

belum terserang.(Triharso, 1996 ).

PERMASALAHAN

Ulat jantung (Crocidolomia binnotalis) merupakan hama yang penting pada tanaman

kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani.

Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat jantung

kubis  merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis.

Selanjutnya disampaikan bahwa pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara

memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif. Tanaman kubis

(Brassica oleraceae var. capitata L.) merupakan tanaman sayuran yang sudah tidak asing lagi

bagi masyarakat, baik itu kalangan konsumen maupun para petani. Kubis merupakan tanaman

sayuran yang sekarang telah banyak diusahakan para petani di pedesaan Indonesia dan telah

dijadikan salah satu andalan sumber nafkah para petani untuk meningkatkan taraf hidup.

Hasil rata-rata produksi kubis di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu berkisar 10 -15

ton per ha.  Dibandingkan dengan negara-negara penghasil kubis lainnya seperti Nederland, ± 36

ton per ha dan Amerika Serikat ± 25 ton per ha. Di Provinsi Sulawesi Utara sendiri yang

merupakan daerah pertanaman sayuran yang cukup besar di kawasan Indonesia Timur memiliki

rata-rata produksi hanya 12 ton per ha.  Rendahnya produksi tanaman kubis di Sulawesi Utara

selain disebabkan oleh sistem bercocok tanam yang masih bersifat konvensional juga oleh

adanya serangan hama terutama hama ulat crop ini karena bersifat merusak.

( http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains)

PEMBAHASAN

            Dari hasil pengamatan didapati bahwa Pada tanaman kubis yang pada serangan berat ulat

crop akan dapat merusakkan hampir keseluruhan dari bagian tanaman kubis karena ulat ini

langsung menyerang ke titik tumbuh tanaman. Hal ini sesuai dengan literature yang

dikemukakan oleh Pracaya (1991) yang menyatakan bahwa pada tanaman kubis yang diserang

hebat akan menjadi rusak. Cara makan larva yang rakus dan mampu menghabiskan seluruh daun

kubis merupakan alas an yang menyebabkan ulat ini menjadi hama utama pada kubis.

            Dari hasil pengamatan didapati bahwa untuk mengendalikan hama ini diperlukan

tehnik tehnik tertentu misalnya secara mekanis, biologis dan kimiawi. Hal ini sesuai dengan

literature yang dikemukakan oleh Triharso (1996) yang menyatakan bahwa Pengendalian yang

dapat dilakukan antara lain Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama

ini, sepertiTabuhan Trichograma sp. Lalat sturmiopsis inferens Townsend, Secara kimia, yaitu

dengan penggunaan Insektisida alami, Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini

dan di musnahkan.

Dari hasil pengamatan didapati bahwa gejala serangan pada hama ini terlihat Mula mula

Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada

daun yang dimakan. Larva instar ketiga sampai kelima memencar dan menyerang pucuk

tanaman kubis sehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis

membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil.(http://web.entomology.cornell.edu)

KESIMPULAN

1. Kubis (Brassica oleracea. )  merupakan tanaman hortikultura

2. Hama ulat krop (crocidolomia binotalis.) merupakan hama utama bagi tanaman kubis

3. Biologi hama crocidolomia binotalis.adalah, telur, ulat, dan imago

4. Gejala serangan yang ditimbulkan crocidolomia binotalis. terlihat pada Larva muda bergerombol

di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan.

5. Pada serangan yang berat menyabebkan tanaman kubis menjadi rusak diseluruh bagian dan dapat

menurunkan produksi tanaman dalam jumlah yang besar

6. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain: kebersihan kebun, mengatur pola tanam,

pennggunaan pestisida alami, dengan musuh alami, dan dengan menangkap langsung hama ini

dll.

SARAN

Dari hasil laporan diatas dapat disimpulkan bahwa diperlukan perlindungan tanaman

yang dimulai sejak awal agar meminimalisasi kerugian para petani ketika waktu panen. Selain itu

penggunaan pestisida dikalangan petani harus diminimalisasi dan disesuaikan dengan derajat

serangan. Karena penggunaan pestisida yang berlebih dapat menyebabkan hama menjadi

resistan.

DAFTAR PUSTAKA

Borror de long. 1979. An Introduction To the Study Of Insect. Fifth edition. College publish, New york

http://web.entomology.cornell.edu/shelton/veg-insects-global/english/croci.html Diakses tanggal 1 maret 2011

http://www.google.co.id//Plantamor.com//kubis// Diakses tanggal 1 maret 2011

http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis// Diakses tanggal 1 maret 2011

http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains// Diakses tanggal 1 maret 2011

Jumar, 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta.

Pracaya, 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Triharso,1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Untung,K,2003. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Diposkan oleh mark_tambunan di 19:44

4

Gejala Plutella xylostella

B. Pembahasan

a.       Plutella xylostella

Klasifikasi Plutella xylostella L. Sebagai berikut:

      Filum      :  Arthropoda

      Kelas      :  Insekta

      Ordo       :  Lepidoptera

      Famili     :  Plutellidae

      Genus     :  Plutella

      Spesies   :  Plutella xylostella L. 

Plutella xylostella L. tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Plutellidae, Plutella xylostella

mempunyai nama lain yaitu Plutella  maculipennis, atau disebut juga ulat tritip, tanaman

inangnya, antara lain kubis, lobak, sawi, kolhrabi, kubis bunga, kubis kale, kubis tunas dan

tanaman lain yang termasuk keluarga Cruciferae.      

Dalam perkembangan nya Plutella xylostella mengalami metamorfosis sempurna

(Holometabola), yaitu stadium telur, larva, pupa, imago, lebih jelasnya:

a. Imago

Imagonya berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda tiga

berlian yang berupa gelombang (undulasi). Warna berlian pada ngengat betina lebih gelap

dibandingkan dengan ngengat jantan. Lamanya siklus (daur hidup) ± 21 hari, ngengatnya aktif

pada senja dan malam hari.

b. Telur

Bentuk telur bulat panjang, lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm. Telurnya kecil, putih

kekuningan diletakkan pada permukaan bawah daun dalam kelompok 10-20 butir atau 3-4 butir .

c. Larva

Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat, sedangkan  yang telah besar warnanya lebih tua

dengan kepala lebih pucat . Larva Plutella xylostella mudah dibedakan dengan larva serangga

hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya, larva terdiri atas

empat instar.

 d.   Pupa

Setelah cukup tua ulat mulai berkepompong, sarang kepompong dibuat dari sejenis benang

sutera yang berwarna abu-abu putih pada bagian bawah permukaan daun. Pembentukan sarang

kepompong mula-mula dibuat dari dasar, kemudian sisi depan dan tutupnya. Pada ujung masih

ada lubang kecil untuk pernapasan.

Pengendalian ulat kubis dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi dengan insektisida kimia

sintetik selektif maupun insektisida nabati, pola bercocok tanam (tumpangsari, rotasi, irigasi,

penanaman yang bersih), penggunaan tanaman tahan, pemakaian feromon, pengendalian hayati

menggunakan predator, parasitoid (misalnya dengan Diadegma semiclausum Helen, Cotesia

plutellae Kurdj., dll.), patogen (misalnya pemakaian bakteri B. thuringiensis, jamur Beauveria

bassiana, dsb.) serta aplikasi program PHT.

Aplikasi PHT Praktis:

Kultur Teknik

Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brasika lain pada musim hujan, karena

populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.

Irigasi. Apabila tersedia dapat digunakan irigasi sprinkle untuk mengurangi populasi ulat daun

kubis, apabila pengairan demikian dilaksanakan pada petang hari, dapat membatasi aktivitas

ngengat.

Penanaman. Sebaiknya tidak melakukan penanaman berkali-kali pada areal sama, karena

tanaman yang lebih tua dapat menjadi inokulum bagi tanaman baru.

Apabila terpaksa menanam beberapa kali pada areal sama, tanaman muda ditanam pada arah

angin yang berlawanan agar ngengat susah terbang menuju ke tanaman muda.

Pesemaian. Tempat pembibitan harus jauh dari areal tanaman yang sudah tumbuh besar.

Sebaiknya pesemaian/bibit harus bebas dari hama ini sebelum transplanting ke lapangan. Dalam

beberapa kasus, serangan ulat daun kubis di lapangan diawali dari pesemaian yang terinfestasi

dengan hama tersebut.

Tanaman perangkap. Tanaman brasika tertentu seperti caisin lebih peka dapat ditanam sebagai

border untuk dijadikan tanaman perangkap, dengan maksud agar hama ulat daun kubis terfokus

pada tanaman perangkap.

Tumpang sari. Penanaman kubis secara tumpang sari bersamaan dengan tanaman yang tidak

disukai hama ulat daun kubis dapat mengurangi serangannya. Misalnya tumpang sari kubis kubis

dengan tanaman tomat/bawang daun.

Monitoring

Selama menanam kubis petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan

melakukan pengamatan mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang

Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan

insektisida kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di

bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.

Penggunaan Agensia Hayati

Hama tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.), parasitoid

(Diadegma semiclausum, Cotesia plutellae), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria

bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.

Mekanis

Cara ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan hama yang bersangkutan, memasukkan ke

dalam kantung plastic, dan memusnahkannya. Namun untuk areal luas perlu pertimbangan

tenaga dan waktu.

Penggunaan Insektisida Selektif

Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi,

dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai, atau penggunaan

insektisida biologi.

b.      Crocidolomia binotalis

Klasifikasi hama ini adalah sebagai berikut:

Kingdom   : Animalia

Filum         :  Arthropoda

Kelas         :  Insecta

Ordo          :  Lepidoptera

Famili        :  Crambidae

Subfamili   :  Pyraustinae

Genus        : Crocidolomia

Spesies      : Crocidolomia binotalis

Telurnya diletakkan di balik daun secara berkelompok, jumlah tiap kelompok sekitar 11 - 18, dan

setiap kelompok berisi sekitar 30 - 80 butir telur. Telur berbentuk pipih dan menyerupai genteng

rumah, berwarna jernih. Diameter telur berkisar antara 1-2 mm. Stadium telur berlangsung

selama 3 hari.

Larva yang baru menetas hidup berkelompok di balik daun. Sesudah 4 - 5 hari, mereka bergerak

ke titik tumbuh. Ulat yang baru menetas berwarna kelabu, kemudian berubah menjadi hijau

muda. Pada punggungnya ada 3 baris putih kekuning-kuningan dan dua garis di samping,

kepalanya berwarna hitam. Panjang ulat sekitar 18 mm. Punggungnya ada garis berwarna hijau

muda. Sisi kiri dan kanan punggung warnanya lebih tua dan ada rambut dari kitin yang warnanya

hitam. Bagian sisi perut berwarna kuning. Ada juga yang warnanya kuning disertai rambut hijau.

Pupa terletak dalam tanah di dekat pangkal batang inang. Panjang pupa sekitar 8,5 - 10,5 mm,

berwarna hijau pudar dan coklat muda, kemudian berubah menjadi coklat tua seperti tembaga.

Imago jantan lebih besar dan lebih lebih panjang sedikitdaripada yang betina. Warna sayap muka

krem dengan bercak abu-abu coklat. Ngengat jantan berambut hitam berumbia-rumbia di tepi

masing-masing sayap muka di samping kepala, yang betina kurang rimbun. Lama hidup untuk

ngengat betina sekitar 16 - 24 hari. Daur hidupnya sekitar 22 - 30 hari. Panjang larva dapat

mencapai 18 - 25 mm.

Crocidolomia binotalis Zell merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat .

Larva kecil memakan bagian bawah daun dengan meninggalkan bekas berupa bercak putih.

Lapisan epidermis permukaan atas daun biasanya tidak ikut dimakan dan akan berlubang setelah

lapisan tersebut kering serta hanya tinggal tulang-tulang daunnya. Bila bagian pucuk yang

terserang maka tanaman tidak dapat membentuk krop sama sekali.

Larva instar II mulai memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam dan sering kali masuk

ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh. Apabila serangan terjadi pada

tanaman kubis yang telah membentik krop, larva yang telah mencapai instar III akan menggerek

ke dalam krop dan merusak bagain tersebut, sehingga dapat menurunkan nilai ekonominya.

Tidak jarang juga akan sering terjadi pembusukan krop karena serangan tersebut yang diikuti oleh serangan skunder yaitu oleh jamur. Ulat krop kubis lebih banyak ditemukan pda pertanaman yang telah membentuk krop, yaitu pada tanaman berumur 7- 11 minggu setelah tanam.Tanaman kubis atau sawi yang diserang ulat ini selain rusak dan daunnya habis dimakan,

tanaman juga menjadi rusak dengan adanya sisa-sisa kotoran bekas ulat makan. Bila telur dalam

kelompok menetas, sekitar 300 ulat akan makan titik tumbuh sempurna. Ulat akan menyerang

dengan cepat pada tanaman lainnya sehingga ulat ini merupakan hama yang berbahaya bagi

tanaman sawi besar dan kol.

Pengendalian hama ini antara lain dengan cara sebagai berikut:

Secara Biologi

Pengendalain secara biologi dapat menggunakan musih alami, musuh alami dari Crocidolomia

binotalis Zell. antara lain adalah:

Secara Fisik

Kelompok telur dan larva yang baru saja menetas diambil dan dimusnahkan. Gerombolan ulat

tersebut dapat diambil dengan lidi yang diruncingi dan mengambil telur beserta sedikit daun,

kemudian dimasukkan dalam suatu wadah untuk diberikan pada ayam atau dimusnahkan dengan

cara dibakar. Pengambilan telur dan kelompok ulat tersebut paling tidak dilakukan dua kali

setiap minggunya.

Secara Kultur Teknis

Menanam pada waktu musim hujan karena populasi hama ini paling rendah

(sedikit).Penyemprotan dengan ekstrak biji nimba dan tuba.

Secara Kimia

Pengendalian secara kimia dapat adalah tekhnik pengendalain akhir yang dilakuakn setelah

pengendalain yang lain tidak dapat lagi mencegah adanya hama tersebut, dapat menggunakan

insektida sistemik.

IV.             KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagi berikut:1.      Hama Plutella xylostella dan Crocidolomia binatalis merupakan hama yang paling sering

menimbulkan kerugian pada budidaya tanaman kubis/sawi.2.      Hama Plutella xylostella menyerang tanaman sawi dan kubis dengan cara memakan bagain

bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja.3.      Hama Crocidolomia binatalis menyerang tanaman kubis dan sawi dengan cara memakan

bagian bawah daun dengan meninggalkan bekas berupa bercak putih serta menyerang daun bagian lebih dalam dan sering kali masuk ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh.

4.      Baik hama Crocidolomia binatalis maupun hama Plutella xylostella menyerang kubis dan sawi pada saat fase larva.

5.      Pengendalian hama ini dapat dilakuan dengan cara biologi, fisik, kultur teknis,maupun Secara Kimia.

6.       DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Pracaya. 1997. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

———. 2001. Kol AliasKubis. Jakarta: Penebar Swadaya. Edisi Revisi. 70 hal.

Rukmana. 2001 Bertanam kubis. Yogyakarta: Kanisius 68 hal.

Sastrosiswojo S, Setiawati W. 1993. Biology and control of Crocidolomia

binotalis in Indonesia Bandung: Balithor Lembang. (9) Hlm 81-87.