penda hulu an
DESCRIPTION
fileTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dasar Perlindungan Tanaman merupakan cara untuk mencegah adanya hama dan
penyakit yang dapat merusak tanaman sehingga menurunkan hasil dari tanaman tersebut.
Perlindungan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan cara kultur
teknis, Mekanis, penggunaan musuh alami atau dengan pengendalian hama terpadu (PHT) yang
sedang digalakkan pemerintah. (Triharso,1996)
Kol bunga putih merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae (jenis kol dengan bunga
putih kecil) berupa tumbuhan berbatang lunak. Masyarakat di Indonesia menyebut kubis bunga
sebagai kol kembang atau blumkol (berasal dari bahasa Belanda Bloemkool). Tanaman ini
berasal dari Eropa subtropis di daerah Mediterania. Kubis bunga yang berwarna putih dengan
massa bunga yang kompak seperti yang ditemukaan saat ini dikembangkan tahun 1866 oleh
Mc.Mohan ahli benih dari Amerika. Diduga kubis bunga masuk ke Indonesia dari India pada
abad ke XIX. (http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)
Ulat crop (Crocidolomia binotalis Zell.)merupakan hama yang penting pada tanaman
kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani.
Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat crop (C.
binotalis) merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis
di Jawa Tengah. Serangan hama ini mengakibatkan turunnya produksi mencapai 50 persen per
hektar. Serangan C.binotalis pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara
memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif.(
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains)
Kegunaan Penulisan
Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di
Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara.Selain itu, penulis juga berharap agar laporan ini dapat dipergunakan sebagai bahan
informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui hama Ulat Crop
(Crocidolomia binotalis) pada tanaman Kubis (Brassica oleracea).
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Plantamor (2011) adapun sistematika tanaman kubis adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub-kelas : Dicotyledonae
Ordo : Papavorales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea Linn.
Morfoloi Tanaman
Sistem perakaran tanaman Kubis memiliki akar tunggang (radix primaria) dan cabang-
cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar kesemua arah dengan kedalaman
antara 30-50 cm. Akar-akar ini berfungsi antara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam
tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman.
(http://www.google.co.id//Plantamor.com//kubis//)
Batang tanaman Kubis pendek sekali dan beruas-ruas sehingga hampir tidak kelihatan.
Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun Kubis berdaun lonjong, halus,
tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset)
hingga sukar membentuk krop. Kubis berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop.
Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop.
Biji berukuran kecil (diameter sekitar 1mm) berbentuk bulatan dan terbungkus oleh
cangkang berwarna hitam (ada mutan yang berwarna kuning atau coklat) yang permukaannya
tidak rata. Biji ini tahan disimpan bertahun-tahun.
(http://www.google.co.id//Plantamor.com//kubis//)
Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman
karena ketersedian air tanah yang mencukupi. Tanaman Kubis tergolong tanaman yang tahan
terhadap curah hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang
cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman Kubis adalah 1000-1500
mm/tahun. Akan tetapi tanaman kubis yang tidak tahan terhadap air yang menggenang.
(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)
Tanaman kubis pada umumnya banyak ditanam di dataran rendah. Tanaman ini selain
tahan terhadap suhu panas (tinggi) juga mudah berbunga dan Selain dikenal sebagai tanaman
sayuran daerah iklim sedang (sub-tropis) tetapi saat ini berkembang pesat di daerah panas
(tropis). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman kubis adalah daerah yang
mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang hari 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-
13 jam per hari dengan intensitas penyinaran yang tidak berubah-ubah.
(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)
Suhu udara yang tinggi lebih dari 210 C dapat menyebabkan tanaman sawi hijau tidak
dapat tumbuh dengan baik (tumbuh tidak sempurna). Karena suhu udara yang tinggi lebih dari
batasan maksimal yang di kehendaki tanaman, dapat menyebabkan proses fotosintasis tanaman
tidak berjalan sempurna atau bahkan terhenti sehingga produksi pati (karbohidrat) juga terhenti,
sedangkan proses pernapasan (respirasi) meningkat lebih besar. Akibatnya produksi pati hasil
fotosintsis lebih banyak digunakan untuk energi pernapasan dari pada untuk pertumbuhan
tanaman sehingga tanaman tidak mampu untuk tumbuh dengan sempurna. Dengan demikian
pada suhu udara yang tinggi tanaman kubis pertumbuhannya tidak subur, tanaman kurus, dan
produksinya rendah, serta kualitas daun juga rendah.
(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)
Kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kubis yang optimal berkisar
antara 80%-90%. Kelembapan udara yang tinggi lebih dari 90 % berpengaruh buruk terhadap
pertumbuhan tanaman. Kelembapan yang tinggi tidak sesuai dengan yang dikehendaki tanaman,
menyebabkan mulut daun (stomata) tertutup sehingga penyerapan gas karbondioksida (CO2)
terganggu. Dengan demikian kadar gas CO2 tidak dapat masuk kedalam daun, sehingga kadar
gas CO2 yang diperlukan tanaman untuk fotosintesis tidak memadai. Akhirnya proses
fotosintesis tidak berjalan dengan baik sehingga semua proses pertumbuhan pada tanaman
menurun dan tidak akan menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)
Ada kekhawatiran tentang hujan asam, tetapi hampir semua hujan adalah ber pH rendah
(asam). Air Hujan murni yang tidak mengandung bahan pencemar pada dasarnya adalah air
distilasi. Air hujan ini yang dalam kesetimbangan dengan atmosfer akan memiliki pH sekitar 5,6
karena pelarutan karbon dioksida di dalam air. Ketika air hujan murni berada dalam
kesetimbangan dengan karbon dioksida, maka konsentrasi ion hidrogen yang dihasilkan
menyebabkan pH 5,6. (http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis//)
Tanah
Tanah yang cocok untuk ditanami kubis adalah tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus), tidak menggenang (becek), tata aerasi dalam tanah berjalan
dengan baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara
pH 6 sampai pH 7.
Kemasaman tanah sangat berpengaruh terhadap ketersediaan hara didalam tanah, aktifitas
kehidupan jasad renik tanah dan reaksi pupuk yang diberikan ke
dalam tanah. Penambahan pupuk ke dalam tanah secara langsung akan mempengaruhi sifat
kemasamannya, karena dapat menimbulkan reaksi masam, netral ataupun basa, yang secara
langsung ataupun tidak dapat mempengaruhi ketersediaan hara makro atau hara mikro.
Ketersediaan unsur hara mikro lebih tinggi pada pH rendah. Semakin tinggi pH tanah
ketersediaan hara mikro semakin kecil.
Pada pH tanah yang rendah akan menyebabkan terjadinya gangguan pada penyerapan
hara oleh tanaman sehingga secara menyeluruh tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Di
samping itu, kondisi tanah yang masam (kurang dari 5,5), menyebabkan beberapa unsur hara ,
seperti magnesium, boron (B), dan molbdenium (Mo), menjadi tidak tersedia dan beberapa unsur
hara, seperti besi (Fe), alumunium (Al), dan mangan (Mn) dapat menjadi racun bagi tanaman.
Sehingga dengan demikian bila kubis ditanam dengan kondisi yang terlalu masam, tanaman akan
menderita penyakit klorosis dengan menunjukkan gejala daun berbintik-bintik kuning dan urat-
urat daun berwarna perunggu dan daun berukuran kecil dan bagian tepi daun berkerut.
Sawi dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang paling
baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti tanah andosol. Pada tanah-tanah yang
mengandung liat perlu pengolahan lahan secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang
cukup.
Sifat biologis yang baik adalah tanah banyak mengandung bahan organik (humus) dan
bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta tanah yang
banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik.
(http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis)
BIOLOGI HAMA
Menurut Jumar (1997), biologi hama ulat crop adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Pyralidae
Genus : Crocidolomia
Spesies : Crocidolomia binotalis Zell.
Telur
Telur berukuran 5mm dan biasanya berkumpul berkisar antara 10-300 butir dalam satu
daun. Telur berwarna hijau cerah dan mdah berkamuflase pada daun. Telur biasanya diletakkan
pada bagian bawah daun.
Ulat
Ulat berukuran berkisah antara 18-25mm dan memiliki kepala hitam serta warna hijau
pada tubuhnya tergantung corak daun yang mereka makan.Biasanya ulat berada pada bagian
bawah daun karena mereka cenderung menghindari cahaya. Pada hari keempat dan kelima larva
akan memakan daun dari bagian bawah dan akan menyebabkan kerusakan yang parah pada daun
sebelum ulat bergerak pada pusat tanaman.
Imago
Ngegat jantan umumnya berukuran
lebih besar daripada betinanya. Jantan berukuran 20-25mm dan betina 8-11mm. Pada betina dan
jantan mempunyai warna coklat pada bagian sayap. Jantan pada umumnya mempunyai warna
yang lebih cerah. Pada siang hari ngengat akan besembunyi pada bagian tubuh pohon dan aktif
pada malam hari.
Pupa dan Kokon
Panjang berkisar antara 8.5 sampai 10.5mm dan berbentuk bulat
dengan berwarna hijau cerah dan coklat gelap, pupa biasanya diselubungi oleh tanah.
GEJALA SERANGANUlat krop/ulat jantung kubis (Crocidolomia binotalis) sering menyerang titik tumbuh
sehingga sering disebut ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat
tritip,jika sudah besar garis-garis coklat,jika diganggu agak malas untuk bergerak. Larva muda
bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada daun yang
dimakan.Larva instar ketiga sampai kelima memencar dan menyerang pucuk tanaman kubis
sehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis membentuk
cabang dan beberapa crop yang kecil-kecil. Ulat krop dikenal sebagai hama yang sangat rakus
secara berkelompok dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun
saja. Pada populasi tinggi terdapat kotoran berwarna hijau bercampur dengan benang-benang
sutera. Ulat krop juga masuk dan memakan krop sehingga tidak dapat dipanen sama sekali.
Larva muda memakan daun dan meninggalkan lapisan epidermis yang kemudian
berlubang setelah lapisan epidermis kering. Setelah mencapai instar ketiga larva memencar dan
menyerang daun bagian lebih dalam menggerek ke dalam krop dan menghancurkan titik tumbuh
sehingga tanaman akan segera mati.
(http://web.entomology.cornell.edu/shelton/
veg-insects-global/english/croci.html)
PENGENDALIAN
Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :
1. Melakukan sanitasi Kebersihan kebun, yaitu dengan membersihkan kebun dari bahan-bahan
organic yang bisa membusuk yang dapat menjadi sarang tempat hama ini bertelur.
2. Melakukan pola tanam dan pengaturan jarak tanam, jangan menanam dua jenis tanaman yang
disukai ulat crop berdekatan.
3. Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama ini, seperti a. Lalat
sturmiopsis inferens Townsend, famili Tachinidae, ordo: Diptera
Lalat sturmia sericariae Cornalia.
b. Tiga jenis tabuhan dari fam: Ichneumonidae, ordo: Hymenoptera, yakni
Inareolata, Atrometus, Mesochorus.
c. Satu jenis tabuhan dari fam: Braconidae, ordo: Hymenoptera, yakni Chelonus
sp.
d. Tabuhan Trichograma sp. dari fam: Trichogrammatidae, ordo: Hymonptera.
4. Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini dan di musnahkan.
5. Melakukan pemangkasan agar lingkungan tajuk tidak terlalu rimbun.
6. Melakukan pemangkasan terhadap tanaman yang terserang berat
7. Dengan menggunakan perangkap yaitu berupa perangkap cahaya.
8. Membuat persemaian di tempat yang tidak terlindung atau mengurangi naungan.
9. Secara kimia, yaitu dengan penggunaan Insektisida alami seperti akar tuba, daun pucung
tembakau dan lengkuas dan disemprotkan pada pada daun, batang dan bagian lainnya yang
belum terserang.(Triharso, 1996 ).
PERMASALAHAN
Ulat jantung (Crocidolomia binnotalis) merupakan hama yang penting pada tanaman
kubis. Munculnya hama ini pada pertanaman kubis merupakan ancaman yang serius bagi petani.
Pada tahun 1998 Balai Proteksi Tanaman Pangan & Hortikultura V melaporkan ulat jantung
kubis merupakan hama yang menempati urutan pertama penyebab kerusakan tanaman kubis.
Selanjutnya disampaikan bahwa pada tanaman kubis sampai sekarang belum dapat diatasi secara
memuaskan, meskipun pengendalian kimia telah dilakukan secara intensif. Tanaman kubis
(Brassica oleraceae var. capitata L.) merupakan tanaman sayuran yang sudah tidak asing lagi
bagi masyarakat, baik itu kalangan konsumen maupun para petani. Kubis merupakan tanaman
sayuran yang sekarang telah banyak diusahakan para petani di pedesaan Indonesia dan telah
dijadikan salah satu andalan sumber nafkah para petani untuk meningkatkan taraf hidup.
Hasil rata-rata produksi kubis di Indonesia tergolong masih rendah, yaitu berkisar 10 -15
ton per ha. Dibandingkan dengan negara-negara penghasil kubis lainnya seperti Nederland, ± 36
ton per ha dan Amerika Serikat ± 25 ton per ha. Di Provinsi Sulawesi Utara sendiri yang
merupakan daerah pertanaman sayuran yang cukup besar di kawasan Indonesia Timur memiliki
rata-rata produksi hanya 12 ton per ha. Rendahnya produksi tanaman kubis di Sulawesi Utara
selain disebabkan oleh sistem bercocok tanam yang masih bersifat konvensional juga oleh
adanya serangan hama terutama hama ulat crop ini karena bersifat merusak.
( http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains)
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan didapati bahwa Pada tanaman kubis yang pada serangan berat ulat
crop akan dapat merusakkan hampir keseluruhan dari bagian tanaman kubis karena ulat ini
langsung menyerang ke titik tumbuh tanaman. Hal ini sesuai dengan literature yang
dikemukakan oleh Pracaya (1991) yang menyatakan bahwa pada tanaman kubis yang diserang
hebat akan menjadi rusak. Cara makan larva yang rakus dan mampu menghabiskan seluruh daun
kubis merupakan alas an yang menyebabkan ulat ini menjadi hama utama pada kubis.
Dari hasil pengamatan didapati bahwa untuk mengendalikan hama ini diperlukan
tehnik tehnik tertentu misalnya secara mekanis, biologis dan kimiawi. Hal ini sesuai dengan
literature yang dikemukakan oleh Triharso (1996) yang menyatakan bahwa Pengendalian yang
dapat dilakukan antara lain Secara biologis, yaitu dengan menggunakan musuh alami dari hama
ini, sepertiTabuhan Trichograma sp. Lalat sturmiopsis inferens Townsend, Secara kimia, yaitu
dengan penggunaan Insektisida alami, Secara mekanis dengan menangkapi langsung hama ini
dan di musnahkan.
Dari hasil pengamatan didapati bahwa gejala serangan pada hama ini terlihat Mula mula
Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada
daun yang dimakan. Larva instar ketiga sampai kelima memencar dan menyerang pucuk
tanaman kubis sehingga menghancurkan titik tumbuh. Akibatnya tanaman mati atau batang kubis
membentuk cabang dan beberapa crop yang kecil.(http://web.entomology.cornell.edu)
KESIMPULAN
1. Kubis (Brassica oleracea. ) merupakan tanaman hortikultura
2. Hama ulat krop (crocidolomia binotalis.) merupakan hama utama bagi tanaman kubis
3. Biologi hama crocidolomia binotalis.adalah, telur, ulat, dan imago
4. Gejala serangan yang ditimbulkan crocidolomia binotalis. terlihat pada Larva muda bergerombol
di permukaan bawah daun kubis dan meninggalkan bercak putih pada daun yang dimakan.
5. Pada serangan yang berat menyabebkan tanaman kubis menjadi rusak diseluruh bagian dan dapat
menurunkan produksi tanaman dalam jumlah yang besar
6. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain: kebersihan kebun, mengatur pola tanam,
pennggunaan pestisida alami, dengan musuh alami, dan dengan menangkap langsung hama ini
dll.
SARAN
Dari hasil laporan diatas dapat disimpulkan bahwa diperlukan perlindungan tanaman
yang dimulai sejak awal agar meminimalisasi kerugian para petani ketika waktu panen. Selain itu
penggunaan pestisida dikalangan petani harus diminimalisasi dan disesuaikan dengan derajat
serangan. Karena penggunaan pestisida yang berlebih dapat menyebabkan hama menjadi
resistan.
DAFTAR PUSTAKA
Borror de long. 1979. An Introduction To the Study Of Insect. Fifth edition. College publish, New york
http://web.entomology.cornell.edu/shelton/veg-insects-global/english/croci.html Diakses tanggal 1 maret 2011
http://www.google.co.id//Plantamor.com//kubis// Diakses tanggal 1 maret 2011
http://www.plantamor.com//Wikipedia.com//kubis// Diakses tanggal 1 maret 2011
http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/agrosains// Diakses tanggal 1 maret 2011
Jumar, 1997. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta, Jakarta.
Pracaya, 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Triharso,1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Untung,K,2003. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Diposkan oleh mark_tambunan di 19:44
B. Pembahasan
a. Plutella xylostella
Klasifikasi Plutella xylostella L. Sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Plutellidae
Genus : Plutella
Spesies : Plutella xylostella L.
Plutella xylostella L. tergolong dalam ordo Lepidoptera, famili Plutellidae, Plutella xylostella
mempunyai nama lain yaitu Plutella maculipennis, atau disebut juga ulat tritip, tanaman
inangnya, antara lain kubis, lobak, sawi, kolhrabi, kubis bunga, kubis kale, kubis tunas dan
tanaman lain yang termasuk keluarga Cruciferae.
Dalam perkembangan nya Plutella xylostella mengalami metamorfosis sempurna
(Holometabola), yaitu stadium telur, larva, pupa, imago, lebih jelasnya:
a. Imago
Imagonya berupa ngengat kecil berwarna coklat kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda tiga
berlian yang berupa gelombang (undulasi). Warna berlian pada ngengat betina lebih gelap
dibandingkan dengan ngengat jantan. Lamanya siklus (daur hidup) ± 21 hari, ngengatnya aktif
pada senja dan malam hari.
b. Telur
Bentuk telur bulat panjang, lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm. Telurnya kecil, putih
kekuningan diletakkan pada permukaan bawah daun dalam kelompok 10-20 butir atau 3-4 butir .
c. Larva
Ulat yang baru menetas berwarna hijau pucat, sedangkan yang telah besar warnanya lebih tua
dengan kepala lebih pucat . Larva Plutella xylostella mudah dibedakan dengan larva serangga
hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya, larva terdiri atas
empat instar.
d. Pupa
Setelah cukup tua ulat mulai berkepompong, sarang kepompong dibuat dari sejenis benang
sutera yang berwarna abu-abu putih pada bagian bawah permukaan daun. Pembentukan sarang
kepompong mula-mula dibuat dari dasar, kemudian sisi depan dan tutupnya. Pada ujung masih
ada lubang kecil untuk pernapasan.
Pengendalian ulat kubis dapat dilakukan dengan cara mekanis, kimiawi dengan insektisida kimia
sintetik selektif maupun insektisida nabati, pola bercocok tanam (tumpangsari, rotasi, irigasi,
penanaman yang bersih), penggunaan tanaman tahan, pemakaian feromon, pengendalian hayati
menggunakan predator, parasitoid (misalnya dengan Diadegma semiclausum Helen, Cotesia
plutellae Kurdj., dll.), patogen (misalnya pemakaian bakteri B. thuringiensis, jamur Beauveria
bassiana, dsb.) serta aplikasi program PHT.
Aplikasi PHT Praktis:
Kultur Teknik
Musim tanam. Lebih baik untuk menanam kubis dan brasika lain pada musim hujan, karena
populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan.
Irigasi. Apabila tersedia dapat digunakan irigasi sprinkle untuk mengurangi populasi ulat daun
kubis, apabila pengairan demikian dilaksanakan pada petang hari, dapat membatasi aktivitas
ngengat.
Penanaman. Sebaiknya tidak melakukan penanaman berkali-kali pada areal sama, karena
tanaman yang lebih tua dapat menjadi inokulum bagi tanaman baru.
Apabila terpaksa menanam beberapa kali pada areal sama, tanaman muda ditanam pada arah
angin yang berlawanan agar ngengat susah terbang menuju ke tanaman muda.
Pesemaian. Tempat pembibitan harus jauh dari areal tanaman yang sudah tumbuh besar.
Sebaiknya pesemaian/bibit harus bebas dari hama ini sebelum transplanting ke lapangan. Dalam
beberapa kasus, serangan ulat daun kubis di lapangan diawali dari pesemaian yang terinfestasi
dengan hama tersebut.
Tanaman perangkap. Tanaman brasika tertentu seperti caisin lebih peka dapat ditanam sebagai
border untuk dijadikan tanaman perangkap, dengan maksud agar hama ulat daun kubis terfokus
pada tanaman perangkap.
Tumpang sari. Penanaman kubis secara tumpang sari bersamaan dengan tanaman yang tidak
disukai hama ulat daun kubis dapat mengurangi serangannya. Misalnya tumpang sari kubis kubis
dengan tanaman tomat/bawang daun.
Monitoring
Selama menanam kubis petani perlu melakukan pemantauan/monitoring hama dengan
melakukan pengamatan mingguan. Apabila hama mencapai 1 ulat/10 tanaman (Ambang
Ekonomi = AE) atau lebih, maka dapat dilakukan dengan menyemprot tanaman menggunakan
insektisida kimia selektif atau bioinsektisida, untuk menekan agar hama kembali berada di
bawah AE yang tidak merugikan secara ekonomi.
Penggunaan Agensia Hayati
Hama tersebut memiliki musuh alami berupa predator (Paederus sp., Harpalus sp.), parasitoid
(Diadegma semiclausum, Cotesia plutellae), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria
bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.
Mekanis
Cara ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan hama yang bersangkutan, memasukkan ke
dalam kantung plastic, dan memusnahkannya. Namun untuk areal luas perlu pertimbangan
tenaga dan waktu.
Penggunaan Insektisida Selektif
Aplikasi ini dilaksanakan setelah hama tersebut mencapai atau melewati ambang ekonomi,
dengan memilih insektisida kimia selektif yang efektif tetapi mudah terurai, atau penggunaan
insektisida biologi.
b. Crocidolomia binotalis
Klasifikasi hama ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Crambidae
Subfamili : Pyraustinae
Genus : Crocidolomia
Spesies : Crocidolomia binotalis
Telurnya diletakkan di balik daun secara berkelompok, jumlah tiap kelompok sekitar 11 - 18, dan
setiap kelompok berisi sekitar 30 - 80 butir telur. Telur berbentuk pipih dan menyerupai genteng
rumah, berwarna jernih. Diameter telur berkisar antara 1-2 mm. Stadium telur berlangsung
selama 3 hari.
Larva yang baru menetas hidup berkelompok di balik daun. Sesudah 4 - 5 hari, mereka bergerak
ke titik tumbuh. Ulat yang baru menetas berwarna kelabu, kemudian berubah menjadi hijau
muda. Pada punggungnya ada 3 baris putih kekuning-kuningan dan dua garis di samping,
kepalanya berwarna hitam. Panjang ulat sekitar 18 mm. Punggungnya ada garis berwarna hijau
muda. Sisi kiri dan kanan punggung warnanya lebih tua dan ada rambut dari kitin yang warnanya
hitam. Bagian sisi perut berwarna kuning. Ada juga yang warnanya kuning disertai rambut hijau.
Pupa terletak dalam tanah di dekat pangkal batang inang. Panjang pupa sekitar 8,5 - 10,5 mm,
berwarna hijau pudar dan coklat muda, kemudian berubah menjadi coklat tua seperti tembaga.
Imago jantan lebih besar dan lebih lebih panjang sedikitdaripada yang betina. Warna sayap muka
krem dengan bercak abu-abu coklat. Ngengat jantan berambut hitam berumbia-rumbia di tepi
masing-masing sayap muka di samping kepala, yang betina kurang rimbun. Lama hidup untuk
ngengat betina sekitar 16 - 24 hari. Daur hidupnya sekitar 22 - 30 hari. Panjang larva dapat
mencapai 18 - 25 mm.
Crocidolomia binotalis Zell merusak tanaman dari stadia larva atau ketika masih menjadi ulat .
Larva kecil memakan bagian bawah daun dengan meninggalkan bekas berupa bercak putih.
Lapisan epidermis permukaan atas daun biasanya tidak ikut dimakan dan akan berlubang setelah
lapisan tersebut kering serta hanya tinggal tulang-tulang daunnya. Bila bagian pucuk yang
terserang maka tanaman tidak dapat membentuk krop sama sekali.
Larva instar II mulai memencar dan menyerang daun bagian lebih dalam dan sering kali masuk
ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh. Apabila serangan terjadi pada
tanaman kubis yang telah membentik krop, larva yang telah mencapai instar III akan menggerek
ke dalam krop dan merusak bagain tersebut, sehingga dapat menurunkan nilai ekonominya.
Tidak jarang juga akan sering terjadi pembusukan krop karena serangan tersebut yang diikuti oleh serangan skunder yaitu oleh jamur. Ulat krop kubis lebih banyak ditemukan pda pertanaman yang telah membentuk krop, yaitu pada tanaman berumur 7- 11 minggu setelah tanam.Tanaman kubis atau sawi yang diserang ulat ini selain rusak dan daunnya habis dimakan,
tanaman juga menjadi rusak dengan adanya sisa-sisa kotoran bekas ulat makan. Bila telur dalam
kelompok menetas, sekitar 300 ulat akan makan titik tumbuh sempurna. Ulat akan menyerang
dengan cepat pada tanaman lainnya sehingga ulat ini merupakan hama yang berbahaya bagi
tanaman sawi besar dan kol.
Pengendalian hama ini antara lain dengan cara sebagai berikut:
Secara Biologi
Pengendalain secara biologi dapat menggunakan musih alami, musuh alami dari Crocidolomia
binotalis Zell. antara lain adalah:
Secara Fisik
Kelompok telur dan larva yang baru saja menetas diambil dan dimusnahkan. Gerombolan ulat
tersebut dapat diambil dengan lidi yang diruncingi dan mengambil telur beserta sedikit daun,
kemudian dimasukkan dalam suatu wadah untuk diberikan pada ayam atau dimusnahkan dengan
cara dibakar. Pengambilan telur dan kelompok ulat tersebut paling tidak dilakukan dua kali
setiap minggunya.
Secara Kultur Teknis
Menanam pada waktu musim hujan karena populasi hama ini paling rendah
(sedikit).Penyemprotan dengan ekstrak biji nimba dan tuba.
Secara Kimia
Pengendalian secara kimia dapat adalah tekhnik pengendalain akhir yang dilakuakn setelah
pengendalain yang lain tidak dapat lagi mencegah adanya hama tersebut, dapat menggunakan
insektida sistemik.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagi berikut:1. Hama Plutella xylostella dan Crocidolomia binatalis merupakan hama yang paling sering
menimbulkan kerugian pada budidaya tanaman kubis/sawi.2. Hama Plutella xylostella menyerang tanaman sawi dan kubis dengan cara memakan bagain
bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja.3. Hama Crocidolomia binatalis menyerang tanaman kubis dan sawi dengan cara memakan
bagian bawah daun dengan meninggalkan bekas berupa bercak putih serta menyerang daun bagian lebih dalam dan sering kali masuk ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh.
4. Baik hama Crocidolomia binatalis maupun hama Plutella xylostella menyerang kubis dan sawi pada saat fase larva.
5. Pengendalian hama ini dapat dilakuan dengan cara biologi, fisik, kultur teknis,maupun Secara Kimia.
6. DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Kubis. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Pracaya. 1997. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
———. 2001. Kol AliasKubis. Jakarta: Penebar Swadaya. Edisi Revisi. 70 hal.
Rukmana. 2001 Bertanam kubis. Yogyakarta: Kanisius 68 hal.
Sastrosiswojo S, Setiawati W. 1993. Biology and control of Crocidolomia
binotalis in Indonesia Bandung: Balithor Lembang. (9) Hlm 81-87.