penatalaksanaan migrain tanpa aura
DESCRIPTION
aaaaaaaTRANSCRIPT
PENATALAKSANAAN MIGRAIN TANPA AURADibuat oleh: Solikah Sriningsih,Modifikasi terakhir pada Mon 25 of Jul, 2011 [02:02 UTC]
PENATALAKSANAAN MIGRAIN TANPA AURA
Abstract
Wanita usia 26 tahun datang dengan keluhan utama nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan sudah 2 bulan kambuh- kambuhan disertai mual kadang mau muntah. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari dirasakan paling berat saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Migrain adalah nyeri kepala di salah satu sisi (unilateral), kanan atau kiri, tanpa adanya kelainan organ. Adakalanya rasa nyeri timbul di kedua sisi kepala (bilateral). Dapat disertai aura maupun tanpa aura dan dapat diawali keluhan prodormal (keluhan sebelum serangan migrain), dapat pula tanpa keluhan prodormal. Penatalaksanaanya dapat dengan non farmakologis serta farmakologis.
Keyword : migraine tanpa aura, penatalaksanaan.
History
Seorang wanita usia 26 tahun datang dengan keluhan utama nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan sudah 2 bulan kambuh- kambuhan disertai mual kadang mau muntah. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari dirasakan paling berat saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat pasien memejamkan mata. Nyeri kepala setiap kali kambuh dirasakan tidak makin memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan. Nyeri berlangsung kurang lebih 20 menit disertai mata nrocos. Mata tidak merah, penglihatan tidak kabur dan berkunang- kunan.Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapat kesadaran compos mentis dengan tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 87 x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,60C, tak ada kaku kuduk, tak ada tanda Brudzinski I, tak ada tanda Brudzinski II, tak ada tanda Kernig,dan pemeriksaan sayaraf kranialis tidak ditemukan adanya kelainan. Untuk kekuatan otot dengan nilai 5 baik pada ekstrimitas superior maupun inferior. Tidak ditemukan adanya refleks patologis.
Diagnosis
Migrain Tanpa Aura
Terapi
Terapi medikamentosa dibagi menjadi terapi abortif (pada saat serangan) dan terapi maintenance. Untuk terapi abortif di berikan AINS berupa ibuprofen 400 mg tablet tiap 12 jam per oral, selain itu diberikan juga ranitidin tablet tiap 12 jam peroral .Untuk terapi maintenance diberikan ergotamin tablet selama 6 bulan.Untuk terapi non medikamentosa dapat dilakukan akupressur, massase, kompres air hangat atau dingin dan relaksasi seperti yoga dan aromaterapi. Pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan kompres dengan air hangat atau air dingin. Selain itu dilakukan edukasi terhadap pasien tentang penyakit yang dideritanya.
Diskusi
Migraine merupakan ganguan yang bersifat familial dengan karakteristik serangan nyeri kepala yang episodic (berulang-ulang) dengan intensitas, frekuensi dan lamanya yang berbeda-beda. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai anoreksia, mual dan muntah.
Migraine juga merupakan suatu kelainan yang multikompleks dan memerlukan penelitian dan analisa yang cermat. Gejala-gejala pada beberapa penderita kadang-kadang sukar sekali untuk dikontrol, tetapi dengan pendekatan yang sistematik dan teliti, banyak penderitanya yang dapat ditolong.
Jadi yang perlu diperhatikan pada pasien adalah memperhatikan gejala serangan migraine yang kemudian disusul dengan memperbaiki fungsi pasien dengan mengoptimalkan self care dan penggunaan obat lain.
Pada umumnya migraine diklasifikasikan menjadi dua, yaitu 3 :
1. Migraine dengan aura
Dengan aura (gejala neurologik), tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bentuk serangan gejala neurologik berasal dari kors serebri dan batang otak. Manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit. Nyeri kepala biasa disertai mual dengan atau tanpa fotofobia yang lansung menyusul pada gejala aura.
2. Migraine tanpa aura
Migraine ini tanpa aura. Sakit kepalanya hampir sama dengan migraine dengan aura tetapi lebih banyak ketidak jelasan penyebabnya dan banyak menggabungkan ketegangan sakit kepala. Nyerinya dapat digambarkan dan diprediksi dengan denyutan-denyutan pada salah satu bagian sisi kepala Berdenyut-denyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat disertai mual, fotofobia dan fonofobia. Bersifa kronis dengan manifestasi nyeri kepala 4-72 jam.
Yang digunakan untuk menghentikan serangan migraine, meliputi :
1. Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migraine.
2. Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga digunakan untk mencegah migrain haid.
3. Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati migrain.
4. Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan dikloralfenazon.
5. Analgesic, mengandung butalbital yang sering memuaskan pada terapi
6. Opioid analgesics, pada umumnya lapang perantaranya memberikan hasil yang mengecewakan
7. Corticosteroids unsur yang membutuhkan waktu singkat untuk mengurangi tingkat nyeri migraine
8. Isometheptene, tidak dapat digunakan pada vasoconstrictor.
Terapi pencegahan migraine digunakan untuk pencegahan migraine diantaranya 5,6 :
1. Pencegahan farmakologi, diantaranya :
a. Beta bloker, misalnya propanolol
b. Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan pembuluh (konstriksi) darah
c. Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif untuk mencegah timbulnya migrain.
d. Antikonvulsan
2. Pencegahan non-farmakologi, diantaranya
a. Terapi relaksasi
b. Terapi tingkah laku
c. Tekhnik biofeedback
d. Homeopathy
e. Acupuncture
f. Reflexology
g. Pijat
h. Pergantian temperature
Kesimpulan
Pada kasus nyeri kepala, pertama perlu diselidiki asal nyeri kepala adalah ekstrakranial atau intrakranial. Untuk membedakan dapat dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada nyeri kepala yang semakin memberat dan disertai gangguan penglihatan perlu dilakukan CT scan. Pasien denganmigraine perlu diedukasi pentingnya terapi relaksasi untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Referensi
1. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
2. SPM neurologi, 2009
3. Seri IR Neurologi 2005 Segi Praktis Pemeriksaan Neurologi. 2005. UPF Ilmu Penyakit Saraf FK UNS
Penulis
Solikah Sriningsih, Ilmu Bagian Syaraf, RSUD Panembahan Senopati Bantul.
MIGRAIN TANPA AURA PADA PEREMPUAN 37 TAHUN
Dibuat oleh: Alfian Fahmy,Modifikasi terakhir pada Tue 24 of Aug, 2010 [09:31]
PERBEDAAN MIGRAIN TANPA AURA DENGAN MIGRAIN DISERTAI AURA
ABSTRAK
Migrain atau nyeri kepala sebelah adalah salah satu penyakit yang diperkirakan diderita oleh 25% wanita dan 10% pria di seluruh dunia. Secara statistik, wanita tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki dan lebih banyak diderita orang dewasa di usia 20 hingga 50 tahun. Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang biasanya menyerang di pagi hari, sehingga sangat mengganggu aktivitas. Penderita juga biasanya menjadi lebih sensitif terhadap cahaya, suara, dan bau-bauan. Pasien perempuan 37 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala berdenyut. Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya kelainan. Pada pasien dilakukan pemberian analgetik dan edukasi relaksasi.
Key word : migraine, aura
KASUS
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri kepala. Nyeri kepala dirasakan sudah 2 bulan kambuh- kambuhan. Sakit kepala terasa berdenyut seperti mau pecah dari sekitar mata sebelah kiri, dahi hingga belakang kepala, timbul tidak tiap hari dirasakan paling berat dan mengganggu saat datang ke rumah sakit. Nyeri kepala bertambah saat beraktivitas sehingga aktivitas sehari- hari terganggu. Keluhan berkurang saat pasien memejamkan mata. Nyeri kepala setiap kali kambuh dirasakan tidak makin memberat. Timbul terutama saat siang hari dan kelelahan. Nyeri berlangsung kurang lebih 30 menit disertai mata nrocos. Mata tidak merah, penglihatan tidak kabur dan berkunang- kunang, tidak mual muntah. Pasien memiliki beberapa gigi berlubang.
Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapat kesadaran compos mentis dengan tanda vital tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 106 x/menit, frekuensi pernafasan 22 x/menit dan suhu 36,60C, tak ada kaku kuduk, tak ada tanda Brudzinski I, tak ada tanda Brudzinski II, tak ada tanda Kernig,dan pemeriksaan sayaraf kranialis tidak ditemukan adanya kelainan. Untuk kekuatan otot dengan nilai 5 baik pada ekstrimitas superior maupun inferior. Tidak ditemukan adanya refleks patologis. Tidak ditemukan adanya kelainan pada pemeriksaan penunjang berupa darah rutin.
DIAGNOSIS
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, pasien ini didiagnosis klinis migrain tanpa aura, dengan diagnosis topik ekstrakranial dan etiologi idiopatik.
TERAPI
Pada pasien ini diberikan 2 macam terapi yaitu terapi medikamentosa dan terapi non medikamentosa. Terapi medikamentosa dibagi menjadi terapi abortif (pada saat serangan) dan terapi maintenance. Untuk terapi abortif di berikan AINS berupa ibuprofen 400 mg tablet tiap 12 jam per oral, selain itu diberikan juga ranitidin tablet tiap 12 jam peroral dan aspirin 500 mg tiap 8 jam. Untuk terapi maintenance diberikan ergotamin tablet selama 6 bulan.
Untuk terapi non medikamentosa dapat dilakukan akupressur, massase, kompres air hangat atau dingin dan relaksasi seperti yoga dan aromaterapi. Pada pasien ini dianjurkan untuk melakukan kompres dengan air hangat atau air dingin. Selain itu dilakukan edukasi terhadap pasien tentang penyakit yang dideritanya.
DISKUSI
Migrain adalah nyeri kepala di salah satu sisi (unilateral), kanan atau kiri, tanpa adanya kelainan organ. Adakalanya rasa nyeri timbul di kedua sisi kepala (bilateral). Dapat disertai aura maupun tanpa aura dan dapat diawali keluhan prodormal (keluhan sebelum serangan migrain), dapat pula tanpa keluhan prodormal.
Migraine dibagi menjadi 2 berdasar ada tidaknya aura atau gejala penyertanya yaitu :
- Migrain dengan aura
- Migrain tanpa aura
Migrain Tanpa Aura Sedikitnya memenuhi 5 kriteria dari tanda-tanda berikut:
a. Nyeri kepala berlangsung 4 hingga 72 jam
b. Sifat nyeri kepala ditandai minimal 2 dari ciri-ciri berikut:
1. Nyeri di salah satu sisi kepala (unilateral)
2. Disertai rasa berdenyut
3. Gradasi nyeri: sedang hingga berat (mengganggu aktifitas sehari-hari)
4. Nyeri diperberat dengan aktifitas fisik
c. Saat serangan nyeri kepala, setidaknya ditandai dengan 1 dari keluhan berikut:
1. Mual atau muntah
2. Fotofobia (takut cahaya), fonofobia
d. Tidak dijumpai adanya kelainan organ.
Migrain Dengan Aura ( Migrain Klasik)
Seseorang dikatakan menderita migrain klasik jika setidaknya memenuhi 2 kriteria. Pertama, apabila dijumpai minimal 3 tanda dari keluhan-keluhan berikut:
1. Satu dari aura yang bersifat reversibel (mudah kembali normal)
2. Mengalami aura bertahap yang terjadi lebih dari 4 menit.
3. Tidak mengalami aura yang berlangsung lebih dari 1 jam.
4. Serangan nyeri kepala yang menyertai aura (dapat tejadi sebelum atau bersamaan dengan aura), berlangsung dengan interval kurang dari 1 jam. Kedua, tidak dijumpai adanya kelainan organ.
KESIMPULAN
Pada kasus nyeri kepala, pertama perlu diselidiki asal nyeri kepala adalah ekstrakranial atau intrakranial. Untuk membedakan dapat dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada nyeri kepala yang semakin memberat dan disertai gangguan penglihatan perlu dilakukan CT scan. Pasien dengan migraine perlu diedukasi pentingnya terapi relaksasi untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
REFERENSI
1. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
2. SPM neurologi, 2009
3. Seri IR Neurologi 2005 Segi Praktis Pemeriksaan Neurologi. 2005. UPF Ilmu Penyakit Saraf FK UNS
PENULIS
Alfian Fahmy, Bagian Ilmu Syaraf, RSUD Temanggung, 2010