penanganan ujaran kebencian terhadap presiden...
TRANSCRIPT
1
PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN TERHADAP PRESIDEN
JOKOWI DI MEDIA SOSIAL OLEH TIM KOMUNIKASI PRESIDEN
DAN KANTOR STAF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Perwita Suci
Nim: 11140510000019
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyataratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2018
Perwita Suci
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
i
ABSTRAK
Perwita Suci
Penanganan Ujaran Kebencian Terhadap Presiden Jokowi di Media Sosial Oleh Tim Komunikasi Presiden dan Kantor Staf Presiden Republik Indonesia
Problematika ujaran kebencian di Indonesia kini semakin banyak. Semestinya proses komunikasi antara pemerintah dan rakyat dapat terjalin harmonis dengan new media. Namun kenyataan berkata lain. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik mengetahui bagaimana fenomena ujaran kebencian terhadap presiden Jokowi di media sosial? Bagaimana penanganannya oleh Tim Komunikasi Presiden dan Kantor Staf Presiden RI?
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi tidak berstruktur, wawancara dan dokumentasi.
Adapun teori yang digunakan adalah teori konvergensi simbolik yang dikemukakan oleh Ernest Boorman yang menggambarkan tentang proses pertukaran pesan yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan hadirnya makna, motif, dan juga persamaan bersama. Selain itu peneliti juga menggunakan konsep ujaran kebencian, media sosial dan netizen untuk membantu menjawab masalah dalam penelitian ini.
Hasil penelitian dan analisis yang dilakukan menunjukan bahwa TKP dan KSP akan memberikan kontra narasi dan masukan kepada presiden untuk mengklarifikasi ujaran kebencian yang ditujukan kepadanya yang dianggap merugikan pemerintahan secara keseluruhan. Kontra narasi ini dibangun dengan berbagai cara, diantaranya dengan mendiseminasikan informasi berdasarkan data kepada media mainstream dan media sosial. Selain itu, KSP dan TKP berperan menyampaikan kebenaran kepada masyarakat mengenai apa yang sedang terjadi di lingkungan istana dan kebijakan pemerintah.
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan penanganan yang dilakukan oleh Tim Komunikasi Presiden dan Kantor Staf Presiden melalui dua cara. Pertama Tim Komunikasi Presiden memberikan masukan kepada presiden untuk mengklarifikasi secara langsung, serta Tim Komunikasi Presiden yang akan mengklarifikasi kepada publik. Sementara yang dilakukan oleh Kantor Staf Presiden adalah dengan membuat kontra narasi yang di diseminasikan kepada khalayak melalui media sosial atau melakukan konferensi pers
Kata Kunci: Ujaran Kebencian, Tim Komunikasi Presiden, Kantor Staf Presiden, Media sosial.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Alhamdulillah Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
memberikan kenikmatan, kekutan, kemudahan dan ilmu pengetahuan hingga
akhirnya peneliti bisa menyelesaikan penelitian skripsi ini. Sholawat teriring
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang yang
tercerahkan dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Peneliti menyadari dalam penulisan skripsi ini peneliti mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi.
3. Drs. Masran, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fatkhurakhmah, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran islam.
4. Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si, selaku dosen pembimbing yang
senantiasa mendorong saya dengan penuh motovasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. A. Ilyas Ismail, M.A, selaku penasihat akademik yang senantiasa
mendoakan dan mengingatkan peneliti untuk semangat dalam
penulisan skripsi.
iii
6. Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti. Semoga apa
yang telah diberikan bermanfaat bagi peneliti dalam menjalani
kehidupan di masyarakat dan menjadi amal soleh yang terus mengalir
bagi bapak dan ibu sekalian.
7. Keluarga peneliti. Orang Tua tercinta, Ayah Hari Bintoro, Papah Dwi
Anugrah, Ibu Peppy Ardiana dan Mamah Sugiyati yang senantiasa
mendoakan kesuksesan anaknya dan memberikan semangat maupun
motivasi untuk senantiasa sabar dalam menuntut ilmu sehingga
menjadi mahasiswa yang lulus bukan hanya berkuantitas namun juga
berkualitas. Teruntuk adik peneliti Rafli Khairil Putra yang senantiasa
mendoakan kakaknya. Semoga penelitian skripsi kakak dapat
mengajarkan kepada kamu jika meneliti ini menyenangkan dan
jadikanlah skripsi sebagai Maha Karya terbaik dalam jenjang strata
satu.
8. Tim Komunikasi Presiden, Tim News Room, dan Deputi 4 Kantor
Staf Presiden RI. Terima kasih atas ketersediaan wawancara maupun
data yang peneliti butuhkan untuk melengkapi skripsi ini.
9. Sahabat tercinta Ai Nur’aisyah, Ulfah Nurajizah, dan Maya Muslika
Handayani, serta kawan-kawan magangers KSP yang telah
mendoakan dan mendukung setiap langkah dan mimpi peneliti serta
tidak bosan mengingatkan peneliti untuk fokus dalam setiap pekerjaan
termasuk penyelesaian skripsi ini.
iv
10. Rekan-rekan Komunikasi Penyiaran Islam angkatan 2014 khususnya
KPI A yang telah berjuang bersama selama 4 tahun dengan berbagi
canda, tawa amarah dan perjuangan yang akan selalu membekas.
Serta teman KKN Parahita yang telah memberikan pelajaran
kehidupan.
11. Keluarga Besar DNK TV atas segala pembelajarannya seputar dunia
broadcasting yang menjadi ilmu bagi peneliti untuk senantiasa
mengembangkan bakat dan soft skill.
12. Pembaca penelitian skripsi ini. Semoga apa yang peneliti tulis dapat
bermanfaat.
Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan
penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan baik
berupa saran maupun kritik sehingga dapat menjadikan penelitian ini
lebih baik lagi. Semoga apa yang peneliti tuliskan dalam skripsi ini
menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal jariyah untuk peneliti,
keluarga dan para pengajar.
Jakarta, 05 Oktober 2018
Perwita Suci
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................. 9
C. Rumusan Masalah ................................................................ 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 10
E. Metodologi Penelitian .......................................................... 11
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 16
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................... 21
A. Teori Konvergensi Simbolik ................................................ 21
B. Konseptualisasi Media Sosial .............................................. 26
C. Konseptualisasi Netizen ....................................................... 31
D. Konseptualisasi Hate Speech ............................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM............................................................. 39
A. Profil Tim Komunikasi Presiden .......................................... 39
B. Profil Kantor Staf Presiden .................................................. 49
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA .......................... 53
A. Fenomena Ujaran Kebencian di Facebook........................... 53
B. Konvergensi Simbolik Penanganan Ujaran Kebencian Oleh
KSP dan TKP ....................................................................... 53
BAB V PENUTUP ................................................................................ 78
A. Kesimpulan .......................................................................... 78
B. Saran .................................................................................... 80
C. Kekurangan Penelitian ......................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 83
LAMPIRAN ............................................................................................... 86
1
BAB 1
PENDAHULUAN1
A. Latar Belakang Masalah
Dalam beberapa tahun terakhir, proses komunikasi
manusia mengalami revolusi yang signifikan. Hal tersebut
dibuktikan dengan munculnya internet sebagai new media
(media baru). Internet membuat manusia dapat berkomunikasi
tanpa terhalang jarak dan waktu. Lambat laun, pengguna jasa
internet di Indonesia semakin banyak. Berdasarkan data
Asosiasi Pengguna Jaringan Internet (APJI) setiap tahun
Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam data
pengguna internet. Jumlah pengguna internet di Indonesia
tahun 2017 mencapai 143,26 juta jiwa, mengalami
peningkatan dari tahun 2016 yang mencapai 132,7 juta jiwa.1
Mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari
tahun sebelumnya, pada 2017 sangat jelas terlihat kejahatan
yang merupakan dampak dari kemudahan berselancar di
media sosial. Sampai pada akhirnya POLRI membentuk unit
1 https://apjii.or.id diakses pada Rabu, 21 Maret 2017
2
khusus untuk menumpas kejahatan di dunia maya, yaitu
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim. Hal ini dilakukan
karena kejahatan di dunia maya semakin banyak dan
dianggap membutuhkan tim khusus untuk menanggulanginya.
Dari sejumlah kejahatan dunia maya, dapat dikatakan
kejahatan yang paling menonjol merupakan kasus ujaran
kebencian dan hoaks.
Beragam kemudahan dan kebebasan yang ditawarkan
oleh internet, membuat banyak manusia kehilangan kontrol
ataupun kendali sosial. Terbukti dengan maraknya
pelanggaran UU ITE di Indonesia. Salah satunya adalah kasus
seorang wanita yang mengeluhkan pelayanan suatu Rumah
Sakit dan mengupdatenya, wanita ini dipenjara karena
dianggap melakukan pencemaran nama baik suatu lembaga
(rumah sakit) melalui media sosial.
Amnesti Internasional Indonesia menilai kehadiran
media sosial memiliki dua sisi dalam hal melahirkan
pimpinan. Hal ini terlihat jelas dalam beberapa tahun
3
belakangan ini. Ada sisi terang dan juga sisi gelapnya.2 Sisi
terang yang dimaksud dapat dibuktikan dengan peran media
sosial atas terpilihnya Jokowi sebagai presiden dan Basuki
Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2012
silam. Kala itu, Tim sukses jokowi menggunakan media
sosial sebagai media kampanye yang efektif, salah satu
contoh tim sukses pemenangan Jokowi pada saat itu adalah
Jasmev. Hal serupa dilakukan pula oleh timses cagub Ahok
dan Jarot yang pada masa itu, tim pemenangan Ahok
menggunakan Teman Ahok.
Namun, hal tersebut berbanding terbalik di tahun
2017. Kini media sosial lebih banyak bermuatan konten
ujaran kebencian, terlebih saat pilkada DKI Jakarta 2017
silam. Pada masa pilkada DKI, dapat kita lihat banyak sekali
kasus mengenai ujaran kebencian yang ditunjukkan kepada
Ahok, karena Ahok dianggap melakukan penistaan Agama.
Bukan hanya itu, media sosial pun membuat demo bela
agama menjadi hal yang tidak akan pernah habis
2Yoga sukmana. Ujaran Kebencian dan Dua Sisi Media Sosial, di akses
pada 27 Maret 2018 dari: https://nasional .kompas.com
4
diperbincangkan. Ujaran kebencian yang ditunjukkan kepada
Ahok salah satunya bersumber dari musisi Indonesia, yaitu
Ahmad Dhani. Dalam akun Twitter pribadi miliknya, dia
menulis “Yang menistakan agama Ahok… yang diadili KH.
Ma’ruf Amin.”. tulisan ini diunggah di akun twitter pribadi
Ahmad Dhani pada 7 Februari 2017.
Kasus ujaran kebencian lainnya pun terus mengikuti
perkembangan isu- isu yang sedang terjadi. Seperti kasus
Ropi Yatsman yang melakukan ujaran kebencian terhadap
Presiden Jokowi. Ropi merupakan salah satu warga Negara
Indonesia yang tinggal di Bukit Tinggi, Padang. Ropi
mengunggah konten penghinaan melalui akun Facebook
miliknya. selain itu, Ropi juga mengedit sejumlah foto pejabat
negara, termasuk mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja
Purnama. Ropi membuat gambar Presiden Jokowi seolah-olah
dimasukkan ke dalam kantung plastik sehingga terlihat
kepalanya saja. Setelah itu dia menuliskan caption “punya
5
presiden tidak berguna? Jual saja di tokobagus.co”. Atas
perbuatannya ini, Ropi divonis 15 bulan penjara.3
Keluasan serta keterbukaan yang menjadi karakter utama
dari sosial media membuat para pengguna terkadang tidak
memahami batasan-batasan yang seharusnya tidak mereka
lewati. Dengan keluasan serta kebebasan berselancar di media
sosial, seseorang dapat dengan mudah mengutarakan
ekspresinya, dan terkadang menimbulkan beberapa efek negatif.
Salah satunya yang terlihat jelas adalah hadir dan meningkatnya
intensitas ujaran kebencian.
Kasus mengenai ujaran kebencian kerap kali terjadi di
Indonesia. Dengan alasan kebebasan berekspresi di media sosial
bukan berarti tidak ada batasannya. Indonesia sebenarnya sudah
punya aturan tersendiri mengenai ujaran kebencian di sosial
media. UU NO. 19 Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi
elektronik atau yang biasa kita kenal dengan UU ITE. Beragam
kasus mengenai ujaran kebencian kerap muncul mewarnai
dinamika sosial media masyarakat Indonesia. Seperti yang kita
3Yoga sukmana. Ujaran Kebencian dan Dua Sisi Media Sosial, di akses
pada 27 Maret 2018 dari: https://nasional .kompas.com
6
tahu tragedi mengenai pembakaran masjid di Tolikara sampai
kasus yang menyangkut mantan gubernur DKI Jakarta. Belum
lama ini, ujaran kebencian telah sampai kepada tataran orang
nomor satu di Indonesia, Presiden Jokowi.
Kebebasan berekspresi di dunia maya, membuat seorang
pelajar SMK di Medan Muhammad Farhan Balatif ikut-ikutan
menghina Presiden Jokowi melalui akun Facebook pribadinya
yang menggunakan nama samaran Ringgo Abdillah. Selain
menghina Jokowi, pelajar ini juga menghina institusi POLRI.
Dalam akun Ringgo Abdillah menulis status “apakah menghina
Jokowi termasuk tindakan kejahatan? Tidak, karena UU ITE
hanya omong kosong, toh gw masih aman”. Nampaknya status
pelajar yang dimiliki tak bisa membuat dirinya memahami
batasan berekspresi di media sosial. Nampaknya status sebagai
mahasiswa pun tak bisa membuat Dodik Ikhwanto lebih bijak
menggunakan media sosial. Dodik mengunggah konten ujaran
kebencian terhadap Iriana (istri Presiden Jokowi). Konten yang
diunggah berupa gambar (meme) disertai komentar dengan kata-
kata yang tidak lazim ditujukan pada Iriana. Dalam gambar yang
7
dibuatnya, terdapat gambar Iriana yang sedang melambaikan
tangan dan menggunkan hijab, lalu diatasnya terdapat tulisan
“Ibu ini seperti pelacur, menggunakan hijab hanya untuk
menutup aib (bukan karena iman), dan terdapat tulisan Coming
Soon 2019 di bawah foto tersebut. Dodik mengaku mengunggah
gambar tersebut lantaran kecewa terhadap pemerintahan Jokowi.
Pelaku ditangkap oleh jajaran Polrestabes Bandung pada 11
September 2017.
Posisi istana kerap kali dijadikan sasaran ujaran
kebencian. Dalam beberapa kausus belakangan ini, semakin
banyak netizen yang menggunakan media sosial sebagai alat
untuk mengomentari istana. Dalam hal ini, Presiden Joko
Widodo dan anggota staff istana lainnya sering menjadi bahan
ujaran kebencian. Semestinya posisi istana bukan menjadi bahan
empuk sasaran ujaran kebencian. Namun dengan adanya
kebebasan dalam penggunaan media sosial, kini bukan hal yang
tidak mungkin istana selalu menjadi sorotan publik.
Tentu bukan hal yang asing lagi di telinga ketika disebut
nama Jonru Ginting. Jonru Ginting memulai aksi perlakuan
8
ujaran kebencian terhadap Presiden Jokowi di akun sosial media
miliknya. Jonru acap kali melakukan tindakan ujaran kebencian
di akun media sosialnya. Tentu saja hal semacam ini membuat
para pengguna internet lainnya merasa tak nyaman. Belum habis
kasus Jonru, datang lagi ujaran kebencian terhadap presiden RI
dari seorang musisi tanah air yaitu Ahmad Dhani. Seperti tak
habis-habisnya presiden RI mendapatkan ujaran kebencian dari
rakyatnya sendiri.
Problematika ujaran kebencian di Indonesia kini semakin
menjadi-jadi. Perihal banyak yang mengomentari para pejabat di
tanah air. Warga merasa media sosial adalah suatu alat
komunikasi yang tepat digunakan untuk berekspresi dan dapat
dilihat langsung oleh masyarakat banyak. Semestinya proses
komunikasi antara para pejabat di Indonesia dan rakyat dapat
terjalin harmonis dengan munculnya new media. Namun hal
yang terjadi tidak semulus yang diharapkan. Media sosial malah
dijadikan alat untuk mencela para pejabat di tanah air, dan
menimbulkan kesalahpahaman antara dua belah pihak.
9
Dengan latar belakang seperti dipaparkan sebelumnya,
dapat dijadikan peneliti sebagai argumentasi, mengapa kasus ini
diangkat dan dijadikan sebuah penelitian penting yang berjudul:
“Penanganan Ujaran Kebencian Terhadap Presiden Jokowi di
Media Sosial oleh Tim Komunikasi Presiden dan Kantor Staf
Presiden Republik Indonesia”.
B. Batasan Masalah
Dalam Penelitian ini, penulis mencoba membuat batasan
masalah pada skripsi yang akan disusun agar pembahasan tidak
melebar. Batasan masalah ini terletak pada fenomena ujaran
kebencian terhadap Presiden Jokowi di media sosial dalam hal
ini dikuhususkan hanya facebook. Tentunya melakukan ujaran
kebencian terhadap presiden bukan hal biasa. Lalu bagaimana
penanganan dari Tim Komunikasi Presiden dan Staf Khusus
Presiden terhadap fenomena ini.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas, adapun rumusan
masalah penelitian ini dikemas dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
10
1. Bagaimana fenomena ujaran kebencian terhadap
Presiden Jokowi di media sosial?
2. Bagaimana penanganan Tim Komunikasi Presiden dan
Kantor Staf Presiden dalam menyikapi ujaran kebencian
terhadap Presiden Jokowi di media sosial?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dari perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini
memiliki beberapa tujan dan manfaat penelitian, yaitu:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui fenomena ujaran kebencian
terhadap Presiden Jokowi di media sosial.
b. Untuk mengetahui penanganan Tim Komunikasi
Presiden dan Kantor Staf Presiden dalam menyikapi
fenomena ujaran kebencian terhadap Presiden Jokowi di
media sosial.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan
kajian ilmu pengetahuan mengenai ujaran kebencian
di media sosial.
11
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
pengguna media sosial agar lebih cermat dalam
menggunakan hak mereka dalam berselancar di media
sosial.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah landasan berfikir seseorang,
dimana seorang dapat menentukan arah dan tujuannya
dengan menggunakan paradigma. Paradigma merupakan
serangkaian keyakinan dasar seseorang yang membimbing
tindakan. Paradigma berurusan dengan prinsip-prinsip utama
atau prinsip dasar. Sehingga paradigm dapat disebut sebagai
konstruksi manusia akan sesuatu.4
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
paradigma konstruktivisme. Menurut Guba, konstruktivisme
ialah: it depicts konowladge as the outcome or
consequaences of human activity: knowladge is a human
4Norman K. Denzin dan Yvonna S.Lincoln, Handbook of Qualitative
Research. (Pustaka Pelajar:2009), h.123
12
constructions, never certifiable as ultimately true but
problematic is never changing.5 Paradigma ini berpendapat
bahwa setiap aktivitas manusia merupakan konstruksi
realitas, dan hasilnya bukanlah sesuatu hal yang tetap,
melainkan selalu berkembang.
Dalam paradigma konstrutivisme peneliti berusaha
memahami permasalahan yang diteliti dengan
mengembangkan makna yang diarahkan pada suatu objek
tertentu. Makna yang muncul akan sangat beragam dan
mendorong sang peneliti untuk melihat beragam pandangan
yang lain. Dengan kata lain, peneliti akan memperluas
pandangannya mengenai suatu objek penelitian.6
Paradigma konstruktivisme membawa peneliti untuk
melihat realitas yang dikonstruksikan dilapangan. Dengan
cara melihat fenomena yang terjadi dalam berbagai sudut
pandang dan kemampuan dialektika saat mencari informasi.
Sehingga dapat mengungkap apa sebenarnya maksud dari
5Imam gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktek,
(Jakarta: Pt bumi aksara. 2013), h.49 6John W Creswell, Penelitian Kualitatif &Desain Riset, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2015), h.33
13
fenomena yang terjadi dengan menekankan studi kasus
sebagai fokus analisis.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan studi
kasus peneliti berusaha menggambarkan segala sesuatu yang
terjadi di lapangan, untuk kemudian dianalisa demi mencapai
tujuan penelitian. Peneliti menggunakan konsep studi kasus
yang dibatasi pada studi kasus interinsik. Dimana peneliti
ingin lebih memahami sebuah kasus tertentu, yakni mengenai
ujaran kebencian. Hal ini dilakukan karena dalam kasus ini
terdapat kekhususan tersendiri mengenai suatu fenomena.
Peneliti akan mengungkap semua variabel yang dapat
menyebabkan terjadinya kasus ujaran kebencian terhadap
Presiden Jokowi.
a. Subjek dan Objek Penelitian
Pada Penelitian ini, yang menjadi subjek
Penelitian adalah Tim Komunikasi Presiden dan Kantor
Staf Presiden yang menangani kasus ujaran kebencian
14
terhadap presiden di media sosial. Sedangkan yang
menjadi objek Penelitiannnya adalah Ujaran kebencian
terhadap Presiden Jokowi yang merupakan fenomena
baru di media sosial dan sedang ramai diperbincangkan.
b. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam kurun waktu
kurang lebih 4 bulan, mulai dari April sampai Agustus
2018. Penelitian akan dilakukan di istana negara, kantor
tim komunikasi presiden dan Kantor Staf Presiden.
Dengan informan Johan Budi sebagai Tim Komunikasi
presiden beserta staf kepresidenan yang menangani kasus
ujaran kebencian di media sosial.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Dokumentasi
Penulis mencari sumber informasi melalui
penelahaan foto dari akun facebook pihak yang
15
bersangkutan. Tehnik dokumentasi ini digunakan
untuk menunjang data peneltian.
2) Observasi
Dalam Penelitian ini penulis melakukan
pengamatan teks. Penulis melakukan analisis
terhadap penangan yang dilakukan oleh TKP dan
KSP terhadap ujaran kebenciaan terhadap Jokowi.
Selain itu, penulis juga berusaha untuk mendatangi
Istana Negara untuk melihat dan mencermati lebih
dekat penangan Tim Komunikasi Presiden dan
Kantor Staf Presiden dalam menanggapi hal ini.
3) Wawancara Mendalam
Untuk melengkapi data, penulis melakukan
Tanya jawab/ wawancara kepada tim komunikasi
Presiden Jokowi dan Staf Kepresidenan yang
bertugas memberikan penanganan terhadap kasus
ujaran kebencian di media sosial.
Demi mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahan interpretasi maka penliti akan melakukan
16
pengumpulan data hingga peneliti mencapai titik jenuh
(reduandacy of data gathering) dan memperdebatkan
prosedur-prosedur penjelasan.7
d. Teknik Analisis Data
Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur
uraian data. Mengorganisasikannya ke dalam suatu pola
kategori dan satu uraian dasar. Setelah semua informasi
ataupun data terkumpul, selanjutnya penulis akan
menganalisis menggunakan metode deskriptif dengan
pisau analisis teori konvergensi simbolik untuk
menjawab perumusan masalah dalam Penelitian ini.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum menetapkan judul, penulis melihat beberapa
judul skripsi yang menunjang judul yang akan di teliti. Dari
beberapa Penelitian sebelumnya, penulis memilih hasil Penelitian
yang berkaitan atau memiliki keterkaitan dengan Penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis. Penulis menemukan beberapa judul
7Norman K. Denzin dan Yvonna S.Lincoln, Handbook of Qualitative
Research. (Pustaka Pelajar:2009), h.307
17
skripsi yang berkaitan dengan judul skripsi yang akan diteliti,
antara lain:
a. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotik Makna
Kebencian Pada Program Seleb Haters di Global TV”,
yang ditulis oleh Ismo Triahtmojo, mahasiswa Jurusan
Komunikasi Dan Penyiaran Islam , Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bahwa salah satu program di
Global TV mengandung unsur kebencian. Hasil dari
Penelitian ini adalah bahwa ternyata pada program
Global TV yaitu seleb haters memilki unsur semiotik
yang memilki makna kebencian.
b. Skripsi yang berjudul “Strategi Kampanye di Media
Sosial (Twitter) Tim Pemenangan Joko Widodo- Jusuf
Kalla dalam Pemilihan Presiden 2014, yang disusun oleh
Tanto Fadly mahasiswa Jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
18
Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015. Dalam skripsi ini
membahas tentang bagaimana tim pemenangan
menggunakan media sosial untuk mengkampanyekan
calon presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam
pertarungan pilpres 2014.
c. Tesis yang berjudul “Penggunaan Ujaran Kebencian
Pada Acara Indonesia Lawyers Club di TV ONE: Kajian
Pragmatik, yang disusun oleh Nanik Handayani
mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanudin
pada tahun 2016. Dalam tesis ini membahas tentang
ujaran kebencian yang terdapat di acara Indonesia
Lawyers Club, serta apa dampak penggunaan ujaran
kebencian pada acara tersebut.
Perbedaan dari tiga penelitian diatas dengan penelitian
yang akan dilakukan dapat dilihat dari subjek dan objek
penelitian serta lokasi penelitian yang berbeda. Penelitian ini
akan lebih mengarah pada kasus ujaran kebencian terhadap
presiden di media sosial
19
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini bertujuan
memberikan gambaran secara singkat mengenai suatu
penelitian, yang terdiri atas lima bab, yaitu:
BAB 1: Pendahuluan
Pada bab 1 ini terdiri atas latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan
BAB 2: Kajian Teoritis
Pada bab II ini peneliti menguraikan landasan teori yang
digunakan dalam penelitian yaitu teori konvergensi simbolik,
konsep sosial media, konsep netizen, dan konsep ujaran
kebencian.
BAB III: Gambaran Umum
Pada bab III ini menuliskan tentang gambaran umum
mengenai fenomena ujaran kebencian serta profil Tim
Komunikasi Presiden dan Kantor Staf Presiden
20
BAB IV: Analisis dan Hasil Temuan
Pada bab IV ini akan dibahas menegnai temuan penelitian
tentang ujaran kebencian terhadap presiden di media sosial
dan penanganannya.
BAB V: Penutup
Pada bab V ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran
dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Konvergensi Simbolik
Teori konvergensi simbolik merupakan salah satu riset
yang diilhami oleh Robert Balles mengenai komunikasi dalam
kelompok kecil, yang kemudian direpilikasi dalam tindakan
komunikasi masyarakat dalam skala yang lebih luas ketimbang
kelompok kecil. Konvergensi merupakan suatu cara dimana
dunia simbol antar individu dapat saling bertemu, saling
mendekati bahkan saling behimpitan. Sementara simbolik
merupakan suatu kecenderungan manusia dalam menafsirkan
sesuatu dan menanamkan makna terhadap suatu lambang. Ketika
digabungkan antara konvergensi dan simbolik dapat dikatakan
sebagai cara individu dalam menafsirkan makna dari suatu
lambang yang diterimanya.
Teori konvergensi simbolik adalah suatu teori umum
dalam keranga luas yang memperhitungkan komunikasi manusia
dalam hal homo narrans (makhluk pencerita). Teori ini
menjelaskan mengenai munculnya kesadaran kelompok, dengan
22
emotikon, motif, dan makna yang disertainya secara tersirat,
bukan dalam hal lamunan dan skrip individu, tetapi lebih kepada
istilah-istilah, yang secara sosial disebut sebagai narasi fantasi.
Dengan demikian ini termasuk sebagai teori komunikasi sosial.8
Teori konvergensi simbolik yang dipelopori oleh Ernest
Bormann, teori ini menjelaskan tentang proses pertukaran pesan
yang menimbulkan kesadaran kelompok yang menghasilkan
hadirnya makna, motif, dan juga persamaan bersama. Kesadaran
kelompok yang terbangun dalam suatu kelompok dapat
membangun semacam makna, motif untuk bertindak bagi orang-
orang dalam kelompok tersebut.9
Teori ini memiliki anggapan dasar bahwa setiap anggota
kelompok melakukan pertukaran fantasi dalam rangka
membentuk kelompok yang kohesif. Fantasi yang dimaksud
merupakan ide ataupun gagasan, cerita, gurauan, dan lain-lain
yang mengandung emosi atau mengungkapkan emosi.
8E journal by: Ernest Bormann, “Symbolic Convergence Theory: A
Communication Formulation” Https://Academia.oup.com. Diakses pada 11
Mei 2018 9Gun Gun Heryanto, “Handbook Sosiologi Komunikasi Massa:
Ujaran Kebencian”
23
Teori ini mengupas tentang fenomena pertukaran pesan
yang memunculkan kesadaran kelompok dan berimplikasi pada
hadirnya makna, motif dan perasaan bersama. Kesadaran
simbolik yang terbangun dalam proses tersebut akan menyajikan
makna, emosi dan motif untuk bertindak bagi kumpulan individu
yang terlibat didalamnya.
Ada beberapa asumsi Ernest Bormann tentang teori
konvergensi simbolik, diantaranya:
a. Borman menyatakan bahwa teorinya dibangun dalam
kerangka paradigm naratif yang meyakini bahwa
manusia merupakan homo narrans yakni makhluk yang
saling bertuka cerita atau narasi untuk pengalaman dan
realitas sosialnya.
b. Borman menyatakan bahwa teori ini adalah teori umum
yang mengupas tentang fenomena pertukaran pesan yang
memunculkan kesadaran kelompok, yang berimplikasi
pada hadirnya makna, motif dan perasaan bersama.
c. Borman mengartikan istilah konvergensi sebagai suatu
cara dimana dunia simbolik pribadi dari dua atau lebih
24
individu menjadi saling bertemu, saling mendekati, atau
kemudian saling berhimpitan. Sedangkan istilah simbolik
terkait dengan kecenderungan manusia menafsirkan
makna dari berbagai lambang, tanda, kejadian yang
tengah terjadi, atau tindakan yang dialami manusia.
d. Menggunakan simbol yang hanya dipahami oleh
sekelompok orang yang tergabung dalam suatu
kelompok tertentu.
Menurut Ernest Bromann ada kata lain yang dapat
menggambarkan proses konvergensi simbolik yaitu tema fantasi.
Maksud dari tema fantasi merupakan suatu pesan yang
didramatisasi dengan menggunakan permainan kata yang dapat
menimbulkan interaksi dalam suatu kelompok. Masing-maisng
individu dapat menyalurkan fantasinya karena kesamaan
pengalaman atau seseorang dapat mendramatisasi pesan dengan
baik. konvergensi simbolik dapat terjadi ketika sekumpulan
individu baik yang sudah lama dikenal ataupun yang baru
dikenal, mereka melakukan inetraksi dan saling bertukar
pengalaman yang sama.
25
Konvergensi simbolik berkaitan dengan respon kelompok
Ernest Bormann mengatakan bahwa kita dapat melihat reaksi
berantai oleh peningkatan energi di dalam grup, dalam tempo
yang tidak terlalu cepat dalam percakapan terutama melalui
tanggapan umum terhadap citra.10
.
Tema Fantasi adalah bagian dari drama atau cerita besar
yang lebih panjang dan lebih rumit yang dinamakan “visi retorik”
yaitu suatu pandangan bagaimana sesuatu itu terjadi atau terjadi
pada masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Pandangan ini membentuk pemikiran atau asumsi yang menjadi
dasar pengetahuan bagi suatu kelompok manusia yang mnegatur
rasa terhadap realitas (sense of reality). Visi retorik tidak pernah
diceritakan secara keseluruhan, tetapi dibangun secara bertahap
dengan cara menceritakan tema-tema fantasi yang saling
berhubungan. Agar dapat memahmi secara keseluruhan,
seseorang harus mendengarkan setiap rangkaian tema-tema
fantasi yang diceritakan.11
10
Em Griffin, “A First look at Communication Theory”,(New York:
McGraw Hill, 2003), h.38 11
Morissan, “Teori komunikasi Individu Hingga Massa”.(Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,2013) h.232
26
B. Konseptualisasi Media Sosial
Media merupakan salah satu hal yang tidak asing lagi di
telinga masyarakat global. Hampir sebagian besar masyarakat
dunia melakukan komunikasi melalui media. Dengan segala
kemudahan yang ditawarkan, media menjadi suatu alat yang
sangat digandrungi masyarakat untuk berkomunikasi. Definisi
media sosial menurut Kaplan dan Haenlein adalah sekelompok
aplikasi berbasis internet yang dibangun atas dasar ideologis dan
teknologi web 2.0 yang memungkinkan terjadi penciptaan dan
pertukaran yang dihasilkan dari pengguna konten. 12
Penggunaan media sebagai alat komunikasi manusia
semakin lama kian meningkat, terlihat dari data yang dikeluarkan
oleh APJI (Asosiasi Pengguna Jasa Internet) pert-tahun 2017 di
Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa13
. Berdasarkan data diatas,
dapat dikatakan bahwa sebagian besar masayarkat Indonesia
menggunakan media sebagai alat bantu mereka dalam
berkomunikasi.
12
Kaplan dan Haenlein, “Users of the Worlds, Unite! The Challenge
and opportunities of Social Media”. Bussines Horizon 2010. H.59 13
https://apjii.or.id diakses pada Rabu 21 Maret 2017
27
Media sosial dapat diartikan sebagai medium di internet
yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya
maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi
dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara
virtual. 14
Sehingga satu hal yang wjaar ketika seseorang
menjadikan media sosial sebagai tempat berekspresi dan
berkarya secara bebas tanpa batasan. Meskipun banyak
kesamaan antara media sosial dan media siber, namun ada
perbadaan diantara keduanya. Dimana ada beberapa karakteristik
dari media sosial yang tidak dimiliki oleh media siber. Berikut
adalah karakteristik dari media sosial:
a) Jaringan (Network) Antar Pengguna
Media sosial memilki karakter jaringan sosial. Media
sosial terbangun dari struktur sosial yang terbentuk di dalam
jaringan atau internet. Jaringan yang terbentuk antar
pengguna merupakan jaringan yang secara teknologi
dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti komputer, telepon
genggam, atau tablet. Jaringan yang dimaksud sebagai
14
Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 11
28
karakteristik media sosial adalah media sosial pada dasarnya
terbentuk dari sistem yang berjejaring atau manusia yang
saling terkoneksi dengan bantuan teknologi.
b) Informasi
Informasi dapat dikatakan sebagai entitas penting
dalam media sosial. Sebab tidak seperti media lain di internet,
pengguna media sosial mengkreasikan representasi
identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan informasi
berdasarkan informasi. Bahkan informasi menjadi semacam
komoditas dalam masyarakat informasi. Informasi
diproduksi, dipertukarkan, dan dikonsumsi yang menjadikan
suatu informasi tersebut bernilai.
c) Arsip
Bagi pengguna media sosial, arsip menjadi sebuah
karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan
dan bisa diakses kapanpun dan melalui perangkat apapun.
Arsip juga merupakan salah satu kemudahan yang
ditawarkan oleh media sosial. Dengan mudahnya seseorang
yang menyimpan data di media sosial, dapat mengunggahnya
29
lagi atau melihatnya lagi kapan saja. Setiap informasi yang
diunggah tidak akan hilang begitu saja saat pergantian hari,
bulan maupun tahun.
d) Interaksi
Secara sederhana, interaksi yang terjadi di media
sosial minimal berbentuk saling mengomentari atau
memberikan tanda tanda yang ada di media sosial. Seperti
halnya ketika kita melihat seseorang mengunggah foto, kita
bisa berinteraksi dengan orang tersebut dengan cara
memberikan like ataupun komentar.
e) Simulasi Sosial
Dalam pemahaman simulasi, dapat dilihat dari karya
Jean Boudrillard yang membahas mengenai simulations and
simulacra (1994) dalam Rulli Nashrullah15
. Boudrillard
mengungkapkan makna simulasi bahwa kesadaran yang
nyata di benak khalayak semakin berkurang dan tergantukan
dengan realitas semu. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
imaji yang disajikan media secara terus menerus. Khalayak
15
Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 28
30
seolah tidak dapat membedakan antara yang nyata dan yang
ada di layar kaca.
Term Simulacra digunakan oleh Boudrilad untuk
menggambarkan bagaimana relitas yang ada di media
merupakan ilusi, atau dalam kata lain sesuatu yang ada di
media adalah bukan cerminan dari suatu realitas, sebuah
penandaan yang tidak lagi mewakili tanda awal, tetapi sudah
menjadi tanda baru. Di dalam media sosial, interaksi yang
terjadi memang menggambarkan bahkan mirip sekali dengan
realitas yang ada, akan tetapi sebenarnya yang terjadi
hanyalah simulasi dan bahkan terkadang berbeda sekali
dengan realitasnya.
f) Konten Oleh Pengguna
Hal yang menjadi basis dari media sosial adalah
kekayaan informasi, karena setiap individu berhak
mengunggah informasi apapun. Oleh karena itulah term ini
menunjukkan bahwa setiap konten di media sosial
sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi masing-masing
individu atau pemilik akun.
31
g) Penyebaran
Penyebaran merupakan karakter lainnya dari media
sosial. Medium ini tidak hanya menghasilkan konten yang
dibangun dari dan dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga
didistribusikan sekaligus dikembangkan oleh penggunanya.
Praktik ini menunjukkan bahwa khalyak aktif menyebarkan
konten sekaligus mengembangkannya.
C. Konseptualisasi Netizen
Netizen bukan hal baru lagi di telinga masyarakat abad
ke-21. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, netizen atau
yang kini dalam bahasa Indonesia disebut sebagai warganet16
.
Warganet adalah seseorang pengguna internet yang aktif
terlibat dalam komunitas online internet. Aktifitas yang
dilakukan pun beragam. Mulai dari sekedar chatting sampai
mencari informasi terkini.
Istilah netizen pertama kali dipopulerkan oleh Michael
F Hauben. Dalam buku The Net and Netizens: the Impact the
16
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Diakses pada Senin, 16
April 2018
32
Net Has on People‟s Lives. Pada tahun 1990 Michael sudah
memprediksikan bahwa internet merupakan suatu
perkembangan yang baru dan sangat signifikan serta sudah
dapat dipastikan, internet akan sangat berdampak bagi dunia
kita.
Pada awal kalimat bukunya, Michael mengungkapkan
Selamat datang di abad 21. Anda adalah seorang netizen
(seorang warga net) dan anda ada sebagai warga dunia berkat
konektivitas global yang disediakan oleh internet. Anda
menganggap bahwa setiap orang adalah rekan satu negara.
Anda secara fisik tinggal di satu negara tetapi anda
berhubungan dengan sebagian besar dunia dengan jejaring
komputer global. Sebenarnya anda tinggal bersebelahan
dengan setiap warga net lainnya di dunia. Pemisahan
geografis diganti dengan keberadaan di ruang virtual yang
sama.”17
Dalam awal kalimatnya, Michael sudah mengatakan
bahwa orang-orang yang ada di abad ke 21 adalah seorang
17
E-Journal by Ronda Hauben, Netizens and Communication: A New
Paradigm,www.columbia.edu. Diakses pada 5 Maret 2018.
33
netizen. Karena pada abad ini, semua akses informasi maupun
komunikasi bergantung pada internet. Michael juga
mnegtakan bahwa kini, setiap manusia tergabung dalam
komunitas global berjejaring. Artinya jarak geografis sudah
bukan lagi menjadi alasan penghambat komunikasi. Sehingga
dapat diartikan bahwa sesame warga net, tinggal
berdampingan dan terasa sangat dekat.
Menjadi netizen sudah pasti menjadi bagian dari
kegiatan media di mana seseorang terikat dengan informasi
yang termediasi. Kegiatan media yang dimaksudkan dapat
berupa proses menghimpun, memproduksi, sampai
mendistribusikan informasi. Netizen secara fisik, mental dan
emosional terlibat dalam material, teknologi, bahkan struktur
kekuatan yang ada di dalam media sosial. Ada beberapa
asumsi mengenai netizen menurut para ahli, menurut
Windahl, Signitzer dan Olson netizen cenderung dilekatkan
kepada individu yang dengan kesadarannya memilih pesan
yang tersedia di dalam media sosial. Sementara menurut Mc
Quail, pengertian netizen sama dengan pengertian Windahl
34
hanya ditambahkan bahwa netizen juga merupakan target
dalam suatu produksi pesan.18
D. Konseptualisasi Hate Speech
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, benci dapat
diartikan sangat tidak suka, sedangkan kebencian itu sendiri
merupakan kata benda yang berarti perasaan sangat tidak suka.19
Dalam era sekarang, kebebasan berpendapat sudah menjadi hak
bagi setiap orang. Setiap individu dapat bebas berekspresi di
media sosial. Semenjak hadirnya kebebasan di media sosial,
maka mulai dikenal kata ujaran kebencian atau hate speech di
media sosial, dimana seseorang tanpa beban dapat menghina,
mengejek atau membulli orang yang tidak ia sukai di media
sosial, bahkan sampai bisa melakukan pencemaran nama baik.
Menurut Dr. Gun Gun Heryanto mengutip dari Kent
Greenawalt, hate speech merupakan ucapan dan atau tulisan
yang dibuat seseorang di muka umum untuk tujuan menyebarkan
dan menyulut kebencian sebuah kelompok terhadap kelompok
18
Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 86 19
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, cet.ke 3 (Jakarta:Balai Pustaka, 2014), h.168
35
lain yang berbeda, baik karena ras, agama, keyakinan, gender,
etnisitas, kecacatan dan orientasi seksual. 20
Dalam ujaran kebencian memiliki tujuh komponen
sehingga seseorang dapat dikatakan telah melakukan ujaran
kebencian diantaranya: pernyataan penghinaan, pencemaran
nama baik, pembohongan publik, memprovokasi, penistaan,
penghasut dan kebencian.21
Menurut UNESCO, ujaran kebencian merujuk pada
ekspresi hasutan untuk menyakiti (khusunya diskriminasi,
permusuhan dan kekerasan) dengan sasaran kelompok sosial atau
demografis tetentu, ujaran kebencian dapat berupa perkataan
yang membela, mengancam ataupun mendorong tindakan
kekerasan. Ujaran kebencian dapat mencakup pesan kebencian
ataupun ekspresi yang menumbuhkan iklim prasangka dan
intoleransi yang diasumsikan menjadi pemicu terjadinya
diskriminasi, permusuhan dan serangan kekerasan. Dalam waktu
tertentu, ujaran kebencian cenderung meluas dan bahkan
20
Gun Gun Heryanto, dkk, “Melawan Hoax di Media Sosial dan
Media Massa”, (Yogyakarta: 2017), h.12 21
Gun Gun Heryanto, “Handbook Sosiologi Komunikasi Massa:
Ujaran Kebencian”
36
mencakup penginaan terhadap seorang penguasa atau individu
yang menjadi sorotan publik. Hal ini akan banyak terlihat dalam
masa pemilihan kepala daerah (PILKADA), pemilihan legislatif,
ataupun pemilihan presiden.
Edi Santoso mengutip Rita Kirk Whillock dalam esainya
yang berjudul “Ethical Considerations of Civil Discourse: The
Impication of The Rise of Hate Speech” menyebut bahwa pesan
kebencian pada hakikatnya merupakan “anihilis retoris” terhadap
lawan. Meskipun hanya melalui kata-kata, pesan kebencian itu
bertujuan untuk menidakan atau mematikan lawan. Akibatnya,
dialog atau diskurs menjadi macet. Tidak adanya kesediaan untk
menghargai dan mendengarkan lawan bicara. Tak ada kesediaan
untuk terbuka belajar dan berubah.
Allah berfirman dalam Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11:
37
“Hei orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan
orang laki-laki merendahkan kumpulan lain, boleh jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
sekumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu
lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri
dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim”.
Persoalan ujara kebencian di media sosial juga membuat
MUI mengeluarkan fakta mengenai larangan melakukan ujaran
kebencian. Hal tersebut dikarenakan ujaran kebencian memnag
tidak diperbolehkan/dilarang dalam agama islam. Fatwa MUI
No.24 Tahun 2017 tentang hukum dan pedoman bermuamalah
melalui media sosial ini akhirnya diluncurkan atas dasar
keprihatinan dari maraknya ujaran kebencian serta permusuhan
antarsesama warga negara Indonesia di media sosial.
Menurut Gagliardon (2015) dalam Edi Sanstoso ada
beberapa karakteristik ujaran kebencian di ranah online, yaitu: 22
22
E-Journal oleh Edi Santoso, Pengendalian Pesan Kebencian (Hate
Speech) di Media Baru Melalui Peningkatan Literasi Media.
jurnal.fisip.unila.ac.idDiakses pada 10 April 2018
38
1. Kekekalan Pesan
Di ranah online, pesan dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama dan dalam format yang berbeda yaitu
dapat berupa lintas platform dan dapat diulang melalui
tautan (link). Arsitektur platform akan berpengaruh pada
berapa lama pesan bertahan. Misalkan pada Twitter ada
yang disebut trending topic, hal ini menggambarkan
bagaimana suatu pesan cepat tersebar, menjadi
pembicaraan global, namun tak lama usianya.
2. Pengembaraan Pesan
Pesan dalam ranah media online yang sudah
dihapus bahkan bisa dimunculkan kembali, baik dengan
judul yang sama dan website yang sama ataupun
sebaliknya. Pesan dalam media online memang dapat
dibangkitkan kembali dengan mudah. Ketika kita men-
download suatu artikel, lalu tiba-tiba di websitenya artikel
tersebut sudah dihapus, maka kita bisa meng-upload
kembali di website kita pribadi.
39
3. Anonimitas
Dalam kondisi anonym, seseorang akan lebih
merasa nyaman dan aman untuk menyebarkan ujaran
kebencian dengan menggunakan nama palsu. Biasanya
seseorang akan menggunakan akun palsu untuk
melakukan tindakan penyebaran ujaran kebencian di
media social, agar identitasnya terlindungi dan tidak
terjerat hukum.
4. Transnasionalitas
Pesan dalam media online dapat dengan mudah
menyebar lintas negara. Kita sadari sepenuhnya bahwa
pesan ataupun tautan yang ada di media online, otomatis
akan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Apapun yang
kita unggah di suatu negara dapat langsung diakses pada
saat yang bersamaan di negara yang berbeda. Pesan
tersebut akan memunculkan persoalannya sendiri,
misalnya terkait mekanisme hukum untuk mengatasinya.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Tim Komunikasi Presiden
1. Sejarah Singkat Pembentukan Tim Komunikasi Presiden
Tidak dapat dipungkiri, proses komunikasi dapat
dikatakan sebagai suatu variabel yang sangat penting
dalam tataran kepemimpinan tahap nasional. Kepiawaian
dalam mengolah informasi yang hadir serta
menyampaikannya dengan tepat kepada publik juga
merupakan suatu kebutuhan dalam menyukseskan berbagai
program di ranah pemerintahan. Dapat kita sadari bersama,
dalam dunia serba digital keberlimpahan informasi pun
terus terjadi. Hal ini diperlukan adanya sinergitas mengenai
informasi yang diterima oleh publik.
Demi terjalinnya sinergitas informasi kepada publik,
Presiden Jokowi mengeluarkan Instruksi Presiden Nomer 9
tentang Pengelolaan Komunikasi Publik pada tanggal 25
Juni 2015, yang isinya adalah mengenai keselarasan terkait
41
berbagai kebijakan serta program pemerintah kepada
publik harus sesuai satu intruksi dari Presiden.
Pembentukan Tim Komunikasi Presiden dianggap
penting dalam menjalankan pemerintahan. Karena
dianggap tidak selamanya Presiden berkomunikasi secara
langsung dengan masyarakat. Serta dibutuhkan pula suatu
tim yang memang bertugas khusus untuk mengolah dan
mengelola jalannya informasi yang akurat dan terstruktur
di dunia pemerintahan. Tim Komunikasi Presiden dibentuk
berdasarkan Keputusan Presiden pada Mei 2015 silam.
Beberapa hal yang melatar belakangi terbentuknya
tim komunikasi ini adalah Presiden ingin terbentuk
komunikasi yang lebih efektif. Pola komunikasi yang
nantinya terjalin adalah dimulai dengan Tim Komunikasi
Presiden yang akan berdiskusi dengan Presiden Jokowi
mengenai isu yang menjadi perhatian masyarakat. Presiden
kemudian akan memutuskan bagaimana peran media
dalam menyampaikan hal tersebut berdasarkan hasil dari
diskusi tersebut. Jika nantinya ada pertanyaan, maka
42
pertanyaan itu akan diteruskan ke Tim Komunikasi
Presiden, dan mereka yang akan mengolah informasi
tersebut, lalu membicarakannya kepada Presiden untuk
tindakan komunikasi apa yang akan diambil.23
Pembentukan Tim Komunikasi Presiden tentunya
mendapatkan respon positif dari berbagai kalangan
masyarakat, serta diharapkan dapat mewujudkan pola
komunikasi yang baik ditataran pemerintahan. Tim ini juga
diharapkan agar dapat mencegah terjadinya blunder,
seperti yang pernah dilakukan oleh Presiden Jokowi
ataupun para mentrinya.
2. Anggota Tim Komunikasi Presiden
a. Sukardi Rinakit
Sukardi Rinakit atau yang lebih akrab disapa
“cak kardi” merupakan seorang pengamat politik
sekaligus penulis. Sebelum menjadi anggota Tim
Komunikasi Presiden, pria kelahiran 5 Juni 1963 ini
telah mendapatkan gelar master di Departement of
23
http://www.cnnindonesia .com diakses pada 17 Mei 2018
43
Southest ASEAN Studies di Singapura. Sukardi juga
merupakan seorang Direktur Eksekutif Soegeng
Sarjana Syndicate (SSS), yang merupakan sebuah
lembaga kajian yang didirikan oleh pengusaha soegeng
Sarjadi. Selain itu, Sukardi pernah menjadi staf peneliti
di Center for Strategic and International Studies
(CSIS), dan juga pernah menjalani karir sebagai ghost
writer mentri dalam negeri dan analisis politik mentri
pertahanan. Saat ini Sukardi merupakan salah satu
anggota Tim Komunikasi Presiden yang memilki tugas
menemani Presiden dalam kunjungan kerja maupun
membuat naskah pidato Presiden.
b. Johan Budi
Johan Budi Sapto Prabowo, atau yang lebih
dikenal dengan nama Johan Budi, sebelum menjabat
sebagai anggota Tim Komunikasi Presdien, pria
kelahiran 29 Januari 1967 ini, memulai perjalanan
karirnya sebagai seorang jurnalis dan wartawan. Johan
pernah menjadi reporter dan editor pada Majalah
44
Forum Keadilan, Kolumnis Media Harian Indonesia,
Editor Majalah Tempo bahkan sempat menjabat
sebagai Kepala Biro Jakarta dan Luar Negri di Tempo.
Setelah itu, pada tahun 2006 Johan diangkat sebagai
Juru Bicara KPK hingga tahun 2014.
Johan Budi bergabung dengan Tim Komunikasi
Presiden pada awal tahun 2016. Johan memiliki tugas
khusus sebagai juru bicara Presiden yang juga akan
memberikan klarifikasi maupun pernyataan sikap
Presiden kepada publik.
c. Ari Dwipayana
AA GN Ari Dwipayana mengawali karirnya
sebagai dosen di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Selain
itu, Ari juga merupakan seorang pengamat politik.
Pria kelahiran Bali, 24 Februari 1972 ini
merupakan seorang akademisi yang memiliki latar
belakang keahlian di bidang politik dan
pemerintahan. Ari mendapatkan gelar sarjana pada
45
Ilmu Pemerintahan UGM (1995) dan menuntaskan
gelar magisternya pada Ilmu Politik UGM (2015).
Ari Dwipayana memilki beragam pengalaman
sebelum dirinya dilantik sebagai Tim Komunikasi
Presiden menggantikan Teten Masduki. Salah
satunya adalah pengalaman sebagai Tim Ahli
Komite 1 Dewan Perwakilan Daerah RI, Tim Pakar
RUU Desa Direktorat Pembangunan Masyarakat
Desa Kementrian Dalam Negri (2008-2010),
Konsultan DRSP-RTI-USAID (2008-2009).
3. Tugas dan Fungsi Tim Komunikasi Presiden
Tugas:
Memberi saran-saran komunikasi kepada Presiden.
Mengkomunikasikan apa yang diinginkan Presiden
kepada masyarakat.
Mendampingi Presiden dalam kunjungan dalam dan luar
negri.
Fungsi:
46
Fungsi tim secara spesifik ialah membantu
komunikasi publik Presiden Jokowi.24
4. Pembagian Peran Government Public Relations: Tim
Komunikasi Presiden, Kantor Staff Presiden,
Kementrian/Lembaga/Daerah (K/L/D).
Proses pengolahan informasi dalam ranah
pemerintahan tentunya harus selalu sejalan dengan isu-isu
yang berkembang di masyarakat. demi menjaga
keseimbangan arus informasi yang ada di pemerintahan,
maka dipandang perlu adanya bagian khusus yang
menangani proses pengolahan informasi. Agar tidak
terjadinya tumpang tindih pengolahan informasi yang
berkembang, berikut adalah pembagian tugas tim pengolah
informasi publik:
24
Musfiah Saidah.Public Relation Politik Tim Komunikasi Presiden
Republik Indonesia dalam Pengelolaan Isu-Isu Publik. Repository.uinjkt.ac.id
Diakses pada 15 Mei 2018
47
Gambar 1 Pembagian Peran TKP/KSP/GPR/KLD25
Dalam Inpres No.9 tahun 2015 tentang pengelolaan
media massa disebutkan bahwa:
Kemkominfo sebagai penyusun narasi tunggal
Kemkominfo menyiapkan, merencanakan dan
mengordinasikan agenda setting pemerintah
Pemerintah menyampaikan informasi, kebijakan dan
program melalui berbagai saluran komunikasi secara
25
Gun Gun Heryanto, Handbook Komunikasi Politik: Government
Public Relations.
48
cepat dan tepat untuk mengimbangi arus pemberitaan
di media massa.
Sementara peran K/L/D pun disebutkan dalam
Inpres No.9 adalah sebagai berikut:
Penyediaan data substansif program prioritas secara
berkala pada Kemkominfo.
Koordinasi terkait perencanaan, penyiapan dan
pelaksanaan komunikasi publik terkait kebijakan dan
program pemerintah.
Diseminasi informasi publik yang telah disusun melalui
saluran komunikasi yang tersedia.
Sementara Tim Komunikasi Presiden, seperti yang
dapat dilihat pada gambar 1. Perannya melingkupi
pembahasan isu strategis, press release, opini dan analisis
berita terkini, dan update kinerja pemerintah. Selain itu,
Tim Komunikasi Presiden dapat dikatakan sebagai orang
yang bersentuhan langsung dengan Presiden. Sehingga
tidak heran ketika dimana ada Presiden, sudah pasti ada Pak
Sukardi (anggota Tim Komunikasi Presiden).
49
Lain halnya pembagian peran di Kantor Staf Presiden.
Dalam hal ini, KSP memilki peran dalam menanggulangi
beragam muatan, diantaranya video conference, pelaporan, berita
media elektronik, capaian kinerja program prioritas kementrian
dan lembaga dan aplikasi Google Maps.
B. Profil Kantor Staf Presiden
1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kantor Staf Presiden
Kantor Staf Presiden (KSP) merupakan lembaga non
struktural yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. KSP dibentuk pada 23 Februari 2015
berdasarkan Perpres No.26 Tahun 2015 tentang Kantor
Staf Presiden yang bertujuan untuk memberikan
dukungan kepada pemerintah dalam mengendalikan
pelaksanaan tiga kegiatan strategis, yaitu pelaksanaan
program prioritas nasional, aktivitas terkait komunikasi
politik kepresidenan, serta pengelolaan isu startegis.
Pembentukan kantor staf presiden ini diharapkan
dapat membantu pemerintah dalam menjalankan roda
pemerintahan. Pemerintah menganggap perlu dibentuknya
lembaga yang menggawangi kinerja pemerintah serta
50
menjadi jembatan bagi masyarakat agar bisa
berkomunikasi langsung dengan pihak istana.
Dalam hal menjembatani, KSP memiliki satu
program KSP mendengar. KSP membolehkan setiap
lapisan masyarakat mengadukan keluhannya terhadap
pemerintah melalui lembaga ini. Hal ini diharapkan agar
pihak pemerintah dapat menjalin komunikasi yang baik
dengan setiap lapisan masyarakat.
2. Anggota Kantor Staf Presiden
Kantor Staf Presiden memiliki lima deputi yang
masing-masing memiliki bidang yang berbeda.
Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Staf Presiden RI
26
26
www.ksp.go.id, diakses pada 25 September 2018.
51
Terhitung sejak tanggal 17 Januari 2018, Jendral TNI
Purnawirawan Moeldoko dilantik sebagai Kepala Staf
Kepresidenan menggantikan Teten Masduki. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsi staf kepresidenan,
Moeldoko dibantu oleh lima deputi yang masing-masing
bertanggung jawab atas isu yang berbeda.
Deputi I
Bidang pengelolaan dan pengendalian program
prioritas nasional. Deputi I dipimpin oleh Darmawan
Prasodjo, Ph.D. Dalam hal ini, deputi satu memegang
kendali utama atas setiap isu yang berkaitan dengan
program prioritas nasional pemerintahan Jokowi-JK
Deputi II
Deputi ini membawahi bidang kajian dan
pengelolaan isu-isu sosial, ekologi dan budaya
strategis yang dipimpin oleh Yanuar Nugroho, Ph.D.
Deputi III
Deputi ini bertangung jawab atas pengelolaan isu-isu
ekonomi strategis yang berada dibawah pimpinan
Denni Puspa Purbasari. M.Sc., Ph.D
52
Deputi IV
Deputi ini merupakan deputi yang dapat dikatakan
sebagai humas pemerintah, karena bertanggung
jawab atas pengelolaan komunikasi politik dan
diseminasi informasi yang dijabat oleh Eko Sulistyo
Deputi V
Deputi V yang dipimpin oleh Jaleswari
Pramordawardhani, M.A. yang mengelola isu-isu
hukum, pertahanan, kemanan dan HAM.
53
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Fenomena Ujaran Kebencian di Facebook
Sistem kebebasan berbicara bagi seluruh masyarakat di
Indonesia memang termaktub dalam undang-undang. Setiap
masyarakat bebas mengeluarkan pendapatnya di dalam ruang
publik yang sudah tersedia. Namun, nampaknya kebebasan
berpendapat ini banyak disalahgunakan oleh sebagian orang
hingga muncul suatu studi akademis mengenai ujaran
kebencian.
Ujaran kebencian adalah perkataan ataupun tulisan
seseorang yang dibuat di muka umum yang bertujuan untuk
menyebarkan dan menyulut kebencian terhadap orang lain
ataupun kelompok yang berbeda pendapat, ras, suku, agama,
keyakinan, gender, dan sebagainya27
. Karena dianggap dapat
menimbulkan perpecahan, Indonesia membuat aturan
mengenai ujaran kebencian yang tertuang dalam UU No.19
27
Gun Gun Heryanto dkk, “Melawan Hoax di Media Sosial dan Media
Massa”, (Yogyakarta,2017), h.
54
Tahun 2016 tentang informasi dan transaksi elektronik atau
yang biasa kita kenal dengan sebutan UU ITE.
Namun, adanya UU ini belum juga membuat
masyarakat kita sadar akan bahayanya menebarkan ujaran
kebencian di media sosial. Sifat peraturan yang pasif
membuat hukum di Indonesia terlihat tidak tegas. Hal ini
dikarenakan hukum akan bisa dilaksanakan ketika ada
seseorang yang merasa dirinya atau orang lain yang telah
dirugikan melapor kepada pihak penegak hukum.
Jika dilihat dari rentang waktunya, perbincangan
ujaran kebencian di media sosial sangat dipengaruhi oleh
dinamika kejadian yang disajikan oleh beragam
golongan.Selain itu, ujaran kebencian ujaran terhadap
presiden juga dipengaruhi oleh kegiatan ataupun keputusan
yang dibuat oleh presiden Jokowi.
“Ya, kalau sampai saat ini memang banyak sekali
ujaran kebencian yang ditujukan kepada presiden Jokowi.
Memang biasanya ujaran kebencian itu muncul setelah bapak
melakukan suatu kegiatan ataupun membuat keputusan.
55
Terlebih lagi sekarang, tahun 2018 dan memasuki tahun-
tahun politik, dapat dilihat ujaran kebencian semakin
melonjak.”28
Seperti halnya ujaran kebencian yang menerpa
Presiden Jokowi soal banyaknya tenaga kerja asing terutama
China yang berada di Indonesia, isu ini sangat cepat tersebar
melalui media sosial, dan membangun pola pikir masyarakat
bahwa presiden Jokowi membuka peluang bagi tenaga kerja
asing yang terlalu banyak. Selain itu, rumor mengenai
kebnagkitan PKI di era Jokowi pun merambah, bukan hanya
itu, Presiden Joko Widodo pun mendapatkan julukan sebagai
antek-antek PKI. Beberapa rumor terus tersebar di media
sosial yang tak henti menghantam Presiden Republik
Indonesia, bahkan sampai mencuat di Facebook ucapan
mengenai orang tua Jokowi, yang tidak jelas asal usulnya.
Presiden Jokowi seakan tak pernah henti menjadi
bahan pembicaraan yang memenuhui ruang publik.
28
Berdasarkan hasil wawancara dengan Johan Budi tanggal 12 Juli 2018
di Istana Kepresidenan, Jakarta
56
B. Konvergensi Simbolik Penanganan Ujaran Kebencian
Oleh KSP dan TKP
Terhitung sejak merambahnya dunia sosial di kalangan
masyarakat Indonesia, fenomena ujaran kebencian kerap kali
menjadi suatu wacana yang terkadang luput dari perhatian
hukum. Netizen semakin menguatkan keberadaannya dengan
mengumbar wacana ujaran kebencian. Kini rakyat Indonesia
lebih senang berkampanye menyuarakan pendapatnya di media
sosial. Dapat dilihat data sampai April 2017, total pengguna
facebook di Indonesia menempati urutan ke- empat di dunia.
Gambar 3
29
29
Data dari We Are Social yang diakses pada 7 September 2018 pukul
18.18 WIB.
57
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa pengguna
facebook di Indonesia mencapai seratus juta akun. Dalam
peringkat dunia, Indonesia menempati posisi ke-empat setelah
Amerika, India, dan Brazil. Bahkan jika dibandingkan dengan
total pengguna facebook di Amerika, hanya berjarak 5%
darijumlah total pengguna akun.
Jika kita lihat media sosial kita saat ini memang dapat
dikatakan sangat jauh dari kata santun. Tak sedikit netizen yang
melakukan ujaran kebencian terhadap presiden dari sisi pribadi,
ataupun keputusan yang dikeluarkan oleh presiden. Namun,
banyak pula netizen yang melakukan pembelaan kepada
presiden secara pribadi, karena merasa mulai jengah dengan
akun-akun penyebar konten ujaran kebencian.
Seiring perkembangan zaman, perdebatan soal ujaran
kebencian menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat
Indonesia, sampai akhirnya pemerintah membuat aturan
mengenai hal tersebut pun masih saja ada yang melakukannya
sampai sekarang. Sampai akhirnya perbincangan ini sampai ke
58
ranah istana, dan dijadikan suatu hal yang menurut mereka
setidaknya perlu untuk ditindak lanjuti.
Akhirnya, wacana ujaran kebncian terhadap presiden
Jokowi di media sosial menarik untuk diteliti, khususnya perihal
penanganan ujaran kebencian yang dilakukan oleh pihak istana.
Berikut ini, beberapa analisis tulisan terkait penanganan ujaran
kebencian oleh pihak istana yang tersebar di ranah publik.
1. Kontra Narasi Ujaran Kebencian oleh Kantor Staf
Presiden
Tabel 4.1
5 Sampel Ujaran Kebencian di Facebook
No Nama
Informan Judul Tulisan Bahasan Link Tulisan
1 JG Fakta: Hanya Sejak
Era Jokowi, PKI
Tiba-tiba Muncul
Secara Terang-
terangan.
Tulisan ini
membahas mengenai
tudingan bahwa
Jokowi adalah PKI
dan akan meminta
maaf pada PKI
https://www.face
book.com/jonru.
page
2 RMNS Pemerintah Paksa
Barang Haram ke
Anak-Anak
Tulisan ini
membahas persoalan
pemerintah tak akan
mampu tanggung
dosa atas haramnya
vaksin MR.
https://m.facebo
ok.com/story.ph
p?story_fbid=20
0447504625011
3&id=10000062
9114174
3 KPA Gunung Emas
Dikuasai Asing
Tulisan ini
menggambarkan
bagaimana sumber
emas dikuasai oleh
https://www.face
book.com/perma
link.php?story_f
bid
59
Asing
4 TN Prabowo: Rupiah
melemah karena
Indonesia dikuasai
Asing
Tulisan ini
membahas persoalan
melemahnya rupiah
yang disebabkan
Asing telah
menguasai
Indonesia.
https://www.gos
umbar.com/artik
el/serbaserbi/201
8/09/09/prabowo
-ekonomi-
melemah-
karena-kita-
dikuasai-
asing/?utm_sour
ce=dlvr.it&utm_
medium=facebo
ok
5 MI
Kini, Pekerja Cina
Semakin Bernapas
Lega di Bumi Pertiwi
Ini
Tulisan ini
menyampaikan
banyanya tenaga
kerja asing yang ada
di Indonesia bahkan
melebihi tenaga
kerja Indonesia
https://www.face
book.com/perma
link.
Selanjutnya adalah kontra narasi oleh Kantor Staf Presiden di
Tabel 4.2
No Infor
man Judul Tulisan Bahasan Link Tulisan
1 KSP Presiden
Jokowi:
Pemerintah
Tidak Akan
Minta Maaf
Pada PKI
Tulisan ini membahas
mengenai keputusan
pemerintah yang tidak
akan meminta maaf
pada PKI
http://presidenri.g
o.id/berita-
aktual/presiden-
jokowi-
pemerintah-tidak-
akan-minta-maaf-
pada-pki.html
2 KSP Darurat dan
Berbahaya,
Tulisan ini membahas
soal diperbolehkannya
http://presidenri.g
o.id/berita-
60
Vaksin MR
Diperbolehkan,
Bahkan wajib
vaksin MR aktual/darurat-
dan-berbahaya-
vaksin-mr-
diperbolehkan-
bahkan-wajib.html
3 KSP Perjuangan
Mengambil Alih
Blok Tambang
Artikel ini
menggambarkan bahwa
presiden Jokowi sadar
akan banyaknya
perusahaan tambang
Indonesia yang dikuasai
asing, jadi beliau
merebutnya kembali.
http://presidenri.g
o.id/berita-
aktual/perjuangan-
mengambil-alih-
pengelolaan-blok-
tambang.html
4 KSP Rupiah Sempat
Tertekan, Krisis
Ekonomi 1998
Tak Akan
Terulang
Artikel ini membahas
soal menurunnya nilai
tukar rupiah, namun
dipastikan kejadian
1998 tidak akan
terulang
http://www.ksp.go
.id/rupiah-sempat-
tertekan-krisis-
ekonomi-1998-
tak-akan-
terulang/index.ht
ml
5 KSP Bahas Rakor
TKA,
Moeldoko:
Rumor Serbuan
Pekerja
Tiongkok Tak
Terbukti
Tulisan ini adalah suatu
bentuk klarifikasi
bahwa jumlah TKA
yang ada di Indonesia
khususnya Morowali
tidak sebanyak yang
dibicarakan.
http://ksp.go.id/ba
has-rakor-tka-
moeldoko-rumor-
serbuan-pekerja-
tiongkok-tak-
terbukti/
Untuk memudahkan analisis tulisan tersebut peneliti
bedah dengan mengikuti alur FTA yakni dimulai dari initial
basic concept. Istilah ini merupakan bagian komunikasi
primer yang mewakilkan keseluruhan konsep dalam teks dan
perbincangan. Terdapat empat istilah yang masuk ke dalam
61
konsep dasar yakni Tema Fantasi, Tipe Fantasi, Syimbolic
Cue, dan Saga. 30
a. Analisis Tulisan Pertama: Pemerintah Tidak Akan
Minta Maaf Pada PKI.
Tulisan ini di posting pada 30 Juni 2016. Dalam
tulisan ini penulis (Kantor Staf Presiden) memberikan
gambaran bahwa pemerintah tidak ada niat untuk
meminta maaf pada keluarga Partai Komunis
Indonesia, karena PKI dianggap sebuah ancaman,
bukan hal yang harus dilindungi.
1) Tema Fantasi
Tema fantasi pada tulisan ini dapat kita lihat pada
tema besar yang diusung oleh penulis
yaitu:Pemerintah Tidak Akan Minta Maaf Pada
PKI. Penulis mencoba membangun opini kepada
publik dan berupaya berbagi kesadaran bahwa
30
Lihat Disertasi Gun Gun Heryanto, Universitas Padjajaran dengan
judul Konvergensi Simbolik di komunitas Virtual: Studi Pada Ruang Publik
Baru dalam Komunikasi Politik di Situs Jejaring Sosial dan Weblog Interaktif
Era Pemerintahan SBY-Boedino Dalam Kasus Century, H. 327.
62
Presiden tidak akan melakukan upaya untuk
meminta maaf kepada PKI.
2) Symbolic Cue
Dalam tulisan ini, bentuk symbolic cue dapat
diamati pada kalimat: “Tidak ada rencana dan
pikiransama sekali saya minta maaf pada PKI.”
Dalam konteks ini, yang diamksud oleh penulis
adalah Jokowi sendiri yang sudah menegasakan
bahwa dirinya sebagai pemimpin Negara
menyatakan sikap bahwa pemerintah Republik
Indonesia, tidak peranah berencana untuk meinta
maaf pada PKI. Berikut penggalan artikel dari
KSP:
Presiden menegaskan bahwa pemerintah tidak
akan meminta maaf kepada PKI. “Tidak ada
rencana dan pikiran sama sekali saya minta
maaf pada PKI,” ucap Presiden ketika
memberikan sambutan pada acara buka puasa
bersama Keluarga Besar TNI di Plaz a Mabes TNI
Cilangkap, Jakarta Timur, Senin nJ Juni nali.
63
3) Tipe Fantasi
Tipe fantasi yang digunakan yaitu
menegaskan tentang sikap pemerintah.Penulis
mencoba memberikan gambaran bahwa beberapa
hal yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
menjaga keutuhan NKRI adalah dengan
mempertegas sikap pemerintah terhadap PKI ke
Ormas dan tokoh masyarakat setempat, agar tidak
mudah terbawa isu negative dan tidak benar. Hal
ini bisa ditemukan dalam penggalan artikel
berikut:
Presiden menegaskan bahwa dirinya seringkali
menegaskan tentang sikap pemerintah ini, baik
kepada ormas Islam Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah dan juga tokoh-tokoh
masyarakat.“„Terutama saat Kesaktian Pancasila
di Lubang Buaya tahun lalu. Tapi ada yang
goreng-goreng sehingga muncul isu. Jangan
didengarkan. Tidak akan minta maaf pada PKI,”
ujar Presiden.
4) Saga
Dalam tulisan ini saga dapat kita temukan
dalam kalimat berikut: kita harus jadi bangsa
yang siap berkompetisi
64
Berikut penggalan kalimatnya:
Saat ini, lanjut Presiden, hal yang paling penting
adalah bagaimana melangkah ke depan, meski
tidak dipungkiri ada masa kelam pada masa lalu.
“Agar menyongsong masa depan lebih baik dan
peristiwa tidak terjadi lagi, maka kita harus jadi
bangsa yang siap berkompetisi,” kata Presiden.
Dalam saga ini, penulis seperti memberikan
titik terang bahwa agar kejadian pembantaian oleh
PKI bisa dijadikan pelajaran untuk menyongsong
masa depan bangsa yang lebih baik. satu hal yang
dapat dicegah agar peristiwa tersebut tidak
terulang adalah, bangsa Indonesia harus siap
berkompetisi dengan negara lain di belahan dunia.
b. Analisis Tulisan Kedua: Darurat dan Berbahaya,
Vaksin MR Diperbolehkan, Bahkan wajib.
Tulisan yang dibuat oleh Kantor Staf Presiden ini
diterbitkan pada 22 September 2018. Tulisan ini
termasuk salah satu penanganan Kantor Staf Presiden
terhadap Ujaran Kebencian terhadap presiden Jokowi
di Facebook.
65
1) Tema Fantasi
Tema fantasi mewujudkan sebuah pesan
dramatis yang menggambarkan sebuah kasus yang
menjelaskan keadaannya. Dalam konteks tulisan
ini tema fantasi yang diangkat adalah Vaksin MR
Diperbolehkan Bahkan Wajib.
Tema fantasi Vaksin MR Diperbolehkan
Bahkan Wajib ini menjadi semacam tema besar
yang ingin disampaikan oleh penulis. Tema untuk
menunjukkan bahwa vaksin MR kini
diperbolehkan, bahkan wajib karena hal yang
darurat.
2) Symbolic Cue
Dalam tulisan ini symbolic cue terdapat pada
tulisan: Fatwa. Berikut penggalan kalimat
tersebut:
Sebenarnya, menurut Ketua MUI, terkait masalah
vaksin, MUI sudah mengeluarkan fatwa pada
tahun 2016. Itu fatwa MUI No. 4 Tahun 2016
sudah diputuskan bahwa melakukan imunisasi
yang mengancam, menimbulkan penyakit,
66
kecacatan yang berkelanjutan, maka bukan hanya
boleh (digunakan), bahkan wajib.
“Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), Rubella ini sangat berbahaya. Kalau
bahaya itu diyakini, kalau bahasa ulama, artinya
memang bahaya, merupakan kewajiban,” jelas
Ma‟ruf Amin.
Kata fatwa, intinya penulis menilai bahwa
status vaksin MR yang selama ini diyakini
masyarakat adalah haram, sudah ada landasan
yang jelas dan keputusan dari MUI bahwa vaksin
tersebut diperbolehkan bahkan di wajibkan karena
keadaan darurat.
3) Tipe Fantasi
Dalam tulisan ini tipe fantasi ada pada
kalimat:MUI sudah mengeluarkan dua fatwa.
Karena itu, Ketua MUI Ma‟ruf Amin menekankan,
bahwa pihaknya sangat prihatin terhadap capaian
imunisasi vaksin MR ini yang hinga saat ini baru
mencapai 48 persen.
“Karena itu, harus ada upaya-upaya maksimal
melibatkan semua pihak. Kami, MUI sudah
mengeluarkan dua fatwa dan kami siap
mensukseskan Vaksin Rubella ini,” pungkas
Ma‟ruf Amin.
67
Penulis seolah memberikan keyakinan kepada
masyarakat bahwa dalam kasus ini MUI sebagai
lembaga yang memmiliki otoritas dalam penentuan
halal dan haram, menyatakan bahwa vaksin MR
diperbolehkan bahkan wajib.
4) Saga
Bentuk saga dapat ditemukan dalam kalimat:
Rubella ini sangat berbahaya. Kalimat tersebut
menegaskan bahwa virus rubella sangat berbahaya
dan mengancam keselamatan para peneurus
bangsa.
Berikut penggalan kalimat tersebut:
“Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan
(Kemenkes), Rubella ini sangat berbahaya. Kalau
bahaya itu diyakini, kalau bahasa ulama, artinya
memang bahaya, merupakan kewajiban,” jelas
Ma‟ruf Amin.
Tadi, lanjut Ketua MUI, sudah disebutkan dan
ditunjukan langsung contohnya. Ini sangat
bahaya. “Kalau generasi muda Indonesia akan
seperti itu, kita akan menjadi bangsa yang lemah.
Akan kalah berkompetisi dengan bangsa yang
lain,” ulas Ma‟ruf Amin.
68
c. Analisis Tulisan Ketiga: Perjuangan Mengambil
Alih Blok Tambang
Tulisan ini dibuat oleh Kantor Staf Presiden, yang
diterbitkan pada 8 Agustus 2018. Tulisan ini
diberitakan kepada khalyak demi memberikan kontra
narasi terhadap pencemaran nama baik Presiden
Jokowi yang terkait dengan perusahaan tambang
dikuasai oleh perusahaan Asing.
1) Tema Fantasi
Dalam tulisan ini tema fantasi yang menonjol
ada pada kalimat: Perjuangan Mengambil Alih
Blok Asing.
Berdasarkan kalimat diatas, penulis berupaya
membangun opini kepada publik bahwa
pemerintah telah berupaya merebut beberapa
perusahaan tambang di Indonesia yang dikuasai
oleh asing.
69
2) Symbolic cue
Tulisan ini menampilkan bentuk symbolic cue
yang bisa dibaca pada kalimat: Pemerintah
mengambil langkah Serius. Berikut penggalan
kalimatnya:
Pemerintah mengambil langkah serius terhadap
upaya penguasaan negara terhadap sumber daya
alam minyak dan gas. Beberapa aset yang
berhasil diambil alih pengelolaannya oleh
Indonesia antara lain Blok Minyak dan Gas Bumi
(Migas) Mahakam di Kalimantan Timur dan yang
terbaru Blok Migas Rokan di Riau.
“Blok Mahakam dulu dimiliki Prancis dan
Jepang, 100 persen sekarang kita berikan pada
Pertamina. Blok Rokan dulu dikelola Chevron,
Amerika, sekarang sudah diambil oleh Pertamina
100 persen juga,” kata Presiden saat meresmikan
Pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten
Bogor, pada Rabu, 8 Agustus 2018.
Kalimat ini mencoba menceritakan kepada publik
bahwa pemerintah benar-benar memikirkan cara dan
melakukan segenap upaya untuk merebut saham
perusahaan tambang milik asing.
70
3) Tipe Fantasi
Tipe fantasi yang menonjol yaitu: Indonesia
nantinya dapat meningkatkan kepemilikan
saham Freeport. Intinya penulis menuturkan
bahwa pemerintah mengupayakan agar Indonesia
nantinya dapat merasakan hasil yang
menguntungkan dari proses bagi hasil saham
Freeport.
Hal tersebut bisa kita amati dalam tulisan:
Upaya panjang tersebut pada akhirnya
membuahkan sebuah kesepakatan awal di mana
Indonesia nantinya dapat meningkatkan
kepemilikan saham Freeport Indonesia menjadi
51 persen.
Meski demikian, kesepakatan awal tersebut justru
sempat menuai nada sumbang dari sejumlah pihak
dari dalam negeri. Menurut Presiden, langkah
penting ini seharusnya didukung penuh sebagai
bagian dari mengupayakan kedaulatan negara
atas sumber daya alam yang dimilikinya.
“Mestinya seluruh rakyat mendukung penuh agar
itu betul-betul bisa dikelola oleh bangsa ini,”
tandasnya
.
4) Saga
Dalam tulisan ini bisa diperhatikan pada
kalimat: bagi hasil yang lebih adil dan
71
menguntungkan Indonesia dari Freeport.
Penulis menunjukan bahwa upaya pemerintah
masih terus menerus dilakukan agar Indonesia
dapat memiliki seutuhnya saham perusahaan
tambang yang ada di wilayah Indonesia.
Selain itu, Kepala Negara juga mengabarkan
upaya yang masih ditempuh pemerintah untuk
dapat mendapatkan bagi hasil yang lebih adil dan
menguntungkan Indonesia dari Freeport.
“Freeport, wah ini memang sulit banget,”
ucapnya.
Menurut Presiden, selama 40 tahun rakyat
Indonesia hanya menikmati bagi hasil pengolahan
sebesar 9,3 persen dari Freeport Indonesia.
Karena itu, pihaknya dalam 3,5 tahun belakangan
ini masih terus mengupayakan negosiasi soal
divestasi saham Freeport ini.
“Saya negosiasi 3,5 tahun, alot sekali. Jangan
dipikir itu mudah. Saya sampaikan, jangan
mundur! Minta mayoritas 51 persen. Ditawar 30
persen tidak boleh, 51 persen mayoritas!”
tuturnya.
d. Analisis Tulisan Ke-Empat: Rupiah Sempat
Tertekan Isu Ekonomi 1998 Tak Akan Terulang
Tulisan yang di-posting pada 7 September 2018.
Tulisan ini menarik dikaji dalam kaitannya kontra
72
narasi Kantor Staf Presiden mengenai isu menurunnya
nilai tukar rupiah.
1) Tema Fantasi
Dalam tulisan ini tema fantasi yang meonjol
terlihat dari tema besar yang diangkat oleh
penulis, yaitu: Mata uang rupiah sempat
tertekan oleh dollar AS.
Meskipun mata uang rupiah sempat tertekan
oleh Dolar AS, krisis ekonomi seperti tahun 1998
diyakini tidak akan terjadi. Penegasan itu
disampaikan Deputi Bidang Kajian dan
Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis Kantor
Staf Presiden Denni Puspa Purbasari.
“Semua pembicara sudah sama poinnya bahwa
kondisi sekarang berbeda dengan tahun 1998.
Kita tidak akan seperti 1998, tetapi memang kita
semua harus melakukan penyesuaian dan
pemerintah makin mawas diri. Pemerintah tidak
pernah menganggap depresiasi rupiah tidak
serius,” tegas Denni
Dari tema fantasi yang dibagikan oleh penulis
kepada pembaca ini adalah gambaran sebuah
kasus. Persoalan yang kini meluap adalah soal
nilai tukar rupiah yang tertekan oleh Dolar AS.
73
2) Symbolic Cue
Bentuk symbolic cue bisa terlihat jelas pada
kata: Terpuruk. Dalam konteks ini, persoalan
mengenai nilai tukar rupiah yang melemah bukan
berarti menyebabkan kondisi ekonomi terancam.
Keyakinan Indonesia tak akan terpuruk seperti
tahun 1998 ini juga diamini oleh para pembicara
lain yakni mantan Menko Ekuin Kwik Kian Gie,
mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu,
politisi PDI Perjuangan Andreas Eddy Susetyo
dan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia Ari Kuncoro.
3) Tipe Fantasi
Berikut ini tipe fantasi yang bisa ditelaah
dalam kontra narasi yang dibuat oleh kantor staf
presiden adalah: kondisi ekonomi saat ini lebih
disebabkan karena faktor eksternal yaitu
kebijakan Bank Sentral AS. Intinya kondisi
ekonomi yang terjadi sekarang lebih banyak
disebabkan karena faktor eksternal, yaitu kebijakan
Bank Sentral AS.
Denni menyatakan, penjelasan dari pemerintah
sudah cukup proporsional, bahwa kondisi ekonomi
74
pada saat ini lebih disebabkan karena faktor
eksternal yaitu kebijakan Bank Sentral AS yang
menaikkan tingkat suku bunga ditambah dengan
kebijakan fiskal Presiden Donald Trump yang
sangat ekspansif yang menyebabkan defisit fiskal
AS melebar, yang ditutup dengan penerbitan surat
utang dengan suku bunga yang lebih tinggi. Akibat
dari kebijakan moneter dan fiskal AS ini, modal
mengalir dari emerging market termasuk
Indonesia ke AS. Permintaan dolar pun naik,
harga dolar naik.Menurut doktor ekonomi lulusan
University of Colorado itu, di samping sebab
eksternal Pemerintah juga telah menyampaikan
masalah ekonomi domestik kita yakni
defisit neraca transaksi berjalan sebagai penyebab
melemahnya Rupiah terhadap dolar AS. Namun ini
bukanlah hal baru. Defisit neraca transaksi
berjalan sudah terjadi sejak 2012, bahkan pernah
mencapai lebih dari 4% di masa lalu. “Penyebab
dari defisit ini adalah produktivitas kita yang
rendah, yang menyebabkan kita tidak memiliki
daya saing untuk mengekspor,” katanya.
4) Saga
Saga bisa ditemukan pada kalimat:
Bergantung pada Dolar AS. Dalam hal ini
penulis seakan menekan kepada pambaca bahwa
kondisi perekonomian memang disebabkan oleh
mata uang Dolar AS yang memilki kekuasaan
tinggi.
75
Kenapa kita bergantung pada Dolar AS, Denni
menjelaskan bahwa dalam perdagangan global,
mata uang Dolar AS sering berperan sebagai
„vehicle currency‟. “Itu adalah mata uang yang
disepakati oleh penjual dan pembeli ketika
melakukan perdagangan atau pembayaran
internasional,” ungkap Denni.
e. Analisis Tulisan Kelima: Bahas Rakor TKA,
Moeldoko: Rumor Serbuan Pekerja Tiongkok Tak
Terbukti
Dalam tulisan ini di-posting pada 7 Agustus 2018.
Paparan artikel ini menuliskan tentang tenaga kerja
asing yang rumornya membludak di Indonesia.
1) Tema Fantasi
Tema fantasi menunjukkan pesan yang
menggambarkan sebuah karakter pada kasus yang
diperjelas oleh keadannya. Dalam konteks ini
gambaran sebuah kasus yang diusung oleh kantor
staf presiden bisa dilihat pada tema pokok yang
dibuat yaitu: serbuan pekerja Tiongkok tak
terbukti. Jika dilihat tema tersebut sudah jelas
76
menggambarkan bahwa isu banyaknya tenaga
kerja Tiongkok di Indonesia tidak benar.
2) Symbolic Cue
Symbolic cueada pada tulisan: Hantaman isu
tenaga kerja asing seperti gelombang yang tak
pernah usai.
“Hantaman isu tenaga kerja asing ini seperti
gelombang yang tak pernah selesai. Untuk itu,
sore ini kita hadirkan semua sektor terkait
ketenagakerjaan. Juga ada teman-teman
wartawan di lokasi, agar bisa menjelaskan
langsung apa yang sebenarnya terjadi,” kata
Moeldoko membuka pertemuan.
Dalam konteks ini intinya menggambarkan
bahwa persoalan mengenai tenaga kerja asing di
Indonesia seperti tidak pernah ada habisnya.
3) Tipe Fantasi
Tipe fantasi yang dibagikan penulis yaitu pada
kalimat: Tak terlihat ada TKA Tiongkok
berkeliaran. Hal ini bisa diperhatikan pada
kalimat:
Para jurnalis ini pun „blusukan‟ hingga ke
kantin, fasilitas kesehatan, tempat tinggal atau
77
mess, serta politeknik. “Tak terlihat ada TKA
Tiongkok berkeliaran. Menu makanan pun kami
datangi hingga ke tempat penyimpanannya.
Semua halal. Ayam, sayur. Tak ada babi yang
dikonsumsi oleh TKI,” urai David.
Sementara itu, Kartika menjelaskan, di IMIP
total ada 3.121 TKA, sementara jumlah pekerja
lokal mencapai 25.447 orang. “Total TKA hanya
10,9 persen dari keseluruhan pegawai di
kawasan ini,” papar Kartika.
KSP mencoba memperjelas persolaan isu
tengaa kerja asing dibuktikan dengan ucapan para
jurnalis yang terjun langsung disana dan
mengatakan bahwa pekerja Tiongkok tidak
sebanyak yang dirumorkan.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
peneliti dapat menyimpulkan:
1. Dalam menangani ujaran kebencian yang ditujukan
kepada Presiden Jokowi, Tim Komunikas iPresiden dan
Kantor Staf Presiden melakukan berbagaicara. Pertama
Tim Komunikasi Presiden bertindak sebagai pemberi
nasihat kepada presiden mengenai apa yang harus
dilakukan oleh presiden ketika diterpa oleh ujaran
kebencian. Kedua, jika memang ujaran kebencian yang
ditujukan kepada presiden tidak bersifat krusial, Tim
Komunikasi Presiden, khususnya Johan Budi memberikan
klarifikasi dihadapan para media. Ketiga, ketika ujaran
kebencian sudah mulai menyebar kesetiap lapisan
masyarakat, biasanya Tim Komunikasi Presiden
berdiskusi dengan Kantor Staf Presiden dan lembaga
79
kementrian terkait untuk merumuskan solusi yang harus
dilakukan.
2. Lain halnyadengan Kantor Staf Presiden. Dalam
memecahkan persoalan ujaran kebencian yang menerpa
Presiden, Kantor Staf Presiden akan melakukan berbagai
cara. Pertama KSP akan mengonfirmasi isu dengan
bekerja sama oleh lembaga/kementrian terkait dand engan
Tim Komunikasi Presiden. Kedua KSP akan membuat
suatu kontra narasi dengan melalui proses perankingan
isu atau monitoring yang dilakukan setiap hari baik
melalui portal media online ataupun media mainstream
mengenai ujaran kebencian yang dialami oleh presiden
Jokowi. Ketigakontra narasi yang dibuatakan disebarkan
melalui media online yang dimiliki oleh Kantor Staf
Presiden, dan biasanya bekerja samadengan Kementrian
Komunikasi dan Informasi untuk turut mendiseminasikan
narasi yang dibuat.
80
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti
memiliki saran sebagai berikut:
1. Untuk Tim KomunikasiPresiden
a. Tim Komunikasi Presiden hendaknya lebih berperan
aktif dalam membantu proses komunikasi presiden.
Karena tidak mungkin jika semua persoalan
komunikasi public dilimpahkan langsungke Presiden.
b. Tim Komunikasi Presiden hendaknya diberikan
kewenangan untuk memberikan solusi terkait isu yang
menerpa Presiden. Dalam hal ini bukan hanya isu
strategis, tetapi juga isu yang dapat mengganggu
kinerja presiden.
c. Tim Komunikasi Presiden baiknya berperan sebagai
pusat kordinasi komunikasi di lingkungan istana.
Sehingga istana bias memiliki narasi tunggal dalam
menjawab isu yang berkembang
81
2. Untuk Kantor Staf Presiden
a. Kantor Staf Presiden sebaiknya lebih berperan aktif
dalam mendiseminasikan narasi tunggal, sehingga
nantinya public tidak mudah terkecoh oleh isu yang
dikembangkan media online ataupun media
mainstream.
b. Kantor Staf Presiden hendaknya memiliki indicator
keberhasilan mengenai narasi tunggal yang dibuat.
Agar nanti nya bias dinilai kontra narasi yang dibuat
berpengaruh atau tidak dihadapan publik.
c. Kantor Staf Presiden baiknya selalu
mengkordinasikan narasi yang akan dikeluarkan
kepada Tim Komunikasi Presiden dan lembaga/
kementrian terkait. Sehingga nantinya tidak muncul
narasi ganda di lingkungan istana
3. Untuk Akademisi
Sebaiknya kajian seputar ujaran kebencian terus
dikembangkan. Risetini dapat ditindak lanjuti dengan
meneliti keberhasilan yang dilakukan oleh suatu lembaga
82
untuk menjaga citra dan membangun narasi tunggal untuk
mengendalikan opini publik. Sehingga dapat
meminimalisir ujaran kebencian yang bertebaran di media
sosial.
C. KekuranganPenelitian
Penelitian ini hanya focus membahas seputar ujaran
kebencian yang ditujukan kepada Presiden Jokowi sebagai
pimpinan Negara sehingga dengan segala keterbatasan
peneliti hanya dapat menyuguhkan beberapa contoh kasus
ujaran kebencian dan penanganan yang dilakukan oleh Tim
Komunikasi Presidendan Kantor Staf Presiden Republik
Indonesia.
83
DAFTAR PUSTAKA
Arfin, A. (2011). Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arifin, Z. (2012). Penelitian Pendidikan – Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Arikunto, S., Suharjono, & Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Bumi Aksara.
Boorman, E. (n.d.). Symbolic Convergence Theory: A
CommunicationFormulation.Https://Academia.oup.com.
Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmadi, H. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial.
Bandung: Alfabeta.
Denzin, N., & Lincoln, Y. S. (2009). Handbook Of Qualitative
Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Effendi, O. U. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Griffin, E. (2003). A First Look at Communication. New York:
McGraw Hill.
Gunawan, I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dna Praktek.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hamidi. (2004). Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis
Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM
Press.
Heryanto, G. G. (2016). Diskurs Islam Nusantara di Media Sosial.
Jakarta: Laswell Visitama.
84
Heryanto, G. G. (2018). Problematika Komunikasi Poltik. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Heryanto, G., Wahyudin, A., Zamroni, M., Ali, M., Sanuantari, M., &
Juniawati. (2017). Melawan Hoax Di Media Sosial dan Media
Massa. Yogyakarta: Trusmedia Publishing.
Hidayah. (2004). Budaya Islam: Tahlil. Jakarta: PT. Variapop Group.
Houben, R. (n.d.). Netizens and Communication: A New Paradigm.
www.columbia.edu.
Kaplan, & Haenlein. (2010). Users of the Worlds, Unite! The
Challenge and Opportunities of Social Media. Bussines
Horizon.
Lincoln, D. a. (2009). Handbook Of Qualitative Research. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Moeloeng, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budyaa dan
Sosioteknologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nisa, P. K. (2016). Kumpulan Makalah Sosilogi Komunikasi Massa
Dalam Teori dan Praktek. Jakarta.
Santoso, E. (n.d.). Pengendalian Pesan Kebencian di Media Baru
Melalui Peningkatan Literasi Media. Jurnal.fisip.unila.ac.id.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
https://apjii.or.id diakses pada Rabu, 21 Maret 2017
85
https://nasional .kompas.com/ Yoga sukmana. Ujaran Kebencian Dan
Dua Sisi Media Sosial, di akses pada 27 Maret 2018
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. Diakses pada Senin, 16 April
2018
Rubrik.okezone.com. Diakses pada 13 Mei 2018.
http://www.cnnindonesia .com diakses pada 17 Mei 2018
ksp.go.id
Presidenri.go.id
https://www.facebook.com/jonru.page
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2004475046250113&id=
100000629114174
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid
https://www.gosumbar.com/artikel/serbaserbi/2018/09/09/prabowo-
ekonomi-melemah-karena-kita-dikuasai-
asing/?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook
https://www.facebook.com/permalink.
http://presidenri.go.id/berita-aktual/presiden-jokowi-pemerintah-tidak-
akan-minta-maaf-pada-pki.html
http://presidenri.go.id/berita-aktual/darurat-dan-berbahaya-vaksin-mr-
diperbolehkan-bahkan-wajib.html
http://presidenri.go.id/berita-aktual/perjuangan-mengambil-alih-
pengelolaan-blok-tambang.html
http://www.ksp.go.id/rupiah-sempat-tertekan-krisis-ekonomi-1998-tak-
akan-terulang/index.html
http://ksp.go.id/bahas-rakor-tka-moeldoko-rumor-serbuan-pekerja-
tiongkok-tak-terbukti/
86
LAMPIRAN:
Transkip Wawancara
T: Tanya
J: Jawab
Nama Narasumber: Ir. Johan Budi
Pekerjaan: Tim Komunikasi Presiden
Waktu Wawancara: 12 Juli 2018
Tempat: Istana Negara Republik Indonesia, Jakarta
T: Apa tugas dan fungsi Tim Komunikasi Presiden?
J: Sebenarnya Tim Komunikasi Presiden itu bukan hanya saya
saja. Ada dua orang lainnya yaitu pa Sukardi Rinakit dan Ari
Dwipayana. Tugas kami tentunya menjadi jembatan
komunikasi presiden kepada publik. Namun bukan berarti
apa yang diucapkan oleh presiden semata-mata usulan dan
nasihat dari kami. Dalam proses komunikasi presiden ada
juga struktur kelembagaan di kementrian Sekretariat Negara
bagian Pers dan Protokol.
T: Apa saja tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan
komunikasi oleh Tim Komunikasi Presiden?
J: Sejauh ini tantangan yang kami hadapi dalam mengelola
komunikasi presiden adalah sinergitas antar setiap elemen
87
yang terkait. Namun untuk saat ini kami sudah mencoba
sebaik mungkin agar setiap apa yang dikatakan dan mewakili
pihak istana, tentunya merupakan satu narasi tunggal.
T: Bagaimana fenomena ujaran kebencian yang terjadi kepada
presiden Jokowi di media sosial?
J: Ya, kita semua tau di era digital ini semuanya bebas
mengeluarkan pendapat, sampai pada akhirnya kita sendiri
yang tidak bisa mengontrol hal tersebut. Oleh karena itu,
sudah dibuat kan aturan yang membatasi kebebasan tersebut.
Kalau soal ujaran kebencian yang ada kepada presiden ini
bisa jadi memang orang tersebut tidak suka kepada presiden,
ataupun dia sengaja melakukannya karena ada kepentingan,
atau karena saingan yang berkiatan dengan kegiatan parpol.
Kalau kita pihak istana ya menganggapinya tentu miris.
Namun kita ini kan Negara hukum, ya kita kembalikan lagi
kepada hukum yang berlaku.
T: Apakah Tim Komunikasi Presiden memiliki devisi khusus
untuk menangani media sosial?
88
J: Tentunya dalam era digital sekarang media sosial lebih
bnayak diminati daripada media mainstream. Kalau devisi
khusus untuk menangani ujaran kebencian dari TKP ya tidak
ada. Tetapi ada tim lagi yang menangani media sosial.
Namun tetap konten yang dimuat merupakan keputusan dari
presiden. Tim tersebut hanya mengelola. Staf khusus
memberikan saran dan presiden yang memutuskan.
T: Apakah pernah ada kajian khusus terkait dengan ujaran
kebencian oleh Tim Komunikasi Presiden selama
pemerintahan Jokowi?
J: Kalau kajian khusus untuk ujaran kebencian sepertinya tidak
ada, karena ujaran kebencian itu hanya ditujukan ke individu
dalam hal ini pribadi. Tetapi kami melakukan diskusi untuk
mengetahui kondisi terkini terkait isu yang sedang beredar.
T: Bagaimana cara Tim Komunikasi Presiden menjelaskan
kepada publik mengenai fenomena ujaran kebencian?
J: Sejauh ini penanganan yang kami lakukan tentunya tentunya
memberikan saran kepada presiden untuk berbicara langsung
di hadapan publik terkait ujaran kebencian yang menimpa
89
dirinya di media sosial. Terkadang juga kami yang
memberikan penjelasan kepada pihak media terkait ujaran
kebencian yang menimpa seorang kepala negara. Tapi bisa
juga kementrian yang berkaitan seperti Kemkominfo yang
membuat penjelasan dan mensosialisasikan melalui kanal,
dan terkadang juga membuat narasi.
T: Sejauh ini apakah ada indikator keberhasilan penanganan
ujaran kebencian yang dilakukan oleh Tim Komunikasi
Presiden?
J: Indikator keberhasilan itu sebenarnya bisa dilihat dari survey.
Apakah setelah ada Tim Komunikasi Presiden citra presiden
Jokowi menjadi lebih baik atau tidak. Sejauh ini belum ada
survey terkait hal tersebut. Sehingga saya pun belum
mengetahui seperti apa indikatornya.
T: Apa dampak ujaran kebencian terhadap presiden Jokowi di
media sosial terhadap citra presiden?
J: Kalau berbicara dampak ya pastinya itu publik sendiri yang
bisa menjawab. Karena sebaik apapun citra yang dibentuk
90
atau strategi apaun yang dibangun, tetap publik lah yang
menilai citra Presiden Jokowi.
T: Bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan oleh Presiden
menyikapi fenomena ujaran kebencian?
J: Sikap presiden yang seharusnya dilakukan adalah dengan
menyampaikan literasi digital kepada masyarakat melalui
media sosial. Dapat dilihat konten media sosial Jokowi
sering mengajak mesyarakat untuk bijak dan santun
menggunakan media sosial.
91
Nama Narasumber: Agustinus Eko Rahardjo
Pekerjaan: Tenaga Ahli Madya Deputi 4 Kantor Staf Presiden
Waktu Wawancara: 5 September 2018
Tempat: Bina Graha
T: Bagaimana tanggapan Pak Jojo selaku tenaga ahli madya
mengenai merambahnya kasus ujaran kebencian terhadap
presiden Jokowi?
J: Ujaran kebencian memang tidak dapat dipungkiri semakin
banyak dan membanjari kanal media sosial di Indonesia.
Menurut saya ya, ujaran kebencian ini terjadi karena media
sosial ini bebas sekali, ditambah lagi literasi terhadap
masyarakat mengenai etika bermedia sosial itu sendiri.
Sehingga kebanyakan orang sekarang menggunakan media
sosial semen-mena. Nah bahkan itu, sampai pemimpin
negara pun ikut terkena imbasnya. Bahkan sekarang ujaran
kebencian terhadap Jokowi malah semakin banyak, kita bisa
lihat sendiri. Setiap apaun yang dilakukan oleh Jokowi, entah
mengapa ada saja celah untuk netizen mengeluarkan ujaran
kebencian.
92
T: Apa saja tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan
komunikasi oleh Kantor Staf Presiden?
J: Sejauh ini tantangan yang kami hadapi meliputi persoalan
sinergitas data antar kementrian dan lemga aterkait. Dan juga
bagaimana caranya agar narasi yang dibangun oleh kami,
bisa membanjiri ruang publik.
T: Apakah Kantor Staf Presiden memiliki devisi khusus untuk
menangani media sosial?
J: Kalau devisi khusus media, tentu saja yang menangani deputi
4 ini, bagian komunikasi politik dan diseminasi informasi.
Dan di dalam deputi 4 tiap-tiap orang memilki pekerjaan
yang berbeda, kalau untuk website ada saya dan rekan saya
mas wisnu, untuk instagram pun ada satu tenaga terampil
yang khusus menangani instagram. Saya juga mengelola
twitter dan facebook. Tapi itu semua masuk kedeputian 4,
bukan berarti ada tim khusus lagi. Hanya saja pekerjaan tiap
orangnya yang lebih spesifik. Namun kami juga tentunya
bekerjsama dengan semua deputi, dan bahkan semua
kementrian lembaga pun kami libatkan.
93
T: Bagaimana cara KSP menanggulangi ujaran kebencian yang
beredar?
J: Iya, sejauh ini semua narasi yang kita bangun itu pasti
berdasarkan data dan fakta, kita juga terkadnag mengundang
para kementrian terkait untuk meminta data yang akurat.
Kemudian data tersebut kita kemas sedemikian rupa agar
masyarakat bisa dnegan mudah mencerna pesan yang
terkandung di dalamnya. Sekarang ini, hampir setiap
kegiatan atau event yangs dang berlangsung kita bbuat desian
infografisnya. Misalkan sekarang ini sedang Asian Games,
kita nantinya akan selalu mengupdate info-infonya lewat
gambar, video ataupun tulisan. Selain itu, kita juga pernah
mengadakan pres conference ketika isu yag dibawa sudha
sangat krusial. Misalnya ketika adanya ujaran kebencian soal
tenaga kerja asing di Indonesia semakin membludak. Kita
langsung memanggil kementtrian terkait, memberikan
kesempatan pada wartawan untuk melihat langsung kondisi
disana (waktu itu morowali) lalu mengadakan pres
conference.
94
T: Bagaimana cara KSP menjelaskan kepada publik soal ujaran
kebencian?
J: Iya kalau kami sebenarnya menjelaskan kepad apublik secraa
jelas dan rigid pastinya, dengan menggunakan data yang
kami punya. Kami sampaikan kepada media hal yang
sebenrnya seprti apa. menunjukan kepada masyarakat apa
yang sebenarnya terjadi, dan apa saja dampak untuk
masyarakatnya. Sekarang kita juga sudah mencoba metode-
metode baru untuk mendiseminasikan itu. Kita sedang
mencoba menggunakan video testimony dari masyarakat.
seperti yang kita tau, masayarakt sekarang lebih suka yang
simple, mereka lihat gambarnya saja sudah paham apa
maksudnya. Nah kita mau membuat data yang kita punya ini
menjad sederhana, dan harapannya masarakat bisa mengerti
dan tersedukasi dengan hal ini.
T: Apakah KSP mengadakan monitoring isu yang sedang
berkembang di publik?
J: Iya, tentu saja kami memonitoring isu yang berkembang
setiap harinya. Agar ketika nantinya ada isu yang kira-kira
95
membelok dan tidak sesuai dengan kenyataanya, kita bisa
langsung menanggulanginya dan meminta para wartawan
untuk mengklarifikasi.
T: Apakah ada indikator keberhasilan penanganan yang
dilakukan oleh KSP?
J: Kalau untuk monitoring indikator keberhasilan narasi yang
dibangun itu, kita belum punya yang seperti itu. Kita hanya
monitoring biasa via aplikasi dan google. Seperti kemarin
ada berita di entikong itu berapa banyak media yang memuat
hal tersebut. Kita hanya cek secara manual saja.
T: Bagaimana alur KSP membuat narasi untuk menanggulangi
ujaran kebencian?
J: Alurnya itu ya pasti KSP menganalisa dulu apa permasalahan
yang sebenarnya terjadi. Kalau kita sudah tau, kita kana
kumpul semua kementrian terkait dan bahkan para wartawan
media kita ajak kumpul, lalu kita akan buka data masing-
masing. Nah dari situ pasti terlihat letak masalah yang
sesungguhnya ada dimana. Baru kita buatkan klarifikasinya.
96
Nama Narasumber: Agung Rulianto
Pekerjaan: Tenaga Ahli Madya Deputi 4 Kantor Staf Presiden
Waktu Wawancara: 1 Oktober 2018
Tempat: Hotel Depok
T: Bagaimana tanggapan KSP soal ujaran kebencian terhadap
presiden Jokowi?
J: sebenarnya tugas kita yang membuat narasi itu sebenarnya
memang bukan semata-mata untuk menanggulangi ujaran
kebencian saja. Dan juga tidak semua berita atau isu yang
muncul dibuat narasi dan kontra narasinya. Sementara
untuk saat ini kita memang dibagi tugas dalam menangani
isu dan membuat narasi serta kontra narasi. Saya dan wisnu
di bagian narasi. Tugas saya dan wisnu ini lebih kepada
klarifikasi data yang benar.
T: Bagaimana cara KSP menanggulangi ujaran kebencian
terhadap presiden Jokowi?
J: saat ini hal yang paling sering kita lakukan ya mengklarifikasi
data-data yang salah menngenai isu yang diangkat. Kalau
soal ujaran kebencian pada pribadi presiden, saya rasa itu
bukan wewnang kami. Toh karena pribadi prresiden pun
tidak merasa atau membiarkan hal itu terjadi. Kan sekarang
97
tindak pidana untuk pelaku ujaran kebencian ini harus
pribadi yang merasa terhina yang melaporkan. Sementara
presiden ini kan tugasnya banyak, bukan hanya untuk
menanggapi persoalan itu. Oleh karena itu, adanya KSP dan
tim presiden yang lain membantu pemerintah untuk
mengklarifikasi isu negative dan tidak benar beredar.
T: Mengapa KSP menganggap perlu dibuat narasi dan kontra
narasi ?
J: setiap berita atau isu yang ada sebenarnya tidak semua di buat
narasi dan kontra narasinya. Sehingga kita akan membuat
narasi dan kontra narasi isu yang paling dekat dengan
publik. Karena apapun yang bersangkutan dengan publik
tentunya menjadi prioritas kinerja pemerintah. Isu sosial,
atau pendidikan atau kesehatan misalnya, itu kan semua isu
yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karena
itu, kita coa buat narasi dan kontra narasi agar masyarakat
tercerahkand an mendapat klarifikasi langsung dari pihak
istana, yang pastinya data dan informasi yang kita berikan
dapat dipertanggung jawabkan.
98
Nama Narasumber: Adiyanti Firdausi
Pekerjaan: Tenaga Ahli Terampil Deputi 4 Kantor Staf Presiden
Waktu Wawancara: 4 September
Tempat: Bina Graha
T: Posisi KSP sebagai lembaga non structural seperti apa?
J: IYA, POSISI kps setara dengan jabatan kementrian, jadi
kastaf inijabatannya sekelas mentri. Awalaupun lembaga ini
non structural, tapi memnag lembaga ini dibentuk lewat
political pointy, dengan perpres.
T: Seperti apa posisi antara KSP dan TKP?
J: Kalau TKP itu ada di dalam setkab. Kalau KSP sebenarnya
posisinya jauh kebih tinggi jika dibanding dengan TKP. Ini
kalau Jabatannya kepala Staf, karena beliau ini setara
dengan mentri. Kalau TKP ini dibentuk untuk membantu
tugas komunikasinya presiden.
T: TKP dan KSP ini kan dari luarnya terlihat sama tupoksinya,
apakah ini tumpang tindih dalam mengerjakan tugasnya?
J: Seharusnya tidak, karena KSP dari awal tugasnya sebagi
Tintank, jadi ini dapurnya subtansi yang mau diberikan ke
99
presiden, nah kalu TKP ini dia akan minta substansinya dari
KSP, baru nanti mereka mengkaji lagi, dan selanjutnya
dikemas dan disampaikan ke Presiden.
T: KSP ini kan punya media sosial, apakah ada sinergitas
dengan media sosialnya presiden Jokowi?
J: Memang deputi 4 ini kan punya beragam medsos dan yang
kita olah ini hanya medsosnya KSP itu kalau di website ada
KSP.go.id, dan PresidenRI.go.id. kita juga punya
instagarm, twitter dan facebook juga. Kalau berimbas ke
presiden iya sudah pasti. Karena isi beritanya ke arah
presiden. Jadi kalau kita buat semacam narasi ya di
hubungkan dengan kinerja presiden.
T: Bagaimana cara KSP menangani ujaran kebencian ?
benarkah kontra narasi yang dibuat untuk menangani hal
tersebut?
J: Kita memang punya program untuk membuat narasi dan
kontra narasi. Tetapi kita juga tentunya punya tujuan.
Tujuan kita ini bukan secara pribadi membacking presiden,
tetapi memang kinerja pemerintah yang terkena hoax
100
ataupun ujaran kebencian yang tidak sesuai dengan data
dan fakta yang ada di lapangan. Spesifik untuk
menanggulangi ujaran kebencian itu ya saya rasa tidak.
Karena memang tugas fungsi KSP bukan untuk mengkontra
itu, tetapi tugas kita itu menjelaskan kepada publik, data
yang benar seperti apa, dan kita diseminasikan. Kalau
ujaran kebencian saya rasa itu lebih ke persoalan pribadi.
Karena memang kita fokus pada program prioritas
pemerintah.
T: Pernahkah TKP dan KSP mendiskusikan untuk
menyelesaikan persoalan ujaran kebencian?
J: Diskusi jelas ada, rapat reguler, angel yang mau dibawa
apa, bagaimana cara mengkontranya, lalu datanya kita
ambil dari kementrian, kemudian kita olah seperti apa, dan
di diseminasikan ke siapa, itu semua sudah ada sistemnya
tersendiri.
T: Apakah KSP punya tim monitoring isu? Lalu apakah narasi
yang dibangun ini berdasarkan laporan tim monitoring?
101
J: Iya, kita punya tim monitoring isu. Bicara soal monitoring
menggunakan tools, jadi kita bisa melihat isu yang sedang
naik dan mengklusterkan isu tersebut berdasarkan tonenya,
apakah ini negative atau positif atau netral. Kalau isunya
negative dan lama kelamaan semakin meningkat, baru kita
counter.
102
Dokumentasi
Foto peneliti dengan Ir.Johan Budi selaku Tim Komunikasi
Presiden RI
Foto Peneliti dengan Agung Rulianto selaku Tenaga Ahli Madya
Deputi 4 KSP
103
Foto peneliti bersama Tenaga Ahli Terampil Deputi 4 KSP RI,
Adiyanti Firdausi