penambatan molekuler senyawa polifenolat …
TRANSCRIPT
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
1
PENAMBATAN MOLEKULER SENYAWA POLIFENOLAT TERHADAP ENZIM
REVERSE TRANSCRIPTASE SEBAGAI SENYAWA ANTIRETROVIRAL (HIV-1)
Muhammad Nur Abdillah1, Nefi Rofani Ilmah
1, Andhika Bintang Mahardhika
2
1. Department of Pharmacochemistry, Bandung School of Pharmacy (STFB)
Jl. Soekarno-Hatta No. 754, 40614, Bandung, Indonesia
2. Dept. of Pharmacochemistry, School of Pharmacy, Bandung Institute of Technology ITB
Jl. Ganesha No. 10, 40132, Bandung, Indonesia
e-mail address of corresponding author: [email protected]
Abstrak
Antiretroviral (ARV) merupakan agen untuk mengurangi jumlah virus dari tubuh pasien dengan
aksi kerja mempengaruhi siklus replikasi HIV-1 pada penghambatan terhadap enzim reverse
transcriptase. Permasalahan resistensi obat ARV menjadi tantangan untuk menemukan obat
baru yang efektif, terjangkau dengan efek samping relatif kecil terutama yang berasal dari bahan
herbal/tanaman seperti senyawa polifenolat yang terkandung dalam daun teh hijau Camelia
sinensis (L.) Kuntze, antara lain flavanol: katekin, epikatekin galat (ECG), epigalokatekin
(EGC), epigalokatekin galat (EGCG), kaemferol; flavonon apigenin dan luteolin, serta asam
galat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui interaksi senyawa polifenolat yang terkandung
dalam daun teh hijau Camelia sinensis (L.) Kuntze dengan enzim reverse transcriptase yang
paling berpotensi sebagai antiretroviral (HIV-1) dengan pendekatan in silico penambatan
molekuler dibandingkan dengan senyawa pembanding rilpivirine menggunakan perangkat lunak
Autodock 4.2. Penambatan molekuler luteolin menunjukkan nilai energi ikatan dan nilai Ki yang
paling rendah dibandingkan dengan senyawa uji yang lainnya yaitu ˗6,50 kkal/mol dan 17,17
µM dengan sisi aktif pada residu asam amino Lys101 dan His235. Kemampuan menghambat
enzim reverse transcriptase dari senyawa luteolin hampir sama dengan senyawa pembanding
rilpivirine sehingga di nilai masih kurang potensial sebagai antiretroviral (HIV-1).
Kata kunci: antiretroviral, penambatan molekuler, polifenolat, reverse transcriptase, teh hijau.
Abstract
Antiretroviral (ARV) is an agent to reduce viral load in the patient’s body by the action as
affecting HIV-1 replication cycle with an inhibition mechanism against targeted enzyme reverse
transcriptase. An Antiretroviral drug resistance problem emerges the challenge to discover new
drug that effective, affordable and less side effects that may come from natural substances of
polyphenolic compounds from green tea Camelia sinensis (L.) Kuntze leaves, such as flavanol:
catechin, epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin galate (EGCG),
kaempferol; flavonon apigenin and luteolin, and Gallic acid. The purpose of this research is to
study the interaction between polyphenolic compounds from green tea Camelia sinensis (L.)
Kuntze leaves against targeted enzyme reverse transcriptase as the most potential as
antiretroviral (HIV-1) by in silico approach using molecular docking compared to rilpivirine
with AutoDock 4.2 software. Molecular docking of luteolin show the lowest binding energy and
Ki value compare to other tested ligands, which are ˗6.50 kcal/mol and 17.17 µM with binding
site at Lys101 and His235 amino acid residues. Inhibition activity of luteolin against targeted
enzyme reverse transcriptase almost similar to compared ligand rilpivirine, so interpret as less
potential for antiretroviral (HIV-1).
Keywords: antiretroviral, molecular docking, polyphenolic, reverse trancriptase, green tea
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
2
PENDAHULUAN
Penyakit AIDS diakibatkan infeksi
HIV pada manusia yang menimbulkan
gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh
secara progresif yang dapat menyebabkan
kematian akibat berbagai infeksi
oportunistik (Thormar, 2013 dan
Yengkopiong, 2013). Pengobatan infeksi
HIV belum mencapai tahap penyembuhan
total dari infeksi, melainkan pemberian obat
antiretroviral (ARV) triple therapy Highly
Active Antiretroviral Therapy (HAART)
untuk mengurangi viral load atau jumlah
virus dalam tubuh penderita dengan
mekanisme mencegah replikasi virus
sehingga secara bertahap menurunkan
jumlah virus dalam darah (Kemenkes RI,
2011 dan WHO, 2010). Permasalahan
resistensi obat ARV menjadi tantangan
untuk menemukan obat baru yang efektif,
terjangkau dengan efek samping relatif
kecil seperti yang berasal dari bahan
herbal/tanaman (Jin, 2013). Studi
farmakologi telah menunjukkan beberapa
senyawa polifenolat seperti flavonoid
berpotensi sebagai antioksidan,
antiinflamasi, antivirus, antijamur
antiproliferatif dan mencegah munculnya
gejala AIDS pada penderita HIV (Mathe, G.
1999; Sakagami, 1997; Schinazi, 1992).
Senyawa-senyawa polifenolat yang cukup
beragam terdapat dalam daun teh hijau
Camelia sinensis (L.) Kuntze (Fassina,
2002), seperti flavanol: katekin (Jin, 2013),
epikatekin galat (ECG), epigalokatekin
(EGC), epigalokatekin galat (EGCG) (Li,
2011), kaemferol; flavonon apigenin dan
luteolin, serta asam galat (Peterson, 2003).
Sebagai awal dari pencarian obat
antiretroviral baru, dilakukan penelitian
dengan pendekatan in silico (molecular
modelling) untuk mengetahui interaksi
penambatan molekuler senyawa-senyawa
polifenolat dengan enzim reverse
transcriptase, dimana interaksi
penghambatan enzim reverse transcriptase
berkerja pada RNA/DNA HIV-1 dianggap
sebagai salah satu sasaran pencegahan
AIDS (Astill, 2001).
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui interaksi senyawa polifenolat
yang terkandung dalam daun teh hijau
Camelia sinensis (L.) Kuntze dengan enzim
reverse transcriptase yang paling
berpotensi sebagai antiretroviral (HIV-1)
dengan pendekatan in silico penambatan
molekuler dibandingkan dengan senyawa
uji rilpivirine menggunakan perangkat
lunak Autodock 4.2.
METODOLOGI
Alat dan Bahan
Struktur senyawa uji polifenolat
katekin, epikatekin galat (ECG),
epigalokatekin (EGC), epigalokatekin galat
(EGCG), kaemferol, apigenin, luteolin,
serta asam galat digambar 2D
menggunakan ChemDraw Ultra® 8.0
(Thomas, 2013) dan ditetapkan parameter
sifat fisikokimia meliputi koefisien partisi
(logP), refraktivitas molar (MR) dan
dilanjutkan menggambar struktur 3D dan
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
3
optimasi geometri struktur dengan metode
Density Functional Theory (DFT) (Duarte,
2009) dengan fungsi B3LYP (Paul, 2010)
serta Basis Set 3-21G (Paul, 2010)
menggunakan program Gaussian09w
(Thomas, 2013) dan AutoDockTools 1.5.6
(Dineshikumar, 2010). Enzim target reverse
trancriptase diunduh dari PDB dengan
kode 2zd1 dengan ligan alami rilpivirine
(Prajapati, 2009) dan dioptimasi dengan
DiscoveryStudio 4.1 (Thomas, 2013) client
dan AutoDockTools 1.5.6 (Dineshikumar,
2010). Penambatan molekuler senyawa uji
dengan enzim target dilakukan dengan
program AutoDock 4.2 (Dineshikumar,
2010) diawali dengan validasi penambatan
dengan ligan alami ripivirine pada sisi aktif
enzim target dengan ukuran grid box
60x60x60 koordinat
49.712x˗28.441x37.971 (Ivetac, 2008) dan
dilanjutkan penambatan senyawa uji terarah
pada grid box yang sama. Interpretasi hasil
meliputi kajian dari data parameter
fisikokimia, energi penambatan berupa
energi ikatan (kkal/mol), nilai Ki dan
interaksi senyawa uji dengan residu asam
amino dalam kantong sisi aktif enzim
berupa ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik divisualisasi dengan VMD 1.9.2
dan LigPlot (Thomas, 2013).
Gambar 1. Skema Alur Kerja Penelitian
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini berupa kajian
penambatan molekuler dari senyawa uji
polifenolat dari kandungan daun teh hijau
Camelia sinensis (L.) Kuntze terhadap
enzim target reverse transcriptase. Data
penambatan molekular senyawa uji
dibandingkan terhadap senyawa
pembanding rilpivirine yang merupakan
suatu obat ARV. Hasil kajian penambatan
molekular ini dapat menunjukkan bahwa
senyawa uji polifenolat berpotensi lebih
baik sebagai kandidat obat ARV baru.
Parameter Fisikokimia Senyawa
Polifenolat
Penelitian penambatan molekular
diawali dengan pemilihan senyawa uji
(ligan), kemudian digambar struktur 2D
menggunakan ChemDraw Ultra® 8.0
(Thomas, 2013) dan ditetapkan parameter
sifat fisikokimia. Senyawa uji polifenolat
(Tabel 1) ditentukan nilai parameter sifat
fisikokimia meliputi sifat lipofilisitas
berupa nilai koefisien partisi (LogP) dan
keruahan strukturnya berdasarkan nilai
refraktivitas molar (MR) (Tabel 1) yaitu
nilai LogP di sekitar 5 dan nilai MR antara
40-130 sesuai dengan aturan Lipinski
(Thomas, 2013). Lipofilisitas merupakan
kemampuan senyawa untuk dapat melewati
membran sel, sedangkan keruahan struktur
senyawa uji akan meningkatkan
kemungkinan interaksi yang baik pada
kantong sisi aktif enzim target. Pada Tabel
1, terlihat bahwa semua senyawa
polifenolat yang diuji memiliki nilai LogP
di bawah 5 sehingga bersifat kurang lipofil,
sedangkan nilai MR berada dalam rentang
yang diinginkan kecuali untuk senyawa
asam galat yang merupakan molekul kecil
yang memiliki struktur yang sederhana dan
tidak meruah.
Tabel 1. Data Koefisien Partisi, Keruahan dan Energi Optimasi Geometri Senyawa
Polifenolat
Senyawa Uji Log P MR (cm3/mol) Total Energi (a.u.)
Epigalokatekin galat 2,07 110,97 ˗1665,54396110
Epikatekin galat 2,46 108,97 ˗1590,75055204
Epigalo katekin 1,11 75,86 ˗1098,62939435
Katekin 1,5 74,05 ˗1023,82836255
Kaemferol 0,97 73,62 ˗1023,27351730
Apigenin 1,63 71,67 ˗1023,26107676
Luteolin 1,24 73,48 ˗948,45809021
Asam galat 0,47 37,53 ˗642,90536411
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
5
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
(g) (h)
Gambar 2. Struktur 3D senyawa uji hasil optimasi geometri: (a) Katekin; (b)
Epigalokatekin; (c) Epikatekin galat; (d) Epigalokatekin galat; (e) Asam
galat; (f) Apigenin; (g) Luteolin; (h) Kaemferol.
Keterangan:
Optimasi Geometri Senyawa Polifenolat
Optimasi geometri dilakukan
terhadap semua senyawa uji sebelum
dilakukan penambatan molekuler terhadap
enzim target dengan tujuan untuk diperoleh
struktur 3D yang paling stabil dengan
energi konformasi paling rendah sehingga
dapat diperoleh hasil interpretasi
penambatan molekuler yang baik. Metode
optimasi menggunakan Density Functional
Theory (DFT) (Duarte, 2009) dengan fungsi
B3LYP (Paul, 2010) dan Basis Set 3-21G
(Paul, 2010) karena fungsional tersebut
sering digunakan dan menunjukkan hasil
yang baik dibandingkan hasil eksperimen,
yaitu dengan melihat energi [E(RB3LYP)]
dan muatan parsialnya (hasil diurutkan dari
energi terendah pada Tabel 1). Hasil
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
6
optimasi geometri struktur kemudian
dikonversi menggunakan program
AutoDockTools 1.5.6 (Dineshikumar,
2010), dan untuk tahap selanjutnya yaitu
penambatan molekular.
Penyiapan Makromolekul
Makromolekul target penambatan
adalah struktur 3D enzim reverse
transcriptase diperoleh dari website
www.PDB.com dengan kode 2zd1 berupa
hasil kristalografi sinar X bersama ligan
alaminya rilpivirine (suatu obat ARV
sebagai senyawa pembanding dalam
pengujian) (Prajapati, 2009). Optimasi
makromolekul dilakukan dengan
menghilangkan molekul air dan pelarut,
serta dipisahkan dengan ligan alaminya
menggunakan DiscoveryStudio 4.1 client
(Thomas, 2013). Hasil optimasi dikonversi
menggunakan program AutoDockTools
1.5.6 (Dineshikumar, 2010) serta
ditambahkan atom hidrogen polarnya.
Struktur makromolekul enzim reverse
transcriptase berupa heterodimer yaitu
subunit p66 (560 residu) dan p51 (440
residu), dengan sisi aktif pada subunit p66
(Divita, 1995 dan Esnouf, 1995), sehingga
dalam penelitian ini dipilih rantai A subunit
p66 sebagai target penambatan (Gambar 3).
Penambatan Molekuler
Penambatan molekuler
menggunakan program AutoDock 4.2.
Parameter yang diatur untuk target enzim
adalah compute kollman charge dan untuk
ligan senyawa uji dan senyawa pembanding
adalah gasteiger charge. Pengaturan file
untuk parameter penambatan dengan
Genetic Algorithma (GADock). Validasi
metode penambatan molekular dilakukan
dengan menambatkan ulang ligan alami
rilpivirine pada sisi aktif enzim target
dengan ukuran grid box 60x60x60
koordinat 49.712x˗28.441x37.971 (Ivetac,
2008) dan GADock runs: 50, population
size: 150 serta number of evals: long. Hasil
dinyatakan valid bila penilaian parameter
RMSD (Root Mean Square Deviation)
diperoleh ≤ 2 Å (Thomas, 2013). Senyawa-
senyawa uji ditambatkan dengan metode
yang sama setelah dinyatakan valid (data
validasi dan data penambatan senyawa uji
pada Tabel 2).
(a) (b) (c)
Gambar 3. Struktur enzim reverse transcriptase dari kristalografi sinar X (gambar
diperbesar): (a) Sebelum diperlakukan; (b) Setelah dipisahkan dari air dan
ligan alaminya; (c) Subunit p66.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
7
Tabel 2. Hasil Penambatan dengan Grid Box Terarah pada Sisi Aktif
Senyawa
Ligan
Energi
Ikatan
(kkal/mol)
Ki
Jarak
Atomik (Å)
Ikatan
Hidrogen
Residu
Asam
Amino Ik.
Hidrogen
Residu A. Amino Interaksi
Hidrofobik
Rilpivirine ˗12.39 833,07 pM
2,70
3,21
3,26
Lys101
Lys101
Leu234
Glu138, Leu100, Val179,
Tyr318, Lys103, Tyr181,
Pro236, His235, Tyr188,
Trp229, Pro225, Phe227
Katekin ˗6.45 18,78 µM
2,36
2,62
3,33
2,75
Lys101
Lys101
Lys101
His235
Lys102, Lys103, Leu100,
Leu234, Tyr181, Tyr318,
Pro236, Ile180, Val179
EGC ˗5.44 102,93 µM
3,13
2,93
2,61
Lys101
Lys103
Pro236
Leu100, Lys102, Tyr181,
Phe227, Trp229, Leu234,
His235, Pro225, Pro95
ECG ˗6.44 19,15 µM
2,80
3,25
2,97
2,86
Tyr188
Lys101
Lys103
Pro236
Ile100, Tyr318, Tyr181,
His235, Pro225, Pro95,
Leu234, Leu100, Trp229,
Phe227, Lys102, Val179,
Val106,
EGCG ˗6.16 30,75 µM
2,71
2,84
2,96
Tyr188
Pro236
Lys103
Val106, Val179, Val189,
Gly190, Ile180, Lys102,
Leu100, Leu234, Tyr181,
Phe227, Trp229, Pro95,
Pro225, His235
Apigenin ˗6.23 27,35 µM
3,15
2,76
3,07
Lys101
Lys101
His235
Leu100, Leu234, Tyr181,
Tyr183, Tyr188, Tyr318,
Phe227, Trp229, Pro236,
Lys103,
Luteolin ˗6.50 17,17 µM 2,96
2,65
Lys101
His235
Tyr181, Tyr183, Tyr188,
Tyr318, Lys103, Pro236,
Leu100, Leu234, Trp229,
Phe227
Kaemferol ˗6.35 22,19 µM 2,94
2,61
Lys101
His235
Tyr181, Tyr318, Tyr183,
Lys103, Pro236, Leu100,
Leu234, Trp229, Phe227,
Tyrs188,
Asam
galat ˗4.38 612,44 µM
3,10
2,63
2,59
2,98
2,61
2,99
Glu224
Glu224
Glu224
Leu228
Leu228
Lys223
Pro226, Phe227
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
8
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(h)
Gambar 4. Visualisasi hasil penambatan dengan VMD, warna hijau adalah senyawa ligan
uji dan warna ungu adalah enzim reverse transriptase subunit p66: (a) Ligan
katekin; (b) Ligan EGC; (c) Ligan ECG; (d) Ligan EGCG; (e) Ligan asam
galat; (f) Ligan apigenin, g. Ligan luteolin; h. Ligan kaemferol.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
9
Hasil penambatan berupa nilai
energi ikatan terendah dan nilai Ki dalam
interaksi senyawa uji dengan sisi aktif
enzim target, semakin rendah energi ikatan
maka senyawa semakin stabil berinteraksi
dengan sisi aktif enzim target dan semakin
rendah nilai Ki menunjukkan kekuatan
interaksi antara ligan uji dan enzim semakin
kuat21
sesuai persamaan ΔG = ˗ RT ln Ki
yaitu energi bebas ikatan dapat digunakan
untuk memprediksi kemampuan suatu
senyawa menghambat aktivitas enzim.
Senyawa uji asam galat
menunjukkan nilai terbesar untuk energi
ikatan dan Ki terkait dengan sifat parameter
fisikokimianya dengan lipofilisitas dan
keruahan yang rendah sehingga berinteraksi
kurang baik dengan sisi aktif enzim.
Senyawa uji luteolin menunjukkan nilai
terkecil untuk energi ikatan dan Ki sehingga
luteolin diduga dapat menghambat enzim
lebih baik deibandingkan senyawa uji lain,
tetapi kedua nilai ini tidak lebih kecil
dibandingkan dengan senyawa pembanding
obat rilpivirine sehingga diinilai masih
kurang potensial sebagai antiretroviral
(HIV-1).
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5. Visualisasi hasil penambatan dengan LigPlot: (a) Ligan rilpivirine; (b) Ligan
katekin, (c) Ligan EGC; (d) Ligan ECG;
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
10
(e) (f)
(g) (h)
(i)
Gambar 5. (lanjutan) Visualisasi hasil penambatan dengan LigPlot: (e) Ligan EGCG; (f)
Ligan asam galat, g. Ligan apigenin; h. Ligan luteolin; i. Ligan kaemferol.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
11
Keterangan gambar:
Visualisasi interaksi senyawa-
senyawa uji di dalam kantong sisi aktif
enzim target dengan VMD 1.9.2 dan
LigPlot (Thomas, 2013) menunjukkan
interaksi ikatan (non kovalen) hidrogen
dengan residu asam amino pada kantong
sisi aktif yang secara hipotesis
mempengaruhi aktivitas biologis
penghambatan (Preziosi, 2003) (Tabel 2)
dan juga interaksi hidrofobik yang menilai
kestabilan interaksi konformasi struktur 3D
senyawa uji dalam lingkungan konformasi
terbuka kantong sisi aktif enzim target
(Hubbard, 2010) (Tabel 2) (visualisasi
interaksi penambatan dengan VMD pada
Gambar 4 dan dengan LigPlot pada Gambar
5).
SIMPULAN
1. Penambatan molekuler luteolin
menunjukkan nilai energi ikatan dan
nilai Ki yang paling rendah diantara
senyawa polifenolat yang terkandung
dalam daun teh hijau Camelia sinensis
(L.) Kuntze dengan sisi aktif pada residu
asam amino Lys101 dan His235
2. Kemampuan menghambat enzim reverse
transcriptase dari senyawa luteolin
hampir sama dengan ligan alaminya
rilpivirine sehingga di nilai masih
kurang potensial sebagai antiretroviral
(HIV-1).
DAFTAR PUSTAKA
Astill, C., Birc,h M.R., Dacombe, C.,
Humphrey, P.G., Martin, P.T. 2001.
“Factors affecting the caffeine and
polyphenol contents of black and
green tea infusions”. J Agric Food
Chem. 49: 5340-7.
Dineshikumar, B., Kumar, P.V.,
Bhuvaneshwaran, S.P., Mitra, A.
2010. “Advanced Drug Designing
Softwares and Their Applications
in Medical Research”. International
Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences. 2(3): 16-
18.
Divita, G., Rittinger, K., Geourjon, C.,
Deleage, G., dan Goody, R.S. 1995.
“Dimerization kinetics of HIV-1
and HIV-2 reverse transcriptase: a
two step process”. J. Mol. Biol.
245: 508-521.
Duarte, F.J.S., Cabrita, E.J., Frenking, G.
2009. “Density Functional Study of
Proline-Catalyzed Intramolecular
Baylis-Hillman Reaction”.
Chemistry A Eu. J. 15(7): 1734-
1746.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
12
Esnouf, R., Ren, J., Ross, C., Jones, Y.,
Stammers, D., Stuart, D. 1995.
“Mechanism of inhibition of HIV-1
reverse transcriptase by non
nuc1eoside inhibitors”. Struct. Biol.
2: 303-308.
Fassina, G., Buffa, A., Benelli, R., Varnier,
O.E., Noonan, D.M., Albinai, A.
2002. “Polyphenolic antioxidant (-)
epigallocatechin-3-gallate
fromgreen tea as a candidate anti-
HIV agent”. AIDS. 16: 939-41.
Hubbard, R.E., dan Haider, M.K. 2010.
“Hydrogen Bond in Protein: Role
and Strength”. Wiley Online
Library, diakses 15 Mei 2015.
Ivetac, A., McCammon, J.A. 2008.
“Elucidating the Inhibition
Mechanism of HIV-1 Non-
Nucleoside Reverse Mechanism of
Inhibitors through Multicopy
Molecular Dynamics Simulations”.
J. Mol Biol. 388(3): 644-658.
Jin, S. 2013. “Therapeutic Potential of
Natural Catechins in Antiviral
Activity”. JSM Biotechnol. Bioeng.
1(1): 1002.
Kemenkes RI. 2011. Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi
Aniretroviral pada Orang Dewasa.
Kemenkes RI. Jakarta.
Li, S., Hattori, T., Eiichi, N.K. 2011.
“Epigallocatechin gallate inhibits
the HIV reverse transcription step”.
Antiviral Chemistry &
Chemotherapy. 21: 239-243
Mathe, G. 1999. “Red wine, green tea and
vitamins: do their antioxidants play
a role in immunologic protection
against cancer or even AIDS?”
Biomed. Pharmacother. 53: 165-
167.
Sakagami, H., Satoh, K. 1997. “Prooxidant
action of two antioxidants: ascorbic
acid and gallic acid”. Anticancer
Res. 17: 221-224.
Schinazi, R.F., Mead, J.R. dan Feorino,
P.M. 1992. “Insights into HIV
chemotherapy”. AIDS Res Hum
Retroviruses. 8(6): 963-990.
Thomas, G. 2013. Fundamentals of
Medicinal Chemistry. John Wiley
& Sons Ltd. UK.
Thormar, H. The Origin Of Lentivirus
Research: Maedi-Visna Virus.
Curr. HIV Res. 2013; 11: 2-9.
Paul, B.K., Mahanta, S., Singh, R.B.,
Guchhait, N. 2010. “A DFT-Based
Theoretical Study on the
Photophysics of 4-
Hydroxyacridine: Single-water-
mediated Excited State Proton
Transfer”. J. Phys. Chem. A.
144(7): 2618-2627.
Peterson, J., Lagiou, P., Samoli, E., Lagiou,
A., Katsouyanni, K., La Vecchia,
C., Dwyer, J., Trichopoulos,
D.2003. “Flavonoid intake and
breast cancer risk: a case control
study in Greece”. Br. J. Cancer. 89:
1255-1259.
JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology
Vol.VI, No.1, Januari 2017
13
Prajapati, D.G., Ramajayam, R., Yadav,
M.R., Giridhar, R. 2009. “The
search for potent, small molecule
NNRTIs: A review”. Bioorganic &
Medicinal Chemistry. 17(16): 5744-
5762.
Preziosi, L. 2003. Cancer Modelling and
Simulation. Chapman & Hall/CRC.
Florida.
WHO. 2010. Antiretroviral Therapy for
HIV Infection in Adults and
Adolescent. WHO. Wina.
Yengkopiong, Y.P., Lako, J.D.W., Tosiki,
L. 2013. “Human
Immunodeficiency Viral Infection
in The Republic of South Sudan: A
Paradigm Beyond Normality”. HIV
and AIDS Review.12: 55-62.