penambangan batu gampingm
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
Penambangan Batu Gamping
Internet
Melihat gambar diatas pasti Anda berpikir bahwa kita sedang membahas
tambang, yups dugaan Anda benar. Topik kita kali ini membahas tambang batu
gamping, bagi Anda yang tidak tahu apa itu batu gamping, batu gampng bahasa
tanahnya “batu karang” yang biasa dong pake buat batu tela, Anda bisa lihat sendiri di
daerah Polimak, Argapura, Argapura Pantai, Hamadi dll.
Batu gamping merupakan bahan galian industri, batu gamping terbagi dalam
klastik dan non klastik, batu gamping non klastik merupakan koloni dari binatang laut
dari coelenterata, Moluska, dan Protozoa, Foraminifera dan sebagainya, jenis batu
gamping ini sering disebut dengan batu gamping Koral karena penyusun utamanya
adalah Koral yang merupakan anggota dari Coelentrata. Sedangkan batu gamping
klastik merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non klastik yang merupakan hasil
proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, sedimentasi.
Jadi seperti itulah asal usulnya, sekarang kita melihat cara penambangan yang
baik, tidak merusak lingkungan, dan aman yang artinya kecelakaan kerja bisa
diminimalisir.
Pada umumnya deposit batu gamping ditemukan dalam bentuk bukit. Oleh
sebap itu teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk kuari
tipe sisi bukit (side hiil type) Untuk penambangan skala besar pembongkaran dibantu
dengan sistem peledakan beruntun dibantu peralatan berat antara lain eksavator,
bulldozer, ripper (penggaruk), sedangkan untuk penambangan skala kecil dilakukan
dengan alat sederhana antara lain cangkul, ganco dan sekop.
Sketsa Penggalian Batu Gamping Dengan Cara Berteras-Teras
Apabila skala penambangannya kecil, sistem yang diterapkan dalam kegiatan
penambangan adalah sistem gophering, mengikuti bagian/jalur batu gamping yang
relatif mudah dibongkar, namun dengan alasan keselamatan kerja sistem gophering
tidak dianjurkan. Anda bisa lihat di berita-berita para penambang tradisional yang
tewas tertimpa runtuhan batu dan tanah karena menggunakan sistem ini.
Sebaiknya penggalian harus diupayakan untuk dimulai dari bagian paling atas.
Pekerjaan awal ini memang relatif sulit karena pembuatan jalan ke puncak bukit perlu
dibuat dan biaya investasi tidak kembali dengan cepat. Kalau hal ini tidak dilakukan
akan ditemui apa yang disebut high wall yang akan menyulitkan kegiatan penambangan
selanjutnya. Contohnya Anda bisa lihat di kawasan Bucend Entrop terdapat dinding
bekas penambangan yang terjal (lurus) sangat dikhawatirkan kalau dindingnya runtuh
akibat pelapukan batu gamping oleh air hujan.
Sangat diharapkan kegiatan penambangan harus memperhatikan konsep
penambangan yang baik (good mining practice) yang beberapa aspek diantaranya
adalah aspek lingkungan dan keselamatan kerja.
Kalau dalam penambangan batu gamping masalah lingkungan yang mencolok
adalah kebisingan akibat deru mesin alat berat yang beroperasi serta debu yang
berterbangan akibat lalu-lalang truk pengangkut material. Sedangkan masalah
keselamatan kerja kebanyakan akibat dinding batu gamping yang runtuh akibat
penggalian yang salah sehingga terbentuk hanging wall dan runtuh menimpa para
pekerja.
Penggalian yang Salah Sehingga Membentuk Dinding yang Menggantung
(Hanging Wall), Sangat Membahayakan Para Pekerja Apabila Dinding Ini Runtuh
Jadi cerita kita kira-kira seperti itu, kalau masalah cara menghitung cadangan
batu gamping, analisa petrografi dan teknik pemboran dll Anda bisa tanyakan langsung
pada anak-anak Teknik Pertambangan. Semoga topik kita kali ini berguna bagi Anda
para pembaca.
karya ilmiah gunung gamping
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Musibah bencana alam terus menerus menimpa bangsa Indonesia. Tsunami,
tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus terus terjadi silih berganti. Bencana alam
yang terjadi tidak hanya menelan harta benda. Tetapi juga jiwa orang-orang yang kita
cintai. Ratusan rumah hancur tertimbun tanah. Puluhan nyawa melayang karena
tertimbun tanah. Kerugian material mencapai ratusan bahkan milyar.
Peristiwa tersebut mengandung hikmah kepada manusia agar selalu ingat
kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa. Kita harusnya belajar dari musibah tersebut. Kita
harus selalu menjaga kelestarian lingkungan untuk mengurangi dampak pemanasan
global.
Seringkali pemanfaatan sumber daya alam yang bersifat exploitatif akan
mengganggu keseimbangan dan kelestarian alam, oleh karena itu pemanfaatan sumber
daya alam harus seimbang dengan pengelolannya agar keberlangsungannya terjamin.
Pembangunan sumber daya alam yang maksimal dan pengelolaan yang
memperhatikan lingkungan akan menjadi modal pembangunan daerah, terutama
meningkatkan perekonomian daerah. Sejalan dengan meningkatnya ekonomi
masyarakat daerah, maka arus perpindahan penduduk ke kota besar akan terhindari.
Karya ilmiah ini akan membahas pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya
alam “Gunung Gamping di Kabupaten Karanganyar” bagi masyarakat pemiliknya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengelolaan sumber daya alam Gunung Gamping di Kabupaten
Karanganyar?
2. Apakah manfaat Gunung Gamping bagi masyarakat pemiliknya di Kabupaten
Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pengelolaan sumber daya alam Gunung Gamping di Kabupaten
Karanganyar.
2. Mendeskripsikan manfaat Gunung Gamping bagi masyarakat pemiliknya di Kabupaten
Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian karya ilmiah ini memiliki manfaat praktis dan teoritis yaitu:
a. Manfaat teoritis
1. Karya tulis ilmiah ini sebagai sumber informasi tertulis mengenai sumber daya alam di
Kabupaten Karanganyar.
b. Manfaat praktis
1. Karya tulis ilmiah ini mampu memberikan informasi lengkap tentang pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten Karanganyar.
2. Karya tulis ilmiah ini mampu memberikan solusi yang inovatif untuk pengembangan
sumber daya alam di Kabupaten Karanganyar.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang muncul
secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia pada
umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas
alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi, kemajuan peradaban dan
populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa manusia pada era eksploitasi
sumber daya alam sehingga persediaannya terus berkurang secara signifikan, terutama
pada satu abad belakangan ini sumber daya alam mutlak diperlukan untuk menunjang
kebutuhan manusia, tetapi sayangnya keberadaannya tidak tersebar merata dan
beberapa negara seperti Indonesia, Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai
negara di Timur Tengah memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat
berlimpah. Sebagai contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas
alam sebesar sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan
senyawa fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam). Akan tetapi, kekayaan sumber daya
alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara
tersebut. Indonesia, salah satu negara dengan kekayaan sumber daya alam hayati dan
nonhayati terbesar di dunia.
Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat digolongkan
menjadi SDA terbaharukan dan SDA tak terbaharukan. SDA terbaharukan adalah
kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak diekspliotasi
berlebihan (Wardhana, 33: 2004). Tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari,
angin, dan air adalah beberapa contoh SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat
berlimpah di alam, penggunannya harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus
berkelanjutan. SDA tak terbaharukan adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena
penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan
secara terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan
tambang lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang
untuk kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas. Batu bara, minyak bumi,
dan gas alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup
jutaan tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan. Perubahan
tekanan dan suhu panas selama jutaaan tahun ini kemudian mengubah materi dan
senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.
Di samping itu, sumber daya alam juga dapat digolongkan berdasarkan jenisnya,
yaitu SDA hayati (biotik) dan nonhayati (abiotik). SDA hayati bersumber dari makhluk
hidup, seperti tumbuhan, alga, dan hewan; sedangkan untuk SDA nonhayati bersumber
dari benda mati, seperti tanah, udara, pasir, dan berbagai jenis bahan tambang.
Sumber daya alam juga dapat digolongan berdasarkan sumbernya, yaitu hasil tambang
(batu bara, tembaga, perak), pertanian dan perkebunan (padi, jagung, karet), serta
peternakan dan perikanan (sapi, kerbau, udang).
Kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan semua makhluk hidup
yang meliputi ketersediaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
tersedianya cukup ruang untuk hidup pada tingkat kestabilan sosial tertentu disebut
daya dukung lingkungan (http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam) Keberadaan
sumber daya alam di bumi tidak tersebar merata sehingga daya dukung lingkungan
pada setiap daerah akan berbeda-beda. Oleh karena itu, pemanfaatanya harus dijaga
agar terus berkesinambungan dan tindakan eksploitasi harus dihindari. Pemeliharaan
dan pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara yang rasional
antara lain sebagai berikut:
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan
efisien, misalnya: air, tanah, dan udara.
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran).
3. Mengembangkan metode penambangan dan pemrosesan yang lebih efisien
serta dapat didaur ulang.
4. Melaksanakan etika lingkungan dengan menjaga kelestarian alam.
B. Sumber Daya Alam di Indonesia
Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di
dunia setelah Brazil. Fakta tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber
daya alam hayati yang dimiliki Indonesia dan hal ini, berdasarkan Protokol Nagoya,
akan menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan (green
economy). Protokol Nagoya sendiri merumuskan tentang pemberian akses dan
pembagian keuntungan secara adil dan merata antara pihak pengelola dengan negara
pemilik sumber daya alam hayati, serta memuat penjelasan mengenai mekanisme
pemanfaatan kekayaan sumber daya alam tersebut. Kekayaan alam di Indonesia yang
melimpah terbentuk oleh beberapa faktor, antara lain:
a) Dilihat dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah
hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan tumbuh
dengan cepat.
b) Dilihat dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik
sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral.
c) Daerah perairan di Indonesia kaya sumber makanan bagi berbagai jenis tanaman dan
hewan laut, serta mengandung juga berbagai jenis sumber mineral.
Tingginya tingkat biodiversitas Indonesia ditunjukkan dengan adanya 10% dari tanaman
berbunga yang dikenal di dunia dapat ditemukan di Indonesia, 12% dari mamalia, 16%
dari hewan reptil, 17% dari burung, 18% dari jenis terumbu karang, dan 25% dari
hewan laut. Di bidang agrikultur, Indonesia juga terkenal atas kekayaan tanaman
perkebunannya, seperti biji coklat, karet, kelapa sawit, cengkeh, dan bahkan kayu yang
banyak diantaranya menempati urutan atas dari segi produksinya di dunia.
Sumber daya alam di Indonesia tidak terbatas pada kekayaan hayatinya saja.
Berbagai daerah di Indonesia juga dikenal sebagai penghasil berbagai jenis bahan
tambang, seperti petroleum, timah, gas alam, nikel, tembaga, bauksit, timah, batu bara,
emas, dan perak. Di samping itu, Indonesia juga memiliki tanah yang subur dan baik
digunakan untuk berbagai jenis tanaman.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam) Wilayah perairan yang mencapai 7,9
juta km2 juga menyediakan potensi alam yang sangat besar.
C. Sumber Daya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber daya alam dan tingkat perekonomian suatu negara memiliki kaitan yang
erat, dimana kekayaan sumber daya alam secara teoritis akan menunjang pertumbuhan
ekonomi yang pesat (Madya, 25: 2002). Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut
justru sangat bertentangan karena negara-negara di dunia yang kaya akan sumber
daya alamnya seringkali merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang rendah.
Kasus ini dalam bidang ekonomi sering pula disebut Dutch disease. Hal ini disebabkan
negara yang cenderung memiliki sumber pendapatan besar dari hasil bumi memiliki
kestabilan ekonomi sosial yang lebih rendah daripada negara-negara yang bergerak di
sektor industri dan jasa. Di samping itu, negara yang kaya akan sumber daya alam juga
cenderung tidak memiliki teknologi yang memadai dalam mengolahnya. Korupsi,
perang saudara, lemahnya pemerintahan dan demokrasi juga menjadi faktor
penghambat dari perkembangan perekonomian negara-negara terebut. Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan pembenahan sistem pemerintahan, pengalihan
investasi dan penyokongan ekonomi ke bidang industri lain, serta peningkatan
transparansi dan akuntabilitas dalam pemberdayaan sumber daya alam
(http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam) Contoh negara yang telah berhasil
mengatasi hal tersebut dan menjadikan kekayaan alam sebagai pemicu pertumbuhan
negara adalah Norwegia dan Botswana.
Tumbuhan merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan melimpah.
Organisme ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen melalui proses
fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen atau penyusun dasar
rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan berdampak pada rusaknya rantai
makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya salah satu faktor dari rantai
makanan akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya. Pemanfaatan
tumbuhan oleh manusia diantaranya:
a) Bahan makanan: padi, jagung,gandum,tebu
b) Bahan bangungan: kayu jati, kayu mahoni
c) Bahan bakar (biosolar): kelapa sawit
d) Obat: jahe, daun binahong, kina, mahkota dewa
e) Pupuk kompos.
D. Pengertian Batu Kapur
Batu kapur adalah batuan sedimen berjenis khusus yang terbentuk dari kerangka
hewan-hewan kecil lautan. Batu kapur (gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara,
yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur
yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari endapan cangkang
atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka
binatang koral atau kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua,
coklat bahan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. (Sucipto dalam tesis,
26: 2007)
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah
aragonit (CaC03), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu
tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaC03). Mineral lainnya yang umum ditemukan
berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit
(FeC03), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan
campuran bangunan, industry karet dan ban, kertas, dan lain-lain. Batuan kapur ini
sangat penting artinya sebagai bahan dasar dalam industri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gunung Gamping Desa Bandar Dawung Kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilakukan dari tanggal 25 Agustus
hingga 7 September 2011.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, yang lebih
menekankan pada masalah proses dan makna (persepsi dan partisipasi), maka jenis
penelitian dengan strateginya yang terbaik adalah penelitian kualitatif deskriptif. Jenis
penelitian ini akan mampu menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi
teliti dan penuh nuansa, yang lebih berharga daripada sekedar pernyataan jumlah atau
pun frekuensi dalam bentuk angka. Strategi yang digunakan adalah studi kasus ganda
(Yin, dalam Sutopo 227: 2006). Selain itu, karena permasalahan dan fokus penelitian
sudah ditentukan sebelum peneliti terjun dan menggali permasalahan di lapangan,
maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus bisa disebut sebagai studi
kasus terpancang (embedded case study research).
C. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam
penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data kuantitas juga akan
dimanfaatkan sebagai pendukung simpulan penelitian. Informasi tersebut juga akan
digali dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam
penelitian ini meliputi:
1. Informan atau narasumber, yang terdiri dari masyarakat, pengelola dan tokoh
masyarakat di lingkungan Gunung Gamping.,
2. Tempat dan peristiwa/aktivasi ketika masyarakat melakukan pengolahan gamping
menggunakan peralatan yang mendukung.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah:
1. Wawancara yang mendalam (in-depth interviewing)
Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur tepat, tidak
dalam suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama (Patton,
dalam Sutopo 228: 2006). Pertanyaan yang diajukan bisa semakin terfokus sehingga
informasi yang bisa dikumpulkan semakin rinci dan mendalam. Kelonggaran dan
kelenturan cara ini mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi
yang sebenarnya, terutama yang berkaitan dengan perasaan, sikap, dan pandangan
mereka terhadap pengolahan dan pemanfaatan gamping di kalangan masyarakat.
Teknik wawancara ini akan dilakukan pada semua informan.
2. Observasi Langsung
Dalam observasi ini peneliti hanya sebagai pengamat yang hadir di lokasi. Dalam
penelitian kualitatif teknik ini sering disebut sebagai observasi berperan pasif (Spradley,
dalam Sutopo 228: 2006). Observasi langsung ini akan dilakukan dengan cara formal
dan informal, untuk mengamati berbagai kegiatan dan peristiwa di Gunung Gamping.
3. Mencatat dokumen (content analysis)
Teknik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
dokumen.
4. Dokumentasi
Adapun wujud dokumentasi dalam penelitian ini adalah rekaman terhadap
pencerita, yang dilakukan dengan tape, foto dan video. Teknik ini di ambil sebagai
upaya untuk memperoleh informasi yang lengkap dan dapat percaya.
E. Teknik Cuplikan (sampling)
Dalam penelitian kualitatif, teknik cuplikan yang digunakan bukanlah cuplikan
statistik atau yang biasa dikenal sebagai probability sampling yang biasa digunakan
dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik
cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan
konsep teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya,
dan lain-lainnya. Oleh karena itu cuplikan yang akan digunakan dalam penelitian ini
lebih bersifat purposive sampling, atau lebih tepat disebut sebagai cuplikan dengan
criterion-based selection (Goetz & Lecomte, dalam sutopo 2006: 229). Dalam hal ini
peneliti akan memilih informan yang dipandang paling tahu, sehingga kemungkinan
pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti
dalam memperoleh data (Patton, dalam sutopo 2006: 229). Cuplikan semacam ini lebih
cenderung sebagai internal sampling (Bogdan & Biklen, dalam sutopo 2006: 229) yang
memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai suatu
pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa akan
berbicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling), dan juga
berapa jumlah serta macam dokumen yang perlu ditelaah.
F. Teknik Analisis Data
Analisis penelitian kualitatif bersifat induktif, bahwa semua simpulan dibentuk
dari semua informan yang diperoleh dari lapangan. Proses analisis ini dilakukan
bersamaan sejak awal dengan proses pengumpulan data, dengan melakukan beragam
teknik refleksi bagi pendalaman dan pemantapan data. Setiap data yang diperoleh akan
selalu dikomparasikan, setiap unit atau kelompoknya untuk melihat keterkaitannya
sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu bagi pemantapan dan pendalaman data
proses yang dilakukan selalu dalam bentuk siklus, sebagai usaha verifikasi. Dalam
penelitian ini proses analisisnya menggunakan model analisis interaktif (Miles &
Huberman, dalam Sutopo 2006: 230).
Gambar 1. Skema analisis interaktif
Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan
observasi, wawancara mendalam, dan mencatat dokumen dengan menentukan strategi
pengumpulan data yang dipandang tepat dan menentukan fokus serta pendalaman
data pada proses pengumpulan data berikutnya (Sutopo, 2006: 87). Dalam penelitian
ini pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan secara langsung mengenai
tempat/ lokasi adanya peristiwa yang berkaitan dengan Pengumpulan data dari hasil
wawancara disimak dan dicatat oleh penulis sebagai informasi dalam penelitian dalam
bentuk transkrip.
b. Reduksi data yaitu dapat diartikan sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,
dan tranformasi data kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan pada
waktu pengumpulan data. Dengan demikian, reduksi data dimulai sejak peneliti
memfokuskan tentang kerangka konseptual wilayah penelitian (Sutopo, 2006: 87).
Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan menyempurnakan data kasar dalam
bentuk transkip untuk diolah kembali sehingga mempunyai arti berdasarkan topik
penelitian yang diterapkan pada sekelompok kata/paragraf yang telah dicari
hubungan/kaitannya dalam transkip.
c. Sajian data yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan
penelitian dilakukan. Dalam pengujian data meliputi berbagai jenis matrik gambar,
jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel (Sutopo, 2006: 87). Dalam penelitian ini
data-data yang telah dikumpulkan dalam bentuk transkrip akan diuraikan dalam bentuk
laporan penelitian.
d. Penarikan kesimpulan. Sejak awal pengumpulan data peneliti harus mengerti dan
tanggap terhadap hal-hal yang ditemui di lapangan dengan menyusun pola-pola arahan
dan sebab akibat (Sutopo, 2006: 87). Dalam penelitian ini data-data yang telah
mengalami pengolahan dan siap disajikan dapat diambil kesimpulan.
BATU KAPURgamping merupakan salah satu bahan galian industri. Ia merupakan batuan padat dengan komposisi berupa kalsium karbonat. Warnanya putih, abu-abu, kuning tua, abu kebiruan, jingga, hitam, adapun B.D-nya 2,6 – 2,8. bentuknya berupa pegunungan gamping/kapur yang berupa kalsit (Kristal kapur) dan kapur yang sudah lapuk
Fungsi Batu Kapur
• Batu gamping/batu kapur ini istilah asingnyaLimestone. Batu gamping sangat banyak gunanya. Batu gamping digunakan untuk bahanbangunan seperti batu serbuk kapur, pengerasjalan, bangunan dam dam. Juga sebagai bahan mentah utama pembuat portlind cement. Batu gamping/ Kapur juga dapat digunakan untuk pembuatkalk zandsteen serta semen alam. Batu gamping jugaberperan didlam indutri keramik juga digunakan industri, membuat gelas, alat-alat dari gelas/ email.Didalam teknologi kimia batu kapur digunakan untukmembuat kalsium didalam pabrik gula, juga untuk membuat gas CO2 CaC, CaO dan CaCl2, sebagai bahan pemberi warna dalam industri minyak dan lemak. • Digunakan pula sebagai bahan-bahan kedokteran seperti pasta. Dalam duniapertanian ,dipakai sebagai pencegah penyakit tanaman. Juga untuk pembuatanpupuk. Sedangkan peranan batu gamping di dalam industri logam yaitu untuk flux atau bahan merendahkan titik lebur dan bahan-bahan tahan api. Batu gamping juga digunakan untuk bahan pembuatan kerajinan dalam seni budaya serta lith. Cara memperoleh deposit batu kapur • Untuk mengetahui jumlah cadangan atau endapan batu gamping, terlebih dahulu perlu diadakan penyelidikan dengan geologi di daerah kapur. Pengeboran inti dan sumur eksplorasi. Apabila contoh telah diperoleh, harus diselidiki dulu di laboratorium. Baik penyelidikan secara microspii maupun secara kimia untuk menentukan kadar CaO. • Barulah diadakan pengeboran atau penambangan bila jumlahnya banyak dan menguntungkan. Pemnambangan endapan batu gamping dapat dikerjakan dengan cara quarry. Pada umumnya batu gamping mempunyai lapisan luar yang tipis. Yang terdiri dari tanah liat ( clay, pasir dan gravel). Untuk itu lpisan tersebut perlu dikupas. Jika lapisan tersebut keras, maka dilakukan peneboran dan peledakan.• Setelah pengupasan dilaksanakan, maka batu gamping diambil dengan pengeboran dan peledakan. Bongkah-bongkah yang pecah kemudian diangkut ke pengolahan. Tempat Penambangan Batu Kapur
Di Indonesia endapan batu gamping terdapat di: Aceh, Sumtera utara
(panen/medan dan tarutung), Sumatera barat (karang putih), Jawa barat
(Klapa Nunggal), daerah-daerah Jabar, Kuripan/ Bogor, Cipanas/Kromong
/Cirebon, Jawa tengah (daerah-daerah Jateng), Jawa timur (daerah-daerah
Jatim dan Madura, Bluto/Madura), Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan
(Tonasa/ Makasar). Cara Pengolahan Batu Kapur
Agar batu kapur dapat digunakan dengan mutu yang baik, maka batugamping yang baru ditambang perlu diolah lebih lanjut. Pengolahannya tergantung kepada pengunaan-penggunaannya. Tetapi kebanyakan langsung digunakan sebagai bahan mentah, hanya mengalami proses mekanis misal dalam pembuatan semen. Didalam pembuatan CaO (Ca(OH)2 ) kapur putih untuk dinding-dinging. CaC, CaCl2 dan CO2. batu kapur dibakar terlebih dahulu pada suhu 900-1000 C didalam suatu dapur yang tegak lurus. Pada suhu 900o C ( tekanan udara 1atm) batu kapur itu akan berdissosiasi menjadi CaO dan CO2 - CO2. ditangkap. Dibersihkan dan dimasukkan dalam tengki. CaO dibasahi dengan air menjadi Ca(OH)2, yang digunakan sebagai kapur dinding Ca(OH)2, berubah lagi menjadi CaCO3 karena bereaksi dengan CO2 diudara. Proses Produksi Pembakaran pada kiln berbentuk U: Batu kapur yang sudahdibersihkan dimuatkan ke dua buah shaft pada kiln tegak lurus oleh conveyor listrik dan buckets. Kedua buah shaft ini bekerja secara bergantian. Mula-mula, batu kapur dibakar pada shaft pertama pada suhu diatas > 1000°C menggunakan 8 buah burner berbahan bakar minyak yang dipasang tegak lurus diantara dua buah shaft. Proses pembakaran berlangsung 10-13 menit tergantung pada laju pengumpanan batu kapur. Gas buang dari proses pembakaran tersebut bergerak turun ketika shaft pertama turun kemudian naik ke shaft kedua untuk pemanasan awal batu kapur yang menumpuk pada bagian atas shaft kedua. Begitu proses pembakaran pada shaft pertama selesai, kapur dikeluarkan dari bagian bawah kiln, pada saat bersamaan batu kapur yang baru dimuatkan ke bagian atas shaft pertama. Kemudian batu kapur yang sudah diberi pemanasan awal tersebut dibakar pada shaft kedua. •Proses Pemadaman: Batu gamping yang sudah dibakar di tebar dilantai kemudian di siram air sedikit dem sediit hingga semua gamping menjadi tepung •SiloPenyimpan: Bubuk kapur dan bongkahan kapur disimpan dalam silo terpisah untuk dijual ke para pelanggan. Pengawasan Kualitas: • Bongkahan kapur dari kiln dilewatkan ke conveyor untuk dilakukan proses pengawasan kualitas secara manual. Produk
yang ditolak dipisahkan dan ditumpukkan untuk dijual. Sisanya dibawa ke proses penggilingan atau ke silo penyimpan, tergantung pada jenis produk yang dikehendaki pelangganPengelompokan dan Penyimpanan: Dengan semakin langkanya kapur, maka diperlukan pengelompokan batu kapur untuk memilih hanya bahan yang berkualitas baik. Batu kapur terpilih ditimbun sampai bahan ini diumpankan ke proses produksi untuk menghasilkan kapur.•Pemilahan ukuran, penolakan dan pembersihan: Batu kapur dibawa dari tempat penimbunannya ke pengayak getar/vibrating screen melalui conveyor yang digerakkan oleh motor listrik. Batu kapur yang berukuran kurang dari 2 inci akan jatuh melewati ayakan menuju bypass conveyor dan dibawa ke tempan penimbunan terpisah. Dengan begitu maka hanya batu kapur yang berukuran 2-4 inci yang akan menuju kiln. Pada bagian atas ayakan dipasang water jet nozzles untuk membersihkan batu kapur selama tahap pemilahan ukuran ini. PEMAKAIAN KAPUR UNTUK BANGUNAN 1.Sebagai bahan perekat, kapur merupakan semen non
hidrolik. 2.Sebagai bahan memberiwarna pada dinding rumah sederhana ( warna putih )
Batu Gamping Dadang Aryanda
Batu Gamping
1. PENDAHULUANSecara prosentase, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap Produk Domestik Bruto termasuk relatif kecil daripada dengan sektor lain, yaitu (0,36 % per tahun), tetapi secara angka ternyata cukup mengejutkan (427 milyar rupiah dalam kurun 1996-1999).
Namun demikian, khusus konsumsi bahan galian batu gamping ternyata relatif stabil, tidak terganggu oleh tingkat ekonomi yang semakin terpuruk. Hal ini ditunjukkan oleh kebutuhan batu gamping untuk bahan baku semen masih tetap menjanjikan. Jumlah penduduk yang semakin dewasa dan bertambah setiap tahun (2%) merupakan alasan bahwa kebutuhan rumah sebagai sarana tempat tinggal masih tetap pilihan nomor satu. Industri lain pemakai batu gamping memegang peran yang tidak dapat dipisahkan karena konstribusi terhadap total konsumsi cukup nyata, seperti industri pertanian, kertas dan banyak lagi yang lain. Kondisi iitu, secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi pengusahaan pertambangan batu gamping.
2. GEOLOGI DAN PENAMBANGAN
2.1 Mula Jadi
Batu gamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, mekanik, atau kimia.
Di alam, sebagian besar batu gamping terjadi secara organik dan umumnya mempunyai nilai ekonomis. Jenis ini berasal dari pengendapan rumah kerang dan siput, foraminifera (ganggang), atau kerangka binatang koral/kerang.
Mula jadi batu gamping secara mekanik bahannya hampir sama dengan secara organik. Yang membedakan adalah terjadi perombakan terhadap bahan gamping kemudian terbawa arus dan diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sementara
secara kimia batu gamping terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut atau air tawar.
Endapan batu gamping disebut endapan sinter kapur, apabila pengendapan terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping di bawah permukaan, kemudian diendapkan kembali di permukaan bumi.
Magnesium, lempung dan pasir adalah unsur pengotor yang mengendap saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor memberikan klasifikasi jenis batu gamping. Persentase unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu gamping mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat bahkan hitam. Warna kemerah-merahan disebabkan oleh adanya unsur mangan sementara kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsur organik.
Mineral pengotor lain yang terdapat pada batu gamping tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit adalah magnesit; kuarsa; feldspar; (kaolin, illit dsb); besi (hematit, ilmenit); dan mineral sulfida (pirit, markasit). Batu gamping bersifat keras, padat, dan dapat pula bersifat sarang.
Carr Donald D. dan Rooney L.F (1985) membuat klasifikasi mineral atas dasar kandungan kalsit dan dolomit serta material non-karabonat dalam batuan. Jika kandungan kalsit dalam batuan dominan, maka dapat dikatakan sebagai batu gamping. Apabila kandungan dolomit (MgCO3) yang paling banyak (>15%) maka batuan tersebut diklasifikasikan sebagai batuan dolomit (Tabel 1).
Batu gamping yang mengalami meta-morfosa akan berubah penampakan-nya dan sifatnya. Itu terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batu gamping tersebut menghablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Air tanah juga berpengaruh terhadap penghabluran ulang pada permukaan batu gamping sehingga membentuk kalsit.
Di beberapa daerah endapan batu gamping sering ditemukan gua dan sungai bawah tanah. Hal itu terjadi akibat reaksi batu gamping dengan resapan air hujan yang mengandung CO2 maupun dari hasil pembusukan zat-zat organik dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah kemudian melarutkan batu gamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut:
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2
Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun di dalam tubuh batu gamping terjadi rongga. Gejala ini tidak hanya terjadi di dalam, tetapi juga di permukaan yang langsung berhubungan dengan udara luar yang kadang-kadang membentuk topografi karst yang indah menarik dan unik, atau juga sering dijumpai berbagai lubang tegak, miring, atau datar.
Tabel 1 Klasifikasi batu gamping berdasarkan unsur ikutannya.
Batu gamping Lempungan
Batu gamping CaCO3 > 95 % Lempung < 5 %
Batu gamping napalan CaCO3 ; 85 - 95 % Lempung ; 5 - 15 %
Batugamping napal CaCO3 ; 75 - 85 % Lempung ; 15 - 25 %
Napal gampingan CaCO3 ; 65 - 75 % Lempung ; 25 - 35 %
Napal CaCO3 ; 35 - 75 % Lempung ; 35 - 65 %
Napal lempung CaCO3 ; 25 - 35 % Lempung ; 65 - 75 %
Lempung napal CaCO3 ; 15 - 25 % Lempung ; 75 - 85 %
Lempung napalan CaCO3 ; 5 - 15 % Lempung ; 85 - 95 %
Lempung (karlin) CaCO3 ; < 5 % Lempung ; > 95 %
Pemanfaatan di industri dan perdagangan
Kapur putih CaCO3 > 90 % Lempung < 10 %
Kapur hidrolis CaCO3 ; 75 - 90 % Lempung ; 10 - 25 %
Kapur semen CaCO3 ; 70 - 75 % Lempung ; 25 - 30 %
Kapur romawi CaCO3 ; 60 - 70 % Lempung ; 30 - 40 %
Portland semen CaCO3 ; 25 - 60 % Lempung ; 40 - 75 %
Berdasarkan adanya kalsit dan magnesit
Batugamping Kalsit > 95% Magnesit < 5 %
Batugamping magnesiuman Kalsit > 90 - 95% Magnesit 5 - 10%
Batugamping dolomitan Kalsit 50 - 90% Magnesit 10 - 50%
Dolomit gampingan Kalsit 10 - 50% Magnesit 50 - 90%
Dolomit Kalsit < 0% Magnesit > 90%
Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena ka dan kimianya. 2.2 Mineralogi
2.2. Mineralogi
Batu gamping adalah batuan sedimen mengandung CaCO3 (Kalsium karbonat = kalsit). Aragonit yang berkomposisi kimia serupa CaCO3 tapi berbeda struktur kristalnya adalah mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu terubah menjadi kalsit. Mineral karbonat lain yang berasosiasi dengan batu gamping adalah kalsit dan aragonit dalam jumlah kecil adalah siderit (FeCO3 ) ankerit (Ca,Mg, Fe(CO3)4) dan magnesit (MgCO3). Identifikasi mineral karbonat yang ada dalam batu gamping tidak mudah karena kesamaan sifat fisika dan kimianya. Walau demikian untuk batuan yang relatif monomineralic dan kompak; berat jenis, warna, bentuk kristal dan sifat fisika lainnya dapat digunakan untuk identifikasi batuan tersebut.
Tingkat solubilitas dari mineral yang berbeda dalam asam encer (dilute hydroulic acid) dapat dipakai sebagai petunjuk dalam penelitian. Tingkat solubilitas dapat diurutkan sebagai berikut, aragonit, kalsit, dan dolomit. Teknik ini sangat berguna dalam laboratorium, tetapi di lapangan aplikasinya sangat terbatas.
2.3 Potensi dan Cadangan
Potensi batu gamping Indonesia sangat besar dan keberadaannya tersebar hampir di setiap Propinsi.
Tabel 2. Cadangan Batu Gamping Indoneisa menurut Propinsi
Propinsi Jumlah Keterangan
1. D.I Aceh 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Sumatera Selatan 6. Bengkulu 7. Lampung 8. Jawa Barat 9. Jawa Tengah & DIY 10. Jawa Timur 11. Kalimantan Selatan 12. Kalimantan Tengah 13. Nusa Tenggara Barat 14. Nusa Tenggara Timur 15. Sulawesi Utara 16. Sulawesi Selatan 17. Irian Jaya
100,857 5,709 23.273,300 6,875 48,631 2,730 2,961 672,820 125,000 416,400 1.006,800 543,000 1.917,386 229,784 66,300 19,946 240,000
Seluruh cadangan batu kapur ini terklasifikasi sebagai cadangan tereka (termasuk hipotesis dan spekulatif), kecuali cadangan di Nusa TenggaraTimur, sejumlah 61,376 juta ton sebagai cadangan (probable) terunjuk.
Total 28.678,500
Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997
Cadangan batu gamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan yang terbesar berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau sekitar 81,02 % dari cadangan seluruhnya.
Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]:
CaO : 40 - 55 %;
SiO : 0,23 - 18,12%;
Al2O3 : 0,20 - 4,33%;
Fe2O3 : 0,10 - 1,36%;
MgO : 0,05 - 4.26%;
CO2 : 35,74-42.78%;
H20 : 0,10 - 0,85%;
P2O5 : 0,072 -0.109%;
K2 : 0,18
L.O.I : 40,06%.
3. PERTAMBANGAN
3.1 Eksplorasi
Eksplorasi batu gamping dilakukan bertahap. Kegiatan ini dilkerjakan dengan meggunakan cara pemboran dan geolistrik. Besar cadangan dihitung berdasarkan korelasi data pengeboran dengan data geolistrik dan geologi singkapan.
3.2 Penambangan
Secara umum, penambangan batu gamping Indonesia dilakukan dengan cara tambang terbuka (kuari). Tanah penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan koral dikupas terlebih dahulu. Pengupasan dapat dengan menggunakan bulldozer atau power scraper. Kemudian dilakukan pemboran dan peledakan sampai di dapat ukuran bongkah yang sesuai. Untuk bongkah yang terlalu besar perlu di bor dan diledak-ulang (secondary blasting).
Pengambilan bongkah batu gamping biasanya dilakukan dengan wheel loader, lalu dimuat ke alat transportasi (dump truck, belt conveyor, lori dan lain-lain).
3.3 Pengolahan
Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan terlebih dahulu, misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh kapur tohor (CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2.
Secara umum, pembuatan kapur tohor meliputi :
Kalsinasi pada suhu 900o - 1000oC, sehingga batu gamping terurai menjadi CaO dan CO2;
CO2 ditangkap, dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tangki;
kalsinasi dapat membentuk kapur tohor (CO) dan padam (CaOH2).
Pembakaran batu gamping pada suhu sekitar 900oC akan diperoleh CaO melalui reaksi
CaCO3 � CaO + CO2
Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai 1 gram molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal. Pembakaran batu dolomit (MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti reaksi berikut :
MgCO3 � MgO + CO2;
MgO disebut juga magnesit kostik.
Pembakaran batu gamping dolomitan pada suhu 800-850 oC, hanya MgCO3 yang terurai, tetapi CaCO3 belum terurai. Jadi yang dihasilkan adalah MgO.CaCO3; dolomit kostik yang aktif ialah MgO sementara CaCO3 bekerja sebagai bahan pengisi. Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang terjadi adalah CaCO3, dan CO3
terurai menjadi CaO dan MgO.
Pembakaran batu gamping yang mengandung MgCO3 penurunan daya ikat MgO tak dapat dihindari, karena saat reaksi penguraian CaCO3 menjadi CaO dan CO2
dibutuhkan suhu lebih tinggi dari 900 o C, terutama yang berukuran besar, agar suhu di bagian dalam cukup tinggi sehingga tejadi disosiasi. Gas CO2 akibat disosiasi dari hasil pembakaran atau udara dapat dihilangkan dengan alat pembuat gas atau secara alami (Gambar 2).
4. PENGGUNAAN DAN SPESIFIKASI Batu gamping dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam tujuan, yaitu :
a) Batu Bangunan
Batu bangunan di sini adalah yang biasa digunakan untuk pondasi rumah, jalan, jembatan maupun isian bendungan terutama di daerah yang tidak memiliki sumber batu bangunan seperti andesit, basalt dan semacamnya atau sebagai batu hias. Untuk keperluan di atas dipilih batu gamping yang berstruktur pejal atau keras serta berhablur dengan daya tekan 800 - 2500 kg/m3
b) Bahan Bangunan
Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran dalam adukan pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah.
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan `+bangunan ini, adalah :
(CaO + MgO) min. 5%;
(SiO + AL2O3 + Fe2O3) maks. 5%;
CO2 maks 3%;
70% lolos ayakan 0,85 mm
Capuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang disebut semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-oksida alumina dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai berikut :
Ca(OH2) + SiO2 + (n-1)H2O CaO, SiO2 nH2O (semen)
Ca(OH2) + Al2O3 + 5 H2O CaO, Al2O3 6H2O (semen)
c) Bahan Penstabil Jalan
Pemanfaatan batu gamping untuk fondasi jalan, rawa-rawa, berfungsi mengurangi penyusutan plastisitas dan pemuaian fondasi jalan raya tersebut. Reaksi yang terjadi hampir sama dalam pembentukan semen tras, dengan campuran kapur padam sekitar 1 - 6% sesuai keadaan tanah dan konstruksi jalan yang akan dibuat. Batu gamping yang dipakai diharapkan berkadar belerang rendah.
d) Pertanian (Pengapuran)
Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan melalui pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda; untuk kacang-kacangan, gandum, kentang misalnya, masing-masing pelu tingkat keasaman antara 6 - 7,5; 5,75-7,5; dan 5-6,45.
Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10% dan ukuran butir < dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3 mm.
Pengapuran memberikan berbagai keuntungan, misal memungkinkan nutrient lain lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga mem-perbaiki peningkatan mikrobiologi alam dari tanah melaluj penghancuran bahan organik (penggemburan tanah).
Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki struktur fisik, yaitu dapat rnembantu pertumbuhan akar dan mem-beri kontribusi kalsium terhadap tanaman tingkat bermagnesium rendah/ hilang akibat panenan atau erosi.
Untuk melaksanakan proses pengapuran, jumlah batu gamping sangat bervariasi. Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah. Namun, sumber lain menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan sampai 5 ton per hektar. Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan kapur padam.
e) Bahan Keramik
Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai dengan pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.
Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor penentu sebagai bahan baku keramik.
Selain untuk imbuh, dapat juga digunakan dalam pembuatan glasir, walaupun hanya sebagian kecil.
f) Industri Kaca
Pemanfaatan batu gamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan tambahan. Jenis batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping dolomitan dengan kadar sebagai berikut :
(SiO2 0,96%), (Fe2O3 0,04%), (Al2O3 0,14%);
(MgO 0,15%), da (CaO 55,8%);
(SiO2 ; 0,14%), (Fe2O3 ; 0,03%), (Al2O3.MgO ; 20,80%) dan (CaO;31,8%).
Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara lain mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devitrifikasi; dan memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.
g) Industri Bata Silika
Untuk pembuatan bata silika, batu gamping yang diperlukan adalah dengan kadar :
CaO minimum 90%;
MgO maksimum 4,5%;
Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5%;
CO2 maksimum 5%.
h) Industri Semen
Dalam industri semen, penggunaan mineral batugamping adalah sebagai bahan baku utama. Diperkirakan, untuk 1 ton semen diperlukan 1 ton batugamping. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah :
kadar CaO : 50 - 55%;
MgO maksimum 2%;
kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O);
kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95%.
Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur padam, yaitu sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar sampai dengan suhu + 1100 oC.
i) Pembuatan Karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit, dan petroleumcoke (carbon black). Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan kalsium karbid mem-punyai spesifikasi :
total CaO minimum 92%;
MgO maksimum 1,75%;
SiO2 maksimum 2%;
Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1%;
S maksimum 0,2%;
P maksimum 0,02;
hilang pijar pada contoh yang diambil di tungku 4%.
j) Peleburan dan Pemurnian Baja
Dalam peleburan dan pemurnian besi atau logam lainnya, batu gamping/ dolomit berfungsi sebagai imbuh pada tanur tinggi. Bijih besi mengandung silika dan alumina sebagai unsur tambahan; dalam proses peleburan unsur-unsur tersebut bersenyawa dengan bahan pengimbuh berupa terak cair (seng) yang mengapung di
atas lelehan besi, sehingga mudah dipisahkan. Disamping itu, CaO dalam batu gamping harus berkadar tinggi, sarang dan keras. Hal itu diperlukan untuk mengikat gas-gas seperti SO2 dan H2S.
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi, antara lain :
Untuk batu gamping
CaO minimum 52%;
SiO maksimum 4% (1,5 - 4%);
Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%;
MgO maksimum 3,5%;
Fe2O3 maksimum 0,65%;
P maksimum 0,1%.
k) Bahan Pemutih dalam Industri Kertas, Pulp dan Karet
Untuk keperluan ini batu gamping harus mempunyai hablur murni (hampir CaCO3) yang digerus sangat halus. Biasanya berasal dari batu gamping yang lunak, berwarna putih yang terdiri dari cangkang kerang dan jasad renik yang terdiri dari kapur (CaCO3) sebagai hasil sampingan pembuangan dasar magnesium karbonat dari dolomit.
Batugamping yang cocok untuk bahan pemutih berkadar CaCO3 98%, kehalusan 325 mesh, mempunyai daya serap terhadap minyak, warna putih dan pH > 7,8. Bahan pemutih ini dipakai dalam industri kertas untuk pemutih pulp, pengisi, pelapis (coating) dan pengkilap.
l) Pembuatan Soda Abu
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
- CaCO3 : 90 - 99%;
- MgCO3 : 0,6%
- FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.
m) Penjernih Air
Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu dalam proses kapur soda. Kapur
Tabel 3. Persyaratan batu gamping dan dolomit untuk peleburan dan pemurnian baja.
batugamping Dolomit
- CaO minimum 52%; - SiO maksimum 4% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 3,5%; - Fe2O3 maksimum 0,65%; - P maksimum 0,1%.
- SiO maksimum 6% (1,5 - 4%); - Al2O3 + Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 17 - 19%;
berfungsi menghilangkan bikarbonat yang menjadi penyebab kekerasan sementara pada air. Air kotor yang banyak mengandung bakteri akan menjadi bersih dalam waktu 24 - 48 jam, apabila dibubuhi kapur yang cukup banyak. Demikian pula air yang keruh akan menjadi jernih, sedangkan air yang mengandung CO2 dinetralkan.
Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa saluran air ke konsumen.
n) Pengendapan Bijih Logam Non-ferrous
Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batu gamping bertindak sebagai settling agent, dan pengontrol pH.
Batugamping berfungsi untuk mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam proses flotasi bijih nikel. Batu gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih adalah antara 75 - 80 kg.
1) Industri Gula
Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu dan menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar 150 kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah sebagai berikut :
- H2O : 0,2%
- HCL : 0,2%
- SiO2 : 0,1%
- AL2O3 : 0,1%
- CaO : 55,0%
- MgO : 0,4%
- CO2 : 43,6%
- SO4 : tidak nyata
- Na2O K2O : 0,3%.
5. PERKEMBANGAN DAN PROSPEK
5.1 Perkembangan Pemasokan dan Permintaan
Perkembangan produksi dan konsumsi batu gamping Indonesia dalam kurun 1991-1999 naik dengan laju pertum-buhan tahunan sebesar 18,56 % dan 14,25 %. Jumlah produksi tahun 1991 tercatat 34,92 juta ton naik menjadi 68,36 juta ton tahun 1999. Demikian pula dengan konsumsi, dari sebesar 37,06 juta ton (1991) menjadi 78,36 juta ton (1999). Industri semen adalah merupakan pemakai terbesar batu gamping, sekitar 76,8% dari jumlah konsumsi. Industri lainnya adalah industri bahan galian non-logam dan industri kapur (Tabel 4 dan 5).
Dari pengamatan, data ekspor masih nihil berarti Indonesia belum pernah ekspor batu gamping, walaupun usaha ke arah itu ada. Sementara bahan baku yang diimpor berupa produk dari batu gamping, yaitu flux dan kapur tohor (quicklime).
Jawa Barat selain sebagai produsen utama batu gamping juga merupakan konsumen terbanyak, yaitu sekitar 56,70% dari jumlah konsumsi batu gamping Indonesia per tahun.
Data yang disajikan di sini merupakan hasil pengolahan kembali data dari Badan Pusat Statistik melalui penyesuaian antara volume impor dan harga satuan. Data lain yang diolah kembali adalah quicklime, dengan konversi seperti batu kapur jenis flux dengan cara membagi nilai impor dengan harga satuan untuk tahun yang bersesuaian (Tabel 4).
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping dalam kurun 1991-1999 ada ketidakseimbangan, yaitu terjadi kekurangan dari penyediaan yang secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton.
Beberapa kemungkinan sehubungan dengan keadaan di atas, yaitu laju pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat dalam 10 tahun terakhir, meskipun situasi ekonomi belum pulih. Pasokan yang berasal dari perusahaan tanpa izin (non-formal) perlu diperhatikan karena jumlahnya per Kabupaten bisa mencapai angka 100 per tahun/ satu jenis galian.
Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir (1998-1999) menunjukkan keadaan kekurangan penyediaan yang relatif sangat besar (11,8 juta ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum mencerminkan keadaan sebenarnya mengingat data yang dikumpulkan belum mencakup data pemakaian di bidang pertanian, konstruksi, dan perumahan.
5.2 Prospek Batu Gamping
Prospek pemasaran di dalam negeri
Perluasan areal pertanian melalui program transmigrasi, terutama di daerah dengan tingkat keasaman tanah tinggi, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi dapat memberi pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian batu gamping di Indonesia.
Di sektor konstruksi/jalan untuk beberapa tahun ke depan selama situasi ekonomi belum pulih peningkatan prospek pemakaian batu gamping relatif stabil. Namun demikian tidak menutup kemungkinan dengan pembuatan jalan bebas hambatan yang melalui rawa dapat meningkatkan pabrik semen dan tentu saja bertambahnya pemakaian batu gamping untuk semen
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan kebutuhan batu gamping di luar sektor industri akan semakin besar di masa datang. Disisi lain, potensi batu gamping yang besar dan tersebar dan kemungkinan pemanfaatan yang terus meningkat di sektor industri pemakai memberikan harapan yang baik bagi munculnya produsen baru dalam usaha pertambangan batu gamping.
Orientasi Ekspor
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping di negara kawasan ASEAN memberikan petunjuk tentang adanya peluang ekspor batugamping Indonesia ke kawasan ini. Malaysia dan Filipina misalnya, perkembangan produksi di kedua negara lebih sedikit dengan konsumsinya.
Dari kajian terhadap kebutuhan batu gamping sektor industri di luar logam, Malaysia untuk 1995 saja membutuhkan batu gamping 22-23 juta ton, tidak termasuk kebutuhan di sektor konstruksi dan bangunan sebesar 5 juta ton setiap tahun [12].
Informasi itu diharapkan dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi produsen di Indonesia. Namun demikian seperti halnya bahan galian lainnya, kesempatan itu pada prakteknya sangat sulit. Ada sesuatu yang tak nyata dalam masalah bahan baku mineral, baik batu gamping atau bahan galian lain sangat sulit untuk menembus pasar ekspor. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi, hampir semua jenis mineral dapat diketemukan di Indonesia.
6. PENUTUP
Pertumbuhan suatu negara dapat dilihat dari besarnya pemakaian batu gamping. Hampir semua jenis industri memakai bahan galian ini, baik sebagai bahan utama atau sebagai tambahan.
Pertumbuhan sektor konstruksi merupakan salah satu tolok ukur maju mundurnya pembangunan suatu kota. Dalam hal ini industri semen memegang peranan penting. Dan ini terlihat bahwa pemakai terbesar batu gamping adalah industri semen ini, yang mencapai hampir 87 % dari total konsumsi. Ini menunjukkan bahwa konsumsi batu gamping merupakan salah satu mineral yang tidak terganggu oleh keadaan ekonomi sekarang ini.
Industri lain yang tidak dapat dipisahkan dan kemungkinan akan mengkonsumsi cukup besar adalah industri pertanian. Sektor ini dipastikan membutuhkan bahan baku yang berasal dari batu gamping, baik untuk pemupukan atau dalam rangka penurunan tingkat keasaman tanah pertanian akibat masa tanam yang tidak sesuai dengan ketentuan sehingga memerlukan memerlukan biaya tambahan yang cukup tinggi, sebab kalu tidak, masa produksi akan terus berkurang.
Selain dua jenis industri di atas, prediksi pemanfaatan di industri kimia mempunyai peluang yang cukup meyakinkan. Saat ini, industri kimia eruakan primdona karena hampir semua jenis bahan galian dipakai di industri ini, baik yang dimiliki ataupun harus diimpor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Industri 1988 - 2000., Jakarta 1988 - 2000.
2. Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Perdagangan Luar Negeri 1988 - 2000., Ekspor dan Impor, Jakarta 1988 - 2000.
3. Carr D.D and Rooney L.F.F., “Limestone and Dolomit”, Industrial Minerals, March 1990.
4. Dhadar J.R., “Bahan Galian Indonesia”, Direktorat Jenderal Sumberdaya Mineral.
5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Mineral Aditive Bagi Industri”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta 2000.
6. Departemen Perindustrian dan Perdagangan., “Perkembangan Kapasitas Nasional Sektor Industri 1996/2000”, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Edisi, 2001.
7. Fowler, W.L., et.Al., ” Industrial Chenmical, 3rd Edition, Mc Graw Hill International Book Company, Newyork, Edition, 1994.
8. Madiadipoera T. dkk., “Bahan Galian Industri di Indonesia”,. Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung 1999.
9. Pressher J.W. and Pilham L., “Lime Calcium Coumpound”, Mineral Fact and Problem, 1985.
10. Petti John., “ Lime ind Industrial, 1990.
11. Suyartono., “Peranan Kapur Untuk Pertanian”, Puslitbang Teknologi Mineral, Bandung 1986.
12. Teoh L.H., “Industrial Minerals Potensial In Malaysia”, Status Report, 1990.
13. Wolfe., J.A., “ Mineral Recources A World Review”,. A. Dowden and Culver Book, Chapman and Hall, Nwyork 1994.
14. Wu John C., “The Mineral Industri”., Mineral Yearbook, Edition 1999.
JENIS JENIS BATUAN YANG MENYUSUN BUMI
Bumi kita tersusun atas beribu jenis batuan.Baik batuan beku,sedimen,maupun metamorf.Pada artikel kali ini,saya akan memaparkan jenis jenis batuan umum yang biasa kita jumpai,antara lain :
1.Granit
Granit mempunyai tekstur peneris dan biasanya granular. Batuan terdiri dari ortoklas yang unhedral/ mikroklin, sedikit plagioklas (albite atau oligklas) dan kwarsa yang tak berwarna atau putih dengan ebntuk yang tidak teratur. Kuarsanya mengisi ruang diantara kristal-kristal yang lain. Mineral gelap seperti biotit, hornblende, augit hanya dalam jumlah yang sedikit. Mineral accesosir lainnya contohnya adalah magnetik, hematite, turmalin dan pirit. Jika biotit adalah adalah mineral gelap yang ada maka disebut dengan granit biotit. Granit hernblande juga sering dijumpai. Granit yang banyak mengandung phanocenit disebut granit porfisris. Jenis yang lain granit olivin dan granit muskofit. Granit pada umumnya mengandung 50% ortoklas (mikrolin), 2% plagioklas (albite atau digoklas), lebih dari 20% kwarsa dan 3 – 15 % biotit.
1. 2. Diorit
Batuan ini bertekstur feneris, mengandung feldspar plagioklas calsiksodik dalam jumlah yang besar dengan tipe sodik yang banyak. Plagioklasnya melebihi ortoklas, kwarsa tidak ada, tetapi mengandung augit dalam jumlah sedikit. Harnbledia biasanya lebih banyak dari biotit. Diorite sangat mirip dengan gabro, tetapi diorit plagioklasnya lebih asam (sodik) daripada labradorit. Batuan dengan plagioklas yang lebih basa disebut dengan gabro. Jika banyak penokris disebut dengan porfir diorit. diorit terdiri dari kurang lebih 65% plagioklas dan 35% mineral silikat gelap seperti biotit dan augit. Mineral-mineral accesorisnya kwarsa, apotik, kalsit, klorit, granit, dan epidot. Varietas yang umum adalah diorite hornblende. Warna diorit cerah abu-abu gelap hijau keabu-abuan.
1. 3. Gabro
Gabro merupakan batuan basis dengan tekstur fenekris. Didalam gabro, mineral gelap jumlahnya hampir sama dengan mineral cerah, tetapi kebanyakan gabro mempunyai perbandingan yang bervariasi antara mineral gelap dan mineral terang. Mineral-mineral silikat dalam jumlah yang berarti adalah piroksin, biasanya augit dan ovilin, hornblende atau biotit ada dalam jumlah sedikit. Jika piroksin mengkristal dalam sistem ortorombis, batuannya disebut Neorit (suatu varietas dari gabro). Dalam gabro tertentu, kwarsa, garnet dan kerundum ada dalam jumlah sedikit. Batuan gabbro yang seluruhnya terdiri dari feldsfar labradorit kristalin kasar disebut anortosit.Warna dari gabro hitam, hijau, dan abu-abu gelap.
1. 4. Liparit
Lapirit merupakan batuan bertekstur porfiris dan umumnya berwarna putih, mineral pembentuknya feldspar, kuarsa, biotit dan mungkin juga mineral berwarna gelap.
1. 5. Andesit
Andesit merupakan batuan bertekstur halus dari diorite, terdiri dari feldspar terutama plagioklas, tetapi plagioklas sodik adalah tipe yang utama kwarsa tidak ada, tetapi ada mineral gelap seperti hornblende atau augit. Jika hornblende atau augit yang banyak, maka batuannya disebut dengan andesit hornblende atau andesit biotit. Warna dari andesit abu-abu hijau, tetapi sering merah atau jingga. Andesit sulit dibedakan dengan desit, latit, dan tracit. meskipun demikian kebanyakan andesit adalah porfitis. Jika banyak penokrisnya disebut dengan porfir andesit. Jikan tanpa penokris dengan absidian. Batuapung dari komposisi andesit juga diketemukan, demikian juga tuff andesit dan breksi andesit.
1. 6. Basalt
Basalt merupakan klompok dari gabro tetapi berbutir halus yang mengandung mineral-mineral silikat gelap dan feldespar dalam jumlah besar. Warnanya abu-abu gelap, hijau gelap, ciklat dan hitam. Dalam basalt, augit dan olivin banyak tetapi hornblende dan biotit jarang atau tidak sama sekali. Vatietas basalt yang mengandung kristal feldespar yang panjang yang kedudukannya sekarang dan berasosiasi dengan augit disebut dengan diabas. Basalt biasanya mengandung 50% plagioklas, 30% augit dan 10% olivin. Basalt biasanya mempunyai tekstur butur halus dan batuannya berat. Jika penokrisnya banyak disebut dengan porfir basalt.
1. 7. Dasit
Dasit merupakan batuan yang memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu terang, mineral plagioklas berbutir kasar dalam masa dasar lebih halus. Dasit mengandung 15-20% kwarsa, kurang lebih 60% feldaspar dan 10-20% biotit atau hornblande. Mineral silikat ada dalam jumlah sedikit. Misalnya biotit, hornblende, dan augit. Jika panerisnya plagioklas atau kwarsa banyak, disebut dengan porfir dan dasit. Masa dasar dari batuan ini biasanya berbutir halus, tetapi dapat juga secara gradual menjadi glass.
1. 8. Skoria
Skoria merupakan batuan yang terbentuk jika air dan gelombang-gelombang gas lainnya keluar melalui lava yang mampat (stiff lava), yang luabang-lubangnya lebih besar kalau dibandingkan dengan purnice. Warna skoria coklat kemerahan sampai abu-abu gelap dan hitam.
1. 9. Obsidian
Merupakan gelas volkanik dengan kilat seperti kaca terang dan pecahan konkoidal yang bagus. Warnanya umumnya hitam, tetapi warna lain seperti merah, coklat dan abu-abu. Wara ini tidak menunjukan tentang komposisinya. Warna kebanyakan disebabkan oleh partikel seperti debu dari magnetik atau hematite. Kebanyakan obsidian mempunyai berat jenis 2,4. Obsidian terbentuk sebagai hasil pendinginan yang terlau cepat dari magma ekstrusif, selain itu dapat juga dari hasil suatu magma yang viskus. Obsidian mempunyai komposisi yang sebanding dengan batuanfanerik lainnya. Karena batuan “glassy” tidak dapat diidentifikasi dengan mata biasa karena tak ada kristalnya, analisis khemis diperlukan untuk menentukan komposisi yang tepat, meskipun kebanyakan obsidian sebanding dengan granit dalam komposisinya.
1. 10. Batu Apung
Batuapung adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari gelembung pendingin gelas dan biasanya disebut juga batuan gelas volkanik silikat. Batuan ini terbentuk dari magma asam oleg aksi letusan gunung api yang mengeluarkan meterialnya ke udara, kemudian mengalami transfortasi secar horizontal terakumulasi sebagai batuan piroklastis. Batuapung mempunyai sifat vesikular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak akibat ekspansi buih gasalah yang terkandung didalamnya dan pada umumnya terdapat sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral yang terdapat didalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit dan tridimit.
1. 11. Breksi
Breksi merupakan bagian yang halus dari batuan bersama dengan pengikat, mengeras menjadi massa batuan. Pengikat berasal dari konglomerat/breksi sendiri karena adanya pelarutan atau pengendapan kembali material batuan, yang biasanya terdiri dari calcite, silikat, dan oksida besi. Matrik dapat berupa quartz, feldspar atau clay.
1. 12. Konglomerat
Konglomerat merupakan batuan sedimen klastis yang tersusun dari fragmen yang memnulat dan berdiameter >2mm, sedangkan breksi tersusun dari fragmen yang menyudut. Kebanyakan fragmen pada breksi atau konglomerat adalah cusrtzite, vein, cuartz, chert, rhyolite dan batugaping.
1. 13. Batu Pasir
Batu pasir tersusun dari fragmen berukuran 2mm. Butir-butir pasir tersusun atas mineral quartz, chert, feldspar partikel batuan dan kadang-kadang calcite atau dolmite. Batu pasir dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu orthoquartazite, arkosa dan greywacke yang masing-masing mengandung quartz, feldspar dan partikel batuan.
1. Batuan pasir yang terutama tersusun dari quartz yang disebut puresandstone, jika pengikatnya silikat Calcareous sandston dan batu pasir yang pengikatnya material karbonat yaitu Calcite atau Dolmite. Agrilaceous Sandston adalah batu pasir yang pengikatnya matrik yang sangat halus dan liat. Bila lebih dari 95% terdiri dari butir quartz dan pengikatnya bukan silikat disebut quatzstone sandstone, sedangkan jika pengikatnya silikat disebut quartzitic sanstone.
2. Graywackes berisi fragmen batuan, biasanya biasanya berukuran besar dan mengalami sortasi berisi matriks yang halus (>15%), terdiri dari mineral clay, chlorite, sericite, hometite dan chert. Greenstone atau schist atau mineral gelap seperti = auggite, serprntine, hornblende, dan bijih
besi. Biasanya pengikat pada greywacke berupa : silty, muddy atau calcareous., penyusun utama greymacke ialah : quartz ( 20 070%), feldspar (> 50%) dan batuan (>20%). Pelapisamn pada greywacke bervariasi, ada yang masif, terutama yang berbutir kasar, tetapi sering didapatkan lapisan yang tipis pada batuan yang hulus. Jarang didapat cross bedding, hampir selalu ada ripple merk, jarang didapat fosil.
3. c. Arkosa” merupakan batuan pasir yang mengandung feldspart + 20 – 30 % yang berasal dari batuan beku asam. Pada arkosa, feldspar tidak lebih dari 50 % . biasanya potash dan sedafeldspar lebih banyak dari feldspar. Quartz merupakan mineral klastis yang paling utama, sedangkan feldspar yang kedua, muscovite dan biotite ada dalam jumlah kecil. Arkose biasanya terikat bersama dengan calcite, oksida besi, mineral clay, sedang silikat jarang didapat. Umumnya arkosa berwarna ”light pink – pinkish – gray, karena adanya feldspar. Partikel pada arkosa kadang-kadang berbutir kasar, menyudut sampai agak membulat dan mengalami sortasi yang baik. pelapisan pada arkosa umumnya kurang, sering terjadi cross badding yang jelas.
1. 14. Tufa Gelas
Tufa Gelas merupakan batuan piroklastik yang disusun oleh material hasil gunung api yang banyak mengandung debu vulkanik dan mineral gelas, dengan warna putih kekurangan, abu-abu dan kuning kecoklatan. Kegunaan digunakan sebagai timbunan.
1. 15. Batu Gaping
Batu Gapingmerupakan batuan carbonat yang paling banyak terdapat, demngan kenampakan textur aphanitik sampai phanero-cristalin. Warna putih keabu-abuan, abu-abu, abu-abu gelap, hitam, kuning, coklat, dan lainnya oleh adanya kotoran-kotoran, oksid besi dan zat-zat organik. Limestone berbutir mulus, pecahannya conchoidal. Bila ditetesi HCL memercik/berbuih. Mudah larut terutama dalam air yang mengandung CO2 sehingga terjadi lubang-lubang, celah-celah, diaklas- diaklas dan lainnya. tebal dapat dari beberpa centimeter sampai beberapa ratus meter. Beberapa limestone seluruhnya dapat terdiri dari butir-butir calcit. Keras dari limestone sangat berbeda-beda, ada yang keras dan ada yang lunak, agak keras, dan sebaginya, tergantung dari texturnya. Selama proses pelapukan dari limestone, calcium carbonatnya dapat terlarut, dan yang tertinggal adalah kotoran-kotorannya, yang kemudian dapat terkonsentrasi dan membentuk clay atau loams yang berwarna merah atau kuning, oleh aksidasi dari mineral-mineral oksida besi.
1. 16. Travertin
Calcium carbonat tidak larut dalam air murni, tetapi bila aornya mengandung CO2 maka calcium carbonat itu mudah berubah menjadi biocarbonat. Jadi dibawah tekanan atmosfer, air yang banyak mengandung CO2 secara perlahan-lahan melarutkan calcium carbonat, terutama bila air tersebut berasal dari tempat yang dalam dengan tekanan yang lebih besar dan kandungan CO2 nya lebih banyak, maka daya melarutkan lebih tinggi. Bila larutan tersebut mencapai permukaan bumi dibawah tekanan atmosfer, calcium carbonatnya segera diendapkan oleh proses evaporasi,
dan proses ini dapat dipercepat oleh adanya kegiatan dari tumbuh-tumbuhan (algae). Calcum carbonat yang doiendapkan di mulut/lubang mata air itu disebut travertine. Pada gua-gua kapur, terjadi pula pengendapan dari calcium carbonat oleh tetesan-tetesan air secara perlahan-lahan yang terdiri dari kristal-kristal halus dan kompak, yang disebut dengan dripstone. Warna putih, kuning, atau cokelat. Struktur fibrous atau konsentris. Yang tumbuh dari bawah disebut stalagnite.
1. 17. Serpin
Serpin berasal dari lumpur yang mengendap. Terdiri dari butiran-butiran batu lempung atau tanah liat, pada umumnya sepertiga terdiri atas kuarsa, sepertiga bahan tanah, sepertiga bahan lain termasuk karbonat, besi oksida, feldspar, dan zat organik. Berwarna abu-abu kehijauan, merah, atau kuning. Dimanfaatkan sebagi bahan bangunan. Berasal dari endapan hasil pelapukan batuan tanah liat.
1. 18. Sekismika
Sekismika dihasilkan oleh metamorfosa regional dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan phyllite, mempunyai foliasi dan kristalin. Ummnya berbutir lebih kasar dari slate dan phyllite tetapi lebih halus dari gneias. Foliasi tersebut terbentuk oleh kristal-kristal berbentuk lempeng
(play) dan kristal-kristal prismatik. Mineral-mineral berbentuk lempengan tersebut antara lain : chlorite, sericite, muscovite, biotite, dan tolc, sedangkan mineral-mineral prismatik adalah actinolite, kyanite, hornblede, staurolite, dan silimanite. Kadang-kadang schist hanya terdiri dari satu macam mineral saja, contohnya talc schist, tetapi pada umumnya terdiri dari dua atau lebih mineral seperti calcite - sericalcite – albite schist. Sekis sering mengandung mineral-mineral yang bersifat antara lempengan dan pragmatik (flaky nor prismatic), tetapi equigracular seperti misalnya : garnet dan feldspar, yang biasanya bertekstur porphyroblastic. Batuan-batuan scihist dapat pula berasal dari gabbro, basalt, ultrabasin, tuff, shale dan sandstone. Jika beberapa “ teksture asli batuan asal” masih ada, akibat tekanan yang kuat, maka batuan disebut, metabasalt, metagabbro dan sebagainya.
1. 19. Genes
Ganes adalah batuan matemorf dengan kristal-kristal yang kasar, biasanya berlapis-lapis akibat pemisahan mineral-mineral yang berbeda sehingga membentuk foliasi sekunder yang kasar. Terbentuk pada tempat yang dalam dan pada tingkat metamorfise, yang tinggi bersama-sama dengan struktur pegunungan lipatan. Pada prinsipnya gneiss berasal dari batuan beku silllicaous seperti granit, monozit kwarsa, syenite, dan granodiorit, tetapi dapat juga dari rhyolit, tuff, arkosa dan batu pasir feldspatik. Mineral-mineral utama pada gneis adalah kwarsa dan feldspat, sedangkan mineral-mineral yang lain adalah, biotite, horblende dan augite. Warna bervariasi tergantung pada warna mineral dominan yang ada. Pelapisan disini dihasilkan oleh pergantian warna-warna mineral yang terang dan gelap atau oleh perbedaan ukuran butir dengan pelapisan yang tebal dan kasar ataupun tipis. Sering mengandung mineral-mineral metamorf yang lain seperti garnet, epidot, tournaline, graphite, dan silimanite. Jika batuan beku (sebagian bahn induknya) adalah sari batuan mafic tertentu, mungkin greiss tersebut dapat berkembang manjadi serpentine olivin, augite, horblede dan biotite. Jika bahan beku (sebagian bahan induknya) dapat dikenal maka nama batuan dapat ditentukan seperti misalnya : gabbro gneiss, syenite gneiss ataupun granite gneiss. Gneiss yang berasal dari batuan sedimen, contohnya : quatzite gneiss conglomerate gneiss, politic gneiss (dari sedimen clay) dan calc gueniss (dari cilliceous limetone dan dolomite) gneiss yang berbentuk oleh penerobosan mineral-mineral batuan beku kedalam folisasi akan menghasilkan campuran batuan dalam bentuk dike yang tipis dari material-material quartzfeldspathic. Ini disebut “injection” gneiss. Batuan ini tersebar luas dan mungkin menempati bagian terbesar dari tipe gneiss lainnya.
1. 20. Filit
Filit berkaitan dengan perkembangan aktivitas metamorfik yaitu baliknya temperatur atau bertambah besarnya rekristalisasi maka slate berubah menjadi filit. Filit secara dominan tersusun dari mineral-mineral kelompok mika seperti: mika, maricite, dan chlorite. Batuan ini lebih kasar daripada slate, tetapi ada batas yang tegas antara keduanya baik dalam hal ukuran butir maupun kandungan mineralnya. Mineral-mineral seperti muscovit, mika, sericite, dan cholite terdapat dalam jumlah yang besar. Mineral-mineral asesore dalam jumlah yang sedikit antara lain megnetit, hematit, graphite, dan tourmaline. Filit disebut pula sericite phllite, chlorite phyllite atau sericite phyllite. Warna dari putih perak, merah sampai kehijau-hijauan. Sifat dalam (tenacery) : brittle dan sering mempunyai pegangan halus hingga agak kasar. Filit dihasilkan oleh metamorfose regional tingkat rendah terutama dari mineral clay, shall, dan juga tuff dan tuffacous sedimen.
1. 21. Sabak
Sabak merupakan batuan berbutir halus dan homogen, mempunyai achistosity planar, tergantung pada pelapisannya. Oleh karena itu biasanya mempunyai beberapa sudut untuk masing-masing
perlapisan sehingga batuan menjadi balah/rekah kedalam lapisan yang tipis. Sabak merupakan salah satu istilah struktur dan tidak ada kaitannya dengan komposisinya. Perlapisan asli dari slate masihg dapat terlihat, apabila berasal dari abtuan beku basalt seperti struktur amigdoloidal. Sabak berbutir sangat halus dan hanya dapat dideterminasi dengan mikroskop. Hanya sedikit mineral sabak yang berbutir kasar seperti: kwarsa, feldspar, cholorite, biotite, magnetite, hematite, kalsit, dan ineral-mineral yang terdapat pada batuan shale. Warna yang ditimbulakan dari warna merah, hijau, abu-abu, hingga hitam. Warna merah karena ada mineral yang hemalit, hijau karena ada mineral cholorite. Warna abu-abu karena adanya mineral-mineral dari karbon dan bahan-bahan organik seperti grafit. Sabak yang berasal dari batu pasir “ graywacke” disebut “ graywacke slate”.
1. 22. Kuarsit
Kuarsit adalah metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar. Akibat tekanan pada kwarsit dapat mengakibatkan hancurnya kwarsit tersebut dan menghasilkan tekstur granoblastik. Kuarsit sangat keras karena adanya sementasi sirikat (biasanya kwasa kristalin) yang terendapkan disekitar butir-butir kuarsa yang lebih besar, sehingga menghasilkan ikatan butir yang sangat kuat. Mineral lain yang dijumpai dalam kuarsit adalah: apatite, zircon, epidote, dan hornblede. Kuarsit dapat berbentuk akibat metamorfisme kontak atau metamorfis regional dari pada panas dan tekanan terhadap batu pasir, chert, vien kuarsit, dan kuarsit pigmatit. Sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil. Warna dari kuarsit bervariasi dari putih, coklat hingga mendekati hitam. Adanya hematit memberikan warna merah muda (pink) sedangkan chlori memberikan warna kehijau-hijauan.
1. 23. Marmer
Marmer adalah metamorfisme dari batuan kapur, baik itu batu kapur kalsit maupun batu kapur dolomit. Terbentuknya terutama disebabkan oleh reksistelisasi calsit. (dolomit) yang biasanya berbutir lebih kasar daripada batu kapur aslinya. Marmer yang terbentuk oleh dolomitc disebut marmer dolomit (dolomitic marble). Akibat proses metamorfos dan rekristalisasi, pelapisan sering meliuk atau bahkan tidak terlihat sama sekali. Umumnya marmer danmarmer dolomit terbentuk oleh metamorfisme kontak atau regional dan dijumpai bersama-sama dengan phyllite, slate, schist, dan metakwarsa. Struktur batu kapur sangat bervariasi dari yang berbutir sangat halus hingga berbutir sangat kasar. Pada tipe-tipe metamorfose kontak ditunjukan dari adanya orientasi kristal-kristal yang memanjang sebagai hasil tekanan yang searah. Meneral-mineral aksesor pada marmer banyak macamnya antara lain: tremolit, forserite, periclose, diopside, wollastonite, brucite, spincl, felspar, dan garnet, yang kesemuanya ini tergantung pada macam material batuan asalnya. Warna yang ditimbulakn mulai dari cerah atau putih apabila terdiri dari kalsit dan dolomit, tetapi bisa berwarna kelabu, merah, coklat atau kombinasi warna tergantung pada mineral-mineral aksesornya. Contoh-contoh batuan marmer yakni: breccia marble, tremolite marble, graphite marble, talcose marble, phlogopite marble.
Sebenarnya masih banyak sekali batuan yang menyusun bumi , nanti bakal aku muat di next artikel batuan.skarang segini dulu.semoga beguna