pemullaan mutasi pada sorghum sukarno roesmarkam …digilib.batan.go.id/e-prosiding/file...
TRANSCRIPT
PEMULlAAN MUTASI PADA SORGHUM
*Sukarno Roesmarkam
ABSTRAK
PDlULIAAN tftJTASI PADA SOBCIIUM. Telah dilakukan pengamatan terhadap tanaman
sorgu. (Sorghum bicolor (L) Moench.) generasi M-l dan M-2 varietas Keris yang diira
diasi dengan sinar gamaa dosis 60 Krad di Kelti Pemuliaan Ballitan Bogor tahunl983/
1984. Pengalll8tan yang dilakukan antara lain pembentukan anakan dan percabangan,
ukuran panjang ruas batang, kekompakan malai, ukuran biji dan jumlah biji per malai.
Seleksi ini telah lIenghasilkan gelur Keris M-3 yang lIIemiliki daya hasil !. 27 ,6~
lebih tinggi daripada varietas Keris yang normal.
ABSTRACT
INDUCED tftJTATIOM ON SOBCIIUM. Sorghum Cv. Keris was irradiated with gamma rays
at dose of 60 Krad. Observation on total tillering and branching, length of inter
node, comparation of panicle. seed size, seed number per parnicle, and _Ie sterile
were made ini M-l and M-2 generation. This trial was conducted at Breeding Group,
Bogor Research Institute for Food Crops, in 1983/1984. A high yielding lines have
been found in M-3 generation.
PENDAHULUAN
Beberapa cara untuk memperluas keragaman genetik dalam seleksi
dapat ditempuh antara lain dengan cara mengumpulkan material koleksi
lokal, introduksi dari luar negeri I persilangan dan dengan mutasi
buatan. Mutasi buatan pada hakekatnya berusaha untuk merombak susun
an gen di dalam kromosom. Mutasi buatan tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan sinar radioaktiv seperti sinar gamma, sinar-X,
dan dapat juga digunakan bahan kimia tertentu (EMS, dES, Cholchisin
dll.) (1).
Percobaan mutasi buatan pada tanaman sorgum dengan menggunakan
sinar radioaktiv banyak di lakukan, namun sampai tahun 1970 belum ada
• Balai Pene1itian Tanaman Bogor
365
hasil yang memadai (2). Pada tahun 1972 NARAYANA dkk. (3) mengadakan
iradiasi biji sorgum dengan 60Co dan didapatkan hasil mutan M-2 dari
IS 6928 ran; memiliki dara hasil lebih tinggi daripada tanaman
normal, namun tanaman mudah rebah. REDDI dan LAHiRI (4) pernah men
eoba membentuk mutan sorgum dengan meneelupkan biji sorgum ke dalam
larutan dEs dan EMS dengan lama perendaman dan konsentrasi larutan
yang berbeda-beda. Diperoleh hasil bahwa pada perlakuan yang 'sama
larutan dES memiliki daya rusak yang lebih tinggi dibanding dengan
larutan EMS, dan dinyatakan pula bahwa peningkatan konsentrasi dan
lamanya perendaman akan meningkatkan daya rusaknya. Pereobaan mutasi
buatan yang pernah dilakukan di Ballitan Bogor bekerja sama dengan
Batan Jakarta tahun 1980, menunjukkan bahwa dengan dosis 10 - 40
Krad pada beberapa varietas sorgum, tidak menunjukkan gejala keru
sakan (tidak diterbitkan).
BAHAN DAN METODE
Pereobaan ini menggunakan varietas Keris yang diiradiasi dengan
sinar gamma 60 Krad di Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta. Biji
yang telah diradiasi ditanam di pot sebanyak 10 pot, 5 tanaman per
pot, pada MP 1983/84 di Kelti Pemuliaan Ballitan Bogor. Hasil biji
dari M-1 tersebut ditanam sebagai M-2 di lapang KP. Muara Bogor pada
MK. 1984. Setiap malai ditanam dalam satu baris dengan panjang
barisan sesuai dengan jumlah bij i yang diperoleh. Jarak tanam di
dalam barisan 10 em, dan antara barisan 75 em, 1 - 3 biji per lu
bang. Setiap tanaman mutan diikutkan tanaman normal sebagai eek.
Pemupukan lengkap N, P205, dan K20 dengan dosis 135, 90 50 kg/Hat
Pemeliharaan dilakukan seeara intensif. Pengamatan dilakukan terha
dap pertanaman M-1 dan M-2, terhadap semua gejala kelainan pheno
tipik tanaman. Seleksi dilaksanakan dengan metode bulk sampai
generasi M-3 dan dilanjutkan dengan metode pedigree.
HASIL DAN PEMBAHASAN
TanUlan }f-l.Daya Keeambah BLi i. Daya keeambah maupun waktu yang dibutuhkan
366
untuk berkeeambah bij i yang diradiasi masih tetap bagus yakni 95%
dan perlu waktu 3 had. Pengamatan lebih lanjut pada hari ke 5
nampak terdapat bintik hitam pada bagian akar, bintik tersebut ke
mudian meluas dan mengering. Pada hari ke sepuluh tinggal sekitar 5
- 10% yang masih tetap segar.
Pertumbuhan Tanaman. Pertumbuhan tanaman sangat bervariasi dari
sangat lambat sampai normal seperti tanaman eek. Sebagian besar
tanaman yang tumbuh lambat tersebut disebabkan oleh pertumbuhan akar
yang tidak sempurna. Dari 10 pot (50 tanaman) diperoleh 26 tanaman
yang mampu terus tumbuh dan membentuk malai dengan umur dan jumlah
biji yang dibentuk bervariasi.
Daun. Gejala kelainan yang terjadi antara lain daun bergelom
bang pada bagian tepinya, daun tetap menggulung, klorosis dan rela
tif lebih lemah dibandingkan dengan daun tanaman normal. Panjang,
lebar dan jumlah daun per batang tidak berbeda dengan tanaman normal
(8 - 10 helai).
Batan~. Tanaman M-1 memiliki batang relatif lebih pendek dan
bahkan beberapa menunjukkan kekerdilan dengan tinggi a.ntara 40 - 98
em, dibandingkan dengan tanaman normal antara 110 - 115 em. Tanaman
M-1 terlihat selalu beranak antara 2 - 5 batang pada umur 2 - 3
minggu setelah biji tumbuh. Dari 10 pot tanaman terdapat 2 pot ta
naman yang bereabang pada setiap ruasnya, eabang-eabang tersebut
mampu membentuk malai namun sebagian besar malai tersebut mandul.
Bun~~. Malai yang terbentuk pada tanaman M-1 relatif lebih
keeil daripada tanaman normal dan sebagian besar bunga yang terben
tuk mandul. Gejala kemandulan tersebut disebabkan antara lain tidak
terbentuk semua organ generatif (tepung sari, putik dan bakal buah),
tidak terbentuk tepung sari (male steril) ada pula bunga yang mampu
membentuk semua organ generatifnya, namun jumlah tepung sari yang
terbentuk relatif sediki t. Dad 10 pot tanaman hanya terdapat 15
tanaman yang mampu membentuk malai berbiji dengan jumlah bervariasi.
Biji. Perbedaan dengan tanaman normal hanya terlihat pada ju
mlah biji per malai, sedang bentuk, warna dan besar biji tidak me
nunjukkan perbedaan dengan biji-biji dari tanaman normal.
Umur Tanaman. Tanaman mulai berbunga pada tanaman M-1 berkisar
antara 42 - 55 hari, dibandingkan dengan tanaman normal 40 hari.
Umur panen tanaman M-1 berkisar antara 85 - 90 hari, sedang tanaman
367
normal antara 72 - 74 hari. Hijauan tanaman M-1 terlihat masih eukup
segar sewaktu dipanen.
Pertan8IJan M-2. Lima belas malai yang diperoleh dari tanaman M
1, setelah ditanam sebagai M-2 (1 baris per malai) ternyata hanya 10
malai (10 baris) yang bijinya mampu tumbuh. Selanjutnya 10 baris
tersebut diberi kode K 60-1 sid K 60-10. Beberapa baris nampak masih
beragam, antara lain K 60-6, K 60-7, K 60-8 dan K 60-9, enam baris
yang lain telah nampak seragam. Dibandingkan dengan-tanaman normal,
sepuluh baris tanaman M-2 tersebut memiliki beberapa kelainan antara
lain :
Anakan. Pada tanaman M-2 pada umumnya mempunyai jumlah anakan
berkisar antara 2 - 5 batang. Pembentukan anakan terjadi pada waktu
tanaman berumur 2 ~ 4 minggu setelah biji tumbuh. Selain terbentuk
anakan, pada tanaman K 60-2 nampak tumbuh eabang dari. setiap ruas
nya. Baik anakan maupun pereabangan tersebut mampu membentuk malai.
dengan bunga yang normal, sehingga mampu membentuk bij i. Selisih
masak biji antara tanaman induk dengan anakan berkisar antara 5 - 10
hari, sedang antara tanaman induk dengan pereabangannya berkisar
antara 7 - 15 hari. Daun. Pada generasi M-2 terlihat seluruh
tanaman memiliki daun yang normal, baik warna, panjang, lebar,
jumlah dan keadaan permukaan daun, keeuali beberapa tanaman yang
terlihat daunnya tetap menggulung.
Batang. Dari 10 baris yang diamati ada perbedaan menyolok ter
lihat pada tinggi batang. Sekelompok tanaman menjadi lebih tinggi
dibanding dengan tanaman normal, yakni masing-masing sekitar 170 dan
100 em (Tabel 1). Perbedaan tinggi ini dikarenakan oleh perbedaan
panjang ruas batang, sedang jumlah ruas per batang sama dengan
tanaman normal, yakni 10 - 12 ruas.
Malai. Tanaman M-2 relatif memiliki malai lebih besar daripada
malai tanaman normal, keeuali pada galur K 60-2. Tanaman M-2 yang
berbatang tinggi memiliki malai berbentuk bulat panjang, lebih pan
jang daripada tanaman normal dan agak menear. Pada tanaman M-2 ber
batang pendek memiliki malai berbentuk bulat dan agak pendek serta
lebih kompak.
3G8
Tabel 1. Beberapa sifat tanaman H-2 hasil radiasi tanaman sorgum varietas Keris
dengan sinar gamma 60 Krad
TanlUlan Tinggi
tan_an
( em )
Panjang
malai
( em )
Panjang
leher
( em )
Jumlah biji per
1118.1ai
Berat 100 bt. U.ur
biji (hari)
yang
leher
lebih
(1) menunjukkan bahwa dengan
49 - 72 hari (berbunga 50%)
K 60-1 9425513602,2978
K 60-2
892097692,6078
K 60-3
93231111182,4978
K 60-4
80211212992,0878
K 60-5
992358722,0586* K 60-6169 241013982,5578* K 60-7173 282010652,1075* K 60-8170 3017 9332,0875* K 60-99523612091,9475
K 60-10
180 301514882,8484
Keris
115 221310682,0778
* : aaak beraalUl aemua data, kecuali umur hasil rata-rata
10 contoh tanaman.
BLii. Seluruh tanaman M-2 memiliki biji berwarna putih kapur
seperti tanaman normal, kecuali K 60-10 yang berwarna coklat. Selain
warna biji, bentuk biji tanaman K 60-10 juga berbeda dengan tanaman
normal yakni berbentuk pipih bagian perutnya, sedang pada tanaman
normal atau tanaman M-2 yang lain berbentuk bulat. Bobot 100 butir
biji tanaman M-2 relatif lebih berat dibanding dengan tanaman
normal, kecuali tanaman K 10-9. Sebagian besar tanaman M-2 memiliki
jumlah bij i per malai relatif sama atau sediki t lebih banyak di
banding dengan tanaman normal, kecuali mutan K 60-2, K 60-5 dan K
60-8 (tabe 1 1).
Tan~kai Malai. Pada Tabel 1 terlihat bahwa tangkai malai
nampak (leher) pada tanaman M-2 berbatang pendek memiliki
pendek dan pada tanaman berbatang tinggi juga memiliki leher
panjang kecuali K 60-6.
Umur Tanaman. Percobaan sebelumnya
radiasi umur tanaman bervariasi antara
369
dibandingkan dengan tanaman normal (60 hari) , pada pereobaan ini
menunjukkan bahwa hanya 2 galur K 60-5 dan K 60-10 yang berumur
lebih dalam masing-masing 86 dan 84 hari, tanaman normal dan tanaman
M-2 yang lain berumur 75 dan 78 hari (Tabel 1).
Basil Seleksi. Pada generasi M-4 tanaman telah nampak seragam
dan lebih mantap, sehingga pada generasi selanjutnya seleksi di
tekankan pada pemurnian saja. Dari hasil pengamatan ini diperoleh
31 galur mutan, tetapi kebanyakan terdapat kelemahan-kelemahan ter
tentu, dan hanya mutan M-3 yang menunjukkan keunggulan dibanding
dengan tanaman normal. Untuk itu mutan ini telah diikut sertakan
penguj ian mul tilokasi, hasil multilokasi tersebut menunjukkan daya
hasil lebih tinggi sekitar 27%, walaupun tanaman menjadi lebih
tinggi (Tabel 2).
Tabel 2. Beberapa sifat yang telah diamati pada galur mutan Keris M3 dibandingkan dengan varietas Keris.
Sifat-sifat yang diamati
Umur berbunga 50% (hari)Rata-rataKisaran
Umur masak (hari)Rata-rataKisaran
Tinggi tanaman (em)Rata-rataKisaran
panjang malai (em)Rata-rata
Kisaran
Bobot biji per malai (g)Rata-rataKisaran
Hasil (ton/ha)Rata-rataKisaran
Keris M-3
5248 - 55
7874 - 81
129
110 - 143
21
16 - 25
29,4
27,6 - 31,3
4,062,60 - 5,20
Keris
4948 - 49
7671 - 80
102
100 - 103
2015 - 25
22,75
22,0 - 24,1
3,182,30 - 4,00
Keterangan : Angka-angka tersebut diperoleh dari hasil 5 kali
pengujian.
370
KESIMPULAN
Dari percobaan dan pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa :
- Dengan menggunakan radiasi sinar gamma dosis 60 Krad terhadap
varietas Keris, diperoleh pertanaman M-1 yang cukup baik untuk
bahan seleksi pada generasi selanjutnya.
- Penggunaan radiasi sinar gamma pada sorgum varietas Keris ini
diperoleh tanaman M-1 yang bersifat jantan mandul, hal ini dapat
dimanfaatkan untuk memperlancar pelaksanaan persilangan, namun
perlu diteliti bagaimana pengeruhnya terhadap generasi keturunan
nya.
- Keragaman pertanaman mutan M-1 dan M-2 yang dapat teramati antara
lain, jumlah anakan yang terbentuk, pembentukan percabangan,
ukuran panjang ruas batang, kekompakan malai, ukuran bij i dan
jumlah biji per malai, serta warna biji.
- Telah diperoleh galur mutan yang memiliki day a hasil lebih tinggi
daripada tanaman normal, namun tanaman memiliki batang yang lebih
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
1. CHOPE, P.R., SHINDE, V.K., and WADHOKAR, R.S., Late flowering
radiation induced mutants in Swarna. Sorghum Newslatter II(1974).
2. DOGGET, H., Sorghum, Longmans, London (1970).
3. NARAYAMA, D., KULKHARANI, N., and MURTY, K.N., Mutation breeding
in sorghum, Sorghum Newsletter, 17 (1974).
4. REDDI, V.R., and LAHIRI, K.K., Chemical mutagenesis in parent and
hybrid of sorghum. Sorghum Newslatter 17 (1974).
371
DISKUSI
RAHAYU T. S.
1. Penampilan tanaman Sorgum yang
pemuliaan menggunakan radiasi
kualitas yang bagaimana terrnasuk
2. Apakah dengan radiasi kultivar
diperoleh ?
SUKARNO R.
bagairnana yang diingini dengan
? Misalnya hasil tinggi atau
rasa.
yang di ingini bisa lebih cepat
1. Penarnpilan yang diinginkan pada percobaan ini sorgurn adalah
Hasil tinggi : 50 kg/ha dengan tipe tanarnan yang sarna.
2. Belum bisa menjawab, karena kami baru studi pendahuluan, sebab
rnelihat hasil selekasi yang diperoleh kemungkinannya sangat besar.
BAMBANG K.
1. Bagairnan pengaruh radiasi terhadap daya ratoon?
2. Pada pengamatan : diamati panjang ruas batang. Apakah ada hubung
annya dengan hasil ?
SUKARNO R.
1. Belum diarnati.
2. Panjang ruas hanya rnernpengaruhi tinggi tanarnan, tetapi tidak
berpengaruh terhadap jumlahnya.
T. SUGIANTO
1. Apakah sebelum melakukan percobaan telah dilakukan orientasi
dosis sehingga dapat menentukan dosis radiasi yang digunakan.
2. Menurut Anda dosis berapa yang terbaik untuk menghasilkan rnutan
mutan tersebut.
SUKARNO R.
1. Orientasi sebelurnnya telah dilakukan dengan dosis 40 krad 5
varietas, tetapi belum terdapat kelainan, rnaka saya naikkan
menjadi 60 krad.
2. Tergantung pada varietas, tetapi perlu diamati lebih lanjut.
372
RIJANTO S.
1. Mengapa Anda memilih dosis 60 krad ? Apakah sebelumnya sudah
dilakukan percobaan orientasi dosis? Hal ini kami tekankan karena
dalam pemuliaan mutasi orientasi dosis memegang peranan penting.
2. Komentar : Untuk generasi Ml (mungkin juga generasi M2) itu belum
bisa dinamakan mutan, karena sifat pada Ml dan M2 itu masih bisa
bersegresi 1'agi pada generasi selanjutnya. Perlu di ingat bahwa
kelainan morfologi pada M1 sering terjadi kerusakan fisiologis.
SUKARNO R.
1. Sebelumnya kami meradiasi 40 krad 5 varietas, tetapi belum
menunjukkan gejala dan kemudian kami naikkan menjadi 60 krad.
2. Memang kami sendiri juga berpendapat demikian, karena pada M2
masih bersegresi.
373