pemrograman metoda elemen hingga pada masalah … · 2019. 11. 26. · banyak permasalahan dalam...
TRANSCRIPT
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005)
56
PEMROGRAMAN METODA ELEMEN HINGGA PADA MASALAH KONDUKSI KALOR
Ekabrata Yudhistyra
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI
Jl. Ir. H. Juanda 96 Bandung 40132
Abstract Banyak permasalahan dalam fisika dan teknik yang dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan differensial parsial. Seringkali solusi analitis dari persamaan differensial ini sukar diperoleh, sehingga dicari solusi pendekatan secara numerik dengan bantuan program komputer. Pada masalah konduksi kalor, metoda numerik yang umumnya digunakan adalah metoda beda hingga (finite difference method). Untuk domain solusi yang tidak homogen atau kompleks bentuk geometrinya, penyelesaian dengan metoda ini menjadi sukar. Kesulitan di atas dapat diatasi dengan menggunakan metoda elemen hingga. Salah satu metoda dalam metoda elemen hingga ini adalah metoda variasi. Dalam metoda variasi bentuk persamaan differensial parsial diubah ke dalam formulasi persamaan integral yang disebut fungsional. Dalam metoda elemen hingga ini domain solusi juga dibagi menjadi daerah-daerah yang lebih kecil (subdomain) yang disebut elemen, sehingga fungsional tersebut didefinisikan untuk tiap-tiap elemen. Dengan meminimumkan fungsional tersebut, diperoleh sistim persamaan matriks untuk tiap elemen, yang dapat disusun (assemble) menjadi sistim persamaan matriks global untuk seluruh domain solusi. Sistim persamaan matriks global ini kemudian diselesaikan menggunakan program komputer untuk memperoleh nilai-nilai pendekatan numerik pada semua titik simpul dalam domain solusi. Nilai-nilai pendekatan pada titik-titik lainnya dalam domain dapat diperoleh dari nilai-nilai pendekatan pada titik-titik simpul dengan menggunakan fungsi interpolasi tertentu yang biasanya diambil berupa fungsi polinominal. Key Word : finite, elemen, numerik
1. Perumusan Metoda Elemen Hingga pada Masalah Konduksi Kalor
Distribusi temperatur pada suatu domain dalam keadaan setimbang memenuhi
persamaan differensial berikut :
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
∂∂
x
Txx
x
k + ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
∂∂
∂∂
y
Tyy
y
k + ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
∂∂
z
Tzz
z
k + Q = 0 (1)
dengan syarat batas Dirichlet :
BTT = pada batas domain 1S (2a)
57 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
dan/ atau syarat batas Neumann :
xx
Txxk 1∂∂ + y
y
Tyyk 1∂∂ + z
z
Tzzk 1∂∂ + q + ( )∞−TTh = 0
pada batas domain 2S (2b)
dengan:
zzyyxx kkk ,, = koefisien konduksi kalor dalam arah x, y, z
zyx 1,1,1 = kosinus arah vektor normal keluar permukaan batas domain terhadap
arah x, y, dan z
Q = sumber kalor atau kebocoran kalor dalam domain
1S ∪ 2S = S = batas seluruh domain
∞T = temperatur sekeliling domain
q = fluks kalor pada batas domain
h = koefisien konveksi kalor
Dengan menggunakan teorema Mikhlin, kita dapat memperoleh fungsional
yang berpadanan dengan persamaan differensial (1) beserta syarat batasnya. Nilai-
nilai T yang memenuhi persamaan (1) beserta syarat batasnya dapat diperoleh dengan
cara mencari nilai-nilai T yang meminimumkan fungsional berikut :
I(T) = ∫ ⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛−⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
+⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
∂∂
+⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛∂∂
V z
Tzz
y
Tyy
x
Txx dVQTkkk 2
222
21
+ ( )( )∫ ∞−+2
221
S
dSTThqT (3)
Dengan definisi-definisi berikut :
{ }⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
∂∂
∂∂
∂∂
=z
T
y
T
x
Ttg
t = transpose (4)
dan [ ]⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡=
zz
yy
xx
kk
kD
000000
(5)
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 58
maka persamaan (3) dapat dituliskan sebagai berikut :
I(T) = { } [ ]{ }[ ]∫ ∫ ++−V S
t TqdSdVTQgDg3
221
[ ]∫ ∞+∞−4
2221 2
S
dSTTTTh (6)
Pada persamaan (6) integrasi pada batas domain 2S diuraikan menjadi integrasi pada
batas domain 3S dan 4S . Batas domain 3S adalah batas atau permukaan dimana
terjadi fluks kalor yang bukan disebabkan oleh konveksi, sedangkan batas domain 4S
adalah batas atau permukaan dimana konveksi kalor terjadi.
Pada metoda elemen hingga peninjauan permasalahan dilakukan pada setiap elemen,
sehingga fungsional pada persamaan (6) haruslah dituliskan untuk tiap-tiap elemen
sebagai berikut:
( ) ( ) ( ){ } ( )[ ] ( ){ } ( ) ( )
( )( )∫ ∫−=
e eV V
eeeetee dVQTdVgDgTI 21
+ ( ) ( )
( )∫
eS
ee dSqT3
+ ( ) ( ) ( ) ( )[ ]( )∫ ∞+∞−
eS
eeee dSTTTTTh4
221 2 (7)
Sehingga bentuk fungsional untuk seluruh domain merupakan sumasi dari
fungsional-fungsional untuk tiap-tiap elemen. Persamaan (6) sekarang dapat
dituliskan sebagai berikut :
I(T) = ( ) ( )∑=
E
e
e TI1
= ( ){ }( )
( )[ ] ( ){ }dVgDg eetE
e V
e
e∑ ∫=1
21 - ( ) ( ) ( ) ( )
( )( )∫ ∫+
e eV S
eeee dSqTdVQT3
+ ( ) ( ) ( ) ( )[ ]( )∫ ∞+∞−
eS
eeee dSTTTTTh4
221 2 (8)
dengan : E = banyak elemen dalam domain
(e) = elemen ke-e
Fungsional I(T) akan mencapai nilai minimum, jika :
{ } { }( ) ( )
( ) ( ){ }∑ ∑
= =
=∂
∂=
∂∂
=∂∂ E
e
E
e
ee
TTITI
TTTI
1 10)( (9)
{ } [ ]tnTTTT ...21=
n = banyak titik simpul pada seluruh domain
59 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
Ada 2 cara untuk menjabarkan persamaan (9) ini, yaitu :
1) Dengan menyelesaikan terlebih dahulu bentuk integral dari fungsional masing-
masing elemen. Cara ini tidak dapat ditunjukkan secara umum, sebab untuk setiap
masalah bentuk fungsionalnya berbeda-beda.
2) Dengan meminimumkan fungsional tersebut sebelum bentuk integralnya
diselesaikan terlebih dahulu.
Untuk mengevaluasi bentuk ( ) ( ){ }T
TI e
∂∂ pada persamaan (9) tanpa
menyelesaikan bentuk integral dari fungsionalnya, maka bentuk fungsional tersebut
harus dituliskan dalam suku-suku berupa nilai-nilai temperatur pada titik-titik simpul
{ }T .
Menurut persamaan: ( ) ( )[ ]ee NT =ˆ . { }T
sehingga :
( ){ }eg =
( )
( )
( )
⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪
⎨
⎧
∂∂∂∂∂∂
zT
yT
xT
e
e
e
ˆ
ˆ
ˆ
=
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
zN
zN
zN
yN
yN
yN
xN
xN
xN
em
ee
em
ee
em
ee
...
...
...
21
21
21
⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪
⎨
⎧
mT
T
T
2
1
(10)
m = banyak titik simpul pada elemen (e)
Persamaan (10) dapat dituliskan sebagai : ( ){ } ( )[ ]ee Bg = . { }T (11)
dengan :
( )[ ]eB =
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( )
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
∂∂
zN
zN
zN
yN
yN
yN
xN
xN
xN
em
ee
em
ee
em
ee
.....
.....
.....
21
21
21
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 60
Maka fungsional ( ) ( )TI e untuk tiap-tiap elemen dapat dituliskan sebagai
berikut :
( ) ( )TI e = { } ( )[ ]( )
( )[ ] ( )[ ]{ }dVTBDBT ee
V
tet
e
.....21∫ -
( )[ ]{ } ( )[ ]( )( )
{ }dSTNqdVTNQe eV S
ee ....3
∫ ∫+ + { } ( )[ ] ( )[ ]{ }( )
dSTNNTheS
etet ....4
21∫
- ( )[ ]{ }( )( )
∫ ∫ ∞+∞e eS S
e dShTdSTNhT4 4
221 (12)
Diferensiasi tiap-tiap suku pada persamaan (12) di atas dengan aturan diferensiasi,
akan memberikan hasil :
{ } { } ( )[ ] ( )[ ] ( )[ ]{ }( )∫∂
∂eV
eetet dVTBDBTT 2
1 = ( )[ ] ( )[ ] ( )[ ]{ }( )∫
eV
eete dVTBDB
{ }( )[ ]{ }
( )∫∂
∂eV
e dVTNQT
= ( )[ ]( )∫
eV
te dVNQ
{ }( )[ ]{ }
( )∫∂
∂eS
e dSTNqT
3
= ( )[ ]( )∫
eS
te dSNq3
{ } { } ( )[ ]( )
( )[ ]{ }dSTNNThT
et
S
et
e∫∂
∂
4
21 = ( )[ ] ( )[ ]{ }
( )∫
eS
ete dSTNNh4
{ }( )[ ]{ }
( )∫ ∞
∂∂
eS
e dSTNhTT
4
= ( )[ ]( )∫ ∞
eS
te dSNhT4
{ } ( )∫ ∞
∂∂
eS
dShTT
4
221 = 0
Sehingga : ( ) ( ){ } =∂
∂T
TI e
( )[ ] ( )[ ] ( )[ ] ( )[ ] ( )[ ]( )( )
{ }TdSNNhdVBDBe eV S
eteeete
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛+∫ ∫
4
- ( )[ ]( )( )
( )[ ] dSNqdVNQ te
V S
te
e e∫ ∫+
3
- ( )[ ]( )∫ ∞
eS
te dSNhT4
(13)
61 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
Persamaan (13) di atas dapat dituliskan : ( ) ( ){ }T
TI e
∂∂ = ( )[ ]{ } ( ){ }ee fTk + (14)
dengan :
( )[ ]ek = ( )[ ]( )
( )[ ] ( )[ ] ( )[ ]( )
( )[ ]dSNNhdVBDB et
S
eeet
V
e
ee∫∫ +4
(15)
( ){ }ef = ( )[ ]( ) ( )
( )[ ] dSNqdVNQ te
S
t
V
e
ee∫∫ +−3
( )[ ]( )∫ ∞−
eS
te dSNhT4
(16)
Sekarang persamaan (9) dapat dituliskan :
( ){ }T
TI∂∂ =
( ) ( ){ }∑
= ∂∂E
e
e
TTI
1
= ( )[ ]{ } ( ){ }( )∑=
=+E
e
ee fTk1
0
atau : [ ]K { }T = { }F (17)
dengan : [ ]K = ( )[ ]∑=
E
e
ek1
(18a)
{ }T = [ ]tnTTT ...21 ; t = transpose (18b)
{ }F = ( ){ }∑=
−E
e
ef1
(18c)
n = banyak titik simpul pada seluruh domain
Jadi kita lihat bahwa persyaratan bagi peminimuman nilai fungsional I, yaitu
{ } 0=∂∂TI , menghasilkan suatu sistem persamaan linier seperti yang ditunjukkan oleh
persamaan (17). Dengan menggunakan metoda eliminasi Gauss untuk penyelesaian
sistim persamaan linier, dapatlah nilai-nilai temperatur di setiap titik simpul { }T
diperoleh.
2. Konduksi Kalor Satu Dimensi
Untuk memahami penerapan metoda elemen hingga pada masalah konduksi
kalo ini, pada pasal ini akan dibahas konduksi kalor pada suatu batang sederhana.
Permasalahan :
Suatu batang sederhana dengan panjang 7,5 cm, berpenampang lingkaran
berjari-jari 1 cm, salah satu ujungnya bertemperatur C°150 , sedangkan temperatur
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 62
udara di sekelilingnya C°40 . Konveksi kalor terjadi pada seluruh permukaan batang
dengan koefisien konveksi kalor Ccmwatth °= ./10 2 . Koefisien konduksi kalor
batang Ccmwattkxx °= ./72 2 . Hendak diketahui distribusi temperatur pada batang
dalam keadaan setimbang.
Langkah pertama untuk memecahkan masalah tersebut adalah pembagian
batang atas elemen-elemen sebagai berikut :
Tinjau satu elemen saja :
Fungsi interpolasi untuk elemen linier satu dimensi ini adalah :
( ) ( ) ( )j
eji
ei
e TNTNT +=ˆ (19)
dengan : ( ) ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −=
LxN e
i 1 , ( )
LxN e
j =
iN dan jN masing-masing disebut fungsi bentuk (shape function) dan dalam hal ini
didefinisikan relatif terhadap sistim koordinat lokal.
63 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
Persamaan (19) di atas dapat dituliskan :
( )eT̂ = ( )[ ]{ }TN e = ( ) ( )[ ]⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
j
iej
ei T
TNN
= ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
Lx
Lx1
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
j
i
TT
Dari persamaan (10) diperoleh :
( ){ }eg = ( )
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
dxdT e
= ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡−
LL11
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
j
i
TT
sehingga diperoleh : ( )[ ]eB = ⎥⎦⎤
⎢⎣⎡−
LL11
Untuk konduksi kalor satu dimensi jelaslah bahwa :
[ ]D = [ ]xxk
sekarang akan kita evaluasi matriks kekakuan elemen ( )[ ]ek yang pada masalah
konduksi kalor ini disebut juga sebagai matriks konduksi elemen dan vektor gaya
elemen ( ){ }ef untuk masalah ini.
Bentuk ( )[ ]ek dan ( ){ }ef untuk elemen 1, 2, 3 dan 4 adalah identik, sedangkan
untuk elemen ke-5 ada suku tambahan karena konveksi kalor juga terjadi melalui
penampang ujung batang.
Perhitungan ( )[ ]ek dan ( ){ }ef untuk elemen 1, 2, 3 dan 4 :
( )[ ]ek = ( )[ ]( )
( )[ ] ( )[ ] ( )[ ]( )
( )[ ]dSNNhdVBDB et
S
eeet
V
e
ee∫∫ +4
( )[ ]( )
( )[ ] ( )[ ]dVBDB eet
V
e
e∫ = [ ] Adx
LLk
L
Lxx
L
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡−
⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡−∫
111
1
0
= ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−1111
LAkxx
( )[ ]( )
( )[ ]dSNNh et
S
e
e∫4
= PdxLx
Lx
Lx
Lx
hL
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −
∫ 11
0
= ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡2112
6hPL
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 64
dengan : P = keliling penampang batang (dianggap konstan)
A = luas penampang batang (dianggap konstan)
Jadi : ( )[ ] ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−=
2112
61111 hPL
LAk
k xxe (20)
Untuk e = 1, 2, 3, 4.
Dari persamaan (16) :
( ){ }ef = ( )[ ]( )
( )[ ]( )
qdSNQdVNt
S
et
V
e
ee∫∫ +−3
( )[ ]( )∫ ∞−
eS
te hdSTN4
( )[ ]( )∫
eV
te QdVN = ∫⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡ −L
dx
Lx
Lx
QA0
1 =
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧11
2QAL
( )[ ]( )∫
eS
te qdSN3
= ∫⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢
⎣
⎡ −L
dx
Lx
Lx
qP0
1 =
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧11
2qPL
( )[ ]( )∫ ∞
eS
te hdSTN4
= ⎭⎬⎫
⎩⎨⎧∞11
2PLhT
Jadi : ( ){ }⎭⎬⎫
⎩⎨⎧⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ ∞+−−=
11
2PLhTqPLQALf e (21)
untuk e = 1, 2, 3, 4.
Perhitungan ( )[ ]ek dan ( ){ }ef untuk elemen 5 :
Untuk elemen 5 bentuk ( )[ ]ek nya sama seperti pada persamaan (20), tetapi
ada suku tambahan yaitu :
( )[ ] ( )[ ]∫AS
ete dSNNh , sedangkan bentuk nya sama seperti pada persamaan (21) tetapi
ada suku tambahan :
( )[ ]∫ ∞AS
te dShTN ; AS = permukaan penampang ujung batang.
65 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
Pada ujung j elemen 5 :
( ) ( ) 0115 =−=−==LL
LxNN i
ei
( ) 15 ====LL
LxNN j
ej
Maka :
( )[ ] ( )[ ]∫AS
ete dSNNh = [ ]dShAS∫ ⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡10
10
= ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡1000
hA
dan :
( )[ ]∫ ∞AS
te dShTN = ∫ ∞⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡
AS
dShT10
= ⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
∞10
AhT
Dengan demikian :
( )[ ]5k = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−1111
LAkxx + ⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡2112
6hPL + ⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡1000
hA
dan :
( ){ }5f = ⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
∞+⎭⎬⎫
⎩⎨⎧⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ ∞+−
−10
11
2AhTPLhTqPLQAL
Dengan memasukkan nilai-nilai A, xxk , L, P, h, T, dan nilai Q=q=0 (sebab
tidak ada sumber atau kebocoran kalor dalam batang dan juga tidak ada fluka kalor
pada permukaan batang selain yang terjadi oleh konveksi), diperoleh hasil sebagai
berikut :
( )[ ]1k = ( )[ ]2k = ( )[ ]3k = ( )[ ]4k = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−58434358
π
( )[ ]5k = ⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−68434358
π
( ){ }1f = ( ){ }2f = ( ){ }3f = ( ){ }4f = ⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−600600
π
( ){ }5f = ⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
−1000600
π
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 66
Dari matriks-matriks kekakuan elemen ( )[ ]ek dan vektor-vektor gaya elemen ( ){ }ef dapat kita susun matriks kekakuan global [K] dan vektor gaya global {F}.
Untuk keperluan penyusunan matriks kekakuan global [K] dan vektor gaya global {F}
ini, maka matriks-matriks ( )[ ]ek dan vektor-vektor ( ){ }ef untuk keseluruhan elemen
haruslah disusun sebagai berikut :
( )[ ]1k =
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡−
−
0000000000000000000000000000584300004358
π ( ){ }1f =
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
−
0000
600600
π
( )[ ]2k =
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
0000000000000000000005843000043580000000
π ( ){ }2f =
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
−
000
6006000
π
( )[ ]3k =
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
0000000000000058430000435800000000000000
π ( ){ }3f =
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
−
00
60060000
π
( )[ ]4k =
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−
0000000584300004358000000000000000000000
π ( ){ }4f =
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
−
0600600000
π
67 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
( )[ ]5k =
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−6843000043580000000000000000000000000000
π ( ){ }5f =
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
−
10006000000
π
[ ]K = ( )[ ]1k + ( )[ ]2k + … + ( )[ ]5k
=
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−−
−−−−
−−−
68430000431164300004311643000043116430000431164300004358
π
{ }F = ( ){ }1f + ( ){ }2f + … + ( ){ }5f
=
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
−
10001200120012001200600
π
Persamaan matriks global untuk seluruh domain :
[ ]K { }T = { }F
menjadi :
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−−
−−−−
−−−
68430000431164300004311643000043116430000431164300004358
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
6
5
4
3
2
1
TTTTTT
=
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
10001200120012001200600
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 68
Oleh karena 1T diketahui sama dengan C°150 , maka sistim persamaan linier
di atas perlu dimodifikasi dengan aturan Dirichlet untuk simpul menjadi sistim
persamaan linier baru sebagai berikut :
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
−−−
−−−−
−−
684300004311643000043116430000431164300004311643000001
⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡
6
5
4
3
2
1
TTTTTT
=
⎪⎪⎪⎪
⎭
⎪⎪⎪⎪
⎬
⎫
⎪⎪⎪⎪
⎩
⎪⎪⎪⎪
⎨
⎧
10001200120012001200150
Penyelesaian persamaan (22) dengan metoda eliminasi Gauss memberikan hasil
sebagai berikut :
1T = 150 C°
2T = 88,8364 C°
3T = 61,7447 C°
4T = 49,8237 C°
5T = 44,7565 C°
6T = 43,0078 C°
Perhitungan analitis (Kreith, Principles of Heat Transfer) memberikan hasil :
1T = 150 C°
2T = 89,9 C°
3T = 62,8 C°
4T = 50,6 C°
5T = 45,2 C°
6T = 43,3 C°
Dengan membandingkan kedua hasil di atas tampaklah bahwa penyimpangan
terbesar yang terjadi hanya sekitar 1,6%, jadi hasil yang diperoleh dengan metoda
elemen hingga di atas masih cukup baik. Hasil ini masih dapat diperbaiki dengan
memperbanyak jumlah elemen atau dengan memilih fungsi interpolasi yang lebih
sesuai. Namun pada jumlah elemen yang cukup besar dibutuhkan program komputer
untuk melakukan perhitungan (iterasi).
69 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
3. Daftar Program
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 70
71 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
Media Informatika Vol. 4 No. 2 (2005) 72
73 Ekabrata Yudhistyra/ Penerapan Metoda Elemen
4. Daftar Pustaka
1. Huebner, Kenneth H., Thornton, Earl A., “The Finite Element Method For
Engineers”, second edition, Wiley Interscience, New York, 1982.
2. Segerlind, L.J., “Applied Finite Element Analysis”, John Wiley, New York, 1976.
3. Norrie, D.H., De Vries, G., “An Introduction To Finite Element Analysis”,
Academic Press, Inc., New York, 1978.