pemikiran pendidikan agama islam dalam perspektif...

100
PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF PROF. ACHMADI ( Studi Historis 1944-2014) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh: Ema Siti Rohyani NIM: 111 11 084 FAKULTAS TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 05-Nov-2020

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PERSPEKTIF PROF. ACHMADI

( Studi Historis 1944-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Ema Siti Rohyani

NIM: 111 11 084

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

Page 2: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan
Page 3: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan
Page 4: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan
Page 5: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan
Page 6: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

MOTTO

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Page 7: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi

ini saya persembahkan kepada :

& Ayah, ibu, Adek tercinta yang senantiasa tak pernah berhenti memberikan

cinta serta doanya selama ini.

& Almukarom Romo KH. Muhammad Fatkhan beserta Ibu, Bapak Kyai Basith,

Mbah Zu, Bapak Munajatdan seluruh keluarga besar Pondok Pesantren AL-

IKHLAS Ungaran dan PONPES SALAFIYAH Salatiga yang dengan tulus

ikhlas mendidikku dengan dasar-dasar keagamaan dan semangat spiritual

yang dijadikan bekal hidup.

& Buat Bapak Saerozi sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan

& Buat Ibu Desi selaku mantu dari beliau bapak Achmadi, karena telah

meminjamkan buku-buku beliau guna terselesaikannya penelitian ini.

& Thank you very much “hubby”. Thank for your kindleness. I love you

& Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA,

JQHdan temen-temen sekelas Dek Khuz, Nikmah, Nida, disebut satu persatu,

senasib seperjuangan yang menyertaikudalammenimbailmu di IAIN Salatiga.

& Buat anak-anak asuhku pipit, lita, kholis, azizah, noviana, askinna, semoga

kalian sukses di Universitasnya masing-masing.

& Buat Pak Khusein, terimakasih karena beliau, peneliti hafal Hymne IAIN

Page 8: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang telah melimpah rahmat, taufik,

hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

skripsi dengan judul “Pemikiran Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif

Achmadi (Studi Historis 1944-2014)” Skripsi ini disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratanguna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan

Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku RektorIAIN Salatiga.

2. Ibu Rukhayati, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga.

3. Bapak Dr. Muh. Saerozi, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang

sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4. Ayah dan ibu terkasih yang telah tulus dan ikhlas mencurahkan segalanya

demi penulis serta adeku tercinta yang telah memberiku semangat.

Page 9: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

5. Seluruh dosen dan petugas administrasi Prodi Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian

berlangsung.

6. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Dan untuk IAIN Salatiga, kampus tercinta, thanks for all.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Amin ya robbal ’alamin

Salatiga, 28 Agustus 2015

Penulis

Ema Siti Rohyani

NIM: 111 11084

Page 10: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

ABSTRAK

Rohyani, Ema Siti. 2015. Pemikiran Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif

Prof. Achmadi (Studi Historis tahun 1944-2014). Skripsi. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muh. Saerozi,

M.Ag.

Kata Kunci : Pendidikan Agama Islam, Perspektif Achmadi.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pendidikan agama Islam

di Indonesia perspektif Prof. Achmadi. Pertanyaan utama yang ingin dijawab

dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana Posisi PAI dalam kerangka pendidikan

nasional menurut Achmadi ? 2) bagaimana dasar dan tujuan PAI menurut

Achmadi ? 3) bagaimana pandangan Achmadi mengenai pendekatan dalam PAI ?

4) bagaimana isi atau materi PAI menurut Achmadi ? 5) bagaimana relevansi PAI

menurut Achmadi dengan konteks PAI sekarang ?

Analisis ini menggunakan metode analisa isi. Yaitu menghimpun dan

menganalisa dokumen-dokumen resmi, buku-buku, kemudian diklarifikasi sesuai

dengan masalah yang dibahas dan dianalisa isinya. Karya-karya Prof. Achmadi

baik berupa buku, disertasi, penelitian, artikel, koran, majalah, dan sebagainya

dikumpulkan kemudian diadakan analisis yang terkait dengan pembahasan

tersebut.

Setelah semua data terkumpul, kemudian mendelegasikan pemikiran Prof.

Achmadi kepada pendidikan agama Islam. Berdasarkan hasil analisis dapat

dirumuskan bahwa posisi pendidikan agama Islam di Indonesia menjadi semakin

terlihat dengan adanya UU mengenai Sisdiknas no 20 tahun 2003, sejalan dengan

hal tersebut pendidikan agama Islam menurut Prof. Achmadi mencakup dasar dan

tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai Ilahi. Pemikiran Prof. Achmadi seperti

pendekatan fungsional, pendekatan humanis, pendekatan rasional kritis,

pendekatan kultural dalam pendidikan agama Islam dapat dilakukan untuk

memajukan pendidikan agama Islam di Indonesia dalam jangka panjang. Materi

pendidikan agama Islam menurut Prof. Achmadi terdiri dari perenial knowlegde

dan ilmu yang diperoleh. Pendidikan agama Islam menurut Prof. Achmadi dengan

PAI sekarang ini sangat relevan, akan tetapi masih membutuhkan peningkatan

kualitas sumber daya manusia sebagai bentuk dari ideologi pendidikan yang

berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang tak terlepas dari nilai-nilai

Islam sebagai pedoman dalam bertindak, mengamalkan nilai Islam mulai dari diri

sendiri, keluarga, masyarakat, dan sebagainya.

Setelah dikaji secara mendalam pemikiran-pemikiran Prof. Achmadi terkait

dengan pendidikan agama Islam diharapkan dan diterapkan di dunia pendidikan

agama Islam di Indonesia untuk kemajuan pendidikan agama Islam di Indonesia.

Baik dalam konteks pendidikan di dalam kelas ataupun skala nasional.

Page 11: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO...........................................................................................i

JUDUL..................................................................................................................ii

DEKLARASI……………………………………………………..……….........iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iv

PENGESAHAN KELULUSAN..........................................................................v

MOTTO…………………………........................................................................vi

PERSEMBAHAN……………………..………………….…………..…..........vii

KATA PENGANTAR.........................................................................................ix

ABSTRAK...........................................................................................................xi

DAFTAR ISI.......................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………….……………..............1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................2

C. TujuanPenelitian...........................................................................................2

D. KegunaanPenelitian……...………...…………………...………….............3

E. MetodePenelitian..........................................................................................3

F. PenegasanIstilah...........................................................................................6

Page 12: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

G. Sistematika Penulisan...................................................................................7

BAB II BIOGRAFI PROF. ACHMADI

A. Biografi Prof. Achmadi................................................................................8

B. Karya Ide Besar Prof. Achmadi.................................................................11

BAB III PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENURUT PROF.

ACHMADI

A. Pengertian……………...............................................................................14

B. Posisi Agama Islam dalam kerangka Pendidikan Nasional

....................................................................................................................15

C. Posisi Pendidikan Agama Islam dalam kerangka Pendidikan

Nasional......................................................................................................17

D. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam..............................................32

E. Pendekatan dalam Pendidikan Agama Islam.............................................41

F. Materi Pendidikan Agama Islam………….........……...............................48

BAB IV RELEVANSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MENURUT PROF.

ACHMADI DENGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKARANG

A. Relevansi Pendidikan Agama Islam Menurut Achmadi Dengan Pendidikan

Agama Islam Sekarang terkait Isi Pendidikan/ Materi

Pendidikan..................................................................................................62

B. Relevansi Pendidikan Agama Islam Menurut Achmadi Dengan Pendidikan

Agama Islam Sekarang terkait Dasar dan Tujuan

PAI.............................................................................................................63

Page 13: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

C. Relevansi Pendidikan Agama Islam Menurut Achmadi Dengan Pendidikan

Agama Islam Sekarang terkait Posisi PAI di ranah Kerangka Pendidikan

Nasional......................................................................................................64

D. Relevansi Pendidikan Agama Islam Menurut Achmadi Dengan Pendidikan

Agama Islam Sekarang terkait Pendekatan dalam Pendidikan Agama

Islam...........................................................................................................68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................73

B. Saran...........................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 14: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pustaka

2. Riwayat hidup penulis

3. Nota pembimbing skripsi

4. Lembar konsultasi

5. Surat Keterangan Kegiatan

Page 15: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

. Dalam situasi dunia yang semakin global seperti sekarang,

manusia semakin dihadapkan kepada berbagai tantangan, di samping

peluang dan kesempatan. Islam juga semakin dituntut peranannya untuk

menjadi pemandu arah kehidupan manusia.

Dalam konteks ini, pendidikan agama Islam tentu juga harapkan

dapat memberikan jawaban terhadap masalah kehidupan umat Islam yang

berada di dunia global tersebut. Secara normatif, pendidikan agama Islam

mengandung nilai-nilai universal yang memberikan resep mujarab untuk

solusi problem manusia. (Nata, 2010:433).

Pendidikan agama Islam telah dipikirkan oleh beberapa kalangan

pemikir, tetapi masih banyak masalah masalah yang belum terjawab. Di

ranah ilmiah, sudah banyak literatur yang berbicara tentang pendidikan

agama Islam di Indonesia dari berbagai pendekatan, Sebagai contoh: Amin

Abdullah, Azumardi Azra, Noeng Muhadjir, Imam suprayogo, Abuddin

Nata dan salah satunya adalah Prof. Achmadi.

Prof. Achmadi sesuai dengan kiprah teoretik dan praktiknya di

dunia pendidikan berkehendak untuk mewujudkan pendidikan agama

Islam yang lebih dari sekedar masalah-masalah ubudiyah dan fiqhiyah

semata. Ia juga ingin mendudukkan pendidikan Islam yang bukan sekedar

memenuhi aspek normatif, tetapi juga historis. Pendidikan agama Islam

Page 16: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

tidak hanya membahas tentang suatu ajaran-ajaran, tetapi membahas pula

peristiwa dengan memperlihatkan unsur tempat, waktu, objek, latar

belakang, dan pelaku dari peristiwa.

Oleh karena itu, menurut hemat penulis, pemikiran Prof. Achmadi

tentang Pendidikan Agama Islam perlu dikaji lebih dalam. Pemikiran itu

menjadi penting bukan hanya bagi muslim Jawa Tengah, tetapi juga

nusantara. Dalam konteks ini, penulis mengambil judul penelitian

pemikiran pendidikan agama Islam perspektif Prof. Achmadi (1944-

2014).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana posisi Pendidikan Agama Islam dalam kerangka

pendidikan nasional menurut Prof. Achmadi?

2. Bagaimana pandangan Prof. Achmadi tentang dasar dan tujuan

Pendidikan Agama Islam?

3. Bagaimana pandangan Prof. Achmadi tentang pendekatan dalam

Pendidikan Agama Islam?

4. Bagaimana pandangan Prof. Achmadi tentang materi Pendidikan

Agama Islam?

5. Bagaimana relevansi pemikiran pendidikan agama Islam Prof.

Achmadi dengan konteks pendidikan Islam sekarang?

C. Tujuan Penelitian

Page 17: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam

kaitannya dengan judul penelitian ini antara lain :

a. Untuk mengetahui tentang pendidikan agama Islam; dasar dan tujuan

serta posisi dalam kerangka pendidikan nasional perspektif Prof.

Achmadi

b. Untuk mengetahui materi, dan pendekatan, pendidikan agama Islam

menurut Prof. Achmadi

c. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Prof. Achmadi dengan

pendidikan agama Islam di era modern ini

D. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan pemikiran pendidikan

agama Islam.

2. Untuk menambah wawasan keilmuan penulis dalam memahami

pemikiran Prof. Achmadi tentang pendidikan agama Islam.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa metode antara lain sebagai

berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bersifat literatur (kepustakaan), sehingga

penelitian ini menggunakan kajian terhadap buku-buku yang ada

kaitannya dengan judul skripsi ini, yaitu buku-buku Prof. Achmadi

dan buku lain yang membahas tentang pendidikan agama Islam.

Penelitian dilakukan dengan mencermati sumber-sumber tertentu,

Page 18: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

mencari, menelaah buku-buku artikel atau lainnya yang berkaitan

dengan Prof. Achmadi. Selain bersifat literatur penelitian ini termasuk

jenis penelitian bibliografi, hampir sama dengan literatur yaitu

dilakukan dengan mencari, menganalisis, membuat interpretasi, serta

generalisasi dari fakta-fakta hasil pemikiran, ide-ide yang telah ditulis

oleh pemikir dan ahli (Nazir, 1998:62).

2. Sumber Data

Dalam pengambilan dan pengumpulan data penelitian

menggunakan metode dokumentasi dan wawancara. Data berupa buku,

artikel, dokumen dan lain sebagainya. Penelitian ini berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan (Arikunto,

1987:135). Sedangkan data-data tersebut dibagi menjadi dua bagian,

yaitu primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama

digunakan dan sesuai dengan permasalahan dalam peneliti ini.

Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku-buku

dan Artikel Prof. Achmadi.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah buku-buku, artikel, dan

sumber lain berkaitan dengan penelitian ini. Di antara sum,ber

tersebut adalah: Metodologi Studi Islam karya Abuddin Nata,

Islam sebagai Ilmu; Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi

Menuju Milinium Baru karya Azumardi Azra, Paradigma Baru

Page 19: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Pendidikan Nasional karya Tilaar, Pendidikan Agama Islam dalam

Perspektif Multikulturalisme karya Abd Azis Albone, Metodologi

Pendidikan Agama Islam karya Ramayulis, dan buku atau artikel

tentang studi pendidikan Islam di dalam perkuliahan dan lain

sebagainya.

3. Analisis Data

Untuk menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode,

yaitu:

a. Metode Deskriptif

Metode deskriptif yaitu “perumusan filsafat tersembunyi

dideskripsikan sedemikian rupa sehingga terus menerus ada

referensi pada masalah konkret sedetail-detailny” (Anton dan

Achmadi, 1994:112). Peneliti melakukan analisis data dengan

metode deskripsi, yaitu menggambarkan pemikiran-pemikiran

Achmadi tentang materi yang terkait dengan penelitian.

b. Metode Analisis

Analisis data merupakan “cara penanganan terhadap obyek

ilmiah dengan jalan memilih-milih antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan pengertian yang

baru” (Sumargono, 1989:21). Data yang terkumpul selanjutnya

penulis analisa dengan menggunakan teknik analisa data, dengan

cara:

1. Kategorisasi

Page 20: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Kategorisasi adalah “upaya memilah-milah setiap satuan ke

dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan” (Moleong,

2011:288). Peneliti melakukan kategorisasi dengan cara

memilah setiap data yang didapatkan, data dari dokumen atau

buku-buku terkait. Kategorisasi dilakukan untuk memudahkan

peneliti dalam menyatukan data-data tersebut.

2. Sintesisasi

Sintesisasi merupakan “mencari kaitan antara satu kategori

dengan kategori yang lain agar bertemu titik permasalahan”

(Moleong, 2011:289). Data yang telah dikategorikan oleh

peneliti kemudian dicari titik temu satu sama lainmdan

kemudian disatukan dalam pembahasan yang sama sehingga

menjadi sebuah penjelasan yang utuh.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekaburan dalam

penafsiran judul, maka perlu dikemukakan maksud dari kata-kata dan

istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini. Adapun batasan istilah

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemikiran Pendidikan Agama Islam adalah “gagasan-gagasan tentang

upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, mengimani, bertaqwa berakhlak mulia,

mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utama yaitu Al-Qur’an

dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta

penggunaan pengalaman (Ramayulis, 2010:21)

Page 21: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

2. Prof. Achmadi adalah salah satu tokoh pendidikan di IAIN Salatiga

dan Jateng. Lahir di Yogyakarta 4 Oktober 1944, bertempat tinggal di

Jl. Cenderawasih Klaseman Salatiga, guru besar Ilmu Pendidikan

Islam di IAIN Walisongo Semarang.

Jadi dalam judul penelitian ini bertujuan untuk mendelegasikan

pemikiran Prof. Achmadi terhadap pendidikan agama Islam.

G. Sistematika Penulisan

Dalam rangka mempermudah penulisan skripsi, maka penulis

membagi menjadi lima bab yang dijabarkan menjadi sub-sub bab yang

utuh dan integral. Adapun sistematikanya sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan; yang berisikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian,

penegasan istilah dan sistematika penulisan.

BAB II Biografi Prof. Achmadi; yang memuat riwayat keluarga dan

pendidikan, pengabdian dan karya- karya intelektual.

BAB III Pemikiran Pendidikan Agama Islam Prof. Achmadi; yang

di dalamnya berisi pengertian, posisi Pendidikan Agama Islam dalam

kerangka pendidikan nasional, pandangan Prof. Achmadi tentang dasar

dan tujuan Pendidikan Agama Islam, pandangan Prof. Achmadi tentang

pendekatan dalam Pendidikan Agama Islam, pandangan Prof. Achmadi

tentang materi Pendidikan Agama Islam.

BAB IV Relevansi Pemikiran Pendidikan Agama Islam Prof.

Achmadi dengan konteks pendidikan Islam kekinian

Page 22: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

BAB V Penutup; yang meliputi kesimpulan, saran dan kata

penutup.

BAB II

BIOGRAFI PROF. ACHMADI

A. Riwayat Keluarga dan Pendidikan

Page 23: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Dalam mengkaji pemikiran seseorang tentunya tidak cukup hanya

mengetahui gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikirannya saja. Akan

tetapi juga harus berusaha mengetahui latar belakang hidupnya, perjalanan

intelektual dan pendidikannya. Dengan memahami biografi, dapat

mengetahui bagaimana pola pikir seseorang terbentuk. Penulis dalam

skripsi ini berupaya untuk memaparkan biografi Prof. Achmadi sehingga

mampu menghasilkan suatu analisis dan kesimpulan yang komprehensif.

Prof. Achmadi Lahir di Yogyakarta pada tanggal 4 Oktober 1944,

saat berumur enam tahun dia memulai belajar, dimulai dari SD

Muhammadiyyah Karangkajen Yogyakarta tahun 1957 sambil nyantri di

Pondok Pesantren Krapyak yang diasuh oleh KH Abdul Kodir, dia

kemudian melanjutkan pada Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN)

Yogyakarta tahun 1963. tamat dari PGAN, dia melanjutkan studinya di

IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN Sunan Kalijaga) Yogyakarta (Munir,

2005:48).

Dia di sela-sela kesibukannya juga aktif di berbagai organisasi

kemahasiswaan. Diantaranya pernah menjabat sebagai ketua pimpinan

cabang Pemuda Muhammadiyyah Mergangsan Yogyakarta tahun 1963-

1971 dan menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) DIY

(1968-1971), di samping itu pengalaman dalam berorganisasi Achmadi

diantaranya adalah :

1. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Salatiga (1981-1990)

2. Anggota pimpinan wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah/

Ketua Majlis Tabligh, (1996-2014)

Page 24: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

3. Ketua ICMI orsat Salatiga (1998 sampai 2014).

4. Anggota KAHMI kodya Salatiga sampai 2014

Pada tahun 1970 Achmadi menjadi sarjana lengkap pada Fakultas

Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga pada kota yang sama setelah selasai

menyelesaikan Strata I (SI) pada tahun 1973, dia menyelesaikan Post

Graduate Course (PGC) Ilmu Pendidikan IAIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta 1973. Pada tahun yang sama (1973), dia dipercaya menjabat

sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga

pada tahun 1973-1978, selain aktivitas tersebut dia juga menyelesaikan

Studi Purna Sarjana (SPS) IAIN Sunan Kalijaga pada Juli 1976- Maret

1977. “Islamic Studies dan Penelitian Agama”, Leiden University 1 tahun

(Agustus 1994 sampai Agustus 1995). Dia melanjutkan program

doktoralnya IAIN Sunan kalijaga Yogyakarta, pada tahun 2002 dia

memperoleh gelar Doktornya.

Pada tanggal 8 Januari 2005 dia memperoleh gelar Profesor dalam

bidang Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Nama istri Prof. Achmadi adalah

Djandaroh, dia dianugrahi tiga putra yaitu Arif Djatmiko, S. Psy, Arif

Bawana, S.E dan Arif Fajar Wibisono, Achmadi bertempat tinggal di Jl.

Cenderawasih Klasemen No. 11 Salatiga telp. 0298.327098 HP

081.58846980. Sebelum meninggal dia berkantor di IAIN Walisongo, Jl.

Walisongo 5 Semarang telp 024.761292, (wakil koordinator KOPERTAIS

wilayah X Jawa Tengah).

B. Pengabdian

Page 25: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Dia memulai karirnya menjadi asisten ahli pada (IIIe) dosen

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dosen Pascasarjana IAIN

Walisongo Semarang, Universitas Muhammadiyyah Solo, dan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta, sampai pada tahun 2014 dia masih aktif

dalam kariernya (Munir, 2005:50). Di antara jabatan yang pernah

Achmadi jabat adalah sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga 1979-

1982

2. Wakil Rektor bidang Akademis IAIN Walisongo di Salatiga

1985-1993 (dua periode)

3. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga 1985-

1993 (dua periode)

4. Pembantu Rektor IAIN Walisongo Semarang 1994-1997,

merangkap PLH Rektor IAIN Walisongo 1996-1997

5. Wakil Koordinator Kopertais wilayah X jawa tengah 1998

sampai 2014.

C. Karya ide besar Prof. Achmadi

1. Karya ilmiah yang berupa Buku

- Ilmu Pendidikan, Sebuah Pengantar, CV Saudara, Salatiga, 1990

- Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta,

1993

Page 26: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

- Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama di Sekolah, dalam PBM

Pendidikan Agama di Sekolah, Fak. Tarbiyah

- Refleksi Pemikiran Muhammadiyah Sebuah Telaah Histories, dalam

Reaktualisasi Tajdid Muhammadiyah, UMS, 1998

- Reformasi Sistem Pendidikan Agama Islam dalam Era Reformasi: Telaah

Filsafat, dalam Pendidikan Islam, Demokratisasi, dan Masyarakat Madani,

Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo dan Pustaka Pelajar, 2000

- Islam Sebagai Alternatif Paradigma Ilmu Pendidikan, dalam Paradigma

Pendidikan Pendidikan Islam, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo dan Pustaka

Pelajar Yogyakarta, 2001

- Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanis Teosentris, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004

2. Artikel Majalah / Jurnal

- Pendidikan Integratif Wawasan ilmiah dan Agama dalam Pendidikan,

Majalah "Attarbiyah", Fak Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga 1992

- Politik, Agama, dan Pendidikan Agama, Majalah “Attarbiyah” Fak.

Tarbiyah. IAIN Walisongo di Salatiga, 1995

- Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Islam, Jurnal Wahana Akademika, Kopertais

Wil X Jawa Tengah, 1998

- Ali Syari’ati Pemikiran dan Cita-citanya dalam perspektif Pembaharuan

Pemikiran Islam,’ Teologia” Jurnal Ushuluddin Vol. 13, No.3, okt.2002

(Terakriditasi, SK. Dirjen Dikti No.69 / Dikti / kop.2000,21 Maret 2000)

- Ideologisasi dan Transformasi Pemikiran Keagamaan Muhammadiyah,

UMS. Vol. 1. No.1, 2003

Page 27: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

- Studi Islam di Belanda, “ Ihya Ulum al-Din” Internasional journal (PPS-

IAIN Walisongo semarang) Vol. 5, Number 2, Dec. 2003, (terakriditasi,

SK. Dirjen Dikti no: 34/Dikti/Kep/2003)

3. Makalah

- Pengembangan Pendidikan Keagamaan: Sebuah Agenda masalah Dalam

Era Postmodern, Fak. Tarbiyah IAIN Walisongo di Salatiga 1996

- Telaah Penyelenggaraan Pembaharuan Islam Muhammadiyah, PWM.

Jateng. 1998

- Kesiapan penyelengaraan Pendidikan dalam Disentralisasi Pendidikan,

UKSW 2001

- Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, sebuah Bidang studi yang sarat beban,

Dikdasmen PWM Jateng, 2001

- Kepemimmpinan Visioner : Kerangka pemberdayaan Madrasah, Kopertais

, 2001

- Strategi Sosialisasi Pedoman Hidup Islami, PWM Jateng, 2001

- Optimalisasi peranan Dewan Pendidikan Kota Salatiga dalam Prespektif

Desentralisasi Pendidikan, semiloka Dewan Pendidikan Kota Salatiga 20

Januari 2003

- Masa Depan Pendidikan Islam di Indonesia dalam Konstelasi Politik

Global, seminar staimus, surakarta, 21 juni 2003

4. Penelitian

- Sikap Remaja Terhadap Penyimpangan Seksual, Studi Kasus Siswa SLTA

Salatiga, 1993

- Studi Agama di Belanda, penelitian di Leidin Belanda, 1994 – 1995

Page 28: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

- Korelasi antara Hasil Tes Masuk Dengan Prestasi

- Kerukunan Hidup Beragama di Daerah Perkotaan di Jawa Tengah, studi

kasus di Salatiga.

- Muhammadiyah Pasca Kemerdekaan, Pemikiran Keagamaan Dan

Implikasinya Dalam Pendidikan, Penelitian disertasi, 1999-2002

- Kompetensi lulusan PTAI/IAIN dalam prespektif masyarakat pengguna di

Jawa tengah, proyek Ditjen Bagais dep. Agama 2003

- Kesiapan Guru dalam pelaksanaan Kurikulum berbasis Kompetensi di

Jawa ( kota-kota Pendidikan: Malang, Semarang, Bandung dan

Yogyakarta). Proyek kerjasama Litbang Agama dan Diklat keagamaan

Dep. Agama RI dan P3M STAIN Salatiga (Munir, 2005:51-54)

BAB III

PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROF. ACHMADI

A. Pengertian

Pendidikan agama sangat penting dan strategis dalam rangka

menanamkan nilai-nilai spiritual Islam, tetapi hal ini baru berupakan

sebagian dari seluruh kerangka pendidikan Islam. Pengertian pendidikan

agama Islam menurut Achmadi (1987:10) adalah “usaha yang lebih

Page 29: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman dan sumber

daya insani agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan

ajaran-ajaran Islam”. Implikasi dari pengertian ini adalah pendidikan

agama Islam merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem

pendidikan Islam. Bahkan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa

pendidikan agama Islam berfungsi sebagai jalur pengintegrasian wawasan

Islam pada bidang-bidang studi yang lain. Implikasi lebih lanjut

pendidikan agama harus sudah dilaksanakan sejak dini sebelum peserta

didik memperoleh pendidikan atau pengajaran ilmu-ilmu yang lain.

Pendidikan agama menurut Ibnu Khaldun lebih menitik beratkan pada

pengajaran Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan ilmu yang pertama

kali diajarkan kepada anak-anak. Dengan mengajarkan Al-Qur’an kepada

anak-anak maka akan dapat menumbuhkan perasaan keagamaan

(Achmadi, 1987:11).

B. Posisi Agama Islam dalam Kerangka Pendidikan Nasional

Keputusan sistemik kehidupan keagamaan ialah sesuatu yang

dirancang atau difungsikan dalam interpendensi untuk seluruh satuan

termasuk subsatuannya. Para Proklamator pendiri Republik Indonesia

telah membuat sistem kehidupan keagamaan dalam UUD 1945 dan dibuat

berulang kali yaitu yang terdapat sebanyak dua kali dalam pembukaan,

yaitu:

1. Alinea tiga “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.”

2. Alinea empat “Negara Republik Indonesia yang .... berdasarkan

kepada Ketuhanan Yang Maha Esa ....”

Page 30: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

3. Dalam batang tubuh UUD 1945 juga disebut tiga kali sistem

kehidupan keagamaan, yaitu:

a. Pasal 9, tentang sumpah persiden/ wakil presiden menurut agama

dengan diawali “Demi Allah” dst.

b. Pasal 29 ayat 1: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

c. Pasal 29 ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah

menurut agamanya dan kepercayaannya itu (Achmadi, 1992:104).

Selanjutnya sejak era pembangunan, keputusan sistem tersebut

semakin dikukuhkan sebagai landasan idiil dan UUD 45 sebagai landasan

konstitusional. Dalam penjelasan UUD 45 mengenai sila pertama

(Ketuhanan Yang Maha Esa) dijelaskan bahwa dengan sila Ketuhanan

Yang Maha Esa mengandung makna kewajiban pemerintah dan para

penyelenggara lainnya untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang

luhur dan memegang teguh cita-cita moral yang luhur. Untuk mewujudkan

amanat dalam UUD 1945 itu, pemeliharaan budi pekerti kemanusiaan

yang luhur tidak dapat dilepaskan dari usaha membina dan

mengembangkan kehidupan beragama bangsa Indonesia, bahkan hal

tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran agama

(Achmadi, 1992:105).

Dalam membina dan mengembangkan kehidupan keagamaan,

negara/ pemerintah tidak hanya menjamin kebebasan tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama

dan kepercayaannya. Agama juga sekaligus menjamin, melindungi,

Page 31: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

membina mengembangkan serta memberikan bimbingan dan pengarahan

agar kehidupan beragama lebih berkembang, bergairah, dan bersemarak,

serasi dengan kebijaksanaan pemerintah dalam membina kehidupan

berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila.

Para politisi awal kemerdekaan telah mengoperasionalkan

keputusan sistemik kehidupan keagamaan dalam berbagai lembaga

pemerintahan. Tampak jelas bahwa sejak awal Republik Proklamasi 1945

telah diupayakan pengintegrasian urusan keagamaan dalam pemerintahan

Indonesia, seperti adanya Departemen Agama di samping departemen

yang lain, Peradilan Agama di samping peradilan yang lain, peluang dan

fasilitas bagi sekolah agama di samping sekolah umum, dan

diselenggarakannya pendidikan agama secara formal dalam sekolah

umum. Kesemuanya itu merupakan operasionalisasi institusional dari

keputusan sistemik kehidupan keagamaan. Departemen Agama sebagai

institusi keagamaan tertinggi dalam organisasi pemerintahan memiliki

tugas pokok yaitu menyelenggarakan sebagian dari tugas umum

pemerintahan dan pembangunan di bidang agama (Achmadi, 1992:106).

Garis besar haluan negara (GBHN) sebagai landasan operasional

pembangunan orde baru telah mengoperasionalkan keputusan sistemik

keagamaan dalam bentuk sub-sub keputusan sistemik. Bila ditelusuri dari

pola dasar ke pola umum Rencana Pembangunan Lima Tahun

(REPELITA) ke REPELITA dalam GBHN, dapat di jumpai rumusan-

rumusan yang mengoperasionalkan Pancasila dan UUD 1945. Di

dalamnya termasuk pembinaan dan pengembangan kehidupan beragama.

Page 32: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Tujuan pembangunan nasional juga menyebutkan harus mewujudkan

suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual

berdasarkan Pancasila. Makna spiritual dalam bahasa adalah lawan dari

profan atau sekular, ini berarti bahwa kemajuan yang diharapkan dari

pembangunan bukan kemajuan yang berorientasi modern yang sekular,

tetapi modern yang dijiwai oleh nilai-nilai Ilahi.

C. Posisi Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Nasional

Dalam modal dasar pembangunan disebutkan bahwa kepercayaan

dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan tenaga

penggerak yang tidak ternilai harganya bagi pengisian aspirasi-aspirasi

bangsa. Selanjutnya khusus pembangunan bidang agama dirumuskan

dalam pola Umum Pembangunan Jangka Panjang orde baru sebagai

berikut:

Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang

Maha Esa maka kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia

harus benar-benar selaras dalam hubungannya dengan Tuhan Yang

Maha Esa, dengan sesama dan alam sekitarnya serta memiliki

kemantapan keseimbangan dalam kehidupan lahiriah dan batiniah

(Achmadi, 1992:106-107).

Secara vertikal, seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di

Indonesia merupakan subsistem dari pendidikan nasional. Di dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional UU. RI. No. 2 Th 1989

(yang telah diganti dengan UU no. 20 th. 2003) pasal 4 disebutkan:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,

Page 33: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap serta

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dengan rumusan demikian jelas sekali pendidikan agama merupakan

bagian pendidikan yang amat penting yang berkenaan dengan aspek-aspek

sikap dan nilai, keimanan dan ketaqwaan. Hal ini berarti pula bahwa

keberhasilan pendidikan nasional tidak dapat tercapai tanpa pendidikan

agama, karena keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

hanya dapat dicapai melalui pendidikan agama (Achmadi, 1992:107).

Dalam pembahasan ini khusus ditujukan pada masalah pendidikan

agama Islam, yang dalam operasionalisasi dapat digolongkan dalam:

1. Pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan umum

Pendidikan agama Islam sebenarnya sudah ada jauh sebelum

kemerdekaan. Namun karena politik pendidikan pemerintah penjajah

(Belanda), maka sekolah-sekolah negeri tidak diberikan pendidikan

agama. Pemerintah kolonial tidak mencampuri urusan agama dan oleh

karenanya tidak bertanggung jawab terhadap masalah pendidikan

agama penduduknya. Didorong oleh semangat kebangsaan yang

dijiwai oleh ruhul Islam “Muhammadiyah” sebagai gerakan Islam

merintis jalan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum yang

diselenggarakannya. Setelah Indonesia merdeka para pemimpin dan

perintis kemerdekaan menyadari betapa pentingnya agama diberikan

di sekolah-sekolah.

Page 34: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Kedudukan pendidikan agama di sekolah umum dapat ditinjau

dari segi keputusan-keputusan yuridis sebagai dasar hukumnya.

Secara kronologik dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Keputusan Menteri Agama No. 1185/K.J. tgl. 20-11-1946 tentang

penyempurnaan organisasi kementerian agama, dengan

mengadakan bagian C yang bertugas melaksanakan kewajiban-

kewajiban, antara lain:

1) Urusan pelajaran dan pendidikan agama Islam dan Kristen.

2) Urusan pengangkatan guru agama.

3) Urusan pengawasan pelajaran agama.

b. Peraturan bersama Menteri Agama dan Menteri PP dan K nomor:

1142/Bhg. A (pengajaran)/Nomor: 11285/KJ (Agama) tgl. 2

Desember 1946, tentang ketentuan adanya pelajaran agama di

sekolah rakyat sejak kelas IV dan berlaku efektif mulai tgl. 1

Januari 1947.

c. Undang-Undang Nomor 4/1950 jo. Nomor 12/1954 tentang Dasar-

Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah yang ada pada Bab

XII pasal 20 dinyatakan:

1) Dalam sekolah negeri diadakan pelajaran agama; orang tua

murid menetapkan apakah anaknya mengikuti pelajaran agama

tersebut.

2) Cara penyelenggaraan pengajaran agama di sekolah-sekolah

negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri

Page 35: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama

dengan Menteri Agama.

d. Peraturan bersama Menteri Pendidikan, Pengajaran dan

Kebudayaan dan Menteri Agama No. 17678/Ka. Tgl. 16 Juli 1951

(pendidikan)/No. K.I/1980 tgl. 16 Juli 1951 (Agama) tentang

pedoman penyelenggaraan pendidikan agama, yang merupakan

realisasi dari pasal 20 UU No. 4/1950. Isi peraturan bersama

tersebut antara lain:

1) Lamanya pendidikan agama; di SR (sekolah Rakyat) mulai

kelas IV, dua jam setiap minggu. Untuk lingkungan istimewa

sejak kelas I dan jam dapat sampai 4 jam setiap minggu. Untuk

SMP dan SLA dua jam setiap minggu.

2) Pengangkatan dan Pembiayaan; guru diangkat, diberhentikan

oleh Menteri Agama. Biaya pendidikan agama atas tanggung

jawab Kementerian Agama.

3) Rencana pelajaran agama ditetapkan oleh Kementerian Agama

sesudah disetujui oleh Kementerian PP dan K.

4) Pendidikan agama di sekolah partikelir; peraturan bersama itu

berlaku pula bagi sekolah-sekolah partikelir apabila pengurus

yang bersangkutan menghendakinya atau apabila orangtua

murid-murid yang berjumlah sekurang-kurangnya 10 orang

yang menganut suatu agama memintanya, dengan pengertian

bahwa pendidikan agama dapat diberikan di luar gedung

sekolah tersebut.

Page 36: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

5) TAP MPRS No. II/MPRS/1960, menetapkan bahwa

pendidikan agama diberikan di sekolah-sekolah sejak dari

Sekolah Dasar sampai dengan Universitas/Perguruan Tinggi

Negeri.

6) Ketetapan sebagaimana TAP MPRS No. II/MPRS/1960 tetap

berlaku sampai TAP-TAP MPR berikutnya, yang intinya terus

diusahakan upaya, termasuk pendidikan agama yang

dimasukkan dalam kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari

SD sampai Universitas negeri.

7) Dibakukannya Kurikulum Pendidikan Agama dalam UU. RI.

No. 2 tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

yang terakhir UU No. 20 th. 2003 tentang Sisdiknas (Achmadi,

1992:108).

2. Perguruan Agama Islam

Lingkup pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan atau

perguruan agama meliputi Madrasah Diniyah, Raudhatul Athfal,

Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah,

Pendidikan Guru Agama, Pondok Pesantren dan Perguruan Tinggi

Agama Islam baik negeri maupun swasta. Sebagian terbesar lembaga

pendidikan agama berstatus swasta. Hanya 0,37% dari sekolah agama

yang berstatus negeri dan hanya 4,5% dari murid-murid berada pada

sekolah negeri. Ini berarti bahwa kehadiran sekolah-sekolah agama

Islam berakar pada hasrat masyarakat sendiri (Achmadi, 1992:109).

Page 37: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Keberadaan perguruan-perguruan agama Islam memiliki latar

belakang sejarah yang panjang sejak zaman penjajahan Belanda.

Masyarakat Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang agamis yang

mayoritas adalah umat Islam. Dalam kegiatan keagamaan dan

kemasyarakatan peran ulama’ sangat dominan. Kaum ulama secara

diam-diam melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda

dengan menumbuhkan kondisi yang berlainan antara aspirasi kaum

muslimin dengan kebijaksanaan pemerintah Belanda.

Kebijaksanaan pemerintah Belanda tersebut dilaksanakan dengan

membuka berbagai jenis sekolah untuk rakyat Indonesia, yang

bertujuan secara formal memenuhi keperluan pemerintah dan

onderneming terhadap tenaga kerja yang terdidik. Tetapi sebenarnya

mengandung tujuan untuk menjauhkan pemuda-pemuda Indonesia

dari masyarakat dan agama (Islam), dan sebaliknya mendekatkan

kepada kebudayaan barat (Belanda). Kebijaksanaan pemerintah

Belanda ini adalah berpedoman kepada “Etische Politiek”.

Untuk mengimbangi kebijaksanaan pemerintah Belanda tersebut,

maka para ulama’ mengadakan usaha penyempurnaan dan

memperkembangkan lembaga pendidikan pesantren menjadi

Madrasah, di mana diajarkan ilmu pengetahuan umum di samping

ilmu pengetahuan agama. Dengan demikian diharapkan akan lahir

sekelompok ulama’ intelek yang mampu mengimbangi produk

pendidikan Belanda tersebut. dalam pertumbuhan selanjutnya sistem

Page 38: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pendidikan madrasah berkembang sampai ke tingkat Perguruan Tinggi

Agama Islam (Achmadi, 1992:110).

Setelah zaman kemerdekaan, kecenderungan masyarakat

mendirikan madrasah tetap terus berlanjut walaupun dengan motivasi

yang berbeda dengan apa yang dilakukan pada zaman penjajahan.

Motivasi mendirikan madrasah pada zaman kemerdekaan adalah

untuk mengisi kemerdekaan dan ikut berkiprah dalam pembangunan

dengan tetap melestarikan dan mengembangkan ajaran Islam.

Dengan kenyataan bahwa perguruan agama Islam mayoritas

berstatus swasta, ini berarti bahwa andil umat Islam dalam ikut

mencerdaskan bangsa dan sekaligus meningkatkan ketaqwaan Tuhan

Yang Maha Esa cukup besar. Oleh karena itu pantas apabila perhatian

pemerintah dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan mutu

perguruan agama Islam juga cukup besar. Dalam hal ini dapat kita

lihat:

1) Pendidikan atau Perguruan Agama Tingkat Dasar dan Menengah

Salah satu hal yang perlu dicatat mengenai perkembangan

penyelenggaraan sekolah-sekolah agama adalah lahirnya Keppres

No. 34 tahun 1974 tentang tanggung jawab fungsional pendidikan

dan latihan serta Inpres No. 15 tahun 1974 tentang pelaksanaan

Keppres tersebut, yang berisi sebagai berikut:

a) Pembinaan pendidikan umum menjadi tanggung jawab

Menteri P dan K sedang pendidikan agama menjadi tanggung

jawab Menteri Agama.

Page 39: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

b) Untuk melaksanakan Keppres No. 34 dan Inpres No. 15 tahun

1974 dengan sebaik-baiknya ada kerja sama antara

Departemen P dan K, Departemen Negeri dan Departemen

Agama.

Sebagai pelaksanaan dari Keppres tersebut lahirlah Keputusan

Bersama Tiga Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri P dan K dan

Menteri dalam Negeri tahun 1975 tentnag peningkatan mutu

pendidikan pada madrasah. Maksud dan tujuan peningkatan mutu

pendidikan pada madrasah adalah agar tingkat mata pelajaran

umum dari madrasah dapat mencapai tingkat yang sama dengan

tingkat mata pelajaran umum di sekolah-sekolah umum yang

setingkat, sehingga hal tersebut dapat berimplikasi sebagai berikut:

a) Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan

Ijazah sekolah umum yang setingkat.

b) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum

setingkat lebih atas.

c) Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang

setingkat.

Kebijakan semacam ini menunjukkan dengan jelas bahwa

pendidikan agama Islam merupakan subsistem dari pendidikan

nasional. Adapun dalam pelaksanaannya sering mengalami

berbagai hambatan dan kekurangan, itu masalah lain atau mungkin

hanya sekedar masalah teknis (Achmadi, 1992:112).

2) Kelembagaan Pendidikan agama Islam Tingkat Tinggi

Page 40: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Berbicara tentang pendidikan agama Islam tingkat tinggi

dewasa ini kiranya cukup representatif apabila berbicara mengenai

Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Adapun perguruan Tinggi

Agama Islam yang lain (swasta) hampir semuanya pada tahun 1992

menggunakan standart IAIN.

Sedikit sejarah mengenai berdirinya IAIN adalah masyarakat

Indonesia telah lama mencita-citakan adanya suatu perguruan

tinggi Islam untuk menampung pemuda-pemuda dalam mendalami

agama Islam. Cita-cita tersebut sebelumnya hanya dapat dicapai

melalui pendidikan di Timur Tengah. Keinginan pemuda-pemuda

timbul sebagai manifestasi kebutuhan masyarakat terhadap ahli

agama Islam (ulama’) yang akan memimpin dalam kegiatan

keagamaan dan kemasyarakatan.

Untuk menampung keinginan masyarakat tersebut diadakan

usaha mendirikan Pesantren Luhur oleh beberapa pemuka

masyarakat yang diketuai oleh Dr. Satiman. Cita-cita pendirian

Pesantren Luhur terus berkembang dan akhirnya menjelma dalam

bentuk Sekolah Tinggi Islam (STI) pada bulan Juli 1945 di Jakarta.

Karena situasi perjuangan dalam menegakkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, maka STI ikut hijrah ke

Yogyakarta. Setelah ibukota Republik Indonesia pindah ke

Yogyakarta, kemudian STI berubah menjadi Universitas Islam

Indonesia (UII) dengan membuka tiga fakultas yaitu: Fakultas Ilmu

Page 41: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Agama, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum dan

Kemasyarakatan (Achmadi, 1992:112-113).

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 34 tahun 1950,

didirikanlah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang

berasal dari Fakultas Agama Universitas Islam Indonesia.

Pendirian PTAIN ini merupakan anugerah pemerintah RI terhadap

perjuangan umat Islam dalam menegakkan dan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Kemudian di Jakarta didirikan pula

Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dengan diintegrasikan

menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) berdasarkan peraturan

Presiden No. 11 tahun 1960.

Keberadaan IAIN tahun 1960 secara kuantitatif sejak berdirinya

sampai sekarang telah berkembang menjadi 14 IAIN yang tersebar

di seluruh Indonesia (pada tahun 1992). Untuk lebih memantapkan

keberadaan IAIN sebagai perguruan tinggi negeri yang setara

dengan perguruan tinggi lainnya pemerintah memandang perlu

adanya dasar hukum yang lebih kokoh.

Kalau pada awalnya berdirinya dasar hukum bagi keberadaan

IAIN Peraturan Presiden, maka mulai tahun 1985 dikukuhkan

dengan Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan Pemerintah No. 33

th. 1985 tentang Pokok-pokok Organisasi Institut Agama Islam

Negeri. Pokok-pokok Organisasi tersebut dimaksudkan untuk lebih

meningkatkan penyelenggaraan dan pembinaan IAIN sebagai

pendidikan Tinggi Agama Islam Negeri. Dalam peraturan

Page 42: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pemerintah tersebut ditegaskan mengenai kedudukan dan tugas

pokok IAIN yaitu kedudukan IAIN adalah unit organisasi di

lingkungan Departemen Agama yang dipimpin oleh Rektor yang

berada di bawah dan tanggung jawab langsung kepada Menteri

Agama” (Pasal 2 ayat 2). Sedangkan tugas pokok IAIN adalah

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di atas perguruan

tingkat menengah yang berdasarkan kebudayaan dan kebangsaan

Indonesia dan secara ilmiah memberikan pendidikan dan

pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat di bidang

ilmu pengetahuan agama Islam sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku (Pasal 3).

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 33 th. 1985

tersebut dimungkinkan kiprah IAIN semakin mantap dalam

menekuni bidang tugasnya dalam ilmu pengetahuan agama Islam.

Hal tersebut dikarenakan IAIN memiliki posisi dan kesempatan

yang sama dengan perguruan tinggi negeri lainnya. Dengan ini

diharapkan pula mampu melahirkan intelektual yang bersama-sama

dengan keterikatan yang serius kepada Islam.

Selama ini ada semacam kekhawatiran terhadap “disintegrasi”

antara agama Islam (wahyu) dengan ilmu pengetahuan rasional.

Hal tersebut mengakibatkan dikotomi sistem pendidikan Islam

yang kemudian oleh para cendekiawan Islam (misalnya Raji’ Al-

Faruqi) harus diupayakan pengintegrasian kembali dengan langkah

awal Islamisasi pengetahuan. Dari hal itu maka diharapkan

Page 43: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

nantinya IAIN dapat menjembatani upaya besar dan luhur tersebut.

karena (meminjam istilah Fazlur Rahman) justru pengemban-

pengemban ilmu pengetahuan keislamanlah yang harus memikul

tanggung jawab utama untuk mengislamkan ilmu pengetahuan

sekuler dengan upaya-upaya intelektual yang kreatif (Achmadi,

1992:114).

3) Pondok pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan dan penyebaran

Islam telah lahir dan berkembang semenjak masa kedatangan Islam

di Indonesia. Lazimnya pengertian pondok pesantren ialah lembaga

pendidikan Islam dengan kyai sebagai tokoh sentralnya dan masjid

sebagai pusat lembaganya. Pendidikan yang diberikan di pondok

pesantren adalah pendidikan agama dan akhlak (mental).

Dalam bentuknya yang tradisional metode pengajarannya

menggunakan metode waton atau sorogan dan bandongan. Dalam

perkembangannya, sebagai akibat pengaruh sistem sekolah maka

selanjutnya menggunakan bentuk madrasah dengan sistem klasikal.

Walaupun sampai saat ini pondok pesantren sudah mengalami

banyak perubahan dan perkembangan, namun pondok pesantren

tetap memiliki ciri khusus yang berbeda dengan sekolah.

Kekhususan pondok pesantren ialah memiliki ciri khusus, semacam

kepribadian yang diwarnai oleh kharasteristik pribadi sang kyai,

unsur-unsur pimpinan pesantren, bahkan juga aliran keagamaan

tertentu yang dianut.

Page 44: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Dengan perkembangannya menjadi madrasah, Mukti Ali

mengemukakan bahwa “Madrasah dalam pesantren adalah sistem

pengajaran dan pendidikan agama yang paling baik.” Pernyataan

demikian kiranya perlu diuji keabsahannya. Misalnya perlu ditinjau

dari sudut apa hal yang dianggap paling baik, apakah karena

ketundukannya pada kyai, taatnya menunaikan amalan-amalan

ubudiyah, kezuhudannya, atau kemampuan membaca kitab kuning.

Disini akan lebih realistis kalau dikatakan bahwa madrasah

dalam pesantren memiliki kelebihan juga kekurangan sebagai

sistem pendidikan agama. sehingga agar terhindar dari sikap

memitoskan pesantren yang dapat menutup alternatif lain. Dengan

segala kelebihan dan kekurangannya, yang jelas sejak beberapa

tahun lalu sampai dewasa ini pemerintah cukup besar perhatian dan

bantuannya kepada pondok pesantren. Hal ini karena pondok

pesantren dinilai memiliki potensi dalam pembangunan (Achmadi,

1992:115).

3. Pendidikan agama Islam dalam masyarakat

Baik secara historis maupun sosiologis perkembangan Islam di

Indonesia banyak ditentukan oleh lembaga pendidikan dalam

masyarakat terutama oleh pendidikan yang bersifat informal maupun

non-formal dengan berbagai medianya, baik melalui komunikasi

antara individu maupun secara kelompok. Di zaman modern ini media

komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-

pesan agama semakin canggih, baik melalui media cetak seperti

Page 45: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

koran, majalah dan berbagai penerbitan, juga melalui media

elektronika seperti radio, TV dan film.

Media tradisional yang masih tetap aktual adalah “Pengajian”.

Pengajian dari berbagai kelompok; anak-anak, remaja dan dewasa

yang dikelola oleh majelis ta’lim atau organisasi-organisasi Islam,

bahkan secara resmi diselenggarakan oleh instansi pemerintah

kelurahan sampai pusat. Selain itu, masjid sebagai salah satu pusat

pendidikan Islam semakin banyak, hampir setiap kelurahan memiliki

masjid. Oleh masyarakat masjid digunakan untuk beribadah dan untuk

kegiatan pendidikan keagamaan lainnya. Semua yang tersebut diatas

tumbuh berkembang sedemikian rupa atas dorongan dan prakarsa

masyarakat sendiri. Ini berarti bahwa kesadaran akan pentingnya

pendidikan agama sudah mengakar dan memasyarakat.

4. Pendidikan agama Islam dalam keluarga

Asumsi bahwa keluarga atau orangtua sebagai pendidik pertama

dan terutama akan tetap berlaku, selebihnya bagi pendidikan agama

karena disanalah penanaman fondasi perasaan keagamaan dan nilai-

nilai moralitas agama yang selanjutnya akan dikembangkan dan

dikukuhkan melalui proses pendidikan selanjutnya. Karena Islam

menekankan bahwa orang tualah yang paling bertanggung jawab

dalam pendidikan anak-anaknya termasuk pendidikan agamanya.

Pada umumnya penanaman nilai-nilai agama bermula dari asuhan

keluarga. Akan tetapi peranan lingkungan juga sangat berpengaruh.

Dan karena pendidikan itu suatu proses bertahap dan

Page 46: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

berkesinambungan yang dimulai sejak kanak-kanak sampai dewasa

bahkan sampai akhir hayat maka upaya mencipta keluarga favourable

untuk pendidikan agama tidak boleh diabaikan (Achmadi, 1992:108-

118).

Dengan adanya tanggapan positif tentang pendidikan agama Islam

diranah Nasional menunjukkan bahwa pendidikan agama Islam

merupakan suatu bidang ilmu yang perlu digarap dan dikembangkan

baik oleh pemikir pendidikan Islam maupun para praktisi dalam

menyongsong masa depan yang perlu diantisipasi sejak dini.

D. Pandangan Prof. Achmadi Tentang Dasar Dan Tujuan Pendidikan

Agama Islam

1. Dasar Pendidikan Agama Islam

Prof. Achmadi (1992:55) mengatakan bahwa pendidikan

merupakan bagian sangat penting dari kehidupan dan, secara kodrati

manusia adalah makhluk paedagogik. Maka dasar pendidikan yang

dimaksud ialah nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan hidup

suatu masyarakat atau bangsa dimana pendidikan itu berlaku. Karena

yang dibicarakan pendidikan agama Islam maka pandangan hidup

Islami atau pandangan hidup muslim yang pada hakekatnya

merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat transenden, universal dan

eternal (abadi).

Berdasar pada nilai-nilai tersebut kedudukan ilmu pendidikan

agama Islam sebagai ilmu yang normatif lebih dipertegas dan, karena

Page 47: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

itu secara konseptual dapat dibedakan dengan ilmu pendidikan lain

yang notabennya bukan berbasis Islam.

Dasar pendidikan ialah pandangan yang mendasari seluruh

aktivitas pendidikan, baik dalam rangka penyusunan teori,

perencanaan, maupun pelaksanaan pendidikan. Dalam hal ini adalah

nilai-nilai tertinggi yang dijadikan pandangan hidup suatu masyarakat

atau bangsa di mana pendidikan itu dilaksanakan. Oleh karena yang

dibahas adalah pendidikan agama Islam, maka pandangan hidup yang

mendasari seluruh kegiatan pendidikan ini adalah pandangan hidup

yang Islami yang pada hakekatnya merupakan nilai-nilai luhur yang

bersifat transenden, universal dan abadi yang bersumber dari Al-

Qur’an dan hadits yang shahih. Al-Qur’an dan Hadits mengandung

banyak sekali nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai dasar

pendidikan Islam. Diantara nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Hadits

yang dipandang fundamental, esensial, dan dapat merangkum

berbagai nilai yang lain.

Sumber nilai dalam Islam ialah Al-Qur’an dan sunnah Rosul

yang shahih. Karena banyaknya nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an

dan Hadits dapat di klarifikasi kedalam nilai dasar atau intrinsik dan

nilai instrumental. Nilai intrinsik adalah nilai yang ada dengan

sendirinya bukan sebagai prasyarat atau alat bagi nilai yang lain.

Mengingat begitu banyaknya nilai-nilai yang diajarkan oleh islam,

maka perlu dipillih dan dibakukan nilai mana yang tergolong nilai

Page 48: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

intrinsik, fundamental dan memiliki posisi paling tinggi. Nilai tersebut

adalah tauhid atau lebih tepatnya iman tauhid (Achmadi, 1992:56).

Dasar dasar pendidikan agama Islam antara lain:

a. Tauhid

Tauhid secara etimologi berarti pengakuan terhadap keesaan

Allah. Secara teologik, pengakuan tersebut mengandung

kesempurnaan kepercayaan kepada Allah dari dua segi, dari segi

rububiyah dan segi uluhiyah. Tauhid rububiyah ialah pengakuan

terhadap keesaan Allah sebagai Dzat Yang Maha Pencipta,

Pemelihara, dan memiliki semua sifat kesempurnaan seperti dalam

QS. Al-Ikhlas. Sedang tauhid uluhiyah ialah komitmen manusia

kepada Allah sebagai satu-satunya Dzat yang dipuja dan disembah

dan satu-satunya sumber nilai. Komitmen kepada Allah itu

diwujudkan dalam sikap pasrah, tunduk dan patuh, sehingga

seluruh amal perbuatan dan hidup mati seseorang bertauhid

semata-mata hanya untuk Allah (Achmadi, 1987:77-78).

Dalam disertasi Prof. Achmadi (1992:56) Formulasi tauhid yang

paling singkat tetapi tegas ialah kalimah tayyibah “La ilaha

illallah”, yang artinya tidak ada tuhan selain Allah. Kalimat

tayyibah merupakan kalimat penegas dan pembebas bagi manusia

dari segala pengkultusan dan penyembahan, penindasan dan

perbudakan sesama makhluk/manusia dan menyadarkan manusia

mempunyai derajat yang sama dengan manusia lain. Tauhid sudah

cukup bagi kehidupan umat manusia karena dalam pandangan

Page 49: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

hidup Islam, tauhid merupakan fondasi bangunan ajaran Islam dan

tauhid dinilai yang paling esensial dan sentral untuk seluruh gerak

hidup Muslim. Begitu pula dengan pendidikan agama Islam dijiwai

dengan norma-norma fundamental dan sekaligus dimotivasi dan

diberi nilai tambah oleh kepentingan ‘ubudiyyah.

b. Kemanusiaan

Dasar-dasar pendidikan agama Islam lainnya yang merupakan

penjabaran dari dasar tauhid, karena pada dasarnya seluruh nilai

dalam Islam berpusat pada tauhid, yakni dasar kedua kemanusiaan

yang merupakan pengakuan akan hakekat dan martabat manusia.

Hak asasi seseorang harus dihargai dan dilindungi, untuk

merealisasikan hak asasi tersebut tidak dibenarkan pelanggaran

terhadap hak asasi orang lain. Implikasinya dalam pendidikan

adalah setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sam untuk

memperoleh dan menyelenggarakan pendidikan.

c. Kesatuan Umat Manusia

Dasar yang ketiga yaitu kesatuan umat manusia. Banyak sekali

Al-Qur’an menegaskan tentang kesatuan umat manusia. Bhineka

tunggal ika yang pada dasarnya semua memiliki tujuan hidup

untuk pengabdian kepada Allah. Dalam hubungannya dengan

masalah global yang sedang marak sekarang ini seperti kejahatan

dimana-mana, perang antar bangsa dan sebagainya maka Islam

memberikan jalur penyelamat. Agama (Islam) tegak diatas

kepercayaan kepada Dzat yang mutlak, yaitu Tuhan sebagai suatu

Page 50: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

orde tertinggi dan homogin. Alam ini sendiri merupakan orde

moral Dzat yang mutlak dan merupakan norma pokok dan ideal.

Dalam perspektif inilah Islam tampil sebagai agama keyakinan dan

keseimbangan.

d. Tawazun

Dan dasar keempat adalah tawazun atau keseimbangan, secara

khusus prinsip keseimbangan terlihat pada penciptaan dari Allah

terhadap alam. Prinsip keseimbangan yang harus diperjuangkan

dalam kehidupan khususnya melalui pendidikan antara lain;

keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat, keseimbangan

kebutuhan jasmani dan rohani, kepentingan individu dan sosial,

dan keseimbangan antara ilmu dan amal.

e. Rahmatan Lil ‘alamin

Dan dasar yang terakhir adalah rahmatan lil’alamin, dalam

aktivitas pendidikan yang salah satu sasarannya adalah

pengembangan ilmu pengetahuan, Islam berpandangan bahwa

apapun yang dikembangkan tidak terlepas dari nilai Ilahi

(Achmadi, 1992:57-59).

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Berbicara tentang dasar pendidikan maka menjadi satu kesatuan

mengenai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah suatu

perubahan yang diharapkan pada peserta didik setelah mengalami

proses pendidikan baik dari tingkah laku individu dan kehidupan

Page 51: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pribadi maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana

individu itu hidup. Tentu saja perubahan yang diinginkan ialah menuju

ke arah perubahan yang lebih baik. Dalam Islam pun juga

menganjurkan agar manusia mengubah diri jika menginginkan Allah

mengubah nasibnya. Oleh karena itu usaha pendidikan dalam rangka

mengubah dan mengembangkan manusia ke arah kesempurnaan

keberadaannya dibimbing dan diarahkan sesuai dengan konsepsi

Tuhan yang memiliki kebenaran dan kebaikan mutlak dan sesuai

dengan fitarh manusia.

Berdasarkan dari pengertian tujuan pendidikan diatas, maka

tujuan pendidikan agama Islam menurut Achmadi dibagi menjadi tiga

tahapan yaitu tujuan tertinggi/terakhir, tujuan umum dan tujuan

khusus.

a. Tujuan tertingi/terakhir ini bersifat mutlak, yang sesuai dengan

tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah.

Adapun tujuan tersebut adalah

1) Menjadi hamba Allah yang paling bertaqwa (beribadah kepada

Allah) dalam hal ini, pendidikan ditujukan untuk

mengantarkan peserta didik yang senantiasa beribadah kepada

Allah. Tentu saja ibadah dalam arti yang seluas-luasnya, tidak

hanya ibadah yang bersifat ritual, untuk itu pendidikan Islam

harus mencakup dua hal; pertama, pendidikan harus

memungkinkan manusia mengerti Tuhannya sedemikian rupa

(ma’rifatullah), sehingga semua ibadahnya dilakukan dengan

Page 52: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

penuh penghayatan akan keesaan dan kebesaran Allah. Kedua,

pendidikan harus menggerakkan kemampuan-kemampuan

manusia untuk memahami ilmu Allah yang tersirat dalam

setiap fenomena di alam semesta, menggali untuk

dimanfaatkan dan menggunakan semua ciptaan Allah untuk

mempertahankan iman dan menopang agama Allah.

2) Mengantarkan peserta didik menjadi Khalifatullah fil ard

(wakil Tuhan di bumi) yang mampu memakmurkan atau

membudayakan alam sekitar dan sebagai konsekuensi setelah

menerima Islam sebagai pedoman hidup.

3) Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia

atau di akhirat, baik individu maupun masyarakat.

Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam tertinggi tersebut

dapat dicapai dengan ilmu sebagaimana ditegaskan oleh

Rosulallah:

(ريواه البخار من سلك طر يقا يلتمس فيه علما سهل الله له طر يقا الي الجنه ) “Barang siapa meniti jalan untuk mencari ilmu dimudahkan oleh

Allah jalan ke surga.”

Kemudian dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah 11 disebutkan:

ير فع الله الذ ين آ منو ا منكم والذ ين آو تو العلم د ر ا جا ت ..“..... Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu

pengetahuan.”

Tujuan tertinggi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang ideal

dan dapat memotivasi usaha pendidikan dan dapat menjadikan

Page 53: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

aktivitas pendidikan menjadi lebih bermakna (Achmadi,

1992:63-65).

b. Tujuan umum berbeda dengan tujuan tertinggi yang mengutamakan

pendekatan filosofik, tujuan umum lebih bersifat empirik dan

realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf

pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap,

perilaku dan kepribadian peserta didik. Yang dimaksud dengan

tujuan umum pendidikan disini adalah untuk mengaktualisasikan

potensi atau sumber daya insani secara seimbang dan optimal.

Dikatakan umum karena berlaku bagi siapapun tanpa dibatasi

ruang dan waktu, dan juga menyangkut diri peserta didik secara

total.

Dengan kemampuan mengaktualisasikan potensi dan sumber daya

insani berarti peserta didik telah mampu merealisasikan diri (self

realisation) atau kepribadian muslim. Self realisation sebagai

tujuan pendidikan agama Islam yang ingin dicapai dan dapat dilihat

dari tiga realitas: realitas subjektif yaitu nilai-nilai Al-Qur’an dan

Hadits yang menimbulkan kepribadian, realitas subjektif

mempunyai kapasitas akal, perasaan, kemampuan menangkap

tanda-tanda ayat Allah, mengenal iman, taqwa, ihsan dan tawakkal,

dan realitas objektif situasi dan kondisi dalam hidup sehari-hari

yang secara konkret dihadapi oleh setiap orang. Realitas simbolik;

mengarah pada pencapaian pertumbuhan keseimbangan

kepribadian intelektual, jiwa rasional, dan penghayatan lahir.

Page 54: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Realitas tersebut harus diiringi dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan

Assunnah (Achmadi, 1992:66-68).

c. Tujuan khusus menurut Achmadi (1992:70) adalah pengkhususan

atau operasionalisasi tujuan tertinggi/terakhir dan tujuan umum

dalam pendidikan agama Islam. Tujuan khusus bersifat relatif

sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan sesuai dengan

tuntutan dan kebutuhan, selama masih berpijak pada kerangka

tujuan tertinggi dan tujuan umum. Pengkhususan tujuan dapat

didasarkan pada:

1) Kultur dan cita-cita suatu bangsa dimana pendidikan di

selenggarakan.

2) Minat, bakat, dan kesanggupan peserta didik.

3) Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu (mengikuti

perkembangan zaman)

Apapun yang ingin dicapai dalam tujuan pendidikan secara khusus

tetap harus mengacu pada tujuan tertinggi/terakhir dan senantiasa

dijiwai dengan akhlaqul karimah, karena pendidikan budi pekerti

(akhlaq) adalah jiwa dari pendidikan agama Islam.

E. Pandangan Prof. Achmadi Tentang Pendekatan Dalam Pendidikan

Agama Islam

Pendekatan (approach) dalam bahasa inggris diartikan dengan

come near (menghampiri) go to (jalan ke) way path (arti jalan) dalam

pengertian ini approach berarti cara menghampiri atau mendatangi

Page 55: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

sesuatu. Pendekatan bisa juga diartikan cara pandang terhadap sebuah

objek persoalan, dimana cara pandang itu ialah cara pandang dalam

konteks lebih luas (Ramayulis, 2010:129).

Pendekatan adalah segala cara atau strategi yang digunakan peserta

didik untuk menunjang keefektifan keefisienan dalam proses pembelajaran

materi tertentu. Dalam hal ini seperangkat langkah operasional yang

direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai

tujuan belajar tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subjek matter yang

harus diajarkan, yang urutan selanjutnya melahirkan metode mengajar, dan

dalam pelaksanaannya dijabarkan dalam bentuk teknik penyajian

pembelajaran (Ramayulis, 2010:129).

Dalam Studi Agama di Belanda (Achmadi, 1994) dibicarakan

tentang pengembangan dan pendekatan agama Kristen yang merupakan

pokok studi agama pada fakultas agama (teologi) di Belanda.

Pengembangan dan pendekatan studi agama yang berproses sampai saat

ini mendasari studi agama yang diselenggarakan di lembaga-lembaga

pendidikan tinggi.

Studi agama di lingkungan Kristen pada awalnya hanya digarap

oleh ilmu teologi dengan pokok kajian terbatas sekitar kitab suci

(perjanjian lama dan baru). Setelah ilmu-ilmu sosial dan humaniora

berkembang, maka studi agama juga berkembang dan lazimnya dikaitkan

dengan humaniora. Dengan pendekatan interdisipliner berkembanglah

Page 56: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

cabang-cabang ilmu agama seperti sejarah agama, sosiologi agama,

psikologi agama dan perbandingan agama.

Perubahan perspektif dalam kajian Islam Belanda adalah sesudah

perang dunia ke II, Belanda mengalami kemunduran yang mencolok

dalam hasil kajian Islam Indonesia. Salah satu sebabnya adalah

dihapuskannya program kajian Indologi di universitas Leiden. Baru ada

lagi setelah kajian Islam kontemporer menjadi pokok tesis teologi di

Nijmegen oleh Karel A. Steenbrink (1974) dan tesis antropologi di Leiden

oleh C. Van Dijk (1981) (Achmadi, 1994:59).

Namun mulai tampak bangkitnya generasi baru teologi Protestan

dan Katolik Roma yang memiliki minat ilmiah terhadap kajian Islam dan

mulai menyingkirkan semua praduga dan stereotip lama. Diawali dengan

Bijle Feld, dalam disertasinya di Utrecht tahun 1959, yang berjudul “Islam

as A Post Christian Religion, A Study of The Teological Judgement of

Islam, Especially in The Twentieth Century” (Islam sebagai agama pasca

Kristen, sebuah kajian tentang penilaian teologis Islam, terutama abad

kedua puluh).

Bijlefeld, D. S. Attema seorang teolog reformis yang telah

mempelajari bahasa Semit dan Islam di Leiden, menulis sebuah buku yang

objektif dan ilmiah tentang Al-Qur’an dan ditujukan kepada khalayak

pembaca yang lebih luas. Nama lain yang sejalan dengan Attema adalah

A. Wessels dan F.L. Bakker. Dari pihak Katolik; J.J.A.M. Houben,

seorang pakar Islam dan penggantinya J.R.T.M. Peters. Keduanya menulis

Page 57: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

tentang teologi Mu’tazilah dan kajian Al-Qur’an. Juga Karel A. Steenbrink

yang telah mengajar beberapa tahun di Indonesia.

Singkatnya studi Islam di Belanda sesudah perang dunia ke II

terjadi perubahan dan perkembangan orientasi studi Islam, yang pada

dasarnya lebih objektif dibandingkan dengan sebelumnya. Jika sebelum

perang dunia ke II diwarnai sikap negatif, kini sikap itu justru ditentang,

atas dasar wawasan pluralisme agama dan koeksistensi agama-agama.

Namun sikap negatif tersebut sampai sekarang belum sepenuhnya hilang

karena masih banyak orang/ tokoh-tokoh masyarakat yang menampilkan

sikap negatifnya terhadap Islam demi kepentingan partai atau

kelompoknya (Achmadi, 1994: 59-60).

Bidang-bidang baru studi Islam dan pendekatannya sekarang ini

yang merupakan perhatian para sarjana Belanda dalam studi Islam adalah

studi regional, terutama Timur Tengah, Mesir, Magribi dan kelompok

muslim minoritas di Spanyol dan di Belanda sendiri. Ciri-ciri yang

ditekankan dalam pendekatan studi Islam ini adalah:

1. Penekanan pada kerjasama antara pengkaji dari berbagai disiplin dan

menggunakan pendekatan interdisipliner.

2. Mengutamakan kajian-kajian masalah kontemporer.

Setelah melakukan penelitian “Studi Agama di Belanda” pada

tahun 1994, maka Achmadi merangkumkan beberapa pendekatan (dalam

bukunya Ideologi Pendidikan Islam, tahun 2010) yang dapat digunakan

dalam pendidikan agama Islam. Penekatan tersebut yaitu:

1. Pendekatan Humanis

Page 58: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Essensi pendekatan humanistik religius adalah mengajarkan

keimanan tidak semata-mata merujuk teks kitab suci, tetapi melalui

pengalaman hidup dengan menghadirkan Tuhan dalam mengatasi

persoalan individu dan sosial. Menurut Brubacher, para pendidik

agama yang humanis cenderung melakukan pendekatan kepada Tuhan

melalui pengalaman manusia. Seorang yang benar-benar beriman

kepada Tuhan, ia menguji pengetahuan dan pemahamannya tentang

Tuhan melalui pengalamannya sendiri. Seluruh potensi insaniyah-nya

(intelektual dan spiritualnya) didayagunakan untuk memahami dan

menghayati kehadiran Tuhan (Achmadi, 2010:202).

Dalam mengajarkan keimanan misalnya dapat dilakukan dengan

mengenal Asmaul Husna Tuhan, misalnya ar-Rahman dan ar-Rahim,

dikaitkan dengan dengan pengalaman hidup pribadi. Betapa besar

kasih sayang yang Tuhan berikan dan betapa luhur nilai kasih sayang

dalam kehidupan bersama karena dapat mewujudkan perdamaian

sebagaimana sejatinya makna Islam (damai). Pendekatan ini sama

dengan kaidah psikologi agama tentang teori agama sebagai nilai dan

pencarian arti hidup (Achmadi, 2010:203).

Karena religiusitas banyak berkaitan dengan perasaan, seperti rasa

tentram, damai, tenang, syahdu dan bahagia karena merasa dekat

dengan Tuhan Yang Maha Kasih Sayang (ar-Rahman dan ar-Rahim),

maka pendekatan rasa, atau pendekatan hati menjadi sangat penting.

Esensi pendekatan hati adalah dimulai dari hati pendidik sendiri yaitu

dengan keyakinan atas apa yang diajarkan dan ketulusan dalam

Page 59: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

mengajarkannya. Seperti pepatah mengatakan “hanya api yang bisa

menyalakan kayu, hanya kayu yang menyala yang dapat menyalakan

kayu-kayu yang lain. Hanya yang haq yang bisa meyakinkan hati,

hanya hati yang yakin yang bisa meyakinkan hati-hati yang lain.”

(Achmadi, 2010:203-204).

2. Pendekatan Rasional Kritis

Pendekatan humanistik tidak dapat dipisahkan dengan pendekatan

rasional. Rasionalitas keberagaman seseorang dapat diukur dari

seberapa besar kadar penggunaan akal dalam memahami dan

mengamalkan ajaran agama. Dalam ajaran agama ada unsur-unsur

dogma yang harus dikerjakan secara sami’na waatho’na (diterima dan

dilaksanakan tanpa kritik). Dengan payung dogma terkadang

mendorong pendidikan agama dilakukan dengan taklid, penerimaan

agama yang hanya didasarkan taklid dapat mengakibatkan split

personality atau frustasi apabila berhadapan dengan perubahan sosial

dan realita kehidupan yang bertentangan dengan pemahaman dan

keyakinannya (Achmadi, 2010:204).

Pendekatan rasionalis menurut Ramayulis dalam Metodologi

Pendidikan Agama Islam, adalah suatu pendekatan yang

mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima

kebesaran Allah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling

sempurna, perbedaan manusia dengan makhluk lain adalah terletak

pada akal, manusia mempunyai akal sedang makhluk lain tidak.

Dengan kekuatan akalnya manusia dapat membedakan perbuatan yang

Page 60: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

baik atau buruk serta dengan akal pula manusia dapat membuktikan

dan membenarkan adanya Allah. Walaupun disadari keterbatasan akal

untuk memikirkan dan memecahkan sesuatu tetapi diyakini pula

bahwa dengan akal manusia dapat mencapai ketinggian ilmu

pengetahuan dan teknologi modern. Oleh karena itu sudah semestinya

akal akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran agama,

dengan demikian keyakinan terhadap agama yang dianut semakin

kokoh (2010:132).

3. Pendekatan Fungsional

Pengertian fungsional adalah usaha memberikan materi agama

yang menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari (Ramayulis, 2010:133). Seperti ciri dari

keberagaman masyarakat modern adalah keberagaman yang fungsional

karena salah satu ciri pemikiran modern ialah mengukur kebaikan

sesuatu dari aspek fungsional secara riil bagi kehidupan. Sesuatu yang

dianggap tidak fungsional lebih baik ditinggalkan. Pengajaran agama

yang hanya terfokus pada doktrin-doktrin agama atau kaidah-kaidah

agama tanpa menekankan pentingnya hikmah dibalik kaidah tersebut

menjadikan agama tidak fungsional (Achmadi, 2010:207).

Menurut Prof. Achmadi dalam Ideologi Pendidikan Islam

(2010:208), sesungguhnya seluruh ajaran Islam diyakini memiliki

hikmah (fungsional) bagi kehidupan individu dan sosial karena ia

adalah petunjuk dan pedoman hidup. Satu pendapat dengan Achmadi,

Ramayulis mengatakan bahwa Ilmu agama yang dipelajari oleh peserta

Page 61: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

didik disekolah bukan hanya sekedar melatih otak tetapi diharapkan

berguna bagi kehidupan peserta didik, baik individu maupun dalam

kehidupan sosial (2010:133).

Dengan pendekatan humanis, rasional kritis dan fungsional

tersebut dimungkinkan pendidikan agama dapat memberikan ruang

gerak bagi proses liberalisasi, humanisasi dan transendensi dalam

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama. Itulah

pendidikan Islam transformatif sebagai sebuah strategi pendidikan

agama yang antisipatoris. Kedewasaan beragama yang dicapai melalui

proses ini tidak perlu dikhawatirkan terjadi pendangkalan agama,

tetapi justru akan tampil dalam perilaku keberagamaan yang arif dalam

menghadapi perubahan dan pluralitas budaya (Achmadi, 2010:209).

4. Pendekatan Kultural

Prof. Achmadi (2010:209-210) mengatakan, Pendidikan agama

Islam dengan pendekatan kultural artinya pendidikan dilakukan tanpa

menggunakan label Islam, akan tetapi lebih menekankan pada

pengalaman nilai-nilai universal yang menjadi kebutuhan manusia

yang berlaku di masyarakat. Kegiatan dapat dilakukan secara fleksibel,

yang berupa Pertama, dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan

tradisi masyarakat yang sudah berkembang sesuai dengan ajaran Islam.

Kedua, membudayakan nilai-nilai kemanusiaan dan keutamaan dalam

semua bidang kehidupan masyarakat sangat diperlukan sebagai bagian

tak terpisahkan dari pendidikan agama, meskipun tanpa label Islam.

Page 62: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Karena pada hakekatnya konsep dan pengalaman nilai luhur diajarkan

oleh Islam.

F. Pandangan Prof. Achmadi Tentang Materi Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana telah dibicarakan

terdahulu tidak akan tercapai tanpa adanya isi atau materi pendidikan yang

dipilih dan diorganisasikan sedemikian rupa oleh pendidik. Dalam

lembaga pendidikan formal atau semi formal pengorganisasian isi

pendidikan sering disebut dengan kurikulum. Dalam lembaga informal

seperti pendidikan dalam keluarga dan masyarakat tidak memerlukan

pengorganisasian seperti di lembaga pendidikan formal, tetapi lebih

ditekankan pada proses internalisasi dan transformasi nilai melalui

interaksi edukatif antara orang tua dengan anak atau sesama anggota

keluarga. Sebuah keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral akan

memberikan landasan moral yang kokoh pada anak-anak yang sedang

tumbuh berkembang.

Kurikulum inti pendidikan agama Islam harus memuat materi yang

dapat mengantarkan subjek didik ke tujuan pendidikan tertinggi atau

terakhir yaitu: menguatkan keimanan dan beribadah kepada Allah, mampu

berperan sebagai pemimpin dan memperoleh kebahagiaan dunia dan

akhirat. Tujuan tersebut dapat dicapai apabila seseorang memiliki kualitas

tertentu, dengan variabel utama sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an

yaitu: manusia yang beriman, amal shalih, taqwa dan ulul albab. Oleh

karena itu dengan mengacu pada kualitas manusia, isi pendidikan Islam

Page 63: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

secara garis besar terdiri dari dua unsur pokok yaitu nilai-nilai moral yang

terangkum dalam pendidikan akhlak dan ilmu pengetahuan (Achmadi,

2010:121-122).

Sesungguhnya semua pendidikan mengakses kedua unsur pokok

tersebut karena pada dasarnya pendidikan adalah kegiatan yang bersifat

normatif dengan melakukan transfer atau internalisasi nilai dan ilmu

pengetahuan. Yang membedakan pendidikan agama Islam dan pendidikan

lainnya terletak pada landasan aksiologi dan epistimologinya, yang dalam

Islam keduanya tidak dapat dipisahkan. Nilai diterima sebagai kebenaran

atas dasar kesadaran (pertimbangan hati dan akal sehat) sedangkan

pengembangan dan aplikasi ilmu pengetahuan tidak terlepas dari nilai.

Nilai berkaitan dengan masalah baik dan buruk. Tolak ukur

kebenaran sebuah nilai dalam perspektif filsafat adalah aksiologi.

Perbedaan pandangan tentang aksiologi akan membedakan ukuran baik-

buruknya sesuatu. Berdasarkan tinjauan aksiologi, nilai dapat dibagi

menjadi nilai mutlak dan nilai relatif, nilai intrinsik (dasar) dan nilai

instrumental. Nilai mutlak bersifat abadi, tidak mengalami perubahan dan

tidak tergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Nilai relatif tergantung

kondisi dan situasi oleh karenanya selalu berubah. Nilai intrinsik ada

dengan sendirinya dan tidak menjadi prasarat bagi nilai yang lain.

Sebaliknya, nilai instrumental adanya berfungsi sebagai syarat bagi nilai

intrinsik.

Ilmu pengetahuan sebagai isi pendidikan agama Islam adalah ilmu

yang telah digelar oleh Allah lewat ayat-ayat Nya (qouliyah dan kauniyah)

Page 64: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

memang dipersiapkan oleh Allah sesuai dengan fitrah manusia, artinya

memenuhi dorongan asasi manusia yaitu keingintahuan terhadap segala

sesuatu. Menurut Ibnu Khaldun ilmu pengetahuan dan pembelajaran

adalah tabi’i (pembawaan) manusia karena adanya kesanggupan berfikir.

Secara teologis, mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

merupakan implementasi fitrah keingintahuan itu pada hakekatnya proses

identifikasi diri dengan asmaul husna “al-a’limu” (Allah yang maha tahu).

Dengan identifikasi diri tersebut berarti manusia telah mempersiapkan

dirinya untuk menunaikan amanah kekhalifahannya.

Implikasi integrasi nilai dan ilmu pengetahuan, adalah keterpaduan

antara pendidikan agama yang sarat nilai dengan bidang-bidang ilmu

pengetahuan lain sebagai muatan kurikulum pendidikan Islam. Keduanya

dapat dibedakan tetapi tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu tidak ada

yang dikotomis apalagi kontradiksi antara pengetahuan agama yang

dianggap sarat nilai dengan ilmu pengetahuan umum yang menurut

pandangan sekuler bebas nilai (Achmadi, 2010:127-129).

Walaupun Islam mendorong kreativitas pemeluknya untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, akan tetapi pada masa Nabi

Muhammad saw, sampai masa dinasti umayah ilmu pengetahuan belum

berkembang pesat. Pada masa Nabi pendidikan Islam masih terfokus pada

usaha untuk memahamkan menanamkan prinsip-prinsip ajaran Islam

(aqidah dan syariah) sebagai pedoman hidup yang waktu itu secara

langsung telah dijawab dan diselesaikan oleh Nabi. Pada masa

khulafaurrasyidin dan dinasti Umayah lebih banyak disibukkan dengan

Page 65: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pemecahan masalah politik dan perluasan wilayah Islam, sehingga belum

sempat menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu

tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pada masa-masa awal itu umat

Islam belum memiliki patron ilmu pengetahuan.

Baru setelah zaman Abbasiyah ilmu pengetahuan dalam berbagai

disiplin ilmu berkembang. Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai dari

perkenalan dengan budaya Helenisme, kemudian penerjemahan karya-

karya klasik ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, Syiria, Sanskrit dan

bahasa Pahlavi ke dalam bahasa Arab yang berlangsung dari tahun 750-

900 M., sejak masa Al-Mansyur (754-775), Harun Ar-Rasyid (786-809),

dan sampai puncaknya pada masa Al-Makmun (813-833). Inilah abad

penerjemahan sebagai upaya meletakkan dasar abadi pencerahan Islam

kawasan Timur dan bertahan hingga melampaui abad ke sepuluh ke

sebelas. Sejak itu berkembanglah ilmu pengetahuan Islam dalam berbagai

disiplin, seperti ilmu-ilmu keagamaan, humaniora, dan ilmu kealaman.

Itulah yang disebut masa kejayaan peradaban Islam (abad 8 sampai 11).

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi karena didukung

oleh adanya atmosfer kebebasan berfikir tetapi tetap konsen pada

agamanya, yang menumbuhkan semangat ijtihad dengan bertujuan untuk

membela agamanya. Dari hasil identifikasi Fachruddin yang dikutip oleh

Noeng Muhadjir, era ini disebut era kosmopolit di mana sosok umat Islam

tampil komprehensif dengan kepribadian integratif dan inklusif, terbuka

komunikasi keilmuan dari manapun asalnya. Karena madzhab teologi

yang dominan pada kurun itu Mu’tazilah, yang menurut Harun Nasution

Page 66: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

disebut madzhab rasionalisme Islam, maka tidak salah jika epistemologi

yang digunakan sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan dapat

disebut teosentrisme-rasional (Achmadi, 2010:129-130).

Namun setelah abad ke 11 sampai 13 mulai ada gejala kemunduran

peradaban Islam secara perlahan-lahan sejak dominasi madzhab

Mu’tazilah beralih ke madzhab Al-Asy’ariyah. Dengan madrasah

Nidzamiyah yang berpusat di Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan,

orientasi pengembangan ilmu pengetahuan juga berubah dari ilmu-ilmu

kealaman ke ilmu-ilmu keagamaan. Dengan Al-Ghazali yang lebih dikenal

sebagai tokoh tasawuf, pengembangan ilmu pengetahuan lebih terfokus

pada ilmu-ilmu keagamaan. Dengan menggunakan epistemologi

teosentris-spiritual intuitif, ilmu-ilmu rasional-empiris yang sekarang

disebut ilmu umum secara perlahan tapi pasti, akhirnya terpinggirkan.

Berdasarkan penelitian disertasi Abdurrahman Mas’ud era Nidzamiyah

merupakan akar sejarah berkembangnya dikotomi pendidikan agama

Islam. Sedangkan menurut Noeng Muhadjir era Nidzamiyah bukan era

keemasan, tetapi justru merupakan era eksklusif. Proses kemunduran

peradaban Islam terus berlanjut dan benar-benar mengalami stagnasi

setelah penghancuran total pusat peradaban Islam di Timur dengan

jatuhnya Baghdad di tangan Hulagu Khan (1258) dan kejatuhan orang-

orang Muwahid di Spanyol (1268) di tangan tentara Salib. Namun di masa

kemunduran sesungguhnya juga masih muncul ilmuan muslim yang

orisinal yaitu Ibnu Khaldun (1332-1406) ahli teori sejarah, sebagai pengisi

kekosongan intelektual Islam. Sejak dunia Islam memasuki masa

Page 67: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

kemunduran yang panjang, yang diwarnai oleh suasana kebekuan ijtihad

dan kemandekan ilmu pengetahuan.

Pamor keilmuan beralih dari dunia Islam ke dunia Barat. Secara

terus menerus dunia barat mampu mengembangkan IPTEKnya yang

sekuler sampai sekarang dan dunia Islam berada di bawah dominasinya.

Sejak itu pula apa yang disebut ilmu Islam hanya terbatas pada ilmu

agama, sedang ilmu pengetahuan modern yang datang dari Barat dianggap

ilmu pengetahuan sekuler. Dikotomi ilmu agama dan umum (sekuler) yang

akar sejarahnya telah dimulai sejak era Nidzamiyah semakin eksplisit.

Pada awal kebangkitan Islam muncul berbagai tanggapan terhadap

ilmu pengetahuan modern, ada yang bersikap antagonis dan menolak, ada

pula yang bersikap akomodatif dan menerima. Muhammad Abduh adalah

salah seorang tokoh pembaharu yang menerima ilmu pengetahuan modern

dengan mengintegrasikannya dalam kurikulum Al-Azhar. Di Indonesia

model pengintegrasian ilmu pengetahuan umum dan agama seperti yang

dilakukan Muhammad Abduh diikuti oleh K.H. Ahmad Dahlan pendiri

Perserikatan Muhammadiyah (1912). Kemudian akhir abad XX, tepatnya

dalam dua dekade terakhir ini berkembang upaya pengintegrasian ilmu

pengetahuan umum dan agama dengan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, yang

dipelopori oleh tokoh-tokoh cendekiawan Muslim seperti Ismail Raji Al-

Faruqi, Naquib Al-Atas dan Sayyed Husein Nasr. Terlepas dari setuju atau

tidak dengan gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan, namun semangatnya

telah mendorong diselenggarakannya Konferensi Internasional Pendidikan

Page 68: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Islam pertama yang berlangsung di Mekkah bulan April 1977 (Achmadi,

2010:130-133).

Dari uraian diatas, pokok pembahasan berikutnya adalah klasifikasi

ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para tokoh dan dijelaskan

secara lebih rinci dalam bukunya Prof. Achmadi pada bahasan “Isi

Pendidikan agama Islam” yang berisi antara lain:

1. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan

Karena luasnya ilmu Allah, maka dalam proses pembelajaran perlu

diklasifikasikan dan diatur pentahapannya dalam kurikulum.

Klasifikasi ilmu pengetahuan yang patut dipertimbangkan adalah hasil

rumusan Konperensi Internasional Pendidikan Islam pertama di Mekah

tahun 1977, yang membagi ilmu pengetahuan menjadi dua kategori:

Pertama: Pengetahuan abadi (perenial knowledge) yang bersumber

pada dan berdasarkan wahyu Ilahi yang diturunkan dalam Al-Qur’an

dan Sunnah.

Kedua: Pengetahuan yang diperoleh (acquired knowledge)

termasuk ilmu-ilmu sosial, alam dan terapan yang rentan terhadap

pertumbuhan kuantitatif dan pelipatgandaan. Variasi terbatas dan

pinjaman lintas budaya dipertahankan sejauh sesuai dengan syari’ah

sebagai sumber nilai (Achmadi, 1987:141).

Kedua kategori tersebut digunakan untuk membedakan cara atau

proses perolehannya. Yang pertama diperoleh secara langsung melalui

wahyu Allah, yakni Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, yang mengandung

nilai-nilai kebenaran mutlak sebagai pedoman hidup untuk

Page 69: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

berhubungan dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam

sekitarnya. Ilmu pengetahuan perenial knowledge dapat dijadikan

rujukan bagi pengembangan dan penentuan keabsahan ilmu-ilmu

empirik atau acquired knowledge. karena kebenaran dari perenial

knowledge bersifat universal dan tidak mengalami perubahan.

Sedangkan yang kedua diperoleh melalui kajian empirik terhadap

fenomena yang ada pada diri manusia sendiri dan alam sekitar yang

pada hakekatnya merupakan sunnah Allah yang tidak tertulis. Oleh

karena itu ilmu ini selalu berubah dan berkembang, keabsahan

penemuan yang terdahulu dapat dibatalkan oleh keabsahan penemuan

berikutnya (Achmadi, 1992:78-79).

Hubungan antara ilmu yang pertama dan kedua terletak pada

landasan dan tujuannya, yaitu ibadah kepada Allah. Sedang dari segi

fungsi, perenial knowledge bersifat memberikan landasan nilai. Dan

untuk acquired knowledge adalah memperkaya penemuan-penemuan

empirik yang berguna dalam mengatasi berbagai problema kehidupan

manusia. Terpadunya kedua fungsi tersebut dalam proses

pengembangan ilmu dan aplikasi dalam kehidupan akan meningkatkan

kualitas manusia dan dengan wawasan keilmuan demikian akan dapat

dihindarkan terjadi dikotomi sistem pendidikan agama Islam

(Achmadi, 1992:79-81)

2. Pengembangan dan Penjabaran Ilmu Pengetahuan

a. Ilmu Pengetahuan Abadi yang Bersumber Al-Qur’an dan Sunnah

Page 70: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Secara esensial ilmu tidak mengalami perkembangan dan

perubahan. Tetapi dalam penjabaran dan pemahamannya

mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan

perkembangan zaman. Secara garis besar menurut Achmadi

(1992:81) isi dari kandungan ilmu pengetahuan perenial meliputi:

1) Aqidah

Achmadi dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam 1

(1987:144) berpendapat bahwa Aqidah secara etimologi berarti

credo, keyakinan hidup dan secara khusus berarti Iman yakni

kepercayaan dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan

diamalkan dengan perbuatan. Objek materi aqidah menurut

Achmadi pembahasannya mengenai arkanul iman. Karena

keimanan atau aqidah merupakan landasan paling utama bagi

hidup dan kehidupan manusia yang akan memberikan motivasi

dan pengendali aktivitas manusia. Dengan begitu harus

ditanamkan nilai-nilai aqidah kepada peserta didik sejak dini.

2) Syari’ah

Secara etimologi berarti jalan, dan secara terminologi

berarti suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan

antara manusia dengan dengan tuhan, dengan sesama manusia

dan dengan alam. Menurut Yusuf Khumaini dalam perkuliahan

Studi Keislaman II tahun 2012, syariah adalah hablum

minallah, hablum minannas, dan hablum minal’alam. Syariah

adalah bagaimana hubungan manusia dengan Allah dengan

Page 71: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

cara melaksanakan kewajiban-kewajiban agama seperti; sholat,

puasa, dan lain-lain. Manusia dengan manusia itu sendiri

dengan cara tolong menolong untuk perdamaian umum seperti;

shodaqoh dan lain sebagainya, dan manusia dengan alam

sekitar dengan cara menjaga dan memanfaat dengan baik

segala sesuatu yang berada di alam.

3) Akhlak

Akhlak adalah segala tuntunan dan ketentuan Allah

yang membimbing watak, sikap, dan tingkah laku manusia

agar bernilai luhur sesuai dengan fitrahnya. Secara rinci akhlak

dalam Islam dibagi menjadi empat yaitu: akhlak manusia

terhadap Allah, akhlak manusia terhadap diri sendiri, akhlak

manusia terhadap sesama manusia, dan akhlak manusia

terhadap alam (flora dan fauna).

Syari’ah termasuk wilayah dari akhlak, sifat akhlak

adalah hanya mengetuk hati nurani manusia untuk menentukan

sikap dan perbuatan sesuai dengan bimbingan Ilahi. Hanya

iman yang dapat memanggil hati nurani manusia untuk

menerima dan melakukan ketentuan Allah secara ikhlas.

Akhlak yang membentuk watak dan watak yang telah dijiwai

oleh akhlak islami akan memperkokoh iman. Demikian

hubungan timbal balik dari iman, akhlak dan watak yang

merupakan tugas pendidikan agama Islam untuk

mengembangkannya (Achmadi, 1987:147-148).

Page 72: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Sampai batas batas tertentu aqidah, syari’ah dan akhlak wajib

dimiliki setiap orang Islam karena sikap dan tindakan seorang

muslim sebagai landasan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Ilmu Pengetahuan yang Diperoleh

Wilayah kajian ilmu ini meliputi diri manusia sendiri, sejarah

dan alam semesta. Menjabaran ilmu ini menggunakan hasil

rumusan konperensi Dunia Pertama tentang pendidikan Islam di

Mekkah tahun 1977 sebagai berikut:

1) Imajinatif (seni): seni dan arsitektur Islam; bahasa, sastra

2) Ilmu-ilmu intelektual: studi sosial (teoritik), filsafat;

pendidikan ekonomi, sejarah, ilmu politik, peradaban Islam

(termasuk paham-paham Islam tentang politik, ekonomi,

kehidupan sosial, perang dan damai), geografi, sosiologi,

linguistik (Islamisasi bahasa), psikologi (dengan acuan khusus

pada konsep Islam sebagaimana ditemukan dalam Al-Qur’an

dan Hadits, dan dianalisa dan dijelaskan oleh pemikir-pemikir

Muslim awal dan sufi-sufi besar); antropologi (sebagaiman

dapat ditarik dalam Al-Qur’an dan Sunnah);

3) Ilmu-ilmu alam: (teoritik) filsafat ilmu pengetahuan,

matematika, statistik, fisika, kimia, ilmu-ilmu kehidupan,

astronomi dan ilmu ruang dan sebagainya.

4) Ilmu terapan: rekayasa dan teknologi (sipil, mesin dan lain

sebagainya); obat-obatan (tibb, aleopati, fauna), dan lain

sebagainya.

Page 73: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

5) Ilmu-ilmu praktis: perdagangan, administrasi umum dan

sebgainya, ilmu kepustakaan, ilmu kerumahtanggaan, ilmu

komunikasi (komunikasi massa, dan sebagainya).

Page 74: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

BAB IV

RELEVANSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROF.

ACHMADI DENGAN KONTEKS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKARANG

Abad XII ini diperkirakan oleh Abd Aziz Albone (2009:42) mengalami

transformasi dalam segala aspek kehidupan manusia. Proses transformasi itu

dapat dirangkum dengan istilah globalisasi. Pengertian umum globalisasi

merupakan yang baru masuk kajian dunia universal pada tahun 80-an, pertama-

tama merupakan suatu pengertian sosiologi yang dicetuskan oleh Ronald

Robertson dari University of Pittsburgh.

Menurut Abd Aziz Albone dalam bukunya “Pendidikan Agama Islam

Dalam Perspektif Multikulturalisme” pengaruh globalisasi telah melahirkan

budaya global yang memiskinkan potensi-potensi budaya asli. Untuk itu timbul

upaya menentang globalisasi dengan melihat kembali peranan keragaman

budaya di masyarakat. Ketika masyarakat Indonesia dilanda gelombang

globalisasi di dalam dunia yang terbuka dan rata (flat) maka orang mulai

berbincang dan membandingkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia

dengan bangsa-bangsa lain. Membandingkannya dengan bangsa yang lain tidak

terlepas dari ukuran atau standar yang digunakan dalam perbandingan itu. Ada

yang mengambil ukuran modernisasi yang cenderung menggunakan standar

kehidupan Barat, baik dalam produk barang industri maupun servis. Dunia

pendidikan tidak terlepas dari goncangan arus standarisasi tersebut. kualitas

Page 75: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pendidikan Indonesia dianggap berada di bawah standar dengan menggunakan

standar dengan epistema politik – kesatuan nasional, epistema sosial budaya –

kohesi sosial dari suatu masyarakat, dan khususnya epistema paedagogis yaitu

mengenai kepentingan peserta didik (Tilaar, 2012:x).

Terkait dengan pendidikan agama Islam, secara umum tantangan yang

dihadapi PAI di era global ini adalah bagaimana pendidikan Islam dapat

mendidik dan menghasilkan siswa yang memiliki daya saing tinggi (qualified)

atau justru “mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan yang

penuh dengan kompetisi dalam berbagai sektor, baik sektor riil maupun

moneter (Albone, 2009:45-46).

Dalam relevansi pemikiran pendidikan agama Islam Prof. Achmadi

dengan konteks pendidikan agama Islam sekarang, penulis membagi dalam

beberapa sub-bahasan, antara lain:

A. Relevansi Pemikiran Pendidikan Agama Islam Prof. Achmadi Dengan

Konteks Pendidikan Agama Islam Sekarang Terkait Isi Pendidikan/ Materi

Pendidikan

Pemikiran pendidikan agama Islam yang secara eksplisit

membedakan dengan pemikiran lainnya. Mengenai manusia sebagai

subyek dan obyek pendidikan didasarkan atas pandangan Islam tentang

konsep fitrah, dasar tujuan pendidikan didasarkan atas nilai-nilai Ilahiyah

dan insaniyah, begitu pula mengenai isi pendidikan. Di dalam

mengaplikasikan pemikiran Pendidikan Islam tidak harus mengubah

paradigma ideologinya, cukup pada tataran strategi dengan melakukan

interpretasi nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

Page 76: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

B. Relevansi pemikiran pendidikan agama Islam Prof. Achmadi dengan

konteks pendidikan agama Islam sekarang terkait Dasar dan Tujuan PAI.

Di dalam Artikel Business Week 23-30 Agustus 1999 mengenai

dua puluh satu trend perkembangan kehidupan manusia dalam abad 21,

ada dua kecenderungan yang menarik perhatian. Pertama adalah peranan

agama yang akan semakin relevan, dan kedua trend mengenai kemajuan

ilmu dan teknologi yang akan mengubah wajah dan kehidupan manusia.

Karen Penner penulis trend mengenai agama antara lain mengatakan

“Religion place in providing solace, in mediating ethical disputes, or

celebrating moments when a relationship to the unknowable to the

unknowable fills worshippers wth humanity.” Seterusnya karen

mengatakan “Religion transcends the ebb and flow of human progress and

events, absorbing knowledge the modern age bring and shrugging off its

secularism.” Disini terlihat betapa agama akan muncul kembali sebagai

pegangan hidup manusia di tengah-tengah kemajuan ilmu

pengetahuan.salah satu trend kemajuan ilmu pengetahuan ialah

perkembangan “Artifical Intellegence” (AI) di mana komputer dewasa ini

masih kurang kompleks dibandingkan dengan otak cacing tanah.

Kecepatan komputer akan menjadi dobel setiap 18 bulan sampai tahun

2012, dan pada tahun 2030 kecepatan komputer telah sama dengan seribu

otak manusia, sedangkan pada tahun 2050 kecepatannya menjadi sama

dengan 1 milyar otak manusia. Di dalam tulisan ini berbicara mengenai

pengembangan pendidikan Agama Islam. Para pakar pendidikan Agama

Islam mempunyai gambaran yang belum jelas mengenai perkembangan

Page 77: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pendidikan Agama Islam tersebut. Umumnya mereka beranggapan bahwa

pendidikan Agama Islam masih menghadapi hambatan yang besar, ialah

sifatnya yang tertutup dan sangat ortodoks dan belum terbuka untuk

kemajuan ilmu dan teknologi. Di pihak lain perubahan yang besar sedang

terjadi di sekitar pendidikan Agama Islam yang mau tidak mau harus

menghadapi dan mengharuskan mengubah diri agar pendidikan Agama

Islam menjadi salah satu pendidikan alternatif di dunia Indonesia (Tilaar,

2000:146-145).

C. Relevansi pemikiran pendidikan agama Islam Prof. Achmadi dengan

konteks pendidikan agama Islam sekarang terkait Posisi PAI di ranah

Kerangka Pendidikan Nasional.

Menjadikan pendidikan Islam sebagai salah satu pendidikan

alternatif membutuhkan paradigma-paradigma baru untuk

meningkatkannya, antara lain peningkatan manajemen pendidikan Islam.

Pendidikan Islam di Indonesia telah berjalan lama dan mempunyai sejarah

yang panjang. Namun demikian, dirasakan pendidikan agama Islam

tersisih dari sistem pendidikan nasional. SKB 3 Menteri 24 Maret 1975

yang tersohor itu berusaha mengembalikan ketertinggalan pendidikan

Islam untuk memasuki mainstream pendidikan nasional. Pada waktu itu

telah diidentifikasikan berbagai kelemahan pendidikan Islam seperti

terlalu banyaknya mata pelajaran yang diarahkan, kualitas guru rendah,

sarana pendidikan yang kurang, dan para peserta didik kebanyakan berasal

dari keluarga yang kurang mampu. Hal ini berarti pendidikan Islam belum

merupakan alternatif pendidikan modern.

Page 78: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Tersingkirnya pendidikan agama Islam dari mainstream pendidikan

nasional, dapat mengakibatkan jatuhnya pendidikan Islam di dalam dua

jenis dikotomi atau dualisme yang artifisial. Petama ialah dikotomi yang

pendidikan yang sekuler dan pendidikan yang mempunyai ciri khas, dalam

hal ini khas keislaman. Selanjutnya pendidikan agama Islam telah

terperangkap dalam dualisme pengelolaan, antara pengelolaan pendidikan

di bawah Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama.

Kedua jenis dikotomi atau dualisme yang artifisial tersebut lebih

memperparah pengembangan pendidikan agama Islam atau lebih

memurukkan pendidikan agama Islam dari arus perkembangan masyarakat

di sekitarnya. Keadaan ini membawa usaha untuk meningkatkan mutu

pendidikan agama Islam di dalam suatu dilema yang cukup sulit. Pertama,

adanya suatu keinginan yang besar untuk mengadakan modernisasi

pendidikan agama Islam yang disebut oleh Malik Fadjar sebagai kekuatan

yang pragmatis di dalam pendidikan agama Islam. Sedangkan yang kedua

merupakan permintaan perubahan dari arus globalisasi yang tidak

terbendung lagi. Di sini pendidikan agama Islam diminta memberikan

suatu usaha yang ekstra cepat dan tepat untuk menanggulanginya karena

kalau tidak demikian maka pendidikan Islam akan kembali pada ortodoksi

dan tidak dapat mengikuti perubahan yang didambakan oleh masyarakat.

Untuk menelaah masalah ini perlu adanya kajian tentang visi, misi

pendidikan Islam di indonesia (Tilaar, 2000:147-148).

Posisi Pendidikan agama Islam, dalam Undang-Undang Nomor 54

tahun 1950 sebagai undang-undang pertama yang mengatur pendidikan

Page 79: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

nasional tidak memberikan tempat bagi pendidikan keagamaan ataupun

terhadap pendidikan agama yang saat itu diistilahkan dengan pengajaran

agama undang-undang ini cenderung bersikap liberal dengan menyerahkan

keikutsertaan siswa dalam pengajaran kepada keinginan dan persetujuan

orang tua. akan tetapi dalam UU Nomor 4 tahun 1950 tentang Pendidikan

dan Pengajaran dalam BAB XII (TENTANG PENGAJARAN AGAMA

DI SEKOLAH SEKOLAH NEGERI) Pasal 20 dinyatakan bahwa :

1. Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama; orang

tua murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti

pelajaran tersebut;

2. Cara menyelenggarakan pengajaran agama di sekolah-sekolah

negeri diatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri

Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, bersama-sama

dengan Menteri Agama.

Dengan hadirnya UU No 4 Tahun 1950 ini belum mencerminkan

harapan rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Undang-undang

ini masih menuai protes dari berbagai kalangan umat Islam. Yang pada

akhirnya lahirlah undang-undang UUSPN No 2 Tahun 2003 yang intinya

mengenai perubahan undang-undang ini adalah karena undang pendidikan

keagamaan (PAI) dikesampingkan. Tidak dipungkiri bahwa undang-

undang tahun 1950 masih diwarnai dengan undang-undang kolonialisme.

Menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional dalam BAB IV (SATUAN, JALUR dan JENIS PENDIDIKAN)

Pasal 11 mengatakan bahwa Pendidikan keagamaan merupakan

Page 80: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan

peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran

agama yang bersangkutan (agama islam).

Dan posisi pendidikan agama Islam diranah pendidikan Nasional

semakin terlihat dengan munculnya UU nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dalam Bagian Kesembilan (Pendidikan

Keagamaan) Pasal 30 mengatakan bahwa :

1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan/atau

kelompok masyarakat dan pemeluk agama, sesuai dengan peraturan

perundang- undangan.

2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-

nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

3. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan

formal, nonformal, dan informal.

4. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren,

pasraman, dan pashbaja samanera dan bentuk lain yang sejenisnya.

Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan

peraturan pemerintah (Hasbulloh, 2009:287).

D. Relevansi pemikiran pendidikan agama Islam Prof. Achmadi dengan

konteks pendidikan agama Islam sekarang terkait Pendekatan dalam PAI.

Misi adalah perwujudan dari visi. Dengan demikian misi pendidikan

agama Islam adalah mewujudkan nilai-nilai ke-Islaman di dalam

Page 81: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

pembentukan manusia Indonesia. Manusia Indonesia yang di cita-citakan

adalah manusia yang saleh dan produktif. Abad 21 menuntut kedua

kualitas manusia semacam ini. Seperti yang dikemukakan masalah trend

kehidupan abad 21, agama dan intelek akan saling bertemu. Manusia

Indonesia yang di cita-citakan adalah manusia yang bertaqwa dan beriman

sekaligus produktif dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

bagi peningkatan taraf hidupnya. Dengan misi ini pendidikan Islam

menjadi pendidikan alternatif.

Apabila pendidikan yang diselenggarakan oleh negara atau oleh

lembaga-lembaga pendidikan swasta lainnya cenderung untuk bersifat

sekuler atau mempunyai ciri khas lainnya, maka pendidikan Islam

tentunya ingin menonjolkan nilai-nilai keislaman. Inilah ciri khas dari

pendidikan Islam sebagaimana dengan tepat dirumuskan oleh Sarkowi

Suyuti. Menurut Sarkowi, yang disebut pendidikan Islam mempunyai tiga

ciri khas, antar lain:

a. Suatu sistem pendidikan yang didirikan karena didorong oleh

keinginan untuk menonjolkan nilai-nilai Islam.

b. Suatu sistem yang mengajarkan ajaran Islam.

c. Suatu sistem pendidikan Islam yang meliputi kedua hal tersebut.

Dengan demikian, misi pendidikan Islam bukanlah sekedar untuk

menjadikan pendidikan Islam sebagai cagar budaya dengan

mempertahankan paham-paham keagamaan tertentu, tetapi sebagai agent

of change tanpa menghilangkan ciri khasnya yaitu ke-Islamannya. Dengan

demikian pendidikan Islam akan responsif terhadap tuntutan masa depan,

Page 82: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

yaitu bukan hanya mendidik peserta didik menjadi manusia yang saleh

tetapi juga produktif (Tilaar, 2000:150-151).

Malik Fadjar merumuskan pendidikan Islam dapat menjadi alternatif

apabila pendidikan tersebut memenuhi empat tuntutan sebagai berikut:

a. Kejelasan cita-cita dengan langkah-langkah yang operasional di dalam

usaha mewujudkan cita-cita pendidikan Islam.

b. Memberdayakan kelembagaan dengan menata kembali sistemnya.

c. Meningkatkan dan memperbaiki manajemennya.

d. Peningkatan mutu sumber daya manusianya.

Sedangkan menurut Achmadi (2010:162-164), dalam menyongsong

perkembangan zaman bahwa Perubahan sosial dan tatanan kehidupan yang

mengiringi perjalanan sejarah kehidupan umat manusia merupakan

sunnah Allah, sehingga tidak mungkin kita menghentikan perubahan itu.

Akibat semakin berkembangnya teknologi informasi mendorong

komunikasi dan interaksi antar budaya dan peradaban bangsa semakin

intensif, maka globalisasi yang disertai dengan perubahan sosial secara

massif merupakan arus sejarah yang tidak dapat dielakkan. Sehingga

pendidikan harus menghadapi arus perubahan yang begiu cepat dan sulit

diprediksi.

Pendidikan Islam sebagai subsistem pendidikan nasisonal dalam

prespektif global mempunyai masalah yang tidak mungkin diselesaikan

oleh sekelompok masyarakat. Baik kelompok etnis maupun agama

tertentu, begitu pula oleh LSM maupun pemerintah. Problem utamanya

adalah kualitas pendidikan rendah, sehingga menghasilkan pendidikan

Page 83: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

kualitas SDM yang rendah pula, paling rendah dibandingkan dengan

negara-negara tetangga. Rendahnya kualitas SDM mengimbas pada

rendahnya karakter bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan agama

Islam menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa, tidak

memandang suku, ras dan agama. Menurut Prof. Achmadi, untuk

mengatasi perkembangan zaman pendidikan agama Islam ditekankan

pada:

a. Peningkatan Kualitas SDM

Mengingat rendahnya kualitas SDM bangsa Indonesia, maka

dalam menghadapi perubahan sosial sebagai dampak globalisasi,

agenda utama pendidikan ialah pengembangan dan peningkatan

kualitas SDM baik ditinjau dari nilai ekonomis dan nilai insani. Nilai

ekonomis adalah menjadikan manusia lebih produktif dan nilainya

lebih tinggi secara ekonomis, yang diperoleh melalui penguasaan ilmu

dan teknologi. Nilai insani sebagai nilai tambah budaya dan iman

taqwa yang menjadikan manusia lebih harkat dan martabatnya

kemanusiaan melalui pendidikan yang sinergis antara pendidika

agama dan ilmu pendidikan non-agama (Achmadi, 2010:165).

Nilai insani tercermin dalam watak bangsa. Oleh karenanya

pembangunan watak bangsa menjadi sangat penting, bahkan

melandasi pengembangan nilai ekonomis. Esensi pembangunan watak

bangsa ialah peningkatan kesadaran tanggung jawab atas eksistensi

bangsa. Akan tetapi kesadaran nasionalisme yang hanya terfokus pada

eksistensi bangsa sendiri dan tidak memahami eksistensi bangsa-

Page 84: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

bangsa lain tidak akan mampu memasuki sistem dunia atau

masyarakat dunia dengan baik. Bagi umat Islam yang merupakan

bagian integral bangsa Indonesia juga harus memahami eksistensi

umat lain. Eksklusifitas internal umat Islam akan mengecilkan

eksistensinya sendiri karena berarti tidak mampu memasuki dunia

yang semakin plural. Oleh karenanya pendidikan watak bangsa perlu

disinergikan antara kesadaran religiousitas umat Islam dalam konteks

nasional, regional dan global. Dengan kesadaran semacam itu akan

memotivasi peserta didik untuk lebih maju dalam rangka kompetisi

secara sehat dengan bangsa-bangsa lain dan umat lain sesama anak

bangsa (Achmadi, 2010:166)

Dengan kualitas SDM seperti disebut di atas dimaksudkan agar

peserta didik siap menghadapi tugas kehidupan masa depan, yang

menurut Muchtar Buchori meliputi tiga tugas pokok yaitu:

1) Untuk dapat hidup.

2) Untuk mengembangkan kehidupan yang bermakna.

3) Untuk turut memuliakan kehidupan.

Tiga tugas pokok ini relevan dengan konsep realisasi diri sebagai

tujuan pendidikan agama Islam. Dengan tercapainya ketiga tugas

hidup itu berarti pendidikan mampu mengantarkan peserta didik yang

dalam perspektif Islam menjadi hamba Allah yang dapat memainkan

peranannya sebagai khalifatullah di bumi (Achmadi, 2010:166-168).

Page 85: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengertian dan penjelasan materi dalam bab-bab sebelumnya

dapat penulis simpulkan bahwa menurut Prof. Achmadi, pengertian agama

Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan

fitrah keberagaman dan sumber daya insani agar lebih mampu memahami,

menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

1. Posisi Pendidikan Agama Islam dalam kerangka pendidikan nasional

Posisi pendidikan agama Islam dalam ranah nasinal adalah secara

yuridis lembaga pendidikan Islam (keagamaan) semakin kokoh setelah

terbit UU No. 2 th 1989 yang secara eksplisit menyebutkan pendidikan

keagamaan termasuk dalam Sisdiknas (pasal 11 dan 39) hal ini dikuatkan

dalam UU No. 20 th 2003, pasal 15, 17, 18, dan 30, dan 37. Dengan

kekuatan hukum itu diharapkan kualitas pendidikan agama Islam semakin

meningkat. Dikuatkan lagi dengan munculnya UU nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bagian Kesembilan

(Pendidikan Keagamaan) Pasal 30. Posisi pendidikan agama Islam diranah

pendidikan Nasional semakin terlihat.

2. Pandangan Prof. Achmadi tentang dasar dan tujuan Pendidikan Agama

Islam

Dasar pendidikan agama Islam yaitu tauhid, kemanusiaan,

kesatuan umat manusia, dan keseimbangan. Dan tujuan pendidikan agama

Page 86: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Islam menurut Achmadi terbagi menjadi 3; tujuan tertinggi, tujuan umum,

dan tujuan khusus.

3. Pandangan Prof. Achmadi tentang pendekatan dalam Pendidikan Agama

Islam

Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan

agama Islam menurut Achmadi, yaitu: pendekatan humanis, pendekatan

rasional kritis, pendekatan fungsional, dan pendekatan kultural.

4. Pandangan Prof. Achmadi tentang materi Pendidikan Agama Islam

Materi pendidikan agama Islam terbagi menjadi 2 yaitu; ilmu

pengetahuan abadi yang bersumber Al-Qur’an dan Sunnah seperti:

Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak. Ilmu pengetahuan yang diperoleh seperti:

seni, ilmu intelektual, ilmu alam, ilmu terapan dan ilmu praktis.

5. Relevansi pemikiran pendidikan agama Islam Prof. Achmadi dengan

konteks pendidikan Islam sekarang

Relevansi pendidikan agama Islam sekarang dengan pemikiran

Pendidikan Agama Islam menurut Achmadi secara normatif tidak perlu

dilakukan perubahan karena diyakini memuat nilai-nilai transendental

yang memiliki kebenaran mutlak. Akan tetapi dalam rangka menyusun

strategi yang relevan dengan perubahan perlu di lakukan interpretasi nilai-

nilai yang terkandung di dalamnya seperti peningkatan kualitas SDM.

Page 87: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

B. Kritik Saran

1. Saran

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini ada beberapa hal yang

dapat disarankan kepada Departemen Agama, antara lain:

Peningkatan bobot akademis dan komitmen terhadap agama. Studi

agama di Indonesia berkembang cukup pesat dengan berbagai

pendekatan dan metodologi, oleh karena itu dalam mengembangkan

dan memajukan studi Islam di Indonesia terutama di IAIN, pendekatan

dan metodologinya perlu dikembangkan sesuai dengan standart ilmiah

untuk memelihara dan meningkatkan bobot akademisnya, namun tetap

memiliki komitmen terhadap agama dan tujuan pendidikan nasional.

2. Kritik

Penelitian ini jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati penulis

mohon maaf yang sebesar-besarnya dan penulis mohon kritik dan

sarannya demi kemajuan penelitian kami di masa mendatang. Atas

perhatian dan kerjasama pembaca, penulis mengucapkan terima kasih.

Page 88: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo

Achmadi. 1992. Islam Paradigma Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta dan

Semarang: Aditya Media dan BP IAIN Walisongo Press

Achmadi. 1994. Studi Agama di Belanda. Leiden: Program Indonesian-

Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS)

Achmadi. 2010. Ideologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cet. Kedua (Edisi Revisi)

Albone, Abd Aziz. 2009. Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif

Multikulturalisme. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan

Agama Jakarta. Cet. Pertama

Anton Baker, Achmadi Charis Zubair. 1994. Metode Penelitian Filsafat.

Yogyakarta: Kanisius

Arikunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan

Praktek). Jakarta: Rineka Cipta

Hasbulloh. 2009. Dasar-dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Edisi revisi.

Khumaini, Yusuf. 2012. Studi Keislaman II. Perkuliahan. Salatiga: STAIN

Page 89: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Munir, Misbachul. 2005. Pendidikan Islam Transformatif Dalam Perspektif

Prof. Achmadi. Skripsi. Semarang: UIN Walisongo

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Nata, Abuddin. 2010. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghaha Indonesia

Ramayulis. 2010. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam

Mulia. Cet. Keenam

Soemargono, Soegono. 1989. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Nur

Cahaya

Tilaar. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

Tilaar. 2012. Standarisasi Pendidikan Nasional: suatu tinjauan kritis.

Jakarta: Rineka Cipta

Page 90: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ema Siti Rohyani

Tempat tanggal Lahir : Semarang, 26 April 1993

NIM : 11111084

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Kebon Kliwon rt 04 rw 5, Bergas Kidul, Bergas,

Semarang

Pendidikan

SD : SDN 04 Bergas lulus 2005

SMP : SMP ALHUSAIN Magelang lulus 2008

SMA : SMK Informatika NU Ungaran lulus 2011

Perguruan Tinggi : IAIN Salatiga lulus 2015

Pengalaman Organisasi :

1. Devisi Kaligrafi Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffadz (JQH) Al-Furqon

2012/2013

2. Anggota Devisi Eksternal Senat Mahasiswa (SEMA) Institut 2013

3. Devisi Kaderisasi Komisariat Djoko Tingkir Kota Salatiga 2013

4. Advokasi Dewan Mahasiswa (DEMA) Institut 2014

5. Devisi Keagamaan Komisariat Djoko Tingkir Kota Salatiga 2014 –

Sekarang

Page 91: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

6. Bidang Kaderisasi Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Kab. Semarang

2015

Page 92: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan
Page 93: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan
Page 94: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

DAFTAR NILAI SKK

Nama : EMA SITI ROHYANI Jurusan : Tarbiyah

NIM : 11111084 Progdi : PAI

P.A. : Dra. Siti Farikhah, M. Pd.

No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai

1. Sertifikat KKPI (Ketrampilan

Komputer dan Pengelolaan

Informasi) oleh Pusat

Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan/ Vocational

Education Development Center

(PPPPTK/ VEDC) Malang dan

SMK NU Ungaran

7 Mei 2011 berlaku

sampai 3 tahun

Peserta 2

2 Orientasi Pengenalan Akademik

dan Kemahasiswaan (OPAK) oleh

DEMA STAIN Salatiga

20-22 Agustus 2011 Peserta 3

3. Achievement Motivation Training

(AMT) “Membangun Mahasiswa

Cerdas Emosi, Spiritual, dan

Intelektual” oleh CEC & Ittaqo

STAIN Salatiga

23 Agustus 2011 Peserta 2

4. Orientasi Dasar Keislaman

(ODK) “ menemukan muara

sebagai mahasiswa rahmatan lil

alamin” oleh STAIN Salatiga

24 Agustus 2011 Peserta 2

5. Seminar Entrepreneurship dan

Koprasi oleh KOPMA & KSEI

STAIN Salatiga

25 Agustus 2011 Peserta 2

6. USER EDUCATION (Pendidikan

Pemakai) oleh UPT

PERPUSTAKAAN STAIN

Salatiga

19 September 2011 Peserta 2

Page 95: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

7. Bedah Buku “Super Teens Super

Leader” oleh KAMMI

06 Oktober 2011 Peserta 2

8. Seminar Regional “Negara Islam

dalam Tinjauan Islam Indonesia

dan NKRI” oleh IPNU Kab.

Semarang dan PMII Kota Salatiga

22 November 2011 Peserta 4

9. Penerimaan Anggota Baru (PAB)

“Membangun Pribadi Islami

dengan Nilai Qur’ani” oleh JQH

STAIN Salatiga

02 Desember 2011 Peserta 2

10. Seminar Pendidikan “Menuju

Pendidikan Indonesia yang Ideal”

oleh HMI

28 Desember 2011 Peserta 2

11. Pelatihan Penggunaan Maktabah

Syamilah & Pengetikan Arab

Cepat (STAIN ARABY)

“Bahasa Arab Sebagai Penunjang

Perkuliahan Mahasiswa” oleh

Ittaqo STAIN Salatiga

17 Maret 2012 Peserta 2

12. Masa Penerimaan Anggota Baru

(MAPABA) oleh Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII) Djoko Tingkir Salatiga

23-25 Maret 2012 Peserta 2

13. Public Hearing “Meningkatkan

Kepekaan dan Transparansi

Kinerja Lembaga Menuju

Kampus yan Amanah” oleh Senat

Mahasiswa (SEMA) STAIN

Salatiga

27 Maret 2012 Peserta 2

14. Comparison of English and

Arabic “Aktualisasi Nilai

Pendidikan Bahasa Arab dan

Inggris Sebagai Upaya

Memahami Keilmuan Mutakhir di

Era Globalisasi” oleh CEC dan

13 April 2012 Peserta 2

Page 96: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Ittaqo STAIN Salatiga

15. Bedah Buku “Sang Maha

Segalanya Mencintai Maha

Siswa” oleh HMI

14 Mei 2012 Peserta 2

16. Seminar Nasional “Berpolitik

untuk Kesejahteraan Indonesia,

Reorientasi Gerakan Mahasiswa

Pasca Reformasi” oleh Senat

Mahasiswa (SEMA) STAIN

Salatiga

15 Mei 2012 Peserta 8

17. Seminar Nasional “Pendidikan

Multikultural Sebagai Pilar

Karakter Bangsa” oleh HMJ

Tarbiyah STAIN Salatiga

29 Mei 2012 Peserta 8

18. Bimbingan Belajar Menghadapi

UAS SIBA Bahasa Inggris dan

Bahasa Arab oleh CEC & Ittaqo

29 Juni 2012 Peserta 2

19. Sarasehan Nasional “ Peran

Mahasiswa dalam Realita dan

Idealitas Bangsa” oleh DEMA

STAIN Salatiga

01 Juli 2012 Peserta 8

20. Pelatihan “Kiprah Mahasiswa

dalam Menggerakkan Tradisi

untuk Kejayaan Bangsa” oleh

DPW Gerakan Mahasiswa Satu

Bangsa Jawa Tengah

15-16 Juli 2012 Peserta 2

21. Dialog Publik dan Silaturahmi

Nasional “Kemanakah Arah

Kebijakan BBM? Mendorong

Subsidi BBM untuk Rakyat” oleh

PMII Kota Salatiga

10 November 2012 Panitia 3

22. Seminar Regional “Selamatkan

Temanggung dari Lingkaran

HIV/AIDS” oleh Forum

Mahasiswa Temanggung di

April 2013 Peserta 4

Page 97: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Salatiga (FORMATAS)

23. Surat Keterangan (SK)

“Penguatan Rekonsiliasi Elemen

Masyarakat dalam rangka

Peningkatan Wawasan

Kebangsaan” oleh Badan

Kesatuan Bangsa Politik dan

Perlindungan Masyarakat Provinsi

Jawa Tengah

28 Agustus 2013 Peserta 2

24. Masa Penerimaan Anggota Baru

(MAPABA) PMII Joko Tingkir

Salatiga 2013

4-6 Oktober 2013 Panitia 3

25. Temu Pramuka Penggalang

Penegak (TPPP) 2 oleh RACANA

STAIN Salatiga

06 Oktober 2013 Peserta 2

26. Surat Keterangan (SK)

Musabaqah Tilawatil Qur’an

(MTQ) oleh JQH STAIN Salatiga

23 Oktober 2013 Panitia 3

27. Musabaqah Tilawatil Qur’an

(MTQ) oleh JQH STAIN Salatiga

23 Oktober 2013 Panitia 3

28. Pendidikan Pers Mahasiswa

Tingkat Dasar (PPMTD)

“Menegaskan Kembali

Kepeloporan Pers Mahasiswa di

Tengah Era Globalisasi” oleh

LPM Dinamika STAIN Salatiga

23 November 2013 Peserta 2

29. Pelatihan Administrasi

“Menciptakan Keseragaman

dalam Management Administrasi

dan Keuangan Demi Menuju

Tertib Organisasi” oleh PMII

Kota Salatiga

24 Januari 2014 Peserta

2

30. Sertifikat “POL TRACKING

INDONESIA” oleh Komisi

Pemilihan Umum Republik

Februari 2014 Pelaksana 3

Page 98: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Indonesia

31. SK Pengangkatan Pengurus

Dewan Mahasiswa (DEMA)

STAIN Salatiga masa bakti 2014

17 Februari 2014 Devisi

Advokasi

4

32. Dialog Interaktif & Edukatif

“Diaspora Politik Indonesia di

Tahun 2014, Memilih untuk

Salatiga Hati Beriman” oleh Senat

Mahasiswa (SEMA) STAIN

Salatiga

01 April 2014 Peserta 2

33. Tafsir Tematik “Konsep

Pemimpin Ideal menurut Al-

Qur’an” oleh JQH STAIN

Salatiga

17 Mei 2014 Panitia 3

34. Surat Keterangan (SK) “ Lulus

Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)”

oleh Ketua Prodi Pendidikan

Agama Islam STAIN Salatiga

22 Juli 2014 Peserta 2

35. Surat Keterangan (SK) Orientasi

Pengenalan Akademik dan

Kemahasiswaan (OPAK)

18-19 Agustus 2014 Panitia 3

36. Seminar Nasional “Peran

Mahasiswa dalam Mengawal

Masa Depan Indonesia Pasca

PilPres 2014” oleh DEMA

STAIN Salatiga

25 September 2014 Panitia 8

37. Latihan Bela Negara bagi

Mahasiswa PTN/PTS/APTISI se-

JATENG dan DIY

Oleh Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Darat Komando Daerah

Militer IV/Diponegoro

20-23 Oktober 2014 Peserta 2

38. Surat Keterangan (SK) Kader

Bela Negara Oleh Tentara

Nasional Indonesia Angkatan

20-23 Oktober 2014 Peserta 2

Page 99: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan

Darat Komando Daerah Militer

IV/Diponegoro

39. Gebyar Seni Qur’ani (GSQ)

Umum Ke IV Se Jawa Tengah

“Aktualisasi Makna dan Syiar Al-

Qur’an sebagai Sumber Inspirasi”

oleh JQH STAIN Salatiga

05 November 2014 Peserta

4

40. Seminar Nasional Enterpreneur

oleh RACANA STAIN Salatiga

16 November 2014 Peserta 8

41. Pendidikan Anggota Dasar (PAD)

Al Khidmah Kampus Kota

Salatiga

6-7 Desember 2014 Panitia 3

42. Mujarrofadz (Musyawarah

Jam’iyyatul Quro’ wal Huffadz)

oleh JQH STAIN Salatiga

25 Desember 2014 Panitia 3

43. Juara Harapan 2 “Contest Foto

Fashion Hijab Kategori Hijab

Kreatif” oleh AK-Management

Fashion Hijab Palembang

Desember 2014 Pemenang 3

44. Surat Keterangan (SK) “Lulus

Ujian Komprehensif” oleh Kepala

Unit Pengembangan Kompetensi

Dasar Keislaman (UP-

KOMDAIS) STAIN Salatiga

27 Februari 2015 Peserta 2

Page 100: PEMIKIRAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/131/1/Ema... · & Sahabat-sahabati PMII, Rekan-rekanita IPNU IPPNU, SEMA, DEMA, JQHdan